IDENTIFIKASI IBU HAMIL YANG MENGALAMI ... KTI Putri...Hyperemesis gravidarum is found mostly in...

84
IDENTIFIKASI IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI TAHUN 2017 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Disusun Oleh : PUTRI DEWI AMALIA P00324015065 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII TAHUN 2018

Transcript of IDENTIFIKASI IBU HAMIL YANG MENGALAMI ... KTI Putri...Hyperemesis gravidarum is found mostly in...

  • IDENTIFIKASI IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA

    KOTA KENDARI TAHUN 2017

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

    Disusun Oleh :

    PUTRI DEWI AMALIA P00324015065

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII

    TAHUN 2018

  • ii

  • iii

  • iv

    RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Penulis

    1. Nama : Putri Dewi Amalia

    2. Tempat Tangal Lahir : Lamonng Jaya, 07 Februari 1996

    3. Jenis Kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Bangsa : Bugis-Moronene / Indonesia

    6. Alamat : Desa Rambu-Rambu Kec. Laeya

    Kabupaten Konawe Selatan

    B. Riwayat Pendidikan

    1. SD Negeri Rambu-Rambu, Tamat Tahun 2008

    2. SMP Negeri 3 Laeya, Tahun Tamat 2011

    3. SMA Negeri 5 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2014

    4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan

    Tahun 2015 sampai sekarang.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

    dengan judul “Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum

    di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017”.

    Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan

    dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung

    dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan

    awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis

    mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aswita, S.Si.T., M.PH., selaku

    Pembimbing I dan Ibu Heyrani, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing II yang

    telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan tanggung

    jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam

    menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

    Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada

    yang terhormat:

    1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

    Kendari.

    2. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan

    Poltekkes Kemenkes Kendari.

    3. Bapak dr. H. Muh. Rinvil Amiruddin, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit

    Umum Dewi Sartika Kota Kendari dan staf yang telah membantu dalam

    memberikan informasi selama pengambilan data awal penelitian ini

    berlangsung.

  • vi

    4. Ibu Hasmia Naningsi, SST., M.Keb., selaku Penguji I, Ibu Andi Malahayati

    N, S.Si.T., M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Farming, SST., M.Keb.,

    selaku Penguji III.

    5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu

    pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes

    Kemenkes Kendari.

    6. Teristimewa kepada ayahanda Muhammad Ali Arfan dan Ibunda Ida

    Farida tercinta yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan

    penuh kasih sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan

    spiritual, terima kasih atas pengertiannya selama ini. Saudara-saudaraku:

    Riki Rinaldi Arfan dan Putri Indah Permatasari, terima kasih atas

    pengertiannya selama ini.

    7. Sahabat-sahabatku: Yeni, Nada, Desi, Mela, Riska, Winda dan Ayu,

    terimak kasih atas kebersamaan, suka duka dan motivasinya selama ini.

    8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan angkatan 2015.

    Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah

    SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua

    pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis

    mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu

    pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

    Kendari, Juni 2018

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK

    Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017

    Putri Dewi Amalia 1, Aswita 2, Heyrani 3

    Latar Belakang: Mual dan muntah merupakan keluhan umum yang terjadi pada kehamilan trimester pertama. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormone estrogen, progesterone. Hal ini jika tidak segera diatasi akan bertambah berat menjadi hiperemesis gravidarum. Tujuan Penelitian: untuk mengidentifikasi ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya periode Januari-Desember 2017 sebanyak 541 ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum sebanyak 72 kasus, dengan sampel sebanyak 72 responden yang ditetapkan secara total sampling. Variabel independen yakni umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas, sedangkan variabel dependen yakni kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Hasil Penelitian: Kejadian Hiperemesis gravidarum terbanyak ditemukan pada ibu hamil dengan umur 20-35 tahun sebanyak 46 orang (63,9%). Hiperemesis gravidarum terbanyak ditemukan pada ibu hamil yang berpendidikan menengah sebanyak 37 orang (51,4%). Hiperemesis gravidarum terbanyak ditemukan pada ibu hamil yang tidak bekerja sebanyak 40 orang (55,6%). Hiperemesis gravidarum terbanyak ditemukan pada ibu hamil dengan paritas I sebanyak 34 orang (47,2%). Kesimpulan: Ibu hamil yang berumur 20-35 tahun, pendidikan menengah, Ibu rumah tangga dan paritas I merupakan faktor risiko terjadinya hyperemesis gravidarum. Saran: Bagi tenaga kesehatan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan upaya promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan dan kegiatan promosi kesehatan lainnya. Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum Daftar Pustaka : 33 (2008-2017) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 3. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan

  • viii

    ABSTRACT

    Identification of Pregnant Women Who Experience Hyperemesis Gravidarum in Dewi Sartika General Hospital in 2017

    Putri Dewi Amalia 1, Aswita 2, Heyrani 3

    Background: Neusea and vomiting are common complaints that occur in the first trimester of pregnancy. The occurrence of pregnancy causes hormonal changes in women because there is an increase in the hormones estrogen and progesterone. This if it is not treated immediately will gain weight into hyperemesis gravidarum. Research Purposes: to identify pregnant women who experience hyperemesis gravidarum in Dewi Sartika General Hospital in 2017. Research Methods: This type of research is descriptive. This research was conducted in the postpartum room in Dewi Sartika General Hospital the city of Kendari. The population of this research was all pregnant women who examined their pregnancies from January to December 2017 for 541 oregnant women, with the incidence of hyperemesis gravidarum as many as 72 cases, with a asmple of 72 respondents who were determined in total sampling. Independent variables are age, education, occupation and parity, while the dependent variable is the incidence of hyperemesis gravidarum in pregnant women. Research Result: Hyperemesis gravidarum is found mostly in pregnant women aged 20-35 years as many as 46 people (63.9%). Hyperemesis gravidarum is found mostly in pregnant women with secondary education as many as 37 people (51.4%). Hyperemesis gravidarum is found mostly in pregnant women were not working as many as 40 people (55.6%). Hyperemesis gravidarum is found mostly in pregnant women with parity I as many as 34 people (47.2%). Conclusion: Pregnant women aged 20-35 years, secondary education, housewives and parity I are risk factors for hyperemesis gravidarum. Suggestion: For health workers at Dewi Sartika General Hospital of Kendari Cty is expected to provide information and improve health promotion efforts by conducting counseling and other health promotion activities. Keyword : Hyperemesis Gravidarum Reference : 33 (2008-2017) 1. Students of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 2. Supervision of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 3. Supervision of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ............................................................................... v

    ABSTRAK ............................................................................................... vii

    ABSTRACT ............................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6

    E. Keaslian Penelitian ............................................................ 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Kehamilan ............................................ 8

    B. Tinjauan Tentang Hiperemesis Gravidarum ..................... 18

    C. Faktor yang Diteliti Berhubungan Dengan Hiperemesis

    Gravidarum ....................................................................... 25

    D. Landasan Teori ................................................................ 31

    E. Kerangka Konsep ............................................................. 32

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ................................................................. 33

    B. Tempat Penelitian ............................................................ 33

    C. Waktu Penelitian .............................................................. 33

  • x

    D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 33

    E. Variabel Penelitian ........................................................... 34

    F. Definisi Operasional ......................................................... 34

    G. Sumber Data .................................................................... 35

    H. Pengolahan Data .............................................................. 36

    I. Penyajian Data ................................................................. 36

    J. Analisis Data .................................................................... 36

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ................................................................. 38

    B. Pembahasan .................................................................... 46

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ....................................................................... 59

    B. Saran ................................................................................ 59

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Distribusi Jumlah SDM di RSU Dewi Sartika Kota Kendari .................. 43

    2. Distribusi Umur Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 ................................... 44

    3. Distribusi Pendidikan Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 ............... 44

    4. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 ............... 45

    5. Distribusi Paritas Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 ................................... 45

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Master Tabel Hasil Penelitian

    2. Dokumentasi Penelitian

    3. Surat Keterangan Bebas Pustaka

    4. Surat Ijin Pengambilan Data Awal

    5. Surat Keterangan Pengambilan Data Awal

    6. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Poltekkes Kendari

    7. Surat Izin Penelitian dari Balitbang

    8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari RSU Dewi Sartika

    9. Surat Keterangan Bebas Pustaka

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, mendefinisikan

    kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

    yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

    fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

    waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

    internasional (Wiknjosastro, 2010).

    Mual dan muntah atau emesis merupakan keluhan umum yang

    terjadai pada kehamilan trimester pertama. Terjadinya kehamilan

    menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat

    peningkatan hormone estrogen, progesterone dan dikeluarkannya HCG

    (Human Chorionic Gonadotrophin) plasenta. Emesis gravidarum jika tidak

    segera di atasi atau diobati akan bertambah berat menjadi hiperemesis

    gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

    selama masa hamil sehingga menganggu kehidupan sehari-hari dan

    menyebabkan kekurangan cairan (Manuaba, 2010).

    Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan

    karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena

    oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya

    asam aseton-asetil, asam hidroksi butirit dan aseton dalam darah.

    Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah

    1

  • 2

    menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma

    berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air

    kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga

    aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat

    makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat

    metabolik yang toksik (Soejoenoes, 2010).

    World Health Organization (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) di

    negara berkembang pada tahun 2015 adalah 216 kematian ibu setiap

    100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.

    Jumlah total kematian ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di

    seluruh dunia (Kemenkes RI, 2016).

    Di Indonesia, Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 bervariasi

    antara 53 dan 1.100 per 100.000 kelahiran hidup. SDGs menargetkan

    kematian ibu tahun 2030 kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.

    Indonesia termasuk salah satu negara berkembang sebagai penyumbang

    tertinggi angka kematian ibu di dunia (Hoelman dkk, 2015). Penyebab

    utama kematian adalah perdarahan (45%). Selain itu infeksi (11%),

    keracunan kehamilan (24%), partus lama/ macet (7%) dan penyebab tidak

    langsung (Kemenkes RI, 2013).

    Di Indonesia, terdapat 50-90% kasus emesis gravidarum yang

    dialami oleh ibu hamil. Namun, pada kasus seperti ini tidak menyebabkan

    kematian pada ibu hamil karena emesis gravidarum hanya kekurangan

    nutrisi dan cairan. Emesis gravidarum yang berkelanjutan bisa berakibat

    hiperemesis gravidarum dengan persentase sebesar 3% dari jumlah ibu

  • 3

    hamil, dimana harus segera dirawat di rumah sakit agar mendapatkan

    penanganan segera (Maharani, 2016).

    Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, angka

    kematian ibu di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari tahun

    sebelumnya. Selama tahun 2015 sebanyak 57 kasus ditemukan ibu mati

    melahirkan, sedangkan kematian ibu melahirkan tahun 2016 mencapai

    sebanyak 74 kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,

    2017).

    Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012,

    kasus hiperemesis gravidarum sebanyak 7.264 kasus (57,8%) dan 12.576

    ibu hamil, pada tahun 2013 menurun menjadi 5.028 kasus (42,8%) dan

    11.753 ibu hamil, sedangkan pada tahun 2014 jumlah kasus hiperemesis

    gravidarum menjadi 10.095 kasus (72,6%) dan 13.896 ibu hamil, pada

    tahun 2015 jumlah kasus hiperemesis gravidarum menjadi 9.783 kasus

    (85%) dan 11.521 ibu hamil (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

    Tenggara, 2015).

    Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016,

    menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu untuk Kota Kendari menempati

    urutan pertama sebanyak 8 kasus (11,94%) dari 67 kasus (Dinkes Prov.

    Sultra, 2017). Rumah Sakit Umum (RSU) Dewi Sartika Kota Kendari

    merupakan salah satu rumah sakit yang terdapat di Kota Kendari. Data

    kunjungan ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak 287 ibu hamil, tahun 2016

    mengalami peningkatan sebanyak 319 ibu hamil, dan terus mengalami

    peningkatan pada periode Januari-Desember 2017 sebanyak 541 ibu

  • 4

    hamil dengan hiperemesis gravidarum sebanyak 72 kasus (Rekam Medik

    RSU Dewi Sartika, 2017).

    Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,

    namun menurut Mansjoer (2010), beberapa faktor penyebab terjadinya

    hiperemesis gravidarum antara lain yaitu faktor predisposisi (primigravida,

    mola hidatidosa dan kehamilan ganda), faktor organik (alergi, masuknya

    vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik akibat hamil dan

    resistensi ibu yang menurun) serta faktor psikologi (umur, pendidikan dan

    pekerjaan).

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anasari (2012)

    mengungkapkan bahwa usia ibu memiliki hubungan yang bermakna

    dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Usia ibu < 20 tahun dan > 35

    tahun lebih berisiko terhadap kejadian hiperemesis gravidarum

    dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun. Pekerjaan memiliki hubungan

    yang bermakna dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Ibu yang

    bekerja lebih besar risikonya terhadap kejadian hiperemesis gravidarum

    dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Faktor psikologi memegang

    peranan penting pada penyakit ini, misalnya rumah tangga retak,

    kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan atau takut

    terhadap tanggung jawab sebagai ibu.

    Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis telah melakukan

    penelitian dengan judul “Identifikasi Ibu Hamil yang Mengalami

    Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun

    2017”.

  • 5

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah identifikasi ibu hamil yang

    mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

    Tahun 2017?”.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Mengidentifikasi ibu hamil yang mengalami hiperemesis

    gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017.

    2. Tujuan khusus

    a. Untuk mengidentifikasi umur ibu hamil yang mengalami

    hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun

    2017.

    b. Untuk mengidentifikasi pendidikan ibu hamil yang mengalami

    hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun

    2017.

    c. Untuk mengidentifikasi pekerjaan ibu hamil yang mengalami

    hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun

    2017.

    d. Untuk mengidentifikasi paritas ibu hamil yang mengalami

    hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun

    2017.

  • 6

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Rumah Sakit

    Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan informasi

    yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dan pengembangan

    promosi kesehatan ibu dalam pembuatan kebijakan serta upaya

    peningkatan kesehatan ibu hamil.

    2. Bagi Masyarakat

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

    informasi pengetahuan khususnya mengenai hiperemesis gravidarum

    pada masyarakat, selain itu diharapkan masyarakat dapat

    meningkatkan pengetahuannya sehubungan dengan kasus ginekologi,

    khususnya kejadian hiperemesis gravidarum.

    3. Bagi Peneliti

    Penelitian ini merupakan sarana untuk melatih diri dan berfikir

    secara ilmiah khususnya masalah kejadian hiperemesis gravidarum

    pada ibu hamil.

    E. Keaslian Penelitian

    Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh

    peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan

    adalah:

    1. Anasari (2011). Beberapa Determinan Penyebab Kejadian

    Hiperemesis Gravidarum Di RSU Ananda Purwokerto Tahun 2009-

    2011. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan

  • 7

    desain case control. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil

    yang tercatat di RSU Ananda Purwokerto periode 1 Januari 2009-31

    Desember 2011. Sampel kasus dan sampel kontrol masing sebanyak

    107 ibu hamil. Instrumen penelitian menggunakan checklist. Analisis

    data menggunakan uji chi square. Persamaan dengan penelitian ini

    terletak pada variabel umur dan pekerjaan, sedangkan perbedaannya

    adalah peneliti menambahkan variabel pendidikan dan paritas.

    2. Rizki Nadia Pratiwi (2015). Gambaran Kejadian Hiperemisis

    Gravidarum pada Ibu Hamil TM 1 di RSUD Wates tahun 2012-2014.

    Populasi adalah semua ibu hamil Trimester I sebanyak 194 orang.

    Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usia menarch lambat (>16

    tahun) mempunyai resiko terjadinya hiperemisis gravidarum yaitu

    sebanyak 28 responden dengan persentase 43,8%. Paritas multipara

    mempunyai resiko terjadinya hiperemisis gravidarum yaitu sebesar 38

    responden dengan persentase 59,4%. Perbedaan dengan penelitian ini

    adalah penggunaan variabel penelitian, dimana pada penelitian ini

    menambahkan variabel umur, pendidikan dan pekerjaan.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Kehamilan

    1. Pengertian

    Masa kehamilan terjadi mulai dari konsepsi sampai janin lahir.

    Perkembangan janin kehamilan normal membutuhkan waktu 280 hari

    (40 minggu jika dinyatakan dengan bulan 9 bulan 7 hari) mulai dihitung

    dari hari pertama haid terakhir (HPHT) (Saifuddin, 2010).

    Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

    ovum kemudian dilanjutkan dengan implantasi atau nidasi. Kehamilan

    normal akan berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan menurut

    kalender internasional jika dihitung dari fertilisasi sampai bayi lahir.

    Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama mulai 0-

    12 minggu, trimester kedua 13-27 minggu, dan trimester ketiga 28-40

    minggu (Saifuddin, 2010).

    Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu

    terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya

    sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama

    259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama,

    2014).

    Manuaba, dkk (2012) memberikan definisi kehamilan secara

    berbeda. Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan

    yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel

    8

  • 9

    telur) dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan

    pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan

    pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil

    konsepsi sampai aterm).

    Berdasarkan beberapa definisi kehamilan tersebut dapat

    disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan

    sperma yang telah matang sehingga terjadilah nidasi dan tumbuh

    berkembang sampai aterm.

    Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua,

    banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan

    yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian

    pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan

    mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu misalnya pendarahan

    melalui jalan lahir, eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang

    sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan

    beresiko tinggi.

    2. Proses Terjadinya Kehamilan

    Proses terjadinya kehamilan menurut Hutahaean S (2013) diawali

    dengan proses pembuahan (konsepsi). Pembuahan atau konsepsi

    sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki

    dengan ovum perempuan.

    Pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang distimulasi

    oleh hormon estrogen ini terjadi disepertiga saluran (tuba fallopi).

    Sementara penghambatan pertemuan antara sel telur dengan sel

  • 10

    sperma pada dua pertiga bagian atau tiga pertiga bagian dari saluran

    telur dilakukan oleh hormon progesteron. Pada saat ovulasi, ovum

    akan didorong keluar dan folikel de Graf dan kemudian ditangkap oleh

    fimbriae. Jutaan sperma harus bejalan dari vagina menuju uterus dan

    masuk ke tuba fallopi. Dalam perjalanan itu, kebanyakan sperma

    dihancurkan oleh mukus (lendir) asam di vagina, uterus, dan tuba

    fallopi. Diantara beberapa sel sperma yang bertahan hidup, hanya satu

    yang dapat masuk menembus dan membuahi ovum. Setelah teijadi

    pembuahan, membran ovum segera mengeras untuk mencegah sel

    sperma lain masuk.

    Ovum yang sudah dibuahi (zigot) memerlukan waktu 6 sampai 8

    hari untuk berjalan ke dalam uterus. Selama perjalanan tersebut, zigot

    berkembang melalui pembelahan sel yang sederhana setiap 12 sampai

    15 jam sekali, namun ukurannya tidak berubah. Ketika mencapai

    uterus, zigot yang merupakan massa sel disebut morula kemudian

    terpisah menjadi dua lapisan yaitu massa sel luar dan massa sel dalam

    yang disebut blastokist. Sekitar 10 hari setalah terjadi fertilisasi ovum,

    blastokist akan menanamkan dirinya dalam endometrium yang disebut

    dengan implantasi. Begitu implantasi terjadi, lapisan uterus (desidua)

    akan menyelimuti blastokist dan kehamilan terbentuk.

    3. Tanda dan Gejala Awal Kehamilan

    Tanda-tanda kehamilan ada tiga yaitu (Sulistyawati, 2009;

    Jannah, 2011; Nugroho, dkk, 2014):

  • 11

    a. Tanda Presumtif/ Tanda Tidak Pasti

    Tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah perubahan-

    perubahan yang dirasakan oleh ibu (subjektif) yang timbul selama

    kehamilan. Yang termasuk tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah:

    1) Amenorhoe (tidak dapat haid)

    Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe

    menandakan kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting

    karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Kadang-

    kadang amenorhoe disebabkan oleh hal-hal lain diantaranya

    akibat menderita penyakit TBC, typhus, anemia atau karena

    pengaruh psikis.

    2) Nausea (enek) dan emesis (muntah)

    Pada umumnya, nausea terjadi pada bulan-bulan pertama

    kehamilan sampai akhir triwulan pertama dan kadang-kadang

    disertai oleh muntah. Nausea sering terjadi pada pagi hari, tetapi

    tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam

    batas tertentu, keadaan ini masih fisiologis, namun bila terlampau

    sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut

    dengan hiperemesis gravidarum.

    3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

    Sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan

    makin tuanya usia kehamilan.

  • 12

    4) Mamae menjadi tegang dan membesar

    Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh esterogen dan

    progesteron yang merangsang duktus dan alveoli pada mamae

    sehingga glandula montglomery tampak lebih jelas.

    5) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

    Keadaan ini terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu

    nafsu makan akan timbul kembali.

    6) Sering buang air kecil

    Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan

    pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.

    Pada triwulan kedua, umumnya keluhan ini hilang oleh karena

    uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir

    triwulan, gejala ini bisa timbul kembali karena janin mulai masuk

    ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.

    7) Obstipasi

    Keadaan ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan

    oleh pengaruh hormon steroid.

    8) Pigmentasi kulit

    Keadaan ini terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Kadang-

    kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan pada pipi,

    hidung dan dahi yang dikenal dengan kloasma gravidarum

    (topeng kehamilan). Areola mame juga menjadi lebih hitam

    karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher

    menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena

  • 13

    pengaruh hormon kortiko steroid plasenta yang merangsang

    melanofor dan kulit.

    9) Epulis

    Epulis merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae yang sering

    terjadi pada triwulan pertama.

    10) Varises (penekanan vena-vena)

    Keadaan ini sering dijumpai pada triwulan terakhir dan terdapat

    pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis.

    Pada multigravida, kadang-kadang varises ditemukan pada

    kehamilan yang terdahulu, kemudian timbul kembali pada

    triwulan pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan

    gejala pertama kehamilan muda.

    b. Tanda Kemungkinan Hamil

    Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan yang

    diobservasi oleh pemeriksa (bersifat objektif), namun berupa dugaan

    kehamilan saja. Semakin banyak tanda-tanda yang didapatkan,

    semakin besar pula kemungkinan kehamilan. Yang termasuk tanda

    kemungkinan hamil adalah:

    1) Uterus membesar

    Pada keadaan ini, terjadi perubahan bentuk, besar dan

    konsistensi rahim. Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba bahwa

    uterus membesar dan semakin lama semakin bundar bentuknya.

  • 14

    2) Tanda hegar

    Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menajdi lunak,

    terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama, ismus

    uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus

    pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang

    dan lebih lunak sehingga kalau diletakkan dua jari dalam fornix

    posterior dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis

    maka ismus ini tidak teraba seolah-olah korpus uteri sama sekali

    terpisah dari uterus.

    3) Tanda chadwick

    Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

    merah dan agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio pun tampak

    livide. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone esterogen.

    4) Tanda piscaseck

    Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran

    tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya.

    Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan

    pembesaran tersebut.

    5) Tanda braxton hicks

    Bila uterus dirangsang, akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi

    atau pemeriksaan dalam uterus yang awalnya lunak akan

    menjadi keras karena berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus

    dalam masa kehamilan.

  • 15

    6) Goodell sign

    Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti

    merasakan ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak

    pada perabaan selunak vivir atau ujung bawah daun telinga.

    7) Reaksi kehamilan positif

    Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human

    chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air seni

    pertama pada pagi hari. Dengan tes ini, dapat membantu

    menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.

    c. Tanda Pasti Hamil

    Tanda pasti adalah tanda-tanda objektif yang didapatkan oleh

    pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada

    kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan adalah:

    1) Terasa gerakan janin

    Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya

    pada kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida, dapat

    dirasakan pada kehamilan 16 minggu karena telah

    berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan keempat

    dan kelima, janin berukuran kecil jika dibandingkan dengan

    banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau

    digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim.

  • 16

    2) Teraba bagian-bagian janin

    Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh

    pemeriksa dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir

    trimester kedua.

    3) Denyut jantung janin

    Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh

    pemeriksa dengan menggunakan:

    a) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu.

    b) Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu.

    c) Stetoskop laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu

    4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen

    5) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin

    berupa ukuran kantong janin, panjangnya janin dan diameter

    bipateralis sehingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan

    4. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan

    Tanda bahaya dalam kehamilan menurut Jannah N., (2012),

    yaitu sebagai berikut:

    a. Perdarahan pervaginam yang terjadi pada wanita hamil dapat

    dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu: (1) Pada awal kehamilan;

    abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik terganggu; dan (2)

    Pada akhir kehamilan; solutio plasenta dan plasenta previa.

    b. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang. Hal ini

    merupakan salah satu gejala preeklampsi

  • 17

    c. Preeklampsi dan ekiampsi. Pree!dampsi biasanya juga disertai

    penglihatan kabur, bengkak atau oedema pada kaki, wajah dan

    tangan serta nyeri epigastriwn. Gejala lanjutan dan preeklampsi

    adalah kejang/eklampsi.

    d. Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa

    sakit seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh

    malaria. Akibat gangguan tersebut dapat terjadi keguguran,

    persalinan prematuritas, dismaturitas, kematian neonatus tinggi,

    kala II memanjang, dan retensio plasenta.

    e. Anemia pada kehamilan dapat mempengaruhi terjadinya abortus,

    partus prematurus Intrauterine Growth Restriction (IUGR), infeksi,

    dan hiperemesis gravidarum. Anemia ditandai dengan kelopak

    mata, lidah dan kuku pucat, lemah dan merasa cepat lelah,

    berkunang-kunang, napas pendek, nadi meningkat dan pingsan.

    f. Nyeri epigastrium/abdomen yang hebat. Hal ini bisa berupa

    appendicitis, abortus, penyakit radang panggul, persalinan preterm,

    gastritis, dan infeksi kandung kemih.

    g. Bayi kurang bergerak seperti biasa. Bayi harus bergerak paling

    sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu

    selama 12 jam yaitu sebanyak 10 kali.

    h. Keluar air ketuban sebelum waktunya. Ketuban Pecah Dini (KPD)

    dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau

    yang khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan

  • 18

    persalinan prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan

    mortalitas ibu dan bayi.

    i. Muntah terus menerus (hiperemesis gravidarum). Gejalanya yaitu

    nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium,

    tekanan darah menurun dan nadi meningkat, lidah kering dan mata

    nampak cekung.

    B. Tinjauan Tentang Hiperemesis Gravidarum

    1. Pengertian

    Hiperemesis gravidarum adalah mual atau muntah yang terjadi

    sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana

    segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga

    mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan

    menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena

    penyakit seperti appendisitis, dan sebagainya (Nugroho T, 2012).

    Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

    sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi

    buruk. Mual muntah merupakan gangguan yang paling sering di temui

    pada kehamilan trimester I, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir

    selama 10 minggu. Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual

    muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya terjadi lebih berat

    hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani, 2009).

    Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan yang

    terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya

  • 19

    ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari

    5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis dan kekurangan nutrisi. Hal

    tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh

    kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia

    kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus

    berlanjut sampai kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).

    Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

    pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari dan

    terjadi dehidrasi (Jannah N, 2012).

    2. Tingkat dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

    Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat

    dibagi ke dalam 3 tingkatan menurut Hutahaean S. (2013), yaitu

    sebagai berikut:

    a. Tingkat I (Ringan)

    Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum

    penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan

    menurun, dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100

    kali per menit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit berkurang,

    lidah mengering, dan mata cekung.

    b. Tingkat II (Sedang)

    Penderita tampak lebih lemas dan apatis. Turgor kulit lebih

    berkurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,

    suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan

    menurun dan mata menjadi cekung, tekanan darah rendah,

  • 20

    hemokonsentrasi, oliguri, dan konstipasi. Tercium aseton pada bau

    mulut, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula

    ditemukan dalam urin.

    c. Tingkat III (Berat)

    Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran

    menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu

    badan meningkat, serta tekanan darah menurun. Komplikasi fatal

    dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati

    wernicke dengan gejala nistagmus dan diplopia.

    3. Etiologi

    Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,

    namun menurut Mansjoer (2010), beberapa faktor penyebab terjadinya

    hiperemesis gravidarum antara lain yaitu faktor predisposisi

    (primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda), faktor organik

    (alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik

    akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun) serta faktor psikologi

    (umur, pendidikan dan pekerjaan).

    Adapun faktor-faktor penyebab hiperemesis gravidarium yang

    dikemukakan oleh Pudiastuti (2012), antara lain:

    a. Faktor predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola

    hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar

    Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Frekuensi yang tinggi pada

    mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa

  • 21

    faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan

    tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

    b. Faktor organik, masuknya vili khorialis dalam siklus maternal dan

    perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun.

    c. Faktor Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan

    d. Faktor psikologis. Faktor ini memegang peran penting pada

    hiperemesis gravidarium walaupun hubungannya dengan terjadinya

    hiperemesis gravidarium belum diketahui secara pasti. Sebagai

    contoh rumah tangga yang rusak, kehilangan pekerjaan, takut

    terhadap kehamilan dan persalinan takut terhadap tanggung jawab

    sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

    memperberat mual dan muntah.

    4. Patofisiologi

    Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual

    muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat

    menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan

    alkalosis hpokioremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan

    cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan

    energi, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis

    dengan tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton dalam darah,

    kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah

    terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton

    dalam darah, kekurangan cairan yang diminun dan kehilangan cairan

  • 22

    karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler

    dan plasma berkurang (Rahmawati, 2011).

    Menurut Manuaba (2012) penyebab dari mual muntah adalah

    pada hamil trimester I peristlatik lambung berkurang sehingga

    menyebabkan gangguan dalam metabolisme makanan sehingga

    menyebabkan mual muntah.Tetapi juga disebakan oleh hormon

    chorionic gonadotropin yang dibentuk berlebihan pada kehamilan yang

    merangsang lambung sehingga dapat menimbulkan reflek medula

    oblongata untuk muntah.

    Pada hiperemesis gravidarum di awali dengan mual muntah yang

    berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah

    turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi jaringan

    menurun untuk memberikan nutrisi dan mengkonsumsi O2. Muntah

    yang berlebihan dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH

    darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua masalah tersebut

    menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini:

    a. Liver

    1) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun

    2) Gangguan fungsi sel liver dan icterus

    3) Terjadi perdarahan para parenkim liver sehingga menyebabkan

    gangguan

    b. Ginjal

    1) Dehidrasi penurunan deuresis sehingga sisa metabolisme

    tertimbun seperti: asam laktat dan benda keton

  • 23

    2) Terjadi perdarahan nekrosis sel ginjal, deuresis berkurang

    bahkan dapat anuria dan mungkin terjadi albuminuria

    c. Sistem Saraf

    1) Terjadi nekrosis dan perdarahan otak di antara perdarahan

    ventrikel.

    2) Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat

    merusak fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan

    ensefalopati wernicke.

    3) Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan.

    5. Diagnosis

    Secara klinis penegakkan diagnosis hiperemesis gravidarum

    dilakukan dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu

    (amenore yang disertai dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut

    pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mual muntah hebat yang

    dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik

    dijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan frekuensi nadi

    (>100 kali/menit), penurunan tekanan darah, dan dengan semakin

    beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan penurunan

    kesadaran.

    Pada pemeriksaan fisik lengkap dapat dijumpai mata tampak

    cekung, tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat, penurunan berat

    badan, uterus yang besarnya sesuai dengan umur kehamilan dengan

    konsistensi lunak, dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

  • 24

    hipokalema (kekurangan kalium), hiponatremia (kekurangan natrium

    kiorida) (Pudiastuti, 2012).

    Menurut Proverawati (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat

    dilakukan adalah:

    a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat): mengkaji usia

    gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas

    janin, melokalisasi plasenta.

    b. Urinalisis: kultur, deteksi bakteri, BUN.

    c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar ALH

    6. Komplikasi

    Menurut Proverawati (2011) komplikasi hiperemesis gravidarum

    adalah:

    a. Dehidrasi berat

    b. Ikterik

    c. Takikardi

    d. Suhu meningkat

    e. Alkolosis

    f. Kelaparan

    g. Gangguan emosional

    h. Menarik diri dan depresi

    Menurut Saputra L (2014), komplikasi yang biasa terjadi, yaitu:

    a. Penurunan berat badan yang cukup banyak

    b. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria

  • 25

    c. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan

    elektrolit

    d. Gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis dan alkalosis)

    e. Kerusakan retina, saraf dan renal.

    C. Faktor yang Diteliti Berhubungan Dengan Hiperemesis Gravidarum

    1. Umur Ibu

    Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai

    saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang

    baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi

    (Notoatmodjo, 2007).

    Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan

    perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan

    fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan

    mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia

    perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya yaitu

    umur reproduksi (Yunita, 2010).

    Kehamilan dikatakan berisiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun

    dan diatas 35 tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang baik

    untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini

    tentu menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan

    kehamilan di atas 35 tahun mempunyai risiko untuk mengalami

    komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain: perdarahan,

  • 26

    gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama

    (Manuaba, 2012).

    Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35

    tahun. Kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat

    menyebabkan Hiperemesis karena pada kehamilan diusia kurang 20

    secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya

    belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang

    mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan

    zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait

    dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai

    penyakit yang sering menimpa di usia ini (Wiknjosastro, 2010).

    Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional

    (BKKBN) (2010), Hiperemesis Gravidarum di bawah umur 20 tahun

    lebih di sebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik,

    mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan

    jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan

    di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik

    mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka

    bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada

    impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui

    saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke

    diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Permasalahan

    dari segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di ulas akan

  • 27

    menekankan pentingnya usaha-usaha untuk melindungi anak-anak

    yang dilahirkan kemudian.

    Sedangkan hiperemesis gravidarum yang terjadi diatas umur

    35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh

    karena ibu belum siap hamil atau malah tidak menginginkan

    kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan

    menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan

    memberi rangsangan pada pusat muntah otak sehingga terjadi

    kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai dengan

    penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam

    lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk

    menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus

    bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang

    memicu mual dan muntah.

    2. Pendidikan

    Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

    perilaku terhadap pola hidup dalam memotivasi untuk siap berperan

    serta dalam perubahan kesehatan. Rendahnya pendidikan seseorang

    makin sedikit keinginan uintuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

    dan sebaliknya makin tingginya pendidikan seseorang, makin mudah

    untuk menerima informasi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan

    yang ada (Notoatmodjo, 2012).

    Pendidikan merupakan faktor predisposisi adalah faktor yang

    ada dalam individu seperti pengetahuan, sikap terhadap kesehatan

  • 28

    serta tingkat pendidikan, dimana untuk berperilaku kesehatan misalnya

    pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan

    tentang manfaat pemeriksaan kehamilan, baik bagi kesehatan ibu

    sendiri maupun bagi janinnya (Sumijatun dkk, 2010).

    3. Pekerjaan

    Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan

    untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang

    (Depkes RI, 2008). Pekerjaan berkaitan dengan status sosial ekonomi

    keluarga yang akan mendukung kemampuan keluarga dalam

    memenuhi kebutuhannya. Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan

    untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan ekonomi seseorang

    dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sebagai

    mata pencaharian sehari-hari (Soekanto, 2006).

    Pekerjaan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian

    hiperemesis gravidarum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Anasari (2011) yang mengungkapkan bahwa ibu yang

    bekerja lebih besar risikonya terhadap kejadian hiperemesis

    gravidarum dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

    Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk menunjang

    kehidupannya dan kehidupan keluarganya, diukur berdasarkan jenis

    kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan ibu yang berisiko

    rendah terhadap hiperemesis gravidarum antara ibu rumah tangga dan

    pekerja salon. Sedangkan pekerjaan yang berisiko tinggi antara lain

  • 29

    adalah pelayan toko, pelayan departement store, pekerja kantor,

    karyawan pabrik, petani (Ismail, 2010).

    Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro (2009) yang

    mengungkapkan bahwa faktor psikologi memegang peranan penting

    dalam penyakit ini, misalnya, kehilangan pekerjaan, beban pekerjaan

    yang berat, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

    memperberat mual dan muntah sebagai pelarian kesukaran hidup. Hal

    ini tidak jarang dapat diatasi dengan cara memberikan suasana baru,

    sehingga dapat mengurangi frekuensi muntah.

    4. Paritas

    Menurut Saifuddin (2010), paritas adalah jumlah kehamilan

    yamg menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 mg).

    Paritas dapat dibedakan menjadi nullipara, primipara, multipara dan

    grande multipara. Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering

    dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan

    dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan

    pertama.

    Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%

    multigravida. Jumlah kehamilan 2-3 (multi) merupakan paritas yang

    paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal (Wiknjosastro,

    2010).

    Faktor paritas mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum,

    hal ini disebabkan hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh

    primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat

  • 30

    kestresan dan usia ibu saat mengalami kehamilan pertama. Pada ibu

    dengan primigravida, faktor psikologik memegang peranan penting

    pada penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut

    terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan

    konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai

    ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai

    pelarian kesukaran hidup (Nining, 2009).

    Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro (2009) yang

    mengungkapkan bahwa ibu primigravida belum mampu beradaptasi

    terhadap hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan

    hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat, hingga

    muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari

    saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam

    lambung.

    Penyebab hyperemesis belum diketahui secara pasti. Telah

    diketahui beberapa faktor prodisposisi terjadinya Hiperemesis

    Gravidarum yaitu wanita hamil dengan anemia, primigravida,

    kehamilan ganda dan molahidatidosa. Hasil penelitian ini didukung

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Minerva (2010) yang berjudul

    studi deskriptif umur, paritas dan pekerjaan sebagai faktor predisposisi

    kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di RB “YKWP”

    Mranggen menunjukkan bahwa paritas pada wanita primigravida lebih

    banyak dibandingkan wanita multigravida. Maka dapat dilihat dari hasil

  • 31

    penelitian bahwa paritas wanita primigravida lebih berpeluang banyak

    mengalami hiperemesis gravidarum.

    D. Landasan Teori

    Hiperemesis gravidarum adalah mual atau muntah yang terjadi

    sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala

    apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi

    keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,

    dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti

    appendisitis, dan sebagainya (Nugroho T, 2012).

    Kejadian hiperemesis gravidarum pada wanita hamil dipengaruhi oleh

    beberapa faktor antara lain: umur, paritas, pekerjaan, molahidatidosa,

    kehamilan ganda, faktor psikologi, faktor hormonal. Menurut Notoatmodjo

    (2012) bahwa pada usia 20-35, individu akan lebih berperan aktif dalam

    masyarakat dan kehidupan sosial yang dapat mempengaruhi tingkat

    pengetahuan seseorang. Selain itu, menurut Wiknjosastro (2009) umur 20-

    35 tahun merupakan umur yang baik untuk kehamilan seorang wanita.

    Frekuensi hiperemesis gravidarum lebih tinggi pada primigravida

    terutama primigravida pada wanita yang berusia muda yang umumnya

    kurang dari 20 tahun. Banyaknya paritas berpengaruh terhadap terjadinya

    hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum terjadi pada 60-80%

    wanita dengan kehamilan pertama, dan 40-60% wanita yang pernah hamil

    sebelumnya (Puruhito, 2010).

  • 32

    Pekerjaan merupakan segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan

    untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat di nilai dengan uang.

    Apabila seseorang mendapatkan penghasilan yang lebih, maka akan lebih

    mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Wanita dengan

    keadaan ekonomi yang baik akan lebih jarang menderita hiperemesis

    gravidarum. Hiperemesis gravidarum mungkin lebih sering terdapat pada

    wanita dan keluarga yang tidak mampu.

    E. Kerangka Konsep

    Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka

    penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

    Umur

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Paritas

    Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada

    Ibu Hamil

  • 33

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi

    ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum

    Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017.

    B. Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum

    Dewi Sartika Kota Kendari.

    C. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2018.

    D. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang

    memeriksakan kehamilannya di RSU Dewi Sartika periode Januari-

    Desember 2017 sebanyak 541 ibu hamil dengan hiperemesis

    gravidarum sebanyak 72 kasus.

    2. Sampel

    Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara total

    sampling, dimana seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya

    yang terdiagnosa hiperemesis gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota

    33

  • 34

    Kendari tahun 2017 sebanyak 72 orang yang ditetapkan sebagai

    sampel penelitian.

    E. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

    1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

    umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan paritas.

    2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu

    kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.

    F. Definisi Operasional

    1. Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum

    Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum yang dimaksud

    dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang mengalami mual dan

    muntah berlebihan terjadi Kira-kira saat umur kehamilan 20 minggu.

    Ketika umur kehamilan 14 minggu (trimester pertama), mual muntah

    yang dialami ibu begitu berat. Semua yang dimakan dan diminum ibu,

    dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan

    sehari-hari ibu (Hutahaean S, 2013).

    2. Umur

    Umur adalah usia responden saat penelitian dilakukan, dengan

    kategori:

    a. < 20 tahun

    b. 20 – 35 tahun

    c. > 35 tahun (Depkes RI, 2009).

  • 35

    3. Pendidikan

    Pendidikan adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang

    diselesaikan oleh responden, dengan kategori:

    a. Pendidikan Dasar: SD dan SMP

    b. Pendidikan Menengah: SMA Sederajat

    c. Perguruan Tinggi: Diploma dan Sarjana (Notoatmodjo, 2012).

    4. Pekerjaan

    Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden

    sehari-hari, dengan kategori:

    a. Bekerja : Pegawai Negeri/Swasta, Wiraswasta

    b. Tidak Bekerja : IRT (Ibu Rumah Tangga) (Notoatmodjo, 2012).

    5. Paritas

    Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan responden,

    baik lahir hidup maupun mati, dengan kategori:

    a. Paritas I

    b. Paritas II - III

    c. Paritas > III (Pudiastuti, 2012).

    G. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

    sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan

    melalui buku registrasi ibu Hamil di Poli KIA dan gambaran umum lokasi

    penelitian.

  • 36

    H. Pengolahan Data

    Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

    memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

    mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

    informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:

    1. Pengeditan (editing)

    Proses editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

    mengecek kelengkapan data dari buku register di Poli KIA.

    2. Pemasukan data (entry)

    Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel

    berdasarkan variabel penelitian.

    3. Tabulasi (tabulating)

    Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel

    yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing

    variabel (Sugiyono, 2008).

    I. Penyajian Data

    Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi

    secukupnya.

    K. Analisis Data

    Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan

    kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

  • 37

    disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka

    digunakan rumus:

    %100=N

    fP

    Keterangan:

    f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

    N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

    P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    a. Keadaan Geografis

    Rumah Sakit Umum (RSU) Dewi Sartika Kendari terletak di

    Jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota

    Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat

    strategis karena berada di tengah-tengah lingkungan pemukiman

    penduduk dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Adapun

    batas-batas RSU Dewi Sartika Kota Kendari secara administratif

    sebagai berikut:

    1) Sebelah Utara : Kelurahan Wandudopi

    2) Sebelah Timur : Kelurahan Lepo-Lepo

    3) Sebelah Selatan : Kelurahan Baruga

    4) Sebelah Barat : Kelurahan Watubangga.

    b. Lingkungan Fisik

    RSU Dewi Sartika Kendari berdiri di atas tanah seluas 1.624

    m2 dengan luas bangunan 957,90 m2. RSU Dewi Sartika Kendari

    selama kurun waktu 8 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai

    dengan tahun 2018 telah melakukan pengembangan fisik

    bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan

    38

  • 39

    memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya

    masyarakat Kota Kendari.

    c. Status

    RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun tahun 2009

    dengan izin operasional sementara dari Walikota Kendari Nomor.

    561/IZN/XI2010/001 tanggal 5 November 2010, maka rumah sakit

    ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan

    kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan di bawah

    naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang sekaligus

    sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari telah

    ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah Sakit

    tipe D.

    d. Tugas Pokok dan Fungsi

    Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan

    upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan

    penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan

    terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

    melaksanakan upaya rujukan.

    Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di

    atas, RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi:

    1) Menyelenggarakan pelayanan medik

    2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

    3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

    4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan

  • 40

    5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

    6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

    e. Sarana dan Prasarana serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah

    sebagai berikut:

    1) IGD dengan kapasitas tempat tidur 11 unit, VIP dengan

    kapasitas tempat tidur 14 unit, Poliklinik Spesialis, Ruang

    perawatan Kelas I dengan kapasitas tempat tidur 10 unit, Kelas

    II dengan kapasitas tempat tidur 12 unit, Kelas III dengan

    kapasitas tempat tidur 37 unit, serta ruang bersalin dengan

    kapasitas tempat tidur sebanyak 7 unit.

    2) Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset

    sebagai cadangan.

    3) Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur

    bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.

    4) Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan

    fasilitas internet (WiFi).

    5) Alat pemadan kebakaran

    6) Sarana pembuangan limbah

    7) Untuk sampah disediakan tempat sampah di setiap ruangan

    dan juga di luar ruangan, sampah akhirnya dibuang ke tempat

    pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh

    mobil pengangkut sampah

  • 41

    8) Untuk limbah cair di tiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi

    dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah

    9) Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.

    Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika

    Kendari adalah sebagai berikut:

    1) Pelayanan Medis

    a) Instalasi Gawat Darurat

    b) Instalasi Rawat Jalan, yang meliputi: Poliklinik Obsgyn,

    Poliklinik Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata,

    Poliklinik Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik

    Radiologi, Poliklinik Jantung, dan Poliklinik Gigi Anak.

    c) Instalasi Rawat Inap, meliputi: Rawat Inap

    Dewasa/Anak/Umum dan Persalinan.

    d) Kamar Operasi, meliputi: operasi obsgyn dan bedah umum.

    e) High Care Unit (HCU)

    2) Pelayanan Penunjang Medis

    a) Intalasi Farmasi

    b) Radiologi

    c) Laboratorium

    d) Instalasi Gizi

    e) Ambulance

    3) Pelayanan Non Medis

    a) Sterilisasi

    b) Loundry

  • 42

    f. Visi dan Misi Rumah Sakit

    Visi RSU Dewi Sartika Kendari yaitu “terwujudnya rumah sakit

    yang mandiri dan bersaing secara global”. Untuk mewujudkan visi

    tersebut, maka misi yang diemban oleh RSU Dewi Sartika Kendari

    adalah:

    1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat

    2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas

    3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau dengan

    mengutamakan kepuasan pasien

    4) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia

    g. Program

    Program kesehatan yang dilakukan di RSU Dewi Sartika

    Kendari antara lain:

    1) Umum: Pemeriksaan kesehatan umum kepada masyarakat

    yang membutuhkan pertolongan, penyakit dalam, bedah dan

    sebagainya.

    2) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak): Pemeriksaan ibu hamil. Ibu nifas

    dan menyusui, Balita dan lain-lain.

    3) Pelayanan dan Konseling Keluarga Berencana

    4) Pelayanan Imunisasi

    5) Pertolongan persalinan aman oleh dokter spesialis

    6) Konsultasi bayi baru lahir oleh dokter spesialis/bidan

    7) Pertolongan persalinan patologi, bila perlu tindakan operasi

  • 43

    8) Pemberian ASI eksklusif (bayi hanya diberi ASI saja tanpa

    makanan cairan lainnya).

    9) Kesehatan gigi dan lain-lain.

    h. Sumber Daya Manusia

    Sumber daya manusia di RSU Dewi Sartika Kendari

    berjumlah 160 orang yang terdiri dari 17 orang part time dan 143

    full time dengan spesifikasi pendidikan sebagai berikut:

    Tabel 1. Distribusi Jumlah SDM di RSU Dewi Sartika Kota Kendari

    No. Jenis Tenaga Status Ketenagaan

    Jumlah Tetap Tidak Tetap

    A. Tenaga Medis

    1 Dokter Spesialis Obgyn 1 1 2

    2 Dokter Spesialis Bedah - 1 1

    3 Dokter Spesialis Interna - 1 1

    4 Dokter Spesialis Anastesi

    - 1 1

    5 Dokter Spesialis PK - 1 1

    6 Dokter Spesialis Anak - 1 1

    7 Dokter Radiologi - 1 1

    8 Dokter Spesialis THT - 1 1

    9 Dokter Spesialis Mata - 1 1

    10 Dokter Spesialis Jantung - 1 1

    11 Dokter Gigi Anak - 1 1

    12 Dokter Umum - 3 3

    B. Paramedis

    1 S1 Keperawatan/Ners 26 - 26

    2 DIV Kebidanan 5 2 7

    3 DIII Bidan 43 - 43

    4 DIII Keperawatan 56 - 56

    C. Tenaga Kesehatan Lain

    1 SKM 1 1 2

    2 Apoteker 1 2 3

    3 DIII/Farmasi 1 1 2

    4 S1 Gizi 1 - 1

    5 DIII Analis Kesehatan 3 - 3

    D. Non Medis 13 - 13

    Sumber: Data Primer, 2018.

  • 44

    2. Variabel Penelitian

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil

    sebagai berikut:

    a. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Menurut Umur Ibu Hamil

    Tabel 2. Distribusi Umur Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017

    Umur (Tahun) n %

    < 20 4 5,5

    20 – 35 46 63,9

    > 35 22 30,6

    Total 72 100

    Sumber: Data Primer, 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden

    sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak

    46 orang (63,9%), dan yang paling sedikit berumur < 20 tahun

    sebanyak 4 orang (5,5%).

    b. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Menurut Pendidikan Ibu Hamil

    Tabel 3. Distribusi Pendidikan Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017

    Pendidikan n %

    Dasar 12 16,7

    Menengah 37 51,4

    Tinggi 23 31,9

    Total 72 100

    Sumber: Data Primer, 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden

    sebagian besar responden memiliki pendidikan menengah (SMA

    Sederajat), yakni sebanyak 37 orang (51,4%), dan yang paling

  • 45

    sedikit memiliki Pendidikan Dasar (SD dan SMP) sebanyak 12

    orang (16,7%).

    c. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Menurut Pekerjaan Ibu Hamil

    Tabel 4. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017

    Pekerjaan n %

    Bekerja 32 44,4

    Tidak Bekerja/IRT 40 55,6

    Total 72 100

    Sumber: Data Primer, 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden

    sebagian besar responden tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga),

    yakni sebanyak 40 orang (55,6%), dan yang bekerja (Pegawai

    Negeri/Swasta dan Wiraswasta) sebanyak 32 orang (44,4%).

    d. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Menurut Paritas Ibu Hamil

    Tabel 5. Distribusi Paritas Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017

    Paritas n %

    I 34 47,2

    II - III 23 31,9

    > III 15 20,9

    Total 72 100

    Sumber: Data Primer, 2018.

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 72 responden

    sebagian besar responden memiliki paritas I, yakni sebanyak 34

    orang (47,2%), dan yang paling sedikit memiliki paritas > III

    sebanyak 15 orang (20,9%).

  • 46

    B. Pembahasan

    1. Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Umur

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

    berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak 46 orang (63,9%), dan yang

    paling sedikit berumur < 20 tahun sebanyak 4 orang (5,5%). Hal ini

    menunjukkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum di RSU Dewi

    Sartika Kota Kendari lebih banyak dialami oleh ibu hamil yang berumur

    20-35 tahun. Kejadian hiperemesis gravidarum tersebut di atas

    ternyata kelompok umur 20-35 tahun memperoleh angka tertinggi

    yang menderita hiperemesis gravidarum dibandingkan yang tidak

    mengalami hiperemesis gravidarum. Hal ini terjadi karena walaupun

    pada umur 20-35 tahun adalah umur yang sesuai dan bisa menerima

    kehamilan karena kematangan fisik serta organ-organ lainnya tetap

    saja dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Hubungan faktor

    psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum begitu jelas

    tetapi besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut

    kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan

    sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis

    gravidarum (Manuaba, 2010).

    Hal ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa

    kejadian hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada ibu

    berumur 35 tahun. Hal ini diduga karena faktor resiko

    terjadinya hiperemesis gravidarum misalnya faktor predisposisi, faktor

  • 47

    organik dan faktor psikologi tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.

    Hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2010), yang

    menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

    hiperemesis gravidarum yaitu faktor predisposisi (primigravida,

    overdistensi rahim, hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan

    Hormone Chorionic Gonadotrophin (HCG) tinggi, mola hidatidosa),

    faktor organik seperti masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,

    perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak

    ibu dan alergi dan faktor psikologis yaitu rumah tangga yang retak dan

    hamil yang tidak diinginkan.

    Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan

    alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ

    tubuh didalam menerima kehadiran dan mendukung perkembangan

    janin. Seorang wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri

    fase tertentu dalam kehidupannya yaitu umur reproduksi.

    Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan

    melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada

    umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang

    dengan baik dan belum cukup dewasa untuk menjadi ibu sedangkan

    pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya

    serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah mengalami

    kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan selanjutnya

    dapat menyebabkan kematian pada ibu.

  • 48

    Umur hidup saat kehamilan merupakan salah satu faktor

    penyebab hiperemsis gravidarum, usia seorang wanita yang masih

    terlalu muda untuk hamil, menyebabkan belum siap atau takut

    menghadapi tanggung jawab sebagai ibu menyebabkan konflik mental

    yang memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar

    terhadap keengganan untuk hamil atau sebagai pelarian kesukaran

    hidup.

    Sebaliknya seorang wanita dalam usianya yang semakin tua

    akan mengakibatkan suatu proses penurunan fungsi fisiologi tubuh

    termasuk organ-organ reproduksi sehingga ibu merasa takut terhadap

    kehamilan dan persalinan yang dihadapi. Dengan demikian umur

    seorang ibu yang merupakan penentu terjadi atau tidaknya

    hiperemesis gravidarum (Hidayanti, 2009).

    Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Nurnaningsih

    (2012) bahwa hiperemesis gravidarum frekuensinya lebih tinggi dari

    kelompok umur resiko rendah (20-35 tahun) yaitu 46 orang (78,0%)

    sedangkan kelompok umur resiko tinggi (< 20 dan > 35 tahun) yaitu 13

    orang (22,0%). Sedangkan hasil penelitian Sastri (2013) menunjukkan

    umur resiko tinggi sebanyak 65 responden (64,3%) dan umur resiko

    rendah 36 responden (35,7%).

    Menurut Rochjati (2010) Ibu hamil lebih beresiko menderita

    hiperemesis gravidarum pada umur 35 tahun. Pada ibu yang

    terlalu muda atau berumur

  • 49

    berfungsi secara optimal dan secara psikologis belum siap untuk hamil

    dan menjadi orang tua, sehingga terjadi konflik mental yang membuat

    ibu tidak memperhatikan asupan nutrisinya yang menyebabkan

    terjadinya iritasi lambung sehingga menimbulkan reaksi pada impuls

    motoric untuk memberi rangsangan pada pusat muntah. Sedangkan

    untuk ibu yang umurnya semakin tua atau >35 tahun mengakibatkan

    terjadinya penurunan fungsi termasuk organ reproduksi dan secara

    psikologis ibu merasa tidak sanggup lagi untuk hamil yang dapat

    memacu stres dan merangsang hipotalamus merangsang pusat

    muntah di otak.

    Menurut Rochjati (2010), sedangkan hiperemesis gravidarum

    yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis

    yang disebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak

    menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian

    tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi

    hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat muntah otak

    sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai

    dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam

    lambung, tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk

    menarik nafas dalam-dalam sehingga membuat sfingter esophagus

    bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah berelaksasi inilah yang

    memicu mual dan muntah.

  • 50

    2. Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Pendidikan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 responden sebagian

    besar responden memiliki pendidikan menengah (SMA Sederajat),

    yakni sebanyak 37 orang (51,4%), dan yang paling sedikit memiliki

    Pendidikan Dasar (SD dan SMP) sebanyak 12 orang (16,7%).

    Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan menerima

    informasi kesehatan dari media massa dan petugas kesehatan.

    Banyak kasus kesakitan dan kematian masyarakat diakibatkan

    rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Suatu laporan dari negara

    bagian Kerala di India Utara menyatakan bahwa status kesehatan

    disana sangat baik, jauh diatas rata-rata status kesehatan nasional.

    Setelah ditelusuri ternyata tingkat pendidikan kaum wanitanya sangat

    tinggi diatas kaum pria (Amalia, 2009).

    Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi

    respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang

    berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional

    terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana

    keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan

    tersebut. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

    perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap

    dan berperan serta dalam perkembangan kesehatan (Runiari, 2010).

    Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

    perilaku terhadap pola hidup dalam memotivasi untuk siap berperan

  • 51

    serta dalam perubahan kesehatan. Rendahnya pendidikan seseorang

    makin sedikit keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan,

    dan sebaliknya makin tingginya pendidikan seseorang, makin mudah

    untuk menerima informasi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan

    yang ada.

    Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, makin

    tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi,

    sehingga makin baik pengetahuannya, akan tetapi seseorang yang

    berpendidikan rendah belum tentu berpengetahuan rendah.

    Pengetahuan tidak hanya bisa diperoleh dari pendidikan formal akan

    tetapi bisa diperoleh melalui pendidikan non formal seperti

    pengalaman pribadi, media, lingkungan, dan penyuluhan kesehatan,

    sehingga bisa juga seseorang dengan pendidikan tinggi dapat

    terpapar dengan penyakit begitu pula sebaliknya (Notoatmodjo, 2010).

    Pendidikan merupakan faktor predisposisi adalah faktor yang ada

    dalam individu seperti pengetahuan, sikap terhadap kesehatan serta

    tingkat pendidikan. Dimana untuk berprilaku kesehatan misalnya

    (pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil) diperlukan pengetahuan

    tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri

    maupun bagi janinnya (Sumijatin, 2010).

    Menurut Annisa (2012) sebagian besar yang mengalami

    hiperemesis gravidarum ibu hamil yang berpendidikan SMA. Pada

    penelitian ini sudah sesuai dengan teori, kurangnya pengetahuan

    dapat mempengaruhi kejadian hiperemesis, serta kurangnya informasi

  • 52

    dari tenaga kesehatan mengenai pencegahan hiperemesis juga dapat

    menjadi faktor lain yang menyebabkan hiperemesis gravidarum.

    3. Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Pekerjaan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 responden sebagian

    besar responden tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga), yakni sebanyak

    40 orang (55,6%), dan yang bekerja (Pegawai Negeri/Swasta dan

    Wiraswasta) sebanyak 32 orang (44,4%).

    Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2008), bekerja

    adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

    membantu penghasilan atau keuntungan dan pekerjaan keluarga

    tanpa upaya yang membantu dalam suatu usaha di keluarga, kegiatan

    ekonomi keluarga. Hiperemesis gravidarum lebih rentan pada ibu yang

    bekerja diluar rumah dibandingkan dengan ibu yang bekerja sebagai

    ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Ibu yang bekerja sebagai rumah

    tangga dapat mengalami hiperemesis gravidarum dikarenakan

    kemungkinan stress yang dialami oleh ibu dalam menghadapi

    kehamilan dan persalinan dimana menjadi seorang ibu merupakan hal

    yang amat didambakan oleh banyak wanita dalam kehidupan mereka,

    akan tetapi menjadi ibu tentu merupakan suatu aktivitas yang penuh

    stres. Cemas dengan kehamilan dan persalinan, rumah tangga yang

    retak, kehilangan pekerjaan sehingga dapat menyebabkan konflik

    mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi

    tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian

  • 53

    terhadap kesukaran hidup. Sedangkan pada ibu yang bekerja di luar

    rumah kehamilan kurang mendapatkan perhatian dari pihak

    perusahaan sehingga wanita hamil terpaksa harus meninggalkan

    pekerjaanya karena komitmen terhadap keluarga, mereka

    membiasakan diri kembali dengan biaya-biaya yang mereka keluarkan

    dan menerima gaji kecil (Silviana dalam Andani, 2014).

    Ibu hamil yang bekerja dengan layak akan memiliki tingkat sosial

    ekonomi yang baik sehingga dapat memenuhi kunjungan pemeriksaan

    kehamilan sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan, hal tersebut

    berdampak pada penerimaan ibu kehamilan karena ibu hamil akan

    mampu memenuhi semua kebutuhan saat kehamilan hingga kelahiran.

    Kunjungan pemeriksaan kehamilan yang rutin bermanfaat pada

    pemenuhan nutrisi ibu selama kehamilan dapat terpenuhi.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro (2010) yang

    mengungkapkan bahwa faktor psikologi memegang peranan penting

    dalam penyakit ini, misalnya, kehilangan pekerjaan, beban pekerjaan

    yang berat, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

    memperberat mual dan muntah sebagai pelarian kesukaran hidup. Hal

    ini tidak jarang dapat diatasi dengan cara memberikan suasana baru,

    sehingga dapat mengurangi frekuensi muntah.

    Menurut teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan

    keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik.

    Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan

  • 54

    pekerjaan dan pendapatan dapat menyebabkan terjadinya perasaan

    berduka, ambivien, serta konflik (Runiari, 2010).

    Menurut teori pada umumnya, pekerjaan merupakan suatu

    kebutuhan dan pernyataan ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh

    Steele, yang menyatakan bahwa satu dari tiga wanita dengan mual

    dan muntah mengalami stress dan perpecahan dalam keluarga,

    gangguan emosional, dan gangguan fungsi sosial. Hal ini terjadi pada

    wanita yang bekerja dimana hampir 50% mengalami penurunan

    efisiensi kerja, dan 25% membutuhkan waktu untuk istirahat kerja

    (Nurnaningsih, 2012).

    Hasil penelitian penelitian menunjukkan hampir seluruhnya ibu

    hamil tidak bekerja atau ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga

    mengalami primigravida, hal ini dikarenakan kemungkinan ibu

    mengalami stress, cemas pada saat hamil. Disamping hal tersebut ibu

    yang tidak bekerja mengalami hiperemesis gravidarum kemungkinan

    dikarenakan tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah sehingga

    menyebabkan ibu hamil kurang peduli dengan kesehatan diri dan

    bayinya, oleh karena itu dapat menyebabkan komplikasi pada

    kehamilannya terutama mengalami hiperemesis gravidarum.

    Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2010),

    hasil penelitian yang mempengaruhi hiperemesis gravidarum

    menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan

    dengan kejadian hiperemesis gravidarum dimana ibu yang tidak

    bekerja sebanyak 68,3% sedangkan ibu yang bekerja sebanyak

  • 55

    31,7%. Sehingga disimpulkan responden yang mengalami kejadian

    hiperemesis gravidarum pada ibu tidak bekerja karena tingkat sosial

    yang rendah yang menyebabkan ibu hamil kurang peduli dengan

    kesehatan diri dan bayinya, oleh karena itu dapat menyebabkan

    komplikasi pada kehamilannya terutama mengalami hiperemesis

    gravidarum.

    4. Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Berdasarkan Paritas

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 responden sebagian

    besar responden memiliki paritas I, yakni sebanyak 34 orang (47,2%),

    dan yang paling sedikit memiliki paritas >III sebanyak 15 orang

    (20,9%). Kejadian hyperemesis gravidarum tersebut di atas ternyata

    kelompok primigravida memperoleh angka terbesar yang menderita

    hiperemesis gravidarum dibandingkan yang tidak mengalami

    hiperemesis gravidarum.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian ibu hamil yang

    mengalami hiperemesis gravidarum adalah ibu primigravida, hal ini

    disebabkan kurangnya pengalaman ibu dalam menjalani kehamilan,

    dimana ibu hamil primigravida belum dapat beradaptasi dengan

    peningkatan hormon hCG dimana hal tersebut dapat menyebabkan

    peningkatan sensitivitas ibu terhadap bau-bau yang tidak enak.

    Disamping itu pada ibu hamil primigravida, kehamilan merupakan