POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan...
Transcript of POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN … · kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan...
POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN
STATUS KESEHATAN WANITA PESERTA
SENAM JANTUNG SEHAT
WIDIA NURFAUZIAH
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Konsumsi, Status
Gizi, Tingkat stres, dan Status Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Widia Nurfauziah
NIM I14100069
ABSTRAK
WIDIA NURFAUZIAH. Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status
Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat. Dibimbing oleh ALI
KHOMSAN.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dan menganalisis hubungan pola
konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status kesehatan wanita peserta senam
jantung sehat di Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross-
sectional study. Sampel dalam penelitian ini ialah wanita peserta senam jantung
sehat yang berjumlah 41 orang. Cara pengambilan sampel dilakukan secara
purposive. Hasil analisis deskriptif menunjukkan TKE sampel paling tinggi 36.6%
dan TKP 48.8%. Status gizi sampel berdasarkan IMT termasuk dalam kategori
gemuk. Tingkat stres sampel tergolong dalam kategori depresi ringan. Tekanan
darah sistolik sampel tergolong dalam kategori prehipertensi serta hipertensi tahap
I, sedangkan diastolik tergolong dalam kategori hipertensi tahap II. Kadar gula
darah sewaktu sampel tergolong normal. Keluhan penyakit sendi yang dalam
kurun waktu seminggu terakhir sampel termasuk dalam kategori tidak nyeri. Hasil
uji analisis korelasi Pearson dan Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan (p>0.05) antara asupan gizi, tingkat stres, status gizi,
dan status kesehatan.
Kata Kunci : pola konsumsi, status gizi, status kesehatan, tingkat stres, wanita
ABSTRACT
WIDIA NURFAUZIAH. Pattern of Food Consumption, Nutritional Status, Stress
Level, and Health Status in Women Participants of Jantung Sehat Gymnastics.
Supervised by ALI KHOMSAN.
The objective of this study was to learn and analyze the relationship
between the pattern of food consumption, nutritional status, stress level, and
health status in Women Participants of Jantung Sehat Gymnastics at Cianjur, West
Java. This study used cross-sectional study design. Sampling method used was
purposive sampling. Descriptive analysis showed the highest level adequacy of
energy 36.6% and the highest level adequacy of protein 48.8%. Nutritional status
based on BMI were categorized as overweight. Stress level of sample were
categorized as light depression. Systole blood pressure of the sample were
categorized as prehypertension and also hypertension stage I, whereas diastole
was categorized as hypertension stage II. Casual Plasma Glucose os sample was
normal. Osteoarthritis during one week of sample was categorized as no pain. The
Pearson and Spearman correlation test showed that nutritional status with nutrient
intake, stress level, and nutritional status of the sample had no significant
relationship (p>0.05).
Key words : health status, nutritional status, pattern of food consumption, , stress
level, women.
POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN
STATUS KESEHATAN WANITA PESERTA
SENAM JANTUNG SEHAT
WIDIA NURFAUZIAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status
Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat
Nama : Widia Nurfauziah
NIM : I14100069
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang senantiasa dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status
Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat.” Banyak pihak yang telah
membantu penulis dalam proses menyusun serta menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua serta kakak tercinta yang senantiasa memberikan kepercayaan
penuh serta dukungan baik moril maupun materil yang tak hentinya tercurah
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan
penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikiran, memberikan semangat,
masukan, arahan, kritik, motivasi, nasihat serta dukungan yang tak terkira
untuk penyelesaian skripsi ini.
2. Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS selaku dosen penguji serta Leily Amalia Furkon,
S.TP, MSi selaku dosen pemandu seminar.
3. Prof Dr drh Clara Meliyanti Kusharto, MSc selaku dosen pembimbing
akademik.
4. Ibu-ibu peserta senam jantung sehat yang telah bersedia menjadi responden
penelitian.
5. dr. Rizki Purwanto sebagai paramedis yang telah membantu dalam
pengambilan gula darah sewaktu sampel.
6. Ketua Madrasah Rancabali yang telah memberikan izin tempat, serta keluarga
besar yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya membantu saat
pengambilan data.
7. Keluarga Nayyara sebagai keluarga kedua di Bogor yang menjadi teman
seperjuangan dan senantiasa memberikan motivasi (Mba Dilla, Kak Ipah, Kak
Tita, Kak Eva, Kak Ipit, Ade serta nenek).
8. Sahabat seperjuangan selama menempuh jenjang sarjana, Pvatmaya, Iqbar
Mahendra, M. Taufik Hidayat, Afwin Firdaus, Yoesniasani, Mifthah Faridh,
Wilda, Irmawati Ramadhania, Cahyuning Isnaini, Lidyawati, Ramadhani, Siti
Habibah dan seluruh keluarga besar Gizi Masyarakat Angkatan 47.
9. Nazhif Gifari untuk seluruh doa, dukungan, kritik, motivasi serta kesabaran
dalam membantu proses penyelesaian skripsi ini serta kakak-kakak lainnya
atas doa dan dukungannya (Kak Rahman, Bang Leman, Kak Didik).
10. Keluarga besar HIMAGIZI, kakak serta adik angkatan, seluruh civitas
akademika Departemen Gizi Masyarakat serta pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini
bermanfaaat.
Bogor, Oktober 2014
Widia Nurfauziah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xxvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 2
METODE 4
Desain, Waktu dan Tempat Penelitian 4
Teknik Penarikan Sampel 4
Jenis dan Cara Pengukuran Data 5
Pengolahan dan Analisis Data 6
Definisi Operasional 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Karakteristik Individu 9
Pola Konsumsi 10
Status Gizi 12
Status Kesehatan 13
Tingkat Stres 15
Aspek Psikologis 16
Hubungan Antar Variabel 18
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL
1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data 5 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan 6 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein 10 4 Rata-rata angka kecukupan dan konsumsi contoh 11 5 Frekuensi rata-rata konsumsi pangan contoh (kali per minggu) 11 6 Rata-rata frekuensi asupan cairan contoh (gelas per minggu) 12 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dengan menggunakan IMT 13 8 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik 14 9 Sebaran contoh berdasarkan gadar gula darah sewaktu 14
10 Sebaran contoh berdasarkan penyakit sendi 15 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres 15 12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis 16 13 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan pendapatan 18 14 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan gula darah sewaktu 18 15 Nilai signifikansi hasil uji korelasi antar variabel 19
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran hubungan antara variabel dan indikator 4
2 Pengukuran tinggi badan sampel 24 3 Pengukuran tekanan darah sampel 24 4 Pengarahan ketika akan dilakukan recall 24 5 Recall kepada salah seorang sampel sampel 24
DAFTAR LAMPIRAN
1 Indikator fisik stres sampel 23
2 Indikator psikis stres sampel 23 3 Hasil uji korelasi antar variabel 23 4 Skala rasa nyeri yang dirasakan selama satu minggu terakhir 24
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang terus berusaha untuk maju.
Dewasa ini, pembangunan diarahkan pada peningkatan sosial, ekonomi,
pendidikan maupun kesehatan. Pembangunan dalam bidang ekonomi akan
berdampak pada peningkatan taraf hidup serta pelayanan masyarakat.
Keberhasilan pembangunan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan akibatnya kualitas hidup manusia
semakin baik. Kesejahteraan sosial masyarakat semakin meningkat, menurunnya
mortalitas bayi dan anak, turunnya angka kematian, kemajuan tingkat pelayanan
aparatur kesehatan, perbaikan gizi dan sanitasi serta meningkatnya pengawasan
penyakit infeksi. Dampak positif dari hasil pembangunan ini mengakibatkan
jumlah usia paruh baya semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Usia harapan hidup seseorang adalah pada tahun 1971 jumlah usia lanjut
baru 5.3 juta jiwa, tahun 1995 berjumlah 12.7 juta, tahun 2003 berjumlah 16.1
juta jiwa, tahun 2004 berjumlah 17.7 juta jiwa, pada tahun 2010 sudah mencapai
18.04 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2020 sebesar 30 juta jiwa.
Pertambahan jumlah usia lanjut sejalan dengan bertambahnya usia harapan hidup
manusia. Pada tahun 1992 pada angka 61.3; tahun 2000 berada pada angka
64.05; tahun 2010 pada angka 70.4 (Saragih 2012). Berdasarkan gambaran
tersebut, dapat terlihat bahwa usia harapan hidup terus meningkat setiap tahunnya.
Usia paruh baya merupakan masa dimana seseorang meninggalkan ciri-ciri
jasmani dan perilaku masa dewasanya serta memasuki suatu periode dalam
kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasamani dan perilaku baru.
Penyesuaian yang radikal terhadap peran, pola hidup dan berbagai perubahan fisik
akan cenderung merusak homeostasis disik dan psikologis seseorang dan
kemudian membawanya ke masa stres. Pada umumnya usia paruh baya dipandang
sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut ditandai oleh adanya
perubahan fisik, mental, serta perubahan minat (Hurlock 1990).
Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) maupun gagal jantung
meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Prevalensi PJK tertinggi pada
kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2.0 persen dan 3.6 persen, menurun sedikit
pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun
berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0.5% dan
1.5%). Sedangkan untuk prevalensi gagal jantung tertinggi pada umur 65 – 74
tahun (0.5%) untuk yang terdiagnosis dokter, menurun sedikit pada umur ≥75
tahun (0.4%), tetapi untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi pada
umur ≥75 tahun (1.1%). Untuk yang didiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi
pada perempuan (0.2%) dibanding laki-laki (0.1%), berdasarkan didiagnosis
dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan
(0.3%) (Riskesdas 2013).
Stres pada zaman modern ini disebabkan banyaknya perubahan yang harus
dihadapi yang menuntut kemampuan untuk beradaptasi dan penyesuaian yang
pesat. Hal ini tidak mudah dilalui oleh setiap orang, terutama oleh usia paruh
baya. Usaha, kesulitan, kegagalan dalam mengikuti perubahan dapat
2
menimbulkan beraneka ragam keluhan, sepeti keluhan fisik dan keluhan
psikologis (Gunarsa & Gunarsa 2004).
Aktivitas fisik dalam kehidupan merupakan komponen yang sangat penting.
Aktivitas fisik merupakan salah satu komponen yang diperhitungkan dalam status
kesehatan seseorang. Kemunduran fisik dapat dicegah dengan melakukan latihan
kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia
madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak, kelenturan, kekuatan otot, dan
daya tahan akan menurun. Latihan fisik yang teratur dapat membantu mencegah
keadaan-keadaan penyakit kronis, seperti osteoporosis, diabetes, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung iskemik, dan lain-lain. Latihan fisik atau olahraga pada
usia paruh baya yang dilakukan di luar rumah dinilai baik secara jasmani dan
merupakan kesempatan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sesama.
Beberapa uraian yang telah dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa wanita
usia paruh baya memiliki berbagai masalah kesehatan terkait dengan penurunan
kondisi fisiologis. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik
untuk meneliti pola konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status kesehatan pada
wanita usia paruh baya.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan
menganalisis hubungan pola konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status
kesehatan wanita peserta senam jantung sehat di Cianjur, Jawa Barat. Tujuan
khusus antara lain 1) Menganalisis asupan gizi dan status gizi wanita peserta
senam jantung sehat, 2) Menganalisis tingkat stres dan aspek psikologis wanita
peserta senam jantung sehat, 3) Menganalisis status kesehatan wanita peserta
senam jantung sehat, 4) Menganalisis hubungan asupan gizi, tingkat stres, status
gizi, dan status kesehatan wanita peserta senam jantung sehat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola
konsumsi dan status gizi wanita peserta senam jantung dan kaitannya dengan
tingkat stres serta status kesehatannya. Selanjutnya, hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat berguna bagi pemerintah Kabupaten Cianjur untuk menjadi
bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan khususnya di bidang kesehatan dan sebagai bahan masukan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN
Setiap individu memiliki kebiasaan makan yang berbeda satu sama lain.
Seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia paruh baya pun
diasosiasikan dengan karakteristik tertentu yang membuatnya berbeda dari tahap
usia lainnya. Salah satu karakteristik usia madya adalah bahwa umumnya usia ini
3
dianggap atau dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan
(Hurlock 1990). Penurunan ketajaman panca indera pada usia paruh baya
berakibat pada pemilihan makanan atau pola konsumsi makan yang akan
berhubungan dengan status gizi.
Keadaan sosial ekonomi seperti usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan,
dan besar keluarga juga dapat mempengaruhi pola konsumsi makan kelompok
usia paruh baya. Pada masa usia paruh baya ditandai oleh adanya perubahan fisik,
mental, serta perubahan minat Perubahan fisik yang dialami pada usia madya
antara lain; perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera,
perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan dan
perubahan seksual.
Konsumsi makan biasanya terkait dengan jumlah energi yang diperlukan
oleh individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kemampuan
tubuh dalam menggunakan zat gizi tersebut. Selain itu, juga merupakan informasi
tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang lebih
beragam dapat memperbaiki kecukupan akan zat-zat gizi. Pola konsumsi makan
ini dapat mempengaruhi status gizi dan lebih lanjut akan mempengaruhi kesehatan
usia paruh baya.
Status gizi adalah kondisi kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang
akibat dari absorpsi konsumsi, dan penggunaan gizi utilasi zat gizi makanan
(Zaddana 2011). Oleh karena itu, dengan menilai status gizi dapat
memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Selain itu, kondisi kesehatan
seseorang juga dapat mempengaruhi stres yang dialaminya karena stres dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi tubuh. Keadaan stres pada seseorang
dapat terjadi akibat berbagai faktor, antara lain keadaan ekonomi dan keadaan
dirinya. Dalam hal ini, seseorang dapat mengalami stres akibat tidak mampu
menerima perkembangan dan keadaan hidup yang sebenarnya. Stres dapat
diakibatkan oleh stres indikator fisik serta stres indikator psikis. Keadaan stres
pada seseorang juga dapat terjadi akibat berbagai faktor. Stres dapat menimbulkan
perubahan-perubahan pada sistem fisik tubuh yang dapat mempengaruhi
kesehatan serta status gizi seseorang. Untuk itu tingkat stres dan status kesehatan
juga diteliti hubungannya.
Gaya hidup seperti pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok
dapat mempengaruhi kesehatan lansia (Zaddana 2011). Aktivitas fisik akan
mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang yang kemudian berpengaruh pula
terhadap status kesehatan seseorang. Aktivitas fisik dalam penelitian ini adalah
kegiatan senam jantung sehat yang biasa dilakukan oleh para peserta secara rutin
dalam kelompokm usia paruh baya namun dalam penelitian ini tidak dijadikan
variabel yang akan diteliti hubungannya. Faktor genetik atau riwayat kesehatan
seseorang dapat mempengaruhi status kesehatan yang dapat menjadikan seseorang
awas diri, namun dalam penelitian ini tidak diteliti hubungannya. Kebiasaan
merokok juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang, namun dalam hal ini tidak diteiliti hubungannya.
4
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara variabel dan indikator
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu
Desain penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan
teknik cross sectional study, yaitu desain penelitian dimana pada bagian exposure
dan outcome diukur pada saat yang bersamaan. Tempat penelitian dilaksanakan di
Desa Sawah Gede, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur yang ditentukan secara
purposive. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2014 hingga April
2014.
Teknik Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita peserta senam jantung sehat
dengan usia paruh baya setiap hari Minggu pagi di lapangan Prawatasari, Desa
Sawah Gede, Cianjur. Jumlah contoh diambil seluruh populasi usia paruh baya
wanita peserta senam jantung sehat yaitu sebanyak 43 orang. Penentuan populasi
yang dijadikan contoh dalam penelitian atas dasar pertimbangan: (1) Kemudahan
akses pengambilan data; (2) Keadaan fisik dan psikis peserta yang memadai untuk
Status Gizi
(IMT)
(IMT)
Pola Konsumsi
Makan (TKE,
TKP)
Karakteristik
Individu :
-Usia
-Pendidikan
-Pekerjaan
-Pendapatan
Tingkat
Stres
Status Kesehatan
(tekanan darah,
GDS, penyakit
sendi
Faktor
Genetik
Aktivitas Fisik
(Senam Jantung
Sehat)
Kebiasaan
Merokok
5
dijadikan contoh sehingga dapat lebih mudah berkomunikasi dengan baik. Kriteria
inklusi yang diterapkan adalah wanita dengan penggolongan usia lansia
berdasarkan WHO (2001) terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu usia
pertengahan (45-59 tahun) dan lansia (60-74 tahun). Kriteria berikutnya ialah
bugar dimana menurut WHO adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan
sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Selain
itu selama sebulan terakhir mengikuti senam jantung sehat; dapat diukur tinggi
dan berat badannya; bersedia dan dapat diwawancarai. Berdasarkan kriteria
inklusi tersebut, terdapat dua contoh yang drop out dikarenakan tidak bersedianya
contoh dalam mengikuti penelitian sehingga total contoh dalam penelitian ini
berjumlah 41 orang.
Jenis dan Cara Pengukuran Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer meliputi karakteristik
responden, status gizi, tingkat stres, penyakit sendi, dan pola konsumsi (pangan
dan cairan). Data primer diperoleh dengan cara teknik wawancara langsung
menggunakan kuisioner dan pengukuran. Data sekunder yang diambil merupakan
jumlah contoh, data tekanan darah, serta data gula darah sewaktu berdasarkan
pemeriksaan rutin.
Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan
1. Karakteristik
responden
Nama, umur, agama, pendidikan terakhir,
pekerjaan, status pernikahan saat ini ,
tinggal bersama dan pendapatan
Wawancara
dengan kuesioner
2. Status gizi Berat badan (kg), tinggi badan (cm), IMT
(kg/m2) Berat badan
diukur
menggunakan
timbangan
dengan derajat
ketelitian 0.1 kg
Tinggi badan
diukur dengan
staturemeter
IMT dihitung
dengan
membagi BB
(kg) dengan TB
(m2) kemudian
dikategorikan
dengan cut off
status gizi
berdasarkan
WHO 2005
3. Status
kesehatan
Tekanan darah, gula darah sewaktu,
penyakit sendi Tekanan darah
dan gula darah
sewaktu diukur
secara langsung
oleh paramedis
6
Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data (lanjutan)
No Variabel Jenis Data Cara
Pengumpulan
Penyakit sendi
diukur selama
satu minggu
terakhir melaui
wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
4. Pola
konsumsi
Tingkat kecukupan energi dan
protein, frekuensi konsumsi
makanan dan cairan
Recall
makanan dan
cairan 2 x 24
jam
FFQ (sumber
protein
hewani,
sayuran, buah-
buahan, dan
cairan)
5. Tingkat
stres
Indikator fisik dan psikologis Wawancara
menggunakan
kuesioner
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan tahapan pengolahan
data dimulai dari proses editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data ini
diolah dan dianalisis secara deskriptif dan korelasi menggunakan Microsoft Excel
2010 dan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) version
16.0 for Windows. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji korelasi Spearman
dan Pearson. Berikut disajikan pada Tabel 2 jenis dan kategori variabel
pengolahan.
Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan
Data Kategori Sumber
Usia 45-59 tahun
60-74 tahun
WHO (2001)
Status pernikahan Menikah
Janda
Tidak menikah
Pendidikan Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi (PT)
Pekerjaan Tidak bekerja
Ibu rumah tangga (IRT)
7
Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan (lanjutan)
Data Kategori Sumber
Pedagang
Pensiunan
Buruh
Swasta
Lainnya
Pendapatan/ bulan <Rp 500.000/bulan
Rp 500.000 – Rp 1.000.000/ bulan
Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000/bulan
Zaddana (2011)
Tingkat Kecukupan Energi
dan Protein
Defisit Berat (<70%)
Defisit Sedang (70-79%)
Defisit Ringan (80-89%)
Normal (90%-119%)
Lebih (≥120%)
Depkes (1996)
Status Gizi IMT <14.9 (sangat kurus)
IMT 15.0-22.9 (normal)
IMT 23.0-27.5 (gemuk)
IMT 27.6-40.0 (obesitas I)
IMT >40.0 (obesitas II)
WHO (2005)
Tingkat Stres Tidak Depresi (11-19)
Depresi Ringan (20-27)
Depresi Sedang (28-35)
Depresi Berat (36-44)
Khomsan et al.
(2013)
Tekanan Darah Sistolik Normal (<120 mmHg)
Prehipertensi (120-139 mmHg)
Hipertensi Tahap I (140-159 mmHg)
Hipertensi Tahap II (≥ 160 mmHg)
JNC (2003)
Tekanan Darah Diastolik Normal (<80 mmHg)
Prehipertensi (80-89 mmHg)
Hipertensi Tahap I (140-159 mmHg)
Hipertensi Tahap II (≥100 mmHg)
JNC (2003)
Gula Darah Sewaktu Tinggi (≥ 200 mg/dl) Marks et al. (2000)
Pola konsumsi sampel dinilai secara kualitatif dan juga secara kuantitatif.
Secara kualitatif konsumsi sampel dinilai untuk mengetahui frekuensi makan,
frekuensi pangan yang dikonsumsi, dan menggali informasi tentang kebiasaan
makan serta cara memperoleh pangan, dalam hal ini dilakukan dengan
menggunakan FFQ (Food Frequency Quetionare). Sedangkan secara kuantitatif
dilakukan untuk mengetahui jumlah pangan yang dikonsumsi dengan metode
recall 2x24 jam.
Perhitungan AKE dan AKP dilihat berdasarkan AKG 2013 sebagai acuan.
AKE untuk wanita berusia 50-64 tahun adalah 1900 kkal dan untuk wanita berusia
65-80 tahun sebesar 1550 kkal dan untuk usia 80 tahun keatas sebesar 1425 kkal.
Sedangkan untuk AKP wanita berusia 50-64 tahun sebesar 57 gram per hari,
untuk usia 65-80 tahun sebesar 56 gram per hari dan untuk usia >80 tahun sebesar
55 gram protein per hari. Kategori tingkat kecukupan energi dan protein
didapatkan dari klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut
Departemen Kesehatan (1996). Data jumlah makanan yang dikonsumsi responden
8
dikonversikan dari ukuran rumah tangga (URT) ke dalam berat dengan
menggunakan acuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) 2010. Secara
umum rumus untuk menghitung kandungan zat gizi dalam pangan yang
dikonsumsi ialah sebagai berikut.
Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)}
Keterangan:
Kgij = Kandungan zat gizi dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)
Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j
BDDj = Persen bahan makanan-j yang dapat dimakan (%BDD)
Untuk menentukan tingkat kecukupan energi dan protein, maka digunakan rumus
sebagai berikut.
TKj = (K/AKj) x 100%
Keterangan:
TKj = Tingkat kecukupan zat gizi
K = Konsumsi zat gizi
AKj = Angka kecukupan zat gizi
Status gizi sampel ditentukan dengan menghitung indeks massa tubuh
(IMT). IMT dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat
dari tinggi badan (m2). Kemudian hasil perhitungan IMT yang didapat,
dikategorikan berdasarkan kategori WHO (2005).
Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Khomsan
et al. (2013). Kategori stres secara fisik dan psikologis diukur selama 6 bulan
terakhir dengan kategori pengalaman tidak pernah dengan skor 1, jarang dengan
skor 2, sering dengan skor 3 atau sangat sering dengan skor 4. Seluruh skor
indikator fisik dan psikologis kemudian akan diakumulasi dan dikelompokkan
menjadi 4 kelompok stres antara lain tidak depresi dengan rentang skor 11-19,
depresi ringan dengan rentang skor 20-27, depresi sedang dengan rentang skor 28-
35, dan depresi berat dengan rentang skor 36-44.
Status kesehatan yang diukur ialah tekanan darah dan gula darah sewaktu.
Pengukuran dilakukan oleh paramedis dan biasa dilakukan secara rutin. Penyakit
sendi diukur selama satu minggu terakhir dilihat dari keluhan yang dirasakan
dibagi kedalam tiga kategori tidak yaitu tidak nyeri (0-4.5), sedang (5.0-5.5), dan
sangat nyeri (6.0-10.0).
Definisi Operasional
Orang Paruh Baya adalah masa usia antara 45 sampai 65 tahun, bugar, tidak
bungkuk, dapat diukur tinggi dan berat badannya, serta tidak mengalami
gangguan pendengaran.
Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dijalani contoh
yang diukur lamanya pendidikan atau jenjang pendidikan.
Tingkat Pendapatan adalah jumlah pendapatan contoh yang didapatkan per
bulan dari pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, ataupun pemberian dari
orang lain dalam satuan rupiah.
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang ditimbang
menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg.
9
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan contoh dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan staturemeter.
Tingkat Kecukupan Energi dan Protein adalah perbandingan antar konsumsi
energi dan protein dengan Angka Kecukupan Energi dan Protein menurut
AKG (2013).
Tingkat Stres adalah keadaan stres yang dialami oleh seseorang yang diukur
secara fisik dan psikologis dan diukur menggunakan kuesioner yang
diadaptasi dari Khomsan et al. (2013).
Status Kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami contoh yang diukur dari
keluhan penyakit sendi dan hasil pengukuran tekanan darah serta gula darah
sewaktu.
Status Gizi adalah keadaan contoh yang diukur secara antropometri berdasarkan
kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan kategori World Health
Organization (2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Klub Jantung Sehat yang berada di Kabupaten Cianjur yang biasa
dilaksanakan setiap hari Minggu bertepatan pada saat car free day berada dibawah
naungan Dinas Kesehatan wilayah setempat. Kegiatan rutin ini berlokasi di
lapangan Prawatasari, Desa Sawah Gede, Cianjur. Olahraga yang dilaksanakan
terfokus pada senam jantung sehat. Peserta kegiatan ini tidak terbatas untuk
golongan usia tertentu, namun didominasi oleh dewasa dan usia paruh baya.
Lokasi dilaksanakannya senam jantung sehat ini terdapat di jantung kota, sehingga
memudahkan akses bagi warga yang ingin mengikutinya. Peserta yang mengikuti
kegiatan ini terbagi menjadi dua kategori, peserta rutin dan peserta sukarela.
Peserta rutin yang biasa mengikuti kegiatan ini mendapatkan fasilitas lebih seperti
adanya seragam bagi anggota dan adanya pemeriksaan rutin. Instruktur senam
jantung sehat ini terdapat dua sampai tiga orang, perempuan dan laki-laki.
Instruktur dipilih berdasarkan kinerja dan pengalaman yang cukup baik
dibidangnya.
Karakteristik Individu
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 usia paruh baya wanita yang
tinggal di rumah masing-masing. Penggolongan usia sampel dilakukan
berdasarkan WHO (2001) yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu usia
pertengahan (45-59 tahun) dan lansia (60-74 tahun). Karakteristik usia responden
menunjukkan sebanyak 56.1% tergolong usia pertengahan, dan sisanya termasuk
kelompok usia lansia. Tingkat pendidikan sampel sebanyak 48.8% menempuh
pendidikan SD, 24.4% SMA, 22.0% SMP, dan perguruan tinggi serta tidak
sekolah masing-masing 2.4%. Pekerjaan sampel didominasi sebagai ibu rumah
tangga (80.5%), sebagai pedagang, swasta dan pensiunan masing-masing 4.9%,
dan sisanya tidak bekerja dan atau pekerjaan lainnya sebanyak 2.4%. Kategori
status pernikahan sampel sebanyak 63.4% menikah sedangkan 36.6% lainnya
sebagai janda. Sebanyak 58.5% responden tinggal bersama suami dan anak,
10
sebanyak 26.8% tinggal bersama anak, responden tinggal bersama suami, tinggal
sendiri serta lainnya masing-masing sebesar 4.9%. Kategori pendapatan
responden terbesar sebesar 48.8% pada kelompok Rp 1.000.000 – Rp
3.000.000/bulan.
Pola Konsumsi
Pola konsumsi sampel dinilai secara kualitatif dan juga secara kuantitatif.
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan energi sampel
paling tinggi adalah sebesar 36.6% tergolong pada kategori normal dan yang
terkecil tergolong pada kategori defisit ringan sebanyak 12.2%. Sedangkan tingkat
kecukupan protein sampel terbesar tergolong pada kategori defisit berat sebanyak
48.8% dan yang terkecil sebanyak 7.3% tergolong dalam kategori defisit sedang.
Berdasarkan angka kecukupan protein sampel terbanyak pada kategori defisit hal
ini diduga akibat rendahnya konsumsi protein sampel disebabkan sampel kurang
mengonsumsi pangan hewani yang merupakan sumber protein utama (Triatmaja
et al. 2013).
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein
Kategori TKE TKP
n % n %
Defisit Berat 7 17.1 20 48.8
Defisit Sedang 8 19.5 3 7.3
Defisit Ringan 5 12.2 5 12.2
Normal 15 36.6 9 22.0
Kelebihan 6 14.6 4 9.8
Tingkat kecukupan energi dan protein dengan angka yang kecil dugaan
lainnya adalah diakibatkan kebanyakan sampel sudah beberapa tahun terakhir
menjalani diet khusus. Diet khusus ini sendiri bukan bedasarakan tipe diet yang
dianjurkan oleh ahli gizi namun dengan kesadaran usia dan faktor risiko penyakit
yang cukup banyak dihadapi. Oleh karenanya, kebanyakan sampel sudah jarang
mengonsumsi protein yang dapat meningkatkan kadar kolesterol, mengurangi
konsumsi garam serta pengolahan masakan hanya direbus untuk mengurangi
kenaikan tekanan darah, dan menghindari sayuran yang berpotensi menimbulkan
asam urat atau reumatik. Informasi kesehatan ini didapatkan dari mulut ke mulut
atau karena riwayat kesehatan keluarga. Kesadaran ini diterapkan dengan diet
yang dijalankan dan diimbangi dengan keikutsertaan senam jantung sehat. Diet
yang dijalankan ini dikenal di masayarakat setempat dengan istilah ‘niis’. Istilah
ini digunakan dari bahasa lokal yakni Bahasa Sunda. “Niis” berarti sudah jarang
atau bahkan tidak sama sekali merasakan cita rasa gurih atau terlalu asin/manis
pada makanan yang dimakan.
Tabel 4 menunjukkan rata-rata konsumsi energi dan protein sampel.
Rataan tingkat kecukupan energi (TKE) sampel berdasarkan konsumsi sampel
sebesar 96.4% atau dapat dikatakan masuk dalam kategori normal, dan sedangkan
tingkat kecukupan protein (TKP) sampel sebesar 85.5% atau dapat dikategorikan
defisit ringan. Konsumsi energi rata-rata dalam sehari ialah sebesar 1779 kkal dan
protein sebesar 48.0 gram per hari.
11
Tabel 4 Rata-rata angka kecukupan dan konsumsi contoh
Zat Gizi Nilai Rata-rata
TKG (%) AKG Konsumsi
Energi (Kal) 1851 1779 96.4
Protein (g) 56.8 48.0 85.5
Pengukuran secara kualitatif dapat menggambarkan kebiasaan konsumsi
seseorang. Dalam penelitian ini digunakan Simple FFQ dimana hanya dilihat
kebiasaan konsumsinya saja tanpa memperhitungkan seberapa banyak porsi yang
dikonsumsi. Pengukuran ini dibedakan dalam empat bagian, FFQ protein hewani,
sayuran, buah-buahan, dan cairan. Konsumsi jenis pangan yang diambil hanya 5
jenis pangan yang dianggap masih sering dikonsumsi oleh sampel, sedangkan
cairan diambil 8 jenis asupan cairan. Konsumsi pangan dan asupan cairan ini
kemudian dilihat rata-rata frekuensi konsumsi dalam kurun waktu minggu. Hasil
rata-rata frekuensi konsumsi pangan serta asupan cairan sampel disajikan dalam
berikut.
Tabel 5 Frekuensi konsumsi pangan contoh (kali per minggu)
Jenis Pangan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu)
Protein Hewani
Daging 0.2
Ayam 1.0
Ikan 2.0
Telur 4.0
Susu 3.0
Sayuran
Wortel 3.0
Bayam 0.3
Kangkung 0.5
Kol 1.0
Daun singkong 1.0
Buah-buahan
Jeruk 2.0
Pepaya 2.0
Pisang 4.0
Semangka 1.0
Melon 1.0
Frekuensi konsumsi pangan protein hewani dilihat dari lima jenis pangan,
yakni daging, ayam, ikan telur, dan susu. Hasil frekuensi rata-rata pada kelompok
ini terlihat bahwa susu paling banyak dikonsumsi yakni sebanyak 3 kali per
minggu, sedangkan sumber protein hewani yang paling sedikit dikonsumsi ialah
daging. Kelompok sayuran yang dilihat ialah jenis sayuran wortel, bayam,
kangkung, kol, serta daun singkong. Pada kelompok sayuran, frekuensi rata-rata
dalam satuan kali per minggu paling banyak dikonsumsi ialah wortel sebanyak 3
kali per minggu, sedangkan bayam tercatat sebagai sayuran yang paling sedikit
12
dikonsumsi hanya sebanyak 0.3 kali per minggu. Kebiasaan konsumsi buah-
buahan dilihat dari lima jenis buah diantaranya adalah buah jeruk, pepaya, pisang,
semangka, serta melon. Pada kebiasaan konsumsi buah ini dapat dilihat bahwa
sampel paling banyak mengonsumsi buah pisang sebanyak 4 kali per minggu
sedangkan paling sedikit ialah buah semangka serta melon sebanyak 1 kali per
minggu.
Kebiasaan asupan cairan dalam penelitian ini juga turut dihitung dengan
menggunakan alat ukur yang sama dengan kebiasaan konsumsi pangan. Jenis
cairan yang dinilai frekuensi asupannya diantaranya adalah air putih, susu, teh
tawar, teh manis, kopi, sirup (sari buah), jus buah, serta jamu. Rata-rata frekuensi
asupan cairan contoh paling banyak air putih sebanyak 48 gelas per minggu, teh
tawar pun cukup sering dikonsu msiyakni sebanyak 13 gelas per minggu.
Konsumsi cairan paling sedikit ialah jenis jus buah hanya sebanyak 0.2 gelas per
minggu atau dengan kata lain tidak setiap minggu sampel mengonsumsi jus buah.
Frekuensi rata-rata asupan cairan disajikan dalam kurun waktu minggu dengan
satuan gelas per minggu, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata frekuensi asupan cairan contoh (gelas per minggu)
Jenis Cairan Frekuensi Rata-rata Asupan
(gelas/minggu)
Air putih 48.0
Susu 2.0
Teh tawar 13.0
Teh manis 3.0
Kopi 4.0
Sirup (sari buah) 1.0
Jus buah 0.2
Jamu 1.0
Kebiasaan makan sampel dengan hasil secara kuantitatif maupun kualitatif
demikian dikarenakan sebagian besar sampel makan tidak teratur dengan porsi
yang sedikit dan dikarenakan selera makan sebagian besar sampel sudah menurun.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kennedy (2006) yang menyatakan bahwa
kebanyakan usia lanjut terjadi penurunan konsumsi makanan dikarenakan
terjadinya penurunan sensitivitas rasa terhadap makanan sehingga beberapa
kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi. Selain itu, faktor lain yang dapat
mempengaruhi defisiensi beberapa zat gizi adalah dikarenakan terjadinya
ketidakseimbangan konsumsi makanan dengan asupan zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh (Bouillanne 2005).
Status Gizi
Penentuan status gizi didasarkan pada indeks massa tubuh (IMT) sampel.
Tabel 7 menunjukkan data jumlah dan persentase status gizi sampel. Data status
gizi sampel menunjukkan sebanyak 48.8% tergolong dalam status gizi gemuk,
24.4% tergolong dalam status gizi normal, dan sisanya sebanyak 4.8% tergolong
dalam kategori kurus. Golongan status gizi sampel terbanyak adalah pada status
gizi gemuk atau berat badan lebih dengan rata-rata status gizi sebesar 24.9 kg/m2.
13
Hasil ini sejalan dengan penelitian status gizi usia lanjut yang dilakukan terhadap
lansia di daerah Pennsylvania. Hasil penelitian tersebut yaitu sebanyak 44%
subjek mempunyai status gizi overweight dan 35% subjek mempunyai status gizi
obesitas (Ledikwe et al. 2003 diacu dalam Triatmaja et al. 2013).
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dengan menggunakan IMT
Kategori IMT n %
Sangat Kurus <14.9 0 0.0
Kurus 15.0-18.4 2 4.9
Normal 18.5-22.9 10 24.4
Gemuk 23.0-27.5 20 48.8
Obesitas 1 27.6-40.0 9 22.0
Obesitas 2 >40.0 0 0.0
Berat badan lebih merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan
nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor
biologik yang spesifik. Selain itu yang dapat mempengaruhi berat badan lebih
pada sebagian besar sampel adalah menurunnya intensitas dan kuantitas aktivitas
fisik yang tidak diimbangi dengan perubahan pola makan. Pada usia lanjut juga
terjadi perubahan proporsi lemak dan otot dimana terjadinya peningkatan proporsi
lemak dan penururan massa otot sehingga menyebabkan banyaknya berat badan
berlebih pada sampel. Seseorang dengan status gizi gemuk atau berat badan
berlebih memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit degeneratif, seperti
diabetes, hipertensi, penyakit jantung, kanker serta struk (Soekirman 2006).
Metode antropometri untuk menilai status gizi pada orang dewasa dinilai
sederhana, murah dan cukup dapat diandalkan. Namun, masalah timbul ketika
mengevaluasi populasi usia lanjut karena ada informasi yang terbatas untuk
menafsirkan data antropometrik dalam kelompok usia ini (Garcia et al. 2007).
Pengukuran menggunakan antropometri juga memiliki kelemahan dalam
pengukuran sampel yang berusia diatas 55 tahun karena seluruh aspek fisik,
biologis, dan mental lansia telah mengalami penurunan disebabkan oleh
penurunan metabolisme tubuh dengan adanya faktor usia yang telah lanjut
(Arisman 2004).
Status Kesehatan
Status kesehatan sampel diukur melalui tiga jenis pengukuran, yaitu
pengukuran tekanan darah, gula darah sewaktu serta penyakit sendi. Hal ini
dilakukan karena menurut Pilger (2011) hipertensi, diabetes dan arthritis /
arthrosis adalah penyakit yang paling umum, yang menegaskan pengamatan studi
yang menangani populasi usia lanjut. Pada usia lanjut kondisi fisiologis serta
biologis seseorang mengalami penurunan kualitas, seperti penurunan fungsi organ
dan jaringan tubuh yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan
(Kurniasih 2010). Tabel 8 menunjukkan data jumlah dan persentase tekanan darah
sampel. Tekanan darah sampel diukur tidak langsung setelah melakukan senam
jantung sehat karena akan menyebabkan tekanan darah berubah sehingga
menyebabkan bias. Antisipasi ini dilakukan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Raphael et al. (2012) yang menyatakan bahwa tekanan darah diastolik
14
cenderung menurun, seperti yang ditunjukkan oleh pengukuran pada menit 30
setelah sesi latihan dilakukan.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik
Kategori Tekanan
Darah
Sistolik Diastolik
Cut off
(mmHg) N %
Cut off
(mmHg) n %
Normal <120 5 12.2 <80 9 22.0
Prehipertensi 120-139 14 34.1 80-89 11 26.8
Hipertensi Tahap I 140-159 14 34.1 90-99 7 17.1
Hipertensi Tahap II ≥ 160 8 19.5 ≥100 14 34.1
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada sampel yang dilakukan
oleh paramedis melalui pemeriksaan rutin kemudian dikategorikan berdasarkan
empat kategori dan dibedakan antara sistolik dan diastolik. Data hasil pengukuran
tekanan darah menunjukkan melalui pengukuran sistolik terdapat 34.1% sampel
termasuk dalam kategori prehipertensi dan hipertensi tahap I, 19.5% tergolong
dalam hipertensi tahap II, dan hanya 12.2% sampel yang memiliki tekanan darah
normal. Sedangkan menurut hasil pengukuran diastolik, paling besar tergolong
dalam kategori hipertensi tahap II yakni sebanyak 34.1%, sebanyak 26.8%
tergolong dalam prehipertensi, 22.0% tergolong normal, dan sebanyak 17.1%
tergolong dalam kategori hipertensi tahap I. Hipertensi pada lansia juga sejalan
dengan penelitian Triatmaja et al. (2013) yang menyatakan bahwa tingginya kasus
hipertensi pada usia lanjut dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Setiap kenaikan
usia satu tahun maka tekanan darah sistolik akan meningkat sebesar 0.369 mmHg
dan sebesar 0.283 mmHg untuk tekanan darah diastolik (Widyaningsih & Latifah
2008 diacu dalam Triatmaja et al. 2013). Proses penuaan dapat menyebabkan
katup jantung menebal dan menjadi kaku, perikardium dapat tertutupi oleh lemak,
dan terjadinya penuruan elastisitas pembuluh darah (Soekirman 2006). Selain itu,
selama penuaaan biasanya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, tetapi tidak
terjadi banyak perubahan pada diastolik.
Pengukuran rutin yang dilakukan lainnya ialah pengukuran gula darah
sewaktu. Gula darah sewaktu dalam penelitian ini diukur dua hari setelah senam
jantung sehat. Berikut disajikan data hasil pengukuran gula darah sewaktu.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan gadar gula darah sewaktu
Hasil pengukuran gula darah sewaktu pada sampel menunjukkan sebanyak
95.1% tergolong dalam kategori normal dan hanya sebanyak 4.9% tergolong
dalam kategori tinggi. Pengukuran gula darah menjadi penting dilakukan karena
pada kelompok usia ini cenderung terjadi tidak teraturnya pola makan, kurangnya
aktivitas fisik, penurunan fungsi fisiologis tubuh, dan meningkatnya risiko terkena
penyakit degeneratif. Hasil pengukuran gula darah sewaktu pada sampel
menunjukkan hasil yang baik, yakni sebagian besar sampel memiliki kadar gula
Kategori Gula Darah Sewaktu n %
Normal < 200 mg/dl 39 95.1
Tinggi ≥ 200 mg/dl 2 4.9
Rata-rata kadar gula darah sewaktu (mg/dl) 129.4±64.9
15
darah sewaktu yang tergolong normal. Sebanyak 4.9% sampel menunjukkan hasil
yang tinggi dapat menjadi dugaan awal bahwa sampel mengidap penyakit
diabetes. Dugaan ini biasanya dilihat dengan gejala-gejala yang dialami sampel.
Gejala klasik dugaan awal seseorang mengidap penyakit diabetes dengan gejala
polyuria, polydipsia, kehilangan BB abnormal (Franz 2008).
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan penyakit sendi
Penyakit sendi diukur melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan
pertanyaan terkait keluhan penyakit sendi selama satu minggu terakhir yang
dialami sampel. Hal ini dilakukan agar keluhan sampel masih dalam kategori akut
bukan kronis. Keluhan penyakit sendi yang dialami oleh sampel menunjukkan
sebagian besar sampel tidak mengalami penyakit sendi (tidak nyeri) sebanyak
48.8%, mengalami penyakit sendi kategori sedang sebanyak 39.0% dan yang
mengalami sangat nyeri sebanyak 12.2%. Masalah kesehatan yang dialami lansia
selain penyakit degeneratif, acap kali terjadinya penyakit sendi atau arthritis
(Khomsan et al. 2013). Gandhi et al (2010) dalam Triatmaja et al. (2013)
menyatakan bahwa wanita lebih banyak menyimpan lemak di daerah ekstremitas
bawah sehingga menyebabkan beban berlebih pada lutut. Sejalan dengan hasil
penelitian Triatmaja et al. (2013) yang menyatakan sebagian besar sampel yang
mengalami keluhan sendi adalah wanita. Soeroso et al. (2005) dalam Triatmaja et
al. (2013) menyatakan bahwa usia >50 tahun merupakan salah satu faktor risiko
osteoarthritis lutut di Indonesia.
Tingkat Stres
Stres pada dewasa ini kerap kali disebabkan banyaknya perubahan yang
harus dihadapi yang menuntut kemampuan untuk beradaptasi dan penyesuaian
yang pesat. Stres dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem fisik
tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Stres pada sampel diukur melalui
wawancara dengan kuesioner, stres secara fisik dan psikologis diukur selama 6
bulan terakhir melalui keluhan yang disampaikan. Hasil pengukuran stres pada
sampel disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres
Data pengukuran tingkat stres pada sampel menunjukkan sebanyak 68.3%
sampel mengalami depresi ringan, 4.9% mengalami depresi, dan 26.8% tidak
Kategori Nyeri Sendi n %
Tidak Nyeri 20 48.8
Nyeri 16 39.0
Sangat Nyeri 5 12.2
Kategori Depresi Skor n %
Tidak Depresi 11-19 11 26.8
Depresi Ringan 20-27 28 68.3
Depresi Sedang 28-35 2 4.9
Depresi Berat 36-44 0 0.0
16
mengalami stress atau tidak depresi. Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan, kesehatan psikis/mental merupakan salah satu poin penting yang
berpengaruh terhadap kesehatan yang optimum dalam kehidupan bermasyarakat.
Indikator terhadap stres dikategorikan menjadi dua kategori yaitu secara fisik dan
psikologis. Stres secara fisik diantaranya seperti berkeringat secara berlebih,
mengalami sakit kepala, sakit perut, batuk dan meningkatnya frekuensi buang air
kecil. Meningkatnya frekuensi buang air kecil pada usia lanjut disebabkan karena
melemahnya otot vesica urinaria (Ismayadi 2004 diacu dalam Khomsan et al.
2013). Sedangkan stres secara psikologis antara lain seperti menjadi lebih sensitif
(mudah tersinggung), sulit tidur, merasa tidak percaya diri, merasa lemah dan
lesu, mudah marah serta ragu dalam mengambil keputusan (Khomsan et al. 2013).
Sulit tidur pada lansia biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan
pada lingkungan sosial, peningkatan penggunaan obat-obatan, dan terjadinya
perubahan ritme biologis pada tubuh (Anwar 2010 dalam Khomsan et al. 2013).
Dalam hal ini dukungan dari keluarga sebagai care giver diharapkan menjadi
kunci utama untuk kesejahteraan lansia (Depsos RI 1998 diacu dalam Rusilanti et
al. 2006).
Aspek Psikologis
Tingkat stres seseorang selain dipengaruhi karena kesehatan juga
dipengaruhi oleh aspek psikologis. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran
aspek psikologis dengan sistem wawancara menggunakan kuesioner sama halnya
dengan tingkat stres. Aspek psikologis diukur hanya dengan melihat dua
kemungkinan jawaban, yaitu “Ya” dan “Tidak”. Aspek yang diukur dilihat dari
berbagai aspek, antara lain menerima diri sendiri, hubungan positif dengan orang
lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, serta perkembangan
pribadi. Hasil pengukuran aspek psikologis pada sampel akan disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis
Psikologis n %
Menerima Diri Sendiri
Puas dengan kondisi hidup 36 87.8
Selalu bersyukur atas kondisi diri 41 100.0
Merasa bersalah atas kejadian masa lalu 34 82.9
Optimis dengan masa yang akan datang 40 97.6
Mengetahui kelebihan diri sendiri 31 75.6
Mengetahui kekurangan diri sendiri 33 80.5
Hubungan Positif Dengan Orang Lain
Bersikap ramah kepada orang lain 41 100.0
Jujur pada diri sendiri dan orang lain 38 92.7
Merasa prihatin atas kejadian buruk yang menimpa orang lain 41 100.0
Memiliki sifat hormat terhadap orang lain 39 95.1
Memiliki sifat “berbagi” dengan orang lain 40 97.6
Merasa kesepian dalam hidup ini 6 14.6
Senang bergaul dengan orang lain 36 87.8
17
Berdasarkan data pengukuran aspek psikologis yang dilakukan pada sampel
dapat terlihat pada bagian aspek menerima diri sendiri terdapat enam poin utama,
dan pada bagian selalu bersyukur atas kondisi diri seluruh sampel menyatakan
jawaban “Ya” atau dapat dikatakan seluruh sampel selalu besyukur atas kondisi
dirinya masing-masing. Hasil terendah pada aspek ini ialah sebesar 75.6% pada
aspek mengetahui kelebihan diri. Aspek psikologis berikutnya yang dinilai ialah
aspek hubungan positif dengan orang lain. Pada aspek ini dilihat dari tujuh
penilaian, dan sebanyak 100.0% pada bagian bersikap ramah kepada orang lain
serta bagian merasa prihatin atas kejadian buruk yang menimpa orang lain. Nilai
terkecil adalah sebesar 14.6% pada bagian merasa kesepian dalam hidup ini, atau
dengan kata lain pada point ini sebanyak 85.4% sisanya tidak merasa kesepian
dalam hidup ini.
Aspek psikologis lainnya yang dinilai ialah bagian kemadirian dengan
hanya satu pertanyaan yakni mengenai melakukan sesuatu didasarkan pada
pendapat / perintah orang lain hanya sebesar 36.6% sampel menyatakan “Ya”,
kebanyakan sampel lainnya melakukan sesuatu didasarkan atas kemauan sendiri
bukan berdasarkan perintah orang lain. Aspek penguasaan lingkungan, sebanyak
97.6% sampel terlibat pada kegiatan-kegiatan yang ada di luar lingkungan, dan
sebanyak 100.0% sampel peduli dengan keadaan di lingkungan sekitar. Aspek
selanjutnya ialah mengenai tujuan hidup, sebanyak 80.5% sampel masih memiliki
tujuan hidup. Aspek psikologis terakhir yang dinilai ialah bagian perkembangan
pribadi, terdapat dua poin utama yang dinilai. Poin pertama pada aspek terakhir
ini ialah mengenai senang mencoba sesuatu/ pengalaman yang baru, dan hanya
sebanyak 43.9% sampel yang masih senang mencoba sesuatu yang baru. Poin
terakhir menyatakan sebanyak 36.6% sampel suka berbagi keahlian atau
pengetahuan yang dimiliki untuk kepentingan orang lain. Adanya dukungan
keluarga, masyarakat, dan pemerintah dapat menciptakan kondisi usia lanjut yang
tidak terganggu aspek psikososialnya (hidup puas dan tidak depresi) (Rusilanti et
al. 2006). Stres berbeda-beda terkait dengan domain kesehatan yang berbeda,
tergantung pada jenis kelamin. Oleh karena itu, untuk mempelajari stres dan
kesehatan secara memadai, penilaian yang komprehensif harus mencakup status
subjektif kesehatan, status fungsional, kualitas hidup, gangguan psikososial,
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis (lanjutan)
Psikologis n %
Kemandirian
Melakukan sesuatu lebih didasarkan pada pendapat / perintah orang
lain 15 36.6
Penguasaan Lingkungan
Terlibat pada kegiatan-kegiatan yang ada di luar lingkungan 40 97.6
Peduli dengan keadaan di lingkungan sekitar 41 100.0
Tujuan Hidup
Memiliki tujuan hidup 33 80.5
Perkembangan Pribadi
Senang mencoba sesuatu/ pengalaman yang baru 18 43.9
Suka berbagi keahlian atau pengetahuan yang dimiliki untuk
kepentingan orang lain 15 36.6
18
pemanfaatan layanan, gejala fisik, obat-obatan, pemeriksaan laboratorium yang
relevan dan pemeriksaan kesehatan, serta diagnosis medis dan perilaku kesehatan
tertentu (Zhang 2006).
Hubungan antar Variabel
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan sampel
dengan status gizi kurus / normal ialah sebesar Rp 2.143.750/kap/bulan sedangkan
sampel dengan status gizi gemuk berpenghasilan rataan sebesar Rp
3.878.276/kap/bulan. Setelah dilakukan uji korelasi Spearman menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan
pendapatan (p = 0.677). Uji korelasi menunjukkan hasil yang sama antara variabel
pendapatan dengan TKE maupun TKP, tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut dengan nilai signifikansi masing-masing 0.752 dan 0.942. Hal ini
sejalan dengan penelitian Zaddana (2011) yang menyatakan bahwa status gizi
tidak berhubungan signifikan dengan pendapatan.
Tabel 13 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan pendapatan
Status Gizi Rata-rata Pendapatan (Rp/kap/bln)
Kurus / Normal 2.143.750
Gemuk 3.878.276
Tabel 14 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan gula darah sewaktu
Status Gizi Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dl)
Kurus / Normal 131.3
Gemuk 128.7
Berdasarkan Tabel 14 sampel dengan status gizi kurus / normal memiliki
rataan kadar gula darah sewaktu sebesar 131.3 mg/dl sedangkan sampel dengan
status gizi gemuk memiliki rataan kadar gula darah sewaktu sebesar 128.7 mg/dl.
Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Isworo et.al (2013)
yang menyatakan bahwa hubungan IMT dengan kadar gula darah sewaktu
berbanding lurus, semakin tinggi IMT semakin tinggi pula kadar gula darahnya.
Uji korelasi antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan nilai gula darah sewaktu (p =
0.575). Uji korelasi Spearman pada status gizi juga dilakukan pada tekanan darah
sistolik dan diastolik yang menunjukkan hasil yang sama yakni tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara keduanya (p = 0.169 dan p = 0.156).
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan energi
tidak berhubungan dengan status gizi dan status kesehatan namun berhubungan
dengan tingkat stres. Sedangkan tingkat kecukupan protein tidak ada
hubungannya dengan status gizi, tingkat stres, maupun status kesehatan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Zaddana (2011) yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan protein
dengan status gizi contoh (p>0.05). Namun hal ini tidak sejalan dengan studi yang
dilakukan Jauhari (2003) pada lansia di Panti Werdha Budi Mulia 4 Jakarta
19
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara status gizi
dan rematik (p=0.05; r=0.27).
Tabel 15 Nilai signifikansi hasil uji korelasi antar variabel
Variabel Nilai signifikasi (p)
Status Gizi Tingkat Stres Status Kesehatan
Tingkat Kecukupan Energi 0.693 0.025* 0.326
Tingkat Kecukupan Protein 0.295 0.378 0.670
Status Gizi - 0.216 0.134
Tingkat Stres 0.216 - 0.809 *nilai signifikan (p<0,05)
Variabel status gizi juga tidak memiliki hubungan yang signifkan dengan
tingkat stres maupun dengan status kesehatan. Demikian dengan variabel tingkat
stres tidak memiliki hubungan dengan status kesehatan Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian Zaddana (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan (p<0.05) antara tingkat stres contoh dengan banyaknya penyakit
non infeksi yang dideritanya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sampel dalam penelitian ini ialah wanita peserta senam jantung sehat yang
berjumlah 41 orang. Penelitian dilakukan di Desa Sawah Gede, Cianjur, Jawa
Barat. Cara pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Tingkat kecukupan
energi sampel paling tinggi adalah sebesar 36.6% tergolong pada kategori normal
dan yang terkecil tergolong pada kategori defisit ringan sebanyak 12.22%.
Sedangkan tingkat kecukupan protein sampel terbesar tergolong pada kategori
defisit berat sebanyak 48.8% dan yang terkecil sebanyak 7.3% tergolong dalam
kategori defisit sedang. Rata-rata konsumsi energi sampel sebesar 1779 kkal dan
protein sebesar 48 gram. Rataan TKE dalam kategori normal dan TKP dalam
kategori defisit ringan. Status gizi sampel berdasarkan Indeks Massa Tubuh
termasuk dalam kategori gemuk. Tingkat stres berdasarkan aspek fisik dan psikis
pada sampel menunjukkan sebanyak 68.3% sampel mengalami depresi ringan,
4.8% mengalami depresi, dan 26.8% tidak mengalami stress atau tidak depresi.
Data hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan melalui pengukuran sistolik
terdapat 34.1% sampel termasuk dalam kategori prehipertensi dan hipertensi tahap
I, sedangkan menurut hasil pengukuran diastolik, paling besar tergolong dalam
kategori hipertensi tahap II yakni sebanyak 34.1%. Kadar gula darah sewaktu
kebanyakan sampel tergolong normal (< 200mg/dl). Keluhan penyakit sendi yang
dalam kurun waktu seminggu terakhir sampel termasuk dalam kategori tidak
nyeri. Hasil uji analisis korelasi Pearson dan Spearman menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara asupan gizi, tingkat stres,
status gizi, dan status kesehatan.
20
Saran
Sebaiknya perlu adanya program mengenai pengetahuan tentang konsumsi
makan yang baik dan aktivitas fisik pada kelompok jantung sehat ini,
memanfaatkan kegiatan rutin yang dilakukan dapat menjadi ajang pemberian
penyuluhan kesehatan. Penyesuaian bahasa penting dilakukan saat pengambilan
data agar tidak terjadi bias yang berarti dalam penelitian. Senam jantung sehat
yang biasa dilakukan perlu dikembangkan seperti dari segi lokasi agar tidak hanya
terpusat di wilayah yang cukup berkembang saja agar semua kalangan masyarakat
dapat merasakan manfaatnya. Untuk keberlanjutan dari penelitian ini sebaiknya
faktor genetik serta aktivitas fisik menjadi variabel yang juga diteliti
hubungannya, selain itu protein nabati menjadi pangan tambahan pada
perhitungan FFQ.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): EGC.
Anwar Z. 2010. Penanganan Gangguan Tidur pada Lansia. Malang (ID):
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Bouillanne O, Gilles M, Claire D, Isabelle C, Jean-Pierre V, Ioannis N, Simone B,
Luc Cynober, and Christian A. 2005. Geriatric nutritional risk index: a
new index for evaluating at risk elderly medical patients. Am J Clin Nutr
[Internet]. [diunduh 2013 Nov 10]; 82: 777-783. Tersedia pada:
www.ajcn.nutrition.org.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Pengaturan Makan. Jakarta
(ID): Departemen Kesehatan.
[Depsos] Departemen Sosial RI. 1998. Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial
Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Sosial.
Franz MJ. 2008. Medical Nutrition Therapy for Diabetes Mellitus and
Hypoglicemia of Nondiabetic Origin. Canada (CA) : Saunders Elsevier.
Garcia S, Pena C, Lopez M, Cedilo T, Nunez A, Beaman S. 2007. Anthropometric
measures and nutritional status in a healthy elderly population. Bio Med
Central [Internet]. [diunduh 2014 Juli 17]; 10.1186/1471-2458-7-213.
Tersedia pada: www.biomedcentral.com.
Gunarsa SD, Gunarsa YS. 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga.
Jakarta (ID): Gunung Mulia.
Hurlock EB. 1990. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta (ID): Erlangga.
Isworo JT, Mulyati T, Adnan M. 2013. Hubungan indeks massa tubuh (imt)
dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus (dm) tipe 2 rawat
jalan di rs tugurejo semarang. Jurnal Unimus. [Internet]. [diunduh 2014
Sept 19]; 2013, 2(1).
21
Jauhari M. 2003. Status Gizi. Kesehatan dan Kondisi Mental Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta. [Tesis]. Bogor (ID): Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
JNC-7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Am J Clin
Nutr [Internet]. [diunduh 2014 Sept 10]; 289, 2560—2571. Tersedia pada:
www.ajcn.nutrition.org.
Ledikwe JH et al. 2003. Nutritional risk assessment and obesity in rural older
adults: a sex difference. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2014 Sept
10]; 77, 551—558. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.
Pilger C, Menon MH, Mathias T. 2011. Socio-demographic and health
characteristics of elderly individuals support for health services.
International Journal of Behavioral Medicine [Internet]. [diunduh 2014
Juli 17];19(5):1230-8. Tersedia pada: web.a.ebscohost.com.
Kennedy E T. 2006. Evidence for nutritional benefits in prolonging wellness. Am
J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Sept 17]; 83: 410S-414S. Tersedia
pada: www.ajcn.nutrition.org.
Khomsan A, Patriasih R, Widiaty I, Sukandar D. 2013. A Study on Nutritional
Status, Health Characteristics and Psychosocial Aspects of the Elderly
Living with Their Familiy and of Those Living in Nursing Home. Bogor
(ID): IPB Press.
Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah
pendekatan klinis, Edisi 1. Jakarta (ID) : EGC.
Raphael MC, Macedo BC, Araujo SFM, Santos J, Borges V, Soares A, Ayres F,
Prifmer M. Subacute blood pressure response in elderly hypertensive
women after a water exercise session, a controlled clinical trial.
International Journal of Behavioral Medicine [Internet]. [diunduh 2014
Juli 17]; 19 (4): 223-227. Tersedia pada: web.a.ebscohost.com.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Rusilanti, Kusharto C, Wahyuni E. 2006. Aspek psikososial, aktivitas fisik, dan
konsumsi makanan lansia di masyarakat. J.Gizi dan Pangan [Internet].
[diunduh 2014 Sept 19]; November l (2): 1-7.
Santoso H, Ismail A. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta (ID): Gunung
Mulia.
Soekirman. 2006. Hidup Sehat: Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia
(Healthy Life: Balance Diet in Life Cycles). Jakarta (ID): PT Gramedia.
Triatmaja NT, Khomsan A, Dewi M. 2013. Asupan kalsium, status gizi, tekanan
darah dan hubungannya dengan keluhan sendi lansia di panti werdha
bandung. J.Gizi dan Pangan [Internet]. [diunduh 2014 Sept 19]; Maret
2013, 8(1): 25—32.
22
[WHO] World Health Organization. 2005. Cut off point nutritional status.
[Internet]. [diunduh 2013 Maret 30]; Tersedia pada: www.euro.who.
intnutrtion-20030507_1.
Zaddana, C. 2011. Keadaan Sosial Ekonomi, Pola Konsumsi Makan, Status Gizi,
Tingkat Stres, dan Status Kesehatan Lansia Wanita Peserta Pemberdayaan
Lansia di Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Zhang J, Vitaliano P, Lin H. 2006. Relations of caregiving stress and health
depend on the health indicators used and gender. International Journal of
Behavioral Medicine [Internet]. [diunduh 2014 Juli 17]; 13 : 2, 173–18.
Tersedia pada: web.a.ebscohost.com.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1 Indikator fisik stres sampel
No Pernyataan TP JR S SS
1 Berkeringat secara berlebihan 1 2 3 4
2 Merasa pusing 1 2 3 4
3 Sakit perut 1 2 3 4
4 Batuk 1 2 3 4
5 Frekuensi buang air kecil / buang
air besar
1 2 3 4
Ket : TP= Tidak Pernah; JR= Jarang; S= Sering; SS= Sangat Sering
Lampiran 2 Indikator psikis stres sampel
No Pernyataan TP JR S SS
1 Mudah tersinggung 1 2 3 4
2 Ragu dalam mengambil keputusan 1 2 3 4
3 Sulit tidur (insomnia) 1 2 3 4
4 Tidak percaya diri 1 2 3 4
5 Mudah marah 1 2 3 4
6 Merasa lemah dan lesu 1 2 3 4 Ket : TP= Tidak Pernah; JR= Jarang; S= Sering; SS= Sangat Sering
Lampiran 3 Hasil uji korelasi antar variabel
Status
Kesehatan TKE TKP
Status
Gizi
Tingkat
Stress
Status
Kesehatan
Correlation
Coefficient 1.000 .157 .069 .238 .039
Sig. (2-tailed) . .326 .670 .134 .809
N 41 41 41 41 41
TKE Correlation
Coefficient .157 1.000 .689
** -.032 -.375
*
Sig. (2-tailed) .326 . .000 .843 .016
N 41 41 41 41 41
TKP Correlation
Coefficient .069 .689
** 1.000 .203 -.160
Sig. (2-tailed) .670 .000 . .204 .317
N 41 41 41 41 41
Status Gizi Correlation
Coefficient .238 -.032 .203 1.000 .197
Sig. (2-tailed) .134 .843 .204 . .216
N 41 41 41 41 41
Tingkat Stress Correlation
Coefficient .039 -.375
* -.160 .197 1.000
Sig. (2-tailed) .809 .016 .317 .216 .
N 41 41 41 41 41
24
Lampiran 4 Skala rasa nyeri yang dirasakan selama satu minggu terakhir
TIDAK NYERI SEDANG SANGAT NYERI
0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5 10.0
Dokumentasi
Gambar 2 Pengukuran tinggi
badan subjek
Gambar 3 Pengukuran tekanan darah
subjek
Gambar 4 Pengarahan ketika akan
dilakukan recall
Gambar 5 Recall kepada salah seorang
sampel subjek
25
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 07 November 1991, sebagai anak
kedua dari pasangan bapak Koko, S.Pd dan ibu NE. Rohanah, S.Pd dan sebagai
adik dari dr. Muhammad Rizki Purwanto. Penulis menempuh pendidikan formal
di SDN Ciherangkencana tahun 1998-2004, SMPN 4 Cianjur tahun 2004-2007,
dan SMAN 1 Cianjur tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan studi Ilmu Gizi,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Selama Kuliah di IPB penulis aktif di kegiatan-kegiatan kemahasiswaaan.
Penulis menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI), Paduan suara
Agriaswara, dan sebagai anggota di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA)
khususnya Himpunan Mahasiswa Cianjur. Penulis juga aktif serta pada berbagai
kepanitiaan besar yang diadakan di internal kampus maupun diluar kampus, skala
nasional hingga internasional.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Sukalaksana,
Kecamatan Samarang Garut Jawa Barat pada tahun 2012. Internship Dietetic di
Rumah Sakit Ciawi pada tahun 2014. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Gizi di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Konsumsi,
Status Gizi, Tingkat Stres, dan Status Kesehatan Lansia Wanita Peserta Senam
Jantung Sehat” yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS.