POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB...

96
POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU (Kasus pada Rumah Tangga Anggota dan Nonanggota Program Desa Mandiri Pangan) (Skripsi) Oleh YOLANDA AGUSTINA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN

RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU

(Kasus pada Rumah Tangga Anggota dan Nonanggota

Program Desa Mandiri Pangan)

(Skripsi)

Oleh

YOLANDA AGUSTINA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

ABSTRAK

POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN

RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU

(Kasus pada Rumah Tangga Anggota dan Nonanggota

Program Desa Mandiri Pangan)

Oleh

Yolanda Agustina

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan, tingkat

ketahanan pangan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan

pangan rumah tangga miskin. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja yaitu di

Pekon Klaten Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dengan pertimbangan

bahwa Pekon Klaten merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Gadingrejo yang

menjadi sasaran Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) di bawah binaan

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu. Jumlah responden pada

penelitian ini terdiri dari 61 rumah tangga miskin. Pengumpulan data dilakukan

pada April - Mei 2018 dan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif,

klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan tingkat kecukupan energi,

dan analisis regresi ordinal logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pangan

yang dikonsumsi rumah tangga anggota dan nonanggota Program Demapan terdiri

dari 14 jenis per hari. Jumlah konsumsi energi rumah tangga anggota Program

Demapan sebesar 7.120,56 kkal/rumah tangga/hari dan rumah tangga nonanggota

Program Demapan sebesar 6.639,71 kkal/rumah tangga/hari. Frekuensi konsumsi

terbesar adalah beras, tempe, dan telur. Sebanyak 46,67 persen rumah tangga

anggota Program Demapan dan 35,48 persen rumah tangga nonanggota Program

Demapan tergolong ke dalam rumah tangga tahan pangan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga adalah pendapatan rumah tangga,

jumlah anggota rumah tangga, dan harga beras. Tidak ada perbedaan tingkat

ketahanan pangan antara rumah tangga anggota dan nonanggota Program

Demapan.

Kata kunci: ketahanan pangan, pola konsumsi, program demapan

Page 3: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

ABSTRACT

FOOD CONSUMPTION PATTERN AND FOOD SECURITY LEVEL OF

POOR HOUSEHOLD AT GADINGREJO SUBDISTRICT

PRINGSEWU DISTRICT

(Cases in member and nonmember households of

Desa Mandiri Pangan Program)

By

Yolanda Agustina

This research aims are to analyze the food consumption pattern, the level of food

security and factors that affected food security level of poor households. Location

of this research was determined purposively in Klaten Village Gadingrejo

Subdistrict Pringsewu District with the consideration that Klaten Village is the

only one village at Gadingrejo Subdistrict which was being the target of Demapan

Program under guidance of Pringsewu Regency Food Security Department. The

amount respondents of this research were 61 poor households. The data was

collected in April – Mei 2018 and were analyzed using statistic descriptive

analysis, cross classification between the share of food expenditure and

availability in addition to food sufficiency level and ordinal logistic regression

analysis. The results of this research showed that there were 14 types of food

consumed by poor households per day, the amount of energy consumption by

member households of Demapan Program was 7,120.56 kcal/household/day and

nonmembers was 6,639.71 kcal/household/day. Rice, tempeh and egg were

consumed in the largest frequency. As many as 46.67 percent member

households of Demapan Program and 35.48 percent nonmember households of

Demapan Program were classified as food secured. Factors affecting the level of

food security were household income, the number of household members and rice

price. There was no difference in the level of food security between member and

nonmember households of Demapan Program.

Key words: consumption pattern, demapan program, food security

Page 4: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN

RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU

(Kasus pada Rumah Tangga Anggota dan Nonanggota

Program Desa Mandiri Pangan)

Oleh

YOLANDA AGUSTINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya
Page 6: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya
Page 7: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 08

Agustus 1996 dari pasangan Bapak Auri Achmad dan Ibu

Muhibbah. Penulis merupakan anak terakhir dari empat

bersaudara. Studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK)

diselesaikan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 2 pada tahun

2002, tingkat Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Penengahan Bandar Lampung

pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 23 Bandar

Lampung pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 9

Bandar Lampung pada tahun 2014. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah menjadi

anggota Bidang Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himaseperta)

tahun 2014 – 2016. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen mata kuliah

Ekonomi Makro pada Semester Ganjil tahun ajaran 2016/2017, asisten dosen

mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Proyek dan mata kuliah Ekonomi Produksi

pada Semester Ganjil tahun ajaran 2017/2018, dan asisten dosen mata kuliah

Usahatani pada Semester Genap tahun ajaran 2017/2018.

Page 8: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

Penulis mengikuti kegiatan homestay (Praktik Pengenalan Pertanian) di Desa

Wonoharjo, Kabupaten Tanggamus pada tahun 2015. Penulis telah melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada bulan Januari hingga Februari

2017. Pada Juli 2017, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT

Perkebunan Nusantara VII Unit Rejosari Bandar Lampung selama 30 hari kerja

efektif.

Page 9: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

SANWACANA

Bismillahirahmannirrahim,

Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat,

hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pola Konsumsi dan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Miskin di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu (Kasus pada

Rumah Tangga Anggota dan Nonanggota Program Desa Mandiri

Pangan/Demapan)” dengan baik.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan, bimbingan, nasihat dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, atas

arahan, bantuan, dan nasihat yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., sebagai Dosen Pembimbing

Pertama yang telah membimbing, memberikan ilmu, nasihat, arahan,

motivasi, dukungan dan saran selama proses penyelesaian skripsi.

Page 10: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

4. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Kedua yang telah

memberikan bimbingan, ilmu yang bermanfaat, motivasi, arahan, dukungan

dan saran kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.

5. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S., sebagai Dosen Pembahas atas

masukan, arahan, nasihat, dan motivasi yang telah diberikan untuk

penyempurnaan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.Si., selaku Dosen Pembimbing

Akademik atas segala bantuan, saran, dan motivasi yang telah diberikan.

7. Keluargaku tercinta, Ayahanda Auri Achmad dan Ibunda Muhibbah, serta

Kakak-kakakku: Jarnani Auri, S.Si., Dony Prima, S.Kom., dan Novita Sari,

S.Pd., yang telah memberikan yang terbaik, tanpa kenal lelah untuk selalu

memberikan cinta dan kasih sayang, pengorbanan, dukungan yang tiada henti,

serta do’a yang tidak terputus untuk penulis.

8. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba Ayi, Kak Tunjung,

Mba Iin, Mba Vanessa, Mas Boim, dan Mas Bukhari) atas bantuan yang telah

diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya Putri Kemala, Rahmat

Rizky Maulana, Yudi Pranata, Shelma Anantapuri, Yohana Julina Sinaga,

Syendita Dwi Cahyahati, dan Vita Dwi Putri, atas bantuan, dukungan,

kebersamaan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

10. Sawit untuk Kesejahteraan Squad dan tim entry, Mba Dian, Mba Ririn, Kak

Tero, Ria, Mba Maul, Bang Boim, Kak Fauzi, Risca, Alfu, dan teman-teman

lainnya atas kebersamaan, dukungan, arahan, serta motivasi dan saran yang

telah diberikan kepada penulis.

Page 11: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

11. Teman-teman bimbingan seperjuangan, Bu Rabiatul Squad dan Bu Tiwi

Squad, terimakasih atas kebersamaan selama proses bimbingan skripsi, see

you on top.

12. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014 Kelas D: Synthia, Kiky Marliani,

Tegar, Wernat, Sabel, Rosi T, Kidal, Yani, Rosita, Selvi, Septi, Wayan, Upil,

Oci, Siska, Kia, Vero, Suci, Prana, Yazid, dan teman-teman lain yang tidak

bisa disebutkan satu per satu atas kebersamaan yang telah diberikan.

13. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014: Hafia, Dayu, Vanda, Yances,

Nadia Ayu, Dete, Amma, Asih, Devira, Ine, Kayesh, Iis, Abu, Bella, Fenti,

Dwifeb, Elisa, Fabiola, Marina, Inggit, Jestan, Marita, Uuk, Tuti, Rana, Rinty,

dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih

atas waktu, bantuan, dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis.

14. Kakak-kakak Agribisnis 2011, 2012, 2013 serta adik-adik Agribisnis 2015

dan 2016 atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

15. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian atas segala yang telah diberikan

kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan, akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi banyak pihak di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, Juli 2019

Penulis,

Yolanda Agustina

Page 12: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS ....................................................................................... 11

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 11

1. Pangan ........................................................................................ 11

2. Desa Mandiri Pangan ................................................................. 13

3. Pola Konsumsi Pangan ............................................................... 19

4. Pola Pangan Harapan (PPH) ....................................................... 23

5. Konsep Ketahanan Pangan ........................................................ 25

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan

Pangan ....................................................................................... 29

B. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................ 32

C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 37

D. Hipotesis .......................................................................................... 41

III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 42

A. Metode Penelitian............................................................................ 42

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ........................................ 42

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ................... 46

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data .................................... 48

E. Metode Analisis Data ..................................................................... 48

1. Analisis Pola Konsumsi Pangan ................................................. 49

2. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan .......................................... 51

3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan

Pangan ........................................................................................ 53

Page 13: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

ii

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 57

A. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu ........................................ 57

1. Keadaan Geografis ..................................................................... 57

2. Keadaan Demografi .................................................................... 58

3. Keadaan Topografi dan Iklim ..................................................... 59

4. Keadaan Umum Konsumsi Pangan ............................................ 59

B. Gambaran Umum Kecamatan Gadingrejo ...................................... 60

1. Keadaan Geografis ..................................................................... 60

2. Keadaan Demografi .................................................................... 62

3. Keadaan Topografi dan Iklim ..................................................... 63

4. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................... 64

C. Gambaran Umum Pekon Klaten .................................................... 65

1. Sejarah Pekon ............................................................................. 65

2. Keadaan Geografis ..................................................................... 65

3. Keadaan Demografi .................................................................... 66

4. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................... 67

5. Keadaan Potensi Pertanian ......................................................... 68

D. Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) di Kabupaten

Pringsewu ........................................................................................ 69

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 71

A. Karakteristik Umum Responden ..................................................... 71

1. Usia Responden .......................................................................... 71

2. Tingkat Pendidikan Responden .................................................. 72

3. Jumlah Anggota Rumah Tangga ................................................ 73

4. Pekerjaan Responden .................................................................. 75

5. Pendapatan Rumah Tangga ........................................................ 76

B. Pelaksanaan Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) di

Pekon Klaten ................................................................................... 80

C. Pola konsumsi Pangan Rumah Tangga ........................................... 84

1. Jenis Pangan yang Dikonsumsi Rumah Tangga ......................... 84

2. Jumlah Konsumsi Pangan Rumah Tangga ................................. 89

3. Frekuensi Konsumsi Pangan Rumah Tangga ............................. 99

4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Rumah Tangga ..................... 103

D. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga .................................... 107

1. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga .............................. 107

2. Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga ............................... 112

3. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga ............................... 114

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan Pangan

Rumah Tangga ................................................................................ 117

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 125

A. Kesimpulan ..................................................................................... 125

B. Saran ................................................................................................ 126

Page 14: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

iii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 127

LAMPIRAN ............................................................................................... 133

Page 15: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas padi secara

Nasional tahun 2012-2016 ................................................................... 2

2. Luas panen dan produksi padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten

Pringsewu tahun 2016 .......................................................................... 4

3. Jumlah keluarga dan klasifikasi keluarga menurut kecamatan di

Kabupaten Pringsewu tahun 2016 ....................................................... 5

4. Perhitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Pringsewu

tahun 2017 ............................................................................................ 7

5. Komposisi PPH sebagai instrumen acuan ........................................... 25

6. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga ............................................ 28

7. Kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan .............................................................................................. 33

8. Lokasi kegiatan Desa Mandiri Pangan Kabupaten Pringsewu

tahun 2017 ............................................................................................ 46

9. Jumlah rumah tangga miskin dan sampel rumah tangga di Desa Klaten

menurut keikutsertaan Program Demapan tahun 2017 ........................ 47

10. Nilai bobot masing-masing golongan pangan ...................................... 51

11. Pengukuran derajat ketahanan pangan tingkat rumah tangga .............. 52

12. Persebaran penduduk per kecamatan di Kabupaten Pringsewu

tahun 2017 ............................................................................................ 58

13. Persebaran jumlah penduduk dan luas wilayah berdasarkan desa

di Kecamatan Gadingrejo tahun 2017 .................................................. `62

Page 16: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

v

14. Sarana dan prasarana penunjang di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu tahun 2017 .......................................................................... `64

15. Sarana dan prasarana penunjang di Pekon Klaten Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun 2017 .................................... 67

16. Sebaran responden berdasarkan kelompok usia di Kecamatan

Gadingrejo ............................................................................................ 72

17. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan

Gadingrejo ............................................................................................ 73

18. Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota rumah tangga di

Kecamatan Gadingrejo ......................................................................... 74

19. Distribusi anggota rumah tangga berdasarkan usia dan jenis kelamin di

Kecamatan Gadingrejo ......................................................................... 74

20. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan

Gadingrejo ............................................................................................ 75

21. Rata-rata total pendapatan rumah tangga responden di Kecamatan

Gadingrejo dalam satu tahun ............................................................... 77

22. Rata-rata total pendapatan rumah tangga berdasarkan sumber pendapatan

di Kecamatan Gadingrejo dalam satu bulan ........................................ 79

23. Jenis pangan yang dikonsumsi rumah tangga menurut sembilan

golongan pangan berdasarkan recall 2x24 jam di Kecamatan

Gadingrejo ............................................................................................ 85

24. Jumlah konsumsi masing-masing jenis pangan per rumah tangga

per hari, per kapita per minggu dan per kapita per tahun berdasarkan

recall 2x24 jam di Kecamatan Gadingrejo .......................................... 90

25. Rata-rata jumlah konsumsi energi (kkal) per rumah tangga per hari

berdasarkan golongan pangan di Kecamatan Gadingrejo .................... 95

26. Rata-rata jumlah konsumsi protein (gram) per rumah tangga per hari

berdasarkan golongan pangan di Kecamatan Gadingrejo .................... 97

27. Sebaran rumah tangga berdasarkan frekuensi konsumsi berbagai

jenis pangan di Kecamatan Gadingrejo ............................................... 101

28. Skor pola pangan harapan (PPH) rumah tangga berdasarkan sembilan

golongan pangan di Kecamatan Gadingrejo ........................................ 104

Page 17: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

vi

29. Sebaran rumah tangga berdasarkan skor PPH di Kecamatan

Gadingrejo ............................................................................................ 106

30. Rata-rata total pengeluaran rumah tangga anggota dan nonanggota

Program Demapan di Kecamatan Gadingrejo dalam satu bulan ......... 108

31. Sebaran rumah tangga berdasarkan pangsa pengeluaran pangan di

Kecamatan Gadingrejo ......................................................................... 111

32. Sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat kecukupan energi di

Kecamatan Gadingrejo ......................................................................... 114

33. Sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat ketahanan pangan di

Kecamatan Gadingrejo ......................................................................... 115

34. Hasil regresi ordinal logit faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat ketahanan pangan rumah tangga di Kecamatan Gadingrejo .... 117

Page 18: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penentuan bobot skor Pola Pangan Harapan (PPH) .............................. 24

2. Kerangka pemikiran pola konsumsi dan tingkat ketahanan pangan

rumah tangga miskin ............................................................................. 40

3. Peta batas wilayah Kecamatan Gadingrejo di Kabupaten Pringsewu ... 61

4. Peta batas wilayah Pekon Klaten .......................................................... 66

5. Kambing bantuan Program Demapan di Pekon Klaten ........................ 82

Page 19: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci

keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas adalah SDM yang sehat, cerdas, memiliki fisik yang tangguh, dan

mental yang kuat serta produktif. Pembentukan SDM yang berkualitas ditentukan

oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan

pangan yang dikonsumsi. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak,

protein, vitamin, mineral, dan air) yang diperlukan tubuh menjadi landasan utama

manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia untuk

mempertahankan hidup sehingga pemenuhan kebutuhan pangan menjadi bagian

dari hak asasi manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2012 Pasal 1 tentang Pangan, pangan adalah segala sesuatu yang berasal

dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk

bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan

Page 20: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

2

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau

minuman.

Tercapainya ketahanan pangan tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup,

terdistribusi merata dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap

warga untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Ketahanan pangan bagi suatu

negara merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi negara dengan jumlah

penduduk yang sangat banyak dan terus meningkat seperti Indonesia. Jumlah

penduduk Indonesia tahun 2016 telah mencapai angka lebih dari 255 juta jiwa.

Berdasarkan data pengeluaran konsumsi penduduk Indonesia, rata-rata konsumsi

beras/beras ketan pada tahun 2016 sebesar 1.668 kg/kap/minggu atau setara

dengan 238,285 gram/kap/hari (Badan Pusat Statistik, 2017).

Mengingat jumlah penduduk yang terus bertambah dan angka rata-rata konsumsi

beras yang tinggi, tentu perlu diimbangi dengan ketersediaan pangan pokok dari

hasil pertanian yang cukup guna memantapkan ketahanan pangan di Indonesia.

Angka perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas padi secara

nasional tahun 2012 hingga 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas padi secara

nasional tahun 2012-2016

Tahun

Luas Panen (000 ha) Produksi (000 ton) Produktivitas (ku/ha)

Padi Padi Padi

Padi Padi Padi

Padi Padi Padi

Sawah Ladang Sawah Ladang Sawah Ladang

2012 12.281 1.164 13.446 65.188 3.868 69.056 53,00 33,00 51,00

2013 12.672 1.163 13.835 67.392 3.888 71.280 53,18 33,42 51,52

2014 12.666 1.131 13.797 67.102 3.744 70.846 52,98 33,11 51,35

2015 13.029 1.087 14.117 71.766 3.631 75.398 55,08 33,39 53,41

2016 13.986 1.087 15.157 75.486 3.872 79.358 53,97 33,07 52,36

Sumber: Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2017.

Page 21: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

3

Berdasarkan Tabel 1, terlihat adanya kenaikan luas panen dan produksi padi di

Indonesia dari tahun 2015 ke tahun 2016 yaitu berturut-turut sebesar 1.040 ha dan

3.960.000 ton. Peningkatan luas panen yang cukup besar tersebut ternyata tidak

diimbangi dengan peningkatan produksi padi sehingga produktivitas padi

mengalami penurunan sebesar 1,05 ku/ha. Upaya peningkatan produksi padi

sebagai pangan pokok utama di Indonesia tentu tidak terlepas dari produksi

usahatani tanaman pangan di Indonesia.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

kontribusi cukup besar terhadap produksi padi di Indonesia. Sumbangan produksi

padi di Provinsi Lampung berasal dari produksi di tingkat kabupaten, di antaranya

adalah Kabupaten Pringsewu. Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu

kabupaten dengan sektor pertanian yang didominasi oleh tanaman pangan dan

palawija yaitu padi sawah dan jagung. Sektor pertanian khususnya tanaman

pangan merupakan penunjang perekonomian terbesar penduduk di Kabupaten

Pringsewu. Oleh karena itu, produktivitas tanaman pangan khususnya padi perlu

terus ditingkatkan.

Produksi padi sawah di Kabupaten Pringsewu mengalami peningkatan dari

140.053 ton pada tahun 2015 menjadi 162.032 ton pada tahun 2016. Rata-rata

produktivitas tanaman padi sawah di Kabupaten Pringsewu pada tahun 2016

sebesar 5,46 ton/ha dengan luas panen sebesar 29.675 ha dan hasil produksi

mencapai 162.032 ton. Angka luas panen dan produksi padi sawah menurut

kecamatan di Kabupaten Pringsewu tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 22: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

4

Tabel 2. Luas panen dan produksi padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten

Pringsewu tahun 2016

No Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton)

1 Pardasuka 4.869 26.346

2 Ambarawa 3.919 21.206

3 Pagelaran 4.364 25.075

4 Pagelaran Utara 897 4.854

5 Pringsewu 3.130 16.936

6 Gadingrejo 7.922 42.866

7 Sukoharjo 2.136 11.558

8 Banyumas 1.218 8.591

9 Adiluwih 1.220 6.601

Pringsewu 29.675 162.032

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu, 2017.

Kecamatan penyumbang produksi padi sawah terbesar di Kabupaten Pringsewu

adalah Kecamatan Gadingrejo dengan luas panen sebesar 7.922 ha dan hasil

produksi sebesar 42.866 ton. Luas lahan sawah di Kabupaten Pringsewu

mencapai 21,64 persen dari seluruh wilayah. Sentral sawah di Kabupaten

Pringsewu terletak di Kecamatan Gadingrejo yaitu sebesar 3.527 ha atau sekitar

25 persen dari total lahan sawah yang ada. Lebih dari dua per tiga dari seluruh

lahan sawah di Kabupaten Pringsewu merupakan sawah irigasi (66,79%), dimana

sawah irigasi terluas juga terletak di Kecamatan Gadingrejo (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Pringsewu, 2017a).

Menurut Ariningsih dan Rachman (2008), meskipun persediaan pangan cukup

secara nasional maupun regional, namun hal tersebut tidak menjamin adanya

ketahanan pangan rumah tangga atau individu. Hal tersebut dikarenakan tidak

semua rumah tangga pada suatu daerah mampu mengakses pangan yang tersedia.

Fenomena ini juga terjadi di Kecamatan Gadingrejo, meskipun daerah tersebut

merupakan sentra penghasil padi sawah tertinggi di Kabupaten Pringsewu,

Page 23: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

5

namun dihadapkan dengan permasalahan tingkat kemiskinan yang tinggi. Jumlah

keluarga dan klasifikasinya menurut kecamatan di Kabupaten Pringsewu tahun

2016 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah keluarga dan klasifikasi keluarga menurut kecamatan di

Kabupaten Pringsewu tahun 2016

No Kecamatan Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera Jumlah

(KK) I II III III+

1 Pardasuka 2.917 4.316 1.809 0 0 9.042

2 Ambarawa 1.751 5.088 2.563 0 0 9.402

3 Pagelaran 1.839 6.736 3.823 0 0 12.398

4 Pagelaran Utara 1.200 1.718 747 0 0 3.665

5 Pringsewu 2.213 10.145 7.178 0 0 19.536

6 Gadingrejo 3.114 9.259 6.466 0 0 18.839

7 Sukoharjo 1.406 7.166 4.504 0 0 13.076

8 Banyumas 810 3.128 1.720 0 0 5.658

9 Adiluwih 1.105 3.933 2.572 0 0 7.610

Pringsewu 16.355 51.489 31.382 0 0 99.226

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu, 2017b.

Kecamatan Gadingrejo merupakan kecamatan yang memiliki jumlah keluarga pra

sejahtera terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten

Pringsewu. Jumlah keluarga pra sejahtera di Kecamatan Gadingrejo tahun 2016

adalah sebanyak 3.114 KK (19,04%). Kondisi tersebut bertolak belakang dengan

kenyataan bahwa Kecamatan Gadingrejo merupakan sentra penghasil komoditas

padi sawah tertinggi di Kabupaten Pringsewu.

Kesejahteraan masyarakat sangat terpaut dengan kondisi ketahanan pangan.

Semakin baik tingkat kesejahteraan masyarakat maka semakin baik pula tingkat

ketahanan pangan keluarga (Dewan Ketahanan Pangan, 2010). Kemiskinan

identik dengan kondisi dimana rumah tangga tidak dapat memenuhi kebutuhan

minimum. Kesulitan memenuhi kebutuhan hidup disebabkan oleh pendapatan

Page 24: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

6

yang diperoleh masih rendah. Pendapatan merupakan indikator utama yang

menentukan pola konsumsi pangan dan keragaman pangan yang dikonsumsi

rumah tangga. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi pola pengeluaran rumah

tangga. Pada kondisi pendapatan terbatas, rumah tangga berpendapatan rendah

atau rumah tangga miskin akan mengutamakan alokasi pendapatannya untuk

membeli makanan. Pendapatan tersebut akan digunakan untuk pengeluaran

pangan demi kelangsungan hidup, sehingga akan mempengaruhi kuantitas dan

kualitas konsumsi pangan rumah tangga. Kualitas konsumsi pangan yang baik

mengindikasikan angka kecukupan gizi yang terpenuhi.

Menurut Adriani dan Wirtjatmadi (2012), tercukupinya kebutuhan pangan dapat

diindikasi dari pemenuhan kebutuhan energi dan protein. Zat-zat gizi lain akan

terpenuhi jika konsumsi energi dan protein sudah terpenuhi sesuai Angka

Kecukupan Gizi (AKG). Berdasarkan aspek kuantitas, konsumsi pangan diukur

dengan pendekatan AKG meliputi Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka

Kecukupan Protein (AKP). Standar kecukupan konsumsi energi dan protein yang

ditetapkan pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) X tahun 2012

untuk AKE adalah 2.150 kkal/kap/hari dan AKP adalah 57 gram/kap/hari.

Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu tahun 2017

yang tidak dipublikasikan, konsumsi pangan masyarakat Kabupaten Pringsewu

dinilai belum ideal. Rata-rata tingkat konsumsi energi masyarakat Kabupaten

Pringsewu adalah sebesar 1.826 kkal/kap/hari dan konsumsi protein adalah

sebesar 46,92 gram/kap/hari. Angka tersebut masih berada di bawah standar

Angka Kecukupan Gizi (AKG) ideal menurut WKNPG X tahun 2012.

Page 25: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

7

Berdasarkan aspek kualitas, konsumsi pangan rumah tangga dapat dievaluasi

dengan menggunakan pendekatan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Semakin

besar skor PPH maka kualitas konsumsi pangan dinilai semakin baik dan

beragam. Perhitungan skor PPH Kabupaten Pringsewu tahun 2017 dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Pringsewu

tahun 2017

Kelompok

Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori

(Energi) %

%

AKE*) Bobot

Skor

Aktual

Skor

AKE

Skor

Maks

Skor

PPH

Padi-padian 719,2 39,4 36,0 0,5 19,7 18,0 25,0 18,0

Umbi-umbian 96,8 5,3 4,8 0,5 2,7 2,4 2,5 2,4

Pangan Hewani 205,0 11,2 10,3 2,0 22,5 20,5 24,0 20,5

Minyak dan

Lemak 464,7 25,5 23,2 0,5 12,7 11,6 5,0 5,0

Buah/Biji

Berminyak 29,0 1,6 1,5 0,5 0,8 0,7 1,0 0,7

Kacang-

kacangan 149,3 8,2 7,5 2,0 16,4 14,9 10,0 10,0

Gula 42,5 2,3 2,1 0,5 1,2 1,1 2,5 1,1

Sayur dan Buah 113,7 6,2 5,7 5,0 31,1 28,4 30,0 28,4

Lain-lain 5,8 0,3 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Total 1.826,1 100,0 91,3

107,0 97,7 100,0 86,1

Keterangan:

*Angka Kecukupan Energi (AKE): 2.150 kkal/kap/hari

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu, 2017a.

Berdasarkan data pada Tabel 4, diperoleh hasil bahwa rata-rata skor PPH

Kabupaten Pringsewu tahun 2017 adalah sebesar 86,1 dan angka tersebut masih

berada di bawah skor PPH ideal yaitu 100. Hal ini mengindikasikan bahwa

kualitas konsumsi pangan masyarakat Kabupaten Pringsewu dinilai belum

beragam. Terlihat adanya gap pada sembilan kelompok pangan yang harus

ditambah dan dikurangi guna mencapai skor PPH maksimal. Gap konsumsi

Page 26: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

8

energi per kelompok pangan merupakan perbedaan antara skor AKE dan skor

maksimal dimana dari sembilan kelompok jenis pangan yang kurang dari standar

perlu ditingkatkan agar sesuai dengan standar. Asupan zat gizi dari kelompok

jenis pangan tersebut akan terpenuhi bila pangan yang dikonsumsi beragam,

karena secara alami komposisi setiap jenis pangan memiliki kelebihan dan

kekurangan akan zat gizi tertentu sehingga dengan mengonsumsi jenis pangan

yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.

Masalah kemiskinan dan masalah gizi merupakan masalah yang bersifat

kompleks. Kemiskinan dapat membawa konsekuensi pada ketidakmampuan

rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan sehingga akan menyebabkan

timbulnya masalah gizi. Tingginya angka presentase rumah tangga yang belum

sejahtera, Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan skor PPH yang masih berada di

bawah ideal akan memungkinkan terjadinya masalah rawan pangan yang dapat

mengancam ketahanan pangan pada rumah tangga.

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai program pembangunan sebagai

usaha untuk menanggulangi kemiskinan. Salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan sekaligus mengatasi kerawanan

pangan di pedesaan yaitu melalui Program Desa Mandiri Pangan (Demapan).

Program Demapan diperuntukkan bagi keluarga miskin yang telah ditetapkan

melalui survai Data Dasar Rumah Tangga (DDRT). Program ini dilakukan

melalui pemberdayaan kepada kelompok afinitas dengan kegiatan pelatihan,

pendampingan, dan pemberian dana bergulir (Rangga, 2014).

Page 27: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

9

Program Demapan di bawah binaan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten

Pringsewu dilaksanakan di tujuh desa yang berada di empat kecamatan antara lain

Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Pardasuka dan

Kecamatan Gadingrejo. Kecamatan Gadingrejo dipilih karena merupakan daerah

penghasil pangan pokok tertinggi yaitu padi sawah, namun dihadapi dengan

permasalahan kemiskinan yaitu memiliki jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak

di Kabupaten Pringsewu. Program Demapan di Kecamatan Gadingrejo

dilaksanakan sejak tahun 2015. Bantuan yang diberikan berupa bibit ternak

kambing sebanyak 10 ekor yang dikelola oleh kelompok dan sudah dua kali

diberikan sesuai dengan usulan proposal yang diajukan. Berdasarkan uraian

tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pola

Konsumsi dan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu (Kasus pada Rumah Tangga Anggota dan

Nonanggota Program Desa Mandiri Pangan)”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah:

(1) Bagaimana pola konsumsi pangan rumah tangga miskin anggota dan

nonanggota Program Demapan di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu?

(2) Bagaimana tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin anggota dan

nonanggota Program Demapan di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu?

Page 28: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

10

(3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah

tangga miskin anggota dan nonanggota Program Demapan di Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

(1) Mengetahui pola konsumsi pangan rumah tangga miskin anggota dan

nonanggota Program Demapan di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu.

(2) Mengetahui tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin anggota dan

nonanggota Program Demapan di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu.

(3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan

rumah tangga miskin anggota dan nonanggota Program Demapan di

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

(1) Sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu dalam

pembentukan program atau pengambilan keputusan kebijakan di bidang

ketahanan pangan.

(2) Sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian

sejenis.

Page 29: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pangan

Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-

unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna

bila dimasukkan ke dalam tubuh. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok

yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi

dan zat-zat gizi (Almatsier, 2003).

Menurut Suprianto dan Hidayati (2006), pangan adalah segala sesuatu yang dapat

diolah maupun tidak diolah yang berasal dari sumber hayati untuk konsumsi

manusia dalam bentuk makanan ataupun minuman. Termasuk di dalamnya

adalah Bahan Tambahan Pangan (BTP), bahan baku pangan, dan bahan lain yang

ada dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman.

Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3:

a. Pangan segar

Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan

segar dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung, yakni dijadikan

Page 30: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

12

bahan baku pengolahan pangan.

b. Pangan olahan

Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan

dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan.

Contoh: teh manis, nasi, pisang goreng, dan sebagainya. Pangan olahan bisa

dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak siap saji. Pangan

olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan siap

disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan,

sedangkan pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang

sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan

pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum.

c. Pangan olahan tertentu

Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi

kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas

kesehatan. Contoh: ekstrak tanaman stevia untuk penderita diabetes, susu

rendah lemak untuk orang yang menjalani diet rendah lemak.

Menurut Indriani (2015), pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal

dari nabati atau hewani baik diolah maupun tidak diolah yang berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi manusia. Berdasarkan kegunaan tersebut, pangan

digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu pangan sebagai sumber tenaga, pangan

sebagai sumber pembangun, dan pangan sebagai sumber pengatur. Pangan

sumber tenaga seperti padi-padian dan umbi-umbian, pangan sumber pembangun

seperti daging, ayam dan kacang-kacangan, dan pangan sumber pengatur seperti

buah-buahan dan sayur-sayuran.

Page 31: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

13

2. Desa Mandiri Pangan

Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan

untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem

ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan

sumberdaya setempat secara berkelanjutan. Pengembangan Desa Mandiri Pangan

dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan,

dan tahap kemandirian.

Sasaran Program Desa Mandiri Pangan adalah individu, keluarga atau masyarakat

miskin yang dibentuk dalam suatu kelompok afinitas yang mempunyai minat,

keterampilan, dan usaha yang sama dalam meningkatkan pendapatan keluarga

untuk mencapai keluarga dengan ketahanan pangan yang mandiri. Kegiatan

berupa sosialisasi, pendampingan dan pemberian bantuan bibit, benih tanaman,

hewan ternak, bibit atau benih ikan sesuai dengan usulan proposal masing-masing

kelompok tersebut yang bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin di daerah yang rentan

terhadap rawan pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat

berdasarkan landasan kemandirian.

b. Meningkatkan pengelolaan kelembagaan masyarakat untuk ketahanan pangan

masyarakat.

c. Meningkatkan dukungan lintas sektor dalam pengembangan prasarana, sarana

perdesaan dan perekonomiaan masyarakat (Dinas Ketahanan Pangan

Kabupaten Pringsewu, 2017b).

Page 32: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

14

Pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, sejak tahun

2006 telah meluncurkan Kegiatan Desa Mandiri Pangan yang diharapkan dapat

mendorong kemampuan masyarakat desa untuk mewujudkan ketahanan pangan

dan gizi keluarganya sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif. Upaya

tersebut dilakukan secara bertahap melalui proses pemberdayaan masyarakat

untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan

pemecahan masalah, serta mampu mengambil keputusan untuk mengelola dan

memanfaatkan sumber daya alam secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Kegiatan Desa Mandiri Pangan dilaksanakan dalam waktu empat tahun melalui

empat tahap yaitu persiapan, penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian.

1) Tahap persiapan pada tahun pertama

Tahap persiapan dilaksanakan dengan kegiatan mempersiapkan aparat

pelaksana dan masyarakat melalui: seleksi lokasi sasaran, pendampingan,

sosialisasi program, penetapan tim pangan desa (TPD), penyusunan data

dasar, penetapan kelompok afinitas, pelatihan, pemberdayaan kelompok

afinitas, penyusunan rencana pembangunan wilayah desa (RPWD), dan

penyaluran dana bantuan sosial.

2) Tahap penumbuhan pada tahun kedua

Tahap penumbuhan dilaksanakan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat,

pengembangan sistem ketahanan pangan, dan dukungan pengembangan

sarana dan prasarana.

3) Tahap pengembangan pada tahun ketiga

Tahap pengembangan dilaksanakan untuk penguatan dan pengembangan

dinamika serta usaha produktif kelompok afinitas, serta pengembangan fungsi

Page 33: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

15

kelembagaan layanan modal, kesehatan, pendidikan, sarana usahatani, dan

lainnya. Pada tahap ini sudah terdapat kemajuan sumber pendapatan,

peningkatan daya beli, gerakan tabungan masyarakat, peningkatan ketahanan

pangan rumah tangga, peningkatan pola pikir masyarakat, peningkatan

keterampilan, dan pengetahuan masyarakat.

4) Tahap kemandirian pada tahun keempat

Tahap kemandirian dilaksanakan pada tahun keempat kegiatan Demapan.

Kemandirian ditunjukkan: (a) adanya perubahan pola pikir, aktivitas, dan

perbaikan usaha kelompok afinitas, kelompok wanita, serta kelompok

lumbung pangan; (b) adanya perubahan pola konsumsi pangan yang beragam,

bergizi seimbang, dan aman; (c) berfungsinya cadangan pangan masyarakat;

(d) berfungsinya lembaga-lembaga layanan kesehatan, permodalan, akses

produksi, dan pemasaran pertanian; (e) bekerjanya sistem ketahanan pangan

yang ditandai ketersediaan dan kecukupan pangan, kemudahan akses

distribusi pangan wilayah, kestabilan harga pangan, serta konsumsi pangan

yang cukup, beragam, bergizi, berimbang, dan aman sampai tingkat rumah

tangga.

Pendanaan untuk kegiatan Demapan berasal dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota,

masyarakat, swasta, dan bantuan hibah dari luar negeri. Dana APBN untuk

Kementerian Pertanian disalurkan ke Badan Ketahanan Pangan Kementerian

Pertanian. Dana APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota dialokasikan oleh

masing-masing daerah untuk mendukung kegiatan Demapan. Dana dari

Page 34: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

16

masyarakat dalam bentuk tabungan kelompok atau swadaya masyarakat dalam

kegiatan, sedangkan dana dari swasta dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan/Corporate Social Responsibility (PKBL/CSR). Dukungan dana

pembangunan wilayah pedesaan untuk kegiatan Demapan dari instansi terkait

diatur oleh masing-masing instansi/lembaga menurut ketentuan yang berlaku.

Dana APBN untuk Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dialokasikan

di pusat, provinsi dalam dana dekonsentrasi (Dekon), dan kabupaten/kota dalam

dana Tugas Pembantuan (TP). Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani

ketahanan pangan bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan dana APBN, yang

mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66 Permentan/OT.140/12/2010

tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun

Anggaran 2011. Pencairan dan pengelolaan dana bansos diatur dengan

mekanisme sebagai berikut:

1) Pelimpahan wewenang Menteri Pertanian kepada Gubernur berupa dana

dekonsentrasi dan kepada Bupati/Walikota berupa tugas pembantuan.

2) Atas usulan Gubernur/Bupati/Walikota, Menteri Pertanian menetapkan

Badan/Kantor/Dinas/Unit kerja yang menangani ketahanan pangan

provinsi/kabupaten/kota selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan

ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

3) Pendamping memfasilitasi penumbuhan subkelompok afinitas.

4) Pendamping bersama subkelompok yang tergabung dalam kelompok afinitas

menumbuhkan LKD yang pengurusnya terdiri dari perwakilan kelompok.

Page 35: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

17

5) Pendamping memfasilitasi subkelompok afinitas yang tergabung dalam

kelompok afinitas untuk menyusun RUK.

6) RUK subkelompok yang dihimpun kelompok afinitas diajukan ke Tim Teknis

Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pendamping, TPD, dan

Kepala Desa.

7) Setelah mendapat persetujuan Tim Teknis Kabupaten/Kota, kelompok

afinitas membuat rekening bank.

8) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/PPK Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang

menangani Ketahanan Pangan Provinsi atau Kabupaten/Kota:

a) Membuat surat perjanjian kerjasama dengan kelompok penerima manfaat

b) Membuat Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS), dan diajukan

ke Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani Ketahanan

Pangan Provinsi atau Kabupaten/Kota untuk mendapat persetujuan,

dengan melampirkan:

(a) Keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit

kerja atau pejabat yang ditunjuk tentang penetapan kelompok sasaran.

(b) Rekapitulasi RUK/RUB.

(c) Kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok/gabungan

kelompok, diketahui/disetujui oleh KPA Kabupaten/Kota dan

Bendaharawan yang bersangkutan.

(d) Surat perjanjian kerjasama antara pejabat pembuat komitmen dengan

kelompok/gabungan kelompok sasaran tentang pemanfaatan dana

bansos kelompok/gabungan kelompok.

Page 36: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

18

c) Mengajukan SPP-LS yang disetujui KPA Provinsi atau Kabupaten/Kota

kepada Pejabat Penguji Perintah Pembayaran (P4).

9) P4 Provinsi atau Kabupaten/Kota:

a) Menguji SPP-LS dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung

(SPM-LS) Provinsi atau Kabupaten/Kota.

b) Memberikan rekomendasi kepada Bendahara Pengeluaran Satker Dekon di

Provinsi atau Satker TP di Kabupaten.

10) Bendahara pengeluaran Satker Dekon di Provinsi atau Satker TP di

Kabupaten mengajukan SPM-LS kepada Kantor Penerimaan Pengeluaran

Negara (KPPN) Provinsi atau Kabupaten/Kota.

11) KPPN Provinsi atau Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Pencairan Dana

(SP2D) dan mentransfer dana bansos ke rekening kelompok afinitas pada

bulan Agustus.

12) Dana bansos yang telah ditransfer ke bank, dapat dicairkan oleh kelompok

afinitas setelah mendapat rekomendasi dari pendamping dan TPD.

13) Kelompok afinitas mendistribusikan dana bansos kepada masing-masing

subkelompok sesuai dengan RUK yang diajukan dan sudah diverifikasi oleh

pendamping dan TPD. Pemanfaatan dana bansos oleh subkelompok dapat

dilakukan mulai bulan November, sesuai dengan kesiapan kelompok.

14) Kelompok afinitas bersama LKD menyampaikan laporan penyaluran dana

bansos kepada Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani

ketahanan pangan Kabupaten/Kota selaku KPA.

Page 37: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

19

Dana bansos yang diterima kelompok digunakan oleh subkelompok untuk

pengembangan usaha produktif di bidang on-farm, off-farm, dan non-farm, setelah

ditumbuhkan dan diberdayakan oleh pendampingb dan TPD. Usaha on-farm

dapat berupa budidaya pertanian, peternakan, dan perikanan, usaha off-farm dapat

berupa pengolahan hasil-hasil pertanian, dan non-farm berupa usaha lainnya di

luar pertanian.

Pemantauan dalam kerangka SPI dilakukan secara berkelanjutan sejak

perencanaan hingga tahap akhir kegiatan, pada aspek yang mendukung kelancaran

pelaksanaan program/kegiatan, ketertiban laporan keuangan, dan pengamanan

aset. Hasil pemantauan digunakan sebagai bahan evaluasi terpisah (pengujian

sendiri atau review), dan tindak lanjut hasil audit (perbaikan kegiatan berdasarkan

rekomendasi auditor). Melalui evaluasi dapat diketahui secara langsung

perkembangan pelaksanaan kegiatan dan mendeteksi secara dini berbagai

permasalahan yang muncul di lapangan, sehingga upaya penyelesaian dapat

segera dilaksanakan melalui perbaikan dan penyempurnaan kegiatan yang akan

datang (Kementerian Pertanian, 2011).

3. Pola Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan jumlah pangan (tunggal dan beragam) yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Dalam aspek

gizi, tujuan mengkonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi

yang diperlukan tubuh. Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah cara

seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan memakannya sebagai

Page 38: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

20

reaksi terhadap pengaruh-pengaruh psikologis, budaya, dan sosial (Suyastiri,

2008).

Menurut Santoso (2004), pola konsumsi pangan adalah sumber informasi yang

memberikan suatu gambaran mengenai jenis makanan, frekuensi makanan, dan

jumlah pangan yang dikonsumsi pada setiap harinya oleh satu orang atau

merupakan ciri khas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok tertentu.

Suhardjo (1989) menyatakan bahwa jenis pangan rumah tangga dilihat dari

sembilan golongan pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, sayur

dan buah, kacang-kacangan, minyak dan lemak, gula, buah dan biji berminyak

serta pangan lain yang dikonsumsi rumah tangga. Jumlah konsumsi berbagai

jenis pangan rumah tangga diukur dengan satuan berat bahan makanan (gram) per

rumah tangga per hari, kilogram per kapita per minggu, dan kilogram per kapita

per tahun.

Frekuensi konsumsi merupakan jumlah kali mengonsumsi makanan. Frekuensi

konsumsi dapat diperoleh dengan menggunakan metode Food Frequency

Questionnaire (FFQ) dengan membuat daftar nama makanan dan minuman

berdasarkan kelompok pangan kemudian dibuat kategori respon berapa kali

frekuensi yang ada terhadap daftar nama makanan yang sudah dibuat tersebut

(Widajanti, 2009).

Pola pangan disebut juga sebagai pola makan atau kebiasaan makan. Jenis-jenis

pangan yang dikonsumsi oleh penduduk pada suatu daerah biasanya tidak jauh

dari jenis-jenis pangan yang dapat diproduksi atau ditanam di daerah tersebut.

Pangan yang dikonsumsi secara teratur oleh suatu kelompok penduduk dalam

Page 39: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

21

jumlah yang cukup banyak untuk menyediakan bagian terbesar dari konsumsi

energi total yang dihasilkan oleh makanan disebut sebagai pangan pokok. Pangan

pokok yang digunakan dalam suatu negara biasanya menempati kedudukan tinggi

(Suhardjo, 1986).

Menurut Indriani (2015), seseorang mau mengonsumsi suatu pangan karena

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya

(ekstrinsik) maupun dari dalam dirinya sendiri (intrinsik). Termasuk faktor

ekstrinsik adalah lingkungan sosial dan budaya. Pola sosial budaya yang

berkembang dari adat istiadat setempat dapat mempengaruhi cara makan

seseorang. Pola sosial merupakan suatu tatanan (pola) mengenai keadaan

kehidupan masyarakat. Adapun kata budaya mengandung arti pikiran, yang

merupakan hasil akal budi manusia. Kebutuhan makan seseorang yang secara

terus menerus sama juga akan dapat membentuk menjadi suatu budaya makan

pada suatu keluarga maupun daerah. Pada kenyataannya, banyak jenis makanan

tabu yang tidak masuk akal, namun budaya telah mengatur bahwa yang melanggar

tabu akan mendapatkan hukuman.

Faktor intrinsik meliputi faktor-faktor pribadi, yaitu berarti memilih pangan untuk

dimakan. Apabila memungkinkan secara pribadi seseorang pasti akan memilih

pangan yang telah dikenal dan disukai. Preferensi (kesukaan) seseorang terhadap

suatu pangan tertentu tidak hanya tergantung pada pengaruh sosial dan budaya

namun juga pada sifat fisik pangan, seperti warna, bentuk, dan flavor pangan.

Oleh karena itu, reaksi indera rasa terhadap makanan sangat berbeda dari orang ke

Page 40: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

22

orang. Pengetahuan gizi dan status kesehatan juga merupakan faktor-faktor

pribadi yang berpengaruh terhadap pemilihan makanan seseorang.

Ketersediaan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cara

makan seseorang, di samping faktor lainnya yaitu sosial budaya dan faktor-faktor

pribadi. Pada dasarnya ketersediaan pangan tergantung pada: (1) mutu dan luas

lahan untuk menanam tanaman pangan, (2) tenaga kerja, (3) modal, dan (4) tenaga

ahli yang terampil. Selain itu, ketersediaan pangan suatu keluarga juga

dipengaruhi oleh penguasaan lahan, pola penanaman, cara berusahatani, cara

penyimpanan, faktor lingkungan tempat tinggal, dan peranan sosial.

Menurut Adriani dan Wirtjatmadi (2012), tercukupinya kebutuhan pangan dapat

diindikasi dari pemenuhan kebutuhan energi dan protein. Zat-zat gizi lain akan

terpenuhi jika konsumsi energi dan protein sudah terpenuhi sesuai Angka

Kecukupan Gizi (AKG). Standar kecukupan konsumsi kalori dan protein per

kapita sehari pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) X tahun

2012 menetapkan standar kebutuhan energi (AKE) dan protein (AKP) adalah

sebesar 2.150 kkal dan 57 gram. Angka Kecukupan Gizi (AKG) seseorang akan

berbeda sesuai jenis kelamin dan umur. Tingkat Konsumsi Gizi (TKG) diperoleh

dengan cara membandingkan konsumsi energi maupun konsumsi protein dengan

AKG yang dianjurkan.

Konsumsi protein dan energi rumah tangga dapat diperoleh dari perhitungan nilai

gizi dari bahan makanan yang dikonsumsi, mulai dari Ukuran Rumah Tangga

(URT) maupun bagian makanan yang dapat dimakan (bdd). Analisis kandungan

gizi tersebut dapat menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

Page 41: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

23

yang terdiri dari susunan kandungan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan lain-

lain. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dikeluarkan oleh Direktorat

Gizi Depkes RI sebagai patokan. Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi 4

(empat), yaitu:

1) Baik : TKG ≥ 100% AKG

2) Sedang : TKG 80-99% AKG

3) Kurang : TKG 70-80% AKG

4) Defisit : TKG < 70% AKG.

4. Pola Pangan Harapan (PPH)

Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012, Pola Pangan Harapan (PPH)

didefinisikan sebagai susunan jumlah pangan menurut sembilan kelompok pangan

yang didasarkan pada kontribusi energi yang memenuhi kebutuhan gizi secara

kuantitas, kualitas maupun keragaman dengan mempertimbangkan aspek sosial,

ekonomi, budaya, agama, dan cita rasa. Menurut Indriani (2015), Pola Pangan

Harapan (PPH) merupakan salah satu indikator dari pembangunan nasional di

bidang gizi dan pangan pada saat ini. PPH digunakan sebagai acuan dalam

penganekaragaman pangan. Penganekaragaman pangan dilihat dari sisi produksi,

pengolahan ataupun konsumsi mengingat pentingnya kecukupan energi dan zat

gizi bagi setiap individu.

Pengukuran skor PPH mencerminkan tingkat keberagaman konsumsi pangan

masyarakat. Pada PPH yang disusun telah ditetapkan nilai bobot masing-masing

golongan pangan. Nilai bobot tersebut dipergunakan untuk menentukan skor

masing-masing golongan pangan dengan mengalikannya dengan persen kontribusi

Page 42: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

24

dari golongan pangan yang bersangkutan. Bobot skor PPH yang dijadikan

indikator dihitung berdasarkan pada triguna makanan dan gizi seimbang.

Penentuan bobot skor PPH dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penentuan bobot skor Pola Pangan Harapan (PPH), (Badan

Ketahanan Pangan, 2012).

Skor PPH aktual konsumsi pangan dibandingkan dengan komposisi PPH sebagai

instrumen acuan untuk melihat capaian PPH yang diperoleh. Hal tersebut

dijadikan sebagai bahan evaluasi kebijakan dan pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan konsumsi pangan masyarakat. Dengan menjumlahkan skor

masing-masing golongan pangan akan diperoleh skor PPH nasional yaitu 100.

Skor tersebut merupakan skor ideal yang ingin dicapai pada pembangunan pangan

di Indonesia tahun 2020 (Indriani, 2015). Komposisi PPH sebagai instrumen

acuan, dapat dilihat pada Tabel 5.

Sumber Tenaga

(KH, Lemak) 1. Serealia…………………… 50%

2. Umbi-umbian…………….. 6%

3. Minyak & Lemak………... 10%

4. Biji dan buah berminyak… 3%

5. Gula……………………... 5%

33,3 : 74 = 0,5

Tiga Guna

Makanan

Sumber Zat

Pembangun (Protein)

Sumber Zat Pengatur

(Vitamin & Mineral)

Lain-lain

1. Pangan hewani…………… 12%

2. Kacang-kacangan………… 5%

33,3 : 17 = 2

1. Sayur dan buah…………… 6%

33,3 : 6 = 5

1. Minuman & bumbu……… 3%

Page 43: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

25

Tabel 5. Komposisi PPH sebagai instrumen acuan

No Golongan pangan Berat

(gram)

Energi

(kkal)

Kontribusi

Energi

(%AKE*)

Bobot

Skor

PPH

Maks **)

1 Padi-padian 275,00 1.075,00 50,00 0,50 25,00

2 Umbi-umbian 100,00 129,00 6,00 0,50 2,50

3 Pangan hewani 150,00 258,00 12,00 2,00 24,00

4 Minyak dan lemak 20,00 215,00 10,00 0,50 5,00

5 Buah/biji berminyak 10,00 64,50 3,00 0,50 1,00

6 Kacang-kacangan 35,00 107,50 5,00 2,00 10,00

7 Gula 30,00 107,50 5,00 0,50 2,50

8 Sayur dan buah 250,00 129,00 6,00 5,00 30,00

9 Lain-lain 64,00 3,00 0,00 0,00

Total 2.150,00 100,00 100,00

Keterangan :

*) : Angka Kecukupan Energi 2.150 kkal/kap/hari

**) : Skor Pola Pangan Harapan (PPH) maksimal masing-masing golongan

pangan

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, 2015.

5. Konsep Ketahanan Pangan

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang dimaksud

dengan Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara

sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,

baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau

serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk

dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Ketahanan pangan, secara luas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

memenuhi kecukupan pangan masyarakat dari waktu ke waktu. Kecukupan

pangan dalam hal ini mencakup segi kuantitas dan kualitas, baik dari produksi

sendiri maupun membeli di pasar. Terwujudnya sistem ketahanan pangan

tersebut akan tercermin antara lain dari ketersediaan pangan yang cukup dan

Page 44: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

26

terjangkau oleh daya beli masyarakat serta terwujudnya diversifikasi pangan, baik

dari sisi produksi maupun konsumsi. Pencapaian ketersediaan pangan harus

memperhatikan aspek produksi, pengaturan dan pengelolaan stok atau cadangan

pangan, serta penyediaan dan pengadaan pangan yang cukup. Ketahanan pangan

harus menjaga mutu dan gizi yang baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat

(Suyastiri, 2008).

Ketahanan pangan yang baik, secara nasional menjadi suatu jaminan bagi seluruh

penduduk untuk memperoleh pangan dan gizi yang cukup untuk menghasilkan

generasi yang sehat dan cerdas. Negara atau wilayah mempunyai ketahanan

pangan yang baik apabila mampu menyelenggarakan pasokan pangan yang stabil

dan berkelanjutan bagi seluruh penduduknya, dan masing-masing rumah tangga

mampu memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, ketahanan

pangan juga merupakan prasyarat bagi bangsa Indonesia untuk dapat membangun

sektor lainnya, karena bila kebutuhan masyarakat yang paling azasi ini belum

terpenuhi akan sangat mudah terjadi kerawanan sosial (Indriani, 2015).

Menurut Pakpahan dan Pasandaran (1990) dalam Rangga (2014), ketahanan

pangan dapat diukur dengan menggunakan ukuran subjektif dan objektif.

Ketahanan pangan yang diukur secara subjektif didasarkan atas pandangan, opini,

sikap atau pendapat orang terhadap situasi pangannya, yang dapat dilihat dari tiga

indikator yaitu ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan.

Ketahanan pangan yang diukur secara objektif didasarkan atas jumlah makanan

secara umum, jumlah energi yang dikonsumsi, jumlah ketersediaan pangan per

kapita, pangsa pengeluaran pangan rumah tangga terhadap pengeluaran total

Page 45: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

27

rumah tangga, dan kemampuan rumah tangga atau negara dalam menghadapi

goncangan.

Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi X (WKNPG) tahun 2012

besarnya angka kecukupan rata-rata energi dan protein adalah sebesar 2.150 kkal

dan 57 gram sehingga besarnya ketersediaan energi dan protein harus melebihi

jumlah tersebut. Pangsa pengeluaran pangan mengukur ketahanan pangan dari

aspek ekonomi, sedangkan dalam satuan energi mengukur ketahanan pangan dari

aspek gizi (Ariningsih dan Rachman, 2008).

Pangsa pengeluaran pangan adalah besarnya jumlah pengeluaran rumah tangga

untuk belanja pangan dari jumlah total pengeluaran rumah tangga (pangan dan

non-pangan). Perhitungan pangsa pengeluaran pangan didapatkan dari hasil

perbandingan antara besarnya pengeluaran yang dikeluarkan untuk belanja pangan

dengan total pengeluaran yang dikeluarkan. Secara matematis dapat dituliskan

sebagai berikut:

PPP = PP

TP 100%

Keterangan:

PPP = pangsa pengeluaran pangan (%)

PP = pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan)

TP = total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

Semakin besar pendapatan seseorang, maka semakin sedikit proporsi pengeluaran

yang dikeluarkannya untuk konsumsi pangan (Ilham dan Sinaga, 2007).

Page 46: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

28

Ketahanan pangan dapat diukur dengan melakukan klasifikasi silang indikator

antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi gizi rumah tangga. Pengukuran

tingkat ketahanan pangan rumah tangga dengan menggunakan klasifikasi silang

indikator antara pangsa pengeluaran pangan dengan kecukupan energi dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga

Konsumsi Energi

(per unit ekuivalen dewasa)

Pangsa Pengeluaran Pangan (proporsi pengeluaran

pangan terhadap total pengeluaran)

Rendah (<60%) Tinggi (≥60%)

Cukup (>80% kecukupan

energi) Tahan pangan Rentan pangan

Kurang (≤80% kecukupan

energi) Kurang pangan Rawan pangan

Sumber: Maxwell et al. (2000) dalam Indriani (2015).

Berdasarkan Tabel 6, tingkat ketahanan pangan dikelompokkan menjadi 4

kelompok, yaitu tahan pangan, kurang pangan, rentan pangan, dan rawan pangan.

a. Rumah tangga tahan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan rendah

(<60% pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi energi (>80%

dari syarat kecukupan energi).

b. Rumah tangga kurang pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan rendah

(<60% pengeluaran rumah tangga) dan kurang mengkonsumsi energi (≤80%

dari syarat kecukupan energi).

c. Rumah tangga rentan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi

(≥60% pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi energi (>80%

dari syarat kecukupan energi).

Page 47: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

29

d. Rumah tangga rawan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi

(≥60% pengeluaran rumah tangga) dan tingkat konsumsi energinya kurang

(≤80% dari syarat kecukupan energi).

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan Pangan

Menurut Rachman dan Suhartini (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga selain ketersediaan dan distribusi

pangan di tingkat wilayah, juga dipengaruhi oleh:

a. Surplus padi

b. Daya beli yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan per kapita

c. Aksesibilitas terhadap pangan, yang tercermin pada harga pangan di tingkat

rumah tangga.

Pendapatan seseorang merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan

kuantitas pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi

konsumsi pangan rumah tangga. Pendapatan yang tinggi dapat memperbaiki dan

meningkatkan pola pangan rumah tangga dan kecukupan gizi rumah tangga.

Sebaliknya, pendapatan yang rendah dapat menyebabkan rendahnya konsumsi

pangan dan gizi serta memburuknya status gizi anggota rumah tangga

(Hardinsyah dan Suhardjo, 1987).

Menurut Fatimah (2004), semakin tinggi pendidikan seorang ibu rumah tangga,

maka semakin kecil persentase pengeluaran untuk pangan. Hal ini dikarenakan

pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kesadaran seorang ibu rumah tangga

untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dalam usaha mensejahterakan

Page 48: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

30

keluarganya, termasuk informasi tentang pangan dan pengetahuan gizi.

Sebaliknya, ibu rumah tangga dengan pendidikan rendah maka rata-rata

pengetahuan gizi ibu rumah tangga ini pun rendah.

Sejalan dengan Fatimah (2004), penelitian Safitri, Prasmatiwi dan Nugraha (2014)

menjelaskan bahwa pendidikan orang tua (ibu) berpengaruh positif terhadap

ketahanan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan formal

yang dimiliki ibu, maka semakin tinggi pula peluang untuk menjadikan suatu

rumah tangga menjadi rumah tangga tahan pangan. Tingginya pendidikan formal

ibu rumah tangga menunjukkan bahwa sikap dan pemikiran yang dimiliki dalam

memberikan konsumsi pangan untuk anggota rumah tangganya sangat tinggi.

Menurut Suhardjo (1986), besar anggota rumah tangga berpengaruh terhadap

kondisi pangan dan gizi pada masing-masing rumah tangga. Rumah tangga yang

berpendapatan rendah dengan jumlah anggota rumah tangga yang besar akan lebih

sulit dalam mencukupi kebutuhan pangan dan gizi. Sebaliknya, rumah tangga

dengan jumlah anggota yang lebih sedikit akan lebih mudah dalam memilih,

membuat, dan menyediakan bahan makanan sehingga kebutuhan pangan dan gizi

dapat mudah terpenuhi. Selaras dengan Suhardjo (1986), Hernanda, Indriani, dan

Listiana (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa variabel jumlah anggota

keluarga memiliki pengaruh nyata pada tingkat ketahanan pangan rumah tangga

petani.

Hasil penelitian Prasmatiwi, Listiana, dan Rosanti (2011) menyatakan bahwa

peningkatan harga pangan seperti gula dan minyak goreng menyebabkan pangsa

pengeluaran pangan menjadi lebih tinggi. Faktor penyebab tingginya harga

Page 49: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

31

pangan diakibatkan oleh akses pangan yaitu keterjangkauan terhadap pangan itu

sendiri oleh rumah tangga seperti kemudahan memperoleh pangan dan daya beli

rumah tangga terhadap pangan tersebut dan ketersediaan pangannya. Kondisi ini

menyebabkan tingkat ketahanan pangan petani menjadi rendah. Hal ini

menunjukan perilaku yang serupa dengan kenaikan harga gula dan minyak

goreng. Kenaikan harga ini akan menyebabkan tingkat pengeluaran petani

menjadi lebih tinggi, sehingga akan mempengaruhi daya beli petani. Tingginya

pangsa pengeluaran pangan yang disebabkan oleh kenaikan harga ini

mengindikasikan tingkat ketahanan pangan yang rendah nantinya.

Sejalan dengan Prasmatiwi et al. (2011), Desfaryani (2012) juga menyatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga

adalah jumlah anggota rumah tangga, harga beras, harga gula, harga minyak, dan

harga tempe. Faktor-faktor tersebut memiliki nilai koefisien negatif yang berarti

semakin rendah nilai jumlah anggota rumah tangga, harga beras, harga gula, harga

minyak, dan harga tempe maka akan meningkatkan ketahanan pangan rumah

tangga.

Program Desa Mapan berdampak positif terhadap perbaikan kondisi sosial

ekonomi rumah tangga miskin di pedesaan. Perbaikan sosial ekonomi rumah

tangga miskin diindikasikan oleh peningkatan frekuensi makan, konsumsi pangan

hewan, perbaikan akses ekonomi sandang, dan akses pelayanan kesehatan. Hal

ini dimungkinkan karena adanya perbaikan ekonomi keluarga yang ditunjukkan

oleh peningkatan pendapatan dan tabungan keluarga miskin (Darwis, Supriyati,

dan Rusastra 2014).

Page 50: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

32

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan

penelitian ini. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi bagi

peneliti untuk menjadi pembanding antara penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya, serta untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan penentuan

metode dalam menganalisis data penelitian. Ringkasan beberapa hasil penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 51: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

33

Tabel 7. Kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan

No Judul Penelitian, Peneliti, dan

Tahun

Metode Analisis Data Hasil Penelitian

1 Pola Konsumsi Pangan Pada Rumah

Tangga Petani di Desa Ruguk

Kecamatan Ketapang Kabupaten

Lampung Selatan (Arlin, Arifin, dan

Suryani, 2017)

Analisis kualitatif (deskriptif),

analisis kuantitatif (statistik),

dan analisis regresi linier

berganda

1. Pola konsumsi pangan pada rumah tangga petani di Desa Ruguk

Kabupaten Lampung Selatan dengan ukuran skor PPH

menunjukkan bahwa skor PPH sebesar 79,94% yang artinya

nilai tersebut sudah cukup baik, dari indikator ideal skor PPH

sebesar 100%.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap PPH rumah

tangga petani adalah pengeluaran dan jumlah tanggungan

rumah tangga.

2 Analisis Preferensi, Pola Konsumsi,

dan Permintaan Tiwul Oleh

Konsumen Rumah Makan di Provinsi

Lampung (Syafani, Lestari, dan

Sayekti, 2015)

Analisis deskriptif kuantitatif,

analisis deskriptif dengan

tabulasi data, dan analisis

verifikatif dengan regresi fungsi

permintaan

1. Pola konsumsi konsumen terhadap tiwul di Provinsi Lampung,

memiliki frekuensi konsumsi 1–2 kali per bulan, tiwul biasa

dikonsumsi secara murni dengan jumlah rata-rata konsumsi

dalam sebulan 932,52 gram,dan alasan mengonsumsinya

karena kesukaan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tiwul oleh

konsumen rumah makan di Provinsi Lampung adalah harga

lauk hati ampela ayam, harga lauk tempe kering, dan suku.

3 Studi Perbandingan Pola Alokasi

Lahan, Pengeluaran Beras dan Pola

Konsumsi Pangan antara Petani Ubi

Kayu di Desa Pelaksana dan

Nonpelaksana Program MP3L di

Kabupaten Lampung Selatan

(Indiako, Ismono, dan Soelaiman,

2014)

Analisis deskriptif kuantitatif 1. Nilai rata-rata pengeluaran beras rumah tangga di Desa

Pancasila sebesar Rp 858.303,03 per kapita per tahun,

sedangkan rata-rata pengeluaran beras rumah tangga di Desa

Negara Ratu sebesar Rp 1.044.121,77 per kapita per tahun.

2. Skor PPH petani ubi kayu di Desa Pancasila (87,8) lebih tinggi

dibandingkan dengan skor PPH petani ubi kayu di Desa Negara

Ratu (80,5). Pengurangan konsumsi beras di Desa Pancasila

telah terjadi namun bukan disebabkan oleh pensubtitusian beras

terhadap Beras Siger, melainkan terhadap tiwul hasil olahan

sendiri.

Page 52: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

34

Tabel 7. (lanjutan)

4 Analisis Pola Konsumsi Pangan

Rumah Tangga (Studi Kasus di

Kecamatan Tarakan Barat Kota

Tarakan Provinsi Kalimantan Timur)

(Hamid, Setiawan, dan Suhartini,

2013)

Analisis deskriptif kuantitatif

dan analisis regresi linier

berganda

1. Pola konsumsi pangan di pedesaan dan perkotaan berdasarkan

aspek kuantitas masih belum tercapai karena AKE aktual masih

kurang dari AKE normatif, dengan nilai AKE dan TKE rata-rata

di pedesaan sebesar 1,569.49 kkal/kap/hari (78.73%) dan di

perkotaan 1,964.73kkal/kap/hari (98.24%). Sedangkan nilai

AKP aktual rata-rata di pedesaan sebesar 47.70 gr/kap/hari

(91.59%) berada di bawah AKP normatif yaitu 52 gr/kap/hari

sedangkan AKP aktual di perkotaan sebesar 62.44 (120.08%)

yang berarti sudah melebihi dari AKP normatif.

2. Pola konsumsi pangan berdasarkan aspek kualitas masih belum

tercapai sesuai dengan hasil rata-rata skor PPH aktual di desa

yaitu 60.27 dan di kota 81.26, meskipun skor PPH di kota lebih

tinggi dari desa namun masih berada jauh di bawah skor PPH

ideal yaitu 100. Skor PPH selain dipengaruhi oleh faktor

pendapatan, juga dipengaruhi oleh perbedaan daerah tempat

tinggal.

3. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap skor

PPH adalah variabel pendapatan per kapita, pendidikan ibu

rumah tangga dan dummy tempat tinggal.

5 Pendapatan dan Ketahanan Pangan

Rumah Tangga Petani Padi di Desa

Rawan Pangan (Hernanda, Indriani,

dan Kalsum, 2017)

Analisis deskriptif kuantitatif,

analisis deskriptif kualitatif, dan

analisis statistik

1. Hasil dari klasifikasi silang antara kecukupan energi dengan

pangsa pengeluaran pangan diperoleh empat kategori ketahanan

pangan RT petani padi Desa Sukamarga yaitu, 20 RT (30,30%)

tahan pangan, 25 RT (37,87%) kurang pangan, 11 RT (16,67%)

rentan pangan, dan 10 RT (15,15%) rawan pangan.

2. Terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan

pangan rumah tangga petani padi sawah di Desa Sukamarga

yaitu pendapatan padi, luas lahan padi, produksi padi, jumlah

anggota keluarga, lama pendidikan suami, dan pengeluaran

pangan. Produksi padi dan lama pendidikan suami memiliki

Page 53: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

35

Tabel 7. (lanjutan)

hubungan positif dengan ketahanan pangan sedangkan jumlah

anggota keluarga dan pengeluaran pangan memiliki hubungan

negatif dengan ketahanan pangan.

6 Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Petani Jagung di Kecamatan

Simpang Kabupaten Ogan Komering

Ulu (OKU) Selatan (Hernanda,

Indriani, dan Listiana, 2013)

Analisis deskriptif kualitatif,

analisis deskriptif kuantitatif,

dan analisis regresi linier

berganda

1. Ditinjau dari pangsa pengeluaran pangan terdapat 50 RT (90%)

tahan pangan dan ketahanan pangan berdasarkan kecukupan

pangan terdapat 15 RT (25%) dengan kategori cukup sampai

kelebihan pangan sumber energi dan 29 RT (48,33%) cukup

sampai kelebihan pangan sumber protein. Hasil dari klasifikasi

silang antara jumlah kecukupan energi dan pangsa pengeluaran

makanan diperoleh 11 RT tahan pangan, 39 RT kurang pangan,

3 RT rentan pangan, dan 7 RT rawan pangan.

2. Hanya variabel jumlah anggota keluarga dan pengeluaran

pangan yang memiliki pengaruh nyata pada tingkat ketahanan

pangan RT petani.

7 Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Nelayan di Kecamatan Teluk Betung

Selatan Kota Bandar Lampung

(Yuliana, Zakaria, dan Adawiyah,

2013)

Analisis deskriptif dan analisis

statistik

1. Ketahanan pangan rumah tangga nelayan di Kelurahan

Kangkung, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandar

Lampung berada dalam kriteria tahan pangan sebesar 56,86%

dan rawan pangan sebesar 43,14%. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan

rumah tangga nelayan di Kelurahan Kangkung, Kecamatan

Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung adalah besar

anggota rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, dan

pengetahuan gizi ibu rumah tangga. Faktor yang berpengaruh

negatif adalah besar anggota rumah tangga, dan berpengaruh

positif adalah pengeluaran rumah tangga, dan pengetahuan gizi

ibu rumah tangga.

Page 54: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

36

Tabel 7. (lanjutan)

8 Analisis Jalur Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ketahanan Pangan

Rumah Tangga di Kabupaten Lebak,

Provinsi Banten (Tanziha dan

Herdiana, 2009)

Analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif, analisis korelasi

pearson, dan rank spearman

1. Berdasarkan klasifikasi ketahanan pangan kualitatif, sebanyak

84.2 persen rumah tangga tahan pangan, sedangkan pada

ketahanan pangan kuantitatif sebanyak 62.4 persen tergolong

rumah tangga tahan pangan, 25.7 persen rumah tangga rawan

pangan berat, 6.9 persen rumah tangga rawan pangan ringan,

dan 5 persen rumah tangga rawan pangan sedang.

2. Pengaruh langsung terbesar terhadap ketahanan pangan rumah

tangga adalah pengeluaran rumah tangga (R-square = 0.065,

p<0.05).

9 Analisis Ketahanan Pangan Rumah

Tangga Berdasarkan Proporsi

Pengeluaran Pangan dan Konsumsi

Energi (Studi Kasus Pada Rumah

Tangga Petani Peserta Program Desa

Mandiri Pangan di Kecamatan

Indrapuri Kabupaten Aceh Besar)

(Fadhiela, Arida, dan Sofyan, 2015)

Deskriptif analitis 1. Proporsi pengeluaran pangan rumah dari pengeluaran total

rumah tangga petani peserta program DEMAPAN yaitu sebesar

Rp 847.150,00 atau sebesar 60%. Sedangkan TKE rumah

tangga sebesar 62,19% termasuk pada kategori defisit (<70%

AKG).

2. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan proporsi

pengeluaran pangan dan konsumsi energi petani peserta

program DEMAPAN adalah kurang pangan atau sebesar 55%

dan 45% termasuk ke dalam kondisi rawan pangan. Rumah

tangga dengan status tahan pangan dan rentan pangan tidak

didapati di daerah penelitian.

10 Analisis Ketahanan Pangan Rumah

Tangga (Studi Kasus Pada

Pelaksanaan Program Desa Mandiri

Pangan di Desa Oro Bulu Kecamatan

Rembang Kabupaten Pasuruan)

(Ediwiyati, Koestiono, dan Setiawan,

2015)

Analisis deskriptif kuantitatif

dan kualitatif, dan analisis

regresi linier berganda

1. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga program Desa Mandiri

Pangan berdasarkan Angka Kecukupan Energi(AKE) dan

Tingkat Kecukupan Energi (TKE) termasuk kategori “tahan

pangan”.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap Skor Pola

Pangan Harapan Program desa Mandiri Pangan adalah

Pendapatan Total Keluarga, Usia Ibu Rumah Tangga, dan Luas

Lahan Pekarangan sedangkan Pendidikan Ibu Rumah Tangga,

Jumlah Tanggungan Keluarga , tidak berpengaruh secara nyata.

Page 55: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

37

C. Kerangka Pemikiran

Kecamatan Gadingrejo merupakan kecamatan penghasil pangan pokok yaitu padi

sawah terbesar di Kabupaten Pringsewu dengan jumlah produksi pada tahun 2016

sebesar 42.866 ton dan luas panen sebesar 7.922 ha (Tabel 2). Namun, bertolak

belakang dengan kondisi tersebut, Kecamatan Gadingrejo dihadapkan dengan

permasalahan tingkat kemiskinan yang tinggi dimana memiliki jumlah keluarga

pra sejahtera terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Pringsewu

(Tabel 3). Upaya yang dilakukan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu

untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melaksanakan Program Desa Mandiri

Pangan kepada rumah tangga miskin di beberapa kecamatan, salah satunya adalah

Kecamatan Gadingrejo.

Ketahanan pangan rumah tangga merupakan kondisi dimana setiap rumah tangga

mempunyai akses terhadap pangan yang cukup baik dari segi kuantitas maupun

kualitas, terdistribusi merata dengan harga yang terjangkau, serta aman untuk

dikonsumsi. Ketahanan pangan rumah tangga terdiri dari 3 subsistem yaitu

ketersediaan, distribusi, dan konsumsi, dimana ketiga subsistem ini saling

berkaitan satu sama lain. Ketersediaan pangan rumah tangga dipenuhi dengan

cara memproduksi atau membeli pangan. Ketersediaan pangan rumah tangga

dicerminkan pada pangsa pengeluaran pangan rumah tangga. Pangsa pengeluaran

pangan rumah tangga adalah besarnya pangsa pengeluaran pangan suatu rumah

tangga akan mempengaruhi seberapa besar pangan yang tersedia dalam sebuah

rumah tangga. Pangsa pengeluaran pangan ditunjukkan dengan besarnya

pengeluaran untuk belanja pangan dari jumlah total pengeluaran rumah tangga.

Page 56: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

38

Pangan yang tersedia akan didistribusikan untuk dikonsumsi oleh seluruh anggota

rumah tangga. Distribusi pangan rumah tangga dicerminkan pada aksesibilitas

atau kemampuan rumah tangga untuk dapat memperoleh pangan dalam jumlah

dan kualitas yang baik sepanjang waktu. Semakin tinggi akses suatu rumah

tangga terhadap pangan maka semakin tinggi tingkat ketahanan pangan rumah

tangga. Pemenuhan gizi yang diperoleh dari pangan yang dikonsumsi akan

menentukan tingkat konsumsi rumah tangga.

Pola konsumsi pangan rumah tangga merupakan susunan jenis, jumlah, dan

frekuensi pangan yang dikonsumsi rumah tangga. Data jenis dan jumlah

konsumsi pangan rumah tangga diperoleh dengan wawancara menggunakan

metode recall sedangkan data frekuensi konsumsi pangan rumah tangga diketahui

dengan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ). Pangan dibagi menjadi

sembilan kelompok yaitu padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan

lemak, buah dan biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-

lain. Berdasarkan sembilan kelompok pangan tersebut, dihitung jumlah konsumsi

energi dan Angka Kecukupan Energi (AKE) sehingga diperoleh Tingkat

Kecukupan Energi (TKE) rumah tangga responden. Dari data yang diperoleh

selanjutnya dianalisis pola konsumsi pangan rumah tangga dengan pendekatan

skor Pola Pangan Harapan (PPH) untuk mengetahui kualitas atau keberagaman

pangan yang dikonsumsi.

Jika ketersediaan pangan rumah tangga tidak tercukupi dan distribusi pangan tidak

berjalan dengan baik, maka dapat menyebabkan konsumsi pangan yang tidak

sesuai anjuran sehingga mengancam ketahanan pangan rumah tangga. Tingkat

Page 57: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

39

ketahanan pangan rumah tangga berada dalam keadaan tahan pangan, kurang

pangan, rentan pangan, atau rawan pangan dapat ditentukan dengan klasifikasi

silang indikator antara pangsa pengeluaran pangan dan kecukupan energi.

Karakteristik sosial ekonomi suatu rumah tangga akan berpengaruh terhadap

tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Dalam penelitian ini digunakan

beberapa variabel yang dianggap sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin antara lain pendapatan rumah

tangga, pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, harga beras,

harga gula, dan keikutsertaan Program Desa Mandiri Pangan. Keikutsertaan

Program Demapan merupakan variabel yang digunakan untuk melihat perbedaan

tingkat ketahanan pangan rumah tangga antara anggota dan nonanggota program.

Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 58: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

40

Keterangan:

: tidak diteliti

Ketahanan pangan rumah tangga miskin

Ketersediaan

pangan

Distribusi

pangan

Konsumsi

pangan

Pangsa pengeluaran pangan Akses pangan Kecukupan energi

Tingkat ketahanan pangan

rumah tangga miskin:

- Rawan pangan

- Rentan pangan

- Kurang pangan

- Tahan pangan

Faktor-faktor yang

mempengaruhi:

1. Pendapatan RT (X1)

2. Pendidikan ibu RT (X2)

3. Jumlah anggota rumah

tangga (X3)

4. Harga beras (X4)

5. Harga gula (X5)

6. Keikutsertaan Program

Demapan (D)

Kelompok pangan:

1. Padi-padian

2. Umbi-umbian

3. Pangan hewani

4. Minyak dan lemak

5. Biji berminyak

6. Kacang-kacangan

7. Gula

8. Sayur dan buah

9. Lain-lain

Pola konsumsi pangan

rumah tangga:

- Jenis pangan

- Jumlah yang dikonsumsi

- Frekuensi konsumsi

- Kualitas konsumsi (Skor PPH)

Gambar 2. Kerangka pemikiran pola konsumsi dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin (kasus pada rumah tangga anggota

dan nonanggota Program Desa Mandiri Pangan di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu)

Recall dan FFQ

Page 59: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

41

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga tingkat ketahanan

pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, pendidikan ibu rumah tangga, jumlah

anggota rumah tangga, harga beras, harga gula, dan keikutsertaan rumah tangga

dalam Program Demapan.

Page 60: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

42

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Metode

survai digunakan apabila kita bermaksud mengumpulkan data yang relatif terbatas

dari sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya. Metode survai lebih

menekankan pada penentuan informasi tentang variabel daripada informasi

tentang individu (Sevilla, 1993). Penelitian survai merupakan studi yang bersifat

kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku

individu. Pada umumnya survai menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil

data (Sarwono, 2006).

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang

digunakan untuk menunjang dan mendapatkan data akurat yang akan dianalisis

dengan mengoperasionalkan konsep-konsep penelitian menjadi variabel penelitian

serta cara pengukuran dari variabel tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan yang diasup oleh seluruh anggota

rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Konsumsi pangan

dikonversikan ke dalam zat gizi energi dan protein.

Page 61: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

43

Rumah tangga anggota Program Demapan adalah semua orang yang berada di

dalam satu unit rumah tangga anggota Program Demapan.

Rumah tangga nonanggota Program Demapan adalah semua orang yang

berada di dalam satu unit rumah tangga nonanggota Program Demapan.

Pola konsumsi pangan adalah susunan beragam pangan yang dikonsumsi rumah

tangga dilihat dari sembilan golongan pangan (padi-padian, umbi-umbian, pangan

hewani, sayur dan buah, kacang-kacangan, minyak dan lemak, gula, buah dan biji

berminyak serta lain-lain) yang tercermin dalam jenis, jumlah, frekuensi, dan

skor PPH.

Jenis pangan yang dikonsumsi adalah jenis pangan dari setiap golongan pangan

yang dikonsumsi rumah tangga.

Jumlah konsumsi pangan adalah jumlah konsumsi berbagai jenis pangan rumah

tangga dinyatakan dalam satuan gram per rumah tangga per hari, kilogram per

kapita per minggu, dan kilogram per kapita per tahun.

Frekuensi konsumsi pangan adalah jumlah kali mengonsumsi makanan yang

dinyatakan dengan kategori menurut Suhardjo (1989), yaitu sangat sering

(>1x/hari atau tiap kali makan), sering (1x/hari, 4-6x/minggu), cukup sering

(3x/minggu), cukup (<3x/minggu, 1-2x/minggu), jarang (<1x/minggu, 1x/bulan),

dan tidak pernah.

PPH adalah susunan jumlah pangan menurut sembilan kelompok pangan yang

didasarkan pada kontribusi energi terhadap konsumsi energi total. Skor PPH

Page 62: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

44

rumah tangga dinyatakan dalam nilai atau skor yang diperoleh dari hasil perkalian

antara tingkat kontribusi energi dengan bobot masing-masing golongan pangan.

Angka kecukupan energi dan protein adalah sejumlah energi dan protein yang

dibutuhkan setiap individu untuk dapat hidup sehat. Standar kecukupan konsumsi

energi dan protein yang dianjurkan pada WKNPG X tahun 2012 untuk AKE

adalah 2.150 kkal/kap/hari dan AKP adalah 57 gram/kap/hari.

Tingkat Kecukupan Energi (TKE) adalah pengukuran pencapaian kecukupan

energi yang berasal dari konsumsi pangan. Tingkat kecukupan energi dinyatakan

dengan persentase energi yang dikonsumsi per hari terhadap angka kecukupan

energi yang dianjurkan per hari menurut golongan umur dan berat badan

(%AKE).

Tingkat Kecukupan Protein (TKP) adalah pengukuran pencapaian kecukupan

protein yang berasal dari konsumsi pangan. Tingkat kecukupan protein

dinyatakan dengan persentase protein yang dikonsumsi per hari terhadap angka

kecukupan protein yang dianjurkan per hari menurut golongan umur dan berat

badan (%AKP).

Ketahanan pangan rumah tangga adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. Pada

penelitian ini, pengukuran tingkat ketahanan pangan rumah tangga diukur dengan

menggunakan indikator klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan

dengan kecukupan energi.

Page 63: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

45

Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang

dinilai dengan uang untuk konsumsi makanan seluruh anggota rumah tangga,

yang diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/bulan).

Pengeluaran nonpangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang

yang dinilai dengan uang untuk konsumsi bukan makanan seluruh anggota

rumah tangga, yang diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/bulan).

Pengeluaran total rumah tangga adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

seluruh anggota rumah tangga meliputi pengeluaran pangan dan nonpangan, yang

diukur dengan satuan rupiah per bulan (Rp/bulan).

Pangsa pengeluaran pangan adalah rasio pengeluaran untuk belanja pangan

terhadap pengeluaran total rumah tangga yang diukur dalam satuan rupiah per

bulan (Rp/bulan).

Pendapatan rumah tangga (X1) adalah jumlah uang yang diperoleh rumah

tangga per bulan. Pendapatan rumah tangga diukur dengan akumulasi dari

pendapatan seluruh anggota rumah tangga per bulan dengan satuan rupiah

(Rp/bulan).

Pendidikan ibu rumah tangga (X2) adalah lama waktu yang ditempuh ibu

rumah tangga untuk mengikuti pendidikan formal. Pendidikan ibu rumah tangga

diukur dengan jumlah tahun sukses dengan satuan tahun.

Jumlah anggota rumah tangga (X3) adalah jumlah orang dalam rumah tangga

dengan pengelolaan keuangan secara bersama dengan satuan orang.

Page 64: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

46

Harga beras (X4) adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga untuk

membeli beras dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga gula (X5) adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga untuk

membeli gula dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Keikutsertaan Program Demapan (D) adalah keikutsertaan rumah tangga

responden dalam keanggotaan Program Demapan. Nilai 1 untuk anggota, dan

nilai 0 untuk nonanggota.

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), yaitu di Pekon Klaten

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Pemilihan lokasi tersebut

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan bahwa Kecamatan Gadingrejo

merupakan daerah penghasil pangan pokok yaitu padi sawah tertinggi (Tabel 2)

dan memiliki jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak di Kabupaten Pringsewu

(Tabel 3), serta merupakan salah satu kecamatan sasaran Program Demapan

binaan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu (Tabel 8).

Tabel 8. Lokasi Program Desa Mandiri Pangan Kabupaten Pringsewu tahun 2017

No Kecamatan Desa

1 Pardasuka Kedaung, Sukanegeri, Pardasuka

Selatan, Pardasuka Timur

2 Pagelaran Pamenang

3 Gadingrejo Klaten

4 Sukoharjo Sukoharjo II

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu, 2017c.

Page 65: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

47

Wilayah yang menjadi fokus penelitian ini terletak di satu desa yaitu Pekon

Klaten. Pekon Klaten dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa Pekon Klaten merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Gadingrejo yang

menjadi sasaran dan memiliki kelompok afinitas penerima bantuan Program

Demapan binaan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu (Dinas

Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu, 2017c).

Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang bertempat tinggal

di wilayah Pekon Klaten, Kecamatan Gadingrejo. Unit analisis penelitian ini

adalah rumah tangga. Responden pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga,

kepala rumah tangga dan atau anggota rumah tangga lainnya yang dianggap

paling mengetahui keadaan rumah tangga serta berperan dalam mengatur

konsumsi dalam rumah tangga.

Berdasarkan laporan kependudukan wilayah Pekon Klaten tahun 2017 yang tidak

dipublikasikan, terbagi menjadi 2 dusun dengan 4 Rukun Tetangga (RT) dan

memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) yang merupakan rumah tangga miskin

sebanyak 61 KK yang terbagi menjadi rumah tangga miskin anggota dan

nonanggota Program Demapan (Tabel 9).

Tabel 9. Jumlah rumah tangga miskin dan sampel rumah tangga di Pekon Klaten

menurut keikutsertaan Program Demapan tahun 2017

No. Uraian Jumlah Populasi

(KK)

Jumlah Sampel

(KK)

1 Rumah Tangga Miskin Anggota Program

Demapan 30 30

2 Rumah Tangga Miskin Nonanggota

Program Demapan 31 31

Total 61 61

Sumber: Monografi Pekon Klaten tahun 2017 (data diolah).

Page 66: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

48

Teknik penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini merujuk pada teori

Arikunto (2006), dimana jika populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka

sampel yang diambil adalah seluruhnya, namun jika populasi penelitian berjumlah

lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15 persen atau 20-25 persen

atau lebih. Populasi pada penelitian ini adalah 61 KK yang terbagi menjadi 30

KK rumah tangga miskin anggota Program Demapan dan 31 KK rumah tangga

miskin nonanggota Program Demapan yang diambil seluruhnya. Waktu

pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2018.

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada responden melalui

pengamatan secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa

kuesioner untuk mengetahui pola konsumsi pangan, tingkat ketahanan pangan,

dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga.

Data sekunder diperoleh dari literatur seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas

Ketahanan Pangan, lembaga atau instansi terkait, laporan-laporan, dan pustaka

lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis

statistik deskriptif dan analisis statistik verifikatif dengan model ordinal logit.

Berikut merupakan metode analisis data yang digunakan pada setiap tujuan

penelitian.

Page 67: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

49

1. Analisis Pola Konsumsi Pangan

Tujuan pertama mengenai pola konsumsi pangan rumah tangga miskin anggota

dan nonanggota Program Demapan dijawab dengan analisis statistik deskriptif.

Pola konsumsi pangan rumah tangga meliputi jenis, jumlah, dan frekuensi

konsumsi. Data jenis dan jumlah konsumsi pangan rumah tangga diperoleh

dengan menggunakan metode recall konsumsi pangan 24 jam yang lalu, selama

dua hari tidak berturut-turut sedangkan data frekuensi konsumsi pangan rumah

tangga diketahui dengan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ). Hasil

recall dikonversikan ke dalam zat gizi energi kemudian dirata-ratakan dalam satu

hari. Perhitungan kandungan zat gizi bahan makanan dengan rumus (Hardinsyah

dan Martianto, 1989) dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

KGij = (Bj

100 Gij

BDDj

100)

Keterangan:

KGij = kandungan zat gizi tertentu (i) dari pangan (j) (energi) yang dikonsumsi

sesuai satuannya

Bj = berat jenis pangan yang dikonsumsi (gram)

Gij = kandungan zat gizi (i) yang dikonsumsi dari pangan (j) dalam 100 gram

jenis pangan

BDDj = bagian yang dapat dimakan (dalam %/gram dari 100% pangan j)

AKG = BB

BB standar x AKG standar

Keterangan:

AKG = angka kecukupan gizi (energi dan protein)

BB = berat badan aktual (kg)

BB standar = berat badan standar (kg)

AKG standar = angka kecukupan zat gizi standar dalam tabel kecukupan gizi

yang dianjurkan menurut hasil WKNPG X tahun 2012

Page 68: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

50

Perhitungan selanjutnya adalah menghitung Tingkat Kecukupan Gizi (TKG)

rumah tangga dengan membandingkan jumlah asupan zat gizi dengan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan, dihitung dalam persen. Tingkat

Kecukupan Gizi (TKG) yang dihitung meliputi Tingkat Kecukupan Energi (TKE)

dan Tingkat Kecukupan Protein (TKP) dengan rumus sebagai berikut:

TKE (%AKE) = Konsumsi energi

AKE yang dianjurkan x 100%

Keterangan:

TKE = tingkat kecukupan energi

Konsumsi energi = jumlah asupan energi (kkal)

AKE yang dianjurkan = angka kecukupan energi yang dianjurkan (kkal)

TKP (%AKP) = Konsumsi protein

AKP yang dianjurkan x 100%

Keterangan:

TKP = tingkat kecukupan protein

Konsumsi protein = jumlah asupan protein (gram)

AKP yang dianjurkan = angka kecukupan protein yang dianjurkan (gram)

Perhitungan selanjutnya adalah menentukan skor PPH aktual rumah tangga untuk

mengetahui kualitas konsumsi dan tingkat keberagaman konsumsi pangan rumah

tangga responden. Skor PPH aktual rumah tangga dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Skor PPH masing-masing golongan pangan = (A

B 100%) x C

Skor PPH = Skor PPH sembilan golongan pangan

Keterangan:

A = angka konsumsi energi (kkal)

B = angka kecukupan gizi energi (AKG-E) (kkal)

Page 69: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

51

C = nilai bobot masing-masing golongan pangan (Tabel 10)

Tabel 10. Nilai Bobot Masing-masing Golongan Pangan

No Golongan pangan Bobot Skor maksimal

1 Padi-padian 0,50 25,00

2 Umbi-umbian 0,50 2,50

3 Pangan hewani 2,00 24,00

4 Minyak dan Lemak 0,50 5,00

5 Buah/biji berminyak 0,50 5,00

6 Kacang-kacangan 2,00 10,00

7 Gula 0,50 2,50

8 Sayur dan Buah 5,00 30,00

9 Lain-lain 0,00 0,00

Total 100,00

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, 2015.

2. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan

Tujuan kedua mengenai tingkat ketahanan pangan rumah tangga miskin anggota

dan nonanggota Program Demapan dijawab dengan analisis statistik deskriptif

yaitu menggunakan pengukuran derajat ketahanan pangan rumah tangga menurut

Maxwell et al. (2000) dalam Indriani (2015) dengan menggunakan klasifikasi

silang indikator antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah

tangga.

Pangsa pengeluaran pangan yang dimaksud adalah besarnya jumlah pengeluaran

rumah tangga untuk belanja pangan dari jumlah total pengeluaran rumah tangga

selama satu bulan. Perhitungan pangsa pengeluaran pangan dapat diketahui

dengan rumus sebagai berikut:

PPP = PP

TP x 100 %

Page 70: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

52

Keterangan:

PPP = pangsa pengeluaran pangan (%)

PP = pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan)

TP = total pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan)

Perhitungan Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dapat diketahui dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

TKE = Konsumsi energi

AKE yang dianjurkan x 100%

Keterangan:

TKE = tingkat kecukupan energi

Konsumsi energi = jumlah asupan energi (kkal)

AKE yang dianjurkan = angka kecukupan energi yang dianjurkan (kkal)

Setelah didapatkan hasil klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan

konsumsi energi di atas, maka diketahui kondisi ketahanan pangan rumah tangga.

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga dengan indikator tersebut dapat dilihat

pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengukuran derajat ketahanan pangan tingkat rumah tangga

Konsumsi Energi

(per unit ekuivalen dewasa)

Pangsa Pengeluaran Pangan (proporsi pengeluaran

pangan terhadap total pengeluaran)

Rendah (<60%) Tinggi (≥60%)

Cukup (>80% kecukupan

energi) Tahan pangan Rentan pangan

Kurang (≤80% kecukupan

energi) Kurang pangan Rawan pangan

Sumber: Maxwell et al. (2000) dalam Indriani (2015).

Berdasarkan Tabel 11, tingkat ketahanan pangan rumah tangga dikelompokkan

menjadi 4, yaitu tahan pangan, kurang pangan, rentan pangan, dan rawan pangan.

Page 71: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

53

a. Rumah tangga tahan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan rendah

(<60% pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi energi (>80%

dari syarat kecukupan energi).

b. Rumah tangga kurang pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan rendah

(<60% pengeluaran rumah tangga) dan kurang mengkonsumsi energi (≤80%

dari syarat kecukupan energi).

c. Rumah tangga rentan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi

(≥60% pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi energi (>80%

dari syarat kecukupan energi).

d. Rumah tangga rawan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi

(≥60% pengeluaran rumah tangga) dan tingkat konsumsi energinya kurang

(≤80% dari syarat kecukupan energi).

3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan Pangan

Rumah Tangga

Tujuan ketiga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan

pangan rumah tangga miskin anggota dan nonanggota Program Demapan dijawab

dengan analisis statistik verifikatif dengan menggunakan model ordinal logit.

Model regresi logit baik yang diukur pada skala nominal maupun ordinal,

digunakan jika ditemui kasus dengan variabel responnya dalam suatu persamaan

bersifat kualitatif atau kategori (Yuwono, 2005). Kategori paling dasar dari

model logit menghasilkan binary values seperti angka 0 dan 1 sehingga sering

disebut binary logit. Tetapi apabila kategori lebih dari 2 maka digunakan regresi

ordinal logit atau multinomial logit.

Page 72: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

54

Persamaan model logit diperoleh dari penurunan persamaan probabilitas yang

akan diestimasi. Persamaan probabilitas tersebut adalah:

E ( | i) =

Pi =

Pi (1 + eα + βi i

) = eα + βi i

Pi + Pi eα + βi i

= eα + βi i

Pi = (1 – Pi) eα + βi i

= e

α + βiXi

Persamaan regresi ordinal logit dinyatakan sebagai berikut:

Li = ln [Pi

1 - Pi] = Zi = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6D + e

Keterangan:

Pi = probabilitas rumah tangga untuk mencapai tahan pangan, dimana

probabilitas P1 = P(Y=4) untuk rumah tangga tahan pangan

probabilitas P2 = P(Y=3) untuk rumah tangga kurang pangan

probabilitas P3 = P(Y=2) untuk rumah tangga rentan pangan

probabilitas P4 = P(Y=1) untuk rumah tangga rawan pangan

Li = tingkat ketahanan pangan rumah tangga

α = intersep

βi = koefisien regresi parameter (i = 1,2,3,4,5,6)

X1 = pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)

X2 = pendidikan ibu rumah tangga (tahun)

X3 = jumlah anggota rumah tangga (orang)

X4 = harga beras (Rp/kg)

X5 = harga gula (Rp/kg)

D = dummy keikutsertaan Program Demapan

nilai 1 = anggota

nilai 0 = nonanggota

e = error term

Page 73: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

55

Pengujian hipotesis menggunakan Maximum Likelihood Estimation (MLE)

untuk menghitung nilai Likelihood Ratio Index (LRI) yang setara dengan

koefisien determinasi (R2) pada regresi OLS, uji Likelihood Ratio (LR) yang

setara dengan uji F (over-all test) dan uji Wald yang setara dengan uji t

(individual test) pada regresi OLS. Namun dalam regresi logistik tidak

mengasumsikan hubungan linier antara variabel bebas dan terikat, tidak

membutuhkan normalitas dalam distribusi variabel dan juga tidak mengasumsikan

homoskedatisitas varians.

a. Uji Likelihood Ratio Index (LRI) digunakan untuk mengetahui ketepatan

model yang dinyatakan dengan berapa persen variabel dependen dijelaskan

oleh variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi.

Nilai LRI sama dengan pseudo R2 atau Mc Fadden’s R

2.

LRI = pseudo R2 atau Mc Fadden’s R

2 = 1 – ln L/ln Lo

Keterangan:

LRI = Likelihood Ratio Index

ln L = nilai maksimum dari log-Likelihood function tanpa restriksi

(melibatkan semua parameter termasuk variabel bebas)

ln Lo = nilai maksimum dari log-Likelihood function dengan retriksi

(tanpa melibatkan variabel bebas atau nilai koefisien dari semua

parameter βi = 0)

b. Uji Likelihood Ratio (LR) digunakan untuk mengetahui pengaruh semua

varibel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

LR = -2 [ln Lo – ln L]

Keterangan:

LR = Likelihood Ratio

ln L = nilai maksimum dari log-Likelihood function tanpa restriksi

Page 74: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

56

(melibatkan semua parameter termasuk variabel bebas)

ln Lo = nilai maksimum dari log-Likelihood function dengan retriksi

(tanpa melibatkan variabel bebas atau nilai koefisien dari semua

parameter βi= 0

Untuk menguji pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen dengan hipotesis sebagai berikut.

Ho = β1 = β2 = β3 = … = βi = 0

Ha : salah satu βi ≠ 0

LR dibandingkan dengan Chi square tabel (2). Jika LR hitung > Chi square

tabel (2) berarti Ho ditolak atau variabel independen yang diuji secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap vaariabel independen.

c. Uji Wald Test digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen melalui perubahan odd.

Ho = βj = 0 atau Ho : Ori = 1

Ha : βj ≠ 0

W hitung (Wald) = [β/SE]2 = Z

W hitung (Wald) dibandingkan dengan Chi Square tabel (2). Jika W

hitung>Chi Square tabel (χ2) berarti Ho ditolak atau variabel independen yang

diuji secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Odd

merupakan nisbah peluang munculnya kejadian A dan peluang tidak

munculnya kejadian A.

Page 75: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

57

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu

1. Keadaan Geografis

Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang

merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus dan dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Nomor 48 tahun 2008 tanggal 26 November 2008 dan

diresmikan pada tanggal 3 April 2009 oleh Menteri Dalam Negeri. Secara

geografis, Kabupaten Pringsewu terletak di antara 104,42˚ - 105,8˚ Bujur Timur

dan 5,8˚ - 6,8˚ Lintang Selatan dengan luas wilayah 625 km2 yang hampir

seluruhnya berupa wilayah daratan. Potensi sumber daya alam yang dimiliki

Kabupaten Pringsewu sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.

Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Pringsewu adalah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sendang Agung dan Kecamatan

Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulok dan Kecamatan Cukuh

Balak Kabupaten Tanggamus

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan

Gedongtataan, Kecamatan Waylima, dan Kecamatan Kedondong Kabupaten

Pesawaran

Page 76: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

58

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung dan Kecamatan Air

Naningan Kabupaten Tanggamus.

2. Keadaan Demografi

Kabupaten Pringsewu terdiri dari sembilan wilayah kecamatan dengan jumlah

penduduk sebanyak 386.891 jiwa yang terdiri dari laki-laki 198.304 jiwa dan

perempuan 188.587 jiwa. Sex ratio penduduk atau perbandingan jumlah

penduduk laki-laki dengan perempuan sebesar 105,15 yang berarti bahwa pada

setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat sekitar 105 penduduk laki-laki.

Secara rinci persebaran penduduk di Kabupaten Pringsewu per kecamatan dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Persebaran penduduk per kecamatan di Kabupaten Pringsewu tahun

2017

No Kecamatan Jumlah (jiwa) Luas (km2)

Kepadatan

(jiwa/km2)

1 Pardasuka 34.107 94,64 360,39

2 Ambarawa 34.036 30,99 1.098,29

3 Pagelaran 46.330 72,47 639,30

4 Pagelaran Utara 15.370 100,28 153,27

5 Pringsewu 81.405 53,29 1.527,58

6 Gadingrejo 72.860 85,71 850,08

7 Sukoharjo 47.771 72,59 654,85

8 Banyumas 20.302 39,85 509,46

9 Adiluwih 34.710 74,82 463,91

Pringsewu 386.891 625,00 619,03

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu, 2018a.

Kecamatan Pringsewu merupakan kecamatan terpadat dengan kepadatan sebesar

1.527,58 jiwa/km2 dan Kecamatan Pagelaran Utara merupakan kecamatan yang

paling jarang penduduknya dengan kepadatan sebesar 153,27 jiwa/km2.

Kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Pringsewu adalah 619,03 jiwa/km2.

Page 77: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

59

3. Keadaan Topografi dan Iklim

Topografi wilayah Kabupaten Pringsewu bervariasi antara dataran rendah dan

dataran tinggi yang sebagian besar merupakan bentangan datar yaitu sekitar 40

persen dari seluruh wilayah dengan ketinggian dari permukaan laut antara 800

meter sampai 1.115 meter. Bentang alamnya terdiri dari daratan 58 persen yang

dimanfaatkan untuk perumahan, pekarangan dan 42 persen dimanfaatkan untuk

perkantoran, perkebunan, pertanian serta fasilitas lainnya.

Kabupaten Pringsewu merupakan daerah beriklim tropis, dengan rata-rata curah

hujan berkisar antara 161,8 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan 13,1

hari/bulan. Rata-rata temperatur suhu berselang antara 22,9˚C sampai dengan

32,4˚C. Selang rata-rata kelembaban relatifnya adalah antara 56,8 persen sampai

dengan 93,1 persen dan rata-rata tekanan udara minimal dan maksimal di

Kabupaten Pringsewu adalah 1008,1 Nbs dan 936,3 Nbs. Dengan karakteristik

iklim tersebut, wilayah ini berpotensial untuk dikembangkan sebagai daerah

pertanian (BPS Kabupaten Pringsewu, 2015).

4. Keadaan Umum Konsumsi Pangan

Situasi pola konsumsi pangan masyarakat Kabupaten Pringsewu secara umum

belum memenuhi kecukupan. Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan

Kabupaten Pringsewu (2017), rata-rata konsumsi energi adalah sebesar 1826

kkal/kap/hari atau sebesar 91,3 persen dari Angka Kecukupan Energi (AKE).

Secara kuantitas tingkat konsumsi pangan tersebut masih belum memenuhi

standar konsumsi energi ideal yaitu sebesar 2.150 kkal/kap/hari.

Page 78: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

60

Pada kelompok pangan padi-padian, konsumsi penduduk Kabupaten Pringsewu

mencapai 719,2 kkal/kap/hari, umbi-umbian 96,8 kkal/kap/hari, pangan hewani

205,0 kkal/kap/hari, minyak dan lemak 464,7 kkal/kap/hari, buah dan biji

berminyak 29,0 kkal/kap/hari, kacang-kacangan 149,3 kkal/kap/hari, gula 42,5

kkal/kap/hari, sayur dan buah 113,7 kkal/kap/hari, dan pangan lain-lain sebesar

5,8 kkal/kap/hari.

Secara umum jumlah skor Pola Pangan Harapan (PPH) penduduk Kabupaten

Pringsewu tahun 2017 mencapai rata-rata 86,1 dari komposisi sembilan kelompok

pangan. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) tersebut menunjukkan bahwa secara

kualitas mutu konsumsi pangan penduduk Kabupaten Pringsewu rata-rata dari

sembilan kecamatan sudah cukup beragam meski belum ideal, masih terdapat gap

pada sembilan kelompok pangan yang harus ditambah dan dikurangi guna

mencapai skor PPH maksimal yaitu 100.

B. Gambaran Umum Kecamatan Gadingrejo

1. Keadaan Geografis

Kecamatan Gadingrejo berdiri pada tahun 1905 yang merupakan salah satu dari

sembilan kecamatan yang berada di Kabupaten Pringsewu. Wilayah Kecamatan

Gadingrejo merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Pingsewu. Kecamatan

Gadingrejo memiliki luas wilayah seluas 6.660 hektar dan berjarak sekitar 10 km

ke arah timur Kantor Pemerintah Daerah Pringsewu dan 35 km ke arah barat

Ibukota Provinsi, Kota Bandar Lampung. Secara geografis, Kecamatan

Gadingrejo terletak di antara 104˚ - 105˚ Bujur Timur dan 05˚ Lintang Selatan.

Page 79: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

61

Batas wilayah Kecamatan Gadingrejo di peta Kabupaten Pringsewu dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta batas wilayah Kecamatan Gadingrejo di Kabupaten Pringsewu

Sumber: Bappeda Kabupaten Pringsewu, 2013.

Kecamatan Gadingrejo memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai

berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Negeri Katon Kabupaten

Pesawaran dan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Way Lima Kabupaten

Pesawaran

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu Kabupaten

Pringsewu

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten

Pesawaran.

Page 80: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

62

2. Keadaan Demografi

Kecamatan Gadingrejo terdiri dari 23 desa dengan jumlah penduduk sebanyak

73.967 jiwa yang terbagi menjadi 37.981 jiwa laki-laki dan 35.986 jiwa

perempuan. Persebaran jumlah penduduk dan luas wilayah berdasarkan desa di

Kecamatan Gadingrejo dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Persebaran jumlah penduduk dan luas wilayah berdasarkan desa di

Kecamatan Gadingrejo tahun 2017

No Desa Jumlah penduduk

(jiwa)

Luas wilayah

(ha)

1 Parerejo 4.308,00 638,00

2 Blitarejo 3.003,00 625,00

3 Panjerejo 2.216,00 279,00

4 Bulukarto 3.507,00 464,00

5 Wates 2.333,00 556,00

6 Bulurejo 2.951,00 416,00

7 Tambahrejo 4.182,00 493,00

8 Wonodadi 8.544,00 626,00

9 Gadingrejo 5.515,00 504,00

10 Tegalsari 1.605,00 585,00

11 Tulung Agung 4.509,00 737,00

12 Yogyakarta 2.639,00 431,00

13 Kediri 2.409,00 334,00

14 Mataram 4.424,00 662,00

15 Wonosari 2.647,00 155,00

16 Klaten 1.354,00 101,00

17 Wates Timur 2.210,00 173,00

18 Wates Selatan 1.703,00 81,00

19 Gadingrejo Timur 1.585,00 126,00

20 Gadingrejo Utara 3.488,00 240,00

21 Tambahrejo Barat 2.235,00 103,00

22 Yogyakarta Selatan 1.287,00 107,00

23 Wonodadi Utara 2.248,00 135,00

Jumlah 73.967,00 8.571,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu, 2018b.

Kecamatan Gadingrejo merupakan wilayah dengan beragam suku, bangsa, agama,

dan profesi. Penduduk Kecamatan Gadingrejo mayoritas berasal dari Pulau Jawa,

terutama Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Page 81: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

63

Desa Wonodadi merupakan desa dengan jumlah penduduk paling padat

sedangkan Desa Yogyakarta Selatan merupakan desa dengan jumlah penduduk

paling sedikit. Mayoritas penduduk di Kecamatan Gadingrejo beragama Islam

sebanyak 73.371 orang, beragama Kristen sebanyak 74 orang, beragama Katolik

sebanyak 136 orang, beragama Hindu sebanyak 375 orang, dan beragama Budha

sebanyak 11 orang yang tersebar di 23 desa. Mata pencaharian penduduk

bermacam-macam mulai dari petani, peternak, pedagang, buruh, wiraswasta,

pegawai negeri, dan pegawai swasta. Penduduk di Kecamatan Gadingrejo

sebagian besar bekerja di sektor pertanian sehingga sebagian besar ekonomi

penduduk Kecamatan Gadingrejo bergantung pada sektor pertanian khususnya

tanaman pangan (Monografi Kecamatan Gadingrejo, 2016).

3. Keadaan Topografi dan Iklim

Topografi wilayah Kecamatan Gadingrejo merupakan dataran rendah dengan

ketinggian sekitar 230 mdpl. Wilayah yang terjal terdapat di bagian selatan yaitu

Desa Wates sedangkan wilayah yang mempunyai kondisi lahan yang cukup datar

umumnya tersebar di bagian tengah wilayah Kecamatan Gadingrejo. Jenis tanah

di Kecamatan Gadingrejo adalah podsolit dan latosol, warna kehitam-hitaman

dengan sifat tanah antara liat dan gambut. Permukaan tanah 80 persen terdiri dari

dataran rendah untuk areal persawahan dan 20 persen lainnya merupakan areal

perbukitan. Curah hujan di wilayah Kecamatan Gadingrejo rata-rata 1.500 sampai

dengan 3.000 mm/tahun sedangkan keadaan air tanah cukup dangkal dengan

kedalaman berkisar 5 sampai 10 meter.

Page 82: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

64

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Pembangunan sarana dan prasarana umum sangat penting guna menunjang

pembangunan di suatu daerah. Sarana dan prasarana penunjang utama kegiatan

masyarakat di Kecamatan Gadingrejo cukup memadai yang ditandai dengan

adanya sarana pemerintahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan tempat ibadah.

Uraian dan jumlah sarana dan prasarana penunjang di Kecamatan Gadingrejo

dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Sarana dan prasarana penunjang di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu tahun 2017

No Sarana Uraian Jumlah (unit)

1 Pemerintahan Kantor kecamatan 1

2 Pendidikan SD dan MI 60

SMP dan MTs 13

SMA, MA, dan SMK 12

Perguruan tinggi 4

3 Kesehatan Rumah bersalin 2

Puskesmas induk 1

Puskesmas pembantu 3

4 Ekonomi Pasar tradisional 2

Swalayan 4

Perbankan 2

SPBU 1

5 Tempat ibadah Masjid 75

Mushola 109

Gereja 2

Pura 3

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu, 2018.

Kecamatan Gadingrejo sudah memiliki sarana dan prasarana penunjang yang

cukup lengkap yang mampu mendukung kegiatan masyarakat setempat. Sarana

pemerintahan sangat mendukung kelancaran pelayanan umum khususnya

pelayanan terhadap masyarakat Kecamatan Gadingrejo. Peningkatan sarana

pendidikan terus dilakukan guna menunjang peningkatan pendidikan masyarakat.

Page 83: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

65

Sarana kesehatan adalah sangat penting keberadaannya dalam menjamin

kesehatan masyarakat karena kesehatan merupakan modal utama seseorang untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Sarana transportasi di Kecamatan Gadingrejo

cukup memadai mulai dari kendaraan roda dua maupun roda empat sehingga

memudahkan akses masyarakat setempat.

C. Gambaran Umum Pekon Klaten

1. Sejarah Pekon

Pendukuhan Klaten merupakan bagian dari Desa Yogyakarta yang pada akhirnya

dibuka pada tahun 1918 dan merupakan program kolonialisasi dari pemerintah

Belanda. Rombongan datang dari Jawa Tengah (Klaten) kemudian mendirikan

pemukiman dan lahan persawahan di pendukuhan Klaten. Nama pendukuhan

Klaten diambil karena pada waktu pembukaan hutan didatangkan rombongan dari

Klaten Jawa Tengah. Setelah mengalami perkembangan dan pertumbuhan

penduduk di pendukuhan Klaten, maka pada tanggal 15 Desember 2011

mengalami pemekaran dan resmi menjadi Pekon Klaten Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu.

2. Keadaan Geografis

Pekon Klaten merupakan salah satu desa dari 23 desa yang berada di Kecamatan

Gadingrejo. Pekon Klaten terdiri dari dua dusun dengan empat Rukun Tetangga

(RT). Pekon Klaten memiliki luas wilayah seluas 101 hektar yang berjarak

sekitar 7 km ke arah pusat kecamatan terdekat, 2 km ke arah ibukota kabupaten,

dan 36 km ke arah ibukota provinsi.

Page 84: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

66

Wilayah Pekon Klaten merupakan daerah dataran dengan curah hujan rata-rata

118,36 mm/bulan, suhu rata-rata harian 32˚C, dan tinggi tempat dari permukaan

air laut 80-82 mdl. Batas-batas wilayah Pekon Klaten pada peta dapat dilihat pada

gambar 4.

Gambar 4. Peta batas wilayah Pekon Klaten

Sumber: KKN Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai Bandar Lampung, 2018.

Pekon Klaten memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukoharjo

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bulurejo

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bulukarto

d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Yogyakarta.

3. Keadaan Demografi

Menurut hasil rekapitulasi data kependudukan tahun 2017, Pekon Klaten memiliki

penduduk sejumlah 1.479 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 426 KK, terdiri

dari penduduk laki-laki sebanyak 718 jiwa dan perempuan sebanyak 761 jiwa.

Page 85: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

67

Penduduk di Pekon Klaten mayoritas menganut agama Islam, sedangkan etnis

yang ada di Pekon Klaten sebagian besar bersuku Jawa sebanyak 1.472 jiwa,

sisanya yaitu bersuku Lampung, Sunda, dan Padang. Pekon Klaten merupakan

desa pertanian dan perkebunan sehingga sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani sebanyak 736 jiwa, pedagang 97 jiwa, PNS 30 jiwa,

guru 26 jiwa, buruh 97 jiwa, dan swasta 67 jiwa.

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Pembangunan sarana dan prasarana umum sangat penting untuk menunjang

pembangunan suatu daerah yang memiliki potensi tinggi menjadi daerah produktif

yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Sarana dan

prasarana merupakan fasilitas penunjang yang ditujukan untuk memperlancar

kegiatan desa. Sarana dan prasarana yang ada di Pekon Klaten diperoleh dari

swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah. Sarana dan prasarana yang dimiliki

Pekon Klaten dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Sarana dan prasarana penunjang di Pekon Klaten Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tahun 2017

No Sarana Uraian Jumlah (unit)

1 Pemerintahan Balai desa 1

2 Pendidikan TK/PAUD 1

SD/MI 1

SMP/MTs 1

3 Kesehatan Puskesmas pembantu 1

4 Ekonomi Pasar tradisional 1

5 Tempat ibadah Masjid 2

Mushola 3

Gereja 1

Sumber: Monografi Pekon Klaten, 2017 (tidak dipublikasikan).

Page 86: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

68

Sarana pendidikan di Pekon Klaten dapat dikatakan belum memadai karena hanya

terdapat satu unit Taman Kanak-kanak (TK), satu unit Sekolah Dasar (SD), dan

satu unit Sekolah Menengah Pertama (SMP) di mana belum terdapat Sekolah

Menengah Atas (SMA) ataupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sarana

ekonomi yang ada di Pekon Klaten juga kurang memadai karena hanya terdapat

satu unit pasar yang menyediakan kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Penduduk

Pekon Klaten sebagian besar mempunyai kendaraan roda dua untuk menunjang

aktivitasnya serta sebagian besar penduduk telah menggunakan telepon genggam

sebagai alat komunikasi.

5. Keadaan Potensi Pertanian

Sebagian besar penduduk yang tinggal di Pekon Klaten bekerja pada sektor

pertanian. Sektor pertanian khususnya tanaman pangan merupakan penunjang

perekonomian terbesar penduduk Pekon Klaten. Hal tersebut dapat dilihat dari

mata pencaharian masyarakat Pekon Klaten yang mayoritas bekerja sebagai

petani. Penggunaan lahan pertanian di Pekon Klaten sebagian besar dimanfaatkan

pada lahan padi sawah sebesar 65 ha dan padi ladang sebesar 9 ha.

Pekon Klaten merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk peternakan di

antaranya adalah ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Potensi ternak yang ada

di Pekon Klaten yaitu kambing, sapi, kerbau, ayam, itik, dan burung. Ternak

unggas merupakan jenis ternak yang paling banyak diusahakan. Data tahun 2017

mencatat jenis ternak yang terdapat di Pekon Klaten sebanyak 67 ekor kambing,

19 ekor sapi, 82 ekor kerbau, 1.280 ekor ayam, 143 ekor itik, dan 59 ekor burung

(Monografi Pekon Klaten, 2017).

Page 87: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

69

D. Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) di Kabupaten Pringsewu

Masalah kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan pangan, meskipun tidak

identik. Tingkat kerawanan pangan berdasarkan konsumsi energi sangat

ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain penyediaan pangan, harga pangan,

pendapatan keluarga, dan kemampuan keluarga dalam mengakses pangan, serta

pengetahuan masyarakat tentang pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi

seimbang, dan aman. Program atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka

pencegahan dan penanggulangan rawan pangan di Kabupaten Pringsewu melalui

dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pringsewu

salah satunya adalah kegiatan pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan).

Bantuan ini diberikan kepada masyarakat Kabupaten Pringsewu. Ruang lingkup

Program Demapan di Kabupaten Pringsewu merupakan Desa Mandiri Pangan

Reguler bukan Kawasan Mandiri Pangan. Bentuk kegiatan ekonomi produktif

yang dilakukan melalui dana bantuan dikelola dan dimanfaatkan melalui usaha

on-farm yaitu peternakan kambing.

Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan

untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem

ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan

sumberdaya setempat secara berkelanjutan. Tujuan pengembangan Desa Mandiri

Pangan (Demapan) adalah meningkatkan keberdayaan masyarakat pedesaan

dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya yang dimiliki untuk mencapai

kemandirian pangan rumah tangga dan masyarakat. Sasaran pengembangan Desa

Mandiri Pangan adalah rumah tangga miskin di desa rawan pangan berpedoman

Page 88: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

70

dengan Prioritas 1 (daerah paling rentan pangan) dan Prioritas 2 (daerah rentan

pangan) hasil analisis dan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan

(Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA) Kabupaten Pringsewu (Dinas

Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu, 2018).

Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) di Kabupaten Pringsewu

dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan,

dan tahap kemandirian. Kegiatan berupa sosialisasi, pendampingan dan

pemberian bantuan bibit, benih tanaman, hewan ternak, bibit atau benih ikan

sesuai dengan usulan proposal yang diajukan oleh masing-masing kelompok.

Penerima bantuan dibentuk dalam suatu kelompok afinitas yang mempunyai

minat, keterampilan, dan usaha yang sama dalam meningkatkan pendapatan

keluarga untuk mencapai keluarga dengan ketahanan pangan yang mandiri.

Program Demapan di Pekon Klaten Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

dilaksanakan sejak tahun 2015 (tahap penumbuhan) yaitu dengan pembentukan

kelompok dan pengajuan usulan proposal permohonan bantuan. Jenis bantuan

yang diberikan oleh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu berupa

hewan ternak kambing. Pemberian bantuan diberikan dua kali yaitu pada tahun

2016 dan 2017 (tahap pengembangan) dengan jumlah masing-masing pemberian

10 ekor hewan ternak kambing yang dikelola oleh kelompok dengan cara

perguliran berdasarkan musyawarah. Pada tahun 2018 (tahap kemandirian),

beberapa kambing yang dipelihara oleh anggota sudah melahirkan, namun belum

berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan rumah tangga anggota

kelompok.

Page 89: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

125

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

(1) Jumlah jenis pangan yang dikonsumsi rumah tangga anggota dan nonanggota

Program Demapan terdiri dari 14 jenis per hari. Jumlah konsumsi energi

rumah tangga anggota Program Demapan sebesar 7.120,56 kkal/rumah

tangga/hari dan rumah tangga nonanggota Program Demapan sebesar

6.639,71 kkal/rumah tangga/hari. Sebagian besar rumah tangga memilih

frekuensi konsumsi sangat sering untuk jenis pangan beras, frekuensi cukup

sering untuk tempe, dan frekuensi cukup untuk telur. Skor PPH rumah

tangga anggota Program Demapan sebesar 69,78 dan rumah tangga

nonanggota Program Demapan sebesar 65,62.

(2) Pada rumah tangga anggota Program Demapan terdapat sebesar 46,67 persen

rumah tangga tahan pangan, 10,00 persen rumah tangga kurang pangan, 36,67

persen rumah tangga rentan pangan, dan 6,66 persen rumah tangga rawan

pangan. Pada rumah tangga nonanggota Program Demapan terdapat sebesar

35,48 persen rumah tangga tahan pangan, 19,36 persen rumah tangga kurang

pangan, 32,26 persen rumah tangga rentan pangan, dan 12,90 persen rumah

tangga rawan pangan.

Page 90: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

126

(3) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan rumah

tangga anggota dan nonanggota Program Demapan adalah pendapatan rumah

tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan harga beras. Faktor yang

berpengaruh positif adalah pendapatan rumah tangga dan faktor yang

berpengaruh negatif adalah jumlah anggota rumah tangga dan harga beras.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

(1) Bagi pemerintah, khususnya Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu

perlu dilakukan pertimbangan mengenai penetapan sasaran anggota Program

Demapan agar program terealisasi dengan baik dan tepat sasaran sesuai

dengan petunjuk teknis pelaksanaan, juga mengingat Program Demapan di

lokasi penelitian yang belum bersinergi pada ketiga subsistem ketahanan

pangan (ketersediaan, distribusi, dan konsumsi).

(2) Bagi peneliti lain, sebaiknya melakukan penelitian lanjutan mengenai pola

konsumsi dan tingkat ketahanan pangan pada rumah tangga yang menjadi

sasaran program lain di bidang ketahanan pangan. Peneliti lain juga dapat

menambahkan variababel bebas yang belum dimasukkan seperti pengetahuan

gizi ibu, pendidikan kepala rumah tangga, suku, dan selera.

Page 91: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

127

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., dan B. Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana

Prenada Media Group. Jakarta.

Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Anggraini, M., W. A. Zakaria, dan F. E. Prasmatiwi. 2014. Ketahanan Pangan

Rumah Tangga Petani Kopi di Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Ilmu-

Ilmu Agribisnis. Vol. 2 No. 2, April 2014. Hlm. 124-132. Diakses pada 13

November 2017 pukul 20.08 WIB.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta.

Ariningsih, E., dan H. P. S. Rachman. 2008. Strategi Peningkatan Ketahanan

Pangan Rumah Tangga Rawan Pangan. Jurnal Analisis Kebijakan

Pertanian. Vol. 6 No.3, September 2008. Hlm. 239-225. http://ejurnal.

litbang.pertanian.go.id/index.php/akp/article/download/4314/3649. Diakses

pada 2 November 2017 pukul 16.10 WIB.

Arlin, N. A., B. Arifin, dan A. Suryani. 2017. Pola Konsumsi Pangan Pada

Rumah Tangga Petani di Desa Ruguk Kecamatan Ketapang Kabupaten

Lampung Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol. 5 No. 2, Mei 2017.

Hlm. 206-210. Diakses pada 4 November 2017 pukul 20.14 WIB.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. 2015. Panduan Perhitungan

Pola Pangan Harapan (PPH). http://bkp.pertanian.go.id. Diakses pada 18

Januari 2018 pukul 05.30 WIB.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI. 2012. Roadmap

Diversifikasi Pangan 2011-2015 Edisi 2. Kementerian Pertanian. Jakarta.

. 2017. Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu Beberapa

Macam Bahan Makanan Penting, 2007-2016. https://www.bps.go.id/

linkTabelStatis/view/id/950. Diakses pada 1 November 2017 pukul 19.28

WIB.

Page 92: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

128

. 2018. Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu

Beberapa Macam Bahan Makanan Penting, 2007-2017.

https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/950/rata-rata-konsumsi-per-

kapita-seminggu-beberapa-macam-bahan-makanan-penting-2007-

2017.html. Diakses pada 12 Februari 2019 pukul 12.28 WIB.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pringsewu. 2013. Peta

Batas Wilayah Kecamatan Gadingrejo di Kabupaten Pringsewu.

http://bpbd.pringsewukab.go.id/profil-kabupaten-pringsewu/. Diakses pada

20 Desember 2018 pukul 21.36 WIB.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. 2015. Kabupaten Pringsewu dalam

Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.

. 2017a. Kabupaten Pringsewu dalam

Angka. https://pringsewukab.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Kabupaten-

Pringsewu-Dalam-Angka-2017.pdf. Diakses pada 1 November 2017 pukul

21.52 WIB.

. 2017b. Kabupaten Pringsewu dalam

Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.

. 2018a. Kabupaten Pringsewu dalam

Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.

. 2018b. Kecamatan Gadingrejo

dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.

Darwis, V., Supriyati, dan I. W. Rusastra. 2014. Dampak Program Desa Mandiri

Pangan Terhadap Ketahanan Pangan dan Kemisikinan. Jurnal Informatika

Pertanian. Vol. 23 No. 1, Juni 2014. Hlm. 47-58. Diakses pada 5

November 2017 pukul 13.11 WIB.

Desfaryani, R. 2012. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di

Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Dewan Ketahanan Pangan. 2010. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 -

2014. Dewan Ketahanan Pangan. Jakarta.

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu. 2017a. Laporan Skor Pola

Pangan Harapan (PPH) Tahun 2017 Kabupaten Pringsewu. Dinas

Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.

______________________________________. 2017b. Kegiatan Pengembangan

Desa Mandiri Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu

2017. http://dkp.pringsewukab.go.id. Diakses pada 16 November 2017

pukul 06.30 WIB.

Page 93: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

129

______________________________________. 2017c. Lokasi Kegiatan Desa

Mandiri Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu tahun

2017. http://dkp.pringsewukab.go.id. Diakses pada 16 November 2017

pukul 06.50 WIB.

______________________________________. 2018. Rencana Strategis

Organisasi Perangkat Daerah Tahun 2017 – 2022. Dinas Ketahanan

Pangan Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.

Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu. 2017. Produksi Tanaman Padi

Kabupaten Pringsewu 2016 (Ton). Pringsewu.

Ediwiyati, R., D. Koestiono, dan B. Setiawan. 2015. Analisis Ketahanan Pangan

Rumah Tangga (Studi Kasus Pada Pelaksanaan Program Desa Mandiri

Pangan di Desa Oro Bulu Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan).

Jurnal AGRISE. Vol. XV No. 2, Mei 2015. Hlm. 85-93. Diakses pada 5

November 2017 pukul 15.12 WIB.

Fadhiela, K., A. Arida, dan Sofyan. 2015. Analisis Ketahanan Pangan Rumah

Tangga Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Konsumsi Energi

(Studi Kasus Pada Rumah Tangga Petani Peserta Program Desa Mandiri

Pangan di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar). Jurnal Agrisep.

Vol. 16 No. 1, 2015. Hlm. 20-34. Diakses pada 5 November 2017 pukul

14.22 WIB.

Farid, M., Wicaksena, B., Nuryati, Y., Prabowo, DW. Yulianti, A., dan Haryana,

A. 2014. Analisis Kebijakan Harga Pada Komoditas Pertanian. Pusat

Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri. Kementerian Perdagangan.

http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Kebijakan_

Harga_Pada_Komoditas_Pertanian.pdf. Diakses pada 25 Februari 2019.

Fatimah. 2004. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran dan

Tingkat Konsumsi Pangan Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Tanah

Sareal, Bogor). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses pada 4

November 2017 pukul 07.14 WIB.

Hamid, Y., B. Setiawan, dan Suhartini. 2013. Analisis Pola Konsumsi Pangan

Rumah Tangga (Studi Kasus di Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan

Provinsi Kalimantan Timur). Jurnal AGRISE. Vol. VIII No. 3, Agustus

2013. Hlm. 175-190. Diakses pada 13 November 2017 pukul 22.04 WIB.

Handayani, M. 2018. Pengambilan Keputusan dalam Pemilihan Pangan Lokal

Olahan dan Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga di Kabupaten

Pringsewu. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Page 94: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

130

Hardinsyah dan D. Martianto. 1989. Cara Menghitung Angka Kecukupan Energi

dan Protein Serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Wirasari.

Jakarta.

Hardinsyah dan Suhardjo. 1987. Ekonomi Gizi. Jurusan GMSK. Fakultas

Pertanian IPB. Bogor.

Hernanda, E. N., Y. Indriani, dan U. Kalsum. 2017. Pendapatan dan Ketahanan

Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Rawan Pangan. Jurnal Ilmu-

Ilmu Agribisnis. Vol. 5 No. 3, Agustus 2017. Hlm. 283-291. Diakses pada

4 November 2017 pukul 06.47 WIB.

Hernanda, T., Y. Indriani, dan I. Listiana. 2013. Ketahanan Pangan Rumah

Tangga Petani Jagung Di Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan Komering

Ulu (Oku) Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol. 1 No. 4, Oktober

2013. Hlm. 311-318. Diakses pada 4 November 2017 pukul 06.26 WIB.

Ilham, N., dan B. M. Sinaga. 2007. Penggunaan Pangsa Pengeluaran Pangan

Sebagai Indikator Komposit Ketahanan Pangan. Jurnal SOCA (Socio-

Economic of Agriculture and Agribusiness). Vol. 7 No. 3 November 2007.

Hlm. 1-22. https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4217.

Diakses pada 16 November 2017 pukul 19.22 WIB.

Indiako, R. H. Ismono, dan A. Soelaiman. 2014. Studi Perbandingan Pola

Alokasi Lahan, Pengeluaran Beras dan Pola Konsumsi Pangan antara Petani

Ubi Kayu di Desa Pelaksana dan Nonpelaksana Program MP3L di

Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol. 2 No. 4,

Oktober 2014. Hlm. 331-336. Diakses 4 November 2017 pukul 07.09 WIB.

Indriani. 2015. Buku Ajar: Gizi dan Pangan. CV Anugrah Utama Raharja

(AURA). Bandar Lampung.

Kecamatan Gadingrejo. 2016. Data Monografi. Kabupaten Pringsewu.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. https://www.gizi.

depkes.go.id. Diakses pada 1 April 2019 pukul 14.00 WIB.

Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Kegiatan Desa Mandiri Pangan

Menuju Gerakan Kemandirian Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2017. Produksi, Luas Panen, dan

Produktivitas Padi di Indonesia. http://www.pertanian.go.id/Data5tahun/

ATAP-TP2016/00-PadiNasional.pdf. Diakses pada 1 November 2017 pukul

19.45 WIB.

KKN Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai Bandar Lampung. 2018. Peta batas

wilayah Pekon Klaten. http://pringsewukab.go.id. Diakses pada 4 Januari

2019 pukul 14.29 WIB.

Page 95: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

131

Pekon Klaten. 2017. Data Monografi. Kabupaten Pringsewu.

Prasmatiwi, F. E., I. Listiana, dan N. Rosanti. 2011. Pengaruh Intensifikasi

Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di

Kabupaten Lampung Tengah. Prosiding SNSMAIP III-2012. Bandar

Lampung.

Rachman, H. P. S., dan E. Ariningsih. 2008. Perubahan Konsumsi Dan

Pengeluaran Rumah Tangga di Pedesaan: Analisis Data SUSENAS 1999-

2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Rachman, H. P. S., dan Suhartini, S. H. 1996. Ketahanan Pangan Masyarakat

Berpendapatan Rendah di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Jurnal

Agro Ekonomi. Vol. XV No.2, 1996. Hlm. 36-53. Diakses pada 5

November 2017 pukul 14.33 WIB.

Rangga, K. K. 2014. Keefektifan Kelompok Afinitas Usaha Mikro Dalam

Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Desa Mandiri Pangan

Provinsi Lampung. Disertasi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Safitri, C., F. E. Prasmatiwi, dan A. Nugraha. 2014. Kajian Tingkat Ketahanan

Pangan Rumah Tangga Dalam Rangka Mengurangi Rawan Pangan Di Kota

Bandar Lampung. Jurnal SOSIO EKONOMIKA. Vol. 18 No. 2 Desember

2014. Hlm. 115-123.

Santoso. 2004. Kesehatan dan Gizi II. Rineka Cipta. Jakarta.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Sevilla, C. G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta.

Suhardjo. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. UI Press. Jakarta.

_______. 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Suprianto, C dan D. Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius.

Yogyakarta.

Suyastiri, N. M. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi

Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan di

Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi

Pembangunan. Vol. 13 No.1, April 2008. Hlm. 51-60. Diakses pada 1

November 2017 pukul 16.41 WIB.

Page 96: POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH …digilib.unila.ac.id/58522/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2019. 8. 15. · 9. Sahabat-sahabat Sapi Qurban seperjuangan: Vidya

132

Syafani, T. S., D. A. H. Lestari, dan W. D. Sayekti. 2015. Analisis Preferensi,

Pola Konsumsi, dan Permintaan Tiwul Oleh Konsumen Rumah Makan di

Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol. 3 No. 1, Januari

2015. Hlm. 85-92. Diakses pada 3 Februari 2018 pukul 19.28 WIB.

Tanziha, I., dan E. Herdiana. 2009. Analisis Jalur Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kabupaten Lebak,

Provinsi Banten. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 4 No. 2, Juli 2009. Hlm.

106-115. Diakses pada 5 November 2017 pukul 10.52 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.

2012. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227.

www.bpkp.go.id. Diakses pada 1 November 2017 pukul 18.52 WIB.

Widajanti, L. 2009. Survei Konsumsi Gizi. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro. Semarang.

Yuliana, P., W. A. Zakaria, dan R. Adawiyah. 2013. Ketahanan Pangan Rumah

Tangga Nelayan Di Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar

Lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol. 1 No. 2, April 2013. Hlm.

181-186. Diakses pada 13 November 2017 pukul 23.24 WIB.

Yuwono, P. 2005. Pengantar Ekonometri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.