Adab Menyembelih Hewan Qurban

13
Adab Menyembelih Hewan Qurban Published: 18 November 2009 Pertama: dianjurkan untuk menajamkan pisau yang akan digunakan untuk menyembelih. ْ نَ عِ ادَ ّ دَ شِ نْ بٍ سْ وَ اَ الَ قِ انَ تْ نِ ث اَ مُ هُ تْ # ظِ % فَ حْ نَ عِ ولُ سَ رِ َ ّ ا ى صل- له ال ه3 ي علَ الَ ق- م شل وَ ّ نِ 9 ا« َ َ ّ اَ بَ تَ كَ انَ سْ حِ 9 ال ىَ لَ عِ ّ لُ كٍ ءْ ىَ ش اَ % دِ 9 اَ % قْ مُ تْ لَ تَ ق واُ % نِ سْ حَ اَ % قَ هَ لْ تِ قْ ل ا اَ % دِ 9 اَ وْ مُ تْ حَ بَ % د واُ % نِ سْ حَ اَ % قَ حْ بَ ّ % الدَ ّ دِ حُ 3 يْ لَ وْ مُ كُ دَ حَ اُ هَ تَ رْ % فَ سْ حِ رُ 3 يْ لَ % قُ هَ يَ ح3 يِ a بَ % د». Dari Syadad bin Aus, beliau berkata, “Ada dua hal yang kuhafal dari sabda Rasulullah yaitu Sesungguhnya Allah itu mewajibkan untuk berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Demikian pula, jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya kalian tajamkan pisau dan kalian buat hewan sembelihan tersebut merasa senang” (HR Muslim no 5167). Kedua: penyembelih dianjurkan untuk menghadap kiblat dan menghadapakan hewan sembelihan ke arah kiblat. ْ نَ عٍ عِ % ف اَ % نْ نَ عِ دْ تَ عِ َ ّ اِ نْ بُ هَ ّ % تَ اَ رَ مُ عَ انَ ك اَ % دِ 9 ا ىَ دْ هَ ا اً 3 نْ دَ هْ نِ مِ هَ % ي3 بِ دَ مْ ل اُ هَ دَ ّ لَ قُ هَ رَ عْ سَ اَ و3 ىِ % دِ a نِ هَ % فْ 3 يَ لُ حْ ل اُ هُ دِ ّ لَ قُ 3 يَ لْ تَ قْ نَ اُ هَ رِ عْ شُ 3 يَ z كِ لَ % دَ و3 ىِ % فٍ انَ كَ مٍ دِ احَ وَ وُ هَ وٌ هَ ّ جَ وُ مِ هَ لْ تِ قْ لِ لُ هُ دِ ّ لَ قُ 3 يِ نْ3 يَ لْ عَ % يِ بُ هُ رِ عْ شُ 3 يَ وْ نِ مِ ّ قِ ّ ش ل اِ رَ سْ 3 يَ ْ الَ ّ مُ ثُ اقَ سُ 3 يُ هَ عَ م ىَ ّ تَ حَ % فَ ف وُ3 يِ هِ تَ عَ مِ اسَ ّ % ت ل اَ هَ % فَ رَ عِ يَ ّ مُ ثُ عَ % فْ دَ 3 نِ هِ تْ مُ هَ عَ م اَ % دِ 9 ا واُ عَ % فَ د اَ % دِ 9 اَ % قَ مِ دَ ق ىً % تِ مَ اهَ دَ % عِ رْ حَ ّ % ي ل اُ هَ رَ حَ % بَ لْ تَ قْ نَ اَ قِ لْ حَ 3 بْ وَ اَ رِ ّ صَ فُ 3 يَ انَ كَ وَ وُ هُ رَ حْ % نَ 3 بُ هَ 3 تْ دَ هِ هِ دَ 3 تِ a بَ ّ نُ هُ ّ % فُ صَ 3 ي اً امَ 3 تِ قَ ّ نُ هُ هِ ّ جَ وُ3 يَ و ىَ لِ 9 اِ هَ لْ تِ قْ ل اَ ّ مُ ثُ لُ كْ اَ 3 نُ مِ عْ طُ 3 يَ وDari Nafi’ dari Abdullah bin Umar, adalah Ibnu Umar jika membawa hadyu dari Madinah maka beliau tandai bahwa hewan tersebut adalah hewan hadyu dengan menggantungkan sesuatu padanya dan melukai punuknya di daerah Dzul Hulaifah. Beliau gantungi sesuatu sebelum beliau lukai. Dua hal ini dilakukan di satu tempat. Sambil menghadap kiblat beliau gantungi hewan tersebut dengan dua buah sandal dan beliau lukai dari sisi kiri. Hewan ini beliau bawa sampai beliau ajak wukuf di Arafah bersama banyak orang kemudian beliau bertolak meninggalkan Arafah dengan membawa hewan tersebut ketika banyak orang bertolak. Ketika beliau tiba di Mina pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah beliau sembelih hewan tersebut

Transcript of Adab Menyembelih Hewan Qurban

Adab Menyembelih Hewan Qurban

Adab Menyembelih Hewan QurbanPublished:18 November 2009

Pertama: dianjurkan untuk menajamkan pisau yang akan digunakan untuk menyembelih.

- - .

Dari Syadad bin Aus, beliau berkata, Ada dua hal yang kuhafal dari sabda Rasulullah yaitu Sesungguhnya Allah itu mewajibkan untuk berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Demikian pula, jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya kalian tajamkan pisau dan kalian buat hewan sembelihan tersebut merasa senang (HR Muslim no 5167).

Kedua: penyembelih dianjurkan untuk menghadap kiblat dan menghadapakan hewan sembelihan ke arah kiblat.

Dari Nafi dari Abdullah bin Umar, adalah Ibnu Umar jika membawa hadyu dari Madinah maka beliau tandai bahwa hewan tersebut adalah hewan hadyu dengan menggantungkan sesuatu padanya dan melukai punuknya di daerah Dzul Hulaifah. Beliau gantungi sesuatu sebelum beliau lukai. Dua hal ini dilakukan di satu tempat. Sambil menghadap kiblat beliau gantungi hewan tersebut dengan dua buah sandal dan beliau lukai dari sisi kiri. Hewan ini beliau bawa sampai beliau ajak wukuf di Arafah bersama banyak orang kemudian beliau bertolak meninggalkan Arafah dengan membawa hewan tersebut ketika banyak orang bertolak. Ketika beliau tiba di Mina pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah beliau sembelih hewan tersebut sebelum beliau memotong atau menggundul rambut kepala. Beliau sendiri yang menyembelih hadyu beliau. Beliau jajarkan onta-onta hadyu tersebut dalam posisi berdiri danbeliau arahkan ke arah kiblatkemudian beliau memakan sebagian dagingnya dan beliau berikan kepada yang lain (HR Malik dalam al Muwatha no 1405).

.

Dari Nafi, sesungguhnya Ibnu Umar tidak suka memakan daging hewan yang disembelih dengan tidak menghadap kiblat (Riwayat Abdur Razaq no 8585 dengan sanad yang shahih).

: .

Dari Ibnu Sirin (seorang tabiin) beliau mengatakan, Dianjurkan untuk menghadapkan hewan sembelihan ke arah kiblat (Riwayat Abdur Razaq no 8587 dengan sanad yang shahih).

Riwayat-riwayat di atas dan yang lainnya menunjukkan adanya anjuran untuk menghadapkan hewan yang hendak disembelih kea rah kiblat. Namun jika hal ini tidak dilakukan daging hewan sembelihan tersebut tetaphalaldimakan.

An Nawawi menyebutkan adanya anjuran untuk membaringkan sapi dan kambing pada lambung kirinya. Dengan demikian proses penyembelihan akan lebih mudah.

Bahkan dalam al Mufhim 5/362, al Qurthubi mengatakan bahwa membaringkan hewan yang hendak disembelih pada lambung kirinya adalah suatu yang telah dipraktekkan kaum muslimin semenjak dahulu kala.

Bahkan Ibnu Taimiyyah mengklaim tata cara seperti ini sebagai salah satu sunnah Nabi.Beliau berkata, Hewan sembelihan baik hewan kurban ataupun yang lainnya hendaknya dibaringkan padalambung kiridanpenyembelih meletakkan kaki kanannya di leher hewan tersebutsebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih dari Rasulullah. Setelah itu hendaknya penyembelih mengucapkanbismilahdanbertakbir. Lengkapnya yang dibaca adalah sebagai berikut Bismillahi allahu akbar. Allahumma minka wa laka. Allahumma taqabbal minni kama taqabbalta min Ibrahim khalilika.

Barang siapa yang membaringkan hewan tersebut pada lambung kanannya dan meletakkan kaki kirinya di leher hewan tersebut akhirnya orang tersebut harus bersusah payah menyilangkan tangannya agar bisa menyembelih hewan tersebut maka dia adalah seorang yang bodoh terhadap sunnah Nabi, menyiksa diri sendiri dan hewan yang akan disembelih. Akan tetapi daging hewan tersebut tetaphalaluntuk dimakan. Jika hewan tersebut dibaringkan pada lambung kirinya maka lebih nyaman bagi hewan yang hendak disembelih dan lebih memperlancar proses keluarnya nyawa serta lebih mudah dalam proses penyembelihan. Bahkan itulah sunnah yang dipraktekkan oleh Rasulullah dan seluruh kaum muslimin bahkan praktek semua orang.Demikian pula dianjurkan agar hewan yang hendak disembelih tersebut dihadapkan ke arah kiblat (Majmu Fatawa 26/309-310).

Ketiga: Dimakruhkan memotong leher hewan yang disembelih

ari Nafi, sesungguhnya Ibnu Umar tidak mau memakan daging kambing yang disembelih hingga lehernya terputus (Riwayat Abdur Razaq no 8591dengan sanad yang shahih).

Dari Ibnu Thawus dari Thawus, beliau berkata, Andai ada orang yang menyembelih hewan hingga lehernya putus maka daging hewan tersebut tetap boleh dimakan (Riwayat Abdur Razaq no 8601 dengan sanad yang shahih).

Dari Mamar, Az Zuhri seorang tabiin- ditanya tentang seorang yang menyembelih dengan menggunakan pedang sehingga leher hewan yang disembelih putus. Jawaban beliau, Sungguh jelek apa yang dia lakukan. Apakah dagingnya boleh dia makan?, lanjut penanya. Boleh, jawab az Zuhri (Riwayat Abdur Razaq no 8600 dengan sanad yang shahih).

Tentang hal ini, ada juga ulama yang memberi rincian.Jika dilakukan dengan sengaja maka dagingnya jangan dimakan. Akan tetapi jika tanpa sengaja maka boleh. Di antara yang berpendapat demikian adalah Atha, seorang ulama dari generasi tabiin.

Dari Atha, beliau berkata, Jika ada orang yang menyembelih hewan hingga kepala terpisah dari badannya maka silahkan kalian makan asalkan orang tersebut tidak sengaja (Riwayat Abdur Razaq no 8599 dengan sanad yang shahih).

Imam Ahmad pernah ditanya tentang masalah ini. Beliau membenci perbuatan ini jika dilakukan dengan sengaja sebagaimana dalam Sualat Abdullah bin Ahmad hal 260 no 980 dan 981.Demikian pula Imam Syafii membenci hal ini (al Hawi 15/87-91).

dlhiyyah (Qurban) Dan Problematikanya

Submitted byforsan salafon Tuesday, 9 November 201019 Comments

Dasar disyariatkan udlhiyyah :

1. Surat Al-Kautsar : 2

( 2 )Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlahPendapat yang paling kuat dalam mentafsiri lafadz, adalah menyembelih hewan kurban.

2. Hadits riwayat Anas bin Malik.

( )Sesungguhnya Rasulullah S.A.W menyembelih duadombaputih yang bertanduk dengan tangannya sendiri, seraya mengucapkan basmalah dan bertakbir.Beliaumeletakkan kakinya disamping leherdomba(H.R. Bukhori-Muslim).HIKMAH BERKURBAN :mencukupi kebutuhan fakir miskin di waktu Idul Adha sebagaimana zakat fitrah di waktu idul fitri.

HUKUM BERKURBAN :Hukum berkurban ada 3:

a.Sunnah kifayah,artinya jika salah satu anggota keluarga telah berkurban, maka gugur tuntutan bagi anggota keluarga yang lain, namun pahala hanya untuk yang berkurban saja.

*Yang dimaksud keluarga disini adalah orang yang di nafkahi, meskipun bukan nafkah wajib.

b.Sunnah ain muakkad, yaitu untuk per-individu sekalipun bagi yang sedang haji, dengan syarat :

1. Islam

2. Mukallaf (baligh dan berakal).

3. Mampu, yaitu memiliki kelebihan harta untuk menafkahi dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya (makanan, pakaian dan tempat tinggal) selama hari raya kurban hingga hari tasyriq (tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah).

c.Wajib,yaitu dengan dua sebab :

1. Nadzar , misal: perkataan :saya nadzar menyembelih kurban.

2. Menentukan/mengisyaratkan kepada hewan kurbannya, seperti ucapan : ini adalah kurbanku atau saya jadikan kambing ini sebagai kurbanku. Namun pendapat Sayid Umar Al-Bashri, perkataan ini adalah kurbanku dengan tujuan memberitahukan bahwa hewan ini untuk kurban, tidak menjadi wajib (bukantayin).

HEWANYANG DAPAT DIJADIKAN KURBANAllah SWT berfirman :

( 34)Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rizki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).Kalimat dalam ayat ini adalah onta, sapi dan kambing, karena tidak ada riwayat dari Nabi atau sahabat berkurban dengan yang selainnya.

Hewan kurban, yang paling utama adalah onta , kemudian sapi lalu kambing. Onta dan sapi dapat dijadikan kurban untuk 7 orang , sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim:

: ( )Dari Jabirr.a :Kita menyembelih kurban bersama Rasulullah S.A.W di tahun Hudaibiyyah, satu onta untuk 7 orang , begitu juga sapi..Catatan :* Tujuh orang berkurban dengan tujuh kambing lebih utama daripada tujuh orang dengan satu ekor onta atau sapi.

* Tujuh kambing untuk satu orang lebih utama daripada seekor onta/sapi untuk satu orang.

KRITERIAHEWANKURBAN1.Umur : - Onta berumur 5 tahun lebih (masuk ke tahun ke-6).

- Sapi berumur 2 tahun lebih.

- Kambing kacang berumur 2 tahun lebih dan kambing gibas/domba berumur 1 tahun lebih atau berumur 6 bulan lebih tapi telah poel (gigi depanya sudah patah/jatuh).

2.Terbebas dari aib yang bisa mengurangi kuantitas daging , seperti sakit, terpotong sebagian telinganya, pincang, gila, sangat kurus, buta dan lain-lain. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadist: Artinya:4 hal tidak diperkenankan dalam hewan kurban : buta,sakit,pincang sertasangatkurushingga tak bersumsum. (H.R. Ibn Majah dan Nasai)NIATBERKURBANa.Wajib, jika berupa kurban sunnah. Waktu niat, ketika menyembelih atau sebelumnya. Boleh mewakilkan niat dan penyembelihan kepada orang muslim yang mumayyiz.

b.Tidak wajib,jika menentukan hewan kurban ketika bernadzar. Namun jika nadzar tanpa menentukan, maka tetap wajib niat ketika penyembelihan atautayin(penentuan hewan kurban). Begitu juga jika dengan menentukan/mengisyaratkan kepada hewan kurban (tayin bil jali).

Lafadz niat kurban sunnah : Aku niat berkurban dengan hewan ini karena Allah taala WAKTUPENYEMBELIHANWaktu penyembelihan dimulai dari terbitnya matahari tanggal 10 Dzulhijjah ditambah seukuran waktu untuk sholat dua rakaat beserta khutbahnya dan berakhir dengan terbenamnya matahari akhir hari Tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah). Sebagaimana hadits riwayat Ibn Hibban :

( Artinya:semua hari-hari tasyriq adalah waktu yang diperbolehkan untuk menyembelih kurban.Namun waktu yang paling afdhal adalah setelah shalat hari raya. Sebagaimana dalam shahih Imam Bukhari:

.

Artinya:Pertamakali yang kita lakukan di hari raya Idul Adha adalah sholat Iedkemudian pulang dan menyembelih kurban , Maka barang siapa yang mengerjakan ini (setelah masuk waktunya) benar-benar sesuai dengansyariatku.Dan barang siapa menyembelih sebelum masuk waktunya, maka (sembelihannya) hanyalah daging yang disajikan untuk keluarga dan sama sekali bukan termasuk kurban (H.R. Bukhari).PEMBAGIANDAGING KURBAN1.Udhlhiyah wajib(nadzar atau ditentukan)Seluruh daging harus disedekahkan dan tidak boleh bagi orang yang berkurban atau keluarga yang wajib dinafkahi untuk memakan sedikitpun. Jika tetap dilanggar , maka wajib mengganti seukuran yang dimakan baik berupa daging atau harganya. Keharaman ini berlaku juga bagi wakil dan keluarga yang wajib dinafkahi.

2.Udlhiyah sunnahAda beberapa cara pembagian daging kurban sunnah yaitu :

a. Paling utama dengan mengambil sedikit untuk dikonsumsi sendiri dengan tujuantabarruk(keberkahan) lalu mensedekahkan sisanya kepada fakir miskin.

b. Mensedekahkan sedikit saja untuk fakir miskin dan sisanya dikonsumsi sendiri.

c. Membaginya menjadi 3 bagian, satu bagian untuk dirinya, satu bagian untuk fakir miskin dan satu bagian lagi dihadiahkan kepada tetangga atau kerabatnya walaupun kaya raya.

** Daging yang diberikan kepada fakir miskin bersifattamlik(memindah kepemilikan) sehingga boleh digunakan apa saja seperti dijual, dan lain-lain. Sedangkan yang diberikan kepada orang kaya bersifathadiah,sehingga hanya boleh dikonsumsi sendiri atau disedekahkan kepada orang lain dan tidak boleh dijual.

** Kulit hewan kurban boleh disedekahkan (bukan pada masjid) atau dimanfaatkan untuk diri sendiri. Tidak boleh dijual atau dijadikan upah bagi penyembelih (tukang jagal) karena bisa menghilangkan pahala kurban. Rasulullah SAW bersabda :

( Artinya:Barang siapa menjual kulithewan kurbannya ,maka tidak mendapatkan pahalakurban.(H.R. Baihaqi).

KESUNAHAN DALAM UDHIYAH1. Membaca basmalah .

2. Mengucapkan takbir tiga kali setelah basmalah.

3. Membaca shalawat.

4. Menghadap kiblat . Adapun menghadapkan hewan kurban ke arah kiblat, maka ada perbedaan pendapat ulama.

5. Membaringkan hewan kurban pada sisi kiri badannya dan mengikat semua kakinya kecuali yang kanan. Namun pada onta disembelih dengan berdiri.

6. Membaca doa ketika menyembelih: 7. Tidak memotong rambut, kuku dan semua anggota badan lainnya sebelum prosesi penyembelihan hewan kurbannya (karena hukumnya makruh).

8. Menyembelih sendiri jika mampu, kecuali perempuan, maka sunah mewakilkannya. Bagi yang mewakilkan, disunnahkan untuk menyaksikan penyembelihannya.

9. Bagi imam (pemimpin daerah) sunah untuk menyembelih hewan kurban dari baitul mal (jika ada) untuk kaum muslimin.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN1. Hendaknya tidak berkurban dengan hewan hamil untuk keluar dari khilaf ulama, kecuali jika kehamilan menyebabkan berkurangnya kuantitas daging.

2. Daging harus disedekahkan dalam keadaan mentah. Jika dibagikan dalam keadaan matang (berupa masakan), maka tidak sah.

3. Lebih baik tidak menyembelih di akhir hari Tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah) agar keluar dari pendapat ulama yang menyatakan tidak sah yaitu imam-imam di luar madzhab Syafii.

4. Menurut imam Romli, boleh menyembelih satu kambing dengan niat kurban sekaligus aqiqah (mendapat pahala keduanya) dengan syarat bukan kurban atau aqiqah wajib. Sedangkan menurut Ibn Hajar jika diniati keduanya, maka tidak menjadi kurban atau aqiqah (syatu lahm)

5. Kurban diganti dengan uang tidak sah. Boleh mewakilkan dalam pembelian hewan kurban sekaligus penyembelihan dan pembagiannya. Jika seseorang berkata kepada yang lain :sembelihlah hewan kurban untukku , menjadikannya sebagai wakil dalam penyembelihan sekaligus pembagian daging kurban, sehingga wajib baginya untuk mengganti harga hewan tersebut.

6. Boleh menyimpan daging kurban (untuk dikonsumsi selepas waktu kurban) seperti dijadikan dendeng atau dikalengkan.

7. Menyerahkan hewan kurban kepada kiyai atau tokoh masyarakat berupa hewan hidup (bukan daging) tidak menjadi miliknya tapi hanya menjadikannya sebagai wakil dalam penyembelihan dan pembagian saja karena pembagian kurban harus sudah disembelih. Sehingga tidak diperbolehkan untuk mengambil daging kurban sedikitpun kecuali seukuran yang ditentukan oleh orang yang berkurban.

8. Menyembelih hewan kurban setelah habisnya waktu kurban (setelah terbenamnya matahari tanggal 13 Dzulhijjah), jika berupa kurban sunnah, maka tidak sah. Namun jika berupa kurban nadzar, maka tetap wajib dilaksanakan sebagai qodlo.

9. Berkurban untuk orang yang sudah meninggal menurut pendapat yang kuat tidak sah kecuali jika telah mendapatkan wasiat dari si mayit sebelum meninggalnya.

10. Boleh memberikan daging kurban kepada satu orang fakir miskin, berbeda dengan zakat.

11. Membagikan daging kurban (nadzar atau kadar wajib dari kurban sunah) kepada fakir miskin di luar daerah penyembelihan hewannya ada dua pendapat. Sebaiknya tidak membagikan di luar daerah penyembelihan untuk keluar dari khilaf ulama

12. Dalam mengetahui umur hewan kurban bisa mendasarkan pada kabar penjual hewan kurban, dengan catatan hewan tersebut lahir dalam kepemilikannya atau dengan bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang perhewanan .

13. Menyerahkan kurban kepada masjid dapat dibenarkan jika dimaksudkan diserahkan kepada salah satu pengurus masjid sebagai wakil dalam penyembelihan dan pembagian daging kurban.

14. Penyembelihan hewan kurban tidak boleh dilaksanakan di halaman milik masjid atau wakaf untuk masjid. Demikian juga tidak boleh menggunakan alat-alat milik masjid dalam penyembelihan dan pembagian daging kurban.

15. Tidak boleh memberikan daging kurban kepada orang non muslim.