POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

16
Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |1 A. Pendahuluan Berdakwah di penjara memang tidak mudah apalagi tidak ada fasilitas teknologi komunikasi yang secanggih seperti saat ini. Menelaah pergerakan dakwah Muhammad Hatta di penjara Banda Neira, yang berjumpa dengan komunitas Islam tradisional(kultural) dan Islam transformatif cukup signifikan untuk diungkap dalam perspektif dakwah multikultural. 2 Muhammad Hatta sebagai tokoh baru dari Digul, Sukamikin menuju 1 Dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam pada Fakultas Ushuluddin IAIN Ambon. Email: [email protected]. 2 Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah multikulutral makalah ilmiyah yang dipublis di blogger pada tahun 2013. Banda Neira bertemu dengan budaya baru sehingga proses penyesuaikan cara beragama dan berdakwah sangat penting untuk diungkap secara metodologis dakwah multikultural Muhammad Hatta di Penjara Banda Neira. Kedatangan Muhammad Hatta di Banda pada tahun 1936 diduga kuat pergerakannya memiliki ornamen dakwah multikultural sesuai kompetensi keilmuan dimana ia dibesarkan. Dominasi dan kekuatan sosok Muhammad Hatta dalam aspek keilmuan agama menjadi tokoh bagi masyarakat di Banda. Perjalanan dakwah Muhammad Hatta di Banda menyimpang banyak cerita yang memilukan akibat perjuangan masyarakat POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI PENJARA Oleh: Syarifudin 1 ABSTRACT This study discusses the multicultural propaganda communication patterns Muhammad Hatta in jail first vice president Mohammad Hatta, who exiled the Netherlands in 1936 in Banda, middle Maluku, Maluku Province. Study is to examine how communication patterns Muhammad Hatta Multicultural propaganda disseminated in Islamic society cultural and transformative. The style is a qualitative research study that examines the historical sites. and in-depth interviews with Muslim leaders in Banda in obtaining data in the field. Based on interviews and observations on the historical sites, this study found that the movement of thought have spread in the community when using patterns of propaganda and multicultural communications. This is done Muhammad Hatta while exiled in Banda are dealing with Islam and Islamic cultural transformative very diverse. Multicultural propaganda communication phase includes setting the agenda in prison designing miniature Homeland by making the names of the village. The name of the village include the village Dwiwarna (as a symbol of Indonesian flag colors), Village Nusantara (as a symbol of the country's territorial Indonesia), Eagle Village (as a symbol of the philosophy of the Republic of Indonesia), the village of Kampung Baru (as a symbol of Indonesia Merdeka), Istanah Mini (as Istanah symbol of the Republic of Indonesia), Village Merdeka (as a symbol that Indonesia will be free for the blessings of God's grace with lofty ideas and help Inayatullah). Keyword: Communication Patterns Propagation, Multicultural, Muhammad Hatta in Banda

Transcript of POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Page 1: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |1

A. Pendahuluan

Berdakwah di penjara memang tidak

mudah apalagi tidak ada fasilitas teknologi

komunikasi yang secanggih seperti saat ini.

Menelaah pergerakan dakwah Muhammad

Hatta di penjara Banda Neira, yang berjumpa

dengan komunitas Islam tradisional(kultural)

dan Islam transformatif cukup signifikan

untuk diungkap dalam perspektif dakwah

multikultural.2 Muhammad Hatta sebagai

tokoh baru dari Digul, Sukamikin menuju

1Dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

pada Fakultas Ushuluddin IAIN Ambon. Email:

[email protected].

2Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah

multikulutral makalah ilmiyah yang dipublis di blogger

pada tahun 2013.

Banda Neira bertemu dengan budaya baru

sehingga proses penyesuaikan cara beragama

dan berdakwah sangat penting untuk

diungkap secara metodologis dakwah

multikultural Muhammad Hatta di Penjara

Banda Neira.

Kedatangan Muhammad Hatta di Banda

pada tahun 1936 diduga kuat pergerakannya

memiliki ornamen dakwah multikultural

sesuai kompetensi keilmuan dimana ia

dibesarkan. Dominasi dan kekuatan sosok

Muhammad Hatta dalam aspek keilmuan

agama menjadi tokoh bagi masyarakat di

Banda. Perjalanan dakwah Muhammad Hatta

di Banda menyimpang banyak cerita yang

memilukan akibat perjuangan masyarakat

POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL

MUHAMMAD HATTA DI PENJARA

Oleh:

Syarifudin1

ABSTRACT

This study discusses the multicultural propaganda communication patterns Muhammad

Hatta in jail first vice president Mohammad Hatta, who exiled the Netherlands in 1936 in Banda,

middle Maluku, Maluku Province. Study is to examine how communication patterns Muhammad

Hatta Multicultural propaganda disseminated in Islamic society cultural and transformative. The

style is a qualitative research study that examines the historical sites. and in-depth interviews

with Muslim leaders in Banda in obtaining data in the field. Based on interviews and

observations on the historical sites, this study found that the movement of thought have spread in

the community when using patterns of propaganda and multicultural communications. This is

done Muhammad Hatta while exiled in Banda are dealing with Islam and Islamic cultural

transformative very diverse. Multicultural propaganda communication phase includes setting the

agenda in prison designing miniature Homeland by making the names of the village. The name of

the village include the village Dwiwarna (as a symbol of Indonesian flag colors), Village

Nusantara (as a symbol of the country's territorial Indonesia), Eagle Village (as a symbol of the

philosophy of the Republic of Indonesia), the village of Kampung Baru (as a symbol of Indonesia

Merdeka), Istanah Mini (as Istanah symbol of the Republic of Indonesia), Village Merdeka (as a

symbol that Indonesia will be free for the blessings of God's grace with lofty ideas and help

Inayatullah).

Keyword: Communication Patterns Propagation, Multicultural, Muhammad Hatta in Banda

Page 2: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |2

Banda memproteksi dirinya dari berbagai

macam intervensi budaya, idiologi, dan

penguasaan kapitalis dari bangsa Eropa.

Inilah yang disebut Gardner Murphy sebagai

pemenuhan kebutuhan ekonomi untuk

mempertahankan eksistensi manusia agama

juga berperan sebagai pergerakan budaya

dakwah multikultural Muhammad Hatta di

Banda Neira

Mencermati berbagai artefak sejarah di

Banda banyak jejak pemikiran dakwah

Muhammad Hatta yang membutuhkan

penjelasan untuk mengetahui bagaimana

energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta

dapat beradabtasi dengan energi pemikiran

tradisional, transformatif, dan moderen.3 Ada

beberapa persoalan yang membutuhkan

analisis mendalam dari gagasan pemikiran

dakwah apakah ia membawa pemikiran

Muhammad Hatta di Banda atau ia

menyesuaikan gagasan dakwahnya sesuai

dengan keadaan masyarakat di Banda.

Pergerakan dakwah multikultural

Muhammad Hatta di Banda Neira perlu

diketahui bagaimana proses insiasi dan

inovasi pergerakan dakwah Muhammad Hatta

dikomunikasikan melalui saluran-saluran

tertentu di Banda. Hal tersebut lebih jauh

dijelaskan bagaimana sebuah energi pikiran

disebarkan dan di bahasakan sebagai gagasan

3H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas

Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis

melalui via telpon 12 Agustus 2014.

baru bagi masyarakat yang dapat merubah

mindset Islam kultural dan Islam transformatif

di Banda.4

Kondisi ini membutuhkan penjelasan

untuk mengungkap medan dakwah, materi

dakwah Muhammad Hatta di kepulauan

rempah-rempah di Banda. Tantangan itu

secara umum dua aspek yakni tantangan dari

aspek internal Muhammad Hatta yang telah

dikonstruksi pemikiran dakwahnya dari

proses perjalanan pendidikannya dan dari

aspek eksternal ia berhadapan dengan tradisi

masyarakat Banda yang sangat kental dengan

Islam kultural di Banda. Problematika ini

membutuhkan penjelasan dari aspek kognitif,

afektif, dan behavioral,5 sehingga energi

pemikiran dakwah Muhammad Hatta

melawan imprealisme budaya Eropa di Banda

beradabtasi dengan kondisi Islam kultural dan

ritual di tengah masyarakat di Banda.

Masalah membutuhkan metode untuk

mengungkap metarealitas pergerakan dakwah

Muhammad Hatta yang diwariskan pada

masyarakat Banda melawan penjajah

imprealisme budaya global dari aspek

kapitalisasi wilayah rempah-rempah di Banda

Neira Kabupaten Maluku Tengah Provinsi

4Zulkifli Suleman, Pemikiran politik

Muhammad Hatta: Demokrasi Untuk Indonesia (Cet.

II; Jakarta: Buku Kompas), h. 21.

5Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,

(Cet. XXII; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005),

h. 233.

Page 3: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |3

Maluku.6 Kondisi yang sangat krusial ini apa

metode dakwah Muhammad Hatta dibanda

sehingga ia dapat mengukir prestasi di

Penjara/pengasingan inilah yang akan

dieksplorasi bagaimana Gagasan Dakwah

Muhammad Hatta di Penjara (Studi

Pemikirannya Melalui Artefak Sejarah di

Banda Neira Maluku).

Rumusan masalah dalam kajian ini yang

mengambil tema Dakwah Multikultural

Muhammad Hatta Di Penjara (Studi Artefak

Sejarah di Banda Neira Maluku). Akan lebih

fokus dalam aspek kredibilitas Mubalig,

sebagai sumber energi pemikiran dakwah,

konsep dakwah(materi dakwah), dan metode

penerapan dakwah di komunitas

multikultural.

B. Pembahasan

Definisi dakwah multikultural akar kata

dari “kultur” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI 2010) yang berarti

“kebudayaan”.7 Sedangkan kata multi berarti

jamak sehingga multikultural dapat diartikan

sebagai kebudyaan yang majemuk. Dari

pengertian ini dapat dibahasakan bahwa

dakwah multikultural adalah kecerdasan

seorang mubalig membahasakan, mengemas,

dan mengkomunikasikan pesan-pesan

6M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah

(Cet. I; Jakarta: Gramedi group, 2008), h. 78.

7Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Cet. I;

Jakarta: Balai Bahasa Indonesia, 2010), h. 835

perbaikan sosial demi kemaslahatan umat

manusia melalui pergerakan pemikiran

perilaku di tengah masyarakat Islam yang

memiliki kemajemukan dari aspek suku,

bahasa, dan cara beragama.

Pemetaan sosial keagamaan penulis

merujuk pada perspektif Abuddin Nata bahwa

Indonesia terdiri dari Islam kultural, Islam

transformatif, dan Islam Modernitas.8 Struktur

masyarakat seperti ini dijelaskan juga dalam

QS Surat Al-Hujurat ayat 13

Terjemahnya:

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami

menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa diantara

kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.9

Spirit dari pesan ayat ini dapat difahami

bahwa Allah swt menyerukan mengenal

watak laki-laki dan perempuan, watak antar

8Abuddin Nata, Peta Pemikiran dan Keragaman

Islam di Indoensia (Cet. II; Jakarta: Prenada Media

group, 2001), h 22.

9Terjemahan kementerian Agama RI dalam QS

Al-Hujurat/49:13

Page 4: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |4

suku, watak komunitas-komunitas

masyarakat, dan adanya ekosistem

ketergantungan antara satu komunitas dengan

komunitas lain.10 Menghadapi komunitas

seperti ini membutuhkan mubalig yang ahli

dalam membahasakan dan

mengkomunikasikan pesan Al-Quran dan

Sunnah secara tekstual, kontekstual, dan antar

tekstual sesuai peta sosial dan daya nalar

masyarakat.

Berkaitan dengan perkembangan watak

manusia ini Allah swt berfirman dalam QS

Al-Isra/17:84.

Terjemahnya:

84. Katakanlah: "Tiap-tiap orang

berbuat menurut keadaannya masing-

masing". Maka Tuhanmu lebih

mengetahui siapa yang lebih benar

jalanNya.

Ayat ini memberikan pesan bahwa

watak dan karakter seseorang itu berbeda-

beda, di dalamya ayat tersebut termasuk

orang-orang yang memiliki sifat, tabiat,

budaya, dan corak berpikir dan pengaruh alam

dan lingkungan sekitarnya dimana ia

dibesarkan.

Ruang lingkup kajian ini terfokus pada

muatan energi pemikiran Dakwah

10Muin Salim, Dosen tafsir Universitas

Alauddin Makassar, Artikel Tafsir Sosial Perspektif Al-

Quran Dipresentasikan pada Mahasiswa Pascarsarjana

23 Oktober 2011.

Muhammad Hatta yang akan dilihat dari teori

AISYATEK (Aqidah, Syari’ah, Akhlaq,

Teknologi dan Entrepreneurship) sebagai

paradigma untuk menjelaskan energi

pergerakan Dakwah Muhammad Hatta di

Banda. Konsentrasi kajian ini pada aspek

kredibilitas Mubalig, gagasan pemikiran

dakwah, materi dakwah, dan metode

penerapan dakwah di komunitas multikultural

yang dipetakan menjadi dua komunitas

Masyarakat yakni Islam Kultural dan Islam

transformatif.

Pendekatan dakwah yang digunakan

dalam kajian ini adalah menggunakan teori

AISYATEK sebagai paradigma untuk

menjelaskan kredibilitas sumber daya

pemikiran dakwah Muhammad Hatta di

Banda. Paradigma keilmuan ini secara

epistemologi berawal dari pergerakan dakwah

Imam Rijali di Maluku yang juga memiliki

motif yang sama dengan corak pemikiran

Muhammad Hatta dalam mengkonstruksi

pemikiran Islam kultural dan Islam

transformatif.

Secara metodologis energi pemikiran

lahir dari dua realitas yang dijelaskan dalam

Al-Quran dalam Surah As-Syam ayat delapan.

Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)

kefasikan dan ketakwaannya.11 Terjemahan

ini diulas bahwa Allah swt memberikan

11Kementerian Agama Al-Quran dan

Terjemahnya (Cet. II: Syamila Al-Quran) QS

Asyams/91:8

Page 5: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |5

kepada manusia dua potensi yakni potensi

pada jiwa yaitu potensi fujuraha dan potensi

takwaha. Terjemahan ini dengan teori ini

relevan dengan teori ekspresi J. DeVito dalam

bukunya Human Communication

mengungkapkan bahwa ekspresi seseorang

sangat tergantung pada input data yang

diterima semakin tinggi data positif semakin

tinggi pula prilaku positifnya dalam

melakukan hubungan sosial.12 Gagasan

dakwah multikulturan Muhammad Hatta d

Banda sangat dipengaruhi oleh cara berpikir

nasionalisme dan Islam keindonesiaan.

Proses dakwah multikulturan

Muhammad Hatta dapat ditelaah dengan

perspektif AISYATEK yang digambarkan

sebagai berikut:

Sebelum menjelaskan gagasan dakwah

Muhammad Hatta di Penjara Banda perlu

dideskripsikan lebih awal jejak biografi energi

pemikiran dakwah Muhammad di Banda.

Perspektif ini penting karena untuk

memberikan gambaran proses adabtasi energi

pemikiran dakwah Muhammad Hatta dengan

12Joseph De Vito, Human Interpersonal

Communication (Cet. IV; New Yok: Sage Publishing,

2010), h.99.

Islam kultural dan Islam trasnformatif di

Banda Neira sebagai medan dakwah.

Paradigma ini disebut Charles Horton

Cooley sebagai pertemuan komunitas primer

dan komunitas sekunder. Komunitas primer

adalah komunitas yang memiliki kesamaan

yang tinngi dalam aspek pemikiran nasib, dan

cara beragama, komunitas ini dikelompokkan

menjadi komunitas Muhammad Hatta.

Sedangkan komunitas primer adalah

komunitas Islam kultural, Imprealisme

Belanda, dan Islam transformatif sebagai

komunitas sekunder.13 Komunitas sekunder

inilah yang menjadi objek dakwah

Muhammad Hatta.

Berdakwah di tengah komunitas

multikultural termasuk level dakwah yang

sangat tinggi karena ada banyak kemasan

kalimat, kata, emosi, dan aksesntuasi yang

perlu dipenuhi untuk menyesuaikan dengan

daya nalar masyarakat dalam membahasakan

pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah di tengah

Masyarakat.

Sebelum menjelaskan pergerakan

dakwah Muhammad Hatta di tengah

masyarakat Islam kultural dan Islam

transformatif di penjara (pengasingan) Banda

neira, perlu digambarkan lebih awal biografi

perjalanan intelektual Muhammad Hatta sejak

13Charles Horton Cooley, Social Organication

(Cet. II; New York: Scribner Press, 2001), lihat dalam

buku Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.

144.

Page 6: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |6

ia duduk sekolah di kota Padang, ia sangat

respon dengan ide-ide pergerakan sosial.

1. Biografi Muhammad Hatta Di Banda

Kedatangan dua tokoh proklamator

Hatta dan Syahrir di Banda pada bulan

pebruari tahun 1936 disambut dengan hujan

rintik-rintik dengan awan sedikit mendung,

gunung merapi diselimuti awan/kabut teluk

Neira yang indah saat itu menjadi hening

dengan desiran ombak. Setelah sore hari kapal

Putih (istilah orang Banda) yang ditumpangi

Muhammad Hatta datang anak-anak Banda

mulai berenang menyambut kapal yang mulai

sandar di dermaga pelabuhan Banda.14

Muhammad Hatta dan Syahrir mengagumi

kelihaian anak-anak Banda dalam berenang.

Dari jauh Muhammad Hatta dan Syahrir

berdiri dengan pucat pasih karena sejak

diasingkan di Digul sukamiskin, dan Cipinang

Batavia mendapat perlakukan yang kurang

manusiawi dari Penjajah. Secara fisik

Muhammad Hatta kurang mendapatkan

nutrisi dan suplemen vitamin yang cukup.15

Kondisi inilah yang tampak dalam ekspresi

wajahnya saat bertemu dengan komunitas

baru di Banda interpretasi Geertz bahwa

pertemuan antar dua budaya baru saling

membutuhkan pola komunikasi multikultural

dalam proses adaptasi untuk melakukan

14Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi)

(Cet. II; Malang: Pustaka Al-Bayan, 2010), h. 255.

15Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi

h. 255.

kontak sosial. Poroses komunikasi

multikultural ini digunakan saat bertemu

dengan Cipto Mangunksumo yang diasingkan

pada tahun 1928, sedangkan Iwa Kusuma

Sumantri tiba di Banda pada tahun 1930

kedua tokoh ini adalah anggota Syarikat

Islam(SI).16

Pemahaman agama Muhammad Hatta

dalam pandangan Victor Turner bahwa

keyakinan keagamaan itu memberikan

konsekwensi secara budaya dan elemen-

elemen pengetahuan.17 Sejak Muhammad

Hatta tinggal di penjara Banda Neira dan

menyatu dengan budaya di Masyarakat mulai

berkembang gagasan-gagasan barunya dengan

mulai menulis untuk menghidupi dirinya dan

tahanan yang ada di penjara Sukamiskin,

Digul yang telah berjuang mempertahankan

Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

impreaslisme Eropa.18

Pola komunikasi dakwah multikultural

Muhammad Hatta menggunakan metode

adaptasi kultural dengan masyarakat di Banda

melalui pertemuan pembukaan sekolah sore

bagi anak-anak di rumah pengasingannya di

Banda. Metode komunikasi dakwah

16A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan

Indonesia Jilid I. Bandung: Disjarah Angkatan darat

dan Angkasa, 1977), h. 208

17Victor Turner, Planes of Classification in a

Ritual of Life and Death dalam The Ritual process:

Structure and anti-Struktur, Cornell UP (Cet. III; New

York: 2001), h. 131.

18Deddy Mulyanan, Komunikasi Efektif (Cet. II;

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 23.

Page 7: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |7

multikultural menggunakan media rumah

sebagai pusat pergerakan dakwah

multikultural di Banda yang dilakukan setiap

sore hari.

Menurut Said Ba’adillah ayah dari Des

Alwi mengungkapkan bahwa objek pola

komunikasi dakwah multikultural juga

digunakan Muhammad Hatta di Banda

menyantuni anak-anak miskin yang putus

sekolah.19 Pendekatan metode komunikasi

multikultural digunakan pada objek dakwah

melalui bahasa Indonesia sebagai mahasa

pemersatu di Banda. 20 Metode komunikasi

multikultural ini digunakan sesuai kondisi

setting sosial dan topografi budaya

masyarakat Banda.

2. Setting Sosial dan Topografi

Masyarakat di Banda

Seting Sosial Medan Dakwah

Setting sosial masyarakat multikultural

di Banda sebagai medan dakwah Muhammad

Hatta termasuk komunitas majemuk, karena

terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan

keragaman dalam pemahaman keislaman.

Prilaku keagaman itu dalam perspektif

Abudin Nata medan dakwah di Banda terdiri

dari islam kultural dan Islam transformatif.

19Des Alwi anak murid Muhammad Hatta,

Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel

ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas

Pattimura.

20Roger M. Keesing, Theory of Culture

Revisited dalam Assessing Culture Antropology, (Cet.

II; New York: Sage Publishing, 2004), h. 91.

Lokasi dakwah Muhammad Hatta sebagai

penghasil rempah-rempah terbaik dunia, ia

memiliki struktur pesona keindahan laut,

rempah-rempah, dan megahnya gunung yang

menambah minat penjelajah samudra di masa

yang lalu.21 Kekayaan energi pemikiran yang

dikonstruksi oleh generasi sebelumnya

termasuk Muhammad Hatta yang mendiami

Banda Neira sebagai tempat pembuangan

menghadapi mesyarakat transisi.

Model komunikasi masyarakat sangat

tergantung pada tokoh yang memiliki

kredibilitas yang tinggi. Ditemukan dalam

peran Muhammad Hatta di penjara Banda

menghadapi tiga model kelompok sosial

antara lain Islam kultural, Islam transformatif,

dan bangsa Belanda sendiri yang memata-

matai pergerakan Dakwah Muhammad Hatta.

Sebelum kedatangan Muhammad Hatta Cipto

Mangunkusumo menjadi pusat perhatian

masyarakat Banda.

Strukur sosial Banda sangat majemuk

karena terdiri dari berbagai suku bangsa sejak

Muhammad Hatta mulai menyebarkan

dakwahnya di tengah masyarakat. Komposisi

masyarakat di Banda terdiri dari tiga model

komunitas masyarakat, masyarakat yang

dapat dipengaruhi, masyarakat yang bimbang,

dan masyarakat tidak bisa dipengaruhi. Ketiga

komunitas masyarakat ini masing-masing

21H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira

sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur (Cet. I;

Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h. 63.

Page 8: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |8

memiliki tokoh dan bergerak cenderung

kurang teratur dalam menata citra sosialnya.

Masyarakat yang tidak bisa dipengaruhi

ini adalah komunitas Islam kultural yang

sangat kental dengan budaya setempat.

Ornamen setting sosial masayrakat di Banda

ini menurut Foucaul bergerak sesuai dengan

naluri masing-masing.22 Masyarakat yang

dapat dipengaruhi oleh Muhamad Hatta

sampai saat menjadi pembaharu dan

penggerak sosial di Maluku. Misalnya Des

Alwi sebagai Murid Muhammad Hatta,

Hamadi B. Husain murid sekolah Sore

penggerak pendidikan di Maluku. Selain itu

gubernur saat ini juga bagian yang tidak

terpisahkan dari kader-kader Muhammad

Hatta di Banda Neira.

Setelah kedatangan Muhammad Hatta

setting sosial berubah, perhatian masyarakat

Banda lebih banyak konsentrasinya pada pola

pergerakan Muhammad Hatta. Yang menarik

dari pergerakan Muhammad Hatta membuat

dua pergerakan besar yakni menulis Buku

Alam Pikiran Yunani dan mewariskan konsep

Negara Republik Indonesia (NKRI) dengan

membuat nama-nama Desa seperti Desa

Dwiwarna, Rajawali dan Nusantara. Semua

simbol Desa ini konsep NKRI yang dibangun

konsepnya di Banda Neira dengan karakter

Nasional Kebangsaan.

22Michel Foucault, Dicipline and Punish,

Penguin Book (Cet. IV; London, 2007), h. 62.

Kontribusi penelitiaan ini untuk

memberikan model dakwah multikultural

dalam proses mediasi dan penyelesaikan

konflik di Maluku, yang sering terjadi akibat

benturan budaya dan peradaban. Selain itu

penelitin ini juga memberi kontribusi dalam

meningkatkan daya imun masyarakat urban

dalam menghadapi kebutuhan masyarakat

moderen yang diterpa peradaban kapitalisme,

materialisme dan hedonisme. Gagasan

Dakwah multikultural Muhammad Hatta

sebagai model percontohan dakwah wisata

multikultural yang dapat menjadi pilihan

akademik bagi pengembangan wisata religi di

Maluku.

Topografi Medan Dakwah

Kecamatan Banda Neira dari aspek

astronomi terletak di 5043 - 6031 lintang

selatan dana antara 1290 -130 Buju Timur.

Kecamatan Banda berbatasan dengan Pulau

Seram sebelah selatan dengan Kepulauan

Teon Nila Serua (TNS) sebelah Barat

kepulauan Banda sebelah Timur berbatasan

dengan kepulauan Watubela, Luasnya

Kepulauan Banda 2.568Km2.23 Data tahun

2006 Kekayaan sosial dan Ekonomi Kepulaan

Banda dari aspek perikanan untuk ikan tuna

23H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira

sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur (Cet. I;

Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h.17

Page 9: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |9

2500-3000 ton/per bulan dan ikan layan 700

ton/per bulan.24

Komposisi struktur sosial di Banda

Neira terdiri dari beragai suku di Indonesia

seperti suku bugis, buton, jawa, Arab, Cina

dan Sumatra.25 Jumlah penduduk tahun 1998

jumlah penduduk 16.352 pada tahun 2006

sebanyak 25.895 jiwa yang terdiri dari 12.928

jiwa laki-laki dan 12.967 jiwa Perempuan.

Peningkatan pendudukan sebesar 27,5%,

peningkatan pendudukan akibat migrasi

penduduk dari Dobo, kota Ambon, kota Tual

akibat konflik sosial.26 Komposisi penduduk

perdesa dapat dideskripsikan dalam tabel

berkut ini;

No Nama Desa Di

Banda

Penduduk Penduduk

tidak

berKTP

Juml

ah Ket L P

1 P. Rhun 772 773 334 1879

2 Pulau Hatta 324 289 357 970

3 Lontor 2221 2196 1342 5759

4 Selamon 1945 1927 1012 4884

5 Kampung

Baru

3013 3022 1489 7524

6 Dwiwarna 591 605 245 1441

7 Rajawali 355 365 125 845

8 Merdeka 362 421 123 906

9 Nusantara 2605 2639 1011 6255

24Sumber: Tabulasi data peneliti 2006.

25H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira

sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur (Cet. I;

Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h.18

26Subair dkk. Segregasi Pemukiman Islam dan

Kristen di kota Ambon (Cet. I; Yogyakarta: Gara-Guru,

2007), h. 32.

Salah satu warisan dakwah Muhammad

Hatta sejak membuka sekolah sore bagi anak-

anak termasuk Des Alwi terwujud ketika Des

Alwi mendirikan Perguruan Tinggi yang

bernama Yayasan Hatta-Syahrir. Sekolah ini

membuka jurusan keguruan kegigihan Des

Alwi mencari donatur untuk mewariskan

kepada generasi selanjutya. Pergerakan

dakwah multikultral Muhammad Hatta ini

diduga kuat melahirkan setting sosial yang

sampai saat ini terus bergerak di Banda sesuai

tingkat kebutuhan masyarakat di Banda

dengan pesan-pesan agama yang

dikomunikasikan secara multikultural sesuai

level dan problematika masyarakat

multikultural.

3. Pola komunikasi Dakwah

Multikultural Muhammad Hatta.

Pergerakan dakwah multikultural

Muhammad Hatta sangat dipengaruhi oleh

latarbelakang pendidiknnya saat masuk

Sekolah Rakyat (SR) di Bukittinggi hanya

selama dua tahun yang mengintegrasikan

nilai-nilai intelektual dan imam dalam strategi

pembelajaran. Corak pemikiran ini

diterapkan di Banda pada anak muridnya di

sekolah Sore.

Pergerakan dakwah Muhammad Hatta

kepada murid-muridnya di Banda saat itu

mengalami perjumpaan dengan beberapa

budaya baru dengan adanya benturan sosial

Page 10: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |10

akibat konflik tahun 1999 mulai berubah dari

pola tradisional menjadi moderen. Pergerakan

dakwah Muhammad Hatta ini cukup bertahan

saat Des Alwi masih hidup, tetapi karakter

pemikiran Muhammad Hatta mulai punah saat

tokoh sejarawan Maluku itu meninggal dunia.

Inilah Motif pergerakan dakwahnya

mengitegrasikan sekolah umum dan

pendidikan agama menjadi satu kesatuan.

baik mengenai membaca Al-Qur’an, tauhid,

maupun aqidah. Pelajaran teknologi

Muhammad Hatta mendapatkan dari Bangsa

Eropa yang telah maju dari aspek teknologi

sehingga pengetahuan tentang teknologi ia

dapatkan di Belanda dan Negara yang

memiliki peradaban yang sudah maju.

Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-

perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong

Sumatra, Bond, Jong Minahasa. dan Jong

Ambon. Muhammad Hatta sangat tertarik

dengan multikultural karena ia memiliki

keyakinan bahwa perbedaan itu dapat

memberikan kekuatan untuk memerdekakan

bangsa Indonesia menjadi bangsa yang

berdaulat.27 Ide pemikiran inilah sehingga

Muhammad Hatta masuk ke perkumpulan

Jong Sumatra.28

27Des Alwi anak murid Muhammad Hatta,

Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel

ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas

Pattimura.

28Soebagiyo I.N., Bung Hatta Kita, dalam

Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke-70, Bung Hatta

Mengabdi pada Cita-cita Perjuangan Bangsa,1972,),

h.1.

Pada tahun 1921 Muhammad Hatta tiba

di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels

Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar

sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun

1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi

Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang

menolak bekerja sama dengan Belanda itu

kemudian berganti nama lagi menjadi

Perhimpunan Indonesia (PI). Muhammad

Hatta sejak awal telah melakukan pendekatan

dakwah bi al-Qalam dan dakwah bi al-Hal

dengan membuat majalah perkumpulan, dan

Home School atau sekolah. Dakwah dalam

bentuk home school ini menjadi pilihan

Muhammad Hatta di Banda yang dipenjara

selama kurang labih 3 tahun di Banda

Kabupaten Maluku Tengah.

Pada tahun 1924 majalah ini berganti

nama menjadi Indonesia Merdeka.

Muhammad Hatta lulus dalam ujian handels

economie (ekonomi perdagangan) pada tahun

1923.29 Muhammad Hatta memiliki kepekaan

sosial untuk menggerakkan masyarakat

Indonesia melalui ekonomi humanis yang

kemudian ia rubah menjadi ekonomi

pancasila. Gagasan ekonomi pancasila

Muhammad Hatta ini termasuk gagasan

ekonomi humanis religius sebagai corak

ilmuan ketimuran.

29Lihat juga dalam Aman, Pemikiran Hatta

Tentang Demokrasi, Kebangsaan Dan hak azasi

manusia (Cet. I; Jakarta: Buku Kompas), h. 21.

Page 11: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |11

Warisan Timur yang menyatu dalam

pribadi Muhammad Hatta adalah nilai

budaya minangkabau yang egaliter dan nilai

Islam Kultural di Banda. Nilai ini

diintegrasikan dengan nilai-nilai Barat berupa

nasionalisme dan demokrasi sebagai karunia

dan ilham untuk menegakkan hak asasi

manusia dari aspek perekonomian diterapkan

dalam kehidupannya di Banda sehingga

menjadi contoh bagi masyarakat di Banda.

Ekspektasi dan obsesi ekonomi pancasila

Muhammad Hatta mulai diterapkan kepada

masyarakat di Banda dan ia menulis buku

alam pikiran Yunani di Banda.30

Kiprah Muhammad Hatta dipenjara

Banda Neira ia mulai mengukir prestasi

intelektual dakwahnya, yakni mendesain

Indonesia Mini dengan membuat desa-desa

sebagai miniatur Indonesia. Misalnya Desa

Dwiwarna, Desa Nusantara, Desa Rajawali,

dan Desa Indonesia Baru. Gagasan dakwah

Muhammad Hatta ini sangat integratif dari

aspek keilmuan. Hal itu tampak dalam materi

dakwahnya yang disebarkan dalam bentuk

tulisan dan prilaku di Banda.

Menurut Franz Magnis-Suseno bahwa

sebelum mendeskripsikan energi pemikiran

dakwah Muhammad Hatta penulis setback

pertarungan energi pemikiran dakwah

Muhammad Hatta dengan energi Pemikiran

30Hamadi B. Husain, (Penggerak Pendidikan di

Maluku dari Banda) Pegerakan Dakwah Muhammad

Hatta di Banda, Artikel Ilmiah dipresentasikan pada

acara symposium di IAIN Ambon.

Sukarno. Energi Muhammad Hatta sebelum

diasingkan di Banda. Hal ini penting

dideskripsikan lebih awal untuk memastikan

bahwa apakah dakwah multikultural

Muhammad Hatta tetap dipertahankan di

Banda atau ia mengemas kembali sesuai

dengan kearifan budaya masyarakat di Banda

dengan melawan berbagai penindasan fisik

dan psikis bangsa Imprealisme di Banda.

Mencermati pergerakan energi

pemikiran dakwah Muhammad Hatta dan

Sukarno tentang penolakannya dua argumen.

Menurut energi pemikiran dakwah

Muhammad Hatta bahwa warga negara perlu

dibangun energi cara berpikirnya karena

dengan modal energi yang sehat akan

melahirkan kearifan pembangunan yang

humanis.31 Jika energi pemikiran rakyat baik

secara individual maka akan berdampak

dalam aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik rakyat Indonesia secara

individual yang akan melahirkan pergerakan

dakwah yang multikultural di Banda

Kabupaten Maluku Tengah dengan cara

persuasif, humanis religius.32

Jika dianalisis secara cermat gagasan

dakwah Muhammad Hatta menawarkan teori

keseimbangan dalam membangun konstruksi

energi pemikiran rakyat untuk menghindari

31Usman Thalib, Dosen Universitas Pattimura

IAIN Ambon, Sejarawan Masyarakat Banda

32Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru

besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat

Driyarkara.

Page 12: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |12

model berpikir Eropa yang cenderung

hedonisme, kapitalisme dan materialisme.

Karena ketika energi pemikiran perut menjadi

panglima sebuah bangsa maka menurut

Muhammad Hatta kita tidak ada benadanya

dengan hewan ketika cita-cita berakhir pada

kebutuhan materi semata.

Berdasarkan benturan ide pemikiran

inilah sehingga Muhammad Hatta menolak

pola hidup liberalisme yang berlebihan.

Pemikiran dakwah yang dikonstruksi

Muhammad Hatta adalah tata nilai Islami

menggerakkan dakwah mencegah

kemungkaran yang berpotensi terjadi pada elit

politik. Muhammad Hatta lebih berorientasi

pada pergerakan dakwah persuasif, humanis

religius.33 Di tengah masyarakat

multikultural.

Pola komunikasi dakwah multikultural

Muhammad Hatta berorientasi pada keadilan

sosial, dan sebagai akibatnya, kesejahteraan

rakyat, justru mengandaikan kedaulatan

rakyat. Agar perut rakyat terisi tapi tidak

lengah, kedaulatan rakyat perlu ditegakkan

dengan energi pemikiran dakwah yang

humanis religius. Gambaran histografi sejarah

ini menunjukkan bahwa Muhammad Hatta

membuktikan diri sebagai penganalisis

brilian, sedangkan Sukarno tidak melihat

33Syarifudin, Dakwah Multikultural di kota

Ambon Artikel Ilmiyah di Presentasikan pada Dosen

Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAN Ambon.

hubungan antara ketidakadilan sosial dan

keadaan yang tidak demokratis.

Rakyat hampir selalu lapar bukan

karena panen buruk atau alam miskin,

melainkan karena rakyat tidak berdaya dari

aspek energi pemikiran dakwah yang lebih

akomodatif dengan falsafah pancasila.

Pemikiran dakwah Muhammad Hatta untuk

menggerakkan pemberdayaan demokratis

dengan falsafah pancasila sebagai fasilitas

Negara yang berkiblat humanisme spiritual

dengan tujuan sukses di dunia dan sukses

diakhirat sebagai materi dakwah yang

diajarkan saat membuka sekolah sore di

banda di Desa Dwiwarna yang ia bentuk

sebagai simbol dari bendera Bangsa Indonesia

di Banda Neira.

Pola komunikasi dakwah multikultural

Muhammad Hatta bukan sekadar bersifat

materialisme oriented, tetapi ia gagasan

mengandung filosofi maslaha (keseimbangan

sosial) ide ini dikomunikasikan melalui

pendekatan komunikasi dakwah

multikultural. Spirit yang menjiwai

perjuangan kemerdekaan yang seha secara

lahir dan sehat secara batin untuk

mewujudkan negara yang berkedaulatan

dengan falsafah pancasila. Melindungi dan

memberdayakan cara berpikir dengan energi

pemikiran dakwah Muhammad Hatta untuk

menjaminan hak asasi manusia bukan tanda

individualisme, melainkan ukuran paling

Page 13: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |13

nyata tentang solidaritas bangsa itu dengan

anggota-anggotanya yang paling lemah.34

Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta

memasukkan materi dakwah Islam ke dalam

unsur pendukung demokrasi sebagai simbol

keseimbangan menggerakkan sebuah negara.

Hal ini sesuai dengan konsep yang dibangun

oleh Basman yang dikemukakan dalam

disertasinya yang terinpirasi dari energi

pemikiran Ali Syariati bahwa semua nilai

dasar membutuhkan spirit Al-Quran sebagai

energi penyeimbang dalam membangun

sebuah negara.35 Mengingat dewasa ini sering

disuarakan pendapat bahwa Islam dan

demokrasi tidak bisa berjalan bersama,

penilaian Hatta ini pantas dijadikan titik tolak

untuk memikirkan dan mengaktualkan

kembali peran Islam dalam membangun

demokrasi di Indonesia. Topik "kolektivisme"

masyarakat Indonesia, "demokrasi aseli

Indonesia" atau "demokrasi desa" sering

menjadi acuan para pendiri Republik.

a. Kontribusi Komunikasi Simbolik

Muhammad Hatta.

Kontribusi energi pemikiran

Muhammad Hatta di Banda menurut Hamadi

B. Husain bahwa jejak energi dakwah

simbolik dari Muhammad Hatta yang tampak

34http://serbasejarah.wordpress.com 77

35Basman, Humanisme Ali Syariati Disertasi

dipertahankan untuk memenuhi gelar Doktor bidang

Filsafat.

dalam jejak konstruksi sejarah adalah nama

Desa di Kecamatan Banda terdiri dari;

1) Desa Dwiwarna (sebagai lambang

warna bendera Indonesia)

2) Desa Nusantara (sebagai lambang

teritorial negara Indonesia)

3) Desa Rajawali (sebagai simbol

falsafah negara Republik Indonesia)

4) Desa Kampung Baru (sebagai simbol

Indonesia Merdeka)

5) Istanah Mini (sebagai simbol Istanah

Negara Republik Indonesia)

6) Desa Merdeka (sebagai simbol bahwa

Indonesia pasti merdeka atas

pertolongan inayatullah).36

Sampai saat ini nama-nama Desa di

Banda menjadi fakta sejarah bahwa konsep

NKRI Muhammad Hatta di Banda sebagai

model pergerakan hubbul wathan (dakwah

cinta tanah air) ini berdampak pada muridnya

di Banda. Murid Muhammad Hatta yang

menjadi tokoh nasional dan tokoh lokal antara

lain adalah Des Alwi (tokoh nasional), Usman

Thalib (tokoh lokal), Burhan Bungin (tokoh

nasional), Nurbati Watro, Hamadi B. Husain

(tokoh nasional), Abdul Haji Muhammad, dan

Said Assagaf (Gubernur Maluku/tokoh

nasional).37

36 Arman Man Arfa, Wawancara oleh Penulis di

rumahnya 12 Agustus 2014.

37Mohammad Hatta, “Tuntut Kemerdekaan

Pers”, dalam Kumpulan Karangan Jilid I (Cet. I;

Jakarta: Bulan Bintang, 1976, p.222.

Page 14: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |14

b. Kontribusi Pemikiran

Entrepreneurship Hatta.

Kerangka konseptual yang digunakan

untuk membedah permasalahan dalam

penelitian ini membantah teori Teori AGIL

Talcott Parson yang mengungkapkan bahwa

teori AGIL dalam proses menjelaskan

ekspresi sosiologis manusia dari aspek

Adabtasi, Goal, Integrasi, dan Laten itu tidak

terjadi di Banda. Karena pikiran itu dapat

dirubah dengan memperbaiki energi

pemikiran kata Muhammad Hatta.

Gagasan ekonomi pancasila menurut

Hatta menggunakan teori falsafah ekonomi

pancasila yang diambil dari spirit rukun

Islam. Energi pemikiran Dakwah ini

dikembangkan dalam pemikiran

entrepreneurship Muhammad Hatta. Ia

berpandangan bahwa ekonomi yang dapat

menyelamtkan manusia adalah ekonomi

Pancasila; ia memberikan indikator seorang

entrepreneur dengan indikator sebagai

berikut;

1. Keimanan seorang entrepreneur

Indonesia berkiblat pada sila

pertama dari pancasila yakni ia

perlu meyakini bahwa karua yang

diusakan itu dari Allah swt untuk itu

perlu disyukuri dengan cara shalat

sebagai bukti rasa syukur sebagai

seorang entrepreneur.

2. Seorang entrepreneur ia perlu

memiliki prilaku ekonomi

kemanusiaan, yang populer disebut

dengan eknomi humanisme religius,

kecerdasan sosial dalam

membangun bisnis adalah software

(mental ekonomi) dari seorang

entrepreneurship.

3. Seorang entrepreneur ia perlu

memiliki rasa persatuan dan

kesatuan dalam membangun bisnis

yang sehat secara kognitif, sehat

secara afektif, dan sehat secara

psikomotirk.

4. Entrepreneur perlu memiliki

kompetensi komunikasi

musyawarah untuk mendapatkan ide

dan gagasan yang jenih, cemerlang

yang berwawasan kerakyatan dan

kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sistem ekonomi yang dibangun oleh

Muhammad Hatta di Banda adalah ekonomi

Pancasila. Ekonomi pancasila yang

dimaksudkan Muhammad Hatta adalah

seorang pelaku ekonomi perlu menyesuaikan

idiologi ekonomi berdasarkan ketuhanan yang

maha Esa, prinsip ekonominya berorientasi

pada kemanusiaan yang adil dan beradab,

Page 15: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |15

menganut rasa persatuan Indonesia, dan etika

ekonomi bersifat ekonomi kerakyataan dan

pemenuhan peluang ekonomi bersifat adil

bagi seluruh rakyat Indoensia.

C. KESIMPULAN

1. Dinamika pergerakan penyebaran

informasi di tengah masyarakat sangat

cepat ketika menggunakan pola

komunikasi dakwah multikultural.

Semakin tinggi transformasi

kecerdasan AISYATEK dalam aspek

transformasi dinamika komunikasi

dakwah multikultural semakin cepat

perubahan sosial terjadi di tengah

masyarakat. Muhammad Hatta dalam

menggerakkan peradaban di Banda

menggunakan pola komunikasi

Multikultural.

2. Gerak sosial yang sehat ketika

kecerdasan AISTATEK meningkat

disuatu daerah. (Kecerdasan aqidah,

kecerdasan intelektual, kecerdasan

syari’ah, kecerdasan akhlaq,

kecerdasan teknologi dan kecerdasan

entrepreneurship. Sumber daya inilah

yang dapat merubah peradaban jahilia

menjadi peradaban madaniah. Ciri

peradaban madaniah ketika prilaku

masyarakat telah tampak tradisi

senang berbagi kesejahteraan dan

keadilan telah menjadi panglima

dalam menata sistem sosial di tengah

masyarakat melalui pendekatan

komunikasi dakwah multikultural.

Daftar Pustaka

A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I. Bandung: Disjarah Angkatan darat dan Angkasa, 1977.

Basman, Humanisme Ali Syariati Disertasi dipertahankan untuk memenuhi gelar Doktor bidang Filsafat.

Charles Horton Cooley, Social Organication Cet. II; New York: Scribner Press, 2001, lihat dalam buku Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 144.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Cet. I; Jakarta: Balai Bahasa Indonesia, 2010.

Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi) Cet. II; Malang: Pustaka Al-Bayan, 2010.

Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas Pattimura.

Deddy Mulyanan, Komunikasi Efektif Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.

H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014.

Houtsma, First Encyclopaedia of Islam 1913-1936 dalam E.J.Brill, s, BRILL. ISBN 9004097961. ISBN 9789004097964. h. 646.

Page 16: POLA KOMUNIKASI MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI …

Jurnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon |16

H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010.

Joseph De Vito, Human Interpersonal Communication Cet. IV; New Yok: Sage Publishing, 2010.

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cet. XXII; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005.

Maarif A. Syafii, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi Tentang Percaturan dalam Konstituante. Jakarta: LP3ES, 1987.

Mochtar Kusumaatmaja, “Bung Hatta: Peletak Dasar Politik Luar Negeri Indonesia”, dalam Bung Hatta Kita dalam Pandangan Masyarakat. (Cet. I; Jakarta, Idayu Press,1982.

Mochtar Lubis, “Bung Hatta Manusia Berdisiplin”, dalam Mutia Farida Swasono (ed), Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan. (Jakarta: Sinar Harapan 1980), h.43.

Mohammad Hatta, “Tuntut Kemerdekaan Pers”, dalam Kumpulan Karangan Jilid I Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah Cet. I; Jakarta: Gramedi group, 2008.

Roger M. Keesing, Theory of Culture Revisited dalam Assessing Culture Antropology, Cet. II; New York: Sage Publishing, 2004.

Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah multikulutral makalah ilmiyah yang dipublis di blogger pada tahun 2013.

Syarifudin, Dakwah Multikultural di kota Ambon Artikel Ilmiyah di Presentasikan pada Dosen Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAN Ambon.

QS Al-Hujurat/49:13 http://serbasejarah.wordpress.com

Subair dkk. Segregasi Pemukiman Islam dan Kristen di kota Ambon Cet. I; Yogyakarta: Gara-Guru, 2007.

Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku Artikel ilmiyah yang dipresentasikan di batam pada saat MTQ Nasional di kepulauan Riua tahun 2014.

Victor Turner, Planes of Classification in a Ritual of Life and Death dalam The Ritual process: Structure and anti-Struktur, Cornell UP Cet. III; New York: 2001.

Zulkifli Suleman, Pemikiran Politik Muhammad Hatta: Demokrasi Untuk Indonesia Cet. II; Jakarta: Buku Kompas, 2011.

Daftar Wawancara Masyarakat Banda

Arman Man Arfa Dosen IAIN Ambon , Wawancara oleh Penulis di rumahnya 12 Agustus 2014.

Muhammad Abd. Haji (Pegawai Pemerintah Daerah Provinsi Maluku , Wawancara oleh Penulis di rumahnya 12 Agustus 2014.

Usman Thalib, Dosen Universitas Pattimura IAIN Ambon, Sejarawan Masyarakat Banda

H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014.