Destinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarah

56
Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 0

Transcript of Destinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarah

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 0

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 1

BIOGRAFI MUHAMMAD HATTA DI KILOMETER “NOL”

ABSTRAK Penelitian ini membahas metode dakwah Muhammad Hatta di

kilometer nol Banda Neira pada tahun 1936. Corak penelitian adalah

penelitian kwalitatif yang meneliti situs-situs sejarah sebagai fakta

sejarah pergerakan dakwah Muhammad Hatta di Banda Neira. Data

didapatkan melalui wawancara mendalam dengan tokoh Islam di

Banda dalam memperoleh data di lapangan. Berdasarkan hasil

penelitian ditemukan bahwa kata Banda sering disebut negeri

“kilometer nol” Kata Banda sendiri terdiri dari tiga huruf (Ba, )ب)

Nun (ن), dan Da (د). Huruf Ba ( ب ) sebagai simbol rahasia, Nun (ن)

Harta yang tersemunyi, dan Da (د) penjaga harta yang bersujud pada

pencipta dan pemberi karunia. Produksi pemikiran dakwah

Muhammad Hatta merancang miniatur Negara Kesatuan Republik

Indonesia di kilometer nol Banda Neira dengan membuat nama-

nama Desa. Nama Desa tersebut antara lain Desa Dwiwarna

(sebagai lambang warna bendera Indonesia), Desa Nusantara

(sebagai lambang teritorial negara Indonesia), Desa Rajawali

(sebagai simbol falsafah negara Republik Indonesia), Desa

Kampung Baru (sebagai simbol Indonesia Merdeka), Istanah Mini

(sebagai simbol Istanah Negara Republik Indonesia), Desa Merdeka

(sebagai simbol bahwa Indonesia akan merdeka atas berkat Rahmat

Allah dengan gagasan yang luhur dan pertolongan inayatullah).

Rekomendasi kajian ini kepada Pemda Provinsi Maluku untuk

menjadikan Banda Neira sebagai laboratorium pariwisata dan

peradaban Islam sebagai destinasi wisata sejarah, budaya, dan wisata

alam.

Keyword:Pola Komunikasi Dakwah, Multikultural, Muhammad Hatta di Banda

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 2

A. LATARBELAKANG

Banda sebagai pusat bumi dikenal oleh Jack Turner

sebagai kilometer nol. Secara bahasa atau etimologi kata

Banda terdiri dari huruf (Ba, ب) ) Nun (ن), dan Da (د). Huruf Ba

( ب ) sebagai simbol rahasia, Nun (ن) sebagai petunjutk harta

yang tersemunyi, dan Da (د) penjaga harta yang selalu

bersujud pada pencipta dan pemberi karunia.1 Pengertian

Banda secara etimologi ini membutuhkan kajian mendalam

karena Banda memiliki esotik alam dan tempat para pejuang

diasingkan termasuk Muhammad Hatta dan Syahrir yang

akan menjadi fokus dalam kajian ini.

Terjemahan Huruf Ba ( ب ) menurut Hatta mengutip dari

Leukippos murid Permenides dan Guru Demokritos bahwa

titik yang ada di bawah Huruf Ba ( ب ) itu adalah partikel

terkecil yang tidak bisa terbagi lagi, huruf ini lahir dari spirit

alif huruf hijaiyya dalam terminologi Arab yang disimbolkan

dengan huruf “a”. Huruf “a” dalam rumus fisika disebut

1 Miracle of hijaiyyah

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 3

atom.2 Kata atom dalam terminologi kaum sufi dari Persia

Zunnun Mustafa Bisri mengungkapkan bahwa Huruf “A”

adalah pencapaian spiritual tertinggi yang dapat melahirkan

energi ketajaman hati, jiwa, dan akal. Ia adalah energi

supranatural yang memiliki kekuatan tak terhingga ia adalah

bagian kecil dari kebesaran Allah swt.

Semua misteri dari kata Banda banyak menimbulkan

tanda tanya sehingga yang membutuhkan kajian mendalam

kenapa ia menjadi pusat tumbuhnya rempah-rempah dan

kenapa Hatta Muhammad dan Syahrir di asingkan di Banda,

serta apa definisi Banda yang sesuangguhnya. Menurut

Pahmi Basya mengungkapkan bahwa Banda adalah pusat

bumi yang disebut kilometer nol karena ia adalah pusat dari

peta dunia. Dalam peta ia sir(tidak kelihatan) sehingga para

pedangang Arab Ibnu Batuta, dan Colombus yang

dikemukakan oleh Jack Turner sebagai “kilometer Nol”.3

2 Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Cet. VIII; Banda Neira, 1941:

Tintamas Djakarta. 1966), h. 43.

3Jack Turner, Spice, The History Of A Templation (Cet. VIII; New York:

Vintage Books, 2005) diterjemahkan oleh: Julia Absari dan Penyunting

Muhammad Yesa Arafena dengan Judul: Sejarah Rempah: Dari Erotisme Sampai

Imprealisme. (Cet. I; Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), h.59.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 4

Kata kilometer nol ini juga menjadi misteri sampai saat

ini belum ada kesepakatan ilmiah kenapa para pedagang

rempah-rempah menjuluki Banda sebagai kilometer Nol.

Kalau Banda menjadi sumber segala sesuatu dari aspek

rempah-rempah berarti ia menjadi tumpauan rempah-rempah

dunia, dan ketika ia ditafsirkan sumber inspirasi maka Banda

dapat dijadikan sebagai destinasi wisata dunia dengan segala

macam keindahan lautnya dan peninggalan arkeolog.

Semuanya ini dapat menjadi bukti-bukti pergerakan sosial

bangsa-bangsa di masa lalu. Banda juga dapat disebut sebagai

pusat tanah yang subur sehingga dapat diterjemahnkan

sebagai pusat perkebunan rempah-rempah terbaik di dunia.

Memahami Banda dari aspek historis, empiris dan

wahyu memiliki beberapa tafsiran yang membutuhkan kajian

multidimensi sebab ketika ia difahami parsial akan

melahirkan terjemahan yang kurang tepat. Tapi penulis tidak

mempertajam kajian ini lebih dalam karena fokus yang akan

dieksplorasi dalam penelitian ini adalah Pergerakan dakwah

Muhammad Hatta sebagai proklamator bangsa kenapa ia di

asingkan di Banda dan mengapa ia tidak diasingkan di

tempat lain di Indoensia, dan mengapa Bangsa Belanda

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 5

memilih Banda sebagai tempat pengasingan tokoh-tokoh

nasional.

Berdakwah di penjara memang tidak mudah apalagi

tidak ada fasilitas teknologi komunikasi yang secanggih

seperti saat ini. Menelaah pergerakan dakwah Muhammad

Hatta di penjara Banda Neira, yang berjumpa dengan

komunitas Islam tradisional(kultural) dan Islam transformatif

cukup signifikan untuk diungkap dalam perspektif dakwah

multikultural.4 Muhammad Hatta sebagai tokoh baru dari

Digul, Sukamikin menuju Banda Neira bertemu dengan

budaya baru sehingga proses penyesuaikan cara beragama

dan berdakwah sangat penting untuk diungkap secara

metodologis dakwah multikultural Muhammad Hatta di

Penjara Banda Neira.

Kedatangan Muhammad Hatta di Banda pada tahun

1936 diduga kuat pergerakannya memiliki ornamen dakwah

multikultural sesuai kompetensi keilmuan dimana ia

dibesarkan. Dominasi dan kekuatan sosok Muhammad Hatta

dalam aspek keilmuan agama menjadi tokoh bagi

4Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah multikulutral makalah ilmiyah

yang dipublis di blogger pada tahun 2013.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 6

masyarakat di Banda. Perjalanan dakwah Muhammad Hatta

di Banda menyimpang banyak cerita yang memilukan akibat

perjuangan masyarakat Banda memproteksi dirinya dari

berbagai macam intervensi budaya, idiologi, dan penguasaan

kapitalis dari bangsa Eropa. Inilah yang disebut Gardner

Murphy sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi untuk

mempertahankan eksistensi manusia agama juga berperan

sebagai pergerakan budaya dakwah multikultural

Muhammad Hatta di Banda Neira

Mencermati berbagai artefak sejarah di Banda banyak

jejak pemikiran dakwah Muhammad Hatta yang

membutuhkan penjelasan untuk mengetahui bagaimana

energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta dapat

beradabtasi dengan energi pemikiran tradisional,

transformatif, dan moderen.5 Ada beberapa persoalan yang

membutuhkan analisis mendalam dari gagasan pemikiran

dakwah apakah ia membawa pemikiran Muhammad Hatta di

Banda atau ia menyesuaikan gagasan dakwahnya sesuai

dengan keadaan masyarakat di Banda.

5H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon

1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 7

Pergerakan dakwah multikultural Muhammad Hatta di

Banda Neira perlu diketahui bagaimana proses insiasi dan

inovasi pergerakan dakwah Muhammad Hatta

dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu di Banda.

Hal tersebut lebih jauh dijelaskan bagaimana sebuah energi

pikiran disebarkan dan di bahasakan sebagai gagasan baru

bagi masyarakat yang dapat merubah mindset Islam kultural

dan Islam transformatif di Banda.6

Kondisi ini membutuhkan penjelasan untuk

mengungkap medan dakwah, materi dakwah Muhammad

Hatta di kepulauan rempah-rempah di Banda. Tantangan itu

secara umum dua aspek yakni tantangan dari aspek internal

Muhammad Hatta yang telah dikonstruksi pemikiran

dakwahnya dari proses perjalanan pendidikannya dan dari

aspek eksternal ia berhadapan dengan tradisi masyarakat

Banda yang sangat kental dengan Islam kultural di Banda.

Problematika ini membutuhkan penjelasan dari aspek

6Zulkifli Suleman, Pemikiran politik Muhammad Hatta: Demokrasi Untuk

Indonesia (Cet. II; Jakarta: Buku Kompas), h. 21.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 8

kognitif, afektif, dan behavioral,7 sehingga energi pemikiran

dakwah Muhammad Hatta melawan imprealisme budaya

Eropa di Banda beradabtasi dengan kondisi Islam kultural

dan ritual di tengah masyarakat di Banda.

Masalah membutuhkan metode untuk mengungkap

metarealitas pergerakan dakwah Muhammad Hatta yang

diwariskan pada masyarakat Banda melawan penjajah

imprealisme budaya global dari aspek kapitalisasi wilayah

rempah-rempah di Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah

Provinsi Maluku.8 Kondisi yang sangat krusial ini apa metode

dakwah Muhammad Hatta dibanda sehingga ia dapat

mengukir prestasi di Penjara/pengasingan inilah yang akan

dieksplorasi bagaimana Gagasan Dakwah Muhammad Hatta

di Penjara (Studi Pemikirannya Melalui Artefak Sejarah di

Banda Neira Maluku).

Rumusan masalah dalam kajian ini yang mengambil

tema Dakwah Multikultural Muhammad Hatta Di Penjara (Studi

Artefak Sejarah di Banda Neira Maluku). Akan lebih fokus dalam

7Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Cet. XXII; Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2005), h. 233.

8M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah (Cet. I; Jakarta: Gramedi

group, 2008), h. 78.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 9

aspek kredibilitas Mubalig, sebagai sumber energi pemikiran

dakwah, konsep dakwah(materi dakwah), dan metode

penerapan dakwah di komunitas multikultural.

B. PEMBAHASAN

Definisi dakwah multikultural akar kata dari “kultur”

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2010) yang

berarti “kebudayaan”.9 Sedangkan kata multi berarti jamak

sehingga multikultural dapat diartikan sebagai kebudyaan

yang majemuk. Dari pengertian ini dapat dibahasakan bahwa

dakwah multikultural adalah kecerdasan seorang mubalig

membahasakan, mengemas, dan mengkomunikasikan pesan-

pesan perbaikan sosial demi kemaslahatan umat manusia

melalui pergerakan pemikiran perilaku di tengah masyarakat

Islam yang memiliki kemajemukan dari aspek suku, bahasa,

dan cara beragama.

Pemetaan sosial keagamaan penulis merujuk pada

perspektif Abuddin Nata bahwa Indonesia terdiri dari Islam

9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) (Cet. I; Jakarta: Balai Bahasa Indonesia, 2010), h. 835

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 10

kultural, Islam transformatif, dan Islam Modernitas.10

Struktur masyarakat seperti ini dijelaskan juga dalam QS

Surat Al-Hujurat ayat 13

Terjemahnya: 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.11

Spirit dari pesan ayat ini dapat difahami bahwa Allah

swt menyerukan mengenal watak laki-laki dan perempuan,

watak antar suku, watak komunitas-komunitas masyarakat,

dan adanya ekosistem ketergantungan antara satu komunitas

10

Abuddin Nata, Peta Pemikiran dan Keragaman Islam di Indoensia (Cet.

II; Jakarta: Prenada Media group, 2001), h 22.

11Terjemahan kementerian Agama RI dalam QS Al-Hujurat/49:13

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 11

dengan komunitas lain.12 Menghadapi komunitas seperti ini

membutuhkan mubalig yang ahli dalam membahasakan dan

mengkomunikasikan pesan Al-Quran dan Sunnah secara

tekstual, kontekstual, dan antar tekstual sesuai peta sosial dan

daya nalar masyarakat.

Berkaitan dengan perkembangan watak manusia ini

Allah swt berfirman dalam QS Al-Isra/17:84.

Terjemahnya: 84. Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.

Ayat ini memberikan pesan bahwa watak dan karakter

seseorang itu berbeda-beda, ayat tersebut termasuk orang-

orang yang memiliki sifat, tabiat, budaya, dan corak berpikir

dan pengaruh alam dan lingkungan sekitarnya dimana ia

dibesarkan. Dalam tulisan ini penulis akan memberikan

kajian epistemologi yang digunakan para ulama masa lalu

diantaranya Imam Rijali sebagai ulama masa lalu yang

12

Muin Salim, Dosen tafsir Universitas Alauddin Makassar, Artikel Tafsir

Sosial Perspektif Al-Quran Dipresentasikan pada Mahasiswa Pascarsarjana 23

Oktober 2011.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 12

banyak memberikan kontribusi pemikiran Burhani, Bayani,

dan Irfani pada masyarakat maluku pada tahun 1539

sehingga citra Islam Maluku saat ini sebagai cerminan Islam

masa lalu.

Model pemikiran seperti ini juga tampak pada Hamadi

B. Husain sebagai penggas dan pencerah Pendidikan di

Maluku, ia tokoh yang tak pernah menyerah melihat keadaan

masyarakat Maluku sehingga para intelektual IAIN Ambon

Hj. Duriana dan Habollah Toisuta dalam sambutannya saat

melakukan simposium pemberian nama IAIN Ambon

mengungkapkan bahwa Hamadi B. Husain itu adalah sang

pencerhan di maluku dalam aspek keagamaan dan

pendidikan. Pernyataan ini juga relevan dengan Durian

Dosen Pemikiran Islam di Fakultas Ushuluddin dalam

penelitiannya sejarah pemikiran pendidikan di Maluku ia

mengungkapkan bahwa Hamadi B. Husain adalah

pembaharu dalam pergerakan pendidikan di Maluku.

Spirit pergerakan Hamadi B Husain ini di duga kuat ada

kaitannya dengan pengaruh pemikiran Muhammad Hatta di

Banda, sehingga Muhammad Hatta menarik untuk

dipercakapkan dan dicermati pergerakan sosialnya di Banda.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 13

Karena saat ini Banda melahirkan beberapa tokoh nasional

dan tokoh Daerah yang tak dapat dipungkiri karya-karyanya

bercorak Muhammad Hatta. Misalnya Said Assagf yang saat

ini menjabat sebagai gubernur Maluku menggerakkan PAUD,

dan memiliki konsep pembangunan wisata riligi dan wisata

budaya. Inilah yang melatarbelakangi pentingnya

Muhammad Hatta ditelaah pemikirannya berdasarkan

perspektif Islam Maluku.

Islam Maluku adalah wacana epistemologi yang belum

ditelaah lebih mendalam tetapi ia menarik digunakan sebagai

paradigma untuk mencermati pergerakan sosial di Maluku.

Wacana Islam Maluku ini telah banyak dipercakapkan oleh

akademis IAIN Ambon misalnya rektor IAIN Ambon

Habollah Toisuta, Usman Thalib, Nur Tawanella, Abidin

Wakano, dan Syarifudin, sebagai bagian dari persepktif untuk

mencermati Islam Maluku. Semuanya tokoh-tokoh muda ini

adalah didikan Hamadi B. Husain saat menjadi Dekan di

Fakultas Ushuluddin di IAIN Alauddin Cabang Makassar.

Barkaitan dengan hal tersebut berarti Muhammad Hatta

adalah tokoh yang pemikirannya cukup fenomenal di Banda

sehingga ia manarik untuk didiskusikan dalam kajian ini.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 14

Dugaan kuat dari penulis Hamadi B Husain dalam

pemikirannya sangat diwarnai oleh Muhammad Hata

sehingga spirit perjuangan dalam menggerakkan pendidikan

menggunakan kolaborasi epistemologi Imam Rijali dan

Muhammad Hatta. Hal itu sangat tampak dalam bukunya

Dekonstruksi Pemikiran Islam Liberal dalam Mencegah

Liberaslime Pemikiran. Kaitannya dengan pemikiran

Muhammad Hata juga tidak ditemukan karya-karyanya yang

bernuansa liberal ia tetap tertib. Kajian pemikirannya sangat

diwarnai oleh wahyu, akal, dan rasionalisme. Hal itu tampak

dalam bukunya Filsafat Yunani yang ditulis di Banda dan

diterbitkan pada tahun 1941 di Jakarta. Salah satu pemikiran

dengan mengutip para filosof Yunanni kuno seperti Thales,

Anaximandros,Anaximenes, dan Demokritos dengan

membahasakannya kembali dengan terminologi baru yakni

penggerak alam ini adalah Tuhan, dan karena Tuhan itu

adalah pencipta segalanya maka semua pemikiran itu perlu

dikontrol oleh wahyu sebagai bagunan epistemologi yang

kuat dan mapan untuk memproduksi ilmu pengetahuan yang

paripurnah.13 yang digambarkan dalam grafik berikut ini;

13

Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Cet. VIII; Banda Neira, 1941:

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 15

Ruang lingkup kajian

ini terfokus pada muatan

energi pemikiran Dakwah

Muhammad Hatta yang

akan dilihat dari teori

AISYATEK (Aqidah,

Syari’ah, Akhlaq,

Teknologi dan

Entrepreneurship) sebagai

paradigma untuk

menjelaskan energi

pergerakan Dakwah

Muhammad Hatta di Banda. Konsentrasi kajian ini pada

aspek kredibilitas Mubalig, gagasan pemikiran dakwah,

materi dakwah, dan metode penerapan dakwah di komunitas

multikultural yang dipetakan menjadi dua komunitas

Masyarakat yakni Islam Kultural dan Islam transformatif.

Tintamas Djakarta. 1966), h.8, 21, 44.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 16

Pendekatan dakwah yang digunakan dalam kajian ini

adalah menggunakan teori AISYATEK sebagai paradigma

dalam menjelaskan energi pemikiran dakwah Muhammad

Hatta di Banda. Paradigma keilmuan ini secara epistemologi

berawal dari pergerakan dakwah Imam Rijali di Maluku yang

juga memiliki motif yang sama dengan corak pemikiran

Muhammad Hatta dalam mengkonstruksi pemikiran Islam

kultural dan Islam transformatif.

Secara metodologis energi pemikiran lahir dari dua

realitas yang dijelaskan dalam Al-Quran dalam Surah As-

Syam ayat delapan. Allah mengilhamkan kepada jiwa itu

(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.14 Terjemahan ini diulas

bahwa Allah swt memberikan kepada manusia dua potensi yakni

potensi pada jiwa yaitu potensi fujuraha dan potensi takwaha.

Terjemahan ini dengan teori ini relevan dengan teori ekspresi

J. DeVito dalam bukunya Human Communication

mengungkapkan bahwa ekspresi seseorang sangat tergantung

pada input data yang diterima semakin tinggi data positif

semakin tinggi pula prilaku positifnya dalam melakukan

14Kementerian Agama Al-Quran dan Terjemahnya (Cet. II: Syamila Al-

Quran) QS Asyams/91:8

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 17

hubungan sosial.15 Gagasan dakwah multikulturan

Muhammad Hatta d Banda sangat dipengaruhi oleh cara

berpikir nasionalisme dan Islam keindonesiaan.

Proses dakwah multikulturan Muhammad Hatta dapat

ditelaah dengan teori AISYATEK yang digambarkan sebagai

berikut:

Sebelum menjelaskan gagasan dakwah Muhammad

Hatta di Penjara Banda perlu dideskripsikan lebih awal jejak

biografi energi pemikiran dakwah Muhammad di Banda.

Perspektif ini penting karena untuk memberikan gambaran

proses adabtasi energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta

dengan Islam kultural dan Islam trasnformatif di Banda Neira

sebagai medan dakwah.

15Joseph De Vito, Human Interpersonal Communication (Cet. IV; New

Yok: Sage Publishing, 2010), h.99.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 18

Paradigma ini disebut Charles Horton Cooley sebagai

pertemuan komunitas primer dan komunitas sekunder.

Komunitas primer adalah komunitas yang memiliki

kesamaan yang tinngi dalam aspek pemikiran nasib, dan cara

beragama, komunitas ini dikelompokkan menjadi komunitas

Muhammad Hatta. Sedangkan komunitas primer adalah

komunitas Islam kultural, Imprealisme Belanda, dan Islam

transformatif sebagai komunitas sekunder.16 Komunitas

sekunder inilah yang menjadi objek dakwah Muhammad

Hatta.

Berdakwah di tengah komunitas multikultural termasuk

level dakwah yang sangat tinggi karena ada banyak kemasan

kalimat, kata, emosi, dan aksesntuasi yang perlu dipenuhi

untuk menyesuaikan dengan daya nalar masyarakat dalam

membahasakan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah di tengah

Masyarakat.

Sebelum menjelaskan pergerakan dakwah Muhammad

Hatta di tengah masyarakat Islam kultural dan Islam

transformatif di penjara (pengasingan) Banda neira, perlu

16Charles Horton Cooley, Social Organication (Cet. II; New York:

Scribner Press, 2001), lihat dalam buku Jalaluddin Rakhmat, Psikologi

Komunikasi, h. 144.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 19

digambarkan lebih awal biografi perjalanan intelektual

Muhammad Hatta sejak ia duduk sekolah di kota Padang, ia

sangat respon dengan ide-ide pergerakan sosial.

1. Biografi Muhammad Hatta Di Banda

Kedatangan dua tokoh proklamator Hatta dan Syahrir di

Banda pada bulan pebruari tahun 1936 disambut dengan

hujan rintik-rintik dengan awan sedikit mendung, gunung

merapi diselimuti awan/kabut teluk Neira yang indah saat

itu menjadi hening dengan desiran ombak. Setelah sore hari

kapal Putih (istilah orang Banda) yang ditumpangi

Muhammad Hatta datang anak-anak Banda mulai berenang

menyambut kapal yang mulai sandar di dermaga pelabuhan

Banda.17 Muhammad Hatta dan Syahrir mengagumi kelihaian

anak-anak Banda dalam berenang.

Dari jauh Muhammad Hatta dan Syahrir berdiri dengan

pucat pasih karena sejak diasingkan di Digul sukamiskin, dan

Cipinang Batavia mendapat perlakukan yang kurang

17Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi) (Cet. II; Malang: Pustaka

Al-Bayan, 2010), h. 255.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 20

manusiawi dari Penjajah. Secara fisik Muhammad Hatta

kurang mendapatkan nutrisi dan suplemen vitamin yang

cukup.18 Kondisi inilah yang tampak dalam ekspresi

wajahnya saat bertemu dengan komunitas baru di Banda

interpretasi Geertz bahwa pertemuan dengan budaya baru

saling beradabtasi untuk bersatu.

Sebelum kedatangan Muhammat Hatta suda ada tokoh

Cipto Mangunksumo yang diasingkan pada tahun 1928,

sedangkan Iwa Kusuma Sumantri tiba di Banda pada tahun

1930 kedua tokoh ini adalah anggota Syarikat Islam(SI).19

Pemahaman agama Muhammad Hatta dalam pandangan

Victor Turner bahwa keyakinan keagamaan itu memberikan

konsekwensi secara budaya dan elemen-elemen

pengetahuan.20

Sejak Muhammad Hatta tinggal di penjara Banda Neira

dan menyatu dengan budaya di Masyarakat mulai

18Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi h. 255.

19A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I. Bandung:

Disjarah Angkatan darat dan Angkasa, 1977), h. 208

20Victor Turner, Planes of Classification in a Ritual of Life and Death

dalam The Ritual process: Structure and anti-Struktur, Cornell UP (Cet. III; New

York: 2001), h. 131.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 21

berkembang gagasan-gagasan barunya dengan mulai menulis

untuk menghidupi dirinya dan tahanan yang ada di penjara

sukamiskin, digul yang telah berjuang mempertahankan

Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Impreaslisme

Eropa.

Pergerakan pemikiran dakwah Muhammad Hatta sama

dengan teori budaya Geertz bahwa Dakwah itu adalah Al-

Quran yang bergerak untuk memilih manusia yang sama

frekuensinya. Membahasakan pesan Al-Quran di tengah

masayrakat Islam kultural dan Islam trasnformatif di Banda

Neira menurut Deddy Mulayanan membutuhkan komunikasi

persuasif yang komunikatif.21 Menghadapi medan dakwah

baru Muhammad Hatta dalam perspektif kritical teory

Keesing disebut sebagai perhatian serius pada bentuk simbol

komunikasi dan berupaya memaknai gerak pemikiran,22

Islam kultural dan islam transformatif di Banda.

Metode adabtasi dengan masyarakat di Banda melalui

pertemuan karena seagama dan . Ia menjadikan rumahnya

21Deddy Mulyanan, Komunikasi Efektif (Cet. II; Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya), h. 23.

22Roger M. Keesing, Theory of Culture Revisited dalam Assessing Culture

Antropology, (Cet. II; New York: Sage Publishing, 2004), h. 91.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 22

sebagai pusat pergerakan dakwah di Banda yang dilakukan

setiap sore hari. Menurut Said Ba’adillah ayah dari Des Alwi

sejarawan Maluku mengungkapkan bahwa objek dakwah

pertama yang diberdayakan oleh Muhammad Hatta di Banda

adalah anak-anak miskin yang putus sekolah.23 Pemilihan

objek dakwah pada anak-anak miskin di Banda menjadi

perhatian bagi Muhammad Hatta karena ia berasumsi bahwa

kemiskinan adalah ciri dari wajah agama yang suram.

Pergerakan pemikiran Muhammad Hatta di mulai dari

anak-anak ini relevan dengan pendidikan usia dini bahwa

anak adalah aset yang dapat melanjutkan perjuangan Islam.

Keyakinan ini bagian dari ekspresi dan energi pemikiran

Dakwah dari Muhammad Hatta.

2. Deskripsi Medan Dakwah Muhammad Hatta di Banda

Sebelum menggambarkan medan dakwah Muhammad

Hatta perlu penulis kemukakan lebih awal apa dan

bagaimana defisini dari Banda itu sendiri. Hal ini penting

dikemukakan karena ada pepatah yang mengatakan bahwa

23Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad

Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas

Pattimura.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 23

apa arti sebuah nama. Para leluhur memberi nama Banda

tentunya karena ciri dan kekayaan, dan keindahan alamiah

dari negeri banda itu sendiri.

Banda sebagai pusat bumi yang dikenal oleh Jack Turner

sebagai kilometer nol menjadi unik dan menarik ditelah

secara ilmiah. Secara etimologi banda terdiri dari huruf (Ba,

(ب ) Nun (ن), dan Da (د). Huruf Ba ( ب ) sebagai simbol rahasia,

Nun (ن) sebagai petunjutk harta yang tersemunyi, dan Da (د)

penjaga harta yang selalu bersujud pada pencipta dan

pemberi karunia.24 Pengertian ini masih membutuhkan kajian

mendalam tetapi ia menjadi hipotesis awal bagaimana

memahami Banda dari berbagai aspek untuk mendapatkan

terjemahan baru dari yang ada sebelumnya.

Pengertian Banda secara etimologi ini membutuhkan

kajian mendalam karena Banda memiliki esotik alam dan

tempat para pejuan yang lahir dari Banda. Banyak pertanyaan

yang membutuhkan kajian mendalam misalnya kenapa Hatta

dan Muhammad Yamin di asingkan di Banda, dan apa

definisi Banda yang sesuangguhnya. Menurut Pahmi Basya

24

Miracle of hijaiyyah

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 24

mengungkapkan bahwa Banda adalah pusat bumi yang

disebut kilometer nol karena ia adalah pusat dari peta dunia

akrena dalam peta ia sir(tidak kelihatan). Dalam abjad

Indonesia artinya tidak ada bentuk atau tidak kelihatan.

Angka nol dalam huruf hijaiyyah titik, titik adalah sumber

segala sesuatu.

Kalau Banda menjadi sumber segala sesuatu dari aspek

rempah-rempah berarti ia menjadi tumpauan rempah-rempah

dunia, dan ketika ia ditafsirkan sumber inspirasi maka Banda

dapat dijadikan sebagai destinasi wisata dunia dengan segala

macam keindahan lautnya dan peninggalan arkeolog.

Semuanya ini dapat menjadi bukti-bukti pergerakan sosial

bangsa-bangsa di masa lalu. Banda juga dapat disebut sebagai

pusat tanah yang subur sehingga dapat diterjemahnkan

sebagai pusat perkebunan rempah-rempah terbaik di dunia.

Memahami Banda dari aspek historis, empiris dan

wahyu memiliki beberapa tafsiran yang membutuhkan kajian

multidimensi sebab ketika ia difahami parsial akan

melahirkan terjemahan yang kurang tepat. Tapi penulis tidak

mempertajam kajian ini lebih dalam karena fokus yang akan

dieksplorasi dalam penelitian ini adalah Pergerakan dakwah

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 25

Muhammad Hatta sebagai proklamator bangsa kenapa ia di

asingkan di Banda dan mengapa ia tidak diasingkan di

tempat lain di Indoensia, dan mengapa Bangsa Belanda

memilih Banda sebagai tempat pengasingan tokoh-tokoh

nasional.

Medan dakwah Muhammmada Hatta sebagai tempat

pergerakan dakwah, tidak berarti penjara di terali besi tetapi

penjara pengasingan Banda Neira juga termasuk penjara

karena peran-peran politik Muhammad Hatta di Pulau Jawa

dikerdilkan oleh Bangsa Belanda, terminologi inilah yang

maksudkan dengan penjara.

Setting sosial medan dakwah termasuk komunitas

multikultural karena terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan

keragaman dalam pemahaman keislaman. Prilaku keagaman

itu dalam perspektif Abudin Nata medan dakwah di Banda

terdiri dari islam kultural dan Islam transformatif. Lokasi

dakwah Muhammad Hatta sebagai penghasil rempah-

rempah terbaik dunia, ia memiliki struktur pesona keindahan

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 26

laut, rempah-rempah, dan megahnya gunung yang

menambah minat penjelajah samudra di masa yang lalu.25

Kekayaan energi pemikiran yang dikonstruksi oleh generasi

sebelumnya termasuk Muhammad Hatta yang mendiami

Banda Neira sebagai tempat pembuangan menghadapi

mesyarakat transisi.

Wisata sejarah lainnya di Banda Neira adalah Rumah

Buday yang menyimpan banyak peninggalan VOC. Didalam

museum terdapt juga lukisan yang menggambarkan suasana

saat pasukan VOC membantai pada saudagar kaya di Banda

Neira dihadapan anak istri mereka untuk merebut Pala yang

mereka miliki. Orang-orang yang tersisa dibawa ke Pulau

Jawa untuk dijadikan budak. Peristiwa ini juga diabadikan

melalui monumen Parigi Rante masuk ke dalam Rumah

Budaya ini akan membuat anda benar-benar berada di masa

puluhan tahun lalu karena semua perabot di dalam ruangan

adalah perabotan asli.26

25

H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata

Indonesia Timur (Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h. 63.

26Mochtar Lubis, “Bung Hatta Manusia Berdisiplin”, dalam Mutia Farida

Swasono (ed), Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan. (Jakarta: Sinar Harapan

1980), h.43.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 27

Selain bangunan tua dan rumah peninggalan, wisata

sejarah lainnya adalah Benteng Belgica, Benteng Nassau,

Benteng Revengie, Benteng Hollandia dan Benteng Concordia.

Salah satu dari terbaik adalah Benteng Belgica karena

memiliki pemandangan yang indah ke Gunung Api. Jika

dilihat dari udara, Benteng Belgica ini berbentuk pentagonal

dengan menara di setiap sudutnya.27 Artefak sejarah berupa

menara di Banda tersebut dengan tangga bisa melihat

pemandangan seluruh isi pulau Banda sebagai meda dakwah

Muhammad Hatta dari atas menara tersebut. Benteng ini

dulunya adalah peninggalan portugis lalu dimanfaatkan dan

direnovasi oleh pemerintah Belanda untuk mengawasi lalu

lintas pasar dagang di Laut Banda.28

Menurut Burhan Bungin dalam bukunya Destinasi

Pariwisata di Banda Neira mengungkapkan bahwa

masyarakat Banda termasuk masyarakat transisi antara

27A. Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi Tentang

Percaturan dalam Konstituante. (Jakarta: LP3ES, 1987), h.155.

28Mochtar Kusumaatmaja, “Bung Hatta: Peletak Dasar Politik Luar Negeri

Indonesia”, dalam Bung Hatta Kita dalam Pandangan Masyarakat. (Cet. I;

Jakarta, Idayu Press,1982), h.198.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 28

masyarakat moderen dan masyarakat tradisional.29 Struktur

masyarakat dalam pandangan Abudin Nata termasuk

masyarakat Islam yang transformatif.30 Struktur masyarakat

yang sangat bervariasi dari aspek pemahaman ini membutuh

kecerdasan sosial dalam mengkomunikasikan dan

membahasakan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah yang

persuasif dan komunikatif di tengah masyarakat.

Sebelum Muhammad Hatta mengkonsturksi energi

pemikiran dakwahnya di tengah masyarakat Banda, alam

pikiran masyarakat Banda lebih di dominasi oleh energi

pemikiran mistisisme khas Banda yang diwariskan dalam

bentuk budaya antara lain budaya nyiru gila, cuci parigi,

buka puang, dan Ritul Memandikan Kain Gajah dan Kora-

Kora di Banda.31 Realitas masyarakat inilah yang akan

menyelimuti pergerakan energi pemikiran dakwah

29H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata

Indonesia Timur (Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h. 63.

30Abudin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Indonesia (Cet. III;

Jakarta: Prenada Media Group), h. 33.

31Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku Artikel ilmiyah yang

dipresentasikan di batam pada saat MTQ Nasional di kepulauan Riua tahun 2014.

h. 21.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 29

Muhammad Hatta sebagai objek meda dakwah di Banda

Neira.

Medan dakwah Muhammad Hatta di kepulauan Banda

terdiri dari sepuluh pulau vulkanis yang tersebar di Laut

Banda, ±140 km sebelah selatan Pulau Seram dan 2.000 km

sebelah Timur Pulau Jawa. Kepulauan Banda seluas 180 km²

ini termasuk dalam wilayah Provinsi Maluku. Kota

terbesarnya, Banda Naira, terletak di pulau dengan nama

yang sama. Sekitar 15.000 jiwa tinggal di kepulauan ini.

Kepulauan ini populer bagi penggemar selam scuba dan

snorkeling. Hingga pertengahan abad ke-19, Kepulauan Banda

merupakan satu-satunya sumber rempah-rempah pala.32

Kepulauan Banda pun di daftarkan sebagai salah satu Situs

Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2005.

Ide wisata religi multicultural di Banda tersebut jika

menggunakan paradigma Hurssel tampak dalam prilaku

interaksi sosial tidak ada budaya migrasi yang menonjol

tetapi semua budaya hidup dan terintegrasi dalam satu

etalase kosmos budaya yang memiliki kekuatan untuk

32Houtsma, First Encyclopaedia of Islam 1913-1936 dalam E.J.Brill,s

,BRILL. ISBN 9004097961. ISBN 9789004097964. h. 646.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 30

merekatkan semua perbedaan budaya-budaya migrasi

menjadi satu kekuatan budaya rutu basudara yakni Banda.

Budaya Banda dari aspek nama menurut Didik Suharyo

mengandung arti menyembunyikan budaya bawaan dan

menggunakan budaya Banda sebagai budaya persatuan

untuk berinteraksi secara damai. Hal itu tampak jika kapal

PELNI masuk di depan pelabuhan sebagai pusat pertemuan

suku-suku baik yang datang dari migrasi lokal maupun

migrasi internasional tradisi “pane” adalah sastra lisan

masyarakat banda yang merekatkan perbedaan.

Apakah ini bisa dijadikan sebagai wisata religi

multicultural? hal ini membutuhkan kajian mendalam

bagaimana budaya Banda bisa dijadikan destinasi wisata

religi multicultural di Banda sebagai sumbangan akademik

dan sumbangan percontohan bagi masyarakat modern

sebagai satu wawasan baru dalam mencari wisata religi

multicultural.

Gambaran ini menunjukkan bahwa ada ekosistem nilai

yang berfungsi sebagai regulasi untuk menjaga ekosistem

budaya Banda sebagai budaya persatuan yang disepakati oleh

penduduk setempat. Hal ini yang memperkayah khazanah

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 31

budaya di banda dan berpengaruh pada model peradaban

wisata religi multikultural di Banda. Realitas ini

membutuhkan penalaran mendalam (nanaku dalam bahasa

Ambon) secara sistematis untuk mendapatkan format baru

bagi pengembangan keilmuan dan kebutuhan akademik serta

spirit pencerahan bagi masyarakat moderen dewasa ini, yang

penuh dengan pola hidup materialisme dan hedonisme yang

kurang sehat.33 Keadaan ini membutuhkan obat rohani

melalui wisata religi multikultural untuk memberikan refresh

spiritual dan keseimbangan hidup pada kebutuhan dasar

manusia agar lebih tertata dengan baik dalam melakukan

interaksi sosial.

3. Setting Sosial di Banda Neira.

Model komunikasi masyarakat sangat tergantung pada

tokoh yang memiliki kredibilitas yang tinggi. Ditemukan

dalam peran Muhammad Hatta di penjara Banda

menghadapi tiga model kelompok sosial antara lain Islam

kultural, Islam transformatif, dan bangsa Belanda sendiri

33Alo Liliweri, M.S, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya (Cet.IV;

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 55

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 32

yang memata-matai pergerakan Dakwah Muhammad Hatta.

Sebelum kedatangan Muhammad Hatta Cipto

Mangunkusumo menjadi pusat perhatian masyarakat Banda.

Strukur sosial Banda sangat majemuk karena terdiri dari

berbagai suku bangsa sejak Muhammad Hatta mulai

menyebarkan dakwahnya di tengah masyarakat. Komposisi

masyarakat di Banda terdiri dari tiga model komunitas

masyarakat, masyarakat yang dapat dipengaruhi, masyarakat

yang bimbang, dan masyarakat tidak bisa dipengaruhi. Ketiga

komunitas masyarakat ini masing-masing memiliki tokoh dan

bergerak cenderung kurang teratur dalam menata citra

sosialnya.

Masyarakat yang tidak bisa dipengaruhi ini adalah

komunitas Islam kultural yang sangat kental dengan budaya

setempat. Ornamen setting sosial masayrakat di Banda ini

menurut Foucaul bergerak sesuai dengan naluri masing-

masing.34 Masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh Muhamad

Hatta sampai saat menjadi pembaharu dan penggerak sosial

di Maluku. Misalnya Des Alwi sebagai Murid Muhammad

34Michel Foucault, Dicipline and Punish, Penguin Book (Cet. IV; London,

2007), h. 62.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 33

Hatta, Hamadi B. Husain murid sekolah Sore penggerak

pendidikan di Maluku. Selain itu gubernur saat ini juga

bagian yang tidak terpisahkan dari kader-kader Muhammad

Hatta di Banda Neira.

Setelah kedatangan Muhammad Hatta setting sosial

berubah, perhatian masyarakat Banda lebih banyak

konsentrasinya pada pola pergerakan Muhammad Hatta.

Yang menarik dari pergerakan Muhammad Hatta membuat

dua pergerakan besar yakni menulis Buku Alam Pikiran

Yunani dan mewariskan konsep Negara Republik Indonesia

(NKRI) dengan membuat nama-nama Desa seperti Desa

Dwiwarna, Rajawali dan Nusantara. Semua simbol Desa ini

konsep NKRI yang dibangun konsepnya di Banda Neira

dengan karakter Nasional Kebangsaan.

Kontribusi penelitiaan ini untuk memberikan model

dakwah multikultural dalam proses mediasi dan

penyelesaikan konflik di Maluku, yang sering terjadi akibat

benturan budaya dan peradaban. Selain itu penelitin ini juga

memberi kontribusi dalam meningkatkan daya imun

masyarakat urban dalam menghadapi kebutuhan masyarakat

moderen yang diterpa peradaban kapitalisme, materialisme

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 34

dan hedonisme. Gagasan Dakwah multikultural Muhammad

Hatta sebagai model percontohan dakwah wisata

multikultural yang dapat menjadi pilihan akademik bagi

pengembangan wisata religi di Maluku.

4. Dakwah Multikultural Muhammad Hatta di Penjara.

Pergerakan dakwah multikultural Muhammad Hatta

sangat dipengaruhi oleh latarbelakang pendidiknnya saat

masuk Sekolah Rakyat (SR) di Bukittinggi hanya selama

dua tahun yang mengintegrasikan nilai-nilai intelektual dan

imam dalam strategi pembelajaran. Corak pemikiran ini

diterapkan di Banda pada anak muridnya di sekolah Sore.

Pergerakan dakwah Muhammad Hatta kepada murid-

muridnya di Banda saat itu mengalami perjumpaan dengan

beberapa budaya baru dengan adanya benturan sosial akibat

konflik tahun 1999 mulai berubah dari pola tradisional

menjadi moderen. Pergerakan dakwah Muhammad Hatta ini

cukup bertahan saat Des Alwi masih hidup, tetapi karakter

pemikiran Muhammad Hatta mulai punah saat tokoh

sejarawan Maluku itu meninggal dunia.

Inilah Motif pergerakan dakwahnya mengitegrasikan

sekolah umum dan pendidikan agama menjadi satu kesatuan.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 35

baik mengenai membaca Al-Qur’an, tauhid, maupun

aqidah. Pelajaran teknologi Muhammad Hatta mendapatkan

dari Bangsa Eropa yang telah maju dari aspek teknologi

sehingga pengetahuan tentang teknologi ia dapatkan di

Belanda dan Negara yang memiliki peradaban yang sudah

maju.

Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan

pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatra, Bond, Jong

Minahasa. dan Jong Ambon. Muhammad Hatta sangat

tertarik dengan multikultural karena ia memiliki keyakinan

bahwa perbedaan itu dapat memberikan kekuatan untuk

memerdekakan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang

berdaulat.35 Ide pemikiran inilah sehingga Muhammad Hatta

masuk ke perkumpulan Jong Sumatra.36

Pada tahun 1921 Muhammad Hatta tiba di Negeri

Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam.

Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922,

35Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad

Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas

Pattimura.

36Soebagiyo I.N., Bung Hatta Kita, dalam Peringatan Ulang Tahun Bung

Hatta ke-70, Bung Hatta Mengabdi pada Cita-cita Perjuangan Bangsa,1972,), h.1.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 36

perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische

Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan

Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi

Perhimpunan Indonesia (PI). Muhammad Hatta sejak awal

telah melakukan pendekatan dakwah bi al-Qalam dan dakwah

bi al-Hal dengan membuat majalah perkumpulan, dan Home

School atau sekolah. Dakwah dalam bentuk home school ini

menjadi pilihan Muhammad Hatta di Banda yang dipenjara

selama kurang labih 3 tahun di Manda Kabupaten Maluku

Tengah.

Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi

Indonesia Merdeka. Muhammad Hatta lulus dalam ujian

handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923.37

Muhammad Hatta memiliki kepekaan sosial untuk

menggerakkan masyarakat Indonesia melalui ekonomi

humanis yang kemudian ia rubah menjadi ekonomi pancasila.

Gagasan ekonomi pancasila Muhammad Hatta ini termasuk

gagasan ekonomi humanis religius sebagai corak ilmuan

ketimuran.

37Lihat juga dalam Aman, Pemikiran Hatta Tentang Demokrasi,

Kebangsaan Dan hak azasi manusia (Cet. I; Jakarta: Buku Kompas), h. 21.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 37

Warisan Timur yang menyatu dalam pribadi

Muhammad Hatta adalah nilai budaya minangkabau yang

egaliter dan nilai Islam Kultural di Banda. Nilai ini

diintegrasikan dengan nilai-nilai Barat berupa nasionalisme

dan demokrasi sebagai karunia dan ilham untuk menegakkan

hak asasi manusia dari aspek perekonomian diterapkan

dalam kehidupannya di Banda sehingga menjadi contoh bagi

masyarakat di Banda. Ekspektasi dan obsesi ekonomi

pancasila Muhammad Hatta mulai diterapkan kepada

masyarakat di Banda dan ia menulis buku alam pikiran

Yunani di Banda.38

Kiprah Muhammad Hatta dipenjara Banda Neira ia

mulai mengukir prestasi intelektualnya dakwahnya dengan

mendesain Indonesia Mini dengan membuat Desa-Desa

sebagai miniatur Indonesia. Misalnya Desa Dwiwarna, Desa

Nusantara, Desa Rajawali, dan Desa Indonesia Baru. Gagasan

dakwah Muhammad Hatta ini sangat integratif dari aspek

keilmuan. Hal itu tampak dalam materi dakwahnya yang

disebarkan dalam bentuk tulisan dan prilaku di Banda.

38Hamadi B. Husain, (Penggerak Pendidikan di Maluku dari Banda)

Pegerakan Dakwah Muhammad Hatta di Banda, Artikel Ilmiah dipresentasikan

pada acara symposium di IAIN Ambon.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 38

Menurut Franz Magnis-Suseno bahwa Sebelum

mendeskripsikan energi pemikiran dakwah Muhammad

Hatta penulis setback pertarungan energi pemikiran dakwah

Muhammad Hatta dengan energi Pemikiran Sukarno. Energi

Muhammad Hatta sebelum diasingkan di Banda. Hal ini

penting dideskripsikan lebih awal untuk memastikan bahwa

apakah dakwah multikultural Muhammad Hatta tetap

dipertahankan di Banda atau ia mengemas kembali sesuai

dengan kearifan budaya masyarakat di Banda dengan

melawan berbagai penindasan fisik dan psikis bangsa

Imprealisme di Banda.

Mencermati pergerakan energi pemikiran dakwah

Muhammad Hatta dan Sukarno tentang penolakannya dua

argumen. Menurut energi pemikiran dakwah Muhammad

Hatta bahwa warga negara perlu dibangun energi cara

berpikirnya karena dengan modal energi yang sehat akan

melahirkan kearifan pembangunan yang humanis.39 Jika

energi pemikiran rakyat baik secara individual maka akan

berdampak dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

39Usman Thalib, Dosen Universitas Pattimura IAIN Ambon, Sejarawan

Masyarakat Banda

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 39

rakyat Indonesia secara individual yang akan melahirkan

pergerakan dakwah yang multikultural di Banda Kabupaten

Maluku Tengah dengan cara persuasif, humanis religius.40

Jika dianalisis secara cermat gagasan dakwah

Muhammad Hatta menawarkan teori keseimbangan dalam

membangun konstruksi energi pemikiran rakyat untuk

menghindari model berpikir Eropa yang cenderung

hedonisme, kapitalisme dan materialisme. Karena ketika

energi pemikiran perut menjadi panglima sebuah bangsa

maka menurut Muhammad Hatta kita tidak ada benadanya

dengan hewan ketika cita-cita berakhir pada kebutuhan

materi semata.

Berdasarkan benturan ide pemikiran inilah sehingga

Muhammad Hatta menolak pola hidup liberalisme yang

berlebihan. Pemikiran dakwah yang dikonstruksi

Muhammad Hatta adalah tata nilai Islami menggerakkan

dakwah mencegah kemungkaran yang berpotensi terjadi

pada elit politik. Muhammad Hatta lebih berorientasi pada

40 Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di

Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 40

pergerakan dakwah persuasif, humanis religius.41 Di tengah

masyarakat multikultural.

Energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta menyadari

sesuatu yang amat penting: Ke-adilan sosial, dan sebagai

akibatnya, kesejahteraan rakyat, justru mengandaikan

kedaulatan rakyat. Agar perut rakyat terisi tapi tidak lengah,

kedaulatan rakyat perlu ditegakkan dengan energi pemikiran

dakwah yang humanis religius. Gambaran histografi sejarah

ini menunjukkan bahwa Muhammad Hatta membuktikan diri

sebagai penganalisis brilian, sedangkan Sukarno tidak melihat

hubungan antara ketidakadilan sosial dan keadaan yang tidak

demokratis.

Rakyat hampir selalu lapar bukan karena panen buruk

atau alam miskin, melainkan karena rakyat tidak berdaya dari

aspek energi pemikiran dakwah yang lebih akomodatif

dengan falsafah pancasila. Pemikiran dakwah Muhammad

Hatta untuk menggerakkan pemberdayaan demokratis

dengan falsafah pancasila sebagai fasilitas Negara yang

berkiblat humanisme spiritual dengan tujuan sukses di dunia

41Syarifudin, Dakwah Multikultural di kota Ambon Artikel Ilmiyah di

Presentasikan pada Dosen Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAN Ambon.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 41

dan sukses diakhirat sebagai materi dakwah yang diajarkan

saat membuka sekolah sore di banda di Desa Dwiwarna yang

ia bentuk sebagai simbol dari bendera Bangsa Indonesia di

Banda Neira.

Energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta bukan

sekadar mau mengisi perutnya saja tetapi ia menggunakan

energi pemikiran dakwah sebagai gagasan yang menjiwai

perjuangan kemerdekaan yang seha secara lahir dan sehat

secara batin untuk mewujudkan negara yang berkedaulatan

dengan falsafah pancasila. Melindungi dan memberdayakan

cara berpikir dengan energi pemikiran dakwah Muhammad

Hatta untuk menjaminan hak asasi manusia bukan tanda

individualisme, melainkan ukuran paling nyata tentang

solidaritas bangsa itu dengan anggota-anggotanya yang

paling lemah.42

Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta memasukkan

materi dakwah Islam ke dalam unsur pendukung demokrasi

sebagai simbol keseimbangan menggerakkan sebuah negara.

Hal ini sesuai dengan konsep yang dibangun oleh Basman

yang dikemukakan dalam disertasinya yang terinpirasi dari

42http://serbasejarah.wordpress.com 77

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 42

energi pemikiran Ali Syariati bahwa semua nilai dasar

membutuhkan spirit Al-Quran sebagai energi penyeimbang

dalam membangun sebuah negara.43 Mengingat dewasa ini

sering disuarakan pendapat bahwa Islam dan demokrasi

tidak bisa berjalan bersama, penilaian Hatta ini pantas

dijadikan titik tolak untuk memikirkan dan mengaktualkan

kembali peran Islam dalam membangun demokrasi di

Indonesia. Topik "kolektivisme" masyarakat Indonesia,

"demokrasi aseli Indonesia" atau "demokrasi desa" sering

menjadi acuan para pendiri Republik.

a. Kontribusi Konseptual.

Kontribusi energi pemikiran Muhammad Hatta di

Banda menurut Hamadi B. Husain bahwa jejak energi

dakwah simbolik dari Muhammad Hatta yang tampak dalam

jejak konstruksi sejarah adalah nama Desa di Kecamatan

Banda terdiri dari;

1) Desa Dwiwarna (sebagai lambang warna bendera

Indonesia)

43Basman, Humanisme Ali Syariati Disertasi dipertahankan untuk

memenuhi gelar Doktor bidang Filsafat.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 43

2) Desa Nusantara (sebagai lambang teritorial negara

Indonesia)

3) Desa Rajawali (sebagai simbol falsafah negara

Republik Indonesia)

4) Desa Kampung Baru (sebagai simbol Indonesia

Merdeka)

5) Istanah Mini (sebagai simbol Istanah Negara Republik

Indonesia)

6) Desa Merdeka (sebagai simbol bahwa Indonesia pasti

merdeka atas pertolongan inayatullah).44

Sampai saat ini nama-nama Desa di Banda menjadi fakta

sejarah bahwa konsep NKRI Muhammad Hatta di Banda

sebagai model pergerakan hubbul wathan (dakwah cinta tanah

air) ini berdampak pada muridnya di Banda. Murid

Muhammad Hatta yang menjadi tokoh nasional dan tokoh

lokal antara lain adalah Des Alwi (tokoh nasional), Usman

Thalib (tokoh lokal), Burhan Bungin (tokoh nasional), Nurbati

Watro, Hamadi B. Husain (tokoh nasional), Abdul Haji

Muhammad, dan Said Assagaf (Gubernur Maluku/tokoh

44 Arman Man Arfa, Wawancara oleh Penulis di rumahnya 12 Agustus

2014.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 44

nasional).45 Semua tokoh ini ketika menggunakan teori

AISYATEK maka mereka termasuk orang yang memiliki

kredibilitas yang cukup tinggi sehingga mampu melakukan

pergerkan sosial di Maluku dan termasuk di Indonesia. Tokoh

ini memiliki beberap unsur dalam gambar berikut ini.

45Mohammad Hatta, “Tuntut Kemerdekaan Pers”, dalam Kumpulan

Karangan Jilid I (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1976, p.222.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 45

b. Kontribusi Pemikiran entrepreneurship Hatta.

Kerangka konseptual yang digunakan untuk membedah

permasalahan dalam penelitian ini membantah teori Teori

AGIL Talcott Parson yang mengungkapkan bahwa teori AGIL

dalam proses menjelaskan ekspresi sosiologis manusia dari

aspek Adabtasi, Goal, Integrasi, dan Laten itu tidak terjadi di

Banda. Karena pikiran itu dapat dirubah dengan

memperbaiki energi pemikiran kata Muhammad Hatta.

Gagasan ekonomi pancasila menurut Hatta

menggunakan teori falsafah ekonomi pancasila yang diambil

dari spirit rukun Islam. Energi pemikiran Dakwah ini

dikembangkan dalam pemikiran entrepreneurship Muhammad

Hatta. Ia berpandangan bahwa ekonomi yang dapat

menyelamtkan manusia adalah ekonomi Pancasila; ia

memberikan indikator seorang entrepreneur dengan indikator

sebagai berikut;

1. Keimanan seorang entrepreneur Indonesia berkiblat

pada sila pertama dari pancasila yakni ia perlu

meyakini bahwa karua yang diusakan itu dari Allah

swt untuk itu perlu disyukuri dengan cara shalat

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 46

sebagai bukti rasa syukur sebagai seorang

entrepreneur.

2. Seorang entrepreneur ia perlu memiliki prilaku

ekonomi kemanusiaan, yang populer disebut dengan

eknomi humanisme religius, kecerdasan sosial dalam

membangun bisnis adalah software (mental ekonomi)

dari seorang entrepreneurship.

3. Seorang entrepreneur ia perlu memiliki rasa persatuan

dan kesatuan dalam membangun bisnis yang sehat

secara kognitif, sehat secara afektif, dan sehat secara

psikomotirk.

4. Entrepreneur perlu memiliki kompetensi komunikasi

musyawarah untuk mendapatkan ide dan gagasan

yang jenih, cemerlang yang berwawasan kerakyatan

dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sistem ekonomi yang dibangun oleh Muhammad Hatta

di Banda adalah ekonomi Pancasila. Ekonomi pancasila yang

dimaksudkan Muhammad Hatta adalah seorang pelaku

ekonomi perlu menyesuaikan idiologi ekonomi berdasarkan

ketuhanan yang maha Esa, prinsip ekonominya berorientasi

pada kemanusiaan yang adil dan beradab, menganut rasa

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 47

persatuan Indonesia, dan etika ekonomi bersifat ekonomi

kerakyataan dan pemenuhan peluang ekonomi bersifat adil

bagi seluruh rakyat Indoensia.

5. Topografi dan Demografi Banda Neira

Kecamatan Banda Neira dari aspek astronomi terletak

di 5043 - 6031 lintang selatan dana antara 1290 -130 Buju Timur.

Kecamatan Banda berbatasan dengan Pulau Seram sebelah

selatan dengan Kepulauan Teon Nila Serua (TNS) sebelah

Barat kepulauan Banda sebelah Timur berbatasan dengan

kepulauan Watubela, Luasnya Kepulauan Banda 2.568Km2.46

Data tahun 2006 Kekayaan sosial dan Ekonomi Kepulaan

Banda dari aspek perikanan untuk ikan tuna 2500-3000

ton/per bulan dan ikan layan 700 ton/per bulan.47

Komposisi struktur sosial di Banda Neira terdiri dari

beragai suku di Indonesia seperti suku bugis, buton, jawa,

Arab, Cina dan Sumatra.48 Jumlah penduduk tahun 1998

46H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata

Indonesia Timur (Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h.17

47Sumber: Tabulasi data peneliti 2006.

48H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata

Indonesia Timur (Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h.18

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 48

jumlah penduduk 16.352 pada tahun 2006 sebanyak 25.895

jiwa yang terdiri dari 12.928 jiwa laki-laki dan 12.967 jiwa

Perempuan. Peningkatan pendudukan sebesar 27,5%,

peningkatan pendudukan akibat migrasi penduduk dari

Dobo, kota Ambon, kota Tual akibat konflik sosial.49

Komposisi penduduk perdesa dapat dideskripsikan dalam

tabel berkut ini;

No Nama Desa Di

Banda

Penduduk Penduduk tidak

berKTP Jumlah L P

1 P. Rhun 772 773 334 1879

2 Pulau Hatta 324 289 357 970

3 Lontor 2221 2196 1342 5759

4 Selamon 1945 1927 1012 4884

5 Kampung Baru 3013 3022 1489 7524

6 Dwiwarna 591 605 245 1441

7 Rajawali 355 365 125 845

8 Merdeka 362 421 123 906

9 Nusantara 2605 2639 1011 6255

49Subair dkk. Segregasi Pemukiman Islam dan Kristen di kota Ambon (Cet.

I; Yogyakarta: Gara-Guru, 2007), h. 32.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 49

Salah satu warisan dakwah Muhammad Hatta sejak

membuka sekolah sore bagi anak-anak termasuk Des Alwi

terwujud ketika Des Alwi mendirikan Perguruan Tinggi yang

bernama Yayasan Hatta-Syahrir. Sekolah ini membuka

jurusan keguruan kegigihan Des Alwi mencari donatur untuk

mewariskan kepada generasi selanjutya. Pergerakan dakwah

multikultral Muhammad Hatta ini diduga kuat melahirkan

setting sosial yang sampai saat ini terus bergerak di Banda

sesuai tingkat kebutuhan masyarakat di Banda dengan pesan-

pesan agama yang dikomunikasikan secara multikultural

sesuai level dan problematika masyarakat multikultural.

1879 970

5759 4884

7524

1441 845 906

6255

Jumlah Penduduk Per/Desa

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 50

C. KESIMPULAN

Penelitian ini berasumsi bahwa gerakan jejak dakwah

multikultural Muhammad Hatta di Banda memperjuangkan

nila-nilai kemanusiaan agar ditata dengan baik untuk

menghindari benturan sosial yang berdampak pada konflik

psikologis dan fisik. Pelajaran ini didapatkan saat berdebat

dengan Sukarno tentang Dasar Negara dan proses

pembangunan Indonesia Raya. Dari rumusan ini disipulkan

antara lain;

1. Dinamikan pergerakan dakwah itu semakin tinggi jika

ada praktisi dakwah yang menggerakkan peradaban

yang tidur seperti di Banda kedatangan Muhammad

Hatta menjadikan satu peradaban yang tidur menjadi

peradaban yang bergerak. Ditemukan bahwa gerak

sosial sangat ditentukan oleh tingginya kecerdasan

Aqidah, kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Syari’ah,

Kecerdasan Akhlaq, Kecerdasan Entrepreneurship, dan

Kecerdasan Teknologi.

2. Berdakwah pada masyarakat multikultural, mubalig

perlu memiliki peta sosial untuk mengetahui kondisi

jama’ah yang menjadi obejk dakwah. Selain itu

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 51

Mubalig perlu memahami jenis informasi agama yang

akan dikonstruksi di tengah masyarakat multikultural

sesuai peta problematika masyarakat multikultural

dengan pola komunikasi sesuai persoalan dan penyakit

sosial. Peta yang perlu diketahui adalah mengetahui

siapa yang memengaruhi cara berpikir masyarakat

multicultural dengan rebut simpati rebut hatinya

sebelum memengaruhi pikirannya dan masyarakat

dengan kepribadian dan tema dakwah yang akan

dibawakan.

3. Kontribusi penelitiaan ini untuk memberikan model

dakwah multikultural dalam proses mediasi dan

penyelesaikan konflik di Maluku, yang sering terjadi

akibat benturan budaya dan peradaban. Meningkatkan

daya imun masyarakat urban dalam menghadapi

kebutuhan masyarakat moderen yang diterpa

peradaban kapitalisme, materialisme dan hedonisme.

Sebagai model metode Dakwah multikultural yang

dapat menjadi pilihan akademik bagi pengembangan

Dakwah di Maluku.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 52

D. Pustaka

A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I. Bandung: Disjarah Angkatan darat dan Angkasa, 1977.

Basman, Humanisme Ali Syariati Disertasi dipertahankan untuk memenuhi gelar Doktor bidang Filsafat.

Charles Horton Cooley, Social Organication Cet. II; New York: Scribner Press, 2001, lihat dalam buku Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 144.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Cet. I; Jakarta: Balai Bahasa Indonesia, 2010.

Des Alwi, Sejarah Banda Neira (Edisi Revisi) Cet. II; Malang: Pustaka Al-Bayan, 2010.

Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas Pattimura.

Deddy Mulyanan, Komunikasi Efektif Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.

H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014.

Houtsma, First Encyclopaedia of Islam 1913-1936 dalam E.J.Brill, s, BRILL. ISBN 9004097961. ISBN 9789004097964. h. 646.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 53

H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010.

Joseph De Vito, Human Interpersonal Communication Cet. IV; New Yok: Sage Publishing, 2010.

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cet. XXII; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005.

Kementerian Agama Al-Quran dan Terjemahnya Cet. II: Syamila Al-Quran QS Asyams/91: 8

Lihat juga dalam Aman, Pemikiran Hatta Tentang Demokrasi, Kebangsaan Dan hak azasi manusia Cet. I; Jakarta: Buku Kompas, 2011

Maarif A. Syafii, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi Tentang Percaturan dalam Konstituante. Jakarta: LP3ES, 1987.

Mochtar Kusumaatmaja, “Bung Hatta: Peletak Dasar Politik Luar Negeri Indonesia”, dalam Bung Hatta Kita dalam Pandangan Masyarakat. (Cet. I; Jakarta, Idayu Press,1982.

Mochtar Lubis, “Bung Hatta Manusia Berdisiplin”, dalam Mutia Farida Swasono (ed), Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan. (Jakarta: Sinar Harapan 1980), h.43.

Mohammad Hatta, “Tuntut Kemerdekaan Pers”, dalam Kumpulan Karangan Jilid I Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Michel Foucault, Dicipline and Punish, Penguin Book Cet. IV; London, 2007.

M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah Cet. I; Jakarta: Gramedi group, 2008.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 54

Roger M. Keesing, Theory of Culture Revisited dalam Assessing Culture Antropology, Cet. II; New York: Sage Publishing, 2004.

Soebagiyo I.N., Bung Hatta Kita, dalam Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke-70, Bung Hatta Mengabdi pada Cita-cita Perjuangan Bangsa,1972.

Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah multikulutral makalah ilmiyah yang dipublis di blogger pada tahun 2013.

Syarifudin, Dakwah Multikultural di kota Ambon Artikel Ilmiyah di Presentasikan pada Dosen Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAN Ambon.

QS Al-Hujurat/49:13 http://serbasejarah.wordpress.com

Subair dkk. Segregasi Pemukiman Islam dan Kristen di kota Ambon Cet. I; Yogyakarta: Gara-Guru, 2007.

Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku Artikel ilmiyah yang dipresentasikan di batam pada saat MTQ Nasional di kepulauan Riua tahun 2014.

Victor Turner, Planes of Classification in a Ritual of Life and Death dalam The Ritual process: Structure and anti-Struktur, Cornell UP Cet. III; New York: 2001.

Zulkifli Suleman, Pemikiran Politik Muhammad Hatta: Demokrasi Untuk Indonesia Cet. II; Jakarta: Buku Kompas, 2011.

Syarifudin, Mengungkap Energi Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta di Banda 55

Daftar Wawancara Masyarakat Banda

Arman Man Arfa Dosen IAIN Ambon , Wawancara oleh Penulis di rumahnya 12 Agustus 2014.

Muhammad Abd. Haji (Pegawai Pemerintah Daerah Provinsi Maluku , Wawancara oleh Penulis di rumahnya 12 Agustus 2014.

Usman Thalib, Dosen Universitas Pattimura IAIN Ambon, Sejarawan Masyarakat Banda

H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014.