POLA KOMUNIKASI GURU DAN SISWA DI SMAN 14 …
Transcript of POLA KOMUNIKASI GURU DAN SISWA DI SMAN 14 …
i
POLA KOMUNIKASI GURU DAN SISWA DI SMAN 14 MAKASSAR
(STUDI KASUS SOSIOLOGI KOMUNIKASI)
SKRIPSI
Oleh:
Nur Annisa Sobrina
Nim: 105381108116
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
2021
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Pertama dan yang paling utama tiada untaian kata yang paling indah yang
terucap dari lisan seorang hamba selain pujian syukur kehadirat Allah SWT.
Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya yang telah melimpahkan Taufiq
dan hidayah-Nya serta kenikmatan iman, Islam dan kesehatan jasmani
maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
Shalawat serta salam yang penulis sanjung agungkan kepada Muhammad
SAW yang telah membawa ajaran yang paling sempurna, dan diantaranya
yaitu mengutamakan kepada manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan agar
dapat dimanfaatkan dalam segala aspek kehidupan, dan dari Ridha Allah
SWT serta Syafa‟ at Rosulullah penulis dapat menyelesaikan proposal ini
yang berjudul “Implikasi Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Prestasi Belajar
Siswa di SMAN 5 SOPPENG.”
Proposal ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak akan
terlaksana tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dari berbagai pihak, baik
berupa moril maupun materi.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan,
motivasi berseta doa kepada penulis dalam penyelesain proposal ini. Keberhasilan
dalam penyelesaian proposal ini tidak hanya terletak pada diri peneliti semata
tetapi tentunya banyak pihak yang memberikan sumbangsi khususnya kepada
orang tua, ibunda tercinta Darmawati dan ayahanda tercinta Anda yang selama ini
telah memberikan dukungan dan do’a yang tidak pernah putus dan hampir tidak
mungkin bisa dibalaskan oleh apapun serta adikku ku tercinta Reski, yang selalu
menghibur serta memberikan dukungan. Penulis juga ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
iii
1. Bapak Prof. Dr.H.Ambo Asse.,M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menimba
ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini.
2. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Drs. H. Nurdin,M.Pd ketua prodi Sosiologi Universitas Muhammad
iyah Makassar,bapak Kaharuddin,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D sekertaris Jurusan
prodi sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Kaharuddin S.Pd, M. Pd, Ph.D, pembimbing I yang telah
memberikan saran, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis
sehingga tersusunnya proposal ini.
5. Bapak Firdaus S.Pd, M.Pd pembimbing II yang dengan penuh
ketelitian dan kesabaran membimbing dalam menyelesaikan proposal
ini.
6. Terimakasih kepada Ibu saya Haslin S.Kep yang selalu mendukung saya
dan memberi semangat kepada saya.
7. Nurul Hasanah,Vivin Vitrina ,Kasmawati,Andi Jusmawati,Uni,Firda,Riska
Sebagai sahabat yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada
peneliti.
8. Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu.
Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah melimpahkan
pahala yang berlipat ganda atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti
dalam menyelesaian proposal ini, Amin Yarobbal Alamin.
Makassar, 21 Juli 2020
Peneliti
Nur Annisa Sobrina
Nim: 105381108116
iv
Abstrak
Nur Annisa Sobrina, Tahun 2021, “Pola Komunikasi Guru dan Siswa Di
SMAN 14 Makassar (Studi Komunikasi Sosilogi Komunikasi)Skripsi Program
Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Kaharuddin dan
Pembimbing II Firdaus
Penelitian ini bertujuan untuk pola komunikasi dan bentuk pola komunkasi
guru dan siswa SMAN 14 Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian adalah kualitatif. Sumber data yang diolah merupakan sumber data
primer dan data sekunder.
Hasil penelitian ini adalah Pola komunikasi antara guru dan siswa pada
proses pembelajaran SMA 14 Makassar dimana di awal pembelajaran
memberikan penjelasan kepada siswa terkait teori dengan komunikasi yang
formal, komunikasi informal, dan juga komunikasi secara khusus, kemudian
memberikan pertanyaan atau memberikan kesempatan siswa untuk bertanya agar
terddinya umpan balik antara guru dan siswa, dan juga komunikasi di SMA 14
Makassar bukan hanya terjadi di dalam ruangan belajar akan tetapi juga berlaku di
luar ruangan belajar agar menanamkan nilai karakter yang baik kepada siswa, dan
bentuk pola komunikasi antara guru dan siswa SMA 14 Makassar menggunakan
tiga bentuk yaitu komunikasi satu arah yang dilakukan agar dalam pemberian
penjelasan oleh guru kepada siswa dapat didengarkan dengan baik dan dipahami,
ke dua komunikasi dua arah dimana komunikasi ini dilakukan agar adanya umpan
balik dari siswa agar dapat meliha sejauh mana pemahaman siswa terkait mata
pelajaran yang diajarkan, dan yang terakhir komunikasi banyal arah yang berguna
untuk menumbuhkan belajar aktif dari siswa.
Kata Kunci: Pola Komunikasi, Bentuk Pola Komunikasi, Guru dan Siswa
v
Abstract
Nur Annisa Sobrina, Year 2021, “Teacher and Student Communication
Patterns at SMAN 14 Makassar (Communication Studies, Sociology
Communication) Thesis, Sociology Education Study Program, Teacher Training
and Education Faculty, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by
Advisor I Kaharuddin and Supervisor II Firdaus.
This study aims at communication patterns and forms of communication
patterns for teachers and students of SMAN 14 Makassar. This type of research
used in research is qualitative. The data sources that are processed are primary
data sources and secondary data.
The results of this study are the pattern of communication between
teachers and students in the learning process of SMA 14 Makassar where at the
beginning of the lesson it provides explanations to students related to theories
related to formal communication, informal communication, and also
communication specifically, then give questions or give students the opportunity
to ask questions so that there is feedback between teachers and students, and also
communication at SMA 14 Makassar does not only occur in the learning room but
also applies outside the learning room in order to instill good character values in
students, and the form of communication patterns between teachers and students
of SMA 14 Makassar uses three forms, namely one-way communication which is
carried out so that in providing explanations by the teacher to students it can be
heard well and understood, the second is two-way communication where this
communication is carried out so that there is feedback from students so that they
can see the extent to which students understand the subjects being taught, and the
last one is communication of many directions which is useful for fostering active
learning from students.
Keywords: Communication Patterns, Forms of Communication Patterns,
Teachers and Students
vi
Daftar Isi
Halaman Judul ............................................................................................... i
Halaman Persetujuan ................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ..................................................................................... iii
Kata Pengantar .............................................................................................. iv
Abstrak Indonesia .......................................................................................... vi
Abstract ............................................................................................................ vii
Daftar Isi ......................................................................................................... viii
Daftar Tabel .................................................................................................... x
Daftar Gambar ............................................................................................... xi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Definisi Operasional............................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 8
1. Komunikasi ...................................................................................... 8
2. Guru ................................................................................................. 32
B. Penelitian Relevan ................................................................................ 40
C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 43
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 45
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian .............................................................. 47
C. Fokus Penelitian ................................................................................... 48
D. Informan Penelitian .............................................................................. 48
E. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 50
F. Instrumen Penelitian............................................................................. 51
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 51
H. Analisis Data ........................................................................................ 54
I. Uji Keabsahan Data.............................................................................. 56
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian ........................................................ 60
B. Keadaan Geografis ............................................................................... 60
C. Visi Misi ............................................................................................... 61
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 65
1. Pola Komunikasi Antara Guru Dan Siswa Pada
Proses Belajar Mengajar Di SMAN 14 Makassar.......................... 65
2. Bentuk Pola Komunikasi Antara Guru Dan Siswa
Di SMAN 14 Makassar ................................................................. 72
B. Pembahasan .......................................................................................... 76
1. Pola Komunikasi Antara Guru Dan Siswa Pada
Proses Belajar Mengajar Di SMAN 14 Makassar.......................... 76
2. Bentuk Pola Komunikasi Antara Guru Dan Siswa
Di SMAN 14 Makassar .................................................................. 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................................... 86
viii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam melakukan interaksi.
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Setiap elemen masyarakat tanpa terkecuali, seseorang dengan
berkebutuhan khusus pun dapat melakukan sebuah komunikasi. Komunikasi
yang dilakukan dapat berupa verbal dan non verbal. Komunikasi adalah suatu
proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak
lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Komunikasi akan
berjalan dengan lancar dan berhasil apabila proses itu berjalan dengan baik.
Proses komunikasi itu sendiri terjadi melalui bahasa. Komunikasi memiliki
beberapa fungsi yaitu mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia
luar, menciptakan dan memelihara lingkungan, bermain, mencari hiburan dan
membantu orang lain.
Komunikasi yang sering digunakan dalam sehari- hari. Komunikasi dapat
dilakukan dimana saja, oleh siapa saja dan kapan pun komunikasi tersebut
diperlukan. Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu pentingnya komunikasi itu bagi manusia, dan tanpa komunikasi manusia
tidak dapat bertahan hidup. Saat manusia lapar dia akan menunjukan rasa
2
laparnya kepada manusia lainnya, melalui kata atau simbol yang merupakan
bagian dari komunikasi. Komunikasi adalah proses yang ditandai oleh tindakan,
perubahan, pertukaran, dan perpindahan informasi. Seseorang dapat
mempersepsikan pertukaran informasi sesuai dengan lingkungan sekitar atau
persepsi seseorang tersebut tehadap informannya (Mulyana, 2012 : 76- 77).
Salah satu bidang ilmu belakangan bersentuhan dengan ilmu komunikasi
adalah ilmu Pendidikan. Ilmu Pendidikan berharap agar proses pembelajaran
yang dilakukan memberikan kontribusi yang konkret dalam meningkatkan
kualitas Pendidikan. Oleh karena itu penguasaaan komunikasi dengan baik demi
sekolah akan memberikan kontribusi secara nyata terhadap peningkatan kualitas
pendidikan.
Di Sekolah sangat dibutuhkan komunikasi yang saling melengkapi di
antara kepala sekolah, guru-guru, murid-murid, tata usaha, penjaga sekolah, dan
juga orangtua murid. Yang kesemuanya ini harus saling berkomunikasi agar
tercapai peningkatan kualitas pendidikan atau tujuan pendidikan khususnya bagi
siswa-siswi di sekolah.
Dari keterangan diatas diharapkan bahwa komunikasi yang terjadi di
sekolah dapat membantu siswa lebih baik lagi dalam berkomunikasi secara
langsung maupun membentu kepribadian mereka. Komunikasi yang terjadi
diwilayah sekolah yaitu kepala sekolah dengan guru, guru dengan murid. Karena
saat guru mengajar akan terjadi perpindahan informasi ke murid dan murid akan
mempersepsikan menurut meraka masing- masing. Komunikasi digunakan dalam
3
lingkungan sekolah dalam belajar- mengajar. Tetapi setiap orang memiliki
pandangan kehidupan mereka sendiri dan cara berkomunikasi yang berbeda-
beda. Komunikasi seorang guru tentu akan berbeda dengan seorang murid,
karena guru memiliki pengalaman yang berbeda dengan murid.
Hubungan guru dan siswa dianggap penting karena mempengaruhi minat
siswa dalam belajar. Kemampuan guru dinilai bukan hanya dari banyaknya siswa
yang pernah dididik tetapi dari bagaimana guru menghasilkan siswa yang
berbakat. Kemampuan guru tersebut berupa kemampuan mendengarkan,
berinteraksi tertulis maupun lisa, guru akan memfasilitasi siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru tidak hanya menyelesaikan secara teknis tugasnya tetapi
juga mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif untuk kemajuan
dalam kegiatan belajar ( Ihmeideh., et. Al, 2010)
Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah pada dasarnya terjadi antara
guru dengan siswa, sehingga keduanya terjadi interaksi yang menunjang.
Terjadinya komunikasi ini menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa.
Kualitas hubungan antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran
sebagian besar ditentukan oleh pribadi guru dalam mengajar dan siswa dalam
belajar, sehingga kualitas hubungan antara guru dengan siswa dapat menentukan
juga kedekatan antara guru dengan siswa.
Komunikasi guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar sangat
diperlukan. Adanya interaksi yang menyenangkan antara guru dan siswa dapat
merubah suasana yang terjadi dalam kelas, pendidikan memberikan stimulasi
4
agar perkembangannya terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Berlangsungnya
komunikasi antara guru dengan siswa ini sekaligus mempererat tali silaturrahmi
atau menjaga hubungan baik antara satu individu dengan individu lainnnya.
Adanya rasa senang kepada guru dalam mengajar membuat siswa dan siswi
lebih sungguh-sungguh dalam belajar. Biasanya pelajaran yang disenangi,
dipelajari anak dengan senang hati pula. Siswa yang tidak senang dengan guru
akan cenderung menurun minat belajaranya. Dengan adanya kesenangan dari
siswa, maka aktivitas dalam proses pembelajaran atau perilaku yang terjadi pada
siswa akan mengalami perubahan, baik itu dari segi sikap, maupun pengetahuan
serta mendorong siswa menjadi lebih positif dan aktif. Perubahan yang dimaksud
terjadi karena proses belajar perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat
positif dan aktif, perubahan yang disadari dan disengaja, perubahan yang
berkesinambungan (kontinu), serta perubahan yang tidak kecewa dengan hasil
belajarnya, sehingga dia sadar dengan kesalahannya.
Pentingnya komunikasi karena dalam proses belajar mengajar merupakan
proses transfer ilmu dan pendidikan dari guru kepada murid sehingga si siswa
bisa menjadi orang yang cerdas secara akademis dan terdidik. Sementara
komunikasi merupakan proses penyampaian pesan antara komunikator (guru)
dengan komunikan (siswa). Ketika terjadi komunikasi yang efektif dimana ilmu
dan didikan guru dapat diterima bahkan diamalkan dengan baik oleh para murid
barulah tercapai tujuan pendidikan dalam rangka mencerdaskan anak-anak
bangsa.
5
Oleh karena itu seorang guru tidak hanya dituntut harus pintar dan cerdas
secara akademis namun juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik
dan efektif sehingga pesan atau ilmu yang akan diberikan bisa tersampaikan dan
diterima dengan baik oleh para siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
didapatkan informasi bahwa terkait dengan pola komunikasi antara guru dan
siswa di SMA Negeri 14 Makassar, siswa banyak siswa yang tidak
mendengarkan dan memahami pada saat guru sedang menjelaskan materi. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya umpan balik (interaksi) antara guru dengan
siswa, dimana pendidik yang terlalu monoton dalam membawa materi ajar,
sehingga tidak ada hubungan timbal balik dalam proses pembelajarannya. Siswa
yang bermasalah mengakui dia benar-benar malas mengikuti proses belajar
mengajar, karena di dalam kelas guru terlalu sibuk dengan materi ajarnya sendiri
yang jarang melakukan umpan balik atau bertanya kepada siswanya, siswa
tersebut pun diberi hukuman seperti, berdiri didepan teman-temannya.
Berdasarkan latar belakang diatas menjadi dasar hal tersebut peneliti
pengembangan dengan melalukan penelitian tentang “Pola komunikasi antara
guru dan siswa pada di SMA 14 Makassar (Studi Kajian Sosiologi
Komunikasi)”.
6
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah pola komunikasi antara guru dan siswa pada proses belajar
mengajar di SMA 14 Makassar?.
2. Bagaimana bentuk pola komunikasi antara guru dan siswa di SMA 14
Makassar?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pola komunikasi antara guru dan siswa pada proses
belajar mengajar di SMA 14 Makassar.
2. Untuk mengetahui bentuk pola komunikasi antara guru dan siswa di SMA 14
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna mempererat komunikasi serta
silaturahmi antara peserta didik dan pendidik demi kemajuan proses
pembelajaran.
7
2. Manfaat Praktis
a. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan agar dam proses pembelajaran dapat
menyampaikan pesan ke peserta didik, dengan bimbingan dan menuntun
siswa menuju pada perubahan perilaku yang lebih baik lagi.
b. Bagi Siswa
Setelah penelitian ini diharapkan siswa mendapatkan dampak positif
yaitu meningkatnya komunikasi dan silaturahmi dengan guru.
c. Bagi Sekolah
Setelah penelitian ini diharapkan dapat menciptakan hubungan yang
lebih baik antara guru dan siswa baik dalam proses pembelajaran
maupun diluar sekolah.
E. Defenisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian terhadap variabel yang terlibat dalam
penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara
operasional sebagai berikut:
1. Pola diartikan sebagaicara kerja yang terdiri dari unsur-unsur terhadap
perilaku dan dapat dipakai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
gejala perilaku itu sendiri.
2. Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan
adanya berbagai macam model komunikasi dan bagian dari prowskomunikasi
8
akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah digunakan dalam
berkomunikasi.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Istilah Komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin
Communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1983, h. 46)
Komunikasi merupakan proses yang dilakukan oleh manusia setiap hari
dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Secara umum dapat dikatakan
bahwa tidak ada kehidupan manusia tanpa komunikasi. Sebagai makhluk sosial
manusia pasti membutuhkan hubungan dengan orang lain. Setiap individu selalu
berkeinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan sebaliknya individu
tersebut juga berkeinginan menerima informasi dari orang lain. Keharusan yang
timbul pada manusia untuk bekerjasama dengan orang lain agar dapat mencapai
tujuan yang dikehendaki, mengakibatkan dibentuknya organisasi, dalam hal ini
perusahaan.
Komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang ke orang lain.
Komunikasi merupakan cara untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain
9
baik berupa ide, fakta, pikiran, serta nilai-nilai. Komunikasi yang baik adalah
jalinan pengertian antara pihak yang satu dengan yang lainnya, sehingga apa
yang di komunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya dilaksanakan.
Komunikasi merupakan kebutuhan yang paling mendasar manusia. Saat
seseorang dengan orang lain berdekatan maka terjadi komunikasi secara verbal,
namun jika mereka berada dalam jarak yang jauh mereka menggunakan beberapa
cara untuk berkomunikasi.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan pesan (lambang-lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (komunikan). (Hovland, 2002, h. 32). Komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun
tidak langsung melalui media (Effendy, 2001, h. 43). Komunikasi adalah proses
menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar
membantu pendengar membangkitkan respon / makna dari pemikiran yang
10
serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. (Reymond, 2005, h. 581)
Komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang ke orang lain.
Komunikasi merupakan cara untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain
baik berupa ide, fakta, pikiran, serta nilai-nilai. Komunikasi yang baik adalah
jalinan pengertian antara pihak yang satu dengan yang lain, sehingga apa yang
dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya dilaksanakan.
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa yang tepat
untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
“siapa yangmenyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada
siapa dan apa pengaruhnya” Komunikasi sebagai subuah proses memaknai yang
dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang
berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku dan
perasaan-perasaan. Sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap
informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang
pernah dia alami.(Burhan, 2006 ,h. 57)
Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
penyampaian pengertian antara si pembawa berita dengan si penerima berita
yang keduanya saling memahami dan mengerti, penyampaian itu baik bersifat
lisan maupun tulisan. Jika kedua belah pihak telah saling pengertian dan saling
memahami maka komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik dan benar.
Dengan mengadakan komunikasi, setiap manusia dapat menyampaikan dan
mengungkapkan apa yang mereka rasakan, yang diinginkan, dan yang
11
diharapkan. Begitu pula halnya dengan komunikasi antara guru dan murid.
Dimana guru sebagai penyampai informasi dan murid sebagai penerima
informasi yang diberikan guru.
b. Tujuan Komunikasi
Hewitt (1981, h. 82) menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi
secara spesifik sebagai berikut:
1) Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2) Mempengaruhi perilaku seseorang
3) Mengungkapkan perasaan
4) Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5) Berhubungan dengan orang lain
6) Menyelesaian sebuah masalah
7) Mencapai sebuah tujuan
8) Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9) Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain
c. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi
hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima,
dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
1) Sumber, Pengirim pesan (Sender) yang memprakarsai komunikasi. Dalam
12
sebuah organisasi, pengirim adalah seorang yang mencapai informasi,
kebutuhan atau keinginan dan sebuah maksud untuk disampaikan satu atau
lebih orang. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok
misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim,
komunikator.
2) Penyandian (Encoding), dengan mengetahui komunikator, maka kita dapat
mengajukan keproses pembuatan sandi. Komunikator harus melakukan
proses pembuatan sandi yang menterjemahkan gagasan, komunikator
kedalam serangkaian tanda yang sistematis, yakni kedalam suatu bahasa
yang menyatakan maksud komunikator. Bentuk utama dari sandi adalah
bahasa.
3) Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan
dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.
Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau
propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan
kata massage, content atau information), hasil dari proses pembuatan sandi
adalah pesan. Maksud komunikator dinyatakan dalam bentuk pesan. Pesan
tersebut bersifat lisan atau bukan lisan. Jadi pesan adalah apa yang
diharapkan oleh komunikator untuk disampaikan kepada penerima tesebut,
dan bentuk yang tepat sebagian besar tergantung dari jalur (medium) yang
13
digunakan untuk menyampaikan pesan. (Hafied Cangara, 2008, h. 22-24)
4) Saluran (Channel) adalah media pengirim dari satu orang ke orang lain,
saluran sering tidak dapat dipisahkan dari pesan. Agar komunikasi efektif
dan efisien, saluran harus sesuai dengan pesan. Walaupun mempunyai
banyak sekali saluran yang tersedia, manajer mungkin tidak selalu
menggunakan salah satu saluran yang paling efektif. Pilihannya mungkin
dituntun oleh kebiasan atau prepensi pribadi. Maka dalam memilih saluran
yang tepat, manajer harus memutuskan apakah kejelasan atau umpan balik
yang lebih dipentingkan. Media adalah alat sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa
pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia,
media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra
manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima panca indra
selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan
menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam
tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media
yang digolongan atas empat macam, yakni: Media antar pribadi, untuk
hubungan perorang (antar pribadi) media yang tepat digunakan ialah kurir
/utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitas komunikasi
yang melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi
yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar,
dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal
14
penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar adalah media
komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi adalah
media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi
tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status
peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka
media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik.
Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika
khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya
digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio,
dan televisi (Hafied Cangara, 2008, h. 123-126).
5) Penerima (Receiver), adalah orang yang inderanya menangkap pesan
pengirim. Pesan harus disesuaikan dengan latar belakang penerima. Jika
pesan tidak sampai pada penerima, komunikasi tidak terjadi. Penerima
adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok,
partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah,
seperti khalayak, sasaran, komunikan. Dalam proses komunikasi telah
dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya
sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah
elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi
15
sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima,
akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut
perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
6) Pengertian sandi (Decoding), pengartian sandi atau penguraian isi sandi
adalah proses penerima menafsirkan pesan dan menterjemahkannya
kedalam informasi yang bermakna. Pada umumnya, semakin pengartian
sandi penerima sesuai dengan pesan yang dimaksudkan pengirim, semakin
efektif komunikasi tersebut.
7) Gaduh (Noise) atau berisik adalah salah satu factor yang mengacaukan,
membuat rancu atau mengganggu komunikasi. Gangguan terebut dapat
bersifat intern seperti apabila seseorang penerima tidak memberikan
perhatian atau ekstern seperti apabila pesan tersebut diganggu oleh bunyi
yang lain dalam lingkungan. Gaduh dapat terjadi pada setiap tahap proses
komunikasi, karena gaduh dapat mengacukan pemahaman. Seorang
manajer harus berupaya mengatasinya sampai pada suatu tingkat yang
memungkinkan komunikasi yang efektif.
8) Umpan balik (Feed back) adalah suatu pembalikan proses komunikasi
dimana reaksi terhadap komunikasi pengirim dinyatakan. Umpan balik
dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, yang berkisar dari umpan balik
langsung seperti pernyataan lisan yang sederhana bahwa pesan telah
diterima, sampai dengan umpan balik tidak langsung yang dinyatakan
melalui tindakan dalam kebanyakan komunikasi makin besar umpan balik
16
Menerima
Penyandian Saluran Pengertian
Sandi
makin efektif komunikasi yang terjadi. Pengaruh atau efek adalah
perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi
pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan, efek komunikasi yaitu
sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri
komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan yaitu:
kognitif (seseorang menjadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang
terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu), konatif
(tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).
(Hafied Cangara, 2008, h. 22-27)
Unsur-unsur tersebut menggambarkan urutan kegiatan yang harus
dilakukan dan diperhatikan dalam setiap kegiatan komunikasi, kecuali unsur
keatas yaitu kegaduhan. Unsur diatas harus ada dalam setiap proses komunikasi
agar terwujud suatu komunikasi yang efektif.
Mengirim Pesan Pesan
17
Gaduh
Pengirim
PENERIMA
Menerima mengirim
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi yang efektif harus
dilaksanakan dengan empat tahap yaitu:
1) Pengumpulan fakta yaitu mengumpulkan data dan fakta sebelum seseorang
melakukan kegiatan komunikasi.
2) Perencanaan, berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa
yang akan dibicarakan dan bagaimana mengemukakannya.
3) Komunikasi,setelah perencanaan disusun maka tahap selanjutnya adalah
berkomunikasi.
4) Evaluasi, penilaian dan analisa diperlukan untuk melihat bagaimana hasil dari
komunikasi tersebut.
Dalam komunikasi, setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan
pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat
menjadi komunikan, sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
18
1) Penampilan yaitu khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang
menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan.
2) Penguasaan masalah adalah seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai
komunikator haruslah betul-betul menguasai masalahnya.
3) Penguasaan Bahasa adalah seorang komunikator harus menguasai bahasa
dengan baik, bahasa ini dapat dimengerti oleh komunikan. Penguasaan bahasa
akan sangat membantu menjelaskan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan
kepada audience itu.
Keefektifan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan
berkomunikasi tetapi juga oleh kemampuan diri sikomunikator. Etos
komunikator yaitu keefektifan komunikasi ditentukan oleh etos komunikator.
1) Etos adalah nilai diri seorang yang merupakan panduan dari kognisi, afeksi dan
konasi. Kognisi adalah proses memahami yang bersangkutan dengan pikiran.
Afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar. Konasi
adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya dan perjuangan. Etos
tidak hanya timbul pada seseorang dengan begitu saja, tetapi ada faktor-faktor
tertentu yang mendukungnya. Faktor-faktor itu adalah kesiapan, kepercayaan,
ketulusan, ketenangan, kesederhanaan, keramahan.
2) Sikap Komunikator (attitude) adalah suatu kesiapan kegiatan, suatu
kecenderungan pada diri seorang untuk melakukan kegiatan menuju atau
menjauhi nilai-nilai sosial. Dalam hubungan dalam kegiatan komunikasi yang
19
melibatkan manusia-manusia sebagai sasarannya pada diri komunikator
terdapat lima jenis sikap yaitu Reseptif adalah sikap kesediaan untuk
menerima gagasan dari orang lain dan selektif. Faktor selektif sangat penting
bagi komunikator dalam peranannya sebagai komunikan sebagai persiapan
untuk menjadi komunikator yang baik. Jadi untuk menjadi komunikator yang
baik maka harus menjadi komunikan yang terampil.
3) Dijestif (Digestive) adalah kemampuan komunikator dalam merencanakan
gagasan atau informasi dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan
disampaikan.
4) Asimilatif berarti kemampuan komunikator dalam mengorelasikan gagasan
atau informasi yang diterima dari orang lain secara sistematis dengan apa
yang ada dalam benaknya yang merupakan hasil pendidikan dan
pengalamannya.
5) Transmisif merupakan kemampuan komunikator dalam mentransmisikan
konsep yang telah ia formulasikan secara kognitif, afektif dan konatif kepada
orang lain.
e. Metode Komunikasi
Dalam melaksanakan metode komunikasi ada bermacam metode, sehingga
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Komunikasi dipandang dari ada atau tidaknya umpan balik, dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
a) Komunikasi satu arah (One way communication) Dalam komunikasi ini
20
pengirim mengkomunikasikan tanpa mengharapkan umpan balik, biasanya
ini terjadi dalam hal pemberian instruksi dan dalam hal pemberitahuan.
b) Dalam komunikasi ini pengirim mengirim pesannya dan mengharapkan
penerima memberikan umpan balik. Oleh karena itu pemakaian
komunikasi satu arah ataupun dua arah bisa dikatakan tergantung pada
situasi dan kondisi serta sasaran yang akan dicapai, akan tetapi penggunaan
komunikasi dua arah dalam perusahaan atau organisasi cenderung
menghasilkan komunikasi lebih efektif, sebab semua anggota ikut
berpartisipasi. Dalam perusahaan atau organisasi yang lebih banyak
menggunakan komunikasi satu arah cenderung mencerminkan gaya
kepemimpinan yang otokratif. Sedangkan dalam perusahaan yang lebih
banyak menggunakan komunikasi dua arah cenderung mencerminkan gaya
kepemimpinan yang demokratis.
2) Komunikasi dipandang dari sudut formalitasnya
Dipandang dari sudut formalitasnya komunikasi tersebut dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :
a) Komunikasi Formil adalah Bentuk komunikasi formil terjadi karena sebab
akibat dari adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang telah
ditetapkan oleh manajemen di dalam struktur organisasi dan uraian jabatan.
b) Komunikas informal terbentuk karena adanya hubungan pribadi biasanya
terjadi secara spontan sehingga tidak dapat dibubarkan secara formal.
21
Bentuk komunikasi informal ini tidak dapat berdasarkan struktur organisasi
sehingga tidak mengikuti garis wewenang dan tanggung jawab. Pada
umumnya komunikasi ini muncul dalam suatu organisasi atau perusahaan
karena informasi yang mengalir dalam perusahaan secara formal tidak
memadai dan tidak memungkinkan keuntungan, dengan adanya
komunikasi informil adalah sikap karyawan lebih terbuka karena timbulnya
perasaan lebih akrab, lebih erat rasa kekeluargaannya, sikap lebih santai
sehingga terlihat lebih luwes. Tetapi disamping keuntungan tersebut juga
menimbulkan kelemahan yaitu menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan
seperti adanya desas desus yang tidak benar dikarenakan sumber informasi
yang tidak jelas.
3) Komunikasi dipandang dari sudut panjangnya saluran
Komuniksi dipandang dari sudut panjangnya saluran harus dilalui, dibagi
menjadi dua yaitu :
a) Komunikasi Langsung yaitu dikatakan sebagai komunikasi langsung
apabila pengirim dan penerima pesan berhubungan secara langsung.
b) Komunikasi tidak langsung yaitu dikatakan sebagai komunikasi tidak
langsung apabila antara pengirim dan penerima pesan tidak berhubungan
secara langsung tetapi melaui perantara pihak ketiga. Dibandingkan dengan
komunikasi langsung, komunikasi tidak langsung lebih banyak mendapat
hambatan seperti misalnya penyaringan informasi, pengurangan atau
22
penambahan kata atau kalimat yang tidak dapat merubah arti semula,
sehingga timbul kesalah pahaman. Semakin panjang rantai perantara
semakin lebih besar terjadinya penyimpangan informasi.
4) Komunikasi dipandang dari sudut cara penyampaiannya
Komunikasi dapat dibagi menjadi komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Yang dimaksud komunikasi verbal adalah komunikasi dalam bentuk tulisan,
sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang diekspresikan dengan
bahasa isyarat dan dalam bentuk simbol-simbol. Didalam setiap organisasi atau
perusahaan penyampaian melalui komunikasi verbal mutlak digunakan.
Walaupun secara teoritis dibedakan antar komunikasi verbal dan komunikasi non
verbal, tetapi dalam prakteknya keduanya sering digunakan bersama-sama.
Maksudnya ialah komunikasi non verbal seringdigunakan yang menyangkut
penyampaian maksud. Misalnya kita menyatakan “Ya”, tanpa sadar kita sudah
menganggukan kepala, demikian pula jika kita menyatakan “Tidak”, tanpa sadar
kita menggelengkan kepala.
5) Komunikasi dipandang dari struktur organisasi
Dipandang dari struktur organisasi komunikasi dapat di bedakan menjadi:
a) Komunikasi ke bawah
b) Komunikasi ke atas
c) Komunikasi ke samping
23
f. Pola Komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai pola hubungan dua orang atau lebih dalam
proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami (Djamarah dalam Kusnarto dan Saifudin, 2010, h. 6).
Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga
dengan adanya berbagai macam model komunikasi dan bagian dari
prowskomunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah digunakan
dalam berkomunikasi.
Menurut Joseph A. Devito Pola Komunikasi dibagi Menjadi beberapa
bagian yaitu:
a) Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Sedangkan menurut
Devito dalam Suranto (2011, h. 4) komunikasi antar pribadi adalah
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan
peluang untuk memberikan umpan balik segera. Menurut Nana Sudjana
(1989, h. 67) tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi dinamis antara guru dan siswa yaitu:
1) Komunikasi sebagai aksi (komunikasi satu arah)
24
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa pasif.
Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi
sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan
siswa belajar.
2) Komunikasi sebagai interaksi (komunikasi dua arah)
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi
dan penerima aksi, disini sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi terbatas
pada guru dan siswa secara individual. Antara pelajar satu dengan pelajar
lainya tidak ada hubungan. Peserta didik tidak dapat berinterkasi dengan
teman lainnya. Komunikasi ini lebih baik dari yang pertama.
3) Komunikasi sebagai transaksi (komunikasi banyak arah)
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan
siswa tetapi juga melibatkkan interaksi yang dinamis antara siswa dengan
siswa. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah pada
proses pembelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal,
sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan
strategi yang dapat mengembangkan komunikasi.
b) Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya
saling kebergantungan), mengenal satusama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok (Mulyana, 2007, h. 82). Michael Burgoon
25
(dalam Wiryanto, 2005, h. 34) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang
telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-
anggota yang lain secara tepat.
g. Hambatan-Hambatan Komunikasi
Komunikasi dikatakan berhasil apabila apa yang dikomunikasikan
dimengerti atau dengan kata lain komunikasi dikatakan efektif apabila penerima
menafsirkan serta melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan oleh
pengirim. Namun tidaklah mudah untuk menciptakan suatu komunikasi yang
efektif tersebut, karena adanya hambatan-hambatan dalam berkomunikasi.
Hambatan penurunan isi dan mutu komunikasi terjadi pada saat diartikan atau
diinterprestasi oleh penerima.
Hambatan komunikasi menurut Stephen P. Robbins (2005, h.18) meliputi:
1) Filtering
Penerima pesan tidak dapat menerima pesan secara utuh, karena pesan telah
mengalami penyaringan.
2) Selective Perception
Setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda, sehingga penafsiran
terhadap suatu pesan yang sama dapat berbeda-beda.
3) Emotion
26
Faktor emosi dapat menyebabkan penerimaan dan penafsiran pesan tidak
sesuai dengan yang diharapkan oleh pengirim pesan. Bila penerima pesan
sedang dalam keadaan marah atau sedih, maka maksud yang baik pun dapat
diartikan.
4) Language
Bahasa merupakan unsur penting dalam komunikasi. Bila penerima pesan
tidak memahami bahasa yang digunakan oleh pengirim pesan maka tidak akan
terjadi komunikasi yang baik. Selain itu, bahasa memiliki keterbatasan tertentu,
yang tidak dapat digambarkan semua maksud pengirim pesan.
Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penggunaan bahasa yang tidak
sesuai dengan maksud pengirim pesan, sehingga mengakibatkan penerima pesan
tidak dapat menangkap maksud pengirim pesan.
Namun secara umum, menurut effendy (2009, h. 53) hambatan
komunikasi dapat dikelompokan menjadi:
1) Hambatan Individual
Umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam hal ini:
a) Perbedaan pengamatan atau dasar pandangan
b) Perbedaan emosi
c) Kurangnya kemampuan mendengar
27
d) Kurangnya kemampuan membaca
e) Perbedaan status
f) Hambatan psikologis
2) Hambatan Mekanis merupakan hambatan yang muncul sebagai akibat dari:
a) Struktur organisasi
b) Kurang jelasnya materi komunikasi
3) Hambatan Fisik merupakan hambatan komunikasi yang berasal dari
lingkungan, misalnya jarak bicara yang berjauhan, angin, suara bising, dan
sebagainya.
4) Hambatan Semantik. Hambatan ini berasal dari keterbatasan simbol-simbol
(bahasa). Terkadang bahasa dapat menggambarkan maksud (ide) tertentu
sehingga penerima sulit menterjemahkannya dalam proses decoding
2. Teori Belajar Mengajar (Jerome. S. Bruner)
Teori ini Belajar adalah berubah, maksudnya adalah belajar berarti usaha
mengubah tingkah laku. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang melakukan proses belajar. Perubahan tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan
atau keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian
diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi
seseorang. Sehingga tujuan dari belajar itu mencakup tiga hal yaitu:.
a. Dalam Keilmuan dan pengetahuan konsep atau fakta (kognitif)
b. Personal, kepribadian atau sikap (afektif)
28
c. Kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik)
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subjek
belajar, sehingga dalam proses belajar tentunya dipengaruhi dengan berbagai
faktor. Secara garis besar faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar
dibagi menjadi dua faktor eksternal (berasal dari luar diri si subjek belajar) dan
faktor internal (berasal dari dalam diri si subjek belajar). Faktor eksternal lebih
condong pada faktor lingkungan sedangkan faktor internal lebih menekankan
pada sisi psikologis si subjek belajar. Menurut Thomas F. Staton ada enam
macam faktor psikologis, antara lain:
a. Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam proses belajar, kalau pada dirinya
sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar
itulah yang dinamakan dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini juga
meliputi dua hal:
1) Mengetahui apa yang dipelajari
2) Memahami mengapa hal tersebut patut untuk dipelajari
b. Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan untuk memusatkan segenap kekuatan dan
perhatian pada situasi belajar.
29
c. Reaksi
Kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respon pada suatu
pelajaran merupakan faktor penting dalam belajar.
d. Organisasi
Belajar juga merupakan kegiatan mengorganisasikan, menata, atau
menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan
pengertian.
e. Pemahaman
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan sebagai kegiatan
menguasai sesuatu dengan pikiran. Comprehension bersifat dinamis.
Sehingga diharapkan dengan adanya pemahaman yang baik akan
menjadikan siswa dapat berpikir secara kreatif. Jadi, comprehension
merupakan unsur psikologis yang penting dalam proses belajar.
f. Ulangan
Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari
membuat kemampuan para siswa semakin bertambah.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar.
Tujuan komunikasi dan tujuan mengajar dalam proses belajar mengajar
adalah sama, yaitu menyampaikan informasi atau ilmu pengetahuan terhadap
30
anak didik. Secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan
dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar sebagai upaya
menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi
para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu
perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik
maupun mental. Fungsi pokok dalam mengajar adalah menyediakan kondisi yang
kondusif, sedangkan yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah
siswanya, dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah. Konsep mengajar
memberikan indikator bahwa pengajarnya lebih bersifat pupil centered. Sehingga
tercapailah suatu hasil yang optimal, sangat tergantung oleh kegiatan siswa atau
anak didik itu sendiri.
Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Pengajaran yang dikatakan
berhasil baik itu didasarkan pada pengakuan bahwa secara esensial merupakan
proses yang bermakna, bukan sesuatu yang berlangsung secara mekanis belaka,
tidak sekedar rutinisme.(Sardiman 2007:17)
3. Teori Komunikasi Berlo
Teori komunikasi berlo mengembangkan wawasan proses pembelajaran
pada kelas konvensional sebagai suatu komunikasi, pendidik/guru merupakan
pengirim pesan materi/pembelajaran (sender). Pada proses pengiriman
31
dibutuhkan suatu bentuk berupa saluran (potensi pendidik/guru, media, indera
penerima/peserta didik), diteruskan dengan proses peneriman pesan/materi
pembelajaran oleh peserta didik sebagai penerima pesan (receiver).
Gangguan dapat terjadi pada proses penyampaian pesan (saluran) seperti
keadaan lingkungan belajar, suasana psikologis pendidik maupun peserta didik,
dan sejenisnya yang pada dasarnya akan mengganggu proses pembelajaran yang
berlangsung. Untuk mengatasi hal-hal tersebut dapat dilakukan umpan balik dari
penerima pesan (peserta didik) pada pengirim pesan/pendidik seperti dengan
metode-metode seperti tanya jawab tentang materi pembelajaran terkait. (
https://www.google.co.id/amp/s/vhajrie27 .wordpress.com/2010/03/28/teori-
komunikasi-belajar-dan-pembelajaran/amp/)
4. Teori Iteraksionisme
Konsep teori iteraksionisme ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar
tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih dahulu
dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh blumer
guna mencapai tujuan tertentu. Teori ini memiliki idea yang baik, tetapi tidak
terlalu dalam dan spesifik sebagaimana diajukan G.H. Mead.
Iteraksionisme didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya
dengan masyarakat. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang
merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi
makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai
proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka
32
dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi
mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan
bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks
ini, makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah
suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan
perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi
sosial dan kekuatan sosial.(Dedi mulyana, 2002:68)
Menurut Artur 2004: 14 teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada
dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka
tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan
apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga
pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap
premis-premis berikut:
a. individu merespon suatu situasi simbolik, mereka merespon lingkungan
termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial (perilaku manusia)
berdasarkan media yang dikandung komponen-komponen lingkungan
tersebut bagi mereka.
b. makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melihat pada
obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu
dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan
hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek
fisik, tindakan atau peristiwa itu ) namun juga gagasan yang abstrak.
33
c. makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu,
sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam perilaku pihak-
pihak yang terlihat dalam interaksi sosial, perubahan interpretasi
dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni
berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
5. Guru
a. Pengertian guru
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya (Sudarwan Danim, 2011: 5). Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih,menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa peranan guru sangat penting dalam dunia
pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta
didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh
karakter yang baik bagi anak didiknya.
Dari beberapa kutipan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa guru
adalah sebagai agen pembaharuan dimana guru dapat menjadi panutan bagi
peserta didik dan lingkungan sekitarnya dimanapun berada, guru juga dapat
mengajarkan banyak hal kepada peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu
sehingga berguna bagi bangsa dan negara.
34
Berdasarkan artikel Angayank yang berjudul Guru Sebagai Agen
Pembelajaran, 2010 menguraikan bahwa agar guru dapat menjalankan tugasnya
dengan profesional dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya memiliki
beberapa peranan dalam proses pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1) Guru sebagai Fasilitator
Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak
diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi),
khususnya dalam lingkungan pendidikan nonformal. Namun sejalan dengan
perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa,
belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam
lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru
pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar. (Wina Senjaya, 2008)
menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan
untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap
perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top- down”
ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat “top-down”, guru
seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung bersifat otoriter, sarat
komando, instruksi bergaya birokrat. Sementara, siswa lebih diposisikan
sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala
sesuatu yang dikehendaki oleh guru.
35
Berbeda dengan pola hubungan “top-down”, hubungan kemitraan antara
guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya
dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu,
agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya guru
dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam
pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:
a) Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas
pembelajaran
b) Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis.
c) Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh
pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
d) Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan
pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.
e) Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa Pada bagian lain, (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan
bahwa agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka
guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan
berbagai media dan sumber belajar. Dari ungkapan ini, jelas bahwa untuk
mewujudkan dirinya sebagai fasilitator, guru mutlak perlu menyediakan
sumber dan media belajar yang cocok dan beragam dalam setiap kegiatan
pembelajaran, dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber
belajar bagi para siswanya.
36
Terkait dengan sikap dan perilaku guru sebagai fasilitator, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan guru untuk dapat menjadi seorang fasilitator yang
sukses yakni: mendengarkan dan tidak mendominasi, bersikap sabar,
menghargai dan rendah hati, mau belajar, bersikap sederajat. bersikap akrab
dan melebur, tidak berusaha menceramahi, berwibawa, tidak memihak dan
mengkritik, bersikap terbuka, serta bersikap positif.
2) Guru Sebagai Motivator
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi
kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran
pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru se
bagai motivator (Akhmad Sudrajat, 2012).
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar
siswa yang efektif. Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat
menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian
(motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru)
untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya
agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul.
37
Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut,
dengan merujuk pada pemikiran (Wina Senjaya, 2008), di bawah ini
dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan
motivasi belajar siswa.
a) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin
dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat
menumbukan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka.
b) Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat
untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa
merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa,
diantaranya:
c) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi
pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.
d) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan
siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi
pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa.
Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik,
38
yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal;
dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar.
e) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi,
misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain- lain
f) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam
suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut.
Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas
dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang
lucu.
g) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa Motivasi
akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang
wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan
penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata, akan tetapi
dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang
wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
h) Berikan penilaian.Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh
nilai bagus.Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai
dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian
harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-
masing.
i) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa Siswa butuh penghargaan.
39
Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah
siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar
secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan
pekerjaanmu” dan lain sebagainya.
j) Ciptakan persaingan dan kerja sama Persaingan yang sehat dapat
memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran
siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus
mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik
antara kelompok maupun antar-individu.
3) Guru sebagai Inspirator
Guru sebagaimana kita ketahui, banyak yang menafsirkan sebagai
seorang yang serba bisa dihadapan peserta didiknya, sehingga akan merasa
malu atau gengsi jika seorang guru kalah ilmu dihadapan siswanya.
Sebenarnya guru sebagaimana dilukiskan Earl V Pullias dan James young
bukan hanya menjadi sumber transfer ilmu pengetahuan akan tetapi juga
berperan sebagai pembimbing, pemberi teladan, moderator, modernisator,
peneliti, atau paling tidak sebagai pemberi inspirasi bagi siswanya. Dengan
demikian, guru yang mengambil peran sebagai inspirator, secara langsung
dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, luwes dalam
berkomunikasi, rendah hati, selalu ingin belajar dan bekerja keras, fleksibilitas
40
dalam bergaul, berani bersikap, memiliki prinsip dalam kebenaran, dan yang
paling utama tidak merasa bosan menjadi seorang pendidik (Fatah, 2011).
Guru Sebagai inspirator, harus memberikan inspirasi bagi kemajuan
belajar siswa. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik, guru harus
dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.Kalau kita
mengatakan Profesi Guru itu sebagai Inspirator, barangkali ini merupakan
pernyataan yang terlambat, karena pada hakikat guru dilahirkan hanyalah
untuk menempati ranah pemberi inspirasi. Jika posisi ini dapat dilakukan
maka harapan Andreas Harefa untuk membentuk manusia pembelajar akan
tercapai dengan segera. Inspirator itu sebenarnya bukan hal yang mudah,
karena seorang inspirator itu akan diteropong khusus oleh orang yang
diinspirasi, teropong itu mirip miscroscop, dapat digunakan untuk
memperbesar hingga 10 juta kali obyeknya.
4) Guru Sebagai Inovator
Guru sebagai Inovator, guru berfungsi melakukan kegiatan kreatif,
menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam
pengajaran. sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan
melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru itu misalnya
penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran. Penggunaan teknologi
informasi dalam pembelajaran maksudnya menggunakan manfaat internet
atau intranet sebagai media pembelajaran.
41
Kehidupan selalu mengalami perubahan sebab kehidupan memang
sebuah proses yang dinamis. Dinamisasi pola kehidupan seringkali jauh
melebihi kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh seseorang sehingga
seringkali terjadi satu atau beberapa perbedaan sehingga muncul fiksi/
gesekan yang pada akhirnya menjadikan perbedaan konsep. Dan, anak didik
adalah sosok yang belum stabil dalam segala aspek sehingga setiap kali
menghadapi persoalan dalam hidup atau proses hidup, maka sebuah teladan
bagus agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itulah, maka
eksistensi guru sebagai innovator kegiatan, khususnya dalam pola
pembelajaran sangat diperlukan. Kehidupan yang dinamis memberikan
konsekuensi logis yang menuntut setiap orang untuk memberikan sesuatu
yang baru sehingga selalu sejalan dengan perkembangan pola kehidupan
(Angayank, 2010).
B. Penelitian yang relevan
1. Anton Susanto. 2017.skripsi. Penelitian ini berjudul “pola komunikasi guru
dalam pembinaan akhlak siswa SMK AL-Fajar Kasui Way Kanan ”.Dari hasil
penelitian yang dilakukan pola komunikasi yang digunakan oleh guru agama
dalam pembinaan akhlak siswa SMK Al-Fajar Kasui Way Kanan adalah
komunikasi kelompok kecil indikasi ini dilihat dari guru agama menyampaikan
kepada siswa dan didengarkan dengan seksama pesan yang disampaikan oleh
guru Agama. Dalam hal tersebut timbulah feedback atau umpan balik dari
siswa-siswi. Dalam peleksanaan penyampaiannya terdapat pola komunikasi
42
yang efektif ini dilihat dari seorang guru uang sudah menyiapakan rencana
program pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum pendidikan yang
digunakan. Dari hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa pola komunikasi
yang digunakan oleh guru agama Islam dalam pembinaan akhlak, sudah tercipta
dengan baik karna bisa dilihat dari yingkat kedisiplinan dan tanggung jawab
mereka yang sudah menerapkan akhlak yang baik di lingkungan sekolah. Dan
juga di dukung dengan kegiatan atau program-progaram yang mendukung
dalam pembinaan akhlak.
2. Syamsul Bahri Alhafid.2018.skripsi dalam penelitianya “Pola Komunikasi
Antarpribadi Guru dan Siswa Berkebutuhan Khusus Dalam Menumbuhkan
Kemandirian (Studi di SLB Tunas Harapan Balaikembang Luwu Timur)’ Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi antarpribadi yang digunakan
oleh guru dan siswa berkebutuhan khusus pada SLB Tunas Harapan Bangsa
Balai Kembang Luwu Timur yaitu, pola demonstrasi, pola tanya jawab, dan
pola pemecahan masalah. Selain pola komunikasi nonverbal serta variasi
belajar juga turut andil dalam pola komunikasi antarpribadi guru dan siswa-
siswa. Sementara untuk menumbuhkan kemandirian siswa SLB Tunas Harapan
Bangsa Balai Kembang Luwu Timur menerapkan cara-cara seperti, melakukan
percakapan antara guru dan siswa, Tanya jawab, kegiatan membaca, serta
membangun kemandirian dengan kegiatan ekstrakulikuler.Adapun implikasi
dalam penelitian ini adalah diharapkannya para pengajar di SLB Tunas Harapan
Bangsa dapat lebih baik lagi dalam mendidik serta mengajar siswa
43
berkebutuhan khusus, dan guru diharapkan pula untuk selalu aktif
berkomunikasi antarpribadi dengan siswa. Pihak sekolah juga harus
memperhatikan fasilitas yang ada di SLB Tunas Harapan Bangsa serta tidak
lupa dibuatkan website khusus milik sekolah. Seperti yang diketahui
bahwasanya sekolah masih belum memiliki sarana internet yakni berupa
website..
3. Penelitian yang ditulis oleh Sekartaji Reni A.2017.skripsi yang berjudul Pola
Komunikasi Antara Guru Dengan Siswa Dan Antar Siswa Pada Kelompok
Ekstrakurikuler Tari Di SMPN 1 Delanggu. Hasil penelitian ini adalah: 1) pola
komunikasi antara guru dengan siswa merupakan komunikasi setara namun
santun: (a) guru menempatkan diri sebagai teman siswa, (b) siswa merasa
nyaman dengan guru, dan (c) siswa masih bersikap sopan dengan guru yang
memiliki kekuasaan memberikan nilai, karena guru atau pembina dalam
ekstrakurikuler tari merupakan fasilitator yang bersikap ramah dan menjadi
teman dalam belajar, sehingga membuat siswa merasa nyaman dan
menganggap guru sebagai teman tetapi juga masih menghormati guru; 2) pola
komunikasi antar siswa dalam kelompok ekstrakurikuler tari adalah komunikasi
simetris: a) memiliki kekuatan yang sama, b) terjadi komunikasi yang nyaman
kelompok, dan c) kekompakan dalam belajar tari sehingga siswa merasa
nyaman dengan teman lainnya sehingga membuat kegiatan ekstrakurikuler tari
semakin menyenangkan dan bersahabat.
4.
44
C. Kerangka Pikir
.Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi
yang terjadi didalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan
proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru
kepada siswa, di mana siswa mampu memahami maksud pesan sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting
dan perlu diperhatikan sehingga proses belajar yang ditempuh benar-benar
memperoleh hasil optimal khususnya dalam proses belajar mengajar yang
berlangsung di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh komponen belajar
mengajar yaitu siswa, guru, dan prasarana belajar.
Keaktifan siswa dalam belajar dapat dilihat dari keikutsertaannya dalam
melaksanakan tugas belajarnya. Keaktifan siswa dalam belajar dapat terwujud
perilaku-perilaku yang muncul dalam proses pembelajaran, seperti perhatian
terhadap ulasan materi pelajaran, respon terhadap suatu masalah dalam
pembelajaran, dan kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran. Akhirnya dengan
siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran prestasi belajar pun diharapkan
bisa meningkat.Berdasarkan kerangka pikir maka bagan kerangka pikir
digambarkan dibawah in :
45
Bagan kerangka pikir
Guru dan siswa
Pola komunikasi
Pola komunikasi antara guru
dan siswa dalam proses beajar
mengajar
Bentuk Pola komunikasi guru dan
siswa diluar pembelajaran
Pola komunikasi dapat
meningkatkan Kualitas
pembelajaran
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
lapangan (Field research) dengan menggunakan jenis penelitian Kualitatif,
berupa deskripsi tentang Pola komunikasi antara guru dan siswa di SMA 14
Makassar.
Penelitian kualitatif dipilih agar hasil penelitian tidak bertolak dari teori
saja, melainkan dari fakta sebagaimana adanya di lapangan sehingga menjamin
keaslian sumber data.
2. Pendekatan Penelitian
a. Pendekatan Pola Interaksi Pembelajaran di Kelas
Pada dasarnya pola interaksi pembelajaran dapat dilihat melalui alur
komunikasi yang terjadi di kelas. Pola interkasi sangat dibatasi oleh bentuk
terjadinya proses pembelajaran dan persyaratan pembatasan mengenai ‘siapa
berbicara kepada siapa’. Pengaturan tertentu seperti itu tentu mempunyai
konsekuensi besar dalam proses pembelajaran. Pola-pola interaksi di kelas
akan lahir terutama dalam bentuk diskusi dan la sesi tanya jawab antara guru
dan siswa. terdapat beberapa pola interaksi misalnya ada pola roda, pola
lingkaran, dan pola sentralistik. Pola roda merupakan interaksi yang
47
mengarahkan seluruh informasi kepada individu/kelompok yang menjadi titik
fokus (pemrasaran/pembicara/presentator).
b. Post-positivisme
Post-positivisme merupakan perbaikan positivisme yang dianggap
memiliki kelemahan-kelemahan, dan dianggap hanya mengandalkan
kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara
ontologis aliran post-positivisme bersifat critical realism dan menganggap
bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan dan hukum alam
tapi mustahil realitas tersebut dapat dilihat secara benar oleh peneliti. Secara
epistomologis: Modified dualist/objectivist, hubungan peneliti dengan realitas
yang diteliti tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan subjektivitas
seminimal mungkin. Secara metodologis adalah modified experimental/
manipulatif.
Observasi yang didewakan positivisme dipertanyakan netralitasnya,
karena observasi dianggap bisa saja dipengaruhi oleh persepsi masing-masing
orang. Proses dari positivisme ke post-positivisme melalui kritikan dari tiga
hal yaitu :
1) Observasi sebagai unsur utama metode penelitian,
2) Hubungan yang kaku antara teori dan bukti. Pengamat memiliki sudut
pandang yang berbeda dan teori harus mengalah pada perbedaan waktu,
48
3) Tradisi keilmuan yang terus berkembang dan dinamis
Post positivisme merupakan sebuah aliran yang datang setelah
positivisme dan memang amat dekat dengan paradigma positivisme. Salah
satu indikator yang membedakan antara keduanya bahwa post positivisme
lebih mempercayai proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi
melalui berbagai macam metode. Dengan demikian suatu ilmu memang betul
mencapai objektivitas apabila telah diverifikasi oleh berbagai kalangan
dengan berbagai cara.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Rancangan kriteria pemilihan Lokasi penelitian
Lokasi penelitian Adapun lokasi Penelitian ini dilakukan di SMA 14
Makassar
Peristiwa/persoalan
(issu)
Permasalahan yang terjadi antara guru dan siswa di
SMA 14 Makassar adalah kurangnya komunikasi
antara guru dan siswa
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 2 bulan mulai bulan agustus
sampai dengan september 2020
No. Jenis Kegiatan September Oktober
49
I II III IV I II III IV
1 Penyusunan judul
2 Penyusunan proposal
3 Konsultasi pembimbing
4 Seminar proposal
5 Pengurusan izin penelitian
C. Fokus Penelitian
Untuk menjawab permasalahan diatas, penulis memfokuskan pada pola
kerukunan dan toleransi antar uamat beragama dengan menjabarkan sebagai
berikut:
Pola komunikasi antara guru dan siswa di SMA 14 Makassar.
D. Informan Penelitian
Informan kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
hasil penelitiannya. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus
penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan
yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses
penelitian. Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005: 171-172), informan
penelitian ini meliputi tiga macam yaitu:
50
1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. yaitu kepsek di
SMA 14 Makassar yang menjadi informan kunci.
2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah guru dan
siswa di SMA 14 Makassar.
3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan
tambahan adalah pegawai sekolah yang bertugas minimal lima tahun dan aktif
dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka informan ditentukan dengan teknik
purposive sampling yakni teknik ini merupakan teknik pengambilan informan
yang ditentukan oleh peneliti sendiri secara segaja dan memperhatikan berbagai
kriteria yang dimaksud diantaranya pengetahuan tentang objek yang di teliti,
informan yang dipilih berada dalam komunitas yang akan diteliti, dan pejabat
berada dalam lokasi tempat penelitian yang diteliti (Kaharuddin, 2021)
E. Jenis dan Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila penelitian menggunakan lembar observasi atau wawancara
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut disebut responden, yaitu
orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik
pertanyaan tertulis maupun lisan. Sumber data yang menjadi bahan baku
51
penelitian, untuk diolah merupakan data yang berwujud data primer dan
sekunder:
1. Sumber data primer
Sumber data primer, yaitu Data Primer Yaitu data empiris yang
diperoleh dari lapangan berdasarkan hasil wawancara bersama informan
penelitian dan hasil observasi.
Teknik penentuan Informan pada penelitian ini, yakni informan dipilih
dengan cara Purposive sampling. Margono mengemukakan bahwa pemilihan
sekelompok subjek dalam Purposive Sampling didasarkan atas ciri-ciri
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Penggunaan pendekatan ini diharapkan dapat memberi informasi dari
orang perindividu atau kelompok masayrakat. Peneliti akan mendapatkan
fakta-fakta dari pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, ide-ide
pengalaman-pengalaman tentang Pola komunikasi antara guru dan siswa di
SMA 14 Makassar.
2. Sumber data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diambil tidak secara langsung dari
sumbernya, data sekunder diambil dari berbagai dokumen-dokumen grafis
(Tabel, catatan, notulen rapat, sms dan lain-lain) foto-foto, film , rekaman
vidio, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer seperti
52
laporan,buku-buku, karya tulis atau majalah ataupun seseorang yang
mendapatkan informasi dari orang lain yang berkaitan dengan penelitian.
F. Instrument penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Peneliti sendiri sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif. Adapun
alat-alat penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pedoman wawancara, adalah alat yang digunakan dalam melakukan
wawancara yang dijadikan dasar untuk memperoleh informasi dari informan
yang berupa daftar pertanyaan.
2. Alat tulis menulis yaitu : buku, pulpen, atau pensil sebagai alat untuk
mencatat informasi yang didapat pada saat wawancara.
3. Lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh penelitian pada saat
melakukan pengamatan langsung di lapangan.
4. Catatan dokumentasi, adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai
penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, data sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
5. Kamera ponsel, sebagai alat dokumentasi setiap kegiatan peneliti.
G. Teknik pengumpulan data
53
Metode Proses Pengumpulan data pada penelitian ini, yakni peneliti terlibat
langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang sebenarnya di SMA
14 Makassar, untuk menghindari terjadinya kesalahan atau kekeliruan dalam
hasil penelitian yang akan diperoleh nantinya. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu.
1. Observasi
Teknik observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan
fenomena yang di lakukan secara sistematis. Observasi yang dipilih pada
penelitian ini yakni observasi partisipatif. Peneliti mengikuti kegiatan
keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan
apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan
kepada informan yang menarik dan mempelajari dokumen yang dimiliki.
2. Wawancara
Teknik Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
melalui komunikasi, yakni proses Tanya jawab antara pengumpul data
(pewawancara) dengan sumber data (Narasumber). Penelitian ini
menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin, yakni peneliti mengunjungi
lansung kerumah atau tempat tinggal tokoh masyarakat dan tokoh agama
atau orang yang akan diwawancarai untuk menanyakan secara lansung hal-
hal yang perlu ditanyakan.
54
Teknik Wawancara atau interview dalam penelitian ini bersifat open
ended artinya bahwa wawancara di mana jawabannya tidak terbatas pada
satu tanggapan saja, sehingga peneliti dapat bertanya kepada informan tidak
hanya tentang hakikat suatu peristiwa melainkan juga akan bertanya
mengenai pendapat responden mengenai peristiwa tersebut. Di samping itu,
terkadang peneliti juga akan meminta informan untuk mengemukakan
pengertiannya sendiri tentang suatu peristiwa yang kemudian dapat dipakai
sebagai batu loncatan untuk mendapat keterangan lebih lanjut.
Wawancara dilakukan kepada informan yang benar-benar dapat
memberikan data yang relevan berkaitan dengan permasalah penelitian ini,
yaitu penanaman nilai-nilai karakter dalam pembalajaran sosiologi. Tidak
menutup kemungkinan bahwa dalam wawancara ini, timbul masalah-
masalah ingatan informan yang tidak sempurna, analisis informan yang tidak
cermat dan sebagainya. Sehingga dalam hal ini peneliti juga akan
memadukan sumber bukti dan wawancara ini dengan informasi-informasi
lainnya yang memadai.
Wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara terstruktur yakni
wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan (Moleong 2006:138). Dengan
demikian, sebelum wawancara dengan informan tersebut dilakukan, peneliti
telah menyiapkan instrumen wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan
55
yang terkait dengan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran
sosiologi. Untuk menjaga kredibilitas hasil wawancara perlu adanya
pencatatan data yang peneliti lakukan dengan menyiapkan handphone yang
berfungsi untuk merekam hasil wawancara. Mengingat bahwa tidak setiap
informan suka dengan adanya alat tersebut karena merasa tidak bebas ketika
diwawancarai, maka peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada informan.
Disamping menggunakan alat perekam, peneliti juga membuat catatan-
catatan yang berguna untuk membantu peneliti dalam merencanakan
pertanyaan berikutnya dan juga meminta peneliti untuk mencari pokok-
pokok penting sehingga dapat mempermudah analisis. Teknik wawancara
yang digunakan peneliti adalah wawancara langsung dengan informan
dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid meliputi
semua hal yang terkait dengan Pola komunikasi antara guru dan siswa di
SMA 14 Makassar.
3. Dokumentasi
Dalam teknik dokumentasi, Pengumpulan data pada penelitian ini
yakni penulis menggunakan kamera dan alat tulis untuk membantu
mengumpulkan data-data secara akurat untuk megnhindari kesalahan
penyusunan dalam hasil penelitian.
H. Analisis Data
Melakukan Data yang diperoleh dari responden melalui teknik observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi merupakan deskripsi tentang pendapat,
56
pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnyan untuk dianalisa dan disajikan
memiliki makna.
Untuk menggunakan analisis data berdasarkan langlah-langkah berikut 1)
Reduksi data, 2) Penyajian data, 3) Penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data
Reduksi data bertujuan untuk memudahkan membuat kesimpulan
terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian. Reduksi data
merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis
dilapangan. Apabila data sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah
mereduksi yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikannya sehingga nantinya mudah dilakukan
penarikan kesimpulan. Data yang direduksi yaitu data yang diperoleh
melalui wawancara yang meliputi penanaman nilai karakter oleh guru
sejarah. Setelah data diperoleh, kemudian digolongkan berdasarkan sub-
sub kajian yang dipelajari. Hal ini dilakukan karena data yang didapat tidak
urut. Jika data kurang lengkap maka peneliti mencari kembali data yang
diperlukan di lapangan.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
57
dalam bentuk teks naratif, yang merupakan rangkaian kalimat yang disusun
secara sistematis. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu
dan mudah diraih, sehingga peneliti lebih mudah dalam menarik
kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan
Dalam penarika kesimpulan penelitian, semua hasil observasi,
wawancara, temuan dokumentasi harus diproses dan dianalisis, setelah data
disajikan maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Data yang terkumpul melalui reduksi data kemudian penyajian
data sehingga menjadi data yang siap disajikan dan akhirnya dapat ditarik
menjadi suatu kesimpulan hasil penelitian.
I. Uji Keabsahan data
Teknik keabsahan data adalah proses mentriangulasi tiga data yang terdiri
dari data Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Adapun alat yang digunakan
untuk menguji keabsahan data yaitu :
1. Triangulasi Sumber Data adalah menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber pengolahan data. Disini peneliti
melakukan wawancara tentang masjid dijadikan peningkatan spiritual
siswa secara mendalam dan observasi.
58
2. Triangulasi Metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berbeda.
3. Triangulasi Teknik, menurut Sugiyono (2011 : 330) triangulasi teknik
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Peneliti
menggunakan observasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi untuk
sumber data.
J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari
institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi atau lembaga
tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan penelitian ini
dimulai dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi criteria dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
Bila responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak–hak responden.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
59
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
60
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian
SMA 14 Makassar didirikan pada tanggal 12 Juni 1975 dan diresmikan
oleh Dirjen Prof. Dr. Mappasuddin. Sampai saat ini telah pergantian Kepala
Sekolah sudah 5 kali yaitu dari Drs. Paturusi Nain ( Tahun 1975 s.d. tahun 1991),
Drs. Manda DG Pamit (Tahun 1991 s.d. tahun 2007) Linda Muhaimin, S.Pd
(Tahun 2007 s.d. Tahun 2015) Nurhikmah S.Pd.,M.Pd (Tahun 2015 s.d. Tahun
2017) Nurhidyah S.Pd.M.Pd ( Tahun 2017 sampai sekarang).
B. Keadaan Geografis
SMA Negeri 14 Makassar terletak di Jalan Bajiminasa 9 Makassar, Kelurahan
Tamarunang, Kecamatan Mariso bagian Selatan Kota Makassar. Juga mudah
dijangkau dan ditempuh melalui kendaraan Angkot jalur Cendrawasih.
1. Keadaan Sekolah
a. Sarana dan Prasarana.
1) Tanah dan Halaman
Tanah dan halaman sekolah sepenuhnya milik negara.
2. Keadaan Tanah Sekolah SMA Negeri 14 Makassar
Status : Milik Negara
Luas Tanah : 5413 m2
61
Luas Bangunan : 2629 m2
Pagar : 326 m
a. Gedung Sekolah
Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Meskipun
masih ada 6 kelas menggunakan bangunan lama, jumlah ruang kelas
cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar.
C. Visi Misi
1. Visi
Mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan dengan
memperhatikan potensi sekarang ini, serta sesuai dengan norma dan harapan
masyarakat.
2. Misi
a. Menumbuhkan semangat pengamalan nilai-nilai dan ajaran agama yang
dianutnya;
b. Melaksanakan Pembelajaran dan BK yang Berstandar Nasional
Pendidikan dengan mengaktifkan peranan MGMP di tingkat sekolah;
c. Meningkatkan kualitas kinerja Pendidikdan Tenaga Kependidikan
sebagai upaya pemenuhan pelayanan optimal;
d. Meningkatkan pembinaan terhadap bakat dan minat peserta didik melalui
kegiatan Olahraga, sen iserta keterampilan yang ramah lingkungan;
e. Mendorong pemanfaatan berbagai sarana, media dan sumber belajar serta
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
62
f. Membina komunikasi dan kerjasama Orang Tua Peserta Didik, dengan
mengoptimalkan peran Komite Sekolah.
Adapun struktur organisasi yang dimiliki oleh SMA 14 Makassar
Gambar 4.1
Struktur organisasi SMA 14 Makassar
Adapun tugas masing-masing dari bagian-bagian SMAN 5 Takalar
a. Kepala Sekolah : Memberikan bimbingan, bantuan,
pengawasan dan penilaian pada masalah-
Kepala Sekolah
Nurhidayah, S.Pd. M.Pd.
keuangan.
Kep. TU
prasar. kesiswaan. .kepegawai
an
.adm
w. kurikulum
w. kesiswaan
w. keuangan
w. prasar
w. humas
w. ketenagaan
Kepala LAB
l.
Media
l.Kma
l. Bhs
l.
Kmptr
l. Seni
l. Fsk
K. Perpustakaan
Perpustakaan
Kor. BK
Wali Kelas
63
masalah yang berhubungan dengan teknis
pengembangan pendidikan
b. Kepala TU : Menyusun program kerja tata usaha
sekolah, pengelolaan keuangan sekolah,
pembinaan dan pengembangan karir
pegawai
c. Wakasek Kurikulum : Memahami dan mengkaji pelaksanaan
kurikulum dan pengembangan K13,
menyusun pembagian tugas guru,
mengkoordinasikan dan menggerakkan
kegiatan sekolah
d. Wakasek Kesiswaan : Menyusun program pembinaan kesiswaan,
melaksanakan bimbingan dan pengarahan
kegiatan OSIS, membina dan melaksanakan
7K
e. Wakasek Keuangan : Bersama bendahara komite sekolah
mengkoordinir dan melaksanakan
pengumpulan sumbangan
f. Wakasek Humas : Mengatur dan menyelenggarakan hubungan
baik antara sekolah dengan komite sekolah,
menampung saran-saran dan pendapat
masyarakat demi kemajuan sekolah.
64
g. Wakasek Sarpras : Menyusun rencana kebutuhan sarana dan
prasarana sekolah, menyusun program
kebersihan, keindahan, dan keamanan
lingkungan.
h. Kepala LAB : Mengkoordinasi kegiatan praktikum dengan
guru, menyusun jadwal kegiatan
laboratorium, dan memantau kegiatan
praktikum di laboratorium.
i. Kepala Perpustakaan : Merancang pengadaan buku-buku
perpustakaan, pengurusan pelayanan
perpustakaan, dan memelihara buku-buku
bahan perpustakaan.
65
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pola Komunikasi Antara Guru dan Siswa Pada Proses Belajar
Mengajar di SMAN 14 Makassar
Komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang ke orang
lain. Komunikasi merupakan cara untuk menyampaikan sesuatu kepada
orang lain baik berupa ide, fakta, pikiran, serta nilai-nilai. Komunikasi yang
baik adalah jalinan pengertian antara pihak yang satu dengan yang lainnya,
sehingga apa yang di komunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan
akhirnya dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
kepada Ibu Nurhidayah S.Pd. M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 14
Makassar pada tanggal 26 November 2020:
“Kalau dari saya komunikasi yang saya lakukan khususnya tiap
hari senin saya berunding dengan siswa-siswa disini tentang
keadaan kelas gimana mereka dapat menjaga kelas dan juga
prestasi mereka dan saya tentunya memberikan masukan-
masukan kepada mereka agar lebih dapat berprestasi lagi”
Hasil wawancara di atas menunjukkan komunikasi yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah SMAN 14 Makassar yaitu mengajak siswa-siswa
SMAN 14 Makassar untuk berunding khususnya hari senin menanyakan
keadaan kelas serta memberikan arahan-arahan dalam meningkatkan
prestasi mereka. Adapun hasil wawancara yang dilakukan kepada Pak Bakri
S.Pd. M.Pd selaku Wakasek Kesiswaan SMAN 14 Makassar pada tanggal
25 November 2020:
66
“Komunikasi yang saya lakukan dengan siswa pada saat di
ruang belajar tentunya memberikan penjelasan terkait
pembelajaran saat awal masuk kelas, menjelaskan teori-teori
mata pelajaran yang dibawahkan, setelah itu komunikasi
selanjutnya memberikan umpan balik antara guru dan siswa
sehingga saya dapat mengetahui hal-hal apa yang belum
dipahami oleh siswa terkait mata pelajaran yang saya
bawakan”.
Hasil wawancara di atas menunjukkan pola komunikasi SMAN 14
Makassar pada saat di ruang pembelajaran saat awal masuk dalam ruaangan
kelas komunikasi dilakukan dengan cara menerangkan teori-teori terkait
mata pelajaran yang dibawakan dan setelah menjelaskan teori guru akan
berusaha melakukan komunikasi umpan balik guna untuk mengetahui hal-
hal apa yang belum dipahami oleh siswa terkait pelajaran yang dibawakan.
Komunikasi juga terkadang dipengaruhi oleh wewenang dan
tanggungjawab yang diberikan sehingga terkadang komunikasi terjadi
secara formil, hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan
oleh Pak Rasyid S.Pd selaku Guru Olahraga SMAN 14 Makassar pada
tanggal 25 November 2020:
“Komunikasi yang saya lakukan saat di ruang belajar itu
tergantung kondisi kelas terkadang komunikasi yang saya
lakukan bersifat formil dan juga informal, seperti pada saat
saya memberikan arahan dan nasehat kepada siswa saya harus
bersikap formil namun pada saat di lapangan untuk mengetahui
kondisi siswa saya saya harus berkomunaksi secara informil
agar siswa juga lepas bebicara dengan saya agar saya bisa
tahu keadaan siswa saya pada saat itu”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas pola komunikasi yang
dilakukan oleh guru olahraga SMAN 14 Makassar disesuaikan dengan
kondisi kelas terkadang komunikasi dilakukan secara formil dan juga
67
informil, komunikasi formil dilakukan pada saat guru memeberikan arahan
dan juga nasehat agar siswa dapat menerima penyampaian oleh guru dengan
baik, sedangkan komunikasi informal dilakukan apabila guru ingin
mengetahui kondisi yang dirasakan oleh siswa saat pembelajaran dilakukan
agar siswa dapat berbicara dengan lepas kepada guru.
Adapun pola komunikasi yang dilakukan kepada Ibu Sry Astutui
S.Sn guru seni dan budaya SMAN 14 Makassar pada tanggal 25 November
2020:
“Pola komunikasi yang saya lakukan kepada siswa pada saat
proses pembelajaran yah seperti biasanya saya menerangkan
mata pelajaran yang saya bawakan dan juga meberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait materi yang
belum dipahami, dengan begitu komunikasi akan berjalan
dengan lancar karena adanya komunikasi dari atas ke bawah
dan juga adanya komunikasi dari bawah ke atas”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan pola komunikasi
yang dilakukan oleh guru seni SMAN 14 Makassar dari atas ke bawah dan
dari bawah ke atas sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar
karena adanya komunikasi yang dilakukan terkait mata pelajaran yang
dibawakan.
Beragamnya metode komunikasi yang digunakan guru SMAN 14
Makassar terhadap siswa SMAN 14 Makassar, interaksi antara guru dan
siswa berjalan dengan baik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan kepada Pak Rivai S.Pd selaku guru sosiologi pada tanggal 25
November 2020:
68
“Yah komunikasi berjalan dengan lancar antar guru dan siswa
karena metode komunikasi di dalam ruang belajar juga
memberikan keluwesan kepada siswa untuk berkomunikasi
dengan guru sehingga siswa juga tidak merasa tegang”.
Hasil wawancara di atas menunjukkan komunikasi antara guru dan
siswa di SMAN 14 Makassar berjalan dengan lancar karena guru SMAN 14
Makassar memberikan keluwesan kepada siswa SMAN 14 Makassar untuk
berbicara kepada guru sehingga siswa SMAN 14 Makassar tidak merasakan
ketegangan dalam berkomunikasi kepada guru. Hasil wawancaara ini juga
sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada Ibu Sry Astuti S.Sn selaku
guru seni dan budaya SMAN 14 Makassar pada tanggal 25 November
2020:
“Komunikasi di kelas dengan murid yah berjalan dengan
lancar, murid di sekolah ini juga aktif sekali dalam setiap mata
pelajaran hal itu terjadi dikarenakan guru di SMA ini selalu
memberikan kebebasan kepada murid dalam pembelajaran agar
adanya umpan balik dari siswa sehingga hal itu juga akan
membantu siswa untuk mencari ilmu pengatuhan yang belum ia
ketahui”.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan komunikasi antara
guru dan siswa dalam ruangan kelas berjalan dengan baik dikarenakan
komunikasi yang diberikan oleh guru kepada siswa memberikan kebebasan
kepada siswa untuk berbicara sehingga terjadi umpan balik antara guru
dengan murid atau siswa SMAN 14 Makassar.
Komunikasi khusus juga sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran dan juga di luar proses belajar mengajar karena dengan
komunikasi yang dilakukan secara khusus kepribadian dari siswa dapat
lebih dalam dipahami. Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan
69
kepada Pak Rivai S.Pd selaku guru sosiologi SMAN 14 Makassar pada
tanggal 25 November 2020:
“Yah itu pasti terkadang komunikasi secara khusus dilakukan
kepada siswa seperti jika siswa melakukan pelanggaran maka
kami akan mencoba bekomunikasi kepada mereka secara khusus
agar mengetahui mengapa pelanggaran itu dapat terjadi, agar
kami dapat memberikan nasehat kepada siswa yang melanggar
dan mendengar nasehat kami dengan nyaman juga”
Hasil wawancara di atas menunjukkan komunikasi secara khusus
juga dilakukan oleh guru SMAN 14 Makassar, hal dilakukan agar dapat
berkomunikasi lebih dekat kepada siswa seperti pada saat terdapat siswa
yang melakukan pelanggaran guru akan melakukan komunikasi secara
khusus kepada siswa yang melakukan pelanggaran agar guru dapat
mengetahui mengapa pelanggaran tersebut dapat terjadi sehingga guru dapat
lebih muda memahami hal tersebut dan juga agar nasehat yang diberikan
kepada siswa tersebut dapat di dengan oleh siswa dengan nyaman.
Komunikasi khusus juga dilakukan oleh guru seni dan budaya yaitu
ibu Sry Astuti S.Sn yang diungkapkan dalam wawancara yang telah
dilakukan pada tanggal 25 November 2020:
“Yah komunikasi secara khusus juga sering saya lakukan
karena karakter murid di SMAN 14 Makassar macam-macam
ada yang memiliki kepercayaan diri untuk berbicara langsung
dengan guru ada juga yang pemalu sehingga untuk mengatasi
hal tersebut saya harus mencoba berkomunikasi secara khusus
kepada siswa tersebut agar saya lebih tahu sejauh mana siswa
memahami materi yang saya bawakan dan juga sekaligus agar
ia terbiasa berbicara dengan saya sehingga memunculkan
kepercayaan diri untuk siswa yang memulai berbicara langsung
kepada saya”
70
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan guru SMAN 14
Makassar juga menggunakan komunikasi secara khusus tergantung dari
pribadi masing-masing siswa dikarenakan karakter siswa SMA 14 Makassar
bermacam-macam ada yang memiliki kepercayaan diri yang baik sehingga
mampu berkomunikasi dengan guru secara nyaman namun ada juga yang
berkepribadian pemalu sehingga guru SMAN 14 Makassar harus
berkomunikasi secara khusus agar guru mampu mengetahui lebih jauh lagi
mengenai karakter siswa dan membantunya untuk menumbuhkan rasa
kepercayaan diri.
Komunikasi atara guru dan siswa SMAN 14 Makassar tidak hanya
terjadi di ruangan belajar namun juga terjadi di luar ruang belajar bahkan di
luar lingkup sekolah, hal in di kutip dari hasil wawancara yang telah
dilakukan kepada Pak Rivai S.Pd selaku guru sosiologi di SMAN 14
Makassar pada tanggal 25 November 2020:
“Komunikasi bukan hanya terjadi di dalam ruangan belajar
tapi juga terjadi di luar ruangan sekolah bahkan terkadang di
luar lingkup sekolah contohnya jika siswa masih ingin bertanya
namun waktu mata pelajaran telah selesai siswa biasanya
tetaap bertanya di luar ruangan, begitupun jika di berikan tugas
namun mereka belum terlalu paham akan tugas tersebut
biasanya siswa akan datang kerumah untuk mendengarkan
penjelasan dan terkadang juga lewat sosmed”
Hasil wawancara di atas menunjukkan komunikasi yang dilakukan
antara guru dan murid SMAN 14 Makassar tidak hanya terjadi di ruangan
belajar namun juga terjadi diluar ruangan belajar bahkan di luar lingkup
sekolah contohnya saat siswa belum memahami mata pelajaran yang
diajarkan dan waktu mata pelajaran telah habis siswa akan bertanya dengan
71
guru diluar ruangan sekolah bahkan jika ada tugas yang diberikan yang
belum dipahami maka siswa akan berkunjung kerumah guru atau lewat
sosmed untuk memahami tugas tersebut. Adapun hasil wawancara yang
telah dilakukan kepada Kepala Sekolah SMAN 14 Makassar pada tanggal
26 November 2020:
“Tidak hanya di ruang belajar karena guru disini bukan hanya
bekerja dalam ruangan kelas namun juga di luar seperti tetap
memantau siswa-siswa dan mengajaknya berkomunikasi seperti
saling menyapa agar siswa disini juga memiliki budaya yang
sopan santun”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan kommuniikasi di
SMAN 14 Makassar antara guru dan siswa tidak hanya berlangsung di
dalam ruangan kelas atau ruangan belajar mengajar namun juga berlangsung
di luar ruangan belajar karena guru ditugaskan tetap memantau aktivitas
siswa di luar lingkup ruangan kelas seperti saling menyapa agar siswa
menanamkan budaya sopan santun.
Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan oleh Siswa SMAN 14
Makassar yakni Andi Dewa Anugrah Pada tanggal 25 November 2020:
“Yah kalau komunikasi yang saya lakukan kak kepada guru
selama ini lancar karena guru disini juga berkomunikasi
dengan kami sangat lepas jadi kami juga tidak canggung jika
ingin menanyakan sesuatu terkait mata pelajaran baik itu
dalam ruangan dan juga di luar rungan kelas”.
Ditambahkan oleh Tri Wikantu Rahayu pada tanggal 25 November
2020:
72
“Kalau soal komunikasi dengan guru disini sangat baik karena
kami juga dididik untuk sopan santun jadi kami komunikasi
dengan guru tetap membedakan kami selaku murid
berkomuniikasi dengan guru, kalau soal perhatian khusus
terkadang ada tergantung siswanya seperti teman saya yang agak
pemalu berbicara di depan umum terkadang diberi perhatian
khusus dan kami juga kadang belajar melalui google meet
apalagi saat Covid ini namun komunikasinya tetap lancar sama
seperti belajar dalam kelas”.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan komunikasi antara
guru dan siswa di SMAN 14 makassar berjalan dengan lancar karena adanya
komunikasi yang dilakukan secara lepas sehingga siswa tidak merasa
ccanggung untuk berkomunikasi dengan guru terkait mata pelajaran dan
saling menyapa, dan siswa tetap menjada sopan santun dalam
berkomunikasi dengan guru mereka.
2. Bentuk Pola Komunikasi Antara Guru Dan Siswa Di SMAN 14
Makassar.
Bentuk pola komunikasi antara guru dan siswa terbagi beberapa
macam diantaranya komunikasi sebagai aksi, komunikasi dua arah,
komunikasi banyak arah, hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah
dilakukan kepada Ibu Nurhidayat S.Pd. M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN
14 makassar pada tannggal 26 November 2020 terkait bentuk pola
komunikasi antara guru dengan murid iayalah sebagai berikut:
“Kalau soal bentuk komunikasi antara guru dan murid di SMAN
14 Makassar sangat bermacam-macamyah karena masing-
masing guru memiliki cara tersendiri dalam mengajar dan
mendidik siswa di sini ada yang komunikasi secara khusus ada
yang komunikasi secara aksi, komunikasi secara interaksi, dan
juga komunikasi secara transaksi dll”
73
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Pak Rivai
S.Pd selaku guru sosiologi SMAN 14 Makassar terkait bentuk pola
komunikasi pada tanggal 25 November 2020:
“Kalau soal bentuk komunikasi yang diterapkan saya
kebanyakan gunakan komunikasi secara aksi dan interaksi yang
dimana terlebih dahulu saya komunikasi secara aksi agar dapat
di dengar oleh murid saya pada saat saya menerangkan namun
setelah itu saya akan melakukan komunikasi secara interaksi
agar ada umpan balik dari siswa yang saya ajar agar dalam
proses belajar mengajar lebih hidup”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bentuk
komunikasi yang dilakukan oleh guru sosiologi menggunakan dua bentuk
komunikasi yaitu komunikasi secara aksi dimana guru berperan sebagai
komunikator sendiri agar dalam penyampaian awal dapat dijelaskan dengan
rinci, setelah menjelaskan komunikasi secara interaksi juga dilakukan agar
ada umpan balik dari siswa sehingga menghidupkan dan meningkatkan
kualitas belajar mengajar.
Bentuk komunikasi lain dilakukan oleh Pak Bakri S.Pd. M.Pd selaku
Wakasek Kesiswaan SMAN 14 Makassar pada tanggal 25 November 2020:
“Komunikasi yang saya lakukan bermacam-macam yah selama
proses belajar mengajar kadang saya komuniaksi satu arah
dulu terus komunikasi dua arah agar ada feedback dari siswa
dan juga terkadang saya komunikasi secara bekelompok seperti
jika saya membuat program mata pelajaran secara berkelompok
sehingga mereka harus saling berkomunikasi dengan satu
timnya agar mencapai tujuan secara bersama-sama”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bentuk
komunikasi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar adalah
komunikasi secara aksi atau komunikasi satu arah, komunikasi secara
74
interaksi atau komunikasi dua arah, dan komunikasi secara transaksi atau
komunikasi banyak arah, komunikasi banyak arah dilakukan apabila dalam
proses belajar mengajar dilakukan dengan cara pembagian kelompok
sehingga ada komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa, dan siswa
dengan siswa agar dapat mencapai tujuan secara bersama-sama. Sedangkan
dalam luar ruangan belajar terkadang guru SMAN 14 Makassar juga
melakukan komunikasi secara khusus kepada siswa, hal ini di kutip dari
hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu Sry Astuti S.Sn selaku
guru seni dan budaya pada tanggal 25 November 2020:
“Yah, terkadang saya melakukan komunikasi secara khusus
kepada siswa di luar jam mata pelajaran atau di luar ruangan
belajar seperti contohnya pada saat saya memberi tugas rumah
kepada siswa terkadang siswa hubungi saya lewat sosmed atau
datang berkunjung ke rumah sehingga saya memberi
pemahaman untuk tugas yang telah saya berikan”
Hasil wawancara di atas menunjukkan komunikasi secara khusus
juga dilakukan oleh guru SMAN 14 Makassar di luar jam mata pelajaran
atau di luar ruangan sekolah contohnya seperti pada saat siswa diberi tugas
rumahan terkadang siswa bertanya lewat sosial media dan kadang juga
berkunjung ke rumah guru mereka untuk bertanya dan guru melakukan
komunikasi secara khusus dalam menjelaskan dan memberi pehaman akan
tugas yang telah diberikan.
Tujuan dari komunikasi yang baik adalah komunikasi yang
dilakukan dengan mengajarkan sesuatu kepada orang lain, berhubungan
dengan orang lain, mempengaruhi perilaku sesorang, menyelesaikan sebuah
masalah, dan mencapai tujuan, hal ini sesusai denga hasil wawancara yang
75
telah dilakukan kepada Pak Bakri S.Pd. M.Pd selaku Wakasek Kesiswaan di
SMAN 14 Makassar pada tanggal 25 November 2020:
“Iya pastinya, komunikasi yang saya lakukan kepada siswa di
sini sangat lepas mengenai mata pelajaran seperti saya jika
menerangkan saya harus secara lepas menjelaskannya
begitupun dengan sebagian mereka, mereka melakukan
komunikasi kepada saya secara lepas yah itu saya lakukan juga
bermanfaat bagi mereka agar apa yang saya sampaikan dapat
dipahami dan tujuan saya mendidik mereka juga tercapai”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan komunikasi yang
dilakukan oleh guru dengan siswa SMAN 14 Makassar terkait komunikasi
mengenai mata pelajaran sangat lepas baik itu dari guru ke siswa maupun
dari siswa ke guru sehingga penjelasan yang dilakukan oleh guru dapat
dipahami dengan mudah oleh siswa sehingga mencapai tujuan dari
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Hasil wawancara ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang telah
dilakukan kepada Pak Anwar S.Pd. M.Pd selaku Wakasek Kurikulum
SMAN 14 Makassar pada tanggal 25 November 2020:
“Yah benar, saya lakukan komunikasi kepada siswa secara
lepas terkait mata pelajaran begitupuun siswa ke saya namun
yah namanya orang pasti punya kepribadian yang macam-
macam contonhya ada juga siswa saya yang orangnya pemalu
sehingga saya lakukan komunikasi secara lepas agar siswanya
juga bisa merubah sikap pemalunya menjadi lebih percaya diri
karena iya dapat berkomunikasi tanpa merasakan tegang”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan komunikasi yang
dilakukan guru seni kepada siswa dilakukan secara lepas terkait mata
pelajaran baik itu dari guru maupun dari siswa bahkan untuk menghadapi
siswa yang pemalu dilakukan dengan mengajak berkomunikasi secara lepas
76
dan khusus agar dapat merubah sikap pemalunya dan menumbuhkan rasa
percaya diri karena dalam berkomunikasi siswa tidak merasakan adanya
ketegangan dalam berkomunikasi.
Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan kepada siswa SMAN
14 Makassar yakni Rahmasari terkait bentuk pola komunikasi antara guru
dan siswa SMA 14 Makassar pada tanggal 25 November 2020:
“Kalau bentuk komunikasi antara guru dan murid di sekolahh
kami bermacam-macam tergantung gurunya ada yang
menjelaskan terlebih dahulu dan memberi pertanyaan kepada
kami, ada juga yang berkomunikasi kepada kami secara
berkelompok dan ada juga yang berkomunikasi secara khusus”
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bentuk pola
komunikasi antara guru dan siswa SMAN 14 Makassar bermacam-macam
tergantung guru karena setiap guru memiliki cara tersendiri seperti pada saat
awal mata pelajaran di mulai akan dijelaskan oleh guru semata dan siswa
hanya mendengar dan memahami setelah itu akan diberikan pertanyaan agar
umpan balik terjadi, ada juga yang menjelaskan secara berkelompok agar
komunikasi antara guru dan siswa dann siswa dengan siswa dapat terjadi
komunikasi, dan ada juga yang mendapatkan perhatian khusus.
B. Pembahasan
1. Pola Komunikasi Antara Guru dan Siswa Pada Proses Mengajar Di
SMAN 14 Makassar
Pola komunikasi yang dilakukan di SMAN 14 Makassar setiap guru
memiliki metode tersendiri seperti komunikasi yang dilakukan oleh Kepala
77
Sekolah SMAN 14 Makassar dilakukan dengan cara setiap hari senin
memasuki kelas siswa SMAN 14 Makassar dan mengajak siswa untuk
berdialog atau berkomunikasi tentang keadaan kelas, mata pelajaran, dan juga
memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih meningkatkan prestasi mereka.
Pola komunikasi dalam proses pembelajaran kebanyakan guru di awal
proses pembelajaran melakukan komunikasi tersendiri dalam menerangkan
atau menjelaskan teori mata pelajaran yang diajarkan guna untuk memberikan
pemahaman awal kepada siswa SMAN 14 Makassar agar merega memiliki
pengetahuan dasar terkait mata pelajaran yang sedang dipelajari. Dalam
menerangkan atau menjelaskan teori dasar mata pelajaran yang dibawakan
setiap guru memiliki cara masing-masing ada yang langsung memberikan buku
dan guru yang menjelaskan , dan ada juga dengan memutarkan video dan guru
yang menjelaskan.
Komunikasi yang dilakukan oleh SMAN 14 Makassar juga terkadang
melakukannya dengan formil dan juga informal hal itu dilakukan berdasarkan
kondisi tertentu, komunikasi formil dilakukan apabila guru ingin
menyampaikan suatu instruksi atau suatu nasehat dan juga motivasi kepada
siswa agar siswa dapat mendegarkannya dengan baik, komunikasi informal
dilakukan apabila guru ingin melakukan pendekatan kepada siswa yang tidak
memiliki kepercayaan diri yang baik maka komunikasi informal akan
dilakukan oleh guru agar dapat berkomuniaksi dengan lancar kepada siswa
agar siswa tidak merasa canggung dalam menyampaikan suatu hal kepada guru
terkait mata pelajaran.
78
Komunikasi secara khusus juga sering kali dilakukan guru kepada siswa
hal ini seperti dengan komunikasi informal guna untuk melakukan pendekatan
kepada siswa agar tetap terjalin komunikasi yang baik antara guru dan siswa,
hal ini juga dilakukan guru agar mampu memotivasi siswa yang memiliki
kepercayaan diri yang rendah agar mampu merubah sikap pemalunya menjadi
percaya diri. Komunikasi antara guru dan siswa tidak hanya terjadi dalam
proses pembelajaran akan tetapi juga terjadi diluar ruangan belajar.
Komunikasi di luar ruangan pembelajaran biasa dilakukan oleh guru
karena kepala sekolah memberikan tugas kepada guru bukan hanya mendidik
dalam ruangan belajar akan tetapi juga mendidik di luar ruangan belajar
bahkan di luar sekolah, sehingga kebudayaan SMAN 14 Makassar apabila
siswa bertemu dengan guru di tempat mana saja siswa diajrkan untuk menyapa
guru mereka agar tetap terjalin komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Anton Susanto, 2017 dalam penelitiannya yang berjudul “ Pola Komunikasi
Guru Dalam Pembianaan Ahklak Siswa SMAK AL-Fajar Way Kanan, hasil
penelitiannya menunjukkan guru menyampaikan kepada siswa dan
didengarkan baik oleh siswa dengan melakukan komunikasi antara guru dan
siswa sehingga terjadinya feedback atau umpan balik. Kemudian komunikasi
yang dilakukan pleh guru terkadang dengan bahasa yang formil dan kadang
juga bersifat informal sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi.
79
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Syamsul Bahri, 2018 dalam penelitiannya yang berjudul “Pola
Komunikasi Antara Pribadi Guru Dan Siswa Dalam Menumbuhkan
Kemandirian (Studi Di SLB Harapan Balaikembang Luwu Timur)” dimana
hasil penelitiannya menjelaskan pola komunikasi pribadi guru antara siswa
dilakukan dengan komunikasi secara khusus kepada siswa yang memiliki
kepribadian pemalu sehingga guru melakukan pendekatan kepada siswa
dengan komunikasi secara khusus agar siswa tidak merasa canggung untuk
berkomunikasi kepada siswa dan melayih mental siswa agar dapat tampil lebih
percaya diri. Dalam menumbuhkan prestasi siswa komunikasi yang dilakukan
antara guru dan siswa dilakukan dengan cara tanya jawab sehingga komunikasi
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik agar adanya umpan balik dari
siswa.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas menunjukkan pola
komunikasi antara guru dan siswa SMAN 14 Makassar dapat dikatakan baik,
hal ini dapat dilihat karena komunikasi yang dilakukan oleh guru SMAN 14
Makassar dilakukan dengan cara beberapa metode hal ini dilakukan agar
penyampaian atau tujuan dari dilakukannya komunikasi dapat tercapai seperti
pemberian pembelajaran atau penyampaian sesuatu yang dilakukan dengan
cara menjelaskan teori awal dalam mata pelajaran dimulai, mempengaruhi
perilaku seseorang dengan cara melakukan komunikasi secara khusus kepada
siswa yang bersifat pemalu, menyelesaikan sebuah masalah dengan melakukan
komunikasi secara formil agar guru dapat menyampaikan sesuatu agar dapat
80
didengar dan di pahami oleh siswa, mencapai sebuah tuajuan dengan cara
melakukan beberapa metode komunikasi seperti komunikasi secara formil,
informal, dan juga komunikasi secara khusus agar dapat memberikan
penjelasan yang baik dengan siswa yang memiliki bermacam-macam karakter,
menurunkan ketegangan yang dilakukan dengan komunikasi secara informal
agar pada saat guru menyampaikan atau mengajarkan sesuatu kepada siswa,
siswa tidak merasa canggug atau tegang. Maka dari itu dapat diarik kesimpulan
pola komunikasi antara guru dan siswa SMAN 14 Makassar sudah berjaan
dengan baik.
2. Bentuk Pola Komunikasi Antara Guru dan Siswa Pada Proses
Mengajar Di SMAN 14 Makassar
Bentuk pola komunikasi antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di SMAN 14 Makassar setiap guru memiliki cara masing-masing
dalam berinteraksi kepada siswa yang mereka ajar, namun secara umum dalam
proses pembelajaran setia guru memulai komunikasi dengan satu arah dimana
guru menjelaskan terkait teori yang diajarkan pada hari tersebut.
Bentuk komunikasi satu arah dilakukan kebanyakan guru guna untuk
memberi penjelasan awal terkait teori mata pelajaran agar siswa memiliki
pengetahuan dasar dalam memahami mata pelajaran yang sedang diajarkan.
Komunikasi satu arah dilakukan oleh guru kebanyakan dengan menerangkan
mata pelajaran yang dibawakan namun ada juga yang menerangkan melalui
video dan juga dalam media internet.
81
Bentuk pola komunikasi satu arah yang dilakukan setiap guru
tergantung dalam kondisi kelas yang mereka ajar kearena setiap kelas memiliki
karakter-karakter yang berbeda sehingga terkadang dalam komunikasi satu
arah dilakukan secara formil dan informal, hal ini dilakukan karena sebagian
siswa terkadang tidak mudah dalam memahami penjelasan teori yang
disampaikan secara formil sehingga guru terkadang melakukan komunikasi
secara informaal. Komunikasi formil sering juga dilakukan oleh guru jika guru
ingin memberikan nasehat, atau motivasi belajar kepada siswa agar dalam
penyampaian yang dilakukan oleh guru dapat diperhatikan dengan baik oleh
siswa.
Komunikasi informil juga biasa dilakukan oleh guru apabila ingin
melakukan pendekatan kepada siswa yang sangat susah dalam menangkap
mata pelajaran yang di ajarkan sehingga guru menggunakan komunikasi
informal agar siswa tidak merasa gugup pada saat berkomunikasi kepada guru
mereka, komunikasi informal ini juga digunakan sebagai cara untuk
mengetahui kondisi siswa saat berjalannya proses pembelajaran dan juga di
luar proses pembelajaran.
Bentuk pola komunikasi yang kedua yang dilakukan oleh guru adalah
komunikasi dua arah hal ini dilakukan agar dalam proses pembelajaran dapat
terjadi umpan balik antara guru dan siswa. Komunikasi dua arah biasanya
dilakukan apabila guru telah melakukan komunikasi satu arah dengan
memberikan penjelasan kepada siswa sehingga guru kembali bertanya kepada
82
siswa agar dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terkait mata
pelajaran yang telah dijelaskan.
Komunikasi dua arah juga biasanya dari guru yang langsung
memberikan pertanyaan kepada siswa terkait mata pelajaran yang diajarkan
dan ada juga komunikasi dua arah dilakukan dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum siswa mengerti terkait
mata pelajaran yang dibawakan. Bentuk pola komunikasi dua arah juga
bermacam-macam yang dilakukan oleh guru SMAN 14 Makassar seperti
komunikasi dua arah terkadang dilakukan dengan cara komunikasi secara
khusus untuk siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah. Komunikasi
dua arah yang dilakukan dengan khusus dilakukan guru untuk memberikan
motivasi kepada siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah agar
kepercayaan diri mereka dapat berkembang karena sering melakukan
komunikasi secara khusus kepada guru mereka.
Bentuk pola komunikasi yang terakhir yang dilakukan antara guru dan
siswa SMAN 14 Makassar yaitu komunikasi transaksi atau komunikasi banyak
arah dimana komunikasi ini terjadi antara guru dan siswa dan juga antara siswa
dan siswa komunikasi ini dilakukan oleh guru SMAN 14 Makassar dengan
cara memberikan tugas kelompok dalam ruangan belajar agar terjadi tukar
pikiran antara guru dan siswa dan juga antara siswa dan siswa.
Bentuk pola komunikasi banyak arah dilakukan oleh guru agar siswa
dapat menumbuhkan dan mengembangkan kegiatan siswa yang optimal dan
83
minat belajar mereka karena dengan melakukan komunikasi banyak arah siswa
dapat berdiskusi antara mereka atau kelompok mereka agar terjadinya simulasi
strategi dalam memahami dan mencapai tujuan bersama.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sekartaji Reni, 2017 dalam penelitiannya yang berjudul Pola Komunikasi
Antara Guru dan Siswa dan Antara Siswa dan Siswa Pada Kelompok
Ekstrakurikuler Tari di SMPN 1 Delanggu” dimana hasil penelitiannya
menjelaskan komunikasi yang terjadi di SMPN 1 Delanggu yaitu dengan
melakukan komunikasi kelompok atau komunikasi secara transaksi sehingga
menumbuhkan kerja sama antaraguru dan siswa dan antara siswa dan siswa
dalam mencapai tujuan bersama.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Anton Susanto, 2017 dalam peneltiaannya yang berjudul “Pola
Komunikasi Guru Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMK AL- Fajar Kasui
Way Kanan” hasil penelitiannya menjelaskan komunnikasi yang digunakan
oleh SMK AL-Fajar Way Kanan komunikasi satu arah, komunikasi dua arah,
dan komunikasi secara berkelompok, dimana komunikasi satu arah dilakukan
dengan cara guru memberikan penjelasan kepada siswa dan siswa mendegar
dan memahami penjelasan tersebut, dan komunikasi dua arah dilakukan dengan
cara memberikan pertanyaan kepada siswa atau memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya kepada guru agar dalam komunikasi tersebut
terjadi umpan balik antara guru dan siswa’ kemudian komunikasi kelompok
dilakukan dengan cara mengajak berdiskusi antara guru dan siswa dan antara
84
siswa dengan siswa sehingga dalam proses pembinaan akhlak terjadi
komunikasi antara siswa dengan siswa sehingga mampu bertukar pendapat atau
fikiran guna untuk memberikan motivasi belajar kepada mereka semua.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas dapat dilihat bentuk
pola komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran SMAN 14
Makassar memiliki tiga bentuk dimana bentuk pertama adalah komunikasi satu
arah, yang kedua komunikasi dua arah, dan terkahir adalah komunikasi banyak
arah atau kelompok. Komunikasi satu arah dilakukan agar dalam pemberian
penjelasan kepada siswa dalam proses pembelajaran dapat dipahami oleh
siswa dengan baik karena siswa hanya bisa mendengar dan memahami
pemberian atau penjelasan yang dilakukan oleh guru dan siswa, kemudian
komunikasi dua arah dilakukan agar terjadinya umpan balik antara guru dan
siswa sehingga menumbuhkan minat belajar siswa dan untuk mengetahui
sampai mana pemahaman siswa terkait mata ppelajaran yang diajarkan,
kemudia yang terakhir komunikasi kelompok atau komunikasi banyak arah
dilakukan agar siswa dapat bekomunikasi antara mereka sehingga terjadi
diskusi antara mereka dan juga saling bertukar pikiran dan pendapat sehingga
menumbuhkan belajar aktif dan simulasi strategi dalam mencapai tujuan
bersama. Maka dapat disimpulakan bentuk pola komunikasi antara guru dan
siswa pada proses pembelajaran SMAN 14 Makassar dapat dikatan sudah baik.
85
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan oleh penelti maka
kesimpulan dalam penelitian ini adlaah sebagai berikut:
1. Pola komunikasi antara guru dan siswa pada proses pembelajaran SMA
14 Makassar dimana di awal pembelajaran memberikan penjelasan kepada
siswa terkait teori dengan komunikasi yang formal, komunikasi informal,
dan juga komunikasi secara khusus, kemudian memberikan pertanyaan
atau memberikan kesempatan siswa untuk bertanya agar terjadinya umpan
balik antara guru dan siswa, dan juga komunikasi di SMA 14 Makassar
bukan hanya terjadi di dalam ruangan belajar akan tetapi juga berlaku di
luar ruangan belajar agar menanamkan nilai karakter yang baik kepada
siswa.
2. Bentuk pola komunikasi antara guru dan siswa SMA 14 Makassar
menggunakan tiga bentuk yaitu komunikasi satu arah yang dilakukan agar
dalam pemberian penjelasan oleh guru kepada siswa dapat didengarkan
dengan baik dan dipahami, ke dua komunikasi dua arah dimana
komunikasi ini dilakukan agar adanya umpan balik dari siswa agar dapat
meliha sejauh mana pemahaman siswa terkait mata pelajaran yang
diajarkan, dan yang terakhir komunikasi banyal arah yang berguna untuk
menumbuhkan belajar aktif dari siswa.
86
B. Saran
1. Diharapkan kepada guru SMA 14 Makassar agar membuat strategi dalam
komunikasi secara tidak langsung untuk mengatasi metode pembelajaran
daring di masa pandemi Covid 19
2. Diharapkan siswa SMA 14 Makassar agar lebih menumbuhkan rasa
kepercayaan diri dalam berkomunikasi karena masih terdapat beberapa
siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri dalam komunikasi sehingga
menghambat prestasi belajar mereka.
3. Diharapkan penelitian ini dpaat dijjadikan sebagai sumber referensi
penelitian selajutnya yang sehubungan dengan komunikasi antara guru dan
siswa.
87
Daftar Pustaka
Angayank, 2010. Guru sebagai Agen Pembelajaran. http://www.slideshare.net.
Anton Susanto. 2017.skripsi. Penelitian ini berjudul “pola komunikasi guru dalam
pembinaan akhlak siswa SMK AL-Fajar Kasui Way Kanan ”.
Artur Asa Berger.2002. Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer,
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Burhan.2006.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Rineka Cipta
Cherry, 1983. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Yogyakarta: PT. Remaja
Rosdakarya
Cresswell.1998. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya.
Danim, Sudarwan dan Khairil, 2011. Profesi Kependidikan . Bandung: Alfabeta
Dedi Mulyana.2002.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Delphie.2006. Dasar-Dasar Public Relation. Jakarta: Renika Cipta,
Djamarah. 2010. Pulic Relation. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Devito.2011. Pola Komunikasi, Yogyakarta.
Effendy.2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Fatah, 2011. Guru Inspirator bagi Siswanya. http://fatah85.blogdetik.com. Di
akses pada tanggal 10 agustus 2020
Hewitt. 1981. Pengantar Public Relations. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hafied Cangara.2008. Public Relation. Jakarta : Salemba Empat.
Hovland. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : Eresco.
Husaini Usman.2009. Public Relation. Bandung : PT. Rosdakarya.
https://www.google.co.id/amp/s/vhajrie27 .wordpress.com/2010/03/28/teori-
komunikasi-belajar-dan-pembelajaran/amp/
Kaharuddin. 2021. Kualitatif: Ciri dan Karakter Senagai Meyodelogi. Vol.IX.
Issu 1. Januari-April 2021.
Mulyana.2007. Hubungan Masyarakat. Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.
Michael Burgon.2005. Public Relation. Jakarta: Salemba Empat.
88
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Maleong.2002. Metode Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.
Nana Sudjana.1989. Metode Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.
Reymond.2005. Public Relation. Bandung: PT. Rosdakarya
Sanjaya, Wina, 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Sardiman. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Remaja
Grafindo Persada.
Sudrajat, Akhmad, 2012. Kompetensi Pedagogik Guru. http://.wordpress.com. di
akses pada tanggal 30 April 2012.
Sugiono.2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Eresco.
Suyanto.2005.Konsep dasar Anak usia dini:Jakarta:Departemen Pendidikan
nasional.
Sekartaji Reni A.2017.skripsi yang berjudul Pola Komunikasi Antara Guru
Dengan Siswa Dan Antar Siswa Pada Kelompok Ekstrakurikuler Tari Di
SMPN 1 Delanggu.
Stephen P. Robins.2005. Ilmu Sosial dan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Syamsul Bahri Alhafid.2018.skripsi dalam penelitianya “Pola Komunikasi
Antarpribadi Guru dan Siswa Berkebutuhan Khusus Dalam Menumbuhkan
Kemandirian (Studi di SLB Tunas Harapan Balaikembang Luwu Timur).
Tuffour, Isaac. 2017. A Critical Overview of Interpretative Phenomenological
Analysis: A Contemporary Qualitative Research Approach. Journal of
Healthcare Communications. Vol. 2 No. 4, Juli 2017. DOI: 10.4172/2472-
1654.100093
87
LAMPIRAN
A. Teks Wawancara
1. Pola Komunikasi Guru Dan Siswa
a. Bagaimana pola komunikasi yang ibu/ bapak guru lakukan kepada
siswa pada saat proses pembelajaran
b. Bagaimana komunikasi yang ibu/bapak lakukan pada saat proses
pembelaran
c. Apakah ada komunikasi khusus yang dilakukan guru kepada siswa
pada saat proses pembelajaran si ruangan kelas
d. Apakah komunikasi pembelajaran hanya berlaku di dalam ruangan
belajar.
2. Bentuk Pola Komunikasi Antara Guru Dan Siswa
a. Apakah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa pada
saat proses pembelajaran
b. Bagaimana penerapan bentuk pola komunikasi antara guru dan siswa
c. Apakah dalan bentuk komunikasi ada komunikasi khusus yang
dilakukan antara guru dan siswa
d. Apakah komunikasi guru dan siswa terbuka pada personal mata
pelajaran.
88
B. Foto Lampiran Wawancara
89
90
91
RIWAYAT HIDUP
Nur Annisa Sobrina, Lahir di Ujung Pandang , 30
Agustus 1998. Anak pertama dari empat bersaudari
pasangan dari Drs. La Ode Husni dan Hasliah S.Kep.
Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di TK
Islam Al Afiah pada tahun 2003 dan tamat 2004.
Penulis melanjutkan Pendidikan di SDI Mamajang II
dan Tamat pada tahun 2010. Setelah Tamat SD,
Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 1 Makassar dan lulus pada tahun 2013.
Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 14
Makassar dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis mendaftar
sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan pada program studi Pendidikan Sosiologi dan Penulis
menyelesaikan kuliah strata satu (SI) pada tahun 2021.