POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK AKHLAKUL...

140
POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DI DESA BANYUSRI WONOSEGORO SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh: Suci Pitaloka NIM 23010150001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Transcript of POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK AKHLAKUL...

POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK

AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DI

DESA BANYUSRI WONOSEGORO

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Suci Pitaloka

NIM 23010150001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

ii

iii

POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK

AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DI

DESA BANYUSRI WONOSEGORO

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Suci Pitaloka

NIM 23010150001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Kepada : Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

di Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi:

Nama : Suci Pitaloka

NIM : 23010-15-0001

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK

AKHLAQUL KARIMAH ANAK USIA 7-12 DI DESA

BANYUSRI

Dengan ini kami mohon skripsi tersebut segera dimunaqosyahkan. Demikian agar

menjadi perhatian

Wassalamualaikum Wr. Wb

Boyolali, 24 Agustus 2019

Pembimbing

Dr. Wahyudhiana, M.Pd.

NIP.19550320 198203 1 001

v

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN

DIPUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suci Pitaloka

Nim : 23010150001

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam Skripsi dikutip atau di rujuk berdasarkan kode etik

ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN

Salatiga.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi

Boyolali, 22 Agustus 2019

Yang mengetahui

Suci Pitaloka

NIM. 23010150001

vii

(MOTTO)

ـ أيہا ٱلريي ءاهىا قى ا أفسكن وأه ليكن از ا وقىدها ٱلاس ي

ها أهسهن ويف علىى ها ل يع صىى ٱلل شداد

ـ ٮ كة غلظ و ٱل حجازة علي ہا هل

ي ؤ هسوى ٦

Artinya : “hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya

adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-

malaikat-malaikat yang kasar, diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan” (QS. At-Tahrim,66:6).

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap

mempunyai peran dalam hidup:

1. Teruntuk kedua orang tua ku tercinta Bapak. Hudi dan Ibu. Sundari,

terimakasih atas bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, kesabaran dan

doa yang tiada henti dilantuntukan untuk ku. Semoga Allah Swt.

Memberikan kesehatan dan kelancaran di setiap urusannya. Dan teruntuk

keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan

skripsi ini saya ucapkan terimakasih banyak.

2. Adik Muhammad Agil Saputra yang selalu memberikan canda tawa dan

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Doa dan harapan, agar adikku

menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua, da n sukses dunia

akhiran Amiin.

3. Teman-teman seperjuanganku angakatan 2015, dan teman lainya di IAIN

Salatiga, sukses untuk kita semua teman.

4. Teman-teman PPL SMP Negeri 1 Salatiga, posko KKN 74 Wonosegoro

semangat kawan.

5. Teruntuk kalian sahabat-sahabatkku (Mutiara, Ainul,Devi, mb.Heny dan

wisma Najma), anak-anak suwungku (Riva, Mega, Dian, Wifaq), dan

untuk mentor ku Mas.Fuad semua teman-teman yang tidak bisa aku sebut

satu persatu, terimakasih tiada tara untuk kalian yang menghiburku disaat

aku terpuruk, disaat aku senang dan sedih.

ix

6. Teruntuk patner kerja saya di SD N 2 Banyusri dan Murid-murid saya

terimakasih atas dukungan, atas doanya atas pengertiannya, semoga Allah

Swt membalas segala kebaikan yang telah kalian beri kepada saya

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah Swt, serta

mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesemprunaan skripsi ini. semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun pembaca pada umumnya

dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan di dunia pendidikan. Amin ya

rabbal’alamin.

x

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirahim,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur alhamdulillah, dengan hati yang tulus dan pikiran yang jenih,

terucurahkan kepada kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat,

hidayah dan taufik serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi dengan judul “POLA ASUH ORANG TUA PETANI

DALAM MENDIDIK AKHLAQUL KARIMAH ANAK USIA 7-12 TAHUN DI

DESA BANYUSRI”

Skripsi ini disusun guna memenuhi dan melengkapi persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Fakultas tarbiyah dan Ilmu keguruan

IAIN Salatiga Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini mendapat bentuan moril maupun materil

dari berbagai banyak pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini. oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimasih kepada :

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag

2. Dekan FTIK IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag.

3. Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. SI.

4. Pembimbing skripsi yang telah membimbing Bapak Dr. Wahyudhiana,

M.Pd. dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk

penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Guntur cahyono, M.Pd.

xi

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,

serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan

jenjang pendidikan S1.

7. Semua pihak yang terlibat dengan ikhlas memberikan bantuan dalam

penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdo`a

kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh Allah

SWT dengan mendapat balasan yang berlipat ganda.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca

pada umumnya. Amin.

Boyolali, 23 Agustus 2019

Penulis

Suci Pitaloka

NIM.23010150001

xii

ABSTRAK

Pitaloka, Suci. 2019.“Pola Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul

Karimah Anak Usia 7-12 Tahun di Desa Banyusri” Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Pembimbing: Dr. Wahyudiana.M.M,Pd.

Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua, Petani, Pendidikan Anak, Akhlaqul

Karimah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua petani

dalam mendidik akhlaqul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa Banyusri.

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Pola

Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul Karimah Anak Usia 7-12

Tahun di Desa Banyusri. 2) Faktor yang menentukan pola asuh orang tua petani

dalam mendidik akhlaqul karimah di Desa Banyusri.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data-data yang ada

di dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi, yang kemudian dilakukan analisis data dengan cara mendiskripsikan

data dari informasi yang didapat.

Pola asuh orang tua petani di desa banyusri ini dalam mendidik akhlaqul

karimah anak adalah dengan menggunakan pola asuh tipe Authoritative atau

demokratis. Orang tua memberikan bimbingan yang tegas dalam mendidik anak

agar anak tetap belajar dan berkembang dalam pendidikan sehingga anak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai anak dan peserta didik serta dengan

memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat menggali potensi yang dimiliki

dan mendapatkan haknya sebagai seorang anak. Faktor yang menentukan pola

asuh orang tua petani dalam mendidik akhlaqul karimah anak usia 7-12 tahun di

Desa Banyusri. Faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor pendukung dan

faktor penghambat. Faktor penghambat antara lain kondisi keluarga, faktor

pendidikan, faktor ekonomi. Faktor pendukung anatara lain, lingkungan dan

keluarga, dimana lingkungan lah yang sangat membantu dalam pembentuklan

akhlaqur karimah anak, lingkungan yang baik akan menciptakan perilaku yang

baik juga untuk anak, daktor keluarga perhatian orang tua dan hasih sayang orang

tua.

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................ ii

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... vi

MOTTO ...................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ...................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................. xi

ABSTRAK ................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Bekalang Masalah ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian............................................................................. 7

E. Penegasan Istilah ............................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

A. Pola Asuh Orang Tua .................................................................. 14

1. Pengertian Pola Asuh ............................................................. 15

2. Macam-macam Pola Asuh ..................................................... 16

3. Faktor yang Menentukan Pola Asuh ....................................... 20

4. Pola Asuh Orang Tua dalam Perspektif Islam ....................... 27

B. Petani ......................................................................................... 31

C. Pendidikan Akhlaqul Karimah .................................................... 32

1. Pengertian Pendidikan ........................................................... 32

xiv

2. Macam-macam Tujuan Pendidikan......................................... 35

3. Pengertian Akhlaqul Karimah ................................................ 36

4. Pokok-pokok Akhlaqul Karimah ............................................ 37

5. Macam-macam Akhlaqul Karimah ......................................... 38

D. Anak Usia 7-12 Tahun ................................................................. 46

1. Pengertian Anak .................................................................... 46

2. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah ............................. 47

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama pada Anak ............. 49

E. Kajian Pustaka ............................................................................. 52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis Penelitian ......................................................... 54

B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 56

C. Sumber Data...................................................................................... 56

D. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 61

E. Analisis Data ..................................................................................... 61

F. Pengecekan Keabsahan ..................................................................... 63

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

1. Paparan Data Penelitian .................................................................... 64

1. Profil Desa Banyusri .................................................................... 65

2. Paparan data Proses Pola Asuh Orang Tua ................................... 72

a. Pola Asuh Orang Tua ............................................................ 72

b. Faktor yang Menentukan Pola Asuh Anak ............................. 77

2. Analis Data Penelitian ...................................................................... 82

1. Pola Asuh Orang Tua .................................................................. 83

2. Faktor yang Menentukan Pola Asuh Anak ................................... 86

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan ...................................................................................... 87

b. Saran ................................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 91

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. jumlah Penduduk .......................................................................... 64

Tabel 1.2. Berdasarkan Agama...................................................................... 64

Tabel 1.3. Penduduk Desa Banyusri .............................................................. 65

Tabel 1.4. Tingkat Pendidikan....................................................................... 67

Tabel 1.5. Mata Pencarian ............................................................................. 68

Tabel 1.6. Jenis Kesenian ............................................................................. 69

Tabel 1.7. Data Perdusun di Desa Banyusri ................................................... 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Moh. (Sochib, 2010:2) dalam bukunya Pola Asuh Orang

Tua, pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah,

dan masyarakat. Dengan demikian, keluarga merupakan salah satu

lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam

pencapaian tujuan pendidikan.

Melihat adanya beberapa masalah mengenai dunia pendidikan pada

tanggal pada tanggal 18 januari 2019 lalu provinsi Jawa Timur

mengegerkan masyarakat Indonesia dengan masalah yang ada.

Tepatnya di kabupaten Kediri. Masalah ini terjadi ketika jam istirahat

berlangsung beberapa siswa sedang bermain sepak bola, siswa Sekolah

Dasar (SD) dikroyok teman sekelasnya, seorang siswa di dikroyok

teman sekelasnya sendiri saat bermain sepak bola, diduga aksi ini

lantaran pelaku tidak terima dengan gol bunuh diri yang dilakukan

korban saat bermain sepak bola dihalaman sekolahnya, akibatnya

korban yang masih duduk di kelas 5 SD ini mengalami luka di bagian

tangan dan kepala, korban dikroyok oleh tiga orang teman sekelasny,

korban yang mengalami luka-luka dirawat di ruang ICU Rumah sakit

Bayangkara Kediri dan kemudian dirujuk ke RSUD Dr.sutomo

Surabaya, dengan adanya peristiwa seperti itu lembaga perlindungan

anak dan pendidikan kota kediri jawa timur mendatangi sekolah

2

tersebut, mereka datang untuk mencari tahu duduk permasalahannya.

(https://yout.be/8Dbs- DgQPK4, di akses jam 09:22 20 mei 2019).

Berdasarkan pengamatan penulis di Desa ini anak-anaknya

memiliki gejala-gelaja yang mengarah pada sikap kekerasan

dikarenakan kurangnya pengawasan dari orang tua, di Usia mereka

yang masih membutuhkan perhatian ekstra dari orang tua tapi pada

kenyataannya yang mereka kurangnya perhatian, pengawasan dari

orang tua juga sangat penting diera saat ini anak-anak usia dini sudah

dibekali dengan Gadget yang dimana mereka leluasa membuka situs-

situs yang seharusnya tidak boleh ditonton oleh usia mereka,

seharusnya ada pengarahan terhadap anak tentang dampak negatif dari

penggunakan Gadget ini.

Pendidikan dalam lingkungan keluarga berlangsung di dalam

rumah tempat di mana anggota keluarga tinggal. Baik anggota

keluarga seperti Bapak, Ibu, maupun anak memiliki peran masing-

masing dalam berlangsungnya pendidikan di lingkungan keluarga

hingga tercapai tujuan pendidikan. Peran tersebut yaitu peran sebagai

pendidik dan peran sebagai peserta didik.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang

menempatkan bapak dan ibu (orang tua) sebagai pendidik

(Fatchurrahman, 2006:7). Jadi, sudah menjadi kodrat bahwa orang tua

merupakan pendidik yang utama dan berperan penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya.

3

Jika pendidikan dilakukan oleh orang dewasa yang

memberikan bantuan berupa pengajaran dan didikan kepada peserta

didik, maka pendidikakn di lingkungan keluarga dilakukan oleh orang

tua kepada anaknya. Orang tua berperan sebagai peserta didik, namun

peran tersebut tidak hanya menjadikan anak sebagai objek pendidikan

saja, akan tetapi memerankan anak sebagai subjek pendidikan agar

anak senantiasa berperan aktif dalam kegiatan pendidikan yang

dilakukan oleh orang tua.

Pendidikan di dalam rumah merupakan pendidikan awal dan

utama yang diterima oleh seorang anak sejak dilahirkan. Karena anak

mulai belajar berbagai macam hal terutama nilai-nilai, keyakinan,

akhlak, dan bersosialisasi. Anak belajar dari kedua orang tuanya, dan

mereka menirukan seperti apa yang dilakukan oleh orang tuanya

(Helmawati, 2014:48). Jadi, pendidikan di dalam rumah bertujuan

untuk membentuk akhlaq dalam diri anak itu sendiri, karena perilaku

anak dapat terbentuk oleh perilaku yang diajarkan orang tuanya dan

selain itu, pendidikan di dalam rumah juga memberikan pengaruh

yang besar terhadap keberhasilan pendidikan anak di sekolah.

Orang tua juga sangat memberikan peran dalam proses

pendidikan anak baik dalam keluarga maupun sekolah, karena hal ini

mencerminkan keterlibatan orang tua sebagai pendidik terhadap anak

didik, sehingga pendidikan anak berada di tangan kedua orang

tuanya (Conny, 2002:8).

4

Orang tua diharapkan dapat memiliki pola asuh yang ideal bagi

anak, yang bertujuan mengoptimalkan perkembangan anak dan yang

paling utama pola asuh yang diterapkan bertujuan menanamkan nilai-

nilai agama pada anak, sehingga dapt mencegah dan menhindari segala

bentuk dan perilaku menyimpang pada anak dikemudian hari. Betapa

besarnya tanggungjawab orang tua dihadapan Allah SWT terhadap

pendidikan anak, seperti yang difirmankan Allah : (Kementrian agama

,2009: 561).

ـ أيہا ٱلذين ءامنىا قى ا أنفسكم وأ ه ليكم نار ا وقىدها ٱلناس و ٱل حجارة ي

ما أمزهم ويف علىن ما يؤ مزون )٦( شداد ل يع صىن ٱللـ ٮ كة غلظ علي ہا مل

Artinya : “hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya

adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-

malaikat-malaikat yang kasar, diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan” (QS. At-Tahrim,66:6).

Era globalisasi seperti saat ini, membentuk akhlak yang baik pada

anak dirasakan sangat penting, yaitu untuk membentengi diri anak

dari perbuatan yang menyimpang. Penanaman akhlak pada anak-anak

memang dirasa sangat perlu, karena ketika dewasa nanti nilai-nilai

agama yang telah terta nam dalam diri anak, dengan sendirinya anak

membantu dalam menghadapi semua hal yang tidak sesuai dengan

ajaran agama.

Adanya beberapa masalah yang dialami oleh seorang anak yang

tidak mendapat pendidikan secara penuh di dalam rumah dikarenakan

5

kondisi orangtua yang memiliki kesibukan terutama dipengaruhi oleh

pekerjaan atau profesi dari orang tua dan cara mengasuh orang tua

yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Pekerjaan yang mentuntut

banyak waktu, banyak tenaga, sehingga kebanyakan dari orang tua

lupa akan pentingnya pendidikan anak di rumah. Pengetahuan yang

kurang serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi kendala bagi

orang tua untuk memberikan pola asuh yang tepat dalam mendidik

anak.

Pekerjaan sebagai Petani di sawah inilah sebagai mata

pencariaan utama di Dusun Ngawen, Desa Banyusri Kecamatan

Wonosegoro, bukan hanya orang tua yang bekerja sebagai petani

namun juga pekerjaan lainnya seperti, Guru, wiraswasta, pedagang,

pegawai pabrik dan pekerjaan lainnya.

Pekerjaan ini mereka pilih kareka hanya profesi inilah lah

diterima dengan latar belakang pendidikan mereka yang hanya

tamanan sekolah dasar, namun walaupun begitu para orang tua tani

tetap survive dan berjuang untuk menyekolahkan anak-anak

mereka.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk

mengangkatnya sebagai bahan untuk menyusun skripsi dengan

judul “POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM

MENDIDIK AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK USIA 7-12

TAHUN DI DESA BANYUSRI WONOSEGORO”.

6

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

dikemukakan suatu fokus penelitian dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh orang tua petani dalam mendidik akhlakul

karimah anak usia 7-12 tahun di Desa Banyusri Wonosegoro?

2. Apa faktor yang menentukan pola asuh orang tua petani dalam

mendidik akhlakul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa Banyusri

Wonosegoro?

C. Tujuan Penelitian

Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arahan yang

jelas dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan

yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua petani dalam

mendidik akhlakul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa

Banyusri Wonosegoro?

2. Untuk mengetahui apa faktor yang menentukan pola asuh orang

tua petani dalam mendidik akhlakul karimah anak usia 7-12 tahun

di Desa Banyusri Wonosegoro?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu

sebagai sarana memperluas khazanah pengetahuan tentang

7

pendidikan pada umumnya dan pola asuh orang tua terhadap anak

pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang tua, untuk dapat memberikan gambaran,

pemahaman dan masukan bagi orang tua dalam mengasuh

anak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak serta

dapat meningkatkan pengajaran dan pendidikan bagi anak.

Bagi Peneliti, untuk dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang pola asuh orang tua terhadap anak dan untuk

bekal peneliti di dunia pendidikan dan kemasyarakatan.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah persepsi dalam penggunaan kata pada

judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah pokok

antara lain adalah

1. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh menurut Shanti (dalam Muallifah, 2009: 43)

merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih

jelasnya yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat

berinteraksi dengan anak. Termasuk cara menerapkan aturan,

mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih

sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik

sehingga dijadikan contoh atau penutan bagi anaknya. Pola asuh

8

orang tua dalam keruaga ada empat yaitu: otoriter, demokratis,

pesimis dan pemanjaan.

2. Petani

Petani (Erizal, Penelitian Utama pada kelti Ekonomi dan

Manajemen Agribisnis Pusat peenelitian analisis kebijakan,

Pertanian. Diterbitkan: sinar Tani, Edisi 4-11 No. 3144, 2006)

memiliki kata dasar “tani” yang berarti orang yang

pekerjaannya bercocok taman. Bertani atau petani adalah

mata pencarian dalam bentuk bercocok tanam, yang

pengusahannya mengambil hasil dari alam dan tanah tanpa

usaha menyuburkan kembali tanah dan sebagainya untuk

keperlukan pengambilan pada kemudian hari.

9

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya petani

adalah orang yang bercocok tanam, dan mengambil hasil dari

alam, macam-macam cocok tanam petani antara lain adalah

petani sayuran, petani padi, petani kacang-kacangan dan lain-

lainnya.

3. Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang

SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 adalah sebagai usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki

pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam

bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta

akhlak mulia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 263)

Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan.

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-

nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat (Roqib,

2009:15-16).

10

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat

menyimpulkan pengertian pendidikan yaitu usaha seseorang

untuk melakukan pembelajaran dan pengajaran dengan

mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang

sekaligus pembinaan kepribadian seseorang agar memiliki

pengetahuan yang lebih serta kemampuannya dalam

menghadapi lingkungan sekitarnya.

4. Akhlakul karimah

(Subrono, 1989: 29) Akhlak berasal dari bahasa arab

“khuluqun” yang berarti budi pekerti, tingkah laku dan tabiat.

Menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang

baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia,

dan menentukan tujuan akhir. Akhlak dibedakan menjadi dua

yaitu : akhlak kepada allah dan akhlak kepada makhluk allah.

Akhlakul karimah atau akhlak mulia yaitu sikap yang baik

sesuai ajaran agama islam. Seseorang yang memiliki akhlakul

karimah maka akan disenangi banyak orang. Akhlak dibedakan

menjadi dua yaitu : akhlak kepada allah dan akhlak kepada

makhluk allah. (syarifah Habibah, Akhlak dan Etika Islam,

Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No.4 2015. Hlm 73).

5. Anak usia 7-12 tahun

Anak adalah manusia yang masih kecil (Tim Penyusun

Kamus Pusat Bahasa, 2005:41). Individu yang

11

membutuhkan bimbingan, didikan, ajaran dan asuhan oleh

orang tua agar dapat membentuk pribadi seutuhnya dan dapat

mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki.

Anak juga dapat dikatakan sebagai manusia muda yang

batasan usianya tidak selalu sama diberbagai negara.

(Ensiklopedia, 2004: 4) Indonesia, sering dipakai batasan usia

anak dari 0-12 tahun,dalam kelompok anak di indonesia akan

termasuk bayi, anak balita, dan anak usia sekolah, ada tiga

proses perkembanagan anak: Perkembangan kognitif,

Perkembangan Psikolososial, dan Perkembangan Moral.

Dari beberapa uraian pengertian-pengertian di atas dapat

ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan Pola Asuh

Orang Tua petani dalam Mendidik Anak di Dusun Ngawen

Banyusri Wonosegoro adalah cara orang tua yang berprofesi

sebagai petani dalam mendidik dan mengasuh anaknya

sehingga anak dapat memiliki pengetahuan yang lebih serta

kemampuannya dalam menghadapi lingkungan sekitarnya dari

orang tuanya.

F. Sistematika Penulisan.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti akan membagi dalam

beberapa bab. Dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi

ini dapat tersusun dengan baik dan dapat memenuhi standar

12

penulisan sebagai karya ilmiah. Adapun sistematika pembagian bab

adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan Menjelaskan secara umum tentang arah

dan maksud penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pola

asuh orang tua petani tehadap pendidikan anak, sehingga pembaca

dapat mengetahui latar belakang, fokus penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika

penulisan.

BAB II Kajian Pustaka menjelaskan mengenai teori-teori yang

relevan dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan di lapangan

mengenai pola asuh orang tua pengrajin bambu terhadap

pendidikan anak, yaitu teori tentang pola asuh orang tua, macam-

macam pola asuh orang tua, faktor yang menentukan pola asuh, upaya

pola asuh orang tua, penjelasan tentang pengrajin bambu, pengertian

pendidikan, komponen- komponen pendidikan, dan tanggung

jawab orang tua terhadap pendidikan anak. Dengan teori tersebut

pembaca dapat mengetahui pengertian yang berkaitan dengan pola

asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik anak.

BAB III Pembahasan menjelaskan tentang uraian data dan temuan

yang diperolah dari hasil dalam penelitian yang dilakukan di lapangan

melalui observasi, wawancara atau interview, dan dokumen berupa

gambar tentang pola asuh orang tua petani dalam mendidik anak di

dusun Ngawen, Banyusri, Wonosegoro.

13

BAB IV Bab ini memuat tentang gagasan penelitian, posisi

temuan/ teori terhadap teori dan temuan-temuan yang dilakukan

sebelumnya, serta penjelasan dari temuan atau teori yang diungkap

dari lapangan mengenai pola asuh orang tua petani dalam mendidik

anak di Dusun Ngawen, Banyusri, Wonosrgoro.

BAB V bab penutup ini memuat temuan pokok atau kesimpulan

dari beberapa bab terdahulu berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti. Peneliti juga akan memeberikan tindak lanjut

serta mengemukakan saran-sarann yang berkaitan dengan pola asuh

petani dalam mendidik anak.

14

BAB II

KAJIAN TEORI

A. POLA ASUH ORANG TUA

Keluarga dimulai dengan pria dan wanita yang secara resmi

dinyatakan sah sebagai suami istri. Pasangan tersebut bertambah peran

sebagai orang tua setelah ada anak yang lahir. Anak merupakan pelengkap

dan titipan yang harus dijaga serta dididik oleh orang tua. Keluarga

merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.

Orang tua adalah penanggung jawab bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang

tua setiap orang tua memiliki pola yang berbeda-beda dalam menunjukkan

keperdulian serta tanggungjawabnya dalm memenuhi kebutuhan anak baik

secara jasmani maupun rohani, semua itu tercermin dalm pola asuh yang

ditunujukkan setiap orang tua kepada anaknya, melalui pola asuh yang

baik diharapkan anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang baik sesuai

dengan harapan orang tuanya. Tugas-tugas orang tua terhadap anak akan

dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengertian Pola Asuh

Menurut Tim penyusun Kamus Pusat dan Bahasa, (1988: 54),

Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang

tepat. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan

mendidik) anak kecil, membimbing (membantu: melatih dan

15

sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) datu

badan atau lembaga.

Shochib (2007:16) pola asuh adalah upaya orang tua yang

diaktualisasikan dalam penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial

internal dan eksternal, pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan

anak-anaknya, suasana psikologis, sosio-budaya, perilaku yang

ditampilkan saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak, kontrol

terhdap perilaku anak-anak, dan menentukan nilai-nilai moral sebagai

dasar berperilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak.

Pola asuh menurut Djamarah (2015: 51) adalah suatu upaya orang

tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing

anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh menurut Hurlock

(2005: 44) adalah interaksi aturan, norma, tata nilai yang berlaku pada

masyrakat dalam mendidik dan merawat anak-anaknya.

Papalia Baumrid (2009: 410) pola asuh orang tua adalah pola

perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari

waktu ke waktu dan dapat dirasakan oleh anak dan bisa memberi efek

negatif maupun positif. Poerwadarminta (2007: 14) adalah gambaran

tatacara atau perbuatan yang dilakukan orang tua (ibu/bapak atau

wali), dalam menjaga, mendidik serta merawat anaknya. Disamping

lingkungan sosial yang dimiliki oleh seorang anak, pola asuh akan

turut menentukan terbentuknya sikap dan watak anak dalam menjalani

hidupnya.

16

Jadi, Berdasarkan beberapa pengertian tentang pola asuh orang tua

diatas dapat dinyatakan bahwa pola asuh adalah pola perilaku, tatacara,

dan perbuatan yang diterapkan orang tua baik ayah, ibu ataupun wali

yang menjaga dan mendidik, merawat anak secara konsisten yang bisa

memberikan efek negatif maupun positif, serta pola asuh juga dapat

membantu anak untuk mengemban dirinya.

2. Macam-macam Pola Asuh

Menurut Illahi (2013 : 135) pola asuh yang digunakan menentukan

potensi dan karakter seoranng anak. (Hamzah 2006: 70), pola asuh

yang terapkan setiap orang tua mempunyai ciri masing-masing ada tiga

gaya umum dalam menjalankan peran sebagai orang tua Otoriter,

Permisif dan otoritatif.

Terdapat beberapa macam teori pola asuh yang dapat dijadikan

acuan bagi orang tua. Kajian pendekatakan tentang pola asuh orang tua

sering menggunakan teori yang dikemukakan oleh Baumrind.

Berdasarkan hasil penelitian Diana Baumrind adalam Tulisan Jane

Brooks (2011: 112), terdapat tiga macam pola asuh yaitu :

authoritarian, authoritative dan permissive.

a. Authoritarian (otoriter)

Desmita (2012: 144) Pola asuh Otoriter adalah pola asuh yang

bersifat membatasi menuntut atau memaksakan anak untuk

mengikuti semua keinginan orang tua. Ciri-ciri pola asuh otoriter

yaitu :

17

1) Menetapkan batas-batas yang tegas.

2) Menegakkan aturan berperilaku tanpa mempertimbangkan

kebutuhan anak.

3) Tidak memberi peluang untuk mengungkapkan pendapat.

4) Jarang menampilkan kehangan emosional.

5) Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika

anak ingin belaku kreatif cenderung kurang menghargai

pemikiran dan perasaan anak.

Persoalan yang terjadi dalam pola asuh otoriter yaitu ditandai

dengan hubungan orang tua dengan anak tidak hangat (Illahi, 2013:

136).

b. Authoritative/demokratis (berwenang)

Yaitu jenis pola asuh orang tua yang berwenang menerapkan

kontrol tegas atas perilaku anak, tetapi juga menekankan

kemandirian dan individualitas anak.Meski orang tua memiliki

standar yang jelas saatini dan dimasa depan atas perilaku anak,

orang tua bersifat rasional,fleksibel dan memerhatikan kebutuhan

serta kesukaan anak. Anak menjadi mandiri dan percayadiri dan

mengeksplorasi dunia mereka dengan senang dan puas.

Ciri-ciri pola asuh berwenang yaitu:

1) Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan

secara seimbang.

18

2) Saling melengkapi satu sama lain,orang tua yang

menerima dan melibatkan anak dalam mengambil

keputusan yang terkait dengan keluarga.

3) Memiliki tingkat pengendalian tinggi dan mengharuskan

anak- anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan

sosial sesuai usia dan kemampuan mereka, tetapi mereka

tetap memberikan kehangatan, bimbingan, dan komunikasi

4) Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan

larangan yang diberikan oleh orang tua kepada anak.

5) Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak tanpa

membatasi potensi yang dimiliki, namun tetap

membimbing dan mengarahkan anak-anaknya. (Muallifah,

2009: 47).

c. Permissive (permisif)

Yaitu jenis pola asuh orang tua yang permisif yang membuat

sedikit batasan bagi anak. Mereka menerima sifat impulsif anak,

memberikan kebebasan sebesar-besarnya meski masih menjaga

keamanan. Mereka terlihat dingin dan tidak terlibat. Orang tua

permisif kadang membiarkan perilaku yang membuat mereka

marah, tetapi mereka tidak merasa nyaman untuk mengekspresikan

kemarahannya. Kemudian mereka melepaskan amarah itu dengan

tiba-tiba dan cenderung melukai anak lebih dari yang mereka kira.

19

Anak mereka cenderung tidak mandiri dan tidak memiliki kontrol

diri dan digolongkan sebagai sosok yang tidak dewasa.

Ciri-ciri pola asuh permisif yaitu:

1) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas

mungkin.

2) Tidak menuntut anak untuk belajar bertanggung jawab.

3) Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, dan

diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur

dirisendiri.

4) Tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga anak

tidak diberi kesempatan untuk mandiridan mengatur diri

sendiri dan diberikan kewenangan untuk mengontrol dirinya

sendiri (Muallifah, 2009: 48).

Selain dari tiga pola asuh diatas, ada satu macam pola asuh

yaitu tipe laisses (Djamarah, 2004: 26). Kata laisses faire berasal

dari Bahasa Prancis yang memiliki arti membiarkan. Dalam istilah

pendidikan, laissez faire adalah suatu sistem dimana si pendidik

menganut kebijakan non interference (tidak ikut campur). Yang

dimaksud dengan pola asuh laisses fire (penelantaran) adalah pola

asuh orang tua yang mendidik anak secara bebas, bebas melakukan

apa saja yang dikehendakinya (Mansur, 2005: 354-356). Orang tua

menelantarkan anak secara psikis, kurang memperhatikan

pertimbangan si anak, anak dibiarkan berkembang sendiri tanpa

20

mengawasi anak, dan orang tua lebih memperioritaskan

kepentingannya sendiri karena kesibukan (pekerjaan). Orang tua

seperti ini cenderung kurang perhatian dan acuh tak acuh terhadap

anaknya. Anak dengan pola asuh ini paling potensial terlibat dalam

kenakalan remaja seperti penggunakan narkoba, merokok diusia

dini dan tindak kriminal lainnya. Selain itu juga bersifat implsive

dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas

atau kegiatan tertentu.

Macam-macam pola asuh dapat disimpulkan bahwa ada empat

macam pola asuh, yaitu pola asuh authoritarim (otoriter), pola asuh

autoritative (demokrasi), pola asuh permissive (permisif), dan pola

asuh laissezn faire (penelantaran).

3. Faktor yang menentukan pola asuh

Menurut Casmini, Faktor yang mendukung terlaksanya pola asuh

dengan baik bukan hanya tergantung dengan jenis pola asuh yang

tetapkan oleh orang tua, tetapi juga tergantung pada karakteristik

keluarga, anak dan jenis pola asuh yang diterapkan. (Muallifah, 2009:

64).

Adapun beberapa karakterisktik sebagai berikut : (Muallifah, 2009:

64-67).

a. Karakteristik Keluarga dan Anak

Dalam keluarga dan anak, ada beberapa karakteristik, yaitu:

1) Karakteristik Struktur Keluarga

21

Hal-hal yang berkaitan dengan struktur keluarga

adalah etnis keluarga dan pendidikan (lingkungan

pergaulan sosialdan etnis). Pola asuh tidak hanya

dipengaruhi oleh situasi keluarga, tetapi juga

lingkungan disekitar, situasi perawatan anak, situasi

sekolah, juga konflik yang terjadi dilingkungan sekitar.

2) Karakteristik Struktur Anak

Ketika ingin memperlakukan jenis pola asuh,

yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu

memperhatikan karakteristik anak, diantaranya adalah

karakter anak, bagaimana perilaku sosial dan

keterampilan kognitif anak. Karena, ketigahal tersebut

dalam diri anak berbeda antara anak laki-laki dan

perempuan, dan berbeda pada masing- masing anak.

Menurut hasil penelitian, anak perempuan lebih

menunjukkan kemampuan sosial dan kemampuan

bahasany adari pada laki-laki, karena laki-laki lebih

menguasai dibidang hitung atau matematika.

3) Karakteristik Budaya Keluarga

Karakteristik kultur keluarga didefinisikan pada

kemampuan berbahasa, sedangkan indikator dalam

karakteristik kultur keluarga adalah reading

22

behavior, home language,dutch anguage, mastery, and

culture participation.

4) Karakteristik Situasi Keluarga

Penelitian tentang “komposisi keluarga”

menunjukkan anak dalam keluarga satu orang tua

(singleparent) akan mengalami problem perilaku dan

emosional yang frekuensinya lebih dari pada anak

dalam keluarga yang orang tuanya lengkap, karena

keluarga yang hanya satu orang tua akan mengalami

ketegangan, disebabkan akan mengalami kesulitan

keuangan, problem kesehatan, serta perubahan karena

perceraian yang berpengaruh terhadap orang tua dalam

pengasuhan anak dan interaksi keluarga.

b. Karakteristik Pola Asuh

Dalam karakteristik pola asuh, beberapa hal yang perlu

diketahuiyaitu:

1) Perilaku Pola Asuh Anak

Perilaku pola asuh orang tua sangatlah variatif,

tergantung pada ideologi dan keinginan orang tua. Namun

tidak seharusnya orang tua menerapkan tipe pengasuhan

ekstren pada suatu model. Bagaimana cara orang tua

berkomunikasi terhadap anak dengan yang lain, monitor

orang tua, penerapan disiplin terhadap anak, kepercayaan

23

orang tua, dukungan, dan pemberian kebebasan pada anak

tidak ekstrem. Misalnya, orang tua selalu menerapkan

anak harus patuh terhadap semua peraturan yang

diinginkan oleh orang tua. Perilaku pola asuh yang

disosialisasikan dalam keluarga dan sekolahakan

menentukan kompetensi perkembangan anak (sosial,

kognitif, emosi, religius, dsb).

1) Interaksi orang tua-anak

Interaksi orang tua-anak tidak hanya ditentukan

oleh kuantitas pertemuan antara orang tua dan anak,

tetapi juga sangat ditentukan oleh kuaitas dalam

interaksi tersebut. Dapat menyangkut tentang

bagaimana orang tua mampu memahami karakteristik

anak, tipe pola asuh yang diterapkan sesuai dengan

anak-anaknya. Sehingga dalam interaksi, anak tidak

merasa tertekan dan tersiksa karena mengeluh bentuk

pola asuh yang diterapkan oleh orangtua tidak sesuai

dengan dirinya.

2) Kompetensi Orang Tua dalam Pola Asuh Anak

Kompetensi pengasuhan anak bukan

merupakan faktor yang statis, namun dinamis. Karena,

tergantung dengan kemampuan orang tua untuk dapat

mengkoneksikan dengan perkembangan dan

24

pertumbuhan anak. Kompetensi tersebut meliputi

kompetensi dalam tugas orang tua untuk memajukan

kerjasama, terpenuhinya kelekatan, dan lingkungan

dalam pelaksanaan tugas anak. Kompetensi pengasuhan

sangat dipengaruhi oleh karakteristik orang tua.

Selain beberapa karakteristik di atas yang dapat

menentukan pola asuh, ada faktor lain yang dapat

mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak.

Berdasarkan penelitian yang peneliti temukan di lapangan,

faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap

anak yaitu:

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi dapat mempengaruhi pola asuh orang

tua terhadap anak, terlebih ekonomi orang tua yang rendah.

Hal tersebut dapat terjadi karena dapat menghambat orang

tua dalam memberikan asuhan terhadap anak dan tentunya

akan berpengaruh terhadap emosional orang tua dalam

mengasuh anak.

b. Faktor Profesi Orang Tua

Profesi orang tua juga memberikan pengaruh yang

besar dalam menentukan pola asuhnya. Orang tua yang

disibukkan dengan profesinya dan tidak dapat membagi

waktu untuk mengasuh anaknya akan lebih cenderung

25

bersifa tindifferent (penelantar). Sedangkan orang tua yang

memiliki kesibukan dengan profesinya namun dapat

membagi waktu untuk dapat mengasuh anaknya akan

bersifat otoritatif dan otoriter.

2) Upaya pola asuh orang tua

Yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam

menerapkan pola asuh yang diberikan terhadap anak yaitu

(Muallifah, 2009: 67-68):

a. Mampu menyesuaikan dan memahami kondisi anak.

Karena setiap anak berbeda-beda antara anak yang

pertama, kedua dan yang terakhir pasti memiliki

karakter yang berbeda. Oleh karena itu dalam

penerapan model pola asuh dapat berbeda sesuai

dengan kondisi anak.

b. Dalam sisi lain, orang tua menyamartakan penerapan

model pola asuh kepada semua anaknya. Agar anak

tidak menuai pertentangan, keluh kesah dan

kekecewaan dikarenakan mendapatkan perlakuan

model pola asuh yang berbeda.

c. Jangan membedakan masing-masing anak dalam

perlakukan, serta jangan terlalu menunjukkan kelebihan

salah satu anak di depan anak yang lainnya yang

dimaksudkan untuk meremehkan anak yang lain. Hal

26

tersebut dapat membuat anak menjadi putus asa dan

down dengan potensi yang dimilikinya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Satyah Tati Imam

Sayono (1983) sebagaimana dikutip oleh Thoha (1996:

113) menyebutkan. Bahwa sikap orang tua yang

melindungi anak secara berlebihan menyebabkan sikap

anak tidak ada motivasi untuk belajar. Pasif dan seringkali

menjururus kesikap neuritik, kurang rasa harga diri, dan

tidak ada kesanggupan untuk merencanakan sesuatu.

Dengan demikian pola asuh yang bersifat permitif dan

otoriter tidak menguntukan lagi bagi perkembangan

kepribadian anak maupun terhadap kemajuan belajarnya.

Selain itu juga dipengaruhi karena kesibukan sebagai

akibat orang tua bekerja. Maka dari itu, upaya pola asuh

sebagai cara mendidik anak yang baik adalah dengan

menggunakan pola asuh demokratis, tetapi tetap

mempertahankan prinsip-prinsip yang universal dan

absolut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumadi

Suryabrata (1984) sebagaimana dikutip oleh Thoha (1996:

114) memberikan beberapa petunjuk dalam menghadapi

anak antara lain:

27

a) Jangan berdiri di depan anak, tetapi berdiri di samping

anak.

b) Jangan menunjukkan otoritas, tetapi tunjukkan

simpati.

c) Usahakan mendapat kepercayaan dari anak dan

berikan bimbingan.

d) Hadapi anak dengan bijaksana.

4. Pola Asuh Orang Tua dalam Perspektif Islam

Pola pengasuhan anak dalam Islam dikenal dengan istilah

“hadanah” menurut para ahli fiqh “hadanah” adalah melakukan

pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, laki-laki ataupun

perempuan yang sudah besar, namun belum tamyiz, menyediakan

sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaga dari sesuatu yang

menjadikan merukanya, mendidik jasmani, rohani serta akalnya agar

mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan tanggung jawabnya

(Chabib Thoha, 1996: 111).

Anak adalah amanah Allah yang percayakan kepada hamba-Nya.

Setiap hamba yang dipercaya untuk menerima amanah-Nya, memiliki

tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan itu.

Anak bukanlah miniatur orang dewasa salah besar bila kita

memperlakukan anak seperti kita memperlakukan orang dewasa. Anak

merupakan makhluk yang sedang mengalami perkembangan fisik dan

sikologis secara cukup pesat. Setiap tahapan perkembangan anak

28

membutuhkan metode pendekatan yang berbeda-beda. Anak adalah

pribadi yang khas yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Mereka

ingin diperlakukan secara khas oleh orang dewasa dan disekitarnya.

Anak adalah makhluk yang memiliki eksisensi, sehingga ia selalu ingin

diakui keberadaanya (Santrok, 2002: 85). Salah satu tanggung jawab

yang harus diberikan orang tua atas anak yang diamanahkan kepada

mereka adalah pola asuh yang tepat untuk membantu membetuk

karakter anak. Hal ini sesuai dengan konsep Islam yang tercantum

dalam hadits riwayat Abu Harairah Rasulullah SAW bersabda: “

barang siapa tidak mengasihi (anaknya), maka ia tidak akan dikasihi

(anaknya)”. Dalam konteks yang luas, hadits tersebut dapat diartikan

bahwa apabila kita menginginkan anak yang berkarakter pengasih,

maka harus dimulai dari orang tua yang selalu mengasihi dan

menyayangi anaknya. (Prasetyaningrum, 2012: 47-48).

Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya menjadi orang

yang berkepribadian baik, siap mental yang sehat serta akhlaq yang

terpuji. Orang tua juga sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam

kehidupan anak dan menjadi teladan bagi anak-anaknya.

Secara umum tanggung jawab dan mengasuh anak merupukan

tugas orang tua, dalam firman allah SWT. (Kementrian Agama: 2009:

561)

29

ا وقىدها الناس يا أيها ال ذين آمنىا قىا أنفسكم وأهليكم نار

ما أمزهم والحجارة عليها ملئكة غلظ شداد ل يعصىن للا

ويفعلىن ما يؤمزون

Artinya :“hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya

adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-

malaikat-malaikat yang kasar, diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan” (QS. At-Tahrim, 66: 6).

Dalam ayat diatas terdapat kewajiban yang harus dipikul orang tua

yakni orang tua berfungsi sebagai pendidik anak dan sebagai pelindung

dan pemelihara keluarga. Tugas orang tua iailah mendidik

keturunannya. Dalam relasi anak dengan orang tua secara qodrati

mencakup atas unsur pendidikan untuk membangun kepribadian anak

dan mendewasakannya.adanya kemungkinan untuk dapat dididik pada

diri anak, maka orang tua menjadi wadah pertama dan paling utama

yang mampu dan berhak menolong keturunannya, serta mendidik

anak-anaknya. (Kartini, Kartono, 2006: 63).

Jadi, pola asuh orang tua merupakan keseluruhan interaksi antara

orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulis

anaknya dengan merubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai

yang dianggap paling tepat agar anak lebih mandiri, tumbuh dan

berkembang secara optimal.

30

Mengingat akan pentingnya peran orang tua dalm mengasuh anak,

maka untuk mewujudkan semua itu bukanlah hal yang mudah

mengingat banyak sekali faktor yang dapat mengakibatkan ketidak

berhasilan pola asuh orang tua terhadap anak.

Menurut Syamil (2011: 418), didalam Islam ada beberapa cara

yang dapat digunakan untuk mendidik anak yaitu metode teladan

sebagaimana dalam al-Qur’an dengan tegas menekankan pentingnya

teladan. Seperti dalam surah Al-Ahzab ayat 21 bahwa Allah menyuruh

kita mempelajari keteladanan Rasulullah Saw, firman Allah yang

berbunyi : (Kementrian Agama, 2009:421)

أسىة حسة لوي كاى يسجى للا لقد كاى لكن في زسىل للا

ا كثيس واليىم الخ س وذكس للا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang

yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS,

Al-Ahzab 21)

Dalam ayat diatas bahwa teladan yang dapat diberikan yaitu

akhlaq yang terpuji seperti sifat dermawan, berani, amanah dan

menghormati orang lain. Hal itu semua didapat oleh anak dari orang

tuanya dengan melihat secara langsung.

Nasihat atau memberikan pengertian sangatlah penting bagi

perkembangan anak karena hal itu dapt menjadikan anak memahami

dirinya dengan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

31

Sebagaimana dalam surat al-Lukman Aayat 13 bahwasanya orang tua

harus memperlakukan tindakan dengan mencegah perbuatan tersebut,

agar tidak diulang kembali. Firman Allah SWT yang berbunyi:

(Kementrian Agama, 2009:413)

إى وإذ قال لقواى لبه وهى يعظه يا بي ل تشسك بالل

سك لظلن عظين الش

artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,

di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai

anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-

benar kezaliman yang besar".” (Qs. Al-Lukman ayat

13).

Sesuai ayat diatas bahwa sebagai orang tua saat memberikan

pengertian terhadap apa yang dilakukan dan apa yang tidak boleh

dilakukan seharusnya benar-benar diterapkan dan jangan sampai orang

tua melanggarnya dan anak melihatnya.

B. Petani

Petani merupakan seseorang yang mengelola atau bercocok tanam

dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan

memperoleh kehidupan dan mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi

sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam

arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, perternakan, perikanan, dan

pemungutan hasil laut (Shinta, 2011: 40).

32

Petani sering digambarkan sebagai individu yang bekerja disektor

pertanian, penghasilannya sebagian besar berasal dari sektor pertanian.

Pemberdayaan para petani ini cukup rumit, hal ini berdasarkan pada

karakteristik petani yang kompleks, serta permasalahannya juga sangat

rumit. (O.M Anwas, 2014: 127).

Erizal (2006) dalam karyanya megemukakan bahwa Petani

memiliki kata dasar “tani” yang berarti orang yang pekerjaannya

bercocok taman. Bertani atau petani adalah mata pencarian dalam

bentuk bercocok tanam, yang pengusahannya mengambil hasil dari

alam dan tanah tanpa usaha menyuburkan kembali tanah dan

sebagainya untuk keperlukan pengambilan pada kemudian hari.

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya petani adalah

orang yang bercocok tanam, dan mengambil hasil dari alam, macam-

macam cocok tanam petani antara lain adalah petani sayuran, petani

padi, petani kacang-kacangan dan lain-lainnya.

C. Pendidikan Akhlaqul Karimah

1. Pengertian Pendidikan

Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dalam

bahasa Arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba, kaya

pengajaran dalam bahasa Arab adalah ta’lim dengan kata kerja

Allama. Pendidikan dan pengajaran disebut tarbiyah wa ta’lim,

sedangkan pendidikan islam adalah tarbiyah islamiyah. Kata rabba

(mendidik) sudah digunakan sejak zaman Nabi Muhammada SAW.

33

Sedangkan kata ta’lim dengan kata kerjanya allama juga sudah

digunakan pada zaman Nabi, baik dalam al-Qur’an, hadist atau

pemakaian sehari-hari (Zakiyah Darajat, 2006: 25.)

Menurut Sudirman N.,dkk., Pendidikan diartikan sebagai

usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar

menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang

lebih tinggi dalam arti mental. (Hasbullah, 2012: 01).

Menurut KI Hadjar Dewantara pendidikan merupakan kunci

pembangunan sebuah bangsa. Pendidikan dilakukan melalui usaha

menuntun segenap kekuatan kodrat yang dimiliki anak, baik sebagai

manusia maupun sebagai anggota masyarakat untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Rohman. 2013: 05).

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang

belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatanm yang

dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan

dakwah, menyampaikan ajaran, memberikan contoh, melatih

ketrampilan berbuat, memberikan motivasi, dan menciptakan

lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan

pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian

sekarang. Orang Arab Mekah yang tadinya menyembah berhala,

musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan

Nabi mengislamkan mereka, lalu tigkah laku mereka berubah menjadi

menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa, mukmin, muslim, lemah

34

lembut, dan hormat pada orang lain. Mereka telah berkepribadian

muslim sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dengan

itu berarti Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu

kepribadian muslim sekaligus Nabi Muhammad Saw adalah seorang

pendidik yang berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentu

manusia, kita rumuskan dengan pendidikan Islam. Ciri ialah

perubahan sikap dan tingkah laku sesuai petunjuk ajaran Islam. Untuk

itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup

yang menunjang keberhasilannya. Dengan demikian secara umum

dapat dikatakan pendidikan islam adalah pembentukan kepribadian

muslim. (Darajat, 2006: 27).

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, bagi

peranannya dimasa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14).

Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari

kegelapan, kebodohan dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas

pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang

memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan dunia

tempat mereka hidup. (Abdullah, 2007: 21-23).

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mentransfer ilmu

pengetahuan yang dilakukan secra bertahap sehingga terdapat

perubahan terhadap apa yang diberikan.

2. Macam-macam Tujuan Pendidikan

35

Tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu:

a. Tujuan umum pendidikan adalah tujuan yang pada akhirnya akan

dicapai oleh pendidik terhadap peserta didik. Tujuan umum

pendidikan sering disebut juga dengan istilah tujuan akhir

pendidikan atau tujuan total atau tujuan lengkap.

b. Tujuan khusus pendidikan adalah tujuan yang merupakan

pengkhususan dari tujuan umum pendidikan.

c. Tujuan seketika atau insidental adalah tujuan pendidikan yang

bersifat seketika sesuai dengan momen tertentu. Misalnya

memberi tahu cara bertelpon, cara makan ditempat umum, dan

lain-lain.

d. Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya berlaku sementara

saja, sehingga kalau sudah tercapai tujuan yang diinginkan maka

tujuan sementara ini kemungkinan ditinggalkan. Tujuan

semesntra ini seolah-olah merupakan tempat beristirahat.

e. Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang mempunyai hubungan

dengan aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerohanian

pada bidang etika, keagamaan, estetika, dan sikap sosial dari

orang tua.

Tujuan perantara atau intermedier adalah tujuan yang hampir

sama dengn tujuan sementara, akan tetapi khusus mengenai

pelaksanaan teknis dari tugas-tugas belajar. Misalnya belajar

membaca, belajar menulis seolah-olah terlepas dari tujuan akhir,

36

sehingga seakan-akan cara belajar mengeja tidak terikat kepada

pandangan hidup tertentu. Padahal sebetulnya hubungannya sanagt

erat dengan tujuan akhir. (Arif Rohman. 2013:05).

3. Pengertian Akhlaqul Karimah

Secara etimologis (lughatan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk

jamak dari Khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku

atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan.

Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan

khalaq (pencipta) (Yunahar Ilyas, 2016: 01).

Sedangkan secara terminoligis, salah satu definisi akhlak menurut

Ibrahim Anis dalam (Yunahar Ilyas, 2016: 02). Yaitu akhlak adalah

sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam

perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan.

Sahabat Abu Bakar mengakui sendiri akan keagungan akhlak

Rasul. Seraya ia mengatakan: Abu Bakar berkata kepada Rasul,

sungguh aku telah malang melintang mengelilingi arab dan saya

dengar sendiri kehebatannya, sejauh ini pula saya belum pernah

melihat dan mendengarkan seorangpun yang seperti tuan, siapakah

yang mengajari tuan akhlak yang luhur ini? Rasul menjawab: saya

dididik alhlak oleh Tuhanku, maka aku menjadi saleh. (Miftahur

Huda. 2009: 22). Hadis ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya

manusia telah memiliki potensi perilaku moral, hanya saja masih

37

perlu disempurnakan dengan kehadiran Muhammad Saw sebagai

utusan Allah beliau membawa misi penyempurnaan akhlak manusia

melalui wahyu (Abdul Mustaqim, 2005: 103).

4. Pokok-pokok Akhlaqul Karimah

a. Akhlaqul Karimah kepada Allah SWT

Pada prinsipnya adalah penghambaan diri secara total

kepada Allah SWT. Adapun perbuatan yang termasuk Akhlaqul

Karimah kepada Allah SWT antara lain:

1) Mengenali-Nya dengan baiik dan benar

2) Membernarkan segala firman-Nya

3) Menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya

4) Senantiasa mengingat-Nya, Allah SWT berfirman: (Kementrian

agama )

ا ا كثيس ذكس يا أيها الريي آهىا اذكسوا للا

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan

menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-

banyaknya”. (Qs. Al-Ahzab ayat 41).

5) Mencintai-Nya (Firdaus, 2007: 57)

b. Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia

Pada dasarnya bertolak pada keluhuran budi dalam

menempatkan diri dan menempatkan orang lain pada posisi yang

tepat. Adapun perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah kepada

manusia antara lain:

1) Mengikuti jejak Rasulullah Saw

38

2) Menghormati keberadaan para Nabi dan Rasul Saw

3) Menghormati para Ulama.

4) Menaati Ulil Amri (Firdaus, 2007: 61-63).

c. Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain

Pada prinsipnya adalah menempatkan makhluk lain itu

sesui dengan posisinya masing-masing. Adapun perbuatan-

perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah terhadap mahluk lain

antara lain:

1) Menghormati keberadaan malaikat.

2) Menghargai keberadaan jin.

3) Mewaspadai keberadaan iblis.

4) Menyayangi binatang.

5. Macam-macam Akhlaqul Karimah

a. Berbakti kepada orang tua

Kasih sayang merupakan kebutuhan asasi bagi manusia.

Diantara karunia dan anugrah Allah SWT yang sangat besar

terhadap manusia adalah bahwa Allah menjadikan rasa kasih

sayang sebagai insting-insting pada disetiap orang tua (Syantut,

2007: 86). Kedua orang tua adalah yang berjasa dalam kehidupan

setiap anak. Tanpa mereka, tak mungkin seorang anak lahir

kedunia. Orang tualah yang telah mengasuh dan merawat dari

kecil hingga dewasa. Karena kasih sayang dan cinta tuluslah yang

membuat seorang anak tumbuh dan berkembang dengan baik.

39

Mereka juga memberi kebaikan tanpa meminta balasan. Mereka

tidak pernah menghitung berapa banyak uang yang diberikan

kepada seorang anak untuk keperluan sandang dan pangan.

Di dalam kebaktian kepada orang tua, ada seribu satu

keberkahan hidup. Bahkan, kesuksesan dan kemuliaan kehidupan

anak sangat bergantung pada kebaktian mereka kepada orang

tuannya. Perintah berbakti kepada kedua orang tua adalah salah

satu perintah yang bersifat univiersal, yakni berlaku bagi seluruh

umat manusia pada semua zaman (El Shuta, 2012: 125). Para ahli

tafsir berkata, Allah SWT. Menghubungkan antara ibadah kepada

Allah dan berbakti kepada kedua orang tua, karena untuk

menegasakan besarnya hak kedua orang tua kepada anaknya

(Yaasir, 2003: 103).

Penetapan Islam atas kewajiban anak untuk berbakti

kepada orang tua, sesungguhnya adalah wujud nyata dari

penghargaan Islam atas mualia dan tingginya kedudukan kedua

oranng tua di hadapan Allah dan manusia. Berbakti kepada kedua

orang tua adalah salah satu perbuatan yang mulia. Bahkan

Rasulullah Saw. Dengan tegas menyatakan bahwa berbakti kepada

kedua orang tua itu pahalanya sama dengan Jihad Fisabillah (El

Sutha. 2009: 05).

Berbakti kepada kedua orang tua akan mendapat

kemuliaan, keberkahan, dan kesuksesan di dunia. Keridhoan Allah

40

tergantung orang tua dan murka Allah tergantung murka orang

tua. Ridho orang tua adalah cara untuk mengetuk pintu rahmat

Allah Swt, walau sesunggunya pintu rahmat itu selalu terbuka

untuk hamba-hambanya (Saleh. 2011: 84 ).

Dengan demikian, untuk memperoleh kehidupan yang

bahagia di dunia dan di akhirat maka harus berbaktu kepada orang

tua yaitu dengan selalu menjaga dan memeliharanya.

b. Menghormati guru

Guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada

murid. Tugas pendidik dalam islam secara umum adalah

mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi

anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun eafektif

(Ahmad Tafsir, 2008: 74). Hubungan antara guru dan murid

bukanlah hubungan yang didasarkan pada untung-rugi, dalam arti

ekonomi.

Penghargaan Islam terhadap guru sangat tinggi, yaitu

meletakkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi

dan Rasul. Hal itu terjadi karena guru selalu terkait dengan ilmu

pengetahuan. Ada penyebab khas mengapa orang Islam

menghargai guru, yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu

semuanya bersumber dari Tuhan (Ahmad Tafsir, 2011: 76).

Kedudukannya dihargai dengan tinggi bila mau mengamalkan

ilmunya yaitu dengan cara mengajarkan kepada orang lain.

41

Dengan demikian, sebagai murid selalu menghormati guru.

Karena gurulah yang dapat mengantarkan seseorang kepada

kesuksesan.

c. Memaafkan kesalahan orang lain

Akhlak ini termasuk salah satu akhlaqul karimah yang

sangat penting. Orang yang memberi maaf adalah orang yang kuat,

kaya batin, dan berjiwa lapang (Toto, Tasmara. 2001: 32.)

sebenarnya tindakan memaafkan sebenarnya memilki satu pesan

penting, yaitu niat untuk berdamai baik untuk orang lain maupun

diri sendiri. Memeaafkan mengandung makna menerima kejadian

yang negatif yang harus dimaafkan dan sebagai bagian antara satu

dengan yang lain. Untuk kemudian melupakan peristiwa tersebut

agar tidak ada lagi perasaan ingin menyakiti. Memaafkan

mengandung makna universal yang setiap orang mengalami hal ini.

Memaafkan tidak hanya memberikan pengaruh pada

kenyamanan dalam bersosialisasi dengan orang lain, tetapi juga

kesehatan tubuh. Menurut penelitian terakhir, para ilmuan Amerika

membuktikan bahwa mereka mampu memaafkan memiliki tingkat

kesehatan yang lebih tinggi, baik jiwa maupun raga (Rusdi. 2011:

66). Beberapa dampak positif dari sifat memaafkan bagi kesehatan

antara lain:

1) Dapat menyehatkan pikiran

2) Membuat otot menjadi elastis dan kuat

42

3) Menstabilkan tekanan darah

4) Menghilangkan sakit hati

5) Menyehatkan tulang leher dan punggung

Menurut David Norris menyembuhkan lima langkah untuk

menjadi pribadi pemaaf, yaitu:

1) Memperteguhkan niat untuk memaafkan

2) Secara akurat memeriksa kembali pelanggaran (kesalahan)

orang yang akan dimaafkan

3) Memaknai kembali luka batin akibat kesalahan

4) Membina kembali relasi yang terputus

5) Mengintegrasikan kembali berbagai retak psikis yang dialami

akibat luka batin (Rusdi. 2011: 167).

Menurut Timothy Wibowo ia mengemukakan beberapa

alasan yang menghalangi seseorang memberi kata maaf ketika

bersalah, antara lain:

1) Memberi kata maaf dipahami sebagai sikap menyetujui

perbuatan yang dilakukan orang lain.

2) Memaafkan diidentikan dengan kesediaan menerima kembali

orang yang telah berbuat salah dalam kehidupan kita.

3) Memaafkan diyakini dapt menurunkan gengsi.

4) Jika memaafkan, ada kemungkinan hati kita akan sakit lagi.

43

5) Perasaan ingin memberikan hukuman kepada orang yang

berbuat salah dengan cara tidak memaafkan (Rusdi. 2011:

176-177).

Dengan demikian, orang yang memaafkan akan merasa

lebih baik, tidak hanya secara batiniah, tetapi juga jasmaniah.

d. Jujur

Benar atau jujur adalah golongan akhlak mahmudah.

Kejujuran adalah komponen ruhani yang memantulkan berbagai

sikap terpuji (honoroble, respectable, creditable, dan maqamam

mahmuda) (Toto, Tasmara. 2001: 190). Jujur merupakan induk

dari sifat-sifat yang baik yang akan membawa kepada kebaikan.

Selain itu, kejujuran merupakan sendi-sendi dalam kehidupan

sehingga seseorang tidak akan mengalami kehancuran. Tanpa

kebenaran tidak mungkin akan terjalin kehidupan yang sejahtera.

Orang yang memiliki perilaku jujur akan senantiasa memiliki

tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya.

Sementara orang yang tidak jujur adalah orang yang

menipu dirinya sendiri dengan menghancurkan moral yang

dimilikinya. Orang tersebut juga telah membunuh suara hatinya

sehingga akar batinnya pun sangat rapuh. Orang yang tidak jujur

memiliki beberapa alasan seperti: kondisi ekonomi keluarga,

sebagian wanita (ibu) disibukkan oleh pekerjaan, tidak adanya

ayah di rumah dalam waktu yang lama, dan melimpahkan

44

tanggung jawab pendidikan sosial kepada sekolah (Murshafi,

2009: 115).

Macam-macam kejujurran yaitu:

1) Kejujuran pada diri sendiri, yaitu kesungguhan yang

amat sangat untuk meningkatkan dan mengembangkan

misi dan bentuk keberadaanya (mode of existence)

untuk memberikan yang baik bagi orang lain.

2) Kejujuran terhadap Allah berarti berbuat dan

memberikan segala-galanya atau beribadah hanya

untuk Allah (Murshafi, 2009: 191-201).

Dengan demikian, orang yang jujur adalah orang yang

bertindak dan berkata apa adanya tanpa ada yang dikurangi. Sikap

yang di tunjukkan jauh dari kepura-puraan.

e. Berbuat baik terhadap teman dan lingkungan sekitar

Al-Qur’an membimbing manusia untuk tidak memperolok-

olok, mengejek, atau merendahkan harga diri orang lain.

Dilarangnya juga seorang muslim untuk menaruh rasa curiga,

apalagi dendam dan benci. Kemudian ditanamkan pula cara

menghormati, membeimbing, dan menghargai orang lain baik

kepada orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Ketika ada

semacam rasa kesal atau sesuatu yang tidak disenangi, segeralah

beristigfar sejukkan hati dengan kata-kata yang baik.

45

Menjalin hubungan baik dengan orang lain merupakan

fitrah manusia. Yaitu, sebuah kondisi yang hanya dapat hidup

selama setiap individu mau membagi cinta kasihnya kepada

sesama (Toto Tasmara. 2001: 170). karena baginya, kehadiran

orang lain merupakan fitrah yang akan membawa dirinya kepada

ketentraman.

f. Sabar

Kata sabar makna habs, yang berarti menahan. Sabar

berarti melarang dan menahan. Secara istilah sabar adalah

menahan diri dari berputus asa, meredam amarah, mencegah lisan

untuk mengeluh, serta menahan anggota badan dari berbuat

kemungkaran (Soebachman, 2014: 65). Dalam hal ini berarti

menahan hati agar tidak gusar dan menahan dari segala macam

nafsu dan amarah.

Sabar termasuk akhlak utama yang dapat menghindarkan

diri seseorang dari melakukan hal-hal yang tidak baik. Oleh sebab

itu, sabar menjadi kekuatan jiwa yang menentukan kebaikan dan

kelurusannya (Soebachman, 2014: 65). Sabar termasuk inti dari

akhlaqul karimah karena didasari sifat dan sikap dasar iffah

(menjaga kehormatan diri) (Soebachman. 2012: 27). Rasulullah

menegaskan bahwa kesabaran adalah ibarat iman kepada tubuh

kita (El-Sutha, 2009: 04). Kesabaran merupakan puncak segala

kebaikan dan merupakan kunci untuk meraih kesuksesan hidup.

46

D. ANAK Usia 7-12 Tahun

1. Pengertian Anak

Ensiklopedia Nasional Indonesia (2004:04), anak dapat

dikatakan sebagai manusia muda yang batasan usianya tidak selalu

sama diberbagai Negara. Di Indonesia, sering dipakai sebagai batasan

usua dari 0-12 tahun. Maka dengan demikian, dalam kelompok anak

di Indonesia akan termasuk bayi, anak balita, dan anak usia sekolah.

Tori tabulasi J. Locke menyatakan, bahwa anak laksana kertas

putih yang diatasnya dapat dilukis apa saja menurut kehendak orang

tua, laksana lilin lembut yang bisa dibentuk apa saja menurut

keinginan para bembentuknya (Zulkifli L. 2001: 13.)

Menurut Zakiah Darajat masa perkembangan anak meliputi

fase pertama 0-2 tahun (masa bayi), fase kedua 3-5 tahun (masa

kanak-kanak), fase ketiga 6-12 tahun (masa sekolah), dan fase

keempat 13-23 tahun adalah masa remaja. (Kartini Kartono, 2007:

38-39).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak adalah manusia yang

masih kecil, dan belum dapat dikatakan dewasa. Batasan anak di

Indonesia adalah usia 0-12 tahun.

2. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

47

Usia 7-12 tahun (Usia Sekolah) adalah tahapan perpindahan

dari berfikir pra operasional menjadi operasional konkret yang terjadi

disekitarnya. (Abu Bakar, 2005: 43)

Tugas perkembangan anak usia 7-12 tahun (masa kanak-

kanak akhir/ usia sekolah) menurut Havinghurst dalam bukunya

Elizabeth B. (1994: 10), antara lain:

a. Membangun sikap dan perilaku sehat mengenai diri sendiri

sebagai makhluk yang sedang tumbuh.

b. Mengembangkan hati nurani, memahami moral (akhlak), tata

tertib dan tingkatan nilai.

c. Belajar menyesuaikan dengan teman-temannya.

d. Mencapai kebebasan pribadi.

e. Mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan

untuk kehidupan sehari-hari.

f. Mulai mengembangkan peran sosial wanita atau pria yang tepat.

Pada periode anak-anak terakhir (Usia Sekolah) ada tiga

proses perkembangan yaitu:

1) Perkembangan kognitif

Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berfikir

operasiona. Anak sudah mampu menggunakan konsep

matematis, mampu mengklasifikasi, dapat berfikir reversible

(berfikir matang).

48

Pada periode ini anak juga mampu menyatakan

hubungan keterkaitan anatara satu hal dengan hal lain,

mampu melihat hubungan serial berdasarkan beberapa fakta.

Hal yang paling utama pada masa periode anak-anak akhir

yaitu mereka masih terpaku pada hal-hal yang bersifat

konkrit.

2) Perkembangan psikososial

Konflik psikososial pada tahap ini dalam rentang

kehidupan adalah perkembangan produktifitas vs interioritas.

Konflik yang muncul pada masa periode ini adalah antara

keaktifan anak menghasilkan sesuatu dengan perasaan

rendah diri yang diakibatkan dari ketidak mampuan mereka

menghasilkan sebuah karya berdasarkan keinginan dan

kebutuhan mereka.

3) Perkembangan moral

Pada periode ini perkembangan moral individu berada

pada sub tahap dua, yaitu tahap yang berorientasi pada

individualisme dan tujuan. Pada tahap ini pemikiran moral

anak didasarkan pada reward dan minat pribadi (Elizabeth B,

1994: 15).

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama pada Anak

49

Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan anak itu

melalui beberapa fase (tingkatan), (Jalaludidin, 2007: 67). yaitu

diantaranya:

a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)

Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep ke

Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya.

Kehidupan masa ini masih banyak dipengarhi kehidupan fantasi,

sehingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunkan

konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang

masuk akal.

b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)

Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga

ke usia (masa usia) edolesense. Pada masa ini, ide ke Tujanan

anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan

kepada kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui lembaga-

lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa

lainnya. Segala bentuk tindakan (amal) keagamaan mereka ikuti

dan pelajari dengan penuh minat.

c. The Induvidual Stage (tingkat Individu)

Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang

paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.

50

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang telah

peneliti melakukan terkait tentang Pola Asuh Orang Tua Petani dalam

Mendidik Akhlaqul Karimah anak usia 7-12 Tahun, diakui bahwa

pengamatan yang dilakukan belum ada penulisan yang mengkaji hal

ini baik dalam bentuk kajian, skirpsi dan hal serupa, terutama di

IAIN Salatiga.

Shovia (IAIN Salatiga Tahun 2019). Dengan Judul penelitian

“HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN

PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU

SOSIAL SISWA KELAS XI SMA N 2 SALATIGA TAHUN

PELAJARAN 2018/2019”. Penelitian ini menjelaskan tentang

hubungan pola asuh orang tua dan pendidikan islam dalam keluarga

dengan memfokuskan pada perilaku sosial siswa kelas XI SMA N 2

Salatiga.

Ma’fiyatul Insiyah (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun

2017). Dengan judul “PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK USIA DINI DI KELAS A1

RA DWP UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA”. Peneliti ini

menjelaskan tentang peran orang tua dalam membentuk kepribadian

anak usia dini.

Winarti (UIN syarif Hidayahtullah 2011). Dengan judul

“Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak

51

Anak 7-12 Tahun Di ketapang Tangerang”. Penelitian ini

menjelaskan tentang pengaruh pola asuh terhadap pembentukan

akhlak anak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis

teliti adalah terletak pada pengaruh pola asuh orang tua, pendidikan

dan juga lokasi penelitian.

Penelitian ini mengkaji dan meneliti tentang bagaimana pola

asuh orang tua dalam mendidik akhlaqul karimah anak usia 7-12

tahun di desa Banyusri. Yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian yang diatas adalah obyeknya lokasi dan judulnya, pokok

penelitian yang khas dari pola asuh orang tua petani dalam mendidik

anak yang mengajarkan akhlaqul karimah dan tanggungjawab.

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut Moleong (2009: 6), penelitian kualitatif didasarkan pada

upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk

dengan kata-kata, gambanran holistik dan rumit. Definisi ini lebih melihat

perspektif emik dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya

membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibantu dengan kata-

kata, gambaran holistik dan rumit.

Menurut Setyosari dalam buku (Agustinova, 2015: 9.). Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode obsevasi,

wawancara (interview), analisis isi, dan metode pengumpulan data lainnya

untuk menyajikan respons-respons dan perilaku subjek.

Tujuan pendekatan deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan

apa-apa yang saat ini berlaku. Dimana didalamnya terdapat upaya untuk

mendeskriptifkan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan

kondisi-kondisi yang saat ini sedang terjadi atau belum ada. Dengan kata

lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi

mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitanya antara variabel-variabel

yang ada. Penelitian ini tidak menguji pada hipotesa atau tidak

menggunakan hipotesa, melainkan hanya menggunakan deskripsi

informasi apa yang ada sesuai dengan variabel-variabel yang sudah

diamaati dan diteliti (Moleong, 2009: 6),

53

Dengan itu Penulis ingin menggambarkan (Mendiskripsikan)

seluruh kegiatan Pola Asuh Orang tua Petani dalam mendidik Akhlaqul

Karih anak Usia 7-12 tahun di Desa Banyusri Wonosegoro. Diskripsi yang

penulis sajikan ini didasarkan atas data yang dikumpulkan dari lapangan

yakni menggabarkan dan menjelaskan tentang bagai Pola asuh Orang Tua

yang notamennya berprofesi sebagai seorang Petani.

Jadi. Penelitian kualitatif jenis studi kasus ini digunakan beberapa

teknik penggumpulan data sepeti wawancara, observasi, dan studi

dokumenter, tetapi semuanya difokuskan kearah hanya mendapatkan suatu

kesimpulan saja. Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang yang

dapat diamati

Data-data yang harus dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari

dua sumber yaitu sebagai berikut :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

lapangan baik melalui wawancara dengan pihak-pihak

informan. Metode pengambilan data primer ini dilakukan

dengan wawancara langsung terhadap orang tua, dan anak di

Desa Banyusri Wonosegoro.

2. Data sekunder

Sumber data sekunder ini dapat berupa dokumen-dokumen

yang berkaitan disetiap penelitian berdasarkan tahap sasaran

54

penelitian. Dengan mengambil rekaman dan foto. Sumber data

sekunder pada penelitian ini adalah sumber pendukung yang

berupa tulisan dan penelitian yang berkaitan langsung dengan

pokok pembahasan yang akan diteliti. Data sekunder yang

diperoleh dari literatur-literatur keperpustakaan seperti buku,

jurnal dan lain-lain. Terutama tentang buku yang ada kaitanya

dengan pembahasan ini yaitu buku-buku mengenai Pola asuh

orang tua, Akhlaqul Karimah dan Perkembangan anak Usia 7-

12 tahun (Usia Sekolah).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan.

Dalam hal ini peneliti mengambil lokasi di sebuah Desa yang bernama

Desa Banyusri Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Peneliti

memilih lokasi ini karena peneliti tertarik dan ingin mengatahui bagaimana

Pola Asuh orang tua yang sebagian besar pekerjaannya adalah bertani.

C. Sumber Data

Arikunto,(2006: 224) menyatakan bahwa, sumber data adalah subjek

darimana data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam

mengidentifikasi sumber data, peneliti telah menggunakan rumus 3P yaitu:

1. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya

mengenai variable yang diteliti.

2. Paper (kertas), adalah tempat peneliti membaca dan mempelajari

segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, seperti arsip,

55

angka, gambar, dokumen-dokumen, simbol-simbol, dan lain

sebagainya.

3. Place (tempat), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan yang

berhubungan dengan penelitian.

Menurut Lofland (dalam Moleong, 2009: 157), sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan

yang didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Untuk mendapatkan

data dan informasi maka informan dalam penelitian ini ditentukan

secara purposive atau sengaja dimana informan telah ditetapkan

sebelumnya. Pada penelitian ini sumber data premiernya diperoleh

langsung melalui wawancara kepada Orang Tua dan Anak di Desa

Banyusri.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

(Sugiyono, 2017: 308).

Dalam penelitian ini ada beberapa metode yang digunakan dalam

pengumpulan data, yaitu:

56

1. Observasi

observasi adalah pengamatan terhadap seuatu objek yang

diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

melihat semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman,

pembau, perasa) untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan

dalam penelitian. Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan

alat rekam elektronik. MicMilan dan Schumaher, dalam

(Agustivano, 2015: 37.) . pada pengertian ini, kegiatan observasi

digunakan hanya untuk mengamati pola perilaku manusia pada

situasi tertentu untuk mendapatkan informasi tentang fenomena

yang menarik. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil

observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek perbuatan,

kejadia atau peristiwa, waktu dan perasaan.

Observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah

dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati,

kapan dan dimanapun tempatnya.

b. observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak

dipersiapkan secara sitematis, tentang apa yang akan

diobservasikan. Pada obsevasi ini peneliti atau

pengamat harus mampu mengembangkan daya

pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

57

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,

2009: 317). Menurut johnson dalam buku (Agustivano.2015: 33).

Pada pengertian ini dapat diketahui bahwa kegiatan wawancara

melibatkan dua pihak yakni interviewer atau orang yang

melaksanakan kegiatan wawancara dan juga intervuewee atau

pihak yang diwawancarai. Sebelum wawancara merupakan proses

komunikasi yang sanagat menentukan dalam proses penelitian.

Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam,

karena mampu menggali pemikiran atau dapat secara detail.

Wawancara juga dapat dikatakan sebagai alat re-cheking atau

pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh.

Pada dasarnya ada dua macam wawancara, yaitu:

a. Wawancara Berstruktur (Tertutup)

Wawancara berstruktur adalah pengumpulan data

dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan.

b. Wawancara Tak Berstruktur (Terbuka/bebas)

Teknik pengumpulan data dengan wawancara tak

berstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan

hanya mendasar pada pedoman, atau pokok-pokok, atau

58

akan ditanyakan pada saat wawancara dilakukan

(Soewadji. 2012: 154-155).

Berdasarkan keterangan diatas peneliti akan menggunakan

teknik wawancara berstruktur karena dengan menggunakan teknik

tersebut akan lebih mudah karena menggunakan daftar pertanyaan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi atau doukumenter atau dokumen adalah

catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu

yang lalu (W Gulo, 2002: 123). Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan contohnya catatan harian, sejarah

kehidupan, biografi. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk

karya misalnya karya seni, yang dapat berupa patung, gambar,

film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif (Sugiyono, 2016: 240). Dilakukan dengan cara

mengumpulkan dan mempelajari data-data yang ada, yang

berkaitan dengan pembahasan penelitian ini melalui buku-buku,

jurnal, internet, dan media lainya. Yang berhubungan dengan

pokok pembahasan.

59

Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang diperlukan

adalah dokumentasi kegiatan, struktural, dan lain-lain. Dokumen

ini berfungsi pemudah dalam penyusunan hasil akhir penelitian dan

bersifat kevalidasian data.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan.

Dalam hal ini Nasution menyatakan “Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi

pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang

“grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan

data (Sugiyono, 2016: 245).

Analisis data dalam penelitian ini adalah mewujudkan data untuk

mencari gambar tentang fenomena yang ada didalam objek penelitian.

Sehingga nanti dalam menganalisis data yang digunakan adalah denfan

cara mengarah terhadap data wawancra yang merangkum semua hasil.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Agustivano, (2015: 43.)Pengecekan keabsahan data atau ke ke

validitasan data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti

sejauh ke mana ketetapan dan ke cermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukunya. Validitas adalah suatu ukuran yang

60

menunjukkan tingkat kesahihan suatu test. Validitas juga dapat dikatakan

sebagai derajat ketetapan antara data yang terdapat dilapangan dan data

yang dilaporkan oleh peneliti.

Agar data disajikan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid,

maka untuk menguji validasi data tersebut penulis menggunakan teknik

trangulasi dalam pengecekan keabsahan data. Triangulasi adalah teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. (Sugiyono, 2017: 335).

Triangulasi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : (Agustivano.

2015: 47-50.)

a. Triangulasi Sumber Data (Data Triangulation)

Triangulasi sumber data adalah untuk menguji kredibitas

data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Data dari berbagai sumbet tersebut,

nantinya dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan

yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-

sumber itu, tidak bisa dirata-ratakan seperti penelitian

kuantitatif.

b. Triangulasi Penelian (Multiple Researchers)

Triangulasi peneliti dilakukan dengan cara menggunakan

lebih dari satu orang peneliti dalam pengumpulan dan analisis

data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan

mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian.

61

triangulasi peneliti ini dimaksudkan antara lain untuk

menghindari potensi bias individu pada penelitian tunggal.

c. Triangulasi Teori (Theory Triangulation)

Triangulasi teori adalah penggunaan sejumlah perspektif

atau teori dalam menafsir seperangkat data. Dalam membahas

permasalahan yang sedang di kaji, hendaknya peneliti tidak

menggunakan satu perspektif teori.

d. Triangulasi Metode (Methodological Triangulation)

Pengecekan keabsahan data mengunakan triangulasi adalah

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda,

misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

dan dokumentasi. Jika menghasilkan data yang berbeda-beda, bisa jadi

semua benar, karena sudut pandang yang berbeda-beda maka peneliti

harus melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang

bersangkutan atau yang lainya, untuk memastikan data mana yang

dianggap benar.

62

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

G. Paparan Data Penelitian

1. Profi Desa Banyusri Kecamatan wonosegoro

Desa Banyusri adalah sebuah Desa yang terletak di ujung Utara

dari wilayah Kecamatan Wonosegoro, Kapan dan oleh siapa nama

“Banyusri” diberikan kepada Desa ini, sampai saat ini belum ada satu

orangpun masyarakat Desa Banyusri dan sekitarnya yang bisa

menceritakannya. Tetapi jika dilihat dari kata “Banyusri” terdiri dari

dua suku kata yaitu “Banyu” dan “Sri”, Banyu dalam kamus Bahasa

Jawa bisa diartikan “Air” dan “Luas” memang benar Desa Banyusri

letak Geografis Luas tetapi untuk ketersediaan air di Desa Banysri

sangat-sangat kurang untuk penggarapan sawah sebagai pengairan pun

tidak mencukupi,Ladang Desa Banyusri terkenal dengan “sawah tadah

hujan” artinya sawah yang hanya bisa ditanami saat musim penghujan

telah tiba. “Sri” dapat diartikan pertama/Petani, Desa Banyusri

sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, di

lihat dari keterangan diatas mungkin kata “Banyusri” tepat untuk nama

Desa Banyusri yang sekarang.

a. Letak Geografis

Desa Banyusri merupakan salah satu dari 18 Desa wilayah

Kecamatan Wonosegoro, yang terletak 5 Km ke arah Utara dari

63

Kecamatan Wonosegoro, Desa Banyusri mempunyai luas wilayah

427 Hektar. Adapun batas-batas wilayah Desa Banyusri :

1. Sebelah Utara : Desa Bojong

2. Sebelah Timur : Desa Lemah Ireng

3. Sebelah Selatan : Desa Wonosegoro

4. Sebelah Barat : Desa Gosono

Iklim desa Banyusri, sebagaimana desa-desa lain di wilayah

Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal ini

berpengaruh terhadap pola tanam yang ada di Desa Banyusri

Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.

b. Visi Desa Banyusri Wonosegoro

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan

masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan

desa. Penyusunan Visi Desa Banyusri ini dilakukan dengan

pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang

berkepentingan di Desa Banyusri seperti Pemerintah Desa, BPD,

Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan masyarakat desa pada

umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan

kerja wilayah pembangunan di Kecamatan. Maka dengan

pertimbangan di atas Visi Desa Banyusri adalah :

“MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA,

MASYARAKAT YANG DILANDASI IMAN DAN TAQWA”.

c. Misi Desa Banyusri Wonosegoro

64

Selain penyusunan Visi juga telah ditetapkan Misi-Misi yang

memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksakan oleh desa agar

tercapainya Visi desa tersebut. Visi berada diatas misi. Pernyataan

Visi kemudian dijabarkan kedalam Misi agar dapat di

operasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusunan Visi, Misi-

pun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif

dan pertimbangan potensi dan kebutuhan Desa Banyusri,

sebagaimana proses yang dilakukan maka Misi Desa Banyusri

adalah :

1. Melakukan Pembangunan Fisik Maupun Non Fisik Secara

Berkelanjutan.

2. Melaksanakan Pembinaan Generasi Muda Secara Berkala.

3. Melaksanakan Program Pendidikan Mulai Usia Dini Sampai

Pendidikan Sekolah Menengah Pertama.

4. Pembinaan Mental Dan Spiritual Pada Masyarakat.

d. Keadaan Penduduk

Desa Banyusri memiliki jumlah penduduk 4.730 jiwa atau

1.718 KK (Kartu Keluarga) dengan perincian.

Tabel 1.1

Penduduk Desa Banyusri Berdasarkan jenis Kelamin.

(Sumber Demografi Desa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

2.457 2.273 4.730

65

e. Keadaan Penduduk Desa Banyusri berdasarkan Agama yang di

Anutnya.

Masyarakat Desa Banyusri yang berjumlah 4.730 jiwa, 100%

penduduknya beragama Islam, untuk lebih jelasnya sesui dengan

data tabel dibawah ini:

Tabel 1.2.

Penduduk Desa Banyusri berdasarkan Agama

(Sumber Demografi Desa)

NO. Kelompok Agama Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Islam 2.457 2.273 4.730

2. Kristen 0 0 0

3. Katholik 0 0 0

4. Hindu 0 0 0

5. Budha 0 0 0

6. Kong hu cu 0 0 0

7. Kepercayaan 0 0 0

Jumlah 4.730

f. Keadaan Penduduk Berdasarkan dengan Usia.

Desa banyusri ini memiliki 4 dusun dan dapat dilihat dari tabel

usia dan jumlah penduduk. Jumlah jiwa paling banyak di duduki

oleh usia 20-29 tahun.

66

Tabel 1.3

Penduduk Desa Banyusri

Adapun klasifikasi kelompok umur pada tahun 2019

(Sumber Demografi Desa Banyusri)

No. Umur (tahun) Jumlah (jiwa)

1. 0-9 586

2. 10-19 645

3. 20-29 862

4. 30-39 852

5. 40-49 656

6. 50-59 560

7.. 60-69 384

8. 70-(> = 79) 266

Jumlah 4.730

g. Keadaan Sosial Budaya

Dalam aspek sosial budaya, dapat dilihat dari adat istiadat

penduduk Desa Banyusri Wonosegoro. Penduduk Desa Banyusri

ini masih menjunjung tinggi adat dan istiadat seperti kegiatan

gotong royong, bersih kubur (membersihkan makam), peringatan

hari ke-7. 40, 100 dan 1000 hari bagi orang yang sudah meninggal

dan untuk mengenangnya dengan membacakan tahlil dan surat

Yasin, peringatan 3 dan 7 bulanan bagi ibu yang sedang hamil,

67

memperingati hari-hari besar seperti Maulid Nabi Muhammad Saw,

Isra’ Mi’raj, dan Nuzulul Qur’an. Selain itu juga ada pengajian

setiap bulannya, pengajian ini berbeda-beda disetiap dusunnya,

namun setiap 3 bulan sekali diadakan pengajian yang diikuti oleh 4

dusun tersebut tempatnya diadakan bergilir di masjid yang ada di

dusunnya.

h. Pembangunan Desa Banyusri Wonosegoro

Desa Banyusri telah melakukan beberapa Pembangunan antara

lain sarana dan prasarana jalan, sarana Olah Raga, sarana Gedung

Pendidikan. Tetapi Pembangunan belum tuntas dan kedepannya

Desa Banyusri akan meningkatkan sarana dan prasarana untuk

menjadikan Desa Banyusri semakin maju. Untuk menunjang

Sumber Daya Manusia Desa Banyusri ada lembaga Pendidikan.

Desa Banyusri memiliki Lembaga Pendidikan formal milik

pemerintah yaitu: SD Negeri 2 unit (SDN Banyusri 01, dan SDN

Banyusri 02). MTs Negeri 1 unit yakni Mts Al-Islam Banyusri. TK

2 unit yakni TK Pertiwi 01 dan 02. Lembaga Pendidikan milik

swasta yaitu: PAUD 1 unit, disetiap dusunnya di Desa Bnyusri ini

memiliki 2 majid dan rata-rata ada 3 mushola di setiap Rtnya.

i. Keadaan Sosial Pendidikan

Berikut ini adalah klasifikasi keadaan penduduk Desa Banyusri

Berdasarkan tingkat pendidikan yang sesuai dengan tabel di bawah

ini

68

Tabel 1.4

Penduduk Desa Banyusri Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(Sumber Demografi Desa)

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

1. Tidak / belum sekolah 913

2. Belum Tamat SD / Sederajat 499

3. Taman SD / Sederajat 1.781

4. SLTP / Sederajat 931

5. SLTA / Sederajat 532

6. Diploma I/ II 16

7. Akademik/ Diploma III 17

8. Diploma IV/ Strata 1 40

9. Strata II 1

10. Strata III 0

Jumlah 4.730

j. sosial Ekonomi

Berikut ini adalah klasifikasi keadaan penduduk Desa

Banyusri berdasarkan mata pencaharian sesuai dengan tabel di

bawah ini :

Tabel 1.5

Penduduk Desa Banyusri Berdasarkan Mata Pencaharian

(Sumber Demografi Desa)

No. Pekerjaan Jumlah

69

1. Petani 1.5751

2. Pedagang 44

3. PNS (pegawai Negeri Sipil) 6

4 Karyawan Swasta 1.186

k. Kesenian yang masih ada di masyarakat Desa Banyusri adalah

sebagai berikut:

Tabel 1.6

Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Kesenian yang Masih

Ada(Sumber Demografi Desa)

No. Jenis Kesenian Status

1. Wayang Aktif

2. Organ tunggal Aktif

3. Dangdut Aktif

l. Data kependudukan Desa Banyusri

Desa Banyusri ini memiliki empat Dusun. Setiap dusun

memiliki 2 blok jadi desa banyusri memiliki delapan blok atas

keseluruhan.

Tabel 1.7

70

Penduduk Desa Banyusri Berdasarkan data perdusun

(Sumber Demografi Desa)

No. Nama dusun Jumlah Kepala Keluarga

1. Banyusri 640

2. Ngawen 424

3. Tlepat 329

4 Karangboyo 325

Jumlah 1,718

Dari jumlah KK yang ada di Desa Banyusri ini peneliti

mengambil 3 sempel disetiap Dusunya yang diwawancarai, dan

mereka semua adalah Bapak/Ibu petani yang masih memiliki

anak usia sekolah kisaran 7-12 tahun yang sesuai dengan apa

yang peneliti inginkan.

2. Paparan Data Proses Pola Asuh Orang Tua Petani dalam

Mendidik Akhlaqul Karimah Anak Usia 7-12 Tahun di Desa

Banyusri.

Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik dari hasil

penelitian observasi, maupun dokumentasi, maka peneliti akan

menganalisis temuan yang ada dan menjelaskan hasil penelitian

71

tentang Pola Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul

Karimah anak Usia 7-12 Tahun.

Adapun data yang dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai

dengan fokus penelitian. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan mencoba

untuk membahasnya.

Peneliti melakukan wawancara dengan ibu, bapak orang tua yang

berprofesi sebagai Petani. Peneliti juga melalukan observasi terhadap

anak guna memperoleh informasi yang lebih akurat tentang pola asuh

yang dilakukan orang tua terhadap anaknya.

1. Pola Asuh Orang Tua Petani Dalam mendidik Akhlaqul Karimah

Anak.

Hasil wawancara dengan (JR) yang ditemui pada hari Minggu

28 Juli 2019 pukul 10.23 WIB di Rumah JR

“Pendidikan sing kulo terapke teng anak-anak ki nggeh

pokokmen nak kaleh tiang sopan, nggeh syukur-syukur ki boso

mb nak kaleh tiang sepah, tapi kulo nggeh mboten mekso kudu

boso kromo ngoten wong nggeh kulo niki mboten patiko saget

kromo. Nggeh sing penting niku nak niceluki wong tuo ki

jawabe dalem ora malah opo” . pendidikan yang saya terapkan

ke anak-anak saya ini, tidak yang gimana-gimana yang penting

anak ini sopan ke orang lain dan Orang Tua, kalo bisa ya

menggunakan bahasa jawa kromo, tapi saya juga tidak

mengharuskan soalnya saya sendiri juga tidak terlalu bisa, ya

yang penting ketika di panggil orang tua itu jawab dengan

halus (dhalem) bukan dengan bahasa yang kasar (opo) .

Sesi wawancara ini diambil pada pukul 15.26 pada hari senin

29 juli 2019 bertempat pada rumah Bapak. NH:

“Alhamdulillah mbak anake kulo nurut, nggeh sopan kaleh

tiang niku, diken iwang-iwang bapake nang kebon ki yo gelem,

kadang ki ono bocah di kongkon wong tua ki ra gelem mbak,

sing ngono kwi sing baraiatine wong tuo grentes”.

72

Alhamdulillah mbak anak saya ini nurut, sopan kalo sama

Orang Tua, di suruh bantu-bantu dikebun juga mau, kadang ada

anak yang tidak mau bantu orang Tua, itu yang buat hati orang

Tua sakit mbak.

Dari hasil wawancara diatas antara orang tua petani yang

satu dengan yang lainnya mengetani cara orang tua mengasuh

anak dalam hal pendidikan anak hampir serupa, seperti hasil

wawancara dari beberapa orang tua petani yang lain yaitu:

Selanjutnya hasil wawancara oleh (My) yang ditemui di

rumah Ibu. My pada hari Minggu tgl 28 Juli 2019 jam 11.15

“Nggeh biasa mawon mbak, nak mantok sekolah ngoten

niko kudu langsung mantuk terus ken maem, sholat dhuhur nak

saget nggeh tilem siang, tapi nggeh bocah sak niki ki nggeh

bar maem lek dolan ngoten mawon, tapi kulo nggeh rodok

keras mbak, wayahe sholat yo sholat disek ngaji, sinau iku yo

kudu, nak bar sholat bar ngaji, sinau meh dolan opo meh

nonton Tv gak popo mbak, anak nggeh tak ajari piye carane

anak iki isoh reti kahanane wong tuo, yo tak kon ngiwangi

nang sawah mboh ki mok ngirim ngiwangi, maton mbak”.Ya

biasa aja mbak, kalo pulang sekolah harus langsung pulang

makan siang, sholat shuhur, kalo bisa ya tidur siang. Ya tapi

anak sekarang ini susah maunya main. Tapi saya ini agak keras

mbak kalo waktunya makan ngaji sholat dan belajar itu harus,

setelah itu meh main atau nonton Tv tidak apa-apa, anak saya

ajari untuk membantu orang tua, seperti ikut kesawah ngirim

makanan, ikut ngambilin rumput yang menghalangi padi, gitu

mbak.

Ibu. Ap yang di temui dirumah Bp. Rohmat pada hari senin

28 juli 2019 pukul 11.40.

“sing ngajari sinau niku ibue mbak nak aku ki wonge

rodok keras, dadi anak-anak ki cedake ro bue,tapi nak aku ki

yo penteng anak kwi ra neko-neko, ora koyok sing nang Tv-Tv

kwi sing tawuran po gelot-gelot kuwi, anakku loro lanang-

lanang mbak dadi anak yo rodok keras, sing siji SMA sing Siji

SMP kelas 2 iki”. Yang ngajari itu ibuknya mbak, soalnya saya

ini orangnya keras dan anak-anak lebih dekat ke ibu dari pada

saya. Tapi kalo saya itu yang penting anak tidak macam-

73

macam seperti di TV itu yang tawuran dan berantem, soalnya

anak saya itu laki-laki semua yang satu SMA yang satunya

SMP kelas 2 ini.

Wawancara oleh ibu.ST dirumah bp. Daldiri Alm. Pada

hari sabtu 10 agustus 2019, pukul 13.00 Wib.

“lah, nak niku sing nyinauni mbak kaleh mase mbak, kulo

kan kerjo teng saben kadang goleh watu, dadi sing ngurusi

nyinauni, sing barai ngaji niku nggeh mbk kaleh mase niku,

nak kulo nggeh ngontrol mawon mbak”. Wah, kalo itu yang

bimbing kakak-kakake mbak, saya kan kerja kadang kesawah

kadang cari batu, jadi yang ngurusi perlengkapan adeknya ya

kakak-kakaknya mbak. Kalo saya itu ya mengontrol saja mbak.

Wawancara dengan Ibu.MY dirumah Bp.NR pada hari

Minggu 04 agustus 2019, 11.25

“kulo luweh ke mengontrol anak mbak, kulo nggeh mboten

nuntut harus pringkat tapi nak mboten sinau kulo nggeh nesu-

nesu, wah wektune ge kerjo yo ra isoh diitung mbak kadang

bar subuh ngono kae wis menyang sawah mbak”. Saya lebih

ke mengontrol anak mbak, saya juga tidak menuntut anak

harus mendapat peringkat disekolah, tapi saya suka marah-

marah kalo anak tidak mau belaja, wah kalo waktu buat kerja

tidak bisa dihitung mbak, kadang sehabis subuh itu saya sudah

pergi ke sawah.

Wawancara oleh ibu N dirumah Bp. Fz Pada hari senin 05

Agustus 2019 pukul 15.00 Wib.

“nggeh dibelajari ngoten mbak, dikontrol, dijami mbk nak

esok larene nggeh belajar teng sekolahan, nak sore larene niku

ngaji ngoten nggeh kaliahan belajaran sopan satun” iya

dibelajari mbak, dikontrol, di beri waktu kalo pagi dia belajar

di sekolahan kalo sore dia melajar ngaji dirumah atau dimasjid,

sama belajar sopan santun, untuk bagaaimana anak membantu

pekerjaan rumah seperti kalo minggu waktunya dia libur saya

beri tugas dia untuk bersih-bersih rumah, atau saya ajak anak

ke kebun buat panen.

Wawancara oleh Ibu SL, dirumah Bp.ST pada hari senin 5

agustus 2019 pada pukul 14.00.

74

“Nggeh belajar totokromo mb, anak niku mboten kulo pekso

kudu nduwe rengkeng nang sekolahan, nak dikekang anak malah

ra isoh gae keputusan dewe, bakal dadi manja. Alhamdulillah bare

soko SD bocahe njalok melbu pondok mbak”iya belajar sopan

santun, anak ini tidak saya kekang, harus berprestasi punya

pringkat, kalo dikekang takutnnya anak tidak bisa menganmbil

keputusan sendiri, jadi manja. Alhamdulillah setelah Sd anaknya

penegn masuk Pesantren. “Mboten di tuntut mbak tapi kulo

menekankan anak supoyo belajar, nak anak angsal nilai sae kulo

beri pujian atau beri hadiah ngoten, pendidikan agama kalihan

pendidikan sekolah niku sami penting mbak, mangkane nak sore

ngoten niko anak niku tak ken ngaos teng TPA nopo teng Masjid

ngoten”.Tidak ada tuntutan terhadap anak, hanya saja anak

dibimbing untuk selalu belajar mbak, semisal anak mendapat nilai

bagus saya beri pujian atau kadang beri hadiah gitu mbak,

pendidikan sekolah dan pendidikan agama itu sama pentingnya

mbak maka dari itu kalo sore anak itu saya suruh untuk ngaji ke

TPA kalo tidak ya ke masjid.

Dari hasil wawancara diatas yang didapatkan oleh narasumber

atau orang tua. Para orang tua tidak terlalu mengekang anak, orang

tua lebih mengutamakan pada pendidikan agamanya seperti

mengaharuskan anak untuk mengaji dan sholat lima waktu, orang

tua juga menekankan pada sikap sopan santunya terhadap orang

lain dan pada orang tuanya sendiri.

Wawancara oleh ibu.SS dikediaman Bp. ST pada hari Sabtu 10

Agustus 2019, Pukul 11.23 Wib.

“Nggeh di belajari mbak, mboten mbak kulo nggeh ngawasi

bocahe niku, nak iseh cilik ngenteniki kan nakale taseh batas wajar

saget dikandani omongan ngoten mbak, mboten mbak, nak angel

diken sinau nggeh kulo omongi dan mboten sinau niku akhire isoh

ora munggah kelas, nunggak mbk”. Iya di belajari, tidak mbak

saya itu ngawasi anaknya itu, kalo masih kecilkan nakalnya masih

dibatas wajar bisa dibilangin. Tidak mbak, kalo dia susah belajar

saya beri pengertian kalo tidak mau belajar nanti akhirnya tidak

pandai dan tidak bisa naik kelas.

75

Wawancara dengan Bp.AH pada hari Minggu 04 Agusrus

2019, pukul 10.23 Wib. Yang bertempat dirumah Bp. AH.

“kulo leweh seneng ngontrol anak mbak, soale anak nak

dikekang ki malah dodro, aku yo ora nuntuntut kudu rengking 1,

2, atowo 3 mbak, bocah saiki ki sing penteng gelem buka buku wis

apik.” Saya lebih seneng ngontrol anak mbak soalnya anak kalo

dikekang itu malah menjadi-jadi, saya juga tidak nuntut anak

harus mendapat peringkat disekolahan, anak jaman sekarang itu

udah buka buku itu orang tua udah seneng.

Wawancara oleh Ibu.Sk di kediaman Bp. AF pada hari senin

29 juli 2019, 14.00 Wib.

“Yo dibimbing, yo diomongi mbak tak ajarai alon-alon.nak

kulo lebih ke mengontrol anak mbak, ngei reti endi sing salah

endi seng bener” Ya dibimbing gimana mestinya diajarai pelan-

pelan mbak, kalo saya lebih ke mengontrol anak mbak, memberi

tahu mana yang salah dan mana yang benar.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa orang tua

tidak memberi tuntutan secara penuh terhadap anak. Orang tua

menyeimbangkan antara tuntutan dengan kebebasan, mereka

menyebut dengan istilah “tegas-bebas”. Memberikan untuk

kkebaikan anak, dan memberikan kebebsan untuk menghargai

kemauan serta keinginan anak. Tidak menuntut secara penuh

dikarenakan orang tua memahami kemampuan anak, dan tidak

memaksakan anak harus sesuai dengan keinginan orang tua.

2. Faktor yang menentukan Pola Asuh Orang tua Petani dalam

mendidik Akhlaqul Karimah Unak Usia 7-12 Tahun di Desa

Banyusri.

Ada beberapa faktor yang menentukan pola asuh orang tua

dalam mendidik anak, yaitu faktor yang menghambat dan fator

76

yang mendukung terlaksananya pola asuh orang tua terhadap

pendidikan anak.

Faktor yang menghambat proses pola asuh orang tua petani

adalah antara lain kondisi keluarga, faktor ekonomi, faktor

pendidikan, faktor lingkungan dan profesi orang tua. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara sebagai berikut.

Hasil wawancara dengan dengan Ibu. JR pada hari minggu 28

juli jam 10.23 Wib.

“kesulitan nggeh wonten, bocahe niku ngot-ngotan mbak, tapi

kulo niku radi galak nak kaleh anak sing mboten purun sinau. Kalo

kesulitan pasti ada, waktu anak tidak mau belajar, saya itu agak

galak mbak sama anak yang kalo disuruh belajar tidak mau.

Hasil wawancara dengan dengan Ibu. AP pada hari minggu 28

juli jam 11.40 Wib.

“Alhamdulillah mboten mbak”. Alhamdulillah tidak mbak

Hasil wawancara dengan dengan Bp. NH pada hari minggu 29

juli jam 15.26 Wib.

“Alhamdulillah mboten mbak,”. Alhamdulillah tidak mbak

Hasil wawancara dengan dengan Ibu.Sk pada hari Senin 29 juli

jam 14.00 Wib.

“Alhamdulillah mboten, semisal wonten kulo kei pengerten

rien”. Alhamdulillah tidak, semisal ada sya beriti pengertian dulu

gitu mbak.

Hasil wawancara dengan dengan Ibu.SS pada hari sabtu 10

Agustus jam 11.23 Wib.

“Mboten mbak, nak larene angel sinau kulo kei pengertian

rien, nak mboten purun belajar niku akhire mboten munggah

kelas”.

77

Hasil wawancara dengan dengan Ibu.ST pada hari sabtu 10

Agustus jam 13.09 Wib.

“nak kulo dibantu kakak-kakake mbak, soale kulo sak niki

dados tulang punggung keluarga ngoten”. Kalo saya dibantu sama

kakak-kakaknya buat ngajari adeknya mbak, soalnya sayakan

tulang punggung kelaurga mbak.

Hasil wawancara dengan dengan Bp.AH pada hari Minggu

04 Agustus jam 10.23 Wib.

“Nak enten kesulan niku nggeh wajar mbak, ya dibimbing

kalo ndak bisa nggeh dihukum, dihukum teng priki mboten leh

keras lebih ke hukuman seng ngedidik koyok ken moco astigfar

ping 50 po 100 ngoten nak kulo mbak”. Kalo ada kesulitan itu

wajar mbak , ya dibimbing kalo tidak bisa ya dihukum, disini saya

menghukum dengan cara disuruh baca istigfar 50 kali atao 100 kali

gitu mbak.

Hasil wawancara dengan dengan Ibu.My pada hari Minggu

04 Agustus 2019 jam 11.25 Wib.

“Kesulitan alhamdulillah tidak mbak”.

Hasil wawancara dengan dengan Ibu.Nr pada hari senin 05

Agustus 2019 jam 15.00 Wib.

“Alhamdulillah tidak mbak. nak kulo jadwal mbak disekolah

dia belajar formal, kalo sore dia ngaji nah situ kulo sisipi

totokromo”. alhamdulillah tidak mbak, kalo saya dijadwal mbak

kalo disekolah dia udah belajar formal sekarang dirumah giliran

saya ngajarin dia agama dan tatakrama.

Hasil wawancara dengan dengan Ibu.Nr pada hari senin 05

Agustus 2019 jam 15.00 Wib.

“Kesulitan niku pasti wonten mbak, tapi alhamdulillah saget

ngatasi kulo, kulo nyuwun tulung kaleh kakak-kakak lan bapake,

ken marai piye apike nak kaleh tiang sepoh ngoten”. Kesulitan

pasti ada mbak. tapi alhamdulillah bisa diatasi, saya minta bantuan

kakak-kakaknya dan bapaknya buat bimbing adeknya.

78

Hasil wawancara dengan dengan Ibu.Uk pada hari senin 08

Agustus 2019 jam 10.22 Wib.

“nak pendidikan formal kulo serahke pihak sekolahan tapi

nggeh niku teng grio sinau meleh, nak agamane nggeh kulo ajari

teng grio mbak, ngajine teng masjid ngoten”. Kalo pendidikan

formal saya percayakan pada pihak sekolah tapi dirumah masih

diulang belajar lagi gitu mbak, kalo agama sikap sopan santun saya

didik dirumah, kalo ngaji dimasjid.

Dari hasil wawancara diatas para orang tua tidak memiliki

kesulitan yang berlebih, faktor-faktor yang memperaruhi para

orang tua dalam mendidik anak adalah salah satunya faktor

Ekonomi diamana mata pencarian mereka hanya mengandalka

alam saja.

Sedangkan faktor pendukungnya antara lain berasal dari

perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya yaitu

berupa perhatian terhadap perkembangan pendidikan anak yang

tergolong dalam kompetensi orang tua, memperhatikan potensi

yang dimiliki anak, sikap anak dan perilaku yang ditunjukkan oleh

anak, hubungan ini terjadi ketika orang tua dan anak sedang

menjalin komunikasi.

Begitu juga adanya kegiatan keagaman dai lingkungan sekitar

yaitu berupa Madin (Madrasah Diniyah), TPA dan kegiatan

lainnya di masjid. Tentunya kegiatan keagamaan yang berkaintan

tentang meningkatkan Akhlakul Karimah terhadap anak dan juga

mengajarkan kepada anak tentang tatakrama, sopan dan satun

79

terhadap siapaun, terutama terhadap orang tua dan guru.

Selebihnya terhadap seluruh orang dilingkungan sekitar.

Ada beberapa orang tua yang juga dibantu oleh sanak

saudaranya dalam mendindik anaknya. Para orang tua ini juga

mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada Guru dan Para

Ustadz dan ustadzah yang mengajari anak mereka mengaji, bukan

hanya itu para Orang Tua ini juga mempercayakan pendidikan

kepada lingkungan sekitar yang dimana menurut para Orang Tua

Desa Banyusri ini dianggap sangat berperan dalam pendidikan

tatakrama sopan santun anak.

Pemberian Reward kepada anak juga diharapkan anak akan

tergugah semangatnya untuk terus belajar dan terus berprestasi

pada bidang pendidikan. Sehingga upaya pola asuh orang tua

petani dalam meningkatkkan pendidikan anak dapat berjalan sesuai

dengan keinginan orang tua.

Faktor lainya yaitu latar belakang pendidikan orang tua yang

dimana disitu hanya lulusan SD, SMP dan yang paling tinggi

adalah SMA saja, beberapa orang tua yang merasa kesulitan dalam

mendidik dan membimbing anak-anak mereka dibantu oleh

saudara dan kakaknya.

80

H. Analisis Data Penelitian

1. Pola Asuh Orang Tua Petani Dalam mendidik Akhlaqul Karimah

Anak.

Dari data wawancara, observasi dan dokumentasi yang peneliti

peroleh dari data lapangan yang ada. Pola asuh orang tua dalam

mendidik anak yaitu pola interaksi anatara orang tua dan anak dengan

cara mengontrol, membimbing dan mendampingi anaknya dalam hal

pendidikan anak. Berdasarkan hasil wawancara, pola asuh orang tua

petani dalam mendidik akhlaqul karimah anak yaitu tipe pola asuh

Authoritative atau demokratif. Pola asuh Authoritative sendiri yaitu

pola asuh orang tua yang berwenang menerapkan kontrol tegas atas

perilaku anak, tetapi juga menekankan kemandirian dan individualitas

anak (Muallifah, 2009: 47).

Bimbingan yang diberikan orang tua petani terhadap anak yaitu

dengan memberikan bimbingan anak baik dalam hal pendidikan di

rumah, pendidikan di sekolah dan pendidikan di masyarakat dan juga

pendidikan agam Akhlaqul karimah. Bimbingan orang tua dirumah

terhadap anak, selanjutnya bimbingan orang tua dalam pendidikan

masyarakat yaitu cara bertingkah laku yang baik, mengajarkan tentang

tatakrama, sopan santun.

Cara orang tua petani dalam memberikan asuhan terhadap anak-

anaknya yang berbeda-beda, meskipun orang tua menggunakan jenis

pola asuh yang sama yaitu Authoritative atau demokratis. Orang tua

81

petani ini tetap memberikan pengawasan, jadi orang tua petani ini tetap

memberikan kontrol dan memberikan bimbingan yang pantas atas

perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada pengekangan

dalam mendidik anak-anak mereka orang tua petani ini mengenal

dengan istilah “tegas-bebas”. Orang tua ini tetap memberikan

peraturan-peraturan yang dikira tidak memberatkan anak, dan orang

tua tetap memberikan kebesan dibawah pengawasan orang tua.

Dengan demikian, pola asuh orang tua petani dalam mendidik

akhlaqul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa Banyusri adalah

Authoritativeatau demokratis (berwenang). Orang tua memberikan

bimbingan terhadap pendidikan anak dengan memberikan kewenangan

yang tegas agar anak tetap belajar dan berkembang dalam

pendidikannya sehingga dapat menjalankan kewajibannya sebagai

anak dan peserta didik serta dengan memberikan kebebasan kepada

anak untuk menggali potensi yang memiliki dan mendapatkan haknya

sebagai anak.

2. Faktor yang Menentukan Pola Asuh Orang Tua Petani dalam

Mendidik Akhlaqul Karimah anak Usia 7-12 Tahun Usia

Faktor yang menentukan terlaksananya pola asuh orang tua petani

dalam mendidik akhlaqul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa

Banyusri, faktor yang menghambat terlaksanya pola asuh Orang tua

petani di Desa Banyusri ini yaitu:

a. Faktor pendidikan

82

Faktor pendidikan dapat menentukan pola asuh orang tua dalam

mendidik anak. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan

orang tua. Tinggkat pendidikan orang tua ini terdiri dari Sekolah

Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah

Menengah Atas (SMA). Namun kebanyakan dari orang tua petani

ini mereka rata-rata adalah lulusan SD dan SMP. Sehingga terjadi

hambatan dan kendala dalam rangka memberikan pola asuhnya

terhadap pendidikan anak. Orang tua ini mengalami kesulitan

dalam memberikan bimbingan kepada anaknya, terutama saat anak

membutuhkan bantuan ketika mendapat tugas dari sekolah, biaya

untuk menghadirkan guru les private tidak ada.

b. Faktor keluarga

Faktor keluarga merupakan penentu dalam bimbingan dan

pendidikan pola asuh kelurga. Berdasarkan temuan data yang ada

dilapangan, salah satu informan mengatakan bahwa beliau adalah

orang tua single parent, suami beliau meninggal beberapa tahun

yang lalu ketika anak-anaknya masih membutuhkan biaya yang

besar, beliaulah menjadi tulang punggung untuk keluarga, beliau

tidak memiliki niatan untuk pergi merantau karena anak-anaknya

tidak ada yang mengurus.

Faktor pendukung yang dapat menentukan pola asuh orang tua

petani dalam mendidik akhlaqul karimah anak antara lain :

a. Faktor Lingkungan

83

Faktor lingkungan ini dinilai sangat berperan dalam

pembentukan akhlak anak. Di Desa Banyusri ini lingkungannya

untuk anak-anak baik jauh dari kata tidak baik. Masjid sebagai

pusat pendidikan agama, dimana setiap magrib setelah selesai

sholat anak-anak antusias untuk mengaji, Guru atau ustadz yang

membimbing anak-anak untuk mengaji.

b. Faktor orang tua

Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang menjadi

faktor utama dalam menentukan pola asuh orang tua terhadap

anaknya.

Perhatian terhadap perkembangan pendidikan anak yang

tergolong dalam kompetensi orang tua, memperhatikan potensi

yang dimiliki anak, sikap anak dan perilaku yang ditunjukkan oleh

anak, hubungan ini terjadi ketika orang tua dan anak sedang

menjalin komunikasi.

Pemberian Reward kepada anak juga diharapkan anak akan

tergugah semangatnya untuk terus belajar dan terus berprestasi

pada bidang pendidikan. Sehingga upaya pola asuh orang tua

petani dalam meningkatkkan pendidikan anak dapat berjalan sesuai

dengan keinginan orang tua.

Upaya tersebut dilakukan orang tua petani dengan tujuan agar anak

dapat meningkat, khususnya pendidikan sekolah. Misalnya, dengan

memberikan reward kepada anak apabila anak berhasil membuat

84

orang tua bangga dan mendapatkan peringkat disekolah. Reward

tersebut berupa pujian, dorongan semangat agar anak dapat lebih

meningkatkan pendidikannya dengan lebih giat untuk belajar lagi,

selain itu juga dengan membelikan sesuatu barang yang diinginkan

anak dan disukai. Ini akan membuat anak jadi lebih bersemangat

dalam balajar.

Pola asuh orang tua petani dalam mendidik akhlaqul karimah anak

yang menitik fokuskan pada rasa tanggung jawab anak, ketika anak

diajarkan orang tua untuk tetap melakukan tugasnya sebagai peserta

didik dan juga tetap membantu orang tua disawah. Seperti halnya

orang tua petani mengajak anaknya kesawah untuk membantunya

panen, atau sekedar mengantar makanan di sawah.

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan data-data yang penulis sajikan dalam laporan skripsi

ini, maka penulis akan memberikan kesimpulan, yaitu:

1. Pola Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul Karimah anak

Usia 7-12 Tahun di Desa Banyusri .

Pola asuh orang tua petani dalam mendidik anak yaitu tipe pola

asuh yang Authoritative atau demokratis. Orang tua memberikan

bimbingan yang tegas terhadap pendidikan anak agar anak tetap belajar

dan berkembang dalam pendidikannya sehingga dapat menjalankan

kewajibannya sebagai seorang anak dan peserta didik serta dengan

memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat menggali potensi

yang memiliki dan mendapatkan haknya sebagai seorang anak.

Memberikan pendidikan yang layak untuk anak, mendampingi

anak ketika anak mendapatkan tugas dari sekolah berupa pekerjaan

rumah, memberikan pendidikan agama seperti mengajari anak

mengaji, mendampingi anak ke Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).

Pemberian Reward kepada anak juga diharapkan anak akan tergugah

semangatnya untuk terus belajar dan terus berprestasi pada bidang

pendidikan. Sehingga upaya pola asuh orang tua petani dalam

meningkatkkan pendidikan anak dapat berjalan sesuai dengan

keinginan orang tua.

86

2. Faktor yang Menentukan Pola Asuh Orang Tua Petani dalam mendidik

Akhlaqul Karimah anak Usia 7-12 Tahun di Desa Banyusri.

Faktor yang menentukan pola asuh orang tua petani dalam

mendidik anak usi 7-12 tahun di Desa Banyusri yaitu di pengaruhi oleh

beberapa faktor pendukung dan penghambat.

Faktor penghambat akan proses pola asuh orang tua petani antara

lain kondisi keluarga, kondisi pendidikan, faktor ekonomi dan faktor

lingkungan, dan profesi orang tua.

Sedangkan faktor pendukungnya antara lain berasal dari perhatian

dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya yaitu berupa perhatian

terhadap perkembangan pendidikan anak yang tergolong dalam

kompetensi orang tua, memperhatikan potensi yang dimiliki anak,

sikap anak dan perilaku yang ditunjukkan oleh anak, hubungan ini

terjadi ketika orang tua dan anak sedang menjalin komunikasi.

B. Saran

Adapun saran yang penulis sampaikan terkait dengan penulisan skripsi

ini adalah :

1. Bagi orang tua petani hendaknya dapat membagi waktu yang lebih tepat

dalam hal memberikan pola asuh terhadap pendidikan anak. Meskipun

memiliki profesi yang harus dikerjakan demi pemenuhan kebutuhan

sehari-hari, tetapi juga tetap memperhatikan kondisi anak dengan

memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak, serta lebih

meningkatkan bimbingan dan pengasuhan dalam hal akhlaqul karimah

87

pada anak. Sehingga bagaimanapun kesibukan dari orang tua,

hendaknya orang tua tetap memberikan asuhan dan pembinaan terhadap

anak. Hendaknya orang tua petani lebih tegas dalam memberikan

bimbingan dan pengawasan terhadap anak yang berkaitan dengan waktu

belajar dan waktu bermain anak. Dan juga seharusnya orang tua lebih

menekankan pada anak akan pendidikan agama yang terbih yaitu

akhlaqul karimah pada anak, di karenakan pembentukan akhlaqul

karimah anak ini harus di didik sejak dini mungkin.

2. Bagi Pembaca pada umumnya, hendaknya penulis skripsi ini dapat

menjadi inspirasi dalam membuat tulisan yang bertakaitan dengan

pembahasan peneliti.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya, Bagi pihak-pihak lain yang terkait untuk

meneliti topik ini secara lebih mendalam, maka penulis akan

menyarankan beberapa hal:

a. Peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan waktu penelitian.

Waktu penelitian diharapkan tidak dilakukan pada waktu auditor

sibuk, sehingga dapat meningkatkan jawaban atas informan ini

dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan bisa mencari indikator lain sebagai

alat tolak ukur dalam variabel yang akan diteliti nantinya.

88

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. Shinta. 2011. ilmu Usaha Tani. Malang: UB Press.

Agustivano. Danu. Eko. 2015. Memahami Meotode Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: CALPULIS.

Ahmad Tafsir. 2011. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet ke-11

Bandung: Rosdakarya.

Akh. Muwafik Saleh. 2011. Belajar dengan hati Nurani, Jakarta :

Erlangga.

Arif Rohman. 2013. Memahami Ilmu Pendidikan. Cet ke-3. Yogyakart: CV

Aswaja Pressindo.

Arikunto. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Braja. Abu Bakar.2005. Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspeknya.

Jakarta: Study Press.

Brooks, J. 2011. Alih Bahasa: Rahmat Fajar. The Process of Parenting

(proses-proses pengasuhan. Edisi kedelapan). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Chabib Thoha. 2006. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Djamarah, S. B. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam

Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

El Sutha. Saiful. Hadi 2009. Orang Cerdas Gak Gampang di Boongin!

Orang Arif Gak Ngeboongin Orang. Jakarta: Erlangga.

Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004. Cet IV. Bekasi: PT. Delta

Pamungkas.

Fatchurrahman. 20016. DemokratisasiPendidikan dalam Al-Qur’an.

Salatiga: Stain Salatiga Press

Erizal. Jamal, Penelitian Utama pada kelti Ekonomi dan Manajemen

Agribisnis Pusat penelitian analisis kebijakan, Pertanian.

Diterbitkan: sinar Tani, Edisi 4-11 No. 3144, 2006. Hlm 3.

Gulo. W .2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Grasido.

89

Habibah. Syarifah. Akhlak dan Etika Islam. Jurnal Personal Dasar Vol. 1

No.4 Oktober 2015.

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Horlock. Elizabeth B 2005. Perkembangan Anak. (Terjemahan). Jakarta:

Erlangga.

__________________1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

http://yout.be/8Dbs-DgQPK4, akses jam 09.22 Wib 20 Mei 2019.

Illahi, Muhammad T. 2013. Quantum Parenting (Kiat Sukses Mengasuh

Anak Scara Efektif dan Cerdas). Jogjakarta: Kata Hata.

Jalaludidin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Kartono, Kartini.2006. Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta : CV

Rajawali.

Kementrian Agama RI. 2009 Al-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta Timur:

CV. Darus Sunnah.

______________. 2007. cet ke-6. Psikologi Anak. Bandung: Mandar

Mundur.

Kholid. Ahmad. Syantut 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Speritual

Anak Bandung: Syaamil Cipta Media.

M. Nipan Abdul Halim, Halim. 2000. Menghias diri dengan Akhlak terpuji.

Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Miftahur Huda. 2009. Identitas pendidikan anak (Tafsir Tematik Qs.

Lukman). Malang. UIN Malang Press.

Moleong. Lexy. J. 2007. Metodologi penelitian kualitatif: “Edisi Revisi”

Bandung :PT Remaja Rosdakarya Office.

________________. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: “edisi Revisi”.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muallifah. 2009. Psyco Islamic Smart Parenting. Jogjakarta: Diva press.

Muhammad Ali Murshafi, 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan

Berbakti. Surakarta: Cinta.

90

Muhammad Nur Abdul Hafizh, 1999. Mendidik Anak Bersama Rasulullah.

Bandung: Al-Bayan.

Mustaqim. Abdul. 2005. Menjadi orang tua bijak: Solusi kreatif

Menanganip berbagai masalah pada anak. Bandung: PT.Mizan

Pustaka.

O.M Anwas. 2014. pemberdayaan masyarakat di Era Global. ALFABETA

bandung.

Oemar Hamalik, 2010 Pendidikan Guru, Berdasarkan Pendekatan

Kompetisi, Jakarta: Bumi aksara.

Ormrod. Jeane Ellis .2009. Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh

dan Berkembang Jilid 1 Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Papalia. 2009. Human Development/ pekembangan manusia. Jakarta:

salemba Humanika.

Poerwadarminta, D. 2007. Pola asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasetyaningrum, J, 2012. Pola asuh dan karakter dalam perspektif Islam,

Hlm. 47-48. Diambil dari https://publikasiilmiah.ums.ac.id.

Diakses 11 juli 2019 pukul 14.22.

Roqib. Moh. 2009. Ilmu Pedidikan Islam: Pengenbangan Pendidikan

Integratif di Sekolah, Keluarga,, Dan Masyarakat.Yogyakarta:

Lkis

Rusdi. 2011. Rahasia Mamaafkan bagi kesehatan Tubuh. Jogjakarta: Sabil.

Saiful Hadi, El Shuta. 2012. 50 Tiket Murah ke Surga Yang Harus Anda

Ketahui Sebelum Mati.Yogyakarta: Najah.

Semiawan. Conny. 2002. Pendidikan Keluargadalam Era Global. Jakarta:

PT Preharllindo.

Shochib, D. 2007. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Disiplin Diri.

Jakarta: Rineka Cipta.

Shochib. Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua (dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri). Jakarta: Rineka Cipta.

Soebachman. Adiba. A. 2014. 6 Spirit Mahadahsyat. Yogyakarta: Syura

Media Utama.

__________________. 2012. Rahasia 5 kekuatan Sapujagat. Yogyakarta:

Syura Media Utama.

Soewadji. Jusuf. 2012. Pengantar metodologi penelitia. Jakarta:Mitra

Wacana Media.

91

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV

Alfabet.

________. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV

Alfabet.

________. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV

Alfabet.

Syamil. 2011. Al-Qur’an terjemah Tafsif perkata. Bandung: PT. Sygma.

Tim Penyusun kamus pusat bahasa. 2005. Kamus Besar bahasa Indonesia.

Jakarta: balai Pustaka.

TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Toto, Tasmara. 2001. Kecerdasan Ruhaniyah (Transendental Inteligence).

Jakarta: Gema Insani.

Uno. Hamzah B. 2006. Perencanaan Belajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yaasir, Syalabi. 2003. 25 Penyebab Kesulitan Hidup. Jakarta: Gema Insan

Press.

Abdullah. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an.

Jakarta: Amzah.

Yunahara Ilyas, 2016. Kuliah Akhlaq. Cet ke-7. Yogyakarta: lembaga

pengkajian dan pegalaman islam (LPPI).

Zakiyah Darajat dkk, 2006. Ilmu Pendidikan Islam. jakarta:PT. Bumi

Aksara.

Zulkifli L. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Firdaus. 2017 Membentuk Pribadi Berakhlakul Karimah secara Psikologis.

Al-Dikra Vol.XI No.1 / Januari. Diakses 25 Juli 2019.

Syantut. K. A. 2007. Darul Bait fi Tarbiyyati At Tifli Al Muslimi Dar Al

Mathbu’at Al Hiaditsah. Melejitkan Potensi moral dan Spiritual.

Penerjemah Akmal Burhanudin. Bandung: Syamil Cipta Media.

92

PEDOMAN WAWANCARA

Pola Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul Karimah

Anak Usia 7-12 tahun di Desa Banyusri.

A. Instrumen wawancara

Tahap 1 pola asuh orang tua

1. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi bimbingan terhadap anak

dalam pendidikan?

2. Apakah dalam mendidik anak Bapak/Ibu berkuasa penuh terhanak

anak (otoriter). Atau Bapak/Ibu memberikan kebesan terhadap

anak tetapi tetap mengontrol (demokratis), atau memberi sedikit

batasan kepada anak dan lebih membebaskan keinginan anak

(permitif), atau membebaskan anak secara penuh (penelantaran)?

3. Apakah dalam mendidik anak Bapak/Ibuk memberikan tuntutan?

4. Menurut Bapak/Ibu seberapa pentingnya pendidikan bagi anak?

5. Apakah didalam keluarga Bapak/Ibu pernah mengalami suatu

masalah sehingga menganggu proses pendidikan anak?

6. Bagaimana cara bapak/ibu menggabungkan pola asuh keluarga

dengan ilmu agama (pendidikan akhlaqul karimah)?

7. Berapa banyak waktu yang Bapak/Ibu habiskan atau gunakan

untuk kesawah atau kebun?

8. Apakah terjadi kendala dalam hal membagi waktu antara mengurus

anak dan pekerjaan Bapak/ibu (bertani)?

93

9. Menurut Bapak/Ibu, mengapa ajaran Agama termasuk akhlak perlu

diberikan kepada anak?

94

Instrumen wawancara

Nama : Jarwati

Usia : 39 tahun

Kode informan : Jr

Hari , tanggal jam : Minggu 28 juli jam 10.23 Wib

Tempat : Rumah Bapak Santoso

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Yang ngajarin itu kakaknya mbak,

saya hanya mengawasi ketika dia

tidak mau belajar saya menegor

gitu

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Kalo saya itu tidak pernah

mengekang anak mbak, saya juga

tidak membiarkan anak, kalo saya

dan bapaknya itu lebih mengotrol

mbak, namanya anak ya harus

dibimbing

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tuntutan harus prestasi di sekolah

gitu? Ya tidak mbak tapi saya

selalu menekankan pada anak-anak

untuk selalu belajar. Kalo anak

mendapatkan nilai bagus di

ulangannya saya beri pujian atau

beri hadiah kecil. Biar semangat

gitu anaknya.

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Ya penting banget mbak, anak kan

celengan orang tua di surga nanti.

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Kesulitan itu pasti ada mbak, kalo

saya itu agak keras orangnya kalo

kalo tidak bisa di bilangin ya saya

hukum.

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Dua-duane kan sama pentingnya

mbak, jadi saya kalo disekolahan

udah diajarin pendidikan formal

dirumah saya suruh dia mengaji

(ikut TPA)

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu Wah susah mbak kalo suruh

95

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

ngitung berapa jamnya, ya saya

kalo pagi ngurus anak-anak dulu,

terus beberes rumah ya habis itu

kesawah, kalo musim kemarau gini

enggak kesawah mbak, enggak

nanem apa-apa soale susah air,

gampang mati tanemane.

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak mbak, jadi

anak-anak saya sudah tau, kalo

saya dirumah tidak ada makanan

karna saya enggak sempet masak

mereka goreng telor atau masak

mie mbak, saya sudah nyiapin itu.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran

agama itu penting (akhlaqul karimah

)? Dan sejak kapan seharusnya

pembinaan agama bagi anak?

Ya penting sekali mbak, anak itu

titipan dari Allah, anak-anak sholeh

sholehah itukan yang diinginkan

setiap orang tua, ya sedini

mungkin.

96

Instrumen wawancara

Nama : Maryatun

Usia : 36 tahun

Kode informan : My

Hari , tanggal jam :Minggu 28 juli jam 11.15 Wib

Tempat : Rumah Bp. Parimen

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Iya lah mbak, anak-anak sayakan

masih kecil

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Saya lebih mengotrol mbak,

takutnya kalo anak dikekang dia

enggak bisa aktif.

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tuntutan?

Tidak mbak,

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Ya penting mbak banget mbak.

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Alhamdulillah tidak mbak.

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Ya begitu mbak, dibelajri terus.

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Kalo saya setelah anak pergi

sekolah mbak, jam 08.00 pagi

kesawah terus jam 10.00an pulang.

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alahmdulillah tidak mbak.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran

agama itu penting (akhlaqul karimah

)? Dan sejak kapan seharusnya

pembinaan agama bagi anak?

Ya penting, sejak kecil mbak

97

98

Instrumen wawancara

Nama : Ayuni Prapti

Usia : 34 tahun

Kode informan : AP

Hari , tanggal jam : Minggu 28 Juli 2019, jam 11.40

Tempat : rumah Bp. Rohmat

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Ya saya belajari dirumah mbak.

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Kalo saya orange agak keras mbak,

tapi ya tidak berkuasa penuh

terhadap anak, ya ngawasilah.

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak, tapi ya kalo bisa dapet

peringkat disekolahan.

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting banget mbak.

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Alhamdulillah tidak mbak, saya

dan bapaknya alhamdullah bisa

bekerja sama

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

kalo saya yang ngajari pelajaran

sekolah, bapaknya yang ngajari

ngaji mbak.

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Kalo saya setelah anak berangkat

sekolah beberes rumah mbk, ya

paling 2 sampai 5 jam sehari mbak.

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara

ajaran agama itu penting (akhlaqul

karimah )? Dan sejak kapan

seharusnya pembinaan agama bagi

Penting sekali mbak, saya itu

pengen anak saya nanti yang

mendoakan saya.

99

anak?

100

Instrumen wawancara

Nama : Nurhadi

Usia : 42 tahun

Kode informan : NH

Hari , tanggal jam : Senin 29 Juli 2019, 15.26 Wib

Tempat : Rumah Bp.Nur Hadi

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Ya selayaknya orang tua mbak,

disekolahkan.

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Tidak mbakl saya itu lebih gimana

anaknya saya tidak pernah

mengekang, membatasi, tapi ya itu

harus tau aturan saja

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak, tapi alhamdulillah

anak saya sering mendapat juara

disekolahan.

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali mbak, saya itu tiap

sore nganterin anak ketempat ngaji.

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Alhamdulillah tidak mbak.

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Saya itu tidak mengharuskan anak

boso ke orang tua, tapi ya kalo di

panggil itu bilange dalem bukan

apa.

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Kalo saya pagi kesawah pulang

dhuhur istirahat sebentar ke sawah

lagi pulang asyar ya begitulah

mbak.

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak mbak.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara

ajaran agama itu penting (akhlaqul

Penting sekali mbak, anakkan

titipan dari Allah kalo kita tidak

101

karimah )? Dan sejak kapan

seharusnya pembinaan agama bagi

anak?

bisa didik yang baik kita juga yang

ditanyai nanti di akhirat.

102

Instrumen wawancara

Nama : Siti Khotimah

Usia : 39 tahun

Kode informan : SK

Hari , tanggal jam : Senin, 29 juli 2019, 14.00Wib

Tempat : Rumah Bp. Alfredo

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Bimbingan, ya saya bilangin saya

ajari pelan-pelan.

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Kalo saya itu lebih ke mengontrol

anak mbak, mengawasi dan

memberitahu kalo ada yang salah

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak, takutnya kalo anak

jadi tertekan.

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali.

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Alhambulillah tidak ada, semisal

ada saya beri pengertian dulu.

Memberinya pujian kalo dia

berbuat baik ato mendapat

peringkat dikelas

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Saya beri jadwal kalo pulang

sekolah dia boleh main tapi kalo

asyar harus ngaji dan malem

belajar buat pelajaran disekolah

besok

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Haduh berapa ya mbak ya kira-kira

3-5 jam sehari mbak

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Kendala selalu ada mbak, itu dari

pihak saya sendiri, ya saya hanya

tamatan SMA, dan tidak tau

bagaimana pendidikan anak jaman

sekarang ya kesusahan dalam hal

103

itu.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara

ajaran agama itu penting (akhlaqul

karimah )? Dan sejak kapan

seharusnya pembinaan agama bagi

anak?

Penting sekali, ya sejak kecil,

malah ada yang bilang dari usia

kandungan.

104

Instrumen wawancara

Nama : susanti

Usia : 32 tahun

Kode informan : SS

Hari , tanggal jam : sabtu, 10 Agustus 2019, Pukul 11.23 Wib

Tempat : Rumah Bp. Sutarnoto

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Ya dibelajari mbak,

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Tidak mbak sama lebih mengotrol

anak.

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak,

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali mbak,

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Tidak mbak, kalo dia susah belajar

saya beri pengertian kalo tidak mau

belajar nanti akhirnya tidak pandai

tidak bisa naik kelas

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Caranya ya didik mbak, kalo saya

lebih percaya anak itu diles kan,

tapi disini tidak ada yang buka

tempat les, ya tak suruh belajari

adek saya.

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Wah itu tidak bisa diitung mbak, ya

kalo ada pekerjaan ya kesawah,

kalo tidak ya ke kebun nanem cabe,

nanem sawi.

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak mbak saya

dibantuk adek saya.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran Penting mbak sejak kecil.

105

agama itu penting (akhlaqul karimah

)? Dan sejak kapan seharusnya

pembinaan agama bagi anak?

106

Instrumen wawancara

Nama : sutimah

Usia : 39 tahun

Kode informan : ST

Hari , tanggal jam : sabtu, 10 Agustus 2019, pukul 13.00 Wib

Tempat : Rumah Bp. Daldiri Alm.

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Wah itu, yang bimbing yang

belajari itu kakak-kakaknya mbak

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Tidak mbak saya lebih ke

mengotrol saja.

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali mbak,

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Alhamdulillah tidak mbak ya itu

karna saya dibantu kakak-kakaknya

buat ngajari adeknya.

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Ya karna saya tidak berpendidikan

tinggi, pendidikan formal saya

serahkan ke pihak sekolah, kalo

pelajaran agama saya bisa dikit ya

kadang saya yang ngajari kadang

kakak-kakaknya

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Ya gimana ya mbak, saya sebagai

penganti bapaknya, ya waktu saya

bekerja lebih banyak ketimbang

sama anak-anak dirumah

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara Penting sekali mbak, anak-anak

107

ajaran agama itu penting (akhlaqul

karimah )? Dan sejak kapan

seharusnya pembinaan agama bagi

anak?

kan nanti yang bakalnya gantiin

kita, yang mendoakan bapak dan

ibunya nanti.

108

Instrumen wawancara

Nama : Ahmadi

Usia : 33 tahun

Kode informan : AH

Hari , tanggal jam : Minggu 4 agustus 2019, Pukul 10.23 Wib

Tempat : Rumah bapak. Ahmadi

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Ya gitu mbak

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Saya lebih ke mengontrol mbak.

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak.

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali mbak itu yang lebih

penting

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Kesulitan ya itu wajar mbak, ya di

bimbing kalo ndak bisa ya dihukum

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Kalo itu ya disip-sisipkan mbak,

pelajaran disekolahkan ya

disisipkan agamanya mbak, tata

krama nya juga, jadi anak itu bisa

bedain mana yang benar dan mana

yang salah.

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Wah itu ya tidak ngitung mbak,

tapi setelah anak berangkat sekolah

saya ke sawah gitu.

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak mbak.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran

agama itu penting (akhlaqul karimah

Penting sekali mbk, akhlak kan

perilaku, perilaku anak ya dicontoh

109

)? Dan sejak kapan seharusnya

pembinaan agama bagi anak?

dari orang tuanya

110

Instrumen wawancara

Nama : Mulyati

Usia : 32 tahun

Kode informan : MY

Hari , tanggal jam : Minggu 04 Agustus 2019, 11.25

Tempat : Bp. Nurroni

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Ya dibimbing mbak diajari,

dibelajari

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Saya lebih ke mengontrol mbak

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak, saya tidak menuntut

anak berprestasi tapi kalo tidak

belajar ya saya marah.

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali, tiap sore saya suruh

ngaji.

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Kesulitan tidak alhamdulillah

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama

(pendidikan akhlaqul karimah)

Iya itu tadi belajar dan ngaji

7. Berapa banyak waktu yang bapak/

ibu habiskan atau gunakan untuk

kesawah / bekerja di ladang?

Kalo itu setelah ngurusi rumah dan

anak saya langsung kesawah mbak,

kadang ya setelah subuh itu langsung

ke sawah mbak.

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus

anak dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak mbak.

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran

agama itu penting (akhlaqul karimah

Penting sekali mbak.

111

)? Dan sejak kapan seharusnya

pembinaan agama bagi anak?

112

Instrumen wawancara

Nama : Narmi

Usia : 39 tahun

Kode informan : Nr

Hari , tanggal jam : Senin, 5 Agustus 2019, pukul 15.00 Wib

Tempat : Rumah Bp. Fauzani

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Ya gitu di belajari mbak.

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Saya memberi batasan pada anak

mbak, ya ngontrol lah.

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali mbak, ya hampir

sama dengan pendidikan formal

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Alhamdulillah tidak mbak

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Di jami mbak kalo disekolah dia

belajar formal kalo sore dia ngaji,

terus tak belajari tatakrama

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Ya setelah beberes rumah mbak,

pulang dhuhur

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alahmdulillah tidak

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara

ajaran agama itu penting (akhlaqul

karimah )? Dan sejak kapan

seharusnya pembinaan agama bagi

Penting sekali ya

113

anak?

114

Nama : Sularti

Usia : 29 tahun

Kode informan : SL

Hari , tanggal jam : senin 5 Agustus 2019, Pukul 14.00

Tempat :rumah Bp. Sutarno

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Ya diajari tatakrama, ya seperti itu

mbak

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Saya lebih ke mengontrol anak

mbak, takutnya kalo dikekang anak

jadi takut melangkah sendiri, tapi

saya memberi pengarahan

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Alhamdulillah tidak mbak, iya itu

kalo di tuntut anak jadi tidak bisa

melangkah sendiri, tidak bisa

mengambil keputusan sendiri

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali mbak, ini setelah

lulus SD, dia minta masuk

pesantren alhamdulillah

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Kesulitan pasti ada mbak tapi ya

bisa mengatasi, saya bekerja sama

dengan bapak dan kakaknya, ken

bimbing ngoten

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Ya itu bapak kakak-kakaknya suka

bantu saya.

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Saya setelah beberes rumah mbak

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak mbak

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara

ajaran agama itu penting (akhlaqul

Penting sekali mbak

115

karimah )? Dan sejak kapan

seharusnya pembinaan agama bagi

anak?

116

Nama : Umy kulsum

Usia : 35 tahun

Kode informan : Uk

Hari , tanggal jam : Kamis 8 agustus 2019, Pukul 10.22 Wib

Tempat : Rumah Bp. Widodo

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi

bimbingan terhadap anak?

Iya dibelajari mbak

2. Apakah dalam mendidik anak

Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap

anak (otoriter), atau bapak/ ibu

memberi sedikit batasan kepada anak

dan lebih mengontrol (demokrasi),

atau memberikan sedikit batasan

kepada anak dan lebih membebaskan

keinginan anak (permitif), atau

membebaskan anak secara penuh

(penelantaran)

Kalo saya di kontrol mbak

3. Apakah dalam mendidik anak bapak/

ibu memberi tunututan?

Tidak mbak

4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting

pendidikan agama untuk anak

Penting sekali sangat penting

5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu

pernah mengalami kesulitan, dan

bagaimana cara mengatasinya

Iya pernah mbak, ya saya nasehati

mbak

6. Bagaimana cara bapak/ ibu

menggabungkan pola asuh keluarga

dengan pendidikan agama (pendidikan

akhlaqul karimah)

Kalo pendidikan formal didapet di

sekolah, kalo pendidikan akhalaqul

karimah saya didik dirumah sama

ngaji di masjid mbak

7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu

habiskan atau gunakan untuk kesawah

/ bekerja di ladang?

Wah gx ngitung mbak seteleh

beberes rumah mbak

8. Apakah terjadi kendala dalam hal

membagi waktu antara mengurus anak

dan pekerjaan?

Alhamdulillah tidak mbak

9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran

agama itu penting (akhlaqul karimah

)? Dan sejak kapan seharusnya

pembinaan agama bagi anak?

Penting sekali mbak, sejak kecil

117

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dengan ini penulis mencantumkan daftar riwayat hidup sebagai berikut:

Nama : Suci Pitaloka

Tempat Tanggal Lahir : Kab. Boyolali, 19 Januari 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

a. Ayah : Ibu. Sundari

b. Ibu : Bp. Hudi

Alamat : Ds. Ngawen Rt.02/02 Banyusri Kec. Wonosegoro,

Kab. Boyolali

Riwayat Pendidikan

1. TK PERTIWI 1 : Lulus Tahun 2003

2. SD NEGERI 2 Banyusri : Lulus Tahun 2009

3. MTs Al-Islam Banyusri : Lulus Tahun 2012

4. MAN SURUH : Lulus Tahun 2015

5. IAIN SALATIGA : Lulus Tahun 2019

Boyolali, 24 Agustus

2019

Penulis,

Suci Pitaloka

23010150079

118

119

120

TRANSKRIP DOKUMENTASI

Gambar 1. Kelurahan Desa Banyusri

Gambar 2. Wawancara dengan para Orang tua

121

122

123

Gambar 3. Dokumentasi dengan anak-anak desa Banyusri

124

125