Membangun Masyarakat Profesional Berbasis Akhlakul Karimah

19
Membangun Masyarakat Profesional berbasis Akhlakul Karimah Gita Ramadhani P (16) Hendra Wijaya (17) Ito Sukmojati (18) M. Reza (19)

Transcript of Membangun Masyarakat Profesional Berbasis Akhlakul Karimah

Membangun Masyarakat Profesional berbasis Akhlakul KarimahGita Ramadhani P (16) Hendra Wijaya (17) Ito Sukmojati (18) M. Reza (19)

Banyak analisis mengatakan bahwa lemahnya perekonomian di dunia Islam di sebabkan oleh lemahnya masyarakat profesional yang berbasis akhlakul kharimah. Sedangkan lemahnya masyarakat profesional yang berbasis akhlakul kharimah disebabkan parsialisasi pemahaman agama. Beragama hanya mementingkan ritualistik berorientasi akherat dan meninggalkan aspek duniawi. Sisi lain ada yang mengejar duniawi dan meninggalkan ukhrawi.

Hakekat kerja adalah aktifitas seseorang untuk memperoleh karunia Allah yang telah di sebarkan di muka bumi ini yaitu adalah rizki. Untuk mendapatkan rizki dari Allah, jalan yang digunakan bukan di luar ketentuan-Nya tetapi jalan yang lurus

Kerja yang dikehendaki Kerja yang baik adalah kerja yang dapat membersihkan hati dan pikiran. Dapat meluruskan budi pekerti. Dapat memperluas lapangan kebajikan. Dapat dijadikan tempat mempererat hubungan persaudaraan. Dapat menjaga kehidupan sosial. Dapat dijadikan pelindung diri dari agama keurunan, jiwa (harga diri), akal dan harta. Pekerjaan yang tidak merusak isi bumi. Pekerjaan yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Hasil pekerjaan tidak berupa sesuatu yang haram. Pekerjaan yang sesuai dengan Al-Quran, sunnah Rasullah dan Sunatullah. Harus didasari niat yang baik.

Allah berfirman :

Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka kerjakanlah ke segala penjurunya dan makanlah rizki-Nya. Hanya kepadaNyalah kamu dibangkitkan.(QS. 67:15)

Hai sekalian umat manusia , makanlah yang lagi baik apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah syetan, karena sesungguhnya syetan adalah musuh nyata bagimu.(QS. 2:168)

Ciri-ciri profesionalisme kerja sebagaimana yang dikemukan oleh M. Imamuddin Abdurahim (1993:52): Punya ketrampilan tinggi dalam suatu bidang tertentu, serta kemahiran dalam mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang bersangkutan dengan bidang yang sesuai dengan keahliannya. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan menganalisis suatu masalah dan peka dalam mambaca situasi, cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik dari kepekaan tersebut. Punya sikap berorientasi untuk hari ke depan, sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang dihadapannya. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan dan kemampuan pribadi, serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri sendiri dan perkembangan pribadinya (QS. 39:17-18; 3:190-191 ; 2:269).

Ciri-ciri seorang muslim yang memiliki profesionalisme berbasis akhlakul kharimah adalah sebagai berikut : Mengembangkan prinsip manajemen profesional. Memiliki jiwa kepemimpinan. Mempertimbangkan keputusan yang di ambil. Menghargai waktu. Selalu berusaha ke arah yang lebih baik. Bersikap hemat. Memiliki semangat berlomba dalam kebaikan. Memiliki motifasi untuk mandiri. Berwawasan kerahmatan lilalamin. Haus untuk memiliki sifat ilmu pengetahuan. Tidak cepat puas, tidak mudah putus asa, penuh kesabaran, ulet, pantang menyerah.

Motivasi kerja dan aplikasinya Seseorang bisa menjadi profesionalis dalam bekerja jika kerja iti punya semangat, punya daya dorong yang tinggi, bukan hanya sekedar ada stimulus (rangsangan) luar, lalu semangat bekerja.

Manusia tidaklah memperoleh sesuatu kecuali apa yang telah dikerjakan. (QS. 53:39)

Semangat dorong itulahyang disebut motivasi. Motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang mengarahkan tingkah laku seseorang. Jenis motivasi dapat di klasifikasikan menjadi dua, pertama motivasi intrinsik yaitu dorongan yang berasalkan dari dalam diri seseorang. Cirinya adalah: 1) Mengendap dibawah alam sadar seseorang sehingga seringkali tidak di sadari oleh seseorang 2) bertahan lama 3) punya daya yang kuat Sedangkan jenis yang kedua adalah motivasi ekstrinsik yaitu dorongan yang datang dari luar diri seseorang. Adapun cirinya adalah: 1) Sangat tergantung dengan stimulus dari luar 2) bersifat temporer (sesaat).

Landasan bekerja bagi seorang mulsim adalah tauhid. Dengan tauhid seorang muslim bekerja tidak lagi membedakan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenangan, dan kesenangan ada melalui kerja. Dengan tauhid kita akan mengetahui eksistensi dan esensi diri kita, serta anggapan bahwa proses kehidupan manusia merupakan pembagian peran antara Tuhan dan manusia.

Akhlakul Karimah "Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya." (HR. Ahmad & Al Hakim).

Ciri Orang Berakhlak Mulia Budi pekerti (akhlaknya) terhadap Allah SWT. Orang yang berakhlak mulia, akan selalu taat kepada Allah, yang diaplikasikannya dengan ketaatan beribadah. Budi pekerti yang dipraktikkan dalam dirinya serta keluarganya. Budi pekertinya terhadap lingkungan, baik alam, fauna dan sebagainya. Budi pekerti terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Orang yang berakhlak mulia, hidupnya berguna bagi masyarakat disekitarnya.

Membangun Akhlakul Karimah Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. (Al-Araaf: 199) Ayat ini menurut Az-Zamaksyari dan Ibnu Asyur termasuk kategori Ajmau Ayatin fi Makarimil Akhlak, ayat yang paling komprehensif dan lengkap tentang bangunan akhlak yang mulia, karena bangunan sebuah akhlak yang terpuji tidak lepas dari tiga hal yang disebutkan oleh ayat diatas, yaitu memaafkan atas tindakan dan prilaku yang tidak terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta berpaling dari tindakan yang tidak patut.

Sedangkan dalam surat Ali Imran: 159, Allah menggambarkan rahasia sukses dakwah Rasulullah saw yang dianugerahi nikmat yang teragung dari Allah swt yaitu nikmat senantiasa bersikap lemah lembut, lapang dada dan memaafkan terhadap perilaku kasar orang lain , Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran:159)

Profesional berbasis Akhlakul Karimah Dalam menanamkan profesionalisme yang paling efektif adalah pendidikan formal. Profesionalisme harus sudah dikenalkan pada lembaga pendidikan formal paling dasar (SD-SMP) dan mulai diterapkan pada lembaga pendidikan formal tingkat menengah. Pada pendidikan formal tingkat tinggi yang out put dan out come-nya dipersiapkan sebagai tenaga yang handal dalam mengelola setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, profesionalisme harus sudah mendarah daging.

Profesionalisme tanpa didasari akhlakul karimah akan pincang, seperti Bagaimana seorang artis karena terlalu terfokus pada profesionalisme mengabaikan nilai-nilai akhlakul karimah beriringan dengan hilangnya kreatifitas. Profesionalisme dengan ditunjang akhlakul karimah menurut mereka adalah pengkebirian kreatifitas, padahal sesungguhnya kreatifitas akan selalu hidup walaupun dibatasi norma. Seorang profesional yang dilandasi akhlakul karimah akan menghasilkan produk yang bernilai sangat tinggi, hal tersebut karena produk yang dihasilkan merupakan produk profesional dan produk yang sesuai norma (akhlakul karimah).

KESIMPULAN Dalam proses pembangunan bangsa diperlukan masyarakat profesional yang berbasis akhlakul karimah. Dengan niat dan budi pekerti yang baik seorang muslim dalam bekerja memiliki tujuan, karena memiliki tujuan maka kerja penuh semangat, penuh perhitungan, dan perencanaan dengan berpijak pada tauhid. Sedangkan motivasi kerja seorang muslim adalah ikhlas. Kerja bagi seorang muslim adalah untuk mendapatkan rizki Allah, cara yang digunakan untuk mendapatkan rizki tersebut harus sesuai dengan perintah Allah dan Rosul-Nya. Sehingga tidak terjadi kerusakan di dunia. Hakikat, harta, dan kekayaan dalam ajaran Islam adalah amanah dari Allah. Nilai sosial harta tersebut dapat diwujudkan dengan cara bekerja dengan profesional dan berakhlakul karimah.

Sekian & Terima Kasih