Pola Asuh Anak Di Nagari Pan Yak Alan Kecamatan Kubung Kabupaten Solo1

download Pola Asuh Anak Di Nagari Pan Yak Alan Kecamatan Kubung Kabupaten Solo1

of 12

Transcript of Pola Asuh Anak Di Nagari Pan Yak Alan Kecamatan Kubung Kabupaten Solo1

POLA PENGASUHAN ANAK DI NAGARI PANYAKALAN KECAMATAN KUBUNG, KABUPATEN SOLOK

A. Latar Belakang Pada setiap individu memiliki sikap dan kepribadian yang berbeda, banyak factor factor yang mempengaruhinya dalam kehidupan setiap individu tersebut salah satunya factor yang penting adalah pola asuh yang diterima oleh individu tersebut dari semenjak kecil. Proses pengasuhan anak oleh keluarganya terutama orang tuanya mulai dari kecil sampai mereka memulai membentuk keluarga akan banyak mempengaruhi perilaku anak tersebut, karena dari pola pengasuhan anak tersebut akan membentuk prikaku anak. Di setiap tempat di masyarakat, baik itu di setiap populasi dan setiap komunitas, mengenai pola asuh anak pasti akan berbeda-beda, perbedaan itu dipengaruhi oleh lingkungan dan kebudayaan masyarakatnya, proses pembelajaran budaya terutama mengenai pola asuh anak diwariskan dari kebudayaan, selain itu factor lingkungan dan factor eksternal, seperti media juga akhirnya mempengaruhi pola asuh anak di masyarakat tersebut. Factor lingkungan akan membaur dengan factor kebudayaan di dalam masyarakat tersebut, banyak pola-pola batu terbentuk oleh proses tersebut, terlebih lagi modernisasi yang sangat global juga masuk kedalam masyarakat, Berkaitan dengan itu pada masyarakat Minangkabau yang masyarakatnya sangat terbuka dengan perubahan, factor-faktor dari luar yang diterima akan mudah masuk namun akan diseleksi oleh kebudayaan masyarakt minangkabau jadi pola-pola yang lama dari masyarakat minangkabau akan termodifikasi karena pengaruh pembauran kebudayaan. Termasuk pola pengasuhan anak di minang kabau. Semua factor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak pada masyarakat tersebut semuanya pada akhirnya akan berdampak kepada psikologis anak pada keluarga di masyarakat, akan membentuk psikologis, terutama sikap, prilaku, dan kepribadian dari anak. Selanjutnya mengenai Pola pengasuhan anak di daerah saya akan mendiskripsikan pola asuh anak di daerah saya, yaitu pada Nagari Panyakalan, Kecamatan kubung, Kabupaten Solok, namun sebelum itu saya akan memberikan sedikit gambaran tentang kondisi social masyarakat di daerah tersebut.

B. Kondisi Sosial Masyarakat Nagari Panyakalan Nagari Panyakalan yang terletak di Kecamatan Kubung , Kabupaten Solok. Propinsi Sumatera Barat, mempunyai luas wilayah 15,63 KM, Luas lahan pemukiman 363 Ha dengan batas-batas wilayah yaitu: a) Utara b) Selatan c) Barat d) Timur : Nagari Gaung : Nagari Bukit Tandang : Nagari Koto Baru : Nagari Tarung-Tarung (Sumber : RPJM Nagari Panyakalan 2011) Dengan gambaran kondisi sosial budaya masyarakat nagari Panyakalan sebagai berikut : Tabel Kondisi Sosial Budaya Nagari No. 1 Uraian Kependudukan A. Jumlah Penduduk (Jiwa) B. Jumlah KK C. Jumlah laki-laki a. 0 15 tahun b. 16 55 tahun c. Diatas 55 tahun D. Jumlah perempuan a. 0 15 tahun b. 16 55 tahun c. Diatas 55 tahun 2 Kesejahteraan Sosial A. Jumlah KK Prasejahtera B. Jumlah KK Sejahtera C. Jumlah KK Kaya D. Jumlah KK Sedang E. Jumlah KK Miskin 213 4.927 1.198 2385 125 1667 500 2542 159 1692 533 Jumlah

3 Tingkat Pendidikan A. Tidak tamat SD B. SD C. SLTP D. SLTA E. Diploma/Sarjana 4 Mata Pencaharian A. Buruh Tani B. Petani C. Peternak D. Pedagang E. Tukang Kayu F. Tukang Batu G. Penjahit H. PNS I. Pensiunan J. TNI/Polri K. Perangkat Nagari L. Pengrajin M.Industri kecil N. Buruh Industri O. Lain-lain 5 Agama A. Islam B. Kristen C. Protestan D. Katolik E. Hindu F. Budha 4860 58 9 379 937 160 416 25 10 79 2921 93 113 42 26

(Sumber : RPJM Nagari Panyakalan)

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan kondisi sosial budaya masyarakat Nagari Panyakalan adalah sebagai berikut : 1. Kependudukan. Jumlah usia produktif lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan lansia. Perbandingan usia anak-anak, produktif, dan lansia adalah sebagai berikut:5,7 % : 67% : 27,3%. Dari 4927 jumlah penduduk yang berada pada kategori usia produktif laki-laki dan perempuan jumlahnya hampir sama / seimbang. 2. Kesejahteraan Pada umum nya msyarakat Nagari Panyakalan sekitar 65% terdiri masyarakat kurang mampu. 3. Tingkat Pendidikan Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9 tahun baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP mendominasi peringkat Pertama. 4. Mata Pencaharian Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani, buruh tani. hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan lain selain menjadi buruh tani. 5. Agama Mayoritas penduduk di Nagari Panyakakalan adalah islam yaitu 98,6%.

C. Pola Pengasuhan Anak di Nagari Panyakalan

Menurut psikolog Bandung, Ritta Ratnawati Suwarsa, S.Psi, pola asuh anak itu berhubungan erat dengan perjalanan hidup anak. Proses tumbuh kembang seorang anak dari hari ke hari sangat menakjubkan. Dari mulai sejak lahir, bayi dan anak-anak yang kemudian menjadi remaja serta dewasa, banyak hal yang luar biasa. Dalam proses perkembangannya tersebut, tentunya tidak terlepas dari peran orangtua sebagai pihak yang paling berarti dalam kehidupan seorang anak. Bagaimana kepribadian anak kelak; apakah kepribadian yang menyenangkan atau tidak menyenangkan;semuanya itu tergantung dari bagaimana cara orangtua mendidik anaknya. Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri. Proses penggabungan ini dimulai sejak bayi. Perlakuan orangtua dan orang-orang lain disekitarnya sejak dini akan mewarnai perkembangan kepribadiannya. Jadi, segala rangsangan dari lingkungan merupakan bahan bagi anak untuk diolah menjadi sebuah kepribadiannya kelak. Karenanya, peran orangtua dalam mendidik anaknya secara efektif bisa dilihat dari pola asuh yang akan dilakukan orangtua terhadap anaknya.

Menyangkut pola pengasuhan anak tentu juga tidak terlepas dari kondisi sosial budaya dan lingkungan masyrakat sebagaimana telah disebutkan diatas. Di masyarakat nagari panyakalan yang Mayoritas bermata pencaharian sebagai Petani maka dapat dianggap daerah nagari penyakalan adalah daerh pedesaan namun karena jaraknya dari pusat kota solok hanya 8 km maka didaerah ini banyak juga yang bekerja sebagai PNS, hal itu terlihat pada banyaknya Perumnas yang ada di Nagari Panyakalan yang mayoritas penghuninya bekerja sebagai PNS dan mereka kebanyakan berasal dari masyarakat pendatang, jadi masyarakat nagari panyakalan dapat disebut sebagai masyarakat Petani desa yang dianggap oleh Robert Redfield yaitu bentuk masyarakat folk dahulu yang telah mendapat kontak (sentuhan) dengan masyarakat modern, sehingga mereka telah pula terpengaruh kebudayaan Modern.

Menurut Redfield mengatakan masyarakat petani desa bersifat setengah masuyarakat (a half society) dan kebudayaan bersifat setengah kebudayaan (a half culture). Masyarakat petani desa hidup karena mempertahankan sifat kegotongroyongan tradisional, yang berdasarkan solidaritas sosial masyarakat folk. Hubungan kekerabatan masih memgang peranan penting. Tujuan hidupnya sudah terang serta dirasakan dengan kuat.

Pola pengasuhan anak pada anak anak di nagari panyakalan umumnya bersifat Pola asuh otoritatif yaitu pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan batasan dan pengawasan dari orangtua. Pada anak anak balita kebanyakan diurus oleh keluarga ibu dan di asuh oleh ibunya atau keluarga dari ibu seperti neneknya, hal itu karena masyarakat Panyakalan yang mayoritas dan dominan masyarakat minangkabau yang menganut system kekerabatan Matrilinial. Pada masa ini anak anak kebanyakan hanya berada dalam sekitaran rumah saja diasuh oleh ibu atau neneknya atau yang berada dalam rumah. Lebih kurang kalau ada tetangga yang mempunyai anak sebaya biasanya anak-anak nya akan bermain dengan anak tetangga tersebut dengan pengawasan orang tua. Tidak terlalu banyak pengajaran yang diberikan kepada anak-anak pada masa ini oleh orang tua nya, apabila orang tuanya ibu atau bapaknya atau keduanya pergi keladang atau kesawah maka pengasuhan anak akan dilakukan oleh keluarga ibunya yang tinggal dirumah atau neneknya namun apabila tidak ada biasanya anak ditipkan ke kerabatnya atau ketetangga sebelah rumah yang juga mempunyai anak sebaya dengannya. Anak-anaknya diajarkan berbicara sopan dan santun, dan memperkenalkan kepada dia anggota keluaraganya dengan langsung menyebut orang atau individu anggota keluarganya dengan panggilan buat dirinya contoh itu mak etek/itu pak etek tanpa menyebutkan nama individu tersebut, hal itu dilakukan agar anak-anak terbiasa memanggil anggota kerabatnya dengan panggilan bagi posisinya. Namun anak-anak ini juga sudah mulai diperkenalkan oleh orang tuanya, kepada masyarakat agar masyarakat mengetahuinya. Hal itu terjadi saat anakanak ini juga sering dibawa oleh orang tuanya saat kedua orang tuanya pergi ketempat kerabat atau pergi keluar nagari panyakalan atau paling tidak pergi membeli sesuatu ke warung atau ketoko atau kepasar terutama ke pasara raya kota solok, namun kebanyakan hal ini dilakukan oleh bapaknya terkadang ibunya kalau seandainya bapaknya sedang tidak dirumah atau melakukan pekerjaan lain. Pembelajaran kepada anak-anak balita kebanyakan diberikan pengetahuan tentang individu-individu dari kerabat familinya dan tentangganya, mulai dari kerabat ibu sampai pada kerabat ayahnya. Serta diajarkan sopan santun dalam konteks budaya Minangkabau. Kepribadian anak tampaknya belum dibentuk oleh keluarga dan lingkungannya.

Pada saat anak-anak beranjak ke masa remaja, disinilah kebanyakan anak-anak diberikan pengajaran dan pengetahuan, mulai dari keluarga , system nilai-nilai, norma-norma dan kebudayaan. Pada umuran sekitar 7-15 tahun atau anak-anak yang sedang menjalani pendidikan SD dan SMP kebanyakan pengawasan dari orang tua mulai agak renggang, namun anak-anak pada masa ini mulai banyak melakukan kegiatan-kegiatan diluar rumah, ditambah lagi dengan anak-anak diharuskan oleh orang tuanya belajar agama mulai dari memasukan anak-anak ke MDA (Madrasah Diniah Awaliyah) atau dengan menyuruh anakanak belajar alquran dengan mendatangi rumah ustadz, atau disebutnya pergi belajar mengaji. Hal itu dilakukan pada sore harinya setalah mereka pulang dari sekolah. Sebenarnya kesadaran dari anak-anak untuk bersekolah dan belajar agama sudah mulai tampak saat mereka belum besekolah, keingginan anak-anak timbul langsung meminta kepada orang tuanya untuk memasukan mereka kesekolah. Hal itu terjadi bisa dipengaruhi oleh lingkungan masyrakatnya yang telah sadar arti penting pendidikan, masyarakatnya juga menanamkan kepada anak-anaknya pentingnya pendidikan, salah satunya dengan memberikan anak-anak contoh individu yang telah bersekolah. Anak-anak di nagari panyakalan diberikan keleluasaan untuk melakukan kegiatannya sehari hari, bermain, dll, namun dikontol oleh orang tuanya, dengan memberikan pengetahuan tentang apa yang tidak boleh dilakukan dan dilarang untuk dilakukan olehnya. Anak-anak tidak dibebankan untuk melakukan yang hal berat atau setidaknya membantu pekerjaan orang tua keladang atau bertani. Tidak banyak atau bisa dikatakan tidak ada pemberian pengetahuan tantang bertani atau berladang, hal ini sepertinya dilakukan karena ada pemikiran oleh orang tuanya agar anak-anakya kelak tidak boleh seperti mereka sebagai petani. Tetapi tidak semua anak-anak tidak melakukan pekerjaan dirumah, ada sebagian anak-anak dari keluarga petani yang biasanya mempunyai hewan ternak, seperti sapi atau kerbau, anak-anak tersebut akan disuruh untuk mengembala atau memotong rumput untuk ternak, hal ini tidak setiap hari dilakukan setidaknya dalam seminggu kegiatan ini dilakukan 4 kali. Anak-anak yang tidak melakukan pekerjaan biasanya bermain keluar dari sekitar rumah untuk yang laki-laki, namun untuk yang perempuan biasanya hanya dirumah saja, anak laki-laki biasanya pengawasan dari orang tuanya tidak terlalu ketat namun untuk anak perempuan pengawasanya agak sedikit ketat, namun tidak bersifat mengekang. Anak perempuan tidak diperbolehkan pergi bermain terlalu jauh tanpa pengawasan dan tidak boleh berada diluar setelah magrib, sebelum waktu magrib anak perempuan harus berada didalam

rumah.hal itu telah ditanamkan sekali oleh orang tuanya, dan memberikan pandangan bahwa tidak baik anak perempuan keluar lebih malam. Untuk pada masa anak-anak mulai memasuki masa remaja akan nampak pemisahan pola pengasuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan, terutama pada memberikan Pengetahuan tentang gejala jasmaniah, seperti mentruasi dan seks diberikan oleh orang tua kepada anak perempuan setelah mereka mulai menganjak masa remaja, sekitar mereka telah tamat dari pendidikan dasar. Pengetahuan ini diberikan kepada anak-anaknya terutama yang perempuan dan dilakukan oleh ibunya, Hal ini akan membantu anak dalam menghadapi masa peremajaan, untuk anak laki-laki gelaja jasmaniah ini sedikit sekali diberi pengetahuan, anak laki biasanya hanya akan mendapatkan pengetahuan dari sekolah atau dari guru agama saja, dan anak laki-laki juga tidak terlalu banyak memberikan pertanyaan kepada orang tuanya, kalaupun ada biasanya orang tuanya menjawabnya dengan sederhana saja. Anak-anak remaja di Nagari panyakalan akan mengalami pemisahan pergaulan antara perempuan dan laki-laki, anak laki-laki akan pergi melakukan kegiatan kalau tidak membantu orang tuanya mereka akan bermain dengan anak laki-laki saja, itupun bisanya pergi atau membentuk suatu kelompok bermain sesame laki-laki disuatu tempat seperti di lapangan sepak bola, sedangkan anak perempuan biasanya banyak melakukan kegiatan didalam rumah saja setelah mereka pulang dari sekolah. Jarang sekali ada kegiatan campuran antara anak laki-laki dan perempuan, ini terjadi karena juga ada nilai dan norma agama yang telah diberikan oleh guru disekolah, orang tua atau guru agama, atau ustazd yang mengajar mereka pengetahuan agama islam. Anak-anak laki-laki lebih aktif diluar daripada dilingkungan rumah, sedangkan anak perempuan lebih banyak dirumah daripada diluar, pada saat menganjak masa remaja ini karakter masing-masing anak akan nampak. Pada masa sekitar anak-anak mulai memasuki sekolah SLTA, pemberian pengatahuan tentang kesehatan, norma asusila, norma kesopanan, dan norma adat lebih banyak diberikan oleh semua anggota keluarga dan kerabatnya, Karena menurut mereka anak-anak pada masa ini rentan terjebak dalam melakukan kegiatan yang melanggar norma-norma tersebut. Mulai dari norma asusila dan norma kesopanan hal ini berkaitan dengan pergaulan dengan teman sebaya dan berbeda jenis kelamin, dan berhubungan dengan masyarakat sekitar, sedangkan pada norma adat banyak diberikan pengetahuan tentang daerah terotorial adatnya, seperti pengetahuan tentang tanah ulayat, strutur kekerabatan dari sukunya.

Untuk anak perempuan akan banyak mendapat pengawasan tentang apa saja yang dilakukannya. Masyarakat tentu telah mengenal anak-anak tersebut dan masyarakat yang biasanya juga melakukan pengawasn terhadap anak-anak tersebut. Anak-anak pada masa ini juga banyak bertanya tentang norma-norma diatas kepada keluarganya. Karena keingintahuan mereka tentang kehidupan social terutama berkaitan dengan nilai dan norma sosial sangat tinggi pada masa ini, ini mungkin terjadi akibat mereka telah mengalami masa puberitas dan banyak mendapatkan pengalaman dan menemui hal-ha yang baru dari mereka. Pola pengasuhan anak di nagari panyakalan pada umumnya hanya akan melakukan pengawasan, pengajaran, dan bimbingan pada anak-anaknya perlahan-lahan akan mulai berkurang setalah anak-anaknya lepas dari SLTA, anak-anak tersebut dibebaskan menentukan masa depannya setelah tamat SMA tentu banyak diberikan suggesti, pengarahan, dan bimbingan untuk mereka. Biasanya bagi keluarga yang mampu akan menyuruh anaknya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, namun bagi orang tuanya yang kurnag mampu dalam segi ekonomi orang tua mereka tidak menyuruh mereka untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, namun juga tidak menyuruh mereka untuk bekerja atau membantu orang tuanya diladang, keputusan tetap diberikan penuh kepada anaknya, namun orang tua mereka sebelumnya telah memberi tahu kepada mereka kekurangan mereka dalam segi ekonomi, biasanya anak-anak seperti ini akan melakukan atau mencari pekerjaan, kebudayaan merantau masih dipegang oleh masyarakat minangkabau, baiasanya anak-anak ini mengandalkan informasi dari kerabat mereka yang telah merantau dan menetap diluar untuk mengikuti atau pergi ketempat kerabat tersebut guna memperoleh pekerjaan. Perbedaan juga terjadi dari pola tersebut yaitu pada anak perempuan biasanya lebih susah untuk melakukan pola tersebut, karena penjagaan dan nilai perempuan oleh orang minang sangat penting, setidaknya anak perempuan yang ingin bekerja setelah tamat SMA harus diketahui dimana, dengan siapa dia bekerja, seandainya diluar kota anak perempuan tidak diperbolehkan kalau tidak ada salah satu kerabat mereka yang tinggal disana, dan kalau ada biasanya anak perempuan yang ingin mencari pekerjaan tersebut harus tinggal dan dititipkan kepada kerabatnya. Tapi sangat jarang pola tersebut dilakukan, biasanya anak perempuan yang tidak bersekolah lagi, dari keluarga golongan petani, akan melakukan pekerjaan bertani yang dirintis oleh kedua orang tuanya.

Dan pada anak laki-laki pola mencari pekerjaan setelah mereka tidak melanjutkan sekolah sehabis tamat SMA mereka dibebaskan untuk memilih jalan hidup untuk masa depannya, dibebaskan untuk merantau kemana saja yang dia mampu, asalkan tetap terpantau keadaannya. Namun apabila mereka memilih untuk bertani seperti orang tuanya biasanya orang tuanya tidak melarang atau mengahambat mereka untuk melakukan hal tersebut. Disini barulah pengetahuan tentang pertanian diberikan oleh orang tuanya. Untuk anak-anak yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke kejenjang yang lebih tinggi, tentu orang tuanya sangat mendukung hal tersebut, hal itu menjadai nilai lebih dan prestise yang tinggi bagi orang tuanya. Namun pola pengasuhan anak otomatis berhenti, hanya saja bimbingan tetap dilakukan kepada anaknya. Semua pola pengasuhan anak yang memberikan pengetahuan tentang kehidupan social masyarakat akan berhenti setelah mereka berkeluarga, sebelum memutuskan untuk bekeluarga berbagai anggota keluarga anak tersebut banyak memberi pengetahuan dan bimbingan kepada mereka agar tidak dapat membuat mereka tidak salah dalam memilih keputusan dan mempunyai keluarga yang baik.

D. Kesimpulan Dari deskripsi pola pengasuhan anak di Nagari Panyakalan Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat yang telah diuraikan diatas maka dapat kita menyimpulkan Sebagai Berikut : 1. Pada setiap kebudayaan akan berebeda-beda cara Pola Pengasuhan Anak, begitu juga dengan Kebudayaan yang ada pada nagari Panyakalan tentang Pola Pengasuhan Anak pada masyarakatnya, yang dalam teori Redfield masyarajat nagari Panyakalan termasuk pada masyarakat Petani Desa. Dan dari data yang didapat memang pada umumnya masyarakat nagari panyakalan mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. 2. Pola pengasuhan anak pada anak anak di nagari panyakalan umumnya bersifat Pola asuh otoritatif yaitu pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan batasan dan pengawasan dari orangtua. Dan karena menganut system kekerabatan matrilineal Pola pengasuhan anak banyak dilakukan oleh keluarga dari pihak ibu. 3. Pembentukan Kepribadian anak dengan sendirinya akan nampak pada saat anak akan mulai masuk masa remaja sampai anak memasuki masa akil balig, karena pola pengasuhan anak yang diberikan oleh keluarga dan kerabantan yang lebih ketat pengawasanya, tetapi ada sedikit perbedaan pengawasan yang diberikan orang tua, kerabat, dan masyarakat antara anak perempuan dengan anak laki-laki, dimana pengawasan terhadap anak laki-laki lebih renggang daripada anak perempuan. 4. Anak-anak nagari panyakalan pada umumnya setelah mereka tamat SMA lebih memberi kebebasan untuk memilih jalan hidup untuk masa depannya selanjutnya. Seperti untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi atau langsung menceri pekejaan dengan menerapkan pola merantau.

f. Daftar Pustaka 1. Danandjaja. James,Prof,dr. 1994. Antropologi Psikologi, Teori, Metode, dan Sejarah Perkembangannya. PT. Grafindo Persada. Jakarta 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah. 2011. Nagari Panyakalan. 3. http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-caramendidik-mengasuh-anak-yang-baik/. Akses pada 10 Desember 2011 4. http://www.inoslife.com/pola-asuh-anak. Akses pada 10 Desember 2011