POKJA Pelayanan Pasien

10
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGAN Jl.Ciledug Raya No.8A, Petukagan Selatan, Jakarta Selatan Telp: 021 7340906 Fax.021 73889956 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGAN NOMOR : / / RSIA PETUKANGAN / 2015 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGAN, Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi. b. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Peraturan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan sebagai landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan. c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan. Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

description

doc

Transcript of POKJA Pelayanan Pasien

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTARUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGANJl.Ciledug Raya No.8A, Petukagan Selatan, Jakarta SelatanTelp: 021 7340906 Fax.021 73889956

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGANNOMOR : / / RSIA PETUKANGAN / 2015

TENTANGKEBIJAKAN PELAYANAN PASIENRUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGAN,Menimbang:a.Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi.

b. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Peraturan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan sebagai landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan.

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan.

Mengingat: 1.Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

3. Peraturan Menteri Kesehatan No 1438/ Menkes/ PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: Pertama:Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan.

Kedua: Kebijakan pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga:Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan dilaksanakan oleh Kepala Bidang Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Petukangan.

Keempat:Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 13 Agustus 2015 Direktur,

dr. Hendrivand SpOG

Tembusan :1. Direktur RSIA Petukangan2. Setiap Kepala Seksi RSIA Petukangan3. Arsip

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTARUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGANJl.Ciledug Raya No.8A, Petukagan Selatan,Jakarta SelatanTekp: 021 7340906 Fax.021 73889956

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak PetukanganNomor :Tanggal:

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIENRUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PETUKANGAN

9. Pasien risiko tinggi yang memuat pasien penggunaan alat pengikat (restraint)

a. DefinisiAlat pengikat atau Restraint adalah suatu metode / cara pembatasan / restriksi yang disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang. Dalam hal ini, perilaku yang dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak disadari / tidak disengaja / sebagai suatu refleks.

b. Ruang LingkupPelayanan pasien dengan alat pengikat atau Restraint dilakukan oleh staf medis kepada seluruh pasien Rawat Inap RSIA Petukangan mulai dari Instalasi Gawat Darurat, Ruang Rawat Inap, hingga Unit Perawatan Intensif.

c. Tata LaksanaRestraint terdiri dari berbagai jenis, antara lain : 1. Pembatasan Fisika. Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien, menggerakkan pasien, atau mencegah pergerakan pasien.b. Pemegangan fisik : biasanya staf memegangi pasien dengan tujuan untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik/tes rutin.

2. Pembatasan MekanisYaitu melibatkan penggunaan suatu alat, misalnya penggunaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat tidur (bedrails) untuk mencegah pasien jatuh atau turun dari tempat tidur.

3. Pembatasan KimiaYaitu melibatkan penggunaan obat-obatan untuk membatasi pasien. Penggunaan obat-obatan ini hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien atau membatasi kebebasan bergerak pasien.

Kriteria untuk menentukan suatu penggunaan obat dan kombinasinya dalam restrain adalah :a. Obat-obatan tersebut diberikan dalam dosis yang sesuai dan telah disetujui oleh Food and Drug Administraion (FDA) dan sesuai indikasinya.b. Penggunaan obat mengikuti/sesuai dengan standar praktik kedokteran yang berlaku.c. Penggunaan obat untuk mengobati kondisi medis tertentu pasien didasarkan pada gejala pasien, keadaan umum pasien, dan pengetahuan klinis/dokter yang merawat pasien.d. Penggunaan obat tersebut diharapkan dapat membantu pasien mencapai kondisi fungsionalnya secara efektif dan efisien.e. Jika secara keseluruhan efek obat tersebut menurunkan kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya secara efektif, maka obat tersebut tidak digunakan sebagai terapi standar untuk pasien.f. Tidak diperbolehkan menggunakan pembatasan kimia (obat sebagai restraint) untuk tujuan kenyamanan staf, untuk mendisiplinkan pasien, atau sebagai metode untuk pembalasan dendam.Dalam observasi restraint, perlu diperhatikan efek samping penggunaan obat dipantau secara rutin dan ketat.

c. Indikasi Pasien RestraintIndikasi pasien yang membutuhkan tindakan restraint, yaitu :1. Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan atau orang lain.2. Tahanan pemerintah (yang legal/sah secara hukum) yang dirawat di rumah sakit.3. Pasien yang membutuhkan tata laksana emergensi (segera) yang berhubungan dengan kelangsungan hidup pasien.4. Restraint digunakan jika intervensi lainnya yang lebih restriktif tidak berhasil atau tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari ancaman bahaya.

10. Pasien yang rentan, lanjut usia dengan ketergantungan bantuan

11. Pasien yang mendapatkan kemoterapi atau pengobatan risiko tinggi laina. DefinisiKemoterapi adalah pemberian obat anti kanker (sitostatika) yang bertujuan untuk membunuh sel kanker.b. Ruang LingkupPelayanan Pasien Kemoterapi dilakukan di Ruang Rawat Inap terutama di Ruang Kemoterapi dan wajib diketahui oleh dokter, perawat dan ahli farmasi yang berkompeten dalam memberikan asuhan kepada pasien yang menjalani kemoterapi. c. Tata Laksana1. Tujuan Pemberian Kemoterapi :a. Kuratif : sebagai pengobatanb. Mengurangi massa tumor selain dengan pembedahan atau radiasi.c. Meningkatkan kelangsungan hidup dan kwalitas hidup penderita.d. Mengurangi komplikasi akibat metastase.2. Cara pemberian obat kemoterapi :a. Intra venaPemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui jantung dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang paling banyak digunakan untuk kemoterapi. Dalam pemberian intravena usahakan jangan ada ekstravasasi obat.b. Intra arterialPemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah ke daerah tumor dengan cara infus intra arteri menggunakan catheter dan pompa arteri. Infus intra arteri digunakan untuk memberikan obat selama beberapa jam atau hari.c. Intra orald. Intra cavitas/intra peritonealObat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura, peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal.e. Sub kutanf. Topikal

d. Indikasi Pasien mendapatkan kemoterapi, yaitu :1. Ajuvan : kanker stadium awal atau stadium lanjut lokal setelah pembedahan.2. Neo ajuvan (induction chemotherapy) : kanker stadium lanjut lokal3. Paliatif : kanker stadium lanjut jauh4. Sensitisizer : kemoterapi yang dilakukan bersama-sama radioterapi.e. Pemeriksaan Penunjang1. Diagnosa dan Stadiuma. Diagnosa keganasan harus sudah confirmed (tripple diagnostic) yang terdiri dari : pemeriksaan fisik, imaging dan patologi atau sitologi.b. Penentuan stadium : foto thorax, USG abdomen, mamografi kontra lateral, bone scan dan lain-lain sesuai dengan jenis kankernya.c. Laboratorium dasar : Darah Lengkap (DL), SGOT,SGPT, BUN.d. Tinggi badan dan berat badan : mengukur luas permukaan tubuh untuk menentukan dosis obat.

2. Pemeriksaan TambahanCreatinin Clearence, EKG ataupun Echocardiografi, asam urat, serum elektrolit, tumor marker.f. Syarat Pasien Kemoterapi1. Keadaan umum cukup baik.2. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi.3. Informed concent.4. Faal ginjal dan hati baik.5. Diagnosis patologik6. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.7. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.8. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000/mm, trombosit > 150 000/mm.9. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status penampilan < 2g. Efek samping yang sering terjadi dan penangannya :1. Reaksi pada gastrointestinala. Stomatitis dan dysphagiab. Anoreksia dan perubahan pengecapanc. Nausea dan vomitingd. Diare dan konstipasie. Anemia f. Leukopeniag. Trombositopenia

12. Manajemen Nyeri