Pneumonia.doc

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokusbeta-hemolitikus. grup A. juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa.Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai,disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan 1

description

pneumonia

Transcript of Pneumonia.doc

Page 1: Pneumonia.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer

atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis

adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan

pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan

streptokokusbeta-hemolitikus. grup A. juga sering menyebabkan pneumonia,

demikian juga Pseudomonas aeruginosa.Pneumonia lainnya disebabkan oleh

virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang

relatif sering dijumpai,disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang

berdasarkan beberapa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu

yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering

mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu

pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama

tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab

yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami

aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap

pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri

yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, dengan

mencetuskan suatu reaksi peradangan.

\

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Kami mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan

keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan Pnemonia

1.2.2   Tujuan Khusus

1. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa data, dan

merumuskan diagnosa keperawatan yang terjadi pada gangguan

sistem pernafasan pneumonia.

1

Page 2: Pneumonia.doc

2. Memperoleh pengalaman nyata dalam merumuskan rencana asuhan

keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan efusi pleura.

3. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan klien dengan pneumonia.

4. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi klien

dengan pneumonia.

5. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan

keperawatan klien dengan pneumonia.

1.3 Mamfaat

Adapun manfaat asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui penyebab-

penyebab dari penyakit pneumonia, tanda dan gejala dari penyakit pneumonia

serta bagaimana cara pencegahan dan pengobatan.

Manfaat bagi mahasiswa

Manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengetahui cara-

cara pencgahan sebelum terjadinya penyakit pneumonia.

Manfaat bagi institusi

Manfaatnya sebagai bentuk panduan bagi para dosen atau guru untuk

memberikan ilmu pengetahuan tentang penyakit pneumonia kepada

pelajar atau mahasiswa yang belajar di institusi pendidikan tersebut.

2

Page 3: Pneumonia.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. KONSEP MEDIK

2.1 PENGERTIAN

Pneumonia adalah suatu inflamasi akut pada parenkim paru atau suatu

proses infeksi akut yang terjadi pada paru. (Doenguss, 1990)

Pneumonia adalah Radang parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia

dibagi menjadi pneumonia laboris, pneumonia lobularis, bronkopneumonia &

pneumonia interstisialis. (Makmuri MS)

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2005)

Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri

(stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) atau virus (respiratory

syncytial virus). Penyebab yang kurang umum adalah mikroplasma, aspirasi

benda asing, dan jamur. (Speer, 2007)

Manifestasi klinis :

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut

selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh

meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan

batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau.

Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang

nafsu makan, dan sakit kepala.

Secara umum dapat dibagi menjadi :

Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,

iritabel, gelisah, malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.

Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi

sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis.

Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi

yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

Klasifikasi :

3

Page 4: Pneumonia.doc

Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia).

Pneumonia Nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial

pneumonia).

Pneumonia Aspirasi.

Pneumonia pada penderita immunocompromised.

Menurut Engram (1999 : 60), pneumonia diklasifikasikan sesuai dengan hal-

hal sebagai berikut :

a. Agen penyebab :

Protozoa (Pneumocytis Carinii) bakterial, viral dan jamur pneumonia

(jika dikarenakan agen infeksius tersebut).

Pneumonia Aspirasi-disebabkan oleh karena aspirasi isi gaster,

makanan atau cairan.

Pneumonia Radiasi-disebabkan oleh terapi radiasi terhadap kanker

struktur badan bagian atas seperti: kanker payudara, kanker paru atau

esofagus.

Pneumonia Hipostatik-berkaitan dengan imobilisasi yang lama.

Pneumonia Inhalasi-berkaitan dengan inhalasi gas yang bersifat toksik,

asap dan zat kimia.

b. Area paru-paru yang terkena :

Pneumonia Lobaris-area yang terkena meliputi satu lobus atau lebih.

Bronkopneumonia-proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan

menyebar ke jaringan paru sekitarnya.

4

Page 5: Pneumonia.doc

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia

Umur dibawah 2 bulan

Tingkat sosio ekonomi rendah

Gizi kurang

Berat badan lahir rendah

Tingkat pendidikan ibu rendah

Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah

Kepadatan tempat tinggal

Imunisasi yang tidak memadai

Menderita penyakit kronis

2.2 ETIOLOGI

Disebabkan oleh virus dan bakteri

Bakteri : Pneumcoccus, streptcoccus, stapilococcus, hemaphilus

influenzae,

Pseudomonas aeruginosa

Virus : Resviratory syncytial virus, adenovirus, sitomegalovirus

influenza. Masa tunasnya + 1-3 hari

Pneumonitis interstialis dan bronkiolitis, pneumocystis carinii

pneumonia, Q fever, mycoplasma pneumoniae pneumonia, klamidia

dan infeksi lain

Jamur : aspergilus, koksdiodomiksis, hitoplasma

Aspirasi : cairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing.

Sidrom loeffler

Pneumonia hipostatik

Pneumonia oleh obat atau radiasi

Pneumonia hipersensitivif

5

Page 6: Pneumonia.doc

Berdasarkan Bakteri Penyebab:

o Pneumonia bakteri/tipikal.

Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan

dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang

siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para

peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien

pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau

infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh

rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.

Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia

lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat

berkembang biak dan merusak paru-paru.

Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun

seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di

paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari

jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh

melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang

paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.

Gejalanya : Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi

saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena

infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat

mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang

mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.

Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,

misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada

penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan

mycoplasma, legionella, dan chalamydia.

o Pneumonia Akibat virus.

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan

dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit

influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).

6

Page 7: Pneumonia.doc

Gejalanya:

Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala

influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan

kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk

lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai

membirunya bibir.

Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia

karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial.

Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya

lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.

o Pneumonia jamur,

sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada

penderita dengan

daya tahan lemah (immunocompromised).

Berdasarkan Predileksi Infeksi:

o Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus

(percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

o Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-

bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri

yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau

orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru

penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi

paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan

udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita

kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya

menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan

sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar

penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah

beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

7

Page 8: Pneumonia.doc

2.3 PATOFISIOLOGI

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau

kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga

melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran

napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem

pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan

oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut

halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu

semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi partikel

di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing

melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis

kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun lokal

dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi,

gangguan imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung

bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan

klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi

silier.

Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi

benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya

pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil

terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan

pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia

tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan

dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi

hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan gagal

nafas.

8

Page 9: Pneumonia.doc

Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari pneumonia

pneumokokus merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumokokus

umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian

bawah paru-paru paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai

alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat

tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :

a. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang

kaya protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang

berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat,

edematosa dan berwarna merah.

b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang

berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam

ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel

darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang

menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna

kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati

yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar).

c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi

fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah

merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin

mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.

d. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis

dan direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan

mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga

jaringan kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).

Menurut Suryadi (2001 : 247) patofisiologi pada pneumonia adalah :

a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh

mikroorganisme patogen yaitu virus dan (Streptococcus Aureus,

Haemophillus Influenzae dan Streptococcus Pneumoniae) bakteri.

9

Page 10: Pneumonia.doc

b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus. Terjadinya

destruksi sel dengan meninggalkan debris cellular ke dalam lumen yang

mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.

c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF),

aspirasi benda asing dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko

pneumonia

2.4  TANDA DAN GEJALA

- Demam tinggi 38oC – 40oC

- Kadang-kadang tegang karena panas tinggi

- Kesadaran: gelisah

- Adanya pernafasan cuping hidung, batuk, pernafasan cepat dan dangkal

- Muntah, anoreksia

- Ada stridor

- Nyeri dada pleuritis

- Batuk produktif, sputum hijau purulen, dan mungkin mengandung

bercak darah, serta hidung kemerah-merahan

- Retraksi intercostals, penggunaan otot aksesorius, dan bias timbul

sianosis

2.5 PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi

Perlu di perhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral,

pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif

menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik nafas. Batasan

takipnea pada anak 2-12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara

untuk anak 12 bulan -5 tahun adalah 40 kali/ menit atau lebih. Perlu di

perhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada faase inspirasi.

Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas.

10

Page 11: Pneumonia.doc

2. Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba

mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami

peningkatan.

3. Perkusi

Suara redup pada sisi yang sakit

4. Auskultasi

Auskultasi sederhanan dapat di lakukan dengan cara mendekatkan telinga

kehidung atau mulut bayi pada anak yang pneumonia akan terdengar

stidor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang,

ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.

Pernafasan bronchial,egotomi, bronkofoni, kadang-kadang terdengar

bising gesek pleura.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan Laboratorium

- Sputum : terdapat sel-sel polimorfonuklear dan bakteri gran +

- Darah :

Jumlah leokosit meningkat (10.000 – 30.000

mm)

LED meningkat 1 jam 40 mm, 2 jam 60 mm

Bilirubin D/1 miningkat 6,1 mg/dl

Analisa gas darah (AGD) Pa O2 < 50

mmhg.Pa CO2>50 mmhg . Sa O2 <90 % PH < 7,2

b) Pemeriksaan Radiologi

Pada foto torax terlihat konsolidasi satu atau beberapa lonus dan bercak

infiltrat pada satu atau beberapa lobus. (Doengus, 1990)

11

Page 12: Pneumonia.doc

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,sesuai yang

ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencaku :

a. Antibiotik,terutama untuk pneumonia bacterialis.Pneumonia lain dapat

diobati dengan antibiotic untuk mengurangi infeksi bacteris sekunder.

Penicilin prokain : 50.000 u/kg BB, IM sekali sehari

Amoksisilin : 15 mg/kg BB oral tiap 8 jam

Ampisillin : 25 mg/kg BB oral tiap 6 jam

Kotrimoksasol : 4 mg/kg BB oral tiap 12 jam

b. Istirahat

c. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi

d. Teknik-teknik bernafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus

dan mengurangi resiko atalektasis.

e. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-organisme

yang diidentifikasi dari biakan sputum.

- Jika mengalami pusing “kejang” lakukan fungsi lumbal untuk

mencari kemungkinan terjadi meningitis.

- Gunakan spuit plastik, jika perlu hisaplah dengan lembut lendir

yang ada di hidung kien agar jalan nafas bebas.

- Berikan oksigen intranasal dengan ukuran 1 liter/menit jika kien

menderita sianosis.

- Beri kloramfenikol 25 mg/kg BB, IM setiap 6 jam, setelah ada

perbaikan baru ganti dengan kloramfenikol oral.

- Jika kien dehidrasi dan tidak mampu minum, berikan cairan

melalui jalur intragatrik. Jika kien dalam keadaan syok berikan

cairan secara IV sewaktu menetukan jumlah cairan yang akan

diberikan, ingatlah bahwa anak ini mudah mendapatkan edema

paru dan kegagalan pernafasan. (Peter Anugrah, 1993)

12

Page 13: Pneumonia.doc

2.8 WEB OF CAUSTION

13

Mekanisme paru

Resiko ketidakseimbangan nutrisi

Resiko tinggi kurang cairan Defisit volume cairan

Kerusakan Pertuaran gas

Ketidakefektipan jalan napas

Pencetus Serangan(Bakteri, Virus, Jamur)

Gangguan imun Nyeru dada Panas dan demam Anoreksia pausea vomit

Reaksi inflamasiNyeri pleritis

Intoleransi aktivitas

Page 14: Pneumonia.doc

def

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

III.ASUHAN KEPERAWATAN

14

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Kerusakan pertukaran gas

Rasiko tinggi penyebaran infeksi

Intoleransi aktivitas

Nyeri akut Risiko

Ketidakseimbangan nutrisi

Risiko tinggi kurang cairan

Nyeri Defisit Volume Cairan

Page 15: Pneumonia.doc

Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses

terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai

untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara

sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat

komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian,

perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai

(Budianna Keliat, 1994,2).

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 pengumpulan data

a) Biodata

Meliputi identitas klien yang terdiri dari mana, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, suku bangsa, dan identitas orang tua.

b) Keluhan Utama

Sesak nafas

c) Riwayat Penyakit Sekarang

- Demam

Mendadak suhu tubuh naik 40o C, keluar keringat, muka kemerahan,

nyeri otot, dan sakit kepala.

- Batuk berdahak

Ini timbul beberpa hari sebelumnya, mula-mula batuk kering

kemudian keluar dahak berwarna putih seperti lendir.

- Sesak nafas

Sesak nafas timbul desertai dahak, sesak timbul terutama waktu

berbaring, waktu inspirasi maupun ekspirasi.

d) Riwayat Penyakit Sebelumnya

Menyangkut riwayat sakit yang pernah diderita yang dapat

menyebabkan terjadinya pnemonia seperti penderita didahului oleh

15

Page 16: Pneumonia.doc

ISPA, dimana tanda-tandanya batuk, pilek, kesulitan bernafas, dan

demam.

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Yang perlu dikaji yaitu penyakit yang pernah diderita seperti penyakit

menular yang khusunya penyakit saluran pernafasan meskipun

penderita bukan penyakit keturunan, namun perlu deperhatikan karena

bila salah satu anggota keluarga ada yang menderita pneumonia hal ini

diperngaruhi oleh sanitasi dan personal hygiene. (Doengus, 1990).

f) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

1. Biologis

- Bernafas

Gejalanya pernafasan cepat dan dangkal, adanya tarikan dinding

dada, pernafasan cuping hidung.

- Nutrisi

Kehilangan safsu makan, mual/muntah, turgor kulit jelek,

mukosa mulut kering, malnutrisi.

- Elimanasi

Terjadi perubahan pola BAB dan BAK karena peruh intake dan

out put makanan dan minuman.

- Aktivitas

Ditandai dengan kelelahan, kelemahan, sering menangis.

- Istirahat tidur

Terjadi perubahan pola istirahat yang disebabkan karena sesak

nafas dan batuk.

2. Psikologis

Ditandai dengan ketakutan, kegelisahan, cemas, dan rewel.

3. Sosial

16

Page 17: Pneumonia.doc

Pada data sosial yang perlu dikaji aalah hubungan klien dengan

lingkungan sekitar, hubungan klien dengan keluarga, tetangga atau

orang sekitarnya.

4. Spiritual

Biasanya kelurga mengatakan hanya bisa berdo’a untuk

kesembuhan anaknya. (Doengus, 1990)

3.1.2 Analisa Data

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan

dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada

penderita pneumonia. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam

diagnosa keperawatan.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

trakheabronkhhial, pembentukan udema, peningkatan produksi seputum,

nyeri plueuritis, fatiigue yang di tandai oleh perubahan jumlah dan

kedalaman nafas, suara nafas abnormal pengunaan otot nafas tambahan,

dispnea dan sianosis, batuk dengan atau tanpa produksi sputum

b. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan, perubahan

membrane alveolar (efek inflamasi), gangguan kapasitas pengangkutan

oksigen dalam darah (demam, perubahan kurva ksihemoglobin) yang

ditandai dengan dispnea, takykardia, restlessness atau perubahan

kesadaran, hipoksia.

c. Rasiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan, tidak adekuatnya

mekanisme pertahanan tubuh primer (penurunan aktivitas silia dan secret

statis di saluran napas), tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh

skunder (infeksi dan imunosupresi ), penyakit kronis dan malnutrisi.

17

Page 18: Pneumonia.doc

d. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya

persediaan dan kebutuhan oksigen kelemahan umum, kelelahan karena

gangguan pola tidur akibat ketidaknyamana batuk produktif dan dispnea

yang ditandai dengan melaporkan secara verbal adanya kelemahan,

fatigue, dan kelelahan, dispnea dan takipnea, takikardia sebagai respon

terhadap aktivitas, perkembangan atau memburuknya pucat dan sianosis.

e. Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi pada parenkim paru-paru,

reaksi seluler untuk mengeluarkan toksin, batuk persisten yang ditandai

dengan pleuritik chest pain, sakit kepala dan nyeri otot, menahan area

nyeri, prilaku distraksi dan kelemahan.

f. Risiko ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder

terhadap demam dam proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan

toksin bakteri, bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau udara yang

berhubungan dengan tertelannya udara selama periode dispnea.

g. Risiko tinggi kurang cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan

yang banyak (demam, diaphoresis, pernapasan mulut atau hiperventilasi

dan vimiting).

h. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap

ditandai dengan Nyeri dada, Sakit kepala, Gelisah.

i. Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan

edema. Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu

ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan

dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.

j. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen, kelemahan umum.

i. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Distress pernafasan, Penurunan intake cairan, Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam

j. Kurangnya pengetahuan tentang protocol pengetahuan dan metode

18

Page 19: Pneumonia.doc

pencegahan

3.2.1 Prioritas Keperawatan

Menjaga atau mengembalikan fungsi respirasi

Mencegah komplikasi

Mendukung proses penyembuhan

Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan

treatment.

3.3 PERENCANAAN

1. Dx 1

Tujuan : Jalan nafas bersih dan efektif setelah 2 hari perawatan

dengan kriteria hasil :

Secara verbal tidak ada keluhan sesak

Suara nafas normal (vesikula)

Sianosis (-)

Batuk (-)

Jumlah pernapasan dalam batas normal sesuai usia

Intervensi :

a. Mengkaji jumlah atau kedalam pernapasan dan pergerakan dada

Rasional : Melakukan evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari

hasil intervensi yang telah di lakukan

b. Auskultasi daerah paru-paru, mencatat area yang menurun atau tidak

adanya aliran udara serta mencatat adanya suara nafas tambahan

seperti crackles dan wheezes

Rasional : Penurunan aliran udara timbul pada area konsolidasi

dengan cairan, suara nafas bronchial (normal di atas bronkhus) dapat

juga. Crackles, rhonchi, wheezes terdengar pada saat ispirasi dan atau

ekspirasi sebagai respon dari akumulasi cairan , sekresi kental , dan

sapsmi atau obstruksi jalan nafas

c. Elepasi kepala, sering ubah posisi

Rasional : Diapragma lebih rendah akan membantu meningkatkan

ekspansi dada pengisian udara, mobilisasi dan pengeluaran sekret

19

Page 20: Pneumonia.doc

d. Membantu pasie dalam melakukan latihan nafas. Mendemonstrasikan/

membantu pasien belajar batuk, misalnya menahan dada dan batuk

efektif pada saat posisi tegak lurus

Rasional : Napas dalam akan mempasilitasi pengembangan

maksimum paru-paru atau saluran udara kecil.

e. Melakukan suction atas indikasi

Rasional : Menstimulasi batuk atau pembersihan saluran napas secara

mekanis pada pasien yang tidak dapat melakukannya di karenakan

ketidak efektifan batuk atau penurunan kesadaran

f. Memberikan cairan kurang lebih 2500 ml perhari (jika tidak ada

kontra indikasi dan air hangat)

Rasional : Cairan (terutama cairan hangat ) akan membantu

memobilisasi dan mengeluarkan secret.

2. DX II

Tujuan : Pertukaran gas dapat diatasi setelah 2 hari dengan

kreteria hasil :

Keluhan dispnea berkurang

Denyut nadi dalam rentang normal dan irama regular

Kesadaran penuh

Hasil nilai analisis gas dalam darah dalam normal.

Intervensi :

a. Mengobserpasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, serta

mencatat adanya sianosis periper (kuku) atas sianosis pusat

(circumoral)

Rasional : Sianosis kuku menggambarkan pasokonstriksi atau respon

tubuh terhadap demam. Sianosisi koping telinga, membrane mukosa,

dan kulit sekitar mulut dapat mengindikasikan adanya hipoksemia

sistemik.

20

Page 21: Pneumonia.doc

b. Mengkaji status mental

Rasional : Kelemahan, mudah tersinggung, bingung samnolen dapat

mereflesikan adanya hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebral.

c. Memonitor denyut atau irama jantung

Rasional : Takikardia biasanya timbul sebagai hasil dari demam atau

dehidrasi, tetapi dapat timbul juga sebagai respon terhadap

hipoksemia.

d. Memonitor suhu tubuh bila ada indikasi.melakukan tindakan untuk

mengurangi demam dan menggigil.

Rasional : Demam tinggi (biasa pada pneumonia bakteri dan

influenza) akan meningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsi

oksigen dan mengubah oksigenasi seluler

e. Mempertahankan bedrest, menganjurkan untuk penggunaan relaksasi

dan melakukan aktifitas hiburan yang beragam

Rasional : Mencegah kelelahan dan konsumsi oksigen untuk

memfasilitasi resulusi infeksi

f. Meninggikan posisi kepala. Menganjurkan perubahan posisi tubuh,

napas dalam, dan batuk efektif.

Rasional : Tindakan ini akan meningkatkan inspirasi maksimal,

mempermudah pengeluaran secret untuk meningkatkan ventilasi.

3. DX III

Kreteria hasil :

.Tidak munculnya tanda-tanda infeksi skunder.

Pasien dapat mendemostrasikan kegiatan untuk menghindari

infeksi.

Intervensi :

a. Memonitor tanda vital, terutama selama proses terapi

Rasional : Selama periode ini, potensial berkembang menjadi

komplikasi yang lebih fatal

21

Page 22: Pneumonia.doc

b. Mendemostrasikan tehnik mencuci tangan yang benar.

Rasional : Sangat efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi

c. Mengubah posisi dan memfasilitasi jalan napas yang baik

Rasional : Meningkatkan pengeluaran dahak, membersikan dari

infeksi

d. Membatasi pengunjung atas indikasi

Rasional : Mengurangi terpaparnya dengan organisme pathogen

lain.

e. Melakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individual

Rasional : Isolasi mungkin dapat mencegah penyebaran atau

memproteksi pasien dari proses infeksi lainnya.

f. Menganjurkan untuk istirahat secara adekuat sebanding dengan

aktivitas.meningkatkan intake nutrisi secara adekuat.

Rasional : Memfasilitasi proses penyembuhan dan meningkatkan

pertahanan tubuh Alami.

4. DX IV

Tujuan : Aktivitas dapat terpenuhu selama perawatan dengan

Kreteria hasil :

Laporan secara verbal, kekuatan otot meningkat dan tidak ada

perasaan kelelahan.

Tidak ada sesak

Denyut nadi dalam batas normal

Tidak muncul sianosis

Intervensi :

a. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas, mencatat dan

melaporkan adanya dispnea, peningkatan kelelahan, serta

perubahan dalam tanda vital selama dan setelah aktivitas.

22

Page 23: Pneumonia.doc

Rasional : memberikan kemampuan atau kebutuhan pasien dan

memfasilitasi dalam pemilihan intervensi

b. Memberikan lingkungan yang nyaman dan membatasi pengunjung

selama fese akut atas indikasi. Menganjurkan untuk menggunakan

memejen stress dan aktivitas yang beragam.

Rasional : mengurangi stress dan stimulasi yang berlebihan, serta

meningkatkan istirahat.

c. Menjelaskan pentingnya beristirahat pada rencana tindakan dan

perlunya keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat.

Rasional : bedrest akan memelihara tubuh selama fase akut untuk

menurunkan kebutuhan metabolisme dan memelihara energy untuk

penyembuhan

d. Membantu pasien untuk berada pada posisi yang nyaman untuk

beristirahat dan atau tidur.

Rasional : pasien mungkin merasa nyaman dengan kepala dalam

keadaan elevasi, tidur di kursi atau istirahat pada meja dengan

bantuan bantal

e. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan self-care.

Memberikan aktivitas yang meningkat selama fase penyembuhan.

Rasional : meminimalkan kelelahan dan menolong

menyeimbangkan suplai oksigen dan kebutuhan.

5. DX V

Tujuan : Nyeri teratasi setelah 2 hari perawatan dengan

Kreteria hasil :

Laporan secara verbal, nyeri dada berkurang

Skala nyeri menurun

Wajah tampak rileks

Pasien dapat beristirahat tanpa terganggu rasa nyeri

23

Page 24: Pneumonia.doc

Intervensi :

a. Menentukan kareteristik nyeri misalnya ketajaman dan terus-

menerus. Cari perubahan dalam karakteristik atau lokasi.

Rasional : chest pain, biasanya timbul dalam beberapa tingkatan,

dapat juga menunjukan dari timbulnya komplikasi dari

pneumonia seperti pericarditis dan endocarditis.

b. Memberikan tindakan untuk kenyamanan, misalnya back rubs,

perubahan posisi, music lembut dan latihan relaksasi

Rasional : tindakan nonanalgesik dengan sentuhan akan

meringankan ketidaknyamanan dan memberikan efek terapi

analgesik.

c. Menawarkan untuk oral higienis

Rasional : napas dengan mulut dan terapi oksigen dapat

mengiritasi dan membuat kering membrane mukosa yang

berpotensial terjadinya ketidaknyamanan.

d. Menginstruksikan dan membantu pasien untuk melakukan tehnik

menahan dada selama batuk

Rasional ; membantu mengkontrol ketidaknyamanan pada dada

dengan meningkatkan pelaksanaan batuk efektif.

6. DX VI

Tujuan : Nutrisi dapat seimbang selama perawatan dengan

kriteria hasil :

Pasien menunjukan nafsu makan meningkat

Tidak adanya anoreksia

Berat badan dalam keadaan stabil

Intervensi :

a. Mengidentifikasikan factor yang menyebabkan nausea misalnya

sputum yang berlebihan, dispnea berat dan nyeri

Rasional : untuk dapat memilih intervensi sesuai penyebab

24

Page 25: Pneumonia.doc

b. Memberikan tempat untuk membuang sputum, membantu oral

higienis setelah emesis, setelah postural drainase, dan sebelum

makan

Rasional : mengatasi ketidaknyamanan pandangan, rasa, kecap,

dan lingkungan pasien serta dapat mengurangi nausea

c. Menjadwalkan pemberian tindakan respiratori sekurang-

kurangnya satu jam sebelum makan

Rasional : mengurangi efek nausea yang berhubungan dengan

tindakan tersebut

d. Auskultasi bising usus. Palpasi adanya distensi abdomen

Rasional : bising usus mungkin berkurang atau tidak ada jika

proses infeksi menjadi berat atau lama. Distensi abdomen dapat

timbul sebagai hasil dari tertelannya udara atau reflex dari toksin

bakteri pada saluran gastrointestinal

e. Memberikan makan sedikit, termasuk makanan kering atau

makanan yang menarik bagi pasien.

Rasional : hal ini dapat meningkatkan intake meskipun nafsu

makan mungkin menurun lagi.

f. Mengevaluasi status nutrisi secara umum, kemudian

membandingkan dengan berat normal

Rasional : adanya kondisi kronik (seperti COPD atau

alkoholisme) atau pembatasan dana dapat mengkontribusi

terjadinnya malnutrisi, menurunnya resistensi terhadap infeksi

dan atau memperlambat respons terhadap terapi

7. DX VII

Tujuan : Keseimbangan cairan dengan tanda-tanda normal, misalnya:

membrane mukosa lembab, turgor baik, tanda vital stabil dan vavilari

revill cepat kembali.

25

Page 26: Pneumonia.doc

Intervensi :

a. Mengkaji perubahan tanda vital seperti peningkatan tempratur

atau demam yang lama, takikardia dan hipotensi ortostatik

Rasional : peningkatan temperature atau demam yang lama.,

Peningkatan laju metabolisme dan kehilangan cairan melalui

penguapan, tekanan darah ortostatik, dan peningkatan takikardia

dapat mengindikasikan adanya kurang cairan sistemik

b. Mengkaji turgor kulit dan kelembaban dari membrane mukosa

(bibir dan lidah)

Rasional : indikator langsung terhadap keadekuatan volume

cairan, meskipun membrane mukosa mulut kering karena

pernapasan mulut dan oksigen suplemen

c. Mencatat dan melaporkan adanya nausea

Rasional : adanya tanda tersebut dapat menyebabkan

berkurangnya intake oral

d. Memonitor intake dan output, mencatat warna dan karakter urine.

Menjumlahkan inssessible lauses dan mengukur berat badan atas

indikasi

Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan untuk penggantuan.

e. Memberikan cairan kurang lebih 2500 ml/hari atau sesuai

kebutuhan individu

Rasional : untuk mengembalikan kondisi kepada kebutuhan

cairan tubuh normal dan mengurangi risiko dehidrasi.

8. DX IX

Tujuan : Nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Nyeri dada berkurang

Sakit kepala berkurang

26

Page 27: Pneumonia.doc

Gelisah berkurang

Intervensi:.

a. Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.

Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada

pneumonia, juga dapat, timbul karena pneumonia seperti

perikarditis dan endokarditis.

b. Pantau tanda vital

Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami

nyeri, khusus bila alasan lain tanda perubahan tanda vital telah

terlihat.

c. Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi,

musik tenang atau berbincang.

Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan

lembut dapat menghilangkan, ketidaknyamanan dan

memperbesar efek derajat analgesik.

d. Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama

episode batuk.

Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada

sementara meningkat keefektifan, upaya batuk.

e. Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi

Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non

produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat

kenyamanan istirahat umum.

27

Page 28: Pneumonia.doc

9. DX X

Tujuan : Dengan kretria hasil :

Tidak mengalami aspirasi

Menunjukan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran

udara dalam paru-paru.

Intervensi :

a. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan

dinding dada dan/atau cairan paru.

b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara

dan bunyi napas adventisius, mis., krekels, megi.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus)

dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan

mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons

terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan

napas/obstruksi.

c. Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu pasien

mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk

efektif sementara posisi duduk tinggi.

Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum

paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme

pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk

mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan

ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya

napas lebih dalam dan lebih kuat.

d. Penghisapan sesuai indikasi.

Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas

secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan

karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

28

Page 29: Pneumonia.doc

10. DX XI

Tujuan : Aktivitas sehari-hari terpenuhi secara mandiri, dengan

Kriteria hasil :

Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat

diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan tanda

vital dalam rentang normal.

Intervensi :

a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.

Rasional : Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung.

Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat.

c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut

untuk menurunkan kebutuhan

metabolik, menghemat energi

untuk penyembuhan.

d. Atur posisi yang nyaman untuk istirahat atau tidur.

Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi

menggunakan bantal.

e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

11. DX 11

Tujuan : Anak mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat dengan

kriteria hasil :

Intake adekuat, baik IV maupun oral

Tidak adanya letargi, muntah, diare

29

Page 30: Pneumonia.doc

Suhu tubuh dalam batas normal

Urine output adekuat.

Intervensi :

a. Catat intake dan output, berat diapers untuk output

Rasional : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output

b. Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi

IV line

Rasional : Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan

c. Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu

Rasional : Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan

d. Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam

Rasional : Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan

nafsu makan/minum

12. DX XII

Tujuan : mendapatkan pengetahuan tentang protocol pengobatan

dan aspek-aspek preventif dengan criteria hasil :

Mengidentifikasi factor-faktor yang menunjanng terjadinya

pneumonia

Berhenti merokok

Menyelingi periode istirahat dengan meningkatkan aktivitas

Intervensi :

Ajarkan pasien tenteng tindakan preventif:

Hindari merokok

Pertahankan daya tahan alamiah (istirahan dan nutrisi yang

cukup da latihan atau olah raga yang sesuai)

Dapatkan vaksin influenza dan vaksin pneumokokus pada

waktu yang diharuskan.

Hindari keletihan, mengigil dan kelebihan masukan alcohol

yang menurunkan daya tahan terhadap pneumonia.

3.4  PELAKSANAAN

30

Page 31: Pneumonia.doc

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat

terhadap pasien. Tahapan pelakasanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan ditujukan pada perawat untuk membantu klien mencapai

tujuan yang di harapkan.

Dimana tahapan tindakan keperawatan mulai dari:

Persiapan Perencanaan Dokumentasi

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan

3.5 EVALUASI

Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan

untuk memonitor ”kealfaan” yang terjadi dalm tahap pengkajian, analisa,

perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001)

S : Klien mengeluh Sesak

O : Klien masih sesak

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

31

Page 32: Pneumonia.doc

BAB IV

KESIMPULAN

Pneumonia adalah Radang parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia

dibagi menjadi pneumonia laboris, pneumonia lobularis, bronkopneumonia &

pneumonia interstisialis.

klasifikasi pneumonia.

o Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).

o Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).

o Pneumonia aspirasi.

o Pneumonia pada penderita immunocompromised.

Secara umum dapat dibagi menjadi :

Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,

iritabel, gelisah, malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.

Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi

sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis.

Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi

yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada

32

Page 33: Pneumonia.doc

DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nursalam ,M. Nurs,dkk, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :

Salemba Medika.

Corwin, Elisabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

Santosa, Budi .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.philaddelphia.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta :

EGC

Sudoyo, W, aru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Tanujaya , Edward . 2008. Asuhan Keperawatan Pada Paien Dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

33

Page 34: Pneumonia.doc

34