Pneumonia.doc
-
Upload
zam-azwar-annas -
Category
Documents
-
view
98 -
download
24
description
Transcript of Pneumonia.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer
atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis
adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan
pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan
streptokokusbeta-hemolitikus. grup A. juga sering menyebabkan pneumonia,
demikian juga Pseudomonas aeruginosa.Pneumonia lainnya disebabkan oleh
virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang
relatif sering dijumpai,disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang
berdasarkan beberapa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu
yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering
mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu
pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama
tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab
yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami
aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap
pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri
yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, dengan
mencetuskan suatu reaksi peradangan.
\
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Kami mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan Pnemonia
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa data, dan
merumuskan diagnosa keperawatan yang terjadi pada gangguan
sistem pernafasan pneumonia.
1
2. Memperoleh pengalaman nyata dalam merumuskan rencana asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan efusi pleura.
3. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan klien dengan pneumonia.
4. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi klien
dengan pneumonia.
5. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan klien dengan pneumonia.
1.3 Mamfaat
Adapun manfaat asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui penyebab-
penyebab dari penyakit pneumonia, tanda dan gejala dari penyakit pneumonia
serta bagaimana cara pencegahan dan pengobatan.
Manfaat bagi mahasiswa
Manfaatnya untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengetahui cara-
cara pencgahan sebelum terjadinya penyakit pneumonia.
Manfaat bagi institusi
Manfaatnya sebagai bentuk panduan bagi para dosen atau guru untuk
memberikan ilmu pengetahuan tentang penyakit pneumonia kepada
pelajar atau mahasiswa yang belajar di institusi pendidikan tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. KONSEP MEDIK
2.1 PENGERTIAN
Pneumonia adalah suatu inflamasi akut pada parenkim paru atau suatu
proses infeksi akut yang terjadi pada paru. (Doenguss, 1990)
Pneumonia adalah Radang parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia
dibagi menjadi pneumonia laboris, pneumonia lobularis, bronkopneumonia &
pneumonia interstisialis. (Makmuri MS)
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2005)
Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) atau virus (respiratory
syncytial virus). Penyebab yang kurang umum adalah mikroplasma, aspirasi
benda asing, dan jamur. (Speer, 2007)
Manifestasi klinis :
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan
batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau.
Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang
nafsu makan, dan sakit kepala.
Secara umum dapat dibagi menjadi :
Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi
sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Klasifikasi :
3
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia).
Pneumonia Nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
Pneumonia Aspirasi.
Pneumonia pada penderita immunocompromised.
Menurut Engram (1999 : 60), pneumonia diklasifikasikan sesuai dengan hal-
hal sebagai berikut :
a. Agen penyebab :
Protozoa (Pneumocytis Carinii) bakterial, viral dan jamur pneumonia
(jika dikarenakan agen infeksius tersebut).
Pneumonia Aspirasi-disebabkan oleh karena aspirasi isi gaster,
makanan atau cairan.
Pneumonia Radiasi-disebabkan oleh terapi radiasi terhadap kanker
struktur badan bagian atas seperti: kanker payudara, kanker paru atau
esofagus.
Pneumonia Hipostatik-berkaitan dengan imobilisasi yang lama.
Pneumonia Inhalasi-berkaitan dengan inhalasi gas yang bersifat toksik,
asap dan zat kimia.
b. Area paru-paru yang terkena :
Pneumonia Lobaris-area yang terkena meliputi satu lobus atau lebih.
Bronkopneumonia-proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan
menyebar ke jaringan paru sekitarnya.
4
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia
Umur dibawah 2 bulan
Tingkat sosio ekonomi rendah
Gizi kurang
Berat badan lahir rendah
Tingkat pendidikan ibu rendah
Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
Kepadatan tempat tinggal
Imunisasi yang tidak memadai
Menderita penyakit kronis
2.2 ETIOLOGI
Disebabkan oleh virus dan bakteri
Bakteri : Pneumcoccus, streptcoccus, stapilococcus, hemaphilus
influenzae,
Pseudomonas aeruginosa
Virus : Resviratory syncytial virus, adenovirus, sitomegalovirus
influenza. Masa tunasnya + 1-3 hari
Pneumonitis interstialis dan bronkiolitis, pneumocystis carinii
pneumonia, Q fever, mycoplasma pneumoniae pneumonia, klamidia
dan infeksi lain
Jamur : aspergilus, koksdiodomiksis, hitoplasma
Aspirasi : cairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing.
Sidrom loeffler
Pneumonia hipostatik
Pneumonia oleh obat atau radiasi
Pneumonia hipersensitivif
5
Berdasarkan Bakteri Penyebab:
o Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan
dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang
siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para
peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien
pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau
infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh
rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang
paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Gejalanya : Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi
saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena
infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat
mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang
mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,
misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan
mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
o Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan
dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit
influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).
6
Gejalanya:
Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala
influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan
kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk
lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai
membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia
karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial.
Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya
lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
o Pneumonia jamur,
sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan
daya tahan lemah (immunocompromised).
Berdasarkan Predileksi Infeksi:
o Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
o Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-
bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri
yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau
orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru
penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi
paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan
udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita
kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah
beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
7
2.3 PATOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau
kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga
melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran
napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem
pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan
oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut
halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu
semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.
Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi partikel
di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing
melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis
kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi,
gangguan imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung
bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan
klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi
silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil
terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan gagal
nafas.
8
Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari pneumonia
pneumokokus merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumokokus
umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian
bawah paru-paru paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai
alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat
tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
a. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang
kaya protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat,
edematosa dan berwarna merah.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam
ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel
darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang
menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna
kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati
yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah
merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis
dan direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga
jaringan kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
Menurut Suryadi (2001 : 247) patofisiologi pada pneumonia adalah :
a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan (Streptococcus Aureus,
Haemophillus Influenzae dan Streptococcus Pneumoniae) bakteri.
9
b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus. Terjadinya
destruksi sel dengan meninggalkan debris cellular ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF),
aspirasi benda asing dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko
pneumonia
2.4 TANDA DAN GEJALA
- Demam tinggi 38oC – 40oC
- Kadang-kadang tegang karena panas tinggi
- Kesadaran: gelisah
- Adanya pernafasan cuping hidung, batuk, pernafasan cepat dan dangkal
- Muntah, anoreksia
- Ada stridor
- Nyeri dada pleuritis
- Batuk produktif, sputum hijau purulen, dan mungkin mengandung
bercak darah, serta hidung kemerah-merahan
- Retraksi intercostals, penggunaan otot aksesorius, dan bias timbul
sianosis
2.5 PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Perlu di perhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik nafas. Batasan
takipnea pada anak 2-12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara
untuk anak 12 bulan -5 tahun adalah 40 kali/ menit atau lebih. Perlu di
perhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada faase inspirasi.
Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas.
10
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit
4. Auskultasi
Auskultasi sederhanan dapat di lakukan dengan cara mendekatkan telinga
kehidung atau mulut bayi pada anak yang pneumonia akan terdengar
stidor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernafasan bronchial,egotomi, bronkofoni, kadang-kadang terdengar
bising gesek pleura.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
- Sputum : terdapat sel-sel polimorfonuklear dan bakteri gran +
- Darah :
Jumlah leokosit meningkat (10.000 – 30.000
mm)
LED meningkat 1 jam 40 mm, 2 jam 60 mm
Bilirubin D/1 miningkat 6,1 mg/dl
Analisa gas darah (AGD) Pa O2 < 50
mmhg.Pa CO2>50 mmhg . Sa O2 <90 % PH < 7,2
b) Pemeriksaan Radiologi
Pada foto torax terlihat konsolidasi satu atau beberapa lonus dan bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus. (Doengus, 1990)
11
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum prapengobatan dan mencaku :
a. Antibiotik,terutama untuk pneumonia bacterialis.Pneumonia lain dapat
diobati dengan antibiotic untuk mengurangi infeksi bacteris sekunder.
Penicilin prokain : 50.000 u/kg BB, IM sekali sehari
Amoksisilin : 15 mg/kg BB oral tiap 8 jam
Ampisillin : 25 mg/kg BB oral tiap 6 jam
Kotrimoksasol : 4 mg/kg BB oral tiap 12 jam
b. Istirahat
c. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
d. Teknik-teknik bernafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus
dan mengurangi resiko atalektasis.
e. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-organisme
yang diidentifikasi dari biakan sputum.
- Jika mengalami pusing “kejang” lakukan fungsi lumbal untuk
mencari kemungkinan terjadi meningitis.
- Gunakan spuit plastik, jika perlu hisaplah dengan lembut lendir
yang ada di hidung kien agar jalan nafas bebas.
- Berikan oksigen intranasal dengan ukuran 1 liter/menit jika kien
menderita sianosis.
- Beri kloramfenikol 25 mg/kg BB, IM setiap 6 jam, setelah ada
perbaikan baru ganti dengan kloramfenikol oral.
- Jika kien dehidrasi dan tidak mampu minum, berikan cairan
melalui jalur intragatrik. Jika kien dalam keadaan syok berikan
cairan secara IV sewaktu menetukan jumlah cairan yang akan
diberikan, ingatlah bahwa anak ini mudah mendapatkan edema
paru dan kegagalan pernafasan. (Peter Anugrah, 1993)
12
2.8 WEB OF CAUSTION
13
Mekanisme paru
Resiko ketidakseimbangan nutrisi
Resiko tinggi kurang cairan Defisit volume cairan
Kerusakan Pertuaran gas
Ketidakefektipan jalan napas
Pencetus Serangan(Bakteri, Virus, Jamur)
Gangguan imun Nyeru dada Panas dan demam Anoreksia pausea vomit
Reaksi inflamasiNyeri pleritis
Intoleransi aktivitas
def
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
III.ASUHAN KEPERAWATAN
14
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kerusakan pertukaran gas
Rasiko tinggi penyebaran infeksi
Intoleransi aktivitas
Nyeri akut Risiko
Ketidakseimbangan nutrisi
Risiko tinggi kurang cairan
Nyeri Defisit Volume Cairan
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses
terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai
untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara
sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat
komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai
(Budianna Keliat, 1994,2).
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 pengumpulan data
a) Biodata
Meliputi identitas klien yang terdiri dari mana, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, suku bangsa, dan identitas orang tua.
b) Keluhan Utama
Sesak nafas
c) Riwayat Penyakit Sekarang
- Demam
Mendadak suhu tubuh naik 40o C, keluar keringat, muka kemerahan,
nyeri otot, dan sakit kepala.
- Batuk berdahak
Ini timbul beberpa hari sebelumnya, mula-mula batuk kering
kemudian keluar dahak berwarna putih seperti lendir.
- Sesak nafas
Sesak nafas timbul desertai dahak, sesak timbul terutama waktu
berbaring, waktu inspirasi maupun ekspirasi.
d) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Menyangkut riwayat sakit yang pernah diderita yang dapat
menyebabkan terjadinya pnemonia seperti penderita didahului oleh
15
ISPA, dimana tanda-tandanya batuk, pilek, kesulitan bernafas, dan
demam.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji yaitu penyakit yang pernah diderita seperti penyakit
menular yang khusunya penyakit saluran pernafasan meskipun
penderita bukan penyakit keturunan, namun perlu deperhatikan karena
bila salah satu anggota keluarga ada yang menderita pneumonia hal ini
diperngaruhi oleh sanitasi dan personal hygiene. (Doengus, 1990).
f) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Biologis
- Bernafas
Gejalanya pernafasan cepat dan dangkal, adanya tarikan dinding
dada, pernafasan cuping hidung.
- Nutrisi
Kehilangan safsu makan, mual/muntah, turgor kulit jelek,
mukosa mulut kering, malnutrisi.
- Elimanasi
Terjadi perubahan pola BAB dan BAK karena peruh intake dan
out put makanan dan minuman.
- Aktivitas
Ditandai dengan kelelahan, kelemahan, sering menangis.
- Istirahat tidur
Terjadi perubahan pola istirahat yang disebabkan karena sesak
nafas dan batuk.
2. Psikologis
Ditandai dengan ketakutan, kegelisahan, cemas, dan rewel.
3. Sosial
16
Pada data sosial yang perlu dikaji aalah hubungan klien dengan
lingkungan sekitar, hubungan klien dengan keluarga, tetangga atau
orang sekitarnya.
4. Spiritual
Biasanya kelurga mengatakan hanya bisa berdo’a untuk
kesembuhan anaknya. (Doengus, 1990)
3.1.2 Analisa Data
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dikelompokkan dan
dianalisa sehingga dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada
penderita pneumonia. Selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam
diagnosa keperawatan.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakheabronkhhial, pembentukan udema, peningkatan produksi seputum,
nyeri plueuritis, fatiigue yang di tandai oleh perubahan jumlah dan
kedalaman nafas, suara nafas abnormal pengunaan otot nafas tambahan,
dispnea dan sianosis, batuk dengan atau tanpa produksi sputum
b. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan, perubahan
membrane alveolar (efek inflamasi), gangguan kapasitas pengangkutan
oksigen dalam darah (demam, perubahan kurva ksihemoglobin) yang
ditandai dengan dispnea, takykardia, restlessness atau perubahan
kesadaran, hipoksia.
c. Rasiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan, tidak adekuatnya
mekanisme pertahanan tubuh primer (penurunan aktivitas silia dan secret
statis di saluran napas), tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh
skunder (infeksi dan imunosupresi ), penyakit kronis dan malnutrisi.
17
d. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya
persediaan dan kebutuhan oksigen kelemahan umum, kelelahan karena
gangguan pola tidur akibat ketidaknyamana batuk produktif dan dispnea
yang ditandai dengan melaporkan secara verbal adanya kelemahan,
fatigue, dan kelelahan, dispnea dan takipnea, takikardia sebagai respon
terhadap aktivitas, perkembangan atau memburuknya pucat dan sianosis.
e. Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi pada parenkim paru-paru,
reaksi seluler untuk mengeluarkan toksin, batuk persisten yang ditandai
dengan pleuritik chest pain, sakit kepala dan nyeri otot, menahan area
nyeri, prilaku distraksi dan kelemahan.
f. Risiko ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder
terhadap demam dam proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan
toksin bakteri, bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau udara yang
berhubungan dengan tertelannya udara selama periode dispnea.
g. Risiko tinggi kurang cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
yang banyak (demam, diaphoresis, pernapasan mulut atau hiperventilasi
dan vimiting).
h. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap
ditandai dengan Nyeri dada, Sakit kepala, Gelisah.
i. Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan
edema. Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu
ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan
dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
j. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
i. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Distress pernafasan, Penurunan intake cairan, Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam
j. Kurangnya pengetahuan tentang protocol pengetahuan dan metode
18
pencegahan
3.2.1 Prioritas Keperawatan
Menjaga atau mengembalikan fungsi respirasi
Mencegah komplikasi
Mendukung proses penyembuhan
Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan
treatment.
3.3 PERENCANAAN
1. Dx 1
Tujuan : Jalan nafas bersih dan efektif setelah 2 hari perawatan
dengan kriteria hasil :
Secara verbal tidak ada keluhan sesak
Suara nafas normal (vesikula)
Sianosis (-)
Batuk (-)
Jumlah pernapasan dalam batas normal sesuai usia
Intervensi :
a. Mengkaji jumlah atau kedalam pernapasan dan pergerakan dada
Rasional : Melakukan evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari
hasil intervensi yang telah di lakukan
b. Auskultasi daerah paru-paru, mencatat area yang menurun atau tidak
adanya aliran udara serta mencatat adanya suara nafas tambahan
seperti crackles dan wheezes
Rasional : Penurunan aliran udara timbul pada area konsolidasi
dengan cairan, suara nafas bronchial (normal di atas bronkhus) dapat
juga. Crackles, rhonchi, wheezes terdengar pada saat ispirasi dan atau
ekspirasi sebagai respon dari akumulasi cairan , sekresi kental , dan
sapsmi atau obstruksi jalan nafas
c. Elepasi kepala, sering ubah posisi
Rasional : Diapragma lebih rendah akan membantu meningkatkan
ekspansi dada pengisian udara, mobilisasi dan pengeluaran sekret
19
d. Membantu pasie dalam melakukan latihan nafas. Mendemonstrasikan/
membantu pasien belajar batuk, misalnya menahan dada dan batuk
efektif pada saat posisi tegak lurus
Rasional : Napas dalam akan mempasilitasi pengembangan
maksimum paru-paru atau saluran udara kecil.
e. Melakukan suction atas indikasi
Rasional : Menstimulasi batuk atau pembersihan saluran napas secara
mekanis pada pasien yang tidak dapat melakukannya di karenakan
ketidak efektifan batuk atau penurunan kesadaran
f. Memberikan cairan kurang lebih 2500 ml perhari (jika tidak ada
kontra indikasi dan air hangat)
Rasional : Cairan (terutama cairan hangat ) akan membantu
memobilisasi dan mengeluarkan secret.
2. DX II
Tujuan : Pertukaran gas dapat diatasi setelah 2 hari dengan
kreteria hasil :
Keluhan dispnea berkurang
Denyut nadi dalam rentang normal dan irama regular
Kesadaran penuh
Hasil nilai analisis gas dalam darah dalam normal.
Intervensi :
a. Mengobserpasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, serta
mencatat adanya sianosis periper (kuku) atas sianosis pusat
(circumoral)
Rasional : Sianosis kuku menggambarkan pasokonstriksi atau respon
tubuh terhadap demam. Sianosisi koping telinga, membrane mukosa,
dan kulit sekitar mulut dapat mengindikasikan adanya hipoksemia
sistemik.
20
b. Mengkaji status mental
Rasional : Kelemahan, mudah tersinggung, bingung samnolen dapat
mereflesikan adanya hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebral.
c. Memonitor denyut atau irama jantung
Rasional : Takikardia biasanya timbul sebagai hasil dari demam atau
dehidrasi, tetapi dapat timbul juga sebagai respon terhadap
hipoksemia.
d. Memonitor suhu tubuh bila ada indikasi.melakukan tindakan untuk
mengurangi demam dan menggigil.
Rasional : Demam tinggi (biasa pada pneumonia bakteri dan
influenza) akan meningkatan kebutuhan metabolisme dan konsumsi
oksigen dan mengubah oksigenasi seluler
e. Mempertahankan bedrest, menganjurkan untuk penggunaan relaksasi
dan melakukan aktifitas hiburan yang beragam
Rasional : Mencegah kelelahan dan konsumsi oksigen untuk
memfasilitasi resulusi infeksi
f. Meninggikan posisi kepala. Menganjurkan perubahan posisi tubuh,
napas dalam, dan batuk efektif.
Rasional : Tindakan ini akan meningkatkan inspirasi maksimal,
mempermudah pengeluaran secret untuk meningkatkan ventilasi.
3. DX III
Kreteria hasil :
.Tidak munculnya tanda-tanda infeksi skunder.
Pasien dapat mendemostrasikan kegiatan untuk menghindari
infeksi.
Intervensi :
a. Memonitor tanda vital, terutama selama proses terapi
Rasional : Selama periode ini, potensial berkembang menjadi
komplikasi yang lebih fatal
21
b. Mendemostrasikan tehnik mencuci tangan yang benar.
Rasional : Sangat efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi
c. Mengubah posisi dan memfasilitasi jalan napas yang baik
Rasional : Meningkatkan pengeluaran dahak, membersikan dari
infeksi
d. Membatasi pengunjung atas indikasi
Rasional : Mengurangi terpaparnya dengan organisme pathogen
lain.
e. Melakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individual
Rasional : Isolasi mungkin dapat mencegah penyebaran atau
memproteksi pasien dari proses infeksi lainnya.
f. Menganjurkan untuk istirahat secara adekuat sebanding dengan
aktivitas.meningkatkan intake nutrisi secara adekuat.
Rasional : Memfasilitasi proses penyembuhan dan meningkatkan
pertahanan tubuh Alami.
4. DX IV
Tujuan : Aktivitas dapat terpenuhu selama perawatan dengan
Kreteria hasil :
Laporan secara verbal, kekuatan otot meningkat dan tidak ada
perasaan kelelahan.
Tidak ada sesak
Denyut nadi dalam batas normal
Tidak muncul sianosis
Intervensi :
a. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas, mencatat dan
melaporkan adanya dispnea, peningkatan kelelahan, serta
perubahan dalam tanda vital selama dan setelah aktivitas.
22
Rasional : memberikan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memfasilitasi dalam pemilihan intervensi
b. Memberikan lingkungan yang nyaman dan membatasi pengunjung
selama fese akut atas indikasi. Menganjurkan untuk menggunakan
memejen stress dan aktivitas yang beragam.
Rasional : mengurangi stress dan stimulasi yang berlebihan, serta
meningkatkan istirahat.
c. Menjelaskan pentingnya beristirahat pada rencana tindakan dan
perlunya keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat.
Rasional : bedrest akan memelihara tubuh selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolisme dan memelihara energy untuk
penyembuhan
d. Membantu pasien untuk berada pada posisi yang nyaman untuk
beristirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin merasa nyaman dengan kepala dalam
keadaan elevasi, tidur di kursi atau istirahat pada meja dengan
bantuan bantal
e. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan self-care.
Memberikan aktivitas yang meningkat selama fase penyembuhan.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan menolong
menyeimbangkan suplai oksigen dan kebutuhan.
5. DX V
Tujuan : Nyeri teratasi setelah 2 hari perawatan dengan
Kreteria hasil :
Laporan secara verbal, nyeri dada berkurang
Skala nyeri menurun
Wajah tampak rileks
Pasien dapat beristirahat tanpa terganggu rasa nyeri
23
Intervensi :
a. Menentukan kareteristik nyeri misalnya ketajaman dan terus-
menerus. Cari perubahan dalam karakteristik atau lokasi.
Rasional : chest pain, biasanya timbul dalam beberapa tingkatan,
dapat juga menunjukan dari timbulnya komplikasi dari
pneumonia seperti pericarditis dan endocarditis.
b. Memberikan tindakan untuk kenyamanan, misalnya back rubs,
perubahan posisi, music lembut dan latihan relaksasi
Rasional : tindakan nonanalgesik dengan sentuhan akan
meringankan ketidaknyamanan dan memberikan efek terapi
analgesik.
c. Menawarkan untuk oral higienis
Rasional : napas dengan mulut dan terapi oksigen dapat
mengiritasi dan membuat kering membrane mukosa yang
berpotensial terjadinya ketidaknyamanan.
d. Menginstruksikan dan membantu pasien untuk melakukan tehnik
menahan dada selama batuk
Rasional ; membantu mengkontrol ketidaknyamanan pada dada
dengan meningkatkan pelaksanaan batuk efektif.
6. DX VI
Tujuan : Nutrisi dapat seimbang selama perawatan dengan
kriteria hasil :
Pasien menunjukan nafsu makan meningkat
Tidak adanya anoreksia
Berat badan dalam keadaan stabil
Intervensi :
a. Mengidentifikasikan factor yang menyebabkan nausea misalnya
sputum yang berlebihan, dispnea berat dan nyeri
Rasional : untuk dapat memilih intervensi sesuai penyebab
24
b. Memberikan tempat untuk membuang sputum, membantu oral
higienis setelah emesis, setelah postural drainase, dan sebelum
makan
Rasional : mengatasi ketidaknyamanan pandangan, rasa, kecap,
dan lingkungan pasien serta dapat mengurangi nausea
c. Menjadwalkan pemberian tindakan respiratori sekurang-
kurangnya satu jam sebelum makan
Rasional : mengurangi efek nausea yang berhubungan dengan
tindakan tersebut
d. Auskultasi bising usus. Palpasi adanya distensi abdomen
Rasional : bising usus mungkin berkurang atau tidak ada jika
proses infeksi menjadi berat atau lama. Distensi abdomen dapat
timbul sebagai hasil dari tertelannya udara atau reflex dari toksin
bakteri pada saluran gastrointestinal
e. Memberikan makan sedikit, termasuk makanan kering atau
makanan yang menarik bagi pasien.
Rasional : hal ini dapat meningkatkan intake meskipun nafsu
makan mungkin menurun lagi.
f. Mengevaluasi status nutrisi secara umum, kemudian
membandingkan dengan berat normal
Rasional : adanya kondisi kronik (seperti COPD atau
alkoholisme) atau pembatasan dana dapat mengkontribusi
terjadinnya malnutrisi, menurunnya resistensi terhadap infeksi
dan atau memperlambat respons terhadap terapi
7. DX VII
Tujuan : Keseimbangan cairan dengan tanda-tanda normal, misalnya:
membrane mukosa lembab, turgor baik, tanda vital stabil dan vavilari
revill cepat kembali.
25
Intervensi :
a. Mengkaji perubahan tanda vital seperti peningkatan tempratur
atau demam yang lama, takikardia dan hipotensi ortostatik
Rasional : peningkatan temperature atau demam yang lama.,
Peningkatan laju metabolisme dan kehilangan cairan melalui
penguapan, tekanan darah ortostatik, dan peningkatan takikardia
dapat mengindikasikan adanya kurang cairan sistemik
b. Mengkaji turgor kulit dan kelembaban dari membrane mukosa
(bibir dan lidah)
Rasional : indikator langsung terhadap keadekuatan volume
cairan, meskipun membrane mukosa mulut kering karena
pernapasan mulut dan oksigen suplemen
c. Mencatat dan melaporkan adanya nausea
Rasional : adanya tanda tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya intake oral
d. Memonitor intake dan output, mencatat warna dan karakter urine.
Menjumlahkan inssessible lauses dan mengukur berat badan atas
indikasi
Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume
cairan dan kebutuhan untuk penggantuan.
e. Memberikan cairan kurang lebih 2500 ml/hari atau sesuai
kebutuhan individu
Rasional : untuk mengembalikan kondisi kepada kebutuhan
cairan tubuh normal dan mengurangi risiko dehidrasi.
8. DX IX
Tujuan : Nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Nyeri dada berkurang
Sakit kepala berkurang
26
Gelisah berkurang
Intervensi:.
a. Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada
pneumonia, juga dapat, timbul karena pneumonia seperti
perikarditis dan endokarditis.
b. Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami
nyeri, khusus bila alasan lain tanda perubahan tanda vital telah
terlihat.
c. Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi,
musik tenang atau berbincang.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan, ketidaknyamanan dan
memperbesar efek derajat analgesik.
d. Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada
sementara meningkat keefektifan, upaya batuk.
e. Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non
produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat
kenyamanan istirahat umum.
27
9. DX X
Tujuan : Dengan kretria hasil :
Tidak mengalami aspirasi
Menunjukan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran
udara dalam paru-paru.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan
dinding dada dan/atau cairan paru.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara
dan bunyi napas adventisius, mis., krekels, megi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus)
dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan
mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons
terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan
napas/obstruksi.
c. Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk tinggi.
Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan lebih kuat.
d. Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan
karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
28
10. DX XI
Tujuan : Aktivitas sehari-hari terpenuhi secara mandiri, dengan
Kriteria hasil :
Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat
diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan tanda
vital dalam rentang normal.
Intervensi :
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional : Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut
untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi
untuk penyembuhan.
d. Atur posisi yang nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi
menggunakan bantal.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
11. DX 11
Tujuan : Anak mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat dengan
kriteria hasil :
Intake adekuat, baik IV maupun oral
Tidak adanya letargi, muntah, diare
29
Suhu tubuh dalam batas normal
Urine output adekuat.
Intervensi :
a. Catat intake dan output, berat diapers untuk output
Rasional : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output
b. Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi
IV line
Rasional : Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan
c. Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu
Rasional : Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan
d. Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam
Rasional : Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan
nafsu makan/minum
12. DX XII
Tujuan : mendapatkan pengetahuan tentang protocol pengobatan
dan aspek-aspek preventif dengan criteria hasil :
Mengidentifikasi factor-faktor yang menunjanng terjadinya
pneumonia
Berhenti merokok
Menyelingi periode istirahat dengan meningkatkan aktivitas
Intervensi :
Ajarkan pasien tenteng tindakan preventif:
Hindari merokok
Pertahankan daya tahan alamiah (istirahan dan nutrisi yang
cukup da latihan atau olah raga yang sesuai)
Dapatkan vaksin influenza dan vaksin pneumokokus pada
waktu yang diharuskan.
Hindari keletihan, mengigil dan kelebihan masukan alcohol
yang menurunkan daya tahan terhadap pneumonia.
3.4 PELAKSANAAN
30
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Tahapan pelakasanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada perawat untuk membantu klien mencapai
tujuan yang di harapkan.
Dimana tahapan tindakan keperawatan mulai dari:
Persiapan Perencanaan Dokumentasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
3.5 EVALUASI
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan
untuk memonitor ”kealfaan” yang terjadi dalm tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001)
S : Klien mengeluh Sesak
O : Klien masih sesak
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
31
BAB IV
KESIMPULAN
Pneumonia adalah Radang parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia
dibagi menjadi pneumonia laboris, pneumonia lobularis, bronkopneumonia &
pneumonia interstisialis.
klasifikasi pneumonia.
o Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
o Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
o Pneumonia aspirasi.
o Pneumonia pada penderita immunocompromised.
Secara umum dapat dibagi menjadi :
Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi
sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada
32
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nursalam ,M. Nurs,dkk, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Corwin, Elisabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.philaddelphia.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta :
EGC
Sudoyo, W, aru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Tanujaya , Edward . 2008. Asuhan Keperawatan Pada Paien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
33
34