PMSP RMK 6 - Identifikasi Area Kunci, Penetapan Tujuan, Lingkup & Kriteria Audit - IG 8,9,10

download PMSP RMK 6 - Identifikasi Area Kunci, Penetapan Tujuan, Lingkup & Kriteria Audit - IG 8,9,10

of 7

description

pengauditan manajemen sektor publik

Transcript of PMSP RMK 6 - Identifikasi Area Kunci, Penetapan Tujuan, Lingkup & Kriteria Audit - IG 8,9,10

Nama:Ellen FatmalissyaNIM:F1314037Kelas:A (S1 Transfer Akuntansi)Mata Kuliah:Pengauditan Manajemen Sektor Publik

TUGAS RINGKASAN MATERI KULIAH KE-6Perencanaan Audit Identifikasi Area Kunci, Penetapan Tujuan, Lingkup & Kriteria Audit (Contoh : Rumah Sakit)

A. Identifikasi Area Kunci

1. Pengertian Area Kunci (Key Area)Area kunci adalah area, bidang, atau kegiatan yang menjadi fokus audit dalam entitas.

2. Manfaat Identifikasi Area KunciPemilihan area kunci yang tepat memungkinkan penggunaan sumber daya audit secara lebih efisien dan efektif karena dapat memfokuskan sumber daya pada area audit yang memiliki nilai tambah yang maksimum.

3. Pendekatan Untuk Identifikasi Area KunciPenentuan area kunci berdasarkan faktor pemilihan yang terdiri atas :a. Risiko manajemenPendekatan audit berbasis risiko (risk based audit approach) merupakan pendekatan menggunakan analisis risiko untuk menentukan area penting yang seharusnya jadi fokus audit. Dalam audit kinerja pendekatan ini lebih ditekankan pada risiko yang ditanggung manajemen terkait dengan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (3E).b. SignifikansiSignifikasi area audit terkait dengan dampak yang dihasilkan area tersebut terhadap objek audit secara keseluruhan. Penentuannya merupakan penilaian profesional seorang auditor dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti : Materialitas keuangan faktor ini didasarkan pada penilaian total nilai kekayaan entitas, pengeluaran tahunan, dan/atau penerimaan tahunan. Batas kritis keberhasilan menunjukkan pentingnya suatu area dalam menentukan keberhasilan suatu entitas. Visibilitas berkaitan erat dengan dampak eksternal dari kegiatan tersebut.c. Dampak auditMerupakan nilai tambah dari audit kinerja yakni perubahan atau perbaikan yang dapat meningkatkan 3E. Beberapa kemungkinan dampak audit terkait : Aspek ekonomi, Aspek efisiensi, Aspek efektivitas, Peningkatan perencanaan, pengendalian, dan manajemen, Peningkatan akuntabilitas, Peningkatan mutu pelayanan.d. AuditabilitasAuditabilitas berkaitan dengan kemampuan tim audit untuk melaksanakan audit sesuai dengan standar profesi. Dalam menilai faktor-faktor pemilihan tersebut, auditor dapat melakukan pembobotan berdasarkan pertimbangan profesionalnya (professional judgement) kemudian dapat ditentukan area kunci yang akan menjadi fokus audit.

B. Penetapan Tujuan dan Lingkup Audit

1. Tujuan Audit (Audit Objective)Tujuan audit berkaitan dengan alasan dilaksanakannya suatu audit. Tujuan audit kinerja harus benar-benar dipertimbangkan dan dinyatakan secara jelas, agar dapat mempermudah auditor dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal yang harus diaudit dan simpulannya. Manfaat penetapan tujuan antara lain : a. membantu fokus kegiatan pengumpulan bukti audit,b. mencapai tujuan audit yang diinginkan,c. menghasilkan mutu audit yang konsisten, dand. menjadi ukuran mutu audit kinerja yang harus ditunjukkan pada akhir audit.Proses penetapan audit kinerja diawali dengan menetapkan tujuan audit sementara (tentative audit objective-TAO), didasarkan pada informasi hasil dari pemahaman entitas. Jika teridentifikasi aspek manajemen/bidang auditee mempunyai kelemahan dan perlu pengujian lebih lanjut, maka TAO akan disempurnakan menjadi tujuan audit tetap (firm audit objective-FAO) sehingga pengumpulan bukti bisa lebih murah, mudah, dan terarah.TAO dapat berupa evaluasi kinerja manajemen dengan aspek 3E, yang biasanya masih bersifat umum/luas. Bukti atas masing-masing aspek kinerja tersebut dapat menentukan FAO yang akan digunakan sebagai dasar dalam pengujian terinci. Pemilihan salah satu dari aspek 3E sebagai tujuan audit, memperhatikan keseimbangan antar aspek 3E.

Contoh alasan dilakukannya audit : Adanya ketidakhematan/ketidakefisienan penggunaan sumber daya yang tersedia, Tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai, Adanya alternatif lain yang lebih baik dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, Adanya penggunaan sumber daya yang tidak sah, Adanya penyimpangan dari peraturan perundang-undangan, Sistem akuntansi dan laporan keuangan yang kurang baik.

2. Lingkup Audit (Audit Scope)Sebagai batasan dari suatu audit, lingkup audit membatasi bidang/kegiatan, periode waktu, lokasi, jenis kajian, dan jenis investigasi (jika dibutuhkan). Pentingnya menentukan lingkup audit yaitu mempengaruhi prosedur audit, sumber daya yang dibutuhkan, dan masalah-masalah penting yang akan dilaporkan.Lingkup audit kinerja umumnya memuat :a. Luasnya tujuan audit,b. Permasalahan yang akan diperiksa (3E), danc. Waktu yang diperlukan dan besarnya sample yang akan diambil.

3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menentukan Lingkup Audita. Memanfaatkan informasi dari tahapan audit sebelumnya, karena perubahan informasi yang diperoleh mempengaruhi keputusan penetapan lingkup audit.b. Menyesuaikan lingkup audit, perlu dilakukan jika informasi yang didapat selama pelaksanaan audit mengharuskan demikian.c. Menggunakan pertimbangan profesional, untuk menentukan lingkup audit yang lebih khusus agar dapat memudahkan auditor dalam merancang prosedur audit.d. Mempertimbangkan karakteristik objek audit, mempengaruhi penentuan periode waktu audit. Auditor menentukan periode waktu dengan mempertimbangkan : Pendekatan audit termasuk sifat masalah yang akan diaudit, misal mengaudit proses atau hasil; Kondisi entitas yang diaudit; Sifat dan tersedianya bukti audit; Keahlian atau kompetensi yang dibutuhkan.

C. Penetapan Kriteria Audit

1. Kriteria AuditKriteria audit merupakan standar, ukuran, harapan, dan praktik terbaik yang seharusnya dilakukan atau dihasilkan oleh entitas yang diaudit. Kriteria Audit adalah standar ukuran harapan mengenai apa yang seharusnya terjadi, praktik terbaik, dan benchmarks (SPKN). Tujuan penetapan kriteria yaitu sebagai dasar pembanding apakah praktik-praktik yang dilaksanakan telah mencapai standar kinerja yang seharusnya.Dua pendekatan penetapan kriteria:a. Kriteria Proses : fokus pada proses kerja auditee. Menilai apakah entitas/ program/ kegiatan memiliki prosedur, metode, atau proses operasional yang baik. Ini berkaitan dengan cara kerja dan sumber daya (input) yang seharusnya digunakan auditee secara memadai di bidang-bidang kegiatan yang diperiksa dalam proses pekerjaan.b. Kriteria hasil : fokus pada pencapaian hasil, kriteria keberhasilan berkaitan dengan tercapainya 3E sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2. Menggunakan Kriteria Proses dan/atau Kriteria HasilPanduan dalam menentukan kriteria untuk menilai kinerja auditee antara lain :a. Menggunakan kriteria hasil apabila auditee: memiliki kriteria yang jelas atas hasil yang ingin dicapai, atau tidak memiliki proses/cara yang baik untuk mencapai hasil yang diinginkan.b. Menggunakan kriteria proses apabila : hasil dinyatakan dalam bentuk kualitatif dan tidak dinyatakan secara jelas kuantitasnya.c. Kriteria audit dapat dituangkan dalam bentuk model pengelolaan yang baik (model of good management), yang memuat hal-hal yang harus ada/dilakukan auditee terkait dengan tujuan audit yang telah ditentukan. Sebagai rangkaian yang komprehensif, hal ini memuat kriteria proses maupun kriteria hasil yang sesuai dengan tujuan audit.

3. Manfaat Kriteria Audita. Dasar komunikasi antara tim audit dengan manajemen auditee mengenai sifat audit;b. Alat untuk mengaitkan tujuan dengan program audit selama tahap pengujian terinci;c. Dasar dalam pengumpulan data dan dasar penetapan prosedur pengumpulan data;d. Dasar penetapan temuan serta menambah struktur dan bentuk observasi audit.

4. Karakteristik Kriteria AuditKarakteristik kriteria yang baik mencakup hal-hal sebagai berikut:a. Dapat dipercaya (reliable); apabila kriteria tersebut digunakan oleh auditor lain untuk hal yang sama, maka kriteria tersebut harus bisa memberikan kesimpulan yang sama.b. Obyektif (objective); kriteria bebas dari bias baik oleh auditor maupun entitas.c. Bermanfaat(usefulness); kriteria yang dapat menimbulkan temuan dan kesimpulan pemeriksaan yang memenuhi keinginan para pengguna informasi.d. Bisa dimengerti(understandability);kriteria yang ditetapkan secara jelas dan bebas dari perbedaan interpretasi.e. Bisa diperbandingkan (comparability); kriteria bersifat konsisten apabiladigunakan dalam pemeriksaan kinerja atas entitas-entitas/aktivitas-aktivitas yang serupa atau apabila digunakan dalam pemeriksaan kinerja sebelumnya atas entitas yang sama.f. Lengkap (completeness);kriteriayang lengkap mengacu kepada penggunaan seluruh kriteria yang signifikan dalam menilai kinerja.g. Bisaditerima(acceptability);kriteria yang bisa diterima oleh entitas yang diperiksa, DPR-RI/DPRD, media, dan masyarakat umum.

5. Langkah-Langkah dalam Menentukan Kriteria AuditLangkah dalam menentukan kriteria : a. Menilai ketepatan karakteristik kriteria audit, b. Menentukan sumber kriteria, c. Mengembangkan kriteria, d. Mengkomunikasikan kriteria dengan auditee.

6. Hubungan Antara Auditor dan Auditee dalam Menentukan KriteriaHubungan antara auditor dan auditee dalam menentukan dan mengembangkan kriteria audit penting, tetapi auditor harus menyadari pengaruh negatifnya. Diskusi dengan auditee memberikan kesempatan auditor untuk menguji objektivitas kriteria yang akan dipakai. Apabila terjadi ketidaksepakatan antara auditor dan auditee mengenai kriteria atau tanggung jawab manajemen, hal ini harus diungkapkan dalam kertas kerja audit. Kesalahpahaman dapat terjadi karena penentuan dasar penilaian yang kurang tepat.

D. CONTOH PENERAPAN DI RUMAH SAKIT

1. Pendekatan Identifikasi Area Kuncia. Risiko Manajemen : Risiko yang ditanggung manajemen dari sisi 3E, yang meliputi : Pengeluaran di bawah atau di atas anggaran; Tidak tercapainya tujuan yang telah ditetapkan; Tingginya mutasi pegawai; Manajemen tidak bereaksi atas kelemahan yang ditemukan; Ekspansi program secara mendadak; Hubungan tanggung jawab yang tumpang tindih, tidak jelas atau membingungkan; Aktivitas bersifat rumit dalam lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian; b. Signifikansi : Dampak yang dihasilkan area tersebut terhadap objek audit secara keseluruhan. Batas keberhasilan menunjukkan pentingnya suatu area dalam menentukan keberhasilan entitas. Visibilitas/kejelasan suatu area terkait erat dengan dampak eksternal dari kegiatan yang berkaitan dengan faktor sosial, ekonomi dan lingkungan serta pentingnya kegiatan terhadap program pemerintahan/masyarakat. c. Dampak audit: nilai tambah yang diharapkan mengarah ke perbaikan/peningkatan 3E.d. Auditabilitas : kemampuan tim audit melaksanakan audit sesuai standar profesi.

2. Penetapan Tujuan dan Lingkup AuditAudit Kinerja pada Rumah Sakit bertujuan salah satunya untuk mengukur tingkat capaian hasil pengelolaan Rumah Sakit sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 209/Menkes/SK/I/2011 tanggal 31 Januari 2011 yang meliputi aspek keuangan dan non keuangan, menilai capaian SPM, evaluasi penyusunan dan pelaksanaan RBA serta memberikan perbaikan dalam upaya peningkatan kinerja Rumah Sakit. Aspek kinerja non keuangan didasarkan penilaian berdasarkan kinerja pelayanan, dan kinerja mutu pelayanan dan manfaat bagi masyarakat.Lingkup audit kinerja Rumah Sakit meliputi penilaian dan pengukuran tingkat kesehatan menurut perspektif keuangan dan non keuangan serta capaian standar pelayanan minimal Rumah Sakit dalam tahun yang diaudit termasuk informasi penting yang terjadi.

3. Penetapan Kriteria AuditSalah satu kriteria dalam penilaian audit kinerja meliputi: a. Aspek keuangan 1) Imbalan Investasi (Return on Investment);2) Rasio Kas (Cash Ratio);3) Rasio Lancar (Current Ratio);4) Collection Periods (CP);5) Perputaran Persediaan (PP);6) Perputaran Total Aset;7) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset.b. Aspek non keuangan 1) Indikator Kinerja Pelayanan Pertumbuhan Produktivitas: (Rata-rata kunjungan rawat jalan/ inap per hari, Rata Operasi/ Pemeriksaan Laboratorium); Efisiensi Pelayanan (Bed Occupancy Rate - BOR, Average Length of Stay - AVLOS, Bed Turn Over - BTO, Turn Over Internal - TOI); Pertumbuhan Daya Saing (Sales Growth (SALG), Activity Growth); Pengembangan SDM (Program diklat serta Penghargaan dan sanksi); Penelitian dan Pengembangan.2) Indikator Kinerja Mutu Pelayanan dan Manfaat Bagi Masyarakat Mutu pelayanan (emergency response time rate, angka kematian gawat darurat, angka infeksi nosokomial, kecepatan pelayanan resep obat, waktu tunggu sebelum operasi); Kepedulian kepada masyarakat (penyuluhan kesehatan, rasio tempat tidur kelas III, pemanfaatan tempat tidur kelas III, persentase pasien tidak mampu); Kepuasan pelanggan (penanganan komplain, lama waktu tunggu di poliklinik, kemudahan pelayanan).6IG 8,9,10