Pln

8
Proses Penyediaan Tenaga Listrik 1 Guna memahami proses penyediaan dan pendistribusian tenaga listrik, maka secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: Usaha tenaga listrik merupakan jenis usaha yang kompleks dalam proses pengadaannya. Dalam prosesnya, penyediaan tenaga listrik setidaknya melibatkan tiga jenis usaha/industri , yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Masing-masing merupakan suatu kegiatan usaha yang sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap usaha/industri menghasilkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) yang menjadi dasar dalam penentuan harga jual ke tipe usaha/industri lainnya. Alokasi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dari satu tipe usaha/industri ke tipe usaha/industri yang lain dalam sektor ketenagalistrikan merupakan transfer price yang akan menjadi beban bagi tipe usaha/industri yang teralokasi. Gambar 1. Biaya penjualan pada Laporan Laba Rugi Tenaga Nasional Berhad (Malaysia) (sumber: Annual Report TNB 2014) Komponen-komponen yang mempengaruhi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik, sesuai dengan PMK Nomor 111/PMK.02/2007 adalah sebagai berikut: 1. Pembelian tenaga listrik termasuk juga di dalamnya sewa pembangkit. 2. Biaya terhadap pengadaan bahan bakar, yang terdiri dari bbm, gas alam, panas bumi, batubara, minyak pelumas, serta adanya biaya retribusi air permukaan. 1 Sumber : Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga. Jakarta.

description

riset pln

Transcript of Pln

Page 1: Pln

Proses Penyediaan Tenaga Listrik1

Guna memahami proses penyediaan dan pendistribusian tenaga listrik, maka secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: Usaha tenaga listrik merupakan jenis usaha yang kompleks dalam proses pengadaannya.

Dalam prosesnya, penyediaan tenaga listrik setidaknya melibatkan tiga jenis usaha/industri, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Masing-masing merupakan suatu kegiatan usaha yang sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap usaha/industri menghasilkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) yang menjadi dasar dalam penentuan harga jual ke tipe usaha/industri lainnya. Alokasi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dari satu tipe usaha/industri ke tipe usaha/industri yang lain dalam sektor ketenagalistrikan merupakan transfer price yang akan menjadi beban bagi tipe usaha/industri yang teralokasi.

Gambar 1. Biaya penjualan pada Laporan Laba Rugi Tenaga Nasional Berhad (Malaysia) (sumber: Annual Report TNB 2014)

Komponen-komponen yang mempengaruhi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik, sesuai dengan PMK Nomor 111/PMK.02/2007 adalah sebagai berikut:

1. Pembelian tenaga listrik termasuk juga di dalamnya sewa pembangkit.2. Biaya terhadap pengadaan bahan bakar, yang terdiri dari bbm, gas alam, panas

bumi, batubara, minyak pelumas, serta adanya biaya retribusi air permukaan.3. Adanya biaya pemeliharaan, yang terdiri dari material, dan jasa borongan.4. Biaya kepegawaian.5. Biaya administrasi.6. Adanya penyusutan aktiva tetap operasional.7. Adanya bunga dan keuangan yang digunakan untuk penyediaan tenaga listrik.

1 Sumber : Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga. Jakarta.

Page 2: Pln

Gambar 2. Beban Usaha pada Laporan Laba Rugi PT PLN (sumber: Annual Report PT PLN 2013)

Aplikasi cost accounting PT PLN (Persero) didesain untuk penggunaan di seluruh unit lingkungan PT PLN (Persero) dimana setiap data alokasi yang dihasilkan pada satuan Unit RE-1 akan dikonsolidasikan kesatuan unit RE-2 setelah adanya alokasi kantor induk maupun kantor pusat. Dengan adanya  konsep konsolidasi ini dan perkembangan bisnis di sektor ketenagalistrikan serta efisiensi untuk menjamin pencapaian target pendapatan dengan pengendalian aktivitas biaya maka diperlukan cost accounting yang berbasis Activity Based Costing System (ABC System). Ada tiga (3) tahapan pengalokasian di dalam pengolahan data biaya yang bebasis aktivitas tersebut, yaitu :

1. Alokasi biayaMedia data entry yang berfungsi untuk mengalokasikan setiap biaya yang muncul dari hasil input sistem general ledger. Dalam alokasi ini setiap biaya yang muncul harus diidentifikasi kategorinya apakah sebagai biaya langsung atau tidak langsung serta menyebut aktivitas dan cost object yang terkait dengan alokasi biaya tersebut.

2. Alokasi aktivitasMedia yang berfungsi untuk mendefinisikan nilai-nilai cost driver yang akan dijadikan dasar dalam pengalokasian biaya tidak langsung dari cost pool ke aktivitas. Parameter angka cost driver bersifat konstan dalam satu kurun waktu periode tahunan.

3. Alokasi cost objectMedia yang berfungsi untuk mendefinisikan nilai-nilai activity driver yang akan dijadikan dasar dalam pengalokasian biaya tidak langsung dari aktivitas ke cost object. Parameter angka activity driver bersifat konstan dalam satu kurun waktu periode bulanan, oleh karenanya angka ini harus diinput setiap bulannya setelah diperoleh nilai fisik atas driver yang bersangkutan. Berdasarkan pengalokasian biaya-biaya berdasarkan aktivitas biaya tersebut akan dihasilkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) yang merupakan cost object pada PT. PLN (Persero) yang akan menjadi output data yang akan ditransfer ke unit ketenagalistrikan lainya.

Proses produksi PT PLN1. PLTD (Diesel)Proses produksi listrik pada mesin pembangkit listrik tenaga diesel, yang berproduksi secara terus-menerus dan dapat menghasilkan produk listrik , Gambar 3 berikut ini:

Page 3: Pln

Gambar 3. Proses produksi listrik pada mesin pembangkit listrik tenaga diesel (sumber: Lestari, M. P, 2013)2

Perusahaan tersebut dapat menyusun penentuan harga pokok produknya menggunakan metode penentuan full costing atau variable costing. Metode full costing adalah metode dimana seluruh biaya-biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel menjadi penentu dalam harga pokok. Sedangkan, metode variabel costing merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, atau administrasi, dan penjualan.Terdapat 2 (dua) golongan besar dalam setiap proses produksi yang akan membentuk laporan harga pokok produksi, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi.

a. Biaya produksiBiaya produksi merupakan seluruh biaya yang masih berkaitan langsung dengan proses produksi. Biaya produksi adalah sumber daya langsung yang digunakan dalam proses produksi energi listrik ini, yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya yang ditimbulkan akibat penggunaan sumber daya langsung tersebut meliputi:i) Biaya Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah bahan bakar minyak seperti: HSD (High Solar Diesel), IDO (Industry Diesel Oil). dan MFO (Marine Fuel Oil), ketiganya merupakan jenis solar sebagai bahan bakar penggerak mesin tenaga listrik. Biaya bahan bakar/fuel dan tambahan lainya tidak dimiliki oleh PLTN, PLTS dan PLTB dan biaya bahan bakar terbesar terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

ii) Biaya Pegawai Fungsi PembangkitanBiaya ini dapat dikategorikan dalam biaya tenaga kerja langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja bagian produksi. Untuk PT PLN (Persero) ini biaya tenaga kerja bagian produksi adalah biaya gaji dan upah pegawai seksi pembangkitan serta biaya cuti dan lainnya.

b. Biaya non produksiBiaya non produksi merupakan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi namun masih memiliki kaitan dengan produk yang dihasilkan.i) Biaya Administrasi Fungsi Pembangkitan

Biaya ini dapat dikelompokkan kedalam biaya administrasi dan umum karena biaya ini muncul bukan sebagai akibat adanya proses produksi namun biaya

2 Lestari, M. P. (2013). PENENTUAN HARGA POKOK ENERGI LISTRIK PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO MANADO. JURNAL RISET EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS DAN AKUNTANSI, 1(3).

Page 4: Pln

ini masih memiliki kaitan dengan proses produksi yang terjadi dalam perusahaan.

ii) Biaya Administrasi Fungsi TransmisiBiaya ini dapat dikelompokkan kedalam biaya administrasi dan umum karena biaya ini muncul bukan sebagai akibat adanya proses transmisi produk, namun biaya ini masih memiliki kaitan dengan proses produksi yang terjadi dalam perusahaan.

iii) Biaya Administrasi Fungsi TelekomunikasiBiaya ini dapat dikelompokkan kedalam biaya administrasi dan umum karena biaya ini muncul bukan sebagai akibat adanya proses komunikasi dalam bagian produksi, namun biaya ini masih memiliki kaitan dengan proses produksi yang terjadi dalam perusahaan.

Perbandingan Biaya dari Masing-Masing Pembangkit ListrikBerdasarkan PLN (2012) diperkirakan pada tahun 2021 pembangkit listrik akan didominasi oleh penggunaan batubara. Pangsa produksi listrik di Indonesia per jenis energi primer diproyeksikan pada tahun 2021 akan menjadi 62,7% untuk batubara, 18,8% gas alam (termasuk LNG), 11,0% panas bumi, 6,5% tenaga air, 1% minyak dan bahan bakar lainnya. Hal ini sejalan dengan hasil studi Permana dkk (2012) yang memperkirakan penggunaan batubara untuk pembangkit. Pada tahun 2030 produksi listrik dari pembangkit berbahan bakar batubara untuk skenario dasar diprakirakan mempunyai pangsa sebesar 67,8%. Sisanya diisi oleh pembangkit berbahan bakar fosil yaitu gas (8,4%) dan minyak (0,3%) serta berbasis EBT/Energi Baru Terbarukan (23,5%). Produksi listrik dari pembangkit berbasis EBT ini terdiri atas panas bumi (10,2%), hidro (8,5%), nuklir (2,9%), biomasa (1,3%), dan EBT lainnya (0,6%) dengan EBT lainnya ini terdiri atas matahari, angin, gasifikasi batubara serta sampah. Pemilihan pembangkit berdasarkan pertimbangan biaya pembangkitan yang murah akan menghasilkan perencanaan yang mengutamakan pengembangan pembangkit listrik berbasis batubara dan gas untuk jangka panjang. Pemilihan pembangkit listrik dari batubara dan gas yang pangsanya semakin dominan ini karena sampai saat ini mempunyai biaya pembangkitan yang lebih rendah dari pada pembangkitan listrik dari EBT.

Di negera-negara maju yang sudah menerapkan kriteria pembangunan yang berkelanjutan, pertimbangan pemilihan pembangkit lebih ditingkatkan menjadi biaya sosial yang meliputi explicit cost (biaya eksplisit atau biaya pembangkitan) dan external cost (biaya eksternal atau biaya lingkungan).

Page 5: Pln

Gambar 3. Definisi biaya3

Biaya sosial merupakan penjumlahan dari biaya eksplisit dan biaya eksternal. Biaya eksplisit merupakan biaya pembangkitan yang semata-mata didasarkan pada pertimbangan keekonomian. Untuk membanding keekonomian beberapa jenis pembangkit biasanya dilakukan berdasarkan biaya teraras (levelized cost) yang merupakan semua biaya yang berhubungan dengan pengoperasian pembangkit selama umur ekonomisnya. Biaya yang diperhitungkan meliputi biaya investasi, biaya operasi dan perawatan (O&M), dan biaya bahan bakar. Dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, semua biaya tersebut termasuk bunga pinjaman selama pembangunan pembangkit didiskonto ke tahun dasar dan menjadi total biaya pembangkitan. Metode perbandingan biaya teraras ini memungkinkan untuk membuat perbandingan berbagai jenis pembangkit secara lebih obyektif.

Berdasarkan studi dapat dirangkum biaya eksplisit dari pembangkit listrik, baik yang menggunakan energi fosil maupun energi baru terbarukan, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Biaya ini sangat tergantung dari biaya bahan bakar maupun lokasi pembangkit. Oleh karena itu untuk mempertimbangkan faktor tersebut pada biaya eksplisit dicantumkan nilai bawah (min) dan nilai atas (max). Dari tabel terlihat bahwa pembangkit listrik dengan menggunakan energi fosil relatif lebih murah dari pada menggunakan energi baru terbarukan, kecuali untuk PLTA. PLTA meskipun murah tetapi tidak semua lokasi mempunyai potensi untuk bisa dikembangkan.

3 Sumber: Sugiyono, A. (2010). Peran PLTN Dalam Mendukung Komitmen Pemerintah Untuk Mengurangi Emisi CO2. In Prosiding Seminar Pengembangan Energi Nuklir Tahun (pp. 199-206).

Page 6: Pln

Tabel 1. Biaya eksplisit pembangkit listrik (sen $2010/kWh)4

Keterangan: PLTU = Pembangkit Listrik Tenaga Uap, PLTG = Pembangkit Listrik Tenaga Gas, PLTN = Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, PLTA = Pembangkit Listrik Tenaga Air, PLTS = Pembangkit Listrik Tenaga Surya, PLTB = Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, PLTP = Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

4 Sumber: Sugiyono, A. (2010). Peran PLTN Dalam Mendukung Komitmen Pemerintah Untuk Mengurangi Emisi CO2. In Prosiding Seminar Pengembangan Energi Nuklir Tahun (pp. 199-206).