PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPenulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPenulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata...
i
UJI TOKSISITAS SUBAKUT INFUSA BIJI ALPUKAT
(Persea americana Mill.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
GINJAL TIKUS SPRAGUE DAWLEY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah SatuSyarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Levina Apriyani
NIM : 118114090
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktu-
Nya…mendengar lebih dari yang kamu ucapkan, menjawab
lebih dari yang kamu pinta, memberi lebih dari yang kamu
bayangkan, dengan waktu dan cara-Nya sendiri…
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahan untuk :
Tuhan Yesus Kristus, Bapaku yang setia, sumber harapanku
Mamah, kakak, dan semua keluarga besarku
yang selalu mendoakanku dan menyemangatiku
Sahabat-sahabatku yang telah hadir di saat susah dan senang
serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala perlindungan,
penyertaan dan berkat yang telah diberikanNya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI TOKSISITAS SUBAKUT
INFUSA BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGIS GINJAL TIKUS SPRAGUE DAWLEY” dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk mmenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
pergunakan untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan penulis menjalankan
pembelajaran selama masa studi.
2. Ibu drh. Sitarina Widyarini, M.P., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah membimbing dan mendampingi dan memberikan saran
selama pembuatan skripsi ini.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah membimbing dan mendampingi dan memberikan saran selama
pembuatan skripsi ini.
4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikkan kritik dan saran selama penyususan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
5. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikkan kritik dan saran selama penyususan skripsi.
6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku Kepala Penanggung Jawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam
penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.
7. Bapak Heru dan Bapak Supardjiman selaku Laboran Farmakologi dan
Toksikologi, Bapak Wagiran selaku Laboran Farmakognosi-Fitokimia,
Bapak Kayatno selaku Laboran Biokimia, Bapak Kunto selaku Laboran
Kimia Analisis, Bapak Ottok selaku pengelola gudang kefarmasian atas
segala bantuan selama pelaksanaan skripsi ini.
8. Bapak drh. Sugiyono, M.Sc. yang telah banyak membantu dalam
pemeriksaan dan menentukan diagnosis histopatologis organ, serta Bapak
Lilik selaku Laboran pada Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran
Hewan UGM yang telah banyak membantu dalam pembuatan preparat
histopatologis.
9. Keluargaku tercinta, Papah Supran Santoso (Alm.), Mamah Leniawati,
Riyanto, Handy Wijaya Santoso, Antonius Saputra Santoso yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, dan semangat kepada penulis.
10. Keluarga Mardiana yang telah mendukung dan memberikan doa kepada
penulis.
11. Kakak Maulita Eka Santi yang telah membantu dan memberikan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
12. Sahabat BiienBii Reza Fiqriyani, Poppy Siti Hasyanah, Ida Aisyah,
Nabilah Liwaqisti atas bentuk dukungan yang selalu diberikan selama ini.
13. Sahabat-sahabatku Betzylia Wahyuningsih, Albertus Juanino P, Alexander
Budi K, sebagai sahabat yang selalu mendukung penulis dalam suka dan
duka dalam pembuatan skripsi ini.
14. Teman-teman seperjuangan “Avocado girl‟s” Agustina Iswara, Christina
Desi, Trifonia Ingrid dan Marselina Cresentia atas kerjasama, bantuan dan
semangat dalam proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
15. Teman-teman FSM B 2011, FKK B 2011 dan seluruh angkatan 2011 atas
kebersamaan kita.
16. Teman-teman kost Gracia Girl‟s, Bernadet Brigita Puspita Wardhani, Vivo
Puspita Sari, Kezia Irma Sumomba, Amanda Alexandra Tanne, Skolastika
Tianri, Yasinta P, Wuri D, Clara Wina, Fransisca Puspa, Isabella Elga,
Pramita A.D, atas kebersamaan, keceriaan, dukungan, semangat dan
masukan yang diberikan selama pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis
berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di
bidang ilmu Farmasi.
Yogyakarta,
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….iv
PRAKATA……………………………..………………………………………….v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………….viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI…………..………………………….ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………........x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….....xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....xvii
INTISARI……………………………………………………………………...xviii
ABSTRACT………………………………………………………………………xix
BAB 1 PENGANTAR…………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
1. Perumusan masalah………………………………………………. …..5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Keaslian penelitian…………………………………………………….5
3. Manfaat penelitian………………………………………………..........6
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………………..6
1. Tujuan umum…………………………………………………….........6
2. Tujuan khusus…………………………………………………………7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………………..8
A. Persea americana Mill. …………………………………………………...8
1. Sinonim………………………………………………………………..8
2. Taksonomi……………………………………………………………..9
3. Nama umum…………………………………………………………...9
4. Morfologi……………………………………………………………...9
5. Kandungan kimia……………………………………………………...9
6. Khasiat dan penggunaan………………………………………….......10
B. Infusa……………………………………………………………………..11
C. Ginjal……………………………………………………………………..11
1. Anotomi dan fiiologi ginjal…………………………………………..11
2. Fungsi ginjal……………………………………………………….....16
3. Kerusakan ginjal……………………………………………………...16
D. Ketoksikan dan kerusakan Ginjal…………………………………….......17
E. Uji Toksikologi ………………………………………………………….19
F. Uji Toksisitas Subakut …………………………………………………..20
G. Asas Toksikologi ………………………………………………………...23
H. Keterangan Empiris ……………………………………………………...25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………… 26
A. Jenis Rancangan Penelitian………………………………………………26
B. Variabel dan Definisi Operasional…………………………………….....26
1. Variabel utama………………………………………………….........26
2. Variabel pengacau……………………………………………………26
C. Definisi Operasional……………………………………………………...27
D. Bahan Penelitian……………………………………………………….....28
E. Alat dan Instrumen Penelitian……………………………………………29
F. Tata cara Penelitian……………………………………………………... 29
G. Tata Cara Analisis Hasil……………………………………………….....36
H. Skema Alur Penelitian……………………………………………………38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………...39
A. Determinasi Biji Persea Americana Mill. …………………………….....39
B. Penetapan Kadar Air……………………………………………………..40
C. Penentuan Dosis Infusa Biji Alpukat (Persea americana Mill.)………...40
D. Pemeriksaan Histologis Organ Ginjal …………………………………...41
E. Uji Reversibilitas………………………………………………………....46
F. Pengaruh Pemberian Infusa Biji Alpukat
(Persea americana Mill.) terhadap Perubahan Berat Badan
Tikus Jantan dan Betina…………………………………………………49
G. Asupan Pakan Tikus Akibat Pemberian Infusa Biji
P. americana Mill. ……………………………………………………...54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
H. Asupan Minum Tikus Akibat Pemberian Biji P. americana Mill……….56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………58
A. Kesimpulan……………………………………………………………….58
B. Saran……………………………………………………………………...58
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………59
LAMPIRAN……………………………………………………………………...63
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………...76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Hasil Perhitungan Histopatologis Ginjal Tikus Jantan Kelompok
Kontrol Dan Kelompok Perlakuan Infusa Biji P. AmericanaMill.
selama 28 hari……………………………………………………...41
Tabel II. Hasil Perhitungan Histopatologis Ginjal Tikus Betina Kelompok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan Infusa Biji P. americana Mill.
selama 28 Hari………………………………………………………..44
Tabel III. Hasil Perhitungan Histopatologis Ginjal Tikus Jantan
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Infusa Biji
P. americana Mill. Pada Uji Revesibilitas 14 hari………………...46
Tabel IV. Hasil Perhitungan Histopatologis Ginjal Tikus Betina
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Infusa Biji
P. americana Mill. Pada Uji Revesibilitas 14 hari….……………..47
Tabel V. Purata Berat Badan ± SE Tikus Jantan Akibat Pemberian
Infusa Biji P. americana Mill. selama 28 hari………………………50
Tabel VI. Purata Berat Badan ± SE Tikus Betina Akibat Pemberian
Infusa Biji P. americana Mill. selama 28 hari……………………...51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gambar Struktur Ginjal……………….…………………………….11
Gambar 2. Gambar Struktur Nefron………………….…………………………11
Gambar 3. Gambar Struktur glomerulus dan kapiler glomerular……….…........12
Gambar 4. Gambar Korpuskular ginjal secara mikroskopik……………………13
Gambar 5. Gambar Tubulus kontortus proksimal………………………………14
Gambar 6. Gambar Duktus koligens……………………………………………14
Gambar 7. Gambar mikroskopik ginjal nefritis interstitial kronik
(diwarnai dengan hematoxylin dan Eosin, perbesaran 600x)
(Perazella dan Marcowitz, 2010)………………………....……........17
Gambar 8. Fotomikroskopikginjaltikusjantankelompokperlakuandosis
IBA 1140,6 mg/kgBB yang mengalamiperubahanhistopatologis
degenerasihidropik (perbesaran 400x, pewarna H-E)……………...42
Gambar 9. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok perlakuan dosis IBA
640,8 mg/kgBB yang mengalami perubahan histopatologis nefritis
interstitialis (perbesaran 400x, pewarna H-E)....................................43
Gambar 10. Fotomikroskopik ginjal tikus betina reversibilitas kelompok kontrol
aquadest 14285,7 mg/kgBB yang mengalami perubahan hispatologis
degenerasi hidropik (perbesaran 400x, pewarna H-E).......................48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 11. Rerata perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian
Infusa biji alpukat selama 28 hari…………………………………..52
Gambar 12. Rerata perubahan berat badan tikus betina selama pemberian
Infusa biji alpukat selama 28 hari……………………………...…...52
Gambar 13.Asupan pakan tikus jantan selama perlakuan……………………….54
Gambar 14.Asupan pakan tikus betina selama perlakuan……………………….54
Gambar 15.Asupan minum tikus jantan selama perlakuan……………………...55
Gambar 16. Asupan pakan tikus betina selama perlakuan………………………56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto Biji Alpukat................................................................... 63
Lampiran 2. Foto Serbuk Biji Alpukat....................................................... 63
Lampiran 3. Foto Infusa Biji Alpukat........................................................ 63
Lampiran 4. Foto Pembuatan Infusa Biji Alpukat..................................... 64
Lampiran 5. Foto Pembedahan Hewan Uji................................................ 64
Lampiran 6. Surat Pengesahan Determinasi Biji Alpukat
(Persea americana Mill.)...................................................... 65
Lampiran 7. Surat Ethics Committee Approval......................................... 66
Lampiran 8. Hasil Diagnosis Histopatologis.............................................. 67
Lampiran 9. Analisis Statistika Perubahan Berat Badan Tikus Jantan..... 69
Lampiran 10.Analisis Statistika Perubahan Berat Badan Tikus Betina.... 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perubahan
histopatologis struktural organ ginjal pada tikus Sprague Dawley yang diberi
infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) dan mengetahui sifat efek toksik
yang ditimbulkan infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) pada organ ginjal
tikus Sprague Dawley.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Dalam penelitian ini digunakan lima puluh
ekor tikus galur Sprague Dawley (25 betina dan 25 jantan), umur 2-3 bulan, berat
badan ±150-250 g. Tikus dibagi secara acak dalam lima kelompok yaitu
kelompok I (kontrol negatif) diberi aquadest, kelompok II, III, IV, dan V
merupakan kelompok perlakuan yang diberi infusa biji alpukat (Persea americana
Mill.) dengan dosis 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; 1140,6
mg/kgBB. Pemberian infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) dilakukan,
selama dua puluh delapan hari berturut-turut. Setelah dua puluh delapan hari
organ ginjal hewan uji akan diambil secara acak dari tiap kelompok perlakuan
untuk dibandingkan dengan kelompok kontrol. Analisis hasil dilakukan dengan
melihat histologi organ ginjal pada tikus galur Sprague Dawley, uji reversibilitas,
penimbangan berat badan hewan uji, dan pengukuran asupan pakan dan minum
hewan uji.
Hasil penelitian infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) yang
diberikan selama 28 hari dengan dosis 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8
mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB tidak menyebabkan perubahan struktural terhadap
ginjal tikus Sprague Dawley dan tidak dapat ditentukan sifat efek toksik akibat
pemberian infusa subakut biji P. americana Mill. pada organ ginjal tikus Sprague
Dawley.
Kata kunci : Persea americana Mill., uji toksisitas, infusa, subakut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
This research was aimed to find out whether the structural histopathology
change of the kidney of Sprague Dawley mice which were given Persea
americana Mill. exists or not. Also, it was to find out the nature of the toxic
effects caused by the Persea americana Mill. on the kidney of the Sprague
Dawley mice.
This research was an experimental research with one-way completely
randomized design. This research used fifty mice of Sprague Dawley (25 females
and 25 males), aged about 2-3 months, weighted ±150-250 g. The mice were
randomly divided into five groups. Group I (negative control) was given distilled
water, while Group II, III, IV and V were the treatment groups which were given
the Persea americana Mill. The dosage was 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB;
640,8 mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB. The Persea americana Mill. was given for
twenty eight successive days. After twenty eight days, the objects‟ kidney would
be randomly taken from each treatment group to be compared to the control
group. The result analysis was conducted by observing the kidney histology of
Sprague Dawley mice, conducting reversibility test, weighing the objects and
measuring the supply of the objects‟ feed and drink.
The research result of Persea americana Mill. given in 28 days using the
dosage of 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB
does not cause the structural change of the kidney of the Sprague Dawley mice.
Also, the nature of the toxic effect due to the infusion subacute of P. americana
Mill. supply on the kidney of the Sprague Dawley mice cannot be determined.
Keywords : Persea americana Mill., toxicity test, infusion, subacute
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. LatarBelakang Penelitian
Ginjal merupakan organ eliminasi yang penting bagi tubuh. Ginjal
memiliki peran penting dalam mengeliminasi zat-zat dari darah terutama produk
akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat, garam-garam asam urat yang
direabsorbsi sedikit dan diekresikan ke dalam urin (Donatus, 2001).
Kerusakan struktural pada sel-sel ginjal akibat kondisi patologis tertentu
akan berpengaruh pada kerja fungsional dari ginjal. Kerusakan struktural dapat
dideteksi secara mikroskopis dengan melihat preparat histologis dari ginjal apakah
terlihat secara perubahan patologis yang spesifik atau tidak dari bentuk organ
ginjal secara normal. Namun menjadi mustahil dilakukan pada manusia untuk
muncuplik jaringan ginjal, maka dari itu digunakan hewan uji. Parameter lain
yang digunakan bisa juga seperti perubahan biokimia juga dapat menggambarkan
kondisi fungsional dari ginjal (Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010).
Alpukat, buah bertekstur lembut yang mudah dijumpai di Indonesia.
Kondisi iklim tropis yang dimiliki Indonesia mendukung tanaman alpukat untuk
tumbuh dan berkembangnya buah alpukat. Keberadaanya yang lazim dan rasanya
yang unik menjadikan buah alpukat digemari masyarakat luas. Selain itu, alpukat
diketahui mempunyai banyak manfaat karena kandungan antioksidan dan zat gizi
berupa lemak yang baik untuk kesehatan (Afrianti, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Biji alpukat (Persea americana Mill.) adalah tanaman yang dikenal
mempunyai kemampuan untuk hipertensi (Anaka, Ozolua, Okpo, 2009), juga
sebagai anti radang dan menghilangkan rasa sakit (Haryanto, 2009). Arukwe, et
al. (2012) melaporkan kandungan kimia biji alpukat (P. americana Mill.), yaitu
saponin, flavonoid, tanin, steroid, alkaloid, glikosida sianogen dan fenol
bermanfaat sebagai anti inflamasi, antioksidan sebagai peningkat sistem imun.
Nwaoguikpe dan Braide (2011) melaporkan kandungan fitokimia ekstrak air biji
P. americana Mill., yakni tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, dan
glikosidasianogen. Malangngi, Meiske, dan Jessy (2012) memaparkan hasil
penelitian mengenai kandungan tanin dan uji aktifitas antioksidan ekstrak biji
buah alpukat (P. americana Mill.), ekstrak kering biji alpukat memiliki
kandungan tanin total yang tinggi yaitu, 117 mg/kg serta memiliki aktifitas
antioksidan yang tinggi, yaitu 93,045%. Makin banyak kandungan tanin maka
makin besar aktivitas antioksidannya karena tanin tersusun dari senyawa polifenol
yang memiliki aktifitas penangkap radikal bebas. Adanya kandungan antioksidan
pada ekstrak kering biji alpukat, memungkinkan antioksidan yang terkandung
pada biji alpukat mampu mencegah kerusakan ginjal dengan cara melengkapi
elektron bebas pada senyawa radikal sehingga reaktifitas dari senyawa radikal
terhadap sel-sel di sekitarnya khususnya sel ginjal dapat dicegah.
Uji toksisitas subakut dilakukan untuk menggambarkan penggunaan obat
tradisional biji P. americana Mill. dalam jangka waktu yang relatif lama pada
manusia, dikarenakan kebiasaan masyarakat menggunakan obat tradisional dalam
jangka waktu yang relatif lama disebabkan adanya sugesti bahwa obat tradisional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tidak memiliki efek samping (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1992).
Banyaknya penelitian mengenai manfaat penggunaan biji alpukat yang telah
dipublikasikan sehingga penggunaan akan biji alpukat sebagai obat tradisional
akan meningkat. Oleh karena itu, sangat perlunya dilakukan penelitian toksisitas
untuk mengetahui ada tidaknya efek toksik yang ditimbulkan dalam penggunaan
biji alpukat sebagai obat tradisional dikalangan masyarakat. Berkaitan dengan
ketoksikan, lama pemejanan suatu senyawa merupakan salah satu faktor penentu
timbulnya efek toksik akibat dari adanya akumulasi senyawa toksik. Oleh karena
itu, untuk mengantisipasi penggunaan biji alpukat jangka panjang oleh masyarakat
maka peneliti melakukan uji toksisitas subakut infusa biji alpukat. Uji toksisitas
subakut ini memiliki spektrum yang luas, untuk itu perlu dilakukan penelitian
toksisitas subakut dengan mengamati perubahan struktural pada organ ginjal, hati,
pankreas, testis dan uterus dan perubahan biokimia (SGPT, SGOT, BUN dan
kreatinin serta glukosa). Penelitian ini merupakan penelitian yang tak khas serta
dilakukan secara parallel dan penelitian ini juga dilakukan bersamaan dengan uji
toksisitas akut yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2015).
Penelitian yang dilakukan menggunakan sediaan infusa. Infusa di pilih
karena merupakan salah satu bentuk sederhana dalam pembuatan obat tradisional
yang digunakan untuk masyarakat. Maka diharapkan penggunaan infusa dapat
diketahui efeknya sesuai dengan yang digunakan pada masyarakat luas. Dalam
penentuan dosis yang digunakan, didasarkan pada dosis penggunaan di
masyarakat menurut hasil penelitian Yoseph (2013) yang melakukan penelitian
tentang efek nefroproktektif biji alpukat (P. americana Mill) yang diberi secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
per oral sekali sehari selama enam hari berturut-turut, pada hari ketujuh semua
kelompok perlakuan diberi induksi karbon tetraklorida dan hasilnya dosis efektif
infusa biji alpukat (P. americana Mill.) yang diberikan dengan dosis 360
mg/kgBB memberikan efek nefroprotektif paling efektif sebesar 100%.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah infusa biji P.
americana Mill. yang diberikan secara subakut memiliki efek toksik berupa
perubahan struktural yang akan dilihat dari gambaran histologis ginjal tikus. Pada
penelitian ini organ ginjal yang diteliti karena ginjal merupakan organ eliminasi
penting bagi tubuh. Ginjal mempunyai peran dalam mengeliminasi zat-zat dari
darah terutama produk akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat, yang
akan direabsorbsi sedikit dan diekskresikan dalam jumlah besar ke dalam urin.
Ginjal akan dilihat secara histopatologis karena ingin melihat seberapa besar
kerusakan yang ditimbulkan karena pemberian subakut infusa biji P. americana
Mill.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian subakut untuk
mengamati apakah infusa biji alpukat memiliki efek toksik pada beberapa organ,
namun pada penelitian ini hanya berfokus pada perubahan histopatologis organ
ginjal tikus Sprague Dawley yang diberi perlakuan infusa biji alpukat selama 28
hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diuraikan beberapa permasalahan
sebagai berikut.
a. Apakah pemberian subakut infusa biji alpukat (P. americana Mill.)
menyebabkan perubahan wujud struktural histopatologis organ ginjal pada
tikus galur Sprague Dawley yang dilihat secara mikroskopis ?
b. Bagaimana sifat efek toksik yang ditimbulkan oleh infusa biji alpukat (P.
americana Mill.) terhadap organ ginjal tikus galur Sprague Dawley ?
2. Keaslian penelitian
Terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan terhadap biji alpukat
(P. americana Mill.) diantaranya penelitian yang dilakukan Anaka, dkk. (2009)
menyebutkan bahwa ekstrak air biji alpukat (P. americana Mill.) memiliki efek
menurunkan tekanan darah pada tikus galur Sprague Dawley. Anggraeni (2006)
menyimpulkan bahwa infusa biji alpukat (P. americana Mill.) dapat menurunkan
kadar glukosa darah tikus Sprague Dawley yang diberi beban glukosa. Idris,
Ndukwe, dan Gimba (2009) melaporkan kemampuan biji alpukat (P. americana
Mill.) sebagai antimikroba. Silitonga (2013) menyebutkan bahwa biji alpukat (P.
americana Mill.) memiliki efek nefroprotektif dengan penurunan kadar kreatinin
serum dan gambaran mikroskopis ginjal yang normal pada tikus yang terinduksi
karbon tetraklorida. Penelitian Alhassan, Sule, Atiku, Wudil, Abubakar, dan
Mohamed (2012) membuktikan bahwa pemberian ekstrak air biji P. americana
Mill. memiliki efek hipoglikemik pada tikus yang terinduksi alloxan dan
pemberian jangka panjang ekstrak air biji P. americana Mill. memiliki efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
hipoglikemik lebih besar daripada pemberian jangka pendek. Penelitian Idris,
Ndukwe, Gimba (2009) melaporkan ekstrak biji P. americana Mill. memiliki
kemampuan sebagai antimikrobia.
Sejauh penelusuran pustaka, penelitian uji toksisitas subakut infusa biji
alpukat (P. americana Mill.) pada tikus Sprague Dawley terhadap histopatologi
ginjal belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perkembangan ilmu kefarmasian khususnya perkembangan pengobatan tradisional
biji alpukat (P. americana Mill.).
b. Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan informasi mengenai pengaruh penggunaan infusa biji alpukat pada
gambaran struktural histologis organ ginjal pada pemakaian jangka panjang dan
reversibilitas efek toksik ginjal.
B. TujuanPenelitian
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya
efek toksik dari penggunaan infusa biji alpukat (P. americana Mill.) secara
subakut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Tujuankhusus
a. Mengetahui ada tidaknya perubahan wujud histopatologis organ ginjal pada
tikus galur Sprague Dawley yang diberi infusa biji alpukat (P. americana
Mill.)
b. Mengetahui sifat efek toksik yang ditimbulkan infusa biji alpukat (P.
americana Mill.) pada organ ginjal tikus Sprague Dawley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Persea americana Mill.
1. Sinonim
Laurus persea L., Persea drymifolia Schlecht.and Cham, Persea
gratissima Gaertn f., Persea edulis Raf., Persea nubigena, Persea
steyermarkii C.K. Allen(Lim, 2012).
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill.
(Proseanet, 2012)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Nama umum
Alpukat, avokad (Indonesia), avocado (Filipina), avocado (Amerika),
alligator pear, avocado, avocado-pear, butter fruit (Inggris), avocat, avocatier,
zabelbok, zaboka (Prancis), alligatorbirne, avocadobirne (Jerman), apukado,
avokado, buah mentega (Malaysia), aguacate, pagua (Spanyol), awokado
(Thailand) (World Agroforestry Centre, 2002).
4. Morfologi
Biji alpukat (P. americana Mill.) merupakan jenis pohon berkayu
menahun (perennial) dan memiliki ukuran sedang sampai besar, dengan tinggi
mencapai 20 m. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal dan memiliki tepi daun rata.
Daun berbentuk elips hingga lanset, bulat telur hingga bulat telur sungsang,
dengan panjang daun 5-40 cm dan lebar 3-15 cm, permukaan atas daun terdapat
selaput lilin. Bentuk bunga berupa tongkol majemuk yang muncul di ujung
cabang. Bunga dari P. americana Mill. ini tergolong bunga banci tersusun atas 3
daun mahkota. Buah besar berdaging dan berair, berbiji tunggal, permukaan buah
halus, panjang 7-20 cm. Buah besar dan bulat, dilapisi dua lapisan dan dua
kotiledon besar yang melindungi embrio kecil (Proseanet, 2012).
5. Kandungan kimia
Kandungan fitokimia pada tanaman alpukat (P. americana Mill.)
memiliki kadar yang berbeda-beda pada setiap bagiannya. Beberapa kandungan
fitokimia penting yang ditemukan dalam tanaman ini antara lain, kandungan
saponin, flavonoid, tanin, alkaloid, glikosida sianogenik, steroid dan fenol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Kandungan yang paling banyak terdapat dalam biji alpukat adalah saponin, yaitu
19,21 mg/100g (Arukwe dkk., 2012).
6. Khasiat dan kegunaan
Ekstrak biji alpukat (P. americana Mill.) di Nigeria digunakan untuk
mengobati hipertensi. Penelitian Anaka dkk. (2009) melaporkan bahwa ekstrak
biji alpukat (P. americana Mill.) dapat menurunkan tekanan darah, sedangkan
ekstrak kulit kayunya digunakan secara tradisional sebagai pengobatan penyakit
kulit yang disebabkan oleh parasit di Nigeria (Owolabi, Jaja, dan Coker, 2005).
Penelitian Silitonga (2013) menyebutkan bahwa biji alpukat (P. americanaMill.)
memiliki efek nefroprotektif dengan penurunan kadar kreatinin serum dan
gambaran mikroskopis ginjal yang normal pada tikus yang terinduksi karbon
tetraklorida. Penelitian Idris, et al. (2009) melaporkan ektrak biji P. americana
Mill. memiliki kemampuan sebagai antimikrobia. Biji P. americana Mill. sebagai
anti radang dan menghilangkan rasa sakit (Haryanto,2009). Menurut penelitian
Malangngi, dkk. (2012) melaporkan ekstrak etanol biji P. americana Mill.
memiliki kandungan antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas DPPH.
Tanaman P. americana Mill. diketahui memiliki kegunaan sebagai tanaman obat,
yaitu untuk menyembuhkan luka dan menstimulasi pertumbuhan rambut (daging
buah), sebagai afrodisiaka, dan mengobati disentri serta diare (DerMarderosin dan
Beutler, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
B. Infundasi
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara infundasi, yaitu
mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan
herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau
dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkurang khasiatnya
apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infusa (Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010).
C. Ginjal
1. Anatomi dan fisiologi ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ bersimpai yang berfungsi menyaring
darah dan terletak di daerah retroperitoneum pada dinding posterior abdomen.
Ginjal dialiri sekitar 25% curah jantung. Ekskresi produk sisa metabolisme,
pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam dan basa, serta
sekresi berbagai hormon dan autokoid merupakan fungsi penting dari ginjal
(Robbins dan Cotran, 2007).
Ginjal adalah organ dalam tubuh manusia yang berbentuk seperti kacang
yang letaknya berada di sisi columna vertebralis. Ginjal dijumpai di dalam daerah
abdominal di dekat dinding posterior. Struktur dari ginjal dibagi dalam beberapa
ciri morfologi yang spesifik. Jika ginjal dibagi dua secara melintang, ada dua
daerah yang dapat dilihat yaitu korteks dan medulla (Stine dan Brown, 1996;
Guyton dan Hall, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 1. Struktur ginjal (Huether dan McCance,2008)
Bagian luar pada organ ginjal disebut korteks tebalnya 1,2-1,6 cm,
bagian dalam disebut medulla dan bagian paling dalam disebut pelvis (Gambar
1) (Robbins dan Cotran,2007).
Gambar 2. Struktur nefron (McPhee dan Ganong, 2010).
Unit fungsional dari ginjal adalah nephron (Gambar 2). Setiap ginjal
memiliki jutaan nephron, setiap nephron disusun oleh tubulus-tubulus ginjal serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
glomerulus yang dikelilingi oleh struktur yaitu capsula Bowman. Tubulus yang
dimiliki oleh ginjal diantaranya, yaitu tubulus proximal, lengkung henle, tubulus
distaldan tubulus collectivus (pengumpul) (Stine dan Brown, 1996). Nephron
memiliki fungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah lalu mereabsorpsi cairan dan molekul yang
masih dibutuhkan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya yang sudah tidak
dibutuhkan akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor oleh tubulus. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urin (McPhee dan Ganong, 2010).
Glomerulus (gambar 3) terdiri atas arteriol aferen dan eferen serta
dibungkus oleh suatu epitel yang membentuk suatu lapisan yang berhubungan
dengan lapisan yang membentuk simpai Bowman dan tubulus ginjal (McPhee dan
Ganong, 2010). Aparatus jukstaglomerulus merupakan tempat utama produksi
renin di ginjal, terletak dekat glomerulus di tempat masuknya arteriolaferen
(Kumar, Abbas, dan Fausto, 2010)
Gambar 3. Struktur glomerulus dan kapiler glomerular
(Huether dan McCance, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Korpuskular ginjal (gambar 4) terdiri dari capsula Bowman dan rumbai
kapiler glomerulus. Glomerulus adalah masa kapiler yang berbentuk bola yang
terdapat sepanjang arteriol. Fungsinya untuk filtrasi air dan zat terlarut dalam
darah. Capsula bowman merupakan suatu pelebaran nefron yang dibatasi oleh
epitel yang menyelubungi glomerulus untuk mengumpulkan zat terlarut yang
difiltrasi oleh glomerulus (Lesson, 1996; Sherwood, 2006).
Gambar 4. Korpuskular ginjal secara mikroskopik
(SIU School of Medicine, 2005)
Tubulus contortus proximal terletak di dalam cortex ginjal, panjangnya
14 mm dengan diameter 50-60 nm (Gambar 5). Bentuknya berlekuk-lekuk dan
berakhir sebagai saluran yang lurus yang berjalan ke arah medula, yaitu ansa
henle. Ansa henle merupakan nefron pendek yang memiliki segmen yang tipis
yang membentuk lengkung tajam berbentuk huruf U. Bagian pars desendens dari
ansa henle terbentang dari korteks ke bagian medula, sedangkan pars asendens
berjalan kembali dari medula ke arah korteks ginjal setelah melewati ansa henle,
maka akan berlanjut ke bagian nephron tubulus distal. Pada gambar 5, tubulus
contortus distal lebih pendek dari tubulus proksimal. Bagian tubulus distal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
berlekuk-lekuk di bagian cortex dan berakhir di ductus koligens (Lesson, 1996;
Sherwood, 2006).
Gambar 5. Tubulus kontortus proksimal (p) dan tubulus kontortus distal
(d) secara mikroskopik (SIU School of Medicine, 2005)
Duktus koligens merupakan saluran pengumpul yang akan menerima
cairan dan zat terlarut dari tubulus distal (Gambar 6). Ductus coligens berjalan
dari dalam berkas medula menuju ke medula. Setiap duktus pengumpul yang
berjalan ke arah medula akan mengosongkan urin yang telah terbentuk ke dalam
pelvis ginjal (Sherwood, 2006).
Gambar 6. Duktus koligens (cd) secara mikroskopik
(SIU School of Medicine, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Fungsi ginjal
Ginjal menjalankan berbagai fungsi dalam homeostasis dalam tubuh
sebagai berikut.
a. Ekskresi produk sisa metabolik, bahan kimia asing, obat, dan metabolit
hormon.
b. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit.
c. Pengaturan tekanan arteri.
(Guyton dan Hall,2006).
3. Kerusakan ginjal
Fungsi utama dari ginjal yaitu sebagai organ eliminasi yang penting
dalam tubuh. Meskipun terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kerentanan
ginjal terhadap efek toksik, tingginya aliran curah jantung dan peningkatan
konsentrasi produk ekskresi karena adanya reabsorpsi air dari cairan tubuler
merupakan faktor terpenting. Faktor tersebut akan mempengaruhi proses
perubahan struktur dari ginjal itu sendiri, terutama di tubulus ginjal karena di
tubulus ginjal terjadi proses reabsorpsi dan ekskresi dari zat-zat toksik tersebut
(McPhee dan Ganong, 2010).
Penyakit gagal ginjal kronik atau gagal ginjal akut, fungsi homeostatik
ginjal terganggu, kemudian terjadi abnormalitas komposisi dan volume cairan
tubuh yang berat serta cepat. Dalam beberapa hari saja dapat terjadi akumulasi
kalium, asam, cairan, dan zat-zat lainnya dalam tubuh sehingga menyebabkan
kematian, kecuali ada intervensi klinis seperti hemodialisis untuk memulihkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(paling tidak sebagian) keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit (Guyton dan
Hall, 2006).
D. Ketoksikan dan kerusakan ginjal
Induksi dari senyawa toksik terhadap kerusaan ginjal dapat bersifat
ringan ataupun parah, bisa kembali seperti semula ataupun permanen, tergantung
dari penyebab ketoksikkan serta dosis yang dipejankan. Ginjal bisa sangat
berpotensi sebagai organ yang menjadi target dampak senyawa toksik karena
aliran darah yang menuju ginjal sangat tinggi artinya pasokan ke ginjal besar,
sehingga senyawa-senyawa toksik yang berada di dalam sirkulasi darah akan
masuk ke ginjal dalam jumlah yang besar (Stine dan Brown, 1996; Hodgson,
2010).
Faktor penyebab toksisitas pada ginjal yaitu tingginya aliran darah pada
ginjal, konsentrasi senyawa kimia di cairan intraluminal, reabsorpsi dan / atau
sekresi senyawa kimia melalui sel-sel tubulus, biotransformasi dari pro-toksikan
menjadi intermediet yang reaktif. Adapun aliran darah ke ginjal cukup besar
sekitar 25% dari sisa kardiak output. Oleh karena itu, ginjal akan menerima
konsentrasi senyawa toksik lebih tinggi dalam tiap gram jaringan terutama pada
bagian korteks (Hodgson, 2010).
Manifestasi utama perubahan fungsi ginjal adalah efeknya pada ekskresi
urea dan pada pemeliharaan keseimbangan asam-basa, Na+, K
+, dan air.
Kegagalan mengekskresikan urea secara adekuat, yang bermanifestasi sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
peningkatan progresif nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN) dan
kreatinin serum, menyebabkan uremia (McPhee dan Ganong, 2010).
Gambar 7.Gambaran mikroskopik nefritis interstitial kronik (diwarnai dengan
hematoxylin dan eosin, perbesaran 600x) (Perazella dan Markowitz,
2010).
Pada gambar 7 menjelaskan nefritis interstitial kronik di mana tubulus
muncul menyusut dan atrofi (ditunjukkan oleh panah), dan dipisahkan oleh
fibrosis interstisial yang luas (ditunjukkan oleh panah) (Perazella dan Markowitz,
2010).
Penyakit yang terjadi pada ginjal sangat komplek, sehingga untuk dapat
bisa memahaminya dapat membagi penyakit ginjal berdasarkan komponen
morfologi dasar ginjal, yaitu glomerulus, tubulus, interstisium dan pembuluh
darah. Sebagian besar penyakit pada glomerulus disebabkan oleh proses
imunologik, sedangkan penyakit pada tubulus dan interstisium dapat disebabkan
oleh bahan-bahan toksik atau infeksi. Penyakit-penyakit tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penyakit glomerulus. Glomerulonefritis kronis merupakan penyebab
yang sering terjadi pada gagal ginjal kronik. Glomerulus dapat mengalami cedera
akibat berbagai faktor dalam suatu perjalanan penyakit sistemik, misalnya lupus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
eritematosus, hipertensi, diabetes melitus. Penyakit glomerulonefritis dapat dibagi
menjadi sindrom nefrotik, sindrom nefrotik akut, glomerulonefritis progresif
cepat, gagal ginjal kronik dan hematuria atau proteinuria asimtomatik.
b. Penyakit yang mengenai tubulus dan interstisium. Penyakit yang
mengenai kedua komponen ini yaitu cedera tubulus iskemik atau toksik yang
menyebabkan Nekrosis Tubulus Akut (NTA) dan gagal ginjal akut serta reaksi
peradangan di tubulus dan interstisium (nefritis tubule interstisium).
c. Penyakit pembuluh darah. Adanya penyakit vaskular sistemik dapat
mengenai pembuluh darah ginjal. Penyakit yang menyerang bagian pembuluh
darah ginjal yaitu nefrosklerosis jinak, hipertensi maligna dan nefrosklerosis
akseleratif, steanosis arteri renalis, serta mikroangiopati trombolitik (Robbin dan
Cotran, 2007).
Nefritis interstitialis yaitu peradangan pada daerah interstisium yang
disebabkan oleh reaksi alergi obat, penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi
penyakit lainya. Pada nefritis interstitial akut, kerusakan tubular menyebabkan
disfungsi tubular ginjal, dengan atau tanpa gagal ginjal. Terlepas dari tingkat
keparahan kerusakan epitel tubular, disfungsi ginjal ini umumnya bersifat
reversibel (Kumar, Abbas dan Fausto, 2010).
E. Uji Toksikologi
Uji toksikologi dibagi menjadi dua yaitu uji ketoksikan tak khas dan uji
ketoksikan khas. Uji ketoksikan tak khas adalah uji toksikologi yang dirancang
untuk mengevaluasi keseluruhan efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
jenis hewan uji. Uji ketoksikan tidak khas yaitu uji ketoksikan akut, sub kronis
dan kronis. Uji ketoksikan khas adalah uji toksikologi yang dirancang untuk
mengevaluasi secara rinci efek toksik yang khas pada suatu senyawa pada semua
hewan uji. Yang termasuk dalam uji ketoksikan khas adalah uji potensiasi,
kekarsinogenetikan, kemutagenetikan, keteratogenetikan, reproduksi, kulit dan
mata, dan perilaku (Donatus, 2001).
F. Uji Toksisitas Subakut
Uji toksisitas subakut atau yang disebut dengan subkronis ialah uji
ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji
tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan
spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk memperlihatkan apakah spektrum
efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis (Donatus, 2001). Tujuan lain dari
uji toksisitas subakut, yaitu untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat
yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut, efek toksik setelah pemaparan
sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu, dosis yang tidak
menimbulkan efek toksik dan mempelajari adanya efek kumulatif serta efek
reversibilitas setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu
tertentu (BPOM, 2014).
Uji toksisitas subakut terbagi dalam dua macam, yaitu uji toksisitas
subakut singkat oral selama 28 hari untuk menguji sediaan yang penggunaannya
secara klinis sekali pakai dan berulang dalam waktu kurang dari satu minggu. Uji
toksisitas subakut oral 90 hari untuk menguji sediaan yang penggunaannya secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
klinis sekali pakai dan berulang dalam waktu satu sampai empat minggu (BPOM,
2014).
Uji toksisitas subakut dilakukan untuk mengeksplorasi secara luas
keseluruhan efek biologis yang ditimbulkan pada tempat aksi yang diberikan pada
rentang dosis tertentu. Uji toksisitas subakut dapat menentukan ketoksikan secara
kualitatif (pengaruh atau efek yang ditimbulkan terhadap jaringan dan plasma
darah) dan secara kualitatif (organ target dan efek yang ditimbulkan) dari
pemberian dosis berulang pada hewan uji (Gad, 2002).
Prinsip uji toksisitas subakut adalah bentuk sediaan yang akan diujikan
dibagi dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada kelompok hewan
uji. Hewan uji harus diamati setiap hari selama waktu pemberian sediaan uji untuk
menentukan adanya toksisitas. Hewan uji yang yang mati selama waktu
pemberian sediaan uji harus segera di otopsi, organ dan jaringan dilakukan
pengamatan secara makropatologi dan histopatologi. Pada akhir pemberian
sediaan uji, semua kelompok hewan uji yang masih hidup di otopsi dan dilakukan
pengamatan makropatologi pada setiap organ dan jaringan, pemeriksaan
hematologi, biokimia klinis dan histopatologi (BPOM, 2014).
Hewan uji disarankan satu jenis hewan dewasa sehat baik jantan maupun
betina. Hewan uji yang dipilih adalah hewan yang memiliki pola metabolisme
terhadap senyawa uji semirip mungkin dengan manusia (Donatus, 2001). Hewan
uji dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan yang dilakukan secara acak atau random (Gad, 2002). Derelanko dan
Hollinger (2002) jumlah hewan uji paling tidak sebanyak empat kelompok, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan peringkat dosis. Jumlah
hewan uji selama perlakuan paling tidak terdapat lima jantan dan lima betina
dalam tiap kelompok perlakuan. Hewan uji harus diadaptasikan terlebih dahulu
selama beberapa hari sebelum dilakukan perlakuan agar hasil percobaan yang
akan didapatkan benar-benar merupakan hasil perlakuan bukan karena faktor
lingkungan yang baru bagi hewan uji.
Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dari uji ketoksikan subakut
meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali,
2. asupan pakan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang
ditimbang diukur paling tidak tujuh hari sekali,
3. gejala klinis umum yang diamati setiap hari,
4. pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan
akhir uji coba,
5. pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji
coba,
6. analisis urin paling tidak sekali, dan
7. pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba (Donatus, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
G. Asas Toksikologi
Toksikologi memiliki beberapa asas, adapun asas-asas toksikologi adalah
sebagai berikut.
a. Kondisi pemberian dan makhluk hidup. Kondisi pemberian ialah semua
faktor yang menentukan keberadaan racun di tempat aksinya. Jalur pemberian
secara intravena, inhalasi, intraperitonial, subkutan, intramuskular, dermal, dan
oral akan menentukan ketersediaan senyawa induk atau metabolit di tempat aksi.
Saat pemberian, serta besarnya takaran racun akan mempengaruhi besarnya
ketersediaan zat beracun di tempat aksi tertentu dan kerentanan makhluk hidup
terhadap racun. Kondisi makhluk hidup adalah keadaan fisiologi (berat badan,
jenis kelamin, dan kehamilan) serta patologi (penyakit) makhluk hidup dapat
mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan antar aksi
senyawa antara kedua perubahan ini (Donatus, 2001).
b. Mekanisme aksi toksik. Mekanisme aksi toksik racun digolongkan
menjadi tiga, yakni mekanisme berdasarkan sifat dan tempat kejadian,
berdasarkan sifat antara aksi antara racun dan tempat aksinya, dan berdasarkan
resiko penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Berdasarkan sifat
dan tempat kejadiaan mekanisme efek toksik digolongkan menjadi dua yaitu
mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka ekstrasel. Mekanisme luka intrasel
diawali oleh racun pada tempat aksinya di dalam sel sasaran. Racun akan
berinteraksi dengan sasaran molekuler yang khas atau tak khas, melalui
mekanisme kimia. Tubuh akan memberi respon berupa perbaikan atau adaptasi
sebelum terjadi efek yang tidak diiginkan, tetapi apabila mekanisme pertahanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
tubuh tidak lagi mampu memperbaiki akan timbul respon toksik berupa perubahan
biokimia, fungsional, atau struktural (Donatus, 2001).
c. Wujud efek toksik. Wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa
prubahan biokimia, fungsional, dan struktural. Jenis wujud efek toksik
berdasarkan perubahan bikoimia berkaitan dengan respon dan perubahan atau
kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat antar aksi antara racun dan tempat
aksi terbalikan. Antar aksi yang terbalikan yang dimaksud adalah reaksi yang
terjadi antara molekul racun dan tempat aksi yang khas, seperti reseptor-reseptor
neurotransmitter, tempat aktif enzim, dan lain sebagainya. Jenis wujud efek toksik
berdasarkan perubahan fungsional berkaitan dengan antar aksi racun yang
terbalikan dengan reseptor atau tempat aktif enzim, sehingga mempengaruhi
fungsi homeostatis tertentu. Sedangkan pada jenis efek toksik berdasarkan
perubahan struktural diantaranya perlemakan (degenerasi melemak), nekrosis,
karsinogenesis, mutagenesis, dan terarogenesis (Donatus, 2001).
d. Sifat efek toksik. Sifat efek toksik terdiri dari sifat terbalikan
(reversibilitas) dan sifat tak terbalikan (irreversibilitas). Dikatakan sifat efek
toksik yang terbalikan jika kerusakan dapat kembali seperti keadaan normal.
Keterbalikan ini bergantung paa berbagai faktor, yaitu tingkat paparan (waktu dan
jumlah racun) dan kemampuan jaringan yang terkena untuk memperbaiki diri.
Dikatakan mengalami sifat tak terbalikan jika efek toksik yang terjadi tidak dapat
kembali seperti keadaan normal (Donatus, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
H. Keterangan Empiris
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk mengetahui pengaruh
pemberian subakut dari infusa biji P. americana Mill. terhadap gambaran
histopatologi pada struktural organ ginjal tikus galur Sprague Dawley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian toksisitas subakut infusa biji alpukat terhadap gambaran
histopatologis ginjal tikus ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni
dengan rancangan sederhana, acak, lengkap dan pola searah.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel utama
Variabel utama penelitian ini terdari dari variabel bebas dan tergantung.
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis infusa biji alpukat
(P. americana Mill.).
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah perubahan histopatologi
organ ginjal akibat pemberian subakut infusa biji alpukat (P. americana
Mill.) pada tikus galur Sprague Dawley.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi
hewan uji, yaitu tikus galur Sprague Dawley dengan berat badan 150-250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
gram dan umur 2-3 bulan. Bahan uji yang digunakan, yaitu biji alpukat (P.
americana Mill.) yang mempunyai waktu panen, tempat tumbuh dan suhu
yang sama. Frekuensi pemberian infusa satu kali sehari selama 28 hari
berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama secara per oral.
b. Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi
patologis dan fisiologis dari tikus galur Sprague Dawley yang digunakan
dalam penelitian.
C. Definisi Operasional
1. Dosis infusa biji alpukat (P. americana Mill.)
Dosis infusa biji alpukat didefinisikan sebagai volume (mL) infusa biji
alpukat (P. americana Mill.) tiap kg berat badan subjek uji yang digunakan.
2. Infusa biji alpukat (P. americanaMill.)
Infusa serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.) didapatkan dari
dengan menginfundasi 8,0 g serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.)
dalam 100,0 mL air pada suhu 90°C selama 15 menit, sehingga menghasilkan
infusa biji alpukat dengan konsentrasi 8% b/v.
3. Pemberian subakut
Pemberian infusa biji alpukat (P. americana Mill.) satu kali sehari
selama 28 hari secara per oral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
4. Sifat efek toksik
Sifat efek toksik yang mungkin adalah keterbalikan atau tak terbalikan.
5. Perubahan histopatologis
Perubahan histopatologis dilihat dari gambaran mikroskopis kelompok
perlakuan yang dibandingkan terhadap kelompok kontrol.
D. Bahan Penelitian
1. Bahan Penelitian
a. Biji alpukat (P. americana Mill.) yang ambil selama bulan Juni dan
diperoleh dari Depot Es Teller 77 yang berada di Galeria Mall Yogyakarta.
b. Hewan uji yang digunakan, yaiu tikus galur Sparague Dawley umur 2-3
bulan dan berat badan 150-250 gram diperoleh dari Laboratorium
Imunologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
c. Aquadest untuk asupan minum dan sebagai pelarut infusa. Pelet AD-2
untuk asupan pakan tikus.
d. Bahan untuk pemeriksaan histologis yaitu formalin 10% yang dibuat
dengan mengencerkan formalin 30% dengan aquadest sesuai volume yang
dikehendaki. Bahan untuk pemeriksaan histopalogis adalah formalin 10%
yang dibuat dengan mengencerkan formalin 30% dengan aquadest sesuai
volume yang dikehendaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
E. Alat dan Instrumen Penelitian
1. Alat pembuatan simplisia
Mesin blender, timbangan digital, oven, blender, ayakan no. 40, dan
wadah untuk menyimpan serbuk biji alpukat.
2. Alat penetapan kadar air
Alat Moisture Balance, sendok, dan stopwatch.
3. Alat pembuatan infusa
Panci lapis enamel, termometer, stopwatch, beaker glass, gelas ukur,
batang pengaduk, kompor listrik, timbangan analitik, dan kain flannel.
4. Alat- alat untuk perlakuan dan pemeriksaan histologis
Kandang tikus (metabolic cage), jarum suntik per ora, spuit injeksi,
timbangan, seperangkat alat bedah, alat-alat gelas dan pot-pot untuk
menyimpan organ.
F. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi biji alpukat dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Pengumpulan biji alpukat
Bahan uji pada penelitian ini yang digunakan adalah biji alpukat.Biji
alpukat diperoleh dari salah satu Depot Es Teller 77 yang berada di Galeria Mall
Yogyakarta pada bulan Juni 2014.
3. Pembuatan serbuk biji alpukat
Biji alpukat dibersihkan dari kulit luarnya, dipotong tipis kemudian
dikeringkan dengan dimasukkan kedalam oven yang sudah diatur suhunya, suhu
yang digunakan 500C selama 72 jam. Potongan biji yang telah kering kemudian
diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan no. 40.
4. Penetapan kadar air serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.)
Serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.) yang sudah terayak,
dimasukkan ke dalam alat moisture balance ± 5 g kemudian diratakan, lalu akan
muncul % kadar air.
5. Pembuatan infusa biji alpukat (P. americana Mill.)
Serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.) ditimbang sebanyak 8 g,
kemudian serbuk dimasukkan dalam panci enamel dan dibasahi dengan aquadest
sebanyak dua kali berat serbuk. Sebanyak 100 mL pelarut aquadest ditambahkan
ke dalam panci enamel berisi serbuk yang telah dibasahi tersebut. Pemanasan
dilakukan pada suhu 90°C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut selama 15 menit.
Campuran kemudian diambil, diperas menggunakan kain flannel dan
ditambahkan aquadest hingga didapatkan volume perasan 100 mL infusa biji P.
americana Mill.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
6. Penetapan dosis infusa biji alpukat (P. americana Mill.)
Peringkat dosis yang digunakan untuk dosis infusa biji alpukat (P.
americana Mill.) didasarkan pada masyarakat, yaitu ± 2 sendok makan (4g) yang
direbus dalam 250 ml air. Maka dosis perlakuan adalah 4g/70kgBB manusia. Dari
data tersebut konversi dosis manusia 70kg ke tikus 200g = 0,018.
Dosis untuk tikus 200g = 0,018 x 4g – 0,72g/200gBB = 360 mg/kgBB
Dosisi untuk tikus 250g =
x 360
= 450
Berdasarkan orientasi yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
konsentrasi maksimal infusa biji alpukat adalah 8g/100ml dengan berat hewan uji
sebesar 350mg, dan volume maksimal pemberian infusa secara p.o 5ml.
Perhitungan untuk menentukan dosis tinggi perlakuan dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
D x BB = C x V
D x 350g = 8g/100ml x 5ml
D = 1142,8 ml/kgBB
Maka dari hasil data dapat dihitung dosis rendah dan dosis tinggi yang akan
diberikan kepada hewan uji. Untuk menentukan peringkat dosis adalah sebagai
berikut.
√
= √
= 1,78 (Faktor Kelipatan)
Dari faktor kelipatan diatas maka dapat diperoleh 4 peringkat dosis sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dosis I : 360 mg/kgBB : 1,78 = 202,24 mg/kgBB
Dosis II : 360 mg/kgBB
Dosis III : 360 mg/kgBB x 1,78 = 640,8 mg/kgBB
Dosis IV : 450 mg/kgBB x 1,78 = 1140,6 mg/kgBB
7. Penetapan dosis aquadest sebagai kontrol negatif
Menentukan dosis aquadest yang digunakan ditentukan oleh dosis
tertinggi untuk mengetahui jumlah volume maksimal yang harus diberikan pada
hewan uji, berdasarkan rumus didapatkan volume maksimum sebagai berikut.
D x BB = C x V
D x 350 g = 1 g/100 ml x 5 ml
D = 14285 mg/kgBB
8. Penyiapan dan pemeliharaan hewan uji
Hewan uji yang digunakan uji toksisitas subakut terdiri dari tikus jantan
dan betina, galur Sparague Dawley, umur 2-3 bulan, berat badan 150-250 g,
berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina) disiapkan dan ditempatkan dalam
kandang. Satu kandang metabolic cage berisi satu tikus sesuai kelompok dosis,
betina dan jantan dipisahkan. Tiga hari sebelum perlakuan hewan uji
diadaptasikan pada metabolic cage.
Hewan uji tikus diberikan asupan pakan berupa pellet AD-2 setiap hari
sebanyak 30 g dan dilakukan pemberian pakan setiap harinya selama 28 hari masa
perlakuan dan 14 hari masa perlakuan reversibilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Hewan uji tikus diberikan minum berupa air reverse osmosis setiap hari
sebanyak 100 ml selama 28 hari masa perlakuan dan 14 hari perlakuan
reversibilitas. Minuman diberikan dalam wadah botol berskala dengan pipa yang
diberi lubang pada ujungnya.
Penelitian ini telah mendapat persetujuan Ethical Clearance dari
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (Lampiran 7).
9. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak lima puluh ekor tikus yang dibagi
secara acak dalam lima kelompok perlakuan masing-masing sejumlah sepuluh
ekor tikus (lima jantan dan lima betina). Kelompok I merupakan kontrol yang
diberi aquadest, sedangkan kelompok II , III, IV, dan V merupakan kelompok
perlakuan infusa biji alpukat (P. americana Mill.) dengan 4 peringkat dosis yaitu
202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB selama 28
hari berturut-turut. Hewan uji yang telah diberi perlakuan setelah 28 hari, masing-
masing kelompok perlakuan infusa biji alpukat (P. americana Mill.) diambil tiga
ekor tikus untuk di lakukan pembedahan agar dapat diamati perubahan struktural
yang terjadi pada organ ginjal tikus. Dua ekor tikus yang tidak dibedah pada awal
perlakuan di biarkan selama 14 hari untuk reversibilitas tanpa di beri infusa biji
alpukat (P. americana Mill.) hanya di beri asupan makan dan minum saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
10. Prosedur pemusnahan hewan percobaan
Hewan uji yang akan dibedah dikorbankan terlebih dahulu dengan cara
anestetika overdosis, yakni memasukkan tikus kedalam wadah tertutup berisi eter
yang akan diinhalasi oleh tikus. Hewan uji yang telah dibedah dibedah kemudian
diambil organ yang diinginkan dengan menggunakan pinset dan gunting bedah,
kemudian organ dicuci dengan NaCl 0,9% dan dimasukkan ke dalam pot formalin
10% untuk diawetkan. Hewan uji yang sudah diambil organnya, dimasukkan ke
dalam kantong plastik dan dibungkus lagi dengan kertas, diletakkan di dalam tas
plastik, ditutup dan dikubur di halaman laboratorium.
11. Pembuatan dan pemeriksaan preparat histologis ginjal
Ginjal yang telah disimpan dalam larutan formalin 10% dicelupkan ke
dalam aquadest, kemudian dibuat preparat dan mendiagnosis gambaran histologi
ginjal yang dilakukan oleh pihak Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
12. Teknik pembuatan slide
a. Trimming
Trimming adalah tahapan yang dilakukan setelah proses fiksasi
denan melakukan pemotongan tipis jaringan setebal 4 mm dengan orientasi sesuai
dengan organ yang akan dipotong.
b. Dehidrasi
Dehidrasi jaringan yang dilakukan setelah trimming mengunakan
‘tissue processor’, dimaksudkan untuk mengeluarkan air yang terkandung dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
jaringan dengan menggunakan cairan dehidran seperti etanol atau iso propil
alkohol.
c. Embedding
Jaringan yang berada dalam ‘embedding cassette’ dipindahkan ke
dalam ‘base mold’, setelah melalui proses dehidrasi. Kemudian diisi dengan
parafin cair, kemudian dilekatkan pada balok kayu ukuran 3x3cm atau pada
embedding cassette. Jaringan yang sudah dilekatkan pada balok kayu atau cassette
disebut blok. Fungsi dari balok kayu atau cassette adalah untuk pemegang pada
saat balok dipotong pada mikrotom.
d. Cutting
Cutting adalah pemotongan jaringan yang sudah didehidrasi
dengan menggunakan mikroton.
e. Staining / Pewarnaan
Teknik pewarnaan H&E dipergunakan untukpemeriksaan rutin,
sedangkan untuk pewarnaan khusus jamur digunakan teknik PAS, kuman tahan
asam digunakan teknik Ziehl-Neelsen. Badan inklusi digunakan teknik Page Gren,
Chlamydia digunakan teknik Pinkerton dan untuk deteksi virus digunakan teknik
immunoperoksidase.
f. Mounting
Mounting dilakukan setelah jaringan pada slide diwarnai, dengan
cara meneteskan bahan mounting (DPX, Entelan, Canada balsam) sesuai
kebutuhan dan ditutup dengan „coverglass‟ jangan sampai ada gelembung udara
dibawah coverglass.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
g. Pembacaan slide dengan mikroskop
Slide diperiksa di bawah mikroskop cahaya. Semua lesi pada
berbagai organ tubuh dicatat.
G. Tata Cara Analisis Hasil
1. Pemeriksaan histologis organ
Data pemeriksaan histopatologis organ dianalisis secara kualitatif
dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus DP10) berdasarkan perubahan
morfologi yang terjadi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Data ini
digunakan untuk melihat hubungan antara dosis dan spektrum efek toksik.
2. Uji reversibilitas
Uji reversibilitas dilakukan selama 14 hari dimulai setelah perlakuan 28
hari yang dilakukan pada dua hewan uji yang tersisa baik pada kelompok
perlakuan empat peringkat dosis maupun pada kelompok kontrol. Pada uji
reversibilitas, pemberian infusa biji alpukat pada kelompok perlakuan serta
aquadest pada kelompok kontrol pada hewan uji dihentikan, namun tetap
diberikan asupan makan maupun minum. Setelah hari ke-15 maka dilakukan
pembedahan pada seluruh tikus pada uji reversibilitas dan dilakukan pengamatan
histopatologis.
3. Penimbangan berat badan hewan uji
Penimbangan berat badan hewan uji dilakukan setiap hari untuk
menentukan volume infusa biji alpukat yang diberikan setiap harinya namun data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang digunakan sebagai data pendukung adalah data penimbangan hewan uji tiap
minggunya. Data penimbangan berat badan hewan uji dihitung purata perubahan
berat badan tiap kelompok hewan uji pada hari ke-0, 7, 14, 21 dan 28. Data
perubahan berat badan hewan uji antar minggu dan kelompok perlakuan dianalisis
secara statistik dengan analisis General Linear Model (metode Multivariate). Dari
hasil General Linear Model (metode Multivariate) akan terbaca nilai signifikansi
(sig.) berat badan sehingga akan tampak adanya perubahan berat badan yang
signifikan atau tidak.
4. Pengukuran asupan pakan dan minum hewan uji
Data asupan pakan dan minum dianalisis dengan cara menghitung purata
makanan dan minuman yang dihabiskan tiap kelompok hewan uji setiap harinya,
kemudian dibuat grafik perubahan pola makan dan minum hewan uji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
H. Skema Alur Penelitian
Kemudian 2 hewan uji sisanya didiamkan selama 14 hari untuk uji reversibilitas,
pada hari ke-15 diakukan pembedahan dan pengamatan histopatologi
50 ekor tikus yakni 25 jantan dan 25 betina masing-masing dibagi kedalam
5 kelompok
Hewan uji ditempatkan dalam metabolic cage secara acak dan diadaptasikan
selama 3 hari sebelum memulai perlakuan
Hewan uji ditimbang untuk menghitung volume pemberian infusa pada
masing masing hewan uji
Hewan uji dikembalikan dalam metabolic cage
Hewan uji diberi infusa biji alpukat secara peroral dan diberi asupan
pakan pada :
Kel.I 202,24
mg/kgBB
Kel. II
360 mg/kgBB
Kel. III 640,8
mg/kgBB
Kel. IV 1140,6
mg/kgBB
Kel.
Kontrol
Dilakukan pengukuran asupan pakan, minum dan pengamatan berat badan selama 28 hari
setiap pagi
Selama 28 hari injeksi infusa biji alpukat secara peroral pada hewan uji dilakukan pada jam yang sama dengan hari pertama
Pada hari ke-29 diambil 3 hewan uji untuk dilakukan pembedahan dan pengamatan histopatologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan histopatologis struktural organ ginjal pada tikus galur Sprague Dawley
yang diberi infusa biji alpukat. Agar lebih memperjelas lagi, tujuan khusus
penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat efek toksik yang ditimbulkan infusa
biji alpukat (P. americana Mill.) pada organ ginjal tikus Sprague Dawley.
Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat reversibilitas efek toksik yang terjadi
pada organ ginjal, perubahan yang dilihat berdasarkan analisis kualitatif histologis
ginjal tikus.
Hasil penelitian yang akan dibahas adalah determinasi biji P. americana
Mill., penetapan kadar air serbuk biji P. americana Mill., serta pemeriksaan
histologis ginjal tikus. Data pendukung dalam penelitian ini yaitu data asupan
pakan dan asupan minum, dan data berat badan. Data berat badan di analisis
dengan General Linear Model (metode Multivariate). Data asupan pakan dan
minum dibuat grafik untuk melihat apakah pemberian infusa biji P. americana
Mill. dapat mempengaruhi pola makan dan minum hewan uji.
A. Determinasi Biji Persea americana Mill.
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji alpukat (P.
americana Mill.). Tujuan dari determinasi ini adalah untuk membuktikan bahwa
serbuk yang digunakan adalah benar biji dari tanaman P. americana Mill.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam penyiapan bahan yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Determinasi dilakukan di Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada (Lampiran 6). Hasil determinasi yang dilakukan
membuktikan bahwa serbuk yang digunakan untuk penelitian ini benar
merupakan biji yang berasal dari tanaman P. americana Mill.
B. Penetapan Kadar Air
Tujuan dilakukannya penetapan kadar air ini adalah untuk mengetahui
kandungan air dalam serbuk biji alpukat (P. americana Mill.), agar diketahui
bahwa serbuk simplisia tersebut memenuhi persyaratan kadar air yang baik atau
tidak. Kadar air yang baik dalam serbuk simplisia yaitu kurang dari 10%
(Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008).
Metode yang digunakan dalam penetapan kadar, yaitu metode Gravimetri dengan
menggunakn alat moisture balance. Serbuk dimasukkan dalam alat moisture
balance dan dipanaskan pada suhu 1050C selama 15 menit. Hasil yang didapatkan
bahwa serbuk biji alpukat (P. americana Mill.) memiliki kadar air sebesar 5,63 %,
maka serbuk biji alpukat (P. americana Mill.) memenuhi syarat kadar air yang
sudah ditentukan.
C. Penentuan Dosis Infusa Biji Alpukat (Persea americana Mill.)
Tujuan ditentukannya dosis infusa adalah untuk menentukan volume
pemejanan infusa sebagai bahan yang hendak dilihat pengaruhnya pada kelompok
perlakuan. Dosis rendah infusa diambil dari penggunaan adalah serbuk biji P.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
americana Mill. di masyarakat, yaitu 2 sendok makan (4 g) yang direbus dengan
250 mL air, maka dianggap dosis penggunaan infusa biji alpukat (P. americana
Mill.) pada manusia adalah 4 g/70 kgBB manusia. Sehingga dibutuhkan konversi
dosis untuk diberikan pada tikus yaitu 360 mg/kgBB tikus.
Penelitian ini menggunakan empat peringkat dosis dengan faktor pengali
dan pembagi sebesar 1,78. Hasil perhitungan diperoleh empat peringkat dosis
secara berturut yaitu, 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; dan
1140,6 mg/kgBB.
D. Pemeriksaan Histologis Organ Ginjal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan secara
struktural pada organ ginjal. Data histopatologis organ ginjal kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk mengetahui apakah terdapat efek
toksik setelah pemberian infusa biji alpukat. Apabila terdapat perbedaan
gambaran histopatologis antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dapat
diduga ginjal mengalami kerusakan. Pemberian infusa biji P. americana Mill.
selama 28 hari, sebagian hewan uji (tiga jantan dan tiga betina) dikorbankan dan
diambil organ ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan histopatologis. Hewan uji
yang lain (dua jantan dan dua betina) dikorbankan 14 hari kemudian untuk uji
reversibilitas. Hasil pemeriksaan gambaran histopatologis ginjal tikus jantan dan
betina akan di lihat pada tabel I dan II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel I. Hasil perhitungan histopatologis ginjal tikus jantan kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan infusa biji P. americana Mill.
selama 28 hari
Dosis Perubahan struktural pada organ ginjal (n=3)
DH NI
Kontrol Aquadest 14285,7
mg/kgBB
2
(66,6%) -
IBA 202,24 mg/kgBB - -
IBA 360 mg/kgBB - -
IBA 640,8 mg/kgBB - 1
(33,3%)
IBA 1140,6 mg/kgBB 1
(33,3%) -
Keterangan : IBA = Infusa Biji Alpukat
DH = Degenerasi Hidropik
NI = Nefritis Interstitialis
Tabel I menunjukkan pada kontrol yang diberi aquadest dosis 14285,7
mg/kgBB menunjukkan satu hewan uji tidak mengalami perubahan, sedangkan
dua hewan uji mengalami degenerasi hidropik (Gambar 8). Degenerasi hidropik
ditandai dengan adanya sel yang membengkak, adanya ruang kosong (vakuola)
dalam sitoplasma, sel membesar sehingga lumen tubulus menyempit tetapi
degenerasi hidropik ini bersifat reversibel dan degenerasi hidropik ini terjadi
karena ada gangguan transport aktif dan memberikan pengaruh osmosis yang
menyebabkan influks air kedalam sel sehingga terjadi perubahan morfologis, yaitu
sel yang menjadi bengkak (Robbins, Cotran dan Kumar, 2007). Pada kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
ditemukan degenerasi hidropik, dimungkinkan karena kondisi awal dari tikus
memang telah terjadi perubahan secara struktural pada organ ginjal.
Gambar 8. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok perlakuan
dosis IBA 1140,6 mg/kgBB yang mengalami perubahan
histopatologis degenerasi hidropik: (a) sel epitel tubulus
membengkak, keruh dan lumen tubulus menyempit, (b)
normal tubulus (perbesaran 400x, pewarna H-E)
Tikus pada kelompok perlakuan dosis infusa biji alpukat
202,24mg/kgBB dan 360 mg/kgBB tidak menunjukkan perubahan struktural. Hal
ini membuktikan pada kedua peringkat dosis (202,24 mg/kgBB dan 360
mg/kgBB), penggunaan infusa biji alpukat secara berturut-turut tidak merubah
struktur organ ginjal hewan uji jantan. Pada dosis infusa biji alpukat 640,8
mg/kgBB dua hewan uji tidak mengalami perubahan secara struktural pada organ
ginjal, sedangkan satu hewan uji jantan mengalami perubahan struktural pada
organ ginjal, yaitu nefritis interstitialis (Gambar 9). Nefritis interstitialis
merupakan kelainan pada ginjal di mana ruang antara tubulus ginjal ditemukan
infiltrasi limfosit (Kumar, Abbas dan Fausto,2010). Perubahan nefritis
a
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
interstitialis bukan disebabkan oleh karena senyawa IBA yang diberikan, karena
kejadian nefritis interstitialis membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kemungkinan keadaan awal tikus sebelum perlakuan dosis 640,8 mg/kgBB sudah
mengalami nefritis interstitialis. Pada dosis infusa biji alpukat 1140,6 mg/kgBB
dua hewan uji tidak terjadi perubahan pada organ ginjal secara histopatologis,
sedangkan satu hewan uji mengalami perubahan histopatologis berupa degenerasi
hidropik. Perubahan degenerasi hidropik yang terjadi bukan akibat perlakuan
infusa biji alpukat, karena kejadian yang sama juga terjadi pada kelompok
kontrol.
Gambar 9. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok perlakuan IBA
640,8 mg/kgBB yang mengalami perubahan histopatologis
nefritis interstitialis: (a) limfosit pada jaringan interstitial, (b)
glomerulus (perbesaran 400x pewarna H-E)
a
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel II. Hasil Perhitungan Histopatologis Ginjal Tikus Betina Kelompok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan Infusa Biji P. americana Mill.
Selama 28 Hari
Dosis Perubahan struktural pada organ ginjal (n=3)
DH NI
Kontrol Aquadest 14285,7
mg/kgBB
1
(33,3%) -
IBA 202,24 mg/kgBB - -
IBA 360 mg/kgBB 1
(33,3%) -
IBA 640,8 mg/kgBB 2
(66,6%) -
IBA 1140,6 mg/kgBB 1
(33,3%) -
Keterangan : IBA = Infusa Biji Alpukat
DH = Degenerasi Hidropik
NI = Nefritis Interstitialis
Tabel II pada menunjukkan kontrol aquadest dosis 14285,7 mg/kgBB, dua
hewan uji tidak mengalami perubahan, sedangkan satu hewan uji mengalami
degenerasi hidropik (Gambar 8). Pada kelompok perlakuan dosis infusa biji
alpukat 202,24 mg/kgBB tidak terjadi perubahan struktural pada organ ginjal
tikus. Hal ini membuktikan pada pemberian dosis infusa biji alpukat 202,24
mg/kgBB secara terus-menerus tidak menunjukkan perubahan untuk struktural
ginjal hewan uji betina. Sebagian hewan pada kelompok infusa biji alpukat 360
mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB terjadi perubahan degenerasi
hidropik. Degenerasi hidropik yang terjadi bukan akibat perlakuan infusa biji
alpukat, karena kejadian yang sama juga terjadi pada kelompok kontrol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Berdasarkan deskripsi gambaran histopatologis ginjal pada tikus jantan
dan betina tersebut dapat disimpulkan perubahan struktural bukan disebabkan
oleh perlakuan, namun merupakan akibat faktor patologis dari individu tikus itu
sendiri, dilihat dengan cara dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan secara pararel oleh Wati (2015) yang
melaporkan adanya kadar Blood Urea Nitrogendan kreatinin masih dalam batas
normal. Jadi pada pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari menunjukkan tidak
adanya perubahan histopatologis organ ginjal tikus. Menurut Kopacova (2012)
peningkatan dua kali lipat dari kadar normal kreatinin pada manusia
mengindikasikan terjadinya kerusakan ginjal sebesar 50% sedangkan peningkatan
tiga kali lipat dari keadaaan normal kreatinin mengindikasikan terjadinya
kerusakan ginjal sebesar 75%.
Ada kemungkinan infusa biji P. americana Mill. memberikan pengaruh
terhadap ginjal, sehingga untuk lebih memastikan hubungan efek toksik yang
ditimbulkan oleh infusa biji P. americana Mill. perlu dilakukan uji toksisitas
subakut infusa biji P. americana Mill. yang lebih dari 28 hari, yakni 90 hari agar
dapat melihat efek toksik yang lebih jelas terhadap hewan uji tikus yang dilihat
dari gambaran histopatologis dan juga pengukuran kadar Blood Urea Nitrogen
dan kreatinin.
E. Uji Reversibilitas
Tujuan uji reversibilitas dilakukan adalah untuk dapat melihat pengaruh
yang terjadi akibat pemberian infusa biji P. american Mill. terhadap ginjal bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
terbalikan atau tak terbalikan. Terbalikan berarti bahwa efek toksik yang terjadi
dapat kembali seperti keadaan normal sebelum terjadi efek toksik jika pemberian
perlakuan infusa biji P. americana Mill dihentikan. Tak keterbalikan berarti efek
toksik yang terjadi merupakan kerusakan struktural, meskipun pemberian infusa
biji P. americana Mill. dihentikan struktur dan fungsi organ ginjal tidak dapat
kembali seperti keadaan normal seperti sebelum diberi perlakuan.
Tabel III. Hasil Perhitungan Histopatologis Ginjal Tikus Jantan
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Infusa Biji P.
americana Mill. Pada Uji Revesibilitas 14 hari
Dosis Perubahan struktural pada organ ginjal (n=2)
DH NI
Kontrol Aquadest 14285,7
mg/kgBB - -
IBA 202,24 mg/kgBB - -
IBA 360 mg/kgBB - -
IBA 640,8 mg/kgBB 1
(50%)
IBA 1140,6 mg/kgBB - -
Keterangan : IBA = Infusa Biji Alpukat
DH = Degenerasi Hidropik
NI = Nefritis Interstitialis
Tabel III dapat dilihat bahwa pada saat uji reversibilitas kondisi
patofisiologi pada organ ginjal tikus jantan sudah kembali secara normal, tetapi
pada kelompok perlakuan dosis IV infusa biji alpukat 640,8 mg/KgBB masih
terdapat degenerasi hidropik (Gambar 10). Perubahan degenerasi hidropik pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
struktural histologis tikus infusa biji alpukat 640,8 mg/KgBB bukan akibat
perlakuan infusa biji alpukat, karena kejadian degenerasi hidropik bersifat
reversibel.
Tabel IV. Hasil Perhitungan Histopatologis Ginjal Tikus Betina
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Infusa Biji P.
americana Mill. Pada Uji Revesibilitas 14 hari
Dosis Perubahan struktural pada organ ginjal (n=2)
DH NI
Kontrol Aquadest 14285,7
mg/kgBB
1
(50%) -
IBA202,24 mg/kgBB - -
IBA 360 mg/kgBB - -
IBA 640,8 mg/kgBB - -
IBA 1140,6 mg/kgBB 1
(50%)
Keterangan : IBA = Infusa Biji Alpukat
DH = Degenerasi Hidropik
NI = Nefritis Interstitialis
Tabel IV dapat dilihat bahwa paada saat uji reversibilitas terjadi
perubahan degenerasi hidropik pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
infusa biji alpukat 1140,6 mg/KgBB. Degenerasi hidropik yang terjadi pada infusa
biji alpukat 1140,6 mg/KgBB bukan karena perlakuan karena pada kelompok
kontrol degenerasi hidropik juga terjadi. Oleh karena itu, sifat efek toksik infusa
biji alpukat tidak dapat ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Gambar 10. Fotomikroskopik ginjal tikus betina reversibilitas kelompok
kontrol aquadst 14285,7 mg/kgBB mengalami perubahan
histopatologis degenerasi hidropik (perbesaran 400x pewarna
H-E)
F. Pengaruh Pemberian Infusa Biji Alpukat (Persea americana Mill.)
terhadap Perubahan Berat BadanTikus Jantan dan Betina
Data berat badan pada penelitian ini dijadikan data pendukung.
Perubahan berat badan hewan uji berkaitan erat dengan kondisi fisik hewan
tersebut. Penimbangan berat badan ini bertujuan untuk mengetahui kesehatan
hewan uji dan untuk menyesuaikan pemberian infusa biji P. americana Mill.
Perubahan tersebut dapat meningkat dan dapat menurun tergantung kecukupan
gizi yang terkandung dalam pakan. Pengukuran berat badan tikus dapat
mempengaruhi volume pemberian infusa biji P. americana Mill. yang diberikan
selama perlakuan.
Perubahan berat badan dapat digunakan sebagai salah satu pertanda atau
penampakan umum suatu kondisi fisik tikus. Hal ini bisa terjadi karena hewan uji
mengalami perumbuhan, yaitu dengan bertambah ukuran tubuh akibat
berkembangnya sel yang salah satunya ditandai dengan kenaikan berat badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(Hertarinda, 2013). Perubahan berat badan dapat disebabkan karena jumlah
asupan makan yang dikonsumsi atau bisa juga disebabkan adanya suatu penyakit.
Adanya suatu penyakit dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan yang
berdampak penurunan berat badan karena konsumsi makanan yang tidak cukup.
Data berat badan yang diuji dengan analisis General Linear Model (metode
Multivariate).
Purata data berat badan hewan uji jantan maupun betina (Tabel V dan
Tabel VI) menunjukkan adanya kenaikan berat badan hewan uji pada kelompok
kontrol aquadest maupun kelompok perlakuan infusa biji P. americana Mill. Data
yang diperoleh lalu di analisis menggunkan uji General Linear Model (metode
Multivariate) terhadap perubahan berat badan hewan uji tikus jantan (Tabel V)
yang dibandingkan mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-28 menunjukkan hasil
yang berbeda bermakna antara kelompok kontrol aquadest dan perlakuan infusa
biji P. americana Mill. (p<0,05) (lampiran9). Pada tikus betina perubahan berat
badan (Tabel VI) menunjukkan hasil berbeda bermakna antara kelompok kontrol
aquadest dengan kelompok perlakuan infusa biji P. americana Mill. (p<0,05)
(Lampiran 10). Hasil data tersebut artinya, ada perubahan berat badan pada hewan
uji, namun perubahan berat badan ini disebabkan oleh proses pertumbuhan dari
hewan uji tikus itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel V. Purata Berat Badan ± SE Tikus Jantan Akibat PemberianInfusa
Biji P. americana Mill. selama 28 hari
Kel. Dosis Purata Berat Badan ±SE (g)
0 7 14 21 28
I
Kontrol
Aquadest
14285,7
mg/kgBB
178,8+7,6 185+12,0 193,4+16,9 220,2+11,1 239+9,3
II
IBA
202,24
mg/kgBB
199,8+9,6 202,8+12,1 210,8+14,6 238,4+12,1 262,2+12,1
III
IBA 360
mg/kgBB
154,8+1,8 195+7,1 228,8+5,1 255+11,6 271,4+9,0
IV
IBA
640,8
mg/kgBB
198,6+12,2 214,2+8,8 220,6+10,5 242,4+9,0 259+10,3
V
IBA
1140,6
mg/kgBB
192,8+13,8 192,2+8,2 193,2+6,6 216,6+6,1 221,6+20,2
Keterangan :
IBA = Infusa Biji Alpukat
SE = Standar Error of Mean
Dosis I = Kontrol aquadest dosis 14285 mg/kgBB
Dosis II = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 202,24 mg/kgBB
Dosis III = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 360 mg/kgBB
Dosis IV = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 640,8 mg/kgBB
Dosis V = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 1140,6 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel VI. Purata Berat Badan ± SE Tikus Betina Akibat Pemberian
Infusa Biji P. americana Mill. selama 28 hari
Kel. Dosis Purata Berat Badan ±SE (g)
0 7 14 21 28
I
Kontrol
Aquadest
14285,7
mg/kgBB
173,2+6,8 186,4+15,6 173+7,7 184,4+8,1 199+7,5
II IBA 202,24
mg/kgBB 153,4+11,1 141,4+5,0 148+6,3 159,4+5,5 173,6+5,9
III IBA 360
mg/kgBB 171,2+8,8 157,4+11,4 161,2+12,2 174,8+11,0 188,4+11,3
IV IBA 640,8
mg/kgBB 157,20+5,99 158,8+3,2 169,8+6,3 162,6+3,1 167,8+5,0
V IBA 1140,6
mg/kgBB 150,80+4,3 151,8+7,5 144,4+11,3 157,8+9,8 170+7,5
Keterangan :
IBA = Infusa Biji Alpukat
SE = Standar Error of Mean
Dosis I = Kontrol aquadest dosis 14285 mg/kgBB
Dosis II = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 202,24 mg/kgBB
Dosis III = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 360 mg/kgBB
Dosis IV = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 640,8 mg/kgBB
Dosis V = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 1140,6 mg/kgBB
Gambar 11 dan 12 merupakan grafik dari perubahan berat badan tikus
jantan dan betina, dapat dilihat dari grafik bahwa semua kelompok perlakuan
mempunyai profil yang sama, yaitu adanya kenaikan berat badan dari hewan uji.
Hal ini berarti seiring dengan bertambahnya waktu dan masa pertumbuhaan
hewan uji maka akan disertai dengan peningkatan berat badan. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa infusa biji alpukat tidak mempengaruhi berat badan
tikus jantan maupun tikus betina namun peningkatan yang dialami oleh hewan uji
lebih dipengaruhi oleh proses pertumbuhan dari tikus jantan maupun tikus betina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
karena seiring bertambahnya waktu dari hari ke-0 sampai hari ke-28 dan
meningkatnya usia terjadi peningkatan asupan pakan.
Gambar 11. Rerata perubahan berat badan tikus jantan selama
pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari
Gambar 12. Rerata perubahan berat badan tikus betina selama
pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari
0
50
100
150
200
250
300
Hari 0 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28
Ber
at B
adan
(g)
Kontrol
Dosis I
Dosis II
Dosis III
Dosis IV
0
50
100
150
200
250
300
Hari 0 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28
Ber
at B
adan
(g)
Kontrol
Dosis I
Dosis II
Dosis III
Dosis IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
G. Asupan Pakan Tikus Akibat Pemberian
Infusa Biji P. americana Mill.
Pada penelitian ini, data asupan pakan dijadikan sebagai data pendukung
untuk memastikan apakah perubahan berat badan yang terjadi pada hewan uji
merupakan akibat dari pemberian biji P. americana Mill. atau merupakan proses
alami yang terjadi pada hewan uji yang mengalami pertumbuhan usia sehingga
meningkatnya asupan pakan.
Pakan yang digunakan untuk hewan uji, yaitu AD2 sejumlah 30 g setiap
hari. Jumlah pakan yang dimakan tikus pada hari pertama akan dihitung dengan
mengurangkan jumlah pakan yang masih ada paa hari kedua dengan jumlah pakan
yang diberikan di hari pertama. Grafik asupan pakan untuk tikus jantan dan betina
(Gambar 13 dan Gambar 14) setiap kelompok perlakuan peringkat dosis
menunjukkan pola makan yang mirip dengan kelompok kontrol, sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian infusa biji P. americana Mill. tidak mempengaruhi
pola makan hewan uji. Perubahan berat badan yang terjadi pada hewan uji
disebabkan oleh proses pertumbuhan dari hewan uji ini sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 13. Asupan pakan tikus jantan selama perlakuan
Keterangan: Kontrol aquadest dosis 14285 mg/kgBB
Dosis1 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 202,24 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 360 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 640,8 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 1140,6 mg/kgBB
Gambar 14. Asupan pakan tikus betina selama perlakuan
Keterangan: Kontrol aquadest dosis 14285 mg/kgBB
Dosis1 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 202,24 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 360 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 640,8 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa biji P. americanaMill. 1140,6 mg/kgBB
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Mak
an (
g)
Hari
Kontrol
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
Dosis 4
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Pak
an (
g)
Hari
Kontrol
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
Dosis 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
H. Asupan Minum Tikus Akibat Pemberian
Biji Alpukat (P. americana Mill.)
Data asupan minum juga dijadikan sebagai data pendukung penelitian
ini. Hewan uji diberikan minuman yang sama reverse osmosis 100 ml setiap
harinya. Volume yang tersisa pada hari kedua diukur dan akan dikurangi dengan
volume yang diberikan pada hari pertama. Asupan minum yang dikonsumsi oleh
tikus jantan maupun betina dihitung setiap hari dan dibuat grafik agar dapat
mengetahui pola asupan minum hewan uji. Pada gambar 15 dan 16 dapat dilihat
bahwa pemberian infusa biji P. americana Mill. tidak mempengaruhi pola minum
hewan uji. Dilihat dari grafik untuk tikus jantan dan betina setiap kelompok
perlakuan tiap dosis menunjukkan pola minum yang mirip dengan kelompok
kontrol aquadest.
Gambar 15. Asupan minum tikus jantan selama perlakuan
Keterangan: Kontrol aquadest dosis 14285 mg/kgBB
Dosis1 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 202,24 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 360 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 640,8 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 1140,6 mg/kgB
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Min
um
(m
l)
Hari
Kontrol
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
Dosis 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 16. Asupan minum tikus betina selama perlakuan
Keterangan: Kontrol aquadest dosis 14285 mg/kgBB
Dosis1 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 202,24 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 360 mg/kgBB
Dosis 3 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 640,8 mg/kgBB
Dosis 4 = perlakuan infusa biji P. americana Mill. 1140,6 mg/kgBB
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Min
um
(m
l)
Hari
Kontrol
Dosis 1
Dosis 2
Dosis 3
Dosis 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) yang diberikan selama 28 hari
dengan dosis 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; 1140,6
mg/kgBB tidak menyebabkan perubahan wujud struktural terhadap ginjal
tikus Sprague Dawley
2. Tidak dapat ditentukan sifat efek toksik akibat pemberian infusa subakut biji
P. americana Mill. pada organ ginjal tikus Sprague Dawley.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian sejenis mengenai toksisitas infusa biji P.
amaricana Mill. dalam jangka waktu yang lebih lama dari 28 hari, yakni 90
hari untuk melihat efek toksik yang ditimbulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, L., 2010, Macam Buah-Buahan untuk Kesehatan, Alfabeta, Bandung,
hal. 33.
Alhassan, A.J., Sule, M.S., Atiku, A.M., Wudil H., Abubakar, S.A., dan
Mohamed, 2012, Effects of aqueous avocado pear (Persea americana) seed
extract on alloxan induced diabetes rats, Greener Journal of
MedicalSciences, 2 (1), 5-11.
Anaka, O.N., Ozolua, R. I., Okpo, S.O., 2009, Effect of the Aqueous Seed Extract
of Persea americana Mill. (Lauraceae) on the Blood Pressure of Sprague-
Dawley Rats, African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3(10), 485-
487.
Anggraeni, A.D., 2006, Pengaruh Pemberian Infusa Biji Alpukat (Persea
americana Mill.) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang diberi
beban glukosa, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponogoro, Semarang.
Arukwe, U., Amadi, B., Duru, M., Agomuo,E., Adindu, E., Odika, P., Lele,K.C.,
Egejuru, L., Anudike,J., 2012, Chemical Composition of Persea americana
Leaf, Fruit and Seed, IJRRAS 11(2), 347.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010, Acuan Sediaan
Herbal, 5 (1), Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia,
hal. 6.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2014, Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik
Secara In Vivo, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta, pp. 39-43.
Derelanko, M.J., and Hollinger, M.A., 2002, Handbook of Toxicology, 2th
Ed.,
CRC Press LLC, USA, pp. 456-464.
DerMarderosian, A. danBeutler,J., 2002, The review of natural products: the most
complete source of natural product information, 2th
Ed., Lippincott,pp. 63-
64.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Donatus, I. A., 2001, Toksikologi Dasar, Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta, pp. 141,142.
Gad, S. C., 2002, Drug Safety Evaluation, John Wiley and Sous Inc., New York,
pp. 237, 238, 240.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gunin, A., 2000, Histology Images: Urinary System,
http://www.histol.chuvashia.com/atlas-en/urinary-01-en.htm,
diakses tanggal 12 Januari 2015.
Guyton, A.C., dan Hall,J.E., 2006, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 324-326.
Haryanto, S., 2009, Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia, Palmall, Yogyakarta,
pp. 25-26.
Hertarinda, 2013, Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz &Pav.) PadaTikus: Studi Terhadap Gambaran Mikroskopis
Ginjal Dan Kadar Kreatinin, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Hodgson, E., 2010, A textbook of Modern Toxicology, Fourth Edition, John
Wiley&Sons,Inc, Canada,pp. 292- 294.
Huether, R.N., dan McCance, R.N., 2008, Understanding Pathophysiology, 4th
ed., Mosby Inc., USA, pp. 774-784.
Idris,S., Ndukwe,G.I., Gimba,C.E.,2009, Preliminary Phytochemical Screening
and Antimicrobial Activity of Seed Extracts of Perseaamerica(Avocado
Pear), Journal of Pure and Applied Science, 2(1), 173-176.
Kumar, V., Abbas, A.K., dan Fausto, N., 2010, Pathologic Basis of Disease, 7th
ed., diterjemahkan oleh Brahm, U., EGC, Jakarta, hal. 976-1042.
Kopacova, M., 2012, Hepatorenal syndrome, World Journal of Gastroenterology,
18(36): 4978-4982
Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010, Uji Fungsi Ginjal,
http://www.abclab.co.id/?p=944, diaskes tanggal 7 Januari 2015
Leeson, C.R., 1996, Buku Ajar Histologis, diterjemahkan oleh Tambayong, J.,
Edisi 5, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.561.
Lim, T.K., 2012, Edible Medical and Non-Medical Plants, Books 3, Spingers
Dordrecht Heidelbergh, London, New York, pp.79-81.
Malangngi, L., Meiske, S., Jessy, J., 2012, Penentuan Kandungan Tanin dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill),
Jurnal MIPA UNSRAT, 1 (1), 5-10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
McPhee, S.J. dan Ganong, W.F., 2010, Patophysiology of Disease: An
Introduction to Clinical Medicine, 5th ed., diterjemahkan oleh Brahm
U.,EGC, Jakarta, pp. 493-501.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1992, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 761/Menkes/SK/IX/1992 Tentang Pedoman
Fitofarmaka, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Nwaoguikpe, R. D. danBraide, W., 2011, The effect of aqueous seed extract of
persea americana (avocado pear) on serum lipid and cholesterol levels in
rabbits, African Journal of Pharmacy and Pharmacology Research, 1(2),
23-29.
Owolabi, M.A., Jaja, S.I., Coker, H. A., 2005, Vasorelaxant action of aqueous
extract of the leaves of Persea americana on isolated thoracic rat aorta,
Fitoterapia, 76, 567–573.
Perazella, M.A., and Markowitz, G.S., 2010, Drug-Induced Acute Interstitial
Nephritis,http://www.nature.com/nrneph/journal/v6/n8/full/nrneph.2010.71.
html, diakses tanggal 15 Januari 2015.
Proseanet, 2012, Persea americana
http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?keywords=persea+americ
ana&do_search=Search+Now&pcategory=0, diaksest anggal 12 Desember
2014.
Robbins danCotran, 2007, Pathologic Basis of Disease, Edisi 7, ElseiverInc, New
York, USA, pp. 976-981.
Robbins, S. L., Cotran, R. S., Kumar, V., 2007, Jejas, Adaptasi, dan Kematian Sel
Dalam Buku Ajar Patologi I, vol 1, EGC, Jakarta, pp. 26.
Sherwood, L., 2006, Textbook of Human Physiology, 2th ed., EGC, Jakarta,
pp.454-458.
Silitonga, R. W. N., 2013, Efek Nefroprotektif Pemberian Jangka Panjang Ekstrak
Etanol Biji (Persea americana Mill.) Terhadap Kadar Kreatinin Dan
Gambaran Histologis Ginjal Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
SIU School of Medicine, 2005, Histology Study Guide: Kidney and Urinary
Tract,http://www.siumed.edu/~dking2/crr/rnguide.html. Diakses pada
tanggal 19 Januari 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Stine, K. B., dan Brown, T. M., 1996, Principles of Toxicology, Lewis Publisher,
CRC Press. Inc, USA, pp. 74-80.
Wahyuningsih, B., 2015, Uji Toksisitas Akut Infusa Biji Alpukat (Persea
americana Mill.) Pada Mencit Galur Swiss, Skripsi, Fakultas
Farmasi,Universitas Sanata Dharma.
Wati, C. D., 2015, Uji Toksisitas Subakut Infusa Biji Persea americana Mill.
Pada Tikus Galur Sprague Dawley Terhadap Kadar Blood Urea Nitrogen
Dan Kreatinin, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
World Agroforestry Centre, 2002, Botanic Nomenclature to Agroforestry trees:
Persea americana,
http://www.worldagroforestry.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo.
asp?SpID=1274, Diakses tanggal 8 November 2014.
Yoseph, G. K., 2013, Efek Nefroprotektif Pemberian Jangka Panjang Infusa Biji
P. americana Mill. terhadap Kadar Kreatinin dan Gambaran Histopatologis
Ginjal Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Biji Alpukat
Lampiran 2. Foto Serbuk Biji Alpukat
Lampiran 3. Foto Infusa Biji Alpukat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 4. Foto Pembuatan Infusa Biji Alpukat (alat infundasi)
Lampiran 5. Foto Pembedahan Hewan Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 6. Surat Pengesahan Determinasi Biji Alpukat (Persea americana
Mill.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 7. Surat Ethics Committee Approval
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 8. Hasil Diagnosis Histopatologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 9. Analisis Statistika Perubahan Berat Badan Tikus Jantan
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
berat_badan_hari_ke0 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
berat_badan_hari_ke7 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
berat_badan_hari_ke14 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
berat_badan_hari_ke21 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
berat_badan_hari_ke28 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Report
kelompok_perlakuan berat_badan_
hari_ke0
berat_badan_
hari_ke7
berat_badan_
hari_ke14
berat_badan_
hari_ke21
berat_badan_
hari_ke28
Infusabijialpu
kat 202,24
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 178,8000 185,0000 193,4000 220,2000 239,0000
Std. Deviation 17,09386 27,00926 37,82592 24,95396 20,97618
Std. Error of Mean 7,64461 12,07891 16,91626 11,15975 9,38083
Infusabijialpu
kat 360
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 199,8000 202,8000 210,8000 238,4000 262,2000
Std. Deviation 21,52208 27,09613 32,69098 27,07951 27,27086
Std. Error of Mean 9,62497 12,11776 14,61985 12,11033 12,19590
Infusabijialpu
kat 640
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 154,8000 195,0000 228,8000 255,0000 271,4000
Std. Deviation 4,14729 16,00000 11,47606 26,07681 20,28053
Std. Error of Mean 1,85472 7,15542 5,13225 11,66190 9,06973
Infusabijialpu
kat 1140,6
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 198,6000 214,2000 220,6000 242,4000 259,0000
Std. Deviation 27,29102 19,75348 23,61779 20,20643 23,24866
Std. Error of Mean 12,20492 8,83403 10,56220 9,03659 10,39711
KontrolAquad
est 14285,7
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 192,8000 192,2000 193,2000 216,6000 221,6000
Std. Deviation 31,05962 18,34939 14,78851 13,81304 45,21394
Std. Error of Mean 13,89028 8,20610 6,61362 6,17738 20,22029
Total N 25 25 25 25 25
Mean 184,9600 197,8400 209,3600 234,5200 250,6400
Std. Deviation 26,61841 22,61209 27,94471 25,53938 32,13627
Std. Error of Mean 5,32368 4,52242 5,58894 5,10788 6,42725
Between-Subjects Factors
Value Label N
kelompok_perlakuan 1 Infusabijialpukat 202,24 mg/kgBB 5
2 Infusabijialpukat 360 mg/kgBB 5
3 Infusabijialpukat 640 mg/kgBB 5
4 Infusabijialpukat 1140,6 mg/kgBB 5
5 KontrolAquadest 14285,7 mg/kgBB 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Multivariate Testsc
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace ,993 464,086a 5,000 16,000 ,000
Wilks' Lambda ,007 464,086a 5,000 16,000 ,000
Hotelling's Trace 145,027 464,086a 5,000 16,000 ,000
Roy's Largest Root 145,027 464,086a 5,000 16,000 ,000
kelompok
_perlakua
n
Pillai's Trace 1,100 1,441 20,000 76,000 ,130
Wilks' Lambda ,169 1,915 20,000 54,016 ,030
Hotelling's Trace 3,461 2,509 20,000 58,000 ,003
Roy's Largest Root 3,041 11,557b 5,000 19,000 ,000
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c. Design: Intercept + kelompok_perlakuan
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
berat_badan_hari_ke0 3,680 4 20 ,021
berat_badan_hari_ke7 ,168 4 20 ,952
berat_badan_hari_ke14 ,795 4 20 ,542
berat_badan_hari_ke21 ,768 4 20 ,559
berat_badan_hari_ke28 1,474 4 20 ,247
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is
equal across groups.
a. Design: Intercept + kelompok_perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 10. Perhitungan Statistika Perubahan Berat Badan Tikus Betina
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
berat_badan_hari_ke0 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
berat_badan_hari_ke7 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
berat_badan_hari_ke14 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
berat_badan_hari_ke21 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
berat_badan_hari_ke28 *
kelompok_perlakuan
25 100,0% 0 ,0% 25 100,0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Report
kelompok_perlakuan berat_badan_
hari_ke0
berat_badan_
hari_ke7
berat_badan_
hari_ke14
berat_badan_
hari_ke21
berat_badan_
hari_ke28
Infusabijialpukat
202,24 mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 173,2000 186,4000 173,0000 184,4000 199,0000
Std. Deviation 15,20526 34,99000 17,27715 18,14663 16,95582
Std. Error of
Mean
6,80000 15,64800 7,72658 8,11542 7,58288
Infusabijialpukat
360 mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 153,4000 141,4000 148,0000 159,4000 173,6000
Std. Deviation 25,03597 11,32696 14,15980 12,48199 13,31540
Std. Error of
Mean
11,19643 5,06557 6,33246 5,58211 5,95483
Infusabijialpukat
640 mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 171,2000 157,4000 161,2000 174,8000 188,2000
Std. Deviation 19,79141 25,59883 27,28919 24,72246 25,38110
Std. Error of
Mean
8,85099 11,44814 12,20410 11,05622 11,35077
Infusabijialpukat
1140,6 mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 147,2000 158,8000 169,8000 162,6000 167,8000
Std. Deviation 13,40522 7,19027 14,30734 6,94982 11,25611
Std. Error of
Mean
5,99500 3,21559 6,39844 3,10805 5,03389
KontrolAquadest
14285,7
mg/kgBB
N 5 5 5 5 5
Mean 139,8000 151,8000 144,4000 157,8000 170,0000
Std. Deviation 9,73139 16,79881 25,44209 21,91347 16,88194
Std. Error of
Mean
4,35201 7,51266 11,37805 9,80000 7,54983
Total N 25 25 25 25 25
Mean 156,9600 159,1600 159,2800 167,8000 179,7200
Std. Deviation 20,85761 24,95109 22,02181 19,48290 20,07386
Std. Error of
Mean
4,17152 4,99022 4,40436 3,89658 4,01477
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Between-Subjects Factors
Value Label N
kelompok_perlakuan 1 Infusabijialpukat 202,24 mg/kgBB 5
2 Infusabijialpukat 360 mg/kgBB 5
3 Infusabijialpukat 640 mg/kgBB 5
4 Infusabijialpukat 1140,6 mg/kgBB 5
5 KontrolAquadest 14285,7 mg/kgBB 5
Multivariate Testsc
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace ,997 1108,333a 5,000 16,000 ,000
Wilks' Lambda ,003 1108,333a 5,000 16,000 ,000
Hotelling's Trace 346,354 1108,333a 5,000 16,000 ,000
Roy's Largest Root 346,354 1108,333a 5,000 16,000 ,000
Kelompok Pillai's Trace 1,133 1,502 20,000 76,000 ,106
Wilks' Lambda ,206 1,649 20,000 54,016 ,074
Hotelling's Trace 2,387 1,731 20,000 58,000 ,054
Roy's Largest Root 1,676 6,369b 5,000 19,000 ,001
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c. Design: Intercept + Kelompok
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
berat_badan_hari_ke0 10,282 4 20 ,000
berat_badan_hari_ke7 2,865 4 20 ,050
berat_badan_hari_ke14 1,478 4 20 ,246
berat_badan_hari_ke21 1,490 4 20 ,243
berat_badan_hari_ke28 1,607 4 20 ,211
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is
equal across groups.
a. Design: Intercept + kelompok_perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “UJI TOKSISITAS SUB AKUT
INFUSA BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.)
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS GINJAL
TIKUS SPRAGUE DAWLEY” ini memiliki nama lengkap
Levina Apriyani. Penulis lahir di Cirebon pada tanggal
12 April 1993 sebagai anak keempat dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah TK Patra Jasa Pertamina (1998-
1998), SD Negeri 1 Eretan Wetan (1999-2005), SMP Negeri 1Kandanghaur
(2005-2008),SMA Negeri 1 Kandanghaur (2008-2011), kemudian tahun2011
penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif dalam beberapa kegiatan dan organisasi
antara lain sebagai anggota sie benzen dalam kepanitiaan TITRASI Universitas
Sanata Dharma (2012), panitia sie acara dalam Pharmacy Performance and Event
Cup Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2012), panitia sie acara dalam
Pharmacope Universitas Sanata Dharma (2013), pengurus Persekutuan
Mahasiswa Kristen “APOSTOLOS” sie doa dan pemerhati Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma (2012-2013), Bendahara BEMF Farmasi Universitas
Sanata Dharma (2012-2013), Wakil Gubernur Eksternal BEMF Farmasi
Universitas Sanata Dharma (2013-2014), dan sebagai anggota kelompok dalam
Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos
didanai oleh DIKTI (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI