PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO DIALEK...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO DIALEK...
i
KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO
DIALEK YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Progam Studi Sastra Indonesia
Oleh:
Oleh
Deri Risto
NIM: 104114006
PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
Apapaun yang terjadi hari ini, bersabarlah, memang tidak
mudah , tetapi bersabar akan menjadikanmu damai, dalam
kesulitan, dan upayamu lebih lancar untuk tetap sukses
walau pun ada masalah.
Mario Teguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kepada Ayahku yang selalu memberi semangat,
motivasi, dan doa restunya, kepada Ibuku yang sudah
berada di Surga, kepada Kakekku yang selalu
memberiku motivasi, serta kepada Nenekku yang sudah
berada di Surga.
Teman-teman angakatan 2010 yang memberi
semangat, serta motivasi dalam proses pembelajaran.
Kepada Maria Noviani Budi Hastuti yang selalu ada
saat susah dan senang, serta membantu dalam proses
pembuatan tugas akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain. Kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Januari 2015
Penulis
Deri Risto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Deri Risto
NIM : 104114006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Kalimat imperatif
dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” berserta perangkat yang
diperlukan (bila ada).
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanataa
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 12 Januari 2015
Yang menyatakan,
Penulis
Deri Risto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kalimat Imperatif dalam Bahasa
Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Progam Studi Sastra Indonesia, Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, bantuan, dan
dukungan baik secara material maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan,
perhatian, bantuan, dan dukungan tersebut selalu hadir dalam setiap langkah
penulis, terutama saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.
Dalam kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses
penulisan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku dosen pembimbing I
yang dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Bapak Dr. P. Ari Subagyo, M. Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah
membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini dan memberikan
petunjuk serta masukan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
3. Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku Ketua Progam Studi Sastra
Indonesia dan penguji yang dengan sabar serta perhatian dalam membantu
proses penyusunan skripsi ini, dan segala masukan atau saran yang beliau
sampaikan.
4. Seluruh dosen Progam Studi Sastra Indonesia Drs. B. Rahmanto, M.Hum.;
Drs. F X Santoso, M.S.; S.E Peni Adji, S.S. M.Hum.; Dra. Fr. Tjandrasih
Adji, M. Hum.; Dr. Yosep Yapi Taum, M.Hum.; Prof. Dr. I Dewa Putu
Wijana, S.U, M.A. yang telah memberikan bekal kepada penulis. Segenap
karyawan fakultas sastra atas bantuannya selama ini.
5. Kedua orang tua penulis, Sodig Rahayu dan Murtriyatini (alm) atas dukungan
doa dan kasih sayang yang tiada hentinya.
6. Maria Noviani Budi Hastuti atas dukungan, doa, serta motivasi yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat
pada waktunya.
Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Skripsi ini mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
perbaikan skripsi ini.
Penulis
Deri Risto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
Risto, Deri, 2010. “Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek
Yogyakarta” Skripsi Strata 1 (S1). Progam studi Sastra Indonesia. Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.
Dalam skripsi ini dibahas tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
ngoko. Ada dua masalah yang dibahas. Pertama, apa saja jenis-jenis kalimat
imperatif dalam Bahasa Jawa berdasarkan penandannya? Kedua, apa saja maksud
yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa?.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
mendiskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Prosedur penelitian
terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan
pada tahap (iii) penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak. Teknik yang digunakan dalam tahap
pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat
cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian dan Djoko Lodang.
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dan
metode agih. Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat
itu merupakan kalimat imperatif atau bukan.. Metode agih diterapkan dengan
teknik bagi unsur langsung dan teknik baca markah. Teknik bagi unsur langsung
diterapkan untuk melihat kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko secara
sintaksis, serta membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan
jenis dan maksudnya. Teknik baca markah digunakan untuk menunjukkan
kejatian kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko.
Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kalimat
imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
kalimat imperatif yang berpenanda dan kalimat imperatif yang tak berpenanda.
Kalimat imperatif yang berpenanda dapat dibedakan menjadi tujuh jenis (i)
kalimat imperatif yang berpenanda verba –a, (ii) kalimat imperatif berpenanda
verba –en, (iii) kalimat imperatif yang berpenanda verba –na, (iv) kalimat
imperatif yang berpenanda verba –ana, (v) Kalimat imperatif dengan penada
perintah aja, (vi) kalimat imperatif yang berpenanda verba ayo, dan (vii) kalimat
imperatif yang berpenanda verba mangga. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa
yang tak berpenanda dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut, (i)
kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba perbuatan, (ii) kalimat imperatif
yang bersetruktur S-P, (iii) kalimat imperatif yang bersetruktur S-P-O, (iv)
kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba pasif. Maksud yang terkandung
dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa Ngoko dapat dibedakan menjadi lima jenis
sebagai berikut, (i) kalimat imperatif yang mengandung maksud menyuruh, yang
ditandai oleh verba –a, -en, -na, (ii) kalimat imperatif yang mengandung maksud
melakukan tindakan secara berulang-ulang, yang ditandai oleh verba –ana, (iii)
kalimat imperatif yang mengandung maksud melarang, yang ditandai oleh verba –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
aja, (iv) kalimat imperatif yang mengandung maksud mengajak, yang ditandai
oleh verba ayo, (v) kalimat imperatif yang mengadung maksud mempersilahkan,
yang ditandai oleh verba mangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT
Risto, Deri, 2010. “Imperative Sentences in Javanese Ngoko Dialect Yogyakarta”.
Undergraduate thesis (S1). Indonesian Literature Department. Faculty of
Literature, University of Sanata Dharma.
This thesis discusses about imperative sentences in Javanese Ngoko. There
are two problems that have been discussed in this study. The first problem is the
kinds of imperative sentence in Javanese based on its signifier. The second
question is about the meaning of Javanese’s imperative sentences.
This research belongs to a descriptive research; it is a research that is done
by describing the objects of the research based on their existing facts. There are
three procedures of this research, they are: (i) data collection, (ii) data analysis,
and (iii) the finding presentation. The researcher uses scanning methods for data
collecting technique. For data collecting technique, the researcher also uses non-
participant technique or scanning without conversation technique by analyzing or
making notes based on the data in the form of imperative sentences in Javanese
Ngoko in Risalah Penelitian and Joko Lodhang. The data analyzing technique of
this research is by using identity and distributional methods. The identity method
is used to analyze a sentence whether it is an imperative sentence or not. The
distributional method is used by applying immediate constituent and markers
analyzing technique. The immediate constituent analyzing technique is used to
observe syntactically the imperative sentences in Javanese and to separate the
imperative sentences in Javanese “ngoko” based on their kind and meaning. The
marker analyzing technique is used to show the illocutionary meaning of
imperative sentences in Javanese ngoko.
The findings of this research are as following explanation. First, there are
two types of Javanese imperative sentence; they are imperative sentence with
signifiers and without signifier. The imperative sentences using signifier can be
differentiated into seven (7) kinds of sentence, they are: (i) Imperative sentences
using verb a. (ii) imperative sentences using verb en. (iii) Imperative sentences
using verb na. (iv) Imperative sentences using verb ana. (v) Imperative sentences
using command aja. (vi) Imperative sentences using verb ayo, and (vii)
Imperative sentences using verb mangga. While the imperative sentences without
signifier can be categorized into four types, they are (i) imperative sentences using
verb. (ii) Imperative sentences using S-P structures. (iii) Imperative sentences
using S-P-O structures. (iv) Imperative sentences using passive verbs as
predicates. The meaning that contains in Javanese “ngoko” can be differentiate
into five kinds, they are (i) an imperative sentence that contains whole meaning,
this kind of sentence is signed by these verbs: a, -en, -na. (ii) an imperative
sentence that contains repeated actions meaning, this kind of sentence is signed by
a verb ana. (iii) an imperative sentence that contains command meaning, this kind
of sentence is signed by a verb aja. (iv) an imperative sentence that contains
invitation meaning, this kind of sentence is signed by the verb ayo. (v) an
imperative sentence that have excuse meaning, this kind of sentence is signed by
the verb mangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR LAMBANG
A. Daftar Singkatan
S : Subjek
O : Objek
P : Predikat
Ket : Keterangan
B. Daftar Lambang
* : Untuk menyatakan bawha ujaran tersebut tidak gramatikal
# : Tanda untuk mengakhiri suatu kalimat
2 : Nada sedang
3 : Nada tinggi
1 : Nada rendah
// : Jeda fungsional antar kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii
MOTTO .................................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR LAMBANG ......................................... xiii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 7
1.6 Landasan Teori ..................................................................................................... 9
1.6.1 Pengertian Kalimat Imperatif ...................................................................... 9
1.6.2 Jenis-jenis Kalimat Imperatif ...................................................................... 10
1.6.3 Pengertian Penanda ..................................................................................... 15
1.6.4 Pengertian Maksud ...................................................................................... 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1.7 Metode dan Teknik Penelitian ............................................................................. 17
1.7.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 17
1.7.2 Metode Analisis Data .................................................................................. 17
1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ..................................................................... 19
1.8 Sistematika Penyajian .......................................................................................... 20
BAB II JENIS-JENIS KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA
JAWA NGOKO DIALEK YOGYAKARTA ............................................. 22
2.1 Pengantar .............................................................................................................. 22
2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda ...................................................................... 22
2.2.1 Kalimat Imperatif Tidak Berpenanda yang Terdiri Dari Verba Perbuatan . 23
2.2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P .......................... 24
2.2.3 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P-O ...................... 24
2.2.4 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berupa Verba Pasif Di- ............. 26
2.3 Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda .................................................. 26
2.3.1 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –a ......................... 27
2.3.2 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –en ....................... 29
2.3.3 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –na ....................... 30
2.3.4 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran -ana ...................... 31
2.3.5 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Akhiran aja............................. 32
2.3.6 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Perintah Ayo ............................ 34
2.3.7 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Perintah Mangga ...................... 36
2.3.8 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –e ......................... 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB III MAKSUD DALAM KALIMAT IMPERATIF BAHASA
JAWA NGOKO DALEK YOGYAKARTA ............................................ 38
3.1 Pengantar .............................................................................................................. 38
3.2 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Suruhan ...................................... 39
3.3 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Larangan .................................... 40
3.4 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Ajakan ........................................ 41
3.5 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Menyuruh Secara
Berulang-ulang ..................................................................................................... 42
3.6 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Mempersilahkan ........................ 43
3.7 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Permintaan ................................. 44
3.8 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Marah ......................................... 45
3.9 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Bantuan ...................................... 45
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 46
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 46
4.2 Saran ..................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 49
LAMPIRAN .............................................................................................................. 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko.
Kalimat imperatif merupakan kalimat yang dibentuk untuk memancing respon
yang berupa tindakan (Cook, 1969:49). Ramlan (1986:42-43) berpandangan
bahwa kalimat imperatif adalah kalimat yang mengharapkan tanggapan yang
berupa tindakan dari orang yang diajak bicara. Jadi dapat dikatakan bahwa
kalimat imperatif membutuhkan stimulus dan respon. Stimulus ada pada pihak
yang akan melakukan perintah atau pihak pertama, sedangkan respon ada pada
pihak kedua atau pihak yang diajak berkomunikasi. Contoh kalimat imperatif
dalam bahasa Jawa ngoko adalah sebagai berikut.
(1) Tan, mangana sega dhisik!
‘Tan, makanlah nasi dahulu’.
(2) Tut, njupuka panci!
‘Tut, ambilah panci’.
(3) Tri, ngombea obat ben cepet mari watukmu!
‘Tri, minumlah obat biar cepat sembuh batukmu’.
Contoh (1), (2), (3) merupakan kalimat imperatif karena merupakan
kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra bicara.
Kalimat (1) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra
bicara (Tan), agar melakukan tindakan, yaitu manggana sega dhisik! ‘makan nasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dahulu’. Pada kalimat (2) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan
dari mitra bicara (Tut), melakukan tindakan yaitu njupuka panci! ‘ambilah panci’.
Pada kalimat (3) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari
mitra bicara (Tri), agar melakukan tindakan ngombea obat ben cepet mari
watukmu! ‘ minumlah obat biar cepat sembuh batukmu’. Selain itu, kalimat (1),
(2), dan (3) merupakan kalimat imperatif karena, memiliki pola intonasi sebagai
berikut.
(1a) Tan, mangana sega dhisik!
2 // 2 3 2 // 3 2 3 #
‘Tan, makanlah nasi dahulu’.
(2b) Tut, njupuka panci!
2 // 2 3 // 2 3#
‘Tut, ambilah panci’.
( 3c) Tri, ngombea obat ben cepet mari watukmu!
2 // 2 3 3 // 2 2 // 2 2 2 3 2 3 #
‘Tri, minumlah obat biar cepat sembuh batukmu’.
Kalimat (1a) memiliki pola intonasi sebagai berikut. 2 (nada sedang)
diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2
(nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3
(nada tinggi), 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) kemudian tanda # (tanda untuk
mengakhiri kalimat ).
Kalimat (2b) memiliki pola intonasi sebagai berikut 2 (nada sedang)
diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(nada tinggi) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3
(nada tinggi) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri kalimat).
Kalimat (3c) memiliki pola intonasi sebagai berikut 2 (nada sedang) diikuti
tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 3 (nada
tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) tanda //
(jeda antar kalimat) 1 (nada rendah) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) 2 (nada
sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) 2 (nada sedang) 3 (nda tinggi) dan tanda #
(tanda untuk mengakhiri kalimat).
Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dipilih sebagai topik dalam
penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko belum banyak diteliti. Hal ini terbukti baru ada beberapa
tulisan yang membahas kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, tokoh ahli
bahasa yang membahas kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko diantaranya
Herawati, Poerwodarminto, Antunsuhana, dan Wening Hendri Purnami. Kedua,
menurut peneliti kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki fenomena
kebahasaan yang unik untuk diteliti. Fenomena kebahasaan yang unik tersebut
diataranya, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki bermacam jenis,
memiliki pola intonasi kalimat yang sama, serta memiliki maksud yang berbeda-
beda. Ketiga, penelitian ini akan menghasilkan rumusan kaidah kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang bermanfaat sebagai masukan
penyusunan Tata Bahasa Jawa.
Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah jenis-jenis kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya. Contoh jenis-jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya adalah
sebagai beikut.
(4) Mangga lungguh ndhisik!
2 3 // 2 3 // 2 3 #
‘Silahkan duduk dahulu’.
(5) Aja ngrokok nang kene!.
2 3 // 2 3 // 2 3#
‘Jangan merokok di sini’.
(6) Ndhene saiki!.
2 3 // 2 3
‘Kesini sekarang.’
Kalimat (4) memiliki kebahasaan yang unik yaitu memiliki penanda
perintah Mangga, serta memiliki pola intonasi 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) //
(jeda fungsional anatar kalimat) 2 (nada sedang) 1 (nada rendah) // (jeda
fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) dan
tanda # (tanda untuk mengakhiri suatu kalimat).
Kalimat (5) memiliki fenomena kebahasaan fenomena yang unik yaitu
memiliki penanda perintah Aja, serta memiliki pola intonasi 2 (nada sedang) 3
(nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) //
(jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) dan tanda # (tanda
untuk mengakhiri suatu kalimat).
Kalimat (6) memiliki fenomena kebahasaaan yang unik yaitu tidak
memiliki penanda perintah, namun tetap memiliki pola intonasi seperti kalimat
imperatif. Pola intonasi kalimat (6) adalah sebagai berikut. 2 (nada sedang) 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
(nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi)
2(nada sedang) dan tanda # (untuk mengakhiri suatu kalimat).
Hal kedua yang dibahas dalam skripsi ini adalah maksud yang terkandung
di dalam kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Contoh maksud yang
terkandung di dalam kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko adalah sebagai
berikut.
(7) Mangga, tindak ndhisek!.
‘Silahkan, berangkat dulu!.’
(8) Jupukna gelas kae!
‘Ambilkan gelas itu!.’
(9) Aja turu nang kene!.
‘Jangan tidur di sini!.’
(10) Bungkusana permen kae!.
‘Bungskuslah permen itu!.’
Kalimat (7) merupakan kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk
mempersilahkan seseorang, agar mitra bicara berangkat terlebih dahulu. Kalimat
(8) merupakan kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk memerintah
seseorang untuk mengambilkan gelas. Kalimat (9) merupakan, kalimat yang
memiliki maksud untuk melarang seseorang agar tidak tidur disini!. Kalimat
(10) merupakan, kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk menyuruh
seseorang agar melakukan tindakan secara berulang-ulang yaitu membungkus
permen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah
kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Secara khusus, permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.2.1. Apa saja jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko
berdasarkan penandannya?
1.2.2. Apa saja maksud yang ada di dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa
ngoko ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kalimat imperatif dalam
Bahasa Jawa ngoko. Secara khusus tujuan penelitian sebagai berikut:
1.3.1. Mendeskripsikan jenis- jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko
berdasarkan penandanya.
1.3.2. Mendeskripsikan maksud kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko berdasarkan penanda perintah. Deskripsi ini mencakup
tentang jenis-jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dan maksud yang
terkandung di dalam kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Hasil
penelitian ini memberikan manfaat praktis dan manfaat teoritis. Manfaat teoretis
dari hasil penelitian ini memberikan masukan dalam bidang kajian sintaksis dan
pragmatik. Dalam bidang kajian sintaksis, deskripsi tentang kalimat imperatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dalam Bahasa Jawa ngoko memperkuat teori bahwa jenis kalimat ditentukan oleh
pola intonasi dan penandanya. Dalam bidang kajian pragmatik, dekripsi tentang
berbagai maksud yang dikandung dalam kalimat imperatif mengukuhkan teori
bahwa, penggunaan kalimat dalam berkomunikasi dilatar belakangi oleh maksud
penutur. Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah, memberikan masukan
dalam penyusunan Tata Bahasa Jawa.
1.5 Tinjauan Pustaka
Topik tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko telah
dikemukakan antara lain oleh Herawati (2012), Wening Handri Purnami (2009)
Poerwadarminto (1953:91-96) (dalam Herawati 2012:64), Antunsuhana (1956:36-
37) (dalam Herawati 2012: 64) dalam Risalah Penelitian, menguraikan kalimat
perintah dari segi seluk beluk pembentukan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa.
Herawati membagi jenis-jenis kalimat perintah menjadi delapan jenis yaitu
kalimat perintah dengan penanda perintah –a, kalimat perintah dengan penanda –
en, kalimat perintah dengan penanda perintah -na, kalimat perintah dengan
penanda perintah –ana, kalimat perintah dengan penanda perintah aja, kalimat
perintah dengan penanda perintah ayo, dan kalimat perintah dengan penanda
perintah mangga.
Wening Handri Purnami dalam penelitian yang berjudul Fungsi Kalimat
Imperatif Wacana Hortatori Khotbah Jumat Agung dalam Bahasa Jawa
menjelaskan kalimat imperatf dalam bahasa Jawa ngoko dari segi jenis-jenis
kalimat imperatif. Beliau membagi kalimat imperatif menjadi sebelas jenis, yaitu
kalimat imperatif dengan penanda perintah –a, kalimat perintah dengan penanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
perintah –i, kalimat perintah dengan penanda perintah –en, kalimat perintah
dengan penanda perintah –na, kalimat perintah dengan penanda perintah –ana,
kalimat perintah dengan penanda perintah N-/-a, kalimat perintah dengan penanda
perintah N-/-aken, kalimat perintah dengan penada perintah aja.
Poerwadarminta dalam buku Sarining Paramasastra Djawa (1953:91-96),
mengemukakan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa ngoko dari segi arti. Beliau
memasukan kalimat perintah dalam jenis kalimat yang menerangkan perbuatan
yang harus dilakukan. Beliau membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
menjadi lima bagian. (i) kalimat perintah aktif (pakon tumandang) kalimat jenis ini
digunakan untuk menyuruh seseorang untuk melakukan suatu tindakan, (ii)
kalimat perintah patrap dugunakan untuk menyuruh bagaimana cara harus
bertindak. (iii) kalimat perintah pasif (pakon tanggap) mengacu pada sasaran
perbuatan atau penderita, (iv) kalimat yang menyatakan niat akan melakukan
suatu tindakan, dan (v) kalimat yang menyatakan suatu niat supaya terjadi.
Antunsuhana dalam buku yang berjudul Reringkesaning Paramasastra
Djawi II (1956:36-37), menjelaskan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa ngoko
dari segi arti dan dari segi pemakaiannya. Beliau membagi kalimat imperatif
dalam bahasa Jawa menjadi dua jenis, yaitu (i) kalimat perintah aktif (pakon
tanduk) dan (ii) kalimat pasif (ukara pakon tanggap). Kalimat perintah aktif
merupakan kalimat yang digunakan apabila yang dipentingkan oleh penutur
berupa tindakan dari orang yang disuruh. Kalimat pasif merupakan kalimat yang
digunakan apabila yang dipentingkan adalah sesuatu yang dilakukan. Kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
perintah yang harus dilakukan (kalimat pasif) ditandai dengan kata keterangan
yang menyatakan suatu keharusan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
ngoko telah dibahas oleh beberapa ahli bahasa. Pembahasan tersebut meliputi
jenis-jenis kalimat imperatif, serta pola intonasi. Namun, pembahasan yang
dilakukan oleh para ahli bahasa belum menyentuh ke ranah maksud. Oleh karena
itu peneliti akan membahas mengenai maksud yang terkandung di dalam kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa
Jawa ngoko berdasarkan penandanya, serta pola intonasi kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko.
1.6 Landasan Teori
Pada bagian landasan teori dipaparkan mengenai pengertian kalimat
imperatif, jenis-jenis kalimat imperatif, pengertian maksud, serta pengertian
penanda.
1.6.1 Pengertian Kalimat Imperatif
Menurut Ramlan (1993:37) dalam bukunya yang berjudul Sintakis,
berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat imperatif atau yang
disebut kalimat suruh merupakan kalimat yang mengaharapkan tanggapan berupa
tindakan dari mitra wicara. Adapun ciri kalimat imperatif ialah sebagai berikut.
Pertama memiliki pola intonasi 2 3 # atau 2 3 2 #. Angka 2 menunjuk nada
sedang. Angka 3 menunjuk nada tinggi. Tanda # (pagar) merupakan kesenyapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
akhir. Tanda // merupakan jeda fungsional antar kalimat. Berikut contoh intonasi
kalimat perintah dalam bahasa Jawa ngoko.
(6) ‘Pergilah !’.
[2] 3 #
(7) ‘Baca buku itu !’.
[2] 3 // [2] 1 #
Kedua, dalam tulisan kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!).
Berikut contohnya.
(8) ‘Pergilah !’.
(9) ‘Baca buku itu !’.
1.6.2 Jenis-jenis Kalimat Imperatif
Ramlan (1993:38-41) dalam bukunya yang berjudul Sintaksis
mengemukakan empat jenis kalimat perintah. Pertama kalimat suruh yang
sebenarnya. Kedua kalimat suruh persilahan. Ketiga kalimat ajakan. Keempat
kalimat larangan.
Kalimat suruh yang sebenarnya merupakan kalimat suruh yang ditandai
oleh pola intonasi 2 3 # atau 2 3 2 #. Selain itu, apabila P-nya terdiri dari kata
intransitif, bentuk kata verbal itu tetap, hanya partikel lah dapat ditambahkan pada
kata verbal itu untuk menghaluskan perintah. S-nya boleh dibuang. Berikut contoh
kalimat sururh yang sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(1) Lerenna!
‘Beristirahatlah’.
(2) Lungguha!
‘Duduklah’.
(3) Tekaa kowe nang omahku!
‘Datanglah engkau ke rumahku’.
(4) Mangkata saiki wae!
‘Berangkatlah sekarang juga’.
Kalimat suruh persilahan merupakan kalimat yang ditandai dengan pola
intonasi 2 3 2 #, serta ditandai dengan kata silahkan atau dipersilahkan yang
diletakkan di awal kalimat. Berikut contoh kalimat sururh persilahan.
(5) Mangga bapak lenggah tengriki!
‘Silahkan bapak duduk disini’.
(6) Mangga Tuan mendet buku piyambak!.
‘Dipersilahkan Tuan mengambil buku sendiri’.
(7) ‘Mangga tindak omah kula!’.
‘Silahkan datang rumahku’.
(8) Mangga tindak rumiyen!.
‘Dipersilahkan berangkat dahulu’.
(9) Mangga leren!
‘Silahkan beristirahat’.
Kalimat suruh ajakan hampir sama, dengan kalimat suruh yang
sebenarnya. Kalimat suruh yang sebenarnya mengharapkan tanggapan atau respon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dari orang yang diajak berbicara. Perbedaanya apabila kalimat suruh yang
sebenarnya mengaharapkan tanggapan dari orang yang diajak berbicara, namun
pada kalimat suruh ajakan tidak hanya mengharapkan tanggapan atau respon dari
orang yang diajak berbicara, tetapi dari penuturnya. Jadi, kalimat suruh ajakan
mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari pihak pertama atau penutur
dan mitra bicara atau mitra tutur.
Kalimat ajakan ditandai oleh pola intonasi 2 3 2 #, tetapi ditandai dengan
kata-kata ajakan, seperti kata Ayo, yang diletakkan di awal kalimat. Partikel -lah
dapat ditambahkan pada kedua kata itu, menjadi marilah dan ayolah. kalimat
boleh di buang, boleh juga tidak. Sebagai contoh:
(10) Ayo, kita mangkat saiki!.
‘Mari, kita berangkat sekarang’.
(11) Ayo, sinau nang perpustakaan pusat!.
‘Mari, belajar ke perpustakaan pusat’.
(12) Ayo, kita dolanan bal-balan!.
‘Mari, kita bermain sepak bola’.
(13) Ayo, kita lungguh nang ngarep!
‘Mari, kita duduk di depan’.
Kalimat perintah atau kalimat suruh larangan merupakan kalimat yang
ditandai oleh pola intonasi perintah. Selain ditandai oleh pola intonasi perintah,
kalimat larangan juga ditandai oleh adanya kata jangan pada awal kalimat.
Partikel lah pada kalimat larangan boleh ditambahkan untuk memperhalus
larangan. Sebagai contoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
(14) Aja kowe maca buku kuwi!.
‘Jangan kamu membaca buku itu’.
(15) Aja kowe mangkat dewe!
‘Jangan kamu berangkat sendiri’.
(16) Aja seneng nglarani atine uwong!.
‘Jangan suka menyakiti hatinya orang’.
Peneliti menggunakan teori dari Ramlan dikarenakan kalimat imperatif
atau kalimat suruh yang akan dibahas dalam penelitian ini juga menganalisis
mengenai kalimat suruh ajakan, kalimat suruh larangan. Jadi peneliti merasa
bahwa teori Ramlan dirasa cocok apabila digunakan dalam penelitian ini.
Selain Ramlan yang membahas kalimat imperatif ialah Rahardi (2010:79-
83). Ia membagi kalimat imperatif menjadi lima macam, yaitu kalimat imperatif
biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif pemberian izin, kalimat
imperatif ajakan, dan kalimat imperatif suruhan.
a) Kalimat Imperatif Biasa
kalimat imperatif biasa ialah, kalimat yang memiliki ciri-ciri (1)
berintonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, (3) berpatikel pengeras –
lah. Kalimat imperatif jenis ini dapat berkisar antara imperatif yang sangat halus
sampai dengan imperatif yang sangat kasar. Contoh.
(17) Di, jupuken pelem kae!.
2 2 3 2 3 #
‘Di, ambilah buah manga itu’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b) Kalimat Imperatif Permintaan
Kalimat imperatif permintaan ialah kalimat imperatif dengan kadar
suruhan yang sangat halus. Kalimat imperatif suruhan disertai dengan sikap
penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu
menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan, ditandai
dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa
ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, sudilah seandainya, diminta dengan
hormat, dan dimohon dengan sangat. Contoh,
(18) Awakku ra penak, tulung ijenke sekolah!.
‘Badan saya tidak enak, tolong izinkan sekolah’.
c) Kalimat Imperatif Pemberian Izin
Kalimat imperatif jenis ini, memiliki maksud untuk memberika izin dan
ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silahkan, biarlah, dan beberapa
ungkapan lain yang bermakna mempersilahkan, seperti diperkenankan, dan
diizinkan. Contoh.
(19) Mangga, mangan ndhisek!.
‘Silahkan makan dahulu’.
d) Kalimat Ajakan
Kalimat imperatif ajakan biasanaya digunakan dengan penanda kesantunan
ayo (yo), biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah. Contoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(20) Ayo Jok mangan bakso Dab supri’.
‘Mari Jok makan bakso Dab supri’
e) Kalimat Imperatif Suruhan
Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama dengan penanda
kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan
tolong. Contoh.
(21) Ayo turu wae, Radit ditunngu suwi!.
‘Mari tidur saja, Radit ditunggu lama’.
1.6.3 Pengertian penanda
Alat seperti afiks, konjungsi, preposisi dan artikel yang menyatakan ciri
gramatikal atau fungsi kata atau konstruksi Kridalaksana (1993:161). Jadi, kalimat
imperatif dalama bahasa Jawa ngoko memiliki afiks, diataranya afiks –a, -na, -en,
-ana. Selain memiliki afiks, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki
perposisi yaitu kata Mangga, dan kata Ayo.
1.6.4 Pengertian Maksud
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat
(2008:865) kata maksud diartikan sebagai (1) ‘yang dikehendaki atau tujuan’, (2)
‘niat atau kehendak’, (3) ‘makna dari suatu perbuatan, perkataan, peristiwa’.
Brooks (1964:4) mengemukakan, maksud adalah hal yang dikehendaki, niat, atau
tujuan seorang penutur berkomunikasi dengan mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Bagi penutur, maksud erupakan kehendak yang dijadikan pangkal tolak
melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang
dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud
merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami
maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya (Baryadi
2012:17).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri maksud.
Pertama, maksud merupakan unsur luar-tuturan (ekstralingual). Kedua, maksud
bersifat subjektif, yaitu ada di dalam subjek penutur. Ketiga, maksud menjadi titik
tolak penutur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Keempat, maksud
merupakan sesuatu yang dikejar untuk dipahami mitra tutur. Kelima, maksud
berada dibalik tuturan yang mengandung informasi. Keenam, maksud sangat
terikat konteks, yaitu diungkapkan dan dipahami melalui tuturan yang berada
dalam konteks tertentu. ( Baryadi 2012:17).
Maksud dapat diartikan makna kata. Bagi pembicara atau pendengar pada
waktu pertututran terjadi. (Kridalaksana 2008:149). Maksud merupakan sesuatu
yang diluar ujaran dilihat dari segi pengujar, orang yang berbicara. Di sini orang-
yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frase,
tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri
( Chaer, 2009:37 ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan melaui tiga tahap, yaitu pada tahap pertama
pengumpulan data, tahap kedua analisis data, dan pada taha yang ketiga penyajian
hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian
ini.
1.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko.
Objek penelitian ini berada di dalam data berupa kalimat. Data diperoleh dari
sumber tertulis yaitu tabloid Djaka Lodang dan Risalah Penelitian.
Data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kalimat, yang
mengandung kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak
langsung penggunaaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan
data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan
mengamati dan mencatat data berupa kalimat-kalimat yang mengandung kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian pada
kartu data (Sudaryanto, 1993:132-133). Data yang sudah terkumpul diklasifikasi
berdasarkan kategorinya dan jenisnya.
1.7.2 Metode Analisis Data
Langkah kedua adalah teknik analisis data. Setelah data diklasifikasikan,
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi
bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan. Alat penentunya adalah
kenyataan yang ditunjukan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto,1993: 13-
14). Karena kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko menyangkut intonasi
setiap kalimatnya, maka metode padan dipandang sebagai metode yang tepat.
Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat itu
merupakan kalimat imperatif atau bukan. Jika kalimat tersebut sesuai dengan
fungsi kalimat imperatif, maka kalimat tersebut dapat dianggap sebagai kalimat
imperatif.
(22) Tan, mangana sega ndhisik!.
‘ Tan, makanlah nasi dahulu’.
Kalimat (17) merupakan kalimat imperatif karena memiliki maksud untuk
memerintah, menyuruh mitra tutur (Tan) agar melakukan tindakan yaitu mangana
sega dhisik!. ‘Makanlah nasi dahulu!’. Dalam metode padan digunakan daya pilah
sebagai pembeda reaksi dan kadar keterdengaran. Adapun kaitan dengan mitra
wicara yaitu, dapat dibedakan reaksi yang bermacam-macam dari padanya
disamping kadar keterdengaran olehhnya. Sebagai contoh.
(23) Jok, jupukna beras!.
‘Jok, ambilkan beras’.
Kalimat (18) memiliki reaksi yaitu mitra wicara (Jok) agar bertindak
menuruti apa yang diucapkan oleh si pembicara. Selain itu kalimat (18) memiliki
kadar keterdengaran keras dan bertekananan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Dalam penelitian ini juga digunakan metode agih, yaitu metode yang alat
penentunya merupakan bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 13-15).
Teknik yang dipakai dalam metode agih ini adalah teknik baca markah (BM) dan
teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik baca markah (BM) digunakan untuk
menunjukkan kejatian kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Dalam
penelitian ini teknik BM diterapkan untuk melihat kalimat imperatif dalam bahasa
Jawa ngoko secara sintaksis. Dapat dilihat dari contoh berikut.
(19) Tri, ngombe obat!.
S P O
‘Tri, minum obat’.
Kalimat (19) merupakan kalimat imperatif, karena termasuk jenis kalimat
imperatif yang tidak berpenanda dan memiliki struktur kalimat yaitu S-P-O.
Teknik bagi unsur langsung (BUL) digunakan untuk membagi kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan jenis dan maksudnya. Sebagai
contoh kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko Tan, mangana sega dhisik!
‘Tan, makanlah nasi dahulu’!. Kalimat Tan mangana sega dhisik! ‘Tan makanlah
nasi dahulu’! termasuk jenis kalimat imperatif yang berpenanda verba –a, serta
tergolong dalam jenis kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk memerintah.
1.7.3. Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah tahap analisis data, selanjutnya adalah tahap penyajian hasil
analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan
metode formal dan informal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
metode informal, yaitu dengan kata-kata yang biasa yaitu kata-kata yang bersifat
denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif. Penyampaian hasil analisis data
dalam penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan
tanda, lambang, singkatan dan sejenisnya. Tanda yang digunakan meliputi tanda
(*) Sudaryanto (1993:145).
1.8 Sistematika Penyajian
Laporan hasil penelitian ini disususn dalam empat bab. Bab pertama
pendahulaun yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, landasan teori, manfaat penelitian, tinjuan pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penyajian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis
melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalah yang
ditemukan dalam dan penyajian hasil analisis data penelitian ini. Tujuan penelitian
mendiskripsikan tujun diadakannya penelitian ini. Landasan teori menyampaikan
teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Manfaat penelitian memaparkan
manfaat yang diambil dari hasil penelitian. Tinjauan pustaka mengemukakan
pustaka yang pernah membahas kalimat imperatif dalam bahasa jawa. Metode
penelitian menguraikan metode yang digunkan dalam penelitian. Sistematika
penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam proposal ini.
Bab kedua, mengenai pembahasan. Pada bab ini, peneliti mulai
mengungkapkan jenis-jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko
berdasarkan penandannya, serta maksud yang ada di dalam kalimat imperatif
Bahasa Jawa ngoko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Bab ketiga, mengenai maskud dalam kalimat imperatif. Pada bab ini,
peneliti mengungkapkan maksud yang terdapat pada kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko, serta mengungkapkan jenis-jenis kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandannya.
Bab keempat, mengenai penutup. Pada bab ini dibagi menjadi dua, yaitu
kesimpulan dan saran. Pada kesimpulan peneliti memberrikan kesimpulan bahwa
kalimat imperatif dalam bahasa jawa ngoko memiliki berbagai jenis berdasarkan
penandannya. Pada bagian saran, peneliti memberikan rekomendasi apabila
kalimat imperatif dalam bahasa jawa akan diteliti lebih lanjut, maka peneliti
selanjutnya dapat menggunakan kajian semantik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB II
JENIS-JENIS KALIMAT IMPERATIF
DALAM BAHASA JAWA NGOKO
DIALEK YOGYAKARTA
2.1 Pengantar
Berdasarkan ada tidaknya penanda, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat imperatif tidak
berpenanda dan kalimat imperatif yang berpenanda. Kalimat imperatif tidak
berpenanda adalah kalimat yang tidak mengandung penanda seperti mangan!
‘makan!’, bukak! ‘buka!’, dan jupuk! ‘ambil!’. Kalimat imperatif yang berpenanda
adalah kalimat imperatif yang mengandung penanda seperti –a, -na, -en, -ana, -
aja, -ayo, mangga.
2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda
Kalimat imperatif tak berpenanda adalah kalimat yang tidak memiliki
penanda perintah. Kalimat jenis ini, tidak bisa lepas dari pola intonasi perintah,
serta tetap memiliki maksud untuk memerintah, melarangan, dan mengajak.
Selain itu kalimat imperatif yang tidak berpenanda hanya terdiri dari predikat dan
tidak diikuti subjek, predikat dalam kalimat imperatif tidak berpenanda berupa
verba perbuatan. Kalimat imperatif yang tidak berpenanda merupakan kalimat
intransitif. Struktur kalimat yaitu, subjek (S) dan predikat (P). Subjek berupa
orang kedua, sedangkan untuk predikat berupa verba perbuatan. Kalimat tidak
berpenanda merupakan kalimat transitif, struktur kalimatnya terdiri dari subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(S), predikat (P), dan objek (O). Kalimat imperatif tidak berpenanda merupakan
verba pasif, struktur kalimatnya terdiri dari subjek (S) dan (P). Subjek berupa
orang kedua, sedangkan perdikat (P) berupa verba pasif. Kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko yang tak berpenanda dapat dibedakan menjadi empat, yaitu
Pertama kalimat imperatif yang terdiri dari verba perbuatan. Kedua, kalimat
imperatif yang bersetruktur S-P. Ketiga, kalimat imperatif yang berstruktur S-P-O.
Keempat, kalimat imperatif yang terdiri dari verba pasif.
2.2.1 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berunsur Verba Perbuatan
Kalimat jenis ini, merupakan kalimat imperatif yang berupa verba
perbuatan. Sebagai contoh.
(1) Lungguh, ndhisik Jok!.
‘Duduk dulu Jok’.
(2) Cepet tangi, aja turu wae
‘Cepat bangun, jangan tidur terus’.
(3) Cepet lunga, es males aku ro kowe!.
‘Cepat pergi sudah malas saya sama kamu’.
(4) Adus Dit, selak kawanen!.
‘Mandi Dit, keburu kesiangan’.
Kalimat (1-4) merupakan kalimat imperatif yang tergolong kalimat berupa
verba dasar.
Namun kalimat (1-4) tidak bisa lepas dari pola intonasi kalimat perintah,
karena apabila kalimat (1-4) tidak memiliki pola intonasi kalimat perintah maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kalimat tersebut tidak tergolong kalimat perintah. kalimat (1-4) walaupun tidak
disertakan penanda perintahnya, namun tetap memiliki maksud untuk menyuruh
seseorang agar, seseorang tersebut melakukan tindakan.
2.2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P
Kalimat jenis ini merupakan kalimat imperatif tak berpenada yang
memiliki struktur subjek (S) dan predikat (P), kalimat ini juga tidak lepas dari
pola intonasi kalimat perintah. Contoh:
(5) Tase di jupuk!
S P
‘Tas di ambil’
(6) Thiwule di pangan!.
S P
‘Tiwulnya ( thiwul ‘nama makanan’) di makan’.
Kalimat (5) dan (6) merupakan kalimat tanpa penanda perintah. Kalimat
ini memiliki struktur subjek (S), dan predikat (P) atau yang sering disebut dengan
kalimat intransitif. Subjeknya (S) berupa orang keduan dan predikat (P) berupa
verba perbuatan.
2.2.3 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P-O
Kalimat jenis ini merupakan kalimat yang berstruktur subjek (S), predikat
(P), dan objek (O). Contoh:
(7) Ton, jupuk pelem iki!.
S P O
‘ Ton, ambilkan buah mangga ini’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(8) Dit, gawe layangan!
S P O
‘Dit buat layang-layang’.
(9) Tri, ngombe wedang anget!
S P O
‘Tri, minumlah air (yang sudah direbus) hangat’.
(10) Jok mangan roti ndhisek
S P O
‘ Jok makanlah roti dulu’.
Kalimat (7), (8), (9), dan (10) merupakan kalimat imperatif yang verbanya
termasuk verba aktif transitif, karena dalam pemakainnya menuntut adannya
peran penderita atau yang disebut dengan objek (O). kalimat (7), (8), (9), dan (10)
merupakan kalimat imperatif tanpa penanda perintah, namun kalimat ini tetap
tidak bisa lepas dari pola intonasi kalimat perintah. Seperti halnya kalimat
imperatif yang merupakan penaggalan dari penanda perintah –a dan kalimat
imperatif yang merupakan penanggalan dari penanda perintah –en. Jadi walaupun
kalimat perintah diatas tidak disertakan penanda perintahnya, namun tetap kalimat
diatas memiliki maksud untuk menyuruh seseorang agar seseorang tersebut
melakukan tindakan untuk Jupuk pelem iki!. ‘mengambilkan buah mangga!’.(7).
Dit, gawe layangan ‘Dit, buatkan layang-layang!’. (8). Tri, ngombe wedang
anget!. ‘Tri, minumlah air hangat!’. (9). Jok mangan roti sek!. ‘ Jok makanlah
roti dulu!’. (10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2.2.4 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berunsur Verba Pasif Di-
Kalimat imperatif jenis ini merupakan kalimat yang tanpa diikuti penanda
perintah, selain tidak diikuti penanda perintah kalimat ini memiliki verba pasif.
Contoh:
(11) Kambil kae dijupuk!.
‘Buah kelapa itu diambil’.
(12) Segane dipangan!.
‘Nasinya dimakan’.
Kalimat (11) dan (12) merupakan kalimat imperatif yang tanpa penanda
perintah. Walaupun tidak disertakan perintah penandanya namun tetap memiliki
maksud untuk menyuruh seseorang agar mengambilkan buah kelapa (11). Selain
itu kalimat (12) juga memiliki maksud memerintah yaitu menyuruh seseorang
agar memakan nasi. Kalimat (11) dan kalimat (12) merupakan kalimat pasif.
Karena dalam pemakaiannya menuntut adanya peran penderita yang mengisi
subjek (S). Contoh:
(11a) Jangane dinehke dhuwur meja!
S P Ket. tempat
‘Sayurnya ditaruh diatas meja’
(12b) Platarane disapu!.
S P
‘Halamannya disapu’.
2.3 Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda
Kalimat imperatif yang berpenanda adalah Kalimat imperatif yang
memiliki verba yang diberi imbuhan peritah dan kata tertentu. Imbuhan perintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dalam kalimat imperatif meliputi imbuhan perintah –a, imbuhan perintah –na,
imbuhan perintah –en, dan imbuhan perintah –ana. Selain mendapat imbuhan
perintah, kalimat perintah juga mendapat imbuhan kata tertentu yang masih
meiliki maksud untuk memerintah yaitu kata aja dan kata ayo.
2.3.1 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –a
Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –a adalah kalimat
imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –a. Kalimat
imperatif dengan penanda verba berakhiran–a dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
verba aktif berakhiran –a yang tidak berawalan –N (nasal) dan verba aktif
berakhiran –a yang berawalan –N (nasal). Kalimat impeartif yang berpenanda
verba berakhiran –a disebut juga kalimat aktif, karena kalimat dengan penanda
perintah –a bisa juga menggunakan –N (nasal). Berikut ini contohnya.
(i) Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang tidak
berawalan –N (nasal).
Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang tidak berawalan –
N (nasal) adalah kalimat yang tidak memiliki awalan –N (nasal). Kalimat ini
memiliki verba tak transitif karena dalam pemakaianya tidak menuntut kehadiran
peran pelaku yang mengisi subjek (S), Nmun kehadiran objek (O) atau penderita
wajib hadir. Sebagai contoh.
(13) Adola kambil!.
P O
‘Jualah Buah kelapa’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
(14) Tukua beras !.
P O
‘Belilah beras’.
(15) Jupuka wedang!.
P O
‘Ambilkan minum’.
(ii) Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang berawalan
–N (nasal).
Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang berawalan –N
(nasal), merupakan kalimat yang memiliki awalan –N (nasal). Kalimat ini
biasanya berupa verba aktif. Berikut ini contohnya.
(16) Tan mangana sega ndisik!.
Tan makanlah nasi dahulu’.
(17) Tut njupuka panci!.
Tut ambilah panci’.
(18) Tri ngombea obat!.
Tri minumlah obat’.
Kalimat (16), (17), dan (18), merupakan kalimat imperatif yang
predikatnya berupa verba berakhiran –a yaitu, mangana ‘makanlah’ (16), njupuka
‘ambilah’ (18), ngombea ‘ambilah’ (17). Verba berakhiran –a pengisi predikat
kalimat imperatif seperti pada contoh (16), (17), dan (18) merupakan verba aktif
transitif karena dalam pemakaiannya menuntut adanya peran pelaku yang mengisi
subjek (S) dan peran penderita atau pasien yang mengisi objek (O). Dengan
demikian, kalimat imperatif yang berpenanda akhiran –a itu memiliki struktur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
yang sama dengan kalimat aktif transitif, yaitu S-P-O. Hal ini dapat ditunjukan
sebagai berikut.
(15a) Tan, mangana sega ndisik!.
S P O Ket
‘Tan, makan nasi dahulu’.
(16b) Tut, njupuka panci!.
S P O
‘Tut, ambil Panci’.
(17c) Tri, ngombea obat!.
S P O
‘Tri, minum obat’.
2.3.2 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –en
Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en merupakan
kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –en.
Kalimat jenis ini disebut kalimat pasif. Berikut ini contohnya
(18) Sis, pecahen asbak kuwi!.
Ket P S
‘Sis, pecahkan asbak itu’.
(19) Eko, jupuken tas kuwi!.
Ket P S
‘Eko, ambilkan tasi tu’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.3.3 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –na
Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran –na adalah kalimat
imperatif yang pengisi predikatnya berupa verba berakhiran –na. Kalimat jenis ini
merupakan kalimat yang berciri benefaktif, atau kalimat perintah yang memiliki
kepentingan untuk orang yang menyuruh (penutur). Sebagai contoh.
(20) Nuk, tukakna Lombok!.
‘Nuk, belikan Cabai’.
(21) Tin, gawekna wedang!.
‘Tin, buatkan minum’.
(22) Bukana lawang kae ton!.
‘Bukakan pintu itu ton’.
(23) Bapak jupukna ciduk!
Ayah ambilkan gayung’.
Kalimat (20), (21), (22), dan (23) merupakan kalimat imperatif yang
predikatnya (P) berupa verba berakhiran –na, yaitu tukakna ‘belikan’ (20),
gawekna ‘buwatkan’ (11), bukakna ‘bukakkan’ (12), jupukna ‘ambilkan’ (13)
verba berakhiran –na pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (20),
(21), (22), dan (23) merupakan verba aktif intransitif, karena dalam pemakaiannya
menuntut adanya pelaku yang mengisi subjek (S) dan peran penderita atau pasien
yang mengisi objek (O). Dengan demikian kalimat imperatif yang berpenanda
verba berakhiran –na memiliki struktur yang sama dengan kalimat aktif intransitif
yaitu S- P- O. hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(20a) Nuk, tukakna lombok!.
O P S
‘Nuk, belikan cabai.’
(21b) Tin, gawekna wedang!.
O P S
‘Tin, buatkan minum’.
(22c) Ton, bukakna lawang !.
O P S
‘Ton, bukakan pintu’.
(23d) Bapak jupukna ciduk!
O P S
‘Ayah ambilkan gayung’
2.3.4 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –ana
Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –ana adalah kalimat
imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –ana. Berikut
contohnya.
(24) Golekana seng jenenge joko, dekne nde utang ro aku!.
‘Carikanlah yang bernama Joko, dia punya hutang sama
saya’.
(25) Tris, tumpukan buku kae samakana!.
‘Tris, tumpukan buku itu sampulilah’.
(26) Tik, berase pususana!
‘Tik, beras itu bersihkanlah’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Contoh kalimat (24), (25), (26) merupakan kalimat imperatif yang
predikatnya berupa verba berakhiran –ana yaitu, tulisana ‘tulisilah’ (24),
golekana‘carikanlah’ (25), dan pususana ‘bersihkanlah’ (26). Verba berakhiran -
ana pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (24), (25), dan (26)
merupakan verba pasif. Karena dalam pemakainnya memiliki makna untuk
memerintah orang kedua. Sebagai contoh.
(24a) Lis, temboke tulisana!.
Ket S P
‘Lis, t emboknya tulislah’.
(25b) Tris, bukumu samakana!.
Ket S P
‘Tris, bukumu sampulilah’
(26c) Tik, berase pususana!
Ket S P
‘Tik, beras itu bersihkanlah’.
2.3.5 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Larangan Aja
Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran aja adalah kalimat
imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba pasif karena dalam
pemakainannya menggunakan verba kok dan makna kalimat dilakukan oleh orang
kedua baik tunggal, maupun jamak. Sebagai contoh:
(27) Sepedhane aja kokgawa!.
‘ Sepedanya jangan kamu bawa’.
(28) Bukune aja kokwaca saiki!.
‘Bukunya jangan kamu baca sekarang’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(29) Rotine aja kokpangan!.
‘ Rotinya jangan kamu makan’.
(30) Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!.
‘Jangan bermain, Mas” Swara saya masih tinggi’.
(31) Aja nangis nang kene, Wi!.
‘Jangan menagis disini Wi’.
Kalimat (27), (28), dan (29) merupakan kalimat imperatif yang
predikatnya berupa verba pasif, yaitu kokgawa ‘kamu bawa’ (27), kokwaca ‘kamu
baca’ (28), kokpangan kamu makan’ (29). Verba pada kalimat (27), (28), dan (29)
merupakan verba pasif. Karena dalam pemakaiannya menggunakan verba kok,
serta maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan olah oleh orang kedua,
baik tunggal, maupun jamak. Sedangkan pada kalimat (30) dan (31) merupakan
kalimat imjperatif yang predikatnya berupa verba aktif yaitu nangis ‘menangis’
(31) dan dolanan ‘bermain’ (30). Walaupun kalimat (30) dan (31) merupakan
verba aktif, namun dapat digolongkan ke dalam verba pasif, karena menyatakan
perbuatan oleh orang kedua.
Kalimat perintah pada jenis ini, merupakan kalimat perintah yang
maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal
maupun jamak. Sebagai contoh.
(27a) Sepedhane aja kok gawa!.
S P
‘ Sepedanya jangan kamu bawa’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(28b) Bukune aja kok waca saiki!.
S P Ket.
‘Bukunya jangan kamu baca sekarang’.
(29c) Rotine aja kok pangan!.
S P
‘ Rotinya jangan kamu makan’.
(30d) Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!.
P S Ket
‘Jangan bermain Mas” Swara saya masih tinggi’.
(31e) Aja nangis nang kene, Wi!.
P Ket S
‘Jangan menangis disini Wi’.
Kalimat (27-31) merupakan kalimat perintah karena maknanya
menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun
jamak. Selain memiliki intonasi perintah, kalimat (27-31) diberi penanda perintah
aja.
2.3.6 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Ajakan Ayo
Kalimat imperatif yang berpenanda kata perintah ayo merupakan kalimat
pasif, karena makna dari kalimat tersebut menunjuk kepada orang kedua, baik
tunggal maupun jamak. Di dalam bahasa Jawa ditemukan kailamat perintah
dengan penada perintah ayo. Kalimat imperatif yang berpenanda ayo ditandai
dengan kata ajakan yaitu kata ayo. Penanda perintah ayo dalam kalimat ini, tidak
dapat dihilangkan. Perintah dalam kalimat ini, bertumpu pada penanda perintah
ayo. Sebagai contoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
(32) Ayo, kita kabeh nonton bal-balan!.
‘ Ayo, kita semua melihat sepak bola’.
(33) Ayo, diangkat lemarine!
‘Mari, diangkat almarinya’
(34) Mangkat ndhisik yo!.
‘Berangkat dahulu yuk’.
(35) Ayo Her saiki metu!.
‘Mari Her sekarang keluar’.
(36) Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat!.
‘kalau begitu mari dicari, Wi. Ini sudah pukuletengah empat’.
(37) Wi, ayo boncengan wae!.
‘Wi, mari boncengan saja’.
Kalimat imperatif yang berpenanda verba ayo, merupakan kalimat pasif,
karena mengacu pada orang pertama dan orang kedua. Dalam kalimat imperatif
yang berpenanda ayo, pengisi subjek (S) dikenakan tindakan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dalam contoh berikut.
(32a) Ayo, kita kabeh nonton Bal-balan!.
S P O
‘Mari, kita semua melihat sepak bola’.
(33b) Ayo, diangkat lemarine!
P S
‘Mari, diangkat almarinya’.
(34c) Mangkat ndhisik yo Ton!’
O P S
‘Berangkat dahulu yuk Ton’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(35d) Ayo Her saiki metu!.
S P
‘Mari Her sekarang keluar’.
(36e) Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat!
P P S Ket. Waktu
‘Kalau begitu mari dicari ,Wi. Ini sudah pukul setengah empat’.
(37d) Wi, ayo boncengan wae!.
S P
‘Wi, mari boncengan saja’.
2.3.7 Kalimat Imperatif yang berpenanda Kata Perintah Mangga
Kalimat imperatif yang berpenanda kata perintah manga merupakan kalimat
yang memiliki makna untuk memerintah pada orang kedua. Kalimat imperatif
yang berpenanda verba akhiran manga, merupakan kalimat pasif. Sebagai contoh:
(38) Mangga, Pak dikon madhang sikek!
S P O Ket. Wkt
‘Silahhkan, Pak disuruh makan terlebih dahulu’.
(39) Mangga, Bu ditunggu kene!
S P Ket
‘Silahkan, Bu ditunggu disini’.
Kalimat (38) dan (39) merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba
Mangga ‘silahkan’. Selain itu kalimat imperatif yang berpenanda verba Mangga
‘Silahkan’, merupakan kalimat yang verbanya pasif intransitif karena dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pemakainnya menuntut adanya peran pernderita atau yang disebut dengan objek
(O).
2.3.8 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –e
Kalimat imperatif yang berpenanda berakhiran –en merupakan kalimat
imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –en. Sebagai
contoh.
(40) Aku ngelak banget, gaweke wedang!.
‘saya haus sekali, buatkan minum’.
(41) Ton, aku jajakke bakso nang kantin!.
Ton, saya belikan bakso di kantin’.
Pada kalimat (40) dan (41) merupakan kalimat imperatif yang berpenanda
verba berkhiran –e. kalimat (40) dan (41) merupakn kalimat aktif, karea dalam
pemakainnya menuntut adanya peran pelaku pengisi (S) dan peran penderita
pengisi (0).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
MAKSUD DALAM KALIMAT IMPERATIF
BAHASA JAWA NGOKO
DIALEK YOGYAKARTA
3.1 Pengantar
Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki beberapa maksud.
yaitu Pertama, maksud untuk memerintah. Kedua, maksud untuk melarang.
Ketiga, maksud untuk mempersilahkan, keempat, maksud untuk meyuruh secara
berulang-ulang. Dan kelima, maksud untuk mengajak. Dalam bab ini akan dibahas
maksud kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko.
Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko mengandung maksud untuk
menyuruh, melarang, menyuruh melakukan tindakan secara berulang-ulang,
ajakan, serta maksud untuk mempersilahkan. Kalimat imperatif dalam bahasa
Jawa ngoko yang mengandung maksud menyuruh adalah kalimat imperatif
dengan verba perintah –a, kalimat imperatif dengan penanda perintah –en, kalimat
imperatif dengan verba perintah –na.
Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang mengandung maksud
untuk melakukan tindakan secara berulang-ulang adalah, kalimat imperatif dengan
verba perintah –ana. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang
mengandung maksud untuk melarang adalah, kalimat imperatif dengan verba
perintah –Aja ‘Jangan’. kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang memiliki
maksud ajakan yaitu kalimat imperatif dengan verba perintah –Ayo ‘Mari’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang memiliki maksud untuk
mempersilahkan yaitu kalimat imperatif yang berpenanda verba perintah Mangga
‘Silahkan’.
Bagi penutur, maksud merupakan kehendak yang dijadikan tolak ukur
melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang
dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud
merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami
maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya.
( Baryadi 2012:17 ).
3.2 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Suruhan
Kalimat imperatif yang mengandung maksud suruhan ialah kalimat
imperatif dengan verba akhiran –a, kalimat imperatif dengan verba akhiran –en,
kalimat imperatif dengan verba akhiran –na, dan kalimat imperatif dengan verba
akhiran
–ana. Contoh:
(1) Tut njupuka panci!.
‘ Tut ambilah panci’.
(2) Tan mangana sega dishik!.
‘Tan makanlah nasi dahulu’.
(3) Ton, platarane supunen!
‘Ton, halamannya disapu’.
(4) Tri, aku jupukna wedang!
‘Tri, saya diambilkan minuman’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Maksud dari kalimat (40) adalah menyuruh seseorang yang bernama Ton,
untuk mengambilkan panci atau peralatan dapur. Dalam kalimat (41) mengandung
maksud untuk menyuruh seseorang yang bernama Tan, untuk makan nasi terlebih
dahulu. Maksud kalimat (42) adalah menyuruh seseorang yang bernama Ton,
untuk menyapu halaman. Maksud kalimat (43) adalah menyuruh seseorang yaitu
Tri untuk mengambilkan minum. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko
yang mengandung maksud suruhan adalah kalimat imperatif yang berpenanda
verba akhiran –a dan -en, yaitu Njupuka ‘ambilah’ (40). Mangana ‘makanlah’
(41). Sapunen ‘sapulah’ (42). Jupukna ‘ambilkan’ (43).
3.3 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Larangan
Kalimat imperatif yang mengandung maksud larangan ialah kalimat
imperatif dengan verba aja. Kalimat jenis ini memiliki maksud untuk melarang
agar seseorang tidak melakukan sesuatu. Contoh:
(5) Aja, mbuang sampah sembarangan!
‘Jangan, membuang sampah sembarangan.’
(6) Wedange aja diombe
‘Minumanya jangan diminum.’
(7) Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!.
‘Jangan bermain, Mas” Swara saya masih tinggi!’.
(8) Aja nagis nang kene, Wi!.
‘Jangan menagis disini Wi’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Pada kalimat (44) mengandung maksud, melarang seseorang agar tidak
membuang sampah sembarangan. Pada kailmat (45) mengandung maksud
melarang seseorang untuk tidak minum. Pada kalimat (46) mengandung maksud
melarang seseorang agar tidak bermain-main. Pada kalimat (47) mengandung
maksud melarang seseorang, agar tidak menangis. Kalimat imperatif yang
mengandung maksud melarang merupakan kalimat yang berpenanda verba – aja
‘jangan’.
3.4 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Ajakan
Kalimat imperatif yang mengandung maksud ajakan ialah kalimat
imperatif yang berpenanda verba Ayo ‘Mari’. Contoh:
(9) Ayo, kita kabeh nonton bal-balan!.
‘ Mari, kita semua melihat sepak bola’.
(10) Ayo, diangkat lemarine!
‘Mari, diangkat almarinya’.
(11) Ayo, lungguh nang ngarep!.
‘Mari, duduk di depan’.
(12) Bali ndhisik yo!.
‘Pulang dahulu yuk’.
(13) Ayo Her saiki metu!.
‘Mari Her sekarang keluar’.
(14) Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat!.
‘Kalau begitu mari dicari , Wi. Ini sudah pukul setengah empat’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(15) Wi, ayo boncengan wae!.
‘Wi, mari boncengan saja’.
Pada kalimat (48) mengandung maksud, mengajak orang pertama, orang
kedua, dan orang ketiga untuk menonton pertandingan sepak bola. Pada kailmat
(49) mengandung maksud mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang
ketiga untuk bersama-sama mengangkat almari. Pada kalimat (50) memiliki
maksud untuk mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk
duduk di depan. Pada kalimat (51) memiliki maksud untuk mengajak orang
pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk pulang terlebih dahulu. Pada
kalimat (52) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama, orang kedua, dan
orang ketiga untuk keluar terlebih dahulu. Pada kalimat (53) memiliki maksud
untuk mengajak orang pertama dan seseorang yang bernama Wi, untuk mencari
seseorang karena sudah pukul setengah empat. Pada kalimat (54) memiliki
maksud untuk mengajak orang pertama dan orang kedua untuk berboncengan saja.
Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa yang mengandung maksud ajakan adalah
kalimat yang berpenanda verba –ayo.
3.5 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Menyuruh Secara
Berulang-ulang
Kalimat imperif yang tergolong memiliki maksud menyuruh secara
berulang-ulan ialah kalimat imperatif dengan penanda verba –ana Contoh:
(16) Duwitku nang ndi, golekana Ton!.
‘Uang saya dimana, carikanlah Ton’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
(17) Tris, bukumu samakana!.
‘Tris, bukumu sampulilah.’
Pada kalimat (55) mengandung maksud menyuruh seseorang yang
bernama Ton, untuk membantu mencarikan uang. Pada kalimat (56) mengandung
maksud menyuruh seseorang yang bernama Tris, untuk meberi sampul pada buku
yang ia miliki secara berulang- kali. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa yang
mengandung maksud menyuruh secara berulang-kali adalah kalimat yang
berpenanda verba –ana yaitu golekana 'carikanlah' (55), samakana ‘sampulilah’
(56).
3.6 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Mempersilahkan
Kalimat imperatif yang tergolong memiliki maksud untuk mempersilahkan
adalah kalimat imperatif yang berpenanda verba Mangga ‘Silahkan’. Contoh:
(18) Mangga, dikon mangan ndhisek!
‘Silahhkan, disuruh makan terlebih dahulu’.
(19) Mangga, Bu ditunggu nang kene!
‘Silahkan, Bu ditunggu disini’.
(20) Mangga, mas mampir omah ku sikek!
‘Silahkan, mas datang kerumah saya dahulu’.
Pada kalimat (57) mengandung maksud untuk mempersilahkan orang
kedua, orang ketiga baik tunggal maupun jamak agar makan terlebih dahulu. Pada
kalimat (58) mengandung maksud untuk memepersilahkan kepada orang yang
lebih tua (Bu) agar menunggu terlebih dahulu. Pada kalimat (59) mengandung
maksud untuk mempersilahkan agar anak muda (Mas) berkunjung kerumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
penutur. Kaliamat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko yang mengadung maksud
mempersilahkan adalah kalimat yang berpenanda verba mangga.
3.7 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Permintaan
Kalimat imperatif yang mengandung maksud permintaan, merupakan
kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –na, kata mbok…-na,
tulung…-e, tulung…-a. Sebagai contoh:
(21) Aku, ngeleh tukokna maeman!.
‘Saya, lapar belikan makanan’
(22) Aku pengen pelem, mbok opekna!.
‘Saya ingin buah mangga, tolong petikan’.
(23) Radit mau endi, tulung golekke!.
‘Radit tadi mana, tolong carikan’.
(24) Tulung der masakka, aku wes kaliren!.
‘ Tolong Der masak, saya sudah kelaparan’.
Pada kalimat (60) mengandung maksud permintaan yaitu, meminta mitra
wicara agar membelikan makanan. Pada kalimat (61) mengandung maksud
permintaan yaitu meminta mitra wicara agar memetikkan buah mangga. Pada
kalimat (62) megandung maksud permintaan yaitu meminta mitra wicara agar
mencari seseorang yang bernama radit. Pada kalimat (63) mgandung maksud
permintaan, yaitu meminta mitra wicara (Der) agar segera masak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.8 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Marah
Kalimat imperatif yang mengandung maksud marah merupakan kalimat
imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en, -na. berikut contohnya.
(25) Panganen segane kuwi!.
2 3 2 3 2 3 #
‘Makanlah nasi itu’.
(26) Bukakna lawang!.
2 3 2 3 #
‘ Bukakkan pintu’.
Pada kalimat (64) megandung maksud marah, menyuruh menyuruh mitra
wicara agar makan nasi. Pada kalimat (65) mengandung maksud marah, yaitu
menyuruh mitra wicara agar membukakan pintu.
3.9 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Bantuan
Kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang mengandung maksud meminta
bantuan adalah kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en, kata
tulung. Berikut contohnya.
(27) Delo engkas ana amu, tulung disapu nggon ruang tamu!.
‘Sebentar lagi ada tamu, tolong disapu bagian ruang tamu’.
(28) Aku mangkel karo Anton, jiweten!.
‘Saya jengkel sama Anton, cubitkan’.
Pada kalimat (66) mengandung maksud permintaan, yaitu meminta tolong
kepada Mitra wicara agar menyapu ruang tamu karena sebentar lagi aka ada tamu
yang datang. Pada kalimat (67) mengandung maksud permintaan, yaitu meminta
kepada mitra wicara agar segera mencubit Anton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan tentang jenis-jenis kalimat imperatif
dalam Bahasa Jawa ngoko pada bab II dan maksud yang terkandung dalam
kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko pada bab III, dapat ditarik beberapa
kesimpulan. Pertama, bahwa kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat imperatif yang berpenanda dan kalimat
imperatif yang tak berpenanda. Kalimat imperatif yang berpenanda dapat
dibedakan menjadi enam jenis Pertama, kalimat imperatif yang berpenanda verba
–a. Kedua, kalimat imperatif berpenanda verba –en. Ketiga, kalimat imperatif
yang berpenanda verba –na. Keempat, kalimat imperatif yang berpenanda verba –
ana. Kelima, Kalimat imperatif dengan penada perintah aja. Keenam, kalimat
imperatif dengan penanda perintah verba ayo. Ketujuh, kalimat imperatif dengan
penanda perintah mangga. Kedelapan kalimat imperatif yang berpenanda verba
berakhiran –e.
Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko yang tak berpenanda dapat
dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut., Pertama kalimat imperatif yang
predikatnya berupa verba perbuatan. Kedua, kalimat imperatif yang bersetruktur
S-P. Ketiga, kalimat imperatif yang bersetruktur S-P-O. Keempat, kalimat
imperatif yang predikatnya berupa verba pasif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kedua, maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa
ngoko. Maksud dapat dimengerti sebagai kehendak yang dijadikan tolak ukur
untuk melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang
dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mirta tutur, maksud
merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami
maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya (Baryadi
2012:17).
Maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa ngoko
dapat dibedakan menjadi lima jenis sebagai berikut. Pertama kalimat imperatif
yang mengandung maksud menyuruh, kalimat jenis ini ditandai oleh verba –a, -
en, -na. Kedua, kalimat imperatif yang mengandung maksud melakukan tindakan
secara berulang-ulang, kalimat jenis ini ditandai oleh verba –ana. Ketiga, kalimat
imperatif yang mengandung maksud melarang, kalimat jenis ini ditandai oleh
verba –aja. Keempat, kalimat imperatif yang mengandung maksud mengajak,
kalimat jenis ini ditandai oleh verba ayo. Kelima, kalimat imperatif yang
mengadung maksud mempersilahkan, kalimat jenis ini ditandai oleh verba
mangga. Keenam, kalimat imperatif yang mengandung maksud bantuan, kalimat
jenis ini ditandai oleh kata tulung dan penanda verba berakhiran –e. Ketujuh
kalimat imperatif yang mengandung maksud permintaan kalimat jenis ini ditandai
oleh berpenanda verba berakhiran –na, kata mbok…-na, tulung…-e, tulung…-a.
Kedelapan kalimat imperatif yang mengandung maksud marah, kalimat jenis ini
ditandai oleh verba berakhiran –en, -na.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4.2 Saran
Topik tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko masih dapat
diperluas lagi permasalahannya. Sebagai contoh, kalimat Imperatif dalam bahasa
jawa krama dan krama inggil. Begitu pula dialek dapat diperluas tentang kalimat
imperatif dalam bahasa jawa diluar dialek yogyakarta.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
DAFTAR PUSTAKA
Baryadi. Praptomo, I. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan (edisi revisi).
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Dendy, Sugono, dkk (editor). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Herawati. 2012. Risalah Penelitian. Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa.
Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta.
Kesuma, Jati, Mastoyo, Tri. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Jakarta:
Carasvatibooks.
Kridalaksana, Harimukti. 1993. Kamus Linguistik (edisi ketiga). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Purnami Hendri, Wening. 2009. Fungsi Kalimat Imperatif Wacana Hortatori
Khotbah Jumat Agung Dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Rahardi, R. Kunjana. 2010. Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Gelora
Aksara Pratama.
Ramlan, M. 1983. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Riyadi, Slamet. 1993. “Kalimat Perintah dalam Bahasa Jawa”. Dalam Widyaparwa.
Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa, hlm. 63-106
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
LAMPIRAN DATA
1. Ayo Her saiki metu!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:23)
2. Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat! (Djoko Lodang, 2
Mei 1992:33)
3. Wi, ayo boncengan wae!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33)
4. Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33)
5. Aja nagis nang kene, Wi!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33)
6. Tan mangana sega dhisik!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 75)
7. Tut njupuka panci!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 75)
8. Rin, ngombea obat, ben cepet mari watukmu!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998:
75)
9. Lunga!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 78 )
10. Pecahen asbak kuwi!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 84)
11. Lis temboke tulisana!. (Wiyaparwa, 40 Maret 1998: 91)
12. Tris bukumu samakana!. (Wiyaparwa, 40 Maret 1998: 91)
13. Mangga lungguh ndhisik!
14. Aja ngrokok nang kene!.
15. Ndene saiki!.
16. Ton, jupuk pelem iki!.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
17. Dit, gawe layangan!
18. Tri, ngombe wedang anget!
19. Jok mangan roti sek!.
20. Mangga, dikon mangan sikek!
21. Mangga, Bu ditunggu nang kene!
22. Mangga, mas mampir omah ku sikek!
23. Ayo, kita kabeh nonton bal-balan!.
24. Ayo, diangkat lemarine!.
25. Ayo, lungguh nang ngarep!.
.
26. Bali ndhisik yo!.
27. Aja, mbuang sampah sembarangan!
28. Wedange aja diombe!.
29. Nuk, tukakna lombok!.
30. Tin, gawekna wedang!.
31. Bukana lawang kae ton!.
32. Bapak jupukna ciduk!
33. Lungguh!
34. Cepet tangi!.
35. Cepet lunga!.
36. Adus!.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
37. Tase di jupuk!
38. Thiwule di pangan!.
39. Jangane dinehke dhuwur meja!
40. Platarane disapu!.
41. Kambil kae dijupuk!.
42. Segane dipangan!.
43. Adola kambil!.
44. Tukua beras !.
45. Jupukna wedang!.
46. Tri ngombea obat!.
47. Sepedhane aja kokgawa!.
48. Bukune aja kokwaca saiki!.
49. Rotine aja kokpangan!.
50. Mangga, tindak rumiyen!.
51. Jupukna gelas kae!.
52. Aja turu nang kene!.
53. Bungkusana permen kae!.
54. Kowe tukua beras!.
55. Aku, tukokna sate!.
56. Jupukna kambil kae!.
57. Saponana, omah ngarep!.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
58. Aku, ngeleh tukokna maeman!.
59. Aku pengen pelem, mbok opekna!.
60. Radit mau endi, tulung golekke!.
61. Aku, ngeleh tukokna maeman!.
62. Tulung der masakka, aku wes kaliren!.
63. Panganen segane kuwi!.
64. Aku mangkel karo Anton, jiweten!.
65. Delo engkas ana tamu, tulung disapu nggon ruang tamu!.
66. Duwitku nang ndi, golekana Ton!.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BIOGRAFI
DERI RISTO (104114006) lahir di Bantul, 31
Maret 1992. Masuk Fakultas Sastra Jurusan Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma pada tahun
2010. Tugas akhir yang berjudul “Kalimat
Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek
Yogyakarta” mengantarkan penulis mendapatkan gelar sarjana. Jenjang
pendidikan yang ditempuh oleh penulis SD N 1 Gading (1997-2003),
SMP N 1 Kretek (2003-2007), kemudian melanjutkan di SMA Steladuce
3 Ganjuran (2007-2010). Penulis saat ini tinggal di sebuah desa kecil
yang berada di selatan Yogyakarta, tepatnya di desa Temu, Donotirto,
Kretek, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI