PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku...

100
EVALUASI PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Nugraheni Angger Utomowati NIM : 038114032 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

EVALUASI PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Nugraheni Angger Utomowati

NIM : 038114032

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

EVALUASI PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Nugraheni Angger Utomowati

NIM : 038114032

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

HALAMAN PERSEMBAHAN

Disaat kita sedang bahagia,

Disaat kita sedang tertawa

Disaat kita sedang sendirian

Disaat orang lain tidak paham tentang diri kita

Disaat kita lemah tak berdaya

Disaat kita menghadapi masalah berat sekalipun

Dia yaitu Jesus yang selalu ada buat kita

Dia yang memampukan kita dalam menghadapi masalah

Dia yang tidak tidur, dia yang selalu menjaga kita

Dia yang selalu menguatkan kita

Dia yang selalu membuka jalan setiap persoalan kita

Dan kita percaya karena Dia Kita bisa kuat menjalani masalah hidup

Dan kita bisa kuat sampai sekarang

Itu semua sebuah proses dalam hidup untuk menjadikan kita lebih dewasa dalam berpikir.

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Bapaku yang di Surga

Ayah dan Bundaku tercinta

Adikku tersayang

Almamater

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

ABSTRAK

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian. WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis paru sekitar 140.000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang mengacu pada standar pengobatan tuberkulosis paru di Rumah Sakit Bethesda yaitu Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis DepKes RI dan standar pengobatan dari WHO.

Penelitian ini termasuk jenis non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang pengambilan datanya bersifat retrospektif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan catatan rekam medis pasien dewasa tuberkulosis paru di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus tuberkulosis paru yang paling banyak terjaadi pada pasien laki-laki yaitu 61,22% sedangkan pasien perempuan sebanyak 38,78%. Tindakan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yaitu dengan pemeriksaan BTA dan pemeriksaan rontgen paru. Pengobatan yang diberikan kepada pasien tuberkulosis paru pada pasien dewasa dengan dua OAT yaitu dengan OAT-kombipak dan OAT-FDC. Ditemukan 5 kasus dengan pemberian jenis OAT-kombipak yang tidak sesuai standar, 11 kasus dengan lama pemberian OAT-kombipak dan 2 kasus dengan lama pemberian OAT-FDC yang tidak sesuai standar pengobatan, dan terdapat 36 pasien (73,47%) dengan hasil pengobatan sembuh dan 13 pasien (26,53%) dengan pengobatan gagal. Pengobatan tuberkulosis di Rumah Sakit Bethesda berhasil mencapai presentase kesembuhan yang tinggi dibandingkan dengan pasien yang gagal. Kata kunci : Tuberkulosis paru, evaluasi pengobatan, standar pengobatan.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

ABSTRACT

Tuberculosis is kind of infectious disease that caused by Mycobacterium

tuberculosis, it is health problem which still need a serious attention both from government and social stratum. Moreover, it caused death. WHO estimate happened by 583.000 new case of lung tuberculosis every year with the death because of lung tuberculosis about 140.000. The research intends to know the rationale of lung tuberculosis treatment at adult Patient in the home care installation on Bethesda Hospital Yogyakarta at 2005 that referred to standard of tuberculosis therapy in Bethesda Hospital are Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis from DepKes and Standard therapy by WHO.

The research is a kind of non experimental with an descriptive evaluate which the collection data has retrospective quality. The research done by used medical record note to the patient of age in Bethesda Hospital Yogyakarta at 2005.

The result showed that the case of lung tuberculosis which is at most happened by the men patient that is 61,22% while woman patient as much 38,78%. Diagnosed of lung tuberculosis at adult patient in the home care installation on Bethesda Hospital Yogyakarta at 2005 that is with the inspection of BTA and inspection of rontgen thorax. Treatment which passed to patient of lung tuberculosis at adult patient with two OAT that is OAT-kombipak and OAT-Fixed Dose Combination (OAT-FDC). The found 5 case with give OAT-KOMBIPAK which the inappropriate of standard therapy, 11 case with regimen OAT-KOMBIPAK and 2 case with regimen OAT-FDC which the inappropriate of standard therapy, and there are about 36 persons (73,47%) of lung tuberculosis patient in succeed treatment and 13 persons (26,53%) were failed. The treatments more raise a high percentage than the patient who failed. Key Words : Lung tuberculosis, Evaluation of Therapy, Standard Therapy

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih

anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005”, sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas

Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari banyak pihak, baik berupa materiil, moral, maupun spiritual.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Utama atas

bimbingan, pengarahan, waktu, dan dukungannya selama penelitian sampai

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan , kritik,dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, yang telah memberikan masukan dalam

melakukan penelitian.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

5. Bapak Sis Wuryanto, AmdPerKes., SKM, selaku kepala bidang rekam medis.

6. Bapak, Ibu, dan adikku, atas semua perhatian, dukungan, serta doa yang tiada

henti selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Sari, ana, tata, rosa, dita, bu-men dan vera, atas persahabatan yang indah

selama ini.

8. Teman-temanku kelas A, toes-ti, O-B, terutama anak-anak praktikum

kelompok B.

9. Sinta, meta, agung, opang,widi, dan win, atas kebersamaannya serta toro atas

bantuan scan’nya

10. David, ica, dan alin, atas bantuan dan perhatian selama penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan untuk

penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun demikian

penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan

perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Mei 2007

Penulis

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

PRAKATA.................................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................ x

DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviii

BAB I PENGANTAR.................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1. Permasalahan ....................................................................................... 4

2. Keaslian Karya .................................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian............................................................................... 5

B. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5

1. Tujuan umum ...................................................................................... 5

2. Tujuan khusus ..................................................................................... 6

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................ 7

A. Tuberkulosis Paru.................................................................................... 7

1. Mycobacterium tuberculosis ............................................................... 7

2. Klasifikasi ........................................................................................... 8

3. Gejala tuberkulosis.............................................................................. 9

4. Patogenesis.......................................................................................... 11

5. Penegakan diagnosis............................................................................ 13

6. Mekanisme resistensi mikroorganisme terhadap Obat Anti

Tuberkulosis......................................................................................... 18

7. Kriteria kategori pasien tuberkulosis paru........................................... 18

B. Pengobatan Tuberkulosis ........................................................................ 20

1. Prinsip pengobatan.............................................................................. 21

2. Pemilihan obat..................................................................................... 22

3. Obat Anti Tuberkulosis ....................................................................... 27

C. Hasil Akhir Pengobatan .......................................................................... 32

D. Keterangan Empiris................................................................................. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 35

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 35

B. Definisi Operasional ............................................................................... 35

C. Subyek Penelitian.................................................................................... 37

D. Bahan Penelitian....................................................................................... 37

E. Lokasi Penelitian..................................................................................... 37

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

F. Jalannya Penelitian.................................................................................. 38

1. Tahap perencanaan.................................................................................... 38

2. Tahap pengambilan data...................................................................... 38

3. Tahap pencatatan data.......................................................................... 38

4. Tahap pengolahan data......................................................................... 39

5. Wawancara mendalam......................................................................... 39

6. Tahap analisis hasil ............................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 40

A. Gambaran Kasus Tuberkulosis Paru ....................................................... 40

1. Distribusi jenis kelamin pasien tuberkulosis paru............................... 40

2. Penyakit penyerta pada pasien tuberkulosis paru................................ 42

B. Diagnosis Tuberkulosis Paru .................................................................. 43

1. Diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa................................ 44

2. Pemeriksaan BTA tuberkulosis paru pada pasien dewasa .................. 44

3. Pemeriksaan rotgen dada tuberkulosis paru pada pasien

dewasa ................................................................................................. 45

C. Pengobatan Tuberkulosis Paru ................................................................ 46

1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis .................................................. 46

2. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan kategori pasien..... 48

3. Penggunaan vitamin pada pasien tuberkulosis paru............................ 49

4. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis pada pasien yang

terdignosis penyakit lain ................................................................... 50

D. Kesesuaian Pengobatan Tuberkulosis Paru .............................................. 52

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

1. Kesesuaian jenis Obat Anti Tuberkulosis berdasarkan standar

pengobatan tuberkulosis paru .............................................................. 52

2. Kesesuaian dosis (termasuk lama pemberian) Obat Anti

Tuberkulosis berdasarkan standar pengobatan .................................... 55

E. Hasil akhir pengobatan tuberkulosis paru.................................................. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 64

A. Kesimpulan ............................................................................................. 64

B. Saran........................................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 66

LAMPIRAN.................................................................................................. 68

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 79

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

DAFTAR TABEL

Tabel I. Obat Anti Tuberkulosis............................................................. 23

Tabel II. Paduan OAT-kombipak kategori 1........................................... 27

Tabel III. Paduan OAT-kombipak kategori 2 .......................................... 28

Tabel IV. Paduan OAT-kombipak kategori 3 .......................................... 29

Tabel V. Obat Anti Tuberkulosis fase sisipan ........................................ 30

Tabel VI. Paduan OAT-FDC kategori 1 .................................................. 31

Tabel VII. Paduan OAT-FDC kategori 2.................................................. 32

Tabel VIII. Distribusi penyakit penyerta tuberkulosis paru pada pasien

dewasa di intalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda

Yogyakarta tahun 2005 ............................................................ 43

Tabel IX. Distribusi hasil pemeriksaan BTA tuberkulosis paru pada

pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda

Yogyakarta tahun 2005............................................................ 45

Tabel X. Distribusi hasil pemeriksaan rontgen tuberkulosis paru pada

pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda

Yogyakarta tahun 2005............................................................ 46

Tabel XI. Distribusi penggunaan Obat Anti Tuberkulosis paru pada

pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta tahun 2005 ............................................................ 47

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

Tabel XII. Disribusi penggunaan OAT paru pada pasien dewasa di

instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta Tahun

2005 berdasarkan kategori pasien ............................................ 49

Tabel XIII. Distribusi penggunaan vitamin tuberkulosis paru pada pasien

dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit Bethesda

Yogyakarta tahun 2005............................................................. 50

Tabel XIV. Kesesuaian penggunaan jenis OAT-kombipak dan jenis

OAT-FDC berdasarkan standar pengobatan tuberkulosis paru

pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit

Bethesda Yogyakarta tahun 2005 ............................................ 52

Tabel XV. Kesesuaian penggunaan jenis OAT–Kombipak Tuberkulosis

Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah

Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005.................................. 53

Tabel XVI. Distribusi ketidaksesuaian penggunaan OAT-kombipak

kategori 1 tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi

rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005....... 54

Tabel XVII. Distribusi Ketidaksesuaian penggunaan OAT-kombipak

Kategori 2 Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Tahun 2005. ............................................................................. 54

Tabel XVIII. Kesesuaian penggunaan jenis OAT-FDC tuberkulosis paru

pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit

Bethesda Yogyakarta tahun 2005. ........................................... 55

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

Tabel XIX. Kesesuaian lama pemberian OAT berdasarkan standar

pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi

rawat jalan rumah sakit Bethesda Yogyakata tahun 2005 ....... 56

Tabel XX. Distribusi ketidaksesuaian lama pemberian OAT-kombipak

tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan

rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.......................... 57

Tabel XXI. Distribusi ketidaksesuaian lama pemberian OAT-FDC

tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan

rumah sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005...................... 59

Tabel XXII. Distribusi Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien

Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta Tahun 2005............................................................ 60

Tabel XXIII.Distribusi pasien yang gagal dalam pengobatan tuberkulosis

paru pada pasien Dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta tahun 2005.............................................. 61

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Foto rontgen paru tuberkulosis pada pasien dewasa ............... 14

Gambar 2. Alur diagnosis tuberkulosis paru pasien dewasa...................... 17

Gambar 3. Diagram batang distribusi jenis kelamin tuberkulosis paru

pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan rumah sakit

Bethesda Yogyakarta tahun 2005............................................. 41

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin melakukan penelitian di Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta............................................................................... 68

Lampiran 2. Data Rekam Medik pasien tuberkulosis paru pada pasien

dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta tahun 2005.......................................................... 70

Lampiran 3. Data pasien tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi

rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang

disertai dengan penyakit penyerta..................................................... 73

Lampiran 4. Hasil wawancara dengan dokter........................................................ 74

Lampiran 5. Paduan OAT paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005............................... 76

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut dapat masuk ke dalam tubuh

manusia melalui udara pernafasan dalam paru atau organ lainnya yaitu tulang,

otak, ginjal bahkan dapat menyerang kulit (Anonim, 2003a). Penyakit ini menjadi

salah satu masalah kesehatan yang masih perlu mendapat perhatian lebih banyak

dari permerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat karena dapat

menyebabkan kematian dimana setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru

tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis paru sekitar 140.000.

Tuberkulosis paru penyebab kematian nomor satu diantara penyakit menular di

Indonesia. Tuberkulosis paru dapat menyerang siapa saja, tetapi sebagian besar

penderita tuberkulosis paru yaitu kelompok usia produktif (15-50 tahun).

Perkiraan angka kasus tuberkulosis paru dibeberapa negara di dunia adalah

sampai setinggi 400 per 100.000 per tahun. Perkiraan yang beralasan tentang

besarnya angka tuberkulosis paru di dunia adalah bahwa sepertiga populasi dunia

terinfeksi Mycobacterium tuberculosis yaitu 30 juta kasus tuberkulosis aktif di

dunia, dengan 10 juta kasus baru terjadi setiap tahun. Tuberkulosis paru

menyebabkan 6% dari seluruh kematian di dunia (Anonim, 2003a). Tahun 1999,

Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130

penderita baru tuberkulosis paru BTA positif dan mencapai 10,2 juta pada tahun

2000 (Anonim, 2003a). Tahun 2004 tercatat 211.753 kasus baru tuberkulosis paru

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

2

di Indonesia, dan terdapat 300 orang meninggal disebabkan karena kuman

tuberkulosis dan setiap tahunnya kasus baru tuberkulosis di Indonesia bertambah

seperempat juta (Anonim, 2005b).

Berdasarkan hasil penelitian World Health Organization (WHO) di

Indonesia, setiap empat menit sekali terdapat satu orang penderita tuberkulosis

paru yang meninggal dunia, dan setiap dua detik terjadi penularan penyakit yang

diakibatkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Anonim, 2002).

Penelitian para ilmuwan menunjukkan kuman M. tuberculosis dapat

bersembunyi di dalam tubuh manusia tanpa terdeteksi, oleh karena itu walaupun

World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar sepertiga populasi

penduduk dunia terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis tetapi hanya 5-

10% yang menunjukkan gejala sakit. Mycobacterium tuberculosis adalah kuman

yang dapat menyembunyikan diri di dalam sel untuk waktu sangat lama tanpa

terlacak sistem kekebalan tubuh (Tjay dan Rahardja, 2003). Hal inilah yang

menyebabkan kesulitan dalam pemberantasan penyakit tuberkulosis paru.

Ketepatan pengobatan yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan

pemberian, tepat dosis, serta waspada efek samping merupakan faktor penting

yang berperan dalam mencegah resistensi kuman tuberkulosis, menghambat

penularan, dan mengurangi angka kematian.

Pengobatan tuberkulosis paru perlu dilakukan evaluasi pengobatan yang

meliputi gambaran kasus tuberkulosis paru, tindakan diagnosis tuberkulosis paru,

gambaran obat yang diberikan, efek samping yang ditimbulkan, obat tambahan

yang diberikan serta lamanya pengobatan dalam terapi tuberkulosis paru, karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

3

pada kasus tuberkulosis terapi obat yang diberikan dalam waktu jangka panjang

dan apabila kerasionalan terapi tuberkulosis paru tidak tercapai maka dapat

meningkatkan penularan, mempercepat resistensi, angka kesembuhan yang

dicapai rendah, dan dapat meningkatkan kematian. Pengobatan tuberkulosis paru

diberikan selama 6-9 bulan dan dapat diperpanjang berdasarkan atas dasar klinis

dan tes resistensi. Untuk mencapai keberhasilan terapi, pengobatan perlu

dilakukan monitoring terhadap pasien tuberkulosis paru dan pengawasan terhadap

penggunaan Obat Anti Tuberkulosis, sehingga tingkat kematian pasien yang

disebabkan karena infeksi tuberkulosis paru akan semakin menurun. Kerasionalan

pengobatan merupakan faktor penting yang berperan dalam mencapai

keberhasilan terapi dan menghambat faktor resistensi kuman tuberkulosis.

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Pada saat ini, tuntutan terhadap pelayanan

kesehatan yang baik semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

pengetahuan dan ekonomi masyarakat. Hal ini juga menyebabkan semakin

meningkatnya pula kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian.

Peranan farmasis sangat diperlukan di instalasi farmasi rumah sakit dalam

pemantauan penggunaan obat dan proses evaluasi pengobatan yang akan

membantu dalam pemantauan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Melalui pemantauan penggunaan Obat Anti Tuberkulosis dan proses evaluasi

pengobatan tuberkulosis paru maka dapat diketahui kerasionalan terapi

tuberkulosis paru. Rasionalitas dalam penggunaan obat akan sangat menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

4

mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yang mendapat terapi di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

1. Permasalahan

Dari uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan di bawah ini.

a. Seperti apakah gambaran kasus tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang meliputi jumlah

kasus, jenis kelamin dan penyakit penyerta pasien tuberkulosis paru?

b. Seperti apakah tindakan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005?

c. Seperti apakah pola pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

instalasi rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda tahun 2005?

d. Bagaimanakah kesesuaian pengobatan tuberkulosis paru pada pasien

dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun

2005 dengan standar dari Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis DepKes RI dan Rekomendasi World Health Organization

(WHO)?

e. Seperti apakah hasil akhir pengobatan tuberkulosis paru pada pasien

dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun

2005?

2. Keaslian Karya

Sepanjang yang diketahui penulis, penelitian tentang Evaluasi Pengobatan

Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 berbeda dengan penelitian sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

5

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan mengenai tuberkulosis paru adalah

“Angka Konversi dan Angka kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru dalam

Program DOTs di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-

September 2002” (Yuniarti, 2001). Dalam penelitian sebelumnya menghitung

angka konversi dan angka kesembuhan, sedangkan pada penelitian ini

menggambarkan evaluasi pengobatan yang dilakukan di Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta dengan membandingkan standar yang digunakan di Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta pada tahun 2005 tanpa menghitung angka konversi dan

angka kesembuhan. Oleh karena itu penelitian ini belum pernah dilakukan

sebelumnya.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi bagi rumah sakit menuju

penggunaan obat yang rasional.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan

sebagai bahan evaluasi pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan pengobatan

tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

6

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kasus tuberkulosis paru pada pasien dewasa di Rumah

Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang meliputi jumlah kasus, jenis

kelamin, dan penyakit penyerta pasien tuberkulosis paru.

b. Mengetahui tindakan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

c. Mengetahui pola pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi

rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

d. Mengetahui kesesuaian pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 dengan

standar dari Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis DepKes RI dan

Rekomendasi World Health Organization (WHO).

e. Mengetahui hasil akhir pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Paru

1. Mycobacterium tuberculosis

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di

berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang

tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran

selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan

pertumbuhan dari kuman Mycobacterium tuberculosis berlangsung dengan

lambat. Penularannya terjadi pada malam hari karena sifat dari bakteri ini tidak

tahan terhadap UV (Rab, 1996).

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau

lengkung. Basil ini terdapat dalam keadaan tunggal atau berkelompok, tidak

bergerak, dan tidak membentuk spora (Tjay & Rahardja, 2002). Tuberkulosis paru

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai oleh

pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas

yang diperantarai sel (Cell-mediated hypersensitivity). Apabila dalam pengobatan

tuberkulosis paru terdapat kesalahan maka pada penyakit yang aktif akan terjadi

perjalanan penyakit yang kronik dan berakhir dengan kematian (Isselbacher et al.,

1995). Kebanyakan individu yang terinfeksi M. tuberculosis tidak menunjukkan

penyakit secara langsung tetapi ditandai oleh kronisitas dengan nekrosis jaringan

yang disebabkan oleh hipersensitivitas tipe lambat (Shulman, 1994).

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

8

2. Klasifikasi

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk

menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis yang sesuai dan dilakukan sebelum

pengobatan dimulai.

Pasien tuberkulosis paru dapat digolongkan berdasarkan riwayat

pengobatan sebelumnya.

a. Kasus baru

Pasien dengan kasus baru adalah penderita yang belum pernah mendapat

pengobatan Obat Anti Tuberkulosis atau sudah pernah menggunakan OAT

kurang dari satu bulan.

b. Kambuh (Relaps)

Pasien kambuh adalah penderita tuberkulosis paru yang sebelumnya

pernah mendapat pengobatan tuberkulosis paru dan telah dinyatakan sembuh,

kemudian melakukan pengobatan lagi hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

c. Gagal

Pasien dengan pengobatan gagal adalah penderita yang pada akhir bulan

ke lima pengobatan atau satu bulan sebelum akhir pengobatan, dilakukan

pemeriksaaan dahak dengan hasil BTA positif. Selain itu pasien dinyatakan

gagal apabila pada akhir bulan ke dua pengobatan dengan hasil BTA negatif

rontgen positif menjadi BTA positif.

d. Kasus berobat setelah lalai (Pengobatan setelah default/drop-out)

Pasien dengan kasus berobat setelah lalai adalah penderita yang sudah

melakukan pengobatan kurang lebih satu bulan, dan berhenti dua bulan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

9

lebih, kemudian datang kembali untuk melakukan pengobatan. Pada umumnya

penderita tersebut kembali melakukan pengobatan dengan hasil pemeriksaan

dahak BTA positif.

e. Pindahan

Pasien pindahan adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di

suatu kabupaten kemudian pindah ke kabupaten lain. Penderita tersebut harus

membawa surat rujukan/pindah.

f. Kronis

Pasien dinyatakan kronis apabila penderita pada akhir pengobatan

pemeriksaan dahak masih menunjukkan BTA positif

Berdasarkan hasil pemeriksaaan dahak, tuberkulosis paru dibagi menjadi

tuberkulosis BTA pasitif dan tuberkulosis BTA negatif (Anonim, 2001).

a. Tuberkulosis Paru BTA negatif

Pemeriksaan 3 spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) hasilnya BTA

negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

b. Tuberkulosis Paru BTA Positif

1) Pada pemeriksaan BTA, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) hasilnya positif.

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya positif dan foto rontgen dada menunjukkan

gambaran tuberkulosis aktif (Anonim, 2001).

3. Gejala Tuberkulosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

10

Gejala tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau

tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada dan batuk

darah.

a. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, kadang-kadang suhu

badan dapat mencapai 40-410C. Serangan demam pertama dapat sembuh

sebentar, tetapi dapat timbul kembali. Hal seperti ini terus menerus terjadi dan

sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien serta berat ringannya infeksi

kuman tuberkulosis yang masuk.

b. Malaise

Penyakit tuberkulosis paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise

sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan semakin

kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat

malam. Gejala malaise ini semakin lama semakin berat dan gejala ini muncul

dan hilang secara teratur.

c. Batuk/batuk darah

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Keadaan dan kondisi

bronkus pada setiap penyakit tidak sama, maka kemungkinan terjadinya batuk

baru terjadi karena penyakit telah berkembang dalam jaringan selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan dimulai dari peradangan. Sifat batuk

dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah terjadi peradangan

menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa

batuk darah, karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Batuk darah pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

11

tuberkulosis paru terjadi pada kavitas, tetapi dapat pula terjadi pada ulkus

dinding bronkus.

b. Sesak napas

Penyakit yang baru muncul belum dirasakan sesak nafas. Pada penyakit

yang sudah lanjut akan ditemukan sesak nafas, yang infiltrasinya meliputi

setengah bagian paru-paru.

c. Nyeri dada

Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis, yaitu terjadi gesekan kedua pleura sewaktu

pasien menarik/melepas nafasnya (Bahar, 2003).

4. Patogenesis

Sumber penularan tuberkulosis paru adalah penderita tuberkulosis BTA

positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk droplet yaitu percikan dahak. Droplet yang mengandung kuman

dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat

terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama

kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman

tersebut dapat menyebar dari paru ke saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran

langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Anonim, 2001).

Riwayat terjadinya tuberkulosis paru dibedakan menjadi dua yaitu :

a. infeksi primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali oleh kuman

tuberkulosis. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

12

melewati pertahanan musilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai

dialveolus dan menetap. Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis mulai

berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, sehingga mengakibatkan

peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman tuberkulosis ke

kelenjar limfe di sekitar hilus paru, kejadian ini disebut sebagai kompleks primer.

Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer yaitu

sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan

reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif (Anonim, 2001).

Berkembangnya dari infeksi primer menjadi penderita tuberkulosis paru

tergantung dari banyaknya kuman dan besarnya respon daya tahan tubuh. Pada

umumnya reaksi daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan

tuberkulosis, tetapi masih terdapat beberapa kuman yang menetap sebagai kuman

persisten atau dormant. Pada suatu saat daya tahan tubuh tidak mampu

menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan dapat

menjadi penderita tuberkulosis paru. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan

mulai terjadinya infeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan

(Anonim, 2001).

b. tuberkulosis paru pasca primer

Tuberkulosis paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan

atau tahun setelah terjadinya infeksi primer. Tuberkulosis paru pasca primer dapat

disebabkan misalnya daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status

gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis paru pasca primer yaitu tejadi

kerusakan paru yang luas dengan adanya kavitas atau efusi pleura.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

13

Daya penularan dari seorang penderita tuberkulosis paru ditentukan oleh

banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif

pada pemeriksaan dahak maka penderita tersebut semakin tinggi tingkat

penularannya. Apabila hasil pemeriksaan dahak negatif atau tidak terlihat kuman,

maka penderita tersebut dianggap tidak menular (Anomim, 2003b).

Faktor resiko dari tuberkulosis paru yaitu a) negara berkembang, b) anak-

anak di bawah umur 5 tahun atau orang tua, c) pecandu alkohol dan narkotik, d)

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), e) DM, f) penghuni rumah

beramai-ramai atau banyaknya jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, g)

imunosupresi, h) hubungan intim dengan pasien yang mempunyai sputum Bakteri

Tahan Asam (BTA) positif, i) kemiskinan dan malnutrisi (Rab, 1996).

5. Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis pada pasien yang diduga menderita tuberkulosis paru

dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan.

a. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda fisik yang terjadi pada pasien tuberkulosis paru adalah badan

kurus atau berat badan menurun, pada kulit tampak pucat, demam yang mungkin

hanya terjadi kenaikan suhu ringan pada malam hari, nadi umumnya meningkat

seiring dengan demam (Crofton, 1999).

Pada pemeriksaan fisik pasien tuberkulosis paru sering tidak menunjukkan

suatu kelainan terutama pada kasus-kasus dini. Tuberkulosis paru terjadi secara

asimptomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan

radiologis dada (Bahar, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

14

b. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaaan radiologis paru merupakan cara yang praktis untuk

menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih

dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa hal pemeriksaan

radiologis memberikan beberapa keuntungan seperti pada tuberkulosis anak-anak

dan tuberkulosis mulier. Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui

pemeriksaan dada sebab dengan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif

(Bahar, 2003).

Pada awal penyakit gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti

awan dengan batas-batas yang tidak tegas. Apabila lesi sudah diliputi jaringan ikat

maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal

sebagai tuberkuloma (Bahar, 2003).

Gambar 1. Foto Rontgen Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa (Anonim, 2006).

c. Pemeriksaan laboratorium

1) Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-

kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

15

tuberkulosis baru akan diperoleh jumlah leukosit dan laju endap darah (LED)

meningkat (Bahar, 2003). Laju endap darah mungkin meningkat tetapi hasil

yang normal dapat memungkinkan terjadinya tuberkulosis (Crofton, 1999).

2) Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya

kuman BTA (Bakteri tahan asam) diagnosis sudah dapat dipastikan.

Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan

yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat

dikerjakan di puskemas, tetapi kadang tidak mudah untuk mendapat sputum,

terutama pada pasien dengan batuk yang tidak produktif (Bahar, 2003).

Untuk mendapatkan sputum pada batuk non produktif dapat dilakukan

dengan cara pasien dianjurkan minum air sebanyak ± 2 liter satu hari sebelum

pemeriksaan sputum dan melakukan refleks batuk. Dapat juga memberikan

tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam

hipertonik selama 20-30 menit. Apabila masih sulit, sputum dapat diperoleh

dengan cara bronkospi diambil dengan brushing atau bronchial washing.

Sputum yang akan diperiksa sebaiknya dalam keadaan segar. Kriteria sputum

BTA positif apabila sekurang-kurangnya ditemukan 3 kuman batang BTA

dalam satu sediaan (Bahar, 2003).

Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan BTA dinyatakan

positif apabila ditemukan sedikitnya dua dari tiga spesimen Sewaktu Pagi

Sewaktu (Anonim, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

16

3) Tes Tuberkulin

Pemeriksaan tuberkulin masih banyak dipakai untuk membantu

menegakkan diagnosis tuberkulosis paru pada anak-anak. Tes tuberkulin

hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami

infeksi M. tuberculosis, M. bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen

lainnya (Bahar, 2003).

Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan maka akan timbul reaksi

berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yaitu hasil dari

reaksi persenyawaan antara antibodi selular dan antigen tuberkulin (Bahar,

2003).

Pada penderita yang dicurigai tuberkulosis paru, perlu dilakukan

pemeriksaan dahak apabila ditemukan 3 spesimen kuman tuberkulosis maka dapat

dinyatakan penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pada pemeriksaan dahak

apabila ditemukan 1 kuman tuberkulosis atau sama sekali tidak ditemukan

sedangkan dari gejala dicurigai tuberkulosis paru, perlu diadakan pemeriksaan

lebih lanjut yaitu dengan foto rontgen paru atau pengulangan pada pemeriksan

dahak SPS. Jika hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita

didiagnosis sebagai penderita BTA positif., tetapi apabila hasil rontgen tidak

mendukung tuberkulosis paru maka perlu dilakukan kembali pemeriksaan dahak

SPS (Anonim, 2001).

Dapat lebih jelas dengan melihat alur diagnosis tuberkulosis paru pada

pasien dewasa berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

17

Tersangka Penderita TB (Suspek TB)

Pemeriksaaan dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)

Hasil BTA + + + + + -

Hasil BTA + - -

Hasil BTA - - -

Pemeriksaan Rontgen Dada

Beri Antibiotik Spektrum Luas

Hasil Mendukung TB

Hasil Tidak Mendukung TB

Tidak ada perbaikan

Ada perbaikan

Ulangi periksa dahak SPS

Hasil BTA + + + + + - + - -

Hasil BTA - - -

Hasil Mendukung

TB

Hasil Tidak Mendukung

TB

Pemeriksaan Rontgen Dada

TB BTA negatif rontgen positif

Bukan TB, penyakit lain

Penderita TB BTA Positif

Gambar 2. Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru Pasien Dewasa (Anonim, 2001)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

18

6. Mekanisme Resistensi Mikroorganisme terhadap Obat Anti Tuberkulosis

Terjadinya resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosis dapat disebabkan

karena penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan pemakaian, dalam

pengobatan tuberkulosis timbulnya resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosis

apabila penggunaan obat dalam bentuk tunggal dan pemakaian obat kurang dari

jangka waktu yang telah ditentukan yaitu 6-8 bulan. Mikroorganisme dapat

memperlihatkan resistensi terhadap obat-obat dengan mekanisme sebagai berikut :

a. resistensi terhadap rifampisin disebabkan oleh perubahan polimerase RNA

akibat mutasi kromosom yang sering terjadi

b. mikroorganisme mengubah permeabilitas terhadap obat yang disebabkan oleh

perubahan selaput luar yang mengganggu pengangkutan ke dalam sel

c. mikroorganisme menghasilkan enzim yang dapat merusak zat aktif obat

d. mikroorganisme mengembangkan sasaran struktur yang diubah terhadap obat,

resistensi terjadi karena hilang atau berubahnya suatu protein khusus pada sub

unit 30S dari ribosom pada bakteri yang merupakan tempat pengikat pada

bakteri

e. mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme lain yang memintas reaksi

yang dihambat oleh obat (Jawetz, 2001).

7. Kriteria Kategori Pasien Tuberkulosis Paru

Dalam menentukan kriteria pasien tuberkulosis paru berdasarkan pada

pemeriksaan diagnosis yaitu dapat diketahui dari hasil pemeriksaan BTA dan

pemeriksaan rontgen. Kriteria pasien yang menggunakan Obat Anti Tuberkulosis-

kombipak dibagi dalam 4 kategori, sedangkan pada penggunaan Obat Anti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

19

Tuberkulosis-Fixed Dose Combination kriteria pasien berdasarkan diagnosis

dibagi dalam dua kategori.

a. Pengobatan dengan OAT-kombipak

Apabila dalam pengobatan tuberkulosis menggunakan OAT-kombipak,

maka pengelompokkan pasien berdasarkan diagnosis dapat dibagi menjadi 4

kategori yaitu :

1) kategori 1

Berdasarkan hasil diagnosis dari pemeriksaan BTA dan pemeriksaan

rontgen, pasien tuberkulosis yang tergolong dalam kategori 1 adalah

penderita baru tuberkulosis paru BTA positif, penderita tuberkulosis paru

BTA negatif rontgen positif sakit berat, dan penderita tuberkulosis ekstra

paru berat.

2) kategori 2

Pasien tuberkulosis paru yang tergolong dalam kategori 2 adalah

penderita kambuh, penderita gagal, dan penderita dengan pengobatan

setelah lalai

3) kategori 3

Pasien tuberkulosis paru yang tergolong dalam kategori 3 adalah

penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan, serta pada

penderita ekstra paru ringan.

4) kategori sisipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

20

Pasien yang tergolong dalam kategori sisipan apabila pada akhir tahap

intensif pengobatan baik pada penderita kategori 1 atau kategori 2, hasil

pemeriksaan BTA masih positif (Anonim, 2001).

b. Pengobatan dengan OAT-FDC

Berdasarkan pemeriksaan BTA dan pemeriksaan rontgen apabila dalam

pengobatan tuberkulosis paru dengan menggunakan OAT-FDC, kriteria

pasien dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

1) kategori 1

Pasien yang termasuk dalam kategori 1 adalah penderita baru

tuberkulosis paru dengan hasil laboratorium BTA positif, penderita baru

tuberkulosis paru dengan BTA negatif/rontgen positif baik ringan atau

berat, dan pada penderita tuberkulosis ekstra paru baik ringan atau berat.

2) kategori 2

pasien yang tergolong dalam kategori 2 adalah penderita kambuh,

gagal dan lalai setelah berobat dengan hasil BTA positif (Anonim, 2003b).

B. Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis menggunakan paduan obat dimaksudkan untuk

membunuh basil dengan cepat, mencegah kekambuhan, mencegah resisitensi,

mencegah kematian dan menurunkan tingkat penularan (Zubaidi, 1995).

Pengobatan tuberkulosis dibedakan menjadi dua kelompok obat, yaitu obat

primer dan obat sekunder. Obat primer sering digunakan karena efektivitasnya

yang tinggi dengan toksisitas yang dapat diterima. Sebagian besar penderita

sembuh dengan paduan obat tersebut. Isoniazid, rifampisin, pirazinamid,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

21

etambutol dan streptomisin termasuk dalam kelompok obat ini. Kelompok obat

sekunder kurang efektif, tetapi karena pertimbangan resistensi dan kontraindikasi

dari penderita, maka paduan kelompok obat ini kadang digunakan. Kelompok

obat ini meliputi etionamid, para-aminosalisilat, sikloserin, amikasin, kapreomisin

dan kanimisin (Zubaidi, 1995).

1. Prinsip Pengobatan

Prinsip pengobatan tuberkulosis paru dengan menggunakan Obat Anti

Tuberkulosis dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dengan jumlah dan

dosis yang tepat selama 6-8 bulan, tujuannya agar semua kuman dapat

termusnahkan. Pengobatan tuberkulosis paru diberikan dalam dua tahap, yaitu

tahap intensif dan tahap lanjutan (Anonim, 2001).

Pada tahap intensif penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi

langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti

Tuberkulosis. Apabila pengobatan pada tahap intensif diberikan secara tepat maka

pada penderita tuberkulosis BTA positif yang sangat menular menjadi tidak

menular dalam kurun waktu 2 minggu. Pada akhir pengobatan tahap intensif

sebagian besar penderita tuberkulosis paru BTA positif menjadi BTA negatif

(Anonim, 2001).

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat dalam jumlah yang lebih

sedikit tetapi dalam jangka waktu yang lama. Pada tahap lanjutan sangat penting

karena untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan (Anonim, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

22

Pada tahap lanjutan, pengobatan tuberkulosis paru menggunakan isoniazid

bersama rifampisin selama 7 bulan sehingga seluruh masa pengobatan menjadi 9

bulan. Dalam studi terbaru menyebutkan pengobatan selama 6 bulan yaitu melalui

tahap intensif 2 bulan dan tahap lanjutan 4 bulan sama efektifnya dengan

pengobatan selama 9 bulan (Tjay dan Rahardja, 2002).

2. Pemilihan Obat

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis paru adalah

isoniazid (INH), rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin merupakan

lima agen baris pertama untuk mengobati tuberkulosis paru. Isoniazid dan

rifampisin adalah dua obat yang paling aktif. Suatu kombinasi isoniazid dengan

rifampisin yang diberikan selama 9 bulan akan menyembuhkan 95-98% kasus-

kasus tuberkulosis. Tambahan pirazinamid pada kombinasi isoniazid-rifampisin

untuk 2 bulan pertama akan mempersingkat lama terapi sampai menjadi 6 bulan

tanpa kehilangan efikasinya. Pada prakteknya, suatu terapi tuberkulosis diawali

dengan pemakian obat sekaligus yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan

etambutol ataupun streptomisin (Katzung, 2004).

Obat-obat alternatif dalam lini kedua (second-line drugs) biasanya

dipertimbangkan hanya dalam kasus resistensi terhadap obat-obat pilihan pertama,

dalam kasus kegagalan respons klinis pada terapi konvensional dan berkenaan

dengan efek-efek toksik. Obat Anti Tuberkulosis lini kedua antara lain amikasin,

asam aminosalisilat, capreomisin, ciprofloksasin, klofazimin, cikloserin,

etionamid, levofloxasin, rifabutin, dan rifapentin (Katzung, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

23

Tabel I. Obat Anti Tuberkulosis (Katzung, 2004) Obat Dosis Khusus Dewasa

isoniazid 300 mg/hari rifampin 600 mg/hari

pirazinamid 25 mg/kg/hari etambutol 15-25 mg/kg/hari A

gen

baris

pe

rtam

a

streptomisin 15 mg/kg/hari amikasin 15 mg/kg/hari

asam aminosalisilat 8-12 kg/hari capreomycin 15 mg/kg/hari ciprofloxacin 1500 mg/kg/hari clofazimine 200 mg/hari cycloserine 500-1000 mg/hari, terbagi ethionamide 500-750 mg/hari levofloxacin 500 mg/hari

rifabutin 300 mg/hari

Age

n ba

ris k

edua

rifapentine 600 mg sekali atau dua kali seminggu

a. isoniazid (H)

Isoniazid yang dikenal dengan INH mempunyai sifat bakterisid, dapat

membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat

ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman

yang sedang berkembang (Anonim, 2001). Isoniazid aktif terhadap kuman yang

berada intraseluler dalam makrofag maupun di luar sel (Tjay dan Raharja, 2002).

Mekanisme kerja dari INH berdasarkan terganggunya sistesis mycolic

acid, yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri. Isoniazid masih tetap

merupakan obat kemoterapi terpenting tehadap berbagai tipe tuberkulosis paru

dan selalu dalam bentuk multiple therapy dengan rifampisin dan pirazinamid

(Tjay dan Raharja, 2002).

Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan

intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB. Efek samping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

24

dari pengunaan INH antara lain timbul gatal-gatal, yang paling berat berupa

hepatitis yang dapat terjadi pada kurang lebih 0,5% penderita (Anonim, 2001).

Hepatitis akibat isoniazid merupakan efek toksik utama yang sering terjadi,

dimana terjadi peningkatan aminotrasferase tiga atau empat kali keadaan normal.

Risiko hepatitis lebih besar pada pecandu alkohol dan mungkin selama kehamilan

dan pasca kehamilan (Katzung, 2004).

Pemberian dosis melebihi 400 mg akan terjadi polineuritis yaitu radang

saraf dengan gejala kejang dan gangguan penglihatan. Penyebabnya adalah

persaingan dengan piridoksin yang rumus kimianya mirip dengan INH, efek lain

yang sering muncul perasaan tidak sehat, letih dan lemah, serta anoreksia. Untuk

menghindari reaksi toksis ini biasanya diberikan vitamin B6 (piridoksin) 10-20mg

sehari bersama vitamin B1 100mg (Tjay dan Raharja, 2002).

b. rifampisin (R)

Rifampisin bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant yang

tidak dapat dibunuh oleh isoniazid (Anonim, 2001). Rifampisin berkhasiat

bakterisid luas terhadap fase pertumbuhan M. tuberkulosis dan M. leprae, baik

yang berada di luar maupun di dalam sel. Obat ini mematikan kuman yang

“dormant” selama fase pembelahan yang singkat. Oleh karena itu obat ini sangat

penting untk membasmi semua basil guna mencegah kambuhnya tuberkulosis

(Tjay dan Raharja, 2002).

Efek samping dari penggunaan rifampisin yaitu terjadi penyakit kuning,

terjadi gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati kejang perut

dan diare (Tjay dan Raharja, 2002). Rifampisin diberikan dengan dosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

25

600mg/hari (10mg/kg/hari) secara per oral bersama isoniazid, pirazinamid, dan

etambutol untuk mencegah timbulnya resistensi kuman tuberkulosis (Katzung,

2004).

c. pirazinamid (Z)

Pirazinamid bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada di

dalam sel dengan suasana asam (Anonim, 2001). Spektrum kerjanya sangat

sempit yaitu hanya meliputi M. tuberculosis, khasiat dari pirazinamid diperkuat

oleh INH. Penggunaan obat ini khusus pada fase intensif, digunakan pada fase

pemeliharaan apabila terdapat multiresistensi. Absorpsinya cepat dan hampir

sempurna, lebih kurang 70% pirazinamid diekskresikan melalui urin (Tjay dan

Raharja, 2002).

Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan

intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kgBB. Efek samping

penggunaan pirazinamid yaitu terjadi hepatitis, nyeri sendi dan kadang-kadang

dapat menyebabkan serangan arthritis gout yang kemungkinan disebabkan

berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Selain itu dapat menimbulkan

demam, mual, kemerahan dan rekasi kulit yang lain (Anonim,2001).

d. streptomisin (S)

Streptomisin merupakan senyawa yang bersifat bakterisid terhadap kuman

Gram negatif dan Gram positif, termasuk M. tuberculosis. Streptomisin aktif

terhadap mycobacteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat.

Mekanisme kerjanya yaitu dengan menghambat sintesis protein kuman dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

26

jalan pengikatan RNA ribosomal. Resorpsi streptomisin diusus buruk sekali,

sehingga diberikan sebagai injeksi i.m (Tjay dan Raharja, 2002).

Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan

intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Pada penderita yang

berumur sampai 60 tahun dosis yang diberikan 0,75 gr/hari, sedangkan yang

berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari. Efek samping utama dari

streptomisin yaitu terjadi kerusakan saraf kedelapan yang berkaitan dengan

keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat

seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita. Kerusakan

alat pendengaran biasanya terjadi pada 2 bulan pertama dengan tanda-tanda

telinga mendenging, pusing dan kehilangan keseimbangan (Anonim, 2001).

e. etambutol (E)

Etambutol berkhasiat spesifik terhadap M. tuberculosis yang bersifat

bakteriostatis. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada

kuman yang sedang membelah dan juga menghindari terbentuknya mycolic acid

pada dinding sel (Tjay dan Raharja, 2002).

Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan

intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kgBB. Etambutol dapat

menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan,

buta warna untuk warna merah dan hijau. Setiap penderita yang menerima

etambutol harus diingatkan apabila terjadi gejala-gejala gangguan penglihatan

supaya segera melakukan pemeriksaan mata. Gangguan penglihatan akan kembali

normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan (Anonim, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

27

3. Obat Anti Tuberkulosis

Dalam pengobatan tuberkulosis paru digunakan Obat Anti Tuberkulosis

kombipak dan OAT-FDC (Fixed Dose Combination)

a. Obat Anti Tuberkulosis-kombipak (OAT-kombipak)

World Health Organization dan International Union Against Tuberculosis

and Lung Disease (IUATLD) merekomendasikan paduan OAT standart.

1) Kategori 1

Obat Anti Tuberkulosis yang digunakan pada kategori 1 yaitu

2HRZE/4H3R3, 2HRZE/4HR, 2HRZE/6HE.

Tabel II. Paduan OAT-kombipak kategori 1 (Anonim, 2001). Dosis per hari / kali Tahap

pengobatan Lamanya

pengobatan H

R

Z

E

Jumlah Hari / kali

Menelan obatTahap intensif

(dosis harian) 2 bulan 1 1 3 3 60

Tahap lanjutan (dosis 3x

seminggu)

4 bulan 2 1 --- --- 54

Keterangan : H : isoniazid (@ 300 mg) Z : pirazinamid (@ 500 mg) R: rifampisin (@ 450 mg) E : etambutol(@ 250 mg)

Obat yang digunakan pada tahap intensif terdiri dari isoniasid (H),

rifampisin (R), pirasinamid (Z) dan etambutol (E). Obat-obat tersebut

diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan

dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid (H) dan rifampisin (R),

yang diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat

ini diberikan pada penderita tuberkulosis paru BTA positif, penderita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

28

tuberkulosis paru BTA negatif dengan rontgen pasitif yang “sakit berat”

dan penderita tuberkulosis ekstra paru berat (Anonim, 2001).

2) Kategori 2

Obat Anti Tuberkulosis yang digunakan pada kategori 2 :

2HRZES/HRZE/5H3R3E3, 2HRZES/HRZE/5HRE. Pada tahap intensif

pengobatan diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan

isoniasid (H), rifampisin (R), pirasinamid (Z), etambutol (E) dan suntikan

streptomisin setiap hari di Unit Pelayanan Kesehatan. Dilanjutkan 1 bulan

dengan isoniasid (H), rifampisin (R), pirasinamid (Z), dan etambutol (E)

setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan

dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Dalam

penyuntikan streptomisin perlu diperhatikan yaitu diberikan setelah

penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan pada penderita kambuh

(relaps), penderita gagal (failure), dan pada penderita dengan pengobatan

setelah lalai (after default) (Anonim, 2001).

Tabel III. Paduan OAT-kombipak kategori 2 (Anonim, 2001). E

Tahap pengobatan

Lamanya pengobatan H R Z

@ 2

50 m

g

@ 5

00 m

g

S

Jumlah Hari / kali Menelan

obat

Tahap intensif (dosis harian)

2 bulan

1 bulan

1

1

1

1

3

3

3

3

0,75 gr

60

30

Tahap lanjutan (dosis 3x

seminggu)

5 bulan 2 1 - 1 2 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

29

Keterangan : H : isoniazid (@ 300 mg) S : streptomisin R : rifampisin (@ 450 mg) Z : pirazinamid (@ 500 mg) E : etambutol

3) Kategori 3

Obat Anti Tuberkulosis yang digunakan pada kategori 3 :

2HRZ/4H3R3, 2HRZ/4HR, 2HRZ/6HE. Pada tahap intensif terdiri dari

isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z) yang diberikan setiap hari

selama 2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari

isoniazid (H), rifampisin (R) selama 4 bulan dan diberikan 3 kali

seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan pada penderita baru BTA negatif

dan rontgen positif sakit ringan serta penderita ekstra paru ringan yaitu

tuberkulosis kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral,

tuberkulosis kulit, tuberkulosis tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan

kelenjar adrenal (Anonim, 2001).

Tabel IV. Paduan OAT-kombipak kategori 3 (Anonim, 2001).

Tahap pengobatan Lama

pengobatanH R Z

Jumlah hari/kali

menelan obat

Tahap intensif

(dosis harian) 2 bulan 1 1 3 60

Tahap lanjutan

(dosis 3x seminggu) 4 bulan 2 1 - 54

Keterangan : H : isoniazid (@ 300 mg) R : rifampisin (@ 450 mg) Z : pirazinamid (@ 500 mg)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

30

4) Sisipan

Obat Anti Tuberkulosis yang digunakan pada fase sisipan yaitu

HRZE. Obat Anti Tuberkulosis fase sisipan diberikan apabila pada akhir

tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1

atau penderita BTA positif dengan kategori 2 dimana hasil pemeriksaan

dahak masih BTA positif. Pemberian OAT sisipan setiap hari selama 1

bulan.

Tabel V. Obat Anti Tuberkulosis fase sisipan (Anonim, 2001). Tahap

pengobatan

Lama

pengobatanH R Z E

Jumlah hari/kali

menelan obat

Tahap intensif

(dosis harian) 1 bulan 1 1 3 3 30

Keterangan : H : isoniazid (@ 300 mg) Z : pirazinamid (@ 500 mg) R : rifampisin (@ 450 mg) E : etambutol (@ 250 mg)

b. Obat Anti Tuberkulosis–Fixed Dose Combination (OAT-FDC)

Obat Anti Tuberkulosis “fixed-dose combination” atau disingkat dengan

OAT-FDC adalah tablet yang berisi kombinasi beberapa jenis obat anti

tuberkulosis dengan dosis tetap.

Pengobatan tuberkulosis paru yang menggunakan Obat Anti Tuberkulosis

Fixed Dose Combination (OAT-FDC) dibagi dalam dua kategori yaitu kategori 1

dan kategori 2.

1) Kategori 1

Pada tahap intensif digunakan 4FDC yang setiap tablet mengandung

isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol diberikan tiap hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

31

selama 56 hari. Pada tahap lanjutan digunakan 2 FDC yang setiap tablet

mengandung isoniazid dan rifampisin (Anonim, 2003b).

Tabel VI. Paduan OAT-FDC kategori 1 (Anonim, 2003b). Berat Badan

Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari

Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu

30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC

38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC

55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC

≥ 71 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

Kategori 1 diberikan pada penderita baru tuberkulosis paru dengan

hasil laboratorium BTA positif, penderita baru tuberkulosis paru dengan

BTA negatif/rontgen positif baik ringan atau berat, dan pada penderita

tuberkulosis ekstra paru baik ringan atau berat. Pemeriksaan dahak harus

tetap dilakukan karena untuk evaluasi pelaksanaan program

penanggulanan tuberkulosis (Anonim, 2003b).

2) Kategori 2

Pada tahap intensif digunakan 4FDC yang setiap tablet mengandung

isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol serta digunakan juga

injeksi streptomisin, diberikan tiap hari selama 56 hari Pada tahap lanjutan

digunakan 2FDC yang setiap tablet mengandung isoniazid dan rifampisin

serta digunakan juga etambutol, diberikan selama 3 kali seminggu selama

20 hari. Kategori 2 diberikan pada penderita kambuh, gagal dan lalai

setelah berobat dengan hasil BTA positif (Anonim, 2003b).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

32

Tabel VII. Paduan OAT-FDC kategori 2 (Anonim, 2003b) Tahap Intensif

tiap hari

Berat Badan

selama 56 hari selama 28 hari

Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 20 minggu

30–37 kg 2tab 4FDC+500 mg Streptomisin inj.

2 tab 4FDC 2tab 2FDC + 2 tab etambutol

38–54 kg 3tab 4FDC+750 mg Streptomisin inj.

3 tab 4FDC 3tab 2FDC + 3 tab etambutol

55–70 kg 4tab4FDC+1000 mg Streptomisin inj.

4 tab 4FDC 4tab 2FDC + 4 tab etambutol

≥ 71 kg 5tab4FDC + Streptomisin inj.

5 tab 4FDC 5tab 2FDC + 5 tab etambutol

Beberapa keuntungan penggunaan FDC dalam pengobatan tuberkulosis :

1) penderita akan lebih mudah dalam menggunakan obat anti tuberkulosis,

karena jumlah tabletnya sedikit

2) efek samping yang lebih kecil, karena formula dosis sangat mendekati

dasar perjitungan, yaitu antara berat badan dengan jumlah komponen obat.

3) tingkat kepatuhan penderita dalam menggunakan obat akan lebih tingi,

karena pengaruh psikis dari melihat jumlah tablet bila dibandingkan obat

anti tuberkulosis kombipak

C. Hasil Akhir Pengobatan

Hasil pengobatan penderita tuberkulosis dapat dikategorikan sebagai

berikut.

1. Sembuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

33

Penderita tuberkulosis paru dinyatakan sembuh apabila hasil pemeriksaan

ulang dahak sedikitnya dua kali pemeriksaan hasilnya negatif, baik pada

pemeriksaan akhir tahap intensif maupun pada pemeriksaan satu bulan

sebelum akhir pengobatan.

2. Pengobatan Lengkap

Penderita tuberkulosis paru dinyatakan masuk dalam pengobatan lengkap

apabila penderita tubekulosis paru telah menyelesaikan pengobatannya secara

lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang dahak, khususnya pada akhir

pengobatan.

3. Gagal

Penderita tuberkulosis paru dinyatakan gagal pada hasil akhir pengobatan

apabila :

a. penderita tuberkulosis paru dengan BTA positif yang hasil pemeriksaan

dahaknya tetap positif atau kembali positif pada satu bulan sebelum akhir

pengobatan atau pada akhir pengobatan

b. penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan

kedua menjadi positif

4. Defaulted atau Drop Out

Pasien Drop Out adalah penderita yang tidak mengambil obat dua bulan

berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

5. Meninggal

Pasien dinyatakan meninggal apabila penderita yang dalam masa

pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun (Anonim, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

34

D. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran evaluasi pengobatan

tuberkulosis paru pada pasien dewasa, yang meliputi gambaran kasus tuberkulosis

paru, tindakan diagnosis tuberkulosis paru, gambaran obat yang diberikan, efek

samping yang ditimbulkan, obat tambahan yang diberikan serta lamanya

pengobatan dalam terapi tuberkulosis paru di instalasi rawat jalan Rumah Sakit

Bethesda Yogyakarta tahun 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai “Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien

Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005”

merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif

evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini merupakan penelitian non

eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subyek uji. Rancangan penelitian

deskriptif karena penelitian ini hanya bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif

terhadap pengobatan yang terjadi. Penelitian ini bersifat retrospektif karena data

yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran

terhadap dokumen terdahulu, yaitu data lembar catatan rekam medis pasien.

Peneliti hanya melakukan evaluasi apakah pengobatan tuberkulosis paru

pada pasien dewasa di Rumah Sakit Bethesda tahun 2005 sudah sesuai dengan

standar yang digunakan di Rumah Sakit Bethesda yaitu Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis DepKes RI dan standar pengobatan dari World

Health Organization (WHO).

B. Definisi Operasional

1. Rumah Sakit Bethesda adalah Rumah Sakit yang digunakan sebagai tempat

penelitian.

2. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

36

3. Kriteria pasien adalah pasien dewasa berusia 18-60 tahun (Walker, 2003) yang

menderita tuberkulosis paru di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda

Yogyakarta tahun 2005.

4. Kartu rekam medis adalah berkas yang memberikan catatan tentang identitas

pasien yang meliputi nomor rekam medis, nama, umur, pekerjaan, jenis

kelamin, diagnosis penyakit utama dan diagnosis penyakit penyerta, keluhan,

pemeriksaan laboratorium, jenis obat, dosis obat, lama pemberian, rute

pemberian dan hasil pengobatan.

5. Evaluasi adalah melihat kembali dan menyimpulkan tindakan pelayanan

kesehatan yang dilakukan sudahkah sesuai dengan standar.

6. Pengobatan adalah suatu cara pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk

menangani suatu penyakit.

7. Jenis obat adalah kelompok obat yang diberikan berdasarkan kelas terapinya

yang diberikan kepada pasien tuberkulosis paru selama menjalani pengobatan

di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 dalam

bentuk generik seperti isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan

streptomisin

8. Pilihan obat tidak tepat yaitu obat yang diberikan kepada pasien tidak efektif

(kurang sesuai dengan indikasinya), pasien mempunyai alergi terhadap obat

tersebut, obat yang diberikan memiliki kontraindikasi dengan obat lain yang

juga dibutuhkan, efektif namun bukan yang paling murah dan aman, serta

adanya kombinasi obat yang tidak perlu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

37

9. Hasil akhir pengobatan adalah kondisi pasien setelah menjalani pengobatan

secara lengkap dimana penderita telah menjalani pengobatan tahap intensif

dan tahap lanjutan selama 6-9 bulan, seminggu sebelum akhir pengobatan

dilakukan pemeriksaan ulang dahak, apabila hasil BTA positif pasien

dinyatakan gagal tetapi jika hasil BTA negatif maka pasien dinyatakan

sembuh.

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian mengenai “Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada

Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun

2005” subyek penelitian yang digunakan adalah pasien dewasa tuberkulosis paru.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu rekam medis

dengan diagnosis tuberkulosis paru yang tergolong pasien dewasa di instalasi

rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yang meliputi nomor

rekam medis, umur, jenis kelamin, diagnosis penyakit utama dan diagnosis

penyakit penyerta, keluhan, pemeriksaan laboratorium, jenis obat, dosis obat,

lama pemberian, dan hasil pengobatan. Selain dari kartu rekam medis juga

menggunakan hasil wawancara dengan dokter spesialis paru-paru.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien

Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

ini dilakukan di Rumah Sakit Bethesda Jalan Jendral Sudirman 70 Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

38

F. Jalannya Penelitian

Proses jalannya penelitian dilakukan secara bertahap, dengan jalur di

bawah ini.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan analisis situasi, penentuan masalah serta

pencarian informasi standar pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Pada tahap analisis

situasi dilakukan dengan mencari informasi pada bagian rekam medis mengenai

distribusi penyakit tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005.

2. Tahap pengambilan data

Proses penelusuran data dilakukan dengan melihat buku keluar pasien

tahun 2005 yang berisi nomor registrasi, usia, berat badan, jenis kelamin, lama

terapi, dan lainnya. Berdasarkan data tersebut, peneliti memilih pasien dewasa

yang menderita tuberkulosis paru, tanggal masuk dan tanggal keluar pasien berada

pada tahun 2005.

3. Tahap pencatatan data

Pencatatan data dilakukan dengan mencatat data pasien tuberkulosis paru

pada pasien dewasa yang mendapat terapi tahun 2005 yang disalin dari rekam

medis. Hal-hal yang dicatat dari rekam medis antara lain No. RM, jenis kelamin,

berat badan, umur, riwayat sakit, tanggal penggunaan obat, jenis obat yang

digunakan, dosis dan frekuensi pemberian, dan status pulang pasien. Ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

39

digunakan untuk melihat gambaran pengobatan tuberkulosis paru pada pasien

dewasa.

4. Tahap pengolahan data

Data yang diperoleh kemudian diolah, hasil yang diperoleh ada yang

disajikan dalam bentuk tabel dan ada pula yang disajikan dalam bentuk gambar.

5. Wawancara mendalam

Wawancara dilakukan sesuai panduan wawancara dan penulisannya

disusun sesuai dengan hasil wawancara dari dokter yang terkait dalam

penanganan kasus tuberkulosis paru pada pasien dewasa. Pelaksanaan wawancara

dilakukan di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta bagian

paru-paru kepada salah seorang dokter spesialis paru-paru.

6. Tahap analisis hasil

Data dianalisis secara deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk

diagram dan tabel beserta uraian penjelasan. Analisis tersebut berdasarkan :

a. jumlah kasus, jenis kelamin dan penyakit penyerta

b. diagnosis, kategori pengobatan, jenis obat dan dosis yang diberikan

c. evaluasi kesesuaian pengobatan tuberkulosis paru yang dibandingkan

dengan standar pengobatan dengan melihat hasil laboratorium dan

pengobatan yang telah dilakukan kemudian diberi rekomendasi yang

tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama tahun 2005 ditemukan kasus tuberkulosis paru baik dirawat jalan

maupun di rawat inap pada semua umur sebesar 175 kasus. Pasien yang diteliti

adalah seluruh populasi pasien dewasa dengan diagnosis tuberkulosis paru di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005.

Jumlah kasus yang berhasil dikumpulkan berdasarkan catatan rekam medis

tersebut sejumlah 49 kasus, kemudian dari rekam medis yang didapat dicatat

nomor rekam medis, jenis kelamin, umur, berat badan, diagnosis penyakit utama

dan diagnosis penyakit penyerta, keluhan, pemeriksaan laboratorium, jenis obat,

dosis obat, lama pemberian, dan hasil pengobatan.

A. Gambaran Kasus Tuberkulosis Paru

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui jumlah kasus tuberkulosis paru

pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

tahun 2005 sebanyak 49 kasus.

1. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis Paru

Pasien dengan diagnosis tuberkulosis paru yang menjalani pengobatan di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama tahun 2005

diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, tujuannya untuk mengetahui frekuensi

dan persentase perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sehingga

dapat diketahui apakah jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap terjadinya

penyakit tuberkulosis paru.

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

41

Berdasarkan hasil penelusuran data rekam medis rawat jalan pada pasien

tuberkulosis paru diperoleh data dengan perbandingan laki-laki sebanyak 30

(61,22 %) dan perempuan sebanyak 19 (38,78 %).

0

5

10

15

20

25

30

35

Laki-laki perempuan

Gambar 3. Diagram Jenis Kelamin Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang besar

pada jumlah pasien laki-laki dengan pasien perempuan. Jumlah pasien laki-laki

yang terlihat pada gambar 3 mempunyai persentase yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pasien perempuan. Sampai sekarang belum ada keterangan

yang memberikan jawaban yang tuntas mengenai perbandingan jenis kelamin ini.

Keadaan yang menyebabkan laki-laki mempunyai persentase lebih tinggi

daripada perempuan yaitu kebiasaan merokok yang banyak dikonsumsi oleh laki-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

42

laki. Merokok merupakan salah satu faktor resiko terjadinya tuberkulosis paru.

Rokok dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi alveolar makrofag pada

paru-paru. Makrofag merupakan sel darah putih yang berperan dalam fagositosis,

oleh karena itu apabila terjadi kerusakan pada fungsi alveolar makrofag maka

kuman lebih mudah masuk ke dalam paru-paru sebab tidak ada penghalang dari

makrofag (Crofton, 2002).

Selain karena faktor resiko merokok, terjadinya tuberkulosis dapat

disebabkan oleh kebiasaan hidup sehari-hari yaitu kebiasaan makan, kebersihan

rumah, pada umumnya wanita lebih memperhatikan kondisi kesehatan

dibandingkan dengan laki-laki. Apabila kondisi tubuh kurang baik dan pada saat

berhadapan atau berbicara dengan seseorang yang menderita tuberkulosis paru

dengan BTA positif, maka kemungkinan untuk terinfeksi kuman tuberkulosis

menjadi lebih besar.

2. Penyakit Penyerta Pada Pasien Tuberkulosis Paru

Selain terdiagnosis penyakit tuberkulosis paru, pasien juga terdiagnosis

penyakit lain yang menyertai tuberkulosis paru. Penyakit penyerta ini merupakan

riwayat dari pasien sebelum terdiagnosis tuberkulosis paru dan penyakit yang

timbul setelah pasien terdiagnosis tuberkulosis paru.

Penyakit penyerta yang terjadi sebelum terdiagnosis tuberkulosis paru

merupakan riwayat penyakit pasien, sedangkan penyakit penyerta yang terjadi

setelah timbulnya gejala klinik tuberkulosis paru dapat juga timbul dari efek

samping terapi dari Obat Anti Tuberkulosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

43

Tabel VIII. Distribusi Penyakit Penyerta Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Penyakit penyerta Jumlah pasien Persentase (%) Satu penyakit penyerta 1. Diabetes Mellitus 2. Bronkitis 3. Masa kehamilan

2 1 1

4,08 2,04 2,04

Dua penyakit penyerta Hepatitis dan Diabetes melitus Hipertensi dan Diabetes melitus

1 1

2,04 2,04

Dari tabel VIII terdapat 6 pasien yang menderita penyakit lain selain

tuberkulosis. Beberapa pasien yang terdiagnosis tuberkulosis paru dengan satu

penyakit penyerta seperti diabetes mellitus berjumlah 2 pasien (4,08%), hipertensi

1 pasien (2,04%), bronkitis sebanyak 1 pasien (2,04%), dan terdapat pasien

tuberkulosis pada masa kehamilan berjumlah 1 pasien (2,04%). Pasien dengan dua

penyakit penyerta yaitu hepatitis dan diabetes melitus sebanyak 1 pasien (2,04%),

hipertensi dan diabetes melitus sebanyak 1 pasien (2,04%).

Pada penderita tuberkulosis paru kekebalan tubuh akan semakin lemah

dalam melawan kuman tuberkulosis. Pada saat kondisi tersebut maka tubuh akan

semakin mudah terserang berbagai penyakit. Oleh karena itu penderita yang telah

terpapar tuberkulosis paru harus tetap menjaga lingkungan tetap bersih, sanitasi

yang baik dan tetap memperhatikan gizi sehingga kondisi tubuh tidak semakin

buruk.

B. Diagnosis Tuberkulosis Paru

Infeksi tuberkulosis paru yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium seperti

pemeriksaan BTA dan pemeriksaan rontgen paru. Pemeriksaan tersebut digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

44

untuk menegakkan diagnosis penyakit tuberkulosis paru yang selanjutnya dapat

digunakan untuk pedoman pertimbangan pengobatan.

1. Diagnosis Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa

Pada pemeriksaan dahak pada pasien tersangka tuberkulosis paru apabila

hasil tes BTA ditemukan 3 spesimen kuman tuberkulosis maka dinyatakan

penderita tuberkulosis BTA positif. Jika pemeriksaan dahak hasil tes BTA hanya

ditemukan 1 dari 3 spesimen kuman tuberkulosis sehingga perlu dilakukan

pemeriksaan rontgen paru, apabila hasilnya mendukung tuberkulosis paru dapat

dinyatakan penderita tuberkulosis paru BTA positif tetapi jika hasil pemeriksaan

rontgen paru tidak mendukung tuberkulosis paru maka diulangi pemeriksaan

dahak SPS. Pada pemeriksaan dahak hasil tes BTA tidak ditemukan spesimen

kuman tuberkulosis, dapat diberikan antibiotik. Apabila tidak ada perbaikan

dilakukan pengulangan pemeriksaan dahak SPS tetapi apabila dengan pemberian

antibiotik terdapat perbaikan maka bukan tuberkulosis paru melainkan penyakit

lain. Kriteria sputum dengan hasil BTA positif yaitu jika dalam satu sediaan

ditemukan 3 batang kuman tuberkulosis.

2. Pemeriksaan BTA Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa

Pemeriksaan BTA dapat digunakan langsung untuk penegakan diagnosis

dan memastikan jenis pengobatan yang digunakan, tetapi kadang terjadi beberapa

faktor yang menjadi kendala untuk mengetahui keberhasilan pemeriksaan BTA.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan BTA dapat berasal

dari faktor pasien sendiri dan faktor kuman yang sulit untuk dideteksi. Penyebab

utama dari faktor pasien adalah pasien menderita batuk nonproduktif atau pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

45

tidak dapat mengeluarkan sputum. Keadaan ini menyebabkan sputum tidak dapat

diperoleh dalam jumlah banyak sehingga dalam pemeriksaan BTA, kuman

tuberkulosis tidak dapat terdeteksi.

Tabel IX. Distribusi Hasil Pemeriksaan BTA Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Hasil Pemeriksaan BTA Jumlah pasien Persentase (%)

BTA negatif 0 0

BTA positif 49 100

Total 49 100

Dari tabel IX dapat dilihat bahwa pasien dengan BTA positif berjumlah 49

pasien (100%) dan tidak terdapat pasien dengan BTA negatif. Data tesebut

menunjukkan bahwa pasien yang datang ke Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

semua hasil tes BTA-nya positif.

Penegakan diagnosis tuberkulosis paru dapat ditunjang dengan

pemeriksaan lain seperti pemeriksaan rontgen paru karena terdapatnya beberapa

kendala dalam pemeriksaan BTA. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis DepKes RI menyatakan apabila terdapat 2 sampai 3 spesimen

dengan hasil pemeriksaan negatif, maka penegakan diagnosis harus ditunjang

dengan pemeriksaan lain seperti pemeriksan rontgen. Hal ini sudah dilakukan oleh

pihak Rumah Sakit Bethesda untuk menunjang penegakan diagnosis tuberkulosis

paru.

3. Pemeriksaan Rotgen Dada Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa

Pemeriksaan rontgen perlu dilakukan untuk menunjang penegakan

diagnosis tuberkulosis paru. Rontgen positif menunjukkan bahwa pasien memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

46

gambaran aktif tuberkulosis paru, sedangkan rontgen negatif menunjukkan bahwa

dalam pemeriksan tidak ditemukan adanya gambaran tuberkulosis aktif.

Tabel X. Distribusi Hasil Pemeriksaan Rotgen Dada Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Pemeriksaan Jumlah pasien Persentase (%) Rontgen negatif 0 0 Rontgen positif 49 100

Total 49 100

Berdasarkan data pada tabel X menunjukkan bahwa pasien yang datang ke

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada tahun 2005 semua hasil rontgen paru

positif. Dari hasil penelitian ini terdapat 49 kasus tuberkulosis paru yang

tergolong dalam pasien dewasa dan terdapat 49 kasus hasil rontgen menunjukkan

positif dengan persentase 100%.

Pemeriksaan rontgen dada membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika

dibandingkan dengan pemeriksaan sputum, akan tetapi pemeriksaan rontgen dada

cukup membantu dalam diagnosis tuberkulosis paru apabila dengan pemeriksaan

BTA menunjukkan hasil negatif.

C. Pengobatan Tuberkulosis Paru

1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis

Obat Anti Tuberkulosis yang digunakan di Rumah Sakit Bethesda adalah

Obat Anti Tuberkulosis primer yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol

dan streptomisin. Regimen pengobatannya terdapat dalam 2 jenis yaitu :

a. Obat Anti Tuberkulosis-kombipak (OAT-Kombipak)

b. Obat Anti Tuberkulosis-Fixed Dose Combination (OAT-FDC)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

47

Obat Anti Tuberkulosis kombipak adalah paduan Obat Anti Tuberkulosis

yang diberikan dalam dosis tunggal dengan paduan obat tuberkulosis. Keuntungan

dari pemberian OAT-kombipak adalah mudahnya penyesuaian dosis jika pasien

mengalami kontraindikasi dengan obat tersebut. Kerugian dari OAT-kombipak

adalah banyaknya jumlah obat sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam

pemberian dan penggunaannya.

Obat Anti Tuberkulosis-Fixed Dose Combination (OAT-FDC) adalah

paduan Obat Anti Tuberkulosis yang diberikan dalam satu tablet yang terdiri dari

kombinasi beberapa jenis obat dengan dosis tepat. Keuntungan dari OAT-FDC

adalah dapat meningkatkan compliance pasien dan menurunkan angka kesalahan

pemberian dalam penggunaan obat. Kerugian dari OAT-FDC adalah sulitnya

penyesuaian dosis jika pasien mengalami kontraindikasi dengan obat tersebut.

Tabel XI tersebut menunjukkan bahwa penggunaan OAT-kombipak lebih

banyak dibandingkan penggunaan OAT-FDC yaitu OAT kombipak sebanyak 27

pasien (55,10%), OAT-FDC sebanyak 19 pasien (38,78%), dan pasien yang

menggunakan dua jenis OAT yaitu OAT-kombipak dan OAT-FDC sebanyak 3

pasien (6,12%).

Tabel XI. Distribusi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Jenis Obat Jumlah pasien Persentase (%)

OAT-Kombipak 27 55,10

OAT-FDC 19 38,78

OAT-kombipak dan FDC 3 6,12

Total 49 100,00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

48

Penggunaan OAT-FDC lebih kecil daripada penggunaan OAT-kombipak

karena OAT-FDC merupakan Obat Anti Tuberkulosis yang produk pemasarannya

baru diperkenalkan pada tahun 2003 dan pengenalan mengenai OAT-FDC masih

minim.

Pada tabel tersebut terdapat 3 pasien (6,12%) yang diberikan Obat Anti

Tuberkulosis dengan dua jenis OAT yaitu OAT-kombipak dan OAT-FDC.

Bersadarkan hasil wawancara dengan salah satu dokter spesialis paru Rumah

Sakit Bethesda bahwa seorang pasien selama pengobatannya hanya mendapat satu

jenis OAT dan tidak mungkin seorang pasien dalam pengobatannya mendapat dua

jenis OAT sekaligus. Data tersebut sedikit menyimpang dengan keadaan

sebenarnya dimana terdapat empat pasien yang dalam pengobatannya mendapat

dua jenis OAT, kecuali dalam kondisi pasien mengalami kontraindikasi dengan

salah satu OAT yang diberikan, sehingga pihak Rumah Sakit dapat mengevaluasi

penggunaan Obat Anti Tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru selama

menjalani terapi.

2. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Berdasarkan Kategori Pasien

Obat Anti Tuberkulosis terdiri dari 4 macam kategori yaitu kategori 1,

kategor 2, kategori 3, dan sisipan, sedangkan OAT-FDC terdiri dari 2 macam

kategori yaitu kategori 1 dan kategori 2 (Anonim, 2003).

Penggunaan OAT-kombipak kategori 1 yaitu penderita baru tuberkulosis

paru dengan tes BTA positif, kategori 2 yaitu untuk penderita kambuh, kategori 3

pada penderita tuberkulosis paru dengan tes BTA negatif rontgen positif sakit

ringan dan kategori sisipan diberikan apabila pasien tuberkulosis paru pada akhir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

49

tahap intensif tes BTA masih positif. Pada OAT-FDC kategori 1 penderita baru

tuberkulosis paru dengan tes BTA positif, penderita baru tuberkulosis paru dengan

tes BTA negatif rontgen positif baik sakit ringan maupun sakit berat, dan

penderita tuberkulosis paru ekstra ringan maupun berat. Kategori 2 yaitu untuk

penderita tuberkulosis paru kambuh, gagal dan berobat setelah lalai dengan hasil

tes BTA positif. Dari data primer dapat disimpulkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel XII. Disribusi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 Berdasarkan Kategori Pasien

Kategori Jumlah pasien Persentase (%) 1 43 87,76 2 2 4,08

sisipan 4 8,16 Total 49 100,00

Dari tabel XII menyebutkan jumlah pasien dengan kategori 1 sebanyak 43

pasien (87,76 %), kategori 2 sebanyak 2 pasien (4,08 %) dan kategori sisipan

sebanyak 4 pasien (8,16 %). Data yang diperoleh tidak ada pasien dengan kategori

3 yaitu penderita baru TB paru dengan hasil tes BTA negatif rontgen positif.

3. Penggunaan Vitamin Pada Pasien Tuberkulosis Paru

Penyakit tuberkulosis paru dapat berkembang karena adanya imunitas

pasien yang rendah. Oleh karena itu dalam pengobatan tuberkulosis paru sering

ditambahkan suplemen atau vitamin untuk mengurangi ketoksikan Obat Anti

Tuberkulosis dan menjaga imunitas pasien agar tetap baik.

Penggunaan INH dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

toksisitas pada saraf tepi, kesemutan, nyeri otot atau gangguan kesadaran. Vitamin

BB6 merupakan vitamin yang dapat mengurangi toksisitas tersebut. Penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

50

vitamin B6 dari data tersebut sebanyak 25 pasien (51,02%). Hal ini menjelaskan

bahwa hampir sebagian dari jumlah kasus tuberkulosis dewasa telah mendapat

vitamin B6.

Tabel XIII. Distribusi Penggunaan Vitamin Pada Pasien Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta 2005

Vitamin Jumlah pasien Persentase (%) Vitamin B6 25 51,02

Tanpa vitamin B6 24 48,98 Total 49 100,00

4. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Yang Terdiagnosis Penyakit Lain

Berdasarkan penelitian ditemukan penderita tuberkulosis paru yang juga

terdiagnosis penyakit lain seperti diabetes melitus, hipertensi, hepatitis dan masa

kehamilan, dapat dilihat pada tabel VIII. Pada penderita tuberkulosis paru yang

juga terdiagnosis penyakit diabetes melitus perlu diperhatikan bahwa penggunaan

rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes sehingga dosisnya

perlu ditingkatkan. Juga diperhatikan dengan penggunaan etambutol karena

mempunyai komplikasi terhadap mata. Pada penderita diabetes perlu melakukan

monitoring kadar glukosa dalam darah (Anonim, 2001).

Pada wanita hamil dapat menggunakan Obat Anti Tuberkulosis karena

semua jenis OAT aman bagi wanita hamil, kecuali penggunaan streptomisin.

Streptomisin tidak dapat digunakan pada wanita hamil karena sifat dari

streptomisin yang dapat menembus barier plasenta. Keadaan ini dapat

menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap

pada bayi (Anonim, 2001). Perlu dijelaskan kepada ibu hamil yang terdiagnosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

51

tuberkulosis paru bahwa keberhasilan pengobatan sangat penting agar bayi yang

dilahirkan tidak terinfeksi tuberkulosis, oleh karena itu selama melakukan terapi

tuberkulosis harus sesuai dengan aturan penggunaan Obat Anti Tuberkulosis dan

menyelesaikan pengobatan sampai dinyatakan sembuh oleh dokter.

Pemberian Obat Anti Tuberkulosis pada penderita TB dengan riwayat

penyakit hepatitis akut ditunda sampai hepatitisnya mengalami penyembuhan.

Tetapi pada keadaan dimana pengobatan tuberkulosis paru sangat diperlukan

maka dapat diberi streptomosin dan etambutol maksimal 3 bulan sampai

hepatitisnya membaik dan dilanjutkan dengan rifampisin dan isoniazid selama 6

bulan.

Pada penderita tuberkulosis paru yang terdiagnosis kelainan hati kronik,

dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum menjalani pengobatan tuberkulosis.

Apabila nilai SGOT dan SGPT meningkat 3 kali dari normal maka OAT harus

dihentikan, tetapi jika peningkatannya kurang dari 3 kali dari normal maka

pengobatan dapat diteruskan dengan pengawasan ketat. Pirazinamid (Z) tidak

boleh digunakan karena efek samping dari pirazinamid yaitu menyebabkan

hepatitis. Paduan obat yang dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE

(Anonim, 2001). Diketahui bahwa nilai normal dari SGOT dan SGPT adalah

17,0-59,0 µ/L dan 21,0-22,0 µ/L.

Berdasarkan buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dari

DepKes RI dan berdasarkan Drug Information, tidak menyebutkan adanya

kontraindikasi terhadap penderita hipertensi dan bronkitis. Pemberian Obat Anti

Tuberkulosis dapat diberikan pada penderita hipertensi dan bronkitis, akan tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

52

penderita dalam menggunakan Obat Anti Tuberkulosis harus teratur sesuai aturan

penggunaan yang telah ditentutukan selama 6-9 bulan.

D. Kesesuaian Pengobatan Tuberkulosis Paru

Penggunaan obat yang rasional adalah ketepatan penggunaan obat

berdasarkan kriteria tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat dosis

(termasuk rute dan lama pemberian).

1. Kesesuaian Jenis Obat Anti Tuberkulosis Berdasarkan Standar Pengobatan Tuberkulosis Paru.

Pengobatan tuberkulosis paru yang tepat dimaksudkan untuk mencegah

kekambuhan, mencegah resistensi kuman, memutuskan rantai penularan dan

mencapai tingkat kesembuhan pasien. Obat Anti Tuberkulosis yang digunakan

Rumah Sakit Bethesda adalah OAT primer karena obat ini mempunyai efektifitas

paling tinggi dan toksisitasnya paling rendah dibanding OAT sekunder. Obat Anti

Tuberkulosis diberikan dalam 3-4 obat yaitu kombinasi isiniazid, rifampisin,

pirazinamid, dan etambutol karena apabila diberikan dalam obat tunggal dapat

mengakibatkan resistensi yang sangat cepat.

Tabel XIV. Kesesuaian Penggunaan Jenis OAT-kombipak dan Jenis OAT-FDC Berdasarkan Standar Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

OAT Kombipak

OAT FDC

Kesesuaian Penggunaan

OAT Jumlah pasien Persentase (%)

Jumlah pasien Persentase (%)

Sesuai 25 51,02 19 38,78 Tidak sesuai 5 10,20 - 0

Total 30 61,22 19 38,78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

53

Pengobatan tuberkulosis paru di Rumah Sakit Bethesda menggunakan dua

OAT yaitu OAT-kombipak dan OAT-Fixed Dose Combination (OAT-FDC).

Masing-masing jenis obat tersebut memiliki pengelompokan yang berbeda dalam

penentuan jenis kategori.

a. Kesesuaian Penggunaan OAT-kombipak

Apabila dalam pengobatan tuberkulosis paru menggunakan OAT-

kombipak, maka pengelompokkan pasien berdasarkan diagnosis dapat dibagi

menjadi 4 kategori yaitu kategori 1, kategori 2, kategori 3 dan sisipan. Pembagian

kategori ini dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit, keparahan penyakit dan

pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan BTA dan pemeriksaan rontgen

dada.

Tabel XV. Kesesuaian Penggunaan Jenis OAT-kombipak Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Jenis obat Kesesuaian dengan standar pengobatan

Kategori Fase intensif Fase lanjutan Tidak sesuai sesuai 1 HRZE HR 3 25 2 HRZES/HRZE HRE 2 -

Kesesuaian penggunaan artinya OAT kombipak kategori 1 diberikan

kepada pasien baru tuberkulosis paru dengan hasil BTA positif. Ketidaksesuaian

penggunaan artinya OAT-kombipak kategori 1 tidak diberikan kepada pasien baru

tuberkulosis paru dengan hasil BTA positif.

Jumlah kasus yang tergolong dalam kategori 1 sebanyak 28 kasus

sedangkan jumlah kasus pada kategori 2 hanya ditemukan 2 kasus. Kesesuaian

penggunaan Obat Anti Tuberkulosis-kombipak kategori 1 sebanyak 25 kasus dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

54

yang tidak sesuai dengan standar pengobatan sebanyak 3 kasus. Pada kategori 2

terdapat 2 kasus yamg tidak sesuai dengan standar pengobatan. Ketidaksesuaian

penggunaan OAT-kombipak pada kategori 1 dan kategori 2 dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel XVI. Distribusi Ketidaksesuaian Penggunaan OAT-kombipak Kategori 1 Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Jenis obat yang diberikan

Jenis obat sesuai standar pengobatan

No. pasien

No. RM kategori

Fase awal F. lanjutan F.awal F. lanjutan35 962291 1 HRZ HR HRZE HR 36 530183 1 E, HE HRE HRZE HR 48 568794 1 HRZE RE HRZE HR

Ketidaksesuaian penggunaan Obat Anti Tuberkulosis kategori 2 artinya

pasien yang kambuh, datang kembali untuk melakukan pengobatan dengan hasil

BTA positif tidak diberikan jenis OAT-kombipak kategori 2.

Tabel XVII. Distribusi Ketidaksesuaian Penggunaan OAT-kombipak Kategori 2 Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Jenis obat yang diberikan

Jenis obat sesuai standar pengobatan

No. pasien

No. RM kategori

Fase awal F. lanjutan F.awal F. lanjutan22 972829 2 HRZE - HRZES/

HRZE HRE

43 300092 2 HRZE HRE HRZES/HRZE

HRE

b. Kesesuaian Penggunaan OAT-FDC

Apabila dalam pengobatan tuberkulosis paru dengan menggunakan OAT-

FDC, kriteria pasien dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori 1 dan kategori 2.

Kategori 1 apabila penderita baru tuberkulosis paru dengan tes BTA positif dan

penderita tuberkulosis paru dengan tes BTA negatif rontgen paru positif,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

55

sedangkan kategori 2 apabila penderita tuberkulosis paru dalam keadaan kambuh

atau gagal dan melakukan pengobatan kembali dengan hasil tes BTA positif.

Seperti pada OAT-kombipak, pembagian kategori pada OAT-FDC juga dilakukan

dengan melihat diagnosis penyakit dan pemeriksaan laboratorium yaitu meliputi

pemeriksaan BTA dan pemeriksaan rontgen dada.

Jumlah kasus yang mendapat OAT-Fixed Dose Combination sebanyak 19

kasus yaitu tergolong dalam kategori 1. Dalam penggunaan OAT-FDC tidak

terdapat ketidaksesuaian penggunaan OAT-FDC.

Tabel XVIII. Kesesuaian Penggunaan Jenis OAT-FDC Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Jenis obat Kesesuaian dengan standar Kategori Fase intensif Fase lanjutan Tidak sesuai sesuai

1 4FDC 2FDC - 19

Kesesuaian penggunaan OAT-Fixed Dose Combination (FDC) kategori 1

adalah penderita baru tuberkulosis paru dengan tes BTA positif dan penderita

tuberkulosis paru dengan tes BTA negatif rontgen paru positif mendapat jenis

OAT-FDC kategori 1.

2. Kesesuaian Dosis (termasuk lama pemberian) Obat Anti Tuberkulosis Berdasarkan Standar pengobatan

a. Kesesuaian Dosis Obat Anti Tuberkulosis Berdasarkan Standar Pengobatan.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian dosis Obat Anti

Tuberkulosis yang diberikan berdasarkan standar pengobatan tidak dapat

diketahui apakah dosis yang diberikan sudah tepat atau belum. Hal ini disebabkan

karena pada lembar rekam medis pasien, dokter tidak menuliskan berat badan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

56

penderita sehingga penulis tidak dapat menganalisis dosis berdasarkan berat

badan.

Pemberian dosis Obat Anti Tuberkulosis disesuaikan dengan berat badan

masing-masing pasien, dengan tidak adanya berat badan dalam data rekam medis

maka penulis tidak dapat menganalisis dosis yang diberikan. Hal ini dapat

menjadi catatan bagi pihak rumah sakit untuk melakukan evaluasi apakah pasien

tuberkulosis yang datang ke rumah sakit Bethesda telah mendapat dosis yang

sesuai. Ketepatan dosis akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan karena jika

dosis yang diberikan salah maka dapat menyebabkan resistensi kuman

tuberkulosis.

b. Kesesuaian Lama Pemberian OAT Berdasarkan Standar Pengobatan.

Terjadinya resistensi kuman tuberkulosis terhadap suatu obat dapat timbul

selama pengobatan, oleh karena itu ketepatan lama pemberian obat sangat penting

dalam menentukan keberhasilan terapi. Obat Anti Tuberkulosis diberikan dalam

bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, pemberian selama 6-8 bulan agar

semua kuman tuberkulosis dapat dibunuh.

Tabel XIX. Kesesuaian Lama Pemberian Obat Anti Tuberkulosis Berdasarkan Standar Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

OAT-Kombipak OAT-FDC Kesuaian dengan standar pengobatan Jumlah

pasienPersentase

(%)Jumlah pasien

Persentase (%)

Sesuai 19 38,78 17 34,69 Tidak sesuai 11 22,45 2 4,08

Total 30 61,23 19 38,77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

57

Analisis data dilakukan dengan melihat lamanya pemberian obat pada

pasien dari catatan rekam medis. Jumlah dan persentase kesesuaian dan

ketidaksesuaian lama pemberian OAT-kombipak dan OAT-FDC dapat dilihat dari

tabel XIX.

1) Kesesuaian Lama Pemberian OAT-Kombipak

Lama pemberian OAT – kombipak pada fase intensif adalah 2 bulan dan

fase lanjutan adalah 4-6 bulan. Dari data rekam medis yang diperoleh

kemudian dianalisis berapa jumlah kasus yang sesuai dan yang tidak sesuai

dengan standar pengobatan. Jumlah pasien yang menggunakan OAT-

kombipak dengan lama pemberian yang sesuai sebanyak 19 pasien, sedangkan

jumlah pasien yang menggunakan OAT- Kombipak dengan lama pemberian

yang tidak sesuai sebanyak 11 pasien.

Tabel XX. Distribusi Ketidaksesuaian Lama Pemberian OAT-kombipak Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Durasi pengobatan yang dibeikan

Durasi pengobatan sesuai standar pengobatan No.

Pasien No. RM Kategori Fase intensif

Fase lanjutan

Fase intensif

Fase lanjutan

21 564051 1 2 bln - 2 bln 4 bln 22 972829 1 1 bln - 2 bln 4 bln 23 571210 1 1 bln - 2 bln 4 bln 24 569086 1 2 bln 1 bln 2 bln 4 bln 25 972848 1 2 bln - 2 bln 4 bln 28 963729 1 1 bln - 2 bln 4 bln 29 966093 1 1 bln - 2 bln 4 bln 30 963871 1 2 bln - 2 bln 4 bln 42 960980 1 1 bln - 2 bln 4 bln 48 575189 1 1 bln - 2 bln 4 bln 49 936836 1 2 bln - 2 bln 4 bln

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

58

Dari tabel XX dapat diketahui bahwa pasien tersebut menghentikan

pengobatan tuberkulosis paru karena terjadi keadaan putus obat baik pada

tahap intensif maupun pada tahap lanjutan.

Kesesuaian lama pemberian adalah apabila pasien menggunakan OAT-

kombipak dengan lama pemberian selama 6-8 bulan, sedangkan

ketidaksesuaian apabila pasien dalam menggunakan OAT-kombipak tidak

sesuai aturan atau pasien menghentikan pengobatannya sendiri tanpa

konfirmasi dengan dokter.

Ketidaksesuaian lama pengobatan tuberkulosis paru dapat menyebabkan

terjadinya resistensi kuman tuberkulosis dan kegagalan pengobatan.

Kegagalan durasi pengobatan disebabkan karena jangka waktu pengobatan

tuberkulosis yang lama sehingga pasien merasa bosan untuk minum obat.

Apalagi jika pasien sudah merasa sembuh atau karena keterbatasan biaya maka

pasien akan menghentikan pengobatan tanpa konfirmasi ke dokter.

Kegagalan dalam pemberian OAT dapat juga disebabkan karena

minimnya tenaga kesehatan yang mengawasi penggunaan obat anti

tuberkulosis. Oleh karena itu masalah ini perlu menjadi perhatian dan

tanggung jawab dari tenaga kesehatan untuk mengawasi dan memberikan

edukasi kepada pasien dalam pengobatan tuberkulosis paru.

2) Kesesuaian Lama Pemberian OAT-FDC

Durasi pengobatan OAT-FDC kategori 1 pada tahap intensif adalah selama

2 bulan setiap hari dan tahap lanjutan adalah selama 4 bulan 3 kali seminggu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

59

Dari data yang diperoleh hanya terdapat pasien tuberkulosis paru dengan

kategori 1.

Jumlah pasien yang menggunakan OAT-FDC dengan lama pemberian

yang tidak sesuai sebanyak 2 pasien, jumlah ini jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan OAT-kombipak. Jumlah pasien yang menggunakan

OAT-FDC dengan lama pemberian yang sesuai sebanyak 17 pasien. OAT-

FDC merupakan sediaan 1 tablet yang terdiri dari kombinasi beberapa jenis

obat sehingga dalam pemakaiannya lebih mudah daripada OAT-kombipak dan

dengan jumlah yang sedikit pasien tidak akan merasa bosan untuk minum.

Tabel XXI. Ketidaksesuaian Lama Pemberian OAT-FDC Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Durasi pengobatan yang diberikan

Durasi pengobatan sesuai standar pengobatan No.

Pasien No. RM KategoriFase

intensif Fase

lanjutan Fase

intensif Fase

lanjutan 10 970436 1 3 bln - 2 bln 4 bln 19 473794 1 2 bln - 2 bln 4 bln

E. Hasil Akhir Pengobatan Tuberkulosis Paru

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil pengobatan tuberkulosis

paru dengan melihat angka keberhasilan dan angka kegagalan pasien agar pihak

Rumah Sakit dapat mengevaluasi terapi pengobatan tuberkulosis paru.

Tingkat keberhasilan pengobatan dapat dilihat dari keputusan dokter yang

tertulis dalam Rekam Medis yang dilihat dari keluhan dan pemeriksaan

laboratorium akhir pasien serta selesainya waktu pengobatan tuberkulosis paru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

60

Standar pelayanan medis menjelaskan bahwa kriteria pasien sembuh

adalah jika tidak ada keluhan pasien dan pemeriksaan laboratorium BTA

menunjukkan hasil negatif masa pengobatan terakhir. Pemeriksaan laboratorium

yang dilakukan Rumah Sakit Bethesda adalah pemeriksaan BTA dan pemeriksaan

rontgen sehingga kriteria sembuh jika pemeriksaan BTA dan pemeriksaan rontgen

menunjukkan hasil negatif.

Kriteria pasien gagal adalah jika masih ada keluhan dari pasien dan pada

pemeriksaan laboratorium BTA menunjukkan hasil positif setelah terapi lima

bulan. Selain itu kasus gagal juga terjadi jika pasien menghentikan pengobatan

tanpa konfirmasi dari dokter.

Tabel XXII. Distribusi Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Hasil Pengobatan Jumlah pasien Persentase (%)

Sembuh 36 73,47

Gagal 13 26,53

Total 49 100,00

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 36 pasien (73,47%)

dengan hasil pengobatan sembuh, 13 pasien (26,53%) dengan pengobatan gagal.

Pasien dengan hasil pengobatan sembuh disebabkan karena adanya

ketepatan diagnosis dan ketepatan pemberian OAT pada pasien serta pasien

mematuhi aturan pengobatan lengkap baik berdasarkan durasi waktu maupun

jumlah obat yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

61

Pasien dengan pengobatan gagal disebabkan karena pasien menghentikan

pemakaian OAT tanpa konfirmasi dari dokter yang bersangkutan dan tidak

melanjutkan pengobatannya kembali.

Tabel XXIII. Distribusi Pasien yang Gagal Dalam Pengobatan Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Durasi pengobatan yang diberikan No.

Pasien No. RM Kategori Fase intensif

Fase lanjutan

10 970436 1 3 bln - 19 473794 1 2 bln - 21 564051 1 2 bln - 22 972829 1 1 bln - 23 571210 1 1 bln - 24 569086 1 2 bln 1 bln 25 972848 1 2 bln - 28 963729 1 1 bln - 29 966093 1 1 bln - 30 963871 1 2 bln - 42 960980 1 1 bln - 48 575189 1 1 bln - 49 936836 1 2 bln -

Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Denny Yuniarti

yaitu Angka Konversi dan Angka Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru Dalam

Program DOTS di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-

September 2002, diperoleh hasil angka kesembuhan 90% sedangkan pada

penelitian ini diperoleh angka kesembuhan 73,47%. Angka kesembuhan yang

diperoleh pada penelitian ini lebih kecil daripada angka kesembuhan yang

diperoleh pada penelitian sebelumnya.

Pada penelitian sebelumnya dalam pengobatan tuberkulosis paru

menggunakan 1 jenis OAT yaitu OAT-kombipak, sedangkan pada penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

62

pengobatan tuberkulosis sudah menggunakan 2 OAT yaitu OAT-kombipak dan

OAT-FDC, dapat diketahui bahwa OAT-FDC memiliki banyak keuntungan dalam

pengobatan tuberkulosis paru sehingga dapat mencapai angka kesembuhan yang

tinggi. Untuk memperkecil angka pasien yang gagal dalam pengobatan serta

mencegah penularan penyakit tuberkulosis maka dari pihak rumah sakit sebagai

tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi kepada pasien antara lain :

1. penderita tuberkulosis paru harus minum obat-obat yang diberikan dalam

bentuk kombinasi secara teratur sesuai aturan pengunaan dan menyelesaikan

pengobatan sesuai waktu yang telah ditentukan (6-8 bulan), oleh karena itu

petugas kesehatan perlu mengawasi selama pengobatan atau dengan menunjuk

seseorang pengawas pengobatan dikalangan keluarga

2. menyampaikan adanya efek samping yang muncul selama penggunaan Obat

Anti Tuberkulosis

3. penderita perlu melakukan pemeriksaan ulang BTA setelah 2 bulan

pengobatan, 1 bulan sebelum akhir pengobatan dan pada saat akhir, hal ini

untuk mengetahui keberhasilan pengobatan tuberkulosis paru

4. memberi saran apabila pada saat batuk untuk menutup mulut dan membuang

dahak tidak disembarang tempat

5. menjaga kebersihan tempat tinggal sebagai upaya mengurangi penyebaran

penyakit tuberkulosis paru.

Dalam kenyataannya angka kesembuhan pada penelitian ini lebih kecil

apabila dibandingkan dengan angka kesembuhan pada penelitian sebelumunya.

Hal ini dapat disebabkan dari faktor tingkat ekonomi pasien yang rendah, dimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

63

pengobatan tuberkulosis paru membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena untuk

mencapai kesembuhan diperlukan waktu 6-8 bulan. Selain itu dapat disebabkan

tingkat pendidikan yang rendah, dimana pasien belum paham benar mengenai

dampak yang ditimbulkan apabila tidak menjalani pengobatan secara lengkap.

Keberhasilan suatu pengobatan tuberkulosis paru sangat tergantung dari diri

pasien sendiri, selama menjalani pengobatannya pasien harus benar-benar tahu

dampak yang ditimbulkan apabila tidak melakukan pengobatan sesuai aturan yang

telah ditentukan. Petugas kesehatan dalam hal ini juga berperan dalam

memberikan informasi yang jelas mengenai dampak terburuk apabila tidak

menggunakan obat sesuai aturan sehingga dengan adanya kerjasama dari pihak

pasien dengan tenaga kesehatan maka terjadinya kegagalan dalam pengobatan

akan semakin kecil dan terjadinya kematian akibat penyakit tuberkulosis paru

semakin berkurang. Hal ini dapat menjadi perhatian bagi rumah sakit untuk lebih

meningkatkan pelayanan kesehatan terutama bagi pasien penderita tuberkulosis

paru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi pengobatan tuberkulosis paru pada pasien dewasa di

instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Kasus tuberkulosis paru pada pasien dewasa yang paling banyak terjadi pada

pasien laki-laki yaitu 61,22%.

2. Tindakan diagnosis tuberkulosis paru pada pasien dewasa di instalasi rawat

jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2005 yaitu setiap pasien

tersangka tuberkulosis paru dilakukan pemeriksaan rotgen dada dan tes BTA

3. Pengobatan tuberkulosis paru di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun

2005 menggunakan dua OAT yaitu OAT-kombipak dan OAT-FDC

4. Ditemukan 5 kasus dengan pemberian jenis OAT-kombipak yang tidak sesuai

standar, 11 kasus dengan lama pemberian OAT-kombipak dan 2 kasus dengan

lama pemberian OAT-FDC yang tidak sesuai standar pengobatan.

5. Pasien yang melakukan pengobatan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

tahun 2005 diperoleh dengan angka kesembuhan 73,47% dan pasien yang

gagal dalam pengobatan sebesar 26,53%.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan Obat Anti

Tuberkulosis dengan melihat adanya interaksi obat tambahan yang diberikan

kepada pasien.

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

65

2. Diharapkan agar penulisan pada catatan rekam medis lebih jelas, lengkap dan

mudah dibaca.

3. Diharapkan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dapat meningkatkan kepatuhan

pasien dalam pengobatan dengan memberikan pengetahuan tentang dampak

yang terjadi apabila tidak melakukan pengobatan tuberkulosis paru secara

lengkap dan memonitor kondisi pasien selama pengobatan tuberkulosis paru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999, Fixed Dose Combination tablets for the treatment of tuberculosis, http://www.emro.who.int/stb/media/pdf/fdc.pdf. Diakses pada 25 April 2007

Anonim, 2001, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,1-45,

Cetakan ke-6, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2002, Indonesia Peringkat Ketiga Penderita TBC, http:// www.kompas.com/kompas-cetak/0209/24/Jateng/indo26.htm.

Diakses pada 13 September 2006 Anonim, 2003a, Lebih Mengenal TBC, http://Cyberman.Cbn.Net.

Id/definitive.Asp?kategori=health+newsno=453.53k. Diakses pada 3 November 2006

Anonim, 2003b, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,1-45,

Cetakan ke-8, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2005a, Drug Information, 554-583, American Society of Health,

American Anonim,2005b,Tuberkulosis,http://www.infeksi.com/hiv/articles.php?ing=i

n &pg=57. Diakses pada 12 Agustus 2006 Anonim,2006,Tuberkulosis,http://image.google.co.id/images?svnum

=10&hl= id&q=tuberkulosis&btnG=Telusuri. Diakses pada 10 Desember 2006

Bahar, Asril., 2003, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi ke 3, 819-825,

Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam Indonesia, Balai penerbit FKUI, Jakarta

Crofton J., Horne M. F., 1999, Tuberkulosis Klinis, 93-113, Diterjemahkan

oleh Muherman Harun, edisi ke-2, Widya Medika, Jakarta Isselbacher. K. I., dkk, 1995, Harrison Prinsip-prinsip Ilmu penyakit

Dalam, Diterjemahkan oleh Ahmad Asdie volume 2, edisi ke-13, 342-354, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Jawetz, dkk., 2001, Medical Microbiology, 147-148, Twenty Second

Edition, Medical Publishing Divison, New York

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

67

Katzung, B. G., Trevor, A. J., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, 91-105, Penerbit Salemba Medika, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

Rab. T., 1996, Ilmu Penyakit Paru, cetakan I, 236-245, Hipokrates, Jakarta Shulman S. T., Phair J. P., Sommers, Herbert M., 1994, Dasar-dasar

Biologis dan Klinik Penyakit Infeksi, diterjemahkan oleh A. Samik Wahab, Edisi IV, cetakan I, 208-219, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Tjay, T. H., Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan

dan Efek-efek Sampingnya, edisi 5, cetakan ke I, 145-153, PT Elex Menia Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta

Walker R. C., Clive E., 2003. Clinical Pharmacy and Therapeutics, third

edition, 583-587, Churchill Livingstone, London Yuniarti, D., 2004, Angka Konversi dan Angka Kesembuhan Pasien

TuberkulosisParu Dalam Program DOTS Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-September 2002, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Zubaidi, Y, 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 597-610, Gaya Baru,

Jakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

68

Lampiran 1. Surat ijin melakukan penelitian di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

70

Lampiran 2. Data Rekam Medik Pasien Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Jenis

Kelamin No No RM BB Umur L P

Diagnosa Rontgen Tes BTA Kategori Fase awal Durasi Fase

Lanjutan Durasi Keterangan

1 771861 45 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh 2 561957 44 27 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh 3 901640 40 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh 4 971697 22 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 4tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh 5 555967 39 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh 6 966925 30 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh 7 968481 52 23 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh

8 971396 59 52 - P TB Paru Ro + +-- 3 4FDC 4tab

3 bln BTA + Fase

sisipan

2FDC 4tab 2 bln Sembuh

9 966813 42 L - TB Paru Ro + +-- 3 4FDC 3tab

2 bln BTA + Fase

sisipan

2FDC 3tab 4 bln Sembuh

10 970436 47 L - TB duplek Ro + ++ 1 4FDC 3tab 3 bln - - Putus obat 11 965592 28 - P TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh 12 558381 27 - P TB duplek Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh 13 961330 28 L - Ro + ++ 1 4FDC 4tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh

14 546056 50 20 L - TB duplek Ro + ++ 1 4FDC 3tab

2 bln BTA + Fase

sisipan

2FDC 3tab 4 bln Sembuh

15 969881 21 P TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

71

16 960725 20 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 4tab 2 bln 2FDC 4tab 3 bln Sembuh 17 967779 20 - P TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln 2FDC 3tab 4 bln Sembuh

18 970210 42 60 L - TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab

2 bln BTA + Fase

sisipan

2FDC 3tab 4 bln Sembuh

19 473794 37 - P TB Paru Ro + ++ 1 4FDC 3tab 2 bln - - Putus obat

20 566567 44 40 L - TB Paru Ro + +++ 1 HRZE

4FDC 3tab HRZE

1 bln 1 bln 1 bln

2FDC 3tab 4 bln Sembuh

21 564051 24 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln - - Putus obat 22 972829 51 L - TB Paru Ro + ++ 1 HRZE 1 bln - - Putus obat

23 571210 39 - P TB Paru Ro + ++ 1 HRZE 1 bln - - Putus obat 24 569086 37 - P TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 1 bln Putus obat

25 972848 36 37 - P TB Paru Ro + ++ 1 HRZE 4FDC 2tab

1 bln 1 bln - - Putus obat

26 963795 24 L - TB Paru Ro + ++ 1 RZE HRZE

1 bln 1 bln

HR 2FDC 4tab

1 bln 3 bln Sembuh

27 965962 27 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln Sembuh 28 963729 37 - P TB Paru Ro + +++ 1 2HRZ 1 bln - - Putus obat 29 966093 50 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 1 bln - - Putus obat 30 963871 24 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln - - Putus obat 31 967189 70 50 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln Sembuh 32 776542 46 L - TB Paru Ro + +++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln Sembuh 33 968862 46 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln Sembuh 34 962291 45 - P Pneumonia Ro + ++ 1 2HRZ 2 bln 4HR 4 bln Sembuh

35 530183 44 28 - P TB Paru Ro + ++ 1 E HE

1 bln 2 bln 4HRE 4 bln Sembuh

36 550287 23 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln Sembuh 37 961472 43 - P TB paru Ro + +++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln Sembuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

72

38 972508 65 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln Sembuh 39 961096 45 - P TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln Sembuh

40 949116 20 L - Suspek TB paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 2 bln Sembuh

41 574219 52 49 - P TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln Sembuh 42 960980 28 L - TB Paru Ro + +++ 1 RZE 1 bln - - Putus obat

43 300092 35 33 - P TB Paru Ro + ++ 2 (Kambuh) 2HRZE 2 bln 4HRE 6 bln Sembuh

44 568794 47 36 L - TB Paru Ro + ++ 1 HRZE 4FDC 3tab

1 bln 2 bln RE 7 bln Sembuh

45 560739 30 - P TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln Rimactazid (RH) 5 bln Sembuh

46 442113 42 22 - P TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln RH 4 bln Sembuh 47 571814 18 - P TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 3 bln 2 FDC3tab 4 bln Sembuh 48 575189 68 24 L - TB Paru Ro + ++ 1 2HRZE 1 bln - - Putus obat 49 936836 51 L - TB PAru Ro + ++ 1 2HRZE 2 bln - - Putus obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

73

Lampiran 3. Data Pasien Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005 yang Disertai Dengan Penyakit Penyerta

No No RM Keluhan Riwayat pasien 3 901640 2 minggu batuk, keluar keringat pada

malam hari, BB menurun, panas, sesak dada mual , nyeri dada

Pasien mempunyai riwayat Diabetes Melitus, Hipertensi

22 972829 Batuk, dada nyeri dada, keringat banyak Pasien pernah melakukan pengobatan OAT 3 bulan dan tidak dilanjutkan, datang kembali dengan BTA positif. Pasien mempunyai riwayat Diabetes Melitus.

32 776542 Batuk, keringat dingin, nafsu makan berkurang, nyeri dada

Pasien mempunyai penyakit bronkitis

34 962291 Badan panas, batuk 3 minggu, muntah, pusing

Diabetes Melitus

35 530183 Batuk, mual-muntah, pusing, keringat dingin

Pasien sedang hamil

41 574219 Batuk ± 3 minggu, nyeri pada dada, keluar keringat pada malam hari, pusing

Pasien mempunyai riwayat hepatitis dan Diabetes Melitus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

74

Lampiran 4. Hasil wawancara dengan dokter WN spesialis paru-paru (T) Tanya (J) Jawab (T) : Jenis obat anti tuberkulosis apa yang digunakan di Rumah Sakit Bethesda?

(J) : untuk tahun ini (2006) RS Bethesda sudah menggunakan OAT Fixed Dose

Combination. Untuk tahun 2005 masih ada pasien yang menggunakan

OAT–kombipak karena sebelumnya mulai awal pengobatan sudah

menggunakan OAT–kombipak dan pengobatan diselesaikan harus dengan

OAT–kombipak, tetapi pada tahun 2005 sebagian sudah menggunakan

OAT-FDC.

(T) : boleh tidak jika pasien sudah menggunakan OAT-Kombipak kemudian

dilanjutkan dengan OAT-FDC?

(J) : pasien yang sudah menggunakan OAT-kombipak tidak dianjurkan untuk

menggunakan OAT-FDC, dengan demikian pasien yang awal pengobatan

sudah menggunakan OAT-kombipak maka sampai akhir pengobatan

diteruskan dengan OAT-kombipak.

(T) : Standar pengobatan apa yang digunakan di Rumah Sakit Bethesda dalam

pengobatan tuberkulosis paru?

(J) : Standar pengobatan yang dipakai di Rumah Sakit Bethesda yaitu buku

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dari DepKes RI, selain

itu juga menggunakan standar dari World Health Organization (WHO).

(T) : Bagaimana dalam pemberian dosisnya?

(J) : dalam pemberian dosis berdasarkan pada berat badan sesuai dengan standar

pengobatan

(T) : Selain diberikan obat anti tuberkulosis, obat tambahan apa saja yang

diberikan?

(J) : selain Obat Anti Tuberkulosis pasien juga diberikan vitamin seperti vitamin

BB6

(T) : untuk melakukan diagnosis terhadap pasien, pemeriksaan apa saja yang

perlu dilakukan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

75

(J) : Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan fisik, radiologi, dan pemeriksaan

sputum, dengan pemeriksaan rontgen dada dan pemeriksaan sputum dapat

diketahui penyakit dari pasien, apakah terinfeksi M.tuberkulosis atau tidak.

(T) : apabila pasien telah melakukan pengobatan secara lengkap, bagaimana

untuk mengetahui pasien tersebut sembuh atau belum?

(J) : untuk mengetahuinya perlu dilakukan pemeriksaan ulang dahak sebulan

sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan, apabila hasil

pemeriksaan BTA masih positif maka pasien dinyatakan gagal, tetapi jika

hasil pemeriksaan BTA negatif maka pasien dinyatakan sembuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

76

Lampiran 5. Paduan Obat Anti Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi

Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2005

Paduan OAT-kombipak kategori 1 (Anonim, 2001). Dosis per hari / kali Tahap

pengobatan Lamanya

pengobatan H

R

Z

E

Jumlah Hari / kali

Menelan obat Tahap intensif (dosis harian)

2 bulan 1 1 3 3 60

Tahap lanjutan (dosis 3x

seminggu)

4 bulan 2 1 --- --- 54

Keterangan : H : isoniazid (@ 300 mg) Z : pirazinamid (@ 500 mg) R : rifampisin (@ 450 mg) E : etambutol(@ 250 mg)

Paduan OAT-kombipak kategori 2 (Anonim, 2001). E

Tahap pengobatan

Lamanya pengobatan H R Z

@ 2

50 m

g

@ 5

00 m

g

S

Jumlah Hari / kali Menelan

obat

Tahap intensif

(dosis harian)

2 bulan

1 bulan

1

1

1

1

3

3

3

3

0,75 gr

60

30

Tahap lanjutan (dosis 3x

seminggu)

5 bulan 2 1 - 1 2 66

Keterangan : H : isoniazid (@ 300 mg) S : streptomisin R : rifampisin (@ 450 mg) Z : pirazinamid (@ 500 mg) E : etambutol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

77

Paduan OAT-kombipak kategori 3 (Anonim, 2001).

Tahap pengobatan Lama pengobatan H R Z

Jumlah hari/kali

menelan obat Tahap intensif

(dosis harian) 2 bulan 1 1 3 60

Tahap lanjutan

(dosis 3x

seminggu)

4 bulan 2 1 - 54

Keterangan : H : isoniazid (@ 300 mg) R : rifampisin (@ 450 mg) Z : pirazinamid (@ 500 mg)

Obat Anti Tuberkulosis fase sisipan (Anonim, 2001). Tahap

pengobatan Lama

pengobatan H R Z E Jumlah hari/kali menelan obat

Tahap intensif

(dosis harian) 1 bulan 1 1 3 3 30

Keterangan : H : isoniazid (@ 300 mg) Z : pirazinamid (@ 500 mg) R: rifampisin (@ 450 mg) E : etambutol (@ 250 mg)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

78

Paduan OAT-FDC kategori 1 (Anonim, 2003b). Berat Badan

Tahap intensif tiap hari

selama 56 hari

Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu

30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC

38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC

55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC

≥ 71 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

Paduan OAT-FDC kategori 2 (Anonim, 2003b) Tahap Intensif

tiap hari Berat

Badan

selama 56 hari selama 28 hari

Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 20 minggu

30–37 kg 2tab 4FDC+500 mg Streptomisin inj.

2 tab 4FDC 2tab 2FDC + 2 tab etambutol

38–54 kg 3tab 4FDC+750 mg Streptomisin inj.

3 tab 4FDC 3tab 2FDC + 3 tab etambutol

55–70 kg 4tab4FDC+1000 mg Streptomisin inj.

4 tab 4FDC 4tab 2FDC + 4 tab etambutol

≥ 71 kg 5tab4FDC + Streptomisin inj.

5 tab 4FDC 5tab 2FDC + 5 tab etambutol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

79

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Nugraheni Angger Utomowati

yang lahir pada tanggal 13 Agustus 1984 di

Surakarta, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari

pasangan Bapak Heri Santoso,S.Pd. dan Ibu

Suharni,S.Pd. Tahun 1990 menempuh pendidikan di

TK Dharma Pancasila Surakarta kemudian

melanjutkan ke SDN Cengklik II Surakarta pada

tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Tahun 1997

sampai tahun 2000 menempuh pendidikan di SLTP Negeri 7 Surakarta. Setelah

menyelesaikan pendidikan SLTP, tahun 2000 melanjutkan ke SMU Pangudi

Luhur St. Yosef Surakarta dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2003 penulis

melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI ... · Pramuji Eko Wardani, MAB., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesdha Yogyakarta, ya ng telah memberikan masukan

79

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Nugraheni Angger Utomowati

yang lahir pada tanggal 13 Agustus 1984 di

Surakarta, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak

pertama dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari

pasangan Bapak Heri Santoso,S.Pd. dan Ibu

Suharni,S.Pd. Tahun 1990 menempuh pendidikan

di TK Dharma Pancasila Surakarta kemudian

melanjutkan ke SDN Cengklik II Surakarta pada

tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Tahun 1997

sampai tahun 2000 menempuh pendidikan di SLTP Negeri 7 Surakarta. Setelah

menyelesaikan pendidikan SLTP, tahun 2000 melanjutkan ke SMU Pangudi

Luhur St. Yosef Surakarta dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2003 penulis

melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI