pengaruh pemberian rhodamine b peroral dosis bertingkat selama ...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan...
PENGARUH PEMBERIAN AIR BARKARBONASI TERHADAP PROFIL
FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL PADA TIKUS PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Agatha Devi Mirakel
NIM : 038114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN AIR BARKARBONASI TERHADAP PROFIL
FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL PADA TIKUS PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Agatha Devi Mirakel
NIM : 038114040
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
…………Dan ketika seluruh dunia berpaling darimu, engkau tau bahwa Dia selalu hadir untukmu, mengulurkan tanganNya dan membawa serta keajaiban cinta. Bahkan ketika semua himpitan beban dunia membuatmu terluka, disanalah Dia bekerja menjadikanmu pribadi yang sempurna.
-Die Gottin der Mirakel-
Liebe: Bapa-ku tercinta di surga, “Sang Guru” kehidupan yang selalu
menggenapi janjiNya menjadi indah pada waktunya Mama bundit-ku atas kasih dan doa yang selalu membuatku merasa
istimewa Papa dan keluarga atas support, cinta dan segala hal yang belum
bisa terucapkan Yosi, gadis kecilku yang setegar batu karang yang membuatku
belajar memandang dunia dari sisi yang berbeda Fritas, another miracle in my journey for every single amazing
moment we’ve shared.
Untuk semua orang yang mempercayai keajaiban
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Agatha Devi Mirakel Nomor Mahasiswa : 038114040
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Pengaruh Pemberian Air Berkarbonasi Terhadap Profil Farmakokinetika Parsetamol pada Tikus Putih jantan beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 1 Februari 2008 Yang menyatakan
( Agatha Devi Mirakel )
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah Bapa di Surga, karena oleh berkat, keajaiban
dan kasih-Nyalah maka skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikannya, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs.Mulyono, Apt. selaku pembimbing atas dorongan semangat,
diskusi dan pengarahan, peminjaman buku-buku serta kesabaran dan inspirasi
dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Yosef Wijoyo,M.Si.,Apt. selaku dosen penguji untuk arahan, dan
diskusi, untuk pinjaman buku-buku serta dorongan semangat selama proses
penyusunan skripsi.
4. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan dukungan berupa diskusi-diskusi, kritik dan saran selama
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh staf laboratorium: Mas Heru Purwanto, Mas Parjiman, Mas Kayat,
Mas Wagiran, Pak Mukmin, Pak Prapto, Mas Parlan, Mas Kunto dan Mas
Otok yang telah membantu penulis selama penelitian di laboratorium.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Segenap staf administrasi: Pak Tatmo, Mas Narto, Mbak Sari dan Pak
Mukmin untuk keramahan, kesabaran dan pelayanan selama masa-masa
perkuliahan.
7. Sahabat-sahabatku Angger, Ana Rosa, Dita, Vera, Sari, Sakundita, dan
Monika untuk perbedaan, sharing, tawa dan tangisan, persaudaraan, semangat,
keceriaan, serta persahabatan yang mengagumkan, juga untuk dukungan
selama masa-masa kuliah.
8. Veronika Sulistiawati patner tak terduga dari kelompok A 2003 untuk semua
kebersamaan, perdebatan dan dukungan, diskusi, doa dan seluruh harapan
yang amat besar selama di laboratorium dan keseluruhan proses penyusunan
skripsi ini.
9. Teman-teman selama di laboratorium Angga, Surya dan Galaeh untuk setiap
doa sebelum bekerja, untuk penguatan, keceriaan, diskusi, foto-foto, di
Laboratorium. Juga Madya, Nia, Agnes, Supri, Eka, Siska, dan Shinta Dewi.
10. Sahabat-sahabatku Diah, Nuning, dan Dewi atas inspirasi selama bertahun-
tahun, doa-doa, kebersaman dan dukungan moral yang sangat besar.
11. Lanny dan Lia tetangga kost dan teman yang baik hati dan pintar, teman
sharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat
yang tepat.
12. Teman-teman kost Sariayu: terutama Yanti dan Vivi yang memberi semangat
dan menemani dalam kebersamaan.
13. Teman-teman Seluruh angkatan 2003, khususnya kelas A dan terutama
kelompok praktikum B, untuk jiwa yang selalu muda yang membuat hidup
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih berwarna, kebersamaan dan kekompakan dalam setiap tahun yang telah
dilalui.
14. Setiap orang yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namun memberi
kontribusi yang amat berharga dalam tiap tahap hingga saat penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih banyak
memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan dan perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini
berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Absorpsi obat yang diberikan peroral sebagai contoh parasetamol, dipengaruhi berbagai faktor fisiologis termasuk adanya makanan dan minuman dalam saluran cerna. Minuman berkarbonasi dengan kandungan utama air berkarbonasi sering dikonsumsi masyarakat dan terdapat kemungkinan suatu saat minuman itu dikonsumsi bersama dengan parasetamol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air berkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol, parameter farmakokinetika yang dipengaruhi serta seberapa besarnya, juga hal yang diakibatkan dari pengaruh tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, rancangan acak lengkap pola satu arah. Digunakan sepuluh ekor tikus putih jantan galur wistar sebagai subyek uji. Lima ekor sebagai kelompok kontrol dan lima ekor sebagai kelompok perlakuan. Subyek diberi parasetamol peroral dosis 300 mg/kgBB, dilanjutkan pemberian air barkarbonasi 5,8115 mg/kgBB (kelompok perlakuan) atau air dengan volume setara air barkarbonasi (kelompok kontrol). Penetapan kadar parasetamol dilakukan dengan metode HPLC oleh Howie et al.(1977) yang dimodifikasi oleh Wijoyo (2001). Hasilnya diolah menggunakan program STRIPE (Johnston & Woolard, 1983 yang dimodifikasi oleh Jung) dan dianalisis statistik dengan paired t-tes (taraf kepercayaan 95%).
Hasilnya, air berkarbonasi memberikan perbedaan bermakna terhadap profil farmakokinetika fase absorbsi dan eliminasi parasetamol: ka(+131,61%); Cmaks(+27,74%); tmaks(-29,42%); AUC0-~(+28,35%); ClT(-21,62%); β(-15,00%);
k13(-13,04%); t½eliminasi(+42,55%); MRT(+18,08%). Perantaranya diduga adalah peningkatan kecepatan pengosongan lambung, penurunan biotransformasi dan atau ekskresi parasetamol. Akibatnya mungkin berupa peningkatan daya analgesik dan resiko hepatotoksisitas(pada pemakaian dosis berganda).
Kata kunci : farmakokinetika, interaksi, parasetamol, air barkarbonasi.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Absorbtion for the drug given orally for example paracetamol, influenced by many physiologic factor, include the presence of foods and beverages in gastrointestinal track. Carbonated soft drink which contain carbonated water often to be consumed and it’s possible that once people consume it concomitanly with paracetamol. The aim of this research was to know wheather carbonated water influence paracetamol’s pharmacokinetics profile or not, include the parameters that were affected, the amount also the effect.
This was a pure experimental research, completely randomized one way variance. Ten white male Wistar strain rats used as the subjects. Five rats as the control group and others as the treatment group. Subjects were given paracetamol orally (300 mg/kgBB), continued with carbonated water 5,8115 mg/kgBB (treatment group) and pure water with the same volume (control group). HPLC method by Howie et al., modified by Wijoyo (2001) was used to determine paracetamol concentration in the blood. The results were proceed by STRIPE (Johnston & Woolard, 1983 modified by Jung) and statistically analized by paired t-test with (95% confidence intervals).
The results showed that carbonated water affected paracetamol’s pharmacokinetics profile on absorbtion and elimination phase: ka(+131,61%); Cmax(+27,74%); tmax(-29,42%); AUC0-~(+28,35%); ClT(-21,62%); β(-15,00%);
k13(-13,04%); t½elimination(+42,55%); MRT(+18,08%). The mediator was presume as the acceleration of gastric emptying and the decrease biotransformatin and or excretion of paracetamol. The posibble results will be the increase of analgetic capacity and hepototoxcicity risk (in multiple dose administration).
Key words: pharmacokinetics, interaction, paracetamol, carbonated water
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
PRAKATA....................................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... x
INTISARI ........................................................................................................ xi
ABSTRACT....................................................................................................... xii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xxiii
BAB I. PENGANTAR..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1. Permasalahan ....................................................................................... 4
2. Keaslian penelitian............................................................................... 4
3. Manfaat penelitian ............................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................. 6
A. Farmakokinetika ........................................................................................ 6
1. Pengertian ........................................................................................... 6
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Analisis Farmakokinetika .................................................................... 7
3. Parameter farmakokinetika .................................................................. 14
4. Strategi Penelitian farmakokinetika ..................................................... 25
B. Interaksi farmakokinetika .......................................................................... 33
1. Pengertian ........................................................................................... 33
2. Mekanisme Interaksi Farmakokinetika ............................................... 34
3. Akibat................................................................................................... 42
4. Perantara .............................................................................................. 43
5. Penyebab .............................................................................................. 43
6. Penafsiran............................................................................................. 43
C. Parasetamol ................................................................................................ 44
1. Terapetik .............................................................................................. 44
2. Kimia.................................................................................................... 45
3. Farmakokinetika .................................................................................. 46
4. Hepatotoksisitas ................................................................................... 50
D. Air Berkarbonasi ........................................................................................ 52
E. Metode Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Darah ................................ 54
1. Metode Gas Liquid Chromatography (GLC) ..................................... 55
2. Metode Spektrofotometri-Diferensial .................................................. 56
3. Metode oleh Micelli dkk...................................................................... 56
4. Metode Cafetz dkk............................................................................... 56
5. Metode High Performance Liquid Chromatograpy (HPLC) .............. 57
F. Landasan Teori........................................................................................... 59
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Hipotesis .................................................................................................... 62
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 63
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 63
B. Variabel-variabel Penelitian....................................................................... 63
1. Variabel Bebas ..................................................................................... 63
2. Variabel Tergantung ............................................................................ 64
3. Variabel Pengacau................................................................................ 65
C. Bahan Penelitian ........................................................................................ 65
D. Alat Penelitian............................................................................................ 66
E. Tata Cara Penelitian................................................................................... 67
1. Optimasi penetapan kadar parasetamol ............................................... 67
2. Penelitian lanjutan................................................................................ 69
F. Analisis Hasil ............................................................................................. 71
1. Perhitungan parameter farmakokinetika .............................................. 71
2. Analisis statistik ................................................................................... 71
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 73
A. Optimasi metode ........................................................................................ 73
1. Pembuatan dan penetapan kurva baku................................................. 76
2. Penetapan harga perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan
sistemik. .............................................................................................. 80
3. Uji stabilitas parasetamol ..................................................................... 84
B. Penelitian lanjutan...................................................................................... 85
1. Penetapan dosis parasetamol................................................................ 85
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Penetapan dosis air berkarbonasi ......................................................... 86
3. Penetapan waktu pengambilan cuplikan .............................................. 86
C. Analisis Hasil ............................................................................................. 87
1. Profil absorbsi parasetamol.................................................................. 91
2. Profil distribusi parasetamol ................................................................ 96
3. Profil eliminasi parasetamol ................................................................ 98
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 101
A. Kesimpulan ................................................................................................ 101
B. Saran .......................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103
LAMPIRAN..................................................................................................... 107
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 158
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Sifat dari model satu kompartemen terbuka ........................... 10
Tabel II. Sifat dari model dua kompartemen terbuka ............................ 11
Tabel III. Rangkuman model kompartemen, rute pemberian dan
persamaan kadar dalam darah, serum dan urin ...................... 13
Tabel IV. Ketergantungan parameter farmakokinetika primer terhadap
variabel fisiologi ..................................................................... 15
Tabel V. Ketergantungan parameter famakokinetika sekunder dan
turunan terhadap parameter farmakokinetika primer.............. 25
Tabel VI. Pembersihan parasetamol yang diperoleh isolated perfusea
liver ......................................................................................... 50
Tabel VII. Parameter farmakokinetika & farmakodinamika
parasetamol pada manusia ...................................................... 52
Tabel VIII. Asam bikarbonat ..................................................................... 52
Tabel IX. Karbon dioksida ....................................................................... 53
Tabel X. Faktor yang mempengaruhi pengosongan lambung ............... 61
Tabel XI. Parameter farmakokinetika model 2 kompartemen
terbuka..................................................................................... 70
Tabel XII. Harga perolehan kembali, kesalahan sistemik, kesalahan
acak penetapan kadar parasetamol dalam plasma dengan
HPLC-Intraday ....................................................................... 82
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XIII. Harga perolehan kembali, kesalahan sistemik, kesalahan
acak penetapan kadar parasetamol dalam plasma dengan
HPLC- Interday....................................................................... 83
Tabel XIV. Peruraian parasetamol dalam plasma setelah disimpan pada
suhu 0oC .................................................................................. 84
Tabel XV. Data kadar parasetamol dalam plasma setelah pemberian
parasetamol dalam plasma dosis 300 mg/kgBB ................... 86
Tabel XVI. Kenaikan kadar parasetamol dalam plasma setelah
pemberian parasetamol oral 300 mg/kg BB pada tikus
akibat pemberian air berkarbonasi .......................................... 89
Tabel XVII. Pengaruh pemberian air berkarbonasi terhadap profil
farmakokinetika parasetamol pada tikus putih jantan............. 90
Tabel XVIII. Seri kadar larutan intermediet kurva baku parasetamol.......... 108
Tabel XIX. Data persamaan kuva baku ................................................... 109
Tabel XX. Contoh perhitungan kadar larutan parasetamol pada
penentuan nilai perolehan kembali, kesalahan sistemik dan
kesalahan acak (intraday dan interday) ................................ 110
Tabel XXI. Konversi perhitungan dosis antar jenis subyek....................... 131
Tabel XXII. Data kadar parasetamol dalam plasma dalam berbagai
waktu....................................................................................... 132
Tabel XXIII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 1............ 139
Tabel XXIV. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 2............ 140
Tabel XXV. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 3............ 141
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXVI. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 4............ 142
Tabel XXVII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 5............ 143
Tabel XXVIII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 1........ 144
Tabel XXIX. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 2........ 145
Tabel XXX. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 3........ 146
Tabel XXXI. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 4........ 147
Tabel XXXII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 5........ 148
Tabel XXXIII. Rangkuman parameter farmakokinetika parasetamol pada
tiap-tiap subyek uji.................................................................. 154
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahap analisis farmakokinetika .............................................. 7
Gambar 2. Tahapan aksi hayati / biologi obat dalam tubuh ..................... 26
Gambar 3. Contoh struktur protein ........................................................... 29
Gambar 4. Rangkuman prinsip penafsiran dan penilaian interaksi
farmakokinetika serta akibat kinetika farmakologi,
toksikologi dan klinisnya ........................................................ 43
Gambar 5. Struktur parasetamol .............................................................. 45
Gambar 6. Metabolisme parasetamol ....................................................... 49
Gambar 7. Struktur asam bikarbonat ........................................................ 52
Gambar 8. Gambaran denaturasi protein .................................................. 75
Gambar 9. Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol ........................ 76
Gambar 10. Kromatogram blangko plasma ................................................ 77
Gambar 11. Kromatogram parasetamol dalam plasma dengan kadar
100 µg/ml ................................................................................ 77
Gambar 12. Disosiasi parasetamol.............................................................. 78
Gambar 13. Reaksi penggaraman parasetamol dengan adanya basa.......... 79
Gambar 14. Gugus polar dan nonpolar parasetamol................................... 79
Gambar 15. Persamaan kurva baku parasetamol dalam plasma ................. 80
Gambar 16. Kromatogram kontrol 3, menit ke 20...................................... 85
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 17. Kurva kekerabatan kadar parasetamol lawan waktu pada
tikus jantan akibat pemberian parasetamol oral dosis 300
mg/kg BB ................................................................................ 87
Gambar 18. Kurva kekerabatan ln kadar parasetamol lawan waktu pada
tikus jantan akibat pemberian parasetamol oral dosis 300
mg/kg BB ........................................................................... 87
Gambar 19. Perubahan liku kenaikan kadar parasetamol lawan waktu
pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol oral dosis
300 mg/kg.BB dengan dan tanpa air berkarbonasi ................. 88
Gambar 20. Perubahan liku kenaikan ln kadar parasetamol lawan waktu
pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol oral dosis
300 mg/kg.BB dengan dan tanpa air berkarbonasi ............... 88
Gambar 21. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada
kelompok kontrol (A) dan kelompok perlakuan (B)............... 133
Gambar 22. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
pada kelompok kontrol (A) dan kelompok perlakuan (B) ...... 134
Gambar 23a. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada
kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ......................................... 135
Gambar 23b. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada
kelompok kontrol 2- perlakuan 2 ........................................... 135
Gambar 23c. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada
kelompok kontrol 3 – perlakuan 3 .......................................... 135
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 23d. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada
kelompok kontrol 4 – perlakuan 4 .......................................... 136
Gambar 23e. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada
kelompok kontrol 5 – perlakuan 5 .......................................... 136
Gambar 24a. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 137
Gambar 24b. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 137
Gambar 24c. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 137
Gambar 24d. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 138
Gambar 24e. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 138
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan dan penimbangan pembuatan kurva baku
parasetamol .......................................................................... 108
Lampiran 2. Contoh data dan perhitungan pembuatan larutan
parasetamol pada penentuan nilai perolehan kembali,
kesalahan sistemik dan kesalahan acak (intraday dan
interday ................................................................................ 110
Lampiran 3. Contoh perhitungan dosis awal untuk orientasi dosis........... 111
Lampiran 4. Kromatogram kurva baku parasetamol dalam plasma ........ 112
Lampiran 5. Contoh kromatogram kelompok kontrol............................... 116
Lampiran 6. Contoh kromatogram kelompok perlakuan ......................... 123
Lampiran 7. Contoh perhitungan dosis dan volume air berkarbonasi ...... 131
Lampiran 8. Data kadar parasetamol dalam plasma pada berbagai
waktu .................................................................................. 132
Lampiran 9. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu ......... 133
Lampiran 10. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu...... 134
Lampiran 11. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
untuk tiap– tiap pasang subyek uji....................................... 135
Lampiran 12. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma vs waktu untuk
tiap – tiap pasang kontrol-perlakuan .................................. 137
Lampiran 13. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol............. 139
Lampiran 14. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan......... 144
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 15. Contoh perhitungan parameter farmakokinetika
parasetamol .......................................................................... 149
Lampiran 16. Rangkuman parameter farmakokinetika parasetamol pada
tiap-tiap subyek uji............................................................... 154
Lampiran 17. Analisis stastistik SPSS (12.00) data ka ................................ 156
Lampiran 18 Sertifikat analisis parasetamol .............................................. 169
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obat-obat yang diberikan dengan jalur pemberian ekstravaskular seperti
peroral contohnya parasetamol, mengalami suatu tahapan yang disebut absorpsi
yaitu absorbsi pada saluran cerna (gastrointestinal absorbtion). Pada proses
absorbsi ini, obat terlebih dahulu harus melewati membran pada tempat absorbsi
seperti dinding pembuluh kapiler pada saluran cerna agar dapat tersedia dalam
saluran sistemik dan siap memberikan aksi. Tahap absorbsi tidak akan terjadi pada
obat-obat yang diberikan dengan jalur pemberian intravaskular (misalnya secara
intravena, intraarterial, intraspinal dan intraserebral), karena obat tidak perlu
menembus suatu membran agar dapat tersedia pada saluran sistemik. Proses
absorbsi obat pada saluran cerna ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
fisiologi seperti waktu tinggal dalam saluran cerna (transit time); kecepatan
pengosongan lambung; tempat absorpsi (lambung, usus); keefektifan luas
permukaan pada tiap tempat absorpsi; pH pada saluran cerna; aliran darah pada
tempat absorpsi; ada dan tidaknya makanan dalam saluran cerna serta masih
banyak lagi (Wagner, 1979). Memperhatikan faktor-faktor fisiologi diatas, maka
sangat mungkin bila suatu saat makanan atau minuman yang dikonsumsi bersama
dengan pemberian obat peroral mempengaruhi proses absorbsi obat tersebut
dengan cara mengubah satu atau lebih faktor-faktor fisiologi.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Salah satu minuman yang mungkin dikonsumsi bersama dengan obat
adalah minuman berkarbonasi. Di Indonesia jenis minuman berkarbonasi ini
sudah lama dikenal. Rasa segar yang menjadi keistimewaan jenis minuman ini
disebabkan oleh kandungan air berkarbonasi yang menjadi komponen utamanya.
Sensasi ”bubling” yang ditimbulkan olah kandungan gas yang terlarut,
menjadikannya unik dan digemari (Anonim, 2002). Air barkarbonasi sering dijual
dalam bentuk kombinasi dengan bahan tambahan seperti gula dan bahan perasa
seperti yang terdapat dalam minuman ringan berkarbonasi (carbonated soft drink)
namun ada juga yang dijual dalam bentuk air barkarbonasi tanpa campuran
apapun yang sering disebut sebagai air soda. Minuman jenis ini dapat dikonsumsi
kapan saja mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua. Contoh yang dapat
dijumpai mengenai konsumsi minuman berkarbonasi bersama dengan obat adalah
konsumsi salah satu merk minuman berkarbonasi bersama dengan parasetamol
(Hermansaksono, 2005).
Parasetamol adalah suatu metabolit aktif dari fenasetin yang berkhasiat
sebagai analgesik-antipiretik. yang juga sudah lazim digunakan sejak tahun 1893
(AMA, 1994; Hardam, Gilman & Limbird, 1996). Di Indonesia parasetamol telah
banyak beredar sebagai obat bebas dengan berbagai nama dagang. Depkes RI
menganjurkan parasetamol sebagai pilihan utama untuk pengobatan demam
(www.depkes.go.id.). Meskipun tergolong obat yang sudah lama digunakan,
namun karena efek sampingnya yang relatif sedikit, sifatnya yang tidak
mengiritasi lambung dan aman untuk digunakan pada anak-anak, membuat obat
ini masih tetap menjadi disukai dan digunakan hingga sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Saat mengkonsumsi air berkarbonasi, kandungan gas yang terlarut
didalamnya memiliki kecenderungan memenuhi lambung (peningkatan volume)
dan menyebabkan tekanan pada lambung (gastric distention). Kedua hal tersebut
termasuk stimulus dalam pengosongan lambung (Mayersohn, 2002). Maka bagi
obat seperti parasetamol yang melalui tahapan absorpsi di usus halus, faktor
fisiologi berupa kecepatan pengosongan lambung akan mempengaruhi efektifitas
absorpsinya (Whitehouse, 1981) dan mungkin juga terhadap profil
farmakokinetika parasetamol yang lain (distribusi dan eliminasi). Untuk itulah
penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat interaksi air
barkarbonasi-parasetamol yang berpengaruh terhadap profil farmakokinetika dari
parasetamol.
Penelitian mengenai pengaruh air barkarbonasi terhadap profil
farmakokinetika parasetamol ini menggunakan HPLC (High Liquid Performance
Chromatography) untuk mengukur kadar parasetamol utuh dalam plasma. Metode
yang digunakan mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Howie,
Adriaensenss & Prescott, (1977) dengan modifikasi yang dilakukan oleh Wijoyo
(2001). Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa metode ini memenuhi
parameter senstivitas, selektivitas, ketepatan dan ketelitian serta dapat mengatasi
masalah volume cairan biologis (darah) yang terbatas pada subyek uji (tikus)
yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Permasalahan
a. Apakah pemberian air barkarbonasi mempengaruhi profil farmakokinetika
parasetamol?
b. Parameter farmakokinetika apa yang dipengaruhi dan berapa besarnya
pengaruh tersebut?
c. Hal apa yang mungkin terjadi akibat perubahan profil farmakokinetika
tersebut?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka di USD, penelitian mengenai pengaruh air
barkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol belum pernah
dilakukan. Penelitian tentang parasetamol yang pernah ada sebelumnya adalah
antaraksi farmakokinetika jamu merit dengan parasetamol (Kristianto, 2000);
antaraksi parasetamol dengan vegeta (Delima, 2004) serta antaraksi parasetamol
dengan jamu antangin (Sulistyowati,2005).
3. Manfaat
a. Manfaat teoritis yang didapatkan dari penelitian ini adalah memberikan
informasi tentang pengaruh pemberian air barkarbonasi terhadap profil
farmakokinetika parasetamol.
b. Manfaat praktis yang didapatkan dari penelitian ini adalah memberikan
gambaran atas hal-hal yang mungkin ditimbulkan oleh interaksi air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
barkarbonasi dengan parasetamol pada kinerja farmakologi-toksikologi
parasetamol.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran bahwa air berkarbonasi
dapat mempengaruhi profil farmakokinetika parasetamol.
2. Mengetahui parameter farmakokinetika apa saja yang dipengaruhi dan berapa
besarnya pengaruh tersebut.
3. Mengetahui hal yang mungkin terjadi akibat perubahan profil farmakokinetika
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
Sehubungan dengan maksud penelitian ini maka di dalam bab ini akan
ditelaah lebih lanjut mengenai farmakokinetika, analisis farmakokinetika,
interaksi farmakokinetika, parasetamol dan air berkarbonasi.
A. Farmakokinetika
1. Pengertian
Farmakokinetika adalah suatu cabang dari ilmu farmakologi.
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan
organisme hidup dan segala aspek dari interaksi tersebut. Berarti, baik obat
maupun organisme hidup dapat saling mempengaruhi. Bagian farmakokinetika
dikhususkan untuk mempelajari bagian tentang pengaruh obat terhadap
organisme hidup. Oleh Makoid dan Cobby (2002) farmakokinetika didefinisikan
sebagai suatu perhitungan matematika dari waktu proses absorsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi (ADME) dari obat didalam tubuh. Faktor biologi,
psikologi dan fisika-kimia yang dapat mempengaruhi proses perpindahan obat di
dalam tubuh juga dapat mempengaruhi tingkat dan kecepatan ADME obat
tersebut di dalam tubuh. Sejauh ini aksi farmakologi banyak berhubungan dengan
kadar obat di dalam plasma, begitu pula dengan aksi toksikologi.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Analisis farmakokinetika
Analisis farmakokinetika dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
parameter-parameter farmakokinetika. Pada tahap selanjutnya parameter-
parameter tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan misalnya
menentukan laju absorpsi, metabolisme dan ekskresi melalui urin:
memperhitungkan ketersedian hayati (bioavailabilitas) suatu produk;
menghubungkan respon farmakologi dengan konsentrasi obat di dalam plasma,
cairan tubuh lain atau jaringan; memprediksi kadar obat dalam darah setelah
pemberian dosis ganda; mengoptimalkan aturan dosis untuk obat-obat tertentu dan
masih banyak lagi. Dalam mempelajari analisis farmakokinetika terlebih dahulu
harus dipahami tetang model kompartemen, ordo kinetika, strategi penelitian dan
teknik analisis obat dalam cairan biologis.
Gambar 1. Tahap analisis farmakokinetika
(Wagner, 1975 dengan revisi)
Pemberian obat dengan dosis tertentu kepada subyek
Pencuplikan sampel melalui cairan biologis (misal darah atau urin ) atau jaringan
Penetapan kadar obat utuh dan atau metabolinya terhadap fungsi waktu
Data
Penetapan model kompartemen farmakokinetika
Aplikasi model Penjabaran model kompartemen
Penentuan ordo kinetika Jenis model farmakokinetika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
a. Analisis model kompartemen adalah tahapan yang pertama
dilakukan setelah didapat data kadar obat tak berubah atau metabolitnya dalam
darah atau urin (cairan biologis yang paling sering digunakan). Tahap ini
penting untuk mencocokkan data hasil uji dengan rumus perhitungan
parameter farmakokinetika. Setelah berada di dalam badan (sirkulasi sitemik)
obat akan terdistribusi dengan cepat ke berbagai organ dengan sifat beragam.
Badan dianggap suatu kumpulan kompartemen (multi kompartemen) yang
terpisah satu sama lain, untuk menyederhanakannya badan dianggap sebagai
suatu sistem satu atau dua kompertemen terbuka. hal tersebut didasarkan pada
asumsi bahwa proses perpindahan (distribusi) obat antar kompertemen bersifat
bolak-balik antara darah disatu pihak dan tempat distribusi di pihak lain. Cara
pengerjaannya adalah dengan mengikuti metode plot semilogaritma kadar obat
lawan laktu dengan perhitungan matematika.
1) Model satu kompartemen terbuka. Diasumsikan bahwa badan
adalah kompertemen tunggal, seluruh kompertemen yang ada
dianggap sebagai sentral. Kompartemen sentral didefinisikan sebagai
jumlah seluruh bagian badan (organ atau jaringan) dimana kadar obat
didalamnya segera berada dalam kesetimbangan dengan kadar obat
dalam darah atau plasma (Ritschel, 1992). Pada model ini seolah-
olah tidak terdapat fase distribusi. Adanya fase distribusi hanya
digambarkan dengan Vd. Kurva semilogaritma hanya menunjukkan
kurva monofasik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2) Model dua kompartemen terbuka. Dalam model ini tubuh dibagi
menjadi dua kompertemen, sentral dan perifer. Arti terbuka mengacu
pada kenyataan bahwa obat yang semula masuk dalam badan pada
akhirnya akan dikeluarkan kembali (pada waktu tak hingga, sampai
kadar obat sama dengan nol). Kompertemen perifer dianggap sebagai
jumlah seluruh bagian badan (organ, jaringan atau bagian darinya)
tempat obat akhirnya tersebar namun kesetimbangan tidak segera
tecapai (Ritschel, 1992). Pada model dua kompartemen terbuka
tampak adanya kurva bifasik pada kertas semilogaritma. Karena itu
jelas bahwa plot kurva semilogaritma kadar obat dalam darah lawan
waktu dapat digunakan sebagai penanda model kinetika suatu obat.
b. Analisis ordo kinetika penting untuk perhitungan parameter
farmakokinetika, karena dari asumsi ordo kinetika ini diturunkan secara
matematis parameter farmakokinetika. Dalam farmakokinetika penerapannya
hanya terbatas pada ordo nol dan ordo pertama. Kinetika suatu obat dikatakan
mengikuti ordo nol bila penurunan kadar obat dalam waktu tertentu tidak
tergantung pada jumlah obat yang dipindahkan pada waktu tertentu itu. Bila
penurunan kadar obat pada waktu tetentu tergantung pada jumlah obat yang
dipindahkan pada waktu tertentu itu, maka hal ini adalah penanda kinetika
obat tersebut mengikuti ordo pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tabel I. Sifat dari model satu kompartemen terbuka
Aplikasi
Intravaskular (Intravena, intrakardiak, intra-arterial)
Ekstravaskular (oral, peroral, rectal,intramuscular, subkutan, intrakutan)
Tidak ada absorpsi, semua obat yang diinjeksikan berada dalam sirkulasi sitemik, distribusi yang cepat antara aliran darah dan jaringan; kesetimbangan (steady state) langsung tercapai; penurunan kadar obat tergantung pada ekskresi dan metabolisme.
Absorpsi berjalan seturut pelepasan obat dan mekanisme absorpsi; pada waktu 0 tidak terdapat obat pada sirkulasi sistemik; selama terjadi proses absorpsi, konsentrasi obat meningkat sampai puncak (peak) dan kemudian menurun sejalan dengan eliminasi (metabolisme dan ekskresi); tidak semua obat terabsorpsi.
(Ritschel, 1992)
Sifat
Model
D = dosis yang diberikan Vd = volume distribusi C = kadar obat dalam plasma kel = tetapan laju eliminasi
D ka kel D = dosis yang diberikan Vd = volume distribusi C = kadar obat dalam plasma Ka = tetapan laju absorpsi kel = tetapan laju eliminasi
BLOOD LEVEL (pada kertas semi logaritma)
Log Kadar waktu
Log Kadar waktu
BODY Vd C
D kel
kel
BODY Vd C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel II. Sifat dari model dua kompartemen terbuka Aplikasi
Intravaskular (Intravena, intrakardiak, intra-arterial)
Ekstravaskular (oral, peroral, rectal, intramuscular, subkutan, intrakutan)
Sifat
Tidak ada absorpsi, semua obat yang diinjeksikan berada dalam sirkulasi sitemik; distribusi yang lambat antara aliran darah dan jaringan; kesetimbangan (steady state) tercapai beberapa saat setelah pemberian; penurunan kadar pada tahap pertama kurva kadar obat terjadi karena distribusi; penurunan kadar obat pada bagian kedua tergantung pada pendistribusian kembali (back distribution) obat dari jaringan ke dalam darah, ekskresi dan metabolisme.
Absorpsi berjalan seturut pelepasan obat dan mekanisme absorpsi; pada waktu 0 tidak terdapat obat pada sirkulasi sistemik; selama terjadi absorpsi, konsentrasi obat meningkat sampai puncak (peak) diikuti penurunan dikarenakan distribusi lambat sampai tercapai kesetimbangan; penurunan monoeksponen tergantung pada pendistribusian kembali (back distribution) obat dari jaringan ke darah, ekskresi dan metabolisme
Model
k13D D = dosis yang diberikan
CC = kompartemen sentral PC = kompartemen perifer k12, k21 = tetapan distribusi k13 = tetapan eliminasi dari
komp.sentral Vc = volume distribusi komp.
sentral C = kadar obat dalam plasma β = tetapan eliminasi tota
ka k13D.f D = dosis yang diberikan CC = kompartemen sentral PC = kompartemen perifer Ka = tetapan absorpsi F = fraksi obat terabsorpsi k12, k21 = tetapan distribusi k13 = tetapan eliminasi dari
komp.sentral Vc = volume distribusi komp.
sentral C = kadar obat dalam plasma β = tetapan eliminasi total
CC Vc C
PC
CC Vc C
PC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Lanjutan tabel II
(Rischel,1992)
BLOOD LEVEL (pada kertas semi logaritma)
Log Kadar waktu
Log Kadar waktu ka > α Log Kadar waktu ka < α
β
β
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel III. Rangkuman model kompartemen, rute pemberian dan persamaan kadar dalam darah, serum dan urin
BLOOD LEVEL Rute
pemberian Model
kompartemenPersamaan kadar
obat (µg/ml) (pada kertas semi logaritma)
Log Kad
Waktu
Intravaskuler -Intravena -intrakardiak -intra-arterial
Satu kompartemen terbuka
C(t) = C(0) e–kel..t
Log Kadar
Waktu
Ekstravaskular -oral -peroral -rektal -intramuskular -subkutan -intrakutan
Satu kompartemen terbuka
C(t) = M e–kel. t – N e–ka.t
M= Intersep dari hasil back extrapolation slope persamaan monoeksponen eliminasi dengan ordinat (µg/ml)
N = intersep persamaan monoeksponen absorbsi dengan ordinat (µg/ml)
Log Kadar
Waktu
Intravascular -Intravena -intrakardiak -intra-arterial
dua kompartemen terbuka
C(t) = B e –β.t + L e -α t
Log Kadar
Waktu ka > α Log Kadar
waktu ka < α
Ekstravaskular -oral -peroral -rektal -intramuskular -subkutan -intrakutan
dua kompartemen terbuka
C(t) = M e–β.t + L e-α t
- N e–kel .t
M = intersep dari hasil
back ekstrapolation slope persamaan monoeksponen eliminasi dengan ordinat (µg/ml)
L = intersep slope persaman distribusi dengan ordinat (µg/ml)
N= kadar hipotetik obat pada t (0) yang diperoleh dari penjumlahan nilai L dan M (µg/ml)
(Ritschel, 1992)
β
β
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. Parameter farmakokinetika
Parameter farmakokinetika didefinisikan sebagai besaran yang
diturunkan secara matematik dari hasil pengukuran kadar obat atau metabolitnya
didalam darah atau urin (Suryawati & Donatus, 1998), dimana parameter ini akan
menjadi acuan bagi keefektifan perubahan fisiologi pada tahap farmakokinetika.
Didasarkan pada hubungannya dengan perubahan fisiologis, parameter
farmakokinetika dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
• Parameter farmakokinetika primer yaitu parameter yang nilainya
dipengaruhi secara langsung oleh perubahan fisiologi. Termasuk dalam parameter
ini adalah tetapan laju absorpsi (ka); fraksi obat yang diabsorpsi (f); volume
distribusi (Vd); sedangkan pembersihan renal (ClR) dan pembersihan hepatik
(ClH).
• Parameter farmakokinetika sekunder adalah parameter yang nilainya
tergantung pada parameter farmakokinetika primer. Tetapan laju eliminasi (kel),
waktu paruh eliminasi (t½ eliminasi) dan fraksi obat yang diekskresikan dalam
bentuk utuh (fe) adalah contoh dari parameter farmakokinetika sekunder ini
(Rowland & Tozer, 1995)
• Parameter farmakokinetika turunan, nilai parameter ini tidak hanya
tergantung pada parameter farmakokinetika primer tetapi juga pada dosis seperti
pada dijumpai pada kadar obat dalam plasma dalam kondisi tunak (Css) dan luas
daerah di bawah kurva kadar obat dalam plasma lawan waktu (AUC), (Rowland
& Tozer, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel IV. Ketergantungan parameter farmakokinetika primer terhadap variabel fisiologi
PARAMETER FARMAKOKINETIKA PRIMER
FAKTOR FISIOLOGI
Tetapan laju absorpsi (ka) Aliran darah pada tempat absorpsi, pengosongan lambung (oral), motilitas usus (oral)
Bioavailabilitas Pengosongan lambung, sekresi asam lambung dan enzim hidrolitik pada empedu dan motilitas usus.
Pembersihan Hepatik (ClH); bioavailabilitasa
Aliran darah hepatik, keterikatan dalam darah,aktivitas hepatoselular.
Pembersihan renal (ClR) Aliran darah ginjal, keterikatan dalam darah, sekresi aktif, reabsorpsi aktif, filtrasi glomerular, pH urin,aliran urin
Volume distribusi (Vd);
aEliminasi hepatik diasumsikan sebagai satu-satunya penyebab penurunan bioavailabilitas.
Keterikatan dalam darah, keterikatan dengan jaringan, partisi pada lemak, komposisi tubuh, ukuran tubuh
(Rowland&Tozer,1995)
a. Luas Area di Bawah Kurva (Area Under the Curve/AUC).
AUC total (AUC 0-~) menggambarkan jumlah obat yang terukur dalam
darah pada wakru nol sampai tak hingga. Diperoleh dari hasil penjumlahan
nilai AUC0-tn dengan ( Ritschel, 1992) ∝ -tn AUC
=AUC∝ -0 AUC 0-tn + ∝ -tn AUC (1)
Keterangan :
n t -0 AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu n
∞ -tn AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga
∞ -0 AUC = Luas area total dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Besarnya AUC0-tn menggambarkan jumlah obat yang terukur dalam darah
pada rentang waktu tertentu. Nilainya dapat diperkirakan dengan aturan
trapezoid, metode ini akurat bila terdapat cukup titik-titik data pengukuran
kadar obat di dalam darah (Shargel, Wu-Pong, & Yu, 2005). Area diantara
tiap titik dijumlahkan sebagai :
)t(t2
CnC AUC 1nn
1ntn-0 +
+ −+
= (2)
Keterangan :
n t -0 AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu n
tn+1 = waktu saat n+1 (menit)
tn = waktu saat n (menit)
Cn = konsentrasi pada waktu tn (µg/ml)
Cn+1 = konsentrasi pada waktu tn+1 (µg/ml)
tn-0 AUC menggambarkan AUC dari waktu nol sampai dengan waktu
terakhir pengukuran kadar obat di dalam darah. Selanjutnya area yang
tersisa dihitung dengan membagi kadar obat di dalam darah dengan kel
atau β ( Ritschel, 1992)
βatauk
C AUCel
n -tn =∞ (3)
Keterangan :
∞ -tn AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga
kel = tetapan laju eliminasi obat (menit)
Cn = kadar obat pada titik terakhir pengambilan sample (µg/ml)
β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Karena persamaan kadar obat dalam darah pada model dua kompartemen
terbuka adalah
C(t) = Me -β t + Le-α t + Ne-ka t (4)
maka nilai dapat dihitung dengan persamaan berikut. ∝ -0 AUC
a
-0 kN
αL
βM AUC −+=∞ (5)
Keterangan :
∝ -0 AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga
M = Intersep dari hasil back extrapolation slope persamaan monoeksponen eliminasi dengan ordinat (µg/ml)
β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]
L = intersep dari slope persamaan distribusi dengan ordinat (µg/ml)
α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]
ka = slope (tetapan laju) absorpsi (µg/ml)
N = kadar hipotetik obat pada t (0) yang diperoleh dari penjumlahan nilai L dan M (µg/ml)
( Ritschel, 1992)
b. Tetapan laju absorpsi (ka), adalah fraksi obat yang diabsorpsi
tiap satuan waktu, karenanya tetapan ini menentukan jumlah obat yang
dipindahkan dari tempat absorpsinya ke dalam darah tiap satuan waktu
(Notari dkk, 1975; Ritschel, 1992)
absorbsit0.693k
1a2
= (6)
Keterangan :
ka = slope (tetapan laju) absorpsi (menit-1)
t ½ absorpsi = waktu paruh absorpsi (menit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Cmaks, didefinisikan sebagai kadar maksimum yang terdapat
dalam plasma setelah pemberian oral. Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapainya dinamakan tmaks. Nilai tmaks tidak tergantung pada dosis
namun tergantung pada tetapan laju absorpsi (ka) dan tetapan laju distibusi
(α). Cmaks sering disebut juga kadar puncak dimana laju obat yang
diabsorpsi sebanding dengan laju obat yang dieliminasi. Nilai dapat
diperoleh dari persamaan kadar obat dalam tubuh
( )( ) ( )( ) ( )( ) ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−−−
+⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−−−
+⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−−−
= −−− αtmaks
aa
a21βtmaks
a
21αtmaks
a
21amaks e
kβkαkk
eβαβk
βke
αβαkαk
Vcf Dk
C (7)
Keterangan :
Cmaks = konsentrasi puncak (peak) kadar obat dalam darah (µg/ml)
ka = slope (tetapan laju) absorpsi (menit-1)
D = dosis obat yang diberikan
f = fraksi obat terabsorpsi
Vc = volume distribusi kompartemen sentral (ml)
α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]
β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]
k21 = tetapan laju distribusi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit)
d. Volume distribusi (Vdss).Volume distribusi (Vd) adalah suatu
model hipotetik yang digunakan untuk memperkirakan jumlah obat yang
terdistribusi di dalam cairan tubuh. Vd bukan merupakan volume yang
mewakili volume pada anatomi yang sebenarnya, melainkan hanya
mewakili dinamika distribusi obat antara plasma dan jaringan serta
menerangkan kesetimbangan massa obat dalam tubuh. Sifat Vd ini spesifik
untuk tiap individu. Vdss hanya salah satu bentuk untuk menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
volume distribusi yang berkaitan dengan jumlah obat yang terdistribusi
dalam cairan tubuh pada kondisi kesetimbangan/tunak (steady-state).
Bentuk lain untuk menyatakan Vd antara lain: Vdexstrap (volume distribusi
dengan metode ekstrapolasi); Vdarea (volume distribusi dengan metode
area); Vdβ ( volume distribusi selama fase eliminasi). Vdss sifatnya tidak
tergantung pada laju eliminasi sehingga dapat digunakan untuk
mengkorelasikan data dari suatu individu ke individu yang lain.
Besarnya Vd tergantung pada faktor fisiologi seperti laju aliran
darah pada berbagai jaringan, kelarutan dalam lemak, koefisien partisi dan
perbedaan tipe jaringan serta pH. Pada pemberian secara intravena (i.v.)
dengan model satu kompartemen Vd dapat ditetapkan segera setelah tejadi
kesetimbangan dengan membagi dosis yang diberikan (D) dengan
konsentrasi obat mula-mula [C(0)]. Pada pemberian ekstravaskular (e.v.),
prosedur ini diperbolehkan bila dosis yang diberikan dikalikan dengan
fraksi dosis yang sebenarnya terabsorpsi. Tujuan penetapan Vd adalah
untuk menghubungkan kadar obat dalam plasma dengan total jumlah obat
yang terdapat dalam darah pada berbagai waktu.
( )( )( )aa
a21a
21
2112ss kαkβN
kkDfkVcdimana,Vcx
kkk
Vd−−−
=+
= (8)
Keterangan :
Vdss = volume distribusi pada kondisi tunak / steady-state(ml)
Vc = volume distribusi kompartemen sentral / plasma (ml)
k12 = tetapan laju distribsi untuk perpindahan obat dari kompartemen sentral ke kompartemen perifer (menit-1)
k21 = tetapan laju distribsi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
ka = slope (tetapan laju) absorpsi (menit-1)
f = fraksi obat terabsorpsi (fraksi dari 1)
N = kadar hipotetik obat mula-mula pada t = 0 dalam modol dua kompertemen pada pemebrian ekstravaskuler (µg/ml)
D = dosis obat yang diberikan (µg)
Nilai dari (Vdss/Vc) – 1 adalah pengukuran langsung terhadap k12/k21. Nilai
(Vdss/Vc) – 1 semakin besar menggambarkan jumlah obat lebih besar
terdistribusi pada kompartemen perifer namun bila nilainya semakin kecil
maka menggambarkan semakin besarnya obat yang terdistribusi pada
kompartemen sentral.
e. Tetapan laju distribusi (α), tetapan laju distribusi (disposisi
cepat yang sering disimbolkan dengan α, sifatnya adalah campuran
(hybrid). Nilianya dapat diperoleh dari persamaan garis monoeksponen
distribusi: ( )13212 k4kbb1/2α −+= atau (9)
eliminasi2
1t0,693α= (10)
Keterangan :
α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]
k21 = tetapan laju distribsi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)
k31 = tetapan laju eliminasi obat dari kompartemen sentral (menit-1)
b = k12 + k21 + k13
t½ eliminasi = waktu paruh eliminasi (menit)
f. Tetapan laju distribusi sentral-perifer (k12), didefinisikan sebagai
tetapan laju disribusi dari kompartemen sentral ke kompartemen perifer.
Sifatnya dari tetapan laju distribusi ini adalah tunggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
13k21kβα12k −−+= (11)
Keterangan :
k12 = tetapan laju distribusi untuk perpindahan obat dari kompartemen sentral ke kompartemen perifer (menit-1)
k21 = tetapan laju distribusi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)
k13 = tetepan laju eliminasi obat dari kompartemen sentral (menit)
α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]
β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]
C(0) = kadar hipotetik obat pada t (0) yang diperoleh dari penjumlahan nilai A dan B (µg/ml)
g. Tetapan laju distribusi perifer-sentral (k21) menyatakan tetapan
laju disribusi dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral. Sama
seperti k12 sifat k21 juga merupakan tetapan laju distribusi yang tunggal.
( ) ( )βkaMαk LβαNkαMk βL
ka
aa21 −+−
++= (12)
Keterangan :
k21 = tetapan laju distribusi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)
ka = slope (tetapan laju) absorpsi (menit-1)
L = intersep dari slope persamaan distribusi dengan ordinat (µg/ml)
M = Intersep dari hasil back extrapolation slope persamaan monoeksponen eliminasi dengan ordinat (µg/ml)
α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]
β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]
N = kadar hipotetik obat pada t (0) yang diperoleh dari penjumlahan nilai L
dan M (µg/ml)
h. Kliren total (ClT), Kliren menggambarkan volume darah atau
plasma yang dibersihkan dari obat pada kompartemen sentral persatuan
waktu. Proses yang terjadi tidak hanya berupa ekskresi dari injal namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
juga semua jalur ekskresi termasuk metabolisme. Obat dapat dibersihkan
dari tubuh melalui berbagai jalur. Dua organ penting adalah ginjal (ClR)
dan hati(ClH). Jalur selain ginjal dan hati (paru-paru, kulit, saliva, air susu,
dll) biasanya diabaikan. Kliren dapat diperoleh dari data dosis (D),
bioavailabilitas absolut (f) dan . ∝−0AUC
∝−
=0
T AUCfxD
Cl (13)
Atau dapat pula dihitung dari Vc dan tetapan eliminasi dari kompartemen
sentral
13cT kxVCl = (14)
Karena kliren total merupakan penjumlahan dari kliren organ-organ maka:
ClT = ClH + ClR +Clx (15) Keterangan :
ClT = kliren total (ml/menit)
ClH = kliren hepatik (ml/menit)
ClR = kliren ginjal (ml/menit)
Clx = kliren hati (ml/menit)
D = dosis (µg)
k13 = tetapan laju eliminasi dari kompertemen sentral (menit)
Vc = volume distribusi kompartemen sentral (ml)
∝ -0 AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga
f = fraksi obat terabsorpsi
(Ritschel, 1992)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
i. Tatapan laju eliminasi (disposisi lambat) total (β), diperoleh
dari slope persamaan garis monoeksponen eliminasi dan merupakan suatu
tetapan hibrida (hybrid constant)
12212 kkbbβ −−−= (16)
Keterangan :
β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]
b = k21 + k12 + k13
k21 = tetapan laju distribsi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)
k13 = tetapan laju elimani untuk perpindahan obat kompartemen sentral (menit-1)
j. Tetapan laju eliminasi kompartemen sentral (k13),
menggambarkan tetapan laju eliminasi obat dari kompartemen sentral.
21
13 kβαk = (17)
k. Waktu paruh eliminasi (t½ eliminasi), adalah waktu yang
diperlukan agar kadar obat dalam darah menjadi setengahnya.
T
sseliminasi2
1
ClVdx0,693
t = (18)
l. Mean Residence Time (MRT). MRT didefinisikan sebagai
waktu tinggal rata-rata obat di dalam tubuh. Setelah terdistribusi keseluruh
tubuh, molekul obat tinggal dalam tubuh dalam berbagai periode waktu.
Beberapa molekul obat meninggalkan tubuh, setelah segera masuk dan
terdistribusi. Sedangkan molekul yang lain tinggal lebih lama.Yang
dimaksud dengan waktu tinggal rata-rata adalah waktu rata-rata semua
molekul obat tinggal dalam tubuh. (Shargel et al., 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
∝
∝=0-
0-
AUCAUMC
MRT (19)
Keterangan :
MRT = waktu tinggal rata-rata obat di dalam tubuh (menit-1)
∝−0AUMC = first moments dari kurva kadar obat dalam plasma, diperoleh dengan mengkalikan persamaan konsentrasi obat dalam plasma dengan waktu.
∝−0AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga
Berkaitan dengan profil proses absorpsi distribusi dan eliminasi terutama
pada pemberian obat ekstravaskular masing-masing parameter dapat digunakan
untuk mengkaji proses proses tersebut. Seperti profil absorpsi dapat dikaji melalui
parameter ka, Cpmaks, tmaks, fa dan ∝−0AUC Profil distribusi dikaji dengan
parameter seperti tetapan kecepatan distribusi (α), tetapan kecepatan perpindahan
obat dari kompertemen sentral ke perifer (k12), tetapan kecepatan perpindahan
obat dari kompertemen perifer ke sentral (k21), setelah dicapai keseimbangan
distribusi. Parameter disposisi (β) dan k13 digunakan untuk mengkaji profil
eliminasi suatu obat (Donatus, 1998).
Diharapkan dengan mengintegrasikan parameter-parameter diatas dapat
diprediksikan konsekuensi farmakologi dan toksikologi yang terjadi sebagai
akibat perubahan yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel V. Ketergantungan parameter famakokinetika sekunder dan turunan terhadap parameter farmakokinetika primer
Persamaan
Parameter Farmakokinetika Sekunder Waktu paruh eliminasi(t1/2 el) Tetapan laju eliminasi(Kel/β ) Fraksi obat yang diekskresikan dalam bentuk utuh (f)
total
R
ClClVdClCl
Vd0.693 x
Parameter Turunan AUC (oral) Kadar obat dalam plasma dalam kondisi tunak(Css)
( )
( )( )pemberianintervaltotalCl
oralilitasBioavailabDosis
totalCloralilitasBioavailabDosis
( Rowland &Tozer, 1995)
4. Strategi penelitian farmakokinetika
Farmakokinetika mempelajari nasib obat didalam tubuh, maka dari itu
pemahamannya dapat dikaji dari aksi hayati dan aksi biologi seperti pada gambar
2. Agar timbul efek yang dikehendaki maka setelah diberikan obat harus melalui
tahapan farmasetika, farmakologi dan farmakodinamika terlebih dahulu. Tahap
farmasetika (disintegrasi sediaan obat, disolusi zat aktif) bermanfaat agar obat
pada tersedia dan siap pada tempat absorpsinya. Tahap farmakokinetika
bermanfaat menyediakan obat pada sirkulasi sistemik, sehingga siap memberikan
aksi yang, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tahap ini meliputi absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi. Fraksi obat yang tersedia dalam sirkulasi
sistemik dinyatakan dengan ketersediaan hayati atau bioavailabilitas. Tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
farmakodinamika terjadi pada saat obat berinteraksi dengan reseptor pada jaringan
sasaran sehingga dapat menimbulkan efek (Arieens & Simonis, 1982)
-disintegrasi sediaan obat - disolusi zat aktif
- absorpsi - distribusi - metabolisme - ekskresi
-disintegrasi sediaan obat - disolusi zat aktif
- absorpsi - distribusi - metaboli
•
•
Gambar 2. Tahapan aksi hayati / biologi obat dalam tubuh
(Arieens & Simonis, 1982; Bowman & Rand,1990)
Subyek yang digunakan dalam penelitian farmakokinetika adalah makluk
hidup, maka harus dipahami dengan baik variabel yang menentukan kesahihan
penelitian. Hal ini penting karena subyek hidup seringkali sulit dikendalikan.
Maka dari itu strategi penelitian penting ditetapkan sebelumnya, agar hasil
penelitian dapat diandalkan. Tahapannya strategi penelitian umumnya sebagai
berikut.
a. Pemilihan rancangan uji coba. Dalam memilih rancangan perlu
dipertimbangkan variabel yang terdapat pada subyek uji maupun sistem
penelitian.
sme - ekskresi
I. Tahap farmasetika Obat tersedia
Dosis untuk diabsorpsi
Ketersediaan farmasetis II. Tahap farmakokinetika
Obat tersedia untuk beraksi
Ketersediaan hayati /bioavailability
III. Tahap farmakodinamika
Efek interaksi obat reseptor dalam
jaringan sasaran
-disintegrasi sediaan obat - disolusi zat aktif
- absorpsi - distribusi - metabolisme - ekskresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1) Variabilitas antar subyek (umur, daya tahan, berat badan,
kemampuan metabolisme)
2) Variabilitas perlakuan (dosis & formulasi yang berbeda)
3) Variabilitas waktu (perubahan lingkungan, kelelahan, efek sisa
perlakuan lainnya)
4) Variabilitas (dalam subyek)
5) Variabilitas residual, yakni yang tidak dapat diidentifikasi
(misalnya kesalahan penetapan kadar dll.)
b. Pemilihan subyek uji dan jumlahnya. Subyek uji meliputi hewan
(uji pra klinis) dan manusia (uji klinis). Pada penggunaan hewan sebagai
subyek uji ada hal-hal yang harus dipertimbangkan seperti bentuk sediaan,
cara pemberian, kemudahan penanganan, kemudahan pengosongan lambung,
kemudahan pengambilan cuplikan hayati (cairan biologis), dan volume
maksimal yang dapat diterima oleh hewan uji. Yang tidak kalah penting
adalah kemiripan mekanisme absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
dengan diri manusia. Hewan yang mungkin digunakan meliputi anjing, kera,
babi, kelinci , mencit dan tikus. Jumlah subyek uji dapat ditentukan dari
variabilitas antar subyek bagi obat. Variabilitas AUC (luas daerah di bawah
kurva) dapat digunakan sebagai tolak ukurnya. Semakin kecil variabilitas
antar subyek maka jumlah subyek uji yang diperlukan relatif semakin sedikit.
c. Pemilihan cuplikan hayati. Cuplikan yang paling sering
digunakan adalah darah dan urin. Darah adalah pilihan utama pertama karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
merupakan tempat yang paling cepat dicapai oleh obat dan paling logis
digunakan untuk penetapan kadar obat dalam tubuh. Alasannya karena darah
mengambil obat dari tempat absorpsi, mendistribusikan pada jaringan sasaran
dan menghantarkan ke organ eliminasi. Alasan lain karena pada sebagian
besar obat, bentuk utuh adalah bentuk yang aktif secara farmakologi (Tozer,
1979).
1) Darah adalah bagian kompleks dari cairan tubuh. Darah memiliki
volume kurang lebih seperduabelas berat badan, 55% adalah bagian cair
(plasma terbuffer yang mengandung protein dam lemak terlarut) dan
45% bagian padat(sel darah tersusupensi). Beruntung bahan penyusun
utama yaitu sel darah merah atau eritrosit dapat dipisahkan dari plasma
dengan sentrifugasi sederhana. Nemun perlakuannya harus hati-hati
karena sel darah merah dapat pecah dan menyulitkan pemisahan
komponen yang tidak diinginkan (Chamberlain, 1995; Pearce, 2002).
Jika darah dibiarkan mengendap tanpa penambahan antikoagulan, sel
darah merah biasanya akan menggumpal (membeku) dan menghasilkan
cairan yang disebut serum yang dapat didekantasi. Serum dalam banyak
hal serupa dengan plasma kecuali bahwa serum tidak lagi mengandung
faktor pembekuan karena sudah digunakan pada proses pembekuan
(Murray, Granner, Mayes & Rodwell, 2000; Chamberlain, 1995).
2) Plasma dan serum, ciri utamanya adalah adanya sejumlah besar
protein. Seringkali protein memiliki afinitas yang besar dengan obat
namun sifat ikatanya reversibel. Penghilangan protein secara langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dengan ultrafiltrasi ataupun dialisis dapat ikut menghilangkan pula
sebagian besar fraksi obat. Meskipun ada pendapat bahwa obat dalam
bentuk bebaslah yang penting secara fisiologi, namun karena obat-
obatan tersebut biasanya terikat protein sehingga kadar dalam bentuk
bebas sangat rendah, maka adalah hal yang biasa mengukur total obat
dalam plasma atau serum (Chamberlain, 1995).
Metode denaturasi adalah bagian dari deproteinisasi plasma guna
menyiapkan plasma untuk dianalisis. Denaturasi dilakukan untuk
memecah ikatan obat-protein sehingga protein dapat mengendap dan
filtratnya diisolasi. Pada denaturasi terjadi proses modifikasi struktur
sekunder, tersier dan kuartener protein sehingga dapat digunakan untuk
merusak kemampuan berikatan dengan obat dan mengendapkan protein
(Bruice 1998; Chamberlain, 1995).
A B C D D
Gambar 3. Contoh struktur protein: (A) primer pada ribonuklease; (B) sekunder berbentuk lembaran berlipat pararel; (C) tersier dengan berbagai macam ikatan; (D) kuartener pada
protein globular yang kompleks
(Poedjiadi, 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Metode denaturasi protein diantaranya sebagi berikut.
a) Mengubah pH dengan asam trikloroasetat (TCA), asam perklorat dan
asam tungstat biasa adalah asam-asam kuat yang bisa ditambahkan untuk
denaturasi. Penambahan asam kuat akan menggangu muatan anion-
kation pada ikatan protein sehingga terjadi gangguan elektrostatik serta
rusaknya ikatan hidrogen pada protein.
b) Pemakaian reagen khusus yang dapat menciptakan suatu ikatan
hidrogen yang lebih kuat yang akan menggangu ikatan antar protein
dalam molekul.
c) Pemakaian pelarut organik seperti metanol, etanol dan asetionitril
yang mengganggu ikatan hidrofobik pada bagian gugus-gugus non-polar
dengn cara berikatan dengan gugus tersebut.
d) Penggunaan enzym proteolitik seperti subtilisin, tripsin, proteinase,
papain dan ketodase untuk menghindari kerusakan analit karena
denaturasi dengan bahan kimia. Prosedur tersebut berhasil untuk
preparasi obat dari jaringan, namun enzim subtilisin sukses untuk digesti
protein plasma.
e) Penggunaan panas pada suhu 90°C selama 5-15 menit dapat dipakai
untuk menganggu gaya tarik antar molekul, berakibat pada denaturasi.
(Bruice 1998; Chamberlain, 1995)
Urin digunakan bila jika tidak terdapat metode penetapan kadar obat
dalam darah, atau bila kadar obat pada dosis normal sangat rendah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ditetapkan dengan tepat. Penggunaan urin akan lebih baik daripada darah bila
obat diekskresikan secara sempurna dalam bentuk tak berubah di dalam urin.
Keterbatasan urin adalah pengosongan kandung kemih sulit dilakukan,
dekomposisi selama penyimpanan dan kemungkinan terhidrolisisnya konjugat
metabolit tak stabil dalam urin.
a. Pemilihan metode penetapan kadar. Metode dikatakan memenuhi
syarat digunakan dalam penelitian farmakokinetik bila memenuhi syarat
berikut.
1) Selektivitas atau spesifitas menempati prioritas utama karena betuk
obat yang ditetapkan adalah bentuk utuh atau metabolitnya, sehingga
dengan metode tersebut harus dapat dibedakan antara obat utuh dengan
metabolitnya (Mulja & Hanwar, 2003)
2) Sensitivitas berkaitan dengan kemampuan metode untuk
mengidentifikasi perbedaan yang kecil antar analit (Mulja & Hanwar,
2003) faktor yang menjadi pertimbangan sensitivitas adalah slope
(kemiringan) kurva baku dan presisi. Jika terdapat dua metode dengan
presisi yang sama maka metode yang memiliki slope lebih curam
bersifat lebih sensitif (Skoog, 1985)
3) Ketelitian (Akurasi) didefinisikan sebagai kedekatan nilai hasil
pengukuran dengan nilai sebenarnya. Akurasi denyatakan dengan
perolehan kembali. Untuk bioanalisis besarnya 80-120% (Mulja &
Hanwar, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
4) Ketepatan (Presisi) adalah tingkat kesamaan/kesesuain bila
pengukuran dilakukan berulang kali pada cuplikan hayati yang sama
(Mulja & Hanwar, 2003). Parameternya adalah standar deviasi absolut
(absolut standart deviation = SD), koevisien variasi = KV (coefficient of
variation = CV) atau sering juga disebut sebagai standar deviasi relatif
(relative standart deviation = RSD) (Skoog et al., 1998) Untuk
bioanalisis KV sebesar 15-20% masih dapat diterima (Mulja & Hanwar,
2003).
5) Cepat. Kecepatan pengukuran kada obat dengan suatu metode
analisis juga harus dipertimbangkan mengingat sampel yang dianalisis
dalam jumlah banyak ( Donatus, 1998).
b. Pemilihan takaran dosis. Dosis yang diberikan harus menjamin
dapat terukurnya kadar obat sampai rentang waktu tertentu sampai didapat
data yang mencukupi unutuk analisis farmakokinetika. Harus diperhatikan
pula adanya kinetika tergantung dosis yaitu berubahnya parameter
farmakokinetika suatu obat bila dosis yang diberikan berubah. Bila hal
tersebut terjadi maka obat diasumsikan mengikuti kinetika ordo nol. Pemilihan
takaran dosis dapat dipertimbangkan dari harga ED50 dan LD50 (Kaplan, 1998)
c. Pemilihan lama dan banyaknya waktu pengambilan cuplikan.
Darah dan urin paling sering digunakan sebagai cuplikan hayati dalam analisis
farmakokinetika. Jika digunakan darah maka lama pengambilan adalah 3-5 x
t½el obat yang diuji. Sedang frekuensi berkaitan dengan model
farmakokinetiknya. Bila mengikuti model dua kompartemen terbuka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
setidaknya harus dilakukan 3 kali pencuplikan pada masing-masing tahap
yaitu absorpsi, distribusi dan eliminasi (Donatus, 1989)
d. Analisis dan evaluasi hasil merupakan tahapan akhir dari analisis
farmakokinetika. Tahapan ini meliputi analisi model kompertemen, analisis
data uji coba dan perhitungan parameter farmakokinetika, analisis statistika
dan evaluasi hasil.
A. Interaksi farmakokinetika
1. Pengertian
Interaksi dalam hal ini interaksi obat didefinisikan sebagai perubahan
efek suatu obat olah kehadiran obat lain, makanan, minuman atau agen kimia lain
dalam lingkungan (Stockley,1994). Berdasarkan fasenya, interaksi dibagi menjadi
interaksi farmasetika, farmakokinetika dan farmakodinamika. Interaksi
farmasetika atau sering disebut inkompatibilitas terjadi pada fase ketika obat
dipersiapkan sebelum digunakan. Interaksi farmakokinetika merupakan salah satu
bentuk interaksi obat yang berpengaruh pada fase absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi pada salah satu kinetika obat obyek atau keduanya yang
ditandai dengan perubahan lebih dari satu parameter farmakokinetika primernya
(laju absorpsi, kadar obat bebas dalam plasma/serum, volume distribusi,
pembersihan sistemik, pembersihan renal). Pada akhirnya perubahan parameter
primer akan menimbulkan perubahan pula pada parameter sekunder dan
parameter turunan. Interaksi bisa terjadi karena peristiwa fisikokimia atau karena
perubahan pada fisiologi organisme hidup. Selain interaksi farmasetika dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
farmakokinetika terdapat pula interaksi farmakodinamika yang terjadi bila efek
suatu obat berubah karena kehadiran obat atau agen kimia lain pada tempat
aksinya. Hasil interaksi bisa menyebabkan hasil efek yang tetap sama, lebih kuat
atau lebih lemah. Secara klinis bermakna namun dapat juga tidak bermakna.
Selanjutnya dalam penelitian ini akan lebih dibahas tentang interaksi
farmakokinetika.
2. Mekanisme interaksi farmakokinetika
Beberapa obat mengalami interaksi dengan cara yang unik. Banyak
sekali obat yang berinteraksi tidak hanya dengan satu macam mekanisme saja,
namun bisa dua atau lebih. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya disini akan
dibahas tentang berbagai mekanisme interaksi, khususnya interaksi
farmakokinetika. Berdasarkan fase terjadinya, interaksi farmakokinetik dapat di
golongkan sebagai berikut.
a. Interaksi absorpsi obat. Sebagian besar obat diberikan secara oral
untuk absorpsi melalui membran mukosa saluran cerna, dan sebagian besar
interaksi yang terjadi di dalam usus lebih menyebakan pengurangan daripada
peningkatan absorpsi. Obat yang diberikan jangka panjang dalam dosis ganda
(misal: antikoagulan oral) laju absorpsi biasanya tidak terlalu penting, jumlah
total yang terabsorpsi juga tidak berubah secara bermakna. Disisi lain obat
yang dimaksudkan untuk diabsorpsi cepat (misal: analgesik), pengurangan
laju absorpsi dapat menyebabkan kegagalan untuk mencapai onset, karena
tidak didapatkan kadar obat yang cukup dalam darah (Stockely,1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1) Efek perubahan pH saluran cerna (gastrointestinal). Perpindahan
dengan mekanisme difusi pasif seperti pada membran mukosa
tergantung pada jumlah obat dalam bentuk molekul tak-terion (non-
ionized), bentuk yang larut-lemak (lipid-soluble). Karena itu pKa,
kelarutan dalam lemak , pH usus dan berbagai parameter terkait
formulasi farmasetika menentukan absorpsi obat. Peningkatan pH karena
H2-bloker dan antasida dapan mempengaruhi kelarutan ketokonazol dan
mengurangi absorpsinya. Absorpsi asam salisilat lebih tinggi pada pH
yang rendah dibanding pH tinggi. Secara teoritis hal ini mungkin
disebabkan perubahan pH lambung, namun dalam praktek keluarannya
(outcome) sering tidak pasti karena beberapa mekanisme seperti
pembentukan khelat dan perubahan motilitas usus juga dapat
mempengaruhi.
2) Adsorpsi, pembentukan khelat dan kompleks yang lain. Agen
pengadsorpsi seperti arang aktif bekerja pada usus untuk terapi overdosis
maupun untuk memindahkan bahan-bahan toksik, namun sifat
mengadsorpsi ini tidak selektif sehingga obat obyek dalam dosis
terapetik bila diberikan bersamaan dengan arang aktif juga dapat
teradsorbsi, berakibat absorpsi obat obyek tersebut terpengaruhi.
Antasida juga mengadsorpsi beberapa obat, namun juga terdapat
interaksi dengan mekanisme lain. Contohnya antibiotik tetrasiklin akan
membentuk khelat yang sukar diabsorpsi dengan ion logam di atau tri-
valen seperti kalsium, aluminium, bismuth dan besi seperti yang terapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dalam susu, antasida atau bahan-bahan berzat besi. Selain itu kompleks
yang terbentuk tersebut mengurangi efek antibakteri dari antibiotik
(Mustchler & Darendorf, 1995; Stockely,1994).
3) Perubahan motilitas saluran cerna. Usus halus bagian atas adalah
tempat utama bagi absorpsi sebagian besar obat. Hal-hal yang dapat
mengubah kecepatan pengosongan lambung dapat mempengaruhi
absorpsi obat. Contohnya propanthelin menunda pengosongan lambung
yang berakibat pada pengurangan laju absorpsi parasetamol
(asetaminofen) sedang metklopramid berefek sebaliknya, namun
demikian jumlah obat yang terabsorpsi tidak berubah. Obat
antikolinergik mengurangi motilitas usus, antidepresan trisiklik tersebut
dapat meningkatkan absorpsi dikumarol kemungkinan dengan
meningkatkan waktu untuk berdisolusi dan diabsorpsi (Stockely,1994).
4) Malabsorpsi yang disebabkan oleh obat. Neomisin menyebabkan
sindrom malabsorpsi yang serupa dengan malaria non-tropik. Efeknya
adalah perubahan absorpsi beberapa obat termasuk digoxin dan penisilin
V (Stockely,1994)
b. Interaksi distribusi obat (ikatan-protein). Distribusi obat terjadi
dengan cepat keseluruh tubuh melalui sirkulasi sitemik segera setelah
diabsorpsi. Beberapa obat larut seluruhnya dalam plasma, namun banyak juga
obat yang sebagian molekulnya terikat deng protein plasma, khususnya
albumin. Variasi jumlah yang terikat cukup besar, namun beberapa terikat
dalam jumlah yang cukup tinggi. Hanya molekul yang bebas saja yang aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
secara farmakologi sedang yang terikat bersifat inaktif atau sering diistilahkan
“restricrive”drug. Meski demikian ikatan dengan protein plasma ini berifat
reversibel sehingga pada akhirnya molekul obat yang semula inaktif tersebut
menjadi aktif dan selanjutnya mengalami metabolisme dan ekskresi seperti
molekul bebas lainnya (Stockely,1994).
Dua buah obat dapat dapat saling bersaing dan saling mendesak satu
sama lain dalam berikatan pada protein plasma yang sama. Interaksi ini sangat
umum dijumpai namun hanya bermakna klinis bila obat terikat dengan protein
plasma dalam jumlah yang bersar, indeks terapi sempit dan volume distribusi
(Vd) relatif kecil (Mustchler & Darendorf, 1995). Obat seperti itu misalnya
sufonilurea seperti tolbutamid (terikat 96%, Vd 10 L). Antikoagulan oral
seperti warfarin (terikat 99%, Vd 9 L) dan fenitoin (terikat 90%, Vd 35 L).
Contoh lain diazoxide, fenilbutazon dan sulfanilamid (Stockely,1994).
c. Interaksi pada metabolisme obat. Meski beberapa obat
diekskesikan melaui urin secara sederhana dalam bentuk tak berubah,
sejumlah besar obat mengalami perubahan dalam tubuh menjadi kurang larut
lemak sehingga lebih mudah diekskresikan melalui ginjal. Hal ini terjadi agar
obat tidak tinggal lama di dalam tubuh sehingga tidak memperpanjang
efeknya. Perubahan kimia ini sering disebut metabolisme, biotransformasi,
degradasi biokima atau detoksifikasi. Metabolisme tersebut terjadi pada
serum, ginjal, kulit dan saluran cerna namun sebagian besar dilakukan oleh
enzim pada retikulum endoplasma pada sel hati (Stockely,1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
1) Induksi enzim. “Toleransi” adalah fenomena umum yang
berkembang pada beberapa obat. Contohnya pada penggunaan babiturat,
sejalan dengan waktu dosis harus ditingkatkan untuk memperoleh efek
hipnotik yang sama. Hal ini dikarenakan barbiturat meningkatkan
aktivitas enzim mikrosomal (“induksi”enzim) sehingga metabolisme dan
ekskresinya sendiri ditingkatkan. Fenomena juga terjadi pada kehadiran
obat lain yang dimetabolisme dengan enzim yang sama. Misalnya pada
antikoagulan oral seperti warfarin, metabolisme enzimatiknya meningkat
dan dibutuhkan dosis yang lebih dengan kehadiran diklorafenazon (agen
penginduksi enzim) (Stockely,1994).
Jumlah induksi enzim tergantung pada obat dan dosisnya., namun
prosesnya memerlukan beberapa hari atau minggu, dan bertahan dalam
waktu yang sama setelah penggunaan agan penginduksi tersebut
dihentikan. Efek ini tidak hanya disebabkan oleh obat namun juga
pestisida hidrokarbon terklorinasi seperti lindane dan dichopane, juga
setelah merokok. Hal yang harus diperhatikan adalah ketika agen
penginduksi dihentikan penggunaanya, obat obyek yang semula
ditingkatkan dosisnya harus dikurangi kembali, bila tidak akan timbul
overdosis (Stockely,1994).
2) Inhibisi enzim. Beberapa obat lain justru berlaku sebagai inhibitor
enzim yang mengurangi metabolisme normal obat sehingga metabolisme
obat lain (obat obyek) berkurang dan berakibat pada akumulasi obat
obyek dalam tubuh. Efek tersebut nyata sama ketika dosis obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
penginhibisi ditingkatkan. Inhibisi enzim tidak memerlukan waktu yang
lama bila dibandingkan induksi enzim, hanya dua-tiga hari saja, dan
toksisitas terjadi dengan cepat (Stockely,1994).
Pada pasien epilepsi dengan terapi fenitoin, kehadiran kloramfenikol
menyebabkan akumulasi fenitoin yang tidak terdeteksi sampai pasien
mulai menampakkan maniefestasi keracunan. Makna klinis inhibisi
enzim tergantung pada peningkatan kadar obat dalam serum. Jika tetap
berada dalam kisaran terapetik, interaksi ini dianggap bermanfaat dan
dianggap berbahaya jika sampai atau melebihi batas minimun ketoksikan
(Stockely,1994).
3) Perubahan aliran darah yang melalui hati. Setalah absorpsi,
sirkulasi portal akan membawa obat langsung menuju hati sebelum
didistribusikan oleh aliran darah keselurah bagian tubuh lainnya. Obat
yang cukup larut lemak mengalami metabolisme yang cukup signifikan
melalui first pass effect ini. Simetidin (namun tidak dengan ranitidin)
mengurangi aliran darah hepatik sehingga ketersediaan hayati propanolol
meningkat. Propanolol juga mengurangi klirennya sendiri juga obat lain
seperti lidokain. Beberapa obat yang lain memiliki efek meningkatkan
aliran darah hepatik sehingga metabolismenya meningkat
(Stockely,1994) .
d. Antarkasi karena perubahan ekskresi. Dengan pengecualian pada
anestesi inhalasi, sebagian besar obat diekskresi melalui empedu maupun urin.
Darah masuk ke ginjal sepanjang arteri ginjal, pertama obat dihantarkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dalam glomerolus dari tubulus dimana molekul-molekul kecil yang dapat
melewati pori dari membran glomerular ( misal: air, garam, beberapa obat-
obatan) disaring ke dalam lumen dari tubulus. Sementara molekul yang lebih
besar, seperti protein plasma, dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian
membawa bagian yang tersisa pada tubulus ginjal dan digunakan transport
aktif untuk memindahkan obat dan metabolitnya dari darah dan mensekresinya
ke dalam filtrat tubular. Sel tubulus memiliki sistem transpor aktif maupun
pasif untuk mereabsorsi obat. Gangguan oleh obat pada pH cairan tubulus
dengan sistem transpor aktif dan dengan aliran darah menuju ginjal dapat
mengubah ekskresi obat lain (Stockely,1994).
1) Perubahan pH urin. Reabsorpsi pasif obat tergantung jumlah obat
yang terdapat pada bentuk tidak terion, bentuk larut lemak yang dalam
hal ini tergantung pada pKa dan pH urin. Perubahan pH yang
mengurangi jumlah obat tidak terion (urin basa untuk obat asam dan
urin asam untuk obat basa) meningkatkan ekskresi obat. Makna klinis
dari interaksi ini kecil karena sebagian besar obat baik asam lemah
maupun basa lemah dimetabolisme oleh hati menjadi bentuk inaktif dan
sedikit yang diekskresi dalam bentuk utuh. Prakteknya hanya sedikit
obat yang mengalami interaksi ini (perkecualian termasuk pada
perubahan ekskresi quinidin dan salisilat karena perubahan pH urin oleh
antasida) dalam kasus overdosis perubahan pH urin digunakan untuk
meningkatkan ekskresi obat seperti fenobarbital dan salisilat
(Stockely,1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2) Perubahan sekresi tubuler aktif dari ginjal. Obat-obat dengan
mekanisme transpor aktif yang sama dalam tubulus ginjal dapat saling
berkompetisi dalam ekskresi. Probenesid mengurangi ekskresi penisilin
dan obat-obat lain dengan berkompetisi pada mekanisme ekskresi
dimana penisilin akan tertahan. Meski demikian probenesid akhirnya
juga tertahan karena mengalami reabsorsi pasif sepanjang tubulus ginjal
(Stockely,1994).
3) Perubahan aliran darah pada ginjal. Aliran darah yang melalui
ginjal sebagian dikontrol dengan produksi prostaglandin sebagai
vasodilator ginjal. Jika sintesis prostaglandin dihambat, misalnya dengan
indometasin maka ekskresi renal litium berkurang dan kadarnya dalam
serum meningkat (Stockely,1994).
4) Ekskresi empedu dan siklus enterohepatik. Beberapa obat
diekskresikan ke dalam empedu, baik utuh maupun terkonjugasi (misal:
glukoronida) agar larut air. Beberapa konjugat di metabolisme menjadi
senyawa induk oleh flora usus dan direabsorpsi. Proses daur ulang ini
memperpanjang keberadaan obat dalam tubuh. Jika aktivitas dari flora
usus dikurangi oleh antibiotik, obat tidak di daur ulang dan hilang dari
tubuh dengan lebih cepat. Contohnya kegagalan penggunaan kontrasepsi
oral pada penggunaan bersama penisilin atau tetrasiklin (Stockely,1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3. Akibat
a. Wujud. Seperti yang telah ditulis oleh Makoid dan Cobby (2002)
maka dapat dikatakan bahwa hal yang menjadi perhatian utama yang akan
dipelajari dalam farmakokinetika adalah kecepatan perpindahan serta jumlah
obat yang dapat dipindahkan di dalam tubuh. Selanjutnya dari kinerja
farmakokinetik suatu obat, dapat diperkirakan derajat efek farmakologi dan
toksikologi obat bersangkutan. Hal ini berarti bahwa pergeseran kerja
farmakologi dan toksikologi obat adalah wujud dari interaksi farmakokinetika
(Donatus, 1994)
Tolak ukur. Perpindahan suatu obat dari suatu tempat ke tempat lain
didalam tubuh salah satunya dapat ditentukan oleh kekuatan dan keefektifan
berbagai perubahan fisiologis pada tiap-tiap tahap farmakokinetika misalnya
kecepatan aliran darah, keasaman lambung, ikatan protein dan keakifan enzim
(Rowland & Tozer,1995). Jenis-jenis perameter farmakokinetika, hubungan
ketergantungannya satu sama lain dan ketergantungannya dengan faktor
fisiologis adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
c.Sifat. Hasil dari interaksi dapat berupa efek yang merugikan
maupun menguntungkan. Contoh interaksi yang hasilnya bersifat yang
merugikan adalah interaksi antara kloramfenikol dan fenitoin dimana
kloramfenikol menghambat metabolisme dari fenitoin sehingga kadar dalam
serum meningkat sampai pada kadar toksik dan menimbulkan ketoksikan.
Masalah ini dapat diatasi dengan menghentikan fenitoin dan memulai ulang
dengan dosis yang lebih rendah. (Stockley,1994). Pemberian eritromisin etil-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
suksinat dianjurkan bersama-sama makanan karena bioavailabilitasnya
meningkat, hal ini tidak terlalu jelas mekanismenya namun mungkin
disebabkan waktu tinggal yang lebih lama pada usus halus (Gibaldi, 1984).
4. Perantara
Interaksi farmakokinetika memiliki kemungkinan terjadi pada tahap
manapun dalam fase absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi Faktor-faktor
yang menjadi perantara terjadinya interaksi farmakokinetika pada masing-masing
fase berbeda-beda, namun kaitannya dengan parameter farmakokinetika primer
sangat erat. Penjelasannya adalah bahwa terdapat ketergantungan yang erat antara
parameter farmakokinetika primer dengan ubahan fisiologi seperti tampak pada
tabel IV (Rowland&Tozer,1995).
5. Penyebab
Interaksi dapat disebabkan oleh dosis dan masa perlakuan antaraktan.
Antaraktan dapat menggeser keberadaan bentuk efektif obat dalam tempat kerja
sehingga dapat mempengaruhi kinerja farmakologi dan toksikologi.
(Donatus,1994)
6. Penafsiran
Konsep dari penafsiran dan penilaian interaksi farmakokinetik dapat
digabungkan seperti yang dirangkum pada gambar berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Antaraktan( dosis dan masa perlakuan) ↓
Pergeseran ubahan fisiologis (pengosongan lambung, aliran darah, eaktifan sel-sel hati hakiki, pH urin)
↓ Obat objek
↓
Parameter farmakokinetik primer berubah (ka, fa, ClH, ClR, Vd)
↓ Parameter farmakokinetik sekunder berubah
(t ½,el ,k el, fe) ↓
Besaran turunan lainnya (AUC, Css)
↓ Kinerja farmakologi/toksikologi bergeser
↓ Manfaat klinik/terapi bergeser
Gambar 3. Rangkuman prinsip penafsiran dan penilaian interaksi farmakokinetika serta akibat kinetika farmakologi, toksikologi dan klinisnya (Donatus,1994)
B. Parasetamol
1. Terapetik
Parasetamol (asetaminofen; N-asetil-p-aminophenol) merupakan
metabolit aktif dari fenasetin. Dimana fenasetin kini tidak lagi digunakan di USA
karena diimplikasikan sebagai penyebab nefropati. Parasetamol juga merupakan
alternatif yang efektif untuk aspirin sebagai suatu analgesik-antipiretik namun
aktifitas anti-inflamasinya lemah. Biasanya digunakan pada pasien pasien yang
tidak dapat mentoleransi aspirin karena kelainan koagulasi, pasien dengan riwayat
tukak peptik atau refluks gastroesofagal. Karena dapat ditoleransi dengan baik,
efek sampingnya sedikit, dan dapat dibeli tanpa resep, parasetamol menjadi
analgesik yang paling umum digunakan masyarakat. Penggunaan parasetamol
pertama kali dalam pengobatan oleh Von Mering pada tahun 1893, dan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
populer tahun 1949 setelah diketahui sebagai metabolit aktif dari fenasetin.
Aktivitas antipiretiknya terletak pada struktur aminobensen. Dosis oral
parasetamol 325 sampai 1000 mg (650 mg untuk dosis rektal) (AMA, 1994;
Hardam, Gilman & Limbird, 1996).
2. Kimia
HO NH
COCH3
Gambar 4. Struktur parasetamol (Anonim, 1995)
Asetaminofen atau parasetamol ( C6H8O9 ) memiliki struktur seperti pada
gambar 4. Nama kimia dari Parasetamol N-asetil-p-aminofenol atau 4-
hidroksiasetanilid atau 4-asetamidofenol. Parasetamol adalah senyawa sintetik
berupa serbuk kristal warna putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Karakteristik fisikokimia dari parasetamol:
Berat molekul : 151,2
Titik lebur : 168oC - 172oC
Tetapan disosiasi (pKa) : 9,5 (25oC)
Kelarutan : 1 g dalam 7 ml etanol; 1 g dalam 70 ml air;
1 g dalam 20 ml air panas;1 g dalam 50 ml
kloroform
(Clarke,1969)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3. Farmakokinetika
Absorpsi. Parasetamol diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna
pada saluran cerna pada pemberian secara oral. Kadarnya di dalam plasma
mencapai puncaknya (Cpmaks) dalam waktu 30 sampai 120 menit (Lacy,
Armstrong, Goldman & Lance, 2003). Mekanisme absorpsi parasetamol
berlangsung secara transpor pasif pada seluruh bagian saluran cerna terutama
usus halus (Bagnall, Kelleher, Walker & Losowaky, 1979). Pada manusia
dewasa sehat, kira-kira 80% dosis dapat ditemukan kembali dalam urin dalam
24 jam (Clements, Chritchley & Prescott., 1974). Karena absorpsinya di usus
halus maka segala hal yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung
dapat pula mempengaruhi keefektifan absorpsi dari parasetamol (Whitehouse,
1981).
Pemberian parasetamol bersama dengan N-asetil-sistein atau bersama
propanthelin dimana keduanya menghambat pengosongan lambung,
menyebabkan penurunan pada kadar puncak parasetamol (Gibaldi, 1984;
Notari, 1980; Stockley, 1994; Whitehouse, 1981). Makanan dapat pula
mengurangi laju absorpsi parasetamol namun tidak berpengaruh terhadap
jumlahnya (Gibaldi, 1984). Hal tersebut dibuktikan dengan laporan bahwa
pemberian 1 g parasetamol setelah makan makanan berkarbohidrat tinggi pada
subyek (manusia), absorpsinya lima kali lebih lambat dibanding pada subyek
yang puasa terlebih dahulu, sedangkan untuk jumlahnya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (Mc.Gilveray & Mattock, 1972). Faktor lain seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
usia, dosis dan keasaman lambung nampaknya tidak mempengaruhi
keefektifan absorpsi. Terbukti dengan harga f dari 500 mg parasetamol pada
manula (±76th) tidak berbeda bermakna dibandingkan subyek dewasa (± 24th)
(Fulton, James & Rawlins, 1979), juga harga fa pada manusia sehat dengan
dosis 5 dan 20 mg/kgBB (Clements, 1982). Hal ini menunjukkan bahwa
kecepatan pengosongan lambung, keaktifan serta daya tampung enzim saluran
cerna (glukoronil transferase atau sulfotransferase) merupakan faktor fisiologi
penting bagi keefektifan absorpsi parasetamol. Faktor keasaman lambung
maupun usus juga tidak berperan dalam mengubah keefektifan absorpsi seperti
halnya ditemukan pada penderita aklorhidria (Pottage, Nimmo & Prescott,
1974), hal ini dapat dijelaskan dengan melihat bahwa parasetamol merupakan
senyawa asam yang sangat lemah dengan pKa 9,5 sehingga berapapun
besarnya harga pH medium tidak terlalu mempengaruhi fraksi tak terion dari
parasetamol (dihitung dengan persamaan Handerson-Hasselbach). Jadi dapat
diartikan bahwa tahap pembatas laju absorpsi parasetamol bukan keasaman
lambung atau usus melainkan kecepatan pengosongan lambung, gerakan usus
dan daya tampung dan keaktifan enzim.
a. Distribusi. Volume distribusi parasetamol kurang lebih 0,9 l/kg
(AMA, 1994; Katzung, 2001) hal ini mengambarkan luasnya daerah distribusi
dari parasetamol. Selain luas distribusinya juga berlangsung relatif cepat.
Pada menit ke-30 dan menit ke-120 setelah pemberian pada hamster, kadar
parasetamol dalam bebas dalam darah, limpa, otot, dan otak lebih rendah
dibandingkan pada ginjal dan hati (Wong, Solmonary & Thomas cit Donatus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
1994). Hal tersebut disebabkan lemahnya ikatannya dengan parasetamol-
protein plasma ditunjukkan dengan jumlahnya yang tidak signifikan, kurang
lebih hanya 0-15% saja sehingga dapat diperkirakan parasetamol tidak rentan
terhadap interaksi pendesakan. Kelipofilan dan lemahnya keasaman
parasetamol juga memudahkannya melintasi sawar lipid (Donatus, 1994;
Dollery, 1991; Katzung, 2001).
b. Eliminasi. Parasetamol mengalami metabolisme menjadi bentuk
metabolit yang tidak aktif, sebelum diekskresikan melalui urin. Kurang lebih
hanya 3% parasetamol yang diekskresi dalam bentuk parasetmol utuh
(Gibson&Skett, 1991; Katzung, 2001). Metabolisme parasetamol terjadi di
hati, ginjal dan lambung. Perubahan hayati intensif dalam hati (>80 %)
dalam bentuk parasetamol-glukoronida (PS), parasetamol-sulfat (PS) (Hardam
et al., 1996), enzim sitokrom P450 juga berperan dalam memetabolisme
sebagian lain parasetamol menjadi metabolit yang toksik untuk sel hati
(Anonim, 2004). Sifat toksik ini hilang ketika glutation di dalam tubuh
berikatan dengan metabolit ini. Namun bila dosis parasetamol yang terdapat
dalam tubuh terlalu tinggi sifat toksik ini tidak dapat dihindari karena
terbatasnya jumlah glutation dalam tubuh (Stringer, 2001). Metabolisme
berlangsung dengan cepat dengan t ½ eliminasi pada manusia sehat berkisar 1-4
jam (Anonim, 2005), sedang pada tikus sekitar 0,5-2 jam (Donatus, 1984;
Jung, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
HO N
HCOCH3
Parasetamol (aktif)
O NCOCH3
Konjugasi Metabolit antara(bersifat toksik) sulfat Metabolisme glukoronidasi
& konjugasi glutation
Sistein dan konjugasi asam merkapturat (tidak aktif)
O NH
COCH3SHO
O
O
O NH
COCH3
O
OHHO
HO
HOOC (tidak aktif) (tidak aktif)
urin urin urin
Gambar 5. Metabolisme parasetamol (Gibson&Skett,1991)
Ginjal dan lambung juga merupakan tempat terjadinya metabolisme
parasetamol, metabolisme yang terjadi pada di lambung menunjukkan adanya
suatau efek lintas pertama (first pass effect/ first pass metabolism) yang diartikan
sebagai fenomena biotrasformasi/metabolisme obat yang terjadi di antara tempat
absorpsi dengan sirkulasi sitemik (Ritschel, 1980). Seperti yang dilaporkan oleh
Cohen et al,. (1974) bahwa pada tikus fenomena first-pass effect ini nyata.
Buktinya ditunjukkan dengan fraksi parasetamol yang diabsorpsi pada sirkulasi
sistemik setelah pemberian secara intraperitoneal hanya 34% bila dibandingkan
dengan pemberian secara intravena. Penelitian tersebut juga menegasan kembali
penelitian Heading et al., (cit Cohen, 1974) yang menyatakan bahwa kecepatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
pengosongan lambung selain mempengaruhi laju absorpsi dan kadar puncak
parasetamol dalam plasma. Selanjutnya Cohen et al., (1974) menegaskan bahwa
hal tersebut juga mempengaruhi jumlah obat yang mengalami first-pass effect
dalam hati. Penjelasannya adalah kecepatan pengosongan lambung (dinyatakan
dengan kadar obat pada medium perfusi) yang cepat menghasilkan kadar obat
yang tinggi pada vena porta dan menurunkan rasio ekstraksi hepatik (menyatakan
jumlah fraksi parasetamol yang mengalami first-pass effect) pada percobaan
menggunakan isolated perfusea liver, dengan demikian ketersediaan (availability)
dari obat dalam saluran sistemik juga lebih tinggi. Hal sebaliknya terjadi pada
kecepatan pengosongan lambung yang lambat.
Tabel VI. Pembersihan parasetamol yang diperoleh isolated perfusea liver (n = 3)
Prasetamol dalam medium perfusi
E.R.*
Parasetamol dalam vena porta
(µg/ml)
Jumlah metabolit dalam effluent**
(µg/ml) (µg/ml) 3 0,52 ± 0,01 10,4 2,72 ± 0,38 5 0,47 ± 0,05 47 10,7 ± 0,4
10 0,36 ± 0,08 72 15,8 ± 6,1 50 0,27 ± 0,09 270 66,1 ± 15,1
*E.R. Extraction Ratio = CinCoutCin −
** Jumlah dari metabolit yang dijumlahkan dari parasetamol radioaktif pada effluent perfusi dan dinyatakan sebagai persamaan parasetamol
4. Hepatotoksisitas
Pada dosis terapetik, parasetamol biasanya ditolerasi dengan baik.
Kemerahan dan alergi kulit jarang terjadi. Kadang terjadi kemerahan pada kulit
dan alergi. Pasien yang menunjukkan hipersensitivitas terhadap salisilat sangat
jarang mengalami sensitivitas terhadap parasetamol dan obat-obat terkait. Pada
kasus yang terbatas, penggunaan parasetamol dihubungkan dengan neutropenia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
trombositopenia dan pansitopenia. Efek merugikan yang paling serius pada
overdosis akut parasetamol adalah tergantung dosis, potensial terhadap nekrosis
hati.
Hepatotoksisitas pada bermacam spesies sangat beragam. Pada mencit
dan hamster ± 300 μg/kgBB (Mitcell et al., 1973; Davis et al., 1974). Pada tikus ±
3 g/kgBB (Mitchell et al., 1973; Donatus, Sutjipto & Sarjiman, 1982). Pada orang
dewasa (Hardam et al., 1996) hepatotoksisitas terjadi setelah pemberian dosis
tunggal 10-15 mg (150-250 mg/kg) pada dosis tunggal 20 sampai 25 g berakibat
fatal. Waktu paruh parasetamol pada hari pertama keracunan merupakan petunjuk
beratnya keracunan. Pada kerusakan hati yang parah (dengan tingkat aktivitas
aspartat aminotransferase melebihi 1000 IU per liter plasma) terjadi pada 90%
pasien yang konsentrasi parasetamol dalam plasma lebih dari 300 μg/ml dalam 4
jam atau 45 μg/ml dalam 15 jam setelah menelan obat. Waktu paruh lebih dari 4
jam merupakan petunjuk terjadinya nekrosis hati dan masa paruh lebih dari 12
jam meramalkan akan terjadinya koma hepatik. Penentuan kadar parasetamol
sesaat kurang peka untuk meramalkan terjadinya kerusakan hati. Seperti diketahui
kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh parasetamol, tetapi juga oleh radikal
bebas N-asetil-para benzokinonimia (NAPBKI), metabolit yang sangat reaktif
yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati. (Hardam et al.,
1996)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel VII. Parameter farmakokinetika & farmakodinamika parasetamol pada manusia*
Parameter farmakokinetik dan farmakodinamik asetaminofen
Nilai
Availabilitas oral (%) 85-95
(*dirangkum dari Anonim, 2005 ; Donatus, 1994; Dollery, 1991; Fulton et al., 1979; Hardam et al, 1996; Katzung, 2001)
Ekskresi urina (%) 3 Terikat dalam plasma (%) 0-15 Bersihan (L/j/ kg) 21 Volume distribusi (L/kg) 0,9 Waktu paruh (jam) 1-4 Konsentarsi efektif (µg/L) 10 - 20 Kadar toksik (µg/L) >300
D. Air Berkarbonasi
Joseph Prietsley adalah orang pertama yang menemukan metode
mengisikan air dengan karbondioksida. Pada tahun 1772 Priestley
mempublikasikan tulisan ilmiah berjudul ” Impregnating Water with Fixed Air”.
Tabel VIII. Asam bikarbonat
Gambar 6. Struktur asam bikarbonat
Nama lain Larutan karbon dioksida
Rumus molekul H2CO3
Massa molar 62.03 g/mol
1.0 g/cm3(dilute solution) Berat jenis (fase)
Kelarutan (air) Hanya ada dalam larutan
Keasaman (pKa) 3.60 (lihat teks) & 10.25
(en.wikipedia.org)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel IX. Karbon Dioksida Nama lain Gas asam bikarbonat, bikarbonat anhidrat, dry ice
(padat)
Rumus molekul CO2
Massa molekul 44,01 g/ mol Bentuk padat Dry ice Bentuk Gas tidak berwarna
Sifat Berat jenis dan fase 1600 kg/m³, padat
1.98 kg/m³, gas pada 298 K
Kelarutan dalam air 1,45 kg/m3
Panas laten penguapan 25.13 kJ/mol Titik lebur −57°C (216 K), pressurized Titik didih −78°C (195 K), menyublim Keasaman (pKa) 6.35 dan 10.33 Viskositas 0.07 cP pada −78°C
Struktur Bentuk molekul linier Bentuk kristal Seperti segi empat Momen dipol nol
(en.wikipedia.org)
Secara terpisah, tahun 1771 seorang ahli kimia Swedia profesor Tornbern
Begmarn menemukan proses serupa untuk membuat air berkarbonasi yang dia
tujukan untuk kesehatan. Air berkarbonasi merupakan komponen utama dalam
pembuatan minuman bersoda (soft drink).
Air berkarbonasi, disebut juga sebagai air soda, adalah air tawar dimana
karbon dioksida terlarut didalamnya. Proses pelarutan karbon dioksida disebut
karbonasi. Hasil dari proses tersebut adalah pembentukan asam bikarbonat
(H2CO3).
Reaksi yang terjadi : H2O + CO2 → H2CO3 (20)
Karbon dioksida berada dalam kesetimbangan dengan asam bikarbonat.
Tetapan kesetimbangan pada suhu 25oC adalah 1.7x10-3, disini mayoritas karbon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dioksida tidak dikonversikan menjadi asam bikarbonat tetapi berada dalam bentuk
molekul CO2. Dengan tidak adanya katalis kesetimbangan dicapai secara lambat.
Tetapan laju reaksi
- ke kanan : CO2 + H2O → H2CO (21)
sebesar 0,039/detik
- ke kiri : H2CO3 → CO2 + H2O (22)
sebesar 23/detik
Asam bikarbonat suatu asam berbasa dua, sehingga memiliki dua tetapan
dissosiasi
H2CO3 → HCO3− + H+ (23)
(Ka1 = 2,5×10−4 mol/L; pKa1 = 3,60)
HCO3− →CO3
2− + H+ (24)
(Ka2 = 5,61×10−11 mol/L; pKa2 = 10,25)
Ada hal yang harus diperhatikan saat menyatakan dan menggunakan tetapan
dissosiasi pertama dari asam bikarbonat. Nilai yang dinyatakan diatas tepat untuk
molekul H2CO3, dan hal tersebut mengakibatkan H2CO3 nampaknya lebih asam
dibandingkan asam asetat maupun asam formiat. Hal ini mungkin diakibatkan dari
elektrongativitas substituen oksigen. Meskipun demikian asam bikarbonat seperti
dinyatakan sebelumnya hanya terdapat dalam larutan dalam kesetimbangan
bersama karbon dioksida sehingga konsentrasinya lebih rendah dibanding CO2
yang mengurangi keasaman yang terukur, persamaanya sebagai berikut:
CO2 + H2O → HCO3− + H+ (25)
(Ka = 4,30×10−7 mol/L; pKa = 6,36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Persamaan tersebut sering dijadikan sebagai tetapan dissosiasi dari asam
bikarbonat, meskipun ambigu akan lebih baik jika mengacu pada tetapan
keasaman karbondioksida tersebut untuk menghitung pH dari larutan CO2.
E. Metode Penetapan Kadar Parasetamol di Dalam Darah
Parameter farmakokinetika dihitung dari data perubahan kadar obat tak
berubah dalam darah atau cairan lainnya yang besarnya dalam satuan mikrogram
(µg) kebawah (relatif sangat kecil), karena itu syarat sensitivitas dan selektivitas
metode penting sekali artinya ,disamping ada pula parameter lain seperti
ketepatan, ketelitian dan kesederhanaan metode. Mengingat subyek yang
digunakan adalah makhluk hidup yang dengan ukuran tubuh yang tertentu, maka
volume dari sampel biologis yang diperlukan juga yang tidak kalah penting
(Smith & Stewart, 1981).
Terdapat beberapa metode penetapan kadar parasetamol yang dapat
digunakan.
1. Metode gas liquid chromatograpy (GLC)
Metode ini memiliki selektivitas dan sensitivitas yang tinggi (Prescott,
1971). Namun memerlukan plasma sebanyak 2 ml (± 4 ml darah utuh) sehingga
sulit untuk diterapkan pada hewan kecil seperti tikus mengingat diperlukan
beberapa kali pengambilan sampel darah dalam penelitian farmakokinetika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Metode spektrofotometri-diferensial
Metode ini juga sensitif dan selektif namun volume darah yang
dibutuhkan juga besar yaitu 5 ml sehingga tidak mungkin dilakukan pada hewan
kecil (Knepil cit Donatus,1994)
3. Metode oleh Micelli et al. (1979)
Berbeda dengan metode-metode di atas , metode ini hanya memerlukan
0,2 ml serum yang kemudian direaksikan dengan larutan ortokresol dan
ammonium hidroksida. Kemudian dibaca dengan spektrofotometer sinar tampak
(visibel) pada panjang gelombang 615 nm. Namun meski sederhana, sensitif dan
teliti namun tidak memperlihatkan selektivitas terhadap metabolit parasetamol.
4. Metode Cafetz et al.,
Metode Cafetz et al. (1971), pertama kali dimanfaatkan untuk penetapan
kadar parasetamol di dalam cairan biologis oleh Glyn & Kendal (1975)
Dinyatakan bahwa penetapan kadar parasetamol tak berubah dalam darah dengan
dasar reaksi diazotasi memiliki selektivitas dan sensitivitas yang tinggi, sederhana
dan tepat. Metode ini tidak terganggu dengan adanya metabolit parasetamol.
Modifikasi volume plasma dapat dilakukan (dari 2 ml menjadi 0,5 ml) dengan
penyesuaian pereaksi, (Sriyanto dkk.,1983) sehingga dapat dilakukan pada hewan
uji kelinci dengan ketelitian 98,60%. Namun pada tikus agaknya tidak bisa
dilakukan mengingat ukuran tubuh dan volume darah yang jauh lebih kecil
dibandingkan kelinci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
5. Metode high performance liquid chromatograpy (HPLC)
Alternatif lain yang digunakan untuk mengatasi kesulitan diatas adalah
dengan metode oleh Howie et al. (1977) yaitu HLPC. Sistem HPLC yang
digunakan yaitu kromatografi partisi dengan sistem reverse phase (fase terbalik).
Metode ini telah dikembangkan untuk penetapan secara simultan konjugat
parasetamol yaitu sulfat, glukoronat, sistein dan asam merkapturat (metode A) dan
parasetamol tak berubah dalam darah (metode B).
Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi, karena adanya perbedaan koefisien
distribusi masing-masing senyawa di antara dua fase yang saling bersinggungan
dan tidak saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang
berupa zat cair atau zat gas, dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair
atau zat padat (Noegrohati, 1994).
Analisis kualitatif pada HPLC dilakukan dengan cara membandingkan
waktu retensi senyawa murni dengan waktu retensi senyawa yang dimaksud
dalam sampel (Gritter et al., 1985). Waktu retensi yang menunjukkan identitas
suatu senyawa merupakan selang waktu yang diperlukan senyawa mulai pada saat
injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor (Gritter et
al., 1985). Tiap senyawa memiliki waktu retensi yang spesifik pada kondisi
tertentu seperti kolom, suhu, laju, dan sebagainya sehingga dapat digunakan
sebagai salah satu dasar uji kualitatif (Noegrahati, 1994). Analisis kuantitatif
dilakukan berdasarkan perbandingan tinggi atau luas puncak kromatogram
senyawa sampel terhadap senyawa standar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Metode A teridiri dari pompa (Orilta model AE 10-4); detektor ultaviolet
(ceccil, model 212, lambda pada 250 nm,10 µl flow cell); pencatat (Honey-well
Model 194); integrator (Hawlett-Packard Model 3370 A); kolom tabung berlapis
baja anti-karat (170 x 4,9 mm dengan oktadesilsilan yang terikat pada silika
spheris, ukuran partikel 10µm, Spherisorb 10-ODS, Phase Separation, Clwyd);
injektor septum. Fase gerak asam asetat 1%-metanol-etil asetat (90:15:0,1) pada
4,5 MNm-2; laju alir 1,6 ml/menit. Sampel urin yang diencerkan hingga 50
kalidengan air terdestilasi bila perlu. Dalam 0,8 ml sampel ditambahkan standar
internal (0,2 ml larutan 4-florofenol 20mg/ml dalam air). Dicampur dan
diinjeksikan 2-4 µl. untuk urin dengan konsentrasi rendah (misalnya yang
dikumpulkan setelah beberapa jam pemberian obat pada dosis tercapai) standar
internal dikurangi hingga 4mg/ml. Memberikan larutan standar parasetamol dalam
air dengan jumlah tiap seri tidak diketahui.
HPLC dengan metode B memakai alat yang sama dengan metode A
dengan kolom 90 x 4,5 mm. Menggunakan fase diam yang sama pula dengan
metode A. fase gerak air-asam asetat-etilasetat(98:1:1) pada 2,75 MNm-2, laju alir
3 ml/menit. Dalam 1 ml plasma yang mengandung 25-500 µg/ml parasetamol
pada gelas kaca, tambahkan 1 ml larutan asam trikloro asetat (TCA) 25% (w/w)
yang mengandung 4-florofenol 75%, menggojog dengan vortek. Protein
diendapkan dengan sentrifugasi dan supernatan jernih diinjeksikan. Untuk sampel
yang mengandung parasetamol kurang dari 25 µg/ml, ditambahkan 100 µg/ml
larutan yang mengandung 4-florofenol 7mg/ml dalam larutan TCA 75% (w/w)
kedalam 1 ml plasma dan supernatan yang diinjeksikan sampai dengan 25 µl.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Karena dalam penelitian ini yang ditetapkan hanya kadar parasetamol tak
berubah dalam darah maka yang digunakan adalah metode B dengan sedikit
modifikasi (Wijoyo, 2001) pada flow rate (3 ml/menit menjadi 1 ml/ menit);
jumlah plasma (1 ml menjadi 0,25 ml) sehingga dapat diterapkan untuk hewan uji
tikus; dan konsentrasi asam trikloroasetat (25 % b/v menjadi 10% b/v) dan tanpa
penggunaan 4-florofenol sebagai campuran. Secara umum metode ini memenuhi
parameter senstivitas, selektivitas, ketepatan dan ketelitian serta dapat mengatasi
masalah volume cairan biologis (darah) yang terjadi pada metode-metode yang
lain.
F. LANDASAN TEORI
Mekanisme absorpsi parasetamol berlangsung secara transpor pasif pada
seluruh bagian saluran cerna terutama usus halus (Bagnall et al., 1979, Lacy et al.,
2003). Karena absorpsinya di usus halus maka segala hal yang mempengaruhi
kecepatan pengosongan lambung dapat pula mempengaruhi keefektifan absorpsi
dari parasetamol (Whitehouse, 1981). Makanan dapat mempengaruhi kecepatan
absorpsi namun tidak mempengaruhi jumlahnya (Mc.Gilveray & Mattock, 1972),
sedang umur dan pH tidak berpengaruh sehingga yang menjadi tahap pembatas
laju absorpsi parasetamol bukan keasaman lambung atau usus melainkan
kecepatan pengosongan lambung, gerakan usus dan daya tampung dan keaktifan
enzim.
Pola pengosongan lambung tergantung pada ada tidaknya makanan
dalam lambung. Pada keadaan kosong (tidak ada makanan), lambung dan usus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mengalamai serangkaian peristiwa yang berulang-ulang yang disebut dengan
interdigestive migrating motor / myoelectric complex (MMC) kompleks ini
menghasilkan kontraksi yang dimulai dari lambung bagian proksimal dan berakhir
pada ileum. Makanan akan menggangu proses interdigesti oleh MMC tersebut.
Pada kehadiran makanan (padat maupun cair) pengosongan lambung dikontrol
oleh berbagai mekanisme mekanis, hormonal dan saraf. Pengosongan lambung
juga ditentukan oleh berbagai macam faktor. Seperti tertera pada tabel VII. Satu-
satunya stimulus alami dalam pengosongan lambung adalah tekanan (distention)
pada lambung (Mayerson, 2002).
Pada saat parasetamol dikonsumsi bersama air berkarbonasi (kandungan
utama H2CO3 yang terlarut dalam air), maka yang terjadi didalam lambung adalah
H2CO3 cenderung dikonversikan dalam bentuk gas CO2 (persamaan 23). Ada dua
peristiwa yang diduga terjadi di dalam lambung yaitu gas CO2 yang dilepaskan
dari larutan air berkarbonasi ini akan memenuhi lambung sehingga volume pada
lambung cenderung meningkat. Selain itu gas CO2 ini akan memberikan efek
tekanan pada lambung (gastric distention). Dua hal tersebut merupakan faktor-
faktor yang mempercepat pengosongan lambung seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Sehingga terdapat kemungkinan bahwa air barkarbonasi akan
meningkatkan laju absorpsi parasetamol, perubahan pada laju absorpsi mungkin
juga dapat mempengaruhi parameter-parameter farmakokinetika parasetamol yang
lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel X. Faktor yang mempengaruhi pengosongan lambung Faktor Pengaruh terhadap pengosongan lambung
Volume Semakin besar volume awal (starting volume), makin besar kecepatan permulaan pengosongan lambung. Semakin besar volume original lambung, semakin lambat pengosongan lambung
Tipe makanan asam lemak, trigliserida, karbohidrat, asam amino
Mengurangi kecepatan
Tekanan osmotik Pengurangan kecepatan tergantung pada konsentrasi garam dan dan zat nonelektrolit. Kecepetan meningkat pada konsentrasi yang rendah dan menurun pada konsentrasi yang tinggi
Bentuk fisik dari isi yang terkandung dalam lambung
Larutan, suspensi dan partikel kecil lebih mudah dikosongkan dari lambung dibanding bahan yang berukuran besar
Kimia - Asam
- basa
Mengurangi kesepatan pengosongan lambung (mengurangi keefektifan HCL, asam asetat, laktat dan sitrat) Konsentrasi rendah (1%) meningkatkan kecepatan, konsentrasi tinggi (5%) mengurangi kecepatan.
Obat - antikolinergik, - analgesik narkotik - etanol - metoclopramide
Mengurangi kecepatan Meningkatkan kecepatan
Lain-lain - Posisi tubuh - Berbaring ke sisi kiri mengurangi kecepatan - Viskositas kecepatan lebih besar untuk larutan yang semakin
encer. - Garam empedu -Mengurangi kecepatan - Penyakit -Pasien diabetes, luka pada lambung, hipotiroid
akan mengurangi kecepatan sedang pada hipertiroid akan meningkatkan kecepatan.
- Olahraga -Olahraga terlalu keras akan mengurangi kecepatan pengosongan.
- Operasi lambung -Menyulitkan pengosongan lambung. (Mayerson, 2002)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
E. HIPOTESIS
Pemberian air berkarbonasi bersama-sama parasetamol dapat
meningkatkan laju absorpsi parasetamol dan mempengaruhi profil
farmakokinetika parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang metodologi yang digunakan
dalam penelitian yaitu rincian tentang jenis dan rancangan penelitian yang dipilih,
variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian, alat dan bahan yang digunakan, tata
cara pelaksanaan penelitian juga tentang tata cara analisis dari hasil data yang
diperoleh.
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang pengaruh pemberian air berkabonat terhadap profil
farmakokinetika parasetamol pada tikus putih jantan merupakan jenis penelitian
eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola satu arah.
B. Variabel-variabel Penelitian
Terdapat beberapa variabel di dalam penelitian ini diantaranya variabel
bebas, variabel tergantung serta variabel terkendali. Penjelasan tentang variabel-
variabel penelitian dirinci sebagai berikut.
1. Variabel bebas
Dosis air berkarbonasi yang diberikan segera sesudah pemberian parasetamol.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Variabel tergantung
a. Parameter farmakokinetika primer, meliputi:
1) tetapan laju absorpsi (ka), adalah jumlah obat yang diabsorpsi per satuan
waktu(ml/menit)
2) klirens total (ClT), adalah volume darah atau plasma yang dibersihkan
dari obat pada kompartemen sentral persatuan waktu (ml/menit)
3) volume distribusi tunak (Vdss), adalah jumlah obat yang terdistribusi
dalam cairan tubuh pada kondisi kesetimbangan/tunak (ml)
b. Parameter farmakokinetika sekunder, meliputi
1) waktu untuk mencapai kadar maksimum (tmaks), adalah waktu yang
diperlukan obat untuk mencapai kadar maksimum di dalam darah (Cpmaks)
(menit)
2) waktu paru h eliminasi(t½ eliminasi), adalah waktu berkurangnya jumlah
obat dalam darah menjadi setengahnya (menit)
3) mean reidence time (MRT), adalah waktu rata-rata saat residu obat
tinggal di dalam tubuh (menit)
4) kadar maksimal pada waktu mencapai tmaks (Cpmaks), adalah jumlah obat
maksimal yang terukur di dalam cairan darah (mg/L)
c. Parameter farmakokinetika turunan, yaitu luas daerah dibawah liku (AUC 0-
∞), adalah jumlah obat yang terukur dalam tubuh pada jumlah tertentu (µg/ml)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3. Variabel pengacau
Variabel pengacau dalam penelitian ini dapat dikendalikan sehingga disebut
variabel pengacau terkendali yaitu sebagai berikut :
a. Galur spesies subyek uji adalah Wistar
b. Jenis kelamin subyek uji adalah jantan
c. Umur subyek uji antara 2 - 3 bulan
d. Berat badan subyek uji antara 240-260 g
e. Status puasa subyek uji terhadap makanan dan minuman selama 18 jam
sebelum diberi perlakuan
Disamping variabel pengacau yang terkendali, terdapat pula variabel
pengacau yang tidak terkendali yaitu keadaan patologis dan psikologis subyek uji.
C. Bahan Penelitian
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan, galur wistar yang
diperoleh dari laboratorium milik fakultas farmasi USD, berumur antara 2-3 bulan,
berat badan berkisar 240-260 g. Bahan yang diuji adalah air mineral berkarbonasi,
parasetamol kualitas farmasetis dari PT Konimex, Surakarta.
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol
adalah seperti : asam trikloro asetat (TCA) p.a (E.Merck Darmstadt, Germany),
natrium carboksi metil selulosa (carboxy methyl cellulose-sodium = CMC-Na), asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
asetat p.a (E.Merck Darmstadt, Germany), etil asatat p.a (E.Merck Darmdstadt,
Germany), heparin sodium injection USP (Fahrenheit), akuabidestilata.
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Alat-alat gelas (pyrex);
2. Micropipet; HPLC (CBM-101 Shimadzu)
3. Detektor UV-Vis SPD-10AV (Shimadzu)
4. Kolom NOVA PACKTM C18 panjang 15cm dan 30cm diameter partikel 5-10 μm
(Shimadzu)
5. Sentrifuge(diameter 18 cm, Hettich EBA 85)
6. Neraca elektrik (Metler Toledo, model AB 204, made in Switzerland)
7. Spektrofotometer visibel(Genesys 6v1;001)
8. Syringe (Hamilton) Milipore Millex 0,45 µm
9. Ultrasonic degassing (Retsch); vaccum (Gast)
10. Cellose nitrate membrane filter anorganik 0,45 µm (diameter 47 mm, Whatman)
11. Cellose nitrate membrane filter organik 0,50 µm (diameter 47 mm, Whatman
PTFE)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
E. Tata Cara Penelitian
1. Optimasi penetapan kadar parasetamol
Optimasi ini meliputi :
a. Pembuatan seri larutan baku. Timbang dengan seksama kurang lebih
0,1 g parasetamol dan melarutkannya ke dalam 100 ml akuabides (disebut larutan
induk parasetamol), kemudian mempipet 0,15 ; 0,25 ; 0,5 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; dan
4,0 ml lalu masukkan ke dalam labu ukur 10 ml, selanjutnya mengencerkan
dengan akuabides (disebut larutan intermediet parasetamol).
b. Pembuatan dan Penetapan kurva baku. Mempipet 0,25 ml dari tiap
seri kadar larutan baku (15, 25, 50, 100, 150, 200, 250, 300, dan 400
μg/ml).Untuk penetapan kadar, selanjutnya menambahkan pada 0,25 ml plasma
yang diperoleh dengan memusingkan (sentrifuge) darah berheparin (0,5 ml)
dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Kemudian menambahkan larutan
parasetamol dalam plasma ini dengan 0,5 ml larutan TCA 10%, mencampur dan
memusingkan selama 10 menit pada laju 3500 rpm. Selanjutnya mengambil
jernihan dan menyaring dengan penyaring Millex 0,45 μm dan melakukan
penghilangan gelembung gas dengan degassing selama lima belas menit. Jerihan
tersebut diinjeksi pada HPLC sebanyak 20 µl. Elusi dilakukan dengan fase gerak
campuran air-asam asetat-etil asetat (98:1:1), pada panjang gelombang 250 nm
dengan laju alir 1 ml/menit. Luas kromatogram dihitung dan dibuat kurva
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
hubungan antara kadar dengan luas kromatogram. Dengan metode regresi linier,
memplotkan kadar (μg/ml) terhadap harga AUC dari masing-masing seri larutan
kadar sehingga didapat persamaan y = bx + a (y = harga AUC, x = kadar, b =
slope, a = intersept).
c. Penatapan harga perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan
sistemik. Digunakan larutan parasetamol dalam plasma 25 μg/ml dan 100 μg/ml.
Selanjutnya penetapan kadar dilakukan seperti pada langkah 2c. Setiap kadar
direplikasi tiga kali, kemudian menghitung kadar rata-rata dan simpangan baku
parasetamol di dalam plasma berdasarkan persamaan kurva baku. Kemudian
membandingkan kadar terukur dengan kadar terhitung dan dihitung koefisien
variasinya.
Perolehan Kembali = 100%xdiketahuikadarterukurkadar
Kesalahan baku (KB) = nbaku(SD)Simpangan
Koefisien variasi (KV) = 100%xx
KB
Keterangan : n = jumlah pengukuran x = kadar rata-rata
d. Stabilitas Parasetamol. Membuat parasetamol dengan kadar 100 μg/ml
dalam plasma, kemudian meyimpannya pada suhu 5-10ºC selama 2 hari. Mengukur
kadar parasetamol dalam plasma tersebut setiap hari pada hari ke 0, 1 dan 2 dengan
HPLC seperti pada 1c. Hasilnya dinyatakan dengan prosen (%) penurunan kadar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
2. Penelitian lanjutan
a. Penetapan dosis parasetamol. Pemilihan takaran dosis parasetamol
didasarkan pada batas keamanan yang masih dapat diterima, kepekaan dari
metode dan kemungkinan terdapat farmakokinetika tergantung dosis (Donatus,
1985).
b. Penetapan dosis air berkarbonasi. Dosis air berkarbonasi diperoleh
dari dosis yang biasa dikonsumsi dari manusia yang dikonversikan ke tikus.
c Penetapan jadual pengambilan sampel. Memberikan kepada
sekelompok hewan uji suspensi parasetamol dalam CMC 1% secara peroral
dengan dosis 300 mg/kg BB. Selanjutnya mencuplikan sampel (darah) yang
dilakukan pada menit ke 0, 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360 dan
420 melalui vena lateralis pada ekor tikus. Sampel ditampung dalam microtube
yang telah diisi heparin.
Penetapan kadar parasetamol dalam sampel dilakukan dengan cara
memusingkan sampel pada 3500 rpm selama 10 menit. Cairan bening (plasma)
diambil sebanyak 0,25 ml, menambakan berturut-turut 0,25 ml akuabidestilata
dan 0,5 ml larutan TCA 10%, memusingkan pada kecepatan 3500 rpm selama 10
menit. Mengambil jernihan tersebut dan menyaring dengan penyaring Millex
0,45 μm. Selanjutnya menginjeksikan jernihan pada HPLC sebanyak 20 µl. Elusi
dilakukan dengan fase gerak campuran air-asam asetat-etil asetat (98:1:1) pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
panjang gelombang 250 nm dengan laju alir 1 ml/menit. Jadual waktu
samplingnya diperoleh dari perhitungan 3-5 x t ½ eliminasi parasetamol.
d Penetapan kadar parasetamol utuh dalam plasma. Tahap ini juga
meliputi pengadaptasian, dan pemeliharan subyek uji pada kondisi yang sama
minimal satu minggu sebelum perlakuan, termasuk puasa makan dan minum bagi
subyek uji 18 jam sebelum perlakuan dan membagi subyek uji dalam 2
kelompok:
• Kelompok kontrol negatif sebanyak 5 ekor tikus, kemudian memberikan
kepada tikus-tikus tersebut suspensi parasetamol dalam CMC 1% dengan dosis
300 mg/kgBB. Dilanjutkan dengan memberikan air yang setara dengan volume
air berkarbonasi.
• Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor tikus, kemudian memberikan kepada
tikus-tikus tersebut suspensi parasetamol dalam CMC 1% dengan dosis 300
mg/kgBB. Dilanjutkan dengan memberikan air berkarbonasi dengan dosis seperti
yang teleh ditetapkan pada orientasi.
Sampling darah dilakukan pada menit ke 0, 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90,
120, 180, 240, 300, 360 dan 420 melalui vena lateralis ekor. Sampling darah
pada menit ke-0 sebanyak 0,5 ml, digunakan sebagai blanko. Kemudian
menampung sampel yang diperoleh .dalam mirotube yang telah berisi heparin.
Tahap penetapan kadar parasetamol utuh dalam plasma dilakukan seperti pada
langkah 2c.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
F. Analisis Hasil
1. Pehitungan parameter farmakokinetika
Harga-harga kadar parasetamol dalam plasma pada tiap-tiap waktu yang
diperoleh dari memasukkan luas area kromatogram pada persamaan kurva baku.
Selanjutnya hasil yang diperoleh diolah menjadi data perhitungan parameter
farmakokinetika primer (Cltotal dan Vdss), parameter farmakokinetika sekunder ( tmaks,
t½elimnasi, MRT, Cpmaks), dan parameter farmakokinetika turunan (AUC 0-∞), dengan
program, STRIPE (Johnston dan Woolard, 1983, dan telah direvisi oleh Jung)
Tabel XI. Parameter farmakokinetika model 2 kompartemen terbuka
Farmakokinetika Parameter Persamaan Satuan Absorpsi Cmaks Diolah dengan program Stripe µg/ml
Tmaks Diolah dengan program Stripe menit AUC 0-inf Diolah dengan program Stripe µg.menit/ml MRT Diolah dengan program Stripe jam
Distribusi Vdss Diolah dengan program Stripe liter Eliminasi t1/2 el Diolah dengan program Stripe menit
Clt Diolah dengan program Stripe ml/menit
2. Analisis statistik
Hasil perhitungan parameter-parameter farmakokinetika parasetamol pada
kelompok kontrol dan perlakuan selanjutnya dianalisis secara statistik kemudian
dibandingkan ada tidaknya perubahan bermakna dari farmakokinetika parasetamol
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Analisis statistik yang digunakan adalah uji Turkey berpasangan (paired
sample Turkey test/paired sampel T-test), dengan taraf kepercayaan 95% yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
didahului dengan uji One Sample Kolmogorof-Smirnov. Analisis statistik diolah
dengan program komputer SPSS 12.00. Perbedaan antara pasangan perlakuan di atas
dinyatakan bermakana jika harga signifikan t (2 arah) lebih kecil dari 0,05 dan
sebaliknya tidak bermakna bila lebih besar dari 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah penelitian dilaksanakan maka hasil-hasil yang diperoleh akan
dipaparkan dibawah ini. Pemaparan diurutkan secara sistematis berdasarkan tata cara
pelaksanaan penelitian dan hasilnya adalah sebagai berikut.
A. Optimasi Metode
Metode penetapan kadar parasetamol dengan HPLC mula-mula dilakukan
oleh Howie et al.(1977) untuk penetapan kadar metabolit parasetamol dalam urin
(sistem A) serta parasetamol utuh (PU) dalam darah (sistem B). Karena pada
penelitian ini yang ingin ditetapkan adalah kadar parasetamol utuh dalam plasma
(PU-plasma) maka dipilih sistem B dengan modifikasi seperti yang dilakukan Wijoyo
(2001). Penggunaan metode HPLC menguntungkan dalam penelitian ini, terlebih
mempertimbangkan bahwa analit (parasetamol) jumlahnya sangat kecil serta berada
dalam suatu matriks biologis yang kompleks.
Tahap awal yang dilakukan untuk mempreparasi plasma adalah
deproteinisasi. Hal ini penting karena parasetamol yang akan diukur kadarnya harus
dalam bentuk bebas maka ikatanya dengan parasetamol harus diputuskan. Umumnya
suatu senyawa asam lemah seperti parasetamol pada temperatur dan dosis terapi yang
normal akan terikat dengan albumin pada protein plasma pada satu tempat ikatan,
kemungkinannya pada kelompok asam amino N-ujung yang umumnya berupa asam
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
aspartat untuk albumin manusia (Wagner, 1975). Albumin yang berikatan dengan
parasetamol merupakan suatu protein sederhana berbentuk bulat dan berstruktur
kuartener. Sedangkan ikatan yang mungkin terbentuk antara parasetamol denagn
asama aspartat adalah suatu ikatan hidrogen.
Keberadaan protein juga dapat menggangu elusi parasetamol karena dapat
menyumbat kolom. Karena itu protein tidak hanya perlu diputuskan ikatannya dengan
parasetamol, tetapi juga harus di hilangkan dari larutan sampel yang akan diukur
kadarnya. Langkah yang diperlukan dalam rangka deproteinisasi ini meliputi
denaturasi protein menggunakan asam trikloro asetat (TCA) 10%. Ion H+ dari asam
akan memutus ikatan non kovalen (ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik dan ikatan
elektrostatik) yang berfungsi menstabilkan bentuk struktur akan struktur sekunder,
tersier dan kuartener protein plasma (Murray, 1995). Akibatnya protein kehilangan
aktivitas biologisnya juga ikatannya dengan parasetamol kerusakan ini menyebabkan
terlepasnya ikatan protein-parasetamol. Sifat protein yang didenaturasi umumnya
menjadi kurang larut. Protein kemudian dapat dipisahkan setelah dilakukan proses
sentrifugasi (laju 3500 rpm) selama 10 menit. Parasetamol bebas akan terdapat pada
fase cair yang jernih (supernantan) dan digunakan pada proses selanjutnya sedangkan
protein mengendap dibagian bawah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 8. Gambaran denaturasi suatu protein (protomer)
Sistem HPLC yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan detektor
ultraviolet untuk mendeteksi keberadaan parasetamol dalam plasma. Parasetamol
dapat dideteksi dengan detektor ultraviolet karena senyawa tersebut memiliki gugus
kromofor. Gugus ini memiliki ikatan rangkap yang mengandung elektron bebas yang
dapat tereksitasi ketika menerima radiasi sinar ultraviolet. Selain itu parasetamol juga
memiliki gugus akusokrom, gugus ini terikat langsung pada kromofor serta memiliki
pasangan elektron bebas yang dapat berinteraksi dengan elektron bebas pada
auksokrom. Akibatnya terjadi perubahan intensitas dan panjang gelombang serapan
optimum pada senyawa. Secara teoritis parasetamol dalam larutan asam memiliki
panjang gelombang serapan optimum sebesar 245 nm (Wade et al, 1989) sedang pada
metanol sebesar 249 nm (Clarke, 1969). Pada penelitian ini panjang gelombang
optimum parasetamol yang digunakan mengacu pada penelitian Howie et.al. (1977)
yaitu 250 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
HO NH
COCH3
Gambar 9. Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol
Keterangan : = auksokrom = kromofor
1. Pembuatan dan penetapan kurva baku.
Dengan menggunakan sistem HPLC dengan panjang kolom 15 cm pada
penelitian ini maka didapatkan kromatogram parasetamol seperti pada gambar 12.
Tampak bahwa parasetamol memiliki tR rata-rata 4,595 menit. Bila dibandingkan
dengan kromatogram blanko yang hanya berisi plasma yang telah dideproteinisasi
maka dapat terlihat bahwa terdapat senyawa dengan tR yang hampir mirip
parasetamol yaitu 4,579 menit. Namun karena AUC-nya relatif kecil (AUC = 5154)
hal ini masih dapat ditoleransi. Sedang kromatogram dengan tR 3,323 pada gambar 12
diduga adalah senyawa endogen yang terdapat dalam plasma seperti pula yang
ditampilkan oleh kromatrogram blanko plasma (gambar 11). Waktu retensi
menyatakan waktu yang dibutuhkan olah senyawa untuk keluar dari kolom. Waktu
retensi parasetamol dipengaruhi oleh interaksinya dengan fase gerak dan fase diam
saat terelusi dalam kolom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 10. kromatogram blangko plasma (kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 15cm)
Gambar 11. kromatogram parasetamol dalam plasma dengan kadar 100 µg/ml (kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 15 cm AUC = 2076294)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Fase gerak yang digunakan adalah campuran air : asam asetat : etil asetat
dengan perbandingan 98:1:1 sifatnya polar. Air digunakan sebagai kandungan utama
fase gerak kromatografi fase terbalik. Fungsi etil asetat adalah pelarut organik.
Sedangkan asam asetat akan memberikan suasana asam. Ketika parasetamol yang
bersifat asam lemah ini sebagian molekulnya terdisosiasi karena adanya air, maka
dengan adanya asam parasetamol akan kembali ke dalam bentuk molekul utuhnya.
OH
HN C
O
CH3
O-
HN C
O
CH3
+ H+
parasetamol
H2O
Gambar 12. Disosiasi parasetamol
Bila parasetamol dielusi pada suasana basa, maka akan terbentuk garam
parasetamol yang sifatnya lebih polar dibanding parasetamol dalam bentuk semula
(utuh). Sifat ini menyebabkan garam parasetamol lebih cepat terelusi dibanding
bentuk utuhnya. Kemungkinan berakibat pemisahan parasetamol dengan senyawa
endogen dari plasma menjadi kurang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 13. Reaksi
penggaraman parasetamol dengan adanya basa
OH
HN C
O
CH3
XOH
OX
HN C
O
CH3
+ + H2O
parasetamol
suatu basa
garam parasetamol
air
Fase diam yang digunakan adalah C18 yang sifatnya non polar.
Parasetamol sendiri memiliki gugus non polar yang lebih banyak dibandingkan gugus
polarnya sehingga memungkinkan untuk berinteraksi dan tertahan lebih lama pada
fase diamnya. Hal ini menguntungkan karena berakibat terjadinya pemisahan yang
baik dengan senyawa endogen dari plasma.
HO NH
C
CH3
O
Gambar 14. Gugus polar dan nonpolar parasetamol
Keterangan : = gugus non polar = gugus polar
Persamaan kurva baku ditetapkan menghitung kadar parasetamol dalam
plasma dan sekaligus menunjukkan hubungan linearitas antara kadar parasetamol
dalam plasma dengan AUC yang dinyatakan dengan parameter koefisien korelasi (r).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Kurva baku dapat diterima bila nilai r yang lebih besar dari r tabel untuk delapan data
dengan derajat bebas (db) = 7 yaitu sebesar 0,707 (taraf kepercayaan 95%).
0 50
100 150 200 250 300 350 400 450
0 50 100 150 200 250 kadar parasetamol dalam plasma (ug/ml)
Luas
are
a (x
10
000)
Gambar 15. Persamaan kurva baku parasetamol dalam plasma (r = 0,9997; p< 0,05 ; Y = 19560,5531 X + 117131,5808)
Dapat dilihat pada gambar 16 bahwa.nilai r persamaan kurva baku lebih kecil
daripada r tabel sehingga kurva baku tersebut dapat digunakan untuk menghitung
kadar parasetamol dalam plasma. Persamaan kurva baku yang diperoleh yaitu Y =
19560,5531 X + 117131,5808.
2. Penetapan harga perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan sistemik.
Validasi metode analisis dilakukan pada tahapan ini. Pertimbangan diperoleh
dari parameter yang digunakan yaitu harga perolehan kembali dan koefisien variasi.
Digunakan dua seri kadar larutan yaitu 25 µg/ml dan 100 µg/ml yang direplikasi
sebanyak 3 kali. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 250 nm. Setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
diolah dengan persamaan kurva baku maka diperoleh kadar parasetamol dalam
plasma.
Perolehan kembali merupakan tolak ukur akurasi metode. Perolehan kembali
yang disyaratkan pada bioanalisis terpenuhi jika berada pada rentang antara 80%-
120% (Mulja & Hanwar, 2003). Nilai perolehan kembali dalam hari yang sama
(intraday) untuk kadar 25 µg/ml sebesar 97,25 ± 0,65% dan untuk kadar 100 µg/ml
sebesar 97,90 ± 0,81%. Dilihat dari nilai tersebut maka dapat dikatakan bahwa
metode ini memiliki akurasi yang baik. Data kemudian diulang para hari berikutnya
(interday) guna menguji ketangguhan metode. Hasilnya, pada kadar 25 µg/ml kadar
yang diperoleh kembali sebesar 99,43 ± 1,12% sebesar 98,88 ± 0,95% untuk kadar
100 µg/ml.setelah kedua data (interday dan interday dibandingkan) hasilnya relatif
masih baik sehingga disimpulkan bahwa metode memiliki ketangguhan yang baik.
Nilai koefisien variasi (KV) menyatakan nilai ksalahan acak. Untuk kadar
25 µg/ml adalah 1,1522% (intraday) dan 2,0594% (interday). Kadar 100 µg/ml
memiliki nilai KV sebesar 1.4789% (intraday) dan 1,6521% (interday). Nilai ini
memenuhi ketentuan yang KV disyaratkan untuk bioanalisis yaitu kurang kurang dari
15%-20% (Mulja & Hanwar, 2003). Artinya metode ini memiliki nilai presisi yang
baik. Melihat hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar parasetamol
dalam plasma dengan HPLC memenuhi syarat untuk dapat digunakan. Hasilnya
ditampilkan pada tabel XII dan XIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel XII. Harga perolehan kembali, kesalahan acak, kesalahan sistemik penetapan kadar parasetamol dalam plasma dengan HPLC-Intraday
*AUC yang telah dikoreksi nilainya dengan blanko
Penimbangan parasetamol(mg)
AUC* Kadar terhitung
Kadar terukur
(μg/ml) (μg/ml)
Perolehan kembali
(%) 0.09998 596106 24,9950 24,4868 97,97 0.10000 606569 25,0000 25,0217 100,09 0.10003 604764 25,0075 24,9293 99,69
Purata 24,8126 97,25 SD 0,2859 1,13 KB 0,1651 0,65
KV 1,1522 1.16 0.09998 2007968 99,9800 96,6658 96,68 0.10000 2026143 100,000 97,5950 97,58 0.10003 2063528 100,0300 99,5062 99,44
Purata 97,9223 97,90 SD 1,4482 1,44 KB 0,8361 0,81
KV 1.4789 1,44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel XIII. Harga perolehan kembali, kesalahan acak, kesalahan sistemik penetapan kadar parasetamol dalam plasma dengan HPLC-Intterday
*AUC telah dikoreksi nilainya dengan blanko
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa pada plasma ternyata
terdapat senyawa dengan tR mirip dengn parasetamol, maka selanjutnya untuk
mengitung kadar parasetamol dalam plasma AUC yang diperoleh akan dikoreksi
dengan blanko yaitu dengan cara mengurangi AUC parasetamol yang diperoleh
dengan AUC pada blanko plasma tersebut.
Penimbangan parasetamol(g)
AUC* Kadar terhitung
Kadar terukur
(μg/ml) (μg/ml)
Perolehan kembali
(%) 0,09998 608761 24,9950 25,1337 100,56 0,09998 609467 24,9950 25,1698 100,70 0,10003 591780 25,0075 24,2656 97,03
Purata 24,8564 99,43 SD 0,5119 2,08 KB 0,2956 1,12
KV 2,0594 2,09 0,09998 2078005 99,9800 100,2464 100,27 0,09998 2016597 99,9800 97,1070 97,13 0,10003 2058942 100,0300 99,2717 99,24
Purata 98,8750 98,88 SD 1,6068 1,60 KB 0,9277 0,95
KV 1,6521 1,07
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
3. Uji Stabilitas Parasetamol.
Tahap ini dilakukan untuk melihat sejauh mana parasetamol dalam plasma
tahan dalam penyimpanan pada suhu dan waktu tetentu. Hal ini diperlukan karena
plasma tidak dapat diukur pada hari yang bersamaan dengan hari pengambilan
sampel dari tikus, akibat dari jumlah sampel yang cukup banyak dan keterbatasan
waktu. Plasma yang telah selesai dipreparasi ditempatkan pada wadah dan disimpan
dalam suhu 0 oC. Tabel XIV menunjukkan bahwa pada hari pertama penurunan
masih dapat diterima karena nilainya relatif kecil (3%) namun pada hari kedua
penurunan sudah relatif besar, lebih dari dua kali lipat dari hari pertama (8%).
Dengan begitu ditetapkan bahwa penetapan kadar parasetamol hanya dapat dilakukan
sampai dengan sehari setelah sampel diambil dan dipreparasi dari cuplikan darah
tikus.
Tabel XIV. Peruraian parasetamol dalam plasma setelah disimpan pada suhu 0 oC
Hari ke- Kadar parasetamol(μg/ml)
Peruraian(%)
0 104,6019 0
1 101,1462 3,3037 2 95,6873 8,5224
Terdapat hal yang menjadi catatan disini bahwa pada saat tahap penelitian
lanjutan terjadi perubahan panjang kolom HPLC NOVA PACK™ C18 yang
digunakan yang semula 15 cm menjadi 30 cm. Hal ini karena kolom lama mengalami
kerusakan teknis sehingga tidak dapat dipergunakan kembali. Karena itu terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
pergeseran tR parasetamol yang semula berkisar pada menit 4,595 (panjang kolom 15
cm,) yang dicontohkan pada gambar 10, menjadi 5,103 menit (panjang kolom 30 cm)
seperti tampak pada gambar 17.
Gambar 16. Kromatogram kontrol 3, menit ke 20 (kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 30 cm, AUC =1649282)
B. Penelitian lanjutan
1. Penetapan dosis parasetamol
Nilai dosis toksik parasetamol oral pada tikus yaitu kurang lebih 3 g/kgBB
(Mitchell dkk, 1973; Donatus dkk, 1982). Maka digunakanlah sepersepuluh dari nilai
dosis tersebut yaitu 300 mg/kgBB sebagai dosis yang diberikan pada hewan uji
dengan mempertimbangkan bahwa dosis ini aman digunakan (tidak menimbulkan
ketoksikan) dan masih dapat terdeteksi dengan metode HPLC hingga pada menit
terakhir pencuplikan sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2. Penetapan dosis air berkarbonasi.
Survei dilakukan kepada 10 orang dewasa dan diperoleh volume rata-rata
air yang dikonsumsi saat meminum obat adalah 60 ml. Konsentrasi karbon dioksida
terlarut dalam sediaan adalah 1,100 g/L. Maka setelah dihitung dengan faktor
konversi didapatkan dosis untuk tikus adalah 5,8115 mg/kgBB
3. Penetapan waktu pengambilan cuplikan.
Data dari uji sampling menunjukkan bahwa nilai waktu paruh eliminasi( t½
el) 120,934 menit dan nilai tn−0AUC 17809,42 ( ±.90,73 dari ) menjadi dasar
untuk menetapkan lama waktu pengambilan cuplikan darah tikus yaitu 3 -5 x t½ el
atau
∝−0AUC
∝−0AUC . Tabel XV dan gambar 16 menunjukkan hasil yang diperoleh, dari
data ini selanjutnya ditetapkan lama waktu pengambilan cuplikan tersebut adalah 420
menit.
Tabel XV. Data kadar parasetamol dalam plasma setelah pemberian parasetamol dalam plasma dosis 300 mg/kg.BB (n = 3)
Waktu (menit)
Kadar parasetamol (μg/ml)
Waktu (menit)
Kadar parasetamol (μg/ml)
5 51,4462 ± 0.9037 120 66,5235 ± 5,4577 10 58,2213 ± 3,5308 180 44,8812 ± 5,3888 20 69,6010 ± 1,9072 240 29,8032 ± 3,2622 30 75,8373 ± 3,4200 300 20,7524 ± 1,7676 45 87,5688 ± 0,8277 360 15,0932 ± 1,6600 60 84,7366 ± 5,5463 420 10,4319 ± 0,7228 90 77,1045 ± 3,1700
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
0
20
40
60
80
100
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Gambar 17. Kurva kekerabatan kadar parasetamol lawan waktu pada tikus
jantan akibat pemberian parasetamol oral dosis 300 mg/kg BB (n=3)
0
2
4
6
8
10
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(µg/
ml)
Gambar 18. Kurva kekerabatan ln kadar parasetamol lawan waktu pada tikus jantan akibat pemberian parasetamol oral dosis 300 mg/kg BB (n=3)
C. Analisis Hasil
Plot ln kadar-waktu kadar parasetamol setelah pemberian secara oral,
memperlihatkan pola kurva bifasik pada fase distribusi dan eliminasinya (gambar 17).
Berarti kinetika parasetamol setelah pemberian secara oral mengikuti model dua
kompertemen terbuka. Hasil tersebut ditegaskan dengan nilai k12 + k21 < 20 kel
(lampiran 15). Nilai tersebut bermakna kecepatan distribusi parasetamol lebih lambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
daripada kecepatan eliminasinya. Hal ini berlaku pada kedua kelompok, kontrol
(parasetamol) dan perlakuan (parasetamol + air berkarbonasi).
0
20
40
60
80
100
120
0 100 200 300 400 500 Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
kontrol* perlakuan*
*Tiap kelompok 5 ekor tikus ; Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air ; Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonasi 5,8115 mg/kgBB Gambar 19. Perubahan liku kenaikan kadar parasetamol lawan waktu pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol oral dosis 300 mg/kg.BB dengan
dan tanpa air berkarbonasi
0
2
4
6
8
10
0 100
200
300
400
500
Waktu (menit)
Kada
r par
aset
amol
(µg/
ml)l
kontrol*
perlakuan*
*Tiap kelompok 5 ekor tikus ; Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air ;
Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonasi 5,8115 mg/kgBB
Gambar 20. Perubahan liku kenaikan ln kadar parasetamol lawan waktu pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol oral dosis 300 mg/kg.BB dengan dan
tanpa air berkarbonasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Secara umum tabel XVI dan gambar 18 menampilkan perubahan kadar
parasetamol utuh dalam plasma (PU-plasma) dalam suatu fungsi waktu antara
kelompok kontrol dan perlakuan. Perubahan tampaknya terjadi pada setiap fase, baik
absorpsi, distribusi maupun eliminasi (tabel XVII), namun yang bermakna secara
statistik hanya pada fase absorpsi dan eliminasi parasetamol (p<0,05). Artinya profil
absorpsi dan eliminasi parasetamol terpengaruh dengan adanya air berkarbonasi
sedangkan profil distribusinya tidak.
Tabel XVI. Kenaikan kadar parasetamol dalam plasma setelah pemberian parasetamol oral 300 mg/kg BB pada tikus akibat pemberian air berkarbonasi
*Tiap kelompok 5 ekor tikus
X ± KB kadar parasetamol dalam plasma (μg/ml)*
Menit ke-
Kontrol** Perlakuan** 0 0 0 5 55,4490 ± 8,4911 44,9452 ± 9,4839 10 72,4410 ± 4,5296 98,7881 ± 4,6182 20 85,4582 ± 3,4325 105,9450 ± 3,3499 30 94,4925 ± 3,2050 101,5720 ± 2,6694 45 86,1628 ± 1,3731 96,1099 ± 3,5591 60 79,7865 ± 1,9089 90,2215 ± 3,0151 90 71,2920 ± 2,2633 83,3543 ± 3,0335 120 63,8354 ± 1,8167 76,2247 ± 3,1557 180 47,9104 ± 2,8869 60,6295 ± 2,2903 240 35,3069 ± 1,6107 43,7980 ± 0,6657 300 23,4894 ± 0,4208 29,6100 ± 0,8715 360 18,1252 ± 0,8945 23,2769 ± 0,4500 420 14,1655 ± 0,1533 19,8089 ± 0,3840
**Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB+ air; Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonasi 5,8115 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel XVII. Pengaruh pemberian air berkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol pada tikus putih jantan
Parameter Kontrol* Perlakuan*
X(KB)** X(KB)** % beda
ka (menit-1) tmaks (menit) Cmaks*** (µg/ml) AUC 0- ~(μg.menit.ml-1) Lag time(menit)
0,1066 (0,0076) 33,2800 (2.1416) 83.0340 (2,9795)
22363.5500 (493.3461)
0
0,2469 (0,0320) 23,4900 (2,6349) 106,0700 (2,9453)
28702.7700 (610.5006)
0,81
+ 131,61b
-29,42b
+27,74b
+28,35b
-
Vdss*** (ml/ dosis) β (menit-1) k12 (menit-1) k21 (menit-1)
730,9902 (31,3566)
0,0059 (0,0006) 0,0002
(0,00009) 0,0053
(0,0004)
691,8540 (30,0200)
0,0054 (0,0002) 0,0002
(0,0004) 0,0046
(0,0002)
-5,36tb
-8,47tb
0tb
-13,21tb
CLT*** (ml/menit) β (menit-1) k13 t ½ eliminasi (menit) MRT
3,2642 (0,0749) 0,0040
(0,0001) 0,0046
(0,0001 ) 171,5550 (3,7209) 229,2420 (4,9613)
2,5584 (0,0479) 0.0034
(0,0001) 0,0040
( 0,0002) 244.5518 (22.190) 270,6960 (7,2951)
-21,62b
-15,00b
-13,04b
+42,55b
+18,08b
*Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB+ air. Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonasi 5,8115 mg/kgBB **X(KB) = purata ± kesalahan baku dari 5 tikus. *** nilai tersebut berlaku dalam bentuk satuan fraksi dosis yang terabsorpsi tb = perbedaan tidak bermakna (p>0,05), b = perbedaan bermakna (p<0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Persamaan umum kadar obat dalam darah pada model dua kompertemen
terbuka dari hasil rata-rata tiap kelompok adalah sebagai berikut.
Kontrol :
C(t) = 77,8848e-0,0040t + 29,3326e-0,0059t – 107,2174e-0,1066t (26)
Perlakuan :
C(t) = 80,0216e-0,0034t + 33,6072e-0,0054t – 117,1954e-0,2469t (27)
1. Profil absorpsi parasetamol
Nilai tetapan laju absorpsi (ka) digunakan untuk menggambarkan jumlah
obat yang dipindahkan dari tempat absorpsi (pada pemberian ekstravaskular) per
satuan waktu. Dapat dilihat bahwa pada kelompok perlakuan nilai ka meningkat
sebesar 131,61% (p<0.05) dibanding tikus kontrol. Peningkatan ini berpengaruh
pada tmaks yang memendek 29,42% dan Cmaks yang meningkat 27,74% (p< 0,05)
seperti tersaji dalam tabel XVIII. Ketergantungan Cmaks pada ka, dituliskan seperti
persamaan (7) yang menunjukkan bahwa peningkatan nilai ka mengakibatkan Cmaks
meningkat peningkatan ka juga berakibat pada penurunan tmaks seperti terlihat dalam
tabel XVII.
Persamaan tersebut diatas juga memperlihatkan ketergantungan Cmaks tidak
hanya pada ka, tetapi juga pada dosis (D), fraksi obat yang terabsorpsi (f), dan
volume kompartemen sentral (Vc). Semua subyek diberi dosis yang sama yaitu 300
mg/kg BB, karena itu dosis dianggap tidak berpengaruh pada peningkatan nilai Cmaks .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Fraksi parasetamol yang terabsorpsi (f) nilainya berbanding lurus dengan nilai Cmaks
artinya peningkatan nilai f akan meningkatkan Cmaks . Fraksi parasetamol yang
terabsorpsi penting diketahui pada pemberian ekstravaskular seperti peroral, karena
pada kenyataannya tidak semua obat yang diberikan dapat terabsorpsi. Hal ini terjadi
karena obat yang diberikan peroral harus melewati tempat absorpsi yaitu saluran
cerna. Selain itu obat juga dibawa oleh aliran darah (melalui vena porta hepatika)
untuk melalui organ hati. Tempat-tempat tersebut memungkinkan terjadinya
kehilangan obat misalnya karena dekomposisi pada dinding saluran cerna serta
terjadinya first pass effect pada hati yang akan dibahas selanjutnya. Oleh karena itu
untuk mengetahui fraksi parasetamol yang terabsorpsi diperlukan data
( pada pemberian intra vaskuler, obat dianggap terbsorbsi seluruhnya dengan
nilai fraksi = 1) sebagai pembanding untuk data AUC
..AUC vi
∞−0AUC
p.o ( pada pemberian
intra per oral)
∞−0AUC
100%xAUC
AUCF
i.v.
p.o= (28)
Didalam penelitian ini fraksi obat yang terabsorpsi diasumsikan satu karena tidak
dimiliki data i.v, oleh karena itu semua parameter yang berhubungan
dengan f seperti Cmaks, Vd
∞−0AUC
ss serta ClT nilainya dinyatakan dalam satuan fraksi dosis
yang terabsorpsi. Nilai Vc menurun sebanding dengan penurunan Vdss pada
kelompok perlakuan meskipun penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Penurunan tersebut mengakibatkan memendeknya tmaks dan meningkatnya Cmaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Sebagaimana dinyatakan pada persamaan (7) bahwa nilai Vc disini berbanding
terbalik dengan nilai Cmaks.
Perubahan nilai ka sangat tergantung pada faktor fisiologi (tertera pada tabel
IV), maka peningkatan nilai ka bermakna bahwa pemberian air berkarbonasi
mengubah satu atau lebih faktor fisiologi seperti aliran darah, kecepatan pengosongan
lambung dan motilitas usus.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Houston & Levy (1974)
dengan judul “Effect of Buffered Carbohydrate solutions (Coca-Cola and Emetriol)
on Bioavailability of Riboflain in Man” menyatakan bahwa kandungan gas dalam
minuman berkarbonasi seperti coca-cola diduga menyebabkan peningkatan
bioavailabilitas dari ribolavin dengan meningkatkan mixing pada lambung dan
mungkin juga mempengaruhi motilitasnya. Maka kemungkinan besar kandungan gas
pada air berkarbonasi yang digunaan dalam penelitian ini juga memberi efek yang
serupa. Kemungkinan lain adalah kandungan gas yang dihasilkan olah air
berkarbonasi (Anonim, 2002) didalam diduga meningkatkan volume awal (starting
volume) pada lambung. Starting volume yang besar akan meningkatkan awal
kecepatan pengosongan lambung (Mayerson, 2002). Penjelasan yang mungkin logis
adalah starting volume yang meningkat menyebabkan tekanan pada lambung (gastric
distention) juga meningkat, dimana gastric distention adalah stimulus alami yang
meningkatkan kecepatan pengosongan lambung (Mayerson, 2002). Peningkatan
kecepatan pengosongan lambung memicu peningkatan laju absorpsi parasetamol. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
ini logis karena tahap pembatas kecepatan (rate-limiting step) absorpsi parasetamol
yang terjadi pada usus halus bagian atas adalah kecepatan pengosongan lambung
sehingga dapat dikatakan dengan meningkatnya kecepatan pengosongan lambung
meningkat pula laju absorpsi PU (Heading, 1973; Whitehouse, 1981).
Kecepatan pengosongan lambung bukan merupakan satu-satunya faktor
fisiologi yang berpengaruh terhadap profil absorpsi. Faktor lainnya yaitu pH medium
absorpsi, koefisien partisi lemak-air juga fenomena first pass effect. Pada senyawa
obat yang bersifat asam lemah dengan adanya medium yang bersifat asam maka
bentuk tak terionnya akan lebih banyak sehingga absorpsinya akan lebih baik dengan
adanya medium tersebut. Air berkarbonasi mengandung asam bikarbonat yang
memiliki sifat asam, asam ini bersifat lemah dengan nilai Ka1 = 2,5×10−4 dan Ka2 =
5.61×10−11 (persamaan 23 dan 24) namun dalam larutan akan berada pada
kesetimbangan dengan molekul CO2 dengan jumlah lebih banyak (persamaan 23)
sehingga keasaman justru semakin turun. Keasaman dari air berkarbonasi diduga
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah parasetamol bentuk tak terion,
karena pada dasarnya parasetamol dengan nilai pKa-nya sebesar 9,5 kondisi pH pada
lingkungannya tidak berpengaruh signifikan terhadap bentuk tak-terionnya. Artinya
keasamaan air berkarbonasi diduga tidak mempengaruhi absorpsi parasetamol.
∞−0AUC , menggambarkan jumlah obat yang tersedia dalam darah pada
waktu nol hingga waktu tak hingga. Selain pada nilai ka, ∞−0AUC juga tergantung
pada dosis. Namun karena dosis yang diberikan pada masing-masing subyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
penelitian adalah sama maka artinya dosis tidak berpengaruh pada perubahan
. Data pada penelitian ini menegaskan dampak dari peningkatan
k
∞−0AUC ∞−0AUC
a seperti yang disebutkan sebelumnya. Peningkatan nilai pada kelompok
perlakuan sebesar 28,35% (p< 0,05) yang menggambarkan peningkatan jumlah PU-
plasma. Hubungan antara k
∞−0AUC
a dan ditulis pada persamaan (5). ∞−0AUC
Dapat dilihat bahwa selain peningkatan nilai ka akan memperbesar nilai
, tetapan laju eliminasi (β) dan tetapan laju distribusi (α) juga dapat
mempengaruhi terhadap parasetamol, nilai keduanya berbanding terbalik
dengan nili . Nilai α kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang
bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol berarti peningkatan nilai
pada perlakuan tidak terpengaruh oleh α. Sedangkan β pada kelompok
perlakuan menurun secara bermakna sebesar 15,00% (p< 0,05) dan hal ini ikut
berperan pada peningkatan nilai tersebut.
∞−0AUC
∞−0AUC
∞−0AUC
∞−0AUC
∞−0AUC
Lag time yang terjadi hampir di semua subyek kelompok perlakuan dengan
waktu ratarata 0,81 menit. Lag time menggambarkan adanya penundaan pengosongan
lambung. Akibatnya pada 5 menit pertama pencuplikan sampel, diperoleh data bahwa
kadar yang diabsorpsi di menit-menit pertama pada kelompok kontrol lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Diduga penyebabnya adalah kandungan gas
dari air berkarbonasi mula-mula akan memenuhi lambung (sifat gas memenuhi
ruangan yang ditempati) hal ini menunda pengosongan beberapa saat sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
akhirnya gas tersebut memberikan tekanan pada lambung (gastric distention) dan
diketahui bahwa yang memicu pengosongan lambung yang pada saat itu kondisinya
penuh. Namun lag time ini tidak menurunkan jumlah parasetamol yang diabsorpsi
secara keseluruhan pada kelompok perlakuan. Mekanismenya perubahan berupa
penurunan pada fase eliminasi sementara ini masih berupa dugaan yaitu bahwa terjadi
penurunan metabolisme parasetamol atau penurunan ekskresi parasetamol, ataukah
keduanya terjadi bersamaan.
Sementara dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengosongan lambung
pada kelompok perlakuan, meningkatkan laju absorpsi parasetamol dan menurunkan
jumlah parasetamol yang dieliminasi sehingga terjadi penurunan tmaks, peningkatan
Cmaks serta menjadikan kadar PU-plasma menjadi lebih besar. Penurunan tmaks dapat
berakibat onset parasetamol lebih cepat. Peningkatan Cmaks dapat berakibat pada
peningkatan intesitas kerja parasetamol ini. Sedangan kadar PU-plasma yang menjadi
lebih besar dapat pula memperbesar daya analgesik parasetamol.
2. Profil distribusi parasetamol
Profil distribusi parasetamol yang diperlihatkan oleh kelompok kontrol
maupun perlakuan nampaknya tidak menunjukkan perubahan yang berarti secara
statistik (p>0,05) yang berarti profil distribusi parasetamol tidak berubah dengan
adanya ait berkarbonasi. Secara umum dapat dilihat parameter distribusi Vdss, α , k12
dan k21 kelompok perlakuan tidak menunjukkan perubahan yang bermakna dibanding
kelompok kontrol. Meskipun demikian penurunan nilai Vdss pada kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
perlakuan dapat dipahami dengan sebagai akibat peningkatan PU-plasma.
Meningkatan PU plasma ini adalah salah satu faktor fisiologi yang mempengaruhi
nilai Vdss (tabel VI)
darahdalamobatkadartubuhdalamobatjumlahVd= (29)
Kecenderungan turunnya nilai Vdss ini juga dapat diperkirakan dengan turunnya nilai
tetapan distribusi campuran (α) lebih jelasnya dinyatakan dengan nilai k12 (tetapan
distribusi kompertemen sentral-perifer) dan k21 (tetapan distribusi kompartemen
perifer-sentral). Hubungan antara Vdss dengan k12 dan k21 tertera pada persamaan (8).
Penurunan hanya terjadi pada nilai k21 sbesar 13,21% (p> 0,05) sedangkan pada k12
relatif tidak ada perubahan sehingga nilai Vdss menjadi kecil. Namun pada akhirnya
semua perubahan itu memang tidak memberi kontribusi yang signifikan terhadap
profil distribusi parasetamol. Sehingga dapat dapat dikatakan bahwa secara fisiologi
faktor-faktor yang mempengaruhi profil distribusi parasetamol seperti ikatan
parsetamol-protein darah, ikatan parasetamol-jaringan dan partisi dalam dalam lemak
tidak dipengaruhi oleh adanya air berkarbonasi sehingga profil distribusi parasetamol
juga tak-terubah dengan adanya air berkarbonasi ini yang terlihat dengan tidak
adanya perubahan yang signifikan pada α, k12 maupun k21. Nilai Vdss berhubungan
pula dengan fraksi dosis yang terabsorpsi karena itu nilanya juga dinyatakan dalam
satuan fraksi obat yang terabsopsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
3. Profil eliminasi parasetamol
Pada pemberian air berkarbonasi ini, semua parameter eliminasi pada
kelompok perlakuan mengalami perubahan yang signifikan. Profil eliminasi
parasetamol dapat dilihat melalui nilai pembersihan totalnya (ClT) yang sering
disebut kliren (clearance) yang menggambarkan jumlah parasetamol yang
dibersihkan dari kompartemen sentral persatuan waktu. ClT merupakan parameter
farmakokinetik primer sehingga faktor fisiologi berpengaruh terhadap perubahan
nilanya. Terlihat bahwa pemberian air berkarbonasi menyebabkan penurunan nilai
ClT pada kelompok perlakuan (Tabel XVII ) sebesar 21,62% (p<0,05). Karena ClT
sendiri merupakan penjumlahan pembersihan oleh hati juga oleh ginjal. Berarti
`terdapat dugaan bahwa penurunan kliren ini terjadi akibat penurunan metabolisme
oleh hati dan atau ekskresi oleh ginjal.
Penurunan ClT juga berhubungan peningkatan kadar PU-plasma (ditandai
dengan peningkatan nilai ) dan fraksi dosis yang terabsorpsi (f). Hubungan
Cl
∞−0AUC
T dengan dijelaskan dengan secara matematis seperti dituliskan pada
persamaan (14) dimana nilai Cl
∞−0AUC
T berbanding terbalik dengan nilai . Seperti
halnya nilai C
∞−0AUC
maks dan Vdss, kliren juga nilainya dinyatakan sebagai satuan fraksi dosis
yang terabsorpsi. Selain itu ClT karena kliren menyatakan jumlah obat yang
dibersihkan dari kompartemen sentral, maka ClT juga terkait dengan Vc. Secara
matematis ditulis pada persamaan (14) bahwa kliren merupakan hasil perkalian Vc
dan k13. Sehingga ketika nilai Vc (yang nilainya sebanding dengan Vdss) dan k13 pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kelompok perlakuan mengalami penurunan dapat maka dimengerti mengapa nilai ClT
juga turun.
Bagaimana mekanisme penurunan eliminasi parsetamol tersebut masih
merupakan dugaan. Nilai ClT salah satunya dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah
dari kompartemen sentral ke tempat eliminasi karena itu juga merupakan fungsi
kecepatan laju absorpsi. Pemberian air berkarbonasi, seperti telah ditulis pada awal
saat membahas profil absorpsi, menyebabkan peningkatan kecepatan pengosongan
lambung yang berakibat pada peningkatan laju absorpsi, Cohen dkk. (1974) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan laju absorpsi mempengaruhi jumlah
parasetamol yang mengalami first-pass effect. Dinyatakan bahwa semakin cepat laju
absorpsi parasetamol (diwakili dengan kadar parasetamol yang semakin besar dalam
medium perfusi) maka fraksi yang dimetabolisme melalui mekanisme first-pass effect
semakin berkurang (dinyatakan dengan penurunan fraksi parasetamol yang
dimetabolisme seperti tertera pada tabel VI). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
laju absorpsi juga semakin cepat maka diduga jumlah parasetamol yang mengalami
biotransformasi melalui peristiwa first pass effect pada hati juga berkurang seperti
pernyataan diatas sehingga menyebabkan nilai ClT menurun. Namun perlu diingat
bahwa nilai ClT mewakili proses biotransformasi maupun ekskresi, maka juga
terdapat kemungkinan bahwa penurunan nilai ClT ini disebabkan karena penurunan
ekskresi parasetamol.. Untuk membuktikan apakah yang terjadi adalah penurunan
biotransformasi parasetamol ataukah penurunan ekskresi parasetamol atau bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
kedua-duanya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme yang
terjadi pada penurunan pembersihan total tersebut. Dengan mempertimbangkan
peningkatan laju absorpsi parasetamol dan penurunan eliminasi parasetamol, maka
logis bila terjadi peningkatan nilai dan penurunan nilai Vd∞−0AUC ss. Untuk
sementara ini diduga bahwa penurunan ClT disebabkan karena peningkatan laju
absorpsi parasetamol disertai penurunan metabolisme parasetamol dan atau
penurunan eksresi parasetamol.
Penurunan ClT pada kelompok perlakuan menyebabkan perpanjangan waktu
paruh eliminasinya (t½ eliminasi) sebesar 42,55% (p< 0,05). Hubungan antara dengan
t½ el , Vdss dan ClT dijelaskan pada persamaan (18). Air berkarbonasi menurunkan
nilai Vdss namun tidak secara bermakna, sedang nilai ClT menurun. Dengan
demikian waktu paruh eliminasi (t½ eliminasi) menjadi lebih panjang. Nilai t½ eliminasi
parasetamol kelompok kontrol berkisar antara 167-175 menit, sedangkan pada
kelompok perlakuan berkisar 222-267 menit. Namun pada umumnya perpanjangan
nilai t½ eliminasi yang mencapai 4 jam meningkatkan resiko hepatotoksisitas pada
pemakaian jangka panjang parasetamol. Maknanya, pemberian air berkarbonasi
diduga menyebabkan penurunan profil eliminasi pada parasetamol yang ditandai
dengan penurunan ClT dan perpanjangan waktu paruh eliminasi yang mungkin dapat
meningkatkan resiko hepatotoksisitas parasetamol pada pemakaian dosis berganda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data-data yang didapatkan dan uraian analisis hasil
peroleh beberapa kesimpulan
1. Air berkarbonasi mempengaruhi profil farmakokinetik parasetamol terutama
profil absorpsi dan profil eliminasi parasetamol sedangkan profil distribusi
parasetamol tidak terpengaruh secara signifikan.
2. Besarnya pengaruh tersebut dinyatakan bentuk prosentase (%) perubahan
parameter-parameter farmakokinetik pada profil absorpsi dan eliminasi sebagai
berikut:
a. Parameter profil absorpsi, ka meningkat 131,61%; tmaks memendek
sebesar 29,42% ; Cmaks naik 27,74% dan AUC 0-~ naik 28,35% (p <0,05).
b. Parameter profil eliminasi ,ClT menurun 21,62%; β menurun 15,00%;
k13 menurun13,04%; t½ el memanjang 42,55%; MRT memanjang 18,08% ( p<
0,05)
3. Pengaruh pada profil absorpsi yaitu tmaks yang memendek dan Cmaks yang
meningkat mungkin dapat mempercepat onset dan intensitas kerja parasetamol.
Selain itu peningkatan jumlah PU-plasma yang ditandai dengan peningkatan
AUC 0-~ kemungkinan dapat meningkatkan daya analgesik parasetamol.
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Sedangkan pengaruh pada profil eliminasi terutama perpanjangan waktu paruh
eliminasi parasetamol kemungkinan dapat menyebabkan akumulasi kadar obat
dalam tubuh pada pemakaian dosis berganda. Kombinasi kedua hal tersebut
diduga meningkatkan resiko terjadinya hepatotoksisitas pada pemakaian dosis
berganda.
B. Saran
Tujuan penelitian ini salah satunya untuk menjelaskan bagaimana pengaruh
air berkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol, karena itu akan lebih
baik bila dilakuan :
1. Penetapan kadar PU-plasma pada pemberian intravena agar dapat diperoleh data
fraksi parasetamol yang terabsorpsi pada pemberian secara ekstravaskuler
(peroral)
2. Penelitian tentang mekanisme penurunan ClT parasetamol tersebut.
3. Penelitian penyebab antaraksi tersebut yang berkaitan dengan peringkat dosis
lama waktu pemberian air berkarbonasi.
4. Sebaiknya juga dilakukan pengujian mengenai efek air berkarbonasi tersebut
terhadap daya analgesik parasetamol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
DAFTAR PUSTAKA
American Medical Association (AMA), 1994, Drug Evaluation Annual 1994, 123, Division of Drug and Toxicology, USA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 649, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim,2002, Carbonated Water,http://en.wikipedia.org/wiki/Carbonated_water,
Diakses tanggal 2 Maret 2006 Anonim, 2004, A to Z Drug Facts, 5th ed., 7-8, Facts and Comparison, Missouri,
USA Anonim, 2005, Drug Information for the Health care Professionals, Volume I,
25th ed., 10, Thomson MICROMEDEX, USA Bagnall, W.E., Kelleher. J., Walker, B.E., and Losowaky, M.S., 1979, The
Gastrointestinal Absorbtion of Paracetamol in Rat. J. Pharm. Parmacol., 31, 157 -160
Mayersohn, M., 2002, Principles of Drug Absorption in Banker, G. S., and
Rhodes, C. T., (Editor), Modern Pharmaceutics, 4th Ed, 40 - 52, Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., New York.
Bowman. W.C., and Rand, M.J., 1990, Textbook of Pharmacology, 2nd ed.,
Blackwell Scientific Publication, Cambridge Bruice, P.Y., 1998, Organic Chemistry, 2nd ed., Prantice hall-Inc., New Jersey,
947-948 Clarke, E.G.C., 1969, Isolation and Identification of Drugs, in Pharmaceutical,
Body Fluids and Post-Mortem Material 465, The Pharmaceutical Press, London
Clements, J.A., Critchley, J.A.J.H., and Prescott, L.F., 1983, The Effect of Dose
on the Pharmacokinetics and Absolute Bioavailability of Oral Paracetamol, J.Pharm. Pharmacol., Suppl., 11p
Cohen, G.M., Bake, O.M., and Davies, D.S., 1974, “First-pass” Metabolism of
Paracetamol in Rat Liver, J.Pharm. Pharmacol.,26, 348-351 Darmansjah, I.,1999, Pasien Demam Jangan Diselimuti, http://www.depkes.
go.id?index.php?option=articles& task. Diakses tanggal 8 Maret 2006
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Dollery, S.C.,1991, Therapeutics Drug, 13-15, Churcill Livingstone, New York Donatus, I.A., Sutjipto, N.S., dan Sarjiman, 1982, Pengaruh Vitamin E Terhadap
Nekrosis Hepar Tikus Putih Jantan Akibat Pemberian Karbon Tetraklorida, Parasetamol dan Asoniazidum, Laporan Penelitian Proyek PPT-UGM, I/L, 1-33
Donatus, I.A., 1984, Parasetamol: Kinetika Absorbsi, Distribusi, dan
Eliminasinya pada Tikus Putih Jantan dalam Keadaan Defisiensi Vitamin E, Tesis, Fakultas Pascasarjana UGM, Yogyakarta
Donatus, I.A., 1994, Antaraksi Kurkumin dengan Parasetamol: Kajian Terhadap
Aspek Farmakologi dan Toksikologi Perubahan Hayati Parasetamol, Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Fulton, B., James, O., and Rawlins, M.D., 1979, The Influence of Age on The
Parmacokinetics of Paracetamol, Proceeding of the B.P.S. Gibaldi, M., 1984, Biopharmaceutics and Clinical Pharmacology,3rd ed. , 30-40,
Lea & Febiger inc., Philadelphia Gibson, G.G. and Skett, P., 1991, Introduction to Drug Metabolism,
diterjemahkan oleh Iis Aisyah B., 189-190, UI Press, Jakarta Glyn, J.P. and Kendall, S.E., 1975, Paracetamol measurement, Lancet, 1147-1148 Gritter, R.J., Bobbit, J.M., and Schwarting, A.E., 1985, Introduction to
Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, edisi II, 205-219, Penerbit ITB, Bandung.
Hardam, J.G., Gilman, A.F., and Limbird, G.G., 1996, Goodman and Gilman’s
“The Pharmalogical basis of Therapeutics” ,9th ed., 631-632, The Mc.Graw-Hill Companies, New York
Hermansaksono, 2005, Berbahayakah Minum Bodrex Dicampur Coca-Cola,
http://hermansaksono.blogspot.com, Diakses tanggal 8 Maret 2006 Howie, D., Adriaenssens, P.I., and Prescott, l.F., 1977, Paracetamol Metabolism
Following Overdosage: Application of High Performance Liquid Chromatography, J. Pharm.Pharmacol., 29, 235-237
Kaplan, S.A., 1973, Biopharmeceutics in the preformulation stages of drug. In
James Swarbrick (Editor) Current Concepts in Pharmaceutical Sciences Dosages Form Design and Bioavailability, Lea & Febiger, Philadelphia
Katzung, B.G.(Editor), 2001, Basic and Clinical Pharmacology, 6th ed., 37, The
Mc.Graw-Hill Companies, USA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lacy., C.F., Armstrong, L.L. Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2003, Drug
Information, 11th ed., 25, Lexi-Comp, Ohio Makoid, M. and Cobby, J., 2000, Basic Pharmacokinetics, 1st ed., The
Virtual University Press, http://pharmacy.creighton.edu/pha443/pdf/ Chapter I
Mc Givelray, I.J., and Mattok, G.L.,1972, Some Factors Affecting the Absorbtion
of Paracetamol, J. Pharm. Pharmacol., 24, 615-619 Mitchell, J.R., Jollow, D.J., Potter, W.Z., Gillette, J.R., and Brodie, B.B., 1973,
Acetaminophen-Induced Hepatic Necrosis i.v., Protective Role of Glutatione, J.Pharm. Exp.Ther.,187,1, 211-217
Mulja, M., dan Suhaman, 1995, Analisis Instrumental, 1-59, 238, Airlangga
University Press, Surabaya Murray, Robert K.,Granner, Daryl k., Mayes, Peter A., and Rodwell, Victor W.,
1995, Biokimia Harper, alih bahasa oleh Devy H.Ronardi, ed. 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Notari, R.E., 1980, Biopharaceutics and Clinical Pharaceutics An Introductions,
4th ed., 295-298, Marcel Dekker Inc., New York Noegrahati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, dalam Noegrohati, S dan Narsito,
(Eds.), Risalah Prinsip dan Aplikasi Beberapa Teknik Analisis Instrumental, 16-17, Laboratorium Analisis Kimia dan Fisika Pusat UGM, Yogyakarta.
Pearce, E.C., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, diterjemahkan oleh
Sri Yuliani Handoyo, 133, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Poedjiadi, Anna, 2006, Dasar - Dasar Biokimia,109-115, UI-Press, Jakarta Pond, S.M., 1984, Pharmacokinetic Drug Interaction, in Benett, L.Z., Mossoud,
N., and Gambertoligo, J.G., (Editors), Pharmacokinetics Basic for Drug Treatment, 195-197, Raver Press, New York
Pottage, A., Nimmo, J., and Prescott., L.F., 1974, The Absorbtion of Aspirin and
Paracetamol in Patients with Achlorhydria, J.Pharm. Pharmacol., 26, 144-145
Prescott, L.F., 1971, Gas Liquid Chromatographic Estimation of Paracetamol,
J.Pharm. Pharmacol., 23, 807-808
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Ritschel, W.A., 1992 , Handbook of basic pharmacokinetics, 4th ed.Drug Intelligence Publications, Inc., Hamilton
Rowland, M. And Tozer, T.N., 1995, Clinical Pharmacokinetics, Concepts and
Applications, 3rd ed., 184-186, Lea & Febiger Inc., Philadhelphia Smith, R.V., and Stewart, J.T., 1981, Textbook of Biopharmaceutic Analysis, Lea
& Febiger, Philadelphiami Stringer, J.L., 2001, Basic Concepts in Pharmacology : A Student’s Survival
Guides, 2nd ed., 254-255, Mc-Graw Hill, New York Shargel, L., Wu-Pong, S., and Yu, Andrew B.C., 2005, Applied
Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 5th ed., 387-391, Mc.Graw Hill, New York
Skoog, D.A., Holler, F.J., and Nieman, T.A., 1998, Principles of Instrumental
Analysis, 5th ed., Harcourt Bace College, Philadelphia Sriyanto,Yuwono, V.P., Donatus., I.A. dan Mulyono, 1983, Pengaruh Vitamin E
Terhadap Beberapa Parameter Farmakokinetik Parasetamol pada Kelinci Putih Jantan. Makalah pada Kongres Ilmiah Farmasi, IV,1-11
Stockely, I.H., 1994, Drug Interactionn”A source Book of Adverse Interactions,
Their Mechanisms, Clinical Importance and Management, 3rd ed., 1-11, Blackwell Science, London
Suryawati, S., dan Donatus, I.A., 1998, Ketersediaan Hayati Obat pada Manusia,
Kursus Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tozer, T.N., 1979, Pharmacokinetics and Relevant to Bioavailability Studies. In
Blancherd J., Sawhuck, R.J., & Brodie, B.B. (Eds.), Principles and Perspective in Drug Bioavailability, S. Karger AG, Basel
Wagner, J.G., 1975, Fundamental of Clinical Pharmacokinetics, 1st ed., 24,102-
106, 380, 381, Drug Intelligence Publications, Inc., Hamilton Wode, A. et al., (editor), 1986, Clarke’s Isolation and Identification of Drugs in
Pharmaceutical, Body Fluids and Post-Mortem Material, 2nd ed., 849 Pharmaceutical Press, London
Whitehouse, L.W., Wong, L.T., Solomonray, G., Paul, C.J., and Thomas, B.H.,
1981, N-acetylcystein-induced Inhibition of Gastric Emptying: a Mechanism Affording Protection to Mice from the Hepatotoxicity of Concomitantly Administered Acetaminophen, Toxicology, 19, 113-125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 1. Perhitungan dan penimbangan pembuatan kurva baku parasetamol Penimbangan parasetamol Kertas = 28,51303 g Kertas + zat = 28,61305 g Kertas + sisa = 28,51304 g Zat = 0,10001 g 1. Pembuatan larutan induk parasetamol Melarutkan sebanyak 0,10001 g parasetamol dalam 100 ml akuabides sehingga konsentrasi larutan adalah :
mlmg
mlg
10001,100
10010001,0
= = 1,0001 mg/ml = 1000,1 μg/ml
2. Pembuatan seri kadar larutan intermediet parasetamol Memipet 0,15 ; 0,25 ; 0,5 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; dan 4,0 ml larutan induk parasetamol, lalu memasukkan ke dalam labu 10,0 ml dan menambahkan akuabides sampai tanda.
Tabel XVIII. Seri Kadar Larutan Intermediet Kurva Baku Parasetamol Volume larutan induk
yang diambil (ml) Kadar larutan
intermediet (μg/ml)
0,15 15,0015 0,25 25,0025 0,50 50,0050 1,0 100,0100 1,5 150,0150 2,0 200,0200 3,0 300,0300 4,0 400,0400
3. Pembuatan seri kadar larutan parasetamol dalam plasma Mempipet 0,25 ml dari tiap seri kadar larutan baku dan selanjutnya menambahkannya pada 0,25 ml plasma dan diperlakukan lebih lanjut sampai didapatkan serapan parasetamol dalam plasma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Tabel XIX. Data Persamaan Kuva baku
Kadar larutan parasetamol dalam plasma (μg/ml)
Luas Area (AUC)
7,5007 286857 12,501 340097 12,0025 619447 50,0050 1093044 75,0075 1588445 100,0100 2076294 150,0150 2990392 200,0200 4073873 Slope (B)
Intercept (A) Corr.Coeff. (r)
Persamaan kurva baku
117131,5808 19560,5531
0,9997 Y = 19560,5531 X + 117131,5808*
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 2. Contoh data dan perhitungan pembuatan larutan parasetamol pada penentuan nilai perolehan kembali, kesalahan sistemik dan kesalahan acak Penimbangan parasetamol Kertas = 33,48099 g Kertas + zat = 33,58099 g Kertas + sisa = 33,48101 g Zat = 0,09998 g 1. Pembuatan larutan induk parasetamol Melarutkan sebanyak 0,10001 g parasetamol dalam 100 ml akuabides sehingga konsentrasi larutan adalah :
mlmg
mlg
10098,99
10009998,0
= = 0,9998 mg/ml = 999,8 μg/ml
2. Pembuatan seri kadar larutan intermediet parasetamol Memipet 0,25 ml dan 1,0 ml larutan induk parasetamol, lalu memasukkan ke dalam labu 10,0 ml dan menambahkan akuabides sampai tanda. 3. Pembuatan seri kadar larutan parasetamol dalam plasma Mempipet 0,25 ml dari tiap seri kadar larutan intermediet dan menambahkannya pada 0,25 ml plasma. Selanjutnya diperlakukan lebih lanjut seperti sampai didapatkan serapan parasetamol dalam plasma Tabel XX.Contoh perhitungan kadar larutan parasetamol pada penentuan nilai
perolehan kembali, kesalahan sistemik dan kesalahan acak Hasil Pengukuran Volume
larutan induk yang
diambil (ml)
Kadar larutan intermediet
yang diharapkan
(μg/ml)
Kadar larutan
intermediet terhitung (μg/ml)
Luas Area (AUC)
Kadar terukur*
0,25 25,0000 24,9950 596106 24,4868 1,0 100,0000 100,9800 2007968 96,6558
*dihitung dengan persamaan kurva baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 3. Contoh perhitungan dosis awal untuk orientasi dosis LD50 pada tikus = 3000 mg/kgBB (Michell et al., 1973;
Donatus, Sutjipto & Sarjiman, 1982). Dosis orientasi 1 = 10 % x LD50
= 300010010 x mg/kgBB
= 300 mg/kg BB Misal: BB tikus = 0,2400 kg
Konsetrasi larutan obat = 20 mg/ml
Volume obat yang diberikan pada tikus = C
BBxD
= kgmgxkgBBmg
/202400,0/300
= 3,6 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 4. Kromatogram kurva baku parasetamol dalam plasma*
(*menggunakan kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 15cm)
A. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 7,5 µg/ml
B. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 12,5 µg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
C. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 25 µg/ml
D. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 50 µg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
E. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 75 µg/ml
F. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 100 µg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
G. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 150 µg/ml
H. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 200 µg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 5. Contoh kromatogram kelompok kontrol* (*contoh diambil dari kontrol 3, menggunakan kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 30 cm)
A. Kromatogam kontrol menit ke-0
B. Kromatogam kontrol menit ke-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
C. Kromatogam kontrol menit ke-10
D. Kromatogam kontrol menit ke-20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
E. Kromatogam kontrol menit ke-30
F. Kromatogam kontrol menit ke-45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
G. Kromatogam kontrol menit ke-60
H. Kromatogam kontrol menit ke-90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
I. Kromatogam kontrol menit ke-120
J. Kromatogam kontrol menit ke-180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
K. Kromatogam kontrol menit ke-240
L. Kromatogam kontrol menit ke-300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
M. Kromatogam kontrol menit ke-360
N. Kromatogam kontrol menit ke-420
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 6. Contoh kromatogram kelompok perlakuan*
(*contoh diambil dari perlakuan 3, menggunakan kolom HPLC NOVA PACK™ C18 panjang 30 cm)
A. Kromatogram perlakuan menit ke-0
B. Kromatogram perlakuan menit ke-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
C. Kromatogram perlakuan menit ke-10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
D. Kromatogram perlakuan menit ke-20
E. Kromatogram perlakuan menit ke-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
F. Kromatogram perlakuan menit ke-45
G. Kromatogram perlakuan menit ke-60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
H. Kromatogram perlakuan menit ke-90
I. Kromatogram perlakuan menit ke-120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
J. Kromatogram perlakuan menit ke-180
K. Kromatogram perlakuan menit ke-240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
L. Kromatogram perlakuan menit ke-300
M. Kromatogram perlakuan menit ke-360
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
N. Kromatogram perlakuan menit ke-420
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Lampiran 7. Contoh perhitungan dosis dan volume air berkarbonasi
Tabel XXI. Konversi perhitungan dosis antar jenis subyek
Mencit 20 g
Tikus 200 g
Marmot 400 g
Kelinci 1,5 kg
Kera 4 kg
Anjing 12 kg
Manusia 70 kg
Mencit 20 g 1,0 7.0 12.25 27.8 64.1 124.2 387.9 Tikus 200 g 0.14 1.0 1.74 3.9 9.2 17.8 56.0 Marmot 400 g 0.08 0.57 1.0 2.25 5.2 10.2 31.5 Kelinci 1,5 kg 0.04 0.25 0.44 1.0 2.4 4.5 14.2 Kera 4 kg 0.016 0.11 0.19 0.42 1.0 1.9 6.1 Anjing 12 kg 0.008 0.06 0.10 0.22 0.52 1.0 3.1 Manusia 70 kg 0.0026 0.018 0.031 0.07 0.16 0.32 1.0
Konsentrasi air berkarbonat pada sediaan
= 1.10 g/L = 1,10 mg/ml Volume rata-rata air berkarbonat yang diminum oleh manusia (n=10)
= ( )ml10
35656045809560855035 +++++++++
= 61 ml
Betrat badan rata-rata subyek (n=10)
= kg10
7072676065685346504947⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ ++++++++++
= 58,7 kg Faktor konversi manusia ke tikus = 0,018 Dosis air berkarbonat untuk tikus (200 g)
= 1,10(mg/ml) x 60(ml) x 0,018 x 60
758.
= 1,1623 mg /200 g = 5,8115 mg/ kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Volume air berkarbonat yang diberikan untuk tikus (missal BB : 0,2372 kg)
ml1,2532mg/ml1,10
kg0,2372xBB kgmg/ 5,8115C
BBxD
=
=
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Lampiran 8. Data kadar parasetamol dalam plasma pada berbagai waktu
Tabel XXII. Data kadar parasetamol dalam plasma dalam berbagai waktu
Kontrol*(μg/ml) Perlakuan*(μg/ml) Menit 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 39.2496 84.3949 40.4027 64.1042 49.0938 32.7790 73.3182 31.4604 61.7788 25.4349 10 60.9298 87.7013 68.9149 76.3605 68.2986 106.5274 105.4129 91.1166 84.1867 106.697120 78.9082 92.3139 76.9044 93.9727 85.192 111.6965 108.7181 93.5451 104.5360 111.229130 85.0677 98.3285 88.4265 102.7170 92.9228 102.3632 108.0632 91.749 101.6930 102.967645 86.0787 87.1400 82.5204 90.6760 84.3988 94.3356 101.1240 84.7817 105.8119 94.4964 60 79.8720 81.8458 76.3597 85.7220 75.1330 88.6264 92.9922 82.9121 100.3367 86.2403 90 73.1153 72.6898 64.1983 77.6643 68.7925 80.1815 85.7433 76.2403 93.8786 80.7278 120 65.2537 63.4935 59.5167 69.9271 60.9859 75.4370 78.3817 65.5680 85.1817 76.5550 180 45.8196 44.1446 45.1614 59.4088 45.0178 58.5422 60.0900 54.9539 68.8786 60.6826 240 29.0580 34.6176 37.7791 37.8707 37.2092 42.2490 45.5020 42.3923 45.0564 43.7906 300 25.1099 22.9030 22.7775 23.4088 23.2478 29.8057 31.8146 27.0478 28.3312 31.0508 360 20.9495 16.0329 16.5026 19.1276 18.0136 21.7447 24.2288 23.1361 24.1459 23.1292 420 14.4677 13.6059 14.0832 14.3569 14.3137 19.4157 20.4725 18.8760 19.3450 20.9354 * Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB+ air. Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonat 5,8115 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Lampiran 9. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
KONTROL
0
40
80
120
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Kontrol 1 Kontrol 2 Kontrol 3 Kontrol 4 kontrol 5
A
PERLAKUAN
0
40
80
120
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4 Perlakuan 5
B
Gambar 21. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol (A) dan kelompok perlakuan (B)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 10. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu
KONTROL
0
3
6
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Kontrol 1 Kontrol 2 Kontrol 3 Kontrol 4 Kontrol 5
A
PERLAKUAN
0
3
6
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4 Perlakuan 5
B
Gambar 22. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol
(A) dan kelompok perlakuan (B)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Lampiran 11. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu untuk tiap– tiap pasang subyek uji
KONTROL 1- PERLAKUAN 1
0
40
80
120
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Kontrol 1 Perlakuan 1
A
Gambar 23a. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1
KONTROL 2 - PERLAKUAN 2
0
40
80
120
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Kontrol 2 Perlakuan 2
B
Gambar 23b. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 2 – perlakuan 2
KONTROL 3 - PERLAKUAN 3
0
40
80
120
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Kontrol 3 Perlakuan 3
C
Gambar 23c. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 3 – perlakuan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
KONTROL 4 - PERLAKUAN 4
0
40
80
120
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
Kontrol 4 Perlakuan 4
D
Gambar 23d. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 4 – perakuan 4
KONTROL 5 - PERLAKUAN 5
0
40
80
120
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
Kad
ar p
aras
etam
ol
(ug/
ml)
kontrol 5 Perlakuan 5
E
Gambar 23e. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 5 – perlakuan 5 (E)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Lampiran 12. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu untuk tiap – tiap pasang kontrol-perlakuan
KONTROL 1 - PERLAKUAN 1
0
3
6
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
ln K
adar
par
aset
amol
(u
g/m
l)
Kontrol 1 Perlakuan 1
A
Gambar 24a. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1
KONTROL 2 - PERLAKUAN 2
0
3
6
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
ln K
adar
par
aset
amol
(u
g/m
l)
Kontrol 2 Perlakuan 2
B
Gambar 24b. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 2 – perlakuan 2
KONTROL 3 - PERLAKUAN 3
0
3
6
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
ln K
adar
par
aset
amol
(u
g/m
l)
Kontrol 3 Perlakuan 3
C
Gambar 24c. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 3 – perlakuan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
KONTROL 4 - PERLAKUAN 4
0
3
6
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
ln K
adar
par
aset
amol
(u
g/m
l)
Kontrol 4 Perlakuan 4
D
Gambar 24d. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 4 – perakuan 4
KONTROL 5 - PERLAKUAN 5
0
3
6
0 100 200 300 400 500
Waktu (menit)
ln K
adar
par
aset
amol
(u
g/m
l)
Kontrol 5 perlakuan 5
E
Gambar 24e. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 5 – perlakuan 5 (E)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Lampiran 13. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol.
Tabel XXIII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 1 Menit ke- Konsentrasi(µg/ml) Residual Residual
0 0 -75,71 -109,66 5 39,25 -35,04 -67,74 10 60,93 -11,97 -43,46 20 78,91 8,72 -20,49 30 85,07 17,49 -9,60 45 86,08 22,23 - 60 79,87 19,23 - 90 73,11 19,55 - 120 65,25 19,28 - 180 45,82 17,20 - 240 29,06 7,54 - 300 25,14 - - 360 20,95 - - 420 14,47 - -
Slope : -0,004 Slope : -0,008 Intercept : 75,713 Intercept : 33,951 R value : -0,974 R value : -0,930 Half Life: 182,947 Half Life: 92,088 N(1) : 5 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,999 N(2) : 5 A(2) : 33,951 B(2) : - 0,008 r(2) : -0,930 N(3) : 4 A(3) : 75,713 B(3) : - 0,004 r(3) : -0,974 AIC : 8,70 Absorbtion half life : -8,642 SS : 135,239 Half Life (2) : 92,088 Lag time : - Elimination Half Life : 182,974 AUC (0-Tn) : %18414,10 AUMC : %5380662,50 AUC (0-inf) : %22232,65 MRT : 242,02 AUC (Tn-inf) is : 17,18 % of AUC (0-inf)
Dose Entered : 74911 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 815,414 Calculated Cmax : 86,18 Total Clearance : 3,3694 T max : 42,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Tabel XXIV. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 2 Menit ke- C Residual Residual
0 0 -81,54 -112,60 5 84,39 4,60 -25,40 10 87,70 9,62 -19,31 20 92,31 17,55 -9,35 30 98,33 26,74 - 45 87,14 20,07 - 60 81,85 19,00 - 90 72,69 17,51 - 120 63,49 15,05 - 180 44,15 6,81 - 240 34,62 5,84 - 300 22,90 - - 360 16,03 - - 420 13,61 - -
Slope : -0,004 Slope : -0,007 Intercept : 81,540 Intercept : 31,122 R value : -0,978 R value : -0,975 Half Life: 159,722 Half Life: 95,061 N(1) : 4 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,925 N(2) : 7 A(2) : -0,007 B(2) : 31,122 r(2) : -0,975 N(3) : 3 A(3) : -0,004 B(3) : 81,540 r(3) : -0,978 AIC : 118,27 Absorbtion half life : -6,157 SS : 1980,354 Half Life (2) : 95,061 Lag time : - Elimination Half Life : 159,722 AUC (0-Tn) : %18888,57 AUMC : % 4714929,00 AUC (0-inf) : % 22023,79 MRT : 214,18 AUC (Tn-inf) is : %14,26 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 72930 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 709,225 Calculated Cmax : 94,78 Total Clearance : 3,31142 T max : 29,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Tabel XXV. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 3
Menit ke- C Residual Residual 0 0 -73,73 -97,31 5 40,40 -31,87 -57,93 10 68,92 1,92 -24,48 20 76,90 8,85 -12,74 30 88,43 23,04 - 45 82,52 20,95 - 60 76,36 18,38 - 90 64,20 12,79 - 120 59,52 13,93 - 180 45,16 9,31 - 240 37,78 9,59 - 300 22,78 - - 360 16,50 - - 420 14,08 - -
Slope : -0,004 Slope : -0,004 Intercept : 73,734 Intercept : 23,577 R value : -0,981 R value : -0,929 Half Life: 173,002 Half Life: 157,989 N(1) : 4 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,981 N(2) : 7 A(2) : 23,577 B(2) : 0,004 r(2) : -0,929 N(3) : 3 A(3) : 73,734 B(3) : 0,004 r(3) : -0,981 AIC : 81,80 Absorbtion half life : -6,755 SS : 278,433 Half Life (2) : 157,989 Lag time : - Elimination Half Life : 173,002 AUC (0-Tn) : %17909,08 AUMC : %5037504,00 AUC (0-inf) : %21242,09 MRT : 235,14 AUC (Tn-inf) is : % 16,41 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 72360 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 794,160 Calculated Cmax : 81,99 Total Clearance : 3.3775 T max : 37,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Tabel XXVI. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 4 Menit ke- C Residual Residual
0 0 -80,60 -114,85 5 64,10 -14,87 -48,27 10 76,36 -19,68 -33,59 20 93,97 31,39 -11,29 30 102,72 23,58 - 45 90,68 22,60 - 60 85,72 21,81 - 90 77,66 20,50 - 120 69,93 20,70 - 180 59,41 7,55 - 240 37,87 - - 300 23,41 - - 360 19,13 - - 420 14,36 - -
Slope : -0,004 Slope : -0,005 Intercept : 80,598 Intercept : 34,256 R value : -0,995 R value : -0,866 Half Life: 170,139 Half Life: 137,460 N(1) : 4 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,991 N(2) : 7 A(2) : 34,256 B(2) : -0,005 r(2) : -0,866 N(3) : 3 A(3) : 80,598 B(3) : -0,004 r(3) : -0,995 AIC : 98,84 Absorbtion half life : -6,128 SS : 494,223 Half Life (2) : 137,460 Lag time : - Elimination Half Life : 170,139 AUC (0-Tn) : %20702,11 AUMC : %5376326,00 AUC (0-inf) : %24,226 MRT : 221,92 AUC (Tn-inf) is : % 14,55 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 72000 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 659,553 Calculated Cmax : 97,23 Total Clearance : 2,9720 T max : 33,60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Tabel XXVII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 5 Menit ke- C Residual Residual
0 0 -77,83 -101,58 5 49,09 -27,18 -50,31 10 68,30 -6,45 -28,97 20 85,19 13,41 -3,95 30 92,93 23,98 - 45 84,40 19,51 - 60 75,13 14,06 - 90 68,79 14,70 - 120 60,99 13,07 - 180 45,02 7,24 - 240 37,21 7,71 - 300 23,25 - - 360 18,01 - - 420 14,31 - -
Slope : -0,004 Slope : -0,005 Intercept : 77,828 Intercept : 23,757 R value : 1,000 R value : -0,937 Half Life: 171,503 Half Life: 129,983 N(1) : 4 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,999 N(2) : 7 A(2) : 23,757 B(2) : -0,005 r(2) : -0,937 N(3) : 3 A(3) : 77,828 B(3) : -0,004 r(3) : -1,000 AIC : 77,17 Absorbtion half life : -5,493 SS : 105,098 Half Life (2) : 129,983 Lag time : - Elimination Half Life : 171,503 AUC (0-Tn) : %18374,49 AUMC : %5105352,00 AUC (0-inf) : %21916,08 MRT : 232,95 AUC (Tn-inf) is : % 16,16 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 72870 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 776,577 Calculated Cmax : 86,99 Total Clearance : 3,29074 T max : 33,60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lampiran 14. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan
Tabel XXVIII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 1 Menit ke- C Residual Residual
0 0 -84,18 -117,87 5 32,78 -49,88 -82,61 10 106,53 25,33 -6,44 20 111,70 33,35 - 30 102,36 26,77 - 45 94,34 22,68 - 60 88,63 20,71 - 90 80,18 19,17 - 120 75,44 20,63 - 180 58,54 14,30 - 240 42,25 6,54 - 300 29,81 - - 360 21,74 - - 420 19,42 - -
Slope : -0,004 Slope : -0,006 Intercept : 84,143 Intercept : 33,723 R value : -0,965 R value : -0,943 Half Life: 194,060 Half Life: 116,249 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,917 N(2) : 8 A(2) : 84,143 B(2) : -0,006 r(2) : -0,943 N(3) : 3 A(3) : 33,723 B(3) : -0,004 r(3) : -0,965 AIC : 130,32 Absorbtion half life : -2,384 SS : 4680,828 Half Life (2) : 116,249 Lag time : 1,25 Elimination Half Life : 194,060 AUC (0-Tn) : %22291,59 AUMC : %7173039,00 AUC (0-inf) : %27727,37 MRT : 258,70 AUC (Tn-inf) is : % 19,60 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 71160 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 663,933 Calculated Cmax : 108,28
Total Clearance : 2,56642 T max : 22,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Tabel XXIX. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 2 Menit ke- C Residual Residual
0 0 -94,13 -121,00 5 73,32 -19,10 -45,28 10 105,41 14,65 -10,83 20 108,72 21,25 - 30 108,06 23,75 - 45 101,12 21,33 - 60 92,99 17,48 - 90 85,74 18,11 - 120 78,38 11,50 - 180 60,09 6,52 - 240 45,50 - - 300 31,81 - - 360 24,23 - - 420 20,47 - -
Slope : -0,004 Slope : -0,005 Intercept : 94,133 Intercept : 26,866 R value : -0,991 R value : -0,952 Half Life: 188,679 Half Life: 133,111 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,994 N(2) : 8 A(2) : 26,866 B(2) : -0,005 r(2) : -0,952 N(3) : 3 A(3) : 94,133 B(3) : -0,004 r(3) : -0,991 AIC : 86,900 Absorbtion half life : -2,872 SS : 210,600 Half Life (2) : 133,111 Lag time : 0,30 Elimination Half Life : 188,679 AUC (0-Tn) : %23616,12 AUMC : %7436213,50 AUC (0-inf) : %29188,86 MRT : 254,76 AUC (Tn-inf) is : % 19,09 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 73140 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 638,370 Calculated Cmax : 110,88 Total Clearance : 0,30 T max : 21,30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Tabel XXX. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 3 Menit ke- C Residual Residual
0 0 67,01 102,27 5 31,46 34,60 68,95 10 91,12 26,09 7,47 20 93,54 30,44 - 30 91,75 30,51 - 45 84,78 26,23 - 60 82,91 26,94 - 90 76,24 25,08 - 120 65,57 18,82 - 180 54,95 15,89 - 240 42,39 9,76 - 300 27,05 - - 360 23,14 - - 420 18,88 - -
Slope : -0,003 Slope : -0,005 Intercept : 67,005 Intercept : 35,269 R value : -0,997 R value : -0,982 Half Life: 231,233 Half Life: 139,170 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,927 N(2) : 8 A(2) : 35,269 B(2) : -0,005 r(2) : -0,982 N(3) : 3 A(3) : 67,005 B(3) : -0,003 r(3) : -0,997 AIC : 121,29 Absorbtion half life : -2,646 SS : 278,433 Half Life (2) : 139,170 Lag time : 1,15 Elimination Half Life : 231,233 AUC (0-Tn) : %20176,09 AUMC : %7963605,00 AUC (0-inf) : %27013,09 MRT : 294,81 AUC (Tn-inf) is : % 23,31 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 73980 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 807,375 Calculated Cmax : 94,48 Total Clearance : 2,73867 T max : 22,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Tabel XXXI. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 4 Menit ke- C Residual Residual
0 0 -74,30 -126,34 5 61,78 -11,35 -62,05 10 84,19 -12,21 -37,18 20 104,54 -34,85 - 30 110,69 -43,15 - 45 105,81 41,42 - 60 100,34 38,94 - 90 93,88 38,07 - 120 85,18 34,45 - 180 68,88 26,96 - 240 45,06 10,42 - 300 28,33 - - 360 24,15 - - 420 19,34 - -
Slope : -0,003 Slope : -0,005 Intercept : 74,299 Intercept : 52,039 R value : -0,996 R value : -0,871 Half Life: 218,011 Half Life: 132,784 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,996 N(2) : 8 A(2) : 52,039 B(2) : -0,003 r(2) : -0,871 N(3) : 3 A(3) : 74,299 B(3) : -0,005 r(3) : -0,996 AIC : 95,81 Absorbtion half life : -5,667 SS : 497,988 Half Life (2) : 132,784 Lag time : - Elimination Half Life : 218,011 AUC (0-Tn) : %24429,06 AUMC : %812274,00 AUC (0-inf) : % 30512,57 MRT : 266,37 AUC (Tn-inf) is : % 19,94 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 75570 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 659,683 Calculated Cmax : 108,95 Total Clearance : 2,47661 T max : 33,60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Tabel XXXII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 5 Menit ke- C Residual Residual
0 0 -80,53 -116,45 5 25,43 -53,78 -88,67 10 106,70 28,77 -5,12 20 111,23 35,87 - 30 102,97 30,00 - 45 94,50 25,03 - 60 86,24 20,12 - 90 80,73 20,81 - 120 76,55 22,26 - 180 60,68 19,10 - 240 43,79 7,18 - 300 31,05 - - 360 23,13 - - 420 20,93 - -
Slope : -0,003 Slope : -0,006 Intercept : 80,528 Intercept : 35,922 R value : -0,962 R value : -0,928 Half Life: 211,03 Half Life: 119,316 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,903 N(2) : 8 A(2) : 35,922 B(2) : -0,006 r(2) : -0,928 N(3) : 3 A(3) : 80,528 B(3) : -0,003 r(3) : -0,962 AIC : 131,31 Absorbtion half life : -2,219 SS : ,6687,941 Half Life (2) : 119,316 Lag time : 1,35 Elimination Half Life : 211,03 AUC (0-Tn) : %22698,72 AUMC : %8106316,50 AUC (0-inf) : % 29072,03 MRT : 278,84 AUC (Tn-inf) is : % 21,92 of AUC (0-inf)
Dose Entered : 72870 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 689,911 Calculated Cmax : 107,75 Total Clearance : 2,50653 T max : 18,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Lampiran 15. Contoh perhitungan parameter farmakokinetika parasetamol
Data diambil dari kontrol 3
M = 73,734 (µg/ml)
L = 23,577 (µg/ml)
N = -97,32 (µg/ml)
t½ absorbsi = 6,755 menit
t½distribusi = 157,989 menit
t½ elimination = 173,002 menit
Dosis obat = 72360 ng
Nilai f (fraksi obat yang terabsorbsi) dianggap = 1
1. 1
absorbsi 21a menit0,1026
6,7550,693
t0,693k −===
2. 1
21
menit0,0043159,989
0,693(2)t
0,693α −===
3. 1
21
menit0,0040173,002
0,693eliminasit0,693 −===β
sehingga persamaan umum untuk data ini adalah:
C(t) = 73,7340e- 0,0040t + 23,5770e-0,0043t - 97,3200e-0,1026t
Sebagai contoh perhitungan C (kadar obat dalam darah) menit ke-5 adalah seperti
berikut.
C(5) = 73,7340e- 0,0040t + 23,5770e-0,0043t - 97,3200e-0,1026t
C(5) = 73,7340e- 0,0040 (5) + 23,5770e-0,0043(5) - 97,3200e-0,1026(5)
C(5) = 72,2740 + 23,0755 – 58,2652
C(5) = 37,0843 (µg/ml)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
4. ∝−0AUC
Dihitung dengan persamaan (3)
* = AUC∝ -0 AUC 0-tn + ∝ -tn AUC
= ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
++
+
βC)t(t
2CnC n
1nn1n
*AUC0-420 dihitung secara trapezoid sebagai berikut,,
AUC (0-5) = tμg/mL.meni,)(),( 0675101052
4027400=−
+
AUC (10-5) = ml.menitμg/ 3052.273)510(2
)9194,684027,40(=−
+
AUC (20-10) = menit.ml/g119,744)1020(2
)9044,799194,68(μ=−
+
AUC (30-20) = menit.ml/g6545,841)2030(2
)4265,889044,79(μ=−
+
AUC (45-30) = menit.ml/g1017,1282)3045(2
)5024,824265,88(μ=−
+
AUC (60-45) = menit.ml/g60075,1191)4560(2
)5204,824265,82(μ=−
+
AUC (90-60) menit.ml/g37,2108)6090(2
)1983,643597,76(μ=−
+=
AUC (120-90) = menit.ml/g725,1855)90120(2
)5167,591983,64(μ=−
+
AUC (180-120) = menit.ml/g343,3140)120180(2
)1614,455197,59(μ=−
+
AUC (240-180) = menit.ml/g215,2488)180240(2
)7791,371614,45(μ=−
+
AUC (300-240) = menit.ml/g698,1816)240300(2
)7775,227791,37(μ=−
+
AUC (360-300) = menit.ml/g403,1178)300360(2
)50268,167775,22(μ=−
+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
AUC (360-420) = menit.ml/g547,917)360420(2
)0832,145026,16(μ=−
+
Total AUC0-420 = 16884,17895 µg/ml,menit
* AUC (420-∞) = menitmLmg ./8,35200,004
)0831,14(=
AUC0-tn = (16884,1790 + 3520,8) menit.mL/mg
= 20404,9790 mg/ml.menit
Dihitung dengan persamaan (5)
menitml10260320097
00430577023
00400734073
./μg22,967,98,,
,,
.,
kC(0)
αL
βM AUC
a -0
=
−+=
−+=∝
5. k21
( ) ( )( ) (
( ))
1
a
aa21
menit0,0042,
,,,,),,(,
,,,,,,),,,(βkaMαk LβαNkαMk βL
k
−=
=
−+−++
=
−+−++
=
567093890405320620
004001026057723004301026073407300400x00430x32009710260x00430x73407310260x00400x577023
6. k13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
1menit0,0040,
,,
−=
=
=
0042000400x00430
kβαk21
13
7. k12
menit0,0001,,,,
kkβαk
1
132112
−=
−−+=
−−+=
00400004200043000400
8. Vdss
ml754,25163=
+=
+=
+=
0043,00043,000001,0
)0C(D.fx
kkk
Vcxk
kkVd
21
2112
21
2112ss
9. Cpmaks
( ) ( )
( ) ( )mlg8887
e10260e00400x0040,010260x25163754
1x72360x10260 8371026083700400
/,
,,,,
,
ekβexβkV
f DkC
),(.),(.
makst kaa
makst β
ad
amaks
μ=
+−
=
+−−
=
−−
−−
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
10. ClT
dosisml/menit3,1505,
AUCf.DCl0
T
=
=
=∝−
98229671x72360
11. t½ eliminasi
menit165,9109,
,,,
lim
=
=
=
5105363251754x6930
ClVdx693,0
tT
ssinasie2
1
Tambahan data penentuan model kompartemen
k12 + k21 = (0,0001+ 0,0042) menit-1
= 0,0043 menit-1
20 kel (k13) = 20 (0,0041)
= 0,0820 menit-1
Sehingga dapat dikatakan bahwa k12 + k21 < 20 kel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran 16. Rangkuman parameter farmakokinetika parasetamol pada tiap-tiap subyek uji Tabel XXXIII. Rangkuman parameter farmakokinetika parasetamol pada tiap-
tiap subyek uji
Parameter Subyek uji 1 2 3 4 5
ka(menit-1) kontrol 0,0802 0,1125 0,1026 0,1114 0,1261 perlakuan 0,2907 0,2413 0,2619 0,1223 0,3132
tmaks(menit) kontrol 42,0000 29,4000 37,8000 33,6000 33,6000 perlakuan 22,2500 21,3000 22,1500 33,6000 18,1500
Cmaks(μg/ml.dosis) kontrol 84,1600 94,7800 81,8900 95,2300 86,9900 perlakuan 108,2800 110,8800 94,4800 108,9500 107,7600
AUC 0 - ~ (μg,menit,ml-1) kontrol 22232,65 22023,79 21424,09 24266,13 21916,08 perlakuan 27727,37 29188,86 27013,09 30512,51 29072,03
Vdss(ml/dosis) kontrol 815,4540 709,2250 794,1000 659,5530 776,5570 perlakuan 663,9330 638,3700 807,3750 659,6830 689,9100
α(menit-1) kontrol 0,0075 0,0073 0,0044 0,005 0,0053 perlakuan 0,0060 0,0052 0,0050 0,0052 0,0058
ClT (ml/menit.dosis) kontrol 3,3694 3,3114 3,3775 2,9720 3,2907 perlakuan 2,5664 2,5058 2,7387 2,4766 2,5065
β(menit-1) kontrol 0,0038 0,0043 0,0040 0,0041 0,0040 perlakuan 0,0036 0,0037 0,0030 0,0032 0,0033
t1/2 eliminasi (menit) kontrol 182,9740 159,7220 173,0020 170,1390 171,5030 tperlakuan 194,0600 188,6790 231,2330 218,0110 211,0130
MRT(menit) kontrol 242,0200 214,1800 235,1400 221,9200 232,9500 perlakuan 258,7000 254,7600 294,8100 266,3700 279,2800
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lanjutan tabel XXVI
* Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB+ air, Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonat 6,039 mg/kg BB
k12 (menit-1) kontrol 0,00046 0,00026 0,0010 0,00036 0,00006 perlakuan 0,00022 0,00008 0,00021 0,00022 0,00032 k21 (menit-1) kontrol 0,0063 0,0064 0,0042 0,0047 0,0050 perlakuan 0,0053 0,0048 0,0041 0,0044 0,0052 k13 (menit-1) kontrol 0,0047 0,0051 0,0043 0,0045 0,0044 perlakuan 0,0041 0,0044 0,0035 0,0039 0,0043
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran 17. Analisis stastistik SPSS (12.00) data ka
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ka-kontrol ka-perlakuan N 5 5
Mean .106560 .246900Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0169636 .0716204
Absolute .212 .269Positive .163 .181
Most Extreme Differences
Negative -.212 -.269Kolmogorov-Smirnov Z .475 .601Asymp. Sig. (2-tailed) .978 .863
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean ka-kontrol .106560 5 .0169636 .0075863Pair 1 ka-perlakuan .246900 5 .0716204 .0320296
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 ka-kontrol
& ka-perlakuan
5 -.112 .858
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 ka-kontrol - ka-perlakuan
-.1403400 .0754249 .0337310 -
.2339924-
.0466876 -4.161 4 .014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 18. Analisis stastistik SPSS (12.00) data tmaks
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
t max- kontrol
t max-perlakuan
N 5 5Mean 35.280000 23.490000
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 4.7887368 5.8918800Absolute .237 .383Positive .237 .383
Most Extreme Differences
Negative -.163 -.182Kolmogorov-Smirnov Z .530 .857Asymp. Sig. (2-tailed) .941 .454
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean t max-kontrol 35.280000 5 4.7887368 2.1415882 Pair 1
t max-perlakuan 23.490000 5 5.8918800 2.6349288
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 t max-
kontrol & t max-perlakuan
5 -.061 .923
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence Interval
of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-
tailed)Pair 1
t max-kontrol - t max-perlakuan
11.7900000 7.8146817 3.4948319 2.0867911 21.4932089 3.374 4 .028
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Lampiran 19. Analisis stastistik SPSS (12.00) data Cmaks
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Cmax- kontrol
Cmax-perlakuan
N 5 5Mean 89.034000 106.07000
0Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 6.6623592 6.5859472Absolute .221 .401Positive .221 .233
Most Extreme Differences
Negative -.206 -.401Kolmogorov-Smirnov Z .493 .897Asymp. Sig. (2-tailed) .968 .397
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Cmax-kontrol 89.034000 5 6.6623592 2.9794976 Pair 1
Cmax-perlakuan
106.070000 5 6.5859472 2.9453251
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Cmax-
kontrol & Cmax-perlakuan
5 .676 .210
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence Interval
of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-
tailed)Pair 1
Cmax-kontrol - Cmax-perlakuan
-17.0360000 5.3302186 2.3837462 -
23.6543405-
10.4176595 -
7.147 4 .002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 20. Analisis stastistik SPSS (12.00) data AUC 0-~
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AUC- kontrol
AUC-perlakuan
N 5 5Mean 22363.54600
028702.772
000Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 1103.1554641
1365.1207791
Absolute .347 .207Positive .347 .163
Most Extreme Differences
Negative -.197 -.207Kolmogorov-Smirnov Z .776 .462Asymp. Sig. (2-tailed) .583 .983
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean AUC-kontrol
22363.546000 5 1103.1554641 493.34612
15 Pair 1
AUC-perlakuan
28702.772000 5 1365.1207791 610.50057
19 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 AUC-kontrol
& AUC-perlakuan
5 .798 .106
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-
tailed)Pair 1
AUC-kontrol - AUC-perlakuan
-6339.2260000 823.1152101 368.1083126 -
7361.2585227-
5317.1934773 -
17.221 4 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 21. Analisis stastistik SPSS (12.00) data Vdss
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Vdss – kontrol
Vdss - perlakuan
N 5 5 Mean 730.990200 691.854000
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 70.1155842 67.1268178 Absolute .222 .312 Positive .222 .312
Most Extreme Differences
Negative -.216 -.213 Kolmogorov-Smirnov Z .496 .697 Asymp. Sig. (2-tailed) .966 .717
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Vdss - kontrol
730.990200 5 70.1155842 31.356642
5 Pair 1
Vdss - perlakuan
691.854000 5 67.1268178 30.020025
5 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Vdss -
kontrol & Vdss - perlakuan
5 .452 .445
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence Interval of
the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-
tailed)Pair 1
Vdss - kontrol - Vdss - perlakuan
39.1362000 71.8918221 32.1510002 -50.1292873 128.4016873 1.217 4 .290
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 22. Analisis stastistik SPSS (12.00) data α
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test α kontrol α perlakuan N 5 5
Mean .005900 .005440 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0014089 .0004336
Absolute .265 .310 Positive .265 .310
Most Extreme Differences
Negative -.240 -.197 Kolmogorov-Smirnov Z .592 .693 Asymp. Sig. (2-tailed) .874 .722
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean alfa kontrol .005900 5 .0014089 .0006301Pair 1 alfa perlakuan .005440 5 .0004336 .0001939
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 α kontrol &
α perlakuan 5 .499 .392
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1
α kontrol - α perlakuan
.0004600 .0012502 .0005591 -.0010923 .0020123 .823 4 .457
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran 23. Analisis stastistik SPSS (12.00) data Cltotal
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Cl-total kontrol
Cl-total perlakuan
N 5 5Mean 3.264200 2.558800
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .1674924 .1057389Absolute .363 .290Positive .249 .290
Most Extreme Differences
Negative -.363 -.218Kolmogorov-Smirnov Z .811 .647Asymp. Sig. (2-tailed) .526 .796
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Cl-total kontrol 3.264200 5 .1674924 .0749049 Pair 1
Cl-total perlakuan 2.558800 5 .1057389 .0472879
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Cl-total
kontrol & Cl-total perlakuan
5 .583 .302
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean Lower Upper t df
Sig. (2-tailed)
Pair 1
Cl-total kontrol – Cl-total perlakuan
.7054000 .1363000 .0609552 .5361612 .8746388 11.572 4 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran 24. Analisis stastistik SPSS (12.00) data β NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
β kontrol β perlakuan N 5 5
Mean .004040 .003360Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0001817 .0002881
Absolute .213 .198Positive .187 .182
Most Extreme Differences
Negative -.213 -.198Kolmogorov-Smirnov Z .476 .442Asymp. Sig. (2-tailed) .977 .990
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean β kontrol .004040 5 .0001817 .0000812 Pair 1 β perlakuan .003360 5 .0002881 .0001288
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 β kontrol &
β perlakuan 5 .182 .770
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1
β kontrol - β perlakuan
.0006800 .0003114 .0001393 .0002933 .0010667 4.882 4 .008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Lampiran 25. Analisis stastistik SPSS (12.00) data t½eliminasi
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
t ½ el kontrol
t ½ el perlakuan
N 5 5Mean 171.555000 244.551800
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 8.3202212 49.6205422Absolute .226 .270Positive .204 .246
Most Extreme Differences
Negative -.226 -.270Kolmogorov-Smirnov Z .505 .604Asymp. Sig. (2-tailed) .960 .860
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean t ½ el kontrol
171.555000 5 8.3202212 3.7209160
Pair 1
t ½ el perlakuan
244.551800 5 49.6205422 22.190981
1 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 t ½kontrol
& t ½ perlakuan
5 .091 .884
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence Interval of
the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-
tailed)Pair 1
t ½ kontrol – t ½ perlakuan
-72.9968000 49.5604022 22.1640857 -
134.5341672-
11.4594328 -
3.293 4 .030
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Lampiran 26. Analisis stastistik SPSS (12.00) data MRT NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
MRT
kontrol MRT
perlakuan N 5 5
Mean 229.242000 270.696000Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 11.0937875 16.3124502
Absolute .231 .205Positive .145 .205
Most Extreme Differences
Negative -.231 -.164Kolmogorov-Smirnov Z .516 .457Asymp. Sig. (2-tailed) .953 .985
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean MRT kontrol
229.242000 5 11.0937875 4.9612926 Pair 1
MRT perlakuan
270.696000 5 16.3124502 7.2951495
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 MRT
kontrol & MRT perlakuan
5 .402 .503
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence Interval
of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-
tailed)Pair 1
MRT kontrol - MRT perlakuan
-41.4540000 15.6124287 6.9820904 -
60.8393906-
22.0686094 -
5.937 4 .004
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran 27. Analisis stastistik SPSS (12.00) data k12
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
k12-
kontrol k12-
perlakuan N 5 5
Mean .0002440 .0002100Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .00019756 .00008544
Absolute .268 .300Positive .224 .253
Most Extreme Differences
Negative -.268 -.300Kolmogorov-Smirnov Z .600 .671Asymp. Sig. (2-tailed) .864 .759
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean k12- kontrol .0002440 5 .00019756 .00008835Pair 1
k12-perlakuan .0002100 5 .00008544 .00003821
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 k12-kontrol
& k12-perlakuan
5 -.416 .486
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig. (2-
tailed) Pair 1
k12- kontrol - k12-perlakuan
.00003400 .00024572 .00010989 -.00027111 .00033911 .309 4 .772
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Lampiran 28. Analisis stastistik SPSS (12.00) data k21
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test k21 kontrol k21 perlakuan N 5 5
Mean .005340 .004600 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0009555 .0003937
Absolute .242 .294 Positive .239 .294
Most Extreme Differences
Negative -.242 -.223 Kolmogorov-Smirnov Z .542 .658 Asymp. Sig. (2-tailed) .930 .779
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean k21 kontrol .005340 5 .0009555 .0004273Pair 1
k21 perlakuan .004600 5 .0003937 .0001761
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 k21 kontrol
& k21 perlakuan
5 .106 .865
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1
k21 kontrol - k21 perlakuan
.0007400 .0009940 .0004445 -.0004942 .0019742 1.665 4 .171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Lampiran 29. Analisis stastistik SPSS (12.00) data k13
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
K13
kontrol K13
perlakuan N 5 5
Mean .004600 .004040Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0003162 .0003578
Absolute .224 .167Positive .224 .157
Most Extreme Differences
Negative -.171 -.167Kolmogorov-Smirnov Z .501 .373Asymp. Sig. (2-tailed) .963 .999
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean K13 kontrol .004600 5 .0003162 .0001414 Pair 1
K13 perlakuan .004040 5 .0003578 .0001600
Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 K13 kontrol
& K13 perlakuan
5 .685 .202
Paired Samples Test
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1
K13 kontrol - K13 perlakuan
.0005600 .0002702 .0001208 .0002245 .0008955 4.635 4 .010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Lampiran 30. Sertifikat analisis parasetamol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian Air
Berkarbonat Terhadap Profil Farmakokinetika
Parasetamol pada Tikus Putih Jantan” ini memiliki
nama lengkap Agatha Devi Mirakel. Dilahirkan di
Magelang pada tanggal 4 Juni 1985 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Fx. Agus
Nugroho dan Fr. Budiningsih, penulis telah menempuh
pendidikan formal di TK Kanisisus Gemawang (1989-
1991), SD Kanisius Gemawang (1991-1997), SLTP
Pangudi Luhur Ambarawa (1997-2000), SMU Santa Maria Yogyakarta (2000-
2003), dan pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis pernah menjadi
asisten dosen pada praktikum Biofarmasetika (2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI