PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan...

195
PENGARUH PEMBERIAN AIR BARKARBONASI TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL PADA TIKUS PUTIH JANTAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Agatha Devi Mirakel NIM : 038114040 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

PENGARUH PEMBERIAN AIR BARKARBONASI TERHADAP PROFIL

FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Agatha Devi Mirakel

NIM : 038114040

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

PENGARUH PEMBERIAN AIR BARKARBONASI TERHADAP PROFIL

FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Agatha Devi Mirakel

NIM : 038114040

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

…………Dan ketika seluruh dunia berpaling darimu, engkau tau bahwa Dia selalu hadir untukmu, mengulurkan tanganNya dan membawa serta keajaiban cinta. Bahkan ketika semua himpitan beban dunia membuatmu terluka, disanalah Dia bekerja menjadikanmu pribadi yang sempurna.

-Die Gottin der Mirakel-

Liebe: Bapa-ku tercinta di surga, “Sang Guru” kehidupan yang selalu

menggenapi janjiNya menjadi indah pada waktunya Mama bundit-ku atas kasih dan doa yang selalu membuatku merasa

istimewa Papa dan keluarga atas support, cinta dan segala hal yang belum

bisa terucapkan Yosi, gadis kecilku yang setegar batu karang yang membuatku

belajar memandang dunia dari sisi yang berbeda Fritas, another miracle in my journey for every single amazing

moment we’ve shared.

Untuk semua orang yang mempercayai keajaiban

v

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Agatha Devi Mirakel Nomor Mahasiswa : 038114040

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Pengaruh Pemberian Air Berkarbonasi Terhadap Profil Farmakokinetika Parsetamol pada Tikus Putih jantan beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 1 Februari 2008 Yang menyatakan

( Agatha Devi Mirakel )

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Bapa di Surga, karena oleh berkat, keajaiban

dan kasih-Nyalah maka skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

(S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikannya, maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs.Mulyono, Apt. selaku pembimbing atas dorongan semangat,

diskusi dan pengarahan, peminjaman buku-buku serta kesabaran dan inspirasi

dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Yosef Wijoyo,M.Si.,Apt. selaku dosen penguji untuk arahan, dan

diskusi, untuk pinjaman buku-buku serta dorongan semangat selama proses

penyusunan skripsi.

4. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

memberikan dukungan berupa diskusi-diskusi, kritik dan saran selama

penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf laboratorium: Mas Heru Purwanto, Mas Parjiman, Mas Kayat,

Mas Wagiran, Pak Mukmin, Pak Prapto, Mas Parlan, Mas Kunto dan Mas

Otok yang telah membantu penulis selama penelitian di laboratorium.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

6. Segenap staf administrasi: Pak Tatmo, Mas Narto, Mbak Sari dan Pak

Mukmin untuk keramahan, kesabaran dan pelayanan selama masa-masa

perkuliahan.

7. Sahabat-sahabatku Angger, Ana Rosa, Dita, Vera, Sari, Sakundita, dan

Monika untuk perbedaan, sharing, tawa dan tangisan, persaudaraan, semangat,

keceriaan, serta persahabatan yang mengagumkan, juga untuk dukungan

selama masa-masa kuliah.

8. Veronika Sulistiawati patner tak terduga dari kelompok A 2003 untuk semua

kebersamaan, perdebatan dan dukungan, diskusi, doa dan seluruh harapan

yang amat besar selama di laboratorium dan keseluruhan proses penyusunan

skripsi ini.

9. Teman-teman selama di laboratorium Angga, Surya dan Galaeh untuk setiap

doa sebelum bekerja, untuk penguatan, keceriaan, diskusi, foto-foto, di

Laboratorium. Juga Madya, Nia, Agnes, Supri, Eka, Siska, dan Shinta Dewi.

10. Sahabat-sahabatku Diah, Nuning, dan Dewi atas inspirasi selama bertahun-

tahun, doa-doa, kebersaman dan dukungan moral yang sangat besar.

11. Lanny dan Lia tetangga kost dan teman yang baik hati dan pintar, teman

sharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat

yang tepat.

12. Teman-teman kost Sariayu: terutama Yanti dan Vivi yang memberi semangat

dan menemani dalam kebersamaan.

13. Teman-teman Seluruh angkatan 2003, khususnya kelas A dan terutama

kelompok praktikum B, untuk jiwa yang selalu muda yang membuat hidup

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

lebih berwarna, kebersamaan dan kekompakan dalam setiap tahun yang telah

dilalui.

14. Setiap orang yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namun memberi

kontribusi yang amat berharga dalam tiap tahap hingga saat penulis

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih banyak

memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

untuk perbaikan dan perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini

berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Penulis

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

INTISARI

Absorpsi obat yang diberikan peroral sebagai contoh parasetamol, dipengaruhi berbagai faktor fisiologis termasuk adanya makanan dan minuman dalam saluran cerna. Minuman berkarbonasi dengan kandungan utama air berkarbonasi sering dikonsumsi masyarakat dan terdapat kemungkinan suatu saat minuman itu dikonsumsi bersama dengan parasetamol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air berkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol, parameter farmakokinetika yang dipengaruhi serta seberapa besarnya, juga hal yang diakibatkan dari pengaruh tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, rancangan acak lengkap pola satu arah. Digunakan sepuluh ekor tikus putih jantan galur wistar sebagai subyek uji. Lima ekor sebagai kelompok kontrol dan lima ekor sebagai kelompok perlakuan. Subyek diberi parasetamol peroral dosis 300 mg/kgBB, dilanjutkan pemberian air barkarbonasi 5,8115 mg/kgBB (kelompok perlakuan) atau air dengan volume setara air barkarbonasi (kelompok kontrol). Penetapan kadar parasetamol dilakukan dengan metode HPLC oleh Howie et al.(1977) yang dimodifikasi oleh Wijoyo (2001). Hasilnya diolah menggunakan program STRIPE (Johnston & Woolard, 1983 yang dimodifikasi oleh Jung) dan dianalisis statistik dengan paired t-tes (taraf kepercayaan 95%).

Hasilnya, air berkarbonasi memberikan perbedaan bermakna terhadap profil farmakokinetika fase absorbsi dan eliminasi parasetamol: ka(+131,61%); Cmaks(+27,74%); tmaks(-29,42%); AUC0-~(+28,35%); ClT(-21,62%); β(-15,00%);

k13(-13,04%); t½eliminasi(+42,55%); MRT(+18,08%). Perantaranya diduga adalah peningkatan kecepatan pengosongan lambung, penurunan biotransformasi dan atau ekskresi parasetamol. Akibatnya mungkin berupa peningkatan daya analgesik dan resiko hepatotoksisitas(pada pemakaian dosis berganda).

Kata kunci : farmakokinetika, interaksi, parasetamol, air barkarbonasi.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

ABSTRACT

Absorbtion for the drug given orally for example paracetamol, influenced by many physiologic factor, include the presence of foods and beverages in gastrointestinal track. Carbonated soft drink which contain carbonated water often to be consumed and it’s possible that once people consume it concomitanly with paracetamol. The aim of this research was to know wheather carbonated water influence paracetamol’s pharmacokinetics profile or not, include the parameters that were affected, the amount also the effect.

This was a pure experimental research, completely randomized one way variance. Ten white male Wistar strain rats used as the subjects. Five rats as the control group and others as the treatment group. Subjects were given paracetamol orally (300 mg/kgBB), continued with carbonated water 5,8115 mg/kgBB (treatment group) and pure water with the same volume (control group). HPLC method by Howie et al., modified by Wijoyo (2001) was used to determine paracetamol concentration in the blood. The results were proceed by STRIPE (Johnston & Woolard, 1983 modified by Jung) and statistically analized by paired t-test with (95% confidence intervals).

The results showed that carbonated water affected paracetamol’s pharmacokinetics profile on absorbtion and elimination phase: ka(+131,61%); Cmax(+27,74%); tmax(-29,42%); AUC0-~(+28,35%); ClT(-21,62%); β(-15,00%);

k13(-13,04%); t½elimination(+42,55%); MRT(+18,08%). The mediator was presume as the acceleration of gastric emptying and the decrease biotransformatin and or excretion of paracetamol. The posibble results will be the increase of analgetic capacity and hepototoxcicity risk (in multiple dose administration).

Key words: pharmacokinetics, interaction, paracetamol, carbonated water

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

PRAKATA....................................................................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... x

INTISARI ........................................................................................................ xi

ABSTRACT....................................................................................................... xii

DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xxiii

BAB I. PENGANTAR..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1. Permasalahan ....................................................................................... 4

2. Keaslian penelitian............................................................................... 4

3. Manfaat penelitian ............................................................................... 4

B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................. 6

A. Farmakokinetika ........................................................................................ 6

1. Pengertian ........................................................................................... 6

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

2. Analisis Farmakokinetika .................................................................... 7

3. Parameter farmakokinetika .................................................................. 14

4. Strategi Penelitian farmakokinetika ..................................................... 25

B. Interaksi farmakokinetika .......................................................................... 33

1. Pengertian ........................................................................................... 33

2. Mekanisme Interaksi Farmakokinetika ............................................... 34

3. Akibat................................................................................................... 42

4. Perantara .............................................................................................. 43

5. Penyebab .............................................................................................. 43

6. Penafsiran............................................................................................. 43

C. Parasetamol ................................................................................................ 44

1. Terapetik .............................................................................................. 44

2. Kimia.................................................................................................... 45

3. Farmakokinetika .................................................................................. 46

4. Hepatotoksisitas ................................................................................... 50

D. Air Berkarbonasi ........................................................................................ 52

E. Metode Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Darah ................................ 54

1. Metode Gas Liquid Chromatography (GLC) ..................................... 55

2. Metode Spektrofotometri-Diferensial .................................................. 56

3. Metode oleh Micelli dkk...................................................................... 56

4. Metode Cafetz dkk............................................................................... 56

5. Metode High Performance Liquid Chromatograpy (HPLC) .............. 57

F. Landasan Teori........................................................................................... 59

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

G. Hipotesis .................................................................................................... 62

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 63

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 63

B. Variabel-variabel Penelitian....................................................................... 63

1. Variabel Bebas ..................................................................................... 63

2. Variabel Tergantung ............................................................................ 64

3. Variabel Pengacau................................................................................ 65

C. Bahan Penelitian ........................................................................................ 65

D. Alat Penelitian............................................................................................ 66

E. Tata Cara Penelitian................................................................................... 67

1. Optimasi penetapan kadar parasetamol ............................................... 67

2. Penelitian lanjutan................................................................................ 69

F. Analisis Hasil ............................................................................................. 71

1. Perhitungan parameter farmakokinetika .............................................. 71

2. Analisis statistik ................................................................................... 71

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 73

A. Optimasi metode ........................................................................................ 73

1. Pembuatan dan penetapan kurva baku................................................. 76

2. Penetapan harga perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan

sistemik. .............................................................................................. 80

3. Uji stabilitas parasetamol ..................................................................... 84

B. Penelitian lanjutan...................................................................................... 85

1. Penetapan dosis parasetamol................................................................ 85

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

2. Penetapan dosis air berkarbonasi ......................................................... 86

3. Penetapan waktu pengambilan cuplikan .............................................. 86

C. Analisis Hasil ............................................................................................. 87

1. Profil absorbsi parasetamol.................................................................. 91

2. Profil distribusi parasetamol ................................................................ 96

3. Profil eliminasi parasetamol ................................................................ 98

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 101

A. Kesimpulan ................................................................................................ 101

B. Saran .......................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103

LAMPIRAN..................................................................................................... 107

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 158

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

DAFTAR TABEL

Tabel I. Sifat dari model satu kompartemen terbuka ........................... 10

Tabel II. Sifat dari model dua kompartemen terbuka ............................ 11

Tabel III. Rangkuman model kompartemen, rute pemberian dan

persamaan kadar dalam darah, serum dan urin ...................... 13

Tabel IV. Ketergantungan parameter farmakokinetika primer terhadap

variabel fisiologi ..................................................................... 15

Tabel V. Ketergantungan parameter famakokinetika sekunder dan

turunan terhadap parameter farmakokinetika primer.............. 25

Tabel VI. Pembersihan parasetamol yang diperoleh isolated perfusea

liver ......................................................................................... 50

Tabel VII. Parameter farmakokinetika & farmakodinamika

parasetamol pada manusia ...................................................... 52

Tabel VIII. Asam bikarbonat ..................................................................... 52

Tabel IX. Karbon dioksida ....................................................................... 53

Tabel X. Faktor yang mempengaruhi pengosongan lambung ............... 61

Tabel XI. Parameter farmakokinetika model 2 kompartemen

terbuka..................................................................................... 70

Tabel XII. Harga perolehan kembali, kesalahan sistemik, kesalahan

acak penetapan kadar parasetamol dalam plasma dengan

HPLC-Intraday ....................................................................... 82

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

Tabel XIII. Harga perolehan kembali, kesalahan sistemik, kesalahan

acak penetapan kadar parasetamol dalam plasma dengan

HPLC- Interday....................................................................... 83

Tabel XIV. Peruraian parasetamol dalam plasma setelah disimpan pada

suhu 0oC .................................................................................. 84

Tabel XV. Data kadar parasetamol dalam plasma setelah pemberian

parasetamol dalam plasma dosis 300 mg/kgBB ................... 86

Tabel XVI. Kenaikan kadar parasetamol dalam plasma setelah

pemberian parasetamol oral 300 mg/kg BB pada tikus

akibat pemberian air berkarbonasi .......................................... 89

Tabel XVII. Pengaruh pemberian air berkarbonasi terhadap profil

farmakokinetika parasetamol pada tikus putih jantan............. 90

Tabel XVIII. Seri kadar larutan intermediet kurva baku parasetamol.......... 108

Tabel XIX. Data persamaan kuva baku ................................................... 109

Tabel XX. Contoh perhitungan kadar larutan parasetamol pada

penentuan nilai perolehan kembali, kesalahan sistemik dan

kesalahan acak (intraday dan interday) ................................ 110

Tabel XXI. Konversi perhitungan dosis antar jenis subyek....................... 131

Tabel XXII. Data kadar parasetamol dalam plasma dalam berbagai

waktu....................................................................................... 132

Tabel XXIII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 1............ 139

Tabel XXIV. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 2............ 140

Tabel XXV. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 3............ 141

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

Tabel XXVI. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 4............ 142

Tabel XXVII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 5............ 143

Tabel XXVIII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 1........ 144

Tabel XXIX. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 2........ 145

Tabel XXX. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 3........ 146

Tabel XXXI. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 4........ 147

Tabel XXXII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 5........ 148

Tabel XXXIII. Rangkuman parameter farmakokinetika parasetamol pada

tiap-tiap subyek uji.................................................................. 154

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahap analisis farmakokinetika .............................................. 7

Gambar 2. Tahapan aksi hayati / biologi obat dalam tubuh ..................... 26

Gambar 3. Contoh struktur protein ........................................................... 29

Gambar 4. Rangkuman prinsip penafsiran dan penilaian interaksi

farmakokinetika serta akibat kinetika farmakologi,

toksikologi dan klinisnya ........................................................ 43

Gambar 5. Struktur parasetamol .............................................................. 45

Gambar 6. Metabolisme parasetamol ....................................................... 49

Gambar 7. Struktur asam bikarbonat ........................................................ 52

Gambar 8. Gambaran denaturasi protein .................................................. 75

Gambar 9. Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol ........................ 76

Gambar 10. Kromatogram blangko plasma ................................................ 77

Gambar 11. Kromatogram parasetamol dalam plasma dengan kadar

100 µg/ml ................................................................................ 77

Gambar 12. Disosiasi parasetamol.............................................................. 78

Gambar 13. Reaksi penggaraman parasetamol dengan adanya basa.......... 79

Gambar 14. Gugus polar dan nonpolar parasetamol................................... 79

Gambar 15. Persamaan kurva baku parasetamol dalam plasma ................. 80

Gambar 16. Kromatogram kontrol 3, menit ke 20...................................... 85

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

Gambar 17. Kurva kekerabatan kadar parasetamol lawan waktu pada

tikus jantan akibat pemberian parasetamol oral dosis 300

mg/kg BB ................................................................................ 87

Gambar 18. Kurva kekerabatan ln kadar parasetamol lawan waktu pada

tikus jantan akibat pemberian parasetamol oral dosis 300

mg/kg BB ........................................................................... 87

Gambar 19. Perubahan liku kenaikan kadar parasetamol lawan waktu

pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol oral dosis

300 mg/kg.BB dengan dan tanpa air berkarbonasi ................. 88

Gambar 20. Perubahan liku kenaikan ln kadar parasetamol lawan waktu

pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol oral dosis

300 mg/kg.BB dengan dan tanpa air berkarbonasi ............... 88

Gambar 21. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada

kelompok kontrol (A) dan kelompok perlakuan (B)............... 133

Gambar 22. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

pada kelompok kontrol (A) dan kelompok perlakuan (B) ...... 134

Gambar 23a. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada

kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ......................................... 135

Gambar 23b. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada

kelompok kontrol 2- perlakuan 2 ........................................... 135

Gambar 23c. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada

kelompok kontrol 3 – perlakuan 3 .......................................... 135

xxi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

Gambar 23d. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada

kelompok kontrol 4 – perlakuan 4 .......................................... 136

Gambar 23e. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada

kelompok kontrol 5 – perlakuan 5 .......................................... 136

Gambar 24a. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 137

Gambar 24b. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 137

Gambar 24c. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 137

Gambar 24d. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 138

Gambar 24e. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1 ................................ 138

xxii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan dan penimbangan pembuatan kurva baku

parasetamol .......................................................................... 108

Lampiran 2. Contoh data dan perhitungan pembuatan larutan

parasetamol pada penentuan nilai perolehan kembali,

kesalahan sistemik dan kesalahan acak (intraday dan

interday ................................................................................ 110

Lampiran 3. Contoh perhitungan dosis awal untuk orientasi dosis........... 111

Lampiran 4. Kromatogram kurva baku parasetamol dalam plasma ........ 112

Lampiran 5. Contoh kromatogram kelompok kontrol............................... 116

Lampiran 6. Contoh kromatogram kelompok perlakuan ......................... 123

Lampiran 7. Contoh perhitungan dosis dan volume air berkarbonasi ...... 131

Lampiran 8. Data kadar parasetamol dalam plasma pada berbagai

waktu .................................................................................. 132

Lampiran 9. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu ......... 133

Lampiran 10. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu...... 134

Lampiran 11. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

untuk tiap– tiap pasang subyek uji....................................... 135

Lampiran 12. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma vs waktu untuk

tiap – tiap pasang kontrol-perlakuan .................................. 137

Lampiran 13. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol............. 139

Lampiran 14. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan......... 144

xxiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

Lampiran 15. Contoh perhitungan parameter farmakokinetika

parasetamol .......................................................................... 149

Lampiran 16. Rangkuman parameter farmakokinetika parasetamol pada

tiap-tiap subyek uji............................................................... 154

Lampiran 17. Analisis stastistik SPSS (12.00) data ka ................................ 156

Lampiran 18 Sertifikat analisis parasetamol .............................................. 169

xxiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Obat-obat yang diberikan dengan jalur pemberian ekstravaskular seperti

peroral contohnya parasetamol, mengalami suatu tahapan yang disebut absorpsi

yaitu absorbsi pada saluran cerna (gastrointestinal absorbtion). Pada proses

absorbsi ini, obat terlebih dahulu harus melewati membran pada tempat absorbsi

seperti dinding pembuluh kapiler pada saluran cerna agar dapat tersedia dalam

saluran sistemik dan siap memberikan aksi. Tahap absorbsi tidak akan terjadi pada

obat-obat yang diberikan dengan jalur pemberian intravaskular (misalnya secara

intravena, intraarterial, intraspinal dan intraserebral), karena obat tidak perlu

menembus suatu membran agar dapat tersedia pada saluran sistemik. Proses

absorbsi obat pada saluran cerna ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

fisiologi seperti waktu tinggal dalam saluran cerna (transit time); kecepatan

pengosongan lambung; tempat absorpsi (lambung, usus); keefektifan luas

permukaan pada tiap tempat absorpsi; pH pada saluran cerna; aliran darah pada

tempat absorpsi; ada dan tidaknya makanan dalam saluran cerna serta masih

banyak lagi (Wagner, 1979). Memperhatikan faktor-faktor fisiologi diatas, maka

sangat mungkin bila suatu saat makanan atau minuman yang dikonsumsi bersama

dengan pemberian obat peroral mempengaruhi proses absorbsi obat tersebut

dengan cara mengubah satu atau lebih faktor-faktor fisiologi.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

2

Salah satu minuman yang mungkin dikonsumsi bersama dengan obat

adalah minuman berkarbonasi. Di Indonesia jenis minuman berkarbonasi ini

sudah lama dikenal. Rasa segar yang menjadi keistimewaan jenis minuman ini

disebabkan oleh kandungan air berkarbonasi yang menjadi komponen utamanya.

Sensasi ”bubling” yang ditimbulkan olah kandungan gas yang terlarut,

menjadikannya unik dan digemari (Anonim, 2002). Air barkarbonasi sering dijual

dalam bentuk kombinasi dengan bahan tambahan seperti gula dan bahan perasa

seperti yang terdapat dalam minuman ringan berkarbonasi (carbonated soft drink)

namun ada juga yang dijual dalam bentuk air barkarbonasi tanpa campuran

apapun yang sering disebut sebagai air soda. Minuman jenis ini dapat dikonsumsi

kapan saja mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua. Contoh yang dapat

dijumpai mengenai konsumsi minuman berkarbonasi bersama dengan obat adalah

konsumsi salah satu merk minuman berkarbonasi bersama dengan parasetamol

(Hermansaksono, 2005).

Parasetamol adalah suatu metabolit aktif dari fenasetin yang berkhasiat

sebagai analgesik-antipiretik. yang juga sudah lazim digunakan sejak tahun 1893

(AMA, 1994; Hardam, Gilman & Limbird, 1996). Di Indonesia parasetamol telah

banyak beredar sebagai obat bebas dengan berbagai nama dagang. Depkes RI

menganjurkan parasetamol sebagai pilihan utama untuk pengobatan demam

(www.depkes.go.id.). Meskipun tergolong obat yang sudah lama digunakan,

namun karena efek sampingnya yang relatif sedikit, sifatnya yang tidak

mengiritasi lambung dan aman untuk digunakan pada anak-anak, membuat obat

ini masih tetap menjadi disukai dan digunakan hingga sekarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

3

Saat mengkonsumsi air berkarbonasi, kandungan gas yang terlarut

didalamnya memiliki kecenderungan memenuhi lambung (peningkatan volume)

dan menyebabkan tekanan pada lambung (gastric distention). Kedua hal tersebut

termasuk stimulus dalam pengosongan lambung (Mayersohn, 2002). Maka bagi

obat seperti parasetamol yang melalui tahapan absorpsi di usus halus, faktor

fisiologi berupa kecepatan pengosongan lambung akan mempengaruhi efektifitas

absorpsinya (Whitehouse, 1981) dan mungkin juga terhadap profil

farmakokinetika parasetamol yang lain (distribusi dan eliminasi). Untuk itulah

penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat interaksi air

barkarbonasi-parasetamol yang berpengaruh terhadap profil farmakokinetika dari

parasetamol.

Penelitian mengenai pengaruh air barkarbonasi terhadap profil

farmakokinetika parasetamol ini menggunakan HPLC (High Liquid Performance

Chromatography) untuk mengukur kadar parasetamol utuh dalam plasma. Metode

yang digunakan mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Howie,

Adriaensenss & Prescott, (1977) dengan modifikasi yang dilakukan oleh Wijoyo

(2001). Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa metode ini memenuhi

parameter senstivitas, selektivitas, ketepatan dan ketelitian serta dapat mengatasi

masalah volume cairan biologis (darah) yang terbatas pada subyek uji (tikus)

yang digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

4

1. Permasalahan

a. Apakah pemberian air barkarbonasi mempengaruhi profil farmakokinetika

parasetamol?

b. Parameter farmakokinetika apa yang dipengaruhi dan berapa besarnya

pengaruh tersebut?

c. Hal apa yang mungkin terjadi akibat perubahan profil farmakokinetika

tersebut?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka di USD, penelitian mengenai pengaruh air

barkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol belum pernah

dilakukan. Penelitian tentang parasetamol yang pernah ada sebelumnya adalah

antaraksi farmakokinetika jamu merit dengan parasetamol (Kristianto, 2000);

antaraksi parasetamol dengan vegeta (Delima, 2004) serta antaraksi parasetamol

dengan jamu antangin (Sulistyowati,2005).

3. Manfaat

a. Manfaat teoritis yang didapatkan dari penelitian ini adalah memberikan

informasi tentang pengaruh pemberian air barkarbonasi terhadap profil

farmakokinetika parasetamol.

b. Manfaat praktis yang didapatkan dari penelitian ini adalah memberikan

gambaran atas hal-hal yang mungkin ditimbulkan oleh interaksi air

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

5

barkarbonasi dengan parasetamol pada kinerja farmakologi-toksikologi

parasetamol.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran bahwa air berkarbonasi

dapat mempengaruhi profil farmakokinetika parasetamol.

2. Mengetahui parameter farmakokinetika apa saja yang dipengaruhi dan berapa

besarnya pengaruh tersebut.

3. Mengetahui hal yang mungkin terjadi akibat perubahan profil farmakokinetika

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

Sehubungan dengan maksud penelitian ini maka di dalam bab ini akan

ditelaah lebih lanjut mengenai farmakokinetika, analisis farmakokinetika,

interaksi farmakokinetika, parasetamol dan air berkarbonasi.

A. Farmakokinetika

1. Pengertian

Farmakokinetika adalah suatu cabang dari ilmu farmakologi.

Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan

organisme hidup dan segala aspek dari interaksi tersebut. Berarti, baik obat

maupun organisme hidup dapat saling mempengaruhi. Bagian farmakokinetika

dikhususkan untuk mempelajari bagian tentang pengaruh obat terhadap

organisme hidup. Oleh Makoid dan Cobby (2002) farmakokinetika didefinisikan

sebagai suatu perhitungan matematika dari waktu proses absorsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi (ADME) dari obat didalam tubuh. Faktor biologi,

psikologi dan fisika-kimia yang dapat mempengaruhi proses perpindahan obat di

dalam tubuh juga dapat mempengaruhi tingkat dan kecepatan ADME obat

tersebut di dalam tubuh. Sejauh ini aksi farmakologi banyak berhubungan dengan

kadar obat di dalam plasma, begitu pula dengan aksi toksikologi.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

7

2. Analisis farmakokinetika

Analisis farmakokinetika dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

parameter-parameter farmakokinetika. Pada tahap selanjutnya parameter-

parameter tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan misalnya

menentukan laju absorpsi, metabolisme dan ekskresi melalui urin:

memperhitungkan ketersedian hayati (bioavailabilitas) suatu produk;

menghubungkan respon farmakologi dengan konsentrasi obat di dalam plasma,

cairan tubuh lain atau jaringan; memprediksi kadar obat dalam darah setelah

pemberian dosis ganda; mengoptimalkan aturan dosis untuk obat-obat tertentu dan

masih banyak lagi. Dalam mempelajari analisis farmakokinetika terlebih dahulu

harus dipahami tetang model kompartemen, ordo kinetika, strategi penelitian dan

teknik analisis obat dalam cairan biologis.

Gambar 1. Tahap analisis farmakokinetika

(Wagner, 1975 dengan revisi)

Pemberian obat dengan dosis tertentu kepada subyek

Pencuplikan sampel melalui cairan biologis (misal darah atau urin ) atau jaringan

Penetapan kadar obat utuh dan atau metabolinya terhadap fungsi waktu

Data

Penetapan model kompartemen farmakokinetika

Aplikasi model Penjabaran model kompartemen

Penentuan ordo kinetika Jenis model farmakokinetika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

8

a. Analisis model kompartemen adalah tahapan yang pertama

dilakukan setelah didapat data kadar obat tak berubah atau metabolitnya dalam

darah atau urin (cairan biologis yang paling sering digunakan). Tahap ini

penting untuk mencocokkan data hasil uji dengan rumus perhitungan

parameter farmakokinetika. Setelah berada di dalam badan (sirkulasi sitemik)

obat akan terdistribusi dengan cepat ke berbagai organ dengan sifat beragam.

Badan dianggap suatu kumpulan kompartemen (multi kompartemen) yang

terpisah satu sama lain, untuk menyederhanakannya badan dianggap sebagai

suatu sistem satu atau dua kompertemen terbuka. hal tersebut didasarkan pada

asumsi bahwa proses perpindahan (distribusi) obat antar kompertemen bersifat

bolak-balik antara darah disatu pihak dan tempat distribusi di pihak lain. Cara

pengerjaannya adalah dengan mengikuti metode plot semilogaritma kadar obat

lawan laktu dengan perhitungan matematika.

1) Model satu kompartemen terbuka. Diasumsikan bahwa badan

adalah kompertemen tunggal, seluruh kompertemen yang ada

dianggap sebagai sentral. Kompartemen sentral didefinisikan sebagai

jumlah seluruh bagian badan (organ atau jaringan) dimana kadar obat

didalamnya segera berada dalam kesetimbangan dengan kadar obat

dalam darah atau plasma (Ritschel, 1992). Pada model ini seolah-

olah tidak terdapat fase distribusi. Adanya fase distribusi hanya

digambarkan dengan Vd. Kurva semilogaritma hanya menunjukkan

kurva monofasik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

9

2) Model dua kompartemen terbuka. Dalam model ini tubuh dibagi

menjadi dua kompertemen, sentral dan perifer. Arti terbuka mengacu

pada kenyataan bahwa obat yang semula masuk dalam badan pada

akhirnya akan dikeluarkan kembali (pada waktu tak hingga, sampai

kadar obat sama dengan nol). Kompertemen perifer dianggap sebagai

jumlah seluruh bagian badan (organ, jaringan atau bagian darinya)

tempat obat akhirnya tersebar namun kesetimbangan tidak segera

tecapai (Ritschel, 1992). Pada model dua kompartemen terbuka

tampak adanya kurva bifasik pada kertas semilogaritma. Karena itu

jelas bahwa plot kurva semilogaritma kadar obat dalam darah lawan

waktu dapat digunakan sebagai penanda model kinetika suatu obat.

b. Analisis ordo kinetika penting untuk perhitungan parameter

farmakokinetika, karena dari asumsi ordo kinetika ini diturunkan secara

matematis parameter farmakokinetika. Dalam farmakokinetika penerapannya

hanya terbatas pada ordo nol dan ordo pertama. Kinetika suatu obat dikatakan

mengikuti ordo nol bila penurunan kadar obat dalam waktu tertentu tidak

tergantung pada jumlah obat yang dipindahkan pada waktu tertentu itu. Bila

penurunan kadar obat pada waktu tetentu tergantung pada jumlah obat yang

dipindahkan pada waktu tertentu itu, maka hal ini adalah penanda kinetika

obat tersebut mengikuti ordo pertama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

10

Tabel I. Sifat dari model satu kompartemen terbuka

Aplikasi

Intravaskular (Intravena, intrakardiak, intra-arterial)

Ekstravaskular (oral, peroral, rectal,intramuscular, subkutan, intrakutan)

Tidak ada absorpsi, semua obat yang diinjeksikan berada dalam sirkulasi sitemik, distribusi yang cepat antara aliran darah dan jaringan; kesetimbangan (steady state) langsung tercapai; penurunan kadar obat tergantung pada ekskresi dan metabolisme.

Absorpsi berjalan seturut pelepasan obat dan mekanisme absorpsi; pada waktu 0 tidak terdapat obat pada sirkulasi sistemik; selama terjadi proses absorpsi, konsentrasi obat meningkat sampai puncak (peak) dan kemudian menurun sejalan dengan eliminasi (metabolisme dan ekskresi); tidak semua obat terabsorpsi.

(Ritschel, 1992)

Sifat

Model

D = dosis yang diberikan Vd = volume distribusi C = kadar obat dalam plasma kel = tetapan laju eliminasi

D ka kel D = dosis yang diberikan Vd = volume distribusi C = kadar obat dalam plasma Ka = tetapan laju absorpsi kel = tetapan laju eliminasi

BLOOD LEVEL (pada kertas semi logaritma)

Log Kadar waktu

Log Kadar waktu

BODY Vd C

D kel

kel

BODY Vd C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

11

Tabel II. Sifat dari model dua kompartemen terbuka Aplikasi

Intravaskular (Intravena, intrakardiak, intra-arterial)

Ekstravaskular (oral, peroral, rectal, intramuscular, subkutan, intrakutan)

Sifat

Tidak ada absorpsi, semua obat yang diinjeksikan berada dalam sirkulasi sitemik; distribusi yang lambat antara aliran darah dan jaringan; kesetimbangan (steady state) tercapai beberapa saat setelah pemberian; penurunan kadar pada tahap pertama kurva kadar obat terjadi karena distribusi; penurunan kadar obat pada bagian kedua tergantung pada pendistribusian kembali (back distribution) obat dari jaringan ke dalam darah, ekskresi dan metabolisme.

Absorpsi berjalan seturut pelepasan obat dan mekanisme absorpsi; pada waktu 0 tidak terdapat obat pada sirkulasi sistemik; selama terjadi absorpsi, konsentrasi obat meningkat sampai puncak (peak) diikuti penurunan dikarenakan distribusi lambat sampai tercapai kesetimbangan; penurunan monoeksponen tergantung pada pendistribusian kembali (back distribution) obat dari jaringan ke darah, ekskresi dan metabolisme

Model

k13D D = dosis yang diberikan

CC = kompartemen sentral PC = kompartemen perifer k12, k21 = tetapan distribusi k13 = tetapan eliminasi dari

komp.sentral Vc = volume distribusi komp.

sentral C = kadar obat dalam plasma β = tetapan eliminasi tota

ka k13D.f D = dosis yang diberikan CC = kompartemen sentral PC = kompartemen perifer Ka = tetapan absorpsi F = fraksi obat terabsorpsi k12, k21 = tetapan distribusi k13 = tetapan eliminasi dari

komp.sentral Vc = volume distribusi komp.

sentral C = kadar obat dalam plasma β = tetapan eliminasi total

CC Vc C

PC

CC Vc C

PC

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

12

Lanjutan tabel II

(Rischel,1992)

BLOOD LEVEL (pada kertas semi logaritma)

Log Kadar waktu

Log Kadar waktu ka > α Log Kadar waktu ka < α

β

β

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

13

Tabel III. Rangkuman model kompartemen, rute pemberian dan persamaan kadar dalam darah, serum dan urin

BLOOD LEVEL Rute

pemberian Model

kompartemenPersamaan kadar

obat (µg/ml) (pada kertas semi logaritma)

Log Kad

Waktu

Intravaskuler -Intravena -intrakardiak -intra-arterial

Satu kompartemen terbuka

C(t) = C(0) e–kel..t

Log Kadar

Waktu

Ekstravaskular -oral -peroral -rektal -intramuskular -subkutan -intrakutan

Satu kompartemen terbuka

C(t) = M e–kel. t – N e–ka.t

M= Intersep dari hasil back extrapolation slope persamaan monoeksponen eliminasi dengan ordinat (µg/ml)

N = intersep persamaan monoeksponen absorbsi dengan ordinat (µg/ml)

Log Kadar

Waktu

Intravascular -Intravena -intrakardiak -intra-arterial

dua kompartemen terbuka

C(t) = B e –β.t + L e -α t

Log Kadar

Waktu ka > α Log Kadar

waktu ka < α

Ekstravaskular -oral -peroral -rektal -intramuskular -subkutan -intrakutan

dua kompartemen terbuka

C(t) = M e–β.t + L e-α t

- N e–kel .t

M = intersep dari hasil

back ekstrapolation slope persamaan monoeksponen eliminasi dengan ordinat (µg/ml)

L = intersep slope persaman distribusi dengan ordinat (µg/ml)

N= kadar hipotetik obat pada t (0) yang diperoleh dari penjumlahan nilai L dan M (µg/ml)

(Ritschel, 1992)

β

β

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

14

3. Parameter farmakokinetika

Parameter farmakokinetika didefinisikan sebagai besaran yang

diturunkan secara matematik dari hasil pengukuran kadar obat atau metabolitnya

didalam darah atau urin (Suryawati & Donatus, 1998), dimana parameter ini akan

menjadi acuan bagi keefektifan perubahan fisiologi pada tahap farmakokinetika.

Didasarkan pada hubungannya dengan perubahan fisiologis, parameter

farmakokinetika dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

• Parameter farmakokinetika primer yaitu parameter yang nilainya

dipengaruhi secara langsung oleh perubahan fisiologi. Termasuk dalam parameter

ini adalah tetapan laju absorpsi (ka); fraksi obat yang diabsorpsi (f); volume

distribusi (Vd); sedangkan pembersihan renal (ClR) dan pembersihan hepatik

(ClH).

• Parameter farmakokinetika sekunder adalah parameter yang nilainya

tergantung pada parameter farmakokinetika primer. Tetapan laju eliminasi (kel),

waktu paruh eliminasi (t½ eliminasi) dan fraksi obat yang diekskresikan dalam

bentuk utuh (fe) adalah contoh dari parameter farmakokinetika sekunder ini

(Rowland & Tozer, 1995)

• Parameter farmakokinetika turunan, nilai parameter ini tidak hanya

tergantung pada parameter farmakokinetika primer tetapi juga pada dosis seperti

pada dijumpai pada kadar obat dalam plasma dalam kondisi tunak (Css) dan luas

daerah di bawah kurva kadar obat dalam plasma lawan waktu (AUC), (Rowland

& Tozer, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

15

Tabel IV. Ketergantungan parameter farmakokinetika primer terhadap variabel fisiologi

PARAMETER FARMAKOKINETIKA PRIMER

FAKTOR FISIOLOGI

Tetapan laju absorpsi (ka) Aliran darah pada tempat absorpsi, pengosongan lambung (oral), motilitas usus (oral)

Bioavailabilitas Pengosongan lambung, sekresi asam lambung dan enzim hidrolitik pada empedu dan motilitas usus.

Pembersihan Hepatik (ClH); bioavailabilitasa

Aliran darah hepatik, keterikatan dalam darah,aktivitas hepatoselular.

Pembersihan renal (ClR) Aliran darah ginjal, keterikatan dalam darah, sekresi aktif, reabsorpsi aktif, filtrasi glomerular, pH urin,aliran urin

Volume distribusi (Vd);

aEliminasi hepatik diasumsikan sebagai satu-satunya penyebab penurunan bioavailabilitas.

Keterikatan dalam darah, keterikatan dengan jaringan, partisi pada lemak, komposisi tubuh, ukuran tubuh

(Rowland&Tozer,1995)

a. Luas Area di Bawah Kurva (Area Under the Curve/AUC).

AUC total (AUC 0-~) menggambarkan jumlah obat yang terukur dalam

darah pada wakru nol sampai tak hingga. Diperoleh dari hasil penjumlahan

nilai AUC0-tn dengan ( Ritschel, 1992) ∝ -tn AUC

=AUC∝ -0 AUC 0-tn + ∝ -tn AUC (1)

Keterangan :

n t -0 AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu n

∞ -tn AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga

∞ -0 AUC = Luas area total dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

16

Besarnya AUC0-tn menggambarkan jumlah obat yang terukur dalam darah

pada rentang waktu tertentu. Nilainya dapat diperkirakan dengan aturan

trapezoid, metode ini akurat bila terdapat cukup titik-titik data pengukuran

kadar obat di dalam darah (Shargel, Wu-Pong, & Yu, 2005). Area diantara

tiap titik dijumlahkan sebagai :

)t(t2

CnC AUC 1nn

1ntn-0 +

+ −+

= (2)

Keterangan :

n t -0 AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu n

tn+1 = waktu saat n+1 (menit)

tn = waktu saat n (menit)

Cn = konsentrasi pada waktu tn (µg/ml)

Cn+1 = konsentrasi pada waktu tn+1 (µg/ml)

tn-0 AUC menggambarkan AUC dari waktu nol sampai dengan waktu

terakhir pengukuran kadar obat di dalam darah. Selanjutnya area yang

tersisa dihitung dengan membagi kadar obat di dalam darah dengan kel

atau β ( Ritschel, 1992)

βatauk

C AUCel

n -tn =∞ (3)

Keterangan :

∞ -tn AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga

kel = tetapan laju eliminasi obat (menit)

Cn = kadar obat pada titik terakhir pengambilan sample (µg/ml)

β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

17

Karena persamaan kadar obat dalam darah pada model dua kompartemen

terbuka adalah

C(t) = Me -β t + Le-α t + Ne-ka t (4)

maka nilai dapat dihitung dengan persamaan berikut. ∝ -0 AUC

a

-0 kN

αL

βM AUC −+=∞ (5)

Keterangan :

∝ -0 AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga

M = Intersep dari hasil back extrapolation slope persamaan monoeksponen eliminasi dengan ordinat (µg/ml)

β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]

L = intersep dari slope persamaan distribusi dengan ordinat (µg/ml)

α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]

ka = slope (tetapan laju) absorpsi (µg/ml)

N = kadar hipotetik obat pada t (0) yang diperoleh dari penjumlahan nilai L dan M (µg/ml)

( Ritschel, 1992)

b. Tetapan laju absorpsi (ka), adalah fraksi obat yang diabsorpsi

tiap satuan waktu, karenanya tetapan ini menentukan jumlah obat yang

dipindahkan dari tempat absorpsinya ke dalam darah tiap satuan waktu

(Notari dkk, 1975; Ritschel, 1992)

absorbsit0.693k

1a2

= (6)

Keterangan :

ka = slope (tetapan laju) absorpsi (menit-1)

t ½ absorpsi = waktu paruh absorpsi (menit)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

18

c. Cmaks, didefinisikan sebagai kadar maksimum yang terdapat

dalam plasma setelah pemberian oral. Waktu yang dibutuhkan untuk

mencapainya dinamakan tmaks. Nilai tmaks tidak tergantung pada dosis

namun tergantung pada tetapan laju absorpsi (ka) dan tetapan laju distibusi

(α). Cmaks sering disebut juga kadar puncak dimana laju obat yang

diabsorpsi sebanding dengan laju obat yang dieliminasi. Nilai dapat

diperoleh dari persamaan kadar obat dalam tubuh

( )( ) ( )( ) ( )( ) ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

−−−

+⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

−−−

+⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

−−−

= −−− αtmaks

aa

a21βtmaks

a

21αtmaks

a

21amaks e

kβkαkk

eβαβk

βke

αβαkαk

Vcf Dk

C (7)

Keterangan :

Cmaks = konsentrasi puncak (peak) kadar obat dalam darah (µg/ml)

ka = slope (tetapan laju) absorpsi (menit-1)

D = dosis obat yang diberikan

f = fraksi obat terabsorpsi

Vc = volume distribusi kompartemen sentral (ml)

α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]

β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]

k21 = tetapan laju distribusi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit)

d. Volume distribusi (Vdss).Volume distribusi (Vd) adalah suatu

model hipotetik yang digunakan untuk memperkirakan jumlah obat yang

terdistribusi di dalam cairan tubuh. Vd bukan merupakan volume yang

mewakili volume pada anatomi yang sebenarnya, melainkan hanya

mewakili dinamika distribusi obat antara plasma dan jaringan serta

menerangkan kesetimbangan massa obat dalam tubuh. Sifat Vd ini spesifik

untuk tiap individu. Vdss hanya salah satu bentuk untuk menyatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

19

volume distribusi yang berkaitan dengan jumlah obat yang terdistribusi

dalam cairan tubuh pada kondisi kesetimbangan/tunak (steady-state).

Bentuk lain untuk menyatakan Vd antara lain: Vdexstrap (volume distribusi

dengan metode ekstrapolasi); Vdarea (volume distribusi dengan metode

area); Vdβ ( volume distribusi selama fase eliminasi). Vdss sifatnya tidak

tergantung pada laju eliminasi sehingga dapat digunakan untuk

mengkorelasikan data dari suatu individu ke individu yang lain.

Besarnya Vd tergantung pada faktor fisiologi seperti laju aliran

darah pada berbagai jaringan, kelarutan dalam lemak, koefisien partisi dan

perbedaan tipe jaringan serta pH. Pada pemberian secara intravena (i.v.)

dengan model satu kompartemen Vd dapat ditetapkan segera setelah tejadi

kesetimbangan dengan membagi dosis yang diberikan (D) dengan

konsentrasi obat mula-mula [C(0)]. Pada pemberian ekstravaskular (e.v.),

prosedur ini diperbolehkan bila dosis yang diberikan dikalikan dengan

fraksi dosis yang sebenarnya terabsorpsi. Tujuan penetapan Vd adalah

untuk menghubungkan kadar obat dalam plasma dengan total jumlah obat

yang terdapat dalam darah pada berbagai waktu.

( )( )( )aa

a21a

21

2112ss kαkβN

kkDfkVcdimana,Vcx

kkk

Vd−−−

=+

= (8)

Keterangan :

Vdss = volume distribusi pada kondisi tunak / steady-state(ml)

Vc = volume distribusi kompartemen sentral / plasma (ml)

k12 = tetapan laju distribsi untuk perpindahan obat dari kompartemen sentral ke kompartemen perifer (menit-1)

k21 = tetapan laju distribsi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

20

ka = slope (tetapan laju) absorpsi (menit-1)

f = fraksi obat terabsorpsi (fraksi dari 1)

N = kadar hipotetik obat mula-mula pada t = 0 dalam modol dua kompertemen pada pemebrian ekstravaskuler (µg/ml)

D = dosis obat yang diberikan (µg)

Nilai dari (Vdss/Vc) – 1 adalah pengukuran langsung terhadap k12/k21. Nilai

(Vdss/Vc) – 1 semakin besar menggambarkan jumlah obat lebih besar

terdistribusi pada kompartemen perifer namun bila nilainya semakin kecil

maka menggambarkan semakin besarnya obat yang terdistribusi pada

kompartemen sentral.

e. Tetapan laju distribusi (α), tetapan laju distribusi (disposisi

cepat yang sering disimbolkan dengan α, sifatnya adalah campuran

(hybrid). Nilianya dapat diperoleh dari persamaan garis monoeksponen

distribusi: ( )13212 k4kbb1/2α −+= atau (9)

eliminasi2

1t0,693α= (10)

Keterangan :

α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]

k21 = tetapan laju distribsi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)

k31 = tetapan laju eliminasi obat dari kompartemen sentral (menit-1)

b = k12 + k21 + k13

t½ eliminasi = waktu paruh eliminasi (menit)

f. Tetapan laju distribusi sentral-perifer (k12), didefinisikan sebagai

tetapan laju disribusi dari kompartemen sentral ke kompartemen perifer.

Sifatnya dari tetapan laju distribusi ini adalah tunggal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

21

13k21kβα12k −−+= (11)

Keterangan :

k12 = tetapan laju distribusi untuk perpindahan obat dari kompartemen sentral ke kompartemen perifer (menit-1)

k21 = tetapan laju distribusi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)

k13 = tetepan laju eliminasi obat dari kompartemen sentral (menit)

α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]

β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]

C(0) = kadar hipotetik obat pada t (0) yang diperoleh dari penjumlahan nilai A dan B (µg/ml)

g. Tetapan laju distribusi perifer-sentral (k21) menyatakan tetapan

laju disribusi dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral. Sama

seperti k12 sifat k21 juga merupakan tetapan laju distribusi yang tunggal.

( ) ( )βkaMαk LβαNkαMk βL

ka

aa21 −+−

++= (12)

Keterangan :

k21 = tetapan laju distribusi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)

ka = slope (tetapan laju) absorpsi (menit-1)

L = intersep dari slope persamaan distribusi dengan ordinat (µg/ml)

M = Intersep dari hasil back extrapolation slope persamaan monoeksponen eliminasi dengan ordinat (µg/ml)

α = slope (tetapan laju) distribusi (disposisis cepat) [menit-1]

β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]

N = kadar hipotetik obat pada t (0) yang diperoleh dari penjumlahan nilai L

dan M (µg/ml)

h. Kliren total (ClT), Kliren menggambarkan volume darah atau

plasma yang dibersihkan dari obat pada kompartemen sentral persatuan

waktu. Proses yang terjadi tidak hanya berupa ekskresi dari injal namun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

22

juga semua jalur ekskresi termasuk metabolisme. Obat dapat dibersihkan

dari tubuh melalui berbagai jalur. Dua organ penting adalah ginjal (ClR)

dan hati(ClH). Jalur selain ginjal dan hati (paru-paru, kulit, saliva, air susu,

dll) biasanya diabaikan. Kliren dapat diperoleh dari data dosis (D),

bioavailabilitas absolut (f) dan . ∝−0AUC

∝−

=0

T AUCfxD

Cl (13)

Atau dapat pula dihitung dari Vc dan tetapan eliminasi dari kompartemen

sentral

13cT kxVCl = (14)

Karena kliren total merupakan penjumlahan dari kliren organ-organ maka:

ClT = ClH + ClR +Clx (15) Keterangan :

ClT = kliren total (ml/menit)

ClH = kliren hepatik (ml/menit)

ClR = kliren ginjal (ml/menit)

Clx = kliren hati (ml/menit)

D = dosis (µg)

k13 = tetapan laju eliminasi dari kompertemen sentral (menit)

Vc = volume distribusi kompartemen sentral (ml)

∝ -0 AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga

f = fraksi obat terabsorpsi

(Ritschel, 1992)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

23

i. Tatapan laju eliminasi (disposisi lambat) total (β), diperoleh

dari slope persamaan garis monoeksponen eliminasi dan merupakan suatu

tetapan hibrida (hybrid constant)

12212 kkbbβ −−−= (16)

Keterangan :

β = slope (tetapan laju) eliminasi total (disposisi lambat) [menit-1]

b = k21 + k12 + k13

k21 = tetapan laju distribsi untuk perpindahan obat dari kompartemen perifer ke kompartemen sentral (menit-1)

k13 = tetapan laju elimani untuk perpindahan obat kompartemen sentral (menit-1)

j. Tetapan laju eliminasi kompartemen sentral (k13),

menggambarkan tetapan laju eliminasi obat dari kompartemen sentral.

21

13 kβαk = (17)

k. Waktu paruh eliminasi (t½ eliminasi), adalah waktu yang

diperlukan agar kadar obat dalam darah menjadi setengahnya.

T

sseliminasi2

1

ClVdx0,693

t = (18)

l. Mean Residence Time (MRT). MRT didefinisikan sebagai

waktu tinggal rata-rata obat di dalam tubuh. Setelah terdistribusi keseluruh

tubuh, molekul obat tinggal dalam tubuh dalam berbagai periode waktu.

Beberapa molekul obat meninggalkan tubuh, setelah segera masuk dan

terdistribusi. Sedangkan molekul yang lain tinggal lebih lama.Yang

dimaksud dengan waktu tinggal rata-rata adalah waktu rata-rata semua

molekul obat tinggal dalam tubuh. (Shargel et al., 2005)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

24

∝=0-

0-

AUCAUMC

MRT (19)

Keterangan :

MRT = waktu tinggal rata-rata obat di dalam tubuh (menit-1)

∝−0AUMC = first moments dari kurva kadar obat dalam plasma, diperoleh dengan mengkalikan persamaan konsentrasi obat dalam plasma dengan waktu.

∝−0AUC = Luas area dibawah kurva kadar obat di dalam darah lawan waktu dari waktu nol hingga waktu tak hingga

Berkaitan dengan profil proses absorpsi distribusi dan eliminasi terutama

pada pemberian obat ekstravaskular masing-masing parameter dapat digunakan

untuk mengkaji proses proses tersebut. Seperti profil absorpsi dapat dikaji melalui

parameter ka, Cpmaks, tmaks, fa dan ∝−0AUC Profil distribusi dikaji dengan

parameter seperti tetapan kecepatan distribusi (α), tetapan kecepatan perpindahan

obat dari kompertemen sentral ke perifer (k12), tetapan kecepatan perpindahan

obat dari kompertemen perifer ke sentral (k21), setelah dicapai keseimbangan

distribusi. Parameter disposisi (β) dan k13 digunakan untuk mengkaji profil

eliminasi suatu obat (Donatus, 1998).

Diharapkan dengan mengintegrasikan parameter-parameter diatas dapat

diprediksikan konsekuensi farmakologi dan toksikologi yang terjadi sebagai

akibat perubahan yang terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

25

Tabel V. Ketergantungan parameter famakokinetika sekunder dan turunan terhadap parameter farmakokinetika primer

Persamaan

Parameter Farmakokinetika Sekunder Waktu paruh eliminasi(t1/2 el) Tetapan laju eliminasi(Kel/β ) Fraksi obat yang diekskresikan dalam bentuk utuh (f)

total

R

ClClVdClCl

Vd0.693 x

Parameter Turunan AUC (oral) Kadar obat dalam plasma dalam kondisi tunak(Css)

( )

( )( )pemberianintervaltotalCl

oralilitasBioavailabDosis

totalCloralilitasBioavailabDosis

( Rowland &Tozer, 1995)

4. Strategi penelitian farmakokinetika

Farmakokinetika mempelajari nasib obat didalam tubuh, maka dari itu

pemahamannya dapat dikaji dari aksi hayati dan aksi biologi seperti pada gambar

2. Agar timbul efek yang dikehendaki maka setelah diberikan obat harus melalui

tahapan farmasetika, farmakologi dan farmakodinamika terlebih dahulu. Tahap

farmasetika (disintegrasi sediaan obat, disolusi zat aktif) bermanfaat agar obat

pada tersedia dan siap pada tempat absorpsinya. Tahap farmakokinetika

bermanfaat menyediakan obat pada sirkulasi sistemik, sehingga siap memberikan

aksi yang, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tahap ini meliputi absorpsi,

distribusi, metabolisme dan ekskresi. Fraksi obat yang tersedia dalam sirkulasi

sistemik dinyatakan dengan ketersediaan hayati atau bioavailabilitas. Tahap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

26

farmakodinamika terjadi pada saat obat berinteraksi dengan reseptor pada jaringan

sasaran sehingga dapat menimbulkan efek (Arieens & Simonis, 1982)

-disintegrasi sediaan obat - disolusi zat aktif

- absorpsi - distribusi - metabolisme - ekskresi

-disintegrasi sediaan obat - disolusi zat aktif

- absorpsi - distribusi - metaboli

Gambar 2. Tahapan aksi hayati / biologi obat dalam tubuh

(Arieens & Simonis, 1982; Bowman & Rand,1990)

Subyek yang digunakan dalam penelitian farmakokinetika adalah makluk

hidup, maka harus dipahami dengan baik variabel yang menentukan kesahihan

penelitian. Hal ini penting karena subyek hidup seringkali sulit dikendalikan.

Maka dari itu strategi penelitian penting ditetapkan sebelumnya, agar hasil

penelitian dapat diandalkan. Tahapannya strategi penelitian umumnya sebagai

berikut.

a. Pemilihan rancangan uji coba. Dalam memilih rancangan perlu

dipertimbangkan variabel yang terdapat pada subyek uji maupun sistem

penelitian.

sme - ekskresi

I. Tahap farmasetika Obat tersedia

Dosis untuk diabsorpsi

Ketersediaan farmasetis II. Tahap farmakokinetika

Obat tersedia untuk beraksi

Ketersediaan hayati /bioavailability

III. Tahap farmakodinamika

Efek interaksi obat reseptor dalam

jaringan sasaran

-disintegrasi sediaan obat - disolusi zat aktif

- absorpsi - distribusi - metabolisme - ekskresi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

27

1) Variabilitas antar subyek (umur, daya tahan, berat badan,

kemampuan metabolisme)

2) Variabilitas perlakuan (dosis & formulasi yang berbeda)

3) Variabilitas waktu (perubahan lingkungan, kelelahan, efek sisa

perlakuan lainnya)

4) Variabilitas (dalam subyek)

5) Variabilitas residual, yakni yang tidak dapat diidentifikasi

(misalnya kesalahan penetapan kadar dll.)

b. Pemilihan subyek uji dan jumlahnya. Subyek uji meliputi hewan

(uji pra klinis) dan manusia (uji klinis). Pada penggunaan hewan sebagai

subyek uji ada hal-hal yang harus dipertimbangkan seperti bentuk sediaan,

cara pemberian, kemudahan penanganan, kemudahan pengosongan lambung,

kemudahan pengambilan cuplikan hayati (cairan biologis), dan volume

maksimal yang dapat diterima oleh hewan uji. Yang tidak kalah penting

adalah kemiripan mekanisme absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi

dengan diri manusia. Hewan yang mungkin digunakan meliputi anjing, kera,

babi, kelinci , mencit dan tikus. Jumlah subyek uji dapat ditentukan dari

variabilitas antar subyek bagi obat. Variabilitas AUC (luas daerah di bawah

kurva) dapat digunakan sebagai tolak ukurnya. Semakin kecil variabilitas

antar subyek maka jumlah subyek uji yang diperlukan relatif semakin sedikit.

c. Pemilihan cuplikan hayati. Cuplikan yang paling sering

digunakan adalah darah dan urin. Darah adalah pilihan utama pertama karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

28

merupakan tempat yang paling cepat dicapai oleh obat dan paling logis

digunakan untuk penetapan kadar obat dalam tubuh. Alasannya karena darah

mengambil obat dari tempat absorpsi, mendistribusikan pada jaringan sasaran

dan menghantarkan ke organ eliminasi. Alasan lain karena pada sebagian

besar obat, bentuk utuh adalah bentuk yang aktif secara farmakologi (Tozer,

1979).

1) Darah adalah bagian kompleks dari cairan tubuh. Darah memiliki

volume kurang lebih seperduabelas berat badan, 55% adalah bagian cair

(plasma terbuffer yang mengandung protein dam lemak terlarut) dan

45% bagian padat(sel darah tersusupensi). Beruntung bahan penyusun

utama yaitu sel darah merah atau eritrosit dapat dipisahkan dari plasma

dengan sentrifugasi sederhana. Nemun perlakuannya harus hati-hati

karena sel darah merah dapat pecah dan menyulitkan pemisahan

komponen yang tidak diinginkan (Chamberlain, 1995; Pearce, 2002).

Jika darah dibiarkan mengendap tanpa penambahan antikoagulan, sel

darah merah biasanya akan menggumpal (membeku) dan menghasilkan

cairan yang disebut serum yang dapat didekantasi. Serum dalam banyak

hal serupa dengan plasma kecuali bahwa serum tidak lagi mengandung

faktor pembekuan karena sudah digunakan pada proses pembekuan

(Murray, Granner, Mayes & Rodwell, 2000; Chamberlain, 1995).

2) Plasma dan serum, ciri utamanya adalah adanya sejumlah besar

protein. Seringkali protein memiliki afinitas yang besar dengan obat

namun sifat ikatanya reversibel. Penghilangan protein secara langsung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

29

dengan ultrafiltrasi ataupun dialisis dapat ikut menghilangkan pula

sebagian besar fraksi obat. Meskipun ada pendapat bahwa obat dalam

bentuk bebaslah yang penting secara fisiologi, namun karena obat-

obatan tersebut biasanya terikat protein sehingga kadar dalam bentuk

bebas sangat rendah, maka adalah hal yang biasa mengukur total obat

dalam plasma atau serum (Chamberlain, 1995).

Metode denaturasi adalah bagian dari deproteinisasi plasma guna

menyiapkan plasma untuk dianalisis. Denaturasi dilakukan untuk

memecah ikatan obat-protein sehingga protein dapat mengendap dan

filtratnya diisolasi. Pada denaturasi terjadi proses modifikasi struktur

sekunder, tersier dan kuartener protein sehingga dapat digunakan untuk

merusak kemampuan berikatan dengan obat dan mengendapkan protein

(Bruice 1998; Chamberlain, 1995).

A B C D D

Gambar 3. Contoh struktur protein: (A) primer pada ribonuklease; (B) sekunder berbentuk lembaran berlipat pararel; (C) tersier dengan berbagai macam ikatan; (D) kuartener pada

protein globular yang kompleks

(Poedjiadi, 2006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

30

Metode denaturasi protein diantaranya sebagi berikut.

a) Mengubah pH dengan asam trikloroasetat (TCA), asam perklorat dan

asam tungstat biasa adalah asam-asam kuat yang bisa ditambahkan untuk

denaturasi. Penambahan asam kuat akan menggangu muatan anion-

kation pada ikatan protein sehingga terjadi gangguan elektrostatik serta

rusaknya ikatan hidrogen pada protein.

b) Pemakaian reagen khusus yang dapat menciptakan suatu ikatan

hidrogen yang lebih kuat yang akan menggangu ikatan antar protein

dalam molekul.

c) Pemakaian pelarut organik seperti metanol, etanol dan asetionitril

yang mengganggu ikatan hidrofobik pada bagian gugus-gugus non-polar

dengn cara berikatan dengan gugus tersebut.

d) Penggunaan enzym proteolitik seperti subtilisin, tripsin, proteinase,

papain dan ketodase untuk menghindari kerusakan analit karena

denaturasi dengan bahan kimia. Prosedur tersebut berhasil untuk

preparasi obat dari jaringan, namun enzim subtilisin sukses untuk digesti

protein plasma.

e) Penggunaan panas pada suhu 90°C selama 5-15 menit dapat dipakai

untuk menganggu gaya tarik antar molekul, berakibat pada denaturasi.

(Bruice 1998; Chamberlain, 1995)

Urin digunakan bila jika tidak terdapat metode penetapan kadar obat

dalam darah, atau bila kadar obat pada dosis normal sangat rendah untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

31

ditetapkan dengan tepat. Penggunaan urin akan lebih baik daripada darah bila

obat diekskresikan secara sempurna dalam bentuk tak berubah di dalam urin.

Keterbatasan urin adalah pengosongan kandung kemih sulit dilakukan,

dekomposisi selama penyimpanan dan kemungkinan terhidrolisisnya konjugat

metabolit tak stabil dalam urin.

a. Pemilihan metode penetapan kadar. Metode dikatakan memenuhi

syarat digunakan dalam penelitian farmakokinetik bila memenuhi syarat

berikut.

1) Selektivitas atau spesifitas menempati prioritas utama karena betuk

obat yang ditetapkan adalah bentuk utuh atau metabolitnya, sehingga

dengan metode tersebut harus dapat dibedakan antara obat utuh dengan

metabolitnya (Mulja & Hanwar, 2003)

2) Sensitivitas berkaitan dengan kemampuan metode untuk

mengidentifikasi perbedaan yang kecil antar analit (Mulja & Hanwar,

2003) faktor yang menjadi pertimbangan sensitivitas adalah slope

(kemiringan) kurva baku dan presisi. Jika terdapat dua metode dengan

presisi yang sama maka metode yang memiliki slope lebih curam

bersifat lebih sensitif (Skoog, 1985)

3) Ketelitian (Akurasi) didefinisikan sebagai kedekatan nilai hasil

pengukuran dengan nilai sebenarnya. Akurasi denyatakan dengan

perolehan kembali. Untuk bioanalisis besarnya 80-120% (Mulja &

Hanwar, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

32

4) Ketepatan (Presisi) adalah tingkat kesamaan/kesesuain bila

pengukuran dilakukan berulang kali pada cuplikan hayati yang sama

(Mulja & Hanwar, 2003). Parameternya adalah standar deviasi absolut

(absolut standart deviation = SD), koevisien variasi = KV (coefficient of

variation = CV) atau sering juga disebut sebagai standar deviasi relatif

(relative standart deviation = RSD) (Skoog et al., 1998) Untuk

bioanalisis KV sebesar 15-20% masih dapat diterima (Mulja & Hanwar,

2003).

5) Cepat. Kecepatan pengukuran kada obat dengan suatu metode

analisis juga harus dipertimbangkan mengingat sampel yang dianalisis

dalam jumlah banyak ( Donatus, 1998).

b. Pemilihan takaran dosis. Dosis yang diberikan harus menjamin

dapat terukurnya kadar obat sampai rentang waktu tertentu sampai didapat

data yang mencukupi unutuk analisis farmakokinetika. Harus diperhatikan

pula adanya kinetika tergantung dosis yaitu berubahnya parameter

farmakokinetika suatu obat bila dosis yang diberikan berubah. Bila hal

tersebut terjadi maka obat diasumsikan mengikuti kinetika ordo nol. Pemilihan

takaran dosis dapat dipertimbangkan dari harga ED50 dan LD50 (Kaplan, 1998)

c. Pemilihan lama dan banyaknya waktu pengambilan cuplikan.

Darah dan urin paling sering digunakan sebagai cuplikan hayati dalam analisis

farmakokinetika. Jika digunakan darah maka lama pengambilan adalah 3-5 x

t½el obat yang diuji. Sedang frekuensi berkaitan dengan model

farmakokinetiknya. Bila mengikuti model dua kompartemen terbuka,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

33

setidaknya harus dilakukan 3 kali pencuplikan pada masing-masing tahap

yaitu absorpsi, distribusi dan eliminasi (Donatus, 1989)

d. Analisis dan evaluasi hasil merupakan tahapan akhir dari analisis

farmakokinetika. Tahapan ini meliputi analisi model kompertemen, analisis

data uji coba dan perhitungan parameter farmakokinetika, analisis statistika

dan evaluasi hasil.

A. Interaksi farmakokinetika

1. Pengertian

Interaksi dalam hal ini interaksi obat didefinisikan sebagai perubahan

efek suatu obat olah kehadiran obat lain, makanan, minuman atau agen kimia lain

dalam lingkungan (Stockley,1994). Berdasarkan fasenya, interaksi dibagi menjadi

interaksi farmasetika, farmakokinetika dan farmakodinamika. Interaksi

farmasetika atau sering disebut inkompatibilitas terjadi pada fase ketika obat

dipersiapkan sebelum digunakan. Interaksi farmakokinetika merupakan salah satu

bentuk interaksi obat yang berpengaruh pada fase absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi pada salah satu kinetika obat obyek atau keduanya yang

ditandai dengan perubahan lebih dari satu parameter farmakokinetika primernya

(laju absorpsi, kadar obat bebas dalam plasma/serum, volume distribusi,

pembersihan sistemik, pembersihan renal). Pada akhirnya perubahan parameter

primer akan menimbulkan perubahan pula pada parameter sekunder dan

parameter turunan. Interaksi bisa terjadi karena peristiwa fisikokimia atau karena

perubahan pada fisiologi organisme hidup. Selain interaksi farmasetika dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

34

farmakokinetika terdapat pula interaksi farmakodinamika yang terjadi bila efek

suatu obat berubah karena kehadiran obat atau agen kimia lain pada tempat

aksinya. Hasil interaksi bisa menyebabkan hasil efek yang tetap sama, lebih kuat

atau lebih lemah. Secara klinis bermakna namun dapat juga tidak bermakna.

Selanjutnya dalam penelitian ini akan lebih dibahas tentang interaksi

farmakokinetika.

2. Mekanisme interaksi farmakokinetika

Beberapa obat mengalami interaksi dengan cara yang unik. Banyak

sekali obat yang berinteraksi tidak hanya dengan satu macam mekanisme saja,

namun bisa dua atau lebih. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya disini akan

dibahas tentang berbagai mekanisme interaksi, khususnya interaksi

farmakokinetika. Berdasarkan fase terjadinya, interaksi farmakokinetik dapat di

golongkan sebagai berikut.

a. Interaksi absorpsi obat. Sebagian besar obat diberikan secara oral

untuk absorpsi melalui membran mukosa saluran cerna, dan sebagian besar

interaksi yang terjadi di dalam usus lebih menyebakan pengurangan daripada

peningkatan absorpsi. Obat yang diberikan jangka panjang dalam dosis ganda

(misal: antikoagulan oral) laju absorpsi biasanya tidak terlalu penting, jumlah

total yang terabsorpsi juga tidak berubah secara bermakna. Disisi lain obat

yang dimaksudkan untuk diabsorpsi cepat (misal: analgesik), pengurangan

laju absorpsi dapat menyebabkan kegagalan untuk mencapai onset, karena

tidak didapatkan kadar obat yang cukup dalam darah (Stockely,1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

35

1) Efek perubahan pH saluran cerna (gastrointestinal). Perpindahan

dengan mekanisme difusi pasif seperti pada membran mukosa

tergantung pada jumlah obat dalam bentuk molekul tak-terion (non-

ionized), bentuk yang larut-lemak (lipid-soluble). Karena itu pKa,

kelarutan dalam lemak , pH usus dan berbagai parameter terkait

formulasi farmasetika menentukan absorpsi obat. Peningkatan pH karena

H2-bloker dan antasida dapan mempengaruhi kelarutan ketokonazol dan

mengurangi absorpsinya. Absorpsi asam salisilat lebih tinggi pada pH

yang rendah dibanding pH tinggi. Secara teoritis hal ini mungkin

disebabkan perubahan pH lambung, namun dalam praktek keluarannya

(outcome) sering tidak pasti karena beberapa mekanisme seperti

pembentukan khelat dan perubahan motilitas usus juga dapat

mempengaruhi.

2) Adsorpsi, pembentukan khelat dan kompleks yang lain. Agen

pengadsorpsi seperti arang aktif bekerja pada usus untuk terapi overdosis

maupun untuk memindahkan bahan-bahan toksik, namun sifat

mengadsorpsi ini tidak selektif sehingga obat obyek dalam dosis

terapetik bila diberikan bersamaan dengan arang aktif juga dapat

teradsorbsi, berakibat absorpsi obat obyek tersebut terpengaruhi.

Antasida juga mengadsorpsi beberapa obat, namun juga terdapat

interaksi dengan mekanisme lain. Contohnya antibiotik tetrasiklin akan

membentuk khelat yang sukar diabsorpsi dengan ion logam di atau tri-

valen seperti kalsium, aluminium, bismuth dan besi seperti yang terapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

36

dalam susu, antasida atau bahan-bahan berzat besi. Selain itu kompleks

yang terbentuk tersebut mengurangi efek antibakteri dari antibiotik

(Mustchler & Darendorf, 1995; Stockely,1994).

3) Perubahan motilitas saluran cerna. Usus halus bagian atas adalah

tempat utama bagi absorpsi sebagian besar obat. Hal-hal yang dapat

mengubah kecepatan pengosongan lambung dapat mempengaruhi

absorpsi obat. Contohnya propanthelin menunda pengosongan lambung

yang berakibat pada pengurangan laju absorpsi parasetamol

(asetaminofen) sedang metklopramid berefek sebaliknya, namun

demikian jumlah obat yang terabsorpsi tidak berubah. Obat

antikolinergik mengurangi motilitas usus, antidepresan trisiklik tersebut

dapat meningkatkan absorpsi dikumarol kemungkinan dengan

meningkatkan waktu untuk berdisolusi dan diabsorpsi (Stockely,1994).

4) Malabsorpsi yang disebabkan oleh obat. Neomisin menyebabkan

sindrom malabsorpsi yang serupa dengan malaria non-tropik. Efeknya

adalah perubahan absorpsi beberapa obat termasuk digoxin dan penisilin

V (Stockely,1994)

b. Interaksi distribusi obat (ikatan-protein). Distribusi obat terjadi

dengan cepat keseluruh tubuh melalui sirkulasi sitemik segera setelah

diabsorpsi. Beberapa obat larut seluruhnya dalam plasma, namun banyak juga

obat yang sebagian molekulnya terikat deng protein plasma, khususnya

albumin. Variasi jumlah yang terikat cukup besar, namun beberapa terikat

dalam jumlah yang cukup tinggi. Hanya molekul yang bebas saja yang aktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

37

secara farmakologi sedang yang terikat bersifat inaktif atau sering diistilahkan

“restricrive”drug. Meski demikian ikatan dengan protein plasma ini berifat

reversibel sehingga pada akhirnya molekul obat yang semula inaktif tersebut

menjadi aktif dan selanjutnya mengalami metabolisme dan ekskresi seperti

molekul bebas lainnya (Stockely,1994).

Dua buah obat dapat dapat saling bersaing dan saling mendesak satu

sama lain dalam berikatan pada protein plasma yang sama. Interaksi ini sangat

umum dijumpai namun hanya bermakna klinis bila obat terikat dengan protein

plasma dalam jumlah yang bersar, indeks terapi sempit dan volume distribusi

(Vd) relatif kecil (Mustchler & Darendorf, 1995). Obat seperti itu misalnya

sufonilurea seperti tolbutamid (terikat 96%, Vd 10 L). Antikoagulan oral

seperti warfarin (terikat 99%, Vd 9 L) dan fenitoin (terikat 90%, Vd 35 L).

Contoh lain diazoxide, fenilbutazon dan sulfanilamid (Stockely,1994).

c. Interaksi pada metabolisme obat. Meski beberapa obat

diekskesikan melaui urin secara sederhana dalam bentuk tak berubah,

sejumlah besar obat mengalami perubahan dalam tubuh menjadi kurang larut

lemak sehingga lebih mudah diekskresikan melalui ginjal. Hal ini terjadi agar

obat tidak tinggal lama di dalam tubuh sehingga tidak memperpanjang

efeknya. Perubahan kimia ini sering disebut metabolisme, biotransformasi,

degradasi biokima atau detoksifikasi. Metabolisme tersebut terjadi pada

serum, ginjal, kulit dan saluran cerna namun sebagian besar dilakukan oleh

enzim pada retikulum endoplasma pada sel hati (Stockely,1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

38

1) Induksi enzim. “Toleransi” adalah fenomena umum yang

berkembang pada beberapa obat. Contohnya pada penggunaan babiturat,

sejalan dengan waktu dosis harus ditingkatkan untuk memperoleh efek

hipnotik yang sama. Hal ini dikarenakan barbiturat meningkatkan

aktivitas enzim mikrosomal (“induksi”enzim) sehingga metabolisme dan

ekskresinya sendiri ditingkatkan. Fenomena juga terjadi pada kehadiran

obat lain yang dimetabolisme dengan enzim yang sama. Misalnya pada

antikoagulan oral seperti warfarin, metabolisme enzimatiknya meningkat

dan dibutuhkan dosis yang lebih dengan kehadiran diklorafenazon (agen

penginduksi enzim) (Stockely,1994).

Jumlah induksi enzim tergantung pada obat dan dosisnya., namun

prosesnya memerlukan beberapa hari atau minggu, dan bertahan dalam

waktu yang sama setelah penggunaan agan penginduksi tersebut

dihentikan. Efek ini tidak hanya disebabkan oleh obat namun juga

pestisida hidrokarbon terklorinasi seperti lindane dan dichopane, juga

setelah merokok. Hal yang harus diperhatikan adalah ketika agen

penginduksi dihentikan penggunaanya, obat obyek yang semula

ditingkatkan dosisnya harus dikurangi kembali, bila tidak akan timbul

overdosis (Stockely,1994).

2) Inhibisi enzim. Beberapa obat lain justru berlaku sebagai inhibitor

enzim yang mengurangi metabolisme normal obat sehingga metabolisme

obat lain (obat obyek) berkurang dan berakibat pada akumulasi obat

obyek dalam tubuh. Efek tersebut nyata sama ketika dosis obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

39

penginhibisi ditingkatkan. Inhibisi enzim tidak memerlukan waktu yang

lama bila dibandingkan induksi enzim, hanya dua-tiga hari saja, dan

toksisitas terjadi dengan cepat (Stockely,1994).

Pada pasien epilepsi dengan terapi fenitoin, kehadiran kloramfenikol

menyebabkan akumulasi fenitoin yang tidak terdeteksi sampai pasien

mulai menampakkan maniefestasi keracunan. Makna klinis inhibisi

enzim tergantung pada peningkatan kadar obat dalam serum. Jika tetap

berada dalam kisaran terapetik, interaksi ini dianggap bermanfaat dan

dianggap berbahaya jika sampai atau melebihi batas minimun ketoksikan

(Stockely,1994).

3) Perubahan aliran darah yang melalui hati. Setalah absorpsi,

sirkulasi portal akan membawa obat langsung menuju hati sebelum

didistribusikan oleh aliran darah keselurah bagian tubuh lainnya. Obat

yang cukup larut lemak mengalami metabolisme yang cukup signifikan

melalui first pass effect ini. Simetidin (namun tidak dengan ranitidin)

mengurangi aliran darah hepatik sehingga ketersediaan hayati propanolol

meningkat. Propanolol juga mengurangi klirennya sendiri juga obat lain

seperti lidokain. Beberapa obat yang lain memiliki efek meningkatkan

aliran darah hepatik sehingga metabolismenya meningkat

(Stockely,1994) .

d. Antarkasi karena perubahan ekskresi. Dengan pengecualian pada

anestesi inhalasi, sebagian besar obat diekskresi melalui empedu maupun urin.

Darah masuk ke ginjal sepanjang arteri ginjal, pertama obat dihantarkan ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

40

dalam glomerolus dari tubulus dimana molekul-molekul kecil yang dapat

melewati pori dari membran glomerular ( misal: air, garam, beberapa obat-

obatan) disaring ke dalam lumen dari tubulus. Sementara molekul yang lebih

besar, seperti protein plasma, dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian

membawa bagian yang tersisa pada tubulus ginjal dan digunakan transport

aktif untuk memindahkan obat dan metabolitnya dari darah dan mensekresinya

ke dalam filtrat tubular. Sel tubulus memiliki sistem transpor aktif maupun

pasif untuk mereabsorsi obat. Gangguan oleh obat pada pH cairan tubulus

dengan sistem transpor aktif dan dengan aliran darah menuju ginjal dapat

mengubah ekskresi obat lain (Stockely,1994).

1) Perubahan pH urin. Reabsorpsi pasif obat tergantung jumlah obat

yang terdapat pada bentuk tidak terion, bentuk larut lemak yang dalam

hal ini tergantung pada pKa dan pH urin. Perubahan pH yang

mengurangi jumlah obat tidak terion (urin basa untuk obat asam dan

urin asam untuk obat basa) meningkatkan ekskresi obat. Makna klinis

dari interaksi ini kecil karena sebagian besar obat baik asam lemah

maupun basa lemah dimetabolisme oleh hati menjadi bentuk inaktif dan

sedikit yang diekskresi dalam bentuk utuh. Prakteknya hanya sedikit

obat yang mengalami interaksi ini (perkecualian termasuk pada

perubahan ekskresi quinidin dan salisilat karena perubahan pH urin oleh

antasida) dalam kasus overdosis perubahan pH urin digunakan untuk

meningkatkan ekskresi obat seperti fenobarbital dan salisilat

(Stockely,1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

41

2) Perubahan sekresi tubuler aktif dari ginjal. Obat-obat dengan

mekanisme transpor aktif yang sama dalam tubulus ginjal dapat saling

berkompetisi dalam ekskresi. Probenesid mengurangi ekskresi penisilin

dan obat-obat lain dengan berkompetisi pada mekanisme ekskresi

dimana penisilin akan tertahan. Meski demikian probenesid akhirnya

juga tertahan karena mengalami reabsorsi pasif sepanjang tubulus ginjal

(Stockely,1994).

3) Perubahan aliran darah pada ginjal. Aliran darah yang melalui

ginjal sebagian dikontrol dengan produksi prostaglandin sebagai

vasodilator ginjal. Jika sintesis prostaglandin dihambat, misalnya dengan

indometasin maka ekskresi renal litium berkurang dan kadarnya dalam

serum meningkat (Stockely,1994).

4) Ekskresi empedu dan siklus enterohepatik. Beberapa obat

diekskresikan ke dalam empedu, baik utuh maupun terkonjugasi (misal:

glukoronida) agar larut air. Beberapa konjugat di metabolisme menjadi

senyawa induk oleh flora usus dan direabsorpsi. Proses daur ulang ini

memperpanjang keberadaan obat dalam tubuh. Jika aktivitas dari flora

usus dikurangi oleh antibiotik, obat tidak di daur ulang dan hilang dari

tubuh dengan lebih cepat. Contohnya kegagalan penggunaan kontrasepsi

oral pada penggunaan bersama penisilin atau tetrasiklin (Stockely,1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

42

3. Akibat

a. Wujud. Seperti yang telah ditulis oleh Makoid dan Cobby (2002)

maka dapat dikatakan bahwa hal yang menjadi perhatian utama yang akan

dipelajari dalam farmakokinetika adalah kecepatan perpindahan serta jumlah

obat yang dapat dipindahkan di dalam tubuh. Selanjutnya dari kinerja

farmakokinetik suatu obat, dapat diperkirakan derajat efek farmakologi dan

toksikologi obat bersangkutan. Hal ini berarti bahwa pergeseran kerja

farmakologi dan toksikologi obat adalah wujud dari interaksi farmakokinetika

(Donatus, 1994)

Tolak ukur. Perpindahan suatu obat dari suatu tempat ke tempat lain

didalam tubuh salah satunya dapat ditentukan oleh kekuatan dan keefektifan

berbagai perubahan fisiologis pada tiap-tiap tahap farmakokinetika misalnya

kecepatan aliran darah, keasaman lambung, ikatan protein dan keakifan enzim

(Rowland & Tozer,1995). Jenis-jenis perameter farmakokinetika, hubungan

ketergantungannya satu sama lain dan ketergantungannya dengan faktor

fisiologis adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

c.Sifat. Hasil dari interaksi dapat berupa efek yang merugikan

maupun menguntungkan. Contoh interaksi yang hasilnya bersifat yang

merugikan adalah interaksi antara kloramfenikol dan fenitoin dimana

kloramfenikol menghambat metabolisme dari fenitoin sehingga kadar dalam

serum meningkat sampai pada kadar toksik dan menimbulkan ketoksikan.

Masalah ini dapat diatasi dengan menghentikan fenitoin dan memulai ulang

dengan dosis yang lebih rendah. (Stockley,1994). Pemberian eritromisin etil-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

43

suksinat dianjurkan bersama-sama makanan karena bioavailabilitasnya

meningkat, hal ini tidak terlalu jelas mekanismenya namun mungkin

disebabkan waktu tinggal yang lebih lama pada usus halus (Gibaldi, 1984).

4. Perantara

Interaksi farmakokinetika memiliki kemungkinan terjadi pada tahap

manapun dalam fase absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi Faktor-faktor

yang menjadi perantara terjadinya interaksi farmakokinetika pada masing-masing

fase berbeda-beda, namun kaitannya dengan parameter farmakokinetika primer

sangat erat. Penjelasannya adalah bahwa terdapat ketergantungan yang erat antara

parameter farmakokinetika primer dengan ubahan fisiologi seperti tampak pada

tabel IV (Rowland&Tozer,1995).

5. Penyebab

Interaksi dapat disebabkan oleh dosis dan masa perlakuan antaraktan.

Antaraktan dapat menggeser keberadaan bentuk efektif obat dalam tempat kerja

sehingga dapat mempengaruhi kinerja farmakologi dan toksikologi.

(Donatus,1994)

6. Penafsiran

Konsep dari penafsiran dan penilaian interaksi farmakokinetik dapat

digabungkan seperti yang dirangkum pada gambar berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

44

Antaraktan( dosis dan masa perlakuan) ↓

Pergeseran ubahan fisiologis (pengosongan lambung, aliran darah, eaktifan sel-sel hati hakiki, pH urin)

↓ Obat objek

Parameter farmakokinetik primer berubah (ka, fa, ClH, ClR, Vd)

↓ Parameter farmakokinetik sekunder berubah

(t ½,el ,k el, fe) ↓

Besaran turunan lainnya (AUC, Css)

↓ Kinerja farmakologi/toksikologi bergeser

↓ Manfaat klinik/terapi bergeser

Gambar 3. Rangkuman prinsip penafsiran dan penilaian interaksi farmakokinetika serta akibat kinetika farmakologi, toksikologi dan klinisnya (Donatus,1994)

B. Parasetamol

1. Terapetik

Parasetamol (asetaminofen; N-asetil-p-aminophenol) merupakan

metabolit aktif dari fenasetin. Dimana fenasetin kini tidak lagi digunakan di USA

karena diimplikasikan sebagai penyebab nefropati. Parasetamol juga merupakan

alternatif yang efektif untuk aspirin sebagai suatu analgesik-antipiretik namun

aktifitas anti-inflamasinya lemah. Biasanya digunakan pada pasien pasien yang

tidak dapat mentoleransi aspirin karena kelainan koagulasi, pasien dengan riwayat

tukak peptik atau refluks gastroesofagal. Karena dapat ditoleransi dengan baik,

efek sampingnya sedikit, dan dapat dibeli tanpa resep, parasetamol menjadi

analgesik yang paling umum digunakan masyarakat. Penggunaan parasetamol

pertama kali dalam pengobatan oleh Von Mering pada tahun 1893, dan menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

45

populer tahun 1949 setelah diketahui sebagai metabolit aktif dari fenasetin.

Aktivitas antipiretiknya terletak pada struktur aminobensen. Dosis oral

parasetamol 325 sampai 1000 mg (650 mg untuk dosis rektal) (AMA, 1994;

Hardam, Gilman & Limbird, 1996).

2. Kimia

HO NH

COCH3

Gambar 4. Struktur parasetamol (Anonim, 1995)

Asetaminofen atau parasetamol ( C6H8O9 ) memiliki struktur seperti pada

gambar 4. Nama kimia dari Parasetamol N-asetil-p-aminofenol atau 4-

hidroksiasetanilid atau 4-asetamidofenol. Parasetamol adalah senyawa sintetik

berupa serbuk kristal warna putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.

Karakteristik fisikokimia dari parasetamol:

Berat molekul : 151,2

Titik lebur : 168oC - 172oC

Tetapan disosiasi (pKa) : 9,5 (25oC)

Kelarutan : 1 g dalam 7 ml etanol; 1 g dalam 70 ml air;

1 g dalam 20 ml air panas;1 g dalam 50 ml

kloroform

(Clarke,1969)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

46

3. Farmakokinetika

Absorpsi. Parasetamol diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna

pada saluran cerna pada pemberian secara oral. Kadarnya di dalam plasma

mencapai puncaknya (Cpmaks) dalam waktu 30 sampai 120 menit (Lacy,

Armstrong, Goldman & Lance, 2003). Mekanisme absorpsi parasetamol

berlangsung secara transpor pasif pada seluruh bagian saluran cerna terutama

usus halus (Bagnall, Kelleher, Walker & Losowaky, 1979). Pada manusia

dewasa sehat, kira-kira 80% dosis dapat ditemukan kembali dalam urin dalam

24 jam (Clements, Chritchley & Prescott., 1974). Karena absorpsinya di usus

halus maka segala hal yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung

dapat pula mempengaruhi keefektifan absorpsi dari parasetamol (Whitehouse,

1981).

Pemberian parasetamol bersama dengan N-asetil-sistein atau bersama

propanthelin dimana keduanya menghambat pengosongan lambung,

menyebabkan penurunan pada kadar puncak parasetamol (Gibaldi, 1984;

Notari, 1980; Stockley, 1994; Whitehouse, 1981). Makanan dapat pula

mengurangi laju absorpsi parasetamol namun tidak berpengaruh terhadap

jumlahnya (Gibaldi, 1984). Hal tersebut dibuktikan dengan laporan bahwa

pemberian 1 g parasetamol setelah makan makanan berkarbohidrat tinggi pada

subyek (manusia), absorpsinya lima kali lebih lambat dibanding pada subyek

yang puasa terlebih dahulu, sedangkan untuk jumlahnya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan (Mc.Gilveray & Mattock, 1972). Faktor lain seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

47

usia, dosis dan keasaman lambung nampaknya tidak mempengaruhi

keefektifan absorpsi. Terbukti dengan harga f dari 500 mg parasetamol pada

manula (±76th) tidak berbeda bermakna dibandingkan subyek dewasa (± 24th)

(Fulton, James & Rawlins, 1979), juga harga fa pada manusia sehat dengan

dosis 5 dan 20 mg/kgBB (Clements, 1982). Hal ini menunjukkan bahwa

kecepatan pengosongan lambung, keaktifan serta daya tampung enzim saluran

cerna (glukoronil transferase atau sulfotransferase) merupakan faktor fisiologi

penting bagi keefektifan absorpsi parasetamol. Faktor keasaman lambung

maupun usus juga tidak berperan dalam mengubah keefektifan absorpsi seperti

halnya ditemukan pada penderita aklorhidria (Pottage, Nimmo & Prescott,

1974), hal ini dapat dijelaskan dengan melihat bahwa parasetamol merupakan

senyawa asam yang sangat lemah dengan pKa 9,5 sehingga berapapun

besarnya harga pH medium tidak terlalu mempengaruhi fraksi tak terion dari

parasetamol (dihitung dengan persamaan Handerson-Hasselbach). Jadi dapat

diartikan bahwa tahap pembatas laju absorpsi parasetamol bukan keasaman

lambung atau usus melainkan kecepatan pengosongan lambung, gerakan usus

dan daya tampung dan keaktifan enzim.

a. Distribusi. Volume distribusi parasetamol kurang lebih 0,9 l/kg

(AMA, 1994; Katzung, 2001) hal ini mengambarkan luasnya daerah distribusi

dari parasetamol. Selain luas distribusinya juga berlangsung relatif cepat.

Pada menit ke-30 dan menit ke-120 setelah pemberian pada hamster, kadar

parasetamol dalam bebas dalam darah, limpa, otot, dan otak lebih rendah

dibandingkan pada ginjal dan hati (Wong, Solmonary & Thomas cit Donatus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

48

1994). Hal tersebut disebabkan lemahnya ikatannya dengan parasetamol-

protein plasma ditunjukkan dengan jumlahnya yang tidak signifikan, kurang

lebih hanya 0-15% saja sehingga dapat diperkirakan parasetamol tidak rentan

terhadap interaksi pendesakan. Kelipofilan dan lemahnya keasaman

parasetamol juga memudahkannya melintasi sawar lipid (Donatus, 1994;

Dollery, 1991; Katzung, 2001).

b. Eliminasi. Parasetamol mengalami metabolisme menjadi bentuk

metabolit yang tidak aktif, sebelum diekskresikan melalui urin. Kurang lebih

hanya 3% parasetamol yang diekskresi dalam bentuk parasetmol utuh

(Gibson&Skett, 1991; Katzung, 2001). Metabolisme parasetamol terjadi di

hati, ginjal dan lambung. Perubahan hayati intensif dalam hati (>80 %)

dalam bentuk parasetamol-glukoronida (PS), parasetamol-sulfat (PS) (Hardam

et al., 1996), enzim sitokrom P450 juga berperan dalam memetabolisme

sebagian lain parasetamol menjadi metabolit yang toksik untuk sel hati

(Anonim, 2004). Sifat toksik ini hilang ketika glutation di dalam tubuh

berikatan dengan metabolit ini. Namun bila dosis parasetamol yang terdapat

dalam tubuh terlalu tinggi sifat toksik ini tidak dapat dihindari karena

terbatasnya jumlah glutation dalam tubuh (Stringer, 2001). Metabolisme

berlangsung dengan cepat dengan t ½ eliminasi pada manusia sehat berkisar 1-4

jam (Anonim, 2005), sedang pada tikus sekitar 0,5-2 jam (Donatus, 1984;

Jung, 1985).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

49

HO N

HCOCH3

Parasetamol (aktif)

O NCOCH3

Konjugasi Metabolit antara(bersifat toksik) sulfat Metabolisme glukoronidasi

& konjugasi glutation

Sistein dan konjugasi asam merkapturat (tidak aktif)

O NH

COCH3SHO

O

O

O NH

COCH3

O

OHHO

HO

HOOC (tidak aktif) (tidak aktif)

urin urin urin

Gambar 5. Metabolisme parasetamol (Gibson&Skett,1991)

Ginjal dan lambung juga merupakan tempat terjadinya metabolisme

parasetamol, metabolisme yang terjadi pada di lambung menunjukkan adanya

suatau efek lintas pertama (first pass effect/ first pass metabolism) yang diartikan

sebagai fenomena biotrasformasi/metabolisme obat yang terjadi di antara tempat

absorpsi dengan sirkulasi sitemik (Ritschel, 1980). Seperti yang dilaporkan oleh

Cohen et al,. (1974) bahwa pada tikus fenomena first-pass effect ini nyata.

Buktinya ditunjukkan dengan fraksi parasetamol yang diabsorpsi pada sirkulasi

sistemik setelah pemberian secara intraperitoneal hanya 34% bila dibandingkan

dengan pemberian secara intravena. Penelitian tersebut juga menegasan kembali

penelitian Heading et al., (cit Cohen, 1974) yang menyatakan bahwa kecepatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

50

pengosongan lambung selain mempengaruhi laju absorpsi dan kadar puncak

parasetamol dalam plasma. Selanjutnya Cohen et al., (1974) menegaskan bahwa

hal tersebut juga mempengaruhi jumlah obat yang mengalami first-pass effect

dalam hati. Penjelasannya adalah kecepatan pengosongan lambung (dinyatakan

dengan kadar obat pada medium perfusi) yang cepat menghasilkan kadar obat

yang tinggi pada vena porta dan menurunkan rasio ekstraksi hepatik (menyatakan

jumlah fraksi parasetamol yang mengalami first-pass effect) pada percobaan

menggunakan isolated perfusea liver, dengan demikian ketersediaan (availability)

dari obat dalam saluran sistemik juga lebih tinggi. Hal sebaliknya terjadi pada

kecepatan pengosongan lambung yang lambat.

Tabel VI. Pembersihan parasetamol yang diperoleh isolated perfusea liver (n = 3)

Prasetamol dalam medium perfusi

E.R.*

Parasetamol dalam vena porta

(µg/ml)

Jumlah metabolit dalam effluent**

(µg/ml) (µg/ml) 3 0,52 ± 0,01 10,4 2,72 ± 0,38 5 0,47 ± 0,05 47 10,7 ± 0,4

10 0,36 ± 0,08 72 15,8 ± 6,1 50 0,27 ± 0,09 270 66,1 ± 15,1

*E.R. Extraction Ratio = CinCoutCin −

** Jumlah dari metabolit yang dijumlahkan dari parasetamol radioaktif pada effluent perfusi dan dinyatakan sebagai persamaan parasetamol

4. Hepatotoksisitas

Pada dosis terapetik, parasetamol biasanya ditolerasi dengan baik.

Kemerahan dan alergi kulit jarang terjadi. Kadang terjadi kemerahan pada kulit

dan alergi. Pasien yang menunjukkan hipersensitivitas terhadap salisilat sangat

jarang mengalami sensitivitas terhadap parasetamol dan obat-obat terkait. Pada

kasus yang terbatas, penggunaan parasetamol dihubungkan dengan neutropenia,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

51

trombositopenia dan pansitopenia. Efek merugikan yang paling serius pada

overdosis akut parasetamol adalah tergantung dosis, potensial terhadap nekrosis

hati.

Hepatotoksisitas pada bermacam spesies sangat beragam. Pada mencit

dan hamster ± 300 μg/kgBB (Mitcell et al., 1973; Davis et al., 1974). Pada tikus ±

3 g/kgBB (Mitchell et al., 1973; Donatus, Sutjipto & Sarjiman, 1982). Pada orang

dewasa (Hardam et al., 1996) hepatotoksisitas terjadi setelah pemberian dosis

tunggal 10-15 mg (150-250 mg/kg) pada dosis tunggal 20 sampai 25 g berakibat

fatal. Waktu paruh parasetamol pada hari pertama keracunan merupakan petunjuk

beratnya keracunan. Pada kerusakan hati yang parah (dengan tingkat aktivitas

aspartat aminotransferase melebihi 1000 IU per liter plasma) terjadi pada 90%

pasien yang konsentrasi parasetamol dalam plasma lebih dari 300 μg/ml dalam 4

jam atau 45 μg/ml dalam 15 jam setelah menelan obat. Waktu paruh lebih dari 4

jam merupakan petunjuk terjadinya nekrosis hati dan masa paruh lebih dari 12

jam meramalkan akan terjadinya koma hepatik. Penentuan kadar parasetamol

sesaat kurang peka untuk meramalkan terjadinya kerusakan hati. Seperti diketahui

kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh parasetamol, tetapi juga oleh radikal

bebas N-asetil-para benzokinonimia (NAPBKI), metabolit yang sangat reaktif

yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati. (Hardam et al.,

1996)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

52

Tabel VII. Parameter farmakokinetika & farmakodinamika parasetamol pada manusia*

Parameter farmakokinetik dan farmakodinamik asetaminofen

Nilai

Availabilitas oral (%) 85-95

(*dirangkum dari Anonim, 2005 ; Donatus, 1994; Dollery, 1991; Fulton et al., 1979; Hardam et al, 1996; Katzung, 2001)

Ekskresi urina (%) 3 Terikat dalam plasma (%) 0-15 Bersihan (L/j/ kg) 21 Volume distribusi (L/kg) 0,9 Waktu paruh (jam) 1-4 Konsentarsi efektif (µg/L) 10 - 20 Kadar toksik (µg/L) >300

D. Air Berkarbonasi

Joseph Prietsley adalah orang pertama yang menemukan metode

mengisikan air dengan karbondioksida. Pada tahun 1772 Priestley

mempublikasikan tulisan ilmiah berjudul ” Impregnating Water with Fixed Air”.

Tabel VIII. Asam bikarbonat

Gambar 6. Struktur asam bikarbonat

Nama lain Larutan karbon dioksida

Rumus molekul H2CO3

Massa molar 62.03 g/mol

1.0 g/cm3(dilute solution) Berat jenis (fase)

Kelarutan (air) Hanya ada dalam larutan

Keasaman (pKa) 3.60 (lihat teks) & 10.25

(en.wikipedia.org)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

53

Tabel IX. Karbon Dioksida Nama lain Gas asam bikarbonat, bikarbonat anhidrat, dry ice

(padat)

Rumus molekul CO2

Massa molekul 44,01 g/ mol Bentuk padat Dry ice Bentuk Gas tidak berwarna

Sifat Berat jenis dan fase 1600 kg/m³, padat

1.98 kg/m³, gas pada 298 K

Kelarutan dalam air 1,45 kg/m3

Panas laten penguapan 25.13 kJ/mol Titik lebur −57°C (216 K), pressurized Titik didih −78°C (195 K), menyublim Keasaman (pKa) 6.35 dan 10.33 Viskositas 0.07 cP pada −78°C

Struktur Bentuk molekul linier Bentuk kristal Seperti segi empat Momen dipol nol

(en.wikipedia.org)

Secara terpisah, tahun 1771 seorang ahli kimia Swedia profesor Tornbern

Begmarn menemukan proses serupa untuk membuat air berkarbonasi yang dia

tujukan untuk kesehatan. Air berkarbonasi merupakan komponen utama dalam

pembuatan minuman bersoda (soft drink).

Air berkarbonasi, disebut juga sebagai air soda, adalah air tawar dimana

karbon dioksida terlarut didalamnya. Proses pelarutan karbon dioksida disebut

karbonasi. Hasil dari proses tersebut adalah pembentukan asam bikarbonat

(H2CO3).

Reaksi yang terjadi : H2O + CO2 → H2CO3 (20)

Karbon dioksida berada dalam kesetimbangan dengan asam bikarbonat.

Tetapan kesetimbangan pada suhu 25oC adalah 1.7x10-3, disini mayoritas karbon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

54

dioksida tidak dikonversikan menjadi asam bikarbonat tetapi berada dalam bentuk

molekul CO2. Dengan tidak adanya katalis kesetimbangan dicapai secara lambat.

Tetapan laju reaksi

- ke kanan : CO2 + H2O → H2CO (21)

sebesar 0,039/detik

- ke kiri : H2CO3 → CO2 + H2O (22)

sebesar 23/detik

Asam bikarbonat suatu asam berbasa dua, sehingga memiliki dua tetapan

dissosiasi

H2CO3 → HCO3− + H+ (23)

(Ka1 = 2,5×10−4 mol/L; pKa1 = 3,60)

HCO3− →CO3

2− + H+ (24)

(Ka2 = 5,61×10−11 mol/L; pKa2 = 10,25)

Ada hal yang harus diperhatikan saat menyatakan dan menggunakan tetapan

dissosiasi pertama dari asam bikarbonat. Nilai yang dinyatakan diatas tepat untuk

molekul H2CO3, dan hal tersebut mengakibatkan H2CO3 nampaknya lebih asam

dibandingkan asam asetat maupun asam formiat. Hal ini mungkin diakibatkan dari

elektrongativitas substituen oksigen. Meskipun demikian asam bikarbonat seperti

dinyatakan sebelumnya hanya terdapat dalam larutan dalam kesetimbangan

bersama karbon dioksida sehingga konsentrasinya lebih rendah dibanding CO2

yang mengurangi keasaman yang terukur, persamaanya sebagai berikut:

CO2 + H2O → HCO3− + H+ (25)

(Ka = 4,30×10−7 mol/L; pKa = 6,36)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

55

Persamaan tersebut sering dijadikan sebagai tetapan dissosiasi dari asam

bikarbonat, meskipun ambigu akan lebih baik jika mengacu pada tetapan

keasaman karbondioksida tersebut untuk menghitung pH dari larutan CO2.

E. Metode Penetapan Kadar Parasetamol di Dalam Darah

Parameter farmakokinetika dihitung dari data perubahan kadar obat tak

berubah dalam darah atau cairan lainnya yang besarnya dalam satuan mikrogram

(µg) kebawah (relatif sangat kecil), karena itu syarat sensitivitas dan selektivitas

metode penting sekali artinya ,disamping ada pula parameter lain seperti

ketepatan, ketelitian dan kesederhanaan metode. Mengingat subyek yang

digunakan adalah makhluk hidup yang dengan ukuran tubuh yang tertentu, maka

volume dari sampel biologis yang diperlukan juga yang tidak kalah penting

(Smith & Stewart, 1981).

Terdapat beberapa metode penetapan kadar parasetamol yang dapat

digunakan.

1. Metode gas liquid chromatograpy (GLC)

Metode ini memiliki selektivitas dan sensitivitas yang tinggi (Prescott,

1971). Namun memerlukan plasma sebanyak 2 ml (± 4 ml darah utuh) sehingga

sulit untuk diterapkan pada hewan kecil seperti tikus mengingat diperlukan

beberapa kali pengambilan sampel darah dalam penelitian farmakokinetika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

56

2. Metode spektrofotometri-diferensial

Metode ini juga sensitif dan selektif namun volume darah yang

dibutuhkan juga besar yaitu 5 ml sehingga tidak mungkin dilakukan pada hewan

kecil (Knepil cit Donatus,1994)

3. Metode oleh Micelli et al. (1979)

Berbeda dengan metode-metode di atas , metode ini hanya memerlukan

0,2 ml serum yang kemudian direaksikan dengan larutan ortokresol dan

ammonium hidroksida. Kemudian dibaca dengan spektrofotometer sinar tampak

(visibel) pada panjang gelombang 615 nm. Namun meski sederhana, sensitif dan

teliti namun tidak memperlihatkan selektivitas terhadap metabolit parasetamol.

4. Metode Cafetz et al.,

Metode Cafetz et al. (1971), pertama kali dimanfaatkan untuk penetapan

kadar parasetamol di dalam cairan biologis oleh Glyn & Kendal (1975)

Dinyatakan bahwa penetapan kadar parasetamol tak berubah dalam darah dengan

dasar reaksi diazotasi memiliki selektivitas dan sensitivitas yang tinggi, sederhana

dan tepat. Metode ini tidak terganggu dengan adanya metabolit parasetamol.

Modifikasi volume plasma dapat dilakukan (dari 2 ml menjadi 0,5 ml) dengan

penyesuaian pereaksi, (Sriyanto dkk.,1983) sehingga dapat dilakukan pada hewan

uji kelinci dengan ketelitian 98,60%. Namun pada tikus agaknya tidak bisa

dilakukan mengingat ukuran tubuh dan volume darah yang jauh lebih kecil

dibandingkan kelinci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

57

5. Metode high performance liquid chromatograpy (HPLC)

Alternatif lain yang digunakan untuk mengatasi kesulitan diatas adalah

dengan metode oleh Howie et al. (1977) yaitu HLPC. Sistem HPLC yang

digunakan yaitu kromatografi partisi dengan sistem reverse phase (fase terbalik).

Metode ini telah dikembangkan untuk penetapan secara simultan konjugat

parasetamol yaitu sulfat, glukoronat, sistein dan asam merkapturat (metode A) dan

parasetamol tak berubah dalam darah (metode B).

Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran

berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi, karena adanya perbedaan koefisien

distribusi masing-masing senyawa di antara dua fase yang saling bersinggungan

dan tidak saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang

berupa zat cair atau zat gas, dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair

atau zat padat (Noegrohati, 1994).

Analisis kualitatif pada HPLC dilakukan dengan cara membandingkan

waktu retensi senyawa murni dengan waktu retensi senyawa yang dimaksud

dalam sampel (Gritter et al., 1985). Waktu retensi yang menunjukkan identitas

suatu senyawa merupakan selang waktu yang diperlukan senyawa mulai pada saat

injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor (Gritter et

al., 1985). Tiap senyawa memiliki waktu retensi yang spesifik pada kondisi

tertentu seperti kolom, suhu, laju, dan sebagainya sehingga dapat digunakan

sebagai salah satu dasar uji kualitatif (Noegrahati, 1994). Analisis kuantitatif

dilakukan berdasarkan perbandingan tinggi atau luas puncak kromatogram

senyawa sampel terhadap senyawa standar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

58

Metode A teridiri dari pompa (Orilta model AE 10-4); detektor ultaviolet

(ceccil, model 212, lambda pada 250 nm,10 µl flow cell); pencatat (Honey-well

Model 194); integrator (Hawlett-Packard Model 3370 A); kolom tabung berlapis

baja anti-karat (170 x 4,9 mm dengan oktadesilsilan yang terikat pada silika

spheris, ukuran partikel 10µm, Spherisorb 10-ODS, Phase Separation, Clwyd);

injektor septum. Fase gerak asam asetat 1%-metanol-etil asetat (90:15:0,1) pada

4,5 MNm-2; laju alir 1,6 ml/menit. Sampel urin yang diencerkan hingga 50

kalidengan air terdestilasi bila perlu. Dalam 0,8 ml sampel ditambahkan standar

internal (0,2 ml larutan 4-florofenol 20mg/ml dalam air). Dicampur dan

diinjeksikan 2-4 µl. untuk urin dengan konsentrasi rendah (misalnya yang

dikumpulkan setelah beberapa jam pemberian obat pada dosis tercapai) standar

internal dikurangi hingga 4mg/ml. Memberikan larutan standar parasetamol dalam

air dengan jumlah tiap seri tidak diketahui.

HPLC dengan metode B memakai alat yang sama dengan metode A

dengan kolom 90 x 4,5 mm. Menggunakan fase diam yang sama pula dengan

metode A. fase gerak air-asam asetat-etilasetat(98:1:1) pada 2,75 MNm-2, laju alir

3 ml/menit. Dalam 1 ml plasma yang mengandung 25-500 µg/ml parasetamol

pada gelas kaca, tambahkan 1 ml larutan asam trikloro asetat (TCA) 25% (w/w)

yang mengandung 4-florofenol 75%, menggojog dengan vortek. Protein

diendapkan dengan sentrifugasi dan supernatan jernih diinjeksikan. Untuk sampel

yang mengandung parasetamol kurang dari 25 µg/ml, ditambahkan 100 µg/ml

larutan yang mengandung 4-florofenol 7mg/ml dalam larutan TCA 75% (w/w)

kedalam 1 ml plasma dan supernatan yang diinjeksikan sampai dengan 25 µl.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

59

Karena dalam penelitian ini yang ditetapkan hanya kadar parasetamol tak

berubah dalam darah maka yang digunakan adalah metode B dengan sedikit

modifikasi (Wijoyo, 2001) pada flow rate (3 ml/menit menjadi 1 ml/ menit);

jumlah plasma (1 ml menjadi 0,25 ml) sehingga dapat diterapkan untuk hewan uji

tikus; dan konsentrasi asam trikloroasetat (25 % b/v menjadi 10% b/v) dan tanpa

penggunaan 4-florofenol sebagai campuran. Secara umum metode ini memenuhi

parameter senstivitas, selektivitas, ketepatan dan ketelitian serta dapat mengatasi

masalah volume cairan biologis (darah) yang terjadi pada metode-metode yang

lain.

F. LANDASAN TEORI

Mekanisme absorpsi parasetamol berlangsung secara transpor pasif pada

seluruh bagian saluran cerna terutama usus halus (Bagnall et al., 1979, Lacy et al.,

2003). Karena absorpsinya di usus halus maka segala hal yang mempengaruhi

kecepatan pengosongan lambung dapat pula mempengaruhi keefektifan absorpsi

dari parasetamol (Whitehouse, 1981). Makanan dapat mempengaruhi kecepatan

absorpsi namun tidak mempengaruhi jumlahnya (Mc.Gilveray & Mattock, 1972),

sedang umur dan pH tidak berpengaruh sehingga yang menjadi tahap pembatas

laju absorpsi parasetamol bukan keasaman lambung atau usus melainkan

kecepatan pengosongan lambung, gerakan usus dan daya tampung dan keaktifan

enzim.

Pola pengosongan lambung tergantung pada ada tidaknya makanan

dalam lambung. Pada keadaan kosong (tidak ada makanan), lambung dan usus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

60

mengalamai serangkaian peristiwa yang berulang-ulang yang disebut dengan

interdigestive migrating motor / myoelectric complex (MMC) kompleks ini

menghasilkan kontraksi yang dimulai dari lambung bagian proksimal dan berakhir

pada ileum. Makanan akan menggangu proses interdigesti oleh MMC tersebut.

Pada kehadiran makanan (padat maupun cair) pengosongan lambung dikontrol

oleh berbagai mekanisme mekanis, hormonal dan saraf. Pengosongan lambung

juga ditentukan oleh berbagai macam faktor. Seperti tertera pada tabel VII. Satu-

satunya stimulus alami dalam pengosongan lambung adalah tekanan (distention)

pada lambung (Mayerson, 2002).

Pada saat parasetamol dikonsumsi bersama air berkarbonasi (kandungan

utama H2CO3 yang terlarut dalam air), maka yang terjadi didalam lambung adalah

H2CO3 cenderung dikonversikan dalam bentuk gas CO2 (persamaan 23). Ada dua

peristiwa yang diduga terjadi di dalam lambung yaitu gas CO2 yang dilepaskan

dari larutan air berkarbonasi ini akan memenuhi lambung sehingga volume pada

lambung cenderung meningkat. Selain itu gas CO2 ini akan memberikan efek

tekanan pada lambung (gastric distention). Dua hal tersebut merupakan faktor-

faktor yang mempercepat pengosongan lambung seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya. Sehingga terdapat kemungkinan bahwa air barkarbonasi akan

meningkatkan laju absorpsi parasetamol, perubahan pada laju absorpsi mungkin

juga dapat mempengaruhi parameter-parameter farmakokinetika parasetamol yang

lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

61

Tabel X. Faktor yang mempengaruhi pengosongan lambung Faktor Pengaruh terhadap pengosongan lambung

Volume Semakin besar volume awal (starting volume), makin besar kecepatan permulaan pengosongan lambung. Semakin besar volume original lambung, semakin lambat pengosongan lambung

Tipe makanan asam lemak, trigliserida, karbohidrat, asam amino

Mengurangi kecepatan

Tekanan osmotik Pengurangan kecepatan tergantung pada konsentrasi garam dan dan zat nonelektrolit. Kecepetan meningkat pada konsentrasi yang rendah dan menurun pada konsentrasi yang tinggi

Bentuk fisik dari isi yang terkandung dalam lambung

Larutan, suspensi dan partikel kecil lebih mudah dikosongkan dari lambung dibanding bahan yang berukuran besar

Kimia - Asam

- basa

Mengurangi kesepatan pengosongan lambung (mengurangi keefektifan HCL, asam asetat, laktat dan sitrat) Konsentrasi rendah (1%) meningkatkan kecepatan, konsentrasi tinggi (5%) mengurangi kecepatan.

Obat - antikolinergik, - analgesik narkotik - etanol - metoclopramide

Mengurangi kecepatan Meningkatkan kecepatan

Lain-lain - Posisi tubuh - Berbaring ke sisi kiri mengurangi kecepatan - Viskositas kecepatan lebih besar untuk larutan yang semakin

encer. - Garam empedu -Mengurangi kecepatan - Penyakit -Pasien diabetes, luka pada lambung, hipotiroid

akan mengurangi kecepatan sedang pada hipertiroid akan meningkatkan kecepatan.

- Olahraga -Olahraga terlalu keras akan mengurangi kecepatan pengosongan.

- Operasi lambung -Menyulitkan pengosongan lambung. (Mayerson, 2002)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

62

E. HIPOTESIS

Pemberian air berkarbonasi bersama-sama parasetamol dapat

meningkatkan laju absorpsi parasetamol dan mempengaruhi profil

farmakokinetika parasetamol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

63

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang metodologi yang digunakan

dalam penelitian yaitu rincian tentang jenis dan rancangan penelitian yang dipilih,

variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian, alat dan bahan yang digunakan, tata

cara pelaksanaan penelitian juga tentang tata cara analisis dari hasil data yang

diperoleh.

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang pengaruh pemberian air berkabonat terhadap profil

farmakokinetika parasetamol pada tikus putih jantan merupakan jenis penelitian

eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola satu arah.

B. Variabel-variabel Penelitian

Terdapat beberapa variabel di dalam penelitian ini diantaranya variabel

bebas, variabel tergantung serta variabel terkendali. Penjelasan tentang variabel-

variabel penelitian dirinci sebagai berikut.

1. Variabel bebas

Dosis air berkarbonasi yang diberikan segera sesudah pemberian parasetamol.

63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

64

2. Variabel tergantung

a. Parameter farmakokinetika primer, meliputi:

1) tetapan laju absorpsi (ka), adalah jumlah obat yang diabsorpsi per satuan

waktu(ml/menit)

2) klirens total (ClT), adalah volume darah atau plasma yang dibersihkan

dari obat pada kompartemen sentral persatuan waktu (ml/menit)

3) volume distribusi tunak (Vdss), adalah jumlah obat yang terdistribusi

dalam cairan tubuh pada kondisi kesetimbangan/tunak (ml)

b. Parameter farmakokinetika sekunder, meliputi

1) waktu untuk mencapai kadar maksimum (tmaks), adalah waktu yang

diperlukan obat untuk mencapai kadar maksimum di dalam darah (Cpmaks)

(menit)

2) waktu paru h eliminasi(t½ eliminasi), adalah waktu berkurangnya jumlah

obat dalam darah menjadi setengahnya (menit)

3) mean reidence time (MRT), adalah waktu rata-rata saat residu obat

tinggal di dalam tubuh (menit)

4) kadar maksimal pada waktu mencapai tmaks (Cpmaks), adalah jumlah obat

maksimal yang terukur di dalam cairan darah (mg/L)

c. Parameter farmakokinetika turunan, yaitu luas daerah dibawah liku (AUC 0-

∞), adalah jumlah obat yang terukur dalam tubuh pada jumlah tertentu (µg/ml)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

65

3. Variabel pengacau

Variabel pengacau dalam penelitian ini dapat dikendalikan sehingga disebut

variabel pengacau terkendali yaitu sebagai berikut :

a. Galur spesies subyek uji adalah Wistar

b. Jenis kelamin subyek uji adalah jantan

c. Umur subyek uji antara 2 - 3 bulan

d. Berat badan subyek uji antara 240-260 g

e. Status puasa subyek uji terhadap makanan dan minuman selama 18 jam

sebelum diberi perlakuan

Disamping variabel pengacau yang terkendali, terdapat pula variabel

pengacau yang tidak terkendali yaitu keadaan patologis dan psikologis subyek uji.

C. Bahan Penelitian

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan, galur wistar yang

diperoleh dari laboratorium milik fakultas farmasi USD, berumur antara 2-3 bulan,

berat badan berkisar 240-260 g. Bahan yang diuji adalah air mineral berkarbonasi,

parasetamol kualitas farmasetis dari PT Konimex, Surakarta.

Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol

adalah seperti : asam trikloro asetat (TCA) p.a (E.Merck Darmstadt, Germany),

natrium carboksi metil selulosa (carboxy methyl cellulose-sodium = CMC-Na), asam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

66

asetat p.a (E.Merck Darmstadt, Germany), etil asatat p.a (E.Merck Darmdstadt,

Germany), heparin sodium injection USP (Fahrenheit), akuabidestilata.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat-alat gelas (pyrex);

2. Micropipet; HPLC (CBM-101 Shimadzu)

3. Detektor UV-Vis SPD-10AV (Shimadzu)

4. Kolom NOVA PACKTM C18 panjang 15cm dan 30cm diameter partikel 5-10 μm

(Shimadzu)

5. Sentrifuge(diameter 18 cm, Hettich EBA 85)

6. Neraca elektrik (Metler Toledo, model AB 204, made in Switzerland)

7. Spektrofotometer visibel(Genesys 6v1;001)

8. Syringe (Hamilton) Milipore Millex 0,45 µm

9. Ultrasonic degassing (Retsch); vaccum (Gast)

10. Cellose nitrate membrane filter anorganik 0,45 µm (diameter 47 mm, Whatman)

11. Cellose nitrate membrane filter organik 0,50 µm (diameter 47 mm, Whatman

PTFE)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

67

E. Tata Cara Penelitian

1. Optimasi penetapan kadar parasetamol

Optimasi ini meliputi :

a. Pembuatan seri larutan baku. Timbang dengan seksama kurang lebih

0,1 g parasetamol dan melarutkannya ke dalam 100 ml akuabides (disebut larutan

induk parasetamol), kemudian mempipet 0,15 ; 0,25 ; 0,5 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; dan

4,0 ml lalu masukkan ke dalam labu ukur 10 ml, selanjutnya mengencerkan

dengan akuabides (disebut larutan intermediet parasetamol).

b. Pembuatan dan Penetapan kurva baku. Mempipet 0,25 ml dari tiap

seri kadar larutan baku (15, 25, 50, 100, 150, 200, 250, 300, dan 400

μg/ml).Untuk penetapan kadar, selanjutnya menambahkan pada 0,25 ml plasma

yang diperoleh dengan memusingkan (sentrifuge) darah berheparin (0,5 ml)

dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Kemudian menambahkan larutan

parasetamol dalam plasma ini dengan 0,5 ml larutan TCA 10%, mencampur dan

memusingkan selama 10 menit pada laju 3500 rpm. Selanjutnya mengambil

jernihan dan menyaring dengan penyaring Millex 0,45 μm dan melakukan

penghilangan gelembung gas dengan degassing selama lima belas menit. Jerihan

tersebut diinjeksi pada HPLC sebanyak 20 µl. Elusi dilakukan dengan fase gerak

campuran air-asam asetat-etil asetat (98:1:1), pada panjang gelombang 250 nm

dengan laju alir 1 ml/menit. Luas kromatogram dihitung dan dibuat kurva

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

68

hubungan antara kadar dengan luas kromatogram. Dengan metode regresi linier,

memplotkan kadar (μg/ml) terhadap harga AUC dari masing-masing seri larutan

kadar sehingga didapat persamaan y = bx + a (y = harga AUC, x = kadar, b =

slope, a = intersept).

c. Penatapan harga perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan

sistemik. Digunakan larutan parasetamol dalam plasma 25 μg/ml dan 100 μg/ml.

Selanjutnya penetapan kadar dilakukan seperti pada langkah 2c. Setiap kadar

direplikasi tiga kali, kemudian menghitung kadar rata-rata dan simpangan baku

parasetamol di dalam plasma berdasarkan persamaan kurva baku. Kemudian

membandingkan kadar terukur dengan kadar terhitung dan dihitung koefisien

variasinya.

Perolehan Kembali = 100%xdiketahuikadarterukurkadar

Kesalahan baku (KB) = nbaku(SD)Simpangan

Koefisien variasi (KV) = 100%xx

KB

Keterangan : n = jumlah pengukuran x = kadar rata-rata

d. Stabilitas Parasetamol. Membuat parasetamol dengan kadar 100 μg/ml

dalam plasma, kemudian meyimpannya pada suhu 5-10ºC selama 2 hari. Mengukur

kadar parasetamol dalam plasma tersebut setiap hari pada hari ke 0, 1 dan 2 dengan

HPLC seperti pada 1c. Hasilnya dinyatakan dengan prosen (%) penurunan kadar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

69

2. Penelitian lanjutan

a. Penetapan dosis parasetamol. Pemilihan takaran dosis parasetamol

didasarkan pada batas keamanan yang masih dapat diterima, kepekaan dari

metode dan kemungkinan terdapat farmakokinetika tergantung dosis (Donatus,

1985).

b. Penetapan dosis air berkarbonasi. Dosis air berkarbonasi diperoleh

dari dosis yang biasa dikonsumsi dari manusia yang dikonversikan ke tikus.

c Penetapan jadual pengambilan sampel. Memberikan kepada

sekelompok hewan uji suspensi parasetamol dalam CMC 1% secara peroral

dengan dosis 300 mg/kg BB. Selanjutnya mencuplikan sampel (darah) yang

dilakukan pada menit ke 0, 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360 dan

420 melalui vena lateralis pada ekor tikus. Sampel ditampung dalam microtube

yang telah diisi heparin.

Penetapan kadar parasetamol dalam sampel dilakukan dengan cara

memusingkan sampel pada 3500 rpm selama 10 menit. Cairan bening (plasma)

diambil sebanyak 0,25 ml, menambakan berturut-turut 0,25 ml akuabidestilata

dan 0,5 ml larutan TCA 10%, memusingkan pada kecepatan 3500 rpm selama 10

menit. Mengambil jernihan tersebut dan menyaring dengan penyaring Millex

0,45 μm. Selanjutnya menginjeksikan jernihan pada HPLC sebanyak 20 µl. Elusi

dilakukan dengan fase gerak campuran air-asam asetat-etil asetat (98:1:1) pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

70

panjang gelombang 250 nm dengan laju alir 1 ml/menit. Jadual waktu

samplingnya diperoleh dari perhitungan 3-5 x t ½ eliminasi parasetamol.

d Penetapan kadar parasetamol utuh dalam plasma. Tahap ini juga

meliputi pengadaptasian, dan pemeliharan subyek uji pada kondisi yang sama

minimal satu minggu sebelum perlakuan, termasuk puasa makan dan minum bagi

subyek uji 18 jam sebelum perlakuan dan membagi subyek uji dalam 2

kelompok:

• Kelompok kontrol negatif sebanyak 5 ekor tikus, kemudian memberikan

kepada tikus-tikus tersebut suspensi parasetamol dalam CMC 1% dengan dosis

300 mg/kgBB. Dilanjutkan dengan memberikan air yang setara dengan volume

air berkarbonasi.

• Kelompok perlakuan sebanyak 5 ekor tikus, kemudian memberikan kepada

tikus-tikus tersebut suspensi parasetamol dalam CMC 1% dengan dosis 300

mg/kgBB. Dilanjutkan dengan memberikan air berkarbonasi dengan dosis seperti

yang teleh ditetapkan pada orientasi.

Sampling darah dilakukan pada menit ke 0, 5, 10, 20, 30, 45, 60, 90,

120, 180, 240, 300, 360 dan 420 melalui vena lateralis ekor. Sampling darah

pada menit ke-0 sebanyak 0,5 ml, digunakan sebagai blanko. Kemudian

menampung sampel yang diperoleh .dalam mirotube yang telah berisi heparin.

Tahap penetapan kadar parasetamol utuh dalam plasma dilakukan seperti pada

langkah 2c.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

71

F. Analisis Hasil

1. Pehitungan parameter farmakokinetika

Harga-harga kadar parasetamol dalam plasma pada tiap-tiap waktu yang

diperoleh dari memasukkan luas area kromatogram pada persamaan kurva baku.

Selanjutnya hasil yang diperoleh diolah menjadi data perhitungan parameter

farmakokinetika primer (Cltotal dan Vdss), parameter farmakokinetika sekunder ( tmaks,

t½elimnasi, MRT, Cpmaks), dan parameter farmakokinetika turunan (AUC 0-∞), dengan

program, STRIPE (Johnston dan Woolard, 1983, dan telah direvisi oleh Jung)

Tabel XI. Parameter farmakokinetika model 2 kompartemen terbuka

Farmakokinetika Parameter Persamaan Satuan Absorpsi Cmaks Diolah dengan program Stripe µg/ml

Tmaks Diolah dengan program Stripe menit AUC 0-inf Diolah dengan program Stripe µg.menit/ml MRT Diolah dengan program Stripe jam

Distribusi Vdss Diolah dengan program Stripe liter Eliminasi t1/2 el Diolah dengan program Stripe menit

Clt Diolah dengan program Stripe ml/menit

2. Analisis statistik

Hasil perhitungan parameter-parameter farmakokinetika parasetamol pada

kelompok kontrol dan perlakuan selanjutnya dianalisis secara statistik kemudian

dibandingkan ada tidaknya perubahan bermakna dari farmakokinetika parasetamol

antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Analisis statistik yang digunakan adalah uji Turkey berpasangan (paired

sample Turkey test/paired sampel T-test), dengan taraf kepercayaan 95% yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

72

didahului dengan uji One Sample Kolmogorof-Smirnov. Analisis statistik diolah

dengan program komputer SPSS 12.00. Perbedaan antara pasangan perlakuan di atas

dinyatakan bermakana jika harga signifikan t (2 arah) lebih kecil dari 0,05 dan

sebaliknya tidak bermakna bila lebih besar dari 0,05.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

73

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah penelitian dilaksanakan maka hasil-hasil yang diperoleh akan

dipaparkan dibawah ini. Pemaparan diurutkan secara sistematis berdasarkan tata cara

pelaksanaan penelitian dan hasilnya adalah sebagai berikut.

A. Optimasi Metode

Metode penetapan kadar parasetamol dengan HPLC mula-mula dilakukan

oleh Howie et al.(1977) untuk penetapan kadar metabolit parasetamol dalam urin

(sistem A) serta parasetamol utuh (PU) dalam darah (sistem B). Karena pada

penelitian ini yang ingin ditetapkan adalah kadar parasetamol utuh dalam plasma

(PU-plasma) maka dipilih sistem B dengan modifikasi seperti yang dilakukan Wijoyo

(2001). Penggunaan metode HPLC menguntungkan dalam penelitian ini, terlebih

mempertimbangkan bahwa analit (parasetamol) jumlahnya sangat kecil serta berada

dalam suatu matriks biologis yang kompleks.

Tahap awal yang dilakukan untuk mempreparasi plasma adalah

deproteinisasi. Hal ini penting karena parasetamol yang akan diukur kadarnya harus

dalam bentuk bebas maka ikatanya dengan parasetamol harus diputuskan. Umumnya

suatu senyawa asam lemah seperti parasetamol pada temperatur dan dosis terapi yang

normal akan terikat dengan albumin pada protein plasma pada satu tempat ikatan,

kemungkinannya pada kelompok asam amino N-ujung yang umumnya berupa asam

73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

74

aspartat untuk albumin manusia (Wagner, 1975). Albumin yang berikatan dengan

parasetamol merupakan suatu protein sederhana berbentuk bulat dan berstruktur

kuartener. Sedangkan ikatan yang mungkin terbentuk antara parasetamol denagn

asama aspartat adalah suatu ikatan hidrogen.

Keberadaan protein juga dapat menggangu elusi parasetamol karena dapat

menyumbat kolom. Karena itu protein tidak hanya perlu diputuskan ikatannya dengan

parasetamol, tetapi juga harus di hilangkan dari larutan sampel yang akan diukur

kadarnya. Langkah yang diperlukan dalam rangka deproteinisasi ini meliputi

denaturasi protein menggunakan asam trikloro asetat (TCA) 10%. Ion H+ dari asam

akan memutus ikatan non kovalen (ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik dan ikatan

elektrostatik) yang berfungsi menstabilkan bentuk struktur akan struktur sekunder,

tersier dan kuartener protein plasma (Murray, 1995). Akibatnya protein kehilangan

aktivitas biologisnya juga ikatannya dengan parasetamol kerusakan ini menyebabkan

terlepasnya ikatan protein-parasetamol. Sifat protein yang didenaturasi umumnya

menjadi kurang larut. Protein kemudian dapat dipisahkan setelah dilakukan proses

sentrifugasi (laju 3500 rpm) selama 10 menit. Parasetamol bebas akan terdapat pada

fase cair yang jernih (supernantan) dan digunakan pada proses selanjutnya sedangkan

protein mengendap dibagian bawah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

75

Gambar 8. Gambaran denaturasi suatu protein (protomer)

Sistem HPLC yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan detektor

ultraviolet untuk mendeteksi keberadaan parasetamol dalam plasma. Parasetamol

dapat dideteksi dengan detektor ultraviolet karena senyawa tersebut memiliki gugus

kromofor. Gugus ini memiliki ikatan rangkap yang mengandung elektron bebas yang

dapat tereksitasi ketika menerima radiasi sinar ultraviolet. Selain itu parasetamol juga

memiliki gugus akusokrom, gugus ini terikat langsung pada kromofor serta memiliki

pasangan elektron bebas yang dapat berinteraksi dengan elektron bebas pada

auksokrom. Akibatnya terjadi perubahan intensitas dan panjang gelombang serapan

optimum pada senyawa. Secara teoritis parasetamol dalam larutan asam memiliki

panjang gelombang serapan optimum sebesar 245 nm (Wade et al, 1989) sedang pada

metanol sebesar 249 nm (Clarke, 1969). Pada penelitian ini panjang gelombang

optimum parasetamol yang digunakan mengacu pada penelitian Howie et.al. (1977)

yaitu 250 nm.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

76

HO NH

COCH3

Gambar 9. Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol

Keterangan : = auksokrom = kromofor

1. Pembuatan dan penetapan kurva baku.

Dengan menggunakan sistem HPLC dengan panjang kolom 15 cm pada

penelitian ini maka didapatkan kromatogram parasetamol seperti pada gambar 12.

Tampak bahwa parasetamol memiliki tR rata-rata 4,595 menit. Bila dibandingkan

dengan kromatogram blanko yang hanya berisi plasma yang telah dideproteinisasi

maka dapat terlihat bahwa terdapat senyawa dengan tR yang hampir mirip

parasetamol yaitu 4,579 menit. Namun karena AUC-nya relatif kecil (AUC = 5154)

hal ini masih dapat ditoleransi. Sedang kromatogram dengan tR 3,323 pada gambar 12

diduga adalah senyawa endogen yang terdapat dalam plasma seperti pula yang

ditampilkan oleh kromatrogram blanko plasma (gambar 11). Waktu retensi

menyatakan waktu yang dibutuhkan olah senyawa untuk keluar dari kolom. Waktu

retensi parasetamol dipengaruhi oleh interaksinya dengan fase gerak dan fase diam

saat terelusi dalam kolom.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

77

Gambar 10. kromatogram blangko plasma (kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 15cm)

Gambar 11. kromatogram parasetamol dalam plasma dengan kadar 100 µg/ml (kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 15 cm AUC = 2076294)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

78

Fase gerak yang digunakan adalah campuran air : asam asetat : etil asetat

dengan perbandingan 98:1:1 sifatnya polar. Air digunakan sebagai kandungan utama

fase gerak kromatografi fase terbalik. Fungsi etil asetat adalah pelarut organik.

Sedangkan asam asetat akan memberikan suasana asam. Ketika parasetamol yang

bersifat asam lemah ini sebagian molekulnya terdisosiasi karena adanya air, maka

dengan adanya asam parasetamol akan kembali ke dalam bentuk molekul utuhnya.

OH

HN C

O

CH3

O-

HN C

O

CH3

+ H+

parasetamol

H2O

Gambar 12. Disosiasi parasetamol

Bila parasetamol dielusi pada suasana basa, maka akan terbentuk garam

parasetamol yang sifatnya lebih polar dibanding parasetamol dalam bentuk semula

(utuh). Sifat ini menyebabkan garam parasetamol lebih cepat terelusi dibanding

bentuk utuhnya. Kemungkinan berakibat pemisahan parasetamol dengan senyawa

endogen dari plasma menjadi kurang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

79

Gambar 13. Reaksi

penggaraman parasetamol dengan adanya basa

OH

HN C

O

CH3

XOH

OX

HN C

O

CH3

+ + H2O

parasetamol

suatu basa

garam parasetamol

air

Fase diam yang digunakan adalah C18 yang sifatnya non polar.

Parasetamol sendiri memiliki gugus non polar yang lebih banyak dibandingkan gugus

polarnya sehingga memungkinkan untuk berinteraksi dan tertahan lebih lama pada

fase diamnya. Hal ini menguntungkan karena berakibat terjadinya pemisahan yang

baik dengan senyawa endogen dari plasma.

HO NH

C

CH3

O

Gambar 14. Gugus polar dan nonpolar parasetamol

Keterangan : = gugus non polar = gugus polar

Persamaan kurva baku ditetapkan menghitung kadar parasetamol dalam

plasma dan sekaligus menunjukkan hubungan linearitas antara kadar parasetamol

dalam plasma dengan AUC yang dinyatakan dengan parameter koefisien korelasi (r).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

80

Kurva baku dapat diterima bila nilai r yang lebih besar dari r tabel untuk delapan data

dengan derajat bebas (db) = 7 yaitu sebesar 0,707 (taraf kepercayaan 95%).

0 50

100 150 200 250 300 350 400 450

0 50 100 150 200 250 kadar parasetamol dalam plasma (ug/ml)

Luas

are

a (x

10

000)

Gambar 15. Persamaan kurva baku parasetamol dalam plasma (r = 0,9997; p< 0,05 ; Y = 19560,5531 X + 117131,5808)

Dapat dilihat pada gambar 16 bahwa.nilai r persamaan kurva baku lebih kecil

daripada r tabel sehingga kurva baku tersebut dapat digunakan untuk menghitung

kadar parasetamol dalam plasma. Persamaan kurva baku yang diperoleh yaitu Y =

19560,5531 X + 117131,5808.

2. Penetapan harga perolehan kembali, kesalahan acak, dan kesalahan sistemik.

Validasi metode analisis dilakukan pada tahapan ini. Pertimbangan diperoleh

dari parameter yang digunakan yaitu harga perolehan kembali dan koefisien variasi.

Digunakan dua seri kadar larutan yaitu 25 µg/ml dan 100 µg/ml yang direplikasi

sebanyak 3 kali. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 250 nm. Setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

81

diolah dengan persamaan kurva baku maka diperoleh kadar parasetamol dalam

plasma.

Perolehan kembali merupakan tolak ukur akurasi metode. Perolehan kembali

yang disyaratkan pada bioanalisis terpenuhi jika berada pada rentang antara 80%-

120% (Mulja & Hanwar, 2003). Nilai perolehan kembali dalam hari yang sama

(intraday) untuk kadar 25 µg/ml sebesar 97,25 ± 0,65% dan untuk kadar 100 µg/ml

sebesar 97,90 ± 0,81%. Dilihat dari nilai tersebut maka dapat dikatakan bahwa

metode ini memiliki akurasi yang baik. Data kemudian diulang para hari berikutnya

(interday) guna menguji ketangguhan metode. Hasilnya, pada kadar 25 µg/ml kadar

yang diperoleh kembali sebesar 99,43 ± 1,12% sebesar 98,88 ± 0,95% untuk kadar

100 µg/ml.setelah kedua data (interday dan interday dibandingkan) hasilnya relatif

masih baik sehingga disimpulkan bahwa metode memiliki ketangguhan yang baik.

Nilai koefisien variasi (KV) menyatakan nilai ksalahan acak. Untuk kadar

25 µg/ml adalah 1,1522% (intraday) dan 2,0594% (interday). Kadar 100 µg/ml

memiliki nilai KV sebesar 1.4789% (intraday) dan 1,6521% (interday). Nilai ini

memenuhi ketentuan yang KV disyaratkan untuk bioanalisis yaitu kurang kurang dari

15%-20% (Mulja & Hanwar, 2003). Artinya metode ini memiliki nilai presisi yang

baik. Melihat hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar parasetamol

dalam plasma dengan HPLC memenuhi syarat untuk dapat digunakan. Hasilnya

ditampilkan pada tabel XII dan XIII.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

82

Tabel XII. Harga perolehan kembali, kesalahan acak, kesalahan sistemik penetapan kadar parasetamol dalam plasma dengan HPLC-Intraday

*AUC yang telah dikoreksi nilainya dengan blanko

Penimbangan parasetamol(mg)

AUC* Kadar terhitung

Kadar terukur

(μg/ml) (μg/ml)

Perolehan kembali

(%) 0.09998 596106 24,9950 24,4868 97,97 0.10000 606569 25,0000 25,0217 100,09 0.10003 604764 25,0075 24,9293 99,69

Purata 24,8126 97,25 SD 0,2859 1,13 KB 0,1651 0,65

KV 1,1522 1.16 0.09998 2007968 99,9800 96,6658 96,68 0.10000 2026143 100,000 97,5950 97,58 0.10003 2063528 100,0300 99,5062 99,44

Purata 97,9223 97,90 SD 1,4482 1,44 KB 0,8361 0,81

KV 1.4789 1,44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

83

Tabel XIII. Harga perolehan kembali, kesalahan acak, kesalahan sistemik penetapan kadar parasetamol dalam plasma dengan HPLC-Intterday

*AUC telah dikoreksi nilainya dengan blanko

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa pada plasma ternyata

terdapat senyawa dengan tR mirip dengn parasetamol, maka selanjutnya untuk

mengitung kadar parasetamol dalam plasma AUC yang diperoleh akan dikoreksi

dengan blanko yaitu dengan cara mengurangi AUC parasetamol yang diperoleh

dengan AUC pada blanko plasma tersebut.

Penimbangan parasetamol(g)

AUC* Kadar terhitung

Kadar terukur

(μg/ml) (μg/ml)

Perolehan kembali

(%) 0,09998 608761 24,9950 25,1337 100,56 0,09998 609467 24,9950 25,1698 100,70 0,10003 591780 25,0075 24,2656 97,03

Purata 24,8564 99,43 SD 0,5119 2,08 KB 0,2956 1,12

KV 2,0594 2,09 0,09998 2078005 99,9800 100,2464 100,27 0,09998 2016597 99,9800 97,1070 97,13 0,10003 2058942 100,0300 99,2717 99,24

Purata 98,8750 98,88 SD 1,6068 1,60 KB 0,9277 0,95

KV 1,6521 1,07

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

84

3. Uji Stabilitas Parasetamol.

Tahap ini dilakukan untuk melihat sejauh mana parasetamol dalam plasma

tahan dalam penyimpanan pada suhu dan waktu tetentu. Hal ini diperlukan karena

plasma tidak dapat diukur pada hari yang bersamaan dengan hari pengambilan

sampel dari tikus, akibat dari jumlah sampel yang cukup banyak dan keterbatasan

waktu. Plasma yang telah selesai dipreparasi ditempatkan pada wadah dan disimpan

dalam suhu 0 oC. Tabel XIV menunjukkan bahwa pada hari pertama penurunan

masih dapat diterima karena nilainya relatif kecil (3%) namun pada hari kedua

penurunan sudah relatif besar, lebih dari dua kali lipat dari hari pertama (8%).

Dengan begitu ditetapkan bahwa penetapan kadar parasetamol hanya dapat dilakukan

sampai dengan sehari setelah sampel diambil dan dipreparasi dari cuplikan darah

tikus.

Tabel XIV. Peruraian parasetamol dalam plasma setelah disimpan pada suhu 0 oC

Hari ke- Kadar parasetamol(μg/ml)

Peruraian(%)

0 104,6019 0

1 101,1462 3,3037 2 95,6873 8,5224

Terdapat hal yang menjadi catatan disini bahwa pada saat tahap penelitian

lanjutan terjadi perubahan panjang kolom HPLC NOVA PACK™ C18 yang

digunakan yang semula 15 cm menjadi 30 cm. Hal ini karena kolom lama mengalami

kerusakan teknis sehingga tidak dapat dipergunakan kembali. Karena itu terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

85

pergeseran tR parasetamol yang semula berkisar pada menit 4,595 (panjang kolom 15

cm,) yang dicontohkan pada gambar 10, menjadi 5,103 menit (panjang kolom 30 cm)

seperti tampak pada gambar 17.

Gambar 16. Kromatogram kontrol 3, menit ke 20 (kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 30 cm, AUC =1649282)

B. Penelitian lanjutan

1. Penetapan dosis parasetamol

Nilai dosis toksik parasetamol oral pada tikus yaitu kurang lebih 3 g/kgBB

(Mitchell dkk, 1973; Donatus dkk, 1982). Maka digunakanlah sepersepuluh dari nilai

dosis tersebut yaitu 300 mg/kgBB sebagai dosis yang diberikan pada hewan uji

dengan mempertimbangkan bahwa dosis ini aman digunakan (tidak menimbulkan

ketoksikan) dan masih dapat terdeteksi dengan metode HPLC hingga pada menit

terakhir pencuplikan sampel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

86

2. Penetapan dosis air berkarbonasi.

Survei dilakukan kepada 10 orang dewasa dan diperoleh volume rata-rata

air yang dikonsumsi saat meminum obat adalah 60 ml. Konsentrasi karbon dioksida

terlarut dalam sediaan adalah 1,100 g/L. Maka setelah dihitung dengan faktor

konversi didapatkan dosis untuk tikus adalah 5,8115 mg/kgBB

3. Penetapan waktu pengambilan cuplikan.

Data dari uji sampling menunjukkan bahwa nilai waktu paruh eliminasi( t½

el) 120,934 menit dan nilai tn−0AUC 17809,42 ( ±.90,73 dari ) menjadi dasar

untuk menetapkan lama waktu pengambilan cuplikan darah tikus yaitu 3 -5 x t½ el

atau

∝−0AUC

∝−0AUC . Tabel XV dan gambar 16 menunjukkan hasil yang diperoleh, dari

data ini selanjutnya ditetapkan lama waktu pengambilan cuplikan tersebut adalah 420

menit.

Tabel XV. Data kadar parasetamol dalam plasma setelah pemberian parasetamol dalam plasma dosis 300 mg/kg.BB (n = 3)

Waktu (menit)

Kadar parasetamol (μg/ml)

Waktu (menit)

Kadar parasetamol (μg/ml)

5 51,4462 ± 0.9037 120 66,5235 ± 5,4577 10 58,2213 ± 3,5308 180 44,8812 ± 5,3888 20 69,6010 ± 1,9072 240 29,8032 ± 3,2622 30 75,8373 ± 3,4200 300 20,7524 ± 1,7676 45 87,5688 ± 0,8277 360 15,0932 ± 1,6600 60 84,7366 ± 5,5463 420 10,4319 ± 0,7228 90 77,1045 ± 3,1700

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

87

0

20

40

60

80

100

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Gambar 17. Kurva kekerabatan kadar parasetamol lawan waktu pada tikus

jantan akibat pemberian parasetamol oral dosis 300 mg/kg BB (n=3)

0

2

4

6

8

10

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(µg/

ml)

Gambar 18. Kurva kekerabatan ln kadar parasetamol lawan waktu pada tikus jantan akibat pemberian parasetamol oral dosis 300 mg/kg BB (n=3)

C. Analisis Hasil

Plot ln kadar-waktu kadar parasetamol setelah pemberian secara oral,

memperlihatkan pola kurva bifasik pada fase distribusi dan eliminasinya (gambar 17).

Berarti kinetika parasetamol setelah pemberian secara oral mengikuti model dua

kompertemen terbuka. Hasil tersebut ditegaskan dengan nilai k12 + k21 < 20 kel

(lampiran 15). Nilai tersebut bermakna kecepatan distribusi parasetamol lebih lambat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

88

daripada kecepatan eliminasinya. Hal ini berlaku pada kedua kelompok, kontrol

(parasetamol) dan perlakuan (parasetamol + air berkarbonasi).

0

20

40

60

80

100

120

0 100 200 300 400 500 Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

kontrol* perlakuan*

*Tiap kelompok 5 ekor tikus ; Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air ; Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonasi 5,8115 mg/kgBB Gambar 19. Perubahan liku kenaikan kadar parasetamol lawan waktu pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol oral dosis 300 mg/kg.BB dengan

dan tanpa air berkarbonasi

0

2

4

6

8

10

0 100

200

300

400

500

Waktu (menit)

Kada

r par

aset

amol

(µg/

ml)l

kontrol*

perlakuan*

*Tiap kelompok 5 ekor tikus ; Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air ;

Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonasi 5,8115 mg/kgBB

Gambar 20. Perubahan liku kenaikan ln kadar parasetamol lawan waktu pada tikus jantan setelah pemberian parasetamol oral dosis 300 mg/kg.BB dengan dan

tanpa air berkarbonasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

89

Secara umum tabel XVI dan gambar 18 menampilkan perubahan kadar

parasetamol utuh dalam plasma (PU-plasma) dalam suatu fungsi waktu antara

kelompok kontrol dan perlakuan. Perubahan tampaknya terjadi pada setiap fase, baik

absorpsi, distribusi maupun eliminasi (tabel XVII), namun yang bermakna secara

statistik hanya pada fase absorpsi dan eliminasi parasetamol (p<0,05). Artinya profil

absorpsi dan eliminasi parasetamol terpengaruh dengan adanya air berkarbonasi

sedangkan profil distribusinya tidak.

Tabel XVI. Kenaikan kadar parasetamol dalam plasma setelah pemberian parasetamol oral 300 mg/kg BB pada tikus akibat pemberian air berkarbonasi

*Tiap kelompok 5 ekor tikus

X ± KB kadar parasetamol dalam plasma (μg/ml)*

Menit ke-

Kontrol** Perlakuan** 0 0 0 5 55,4490 ± 8,4911 44,9452 ± 9,4839 10 72,4410 ± 4,5296 98,7881 ± 4,6182 20 85,4582 ± 3,4325 105,9450 ± 3,3499 30 94,4925 ± 3,2050 101,5720 ± 2,6694 45 86,1628 ± 1,3731 96,1099 ± 3,5591 60 79,7865 ± 1,9089 90,2215 ± 3,0151 90 71,2920 ± 2,2633 83,3543 ± 3,0335 120 63,8354 ± 1,8167 76,2247 ± 3,1557 180 47,9104 ± 2,8869 60,6295 ± 2,2903 240 35,3069 ± 1,6107 43,7980 ± 0,6657 300 23,4894 ± 0,4208 29,6100 ± 0,8715 360 18,1252 ± 0,8945 23,2769 ± 0,4500 420 14,1655 ± 0,1533 19,8089 ± 0,3840

**Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB+ air; Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonasi 5,8115 mg/kgBB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

90

Tabel XVII. Pengaruh pemberian air berkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol pada tikus putih jantan

Parameter Kontrol* Perlakuan*

X(KB)** X(KB)** % beda

ka (menit-1) tmaks (menit) Cmaks*** (µg/ml) AUC 0- ~(μg.menit.ml-1) Lag time(menit)

0,1066 (0,0076) 33,2800 (2.1416) 83.0340 (2,9795)

22363.5500 (493.3461)

0

0,2469 (0,0320) 23,4900 (2,6349) 106,0700 (2,9453)

28702.7700 (610.5006)

0,81

+ 131,61b

-29,42b

+27,74b

+28,35b

-

Vdss*** (ml/ dosis) β (menit-1) k12 (menit-1) k21 (menit-1)

730,9902 (31,3566)

0,0059 (0,0006) 0,0002

(0,00009) 0,0053

(0,0004)

691,8540 (30,0200)

0,0054 (0,0002) 0,0002

(0,0004) 0,0046

(0,0002)

-5,36tb

-8,47tb

0tb

-13,21tb

CLT*** (ml/menit) β (menit-1) k13 t ½ eliminasi (menit) MRT

3,2642 (0,0749) 0,0040

(0,0001) 0,0046

(0,0001 ) 171,5550 (3,7209) 229,2420 (4,9613)

2,5584 (0,0479) 0.0034

(0,0001) 0,0040

( 0,0002) 244.5518 (22.190) 270,6960 (7,2951)

-21,62b

-15,00b

-13,04b

+42,55b

+18,08b

*Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB+ air. Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonasi 5,8115 mg/kgBB **X(KB) = purata ± kesalahan baku dari 5 tikus. *** nilai tersebut berlaku dalam bentuk satuan fraksi dosis yang terabsorpsi tb = perbedaan tidak bermakna (p>0,05), b = perbedaan bermakna (p<0,05)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

91

Persamaan umum kadar obat dalam darah pada model dua kompertemen

terbuka dari hasil rata-rata tiap kelompok adalah sebagai berikut.

Kontrol :

C(t) = 77,8848e-0,0040t + 29,3326e-0,0059t – 107,2174e-0,1066t (26)

Perlakuan :

C(t) = 80,0216e-0,0034t + 33,6072e-0,0054t – 117,1954e-0,2469t (27)

1. Profil absorpsi parasetamol

Nilai tetapan laju absorpsi (ka) digunakan untuk menggambarkan jumlah

obat yang dipindahkan dari tempat absorpsi (pada pemberian ekstravaskular) per

satuan waktu. Dapat dilihat bahwa pada kelompok perlakuan nilai ka meningkat

sebesar 131,61% (p<0.05) dibanding tikus kontrol. Peningkatan ini berpengaruh

pada tmaks yang memendek 29,42% dan Cmaks yang meningkat 27,74% (p< 0,05)

seperti tersaji dalam tabel XVIII. Ketergantungan Cmaks pada ka, dituliskan seperti

persamaan (7) yang menunjukkan bahwa peningkatan nilai ka mengakibatkan Cmaks

meningkat peningkatan ka juga berakibat pada penurunan tmaks seperti terlihat dalam

tabel XVII.

Persamaan tersebut diatas juga memperlihatkan ketergantungan Cmaks tidak

hanya pada ka, tetapi juga pada dosis (D), fraksi obat yang terabsorpsi (f), dan

volume kompartemen sentral (Vc). Semua subyek diberi dosis yang sama yaitu 300

mg/kg BB, karena itu dosis dianggap tidak berpengaruh pada peningkatan nilai Cmaks .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

92

Fraksi parasetamol yang terabsorpsi (f) nilainya berbanding lurus dengan nilai Cmaks

artinya peningkatan nilai f akan meningkatkan Cmaks . Fraksi parasetamol yang

terabsorpsi penting diketahui pada pemberian ekstravaskular seperti peroral, karena

pada kenyataannya tidak semua obat yang diberikan dapat terabsorpsi. Hal ini terjadi

karena obat yang diberikan peroral harus melewati tempat absorpsi yaitu saluran

cerna. Selain itu obat juga dibawa oleh aliran darah (melalui vena porta hepatika)

untuk melalui organ hati. Tempat-tempat tersebut memungkinkan terjadinya

kehilangan obat misalnya karena dekomposisi pada dinding saluran cerna serta

terjadinya first pass effect pada hati yang akan dibahas selanjutnya. Oleh karena itu

untuk mengetahui fraksi parasetamol yang terabsorpsi diperlukan data

( pada pemberian intra vaskuler, obat dianggap terbsorbsi seluruhnya dengan

nilai fraksi = 1) sebagai pembanding untuk data AUC

..AUC vi

∞−0AUC

p.o ( pada pemberian

intra per oral)

∞−0AUC

100%xAUC

AUCF

i.v.

p.o= (28)

Didalam penelitian ini fraksi obat yang terabsorpsi diasumsikan satu karena tidak

dimiliki data i.v, oleh karena itu semua parameter yang berhubungan

dengan f seperti Cmaks, Vd

∞−0AUC

ss serta ClT nilainya dinyatakan dalam satuan fraksi dosis

yang terabsorpsi. Nilai Vc menurun sebanding dengan penurunan Vdss pada

kelompok perlakuan meskipun penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik.

Penurunan tersebut mengakibatkan memendeknya tmaks dan meningkatnya Cmaks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

93

Sebagaimana dinyatakan pada persamaan (7) bahwa nilai Vc disini berbanding

terbalik dengan nilai Cmaks.

Perubahan nilai ka sangat tergantung pada faktor fisiologi (tertera pada tabel

IV), maka peningkatan nilai ka bermakna bahwa pemberian air berkarbonasi

mengubah satu atau lebih faktor fisiologi seperti aliran darah, kecepatan pengosongan

lambung dan motilitas usus.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Houston & Levy (1974)

dengan judul “Effect of Buffered Carbohydrate solutions (Coca-Cola and Emetriol)

on Bioavailability of Riboflain in Man” menyatakan bahwa kandungan gas dalam

minuman berkarbonasi seperti coca-cola diduga menyebabkan peningkatan

bioavailabilitas dari ribolavin dengan meningkatkan mixing pada lambung dan

mungkin juga mempengaruhi motilitasnya. Maka kemungkinan besar kandungan gas

pada air berkarbonasi yang digunaan dalam penelitian ini juga memberi efek yang

serupa. Kemungkinan lain adalah kandungan gas yang dihasilkan olah air

berkarbonasi (Anonim, 2002) didalam diduga meningkatkan volume awal (starting

volume) pada lambung. Starting volume yang besar akan meningkatkan awal

kecepatan pengosongan lambung (Mayerson, 2002). Penjelasan yang mungkin logis

adalah starting volume yang meningkat menyebabkan tekanan pada lambung (gastric

distention) juga meningkat, dimana gastric distention adalah stimulus alami yang

meningkatkan kecepatan pengosongan lambung (Mayerson, 2002). Peningkatan

kecepatan pengosongan lambung memicu peningkatan laju absorpsi parasetamol. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

94

ini logis karena tahap pembatas kecepatan (rate-limiting step) absorpsi parasetamol

yang terjadi pada usus halus bagian atas adalah kecepatan pengosongan lambung

sehingga dapat dikatakan dengan meningkatnya kecepatan pengosongan lambung

meningkat pula laju absorpsi PU (Heading, 1973; Whitehouse, 1981).

Kecepatan pengosongan lambung bukan merupakan satu-satunya faktor

fisiologi yang berpengaruh terhadap profil absorpsi. Faktor lainnya yaitu pH medium

absorpsi, koefisien partisi lemak-air juga fenomena first pass effect. Pada senyawa

obat yang bersifat asam lemah dengan adanya medium yang bersifat asam maka

bentuk tak terionnya akan lebih banyak sehingga absorpsinya akan lebih baik dengan

adanya medium tersebut. Air berkarbonasi mengandung asam bikarbonat yang

memiliki sifat asam, asam ini bersifat lemah dengan nilai Ka1 = 2,5×10−4 dan Ka2 =

5.61×10−11 (persamaan 23 dan 24) namun dalam larutan akan berada pada

kesetimbangan dengan molekul CO2 dengan jumlah lebih banyak (persamaan 23)

sehingga keasaman justru semakin turun. Keasaman dari air berkarbonasi diduga

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah parasetamol bentuk tak terion,

karena pada dasarnya parasetamol dengan nilai pKa-nya sebesar 9,5 kondisi pH pada

lingkungannya tidak berpengaruh signifikan terhadap bentuk tak-terionnya. Artinya

keasamaan air berkarbonasi diduga tidak mempengaruhi absorpsi parasetamol.

∞−0AUC , menggambarkan jumlah obat yang tersedia dalam darah pada

waktu nol hingga waktu tak hingga. Selain pada nilai ka, ∞−0AUC juga tergantung

pada dosis. Namun karena dosis yang diberikan pada masing-masing subyek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

95

penelitian adalah sama maka artinya dosis tidak berpengaruh pada perubahan

. Data pada penelitian ini menegaskan dampak dari peningkatan

k

∞−0AUC ∞−0AUC

a seperti yang disebutkan sebelumnya. Peningkatan nilai pada kelompok

perlakuan sebesar 28,35% (p< 0,05) yang menggambarkan peningkatan jumlah PU-

plasma. Hubungan antara k

∞−0AUC

a dan ditulis pada persamaan (5). ∞−0AUC

Dapat dilihat bahwa selain peningkatan nilai ka akan memperbesar nilai

, tetapan laju eliminasi (β) dan tetapan laju distribusi (α) juga dapat

mempengaruhi terhadap parasetamol, nilai keduanya berbanding terbalik

dengan nili . Nilai α kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang

bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol berarti peningkatan nilai

pada perlakuan tidak terpengaruh oleh α. Sedangkan β pada kelompok

perlakuan menurun secara bermakna sebesar 15,00% (p< 0,05) dan hal ini ikut

berperan pada peningkatan nilai tersebut.

∞−0AUC

∞−0AUC

∞−0AUC

∞−0AUC

∞−0AUC

Lag time yang terjadi hampir di semua subyek kelompok perlakuan dengan

waktu ratarata 0,81 menit. Lag time menggambarkan adanya penundaan pengosongan

lambung. Akibatnya pada 5 menit pertama pencuplikan sampel, diperoleh data bahwa

kadar yang diabsorpsi di menit-menit pertama pada kelompok kontrol lebih kecil

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Diduga penyebabnya adalah kandungan gas

dari air berkarbonasi mula-mula akan memenuhi lambung (sifat gas memenuhi

ruangan yang ditempati) hal ini menunda pengosongan beberapa saat sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

96

akhirnya gas tersebut memberikan tekanan pada lambung (gastric distention) dan

diketahui bahwa yang memicu pengosongan lambung yang pada saat itu kondisinya

penuh. Namun lag time ini tidak menurunkan jumlah parasetamol yang diabsorpsi

secara keseluruhan pada kelompok perlakuan. Mekanismenya perubahan berupa

penurunan pada fase eliminasi sementara ini masih berupa dugaan yaitu bahwa terjadi

penurunan metabolisme parasetamol atau penurunan ekskresi parasetamol, ataukah

keduanya terjadi bersamaan.

Sementara dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengosongan lambung

pada kelompok perlakuan, meningkatkan laju absorpsi parasetamol dan menurunkan

jumlah parasetamol yang dieliminasi sehingga terjadi penurunan tmaks, peningkatan

Cmaks serta menjadikan kadar PU-plasma menjadi lebih besar. Penurunan tmaks dapat

berakibat onset parasetamol lebih cepat. Peningkatan Cmaks dapat berakibat pada

peningkatan intesitas kerja parasetamol ini. Sedangan kadar PU-plasma yang menjadi

lebih besar dapat pula memperbesar daya analgesik parasetamol.

2. Profil distribusi parasetamol

Profil distribusi parasetamol yang diperlihatkan oleh kelompok kontrol

maupun perlakuan nampaknya tidak menunjukkan perubahan yang berarti secara

statistik (p>0,05) yang berarti profil distribusi parasetamol tidak berubah dengan

adanya ait berkarbonasi. Secara umum dapat dilihat parameter distribusi Vdss, α , k12

dan k21 kelompok perlakuan tidak menunjukkan perubahan yang bermakna dibanding

kelompok kontrol. Meskipun demikian penurunan nilai Vdss pada kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

97

perlakuan dapat dipahami dengan sebagai akibat peningkatan PU-plasma.

Meningkatan PU plasma ini adalah salah satu faktor fisiologi yang mempengaruhi

nilai Vdss (tabel VI)

darahdalamobatkadartubuhdalamobatjumlahVd= (29)

Kecenderungan turunnya nilai Vdss ini juga dapat diperkirakan dengan turunnya nilai

tetapan distribusi campuran (α) lebih jelasnya dinyatakan dengan nilai k12 (tetapan

distribusi kompertemen sentral-perifer) dan k21 (tetapan distribusi kompartemen

perifer-sentral). Hubungan antara Vdss dengan k12 dan k21 tertera pada persamaan (8).

Penurunan hanya terjadi pada nilai k21 sbesar 13,21% (p> 0,05) sedangkan pada k12

relatif tidak ada perubahan sehingga nilai Vdss menjadi kecil. Namun pada akhirnya

semua perubahan itu memang tidak memberi kontribusi yang signifikan terhadap

profil distribusi parasetamol. Sehingga dapat dapat dikatakan bahwa secara fisiologi

faktor-faktor yang mempengaruhi profil distribusi parasetamol seperti ikatan

parsetamol-protein darah, ikatan parasetamol-jaringan dan partisi dalam dalam lemak

tidak dipengaruhi oleh adanya air berkarbonasi sehingga profil distribusi parasetamol

juga tak-terubah dengan adanya air berkarbonasi ini yang terlihat dengan tidak

adanya perubahan yang signifikan pada α, k12 maupun k21. Nilai Vdss berhubungan

pula dengan fraksi dosis yang terabsorpsi karena itu nilanya juga dinyatakan dalam

satuan fraksi obat yang terabsopsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

98

3. Profil eliminasi parasetamol

Pada pemberian air berkarbonasi ini, semua parameter eliminasi pada

kelompok perlakuan mengalami perubahan yang signifikan. Profil eliminasi

parasetamol dapat dilihat melalui nilai pembersihan totalnya (ClT) yang sering

disebut kliren (clearance) yang menggambarkan jumlah parasetamol yang

dibersihkan dari kompartemen sentral persatuan waktu. ClT merupakan parameter

farmakokinetik primer sehingga faktor fisiologi berpengaruh terhadap perubahan

nilanya. Terlihat bahwa pemberian air berkarbonasi menyebabkan penurunan nilai

ClT pada kelompok perlakuan (Tabel XVII ) sebesar 21,62% (p<0,05). Karena ClT

sendiri merupakan penjumlahan pembersihan oleh hati juga oleh ginjal. Berarti

`terdapat dugaan bahwa penurunan kliren ini terjadi akibat penurunan metabolisme

oleh hati dan atau ekskresi oleh ginjal.

Penurunan ClT juga berhubungan peningkatan kadar PU-plasma (ditandai

dengan peningkatan nilai ) dan fraksi dosis yang terabsorpsi (f). Hubungan

Cl

∞−0AUC

T dengan dijelaskan dengan secara matematis seperti dituliskan pada

persamaan (14) dimana nilai Cl

∞−0AUC

T berbanding terbalik dengan nilai . Seperti

halnya nilai C

∞−0AUC

maks dan Vdss, kliren juga nilainya dinyatakan sebagai satuan fraksi dosis

yang terabsorpsi. Selain itu ClT karena kliren menyatakan jumlah obat yang

dibersihkan dari kompartemen sentral, maka ClT juga terkait dengan Vc. Secara

matematis ditulis pada persamaan (14) bahwa kliren merupakan hasil perkalian Vc

dan k13. Sehingga ketika nilai Vc (yang nilainya sebanding dengan Vdss) dan k13 pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

99

kelompok perlakuan mengalami penurunan dapat maka dimengerti mengapa nilai ClT

juga turun.

Bagaimana mekanisme penurunan eliminasi parsetamol tersebut masih

merupakan dugaan. Nilai ClT salah satunya dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah

dari kompartemen sentral ke tempat eliminasi karena itu juga merupakan fungsi

kecepatan laju absorpsi. Pemberian air berkarbonasi, seperti telah ditulis pada awal

saat membahas profil absorpsi, menyebabkan peningkatan kecepatan pengosongan

lambung yang berakibat pada peningkatan laju absorpsi, Cohen dkk. (1974) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan laju absorpsi mempengaruhi jumlah

parasetamol yang mengalami first-pass effect. Dinyatakan bahwa semakin cepat laju

absorpsi parasetamol (diwakili dengan kadar parasetamol yang semakin besar dalam

medium perfusi) maka fraksi yang dimetabolisme melalui mekanisme first-pass effect

semakin berkurang (dinyatakan dengan penurunan fraksi parasetamol yang

dimetabolisme seperti tertera pada tabel VI). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa

laju absorpsi juga semakin cepat maka diduga jumlah parasetamol yang mengalami

biotransformasi melalui peristiwa first pass effect pada hati juga berkurang seperti

pernyataan diatas sehingga menyebabkan nilai ClT menurun. Namun perlu diingat

bahwa nilai ClT mewakili proses biotransformasi maupun ekskresi, maka juga

terdapat kemungkinan bahwa penurunan nilai ClT ini disebabkan karena penurunan

ekskresi parasetamol.. Untuk membuktikan apakah yang terjadi adalah penurunan

biotransformasi parasetamol ataukah penurunan ekskresi parasetamol atau bahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

100

kedua-duanya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme yang

terjadi pada penurunan pembersihan total tersebut. Dengan mempertimbangkan

peningkatan laju absorpsi parasetamol dan penurunan eliminasi parasetamol, maka

logis bila terjadi peningkatan nilai dan penurunan nilai Vd∞−0AUC ss. Untuk

sementara ini diduga bahwa penurunan ClT disebabkan karena peningkatan laju

absorpsi parasetamol disertai penurunan metabolisme parasetamol dan atau

penurunan eksresi parasetamol.

Penurunan ClT pada kelompok perlakuan menyebabkan perpanjangan waktu

paruh eliminasinya (t½ eliminasi) sebesar 42,55% (p< 0,05). Hubungan antara dengan

t½ el , Vdss dan ClT dijelaskan pada persamaan (18). Air berkarbonasi menurunkan

nilai Vdss namun tidak secara bermakna, sedang nilai ClT menurun. Dengan

demikian waktu paruh eliminasi (t½ eliminasi) menjadi lebih panjang. Nilai t½ eliminasi

parasetamol kelompok kontrol berkisar antara 167-175 menit, sedangkan pada

kelompok perlakuan berkisar 222-267 menit. Namun pada umumnya perpanjangan

nilai t½ eliminasi yang mencapai 4 jam meningkatkan resiko hepatotoksisitas pada

pemakaian jangka panjang parasetamol. Maknanya, pemberian air berkarbonasi

diduga menyebabkan penurunan profil eliminasi pada parasetamol yang ditandai

dengan penurunan ClT dan perpanjangan waktu paruh eliminasi yang mungkin dapat

meningkatkan resiko hepatotoksisitas parasetamol pada pemakaian dosis berganda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data-data yang didapatkan dan uraian analisis hasil

peroleh beberapa kesimpulan

1. Air berkarbonasi mempengaruhi profil farmakokinetik parasetamol terutama

profil absorpsi dan profil eliminasi parasetamol sedangkan profil distribusi

parasetamol tidak terpengaruh secara signifikan.

2. Besarnya pengaruh tersebut dinyatakan bentuk prosentase (%) perubahan

parameter-parameter farmakokinetik pada profil absorpsi dan eliminasi sebagai

berikut:

a. Parameter profil absorpsi, ka meningkat 131,61%; tmaks memendek

sebesar 29,42% ; Cmaks naik 27,74% dan AUC 0-~ naik 28,35% (p <0,05).

b. Parameter profil eliminasi ,ClT menurun 21,62%; β menurun 15,00%;

k13 menurun13,04%; t½ el memanjang 42,55%; MRT memanjang 18,08% ( p<

0,05)

3. Pengaruh pada profil absorpsi yaitu tmaks yang memendek dan Cmaks yang

meningkat mungkin dapat mempercepat onset dan intensitas kerja parasetamol.

Selain itu peningkatan jumlah PU-plasma yang ditandai dengan peningkatan

AUC 0-~ kemungkinan dapat meningkatkan daya analgesik parasetamol.

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

102

Sedangkan pengaruh pada profil eliminasi terutama perpanjangan waktu paruh

eliminasi parasetamol kemungkinan dapat menyebabkan akumulasi kadar obat

dalam tubuh pada pemakaian dosis berganda. Kombinasi kedua hal tersebut

diduga meningkatkan resiko terjadinya hepatotoksisitas pada pemakaian dosis

berganda.

B. Saran

Tujuan penelitian ini salah satunya untuk menjelaskan bagaimana pengaruh

air berkarbonasi terhadap profil farmakokinetika parasetamol, karena itu akan lebih

baik bila dilakuan :

1. Penetapan kadar PU-plasma pada pemberian intravena agar dapat diperoleh data

fraksi parasetamol yang terabsorpsi pada pemberian secara ekstravaskuler

(peroral)

2. Penelitian tentang mekanisme penurunan ClT parasetamol tersebut.

3. Penelitian penyebab antaraksi tersebut yang berkaitan dengan peringkat dosis

lama waktu pemberian air berkarbonasi.

4. Sebaiknya juga dilakukan pengujian mengenai efek air berkarbonasi tersebut

terhadap daya analgesik parasetamol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

103

DAFTAR PUSTAKA

American Medical Association (AMA), 1994, Drug Evaluation Annual 1994, 123, Division of Drug and Toxicology, USA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 649, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta Anonim,2002, Carbonated Water,http://en.wikipedia.org/wiki/Carbonated_water,

Diakses tanggal 2 Maret 2006 Anonim, 2004, A to Z Drug Facts, 5th ed., 7-8, Facts and Comparison, Missouri,

USA Anonim, 2005, Drug Information for the Health care Professionals, Volume I,

25th ed., 10, Thomson MICROMEDEX, USA Bagnall, W.E., Kelleher. J., Walker, B.E., and Losowaky, M.S., 1979, The

Gastrointestinal Absorbtion of Paracetamol in Rat. J. Pharm. Parmacol., 31, 157 -160

Mayersohn, M., 2002, Principles of Drug Absorption in Banker, G. S., and

Rhodes, C. T., (Editor), Modern Pharmaceutics, 4th Ed, 40 - 52, Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., New York.

Bowman. W.C., and Rand, M.J., 1990, Textbook of Pharmacology, 2nd ed.,

Blackwell Scientific Publication, Cambridge Bruice, P.Y., 1998, Organic Chemistry, 2nd ed., Prantice hall-Inc., New Jersey,

947-948 Clarke, E.G.C., 1969, Isolation and Identification of Drugs, in Pharmaceutical,

Body Fluids and Post-Mortem Material 465, The Pharmaceutical Press, London

Clements, J.A., Critchley, J.A.J.H., and Prescott, L.F., 1983, The Effect of Dose

on the Pharmacokinetics and Absolute Bioavailability of Oral Paracetamol, J.Pharm. Pharmacol., Suppl., 11p

Cohen, G.M., Bake, O.M., and Davies, D.S., 1974, “First-pass” Metabolism of

Paracetamol in Rat Liver, J.Pharm. Pharmacol.,26, 348-351 Darmansjah, I.,1999, Pasien Demam Jangan Diselimuti, http://www.depkes.

go.id?index.php?option=articles& task. Diakses tanggal 8 Maret 2006

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

104

Dollery, S.C.,1991, Therapeutics Drug, 13-15, Churcill Livingstone, New York Donatus, I.A., Sutjipto, N.S., dan Sarjiman, 1982, Pengaruh Vitamin E Terhadap

Nekrosis Hepar Tikus Putih Jantan Akibat Pemberian Karbon Tetraklorida, Parasetamol dan Asoniazidum, Laporan Penelitian Proyek PPT-UGM, I/L, 1-33

Donatus, I.A., 1984, Parasetamol: Kinetika Absorbsi, Distribusi, dan

Eliminasinya pada Tikus Putih Jantan dalam Keadaan Defisiensi Vitamin E, Tesis, Fakultas Pascasarjana UGM, Yogyakarta

Donatus, I.A., 1994, Antaraksi Kurkumin dengan Parasetamol: Kajian Terhadap

Aspek Farmakologi dan Toksikologi Perubahan Hayati Parasetamol, Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Fulton, B., James, O., and Rawlins, M.D., 1979, The Influence of Age on The

Parmacokinetics of Paracetamol, Proceeding of the B.P.S. Gibaldi, M., 1984, Biopharmaceutics and Clinical Pharmacology,3rd ed. , 30-40,

Lea & Febiger inc., Philadelphia Gibson, G.G. and Skett, P., 1991, Introduction to Drug Metabolism,

diterjemahkan oleh Iis Aisyah B., 189-190, UI Press, Jakarta Glyn, J.P. and Kendall, S.E., 1975, Paracetamol measurement, Lancet, 1147-1148 Gritter, R.J., Bobbit, J.M., and Schwarting, A.E., 1985, Introduction to

Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, edisi II, 205-219, Penerbit ITB, Bandung.

Hardam, J.G., Gilman, A.F., and Limbird, G.G., 1996, Goodman and Gilman’s

“The Pharmalogical basis of Therapeutics” ,9th ed., 631-632, The Mc.Graw-Hill Companies, New York

Hermansaksono, 2005, Berbahayakah Minum Bodrex Dicampur Coca-Cola,

http://hermansaksono.blogspot.com, Diakses tanggal 8 Maret 2006 Howie, D., Adriaenssens, P.I., and Prescott, l.F., 1977, Paracetamol Metabolism

Following Overdosage: Application of High Performance Liquid Chromatography, J. Pharm.Pharmacol., 29, 235-237

Kaplan, S.A., 1973, Biopharmeceutics in the preformulation stages of drug. In

James Swarbrick (Editor) Current Concepts in Pharmaceutical Sciences Dosages Form Design and Bioavailability, Lea & Febiger, Philadelphia

Katzung, B.G.(Editor), 2001, Basic and Clinical Pharmacology, 6th ed., 37, The

Mc.Graw-Hill Companies, USA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

105

Lacy., C.F., Armstrong, L.L. Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2003, Drug

Information, 11th ed., 25, Lexi-Comp, Ohio Makoid, M. and Cobby, J., 2000, Basic Pharmacokinetics, 1st ed., The

Virtual University Press, http://pharmacy.creighton.edu/pha443/pdf/ Chapter I

Mc Givelray, I.J., and Mattok, G.L.,1972, Some Factors Affecting the Absorbtion

of Paracetamol, J. Pharm. Pharmacol., 24, 615-619 Mitchell, J.R., Jollow, D.J., Potter, W.Z., Gillette, J.R., and Brodie, B.B., 1973,

Acetaminophen-Induced Hepatic Necrosis i.v., Protective Role of Glutatione, J.Pharm. Exp.Ther.,187,1, 211-217

Mulja, M., dan Suhaman, 1995, Analisis Instrumental, 1-59, 238, Airlangga

University Press, Surabaya Murray, Robert K.,Granner, Daryl k., Mayes, Peter A., and Rodwell, Victor W.,

1995, Biokimia Harper, alih bahasa oleh Devy H.Ronardi, ed. 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Notari, R.E., 1980, Biopharaceutics and Clinical Pharaceutics An Introductions,

4th ed., 295-298, Marcel Dekker Inc., New York Noegrahati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, dalam Noegrohati, S dan Narsito,

(Eds.), Risalah Prinsip dan Aplikasi Beberapa Teknik Analisis Instrumental, 16-17, Laboratorium Analisis Kimia dan Fisika Pusat UGM, Yogyakarta.

Pearce, E.C., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, diterjemahkan oleh

Sri Yuliani Handoyo, 133, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Poedjiadi, Anna, 2006, Dasar - Dasar Biokimia,109-115, UI-Press, Jakarta Pond, S.M., 1984, Pharmacokinetic Drug Interaction, in Benett, L.Z., Mossoud,

N., and Gambertoligo, J.G., (Editors), Pharmacokinetics Basic for Drug Treatment, 195-197, Raver Press, New York

Pottage, A., Nimmo, J., and Prescott., L.F., 1974, The Absorbtion of Aspirin and

Paracetamol in Patients with Achlorhydria, J.Pharm. Pharmacol., 26, 144-145

Prescott, L.F., 1971, Gas Liquid Chromatographic Estimation of Paracetamol,

J.Pharm. Pharmacol., 23, 807-808

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

106

Ritschel, W.A., 1992 , Handbook of basic pharmacokinetics, 4th ed.Drug Intelligence Publications, Inc., Hamilton

Rowland, M. And Tozer, T.N., 1995, Clinical Pharmacokinetics, Concepts and

Applications, 3rd ed., 184-186, Lea & Febiger Inc., Philadhelphia Smith, R.V., and Stewart, J.T., 1981, Textbook of Biopharmaceutic Analysis, Lea

& Febiger, Philadelphiami Stringer, J.L., 2001, Basic Concepts in Pharmacology : A Student’s Survival

Guides, 2nd ed., 254-255, Mc-Graw Hill, New York Shargel, L., Wu-Pong, S., and Yu, Andrew B.C., 2005, Applied

Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 5th ed., 387-391, Mc.Graw Hill, New York

Skoog, D.A., Holler, F.J., and Nieman, T.A., 1998, Principles of Instrumental

Analysis, 5th ed., Harcourt Bace College, Philadelphia Sriyanto,Yuwono, V.P., Donatus., I.A. dan Mulyono, 1983, Pengaruh Vitamin E

Terhadap Beberapa Parameter Farmakokinetik Parasetamol pada Kelinci Putih Jantan. Makalah pada Kongres Ilmiah Farmasi, IV,1-11

Stockely, I.H., 1994, Drug Interactionn”A source Book of Adverse Interactions,

Their Mechanisms, Clinical Importance and Management, 3rd ed., 1-11, Blackwell Science, London

Suryawati, S., dan Donatus, I.A., 1998, Ketersediaan Hayati Obat pada Manusia,

Kursus Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Tozer, T.N., 1979, Pharmacokinetics and Relevant to Bioavailability Studies. In

Blancherd J., Sawhuck, R.J., & Brodie, B.B. (Eds.), Principles and Perspective in Drug Bioavailability, S. Karger AG, Basel

Wagner, J.G., 1975, Fundamental of Clinical Pharmacokinetics, 1st ed., 24,102-

106, 380, 381, Drug Intelligence Publications, Inc., Hamilton Wode, A. et al., (editor), 1986, Clarke’s Isolation and Identification of Drugs in

Pharmaceutical, Body Fluids and Post-Mortem Material, 2nd ed., 849 Pharmaceutical Press, London

Whitehouse, L.W., Wong, L.T., Solomonray, G., Paul, C.J., and Thomas, B.H.,

1981, N-acetylcystein-induced Inhibition of Gastric Emptying: a Mechanism Affording Protection to Mice from the Hepatotoxicity of Concomitantly Administered Acetaminophen, Toxicology, 19, 113-125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

107

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

108

Lampiran 1. Perhitungan dan penimbangan pembuatan kurva baku parasetamol Penimbangan parasetamol Kertas = 28,51303 g Kertas + zat = 28,61305 g Kertas + sisa = 28,51304 g Zat = 0,10001 g 1. Pembuatan larutan induk parasetamol Melarutkan sebanyak 0,10001 g parasetamol dalam 100 ml akuabides sehingga konsentrasi larutan adalah :

mlmg

mlg

10001,100

10010001,0

= = 1,0001 mg/ml = 1000,1 μg/ml

2. Pembuatan seri kadar larutan intermediet parasetamol Memipet 0,15 ; 0,25 ; 0,5 1,0; 1,5; 2,0; 3,0; dan 4,0 ml larutan induk parasetamol, lalu memasukkan ke dalam labu 10,0 ml dan menambahkan akuabides sampai tanda.

Tabel XVIII. Seri Kadar Larutan Intermediet Kurva Baku Parasetamol Volume larutan induk

yang diambil (ml) Kadar larutan

intermediet (μg/ml)

0,15 15,0015 0,25 25,0025 0,50 50,0050 1,0 100,0100 1,5 150,0150 2,0 200,0200 3,0 300,0300 4,0 400,0400

3. Pembuatan seri kadar larutan parasetamol dalam plasma Mempipet 0,25 ml dari tiap seri kadar larutan baku dan selanjutnya menambahkannya pada 0,25 ml plasma dan diperlakukan lebih lanjut sampai didapatkan serapan parasetamol dalam plasma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

109

Tabel XIX. Data Persamaan Kuva baku

Kadar larutan parasetamol dalam plasma (μg/ml)

Luas Area (AUC)

7,5007 286857 12,501 340097 12,0025 619447 50,0050 1093044 75,0075 1588445 100,0100 2076294 150,0150 2990392 200,0200 4073873 Slope (B)

Intercept (A) Corr.Coeff. (r)

Persamaan kurva baku

117131,5808 19560,5531

0,9997 Y = 19560,5531 X + 117131,5808*

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

110

Lampiran 2. Contoh data dan perhitungan pembuatan larutan parasetamol pada penentuan nilai perolehan kembali, kesalahan sistemik dan kesalahan acak Penimbangan parasetamol Kertas = 33,48099 g Kertas + zat = 33,58099 g Kertas + sisa = 33,48101 g Zat = 0,09998 g 1. Pembuatan larutan induk parasetamol Melarutkan sebanyak 0,10001 g parasetamol dalam 100 ml akuabides sehingga konsentrasi larutan adalah :

mlmg

mlg

10098,99

10009998,0

= = 0,9998 mg/ml = 999,8 μg/ml

2. Pembuatan seri kadar larutan intermediet parasetamol Memipet 0,25 ml dan 1,0 ml larutan induk parasetamol, lalu memasukkan ke dalam labu 10,0 ml dan menambahkan akuabides sampai tanda. 3. Pembuatan seri kadar larutan parasetamol dalam plasma Mempipet 0,25 ml dari tiap seri kadar larutan intermediet dan menambahkannya pada 0,25 ml plasma. Selanjutnya diperlakukan lebih lanjut seperti sampai didapatkan serapan parasetamol dalam plasma Tabel XX.Contoh perhitungan kadar larutan parasetamol pada penentuan nilai

perolehan kembali, kesalahan sistemik dan kesalahan acak Hasil Pengukuran Volume

larutan induk yang

diambil (ml)

Kadar larutan intermediet

yang diharapkan

(μg/ml)

Kadar larutan

intermediet terhitung (μg/ml)

Luas Area (AUC)

Kadar terukur*

0,25 25,0000 24,9950 596106 24,4868 1,0 100,0000 100,9800 2007968 96,6558

*dihitung dengan persamaan kurva baku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

111

Lampiran 3. Contoh perhitungan dosis awal untuk orientasi dosis LD50 pada tikus = 3000 mg/kgBB (Michell et al., 1973;

Donatus, Sutjipto & Sarjiman, 1982). Dosis orientasi 1 = 10 % x LD50

= 300010010 x mg/kgBB

= 300 mg/kg BB Misal: BB tikus = 0,2400 kg

Konsetrasi larutan obat = 20 mg/ml

Volume obat yang diberikan pada tikus = C

BBxD

= kgmgxkgBBmg

/202400,0/300

= 3,6 ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

112

Lampiran 4. Kromatogram kurva baku parasetamol dalam plasma*

(*menggunakan kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 15cm)

A. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 7,5 µg/ml

B. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 12,5 µg/ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

113

C. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 25 µg/ml

D. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 50 µg/ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

114

E. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 75 µg/ml

F. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 100 µg/ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

115

G. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 150 µg/ml

H. Kromatogram parasetamol dalam plasma kadar 200 µg/ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

116

Lampiran 5. Contoh kromatogram kelompok kontrol* (*contoh diambil dari kontrol 3, menggunakan kolom HPLC NOVA PACKTM C18 panjang 30 cm)

A. Kromatogam kontrol menit ke-0

B. Kromatogam kontrol menit ke-5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

117

C. Kromatogam kontrol menit ke-10

D. Kromatogam kontrol menit ke-20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

118

E. Kromatogam kontrol menit ke-30

F. Kromatogam kontrol menit ke-45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

119

G. Kromatogam kontrol menit ke-60

H. Kromatogam kontrol menit ke-90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

120

I. Kromatogam kontrol menit ke-120

J. Kromatogam kontrol menit ke-180

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

121

K. Kromatogam kontrol menit ke-240

L. Kromatogam kontrol menit ke-300

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

122

M. Kromatogam kontrol menit ke-360

N. Kromatogam kontrol menit ke-420

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

123

Lampiran 6. Contoh kromatogram kelompok perlakuan*

(*contoh diambil dari perlakuan 3, menggunakan kolom HPLC NOVA PACK™ C18 panjang 30 cm)

A. Kromatogram perlakuan menit ke-0

B. Kromatogram perlakuan menit ke-5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

124

C. Kromatogram perlakuan menit ke-10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

125

D. Kromatogram perlakuan menit ke-20

E. Kromatogram perlakuan menit ke-30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

126

F. Kromatogram perlakuan menit ke-45

G. Kromatogram perlakuan menit ke-60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

127

H. Kromatogram perlakuan menit ke-90

I. Kromatogram perlakuan menit ke-120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

128

J. Kromatogram perlakuan menit ke-180

K. Kromatogram perlakuan menit ke-240

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

129

L. Kromatogram perlakuan menit ke-300

M. Kromatogram perlakuan menit ke-360

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

130

N. Kromatogram perlakuan menit ke-420

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

131

Lampiran 7. Contoh perhitungan dosis dan volume air berkarbonasi

Tabel XXI. Konversi perhitungan dosis antar jenis subyek

Mencit 20 g

Tikus 200 g

Marmot 400 g

Kelinci 1,5 kg

Kera 4 kg

Anjing 12 kg

Manusia 70 kg

Mencit 20 g 1,0 7.0 12.25 27.8 64.1 124.2 387.9 Tikus 200 g 0.14 1.0 1.74 3.9 9.2 17.8 56.0 Marmot 400 g 0.08 0.57 1.0 2.25 5.2 10.2 31.5 Kelinci 1,5 kg 0.04 0.25 0.44 1.0 2.4 4.5 14.2 Kera 4 kg 0.016 0.11 0.19 0.42 1.0 1.9 6.1 Anjing 12 kg 0.008 0.06 0.10 0.22 0.52 1.0 3.1 Manusia 70 kg 0.0026 0.018 0.031 0.07 0.16 0.32 1.0

Konsentrasi air berkarbonat pada sediaan

= 1.10 g/L = 1,10 mg/ml Volume rata-rata air berkarbonat yang diminum oleh manusia (n=10)

= ( )ml10

35656045809560855035 +++++++++

= 61 ml

Betrat badan rata-rata subyek (n=10)

= kg10

7072676065685346504947⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ++++++++++

= 58,7 kg Faktor konversi manusia ke tikus = 0,018 Dosis air berkarbonat untuk tikus (200 g)

= 1,10(mg/ml) x 60(ml) x 0,018 x 60

758.

= 1,1623 mg /200 g = 5,8115 mg/ kg BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

132

Volume air berkarbonat yang diberikan untuk tikus (missal BB : 0,2372 kg)

ml1,2532mg/ml1,10

kg0,2372xBB kgmg/ 5,8115C

BBxD

=

=

=

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

132

Lampiran 8. Data kadar parasetamol dalam plasma pada berbagai waktu

Tabel XXII. Data kadar parasetamol dalam plasma dalam berbagai waktu

Kontrol*(μg/ml) Perlakuan*(μg/ml) Menit 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 39.2496 84.3949 40.4027 64.1042 49.0938 32.7790 73.3182 31.4604 61.7788 25.4349 10 60.9298 87.7013 68.9149 76.3605 68.2986 106.5274 105.4129 91.1166 84.1867 106.697120 78.9082 92.3139 76.9044 93.9727 85.192 111.6965 108.7181 93.5451 104.5360 111.229130 85.0677 98.3285 88.4265 102.7170 92.9228 102.3632 108.0632 91.749 101.6930 102.967645 86.0787 87.1400 82.5204 90.6760 84.3988 94.3356 101.1240 84.7817 105.8119 94.4964 60 79.8720 81.8458 76.3597 85.7220 75.1330 88.6264 92.9922 82.9121 100.3367 86.2403 90 73.1153 72.6898 64.1983 77.6643 68.7925 80.1815 85.7433 76.2403 93.8786 80.7278 120 65.2537 63.4935 59.5167 69.9271 60.9859 75.4370 78.3817 65.5680 85.1817 76.5550 180 45.8196 44.1446 45.1614 59.4088 45.0178 58.5422 60.0900 54.9539 68.8786 60.6826 240 29.0580 34.6176 37.7791 37.8707 37.2092 42.2490 45.5020 42.3923 45.0564 43.7906 300 25.1099 22.9030 22.7775 23.4088 23.2478 29.8057 31.8146 27.0478 28.3312 31.0508 360 20.9495 16.0329 16.5026 19.1276 18.0136 21.7447 24.2288 23.1361 24.1459 23.1292 420 14.4677 13.6059 14.0832 14.3569 14.3137 19.4157 20.4725 18.8760 19.3450 20.9354 * Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB+ air. Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonat 5,8115 mg/kg BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

133

Lampiran 9. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

KONTROL

0

40

80

120

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Kontrol 1 Kontrol 2 Kontrol 3 Kontrol 4 kontrol 5

A

PERLAKUAN

0

40

80

120

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4 Perlakuan 5

B

Gambar 21. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol (A) dan kelompok perlakuan (B)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

134

Lampiran 10. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu

KONTROL

0

3

6

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Kontrol 1 Kontrol 2 Kontrol 3 Kontrol 4 Kontrol 5

A

PERLAKUAN

0

3

6

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4 Perlakuan 5

B

Gambar 22. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol

(A) dan kelompok perlakuan (B)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

135

Lampiran 11. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu untuk tiap– tiap pasang subyek uji

KONTROL 1- PERLAKUAN 1

0

40

80

120

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Kontrol 1 Perlakuan 1

A

Gambar 23a. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1

KONTROL 2 - PERLAKUAN 2

0

40

80

120

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Kontrol 2 Perlakuan 2

B

Gambar 23b. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 2 – perlakuan 2

KONTROL 3 - PERLAKUAN 3

0

40

80

120

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Kontrol 3 Perlakuan 3

C

Gambar 23c. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 3 – perlakuan 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

136

KONTROL 4 - PERLAKUAN 4

0

40

80

120

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

Kontrol 4 Perlakuan 4

D

Gambar 23d. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 4 – perakuan 4

KONTROL 5 - PERLAKUAN 5

0

40

80

120

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

Kad

ar p

aras

etam

ol

(ug/

ml)

kontrol 5 Perlakuan 5

E

Gambar 23e. Kurva kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 5 – perlakuan 5 (E)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

137

Lampiran 12. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu untuk tiap – tiap pasang kontrol-perlakuan

KONTROL 1 - PERLAKUAN 1

0

3

6

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

ln K

adar

par

aset

amol

(u

g/m

l)

Kontrol 1 Perlakuan 1

A

Gambar 24a. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 1- perlakuan 1

KONTROL 2 - PERLAKUAN 2

0

3

6

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

ln K

adar

par

aset

amol

(u

g/m

l)

Kontrol 2 Perlakuan 2

B

Gambar 24b. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 2 – perlakuan 2

KONTROL 3 - PERLAKUAN 3

0

3

6

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

ln K

adar

par

aset

amol

(u

g/m

l)

Kontrol 3 Perlakuan 3

C

Gambar 24c. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 3 – perlakuan 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

138

KONTROL 4 - PERLAKUAN 4

0

3

6

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

ln K

adar

par

aset

amol

(u

g/m

l)

Kontrol 4 Perlakuan 4

D

Gambar 24d. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 4 – perakuan 4

KONTROL 5 - PERLAKUAN 5

0

3

6

0 100 200 300 400 500

Waktu (menit)

ln K

adar

par

aset

amol

(u

g/m

l)

Kontrol 5 perlakuan 5

E

Gambar 24e. Kurva ln kadar parasetamol dalam plasma lawan waktu pada kelompok kontrol 5 – perlakuan 5 (E)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

139

Lampiran 13. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol.

Tabel XXIII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 1 Menit ke- Konsentrasi(µg/ml) Residual Residual

0 0 -75,71 -109,66 5 39,25 -35,04 -67,74 10 60,93 -11,97 -43,46 20 78,91 8,72 -20,49 30 85,07 17,49 -9,60 45 86,08 22,23 - 60 79,87 19,23 - 90 73,11 19,55 - 120 65,25 19,28 - 180 45,82 17,20 - 240 29,06 7,54 - 300 25,14 - - 360 20,95 - - 420 14,47 - -

Slope : -0,004 Slope : -0,008 Intercept : 75,713 Intercept : 33,951 R value : -0,974 R value : -0,930 Half Life: 182,947 Half Life: 92,088 N(1) : 5 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,999 N(2) : 5 A(2) : 33,951 B(2) : - 0,008 r(2) : -0,930 N(3) : 4 A(3) : 75,713 B(3) : - 0,004 r(3) : -0,974 AIC : 8,70 Absorbtion half life : -8,642 SS : 135,239 Half Life (2) : 92,088 Lag time : - Elimination Half Life : 182,974 AUC (0-Tn) : %18414,10 AUMC : %5380662,50 AUC (0-inf) : %22232,65 MRT : 242,02 AUC (Tn-inf) is : 17,18 % of AUC (0-inf)

Dose Entered : 74911 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 815,414 Calculated Cmax : 86,18 Total Clearance : 3,3694 T max : 42,00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

140

Tabel XXIV. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 2 Menit ke- C Residual Residual

0 0 -81,54 -112,60 5 84,39 4,60 -25,40 10 87,70 9,62 -19,31 20 92,31 17,55 -9,35 30 98,33 26,74 - 45 87,14 20,07 - 60 81,85 19,00 - 90 72,69 17,51 - 120 63,49 15,05 - 180 44,15 6,81 - 240 34,62 5,84 - 300 22,90 - - 360 16,03 - - 420 13,61 - -

Slope : -0,004 Slope : -0,007 Intercept : 81,540 Intercept : 31,122 R value : -0,978 R value : -0,975 Half Life: 159,722 Half Life: 95,061 N(1) : 4 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,925 N(2) : 7 A(2) : -0,007 B(2) : 31,122 r(2) : -0,975 N(3) : 3 A(3) : -0,004 B(3) : 81,540 r(3) : -0,978 AIC : 118,27 Absorbtion half life : -6,157 SS : 1980,354 Half Life (2) : 95,061 Lag time : - Elimination Half Life : 159,722 AUC (0-Tn) : %18888,57 AUMC : % 4714929,00 AUC (0-inf) : % 22023,79 MRT : 214,18 AUC (Tn-inf) is : %14,26 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 72930 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 709,225 Calculated Cmax : 94,78 Total Clearance : 3,31142 T max : 29,40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

141

Tabel XXV. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 3

Menit ke- C Residual Residual 0 0 -73,73 -97,31 5 40,40 -31,87 -57,93 10 68,92 1,92 -24,48 20 76,90 8,85 -12,74 30 88,43 23,04 - 45 82,52 20,95 - 60 76,36 18,38 - 90 64,20 12,79 - 120 59,52 13,93 - 180 45,16 9,31 - 240 37,78 9,59 - 300 22,78 - - 360 16,50 - - 420 14,08 - -

Slope : -0,004 Slope : -0,004 Intercept : 73,734 Intercept : 23,577 R value : -0,981 R value : -0,929 Half Life: 173,002 Half Life: 157,989 N(1) : 4 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,981 N(2) : 7 A(2) : 23,577 B(2) : 0,004 r(2) : -0,929 N(3) : 3 A(3) : 73,734 B(3) : 0,004 r(3) : -0,981 AIC : 81,80 Absorbtion half life : -6,755 SS : 278,433 Half Life (2) : 157,989 Lag time : - Elimination Half Life : 173,002 AUC (0-Tn) : %17909,08 AUMC : %5037504,00 AUC (0-inf) : %21242,09 MRT : 235,14 AUC (Tn-inf) is : % 16,41 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 72360 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 794,160 Calculated Cmax : 81,99 Total Clearance : 3.3775 T max : 37,8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

142

Tabel XXVI. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 4 Menit ke- C Residual Residual

0 0 -80,60 -114,85 5 64,10 -14,87 -48,27 10 76,36 -19,68 -33,59 20 93,97 31,39 -11,29 30 102,72 23,58 - 45 90,68 22,60 - 60 85,72 21,81 - 90 77,66 20,50 - 120 69,93 20,70 - 180 59,41 7,55 - 240 37,87 - - 300 23,41 - - 360 19,13 - - 420 14,36 - -

Slope : -0,004 Slope : -0,005 Intercept : 80,598 Intercept : 34,256 R value : -0,995 R value : -0,866 Half Life: 170,139 Half Life: 137,460 N(1) : 4 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,991 N(2) : 7 A(2) : 34,256 B(2) : -0,005 r(2) : -0,866 N(3) : 3 A(3) : 80,598 B(3) : -0,004 r(3) : -0,995 AIC : 98,84 Absorbtion half life : -6,128 SS : 494,223 Half Life (2) : 137,460 Lag time : - Elimination Half Life : 170,139 AUC (0-Tn) : %20702,11 AUMC : %5376326,00 AUC (0-inf) : %24,226 MRT : 221,92 AUC (Tn-inf) is : % 14,55 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 72000 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 659,553 Calculated Cmax : 97,23 Total Clearance : 2,9720 T max : 33,60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

143

Tabel XXVII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok kontrol 5 Menit ke- C Residual Residual

0 0 -77,83 -101,58 5 49,09 -27,18 -50,31 10 68,30 -6,45 -28,97 20 85,19 13,41 -3,95 30 92,93 23,98 - 45 84,40 19,51 - 60 75,13 14,06 - 90 68,79 14,70 - 120 60,99 13,07 - 180 45,02 7,24 - 240 37,21 7,71 - 300 23,25 - - 360 18,01 - - 420 14,31 - -

Slope : -0,004 Slope : -0,005 Intercept : 77,828 Intercept : 23,757 R value : 1,000 R value : -0,937 Half Life: 171,503 Half Life: 129,983 N(1) : 4 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,999 N(2) : 7 A(2) : 23,757 B(2) : -0,005 r(2) : -0,937 N(3) : 3 A(3) : 77,828 B(3) : -0,004 r(3) : -1,000 AIC : 77,17 Absorbtion half life : -5,493 SS : 105,098 Half Life (2) : 129,983 Lag time : - Elimination Half Life : 171,503 AUC (0-Tn) : %18374,49 AUMC : %5105352,00 AUC (0-inf) : %21916,08 MRT : 232,95 AUC (Tn-inf) is : % 16,16 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 72870 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 776,577 Calculated Cmax : 86,99 Total Clearance : 3,29074 T max : 33,60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

144

Lampiran 14. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan

Tabel XXVIII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 1 Menit ke- C Residual Residual

0 0 -84,18 -117,87 5 32,78 -49,88 -82,61 10 106,53 25,33 -6,44 20 111,70 33,35 - 30 102,36 26,77 - 45 94,34 22,68 - 60 88,63 20,71 - 90 80,18 19,17 - 120 75,44 20,63 - 180 58,54 14,30 - 240 42,25 6,54 - 300 29,81 - - 360 21,74 - - 420 19,42 - -

Slope : -0,004 Slope : -0,006 Intercept : 84,143 Intercept : 33,723 R value : -0,965 R value : -0,943 Half Life: 194,060 Half Life: 116,249 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,917 N(2) : 8 A(2) : 84,143 B(2) : -0,006 r(2) : -0,943 N(3) : 3 A(3) : 33,723 B(3) : -0,004 r(3) : -0,965 AIC : 130,32 Absorbtion half life : -2,384 SS : 4680,828 Half Life (2) : 116,249 Lag time : 1,25 Elimination Half Life : 194,060 AUC (0-Tn) : %22291,59 AUMC : %7173039,00 AUC (0-inf) : %27727,37 MRT : 258,70 AUC (Tn-inf) is : % 19,60 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 71160 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 663,933 Calculated Cmax : 108,28

Total Clearance : 2,56642 T max : 22,25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

145

Tabel XXIX. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 2 Menit ke- C Residual Residual

0 0 -94,13 -121,00 5 73,32 -19,10 -45,28 10 105,41 14,65 -10,83 20 108,72 21,25 - 30 108,06 23,75 - 45 101,12 21,33 - 60 92,99 17,48 - 90 85,74 18,11 - 120 78,38 11,50 - 180 60,09 6,52 - 240 45,50 - - 300 31,81 - - 360 24,23 - - 420 20,47 - -

Slope : -0,004 Slope : -0,005 Intercept : 94,133 Intercept : 26,866 R value : -0,991 R value : -0,952 Half Life: 188,679 Half Life: 133,111 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,994 N(2) : 8 A(2) : 26,866 B(2) : -0,005 r(2) : -0,952 N(3) : 3 A(3) : 94,133 B(3) : -0,004 r(3) : -0,991 AIC : 86,900 Absorbtion half life : -2,872 SS : 210,600 Half Life (2) : 133,111 Lag time : 0,30 Elimination Half Life : 188,679 AUC (0-Tn) : %23616,12 AUMC : %7436213,50 AUC (0-inf) : %29188,86 MRT : 254,76 AUC (Tn-inf) is : % 19,09 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 73140 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 638,370 Calculated Cmax : 110,88 Total Clearance : 0,30 T max : 21,30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

146

Tabel XXX. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 3 Menit ke- C Residual Residual

0 0 67,01 102,27 5 31,46 34,60 68,95 10 91,12 26,09 7,47 20 93,54 30,44 - 30 91,75 30,51 - 45 84,78 26,23 - 60 82,91 26,94 - 90 76,24 25,08 - 120 65,57 18,82 - 180 54,95 15,89 - 240 42,39 9,76 - 300 27,05 - - 360 23,14 - - 420 18,88 - -

Slope : -0,003 Slope : -0,005 Intercept : 67,005 Intercept : 35,269 R value : -0,997 R value : -0,982 Half Life: 231,233 Half Life: 139,170 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,927 N(2) : 8 A(2) : 35,269 B(2) : -0,005 r(2) : -0,982 N(3) : 3 A(3) : 67,005 B(3) : -0,003 r(3) : -0,997 AIC : 121,29 Absorbtion half life : -2,646 SS : 278,433 Half Life (2) : 139,170 Lag time : 1,15 Elimination Half Life : 231,233 AUC (0-Tn) : %20176,09 AUMC : %7963605,00 AUC (0-inf) : %27013,09 MRT : 294,81 AUC (Tn-inf) is : % 23,31 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 73980 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 807,375 Calculated Cmax : 94,48 Total Clearance : 2,73867 T max : 22,15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

147

Tabel XXXI. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 4 Menit ke- C Residual Residual

0 0 -74,30 -126,34 5 61,78 -11,35 -62,05 10 84,19 -12,21 -37,18 20 104,54 -34,85 - 30 110,69 -43,15 - 45 105,81 41,42 - 60 100,34 38,94 - 90 93,88 38,07 - 120 85,18 34,45 - 180 68,88 26,96 - 240 45,06 10,42 - 300 28,33 - - 360 24,15 - - 420 19,34 - -

Slope : -0,003 Slope : -0,005 Intercept : 74,299 Intercept : 52,039 R value : -0,996 R value : -0,871 Half Life: 218,011 Half Life: 132,784 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,996 N(2) : 8 A(2) : 52,039 B(2) : -0,003 r(2) : -0,871 N(3) : 3 A(3) : 74,299 B(3) : -0,005 r(3) : -0,996 AIC : 95,81 Absorbtion half life : -5,667 SS : 497,988 Half Life (2) : 132,784 Lag time : - Elimination Half Life : 218,011 AUC (0-Tn) : %24429,06 AUMC : %812274,00 AUC (0-inf) : % 30512,57 MRT : 266,37 AUC (Tn-inf) is : % 19,94 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 75570 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 659,683 Calculated Cmax : 108,95 Total Clearance : 2,47661 T max : 33,60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

148

Tabel XXXII. Hasil pengolahan STRIPE untuk kelompok perlakuan 5 Menit ke- C Residual Residual

0 0 -80,53 -116,45 5 25,43 -53,78 -88,67 10 106,70 28,77 -5,12 20 111,23 35,87 - 30 102,97 30,00 - 45 94,50 25,03 - 60 86,24 20,12 - 90 80,73 20,81 - 120 76,55 22,26 - 180 60,68 19,10 - 240 43,79 7,18 - 300 31,05 - - 360 23,13 - - 420 20,93 - -

Slope : -0,003 Slope : -0,006 Intercept : 80,528 Intercept : 35,922 R value : -0,962 R value : -0,928 Half Life: 211,03 Half Life: 119,316 N(1) : 3 A(1) : - B(1) : - r(1) : -0,903 N(2) : 8 A(2) : 35,922 B(2) : -0,006 r(2) : -0,928 N(3) : 3 A(3) : 80,528 B(3) : -0,003 r(3) : -0,962 AIC : 131,31 Absorbtion half life : -2,219 SS : ,6687,941 Half Life (2) : 119,316 Lag time : 1,35 Elimination Half Life : 211,03 AUC (0-Tn) : %22698,72 AUMC : %8106316,50 AUC (0-inf) : % 29072,03 MRT : 278,84 AUC (Tn-inf) is : % 21,92 of AUC (0-inf)

Dose Entered : 72870 Assumed fraction absorbed : 1 Vdss : 689,911 Calculated Cmax : 107,75 Total Clearance : 2,50653 T max : 18,15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

149

Lampiran 15. Contoh perhitungan parameter farmakokinetika parasetamol

Data diambil dari kontrol 3

M = 73,734 (µg/ml)

L = 23,577 (µg/ml)

N = -97,32 (µg/ml)

t½ absorbsi = 6,755 menit

t½distribusi = 157,989 menit

t½ elimination = 173,002 menit

Dosis obat = 72360 ng

Nilai f (fraksi obat yang terabsorbsi) dianggap = 1

1. 1

absorbsi 21a menit0,1026

6,7550,693

t0,693k −===

2. 1

21

menit0,0043159,989

0,693(2)t

0,693α −===

3. 1

21

menit0,0040173,002

0,693eliminasit0,693 −===β

sehingga persamaan umum untuk data ini adalah:

C(t) = 73,7340e- 0,0040t + 23,5770e-0,0043t - 97,3200e-0,1026t

Sebagai contoh perhitungan C (kadar obat dalam darah) menit ke-5 adalah seperti

berikut.

C(5) = 73,7340e- 0,0040t + 23,5770e-0,0043t - 97,3200e-0,1026t

C(5) = 73,7340e- 0,0040 (5) + 23,5770e-0,0043(5) - 97,3200e-0,1026(5)

C(5) = 72,2740 + 23,0755 – 58,2652

C(5) = 37,0843 (µg/ml)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

150

4. ∝−0AUC

Dihitung dengan persamaan (3)

* = AUC∝ -0 AUC 0-tn + ∝ -tn AUC

= ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

++

+

βC)t(t

2CnC n

1nn1n

*AUC0-420 dihitung secara trapezoid sebagai berikut,,

AUC (0-5) = tμg/mL.meni,)(),( 0675101052

4027400=−

+

AUC (10-5) = ml.menitμg/ 3052.273)510(2

)9194,684027,40(=−

+

AUC (20-10) = menit.ml/g119,744)1020(2

)9044,799194,68(μ=−

+

AUC (30-20) = menit.ml/g6545,841)2030(2

)4265,889044,79(μ=−

+

AUC (45-30) = menit.ml/g1017,1282)3045(2

)5024,824265,88(μ=−

+

AUC (60-45) = menit.ml/g60075,1191)4560(2

)5204,824265,82(μ=−

+

AUC (90-60) menit.ml/g37,2108)6090(2

)1983,643597,76(μ=−

+=

AUC (120-90) = menit.ml/g725,1855)90120(2

)5167,591983,64(μ=−

+

AUC (180-120) = menit.ml/g343,3140)120180(2

)1614,455197,59(μ=−

+

AUC (240-180) = menit.ml/g215,2488)180240(2

)7791,371614,45(μ=−

+

AUC (300-240) = menit.ml/g698,1816)240300(2

)7775,227791,37(μ=−

+

AUC (360-300) = menit.ml/g403,1178)300360(2

)50268,167775,22(μ=−

+

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

151

AUC (360-420) = menit.ml/g547,917)360420(2

)0832,145026,16(μ=−

+

Total AUC0-420 = 16884,17895 µg/ml,menit

* AUC (420-∞) = menitmLmg ./8,35200,004

)0831,14(=

AUC0-tn = (16884,1790 + 3520,8) menit.mL/mg

= 20404,9790 mg/ml.menit

Dihitung dengan persamaan (5)

menitml10260320097

00430577023

00400734073

./μg22,967,98,,

,,

.,

kC(0)

αL

βM AUC

a -0

=

−+=

−+=∝

5. k21

( ) ( )( ) (

( ))

1

a

aa21

menit0,0042,

,,,,),,(,

,,,,,,),,,(βkaMαk LβαNkαMk βL

k

−=

=

−+−++

=

−+−++

=

567093890405320620

004001026057723004301026073407300400x00430x32009710260x00430x73407310260x00400x577023

6. k13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

152

1menit0,0040,

,,

−=

=

=

0042000400x00430

kβαk21

13

7. k12

menit0,0001,,,,

kkβαk

1

132112

−=

−−+=

−−+=

00400004200043000400

8. Vdss

ml754,25163=

+=

+=

+=

0043,00043,000001,0

)0C(D.fx

kkk

Vcxk

kkVd

21

2112

21

2112ss

9. Cpmaks

( ) ( )

( ) ( )mlg8887

e10260e00400x0040,010260x25163754

1x72360x10260 8371026083700400

/,

,,,,

,

ekβexβkV

f DkC

),(.),(.

makst kaa

makst β

ad

amaks

μ=

+−

=

+−−

=

−−

−−

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

153

10. ClT

dosisml/menit3,1505,

AUCf.DCl0

T

=

=

=∝−

98229671x72360

11. t½ eliminasi

menit165,9109,

,,,

lim

=

=

=

5105363251754x6930

ClVdx693,0

tT

ssinasie2

1

Tambahan data penentuan model kompartemen

k12 + k21 = (0,0001+ 0,0042) menit-1

= 0,0043 menit-1

20 kel (k13) = 20 (0,0041)

= 0,0820 menit-1

Sehingga dapat dikatakan bahwa k12 + k21 < 20 kel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

154

Lampiran 16. Rangkuman parameter farmakokinetika parasetamol pada tiap-tiap subyek uji Tabel XXXIII. Rangkuman parameter farmakokinetika parasetamol pada tiap-

tiap subyek uji

Parameter Subyek uji 1 2 3 4 5

ka(menit-1) kontrol 0,0802 0,1125 0,1026 0,1114 0,1261 perlakuan 0,2907 0,2413 0,2619 0,1223 0,3132

tmaks(menit) kontrol 42,0000 29,4000 37,8000 33,6000 33,6000 perlakuan 22,2500 21,3000 22,1500 33,6000 18,1500

Cmaks(μg/ml.dosis) kontrol 84,1600 94,7800 81,8900 95,2300 86,9900 perlakuan 108,2800 110,8800 94,4800 108,9500 107,7600

AUC 0 - ~ (μg,menit,ml-1) kontrol 22232,65 22023,79 21424,09 24266,13 21916,08 perlakuan 27727,37 29188,86 27013,09 30512,51 29072,03

Vdss(ml/dosis) kontrol 815,4540 709,2250 794,1000 659,5530 776,5570 perlakuan 663,9330 638,3700 807,3750 659,6830 689,9100

α(menit-1) kontrol 0,0075 0,0073 0,0044 0,005 0,0053 perlakuan 0,0060 0,0052 0,0050 0,0052 0,0058

ClT (ml/menit.dosis) kontrol 3,3694 3,3114 3,3775 2,9720 3,2907 perlakuan 2,5664 2,5058 2,7387 2,4766 2,5065

β(menit-1) kontrol 0,0038 0,0043 0,0040 0,0041 0,0040 perlakuan 0,0036 0,0037 0,0030 0,0032 0,0033

t1/2 eliminasi (menit) kontrol 182,9740 159,7220 173,0020 170,1390 171,5030 tperlakuan 194,0600 188,6790 231,2330 218,0110 211,0130

MRT(menit) kontrol 242,0200 214,1800 235,1400 221,9200 232,9500 perlakuan 258,7000 254,7600 294,8100 266,3700 279,2800

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

155

Lanjutan tabel XXVI

* Kontrol = parasetamol-oral 300 mg/kgBB+ air, Perlakuan = parasetamol-oral 300 mg/kgBB + air berkarbonat 6,039 mg/kg BB

k12 (menit-1) kontrol 0,00046 0,00026 0,0010 0,00036 0,00006 perlakuan 0,00022 0,00008 0,00021 0,00022 0,00032 k21 (menit-1) kontrol 0,0063 0,0064 0,0042 0,0047 0,0050 perlakuan 0,0053 0,0048 0,0041 0,0044 0,0052 k13 (menit-1) kontrol 0,0047 0,0051 0,0043 0,0045 0,0044 perlakuan 0,0041 0,0044 0,0035 0,0039 0,0043

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

156

Lampiran 17. Analisis stastistik SPSS (12.00) data ka

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ka-kontrol ka-perlakuan N 5 5

Mean .106560 .246900Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0169636 .0716204

Absolute .212 .269Positive .163 .181

Most Extreme Differences

Negative -.212 -.269Kolmogorov-Smirnov Z .475 .601Asymp. Sig. (2-tailed) .978 .863

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean ka-kontrol .106560 5 .0169636 .0075863Pair 1 ka-perlakuan .246900 5 .0716204 .0320296

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 ka-kontrol

& ka-perlakuan

5 -.112 .858

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 ka-kontrol - ka-perlakuan

-.1403400 .0754249 .0337310 -

.2339924-

.0466876 -4.161 4 .014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

157

Lampiran 18. Analisis stastistik SPSS (12.00) data tmaks

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

t max- kontrol

t max-perlakuan

N 5 5Mean 35.280000 23.490000

Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 4.7887368 5.8918800Absolute .237 .383Positive .237 .383

Most Extreme Differences

Negative -.163 -.182Kolmogorov-Smirnov Z .530 .857Asymp. Sig. (2-tailed) .941 .454

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean t max-kontrol 35.280000 5 4.7887368 2.1415882 Pair 1

t max-perlakuan 23.490000 5 5.8918800 2.6349288

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 t max-

kontrol & t max-perlakuan

5 -.061 .923

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence Interval

of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-

tailed)Pair 1

t max-kontrol - t max-perlakuan

11.7900000 7.8146817 3.4948319 2.0867911 21.4932089 3.374 4 .028

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

158

Lampiran 19. Analisis stastistik SPSS (12.00) data Cmaks

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Cmax- kontrol

Cmax-perlakuan

N 5 5Mean 89.034000 106.07000

0Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 6.6623592 6.5859472Absolute .221 .401Positive .221 .233

Most Extreme Differences

Negative -.206 -.401Kolmogorov-Smirnov Z .493 .897Asymp. Sig. (2-tailed) .968 .397

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean Cmax-kontrol 89.034000 5 6.6623592 2.9794976 Pair 1

Cmax-perlakuan

106.070000 5 6.5859472 2.9453251

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Cmax-

kontrol & Cmax-perlakuan

5 .676 .210

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence Interval

of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-

tailed)Pair 1

Cmax-kontrol - Cmax-perlakuan

-17.0360000 5.3302186 2.3837462 -

23.6543405-

10.4176595 -

7.147 4 .002

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

159

Lampiran 20. Analisis stastistik SPSS (12.00) data AUC 0-~

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AUC- kontrol

AUC-perlakuan

N 5 5Mean 22363.54600

028702.772

000Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 1103.1554641

1365.1207791

Absolute .347 .207Positive .347 .163

Most Extreme Differences

Negative -.197 -.207Kolmogorov-Smirnov Z .776 .462Asymp. Sig. (2-tailed) .583 .983

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean AUC-kontrol

22363.546000 5 1103.1554641 493.34612

15 Pair 1

AUC-perlakuan

28702.772000 5 1365.1207791 610.50057

19 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 AUC-kontrol

& AUC-perlakuan

5 .798 .106

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence Interval of the

Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-

tailed)Pair 1

AUC-kontrol - AUC-perlakuan

-6339.2260000 823.1152101 368.1083126 -

7361.2585227-

5317.1934773 -

17.221 4 .000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

160

Lampiran 21. Analisis stastistik SPSS (12.00) data Vdss

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Vdss – kontrol

Vdss - perlakuan

N 5 5 Mean 730.990200 691.854000

Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 70.1155842 67.1268178 Absolute .222 .312 Positive .222 .312

Most Extreme Differences

Negative -.216 -.213 Kolmogorov-Smirnov Z .496 .697 Asymp. Sig. (2-tailed) .966 .717

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean Vdss - kontrol

730.990200 5 70.1155842 31.356642

5 Pair 1

Vdss - perlakuan

691.854000 5 67.1268178 30.020025

5 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Vdss -

kontrol & Vdss - perlakuan

5 .452 .445

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence Interval of

the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-

tailed)Pair 1

Vdss - kontrol - Vdss - perlakuan

39.1362000 71.8918221 32.1510002 -50.1292873 128.4016873 1.217 4 .290

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

161

Lampiran 22. Analisis stastistik SPSS (12.00) data α

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test α kontrol α perlakuan N 5 5

Mean .005900 .005440 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0014089 .0004336

Absolute .265 .310 Positive .265 .310

Most Extreme Differences

Negative -.240 -.197 Kolmogorov-Smirnov Z .592 .693 Asymp. Sig. (2-tailed) .874 .722

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean alfa kontrol .005900 5 .0014089 .0006301Pair 1 alfa perlakuan .005440 5 .0004336 .0001939

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 α kontrol &

α perlakuan 5 .499 .392

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1

α kontrol - α perlakuan

.0004600 .0012502 .0005591 -.0010923 .0020123 .823 4 .457

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

162

Lampiran 23. Analisis stastistik SPSS (12.00) data Cltotal

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Cl-total kontrol

Cl-total perlakuan

N 5 5Mean 3.264200 2.558800

Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .1674924 .1057389Absolute .363 .290Positive .249 .290

Most Extreme Differences

Negative -.363 -.218Kolmogorov-Smirnov Z .811 .647Asymp. Sig. (2-tailed) .526 .796

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean Cl-total kontrol 3.264200 5 .1674924 .0749049 Pair 1

Cl-total perlakuan 2.558800 5 .1057389 .0472879

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 Cl-total

kontrol & Cl-total perlakuan

5 .583 .302

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean Lower Upper t df

Sig. (2-tailed)

Pair 1

Cl-total kontrol – Cl-total perlakuan

.7054000 .1363000 .0609552 .5361612 .8746388 11.572 4 .000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

163

Lampiran 24. Analisis stastistik SPSS (12.00) data β NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

β kontrol β perlakuan N 5 5

Mean .004040 .003360Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0001817 .0002881

Absolute .213 .198Positive .187 .182

Most Extreme Differences

Negative -.213 -.198Kolmogorov-Smirnov Z .476 .442Asymp. Sig. (2-tailed) .977 .990

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean β kontrol .004040 5 .0001817 .0000812 Pair 1 β perlakuan .003360 5 .0002881 .0001288

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 β kontrol &

β perlakuan 5 .182 .770

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1

β kontrol - β perlakuan

.0006800 .0003114 .0001393 .0002933 .0010667 4.882 4 .008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

164

Lampiran 25. Analisis stastistik SPSS (12.00) data t½eliminasi

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

t ½ el kontrol

t ½ el perlakuan

N 5 5Mean 171.555000 244.551800

Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 8.3202212 49.6205422Absolute .226 .270Positive .204 .246

Most Extreme Differences

Negative -.226 -.270Kolmogorov-Smirnov Z .505 .604Asymp. Sig. (2-tailed) .960 .860

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean t ½ el kontrol

171.555000 5 8.3202212 3.7209160

Pair 1

t ½ el perlakuan

244.551800 5 49.6205422 22.190981

1 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 t ½kontrol

& t ½ perlakuan

5 .091 .884

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence Interval of

the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-

tailed)Pair 1

t ½ kontrol – t ½ perlakuan

-72.9968000 49.5604022 22.1640857 -

134.5341672-

11.4594328 -

3.293 4 .030

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

165

Lampiran 26. Analisis stastistik SPSS (12.00) data MRT NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

MRT

kontrol MRT

perlakuan N 5 5

Mean 229.242000 270.696000Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 11.0937875 16.3124502

Absolute .231 .205Positive .145 .205

Most Extreme Differences

Negative -.231 -.164Kolmogorov-Smirnov Z .516 .457Asymp. Sig. (2-tailed) .953 .985

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean MRT kontrol

229.242000 5 11.0937875 4.9612926 Pair 1

MRT perlakuan

270.696000 5 16.3124502 7.2951495

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 MRT

kontrol & MRT perlakuan

5 .402 .503

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence Interval

of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-

tailed)Pair 1

MRT kontrol - MRT perlakuan

-41.4540000 15.6124287 6.9820904 -

60.8393906-

22.0686094 -

5.937 4 .004

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

166

Lampiran 27. Analisis stastistik SPSS (12.00) data k12

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

k12-

kontrol k12-

perlakuan N 5 5

Mean .0002440 .0002100Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .00019756 .00008544

Absolute .268 .300Positive .224 .253

Most Extreme Differences

Negative -.268 -.300Kolmogorov-Smirnov Z .600 .671Asymp. Sig. (2-tailed) .864 .759

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean k12- kontrol .0002440 5 .00019756 .00008835Pair 1

k12-perlakuan .0002100 5 .00008544 .00003821

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 k12-kontrol

& k12-perlakuan

5 -.416 .486

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df

Sig. (2-

tailed) Pair 1

k12- kontrol - k12-perlakuan

.00003400 .00024572 .00010989 -.00027111 .00033911 .309 4 .772

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

167

Lampiran 28. Analisis stastistik SPSS (12.00) data k21

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test k21 kontrol k21 perlakuan N 5 5

Mean .005340 .004600 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0009555 .0003937

Absolute .242 .294 Positive .239 .294

Most Extreme Differences

Negative -.242 -.223 Kolmogorov-Smirnov Z .542 .658 Asymp. Sig. (2-tailed) .930 .779

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean k21 kontrol .005340 5 .0009555 .0004273Pair 1

k21 perlakuan .004600 5 .0003937 .0001761

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 k21 kontrol

& k21 perlakuan

5 .106 .865

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1

k21 kontrol - k21 perlakuan

.0007400 .0009940 .0004445 -.0004942 .0019742 1.665 4 .171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

168

Lampiran 29. Analisis stastistik SPSS (12.00) data k13

NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

K13

kontrol K13

perlakuan N 5 5

Mean .004600 .004040Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .0003162 .0003578

Absolute .224 .167Positive .224 .157

Most Extreme Differences

Negative -.171 -.167Kolmogorov-Smirnov Z .501 .373Asymp. Sig. (2-tailed) .963 .999

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

T-Test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean K13 kontrol .004600 5 .0003162 .0001414 Pair 1

K13 perlakuan .004040 5 .0003578 .0001600

Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 K13 kontrol

& K13 perlakuan

5 .685 .202

Paired Samples Test

Paired Differences 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1

K13 kontrol - K13 perlakuan

.0005600 .0002702 .0001208 .0002245 .0008955 4.635 4 .010

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

169

Lampiran 30. Sertifikat analisis parasetamol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - · PDF filesharing dan diskusi dan teman”laporan praktikum” yang selalu ada pada saat yang tepat. ... Absorpsi obat yang diberikan peroral

170

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian Air

Berkarbonat Terhadap Profil Farmakokinetika

Parasetamol pada Tikus Putih Jantan” ini memiliki

nama lengkap Agatha Devi Mirakel. Dilahirkan di

Magelang pada tanggal 4 Juni 1985 sebagai anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Fx. Agus

Nugroho dan Fr. Budiningsih, penulis telah menempuh

pendidikan formal di TK Kanisisus Gemawang (1989-

1991), SD Kanisius Gemawang (1991-1997), SLTP

Pangudi Luhur Ambarawa (1997-2000), SMU Santa Maria Yogyakarta (2000-

2003), dan pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis pernah menjadi

asisten dosen pada praktikum Biofarmasetika (2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI