PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · remaja dan pemuda, musik dan liturgi,...
-
Upload
hoangthuan -
Category
Documents
-
view
240 -
download
0
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · remaja dan pemuda, musik dan liturgi,...
GEREJA KRISTEN JAWA GONDANGWINANGUN KLATEN
DARI TAHUN 1967-1997
( Suatu Kajian Historis )
SKRIPSI
Oleh :
Seni Tyas Mawarni
021314022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
GEREJA KRISTEN JAWA GONDANGWINANGUN KLATEN DARI TAHUN 1967 - 1997
( Suatu Kajian Historis )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh : Seni Tyas Mawarni
021314022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
“ Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur”
( Filipi 4:6 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kasih dan rasa syukur, skripsi ini ku persembahkan untuk :
Yesus Kristus, di mana damai dan penyertaan-Nya memberi terang
disetiap celah nafas dan langkahku
Bapak dan ibu trimakasih atas nasehat, bimbingan, teladan, doa, kasih
sayang dan dukungannya, adikku Andi Surya trimakasih atas
dukungannya dan semangatnya
Mas Kris Darmadi yang senantiasa memberikan semangat, dorongan
dan perhatian serta kasih sayangnya trimakasih ya
Teman-teman angkatan 2002 yang telah bersama sama belajar dengan
penuh suka duka, Wawan, Njo trimakasih atas bantuannya memberi
masukan-msaukan, Anis, Ruli, Catur, Olin, Hesti Yopi, Sigit, Indri
Fantri, Elisabet, Peron, Valen dan yang lainnya
Teman teman Stembayo 16, Ziska, Elisabet, Lisa, Rena, Wiwik, Rosa
dan teman 16 B Janah, Panca, Beki (bungsu) trimakasih atas
kebersamaannya menjadi 1 keluarga selama ini dan canda tawa yang
kalian berikan
Pendeta Sutomo trimakasih atas bantuan dan sarannya
Ibu Endang Sudarsih yang telah memberikan saran dan dukungannya
Ibu Yustiana Kameng trimakasih atas bantuan dan sarannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan atau
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Februari 2007
Penulis
Seni Tyas Mawarni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
GEREJA KRISTEN JAWA ( GKJ ) GONDANGWINANGUN KLATEN dari TAHUN 1967 SAMPAI DENGAN TAHUN 1997
( Suatu Kajian Historis )
Oleh : Seni Tyas Mawarni 021314022
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan dan menganalisis
latar belakang berdirinya GKJ Gondangwinangun (2) mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan GKJ Gondangwinangun dari tahun 1967-1981 (3) mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan GKJ Gondangwinangun dari tahun 1982-1997.
Metode yang digunakan adalah metode sejarah, dengan pendekatan multidimensional ( sosial budaya ). Skripsi ditulis secara deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya GKJ Gondangwinangun adalah jemaat Wilayah Barat terlalu jauh jika harus pergi ke Gereja Klaten dan sudah memiliki warga yang cukup untuk berdirinya sebuah pepanthan.
GKJ Gondangwinangun periode tahun 1967 sampai dengan tahun 1981 mengalami perkembangan. Ada beberapa faktor pendorong dan penghambat bagi perkembangan gereja yang berasal dari dalam dan luar, sumbangan yang diberikan oleh GKJ Gondangwinangun meskipun kecil tapi sudah diwujudkan bagi kepentingan bersama untuk perkembangan pelayanan jemaat, perkembangan jumlah umat, peranan dan keterlibatan jemaat dalam kegiatan yang dilaksanakan di GKJ Gondangwinangun serta kegiatan pada tiap-tiap komisi: komisi wanita, anak, pemuda remaja, musik.
Perkembangan GKJ Gondangwinangun periode tahun 1982 sampai dengan tahun 1997 meliputi faktor yang mendorong dan menghambat perkembangan gereja yang berasal dari dalam dan luar, serta sumbangan yang diberikan oleh GKJ Gondangwinangun meskipun kecil tapi sudah diwujudkan bagi: kepentingan bersama , perkembangan pelayanan jemaat, perkembangan jumlah umat, peranan dan keterlibatan jemaat dalam kegiatan yang dila ksanakan di GKJ Gondangwinangun, kegiatan tiap-tiap komisi: komisi warga dewasa, anak, remaja dan pemuda, musik dan liturgi, pangrukti jenazah, sarana dan prasarana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) GONDANGWINANGUN KLATEN FROM 1967 UNTIL 1997
(A Historical Study)
By : Seni Tyas Mawarni 021314022
The purposes of the research were to describe and analyze: the background of GKJ Gondangwinangun founding (2) the development of GKJ Gondangwinangun in the period of 1967-1981 (3) the development of GKJ Gondangwinangun in the period of 1982- 1997. The method of this research was historical method by using multidimensional approach (social and cultural). This thesis was written in analytical descriptive. The result of the research showed that the background of GKJ Gondangwinangun founding was influenced by the distance among the west area parishioner and the GKJ Klaten and it had enough parishioners to establish a new pepanthan . GKJ Gondangwinangun in the period of 1967- 1981 indicated some developments. There were some intrinsic and extrinsic motivations and obstacles in the development of the church. The contribution of GKJ Gondangwinangun has been transformed for the parishioners interests, the development of the parishioner services, and the development of the parishioners quantity, the role and involvement of the parishioners in the activity of GKJ Gondangwinangun especially for each committee: the women committee, the children committee, the youngster committee, and the musical committee. The development of GKJ Gondangwinangun in the period of 1982-1997 consisted of the intrinsic and extrinsic motivator and the barrier factor. The contribution of GKJ Gondangwinangun had been transformed for the parishioners interests, the development of the parishioner services, and the development of the parishioners quantity, the role and involvement of the parishioners in the activity of GKJ Gondangwinangun especially for each committee: the adult committee, the children committee, the youngster committee, the musical and liturgy committees, the burial of the death and the equipment committees
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa
atas segala berkat, kasih karunia dan anugrah-Nya, sehin gga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gereja Kristen Jawa (GKJ)
Gondangwinangun dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1997 ( Suatu Kajian
Historis)”
Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan semua pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan saran
untuk menulis skripsi ini.
3. Drs. B. Musidi, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah bersedia
membimbing dan mengoreksi skripsi ini hingga selesai.
4. Drs. AK. Wiharyanto, M.M, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan berupa saran maupun usulan kepada penulis.
5. Para Dosen Pendidikan Sejarah, yang telah banyak memberikan bekal
pengetahuan dan bimbingan bagi penulis selama menyelesaikan tugas
belajar di Universitas Sanata Dharma.
6. Pendeta dan Pengurus TU GKJ Gondangwinangun yang telah membantu
penulis dalam mengumpulkan data dan informasi serta saran selama
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
7. Teman-teman Stembayo 16 B terimakasih atas keakrabannya selama ini.
8. Teman-teman Kampus angatan 2002 semuanya Njo, Nola, Yopi, Indri,
Hesti, Wawan, Catur, Anis, Rulli, Elis, Eli, Wiwid, mbak Septi dll.
9. Seluruh karyawan Perpustakaan USD yang telah menyediakan buku-buku
yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak di sebutkan satu persatu oleh
penulis dalam skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan penulisan selanjutnya.
Yogyakarta, 24 Februari 2007
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii MOTTO ........................................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi ABSTRAK....................................................................................................... vii ABTRACT ...................................................................................................... viii KATA PENGANTAR.................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian.................................................................... 8 E. Kajian Pustaka .......................................................................... 8 F. Landasan Teori ......................................................................... 11 G. Metode dan Pendekatan Penelitian........................................... 16 H. Sistematika Penulisan............................................................... 21
BAB II. LATAR BELAKANG BERDIRINYA GKJ GONDANGWINANGUN ........................................................... 23 A. Wilayah Barat sebagai Pepanthan Gereja Klaten .................... 23 B. Pepanthan Gondangwinangun Menuju Pendewasaan ............. 26
BAB III. PERKEMBANGAN GKJ GONDANGWINANGUN TAHUN 1967 -1981 ...................................................................... 33 A. Faktor Pendorong dan Penghambat Perkembangan GKJ
Gondangwinangun serta Sumbangan yang Diberikan oleh GKJ Gondangwinangun bagi Masyarakat Sekitar................... 33 1. Faktor Pendorong Perkembangan GKJ
Gondangwinangun tahun 1967-1981 ............................... 33 2. Faktor Penghambat Perkembangan GKJ
Gondangwinangun tahun 1967-1981 ................................ 37 3. Sumbangan GKJ Gondangwinangun bagi Masyarakat
di Lingkungan Sekitarnya .................................................. 38 B. Perkembangan Pelayanan Jemaat Gondangwinangun ............ 39
1. Masa Kepemimpinan Pdt. Sudiharto (konsulen) ............... 40 2. Masa Kepemimpinan Pdt. Stefanus Widyo Sudarno
(konsulen) .......................................................................... 42 3. Masa Kepemimpinan Pdt. Sukarno ( Konsulen) ............... 42 4. Masa Kepemimpinan Pdt. Stefanus Widyo Sudarno ......... 42
C. Jumlah Umat, Peranan dan Keterlibatan Jemaat dalam Kegiatan yang Dilaksanakan di GKJ Gondangwinangun ...... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Perkembangan Umat GKJ Gondangwinangun tahun 1967-1981 ............................................................................ 44
2. Peranan (keterlibatan) Jemaat dalam Kegiatan yang Dilaksanakan oleh GKJ Gondangwinangun tahun 1967-1981 .................................................................................... 53
D. Kegiatan yang Dilakukan oleh Berbagai Komisi yang Ada di GKJ Gondangwinangun. ..................................................... 58 1. Komisi Sekolah Minggu .................................................. 58 2. Komisi Pemuda dan Remaja ............................................. 58 3. Komisi Wanita .................................................................. 59 4. Komisi Musik dan Liturgi ................................................ 60
BAB IV. PERKEMBANGA N GKJ GONDANGWINANGUN TAHUN 1982 -1997 ...................................................................... 61 A. Faktor Pendorong dan Penghambat Perkembangan GKJ
Gondangwinangun serta Sumbangan yang Diberikan oleh GKJ Gondangwinangun bagi Masyarakat Sekitar .................. 61 1. Faktor Pendorong Perkembangan GKJ
Gondangwinangun Tahun 1982-1997 .............................. 61 2. Faktor Penghambat Perkembangan GKJ
Gondangwinangun Tahun 1982-1997 .............................. 61 3. Sumbangan GKJ Gondangwinangun bagi Masyarakat
di Lingkungan Sekitarnya ................................................ 63 B. Perkembangan Pelayanan Jemaat Gondangwinangun ............ 64
1. Masa Kepemimpinan Pdt. Stefanus Widyo Sudarno ...... 64 2. Masa Kepemimpinan Pdt. Sutomo S.Th. ......................... 65
C. Jumlah Umat, Peranan dan Keterlibatan Jemaat dalam Kegiatan yang Dilaksanakan di GKJ Gondangwinangun ..... 66
1. Perkembangan Umat GKJ Gondangwinangun tahun 1982-1997 ........................................................................... 66
2. Peranan (keterlibatan) Jemaat dalam Kegiatan yang Dilaksanakan oleh GKJ Gondangwinangun tahun 1982-1997 .................................................................................... 77
D. Kegia tan yang Dilakukan oleh Berbagai Komisi yang ada di GKJ Gondangwinangun. ..................................................... 79
1. Komisi Sekolah Minggu .................................................... 79 2. Komisi Pemuda dan Remaja ............................................... 80 3. Komisi Warga Dewasa ....................................................... 80 4. Komisi Musik dan Liturgi .................................................. 81 5. Komisi Pangrukti Jenazah .................................................. 83 6. Komisi Sarana dan Prasarana ............................................. 83
BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 85 Kesimpulan ...................................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Peta wilayah pelayanan GKJ Gondangwinangun Klaten….. 91 Lampiran 2 : Foto Gedung GKJ Gondangwinangun Pepanthan Sumber
Bakung, Pepanthan Nganten ……………………………….. 92
Lampiran 3 : Foto Majelis pertama GKJ Gondangwinangun……………. 95
Lampiran 4 : Foto salah seorang pemuda yang telah disidi
dilayani oleh Pendeta Sutomo……………………………… 96
Foto pelaksanaan baptis anak
dilayani oleh pendeta Stefanus Widyo Sudarno……….......... 96
Lampiran 5 : Surat Keterangan Baptis………………………………….... 97
Lampiran 6 : Surat Keterangan Nikah…………………………………..... 98
Lampiran 7 : Surat Keterangan Pengakuan Percaya……………………… 99
Lampiran 8 : Daftar Narasumber…………………………………………. 100
Lampiran 9 : Suplemen……………………............................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia
mempunyai kedudukan jelas dan telah tercantum dalam Undang – Undang Dasar
1945 pada Bab IX pasal 29 yang telah dirumuskan dalam 2 ayat yaitu :1
(1) Negara berdasarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya masing-
masing dan kepercayaan itu.
Pasal tersebut mengatur dengan jelas tentang keagamaan dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, termasuk di dalamnya agama Kristen juga.
Agama Kristen mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti agama-agama
lain yang diakui di Indonesia, baik pembinaan jemaat maupun usaha penyebaran
agama Kristen di Indonesia mulai/sejak datangnya bangsa Eropa, yaitu Portugis
dan Spanyol dalam rangka berdagang, mencari kekayaan, dan penyebaran agama
(Gold, Glory, Gospel ). Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia yaitu
di Ternate, kemudian di Ambon pada abad XVI. Di antara para pendatang bangsa
Portugis terdapat seorang yang bernama Franciscus Xaverius yang menggunakan
kesempatan untuk menyebarkan Injil di Indonesia. Agama Kristen milik
Franciscus Xaverius itu ternyata masuk ke dalam tatanan Gereja Roma Katolik. 2
1 Undang–Undang Dasar 1945 2 Kronger Moeller, Sejarah Gereja Indonesia , Jakarta: Badan Penerbit Kristen, hal. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Setela h Portugis kalah berperang dengan tentara Belanda pada abad XVII,
segala kebijaksanaan pemerintahan berubah mengikuti kebijaksanaan Pemerintah
Belanda. Demikian juga dalam hal keagamaan sangat dipengaruhi oleh
kebijaksanaan pemerintah yang sedang berjalan.
Di negeri Belanda pada tahun 1892 telah terjadi penyatuan jemaat-jemaat
Gereformeer dengan nama baru menjadi De Gereformeerde Kerken in Nederland
( GKN ). Bersamaan dengan itu pula ditetapkan daerah Jawa Tengah Selatan
termasuk Surakarta sebagai daerah pekerjaan dan tugas GKN dalam Zending
pekabaran Injil.
Pada tanggal 1 Juni 1894 diputuskan oleh De Gereformeerde Kerken in
Nederland bahwa semua pekerjaan pekabaran Injil di Indonesia menjadi
kewajiban jemaat dan bukan lagi kewajiban dari Nederlandsche Gereformeerde
Zendings Vereniging. Sedangkan pemberitaan Injil dan pekerjaan Gereja di
Surakarta dilaksanakan oleh Jemaat Gereformeerd Amsterdam. Dari tahun ke
tahun Jemaat Kristen di Surakarta tumbuh menjadi besar dalam segala bentuk
pelayanan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pada waktu itu. Bentuk
pelayanannya terfokus pada lembaga pendidikan dan kesehatan yang sejak abad
ke- 20 sudah menjadi ciri khas pelayanan Kristen di Surakarta.
Setelah melalui berbagai macam usaha dan perjuangan yang gigih selama
20 tahun, akhirnya pada tahun 1910 permohonan memberitakan Injil di Surakarta
dikabulkan oleh Gubernur Jendral dengan persetujuan Sri Susuhunan X dan Sri
Mangkunagoro VI. Waktu itu orang Kristen baru sekitar 20 orang. Setelah
kesempatan penyebaran Injil terbuka maka Gereja Kristen Amsterdam ( Negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Belanda ) pada tahun 1912 mengutus pendeta Dr. H. A. van Andel sebagai
pendeta utusan untuk daerah Surakarta dan ditahbiskan pada tahun 1913.
Pada tahun 1915, Zending Surakarta telah mempunyai 5 orang guru Injil
(yaitu tenaga yang diangkat dan digaji oleh Zending untuk memberitakan Injil).
Adapun guru-guru Injil waktu itu adalah S. Arun, Eliezer, Yerobeam, Yokanan
dan Martorejo ; sedangkan penyebaran Injil melalui penjualan buku ditangani oleh
4 orang Kolportir ( penjual buku keliling ) yaitu Mangunharjo, Kartopangarso,
Dutokaryono dan Kartodikromo. 3
Pada waktu itu penyebaran Injil dilaksanakan:
1. Secara langsung oleh para guru Injil
2. Dengan penjualan buku-buku Kristen dan majalah Kristen
3. Melalui sekolah Kristen dan guru – gurunya
4. Melalui rumah sakit Kristen
Pekerjaan pengabaran Injil semakin nampak nyata dan teratur, karenanya
dipandang perlu adanya Majelis Gereja. Pada tanggal 30 April 1916 berdirilah
Gereja Kristen Jawa Margoyudan Surakarta; sidang majelis dipimpin oleh Dr. H.
A. van Andel yang disambut baik oleh pemerintahan Mangkunegaran, sehingga
dalam melaksanakan pekabaran Injil beliau tidak mengalami hambatan-hambatan
yang berarti. Bahkan tugas itu lebih pesat setelah beliau mendapatkan izin
mendirikan sekolah-sekolah Kristen, antara lain Tweede Indlandsche School
Margoyudan dengan mendatangkan guru-guru dari Yogyakarta dan Tingkir.
3 Tri Yundanto dkk, Sejarah GKJ Klaten, Klaten 1987, hal. 4 dan 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pada tahun 1916 Dr. H. A. van Andel mengutus guru Injil Stepanus Arun
untuk mengabarkan Injil di Klaten, beliau ditemani oleh Setrowijoyo sebagai
kolportir ( penjual buku keliling ) kemudian disusul oleh guru Injil R. Ismangun
sebagai teman sekerja di ladang Tuhan di Klaten. Dengan adanya baptisan
beberapa orang pada tanggal 5 November 1916 di Staats – Kerk Klaten ( se karang
gedung gereja itu digunakan oleh GKI Klaten ). Staats – Kerk ialah gereja yang
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk orang-orang Belanda keturunan
Belanda, dan untuk orang-orang yang tak dapat berbahasa Jawa. Adapun orang-
orang Kristen pertama yang dibaptiskan adalah Lie Boen Hok, yang lebih dikenal
dengan nama B.H. Lie dengan Nyoya yang bertempat tinggal di depan pasar
Klaten. Kemudian disusul oleh Ibu Mertatani, Ibu Mangunsetika ( Pondok ), Ibu
Kertopawiro. 4
Karena belum memiliki gedung gereja sendiri, maka kebaktian pada hari
Minggu diselenggarakan di Staats Kerk itu juga pada sore hari. Kebaktian –
kebaktian dipimpin oleh Guru Injil dan ada kalanya didatangkan pendeta dari
Solo, apalagi kalau ada baptisan atau perjamuan kudus.
Pada tahun 1918 dapat dibuka Christelijke Hollandsch Ja vaansche Shcool
( Chr HJS ), yang kemudian gedung digunakan SMP Kristen 1 Klaten sekarang.
Tahun 1920 Guru Injil S. Mitrotanoyo juga diutus ke daerah Klaten untuk
mengintensifkan pemashuran Injil yang te lah ada, sehingga itu pada bulan Juli
1924 Dr. H. A. van Andel selaku pendeta utusan memandang perlu adanya
Majelis Gereja sendiri untuk dae rah Klaten, dan pada tanggal 6 Juli 1924
4 Ibid, hal. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dibentuklah Majelis GKJ Kla ten yang pertama yang disebut “Pradataning
Pasamuwan Kristen Djawi Ing Klaten”5
Dengan pendewasaan Gereja Klaten berarti Gereja Kristen Jawa Klaten
mulai memasuki babak baru dalam perjalanan kehidupan jemaatnya. Dengan kata
lain Gereja Kristen Jawa Klaten harus dapat mengatur, membina, menjaga dan
mengarahkan jemaatnya dengan kekuatannya sendiri yang dipimpin oleh Majelis
Gerejanya sendiri. Klaten memiliki warga yang heterogen atau beragam yaitu ada
orang Belanda, Tionghoa, dan sebagian besar Jawa atau pribumi.
Masuknya agama Kristen di wilayah Klaten diawali dari kota ke desa yang
waktu itu warga GKJ Klaten terus bertambah sehingga muncul pemikiran dari
anggota majelis untuk mengintensifkan pemeliharaan rohani para warganya
dengan membentuk kelompok-kelompok katekisasi, dan meningkatkan kumpulan
doa dan sebagainya. Kelompok-kelompok katekisasi yang ada pada waktu itu di
antaranya: di kota Klaten, Rumah Sakit Tegalyoso, Sumberejo, Ngrundul, Krosok,
Nglinggi, Gaden, Demangan, Wedi, Birit, dan Gondangwinangun
Empat puluh tahun kemudian setelah berdirinya dan dewasanya Gereja
Kristen Jawa Klaten, muncul pepanthan-pepanthan dari Gereja Klaten. Gereja
Kristen Jawa Gondangwinangun didewasakan tanggal 11 April 1967. Pada saat
didewasakan pepanthan Gondangwinangun masih tetap menggunakan sebuah
ruang di rumah Mangun Widagdo Karang, Plawikan, Jogonalan dengan
pengaturan seperlunya dan pindah ke dukuh Ngangkruk (Gathak) kecamatan
Jogonalan di mana terletak gedung GKJ Gondangwinangun sekarang ini, beserta
5 Ibid, hal. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
terselenggaranya SMP Kristen 3 dengan kepala sekolah Dwijoprawoto, kemudian
Kartowiyono. 6
Sejarah Gereja Gondangwinangun selama ini memang belum banyak
diketahui oleh warga jemaat Gereja Gondangwinangun sendiri khususnya dan
umat Kristen di Klaten pada umumnya, dengan demikian penulis bermaksud
menyusun sejarah Gereja Gondangwinangun. Untuk keperluan itu penulis
mengajukan judul : “ Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun Tahun 1967-1997,
{ Suatu kajian Historis}”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa
Gondangwinangun ?
2. Bagaimana perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun dari
Tahun 1967-1981 ?
a. Faktor pendorong dan penghambat perkembangan GKJ
Gondangwinangun serta sumbangan yang diberikan oleh GKJ
Gondangwinangun bagi masyarakat sekitar.
b. Perkembangan pelayanan jemaat Gondangwinangun.
c. Jumlah umat, peranan dan keterlibatan jemaat dalam kegiatan yang
dilaksanakan di GKJ Gondangwinangun.
6 NN, Sejarah Gereja Gondangwinangun, Klaten: Gondangwinangun, 1993, hal. 24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
d. Kegiatan yang dilakukan oleh berbagai komisi yang ada di GKJ
Gondangwinangun.
3. Bagaimana perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun dari
tahun 1982-1997 ?
a. Faktor pendorong dan penghambat perkembangan GKJ
Gondangwinangun serta sumbangan yang diberikan oleh GKJ
Gondangwinangun bagi masyarakat sekitar.
b. Perkembangan pelayanan jemaat Gondangwinangun
c. Jumlah umat, peranan dan keterlibatan jemaat dalam kegiatan yang
dilaksanakan di GKJ Gondangwinangun.
d. Kegiatan yang dilakukan oleh berbagai komisi yang ada di GKJ
Gondangwinangun.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ini adalah :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tumbuh dan berkembangnya Gereja Kristen Jawa
Gondangwinangun
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui latar belakang sejarah berdirinya Gereja Kristen Jawa
Gondangwinangun Klaten.
b. Untuk mengetahui perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun
tahun 1967-1981.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
c. Untuk mengetahui perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun
tahun 1982-1997.
D. Manfaat Penelitian
Terdapat beberapa pihak yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
penulisan skripsi ini, yaitu antara lain :
a. Bagi penulis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
perkembangan GKJ Gondangwinangun dan penulis dapat memberikan atau
menerapkan ilmunya yang telah didapat selama mengikuti kuliah menjadi sebuah
karya yang bersifat ilmiah yang diharapkan akan berguna bagi sesama.
b. Bagi pihak Gereja
Umat Kristen di Gondangwinangun memperoleh informasi tentang sejarah
perkembangan Gereja melalui hasil penelitian mahasiswa. Selain itu diharapkan
dengan penulisan ini dapat diambil hikmah bagi peran serta umat dalam Gereja
dan pengaruhnya dalam perkembangan Gereja.
c. Bagi pihak Universitas Sanata Dharma
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi karya
ilmiah yang telah ada terutama yang menyangkut sejarah Gereja Kristen Jawa.
E. Kajian Pustaka
Jika seseorang ingin menulis sejarah, maka pertama yang dibutuhkan
adalah sumber -sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah yang disebut juga data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sejarah harus dikumpulkan sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Sumber
sejarah dibagi menjadi dua yakni sumber tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen
atau artefak (artefact).7 Sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh
informasi dalam penulisan ini antara lain buku-buku yang membahas tentang
sejarah Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun. Namun sumber tersebut belum
cukup sehingga membutuhkan sumber-sumber lain seperti notulen rapat tentang
Gereja Gondangwinangun, buku warta Gereja, buku program kerja tahun
anggaran yang ada (1988-1997), Laporan kerja tahunan serta wawancara dengan
para anggota majelis dan pendeta pendahulu yang berkaitan dengan sejarah Gereja
Gondangwinangun pada kurun waktu 1967-1997.
Sumber tertulis dan lisan dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Sumber primer : merupakan sumber yang disampaikan oleh saksi mata. Ini
dapat berupa dokumen, artefact dan orang-orang yang dapat memberikan
informasi. Dokumen dapat berupa notulen rapat, arsip, laporan dan surat
perjanjian. Sedangkan sumber primer yang akan digunakan dalam skripsi ini
adalah :
Pertama, Tri Yundanto Ts dkk. 1987. Sejarah GKJ Klaten, berisi tentang
peringatan enam puluh empat tahun Gereja Kristen Jawa Klaten, serta sambutan-
sambutan dari DPKG Kabupaten Klaten, dari Deputat Keesaan Sinode Gereja
Kristen Jawa, dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Klaten, Tumbuh dan
berdirinya GKJ Klaten, GKJ Kla ten pada zaman Belanda, GKJ Klaten pada
zaman Jepang, GKJ Klaten pada zaman Kemerdekaan Republik Indonesia.
7 Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, hal. 94.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Kedua, GKJ Gondangwinangun. 1993. Sejarah Gereja Kristen Jawa
Gondangwinangun, menguraikan tentang sejarah GKJ Gondangwinangun,
pepanthan Gondangwinangun tahun 1964-1967, pendewasaan GKJ
Gondangwinangun, pemanggilan Pendeta pertama GKJ Gondangwinangun,
keberadaan GKJ Gondangwinangun tahun 1973-1993.
Ketiga, GKJ Gondangwinangun. Buku Laporan Evaluasi Sidang Majelis
Tebuka GKJ Gondangwinangun , tahun 1982-1997, berisi tentang jumlah umat
GKJ Gondangwinagun, Tabel baptis anak, tabel atestasi masuk, tabel baptis
dewasa/sidi, tabel pengurangan jemaat, tabel pengurangan jemaat dikarenakan
pindah, keuangan Gereja, kegiatan-kegiatan Gereja, komisi-komisi yang ada di
GKJ Gondangwinangun.
Keempat, 1993. Notulen hasil rapat GKJ Gondangwinangun, berisi
tentang usulan, saran mengenai perkembangan Gereja dan penyusunan program
selanjutnya.
b. Sumber sekunder; merupakan sumber yang disampaikan oleh bukan saksi mata.
Buku-buku ini ditulis oleh orang yang tidak menyaksikan pristiwa yang berkaitan
dengan sejarah Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun di Klaten. Sedangkan
sumber sekunder yang digunakan dalam skripsi ini adalah :
Pertama, Buku Babad Zending Tanah Jawi oleh J.D. Wolterbeek, yang
berisi tentang proses Kristenisasi di tanah Jawa, khususnya pada masa-masa awal.
Kedua, Buku Sejarah Gereja di Indonesia , yang ditulis oleh DR.Th.
Muller Krunger, tahun 1959 berisi tentang proses masuk dan berkembangnya
agama Kristiani di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Ketiga, Buku Benih Yang Tumbuh, membahas tentang perkembangan
Gereja-gereja Kristen di Jawa. Buku ini memberikan suatu sumbangan terhadap
penelitian ini tentang kehidupan Gereja.
F. Landasan Teori
Sebelum masuk pada pokok pembahasan tentang permasalahan tersebut di
atas, penulis perlu menguraikan beberapa konsep yang dipergunakan dalam
penelitian ini yakni mengenai konsep sejarah, Gereja, konsep Gereja Kristen,
kajian historis. Hal ini bertujuan untuk memperjelas arti dari beberapa kata
penting yang sering kali digunakan dalam pembahasan ini sehingga ada kesamaan
pandangan dalam tulisan ini.
Arti kata sejarah jika dilihat dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun yang
berarti pohon, keturunan, asal-usul, yang kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi sejarah. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata sejarah sama dengan
history, dan di dalam bahasa Latin dan Yunani yaitu historia, dari bahasa Yunani
histor atau istor berarti orang pandai. Sejarah juga dapat berarti rekontruksi masa
lalu.8 Sebagai perbandingan bis a dilihat kata geschichte (bahasa Jerman) yang
berarti sesuatu telah terjadi. 9 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sejarah dapat diartikan sebagai :
a. Kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
8 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah , Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1995, hal. 17. 9 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah , Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975, hal. 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Pengetahuan atau uraian tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada masa
lampau.10
Pengertian sejarah sebagai ilmu adalah suatu studi keilmuan tentang segala
sesuatu yang telah dialami manusia dari waktu yang lampau dan yang telah
meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang, di mana tekanan perhatian
diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal ini urutan
perkembangannya yang kemudian akan disusun menjadi sebuah cerita sejarah.
Karena skripsi ini membahas perkembangan sebuah Gereja, maka perlu
dicari konsep mengenai Gereja untuk menja wab setiap permasalahan yang telah
dibuat. Kata “Gereja” berasal dari bahasa Portugis, yaitu “ Igreja”, yang berasal
dari kata Yunani “Eklesia” : (mereka yang dipanggil, kaum, golongan ) Kyriake
(yang dimiliki Tuhan ). Maka kata “Gereja’ sama asal-usulnya seperti kata “Kerk”
(Belanda) dan Kirche ( Jerman ). 11 Gereja adalah umat Allah. Ia adalah Sakramen,
yaitu keselamatan, tanda dan penghasil persatuan dan persaudaraan, cintakasih
dan sarana kesatuan mesra umat manusia dengan Allah. Allah memanggil mereka
berhimpun dengan kepercayaan penuh kepada Yesus Kristus pencipta
keselamatan, dasar kesatuan dan perdamaian, dan membentuk menjadi Gereja.
Hal tersebut berarti Gereja merupakan himpunan dari orang-orang yang percaya
akan Yesus Kristus sebagai pencipta kesela matan, dasar kesatuan dan perdamaian.
Menurut T.H van den End, Gereja adalah “ Persekutuan orang yang dipersatukan
dalam Kristus, dibimbing oleh Roh kudus dalam ziarah mereka menuju kerajaan
Bapa dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan ke semua orang ” 10 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1966, hal. 208-209. 11 Adolf,.P. Heuken, S.J. Ensiklopedi Populer Tentang Gereja,Yogyakarta: Kanisius,1976, hal. 60.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Semua dan setiap anggota dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Yesus
Kristus dan Injilnya sesuai dengan kemampuan kedudukan masing-masing.12
Gereja dihubungkan dengan kesatuan dunia dan Gereja juga mau memperlihatkan
kepada dunia, bahwa kesatuan iman dan cinta kasih yang merupakan dasar kokoh
kesatuan Gereja sendiri di dalam Roh Kudus. 13Gereja juga dapat dikatakan
sebagai suatu gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama
(Kristen).14
Secara garis besar, pengertian mengenai Gereja dapat dituliskan seperti
tersebut di atas. Di sini konsep Gereja Kristen sendiri sedikit berbeda dengan
Gereja Katholik. Gereja Kristen merupakan hasil dari pekerjaan Badan atau
Lembaga Zending yang pada saat itu berada di Indonesia. Lembaga Zending itu
didirikan oleh anggota dari berbagai macam Gereja Kristen dengan tradisi, ajaran,
tata ibadah, dan stuktur yang berbeda -beda. Memang pada lembaga-lembaga
Zending itu ditemukan ciri yang hampir sama, yaitu mengenai semangat untuk
memberitakan Injil kepada orang-orang pribumi. Sebagian besar para misionaris
Kristen dalam melakukan pekerjaannya tidak terlalu mementingkan dogma dan
ajaran Gereja yang ortodoks seperti misalnya Gereja Luteran.
Konsep Gereja Kristen yang ditanamkan di Indonesia itu meniru yang
berada di negara atau Gereja asal lembaga Zending Kristen tersebut. Setiap Gereja
Kristen di Indonesia memiliki kiblatnya ke Barat. Ada yang menganut ajaran
Calvin ( kelompok reformed atau Gereformed ), menganut ajaran Luther
(Lutheran ), menganut ajaran Wesley ( Methodist ) dan sebagainya. Biasanya 12 Th. van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta : BPK Gunung Mulia,Tanpa Tahun. Hal. 7. 13 J.B. Banawiratma, S.J. Gereja dan Masyarakat , Yogyakarta: Kanisius, 1986, hal. 25. 14 W.J.S Poerwadarminta, op.cit., hal. 318.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gereja-gereja Kristen yang terbentuk kemudian mengambil nama berdasarkan
suku-suku bangsa anggota Gereja, daerah, tempat berdiri Gereja itu, atau
mengambil nama dari Gereja Induknya. Sebagai contoh nama - nama Gereja
tersebut antara lain : Gereja Kristen Muria Indonesia ( GKMI ), Gereja Kristen
Jawa ( GKJ ), Gereja Kristen Indonesia (GKI ), sedang Gereja Khatolik
merupakan Gereja yang secara eklesiologis15 tidak mempunyai masalah, karena
gereja tersebut telah menjadi a nggota Gereja Katholik Roma sedunia, meskipun di
dalam Gereja Khatolik ada beberapa Tarekat ( ordo ), tetapi hal itu tidak
mempengaruhi struktur dan wujud gereja yang satu dan esa.
Inkulturasi merupakan suatu proses di mana Gereja masuk dan
berkembang dalam lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Di dalam
lingkungan kebudayaan itu, Gereja Kristen Jawa masuk dan berkembang di
dalamnya. Inkulturasi adalah satu proses di mana persekutuan gereja menghidupi
iman dan pengalaman kristennya dalam kontek kebudayaan tertentu, sehingga
penghayatan ini tidak hanya dapat diungkapkan lewat elemen-elemen kebudayaan
setempat, melainkan menjadi satu kekuatan yang menjiwai, membentuk dan
secara mendalam membaharui kebudayaan itu, sehingga terciptalah pola-pola baru
persekutuan dan komunikasi dalam kebudayaan dan di luar kebudayaan itu
sendiri. 16
Pengertian kajian historis adalah usaha untuk mempelajari dan menggali
fakta-fakta dan menyusun kesimpulan mengenai pristiwa-pristiwa masa lampau.
Temuan masa lampau tersebut dapat dijadikan bahan untuk masa sekarang dan 15 Eklesiologis berasal dari kata Yunani: Eklesia, yang berarti kumpulan kaum atau golongan dalam hal ini adalah golongan yang percaya pada Kristus. lihat P. Adolf Heuken sj op. cit., hal. 60. 16 Hubertus Muda SVD, Inkulturasi, Flores: Percetakan Offset Arnoldus, 1992, hal. 34.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
meramalkan pristiwa yang akan datang. Dalam kajian historis di samping
digunakan dalam penelitian sejarah, bisa juga untuk meneliti perkembangan
sistem pendidikan, kurikulum, penilaian dari periode ke periode sebagai bahan
untuk masa mendatang. 17
Terselenggaranya pendidikan Kristen di Gondangwinangun adalah benar-
benar sebagai ladang pemasyuran Injil, kabar keselamatan dan kesukaan. Para
tenaga pendidik adalah alat untuk menanamkan Firman Tuhan kepada siswanya
dan memelihara dengan tekun dengan berbagai cara. Ibarat juru tani yang
diperintahkan oleh tuannya untuk menabur biji di ladangnya dan diolah,
dipelihara, dengan tekun dan baik agar biji dan bibit tersebut dapat tumbuh hidup
berkembang dan berbuah.
Meskipun mengalami berbagai hambatan dan tantangan namun karena
ketekunan dan pemeliharaan juru tani dibarengi dengan berkat Tuhan, maka kini
bibit yang ditanam tersebut dapat tumbuh dan menjadi pohon yang besar dan kuat
bahkan sudah berbunga yang berguna bagi tuan tanah dan pemilik kebun anggur
ialah Tuhan Allah, Bapa kita sehingga PI kabar keselamatan dan kesukaan itu
telah dimiliki oleh para siswa dahulu dan masyarakat di sekitarnya, mengakui dan
percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus itulah yang menjadi Juru Selamatnya.
Meskipun para guru sebagian besar sudah tidak ada di Gondangwinangun, bahwa
sebagian sudah dipanggil Tuhan akan tetapi bibit yang ditabur tersebut sudah
dapat tumbuh, berakar, berkembang dan berbuah seperti yang tersirat dalam
Firman Tuhan 1 Petrus 2 : 9 yang berbunyi demikian:
17 Nana Sudjana, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989, hal. 81.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
“ Kamu telah dipanggil keluar oleh Allah dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib dan yang kemudian dijadikan bangsa yang terpilih supaya kamu memberikan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia.”
Firman ini telah dinyatakan oleh Allah sendiri di wilayah
Gondangwinangun berujud GKJ Gondangwinangun yang di tahbiskan pada
tanggal 11 april 1967 oleh GKJ Klaten. Kendati secara duniawi hanya dengan
modal sebuah kitab suci dan sebuah mimbar kecil, namun karena kuasa Allah
GKJ dapat berdiri secara fisik maupun secara rohani. Mengenai pelaksanaan tugas
pokok di dunia ini yaitu memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar
dalam bidang keesaan, kesaksian dan pelayanan, seperti yang tersirat dalam
Firman Tuhan Mateus 28 : 19 – 20 yang berbunyi demikian :
“ karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku perintahkan kepada mu. Dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir jaman.”
Untuk mewujudkan tugas-tugas tersebut, maka GKJ Gondangwinangun
mengadakan kegiatan-kegiatan seperti kebaktian, persekutuan, maupun kegiatan
yang bersifat rohani lainnya.
G. Metode dan Pendekatan penelitian
a. Metode Penelitian dan Penulisan
Setiap bidang ilmu memiliki cara kerja atau metode tersendiri untuk
menggali dan mencari kebenaran yang lebih hakiki. Metode merupakan suatu cara
untuk menjawab atau menyelesaikan masalah penelitian. Sedangkan metode
sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
peninggalan masa lampau. Metode tersebut berfungsi sebagai media pembantu
dalam menggali dan menemukan suatu kebenaran yang lebih objektif. 18
Dalam metode penelitian sejarah terdapat 4 tahap yang harus dilalui
yaitu:19
1) Heuristik yaitu proses pengumpulan data yang relevan untuk keperluan
subjek yang diteliti. Sumber ini diperoleh dari arsip -arsip Gereja, dokumen
Gereja, dan buku-buku lain yang relevan dan juga melakukan wawancara
dengan tokoh-tokoh Gereja dalam periode sejaman.
2) Kritik sejarah, yaitu menyelidiki apakah data itu benar atau tidak. Pada tahap
ini penulis melakukan penelitian terhadap data yang telah dikumpulkan
terutama sumber primer yang sudah diperoleh dari Gereja, antara lain arsip-
arsip Gereja baik notulen rapat, dan dokumen-dokumen penting lainnya.
3) Interpretasi, yaitu menetapkan makna dan saling berhubungan dari berbagai
fakta yang telah diperoleh. Dalam tahap interpretasi ini dilakukan analisis
sumber yang bertujuan untuk mengurangi subyektifitas dalam suatu kajian
sejarah sebab di dalam unsur subyektifitas dalam suatu penulisan sejarah
selalu ada yang dipengaruhi oleh jiwa jaman, kebudayaan, pendidikan,
lingkungan sosial dan agama yang melingkupi penulisnya.20Analisis sumber
dilakukan dengan cara menjelaskan data-data yang ada atau menguraikan
informasi dan mengaitkannya antara yang satu dengan yang lain. Setelah
18 Ibid, hal. 32. 19 Nugroho Noto Susanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah, Jakarta: Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata, 1964, hal. 22-23. 20 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 72.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
analisis sumber yang dilakukan adalah sintesis sumber yaitu yang dilakukan
dengan membandingkan dan memadukan data-data yang diperoleh.
4) Penulisan sejarah (Historiografi) merupakan gambaran atau pengisahan
kembali suatu runtutan pristiwa, berdasarkan data yang diperoleh dan diuji
kebenaraanya. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka metode
pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Studi Pustaka (bahan dokumen atau buku), yaitu dengan cara
pengumpulan data -data dari dokumen gereja dan buku-buku yang relevan
dengan penelitian ini. Ini dapat dikatakan sebagai sumber primer.
b. Wawancara yaitu pengumpulan data secara lisan dengan cara melakukan
tanya jawab kepada orang-orang yang dapat memberikan informasi yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Tujuannya adalah supaya mendapatkan
sumber informasi yang ada dalam penelitian ini. Informan yang dapat
dijadikan narasumber adalah mantan majelis GKJ Gondangwinangun (yang
terdiri dari penatua dan pendeta serta beberapa pengurus komisi Gereja ).
Dengan cara ini maka sumber dapat diperoleh dan dapat dijadikan sumber
data untuk menjawab permasalahan yang ada di dalam penelitian. Ruang lingkup
temporal mempunyai batasan yaitu awal dan akhir dari perkembangan gejala
sejarah, dan ruang lingkup spasial juga mempunyai batasan yaitu seluruh wilayah
yang dipakai sebagai tempat yang akan diteliti.21
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam kajian historis menurut
definisi Louis Gottschalk yaitu :
21 Ibid, hal. 72-73.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1. Penelitian subjek untuk diselidiki ( penelitian )
2. Pengumpulan sumber-sumber informasi yang mungkin diperlukan untuk
subyek tersebut
3. Pengujian sumber-sumber tersebut untuk mengetahui sejati atau tidaknya
4. Pemetikan unsur-unsur yang da pat dipercaya dari pada sumber-sumber yang
terbukti sejati.22
Penelitian ini juga dibatasi oleh ruang lingkup waktu dan ruang untuk
membantu menjawab dan menganalisa permasalahan yang ada. Penelitian ini
mengambil lokasi di Gereja Kristen Gondangwinangun Klaten antara tahun 1967-
1997. Dalam kajian ini dipilih perkembangan GKJ Gondangwinangun dari tahun
1967-1997. Pertimbangan penetapan tahun 1967 sebagai awal studi dikarenakan
pada tahun ini Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun telah didewasakan oleh
Gereja Kristen Jawa Klaten.
Di samping itu, pembatasan waktu juga dilakukan untuk mempermudah
pengumpulan data historis yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang
ada di dalam penelitian. Untuk memperoleh data yang akurat maka diperlukan
adanya kritik sumber, yang dapat dilakukan secara ekstern dan intern terhadap
data yang diperoleh melalui dokumentasi.
Kritik ekstern digunakan untuk mengetahui keaslian data atau informasi.
Kritik intern untuk meneliti kebenaran dari makna yang terkandung dalam fakta
yang ditelitinya.23Hasil dari kritik sumber adalah fakta -fakta yang merupakan
22 Louis Gottschlak, op. cit. , hal. 34. 23 Nana sudjana, Penelitian dan Penilaian pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989, hal. 82.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bahan untuk penyusunan cerita sejarah. Fakta tersebut dianalisa terlebih dahulu
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Laporan penelitian ini ditulis dengan cara deskriptif-analitis, berupa
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan obyek atau subyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
dikumpulkan. Metode ini digunakan untuk menjawab permasalahan tetapi juga
berusaha untuk menguraikan mengapa pristiwa itu terjadi. Data yang sudah
dianalisis, dijadikan suatu cerita untuk itu diperlukan kemampuan berpikir logis,
memiliki imajinasi yaitu membayangkan apa yang sebelumnya, apa yang sedang
terjadi dan apa yang sudah terjadi sesudah itu. 24Dalam penelitian ini penulis
berusaha untuk menggambarkan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun dari
tahun 1967-1997. Dengan metode ini penulis berusaha untuk menguraikan
mengapa Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun dapat berdiri dan berkembang
di Gondangwinangun.
b. Pendekatan
Penulis berusaha merekontruksi peristiwa masa lampau agar lebih bermakna
dengan menggunakan pendekatan multidimensional. Pendekatan
multidimensional adalah suatu pendekatan yang dalam memaparkan dan
menganalisa berbagai peristiwa menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu
sosial yang relevan dengan pokok-pokok kajiannya 25, khususnya pendekatan
sosial dan budaya. Pendekatan sosial adalah pendekatan yang digunakan untuk
mengkaji segi-segi sosial Gereja atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan umat 24 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah , Yogyakarta: Benteng Budaya, 1995, hal. 20. 25Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1993, hal. 122.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Kristen di Gondangwinangun, di dalam maupun di luar Gereja dalam
hubungannya dengan pewartaan iman Kristen di masyarakat.
Pendekatan budaya digunakan untuk melihat struktur sosial yang mencakup
unsur-unsur kebudayaan dan religius di Gondangwinangun.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai skripsi ini
maka sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian
dan pendekatan serta sistematika penulisan.
BAB II Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Gondangwinangun. Membahas
mengenai prapendewasaan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun yang dimulai
dari wilayah barat sebagai anak cabang Gereja Kristen Jawa Klaten dan pepanthan
Gondangwinangun menuju pendewasaan akan menjelaskan sebelum terjadinya
Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun.
BAB III Memaparkan mengenai perkembangan GKJ Gondangwinangun dari
tahun 1967-1981. Perkembangan yang dimaksud yaitu meliputi faktor yang
mendorong dan menghambat perkembangan GKJ Gondangwinangun serta
sumbangan yang telah diberikan oleh GKJ Gondangwinangun bagi masyarakat
sekitar. Perkembangan pelayanan jemaat Gondangwinangun. Pada bab ini juga
dijelaskan mengenai perkembangan umat (jemaat), peranan dan keterlibatan
jemaat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh GKJ Gondangwinangun sejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tahun 1967-1981 dan Kegiatan yang dilakukan oleh berbagai komisi yang ada di
tubuh GKJ Gondangwinangun.
BAB IV Pada bab ini dibicarakan mengenai perkembangan Gereja Kristen Jawa
Gondangwinangun dari tahun 1982-1997. Perkembangan yang dimaksud yaitu
meliputi faktor yang mendorong dan menghambat perkembangan GKJ
Gondangwinangun serta sumbangan yang telah diberikan oleh GKJ
Gondangwinangun bagi masyarakat sekitar. Perkembangan pelayanan jemaat
Gondangwinangun. Perkembangan umat (jemaat), peranan dan keterlibatan
jemaat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh GKJ Gondangwinangun sejak
tahun 1982-1997 dan Kegiatan yang dilakukan oleh berbagai komisi yang ada di
tubuh GKJ Gondangwinangun.
BAB V Kesimpulan merupakan suatu jawaban atas permasalahan yang telah
diuraikan dan dianalisis berdasarkan berbagai data dan juga fakta yang telah
penulis dapatkan selama penulis mengadakan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB II
LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KRISTEN JAWA
GONDANGWINANGUN
A. Wilayah Barat sebagai Pepanthan Gereja Klaten
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan yang dipimpin oleh Sukarno-Hatta. Langkah yang berani telah
ditempuh oleh bangsa Indonesia , yang sekian lama tertindas oleh penjajahan
Belanda dan Jepang. Mulai saat itu bangsa Indonesia berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Bangsa Indonesia
yang terdiri dari bermacam-macam suku dan agama ternyata mampu
mempersatukan diri untuk menghadapi segala tantangan dan memproklamasikan
kemerdekaan itu. Dengan hati yang telah bebas dan merdeka, bangsa Indonesia
mengisi kemerdekaan tersebut dengan menjalankan roda pemerintahan dalam
kehidupan sehari- hari.
Gereja Kristen juga merasakan kehidupan yang merdeka, tidak lagi takut
dan was -was dalam menjalankan ibadah dan pelayanannya terhadap Tuhan dan
sesama karena telah diatur dalam UUD 1945.
Pembangunan di segala bidang mulai direncanakan, demikian juga dengan
tempat-tempat ibadah terutama gereja sudah mulai bangkit kembali untuk
memberikan pelayanan kepada umatnya. Gereja mulai membenahi diri baik secara
fisik maupun psikis mulai dari jemaatnya sendiri. Hal itu juga terjadi pada Gereja
Kristen Jawa Klaten yang pada masa pendudukan dan pemerintahan Jepang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menjadi zaman kesusahan dan kesulitan bagi Gereja-gereja dan orang Kristen,
namun sekaligus menjadikan masa ujian dan pengalaman positif. Gereja -gereja
diperhadapkan secara nyata untuk menjadi dewasa, terlepas dari induknya, tanpa
campur tangan dari Gereja -gereja di Belanda, diuji kepemimpinannya dengan
pergumulan yang ada. Warga Gereja yang bergerak dan terserak, ternyata menjadi
benih-benih pertumbuhan Gereja. Mereka berserak karena mengungsi misalnya,
menjadi berkat munculnya kekristenan di Banjarnegara. Dr. H. A van Andel benar
ketika berkata kepada Majelis Gereja Margoyudan, sebelum ia ditawan, katanya,
“Bilamana kita menyelidiki sejarah Gereja sejak zaman dahulu, kita akan
berulang-ulang menemui cerita, bahwa justru pada zaman penderitaan yang hebat
itu Gereja Kristen dipimpin ke arah kedewasaan kemudian dapat berdiri dalam
segala hal. Demikian kehendak Tuhan, makin sukar zaman, makin memungkinkan
kedewasaan jemaat Kristen. 26
Setelah proklamasi kemerdekaan Gereja Kristen Klaten beserta jemaatnya
mulai berusaha untuk bangkit dan mengembangkan kembali pemberitaan Injil.
Usaha yang dilakukan Majelis Gereja Klaten antara lain dengan menggunakan
gedung gereja Klaten sebagai tempat ibadat, setelah gereja dalam keadaan yang
menyedihkan di bawah pemerintahan Jepang. Dalam hal pengembangan Injil
Majelis Gereja mulai membuka sekolah-sekolah Kristen yang di dalamnya
diajarkan pula tentang agama Kristen. Usaha -usaha yang dilakukan oleh Majelis
Gereja mempunyai tujuan memperluas kerajaan Allah, walaupun Indonesia masih
dalam suasana berjuang fisik untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia.
26 Buku peringatan 40 tahun GKJ Surakarta, hal. 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Perhatia n pemerintah terhadap agama dan perkembangannya semakin nyata.
Maka tak mengherankan jika ketika itu dapat terselenggara Musyawarah Antar
Agama ( 1967) di tingkat pusat, Dati I, Dati II, sebagai upaya pihak pemerintah
untuk mengatasi ketegangan kehidupan umat beragama di dalam hidup bersama
dengan agama lain. Demikian juga perhatian pemerintah di bidang pendidikan,
pendidikan agama dimasukkan dalam pelajaran di sekolah-sekolah, termasuk mata
pelajaran Agama Kristen. Hal itu bahkan tertuang dalam undang-undang Negara
maupun ketetapan MPRS.27 Hal tersebut di atas merupakan salah satu tugas
Gereja dalam melaksanakan kewajibannya di bidang kehidupan kerohanian bagi
seluruh warga jemaat Kristen. Di samping itu Gereja Klaten mempunyai tugas
untuk membina kerohanian dan kerukunan bagi umat Kristen pada khususnya dan
kerukunan dengan agama lain. Dalam melaksanakan kewajibannya itu anggota
Majelis GKJ Klaten mencoba membuka dan mendirikan sekolah.
Gereja Kristen Jawa Klaten merupakan Gereja induk bagi jemaat Kristen
di Klaten, dan GKJ Klaten memiliki wilayah yang sangat luas bahkan hampir
seluruh Klaten. Dalam hal ini Majelis Gereja membagi daerahnya dalam beberapa
wilayah, di antaranya adalah wilayah Barat yang terdiri dari daerah
Gondangwinangun, Wedi, Gantiwarno, Puluhwatu, Candirejo, Damaran, Canan,
Sumyang, dan Ngrundul28. Wilayah Barat inilah yang kemudian menjadi
pepanthan Gondangwinangun.
27 Undang-Undang No.4/1950, bab XII, Pasal 20, menyebutkan:” Dalam sekolah-sekolah Negeri diadakan pelajaran Agama …”. Ketetapan MPRS XXVII tahun 1966, menekankan kembali dan menggarisbawahi pentingnya pendidikan agama disekolah-sekolah dasar sampai universitas dll. 28 Tri Yundanto Ts dkk, Sejarah GKJ Klaten, Klaten 1987, hal. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Jemaat Gereja Kristen Klaten dari waktu ke waktu mulai bertambah
banyak, baik dari luar wilayah Klaten maupun jemaat Kristen yang baru saja
menerima baptis karena menanggapi panggilan Kristus. Di wilayah Klaten para
pendatang yang sudah beragama Kristen, kemudian masuk menjadi anggota
jemaat Klaten. Dengan semakin bertambahnya umat di gereja Klaten itu
menyebabkan gedung gereja tidak lagi mampu menampung seluruh jemaatnya
yang hadir dalam kebaktian Minggu. Oleh karena itu anggota Majelis GKJ Klaten
memutuskan untuk mendirikan pepanthan ( anak cabang dari Gereja Klaten ) pada
wilayah-wilayah tertentu, maksudnya pada wilayah yang dianggap mempunyai
jarak yang jauh dari Gereja Kla ten dan memiliki warga jemaat yang sudah
banyak. Didirikannya pepanthan Gondangwinangun tersebut dengan maksud, agar
menampung seluruh jemaat di wilayah Gondangwinangun. Majelis Gereja Kristen
Jawa Klaten juga berharap dengan didirikannya pepantha n Gondangwinangun
nantinya dapat menambah jemaat Kristen yang telah ada dan untuk memperluas
kerajaan Allah.
B. Pepanthan Gondangwinangun Menuju Pendewasaan
Persiapan jemaat Kristen di wilayah sebelah Barat Gereja Kristen Jawa
Klaten untuk membentuk pepanthan dirintis oleh anggota Majelis Gereja Klaten
dan juga melakukan pekabaran Injil di wilayah Gondangwinangun dan sekitarnya
yaitu :
1. Penasehat : Prawiroharsono
2. Ketua : Aris Prawirosusanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3. Sekretaris : S. Joyohartono
4. Bendahara : M. Dibyosuwarno
5. Sie Usaha : Kiswiyono dan Prayitno
6. Sie Wanita : Ny. Hadiwijono
Pepanthan Gondangwinangun sudah memiliki warga yang cukup banyak
karena sebagian adalah warga jemaat Klaten, tetapi ada juga yang murni dari hasil
pekabaran Injil. Adapun batas wilayah pepanthan Gondangwinangun adalah
sebelah Timur berbatasan dengan GKJ Kebonarum, sebelah Selatan berbatasan
dengan GKJ Wedi, sebelah Barat berbatasan dengan GKJ Prambanan, dan sebelah
Utara berbatasan dengan GKJ Klaten pepanthan Karangnongko.29 Bagi jemaat-
jemaat Kristen yang berada di batas yang telah disebutkan di atas tadi, akan lebih
mudah dan dekat apabila mengikuti kebaktian hari Minggu di pepanthan
Gondangwinangun.
Warga jemaat yang baru adalah jemaat Kristen yang berada di sekitar
wilayah Kecamatan Jogonalan sampai daerah perbatasan dengan Kecamatan
Kebonarum, Karangnongko, dan Gantiwarno. Tuhan memanggil umat-Nya di
Gondangwinangun.
Pada tahun 1937 Bapak Prawiroharsono menerima sakramen permandian
kudus. Bapak Prawirolah yang pertama-tama menerima panggilan Tuhan menjadi
orang Kristen di Gondangwinangun, sebagai anggota Gereja Kristen Jawa
Klaseman Klaten. Masyarakat Kristen Gathak, Minggiran dan Sumyang
semuanya sebagai anggota Gereja Kristen Jawa Klaseman Klaten dan kemudian
29 Lihat peta wilayah pelayanan GKJ Gondangwinangun, lampiran 1. hal. 89.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menjadi warga Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun sebagai wilayah
pembiakan dari Gereja Kristen Jawa K laten.
Kegiatan belajar mengajar, Veervolg School juga menyelenggarakan
pendidikan patvender KMI ( Kepanduan Masehi Indonesia ) di waktu sore, oleh
guru Wignyohartono dan Prawiroharsono. Pada awal dan menjelang tutup tahun
ajaran, dilaksanakan kunjungan oleh guru kepada murid-muridnya dengan maksud
pembinaan yang bersifat pengabaran Injil. Juga menye lenggarakan peringatan
hari-hari besar Kristen. Maka makin bertambahlah pengenalan, pengertian, dan
arti Kristen bagi masyarakat di sekitar wilayah kerja Veervolg School. Oleh
karena itu maka dapatlah diselenggarakan Zondag -School ( Sekolah Minggu )
yang dilayani oleh Praptoharsono dan Prawiroharsono. Bahkan juga dapat
dilakukan kebaktian Minggu sore. Sekolah Zending Veervolg School juga
menjalin kerja sama dengan Rumah Sakit Tegalyoso, dalam hal renungan bagi
pasien yang beragama Kristen seminggu 1x pada pagi hari yang telah ditentukan.
Tahun 1957 diadakan kegiatan Reuni siswa Veervolg School
Gondangwinangun yaitu para anak didik Wignyosubroto. Dalam kegiatan ini juga
sekaligus sebagai perayaan peringatan hari Paskah, yang dilaksanakan di rumah
Bapak Mangunwidagdo, Karang, Plawikan, Jogonalan. Perayaan Paskah ini
didukung dan dimeriahkan juga oleh umat Kristen kampung Minggiran yang
digerakkan oleh Bapak Joyohartono dkk dengan bimbingan Bapak
Prawiroharsono. Tuhan berkenan memanggil umatNya melalui perayaan Paskah
ini. Pada perayaan Natal Desember 1959, lebih dari 50 orang menerima
Permandian Kudus di GKJ Klaseman Klaten. Ini merupakan Permandian Kudus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
terbesar dari masa-masa sebelumya. Maka makin meluaslah wilayah pelayanan
karya Allah sehingga meliputi kampung Jetis , Kebonarum, Pucung, Prawatan,
Nolojayan, Thitang, Sumyang dan Karangdukuh. Dengan semakin luas wilayah
pelayanan ini berarti bahwa Allah telah bekerja di wilayah Jogonalan, maka oleh
Majelis GKJ Klaseman Klaten, umat Kristen di Gondangwinangun dinyatakan
sebagai kelompok blok VI dan di Sumyang dan sekitarnya sebagai blok VII
wilayah GKJ Klaten.
Sebenarnya kehidupan pepanthan Gondangwinangun pada tahun 1964 -
1967 dalam situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan baik di bidang sosial
ekonomi maupun sosial politik. Namun di bidang rohani sungguh mendapat
mukjizat dari Tuhan. Tuhan berkenan memakai dan menyertai umatnya untuk
berpartisipasi dalam karyanya. Pepanthan Gondangwinangun dapat berkembang
pesat baik secara kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu pemerintah dan
masyarakat bersedia mengakui keberadaan umat Kristen pepanthan
Gondangwinangun wilayah Jogonalan.
Berdasarkan kehidupan dan perkembangan pepanthan Gondangwinangun
(Blok VI Gondangwinangun dan blok VII Sumyang) maka Majelis GKJ Klaten
menyarankan agar siap didewasakan. Meskipun anggota Majelis di Pepanthan
menyatakan belum mampu di segala bidang lebih-lebih bidang ekonomi dan
pengetahuan bergereja, namun sidang memutuskan membentuk panitia persiapan
pendewasaan pada bulan April 1965.
Dalam lingkungan GKJTS dianut 3 kriteria untuk menentukan Gereja
dewasa, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
1. Gereja Dewasa penuh, artinya sudah bermajelis dan sudah berpendeta sendiri .
2. Gereja yang belum dewasa penuh, artinya sudah bermajelis tetapi belum
berpendeta.
3. Gereja yang belum bermajelis dan belum berpendeta langsung dibina oleh
Gereja Induknya 30.
Usaha panitia persiapan pendewasaan antara lain:
a. Melengkapi sarana ibadat
Merintis mengumpulkan tempat duduk yang diserahkan oleh para anggota
jemaat, serta mencari bantuan dari warga terpandang.
b. Mengumpulkan dana:
Mencari bantuan dari para warga jemaat dan donatur s ecara syah
c. Menyalurka n bantuan dari himpunan sosial Gerejani:
Menyampaikan pemberian bulgur, susu, bahan pakaian dan pakaian jadi
kepada warga jemaat ( bahan dari GKN ).
Pepanthan Gondangwinangun merupakan bagian dari GKJ Klaten yang
didewasakan pada tanggal 11 April 1967. Pada saat pendewasaan, warga
pepanthan Gondangwinangun berjumlah 365 jiwa.
Setelah dilakukan pendewasaan pepanthan Gondangwinangun berubah
menjadi GKJ Gondangwinangun. Pada pentabisan pendewasaannya diundang
pendeta-pendeta dan utusan Sinode, pendeta dan wakil majelis se Klasis
Surakarta, Pendeta S. Notodiryo dan seluruh anggota Majelis GK J Klaten, dan
30 Gereja tipe ke-3, sekarang ini disebut “ pepanthan “ ia dibina dan berada di bawah Gereja tipe ke-1atau tipe ke-2 dan bilamana sudah dip andang dapat berdiri sendiri, maka ia didewasan oleh Gereja induknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Majelis GKJ Gondangwinangun juga mengundang Muspika, Lurah, Kades,
Kepala KUA, jawatan dinas dalam wilayah Kawedanan Gondangwinangun.
Pentabisan Pendewasaan dilaksanakan oleh:
1. Pendeta Notodiryo dan seluruh anggota Majelis GKJ Klaten
2. Pendeta dan wakil Majelis se Klasis Surakarta
3. Pendeta -pendeta utusan sinode
Atas keputusan klasis Surakarta, Pendeta Sudiharto ditugasi sebagai
Pendeta Konsulen yang pertama di Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun.
Sidang Majelis pertama bertempat di kamar / ruang M Dibyo Suwarno, dengan
keputusan sebagai berikut :31
1 Tempat ibadat tetap menggunakan sebuah ruang di rumah Bapak
Mangunwidagdo Karang, Plawikan, Jogonalan, Klaten dengan pengaturan
seperlunya.
2. Pela ksanaan ibadat Sabat ( Minggu ) : 1 Kali mulai pukul 08.00.
3. Tempat Sidang Majelis di rumah Bapak Dibyo Suwarno dengan menjamin
kerahasiaan secara ketat.
4. Melengkapi kelembagaan Gerejani .
a. KPI diketuai oleh Bapak Prawiroharsono.
b. KWG diketuai oleh Ibu Abdul Rahman.
c. Kompalok diketuai oleh Bapak Suroto.
d. Kosming diketuai oleh Bapak T. Ranto Atmojo .
31 Lihat lampiran 2. hal. 90, 91 dan 92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Gereja Kristen Jawa Klaten sebagai Gereja induk memberikan
peninggalan kepada Gereja Kristen Gondangwinangun berupa32:
1. Satu (1) buah Kitab Suci besar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang
berbahasa Jawa
2. Satu (1) buah mimbar kecil
Dengan didewasakannya GKJ Gondangwinangun maka Gereja Klaten
sudah tidak lagi mempunyai tanggung jawab terhadap Gereja Gondangwinangun.
Gereja Gondangwinangun memiliki wilayah dengan batas Timur berbatasan
dengan GKJ Kebonarum, Selatan berbatasan dengan GKJ Wedi, Barat berbatasan
dengan GKJ Prambanan, dan Utara berbatasan dengan GKJ Klaten pepanthan
Karangnongko. Bagi jemaat-jemaat Kristen yang berada di batas yang telah
disebutkan di atas tadi, akan lebih mudah dan dekat apabila mengikuti kebaktian
hari Minggu di pepanthan Gondangwinangun.
Mekanisme penggembalaan diatur menjadi 3 wilayah :
Blok I : meliputi Depra Karangdukuh, Plaw ikan, Basin
Blok II : meliputi Depra Sumyang, Bakung, Cabean
Blok III :meliputi Depra Kraguman, Prawatan Gumul, dukuh
Nolojayan, Gondangan.
32 Tri Yundanto Ts dkk, Sejarah GKJ Klaten, Klaten 1987, hal. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
PERKEMBANGAN GEREJA KRISTEN JAWA GONDANGWINANGUN
DARI TAHUN 1967-1981
A. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat, serta Sumbangan dari
Perkembangan GKJ Gondangwinangun Tahun 1967-1981.
Perkembangan Gereja tentu dipengaruhi berbagai faktor yang mendorong
dan faktor penghambatnya. Seperti juga yang telah dialami oleh GKJ
Gondangwinangun, berbagai faktor pendorong dan penghambat telah dilalui
seiring dengan perkembangannya dalam periode tahun 1967-1981.
1. Faktor pendorong perkembangan GKJ Gondangwinangun tahun 1967-1981.
Adapun faktor -faktor pendorong dari perkembangan GKJ
Gondangwinangun selama 15 tahun tersebut adalah sebagai berikut :
a. Peranan Jemaat.
Peranan jemaat di sini diart ikan sebagai keaktifan jemaat dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diselanggarakan oleh Gereja melalui komisi-komisi yang
telah terbentuk. Melalui kegiatan tersebut jemaat dapat mengajak tetangga
ataupun saudaranya yang non Kristen untuk berperan serta dalam perlombaan
yang diadakan di Gereja, misalnya dalam rangka lomba hari pekan keluarga.
Secara tidak langsung warga yang non Kristen ini tertarik menjadi seorang Kristen
dan kemudian beragama Kristen, karenanya jemaat GKJ Gondangwinangun dapat
bertambah jumlahnya. Pendorong perkembangan GKJ Gondangwinangun adalah
peran warga jemaat yang sudah dewasa. Para orang tua dengan kesadarannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
mengikutsertakan anak-anak mereka untuk mengikuti baptis anak. Keadaan ini
membuat perkembangan jumlah umat di GKJ Gondangwinangun mengalami
peningkatan, karena anak-anak telah diarahkan pada ajaran Kristus dan lahirnya
umat baru tersebut diharapkan menjadi penerus perkembangan GKJ
Gondangwinangun.
b. Kondisi sosial.
Umat Kristen merupakan warga minoritas, meskipun sebagai umat
minoritas akan tetapi hubungan yang baik tetap tercipta di antara masyarakat yang
non Kristen dengan masyarakat Kristen. Sebagai contoh: di wilayah Nganten dan
Sumyang yang termasuk bagian wilayah pelayanan GKJ Gondangwinangun,
masyarakat non Kristen sering membantu apabila ada pekerjaan atau kegiatan
yang memerlukan bantuan mereka, kegiatan kerja bakti yang dilakukan di
lingkungan GKJ Gondangwinangun ini juga dilakukan bersama-sama penduduk
sekitar. Suasana sikap toleransi yang dikembangkan oleh kedua belah pihak
mendukung perkembangan GKJ Gondangwinangun. Kondisi lain yang ikut
mendukung perkembangan GKJ Gondangwinangun yaitu menyangkut kehidupan
sesama umat Kristen, baik di lingkungan GKJ Gondangwina ngun maupun dengan
jemaat dari Gereja lain. Bentuk kerja sama dengan Gereja Katolik dapat dikatakan
baik, terutama hubungan formal ini sering dilakukan melalui peringatan-
peringatan hari raya Kristen yang dilakukan secar a bersama. Pada tahun 1967
diselenggarakan musyawarah bersama antara Gereja Roma Katolik dengan pihak
DWG dan pada tahun yang sama pula kedua belah pihak bersama-sama mengikuti
Musyawarah Agama Jawa Tengah di Semarang. Di dalam wadah kerja sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tersebut, ada yang menjadi salah satu pengurusnya, dengan berbagai kegiatan
tersebut maka akan memotivasi para jemaat untuk terlibat aktif dalam kegiatan
yang dilakukan dalam ruang lingkup intern yaitu di Gereja tempat jemaat tersebut
tercatat sebagai anggotanya.
c. Kepemimpinan.
Yang dimasud dengan kepemimpinan ini semata -mata bukanlah seorang
pemimpin yang digambarkan sebagai seorang yang diktator di mana segala
sesuatu keputusan berada di tangannya. Pendeta di dalam Gereja Kristen Jawa
bukanlah penentu semua kebijakan dari jemaat di mana pendeta tersebut menjadi
gembalanya, pelayan dan bapak. Bila ketiga sikap tersebut ditela ah maka yang
muncul adalah sikap kesabaran. Gembala di sini adalah gembala yang
menggambarkan suka memelihara, bertanggung jawab melindungi orang yang
dipimpin.33
Sampai dengan usianya yang sudah 15 tahun, tidak pernah terlepas dari
kinerja para Majelis yang juga terdiri dari pendeta dan penatua beserta para
anggotanya. Meskipun mereka berganti-ganti di dalam menduduki jabatan
gerejawi akan tetapi tetap saja secara bersama-sama menjalankan tugas pelayanan
di GKJ Gondangwinangun. Suasana cinta kasih berdasarkan ajaran Kristus telah
melingkupi para anggota Majelis dengan jemaat lainnya untuk mengembangkan
diri sehingga Gereja mempunyai kemajuan yang berarti.
d. Kondisi Ekonomi.
33 Hadi Purnomo, Benih Yang Tumbuh dan Berkembang di Tanah Jawa, Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1988, hal. 64.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Kondisi ekonomi merupakan faktor yang cukup berperan penting di dalam
perkembangan GKJ Gondangwinangun. Dapat dikatakan bahwa seluruh
kebutuhan Gereja ditangung bersama oleh warga Gereja tersebut. Kemampuan
atau besarnya persembahan yang diberikan oleh warga Gereja sangat menunjang
kemajuan Gerejanya. Sedangkan besarnya persembahan itu tentu saja berkaitan
erat dengan kemampuan warga Gereja ditinjau dari segi ekonomi. Jenis-jenis
persembahan yang ada di GKJ Gondangwinangun:34
1) Persembahan bulanan dan persembahan kebaktian hari Minggu, yang pada
umumnya dikenal 4 macam kantong persembahan yaitu persembahan untuk
Gereja, pekabaran Injil, diakonia, pembangunan Gereja. Sering ditambah satu
kantong persembahan lagi yaitu kantong persembahan istimewa atau mirunggan.
Di samping itu mas ih ada lagi pemasukan keuangan Gereja yang berasal
dari kegiatan-kegiatan pekan keluarga, pekan Pentakosta, menyewakan gedung
dan peralatan, serta bantuan dari Gereja tetangga atau Gereja patner untuk
kegiatan pekabaran Injil dan pelayanan.
2) Persembahan yang berupa natura : Warga Gereja mengumpulkan beras, kelapa,
bahan bangunan, mebel, ternak dan unggas. Pengumpulan persembahan ini diatur
oleh Majelis, atau ditangani oleh para pemuda atau para pemberi persembahan
tersebut menyampaikannya secara langsung kepada Gereja.
Selain itu banyak sekali persembahan warga Gereja yang diberikan secara
tidak langsung, yaitu pada waktu mereka mengadakan perayaan hari raya Kristen,
menerima tamu kegiatan pengaderan.
34 Hasil wawancara dengan Saudara Suharyanto, penata usaha GKJ Gondangwinangun di Gereja 5 Juni 2006, pukul 11.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Besarnya persembahan pada setiap persembahan yang dilakukan di GKJ
Gondangwinangun tergantung pada kemampuan anggota jemaat GKJ
Gondangwinangun. Dengan persembahan yang telah diberikan oleh jemaat
kebutuhan Gereja dapat terpenuhi. Hasil-hasil dari persembahan tersebut
digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup Pendeta, Pegawai Kantor Gereja,
untuk pembangunan pastori Gereja, serta renovasi gedung Gereja dan biaya-biaya
lain yang menyangkut program-progran Gereja, pembangunan gedung Gereja
pepanthan Pucung / Nganten.
2. Penghambat perkembangan GKJ Gondangwinangun Tahun 1967-1981.
Perjalanan perkembangan GKJ Gondangwinangun selama 15 tahun tidak
begitu saja berjalan dengan mulus dan tanpa rintangan. Berikut ini akan diuraikan
beberapa hal yang menjadi penghambat dari perkembangan dari GKJ
Gondangwinangun.
Penghambat dari perkembangan GKJ Gondangwinangun.
a. Persaingan jemaat
Faktor jemaat seperti sudah diuraikan di dalam faktor pendorong dapat
juga dikatakan sebagai faktor penghambat. Hal ini dikarenakan umat yang ada di
GKJ Gondangwinangun bersifat heterogen, misalnya jika dilihat dari profesi yang
digeluti masing-masing jemaat seperti PNS, dokter, guru, polisi, buruh pedagang
dan masih banyak profesi lainnya. Wajar apabila umatnya kemudian mempunyai
kualitas yang berbeda-beda. Di samping itu jika terdapat beberapa orang yang
cukup aktif dalam kegiatan Gereja sedangkan yang lainnya tidak aktif sehingga
akan timbul persaingan dan rasa rendah diri bagi anggota yang tidak aktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Masalah seperti ini menjadi faktor penghambat, karena kehidupan menggereja
tidak didasarkan atas iman dan cinta kasih Kristus akan tetapi diisi dengan
kekecewaan dengan sesama warga.
b. Krisis generasi muda sebagai warga Gereja
Faktor penghambat lainnya adalah berkurangnya generasi muda karena
mendapatkan pekerjaan di luar kota Klaten, menjadi tidak aktif kembali. Hal ini
terjadi karena sebelumnya tidak dipersiapkan generasi penerusnya sehingga
pengurus-pengurus baru mulai lagi dari nol.
3. Sumbangan GKJ Gondangwinangun Bagi Masyarakat di Lingkungan
Sekitarnya
Sumbangan yang telah diberikan oleh GKJ Gondangwinangun terutama
bagi masyarakat di lingkungan Gereja (umum), telah diwujudkan melalui berbagai
kegiatan baik yang dilakuka n oleh majelis maupun oleh komisi. Tetapi yang perlu
diperjelas kembali yaitu bahwa memang harus diakui peran atau sumbangan GKJ
Gondangwinangun yang diwujudkan melalui pendirian-pendirian yayasan yang
belum begitu besar baik di dalam maupun di luar wilayah Gondangwinangun.
Tujuan didirikanya yayasan ini ialah untuk menjadi alat kesaksian dan pelayanan.
Bentuk sumbangan yang telah diberikan oleh GKJ Gondangwinangun terdiri dari
berbagai macam, antara lain dalam bentuk pemberian bulgur , pakaian pantas
pakai kepada masyarakat yang memerlukan, memberikan bantuan kepada yayasan
Panti Wreda di Kabupaten Klaten, aksi kasih dengan memberikan bantuan
pengobatan murah di wilayah pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
B. Perkembangan Pelayan an Jemaat di GKJ Gondangwinangun dari Tahun
1967-1981 .
Sebelum menjadi Gereja dewasa, jemaat GKJ Gondangwinangun baru
mempunyai beberapa orang majelis itu pun seringkali ditugaskan ke Gereja lain
sesinode atau tidak memperpanjang masa tugas pelayananya di GKJ
Gondangwinangun. Untuk keperluan pendeta, GKJ Gondangwinangun masih
meminta bantuan dari GKJ Klaten.
Meskipun telah didewasakan oleh GKJ Klaten Tahun 1967 akan tetapi
pada saat itu belum mempunyai pendeta yang menggembalakan jemaat di GKJ
Gondangwinangun. Pendeta memang belum dimiliki oleh jemaat GKJ
Gondangwinangun di masa-masa awal pendewasaannya, akan tetapi sebuah
susunan majelis untuk yang pertama kalinya telah dimiliki oleh jemaat GKJ
Gondangwinangun.
“ Majelis tersebut terdiri dari 5 pria adapun nama-nama jemaat yang pertama tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bapak Aris Prawirosusanto Sebagai ketua 2. Bapak Setyo Joyohartono Sebagai Penulis 3. Bapak M. Dibyo Suwarno Sebagai Aktaris 4. Bapak S. BrotoSudianto Sebagai Anggota 5. Bapak Notohadisiswoyo Sebagai Anggota”.35
Jabatan majelis jemaat yang ada pada saat itu tentu saja masih terdiri dari
diaken dan penatua. Hal ini dikarenakan belum hadirnya seorang pendeta sebagai
salah satu bagian dari kemajelisan GKJ Gondangwinangun. Atas keputusan Klasis
Surakarta Pendeta Sudiharto ditugasi sebagai pendeta konsulen yang pertama di
GKJ Gondangwinangun. Untuk penjelasan selanjutnya mengenai perkembangan
35 Lihat lampiran 3. hal. 93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kedudukan diaken atau penatua yang ada di GKJ Gondangwinangun selalu
mengalami perubahan. Perubahan di sini dikarenakan terdapat pergantian
personil. Sejak didewasakan sampai dengan saat ini pendeta yang pernah
melayani di GKJ Gondangwinangun adalah
1. Pdt. Sudiharto ( Konsulen ) : 1967- 9 Mei 1968
Setelah jemaat GKJ Gondangwinangun didewasakan oleh GKJ Klaten.
GKJ Gondangwinangun belum mempunyai pendeta sendiri, atas keputusan Klasis
Surakarta, Pendeta Sudiharto ditugasi sebagai pendeta konsulen yang pertama
yang akan menggembalakan jemaat di GKJ Gondangwinangun. Salah satu hasil
kerja dari para majelis yang pertama setela h mempunyai pendeta yaitu
memberikan bantuan pelayanan berupa usaha pekabaran Injil yang diarahkan ke
daerah Pucung Kraguman dan Nolojayan serta sekitarnya.
Pada awal tahun 1966 Majelis membentuk panitia yang branggotakan :
Aris Prawirosusanto, Prawiroharsono dan S. Kismowiyono untuk berusaha
menarik kembali gedung Veervolg School yang saat itu digunakan untuk
penyelenggaraan SD Karangdukuh. Atas tuntunan Tuhan, panitia berhasil menarik
kembali gedung tersebut setelah diadakan pembicaraan kekeluargaan dengan
Lurah Karangdukuh.
Kemudian segera ditempati oleh SKP Kristen Boyongan dari desa
Jabungan, Jetis, Kebonarum. Sebagai tanda terima kasih atas keberhasilan panitia
tersebut, maka YPKK dengan ketuanya Mangunsusanto menyerahkan semua
tanah beserta bangunannya yang terletak di sebelah Barat jalan kepada masyarakat
Kristen Gondangwinangun (dengan surat no: 35/D.2/ IX/ 66, tanggal 3 Mei 1966).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Karena tempat kebaktian yang semula di rumah Mangun Widagdo sudah
tidak memadai lagi, dan juga lebih mantap dan nyata pemilikan tanah Veervolg
School yang saat itu masih digunakan SD Karangdukuh, maka kebaktian pindah,
menggunakan 3 ruang kelas bagian selatan mulai 4 pebruari 1966.
Pendidikan agama Kristen secara formal telah dilaksanakan di SKP
Kristen. Namun atas permintaan dari Dinas Pendidikan, maka atas nama Majelis,
Aris Prawirosusanto melaksanakan pendidikan agama Kristen di SD Plawikan,
SD Trunuh, SD Jetis, SMPN Jogonalan, SMEA Negeri Gondangwinangun, dan
STN Kebonarum. Hal ini terpaksa dilaksanakan karena belum adanya guru-guru
agama Kristen yang berpendidikan.
Sidang Majelis 5 Juli 1966 memutuskan tentang keadaan keuangan Gereja,
membentuk panitia pembangunan gedung Gereja pada tanggal 17 April 1967.
“ Kegiatan panitia pembangunan Gereja yaitu: a. Mencari sumber dana yang berasal dari : anggota jemaat umum,
anggota jemaat terpandang, donatur orang Kristen di luar daerah, dan mengurus bantuan lewat Klasis Surakarta Barat maupun deputat Sinode.
b. Usaha persiapan bahan bangunan dasar c. Memperkuat letak kedudukan tanah bagian selatan pemberian atau
pelimpahan dari YPKK Klaten. (dengan surat no: 35/D.2/ IX/ 66, tanggal 3 Mei 1966).
d. Mendirikan tembok bangunan beserta kusen-kusennya seluas 10X20 Meter, dengan sebagian besar dikerjakan secara gotong royong seluruh warga jemaat dan selesai bulan pebruari 1968 dan dilanjutkan oleh T. Notoha disiswoyo. Pembangunan ini selesai hingga dapat dipergunakan untuk beribadat pada awal tahun 1972.”36
Sidang Majelis 9 Mei 1968 menerima laporan dan penyerahan tugas dari
pendeta Sudiharto selaku pendeta konsulen digantikan oleh Pdt. St. Widyosudarno
dari GKJ Prambanan.
36NN, Ibid, hal. 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Pdt. Stefanus Widyo Sudarno ( Konsulen ) : 1968 – 10 Januari 1969
Belum lama menjadi pendeta konsulen di GKJ Gondangwinangun sudah
ditugaskan ke daerah lain. Pdt. Stefanus Widyosudarno adalah Pendeta jemaat
GKJ Prambanan dan kemudian ditugaskan sebagai Pendeta di Gereja Kristen
Pemantang Siantar.37
Sidang Majelis tanggal 10 Januari 1969 melepaskan Pdt. Stefanus
Widyosudarno sebagai Pendeta konsulen38. Kemudian digantikan oleh Pendeta
Sukarno dari GKJ Pedan sampai tanggal 11 April 1972
3. Pdt. Sukarno : 1969- 11 april 1972 ( Konsulen )
Selama belum mempunyai pendeta yang tetap dan masih dilayani oleh
seorang pendeta konsulen, pada tahun 1969 pendeta Sukarno diberi tugas sebagai
guru jemaat di GKJ Gondangwinangun. Selama pelayanannya di GKJ
Gondangwinangun, kegiatan bagi para remaja dan pemuda terutama kegiatan
persekutuan mendapat kemajuan yang pesat. Pada tahun 1972 direncanakan
untuk pemanggilan pendeta yang pertama .39
4. Pdt. Stefanus Widyo Sudarno : 11 April 1972 – 10 April 1981
Pemanggilan Pendeta mulai dirintis dalam sidang Majelis tanggal 7
Pebruari 1971 dipimpin oleh T. Notohadisiswoyo dengan bimbingan pendeta
Sukarno selaku pendeta konsulen.
“ Sidang membentuk panitia pemanggilan Pendeta dengan komposisi personalia sebagai berikut:
37 Hasil wawancara dengan Bp.Suyatno, Majelis GKJ Gondangwinangun di Gereja 10 Juli 2006 , pukul 11.00 38 Pendeta konsulen adalah pendeta yang untuk sementara ditugaskan untuk membentu pelayanan disebuah Gereja yang belum mempunyai pendeta. 39 Hasil wawancara dengan Bp.Sutomo, Pendeta GKJ Gondangwinangun di Gereja 30 Mei 2006, pukul 10.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Penasehat : Pdt. Sukarno, T. Notohadisiswoyo. Ketua I : K. Sosroatmojo Ketua II : Aris Prawiro susanto Sekertaris : Lasthiyarno Bendahara : Suharno Harnowardoyo Seksi Perumahan : Prawiroharsono
: S. Joyohartono Seksi Perlengkapan : Cs. Tjokropawiro
: FX Sunardi : Margono : S. Brotowiyono
Panitia dilantik pada hari kamis tanggal 11 Pebruari 1971, dilanjutkan rapat dengan hasil keputusan sebagai berikut : a. Menentukan calon Pendeta : 1) Pdt. St. Widyosudarno dari Gereja Kristen Pemantang Siantar Medan. 2) Sri Sadono kertopati mahasiswa Teologia tingkat VI Jakarta 3) Sukarman, pembantu Pendeta Karanggede GKJ Simo. 4) Endro Warsono mahasiswa Teologia tingkat VI Jakarta b. Mengusulkan kepada Majelis agar panitia persiapan pemanggilan pendeta dengan masa tugas berakhir sampai penabisan pendeta terpanggil. Sidang istimewa majelis tanggal 20 Pebruari 1971 menyimpulkan calon Pendeta dua orang ialah : 1) Sri Sardono kertopati 2) Endro warsono Dua orang calon Pendeta tersebut agar segera diperkenankan dengan melayankan kotbah dan menuntun katekisasi di blok-blok. Sidang Majelis tanggal 10 Maret 1971 memutuskan dua orang calon pendeta ialah : 1) Pdt. St. Widyosudarno 2) Endro Warsono.”40
Pemilihan calon pendeta dilaksanakan dalam sidang Majelis terbuka pada
tanggal 28 Maret 1971. Calon pendeta terpilih ialah Pdt. St. Widyosudarno.
Kemudian ditabiskan pada tanggal 11 April 1972, tepat GKJ Gondangwinangun
berusia 5 tahun. Setelah mempunyai pendeta yang baru, kemudian dibutuhkan
pegawai yang membantu tugas pendeta terutama masalah administrasi. Pegawai
baru tersebut adalah Bp. Lastyarno selaku pegawai TU Gereja dia yang melayani
keperluan jemaat GKJ Gondangwinangun selama 15 tahun. Selama pelayanannya
40 NN, op. cit., hal. 10 dan 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
GKJ Gondangwinangun mendapatkan kemajuan yang sangat pesat, struktur
kemajelisan di GKJ Gondangwinangun mulai dilakukan pembidangan-
pembidangan pada struktur kemajelisan.
C. Perkembangan Umat, Peranan dan Keterlibatan Jemaat dalam Kegiatan
yang Dilaksanakan di GKJ Gondangwinangun dari tahun 1967-1981 .
1. Perkembangan umat GKJ Gondangwinangun tahun 1967-1981
Perkembangan yang dimaksud di sini bukan hanya perkembangan secara
kuantitatif tetapi juga secara kualitatif umat atau jemaat Gondangwinangun.
Berikut akan dijelaskan mengenai perkembangan GKJ Gondangwinangun ditinjau
dari jumlah jemaatnya, kemudian kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan,
perkembangan pelayanan Tuhan dari tahun 1967 sampai 1981.
Perkembangan jemaat selama kurun waktu antara tahun 1967 sampai
dengan tahun 1981 dapat dilihat dalam beberapa faktor yang turut berperan
penting dalam proses perkembangan umat di GKJ Gondangwinangun. Aspek
yang pertama adalah perkembangan dalam hal kuantitasnya yang secara khusus
akan disajikan mengenai data -data perkembangan yang berupa angka -angka di
dalam tabel yang berisi tentang pertambahan jemaat yang telah dibaptis dan sidi,
atestasi masuk dan atestasi keluar tidak dicantumkan data berupa angka karena
pada tahun 1982 baru dimulai secara aktif pendataannya. Selain tabel
pertambahan jemaat juga dicatat pengurangan jemaat yang disebabkan oleh warga
Gereja yang meninggal dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Aspek yang kedua adalah perkembangan yang menyangkut segi kualitas
dari jemaat yang mendukung keberadaan GKJ Gondangwinangun sampai dengan
tahun 1981 kondisi, hubungan serta keimanan yang berlangsung dalam kehidupan
kegerejaan selama kurun waktu 15 tahun sejak masa proses pendewasaannya ini
sekiranya dapat dijadikan suatu sarana untuk melihat bahwa bagaimana mengenai
perkembangan umat jika dilihat dari segi kualitas. Sedangkan mengenai tingkat
peran serta jemaat dalam kehidupan Gereja, terutama tentang kegiatan-
kegiatannya dan keterlibatan jemaat dalam setiap kegiatan tersebut adalah hal
yang akan diuraiakan kemudian.
Perkembangan selalu identik dengan adanya pengertian suatu proses
berkembang, yaitu di mana sesuatu dari kecil yang berubah menjadi besar, baik
dalam hal bentuk maupun jumlah. Tetapi meskipun begitu, kata perkembangan
yang digunakan dalam bagian ini tidaklah tepat bila mengacu pada pengertian di
atas. Hal ini disebabkan karena adanya kenyataan bahwa jumlah umat di GKJ
Gondangwinangun dari waktu-kewaktu mengalami kenaikan dan penurunan.
Perkembangan jumlah umat di GKJ Gondangwinangun dalam kurun
waktu hampir 15 tahun ini dapat dikatakan mengalami perubahan-perubahan.
Jumlah anggota dan jumlah pengunjung berbeda, hal ini dikarenakan banyak
anggota yang berada di luar kota. Mereka tetap menjadi anggota dari GKJ
Gondangwinangun, meskipun tempat mereka sekolah atau bekerja berada di luar
kota. 41 Hampir setiap tahun ada pertambahan jumlah umat, tapi juga terjadi
pengurangan jumlah umat. Jumlah penambahan dan pengurangan ini bervariasi.
41 Hasil wawancara dengan Ibu Wanti, TU Gereja, di Gereja, pada tanggal 3 Mei 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dalam satu tahun kadang jumlah penambahan lebih besar dari pengurangan,
sehingga jumlah secara keseluruhan bertambah. Namun yang terjadi dapat pula
sebaliknya. Perkembangan umat dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel Jumlah Umat GKJ Gondangwinangun Tahun 1967-198142
Tahun 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976
Jumlah 365 - - - - 843 - - - -
Tahun 1977 1978 1979 1980 1981
Jumlah - 907 1076 - -
Kolom yang kosong ( - ) tidak ada pendataan mengenai jumlah pengunjung (umat) pada tahun tersebut.
Adanya pertambahan jemaat di GKJ Gondangwinangun ini melalui
beberapa cara. Cara yang pertama yaitu melalui pembaptisan bayi ( anak ). Bayi
yang telah lahir pada keluarga yang menjadi warga GKJ Gondangwinangun dan
kemudian dibaptis diakui secara sah sebagai warga Gereja yang bersangkutan.
Selain itu juga ada cara yang lain yaitu dengan adanya mutasi. Mutasi di sini
adalah jemaat Kristen yang berasal dari Gereja di luar GKJ Gondangwinangun,
yang karena sesuatu hal harus berdomisili di Gondangwinangun dan kemudian
menjadi warga GKJ Gondangwinangun. Sesuai dengan tata cara yang telah
berlaku maka warga yang berasal dari luar GKJ Gondangwinangun tersebut harus
membawa surat yang telah disahkan oleh Gereja asalnya atau sering disebut
dengan surat atestasi keluar. Setelah membawa surat atestasi keluar yang telah
disahkan dan mendapat surat atestasi masuk atau penerimaan dari GKJ 42 Data jumlah jemaat dari tahun 1967-1979 dikutip dari Sejarah GKJ Gondangwinangun tulisan Nikodemus Suramto.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gondangwinangun maka secara resmi menjadi anggota GKJ Gondangwinangun.
Penambahan lain selain baptisan dan mutasi yaitu dengan sidi atau mengaku
percaya, dalam hal ini orang tersebut sudah dibaptis anak pada saat dia masih
anak-anak atau telah menerima baptis dewasa. Berikut akan disajikan beberapa
data dalam angka mengenai adanya penambahan anggota berdasarkan sidi,
baptisan anak, catatan ini dimulai dari tahun 1982 dikarenakan pada tahun 1982
ini baru dimulai secara rutin pembuatan Buku Laporan Kerja Dan Evaluasi
Program Kerja . Meskipun telah dibuat sejak tahun 1982 tetapi terdapat beberapa
pendataan jemaat baik pengurangan ataupun pertambahan yang didata dengan
tidak terperinci dan rutin.
Tabel Baptis Anak43
Tahun 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974
Jumlah 155 136 170 140 69 21 22 5
Tahun 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981
Jumlah 11 19 9 39 4 5 22
Tabel Baptis dewasa / Sidi ( mengaku percaya)44
Tahun 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974
Jumlah 95 62 145 66 32 5 13 5
43 Buku Induk GKJ Klaten, hal. 430-840. 44 Ibid hal. 340-830.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tahun 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981
Jumlah 3 8 2 10 4 11 8
Selain pertambahan jemaat di GKJ Gondangwinangun juga mengalami
pengurangan atau penurunan. Sebab-sebab dari pada pengurangan ini antara lain
dikarenakan oleh adanya berbagai hal. Adapun sebab-sebab tersebut yang pertama
merupakan proses alami yaitu karena meninggal dunia. Anggota Gereja yang
sudah meninggal dunia otomatis sudah dihapus dari daftar keanggotaan warga
GKJ Gondangwinangun. Berikut tidak disajikan jumlah umat yang telah
meninggal dunia antara tahun 1967-1981 karena tahun 1982 baru dimulai secara
rutin pembuatan B uku Laporan Kerja dan Evaluasi Program Kerja.
Sebab yang kedua hampir sama dengan penambahan jumlah anggota
jemaat ( umat ) di lingkungan GKJ Gondangwinangun, yaitu melalui mutasi,
mutasi yang dimaksud yaitu mutasi keluar sebagai jemaat GKJ
Gondangwinangun. Hal ini dikarenakan adanya sebab khusus di mana warga
Gereja tersebut harus meninggalkan Kabupaten Klaten, biasanya karena alasan
pekerjaan atau menempuh studi di lain kota, sehingga harus keluar
keanggotaannya dari GKJ Gondangwinangun. Untuk itu GKJ Gondangwinangun
memberikan surat penyerahan penggembalaan kepada Gereja di tempatnya yang
terbaru atau surat atestasi keluar berikut tidak disajikan jumlah umat yang
berkurang dikarenakan atestasi keluar dari anggota jemaat antara tahun 1967-1981
karena tahun 1982 baru dimulai secara rutin pembuatan Buku Laporan Kerja dan
Evaluasi Program Kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Cara yang berikutnya yang menyebabkan adanya pengurangan jemaat
GKJ Gondangwinangun yaitu karena keluar dari agama Kristen. Biasanya
masalah ini dikarenakan proses perkawinan dan kebanyakan kaum wanita yang
mengalami perkawinan KUA keluar dari agama Kristen. 45 Secara pasti tidak
diketahui berapa jumlah anggota yang keluar dikarenakan adanya proses ini.
Sejak didewasakan oleh Gereja Induknya yaitu GKJ Klaten sekitar bulan
April 1967, GKJ Gondangwinangun mulai melakukan berbagai persiapan dan
juga pembenahan di berbagai bidang. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
mempersiapkan diri bagi GKJ Gondangwinangun di masa ya ng akan datang.
Sebagai contoh kecil saja mengenai pelaksanaan tugas pokok di dunia ini yaitu
memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam bidang keesaan,
kesaksian dan pelayanan, seperti yang telah tersirat di dalam Firman Tuhan
Matius 28 : 19-20 yang berbunyi demikian :
“ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku perintahkan kepada mu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir jaman.”
Untuk mewujudkan tugas-tugas tersebut, maka GKJ Gondangwinangun
mengadakan kegiatan-kegiatan seperti kebaktian, persekutuan, maupun kegiatan
yang bersifat rohani lainnya. Kegiatan rohani di lingkungan GKJ
Gondangwinangun adalah sebagai berikut :
a. Kebaktian
GKJ Gondangwinangun mengadakan kebaktian sebagai berikut:
45 Hasil wawancara dengan Bp. Kasijo, Diaken GKJ Gondangwinangun di Gereja, 23 Juli 2006, pukul 11.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1) Kebaktian Minggu
Setelah berhasil menarik kembali gedung Veervolg School yang saat itu
digunakan untuk penyelenggaraan SD Karangdukuh. Atas tuntunan Tuhan panitia
berhasil menarik kembali gedung tersebut setelah diadakan pembicaraan secara
kekeluargaan dengan Lurah Karangdukuh. Sebagai tanda terima kasih atas
keberhasilan panitia tersebut, maka YPKK dengan ketuanya menyerahkan semua
tanah beserta bangunannya yang terletak di Barat jalan kepada masyarakat Kristen
Gondangwinangun ( dengan surat no 35/D.2/IX/66, tanggal, 13 Mei 1966 ).
Karena tempat kebaktian di rumah Mangun Widagdo tidak memadai lagi,
maka kebaktian pindah menggunakan 3 ruang kelas bagia n Selatan, mulai 4
Februari 1966.
Setelah didewasakan, ternyata kebaktian di lingkungan GKJ
Gondangwinangun telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut
sebenarnya mengenai waktu pelaksanaan kebaktian. Sekitar tahun 1967 kebaktian
dilaksanakan pa da jam 08.00.
Sidang majelis tanggal 5 Desember 1972 memutuskan: Kebaktian di
Pucung yang bertempat di rumah Bpk Sartono diresmikan tgl 27 Desember 1972
bersamaan dengan perayaan Natal. Dengan demikian GKJ Gondangwinangun
mempunyai dua tempat Kebaktian ya itu :
a) Gereja Induk Ngangkruk Karangdukuh, dengan dua kali pelayanan kebaktian
pukul 07.00 s/d 08.00 dan 09.00 s/d 10.00
b) Gereja Pucung, pelayanan kebaktian pada pukul 09.00 – 10.00 menggunakan
bahasa Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
c) Kebaktian pada hari-hari besar agama Kristen antara lain pada hari Natal,
Paskah, Pentakosta, dan lain -lain.
d) Kebaktian pada upacara-upacara khusus, seperti baptis sidi dan pemberkatan
pernikahan. Baptis suci untuk bayi dan pemberkatan pernikahan bisa dilaksanakan
setiap saat bila ada permintaan, sedangkan untuk baptis dewasa dan sidi biasanya
dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Desember. 46
e) Kebaktian Sakramen Perjamuan Kudus.
Kebaktian Sakramen Perjamuan Kudus diadakan secara rutin setiap 3
bulan sekali, dan sakramen Perjamuan Kudus secara khusus dilaksanakan untuk
memperingati Jumat Agung dan Perjamuan Kudus Sedunia pada bulan Oktober.
Perjamuan kudus ini secara khusus diadakan sebagai ujud keesaan dan
penghayatan bersama melalui pengorbanan Yesus Kristus. Di Indonesia bulan
Oktober ini juga bertepatan dengan hari Pekabaran Injil Indonesia yang dirayakan
seluruh Gereja -gereja di Indonesia yang jatuh pada Minggu pertama bulan
Oktober. Pada hari-hari itu diadakan pengumpulan dana khusus untuk kegiatan
Pekabaran Injil di Indonesia. Warga yang boleh ikut dalam Perjamuan Kudus
adalah orang yang sudah disidi dan tidak sedang dalam pamerdi. Sebelum
Perjamuan Kudus warga harus ikut dalam pendadaran atau persiapan perjamuan
kudus. Pendadaran ini dilaksanakan oleh majelis yang bertindak seba gai wakil
Allah untuk menyaksikan kesanggupan warga ikut dalam Perjamuan Kudus.
Pelaksanaan pendadaran diadakan di tiap-tiap wilayah, dan bagi warga yang
berhalangan hadir dalam pendadaran wilayah, masih diberi kesempatan untuk 46 Hasil wawancara dengan Bp.Suyatno, Majelis GKJ Gondangwinangun di Gereja 30 Mei 2006, pukul 10.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mengikutinya pada hari Jumat sore atau sehari sebelum pelaksanaan Pendadaran
susulan ini dilaksanakan di Gereja.
b. Pelajaran Agama Kristen
Yang dimaksud pelajaran agama Kristen adalah pemahaman ataupun
pelajaran yang harus dipahami oleh jemaat. Pelajaran ini dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu :
1) Sekolah Minggu
Pelajaran ini diberikan pada anak-anak yang masih TK sampai SD dan
diadakan setiap Minggu pagi di Gereja. Sekolah Minggu ini dibimbing oleh guru-
guru yang tergabung dalam komisi sekolah Minggu. 47
2) Prakatekisasi
Prakatekisasi ini diberikan pada remaja tingkat SMP oleh para Majelis
yang telah ditunjuk.
3) Sidi48
Pelajaran ini diberikan pada warga yang akan mengaku percaya atau
menerima sakramen Perjamuan kudus. Pelajaran ini diberikan di Gereja Induk
maupun pepanthan-pepanthan seminggu sekali. Adapun yang mengajarkan adalah
pendeta, jika pendeta berhalangan hadir dibantu oleh asistennya. Pelajaran ini
diberikan dengan sistem paket yang diberikan selama 10 bulan tergantung
kebutuhan. Para calon penerima sidi ini setelah menerima pelajaran selama 10
47 Komisi Sekolah Minggu setelah terdapat peraturan baru dari sinode diganti menjadi komisi anak. 48 Sidi atau mengaku percaya yaitu orang Kristen yang sejak kecil (bayi) sudah dihantarkan oleh orang tuanya untuk menerima baptis suci, kelak jika sudah besar wajib mengaku percaya kepada Yesus Kristus atas kesadarannya sendiri. Orang yang telah mengaku percaya atau sidi ini boleh turut dalam Sakramen Perjamuan Kudus. Lihat lampiran 4. Gambar 1. hal. 94.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bulan, sehari sebelum sidi akan dites wawancara untuk menentukan apakah
seseorang sudah layak menerima Sakramen Perjamuan Kudus atau belum.
Kecuali itu calon tersebut juga harus memenuhi presentasi yang telah ditentukan
yaitu 50% lebih. Tes wawancara ini dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari
majelis dan dipimpin oleh pendeta.49Jika seseorang belum dianggap layak maka
orang tersebut harus mengikuti pelajaran agama Kristen lagi pada periode
mendatang.
4) Baptis Dewasa
Diberikan pada orang yang sejak kecil belum pernah dibaptis atau warga
baru. Pelajaran ini diberikan di Gereja induk maupun pepanthan-pepanthan oleh
pendeta. Jika pesertanya hanya sedikit sering juga digabung dengan calon
penerima Sidi. Adapun bahan, waktu dan syarat penerima Baptis Dewasa sama
dengan calon penerima Sidi.
2. Peranan (Keterlibatan) Jemaat dalam Kegiatan yang dilaksanakan ole h GKJ
Gondangwinangun tahun 1967-1981.
Berbicara mengenai peranan jemaat di GKJ Gondangwinangun ( meliputi
juga GKJ Nganten, Sumberbakung dan Gumul ), tentu saja tidak bisa dilepaskan
dari kehidupan Gereja. Gereja merupakan bentuk persekutuan umat Kristen,
karena itu seluruh umat mempunyai peran yang sama, dan sangat menentukan
dalam perkembangan Gereja. Maju mundurnya sebuah Gereja juga sangat
ditentukan oleh kedewasaan iman umatnya. Keterlibatan umat dalam kehidupan
49 Hasil wawancara dengan Bp. Niko di Gereja, tanggal 20 Jul i 2006 pukul 11.00 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gereja adalah sama, hanya cara pelaksanaannya yang berbeda sesuai dengan
keadaan dan kemampuan masing-masing.
Peranan umat dalam tugas -tugas penginjilan di lingkungan GKJ
Gondangwinangun terlihat jelas sekali terutama pada saat pelaksanaan kegiatan
Pemahaman Alkitab ( PA ) baik yang diadakan di Gereja maupun pada saat
diadakan persekutuan-persekutuan di wilayah-wilayah. Pemimpin persekutuan
terlebih dahulu mengikuti kegiatan berupa pembinaan terhadap mereka yang akan
membawakan firman Tuhan. Pengarahan ini dipimpin secara langsung oleh
pendeta. Dalam hal kepemimpinan tidak menutup kemungkinan bagi wanita untuk
berperan sebagai pemimpin PA. Hal ini tentu saja dapat dikatakan bahwa wanita
dalam kehidupan Gereja mempunyai peran yang sangat penting.
Sedangkan untuk penginjilan yang sifatnya ekstern ( bagi orang non
Kristen ) memang tidak bisa secara langsung dilakukan secara Alkitabiah, hal ini
dikarenakan situasi dan kondisi dari daerah Klaten yang tidak memungkinkan, dan
dikawatirkan akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi apabila
jemaat di GKJ Gondangwinangun menyelenggarakan kegiatan berupa lomba-
lomba, yang dilaksanakan bersamaan dengan perayaan-perayaan hari besar umat
Kristiani seperti Natal, Paskah dan pekan keluarga. Panitia memperbolehkan
pesertanya berasal dari luar jemaat GKJ Gondangwinangun ( non Kristen ), dan
berawal dari keikutsertaan mereka dalam perlombaan, mereka menjadi tertarik
untuk masuk Kristen dan menjadi warga jemaat Gereja Kristen Jawa
Gondangwinangun.50 Sebagai orang Kristen untuk memenuhi tugas Zending
50 Hasil wawancara dengan Bp. Kasijo, Diaken, di Gereja 3 Mei 2006 pukul 11.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
memang seseorang tidak harus bisa berkhotbah atau memimpin PA, tetapi yang
sangat penting dalam hal penginjilan adalah mema hami dan melaksanakan isi da ri
Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen harus bisa menjadi teladan
dan cermin bagi lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian secara tidak langsung
umat Kristen telah ikut terlibat dalam tugas -tugas penginjilan.
Keterlibatan jemaat dalam kegiatan yang lainnya tentu saja terlihat dalam
berbagai program yang telah dibuat oleh Majelis maupun oleh komisi atau
kelompok. Keikutsertaan warga jemaat dalam setiap kegiatan mencerminkan
bahwa mereka ingin berperan secara aktif sebagai jemaat GKJ Gondangwinangun.
Bentuk keterlibatan itu sendiri bagi Majelis berupa kegiatan penyelenggaraan
kebaktian, persekutuan doa Majelis, penyelenggaraan pemahaman Alkitab yang
tempatnya bergantian di rumah Majelis, kunjungan warga bagi warga yang
bermasalah: undur imannya, dan sakit , melayani perjamuan kudus di rumah ( bagi
orang jompo dan sakit ). Warga jemaat dapat diikutsertakan dalam kegiatan yang
dilaksanakan perkomisi di GKJ Gondangwinangun, baik itu anak-anak maupun
dewasa ( lansia ) yang mengikuti kegiatan di berbagai bidang antara lain
a. Bidang Rohani
Kegiatan yang dilakukan adalah Kebaktian, dan persekutuan-persekutuan
yang diadakan hampir di semua komisi dan kelompok (wilayah). Bagi komisi
dewasa persekutuan dilaksanakan pada malam Jumat dan malam Minggu. Di sini
tidak lupa pula kegiatan rohani yang diikuti oleh para lansia, berupa persekutuan
dan kebaktian. Sedangkan komisi yang lain juga melakukan kegiatan yang hampir
sama dengan kegiatan- kegiatan yang diadakan oleh komisi dewasa meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sedikit ada versinya. Guru-guru sekolah Minggu mengadakan kegiatan
persekutuan gabungan dengan Gereja yang ada di Nganten, Sumber Bakung dan
Gumul. Kegiatan yang dilakukan adalah retret, perjamuan kasih, persekutuan.
Kegiatan yang dilakukan oleh Gereja Nganten, Sumber Bakung dan
Gumul sering kali mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Gereja induk,
tetapi ada pula kegiatan yang dilaksanakan di Gereja Nganten ataupun di
perumahan-perumahan. Kegiatan lain yang melibatkan hampir seluruh warga
jemaat terutama kegiatan pembinaan umum.
b. Bidang Sosial
Kegiatan yang sifatnya sosial lebih difokuskan pada program kerja Majelis
khusus kesaksian dan pelayanan, dilaksanakan oleh semua warga Gereja yang
saling membantu dalam kegiatan. Kegiatan yang melibatkan warga Gereja antara
lain dilaksanakan dalam bentuk perkunjungan-perkunjungan kepada warga Gereja
yang sakit, melahirkan, atau yang sudah lama tidak datang dalam kebaktian
Minggu. Bentuk kegiatan sosial lain yang diikuti oleh jemaat adalah memberikan
bingkisan Natal pada para anggota majelis yang kurang mampu berupa beras, dan
uang, pemberian bantuan kedukaan, bantuan kepada ma syarakat yang tertimpa
bencana atau musibah. 51
c. Bidang Usaha
Untuk bidang usaha ini biasanya dilakukan apabila ada kegiatan yang
membutuhkan dana cukup besar yang berupa bazar. Barang-barang yang dijual
51 Hasil wawancara dengan Bapak Yahya, Majelis GKJ Gondangwinangun di Gereja 3 Mei 2006 pukul 10.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
adalah sembako, kaset, kaos, kartu natal, hiasan natal. Kegiatan ini dimaksudkan
agar mandiri.
d. Bidang Pendidikan
Kegiatan yang dilakukan dalam bidang pendidikan adalah dengan
pemberian beasiswa bagi anak-anak dari tingkat SD sampai dengan SMA yang
ekonominya kurang mampu namun anak berminat sekolah. Beasiswa tersebut
bersifat nonformal dan formal, bersifat formal diperuntukkan bagi anak yang SD
sampai SMA, sedangkan nonformal diperuntukkan bagi mereka yang mengikuti
kursus menjahit. Program beasiswa ini bertujuan untuk meningkatkan sumber
daya manusia khususnya umat Kristen.
e. Bidang Kesehatan
Untuk bidang kesehatan jemaat GKJ Gondangwinangun terlibat secara
aktif di bidang kesehatan, khususnya para dokter yang menjadi warga jemaat dan
perawat. Seringkali dilibatkan dalam aksi: Pengobatan murah untuk umum,
memberikan bantuan air bersih bagi masyarakat yang membutuhkan (di wilayah
kecamatan Karangnongko dan Kemalang) selain itu yang diikuti, jemaat turut
dalam kegiatan donor darah bagi anggota yang membutuhkannya.
f. Bidang Kesenian
Di bidang ini bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Gereja yaitu
berupa pembentukan regu paduan suara, dari anak-anak sekolah Minggu sampai
dengan warga dewasa.52 Paduan suara yang bernama “Swaraku” sampai dengan
saat ini berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja seperti dalam kebaktian
52 Hasil wawacara dengan Saudara Yohanes, jemaat, di Gereja 11 Juli 2006 pukul 10.30 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Minggu dan Kebaktian hari-hari besar lainnya sesuai dengan jadwal dari komisi
kesenian.
D. Perkembangan Kegiatan pada Tiap Komisi di GKJ Gondan gwinangun
Pada Tahun 1967 – 1981
1. Komisi Sekolah Minggu ( Komisi Anak )
Keberadaan anak-anak memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
Gereja. Karena anak-anak itulah yang nantinya akan meneruskan keberadaan
Gereja itu sehingga bertambah maju. Sesuai dengan Firman Tuhan
“ Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya”. Komisi anak ini sudah ada sejak GKJ Gondangwinangun belum
didewasakan. Anak–anak sekolah Minggu ini menempati rumah-rumah jemaat
yang berpencar kemudian disatukan di Gereja. Sebagai sebuah komisi yang cukup
berkembang dengan baik, selain kebaktian rutin setiap Minggunya, kegiatan yang
lain dari periode 1967 sampai dengan 1981, semakin hari semakin berkembang,
kegiatan yang dilaksanakan tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi anak Sekolah
Minggu, akan tetapi juga para guru Sekolah Minggu di Gondangwinangun.
Pengkaderan guru Sekolah Minggu dilakukan supaya semakin mantap
memberitakan firman Tuhan bagi anak-anak.
2. Komisi Pemuda dan Remaja
Seperti halnya dengan anak-anak, golongan pemuda dan remaja juga perlu
diperhatikan. Melalui komisi ini diharapkan kreativitas pemuda dan remaja dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
disalurkan. Kegiatan yang dilaksanakan bukan ha nya di dalam lingkungan intern
Gereja, akan tetapi sudah mulai mengikuti kegiatan klasis atau sinode. Adapun
macam kegiatan tersebut antara lain dengan mengikuti kegiatan pela tihan
kepemimpinan bagi pemuda dan remaja di tingkat klasis, serta mengikuti festiva l-
festival paduan suara dengan Gereja-gereja lainnya.
3. Komisi Wanita
GKJ memperhatikan pelayanan khusus wanita Gereja melalui KWJ, KWK
dan KWS, yang dibentuk pada sinode X 1967, dengan mempunyai peraturan
tersendiri. Pembentukan komisi ini memakai cara sebagai berikut:
a. Komisi Wanita Jemaah (KWJ) diangkat dan diberhentikan oleh majelis
Gereja. Masa kerja 2 tahun namun bisa diangkat kembali. Kepengurusan
umumnya diambil dari majelis wanita dan wanita Kristen yang dipandang
dapat melayani. KWJ melaporkan pekerjaannya kepada Majelis, dia
merupakan tangan Majelis Gereja dalam melayani anggota jemaah wanita.
b. Komisi wanita Klasis ( KWK ), diangkat oleh Deputat Klasis dan
bertanggung jawab kepada Deputat Klasis.
c. Komisi Wanita Sinode ( KWS ), dibentuk oleh Deputat Sinode dan
bertanggung jawab kepada Deputat Sinode.
Tiap tingkat mempunyai tugas khusus seperti : KWJ bertugas mengamati,
mengumpulkan fakta-fakta dan masalah yang berhubungan dengan kewanitaan,
dan melakukan pelayanan kepada wanita jemaah rohani maupun jasmani. KWK
tugasnya menstimulasi, mengorganisasikan kegiatan-kegiatan KWJ dan
melakukan hubungan KWJ ke KWS. KWS melayani KWK dan KWJ secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sinodal dengan program-program yang berhubungan dengan peranan wanita
dalam Gereja dan masyarakat.
Aktivitas yang dilakukan oleh KWJ adalah perkunjungan ke rumah-rumah,
membantu diakonia, jahit-menjahit, koor. Kegiatan KWK adalah mengadakan
perkunjungan ke KWJ-KWJ.
Kegia tan KWS adalah mengadakan hubungan keluar( PGI ), mengadakan
kursus-kursus kepempimpinan wanita
4. Komisi Musik dan Liturgi
Kegiatan yang dilakukan di dalam Komisi ini meliputi kegiatan-kegiatan
baik di dalam lingkup GKJ Gondangwinangun maupun kegiatan di luar GKJ
Gondangwinangun. Kegiatan yang rutin dilakukan yaitu berupa latihan bersama
untuk mengisi acara kebaktian di Gereja, terutama apabila ada pembicara dari
luar. Kegiatan yang terus dilakuan yaitu pencarian anggota baru untuk ikut dalam
anggota paduan suara tersebut. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di luar GKJ
Gondangwinangun, salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan klasis
maupun sinode. Adapun bentuk dari kegiatan itu dapat berupa Refreshing Cours
yang dilakukan bersama-sama dengan anggota paduan suara dari Gereja lain se
klasis Klaten Barat. Kelompok paduan suara Swaraku ini setiap Minggu sekali
diadakan latihan yaitu setiap hari Jumat sore pukul 19.00 sampai selesai yang
bertempat di Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
PERKEMBANGAN GEREJA KRISTEN JAWA GONDANGWINANGUN
DARI TAHUN 1982-1997
A. Faktor Pendorong dan Penghambat serta Sumbangan dari
Perkembangan GKJ Gondangwinangun Tahun 1982-1997.
Segala hal yang mengalami proses perkembangan, tentu ada faktor
pendorong dan penghambat dalam perkembangannya, demikian pula dengan GKJ
Gondangwinangun yang selalu hidup tumbuh dan berkembang.
1. Pendorong Perkembangan GKJ Gondangwinangun.
GKJ Gondangwinangun dapat berdiri kokoh sebagai Gereja yang telah
memiliki usia yang tua, tentu didukung oleh beberapa faktor yang mendorong
perkembangan tersebut. Faktor pendorong tersebut antara lain: Pertama, situasi
kehidupan Kristen Protestan di Gondangwinangun yang sudah cukup mengakar.
Di samping itu karya-karya pengabaran Injil masih nampak berkembang di GKJ
Gondangwinangun ter utama di bidang pendidikan melalui komisi-komisi yang
telah dibentuk, keadaan ini tentu memberi dampak positif bagi perkembangan
Gereja. Dari karya pengabaran Injil benih-benih iman Kristiani dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan. Selain itu, GKJ Gondangwinangun mempunyai
guru agama Kristen yang memberi pelajaran baik di sekolah maupun di luar
sekolah (sekolah Minggu, calon baptis). Tertibnya keorganisasian di GKJ
Gondangwinangun maupun di lingkungan Gereja juga merupakan sarana yang
sangat mendukung bagi per kembangan Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kedua, dilihat dari segi wilayahnya GKJ Gondangwinangun mempunyai
wilayah yang sangat strategis, dari segi medannya mudah untuk dijangkau.
Munculnya pepanthan-pepanthan di wilayah pelayanan mempermudah untuk
pelayanan umat, karena semakin kecil wilayah pelayanan makin mudah untuk
melaksanakan pelayanan. Dengan pelayanan umat dan wilayah yang sempit maka
akan mudah untuk membina dan meningkatkan kualitas umat.
Ketiga, dari segi umatnya, GKJ Gondangwinangun mempunyai anggota
umat yang secara umum dapat dikatakan cukup maju. Kemajuan ini tentu dapat
memberi arti pula bagi perkembangan Gereja karena umat di sini sangat
menentukan hidup dan matinya Gereja. Umat yang telah maju pada umumnya
mempunyai kesadaran yang lebih tinggi akan tugas Gereja selain itu mereka juga
mengetahui pasti tentang ajaran yang diberikan. Kemajuan umat di GKJ
Gondangwinangun ini tampak dalam keikutsertaan sebagian besar umat dalam
seluruh aktivitas Gereja.53
Faktor lain yang mendorong perkembangan GKJ Gondangwinangun
adalah munculnya para pendatang baru yang menetap di wilayah pelayanan, pada
umumnya mereka adalah golongan pegawai. Kehadiran mereka banyak memberi
arti bagi kemajuan Gereja karena sebagian besar dari mereka terlibat aktif dalam
kegiatan kegerejaan.
2. Faktor penghambat perkembangan GKJ Gondangwinangun.
Perkembangan GKJ Gondangwinangun tentu saja tidak selalu mulus dan
terhindar dari segala rintangan. Dalam suatu perjala nan pasti akan ditemui batu-
53 Wawancara dengan Bp. Nardi jemaat, Pepanthan Sumberbakung di rumah 20 Juli 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
batu sandungan yang akan menghalangi langkah-langkah kemajuan. D i GKJ
Gondangwinangun, kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut: dari segi umat,
umat di GKJ Gondangwinangun mempunyai kualitas yang berbeda-beda,
sebagian besar telah mempunyai kesadaran yang tinggi sebagai anggota Gereja,
namun ada beberapa yang be lum memiliki kesadaran tersebut. Masih ada
beberapa umat yang tersinggung dalam mengikuti kegiatan sehingga mereka
merasa frustasi, kecewa, terhadap pembina. Keadaan ini tentu menghambat
perkembangan Gereja terlebih lagi bila umat yang mengalami kekecewaan
tersebut menghasut umat yang lain untuk menjauhi kegiatan kegerejaan.
Apabila GKJ Gondangwinangun banyak kedatangan warga baru yang
menetap dari daerah lain, sebaliknya dari Gondangwinangun banyak pula umat
Kristen yang pergi merantau terutama dari kalangan muda yang bersekolah
maupun yang bekerja ke kota lain. Berpindahnya kaum muda ini juga sebagai
penyebab terhambatnya perkembangan GKJ Gondangwinangun, karena dari kaum
mudalah tanggung jawab Gereja akan diteruskan.
Faktor pendorong dan penghambat di atas selalu mewarnai perkembangan
GKJ Gondangwinangun, namun para pengurus Gereja selalu berupaya untuk
mengatasi segala hambatan dan mengajak seluruh umat untuk memikul tanggung
jawab sebagai orang Kristiani.
3. Sumbangan GKJ Gondangwinangun bagi masyarakat di lingkungan sekitar
Sumbangan yang telah diberikan oleh GKJ Gondangwinangun terutama
bagi masyarakat di lingkungan Gereja (umum) telah diwujudkan dalam berbagai
kegiatan baik yang dilakukan oleh majelis maupun oleh komisi. Bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sumbangan yang telah diberikan oleh GKJ Gondangwinangun terdiri dari berbagai
macam antara lain bentuk pemberian sembako kepada masyarakat prasejahtera,
aksi kasih mengadakan pengobatan murah untuk umum di wilayah pelayanan,
membantu air bersih untuk masyarakat yang ada di Karangnongko, menyediakan
sukarelawan untuk korban bencana alam, dan mendirikan posko untuk
menggalang dana, dan menyalurkannya ke daerah yang membutuhkan misalnya
kor ban bencana alam Gunung Merapi pada tahun 1994, mengadakan aksi sosial
dengan membantu menamba h makanan bergizi di wilayah pelayanan.
B. Perkembangan Pelayanan Jemaat GKJ Gondangwinangun.
Pada bab III telah dijelaskan bahwa Gereja sebagai lembaga kerohanian
mempunyai dua arah tujuan dalam melaksanakan karya-karyanya yaitu: arah
vertikal dalam hubungannya dengan Tuhan dan ara h horisontal dalam
penghayatan Gereja terhadap pembangunan masyarakat.
Pada tahun 1982 sampai 1997, tugas -tugas Gereja tersebut khususnya di
GKJ Gondangwinangun selalu dikembangkan untuk membentuk Gereja yang
semakin dewasa. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan kegiatan tersebut pendeta
beserta jemaat bekerjasama untuk melaksanakan karya Gereja. Pendeta yang
berkarya di GKJ Gondangwinangun tahun 1982-1997 adalah:
1. Pdt. St. Widyosudarno
Pada masa tahun 1982 Pendeta Widyosudarno memperhatikan
pembangunan di Gereja induk : melengkapi dan menyempurnakan tempat duduk
kebaktian bentuk bangku panjang satu untuk empat orang. Hal ini ditangani oleh
panitia pembangunan yang diketuai oleh Bapak T. Noto Hadisiswoyo. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Pepanthan Nganten mulai membangun pengembangan gedung Gereja yang
terletak di atas tanah kas desa Kraguman, kemampuan anggota majelis
ditingkatkan dengan digiatkannya sarasehan majelis, dirintis kelompok-kelompok
karawitan, mengadakan studi banding ke GKJ Kerten Surakarta.
2. Pdt. Sutomo S.Th
Pada masa penggembalaan Pendeta Sutomo GKJ Gondangwinangun
mengadakan beberapa pembaharuan di antaranya organisasi dalam komisi-komisi,
diadakan peningkatan kedisiplinan dan kerapian organisasi, setiap akan
mengadakan rapat harus berkoordinasi dengan rapat MPH (Majelis Pekerja
Harian) dengan pendeta dan setiap kegiatan pos-pos tersendiri yang bertanggung
jawab. Dalam upaya mengaktifkan umat Pendeta Sutomo mengharapkan
kedewasaan iman pada umat.
Pendeta Sutomo lebih menekankan pada fungsi dan panggilan Gereja di
tengah masyarakat. Supaya lebih banyak warga Gereja yang dengan tulus, rela
dan bertanggung jawab untuk terlibat dalam fungsi-fungsi sosial dan publik.
Penataan organisasi hanyalah alat saja untuk mencapai tujuan semakin optimalnya
tugas da n panggilan Gereja di dalam dunia. Pada penggembalaan Pendeta Sutomo
keharmonisan antar maya rakat sangat penting. Hal ini terwujud dengan dilakukan
pelatihan dan pembinaan baik atas Gereja setempat maupun bersama Gereja lain
seklasis antara lain : pelatihan para pejabat publik (BPD, Perangkat Desa, RT,
RW), materi-materi khotbah dan pemahaman Alkitab. Walau belum bahkan masih
jauh dari berhasil Pendeta Sutomo mendambakan terciptanya suasana aksi
dialogis dengan lintas komunitas (agama, budaya, sosial dll).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Selain itu Pendeta Sutomo juga melakukan penataan fungsi administrasi
Gereja melalui kantor Gereja: membangun kantor Gereja dengan segala
fasilitasnya (komputer 3, mesin ketik 5, dan meja kursi, almari, telpon),
menerbitkan buku-buku praktis bagi pelayanan Majelis Gereja antara lain:
a. Buku Panduan Pelayanan Majelis Gereja (Berisi tata laksana pelayanan
Majelis Gereja)
b. Buku Panduan Pelayanaan Penata Usaha Gereja
c. Buku panduan Pernikahan
d. Buku Pegangan Guru Katekisasi Persiapan Baptis dan Sidi
e. Buku Bina Pranikah.54
C. Jumlah Umat, Peranan dan Keterlibatan Jemaat dalam Kegiatan yang
dilaksanakan di GKJ Gondangwinangun.
1. Perkembangan umat GKJ Gondangwinangun tahun 1982-1997
Perkembangan yang dimaksud di sini bukan hanya perkembangan secara
kuantitatif tetapi juga secara kualitatif umat atau jemaat Gondangwinangun.
Berikut akan dijelaskan mengenai perkembangan GKJ Gondangwinangun ditinjau
dari jumlah jemaatnya, kemudian peranannya , perkembangan kegiatan-
kegiatannya dari tahun 1982 sampai 1997.
Perkembangan jemaat sela ma kurun waktu antara tahun 1982 sampai
dengan tahun 1997 dapat dilihat dalam beberapa faktor yang turut berperan
penting dalam proses perkembangan umat di GKJ Gondangwinangun. Aspek
54 Hasil wawancara dengan Bp. Sutomo, Pendeta GKJ Gondangwinangun, di Gereja, 21 September 2006, pukul 10.45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang pertama adalah perkembangan dalam hal kuantitasnya yang secara khusus
akan menyajikan data -data perkembangan yang berupa angka -angka di dalam
tabel yang berisi tentang pertambahan jemaat dengan dibaptis anak dan sidi,
atestasi masuk. Selain tabel pertambahan jemaat juga mencatat pengurangan
jemaat yang disebabkan ole h warga Gereja yang meninggal dunia atau atestasi
keluar.
Aspek yang kedua adalah perkembangan yang menyangkut segi kualitas
dari jemaat yang mendukung keberadaan GKJ Gondangwinangun sampai dengan
tahun 1997 yaitu kondisi hubungan dan keimanan yang berlangsung di dalam
kehidupan gereja. Sekiranya dapat dijadikan suatu sarana untuk melihat bahwa
bagaimana perkembangan umat jika dilihat dari segi kualitas. Sedangkan
mengenai tingkat peran serta jemaat di dalam kegiatan Gereja, terutama tentang
kegiatan-kegiatannya dan ketertiban jemaat di dalam setiap kegiatan tersebut yang
akan diuraiakan kemudian.
Perkembangan jumlah umat di GKJ Gondangwinangun dalam kurun
waktu hampir 30 tahun ini dapat dikatakan mengalami perubahan-perubahan.
Jumlah anggota dan jumlah pengunjung berbeda, hal ini dikarenakan banyak
anggota yang berada di luar kota. Mereka tetap menjadi anggota dari GKJ
Gondangwinangun, meskipun tempat mereka sekolah atau bekerja berada di luar
kota. 55 Hampir setiap tahun ada pertambahan jumlah umat, tapi juga terjadi
pengurangan jumlah umat. Jumlah penambahan dan pengurangan ini bervariasi.
Dalam satu tahun kadang jumlah penambahan lebih besar dari pengurangan,
55 Wawancara dengan Ibu Wanti, pada tanggal 3 Mei 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
sehingga jumlah secara keseluruhan bertambah. Namun yang terjadi dapat pula
sebaliknya. Perkembangan umat dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel Jumlah Umat GKJ Gondangwinangun Tahun 1982-199756
Tahun 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990
Jumlah 1032 - 1032 - 1255 1255 1260 1253 1198
Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
Jumlah 1292 1322 1264 1284 1300 1390 1350
Kolom yang kosong ( - ) tidak ada pendata an mengenai jumlah pengunjung (umat) pada tahun tersebut.
Adanya pertambahan jemaat di GKJ Gondangwinangun ini melalui
beberapa cara. Cara yang pertama yaitu melalui pembaptisan bayi ( anak ).57 Bayi
yang telah lahir di antara keluarga yang menjadi warga GKJ Gondangwinangun
dan kemudian dibaptis diakui secara sah sebagai warga Gereja yang bersangkutan.
Selain itu juga ada cara yang lain yaitu dengan adanya mutasi. Mutasi di sini
ada lah jemaat Kristen yang berasal dari Gereja di luar GKJ Gondangwinangun,
yang karena sesuatu hal harus berdomisili di Gondangwinangun dan kemudian
56 Buku laporan kerja dan Evaluasi Program Kerja Majelis GKJ Gondangwinangun : a. Tahun 1982 hal 1 b. Tahun 1984 hal 1 c. Tahun 1986 hal 2 d. Tahun 1987 hal 2 e. Tahun 1988 hal 2 f. Tahun 1989 hal 2 g. Tahun 1990 hal 2 h. Tahun 1991 hal 3 i. Tahun 1992 hal 1 j. Tahun 1993 hal 1 k. Tahun 1994 hal 1 l. Tahun 1995 hal 1 m.Tahun 1996 hal 6 n. Tahun 1997 hal 5 57 Lihat lampiran 4. Gambar 2 hal. 94.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menjadi warga GKJ Gondangwinangun. Sesuai dengan tata cara yang telah
berlaku maka warga yang berasal dari luar GKJ Gondangwinangun tersebut harus
membawa surat yang telah disahkan oleh Gereja asalnya atau sering disebut
dengan surat atestasi keluar. Setelah membawa surat atestasi keluar yang telah
disahkan dan mendapat surat atestasi masuk atau penerimaan dari GKJ
Gondangwinangun maka secara resmi menjadi anggota GKJ Gondangwinangun.
Penambahan yang lain selain baptisan dan mutasi yaitu dengan sidi atau mengaku
percaya, dalam ha l ini orang tersebut sudah dibaptis anak atau telah menerima
baptis dewasa. Berikut ini akan disajikan beberapa data dalam angka yang telah
dikumpulkan mengenai adanya penambahan anggota berdasarkan sidi, baptisan
anak ataupun mutasi.
Tabel Baptis Anak58
Tahun 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990
Jumlah 26 - 26 - 15 15 35 17 64
Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
Jumlah 29 28 22 17 65 40 41
58 Buku Laporan dan Evaluasi Program Kerja Majelis GKJ Gondangwinangun :
a. Tahun 1982 hal 2 b. Tahun 1984 hal 1 c. Tahun 1986 hal 2 d. Tahun 1987 hal 2 e. Tahun 1988 hal 3 f. Tahun 1989 hal 2 g. Tahun 1990 hal 2 h. Tahun 1991 hal 3 i. Tahun 1992 hal 1 j. Tahun 1993 hal 1 k. Tahun 1994 hal 1 l. Tahun 1995 hal 1 m. Tahun 1996 hal 6 n. Tahun 1997 hal 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kolom yang kosong (-) : Tidak ada anak yang dibaptiskan pada tahun tersebut.
Tabel Atestasi Masuk59
Tahun 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990
Jumlah 3 - 3 - 9 9 1 9 5
Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
Jumlah 22 18 9 11 12 15 11
Kolom yang kosong ( - ) : Tidak ada pertambahan jemaat karena atestasi masuk.
Tabel Babtis dewasa/Sidi ( Mengaku Percaya)60
Tahun 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990
Jumlah 53 - 53 - 31 31 51 57 75
Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
Jumlah 17 54 40 34 27 43 34
Kolom yang kosong (-) : Tidak ada jemaat dewasa yang dibaptis/sidi.
59 Tabel atestasi masuk terdiri dari orang dewasa dan anak-anak. 60 Ibid :
a. Tahun 1982 hal 3 b. Tahun 1984 hal 1 c. Tahun 1986 hal 2 d. Tahun 1987 hal 3 e. Tahun 1988 hal 3 f. Tahun 1989 hal 2 g. Tahun 1990 hal 2 h. Tahun 1991 hal 3 i. Tahun 1992 hal 1 j. Tahun 1993 hal 1 k. Tahun 1994 hal 1 l. Tahun 1995 hal 1 m. Tahun 1996 hal 6 q. Tahun 1997 hal 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Selain pertambahan jemaat di GKJ Gondangwinangun juga mengalami
pengurangan atau penurunan. Sebab-sebab dari pada pengurangan ini antara lain
dikarenakan oleh adanya berbagai hal. Adapun sebab-sebab tersebut yang pertama
merupakan proses alami yaitu karena meninggal dunia. Anggota Gereja yang
sudah meninggal dunia otomatis sudah dihapus dari daftar keanggotaan warga
GKJ Gondangwinangun. Berikut akan disajikan jumlah umat yang telah
meninggal dunia antara tahun 1982 – 1997.
Tabel pengurangan jemaat karena meninggal dunia 61
Tahun 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990
Jumlah 5 - 5 - 8 8 9 5 9
Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
Jumlah 9 6 7 8 7 9 10
Sebab yang kedua hampir sama dengan penambahan jumlah anggota
jemaat ( umat ) di lingkungan GKJ Gondangwinangun, yaitu melalui mutasi,
mutasi yang dimaksud yaitu mutasi keluar sebagai jemaat GKJ
61 Ibid :
a. Tahun 1982 hal 1 b. Tahun 1984 hal 1 c. Tahun 1986 hal 2 d. Tahun 1987 hal 2 e. Tahun 1988 hal 3 f. Tahun 1989 hal 2 g. Tahun 1990 hal 2 h. Tahun 1991 hal 3 i. Tahun 1992 hal 1 j. Tahun 1993 hal 1 k. Tahun 1994 hal 1 l. Tahun 1995 hal 1 m. Tahun 1996 hal 6 q. Tahun 1997 hal 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gondangwinangun. Hal ini dikarenakan adanya sebab khusus di mana warga
Gereja tersebut harus meninggalkan Kabupaten Klaten, biasanya karena alasan
pekerjaan atau menempuh studi di lain kota, sehingga harus keluar
keanggotaannya dari GKJ Gonda ngwinangun. Untuk itu GKJ Gondangwinangun
memberikan surat penyerahan penggembalaan kepada Gereja di tempatnya yang
terbaru atau surat atestasi keluar. Berikut akan disajikan tabel jumlah umat yang
berkurang dikarenakan adanya atestasi keluar dari anggota jemaat :
Tabel Pengurangan Jemaat Karena Pindah ( Atestasi Keluar )62
Tahun 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990
Jumlah 14 - 14 - 19 19 49 25 33
Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
Jumlah 28 21 37 12 30 6 6
Kolom yang kosong (-): Tidak ada jemaat yang menyatakan ingin pindah pada tahun tersebut.
62 Ibid :
a. Tahun 1982 hal 1 b. Tahun 1984 hal 1 c. Tahun 1985 hal 3 d. Tahun 1986 hal 2 e. Tahun 1987 hal 2 f. Tahun 1988 hal 3 g. Tahun 1989 hal 2 h. Tahun 1990 hal 2 i. Tahun 1991 hal 3 j. Tahun 1992 hal 1 k. Tahun 1993 hal 1 l. Tahun 1994 hal 1 m. Tahun 1995 hal 1 n. Tahun 1996 hal 6 o. Tahun 1997 hal 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Cara berikutnya yang menyebabkan adanya pengurangan jemaat GKJ
Gondangwinangun yaitu karena keluar dari agama Kristen. Biasanya masalah ini
dikarenakan proses perkawinan dan kebanyakan kaum wanita yang mengalami
perkawinan KUA keluar dari agama Kristen. Secara pasti tidak diketahui berapa
jumlah anggota yang keluar dikarenakan adanya proses ini.
Sejak didewasakan oleh Gereja Induknya yaitu GKJ Klaten sekitar bulan
April 1967, GKJ Gondangwinangun mulai melakukan berbagai persiapan dan
juga pembenahan di berbagai bidang. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
mempersiapkan diri bagi GKJ Gondangwinangun di masa yang akan datang.
Sebagai contoh kecil saja mengenai pelaksanaan tugas pokok di dunia ini yaitu
memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam bidang keesaan,
kesaksian dan pelayanan. Untuk mewujudkan tugas-tugas tersebut, maka GKJ
Gondangwinangun mengadakan kegiatan-kegiatan seperti kebaktian, persekutuan,
maupun kegiatan yang bersifat rohani lainnya. Kegiatan rohani di lingkungan GKJ
Gondangwinangun adalah sebagai berikut :
a. Kebaktian
GKJ Gondangwinangun mengadakan kebaktian sebagai berikut:
1) Kebaktian Minggu
Setelah didewasakan, ternyata kebaktian di lingkungan GKJ
Gondangwinangun telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut
sebenarnya mengenai waktu pelaksanaan kebaktian. Sekitar tahun 1967 kebaktian
dilaksanakan pada pukul 08.00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Setelah mengalami perubahan akhirnya diputuskan kebaktian di GKJ
Gondangwinangun diselenggarakan pada hari Minggu 2 kali yaitu pada pukul
06.00 – 07.00 memakai pengantar Bahasa Indonesia dan pada pukul 08.00 –
09.00 WIB memakai Bahasa Jawa. Kebaktian di Gereja Pepanthan Nganten
diselenggarakan pada hari Minggu 1 kali pukul 07.00-08.00 WIB memakai
pengantar Bahasa Jawa (Minggu I,II menggunakan Bahasa Indonesia , Minggu ke
III, IV, V menggunakan Bahasa Jawa). Kebaktian di Gereja Pepanthan Sumber
Bakung diselenggarakan pada hari Minggu 1 kali pukul 07.00-08.00 WIB
memakai pengantar Bahasa Jawa (Minggu I, II me nggunakan Bahasa Jawa,
Minggu III, IV, V menggunakan Bahasa Indonesia ). D i Gereja Gumul belum
dimulai kebaktian dikarenakan gedung Gereja belum siap sarana dan
prasarananya.63
2) Kebaktian diselenggarakan terutama pada hari-hari besar agama Kristen.
Antara lain pada hari Natal, Paskah, Pentakusta, Jumat Agung, kenaikan Tuhan
Yesus.
3) Kebaktian Penghayatan hari Besar Nasional. Antara lain Tahun Baru, HUT RI,
HUT Sinode, HUT GKJ Gondangwinangun, Kebaktian Minggu Oikumene.
4) Kebaktian pada upacara khusus, seperti baptis suci, sidi dan pemberkatan
pernikahan. Baptis suci untuk bayi dan pemberkatan pernikahan dilaksanakan
apabila ada permintaan dari jemaat, sedangkan baptis dewasa dan sidi biasanya
dilaksanakan pada bulan Desember. Setelah diadakan pemberkatan biasanya
63 Hasil wawancara dengan Bp. Cs. Tjokroprawiro, mantan Majelis GKJ Gondangwinangun, di rumah 23 September 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
peserta diberikan surat keterangan baik surat baptis, nikah, dan sidi (mengaku
percaya).64
5) Kebaktian Sakramen Perjamuan Kudus
Kebaktian Perjamuan Kudus biasanya dilaksanakan pada saat
memperingati Jumat Agung ataupun hari-hari khusus gerejawi lainnya. Jemaat
yang boleh mengikuti Perjamuan Kudus adalah jemaat yang sudah melaksanakan
sidi atau sudah baptis dewasa.
Biasanya sebelum mengikuti Perjamuan Kudus, jemaat tersebut
diharuskan untuk ikut dalam persiapan Perjamuan Kudus, persiapan tersebut
diadakan oleh kelompok-kelompok di mana jemaat itu masuk di dalam kelompok
yang bersangkutan. Kemudian setelah mengikuti persiapan Perjamuan Kudus
dibagikan kartu Perjamuan Kudus sebagai tanda bahwa yang bersangkutan telah
mengikuti persiapan Perjamuan Kudus dan berhak mengikuti Perjamuan Kudus di
Gereja tersebut. Yang membagikan kartu itu biasanya pemimpin persiapan
Perjamuan Kudus.65
b. Pelajaran Agama Kristen
Yang dimaksud pelajaran agama Kristen ini adalah pemahaman ataupun
pelajaran yang harus dipahami oleh jemaat. Tetapi pelajaran ini dibagi menjadi
beberapa kelompok yaitu :
1) Sekolah Minggu
Pelajaran bagi anak sekolah Minggu ini diadakan di depan Pastori
bersamaan dengan pelaksanaan kebaktian umum yaitu pukul 07.00-08.00 WIB. 64 Lihat lampiran 5, 6, 7. hal. 95, 96, dan 97. 65 Hasil wawancara dengan Ibu Wanti, Penata Usaha Gereja GKJ Gondangwinangun, di Gereja 12 juli 2006 pukul 10.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Sekolah Minggu ini dib imbing oleh guru-guru yang tergabung dalam komisi
sekolah Minggu.
2) Katekisasi
Pelajaran Katekisasi diberikan untuk persiapan anggota Gereja yang akan
menerima sakramen Baptis Dewasa dan juga Sidi dan calon anggota yang akan
menerima Sakramen Baptis Suci. Pelajaran ini diberikan oleh para anggota
Majelis dan Pendeta di Gondangwinangun. Katekisasi juga berlaku bagi anggota
Gereja yang akan menikah, khusus untuk katekisasi pranikah ini dibimbing
langsung oleh Pendeta. Pelajaran ini diberikan di Gereja induk maupun di
pepanthan ( Gereja cabang ). Adapun penyelenggaraannya setiap satu Minggu
sekali biasanya pada Minggu sore. 66 Untuk Baptis Dewasa diberikan pada orang
yang sejak kecil belum pernah dibaptis anak atau merupakan warga baru.
Penyelenggaraan antara peserta Sidi dan Baptis Dewasa digabung menjadi satu.
Bahan atau materi yang diberikan bagi peserta Baptis Dewasa dan peserta Sidi
sama, sedangkan syarat yang diperuntukkan bagi peserta Baptis Dewasa dan Sidi
berbeda.67 Bagi yang akan mengikuti sidi yaitu mereka yang sejak kecil sudah
diserahkan orang tuanya dalam baptis anak, sedangkan baptis dewasa
diperuntukkan bagi mereka yang belum mengikuti baptis anak.
3) Pelajaran bagi yang akan menikah
Pelajaran ini dibagi menjadi dua yaitu:
a) Bagi yang sudah sama-sama Kristen
66 Hasil wawancara dengan Bp. Suyatno, Majelis GKJ Gondangwinangun di Gereja 10 Juli 2006, pukul 11.00 67 Hasil wawancara dengan Bp. Niko, Majelis GKJ Gondangwinangun di Gereja 26 April 2006, pukul 11.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Pelajaran yang diberikan tentang keluarga Kristen dan kesiapan menjadi
keluarga Kristen. Pelajaran ini diberikan oleh pendeta, lamanya tidak ditentukan
(tergantung kebutuhan dan kesiapan calon mempelai). Sebelum dilaksanakan
pemberkatan nikah, kedua calon tersebut didadar dua orang majelis untuk ditanya
tentang kesiapan menjadi keluarga Kristen, kemantapan kedua calon mempelai
serta apakah calon melanggar hukum ke -7. Jika calon mempelai belum melanggar
hukum ke-7 dapat dilaksanakan pemberkatan nikah, tetapi jika calon mempelai
sudah melanggar hukum ke -7 maka kedua calon mempelai tersebut harus
mengakui dosa terlebih dulu di depa n majelis, baru dapat dilaksanakan
pemberkatan nikah.
b) Bagi yang salah satu belum Kristen.
Bagi calon yang belum Kristen diberi pelajaran tentang dasar-dasar agama
Kristen dan penggunaannya dalam keluarga Kristen, sampai calon tersebut tahu
dan percaya, kemudian calon tersebut baru dibaptis. Setelah kedua calon sudah
sama-sama Kristen prosesnya sama dengan calon mempelai yang sudah sama-
sama Kristen.
2. Peranan (Keterlibatan) Jemaat dalam Kegiatan yang dilaksanakan oleh GKJ
Gondangwinangun tahun 1982-1997.
Pada tahun 1967an keikutsertaan seluruh umat GKJ Gondangwinangun
dalam kegiatan kegerejaan sudah dapat dikatakan cukup maju. Pada
perkembangan organisasi dan kegiatan-kegiatan komisi semakin maju, tentu saja
hal ini tidak lepas dari peran umat GKJ Gondangwinangun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pada periode 1982 sampai tahun 1997 kepengurusan Gereja berkembang
lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Keterlibatan jemaat
dalam suatu kegiatan yang diadakan oleh Gereja sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing anggota jemaat di Gereja tersebut, tetapi semua itu
merupakan bentuk perwujudan atas sikap mereka untuk memuliakan Allah.
Peranan umat dalam tugas-tugas penginjilan di GKJ Gondangwinangun
terlihat jelas terutama pada saat pelaksanaan kegiatan PA baik yang diadakan di
Gereja maupun pada saat diadakan persekutuan yang diadakan di pepanthan-
pepanthan.
Pemimpin persekutuan terlebih dahulu mengikuti kegiatan berupa
pembinaan terhadap mereka yang akan membawakan firman Tuhan. Dalam hal
kepemimpinan tidak menutup kemungkinan bagi wanita untuk berperan sebagai
pemimpin PA. Hal ini tentu dapat dikatakan bahwa wanita dalam kehidupan
Gereja mempunyai peran yang cukup penting.
Sedangkan untuk penginjilan yang sifatnya ekstern (bagi orang non
Kristen) memang tidak bisa secara langsung dilakukan secara Alkitabiah, hal ini
dikarenakan situasi dan kondisi dari daerah Gondangwinangun yang tidak
memungkinkan. Tetapi apabila jemaat di GKJ Gondangwinangun
menyelenggarakan kegiatan berupa lomba-lomba yang dilaksanakan dengan
perayaan-perayaan hari besar umat Kristiani, panitia memperbolehkan pesertanya
berasal dari luar jemaat GKJ Gondangwinangun.
Prinsip Penginjilan di sini adalah bersaksi dan melayani sebagai orang
Kristen untuk melaksanakan sebagai tugas misioner, seseorang tidak harus bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
berkotbah atau memimpin PA, tetapi yang lebih penting dari itu adalah
memahami dan melaksanakan isi Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari orang
Kristen harus menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya. Dengan demikian
secara tidak langsung umat Kristen telah terlibat dalam tugas penginjilan.
Pada periode 1982-1997 keterlibatan umat dalam organisasi maupun
kegiatan kegerejaan semakin banyak dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kegiata n yang ada yaitu dengan adanya
komisi anak, komisi pemuda, komisi remaja, komisi warga dewasa, komisi musik
dan liturgi, komisi pralenan, komisi sarana dan prasarana. Apabila dilihat secara
umum, sebagian besar jemaat di GKJ Gondangwinangun turut terlibat dalam
kegiatan kegerejaan tersebut meskipun mempunyai tingkat keaktifan yang
berbeda-beda. Memang tidak dapat dipungkiri akan adanya jemaat yang tidak
mau terlibat, namun jumlah tersebut relatif kecil. Penyebab jemaat tidak aktif
karena banyaknya praktek kawin campur.
D. Perkembangan pada Tiap Komisi di GKJ Gondangwinangun pada
Tahun 1982-1997
1. Komisi Sekolah Minggu ( Komisi Anak )
Komisi anak ini sudah ada sejak GKJ Gondangw inangun belum
didewasakan. Anak-anak sekolah Minggu ini menempati rumah-rumah jemaat
yang berpencar kemudian disatukan di gereja. Sebagai sebuah komisi yang cukup
berkembang dengan baik, selain kebaktian rutin setiap Minggunya, kegiatan yang
lain dari periode 1982 sampai dengan 1997, semakin hari semakin berkembang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
kegiatan yang dilaksanakan tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi anak Sekolah
Minggu, akan tetapi juga para guru Sekolah Minggu di Gondangwinangun.
Pengkaderan guru Sekolah Minggu dilakukan supaya semakin mantap
memberitakan firman Tuhan bagi anak-anak.
2. Komisi Pemuda dan Remaja
Seperti halnya dengan anak-anak, golongan pemuda dan remaja juga perlu
diperhatikan. Melalui komisi ini diharapkan kreativitas pemuda dan remaja dapat
disalurkan. Kegiatan yang dilaksanakan bukan hanya di dalam lingkungan intern
Gereja, akan tetapi sudah mulai mengikuti kegiatan klasis atau sinode. Adapun
macam kegiatan tersebut antara lain dengan mengikuti kegiatan pela tihan
kepemimpinan bagi pemuda dan remaja di tingkat klasis, serta mengikuti festival-
festival paduan suara dengan Gereja-gereja lainnya , mengikuti retret, kumpulan
persekutuan doa, Pemahaman Alkitab. Pada periode ini kegiatannyapun semakin
berkembang dan bervariasi mengikuti perkembangan jaman. Pemahaman Alkitab
pemuda dan remaja di kelompok PA ( Imanuel, Maranatha, Terompet Gideon dan
Sion ) setiap Sabtu s ore. Kemudian setiap bulan sekali ada pertemuan 4 kelompok
PA dalam kebaktian pemuda dan remaja sebagai pelaksana adalah komisi pemuda
dan komisi remaja.
3. Komisi Warga Dewasa
Sebelum ada peraturan baru dari Sinode, maka Komisi Dewasa ini
bernama Komisi Wanita. Hal ini dilakukan kerena selama ini belum ada suatu
komisi tersendiri bagi kaum pria ( bapak-bapak ). Maka sejak tahun 1997 Komisi
Wanita mengalami pemekaran menjadi Komisi Dewasa, dan pengurusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
bervariasi atau seimbang antara jumlah pengurus pria dan wanita. Prinsip dari
pada komisi tersebut yaitu adanya “kemitraan” antara peran wanita dan peran
pria.68 Kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu berupa kegiatan Kebaktian
Kebangunan Rohani, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan di ladang
Tuhan, mengadakan pertemuan dengan Komisi Wanita di Nganten, Sumber
Bakung dan Gumul, mengadakan kegiatan ketrampilan masak-memasak yang
bertujuan untuk menambah pemasukan bagi wanita baik di Gondangwinangun
maupun di Nganten, Sumber Bakung, dan Gumul. Kegiatan keluar yang pernah
diikuti oleh Komisi Wanita ini GKJ Gondangwinangun antara lain berupa
kegiatan K lasis dan Sinode. Bentuk kegiatan-kegiatan tesebut biasanya mengikuti
berbagai sarase han, ceramah, serta pembinaan-pembinaan kepemimpinan bagi
kaum wanita di lingkungan Gereja.
Setelah menjadi Komisi Dewasa kegiatannyapun mulai jauh lebih
berkembang, hal ini dikarenakan personil-personilnya jauh lebih beragam yaitu
wanita dan pria. Di dalam Komisi Dewasa ini yang menjadi anggotanya yaitu
seseorang baik pria maupun wanita yang usianya sudah 25 tahun atau sudah
menikah. Pemahaman Alkitab di blok-blok (kelompok) setiap Minggu sekali. Di
GKJ Gondangwinangun biasa disebut dengan istilah “Katekisasi (pemeliharaan)”.
Kegiatan ini ditata oleh majelis blok bersama pengurus blok peserta: seluruh
warga blok. Ada persembahan setiap kegiatan untuk kepentingan blok masing-
masing.
4. Komisi Musik dan Liturgi
68 Hasil wawancara dengan Ibu Wanti, Tata Usaha Gereja, di Gereja, 5 Mei 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Kegiatan yang dilakukan dalam Komisi ini meliputi kegiatan-kegiatan
baik di dalam lingkup GKJ Gondangwinangun maupun kegiatan di luar GKJ
Gondangwinangun. Kegiatan rutin yaitu berupa latihan bersama paduan suara
untuk mengisi acara kebaktian di Gereja, terutama apabila ada pembicara dari
luar. Kegiatan yang terus dilakuan yaitu pencarian anggota baru untuk ikut dalam
anggota paduan suara tersebut. Sedangkan kegiatan yang dilakuka n di luar GKJ
Gondangwinangun, salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan klasis
maupun sinode. Adapun bentuk dari kegiatan itu dapat berupa Refreshing Cours
yang dilakukan bersama dengan anggota paduan suara dari Gereja lain se-klasis
Klaten Barat. Kelompok paduan suara “Swaraku” ini setiap Minggu sekali
mengadakan latihan setiap hari Jumat sore pukul 19.00 sampai selesai yang
bertempat di Gereja. Kerawitan Sabdo Laras dan Wayang Sabdo, setiap Minggu
sekali diadakan latihan kerawitan oleh warga yang berminat dan berpotensi di
bidang kerawitan. Dari anggota kerawitan itu ada anggota yang non Kristen juga
terlibat aktif dalam kerawitan. Kerawitan ini juga telah terlibat aktif mengiringi
dalam Kebaktian Natal, Paskah dan juga sering pentas di rumah-rumah
perseorangan yang bersifat umum. Musik band, saat ini dari tim musik di GKJ
Gondangwinangun ini sedang merintis pengadaan alat musik band dan saat ini
masih terus berusaha untuk melengkapi alat-alat yang dibutuhkan. Dan selama ini
juga telah terlibat secara aktif untuk mengiringi dalam Kebatian Natal, Paskah,
KKR dan Kebaktian Pemuda.
Tugas dari komisi liturgi adalah menggairahkan semangat peribadahan,
melalui liturgi, petugas, musik dan pelayanan firman, mengadakan dan mengelola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
sarana-sarana peribadatan termasuk upacara-upacara gerejawi, (Baptis, manten),
Menyiapkan dan melatih warga Gereja yang dilibatkan dalam peribadatan
(petugas ibadat, paduan suara, iringan ibadah), mendorong pengembangan seni
dan budaya sebagai media penghayatan iman. ( koor, vocal group, band ) 69
5. Komisi Pangrukti Jenasah :
Untuk pelayanan Pangrukti Jenasah ini dilakukan oleh Komisi Pralenan
Mandiri (KPM) “Arimatea”. Menyelenggarakan dan mengkoordinir pelayanan di
sekitar kematian sesuai tata kerja yang telah ditetapkan termasuk hal pemberitaan,
peribadatan, iringan dan MC kematian, mengadakan dan mengelola alat-alat atau
sarana bagi pelayanan kematian, mengadakan pengkaderan dan pelatihan
Pangrukti Jenasah, memotivasi warga Gereja untuk masuk dan terlibat aktif
sebagai anggota KPM “Arimatea “.
6. Komisi Sarana dan Prasarana
a. Pembangunan Gereja :
Ada 3 Gereja yang sudah digunakan untuk tempat Kebaktian (Gereja
Gondangwinangun / Induk, Gereja Nganten, Gereja Sumber Bakung) dan masing-
masing gereja dalam perencanaan dan pemeliharaan pembangunan sudah ditata
oleh masing-masing komisi pembangunan gereja setempa t. Dan diberitahukan
bahwa ada satu gereja yang masih dalam proses penyelesaian pembangunannya
yaitu Gereja Gumul yang dalam rencana akan mulai digunakan untuk kebaktian
pada Semester II 2005, tetapi masih belum digunakan sampai sekarang ini
b. Kantor Gereja 69 Hasil wawancara dengan Bp. Sutomo, Pendeta GKJ Gondangwinangun, di Gereja, 21 September 2006, pukul 12.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
1) Kantor Gereja buka setiap hari pukul 08.00 – 13.30 WIB yang dilayani oleh
seorang Penata Usaha Gereja ( PUG ).
2) Inventaris Kantor Gereja di antaranya komputer (2), mesin ketik, data
kewargaan keseluruhan dan dokumen-dokumen penting gereja.
3) Penerbitan Warta Gereja dan pamflet setiap Minggu sekali.
4) Penerbitan selebaran Minggu Advent oleh KML.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkembangan GKJ Gondangwinangun periode 1967-1997 telah diuraikan
dalam bab-bab sebelumnya dan dalam bab ini akan disimpulkan sebagai jawaban
dari setiap permasalahan.
1. Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun adalah :
a. Jemaat wilayah Barat dari Gereja Klaten merasa terlalu jauh jika harus pergi
beribadat ke gedung Gereja Klaten.
b. Sudah memiliki warga yang cukup untuk berdirinya sebuah Pepanthan.
c. Keinginan dari warga wilayah sebelah Barat untuk mendirikan Pepanthan.
d. Kebanyakan warga tinggal di sekitar daerah Gondangwinangun.
2. Perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun dari Tahun 1967-1982
adalah:
Faktor pendorong perkembangan GKJ Gondangwinangun terdiri dari:
peranan jemaat, kondisi ekonomi dan sosial serta faktor kepemimpinan. Faktor
penghambatnya terdiri dari persaingan antar jemaat, semakin sedikitnya kaum
muda yang berada di Gondangwinangun dikarenakan bekerja atau melanjutkan
studi ke luar kota. Jadi seakan-akan terjadi krisis generasi penerus Gereja.
Sumbangan yang diberikan oleh GKJ Gondangwinangun secara khusus memang
belum begitu banyak. Sumbangan yang diberikan baru sebatas kepedulian dalam
rangka memperingati hari Natal, Paskah, HUT Gondangwinangun, dan pekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
keluarga , sedangkan yang diperuntukkan bagi yayasan tertentu masih diberikan
bersama-sama dengan Gereja GKJ se Sinode Jateng. Di bidang kesehatan
sumbangan yang telah diberikan yaitu dengan membuka pos kesehatan dan
pengobatan gratis yang dilakukan di Gereja Induk dan Pepanthan, selain itu juga
pemberian bulgur, pakaian pantas pakai kepada masyarakat yang memerlukan.
Sejak didewasakan oleh GKJ Klaten, GKJ Gondangwinangun telah mempunyai
pendeta konsulen 3 kali dan pendeta tetap 1 kali yaitu Pdt. Sudiharto (konsulen),
Pdt. Stefanus Widyo Sudarno ( konsulen ), Pdt. Sukarno ( konsulen ), Pdt. St.
Widyo Sudarno. Menyangkut jumlah jemaat yang ada di GKJ Gondangwinangun,
selalu saja mengalami perubahan, hal ini dikarenakan terkadang terdapat
pengurangan dan pertambahan jumlah jemaat yang diakibatkan oleh berbagai
faktor penyebab. Kegiatan yang dilaksanakan di GKJ Gondangwinangun
dilaksanakan oleh tiap-tiap komisi di GKJ Gondangwinangun, yaitu komisi
wanita, komisi sekolah Minggu, kelompok remaja dan pemuda, komisi musik
Gerejawi ( Paduan suara ).
3. Perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun dari Tahun 1982-1997
adalah :
Faktor pendorong perkembangan GKJ Gondangwinangun adalah: Situasi
kehidupan Kristen Protestan di Gondangwinangun yang cukup mengakar, wilayah
yang strategis, peranan umat. Faktor penghambatnya terdiri dari persaingan antar
jemaat, semakin sedikitnya kaum muda yang berada di Gondangwinangun
dikarenakan bekerja atau melanjutkan studi ke luar kota. Jadi seakan-akan terjadi
krisis generasi penerus Gereja. Sumbangan yang diberikan oleh GKJ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gondangwinangun secara khusus memang belum begitu banyak. Sumbangan
yang diberikan yaitu pemberian sembako kepada masyarakat prasejahtera,
sedangkan yang diperuntukkan bagi yayasan tertentu masih diberikan bersama-
sama dengan Gereja GKJ se Sinode Jateng. Di bidang kesehatan sumbangan yang
telah diberikan yaitu dengan membuka aks i kasih mengadakan pengobatan murah
untuk umum di wilayah pelayanan yang dilakukan di Gereja Induk dan
Pepanthan, selain itu juga pemberian pakaian pantas pakai kepada masyarakat
yang memerlukan, membantu air bersih untuk masyarakat Karangnongko,
menyediakan sukarelawan untuk korban bencana alam Gunung Merapi pada tahun
1994, mendirikan posko untuk menggalang dana, mengadakan aksi sosial
membantu menambah makanan bergizi di wilayah pelayanan. Sejak didewasakan
oleh GKJ Klaten, GKJ Gondangwinangun telah mempunyai pendeta tetap 2 kali
yaitu, Pdt. St. Widyo Sudarno dan Pdt. Sutomo S. Th. Menyangkut jumlah
jemaat yang ada di GKJ Gondangwinangun, selalu saja mengalami perubahan, hal
ini dikarenakan terkadang terdapat pengurangan dan pertambahan jumlah jemaat
yang diakibatkan oleh berbagai faktor penyebab. Kegiatan yang dilaksanakan di
GKJ Gondangwinangun dilaksanakan oleh tiap-tiap komisi di GKJ
Gondangwinangun, yaitu komisi warga dewasa, komisi sekolah Minggu (komisi
anak), komisi remaja dan pemuda, komisi mus ik dan liturgi (Paduan suara),
komisi pangrukti jenasah, komisi sarana dan prasarana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
End, Th. van den. (2001). Ragi Cerita : Sejarah Gereja Indonesia 1 Tahun 1500-
1860 an. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
_________________. ( Tanpa tahun ) Harta Dalam Bejana. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
Gottschalk, Louis. ( 1975 ). Mengerti Sejarah: pengantar Metode Sejarah
(Penerjemah Nugroho Notosusanto). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Heuken, Adolf. (1976). Ensikolopedi Populer tentang Gereja. Yogyakarta:
Kanisius.
Koentjaraningrat, ( Tanpa Tahun ). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia :
Djambatan.
Kruger, Moller. ( Tanpa tahun ). Sejarah Gereja Indonesia. Badan Penerbit
Kristen. Jakarta .
Kuntowijoyo. (1995 ). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Benteng
Budaya.
Nugroho Notosusanto. (1964 ). Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah. Jakarta:
Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata.
Partonadi, Soetarman Soediman. (2001). Komunitas Sadrach dan Akar
Kontekstualnya. Suatu Ekpresi Kekristenan Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
padaAbad XIX. ( Penerjemah Widi Herijati Rahadi)
Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen
Pornomo, Hadi.(1988). Benih Yang Tumbuh dan Berkembang di Tanah Jawa .
Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen.
Poerwodarminto, W.J.S. (1966). Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai
Pustaka.
____________________. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sartono Kartodirjo ( 1992 ). Pendekatam Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wolterbeek, J. D. ( 1995 ). Babad Zending di Pulau Jawa. Yogyakarta: Taman
Pustaka Kristen
Dokumen
Buku Induk GKJ Klaten Tahun 1967 - Tahun 1981
Buku warta Gereja tahun 1982 - Tahun 1997
Laporan kerja juni 1982 - Program Kerja 1985
Laporan Kerja 1986 - Program Kerja 1987
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1987 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1988/1989.
Notulen Rapat Majelis GKJ Gondangwinangun Tahun 1967 – 1968
Notulen Rapat Majelis GKJ Gondangwinangun Tahun 1970 – 1980
Panitia Buku Peringatan HUT ke- 64 GKJ Klaten. ( 1987 ) Buku Peringatan 64
Tahun GKJ Klaten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Team Penyusun, ( 1993 ), Sejarah Gereja Gondangwinangun. Gondang: Klaten
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1988 /1989 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1989/1990.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1989 /1990 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1990/1991.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1990 /1991 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1991/1992.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1991 /1992 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1992/1993.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1992 /1993- Program Kerja Tahun
Anggaran 1993/1994.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1993 /1994 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1994/1995.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1994 /1995 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1995/1996.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1995 /1996 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1996/1997.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1996 /1997 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1997/1998.
Laporan Kerja Dan Evaluasi Program Kerja 1997 /1998 - Program Kerja Tahun
Anggaran 1998/1999.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Sumber: Peta Administrasi Kabupaten Klaten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 4
Ganbar 1. Foto pemuda yang telah disidi yang dilayani oleh Pendeta Sutomo
Gambar 2. Foto pelaksanaan baptis anak yang dilayani oleh pendeta Stefanus Widyo Sudarno Sumber : Arsip Dokumentasi Pendeta Sutomo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 5
Sumber: Arsip Surat Keterangan Baptis GKJ Gondangwinangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Sumber : Arsip Keterangan Nikah GKJ Gondangwinangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Sumber : Arsip Keterangan Pengakuan Percaya GKJ Gondangwinangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
DAFTAR NARASUMBER
1. Bapak Sutomo ( Pendeta GKJ Gondangwinangun )
Alamat : Ngankruk, Karangdukuh, RT. 03, RW.01, Jogonalan Klaten.
2. Saudara Suharyanto ( Penata Usaha GKJ Gondangwinangun )
Alamat : Gulungi, RT. 16, RW. 08, Granting, Jogonalan, Klaten.
3. Bapak Suyatno ( Majelis GKJ Gondangwinangun )
Alamat : Gulungi RT. !6, RW. 08, Granting, Jogonalan, Klaten.
4. Ibu Wanti ( Penata Usaha GKJ Gondangwinangun )
Alamat : Pucung, RT. 10, RW. 05, Kraguman, Jogonalan, Klaten.
5. Bapak FX. Kasijo ( Diaken GKJ Gondangwinangun )
Alamat : Satron, RT. 06, RW. 02, Karangdukuh, Jogonalan, Klaten.
6. Bapak Nikodemus Suramto ( Majelis GKJ Gondangwinangun )
Alamat : Nganten, Granting, RT.19, RW. 10, Jogonalan, Klaten.
7. Bapak Yahya Sadikan ( Majelis GKJ Gondangwinangun )
Alamat : Ngasinan, RT. 23, RW. 11, Kraguman, Jogonalan, Klaten.
8. Bapak Cs. Tjokropawiro ( Mantan ketua Majelis GKJ
Gondangwinangun )
Alamat : Trenggulun, RT. 07, RW. 01, Jogonalan Klaten.
9. Saudara Yohanes Sudaryanto ( Jemaat )
Alamat : Ngangkruk, RT. 03, RW. 01, Jogonalan, Klaten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SILABUS
Nama Sekolah : SMU Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Program : XII Semester : 2 Standar Kompetensi : Menganalisis Perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun Klaten Dari Tahun 1967-1997. Komp. Dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan
pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu Sumber
Menganalisis Perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun Klaten Dari Tahun 1967-1997.
Menjelaskan latar belakang berdirinya GKJ Gondangwinangun
-Wilayah Barat sebagai pepenthan Gereja Klaten. - Pepanthan Gondangwinangun menuju pendewasaan
Menjelaskan latar belakang GKJ Gondangwinangun
Jenis tagihan : Tugas individu, tugas kelompok, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester. Bentuk Instrumen : Laporan tertulis, ceklis, LKS, dan testertulis
1 X 45 menit 3 X 45 menit
- Buku paket Hadi purnomo dan M. Supri hadi sastrosupono, Benih Yang Tumbuh dan Berkembang di Tanah Jawa , Yogyakarta: TPK Gunung Mulia. Bahan : LKS, Peta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alat : OHP, LCD, Komputer, CD
Menguraikan Perkembangan GKJ Gondangwinangun tahun 1967-1981
-Faktor pendorong dan penghambat serta sumbangan dari perkembangan GKJ Gondangwinangun dari tahun 1967-1997. -Perkembangan Pelayanan Jemaat di GkJ Gondangwinangun dari tahun 1967-1981. -Perkembangan jumlah umat, peranan dan keterlibatan jemaat yang dilaksanakan oleh GkJ Gondangwinangun dari tahun 1967-1981. -Perkembangan pada tiap komisi di GKJ
Mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan GKJ Gondangwinangun Klaten dari tahun 1967-1981
Jenis tagihan : Tugas individu, tugas kelompok, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangansemester. Bentuk instrumen : Laporan tertulis, ceklis, LKS, dan tes uraian.
1 x 45 menit
- Buku paket Hadi purnomo dan M. Supri hadi sastrosupono, Benih Yang Tumbuh dan Berkembang di Tanah Jawa , Yogyakarta: TPK Gunung Mulia. NN, Sejarah GereJA Kristen Jawa Gondangwinangun Klaten, Gondangwinangun, 1993, hal 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menguraikan perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinangun Klaten Tahun 1982- 1997
Gondangwinangun Faktor pendorong dan penghambat serta sumbangan dari perkembangan GKJ Gondangwinangun dari tahun 1982-1997. -Perkembangan Pelayanan Jemaat di GkJ Gondangwinangun dari tahun 1982-1997. -Perkembangan jumlah umat, peranan dan keterlibatan jemaat yang dilaksanakan oleh GkJ Gondangwinangun dari tahun 1982-1997. -Perkembangan pada tiap komisi di GKJ Gondangwinangun
Mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan Gereja Kristen Jawa Gondangwinagun dari Tahun 1982-1997
Jenis tagihan : Tugas individu, tugas kelompok, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangansemester. Bentuk instrumen : Laporan tertulis, ceklis, LKS, dan tes uraian.
1 X 45 menit
Bahan : LKS, Gambar-gambar transparan, peta flopy disc - Buku paket Hadi purnomo dan M. Supri hadi sastrosupono, Benih Yang Tumbuh dan Berkembang di Tanah Jawa , Yogyakarta: TPK Gunung Mulia. NN, Sejarah GereJA Kristen Jawa Gondangwinangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Klaten, Gondangwinangun, 1993, hal 30. Bahan : LKS, Gambar-gambar transparan, peta flopy disc
Mengetahui Yogyakarta, 24 Februari 2007 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Drs. Kris Darmadi Seni Tyas Mawarni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI