PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ORGANISASI WANITA DI YOGYAKARTA TAHUN 1914...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · ORGANISASI WANITA DI YOGYAKARTA TAHUN 1914...
PERAN NYAI AHMAD DAHLAN DALAM MENDIRIKAN
ORGANISASI WANITA DI YOGYAKARTA TAHUN 1914-1946
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
FITRILIYANINGTYAS WULANSARI
NIM: 101314030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERAN NYAI AHMAD DAHLAN DALAM MENDIRIKAN
ORGANISASI WANITA DI YOGYAKARTA TAHUN 1914-1946
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
FITRILIYANINGTYAS WULANSARI
NIM: 101314030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Makalah ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua ku Bapak Subartono dan Ibu Rahayu yang selalu mendoakan dan
mendukungku.
2. Kedua adikku Ningsih dan Ningrum yang selalu memberikan semangat.
3. Keluarga besar trah Karsorejo dan Joyo Wiyono.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
Wanita jangan memiliki jiwa kerdil, tetapi berjiwa Srikandi.
(Nyai Ahmad Dahlan)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau
kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
(Evelyn Underhill)
Don’t think be a star if you afraid to try it!
(Penulis)
Belajar tidak harus ngoyo yang penting continue dan istiqomah.
(Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PERAN NYAI AHMAD DAHLAN DALAM MENDIRIKAN ORGANISASI
WANITA DI YOGYAKARTA TAHUN 1914-1946
Oleh:
Fitriliyaningtyas Wulansari
Universitas Sanata Dharma
2015
Makalah ini bertujuan mendeskripsikan: (1) Latar belakang kehidupan
Nyai Ahmad Dahlan, (2) Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi
wanita di Yogyakarta, (3) Pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan
organisasi wanita bagi wanita masa kini.
Penulisan makalah ini menggunakan metode sejarah, dengan langkah-
langkah: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pembahasan dalam
makalah ini menggunakan pendekatan sosial-budaya. Sedangkan model
penulisannya bersifat deskriptif analitis.
Hasil penulisan menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang kehidupan Nyai
Ahmad Dahlan, di samping sebagai ibu rumah tangga, ia juga mendorong anak-
anak perempuan mengikuti pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki.
Sehingga diperlukan wadah untuk mengembangkan cita-citanya (2) Peran Nyai
Ahmad Dahlan terbukti dalam perjuangannya untuk mendirikan organisasi
Aisyiyah yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak
perempuan di Yogyakarta khususnya kampung Kauman (3) Pengaruh dari
perjuangan Nyai Ahmad Dahlan adalah wanita-wanita di Yogyakarta semakin
maju dalam bersosialisasi maupun yang lainnya. Kegigihan dari Nyai Ahmad
Dahlan, memberikan inspirasi bagi wanita-wanita di Yogyakarta, di antaranya
adalah Bupati Gunungkidul Ibu Hj. Badingah S.Sos dan Bupati Bantul Ibu Hj. Sri
Surya Widati yang tidak lain adalah seorang wanita yang mampu memimpin
daerahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE ROLE OF NYAI AHMAD DAHLAN IN ESTABLISHING
ORGANIZATION OF WOMEN IN YOGYAKARTA 1914-1946
By:
Fitriliyaningtyas Wulansari
Sanata Dharma University
2015
This paper aims to describe: (1) The background of Nyai Ahmad Dahlan’s
life, (2) The role of Nyai Ahmad Dahlan in establishing women's organizations in
Yogyakarta, (3) The influence of Nyai Ahmad Dahlan’s role in establishing
women's organizations for women today.
In writing this paper, the writer used historical method with heuristic,
verification, interpretation, and historiography method. The discussion in this
papers uses social-cultural approach. The writing style of this study is descriptive-
analytical.
The results of this paper show that: (1) The background Nyai Ahmad
Dahlan life, besides being a housewife, she encouraged girls to follow education
equal men needed to develop their goals (2) The role of Nyai Ahmad Dahlan is
evident in its struggle to establish Aisyiyah organization that aims to provide
education to girls in Yogyakarta especially in Kauman (3) The influence of Nyai
Ahmad Dahlan’s struggle are that women in Yogyakarta advanced in social as
well as others. Persistence of Nyai Ahmad Dahlan, has provided the inspiration
for women in Yogyakarta, which include Gunungkidul Regent Hj. Badingah
S.Sos and Bantul Regent Hj. Sri Surya Widati, the other women who were able to
lead the region.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturken kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam Mendirikan Organisasi Wanita di
Yogyakarta Tahun 1914-1946” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana, Progam
Studi Pendidikan Sejarah. Bagi penulis penyusunan makalah ini telah memberikan
banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berguna dalam penyusunan sebuah
karya ilmiah.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Drs. A.K. Wiharyanto, M.M, selaku dosen pembimbing yang telah
sabar membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan,
saran serta masukan selama penyusunan makalah ini.
4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah
yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
5. Bapak, Ibu dan adik-adik yang tercinta, terima kasih atas segala doa dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma, serta seluruh keluarga besarku terimakasih
atas dukungan dan doanya.
6. Sahabatku Okti, Krismibinata, Ghevhoo, Fersavili serta seluruh teman-
teman terutama teman dari Pendidikan Sejarah angkatan 2010,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................... 7
1. Tujuan Penulisan ..................................................................... 7
2. Manfaat Penulisan ................................................................... 8
D. Sistematika Penulisan ..................................................................... 9
BAB II : LATAR BELAKANG KEHIDUPAN NYAI AHMAD DAHLAN
A. Muhammadiyah dan Kaum Perempuan di Kauman Yogyakarta ... 10
B. Nyai Ahmad Dahlan dan Lingkungan Keluarga ............................. 14
BAB III : PERAN NYAI AHMAD DAHLAN DALAM MENDIRIKAN
ORGANISASI WANITA DI YOGYAKARTA
A. Latar Belakang Perjuangan Nyai Ahmad Dahlan ........................... 21
B. Lahirnya Organisasi Aisyiyah ......................................................... 24
1. Latar belakang lahirnya organisasi Aisyiyah ............................ 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2. Profil Organisasi Aisyiyah ........................................................ 27
3. Identitas, Visi dan Misi Aisyiyah .............................................. 30
4. Perkembangan Aisyiyah dan Kegiatannya ................................ 31
5. Makna Lambang Organisasi Aisyiyah ....................................... 37
C. Pengalaman Nyai Ahmad Dahlan
dalam Memimpin Aisyiyah .. ........................................................... 38
BAB IV : PENGARUH PERAN NYAI AHMAD DAHLAN DALAM
MENDIRIKAN ORGANISASI WANITA BAGI WANITA
MASA KINI
A. Pengaruh Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan
OrganisasiWanita……………………..……………………………. 42
B. Pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan
organisasi wanita bagi wanita masa kini serta nilai-nilai
yang dapat diperjuangkan wanita masa kini ................................... 46
BAB V : KESIMPULAN ................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
LAMPIRAN
Silabus ....................................................................................................... 53
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................................... 57
Gambar ...................................................................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah pergerakan nasional, tidak dipungkiri munculnya pahlawan-
pahlawan wanita seperti R.A Kartini, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan dan lain-
lain. Namun betapapun juga, ia tetap merupakan manusia biasa. Sedangkan watak
atau kepribadian seorang pahlawan tidak mungkin dilihat terlepas dari pengaruh
lingkungan keluarga, masyarakat, dan tata nilai yang berlaku pada zamannya.
Perempuan yang telah hidup dalam zaman tertentu, dan sebagai pribadi
mempunyai potensi (kemampuan) berpikir serta mempunyai perasaan tertentu.1
Termasuk dari pandangan agama berbicara mengenai kedudukan
perempuan dalam pandangan Islam, dapat ditegaskan bahwa, tidak sebagaimana
diduga atau dipraktikkan dalam sementara masyarakat, ajaran Islam pada
hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat
kepada perempuan. 2
Dalam ajaran Islam yang bersumber kepada Quran dan Sunah, banyak
menitikberatkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Salah
satu masalah yang menjadi titik perhatiannya adalah kaum wanita. Dalam
kaitannya itu, Islam yang berpedoman kepada Quran dan Sunah itu, memberi
perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita, baik
sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu, maupun sebagai anggota keluarga lainnya
1 Haryati Soebadio dan Saparinah Sadli, Kartini Pribadi Mandiri, Jakarta, Gramedia, 1990, hlm.
xiii 2 Lies M. Marcoes-Natsi dan Johan Hendrik Meuleman, “Wanita Islam Indonesia Dalam Kajian
Tekstual dan Kontekstual”, Kumpulan Makalah Seminar, Seri INIS XVIII, Jakarta, INIS, 1993,
hlm. 3
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dan sebagai anggota masyarakat. Jika dilihat dari segi pengabdian antara laki-laki
dan wanita, maka sesungguhnya Islam tidak membedakan dua jenis makhluk
tersebut. Perbedaan yang dijadikan ukuran untuk meningkatkan atau merendahkan
derajat mereka hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah SWT.3
Oleh karena itu sangatlah tepat bahwa wanita harus berpendidikan cukup karena
wanita harus sadar akan hal itu, dan wanita sendiri yang pertama-tama harus
menanamkan kesadaran itu kepada sesama wanita juga. 4
Untuk memberikan kesempatan dan tempat kepada wanita terjun dalam
masyarakat, maka adanya organisasi kemasyarakatan, keagamaan, sosial, khusus
untuk wanita adalah sangat membantu.5 Seperti halnya pergerakan wanita
Indonesia sangat erat hubungannya dengan Pergerakan Kebangsaan Indonesia dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari padanya. Di samping
memperjuangkan perbaikan kedudukan wanita, maka pergerakan wanita
Indonesia juga memperjuangkan tercapainya kemerdekaan Indonesia,
mempertahankan dan kemudian mengisi kemerdekaan dengan pembangunan
bangsa dan negara.6 Sejarah gerakan perempuan di Indonesia ini telah melewati
perjuangan yang sangat panjang. Jauh sebelum Indonesia merdeka, telah banyak
muncul tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi perempuan. Organisasi tersebut
dibangun demi kepentingan kaum perempuan, untuk memperjuangkan posisi
perempuan dalam perkawinan dan kehidupan keluarga, mempertinggi kecakapan
dan pemahaman ibu sebagai pemegang dan yang menentukan jalannya rumah
3 Ibid, hlm. 19
4 Ibid, hlm. 36
5 Ibid, hlm. 40
6 Kowani, Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, cetakan I,
1978, hlm. 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tangga dalam suatu keluarga. 7 Karena wanita sebagai ibu, dalam pandangan
Islam, punya kedudukan yang mulia.8 Dengan jalan menambah lapangan
pengajaran, memperbaiki pendidikan, dan mempertinggi kecakapan-kecakapan
sebagai perempuan, hal itu merupakan hal yang utama bagi organisasi tersebut.9
Pergerakan wanita di Indonesia tidak timbul secara tiba-tiba karena
kesadaran wanita Indonesia telah dirintis oleh para pahlawan wanita dan tokoh
perintis seperti Cut Nyak Dien, R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan lain-lain. Secara
langsung atau tidak langsung mereka telah memberikan inspirasi dan dorongan
yang tidak kecil artinya bagi perkembangan pergerakan wanita Indonesia.10
Sebelum abad ke-20, gerakan wanita merupakan orang perorangan, belum
dalam susunan perkumpulan atau organisasi. Namun usaha dan perjuangan
mereka telah merintis jalan kearah kemajuan wanita Indonesia, seperti Nyai
Ageng Serang, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien dan Cut Mutiah mereka
telah berjuang mengangkat senjata bahu-membahu dengan kaum pria menentang
penajah Belanda. Dengan secara tidak langsung mereka merupakan sumber
inspirasi dan dorongan bagi para pejuang wanita Indonesia pada masa revolusi
fisik dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Keadaan dan kedudukan
wanita Indonesia pada waktu itu sangat terbelakang, karena adat istiadat yang
mengekang, kurangnya pendidikan dan pengajaran, kesewenang-wenangan dalam
perkawinan, dan lain-lain. Hal ini pada dasarnya merupakan akibat dari sistem
penjajahan yang menindas dan menghambat kemajuan. Beberapa perintis wanita
7 AK. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta, Dian Rakyat, 1970, hlm. 20
8 Lies M. Marcoes-Natsi dan Johan Hendrik Meuleman, op.cit, hlm. 22
9 AK. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 21
10 Kowani, op.cit, hlm. 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menyadari bahwa hanya dengan jalan pendidikanlah, maka kedudukan dan
peranan wanita dapat ditingkatkan dalam keluarga dan masyarakat. Seperti halnya
Kartini menganjurkan emansipasi wanita melalui pendidikan, agar wanita lebih
cakap melaksanakan peranannya sebagai ibu dan pendidik pertama dari
manusia.11
Pada waktu itu kehidupan wanita masih sangat terikat dan dibatasi oleh
adat. Kartini menghendaki persamaan hak bagi wanita dan untuk itu ia
mendambakan pengajaran bagi anak-anak gadis. Dengan diberi pendidikan,
wanita akan lebih cakap menunaikan tugas utamanya yaitu sebagai pendidik
pertama dari manusia. Usaha yang pertama adalah mendirikan sebuah kelas kecil
untuk anak-anak gadis di mana mereka diberi pelajaran membaca, menulis,
memasak, menjahit, dan keterampilan lainnya. Dengan menghayati isi buku-buku
yang dibacanya, Kartini berkesimpulan bahwa, Tuhan menjadikan laki-laki dan
perempuan sebagai makhluk yang sama, jiwanya sama, hanya bentuknya yang
berlainan. Karena itu kedudukannya juga tidak boleh dibeda-bedakan. Itulah dasar
cita-cita dan perjuangan Kartini.12
Kemudian muncul generasi-generasi
berikutnya, yakni ada Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis, Nyai Dahlan, dan
Rahmah El Yunusiyyah adalah pelopor pendidikan wanita. Semua wanita perintis
tersebut telah mendapat penghargaan dan diangkat sebagai pahlawan nasional,
kecuali Rahma El Yunusiyyah yang pengusulannya sebagai pahlawan Nasional
yang belum dikabulkan.13
11
Ibid, hlm. 2-3 12
Ibid, hlm. 8 13
Ibid, hlm. 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Memasuki awal abad ke-20 muncul organisasi-organisasi perempuan
modern. Organisasi formal perempuan pertama, Puteri Mardika pada tahun 1912
di Jakarta, memperjuangkan pendidikan kaum perempuan, mendorong kaum
perempuan agar tampil di depan umum. Dengan berkembangnya kesadaran dan
keinginan kaum perempuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan
mempertinggi derajat dalam kehidupan di masyarakat, pada tahun-tahun
berikutnya berdiri organisasi-organisasi perempuan yang ada di daerah-daerah di
tingkat lokal. Sesudah tahun 1920 muncul organisasi-organisasi perempuan di
bawah garis agama. Di Yogyakarta berdiri organisasi Wanudjio Utomo pada
tahun 1920, sementara pada tahun 1925 berdiri serikat Putri Islam. Selain
organisasi perempuan Islam, juga berdiri organisasi perempuan Katolik dan
Prostetan. Wanita Katolik di Yogyakarta pada tahun 1924 telah bergerak dalam
pekerjaan sosial. Pergerakan perempuan mengalami transformasi dan memiliki
kemauan yakni mulai muncul kesadaran berpolitik. Dengan mengadakan beberapa
konggres yang menghasilkan cara-cara kaum perempuan dalam merumuskan
gender.14
Sebelumnya juga berdiri Aisyiyah yang didirikan pada tanggal 27
Rajab 1335 Hidjriah bertepatan dengan tanggal 22 April 1917 Masehi di
Yogyakarta.15
Peranan wanita Indonesia dalam menegakkan kehidupan bangsa tidak
dapat diabaikan begitu saja. Sudah sejak lama mereka bahu-membahu dengan
14
Hikmah Diniah, Gerwani Bukan PKI Sebuah Gerakan Feminisme Terbesar di Indonesia,
Yogyakarta, Carasvatibooks, 2007, hlm. 5-6 15
Kowani, op.cit, hlm. 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kaum pria untuk mewujudkan cita-cita bangsa.16
Di sinilah kaum wanita Indoesia
membuktikan diri dan memberikan andil yang cukup besar dan berarti bagi
perjuangan bangsa. Peranan yang dilakukan meliputi segala aspek kegiatan sejauh
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.17
Oleh karena itu bukanlah tanpa
sebab bila tokoh-tokoh wanita yang terkemuka dalam masyarakat Indonesia pada
masa berikutnya bergerak pada bidang pendidikan (pengajian) seperti yang
digagaskan oleh Nyai Ahmad Dahlan.
Nyai Ahmad Dahlan, nama kecilnya Siti Walidah adalah puteri Kyai
Muhammad Fadhli, Penghulu Keraton Yogyakarta. Suaminya Kyai Haji Ahmad
Dahlan, adalah pendiri Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1912.18
Isteri
Dahlan itu, tak mencukupkan dirinya sebagai pendamping hidup yang menyokong
suaminya dari balik layar. Ia menempatkan dirinya juga sebagai kawan berjuang
Kyai Dahlan, merintis pengajian bagi kaum perempuan, baik kaum muda, tua,
maupun para buruh batik.19
Pada tahun 1914 Nyai Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi Sopo Tresno. Pada tahun 1917 Sopo Tresno dirubah menjadi
Aisyiyah.20
Gerakan Aisyiyah menjadi wadah ketercerahan perempuan, di tengah
konteks sosial keagamaan bahwa perempuan lebih sering sebagai objek dakwah
dengan ruang gerak yang terbatas.21
16
G.A Ohorella, dkk, Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa Pergerakan Nasional, Jakarta,
proyek IDSN, Debdikbud, 1992, hlm. 1 17
Nana Nurliana, dkk, Peranan Wanita Indonesia di Masa Perang Kemerdekaan 1945-1950,
Jakarta, proyek IDSN, Debdikbud, 1986, hlm. 3 18
Kowani, op. cit, hlm. 11 19
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, Srikandi-Srikandi’Aisyiyah, Yogyakarta, Suara
Muhammadiyah, 2011, hlm. 21-22 20
Kowani, op.cit, hlm. 11 21
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, op.cit, hlm. 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Dari latar belakang di atas penulis mencoba untuk menganalisis lebih
dalam mengenai peran tokoh emansipasi wanita dari Yogyakarta yang penuh
semangat memperjuangankan mengangkat derajat kaum perempuan dengan
melalui suatu organisasi gerakan wanita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang menjadi objek penulisan ini. Adapun permasalahannya sebagai berikut,
yaitu:
1. Bagaimana latar belakang kehidupan Nyai Ahmad Dahlan ?
2. Bagaimana peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi wanita
di Yogyakarta ?
3. Apa pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi
wanita pada masa kini ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Penulisan ini secara umum diarahkan untuk menjawab berbagai masalah
yang berkaitan dengan Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi
wanita di Yogyakarta tahun 1914-1946. Untuk itu penulisan ini bertujuan
untuk:
1.1.Untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang kehidupan Nyai
Ahmad Dahlan.
1.2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran Nyai Ahmad Dahlan
dalam mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh peran Nyai Ahmad
Dahlan dalam mendirikan organisasi wanita bagi wanita masa kini.
2. Manfaat Penulisan
2.1 Bagi Universitas Sanata Dharma Khususnya FKIP
Penulisan ini diharapkan untuk menambah bahan bacaan yang berguna
bagi pembaca baik yang berada di lingkungan Universitas Sanata Dharma
maupun bagi pembaca yang berada di luar Universitas Sanata Dharma
khususnya mengenai “Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam Mendirikan
Organisasi Wanita di Yogyakarta Tahun 1914-1946”.
2.2 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penulisan ini diharapkan bias menjadi referensi dan menambah
perbendaharaan dalam pengembangan sejarah khususnya tentang “Peran Nyai
Ahmad Dahlan dalam Mendirikan Organisasi Wanita di Yogyakarta Tahun
1914-1946”.
2.3 Bagi Pengembangan Diri
Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menulis karya
ilmiah khususnya tentang “Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam Mendirikan
Organisasi Wanita di Yogyakarta Tahun 1914-1946”. Penulis juga berharap,
tulisan ini dapat menjadi bahan refleksi bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, berfungsi sebagai pelajaran tentang pentingnya menanamkan sikap
menjunjung tinggi hak-hak kemanusiaan dan tingkat sosial, agar tidak terjadi
diskriminasi gender.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
D. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi
makalah yang berjudul “Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam Mendirikan Organisasi
Wanita di Yogyakarta Tahun 1914-1946” ini, maka akan dijelaskan secara singkat
sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Uraian tentang latar belakang kehidupan Nyai Ahmad Dahlan.
Bab III : Uraian tentang peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan
organisasi wanita di Yogyakarta.
Bab IV : Uraian mengenai pengaruh Nyai Ahmad Dahlan dalam menidrikan
organisasi wanita bagi wanita masa kini.
Bab V : Bab V yang berisi kesimpulan dari pembahasan bab II, III, dan IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN NYAI AHMAD DAHLAN
A. Muhammadiyah dan Kaum Perempuan di Kauman Yogyakarta
Pada umumnya dalam kebanyakan bangsa, dari dahulu sampai sekarang
wanita memang selalu berada pada posisi kedua dalam kedudukannya di
masyarakat. Walaupun harus diakui sebenarnya wanita mempunyai peranan
penting dalam keluarga, sebab seorang wanita yang meletakkan dasar pertama
dalam membimbing anak untuk perkembangan selanjutnya dari akal budi anak
dan kemudian akan menjadi penuntun bagi anak tersebut dalam menjalani
kehidupan selanjutnya.22
Di samping itu, kegiatan kaum wanita berkembang pula.
Kegiatan tersebut tidak hanya dalam rumah tangga tetapi juga berkembang pula di
masyarakat, bahkan untuk kepentingan bangsa. Lewat organisasi kegiatan seperti
itu juga ditunjukkan untuk wanita-wanita dari kampung Kauman.
Sampai akhir abad ke-19, masyarakat kampung Kauman masih
mempertahankan tradisi lama. Selain mempertahankan tradisi turun-temurun,
mereka juga bersikap tertutup, mengisolasi diri dari perkembangan dunia di luar
kampung Kauman. Di luar kampung, gerakan kebangkitan kaum bumiputra
tengah menggeliat ketika dokter Wahidin Soedirohoesodo membidani kelahiran
organisasi Boedi Oetomo (BO). Tetapi, masyarakat kampung Kauman seakan tak
tergerak untuk berpartisipasi aktif dalam gerakan kebangkitan kaum bumiputra.23
22
Ny. Maria Ulfah Subandio dan Ny. T. O. Ihromi, Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia
Bunga Rampai Tulisan-Tulisan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1978, hlm. 36 23
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, Srikandi-Srikandi’ Aisyiyah, Yogyakarta, Suara
Muhammadiyah, 2011, hlm. 1
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Dengan berpegang kuat pada akar tradisi, kaum Muslimin di Kauman
menolak segala macam bentuk budaya baru yang dibawa oleh kaum kolonial
Belanda. Dalam pandangan mereka, segala apa yang dibawa oleh kaum kolonial
dianggap haram. Hukumnya haram jika menuntut ilmu di sekolah Belanda.
Mengenakan pakaian jas dan celana panjang juga dianggap haram. Para gadis
tidak diperkenankan keluar rumah untuk melakukan aktivitas sebagaimana kaum
laki-laki. Mereka hanya diperkenankan beraktivitas di dalam rumah. Karena
dalam tradisi Jawa, status perempuan diungkapkan lewat pepatah,24
“suwargo
nunut, neroko katut"25
dengan istilah ini menempatkan wanita yang sangat
tergantung kepada pasangan hidupnya, dimana wanita tidak mempunyai eksistensi
diri.
Melihat kondisi yang seperti itu muncullah seorang ulama dari Keraton
Yogyakarta, Kyai Haji Ahmad Dahlan, mencoba merintis jalan baru menuju
perubahan. Dia bukanlah seorang intelektual hebat. Dia juga bukan seorang
aktivis pergerakan bumiputera. Namun, sejak menjabat sebagai Khatib Amin
(1896), dia selalu tak sejalan dengan para ulama tradisional yang memandang
serba haram segala apa yang dibawa olah kaum kolonial. Dia juga menyadari,
kaum Muslimin tertinggal jauh dengan kaum kolonial Belanda dalam hal
kehidupan dunia. Untuk mengejar ketertingglan, kaum Muslimin harus bisa
memanfaatkan budaya baru yang dibawa oleh kaum kolonial sebagai alat untuk
24
Ibid, hlm. 43 25
“suwargo nunut, neroko katut” artinya: jika suami masuk surga istri juga ikut masuk ke surga,
jika suami masuk neraka istri juga ikut masuk neraka. Jadi seorang istri akan mengikuti
kemanapun suaminya pergi termasuk sampai ke surga dan masuk ke neraka sekalipun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
memajukan agama Islam. Karena jabatannya sebagai ulama Kraton, maka Kyai
Haji Ahmad Dahlan sekaligus Khatib Amin di Masjid Besar di Yogyakarta.
Sejak BO berdiri (1908), Kyai Haji Ahmad Dahlan memang telah
terinspirasi untuk mendirikan sebuah perkumpulan (organisasi). Atas jasa Mas
Djojosoemarto, Kyai Haji Ahmad Dahlan dapat mengikuti perkumpulan yang
diselenggarakan oleh BO. Kyai Haji Ahmad Dahlan diberikan kesempatan
mengisi pengajian agama di Kweekschool di Jetis. Dalam sebuah kesempatan,
Mas Radji, salah seorang murid Kweekschool, mengutarakan usul supaya Kyai
Haji Ahmad Dahlan mengelola pengajian lewat sebuah organisasi. Terhitung
sejak murid Kweekschool ini mengajukan usulan membentuk organisasi, Kyai
Haji Ahmad Dahlan terus memikirkan perkumpulan yang akan didirikan. Dengan
mendapatkan dukungan dari pemuda-pemuda kampung Kauman dan beberapa
anggota BO, Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan sebuah perkumpulan yang
kemudian dikenal dengan nama “Muhammadiyah”. Perkumpulan ini didirikan
pada tanggal 18 November 1912 Masehi atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah.
Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak hanya mendirikan Muhammadiyah, tetapi
dia juga menaruh perhatian besar terhadap kehidupan kaum perempuan. Dalam
pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan, kaum perempuan memiliki hak-hak sepadan
dengan kaum pria dalam berpartisipasi memajukan agama dan masyarakat. Di
samping berperan dalam rumah tangga, kaum perempuan juga mampu berperan
aktif dalam pembangunan masyarakat. Gagasan brilian Kyai Haji Ahmad Dahlan
lahir seabad silam ketika masyarakat Kauman masih memandang kaum
perempuan sekedar konco wingking (“teman dibelakang” yang hanya mengurusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
persoalan rumah tangga). Menanamkan gagasan pembaruan yang melibatkan
peran kaum perempuan dalam kehidupan masyarakat pada awal abad ke-20 jelas
bukannya tanpa hambatan. Tetapi Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah, telah mengawali gagasan perubahan lewat pendekatan
kekeluargaan yang sangat egaliter. Langkah yang dilakukan adalah mendorong
kaum perempuan, terutama para gadis, untuk belajar dan memasuki sekolah-
sekolah umum. Gadis-gadis yang mengawali tradisi baru dalam masyarakat
Kauman tidak lain adalah putri-putri dari sahabat karib Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Mereka adalah Siti Bariyah (putri Haji Hasyim Ismail), Siti Wadingah, dan Siti
Dwimah (kemenakan Haji Fachrodin). Ketiganya dianjurkan oleh Kyai Haji
Ahmad Dahlan untuk masuk ke Neutraal Meisjes School di Ngupasan.
Usaha Kyai Haji Ahmad Dahlan ini bukannya tanpa halangan. Reaksi para
ulama tradisional di kampung Kauman cukup keras. Dalam pandangan mereka,
Neutraal Meisjes School (Sekolah Netral) adalah lembaga pendidikan yang
dikelola oleh kaum kafir. Siapa yang masuk ke sekolah tersebut, maka dianggap
kafir pula. Ketiga gadis Kauman yang dianggap telah menjadi kafir karena
mendapat anjuran dari Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dengan begitu, Kyai Haji
Ahmad Dahlan dituduh telah merusak kaum perempuan.
Mendapat reaksi keras dari para ulama tradisional di kampung Kauman,
Kyai Haji Ahmad Dahlan makin bersemangat dalam menjaga para gadis yang
telah sukses masuk Sekolah Netral. Ini dibuktikan dengan langkah Kyai Haji
Ahmad Dahlan memasukkan gadis-gadis yang lain untuk sekolah di lembaga
pendidikan umum. Selain menganjurkan para gadis di Kauman untuk menuntut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
ilmu di sekolah umum, Kyai Haji Ahmad Dahlan juga menyelenggarakan sekolah
agama (Madrasah Diniyah) di depan rumahnya. Pendiri Muhammadiyah ini
menganjurkan kepada gadis-gadis di Kauman supaya menuntut ilmu tanpa melihat
status lembaga pendidikan dan siapa yang mengajarnya.26
Usaha Kyia Haji Ahmad Dahlan mendapat dukungan penuh dari isteri, Siti
Walidah (Nyai Ahmad Dahlan), dalam menggerakkan gadis-gadis di Kauman
untuk masuk ke sekolah umum. Bahkan, Nyai Ahmad Dahlan inilah yang banyak
berjasa dalam mempersiapkan kader-kader perempuan Muhammadiyah.27
Oleh seba itu, Nyai Ahmad Dahlan, salah satu tokoh pergerakan nasional
Indonesia, juga telah meletakkan dasar-dasar perjuangan persamaan hak-hak
kaum perempuan dalam Islam. Dengan memberikan pesannya kepada santri-santri
perempuannya cukup tegas, yakni agar wanita jangan memiliki jiwa kerdil, tetapi
berjiwa srikandi. Pesan Nyai Ahmad Dahlan ini memang telah menggores di
sanubari para santri perempuan asuhannya. Terbukti, telah banyak pemimpin
perempuan di Aisyiyah yang memiliki jiwa srikandi.28
B. Nyai Ahmad Dahlan dan Lingkungan Keluarga
Manusia dimana mereka hidup bayak dipengaruhi oleh lingkungannya,
baik kehidupan keluarga, masyarakat sekeliling, dan juga pendidikan yang
diterimanya. Ketiga lingkungan ini saling kait mengait dalam membentuk sikap
tingkah laku dan pribadi seseorang. Dari lingkungan dan kehidupan masyarakat
26
Ibid, hlm. 13 27
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, Srikandi-Srikandi’ Aisyiyah, Yogyakarta, Suara
Muhammadiyah, 2011, hlm. 11 28
Ibid, hlm. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kampung Kauman ini maka terbentuklah pribadi muslim yang kuat dan teguh
pada diri Nyai Ahmad Dahlan.29
Nyai Ahmad Dahlan, nama kecilnya Siti Walidah adalah putri Kyai
Muhammad Fadhli, Penghulu Kraton Yogyakarta.30
Lahir di kampung Kauman
pada 1872 M, anak keempat dari tujuh bersaudara: Kyai Lurah Nur, Haji Ja’far,
Nyai Wardanah Husin, Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan), Haji Dawud, K.H.
Ibrahim, dan K.H. Zaini. Semula, ayah Walidah berperofesi sebagai penghulu
Kraton, tetapi diberhentikan karena sebuah sebab tertentu. Lalu, ia menekuni
profesi sebagai saudagar batik. Kebanyakan, masyarakat Kauman bekerja sebagai
Abdi Dalem Pamethakan atau Abdi Dalem Putihan, sedangkan para istri bekerja
sambil membatik di rumah. Ternyata, usaha batik maju pesat, sehingga
mengundang warga Kauman bekerja rangkap sebagai abdi dalem dan pengusaha
batik. Kyai Fadhil termasuk juragan (batik) kaya di Kauman, sehingga kehidupan
ekonomi Siti Walidah terbilang mapan.
Rata-rata, anak-anak di Kauman, termasuk anak-anak perempuan
difasilitasi belajar agama, demikian juga Siti Walidah, dibimbing oleh
orangtuanya atau para ulama Kauman di langgar-langgar.31
Meskipun secara
formal, Nyai Ahmad Dahlan tidak pernah mendapat pendidikan di sekolah umum,
kecuali mengaji Al Quran dan mendapat pelajaran agama dalam bahasa jawa
29
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Amal dan Perjuangannya, Yogyakarta,
Pimpinan Pusat Aisyiyah, 1990, hlm. 7 30
Kowani, Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, cetakan
I, 1978, hlm. 11 31
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, op.cit, hlm. 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
berhuruf Arab.32
Tidak heran, jika di Kauman ada banyak ulama, dan kebanyakan
masyarakatnya menyadari betul pentingnnya pendidikan agama, tapi tidak dengan
pengetahuan umum. Meski demikian, isteri Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak
merasa malu belajar membaca dan menulis latin bersama peserta pengajian
perempuan atau para tetangga seusianya. Awal abad ke-20, sekitar dekade kedua
atau ketiga, ketika berlangsung pembelajaran baca tulis Latin di pengajian
perempuan di Kauman, usia Walidah sudah di atas 40-an atau 50-an, tapi
semangat belajarnya masih tetap tinggi. Siti Walidah belajar menulis Latin lewat
bimbingan Ibu Tjitrosoebono, istri tuan S. Tjitrosoebono (Commissie van
Redactie Soeara Mohammadijah 1929-1930). Setelah berhasil belajar menulis
Latin, Siti Walidah digambarkan sudah mulai dapat menulis bon, seperti ketika
minta sapu dalam jumlah tertetu.33
Sejak kecil, Siti Walidah memang menonjol dibandingkan kawan-
kawannya, lebih berani dan lancar bicaranya. Kemampuannya berdakwah
diasahnya sejak Kyai Fadhil menaruh kepercayaan kepada putrinya ini untuk
membantu mengajar di langgarnya atau bias disebut Langgar Kyai Fadhil.
Pengalaman mengajar tersebut tentu membantu Siti Walidah mengelolah
pengajian perempuan yang dirintisnya, yang kelak bakal menjadi pegiat-pegiat
Aisyiyah awal. Ia digambarkan piawai mengajar. Caranya mengajar membikin
terpikat murid-muridnya di Langgar. Siti Walidah juga dikenal pandai memotivasi
murid-muridnya belajar, dan itu tetap berlanjut hingga Siti Walidah menikah.
Begitu dianggap layak menikah, Siti Walidah berhadapan dengan perjodohan
32
J.B. Soedarmanta, Jejak-jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia, Jakarta,
Grasindo, 2007, hlm. 189 33
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, op.cit, hlm. 23-24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tanpa pilihan. Ia dijodohkan dengan salah satu putra kerabatnya sendiri. Siti
Walidah mengalami perkawinan sistem famili yang banyak terjadi di Kauman,
sehingga pada umumnya orang tua di kampung Kauman bersaudara karena
pertalian darah, satu di antara tiga ikatan yang membentuk karakteristik
masyarakat Kauman.
Siti Walidah dinikahkan dengan Muhammad Darwis, nama kecil Kyai
Haji Ahmad Dahlan, pada 1889. Kedudukan Muhammad Darwis terhadap Siti
Walidah tak lain adalah saudara sepupunya sendiri. Muhammad Darwis, lelaki
kelahiran 1868 atau 4 tahun di atas Siti Walidah, adalah putra K.H. Abubakar,
Khatib Amin Masjid Agung (Besar) Kesultanan Yogyakarta, dengan Siti Aminah
(Nyai Abubakar). Baik Siti Aminah, Ibu Darwis, maupun Kyai Fadhil, ayah
Walidah, adalah anak-anak dari K.H. Ibrahim, yang pernah menjabat Penghulu
Kesultanan Yogyakarta.34
Atas perkawinannya itu mereka dikaruniai enam putera:
Yohanah, H. Siraj Dahlan, Sitti Busyro, H. Sitti Aisyiyah, Irfan Dahlan (Jumhan)
dan Siti Yuharon.35
Sejak menikah dengan Kyai Haji Ahmad Dahlan, dia selalu
mendampingi suaminya untuk mengembangkan Muhammadiyah. Sebagi istri
yang setia, dia banyak memberi dukungan moril, mengingat suaminya tidak hanya
mengurusi organisasi tetapi juga mencari nafkah hidupnya dengan berdagang kain
batik.36
Dalam memperdagangkan kain batik yang diperdagangkan itu diambil dari
saudara-saudaranya maupun tetangganya. Kadang-kadang Nyai Ahmad Dahlan
34
Ibid. hlm. 26 35
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Amal dan Perjuangannya, Yogyakarta,
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1990, hlm. 37 36
J.B. Soedarmanta, op.cit, hlm. 189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
juga membatik sendiri di rumah sebagai pekerjaan sambilan. Beberapa daerah
diantaranya Jawa Barat, Jawa Timur dan Medan telah dijelajahi oleh Kyai Haji
Ahmad Dahlan, untuk menjual barang-barang dagangannya. Beliau adalah orang
yang suka bersilaturahmi. Sambil berdagang,kesempatan dipergunakan juga untuk
mengadakan silaturahmi dengan masyarakat yang dikunjungi. Pembicaraan beliau
berkisar tentang dakwah agama Islam. Dengan cara-cara demikian itu tidak
mengherankan pemikiran beliau tentang agama Islam cepat tersebar diberbagai
daerah. Di tempat itu pula yang dikemudian hari Muhammadiyah tumbuh dan
berkembang.
Selama Kyai Haji Ahmad Dahlan pergi berdagang kebeberapa daerah itu
Nyai Ahmad Dahlan tetap di rumah mengawasi pendidikan putera-puterinya dan
mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya. Keadaan rumah tangga Kyai Haji
Ahmad Dahlan dapat dijadikan contoh orang-orang disekitarnya. Barang-barang
rumah tangga beliau bukanlah termasuk mewah tetapi karena diatur dengan baik
dan rapi sehingga sedap dipandang mata. Rumah serta halamanya bersih. Oleh
karena pandainya Nyai Ahmad Dahlan mengatur rumah tangga, tutur katanya
yang halus serta sikapnya yang baik dan ramah itu menyebabkan orang lain suka
berkunjung dan merasa kerasan di rumahnya.37
Nyai Ahmad Dahlan menyadari bahwa suaminya adalah seorang
pemimpin pergerakan dalam Islam dan sebagai pejuang untuk memajukan
bangsanya yang masih terbelakang. Maka sebagai seorang istri beliau dapat
mengimbangi cita-cita suaminya. Pada waktu Kyai Haji Ahmad Dahlan merintis
37
Suratmin, op.cit, hlm. 29-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Muhammadiyah beliau selalu mendampinginya. Organisasi Muhammadiyah saat
itu belum merupakan suatu perkumpulan yang tersusun dengan baik, tetapi baru
dalam taraf pengumpulan orang-orang di sekitarnya dengan mengadakan
pengajian-pengajian. Dalam usaha mencapai cita-citanya yang mulia itu, maka
mula-mula Nyai Ahmad Dahlan adalah satu-satunya tangan kanan suaminya. Nyai
Ahmad Dahlan selalu berikhtiar agar jangan sampai gerakan Muhammadiyah itu
hanya terbatas pada kaum laki-laki saja, tetapi beliau berharap dan berinisiatif
untuk memberi didikan dan bimbingan pada para ibu.38
Nyai Ahmad Dahlan mendampingi suaminya bukanlah dalam keadaan
senang saja, tetapi juga dalam keadaan bahaya dan kesedihan. Kyai Haji Ahmad
Dahlan sesudah kembali dari bertabligh di Banyuwangi mendapat gangguan,
ejekan, dan ancaman.39
Karena kegiatannya, Nyai Ahmad Dahlan pernah diancam
akan dijadikan sandera dan suaminya akan dibunuh bila berani datang ke
Banyuwangi. Namun, pasangan suami-istri itu tetap menjalankan rencananya
semula untuk mengunjungi kota itu dan membangun cabang Muhammadiyah.40
Orang-orang Banyuwangi menghakimi, “Hai ulama palsu yang busuk,
datanglah sekali lagi di Banyuwangi, kalau memang benar ajakanmu! Kami akan
menyambut kedatanganmu dengan belati tajam, biarlah pulangmu menjadi
bangkai! Bawalah isteri sekalian, supaya selesai juga atau kami jadikan budak
belian!”.41
Kalimat bernada sengit mengacam ini memang ditujukan kepada Kyai Haji
Ahmad Dahlan. Namun, bukan hanya sang pendiri Muhammadiyah saja yang
38
Loc.cit 39
Suratmin, op.cit, hlm. 35 40
J.B. Soedarmanta, op.cit, hlm. 189 41
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, Srikandi-Srikandi’ Aisyiyah, Yogyakarta, Suara
Muhammadiyah, 2011, hlm. 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menerima dampak psikologis dari ancaman tersebut. Dampak psikologis paling
besar dirasakan oleh sang isteri, Nyai Ahmad Dahlan. Dia diancam bakal
dipermalukan sebagai budak belian jika suaminya bersikukuh melaksanakan
dakwahnya ke Banyuwangi. Tetapi, dia memang seorang isteri yang tabah.
Sekalipun suaminya diancam bakal dibunuh dan dirinya akan dipermalukan
sebagai budak belian, dia tetap konsisten menyokong suaminya berdakwah ke
daerah Banyuwangi, bahkan Jawa Timur. Itu bukan kali pertama Nyai Ahmad
Dahlan menerima teror dalam kapasitasnya sebagai isteri sang pembaru. Di masa
awal Kyai Haji Ahmad Dahlan merintis reformasi Islam dengan cara kreatif
berdakwah, dia mesti membiasakan diri berhadapan dengan teror yang ditujukan
kepada suaminya, dan mau tidak mau kepada dirinya juga.
Nyai Ahmad Dahlan sepertinya sadar betul, inilah konsekuensi
bersuamikan seorang ulama pembaru, melawan arus pemahaman keagamaan yang
telah mapan dan tradisi berdakwah kebanyakan. Isteri Kyai Haji Ahmad Dahlan
itu, tak mencukupkan dirinya sebagai pendamping hidup yang menyokong
suaminya dari balik layar. Ia menempatkan dirinya juga sebagai kawan berjuang
Kyai Haji Ahmad Dahlan, merintis pengajian bagi kaum perempuan, baik kaum
muda, tua, maupun para buruh batik. Pengajian perempuan itu pula, yang menjadi
pengajian Sopo Tresno yang menjadi embrio gerakan Aisyiyah. Nyai Ahmad
Dahlan juga menyediakan rumahnya untuk pendidikan kaum putri melalui
internaat atau asrama putri, yang selanjutnya direplikasi oleh Aisyiyah di daerah
di luar Yogyakarta.42
42
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, op.cit, hlm. 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
PERAN NYAI AHMAD DAHLAN DALAM MENDIRIKAN ORGANISASI
WANITA DI YOGYAKARTA
A. Latar Belakang Perjuangan Nyai Ahmad Dahlan
Perjuangan Nyai Ahmad Dahlan muncul dari kehidupan para gadis di
kampung Kauman, yakni ketika mereka tidak diperkenankan keluar rumah untuk
melakukan aktivitas sebagaimana kaum laki-laki. Mereka hanya diperkenankan
beraktivitas di dalam rumah. Apalagi jika seorang perempuan harus keluar
kampung untuk masuk sekolah yang dipimpin oleh orang Belanda. Dalam tradisi
Jawa memang status perempuan diungkapkan lewat pepatah, “suwargo nunut,
neroko katut”, yang mana perempuan berada di bawah status pria. Pandangan
yang demikian tidak hanya termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
juga merambah pada arah pemahaman keagamaan. Oleh sebab itu, ia bersama
suaminya Kyai Haji Ahmad Dahlan kemudian memiliki gagasan tentang
kesetaraan perempuan di wilayah pendidikan dengan mengusahakan pendidikan
(pengajian) bagi kaum perempuan di Kauman.
Gagasan tentang kesetaraan perempuan di pendidikan dan dakwah Islam,
dimulai Siti Walidah dengan megusahakan pendidikan (pengajian) bagi kaum
perempuan di Kauman. Modal utamanya dari kelompok belajar membaca Al-
Qur‟an yang diperuntukkan bagi gadis-gadis Kauman yang masuk Sekolah Netral.
Konon, surat yang diajarkan pertama kali adalah al-Ma‟un. Murid-murid
kelompok belajar dilatih agar peka terhadap fenomena kemiskinan yang hampir
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
marak di kalangan umat Islam. Pintu hati mereka diketuk untuk memberikan
pertolongan kepada kaum fakir-miskin. Bentuk-bentuk pertolongan sesuai
kemampuan, yang kaya membantu dengan uang sedang yang tidak cukup kaya,
tetapi sehat, dianjurkan membantu dengan tenaga. Bagi yang pintar dianjurkan
membantu dalam bentuk sumbangan pikiran. Pada tahun 1914, dibentuklah
perkumpulan bernama Sopo Tresno, yang mana perkumpulan inilah yang
kemudian hari menjadi cikal-bakal organisasi Aisyiyah. Nyai Ahmad Dahlan
membantu mereka membaca Al-Qur‟an dan mengumpulkan kaum perempuan,
baik tua maupu muda, untuk mendapat pelajaran agama.
Kaum ibu maupun remaja putri juga dikumpulkan untuk mengikuti
pengajian. Berawal dari Kauman, dan berkembang ke kampung lain, seperti
Lempuyangan, Karangkajen, dan Pakualaman. Pengajian yang diisi oleh Kyai
Haji Ahmad Dahlan dan Siti Walidah ini berlangsung setelah Ashar sehingga
perkumpulan pengajian ini dikenal dengan nama Wal’Ashri. Ada juga pengajian
yang diperuntukkan bagi para buruh batik di Kauman.
Awal abad ke-20, Yogyakarta dikenal sebagai pusat indistri batik, dan
kampung Kauman adalah salah satu sentranya. Berkembangnya industri batik di
Kauman, berkorelasi dengan banyanknya buruh yang didatangkan dari luar
Yogyakarta. Para buruh adalah representasi masyarakat pekerja yang
terpinggirkan, dan tidak mempunyai akses untuk belajar. Dibutuhkan
keberpihakan sebagaimana dipraktikkan Siti Walidah dengan menyelenggarakan
pengajian bagi para buruh yang lebih sering luput dari perhatian. Dipengajian itu,
mereka belajar agama, membaca, dan menulis, agar bisa bersikap jujur dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
merasa kecil hati karena menganggap dirinya bodoh. Perkumpulan pengajian
inilah yang dikenal dengan nama Maghribi School, karena diadakan setelah
Maghrib, usai para buruh menuntaskan pekerjaan.
Pengajian Sopo Tresno, Wal’Ashri, dan Maghribi School sudah tidak asing
dalam kegiatan sejarah Aisyiyah, dan itulah embrio pengajian-pengajian Aisyiyah.
Di Aisyiyah, disediakan ruang yang luas bagi perempuan untuk menjadi subjek
dalam dakwah Islam. Inilah karakter pembaruan Aisyiyah bila disandingkan di
antara peta gerakan perempuan awal abad ke-20.
Sejak dekade kedua abad ke-20, mulai bermunculan orgaisasi perempuan
seperti Perkumpulan Kerajinan Amai Setia (1911), Poetri Mardika (1912),
Pawiyatan Wanito (1915), Wanito Hadi (1915), Wanita Susilo (1918). Rata-rata
organisasi perempuan sebelum tahun 1920, dan masih berlanjut setelahnya,
bertujuan pada perbaikan posisi perempuan dalam perkawinan, keluarga, dan
peningkatan kecakapan sebagai ibu dan pengelola rumah tangga. Aisyiyah pun
senada, tentu dengan meletakkan pada kerangka besar ajaran Islam. Tapi yang
membedakan Aisyiyah dengan organisasi-organisasi perempuan yang lain, ialah
bahwa Aisyiyah juga berfokus pada ranah perempuan dan agama.
Aisyiyah menjadi wadah ketercerahan perempuan, di tengah konteks sosial
keagamaan bahwa perempuan lebih sering sebagai objek dakwah dengan ruang
gerak terbatas. Mereka menjadi muballighat yang berdakwah dari satu pengajian
ke pengajian yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain.43
43
Mu‟arif dan Hajar Nur Setyowati, Srikandi-Srikandi Aisyiyah, Yogyakarta,Suara
Muhammadiyah, 2011, hlm. 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Sebagai wujud dari tindakan Nyai Ahmad Dahlan tersebut berdirilah suatu
organisasi yang disebut Aisyiyah dengan Nyai Ahmad Dahlan sebagai tokoh
pelopor utamannya dan beranggotakan kaum muda maupun ibu-ibu lainnya yang
berpartisipasi membangun dan mengembangkan organisasi tersebut hingga pada
akhirnya dapat berkembang dengan baik.
B. Lahirnya Organisasi Aisyiyah
1. Latar belakang lahirnya organisasi Aisyiyah
Aisyiyah, didirikan pada tanggal 27 Rajab 1335 Hidjriah bertepatan
dengan tanggal 22 April 1917 Masehi di Yogyakarta.44
Organisasi wanita
Aisyiyah ini semula merupakan organisasi yang berdiri sendiri. Kaum wanita di
daerah Kauman, Yogyakarta telah aktif dalam organisasi yang bernama Sopo
Tresno yang bergerak dalam bidang sosial. Walaupun tanpa anggaran atau
peraturan lain, organisasi ini telah menyelenggarakan kegiatan untuk mengasuh
anak yatim. Atas nasihat Haji Muchtar, seorang anggota penting Muhammadiyah,
organisasi sosial ini diubah namanya menjadi Aisyiyah yang memiliki peraturan-
peraturan dan pengurus tetap. Kepemimpinan Aisyiyah diserahkan ke tangan Nyai
Ahmad Dahlan.45
Nama Aisyiyah diusulkan oleh K.H. Fachruddin, yang merupakan tokoh
Muhammadiya kakak dari Siti Bariyah yang justru sangat aktif berpolitik pada
waktu itu. Namun sebelum akhirnya disepakati nama Aisyiyah mula-mula nama
44
Kowani, Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indoneia, Jakarta, Balai Pustaka, cetakan I,
1978, hlm. 21 45
J. B. Soedarmanta, Jejak-jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia, Jakarta,
Grasindo, 2007, hlm. 188-189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang diajukan adalah Fatimah namun ditolak. Pemberian nama Aisyiyah dipilih
bukan hanya karena A‟isyah adalah istri Nabi, tetapi juga untuk menunjukkan
cita-cita Muhammadiyah tentang perempuan. Sebagai wanita, istri Nabi, dan
penutur hadis-hadis Nabi, A‟isyah juga bekerja, diantaranya menenun bulu-bulu
domba, untuk mendukung ekonomi rumah tangga Nabi. Kiranya pengikut A‟isyah
adalah orang-orang Aisyiyah.46
Setelah nama Aisyiyah disetujui maka, pada tanggal 22 April 1917 atau 27
Rajab 1335 Hidjriyah organisasi Aisyiyah diresmikan. Upacara peresmian itu
waktunya bertepatan dengan Isro Mi‟raj Nabi Muhammad SAW yang diadakan
oleh Muhammadiyah untuk pertama kalinya secara meriah dan besar. Bahkan
karena acaranya terlalu padat hingga pukul tiga dini hari baru selesai. Dalam
upcara peresmian itu pengurus Aisyiyah berpakaian seragam yang terbuat dari
bahan sutera. Pakaian seperti itu menunjukkan kemewahan hidup waktu itu. Hal
tersebut tidak mengherankan karena orang-orang tua mereka pengusaha-
pengusaha batik yang berhasil dan kaya raya. Adapun yang bertindak sebagai
pembuka kelambu pada upacara itu ialah K.H Mokhtar. Itulah suasana peresmian
terbentukna Aisyiyah di muka umum pada tahun 1917.47
Aisyiyah merupakan pionir organisasi wanita Islam yang lahir ditengah-
tengah komunitas kampung Kauman yang tengah dilanda semangat reformisme
Islam. Aisyiyah muncul setelah para wanita berpendidikan Barat, mendirikan
46
Lies M. Marcoes-Natsi dan Johan Hendrik Meuleman, “Wanita Islam Indonesia Dalam Kajian
Tekstual dan Kontekstual”, Kumpulan Makalah Seminar, Seri INIS XVIII, Jakarta, INIS, 1993,
hlm. 103 47
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Amal dan Perjuangannya, Yogyakarta,
Pimpinan Pusat „Aisyiyah, 1990, hlm. 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
organisasi mereka di kota-kota besar. Dan wanita terpelajar Barat ini memang
umumnya adalah dari kalangan “wanita ningrat” alias kelas atas masyarakat
feodal yang kolonial. Aisyiyah bukan kelahiran kota besar, dengan masyarakat
yang relatife utuh dan homogen, melainkan Aisyiyah lahir disaat perubahan
struktural telah pula mengancam keutuhan komunitas yang relatife homogen itu.
Maka, memang tak sukar untuk dipahami jika karakter Aisyiyah sejak awal
menampilkan dirinya sebagai “keluarga pengganti”, yaitu pelindung masyarakat
ketika suasana keakraban lama mulai terancam.
Kelahiran Aisyiyah tidaklah dimulai dengan gagasan besar, tetapi bertolak
dari kesadaran akan keperluan sosial yang riil. Memang keperluan sosial bukanlah
sebuah konsep yang objektif, tetapi hasil intrepretasi yang normatif. Sebagaimana
layaknya organisasi reformis Islam, sejak semula Aisyiyah telah melibatkan diri
dalam usaha pemberantasan segala hal yang dianggap perbuatan khurafat dan
bidah syariah dan berusaha pula meluaskan pengetahuan dan memperdalam
kesadaran keislaman.48
Maka dari itu maksud dan tujuan Aisyiyah didirikan
adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Kemudian
menjalankan ajaran agama Islam yang murni yang dapat membawa kebahagiaan
di dunia dan akhirat dan membimbing kaum wanita ke arah kesadaran beragama
dan berorganisasi serta bermasyarakat, karena kesadaran beragama menimbulkan
rasa tanggung jawab terhadap Allah dan masyarakat. Aisyiyah berkeyakinan
bahwa dengan berorganisasi, bermacam-macam usaha sosial dapat dilaksanakan.49
48
Ibid, hlm. 78 49
Kowani, op.cit, hlm. 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Profil Organisasi Aisyiyah
Aisyiyah sebagai salah satu organisasi otonom bagi wanita
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi yang berdiri pada 27 Rajab 1335
Hidjriah bertepatan dengan tangal 22 April 1917 Masehi yang dipelopori oleh
Nyai Ahmad Dahlan. Setelah sah diresmikan pada tanggal 22 April 1917, susunan
pengurus Aisyiyah dari hasil kesepakatan dalam pembentukannya telah ditetapkan
sebagai berikut:
a. Siti Bariah, sebagai ketua
b. Siti Badilah, penulis
c. Siti Aminah Harawi, bendahara
d. Ny. H. Abdullah, pembantu
e. Ny. Fatimah Wasaal, pembantu
f. Siti Dalalah, pembantu
g. Siti Wadingah, pembantu
h. Siti Dawimah, pembantu
i. Siti Busyro, pembantu
Setelah pengurus Aisyiyah secara resmi terbentuk, maka agar dalam upaya
mencapai cita-citanya Kyai Haji Ahmad Dahlan memberikan bekal-bekal
perjuangannya sebagai berikut:
a. Perjuangan hendaklah disertai dengan keikhlasan hati menunaikan
tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan
kecakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur
selangkah karena dicela.
b. Penuh keinsafan bahwa beramal itu harus berilmu.
c. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan
hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan kepadanya.
d. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
e. Menjaga persaudaraan dan kesatuankawan sekerja dan perjuangan.
Dari pimpinan beliau itulah wanita-wanita Islam merasa terangkat
derajadnya, dikembalikan kepada kedudukannya sebagai yang dikehendaki
Tuhan. Sebagai isteri mereka mengerti hak dan kewajibannya terhadap suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sebagai seorang ibu, mereka memperhatikan betul-betul tentang pendidikan anak-
anaknya dan keberesan rumah tangganya.50
Sebab, Nyai Ahmad Dahlan
berpendapat bahwa pendidikan pertama diterima seorang anak dari keluarganya.
Oleh sebab itu, para wanita dan ibu-ibu mempunyai tanggung jawab yang sangat
besar untuk kemajuan masyarakat melalui asuhan dan didikan anak-anak sendiri.51
Menjelang usia seabad, Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan
Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah
sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik tolak
gerakannya. Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan
memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat
perempuan Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang
terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.
Aisyiyah yang merupakan sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang lahir
hampir bersamaan dengan lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.
Dalam kiprahnya hampir satu abad di Indonesia, saat ini Aisyiyah telah memiliki
33 Pimpinan Wilayah Aisyiyah (setingkat Propinsi), 370 Pimpinan Daerah
Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2332 Pimpinan Cabang Aisyiyah (setingkat
Kecamatan) dan 6924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat Kelurahan).
Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang begerak di berbagai
bidang yaitu: pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat. Amal Usaha dibidang pendidikan saat ini berjumlah
50
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Amal dan Perjuangannya, Yogyakarta,
Pimpinan Pusat Aisyiyah, 1990, hlm. 70-71 51
J. B. Soedarmanta, Jejak-jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia, Jakarta,
Grasindo, 2007, hlm. 189-190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4560 yang terdiri dari Kelompok Bermain, Pendidikan Anak Usia Dini, Taman
Kanak-Kanak, Tempat Penitipan Anak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, dan lain-lain. Sedangkan amal usaha di bidang Kesehatan yang terdiri
dari Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai
Pengobatan dan Posyandu berjumlah hingga 280 yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Sebagai gerakan yang peduli dengan kesejahteraan sosial
kemasyarakatan, Aisyiyah hingga kini juga memiliki sekitar 459 amal usaha yang
bergerak di bidang ini meliputi : Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan,
Dana Santunan Sosial, Tim Pengrukti Jenazah dan Posyandu.
Aisyiyah menyadari, bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak
akan meningkat tanpa peningkatan kemampuan ekonomi di lingkungan
perempuan. Oleh sebab itu, berbagai amal usaha yang bergerak di bidang
pemberdayaan ekonomi ini diantaranya koperasi, Baitul Maal wa Tamwil,
Toko/kios, BUEKA, Simpan Pinjam, home industri, kursus ketrampilan dan
arisan. Jumlah amal usaha tersebut hingga 503 buah. Aisyiyah sebagai organisasi
perempuan keagamaan terbesar di Indonesia juga memiliki beragam kegiatan
berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya penyadaran terhadap kehidupan
bermasyarakat muslim Indonesia. Hingga saat ini kegiatan yang mencakup
pengajian, Qoryah Thayyibah, Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), badan zakat
infaq dan shodaqoh serta Musholla berjumlah 3785.52
52
http://id.wikipedia.org/wiki/'Aisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3. Identitas, Visi dan Misi Aisyiyah
a. Identitas
Aisyiyah adalah organisasi perempuan Perserikatan Muhammadiyah,
merupaan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid yang
berasas Islam serta bersumber kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
b. Visi
i. Visi Idela
Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
ii. Visi Pengembangan
Tercapainya usaha-usaha Aisyiyah yang mengarah pada pengetahuan dan
pengembangan dakwah amar makruf nahi munkar secara lebih berkualitas
menuju masyarakat madani.
c. Misi
Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan
kegiatan, meliputi:
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas
pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan
ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan sesuai dengan
ajaran Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran
Islam.
4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah,
serta mempertinggi akhlak.
5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, shodaqoh,
wakaf, hibah, membangun dan memelihara tempat ibadah serta
amal usaha yang lain.
6. Membina Angkatan Muda Muhammadiyah Puteri untuk menjadi
pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan Aisyiyah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan,
memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan
penelitian.
8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan
hidup yang berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang
sosial, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan dan
kebenaran, serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan
bangsa.
11. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai
bidang dan kalangan masyarakat baik dalam dan luar negeri.
12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan
organisasi.53
4. Perkembangan Aisyiyah dan Kegiatannya
Setelah Aisyiyah berdiri kemudian tumbuh dengan cepat sekali. Anggota
Aisyiyah gadis-gadis remaja yang diperkuat oleh orang tua yang sudag berumah
tangga. Perkembangan Aisyiyah tidak hanya di Yogyakarta saja, tetapi juga di
beberapa tempat di pulau Jawa dan bahkan di luar pulau Jawa. Di mana-mana
Aisyiyah tumbuh bagaikan cendikiawan di musim hujan. Pertumbuhan yang
demikian cepat ini karena pengurusnya bekerja keras tanpa pamrih kecuali hanya
mengharapkan karunia dari Allah SWT, menganggapnya bahwa pekerjaan itu
mulia.
Pada tahun 1922 dalam kongres Muhammadiyah ke-11 yang
diselenggarakan di Yogyakarta dilancarkan seruan agar semua cabang dan grup
Muhammadiyah mengadakan bagian Aisyiyah. Demikian juga pada tahun 1923
atas saran Haji Mokhtar, Siti Badilah ditunjuk untuk mempropagandakan
Aisyiyah. Setelah Kongres selesai dalam bulan itu pula Muhammadiyah
53
http://aisyiyah.or.id/identitas-visi-dan-misi-aisyiyah/. diakses tanggal 11 Maret 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pakajangan (daerah Pekalongan) mendirikan bagian Aisyiyah dan mengharapkan
kedatangan utusan dari pengurus Besar Muhammadiyah dan Aisyiyah Yogyakata.
Mulai saat itulah kemudian di seluruh Indonesia berdiri cabang Aisyiyah.
Pada tahun 1922/1923 Aisyiyah telah mempelopori berdirinya Musholla
khusus bagi wanita, ialah Musholla Aisyiyah. Tidak lama kemudian susul
menyusul berdirinya masjid Istri Aisyiyah di Garut pada tahun 1926 dan Musholla
Aisyiyah yang ketiga didirikan di Karangkajen tahun 1973. Makin lama amalan
Aisyiyah semakin meluas. Dalam Kongres ke-23 di Yogyakarta (19-25 Juli 1934),
amalan itu meliputi:
a. Urusan Nasiyah
b. Urusan tabligh
c. Urusan sekolah/pengajian
d. Urusan Wal Ashri
e. Urusan Dzahirat
Melihat kenyataan perkembangan Aisyiyah yang demikian itu dapat
dikatakan bahwa Aisyiyah merupakan penanam pendidikan yang baik. Di mana-
mana Aisyiyah tumbuh denga pesat. Hal ini dapat dimengerti karena Aisyiyah
merupakan organisasi yang mempunyai tujuan yang jelas. Organisasi ini dipilih
oleh para anggotanya karena gerak langkahnya merupakan amal ibadah kepada
Tuhan. Asas maupun tujuannya jelas. Melalui organisasi Aisyiyah itu orang
berbuat, berkarya dan bekerja karena di dalamnya berasaskan Islam. Organisasi
ini bagi orang-orang Muslim bukanlah tempat berjuang yang sia-sia, tetapi
dijadikan media beramal.54
Adapun amal usaha dan kegiatan Aisyiyah adalah sebagai berikut:
54
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Amal dan Perjuangannya, Yogyakarta,
Pimpinan Pusat Aisyiyah, 1990, hlm. 74-75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
a. Membimbing kaum wanita kearah kesadaran beragama dan
berorganisasi.
b. Membimbing angkatan muda supaya menjadi orang Islam yang
berarti.
c. Memperteguh iman menggembirakan dan memperkuat ibadah serta
mempertinggi akhlak.
d. Mempergiat dan menggembirakan dakwah Islam serta amar ma‟ruf
nahi mungkar.
e. Memajukan dan memperbaharui pendidkan, pengajaran, dan
kebudayaan serta memperuas ilmu pengetahuan menurut tuntutan
Islam.
f. Menggerakkan dan menghidupkan serta menyuburkan amal
tolong-menolong dalam kebijakan dan taqwa.
g. Membimbing ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan yang
sesuai dengan ajaran Islam.
h. Mendirikan, menggembirakan dan memelihara tempat ibadah dan
wakaf.
i. Menanam kesadaran agar tuntutan dan peraturan Islam berlaku
dalam masyarakat.
j. Mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agama Islam
untuk mendapatkan karunianya.
k. Usaha-usaha lain yang sesuia dengan maksud dan tujuan Islam.55
Untuk merealisasikan kegiatan-kegiatan itu yang sesuai dengan maksud
dan tujuan Islam, maka dalam merealisasikannya melalui kegiatan sebagai
berikut:
1. Bagian Tabligh
Mengembangkan dakwah Islam di seluruh aspek kehidupan serta
menguatkan kesadaran keagamaan bagi masyarakat untuk mencapai masyarakat
madani. Kegiatan dakwah, antara lain berbentuk pengajian partisipatif dengan
materi yang menyangkut banyak aspek kehidupan, pengembangan materi dakwah,
dan pelatihan kader muballighat Aisyiyah. Membangun kualitas aqidah, akhlak,
ibadah, dan mu‟amalah di kalangan masyarakat yang berlandaskan nilai Qur‟an
55
Kowani, Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, cetakan
I, 1978, hlm. 294
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dan sunnah melalui pesan-pesan yang bersifat pencerahan dan berkemajuan.
Kekuatan program tabligh ini terletak pada banyaknya pengajian di tingkat
jama‟ah atau komunitas sebagai media strategis penyampaikan pesan yang
bersifat mencerahkan dan menyangkut kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekitar.56
2. Bagian Pendidikan dan Pengajaran
Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar
utama gerakan Aisyiyah melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta
Majelis Pendidikan Tinggi Aisyiyah membangun visi pendidikan yang berakhlak
mulia untuk umat dan bangsa. Dengan memajukan pendidikan (formal, non
formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud
manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri
sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridahi Allah SWT,
berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan dari usia
par TK sampai Sekolah Menengah Umum dan Keguruan.
Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengelolaan dan pembinaan
sebanyak: 86 Kelompok bermain/ Pendidikan anak usia dini, 5865 Taman kanak-
kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10
Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8
SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan luar
sekolah. Saat ini Aisyiyah juga dipercaya oleh Pemerintah untuk
menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh
56
http://aisyiyah.or.id/majelis-tabligh/. diakses tanggal 11 Maret 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Indonesia. Sedangkan untuk pendidikan tinggi Aisyiyah memiliki 3 Perguruan
Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia.57
3. Bagian Pertolongan Kesejahteraan Umat
Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaan
dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan
kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan
kemiskinan dan ketenagakerjaan.
Dengan visi “tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas
pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”,
Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi
rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan ekonomi
kerakyatan.
Beberapa program pemberdayaan diantaranya: Mengembangkan Bina
Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi
sebanyak 1426 buah di Wilayah, Daerah dan Cabang yang berupa badan usaha
koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/toko.58
4. Bagian Ekonomi
Mengembangkan, meningkatkan dan memberdayakan ekonomi
masyarakat, baik melalui pengembangan wirausaha maupun pelatihan ketrampilan
dan jaringan usaha. Selain itu, melakukan pendampingan terhadap tenaga kerja
57
http://id.wikipedia.org/wiki/'Aisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015 58
http://id.wikipedia.org/wiki/'Aisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
perempuan, baik di dalam maupun luar negeri, sehingga memiliki pemahaman
dan mendapatkan haknya sebagai buruh, serta mendapat perlindungan hukum.59
5. Bagian Pendidikan Medis
Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah
menempati posisi yang sangat serius dalam gerakan Aisyiyah. Dengan misi
sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang sehat,
Aisyiyah kemudian mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan
mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup melalui
pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan setidaknya 10
RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik Bersalin, 232
BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Beberapa program yang dikembangkan antara lain: Peningkatan kualitas
pelayana kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit, Rumah bersalin,
Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola oleh Aisyiyah
serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development yang
tidak hanya sebagi tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan secara
optimal dalam mengobati lingkungan masyrakat.
Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga
melakukan kampanye peningkatan keadaran masyarakat dan penanggulangan
penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA ,
bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan berbagi pendekatan
dan bekerjasam dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan dan
59
http://aisyiyah.or.id/majelis-ekonomi-dan-ketenagakerjaan/. diakses tanggal 11 Maret 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, Menyelenggarakan pilot project
sistem pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial dan terapi
psikologi Islami.60
5. Makna Lambang Organisasi Aisyiyah
Matahari bersinar warna putih diatas warna hijau. Dikelilingi dua kalimat
syahadat. Nama Aisyiyah di tengah.
Arti dan maksud:
Warna Putih : Kesucian, kebenaran dan keadilan.
Hijau : Kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan.
Matahari : Memancarkan cahaya menyinari alam semesta.
Dua kalimat syahadat : Perjuangan Aisyiyah berdasarkan Islam (Tauhid).
Aisyiyah : Diambil dari Aisyah nama seorang isteri Nabi Muhammad
SAW.
Penjelasan:
Aisyiyah membawakan kedua kalimat syahadat agar dapat menyinari
kegelapan jiwa umat bagaikan matahari yang memancarkan cahayanya,
menembus ruang angkasa sampai ke bumi yang mendatangkan manfaat yang
besar bagi kebutuhan hidup semua makhluk Tuhan.
Selain spiritual Aisyiyah pun berjuang untuk kemakmuran dan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
60
http://id.wikipedia.org/wiki/'Aisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/'Aisyiyah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Di dalam menjalankan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan menuju kepada
maksud dan tujuan organisasi, Aisyiyah menjadi “Siti Aisyah sebagai cermin
tauladan”. Menetapi kewajiban sebagai isteri/wanita dalam rumah tangga dan
dapat memenuhi panggilan masyarakat. Siti Aisyah berhasil mengangkat derajat
kaum wanita hingga menapatkan tempat yang wajar, sejajar dengan kaum pria.61
C. Pengalaman Nyai Ahmad Dahlan dalam Memimpin Aisyiyah
Pengalaman Nyai Ahmad Dahlan selama memimpin Aisyiyah maupun
mendampingi Kyai Haji Ahmad Dahlan berdakwah banyak pengalaman pahit
yang ditemuinya, baik ejekan dan cemooh maupun ancaman. Namun semuanya
itu diterima dengan kesadaran sebagai konsekuenis logis untuk mencapai cita-
citanya yang mulia. Meski demikian Nyai Ahmad Dahlan tetap giat melakukan
dakwah di berbagai kota dan desa maupun memimpin Kongres dan Muktamar
Aisyiyah yang diadakan di pulau Jawa maupun di pulau-pulau lainnya. Dari
kegiatannya itu banyak diperoleh pengalaman yang bermanfaat untuk memajukan
organisasi, meskipun pengalaman itu sering durasakan dengan pahit.
Sejak semula Nyai Ahmad Dahlan memang telah turut serta merintis dan
membangun Muhammadiyah dan Aisyiyah, beberapa kegiatan yang pernah
dilakukan Nyai Ahmad Dahlan selama mendampingi Kyai Haji Ahmad Dahlan
menjelang tahun wafatnya tercatat sebagai berikut:
Tanggal 7 Januari 1922: Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan pergi membuka rapat
di Banyuwangi 61
Eka Djaelani, Ms dan Abu Hanifah, Peranan Wanita Indonesia dalam Pembangunan, Jakarta,
P.T. Norindo Pratama, 1975, hlm. 239
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tanggal 17 Juni 1922 : Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan pergi ke
Nganjuk menghadiri rapat ulama.
Tanggal 9 September 1922 :Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan pergi ke
Pekalongan dan Pekajangan untuk Muhammadiyah
di daerah tersebut.
Tanggal 4 November 1922 : Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan memimpin
rapat akbar di Purwokerto.
Tanggal 14 November 1922 :Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan menanam
benih Muhammadiyah di Tosari.
Sewaktu pembentukan Aisyiyah yang merupakan bagian dari
Muhammadiyah, pada tahun 1923 yang semula bernama Sopo Tresno yang
didirikan tahun 1914, Nyai Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai pemuka Aisyiyah
merangkap sebagai mubalighahnya. Meskipun pada waktu itu Kyai Haji Ahmad
Dahlan telah wafat, tetapi Nyai Ahmad Dahlan tidak menjadi kendor semangatnya
bahkan bertambah giat; sehingga perkembangan Muhammadiyah dan Aisyiyah
yang dipimpinnya berkembang dengan pesat.
Kemudian pada tahun 1926 Nyai Ahmad Dahlan yang berusia 54 tahun
hadir ditengah-tengah persidangan Kongres Aisyiyah yang ke-15 di Surabaya.
Kongres yang melulu untuk kaum wanita itu diselenggarakan di gedung bioskop
Kranggan (waktu itu terluas di kota Surabaya). Dalam kongres itu tampil pula ibu
dan gadis-gadis sebagai pembicara yang membawakan pidatonya dengan lancar
dan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah (Jawa), tetapi
perhatian hadirin rupa-rupanya lebih tertuju kepada Pimpinan Sidang Besar yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Nyai Ahmad Dahlan. Walau sudah lanjut usianya tetapi kenyataannya pidato
beliau penuh semangat dan menarik, sehingga orang yang hadir dalam kongres
tersebut menjadi tercengang. Padahal apabila ditilik dari pendidikannya Nyai
Ahmad Dahlan tidak pernah duduk di bangku sekolah formal, namun beliau dapat
menggemparkan hadirin. Dari pidato Nyai Ahmad Dahlan dalam Kongres di
Surabaya itu yang mengesankan pesertanya karena beliau sudah tua, dengan
penuh keberanian memimpin persidangan besar yang dihadiri utusan dari berbagai
daerah, dengan ungkapan yang menarik dan berwibawa. Kelancaran Nyai Ahmad
Dahlan berpidato itu karena pengalamannya setiap saat beliau berdakwah baik
bersama dengan Kyai Haji Ahmad Dahlan maupun sendiri.
Pada tahun 1930 Nyai Ahmad Dahlan menghadiri kongres Aisyiyah di
Bukittingi (Minangkabau). Kunjungan ini yang pertama ke daerah luar pulau Jawa
dalam usia lanjut, untuk memimpin dan mengobarkan semangat-semangat
perjuangan benar-benar menunjukkan semangat baja dan cita-citanya luhur
terhadap nusa dan bangsa. Walaupun usia semakin tua tetapi Nyai Ahmad Dahlan
juga masih memimpin Muktamar Aisyiyah dan menghadiri Muktamar yang ke-23
di kota Yogyakarta. Muktamar ini diadakan dari tanggal 19-25 Juni 1934, antara
lain memutuskan membentuk suatu badan untuk menyelidiki soal pengiriman
pemuda-pemuda ke luar negeri guna menerusan pelajarannya.
Tahun 1935 Nyai Ahmad Dahlan memimpin Muktamar Aisyiyah dan
menghadiri kongres Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin. Kongres ini diadakan
dari tanggal 15-22 Juni 1935, kunjungan ini merupakan kunjungan yang kedua
bagi Nyai Ahmad Dahlan keluar pulau Jawa. Kehadiran Nyai Ahmad Dahlan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
luar pulau Jawa bukanlah hanya untuk kepentingan ummat Islam saja, tetapi juga
besar artinya untuk nusa dan bangsa. Di kota-kota besar lainnya pun telah pernah
dikunjungi antara lain, Jakarta untuk memimpin Muktamar Aisyiyah dan
menghadiri kongres Muhammadiyah yang ke-25 pada tanggal 21-28 Juli 1936.
Pernah pula Nyai Ahmad Dahlan menghadiri rapat terbuka di Wates Yogyakarta.
Nyai Ahmad Dahlan juga memimpin Muktamar Aisyiyah dan menghadiri
Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta yang diadakan dari tanggal 8-15
Oktober 1937. Demikian juga pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1938 Nyai
Ahmad Dahlan memimpin Muktamar Aisyiyah dan menghadiri kongres
Muhammadiyah ke-27 di Malang, karena sakit maka dalam kongres
Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-28 pada tahun 1939 yang diadakan di kota
Medan. Dalam kongres Muhammadiyah/ Aisyiyah ke-29 di kota Yogyakarta yang
diadakan dari tanggal 7-12 Januari 1940 Nyai Ahmad Dahlan pun hadir pada
persidangan itu, meskipun beliau dalam keadaan sakit encok. Ini merupakan
Kongres terakhir yang dapat beliau hadiri. Karena setelah itu Nyai Ahmad Dahlan
sering menderita sakit.62
62
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Amal dan Perjuangannya, Yogyakarta,
Pimpinan Pusat Aisyiyah, 1990, hlm. 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
PENGARUH PERAN NYAI AHMAD DAHLAN DALAM MENDIRIKAN
ORGANISASI WANITA PADA MASA KINI
A. Pengaruh Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam Mendirikan Organisasi
Wanita
Nyai Ahmad Dahlan adalah seorang muslimah yang berjiwa pahlawan dan
merupakan tokoh penting dalam Muhammadiyah dan Aisyiyah termasuk pelopor
dalam membangunkan dan menegakkan kaum wanita Indonesia. Nyai Ahmad
Dahlan selalu memberi dorongan dan semangat kepada generasi muda untuk
berjuang pantang mundur demi kepentingan bangsa dan tanah air Indonesia.
Seperti halnya Kartini yang berjuang menegakkan hak-hak kaum perempuan di
pulau Jawa, Nyai Ahmad Dahlan juga melakukan hal yang sama menegakkan
hak-hak kaum perempuan di Yogyakarta dengan cara mendirikan organisasi
wanita. Perjuangan yang begitu keras dari Nyai Ahmad Dahlan di mulai dari
sebelum ia menikah sampai akhir hayatnya. Terutama dalam bidang pendidikan
(pengajian) dan sosial.
Dalam bidang pendidikan adalah hal yang diperjuangkan oleh Nyai
Ahmad Dahlan, karena pendidikan kewanitaan adalah hal yang sangat penting dan
merupakan hal yang fundamental dalam kebahagiaan hidup berumah tangga. Nyai
Ahmad Dahlan menganggap pendidikan bagi kaum perempuan sangatlah penting.
Karena perempuan memegang peranan penting, yang nantinya akan menjadi
seorang ibu yang harus mempunyai kepandaian dalam mendidik anak-anaknya.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Karena ibu adalah inti dari suatu rumah tangga yang juga menjadi inti masyarakat,
pada seorang ibulah sebenarnya tergantung kebesaran rumah tangga.
Nyai Ahmad Dahlan termasuk orang yang berhasil dalam perjuangannya.
Dalam bidang pendidikan tidak hanya berteori saja, tetapi dibuktikan dengan
kenyataan. Keberhasilan usaha Nyai Ahmad Dahlan antara lain:
a. Menjadi pelopor berdirinya organisasi Sopo Tresno pada tahun 1914
yang kemudian dirubah menjadi Aisyiyah pada tanggal 22 April 1917.
Organisasi ini adalah organisasi otonom bagi wanita baik muda
maupun tua yang bertujuan untuk mengangkat kemajuan kaum wanita.
b. Menyelenggarakan asrama bagi putri-putri dari berbagai daerah di
Indonesia dengan mendapatkan pendidikan yang baik. Orang tua
mereka dengan sepenuh hati menyerahkan anak-anaknya mendapat
bimbingan dari Nyai Ahmad Dahlan.
c. Nyai Ahmad Dahlan ikut aktif membantu kelancaran terselenggaranya
sekolah-sekolah puteri.
d. Adanya pendidikan kewanitaan dengan melalui kursus dan
mengadakan pengajian agama Islam.
e. Ikut aktif memelopori pemberantasan buta huruf bagi orang-orang
yang telah lanjut usia.
f. Nyai Ahmad Dahlan juga menyelenggarakan rumah-rumah untuk
orang miskin.
g. Nyai Ahmad Dahlan besar perhatiannya terhadap pemeliharaan anak-
anak yatim-piatu.65
Pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan sampai pada masa saat ini, adalah
masih eksisnya Organisasi Aisyiyah yang sampai saat ini di Yogyakarta maupun
di cabang-cabang yang lain merupakan penanaman pendidikan yang baik dimana
Aisyiyah tumbuh dengan pesat, diantaranya adalah:
a. Dalam bidang Tabligh, dapat membangun kualitas aqidah, akhlak,
ibadah, dan mu’amalah di kalangan masyarakat yang berlandaskan
nilai Qur’an dan sunnah melalui pesan-pesan yang bersifat pencerahan
65
Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional Amal dan Perjuangannya, Yogyakarta,
Pimpinan Pusat Aisyiyah, 1990, hlm. 3-4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dan berkemajuan. Dengan banyaknya pengajian di tingkat jama’ah
atau komunitas sebagai media strategis penyampaikan pesan yang
bersifat mencerahkan dan menyangkut kehidupan sehari-hari di
lingkungan sekitar.
b. Dalam bidang pendidikan, Aisyiyah telah dan tengah melakukan
pengelolaan dan pembinaan sebanyak: 86 Kelompok bermain/
Pendidikan anak usia dini, 5865 Taman kanak-kanak, 380 Madrasah
Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar
Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8 SMU, 2
SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan luar
sekolah. Saat ini Aisyiyah juga dipercaya oleh Pemerintah untuk
menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di
seluruh Indonesia. Sedangkan untuk pendidikan tinggi Aisyiyah
memiliki 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di
seluruh Indonesia.
c. Dalam bidang pertolongan kesejahteraan umat dan ekonomi, Beberapa
program pemberdayaan diantaranya: Mengembangkan Bina Usaha
Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan
Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di Wilayah, Daerah dan Cabang
yang berupa badan usaha koperasi, pertanian, industri rumah tangga,
pedagang kecil/toko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
d. Dalam bidang medis, saat ini Aisyiyah telah mengelola dan
mengembangkan setidaknya 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak), 29 Klinik Bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan
yang tersebar di seluruh Indonesia.
Nyai Ahmad Dahlan merasa senang bisa mewujudkan apa yang dicita-
citakannya, beliau juga merasa bangga karena pencapaiannya yang ia kerjakan
dengan penuh perjuangan bersama suaminya untuk mengangkat derajat kaum
wanita telah membuahkan hasil. Bahkan tidak hanya dalam bidang pendidikan
dan agama melainkan juga dalam bidang sosial, kesejahteraan dan kesehatan. Di
waktu perjuangan untuk mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia Nyai
Ahmad Dahlan sudah dalam usia lanjut dan sakit-sakitan. Namun, dia sangat
prihatin dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT semoga selalu melipahkan
berkah karunia kepada bangsa Indonesia yang berjihad untuk Agama, Bangsa dan
Negara. Nyai Ahmad Dahlan meninggal pada hari Jum’at tanggal 31 Mei 1964
dikediamannya di Kauman Yogyakarta.66
Atas jasa-jasa Nyai Ahmad Dahlan
dibidang sosial khususnya dalam usaha meningkatkan derajat kaum perempuan,
pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Nyai Ahmad
Dahlan yang telah mendidik dan membina perempuan-perempuan muda sebagai
calon-calon pemimpin. Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
042/TK/Tahun 1971 telah menetapkan Nyai Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan
Nasional.67
66
Ibid, hlm. 104 67
Mu’arif dan Hajar Nur Setyowati, Srikandi-Srikandi Aisyiyah, Yogyakarta,Suara
Muhammadiyah, 2011, hlm. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
B. Pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi
wanita bagi wanita masa kini serta nilai-nilai yang dapat diperjuangkan
wanita masa kini
Dalam perkembangannya sesudah emansipasi yang dilakukan oleh R. A.
Kartini, dan pahlawan-pahlawan lainnya dan juga Nyai Ahmad Dahlan dalam
upaya mengangkat derajat kaum perempuan memang derajat kaum wanita
semakin diakui. Keberadaan kaum wanita tidak lagi dipandang sebelah mata.
Terbukti dengan terlibatnya kaum wanita dalam bidang politik dan perannya
dalam masyarakat. Semuanya itu tidak terlepas dari usaha dan kegigihan Nyai
Ahmad Dahlan dalam menanamkan semangat emansipasi kepada semua wanita di
kampung Kauman khususnya dan Yogyakarta pada umumnya.
Wanita-wanita sesudah Nyai Ahmad Dahlan semakin maju dalam
peranannya baik dalam bersosialisasi maupun yang lainnya, dari waktu-kewaktu
tercatat perempuan-perempuan Yogyakarta yang berkembang dan turut serta
dalam mengisi sejarah wanita yang kuat dan berhasil mengangkat derajat kaum
wanita di Yogyakarta. Seperti halnya kegigihan dari Nyai Ahmad Dahlan ini,
telah memberikan inspirasi bagi wanita-wanita di Yogyakarta, yang diantaranya
adalah Bupati Gunungkidul Ibu Hj. Badingah S.Sos dan Bupati Bantul Ibu Hj. Sri
Surya Widati yang tidak lain adalah seorang wanita yang mampu memimpin
daerahnya.
Demikianlah semangat perjuangan kaum perempuan di kampung Kauman
yang dimulai dari Nyai Ahmad Dahlan sampai saat ini yang benar-benar luar
biasa mampu membawa kaum wanita tampil dalam dunia pendidikan, politik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
budaya, seni dan dalam bidang-bidang yang lainnya. Suatu cita-cita yang terwujud
dan membanggakan kaum wanita untuk generasi-generasi selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari bab II sampai bab IV, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) lahir di Kauman, Yogyakarta pada
1872, merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Sejak kecil, Siti
Walidah memang menonjol dibandingkan kawan-kawannya, lebih berani
dan lancar bicaranya. Secara formal, Nyai Ahmad Dahlan tidak pernah
mendapat pendidikan di sekolah umum, kecuali mengaji Al Quran dan
mendapat pelajaran agama dalam bahasa Jawa berhuruf Arab.
Kemampuannya berdakwah diasahnya sejak Kyai Fadhil menaruh
kepercayaan kepada putrinya ini untuk membantu mengajar di langgarnya
atau bisa disebut Langgar Kyai Fadhil. Pengalaman mengajar tersebut
tentu membantu Siti Walidah mengelolah pengajian perempuan yang
dirintisnya, yang kelak bakal menjadi pegiat-pegiat Aisyiyah. Siti Walidah
berhadapan dengan perjodohan tanpa pilihan. Ia dijodohkan dengan salah
satu putra kerabatnya sendiri. Siti Walidah mengalami perkawinan sistem
famili yang banyak terjadi di Kauman, Siti Walidah dinikahkan dengan
Muhammad Darwis, nama kecil Kyai Haji Ahmad Dahlan, pada 1889.
Atas perkawinannya itu mereka dikaruniai enam putera. Dari sinilah
perjuangan Nyai Ahmad Dahlan dimulai bersama-sama dengan suaminya
Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk memberikan pendidikan kepada anak-
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
anak perempuannya supaya setara dengan pendidikan yang bisa diperoleh
kaum laki-laki di Yogyakarta. Dengan kegigihannya berhasillah Nyai
Ahmad Dahlan dalam mengembangkan cita-citanya untuk memberikan
wadah pendidikan yang lebih layak bagi kaum perempuan di Yogyakarta.
2. Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan pendidikan kaum
wanita di Yogyakarta sangat gigih, Nyai Ahmad Dahlan dalam melakukan
serangkaian kegiatan sosial dengan melibatkan beberapa kaum perempuan
mendirikan organisasi yang bernama Aisyiyah (Organisasi Wanita
dibawah naungan Muhammadiyah). Aisyiyah menjadi wadah pencerah
perempuan di tengah konteks sosial keagamaan bahwa perempuan lebih
sering sebagai objek dakwah dengan ruang gerak terbatas. Mereka menjadi
muballighat yang berdakwah dari satu pengajian ke pengajian yang lain,
dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagai wujud dari tindakan Nyai
Ahmad Dahlan tersebut organisasi Aisyiyah dengan Nyai Ahmad Dahlan
sebagai tokoh pelopor utamannya dan beranggotakan kaum muda maupun
ibu-ibu lainnya yang berpartisipasi membangun dan mengembangkan
organisasi tersebut hingga pada akhirnya dapat berkembang dengan baik.
Adapun amal usaha dan kegiatan Aisyiyah adalah sebagai berikut:
a. Membimbing kaum wanita kearah kesadaran beragama dan
berorganisasi.
b. Membimbing angkatan muda supaya menjadi orang Islam yang
berarti.
c. Memperteguh iman menggembirakan dan memperkuat ibadah serta
mempertinggi akhlak.
d. Mempergiat dan menggembirakan dakwah Islam serta amar ma’ruf
nahi mungkar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
e. Memajukan dan memperbaharui pendidkan, pengajaran, dan
kebudayaan serta memperuas ilmu pengetahuan menurut tuntutan
Islam.
f. Menggerakkan dan menghidupkan serta menyuburkan amal tolong-
menolong dalam kebijakan dan taqwa.
g. Membimbing ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan yang
sesuai dengan ajaran Islam.
h. Mendirikan, menggembirakan dan memelihara tempat ibadah dan
wakaf.
i. Menanam kesadaran agar tuntutan dan peraturan Islam berlaku dalam
masyarakat.
j. Mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk
mendapatkan karunianya.
k. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Islam.
3. Pengaruh dari perjuangan Nyai Ahmad Dahlan bagi wanita Yogyakarta
masa kini dapat dirasakan sampai saat ini. Di mana wanita-wanita sesudah
Nyai Ahmad Dahlan semakin maju dalam peranannya baik dalam
bersosialisasi maupun yang lainnya, dari waktu-kewaktu tercatat
perempuan-perempuan Yogyakarta yang berkembang dan turut serta
dalam mengisi sejarah wanita yang kuat dan berhasil mengangkat derajat
kaum wanita di Yogyakarta. Kegigihan Nyai Ahmad Dahlan, telah
memberikan inspirasi bagi wanita-wanita di Yogyakarta, yang di
antaranya adalah Bupati Gunungkidul Ibu Hj. Badingah S.Sos dan Bupati
Bantul Ibu Hj. Sri Surya Widati yang tidak lain adalah seorang wanita
yang mampu memimpin daerahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Abu Hanifah dan Eka Djaelani, Ms. 1975. Peranan Wanita Indonesia dalam
Pembangunan. Jakarta: P.T. Norindo Pratama.
Hendrik Meuleman, Johan dan Lies M. Marcoes-Natsi. 1993. ““Wanita Islam
Indonesia Dalam Kajian Tekstual dan Kontekstual”. Kumpulan Makalah
Seminar. Jakarta: INIS”, Seri XVIII.
Hikmah Diniah. 2007. Gerwani Bukan PKI Sebuah Gerakan Feminisme Terbesar
di Indonesia. Yogyakarta: Carasvatibooks.
Kowani. 1978. Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, cetakan I.
Nana Nurliana, dkk. 1986. Peranan Wanita Indonesia di Masa Perang
Kemerdekaan 1945-1950. Jakarta: Proyek IDSN, Debdikbud.
Nur Setyowati, Hajar dan Mu‟arif. 2011. Srikandi-Srikandi’Aisyiyah. Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah.
Ohorella,G.A. 1992. Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa Pergerakan
Nasional. Jakarta: Proyek IDSN, Debdikbud.
Pringgodigno A.K. 1970. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian
Raya.
Saparinah Sadli dan Haryati Soebadio. 1990. KARTINI Pribadi Mandiri. Jakarta:
Gramedia.
Soedarmanta. J.B. 2007. Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa
Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Suratmin, SF. 1990. Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional: Amal dan
Perjuangannya. Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Sumber Internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/'Aisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015
http://aisyiyah.or.id/identitas-visi-dan-misi-aisyiyah/. diakses tanggal 11 Maret
2015
http://aisyiyah.or.id/majelis-ekonomi-dan-ketenagakerjaan/. diakses tanggal 11
Maret 2015
http://aisyiyah.or.id/majelis-tabligh/. diakses tanggal 11 Maret 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
SILABUS
Nama Sekolah : SMA N Umbulmartani
Program : Ilmu Pengetahuan Sosial
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas / Semester : XI/ 2
Tahun Ajaran : 2015/2016
Standar Kompetensi : Menganalisis peran tokoh-tokoh Nasional dan Daerah dalam perjuangan menegakkan Negara Republik
Indonesia
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator
penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar /
Bahan /
Alat
Nilai Krakter Teknik Bentuk
Menganalisis peran
tokoh-tokoh
Nasional dan
Daerah dalam
perjuangan
menegakkan Negara
Republik Indonesia
Peran Nyai
Ahmad Dahlan
dalam Mendirikan
Organisasi
Wanita di
Yogyakarta
Tahun 1914-1946
Dengan mengkaji buku,
melakukan diskusi,
presentasi, dan tanya
jawab diharapkan siswa
dapat:
Mendeskripsikan
latar belakang
kehidupan Nyai
Ahmad Dahlan
Mendeskripsikan
peran Nyai Ahmad
Mendeskripsikan
latar belakang
kehidupan Nyai
Ahmad Dahlan
Mendeskripsikan
peran Nyai
Ahmad Dahlan
dalam mendirikan
organisasi wanita
di Yogyakarta
Test
tertulis
Uraian
2x 45
Menit
Sumber
Buku:
I Wayan
Badrika.
2006.
Sejarah
SMA kelas
2. Jakarta:
Erlangg
Nur
Setyowati,
Hajar dan
Percaya diri
Jujur
Kritis
Kerjasama
Menghargai
Lapang dada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dahlan dalam
mendirikan
organisasi wanita di
Yogyakarta
Mendeskripsikan
pengaruh peran Nyai
Ahmad Dahlan
dalam mendirikan
organisasi wanita
bagi wanita masa
kini
Mendeskripsikan
pengaruh peran
Nyai Ahmad
Dahlan dalam
mendirikan
organisasi wanita
bagi wanita masa
kini
Mu’arif.
2011.
Srikandi-
Srikandi’Ai
syiyah.
Yogyakarta
: Suara
Muhamma
diyah.
Suratmin,
SF. 1990.
Nyai
Ahmad
Dahlan
Pahlawan
Nasional:
Amal dan
Perjuangan
nya.
Yogyakarta
: Pimpinan
Pusat
‘Aisyiyah
Sumber
Internet:
http://id.wi
kipedia.org
/wiki/'Aisyi
yah.
diakses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
pada
tanggal 19
Februari
2015
http://aisyi
yah.or.id/id
entitas-visi-
dan-misi-
aisyiyah/.
diakses
tanggal 11
Maret 2015
http://aisyi
yah.or.id/m
ajelis-
ekonomi-
dan-
ketenagake
rjaan/.
diakses
tanggal 11
Maret 2015
http://aisyi
yah.or.id/m
ajelis-
tabligh/.
diakses
tanggal 11
Maret 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Alat:
LCD, OHP,
Gambar,
soal dan
Papan Tulis
Bahan:
Power
point,
Kertas
transparansi,
Kertas,
Gunting,
Spidol
Yogyakarta, 10 Juni 2015
Guru Mata Pelajaran,
Fitriliyaningtyas Wulansari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMA N Umbulmartani
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : XI IPS/2
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit
1. Standar Kompetensi
I. Menganalisis peran tokoh-tokoh Nasional dan Daerah dalam perjuangan
menegakkan Negara Republik Indonesia
2. Kompetensi Dasar
I.I Menganalisis peran tokoh-tokoh Nasional dan Daerah dalam perjuangan
menegakkan Negara Republik Indonesia
3. Indikator
a. Kognitif : Menjelaskan peran tokoh-tokoh Nasional dan Daerah dalam
perjuangan menegakkan Negara Republik Indonesia
Produk : Mendeskripsikan peran Nyai Ahmad Dahlan dalam
mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta tahun 1914-1946
Proses :
- Mendeskripsikan latar belakang kehidupan Nyai Ahmad Dahlan
- Mendeskripsikan peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi
wanita di Yogyakarta
- Mendeskripsikan pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan
organisasi wanita bagi wanita masa kini
b. Afektif :
Karakter : Percaya diri, jujur, kritis
Keterampilan Sosial : Bekerjasama, menghargai pendapat orang lain
c. Psikomotorik : Mendemonstrasikan drama mengenai peran Nyai Ahmad Dahlan
dalam mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta di depan kelas
4. Tujuan Pembelajaran
a. Kognitif : Siswa dapat menjelaskan peran tokoh-tokoh Nasional dan Daerah
dalam perjuangan menegakkan Negara Republik Indonesia
Produk : Siswa dapat mendeskripsikan peran Nyai Ahmad
Dahlan dalam mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta tahun
1914-1946
Proses :
- Siswa dapat mendeskripsikan latar belakang kehidupan Nyai Ahmad Dahlan
- Siswa dapat mendeskripsikan peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan
organisasi wanita di Yogyakarta
- Siswa dapat mendeskripsikan pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam
mendirikan organisasi wanita bagi wanita masa kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
b. Afektif :
Karakter : Siswa dapat percaya diri, jujur dan kritis dalam
proses pembelajaran mengenai materi peran Nyai Ahmad
Dahlan dalam mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta
tahun 1914-1946
Keterampilan Sosial: Siswa dapat bekerjasama dan menghargai pendapat
kelompok lain dalam membahas materi peran Nyai Ahmad
Dahlan dalam mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta
tahun 1914-1946
c. Psikomotorik : Siswa dapat mendemonstrasikan drama mengenai peran Nyai
Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi wanita di
Yogyakarta di depan kelas
5. Materi Pembelajaran
a. Latar belakang kehidupan Nyai Ahmad Dahlan (terlampir)
b. Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta
(terlampir)
c. Pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi wanita bagi
wanita masa kini (terlampir)
6. Model dan Metode Pembelajaran
a. Model Pembelajaran
STAD (Student Teams-Achievement Division)
b. Metode Pembelajaran
Ceramah, Diskusi kelompok, Presentasi, Tanya jawan dan penugasan
7. Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan Waktu
1 Kegiatan awal
a. Apresiasi
Memberi salam, mengabsen siswa, membuka
pelajaran dan mengecek kesiapan siswa
Menjelaskan SK, KD, dan tujuan pembelajaran
tentang materi yang akan disampaikan yaitu
tentang peran Nyai Ahmad Dahlan dalam
mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta tahun
1914-1946
b. Motivasi
Mengingatkan pelajaran minggu lalu
Menggali kemampuan awal, sekaligus
membangkitkan motivasi siswa untuk
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
berpendapat, mengembangkan sikap mandiri dan
rasa ingin tahu
c. Orientasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2 Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
Guru menjelaskan secara singkat tentang materi
peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan
organisasi wanita di Yogyakarta tahun 1914-1946
Guru menjelaskan teknik pembelajaran hari ini
yaitu menggunakan model pembelajaran STAD
b. Elaborasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok (1 kelompok terdiri dari 4-5 orang
siswa secara heterogen yaitu yang mempunyai
kemampuan berbeda-beda, yaitu siswa yang
pandai, sedang dan kurang pandai)
Setiap kelompok diberikan permasalahan untuk
dibahas oleh masing-masing kelompok
Guru mempersilahkan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya secara
bergantian di depan kelas
Setelah kelompok mempresentasikan hasil diskusi
mereka di depan kelas, siswa lain diberikan
kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
belum di mengerti yang telah disampaikan oleh
presenter
c. Konfirmasi
Guru mengkonfirmasi jawaban siswa yang belum
mengerti dan memberikan penjelasan lebih lanjut
Guru memberikan masukan bagi siswa yang
belum mengerti mengenai pokok bahasan yang
dibahas
65 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3 Penutup
a. Menyimpulkan/merangkum
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan semua
materi yang telah dibahas di dalam kelas
b. Refleksi
Guru bertanya kepada beberapa siswa mengenai
nilai-nilai yang didapat dari pelajaran hari ini
Guru juga memberikan informasi sumber-sumber
lain untuk memperdalam pengetahuan siswa
Guru memberikan PR tentang materi yang telah
dibahas
Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa
10 menit
8. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
a. Alat : LCD, OHP, Gambar dan Papan Tulis
b. Bahan : Power point, Kertas transparasi, Spidol
c. Sumber Belajar :
- I Wayan Badrika. 2006. Sejarah SMA kelas 2. Jakarta: Erlangga
- Abu Hanifah dan Eka Djaelani, Ms. 1975. Peranan Wanita Indonesia dalam
Pembangunan. Jakarta: P.T. Norindo Pratama.
- Hendrik Meuleman, Johan dan Lies M. Marcoes-Natsi. 1993. “Wanita Islam
Indonesia Dalam Kajian Tekstual dan Kontekstual”. Kumpulan Makalah
Seminar. Jakarta: INIS”, Seri XVIII.
- Hikmah Diniah. 2007. Gerwani Bukan PKI Sebuah Gerakan Feminisme
Terbesar di Indonesia. Yogyakarta: Carasvatibooks.
- Kowani. 1978. Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, cetakan I.
- Nana Nurliana, dkk. 1986. Peranan Wanita Indonesia di Masa Perang
Kemerdekaan 1945-1950. Jakarta: Proyek IDSN, Debdikbud.
- Nur Setyowati, Hajar dan Mu‟arif. 2011. Srikandi-Srikandi’Aisyiyah.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
- Ohorella,G.A. 1992. Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa Pergerakan
Nasional. Jakarta: Proyek IDSN, Debdikbud.
- Pringgodigno A.K. 1970. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian
Raya.
- Saparinah Sadli dan Haryati Soebadio. 1990. KARTINI Pribadi Mandiri.
Jakarta: Gramedia.
- Soedarmanta. J.B. 2007. Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa
Indonesia. Jakarta: Grasindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
- Suratmin, SF. 1990. Nyai Ahmad Dahlan Pahlawan Nasional: Amal dan
Perjuangannya. Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah
d. Sumber Internet:
- http://id.wikipedia.org/wiki/'Aisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015
- http://aisyiyah.or.id/identitas-visi-dan-misi-aisyiyah/. diakses tanggal 11 Maret
2015
- http://aisyiyah.or.id/majelis-ekonomi-dan-ketenagakerjaan/. diakses tanggal 11
Maret 2015
- http://aisyiyah.or.id/majelis-tabligh/. diakses tanggal 11 Maret 2015
9. Penilaian
a. Penilaian Kognitif : Terlampir
b. Penilaian Afektif : Terlampir
c. Penilaian Psikomotorik: Terlampir
Mengetahui, Yogyakarta, 10 Juni 2015
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Subartono, S.Pd Fitriliyaningtyas Wulansari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 1. Ringkasan Materi
A. Latar belakang kehidupan Nyai Ahmad Dahlan
Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) lahir di Kauman, Yogyakarta pada 1872,
merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Sejak kecil, Siti Walidah memang
menonjol dibandingkan kawan-kawannya, lebih berani dan lancar bicaranya. Secara
formal, Nyai Ahmad Dahlan tidak pernah mendapat pendidikan di sekolah umum,
kecuali mengaji Al Quran dan mendapat pelajaran agama dalam bahasa Jawa berhuruf
Arab. Kemampuannya berdakwah diasahnya sejak Kyai Fadhil menaruh kepercayaan
kepada putrinya ini untuk membantu mengajar di langgarnya atau bisa disebut
Langgar Kyai Fadhil. Pengalaman mengajar tersebut tentu membantu Siti Walidah
mengelolah pengajian perempuan yang dirintisnya, yang kelak bakal menjadi pegiat-
pegiat Aisyiyah. Siti Walidah berhadapan dengan perjodohan tanpa pilihan. Ia
dijodohkan dengan salah satu putra kerabatnya sendiri. Siti Walidah mengalami
perkawinan sistem famili yang banyak terjadi di Kauman, Siti Walidah dinikahkan
dengan Muhammad Darwis, nama kecil Kyai Haji Ahmad Dahlan, pada 1889. Atas
perkawinannya itu mereka dikaruniai enam putera. Dari sinilah perjuangan Nyai
Ahmad Dahlan dimulai bersama-sama dengan suaminya Kyai Haji Ahmad Dahlan
untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak perempuannya supaya setara dengan
pendidikan yang bisa diperoleh kaum laki-laki di Yogyakarta. Dengan kegigihannya
berhasillah Nyai Ahmad Dahlan dalam mengembangkan cita-citanya untuk
memberikan wadah pendidikan yang lebih layak bagi kaum perempuan di
Yogyakarta.
B. Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan Organisasi Wanita di Yogyakarta
Peran Nyai Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan pendidikan kaum wanita di
Yogyakarta sangat gigih, Nyai Ahmad Dahlan dalam melakukan serangkaian kegiatan
sosial dengan melibatkan beberapa kaum perempuan mendirikan organisasi yang
bernama Aisyiyah (Organisasi Wanita dibawah naungan Muhammadiyah). Aisyiyah
menjadi wadah ketercerahan perempuan, di tengah konteks sosial keagamaan bahwa
perempuan lebih sering sebagai objek dakwah dengan ruang gerak terbatas. Mereka
menjadi muballighat yang berdakwah dari satu pengajian ke pengajian yang lain, dari
satu tempat ke tempat yang lain. Sebagai wujud dari tindakan Nyai Ahmad Dahlan
tersebut organisasi Aisyiyah dengan Nyai Ahmad Dahlan sebagai tokoh pelopor
utamannya dan beranggotakan kaum muda maupun ibu-ibu lainnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
berpartisipasi membangun dan mengembangkan organisasi tersebut hingga pada
akhirnya dapat berkembang dengan baik. Adapun amal usaha dan kegiatan Aisyiyah
adalah sebagai berikut:
a. Membimbing kaum wanita kearah kesadaran beragama dan berorganisasi.
b. Membimbing angkatan muda supaya menjadi orang Islam yang berarti.
c. Memperteguh iman menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi
akhlak.
d. Mempergiat dan menggembirakan dakwah Islam serta amar ma’ruf nahi mungkar.
e. Memajukan dan memperbaharui pendidkan, pengajaran, dan kebudayaan serta
memperuas ilmu pengetahuan menurut tuntutan Islam.
f. Menggerakkan dan menghidupkan serta menyuburkan amal tolong-menolong
dalam kebijakan dan taqwa.
g. Membimbing ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan yang sesuai dengan
ajaran Islam.
h. Mendirikan, menggembirakan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf.
i. Menanam kesadaran agar tuntutan dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat.
j. Mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk
mendapatkan karunianya.
C. Pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan Organisasi Wanita
bagi wanita masa kini
Pengaruh dari perjuangan Nyai Ahmad Dahlan bagi wanita Yogyakarta masa kini
dapat dirasakan sampai saat ini. Di mana wanita-wanita sesudah Nyai Ahmad Dahlan
semakin maju dalam peranannya baik dalam bersosialisasi maupun yang lainnya, dari
waktu-kewaktu tercatat perempuan-perempuan Yogyakarta yang berkembang dan
turut serta dalam mengisi sejarah wanita yang kuat dan berhasil mengangkat derajat
kaum wanita di Yogyakarta. Kegigihan Nyai Ahmad Dahlan, telah memberikan
inspirasi bagi wanita-wanita di Yogyakarta, yang di antaranya adalah Bupati
Gunungkidul Ibu Hj. Badingah S.Sos dan Bupati Bantul Ibu Hj. Sri Surya Widati
yang tidak lain adalah seorang wanita yang mampu memimpin daerahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 2. Penilaian
o Penilaian Kognitif
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas !
1. Deskripsikan mengenai latar belakang kehidupan Nyai Ahmad Dahlan! (Skor 30)
2. Deskripsikan alasan Nyai Ahmad Dahlan mendirikan orgaisasi wanita di
Yogyakarta ! (Skor 35)
3. Deskripsikan pengaruh peran Nyai Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi
wanita bagi wanita masa kini ! (Skor 35)
a. Rambu-rambuPenskoran
Rambu-rambu skor Rentang Skor
Jawaban lengkap berikut alasan yang tepat 26 - 35
Jawaban berdasarkan buku paket dengan alasan
seadanya 16 - 25
Jawaban sesuai dengan buku paket 11 - 15
Jawaban kurang lengkap 2 - 10
Jawaban tidak sesuai dengan soal yang ditanyakan 0 - 1
Catatan: Soal nomor 1 skor maksimal 30
b. Nilai akhir = Jumlah skor perolehan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
o Penilaian Afektif
No Pernyataan Pilihan Sikap
SS S R TS STS
1 Percaya diri dan bertanggungjawab dalam
menyampaikan pendapatnya
2 Jujur dan kritis dalam menyampaikan
pendapatnya
3 Menghormati pendapat teman yang berbeda di
dalam kelompok
4 Menerima keputusan dengan lapang dada di
dalam kelompok
5 Menghargai pendapat teman yang berbeda
kelompok dalam mengajukan pendapatnya
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Nilai =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
o Penilaian Psikomotor
No. Nama Siswa
Sikap
Kerja/Tingkah
Laku
Kecepatan
Mengerjakan
Tugas
Kemampuan
Mengekpresikan
Tugas dalam
Penampilan
Drama
Jumlah
1. Yohan
2. Bambang
3. Dina
4. Anita
5. Dona
Catatan:
Pedoman Penilaian
Skor 5 : Baik
Skor 4 : Cukup baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Buruk
Skor 1 : Jelek
Mengetahui, Yogyakarta, 10 Juni 2015
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Subatrono, S.Pd Fitriliyaningtyas Wulansari
Tindak Lanjut Penilaian :
a) Siswa dinyatakan berhasil apabila tingkat pencapaiannya mencapai
KKM 70.
b) Memberikan remedi untuk siswa yang tidak mencapai KKM.
c) Memberikan program pengayaan untuk siswa yang mencapai atau lebih
dari KKM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 3. Kunci Jawaban
Uraian
1. Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) lahir di Kauman, Yogyakarta pada 1872,
merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Sejak kecil, Siti Walidah memang
menonjol dibandingkan kawan-kawannya, lebih berani dan lancar bicaranya. Secara
formal, Nyai Ahmad Dahlan tidak pernah mendapat pendidikan di sekolah umum,
kecuali mengaji Al Quran dan mendapat pelajaran agama dalam bahasa Jawa berhuruf
Arab. Kemampuannya berdakwah diasahnya sejak Kyai Fadhil menaruh kepercayaan
kepada putrinya ini untuk membantu mengajar di langgarnya atau bisa disebut Langgar
Kyai Fadhil. Pengalaman mengajar tersebut tentu membantu Siti Walidah mengelolah
pengajian perempuan yang dirintisnya, yang kelak bakal menjadi pegiat-pegiat
Aisyiyah. Siti Walidah berhadapan dengan perjodohan tanpa pilihan. Ia dijodohkan
dengan salah satu putra kerabatnya sendiri. Siti Walidah mengalami perkawinan sistem
famili yang banyak terjadi di Kauman, Siti Walidah dinikahkan dengan Muhammad
Darwis, nama kecil Kyai Haji Ahmad Dahlan, pada 1889. Atas perkawinannya itu
mereka dikaruniai enam putera. Dari sinilah perjuangan Nyai Ahmad Dahlan dimulai
bersama-sama dengan suaminya Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk memberikan
pendidikan kepada anak-anak perempuannya supaya setara dengan pendidikan yang
bisa diperoleh kaum laki-laki di Yogyakarta. Dengan kegigihannya berhasillah Nyai
Ahmad Dahlan dalam mengembangkan cita-citanya untuk memberikan wadah
pendidikan yang lebih layak bagi kaum perempuan di Yogyakarta.
2. Nyai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi wanita di Yogyakarta karena berawal dari
dari kehidupan para gadis di kampung Kauman, yakni ketika mereka tidak
diperkenankan keluar rumah untuk melakukan aktivitas sebagaimana kaum laki-laki.
Mereka hanya diperkenankan beraktivitas di dalam rumah. Apalagi jika seorang
perempuan harus keluar kampung untuk masuk sekolah yang dipimpin oleh orang
Belanda. Dalam tradisi Jawa memang status perempuan diungkapkan lewat pepatah,
“suwargo nunut, neroko katut”, yang mana perempuan berada di bawah status pria.
Pandangan yang demikian tidak hanya termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi juga merambah pada arah pemahaman keagamaan.
3. Wanita-wanita sesudah Nyai Ahmad Dahlan semakin maju dalam peranannya baik
dalam bersosialisasi maupun yang lainnya, dari waktu-kewaktu tercatat perempuan-
perempuan Yogyakarta yang berkembang dan turut serta dalam mengisi sejarah wanita
yang kuat dan berhasil mengangkat derajat kaum wanita di Yogyakarta. Seperti halnya
kegigihan dari Nyai Ahmad Dahlan ini, telah memberikan inspirasi bagi wanita-wanita
di Yogyakarta, yang diantaranya adalah Bupati Gunungkidul Ibu Hj. Badingah S.Sos
dan Bupati Bantul Ibu Hj. Sri Surya Widati yang tidak lain adalah seorang wanita yang
mampu memimpin daerahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar Nyai Ahmad Dahlan (Sumber: https://www.google.co.id/search Fid.
wikipedia.org%252Fwiki%252FNyai_Ahmad_Dahlan%3B220%3B283)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar Logo Aisyiyah (Sumber: https://www.google.co.id/search. logo+aisyiyah
%253A%3BqFgB9U5Usk5UtM%3Bhttp%253A%252F%252Fupload.wikimedia.org%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar Kiri: Pimpinan Aisyiyah, Kanan: Murid-murid Aisyiyah
(Sumber: https://www.google.co.id/search.perkumpulan.aisyiyah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI