PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · dalam identifikasi dan determinasi...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · dalam identifikasi dan determinasi...
UJI POTENSI ANTI FUNGI INFUSA DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Candida albicans ATCC 10231
SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Widaningrum
NIM : 048114028
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
UJI POTENSI ANTI FUNGI INFUSA DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Candida albicans ATCC 10231
SECARA IN VITRO
Yang diajukan oleh :
Widaningrum
NIM : 048114028
Telah disetujui oleh
Pembimbing
Erna Tri Wulandari M. Si. Apt
Tanggal : 4 Agustus 2008
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kita tau sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yangmengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah ♥ (Roma 6 : 28)
Yesterday is history ♥
• Tomorrow is a secret
Today is a gift •
That’s why we call it present
♥
Kupersembahkan buat :
Ibu-bapakku untuk semua doa yang mengalir untukku
Adikku irfan Andrianto
♥My Lovely untuk segenap perhatian dan dukunganmu
Teman-teman dan almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Potensi Antifungi
Infusa Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Candida
albicans ATCC 10231 Secara In Vitro”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Program Studi
Farmasi di Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bimbingan,
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Erna Tri Wulandari M.si, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan atas segala masukan serta sarannya
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah
berkenan menguji dan memberikan banyak masukan.
4. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
berkenan menguji dan memberikan banyak masukan dan saran.
5. Bapak Ign. Y Kristio B, M.Si., yang telah memberikan banyak masukan
dalam identifikasi dan determinasi tumbuhan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, terima kasih atas bantuannya selama ini.
7. Romo Drs. P. Sunu Hardiyanto, S.J atas bantuan dan penjelasan dalam
pengolahan data selama penyusunan skripsi ini.
8. Mas Sarwanto selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi, mas Sigit dan
mas Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia yang
telah banyak membantu di Laboratorium dalam penelitian skripsi ini.
9. Orang tua dan adikku irfan tersayang, atas segala dukungan dan doa yang
mengantarku sampai pada hari ini.
10. Herman Yosef Wiwit Saptono Hadi yang selalu memberi dukungan,
perhatian, kasih sayang, cinta, dan waktu yang selalu ada untuk
mendengar keluh kesahku selama penyusunan skripsi ini.
11. Bapak Mujiman dan Bapak Manteb yang telah bersedia menyiapkan daun
sirih merah untuk penelitian ini.
12. Siska, Ana, Rudi, Marta Setiani dan Riawan atas dukungan, canda
tawa,dan waktu yang selalu kalian luangkan untuk mendengarkan semua
keluh kesahku dan terima kasih untuk persahabatan kita yang indah.
13. Nur, Rina , Made, Amanda, Novi, Risa, Reni, Sisil, Fila, Novita cahyadi,
Bosco, Fajar, Atin dan semua teman-teman angkatan 2004, terima kasih
atas segala semangat dan kebersamaan kita yang indah.
14. Mas Erit dan mbak wewen atas bantuannya selama penelitian di
Laboratorium dan kebersamaannya.
15. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini, penulis
mengucapkan banyak terima kasih. Penulis juga menyadari sepenuhnya penulisan
skripsi ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh karena
itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi
ini. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perbendaharaan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 Agustus 2008
Penulis
Widaningrum
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Rebusan daun sirih merah dapat digunakan untuk mengobati penyakit keputihan baik kronis dan akut yang sulit disembuhkan (Sudewo, 2005). Candida albicans merupakan jamur yang merupakan agen penyebab keputihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antifungi infusa daun sirih merah terhadap Candida albicans ATCC 10231 dan mengetahui senyawa yang terkandung dalam infusa daun sirih merah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Pengujian daya antifungi terhadap Candida albicans ATCC 10231 dengan difusi paper disk dan dilusi padat. Konsentrasi infusa yang digunakan adalah 80%, 60%, 40%. Daya antifungi ditunjukkan dengan adanya zona hambat disekitar paper disk dan tingkat kekeruhan pada metode dilusi padat. Data yang diperoleh dianalisis secara ANOVA one way dan dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infusa daun sirih merah mempunyai aktivitas antifungi terhadap Candida albicans ATCC 10231. Analisis kualitatif secara KLT dan uji tabung menunjukkan infusa daun sirih merah mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, dan minyak atsiri. Kata kunci: Daya anti fungi, Piper crocatum, Candida albicans ATCC 10231,
infusa daun sirih merah.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Decoction of Piper crocatum can be used to cure Fluor Albus or Leukore (Sudewo, 2005). Candida albicans is a kind of fungus, the causal agent of fluor albus. The aim of this study is to find out the antifungus capacity potential of Piper crocatum toward Candida albicans ATCC 10231 and to find out the compounds of Piper crocatum infusa.
This research is a pure experimental research method by using one way pattern complete random plan. The testing of antifungus capacity toward Candida albicans ATCC 10231 by using paper disk diffusion and solid dilusion. The concentrations of infusa used in this research are 80%, 60%, 40%. Antifungus capacity is shown by the blocked zone around the paper disk and the turbidity level on the solid dilusion method. The data is analyzed by using ANOVA one way and continued by Least Significant Different (LSD) test at α = 95%.
The result of this experiment shows that Piper crocatum infusa has antifungus activity toward Candida albicans ATCC 10231. Qualitative analysis by using KLT and test tube. It shows that Piper crocatum infusa consist of flavonoid, tannin, alkaloid, and volatile oil. Key term : antifungus capacity, Piper crocatum, Candida albicans ATCC 10231, Piper crocatum leaf infusa.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... .. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PRAKATA.................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... viii
INTISARI...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xvii
BAB I PENGANTAR……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………… 1
1. Rumusan Masalah....................…………………………….. 2
2. Keaslian Penelitian................................................................... 3
3. Manfaat penelitian…………………………………………... 3
B. Tujuan Penelitian……………………………………………... 3
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………… 4
A. Sirih Merah…………………………………………………… 4
1. Keterangan Botani............................................................ 4
2. Nama Daerah................................................................... 4
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Ekologi dan penyebaran.................................................. 4
4. Kandungan Kimia............................................................. 5
5. Kegunaan........................................................................... 5
B. Uraian Tentang Kandungan Kimiawi........................................... 5
1. Alkaloid………………………………………………….... 5
2. Flavonoid………………………………………………….. 6
3. Tanin……………………………………………………… 7
4. Minyak Atsiri……………………………………………… 7
C. Candida albicans…………………………………………….. .. 8
1. Klasifikasi Candida albicans…………………………... 8
2. Diskripsi…..…………………………………………….. 8
3. Keputihan………………………………………………. 8
D. Ketokonazole………………………………………………... 9
E. Penyarian………………….….. .. ........................................... 10
1. Definisi dan Ruang Lingkup Penyarian.......................... 10
2. Metode-metode penyarian.............................................. 11
F. Kromatografi Lapis Tipis.....…………………….…………… 14
G. Uji Potensi Antifungi………………………………............... 15
1. Metode dilusi…………………………………………. 15
2. Metode difusi agar……………………………………. . 15
H. Mekanisme Kerja Antifungi………..........................………… . 16
I. Media…………………………………….................................. . 17
J. Sterilisasi…………………………………………................… . 18
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
K. Landasan Teori……………………………………..........….... 19
L. Hipotesis………………………………….................................. 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 21
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Eksperimental........................ 21
B. Variabel Penelitian.................................................................... 21
C. Definisi Operasional................................................................. 22
D. Bahan........................................................................................ 23
E. Alat........................................................................................... 23
F. Tata Cara Penelitian.................................................................. 24
1. Determinasi Tanaman...................................................... 24
2. Pengumpulan Bahan......................................................... 24
3. Pembuatan infusa.............................................................. 24
4. Uji Kandungan Kimia dengan Uji tabung....................... 25
5. Uji Kandungan Kimia dengan KLT................................ 27
6. Uji Antifungi................................................................... 29
G. Tata Cara Analisa Data............................................................ 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 34
A. Determinasi tanaman............................................................... 34
B. Pengumpulan bahan................................................................. 34
C. Pengeringan dan pembuatan serbuk........................................... 35
D. Identifikasi kandungan senyawa aktif daun sirih merah dengan uji
tabung........................................................................................ 36
E. Ekstraksi daun sirih merah........................................................... 39
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Identifikasi kandungan senyawa aktif daun sirih merah dengan
Kromatografi Lapis Tipis.................................................................39
G. Hasil uji potensi antifungi............................................................... 51
H. Pengukuran KHM dan KHM dengan metode dilusi padat.............. 56
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 59
A. Kesimpulan..................................................................................... 59
B. Saran............................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… … 60
LAMPIRAN………………………………………………………………........ 63
BIOGRAFI PENULIS…...…………………………………………………….. 78
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Pembuatan tingkatan konsentrasi larutan uji
dengan pengenceran............................................................................ 30
Tabel II. Hasil uji tabung infusa daun sirih merah………………………….... 37
Tabel III. Hasil identifikasi senyawa flavonoid
dari infusa daun sirih merah dengan
fase gerak n-butanol-asam asetat-air (4:1:5) ………………………. 41
Tabel IV. Hasil identifikasi senyawa alkaloid
dari infusa daun sirih merah dengan
fase gerak tertier butanol-kloroform-dietil amina (2:7:1)………….... 44
Tabel V. Hasil identifikasi senyawa Tanin
dari infusa daun sirih merah dengan
fase gerak n-butanol-asam asetat-air (5:1:4)………………………… 46
Tabel VI. Hasil identifikasi senyawa Minyak Atsiri
dari infusa daun sirih merah
dengan fase gerak toluena-etil asetat (93:7)…………………………. 49
Tabel VII. Hasil pengukuran daya hambat pada metode difusi paper disk……. 52
Tabel VIII. Uji Anova diameter zona hambat
terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 …….....…. 54
Tabel IX. Hasil uji LSD diameter zona hambat
terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 .............…… 55
Tabel X. Hasil pengukuran daya hambat pada metode dilusi padat…………… 56
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur kimia ketokonazole…………………………………….. 10
Gambar 2. Profil KLT senyawa flavonoid yang
terkandung pada infusa daun sirih merah……………………….. 42
Gambar 3. Profil KLT senyawa alkaloid yang
terkandung pada infusa daun sirih merah……………………….. 45
Gambar 4. Profil KLT senyawa tanin yang
terkandung pada infusa daun sirih merah……………………….. 47
Gambar 5. Profil KLT senyawa minyak atsiri yang
terkandung pada infusa daun sirih merah……………………….. 50
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman sirih merah (Piper crocatum)……… 63
Lampiran 2. Hasil determinasi jamur Candida albicans ATCC 10231 ……... 64
Lampiran 3. Foto tanaman sirih merah (Piper crocatum)……………………. 65
Lampiran 4. Foto daun sirih merah…………………………………………… 65
Lampiran 5. Foto hasil pengamatan difusi paper disk……………………...... 66
Lampiran 6. Foto hasil pengamatan tanpa perlakuan pada dilusi padat ........... 66
Lampiran 7. Foto hasil pengamatan kontrol positif pada dilusi padat.............. 67
Lampiran 8. Foto hasil pengamatan kontrol negatif pada dilusi padat............. 67
Lampiran 9. Foto hasil pengamatan konsentrasi 80% pada dilusi padat.......... 68
Lampiran 10. Foto hasil pengamatan konsentrasi 60% pada dilusi padat.......... 68
Lampiran 11. Foto hasil pengamatan konsentrasi 40% pada dilusi padat.......... 69
Lampiran 12. Foto hasil pengamatan KBM konsentrasi 80%.......................... 69
Lampiran 13. Foto profil KLT senyawa flavonoid
secara vis setelah disemprot AlCl3………………………………………….. 70
Lampiran 14. Foto profil KLT senyawa alkaloid setelah disemprot FeCl3…. 71
Lampiran 15. Foto profil KLT senyawa tanin
secara vis setelah disemprot Dragendorff……………………. 72
Lampiran 16. Foto profil KLT senyawa minyak atsiri
secara vis setelah disemprot vanillin-H2SO4…………………………. 73
Lampiran 17. Hasil perhitungan Rerata dan SD............................................ 74
Lampiran 18. Hasil perhitungan Statistik...................................................... 77
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang subur dan kaya akan bahan alam.
Banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di Indonesia, termasuk tumbuhan
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Salah satu tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai bahan obat misalnya adalah sirih merah.
Masyarakat cenderung lebih memilih menggunakan tanaman obat. Hal
ini dikarenakan merebaknya kecenderungan atau trend hidup kembali ke alam
(back to nature) sehingga semakin menambah keingintahuan masyarakat tentang
khasiat tanaman obat.
Rebusan daun sirih merah dapat digunakan untuk menjaga kebersihan
dan kesehatan organ kewanitaan. Selain itu, juga dapat digunakan untuk
mengatasi keputihan akut yang sulit disembuhkan dan kronis (Sudewo, 2005).
Keputihan dapat disebabkan karena adanya infeksi oleh fungi. Salah satu fungi
yang menyebabkan keputihan adalah Candida albicans.
Wanita Indonesia yang mengalami penyakit keputihan sangat besar, 75%
wanita usia subur pasti mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya.
Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja. Wanita Indonesia
banyak yang mengalami keputihan karena hawanya lembab sehingga mudah
terinfeksi jamur Candida albicans, penyebab keputihan. Sedangkan di Eropa
berhawa dingin (Anonim , 2007b). Indonesia beriklim tropis dan mempunyai
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
curah hujan yang tinggi. Hal inilah menyebabkan kelembaban udara tinggi
sehingga dapat mempermudah pertumbuhan jamur.
Dalam penelitian ini digunakan infusa daun sirih merah. Hal ini
didasarkan pada penggunaan di masyarakat. Dalam mengobati keputihan mereka
menggunakan daun sirih merah dengan cara direbus. Dimana prinsip penyarian
dengan infusa hampir sama dengan penggunaan di masyarakat yakni dengan cara
merebus.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi aktivitas infusa daun sirih
merah dalam mengatasi keputihan yang umumnya disebabkan oleh Candida
albicans. Sehingga diharapkan masyarakat akan mendapat pengetahuan mengenai
kemampuan infusa daun sirih merah dalam mengatasi keputihan. Selain itu, dapat
memberikan pengetahuan dalam perkembangan ilmu kefermasian untuk mencari
antifungi baru. Hal ini dimaksudkan karena fungi dapat membentuk sistem
kekebalan baru pada antifungi-antifungi yang sudah ada sehingga dapat
menyebabkan terjadinya resisten.
1. Rumusan masalah
a. Apakah infusa daun sirih merah memiliki daya antifungi pada Candida
albicans ATCC 10231?
b. Apakah dalam infusa daun sirih merah terdapat kandungan flavonoid,
alkaloid, tanin, dan minyak atsiri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
2. Keaslian penelitian
Sejauh yang diketahui penulis, belum pernah dilakukan penelitian
mengenai uji potensi antifungi infusa daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav) terhadap Candida albicans ATCC 10231 secara in vitro.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bahwa
infusa daun sirih merah dapat digunakan sebagai antifungi terhadap
Candida albicans ATCC 10231.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang penggunaan infusa daun sirih merah untuk mengobati
keputihan yang disebabkan oleh Candida albicans ATCC 10231.
B. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui daya antifungi infusa daun sirih merah terhadap Candida
albicans ATCC 10231.
b. Mengetahui keberadaan kandungan flavonoid, alkaloid, tanin, dan minyak
atsiri dalam infusa daun sirih merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
1. Keterangan Botani
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper crocatum
(Anonim , 2007a)
2. Nama Daerah
Sirih merah (Jawa) (Sudewo, 2005)
3. Ekologi dan Penyebarannya
Sirih merah bisa tumbuh dengan baik di tempat yang teduh dan tidak
terlalu banyak terkena sinar matahari. Jika terkena sinar matahari langsung
pada siang hari secara terus-menerus warna merah daunnya bisa menjadi
pudar, buram, dan kurang menarik (Sudewo, 2005).
Sirih merah tidak dapat tumbuh subur di daerah panas. Sementara itu,
di tempat berhawa dingin sirih merah dapat tumbuh dengan baik. Tanaman
sirih merah akan tumbuh dengan baik jika mendapatkan 60-75% cahaya
matahari (Sudewo, 2005).
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
4. Kandungan Kimia
Daun sirih merah mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, senyawa
polifenolat dan minyak atsiri (Sudewo, 2005).
5. Kegunaan
Sirih merah memiliki efek antikejang, antiseptik, analgetik,
antiketombe, antidiare, antidiabetes, mempertahankan kekebalan tubuh,
merangsang saraf pusat dan daya pikir, penghilang bengkak, pencegah
ejakulasi dini, hepatitis, TBC, luka yang sulit sembuh, kanker payudara dan
kanker rahim, leukaemia, ambeien, jantung koroner, darah tinggi, dan asam
urat. Daun sirih merah juga mampu mengatasi radang pada gusi, radang pada
payudara, hidung berdarah, batuk berdarah, keputihan menahun (kronis) dan
akut yang sulit disembuhkan (Sudewo, 2005).
B. Uraian Tentang Kandungan Kimiawi
1. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang terdapat
dalam tumbuhan. Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologis
tertentu sehingga metabolit sekunder ini banyak digunakan sebagai obat,
sedangkan perannya bagi tumbuhan penghasilnya diantaranya sebagai
racun untuk melindungi tumbuhan dari gangguan serangga dan hewan
(Mursyidi, 1990).
Alkaloid berasa pahit dan sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam kloroform, eter dan pelarut organik lain yang relatif nonpolar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
tidak campur dengan air (Mursyidi, 1990). Alkaloid dapat dipisahkan
dengan cara KLT dengan pelat berlapiskan silika gel dan dideteksi dengan
pereaksi Dragendorff. Fase gerak yang digunakan n-butanol: asam asetat:
air (4:1:5) v/v. Dan deteksi UV yang digunakan adalah 254 nm dan 365nm
(Harborne, 1987). Pada UV 254 nm bercak akan berfluoresensi dan pada
UV 365 nm bercak berwarna biru/ kuning. Sedangkan dengan pereaksi
semprot Dragendorff akan terjadi warna coklat/ orange (Wagner, 1984)
2. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam
hampir semua tumbuhan dari bangsa Algae hingga Gymnospermae. Pada
tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun
dalam bunga sebagai pigmen bunga (Robinson, 1991).
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air.
Flavonoid baik dalam bentuk aglikon maupun glikosida dapat diekstraksi
dengan etanol 70%. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang
terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah
spektrum UV dan spektrum tampak (Harborne, 1987).
Flavonoid dapat dipisahkan dengan cara KLT dengan pelat
berlapiskan selulosa. Pengembangan yang umum digunakan adalah BAW
(n-butanol, asam asetat, air; 4:1:5 v/v) dan asam asetat 5%. Pembanding
baku yang digunakan adalah rutin (Markham, 1988). Flavonoid dapat
dideteksi dengan sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 365
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
nm. Pada deteksi UV 254 nm akan terjadi warna biru tua sedangkan pada
UV 365 nm terjadi warna kuning, biru, atau hijau.
Senyawa flavonoid mempunyai aktivitas biologi sebagai
antihelmintik, diuretika, hipotensi, hipertensi, antihistamin, estrogenik,
bakterisidal dan antifungi (Harborne, 1987).
3. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam
angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Letak tanin terpisah
dari protein dan enzim sitoplasma (Harborne, 1987). Tanin dapat larut
dalam pelarut organik yang nonpolar seperti benzen, kloroform. Larutan
tanin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan asam mineral atau
garam (Robinson, 1991).
Campuran tanin yang terdapat dalam ekstrak kasar dapat
dipantau dengan KLT, memakai fase pengembang butanol-asam asetat-air
(5:1:4 v/v). Tanin dapat dideteksi dengan sinar UV pendek berupa bercak
lembayung yang bereaksi positif dengan setiap pereaksi semprot FeCl3 dan
memberikan warna biru kehitaman (Harborne, 1987).
4. Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari
tumbuhan dan terdistribusi pada bagian-bagian tumbuhan seperti daun,
bunga, akar, dan batang. Minyak atsiri disebut volatile oils karena mudah
menguap pada suhu kamar dan disebut essential oils karena minyak dari
tumbuhan dengan bau yang kuat. Minyak atsiri juga mudah teroksidasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
apabila terkena sinar matahari jadi warnanya akan semakin gelap karena
teroksidasi. Minyak atsiri larut dalam lipid dan pelarut organik.
Minyak atsiri dapat dipisahkan dengan cara KLT menggunakan
pengembang toluena: etil asetat (93:7 v/v). Dan fase diam yang digunakan
adalah silika gel. Untuk deteksinya digunakan vanilin- H2SO4. Pada
deteksi UV 254 nm dan 365 nm akan berfluoresensi berwarna hijau
(Wagner, 1984).
C. Candida Albicans
1. Klasifikasi Candida Albicans :
Familia : Moniliaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
(Frobisher, 1974)
2. Diskripsi
Pada sediaan apus eksudat, Candida tampak sebagai yeast lonjong,
bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6 µm, dan sel-sel bertunas
menyerupai hifa (pseudohifa) (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996).
3. Keputihan
Keputihan atau dalam istilah medisnya disebut Flour albus (flour =
cairan kental, albus = putih) atau Leukorhoea. Secara umum keputihan adalah
keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa saja terasa gatal, rasa panas atau
perih, kadang berbau, atau tidak merasa apa-apa. Penyebabnya dapat secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
non patologis (stress, saat menjelang atau setelah menstruasi, rangsangan
seksual saat wanita hamil) maupun secara patologis (Infeksi jamur, bakteri,
dan parasit)(Anonim , 2007c).
Vagina dalam keadaan normal tidak mengeluarkan cairan. Vagina
mempunyai sistem perlindungan alam yaitu keasaman yang lebih tinggi dari
jaringan lainnya. Didalam vagina juga terdapat mikroba pelindung yang
menguntungkan tubuh kita, yaitu Doderleins yang hidup menjaga
keseimbangan ekosistem vagina sekaligus membuat lingkungan bersifat asam
(pH 3,8-4,5) (Anonim, 2007c).
D. Ketokonazole
Ketokonazole merupakan obat antijamur pertama yang efektif pada
mikosis sistemik yang dapat diberikan per oral. Absorpsi akan lebih baik selama
atau setelah makan dibandingkan dengan keadaan puasa. Karena penyerapan
melalui saluran cerna akan berkurang pada pH lambung yang tinggi (Katzung,
1995).
Ketokonazole berupa serbuk berwarna putih. Ketokonazole tidak larut
dalam air, sedikit larut dalam alkohol, larut dalam metil alkohol, sangat larut
dalam metil klorida (Anonim, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
N
N
H2C
OOH2C
Cl
Cl
O N N C
O
CH3
Gambar 1. Struktur kimia ketokonazole
Agen antifungi azole mencegah sintesis ergosterol (komponen utama
membrane plasma fungi) dengan menghambat sitokrom P450 enzim lanosterol
14α-demetilase. Pemberian azol pada fungi menyebabkan penghilangan
ergosterol dan pengumpulan sterol 14α-demetilase. Sitokrom P450 dibutuhkan
untuk membantu pembentukan ergosterol fungi. Dengan dihambatnya sitokrom
P450 maka pembentukan ergosterol tidak terjadi (Nester, dkk, 2004).
E. Penyarian
1. Definisi dan Ruang Lingkup Penyarian
Penyarian merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut dengan pelarut cair sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Anonim, 2000). Secara umum
penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, Maserasi, Perkolasi dan
Destilasi uap (Anonim, 1986).
Cairan penyari yang digunakan untuk pembuatan infusa adalah air. Air
merupakan penyari universal yang bersifat polar. Keuntungan digunakan
bahan penyari air adalah murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menguap dan tidak mudah terbakar, tidak beracun, alamiah. Sedangkan
kerugian penggunaan air sebagai penyari adalah tidak selektif, sari dapat
ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak, dan untuk pengeringan
diperlukan waktu lama. Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang,
dan khamir (Anonim, 1986).
2. Metode-metode penyarian
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dari massa atau
serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim, 2000). Ragam ektraksi yang tepat sudah tentu tergantung
pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada
jenis senyawa yang diisolasi (Harborne, 1987).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibedakan menjadi :
a. Cara dingin
1) Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Maserasi
adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (Anonim, 2000). Maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan
dapat berupa air, etanol, air-etanol. Keuntungan cara penyarian dengan
maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah
pengerjaan yang lama dan penyariannya kurang sempurna (Anonim,
1986).
2) Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Prinsip dari perkolasi yaitu serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui
sampai mencapai keadaan jenuh (Anonim, 1986).
b. Cara panas
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
2) Soxlet
Soxlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar),
yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.
4) Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrasi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Infus
yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan
menggunakan 10% simplisia (Anonim, 1995).
Infusa merupakan proses penyarian yang umumnya digunakan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan nabati. Proses infusa ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang karena air bisa menjadi media
pertumbuhan kuman dan kapang. Sari yang diperoleh dengan cara ini
tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Keuntungan dari infusa adalah
cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana (Anonim,
1986).
5) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30°C) dan
temperatur sampai titik didih air.
6) Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap
(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap
dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan
diakhiri dengan kondesasi fase uap sempurna (senyawa kandungan
menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa
kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian (Anonim,
2000). Destilasi uap digunakan untuk menyari serbuk simplisia yang
mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan
terjadi kerusakan zat aktifnya (Anonim, 1986).
F. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen-
komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam dibawah
gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur. Kromatografi
lapis tipis terdiri dari fase diam dan fase gerak. Fase diam yang umum digunakan
dan banyak dipakai adalah silika gel yang dicampur dengan kalsium sulfat (gips)
untuk menambah daya lengket partikel silika gel pada pelat. Adsorben lain yang
banyak digunakan adalah alumina, kieselguhr, celite, serbuk selulosa, serbuk
poliamida, kanji dan sephadex (Suharman dan Mulja, 1995). Fase gerak adalah
medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Sampel bergerak di
dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler.
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Rf = awal titik daridepan garis
awal titik daribercak pusat k Jarak titiJarak
(Stahl, 1985)
G. Uji Potensi Antifungi
1. Metode dilusi
Prinsip dari cara ini adalah larutan uji diencerkan hingga diperoleh
beberapa konsentrasi. Tiap konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi
mikroorganisme ke dalam media. Dengan metode ini akan didapat hasil secara
kuantitatif. KHM dan KBM dalam media dapat ditentukan dengan mengukur
kekeruhan setelah inkubasi (Hugo & Russel, 1987). Kelebihan dari metode
dilusi (pengenceran) adalah dapat diketahui KHM dan KBM yang dapat
diamati dari tidak adanya pertumbuhan fungi uji pada media kultur (Bonang &
Koeswardono, 1982).
2. Metode difusi agar
Pengukuran potensi antifungi menggunakan metode difusi agar yaitu
metode yang mengukur aktivitas antifungi berdasarkan pengamatan luas
daerah hambatan pertumbuhan fungi uji karena berdifusinya obat dari titik
awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz dkk, 1996). Metode difusi dikenal
dengan beberapa cara yaitu :
a. Cara Kirby-Bauwer
Prinsip kerja metode difusi berdasarkan kemampuan obat untuk
berdifusi kedalam media tempat mikroba uji dapat berkembangbiak secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
optimal, dengan meletakkan cakram kertas atau paper disk yang
mengandung antibiotik atau zat uji diatas agar. Besarnya daerah difusi
sesuai dengan pertumbuhan atau hambatan mikroba uji dan sebanding
dengan kadar yang diberikan (Hugo dan Russel, 1987).
b. Cara tuang (pour plate)
Metode ini dilakukan dengan cara menginokulasikan suspensi
mikroba uji ke tabung reaksi yang mengandung agar cair yang telah
didinginkan pada suhu 45°C. Isi dalam tabung reaksi diaduk untuk
memencarkan mikroba uji ke seluruh media. Campuran dituang ke dalam
cawan Petri steril dan dibiarkan menjadi padat (Volk dan Wheeler, 1990).
c. Cara sumuran
Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby-Bauwer. Pada agar yang
telah ditanami mikroba uji, dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu.
Ke dalam sumuran diberi larutan uji dan diinkubasikan pada 37°C selama
18-24 jam. Kemudian hasilnya dibaca dengan mengukur daerah hambatan
yang terbentuk (Ristanto, 1989).
H. Mekanisme Kerja antifungi
Mekanisme kerja antifungi dibagi menurut target/ sasaran dari agen,
yakni:
1. Merusak membran sel
Obat-obat golongan antibiotik poliena terikat kuat ke membran sel
jamur dan berikatan dengan ergosterol tertentu serta akan mengganggu sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
permeabilitas dan transport membran itu. Hal ini akan menyebabkan
hilangnya makromolekul serta ion dari sel serta menghasilkan kerusakan tak
reversible.
2. Penghambatan Sintesis DNA
Sel akan rentan bila ia merubah flusitosin menjadi fluorourasil yang
akhirnya menghambat timidilat sintase dan sintesis DNA.
3. Penghambatan biosintesis lipid
Imidazole antifungi sintetik ini menghambat jamur oleh penghambatan
biosintesis lipid jamur terutama ergosterol didalam membran sel, dan mungkin
dengan mekanisme tambahan (Katzung, 1995).
I. Media
Media adalah suatu bahan atau substrat yang mengandung unsur-unsur
makanan, dan digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan mikroba.
Unsur-unsur makanan tersebut dapat berupa garam-garam anorganik dan
senyawa-senyawa organik seperti protein, pepton, asam-asam amino, dan vitamin
yang diperlukan untuk pertumbuhan.
Berdasarkan konsistensinya, media dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Media padat, dengan contoh media kentang, nasi, wortel.
2. Media cair, yaitu media yang berbentuk cair, misalnya media susu, nutrien
broth (kaldu daging), glukosa, pepton.
3. Media semi padat (semi solid media), yaitu media yang dapat berbentuk padat,
apabila suhunya dingin dan dapat berbentuk cair apabila suhunya panas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Media ini merupakan media yang dibubuhi atau ditambah agar-agar sebgai
bahan pemadat (Tarigan, 1988).
J. Sterilisasi
Yang dimaksud dengan sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu
proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang terdapat pada atau didalam
suatu benda baik alat maupun bahan-bahan. Ada dua macam cara utama yang
umum dipakai dalam sterilisasi yaitu sterilisasi fisik dan sterilisasi kimia. Bila
panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah atau
lembab, tetapi bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau
sterilisasi kering.
1. Sterilisasi Fisik
a. Sterilisasi basah
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklav atau
sterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh
bertekanan dengan suhu 121°C selama 15 menit. Sterilisasi basah dapat
digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat tembus uap air
dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar 110°C dan
121°C. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain
medium biakan, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang akan
dibuang, medium tercemar, dan bahan-bahan dari karet (Hadioetomo,
1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Sterilisasi kering
Pemanasan kering biasanya untuk alat-alat gelas dengan suhu
160°C-180°C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis. Proses
sterilisasi akan lebih cepat jika dilengkapi dengan sirkulasi udara panas
(Fardiaz, 1992).
c. Sterilisasi dengan penyaringan
Proses sterilisasi lain yang juga dilakukan pada suhu kamar ialah
penyaringan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua
mikroorganisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan
ukuran pori yang sedemikian kecil (0,45 atau 0,22µ) sehingga bakteri dan
sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung
didalam wadah yang steril (Hadioetomo, 1993).
2. Sterilisasi Kimia
Pelaksanaanya dilakukan dengan menggunakan gas atau cairan
pembunuh kuman yang khusus diterapkan untuk bahan yang tidak tahan
pemanasan, sediaan atau barang yang jika dipanaskan sekali atau berulang kali
sedikit banyak akan mengalami perubahan. Sterilisasi secara kimia dapat
menggunakan etilen oksida, asam perasetat, dan formaldehide (Hadioetomo,
1993).
K. Landasan Teori
Candida albicans adalah anggota flora normal selaput lendir saluran
pernapasan, saluran cerna dan genitalia wanita. Jamur ini dapat menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
penyakit progresif pada penderita yang lemah atau kekebalan menurun. Penyakit
oleh jamur ini dapat diobati dengan obat yang bersifat fungisida. Contohnya
adalah ketokonazole, imidazole.
Infundasi merupakan proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati
(Anonim, 1986). Penyarian ini dilakukan dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit sambil sesekali diaduk (Anonim,
2000). Dengan penyarian secara infusa, senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, dan
minyak atsiri dapat larut dalam cairan penyari. Karena flavonoid mudah larut
dalam air. Tanin termasuk dalam senyawa fenol sehingga tanin dapat larut pula
dalam air (Harborne, 1987). Alkaloid dapat berada dalam bentuk garam sehingga
alkaloid kemungkinan dapat larut juga dalam air. Selain itu, minyak atsiri
kemungkinan juga dapat larut dalam air karena minyak atsiri juga dapat larut
dalam pelarut polar (Robinson, 1995).
Menurut Sudewo (2005), tanaman sirih merah mengandung flavonoid,
alkaloid, tanin, dan minyak atsiri. Flavonoid berfungsi sebagai antifungi dan
mencegah infeksi atau luka. Alkaloid dapat digunakan sebagai antifungi. Tanin
berfungsi sebagai antifungi dan bersifat sebagai bakteriostatik. Sedangkan minyak
atsiri juga dapat berfungsi menghambat pertumbuhan jamur (Robinson, 1995).
L. Hipotesis
Infusa daun sirih merah diduga memiliki aktivitas antifungi terhadap
Candida albicans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Eksperimental
Penelitian tentang uji potensi infusa daun sirih merah terhadap Candida
albicans ATCC 10231 ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Infusa daun sirih merah dengan berbagai macam konsentrasi.
b. Variabel tergantung
Diameter zona hambat, KHM, KBM.
c. Variabel pengacau terkendali
Media pertumbuhan mikroba uji, waktu inkubasi 24 jam, suhu inkubasi 37°C,
kepadatan suspensi Candida albicans ATCC 10231 setara dengan larutan
standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml), volume larutan uji, suhu pengeringan
daun sirih merah 50oC, dan tempat tumbuh tanaman.
d. Variabel pengacau tak terkendali
Umur tanaman.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
C. Definisi Operasional
1. Potensi antifungi adalah kemampuan infusa daun sirih merah untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh jamur Candida albicans ATCC
10231.
2. Candida albicans ATCC 10231 adalah fungi uji gram positif yang diperoleh
dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
3. Infusa daun sirih merah konsentrasi 100% adalah sediaan yang berbentuk cair
yang dibuat dengan mengekstraksi serbuk daun sirih merah kering sebanyak
10 gram dalam aquadest 100 ml pada suhu 90°C selama 15 menit.
4. Infusa daun sirih merah konsentrasi 80%, 60%, dan 40% adalah sediaan yang
berbentuk cair yang dibuat dengan melakukan pengenceran dari konsentrasi
100% dengan memipet sebanyak 0,8ml; 0,6ml; dan 0,4ml infusa daun sirih
merah lalu ditambahkan aquadest sampai diperoleh volume 10 ml.
5. Zona hambat adalah zona jernih yang sama sekali tidak dijumpai pertumbuhan
Candida albicans ATCC 10231 atau zona yang masih memperlihatkan
pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 dalam jumlah sedikit.
6. KHM adalah konsentrasi minimal dari infusa daun sirih merah yang mampu
menghambat pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231.
7. KBM adalah konsentrasi minimal dari infusa daun sirih merah yang mampu
membunuh Candida albicans ATCC 10231.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
D. Bahan
1. Daun sirih merah yang diperoleh dari daerah Pekunden Rt.02/Rw.09, Ngluar,
Magelang.
2. Kultur murni Candida albicans ATCC 10231 yang diperoleh dari Balai
Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
3. Medium SDA, aquadest steril untuk penyari, injeksi ketokonazole, metanol,
selulosa, silika gel GF 254, n-butanol, asam asetat, air, kloroform, toluene,
eter, etanol, natrium karbonat, tertier butanol, dietil amina, toluena, etil asetat,
pereaksi Lieberman-Burchard. Pereaksi semprot : Dragendorff, Mayer, dan
vanilin-asam sulfat. Pembanding : asam tanat, rutin, HCl, NaCl 2%, besi (III)
klorida, AlCl3.
E. Alat
Panci, inkubator (Memmert, type BE 40, GmbH+Co KG-D91126,
Swahaban FRG, Germany), Mycrobiologycal Safety Cabinet (MSC), Rotary
evaporator (Janke & Kunkel, Ika-labotechnik, RV05-ST), autoklaf (Metode KT-
40, ALP co, Ltd, Hamurashi, Tokyo, Japan), lampu UV 254 nm dan UV 365 nm,
oven (Memmert, Germany), penyerbuk (Retsch bv), Electric Sieve Shaker (IML
Indotest Multi LAB), Laminar Air Flow (LAF), Lemari pendingin (Sharp), Glass
beaker (pyrex), cawan petri, tabung reaksi (pyrex), Erlenmeyer (pyrex), flakon,
pipet volume (pyrex), batang pengaduk, gelas ukur (pyrex), jarum ose, Mikropipet
(Ependrof-Netler-Hinz), kertas payung, allumunium foil, kompor listrik, vortex,
spreader, jangka sorong (Vernier caliper, Shanghai, China), lampu Bunsen, plat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
KLT, pipa kapiler, penyemprot reagen tampak, bejana, neraca analitik (Mettler PC
2000).
F. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman sirih merah dilakukan oleh Laboratorium
Farmakognosi, Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gajah
Mada Yogyakarta. Determinasi dilakukan terhadap tanaman segar dengan
menggunakan acuan Flora of Java (Backer dan Van den Brink, 1965).
2. Pengumpulan bahan
Bahan yang digunakan berupa daun sirih merah, diambil dari tanaman
sirih merah di daerah Pekunden Rt.02/Rw.09, Ngluar, Magelang pada bulan
November. Daun yang diambil adalah daun yang tidak terlalu muda ataupun
terlalu tua. Daun tersebut dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang melekat. Daun dikeringkan dalam oven dengan suhu
50°C. Setelah kering, lalu diserbuk dengan blender sampai halus dan diayak
menggunakan ayakan.
3. Pembuatan Infusa
Infusa dibuat dengan mengekstraksi sebanyak 10 gram serbuk kering
daun sirih merah lalu dimasukkan dalam panci dengan air sebanyak 100 ml,
panaskan diatas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai
90°C sambil sekali-kali diaduk. Kemudian setelah dingin diserkai melalui
kain flannel lalu ditambahkan air secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infusa yang dikehendaki kurang lebih 25 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
4. Uji Kandungan Kimia dengan Uji Tabung
a. Uji Alkaloid
Infusa dari serbuk daun sirih merah sebanyak 2 gram dipanaskan
dalam tabung reaksi besar dengan asam klorida 1% 10 ml selama 30 menit
diatas penangas air mendidih. Larutan disaring dengan kapas ke dalam
tabung reaksi A dan B sama banyak. Larutan A dibagi dua sama banyak,
lalu kedalam larutan A-1 ditambah dengan pereaksi Dragendorf (3 tetes)
dan larutan A-2 ditambah pereaksi Mayer (3 tetes). Terbentuknya endapan
dengan kedua pereaksi tersebut menunjukkan adanya alkaloid
b. Uji Tanin
Infusa dari serbuk daun sirih merah sebanyak 2 gram dipanaskan
dengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit diatas tangas air. Disaring dan
filtrat sebanyak 5ml ditambahkan larutan natrium klorida 2% sebanyak 1
ml. Bila terjadi suspensi atau endapan disaring melalui kertas saring.
Kemudian filtrat ditambah larutan gelatin 1% sebanyak 5 ml.
Terbentuknya endapan menunjukkan adanya tanin.
c. Uji flavonoid
Infusa dari serbuk daun sirih sebanyak 2 gram dipanaskan dengan
air sebanyak 10 ml selama 10 menit diatas penangas air mendidih.
Kemudian disaring panas-panas, setelah dingin ditambah 3 tetes pereaksi
besi (III) klorida. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya
flavonoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
d. Uji Minyak Atsiri
Serbuk daun sirih merah ditambahkan 20 ml eter, kocok dan
disaring. Kemudian filtrat dikeringuapkan. Bila sedikit berbau aromatik,
larutan residu dengan sedikit etanol maka uapkan lagi sampai kering. Bila
terjadi bau aromatik spesifik, menunjukkan adanya minyak atsiri.
e. Uji Antrakinon
Infusa daun sirih merah dididihkan selama 2 menit dengan Kalium
hidroksida 0,5N (10ml) dan larutan hidrogen peroksida (1ml). Setelah
dingin suspensi disaring melalui kapas. Filtrat (5ml) ditambah asam asetat
(10 tetes) sampai pH 5, lalu ditambahkan toluena (10ml). Lapisan atas
(5ml) dipisahkan dengan cara dipipet dan dimasukkan dalam tabung
reaksi, kemudian ditambah kalium hidroksida 0,5N, warna merah yang
terjadi pada lapisan air (basa) menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
f. Uji Kardenolida
Infusa dari serbuk daun sirih sebanyak 2 gram dipanaskan dengan
air sebanyak 10 ml selama 10 menit diatas penangas air mendidih.
Kemudian ditambah asam 3,5-dinitratbenzoat (0,4ml) dan kalium
hidroksida 1N (0,6ml) dalam metanol. Terjadinya warna biru-ungu
menunjukkan adanya kardenolida (glikosida jantung). Untuk penegasan
lebih lanjut, filtrat yang lain (2ml) dicampur dengan kloroform (2 ml).
Lapisan atas diambil dengan pipet, lapisan bawah ditambah asam 3,5-
dinitrobenzoat (0,5 ml). Terjadinya warna biru-ungu menunjukkan adanya
kardenolida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
g. Uji Saponin
Tambahkan air suling (10ml) kedalam tabung reaksi yang berisi
serbuk (100mg), tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik. Biarkan
tabung dalam posisi tegak selama 30 menit. Apabila buihh setinggi kurang
lebih 3 cm dari permukaan cairan, maka menunjukkan adanya saponin.
Uji lain dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler (diameter 1
mm, panjang 12,5 cm). Larutan hasil pemanasan serbuk daun sirih merah
(2 g) dengan air (10 ml) selama 30 menit diatas tangas air, setelah disaring,
filtrat dimasukkan kedalam pipa kapiler penuh-penuh. Kapiler diletakkan
dalam posisi tegak (vertikal), kemudian cairan dibiarkan mengalir bebas.
Tinggi cairan tertinggal dibandingkan dengan tinggi air suling yang
diperlakukan sama. Bila tinggi cairan yang diuji separo atau kurang dari
tinggi air suling maka adanya saponin akan diperhitungkan.
5. Uji Kandungan Kimia dengan Kromatografi Lapis Tipis
a. Uji Flavonoid
Proses pemisahan dilakukan dengan menotolkan infusa daun sirih
merah dengan konsentrasi 100% menggunakan pipa kapiler berukuran 5μl
pada lempeng KLT. Fase diam yang digunakan adalah selulosa, fase gerak
n-butanol: asam asetat: air (4:1:5) v/v. Sampel yang digunakan adalah
infusa daun sirih merah dan pembandingnya rutin. Selanjutnya adalah
pengelusian lempeng dengan jarak rambat 10 cm. Pengamatan dilakukan
di bawah sinar UV 254 nm dan 365 nm dan dideteksi dengan pereaksi
AlCl3. Harga Rf dan warna bercak uji dibandingkan dengan harga rf dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
warna bercak pembanding. Adanya harga rf dan warna bercak yang
hampir serupa menunjukkan bahwa bahan uji mengandung senyawa
Flavonoid.
b. Alkaloid
Proses pemisahan dilakukan dengan menotolkan infusa daun sirih
merah dengan konsentrasi 100% menggunakan pipa kapiler berukuran 5μl
pada lempeng KLT. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254,
fase gerak tertier butanol: kloroform: dietil amina (2:7:1) v/v. Sampel yang
digunakan infusa daun sirih merah dan pembandingnya skopolamin.
Untuk pembuatan pembanding digunakan 5 mg skopolamin dalam 10 ml
metanol.
Selanjutnya adalah pengelusian lempeng dengan jarak rambat 10
cm. Pengamatan dilakukan di bawah sinar UV 254 nm dan 365 nm dan
dideteksi dengan pereaksi Dragendorff. Harga Rf dan warna bercak uji
dibandingkan dengan Rf dan warna bercak pembanding. Adanya harga Rf
yang hampir serupa menunjukkan bahwa bahan uji mengandung senyawa
alkaloid.
b. Uji Tanin
Proses pemisahan dilakukan dengan menotolkan infusa daun sirih
merah dengan konsentrasi 100% menggunakan pipa kapiler berukuran 5μl
pada lempeng KLT. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254,
fase gerak n-butanol: asam asetat: air (5:1:4) v/v. Pembanding yang
digunakan adalah asam tanat 0,05% dalam etanol 70%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Selanjutnya adalah pengelusian lempeng dengan jarak rambat 10
cm. Pengamatan dilakukan di bawah sinar UV 254 nm dan 365 nm dan
dideteksi dengan pereaksi FeCl3. Harga Rf dan warna bercak uji
dibandingkan dengan Rf dan warna bercak pembanding. Adanya harga Rf
yang hampir serupa menunjukkan bahwa bahan uji mengandung senyawa
tanin.
c. Minyak atsiri
Proses pemisahan dilakukan dengan menotolkan infusa daun sirih
merah menggunakan pipa kapiler berukuran 5μl pada lempeng KLT. Fase
diam yang digunakan adalah silika gel GF 254, fase gerak toluena: etil
asetat (93:7) v/v. Pembanding yang digunakan adalah eugenol.
Selanjutnya adalah pengelusian lempeng dengan jarak rambat 10 cm.
Pengamatan dilakukan di bawah sinar UV 254 nm dan 365 nm dan
dideteksi dengan pereaksi vanillin-asam sulfat pekat. Harga Rf dan warna
bercak uji dibandingkan dengan Rf dan warna bercak pembanding.
Adanya harga Rf dan warna bercak yang hampir sama menunjukkan
bahwa bahan uji mengandung senyawa minyak atsiri.
6. Uji antifungi
a. Pembuatan larutan uji
Larutan uji dibuat dari konsentrasi 100% yakni 10g serbuk
daun sirih merah dalam aquadest 100ml. Selanjutnya dibuat
konsentrasi larutan 80%, 60%, dan 40% dengan melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pengenceran sampai 10 ml dengan menggunakan aquadest. Sebagai
kontrol positif digunakan ketokonazole dan kontrol negatif Aquades.
Tabel I. Pembuatan tingkatan konsentrasi larutan uji dengan pengenceran
Konsentrasi infusa (%)
Volume infusa (ml) Pelarut aquadest (ml)
80 8 2 60 6 4 40 4 6
b. Sterilisasi alat-alat dan bahan
Alat-alat seperti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, dan
medium SDA yang akan digunakan untuk pemeriksaan aktivitas
antifungi disterilisasi dengan autoklaf, pada suhu 121°C selama 15
menit.
c. Pembuatan media SDA
Sebanyak 65 gram SDA dimasukkan kedalam erlenmeyer,
ditambahkan dengan 1 liter aguadest dan dipanaskan hingga mendidih.
Kemudian ditutup dengan menggunakan kapas, dan dimasukkan
kedalam autoklaf untuk disterilkan pada suhu 121°C selama 15 menit
dengan tekanan 1 atm.
d. Pembuatan stok Candida albicans ATCC 10231
Media SDA yang sudah steril dicairkan kemudian dituang
dalam tabung reaksi dan dimiringkan, biarkan hingga membeku.
Setelah membeku diambil 1 ose fungi dari pertumbuhan dan
diinokulasikan secara streak plate. Inkubasi dalam inkubator selama 24
jam pada suhu 37°C dan digunakan sebagai stok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
e. Pengujian potensi antifungi dengan metode difusi paper disk
Dalam Laminar Air Flow Work Station, hasil inkubasi jamur
selama 24 jam dalam media cair diambil 0,1ml menggunakan pipet
volume dan diteteskan kedalam cawan petri yang berisi SDA yang
telah dibekukan dan diratakan dengan menggunakan spreader.
Selanjutnya didiiamkan selama kurang lebih 15 menit, kemudian
dibagi menjadi lima bagian dan masing-masing bagian diberi paper
disk (Anonim, 1993).
Setiap paper disk pada media yang telah diinokulasi
diteteskan 10µl infusa dengan kadar masing-masing 80%, 60%, 40%.
Sebagai kontrol negatifnya digunakan aquadest dan kontrol positifnya
adalah ketokonazole. Media yang telah ditetesi infusa dan kontrol
diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37˚C. Hasil dibaca dengan
luas daerah hambatan (Jawetz dkk, 1996). Lalu diukur dengan
menggunakan penggaris. Pengulangan pengukuran masing-masing
diameter sebanyak lima kali.
f. Pengujian potensi antifungi dengan metode dilusi padat
Diambil 1 ose fungi Candida albicans ATCC 10231 dari stok
fungi, kemudian disuspensikan kedalam 5 ml media cair lalu campur
rata dan inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil suspensi
dibandingkan dengan Standard Mc. Farland II (6.10 8 CFU/ml) ingá
kekeruhannya sama lalu diambil 0,5 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kemudian 0,5 ml infusa daun sirih merah dengan kadar tertentu
ditambahkan dalam 0,5 ml suspensi fungi dan dicampur rata dengan 15
ml SDA yang dicairkan menggunakan vortex. Setelah itu, dituang
dalam cawan petri secara pour plate. Selanjutnya diinkubasikan selama
24 jam pada suhu 37°C. Setelah masa inkubasi, kekeruhan yang
menunjukkan pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 dalam
media diamati dan diberi penilaian menggunakan notasi (+) untuk
media yang tampak keruh. Hal ini berlaku untuk tiap infusa daun sirih
merah, kontrol negatif (aquades) dan kontrol positif (ketokonazole).
Hasil pengamatan dianalisis untuk mendapatkan Konsentrasi Hambat
Minimun (KHM) senyawa uji dengan mengamati kekeruhannya (Hugo
& Russel, 1987). Setelah ditentukan Kadar Hambat Minimum (KHM),
kemudian dilakukan streak plate pada media SDA yang telah
dibekukan dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Jika sudah
tidak terdapat pertumbuhan jamur uji pada media maka konsentrasi
tersebut menunjukkan KBMnya (Konsentrasi Bunuh Mikroba) (Larry
& Judy, 1996).
G. Tata Cara Analisa Data
Penentuan daya antifungi dengan metode difusi agar ditunjukkan dengan
adanya zona hambat di sekitar paper disk. Besarnya diameter zona hambat yang
terbentuk dianalisis dengan Kolmogorof Smirnov Z untuk mengetahui
distribusinya. Selanjutnya dilakukan analisis dengan Anova one way dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dilanjutkan dengan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95 %. Sedangkan pada
metode dilusi, dengan membandingkan kekeruhan dengan kontrol negatif
sehingga akan diperoleh Konsentrasi Hambat Minimal dan Konsentrasi Bunuh
Minimal.
Analisis hasil KLT dilakukan dengan menghitung harga Rf dari bercak
yang timbul dan mengamati warna bercak tersebut. Kemudian nilai Rfnya
dibandingkan dengan Rf pembanding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dan
untuk memastikan bahwa tanaman yang diteliti benar-benar merupakan tanaman
yang diharapkan, yakni tanaman sirih merah dengan spesies Piper crocatum Ruiz
& Pav.
Berdasarkan penelusuran secara makroskopik, menurut Sudewo (2005)
tanaman sirih merah tumbuh menjalar seperti halnya sirih hijau. Batangnya bulat
berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk
jantung dengan bagian ujung meruncing, bertepi rata, dan permukaannya
mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna
daun bagian atas hijau bercorak putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna
merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit, dan beraroma wangi
khas sirih. Batangnya beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Di setiap buku tumbuh
bakal akar. Hal ini sesuai dengan tanaman sirih merah yang digunakan dalam
penelitian.
B. Pengumpulan Bahan
Daun sirih merah yang digunakan dalam penelitian ini diambil pada
bulan November dan dilakukan pada pukul 09.00WIB. Pengambilan bahan dari
satu tanaman dengan lokasi tumbuh yang sama dan dalam sekali waktu
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pemanenan saja untuk menghindari adanya perbedaan kualitas kandungan kimia
dalam daun. Dipilih daun yang tidak terlalu muda atau terlalu tua, sehingga
diharapkan mempunyai kandungan senyawa aktif yang optimal. Daun yang
dikumpulkan dibersihkan dari debu, serangga, serta benda asing yang terbawa saat
pengumpulan daun sirih merah.
C. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk
Sebelum dilakukan pengeringan daun terlebih dahulu dicuci dengan air
mengalir untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat. Pengeringan
dilakukan untuk menghentikan reaksi enzimatik, menghindari pembusukan dan
penjamuran serta mengurangi kadar air yang terkandung karena air merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme karena dapat menguraikan
zat kimia yang terkandung. Hal ini dapat menyebabkan khasiat dari daun sirih
merah menjadi berkurang.
Daun dikeringkan dalam oven dengan suhu 50°C. Pengeringan
dihentikan jika ditandai dengan mudah patahnya simplisia jika diremas dengan
tangan. Simplisia yang telah kering kemudian diserbuk menggunakan blender.
Menurut Anonim (1986), tujuan dari penyerbukan adalah untuk mendapat serbuk
yang halus sehingga dapat mempermudah proses penyarian. Karena daun dalam
bentuk serbuk memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan
daun dalam bentuk utuh. Bila permukaan serbuk makin luas maka penyarian akan
bertambah baik karena simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin
luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Selanjutnya bahan diayak menggunakan ayakan berukuran 24 mesh.
Digunakan ayakan dengan ukuran 24 mesh karena dengan ayakan ini didapatkan
ukuran serbuk yang tidak terlalu besar ataupun terlalu halus. Menurut Anonim
(1995), dengan ayakan ukuran 24 mesh serbuk yang dapat melalui ayakan
mempunyai ukuran diameter maksimal 0,173 mm. Serbuk yang terlalu halus akan
memberikan kesulitan pada proses penyarian, karena butir-butir halus tadi akan
membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil penyarian. Jadi hasil
penyarian tidak murni lagi tetapi tercampur dengan partikel-partikel halus tadi.
Berat basah daun sebelum dikeringkan adalah 700 gram, berat kering 128,180
gram dan berat serbuk kering yang diperoleh 128 gram.
D. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Infusa Daun Sirih Merah
dengan Uji Tabung
Uji tabung dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia suatu
tumbuhan melalui pengamatan warna yang terbentuk oleh karena adanya reaksi
antara zat aktif yang ada dengan pereaksi yang digunakan. Masing-masing zat
akan memberikan warna yang spesifik terhadap pereaksi tertentu (Tabel II).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel II. Hasil Uji Tabung Infusa Daun Sirih Merah No. Pengujian Pengamatan Hasil 1. Uji Alkaloid
Filtrat A1 + Dragendorff LP Filtrat A2 + Mayer LP
Ada endapan coklat merah Ada endapan putih kekuningan
+ +
2. Uji Tanin Filtrat + NaCl 2% + gelatin 1%
Terbentuk endapan hijau kecoklatan
+
3. Uji Minyak Atsiri Filtrat + etanol, lalu dikering uapkan
Timbul bau aromatik +
4. Uji Antrakinon Lapisan basa
Warna kecoklatan
-
5. Uji Flavonoid Filtrat + besi (III) klorida
Warna kehijauan
+
6. Uji Saponin Serbuk + aquadest, dikocok
Tidak timbul buih
-
7. Uji Kardenolida Filtrat + asam 3,5-dinitrobenzoat + KOH 1N Filtrat + Kloroform
Warna kuning kecoklatan Warna kuning kehijauan
- -
Keterangan : + : bereaksi positif terhadap pereaksi yang digunakan
- : bereaksi negatif terhadap pereaksi yang digunakan
Pemeriksaan terhadap adanya alkaloid dilakukan dengan menambahkan
asam klorida 1% pada infusa daun sirih merah. Hal ini bertujuan untuk
menggaramkan alkaloid yang terdapat dalam bentuk basa. Adanya alkaloid dapat
dipertegas dengan reaksi pengendapan, yaitu dengan penambahan Dragendorff
dan Mayer. Hasil uji menunjukkan adanya pengendapan pada penambahan
Dragendorff dan Mayer. Hal ini disebabkan adanya pasangan elektron bebas dari
atom nitrogen alkaloid yan berikatan dengan ion-ion logam pada pereaksi yang
digunakan sehingga terbentuk endapan.
Uji terhadap senyawa flavonoid, filtrat ditambah dengan pereaksi besi
(III) klorida. Sebagai cairan penyari digunakan air karena senyawa flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
cenderung mudah larut dalam air. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan
adanya flavonoid. Dari hasil uji ini pada infusa daun sirih merah diperoleh larutan
berwarna kehijauan. Hal ini berarti dalam infusa daun sirih merah terdapat
kandungan senyawa flavonoid.
Pada uji tanin, filtrat ditambahkan natrium klorida 2% untuk
mengendapkan campuran tanin. Apabila terjadi endapan disaring melalui kertas
saring. Dari hasil uji infusa daun sirih merah diperoleh endapan berwarna hijau
kecoklatan. Karena dengan penambahan NaCl menyebabkan terjadinya salting out
atau penggaraman sehingga akan terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk
selanjutnya disaring. Lalu dilakukan penambahan larutan gelatin 1% pada filtrat.
Adanya tanin dapat diketahui jika pada larutan terbentuk endapan. Dari hasil uji
didapatkan endapan berwarna hijau kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa
infusa daun sirih merah mengandung tanin.
Pemeriksaan terhadap adanya minyak atsiri dilakukan dengan
menambahkan eter pada infusa daun sirih merah untuk mengisolasi minyak atsiri
sehingga pada saat dipanaskan tercium bau khas daun sirih. Dari hasil percobaan
didapatkan hasil positif. Lalu ditambahkan sedikit etanol dan dikeringuapkan lagi.
Dari uji pada serbuk daun sirih merah menghasilkan bau aromatik. Bau aromatik
ini diduga adanya kandungan terpenoid yang terdapat dalam minyak atsiri. Ini
berarti dalam infusa daun sirih merah diduga terdapat kandungan minyak atsiri.
Dari data yang diperoleh pada uji tabung maka dapat diketahui bahwa
pada infusa daun sirih merah mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, tanin,
dan minyak atsiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
E. Ekstraksi Daun Sirih Merah
Pada penelitian ini, metode penyarian yang dilakukan adalah dengan
cara infusa. Penyarian ini dibuat dengan mengekstrasi simplisia pada suhu 90°C
selama 15 menit. Pemanasan dilakukan pada suhu 90°C dimaksudkan supaya
senyawa kimia yang terdapat dalam daun sirih merah dapat tersari semua dan
senyawa kimia yang terkandung tidak rusak.
Infusa diserkai dengan menggunakan kain flannel. Penyerkaian ditunggu
setelah dingin. Hal ini dimaksudkan supaya minyak atsiri yang terkandung dalam
daun sirih merah juga dapat tersari. Karena jika diserkai selagi panas maka
kemungkinan minyak atsiri yang terkandung dalam infusa daun sirih merah akan
menguap. Selanjutnya untuk mencukupi kekurangan air ditambah air mendidih
melalui ampasnya. Menurut Anonim (1995), infus yang mengandung bukan
bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.
F. Identifikasi Kandungan Senyawa Aktif Infusa Daun Sirih Merah
dengan Kromatografi Lapis Tipis
Setelah dilakukan analisis kualitatif kandungan kimia infusa daun sirih
merah dengan uji tabung, dilanjutkan dengan analisis kualitatif kandungan kimia
secara KLT untuk memperoleh gambaran mengenai kandungan senyawa kimia
yang terdapat dalam infusa daun sirih merah. KLT bersifat sebagai analisis
kualitatif karena parameter KLT terbatas pada persamaan nilai Rf dan intensitas
warna yang dihasilkan. KLT termasuk kromatografi adsorbsi, dimana sebagai fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diamnya digunakan zat padat dan fase geraknya zat cair. Analisis dengan KLT
mempunyai keuntungan yaitu waktu yang dibutuhkan singkat, lebih murah,
cuplikan dan pelarut yang digunakan sedikit. Analisis kualitatif kandungan kimia
secara KLT dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan senyawa flavonoid,
tanin, alkaloid, dan minyak atsiri.
Penelitian dilakukan dengan menotolkan larutan hasil infusa daun sirih
merah dan pembanding sebanyak 3 totolan dengan menggunakan pipa kapiler.
Setelah penotolan dilakukan, lempeng KLT kemudian dielusi dalam bejana yang
telah jenuh dengan fase gerak yang digunakan. Untuk mengetahui bejana telah
jenuh diperlukan kertas saring sesuai dengan tinggi bejana. Kertas saring
dimasukkan dalam bejana dan bejana dikatakan jenuh jika kertas saring telah
terbasahi dengan sempurna oleh fase gerak. Penjenuhan bertujuan supaya
perambatan optimal. Jarak rambat elusi yaitu 10 cm dan apabila fase gerak telah
melampaui maka lempeng diangkat dan dibiarkan kering terlebih dahulu.
Selanjutnya dilakukan deteksi pada sinar tampak (visibel), UV 254 nm dan 365
nm. Selain itu juga digunakan pereaksi-pereaksi spesifik yang dapat menunjukkan
dengan jelas senyawa yang diidentifikasi.
Pada identifikasi flavonoid digunakan fase diam selulosa dan tidak
digunakan silika gel GF 254 karena selulosa tidak mengandung unsur logam
seperti silika. Dengan adanya unsur logam pada silika dapat menyebabkan
terbentuknya ikatan antara senyawa uji dengan logam yang terkandung dalam
silika. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya khelat yang tidak stabil sehingga
senyawa uji akan terikat kuat pada fase diam sehingga dapat mengganggu elusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Sedangkan pada identifikasi alkaloid, tanin dan minyak atsiri digunakan fase diam
silika gel GF 254.
Sebelum digunakan silika gel GF 254 diaktifkan terlebih dahulu dalam
oven 100°C selama 10 menit dan untuk selulosa dioven pada suhu 40°C selama
10 menit Hal ini bertujuan untuk membuka pori-pori dalam fase diam sehingga
adsorbsinya menjadi optimum.
1. Identifikasi flavonoid
Untuk uji adanya senyawa flavonoid digunakan fase gerak n-butanol
– asam asetat – air (4 :1: 5) v/v dan yang digunakan adalah lapisan atas.
Pembanding yang digunakan adalah rutin, yaitu suatu glikosida flavonol yang
pada umumnya terdapat dalam tanaman (Harborne, 1984).
Tabel III. Hasil Identifikasi Kandungan Flavonoid Infusa Daun sirih Merah dengan fase gerak n-butanol – asam asetat – air (4 :1: 5)
Sebelum disemprot AlCl3 Setelah disemprot AlCl3 Senyawa uji
Harga Rf Vis UV 254 UV 365 Vis UV 254 UV 365
Sampel 0,71 Tidak tampak
Tidak tampak
Ber- fluoresensi ungu
Kuning kecoklatan
Warna kuning ke- coklatan
Ber-fluoresensi ungu
Rutin 0,74 Tidak tampak
Tidak tampak
Ber- fluoresensi ungu
Warna kuning
Berwarna kuning
Ber-fluoresensi ungu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
I II III Rf Rf Rf
1,00 1,00 1,00
0,90 0,90 0,90
0,80 0,80 0,80
0,70 0,70 0,70
0,60 0,60 0,60
0,50 0,50 0,50
0,40 0,40 0,40
0,30 0,30 0,30
0,20 0,20 0,20
0,10 0,10 0,10
0,00 0,00 0,00 B S B S B S
Gambar 2. Profil KLT senyawa flavonoid yang terkandung pada infusa
daun sirih merah setelah disemprot dengan AlCl3
Keterangan :
Fase diam : selulosa Fase gerak : n-butanol – asam asetat – air (4 :1: 5) I : UV 254 II : UV 365 III : Vis
B : Baku (Rutin) S : Sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Senyawa flavonoid dideteksi pada UV 254 nm dan 365 nm
karena flavonoid mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi (gugus
kromofor) sehingga dapat menyebabkan penyerapan pada sinar UV.
Sesudah disemprot dengan AlCl3 pada pengamatan di UV 365 nm
terlihat bercak berfluoresensi ungu dan Rf sampel yang dihasilkan 0,71
sedangkan Rf pembandingnya 0,74. Rf antara sampel dengan
pembanding hampir sama, hal ini berarti sampel mengandung flavonoid.
Hal ini dipertegas lagi dengan timbulnya warna bercak yang sama antara
sampel dengan pembanding sesudah disemprot dengan AlCl3. Dimana
sampel dan pembanding menghasilkan warna kuning pada pengamatan
dengan sinar tampak. Menurut Wagner, adanya flavonoid akan
menghasilkan warna kuning dengan pereaksi semprot AlCl3. Ini berarti
dari hasil KLT uji flavonoid menunjukkan bahwa infusa daun sirih
merah mengandung flavonoid.
2. Identifikasi senyawa Alkaloid
KLT untuk senyawa alkaloid merupakan kromatografi fase
normal karena fase diamnya adalah silika gel GF 254 yang bersifat
polar. Fase geraknya adalah tertier butanol -kloroform – dietil amina (2
: 7 : 1). Fase gerak ini bersifat nonpolar sehingga diharapkan dapat
mengelusi senyawa uji yang bersifat sama. Fase gerak yang digunakan
harus memiliki sifat yang relatif sama dengan senyawa yang akan
dipisahkan, namun sebaliknya harus memiliki sifat tidak campur
dengan fase diam (Sastrohamidjojo, 1985). Pembanding yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
digunakan adalah skopolamin. Karena skopolamin juga merupakan
alkaloid. Skopolamin merupakan tropan alkaloid.
Tabel IV. Hasil Identifikasi Kandungan Alkaloid Infusa Daun Sirih Merah dengan Fase Gerak Tertier butanol -Kloroform – Dietil amina
(2 : 7 : 1) Sebelum disemprot Dragendorff Setelah disemprot Dragendorff Senyawa uji Harga
Rf Vis UV 254 UV 365 Vis UV 254 UV 365 0,96
Tidak tampak
Tidak tampak
Ber-fluoresensi ungu
Warna orange
Warna ke-hijauan
Ber- fluoresensi ungu
Sampel
0,07 Tidak tampak
Tidak tampak
Ber-fluoresensi ungu
Warna pink
Tidak tampak
Tidak tampak
0,97
Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
Warna orange
Tidak tampak
Ber- fluoresensi ungu
Skopolamin
0,05 Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
Warna pink
Tidak tampak
Tidak tampak
Pada pengamatan di UV 365 terlihat bercak berfluoresensi ungu
dan Rf sampel yang dihasilkan 0,96 dan 0,07 sedangkan Rf
pembandingnya 0,97 dan 0,05. Harga Rf antara pembanding dengan
sampel hampir sama. Hal ini berarti dalam sampel terdapat senyawa
alkaloid. Untuk mempertegasnya dilakukan penyemprotan dengan
pereaksi semprot Dragendorf. Pada pengamatan dengan sinar tampak,
sampel dan pembanding menghasilkan 2 bercak dengan warna orange dan
pink. Menurut Wagner, adanya senyawa alkaloid yang dideteksi dengan
Dragendorff akan menghasilkan warna coklat/ orange. Dari hasil KLT uji
alkaloid menunjukkan bahwa infusa daun sirih merah mengandung
alkaloid. Hal tersebut dapat dilihat dari warna bercak yang timbul dan
harga Rf yang hampir sama pada silika gel GF 254.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
I II III Rf Rf Rf
1,00 1,00 1,00
0,90 0,90 0,90
0,80 0,80 0,80
0,70 0,70 0,70
0,60 0,60 0,60
0,50 0,50 0,50
0,40 0,40 0,40
0,30 0,30 0,30
0,20 0,20 0,20
0,10 0,10 0,10
0,00 0,00 0,00 B S B S B S
Gambar 3. Profil KLT senyawa alkaloid yang terkandung dalam infusa daun sirih
merah setelah disemprot dengan Dragendorff Keterangan : Fase diam : silika gel GF 254 Fase gerak : Tertier butanol -Kloroform – Dietil amina (2 : 7 : 1) I : UV 254 nm II : UV 365 nm III : Vis B : Baku (Skopolamin) S : Sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3. Identifikasi senyawa Tanin
Senyawa tanin dapat dideteksi dengan pereaksi besi (III)
klorida (FeCl3) (Robinson, 1995). Setelah disemprot dengan FeCl3,
senyawa tanin akan memberikan warna biru kehitaman untuk
terhidrolisis dan warna hijau untuk tanin tidak terhidrolisis (Robinson,
1995). Karena senyawa fenol dapat membentuk komplek berwarna
dengan ion ferri yang terdapat dalam FeCl3. KLT untuk senyawa tanin
digunakan fase diam silika gel GF 254 yang bersifat polar sedangkan
fase geraknya adalah n-butanol – Asam Asetat – Air (5:1:4) v/v.
Pembanding yang digunakan adalah asam tanat.
Tabel V. Hasil Identifikasi Senyawa Tanin dengan Fase Gerak n-butanol –Asam asetat – Air (5 : 1 : 4) Dari Infusa Daun Sirih Merah
Sebelum disemprot FeCl3 Setelah disemprot FeCl3 Senyawa uji
Harga Rf Vis UV 254 UV 365 Vis UV 254 UV 365
Sampel 0,73 Tidak tampak
Tidak tampak
Ber-fluoresensi ungu
Warna coklat kehitaman
Ke-hijauan
Ber-fluoresensi ungu
Asam Tanat
0,69 Tidak tampak
Tidak tampak
Ber-fluoresensi ungu
Warna coklat muda
Ke-hijauan
Ber-fluoresensi ungu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
I II III
Rf Rf Rf
1,00 1,00 1,00
0,90 0,90 0,90
0,80 0,80 0,80
0,70 0,70 0,70
0,60 0,60 0,60
0,50 0,50 0,50
0,40 0,40 0,40
0,30 0,30 0,30
0,20 0,20 0,20
0,10 0,10 0,10
0,00 0,00 0,00
B S B S B S
Gambar 4. Profil KLT senyawa tanin yang terkandung dalam infusa daun sirih merah setelah disemprot dengan FeCl3
Keterangan : Fase diam : Silika gel GF 254 Fase gerak : n-butanol – Asam Asetat – Air (5 : 1 : 4) I : UV 254 II : UV 365 III : Vis
B : Baku (Asam Tanat) S : Sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pada pengamatan di UV 365 nm terlihat bercak berfluoresensi
ungu yang sama dengan warna bercak pada pembanding setelah
disemprot FeCl3 namun harga Rf nya berbeda dimana pada sampel
memiliki harga Rf 0,73 dan untuk pembandingnya memiliki harga Rf
0,69. Sedangkan pada pengamatan di UV 254 nm terlihat bercak
berwarna kehijauan pada sampel dan pembanding. Dari hasil
pengamatan diperoleh warna bercak yang hampir sama. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam infusa daun sirih merah mengandung
tanin.
4. Identifikasi senyawa Minyak Atsiri
Senyawa minyak atsiri dapat dideteksi dengan sinar UV.
Karena minyak atsiri daun sirih merah mengandung senyawa yang
mempunyai ikatan rangkap yang terkonjugasi atau mempunyai cincin
aromatis dan juga mempunyai gugus kromofor sehingga mampu
berfluoresensi. Pada pengamatan, senyawa minyak atsiri dideteksi
dengan UV 254 nm, UV 365 nm dan disemprot dengan pereaksi
vanilin- asam sulfat. Vanilin-asam sulfat digunakan untuk identifikasi
senyawa golongan terpen, fenol dan steroid (Harborne, 1987).
Fase gerak yang digunakan adalah toluena : etil asetat (93:7)
yang bersifat nonpolar sehingga diharapkan dapat mengelusi minyak
atsiri yang bersifat sama. Fase diam yang digunakan untuk KLT dipilih
silika gel GF 254 karena silika gel GF 254 bersifat polar. Perbedaan
sifat kelarutan dari silika gel GF 254 dan minyak atsiri tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
diharapkan agar tidak terjadi pencampuran antara zat uji dengan fase
diam sehingga zat uji dapat terelusi dengan baik dengan bantuan fase
gerak yang sifatnya sama dengan zat uji.
Pembanding yang digunakan adalah eugenol. Karena dalam
daun sirih merah terdapat kandungan eugenol (Anonim, 2008).
Eugenol mempunyai khasiat mengurangi rasa sakit.
Tabel VI. Hasil Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri dengan Fase Gerak Toluena –Etil asetat (93: 7) Dari Infusa Daun Sirih Merah
Sebelum disemprot vanilin-asam sulfat pekat
Setelah disemprot vanilin-asam sulfat pekat
Senyawa uji
Harga Rf
Vis UV 254 UV 365 Vis UV 254 UV 365 Sampel 0,37 Tidak
tampak Tidak tampak
Ber-fluoresensi warna biru kehijauan
Warna coklat
Ke-coklatan
Ber-fluoresensi warna biru kehijauan
Eugenol 0,46 Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
Warna coklat muda
Tidak tampak
Tidak tampak
Pada pengamatan di UV 365 terlihat bercak sampel berwarna
biru kehijauan dengan harga Rf 0,37. Dengan jarak pengembangan 10
cm. Sesudah disemprot dengan vanilin-asam sulfat pekat, sampel
berwarna coklat dan pembanding menghasilkan warna coklat muda.
Namun harga Rf nya berbeda dimana pada sampel memiliki harga Rf
0,37 dan untuk pembandingnya memiliki harga Rf 0,46. Berdasarkan
Wagner, terpen yang dideteksi dengan vanilin-asam sulfat memberikan
warna bercak yaitu cokelat-merah/ violet, jingga ke merah- violet, biru
/ biru-violet dan abu-abu - biru. Warna bercak yang terlihat mengarah
pada golongan terpen (Wagner, 1984), sehingga kemungkinan minyak
atsiri ini mengandung golongan terpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
I II III Rf Rf Rf
1,00 1,00 1,00
0,90 0,90 0,90
0,80 0,80 0,80
0,70 0,70 0,70
0,60 0,60 0,60
0,50 0,50 0,50
0,40 0,40 0,40
0,30 0,30 0,30
0,20 0,20 0,20
0,10 0,10 0,10
0,00 0,00 0,00
B S B S B S
Gambar 5. Profil KLT Senyawa Minyak Atsiri yang terkandung dalam
infusa daun sirih merah setelah disemprot vanilin – asam sulfat pekat Keterangan : Fase diam : Silika gel GF 254 Fase gerak : Toluena : etil asetat (93:7) I : UV 254 II : UV 365 III : Vis
B : Baku (Eugenol) S : Sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
G. Hasil Uji Potensi Antifungi dari Infusa Daun Sirih Merah
Pengujian potensi antifungi dilakukan menggunakan metode difusi
paper disk dan dilusi padat. Jamur yang digunakan adalah Candida albicans
ATCC 10231. Pada penelitian ini konsentrasi senyawa aktif dari infusa daun sirih
yang digunakan adalah 80%, 60%, dan 40%. Ini didasarkan dari orientasi yang
telah dilakukan. Kontrol negatif yang digunakan adalah aqudest. Kontrol negatif
digunakan untuk memastikan pelarut yang digunakan tidak mempunyai aktivitas
antifungi. Sedangkan kontrol positifnya adalah Ketokonazole. Menurut Bahroelim
Bahry (1995), ketokonazole mempunyai aktivitas antijamur dan efektif mengobati
keputihan yang disebabkan oleh Candida albicans. Ketokonazole yang digunakan
dilarutkan dengan menggunakan metanol karena ketokonazole mudah larut dalam
metanol (Anonim, 1996). Konsentrasi Ketokonazole yang digunakan adalah 1,0
µg/µl karena pada konsentrasi tersebut mampu menghambat pertumbuhan
Candida albicans (Anonim, 2007d).
Media pertumbuhan jamur yang digunakan adalah SDA (Sabouraud
Dextrosa Agar). SDA mempunyai sifat asam yang mempunyai pH 5,6±0,2
sehingga dimungkinkan jamur Candida albicans dapat tumbuh dalam media
tersebut. Karena Candida albicans tumbuh pada pH 5-5,6. Media yang digunakan
sebanyak 65 gram dilarutkan menggunakan aquadest sebanyak 1 liter.
Media SDA mengandung pepton. Fungsi pepton dalam media adalah
melengkapi sumber nitrogen yang tersedia. Sedangkan dekstrose dalam media
SDA merupakan suatu senyawa organik yang berfungsi sebagai sumber energi
dan sumber karbon. Suspensi jamur yang digunakan disetarakan kekeruhannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dengan strandar Mc. Farland II (6.10 8 CFU/ml). Hal ini bertujuan supaya dalam
perlakuan tiap plate memiliki populasi jamur yang kurang lebih sama. Volume
cairan yang digunakan sebanyak 10µl. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24 jam.
Sebelum dilakukan penelitian semua alat dan media yang digunakan
disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi. Sehingga media dan alat
yang digunakan tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.
Dari hasil penelitian ekstrak infusa daun sirih merah dapat menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans ATCC 10231. Hal ini terlihat dari tabel
dibawah ini.
Tabel VII. Hasil Pengukuran Daya Hambat pada Metode Difusi paper disk
Keterangan Rerata
x ± SD
Kontrol positif 1,4 ± 0,25 cm
Kontrol negatif -
Konsentrasi 80% 1,02 ± 0,13 cm
Konsentrasi 60% 0,86 ± 0,11 cm
Konsentrasi 40% 0,78 ± 0,04 cm
Pada metode difusi, daya antifungi ditunjukkan dengan adanya zona
jernih disekitar paper disk. Pada tabel hasil pengukuran daya hambat pada metode
difusi, konsentrasi 80%, 60%, dan 40% mampu menghambat pertumbuhan jamur.
Hal ini dikarenakan ekstrak daun sirih merah mampu berdifusi kedalam media
tempat jamur uji tumbuh. Dari data yang diperoleh semakin besar konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
infusa daun sirih merah, zona hambatnya semakin besar. Hal ini disebabkan
semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka jumlah zat aktif yang
terkandung dalam infusa daun sirih merah semakin besar, sehingga terjadi
peningkatan aktivitas antifungi.
Pada kontrol negatif terlihat bahwa tidak terdapat penghambatan
pertumbuhan jamur. Hal ini disebabkan karena aquades tidak mempuyai
kemampuan menghambat pertumbuhan jamur. Sedangkan pada kontrol positif
terlihat bahwa ketokonazole mampu menghambat pertumbuhan jamur.
Ketokonazole mempunyai kemampuan mencegah sintesis ergosterol (komponen
utama membran plasma fungi) dengan menghambat sitokrom P450 enzim
lanosterol demetilase. Sehingga bila ergosterol tidak terbentuk maka pembentukan
dinding sel juga akan terganggu. Dinding sel berlaku sebagai struktur pemberi
bentuk pada sel, melindungi sel terhadap lisis osmotik. Dengan terganggunya
pembentukan ergosterol menyebabkan sel menjadi lisis dan akhirnya mati.
Untuk mengetahui perbedaan kelompok konsentrasi infusa daun sirih
merah dengan kontrol dilakukan uji statistik anova satu arah yang sebelumnya
dilakukan dahulu uji variasi homogenitas untuk melihat distribusinya normal atau
tidak.
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa setiap konsentrasi memiliki
perbedaan daya hambat. Dimana nilai probabilitas dapat dilihat pada Levene Test
tabel Test of Homogeneity of Variances yaitu 0,003 (<0,05) sehingga kelima
varians populasi tidak identik (berbeda).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel VIII. Uji Anova diameter zona hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231
Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups Within Groups Total
5.258.388
5.646
42024
1.315.019
67.783 .000
Data pengujian daya antifungi tersebut dianalisis dengan ANOVA-one
way karena jumlah variabel bebas (independen variabel) hanya satu yaitu
konsentrasi dan satu variabel tergantung yaitu diameter zona hambat terhadap
pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 yang ditandai dengan adanya zona
jernih disekeliling paper disk.
Tetapi sebelum dilakukan analisis dengan ANOVA-one way dilakukan
analisis Kolmogorov Smirnov Z terlebih dahulu untuk mengetahui distribusinya.
Dimana, dari hasil analisis untuk kontrol positif, konsentrasi 80%, 60%, dan 40%
kurang dari (<1,96). Hal ini berarti distribusi normal karena untuk tingkat
kepercayaan 95% maka Ztabel = 1,96. Untuk data kontrol negatif tidak dapat diuji
karena semua nilai daya hambat sama.
Dari hasil uji anova diameter zona hambat terlihat bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna. Perbedaan bermakna dari diameter zona hambat
dipengaruhi oleh konsentrasi infusa daun sirih merah yang mempunyai aktivitas
antifungi pada konsentrasi 80%, 60%, dan 40% terhadap pertumbuhan Candida
albicans ATCC 10231. Ini berarti mulai dari konsentrasi 40% infusa daun sirih
merah sudah mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans ATCC
10231.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pengujian selanjutnya menggunakan uji LSD untuk mengetahui
perbedaan bermakna antar kelompok uji dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel IX. Hasil Uji LSD diameter zona hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231
Kontrol +
Kontrol -
Infusa 40% Infusa 60%
Infusa 80%
Kontrol +
- BB BB BB BB
Kontrol -
BB - BB BB BB
Infusa 40%
BB BB - BTB BB
Infusa 60%
BB BB BTB - BTB
Infusa 80%
BB BB BB BTB -
Keterangan : BTB : Berbeda Tidak Bermakna BB : Berbeda Bermakna
Dari hasil uji LSD didapat harga P<0,05 berarti antar kelompok
mempunyai perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan
yang bermakna pada besarnya zona hambat pertumbuhan Candida albicans
ATCC 10231. Hasil ini menunjukkan semakin besar konsentrasi infusa daun sirih
merah maka semakin besar zona hambat yang dihasilkan. Kontrol negatif tidak
memberikan zona hambat, berarti hanya infusa daun sirih merah saja yang
mempunyai aktivitas terhadap Candida albicans ATCC 10231. Zona hambat
terbesar dihasilkan oleh kontrol positif yaitu ketokonazole. Konsentrasi infusa
daun sirih merah terbesar yaitu 80% belum dapat memberikan zona hambat yang
sama seperti kontrol positif. Hal ini dapat dilihat pada uji statistik yang
mempunyai perbedaan bermakna pada kedua kelompok ini. Pada konsentrasi 40%
dengan 60% terdapat perbedaan tetapi tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
perbedaan daya hambat konsentrasi 40% dengan 60% sangat kecil. Begitu juga
dengan konsentrasi 60% dan 80%.
H. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi
Bunuh Minimum Infusa Daun Sirih Merah dengan Metode Dilusi
Padat
Untuk mengetahui KHM dari infusa daun sirih merah dilakukan uji
dengan metode dilusi padat. Dari penelitian didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel X. Hasil Pengukuran Daya Hambat pada Metode Dilusi Padat
Konsentrasi infusa (%) Hasil Kontrol positif - Kontrol negatif + + + + +
Konsentrasi 80% - Konsentrasi 60% + + Konsentrasi 40% + + +
Keterangan : - tidak terlihat pertumbuhan koloni jamur + + + + + Pertumbuhan koloni jamur sangat banyak + + + Pertumbuhan koloni jamur banyak + + Pertumbuhan koloni jamur sedikit + Pertumbuhan koloni jamur sangat sedikit
Tujuan dilusi padat yaitu untuk menegaskan konsentrasi terkecil dimana
infusa daun sirih merah mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans
ATCC 10231 dengan membandingkan kekeruhan dalam cawan petri yang
menggambarkan pertumbuhan koloni Candida albicans ATCC 10231. Prinsip
dari uji dilusi padat adalah zat antifungi dicampur dengan medium yang kemudian
diinokulasikan dengan jamur Candida albicans ATCC 10231. Keuntungan dari
metode ini adalah dapat menunjukkan secara langsung nilai KHM larutan uji
terhadap jamur uji. Dari hasil uji dilusi padat, infusa daun sirih merah yang
mampu menghambat pertumbuhan jamur uji adalah konsentrasi 80%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Untuk mengetahui KBM dilakukkan streak plate sehingga dapat
diketahui pada konsentrasi berapa infusa daun sirih merah mampu membunuh
jamur Candida albicans ATCC 10231. Pada penelitian dilakukan streak plate
pada konsentrasi 80% saja. Karena pada dilusi padat didapatkan bahwa zona
jernih dihasilkan pada konsentrasi 80%. Sehingga untuk mengetahui apakah pada
konsentrasi 80% sudah mampu membunuh jamur Candida albicans ATCC 10231
atau belum maka dilakukan streak plate. Sedangkan pada konsentrasi 60% dan
40% tidak perlu dilakukan streak plate karena pada konsentrasi 60% dan 40%
masih terdapat pertumbuhan jamur dengan ditandai terbentuknya kekeruhan pada
pengamatan uji dilusi padat. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pada
konsentrasi 80% tidak terdapat pertumbuhan jamur Candida albicans ATCC
10231. Ini berarti KBMnya adalah konsentrasi 80%.
Candida albicans mempunyai dinding sel yang kaku yang mengandung
kitin dan membran selnya mengandung ergosterol. Kitin pada jamur berbentuk
mikrofibril. Mikrofibril merupakan struktur utama dari dinding sel jamur dan
terdiri atas jalinan rantai-rantai polisakarida yang saling bersilangan membentuk
anyaman. Candida albicans merupakan fungi Gram + yang mempunyai
pembungkus sel yang relatif sederhana yaitu selaput sitoplasma dan lapisan
peptidoglikan yang tebal.
Mekanisme kerja Ketokonazole adalah dengan menghambat sintesis
ergosterol. Membran sel jamur Candida albicans mengandung ergosterol.
Ergosterol inilah yang kemungkinan bereaksi dengan senyawa kimia yang
terkandung dalam infusa daun sirih merah sehingga akan merusak permeabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
selektif dari sel Candida albicans. Kerusakan tersebut akan menyebabkan
keluarnya berbagai komponen penting dari sel fungi.
Kandungan kimia yang terkandung dalam infusa daun sirih merah yang
kemungkinan dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans ATCC
10231 adalah tanin, alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri. Menurut Mursyidi
(1990), tanin berfungsi sebagai antifungi dan bersifat sebagai bakteriostatik yang
biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada
luka. Alkaloid dapat digunakan sebagai antifungi. Flavonoid berfungsi sebagai
antifungi dan mencegah infeksi atau luka. Minyak atsiri juga dapat berfungsi
menghambat pertumbuhan jamur (Robinson, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Infusa daun sirih merah mempunyai daya antifungi terhadap Candida
albicans ATCC 10231.
2. Dalam infusa daun sirih merah yang memiliki kandungan kimia flavonoid,
tanin, alkaloid, dan minyak atsiri.
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian KLT preparatif untuk mengisolasi senyawa aktif yang
diduga bertanggungjawab terhadap aktivitas antifungi dan diujikan pada jamur
Candida albicans.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 17, 25-26, Direktorat Pengawasan Obat dan
Makanan Indonesia, Jakarta Anonim, 1991, Theraupeutic Drug, volume II, K21, Churchill Living Store, New
York Anonim, 1993, Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 115-118, Fakultas
Kedokteran UGM Bagian Mikrobiologi, Yogyakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 9, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, 327, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta Anonim, 1996, The Extra Pharmacopeia, edisi 31, 410, Royal Pharmaceutical
Society, London Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan
pertama, 6, 13-38, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2007a, Piper crocatum taxonomy, http://zipcadzoo.com/ plants/ p/
piper_crocatum.asp, diakses pada tanggal 22 Juni 2007 Anonim, 2007b, Keputihan, http:// www. majalah- farmacia. com/ rubrik/
one_news.asp?IDNews=546, diakses pada tanggal 9 September 2007
Anonim, 2007d, Evaluation Antifungal Susceptibility Tersting of Candida Spesies, www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=525396, diakses pada tanggal 15 Desember 2007
Anonim, 2008, Sirih Merah sebagai Tanaman Obat Multi Fungsi, http ://[email protected], diakses pada tanggal 2 Maret 2008
Ansel, H.C. Popouich, N.G., 1990, Pharmaceutical Dosage Form and Drug
Delivery System, 5 th edition, Lea and Febiger, Philadelphia, London Backer, C. A. and Bakhuizen van den Brink, R. C., 1963, Flora of Java volume I,
167, N.V.P. Noordhoff-Groningn, The Netherlands Bahry, Bahroelim, 1995, Farmakologi Dan Terapi, edisi 4, 562-563, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Bonang, G., Koeswardono, E. S.,1982, Mikrobiologi Kedokteran (Untuk Laboratorium dan Klinik), 235, P.T Gramedia, Jakarta
Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, 80, 257, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta Frobisher, 1974, Fundamental of Microbiology, 9 ed., 161-171, W. B. saunders
Company, Philadelphia th
Hadioetomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, 55-58, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Harborne, J.B, 1987, Metode Fitokimia, 4-9, Penerbit ITB, Bandung Hugo, W. B., & Russel A. D., 1987, Pharmaceutical Microbiology, 6 edition,
202-205, Blackwell Scientific Publication, London Jawetz, E., Melnick, J. L, Adelberg, E. A, 1996, Medical Microbiology,
diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan RF Maulany edisi xx, 627-628, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Jutono, 1980, Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum (Untuk Perguruan
Tinggi), 135, 136, Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Katzung, B. G. M, 1995, Basic Clinical and Pharmacology, 607-614,
diterjemahkan oleh Kotualubun, edisi III, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Larry, M., dan Judy, K., 1996, Microbiology: Essentials and Aplications, 2
edition, McGraw-Hill,Inc, New York Mursyidi, A., 1990, Analisa Metabolit Sekunder, 63-76, Pusat Antar Universitas
Bioteknologi, UGM, Yogyakarta Nester, Anderson, Robert, Pearsall, 2004, Microbiologgy : A Human Perspective,
fourt edition, 526-528, McGrow-Hill, New York Pelczar, M. J., dan E. S. Chan, 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, edisi 2, 489-491,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta Ristanto, 1989, Kursus Singkat Fisiologi Bakteri, 67, Penerbit Bioteknologi
UGM, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Robinson, Trevor, 1995, The Organik Constituents of Higher Plan, 6 th edition, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, 71, 132, 161, 191, 281, 157, Penerbit ITB, Bandung
Sastroamidjojo, H., 1985, Kromatografi, edisi I, 35-36, Liberty, Yogyakarta Stahl, E., 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy, A Practical
Suplement to Pharmacopeias, diterj. oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro, 3-17, Institut Teknologi Bandung, Bandung
Sudewo, B., 2005, Basmi Penyakit Dengan Sirih Merah, Cet I, 33-36, 40, 45, P.T.
Agromedia Pustaka, Jakarta Suharman dan Mulja, H. M., 1995, Analisis Instrumental, 224, Universitas
Airlangga Press, Surabaya Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi, 112-115, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Proyek Pembangunan Lembaga Pendidikan, Jakarta Volk, W. A. & Wheller, M. F, 1984, Basic Microbiology, Diterjemahkan oleh
Mark ham, M, jilid I, 298, Penerbit Erlangga, Jakarta Wagner, H., Bladt, S., Zgainski, E.M., 1984, Plant Drug analysis : a Thin Layer
Chromatography Atlas, (Transl. : Scott, Th.A.), 5, 51, 163, Springer-Verlag, Berlin-Heidelberg-New York-Tokyo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman sirih merah (Piper crocatum)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 2. Determinasi jamur Candida Albicans
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 3. Foto tanaman sirih merah (Piper crocatum)
Lampiran 4. Foto Daun Sirih Merah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 5. Foto Hasil Pengamatan difusi paper disk
Lampiran 6. Foto hasil pengamatan pada Dilusi padat tanpa perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 7. Foto hasil pengamatan kontrol positif pada Dilusi Padat
Lampiran 8. Foto hasil pengamatan kontrol negatif pada Dilisi padat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 9. Foto hasil pengamatan konsentrasi 80% pada Dilusi padat
Lampiran 10. Foto hasil pengamatan konsentrasi 60% pada Dilusi padat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 11. Foto hasil pengamatan konsentrasi 40% pada Dilusi padat
Lampiran 12. Foto hasil pengamatan KBM konsentrasi 80%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 13. Foto profil KLT senyawa flavonoid yang terkandung pada infusa
daun sirih merah dengan deteksi secara visual setelah disemprot AlCl3
Keterangan :
Fase diam : selulosa
Fase gerak : n-butanol – asam asetat – air (4 :1: 5)
B : Baku (Rutin)
A1 : Sampel 1
A2 : Sampel 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 14. Foto profil KLT senyawa alkaloid yang terkandung dalam infusa daun sirih merah setelah disemprot dengan Dragendorff
Keterangan : Fase diam : Silika Gel GF254 Fase gerak : Tertier butanol -Kloroform – Dietil amina (2 : 7 : 1) I : UV 365 II : Vis
B : Baku (Skopolamin) A1 : Sampel 1 A2 : Sampel 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 15. Foto profil KLT senyawa tanin yang terkandung dalam infusa daun
sirih merah dengan deteksi UV 254 nm setelah disemprot FeCl3 Keterangan : Fase diam : Silika gel GF254 Fase gerak : n-butanol – Asam Asetat – Air (5 : 1 : 4) B : Baku (Asam Tanat) A1 : Sampel 1 A2 : Sampel 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 16. Foto profil KLT Senyawa Minyak Atsiri yang terkandung dalam infusa daun sirih merah dengan deteksi secara visual setelah disemprot vanilin-
H2SO4
Keterangan : Fase diam : Silika gel GF254 Fase gerak : Toluena : etil asetat (93:7) B : Baku (Eugenol) A1 : Sampel 1 A2 : Sampel 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 17. Hasil Perhitungan Rerata dan SD
Tabel XI. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat
Diameter Zona Hambat (cm) Keterangan I II III IV V
Rerata
x ± SD Kontrol + 1,4 1,2 1,1 1,7 1,6 1,4 ± 0,25 Kontrol - - - - - - - Konsentrasi 80% 1,1 1,1 1,0 1,1 0,8 1,02 ± 0,13 Konsentrasi 60% 1,0 0,9 0,7 0,9 0,8 0,86 ± 0,11 Konsentrasi 40% 0,8 0,8 0,7 0,8 0,8 0,78 ± 0,04
Perhitungan x untuk masing-masing kontrol dan konsentrasi :
Kontrol + : =++++
56,17,11,12,14,1 1,4
Konsentrasi 80% : =++++
58,01,10,11,11,1 1,02
Konsentrasi 60% : =++++
58,09,07,09,00,1 0,86
Konsentrasi 40% : =++++
58,08,07,08,08,0 0,78
Perhitungan SD untuk masing-masing kontrol dan konsentrasi :
Kontrol + = 22
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
ΣNx
Nx
= 96,1012,2 −
= 052,0
= 0,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Konsentrasi 80% = 22
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
ΣNx
Nx
= 0404,1054,1 −
= 0136,0
= 0,13
Konsentrasi 60% = 22
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
ΣNx
Nx
= 7396,075,0 −
= 0104,0
= 0,11
Konsentrasi 40% = 22
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Σ−
ΣNx
Nx
= 6084,061,0 −
= 0016,0
= 0,04
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 18. Hasil perhitungan Statistik
Oneway Descriptives
Daya hambat
5 1.4000 .2550 .1140 1.0834 1.7166 1.10 1.705 .0000 .0000 .0000 .0000 .0000 .00 .005 1.0200 .1304 5.831E-02 .8581 1.1819 .80 1.105 .8600 .1140 5.099E-02 .7184 1.0016 .70 1.005 .7800 4.472E-02 2.000E-02 .7245 .8355 .70 .80
25 .8120 .4850 9.701E-02 .6118 1.0122 .00 1.70
Kontrol positifKontrol negatifKonsentrasi 80%Konsentrasi 60%Konsentrasi 40%Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
Daya hambat
5.958 4 20 .003
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Daya hambat
5.258 4 1.315 67.763 .000.388 20 1.940E-02
5.646 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
5 5 5 5 51.4000 .0000 1.0200 .8600 .7800.2550 .0000c .1304 .1140 4.472E-02.184 .330 .237 .473.184 .270 .163 .327
-.184 -.330 -.237 -.473.411 .738 .530 1.057.996 .647 .941 .214
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Kontrol positifKontrolnegatif
Konsentrasi80%
Konsentrasi60%
Konsentrasi40%
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test cannot be performed.c.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Daya hambatLSD
1.4000* .08809 .000 1.2162 1.5838.3800* .08809 .000 .1962 .5638.5400* .08809 .000 .3562 .7238.6200* .08809 .000 .4362 .8038
-1.4000* .08809 .000 -1.5838 -1.2162-1.0200* .08809 .000 -1.2038 -.8362
-.8600* .08809 .000 -1.0438 -.6762-.7800* .08809 .000 -.9638 -.5962-.3800* .08809 .000 -.5638 -.19621.0200* .08809 .000 .8362 1.2038
.1600 .08809 .084 -.0238 .3438
.2400* .08809 .013 .0562 .4238-.5400* .08809 .000 -.7238 -.3562.8600* .08809 .000 .6762 1.0438
-.1600 .08809 .084 -.3438 .0238.0800 .08809 .375 -.1038 .2638
-.6200* .08809 .000 -.8038 -.4362.7800* .08809 .000 .5962 .9638
-.2400* .08809 .013 -.4238 -.0562-.0800 .08809 .375 -.2638 .1038
(J) DifusiKontorl negatifKonsentrasi 80%Konsentrasi 60%Konsentrasi 40%Kontrol positifKonsentrasi 80%Konsentrasi 60%Konsentrasi 40%Kontrol positifKontorl negatifKonsentrasi 60%Konsentrasi 40%Kontrol positifKontorl negatifKonsentrasi 80%Konsentrasi 40%Kontrol positifKontorl negatifKonsentrasi 80%Konsentrasi 60%
(I) DifusiKontrol positif
Kontorl negatif
Konsentrasi 80%
Konsentrasi 60%
Konsentrasi 40%
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Widaningrum yang lahir pada tanggal
24 Agustus 1986 di Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penulis merupakan anak pertama dari
pasangan Bapak Yohanes Heru Widagdo dan Ibu
Cicilia Maryati. Tahun 1991 menempuh pendidikan di
TK Kanisius Jetis Depok kemudian melanjutkan ke SD
Kanisius Jetis Depok pada tahun 1992 dan lulus pada
tahun 1998. Tahun 1998 sampai tahun 2001 menempuh
pendidikan di SLTP Pangudiluhur Moyudan. Setelah
menyelesaikan pendidikan SLTP, tahun 2001
melanjutkan ke SMU Pangudiluhur Yogyakarta dan
lulus pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis melanjutkan
pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI