Makalah Tanin

25
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi melainkan untuk menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predaptor. Beberapasenyawa seperti alkaloid, triterpen dan golongan phenol merupakan senyawa-senyawayang dihasilkan dari metabolisme skunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanyacincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dariribuan senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmenkuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan(Harbone, 1996). Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yng termasuk ke dalam golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena

Transcript of Makalah Tanin

Page 1: Makalah Tanin

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan

menghasilkan beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan

energi melainkan untuk menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk

pertahanan dari predaptor. Beberapasenyawa seperti alkaloid, triterpen dan

golongan phenol merupakan senyawa-senyawayang dihasilkan dari

metabolisme skunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanyacincin aromatik

dengan satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dariribuan

senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin,

pigmenkuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar luas di berbagai jenis

tumbuhan(Harbone, 1996).

Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yng termasuk ke dalam

golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin

dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat

mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan

glatin.Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang

memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk

kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi

dua kelas yaitu tanin terkondensasi (condensed tannins) dan tanin-

terhidrolisiskan (hydrolysabletannins) (Hagerman et al., 1992; Harbone, 1996).

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan

sifat taninyang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga

Page 2: Makalah Tanin

pengkhelat logam. Makadari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat

diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis. Maka dari

itu semua penelitian tentang berbagai jenissenyawa tanin mulai dilirik para

peneliti sekarang (Hagerman, 2002).

Dalam makalah ini akan dibahas berbagai hal tentang tanin yaitu

klasifikasinya dan contoh senyawanya, sifat umumnya, cara identifikasi serta

contoh pemurnian senyawa tanin (Shorgum Tanin).

I.2 Rumusan Masalah dan Tujuan

I.2.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dan rumus struktur dari senyawa tanin?

2. Bagaimana klasifikasi dari senyawa tanin?

3. Bagaimana biosintesis yang dihasilkan dari senyawa tanin?

4. Apa indikasi dari senyawa tanin?

5. Bagaimana gambar simplisia yang mengandung senyawa tanin?

6. Bagaimana cara mengidentifikasi dan mengekstraksi senyawa tanin?

I.2.2 Tujuan

1. Untuk mendefinisikan senyawa tanin beserta rumus strukturnya

2. Untuk mengklasifikasikan senyawa tanin

3. Untuk mengetahui biosintesis yang dihasilkan dari senyawa tanin

4. Untuk mengetahui indikasi dari senyawa tanin

5. Untuk mengetahui gambar-gambar simplisia yang mengandung senyawa

tanin

6. Untuk mengidentifikasi dan mengekstraksi senyawa tanin

Page 3: Makalah Tanin

BAB II

ISI

 II.1 Definisi

Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah

suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat,

yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa

organik lainnya termasuk asam amino danalkaloid.

Tanin (dari bahasa Inggris tannin; dari bahasa Jerman Hulu

Kuno tanna, yang berarti “pohon ek” atau “pohon berangan”) pada mulanya

merujuk pada penggunaan bahan tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak

belulang (kulit mentah) hewan agar menjadi kulit masak yang awet dan

lentur. Namun kini pengertian tanin meluas, mencakup aneka senyawa

polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak

gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai (misalnya karboksil) untuk

membentuk perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul

yang lain.

·         Sifat-sifat Tanin :

1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.

2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.

3. Tidak dapat mengkristal.

4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.

5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan

protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.

Page 4: Makalah Tanin

·      Sifat kimia Tanin :

1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol

yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.

2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.

3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan

pemberi warna.

·      Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :

1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.

2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.

3.  Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat

berwarna coklat.

·      Kegunaan Tanin :

1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian

tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat

matang taninnya hilang.

2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.

3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.

4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada

gastrointestinal dan pada kulit.

5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka

bakar, dengan cara mengendapkan protein.

6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.

7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.

Page 5: Makalah Tanin

8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam

tamak yang tidak larut.

Hidrolisa Tanin : Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol

polihidroksi yang sederhana. Hidrolisa :

1. Asam Gallat terurai pirogalol

2. Asam Protokatekuat Katekol

3. Asam Ellag dan Tenol-fenol lain.

(Asam Ellag dapat disamak kulit bentuk bunga)

II.2 Klasifikasi Tanin

Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa

yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu

tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi. Klasifikasi tanin yaitu :

1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)

Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk

jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan

menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis

tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari

karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua

asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut

Ellagitanins.Berat molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat

molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut juga

ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah

menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan

hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang

Page 6: Makalah Tanin

sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat (Hagerman,

2002).

2. Tanin terkondensasi (condensed tannins)

Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat

terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan

terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh

karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi

dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap

formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin

terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada

seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin

terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan.

Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin

merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui

C8dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin,

senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan

catechin (Hagerman, 2002).

Page 7: Makalah Tanin

II.3 Biosintesis Tanin

Biosintesa dari Tanin secara umum :

Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid contoh :

- Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin

- Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat

- Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)

- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin

1. Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap

terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin)

yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih

tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu satuan flavon

dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan

flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktanin-

terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan

asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan

Page 8: Makalah Tanin

terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan

proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan

asam akan menghasilkan sianidin.

2.  Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling

sederhana adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang

berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih.

Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat,

yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan glukosa.

Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin

terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam

sulfat menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang

terhidrolisis oleh asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkan

karbohidrat dan asam fenolat. Contoh gallotannins adalah ester asam

gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46), ditemukan dalam

daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.

Salah satu contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin adalah

jambu biji.

II.4 Indikasi Tanin

Tanin diindikasikan untuk mengobati inflamasi (peradangan) dan diare.

II.5 Gambar tanaman yang Mengandung Senyawa Tanin

Page 9: Makalah Tanin

1. Teh (Camellia sinensis)

Teh mengandung tanin yang bersifat

sebagai antibakteri dan astringen atau

menciutkan dinding usus yang rusak karena

asam atau bakteri. Oleh karena itu zaman

dahulu sebelum ada oralit, bayi mencret

diberi teh kental sebagai usaha mengatasi hal

itu (Sukasman, 1997). Senyawa kimia dalam daun the secara umum dapat

digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu ; 1). Substansi fenol yang

terdiri dari flavonol dan flavonol ; 2). Subsatansi bukan fenol diantaranya

karbohidrat, pektin, alkoloid, protein, lemak, asam amino, klorofil, asam

organik, vitamin dan mineral; 3). Substansi aromatik dan 4). Enzim

(Bokuchava, 1969).

            Polifenol teh atau yang disebut dengan tanin merupakan zat

yang unik karena berbeda dengan tanin yang berada dalam tanaman lain.

Tanin dalam teh tidak bersifat menyamak dan tidak berpengaruh buruk

terhadap pencernaan makanan. Tanin dalam teh termasuk tanin

terkondensasi yang secara biosintetis terbentuk dari kondensasi katekin

tunggal yang membntuk senyawa dimet kemudian oligomer yang lebih

tinggi. Pada daun the segar terdapat sekitar 30 % senyawa tanin, yang

sebagian besar dari golongan katekin dan daun teh juga dilengkapi enzim

polfenol oksidase yang siap bekerja merubah tanin menjadi senyawa

turunan tanin yaitu, theaflavin dan thearubigin. Pada proses ini daun teh

berubah menjadi coklat muda lalu coklat tua (Bokuchava, 1969).

Page 10: Makalah Tanin

2. Kaliandra

Kaliandara adalah tanaman

leguminosa yang digolongkan

kedalam subfamily

Mmmosoidae yang ebrasal dari

Amerika Tengah dan masuk ke

Pulau Jawa pada tahun 1936.

Kaliandara sebagai tanaman leguminosa mempunyai kandungan protein

yang cukup tinggi yaitu sebesar 22% berdasarkan bahan kering. Namun

kadar tanin cukup tinggi yaitu sekitar 10% menyebabkan kecernaannya

menjadi rendah yaitu sekitar 35-42% (Jayadi, 1991). Kaliandra yang

termasuk daun legum diketahui mengandung protein kasar yang cukup

banyak jumlahnya (Tangenjaja et al., 1992), sehingga dapat digunakan

sebagai suplemen bagi hijauan rendah protein (Mannetje dan Jones, 1992).

Pemanfaatan daun ini, baik dalam bentuk segar maupun kering telah lama

diketahui, terutama untuk ternak ruminansia. Sedangkan untunk unggas

belum berkembang karena daun kaliandra ini mengandung serat kasar

yang cukup tinggi (Tangenjaja dan Wina, 2000). Zat antinutrisi yang

terdapat pada kaliandra adalah tanin (National Research Council, 1983).

Page 11: Makalah Tanin

II.6 Cara Ekstraksi dan Identifikasinya

Cara Kerja dikutip dari jurnal :

Daun belimbing wuluh yang muda dicuci bersih dengan air dan diiris

kecil-kecil kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 30-37 ºC selama 5

jam dan diblender sampai diperoleh serbuk. Hasil yang diperoleh digunakan

sebagai sampel penelitian. Serbuk daun belimbing wuluh ditimbang sebanyak

50 gram kemudian direndam dengan 400 mL pelarut aseton : air (7:3) dengan

penambahan 3 mL asam askorbat 10 mM. Ekstrak tanin dipekatkan dengan

menggunakan

vakum rotary evaporator dan pemanasan di atas waterbath pada suhu 40-

50°C. Cairan hasil ekstrak kemudian diekstraksi dengan kloroform (4x25 mL)

menggunakan corong pisah sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan kloroform

(bawah) dipisahkan dan lapisan air 1 (atas) diekstraksi dengan etil asetat

(1x25 mL) dan terbentuk 2 lapisan. Lapisan etil asetat 1 (atas) dipisahkan dan

lapisan air 2 (bawah) dipekatkan dengan vacum rotary evaporator (Makkar,

1998).

Pada pemisahan dengan KLT analitik digunakan plat silika G 60 F254

yang sudah diaktifkan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 100 _C

selama 10 menit. Masing-masing plat dengan ukuran 1 cm x 10 cm. Ekstrak

tanin ditotolkan pada jarak 1 cm dari tepi bawah plat dengan pipa kapiler

kemudian dikeringkan dan

dielusi dengan fase gerak toluen : etil asetat (3:1) dengan pendeteksi ferri

sulfat (Yuliani, 2008), forestal (asam asetat glasial : H2O : HCl pekat)

(30:10:3) (Nuraini, 2002), etil asetat : metanol : asam asetat (6:14:1) dengan

Page 12: Makalah Tanin

pendeteksi aluminium klorida 5% (Olivina, 2005), n-butanol : asam asetat :

air (4:1:5), metanol : etil asetat (4:1) dengan pendeteksi AlCl3 1%

(Lidyawati, 2006), etil asetat : kloroform : asam asetat 10% (15:5:2). Setelah

gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi dihentikan. Noda

yang terbentuk masing-masing diukur harga Rf nya, selanjutnya dengan

memperhatikan bentuk noda pada berbagai larutan pengembang ditentukan

perbandingan larutan pengembang yang paling baik untuk keperluan

preparatif. Noda yang terbentuk diperiksa dengan lampu UV-Vis pada

panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.

Pada pemisahan dengan KLT preparatif digunakan plat silika G 60 F254

dengan ukuran 10 cm x 20 cm. Ekstrak pekat hasil ekstraksi dilarutkan

dengan aseton-air, kemudian ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm dari

garis bawah dan 1 cm dari garis tepi. Selanjutnya dielusi dengan

menggunakan eluen n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5) yang

memberikan pemisahan terbaik pada KLT analitik. Setelah gerakan larutan

pengembang sampai pada garis batas, elusi dihentikan. Noda yang terbentuk

masing-masing diukur nilai Rf nya. Noda-noda diperiksa di bawah sinar UV

pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Isolat-isolat yang diperoleh

dari hasil KLT preparatif, dilarutkan dengan aseton : air dan disentrifuge

kemudian dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis merk Shimadzu.

Masing-masing isolat sebanyak 2 mL dimasukkan dalam kuvet dan diamati

spektrumnya pada bilangan gelombang 200-800 nm. Identifikasi dilanjutkan

dengan penambahan pereaksi geser NaOH 2 M, AlCl3 5%, AlCl3 5%/HCl,

Page 13: Makalah Tanin

NaOAc, NaOAc/H3BO3. Kemudian diamati pergeseran puncak serapannya.

Tahapan kerja penggunaan pereaksi geser adalah sebagai berikut:

a. Isolat yang dapat diamati pada panjang gelombang 200-800 nm, direkam

dan dicatat spektrum yang dihasilkan.

b. Isolat dari tahap 1 ditambah 3 tetes NaOH 2 M kemudian dikocok hingga

homogen dan diamati spektrum yang dihasilkan. Sampel didiamkan

selama 5 menit dan diamati spectrum yang dihasilkan.

c. Isolat dari tahap 1 kemudian ditambah 6 tetes pereaksi AlCl3 5 % dalam

metanol kemudian dicampur hingga homogen dan diamati spektrumnya.

Sampel ditambah dengan 3 tetes HCl kemudian dicampur hingga

homogen dan diamati spektrumnya.

d. Isolat dari tahap 1 ditambah serbuk natrium asetat kurang lebih 250 mg.

Campuran dikocok sampai homogen menggunakan fortex dan diamati

lagi spektrumnya. Selanjutnya larutan ini ditambah asam borat kurang

lebih 150 mg dikocok sampai homogen dan diamati spektrumnya.

Isolat hasil KLT preparatif yang diduga senyawa tanin

diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer FTIR. 0,2 g

pelet KBr ditambahkan dengan satu tetes isolat yang diduga

senyawa tanin, dikeringkan kemudian diidentifikasi dengan

spektrofotometer FTIR merk IR Buck M500 Scientific dengan

panjang gelombang 4000-400 cm-1.

Identifikasinya

Identifiaksi dengan spektrofotometri inframerah (FTIR) hasil

pemisahan KLTP menunjukkan bahwa isolat 2 mengandung gugus fungsi

Page 14: Makalah Tanin

seperti rentangan asimetri O-H pada bilangan gelombang 3372,4 cm-1,

sebagai akibat dari vibrasi ikatan hidrogen intramolekul. Bilangan

gelombang 2071,8 cm-1 menunjukkan puncak serapan C-H deformasi

keluar bidang. Pada spektrum ini tidak terlihat adanya pita serapan karbonil

di daerah 1700 cm-1, tetapi terdapat pita serapan agak melebar di bilangan

gelombang 1625,8 cm-1 dimungkinkan merupakan pita gabungan dari

uluran C=O dan serapan ikatan rangkap C=C aromatik. Hal ini mungkin

dikarenakan kuatnya efek resonansi gugus karbonil dengan cincin aromatik.

Dugaan senyawa tanin diperkuat dengan adanya cincin aromatik yang

tersubstitusi pada posisi orto yang ditunjukkan dengan puncak serapan pada

bilangan gelombang 782,5. Puncak-puncak spesifik tersebut merupakan

puncak spesifik dari senyawa tanin, sehingga memperkuat dugaan bahwa

dalam isolat 2 hasil pemisahan senyawa tanin dengan KLTP mengandung

senyawa tanin. Jenis senyawa tanin yang diperoleh dari hasil pemisahan

ekstrak (isolat 2) daun belimbing wuluh dengan kromatografi lapis tipis

diduga adalah flavan-3,6,7,4',5'-pentaol atau flavan- 3,7,8,4',5'-pentaol.

Page 15: Makalah Tanin

BAB III

PENUTUP

  III.1 Kesimpulan

Tanin merupakan salah satu senyawa polifenol dengan berat molekul

lbeih dari 1000yang dapat diperoleh dari semua jenis tumbuhan. Tanin

memiliki sifat yang khas baik fisik maupun kimianya. Tanin biasanya dalam

tumbuhan berfungsi sebagai sistem pertahanan dari predaptor, contohnya

pada buah yang belum matang, buah akan terasa asam dan sepat, hal ini

sama dengan sifat tanin yang asam dan sepat. Selain itu tanin juga dapat

mengendapkan protein, alkaloid, dan gelatin. Tanin juga dapat membentuk

khelat dengan logam secara stabil, sehingga jika manusia kebanyakan

mengkonsumsi makanan yang memiliki tanin maka Fe pada darah akan

berkurang sehingga menyebabkan anemia Tanin diklasifikasikan menjadi

dua jenis yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Masing-masing

jenis memiliki struktur dan sifat yang berbeda. Untuk tanin yang tehidrolisis

memiliki ikatan glikosida yang dapat dihidrolisis oleh asam. Kalau tanin

terkondensasi biasanya berbentuk polimer.

III.2 Saran

sebaiknya tanaman yang mengandung senyawa tanin perlu

dibudidayakan karena senyawa tanin banyak mengandung manfaat terutama

dibidang kesehatan.

Page 16: Makalah Tanin

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi IV.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Jakarta.

Harborne, J.B.1996. Metode Fitokimia.Edisi ke-2. ITB : Bandung.

Sa'adah, Lailis. 2010. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin Dari Daun

Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.). Skripsi. Fakultas Sains Dan

Teknologi Universitas Islam Negeri : Malang.