PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari...

130
MEMBACA WAJAH SUKU ASLI PAPUA LEWAT NOVEL TANAH TABU Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Rosa Sekar Mangalandum NIM: 074114004 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Mei 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

MEMBACA WAJAH SUKU ASLI PAPUA

LEWAT NOVEL TANAH TABU

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Rosa Sekar Mangalandum

NIM: 074114004

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Mei 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

i

MEMBACA WAJAH SUKU ASLI PAPUA

LEWAT NOVEL TANAH TABU

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Rosa Sekar Mangalandum

NIM: 074114004

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Mei 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Mei 2011

Penulis

Rosa Sekar Mangalandum

074114004

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Rosa Sekar Mangalandum

NIM : 074114004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Membaca Wajah

Suku Asli Papua Lewat Novel Tanah Tabu” beserta perangkat yang diperlukan

(bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 16 Mei 2011

Yang menyatakan,

Rosa Sekar Mangalandum

074114004

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

vi

KATA PENGANTAR

Tugas akhir ini berjudul “Membaca Wajah Suku Asli Papua Lewat Novel

Tanah Tabu”. Tugas akhir tersebut ditulis sebagai pemenuhan syarat untuk

memperoleh gelar sarjana sastra dari Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Judul dan topik tugas akhir

bersangkutan dipilih penulis karena tokoh-tokoh suku asli tanah Papua dalam

novel Tanah Tabu menarik untuk dibaca karena pembacaannya menggunakan

perspektif the indigenous peoples.

Penulis menerima kontribusi secara akademis dan dukungan dari berbagai

pihak dalam proses mengerjakan tugas akhir “Membaca Wajah Suku Asli Papua

Lewat Novel Tanah Tabu”. Sebelum menyatakan rasa terima kasih kepada pihak-

pihak yang dimaksud, penulis lebih dahulu menyatakan rasa syukur dan terima

kasih kepada Allah Yang Maharahim atas karunia dan rahmat-Nya. Berikut ini

adalah mereka yang telah memberi kontribusi akademis dan dukungan positif

kepada penulis dalam proses pengerjaan tugas akhir ini:

1. Drs. B. Rahmanto, M. Hum. dan S. E. Peni Adji S. S., M. Hum. yang

memberikan saran, kritik, dan waktu untuk berdiskusi dengan mereka sebagai

dosen pembimbing penulisan tugas akhir bagi penulis,

2. Drs. Hery Antono, M. Hum. selaku dosen pembimbing akademik penulis

sepanjang tahun 2007-2011,

3. Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum. selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan saran dan kritik konstruktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

vii

4. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia beserta staf sekretariat Fakultas

Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Di samping itu, penulis berterima kasih dengan bangga kepada Bulan Lumban

Gaol, Ignatia Sukmawardhani, R. Pudji Tursana, Ath. Kristiono Purwadi, SJ, Liat

Lumban Gaol, Petrus Agung Byastanto, dan Alfonsus Biru Kira, SJ. Terima kasih

kepada Bulan Lumban Gaol, Ignatia Sukmawardhani, dan Ath. Kristiono

Purwadi, SJ karena mengawal ketat penulis, baik selama proses penulisan tugas

akhir, maupun jauh sebelumnya dan sesudahnya. Terima kasih kepada Liat

Lumban Gaol dan Petrus Agung Byastanto karena memberikan dukungan

finansial kepada penulis, baik selama proses penulisan tugas akhir, maupun jauh

sebelumnya dan sesudahnya. Terima kasih kepada R. Pudji Tursana dan Alfonsus

Biru Kira, SJ karena dengan kebaikan hatinya memberikan dukungan fasilitas

bagi proses penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa, walaupun dikerjakan dengan usaha terbaik

penulis, tugas akhir “Membaca Wajah Suku Asli Papua Lewat Novel Tanah

Tabu” tidak sempurna. Setiap kekurangan, ketidaktelitian, dan kekeliruan dalam

tugas akhir tersebut merupakan tanggung jawab penulis. Dengan rendah hati,

penulis terbuka pada saran dan kritik atas isi tugas akhir.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

viii

If you have come to help me

You can go home again

But if you see my struggle

As part of your own survival

Then perhaps we can work together*

(kata-kata seorang perempuan Aborigin Australia)

                                                            * dari Koalisi LSM Se-Asia (Asian NGO Coalition) dalam Barnes dkk. (1995: 59)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

ABSTRAK ........................................................................................................ xii

ABSTRACT ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................... 5

1.5 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6

1.6 Kerangka Teori ........................................................................................ 12

1.6.1 Tokoh dan Penokohan (Characterization) ....................................... 13

1.6.2 ..................................................................................................... Pe

rspektif the Indigenous Peoples ........................................................ 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

x

1.7 Metode Penelitian .................................................................................... 20

1.8 Sistematika Penyajian .............................................................................. 23

BAB II SINOPSIS NOVEL TANAH TABU ..................................................... 25

2.1 Pengantar ................................................................................................. 25

2.2 Sinopsis Novel Tanah Tabu .................................................................... 26

BAB III TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL TANAH TABU .... 38

3.1 Pengantar ................................................................................................. 38

3.2 Tokoh dan Penokohan dalam Novel Tanah Tabu ................................... 39

3.2.1 Mabel ................................................................................................ 39

3.2.2 Mace ................................................................................................. 43

3.2.3 Leksi ................................................................................................. 47

3.2.4 Mama Kori ........................................................................................ 50

3.2.5 Pum ................................................................................................... 51

3.2.6 Kwee ................................................................................................. 52

3.2.7 Ibu Mabel .......................................................................................... 53

3.2.8 Ayah Mabel ...................................................................................... 54

3.2.9 Pace Mauwe ...................................................................................... 56

3.2.10 Pace Johanis ...................................................................................... 57

3.2.11 Yosi ................................................................................................... 58

3.2.12 Mama Helda ..................................................................................... 59

3.2.13 Pace Poro Boku ................................................................................ 60

3.2.14 Karel ................................................................................................. 61

3.2.15 Pace Gerson ...................................................................................... 62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

xi

3.2.16 Mama Mote....................................................................................... 63

3.2.17 Pemuda Meno ................................................................................... 63

3.2.18 Pace Arare......................................................................................... 65

3.2.19 Hermine Stappen .............................................................................. 65

3.2.20 Piet van de Wissel............................................................................. 67

3.2.21 Kelompok orang berseragam dan bersenjata .................................... 67

BAB IV WAJAH SUKU ASLI PAPUA DALAM TANAH TABU .................. 70

4.1 Pengantar ................................................................................................. 70

4.2 Wajah Suku Asli Papua dalam Tanah Tabu ............................................ 72

4.2.1 Ditaklukkan oleh Belanda Kolonial ................................................. 72

4.2.2 Dijajah Secara Internal oleh Pendatang ............................................ 75

4.2.3 Menjadi Korban ................................................................................ 81

4.2.4 Minoritas ........................................................................................... 84

4.2.5 Pengaturan Kekuasaan dalam Masyarakat Suku Asli ...................... 87

4.2.6 Pandangan Dunia Suku Asli terhadap Alam .................................... 89

4.3 Wajah Kaum Perempuan Suku Asli Papua dalam Tanah Tabu .............. 96

4.3.1 Atribut Kultural Perempuan Suku Asli ............................................ 96

4.3.2 Kewajiban Rumah Tangga dan Kekerasan Domestik ...................... 98

4.3.3 Bersekolah, Bekerja, dan Berkumpul ............................................. 100

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 104

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 104

5.2 Saran ...................................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

xii

ABSTRAK Mangalandum, Rosa Sekar. 2011. Membaca Wajah Suku Asli Papua Lewat

Novel Tanah Tabu. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Secara harfiah, membaca wajah ialah menangkap ekspresi wajah untuk

memahami si pemilik wajah dan juga untuk berkomunikasi dengannya. Tetapi, di dalam skripsi ini, wajah yang dimaksud adalah wajah pelaku-pelaku dalam novel Tanah Tabu sehingga wajah para pelaku dapat dibaca dari unsur intrinsik tokoh dan penokohan. Suku asli Papua (the indigenous Papua) yang dibaca lewat novel Tanah Tabu menampilkan “ekspresi wajah” melalui adat-istiadat, ritual, mata pencaharian/penghidupan, perilaku berbahasa, pertalian antara suku asli dengan tanah asal, dan juga persoalan masyarakat serta kebudayaan pendatang yang meminggirkan suku asli. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan wajah suku-suku asli Papua, sebagai sosok yang terpinggirkan dari pandangan utama (pusat perhatian pembaca), melalui ekspresi-ekspresi kebudayaan suku mereka di dalam novel tersebut dengan memanfaatkan perspektif the indigenous peoples.

Pembacaan dipusatkan pada novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf. Penulis memanfaatkan yaitu teori strukturalisme sastra mengenai unsur intrinsik tokoh dan penokohan dalam prosa fiksi serta perspektif the indigenous peoples. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Metode yang dipakai untuk melakukannya ialah metode deskriptif analitis.

Dalam penceritaan novel Tanah Tabu mengenai suku asli Papua, baik suku yang disebut secara spesifik seperti Dani dan Amungme maupun yang disebut hanya dengan istilah orang Komen dan orang Meno, penulis membaca wajah praeksistensi suku asli. Suku Dani ialah penduduk asli (original inhabitants) di Lembah Baliem, sedangkan suku Amungme ialah penduduk asli di kawasan Gunung Nemangkawi. Secara turun-temurun, mereka menempati dan membangun kehidupan di atas tanah mereka masing-masing sehingga dengan demikian merekalah pemilik tanah itu. Sebagai pemilik secara adat, suku asli Papua yang ditokohkan dalam Tanah Tabu menunjukkan wajah memelihara dan nonmaterialis terhadap alam. Mereka mempertahankan tempat khusus bagi alam dengan menyebutnya Tanah Ibu. Sebagian suku asli setia melindungi tanah adat sesuai dengan kepercayaan tradisional, namun sebagian yang lain tanpa rasa malu malah menjual tanah adat kepada perusahaan pertambangan emas.

Wajah suku asli yang ditokohkan dalam karya Thayf ini masihlah wajah yang ditaklukkan. Pada era 1940-1950-an, suku Dani ditundukkan oleh tokoh bangsa kulit putih yang membangun pos pemerintahan kolonial di Lembah Baliem. Puluhan tahun setelah itu, suku Amungme dijajah oleh para pendatang dari luar pulau yang mendirikan tambang emas raksasa di Gunung Nemangkawi, gunung suci suku tersebut. Tempat suku asli sebagai kaum minoritas semakin jelas terbaca melalui ekspresi kebudayaan mereka yang, perlahan tetapi pasti,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

xiii

kalah dari pesona modernitas yang dibawa masuk oleh pendatang. Pakaian tradisional, alat tukar tradisional, mata pencaharian, bahasa ibu, hingga noken menjadi terasing dari suku asli sendiri.

Tidak luput, kaum perempuan suku asli menampilkan wajah yang ditundukkan dan diminoritaskan secara berlapis. Perempuan di dalam Tanah Tabu adalah perempuan yang mengalami peminggiran, dominasi, dan penindasan di ruang publik oleh adat, di ruang domestik oleh suami. Ada wajah perempuan Papua yang kesakitan dalam rumah tangga yang terbaca dari tokoh Mabel, Mace, dan Mama Helda. Ada pula wajah perempuan yang disingkirkan dari ruang publik, yakni dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, yang terbaca dari keberadaan tokoh seorang anak perempuan bernama Yosi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

xiv

ABSTRACT Mangalandum, Rosa Sekar. 2011. Reading the Indigenous Papua’s Visage

through Tanah Tabu. An undergraduate thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

To read someone’s visage, literally, is to catch one’s countenance, intended

for an understanding of the visage owner and also for communication with her/him. But, within novel, visage refers to those of the characters’, thus can they be read through characterization. The indigenous peoples of Papua’s visage which is read through Tanah Tabu shows their “countenance” by means of the people’s customary laws, rites, their means of livelihood, language they speak as means of communication, the indigenous’ relationship to their motherland, as well as how newcomers’ society and culture has problematically marginalized the indigenous of Papua. These things then inspired this research with an objective of analysing and describing the indigenous Papua’s visage, as figures that has always been put aside of the readers’ central attention, through their cultural expressions within the novel, using the indigenous peoples’ perspective.

This research focuses its discussion to a novel entitled Tanah Tabu written by Anindita S. Thayf. This is a library research. The approach applied in it is the literary structuralism theory about characters and characterization in fictional prose and the indigenous peoples perspective, while the method used is the descriptive analysis method.

Tanah Tabu recounts the indigenous Papua either by calling them using terms, such as orang Komen and orang Meno, or mentioning specifically their names, Dani and Amungme. Through this account, their visage of pre-existence is figured out. The indigenous Papua have had, for generations, occupied and built their life as original inhabitants, for example the Dani in Baliem Valley and the Amungme in Mount Nemangkawi. Accordingly, it is they who owned the land of their ancestor. The indigenous peoples, as traditional owner of the land, expresses a world view consisiting of a custodial and nonmaterialist attitude toward nature and this is also seen as these peoples’ typical visage. They preserved a particular place for nature by calling it Tanah Ibu, ‘Earth Mother’. Nonetheless, a part of the indigenous Papua was faithful to take care of their ancestor’s land according to traditional belief, whereas other part traded the land shamelessly with a mining company.

The indigenous Papua’s countenance in Tanah Tabu could not but express a state of being vanquished. During the period of 1940-1950’s, the Dani was subjugated by white nation characters who erected a colonizer’s post in Baliem Valley. Decades after, the Amungme was in turn colonized internally by outsiders who established a giant gold mining company in Mount Nemangkawi, the people’s sacred mountain. The indigenous peoples’ position as minoroty is unmistakably read since their cultural expressions were, slow but sure, swept aside by modernization. Traditional clothing, medium of exchange, means of

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

xv

livelihood, mother tongue, even noken sack were estranged from the indigenous themselves.

Unfailingly noticeable, the indigenous Papua women of Tanah Tabu were women made subservient and minor in layers. They endured marginalization, domination, and oppression by customary laws within public domain as well as by their husbands within domestic area. Dolorous visage were read through the presence of women characters at household such as Mabel, Mace, and Mama Helda. Moreover, the presence of a girl character, 12 years old Yosi, pointed out that indigenous women were shoved aside from public domain, i.e. the world of education and employment.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam penggunaan bahasa sehari-hari, wajah adalah bagian tubuh yang

menampilkan ekspresi-ekspresi yang bisa menunjukkan diri atau kepribadian

seseorang. Ekspresi-ekspresi ini disebut ekspresi wajah (raut muka). Kamus Besar

Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat mengemukakan beberapa arti

lema wajah. Dua di antaranya adalah ‘bagian depan dari kepala, roman muka,

muka’ dan ‘apa-apa yang tampak lebih dulu’ (Departemen Pendidikan Nasional,

2008: 1553). Artinya, wajah berada di bagian depan dan selalu tampak lebih dulu.

Wajah penting dalam proses saling mengenal, berkomunikasi secara langsung,

dan juga ketika bercermin. Secara harfiah, membaca wajah dapat dilakukan

dengan menangkap ekspresi wajah untuk memahami si pemilik wajah dan juga

untuk berkomunikasi dengannya.

Tetapi, yang dimaksudkan dalam skripsi ini bukanlah wajah yang bermakna

harfiah, melainkan wajah—secara konotatif—para pelaku novel Tanah Tabu yang

dapat dibaca lewat aspek tokoh dan penokohan. Sesuai dengan judul skripsi ini,

yaitu “Membaca Wajah Suku Asli Papua Lewat Novel Tanah Tabu”, wajah yang

dimunculkan ialah wajah para tokoh suku asli Papua (the indigenous Papua). Para

tokoh suku asli Papua dalam Tanah Tabu menampilkan “ekspresi wajah” melalui

adat-istiadat, ritual, mata pencaharian/penghidupan, perilaku berbahasa, pertalian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

2

2

(relasi) antara suku asli dengan tanah asal (alam, lingkungan), dan juga persoalan

masyarakat serta kebudayaan pendatang yang meminggirkan suku asli.

Objek pembahasan skripsi “Membaca Wajah Suku Asli Papua Lewat Novel

Tanah Tabu” ialah novel Tanah Tabu. Memenangi Sayembara Novel DKJ 2008,

Tanah Tabu merupakan karya seorang pengarang perempuan asal Makassar,

Anindita Siswanto Thayf. Oleh PT Gramedia Pustaka Utama, karya tersebut

diterbitkan pada tahun 2009. Di dalam novel ini, pengarang mengisahkan suku

Dani yang hidup di Timika—dijuluki Kota Dolar—lewat tokoh Mabel, Mace, dan

Leksi. Meskipun tokoh Mabel dan Mace adalah dua perempuan Papua yang

menjadi kunci di dalam penceritaan, Thayf justru tidak memberi kesempatan pada

mereka untuk berbicara secara langsung. Mabel ataupun Mace bukanlah narator.

Kedua perempuan ini sesungguhnya hanya diceritakan lewat mulut seorang anak

perempuan kelas 1 SD, seekor anjing pemburu, dan seekor babi kecil. Peristiwa-

peristiwa lainnya dalam Tanah Tabu juga meluncur dari mulut ketiga narator

tersebut. Si anak perempuan menceritakan bagaimana pedagang-pedagang sayur

di pasar berkelompok merencanakan aksi protes terhadap perusahaan tambang

emas yang membuat mereka rugi besar, sementara sebuah partai politik

mengumbar janji semata dalam kampanye yang dilakukan di pasar tradisional

yang sama. Si anjing pemburu berkisah tentang kehidupan di suatu perkampungan

suku Dani di Lembah Baliem pada tahun 1946. Si babi kecil bercerita tentang

kejadian penangkapan Mabel dan perkosaan yang dialami Mace. Kedua tindakan

itu dilakukan oleh kelompok yang berciri-ciri militer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

3

3

Melalui pelbagai ekspresi mereka—di antaranya melalui tokoh Mabel,

Mace, Leksi, Mama Helda, Pace Mauwe, Pace Johanis, dan lain-lain—dalam

novel Tanah Tabu, suku asli Papua (the indigenous Papua) mengkomunikasikan

keadaan mereka. Di dalam Tanah Tabu, tokoh Pum mengungkap keterusiran suku

Amungme dari tanah leluhur mereka di Gunung Nemangkawi. Pendatang

mendirikan sebuah penambangan emas raksasa di gunung itu, merampok wilayah

dan penghidupan suku Amungme, padahal kepercayaan suku (folk belief)

menyatakan bahwa orang-orang Amungme yang telah meninggal akan berpulang

jiwanya ke Gunung Nemangkawi.

Apa yang melatarbelakangi proses membaca wajah suku asli Papua dalam

skripsi ini? Sebentuk wajah penting dibaca supaya si pemilik wajah dikenali dan

dapat dipahami. Apabila si pemilik wajah dikenali, label-label yang bersifat

menghakimi dan menggeneralisasi perlahan-lahan akan terhapus. Dengan

membaca wajah suku asli Papua, dapat dimengerti kebutuhan, kepentingan, dan

keinginan mereka. Berikutnya, label “primitif” atas suku asli Papua tidak perlu

dilanggengkan. Menyitir bunyi sebuah pepatah, “Tak kenal, maka tak sayang,”

penulis berpendapat bahwa apabila wajah suku asli Papua dikenali dan dipahami,

stereotipe atas suku asli sebagai “yang kelas dua” bisa diputus pewarisannya.

Sepanjang pengetahuan penulis, belum marak penelitian yang dilakukan ahli

ilmu sastra Indonesia atas sosok suku asli Papua dalam karya sastra. Sosok-sosok

tersebut masih dilewatkan. Karena itu, penulis memilih mengangkat sosok suku

asli Papua di dalam skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

4

4

Upaya penulis mengangkat sosok suku asli Papua dalam Tanah Tabu

dilakukan dengan cara memaparkan sinopsis (ringkasan cerita) Tanah Tabu

kemudian menjelaskan aspek tokoh dan penokohan (characterization) di

dalamnya. Penulis membaca wajah suku asli Papua dalam karya tersebut

menggunakan perspektif suku asli (the indigenous peoples). Penulis berharap,

upaya pembacaan ini akan menggerakkan suku-suku asli Nusantara untuk menulis

tentang kehidupan mereka sendiri.

Penggunaan beberapa peristilahan khas penelitian the indigenous peoples

dalam bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia, dimaksudkan untuk mengakrabi

peristilahan kunci dalam ranah penelitian tersebut, tidak untuk menjadikan bahasa

Indonesia inferior di hadapan bahasa bangsa Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diaparkan di atas,

pertanyaan yang hendak dijawab melalui penelitian “Membaca Wajah Suku Asli

Papua Lewat Novel Tanah Tabu” dirumuskan sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana sinopsis novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf?

1.2.2 Bagaimana tokoh dan penokohan yang diciptakan pengarang?

1.2.3 Bagaimana wajah suku asli Papua diekspresikan (ditunjukkan) dalam

novel Tanah Tabu?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

5

5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian kepustakaan ini sesuai dengan poin yang

telah dinyatakan pada bagian rumusan masalah. Tujuan penelitian:

1.3.1 memaparkan ringkasan cerita atau sinopsis Tanah Tabu karya Anindita S.

Thayf,

1.3.2 menjelaskan aspek tokoh dan penokohan dalam novel tersebut,

1.3.3 mendeskripsikan wajah suku asli Papua dalam novel Tanah Tabu melalui

ekspresi-ekspresi kebudayaan suku tersebut dengan memanfaatkan

perspektif the indigenous peoples.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini berisi deskripsi wajah suku asli Papua (the indigenous Papua),

di antaranya suku Dani dan Amungme, yang ada dalam novel Tanah Tabu,

menggunakan perspektif the indigenous peoples. Dari penelitian ini, dapat

diketahui pula sinopsis novel Tanah Tabu serta tokoh dan penokohan yang

diciptakan pengarangnya, Anindita S. Thayf.

Secara sederhana, pembacaan ini merupakan bentuk apresiasi atas karya

sastra Indonesia, terutama prosa (novel). Diharapkan juga pembacaan ini

bermanfaat mendorong dan menginspirasi orang-orang lain untuk menambah

ragam apresiasi sastra. Penggunaaan perspektif the indigenous peoples di dalam

skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khazanah penelitian sastra.

Karya sastra semacam novel Tanah Tabu mempunyai manfaat praktis untuk

memperkenalkan kebudayaan suku asli kepada khalayak pembaca. Artinya, novel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

6

6

Tanah Tabu yang mengangkat Papua dalam penceritaannya mempunyai manfaat

mengenalkan kebudayaan suku asli Papua. Kehadiran skripsi yang membahas

novel Tanah Tabu seperti ini bermanfaat untuk membuka pandangan baru bagi

pembaca-pembaca yang hendak mulai memahami persoalan suku asli Papua.

Penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat menggerakkan suku-suku asli

Papua untuk menulis sendiri tentang kehidupan, masyarakat, dan kebudayaan

mereka secara terbuka. Penulis yakin bahwa suku asli Papua tidak perlu terus-

menerus dituliskan oleh kaum pendatang ataupun oleh bangsa Barat.

1.5 Tinjauan Pustaka

Hasil penelitian mengenai nilai dan pandangan hidup suku-suku asli Lembah

Baliem telah ditulis oleh putra Baliem sendiri, yakni oleh Alua dkk. (2006: vii-

viii). Buku ini merupakan kumpulan dari lima tulisan hasil penelitian yang

berbeda. Tulisan-tulisan tersebut membahas perihal satuan kemasyarakatan suku-

suku asli Lembah Baliem, penjelasan tentang bentuk fisik maupun nilai-nilai di

balik komunitas silimo, situasi hubungan sosial budaya di antara para perempuan

Lembah Baliem dengan kaum laki-lakinya, pakaian tradisional, serta local

wisdom di Lembah Baliem tentang perilaku menghormati alam lingkungan. Selain

berpendekatan antropologis, hasil penelitian yang dibukukan ini bernuansa teologi

berhubung ketiga penulisnya memiliki latar belakang studi teologi.

Menurut Alua dkk. (2006: vii) pada bagian kata pengantar, “unsur-unsur

sub[j]ektivitas sebagai orang Baliem cukup mewarnai dalam pembahasan topik-

topik yang kami uraikan”. Terkait dengan hal ini, alasan penulis tetap memilih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

7

7

buku ini sebagai acuan adalah karena dari novel yang dikaji, meskipun sama-sama

berbicara tentang suku asli Papua, tidak satu pun ditulis oleh orang Papua sendiri.

Penulis perlu mengetahui situasi suku-suku tersebut dari sudut pandang mereka

sendiri untuk meminimalisasi bias.

Amiruddin dan de Soares (2003: 6-7) menulis sebuah buku mengenai suku

Amungme, salah satu suku asli di tanah Papua, dalam rangka memperjuangkan

hak adat suku tersebut dari konsesi kepemilikan PT Freeport Indonesia. Buku

yang mereka tulis berjudul Perjuangan Amungme Antara Freeport dan Militer.

Dari buku ini, diperoleh cerita rakyat (folklore) tentang asal-usul suku Amungme

di tanah Papua dan mengapa Gunung Nemangkawi dipandang suci oleh mereka.

Pembahasan Amiruddin dan de Soares berlanjut dengan permulaan masuknya PT

Freeport Indonesia ke Timika sebagai anak perusahaan Freeport-McMoRan

Copper and Gold Inc. Pembahasan tersebut dimaksudkan sebagai konteks

kesejarahan perkembangan PT Freeport Indonesia sehingga selanjutnya dapat

dianalisis apakah keberadaaan perusahaan pertambangan tersebut diperuntukkan

bagi kesejahteraan suku asli Papua, khususnya suku Amungme, atau

sesungguhnya ada kepentingan lain di baliknya. Amiruddin dan de Soares

mengemukakan secara deskriptif perjuangan suku Amungme sepanjang tahun

2000 hingga 2003 untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah Indonesia

sendiri dan dari PT Freeport Indonesia sebagai pemilik Gunung Nemangkawi

secara adat.

Selain itu, reportase tentang suku asli Papua pun telah ditulis oleh

sekelompok wartawan surat kabar Kompas melalui perjalanan jurnalistik mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

8

8

ke tanah Papua dan kemudian dibukukan (Yuniarti, 2008: ix-x). Buku yang

dimaksud berjudul Ekspedisi Tanah Papua Laporan Jurnalistik Kompas Terasing

di Pulau Sendiri, sementara perjalanan jurnalistik para wartawan yang menulis

buku itu dinamai Ekspedisi Tanah Papua. Di dalam buku tersebut, tercatat hal

potensi sumber daya alam Papua berikut pemikiran lokal. Sejumlah persoalan

seputar Papua dan masyarakat di pulau itu pun tersingkap. Reportase dalam

Ekspedisi Tanah Papua Laporan Jurnalistik Kompas Terasing di Pulau Sendiri

diarahkan untuk merekam pelbagai persoalan yang sebetulnya dapat dijadikan

dasar pengembangan kelestarian lingkungan, pengentasan kemiskinan, dan

pemberdayaan suku asli Papua. Dikemukakan dalam bagian kata pengantar bahwa

buku tersebut merupakan wujud usaha Kompas untuk menyimak suara suku asli

Papua—diidiomkan sebagai detak urat nadi—dengan seksama.

Hingga sejauh ini, penulis belum menemukan penelitian atas Tanah Tabu

untuk tujuan akademis. Walaupun demikian, novel tersebut cukup ramai

dibicarakan di media massa dalam kurun waktu 2008-2009 sebab memenangi

Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di tahun 2008. Pengarang

Anindita S. Thayf diperbincangkan sebagai satu-satunya pemenang Sayembara

Novel DKJ tahun 2008 dengan novel Tanah Tabu-nya (Hidayah, halaman web,

2008). Ketiga juri sayembara, Linda Christanty, Seno Gumira Ajidarma, dan Kris

Budiman, tidak mengangggap karya-karya lain yang masuk ke meja penjurian

layak diperhitungkan. Karya Thayf mereka nilai memuat konteks yang kompleks

disertai cara bertutur yang sensasional, sedangkan karya-karya lainnya yang juga

mereka terima dianggap ditulis dengan semangat untung-untungan saja. Berita ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

9

9

menyatakan bahwa novel Tanah Tabu mengisahkan kehidupan masyarakat asli

Papua yang tertindas oleh para pendatang. “Apalagi di sana ada tambang asing

(Freeport) yang akhirnya menindas rakyat,” demikian pernyataan langsung Thayf

(Hidayah, halaman web, 2008).

Dengan lebih jelas, latar belakang penulisan novel tersebut diungkapkan

melalui artikel profil Anindita S. Thayf (Syaifullah, halaman web, 2009).

Syaifullah mengungkap bahwa proses penulisan Tanah Tabu menghabiskan

waktu 6 bulan. Thayf menulis dengan dasar penelitian pustaka selama 2 tahun,

tanpa pernah satu kali pun menginjakkan kaki di tanah Papua. Menurut

Syaifullah, Thayf terpana saat membaca tentang kehidupan getir suku asli Papua

dan miris saat mengetahui kesulitan yang dialami para perantau Papua di

Yogyakarta.

(1) Anin miris ketika menyadari betapa tidak mudahnya orang Papua mencari rumah kontrakan atau kos di Yogyakarta. Sebab, para pemilik kontrakan dan kos-kosan—juga sebagian besar tetangga—menganggap orang Papua suka bikin keributan, bicara dan memutar musik keras-keras, bertengkar, dan suka mabuk. "Ini membuat saya semakin bersemangat mengais-ngais kisah tentang tanah leluhur mereka, Papua," tutur Anin. (Syaifullah, halaman web, 2009)

Thayf menokohkan suku asli Papua dalam karyanya dengan karakter “suka

bikin keributan, bicara dan memutar musik keras-keras, bertengkar, dan suka

mabuk” (Syaifullah, halaman web, 2009) padahal gambaran-gambaran negatif

tersebutlah keprihatinan pribadinya. Tokoh-tokoh pedagang sayur dan buah di

pasar tradisional Timika, contohnya, ditampakkan lebih suka membuat keributan

daripada menyiasati persoalan menggunakan kepala dingin. Tokoh Pace Poro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

10

10

Boku mempunyai kebiasaan berbicara keras-keras sehingga tetangga merasa

berisik dan terganggu. Dikisahkan dalam novel Tanah Tabu bahwa orang-orang

muda Papua berperang sampai memakan korban jiwa karena berebut batas

wilayah. Tidak ketinggalan, sebagian besar tokoh laki-laki dalam Tanah Tabu

gemar bermabuk-mabukan. Ini membuktikan bahwa di dalam novel Tanah Tabu,

Thayf sesungguhnya melanggengkan anggapan negatif atas suku asli Papua.

Anggapan negatif semacam itulah yang justru hendak dihapus dalam skripsi ini.

Mawardi (halaman web, 2009a) justru merespons positif Tanah Tabu

dengan berpendapat bahwa novel tersebut merupakan sebuah refleksi mengenai

diskriminasi yang sudah sejak lama dialami oleh para perempuan Papua sampai

masa kini. Masuknya lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan, partai politik,

dan perusahaan emas ke tanah Papua boleh jadi mewujudkan kemajuan.

Walaupun demikian, kehidupan kaum perempuan di sana tak ubahnya suatu

tragedi. Perempuan Papua tetap saja menjadi yang terpinggirkan dan tertindas.

Kaum perempuan merupakan “tumbal dari perayaan superioritas maskulinitas

dalam tegangan tradisi dan modernitas” (Mawardi, halaman web, 2009a). Sambil

memuji impresifnya narasi Tanah Tabu, Mawardi menilai novel tersebut sebagai

“jalan imajinasi untuk ditempuhi pembaca dalam membaca dan menilai lakon

Papua”.

Mawardi (halaman web, 2009b) menggolongkan Tanah Tabu ke dalam

kelompok karya sastra pinggiran (marginal). Seperti dikutip dari keterangan

langsung Anindita S. Thayf, "Saya menyebut Tanah Tabu sebagai sastra

pinggiran. Tanah Tabu berkisah tentang manusia-manusia pinggiran dan sengaja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

11

11

dipinggirkan." (Mawardi, halaman web, 2009b) Subjek pengisahan karya tersebut

ialah penduduk Papua dengan latar tempat Papua. Menurut Mawardi, pilihan

Thayf untuk mengangkat Papua menunjukkan resistensi atas dominasi novel

Indonesia yang membicarakan Jawa atau Sumatera. Ia menyinggung tentang

kemunculan warna lokal Papua dalam Tanah Tabu. Walaupun memperhatikan

kemunculan warna lokal, Mawardi tidak menyoroti suku-suku asli yang menjadi

pelaku dalam novel Thayf.

Zaki (halaman web, 2009) ikut meramaikan pembicaraan tentang Tanah

Tabu dengan mempublikasikan sebuah resensi di Harian Global Medan. Zaki

menyoroti jalan cerita dan pelaku-pelaku penting yang terdapat dalam Tanah

Tabu. Paparannya dibuka dengan mengangkat nama-nama perempuan Papua yang

konsisten memperjuangkan hak asasi manusia, khususnya kaum perempuan, di

tanah mereka. Zaki menyebut Yosepha Alomang asal Tsinga, Ester Kerewey asal

Manokwari, dan Tinneke Pahua dari Biak-Numfor.

Rif’an (halaman web, 2009), dalam resensinya yang dimuat di surat kabar

Koran Jakarta, berpendapat bahwa bahasa dalam novel Tanah Tabu “sangat

menggelitik, atraktif, sekaligus inspiratif”. Yang dilihat Rif’an dari karya ini

adalah ketimpangan dalam masyarakat di Papua. Ia mengatakan, ada budaya

patriarkhal yang melanggengkan penindasan laki-laki atas perempuan dan

penceritaan pengarang tentang keadaan ini merupakan kritik sosial.

Yang menurut penulis sedikit aneh adalah Rif’an (halaman web, 2009)

mengatakan demikian mengenai novel Tanah Tabu, “[g]emerlap ceritanya dihiasi

dengan celoteh ria masyarakat Papua berikut tangisan-tangisannya”. Pada hemat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

12

12

penulis, cerita kehidupan dalam Tanah Tabu merupakan cerita tentang

keprihatinan. Kehidupan para tokohnya berat, di antaranya dibuktikan oleh

kehidupan tokoh Mabel dan Mace. Tidak terdapat sesuatu pun yang gemerlap

dalam kisah Tanah Tabu.

Skripsi “Membaca Wajah Suku Asli Papua Lewat Novel Tanah Tabu”

berbeda dari pustaka-pustaka yang ditinjau di atas. Objek pembahasan skripsi ini

bukanlah fakta seperti dalam Alua (2006: vii-viii), Amirudin dan de Soares (2003:

6-7), ataupun Yuniarti (2008: ix-x), melainkan karya sastra. Adapun resensi-

resensi yang ditinjau di atas memang membahas objek yang sama dengan skripsi

ini, yaitu novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf. Akan tetapi, skripsi

“Membaca Wajah Suku Asli Papua Lewat Novel Tanah Tabu” menggunakan

perspektif yang unik dan khas, yaitu perspektif suku asli (the indigenous peoples).

Penggunaan perspektif suku asli dalam skripsi ini memberi perbedaan dari

pustaka-pustaka tersebut.

1.6 Kerangka Teori

Sesuai dengan tujuan penelitian, yakni mendeskripsikan wajah suku asli

Papua dalam novel Tanah Tabu melalui ekspresi-ekspresi kebudayaan suku

tersebut dengan memanfaatkan perspektif the indigenous peoples, penulis

memilih kerangka teori strukturalisme sastra dan perspektif indigenous. Dari teori

strukturalisme sastra, penulis memilih konsep tokoh dan penokohan

(characterization).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

13

13

1.6.1 Tokoh dan Penokohan (Characterization)

Tokoh didefinisikan oleh Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 165),

sebagai “orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan”. Stanton dalam Nurgiyantoro (1995: 165), memaksudkan tokoh

(characters) sebagai pelaku-pelaku cerita yang ditampilkan. Sejalan dengan dua

definisi itu, Hendy (1988: 33) memberikan pemahaman tentang tokoh dengan

mencontohkan tiga tokoh dari novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar.

Tokoh yang dicontohkan yaitu Mariamin, Aminuddin, dan Sutan Baringin.

Henkle (1977: 86) merumuskan penokohan (characterization) sebagai

kunci dalam praktik memahami fiksi, “Characterization, therefore, is central to

the fictional experience. And the principle objective of the creation of characters

in novels is to enable us to understand, and to experience, people.” Praktik

membaca dan memahami fiksi sesungguhnya meliputi pengalaman berjumpa

dengan sosok sesama manusia (meski secara fiksional). Dapat disimpulkan, hal

yang sama terjadi ketika pembaca membaca novel Tanah Tabu. Keberadaan

sosok the indigenous Papua di dalam novel tersebut membuat pembaca

mengalami perjumpaan dengan mereka. Oleh karena itu, pengalaman

perjumpaan antara pembaca dengan the indigenous Papua dalam Tanah Tabu

sesungguhnya dipengaruhi oleh bagaimana pengarang menampilkan the

indigenous Papua. Tampilan mereka dalam Tanah Tabu dapat dibaca

menggunakan dasar teori tokoh dan penokohan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

14

14

Berdasarkan bagaimana pengarang novel menampilkan tiap tokoh, ahli-

ahli ilmu sastra telah membuat berbagai kategorisasi tokoh dalam fiksi. Salah

satu kategori yang paling lazim yakni tokoh utama dan tokoh sampingan. Sayuti

dalam Wiyatmi (2006: 31) menyebutnya tokoh utama (sentral) dan tokoh

tambahan (periferal). Kategorisasi yang dibuat Sayuti didasarkannya pada

beberapa faktor dalam penokohan, yaitu (i) keterlibatan tokoh yang

bersangkutan dengan makna atau tema fiksi, (ii) tingkat kekerapan (intensitas)

hubungan yang dibangun tokoh bersangkutan dengan tokoh lain, dan (iii) lama

penceritaan mengenai tokoh tersebut yang diberikan pengarang untuknya.

Mirip dengan Sayuti dalam Wiyatmi (2006: 31), Henkle (1977: 87-88)

mengkategorisasi tokoh menjadi tokoh utama (major character) dan tokoh

sampingan (secondary character). Henkle merumuskan faktor penokohan

sebagai berikut, “Those factors are the complexity of the characterization, the

attention given certain figures, and the personal intensity that a character seems

to transmit.”

Hendy (1989: 176) menerangkan bahwa penokohan terdiri dari beberapa

hal, yaitu kualitas nalar tokoh yang bersangkutan, sikap dan tingkah laku tokoh

tersebut, kemauan, pendirian, temperamen, jiwa, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, penulis mengikuti definisi tokoh menurut Abrams

dalam Nurgiyantoro (1995: 165), yaitu “orang (-orang) yang ditampilkan dalam

suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas

moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan

apa yang dilakukan dalam tindakan”. Dalam kategorisasi jenis tokoh, penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

15

15

menemukan kemiripan antara konsep Sayuti dengan konsep Henkle. Walaupun

kedua konsep terebut mirip, penulis memilih mengikuti konsep Henkle karena

konsep Henkle dirasa lebih sesuai untuk membaca tokoh-tokoh Tanah Tabu

daripada konsep Sayuti. Dengan demikian, penulis membuat pengelompokan

tokoh-tokoh Tanah Tabu menjadi tokoh utama (major character) dan tokoh

sampingan (secondary character). Pengelompokan ini dibuat berdasarkan faktor

penokohan menurut Henkle, yakni kerumitan (kompleksitas) penokohan,

banyaknya sorotan (perhatian) yang diberikan pada tokoh tertentu, dan intensitas

personal yang dipancarkan suatu tokoh. Selain dikelompokkan, masing-masing

tokoh juga dijelaskan dalam hal kualitas nalar, sikap, tingkah laku, kemauan,

pendirian, temperamen, jiwa, dan sebagainya (Hendy, 1989: 176).

1.6.2 Perspektif the Indigenous Peoples

Mendefinisikan istilah indigenous peoples tidaklah mudah sebab kata

indigenous itu sendiri tidak mempunyai batasan tertentu yang pasti (fixed

definition). Meskipun mendefinisikannya tidak mudah, upaya untuk membaca

wajah indigenous peoples perlu dilakukan supaya tidak gagal membaca wajah

dan memahami suku asli Papua dalam novel Tanah Tabu. Bila lema indigenous

dicari dalam sebuah kamus bahasa Inggris-Indonesia, kita akan memperoleh arti

‘asli, pribumi’. Jika lema yang sama dicari dalam sebuah kamus bahasa Inggris,

diperoleh arti ‘native or belonging naturally to a place’ atau, seperti dikutip

Gray dalam Barnes dkk. (1995: 36), “someone who is “in-born or a native”, one

who is born native to a land or region”. Namun dalam pembahasaan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

16

16

konvensional, indigenous peoples adalah penghalusan untuk makna peyoratif

‘primitif’, ‘orang-orang tribal’, ‘kelompok etnik minoritas’, ‘aborigin’2, ‘kasta

rendah (low caste)’, ‘zaman batu’, dan semacamnya. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat menyediakan lema indigenos sebagai

padanan Indonesia untuk indigenous, yang diartikan sebagai ‘pribumi, asli’

(Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 532). Namun, di samping lema

indigenos tidak akrab untuk berbahasa sehari-hari, sense penghalusannya pun

tidak ditampung dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat.

Pelbagai makna peyoratif di atas dapat muncul dalam penggambaran

perilaku dan watak indigenous peoples, misalnya kasar, suka berperang,

berdarah panas. Berikut ini dalam laporan penelitiannya, Koentjaraningrat

memunculkan salah satu ilustrasi tentang perilaku indigenous peoples.

(2) Orang Dani memang mudah marah, dan dalam kemarahannya mereka sering berbicara dengan lantang, memukul ke kanan dan ke kiri, dan biasanya isteri-isterilah yang menjadi sasaran kemarahannya. Wanita pun biasanya menjerit berlebih-lebihan, dan walaupun mereka juga agresif, karena fisik mereka lebih lemah dan mereka tidak dapat menyatakan kemarahan mereka dengan main pukul secara membabibuta, maka kemarahan yang luar biasa hanya dapat disalurkan dengan berteriak-teriak berlebih-lebihan. (Koentjaraningrat, 1994: 278-279)

Sesungguhnya baik istilah indigenous maupun istilah primitif, secara

konvensional, tak lebih dari label. Tetapi, makna istilah primitif “menempelkan”

atribut negatif dan tidak berdasar. Itulah salah satu hal yang menyebabkan suku-

                                                            2 Aborigin bukan hanya nama penduduk asli asal Australia secara khusus, melainkan sebuah istilah antropologi pula untuk penduduk asli daerah tertentu dalam makna yang umum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

17

17

suku atau penduduk asli mulai dan semakin gencar menyebut diri mereka sendiri

atau komunitas etnik mereka dengan istilah indigenous peoples. Dalam skripsi

ini, penulis memilih menerjemahkan istilah indigenous peoples menjadi ‘suku

asli’.

Definisi untuk istilah suku asli (the indigenous peoples) tidak bisa diberi

“harga mati” sebab istilah ini tidak semata-mata bermakna label ataupun atribut

tertentu, tetapi juga kualitas tertentu dalam diri seseorang. Kriteria untuk siapa

yang dapat disebut indigenous dan siapa yang tidak menjadi persoalan. Sebuah

pendapat mengatakan bahwa setiap orang adalah indigenous di daerah asalnya

masing-masing (Gray dalam Barnes dkk., 1995: 36; Barnes dalam Barnes dkk.,

1995: 308). Jika demikian, persoalan indigenous-ataukah-bukan menjadi relatif,

menjadi tergantung pada konteks geografis. Di samping itu, seiring

perkembangan zaman, akulturasi terjadi terus-menerus sehingga lebih rumit lagi

menentukan yang seperti apa yang bertahan indigenous dan yang seperti apa

yang bukan indigenous lagi.

Ada empat ciri utama dalam pengertian suku asli (the indigenous people).

Ciri pertama yaitu praeksistensi (pre-existence). Yang dimaksud dengan ciri

praeksistensi yaitu suku asli mendiami wilayah asal mereka sejak zaman leluhur,

bahkan sebelum kelompok manusia lain tiba di wilayah tersebut. Ciri kedua

yaitu non-dominance. Suku-suku asli ini justru bukan kelompok yang dominan

di wilayah asal mereka sendiri. Jumlah mereka justru hanya sebagian kecil dari

populasi total penduduk. Ciri ketiga adalah perbedaan kebudayaan (cultural

difference). Ciri yang terakhir, adanya identifikasi diri sebagai indigenous (self-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

18

18

identification as indigenous). Ini berarti mereka mengakui bahwa merekalah

suku asli dari wilayah tertentu. Ciri-ciri di atas dicetuskan oleh The Independent

Commission on International Humanitarian Issues (ICIHI) dalam dokumen

laporan mereka, berjudul Indigenous Peoples: a Global Quest for Justice, yang

diterbitkan pada tahun 1987 (Gray dalam Barnes dkk., 1995: 38). Keempat ciri

tersebut pertama-tama bermanfaat untuk membedakan antara suku-suku asli (the

indigenous peoples) dengan kelompok pendatang.

Julian Burger (Barnes dalam Barnes dkk., 1995: 311) membuat rumusan

karakteristik indigenous peoples. Kriteria yang dibuat Burger tidak mengarah

pada definisi tertentu sebab tidak mesti keseluruhan kriteria cocok dengan tiap-

tiap suku asli. Karakteristik suatu suku asli dapat saja sesuai dengan keseluruhan

kriteria tersebut, tetapi bisa juga hanya sebagian dari karakteristik suku tersebut

yang tercakup dalam rumusan Burger. Berikut ini enam karakteristik indigenous

peoples menurut Burger.

1.6.2.1 Mereka merupakan keturunan dari penduduk yang pertama mendiami

suatu wilayah yang kemudian menjadi taklukan bangsa Barat.

1.6.2.2 Mereka hidup secara berpindah-pindah dengan mempunyai kebun

atau ladang berpindah, memelihara hewan ternak, ataupun menjadi

pemburu pengumpul, yang bercocok tanam secara padat karya dengan

hasil panen yang tidak banyak berlebih serta kebutuhan energi rendah.

1.6.2.3 Mereka belum mengenal lembaga pemerintahan yang terpusat,

pengaturan dilakukan di tingkat komunitas, dan keputusan-keputusan

diambil berdasarkan kesepakatan bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

19

19

1.6.2.4 Mereka berbicara dalam bahasa yang sama, memeluk

agama/kepercayaan yang sama, mempunyai kebudayaan yang sama.

Mereka juga mempunyai ciri pengenal yang menunjukkan wilayah

mereka dan pertalian dengan wilayah tersebut, namun hal ini

ditundukkan oleh kebudayaan dan masyarakat yang dominan.

1.6.2.5 Mereka mempunyai pandangan dunia (world view) yang berbeda

yakni yang melindungi dan bersifat nonmaterialis terhadap alam

lingkungan (nature) serta kandungan sumber daya di dalamnya.

1.6.2.6 Mereka terdiri dari orang-orang yang secara objektif menganggap diri

mereka suku asli (indigenous) dan mereka diterima di dalam

kelompok sebagai suku asli juga. (Barnes dalam Barnes dkk., 1995:

311)

Dewasa ini, perspektif suku asli (the indigenous peoples) tidak terbatas

dalam bidang ilmu antropologi atau etnologi semata. Meskipun berangkat dari

disiplin ilmu antropologi, penelitian berperspektif suku asli telah menjadi

interdisipliner sebab sudah mulai digabungkan pula dengan, salah satu

contohnya, psikologi kebudayaan (Kim dkk., 2010: xxi-xxv).

Ketika menetapkan kerangka teori untuk membaca wajah suku asli Papua

lewat novel Tanah Tabu, penulis menghadapi tantangan, yakni harus memilih

teori yang sudah jamak dipergunakan dalam penelitian sastra, misalnya teori

sosiologi sastra, feminisme, atau poskolonialitas. Semula penulis bermaksud

menggunakan teori poskolonialitas. Akan tetapi, seiring berjalannya proses

pembacaan, penulis tidak menemukan oposisi biner diri-liyan (self-other), Barat-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

20

20

Timur, ataupun penjajah-jajahan (colonizer-colonized) dalam novel Tanah Tabu.

Penulis hanya berfokus pada kehadiran suku asli Papua. Dengan demikian, teori

poskolonialitas menjadi mubazir bila “dipaksakan” untuk membaca wajah suku

asli dalam skripsi ini. Dengan dasar tersebut, penulis berketetapan untuk

menggunakan perspektif suku asli (the indigenous peoples) secara konsisten dan

sepenuhnya untuk membaca wajah suku asli Papua lewat novel Tanah Tabu

sekalipun perspektif suku asli belum populer di ranah penelitian sastra.

1.7 Metode Penelitian

Berdasarkan lokasi yang telah ditetapkan, “Membaca Wajah Suku Asli

Papua Lewat Novel Tanah Tabu” merupakan penelitian kepustakaan (library

research). Data-data yang menjadi bahan penelitian ini merupakan data tertulis,

dihimpun dari berbagai pustaka (literatur), mulai dari yang tercetak hingga yang

elektronik. Sebagian besar data penelitian ini memang bersumber dari

perpustakaan.

Dalam penelitian “Membaca Wajah Suku Asli Papua Lewat Novel Tanah

Tabu”, data yang dipergunakan penulis dikelompokkan menjadi (i) data primer

dan (ii) data sekunder. Yang dipilih menjadi data primer yaitu data yang utamanya

menjadi objek penelitian, yang berkaitan langsung dengan rumusan masalah.

Sehubungan dengan hal tersebut, data primer untuk penelitian ini berupa kutipan

kalimat dan wacana (teks) dari novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf. Di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

21

21

bawah ini dirinci sumber data primer.

Judul : Tanah Tabu

Pengarang : Anindita S. Thayf

Tahun Terbit : 2009

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman : 237

Di samping data primer, penulis menghimpun data sekunder. Data sekunder untuk

penelitian ini berupa pustaka lain—baik berupa buku, karya ilmiah akademis,

terbitan berkala, maupun bahan bacaan elektronik—yang membantu memecahkan

rumusan permasalahan, di antaranya adalah yang telah disebutkan pada tinjauan

pustaka dan landasan teori.

Pada tahap pengumpulan data, data dihimpun baik dalam bentuk kalimat

maupun wacana. Data yang diambil adalah yang menunjukkan tokoh dan

penokohan, khususnya penokohan suku-suku asli Papua. Berdasarkan bentuk

tersebut, penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, yakni penelitian yang

dilakukan dengan data-data yang lengkap secara tipikal. Untuk mengumpulkan

data-data kualitatif dari Tanah Tabu, penulis meminjam metode simak

(observation method) (Kesuma, 2007: 430) dari ranah penelitian bahasa

(linguistik). Metode simak ini dieksekusi melalui teknik catat. Untuk

melaksanakan teknik catat, penulis menyediakan instrumen penelitian berupa

kartu data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

22

22

Analisis data dilaksanakan dengan metode deskriptif analitis. Seperti

diterangkan Ratna (2004: 53), metode deskriptif analitis “dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis”. Sesuai

dengan penjelasan yang dikutip tersebut, penulis mendeskripsikan fakta-fakta

yang disarikan dari data penelitian, yaitu dari novel Tanah Tabu, berikutnya

penulis menganalisis data dan fakta yang dimaksud.

Di samping metode deskriptif analitis, peneliti memanfaatkan metode

intuitif (penafsiran) pula sebagai metode berpikir. Hal ini dilakukan supaya

peneliti terbantu dalam pembatasan dan pemilihan data. Dasar penulis

menggunakan metode intuitif dalam penelitian ini adalah untuk memberi

perhatian pada isi pesan dari novel Tanah Tabu.

Pada tahap penyajian hasil analisis data, peneliti melakukan perumusan atas

proses meneliti yang telah dilaksanakan dalam wujud laporan tertulis. Hasil

penelitian dituliskan secara deskriptif, mengikuti metode deskriptif analitis yang

telah dipilih dalam tahap analisis data sebelumnya. Dengan demikian, hasil

penelitian ini berupa deskripsi wajah suku-suku asli Papua berikut ekspresi

kebudayaan mereka yang ditunjukkan dalam Tanah Tabu.

Adapun hasil analisis data disusun menurut metode penyajian secara

informal. Sesuai dengan rumusan Sudaryanto, “[m]etode penyajian informal

adalah perumusan dengan kata-kata biasa—walaupun dengan terminologi yang

teknis sifatnya” (1993: 145). Metode ini dipinjam dari metode penelitian

linguistik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

23

23

Temuan-temuan dari proses analisis data serta kesimpulan penelitian

disajikan dalam sebuah laporan tertulis. Laporan tersebut ditulis secara runtut

menurut sistematika penyajian yang disusun oleh penulis. Melalui laporan inilah

diharapkan manfaat penelitian dapat sampai kepada banyak orang.

1.8 Sistematika Penyajian

Untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian berjudul “Membaca

Wajah Suku Asli Papua Lewat Novel Tanah Tabu” ini, diberikan sebuah

sistematika yang jelas. Sistematika penyajian hasil penelitian tersebut dirinci

sebagai berikut.

Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, landasan teori, metode penelitian, sumber data penelitian, dan sistematika

penyajian hasil penelitian ini sendiri.

Bab kedua menjawab rumusan permasalahan yang pertama. Bab ini berisi

sinopsis novel Tanah Tabu.

Bab ketiga menjawab rumusan permasalahan kedua. Bab tersebut berisi

uraian mengenai tokoh dan penokohan yang diciptakan pengarang, Anindita S.

Thayf, dalam novel Tanah Tabu.

Bab keempat menjawab rumusan permasalah ketiga. Bab ini berisi

pembacaan atas wajah suku-suku asli Papua yang dimunculkan dalam Tanah

Tabu, dibaca dengan perspektif the indigenous people.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

24

24

Bab selanjutnya, yaitu bab kelima, menjadi bagian penutup untuk

keseluruhan hasil penelitian ini. Bab kelima berisi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan yang dimaksud ialah poin-poin penting dari deskripsi wajah suku-

suku asli Papua ditokohkan dalam Tanah Tabu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

25

25

BAB II

SINOPSIS NOVEL TANAH TABU

2. 1 Pengantar

Bab ini berisi ringkasan novel (sinopsis) Tanah Tabu karya Anindita

Siswanto Thayf. Sinopsis Tanah Tabu penting untuk mengetahui posisi suku asli

dalam cerita dan bagaimana tiap-tiap tokoh suku asli berperan dalam keseluruhan

cerita (lakon). Cerita Tanah Tabu bermanfaat secara tidak langsung untuk

memperkenalkan kebudayaan dan adat-istiadat suku-suku asli Papua kepada

khalayak pembaca novel tersebut. Di dalam penelitian ini, penulis memandang

kebudayaan suku asli sebagai “ekspresi wajah” mereka. Sinopsis membantu

memperjelas ekspresi suku asli. Dari sinilah wajah suku asli dapat dibaca.

Novel Tanah Tabu dikisahkan dengan sudut pandang orang ketiga atau

diaan (third person point of view). Ada 3 tokoh yang menjadi pencerita (narator),

yaitu Leksi, anak perempuan berusia 7 tahun; Kwee, seekor babi kecil piaraan

Mace; dan Pum, anjing pemburu milik suku Dani yang menjadi “bayangan”

Mabel. Tiap-tiap pencerita membeberkan kisah yang dirangkai penulis sesuai

urutan waktu kejadiannya (kronologinya) dan dimasukkan penulis ke dalam

sinopsis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

26

26

2. 2 Sinopsis Novel Tanah Tabu

Di Lembah Baliem pada tahun 1946, terdapat sebuah perkampungan suku

Dani tempat tokoh Mabel berasal. Mabel dilahirkan di kampung ini pada tahun

1948, dengan nama Waya, dari seorang ibu yang senantiasa ber-sali dan ber-

noken serta seorang ayah yang mahir berburu dan berperang. Di antara tahun 1948

itu sampai sebelum 1956—tidak diterakan persisnya kapan, sekelompok orang

Belanda merambah perkampungan Mabel. Kelompok Belanda ini dipimpin

seorang laki-laki bernama Piet van de Wissel. Mereka mendirikan pos

pemerintahan dan lapangan terbang di Lembah Baliem. Seselesainya pos

pemerintahan dan lapangan terbang dibangun, van de Wissel dan Stappen,

istrinya, berpindah tugas ke pedalaman Mindiptana pada tahun 1956. Sebelum

meninggalkan Lembah Baliem, Hermine Stappen membawa serta Mabel yang

berusia 8 tahun. “Nyonya Hermine, istri Tuan Piet, meminta Mabel menjadi anak

piaraannya.” (Thayf, 2009: 106) “Mabel ... bekerja pada keluarga van de Wissel ...

menjadi pembantu dan pengasuh anak-anak mereka.” (Thayf, 2009: 39)

Hermine Stappen mengganti nama Waya menjadi Anabel. Anabel yang

kelak pada masa tua dipanggil Mabel pun mengikuti Stappen dan van de Wissel

ke berbagai kota tanpa meninggalkan anjing peliharaannya, Pum. Meskipun hanya

selama 6 tahun Mabel menjadi anak angkat keluarga van de Wissel, ia tertular

banyak kultur Barat. Mulai dari kebiasaan makan dan minum, gaya

berpenampilan, hingga kesukaan membaca buku. Stappen dan van de Wissel

bersikap mendukung perkembangan Mabel ke arah ini. Kebudayaan Daninya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

27

27

tentu dikesampingkan, namun Mabel menjadi modern sebagaimana yang

diceritakan lewat mulut anjingnya berikut ini.

(3) Seiring itu, Mabel juga mulai belajar tentang cara menjaga kebersihan, memasak, menggunakan alat-alat dapur, mengolah makanan kaleng, serta membuat secangkir kopi panas yang tepat manisnya untuk Tuan Piet setiap pagi, serta sedikit-sedikit bahasa Belanda dan Indonesia. Di sela-sela kesibukan barunya itu, Mabel menyempatkan diri pula untuk berkebun. Ia telah meminta izin kepada Nyonya Hermine untuk memakai sedikit halaman belakang rumah sebagai kebun buah dan sayur. Tanpa disangka-sangka, perempuan berambut mengilap itu justru menyuruh Mabel menggunakan seluruh halaman belakang. Tuan Piet malah menyumbang beberapa kantong bibit buah labu yang dibelinya entah dari siapa. (Thayf, 2009: 110)

(4) Saat tiba di Wamena, Mabel terlihat jauh lebih dewasa dari empat tahun lalu. Tak hanya sikap, tetapi juga bentuk tubuh. Ia mencoba memanjangkan rambut layaknya gadis-gadis yang dilihatnya di Manokwari. Hasilnya, rambut Mabel mengembang ke atas sehingga mengharuskannya untuk selalu mengempiskannya dengan bandana kain lebar atau sekadar pita kecil. Begitupun, ia tampak lebih manis dan modern. Ya, Mabel telah lebih manis dan modern, apalagi dengan baju terusan berok lebar, ikat pinggang, dan sepatu putih. ... Kedewasaan dan kemodernan sikap Mabel juga dimatangkan dengan kesukaannya membaca buku. Mabel yang sudah mulai lancar berbahasa Belanda dan Indonesia sering meminjam beberapa buku tipis bersampul menarik dan penuh gambar dari rak buku Tuan Piet. Di beberapa kesempatan, ia malah dipercaya Nyonya Hermine menuntun Ann belajar mengenal huruf.

Aku melihat Tuan Piet dan Nyonya Hermine justru mendukung ketertarikan Mabel pada buku. Mereka malah menambah waktu luangnya pada akhir pekan, dan membiarkan Mabel menghabiskannya dengan hanya membaca buku di kamar atau teras depan. (Thayf, 2009: 121)

Hanyalah keinginan Mabel untuk belajar di bangku sekolah yang tidak terwujud,

tidak didukung oleh Stappen dan suaminya. Patut dikagumi, tekad Mabel untuk

menjadi pribadi pembelajar tidak melemah walaupun tidak didukung oleh suami-

istri Belanda itu. Meskipun Mabel merasakan tidak nyamannya hidup di bawah

kekuasaan orang lain, Mabel tidak seterusnya berkecil hati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

28

28

(5) Namun anehnya, ketika Mabel berkenalan dengan seorang pemuda Papua yang bekerja sebagai guru di sebuah sekolah anak-anak kampung, dan pemuda itu berhasil menularkan semangat bersekolah murid-muridnya kepada Mabel, lantas beberapa hari kemudian Mabel memberanikan diri meminta kepada Nyonya Hermine dan Tuan Piet untuk disekolahkan pula, mereka malah menolak.

“Kami rasa pengetahuanmu sekarang ini sudah lebih dari cukup, Anabel. Kau sudah sangat maju dari dirimu yang dulu. Bahkan kalau mau, kau bisa mendapat ilmu yang lebih banyak lagi dari membaca buku. Kau ini anak yang cerdas, Anabel. Cepat tanggap dan mudah menyerap setiap pelajaran dari mana pun asalnya, termasuk buku. Jadi untuk apa bersekolah? Apalagi sekolah kampung seperti yang ada sini. Itu hanya untuk anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis,” jelas Tuan Piet.

“Betul kata tuanmu, Anabel sayang. Kau sudah lebih pintar sekarang. Dan yang penting, kau sudah merasa bahagia karenanya, bukan?”

Aku ada di situ selagi Nyonya Hermine bertanya kepada Mabel, yang menjawabnya dengan anggukan pelan.

“Nah, kalau sudah seperti itu apa lagi yang kaucari? Kau sudah bisa baca, tulis, dan berhitung. Menguasai bahasa Belanda dan Indonesia. Kau juga sangat pintar memasak, mengasuh anak, mengurus rumah, sampai berkebun. Apa lagi?”

Nyonya Hermine menyentuh bahu Mabel yang menguncup. ... Seandainya Nyonya Hermine tahu, kata-katanya pada malam itu justru mencambuk niat Mabel untuk terus belajar dan tahu lebih banyak lagi. Sayangnya, keluarga Tuan Piet harus segera kembali ke Belanda dua tahun kemudian. (Thayf, 2009: 122, 123-124)

Pada tahun 1962, keluarga van de Wissel meninggalkan tanah Papua tanpa

membawa Mabel.

Mabel kembali ke perkampungan sukunya. Ia dilamar oleh seorang laki-laki

sesama suku Dani dan tak lama kemudian dinikahkan orang tuanya dengan laki-

laki tersebut. Ketika menikah, umur Mabel belum genap 15 tahun. Selewat 5

bulan, pernikahan ini bubar akibat pecahnya sebuah perang antarsuku. Mabel

menikah untuk kedua kalinya dengan seorang laki-laki suku Amungme bernama

Pace Mauwe. Bersama Pace Mauwe dan anak laki-laki mereka, Mabel tinggal di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

29

29

kampung Pace Mauwe, di lereng gunung. Tiga tahun kemudian, perusahaan

pertambangan emas besar berdiri di situ, menggusur keluarga Mabel beserta

penduduk sekampung. Selain kampung mereka terpaksa berpindah, lingkungan

suku Amungme menjadi tercemar karena limbah berat pabrik tambang emas.

Program relokasi perkampungan yang dijalankan perusahaan pertambangan emas

itu tidak dapat mengganti lingkungan hidup yang telah terlanjur tercemar. Si

pencerita, tokoh Pum, mengungkapkannya dalam percakapan dengan tokoh Kwee

si babi sebagai berikut.

(6) Kampung Pace Mauwe digusur perusahaan emas milik pendatang dari lereng gunung tempat tinggal mereka sejak lama. Memang, ada kampung dan rumah baru yang diberikan sebagai gantinya di daerah bawah, tapi cukup jauh dari hutan, apalagi sungai. Dan, Kwee, kau mungkin tidak akan percaya kalau kubilang hutan itu sekarang tidak lagi menghasilkan sagu, sedangkan sungainya dipenuhi kotoran perusahaan itu. Terkenangku pada suatu pagi ketika ada banyak ikan tiba-tiba mengapung mati di sungai itu, dan banyak penduduk memungutnya untuk dibakar, tapi Mabel tidak tergoda sama sekali. Ia bilang ikan itu mati karena sakit, dan siapa pun yang memakannya juga akan bernasib sama. Sakit lalu mati. Itulah saat Pace Mauwe marah besar untuk pertama kalinya. Ia tidak punya kebun untuk digarap dan sudah lama tidak makan daging. (Thayf, 2009:135-136)

Dengan keadaan demikian, kebutuhan mendasar seperti pangan jadi

semakin mendesak. Untuk bertahan hidup bersama keluarganya, Pace Mauwe

mencari pekerjaan. Dia menemukannya justru di perusahaan pertambangan emas

milik pendatang. Di sana, Pace Mauwe bekerja sebagai tukang sapu dan mendapat

upah. Mula-mula upah menyapu dibelanjakannya untuk kebutuhan makan. Tetapi,

karena tidak terbiasa dengan cara diupah dan pengaturan keuangan, Pace Mauwe

menghabiskan uangnya dalam sekejap mata. Setelah menerima upah untuk kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

30

30

kali dan seterusnya, Pace Mauwe mulai membeli minuman keras dan memakai

jasa pelacur. Perilaku mabuk-mabukan dan main perempuan tersebut merebak

seiring dengan kehadiran perusahaan pertambangan emas. Kebiasaan Pace

Mauwe berubah menjadi boros, suka bersenang-senang, bermabuk-mabukan.

Kepribadiannya yang dahulu disukai Mabel pun hilang.

(7) Gara-gara upah itu, Kwee, Pace Mauwe berubah. Dia jadi suka mabuk-mabukan dan pergi sampai jauh malam. Kata orang-orang, ia bersenang-senang dengan Paha Putih di tempat minum yang buka sampai pagi. Mabel pernah mendapatinya. Mengomeli dan menariknya pulang ke rumah. Tapi dasar laki-laki tidak tahu diri! Ia malah memukul Mabel, dan Johanis kecil juga. Aku yang kebetulan ada di situ diusirnya dengan lemparan botol. Sejak itu, Kwee, hidup Mabel semakin menderita. Pace Mauwe menolak berubah, bahkan makin ganas menyiksa kami. Akhirnya, Mabel, Johanis, dan aku memilih pindah. Kami sempat berganti rumah sewa sekali hingga akhirnya sampai di tempat ini. Hidup miskin bertiga, tapi cukup bahagia karena tidak ada yang menyakiti kami lagi. (Thayf, 2009: 136)

Sebagaimana diceritakan oleh Pum oleh si anjing, Pace Mauwe yang sering

mabuk pun melakukan kekerasan pada istri dan anaknya. Mabel berkeputusan

meninggalkan Pace Mauwe. Dia membawa anak laki-lakinya, Johanis, dan Pum

ke rumah kontrakan di kampung yang lain. Walaupun kehidupan Mabel menjadi

prihatin secara material, ia lebih berbahagia tanpa orang yang menyakitinya.

Kurang lebih pada umur 19 tahun, Johanis menikah. Ia dan istrinya, Lisbeth,

tinggal di sebuah kampung, berpencar dari Mabel yang memilih tinggal di Kota

Dolar, Timika. Lisbeth yang di dalam novel lebih akrab dipanggil Mace

melahirkan seorang anak laki-laki bernama Lukas. Untuk menafkahi istri dan

anak itu, Pace Johanis memutuskan merantau ke kota. Mace tetap berada di

kampungnya. Di situlah perempuan ini mengalami perkosaan oleh sekelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

31

31

orang berciri militer. Perkosaan atas Mace diketahui oleh Pace Johanis saat ia

sedang pulang kampung.

(8) Asal kau tahu, setelah kejadian itu, Ibu menuturkan pula bahwa Pace Johanis yang sempat pulang ke kampung dan mengetahui hal tersebut menjadi sangat marah. Anehnya, marah itu justru ditimpakannya kepada Mace, bukan kepada para pemerkosanya. Kata Ibu, Pace Johanis kerap memaki Mace, bahkan di depan Lukas, sebagai pelacur, penggoda lelaki, dan masih banyak hinaan tak pantas lainnya. Jadilah Mace korban caci maki suaminya sendiri yang menganggapnya sebagai perempuan kotor yang pantang disentuh. Pace Johanis pun meneriakkan kata pisah, lalu melangkah pergi sambil mengancam tak akan kembali. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Beberapa kali Pace Johanis masih tergerak untuk datang lagi ke kampung menemui Mace dan Lukas, meskipun pada akhirnya laki-laki itu akan menenggelamkan diri dalam berbotol-botol minuman keras di warung kampung, sebelum kemudian pulang dalam keadaan mabuk berat, mendapati Mace yang sedang menunggu di rumah, memukulinya sampai puas, dan terakhir menidurinya tanpa sadar. Kejadian tersebut terus berulang hingga Mace mengaku hamil. Kala itu, Pace Johanis bersumpah anak yang sedang dikandung Mace bukanlah anaknya, melainkan anak orang lain. (Thayf, 2009: 227-228)

Dalam keadaan marah tanpa berpikir terlebih dahulu, Pace Johanis memaki,

bermabuk-mabukan, memukuli, sampai memaksakan hubungan seksual pula pada

Mace hingga Mace mengandung. Anak yang dilahirkan kemudian dinamai Leksi.

Pace Johanis tidak mau jujur mengakui bahwa Leksi tak lain adalah anaknya.

Laki-laki itu pergi lagi tanpa pernah kembali pada keluarganya.

Mace membawa Lukas dan Leksi meninggalkan kampung. Dengan diikuti

babi piaraannya, Mace pergi menuju kota tempat tinggal ibu mertuanya, Mabel,

yaitu Timika. Timika berjuluk Kota Dolar. Di sanalah Mace, Lukas, dan Leksi

kemudian tinggal bersama Mabel. Empat bulan berikutnya, Lukas yang

kekurangan nutrisi jatuh sakit hingga meninggal. Mace tak habis menyesali diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

32

32

sendiri. Untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka selanjutnya, Mace membantu

Mabel menjual hasil kebun di pasar. Mabel sendiri berdagang pinang serta

sesekali mengerjakan pesanan noken. Dari pekerjaan ini, Mabel dan Mace

memperoleh cukup uang untuk membayar sewa rumah dan biaya sekolah Leksi.

Leksi duduk di bangku kelas 1 SD. Di lingkungan rumah, ia berteman

dengan Yosi dan Karel. Yosi, teman akrab Leksi, tinggal sebelah rumah Leksi.

Yosi adalah anak Mama Helda dan Pace Poro Boku. Adapun Mama Helda sempat

akrab dengan Mabel beberapa tahun lampau. Namun, berbeda halnya dengan

Karel. Walaupun Mabel dan Leksi sendiri kurang menyukai Karel, Leksi tetap

berteman dengan anak kaya itu. Hampir setiap kali bermain dengan Leksi dan

Yosi, Karel membawa mainan baru. Ayahnya, Pace Gerson, adalah pemimpin

partai Belahan Jiwa Rakyat. Mabel “alergi” (baca: bersikap sangat kritis) terhadap

Pace Gerson. Sikap Mabel ini ditujukan pada segala janji kosong dan propaganda

partai Pace Gerson. Tidak disangka Mabel, Karel pernah mengajak Leksi ke

rumahnya dan pada waktu itulah Pace Gerson “mempromosikan” partainya pada

Leksi.

(9) Selanjutnya, pembicaraan kami kembali tersambung. Laki-laki itu mulai berbicara tentang hal lain. Tentang partai.

“Leksi, kau memang masih kecil. Tapi biar kuberitahu, partai-partai yang kausebut tadi adalah partai murahan. Mereka berbeda dari partaiku, Nak. Partai yang paling berkelas.”

Lalu Pace Gerson mengarahkan telunjuknya pada selembar poster raksasa yang dipajang di salah satu dinding ruang tamunya. Tepat di sebelah pintu kamar yang tertutup. Poster itu berwarna cokelat.

“Partai Belahan Jiwa Rakyat!” Ia membaca keras-keras sederet tulisan yang tercetak besar dan tebal di

bagian bawah poster. Persis di bawah gambar ikan yang sedang menari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

33

33

“Kujelaskan kepadamu, Nak. Partai kami sudah terbukti tak terkalahkan. Warna cokelat berarti kami ibarat tanah yang selalu siap menjadi tumpuan rakyatnya. Tanah yang subur dan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan gambar ikan berarti negara kita adalah negara kepulauan yang dikelilingi laut.” Ia menjelaskan dengan gagah hingga membuatku terperangah. (Thayf, 2009: 205-206)

Kemudian musim panen tiba di Kota Timika pada suatu waktu. Ada banyak

sayur dan buah yang dihasilkan dari kebun Mace dan Mabel. Kedua perempuan

ini membawa hasil panen mereka ke pasar tradisional untuk dijual, sama dengan

yang dilakukan para pedagang lainnya. Seperti Mabel dan Mace, pedagang-

pedagang ini adalah suku asli Papua yang lebih umum disebut sebagai orang

Komen. Pada tahun sebelumnya, pedagang sayur-mayur dan buah-buahan ini,

termasuk Mace dan Mabel, mendapat janji dari perusahaan pertambangan emas

besar bahwa perusahaan bersangkutan akan membeli hasil panen sayur serta buah

dari para pedagang Komen.

(10) “Tapi bukankah sekarang kita tidak perlu khawatir lagi.” Mabel yang tiba-tiba muncul dari lapak sebelah membalas ucapan Mace. “Perusahaan itu sudah buat kesepakatan dengan orang-orang kita. Mereka bilang mau membeli sayur kita untuk pegawainyaa. Buktinya, panen kemarin kita tidak rugi. Semua habis diborong. Jadinya, aku bisa menyekolahkan Leksi dan memperbaiki dinding sumur. ... Lihat saja sebentar, orang perusahaan itu pasti datang mengambil sayur. Makanya sudah kusiapkan sayur mana yang mau mereka bawa nanti.”

Sambil memijat-mijat tangan kirinya yang berjari bengkok, Mabel melarikan pandangannya ke segunung sayuran dalam sejumlah keranjang bambu yang berdiri sesak dekat sandalnya. Seperti aku, jika tidak dimarahi Mace, Mabel lebih suka bertelanjang kaki. “Lantas, Leksi, kalau semua sayuran itu sudah laku,” kali ini ia berbicara kepadaku, “akan kumasak ayam untukmu. Kau pernah bilang ingin makan ayam, bukan? Seperti yang pernah kaulihat disantap orang-orang di warung ruko sana. Aku masih ingat kata-katamu, Nak.” (Thayf, 2009: 79-80)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

34

34

Hasil panen para pedagang Komen dibeli oleh perusahaan pertambangan emas

pada tahun yang lalu. Akan tetapi, hasil panen pedagang Komen pada tahun ini

tidak dipedulikan oleh perusahaan, padahal mereka sudah mengelompokkkan

sebagian besar sayur dan buah untuk dijual pada perusahaan bersangkutan.

Pedagang-pedagang Komen mengalami rugi yang tidak sedikit sehingga mereka

kecewa dan ingin memprotes.

(11) Aku menduga ia telah menghadiri sebuah pertemuan rahasia yang bertujuan jahat. Nyatanya, ketika aku berada di tengah orang-orang ini, sama sekali tidak kudengar pembicaraan tentang itu. Mereka hanya ingin berdemo.

“Sudah kubilang dari kemarin-kemarin, lebih baik kita demo saja. Titik! Tidak usah ada pertemuan atau pembicaraan. Perusahaan itu tidak akan pernah mau mendengar suara kita. Kalaupun dengar, mereka pasti pura-pura tidak mengerti. Kita pakai bahasa Papua, mereka pakai bahasa Indonesia. Kita ubah pakai bahasa Indonesia, mereka malah bicara bahasa asing. Kesimpulannya, mereka menganggap kita ini bodoh. Tidak sederajat dengan mereka. Jadi lebih baik kita demo saja.”

“Ya, setuju! Aku setuju kita demo.” “Aku juga.” “Sa juga setuju! Apalagi kalau demonya di jalan besar sana biar mobil

perusahaan itu tidak bisa lewat dan pegawainya tidak masuk kantor. Bagaimana?”

“Wah, itu ide yang bagus! Bagus sekali. Sa dukung itu.” Itulah suara-suara yang menyesaki ruang tamu sempit di sebuah rumah

milik seorang paitua yang kukenal sebagai penjual labu di pasar. Saat ini, si paitua sedang berusaha membantu Mabel menenangkan seorang pemuda berambut gimbal yang berbicara sangat berapi-api. Pada wajah legamnya, tampak jelas ekspresi kemarahan yang lama terpendam, sementara sepasang matanya terus-menerus menyorot tajam. Kuyakin pemuda itu siap mengamuk kapan saja jika tak segera dihentikan. Seingatku, sosok pemuda itu pernah kulihat berjualan sayur di dekat parkiran pasar. Saat menawarkan jualannya, suaranya pun selantang itu. Ya, aku ingat sekarang. Dia benar pemuda yang kumaksud.

“Tahan dulu sebentar, Anak. Tahan dulu! Kita harus pikir baik-baik sebelum melakukan sesuatu yang mungkin bisa merugikan orang lain.”

“Tapi, Mabel, kita sendiri sudah rugi!” “Ya, ya. Semua orang tahu. Tapi apakah itu bisa dijadikan alasan untuk

membalas dendam dengan membuat mereka juga ikut merugi? Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

35

35

melarang mobil dan pegawai mereka masuk kantor, begitu? Lantas, apa ada yang berani menjamin setelah demo nanti pihak perusahaan akan langsung membeli sayur kita seperti janji mereka? Bagaimana kalau justru sebaliknya? Mereka tidak mau bekerja sama lagi dengan kita karena takut. Bukankah begitu tanggapan banyak pendatang tentang sikap kita, para penduduk asli: sangar dan bikin takut?” (Thayf, 2009: 171-173)

Mabel menggalang mereka untuk berunjuk rasa dengan cara yang rasional dan

sehat, namun sebagian besar pedagang tidak bisa mengesampingkan emosi

mereka yang meninggi. Sejumlah pedagang bereaksi dengan marah. Akan tetapi,

sesungguhnya mereka tidak berdaya melawan perusahaan pertambangan emas itu.

Beberapa waktu sebelum Pilkada yang diikuti oleh Partai Belahan Jiwa

Rakyat tiba, meletus sebuah pertikaian suku di wilayah Timika. Seorang Mama

Pembawa Berita bernama Mote menyebarkan kabar perkembangan perang yang

terjadi saat itu. Mabel mengecam perang tersebut secara terang-terangan. Di

depan Mama Pembawa Berita, Mabel berbicara dengan pedas bahwa perusahaan

penambangan emas adalah dalang di balik pertikaian itu. Mama Pembawa Berita

memperhatikan kritik Mabel yang memerahkan telinga itu. Dalam benak Mama

Pembawa Berita, timbul maksud buruk untuk menjebak Mabel.

Selepas pertikaian suku, rumah Mabel dikunjungi seorang tamu dari Biak.

Tamu itu seorang perempuan bernama Mama Kori. Saat menginap di rumah

Mabel, Mama Kori berkisah kepada Mace dan Leksi mengenai peristiwa pahit

dalam hidup Mabel di masa silam, di antaranya bahwa Mabel pernah ditahan oleh

militer atas tuduhan yang tidak jelas.

Sementara Mama Kori sedang menuturkan ceritanya pada malam itu, suara

pertengkaran dari rumah Mama Helda terdengar sampai ke rumah Mabel. Rupa-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

36

36

rupanya itu adalah Pace Poro Boku yang melakukan kekerasan domestik terhadap

Mama Helda yang sedang hamil tua. Sebagai akibatnya, Mama Helda mengalami

keguguran.

Keesokan paginya, Mama Helda pergi dari rumah dengan membawa anak-

anaknya. Ia mau terbebas dari Pace Poro Boku yang tidak manusiawi. Untuk

sementara waktu, mereka ditampung di sebuah yayasan sosial milik gereja.

Beberapa hari berselang, setelah Mama Kori kembali ke Biak, Mabel mengajak

Leksi menjenguk Mama Helda, Yosi, dan adik-adik Yosi ke penampungan sosial

milik gereja. Sementara Leksi bermain dengan Yosi, Mama Helda mempunyai

waktu untuk berbicara secara pribadi dengan Mabel serta saling meneguhkan.

Diceritakan pula bahwa masa Pilkada semakin dekat. Kampanye partai

bertambah gencar, tak terkecuali Partai Belahan Jiwa Rakyat pimpinan Pace

Gerson. Stiker partai disebarkan, kaus partai dibagikan, slogan partai diseru-

serukan. Mabel melakukan perlawanan dengan cara menggalang komunitas

pedagang di pasar supaya sadar dan mewaspadai taktik politik praktis yang

sesungguhnya tidak berpihak pada kaum miskin. Benar saja, pada hari Partai

Belahan Jiwa Rakyat berkampanye ke pasar tempat Mabel berdagang, Mabellah

yang paling berani dan sinis menanggapi persuasi Pace Gerson. Pace Gerson

melihat sikap Mabel yang sama sekali tidak suportif ini sebagai rintangan

kesuksesannya pada ajang Pilkada. Tidak bisa diabaikan, Mabel punya

kemampuan menghimpun para pedagang di pasar yang dapat memboikot Partai

Belahan Jiwa Rakyat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

37

37

Pace Gerson pun mengambil langkah untuk membungkam Mabel.

Perempuan yang sudah berumur ini diperangkap lewat tawaran kerja sama yang

pura-pura dari Mama Pembawa Berita. Mabel pun dituduh terlibat dalam gerakan

separatis sehingga pada suatu siang, militer sekali lagi menahan perempuan ini.

Mace sangat takut ketika melihat militer menerobos masuk ke rumah karena

traumanya akan pengalaman perkosaan menjadi bangkit. Saat militer membawa

paksa Mabel dengan mobil, tetangga-tetangga sekitar rumah, termasuk Pace

Gerson sendiri, hanya menyaksikan kejadian itu sambil berbisik satu sama lain.

Leksi sangat sedih dan tak henti mengkhawatirkan neneknya hingga malam tiba.

Pum dan Kwee, anjing dan babi piaraan keluarga, berupaya mencari Mabel

dengan maksud menenangkan perasaan Leksi. Kedua hewan itu berhasil

menemukan tempat Mabel ditahan, namun mereka malah tertangkap sebagai

hewan buruan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

38

38

BAB III

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL TANAH TABU

3.1 Pengantar

Seperti yang telah dikemukakan Stanton dalam Nurgiyantoro (1995: 165),

tokoh (character) adalah pelaku-pelaku cerita yang ditampilkan. Dalam novel

Tanah Tabu, hampir keseluruhan pelaku dalam cerita adalah orang-orang asli

Papua. Dalam dialek setempat yang dipergunakan dalam novel, orang-orang asli

Papua disebut orang Komen. Sebagian besar dari mereka diberi nama panggilan

yang jelas, misalnya Anabel, Lisbeth, Leksi. Namun, beberapa pelaku tidak

diperkenalkan dengan nama yang jelas, di antaranya seorang pemuda Meno yang

mabuk berat sampai-sampai terkapar di depan sebuah ruko, seorang pedagang

sayur berambut gimbal, dan seorang ibu yang memaki perusahaan tambang emas

dengan sangat emosional.

Sebagai catatan, Meno merupakan sebuah sebutan. Seperti sebutan Komen,

Meno merujuk pada suku asli Papua. Pada awalnya, Meno dimaksudkan untuk

menyebut suku Amungme yang berasal dari gugus pegunungan di Papua. Dalam

perkembangannya, sebutan Meno mengalami perluasan arti dan merujuk pada

suku-suku asli pegunungan, bahkan pada suku-suku dari kawasan pesisir. Suku

Kamoro, sebagai contoh, dapat juga disebut Meno (Pickell, 2001: 226; Yuniarti,

2008: 54).

Secara lebih lengkap, berikut ini dipaparkan pelaku-pelaku dalam Tanah

Tabu serta penokohan tiap pelaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

39

39

3.2 Tokoh dan Penokohan dalam Novel Tanah Tabu

3.2.1 Mabel

Mabel merupakan panggilan sayang yang berasal dari kepanjangan Mama

Anabel. Mabel berasal dari sebuah perkampungan suku Dani di Lembah

Baliem. Ibu dan ayahnya ialah orang Dani. Mabel dilahirkan pada tahun 1948

dengan nama Waya. Ketika berusia 8-14 tahun, Waya diangkat oleh suami istri

Belanda sebagai anak. Oleh ibu angkatnya, nama Waya diganti menjadi Anabel.

Sampai seterusnya, Waya dikenal dengan nama Anabel Okale. Orang tua

angkatnya bangsa Belanda berperan mendidik Anabel menjadi sosok yang

dewasa dan modern.

Sejak masih kanak-kanak, Mabel berbadan sehat, kuat, dan lincah. Mabel

kecil mempunyai senyum manis serta tatapan hangat. Ia akrab dengan gunung di

kampungnya. Tidak seperti anak-anak perempuan suku Dani biasanya, Mabel

tidak asing dengan senjata tradisional sukunya. Ia dekat dengan kedua kakak

laki-lakinya yang terampil berburu. Meskipun dia seorang anak perempuan,

Mabel juga bisa berkelahi dan tanpa ragu-ragu melawan anak laki-laki. Ciri

maskulin yang ditunjukkan Mabel semasa kanak-kanak tidak diterima dengan

baik di tengah masyarakat suku Dani yang patriarkhal. Di mata orang-orang

sekampung, anak perempuan yang tidak patuh dan tidak penurut tidaklah terpuji.

Mabel yang keberaniannya nyaris menandingi anak laki-laki dicap

pembangkang, liar, bahkan kerasukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

40

40

(12) Di tengah semua itulah Mabel tumbuh. Menjadi seorang anak perempuan berperawakan tinggi besar serupa lelaki, tetapi memiliki senyum manis dan tatapan hangat yang khas. Yang mampu mengangkat bermacam beban di atas kepalanya seraya naik-turun gunung tanpa alas kaki, sekaligus menggunakan sejata berburu yang mematikan: tombak dan panah. Hampir semua orang tahu Mabel berbeda. Tidak seperti kebanyakan anak suku Dani lainnya, ia lebih mirip seekor anjing pemburu yang menyimpan keganasan gigitannya dalam kepatuhan. Ia bisa menjaga sikap sepanjang hari layaknya anak perempuan, tetapi bisa pula tiba-tiba menyerang siapa pun yang menjahatinya dengan beringas.

Sekali waktu, ayah Mabel pernah memanggil seorang dukun untuk mengusir setan jahat yang disangka telah menyusup ke dalam tubuh anaknya. Penyebabnya adalah tindakan Mabel seminggu sebelumnya yang telah memukul punggung anak laki-laki sang kepala suku hingga pingsan. Mabel membela diri dengan berkata anak itu bersalah karena hampir membuat adiknya tenggelam dengan menekan kepalanya saat tengah bermain di sungai. Namun Mabel tetap dianggap bersalah. Ia patut mendapat hukuman. Sejak itu, julukan Pembangkang Kecil melekat di belakang namanya. Mabel kecil yang malang dipaksa tunduk pada adat sukunya; dikelilingi ketakutan yang terus-menerus ditiupkan para perempuan dewasa dengan berkata ia tidak akan menikah seumur hidup jika perilaku liarnya itu tidak diubah. (Thayf, 2009: 100-101)

Pada masa tua, Mabel hidup di Timika bersama menantu dan cucu

perempuannya. Ia berdagang pinang di pasar. Ia masih menguasai keterampilan

khas budaya suku Dani, yaitu merajut noken. Hal-hal ini menunjukkan bahwa

Mabel menempati posisi tokoh suku asli yang berdaya upaya. Terhadap orang-

orang, dia menunjukkan wibawa seorang perempuan tua Papua. Wibawa

sekaligus ketegasan Mabel terlihat ketika menerima anggota sebuah lembaga

sosial yang bertamu ke rumahnya.

(13) Mereka memperkenalkan diri sebagai anggota sebuah Lembaga Sosial Masyarakat yang berpusat di kota. Salah satu dari mereka lalu menjelaskan bahwa mereka ingin membantu kami, para penduduk kampung, agar bisa menjalani hidup yang lebih baik.

“Hidup kami baik-baik saja sudah. Jadi tidak butuh bantuan kalian,” kudengar Mabel berkomentar tegas. Sikapnya berhati-hati sekali. Aku tahu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

41

41

ia sedang menguji tamunya, sekaligus berusaha mencari tahu maksud kedatangan mereka sebenarnya.

Kata Mabel, jika seorang tamu berniat jahat, niat itu akan tercermin dari sikap dan cara bicaranya. Begitupun sebaliknya. Dan kalaupun si tamu ternyata lihai menyembunyikan niat jahatnya itu, kuyakin Mabel tetap bisa mengendusnya. Meski tak pernah mau mengaku, aku tahu Mabel menguasai sejenis ilmu gaib. Ilmu yang bisa membuatnya mengetahui isi hati dan kepala orang lain, seperti mengetahui apakah telur itu busuk tanpa memecahkannya. Percayalah.

Sekelompok tamu yang datang ke rumah kami pada hari itu ternyata dipercaya Mabel bermaksud baik karena mereka berani datang lagi pada hari-hari lain dan langsung disambut hangat.

“Kalau ada orang yang datang kepadamu dan bilang ia akan membuatmu jadi lebih kaya, bantingkan saja pintu di depan hidungnya. Tapi kalau orang itu bilang ia akan membuatmu lebih pintar dan maju, suruh dia masuk. Kita boleh menolak uang karena bisa saja ada setan yang bersembunyi di situ. Namun hanya orang bodoh yang menolak diberi ilmu cuma-cuma. Ilmu itu jauh lebih berharga daripada uang, Nak. Ingat itu,” jawab Mabel tatkala kutanya mengapa sikapnya berubah hangat kepada orang-orang itu. (Thayf, 2009: 29-30)

Mabel adalah perempuan dengan cara pikir kritis dan berani. Keberanian

dan kekritisan Mabel dilatarbelakangi oleh pengalamannya hidup dalam cara

Barat pada masa kecil. Namun, local wisdom suku Dani tidak luntur dari

sanubarinya. Ia teguh bahwa tanah, terutama tanah sukunya, sesungguhnya

sakral.

(14) Mana ada orang kelahiran tanah ini mau begitu saja merelakan gunungnya jadi milik orang asing? Tidak ada! Gunung itu bukan sagu. Bukan buah merah. Tidak diperjualbelikan. Tanah kita keramat, Nak. Tabu. Diciptakan Yang Kuasa khusus untuk kita, tahukah kau kenapa? Sebab Dia tahu kita bisa diandalkan untuk menjaganya. (Thayf, 2009: 90)

Pada penokohannya di halaman-halaman awal novel, Mabel ditampilkan

berkarakter begitu kuat dan unik. Tidak dapat dimungkiri, Mabel adalah tokoh

yang tangguh, baik secara fisik maupun psikologis. Ini ditunjukkan melalui cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

42

42

Mabel menerima anggota lembaga sosial di rumahnya. Mabel juga bisa

melumpuhkan seorang bapak pemabuk tanpa susah payah. Kwee menceritakan

kejadian ini tanpa menyembunyikan betapa terkesannya dia menyaksikan

ketangguhan Mabel.

(15) Seperti para mama lainnya, Mabel tentu saja sudah tua. Dari rambutnya yang hampir serempak memutih kau juga dapat langsung mengetahuinya, pun dari kulitnya yang mengendur di sana-sini serupa lipatan seprai lupa disetrika. Meskipun begitu, jangan remehkan kekuatan Mabel-ku sayang. Dengan tangannya yang lebar, dia bisa mematahkan batang lehermu sekali genggam. Dengan tubuhnya yang besar, dia bisa menyembunyikan dua bocah sekaligus di belakang punggungnya tanpa terlihat. Iya benar. Kejadian ini pernah kulihat beberapa bulan lalu. Ketika itu, Mabel berhadapan dengan seorang paitua pemabuk yang mencoba menyiksa kedua anaknya. Anak-anak malang yang wajahnya berlepotan air mata dan ingus itu berlari ke arah Mabel yang kebetulan sedang menyapu halaman. Mereka pun disembunyikan Mabel di balik punggungnya, sementara bapak mereka memburu dari belakang. Di hadapan Mabel yang sebesar gunung, aku melihat dengan mata kepalaku paitua pemabuk itu berusaha menggapai anak-anaknya tanpa menyentuh tubuh Mabel, tetapi gagal. Berkali-kali dicoba, berkali-kali pula gagal. Tubuh Mabel seolah selebar pintu gerbang sehingga tangan paitua itu tidak pernah sampai. Hingga pada titik tertentu, di tengah kegusarannya, paitua yang mulai marah itu mencoba menghadapi Mabel. Dengan penuh percaya diri bercampur nekat, setelah sebelumnya mengambil ancang-ancang, ditubrukkan badannnya ke dada Mabel yang membusung luar biasa. Kau mungkin tidak akan percaya kalau kukatakan pada sisa pagi itu, anak-anak malang yang disembunyikan Mabel di belakang punggungnya akhirnya bisa bernapas lega karena bapak mereka terkapar pingsan, tak berdaya, di atas tanah.

Jika marah, Mabel memang seperti raksasa ganas dengan sepasang lubang hidung sebesar sumur yang mampu mengisapmu sekali sedot. Namun kau tidak perlu takut karena aku tahu Mabel-ku tidak pernah marah sembarangan. (Thayf, 2009: 12-14)

Ketegasan dan kemarahan tampaknya merupakan senjata ampuh Mabel.

Tetapi, pada klimaks konflik, ketegasan dan kemarahannya tidak lagi

mempunyai daya. Mabel justru digambarkan tidak lebih dari seorang mama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

43

43

Papua yang tidak menyadari bahwa ia mengidap buta warna, yang tidak

mempunyai daya melawan gerombolan berseragam yang menggerebek

rumahnya.

3.2.2 Mace

Tokoh Mace3 adalah menantu Mabel. Tokoh ini termasuk tokoh

sampingan (secondary character). Mace sesungguhnya merupakan sapaan yang

diperuntukkan Leksi kepada ibunya. Nama sebenarnya adalah Lisbeth. Lisbeth

menikah dengan Johanis, anak laki-laki Mabel. Pasangan ini mempunyai

seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak laki-laki mereka,

Lukas, sakit-sakitan dan kekurangan nutrisi sehingga meninggal pada masa

kecilnya. Anak yang tetap hidup adalah Leksi.

Mace berperawakan kurus. Sorot matanya sendu. Meskipun kurus dan

terlihat lesu, Mace sebenarnya masih berusia muda. Kepalanya belum beruban.

Tetapi, beban pikiran membuat kerut-kerut di dahi Mace sehingga ia tampak

lebih tua daripada usianya. Seperti digambarkan oleh narator Kwee, hidup Mace

terkesan layu dan kering.

(16) Selain Mabel, sebenarnya masih ada dua penghuni rumah lainnya yang juga sayang kepadaku dan tidak pernah menjahatiku. Yang pertama adalah seorang perempuan muda yang biasa kupanggil Mace. Mace berusia jauh di bawah Mabel, tetapi entah mengapa sudah memiliki kerut yang dalam di dahinya, seperti bekas guratan parang di permukaan pohon sehingga membuatnya hampir seumur dengan para mama dan Mabel, tentu saja. Untunglah rambut Mace belum ada yang putih dan buah dadanya masih cukup menantang untuk dicuri pandang para lelaki. Sayangnya, tubuh

                                                            3 Dalam Tanah Tabu, mace adalah sebutan berdialek Papua untuk ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

44

44

Mace tidak seranum buah dadanya. Mace bertubuh kurus dan layu. Matanya pun sendu dengan binar hidup yang lesu. Membuatnya tak jauh beda dengan sebatang pohon sagu kosong dan setengah kering. (Thayf: 2009: 14)

Mace adalah orang yang hati-hati, khususnya terhadap hal-hal yang

berhubungan dengan kabar selentingan (gosip), persoalan politik, dan situasi

konflik. Mace tidak menyukai gosip dan penggosip sehingga dengan tegas ia

melarang Leksi menguping pembicaraan orang lain.

(17) “Jangan suka menguping pembicaraan orang dewasa, Leksi! Tidak baik. Kau juga bisa kena marah atau pukul mereka kalau ketahuan,” tegur Mace suatu waktu selagi aku baru saja selesai menyampaikan laporan pendengaran telingaku tentang anak laki-laki Pace Yakob yang ditangkap petugas berseragam. (Thayf, 2009: 34)

Mace sadar bahwa bahayanya kabar burung tidak mustahil menimpa

keluarganya. Ia tak menyembunyikan kekhawatiran saat Mabel mulai

menyuarakan kekritisannya di depan seorang penggosip dengan suara nyaring

serta nada mengecam. Di samping merasa khawatir, Mace juga menunjukkan

tanda-tanda gerah setiap kali mendengar Mabel secara terang-terangan

memprotes kebobrokan sosial di tanah Papua.

(18) “Siapa lagi kalau bukan perusahaan emas itu. Mereka memang begitu, Nak. Selalu bikin kacau dan rusuh. Tipu terus! Sana-sini! Gara-gara mereka, orang-orang jadi berkelahi begini. Ada yang mati, sakit, miskin, menderita. Mereka hanya mau emas kita, Leksi, tanpa peduli apakah kita ini hidup susah atau sudah mau mati semua!”

“Hus, Mabel. Pelankan suaramu. Bisakah tidak?” Kulihat Mace melirik sekeliling rumah bahkan sampai atap, lalu berakhir

pada wajah Mama Pembawa Berita yang berada di depannya dengan ekspresi cemas yang melimpah. ... [M]atanya tetap khawatir mengawasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

45

45

Mama Pembawa Berita yang tiba-tiba tampak gelisah di tempatnya. Aku bisa merasakan apa yang ada di hati Mace. Ia takut Mama Pembawa Berita akan menjadikan kata-kata Mabel barusan sebagai bahan ocehan selanjutnya kepada para tetangga. Dan mungkin kekhawatiran Mace bakal terbukti sebentar lagi. (Thayf, 2009: 140)

(19) Selanjutnya, Mama Pembawa Berita mulai bergumam sendiri, mungkin ia akan pergi ke rumah sakit untuk mencari tahu siapa saja anak-anak malang itu. Mungkin ia bisa membantu menyampaikan kabar duka untuk keluarga yang ditinggalkan atau apa saja. Ia terus bergumam hingga suara Mabel menyela tajam.

“Hah! Akhirnya... Papua kehilangan lagi dua puluh orang yang berotak tumpul. Orang-orang pemberani yang bodoh karena dengan mudahnya diracuni hingga saling bunuh saudara sendiri dengan suka hati. Mati muda hanya gara-gara hal sepele. Kapan orang-orang itu pada sadar ee....”

Sebagai jawaban atas perkataan Mabel, Mama Pembawa Berita hanya berdiam diri. Dari bawah meja, aku melihat sebelah tangannya bergerak terulur ke bawah. Rupanya ia lebih suka menggaruk-garuk betisnya yang kudisan, hingga menciptakan jalur-jalur putih di situ, daripada mengomentari ucapan Mabel. Sebaliknya, jawaban terdengar dari arah lain, berupa bunyi napas yang sengaja dibuang keras. Aku menoleh. Menghentikan pandangan tepat di kaki Mace yang telapaknya kering dan pecah-pecah serupa tanah rekah. Pasti dia yang barusan bersuara semacam itu. Aku sudah hafal. Tanpa harus berada di atas sana, bisa kubayangkan ekspresi wajah Mace yang langsung mengerut gundah dan waspada. Entah mengapa Mace selalu begitu setiap kali Mabel berbicara tentang hal-hal yang tidak kupahami. Ia bersikap seolah Mabel tengah membocorkan rahasia. Suatu rahasia besar yang jika didengar orang lain bisa berbahaya. Persis seperti yang pernah kulakukan ketika Yosi tanpa sengaja mengatakan sebuah rahasia kami kepada Karel, bahwa aku mengaku pernah menemukan harta karun di kebun. Adapun Mabel biasanya bersikap pura-pura acuh.

Pada menit berikutnya, kulihat kaki Mace menjejak lantai tanah rumah kami dengan entakan kesal. Ia lantas ke dapur. (Thayf, 2009: 144-145)

Mace seorang perempuan Komen4. Akan tetapi, Tanah Tabu tidak

menyebutkan nama suku asal Mace. Yang diceritakan tentangnya hanyalah

bahwa ia datang dari kampung kecil di pinggir hutan. Ia hidup dari hasil

berkebun dan beternak babi. Sepeninggal Pace Johanis, Mace meninggalkan

                                                            4 Komen adalah istilah untuk menyebut orang Papua asli. Artinya, kata ini pun merujuk pada suku asli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

46

46

kehidupan di kampung. Ia pindah ke Timika dan untuk seterusnya, hidup

bersama ibu mertuanya. Hubungan antara Mace dengan Mabel, sang ibu mertua,

adalah hubungan yang baik. Mace bahu-membahu dengan Mabel untuk

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya sekolahnya Leksi. Bila Mabel

mencari nafkah dengan berjualan pinang, Mace berdagang sayur-mayur dari

kebun sendiri. Mace mempunyai pandangan yang sejalan dengan Mabel tentang

pentingnya pendidikan. Walaupun untuk menyekolahkan Leksi membutuhkan

kerja keras, Mace tidak berberat hati sebab ia berharap Leksi bisa hidup lebih

makmur daripada hidupnya hari ini.

(20) Kutanyakan kepada Mabel dan Mace mengapa aku harus bersekolah. Mereka berkata kompak sekolah akan membuatku pintar.

“Kau akan pintar membaca, menulis, dan berhitung, Nak. Dengan begitu, tidak ada lagi penjaga warung nakal yang akan mengambil uang gula-gulamu,” ungkap Mabel manis.

“Dan orang pintar bisa membuat hidupnya menjadi lebih baik. Lebih makmur dan kaya. Asal kau tahu, itulah mimpi tertinggi setiap orang di dunia ini,” tambah Mace seraya mengepang ketat rambutku di kedua belah sisi kepala. (Thayf, 2009: 17-18)

(21) “Sudahlah, Leksi. Pokoknya kau harus bersekolah. Tidak boleh tidak.” Mace mendorong punggungku hingga membuatku berdiri dari pangkuannya. Seperti kewajiban setiap perempuan Komen yang harus mengurus keluarga, rumah, dan kebun, kata Mace, aku sebagai anak juga harus bersekolah. Lalu dia mulai berbicara sendiri, sambil menaruh kembali sisir dan bedak di dalam kamar, tentang betapa tidak inginnya ia melihatku menjalani nasib yang serupa dirinya, apalagi lebih buruk. Sebaliknya, betapa bangganya ia kelak jika kau bisa bersekolah sampai SMA dan memakai seragam putih abu-abu seperti yang dipakai beberapa orang anak yang sering berpapasan dengannya di jalan menuju pasar. (Thayf, 2009: 19-20)

Seperti orang tua pada umumnya, Mace tidak menginginkan Leksi hidup

sesusah dirinya. Ia menginginkan Leksi menjadi kebanggaannya. Walaupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

47

47

secara kasatmata Mace tampak lesu dan kering menjalani hidup, perempuan ini

sesungguhnya masih mempunyai mimpi yang mendorongnya bekerja keras dan

berjuang. Mimpi yang dimaksud adalah bisa menyekolahkan Leksi hingga

bangku SMA.

3.2.3 Leksi

Leksi ialah seorang anak perempuan berusia 7 tahun yang duduk di kelas 1

SD. Tokoh ini adalah anak yang dicintai oleh ibunya, lebih-lebih oleh neneknya.

Leksi diharapkan Mace untuk bersekolah hingga tingkat SMA dan menjadi anak

kebanggaan. Lain halnya dengan Mabel. Oleh sang nenek, Leksi diharapkan

tumbuh sehat dan gemuk. Tetapi, Leksi tidak begitu menyukai sekolah.

Bangunan sekolahnya tidak lagi berfungsi dengan baik dan tidak nyaman

digunakan untuk belajar. Dia pun tidak menonjol dalam mata pelajaran, tetapi

dia cerdas dan kreatif. Ini terlihat dari caranya menjawab perkataan Mace yang

menginginkan Leksi menjadi siswa berseragam putih abu-abu.

(22) “Kalau memang hanya itu keinginanmu, Mace, mengapa tidak kaubelikan saja rok abu-abu untukku karena aku sudah punya baju putih. Akan kupakai sekarang juga jadi kau bisa melihatku dengan bangga. Bagaimana?” aku berceloteh ringan sambil terus mengekori langkahnya dari kamar menuju dapur untuk mengambil sarapan. Seraya itu, kucoba membayangkan apakah aku akan terlihat cukup cantik jika memakai rok berwarna kusam itu. Namun tanpa disangka, tawa Mabel tiba-tiba meledak dari ruang depan yang kami tinggalkan. Aku tersentak kaget, begitupun Kwee, yang langsung lari bersembunyi di dalam kamar.

“Aduh, Lisbeth! Anakmu sungguh cerdas! Benar-benar cerdas,” terdengar Mabel berteriak di sela tawa geli dan tepukan tangannya yang memukul-mukul pahanya sendiri. (Thayf, 2009: 20)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

48

48

Leksi yang cerdas dan kreatif mempunyai seorang kawan baik bernama

Yosi, anak Mama Helda dan Pace Poro Boku5, tetangga mereka. Ia gemar pada

petualangan, gemar bermain, berjalan-jalan, kadang-kadang dengan menyelinap,

dan melihat banyak orang.

(23) Sebelum Mace mendaftarkanku bersekolah, aku sering menghabiskan waktu dengan bermain atau berjalan lontang-lantung di sekeliling kampung, bahkan terkadang sampai ke pasar dan jalan besar yang seharusnya tidak boleh kudatangi sendiri. Aku pergi ke tempat itu dengan diam-diam, tentu saja, karena Mabel dan Mace akan memarahi atau mungkin menghukumku jika ketahuan. Aku membawa serta Kwee dan Pum sebagai teman karena kutahu mereka tidak akan berani mengadu. (Thayf, 2009: 26)

Tokoh Leksi tidak diciptakan dengan kerumitan-kerumitan penokohan

yang ada pada, misalnya, Mabel ataupun Mace. Leksi masih berusia anak.

Kesukaannya jelas; ketidaksukaannya juga jelas. Yang baginya masih sedikit

rumit adalah bagaimana menentukan disposisi diri terhadap sosok ayahnya

sendiri. Di dalam kutipan di bawah ini, “aku” adalah Leksi sendiri.

(24) Layaknya kabut pekat yang datang tanpa pamit dari gunung, sontak senyap mengambang dengan cepat di seluruh rumah. Merampas tawa Mabel seketika hingga menjadi gumam tak lekas, dan membuat Mace terdengar bernapas panjang-panjang. Aku yang terjepit di tengah situasi tidak enak itu bingung sendiri. Begitulah yang kerap terjadi setiap kali ada yang berbicara tentang Bapak atau tanpa sengaja menyebut namanya. Entah apa alasannya, aku tak tahu. Kubayangkan Bapak serupa sosok hantu yang pantang disebut, kecuali akan membuatmu celaka jika nekat. Bapakku mungkin saja seorang laki-laki yang mengerikan. Ataukah bukan manusia? Hii.... Tak tahan, aku merinding sendiri. ... Dalam hati, tanpa setahu mereka, aku berjanji untuk tidak lagi membuat diriku secerdas

                                                            5 Dalam Tanah Tabu, pace digunakan untuk menyebut bapak, ayah. Kata poro boku berarti ‘perut besar’. Nama ini adalah julukan yang diberikan Leksi untuk ayah Yosi. Terjemahan bebasnya ‘bapak berperut besar’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

49

49

Bapak atau menyamai Bapak dalam hal lain supaya namanya tidak akan pernah hadir lagi di antara kami dan merampas senyum kami.

Tanpa sadar, aku mulai menanam benih ketidaksukaan kepada sosok yang tidak pernah kulihat itu. Sosok Bapak. (Thayf, 2009: 20-21)

(25) Yosi tidak tahu, yang membuatku tertarik pada jalan besar itu adalah harapanku akan bertemu Bapak, yang mungkin saja sedang berjalan-jalan menuju rumah barunya di suatu tempat di ujung jalan sana. Gunung Nemangkawi. Gunung tempat roh-roh orang suku Amungme yang sudah mati akan kembali. Aku hanya ingin melihat wajah Bapak untuk memastikan benarkah sosoknya semengerikan hantu sehingga namanya enggan disebut Mabel maupun Mace? (Thayf, 2009: 27)

Perasaan dan anggapan Leksi terhadap ayahnya, Pace Johanis, tidak semata-

mata tidak menyenangkan. Ketika Mabel kedatangan tamu bernama Mama Kori,

perasaan tidak senang Leksi berlapis dengan perasaan senang karena dinilai

berwajah menyerupai Pace Johanis. Munculnya dua perasaan yang bertolak

belakang ini menunjukkan bahwa masih rumit bagi Leksi untuk menentukan

pandangannya terhadap sosok Pace Johanis. Yang mencetuskan kemiripan Leksi

dengan Pace Johanis ialah Mama Kori. Cetusan Mama Kori merupakan

pembuktian dalam Tanah Tabu bahwa Leksi memang anak kandung Pace

Johanis.

(26) Mabel memperkenalkannya sebagai seorang sahabat lama, sebelum sang tamu sendiri meralat dengan menyebut dirinya sebagai saudara dekat yang lama tidak

“Ini cucuku. Leksi,” ujar Mabel saat tiba waktunya aku diperkenalkan. “Leksi? A-chacha... anak yang manis. Manis sekali.” Ia memujiku

dengan suara yang hangat seraya mencubit gemas pipiku. Aku pun memberinya senyum yang paling sempurna, yang kemudian berangsur padam ketika ia lanjut bertanya kepada Mabel, “Anak Johaniskah?”

“Ya. Dia itu sudah.” “O, pantas. Matanya mirip. Hidungnya juga.” Selagi Mama Kori berkata begitu, tanpa sadar kuraba mata dan hidungku

bergantian. Benarkah sama? Sama apanya? Seketika itu pula aku merasakan ledakan keinginan untuk berlari menghampiri cermin di kamar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

50

50

dan menikmati kemiripan wajah kami—aku dan Bapak—seperti yang disebut Mama Kori, apalagi sekali pun dalam hidup ini aku belum pernah melihat wajahnya. Namun ruang depan terasa berat untuk ditinggalkan. Aku masih ingin mendengar banyak hal baru dari tamu kami itu, maka kuputuskan menunda niat tersebut nanti saja. Aku pun tetap berdiam di tempatku semula. Duduk di atas pangkuan Mace, yang diperkenalkan kemudian kepada Mama Kori sebagai istri Johanis. (Thayf, 2009: 149-150)

3.2.4 Mama Kori

Mama Kori ialah seorang perempuan Komen seperti Mabel. Usia mereka

berdua sepantaran. Semula Mama Kori tinggal bertetangga dengan Mabel di

satuan pemukiman sewaan yang sama. Meski mereka tak lebih dari sahabat,

hubungan Mama Kori dengan Mabel sedekat hubungan antarsaudara

perempuan. Hal ini terungkap dari tuturan tokoh Pum, anjing peliharaan Mabel,

“Bagiku, Mama Kori sudah seperti keluarga sendiri. Adapun bagi Mabel, Mama

Kori lebih seperti saudara yang tidak dimilikinya.” (Thayf, 2009: 152). Mama

Kori menemani Mabel pada saat-saat Mabel baru meninggalkan Pace Mauwe. Ia

bersedia membantu merawat Johanis. Pada hari Mabel dibawa paksa untuk

pertama kali oleh kelompok bersenjata, Mama Kori menjadi saksi mata.

Sekalipun beredar tuduhan pemberontakan atas Mabel, keberpihakan Mama

Kori pada Mabel membuat ia berani menjawab panggilan petugas kelompok

bersenjata itu. Perempuan ini, dalam pesannya pada Leksi, mempunyai pendirian

bahwa rasa takut merupakan pangkal kebodohan. Hal ini, menurut Mama Kori,

hendaknya tidak disepelekan sebab kebodohan akan melumpuhkan kemanusiaan

manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

51

51

(27) “Ketahuilah, Nak. Rasa takut adalah awal dari kebodohan. Dan kebodohan—jangan sekali-kali engkau memandangnya dengan sebelah mata—mampu membuat siapa pun dilupakan kodratnya sebagai manusia,” Mama Kori mengakhiri ceritanya sambil menebar pandang ke seluruh pendengarnya, sebelum kemudian berakhir pada Leksi. (Thayf, 2009: 163)

3.2.5 Pum

Pum seekor anjing pemburu suku Dani. Ia bersahabat dengan Mabel

selama bertahun-tahun. Sayangnya, pada suatu perang suku, sebelah matanya

tertusuk anak panah nyasar. Pengelihatannya pun berkurang banyak,

menyisakan sebelah saja mata yang berfungsi baik. Meskipun begitu, Pum

menyukai warna-warna cerah. Warna cerah kegemaran Pum tua adalah kuning.

Keberadaan Pum dalam novel ini sebenarnya sangat berpengaruh sebab ia

banyak mengungkap sejarah hidup Mabel dari masa lampau.

(28) Percayalah kepadaku kalau kukatakan tak pernah sedikit pun ada dalam angan Mabel bahwa ia akan menjalani hidup pada masa tua yang semiskin ini. Pun, sebelumnya, tak pernah ada dalam mimpi Mabel kecil bahwa ia akan merasakan hidup yang enak bersama sekeluarga orang asing yang baik hati. Ya, kau benar. Mabel pernah bekerja pada keluarga de Wissel. Ia melewatkan masa remajanya dengan menjadi pembantu dan pengasuh anak-anak mereka. Aku sudah bersamanya ketika itu. Menemani perjalanan pertamanya seorang diri, pergi jauh meninggalkan kampung sukunya di Lembah Baliem. Membuntuti langkahnya di jalan yang baru bersama majikan pertama dan terakhirnya. Aku menjadi teman sekaligus menjadi pengingat kecil tentang keluarganya yang ditinggalkan. Karena itu, tak salah jika hubungan kami begitu erat. Kesetiaan kami satu sama lain mampu membuat sirik siapa pun yang melihat, termasuk Kwee. (Thayf, 2009: 39-40)

Anjing ini, bersama Leksi dan Kwee babi kecil, merupakan juru cerita (narator).

Pum menduduki tempat tokoh sampingan (secondary character) dalam novel

Tanah Tabu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

52

52

3.2.6 Kwee

Kwee sesungguhnya hanyalah seekor babi kecil peliharaan Mace.

Meskipun demikian, kedudukan tokoh Kwee dalam pengisahan menjadi penting

karena ia termasuk salah satu pencerita (narator). Tokoh ini juga cukup akrab

dengan Leksi. Kwee senang bermain kejar-kejaran dan berjalan-jalan ke pasar

dengan Leksi. Sesekali Kwee menampakkan watak sok jago, keras kepala, dan

sedikit ceroboh. Sesungguhnya tokoh babi kecil ini menyimpan rasa takut pada

mobil karena induknya mati tertabrak “kerbau berasap, ... kendaraan yang

berlari kencang dan siap menabrak siapa saja yang tidak berhati-hati.” (Thayf,

2009: 71) Terhadap Pum si anjing, Kwee lebih sering merasa sebal dan bersikap

meremehkan. Kedua hewan ini pernah bertengkar pula. Namun pada saat

darurat, Kwee terbukti dapat berkompromi dengan Pum. Kwee bekerja sama

dengan Pum untuk menemukan tempat Mabel ditahan oleh kelompok bersenjata.

Jika Pum berperan sebagai kunci pada kisah masa muda Mabel, Kwee adalah

tokoh yang mengungkap cerita dari masa lalu Mace. Induk Kwee dahulu adalah

saksi kejadian pemerkosaan yang dialami Mace. Si induk menceritakan kepada

Kwee apa yang ia saksikan lewat mata binatangnya kemudian Kwee

menceritakan ulang kepada pembaca.

(29) Tak dapat kupungkiri hari ini adalah hari terberat bagi kami semua, terutama Mabel dan Mace. Kenapa kubilang Mace? Sebab tak hanya harus mengalami kejadian tadi, ia pun dipaksa menghadapi ketakutannya sendiri pada lelaki yang membawa senjata. Itulah mengapa Mace hanya mampu menatap dari jauh saat Mabel diseret pergi dari rumah—jangan salahkan dia. Mace juga tak berani memegang tangan atau kaki orang-orang itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

53

53

seperti yang dilakukan Leksi. Mengangkat wajah untuk menatap mereka pun ia tak kuasa. Yang dilakukan perempuan muda itu hanya memohon dan meratap sembari memandangi kaki-kaki mereka. Persis seperti cerita ibuku dulu. Ketika hanya kaki-kaki bersepatu hitam besar yang sama yang sanggup dipandanginya, sementara para pemilik sepatu tersebut memperlakukan tubuhnya dengan biadab secara bergilir. Hingga terciptalah trauma itu, yang terekspresi begitu jelas pada wajahnya siang tadi. Ada beling lama yang kembali menyayat dada Mace. Ia begitu ketakutan.

Agar kau tidak terus bertanya-tanya, izinkan kuceritakan kepadamu sebuah kisah yang berhubungan dengan ketakutan dan trauma Mace itu. Kisah yang pernah dituturkan Ibu kepadaku dan terjadi beberapa tahun yang lalu. (Thayf, 2009: 23-24)

3.2.7 Ibu Mabel

Tokoh ibu Mabel merupakan penggambaran seorang ibu suku Dani yang

hidup di perkampungan pada era 1940 sampai 1950-an. Kulitnya berwarna

gelap, rambutnya keriting, perutnya membuncit, payudaranya layu. Dia

mengenakan sali6 di pinggang dan noken7 di kepala. Tugasnya sebagi seorang

perempuan, istri, dan ibu adalah membesarkan anak, bercocok tanam di kebun

keluarga, mengumpulkan sagu, dan memelihara babi. Masyarakat suku yang

patriarkhal memandang ia manusia lemah yang sudah semestinya dilindungi

oleh laki-laki. Kendatipun demikian, adat suku tidak melindungi ibu Mabel dan

kaumnya (kaum perempuan) dari kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan

para suami dan bapak. Demikianlah posisi seorang perempuan Dani dalam

masyarakat.

(30) Jika dada ayah Mabel jarang dibiarkan telanjang, karena diberi hiasan kalung yang terbuat dari untaian kulit kerang, sebaliknya dada ibunya

                                                            6 pakaian tradisional perempuan Dani, berbentuk rok rumbai 7 kantung jala gendong yang dianyam, berfungsi sebagai tas untuk membawa barang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

54

54

hanya digantungi sepasang payudara yang layu. Tempat Mabel dan ketiga saudaranya dulu sering bergayut, mencari kehangatan dan makanan. Sementara di kepala sang ibu yang rambut keriting pendek-pendek, setia menggantung noken lusuh yang menunggu diisi. Entah hasil kebun, babi piaraan yang masih bayi, sagu, atau benda apa saja yang tidak ingin dibawa para laki-laki, karena memang begitulah tugas seorang perempuan sejak zaman nenek moyang. Mereka, para laki-laki, hanya boleh membawa senjata sebab tugas mereka berburu dan melindungi. Sedangkan perempuan dianggap sebagai makhluk lemah sehingga patut dilindungi dari serangan musuh, tetapi tidak dari penindasan keluarga sendiri. (Thayf, 2009: 99-100)

Ibu Mabel mempunyai 4 orang anak. Dua anak tertua adalah laki-laki,

sisanya perempuan. Merupakan hal yang membanggakan ketika anak laki-

lakinya menunjukkan keberanian. Sebaliknya, ketika anak perempuannyalah

yang menampilkan tanda-tanda keberanian, anak tersebut justru dilekati julukan

Pembangkang Kecil.

3.2.8 Ayah Mabel

Ayah Mabel ialah seorang suku Dani yang mahir berburu dan berperang.

Tubuhnya tinggi besar, tenaganya sangat kuat, pemberani pula. Dia

menggunakan senjata andalan kapak batu. Sebagai seorang laki-laki suku Dani,

atribut yang juga dikenakannya adalah holim (koteka) dan kulit kerang yang

diuntai menjadi kalung.

Walaupun bukanlah kepala suku, ayah Mabel termasyhur di kampungnya

karena keberhasilannya membunuh seekor babi hutan besar hanya dengan

bersenjatakan kapak batu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

55

55

(31) Mabel sangat bangga pada ayahnya yang terkenal mahir menggunakan kapak batu. Menurut cerita, sekali waktu, ayahnya pernah berhadapan dengan babi hutan besar yang sedang marah. Selagi babi itu berlari kencang ke arahnya dengan kepala hendak menyeruduk, ayah Mabel serta-merta mengayunkan kapak batunya ke arah kepala si babi. Seketika itu juga, babi hutan besar tersebut tersungkur kaku. Mati. (Thayf, 2009: 99)

Bahwa ayah Mabel dipandang masyhur di kampungnya juga ditunjukkan dari

cara Piet van de Wissel bersikap. Ketika van de Wissel membawakan tembakau,

tidak semua laki-laki di kampung itu dibaginya. Ia membagikan tembakau hanya

untuk para laki-laki yang tampak gagah dan pemberani, di antaranya kepala suku

dan ayah Mabel. Ini membuktikan bahwa kehadiran ayah Mabel di tengah

kampung cukup diperhitungkan, bahkan di mata orang asing.

(32) Tuan Piet memperkenalkan diri sebagai pemimpin kelompok para pendatang. Mabel belum pernah melihat ayahnya sebersemangat itu terhadap orang asing. Dari kata-kata dan ekspresi wajahnya, Mabel tahu ayahnya telah jatuh hati pada kebaikan mereka, apalagi ketika cukup banyak benda baru diberikan kepadanya. Ada dua kesukaannya. Pertama, butiran serupa pasir berwarna putih yang terasa asin dan membuat ketagihan jika dimakan. Garam, begitulah kelak Mabel mengetahui nama pasir asin tersebut. Kedua, benda yang semula membuat semua orang ketakutan terkena asapnya karena disangka beracun dan bisa mematikan.

“Tembakau. Hanya untuk para lelaki yang berani,” begitu bujuk Tuan Piet tatkala memberikan satu kepada kepala suku, lalu menyusul kepada beberapa lelaki berbadan gagah lainnya, termasuk ayah Mabel. (Thayf, 2009: 103-104)

Karena lakuannya dalam novel Tanah Tabu tidak intens, tokoh ayah

Mabel menempati kedudukan tokoh sampingan. Tokoh ini diceritakan tewas

bersama anak sulungnya dalam sebuah perang antarsuku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

56

56

3.2.9 Pace Mauwe

Pace Mauwe adalah seorang laki-laki suku Amungme. Dia bisa membaca

dan berhitung karena pernah bersekolah meskipun tidak lama. Ketika hubungan

antara suku Amungme dengan suku Dani sedang genting, Pace Mauwe justru

menikah dengan Mabel. Sepanjang 3 tahun pertama pernikahan dengan Mabel,

sebelum perusahaan pertambangan emas merampok penghidupannya dan

sukunya, Pace Mauwe menampilkan karakter yang positif. Dia bertanggung

jawab, bekerja keras, tangkas berburu, perhatian, dan penyayang pada

keluarganya. Karakter positif Pace Mauwe dikenang oleh Pum dalam ceritanya

kepada Kwee berikut ini.

(33) Sedangkan Pace Mauwe suami yang bertanggung jawab, penyayang dan perhatian. Ia juga seorang pekerja keras dan pemburu yang tangkas. Oh iya, hampir lupa kuberitahu, Pace Mauwe pernah merasakan bangku sekolah walau hanya sebentar. Ia bisa membaca dan berhitung. Menurutku, itulah salah satu kelebihan Pace Mauwe yang berhasil memikat hati Mabel, karena pada masa itu belum banyak orang Papua yang mengenal angka, apalagi huruf. (Thayf, 2009: 135)

Patut disayangkan, Pace Mauwe tidak bertahan dengan hal-hal baik

tersebut. Pada saat hutan, sungai, dan kebunnya diambil oleh perusahaan emas,

Pace Mauwe marah tanpa punya daya melawan. Ia tidak mempunyai sumber

penghidupan, tetapi mau tidak mau harus menghidupi keluarga serta diri sendiri.

Apabila terbukti tidak mampu menghidupi keluarga, kebanggaannya sebagai

seorang laki-laki akan runtuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

57

57

(34) Sejak itu, Kwee, keadaan bertambah buruk. Dapur Mabel lebih sering dingin dari asap, dan perut kami makin membuncit karena kelaparan. Untunglah, pada suatu hari, Pace Mauwe pulang ke rumah dengan membawa berita baik. Ia diterima bekerja di perusahaan emas besar itu, begitu kabarnya. Walau hanya sebagai tukang sapu, tapi masih kuningat kebanggaan yang menggembungkan dadanya. Ia merasa jadi laki-laki sejati lagi, Kwee. Bisa mencari uang untuk keluarga. Mabel dan Johanis tentu saja gembira. Kami makan enak pada kali pertama Pace Mauwe menerima upah. Tapi coba tebak apa yang kami makan pada kali berikutnya? Hanya sagu bakar. Itu saja. Atau keladi rebus kalau ada. (Thayf, 2009: 136)

Pace Mauwe dipaksa oleh keadaan untuk bekerja pada perusahaan yang

sebenarnya merupakan sasaran kemarahannya. Ia memang memperoleh upah

dari pekerjaan barunya, namun pengalaman Pace Mauwe bersekolah rupanya

kurang berguna. Pace Mauwe memang mampu berhitung dan membaca, tetapi ia

tidak tahu cara berhemat dan mengatur keuangan. Upah dari pekerjaan sebagai

petugas kebersihan untuk perusahaan emas hanya membuat laki-laki itu menjadi

pemboros. Mula-mula ia memboroskan uang untuk makan enak. Berikutnya ia

memboroskan uang minum minuman keras dan bermain perempuan. Di rumah,

Pace Mauwe yang pemabuk memukul istri, anak, dan anjing peliharaan mereka.

Karena tidak sanggup memperbaiki diri, Pace Mauwe pun ditinggalkan oleh

Mabel. Tidak diketahui bagaimana hidup Pace Mauwe selanjutnya. Dia

meninggal dan sebagai seorang Amungme, jiwanya dipercaya beristirahat di

Gunung Nemangkawi.

3.2.10 Pace Johanis

Pace Johanis adalah anak tunggal Mabel. Mengikuti garis keturunan ayah

(patriarkhal), Pace Johanis termasuk suku Amungme. Dari perkataan ibunya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

58

58

Johanis dapat disebut cerdas semasa masih anak. Akan tetapi, perilakunya

setelah menikah mempunyai anak rupanya berubah menjadi kasar dan tidak

manusiawi. Seperti yang telah dilakukan bapaknya lebih dulu. Pace Johanis

menjadi pemabuk, pelaku kekerasan, bahkan seorang pemerkosa atas istri

sendiri. Setelah menolak mengakui Leksi sebagai keturunannya, Pace Johanis

tidak sekali pun berjumpa lagi dengan keluarganya. Ia meninggal sebagaimana

ditegaskan Mace kepada Leksi, “Bapakmu sudah mati, Leksi. Jangan diingat-

ingat atau disebut-sebut lagi!” (Thayf, 2009: 27)

Meskipun pengarang tidak menerangkan penyebab kematian tokoh

bersangkutan, Pace Johanis mati tetap sebagai seorang Amungme. Menurut

kepercayaan suku, jiwa atau roh seorang Amungme yang telah mati akan

berdiam di Gunung Nemangkawi, gunung yang dipandang suci. Persoalan

timbul sebab Gunung Nemangkawi kini dirajai perusahaan pertambangan emas.

Apakah roh Pace Johanis—bersama roh Pace Mauwe dan saudara-saudara

sesuku mereka—ikut terusir dari situ menjadi pertanyaan yang terus-menerus

bergema melalui narasi tokoh Leksi.

3.2.11 Yosi

Yosi, putri sulung Mama Helda, adalah teman sepermainan Leksi yang

paling akrab. Menurut pendapat Leksi, Yosi seorang penakut. Karena itulah

Leksi tidak pernah mengajak Yosi ikut menyelinap pergi ke jalan besar yang

menuju ke pertambangan emas di Gunung Nemangkawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

59

59

(35) Sedangkan Yosi, aku tidak mau mengajaknya. Anak itu penakut. Sangat penakut. Katanya, dia pernah mendengar cerita dari orang-orang tua bahwa jalan besar itu menuju ke suatu tempat yang menjadi sarang hantu. Jalan itu tidak boleh didatangi anak kecil seorang diri karena bisa saja ia tergilas kendaraan para hantu yang banyak berlalu-lalang, yang rodanya sebesar batu sungai paling besar dan mempunyai sepasang lampu seterang matahari. Padahal yang aku tahu, di jalan itu hanya ada bermacam-macam mobil, yang walaupun rodanya besar-besar, tidak ada yang sebesar batu sungai. Namun, entahlah kalau malam hari, sebab aku ke tempat itu hanya pada waktu siang. Mungkin mobil hantu yang dimaksud Yosi baru keluar pada saat langit telah gelap dan semua orang sudah terlelap. Atau mungkin Yosi hanya mengarang-ngarang cerita itu supaya aku tidak meninggalkannya sendiri. (Thayf, 2009: 26-27)

Usia Yosi terpaut 5 tahun lebih tua daripada Leksi. Namun, ia tidak

seberuntung Leksi yang bersekolah. Keluarga Yosi dibelit kemiskinan sehingga

tidak ada biaya untuk menyekolahkan Yosi. Selain itu, Yosi tidak diizinkan

Mama Helda bersekolah ataupun bekerja mencari tambahan penghasilan. Mama

Helda ingin Yosi membantunya bekerja rumah tangga di rumah dan di kebun.

Yosi sangat bertanggung jawab dan baik hati. Ini terlihat dari

perlakuannya terhadap ketiga adiknya, terutama terhadap Kaye yang sakit-

sakitan dan rewel. Yosi menerima tak hanya perintah, tetapi juga teriakan,

cubitan, dan pukulan ibunya tanpa protes. Meskipun tubuhnya merasa sakit,

Yosi memahami keadaan Mama Helda yang menderita diperlakukan secara

kasar oleh Pace Poro Boku. Ia merasa tidak adil jika mempersalahkan Mama

Helda.

3.2.12 Mama Helda

Mama Helda adalah tetangga sebelah rumah Mabel. Usianya jauh lebih

muda dibanding Mabel. Ketika menikah dengan Pace Poro Boku, usia Mama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

60

60

Helda kira-kira 15 tahun. Ia pindah ke daerah tempat tinggal Mabel tak lama

setelah menikah dengan Pace Poro Boku. Mula-mula, raut muka Mama Helda

masih menyisakan kesan kanak-kanak dan lugu dengan “hidung yang

membangir sempurna serta sepasang mata yang berpayung bulu mata lentik.”

(Thayf, 2009: 64) Apabila Pace Poro Boku telah meninggalkan rumah untuk

bekerja, Mama Helda yang masih belia itu menunjukkan kesukaannya tertawa

dan bercanda. Patut disayangkan, seiring bertambahnya usia pernikahan

pasangan itu, Mama Helda menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT). Ia tidak lagi suka tertawa dan bercanda seperti yang ketika masih belia

dahulu. Mama Helda mempunyai banyak anak, salah satunya bernama Yosi.

Mama Helda sangat sering memberi perintah kepada Yosi dengan teriakan,

cubitan di kulit perut, dan pukulan di kaki. Tokoh Mace menggambarkan

keadaan Mama Helda yang korban KDRT itu kepada Leksi dengan sinis,

“Apakah kau mau Mace-mu ini seperti ibunya Yosi itu? Hamil, tidak hamil,

pipinya sering bengkak sebelah. Sedangkan kaki temanmu, Yosi, sudah macam

keladi busuk karena lebam sana-sini.” (Thayf, 2009: 46)

3.2.13 Pace Poro Boku

Kehadiran tokoh Pace Poro Boku memperbanyak tampilan laki-laki

Komen yang menjadi pelaku kekerasan terhadap keluarga dalam novel Tanah

Tabu. Ketika masih sebagai pasangan suami istri baru, Pace Poro Boku dan

Mama Helda tinggal bersebelahan dengan Mabel dan Pum, si anjing. Pace Poro

Boku masih menampilkan wajah seorang laki-laki Komen ideal, yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

61

61

pemberani, penakluk alam sejati, tidak pernah gentar menghadapi pertempuran

ataupun perburuan. Terhadap Mama Helda, sikapnya semula masih baik dan

pengertian. Sikap ini kemudian digantikan oleh kebiasaan menghambur-

hamburkan upah mingguan untuk minum alkohol dan main perempuan. Di

rumah, Pace Poro Boku tak hanya membentak dan memukul Mama Helda, tetapi

juga menampar, menjambak, dan menendang. Pace Poro Boku memiliki perut

yang buncit sehingga Leksi memberinya nama Poro Boku tersebut, artinya 'perut

besar'. Matanya merah dan aroma tubuhnya tidak sedap karena sangat sering

mabuk. Ia bersuara sangat nyaring saat sedang berbicara, dengan ludah

bermuncratan. Orang-orang sekampung menjadi enggan bercakap-cakap dengan

Pace Poro Boku karena hal ini.

3.2.14 Karel

Inilah anak laki-laki Pace Gerson. Tutur kata Karel kepada kawan-kawan

sebayanya, Leksi dan Yosi, sering bernada temperamental. Sikapnya

menunjukkan kekasaran.

(36) Karel sering menyombongkan diri kalau ia sudah pernah pergi ke ujung jalan besar.

“Di sana ada Kota Surga yang indah. ... Di sana kau harus naik mobil berstiker supaya bisa masuk. Kalau jalan kaki, tidak boleh masuk! Waktu itu, aku naik mobil putih besar.”

“Hati-hati, Karel. Itu mobilnya hantu-hantu!” teriak Yosi penuh kengerian.

“Ah, tahu apa kau?! Diam saja mo!” ... Karel hanya membelalakkan mata. Mengancam.

“Tapi, Karel,” aku berbicara meminta perhatiannya, “Kata Mabel, di ujung jalan besar itu ada Gunung Suci, bukan Kota Surga.” ... Namun yang terjadi Karel malah tertawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

62

62

“Gunung itu milik perusahaan emas, Leksi. Di situ tidak ada roh orang mati, tetapi mesin-mesin besar bersuara ribut yang terus menggali lubang, begitu kata bapakku. Mungkin mesin itu yang dikira Mabel roh orang mati. Dan kau,” ia mendorong kepalaku, “bodoh sekali percaya cerita orang tua macam Mabel yang tidak pernah baca koran dan nonton televisi.” (Thayf, 2009: 88-91)

Sikap dan komentar Karel yang kasar menunjukkan bahwa ia meniru kekasaran

ayahnya sejak masih berusia anak.

Kesukaan Karel memakai pakaian bagus dan membawa mainan baru

rupanya menumbuhkan watak menyombong dan sok pamer. Karel selalu ingin

menang sehingga teman-temannya merasa sebal jika bermain dengan dia.

Tetapi, di hadapan ayahnya yang cepat marah, Karel takluk.

3.2.15 Pace Gerson

Tokoh Pace Gerson jelas mencari kekuasaan. Ambisinya adalah

memenangi pemilihan kepala daerah periode mendatang. Kehausan Pace Gerson

akan kekuasaan dan uang membuat Mabel tidak suka, sementara Pace Gerson

pun tidak menyukai kritik-kritik pedas Mabel terhadap kegiatan politiknya.

Perasaan saling tidak menyukai antara Pace Gerson dengan Mabel menyebabkan

tampaknya sikap bermusuhan. Cerita Karel kepada Leksi mengungkap praktik

perkoncoan dan politik uang (money politics) yang dilakukan Pace Gerson

sebagai ancang-ancang memasuki kancah pilkada. Untuk bisa bersaing dalam

pemilihan bupati kelak, Pace Gerson menjalin koneksi terlebih dahulu dengan

seorang calon bupati yang kaya raya. Pace Gerson mengumpulkan dana untuk

pencalonan dirinya dengan cara menjual Gunung Nemangkawi berikut segala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

63

63

kekayaan sumber daya alamnya kepada pertambangan emas milik pendatang.

Pace Gerson menutupi praktik yang dilakukannya dengan tutur kata ramah dan

tawaran yang indah-indah. Jika dilihat sikap asli Pace Gerson terhadap anak

laki-lakinya, tampaklah pribadi yang kasar dan mudah naik darah. Ia tidak

bijaksana menghadapi rasa marahnya.

3.2.16 Mama Mote

Mama Mote berjuluk Mama Pembawa Berita. Ia seorang ibu biang gosip

yang pekerjaannya hanya berkeliling kampung untuk menyebarkan macam-

macam kabar ke antara tetangga, mulai dari kabar aktual seperti peperangan

hingga kabar angin belaka.

3.2.17 Pemuda Meno

Novel Tanah Tabu juga bercerita sekelumit tentang seorang Meno,

seorang pemuda yang namanya tidak diketahui. Pemuda Meno ini cepat sekali

menunjukkan keramahan pada Leksi yang belum dikenalnya. Dia banyak bicara

dan gaya berpakaiannya meniru para pendatang.

(37) “Halo, Ade kecil. Panas-panas begini mau ke manakah?” Ketika itu, aku sudah tiba di depan deretan ruko. Seorang pemuda

bertampang baik yang baru saja keluar dari sebuah toko tiba-tiba menyapa ramah. Ia berkulit gelap seperti orang-orang tanahku, tetapi gaya pakaiannya justru mirip para pendatang. Bercelana pendek, baju dan topi berwarna cerah, serta sepasang sepatu kulit hitam besar yang sangat kotor membungkus kakinya. Di lehernya, bersebelahan dengan kalung taring babi, tergantung sebuah noken kecil berwarna ungu pudar berisi sesuatu yang kuduga sangat berharga, karena membuatnya berjalan dengan dada membusung. (Thayf, 2009: 85-86)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

64

64

Sesungguhnya, bagaimanapun modernnya si pemuda hendak bergaya, ciri

fisiknya tetaplah menunjukkan dirinya sebagai orang Komen.

(38) [S]eorang pemuda berkulit hitam ... di teras sebuah ruko tertutup. ... Sekilas, pemuda itu berpenampilan serupa pendatang, jika dilihat dari model celana pendek selutut dan sepatu kulitnya yang besar hingga menutupi mata kaki. Namun tas noken ungu jelek dan kalung berhias taring babi yang menggantung di dadanya menegaskan tanah asalnya. Ia pemuda Komen. (Thayf, 2009: 128)

Menurut keterangan dalam novel Tanah Tabu, pemuda ini beserta sukunya

berasal dari gugusan pegunungan di Papua. Semula mata pencaharian mereka

adalah berladang dan berburu. Begitu perusahaan emas merajai tanah Papua,

orang-orang Meno beralih pekerjaan menjadi pengumpul ampas bijih emas.

Perolehan dari ampas bijih emas menghasilkan banyak uang. Dengan uang itu,

pemuda tersebut membeli pakaian bagus, sepatu mahal, dan HP seri terbaru. Tak

ayal, uang yang banyak mengubahnya menjadi gemar berfoya-foya. Dengan

cepat, uang si pemuda ludes untuk berbotol-botol minuman beralkohol. Pemuda

Meno itu pun pontang-panting menjual barangnya dan mencari pinjaman uang.

Yang tertinggal padanya hanyalah tubuh kotor, bau tidak sehat, dan batuk.

Demikian kutipan narasi Kwee dari Tanah Tabu yang membuktikan hal tersebut.

(39) “Kwee, aku kenal kakak itu. Dia pernah mengambil gambarku. Dia punya hp bagus. Ayo kita minta dia ambil gambarmu juga.”

Lantas tanpa sungkan, Leksi mendatangi si pemuda yang rupanya terbangun begitu mendengar langkah kami. Tubuh kotornya bergerak mengulat. Ia sepertinya baru bangkit dari pingsan panjang yang memegalkan badan. Namun bau alkohol bercampur muntah semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

65

65

menguar tajam dari arahnya begitu jarak kami semakin dekat. Mengabarkan keadaannya yang sebenarnya. Leksi berhenti melangkah.

“Kurasa ia mabuk, Kwee. Sebaiknya kita pergi saja. Nanti kita dipukulnya.” ...

“Tolonglah, Ade. Kakak sudah tidak mabuk lagi. Sekarang Kakak hanya hanya ingin pulang, tapi tidak punya uang. Ade punyakah tidak?” ...

Tak lama, kepala kecil Leksi yang berhias dua kepang lengket tampak menggeleng. Kepada si pemuda, ia mengaku tak punya uang. Sepeser pun tak ada. Lalu sepi kembali menyela. Tak ada yang menyela di antara kami. Tak ada yang bersuara. Percakapan tadi seolah tak pernah pecah. Si pemuda sudah sibuk sendiri mengusir kotor dari tubuhnya sambil tak henti meniupkan batuk yang kejar-mengejar lewat bibirnya yang kering. (Thayf, 2009: 128-130)

3.2.18 Pace Arare

Pace Arare adalah tokoh kepala kampung. Seperti para laki-laki Komen

pada umumnya ketika mengadakan pesta adat, Pace Arare mengenakan hiasan

kepala dari bulu burung yang beraneka warna. Meski tokoh inilah kepala

kampung, ia dibicarakan tidak lebih sekali. Sekalipun terjadi penangkapan

terhadap Mabel oleh sekelompok militer, fungsi Pace Arare sebagai “yang

dituakan” dalam masyarakat tidak pula ditampakkan. Kehadiran tokoh kepala

kampung seperti Pace Arare semestinya bisa menunjukkan bagaimana jalannya

pengaturan kekuasaan di tingkat perkampungan yang masih dihuni suku asli

Papua dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan partai politik dan

lembaga swadaya masyarakat yang dimunculkan dalam cerita Tanah Tabu.

3.2.19 Hermine Stappen

Hermine Stappen adalah seorang perempuan berkebangsaan Belanda yang

datang ke Lembah Baliem pada tahun 1950-an. Ia mendampingi Piet van de

Wissel, suaminya, dalam rangka merintis pembangunan pos pemerintahan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

66

66

lapangan terbang di Lembah Baliem. Di mata penduduk asli, tak lain adalah

suku Dani, Stappen adalah seorang perempuan cantik berambut emas yang mau

mencintai orang lain yang bukan berasal dari suku yang sama. Sebelum

meninggalkan Lembah Baliem menuju Mindiptana pada tahun 1956, perempuan

Belanda ini kemudian memutuskan mengangkat Waya, seorang anak perempuan

berusia 8 tahun. Stappen kemudian membaratkan nama Waya menjadi Anabel

supaya menjadi lebih lazim untuk pengucapan lidah Belandanya. Ia tidak

mengetahui bahwa nama barat itu dibawa oleh si anak suku Dani sampai masa

tuanya, menjadi Mama Anabel atau Mabel. Ketika Anabel mengusulkan kepada

Stappen dan van de Wissel supaya dirinya disekolahkan, perempuan Belanda ini

bukannya mendukung. Dia justru berpendapat,

(40) “Kita ini perempuan, Anabel. Tak akan mampu memanggul dunia. Jadi hendaknya kau merasa senang jika bisa menjalani bagianmu dalam kehidupan di dunia ini sebaik mungkin. Perempuan tetap akan menjadi perempuan, bukan laki-laki. Dan ingatlah selalu, perempuan tidak akan bisa memangul dunia, Anabel. Tidak akan pernah.” (Thayf, 2009: 123)

Sangat jelas, tanggapan Stappen mengandung bias gender. Adapun nasihat

Stappen yang berbunyi, “Hendaknya kau merasa senang jika bisa menjalani

bagianmu,” secara tersirat menunjukkan sikapnya sebagai perempuan Belanda

yang tidak memandang perempuan Dani setara dengannya.

Selang 2 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1962, Hermine Stappen beserta

anak-anak dan suaminya kembali ke negeri mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

67

67

3.2.20 Piet van de Wissel

Piet van de Wissel membawa kelompok pendatang dari negeri Belanda

yang sangat jauh sampai ke perkampungan suku Dani di Lembah Baliem. Di

mata penduduk kampung itu, van de Wissel dan rombongannya tampak

“berkulit putih pucat dan berambut kuning (Thayf, 2009: 102).” Di samping

sikapnya yang ramah sebagai pemimpin kelompok pendatang, van de Wissel

menarik hati penduduk perkampungan tersebut dengan memperkenalkan garam

dan tembakau. Setelah mendapatkan pertemanan dari suku Dani, van de Wissel

melaksanakan proyek pembangunan pos pemerintahan dan lapangan terbang di

wilayah itu. Tugas van de Wissel di tanah Papua berpindah-pindah daerah, di

antaranya Mindiptana, Manokwari, Wamena. Walaupun jabatannya dalam

pekerjaan tidak disebutkan, van de Wissel ialah seorang petugas pemerintahan

kolonial Belanda. Mobil dinasnya di Manokwari berbendera merah putih biru,

menandakan bahwa ia mempunyai kedudukan dalam pemerintahan negerinya.

3.2.21 Kelompok orang berseragam dan bersenjata

Kelompok ini adalah orang-orang, terutama laki-laki, yang ditokohkan

dengan ciri-ciri pasukan militer. Dengan pakaian seragam, sepatu hitam besar,

dan senjata, kehadiran tokoh ini dalam Tanah Tabu menerbitkan asosiasi pada

tentara. Mereka bertubuh besar, berwajah galak, dan bertenaga kuat. Kelakuan

mereka mendobrak pintu dan menerobos masuk ke rumah Mabel menunjukkan

bahwa mereka tidak mengenal sopan santun, apalagi pendidikan. Perbuatan

mereka mengobrak-abrik rumah Mabel menunjukkan watak kasar dan kejam,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

68

68

tanda bahwa kelompok ini tidak mempunyai hati nurani. Tokoh Mama Kori,

salah satu saksi mata tindak-tanduk kelompok ini, bercerita demikian.

(41) Orang-orang berseragam dan bersenjata di bahu yang berwajah galak, beberapa malah tampak seperti pengecut. Mereka datang ke rumah Anabel dengan ribut dan tanpa sopan santun sama sekali, sehingga di mataku rombongan itu lebih menyerupai segerombolan jagoan pasar daripada orang-orang berpendidikan. Sungguh tidak tahu aturan! Main bentak dan kasarnya minta ampun. (Thayf, 2009: 153)

Di samping kedua puluh satu tokoh yang telah dipaparkan di atas, Tanah

Tabu masih menyebutkan beberapa nama lagi yang mempunyai peranan di dalam

cerita. Ada Bapak Guru Wenas yang mengajar Leksi di sekolah. Ada Nenek

Kewa, nenek Yosi, yang membantu Mama Helda saat melahirkan Yosi dan

adiknya yang ketiga. Tidak ketinggalan Kaye, salah seorang adik Yosi yang

sangat rewel. Adik Yosi ini menuntut banyak perhatian dan menyita tenaga.

“Kaye memang masih berumur tiga tahun, tetapi ... tingkahnya lebih mirip bayi

raksasa yang baru lahir. Sebentar-sebentar menangis, sebentar-sebentar merajuk.

Mama Helda saja sering tidak tahan menghadapi kerewelan Kaye.” (Thayf, 2009:

148). Masih ada pula tokoh Pace Yakob yang anak laki-lakinya menjadi korban

penangkapan oleh kelompok bersenjata.

Pedagang-pedagang di pasar yang berkumpul untuk merencanakan aksi

protes tidak diberi nama. Meskipun begitu, sekelumit keterangan tentang mereka

dibutuhkan karena bisa memperjelas penokohan suku asli dalam Tanah Tabu.

Perkumpulan untuk merencanakan aksi protes itu ditujukan kepada perusahaan

tambang emas. Seorang bapak tua (paitua) penjual labu menyediakan rumahnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

69

69

yang berlantai tanah menjadi tempat berkumpul para pedagang pasar yang hendak

memprotes perusahaan tambang emas. Beberapa hari setelah Mabel ditangkap,

paitua penjual labu ini dengan baik hati menjenguk Mace dan Leksi untuk

mengantarkan makanan. Sebelum kejadian penangkapan, Mabel menghadiri

perkumpulan pedagang pasar. Di antara sesama pedagang yang hadir, ada seorang

pemuda pedagang sayur dan seorang mace. Si pemuda pedagang sayur

menumbuhkan rambut gimbal di kepalanya dan memiliki suara lantang. Ia bicara

berapi-api. Pemuda pedagang sayur digambarkan sangat ingin melakukan aksi

protes frontal terhadap perusahaan tambang emas. Ia didukung seorang mace yang

emosional dan menolak mentah-mentah cara diplomasi yang lebih mencerminkan

kepala dingin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

70

70

BAB IV

WAJAH SUKU ASLI PAPUA DALAM TANAH TABU

4.1 Pengantar

Ada 2 suku asli Papua yang dibicarakan di dalam novel Tanah Tabu, yaitu

suku Dani dan suku Amungme. Thayf menerangkan bahwa kedua suku tersebut

berasal dari wilayah pegunungan Papua. Selain suku Dani dan suku Amungme,

novel Tanah Tabu juga memuat istilah orang Komen dan orang Meno sebagai

sebutan untuk suku-suku asli Papua. Sebutan orang Komen merujuk pada suku

asli tanah Papua secara umum. Di dalam novel Tanah Tabu, sebutan orang

Komen diterangkan sebagai berikut, “istilah untuk menyebutkan orang Papua

asli” (Thayf, 2009: 19). Sementara itu, sebutan orang Meno dalam novel Tanah

Tabu merujuk pada kelompok suku asli Papua yang datang dari dataran tinggi.

Menurut Pickell (2001: 226), istilah orang Meno bisa digunakan untuk

merujuk secara umum pada suku asli Papua yang berasal dari dataran tinggi,

sementara secara teknis istilah tersebut merujuk hanya pada suku Amungme. Kata

meno itu sendiri berasal dari bahasa suku Amungme dan berarti ‘teman’. Berikut

dikutip penjelasan Pickell.

(42) “It’s the orang meno,” said our taxi driver, an immigrant from Java. “Yesterday the police seized a whole pile of parangs and bows and arrows.”

Our taxi driver used the term “orang meno” to refer generally to the highland Irianese. This phrase is an example of what is sometimes called the “new language” that has developed in ethnically mixed towns in Irian Jaya, like Timika and the highland capital of Wamena. “Orang” means “person” in Indonesia, and “meno” means “friend” in the Amungme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

71

71

language. Translated literally, orang meno is nonsense, but it is understood perfectly in Timika and does not have a negative connotation. (Technically speaking, orang meno refers only to the Amungme, and similar constructions—such as orang noge, which has an equivalebt derivation in the Ekagi language—have arisen for members of the other highland groups.) (Pickell, 2001: 226)

Keterangan tambahan seputar orang Meno di tanah Papua juga ditemukan dalam

Yuniarti (2008: 54), “Meno merupakan panggilan akrab, bermakna sobat, di

kalangan orang asli Papua dari kawasan pegunungan. Namun, panggilan ini di

Timika sering kali dipakai untuk orang asli dari kawasan pesisir juga.” Karena

itulah, istilah orang Meno dapat pula dipergunakan untuk menyebut suku Kamoro,

misalnya (Pickell, 2001: 226).

Dengan demikian, wajah suku asli Papua di dalam Tanah Tabu hendak

dibaca dari tokoh-tokoh Komen yang dimunculkan pengarang. Wajah suku Dani

dapat dibaca dari kehadiran tokoh Mabel beserta ayah ibunya. Wajah suku

Amungme dapat dibaca dari kehadiran tokoh Pace Mauwe dan Pace Johanis.

Terakhir, wajah orang Meno dapat dibaca dari kemunculan tokoh seorang pemuda

tanpa nama yang kehabisan uang karena menggemari minuman keras. Di samping

lewat tokoh-tokoh yang di antaranya disebutkan di atas, wajah suku asli Papua

juga ditunjukkan oleh tuturan (narasi) dalam novel Tanah Tabu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

72

72

4.2 Wajah Suku Asli Papua dalam Tanah Tabu

4.2.1 Ditaklukkan oleh Belanda Kolonial

Dalam novel Tanah Tabu, suku Dani adalah suku asal Mabel beserta para

pendahulunya. Menurut Koentjaraningrat (1994: 258-259), Dani merupakan

nama sebuah klan. Dengan nama tersebut, pemerintah negara Indonesia lazim

menyebut seluruh penduduk asli Lembah Besar Baliem di era 1960-an. Dani

juga dipakai untuk menyebut bahasa yang digunakan penduduk asli Baliem di

lembah-lembah bagian barat. Di dalam cerita Tanah Tabu, keadaan Lembah

Baliem sebelum masuknya orang asing masih murni.

(43) Lembah ini dipotong sejumlah sungai berair kecokelatan yang meliuk dan merayap menuju selatan, kemudian tumpah di Laut Arafuru. Terpagar rawa-rawa lembap yang menyimpan dendam bangsa buaya dan serangan pasukan lintah. Terbentengi beberapa gunung gagah yang berdiri pongah. Siapa pun masih bisa mendengar alam bernapas dan bersenandung ketika ini. Dan pada masa ini pula, di sebuah dataran terbuka yang mernghampar di tengah-tengah lembah, Mabel terlahir dan dibesarkan sebagai salah satu anak suku Dani. (Thayf, 2009: 98)

Sementara itu, perkampungan suku Dani tempat Mabel lahir digambarkan

sebagai “sebuah dataran terbuka yang menghampar di tengah-tengah lembah”

(Thayf, 2009: 98). Suku Danilah, leluhur Mabel, yang pertama mendiami

wilayah tersebut. Tokoh orang tua Mabel dan penduduk satu perkampungan

Dani itu menunjukkan wajah praeksistensi suku asli dalam Tanah Tabu.

Kelompok bangsa asing merambah kampung mereka baru pada era 1950-an, di

bawah komando Piet van de Wissel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

73

73

Kelompok ekspedisi van de Wissel datang dari Belanda. Mereka

berhadapan dengan orang-orang suku Dani di perkampungan yang mereka

masuki. Kedatangan orang-orang dari negeri Barat pertama-tama menyebabkan

penduduk asli merasa terancam. Di mata suku Dani, orang-orang Barat yang

datang ke kampung mereka adalah hantu. “Selagi mencuri napas satu-satu, salah

seorang pemuda mengaku telah melihat sekelompok hantu selagi berburu. Hantu

itu serupa manusia, tetapi tanpa darah sehingga kulitnya berwarna putih

transparan.” (Thayf, 2009: 101) Namun, suku asli menyadari kekeliruan mereka.

Yang mereka lihat sebenarnya adalah orang-orang Barat, ras manusia kulit putih,

yang datang dari Belanda.

(44) Ternyata yang disebut hantu adalah para pendatang berkulit putih pucat dan berambut kuning. Para pendatang dari negeri Belanda yang sangat jauh, begitulah yang diketahui kemudian. Pada hari ketiga setelah seluruh isi kampung mengungsi, dan kembali lagi karena mendapati langit masih utuh di tempatnya semula, para pendatang itu memasuki perkampungan dalam sebuah kelompok kecil. (Thayf, 2009: 102)

Setelah mendapati bahwa orang-orang berkulit putih dan berambut kuning rupa-

rupanya bersikap bersahabat, membagikan bermacam-macam barang pula, suku

Dani menjadi tertarik. Demikianlah langkah awal bangsa Barat untuk memulai

penaklukan atas the indigenous peoples.

Penaklukan tokoh bangsa Barat atas tokoh suku Dani dapat dibaca melalui

beberapa penanda. Penanda pertama yaitu keberhasilan van de Wissel

mendirikan sebuah pos pemerintahan Belanda di perkampungan. Didahului

dengan membagikan tembakau, van de Wissel meyakinkan para laki-laki Dani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

74

74

bahwa pendirian pos pemerintahan dan lapangan terbang akan membawa

kebaikan untuk semua orang dan menjadi kebanggaan anak cucu. Sesungguhnya

pos pemerintahan tersebut akan mengakibatkan suku asli diperintah oleh bangsa

asing di wilayah mereka sendiri.

Penanda kedua yaitu kedudukan suku asli menjadi terkondisi di bawah

bangsa penakluknya. Peristiwa ketika Stappen meminta Mabel untuk ia bawa

dipandang sebagai keberuntungan oleh ibu Mabel, padahal Mabel sebetulnya

dijadikan pembantu dan pengasuh anak-anak oleh Stappen. Meskipun Mabel

didukung untuk mempunyai kegemaran membaca, Stappen dan suaminya

menolak permintaan Mabel untuk disekolahkan.

(45) “Kami rasa pengetahuanmu sekarang sudah lebih dari cukup, Anabel. Kau sudah sangat maju dari dirimu yang dulu. ... Jadi untuk apa bersekolah? Apalagi sekolah kampung seperti yang ada di sini. Itu hanya untuk anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis,” jelas Tuan Piet. (Thayf, 2009: 122)

(46) “Betul kata tuanmu, Anabel sayang. Kau sudah lebih pintar sekarang. Dan yang penting, kau sudah merasa bahagia karenanya, bukan?” Aku ada di situ selagi Nyonya Hermine bertanya begitu kepada Mabel, yang menjawabnya dengan anggukan pelan. ... Nyonya Hermine menyentuh bahu Mabel yang menguncup. “Ilmu pengetahuan itu dipelajari untuk dijadikan bekal hidup, Anabel,” ia menyambung, “dan kau, kurasa sudah memiliki bekal yang cukup. Tidak perlulah kaupelajari ilmu yang tiada guna karena nantinya justru akan membuatmu menderita. Ya, menderita karena pintar. Karena tahu terlalu banyak. ... Melawan kodrat. ... Jadi syukurilah keadaanmu sekarang ini Anabel. Jangan berpikir yang macam-macam. Jalani saja yang ada di depan mata. (Thayf, 2009: 122-123)

Jawaban van de Wissel dan jawaban Stappen sendiri menunjukkan bagaimana

bangsa Barat menganggap diri tuan atas suku asli. Anggapan ini tampak terang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

75

75

terangan pada kata sapaan yang digunakan untuk tokoh van de Wissel di dalam

novel ini, yaitu tuan.

Penanda ketiga yaitu penggantian nama Waya menjadi Anabel.

Senyatanya, tokoh Mabel dilahirkan dengan nama Waya, sebuah nama yang

menandakan identitas kedaniannya. “Mabel terlahir dan dibesarkan sebagai

salah satu anak suku Dani. Orang-orang di sana memanggilnya dengan nama

Waya. Namun sebaiknya kita tetap menyebutnya Mabel saja.” (Thayf, 2009: 98)

Kemudian pada usia Mabel yang ke-8 tahun, Stappen mengganti nama Waya

menjadi nama yang kebelandaan. Penggantian sebuah nama yang Dani menjadi

nama yang Belanda merupakan bentuk penghapusan bagian penting dari

identitas suku Dani. Penghapusan sebagian dari identitas tokoh Mabel telah

dilakukan oleh pasangan suami istri Belanda. Sekalipun demikian, Mabel malah

menerimanya tanpa keberatan. “Bahkan, ia takjub dengan nama barunya sendiri,

Anabel, yang diberikan Nyonya Hermine dengan alasan nama lamanya, Waya,

cukup sukar diucapkan lidah Belanda-nya.” (Thayf, 2009: 109) Walaupun

Mabel mengikuti keluarga van de Wissel tidak lebih dari 6 tahun, nama Daninya

terhapus sampai sepanjang sisa hidupnya. Tidak lebih dari 2 kali nama Waya

disebut dalam novel Tanah Tabu oleh Pum.

4.2.2 Dijajah Secara Internal oleh Pendatang

Wajah suku Amungme sebagai suku asli yang ditaklukkan sedikit berbeda

dengan wajah suku Dani yang dideskripsikan di atas. Menurut cerita dari leluhur

mereka yang dicatat oleh Amiruddin dan de Soares (2003: 14), suku Amungme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

76

76

berasal dari sebuah gua yang kini terdapat di kawasan Lembah Baliem. Tempat

asal mereka ini juga disebut Mepingama yang dalam bahasa suku Amungme

berarti ‘tempat manusia keluar’. Orang-orang Amungme tinggal di daerah

gugusan Pegunungan Sudirman yang secara administratif berada di bawah

Daerah Tingkat II Kabupaten Administratif Mimika. Bahasa ibu suku Amungme

adalah bahasa Amungkal. Puncak Pegunungan Sudirman merupakan tanah yang

dianggap keramat bagi suku Amungme. Karena puncak tersebut ditutupi salju,

suku ini menyebutnya Nemangkawi Ninggok yang berarti ‘puncak salju abadi’.

Namun, peta Indonesia malah membuat nama Barat untuk Nemangkawi

Ninggok, yaitu Cartenz Toppen, padahal nenek moyang suku Amungme adalah

yang pertama berdiam di sekitar puncak tersebut. Newangkawi Ninggok adalah

adalah tanah ulayat suku Amungme. Sebagai keturunan dari para pemukim asli

gugusan Pegunungan Sudirman, Papua, mereka memenuhi ciri pertama the

indigenous peoples yang dikemukakan oleh Burger (Barnes dalam Barnes dkk.,

1995: 311).

Dalam novel Tanah Tabu, kedatangan perusahaan tambang milik

pendatang untuk mengambil emas telah mengusir suku Amungme dari tanah

adat mereka. Keberadaan perusahaan milik pendatang di tanah suku Amungme

menggantikan penjajah Belanda yang sudah bertahun-tahun lampau angkat kaki

dari bumi Papua. Eksploitasi emas oleh pendatang di wilayah suku Amungme

mengingatkan bagaimana penjajah Portugis dan Belanda juga mengeksploitasi

rempah-rempah orang Maluku. Berikut ini dikutip suara orang-orang Komen

yang menjadi pedagang pasar tentang perusahaan yang mengeruk emas mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

77

77

“[M]ereka hanya pendatang. Orang asing. Mereka mencari uang dan hidup di

tanah kita. Jadi kaya dan hidup senang karena mengambil emas kita. Sedangkan

kita... tidak dapat apa-apa, kecuali kotoran mereka dan janji-janji palsu.” (Thayf,

2009: 173)

Kekritisan para pedagang Komen ini sebetulnya tercetus oleh rasa marah

karena perdagangan mereka merugi besar. Perusahaan tambang emas

sebelumnya memberi janji pada para pedagang ini, hendak membeli banyak

sayur dari pasar pada saat panen raya untuk dibagikan kepada karyawan

perusahaan. Diceritakan bahwa tahun lalu, perusahaan memenuhi janji itu.

Namun, perusahaan mengingkarinya begitu saja kali ini, padahal para pedagang

sudah menyimpan sebagian besar dagangan untuk dibeli perusahaan. Kerugian

ini membuat para pedagang kecewa, tak terkecuali Mabel sendiri sebab ia

sempat berkata akan membelikan Leksi daging ayam dengan uang hasil

penjualannya nanti. Kemarahan para pedagang pasar sesungguhnya merupakan

reaksi atas keadaan mereka yang sangat tidak menguntungkan. Perusahaan

tambang emas bisa sangat berkuasa dalam permainan pasar karena modal besar

ada di tangan mereka. Sementara itu, bukan pedagang pasar yang mempunyai

modal sehingga, suka tidak suka, kehidupan mereka menjadi bergantung pada

perusahaan tambang emas.

Tidak hanya lewat kepemilikan modal, suku asli dalam Tanah Tabu juga

ditaklukkan lewat bahasa. Sekali lagi oleh para pedagang pasar, masalah ini

dikemukakan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

78

78

(47) “Perusahaan itu tidak akan pernah mau mendengar suara kita. Kalaupun dengar, mereka pasti pura-pura tidak mengerti. Kita pakai bahasa Papua, mereka pakai bahasa Indonesia. Kita ubah pakai bahasa Indonesia, mereka malah bicara bahasa asing. Kesimpulannya, mereka menganggap kita ini bodoh. Tidak sederajat dengan mereka.” (Thayf, 2009: 172)

Dengan strategi penggunaan bahasa yang berbeda, pendatang menaruh suku asli

dalam situasi terkunci. Suku asli kesulitan menggugat sehingga terpaksa takluk.

Keadaan semacam ini menciptakan penjajahan internal (internal

colonization). Seperti dikatakan pemerhati kajian Asia (Asian studies) R. H.

Barnes (1995: 311),

(48) To put it bluntly, if, in the current political sense, indigenous peoples exist in Asia, where there is no longer a significant European presence, then there must be Asian oppressors: and these dominant peoples, no matter how indigenous themselves, must in political terms be denied indigenous-peoples status. In Indonesia the prime target for this unenviable position is, of course, the Javanese. (Barnes, 1995: 311)

Thayf di dalam novelnya tidak menerangkan segamblang Barnes. Barnes

menyebut suku Jawa sebagai masyarakat yang dominan dan sebagai opresor,

sedangkan Thayf hanya menyebut-nyebut pendatang. Siapakah yang dimaksud

sebagai pendatang? Kata pendatang dipergunakan Thayf pada frase perusahaan

emas milik pendatang (Thayf, 2009: 135). Tidak disebutkan secara persis

pendatang dari mana yang menjalankan perusahaan emas dan telah menjadi

penjajah di wilayah suku Amungme itu. Kata pendatang sendiri mengandung

arti yang sangat umum. Jika ditilik lema pendatang dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, ditemukan gloss yang memuat arti

umum, yakni ‘orang yang muncul; orang yang datang dari tempat lain untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

79

79

menetap di suatu tempat’. Jika membaca artikel Wahyu (2011: 5), diketahui

bahwa para pendatang yang memasuki tanah Papua adalah orang-orang Jawa,

Bugis, Batak, Madura, dan Cina. Orang-orang yang disebut Wahyu berasal dari

lingkup dalam negeri semua.

Namun, setelah dicari lebih jauh, kutipan satu alinea dari artikel Hidayah

(halaman web, 2008) akhirnya memberi jawaban yang lebih jelas untuk hal ini.

Pendatang yang menguasai pertambangan emas yang dimaksud dalam novel

Tanah Tabu justru adalah para investor asing (mancanegara) seperti orang-orang

dari Amerika Serikat yang mendirikan PT Freeport Indonesia di Timika. Berikut

ini kutipan yang dimaksud.

(49) Tanah Tabu bercerita tentang kehidupan masyarakat asli Papua yang tertindas oleh kaum pendatang. "Apalagi di sana ada tambang asing (Freeport) yang akhirnya menindas rakyat," ujar Anindita. Ia menguak ketidakadilan yang dirasakan masyarakat Papua di tanahnya sendiri. Cerita ini dinaratori seorang anak serta seekor babi dan anjing. (Hidayah, 2008)

Kenyataan (fakta) yang terjadi di tanah ulayat suku Amungme, Kabupaten

Administratif Mimika, Papua memang dapat dijadikan rujukan untuk membaca

persoalan ini. Tahun 1966, perusahaan pertambangan multinasional Freeport-

McMoRan Copper and Gold Inc. mengadakan perjanjian bisnis dengan

pemerintah negara Indonesia (Amiruddin dan de Soares, 2003: 159; Juarsa,

halaman web, 2009). Freeport-McMoRan Copper and Gold Inc. yang berpusat di

kota New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat memperoleh izin dari pemerintah

Indonesia untuk melakukan aktivitas penambangan tembaga, perak, dan emas di

dalam perut Gunung Grasberg, juga dikenal dengan nama Gunung Nemangkawi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

80

80

yang secara adat adalah milik suku Amungme. Didirikanlah anak perusahaan

Freeport-McMoRan di Indonesia dengan nama PT Freeport Indonesia. Sebanyak

90,64% saham PT Freeport Indonesia tidak lepas dari kepemilikan Freeport-

McMoRan sendiri (http://www.fcx.com/operations/grascomplx.htm). Pada

praktiknya, suku Amungme tidak diperhitungkan dalam kontrak karya Freeport-

McMoRan di Indonesia. Diungkapkan Amiruddin dan de Soares (2003: 28),

“Dalam seluruh proses kontrak karya itu, tak satu pun orang Amungme diajak

berunding, baik oleh pemerintah maupun oleh Freeport.”

Untuk kelancaran eksploitasi bijih tembaga, perak, dan emas dari dalam

perut Gunung Grasberg (underground mining), PT Freeport Indonesia

menggusur perkampungan suku Amungme. Dengan program pemukiman

kembali, perusahaan ini memindahkan kawasan tempat tinggal suku Amungme

ke dekat wilayah milik suku lain, tersebutlah suku Kamoro. Mengutip penjelasan

Pius Ginting, juru kampanye bidang tambang dari LSM Wahana Lingkungan

Hidup (Walhi), dalam berita Liputan 6, “Setelah perampasan tanah mereka itu,

suku Amungme dipindahkan ke tanah ulayat milik suku Kamoro yang akibatnya

sering menimbulkan konflik antara kedua suku tersebut” (Ariyanto, 2010).

Program pemukiman kembali membuka peluang timbulnya ketidakcocokan dan

gesekan (friksi) antara suku yang dipindahkan dengan suku yang terpaksa

menerima pindahan di wilayahnya. Demikianlah PT Freeport Indonesia

sesungguhnya mempunyai andil dalam timbulnya konflik antara suku Amungme

dengan suku Kamoro.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

81

81

Lewat novel Tanah Tabu, Thayf ikut menceritakan peperangan yang

didalangi perusahaan emas milik pendatang. Peperangan dalam novel ini

membawa asosiasi pembaca pada persoalan konflik suku Amungme dan

Kamoro. Mabel berkomentar tentang perusahaan emas demikian,

(50) “Siapa lagi kalau bukan perusahaan emas itu. Mereka memang begitu, Nak. Selalu bikin kacau dan rusuh. Tipu terus! Sana-sini! Gara-gara mereka, orang-orang jadi berkelahi begini. Ada yang mati, sakit, miskin menderita. Mereka hanya mau emas kita ... tanpa peduli apakah kita ini hidup susah atau sudah mau mati semua!” (Thayf, 2009: 140)

Peperangan yang dimaksud terjadi antara dua suku berbeda yang disebut oleh

Thayf sebagai kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas berebut

batas wilayah dengan kelompok bawah. Kelompok atas berprasangka bahwa

kelompok bawah telah menggeser batas wilayah di sungai tempat kedua

kelompok bisa mendulang emas. Apabila dihubungkan dengan persoalan konflik

nyata antara suku Amungme dengan suku Kamoro, kelompok atas menandakan

suku Amungme dan kelompok bawah menandakan suku Kamoro. Suku

Amungme berasal dari dataran tinggi, kawasan pegunungan (atas), sementara

suku Kamoro berdiam dekat dengan rawa-rawa, daerah yang lebih rendah

(bawah).

4.2.3 Menjadi Korban

Sementara itu, kehadiran pemuda Meno di dalam novel menampakkan

ekspresi suku asli yang tercerabut dari tempat asalnya dan dari akar budayanya.

Tokoh orang Meno, seperti tokoh suku Dani dan tokoh suku Amungme, datang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

82

82

dari wilayah gugusan pegunungan di Pulau Papua. Mereka berasal dari kultur

peladang dan pemburu, tidak terbiasa dengan sistem ekonomi uang—tetapi, ini

bukan untuk diartikan bahwa suku asli (the indigenous peoples) primitif dan

terbelakang dibanding orang-orang modern. Berdirinya tambang emas besar di

Gunung Nemangkawi seolah-olah memberikan kesempatan mendapat durian

runtuh bagi orang Meno. Sungai yang merupakan tempat pembuangan limbah

pengolahan hasil tambang mengandung sisa-sisa bijih emas. Ke sanalah orang-

orang Meno pergi untuk mendulang ampas emas, meninggalkan kampung

halaman serta mata pencaharian mereka. Hasil penjualan ampas emas yang

diterima orang Meno mencapai nilai belasan juta rupiah. Orang-orang ini pun

menjadi kaya mendadak. Patut disayangkan, mereka tidak pintar mengatur

keuangan sehingga kekayaan tadi mudah sekali ludes. Orang-orang Meno

menghabiskan kekayaan mereka sendiri untuk membeli barang-barang mahal

yang tidak bermanfaat dan juga untuk bersenang-senang secara hedonis. Sebagai

ilustrasi, tokoh pemuda Meno yang tidak bernama menghambur-hamburkan

uangnya untuk pakaian bergaya modern, sebuah HP canggih, minuman keras,

dan juga untuk berajojing di diskotek. Perilaku orang Meno yang demikian

diungkapkan dalam novel kepada Leksi oleh Mace.

(51) Pada akhir cerita, Mace menebak pemuda yang kutemui itu mungkin saja seorang Meno.

“Mereka itu datang dari gunung Leksi. Meninggalkan pekerjaan berladang dan berburu hanya untuk mencari emas di sungai tempat perusahaan membuang kotorannya. Kalau beruntung, mereka memang bisa dapat banyak uang. Ada yang bilang sampai hampir belasan juta. Mereka pun jadi orang kaya baru. Beli hp mahal, ini-itu yang tidak perlu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

83

83

dan bersenang-senang. Seperti jalannya uang itu yang cepat datangnya, maka cepat pula perginya.”

Masih kata Mace, para Meno biasanya menghamburkan uang dengan pergi ke tempat setan banyak menghabiskan uangnya pula.

“Di mana tempat itu, Mace?” “Di luar sana. Di dalam ruangan yang lampunya tidak pernah menyala

terang dan selalu berkabut. Di tengah musik ribut pemanggil arwah yang menulikan telinga dan tawa nyaring setan perempuan. (Thayf, 2009: 94-95)

Orang Meno menjadi korban dari arus perubahan yang diakibatkan perusahaan

pertambangan emas. Selain sudah kehilangan kampung halaman dan akar

kebudayaan, mereka pun tak pernah mendapatkan uang yang mereka kejar. Di

sini tampaklah wajah suku asli yang, secara tidak langsung, terampas hidupnya

akibat kedatangan sosok penjajah internal.

Wartawan Kompas yang terlibat dalam perjalanan jurnalistik Ekspedisi

Tanah Papua (Yuaniarti, 2008: 55) melaporkan bahwa orang-orang Meno

mendulang serbuk emas buangan (tailing) PT Freeport Indonesia di Sungai

Aghawagong. Orang Meno yang mendulang tailing itu berasal dari suku

Kamoro.

(52) Para Meno ini adalah para pendulang emas di sepanjang Sungai Aghawagong yang menjadi aliran pembuangan tailing PT Freeport Indonesia (PT FI). Dalam sehari mereka bisa memperoleh uang hingga Rp 2 juta dari mendulang tailing. Bahkan, jika sedang beruntung bisa mendapat Rp 10 juta. “Tailing emas itu tak hanya merusak sungai kami, tetapi juga mental masyarakat. Sungguh, kami tak mau hidup seperti ini,” kata Gergorius Okoare (35), tokoh muda Kamoro—suku asli di Timika.

Okoare menyebutkan, dari tahun ke tahun, jumlah pendulang yang memanfaatkan remah-remah dari PT FI kian bertambah. Mereka berasal dari suku-suku di dataran tinggi (highland) Papua, dan juga pendatang dari luar Papua. (Yuniarti, 2008:55)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

84

84

4.2.4 Minoritas

Meskipun ada sejumlah tokoh Komen dalam novel Tanah Tabu yang

memperoleh penghidupan dari mendulang emas setelah perusahaan

pertambangan emas berdiri, sebagian besar dari mereka masih bercocok tanam

dan berburu. Orang Komen yang bercocok tanam ditunjukkan oleh tokoh Mabel,

Mace, Mama Helda, paitua penjual labu. Di samping itu, orang Komen yang

digambarkan sehari-harinya berburu adalah tokoh Pace Mauwe, Pace Johanis,

serta dua saudara laki-laki Mabel. Mata pencaharian tokoh-tokoh yang pertama

disebutkan merupakan gambaran dari petani, sedangkan mata pencaharian

tokoh-tokoh yang kedua disebutkan merupakan gambaran pemburu (hunters).

Mereka bekerja dengan cara padat karya dan hanya memproduksi sedikit

surplus.

Demikian pula dengan cara kerja orang-orang Komen yang memelihara

babi. Layak disebut peternak, orang Komen memelihara kawanan babi untuk

memenuhi kebutuhan pangan serta dan juga kewajiban adat-istiadat, contohnya

untuk membayar denda adat, membayar mas kawin, menyelenggarakan pesta

bakar batu. Selain dari daging babi, sumber makanan hewani bagi suku asli juga

diperoleh dengan berburu hewan di hutan dan mengail ikan di sungai.

Namun, suku asli yang berburu tidak dapat digambarkan dengan istilah

pemburu dan pengumpul (hunters and gatherers) seperti dalam poin kedua

karakteristik the indigenous peoples menurut Burger (Barnes dalam Barnes dkk.,

1995: 311). Dari antara suku-suku asli tanah Papua dalam novel ini, tidak

ditemukan perilaku hidup berpindah-pindah (nomaden ataupun seminomaden).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

85

85

Baik petani maupun pemburu tinggal menetap di perkampungan. Ada pula yang

kemudian beralih mata pencaharian menjadi pekerja upahan untuk perusahaan

tambang emas, misalnya tokoh Pace Mauwe. Keadaan orang Komen dalam

Tanah Tabu yang tidak sama persis dengan kriteria Burger menunjukkan bahwa

sesungguhnya suku asli tidak dapat dikriteriakan secara mutlak (fix).

Karakteristik kultural yang menjadi petunjuk identifikasi suku asli muncul

dalam ciri berpakaian para tokoh. Ibu Mabel, tokoh perempuan, mengenakan

sali. Sali berbentuk rok rumbai-rumbai yang dibuat dari ilalang atau kulit pohon

tertentu, dikenakan di pinggang untuk menutupi tubuh bagian bawah. Sali adalah

pakaian tradisional untuk perempuan Dani, sementara holim (koteka) dikenakan

oleh para laki-laki. Holim dibuat dari kulit labu yang dikeringkan dan dikenakan

untuk menutupi genital. Jika para laki-laki membawa senjata untuk berburu dan

berperang, kaum perempuan membawa noken untuk mengangkut macam-

macam hasil kebun. Noken dapat memuat banyak barang. Di samping hasil

kebun, noken digunakan pula untuk membawa anak kecil bersama ibunya yang

bekerja atau untuk mengangkut babi anakan. Ciri berpakaian tradisional yang

menunjukkan identitas suku asli juga dapat dilihat dari hiasan (aksesoris)

mereka. Ada hiasan kepala (headdress) dari bulu burung berwarna-warni yang

dikenakan tokoh kepala kampung, Pace Arare, pada upacara adat. Ada pula kulit

kerang yang diuntai menjadi kalung untuk menghias dada seperti yang dipakai

ayah Mabel. Selain dijadikan kalung, kulit kerang juga mengandung nilai tukar

(uang) di kalangan suku asli, khususnya suku Dani. Uang dari kulit kerang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

86

86

disebut ot dalam bahasa Dani. Hal ini merupakan bagian dari kebudayaan suku

asli yang kian dipinggirkan dan menjadi minoritas di wilayahnya sendiri.

Adapun tiap suku asli yang diceritakan dalam Tanah Tabu sesungguhnya

memiliki bahasa ibu masing-masing. Koentjaraningrat (1994: 259-260)

menerangkan bahwa suku Dani berbicara dalam bahasa Dani. Bahasa Dani

digunakan dalam logat yang berbeda-beda menurut daerah pemakaiannya. Suku

Amungme, diceritakan oleh Amiruddin dan de Soares (2003: 15), berbicara

dalam bahasa Amungkal. Thayf tidak mencantumkan pemakaian bahasa ibu

suku-suku asli Papua dalam novelnya. Suku-suku asli ini bercakap-cakap satu

sama lain dalam bahasa Indonesia, tetapi diwarnai kebiasaan berbahasa khas

Papua. Ada berbagai kata dalam dialek Papua yang terdapat dalam percakapan

antartokoh.

(55) “Memang mahal dari dulu. Apalagi sekarang semua barang de pu harga naik.” (Thayf, 2009: 80)

(56) “Telur juga su naik. Sekarang harga satu rak lima puluhan ribu. Dulu masih dua puluhan.” (Thayf, 2009: 81)

(57) “Iya, tiga puluh. Leksi! Berhenti kasih rusak rica jualan!” (Thayf, 2009: 81)

(58) “Mabel hitung saja sendiri mo. Aku tidak tahu soal begitu. Atau coba tanya Leksi. Dia anak sekolah.” (Thayf, 2009: 81)

(59) “Biar saja kita hanya makan keladi, petatas, dan sagu, daripada makan beras dan roti seperti Gerson itu, tapi jadi lupa kalau rambut dan kulit sendiri keriting dan hitam. Orang begitu de pu sifat tra laku e...” (Thayf, 2009: 91)

(60) “Yosi! Ba lincah sudah! Atau ko cari mata masakkah?” (Thayf, 2009: 147)

(61) “Karel, berhenti! Atau ko mo pica ka?!” (Thayf, 2009: 204)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

87

87

4.2.5 Pengaturan Kekuasaan dalam Masyarakat Suku Asli

Secara hukum, Papua menjadi wilayah kekuasaan Indonesia secara resmi

sejak tahun 1969. Hal ini didukung oleh keterangan Amiruddin dan de Soares

(2003: 11), “Pernyataan [bahwa Irian (nama yang digunakan untuk menyebut

Papua sebelumnya)] bergabung dengan Indonesia dilakukan melalui PEPERA

yang diadakan pada 1969.”

Kehidupan politik suku asli yang dibicarakan Tanah Tabu sudah diatur

oleh lembaga pemerintahan terpusat, yaitu pemerintah negara Indonesia.

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) menunjukkan bahwa suku-

suku asli sudah dikenalkan pada sistem politik demokrasi, terlepas dari praktik

perkoncoan dan politik uang yang terjadi. Kampanye partai politik gencar.

Disebutkan beberapa nama fiktif untuk partai politik seperti Partai Kembang-

Kembang, Partai Strip-Strip, juga Parta Belahan Jiwa Rakyat. Dalam

pengisahan, tampak jelas bahwa para calon bupati lebih diminati dan

diperhatikan ketimbang sosok tetua adat seperti tokoh Pace Arare. Upaya untuk

mencapai kesepakatan bersama (konsensus) muncul dalam kegiatan

perkumpulan pedagang pasar di rumah paitua penjual labu. Beranggotakan para

pemuda, mace, pace, hingga paitua, perkumpulan ini membicarakan rencana

aksi protes pada perusahaan tambang emas yang batal membeli dagangan

mereka. Menurut Barnes (1995: 313), menjarah, berperang, dan bentuk-bentuk

kekerasan semacamnya merupakan hal wajar dalam catatan sejarah kehidupan

politik suku asli. Pengamatan Barnes terbukti dalam Tanah Tabu. Terdapat

beberapa perang dan penjarahan suku dalam novel tersebut: perang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

88

88

menewaskan ayah dan kakak sulung Mabel, perang perebutan batas wilayah

sungai antara kelompok atas dengan kelompok bawah, dan pengayauan

(perburuan kepala) besar-besaran di pedalaman Mindiptana yang ditindak oleh

van de Wissel bersama anak buahnya.

Gambaran suku asli yang lekat dengan kekerasan memang dikemukakan

dalam beberapa halaman novel Tanah Tabu. Suku asli diidentikkan dengan

permusuhan, penjarahan, peperangan, pengayauan. Ketakutan, rasa bermusuhan,

dan kekejaman merupakan hal-hal yang diajarkan kepada anak-anak kecil suku

asli sehingga mereka tidak mengenal nilai welas asih, tidak mampu juga

menghargai perbedaan. Jika agama modern mengajarkan cinta dan kasih sayang,

kepercayaan (belief) suku asli mengajarkan takhayul dan tabu. Cinta kasih

digambarkan sebagai sesuatu yang asing bagi suku asli. Ketika bangsa kulit

putih memperkenalkan cinta kasih, suku asli menjadi terkagum-kagum hingga

menangis terharu. Gambaran ini tampak pada kutipan dari halaman 106-107.

Dalam kutipan tersebut, tokoh ibu Mabel mewakili suku asli, sedangkan tokoh

Hermine Stappen mewakili bangsa kulit putih.

(53) Terisak ibu Mabel mendengar kalimat indah yang keluar dari mulut perempuan cantik berambut emas, Nyonya Hermine, yang tengah berdiri di hadapannya. Sungguh ia tidak pernah menyangka ada orang yang mau mencintai orang lain yang bukan berasal dari suku yang sama. Sejak kecil, ibu Mabel hanya diajarkan tentang kejamnya perang antarsuku, kuatnya rasa permusuhan, ketakutan yang tak pernah habis, serta kepercayaan pada hal-hal yang tabu. Adapun bagi Mabel, kata-kata baru itu, cinta dan kasih sayang, menancap begitu kuat di hatinya yang masih kanak-kanak. Ia sangat meyakini keajaibannya, entah mengapa. (Thayf, 2009: 106-107)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

89

89

Walaupun dalam cerita Tanah Tabu beberapa puluh tahun sudah berlalu dan

arus modernitas memasuki kehidupan suku asli, gambaran mengenai mereka

tidak berubah. Di hadapan orang-orang modern dari luar suku, mereka tidak bisa

lepas dari praktik kekerasan. Wajah suku asli digambarkan sebagai sumber rasa

takut, maka peluang bekerja bersama dan saling belajar antara suku asli dengan

pendatang tidak dimungkinkan.

(54) Lantas, apa ada yang berani menjamin setelah demo nanti pihak perusahaan akan langsung membeli sayur kita seperti janji mereka? Bagaimana kalau justru sebaliknya? Mereka tidak mau bekerja sama lagi dengan kita karena takut. Bukankah begitu tanggapan banyak pendatang tentang sikap kita, penduduk asli: sangar dan bikin takut? (Thayf, 2009: 173)

Anggapan negatif bahwa suku asli lekat dengan kekerasan tersirat dalam

novel Tanah Tabu, dibuktikan dengan kutipan di atas. Oleh karena itu, anggapan

negatif bahwa suku asli lekat dengan kekerasan hendak dihapus perlahan-lahan

melalui skripsi ini. Bahwa ada segelintir orang dari suku asli yang mempunyai

sifat negatif, hal itu sebenarnya lumrah sebab selalu ada orang-orang yang

bersifat negatif, tidak terbatas dari suku bangsa tertentu. Kecenderungan berbuat

kekerasan, salah satunya, bukan milik suku asli semata.

4.2.7 Berpandangan Memelihara terhadap Alam

Persoalan terparah yang pada era pembangunan menghadang suku-suku

asli di Asia Tenggara dan Asia Selatan adalah kurangnya pengakuan terhadap

hak-hak adat suku asli atas tanah mereka (Colchester dalam Barnes dkk., 1995:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

90

90

64-65). Kepemilikan secara kolektif atas tanah-tanah adat tidak dilegalkan oleh

hukum negara, maka kini wilayah suku-suku asli tersebut tidak lagi aman.

Persoalan ini dikisahkan secara kontekstual Papua dalam Tanah Tabu.

Hubungan saling memiliki antara suku Amungme dengan tanah mereka, Gunung

Nemangkawi, jelas-jelas diputus secara semena-mena oleh perusahaan tambang

emas. Keterikatan orang-orang Meno dengan daerah asal mereka menjadi kacau

karena kegiatan penambangan emas menjanjikan uang banyak bagi mereka.

Mata pencaharian suku asli yang semula bertalian erat dengan tanah dan hutan

semakin ditingalkan. Ini menunjukkan bagaimana kehidupan suku asli dalam

Tanah Tabu tersisih. Mereka menjadi minoritas di tanah sendiri, sementara para

pendatang yang mengarus masuk, terutama ke kota Timika, menjadi masyarakat

yang dominan.

Novel Tanah Tabu berhasil menunjukkan keterhubungan suku asli dengan

tanah, dengan hutan, dengan sungai, dengan alam lingkungan. Melalui tuturan

tokoh Mabel, suku asli menyebut alam dengan nama Tanah Ibu. Tuturan Mabel

berikut ini menunjukkannya.

(62) “Dari dulu aku jarang menangis, Sayang. Menangis hanya membuatku semakin lemah, dan aku tidak mau itu terjadi. Selain itu, aku juga kasihan dengan Tanah Ibu kalau kita terus-menerus menyiramnya dengan air mata kita. Air jadi asin. Tanaman tidak bisa tumbuh subur. Binatang di hutan berkurang. Langit pun ikut mendung. Nasib baik tidak akan datang kalau kita menangis terus.” (Thayf, 2009: 57-58)

Sebutan Tanah Ibu mencerminkan hubungan yang tidak terpisahkan antara suku

asli dengan alam seperti hubungan antara seorang ibu dengan bayi melalui tali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

91

91

pusar. Keterhubungan dengan tanah dan dengan alam telah menjadi ciri suku

asli. Suku asli yang ditokohkan dalam Tanah Tabu mempunyai pandangan yang

nonmaterialis dan berarah pada pemeliharaan terhadap Tanah Ibu. Suku asli

berupaya melindungi tanah kelahiran mereka lewat aspek spiritual, yakni

kepercayaan suku, upacara sakral, bahkan takhayul, juga tabu. Tabulah yang

dipilih Thayf menjadi penanda novel. Ini tampak dalam judul novel, Tanah

Tabu. Adapun mengenai judul ini, Tanah Tabu, Syaifullah (halaman web, 2009)

memberi keterangan berikut yang dapat menjadi penegas.

(63) Tanah Tabu dipilih sebagai judul novel karena Anin beranggapan setiap tanah merupakan warisan leluhur yang ditabukan oleh keturunannya sehingga harus digunakan sesuai dengan manfaat dan kebutuhan, serta kelestariannya harus dijaga. (Syaifullah, halaman web, 2009)

Di dalam cerita Tanah Tabu, Mabel si perempuan Dani ditokohkan

sebagai suku asli yang bertahan dengan teguh pada kepercayaan tradisional

bahwa Gunung Nemangkawi adalah tanah keramat. Gunung ini adalah tempat

bersemayamnya jiwa-jiwa suku Amungme yang sudah meninggalkan dunia

fana. Tanah keramat seperti Gunung Nemangkawi tidak selayaknya ditambang

secara serakah demi kepentingan sebuah perusahaan yang tidak peka terhadap

suku-suku asli di tanah Papua. Tak hanya itu, tanah yang keramat pantang dijual

demi kekayaan dan kepentingan pribadi. Perbuatan tersebut dilakukan oleh Pace

Gerson demi memenangi Pilkada, seakan-akan Gunung Nemangkawi adalah

milik pribadinya. Karena itulah, Mabel mengecam keras perbuatan Pace Gerson

yang menjual Gunung Nemangkawi pada perusahaan tambang emas milik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

92

92

pendatang. Dalam nasihatnya kepada Leksi, Mabel membeberkan cara pandang

tentang tanah sukunya.

(64) Ia memaki Pace Gerson, bapak Karel yang disebutnya Si Penjilat Bokong, sebagai laki-laki Komen yang sudah lupa asal-usul. Kemiskinan telah melindas moralnya.

“Begitulah orang yang lemah, Leksi. Semua yang ada di dirinya bisa dibeli dengan uang. Tidak hanya badan, tapi juga jiwanya. Si Penjilat Bokong itu rambut dan kulitnya saja yang masih keriting dan hitam seperti kita, tapi dalamnya dia sudah bukan kita. Mana ada orang kelahiran tanah ini mau begitu saja merelakan gunungnya jadi milik orang asing? Tidak ada! Gunung itu bukan sagu. Bukan buah merah. Tidak diperjualbelikan. Tanah kita keramat, Nak. Tanah kita keramat, Nak. Tabu. Diciptakan Yang Kuasa khusus untuk kita, tahukah kau kenapa? Sebab Dia tahu kita bisa diandalkan untuk menjaganya.

“Kubilang kepadamu, Leksi, itulah mengapa nenek moyang kita sejak dulu hidup sederhana. Apa adanya. Mengambil seperlunya dari alam, dan mengembalikan sisanya lagi pada alam untuk disimpan sebagai warisan buat anak-cucu. Kau dan turunanmu kelak. Namun sayang sekali, Nak, ada di antara keturunan nenek moyang kita yang justru memberikan warisan kita kepada orang asing. Tidak hanya itu, dia juga malah ikut menjadi seperti mereka.”

Omelan Mabel barulah berakhir ketika tiba waktunya tidur. Sebelum memejamkan mata, ia masih sempat berbagi gumaman kesal:

“Biar saja kita hanya makan keladi, petatas, dan sagu, daripada makan beras dan roti seperti Gerson itu, tapi jadi lupa kalau rambut dan kulit sendiri keriting dan hitam. Orang begitu de pu sifat tralaku e....” (Thayf, 2009: 90)

Keterhubungan antara suku asli dengan Tanah Ibu di dalam novel Tanah

Tabu juga dapat dibaca pada peristiwa terampasnya Gunung Nemangkawi dari

kepemilikan tokoh suku Amungme. Ketika tanah mereka dirampas, hutan

digunduli, sungai dicemari, ekosistem lingkungan suku Amungme kehilangan

kealamiahnnya. Sagu berhenti tumbuh, hewan-hewan buruan sukar ditemukan,

ikan-ikan pun mati. Ini mengakibatkan kehidupan suku asli pudar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

93

93

(65) “Kampung Pace Mauwe digusur perusahaan emas milik pendatang dari lereng gunung tempat tinggal mereka sejak lama. Memang, ada kampung dan rumah baru yang diberikan sebagai gantinya di daerah bawah, tapi cukup jauh dari hutan, apalagi sungai. Dan, Kwee, kau mungkin tidak akan percaya kalau kubilang hutan itu sekarang tidak lagi menghasilkan sagu, sedangkan sungainya dipenuhi kotoran perusahaan itu. Terkenangku pada suatu pagi ketika ada banyak ikan tiba-tiba mengapung mati di sungai itu, dan banyak penduduk memungutnya untuk dibakar, tapi Mabel tidak tergoda sama sekali. Ia bilang ikan itu mati karena sakit, dan siapa pun yang memakannya akan bernasib sama. Sakit lalu mati. Itulah saat Pace Mauwe marah besar untuk pertama kalinya. Ia tidak punya kebun untuk digarap dan sudah lama tidak makan daging.” (Thayf, 2009: 135-136)

Vadakumchery (1993: 85-97) membahas hal keterhubungan erat antara

suku asli secara umum dengan alam. Suku asli menyadari bahwa mereka, mulai

dari nenek moyang hingga anak cucu, mengemban kewajiban untuk menjaga

kelestarian alam. Kewajiban mereka terhadap alam diberlakukan tidak saja

secara orang per orang (individual), tetapi juga sebagai satu komunitas klan. Di

samping itu, perilaku suku asli yang menjaga dan merawat alam merupakan

wujud penghormatan mereka terhadap alam sendiri. Kutipan dari esai

Vadakumchery (1993: 85-86) berbunyi, “The Earth Mother is adored and

admired by many tribal groups. Paying homage to her is perceived as a duty

[b]y the clan members; accordingly they pay respect to her individually as well

as a community.” Perilaku memelihara alam menjadi bagian dari kepercayaan

mereka pula, menjadi layaknya ibadah. Tidaklah mengherankan mengapa di

dalam Tanah Tabu, suku asli mengkeramatkan Gunung Nemangkawi.

Di samping mengangkat tokoh suku asli yang sadar dan teguh akan

kebijaksanaan sukunya (local wisdom), novel Tanah Tabu juga memunculkan

kekuatan antagonis. Kebijaksanaan suku untuk menjaga Tanah Ibu dicederai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

94

94

melalui perbuatan tokoh Pace Gerson. Pace Gerson rupanya begitu berambisi

memenangi Pilkada sampai-sampai sebuah gunung dijualnya. Pace Gerson

mengira bahwa Gunung Nemangkawi adalah milik pribadinya sehingga sah

dijual demi mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri, padahal Gunung

Nemangkawi sudah diakui sebagai tanah ulayat suku Amungme. Mengenai

kesukuan Pace Gerson sendiri tidak diterangkan oleh pengarang. Tidak

disinggung apakah laki-laki Komen itu bertempat tinggal atau setidaknya pernah

bertempat tinggal di seputar Gunung Nemangkawi. Rumah Pace Gerson

bersama istri dan anak laki-lakinya, Karel, justru terletak di sekitar rumah

kontrakan Leksi, di belokan dekat warung yang menjual gula-gula. Landasan

perbuatan Pace Gerson menjual Gunung Nemangkawi kepada perusahaan

pertambangan emas besar sebenarnya cukup janggal sebab Pace Gerson tidak

disebutkan sebagai suku Amungme dan juga tidak tinggal di seputar Gunung

Nemangkawi.

Tanah ulayat seperti yang diperjualbelikan oleh Pace Gerson pada

dasarnya merupakan tanah milik bersama. Sifatnya kolektif, bukan pribadi.

Kepemilikan bersama atas tanah dalam suku asli, menurut Vadakumchery

(1993: 89-90), bersumber dari pandangan bahwa tanah adalah karunia dari alam.

Alam memberi dengan murah hati dalam jumlah yang besar bukan untuk

dimiliki orang per orang, melainkan untuk berbagi.

(66) Land being a gift from the Earth Mother is not in possession of an individual; since it is a generous gift, it is shared; the ownership is in common. ... The land gets priority over the individual; [i]t is not that the land belongs to him or her; but that he or she is belonging to the land.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

95

95

Individuals may come and go; but the land as a medium of communication with the spirits and ancestors continue to exercise more influence. (Vadakumchery, 1993: 89-90)

Seperti dongeng tentang Dewi Sri hidup di antara suku Jawa, ada dongeng

Naruekul yang hidup di tengah kelompok suku asli Lembah Baliem (Mulait dan

Alua dalam Alua dkk., 2006: 30-35; Lokobal dalam Alua dkk., 2006: 117-118).

Naruekul seorang laki-laki pengembara. Dia berjalan dari kampung yang satu ke

kampung yang lain. Banyak orang yang mengenal Naruekul merasakan adanya

sesuatu yang berbeda, yang “lebih” dalam diri Naruekul. Akan tetapi,

keberbedaan Naruekul membuat klan-klan merasa terancam sehingga kemudian

mereka menyusun rencana untuk membunuh Naruekul. Ia pun dibunuh dan

dimutilasi. Klan-klan suku asli Lembah Baliem dari berbagai wilayah kekuasaan

saling berebut potongan mayat Naruekul. Potongan mayat tadi kemudian

disimpan si kampung mereka masing-masing, agaknya sebagai jimat. Tak

dinyana, Naruekul menampakkan diri di antara klan-klan yang membunuhnya.

Barulah klan-klan itu menyadari bahwa Naruekul bukan manusia biasa, melainkan

wujud inkarnasi Walhowak, pencipta bumi beserta segala isinya. Dalam

penampakannya, Naruekul berpesan kepada klan-klan suku Dani bahwa bagian-

bagian tubuh jasmaninya akan menjadi sumber kehidupan mereka. Tulang-tulang

Naruekul menjadi batu suci harta warisan leluhur (kaneke) serta alat pembayaran

mas kawin dan hutang-piutang (ye). Tumit, segumpal darah, dan urat dahi

Naruekul menjadi tanaman petatas (hepiri), darahnya menjadi tebu merah tua dan

buah merah, jantungnya menjadi tanaman pisang, dan lemaknya yang memancur

ke langit ketika dimutilasi menjadi matahari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

96

96

(67) Penduduk Dani hidup dari bercocok tanam. Karena itu mereka mengenal dengan baik dan menyadari apa arti dan fungsi tanah bagi kehidupan. Mereka percaya dan menghayati hubungan khusus dengan tanah. Hubungan itu berawal dan berakar dari mite Naruekul. Dalam mite itu dikisahkan bahwa tumpahan darah itu membentuk rawa-rawa menjadi petak-petak ladang yang subur, menumbuhkan jenis-jenis tumbuhan yang berguna bagi kehidupan manusia. Dan tetesan lemaknya yang mengendap ke dalam tanah senantiasa memberi kesuburan dan merangsang pertumbuhan. (Lokobal dalam Alua dkk., 2006: 118)

Dongeng Naruekul adalah kearifan lokal orang-orang Baliem. Kearifan lokal

mereka ini mencerminkan sikap yang memelihara dan nonmaterialis, seperti

yang dirumuskan Burger (Barnes dalam Barnes dkk., 1995: 311), terhadap

Tanah Ibu.

4.3 Wajah Kaum Perempuan Suku Asli Papua dalam Tanah Tabu

4.3.3 Atribut Kultural Perempuan Suku Asli

Tak hanya tentang tanah dan lingkungan, membicarakan hal kesuburan

dalam suku asli adalah membicarakan peran kaum perempuan Komen di tengah

masyarakatnya pula. Sebagaimana muncul dari tuturan tokoh Mabel si

perempuan Dani, perempuan Komen baru dipandang dewasa oleh sukunya

apabila dia terampil menganyam noken. Noken yang baik, dikatakan Mabel,

dibuat dari kulit kayu atau pelepah sagu. Noken merupakan penanda kesuburan

dan kemakmuran bagi suku si perempuan. Kepintaran atau keterpelajaran

tidaklah cukup untuk menjadi perempuan Komen yang baik. Perempuan Komen

yang baik wajib mengikuti tradisi leluhurnya menganyam noken. Hal ini

diingatkan Mabel kepada cucunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

97

97

(68) “Kau tahu, Nak? Sejak zaman nenek moyang dulu, setiap perempuan tanah kita harus bisa membuat noken. Noken yang bagus dan kuat berarti kesuburan dan kemakmuran yang lebih baik bagi suku si perempuan. Sebaliknya, kalau kau tidak bisa membuat noken, itu artinya kau belum dewasa dan belum siap menikah.”

“Oh, begitukah? Jadi, Mabel, kalau aku sudah bosan memperhatikanmu mengerjakan noken ini dan ingin pergi keluar sebentar untuk bermain, tidak apa-apa, bukan? Aku ini masih anak-anak.”

“Ah, kau ini. Memang paling pintar cari alasan. Kapan-kapan aku akan mengajarimu membuat noken sebab kau adalah gadis Komen. Aku tidak mau kau hanya jadi perempuan yang pintar, tapi lupa tradisi leluhur.” (Thayf, 2009: 217)

Dengan noken, perempuan-perempuan suku asli membawa anak mereka

yang masih bayi atau babi piaraan yang masih kecil, mengangkut sagu dan hasil

panen lain, juga untuk memuat barang-barang yang tidak diurusi oleh para laki-

laki. Urusan para laki-laki adalah peperangan dan perburuan, maka merekalah

yang memegang senjata dan jimat klan. Tradisi menempatkan laki-laki di posisi

yang kuat, sedangkan perempuan di posisi yang lemah. Karena lemah,

perempuan perlu dilindungi. Tetapi, karena kelemahan juga, perempuan suku

asli menjadi sasaran tindak kekerasan. Konstruksi gender ini disisipkan dalam

narasi Pum mengenai ibu Mabel.

(69) Jika dada ayah Mabel jarang dibiarkan telanjang, karena diberi hiasan kalung yang terbuat dari untaian kulit kerang, sebaliknya dada ibunya hanya digantungi sepasang payudara yang layu. Tempat Mabel dan ketiga saudaranya dulu sering bergayut, mencari kehangatan dan makanan. Sementara di kepala sang ibu yang rambut keriting pendek-pendek, setia menggantung noken lusuh yang menunggu diisi. Entah hasil kebun, babi piaraan yang masih bayi, sagu, atau benda apa saja yang tidak ingin dibawa para laki-laki, karena memang begitulah tugas seorang perempuan sejak zaman nenek moyang. Mereka, para laki-laki, hanya boleh membawa senjata sebab tugas mereka berburu dan melindungi. Sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

98

98

perempuan dianggap sebagai makhluk lemah sehingga patut dilindungi dari serangan musuh, tetapi tidak dari penindasan keluarga sendiri. (Thayf, 2009: 99-100)

Atribut selain noken yang melekat juga pada penokohan perempuan suku

asli, secara khusus suku Dani, adalah sali. “Seperti halnya kebanyakan

perempuan suku Dani kala itu, ibu Mabel hanya menggunakan Sally (yang

dimaksud adalah sali, pen.), sejenis rok rumbai yang terbuat dari daun kering,

tepat di bawah perutnya yang membuncit karena busung.” (Thayf, 2009: 99)

Laporan penelitian yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1994: 277) memberi

keterangan tambahan yang penting untuk teks ini. Pakaian tradisional kaum

perempuan Dani bukan hanya sali. Ada juga yokal yang biasanya dikenakan

bersama su-ebe. Yang dipakai oleh para ibu (perempuan-perempuan Dani yang

sudah menikah) justru bukan sali, melainkan yokal. Dalam rangkaian adat

perkawinan suku Dani, pemasangan yokal pada pengantin perempuan

merupakan upacara yang penting. Upacara ini disebut yokal isin dan dijalankan

beberapa hari menjelang pertemuan antara pengantin perempuan dengan

pengantin laki-laki.

4.3.2 Kewajiban Rumah Tangga dan Kekerasan Domestik

Sejak generasi ibu Mabel, peran kaum perempuan Komen dalam Tanah

Tabu beredar di ruang domestik. Peran kaum perempuan Komen yang

segenerasi dengan ibu Mabel adalah melahirkan dan menyusui anak. Sebagai

ibu, para perempuan ini bangga bila anak laki-laki mereka tumbuh menjadi

pemberani dan tangguh. Tidak demikian halnya pada anak perempuan. Anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

99

99

perempuan diinginkan menjadi penurut, bekerja keras bertanam di kebun,

memelihara ternak babi, dan taat kepada adat. Apabila seorang anak perempuan

tidak berperilaku penurut dan tidak suka mengerjakan pekerjaan rumah tangga,

dia dicap pembangkang. Ini terjadi pada Mabel saat ia masih kanak-kanak.

(70) Hampir semua orang tahu Mabel berbeda. Tidak seperti kebanyakan anak [perempuan] suku Dani lainnya, ia lebih mirip seekor anjing pemburu[.] ...

Sekali waktu, ayah Mabel pernah memanggil seorang dukun untuk mengusir setan jahat yang disangka telah menyusup ke dalam tubuh anaknya. ... Sejak itu, julukan Pembangkang Kecil melekat di belakang namanya. Mabel kecil yang malang dipaksa tunduk pada adat sukunya; dikelilingi ketakutan yang terus-menerus ditiupkan para perempuan dewasa dengan berkata ia tidak akan menikah seumur hidup jika perilaku liarnya itu tidak diubah. (Thayf, 2009: 100)

Seperti tersirat dalam kutipan di atas, adat mesti ditaati baik oleh perempuan

maupun laki-laki, lebih-lebih oleh perempuan. Namun, sesungguhnya adat lebih

sering memenangkan para lelaki.

Para perempuan Komen berikutnya, mereka yang segenerasi dengan

Mabel, Mama Kori, Mama Mote, mempunyai peran mengurus rumah tangga dan

keluarga dengan baik, mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan bercocok tanam

di kebun, berdagang di pasar untuk membayar biaya sewa rumah, menganyam

noken dan keranjang di waktu senggang, namun menjadi sasaran kekerasan

suami.

Masih belum berubah banyak, generasi perempuan Komen yang lebih

muda, misalnya Mace, Mama Helda, ibu Karel, menikah dalam usia remaja,

mengurus keluarga, bertanam tanaman pangan di kebun, mengurus ternak babi,

taat dan setia pada suami, tanpa luput dari kekerasan fisik dan seksual, baik dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

100

100

suami sendiri maupun dari tentara. Tokoh Mace dimaki, diancam, dipukuli, dan

disetubuhi secara tidak bertanggung jawab (Thayf, 2009: 227) oleh suaminya,

sedangkan tokoh Mama Helda diumpat, “terus-menerus ditampar, dijambak,

dipukul, dan ditendang” (Thayf, 2009: 185) oleh Pace Poro Boku. Seakan masih

belum cukup bagi tokoh Mace, perempuan ini mengalami perkosaan oleh

kelompok berseragam bersenjata.

4.3.3 Bersekolah, Bekerja, dan Berkumpul

Tokoh Mace dan Mama Helda adalah dua perempuan dari generasi yang

sama. Mereka berdua sama-sama mempunyai anak perempuan. Tetapi,

keinginan Mace dan Mama Helda sebagai ibu terhadap anak perempuan mereka

masing-masing justru bertolak belakang. Mace menginginkan anak

perempuannya menjadi orang terpelajar, sedangkan Mama Helda menginginkan

anak perempuannya menjadi pengantin yang beruntung.

(71) Di umurku yang baru tujuh tahun, Mace dan Mabel sudah menaruh banyak harapan di bahuku yang kecil. Sebagai ibu, Mace berharap aku tumbuh menjadi seorang gadis yang bernasib baik dan terpelajar. Kuyakin keinginan yang terakhir itu semula tidak ada dalam daftar pemikiran Mace, mengingat ia sendiri tidak pernah mengenal bangku sekolah dan baru mengetahui arti kata “terpelajar” ketika mulai bergaul dengan beberapa orang anak muda yang datang ke rumah kami pada suatu siang yang membara, kira-kira setahun lalu. (Thayf, 2009: 28)

(72) Keinginan Mace-ku tentu saja jauh berbeda dari keinginan para ibu teman-temanku, terutama Yosi. Bukan rahasia lagi kalau mereka sangat berharap anak mereka menjadi pengantin perempuan yang beruntung, tanpa peduli betapa jelek, kurus, atau bungkuk anak mereka karena terlalu sering membawa beban di kepala. Keberuntungan itu sudah pasti datangnya, menurut mereka, yaitu dari seorang lelaki kaya dan terhormat; tanpa peduli masih muda dan suka mabuk, atau sudah tua dan beristri banyak. (Thayf, 2009: 32-33)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

101

101

Demi menyekolahkan anak perempuannya, Leksi, Mace berjuang mencari

nafkah dengan berdagang sayur di pasar. Sebaliknya, Mama Helda melarang

anak perempuannya, Yosi, bersekolah.

Tokoh Leksi dan Yosi muncul mewakili generasi perempuan di bawah

Mace dan Mama Helda. Dalam novel Tanah Tabu, keberadaan Leksi sebagai

siswa SD menunjukkan bahwa sudah ada anak perempuan Komen yang mendapat

kesempatan mengenyam pendidikan. Lain halnya dengan tokoh Yosi. Kehadiran

Yosi dalam Tanah Tabu menunjukkan bahwa anak perempuan tidak bisa merdeka

dari peran domestik. Yosi dipaksa tinggal di rumah untuk membantu Mama Helda

mengurus rumah dan keluarga (pekerjaan domestik).

(73) Yosi juga tidak apa-apa, tetapi dia tidak bersekolah karena katanya orangtuanya tidak mampu membeli seragam. Aku tahu dia bohong! Ada beberapa orang temanku yang tidak berseragam, tetapi mereka tetap boleh bersekolah. Yang kutahu, Yosi tidak diizinkan bersekolah karena ia anak perempuan, yang harus menjaga tiga adiknya yang masih kecil dan membantu ibunya yang sedang hamil besar, di rumah dan di kebun. Kasihan sekali Yosi. Padahal ia jauh lebih tua dariku. (Thayf, 2009: 23)

Ketika Yosi mengungkapkan niatnya bekerja mencari uang untuk

membantu keadaan ekonomi keluarga, Mama Helda menentang keras. Dalam

pandangan Mama Helda, anak perempuan yang ingin menjadi pencari nafkah

utama (the bread-winner), seperti Yosi, adalah anak perempuan yang berpikiran

macam-macam. Anak laki-lakilah yang sepantasnya keluar rumah dan mencari

nafkah. Anak perempuan wajib berada di dalam rumah, bekerja domestik. Ia

boleh keluar rumah hanya untuk membantu ibunya menggarap kebun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

102

102

Konstruksi inilah yang menjadi penghalang bagi niat baik Yosi untuk membantu

keadaan ekonomi keluarga. Di samping itu, relasi antara Mama Helda dengan

Yosi sebagai ibu dan anak perempuan memburuk.

(74) “Sejak itu, Leksi, kau percaya tidak, aku tiba-tiba saja membenci Mama. Kupikir ia tidak sayang kepadaku sehingga perlakuannya seperti itu. Mungkin juga keberadaanku tidak diharapkannya karena aku ini anak perempuan. Apalagi kuingat ia pernah bilang jika saja anak pertamanya laki-laki, pasti sudah disuruhnya bekerja di luar. Jadi kuli pasar atau bantu-bantu jadi tukang batu jika ada proyek bangun rumah.”

Yosi terdiam beberapa saat seolah hendak membiarkan detak waktu melarikan kesakitannya yang terpendam. Ia bernapas sedih. Lalu suaranya terdengar melanjutkan lagi:

“Sebenarnya aku juga mau bekerja yang menghasilkan uang, Leksi. Aku sadar keluargaku sangat miskin. Upah mingguan Pace tidak cukup biarpun ditambah jualan hasil kebun. Kau kan tahu paceku suka mabuk bersama teman-temannya sampai pagi. Mana Mama hamil lagi. Adikku yang tiga masih kecil-kecil pula.

‘Kau ini anak perempuan atau laki-lakikah? Bantu-bantu di rumah dan kebun saja sudah! Urus kau punya adik-adik itu juga. Sudah itu tugas perempuan. Jangan pikir yang macam-macam.’

“Mama mengomel begitu, Leksi, waktu kubilang aku mau bekerja apa saja di luar. Padahal aku hanya mau membantu meringankan bebannya, juga agar ia bangga kepadaku.[”] (Thayf, 2009: 51: 52)

Kaum perempuan Komen di dalam Tanah Tabu tidak mempunyai kegiatan

bersama, misalnya arisan, PKK, perkumpulan, atau sekolah perempuan. Bila

kebetulan para perempuan ini berkesempatan berkumpul bersama, yang mereka

lakukan adalah bergosip.

(75) Para mama biasanya sibuk bergosip di beranda rumah mereka setelah puas tidur siang. Di sela teriakan penuh ancaman pada anak-anak mereka yang tak henti saling pukul dan gelut sambil bermain, dan diiringi irama kipasan karton atau koran bekas pada tubuh yang bermandi peluh, beragam cerita, bualan, keinginan, harapan bahkan umpatan saling tumpang tindih dalam satu adegan percakapan teriuh di tengah suasana jelang sore itu. Dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

103

103

merekalah aku tahu pace siapa yang baru pulang tadi pagi dalam keadaan mabuk, mace siapa yang tidak bisa keluar rumah karena dipukul suaminya semalaman, dan rumah mana lagi yang akan mengadakan pesta bakar batu selanjutnya. (Thayf, 2009: 33-34)

Kesukaan para mama untuk bergosip sesungguhnya menjatuhkan posisi kaum

perempuan sendiri. Dalam novel Tanah Tabu, para perempuan berkumpul dan

menggosipkan sesama perempuan secara negatif. Hal ini menimpa Mabel.

Mabel yang menggalang persatuan pedagang pasar justru menjadi bahan gosip.

Keikutsertaan Mabel dalam pertemuan pedagang pasar di rumah paitua penjual

labu dicurigai dan dicap buruk oleh para perempuan penggosip, padahal tujuan

diadakannya pertemuan itu adalah membela kepentingan orang-orang Komen.

(76) [D]ari gosip yang tersebar akhir-akhir ini dari mace ke mace, dari teras rumah ke kebun bahkan hingga pasar, kudengar kepergian Mabel selama beberapa hari kemarin bukan untuk sesuatu yang baik. Ia menghadiri sebuah pertemuan rahasia yang bertujuan buruk.

“Dulu sekali Mabel pernah ditangkap. Itu artinya dia bukan orang baik-baik. Jadi kalau sekarang dia suka berkumpul diam-diam lagi, su pasti niatnya tidak baik mo....” (Thayf, 2009: 132)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

104

104

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Di dalam penceritaan mengenai suku Dani di Lembah Baliem pada tahun

1946, penulis membaca wajah praeksistensi suku asli. Suku Dani lahir di dan

berasal dari Lembah Baliem. Merekalah penduduk asli (original inhabitants) di

tempat itu. Demikian pula halnya dengan suku Amungme yang semula menghuni

kawasan Gunung Nemangkawi dan orang-orang Meno yang datang dari

pegunungan. Secara turun-temurun, mereka menempati dan membangun

kehidupan di wilayah asal masing-masing. Lembah dan gunung yang menjadi

tempat asal suku asli adalah milik mereka. Sebagai pemilik tanah ulayat, wajah

suku asli mengekspresikan keterhubungan kuat dengan tanah mereka.

Setelah masuknya kelompok ekspedisi Belanda dan juga para pendatang

yang bekerja untuk perusahaan tambang emas, ekspresi keterhubungan suku asli

dengan tanahnya dihapus. Rasa memiliki dan kewajiban menjaga tanah adat pun

pudar sampai-sampai ada orang Komen yang tanpa malu menjual tanah adat suku

Amungme. Akan tetapi, tokoh seorang perempuan tua menunjukkan bahwa masih

ada bagian dari suku asli yang bertahan melindungi tanah adat sesuai dengan

kepercayaan tradisional. Kepercayaan tradisional sukunya bukan berarah pada hak

milik atas tanah sebagai alat produksi atau sebagai kekayaan material, melainkan

pada sikap nonmaterialis dan memelihara. Sikap nonmaterialis dan memelihara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

105

105

alam senyatanya bertolak belakang dengan misi pembangunan seperti yang

dibawa kelompok ekspedisioner Belanda dan perusahaan tambang emas.

Betapapun kerasnya upaya suku asli mempertahankan tanah mereka,

pendatang lebih kuat menyerobotnya. Tanah Tabu menunjukkan wajah suku asli

yang dijajah secara internal melalui penokohan suku Amungme. Suku Amungme

digusur dari perkampungan asli mereka. Gunung keramat mereka dirusak oleh

kegiatan penambangan bawah tanah. Karena persoalan kepemilikan modal dan

penguasaan bahasa, suku Amungme ditundukkan oleh pendatang. Ekspresi

keterjajahan suku Amungme secara internal oleh pendatang menampilkan wajah

suku asli yang ditaklukkan, yang ditundukkan.

Semasa kedatangan kelompok ekspedisioner pimpinan van de Wissel ke

Lembah Baliem, tokoh suku Dani pun ditundukkan oleh tokoh bangsa Belanda.

Tindakan menundukkan suku asli di dalam novel Tanah Tabu ditandakan oleh 3

hal. Penanda pertama, van de Wissel mendirikan pos pemerintahan negeri

Belanda di tanah suku Dani. Penanda kedua, tokoh bangsa Belanda memandang

suku Dani lebih rendah daripada mereka. Walaupun suku Dani sudah

mengizinkan tanahnya dijadikan milik pos pemerintahan Belanda, tokoh bangsa

Belanda, yakni van de Wissel beserta keluarga, tidak mau menempatkan suku

Dani setara dengan mereka. Penanda ketiga, tokoh bangsa Belanda mengganti

identitas tokoh suku Dani menjadi sama-sama Belanda. Dari ketiga penanda di

atas, disimpulkan bahwa bangsa Barat benar-benar berupaya menundukkan suku

asli. Mereka menundukkan suku asli dengan cara Barat. Agaknya tokoh bangsa

Barat dalam novel Tanah Tabu merasa perlu untuk menundukkan, namun tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

106

106

ditunjukkan apa sesungguhnya yang “bermain” di balik upaya tersebut, entah

sebatas misi perluasan wilayah koloni ataukah ada rasa takut terhadap suku asli

yang rumit dijelaskan.

Dalam Tanah Tabu, wajah suku adalah wajah yang ditaklukkan, juga yang

minoritas. Dengan membaca penokohan (karakterisasi) para pelaku Komen,

ditemukan ekspresi-ekspresi yang menunjukkan wajah minoritas mereka. Sesuai

dengan konteks ini, ekspresi suku asli dilihat dari kebudayaan mereka, salah

satunya dari penggunaan bahasa. Bahasa ibu suku asli, seperti bahasa Dani dan

bahasa Amungkal, tidak muncul dalam Tanah Tabu. Pada hemat penulis, di

samping menunjukkan sebatas mana pengetahuan dan penguasaan si pengarang

sendiri tentang bahasa-bahasa suku asli Papua, hal ini juga mencerminkan

fenomena “sekarat”-nya berbagai bahasa daerah di Indonesia. Untunglah dialek

Papua dimunculkan walaupun aksennya tentu luput dari pendengaran pembaca

sebab aspek lisan tidak tertampung oleh novel. Wajah minoritas suku asli terbaca

juga dari pakaian tradisional, mata pencaharian, dan noken. Pakaian tradisional

ditinggalkan. Mata pencaharian bercocok tanam dan berburu dipinggirkan. Bahan

dan ukuran noken diganti pula supaya tampak bergaya, berkesan lebih modern.

Wajah kaum perempuan Komen yang ditokohkan di dalam Tanah Tabu

adalah wajah yang ditundukkan dan yang minoritas juga, secara berlapis. Pada

lapis pertama, sebagai suku asli, kaum perempuan berada di posisi minoritas dari

masyarakat dan kebudayaan pendatang. Pada lapis berikutnya, sebagai

perempuan, mereka diposisikan sebagai minoritas oleh masyarakat dan

kebudayaan suku sendiri. Peluang pendidikan dan pekerjaan untuk suku asli tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

107

107

terbuka sama luasnya dengan peluang untuk para pendatang, apalagi untuk

perempuan suku asli. Mata pencaharian yang tersisa untuk para perempuan suku

asli pun hanyalah bercocok tanam, berdagang, menganyam noken. Ada pula

perempuan seperti tokoh Mama Mote yang tampaknya tidak mempunyai mata

pencaharian apa pun yang secara signifikan bisa menghasilkan nafkah sehingga

satu-satunya pekerjaan yang tersisa untuk dia hanyalah bergosip.

Adat suku asli menetapkan sejak zaman nenek moyang bahwa perempuan

lemah, sedangkan laki-laki kuat. Perempuan akan dilindungi oleh laki-laki, namun

perempuan harus tunduk juga kepada laki-laki. Pada pelaksanaannya, perempuan

justru dibebani tanggung jawab yang lebih besar untuk menafkahi keluarga,

sementara laki-laki menghambur-hamburkan uang dan melakukan kekerasan pada

perempuan. Di dalam Tanah Tabu, ada wajah perempuan korban kekerasan dalam

rumah tangga, yaitu tokoh Mace dan tokoh Mama Helda. Mace dijadikan korban

caci maki, ancaman, pemukulan, dan pemerkosaan, sementara Mama Helda

dijadikan sasaran umpatan tamparan, pukulan, bahkan tendangan. Dari wajah para

tokoh perempuan yang kesakitan di dalam ruang domestik itu, dapat dibaca bahwa

sedang terjadi peminggiran, dominasi, dan penindasan. Ditambah dengan peluang

yang nyaris nihil dalam dunia pendidikan dan pekerjaan yang telah didominasi

pendatang, keadaan perempuan suku asli terpuruk. Perempuan suku asli—

menggunakan istilah dari kategori the indigenous peoples Julian Burger (Barnes

dalam Barnes dkk., 1995: 311)—ditundukkan dan diposisikan sebagai minoritas

secara berlapis-lapis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

108

108

5.2 Saran

Penulis menyarankan, para pengarang yang berminat mengangkat tema

kehidupan suku asli ke dalam karya mereka tidak perlu melanggengkan cap atau

stereotipe atas suku asli sebagaimana yang sudah selama ini berakar—contohnya

bahwa orang Papua suka membuat keributan, berbicara keras-keras, bertengkar,

dan bermabuk-mabukan. Khalayak pembaca sastra Indonesia juga harus

menggunakan daya kritis mereka menghadapi karya-karya yang membunyi-

bunyikan cap yang negatif dan tidak berdasar terhadap suku asli (the indigenous

peoples). Bahwa ada segelintir orang dari suku asli yang bersifat negatif, hal itu

lumrah saja sebab di mana pun selalu ada segelintir orang yang bersifat negatif.

Sebutlah kecenderungan berbuat kekerasan, menyakiti sesama manusia,

menciptakan keributan. Itu bukan hanya milik suku asli semata. Oleh karena itu,

sebaiknya pembaca karya sastra Indonesia memiliki akses informasi silang

sehubungan dengan seluk-beluk suku asli sehingga stereotipe yang memojokkan

suku asli bisa diputus pewarisannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

109

109

DAFTAR PUSTAKA

AIK. “Birokrasi Buruk, Tambang Merusak”. Dalam Kompas, 1 April 2011, hlm.

12.

Amiruddin, de Soares, Aderito Jesus. 2003. Perjuangan Amungme: Antara

Freeport dan Militer. Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat

(ELSAM). Stable URL:

http://www.elsam.or.id/downloads/1296452697_Perjuangan_Amungme.pdf

. Diunduh: 24/3/2011, 6.15.

Alua, Agus A., Lokobal, Nico A., dan Mulait, Thadeus N. 2006. Nilai-Nilai

Hidup Masyarakat Hubula di Lembah Balim Papua. Jayapura: Biro

Penelitian STFT Fajar Timur.

Ariyanto, Yus. 2010. “Suku Amungme Gugat Freeport”. Dalam Liputan 6. Stable

URL: http://berita.liputan6.com/daerah/201003/266960/class='vidico'.

Diunduh: 25/3/2011, 15.14.

Barnes, R. H., Gray, Andrew, dan Kingsbury, Benedict (Ed.). 1995. Indigenous

Peoples of Asia. Michigan: The Association for Asian Studies, Inc.

Cashmore, Ellis. 2004. Encyclopedia of Race and Ethnic Studies. London dan

New York: Routledge.

Febriyan. 2010. “Suku Amungme Gugat PT Freeport”. Dalam Tempo Interaktif.

Stable URL:

http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2010/09/21/brk,20100921-

279502,id.html. Diunduh 25/3/2011, 15.16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

110

110

“Grasberg Minerals District”. Stable URL:

http://www.fcx.com/operations/grascomplx.htm. Diunduh: 24/3/2011, 8.00.

Hasanuddin, Lili (Ed.). 2001. Suara dari Papua Identifikasi Kebutuhan

Masyarakat Papua Asli. Jakarta: Yayasan Penguatan Partisipasi Inisiatif dan

Kemitraan Masyarakat Sipil Indonesia.

Hendy, Zaidan. 1988. Pelajaran Sastra Program Studi Pengetahuan Budaya 1.

Jakarta: PT Gramedia.

_____. 1988. Pelajaran Sastra Program Studi Pengetahuan Budaya 2. Jakarta:

PT Gramedia.

Henkle, Roger B. 1977. Reading the novel: an introduction to the techniques of

interpreting fiction. New York: Harper and Row Publisher.

Hidayah, Aguslia. 2008. “Hanya Satu Juara: Tanah Tabu”. Dalam Koran Tempo

on the Web, 15 Desember 2008. Stable URL:

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/12/15/Budaya/krn.20

081215.150914.id.html. Diunduh: 27/3/2011, 9.12.

Ingold, Tim. 1994 (First published), 1997 (First published in paperback).

Companion Encyclopedia of Anthropology. London dan New York:

Routledge.

JOS. 2011. “Pembangunan Papua Dinilai Belum Sejahterakan Masyarakat”.

Dalam Kompas, 23 Maret 2011, hlm. 23.

Juarsa, Dasep. 2009. “Suku Amungme Papua Gugat PT Freeport US $ 30

Milyar”. Dalam The Global Review. Stable URL: http://www.theglobal-

review.com/content_detail.php?lang=id&id=702&type=5. Diunduh:

26/3/2011, 15.21.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa.

Yogyakarta: Penerbit Carasvatibooks.

Kim, Uichol, Yang, Kuo-Shu, dan Hwang, Kwang-Kuo (Ed.). 2010. Indigenous

and Cultural Psychology Memahami Orang dalam Konteksnya (Terj.).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

111

111

Koentjaraningrat dkk. 1994. Seri Etnografi Indonesia 5 Irian Jaya Membangun

Masyarakat Majemuk. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Kuper, Adam, Kuper, Jessica (Ed.). 1996. The Social Science Encyclopedia

Second Edition. London dan New York: Routledge.

Levinson, David, Ember, Melvin. 1996. Encyclopedia of Cultural Anthropology

Vol. 2. New York: Henry Holt and Company.

Mawardi, Bandung. 2009a. “Papua dan Eksistensi Sastra Pinggiran”. Dalam

Harian Suara Merdeka, 16 Agustus 2009. Stable URL:

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/entertainmen/2009/08/16/1407/

Papua-dan-Resistensi-Sastra-Pinggiran-. Diunduh: 15/2/2011, 12.45.

_____. 2009b. “Tragedi Perempuan Papua”. Stable URL:

http://www.gramedia.com/wacana.asp?id=090818135756. Diunduh:

15/2/2011, 12.53.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pickell, David (Naskah), Muller, Kal (Fotografi). 2001. Kamoro: Between the

Tides in Irian Jaya. Jakarta: Aopao Productions.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra dari

Strukturalisme hingga Postrukturalisme Persektif Wacana Naratif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rif’an, Ali. 2009. “Narasi Pilu Rakyat Papua” dalam Koran Jakarta, 1 Agustus

2009. Stable URL: http://koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=14313.

Diunduh: 25/2/2011, 9.51.

“Sekilas tentang PT Freeport Indonesia”. Stable URL:

http://www.ptfi.com/about/default.asp. Diunduh: 30/3/2011, 9.17.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Syaifullah, Muh. 2009. “Bukan Novel Merah Jambu” (Profil Anindita Siswanto

Thayf) dalam Koran Tempo on the Web, 4 Januari 2009. Stable URL:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

112

112

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/04/Profil/index.ht

ml. Diunduh: 13/12/2010, 12.55.

Thayf, Anindita S. 2009. Tanah Tabu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Vadakumchery, Johnson. 1993. “The Earth Mother and the Indigenous People of

India”. Dalam Journal of Dharma, Vol. XVIII, No. 1, Januari-Maret 1993,

hlm. 85-97. Bangalore: Centre for the Study of World Religions,

Dharmaram College.

VAL. “Upaya untuk Papua yang Lestari”. Dalam Kompas, 22 Maret 2011, hlm.

14.

Wahyu, Yohan. 2011. “Kekuatan Politik Dominan yang Kini Bergeser”. Dalam

Kompas, 30 Maret 2011, hlm. 5.

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

(Kelompok Penerbit Pinus).

Yuniarti, Fandri (Ed.). 2008. Ekspedisi Tanah Papua Laporan Jurnalistik Kompas

Terasing di Pulau Sendiri. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Zaki, Haya Alia. 2009. “Potret Buram Kaum Perempuan Papua” dalam Harian

Global. Stable URL: http://www.harian-

global.com/index.php/khusus/kalam/11643-resensi-buku-potret-buram-

kaum-perempuan-di-tanah-papua-. Diunduh: 24/2/2011, 13.20.

“3 Women Who Suffered Rights Abuses Presented with Kartini Day Awards”.

2009. Dalam Jakarta Globe, 22 April 2009. Stable URL:

http://www.thejakartaglobe.com/justAdded/3-women-who-suffered-rights-

abuses-presented-with-kartini-day-awards/273728. Diunduh: 25/2/2011,

11.52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

113

113

TENTANG PENULIS

Rosa Sekar Mangalandum lahir di Semarang pada 1990

dan telah bermukim di Yogyakarta sejak 1999. Tulisan

pertamanya yang dimuat di media adalah opini “Televisi”

dalam majalah Bobo No. 19/XXIX, 9 Agustus 2001. Selama

2005-2007, Mangalandum lebih aktif menjadi violinis untuk

paduan suara Keluarga Pelajar Katolik SMA Negeri 3 Padmanaba daripada

bertekun menulis. Selulus SMA tahun 2007, Mangalandum belajar di Program

Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Kegiatan

bermain biola yang dipelajari Mangalandum sejak tahun 1990 tidak

ditinggalkannya selama belajar di perguruan tinggi. Selama beberapa waktu, ia

menjadi violinis untuk Campus Ministry Mrican, Universitas Sanata Dharma dan

untuk doa malam bulanan dengan nyanyian dari Taizé yang diselenggarakan

komunitas suster Sahabat Setia Yesus (Faithful Companions of Jesus).

Mangalandum memulai rangkaian kursus bahasa Prancis di Lembaga Indonesia

Prancis (Centre Culturel Français de Yogyakarta) sejak tahun 2008 hingga

tingkat menengah (intermédiare 2). Pada tahun 2009, ia menjadi peserta

pendampingan kaum muda dengan spiritualitas Ignasian MAGiS ‘09 selama 1

tahun.

Makalah Mangalandum yang berjudul “Membaca Stereotyping dalam Romo

Rahadi dengan Perspektif Poskolonialitas”—disampaikan dalam kegiatan studi

banding Program Studi Sastra Indonesia USD dengan Program Studi Bahasa dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

114

114

Sastra Indonesia Unas, Jakarta, pada tanggal 1 Desember 2009—merupakan awal

ketertarikannya menulis dengan tema suku asli Papua. Dua tahun kemudian,

Mangalandum menyampaikan makalah bertopik serupa, berjudul “Membaca

Wajah Perempuan Suku Dani Lewat Novel Sali”, untuk seminar ilmiah

mahasiswa dalam rangkaian acara Gelar Sastra 2011, tanggal 12 Maret.

Mangalandum menulis untuk sebuah newsletter elektronik yang dikelola

Indonesian Visual Art Archive (IVAA), bernama E-Surat, volume 38 tahun 2010.

Adapun tulisannya yang bertema spiritualitas Ignasian dimuat dalam majalah

Internos edisi September-Oktober 2010. Dalam periode Desember 2010 hingga

Mei 2011, ia menjadi asisten penelitian mengenai tema gender dan

keperempuanan dalam seni visual Indonesia untuk IVAA.

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI