PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si....

146
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG POHON PETAI (Parkia speciosa Hassk.) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Aloysius Ade Pratama NIM : 118114150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si....

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG

POHON PETAI (Parkia speciosa Hassk.) TERHADAP Staphylococcus aureus

dan Escherichia coli

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Aloysius Ade Pratama

NIM : 118114150

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

i

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG

POHON PETAI (Parkia speciosa Hassk.) TERHADAP Staphylococcus aureus

dan Escherichia coli

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Aloysius Ade Pratama

NIM : 118114150

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

v

Halaman Persembahan

“TERJADILAH PADAKU SETURUT KEHENDAK-MU”

“Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan,

menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin

menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku

hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan

kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan

molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda,

berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin

kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan.

(Andrea Hirata-Edensor)

Aku persembahkan karyaku ini untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria,

Bapa, mama beserta adikku

Almamaterku tercinta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

perlindungan dan berkat, kasih dan sayang, serta tuntunan yang diberikan

sehingga skripsi berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

ETANOL KULIT BATANG POHON PETAI (Parkia speciosa Hassk.)

TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli” dengan baik dan

lancar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai

pihak. Kesempatan ini, penulis pergunakan untuk mengungkapkan rasa terima

kasih kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M. Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah membimbing, mendampingi dan memberikan arahan, evaluasi serta

kritik dan saran mulai dari pembuatan proposal penelitian hingga penulisan

skripsi ini selesai.

3. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk memberi kritik dan saran selama penulisan skripsi.

4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S. Si., M. Sc. selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk memberi kritik dan saran selama penulisan skripsi.

5. Ibu Agustina Setiawati, M. Sc., Apt. selaku Kepala Penanggungjawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam

penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

viii

6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang

Mikrobiologi.

7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko, M. Sc. atas masukan dan arahan dalam

bidang statistik.

8. Bapak Mukminin, Bapak Wagiran, Bapak Kunto, Bapak Parlan, serta semua

laboran yang telah membantu selama proses penelitian di laboratorium.

9. Anisetus Ratnasari Jebarus, Sabrina Handayani Tambun dan Metta Maurilla

atas bantuannya baik tenaga maupun ide-ide cemerlangnya serta motivasi

dalam suka dan duka selama penelitian di laboratorium.

10. Keluargaku tercinta, Bapak Matius Daryono, Mama Dra. M.M Iin Sarkinah,

Adikku tercinta Veronika Yuli Indarwati yang selalu memberikan dukungan,

doa, kasih sayang, dan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman FKK dan FST 2011 atas doa dan dukungan.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih banyak kekurangan

dengan keterbatasan yang ada sehingga penulis membuka diri terhadap semua

kritik dan saran dari semua pihak yang membangun untuk kemajuan diri dan ilmu

pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap semoga naskah skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang Farmasi.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi

PRAKATA .................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

INTISARI ...................................................................................................... xvii

ABSTRACT ...................................................................................................... xviii

BAB I PENGANTAR .................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1

1. Permasalahan ................................................................................ 3

2. Keaslian Penelitian ...................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

B. TUJUAN PENELITIAN ................................................................... 6

1. Tujuan Umum .............................................................................. 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

x

2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................. 7

A. Petai ................................................................................................... 7

B. Staphylococcus aureus ........................................................................ 8

1. Morfologi dan Fisiologi ................................................................... 8

2. Patogenesis ...................................................................................... 9

C. Escherichia coli ................................................................................. 10

1. Morfologi dan Fisiologi ................................................................... 10

2. Patogenesis dan Gejala Penyakit ..................................................... 10

D. Ekstraksi ............................................................................................. 11

E. Alkaloid .............................................................................................. 14

F. Fenolik ................................................................................................ 15

G. Terpenoid ........................................................................................... 16

H. Flavonoid ........................................................................................... 17

I. Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri ............................................. 18

1. Metode Difusi ................................................................................... 18

2. Metode Dilusi ................................................................................... 19

J. Landasan Teori .................................................................................... 19

K. Hipotesis ............................................................................................ 21

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 23

B. Variabel dan Defenisi Operasional .................................................... 23

1. Variabel Penelitian ........................................................................ 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

xi

2. Definisi Operasional ...................................................................... 23

C. Bahan dan Alat Penelitian .................................................................. 24

D. Tata Cara Penelitian ........................................................................... 25

1. Determinasi Kulit Batang Pohon Petai .......................................... 25

2. Pengumpulan Kulit Batang Pohon Petai ........................................ 26

3. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Kulit Batang Pohon Petai .... 26

4. Penetapan Susut Pengeringan Pada Serbuk Kulit Batang

Pohon Petai ..................................................................................... 26

5. Pembuatan Ekstak Etanol Kulit Batang Pohon Petai ..................... 27

6. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Kulit Batang Pohon Petai

Dengan Uji Tabung ........................................................................ 28

7. Uji Identifikasi Bakteri .................................................................... 30

8. Uji Potensi Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai Terhadap

S. aureus dan E. coli ....................................................................... 31

9. Analisis Hasil ................................................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 35

A. Determinasi dan Pengumpulan Tanaman .......................................... 35

B. Pembuatan Serbuk Simplisia Kulit Batang Pohon Petai .................... 36

C. Penetapan Susut Pengeringan Serbuk Kulit Batang Pohon Petai ...... 37

D. Pembuatan Ekstak Etanol Kulit Batang Pohon Petai ........................ 38

E. Skrining Fitokimia .............................................................................. 40

F. Identifikasi Bakteri ............................................................................. 50

G. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

xii

Terhadap S. aureus dan E. coli ........................................................ 51

H. Pengukuran Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai Terhadap

S. Aureus Dengan Metode Dilusi Cair ............................................. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 64

A. Kesimpulan ...................................................................................... 64

B. Saran ................................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 65

LAMPIRAN .................................................................................................. 70

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Bobot Tetap Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai ................. 39

Tabel II. Hasil Pengamatan Uji Tabung Terhadap Larutan Uji Ekstrak

Kulit Batang Pohon Petai .............................................................. 40

Tabel III. Diameter Zona Hambat Yang Dihasilkan Seri Konsentrasi Ekstrak

Etanol Kulit Batang Pohon Petai, Kontrol Positif dan Kontrol Negatif

Terhadap S. aureus .......................................................................... 53

Tabel IV. Kriteria Kekuatan Aktivitas Antibakteri ........................................ 54

Tabel V. Kriteria Kekuatan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang

Pohon Petai Terhadap Staphylococcus aureus ................................ 54

Tabel VI. Hasil Mann Withney – Wilcoxon Test Diameter Zona Hambat Seri

Konsentrasi Ekstrak Etanol, Kontrol Negatif dan Positif ............... 56

Tabel VII. Hasil Pengukuran Absorbansi Pada Uji KHM dan KBM Ekstrak

Etanol Kulit Batang Pohon Petai Terhadap Staphylococcus aureus ... 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Fenol .................................................................................. 16

Gambar 2. Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai ....................................... 39

Gambar 3. Uji Pendahuluan .............................................................................. 41

Gambar 4. Uji Saponin ...................................................................................... 42

Gambar 5. Uji Flavonoid ................................................................................... 43

Gambar 6. Larutan Uji Pada Uji Alkaloid ........................................................ 43

Gambar 7. Reaksi Uji Alkaloid dengan Penambahan Pereaksi Mayer .............. 44

Gambar 8. Uji Alkaloid dengan Penambahan Mayer ........................................ 45

Gambar 9. Reaksi Uji Alkaloid dengan Penambahan Pereaksi Dragendorff ..... 45

Gambar 10. Uji Alkaloid dengan Penambahan Dragendorff ............................. 46

Gambar 11. Uji Tanin ....................................................................................... 47

Gambar 12. Uji Fenolik ..................................................................................... 48

Gambar 13. Uji Terpenoid ................................................................................ 49

Gambar 14. Hasil Streak Uji KHM dan KBM .................................................. 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Keaslian Tanaman Petai

(Parkia speciosa Hassk.) .............................................................. 69

Lampiran 2. Surat Izin Melakukan Penelitian di Laboratorium Balai

Kesehatan Yogyakarta ................................................................. 70

Lampiran 3. Sertifikat Hasil Uji Staphylococcus aureus ATCC 25923 ........... 71

Lampiran 4. Sertifikat Hasil Uji Escherichia coli ATCC 25922 ...................... 72

Lampiran 5. Pereaksi-Pereaksi yang Digunakan Untuk Uji Fitokimia ............. 73

Lampiran 6. Hasil Uji Identifikasi Staphylococcus aureus ................................ 74

Lampiran 7. Uji Identifikasi Bakteri Escherichia coli ...................................... 77

Lampiran 8. Uji Aktivitas Antimikroba Difusi Sumuran Terhadap

Staphylococcus aureus ................................................................. 80

Lampiran 9. Uji Aktivitas Antimikroba Difusi Sumuran Terhadap

Escherichia coli ............................................................................ 82

Lampiran 10. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol

Kulit Batang Pohon Petai ............................................................. 84

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Statistik Zona Hambat Ekstrak Etanol Kulit

Batang Pohon Petai Terhadap Staphylococcus aureus ................ 85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

xvi

INTISARI

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab kematian di

seluruh dunia. Selain virus dan jamur, bakteri juga dapat menyebabkan

infeksi diantaranya, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kulit batang

pohon petai (Parkia speciosa) mengandung alkaloid dan fenolik. Biji petai

sering digunakan masyarakat sebagai makanan sedangkan kulit batang pohon

petai jarang digunakan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terkait

dengan distribusi senyawa dalam kulit batang pohon petai dan potensi

senyawa tersebut sebagai antibakteri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak

etanol kulit batang pohon petai yang dilanjutkan dengan menentukan Kadar

Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pengujian aktivitas antibakteri

menggunakan metode difusi padat dan penentuan KHM dan KBM

menggunakan metode dilusi cair. Jenis penelitian ini termasuk eksperimental

murni.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Shapiro Wilk untuk

distribusi data, Levene Test untuk homogenitas data, Kruskal Wallis untuk

mengetahui perbedaan bermakna secara menyeluruh, dan Mann-Whitnney

untuk mengetahui kebermaknaan antar konsentrasi, kontrol positif dan

kontrol negatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang

pohon petai mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak

mampu menghambat Escherichia coli. KHM dari ekstrak etanol kulit batang

pohon petai terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebesar 21,875% dan

KBM pada konsentrasi 21,875% belum diperoleh.

Kata kunci : kulit batang, petai (Parkia speciosa), antibakteri, Staphylococcus

aureus, Escherichia coli, metode difusi sumuran, metode dilusi cair

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

xvii

ABSTRACT

Infection disease is one of the causes of death in the world. In addition

to viruses and fungi, bacteria also can cause infections such Staphylococcus

aureus and Escherichia coli. The tree bark of Parkia speciosa contain the

alkaloid and phenolic. Parkia speciosa seeds are often used by people as

food, while the tree bark of Parkia speciosa is rarely used. Therefore, it is

necessary to do research related to the distribution of compounds in the tree

bark of Parkia speciosa and the potential of these compounds as antibacterial.

This study aims to determine the antibacterial activity of ethanol

extract of the tree bark of Parkia speciosa, followed by determining the

Minimum Inhibition Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal

Concentration (MBC) against Staphylococcus aureus and Escherichia coli.

Testing of antibacterial activity using solid diffusion method and

determination of MIC and MBC using liquid dilution method. This type of

research is purely experimental.

The data obtained were analyzed using Shapiro Wilk to see the data

distribution, Levene Test for viewing data homogeneous, Kruskal Wallis for

knowing the significant differences overall, and the Mann-Whitnney to

determine the significance between concentration, positive and negative

control. The results showed that the ethanol extract of the tree bark of Parkia

speciosa is able to inhibit Staphylococcus aureus but are not capable of

inhibiting Escherichia coli. MIC of an ethanol extract of the tree bark of

Parkia speciosa obtained against bacteria Staphylococcus aureus is 21,875%

and MBC of this concentrations has not been obtained.

Keywords : bark, Parkia speciosa Hassk., antibacterial, Staphylococcus

aureus, Escherichia coli, solid diffusion method, liquid dilution method.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh

masyarakat, seperti infeksi saluran kemih, pernapasan, pencernaan dan infeksi

lainnya. Penyebab timbulnya penyakit infeksi adalah bakteri, virus dan jamur.

Penyakit infeksi yang umumnya dialami oleh masyarakat Indonesia adalah diare

dan pneumonia. Menurut hasil Riskesdas (2007), pneumonia merupakan

penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%).

Penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan

pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab

kematian yang keempat (13,2%).

Menurut Mardiastuti, Karuniawati, Kiranasari, Ikaningsih, dan Kadarsih,

(2007) salah satu bakteri yang menyebabkan diare adalah bakteri Escherichia coli

dan penyakit infeksi saluran pernapasan umumnya disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli digunakan sebagai bakteri uji karena Staphylococcus aureus

merupakan salah satu bakteri Gram positif dan Escherichia coli merupakan salah

satu bakteri Gram negatif. Namun, meningkatnya penyalahgunaan serta

penggunaan antibiotik yang irrasional maka penyembuhan penyakit infeksi tidak

dapat disembuhkan. Salah satu alternatif untuk memecahkan masalah tersebut,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

2

peneliti melakukan eksplorasi bahan alam yang berpotensi sebagai antibakteri

yaitu petai.

Dalam kehidupan sehari-hari, biji petai sering digunakan oleh masyarakat

sebagai makanan seperti sambel goreng ati, lalapan, nasi goreng petai atau

masakan lainnya. Sedangkan, bagian tanaman lainnya seperti daun, kulit batang

pohon, bunga dan kulit buah petai kurang dimanfaatkan. Menurut Kamisah,

Faizah, Qodriyah, dan Kamsiah (2013), biji petai mengandung alkaloid, terpenoid,

flavonoid dan fenolik. Petai dapat digunakan sebagai antibakteri, antimutagenik,

antitumor, dan antioksidan. Menurut Kurniawati (2014), kulit petai yang berasal

dari Kabupaten Bogor mengandung golongan senyawa fitokimia seperti alkaloid,

terpenoid, saponin, dan tanin serta ekstrak etanol kulit petai tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Oleh

sebab itu, peneliti melakukan eksplorasi bahan alam menggunakan tanaman yang

sama tetapi berbeda daerah yaitu petai yang berasal dari Kabupaten Sleman,

Yogyakarta dengan bagian kulit batang pohon petai. Lingkungan yang berbeda

dapat mempengaruhi kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman.

Menurut Nitisapto dan Siradz (cit., Mahatriny, Payani, Oka dan Astuti, 2014),

faktor lingkungan tanaman yang berbeda dapat mempengaruhi hasil metabolit

sekunder tanaman. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah

iklim, cahaya matahari, suhu, lingkungan atmosfer (CO2, O2, dan kelembaban),

lingkungan perakaran (sifat kimia dan fisika tanah) dan ketersediaan air di dalam

tanah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

3

Berkaitan dengan distribusi senyawa dalam bagian tanaman petai dan

potensi senyawa tersebut sebagai antibakteri, maka perlu dilakukan penelitian

terkait distribusi kandungan senyawa aktif pada bagian tanaman petai lainnya

seperti kulit batang pohon. Untuk mengetahui distribusi senyawa aktif pada kulit

batang pohon petai maka peneliti melakukan penyarian menggunakan penyari

yang sesuai untuk mempermudah menyari senyawa yang diduga berpotensi

sebagai antibakteri tersebut di atas berdasarkan kelarutannya. Menurut Agnes,

Lois, Aning, dan Nani (2013), salah satu pelarut yang dapat digunakan sebagai

penyari adalah etanol. Etanol digunakan sebagai penyari karena dapat menyari

senyawa yang bersifat semi polar sampai polar sehingga kandungan kimia yang

diharapkan dapat tersari dengan baik sesuai dengan kepolarannya. Berdasarkan

potensi antibakteri yang terdapat pada tanaman petai, maka tanaman petai dapat

digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan antibiotik baru.

1. Permasalahan

a. Kandungan kimia apa saja yang terkandung dalam ekstrak etanol kulit

batang pohon petai yang bermanfaat sebagai antibakteri?

b. Apakah ekstrak etanol kulit batang pohon petai memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ?

c. Berapa kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM)

ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

4

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian dengan judul “Uji Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai (Parkia speciosa Hassk.)

Terhadap Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli” belum pernah

dilakukan. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uji aktivitas

antibakteri kulit buah petai yaitu:

a. Uji aktivitas antibakteri ekstrak biji petai terhadap pertumbuhan bakteri

Helicobacter pylori dan Escherichia coli (Sakunpak dan

Panichayupakaranant, 2012).

b. Potensi antibakteri ekstrak metanol biji petai terhadap Helicobacter pylori,

ekstrak etil asetat biji Parkia speciosa Hassk terhadap Eschericia coli,

suspensi air biji petai menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila,

Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus

anginosus, dan Vibrio parahaemolyticu (Kamisah, dkk., 2013).

c. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap

bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Kurnawati, 2014).

d. Fraksinasi ekstrak kulit petai berpotensi antioksidan (Mahardika, 2013).

Hasil uji identifikasi pada penelitian tersebut adalah kulit petai

mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.

e. Ekstraksi dan identifikasi senyawa dari biji Parkia speciosa dengan

karbon dioksida superkritis (Azizi, Salman, Nik, dan Mohd, 2006). Salah

satu hasil identifikasi senyawa dari penelitian ini tersebut adalah pada kulit

petai terdapat terpenoid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

5

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian

lainnya adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Sakunpak dan

Panichayupakaranant (2012) menggunakan biji petai yang diekstraksi dengan

etil asetat; sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan kulit

batang pohon petai yang diekstraksi dengan etanol 70%. Penelitian yang

dilakukan Kamisah, dkk (2013) dilakukan di Malaysia menggunakan biji petai

dengan penyari metanol, etil asetat dan air; sedangkan penelitian yang

dilakukan penulis berada di Indonesia dengan penyari etanol. Selain itu,

penelitian yang dilakukan Kurnawati (2014), serbuk kulit petai diekstraksi

dengan ultrasonikasi secara bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat,

dan etanol 70%; sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan

metode ekstraksi maserasi mekanik (shaker) dengan etanol 70% dan sampel

yang digunakan adalah kulit batang pohon petai yang diambil di Kabupaten

Sleman.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kesehatan tentang penggunaan kulit

batang pohon petai yang berkhasiat sebagai antibakteri.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

manfaat kulit batang pohon petai sebagai antibakteri dan dapat digunakan

sebagai pengobatan alternatif bagi masyarakat terutama untuk mengobati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

6

penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas

antibakteri ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit

batang pohon petai yang bermanfaat sebagai antibakteri.

b. Mengetahui kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal

(KBM) dari ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Petai

1. Menurut Plantamor (2008) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Parkia

Spesies : Parkia speciosa Hassk.

2. Uraian tanaman

Petai merupakan tanaman berbentuk pohon dengan ketinggian antara

5-14 m dan membentuk percabangan yang banyak. Daun majemuk serta

berwarna hijau. Bunga majemuk dan pangkal mahkota berwarna putih

kekuningan dan melekat pada benang sari. Karangan bunga berbentuk

bongkol yang terkulai dengan tangkai yang panjang, bunga yang masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

8

muda dan belum mekar bewarna hijau. Setelah dewasa, bunga petai berubah

menjadi warna kuning. Batang pohon berwarna coklat dan keras. Kulit buah

berbentuk polong panjang dan pipih. Biji tersusun rapi dalam polong yang

menggantung di pohon dan pada setiap polong terdapat 10-18 biji. Akar

tanaman petai berbentuk tunggang dan berwarna coklat (Adi, 2008).

3. Kandungan kimia

Tanaman petai mengandung zat kimia seperti alkaloid, saponin,

terpenoid, fenolik, flavonoid dan tanin. Beberapa dari senyawa tersebut

berpotensi sebagai antibakteri. Bagian tanaman petai seperti kulit batang

pohon petai mengandung alkaloid dan fenolik (Kamisah, dkk, 2013).

B. Staphylococcus aureus

1. Morfologi dan fisiologi

Staphylococcus aureus termasuk dalam family Micrococcaceae dan

termasuk dalam golongan bakteri Gram positif. Bakteri ini berbentuk bulat

sedangkan koloni mikroskopiknya berbentuk seperti buah anggur. Koloni

bakterinya dapat ditemukan di saluran hidung dan di bagian tubuh yang lain.

Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif dan menghasilkan enzim katalase.

Bakteri Staphylococcus aureus dapat tumbuh dalam larutan NaCl 15 %.

Staphylococcus aureus memiliki diameter 0,8-1 mikron, tidak bergerak dan

tidak menghasilkan spora. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu

370C. Kisaran suhu pertumbuhan bakteri ini adalah 15-400C dan suhu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

9

optimumnya adalah 350C. Staphylococcus aureus memiliki daya tahan

paling kuat diantara semua bakteri yang tidak membentuk spora. Pada agar

miring, Staphylococcus aureus dapat hidup hingga berbulan-bulan, baik

dalam lemari es maupun pada suhu kamar. Dalam keadaan kering pada

benang, kertas, kain, dan dalam nanah, bakteri ini dapat hidup selama 6-14

minggu (Radji, 2009).

2. Patogenesis

Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai jenis infeksi

pada manusia, diantaranya infeksi pada kulit, seperti bisul; infeksi yang

lebih lebih serius, seperti pneumonia, mastitis, flebitis, dan meningitis; dan

infeksi pada saluran urin. Selain itu, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi

kronis, seperti osteomyelitis dan endokarditis. Staphylococcus aureus adalah

salah satu penyebab utama terjadinya infeksi nosokomial (infeksi yang

diakibatkan luka tindakan operasi dan pemakaian alat-alat perlengkapan

perawatan rumah sakit). Bakteri ini juga dapat menyebabkan keracunan

makanan akibat enterotoksin yang dihasilkannya dan menyebabkan sindrom

kejut toksik (toxic shock syndrome) akibat pelepasan superantigen ke dalam

aliran darah (Radji, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

10

C. Escherichia coli

1. Morfologi dan fisiologi

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang banyak

ditemukan pada ileum caudal, termasuk dalam famili Enterobacteriaceae,

berbentuk batang pendek (kokobasil), memiliki flagel, berukuran 0,4 - 0,7

µm x 1,4 µm. Pada lingkungan yang kurang baik dapat membentuk spora,

dan merupakan mikroba anaerob fakultatif. Escherichia coli akan bersifat

patogen apabila berada di luar saluran pencernaan dan pada saat kondisi

tubuh lemah (Radji, 2009).

2. Patogenesis dan gejala penyakit

Kolonisasi Escherichia coli dalam saluran cerna biasa terjadi setelah

40 hari dilahirkan. Escherichia coli dapat bertahan dan melekat di usus

besar selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Perubahan populasi

bakteri Escherichia coli dapat terjadi dalam periode yang lama, hal ini

terjadi setelah infeksi usus atau setelah penggunaan kemoterapi atau

antimikroba yang dapat membunuh flora normal (Radji, 2009).

Escherichia coli menjadi penyebab infeksi manusia, seperti infeksi

saluran kemih, infeksi saluran meningitis pada neonates, dan infeksi

intestine (gastroenteritis). Ketiga penyakit ini sangat bergantung pada

ekspresi faktor virulensi masing-masing serotipe Escherichia coli, termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

11

adanya adhesin, invasion, jenis toksin yang diproduksi, dan kemampuan

mengatasi pertahanan tubuh hospes (Radji, 2009).

Infeksi Escherichia coli sering kali berupa diare yang disertai darah,

kejang perut, demam, dan terkadang dapat menyebabkan gangguan pada

ginjal. Sekitar 2-7% infeksi Escherichia coli pada beberapa penderita,

misalnya anak-anak di bawah 5 tahun dan orang tua, dapat menimbulkan

komplikasi yang disebut dengan sindrom uremik hemolitik. Sebagian besar

penyakit yang disebabkan oleh infeksi Escherichia coli ditularkan melalui

makanan yang tidak dimasak dan daging yang terkontaminasi. Penularan

penyakit ini dapat terjadi melalui kontak langsung dan biasanya terjadi di

tempat yang memiliki sanitasi dan lingkungan yang kurang bersih (Radji,

2009).

D. Ekstraksi

Ekstraksi adalah teknik memisahkan suatu senyawa berdasarkan

distribusi zat dalam pelarut. Umumnya zat terlarut yang diekstrak bersifat

tidak larut atau sedikit larut dalam pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut

lain. Metode ekstraksi yang tepat ditunjukkan dengan tekstur kandungan air

bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-senyawa yang akan diisolasi

(Dirjen POM, 1996).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

12

Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat dilakukan diantaranya adalah

ekstraksi menggunakan pelarut, yakni:

1. Cara dingin

a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dan

dilakukan beberapa kali penggojogan atau pengadukan pada suhu

kamar (ruang). Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan

prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi

kinetik adalah proses maserasi yang pengadukannya dilakukan secara

kontinyu (terus-menerus). Remaserasi merupakan pengulangan

penambahan pelarut. Pengulangan penambahan pelarut dilakuakan

setelah penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi adalah metode ekstraksi yang menggunakan pelarut selalu

baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya

dilakukan pada temperature ruang. Proses ekstraksi terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi bahan dan tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak). Tahapan ini dilakukan

terus-menerus sampai diperoleh perkolat (ekstrak) yang jumlahnya 1-5

kali bahan.

2. Cara panas

a. Refluks adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relative konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

13

pengulangan proses pada residu 3-5 kali sehingga proses refluks ini

termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Sokhlet merupakan metode ekstraksi yang menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan berkala pada suhu

yang lebih tinggi dari suhu ruang (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada 40-500C.

d. Infus merupakan ekstraksi dengan menggunakan air sebagai pelarut

pada suhu penangas air mendidih, suhu terukur 96- 980C selama waktu

tertentu (15-20 menit).

e. Dekok adalah metode infusa yang memerlukan waktu yang lebih lama

(lebih dari 30 menit) dan titik didihnya sampai titik didih air (1000C).

f. Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan yang menguap

(minyak atsiri) dari bahan (simplisia atau bahan segar) dengan uap

berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan akan

menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai

sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran

(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air

bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah

sebagian (Sampurno, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

14

E. Alkaloid

Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang banyak

ditemukan di alam. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian

tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Semua alkaloid

mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa

dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin

heterosiklik (Lenny, 2006).

Menurut Soegihardjo (2013), peran alkaloid dalam tumbuhan antara

lain berperan dengan keberadaan asam organik tertentu, misalnya alkaloid

opium berhubungan dengan adanya asam mekonat, alkaloid kinkona terkait

dengan asam kuinat dan kinkotonat. Selain itu, alkaloid berperan dalam

berperan dalam hubungannya dengan oksigen in statu nascendi (oksigen

singlet) yang berbahaya bagi organisme hidup, hal ini dibuktikan dengan

adanya sinar UV yang kuat pada tumbuhan akan meningkatkan biosintesis

alkaloid. Selain itu, menurut Robinson (1991), alkaloid berfungsi sebagai

senyawa antibakteri. Mekanisme alkaloid sebagai antibakteri adalah dengan

mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga

lapisan dinding selnya tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan

kematian sel.

Identifikasi alkaloid selain dengan analisis kualitatif alkaloid dapat

dilakukan dengan bantuan pereaksi. Misalnya pereaksi Mayer, Dragendroff,

Wagner, dan Buchardt; reaksi warna, misalnya dengan pereaksi asam sulfat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

15

pekat, asam nitrat pekat, dan fluoresensi. Kelarutan alkaloid dalam farmasi

sangat penting karena perbedaan kelarutan antara alkaloid bebas dan

garamnya, terutama berkaitan dengan isolasinya dari bahan tumbuhan.

Alkaloid bebas umumnya sedikit larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut

organik, sedangkan kebalikannya pada garamnya kecuali garam sulfas kinina

yang kelarutannya dalam air (1 : 1000), sedangkan kinina hidroklorida larut

dalam air kurang dari satu bagian (Soegihardjo, 2013).

F. Fenolik

Menurut Fessenden (1986), fenolik merupakan senyawa yang banyak

ditemukan pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu

atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus penyerta lainnya. Senyawa

ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Fenol biasanya

dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon pada kerangka

penyusunnya.

Menurut Robinson (1991), aktivitas fisiologis senyawa fenolik pada

tumbuhan banyak dan beragam. Beberapa senyawa fenolik bersifat racun

terhadap hewan pemangsa tumbuhan (herbivor) dan beberapa bersifat racun

serangga. Senyawa fenolik lain mempunyai aktivitas antiinflamasi, karena

senyawa ini menghambat sintesis prostaglandin. Menurut Dwidjoseputro

(1994), fenolik memiliki fungsi sebagai antibakteri. Mekanisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

16

antibakterinya adalah dengan membentuk senyawa kompleks terhadap

protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membrane sel bakteri.

OH

Gambar 1. Struktur fenol

G. Terpenoid

Terpenoid adalah golongan hidrokarbon yang banyak ditemukan

dalam tumbuhan terutama pada getah dan vakuola selnya. Semua senyawa

golongan terpen atau terpenoid dan turunannya termasuk hasil metabolit

sekunder. Terpen atau terpenoid mempunyai aktivitas antibakteri, antivirus

dan antiprotozoa (Salni, Hanifa, dan Ratna, 2011).

Mekanisme antibakteri yang dimiliki oleh terpenoid adalah bereaksi

dengan porin (protein transmembran) yang terdapat pada membran luar

dinding sel bakteri sehingga membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

porin menjadi rusak. Porin adalah jalan keluar masuknya substansi sehingga

rusaknya porin mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang membuat

sel bakteri kekurangan nutrisi. Oleh karena itu, pertumbuhan bakteri menjadi

terhambat atau mati (Salni, Hanifa, dan Ratna, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

17

H. Flavonoid

Flavonoid adalah suatu golongan senyawa fenol terbesar yang

ditemukan di alam. Flavonoid memiliki warna merah, ungu, biru, dan sebagai

zat kuning yang terkandung dalam tumbuhan. Senyawa ini memiliki struktur

dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6)

terikat pada rantai propana (C3) sehingga terbentuk susunan C6-C3-C6 (Lenny,

2006).

Flavonoid memiliki beberapa gugus hidroksil, gula dan flavonoid

adalah senyawa polar sehingga flavonoid cukup larut dalam pelarut polar

seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida (DMSO),

dimetilformamida (DMF), air dan lain-lain. Senyawa ini juga memiliki

aktivitas antibakteri (Subramani, 2002; Rosidah dan Afizia, 2012).

Mekanisme antibakteri dari flavonoid adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan larut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan senyawa intraseluler pun ikut keluar (Nuria, Arvin,

Sumantri, 2009). Selain itu, flavonoid dapat merusak permeabilitas dinding

sel bakteri (Sabir, 2008).

I. Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri

Metode pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu

larutan uji dalam menghambat atau membunuh bakteri. Metode pengujian

antimikroba dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

18

1. Metode difusi

Metode difusi merupakan metode yang digunakan untuk mengukur

potensi antibakteri berdasarkan pengamatan luas zona jernih yang terbentuk di

sekitar tempat penginokulasian obat/ekstrak karena terdifusinya obat/ekstrak

(Jawetz, Melnick, Brooks, dan Adelberg, 2005). Terdapat beberapa cara

metode difusi, salah satunya ialah metode sumuran Kirby Bauer. Metode ini

merupakan metode untuk menguji senyawa kimia yang terkandung dalam

tanaman yang berpotensi sebagai antimikroba berdasarkan pada ukuran zona

inhibisi pertumbuhan kultur bakteri di sekitar disk yang diresapi dengan obat

antimikroba. Metode ini dilakukan dengan membuat lubang pada agar padat

yang telah diinokulasi dengan bakteri (Mpila, Fatimawai, dan Weny, 2012).

Jumlah dan letak lubang sumuran disesuaikan dengan tujuan penelitian,

kemudian lubang sumuran diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji.

Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada

tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang (Kusmayanti dan Agustini,

2007).

2. Metode dilusi

Prinsip metode dilusi adalah antibiotik diencerkan sehingga diperoleh

beberapa macam kadar. Pada dilusi cair, setiap kadar sampel obat

ditambahkan pada suspensi bakteri pada media kemudian diukur dengan

spektrofotometri UV-VIS (UVmini-1240 UV-Vis Spectrophotometer

Shimadzu) pada λ 480 nm untuk mengukur kekeruhan dari media yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

19

ditambahkan suspensi bakteri dan ekstrak. Pada dilusi padat setiap kadar obat

dicampur dengan media agar kemudian ditanami bakteri. Pengamatannya

dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri atau tingkat kesuburan

bakteri. Metode dilusi ini dapat digunakan untuk menentukan KHM dan KBM

(Jawetz, dkk., 2005).

J. Landasan Teori

Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang sering diderita

oleh masyarakat. Penyebab timbulnya penyakit infeksi adalah bakteri, virus

dan jamur. Bakteri yang menimbulkan infeksi antara lain Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli. Oleh sebab itu, perlu dilakukan eksplorasi bahan

alam yang memiliki potensi antibakteri dengan efek samping lebih kecil

karena bahan alam mudah tersedia secara terus-menerus.

Daun petai mengandung alkaloid, terpenoid, fenolik, dan flavonoid.

Biji petai mengandung alkaloid, terpenoid, flavonoid, fenolik. Kulit batang

pohon petai mengandung senyawa fenolik dan alkaloid (Kamisah, dkk, 2013).

Sedangkan menurut Kurniawati (2014) menggunakan kulit petai yang diambil

dari Kabupaten Bogor diekstraksi dengan etanol 70% menggunakan metode

maserasi ultrasonifikasi. Hasil yang diperoleh Kurniawati (2014) menyatakan

bahwa kulit petai yang berasal dari Kabupaten Bogor mengandung golongan

senyawa kimia seperti alkaloid, terpenoid, saponin, dan tanin serta ekstrak

etanol kulit petai tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

20

aureus dan Escherichia coli. Oleh sebab itu, peneliti melakukan eksplorasi

bahan alam menggunakan tanaman yang sama yaitu petai yang berasal dari

Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan bagian kulit batang pohon petai.

Menurut Nitisapto dan Siradz (cit., Mahatriny, Payani, Oka dan Astuti, 2014),

faktor lingkungan tanaman yang berbeda dapat mempengaruhi hasil metabolit

sekunder tanaman. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

adalah iklim, cahaya matahari, suhu, lingkungan atmosfer (CO2, O2, dan

kelembaban), lingkungan perakaran (sifat kimia dan fisika tanah) dan

ketersediaan air di dalam tanah.

Untuk mendapatkan senyawa kimia yang terkandung dalam kulit

batang pohon petai maka dapat dilakukan dengan metode maserasi

menggunakan penyari yang sesuai sehingga mempermudah menyari senyawa

kimia tersebut berdasarkan kelarutannya. Salah satu pelarut yang digunakan

sebagai penyari senyawa kimia yang terkandung dalam kulit batang pohon

petai adalah etanol. Menurut Agnes, dkk (2013), etanol dapat digunakan

sebagai penyari karena dapat menarik senyawa kimia yang bersifat semi polar

sampai polar sehingga kandungan kimia yang diharapkan dapat tersari dengan

optimal sesuai dengan kepolarannya.

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang pohon petai

dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran. Hasil dari metode

difusi sumuran dapat ditunjukkan dengan diameter zona hambat (zona jernih).

Untuk mengukur KHM dan KBM menggunakan metode dilusi cair yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

21

hasilnya ditunjukkan dengan kadar terendah dari ekstrak etanol kulit batang

pohon petai yang mampu menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Penelitian terkait adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit

batang pohon petai terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan

perkembangan ilmu pengetahuan mengenai manfaat kulit batang pohon petai

sebagai salah satu terapi alternatif penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

K. Hipotesis

Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam kulit batang pohon

petai yang memiliki aktivitas antibakteri adalah senyawa alkaloid, fenolik,

saponin, tanin, flavonoid. Ekstrak etanol kulit batang pohon petai memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,

memiliki kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni, dengan

rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Laboratorium Mikrobiologi Balai Kesehatan Yogyakarta.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variable Penelitian

a. Variabel bebas : konsentrasi ekstrak etanol kulit batang

pohon petai.

b. Variabel tergantung : diameter zona hambat.

c. Variabel pengacau terkendali : asal tanaman, cara ekstraksi, waktu

lamanya inkubasi, suhu inkubasi, jenis

mikroba uji, volume larutan uji yang

diinokulasikan, umur tanaman.

2. Definisi Operasional

a. Aktivitas antibakteri adalah kemampuan bahan uji yang mampu

menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroba uji Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli yang dapat dilihat dari zona jernih yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

23

menggambarkan zona hambat pertumbuhan bakteri, dibandingkan dengan

kontrol negatif (DMSO 5%).

b. Kulit batang pohon petai adalah kulit batang pohon petai yang berwarna

cokelat dari pohon yang berumur 3-5 tahun berasal dari Kabupaten

Sleman, Yogyakarta.

c. Zona hambat adalah zona jernih di sekitar sumuran pada media

pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, dilihat dari

kejernihan media yang dibandingkan dengan kontrol negatif (DMSO).

d. Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah kadar terendah dari ekstrak

etanol kulit batang pohon petai yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

e. Kadar Bunuh Minimal (KBM) adalah kadar terendah dari ekstrak etanol

kulit batang pohon petai yang dapat membunuh pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah serbuk kulit batang pohon petai

diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal, kultur murni bakteri Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli dari Balai Kesehatan Yogyakarta, media Mueller

Hinton Agar (MHA) dan Mueller Hinton Broth (MHB) dari Merck, Etanol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

24

70% (Mediss), Amoksisilin (BERNOFARM), DMSO 5% (Merck), larutan

Mac Farland 0,5 (1,5.108 CFU), aquadest steril.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis (UVmini-

1240 UV-Vis Spectrophotometer Shimadzu), Microbiological Safety Cabinet,

moisture balance (HG53 Halogen Moisture Analyzer), Platform Shaker

(Innova 2100 New Brunswick Scientific), autoclave, rotary vacuum

evaporator (Buchi Labortechnik AG CH-9230), timbangan digital, waterbath

(Memmert), mikropipet (Socorex), Bunsen, jarum ose, flakon, kertas saring,

kuvet, alat-alat gelas (PYREX dari Laboratorium Mikrobiologi dan

Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Sanata Dharma), pipet tetes, cawan

petri, batang pengaduk, inkubator (Heraeus), sendok, pelubang sumuran

diameter 6 mm.

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi kulit batang pohon petai

Determinasi dilakukan di CV. Merapi Farma Herbal, Yogyakarta.

Kulit batang pohon petai dideterminasi secara makroskopis dengan

mencocokkan ciri - ciri yang ada pada tanaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

25

2. Pengumpulan bahan kulit batang pohon petai

Sampel yang digunakan adalah kulit batang pohon petai yang diambil

dari Kabupaten Sleman. Kulit batang pohon petai yang diambil berwarna

cokelat.

3. Pengeringan dan pembuatan serbuk bahan

Kulit batang pohon petai yang telah diperoleh, dicuci bersih dari

kotoran dengan menggunakan air mengalir. Kulit batang pohon petai dipotong

menjadi beberapa bagian lalu dikeringkan. Pengeringan dihentikan ketika

kulit batang pohon petai mudah remuk saat diremas lalu dilanjutkan dengan

proses penyerbukan menggunakan mesin penggiling kopi hingga halus.

Setelah serbuk didapatkan lalu serbuk diayak menggunakan ayakan tepung.

Serbuk yang telah halus dimasukkan dalam toples yang tertutup rapat dan

disimpan dalam lemari penyimpanan.

4. Penetapan susut pengeringan pada serbuk kering kulit batang pohon petai

Serbuk kering kulit batang pohon petai yang sudah diayak ditimbang

sebanyak lebih kurang 5 gram ke dalam alat moisture balance lalu diratakan.

Bobot serbuk kering kulit batang pohon petai ditimbang sebelum pemanasan

dan sesudah pemanasan. Serbuk kering kulit batang pohon petai dipanaskan

pada suhu 1050C selama 15 menit. Bobot serbuk setelah pemanasan diperoleh

lalu dihitung selisih antara bobot sebelum pemanasan dan bobot setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

26

pemanasan yang merupakan hasil susut pengeringan serbuk kulit batang

pohon petai. Hasil pengukuran dinyatakan dalam persen.

5. Pembuatan ekstak etanol kulit batang pohon petai

Ekstrak etanol kulit batang pohon petai dibuat dengan metode

maserasi. Maserasi dilakukan dua kali dengan perbandingan 1 : 7,5 bagian

pada maserasi pertama dan maserasi kedua dengan perbandingan 1 : 2,5

bagian. Maserasi pertama dilakukan dengan menimbang 50 g serbuk kulit

batang pohon petai kemudian direndam dalam 375 ml pelarut etanol 70%

selama 2 x 24 jam menggunakan shaker. Ekstrak yang didapat disaring

menggunakan corong Buchner, kertas saring dan pompa vakum. Sisa serbuk

hasil maserasi pertama yang masih ada kemudian diremaserasi menggunakan

pelarut etanol sebanyak 125 mL dan diperoleh maserat II. Maserat I dan

maserat II digabung kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum

evaporator dengan suhu 70 0C sampai terbentuk cairan kental. Penguapan

dilanjutkan dengan menggunakan penangas air selama dengan suhu antara 50-

60oC sampai diperoleh ekstrak kental dengan bobot tetap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

27

6. Identifikasi kandungan senyawa kimia kulit batang pohon petai dengan uji

tabung

a. Pembuatan larutan uji fitokimia

Pembuatan larutan uji untuk uji fitokimia dilakukan dengan cara

melarutkan sebanyak 500 mg ekstrak etanol 70% kulit batang pohon petai

dilarutkan dalam 50 mL etanol 70%.

b. Skrinning Fitokimia

1) Uji pendahuluan

Dua gram serbuk kulit batang pohon petai ditambahkan dengan 20

mL aquadest lalu dipanaskan di atas waterbath selama lebih kurang 15

menit, lalu disaring. Hasil positif yang diperoleh apabila larutan menjadi

berwarna merah hingga kuning dan saat penambahan KOH LP, warna larutan

menjadi lebih intensif menunjukkan adanya senyawa yang mengandung

kromofor dengan gugus hidrofilik.

2) Uji Saponin

Sebanyak 100 mg serbuk kulit batang pohon petai ditambahkan 10

mL aquadest ke dalam tabung reaksi, ditutup dan dikocok selama 30 detik.

Tabung dibiarkan dalam posisi tegak selama 30 menit. Apabila terbentuk

buih dari permukaan cairan dan setelah lebih kurang 30 menit ditetesi lebih

kurang 1 tetes HCl 2 N, busa tidak hilang maka menunjukkan adanya

saponin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

28

3) Uji Flavonoid

Sebanyak 3 mL larutan uji ditetesi dengan NaOH LP lebih kurang 2

tetes, terjadi pembentukan intensitas warna kuning. Penambahan HCL

membuat intensitas warna kuning berubah. Perubahan ini mengindikasikan

adanya flavonoid (Jones and Kinghorn, 2006).

4) Uji Alkaloid

Sebanyak 2 mL larutan uji diuapkan di atas porselin dan penangas air

lebih kurang 5 menit, lalu sisanya dilarutkan dengan 5 mL HCl 2 N.

Kemudian, larutan yang diperoleh dibagi dalam 3 tabung reaksi yaitu : blanko

(larutan uji yang telah diuapkan dan ditambah HCL 2N), blanko ditambah 3

tetes pereaksi Dragendorff, dan blanko ditambah 3 tetes peraksi Mayer.

Apabila terdapat endapan jingga setelah ditambah pereaksi Dragendorff dan

endapan kuning setelah ditambahkan pereaksi Mayer menunjukkan adanya

alkaloid (Jones and Kinghorn, 2006).

5) Uji Tanin

Sebanyak 1 mL larutan uji dilarutkan dengan larutan FeCl3 10% lebih

kurang 3 tetes. Adanya tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua

atau hitam kehijauan (Jones and Kinghorn, 2006).

6) Uji Fenolik

Sebanyak 3 mL larutan uji ditambahkan beberapa tetes (lebih kurang 6

tetes) larutan FeCl3 1%. Hasil positif berwarna hijau, merah, ungu atau hitam

(Jones and Kinghorn, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

29

7) Uji Terpenoid

Sebanyak 2,5 mL larutan uji dicampur dengan 1 mL kloroform dan

ditambah 1,5 mL H2SO4 pekat secara hati-hati (lewat dinding). Hasil positif

ditunjukkan dengan larutan menjadi warna coklat kemerahan pada

permukaan dalam larutan (Edeoga, Okwu, dan Mbaebre, 2005).

7. Uji identifikasi bakteri

a. Staphylococcus aureus

Bakteri ditanam di media geolitik, diinkubasi selama 24 jam pada suhu

370C. Bakteri diisolasi dari media geolitik ke media Enrich, diinkubasi selama 2

x 24 jam pada suhu 37 0C. Jika terdapat endapan hitam dengan kabut putih

diduga bakteri Staphylococcus aureus. Kemudian, diambil 1-2 ose bakteri,

diinokulasi ke dalam media gula (glukosa, laktosa, manitol, maltosa, sakarosa),

media NA miring, media Simons Citrate (SC), media Sulfure Indole Motil

(SIM) dan diinkubasi selama 24 jam. Pengecatan Gram dilakukan setelah

inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.

b. Escherichia coli

Bakteri ditanam ke media penyubur Brilliant Green Lactose Blue

(BGLD) kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 440C. Jika terdapat

gelembung udara dari tabung Durham yang terdapat di dalam tabung reaksi

diduga bakteri Escherichia coli. Setelah itu, bakteri diisolasi lalu ditanam ke

media TBX (Tryptone Bile X-Glucoronide) dan diinkubasi pada suhu 370C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

30

selama 24 jam. Pada media isolasi setelah 24 jam diketahui tersangka

Escherichia coli dengan timbulnya warna hijau. Kemudian, bakteri diambil 1-2

ose, diinokulasi ke dalam media gula (laktosa, glukosa, sakarosa, manitol,

maltosa), NA, SC (Simon Citrate), SIM (Sulfur Indol Motil) dan diinkubasi

selama 24 jam. Setelah 24 jam diinkubasi, dilakukan pengecatan Gram.

8. Uji potensi ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap S. aureus dan E.

coli.

a. Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji

Sebanyak 2,5 gram ekstrak kental kulit batang pohon petai ditimbang

kemudian dilarutkan dengan 5 mL DMSO 5% sehingga diperoleh konsentrasi

50%. Konsentrasi 50% diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi 25%; 12,5%;

6,25%; 3,125%. Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

DMSO 5% dan kontrol positif yang digunakan adalah amoksisilin 125 mg/ 5 mL

untuk S. aureus dan E. coli.

b. Pembuatan suspensi bakteri uji

Sebanyak 1-3 ose diambil dari stok bakteri S. aureus dan E. coli, kemudian

diinokulasikan ke dalam tabung reaksi yang berisi MHB (Mueller Hinton Broth)

dan divortex agar tercampur rata, lalu dilihat kekeruhannya. Kekeruhan suspensi

bakteri disetarakan dengan larutan Mac Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU/mL).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

31

c. Uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumuran

Sebanyak 15 mL MHA steril dituang ke dalam cawan petri steril dan

dibiarkan memadat. Media MHA yang telah memadat pada cawan petri

kemudian dapat di streak menggunakan cotton bud steril yang sebelumnya

dicelup dahulu ke dalam suspensi bakteri uji secara merata. Metode ini

menggunakan metode Kirby Bauer (Mpila, dkk, 2012). Sumuran dibuat dengan

menggunakan pelubang sumuran no. 6 sebanyak 7 lubang sumuran pada media

yang telah padat dan ditumbuhi bakteri uji. Ekstrak etanol kulit batang pohon

petai dengan variasi konsentrasi (50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,125%), kontrol

negatif (DMSO 5%), dan kontrol positif (Amoksisilin 125 mg/5 mL)

dimasukkan pada lubang sumuran sebanyak 50 µL. Media uji yang telah berisi

ekstrak, control positif dan kontrol negatif diinkubasi selama 24 jam pada suhu

370C lalu diamati dan diukur diameter zona hambat yang dihasilkan. Zona

hambat yang terbentuk diukur dengan penggaris. Dalam uji aktivitas antibakteri

ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali replikasi.

d. Penentuan KHM dan KBM dengan metode dilusi cair

Pada uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran,

didapatkan konsentrasi terkecil dari ekstrak kulit batang pohon petai yang

mempunyai aktivitas antibakteri. Dari konsentrasi terkecil tersebut, dibuat variasi

konsentrasi yang rentangnya lebih sempit sebanyak 10 konsentrasi (0,785%;

1,563%; 3,125%; 6,25%; 12,5%; 15,625%; 18,750%; 21,875%; 25%; 50%)

untuk mengetahui KHM dan KBM dari masing-masing ekstrak. Pengujian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

32

dilakukan dengan membuat suspensi bakteri yang kekeruhannya disetarakan

dengan larutan Mac Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU). Dari suspensi tersebut, diambil

200 µL, ditambah dengan larutan uji yang berisi ekstrak etanol kulit batang

pohon petai dengan konsentrasi tertentu dan dicampur rata dengan 5 mL MHB.

Setelah itu diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ

480 nm) sebelum inkubasi dan setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C.

Hasil selisih dari absorbansi tersebut digunakan sebagai nilai Optical Density

(OD). Kemudian konsentrasi ekstrak etanol kulit batang pohon petai yang

mempunyai nilai ∆ OD = 0 akan ditegaskan ke dalam media MHA padat,

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C, lalu diamati pertumbuhan bakteri.

Apabila pada media MHA tumbuh koloni bakteri maka konsentrasi ekstrak

etanol kulit batang pohon petai tersebut menghambat pertumbuhan bakteri

(KHM) dan jika media MHA tersebut tidak terdapat pertumbuhan bakteri maka

konsentrasi ekstrak etanol kulit batang pohon petai membunuh pertumbuhan

bakteri (KBM). Penentuan KHM dan KBM dengan metode dilusi cair dilakukan

3 kali replikasi.

E. Analisis Hasil

Data yang didapat berupa diameter zona hambat, dianalisis secara statistik

menggunakan uji Shapiro Wilk untuk mengetahui apakah terdistribusi normal

atau tidak kemudian diikuti dengan uji Levene bertujuan untuk melihat

homogenitas data. Apabila distribusi data tidak normal maka analisis dilanjutkan

menggunakan uji Kruskal Wallis untuk melihat perbedaan bermakna antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

33

kelompok ekstrak etanol kulit batang pohon petai, kontrol negatif (DMSO 5%),

dan kontrol positif (Amoksisilin 125 mg/ 5 mL). Selanjutnya, dilakukan analisis

post hoc menggunakan Mann-Whitnney Test.

Data yang didapat berupa diameter zona hambat, dianalisis secara statistik

menggunakan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan bermakna antara

kelompok ekstrak etanol kulit batang pohon petai, kontrol negatif (DMSO 5%),

dan kontrol positif (Amoksisilin 125 mg/ 5 mL). Selanjutnya, dianalisis post hoc

dengan Mann-Withney Wilcoxon Test.

Nilai KHM dan KBM yang didapat dianalisis secara deskriptif. Nilai KHM

dan KBM yang diperoleh dengan metode dilusi cair dan diukur kekeruhannya

dengan melihat absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis sehingga

didapatkan nilai optical density (OD). Nilai KHM dan KBM diperoleh jika nilai

∆ OD = 0 yakni absorbansi setelah inkubasi dikurangi absorbansi sebelum

inkubasi. Kemudian ditegaskan pada media MHA di cawan petri untuk

menunjukkan konsentrasi dari ekstrak etanol kulit batang pohon petai mampu

menghambat atau membunuh pertumbuhan koloni bakteri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini secara umum mempunyai tujuan untuk mengetahui aktivitas

antibakteri ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap S. aureus dan E. coli.

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa

kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit batang pohon petai, mengetahui

kadar hambat bakteri dari ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap S.

aureus dan E. coli.

A. Determinasi dan Pengumpulan Tanaman

Determinasi tanaman bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam

penelitian dan memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah petai.

Tanaman petai memiliki ciri-ciri sebagai berikut tinggi pohon 5-14 meter.

Batang berkayu, bulat, bercabang, warna coklat kemerahan. Daun majemuk,

anak daun dengan ujung runcing, pangkal membulat, panjang 4-20 mm, lebar 2-

3 cm, warna hijau. Bunga majemuk, jumlah benang sari 10. Pangkal mahkota

berwarna putih kekuningan, melekat pada benang sari. Kelopak bertajuk, bagian

ujung berkelamin ganda. Tangkai sari panjang. Buah berbentuk polong, pipih,

warna hijau. Biji berbentuk pipih, tebal, warna hijau. Akar tunggang, warna

coklat (Adi, 2008).Kulit batang pohon petai diperoleh dari Kabupaten Sleman,

Yogyakarta dalam bentuk kulit batang pohon petai yang segar. Kulit batang

pohon petai yang dipilih adalah kulit batang pohon yang berwarna coklat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

35

memiliki permukaan yang keras. Kebenaran tanaman yang digunakan dibuktikan

dengan surat keterangan dari CV Merapi Farma Herbal yang terdapat dalam

lampiran 1. Berdasarkan surat keterangan tersebut, didapatkan bahwa tanaman

yang dipakai dalam penelitian ini adalah benar petai (Parkia speciosa Hassk.).

B. Pembuatan Serbuk Simplisia Kulit Batang Pohon Petai

Kulit batang pohon petai yang telah diperoleh, dicuci bersih dari kotoran

dengan menggunakan air mengalir untuk menghilangkan pengotor yang

mungkin masih ada. Kulit batang pohon petai dipotong menjadi beberapa bagian

lalu dikeringkan. Pengeringan dihentikan ketika kulit batang pohon petai mudah

remuk saat diremas lalu dilanjutkan dengan proses penyerbukan menggunakan

mesin penggiling kopi. Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kandungan air

yang terdapat dalam kulit batang pohon petai agar tidak mudah ditumbuhi

kapang dan bakteri. Selain itu, apabila kandungan air dalam kulit batang pohon

petai masih tinggi, dapat mendorong enzim mengubah kandungan kimia menjadi

produk lain yang tidak memiliki efek farmakologi seperti senyawa aslinya

(Pramono, 2005; Ma’mun, 2006). Beberapa enzim perusak kandungan kimia

antara lain : hidrolase, oksidase dan polimerase (Ma’mun, 2006). Setelah serbuk

didapatkan lalu serbuk diayak menggunakan ayakan tepung hingga halus.

Penyerbukan ini berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan kontak dengan

pelarut, sehingga saat proses ekstraksi dapat diperoleh rendemen yang banyak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

36

Setelah itu serbuk dimasukkan dalam toples yang tertutup rapat dan disimpan

dalam ruangan penyimpanan.

C. Penetapan susut pengeringan pada serbuk kulit batang pohon

petai

Dalam penelitian, penetapan kadar air tidak dilakukan karena belum

diketahui apakah serbuk kulit batang pohon petai hanya mengandung air dalam

bentuk serapan atau tidak. Oleh sebab itu, dilakukan susut pengeringan. Alasan

dilakukan susut pengeringan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kandungan air yang terdapat dalam serbuk kulit batang pohon petai dan dapat

digunakan untuk menetapkan jumlah semua jenis bahan yang mudah menguap

dan hilang pada kondisi tertentu (proses pengeringan) (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 1995). Susut pengeringan umumnya dinyatakan sebagai

nilai persen terhadap bobot awal.

Penetapan susut pengeringan dalam penelitian ini menggunakan metode

Gravimetri. Gravimetri adalah suatu metode analisis kuantitatif berdasarkan

berat konstannya (berat tetap). Hal ini dibuktikan dengan nilai persen terhadap

bobot awal serbuk sebelum dipanaskan. Serbuk kulit batang pohon petai yang

telah diayak dipanaskan menggunakan alat moisture balance pada suhu 1050C

selama 15 menit dengan asumsi air sudah menguap semua. Tujuan digunakan

suhu 1050C adalah agar air yang terdapat di dalam serbuk menguap (diatas titik

didih air). Setelah serbuk dipanaskan, dilakukan perhitungan terhadap kadar air

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

37

yang terdapat dalam serbuk yang diteliti. Persyaratan yang ditetapkan oleh

Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2009 untuk susut pengeringan adalah

nilai susut pengeringan kurang dari 10%. Dalam penelitian dilakukan tiga kali

replikasi dan diperoleh rata-rata susut pengeringan dalam serbuk kulit batang

pohon petai sebesar 6,75 %. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk kulit batang

pohon petai yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan yaitu tidak lebih dari 10 %.

D. Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai

Ekstrak etanol kulit batang pohon petai dibuat menggunakan metode

maserasi. Serbuk kulit batang pohon petai yang telah ditimbang kemudian

diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70 % dengan tujuan untuk menarik

senyawa kimia yang terdapat dalam kulit batang pohon petai. Menurut

Padmasari, Astuti, dan Warditiani (2013), etanol 70% digunakan sebagai pelarut

karena etanol merupakan pelarut universal yang dapat menarik senyawa kimia

dan mempunyai indeks polaritas sebesar 5,2. Alasan lain digunakan etanol

karena etanol tidak beracun, tidak ditumbuhi oleh kapang dan jamur, dan

absorbsinya baik (Hargono, 1986). Alasan mengunakan metode maserasi adalah

mudah dilakukan, caranya sederhana, dan peralatannya sederhana. Metode

maserasi juga dapat menghindari perubahan kimia pada senyawa-senyawa

tertentu akibat pemanasan (Pratiwi, 2008). Ekstrak etanol kulit batang pohon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

38

petai tidak ditumbuhi oleh kapang dan jamur dibuktikan dengan ekstrak yang

didapat dalam penelitian ini (Gambar 2).

Proses ekstraksi dibantu dengan penggojogan menggunakan shaker.

Penggojogan ini bertujuan agar seluruh serbuk dapat kontak dengan pelarut

sehingga senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri dapat tersari. Penggojogan

juga mempercepat waktu ektraksi dibandingkan jika serbuk hanya direndam.

Ekstraksi dengan metode ini dapat disebut sebagai ekstraksi mekanik.

Serbuk kulit batang pohon petai yang telah ditimbang terlebih dahulu

dibasahi dengan pelarut. Apabila sudah terbasahi seluruhnya, ditambahkan

pelarut sampai ketinggian pelarut ± 2 cm dari permukaan serbuk pada

Erlenmeyer. Penggojogan menggunakan shaker dilakukan selama 2 x 24 jam

kemudian disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan pompa vacuum.

Pompa vacuum berfungsi untuk membantu proses ekstraksi.

Hasil saringan (filtrat) kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat

untuk dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator. Suhu yang

digunakan pada proses evaporasi ini adalah 70 0C sampai terbentuk cairan

kental. Prinsip kerja rotary vacum evaporator adalah destilasi, yaitu memisahkan

cairan penyari dan zat tersari dengan cara penurunan tekanan pada labu alas

bulat dan pemutaran labu alas bulat sehingga pelarut dapat menguap lebih cepat

di bawah titik didih. Apabila setelah proses pemekatan masih tersisa filtrat yang

cukup banyak, maka pemekatan bisa dibantu dengan pemanasan di atas

waterbath dengan suhu antara 50-60 0C. Sebelum dipanaskan di atas waterbath,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

39

filtrat ditampung dalam cawan porselin kemudian ditimbang dan setiap 1 jam

ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Menurut Depkes RI (1995), bobot tetap

adalah selisih penimbangan dari dua kali penimbangan berturut-turut setelah

pemanasan di atas waterbath selama satu jam dan tidak lebih dari 0,5 mg tiap

gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah 1 jam ekstrak

diuapkan. Bobot tetap ekstrak ditunjukkan pada tabel I.

Tabel I. Bobot Tetap Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai

Keterangan Bobot (g)

Selisih

bobot

(mg)

Penimbangan awal 12,24 - -

1 jam pemanasan 12,24 0 0

2 jam pemanasan 12,24 0 0

Ekstrak etanol kulit batang pohon petai yang telah diperoleh dilanjutkan

dengan menentukan rendemen. Penentuan rendemen memiliki tujuan untuk

mengukur efektivitas jenis pelarut yang digunakan untuk mengekstrak

kandungan kimia yang terkandung dalam kulit batang pohon petai. Semakin

besar nilai rendemen yang diperoleh semakin efektif pelarut yang digunakan

ketika dilakukan ekstraksi. Hasil rendemen yang didapat dalam penelitian ini

sebesar 24,52%.

Gambar 2. Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

40

E. Skrining Fitokimia

Tujuan dilakukan skrining fitokimia dalam penelitian adalah untuk

mengetahui kandungan bioaktif atau kandungan senyawa kimia yang berfungsi

sebagai antibakteri. Pada penelitian, skrining perlu dilakukan untuk mengetahui

senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri, seperti : alkaloid, polifenol,

flavonoid, tanin, dan lain-lain. Analisis kualitatif yang digunakan dalam

penelitian adalah uji tabung. Tujuan dilakukan uji tabung adalah untuk

mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam kulit batang pohon petai. Uji

tabung yang dilakukan dalam penelitian meliputi uji pendahuluan, uji saponin,

uji flavonoid, uji alkaloid, uji tanin, uji fenolik dan uji terpenoid terdapat pada

tabel II. Hasil yang diperoleh Kurniawati (2014) menyatakan bahwa kulit petai

mengandung golongan senyawa kimia seperti alkaloid, terpenoid, saponin, dan

tanin yang berpotensi sebagai antibakteri.

Tabel II. Hasil pengamatan uji tabung terhadap larutan uji ekstrak kulit

batang pohon petai

No Pengujian Pengamatan Hasil

1 Uji pendahuluan Warna lebih pekat +

2 Uji saponin Tidak terbentuk buih/busa -

3 Uji flavonoid Warna kuning +

4 Uji alkaloid Adanya endapan +

5 Uji tanin Tidak terdapat warna hijau -

6 Uji fenolik Terdapat warna ungu kehitaman +

7 Uji terpenoid Terdapat warna merah +

Keterangan : (+) = mengandung senyawa yang dimaksud ; (-) = tidak

mengandung senyawa yang dimaksud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

41

1. Uji pendahuluan

Uji pendahuluan merupakan uji tahap awal yang menggambarkan

adanya kemungkinan senyawa spesifik seperti flavonoid, tanin, alkaloid,

saponin, fenolik, terpenoid dan sebagainya (Arisandi, 1990 cit. Anwar, 2014).

Tujuan dilakukan uji pendahuluan adalah untuk mengetahui kandungan kimia

yang terkandung dalam ekstrak etanol kulit batang pohon petai. Pada uji

pendahuluan (Gambar 3), serbuk kulit batang pohon petai yang telah

dilarutkan dengan etanol 70% dipanaskan lalu ditambahkan dengan KOH LP

sehingga menghasilkan warna kuning yang lebih intensif (kuning pekat). Hal

ini menunjukkan bahwa kulit batang pohon petai mengandung kromofor

seperti tanin, flavonoid, alkaloid dan lain-lain.

Sebelum ditambah KOH LP Setelah ditambah KOH LP

Gambar 3. Uji Pendahuluan

2. Uji saponin

Saponin merupakan metabolit sekunder yang mengandung gugus gula

terutama glukosa, galaktosa, xylosa, rhamnosa atau metilpentosa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

42

berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik (sapogenin) berupa triterpenoid,

steroid alkaloid. Saponin bersifat polar dan dapat larut dalam pelarut air.

Saponin juga bersifat nonpolar karena memiliki gugus hidrofobik yaitu

aglikon (Suparjo, 2008 cit. Marliana dan Chairul, 2011).

Gugus hidrofil dan hidrofobik ini akan membentuk misel. Ketika misel

terbentuk maka gugus hidrofil akan menghadap ke dalam dan gugus

hidrofobik akan menghadap keluar dan fenomena ini tampak seperti busa.

Sifat ini menyerupai surfaktan/sabun yang berfungsi dapat menurunkan

tegangan permukaan antara udara dengan air yang berupa emulsi gas dalam

air (Robinson, 1995). Hasil yang diperoleh pada uji saponin (Gambar 4)

adalah tidak terbentuk buih. Dalam uji saponin, tidak terbentuk buih setelah

serbuk dilarutkan dalam aquadest kemudian digojog selama 30 detik.

Gambar 4. Uji saponin (a) sebelum penggojogan; (b) setelah penggojogan

(a) (b)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

43

3. Uji flavonoid

Dalam uji flavonoid menurut, penambahan natrium hidroksida akan

melarutkan flavonoid yang merupakan senyawa polifenol yang memiliki sifat

asam lemah (Kumalasari dan Sulistyani, 2011). Ekstrak yang mengandung

flavonoid ketika ditambahkan dengan natrium hidroksida akan menghasilkan

warna kuning (Syajid, 2008). Dalam uji ini menunjukkan hasil positif yang

dibuktikan dengan terbentuknya warna kuning. Hasil positif ini menunjukkan

bahwa kulit batang pohon petai mengandung flavonoid. Hasil positif

penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5.

(a) (b) (c)

Gambar 5. Uji Flavonoid (a) Larutan uji sebelum ditambahkan NaOH dan KCl ; (b)

Setelah ditambahkan NaOH ; (c) Setelah ditambahkan KCl

4. Uji alkaloid

Dalam uji alkaloid, hasil positif dibuktikan dengan terbentuknya

endapan ketika larutan uji ditambahkan dengan pereaksi Mayer dan

Dragendorff. Larutan uji dilarutkan dengan etanol sebelum dipanaskan.

Larutan uji ditunjukkan pada Gambar 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

44

Sebelum diuapkan Setelah diuapkan

Gambar 6. Larutan uji pada uji alkaloid

Menurut Harbone (1996) dalam uji alkaloid, penambahan HCl

berfungsi untuk melarutkan ekstrak yang mengandung alkaloid karena alkaloid

bersifat basa. Hasil positif alkaloid setelah ditambahkan pereaksi Mayer

ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih. Endapan putih yang terbentuk

merupakan kompleks kalium alkaloid. Dalam pembuatan pereaksi Mayer,

larutan merkurium (II) klorida ditambah kalium iodide akan bereaksi

membentuk endapan merah merkurium (II) iodida. Apabila penambahan

kalium iodida terlalu banyak maka akan membentuk kalium tetraiodomerkurat

(II). Reaksi yang terjadi ketika ditambahkan pereaksi Mayer ditunjukkan pada

Gambar 7. Hasil yang didapatkan dalam uji alkaloid yang ditambahkan dengan

pereaksi Mayer ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan adanya

endapan setelah larutan uji ditambah dengan pereaksi Mayer ditunjukkan

dengan anak panah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

45

Gambar 7. Reaksi uji alkaloid dengan penambahan pereaksi Mayer

Sebelum ditambah Mayer Setelah ditambah Mayer

Gambar 8. Uji alkaloid dengan penambahan pereaksi Mayer

Menurut McMurry (2004), alkaloid memiliki atom nitrogen yang

memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk

membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam ketika ditambahkan

dengan pereaksi Dragendorff. Menurut Miroslav (1971) pada uji alkaloid

dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan

kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam. Reaksi pada uji

alkaloid dengan penambahan Dragendorff ditunjukkan pada Gambar 9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

46

Gambar 9. Reaksi pada uji alkaloid dengan penambahan Dragendorff

Hasil yang diperoleh setelah ditambahkan pereaksi Dragendorff ditunjukkan

pada Gambar 10.

Sebelum ditambah Dragendorff Setelah ditambah Dragendorff

Gambar 10. Uji alkaloid dengan penambahan pereaksi Dragendorff

Hasil yang diperoleh dalam uji alkaloid adalah adanya endapan ketika

ditambahkan pereaksi Mayer dan Dragendorff sehingga kulit batang pohon

petai mengandung alkaloid. Hasil yang diperoleh dalam uji tanin ditunjukkan

pada Gambar 8 dan Gambar 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

47

5. Uji tanin

Dalam uji ini penambahan larutan FeCl3 10% bertujuan untuk bereaksi

dengan salah satu gugus hidroksi yang terdapat pada senyawa tanin. Tujuan

digunakan pereaksi FeCl3 secara umum adalah untuk mengidentifikasi senyawa

fenol termasuk tanin. Hasil positif dari uji tannin setelah penambahan larutan

FeCl3 ditunjukkan dengan adanya warna hijau (Marlinda, Meiske, dan Audy,

2012).

Sebelum ditambah FeCl3 10% Setelah ditambah FeCl3 10%

Gambar 11. Uji Tanin

Hasil yang diperoleh dalam uji tanin adalah tidak menunjukkan warna hijau

ketika ditetesi larutan FeCl3 10% sehingga kulit batang pohon petai tidak

mengandung tanin. Hasil yang diperoleh dalam uji tanin ditunjukkan pada

Gambar 11.

6. Uji fenolik

Larutan uji kulit batang pohon petai direaksikan dengan FeCl3 1%

sehingga menunjukkan hasil positif dengan munculnya warna ungu kehitaman.

Senyawa fenolik memiliki ciri yang khas yaitu membentuk ikatan kompleks

dengan besi (III) klorida berwarna biru atau biru ungu. Kompleks yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

48

terbentuk diduga senyawa besi (III) heksa fenolat sehingga hasil positif dari uji

ini menunjukkan adanya gugus OH aromatik. Warna yang terbentuk ketika besi

(III) klorida bereaksi dengan sampel yang diuji. Dalam uji ini, ion Fe3+

mengalami hibridisasi orbital d2sp3. Berdasarkan hasil hibridisasi tersebut, ion

Fe3+ mempunyai 6 orbital kosong yang dapat diisi oleh gugus pendonor

pasangan electron dimana gugus pendonor pasangan elektron pada senyawa

fenolik berasal dari pasangan elektron bebas dari atom oksigen. Fenolik

memiliki fungsi penting dalam transport elektron pada fotosintesis, memiliki

aktivitas sitokinin, pemacu pertumbuhan, mampu menyerap sinar UV serta

memiliki aktivitas antiinflamasi (Ardiansyah, 2007; Marliana dan Chairul,

2011). Hasil uji fenolik pada penelitian (Gambar 12) menunjukkan adanya

warna ungu kehitaman setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 1% sehingga

kulit batang pohon mengandung senyawa fenolik.

Gambar 12. Uji Fenolik, larutan uji (a) belum ditambahkan FeCl3 1%; dan (b) sudah

ditambahkan FeCl3 1%.

(a) (b)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

49

7. Uji terpenoid

Analisis senyawa dalam uji terpenoid ini berdasarkan pada kemampuan

senyawa membentuk warna ketika bereaksi dengan H2SO4 pekat. Senyawa

terpenoid larut dalam kloroform dan akan menghasilkan warna merah ketika

ditambahkan dengan H2SO4 pekat. Hasil dalam uji ini (Gambar 13)

menunjukkan adanya warna merah yang terdapat pada permukaan larutan uji

sehingga kulit batang pohon petai mengandung terpenoid.

Larutan uji ditambah kloroform ditambah H2SO4

Gambar 13. Uji Terpenoid

F. Identifikasi Bakteri

Tujuan dilakukan identifikasi bakteri adalah untuk mengetahui apakah

bakteri uji yang digunakan adalah S. aureus dan E. coli. Identifikasi bakteri uji

dilakukan dengan uji gula (glukosa, laktosa, maltosa, sakarosa, manitol), NA, SC

(Simon Citrate), SIM (Sulfur Indol Motil) dan pengecatan Gram. Tujuan

dilakukan pengecatan Gram adalah untuk menentukan apakah bakteri uji

termasuk E. coli (Gram negatif) atau S. aureus (Gram positif).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

50

Menurut Kismiyati, Sri, Wahid dan Rahayu (2009), tujuan dilakukan uji

gula-gula dalam penelitian adalah untuk mendeterminasi kemampuan bakteri

dalam mendegradasi gula dan menghasilkan asam organik yang berasal dari tiap

jenis gula, yaitu glukosa, laktosa, manitol, maltosa, dan sakarosa. Menurut

Rostinawati (2008), hasil positif yang diperoleh pada uji gula-gula ditunjukkan

dengan adanya perubahan warna media gula-gula menjadi kuning dari warna

media sebelumnya. Hasil yang diperoleh pada uji gula-gula dalam penelitian

adalah media gula-gula tersebut berubah warna menjadi warna kuning setelah

diinkubasi selama 24 jam, baik pada bakteri S. aureus maupun E. coli.

Menurut Rostinawati (2008), hasil positif yang diperoleh pada uji motil

dalam media dapat dilihat dengan mengamati penyebaran pertumbuhan bakteri di

sekitar tusukan. Hasil yang diperoleh pada uji motil dalam penelitian adalah

adanya penyebaran bakteri di sekitar tusukan. Berdasarkan hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa koloni bakteri uji memiliki alat gerak yang menyebabkan

penyebaran bakteri pada media merata. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

bakteri tersebut bersifat fakultatif anaerob. Menurut Rostinawati (2008), hasil

positif pada uji indol ditunjukkan dengan cincin merah yang terdapat pada

permukaan media. Hasil yang diperoleh pada uji indol dalam penelitian adalah

terdapat cincin merah pada permukaan media. Menurut Cappucino dan Sherman

(cit. Rostinawati 2008), adanya produksi indol pada bakteri bertujuan untuk

mengetahui kemampuan bakteri mendegradasi asam amino esensial triptofan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

51

Produk metabolit yang dihasilkan dari triptofan adalah indol, asam urat dan

ammonia.

Menurut Dewi (2010) bakteri S. aureus memiliki bentuk coccus dan

berwarna ungu ketika dilakukan pengecatan Gram. Hasil yang diperoleh dari uji

identifikasi bakteri uji menunjukkan bahwa S. aureus memiliki sel berbentuk

bulat (coccus) dan koloninya menyerupai buah anggur serta berwarna ungu dapat

dilihat pada lampiran no. 6. Menurut Purwohadisantoso, Elok dan Ella, (2009),

bakteri E. coli memiliki bentuk batang pendek dan menghasilkan warna merah

ketika dilakukan pengecatan Gram. Hasil yang didapat dari uji identifikasi

bakteri uji menunjukkan bahwa pada bakteri E. coli memiliki warna merah

muda, selnya berbentuk batang (basil) dapat dilihat pada lampiran no. 7.

Berdasarkan pustaka yang diacu (Purwohadisantoso, Elok dan Ella, 2009),

(Dewi, 2010) dan hasil yang diperoleh oleh penulis dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa bakteri uji yang digunakan adalah benar bakteri S. aureus

dan E. coli.

G. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai

Terhadap S. aureus dan E. coli dengan Metode Difusi Sumuran

Uji ini merupakan uji pendahuluan yang bertujuan untuk memastikan

adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap

pertumbuhan S. aureus dan E. coli. Pengujian potensi antibakteri dilakukan

menggunakan metode difusi sumuran. Prinsip metode difusi yaitu senyawa uji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

52

ditempatkan dalam media padat yang sebelumnya sudah diinokulasikan bakteri

uji. Senyawa uji akan berdifusi ke dalam media dan akan menghambat

pertumbuhan bakteri.

Ekstrak etanol kulit batang pohon petai disiapkan terlebih dahulu lalu

dilarutkan menggunakan DMSO karena DMSO dapat melarutkan ekstrak etanol

kulit batang pohon petai dan aman digunakan untuk uji aktivitas antibakteri

sebab tidak menunjukkan adanya zona hambat ketika diujikan pada bakteri S.

aureus dan E. coli. Menurut Alfath, Vera, dan Sunnati (2013) DMSO juga

digunakan sebagai pelarut karena DMSO dapat berfungsi sebagai pelarut yang

cepat menyerap ke dalam ekstrak tanpa merusak ekstrak.

Pembuatan variasi konsentrasi (3,125%; 6,25%; 12,5%; 25%; 50%) dengan

melarutkan ekstrak etanol kulit batang pohon petai sebesar 2,5 gram dalam 5 mL

DMSO 5% (konsentrasi 50%). Konsentrasi 50% merupakan konsentrasi paling

besar. Konsentrasi paling besar ini akan menentukan empat konsentrasi di

bawahnya. Empat konsentrasi tersebut ditentukan dengan pengenceran sebesar

setengah dari konsentrasi sebelumnya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Efendi dan Triana (2013)

menggunakan DMSO 5% sebagai kontrol negatif untuk menguji aktivitas

antimikroba ekstrak etanol sarang semut terhadap Candida albicans, Escherichia

coli, dan Staphylococcus aureus. Hermawan, Hana, dan Wiwiek (2007)

menggunakan DMSO 10% sebagai kontrol negatif dalam penelitian tentang

pengaruh ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

53

Escherichia coli dengan metode difusi disk. Selain itu, dalam penelitian yang

dilakukan Nauman dan Muhammad (2003) dalam penelitiannya terkait skrinning

ekstrak metanol air terhadap aktivitas antibakteri dengan kontrol negatif adalah

DMSO 100% dengan bakteri uji Staphylococcus aureus, Bacillus cereus,

Corynebacterium bovis, Pasturella multocida dan Escherichia coli. Hasil yang

diperoleh dari penelitian di atas dengan kontrol negatif adalah DMSO 5%, 10%,

dan 100% adalah DMSO tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji.

Oleh sebab itu, peneliti melakukan orientasi menggunakan DMSO dengan

konsentrasi terkecil yaitu 1 %, 2%, dan 5% untuk melarutkan ekstrak etanol kulit

batang pohon petai dan digunakan sebagai kontrol pelarut. Hasil yang diperoleh

adalah DMSO 1% dan 2% belum bisa melarutkan ekstrak etanol kulit batang

pohon petai sebaik mungkin, sedangkan DMSO 5% dapat melarutkan ekstrak

etanol kulit buah petai dengan baik dan tidak menghambat pertumbuhan bakteri.

DMSO dengan konsentrasi 5% sudah dapat melarutkan ekstrak etanol kulit

batang pohon petai maka pada konsentrasi DMSO di atas 5% sudah pasti dapat

melarutkan ekstrak etanol kulit batang pohon petai. Pembuatan variasi

konsentrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi minimum dari ekstrak

etanol kulit batang pohon petai dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.

aureus dan E. coli. Hasil yang diperoleh Kurniawati (2014) menyatakan bahwa

ekstrak etanol kulit petai tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus

dan E. coli. Data diameter zona hambat yang diperoleh oleh peneliti disajikan

dalam tabel III.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

54

Tabel III menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang pohon petai

hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus sedangkan tidak

mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Ekstrak etanol kulit batang

pohon petai mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus karena adanya

perbedaan struktur dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif yang

mengakibatkan perbedaan kemampuan penetrasi ekstrak uji ke dalam bakteri

tersebut.

Tabel III. Diameter zona hambat yang dihasilkan seri konsentrasi

ekstrak etanol kulit batang pohon petai, kontrol positif dan kontrol negatif

terhadap S. aureus

Kelompok perlakuan Diameter zona hambat (mm)

(Rerata ± SD)

Konsentrasi ekstrak etanol kulit

batang pohon petai 50% 18.9 ± 2.4

Konsentrasi ekstrak etanol kulit

batang pohon petai 25% 17.1 ± 1.0

Konsentrasi ekstrak etanol kulit

batang pohon petai 12,5% 15.1 ± 1.6

Konsentrasi ekstrak etanol kulit

batang pohon petai 6,25% 11.3 ± 0.6

Konsentrasi ekstrak etanol kulit

batang pohon petai 3,125% 9.1 ± 0.5

Kontrol positif 35.1 ± 0.8

Kontrol negatif 0

NB: diameter zona hambat sudah dikurangi diameter sumuran 6 mm, n = 3

S. aureus (bakteri Gram positif) mempunyai struktur dinding sel dengan

banyak lapisan peptidoglikan dan memiliki sedikit lipid sedangkan bakteri E. coli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

55

(bakteri Gram negatif) memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks dimana

adanya membran luar yang melindungi peptidoglikan yaitu fosfolipid (lapisan

dalam) dan lipopolisakarida (lapisan luar) (Pratiwi, 2008). Oleh karena dinding

sel bakteri E. coli lebih kompleks mengakibatkan ekstrak etanol sulit menembus

dan merusak integritas dinding sel E. coli.

Kriteria kekuatan aktivitas antibakteri menurut Davis dan Stout (1971)

ditunjukkan pada tabel IV dan hasil penelitian ditunjukkan pada tabel V.

Berdasarkan tabel V, konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% dan 50% merupakan

konsentrasi efektif untuk menghambat bakteri S. aureus karena konsentrasi

tersebut menunjukkan aktivitas antibakteri termasuk kuat sehingga dapat

menghasilkan zona hambat yang besar.

Tabel IV. Kriteria kekuatan aktivitas antibakteri

Menurut Davis dan Stout (1971)

Diameter zona hambat Kekuatan aktivitas antibakteri

≤ 5 mm Lemah

5 – 10 mm Sedang

10 – 20 mm Kuat

> 20 mm Sangat kuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

56

Tabel V. Kriteria kekuatan aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang

pohon petai terhadap S. aureus

Hasil penelitian

Konsentrasi Diameter zona hambat Kekuatan aktivitas

antibakteri

3, 125% 9,1 ± 0,5 Sedang

6,25% 11,3 ± 0,6 Kuat

12,5% 15,1 ± 1,6 Kuat

25% 17,1 ± 1,0 Kuat

50% 18,9 ± 2,4 Sangat kuat

Kontrol negatif (DMSO) yang digunakan dalam penelitian ini tidak

menunjukkan zona hambat sehingga DMSO tidak mempunyai aktivitas

antibakteri dan aman digunakan dalam uji antibakteri. Kontrol negatif atau

kontrol pelarut bertujuan untuk melihat apakah pelarut yang digunakan untuk

melarutkan ekstrak memiliki aktivitas antibakteri atau tidak. Sedangkan kontrol

positif yang digunakan (amoksisilin) dalam penelitian ini menunjukkan zona

hambat dengan kekuatan daya antibakterinya sangat kuat. Amoksisilin digunakan

dalam penelitian karena memiliki spektrum yang luas dalam golongan penisilin.

Menurut McEvoy (cit., Sulistiyaningsih, 2007), amoksisilin digunakan untuk

mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif (E. coli)

dan Gram positif (S. aureus). Menurut Istiantoro dan Ganiswarna (cit.,

Sulistiyaningsih, 2007), mekanisme kerja amoksisilin menghambat pembentukan

peptidoglikan yang diperlukan untuk sintesis dinding sel bakteri. Selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

57

digunakan sebagai kontrol positif, amoksisilin juga digunakan sebagai kontrol

metode. Kontrol metode (amoksisilin) bertujuan untuk melihat aktivitas

antibakteri yang digunakan di pasaran sebagai terapi bagi penyakit yang

disebabkan karena bakteri dan untuk melihat apakah metode yang dilakukan

peneliti sudah benar atau belum.

Data diameter zona hambat ekstrak etanol kulit batang pohon petai

terhadap S. aureus yang diperoleh dari masing-masing variasi konsentrasi, kontrol

negatif, kontrol positif dianalisis secara statistik menggunakan Microsoft Excel

dengan rumus yang sesuai. Data tersebut diuji apakah terdistribusi normal atau

tidak menggunakan Shapiro-Wilk dan homogenitas data dengan uji Levene. Dari

kedua uji tersebut menunjukkan bahwa distribusi data diameter zona hambat tidak

normal dan data diameter zona hambat ekstrak etanol kulit batang pohon petai

tidak homogen. Oleh karena itu, analisis data dilanjutkan menggunakan analisis

non parametrik dengan uji Kruskal-Wallis bertujuan untuk melihat apakah antara

seri konsentrasi dengan kontrol positif dan kontrol negatif berbeda tidak

bermakna atau tidak. Kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc menggunakan

Mann Withney-Wilcoxon Test bertujuan untuk melihat perbedaan hasil diameter

zona jernih antara seri konsentrasi, kontrol positif, dan kontrol negatif. Mann

Withney-Wilcoxon Test ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh disajikan

dalam tabel VI.

Seri konsentrasi ekstrak etanol pada data tabel VI menunjukkan berbeda

bermakna secara statistik terhadap kontrol positif maupun kontrol negatif. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

58

kontrol negatif, seluruh seri konsentrasi mempunyai perbedaaan yang bermakna

terkait aktivitas hambat karena kontrol negatif tidak menghasilkan aktivitas

hambat.

Tabel VI. Hasil Mann Withney-Wilcoxon Test diameter zona hambat seri

konsentrasi ekstrak etanol, kontrol negatif, kontrol positif terhadap

Staphylococcus aureus

Kelompok

perlakuan

Kontrol

+

Kontrol

K.

50%

K.

25%

K.

12,5%

K.

6,25%

K.

3,125%

Kontrol + BTB

Kontrol – BB BTB

Konsentrasi

50% BB BB BTB

Konsentrasi

25% BB BB BTB BTB

Konsentrasi

12,5% BB BB BB BB BTB

Konsentrasi

6,25% BB BB BB BB BB BTB

Konsentrasi

3,125% BB BB BB BB BB BB BTB

Keterangan:

*BB = berbeda bermakna, BTB = berbeda tidak bermakna

*Rerata ± SD diameter zona hambat ekstrak etanol kulit batang pohon petai setiap

kelompok perlakuan : kontrol + (35,1 ± 0,8); kontrol – (0,0 ± 0,0); konsentrasi 50% (18,9

± 2,4); konsentrasi 25% (17,1 ± 1,0); konsentrasi 12,5% (15,1 ± 1,6), konsentrasi 6,25%

(11,3 ± 0,6); dan konsentrasi 3,125% (9,1 ± 0,5).

*K : Konsentrasi ekstrak etanol kulit batang pohon petai

Apabila membandingkan antar seri konsentrasi, meningkatnya daya hambat

sebanding dengan meningkatnya seri konsentrasi. Tetapi pada seri konsentrasi 25%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

59

dan 50%, data diameter zona hambat menunjukkan berbeda tidak bermakna atau

bisa dikatakan memiliki daya hambat yang sama antar kedua seri konsentrasi

tersebut. Selain itu, hasil ini juga menunjukkan bahwa pada konsentrasi yang lebih

besar (50%) tidak selalu daya hambatnya makin besar. Hal ini disebabkan karena

etanol yang digunakan untuk menyari senyawa kimia yang terkandung dalam kulit

batang pohon petai adalah etanol 70% dimana komposisi etanol 70% terdiri dari

etanol 70% dan air 30%. Menurut Djide (2004) mengatakan bahwa etanol dapat

menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 50 - 70% dan membunuh

pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 70%. Tersedianya molekul air dalam etanol

70% akan mempercepat proses penguapan dan proses penetrasi ke jaringan. Hal ini

didukung oleh fakta yang menyatakan bahwa alkohol absolut yang tidak

mengandung air, memiliki aktivitas antibakteri jauh lebih rendah dibandingkan

dengan alkohol yang mengandung air. Menurut Sulistiyaningsih (2010) mekanisme

kerja alkohol dengan mendenaturasi protein. Hal ini disebabkan karena pada proses

denaturasi protein memerlukan air pada konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, variasi

konsentrasi ekstrak etanol dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan daya

hambatnya tidak lebih baik dibandingkan dengan kontrol positif. Berdasarkan hasil

yang diperoleh menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit batang pohon petai

mempunyai potensi antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus. Kemudian

dilanjutkan dengan mengukur kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh

minimum (KBM) dari ekstrak etanol kulit batang pohon petai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

60

H. Pengukuran Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum

(KBM) Ekstrak Etanol Kulit Batang Pohon Petai Terhadap S. aureus dengan

Metode Dilusi Cair

Seri konsentrasi dalam pengukuran KHM dan KBM diperoleh dari

konsentrasi terkecil ekstrak etanol kulit batang pohon petai yang mampu

menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan metode difusi sumuran yang

mempunyai zona hambat yang lebih besar dari kontrol negatif (DMSO) yaitu

3,125%. Prinsip metode dilusi yaitu pengenceran senyawa uji antibakteri sehingga

diperoleh beberapa konsentrasi. Seri konsentrasi yang digunakan 0,782%; 1,563%;

3,125%; 6,25%; 12,5%; 15,625%; 18,750%; 21,875%; 25% dan 50%. Uji dilusi

cair ini hanya dilakukan terhadap bakteri S. aureus karena bakteri E.coli tidak

memiliki zona hambat pada uji difusi sumuran. Senyawa uji memiliki daya

antibakteri apabila nilai kekeruhan yang dimiliki media uji sama atau lebih kecil

dibandingkan dengan kontrol pertumbuhan. Uji dilusi cair dilakukan tiga kali

replikasi.

Penentuan KHM dan KBM dilakukan secara kuantitatif dengan

mengukur Optical Density (OD) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Prinsip

spektrofotometri UV-Vis berdasarkan hukum Lambert-Beer, yaitu suatu cahaya

monokromatis dilewatkan melalui suatu media, maka bertambah-turunnya

intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan tebal dan kepekaan media

yang digunakan (Yanlinastuti, Dian, Fatimah, dan Yusuf, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

61

Parameter Optical Density (OD) yang digunakan adalah absorbansi. Seri

konsentrasi ditambahkan ke dalam media MHB lalu ditambahkan suspensi bakteri

ke dalam media uji yang telah terdapat ekstrak etanol. Tabung yang berisi media

uji (MHB, ekstrak etanol dan suspensi bakteri) divortex lalu diukur Optical

Density (OD) menggunakan spektrofotometer (λ 480 nm). Tabung yang berisi

media, ekstrak etanol kulit batang pohon petai tersebut diinkubasi selama 18-24

jam dengan suhu 370C dalam inkubator. Setelah 18-24 jam inkubasi, tabung diukur

Optical Density (OD) menggunakan spektrofotometer (λ 480 nm). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010), panjang gelombang 480 nm

menunjukkan bahwa nilai absorbansi terhadap seri konsentrasi kultur bakteri

dengan ketelitian tertinggi dibandingkan dengan panjang gelombang lainnya.

Pengukuran Optical Density (OD) dilakukan sebelum dan setelah inkubasi dimana

selisih dari kedua nilai tersebut digunakan untuk menentukan pertumbuhan bakteri.

Jumlah koloni bakteri dapat diukur dengan kekeruhan (turbiditas) kultur. Semakin

keruh media uji maka makin banyak jumlah bakteri yang tumbuh. Cahaya yang

dipancarkan pada spektrofotometer akan mengenai sel bakteri sehingga sebagian

cahaya akan diserap dan sebagian diteruskan. Banyaknya cahaya yang diabsorbsi

sebanding dengan banyaknya sel bakteri pada batas-batas tertentu (Purwoko, 2007;

Dewi, 2010). Tabel VII adalah data hasil uji kekeruhan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Data yang ditampilkan pada tabel VII merupakan data

yang paling baik dari ketiga data yang didapatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

62

Tabel VII menunjukkan bahwa konsentrasi 21,875%, 25% dan 50%

menghasilkan nilai ∆OD sebesar nol. Nilai ΔOD nol ini menyatakan bahwa tidak

ada perubahan nilai absorbansi sebelum dan setelah inkubasi. Nilai ΔOD ≥ 0

menunjukkan masih terdapat pertumbuhan bakteri dengan meningkatnya nilai

absorbansi. Adanya pertumbuhan bakteri berarti menunjukkan konsentrasi ekstrak

etanol tersebut belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Konsentrasi

21,875%, 25% dan 50% dilanjutkan uji penegasan apakah ketiga konsentrasi

tersebut termasuk KHM atau KBM.

Tabel VII. Hasil pengukuran absorbansi pada penentuan KHM dan KBM

ekstrak etanol kulit batang pohon petai terhadap bakteri S. aureus

No. Konsentrasi

(%)

Optical Density (OD) ΔOD

(Abs) Sebelum inkubasi Setelah inkubasi

1. 0,782 0,2406 1,6082 1,3676

2. 1,563 0,4312 1,7579 1,3267

3. 3,125 1,5535 2,4662 0,9127

4. 6,25 2,5331 3,1652 0,6321

5. 12,5 3,6123 3,9133 0,301

6. 15,625 3,9133 4,0163 0,103

7. 18,750 3,9133 3,9990 0,0857

8. 21,875 3,9999 3,9999 0

9. 25 3,9133 3,9133 0

10. 50 3,9133 3,9133 0

n = 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

63

Keterangan:

A: konsentrasi ekstrak etanol kulit batang pohon petai 21,875 %;

B: konsentrasi ekstrak etanol kulit batang pohon petai 25 %;

C: konsentrasi ekstrak etanol kulit batang pohon petai 50 % Gambar 14. Hasil penegasan KHM dan KBM

Hasil dari uji penegasan pada media MHA (Gambar 14) yang distreak

dengan konsentrasi 21,875%, 25%, dan 50% menunjukkan bahwa ketiga

konsentrasi tersebut tumbuh bakteri sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga

bakteri tersebut hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Jadi, konsentrasi

terkecil ekstrak etanol kulit batang pohon petai yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (KHM) adalah konsentrasi 21,875%

dan pada konsentrasi ini, Kadar Bunuh Minimal (KBM) belum diperoleh.

a

b

c

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan uji tabung yang dilakukan, ekstrak etanol kulit batang

pohon petai mengandung flavonoid, alkaloid, fenolik, dan terpenoid

2. Ekstrak etanol kulit batang pohon petai mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S. aureus, tetapi tidak mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap E. coli.

3. Kadar Hambat Minimal (KHM) ekstrak etanol kulit batang pohon

petai terhadap bakteri S. aureus adalah pada konsentrasi 21,875%.

Pada konsentrasi 21,875%, Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak

etanol kulit batang pohon petai terhadap S. aureus belum didapatkan.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian tentang uji penegasan senyawa kimia

yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit batang pohon petai

menggunakan KLT preparative yang dilanjutkan dengan uji

bioautografi insitu (bioautografi kontak).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

65

Daftar Pustaka

Adi, L. T., 2008, Tanaman Obat dan Jus Untuk Mengatasi Penyakit Jantung,

Hipertensi, Kolesterol, PT Agromedia Pustaka, Jakarta, hal 141.

Agnes, Lois, Aning, dan Nani, 2013, Ekstraksi Kulit Petai Sebagai Sumber

Antioksidan Alami Dengan Metode Domestic Microwave Maceration,

Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Volume 11 (5), 237 – 242.

Alfath, C.R., Vera, Y., dan Sunnati, 2013, Antibacterial Effect Of Granati Fructus

Cortex Extract On Streptococcus Mutans In Vitro, Journal of Dentistry

Indonesia, Vol. 20, No. 1,5 – 8.

Ardiansyah, 2007 in Marliana dan Chairul, 2011, Uji Fitokimia dan Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana, Etil Asetat dan Metanol

Dari Buah Labu Air (Lagenari siceraria (Molina) Standl), Jurnal Kimia

Mulawarman,Volume 8 Nomor 2, Samarinda, hal. 28.

Arisandi, 1990 in Anwar, L., 2014, Uji Pendahuluan Fitokimia, Karya Ilmiah,

Indramayu, hal. 3.

Azizi, C. Y. M., Salman, Nik, dan Mohd, 2006, Extraction and Identification of

Compounds From Parkia Speciosa Seeds by Supercritical Carbon Dioxide,

Journal of Chemical and Natural Resources Engineering, University

Technology Malaysia, hal. 153 – 163.

Cappucino dan Sherman, 1983 in Rostinawati, T., 2008, Skrining dan Identifikasi

Bakteri Penghasil Enzim Kitinase dari Air Laut di Perairan Pantai Pondok

Bali, Penelitian Mandiri, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,

Jatinangor, hal. 30.

Davis and Stout, 1971, Disc Plate Methode of Microbiological Antibiotic Assay,

Journal of Microbiology, Vaol. 22, No. 4, 666 – 670.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, Edisi 1,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 4-6.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, hal. 7, 1036.

Depkes RI,. 1995, Materi Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, hal. xvii.

Dewi, F.K., 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda

citrifolia, L.) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar, Skripsi, 3-8, 20,

Universitas Sebelas Maret, Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1996, Inventaris Tanaman

Obat Indonesia, Jilid 1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta, hal. 357.

Djide, N., 2004, Mikrobiologi Farmasi, Laboratorium Mikrobiologi Farmasi

Fakultas MIPA UNHAS Makasar, hal. 77, 84, 86, 110-119, 153-157, 202-

203.

Dwidjoseputro, D., 1994, Dasar-dasar mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Edeoga, H.O., Okwu, and Mbaebre, B., 2005, Phytochemical Constituent of Some

Nigerian Medicinal Plants, Afr Journal of Biotechnology, 4:685-688.

Efendi, Y. N. dan Triana, H., 2013, Potensi Antimikroba Ekstrak Etanol Sarang

Semut (Myrmecodia tuberosa Jack.) Terhadap Candida albicans,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

66

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, Traditional Medicine Journal,

Volume 18 (1), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hal. 53 – 58.

Fessenden, R. J. dan Joan S. F., 1986, Organic Chemistry, Third Edition,

diterjemahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, hal. 259-260, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Harborne, J., 1996, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, Cetakan kedua, Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro.,

ITB, Bandung, hal. 23 – 24.

Hargono, D., 1986. Sediaan Galenik, Depkes RI., Jakarta, hal. 1 -7.

Hermawan, A., Hana, E., dan Wiwiek, T., 2007, Pengaruh Ekstrak Daun Sirih

(Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk, Artikel Ilmiah, Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya, hal. 3 – 6.

Istiantoro, YH., dan Vincent H.S. Ganiswarna, 2002 in Sulistiyaningsih, Rr.,

2007, Pengujian Potensi Sediaan Injeksi Kering Amoksisilin Dalam Aqua

Pro Injeksi Pada Variasi Suhu Penyimpanan dan Konsentrasi, Laporan

Penelitian, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Jawetz, Melnick, Adelberg, Brooks, Butel, and Ornston, 2005, Mikrobiologi

Kedokteran. Edisi ke-20, EGC, Jakarta, hal. 211,213,215.

Jones, W. P. and Kinghorn, A.D., 2006. Extraction of Plant Secondary

Metabolites, In: Sarker, S. D., Latif, Z. and Gray, A. I., eds. Natural

Products Isolation. 2nd Ed. New Jersey: Humana Press. P.341-342.

Kamisah, Y., Faizah Othman, Hj Mohd Saad Qodriyah, and Kamsiah Jaarin,

2013, Review Article : Parkia speciosa Hassk.: A Potential Phytomedicine,

hal. 1-10.

Kismiyati, Sri, Wahid, dan Rahayu, 2009, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram

Negatif Pada Luka Ikan Maskoki (Carassius Auratus) Akibat Infestasi

Ektoparasit Argulus Sp., Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Volume I,

No. 2, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya,

hal. 132.

Kumalasari, E. dan Sulistyani, N., 2011, Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol

Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) Terhadap Candida

albicans serta Skrining Fitokimia, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 1 (2): 51 –

62.

Kurniawati, D. A., 2014, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai (Parkia

speciosa Hassk.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus

aureus, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor, hal. 6-35.

Kusmayanti, dan Agustini, N. W. R., 2007, Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari

Mikroalga (Porphyridium cuentum), Biodiversitas, Vol 8 (1), hal. 48-53.

Lenny, S., 2006, Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, Dan Alkaloida, karya

ilmiah, Universitas Sumatera Utara, Medan, hal 14-21.

Mahardika, C., 2013, Fraksionasi Ekstrak Kulit Petai Berpotensi Antioksidan,

Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor, hal. 5 – 28.

Mardiastuti H. W., Anis, K., Ariyani, K., Ikaningsih, dan Retno, K., 2007,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

67

Emerging Resistance Pathogen : Situasi Terkini di Asia, Eropa, Amerika

Serikat, Timur Tengah dan Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia

Volume 57, Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, hal. 76.

Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan

Padmawinata, ITB Press, Bandung, hal. 23 - 24, 42 – 43.

Marlinda, M., Meiske, S., dan Audy, D.W., 2012, Analisis Senyawa Metabolit

Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea

americana Mill), Jurnal MIPA UNSRAT, Manado, hal. 27.

McEvoy, 2002 in Sulistiyaningsih, Rr., 2007, Pengujian Potensi Sediaan Injeksi

Kering Amoksisilin Dalam Aqua Pro Injeksi Pada Variasi Suhu

Penyimpanan dan Konsentrasi, Laporan Penelitian, Universitas

Padjadjaran, Bandung.

MC Murry, 2004; Marliana dan Chairul, 2011, Uji Fitokimia dan Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana, Etil Asetat dan Metanol

Dari Buah Labu Air (Lagenari siceraria (Molina) Standl), Jurnal Kimia

Mulawarman, Volume 8 Nomor 2, Samarinda, hal. 28 - 29.

Miroslav, V. 1971. Detection and Identification of Organic Compound, New

York: Planum Publishing Corporation and SNTC Publishers of Technical

Literatur.

Nitisapto dan Siradz, 2005 in Mahatriny, N. N., Payani, Oka dan Astuti, 2014,

Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) yang

diperoleh daerah Ubud , Kabupaten Gianyar, Bali, Skripsi, Universitas

Udayana Bali, hal. 9.

Nuria, M.C., Arvin, F., Sumantri, 2009, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol

Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus

aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi

ATCC 1408, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Gajah

Mada,Yogyakarta, hal. 7 – 10.

Padmasari, P.D., Astuti, K.W., dan Warditiani, N.K., 2013, Skrining Fitokimia

Ekstrak Etanol 70% Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.), Jurnal

Farmasi Udayana, Bali, hal. 2 – 4.

Plantamor, 2008, Klasifikasi Botani Petai, http://www.plantamor.com/index.

php?plant=955, diakses tanggal 4 Mei 2014

Pramono, 2005 in Ma’mun, dkk., 2006, Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak

Purwoceng,

http://herbalnet.healthrepository.org/bitstream/123456789/2578/1/5d.pdf,

diakses tanggal 20 November 2014.

Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, hal. 136 - 147.

Purwohadisantoso, K., Elok, Z., dan Ella, S., 2009, Isolasi Bakteri Asam Laktat

dari Sayur Kubis yang Memiliki Kemampuan Penghambatan Bakteri

Patogen (Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Escherichia coli,

dan Salmonella thypimurium), Jurnal Teknologi Pertanian, Volume 10,

Nomor 1, 19 – 27, Universitas Brawijaya, Malang.

Purwoko, 2007 in Dewi, F.K., 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah

Mengkudu (Morinda citrifolia, L.) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

68

Segar, Skripsi, 3 – 8, Universitas Sebelas Maret, Yogyakarta.

Radji, M., 2009, buku ajar mikrobiologi panduan mahasiswa farmasi dan

kedokteran, EGC, Jakarta, hal. 125, 127, 179-181, dan 184.

Riskesdas, 2007, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 10.

Robinson, T., 1991, Kandungan Organic Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB,

bandung, p.132.

Robinson, T., 1995, Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi,

diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung, hal. 45

– 46.

Rostinawati, T., 2008, Skrining dan Identifikasi Bakteri Penghasil Enzim Kitinase

dari Air Laut di Perairan Pantai Pondok Bali, Penelitian Mandiri, Fakultas

Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, hal. 30.

Sabir, A. 2008. In Vitro Antibacterial Activity Of Flavonoids Trigona Sp Propolis

Against Streptococcus Mutans, http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/

DENTJ-38-3-08.pdf, diakses tanggal 23 September 2014.

Sakunpak, A. dan Panichayupakaranant, 2012, Antibacterial Activity of Thai

Edible Plants Against Gastrointestinal Pathogenic Bacteria and Isolation of

a New Broad Spectrum Antibacterial Polyisoprenylated Benzophenone,

Chamuangone, Food Chemistry, 130:826 – 831.

Salni, Hanifa, M., dan Ratna, W. M., 2011, Isolasi Senyawa Antibakteri Dari

Daun Jengkol (Pithecolobium lobatum Benth) dan Penentuan Nilai KHM-

nya, Jurnal Penelitian Sains, Vol. 14, 40, Universitas Sriwijaya, Sumatera

Selatan.

Sardjono, T.W., 2009, Strategi Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit

Parasitik di Masyarakat, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 59,

Malang.

Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Indentifikasi Flavonoid Dari Daun Dewandaru

(Eugenia uniflora L.), Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta.

Soegihardjo, C. J., 2013, Farmakognosi, PT Citra Aji Parama, Yogyakarta, hal

10-11,45,50-57.

Subramani, 2002 in Rosidah dan Afizia, 2012, Potensi Ekstrak Daun Jambu Biji

Sebagai Antibakterial Untuk Menanggulangi Serangan Bakteri Aeromonas

Hydrophila Pada Ikan Gurame (Osphronemus oouramy lacepede), Jurnal

Kuatika, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sulistiyaningsih, Rr., 2010, Uji kepekaan beberapa sediaan antiseptic terhadap

bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus resisten

Metisilin (MRSA), http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2010/11/pdf, diakses tanggal 17 Februari 2015.

Suparjo, 2008 in Marliana dan Chairul, 2011, Uji Fitokimia dan Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana, Etil Asetat dan Metanol

Dari Buah Labu Air (Lagenari siceraria (Molina) Standl), Jurnal Kimia

Mulawarman, Volume 8 Nomor 2, Samarinda, hal. 65.

Yanlinastuti, Anggraini, D., Fatimah, S., dan Yusuf, N., 2011, Penentuan Kadar

Zirkonium Dalam Paduan U-ZR Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

69

dengan Pengompleks Arsenazo III, Seminar Nasional, Sekolah Tinggi

Teknologi Nuklir, Yogyakarta, hal. 567 – 568.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

70

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

71

Lampiran 1. Surat Keterangan Keaslian Tanaman Petai (Parkia speciosa Hassk)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

72

Lampiran 2. Surat Izin Melakukan Penelitian di Laboratorium Balai Kesehatan

Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

73

Lampiran 3. Sertifikat hasil uji Staphylococcus aureus ATCC 25923

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

74

Lampiran 4. Sertifikat hasil uji Escherichia coli ATCC 25922

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

75

Lampiran 5. Pereaksi-pereaksi yang digunakan untuk uji fitokimia

FeCl3 10% dan

FeCl3 1%

Mayer dan

Dragendorf

KOH LP

H2SO4 Pekat

NaOH LP

HCL 2N

Larutan uji

Mayer dan

Dragendorf

FeCl3 10% dan

FeCl3 1%

NaOH LP

KOH LP

Kloroform

H2SO4 Pekat

Pereaksi Mayer dan

Dragendorff

FeCl3 10% dan

FeCl3 1%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

76

Lampiran 6. Hasil Uji Identifikasi S. aureus

NB: a: glukosa, b: laktosa, c: manitol, d: maltosa, e: sakarosa.

a b c d e

Ada endapan hitam pada

media geolitik

Ada kabut putih pada media

Enrich

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

77

NA miring SIM (Sulfur Indol Motil)

SC (Simon Citrate)

f g

h

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

78

Hasil identifikasi bakteri S. aureus dengan uji gula-gula

Label Gula-gula Sebelum inkubasi

24 jam (Warna)

Setelah inkubasi 24

jam (Warna) Keterangan

A Glukosa Kuning

Bagian atas

berwarna kuning,

dan bawahnya

berwarna jingga Positif karena

terjadi

perubahan

warna

B Laktosa Ungu Kuning

C Manitol Hijau Jingga

D Maltosa Merah Kuning

E Sakarosa Biru Kuning

F Na Bening

Kekuningan Sedikit hitam

Negatif karena

perubahan

warna yang

terjadi tidak

sesuai sehingga

dilakukan uji

DNAse

G SIM Bening

Kekuningan

Ada gelembung

atau motil

H SC Hijau Sedikit hitam

Hasil uji DNAse

Uji DNAse sebagai proses aglutinase,

Hasil positif karena terjadi gumpalan.

Hasil Pengecatan Gram

Positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

79

Lampiran 7. Uji Identifikasi Bakteri Escherichia coli

NB: a: glukosa, b: laktosa, c: manitol, d: maltosa, e: sakarosa.

Ada gelembung gas dari tabung

Durham yang ada di dalam

tabung reaksi media BGLD

a b c d e

Ada warna hijau kebiruan

menunjukkan tersangka adalah

Escherichia coli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

80

SIM (Sulfur Indol Motil) SC (Simon Citrate)

Hasil identifikasi bakteri E. aureus dengan uji gula-gula

Label Gula-gula Sebelum inkubasi

24 jam (Warna)

Setelah inkubasi 24

jam (Warna) Keterangan

A Glukosa Kuning

Bagian atas

berwarna kuning,

dan bawahnya

berwarna jingga Positif karena

terjadi

perubahan

warna

B Laktosa Ungu Kuning

C Manitol Hijau Jingga

D Maltosa Merah Kuning

E Sakarosa Biru Kuning

F SC Hijau Kuning kecoklatan

Negatif karena

tidak berubah

warna menjadi

biru

G SIM Bening

Kekuningan

Permukaan

berbentuk cincin

jingga (indol), agak

hitam (sulfur) dan

terbentuk

gelembung yang

melebar (motil)

f g

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

81

Hasil Pengecatan Gram

negatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

82

Lampiran 8. Uji aktivitas antimikroba difusi sumuran terhadap S. aureus

a b c

d e f

g h i

j

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

83

Keterangan :

Label Plate

A Lima seri konsentrasi replikasi I

B Kontrol pertumbuhan replikasi I

C Kontrol positif dan negatif replikasi I

D Lima seri konsentrasi replikasi II

E Kontrol pertumbuhan replikasi II

F Kontrol positif dan negatif replikasi II

G Lima seri konsentrasi replikasi III

H Kontrol pertumbuhan replikasi III

I Kontrol positif dan negatif replikasi III

J Kontrol kontaminasi media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

84

Lampiran 9. Uji aktivitas antimikroba difusi sumuran terhadap E. coli

a b c

d e f

g h i

j

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

85

Keterangan :

Label Plate

A Lima seri konsentrasi replikasi I

B Kontrol positif dan negatif I

C Kontrol pertumbuhan replikasi I

D Lima seri konsentrasi replikasi II

E Kontrol positif dan negatif II

F Kontrol pertumbuhan replikasi II

G Lima seri konsentrasi replikasi III

H Kontrol positif dan negatif III

I Kontrol pertumbuhan replikasi III

J Kontrol kontaminasi media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

86

Lampiran 10. Hasil Pengukuran diameter zona hambat ekstrak etanol kulit batang

pohon petai

1. Terhadap bakteri S. aureus

Konsentrasi

(%) X1 X2 X3 X4 X5 X5 X6

Diameter I

(mm) 8,6 10,6 14,3 17,3 19,3 36 0

Diameter II

(mm) 9 12 17 18 21 34.3 0

Diameter III

(mm) 9,6 11,3 14 16 16,3 35 0

SD ± Rata-

Rata

9,1 ±

0.5

11,3 ±

0,6

15,1 ±

1,6

17,1 ±

1,0

18,8 ±

2,4

35.1 ±

0.8 0

2. Terhadap bakteri E. coli

Konsentrasi

(%) X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Diameter I

(mm) 0 0 0 0 0 34 0

Diameter II

(mm) 0 0 0 0 0 34.3 0

Diameter III

(mm) 0 0 0 0 0 35 0

SD ± Rata-

Rata 0 0 0 0 0

34.4 ±

0.5 0

NB : X1: konsentrasi 3,125%; X2: konsentrasi 6,25%; X3: konsentrasi 12,5%;

X4: konsentrasi 25%; X5: konsentrasi 50%; X6: kontrol positif; X7: kontrol

negatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

87

Lampiran 11. Hasil perhitungan statistik zona hambat ekstrak etanol kulit Batang

pohon petai terhadap S. aureus

Uji Distribusi Normal dengan Shapiro-Wilk

1. H0 : data terdistribusi normal

H1 : data tidak terdistribusi normal

2. Taraf kepercayaan, α : 0,05

3. Wilayah Kritis

=

Keterangan :

D = Berdasarkan rumus di bawah

= Koefisient test Shapiro Wilk

X n-i+1 = Angka ke n – i + 1 pada data

X i = Angka ke i pada data

D =

Keterangan :

X I = Angka ke I pada data

= Rata-rata data

T (α ; n) = T (0,05 ; 3) = 0,05 ; 0,767

Ho diterima jika T hitung < Ttabel maka distribusi data normal (DN)

Ho ditolak jika T hitung > Ttabel maka distribusi data tidak normal (DTN)

1 Kontrol positif

Xi - rata (Xi - rata)^2

1 36 34,333 -0,778 0,605284

2 34,333 35 -0,111 0,012321

3 35 36 0,889 0,790321

Jumlah 105,333

D 1,407926

Rata-rata 35,111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

88

Hitung Nilai T

I Ai

X n – I +

1 - Xi

ai (X n – I

+ 1 – Xi)

[∑ai (X n – I +

1 – Xi)]^2 1/D * [∑ai (X n – I + 1 – Xi)]^2

1 0,7071 1,667 1,179

Jumlah

1,179 1,389 0,987 DTN

2 Kontrol negatif

Xi - rata (Xi - rata)^2

1 0 0 0 0

2 0 0 0 0

3 0 0 0 0

Jumlah 0

D 0

Rata-rata 0

Hitung Nilai T

I Ai

X n – I +

1 - Xi

ai (X n – I

+ 1 – Xi)

[∑ai (X n – I +

1 – Xi)]^2 1/D * [∑ai (X n – I + 1 – Xi)]^2

1 0,7071

0 - 0 =

0 0

Jumlah 0 0 #DIV/0!

#DIV

/0!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

89

3 Kadar 50%

Xi - rata (Xi - rata)^2

1 19,333 16,333 -2,556 6,531

2 21 19,333 0,444 0,197

3 16,333 21 2,111 4,458

Jumlah 56,666 D 11,187

Rata-

rata 18,889

Hitung Nilai T

I Ai

X n – I +

1 - Xi

ai (X n – I

+ 1 – Xi)

[∑ai (X n – I +

1 – Xi)]^2 1/D * [∑ai (X n – I + 1 – Xi)]^2

1 0,7071 4,667 3,300

Jumlah 3,300 10,890 0,974 DTN

4 Kadar 25%

Xi - rata (Xi - rata)^2

1 17,333 16 -1,111 1,234

2 18 17,333 0,222 0,049

3 16 18 0,889 0,790

Jumlah 51,333 D 2,074

Rata-

rata 17,111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

90

Hitung Nilai T

I Ai

X n – I +

1 - Xi

ai (X n – I

+ 1 – Xi)

[∑ai (X n – I +

1 – Xi)]^2 1/D * [∑ai (X n – I + 1 – Xi)]^2

1 0,7071 2 1,414

Jumlah 1,414 2,000 0,964 DTN

5 Kadar 12,5%

Xi - rata (Xi - rata)^2

1 14,333 14 -1,111 1,234

2 17 14,333 -0,778 0,605

3 14 17 1,889 3,568

Jumlah 45,333 D 5,408

Rata-

rata 15,111

Hitung Nilai T

i Ai

X n – I +

1 - Xi

ai (X n – I

+ 1 – Xi)

[∑ai (X n – I +

1 – Xi)]^2 1/D * [∑ai (X n – I + 1 – Xi)]^2

1 0,7071 3 2,121

Jumlah 2,121 4,500 0,832 DTN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

91

6 Kadar 6,25%

Xi - rata (Xi - rata)^2

1 10,667 10,667 -0,666 0,444

2 12 11,333 0,000 0,000

3 11,333 12 0,667 0,444

Jumlah 34 D 0,888

Rata-

rata 11,333

Hitung Nilai T

i Ai

X n – I +

1 - Xi

ai (X n – I

+ 1 – Xi)

[∑ai (X n – I +

1 – Xi)]^2 1/D * [∑ai (X n – I + 1 – Xi)]^2

1 0,7071 1,333 0,943

Jumlah 0,943 0,888 1,000 DTN

7 Kadar 3,125%

Xi - rata (Xi - rata)^2

1 8,667 8,667 -0,444 0,197

2 9 9 -0,111 0,012

3 9,667 9,667 0,556 0,309

Jumlah 27,334 D 0,519

Rata-

rata 9,111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

92

Hitung Nilai T

i Ai

X n – I +

1 - Xi

ai (X n – I

+ 1 – Xi)

[∑ai (X n – I +

1 – Xi)]^2 1/D * [∑ai (X n – I + 1 – Xi)]^2

1 0,7071 1 0,7071

Jumlah 0,7071 0,500 0,964 DTN

Konsentrasi 50% data terdistribusi normal dan kontrol positif, konsentrasi 25%, konsentrasi 12,5%, konsentrasi 6,25%,

konsentrasi 3,125% data tidak terdistribusi normal, Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak semua data terdistribusi normal,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

93

Uji Homogenitas dengan Levene’s Test

1. Menentukan Hipotesa

Ho : σ1 = σ2 = σ3 = σ4 = σ5 = σ6 = σ7 (Semua variansi sama)

H1 : Tidak semua variansi sama

2. Dengan α = 0,05

3. Statistik Uji

F Levene =

K : Jumlah kelompok

N : Jumlah semua sampel (n1 + n2 + n3 + n4 + n5 + n6 + n7 )

n : Jumlah sampel per kelompok

Di : Xi –

Xi : Diameter zona hambat kelompok ke-i

: Rata-rata diameter zona hambat kelompok ke-i

: Rata-rata Dij untuk perlakuan ke i

: Rata-rata semua Dij

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

94

Kelompok

kontrol

positif

Kadar

50%

Kadar

25%

Kadar

12,5%

Kadar

6,25%

Kadar

3,125%

kontrol

negatif

Replikasi I 36 19,3 17,3 14,3 10,6 8,6 0

Replikasi II 34,3 21,0 18 17 12 9 0

Replikasi III 35 16,3 16 14 11,3 9,6 0

Mean A 35,1 18,8 17,1 15,1 11,3 9,1 0

N 3 3 3 3 3 3 3

D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7

Replikasi I 0,8 0,4 0,2 0,7 0,6 0,4 0

Replikasi II 0,7 2,1 0,8 1,8 0,6 0,1 0

Replikasi III 0,1 2,5 1,1 1,1 0 0,6 0

Mean B 0,6 1,7 0,7 1,3 0,4 0,37 0

AA 0,73

n(Bx-AA)^2 0,057 2,844 0 0,840 0,245 0,388 1,6

TOTAL 5,973

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

95

(D1 -

B1)^2

(D2 -

B2)^2

(D1 -

B1)^2

(D1 -

B1)^2

(D1 -

B1)^2

(D1 -

B1)^2

(D1 -

B1)^2

Replikasi I 0,088 1,586 0,269 0,232 0,049 0,005 0,000

Replikasi

II 0,034 0,166 0,022 0,396 0,049 0,067 0,000

Replikasi

III 0,232 0,726 0,137 0,022 0,197 0,034 0,000

TOTAL 4,313

F Levene =

=

=

= 3,2321

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

96

4. Menentukan wilayah kritis :

Ho ditolak jika, FLevene ≥ Fα (K – 1, N – K)

F 0,05 (6,14) = 2,85

FLevene = 3,2321 ,

F Levene > F 0,05 (6,14)

Jadi, Ho ditolak, tidak semua variansi sama,

*Karena tidak semua variansi sama, maka analisis dilanjutkan dengan metode non parametrik Kruskal Wallis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

97

Uji Kruskal Wallis

1. Menentukan Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok (Ho : μ1 = μ2 = μ3 = μ4

= μ5 = μ6 = μ7),

H1 : Ada perbedaan bermakna antara kelompok (H1 : μ1 # μ2 # μ3 # μ4 # μ5

# μ6 # μ7),

2. Jumlah kelompok (k) = 7 kelompok, maka untuk k >3 dan >5 menggunakan

tabel chi square, df = k – – 1 = 6

N (total n) = 21

3. Hitung nilai dari statistik uji

Perhitungan data menggunakan Excel,

Konsentrasi

(%) 3,125 6,125 12,5 25 50

Kontrol

positif

Kontrol

negatif

Diameter I

(mm) 8,667 10,667 14,333 17,333 19,333 36 0

Diameter II

(mm) 9 12 17 18 21 34,333 0

Diameter III

(mm) 9,667 11,333 14 16 16,333 35 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

98

No

Diameter

zona

hambat

(mm)

Urutan

data Kelompok Rangking

Urutan

rangking

1 0 0 - 1 2

2 0 0 - 1 2

3 0 0 - 1 2

4 8,667 8,667 3,13% 4 4

5 9 9 3,13% 5 5

6 9,667 9,667 3,13% 6 6

7 10,667 10,667 6,25% 7 7

8 12 11,333 6,25% 8 8

9 11,333 12 6,25% 9 9

10 14,333 14 12,50% 10 10

11 17 14,333 12,50% 11 11

12 14 16 25% 12 12

13 17,333 16,333 50% 13 13

14 18 17 12,50% 14 14

15 16 17,333 25% 15 15

16 19,333 18 25% 16 16

17 21 19,333 50% 17 17

18 16,333 21 50% 18 18

19 36 34,333 Kontrol + 19 19

20 34,333 35 Kontrol + 20 20

21 35 36 Kontrol + 21 21

R1 (-) R2

(3,125%)

R3

(6,25%)

R4

(12,5%)

R5

(25%)

R6

(50%) R7 (+)

Replikasi 1 2 4 7 10 12 13 19

Replikasi 2 2 5 8 11 15 17 20

Replikasi 3 2 6 9 14 16 18 21

∑R 6 15 24 35 43 48 60

∑R ^2 36 225 576 1225 1849 2304 3600

∑(R ^2)/3 12 75 192 408,333 616,333 768 1200

Urutan 6 15 24,5 34 43 48,5 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

99

Total ∑(R ^2)/3 = 3271,667

R1<R2<R3<R4<R5<R6<R7

R : Ranking

N : total sampel

T = - 3 (N + 1)

= - 3 (21 + 1)

= - 3 (22)

= 84,978 – 66

= 18,978

4. Nilai kritis

df = k – 1 – chi square = 12,592 dengan nilai taraf

kepercayaan = 95%,

Jadi, t tabel < t hitung, sehingga Ho ditolak, Oleh karena itu, ada perbedaan bermakna

antara kelompok,

Kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc menggunakan Mann Withney-

Wilcoxon Test untuk melihat kebermaknaan dalam perbedaan hasil diameter

zona jernih tiap konsentrasi dengan konsentrasi lain, kontrol positif, dan

kontrol negatif,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

100

Mann whitney-Wilcoxon test

Untuk uji ini, dengan sampel n1≤8 dan n2 ≤ 8, menggunakan rumus

U1 =

U2 =

Kemudian, untuk nilai U hitung yang akan dibandingkan dengan U tabel adalah U

yang bernilai paling kecil, Perhitungan Mann withney menggunakan Excel,

a. Hipotesis

Ho = Konsentrasi x dan y berbeda tidak bermakna

Ha = Konsentrasi x dan y berbeda bermakna

b. Taraf kepercayaan 95%, α = 0,05

c. Menghitung statistik uji dengan Excel

d. Nilai kritis dilihat pada tabel mann whitney, n(y) = 3 dan m (x) = 3, dengan α

= 0,05

e. Ho diterima jika:

Uhitung = Utabel dan Uhitung < Utabel

Ho ditolak jika :

Uhitung >Utabel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

101

1. Kontrol positif

Kontrol + dan kontrol +

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol + (X) 36 34,333 35 5,5 1,5 3,5 10,5

Kontrol + (Y) 36 34,333 35 5,5 1,5 3,5 10,5

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol + (X) Kontrol + (Y) 3 3 9 6 6 4,5 4,5 4,5 BTB

Kontrol + dan kontrol -

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol + (X) 36 34,333 35 6 4 5 15

Kontrol - (Y) 0 0 0 2 2 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol + (X) Kontrol - (Y) 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

102

Kontrol positif dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol + (X) 36 34,333 35 6 4 5 15

50% (Y) 19,333 21 16,333 2 3 1 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol + Konsentrasi 50% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Kontrol + dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol + 36 34,333 35 6 4 5 15

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 2 3 1 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol + Konsentrasi 25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

103

Kontrol + dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol + 36 34,333 35 6 4 5 15

Konsentrasi

12,5% 14,333 17 14 2 3 1 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol + Konsentrasi 25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Kontrol + dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol + 36 34,333 35 6 4 5 15

Konsentrasi 6,25

% 10,667 12 11,333 1 3 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol +

Konsentrasi

6,25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

104

Kontrol + dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol + 36 34,333 35 6 4 5 15

Konsentrasi

3,125 % 8,667 9 9,667 1 2 3 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol +

Konsentrasi

3,125% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

2. Kontrol negatif

Kontrol - dan kontrol +

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol -

(X) 0 0 0 2 2 2 6

Kontrol +

(Y) 36

34,33

3 35 6 4 5 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

105

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol -

(X) Kontrol + (Y) 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

KONTROL - DAN KONTROL -

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol -

(X) 0 0 0 3,5 3,5 3,5 10,5

Kontrol -

(Y) 0 0 0 3,5 3,5 3,5 10,5

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol - Kontrol - 3 3 9 6 6 4,5 4,5 4,5 BTB

Kontrol negatif dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

KONTROL -

(X) 0 0 0 2 2 2 6

50% (Y) 19,333 21 16,333 5 6 4 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

106

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol - 50% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Kontrol - dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol - 0 0 0 2 2 2 6

25% 17,333 18 16 5 6 4 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol - 25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Kontrol - dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol - 0 0 0 2 2 2 6

Konsentrasi

12,5% 14,333 17 14 5 6 4 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol -

Konsentrasi

25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

107

Kontrol - dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol - 0 0 0 2 2 2 6

Konsentrasi

6,25 % 10,667 12 11,333 4 6 5 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol -

Konsentrasi

6,25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Kontrol - dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Kontrol - 0 0 0 2 2 2 6

Konsentrasi

3,125 % 8,667 9 9,667 4 5 6 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Kontrol -

Konsentrasi

3,125% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

108

3. Konsentrasi 50%

Konsentrasi 50% dan kontrol +

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 50%

(X) 19,333 21 16,333 2 3 1 6

Kontrol + (Y) 36 34,333 35 6 4 5 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 50%

(X) Kontrol + (Y) 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 50% dan kontrol -

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 50%

(X) 19,333 21 16,333 5 6 4 15

Kontrol - (Y) 0 0 0 2 2 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 50%

(X)

Konsentrasi 50%

(Y) 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

109

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 50%

(X) 19,333 21 16,333 3,5 5,5 1,5 10,5

Konsentrasi 50%

(Y) 19,333 21 16,333 3,5 5,5 1,5 10,5

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 50% Konsentrasi 50% 3 3 9 6 6 4,5 4,5 4,5 BTB

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 50% 19,333 21 16,333 5 6 2 13

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 3 4 1 8

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 50% Konsentrasi 25% 3 3 9 6 6 2 7 2 BTB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

110

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 50% 19,333 21 16,333 5 6 3 14

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 2 4 1 7

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 50% Konsentrasi 25% 3 3 9 6 6 1 8 1 BB

Konsentrasi 50% dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 50% 19,333 21 16,333 5 6 4 15

Konsentrasi 6,25 % 10,667 12 11,333 1 3 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 50%

Konsentrasi

6,25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Konsemtrasi 50% dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 50% 19,333 21 16,333 5 6 4 15

Konsentrasi 3,125 % 8,667 9 9,667 1 2 3 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

111

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)/

2

Ny(ny+1)/

2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 50%

Konsentrasi

3,125% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

4. Konsentrasi 25%

Konsentrasi 25% dan kontrol +

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 25%

(X) 17,333 18 16 2 3 1 6

Kontrol + (Y) 36

34,33

3 35 6 4 5 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 25%

(X) Kontrol + (Y) 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

112

Konsentrasi 25% dan kontrol -

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 25%(X) 17,333 18 16 5 6 4 15

Kontrol - (Y) 0 0 0 2 2 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 25%(X)

Konsentrasi 25%

(Y) 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Konsentrasi 25% dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 25%

(X) 17,333 18 16 3 4 1 8

50% (Y) 19,333 21 16,333 5 6 2 13

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 25% Konsentrasi 50% 3 3 9 6 6 7 2 2 BTB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

113

Konsentrasi 25% dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 3,5 5,5 1,5 10,5

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 3,5 5,5 1,5 10,5

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 25% Konsentrasi 25% 3 3 9 6 6 4,5 4,5 4,5 BTB

Konsentrasi 25% dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 5 6 3 14

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 2 4 1 7

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 25%

Konsentrasi

12,5% 3 3 9 6 6 1 8 1 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

114

Konsentrasi 25% dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 5 6 4 15

Konsentrasi 6,25 % 10,667 12 11,333 1 3 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 25%

Konsentrasi

6,25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Konsentrasi 25% dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 5 6 4 15

Konsentrasi 3,125 % 8,667 9 9,667 1 2 3 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 25%

Konsentrasi

3,125% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

115

5. Konsentrasi 12,5%

Konsentrasi 12,5% dan kontrol +

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 12,5%

(X) 14,333 17 14 2 3 1 6

Kontrol + (Y) 36 34,333 35 6 4 5 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2 Ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 12,5%

(X) Kontrol + (Y) 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 12,5% dan kontrol -

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi

12,5%(X) 14,333 17 14 5 6 4 15

Kontrol - (Y) 0 0 0 2 2 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2 Ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi

12,5%(X) Kontrol - (Y) 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

116

Konsentrasi 12,5% dan konssentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 12,5%

(X) 14,333 17 14 2 4 3,5 9,5

50% (Y) 19,333 21

16,33

3 3,5 5,5 5,5 14,5

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2 Ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 12,5%

Konsentrasi

50% 3 3 9 6 6 5,5 0,5 0,5 BB

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 2 4 1 7

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 5 6 3 14

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2 Ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 12,5%

Konsentrasi

25% 3 3 9 6 6 8 1 1 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

117

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 1,5 3,5 5,5 10,5

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 1,5 3,5 5,5 10,5

X Y Nx Ny Nx*ny Nx(nx+1)/2 Ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 12,5%

Konsentrasi

12,5% 3 3 9 6 6 4,5 4,5 4,5 BTB

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 5 6 4 15

Konsentrasi 6,25 % 10,667 12

11,33

3 1 3 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2 Ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 12,5%

Konsentrasi

6,25% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

118

Konsentrasi 12,5% dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 5 6 4 15

Konsentrasi 3,125 % 8,667 9 9,667 1 2 3 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2 Ny(ny+1)/2 Ux Uy U Ket

Kons. 12,5% Kons. 3,125% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

6. Konsentrasi 6,25%

Konsentrasi 6,25% dan kontrol +

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 6,25%

(X) 10,667 12 11,333 1 3 2 6

Kontrol + (Y) 36

34,33

3 35 6 4 5 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 6,25%

(X) Kontrol + (Y) 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

119

Konsentrasi 6,25% dan kontrol -

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi

6,25%(X) 10,667 12 11,333 4 6 5 15

Kontrol - (Y) 0 0 0 2 2 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi

6,25%(X) Kontrol - 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

Konsentrasi 6,25% dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 6,25%

(X) 10,667 12 11,333 1 3 2 6

Konsentrasi 50%

(Y) 19,333 21 16,333 5 6 4 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 6,25% Konsentrasi 50% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

120

Konsentrasi 6,25%dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 6,25% 10,667 12 11,333 1 3 2 6

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 5 6 4 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 6,25% Konsentrasi 25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 6,25% dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 6,25% 10,667 12 11,333 1 3 2 6

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 5 6 4 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 6,25%

Konsentrasi

6,25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

121

Konsentrasi 6,25% dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 6,25% 10,667 12 11,333 1,5 5,5 3,5 10,5

Konsentrasi 6,25 % 10,667 12 11,333 1,5 5,5 3,5 10,5

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 6,25%

Konsentrasi

6,25% 3 3 9 6 6 4,5 4,5 4,5 BTB

Konsemtrasi 6,25% dan konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 6,25% 10,667 12 11,333 4 6 5 15

Konsentrasi 3,125

% 8,667 9 9,667 1 2 3 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 6,25%

Konsentrasi

3,125% 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

122

7. Konsentrasi 3,125%

Konsentrasi 3,125% dan kontrol +

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 3,125%

(X) 8,667 9 9,667 1 2 3 6

Kontrol + (Y) 36 34,333 35 6 4 5 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 3,125%

(X) Kontrol + (Y) 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 3,125% dan kontrol -

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 3,125%

(X) 8,667 9 9,667 4 5 6 15

Kontrol - (Y) 0 0 0 2 2 2 6

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi

3,125%(X) Kontrol - 3 3 9 6 6 0 9 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

123

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 50%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 3,125%

(X) 8,667 9 9,667 1 2 3 6

Konsentrasi 50% (Y) 19,333 21

16,33

3 5 6 4 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 3,125%

Konsentrasi

50% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 3,125% 8,667 9 9,667 1 2 3 6

Konsentrasi 25% 17,333 18 16 5 6 4 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 3,125%

Konsentrasi

25% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

124

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 12,5%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 3,125% 8,667 9 9,667 1 2 3 6

Konsentrasi 12,5% 14,333 17 14 5 6 4 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 3,125%

Konsentrasi

3,125% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

Konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 6,25%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 3,125% 8,667 9 9,667 1 2 3 6

Konsentrasi 6,25 % 10,667 12

11,33

3 4 6 5 15

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 3,125%

Konsentrasi

3,125% 3 3 9 6 6 9 0 0 BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

125

Konsentrasi 3,125% dan Konsentrasi 3,125%

Replikasi Ranking ∑Ranking

I II III I II III

Konsentrasi 3,125% 8,667 9 9,667 1,5 3,5 5,5 10,5

Konsentrasi 3,125 % 8,667 9 9,667 1,5 3,5 5,5 10,5

X Y Nx Ny Nx*ny

Nx(nx+1)

/2

Ny(ny+1)

/2 Ux Uy U Ket

Konsentrasi 3,125%

Konsentrasi

3,125% 3 3 9 6 6 4,5 4,5 4,5 BTB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

126

Oleh karena itu, hasil test Mann Withney dapat disimpulkan sebagai

berikut :

Kelompok

perlakuan

Kontrol

+ (35,1

± 0,8)

Kontrol

– (0,0

± 0,0)

Konsentrasi

50%

(18,9 ± 2,4)

Konsentrasi

25%

(17,1 ± 1,0)

Konsentrasi

12,5%

(15,1 ± 1,6)

Konsentrasi

6,25%

(11,3 ± 0,6)

Konsentrasi

3,125%

(9,1 ± 0,5)

Kontrol +

(35,1 ± 0,8) BTB

Kontrol –

(0,0 ± 0,0) BB BTB

Konsentrasi

50%

(18,9 ± 2,4)

BB BB BTB BTB

Konsentrasi

25%

(17,1 ± 1,0)

BB BB BTB BTB

Konsentrasi

12,5%

(15,1 ± 1,6)

BB BB BB BB BTB

Konsentrasi

6,25%

(11,3 ± 0,6)

BB BB BB BB BB BTB

Konsentrasi

3,125%

(9,1 ± 0,5)

BB BB BB BB BB BB BTB

*BB = Berbeda Bermakna

BTB = Berbeda Tidak Bermakna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

127

Hasil pengukuran absorbansi pada penentuan KHM dan KBM ekstrak etanol

kulit batang pohon petai terhadap bakteri S. aureus

Replikasi 1

No. Konsentrasi

(%)

Optical Density (OD) ΔOD

(Abs) Sebelum inkubasi Setelah inkubasi

1. 0.782 0,2406 1,6082 1,3676

2. 1.563 0,4312 1,7579 1,3267

3. 3.125 1,5535 2,4662 0,9127

4. 6.25 2,5331 3,1652 0,6321

5. 12.5 3,6123 3,9133 0,301

6. 15.625 3,9133 4,0163 0,103

7. 18.750 3,9133 3,9990 0,0857

8. 21.875 3,9999 3,9999 0

9. 25 3,9133 3,9133 0

10. 50 3,9133 3,9133 0

Replikasi 2

No. Konsentrasi

(%)

Optical Density (OD) ΔOD

(Abs) Sebelum inkubasi Setelah inkubasi

1. 0.782 0.2626 1.6232 1.3606

2. 1.563 0.3765 1.7348 1.3583

3. 3.125 0.4829 2.5033 2.0204

4. 6.25 1.6583 3.3928 1.7345

5. 12.5 2.4749 3.9373 1.4624

6. 15.625 3.2312 4.0393 0.8081

7. 18.750 3.4739 3.9992 0.5183

8. 21.875 3.8999 3.9922 0.0923

9. 25 3.7133 3.9122 0.1989

10. 50 3.6133 3.9234 0.3101

Replikasi 3

No. Konsentrasi

(%)

Optical Density (OD) ΔOD

(Abs) Sebelum inkubasi Setelah inkubasi

1. 0.782 0.2506 1.6182 1.3676

2. 1.563 0.4455 1.7689 1.3234

3. 3.125 1.5676 2.4792 0.9116

4. 6.25 2.5876 3.2222 0.6346

5. 12.5 3.6987 3.9243 0.2256

6. 15.625 3.9426 4.0273 0.0847

7. 18.750 3.8382 3.9670 0.1288

8. 21.875 3.8473 3.9989 0.1516

9. 25 3.8778 3.9989 0.1211

10. 50 3.2456 3.9333 0.6877

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · 6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. atas masukan dan arahan dalam bidang Mikrobiologi. 7. Bapak Ir. Ignatius Aris Dwiatmoko,

128

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “ UJI AKTIVITAS

ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT

BATANG POHON PETAI (Parkia speciosa Hassk.)

TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia

coli ” ini memiliki nama lengkap Aloysius Ade Pratama.

Penulis lahir di Karawang pada tanggal 3 April 1993

sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan

formal yang pernah ditempuh penulis adalah TK Yos

Sudarso Karawang (1998-1999), SD Yos Sudarso

Karawang (1999-2005), SMP Yos Sudarso Karawang

(2005-2008), SMA Yos Sudarso Karawang (2008-2011),

kemudian tahun 2011 penulis melanjutkan kuliah di

Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif dalam

beberapa kegiatan dan organisasi antara lain sebagai anggota Divisi Unit Kegiatan

Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma periode 2013-2014, anggota Unit Kegiatan Fakultas Bidang Olahraga

Sepak Bola (2012-2013), Panitia Road to School 2013 dan Pharmacy

Performance 2013 sebagai koordinator seksi perlengkapan, asisten praktikum

Kultur Jaringan periode 2013-2014, asisten praktikum Mikrobiologi periode

2014-2015 dan sebagai peserta dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang

Pengabdian Masyarakat yang lolos didanai oleh DIKTI (2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI