Mata Kuliah Farmasi, Pharmacy - Industry, Kuliah Jurusan Farmasi, 089.534.716.7997.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16791/2/048114006_Full.pdf ·...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/16791/2/048114006_Full.pdf ·...
-
UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Reni Ismiyati
NIM : 048114006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Reni Ismiyati
NIM : 048114006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X
Yang diajukan oleh: Reni Ismiyati
NIM : 048114006
Skripsi ini telah disetujui oleh
Pembimbing Christine Patramurti, M.Si., Apt. Tanggal 14 Februari 2008
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
Pengesahan Skripsi Berjudul
UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X
Oleh :
Reni Ismiyati NIM : 048114006
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Sanata Dharma
pada tanggal : 16 April 2008
Mengetahui
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Rita Suhadi, M.Si.,Apt.
Pembimbing:
Christine Patramurti,M.Si., Apt.
Panitia Penguji: Tanda tangan
1. Christine Patramurti, M.Si., Apt. ....................................
2. Drs. Sulasmono, Apt. ....................................
3. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. ....................................
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
HALAMAN PERSEMBAHAN
Persembahan
Untuk farmasis yang tertarik dan memiliki semangat dalam pelayanan kefarmasian
Untuk guru yang memiliki visi dan misi dalam menyelenggarakan edukasi
sehingga tumbuhlah bibit pengetahuan dan semangat pelayanan dalam diriku
Untuk fakultas farmasi USD yang telah memberikan pondasi bagi masa depanku
Dan akhirnya untuk keluargaku dan waktu yang telah mereka korbankan sehingga skripsi ini menjadi kenyataan.
Creating knowledge and discovering our world
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Februari 2008
Penulis
Reni Ismiyati
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Reni Ismiyati NIM : 048114006 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: UJI KESERAGAMAN KANDUNGAN ZAT AKTIF PULVERES PARASETAMOL DAN FENOBARBITAL SERTA PULVERES KETOTIFEN FUMARAT DAN SIPROHEPTADIN HCl RUMAH SAKIT X Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan ke internet atau media lain untuk kepentikan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan yang sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 April 2008 Yang menyatakan Reni Ismiyati
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Uji Keseragaman
Kandungan Zat Aktif Pulveres Parasetamol dan Fenobarbital serta Pulveres Ketotifen
Fumarat dan Siproheptadin HCl Rumah Sakit X”.
Selama penelitian, penulis telah banyak mendapatkan kesempatan untuk
bertemu dengan berbagai kesulitan dan tantangan, sehingga hal ini menjadi
pengalaman yang menarik dan berkesan. Penelitian ini dapat selesai karena dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yang terhormat Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Yang terhormat Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen
pembimbing dan penguji, yang telah memberikan bimbingan, kesempatan
berdiskusi, informasi, dan saran pada penelitian ini.
3. Yang terhormat Drs. Sulasmono, Apt. dan Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si.,
Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran
kepada penulis untuk menyempurnakan karya tulis ini.
4. Yang terhormat Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama kuliah.
5. Yang terhormat seluruh dosen Fakultas Farmasi USD, yang telah
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan semangat.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6. Yang terhormat seluruh staff IFRS Rumah Sakit X yang telah bersedia
bekerjasama dalam melakukan penelitian ini.
7. Yang terhormat Bapak Mukmin, Bapak Prapto, Mas Parlan, Mas Sarwanto,
dan segenap staf laboratorium analisis instrumen UGM.
8. Yang terhormat seluruh Laboran Fakultas Farmasi USD.
9. Yang terhormat segenap staff sekretariat Fakultas Farmasi atas kerjasama
dan bantuan administrasi.
10. Yang terkasih Novi Marrischa, Arian, Tika, Lidia, dan Cin Frengky atas
kerjasama, suka-duka, dan canda-tawa selama penelitian di laboratorium
serta dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.
11. Yang terkasih teman-teman kuliah Made Ayu, Rina, Siska, Atin, Amanda,
Novi, Wiwid, Pipit, Octav, Retri, dan semua teman-teman Fakultas Farmasi
yang telah memberikan makna persahabatan.
12. Yang terkasih Drs. Ant. Mulyo Widodo, Ibu Agnes Sumarni, Rena, Rini,
dan nenek yang tercinta, yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih
yang mengalir dalam hidup.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, sehingga memohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis
berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, masyarakat, dan
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kefarmasian.
Yogyakarta, Februari 2008
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
INTISARI
Pulveres parasetamol-fenobarbital (pulveres A) untuk terapi demam disertai kejang dan pulveres ketotifen fumarat-siproheptadin HCl (pulveres B) sebagai antihistamin diproduksi dalam terapi peresepan obat kombinasi pada anak. Pencampuran yang dilakukan oleh rumah sakit X kurang sesuai dengan Good Compounding Practice (Allen, 2002) karena dilakukan secara sekaligus. Hal ini akan berpengaruh pada keseragaman kadar zat aktif yang terdapat pada pulveres A dan B. Dengan demikian, uji keseragaman kandungan pulveres A dan B perlu dilakukan untuk menjamin mutu dan keamanan produk.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah zat aktif sediaan pulveres A dan sediaan pulveres B pada rumah sakit X memiliki kandungan zat aktif yang seragam.
Penelitian ini bersifat non-eksperimental deskriptif. Pulveres A diuji dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Lissanta, 2008), sedangkan pulveres B diuji menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet dengan aplikasi panjang gelombang berganda (Adrianto, 2008). Hasil perhitungan dibandingkan secara deskriptif dengan ketentuan uji keseragaman kandungan menurut Farmakope Indonesia IV.
Pada pengujian keseragaman kandungan dengan 10 satuan, hanya fenobarbital yang memenuhi persyaratan uji keseragaman kandungan. Pulveres A dan pulveres B pada Rumah Sakit X tidak memenuhi persyaratan uji keseragaman zat aktif pada pengujian 30 satuan.
Kata kunci : pulveres, parasetamol, fenobarbital, ketotifen, siproheptadin HCl, keseragaman kandungan Farmakope Indonesia IV
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ABSTRACT
Paracetamol and phenobarbital divided powders (A) is used for child fever theraphy with convulsi. Ketotifen and cyproheptadine HCl divided powders (B) is used for asthma theraphy. Both are manufactured by X hospital to gain combination theraphy. Mixing of divided powder’s on hospital X unappropriates with the Compounding Practice (Allen, 2002) because it’s mixing all at once. It can influence the content uniformity of divided powders, so it’s necessary to doing content uniformity test.
This research aims to recognize how the content uniformity divided powders A and divided powders B at X Hospital.
This research is a nonexperimental-descriptive. Divided powders A is analyzed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Divided powders B is analyzed using ultraviolet spectrometry with multivarriate wavelength application. Quantitative result compared to Farmakope Indonesia IV content uniformity test’s with descriptive analysis.
Based on content uniformity of 10 unit, phenobarbital fulfill the content uniformity criteria. Divided powders A and divided powders B on X Hospital fails to fulfill content uniformity test of 30 unit.
Keywords : divided powders, paracetamol, phenobarbital, ketotifen fumarat, cyproheptadine HCl, content uniformity test of Farmakope Indonesia IV
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vii
PRAKATA ................................................................................................. viii
INTISARI .................................................................................................. x
ABSTRACT ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB I PENGANTAR................................................................................. 1
A. Latar belakang........................................................................................ 1
1. Permasalahan ................................................................................ 3
2. Keaslian penelitian ...................................................................... 3
3. Manfaat penelitian ..................................................................... 3
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................... 5
C. Pulveres ................................................................................................. 5
D. Uji Keseragaman Kandungan ................................................................ 6
E. Parasetamol dan Fenobarbital .............................................................. 7
F. Ketotifen dan Siproheptadin-HCl ......................................................... 10
G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) .......................................... 12
1. Pengertian KCKT ........................................................................... 12
2. Peralatan KCKT ............................................................................. 13
3. Pembagian jenis KCKT .................................................................. 15
4. Kromatografi partisi fase terbalik ................................................... 16
5. Analisis kualitatif dan analisis kuantitatif ...................................... 17
H. Spektrofotometri Ultraviolet ................................................................. 24
I. Analisis Campuran Bikomponen secara Spektrofotometri Ultraviolet.. 26
J. Keterangan Empiris ............................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 30
B. Definisi Operasional ............................................................................ 30
C. Bahan-bahan Penelitian ......................................................................... 31
D. Alat-alat Penelitian ............................................................................... 31
E. Tata Cara Penelitian ............................................................................. 32
1. Pengambilan sampel ..................................................................... 32
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2. Optimasi metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ...................... 33
3. Uji keseragaman kandungan pulveres A secara KCKT................... 35
4. Optimasi metode Spektrofotometri Ultraviolet dengan
Aplikasi Panjang Gelombang Berganda ..................................... 36
5. Uji keseragaman kandungan pulveres B .................................... 37
F. Analisis Hasil ....................................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 39
A. Pengambilan sampel ............................................................................. 39
B. Uji Keseragaman Kandungan Pulveres A Secara KCKT ..................... 40
1. Optimasi metode KCKT ............................................................... 44
2. Kurva baku ................................................................................... 53
3. Uji keseragaman kandungan pulveres A secara KCKT............... 49
C. Uji Keseragaman Kandungan Pulveres B.............................................. 56
1. Optimasi metode Spektrofotometri UV .......................................... 56
2. Penentuan daya serap ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl.. ... 59
3. Uji keseragaman kandungan pulveres B......................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 67
A. Kesimpulan ........................................................................................... 67
B. Saran ..................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 68
LAMPIRAN ................................................................................................ 71
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 95
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Uji keseragaman kandungan........................................................... 7
Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut......................................................... 14
Tabel III. Hasil perhitungan kurva baku parasetamol ................................. 47
Tabel IV. Hasil perhitungan kurva baku fenobarbital ................................ 48
Tabel VI. Hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres A
dengan pengujian 10 satuan............................................................. 51
Tabel VII . Hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres A
dengan pengujian 30 satuan............................................................. 53
Tabel VIII. Harga daya serap ( ) dan koefisien korelasi a
ketotifen fumarat .............................................................................. 60
Tabel IX . Harga daya serap ( ) dan koefisien korelasi siproheptadin a
HCl pada tiap panjang gelombang pengamatan .............................. 60
Tabel X. Hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres B
dengan pengujian 10 satuan ............................................................ 62
Tabel XI. Hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres B
dengan pengujian 30 satuan ............................................................. 64
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rumus strukur parasetamol ....................................................... 7
Gambar 2. Rumus strukur fenobarbital ....................................................... 9
Gambar 3. Rumus strukur ketotifen ........................................................... 10
Gambar 4. Rumus strukur Siproheptadin-HCl ............................................ 11
Gambar 5. Instrumen KCKT ....................................................................... 13
Gambar 6. Resolusi antara dua puncak yang berdekatan ............................ 19
Gambar 7. Difusi Eddy ............................................................................... 22
Gambar 8. Transfer massa fase gerak (kiri) dan fase diam (kanan) ............ 22
Gambar 9. Distribusi analit dalam fase gerak dan fase diam ...................... 23
Gambar 10. Diagram eksitasi elektron ........................................................ 24
Gambar 11. Spektrum serapan tumpang tindih dua daerah ......................... 27
Gambar 12 . Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol dan
fenobarbital ............................................................................. 42
Gambar 13. Spektrum serapan tumpang tindih parasetamol-
fenobarbital ............................................................................. 43
Gambar 14. Gugus non polar pada parasetamol dan fenobarbital
yang berinteraksi dengan fase diam ........................................ 44
Gambar 15. Kromatogram campuran baku parasetamol
dan fenobarbital (11,11:1) tanpa pengenceran....................... 46
Gambar 16. Kromatogram campuran baku parasetamol dan
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
fenobarbital (11,11:1) dengan pengenceran 80 kali................ 46
Gambar 17. Kromatogram fenobarbital dalam pulveres A......................... 50
Gambar 18. Kromatogram parasetamol dalam pulveres A.......................... 50
Gambar 19. Gugus kromofor dan auksokrom ketotifen
dan siproheptadin HCl ............................................................ 57
Gambar 20. Spektrum serapan tumpang tindih ketotifen fumarat
dan siproheptadin HCl ........................................................... 58
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Sertifikat analisis parasetamol................................................. 71
Lampiran 2. Sertifikat analisis fenobarbital ............................................... 72
Lampiran 3. Sertifikat analisis ketotifen fumarat........................................ 73
Lampiran 4. Sertifikat analisis Siproheptadin HCl ..................................... 74
Lampiran 5. Hasil penimbangan baku parasetamol dan fenobarbital ....... 75
Lampiran 6. Penimbangan sampel pulveres A ............................................ 76
Lampiran 7. Kromatogram baku parasetamol.............................................. 77
Lampiran 8. Kromatogram baku fenobarbital............................................. 80
Lampiran 9. Kromatogram sampel pulveres A............................................ 83
Lampiran 10. Contoh perhitungan kadar larutan baku parasetamol ............ 84
Lampiran 11. Contoh perhitungan kadar larutan baku fenobarbital .......... 85
Lampiran 12. Contoh perhitungan kadar pulveres A .................................. 86
Lampiran 13. Tabel hasil penimbangan baku siproheptain HCl dan
contoh perhitungan seri larutan baku siproheptadin HCl........ 88
Lampiran 14. Tabel hasil penimbangan baku ketotifen fumarat dan
contoh perhitungan seri larutan baku ketotifen fumarat ......... 89
Lampiran 15. Hasil penimbangan sampel pulveres B................................. 90
Lampiran 16. Contoh perhitungan kadar pulveres B ................................... 91
Lampiran 17. Hasil pengamatan serapan sampel pulveres B....................... 93
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB I
PENGANTAR
A. Latar belakang
Pasien anak membutuhkan bentuk sediaan yang aman, mudah digunakan,
dan formulasi yang sesuai. Di Amerika, kesulitan anak-anak dalam menelan bentuk
sediaan tablet diketahui memiliki resiko terkait dengan kematian. Sebanyak 41 anak
meninggal karena menelan tablet dan umur rata-rata pasien ini adalah 14,8 bulan.
Tablet dan kapsul biasanya tidak sesuai digunakan pada anak usia kurang dari 4
tahun (Giacoia, 2007).
Bentuk sediaan cair umumnya digunakan pada anak karena lebih mudah
ditelan dibandingkan tablet. Akan tetapi, bentuk cair memiliki kelemahan antara lain
tidak semua obat larut dalam air, beberapa obat tidak stabil dalam bentuk cair, dan
bentuk cair jarang tersedia di pasaran. Selain itu, berat dan volume sediaan cair yang
tidak seragam saat pemakaian obat membuat sediaan cair tidak sesuai digunakan
pada pasien anak.
Dari beberapa macam bentuk sediaan oral pada anak selain tablet dan bentuk
cair, pulveres merupakan bentuk sediaan yang sering digunakan. Kelebihan pulveres
antara lain sesuai untuk pasien anak yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul,
lebih stabil dibandingkan bentuk cair, dan memiliki kecepatan dissolusi yang lebih
cepat dibandingkan tablet atau kapsul sehingga kecepatan serapan menjadi lebih
besar. Contohnya adalah pulveres yang digunakan pada pasien anak rumah sakit X.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Rumah sakit X menggunakan bentuk sediaan pulveres parasetamol dan
fenobarbital (pulveres A) untuk terapi demam disertai kejang. Selain itu, kombinasi
ketotifen dan siproheptadin HCl juga dibuat dalam bentuk pulveres (pulveres B)
untuk terapi asma dan alergi. Kedua pulveres tersebut diracik untuk terapi peresepan
obat kombinasi, terutama bagi pasien anak yang memerlukan penyesuaian dosis
untuk mencapai efek terapi.
Pada proses peracikan di rumah sakit X, pulveres A dibuat dari sejumlah 40
tablet parasetamol 500 mg dan 60 tablet fenobarbital 30 mg yang digerus dan
dicampur sekaligus di dalam mixer yang memiliki pisau. Demikian halnya pulveres
B yang dibuat dari sejumlah 60 tablet ketotifen fumarat 1 mg dan 30 tablet salut
siproheptadin HCl 4 mg, juga mengalami proses peracikan yang sama. Serbuk yang
telah dicampur tersebut dibagi dengan penimbangan menjadi 2 bagian. Dari 2 bagian,
tiap bagian dibagi menjadi 10 bagian tanpa penimbangan atau secara visual. Dari 10
bagian, tiap bagian dibagi menjadi 6 bagian kecil dan dimasukkan ke dalam bungkus
pulveres, sehingga didapatkan 120 bungkus dalam 1 batch.
Menurut Allen (2002), produk obat jadi (manufactured drug product) seperti
tablet dan kapsul dapat sebagai sumber bahan aktif dalam proses peracikan. Apabila
menggunakan bahan aktif tersebut, maka hanya produk obat jadi yang memiliki label
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa dapat diterima. Sehingga, penggunaan bahan
tablet pada rumah sakit X dapat diterima karena tablet yang digunakan memiliki
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
Akan tetapi, permasalahan yang timbul adalah pada proses peracikan di
rumah sakit X yaitu pada proses pencampuran. Pencampuran serbuk seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
dilakukan dengan "doubling" yaitu sejumlah kecil serbuk ditambahkan dengan
serbuk lain dalam kuantitas yang sama, baru kemudian dicampur, dan ditambahkan
lagi sehingga serbuk menjadi homogen (Allen, 2002). Pencampuran yang dilakukan
oleh rumah sakit X kurang sesuai dengan Good Compounding Practice karena
dilakukan secara sekaligus. Hal ini akan berpengaruh pada keseragaman kadar zat
aktif yang terdapat pada pulveres A dan B. Dengan demikian, uji keseragaman
kandungan pulveres A dan B perlu dilakukan untuk mengetahui keseragaman
kandungan pulveres A dan B hasil peracikan rumah sakit X, sehingga mutu dan
keamanan produk lebih terjamin.
1. Permasalahan
Apakah sediaan pulveres A dan pulveres B memiliki kandungan zat aktif
yang seragam?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, uji keseragaman kandungan zat aktif pada
pulveres parasetamol-fenobarbital dan pulveres ketotifen fumarat-siproheptadin HCl
pada Rumah Sakit X belum pernah dilakukan. Telah dilakukan penelitian tentang
Optimasi Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Natrium Fenobarbital secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Lissanta, 2008), Analisis Bikomponen Campuran
Siproheptadin HCl dan Ketotifen Fumarat secara Spektrofotometri Ultraviolet
dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda (Adrianto, 2008), dan
Analisis Bikomponen Campuran Siproheptadin HCl dan Ketotifen Fumarat secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Metode Derivatif (Rachmawatie,
2008).
3. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat praktis bagi pelayanan
kefarmasian, yaitu memberikan informasi mengenai keseragaman kandungan zat
aktif sediaan pulveres A dan sediaan pulveres B pada Rumah Sakit X di Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah zat aktif sediaan pulveres A dan
sediaan pulveres B pada rumah sakit X memiliki kandungan zat aktif yang seragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sediaan Pulveres dan Sustained Released
1. Pulveres
Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok
(Anief, 2000). Penggunaan pulveres sesuai untuk pasien anak yang tidak dapat
menelan tablet atau kapsul (Allen, 2002).
Keuntungan bentuk sediaan ini antara lain lebih stabil dibandingkan bentuk
cair, sesuai digunakan dalam peracikan dosis besar, memiliki kecepatan dissolusi
yang lebih cepat dibandingkan tablet atau kapsul, sehingga kecepatan serapan
menjadi lebih besar. Kelemahan bentuk sediaan pulveres adalah permasalahan rasa
tidak enak yang tidak tertutupi dan tidak sesuai digunakan pada penghantaran obat
yang dapat terinaktivasi di dalam cairan lambung atau dapat merusak dinding
lambung (Aulton, 2002).
Proses pembuatan pulveres dilakukan dengan pencampuran serbuk
menggunakan teknik "doubling" yaitu dimulai dengan sejumlah kecil serbuk yang
ditambahkan dengan serbuk lain dalam kuantitas yang sama, baru kemudian
dicampur, dan ditambahkan lagi sehingga campuran serbuk menjadi homogen (Allen,
2002). Serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan, pembagiannya dilakukan paling
banyak hanya 20 bungkus untuk menjamin pembagian yang sama. Apabila lebih dari
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
20 bungkus, maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian dengan cara penimbangan
dan tiap bagian dibagi paling banyak menjadi 20 bungkus (Anief, 2000).
2. Sediaan sustained released
Sediaan sustained released adalah sediaan yang melepaskan obat secara
perlahan dan terkontrol untuk jangka waktu yang cukup lama. Keuntungan bentuk
sediaan tersebut adalah meningkatkan durasi efek obat dan mempertahankan level
konstan di dalam darah. Sedangkan kerugiannya adalah fleksibilitas pemberian obat
berkurang dan dapat terjadi dose dumping. Mekanisme pelepasan obat terkontrol
dengan sistem polimer antara lain difusi, degradasi, swelling, dan osmotik
(Liebermann, 1990).
B. Uji Keseragaman Kandungan
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995), persyaratan keseragaman
kandungan dapat ditetapkan apabila zat aktif terdapat dalam jumlah kecil yaitu
kurang dari 50 mg atau kurang dari 50 % bobot sediaan. Persyaratan yang digunakan
untuk pulveres disesuaikan dengan menggunakan kriteria kapsul. Persyaratan tersebut
yaitu kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dari
keseragaman dosis 10 satuan dipenuhi, jika jumlah zat aktif tidak kurang dari 9 dari
10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman kandungan terletak
dalam rentang 85,0 % hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket dan tidak ada
satuan yang terletak di luar rentang 75,0 % hingga 125 % dari yang tertera pada
etiket dan simpangan baku relatif dari 10 satuan sediaan kurang dari atau sama
dengan 6,0%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
Tabel I. Uji Keseragaman Kandungan
Jumlah satuan yang diuji Rentang 10 satuan 30 satuan
85-115 % dari yang tertera pada etiket
tidak kurang dari 9 satuan dalam rentang
tidak lebih dari 3 satuan di luar rentang
75-125% dari yang tertera pada etiket
tidak ada satuan diluar rentang
tidak ada satuan di luar rentang
Simpangan baku relatif ≤ 6,0% ≤7,8% (Anonim, 1995)
Jika 2 atau 3 satuan sediaan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115% dari
yang tertera pada etiket, tetapi tidak di luar rentang 75,0% hingga 125,0 % dari yang
tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika
kedua kondisi gagal, maka dilakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi
jika tidak lebih dari 3 satuan dari 30 terletak di luar rentang 85,0 % hingga 115,0 %
dari yang tertera pada etiket, dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0%
hingga 125 % dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan
sediaan tidak lebih dari 7,8% (Anonim, 1995).
C. Parasetamol dan Fenobarbital
1. Parasetamol
Parasetamol memiliki rumus molekul C8H9NO2 (Anonim,1995). Rumus
struktur parasetamol adalah sebagai berikut:
HO NHCOCH3
Gambar 1. Rumus struktur parasetamol (Anonim, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Parasetamol berupa serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit (Anonim, 1995). Kelarutan parasetamol adalah satu bagian larut dalam 70
bagian air, 7-10 bagian etanol dan 13 bagian aseton, agak sukar larut dalam
kloroform, praktis tidak larut dalam eter (Widdop, 1986). Menurut Clarke (1969),
parasetamol dalam metanol mempunyai serapan maksimal pada 249 nm. Serapan
maksimal parasetamol dalam larutan asam 245 nm dan dalam larutan alkali 257 nm
(Widdop, 1986).
Parasetamol adalah obat analgesik antipiretik yang efektif menyembuhkan
rasa sakit ringan sampai sedang, misalnya sakit kepala, mialgia, atralgia, dan nyeri
yang berasal dari integuman. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat enzim
siklooksigenase dalam sintesis prostaglandin. Prostaglandin ini yang menyebabkan
sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Dengan kata lain,
prostaglandin menyebabkan keluarnya mediator kimiawi seperti bradikinin dan
histamin yang merangsang dan menimbulkan nyeri (Wilmana, 1995).
Parasetamol diserapan cepat di usus dan memiliki waktu paruh antara 1-4
jam (Tjay dan Rahardja, 2002). Kadar tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu
setengah jam. Dosis sekali pemberian parasetamol untuk anak usia 6-12 tahun sebesar
150-300 mg, dengan maksimum 1,2 g per hari. Pada anak usia 1-6 tahun dosisnya
adalah sebesar 60-120 mg dan bayi di bawah 1 tahun sebesar 60 mg dengan
maksimum pemberian 6 kali sehari (Wilmana, 1995). Toksisitas terjadi pada dosis
melebihi 140 mg/kg BB pada anak dan 150 mg/kg BB pada dewasa. Akibat dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
toksik yaitu terjadinya nekrosis hati yang disebabkan oleh adanya ikatan sel hati
dengan metabolit parasetamol yang sangat reaktif yaitu N-asetil benzokuinoimin.
Secara normal, metabolit reaktif ini akan langsung didetoksifikasi oleh glutation.
Akan tetapi pada dosis toksis, produksi metabolit ini melebihi kapasitas glutation
(Olson, 1990).
2. Fenobarbital
Fenobarbital yang juga disebut luminal memiliki rumus molekul
C12H12N2O3. Rumus strukturnya adalah sebagai berikut:
NH
HN OO
O
C2H5
Gambar 2. Rumus struktur fenobarbital (Widdop, 1986)
Fenobarbital berupa serbuk hablur putih berkilat, tidak berbau, dan tidak
berasa (Anonim, 1995). Satu bagian fenobarbital larut dalam 1000 bagian air, dalam
25 bagian etanol, dan praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Fenobarbital dalam larutan dapar borax 0.05M (pH 9.2) memiliki serapan maksimal
239 nm dan dalam natrium hidroksida (pH 13) memiliki serapan maksimal 254 nm
(Widdop, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
Fenobarbital digunakan dalam pengobatan antikonvulsi, yaitu untuk
mencegah dan mengobati serangan epilepsi (Utama, 1995). Senyawa ini terutama
digunakan pada serangan epileptikus berdasarkan sifatnya yang dapat memblokir
pelepasan muatan listrik di otak. Fenobarbital memiliki serapan di usus baik (70-90
%) dan lebih kurang 50% terikat pada protein. Dosisnya 1-2 kali sehari sebanyak 30-
125 mg, maksimal 400 mg dalam dua kali; pada anak-anak 2 hingga 12 bulan sebesar
4 mg /kg beratbadan sehari; dan pada stadium epileptikus dewasa 200 hingga 300 mg
(Tjay dan Rahardja, 2002).
D. Ketotifen Fumarat dan Siproheptadin-HCl
1. Ketotifen Fumarat
Ketotifen fumarat memiliki rumus molekul C19H19NOS.C4H4O4 (Widdop,
1986). Ketotifen memiliki rumus struktur sebagai berikut:
S
N
O
CH3
Gambar 3. Rumus struktur ketotifen fumarat (Widdop, 1986)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
Ketotifen fumarat berupa serbuk hablur putih. Ketotifen sedikit larut dalam
air, larut dalam etanol, dan larut sebagian dalam kloroform. Serapan maksimal yang
dimiliki ketotifen dalam larutan asam adalah 297 nm dan dalam larutan basa memiliki
serapan maksimal 302 nm (Widdop, 1986).
Ketotifen fumarat bersifat anafilaktik karena menghambat penglepasan
histamin. Ketotifen fumarat juga bersifat sebagai antihistamin kuat dan digunakan
untuk profilaksis asma bronkial (Dewoto, 1995). Obat ini memiliki waktu paruh 8
jam dan diekskresikan melalui kemih sebagai glukuronida. Dosis malam hari 1 mg
selama 1 minggu (Tjay dan Rahardja, 2002). Dosis dewasa ketotifen fumarat untuk
profilkasis asma bronkial ialah 2 kali 1,38-2,76 mg (Dewoto, 1995).
2. Siproheptadin-HCl
Siproheptadin-HCl memiliki rumus molekul C21H21N.HCl. Rumus struktur
siproheptadin adalah sebagai berikut :
N
CH3
Gambar 4. Rumus struktur siproheptadin (Widdop, 1986)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
Siproheptadin-HCl berupa serbuk hablur putih sedikit kekuningan. Senyawa
ini memiliki titik didih 214° hingga 216°C. Satu bagian siproheptadin-HCl memiliki
kelarutan dalam 275 bagian air, dalam 35 bagian etanol, dalam kira-kira 16 bagian
kloroform, dan dalam 1,5 bagian metanol, dan praktis tidak larut dalam eter. Serapan
maksimal yang dimiliki senyawa ini adalah 286 nm dalam larutan asam dan 284 nm
dalam larutan basa (Widdop, 1986).
Siproheptadin-HCl merupakan antagonis histamin (H1). Efek siproheptadin
adalah menyembuhkan gejala alergi seperti demam dan urtikaria. Dosis untuk anak
usia 2-6 tahun yaitu 2 mg, 2–3 kali sehari (Anonim, 2006). Siproheptadin HCl dalam
bentuk tablet 4 mg digunakan untuk dosis dewasa 3-4 kali sehari dengan dosis total
tidak lebih dari 0,5 mg/ kgBB (Sjamsudin, 1995).
E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
1. Pengertian KCKT
KCKT merupakan salah satu bagian dari kromatografi. Definisi
kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang
berdasar pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang
terpisah pada fase diam di bawah pengaruh pergerakan fase yang bergerak (Mulja dan
Suharman). Sedangkan KCKT merupakan kondisi kromatografi yang fase geraknya
dialirkan menuju kolom secara cepat dengan bantuan tekanan dari pompa dan
hasilnya dapat dideteksi dengan detektor (Hendayana, 2006). Tujuan dari KCKT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
adalah memperoleh hasil pemisahan yang baik dalam waktu relatif singkat (Mulja
dan Suharman, 1995).
2. Peralatan KCKT
Gambar 5. Instrumen KCKT (Kazakevich, 2004)
Menurut Gritter (1991), komponen penting yang ada dalam KCKT yaitu :
a. Detektor. Fungsi detektor adalah mendeteksi adanya komponen yang
terdapat dalam kolom dan untuk mengukur jumlah komponen yang ada dalam
cuplikan (Johnson dan Stevenson, 1978). Menurut Mulja dan Suharman (1995)
beberapa persyaratan detektor antara lain sensitivitas yang sangat tinggi pada kadar
10-8 g/ml, kestabilan dan reprodusibilitas yang sangat baik, memberikan respon yang
linier terhadap kadar solut, dapat bekerja dari temperatur kamar sampai 400° C, tidak
dipengaruhi perubahan temperatur dan kecepatan pelarut pengembang, mudah
didapat dan mudah dipakai oleh operator, selektif terhadap macam-macam solut
dalam pelarut pengembang dan tidak merusak solut. Detektor UV digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
mendeteksi senyawa-senyawa yang memiliki gugus kromofor dengan atau tanpa
adanya gugus auksokrom (Settle, 1997).
b. Kolom. Kolom merupakan bagian penting karena pemisahan komponen-
komponen solut terjadi di dalam kolom. Keberhasilan pemisahan bergantung pada
keadaan kolom (Mulja dan Suharman, 1995).
c. Fase gerak. Fase gerak harus mempunyai sifat yaitu murni dan tanpa
cemaran, tidak bereaksi dengan kemasan, sesuai dengan detektor, dapat melarutkan
solut, viskositas rendah, memungkinkan memperoleh kembali solut dengan mudah
(jika diperlukan), dan harganya wajar (Johnson dan Stevenson, 1978).
Kepolaran campuran pelarut yang digunakan, yang bersifat linier dengan
kepolaran pelarut murninya merupakan bagian terpenting pada pemilihan fase gerak.
Berikut ini adalah beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa pelarut yang sering
digunakan :
Tabel II. Nilai indeks polaritas pelarut
Eluotropic Values Solvent Index Polarity Alumina C18 Silica
UV Cut off (nm)
Hexane 0,1 0,01 - 0,00 195 Cyclohexane 0,2 0,04 - - 200
Toluene 2,4 0,29 - 0,22 284 Tetrahydrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212
Ethyl acetate 4,4 0,58 - 0,48 256 Acetone 5,1 0,56 8,8 0,53 330
Methanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205 Acetonitrile 5,8 0,65 3,1 0,52 190
Dimethylformamide 6,4 - 7,6 - 268 Dimethyilsulfoxide 7,2 0,62 - - 268
Water 10,2 - - - 190 (Snyder, 1997)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
Nilai kepolaran antara dua campuran pelarut dapat dihitung dengan :
.....................................(1) P’ = Φa P’a + Φb P’b
Dimana Φa dan Φb adalah fraksi volume pelarut a dan b dalam campuran
sedangkan P’a dan P’b adalah angka indeks polaritas (P’) pelarut murni (Gritter dkk.,
1991).
3. Pembagian jenis KCKT
KCKT dibagi menjadi 6 jenis yaitu :
a. Kromatografi partisi. Pada kromatografi partisi, fase diam dapat polar atau
nonpolar. Bila fase diam polar dan fase gerak non polar disebut kromatografi partisi
fase normal, sedangkan bila fase diam non polar dan fase gerak polar dinamakan
kromatografi fase terbalik. Solut berkeseimbangan di antara fase diam dan fase gerak.
b. Kromatografi adsorpsi. Kromatografi ini menggunakan fase diam padat dan
fase gerak cair atau gas. Solut dapat diadsorpsi pada permukaan partikel padat.
c. Kromatografi pertukaran ion. Anion atau kation diikatkan secara kovalen
pada fase diam padat, disebut resin. Ion-ion solut muatan berlawanan menyerang fase
diam dengan kekuatan elektrostatik dan fase geraknya berupa zat cair.
d. Kromatografi pasangan ion. Secara umum digunakan pada molekul polar
dan ionik. Selektivitasnya ditentukan oleh fase gerak yang berupa pelarut organik dan
dilengkapi reagen pasangan ion yang spesifik (Anonim, 2008).
e. Kromatografi ekslusi. Pada jenis ini, tidak ada interaksi tarik menarik antara
fase diam dan solut. Fase gerak cair atau gas bergerak melalui gel berpori. Ukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
pori cukup kecil untuk mengeluarkan solut yang besar. Molekul solut yang kecil akan
masuk ke dalam pori gel, sedangkan molekul besar akan mengalir tanpa memasuki
pori gel.
f. Kromatografi afinitas. Kromatografi ini digunakan dalam interaksi yang
spesifik antara suatu jenis molekul solut dan sebuah molekul lain yang secara kovalen
terikat pada fase diam. Contohnya untuk pemisahan komponen protein (Harris, 1999).
Pemilihan jenis KCKT yang tepat dan sesuai dengan komponen solut yang
dipisahkan akan menghasilkan pemisahan yang baik.
4. Kromatografi partisi fase terbalik
Kromatografi fase normal adalah kromatografi dengan fase diam polar dan
fase gerak kurang polar atau non polar. Sedangkan kromatografi fase terbalik adalah
kromatografi yang menggunakan fase diam relatif non polar seperti hidrokarbon dan
fase gerak polar seperti air atau metanol (Gritter, 1991). Istilah fase normal dan fase
terbalik digunakan dalam kromatografi partisi untuk menggambarkan polaritas efektif
antara fase diam dan fase gerak (Settle, 1997).
Menurut Skoog dkk. (1994), jika solut ditambahkan dalam kondisi yang
terdiri atas dua pelarut yang tidak bercampur dan keseluruhan kondisi dibiarkan
seimbang, solut akan tersebar antara kedua fase itu menurut persamaan :
CmCsK = ......................................................(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
dimana K adalah koefisien distribusi, Cs adalah kadar solut dalam fase diam, dan Cm
adalah kadar solut dalam fase gerak.
Dalam pemilihan metode kromatografi partisi fase terbalik ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Kolom. Kolom yang digunakan pada jenis kromatografi ini adalah kemasan
fase terikat. Penyangga pada kemasan fase terikat terbuat dari silika (Gritter dkk.,
1991). Fase diam yang biasa digunakan dalam kromatografi partisi fase terbalik
adalah oktadesilsilan (ODS) (Munson, 1991). Menurut Willard dkk (1988), kolom
oktadesilsilan digunakan pada aplikasi yang membutuhkan retensi maksimal,
sehingga pemisahan komponen solut dapat lebih optimal. Interaksi antara senyawa
dengan sisa silanol dapat mengganggu penggunaan kolom fase terbalik. Akibatnya
waktu retensi dari senyawa standar menjadi lebih sulit ditafsirkan (Watson, 1999).
b. Fase gerak. Kandungan fase gerak antara lain air, metanol, etanol, asetonitril,
dioksan, tetrahidrofuran, dan dimetilformamida (Munson, 1991). Metanol sering
digunakan karena merupakan pelarut yang sangat murni, mudah didapat, dan berhasil
baik pada banyak pemisahan (Johnson dan Stevenson, 1978).
5. Analisis kualitatif dan analisis kuantitatif
a. Analisis kualitatif. Analisis kualitatif didapatkan dari nilai waktu retensi.
Waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan oleh solut mulai saat injeksi
sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor. Waktu retensi
dinyatakan sebagai tR (Mulja dan Suharman, 1995). Waktu retensi ini bersifat sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
khas untuk senyawa tertentu pada kondisi tertentu (kolom, suhu, kecepatan aliran,
dan sebagainya). Waktu retensi tidak terpengaruh oleh adanya komponen lain (Nair
dan Bonelli, 1988).
Analisis kualitatif bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa
tertentu dalam solut dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa murni dan
waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam solut.
b. Analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengeplotkan
antara konsentrasi solut dengan luas area di bawah puncak yang didapat dari
integrator (area under curve atau AUC) (Watson, 1999).
c. Analisis kromatogram. Kemampuan untuk memisahkan dua komponen dalam
campuran penting dalam pemisahan secara kromatografi. Kemampuan tersebut
disebut resolusi (Rs) yang didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak dibagi
dengan rata-rata lebar dasar puncak. Berdasarkan definisi tersebut, persamaan
resolusi adalah sebagai berikut:
Persamaan tersebut tam
)()( 12 tt RR −
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
...........................................(3)
pak pada gambar berikut:
Rs = )()2/1( 21 WW +
-
19
Gambar 6. Resolusi antara dua puncak yang berdekatan (Gritter dkk, 1991)
Apabila nilai resolusi ≥ 1,5 berarti pemisahan telah mencapai 99,7 %
(Sastroamidjojo, 2002). Dalam prakteknya, pemisahan dengan harga R = 1,0
dianggap memadai yang berarti kedua puncak berhimpit lebih kurang 2% (Pecsok
dkk., 1976). Resolusi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terlihat pada
persamaan berikut:
..............................(4)
Rs = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
1''1
41
kkN
αα
a b c
Faktor-faktor yang erat hubungannya dengan daya pisah yaitu
1) Efisiensi kolom (a). Efisiensi kolom adalah nilai yang menunjukkan
jumlah plat teoritis dari kolom yang digunakan pada sistem KCKT. Daya
pisah dapat diperbaiki dengan menambah jumlah lempeng teoritis (N).
2) Faktor selektivitas (b). Faktor selektivitas adalah nilai yang
menunjukkan relative retention atau perbandingan waktu retensi antara dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
komponen. Nilai ini menggambarkan ukuran pemisahan dua komponen.
Dapat diperbaiki daya pisahnya dengan mengganti pelarut atau mengubah
komposisi pelarut yang digunakan.
BMR
AMR
tttt
)()(
−−
=α ...............................................(5)
3) Faktor kapasitas (c). Faktor kapasitas adalah nilai yang menunjukkan
seberapa kuat solut berinteraksi dengan kolom. Daya pisah dapat diperbaiki
dengan membuat variasi kekuatan pelarut. Dengan meningkatkan harga k’
maka akan memperbaiki resolusi (Noegrohati, 1994).
M
MR
tttk −=' ...................................................(6)
6. Efisiensi kolom
Teori yang dapat menerangkan tentang efisiensi kolom yaitu :
a. Teori pelat. Teori ini menyatakan bahwa pelat merupakan tinggi atau panjang
dari kolom yang cukup dapat mencapai kesetimbangan antara solut dalam fase gerak
dan fase diam. Semakin banyak pelat yang dimiliki kolom maka akan memberikan
puncak yang lebih sempit atau dapat dikatakan efisiensi kolom menjadi lebih baik.
HETP (Height Equivalent to a Theoritical Plates) adalah ketinggian ekivalen
terhadap jumlah pelat teoritis, L adalah panjang kolom yang digunakan, dan N adalah
jumlah pelat teoritis dari suatu kolom (Sastroahamidjojo,2002).
............................................(7)
HETP = NL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Semakin kecil harga L/N atau makin kecil harga HETP maka makin baik
efisiensi kolom yang digunakan. Tetapi sebagai akibat dari penambahan lempeng
teoritis yaitu semakin lama solut terelusi, sehingga waktu retensi semakin lama
(Skoog dkk., 1994).
Pengukuran secara kuantitatif keefisienan kolom sebagai berikut :
22 ⎤⎡
Dari pe
puncak kromato
(Anonim, 1995).
b. Teori k
parameter transf
sepanjang kolom
penentu dalam te
1). Dif
terkait dengan u
banyaknya kem
solut. Semakin r
keluar dari kolom
keluar dari kolo
kurang efisien (H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
….……...(8) N =
2/1
54,516 ⎥⎦
⎢⎣
=⎥⎦⎤
⎢⎣⎡=
Wt
Wtt RRR
σ
rsamaan tersebut, tR adalah waktu retensi solut, W adalah lebar alas
gram, dan W1/2 adalah lebar puncak pada setengah tinggi puncak
ecepatan. Teori ini dikembangkan berdasarkan pada parameter-
er massa antara fase diam dan fase gerak, kecepatan difusi solut di
, kecepatan alir gerak, dan dinamika fase gerak. Ada 3 faktor
ori ini yaitu :
usi Eddy. Difusi Eddy adalah perbedaan kecepatan molekul solut
kuran partikel dan packing kolom. Difusi ini disebabkan karena
ungkinan celah dalam partikel terpacking yang dapat dilewati oleh
endah kerapatan pada packing kolom maka solut dapat lebih cepat
. Semakin tinggi kerapatan packing kolom maka semakin lama solut
m. Hal ini menyebabkan puncak elusi untuk tiap solut akan menjadi
endayana, 2006).
-
22
Gambar 7. Difusi Eddy (Hendyana, 2006)
2). Difusi longitudinal. Difusi ini merupakan gerakan molekul solut yang
cenderung untuk berdifusi ke segala arah secara acak karena adanya perbedaan
konsentrasi (Noegrohati, 1994) dan mengakibatkan melebarnya puncak kromatogram.
3). Transfer massa non ekuilibrum. Kondisi ini adalah kondisi aliran fase
gerak yang terlalu cepat sementara sebagian molekul-molekul solut tidak dapat keluar
dari fase diam secara cepat sehingga sebagian solut akan terlambat meninggalkan
kolom sehingga dapat terjadi pelebaran puncak sekaligus membuat pemisahan tidak
efisien (Hendayana, 2006).
Gambar 8. Transfer massa fase gerak (kiri) dan fase diam (kanan) (Hendyana, 2006)
Hubungan antara difusi, kesetimbangan, dan kecepatan dinyatakan dalam
persamaan Van Deemter yaitu :
..........................................(9) HETP = vC
vBA ++
HETP adalah tinggi lempeng teoritis. Suku A adalah difusi Eddy, dimana
harga A yang kecil didapatkan dengan memperkecil diameter dalam packing kolom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
dan kerapatannya seragam. Suku B adalah difusi longitudinal dan lebih berperan
dalam kromatografi gas. Pelebaran puncak dapat dikurangi dengan meningkatkan
flow rate fase gerak (Watson, 1999). Sedangkan harga v adalah kecepatan rata-rata
dari fase gerak. Suku C adalah transfer massa yang merupakan hasil penjumlahan dari
nilai transfer masa fase gerak dan fase diam (Noegrohati, 1994).
Bentuk puncak merupakan ukuran efisiensi kolom. Puncak asimetris dapat
mengakibatkan ketidakakuratan pengukuran resolusi, ketidaktelitian hasil penelitian
kuantitatif, dan waktu retensi tidak reprodusibel (Noegrohati, 1994). Bentuk puncak
asimetris dengan bentuk di belakang turun dengan landai disebut tailing, sedangkan
bentuk puncak bagian depan naik dengan landai disebut fronting (Kuwana, 1980).
Gambar 9. Distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
F. Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri serapan adalah pengukuran suatu interaksi antara radiasi
elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu senyawa kimia. Jangkauan panjang
gelombang yang tersedia untuk pengukuran pada daerah ultraviolet yaitu 190 nm
hingga 380 nm. Spektrum ultraviolet pada umumnya tidak mempunyai derajat
spesifikasi yang tinggi, tetapi sesuai untuk pemeriksaan kuantitatif dan bermanfaat
sebagai tambahan untuk identifikasi berbagai senyawa (Anonim, 1995).
Serapan radiasi oleh molekul pada daerah ultraviolet tergantung pada
struktur elektronik dari molekul tersebut (Sastrohamidjojo, 2001). Ada tiga macam
distribusi elektron dalam suatu senyawa organik yaitu orbital elektron pi (π), sigma
(σ), dan elektron tidak berpasangan (n). Apabila pada molekul tersebut dikenakan
radiasi elektromagnetik, maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang
lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antibonding. Diagram tingkat energi
elektron pada keadaan dasar dan keadaan terksitasi ditunjukkan pada gambar berikut:
σ* Anti bonding
π* Anti bonding
n Non bonding
π Bonding
σ Bonding Gambar 10. Diagram eksitasi elektron (Mulja dan Suharman, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Transisi elektronik tersebut membutuhkan adanya kromofor dalam struktur
molekulnya. Kromofor adalah gugus yang mengandung ikatan rangkap tidak jenuh
yang menyediakan orbital π yang dapat mengserapan pada daerah ultraviolet. Selain
kromofor dikenal juga auksokrom, yaitu gugus heteroatom yang terikat langsung
pada gugus kromofor. Gugus tersebut dapat menyebabkan perubahan puncak
kromofor ke panjang gelombang yang lebih panjang (pergeseran batokromik) atau
meningkatkan intensitas (efek hiperkromik) bila terikat pada kromofor. Gugus
auksokrom sedikitnya memiliki sepasang elektron bebas yang dapat berinteraksi
dengan elektron π, misalnya –OCH3, Cl , –OH, –NH2 (Sastrohamidjojo, 2001; Skoog
dkk., 1998).
Intensitas dari serapan dapat dinyatakan sebagai transmitan (T) yang
didefinisikan sebagai berikut :
.............................................................(10) 0/ II
Dengan T sebagai persen transmitan, I0 sebagai intensitas radiasi yang datang, I
sebagai intensitas radiasi yang diteruskan. Rumusan yang lebih tepat untuk intensitas
serapan adalah yang diturunkan dari hukum Lambert dan hukum Beer yang dikenal
dengan hukum Lambert-Beer. Hukum ini menyatakan hubungan antara transmitan
dengan tebalnya cuplikan dan konsentrasi bahan yang menyerap. Hubungan tersebut
dinyatakan sebagai berikut :
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A = log = ε c 0/ II
T=
.............................................(11)
-
26
Dengan A adalah serapan, ε sebagai daya serap molar (L.mol-1cm-1), c adalah
konsentrasi larutan (mol.L-1), dan b adalah tebal larutan (cm). Jika konsentrasi zat
terlarut dinyatakan dalam gram per liter (g/L) maka persamaan menjadi :
.....................................................(12) A = a b c
Dimana adalah daya serap dan berhubungan dengan daya serap molar yang
dinyatakan sebagai berikut:
a
....................................................(13) ε = M a
dimana M adalah bobot molekul zat terlarut (Silverstein et al, 1991). Nilai daya serap
molar dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
............................................(14) ε = . BM . 10 %)1,1( cmA -1
Serapan jenis didefinisikan sebagai serapan dari larutan 1% zat terlarut dalam sel
dengan ketebalan 1 cm dan diberi lambang A (1 cm,1%) (Anonim,1995) dan BM
adalah massa molekul relatif senyawa (Mulja dan Suharman, 1995).
G. Analisis Bikomponen secara Spektrofotometri Ultraviolet
Prinsip analisis bikomponen secara spektrofotometri adalah mencari serapan
tiap-tiap komponen yang memberikan korelasi linier terhadap konsentrasi sehingga
dapat dihitung konsentrasi masing-masing komponen secara serentak atau salah satu
komponen dalam campurannya dengan komponen lain (Mulja dan Suharman, 1995).
Pemilihan metode analisis bikomponen berdasarkan profil kurva serapan masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
masing komponen. Pada spektrum yang tumpang tindih dua daerah, yaitu bila tidak
dapat ditentukan panjang gelombang dimana masing-masing komponen menyerap
secara eksklusif, sehingga dibutuhkan pemecahan dua persamaan simultan dengan
dua variabel yang tidak diketahui (Day dan Underwood, 1996). Spektrum tumpang
tindih pada dua daerah ini adalah sebagai berikut:
s Ac(λ 2) e
r Ac(λ 1) a AY(λ 2) Y p AX(λ1) a X n AX(λ 2) AY(λ 1) λ 1 λ2 Panjang gelombang
Gambar 11. Spektrum serapan senyawa X dan Y dimana serapan kedua komponen saling mempengaruhi (Sastroamidjojo, 2001)
Massart (cit. Zainuddin, 1999) memperkenalkan analisis campuran
bikomponen dengan prinsip persamaan regresi berganda (multivariate regression)
melalui operasi matriks dengan pengamatan pada panjang gelombang berganda
(multiple wavelengths). Pengukuran serapan dilakukan pada multi panjang gelmbang
dengan jumlah melebihi jumlah komponen dan dikenal dengan istilah over-
determined system (Day dan Underwood, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Massart (cit. Zainuddin, 1999) menjelaskan bahwa metode operasi matriks
didapatkan dari persamaan yang diperoleh dari pengamatan pada multi panjang
gelombang yaitu:
Ac1 = a 11.c1 + a 21.c2 Ac2 = a 12.c1 + a 22.c2 ……………………... Acj = a 1j.c1 + a 2j.c2 ……...……………………(15)
Acj = harga serapan campuran pada panjang gelombang ke-j a 1j = daya serap komponen ke-1 pada panjang gelombang ke-j a 2j = daya serap komponen ke-2 pada panjang gelombang ke-j c1 = konsentrasi komponen ke-1c2 = konsentrasi komponen ke-2 j = panjang gelombang ke-1,2,3,……dst Dari persamaan tersebut akan diperoleh persamaan matriks sebagai berikut :
[Ac] = [ a ij] x [cim]……………………………....(16)
Dari persamaan tersebut, harga c1 dan c2 dapat diperoleh dari persamaan berikut:
[ ] [ ] [ ][ ] [ ] [ ]Acxaxaxac 1' −= ............................................(17) Keterangan [ ]c = matriks konsentrasi komponen dalam campuran [ ]a = matriks daya serap komponen campuran [ ]'a = transpose matriks daya serap komponen campuran [ ] [ ][ 1' −axa ] = invers matriks daya serap x transpose matriks daya serap [ ]Ac = serapan campuran (Zainuddin, 1999).
H. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan keseragaman kandungan
zat aktif pulveres A dan pulveres B yang digunakan dalam terapi anak pada Rumah
Sakit X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Parasetamol memiliki serapan maksimal 245 nm dan fenobarbital memiliki
memiliki serapan maksimal 239 nm (Widdop, 1986). Oleh karena itu, parasetamol
dan fenobarbital dapat dideteksi menggunakan detektor UV yang terdapat pada
KCKT. Metode yang dipilih untuk pengujian keseragaman pulveres A adalah metode
KCKT yang telah dioptimasi (Lissanta, 2007) dengan sistem fase gerak campuran
buffer dan metanol dengan perbandingan 90:10, fase diam oktadesilsilan C18 (panjang
30 cm, diameter 5-10 mm), dan kecepatan alir 1,5 ml/menit. Sistem KCKT ini
memiliki akurasi, presisi, dan liniearitas yang baik, nilai LOD parasetamol dan
fenobarbital secara berturut – turut adalah 0,006 mg/ml dan 0,124 mg/ml, dan nilai
LOQ parasetamol dan fenobarbital secara berturut – turut adalah 0,020 mg/ml dan
0,414 mg/ml.
Ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl diketahui memiliki serapan
maksimum 297 nm untuk ketotifen fumarat dan 286 nm untuk siproheptadin HCl
(Widdop, 1986) sehingga kedua senyawa tumpang tindih pada daerah ultraviolet.
Oleh karena itu, metode yang dipilih untuk pengujian keseragaman kandungan
pulveres B adalah metode spektrofotometri ultraviolet dengan aplikasi panjang
gelombang berganda yang telah dioptimasi dan memiliki akurasi, presisi, dan
liniearitas yang baik, nilai LOD ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl secara
berturut – turut adalah 0,30 ppm dan 2,54 ppm, serta nilai LOQ ketotifen fumarat dan
siproheptadin HCl secara berturut – turut adalah 0,87 ppm dan 10,26 ppm (Adrianto,
2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental deskriptif
karena tidak ada manipulasi perlakuan pada subjek uji.
B. Definisi Operasional
1. Pulveres A rumah sakit X adalah serbuk parasetamol dan fenobarbital (dengan
bahan pengisi), yang dibuat dari penggerusan dan pencampuran sejumlah 40
tablet parasetamol 500 mg dan 60 tablet fenobarbital 30 mg sekaligus, yang
dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama untuk 120 bungkus pulveres.
2. Pulveres B rumah sakit X adalah serbuk ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl
(dengan bahan pengisi), yang dibuat dari penggerusan dan pencampuran sejumlah
60 tablet ketotifen fumarat 1 mg dan 30 tablet siproheptadin HCl 4 mg, yang
dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama untuk 120 bungkus pulveres.
3. Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada uji
keseragaman kandungan pulveres A adalah seperangkat instrumen KCKT dengan
fase diam kolom Reverse Phase C18 (30 cm ; 5 mm) dan fase gerak campuran
metanol dan buffer fosfat (10:90).
4. Buffer fosfat yang digunakan adalah campuran garam dinatrium hidrogen fosfat
dan asam asetat.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
5. Aplikasi metode spektrofotometri ultraviolet adalah analisis simultan campuran
ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dengan persamaan regresi berganda
(multivariate regression) melalui perhitungan matriks.
6. Pulveres A dan pulveres B dikatakan seragam kandungan zat aktifnya apabila
jumlah zat aktif 9 dari 10 satuan pulveres A dan B terletak dalam rentang 85,0 %
hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket dan KV ≤ 6,0%.
7. Apabila tidak memenuhi uji keseragaman 10 satuan, dilakukan pengujian 20
satuan tambahan. Pulveres A dan pulveres B dikatakan seragam kandungan zat
aktifnya apabila tidak lebih dari 3 satuan dari 30 sediaan pulveres A dan B
terletak di luar rentang 85,0 % hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket dan
KV dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
C. Bahan-bahan Penelitian
Bahan-bahan dalam penelitian ini meliputi pulveres A, pulveres B,
parasetamol kualitas working standard (Brataco), natrium fenobarbital (Ion),
ketotifen fumarat kualitas working standard (Dankos), siproheptadin HCl kualitas
working standard (Pharos), metanol p.a (E .Merck), natrium dihidroksi sulfat kualitas
teknis, asam asetat glasial p.a (E. Merck), akuabidestilata (Laboratorium Kimia
Organik, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma).
D. Alat-alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : spektrofotometer
UV/Vis merek Genessis 10; HPLC merek Shimadzu dengan LC-10AD No.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
C20293309457 J2, detektor UV/Vis SPD-10AV No. C20343502697 KG, CBM-101
merk Shimadzu Cat No.223-03750-94 serial No. C50363502311 SA, kolom
oktadesilsilan merek Waters BondapacTM C18 (panjang 30 cm; P61271B02 P/N
27324; diameter 5-10 mm), injektor jenis katup suntik, model 7725i, seperangkat
komputer merek Acer; syringe No. 046-00038-01, jarum syringe No. 228-18216-91;
degassing ultrasonic merek Restch tipe T460 No. V935922013 EY; vakum merek
Gast model DOA-P104-BN; organic solvent membrane filter merek Whatman
(ukuran pori 0,5 µm; diameter 47 mm); inorganic solvent membrane filter merek
Whatman (ukuran pori 0,45 µm; diameter 47 mm); membrane filter holder merek
Whatman (kapasitas 300 ml) Cat. No. 1960 004 ; penyaring milipore; mikropipet
Socorex ukuran 200-1000 µl, 100-1000 µl, dan 500-5000 µl, neraca electrik merek
Scaltec SBC 22; sentrifuge; tabung sentrifuge; mortir dan stamper; seperangkat alat-
alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis.
E. Tata Cara Penelitian
1. Pengambilan sampel
Sampel yang diambil merupakan pulveres A dan pulveres B rumah sakit X
di Yogyakarta. Sediaan pulveres yang diambil sebagai sampel merupakan dua jenis
pulveres yang paling sering digunakan di rumah sakit X. Masing-masing jenis
pulveres diambil secara random untuk pengujian keseragaman 10 satuan terlebih
dahulu. Apabila persyaratan keseragaman 10 satuan tidak terpenuhi, dilakukan
pengujian 20 satuan tambahan yang diambil secara random pada kelompok dengan
nomor batch yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
2. Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
a. Pembuatan buffer fosfat. Buffer dibuat dengan melarutkan 7,5 gram
Na2HPO4 dalam 500 mL akuabides. Nilai pH kemudian dibuat sampai 3,2 dengan
asam asetat glassial p.a menggunakan alat potensiometer. Dan kemudian ditambah
aquabidest hingga 1000 ml. Buffer fosfat harus selalu dibuat baru.
b. Pembuatan fase gerak buffer : metanol (90 : 10). Fase gerak yang digunakan
dalam penelitian menggunakan campuran buffer dan metanol dengan perbandingan
90 : 10. Fase gerak dibuat dalam labu takar 1,0 liter kemudian digojog dan disaring
dengan penyaring Whatman anorganik dengan bantuan pompa vakum. Fase gerak
kemudian didegassing selama 15 menit.
c. Pembuatan larutan baku parasetamol dan fenobarbital.
1) Pembuatan larutan stok dan intermediet parasetamol. Parasetamol
ditimbang lebih kurang 50,0 mg secara seksama, dimasukkan dalam labu
ukur 10 ml, dilarutkan dengan 3 ml metanol p.a, kemudian ditambah buffer
fosfat pH 3,2 hingga tanda. Larutan stok diambil 5,0 ml, dimasukkan dalam
labu ukur 10,0 ml, kemudian diencerkan dengan buffer fosfat pH 3,2 hingga
tanda (larutan intermediet).
2) Pembuatan larutan stok fenobarbital. Natrium fenobarbital ditimbang
lebih kurang 55,0 mg secara seksama, yang setara dengan 50,24 mg
fenobarbital, dimasukkan dalam labu ukur 25,0 ml, dilarutkan dengan 5 ml
metanol p.a, kemudian ditambah dengan buffer fosfat pH 3,2 hingga tanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
3) Pembuatan seri kurva baku parasetamol. Larutan intermediet
parasetamol diambil sebanyak 0,28 ml dan 0,56 ml, dan larutan stok
parasetamol diambil sebanyak 0,42; 0,56; dan 0,70 ml. Masing-masing
larutan tersebut kemudian diencerkan dengan buffer fosfat pH 3,2 dalam
labu takar 10 ml hingga tanda dan didapatkan 5 seri baku yaitu 0,07; 0,14;
0,21; 0,28 dan 0,35 mg/ml. Seri baku parasetamol disaring dengan milipore
dan didegassing selama 15 menit. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
4) Pembuatan seri kurva baku fenobarbital. Larutan stok fenobarbital
diambil sebanyak 2,3; 2,8; 3,4; dan 4 ml. Masing-masing larutan tersebut
kemudian diencerkan dengan buffer fosfat pH 3,2 dalam labu takar 5 ml
hingga tanda. Sedangkan seri ke-5 menggunakan larutan stok. Seri baku
fenobarbital disaring dengan milipore dan didegassing selama 15 menit.
Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
d. Penetapan panjang gelombang pengamatan antara parasetamol dan
fenobarbital dengan spektrofotometer UV. Parasetamol dan fenobarbital masing-
masing ditimbang lebih kurang 10,0 mg secara seksama, dimasukkan dalam labu
takar 10 ml, dilarutkan dengan 3 ml metanol p.a, kemudian ditambah buffer fosfat pH
3,2 hingga tanda. Larutan stok diambil sebanyak 50, 70 dan 90 µl, dimasukkan dalam
labu takar 10 ml, kemudian diencerkan dengan buffer fosfat pH 3,2 hingga tanda.
Larutan ini dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 200-300 nm dengan
spektrofotometer UV. Spektra parasetamol dan fenobarbital ditumpangtindihkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
untuk mengetahui panjang gelombang pengamatan pada deteksi dengan KCKT fase
terbalik.
e. Pengamatan waktu retensi parasetamol dan fenobarbital baku. Larutan
parasetamol baku dengan konsentrasi 0,21 mg/ml dan larutan fenobarbital baku
dengan konsentrasi 1,5 mg/ml disaring dengan milipore dan didegassing selama 15
menit. Kemudian sebanyak 50,0 µl larutan disuntikkan ke dalam sistem KCKT yang
telah dioptimasi.
f. Pembuatan persamaan kurva baku parasetamol. Sebanyak 50,0 µl masing-
masing seri larutan baku disuntikkan ke dalam sistem KCKT yang telah dioptimasi.
Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali, dipilih persamaan kurva baku parasetamol yang
paling baik.
g. Pembuatan persamaan kurva baku fenobarbital. Sebanyak 50,0 µl masing-
masing seri larutan baku disuntikkan ke dalam sistem KCKT yang telah dioptimasi.
Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali, dipilih persamaan kurva baku fenobarbital yang
paling baik.
3. Uji keseragaman kandungan zat aktif pulveres A secara KCKT
Sebanyak satu bungkus pulveres A ditimbang secara seksama, dimasukkan
dalam labu ukur 10,0 ml, dilarutkan dengan 3,0 ml metanol p.a, kemudian ditambah
buffer fosfat pH 3,2 hingga tanda. Larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung
sentrifuge, ditutup dengan parafilm, dan disentrifuge selama 10 menit, kecepatan
3500 rpm. Larutan ini selanjutnya disebut larutan X dan digunakan untuk menetapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
konsentrasi fenobarbital. Sebanyak 125 µl larutan X diambil, dimasukkan ke dalam
labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan buffer hingga tanda, selanjutnya larutan ini
disebut larutan Y dan digunakan untuk menetapkan konsentrasi parasetamol. Larutan
X dan Y disaring dengan milipore dan didegassing selama 15 menit. Kemudian
sebanyak 50,0 µl larutan disuntikkan ke dalam sistem KCKT dengan kolom ODS (5
mm x 30 cm), menggunakan perbandingan fase gerak buffer : metanol (90:10) dan
kecepatan alir 1,5 ml/ menit. Waktu retensi sampel kemudian diamati.
4. Optimasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Panjang
Gelombang Berganda
a. Pembuatan larutan baku ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl. Ketotifen
fumarat dan siproheptadin HCl masing-masing ditimbang lebih kurang 10,0 mg
secara seksama, dimasukkan dalam labu ukur 10,0 ml, dan dilarutkan dengan metanol
p.a hingga tanda. Selanjutnya, masing-masing larutan tersebut diambil sebanyak
0,100; 0,125; 0,150; 0,175; 0,200; 0,225; dan 0,250 ml, kemudian dimasukkan dalam
labu ukur 10,0 ml. Larutan tersebut diencerkan dengan metanol p.a hingga tanda
sehingga diperoleh larutan baku ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl masing-
masing dengan seri konsentrasi 10,00; 12,50; 15,00; 17,50; 20,00; 22,50; dan 25,00
ppm.
b. Penentuan panjang gelombang pengamatan. Tiga seri konsentrasi larutan
ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl yang telah dibuat, masing-masing diukur
absorbansinya pada rentang panjang gelombang 220-380 nm. Pada spektra serapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl yang diperoleh, ditentukan panjang
gelombang yang akan digunakan dalam penelitian yaitu 7 panjang gelombang yang
berada pada daerah tumpang tindih antara spektra serapan tersebut. Panjang
gelombang ini adalah panjang gelombang pengamatan yang akan digunakan untuk
mengukur serapan seri konsentrasi baku dan larutan sampel.
c. Penentuan daya serap ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl. Seri larutan
baku ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl yang telah dibuat masing-masing
diukur serapannya pada 7 panjang gelombang pengamatan yang telah dipilih.
Kemudian, harga daya serap ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl pada masing-
masing panjang gelombang pengamatan dihitung dengan menggunakan persamaan
regrasei linier. Harga daya serap pada masing-masing panjang gelombang merupakan
koefisien regresi (b) dari persamaan regresi Y = bX + a; dimana Y adalah harga, X
adalah konsentrasi (ppm), dan a adalah konstanta.
5. Uji keseragaman kandungan zat aktif pulveres B secara spektrofotometri
ultraviolet berganda
Sebanyak satu bungkus pulveres B ditimbang secara seksama, dimasukkan
dalam labu ukur 10,0 ml, dilarutkan dengan metanol p.a hingga tanda. Larutan
sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge, ditutup dengan parafilm, dan
disentrifuge selama 10 menit, kecepatan 3500 rpm. Sebanyak 2400 µl larutan yang
telah disentrifuge diambil, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan
dengan buffer hingga tanda, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang
pengamatan yang telah dipilih. Kemudian dilakukan perhitungan konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl berdasarkan serapancampuran dengan
menggunakan persamaan matriks.
F. Analisis Hasil
1. Analisis hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres A
a. Luas area kromatogram (AUC = Area Under The Curve) dari berbagai seri
baku digunakan untuk membuat kurva baku menggunakan persamaan
regresi linear y = bx + a yang merupakan hubungan antara konsentrasi
dengan luas area yang dihasilkan.
b. Penetapan konsentrasi parasetamol dan luminal dalam sampel menggunakan
persamaan kurva baku yang diperoleh, dengan memasukkan AUC yang
diperoleh sebagai y.
c. Konsentrasi parasetamol dan fenobarbital hasil perhitungan selanjutnya
dibandingkan secara deskriptif dengan ketentuan uji keseragaman
kandungan menurut Farmakope Indonesia IV.
2. Analisis hasil pengujian keseragaman kandungan pulveres B
a. Konsentrasi ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl hasil perhitungan
persamaan matriks digunakan untuk menghitung konsentrasi ketotifen
fumarat dan siproheptadin HCl dalam sampel pulveres.
b. Konsentrasi ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl hasil perhitungan
selanjutnya dibandingkan secara deskriptif dengan ketentuan uji
keseragaman kandungan menurut Farmakope Indonesia IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengambilan Sampel
Pada proses produksi, pulveres A dan B dibuat dengan penggerusan dan
pencampuran serbuk dalam jumlah banyak secara sekaligus. Sehingga, uji
keseragaman kandungan zat aktif bertujuan untuk mengetahui keseragaman kadar zat
aktif dalam pulveres A dan pulveres B rumah sakit X. Uji ini dilakukan untuk
menjamin kualitas dan keamanan pulveres ketika digunakan pada pasien anak rumah
sakit X.
Menurut Farmakope Indonesia IV, keseragaman sediaan dapat dilakukan
dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau keseragaman
kandungan. Persyaratan keragaman bobot dapat ditetapkan pada produk yang
mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari bobot
satuan sediaan. Keseragaman zat aktif jika ada dalam jumlah lebih kecil ditetapkan
dengan persyaratan keseragaman kandungan.
Pada etiket, fenobarbital pada pulveres A terdapat dalam jumlah kecil yaitu
15 mg. Pada etiket pulveres B tertulis bahwa kandungan ketotifen fumarat adalah
sebesar 0,5 mg dan kandungan siproheptadin adalah 1 mg dalam tiap pulveres.
Jumlah zat aktif pulveres A dan B tersebut terdapat dalam jumlah kecil kurang dari
50 mg, maka digunakan persyaratan keseragaman kandungan.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan merupakan dua jenis pulveres
anak yang paling sering digunakan di Rumah Sakit X. Pulveres A memiliki
perbandingan 11.11:1 yaitu 166,7 mg parasetamol dan 15 mg fenobarbital. Pulveres
B memiliki perbandingan 1:2 yaitu 0,5 mg ketotifen fumarat dan 1 mg siproheptadin
HCl. Pada penelitian ini, setiap satuan pulveres dalam 1 batch yang sama memiliki
kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (random) pada pengujian
keseragaman kandungan.
B. Uji Keseragaman Kandungan Pulveres A secara KCKT
1. Optimasi metode KCKT
Penelitian ini mengacu pada penelitian Lissanta (2008) mengenai optimasi
penetapan kadar campuran parasetamol dan fenobarbital dengan metode KCKT yang
memiliki akurasi, presisi, dan liniearitas yang baik, nilai LOD parasetamol dan
fenobarbital secara berturut – turut adalah 0,006 mg/ml dan 0,124 mg/ml, dan nilai
LOQ parasetamol dan fenobarbital secara berturut – turut adalah 0,020 mg/ml dan
0,414 mg/ml.
Sistem KCKT fase terbalik tersebut adalah:
Instrumen : Shimadzu LC-10 AD
Kolom : C18 merk Waters Bondapac dengan panjang kolom
30 cm No. P61271B02
Fase gerak : buffer fosfat pH 3,2 : metanol (90 : 10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Kecepatan alir : 1,5 ml/menit
AUFS/Attenuation : 0,01/7 untuk fenobarbital dan 0,01/9 untuk
parasetamol
Detektor : UV pada 236 nm
Sistem kromatografi ini adalah kromatografi partisi fase terbalik. Alasan
pemilihan sistem ini adalah senyawa yang digunakan yaitu parasetamol dan
fenobarbital bersifat polar dan larut dalam pelarut yang lebih polar seperti air,
metanol, dan asetonitril. Dengan demikian, fase gerak yang digunakan lebih polar
dibandingkan fase diamnya. Fase gerak tersebut adalah campuran fase gerak metanol
dan buffer fosfat pH 3,2. Sedangkan fase diam yang digunakan lebih nonpolar
dibanding fase geraknya, yaitu berupa kolom oktadesilsilan (C18).
Pada penelitian ini, fase gerak yang digunakan adalah campuran buffer fosfat
pH 3,2 dan metanol dengan perbandingan 90:10 yang merupakan kondisi optimum.
Zat aktif pada pulveres A memiliki kelarutan yang baik dalam metanol, sehingga
metanol digunakan dalam campuran fase gerak.
Buffer fosfat dibuat hingga pH 3,2 dan memiliki fungsi dalam
mempertahankan pH dengan cara mempertahankan kesetimbangan rasio konsentrasi
asam dan konsentrasi garamnya. Penggunaan buffer fosfat pH 3,2 bertujuan untuk
meminimalkan ionisasi sampel. Buffer fosfat dibuat dengan menggunakan
potensiometer yang telah dikalibrasi dan selalu dibuat baru supaya tidak ditumbuhi
mikroorganisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Kecepatan alir pada sistem KCKT elusi isokratik ini adalah 1,5 ml/menit.
Elusi isokratik merupakan elusi yang memiliki komposisi fase gerak yang tetap
selama analisis. Kecepatan alir sistem KCKT ini adalah kondisi optimum yang
mampu menghasilkan waktu retensi lebih pendek dengan adanya tekanan yang lebih
besar pada kolom. Kondisi ini penting dalam efisiensi waktu kerja saat analisis.
Parasetamol dan fenobarbital memiliki gugus kromofor yang bertanggung
jawab mengserapan radiasi ultraviolet. Ikatan rangkap pada gugus kromofor senyawa
tersebut mengandung elektron π yang akan mudah tereksitasi ke tingkat yang lebih
tinggi yaitu orbital π* apabila dikenai sinar radiasi elektromagnetik. Selain itu,
terdapat pula gugus auksokrom pada parasetamol yang dapat meningkatkan intensitas
serapan senyawa tersebut. Pada gambar berikut dapat dilihat gugus kromofor dan
auksokrom masing-masing senyawa.
(a) (b)
Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom (a) parasetamol dan (b) fenobarbital Keterangan : Gugus kromofor =
Gugus auksokrom =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
Pada penelitian, didapatkan spektrum tum ang tindih parasetamol dan
fenobarbital pada daerah ultraviolet yang tampak pada gambar berikut.
p
Gambar 13. Spektrum serapan tumpang tindih Keterangan 09mg/ml
Pada gambar di atas, panjang gelombang serapan maksimum spektrum
parasetamol adalah 245 nm. Menurut Widdop (1986), parasetamol dalam larutan
asam memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 245 nm. Dengan
demikian pada penelitian ini, panjang gelombang serapan maksimum parasetamol
sesuai dengan teoritis.
Panjang gelombang serapan maksimum spektrum fenobarbital pada gambar
di atas adalah 236 nm. Panjang gelombang 236 nm dipilih sebagai panjang
gelombang pengamatan. Tujuannya adalah supaya fenobarbital dapat terdeteksi
karena serapan fenobarbital lebih kecil dibandingkan parasetamol. Pada gambar di
atas, parasetamol dapat memberikan serapan pada panjang gelombang pengamatan
236 nm.
: a = fenobarbital 0,09mg/ml; b = parasetamol 0,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
2. Pembuatan kurva baku parasetamol dan fenobarbital
Pemisahan parasetamol dan fenobarbital pada penelitian ini menggunakan
senyawa yang bersifat
lebih po
n fase
diam ya
jenis kromatografi partisi fase terbalik. Hal ini mengakibatkan
lar akan terelusi lebih dahulu pada fase gerak yang bersifat polar, sedangkan
senyawal yang cenderung nonpolar akan lebih lama tertambat pada fase diam yang
bersifat nonpolar, dan waktu retensinya akan lebih