PKN

27
Negara Indonesia sebagai organisasi besar mempunyai visi, dan misi, adapun visi Indonesia adalah “Visi Bangsa Indonesia 2025”. Mengapa dinamakan demikian, karena visi ini diarahkan sampai tahun tahun 2025 atau yang kita sebut sebagai Rencana Jangka Panjang Nasional 2025. Rencana Jangka Panjang Nasional adalah Negara Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Mandiri, artinya mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Maju, diiukur dari kualitas sumber daya manusia (SDM), tingkat kemakmuran, kemantapan siystem, kelembagaan politik dan hukum. Adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah. Dan visi terakhir adalah makmur, diukur dari tingkat pemenuhan seluruh kebutuhan hidup. Sedangkan misinya adalah misi pembangunan, yaitu : 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari

description

arah pembangunan Indonesia

Transcript of PKN

Negara Indonesia sebagai organisasi besar mempunyai visi, dan misi, adapun visi Indonesia adalah Visi Bangsa Indonesia 2025. Mengapa dinamakan demikian, karena visi ini diarahkan sampai tahun tahun 2025 atau yang kita sebut sebagai Rencana Jangka Panjang Nasional 2025.

Rencana Jangka Panjang Nasional adalah Negara Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Mandiri, artinya mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Maju, diiukur dari kualitas sumber daya manusia (SDM), tingkat kemakmuran, kemantapan siystem, kelembagaan politik dan hukum. Adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah. Dan visi terakhir adalah makmur, diukur dari tingkat pemenuhan seluruh kebutuhan hidup.

Sedangkan misinya adalah misi pembangunan, yaitu :

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasionalUntuk mewujudkan visi Indonesia tahun 2025 tersebut, maka ditetapkan :A. Arah Pembangunan I Pembangunan Masyarakat,B. Arah Pembangunan II Pembangunan Daya Saing Bangsa, C. Arah Pembangunan III Pembangunan Politik dan Hukum, D. Arah Pembangunan IV Pembangunan Keamanan,E. Arah Pembangunan V Pembangunan Wilayah,F. Arah Pembangunan VI Pembangunan Lingkungan Hidup, danG. Arah Pembangunan VII Pembangunan Negara Kepulauan.Arah Pembangunan

I. Pembangunan Masyarakat

a. Kehidupan Beragama Memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan etika Meningkatkan kerukunan hidup umat beragamab. Jatidiri Bangsa Mewujudkan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik, modern, dan unggul.c. Budaya Inovatif Meningkatkan penghargaan masyarakat terhadap iptek Mendorong berbagai bentuk pengungkapan kreativitas Transformasi masyarakat dari budaya konsumtif menuju budaya produktifII. Pembangunan Daya Saing Bangsaa. Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Peningkatan kualitas SDM yang dicermainkan oleh: 1. Meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM), 2. Meningkatnya indeks pembangunan gender (IPG), 3. Angka reproduksi netto (NRR) = 1, dan 4. Angka kelahiran total (TFR) = 2,1. Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Pembangunan pendidikan merupakan investasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginyab. Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan Berdayasaing Global Transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif ke perekonomian berbasis keunggulan kompetitif. Berlandaskan prinsip demokrasi ekonomi sehingga terjamin kesempatan berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat Kelembagaan ekonomi dikembangkan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, sekaligus sebagai katalisator pembangunan untuk terjaganya keberlangsungan mekanisme pasar Struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer ditingkatkan untuk memperkuat basis produksi secara nasional. Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing dengan struktur yang sehat / kuat dan berkeadilan. Perdagangan dalam negeri diarahkan untuk memperkokoh sistem distribusi nasional yang efisien dan efektif.c. Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Iptek Untuk mendukung pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan yang dilakukan melalui:1. Penerapan iptek secara luas dalam sistem produksi barang dan jasa2. Pembangunan pusat-pusat keunggulan iptek3. Pengembangan lembaga penelitian yang handal4. Pengakuan terhadap hasil temuan dan hak atas kekayaan intelektual Diarahkan untuk:1. Menciptakan dan menguasai iptek (ilmu dasar, terapan, sosial, dan humaniora) untuk menghasilkan teknologi.2. Memanfaatkan teknologi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litbang-rek)3. Mendukung pemenuhan kebutuhan di semua bidang kehidupand. Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju Peran pemerintah difokuskan pada perumusan kebijakan dimana peran swasta semakin ditingkatkan terutama untuk sarana dan prasarana yang sudah layak secara komersial Pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air untuk mewujudkan fungsi air sebagai sumber daya sosial dan sumber daya ekonomi yang seimbang Pembangunan transportasi dilaksanakan dengan pendekatan pengembangan wilayah untuk mendukung kegiatan ekonomi, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional, dan memantapkan pertahanan dan keamanan Pembangunan pos dan telematika untuk mendorong terciptanya masyarakat berbasis informasi Pembangunan sarana dan prasarana energi dan ketenagalistrikan adalah untuk meningkatkan akses dan pelayanan konsumen terhadap energi. Memenuhi kebutuhan hunian dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat dan kebutuhan sektor lain.e. Reformasi Hukum dan Birokrasi Pembangunan hukum diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan :1. Mengatur permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi terutama untuk dunia usaha dan dunia industri2. Menciptakan kepastian investasi Menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) Reformasi birokrasi diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik.III. Pembangunan Politik dan Hukuma. Penyempurnaan struktur politik yang dititkberatkan pada proses pelembagaan demokrasib. Penataan peran negarawan dan masyarakat diarahkan pada pembentukan kemandirian dan kedewasaan masyarakat dan pembentukan masyarakat madani yang kuatc. Penataan proses politik dititikberatkan pada pengalokasian representasi kekuasaand. Pengembangan budaya politik dititikberatkan pada penanaman nilai-nilai demokrastise. Pembangunan infromasi dan komunikasi ditekankan pada pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politikf. Pembangunan hukum diarahkan untuk mewujudkan sistem hukum nasional yang mantap bersumber pada Pancasila, UUD 45 yang disertai dengan pembangunan materi hukum, pembangunan struktur hukum, penerapan dan penegakan hukum dan HAM, peningkatan kesadaran hukum dalam masyarakat, dan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan aparatur negara.IV. Pembangunan Keamanana. Keamanan nasional diwujudkan melalui keterpaduan pembangunan pertahanan, keamanan dalam negeri, dan keamanan sosialb. Pembangunan pertahanan mencakup sistem dan strategi pertahanan, postur dan struktur pertahaanan, profesionalisme TNI, pengembangan teknologi pertahanan dalam mendukung ketersediaan alutsista, komponen cadangan, dan pendukung pertahanan.c. Pembangunan pertahanan diarahkan untuk mewujudkan kemampuan yang melampaui kekuatan pertahanan minimal, serta memiliki efek penggentar yang disegani.d. Pembangunan keamanan diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme Polri.e. Peningkatan profesionalisme lembaga intelijen dan kontra intelijen.V. Pembangunan Wilayaha. Pengembangan wilayah ditujukan untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya, dengan: Mempercepat pembangunan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh, wilayah tertinggal dan terpencil, dan wilayah perbatasan. Menyeimbangkan pertumbuhan kota-kota metropolitan, besar, dan kecil Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi antara wilayah perkotaan dan perdesaan Menerapkan rencana tata ruang sebagai acuan kebijakan spasial untuk semua sektor Menerapkan sistem pengelolaan pertahanan yang efisien dan efektif Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan kerjasama antar daerahb. Pembangunan kesejahteraan sosial difokuskan pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung.c. Penyempurnaan sistem jaminan sosial (SJSN), sistem perlindungan sosial (SPSN) yang terintegrasi dengan sistem nomor induk kependudukan (NIK)d. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya disertai dengan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat akan air minum dan sanitasi.e. Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap.VI. Pembangunan Lingkungan Hidupa. Mendayagunakan sumber daya alam (SDA) yang terbarukanb. Mengelola SDA yang tidak terbarukanc. Menjaga keamanan ketersediaan energid. Menjaga dan melestarikan sumber daya aire. Mengembangkan potensi sumber daya kelautanf. Meningkatkan nilai tambah atas SDA tropis yang unik dan khasg. Memperhatikan dan menglola keragaman jenis SDA yang ada di tiap wilayahh. Mitigasi bencana sesuai dengan kondisi geologi Indonesiai. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkunganj. Meningkatkan kapasitas pengelolaan SDA dan lingkungan hidup (LH)k. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai LHVII. Pembangunan Negara Kepulauana. Membangkitkan wawasan dan budaya baharib. Meningkatkan dan menguatkan peranan SDM kelautanc. Menetapkan wilayah NKRI, aset-aset, dan hal-hal yang terkait didalamnya, yang telah digariskan oleh hukum laut UNCLOS 1982d. Melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset NKRIe. Mengembangkan industri kelautanf. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran lautg. Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisirTantangan1. Tantangan Multikultural

Multikultural, berasal dari kata multi yang artinya banyak, kultural artinya kebudayaan. Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (Mengangkat fenomena yang ada dalam masyarakat Indonesia dengan multikultural/budaya yang jamak), memiliki beragam suku, agama, dan ras. Namun masih banyak menghadapi masalah dengan kejamakan budaya yang dimilikinya ini. Pemahaman bahwa ada yang berbeda dan ada yang lain yang menjadi dasar bagi multikulturalisme belum menjadi sebuah keumuman dalam masyarakat Indonesia. Hal ini tentunya perlu pemahaman mendasar akan multikulturalisme dalam lingkup masyarakat Indonesia.

Multikultualisme bisa dimaknai sebagai sebuah keyakinan bahwa individu-individu dari berbagai kebudayaan secara tetap hidup berdampingan (living together) dengan individu-individu lainnya yang memiliki perilaku, kebiasaan, kepercayaan dan penampakan fisik yang benar-benar berbeda.

Namun, masyarakat multikultural bukannya tidak menemui masalah tersembunyi, dikarenakan bisa terjadi disparitas dalam kebudayaan dan sumber daya yang akan melahirkan ketidakpuasan dan konflik sosial. Di samping itu, potensi untuk berbenturan semakin besar ketika perbedaan nasionalitas, etnisitas, dan ras timbul bersamaan dengan perbedaan agama, posisi sosial, dan ekonomi.

Berkaca dari permasalahan tersebut, maka multikulturalisme menekankan pentingnya belajar dan memahami kebudayaan lain secara simpatik. Dari pemahaman ini diharapkan dapat tumbuh suatu apresiasi terhadap budaya yang berbeda tersebut, dalam artian penilaian secara positif. Dengan apresiasi positif ini, maka kemudahan akses terhadap sistem pengetahuan dan budaya baru dapat terjadi.

Tentunya perlu ada sebuah paradigma mendasar dalam menghadapi multikulturalisme, yang mana kita akan saling mengajak untuk menghargai kebudayaan-kebudayaan orang lain, namun tetap setia pada kebudayaan kita sendiri. Dalam artian kita tidak hendak melakukan pencampurbauran budaya namun kita masih tetap loyal pada budaya masing-masing dengan tetap menghargai kebudayaan lain.

2. Tantangan Militer dan Nonmiliter

2.1 Tantangan MiliterGlobalisasi telah melahirkan perubahan hakekat ancaman yang semakin komplek, tidak hanya ancaman konvensional/tradisional/militer semata, melainkan juga ancaman non konvensional/non tradisional/non militer. Di era globalisasi saat ini, setiap negara akan mengalami dan merasakan adanya dampak globalisasi berupa lahirnya isu baru, yakni demokrasi, HAM dan perspektif ancaman baru yang muncul, tanpa terkecuali Indonesia.Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dari sisi geografis, geopolitis dan geo ekonomi, Indonesia menjadi incaran dari berbagai negara yang mempunyai kepentingan terhadap sumber kekayaan alam yang melimpah, khususnya semenjak era reformasi. Berbagai kelemahan Bangsa Indonesia telah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu. Persoalan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan yang marak setelah krisis ekonomi sangat mengancam eksistensi keutuhan Bangsa Indonesia. Menghadapi ancaman dan persoalan yang dihadapi bangsa dan negara, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dituntut mengembangkan kepemimpinan handal, kredibel dan responsif terhadap tantangan tugas yang semakin berat. Dalam TNI dibutuhkan kepemimpinan yang mampu menghadapi tantangan tugas di era globalisasi dimana ancaman terhadap bangsa dan negara semakin komplek meliputi ancaman militer maupun non militer. Kepemimpinan yang dimaksud adalah:

a) Tipe kepemimpinan TNI ke depan harus memiliki sifat, karakter dan model kepemimpinan yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis, kondisi, situasi dan permasalahan yang dihadapinya, khususnya terkait dengan tantangan tugas masa depan, yakni permasalahan menghadapi tuntutan dan tantangan arus globalisasi.

b) Tidak ada satu pun tipe kepemimpinan TNI yang dapat mengatasi semua hakekat ancaman yang sangat komplek dan muti dimensi, sehingga mengancam keutuhan NKRI. Setiap tipe kepemimpinan TNI memiliki kekuatan dan kelemahan. Oleh karena itu, kombinasi dan modifikasi dari seluruh tipe kemimpinan TNI sudah selayaknya dimiliki oleh setiap pemimpin TNI di masa mendatang.

c) Sedangkan tipe kepemimpinan TNI yang paling cocok untuk mengatasi tantangan tugas TNI di masa depan adalah kombinasi dan modifikasi kepemimpinan militeristis, demokrasi dan kolaboratif. Sehingga perlu kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihak bahwa jabatan dalam pimpinan TNI adalah jabatan karier dan bukan jabatan politis sehingga jangan sampai penempatan jabatan pada pimpinan TNI diintervensi oleh kepentingan politik kelompok tertentu, khususnya DPR dan Partai Politik, serta dipolitisir yang akhirnya merugikan citra dan integritas.2.2 Tantangan Non MiliterTantangan dinamika kehidupan bangsa menuju tujuan nasional di era global menghadapi berbagai kepentingan dan persaingan yang semakin luas dan terbuka, karena lingkupnya tidak saja regional tetapi juga global. Tantangan ini jelas bukanlah ancaman yang bersifat konvensional, persaingan dan tantangan global itu merupakan ancaman nonmiliter yang tidak dapat dihadapi dengan kekuatan militer. Ancaman nonmiliter adalah ancaman tidak menggunakan kekuatan bersenjata, yang dapat melemahkan nilai-nilai, sendi-sendi dan tata kehidupan nasional dan/atau dinilai memiliki kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan bangsa dalam mencapai tujuan nasional.

Untuk itu bangsa Indonesia dalam dinamika kehidupannya harus membangun kekuatan di luar kekuatan militer, yang berada pada profesionalisme warga negara dalam dinamika kehidupan, memanfaatkan sumber daya nasional yang mampu menjamin tercapainya tujuan nasional. Kekuatan itu adalah kedudukan setiap warga negara sebagai unsur kekuatan bangsa lainnya, yang dalam kedudukan dan profesi terjiwai oleh jati diri dan moral bangsa. Unsur kekuatan bangsa adalah segenap kemampuan yang dimiliki bangsa yang dapat didayagunakan untuk menghadapi ancaman nonmiliter termasuk ancaman transnasional baik langsung maupun tidak langsung.

Ancaman non militer ini terjadi khususnya di wilayah-wilayah perbatasan, ancaman itu bisa berbentuk ideologi, politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Karena itulah, TNI terus membangun kekuatan untuk menangkal dan akan membangun kekuatan untuk suatu operasi militer dan nonmiliter.

Kekuatan itu antara lain dikeluarkannya arah kebijakan sistem pertahanan negara yang pro kesejahteraan. Pertama, mengoptimalkan perhatian kepada perumusan dan implementasi berbagai regulasi dan kebijakan pertahanan Negara. Kedua, Dephan akan mengintensifkan peran industri pertahanan sebagai bagian kekuatan ekonomi nasional untuk mendukung kebutuhan TNI dan instansi pemerintah lainnya serta mampu memasok pasar luar negeri. Arah kebijakan lainnya memantapkan soliditas dan kerjasama antara Kementerian Pertahanan dengan TNI dan mengembangkan jaringan kerjasama lintas Kementerian, nonkementerian dan simpul eksternal untuk tercapainya misi pertahanan negara dan mengembangkan pola pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar.

Selain upaya-upaya yang dilakukan diatas, tidak kalah penting untuk menangkal tantangan non militer yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Kekuatan Pendidikan kewarganegaraan bukanlah hanya mata pelajaran, tetapi adalah upaya sadar terhadap warga negara agar dalam kedudukan dan profesionalismenya berlandaskan pola pikir, sikap dan tindak yang dijiwai jati diri dan moral bangsa menjadi kekuatan mewujudkan tujuan nasional. Dengan profesionalisme warga negara yang dilandasi sikap dan moral kebangsaan serta dilandasi pemahaman politik kebangsaan menjadikan warga negara sebagai unsur kekuatan bangsa karena tampilan profesionalisme dilandasi jiwa patriotisme, cinta tanah air.

Dengan kerangka pemikiran demikian itu pendidikan kewarganegaraan dalam usia dini dan berkelanjutan adalah upaya bersifat strategis dalam menjaga kelangsungan hidup dan kejayaan bangsa Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan dimaksud adalah pendidikan kewarganegaraan dalam arti luas, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menumbuhkan kesadaran hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara yang dilandasi jati diri dan moral bangsa, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Landasan sinergi itu diamanatkan Pasal 31 Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidkan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Pendidikan kewarganegaraan dalam sistem pertahanan negara dilaksanakan dalam segenap aspek kehidupan melalui pendidikan formal, nonformal dan pendidikan informal, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan layanan khusus. Pendidikan kewarganegaraanyang dilaksanakan dalam pendidikan formal adalah bagian dari upaya pemerintah untuk secara dini mempersiapkan sistem pertahanan negara bersifat semesta sehingga ia merupakan tahap awal pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan kewarganegaraan di luar pendidikan formal merupakan tahap lanjut pendidikan kewarganegaraan.

3. Tantangan Euforia Reformasi

Setelah kejatuhan pemerintahan Orde Baru (Orba) tahun 1998, muncul harapan kuat akan timbulnya sebuah pemerintahan dengan tata kelola yang baik. Namun, kekecewaan terhadap kenyataan yang terjadi, setelah reformasi berlangsung sembilan tahun, memunculkan pertanyaan apakah ekspektasi rakyat memang terlalu tinggi atau memang terjadi kesalahan mendasar dalam sistem pemerintahan kita. Ada kebenaran menyakitkan (inconvenient truth) di era pascareformasi, yaitu kenyataan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh secara cepat dan konsisten selama tiga dekade pemerintahan Orba. Justru tidak demikian halnya setelah Orba, apa yang salah dengan proses reformasi di Indonesia?

Dalam bukunya, McLeod mengatakan, tantangan bagi masyarakat adalah bagaimana mendesain sistem pemerintahan yang bisa menjamin kepentingan seluruh masyarakat bisa didahulukan secara efektif, sedangkan interes pribadi pihak-pihak yang berada dalam pemerintahan bisa diawasi. Esensi dari tata kelola pemerintahan yang baik (good governance); yaitu terbangun sebuah mekanisme sampai ke level terbawah, di mana mereka yang diberi otoritas bisa menjalankan mandat dari pihak yang telah memberinya kepercayaan.

Sebagaimana diketahui bahwa di pasca reformasi, setiap orang/tokoh mengklaim dirinya reformis dan siapapun tokoh yang anti reformasi akan tergusur atau dipeti-eskan karier dan kesempatan politiknya. Bermunculanlah para reformis di belantara politik negeri ini, euforia reformasi kala itu begitu gempita hingga hampir tak terbatas. Kebebasan dalam berpendapat menjadi senjata untuk bermain-main dalam suasana ketidak-pastian ranah politik,

Eforia Reformasi yang menjanjikan perbaikan dari rezim Orba dengan pemberantasan KKN dan kebebasan berpendapat ternyata mulai berada titik klimaks (perilaku korup masih tetap ada menyebar hingga ke daerah-daerah), gaung demokrasi juga cuma dipenuhi oleh orang-orang tamak kekuasaan, bergaya pembela rakyat tetapi sesungguhnya pembela ambisi-ambisi pribadi dan kelompoknya.

Reformasi yang seharusnya menjadi sarana peningkatan taraf hidup rakyat yang berkeadilan sosial dengan menjunjung supremasi hukum ternyata hanya retorika belaka, proses demokrasi lewat pemilu dan berbagai pilkada di daerah hanya untuk legitimasi kekuasaan atas nama rakyat yang justru banyak mengabaikan kepentingan rakyat. deklarasi pendirian partai politik yang bagai kacang goreng hingga beberapa daerah yang mencoba-coba berteriak merdeka karena ada oknum tokoh asal daerahnya terpinggirkan dari arena politik nasional itu telah terjadi.

Masih banyak ketidak-adilan hukum membelenggu rakyat, hukum hanya berlaku untuk rakyat kecil. Perbaikan taraf hidup dengan pemekaran cuma dinikmati kelompok-kelompok tertentu. Pendidikan bermutu masih tetap milik kaum berpunya, fasilitas kesehatan yang baik cuma untuk mereka yang bisa membayar. Konspirasi demi konspirasi tetap berjalan dengan modus, model dan gaya berbeda dari rezim sebelumnya. Kebebasan berpendapat yang bergaun demokrasi juga telah menenggelamkan hati nurani, ketika simbol-simbol tokoh pemimpin yang harusnya dihormati dijadikan bahan parodi bak di negeri mimpi. Tiada lagi kewibawaan seorang pemimpin, tiada lagi nurani kemanusiaan ketika seorang lemah harus duduk menjadi terdakwa di pengadilan (Pengadilan seorang nenek tersangka pencurian, rekayasa hukum pemulung dll).

Eforia reformasi seperti disebutkan diatas menjadi motivasi bagi semua pihak bahwa harus ada yang dilakukan oleh semua pihak. Hal te tersebut kita sebut sebagai tantangan eforia reformasi, diantaranya adalah: a. Reformasi birokrasi

Salah satu unsur penting dalam menciptakan good governance adalah dengan mereformasi birokrasi. Terdapat dua faktor kunci memperbaiki kinerja birokrasi, yaitu dengan meningkatkan transparansi dan memperkuat akuntabilitas Dan kaitannya dengan akuntabilitas, hal yang disorot pertama adalah tradisi di Indonesia yang memisahkan antara penyusunan kebijakan (policy making) dan penyusunan anggaran (budgeting). Seringkali perubahan kebijakan, standar kinerja, pengeluaran, diatur melalui jalur administratif, tanpa terkait dengan anggaran, sehingga implementasi kebijakan sering tak sesuai dengan perencanaan.

b. Sistem politik yang demokratis

Selain birokrasi, partai politik juga memegang peranan sangat penting dalam sistem politik yang demokratis. Untuk mencegah munculnya perpecahan kelompok etnis ataupun regional di masyarakat, sebuah partai diharuskan memiliki perwakilan yang layak di seluruh Indonesia. Hanya saja perlu kehati-hatian, karena bila kelompok-kelompok etnis atau agama, tak mampu bersaing melalui cara-cara demokratis, dikhawatirkan mereka akan mencari jalan lain untuk mencapai tujuannya.

c. Upaya pemberantasan korupsi

Upaya ini membutuhkan komitmen politik dari rakyat dan pemerintah. Korupsi harus dihadapi semua warga negara dan didukung reformasi birokrasi yang terus menerus. Namun, dalam upaya pemberantasan korupsi itu, ekspektasi masyarakat kerap berlebihan sehingga menjadi kontraproduktif, misalnya apa yang dilakukan organisasi pemberantasan korupsi dianggap tidak pernah cukup. Padahal sikap berlebihan yang cenderung menyudutkan langkah-langkah pemberantasan korupsi di sisi lain justru membuka ruang para koruptor untuk menyerang balik.

d. Desentralisasi

Semangat desentralisasi hakekatnya adalah meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan lebih mendekatkan kepada sentra pelayanan masyarakat. Kenyataannya, otonomi daerah seolah disikapi sebagai pelimpahan kesewenang-wenangan oleh pusat kepada daerah., sehingga muncul eforia baru dalam mengimplementasikan desentralisasi. Di beberapa daerah, pelaksanaan otonomi memunculkan eforia antara lain berupa korupsi masal, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem. Kejahatan Illegal logging, illegal mining, illegal fishing semakin marak, semakin meningkatkan kompleksitas tantangan tugas POLRI.Meskipun terdapat pandangan bahwa kemajuan berjalan lambat di Indonesia, namun Sejumlah kemajuan positif telah terjadi selama sembilan tahun reformasi: tingkat korupsi turun, pelayanan publik membaik, kebebasan berekspresi terjamin. Artinya, sebagian kecil hal yang dijanjikan pada awal reformasi telah terlaksana meskipun masih terlihat kelemahan di sana-sini. Dan Indonesia masih dalam proses belajar untuk beradaptasi dengan persoalan akuntabilitas dan transparansi.

4. Tantangan Globalisasi

Globalisasi merupakan fakta yang tidak bisa terbendung dan ini bukan gejala baru. Fenomena ini memang semakin terasa beberapa dekade terakhir, berkat semakin majunya teknologi transportasi dan komunikasi Argumen-argumen pro dan kontra globalisasi telah habis dikupas namun yang pasti ancaman globalisasi terhadap kepentingan nasional memang begitu menakutkan hingga beberapa negara saat ini, seperti Korea Utara dan Kuba, secara efektif mengisolasi diri. Bahkan di negara-negara industri maju pun, banyak segmen masyarakat yang khawatir terhadap ancaman globalisasi perekonomian terhadap kepentingan mereka. Di Amerika Serikat, lobi industri pertanian sangat kuat untuk melakukan proteksi, mungkin belajar dari pengalaman penduduk asli, kaum Indian, yang punah menjadi korban pertama dari gelombang globalisasi.

Di Indonesia perdebatan mengenai dampak negatif dari globalisasi serta pengaruh dan dominasi asing semakin menghangat, terutama mengenai pengaruh IMF dalam krisis ekonomi, dan dominasi perusahaan-perusahaan asing pada industri-industri strategis seperti perbankan, telekomunikasi, pertambangan serta minyak dan gas bumi.

Namun demikian, suka atau tidak suka, globalisasi adalah fakta yang harus dihadapi. Belum pernah dalam sejarah terdapat suatu negara yang mampu secara konsisten menghadapi globalisasi dengan menutup diri. Isolasi hanya mengakibatkan terhambatnya pertukaran gagasan dan teknologi yang mengakibatkan kemunduran. Cina merupakan contoh paling klasik. Politik isolasi China dimulai ketika teknologi navigasi kelautan dipandang mulai memberikan ancaman sebagai sumber masuknya pengaruh asing. Namun pada akhir abad ke-19 China yang lemah dalam hal teknologi dan ekonomi tidak mampu menahan penggerogotan yang dilakukan kekuatan-kekuatan asing.

Jepang menutup diri setelah misi dagang Eropa dipandang mulai melakukan aktifitas-aktiftas yang mengancam kepentingan nasional, namun 200 tahun kemudian pada pertengahan abad ke-19 sekelompok kecil kapal Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil memaksa Jepang yang ketinggalan jaman untuk membuka diri terhadap perdagangan global. Secara alamiah masyarakat memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, dan berkompetisi. Politik isolasi menghambat proses alamiah tersebut.

Jadi kunci sebenarnya bukanlah menghindari globalisasi namun mengelola tantangan yang dibawa oleh globalisasi. Namun memang demikian yang terjadi. Jelas terdapat banyak negara dan masyarakat yang hancur dan terbelenggu oleh dominasi asing yang dibawa oleh globalisasi, namun banyak juga yang dengan cerdik mengambil manfaat dan berhasil berjuang menghadapinya. Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Taiwan, misalnya, adalah negara-negara yang dikuasai dan dimanfaatkan, kalau tidak bisa disebut sebagai sekutu oleh Amerika Serikat dan kekuatan barat lainnya. Namun negara-negara ini mampu memanfaatkan kedekatan mereka dengan Amerika Serikat untuk membangun fondasi ekonomi dan teknologi yang solid untuk kepentingan mereka sendiri. Bandingkan dengan Indonesia, Pakistan dan Filipina misalnya, yang juga merupakan sekutu Amerika Serikat dalam perang dingin, namun tetap mengalami kebangkrutan. Dominasi dan intervensi asing dalam berbagai aspek kehidupan di berbagai negara merupakan sesuatu yang secara alamiah pasti terjadi. Dan di banyak negara bentuk-bentuk intervensi tersebut bahkan mungkin jauh lebih tinggi intensitasnya.

Jepang merupakan contoh yang sangat tepat. Menjadi musuh Amerika Serikat dalam Perang Dunia kedua, kalah, dijajah selama enam tahun, Jepang mampu menjadi superpower ekonomi dalam waktu cukup singkat. Pada tahun 1985 ketika Amerika Serikat merasa produk-produk otomotif Jepang mulai mengancam industrinya, Jepang dipaksa menerima Plaza Accord yang menaikkan nilai tukar Yen, dan mengakibatkan harga produk-produk Jepang menjadi luar biasa mahal. Industri otomotif Jepang bereaksi dengan memindahkan pabrikasi mereka ke negara-negara lain (termasuk ke Amerika Serikat) dan memperkuat integrasi regional untuk menghindari biaya tinggi. Tidak sampai satu dekade kemudian Jepang justru berhasil mendominasi perekonomian Amerika, bahkan juga menguasai sektor-sektor yang strategis dan prestigius seperti properti, media dan hiburan.

Contoh lain adalah China dan India. China tetap merupakan musuh ideologis Amerika Serikat, namun tidak menghalanginya untuk membangun diri menjadi superpower ekonomi yang baru. Sebagai sekutu dekat Uni Sovyet selama perang dingin, India jelas mengalami pembalasan dendam setelah berakhirnya perang dingin yang dimenangkan Amerika Serikat. Namun hal tersebut tidak menghalangi India untuk mengembangkan industri teknologi informasi yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonominya.

Pada industri minyak dan gas yang seringkali disebut sebagai contoh yang sangat relevan dalam hal penguasaan asing juga terdapat beberapa contoh di mana negara-negara berkembang mampu mengembangkan industri dan perusahaan nasionalnya di tengah tekanan globalisasi. Malaysia, Brazil dan Norwegia merupakan beberapa contoh negara yang mampu mempertahankan penguasaan mereka dalam industri minyak, dan gas nasional, bahkan mengembangkan perusahaan-perusahaan nasional mereka ke skala global, dengan berupaya mengatasi tantangan-tantangan pasar bebas yang dipaksakan oleh proses globalisasi.

Globalisasi dan pengaruh asing sudah menjadi kekuatan alamiah yang mempengaruhi semua masyarakat di muka bumi, sesuatu yang tidak mungkin dihindari. Pilihan yang tersedia hanyalah menghadapinya dengan cermat. Pengaruh asing dapat dianalogikan sebagai virus yang menakutkan, namun selama ketahanan nasional sebagai sistem kekebalan tubuh cukup kuat, virus tersebut seharusnya tidak menjadi kekuatan yang mengancam. Polemik dan retorika tidak membantu menciptakan daya saing yang diperlukan untuk terwujudnya Kebangkitan Nasional.

Tidak perlu paranoid dan rendah diri, Indonesia beberapa kali pernah menelurkan gagasan-gagasan besar sebagai jawaban atas tantangan globalisasi. Indonesia merupakan negara pertama yang memproklamasikan kemerdekaannya, setelah Perang Dunia kedua berakhir dan merupakan penggagas berdirinya Gerakan Non Blok pada masa perang dingin. Indonesia juga merupakan penggagas sistem bagi hasil dalam industri minyak dan gas sebagai alternatif terhadap sistem konsesi, yang dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru. Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam implementasi gagasan-gagasan besar tersebut seharusnya dapat menjadi pemacu semangat dalam melakukan perencanaan strategi, dan konsolidasi yang lebih baik dalam peningkatan kemampuan untuk menghadapi tantangan globalisasi.

Globalisasi tidak dapat dihindari mau tidak mau suka tidak suka, semua negara mengalaminya, termasuk Indonesia. Lalu apa yang harus diupayakan oleh negeri ini, dua hal besar yang bisa dilakukan disebut sebagai Tantangan Globalisasi:

1) Perkembangan ekonomi regional di kawasan Asia Timur dan Asia Selatan yang pesat dengan tumbuhnya raksasa ekonomi global di masa depan, seperti Cina dan India, merupakan salah satu fokus utama yang perlu dipertimbangkan secara cermat di dalam menyusun pengembangan struktur dan daya saing perekonomian nasional.2) Dengan demikian, integrasi perekonomian nasional ke dalam proses globalisasi dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dan sekaligus dapat meminimalkan dampak negatif yang muncul.