PKn Kelas a Tugas 3 Arief Hidayatullah, 230110140041
-
Upload
arief-hidayatullah -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of PKn Kelas a Tugas 3 Arief Hidayatullah, 230110140041
-
Nama : Arief Hidayatullah MK : PKn
NPM : 230110140041 Kelas : A
Perjalanan Demokrasi dan Partai-Partai yang Berkembang di Indonesia
(Masa Orde Lama Hingga Saat Ini)
I. ORDE LAMA
A. Masa Demokrasi Liberal (1950 1959)
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik. Namun demikian praktik demokrasi pada
masa ini dinilai gagal disebabkan:
Landasan sosial ekonomi yang masih lemah;
Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Dominannya partai politik;
Dengan dikeluarkannya maklumat pemerintah pada tanggal 3 November
1945 yang menganjurkan dibentuknya partai politik, sejak saat itu berdirilah
puluhan partai. Maklumat ini ditandatangani oleh Wakil Presiden Mohammad
Hatta. Atas usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat, yang meminta
diberikannya kesempatan pada rakyat yang seluas-luasnya untuk mendirikan
Partai Politik. Partai Politik hasil dari Maklumat Pemerintah 3 November 1945
berjumlah 29 buah, dikelompokkan dalam 4 kelompok partai berdasarkan
ketuhanan, kebangsaan, Marxisme. Dan kelompok partai lain-lain yang termasuk
adalah Partai Demokrat Tionghoa Indonesia dan Partai Indo Nasional. Partai-
partai peserta pemilu yang tidak berhasil meraih kursi disebut sebagai Partai
Gurem, partai yang tidak jelas power base-nya. Parta-partai Gurem itu semakin
lama semakin tidak terdengar lagi suaranya. Sementara itu ada partai yang
-
berhasil meraih kursi melakukan penggabungan-penggabungan dalam
pembentukan fraksi.
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959:
1. Bubarkan konstituante;
2. Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950;
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.
B. Masa Demokrasi Terpimpin (1959 1966)
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
Dominasi Presiden;
Berkembangnya pengaruh PKI;
Terbatasnya peran partai politik.
Sampai dengan tahap ini perkembangan kepartaian mengalami proses
seleksi alamiah berdasarkan akseptabilitas masyarakat. Jumlah partai yang semula
puluhan banyaknya, terseleksi hingga menjadi belasan saja. Jumlah yang
mengecil itu bertahan sampai dengan berubahnya iklim politik dari alam
demokrasi liberal ke alam demokrasi terpimpin. Proses penyederhanaan partai
berlangsung terus-menerus. Pada tanggal 5 Juli 1960, Presiden Sukarno
mengeluarkan Peraturan Presiden No.13 tahun 1960 tentang pengakuan,
pengawasan, dan pembubaran partai-partai. Pada tanggal 14 April 1961 Presiden
Sukarno mengeluarkan Keputusan Presiden no. 128 tahun 1961 tentang partai
yang lulus seleksi, yaitu PNI, NU, PKI, partai Katolik, Pertindo, Partai Murba,
-
PSII, Arudji, dan IPKI. Dan 2 partai yang menyusul yaitu Parkindo dan partai
Islam Perti.
Jadi, pada waktu itu partai politik yang boleh bergerak hanya 10 partai
saja, karena partai politik yang lain dianggap tidak memenuhi definisi tentang
partai atau dibubarkan karena tergolong partai Gurem. Tetapi jumlah partai yang
tinggal 10 buah itu berkurang satu pada tahun 1964. Presiden Sukarno atas
desakan PKI dan antek-anteknya, membubarkan Partai Murba dengan alasan
Partai Murba merongrong jalannya revolusi dengan cara membantu kegiatan
terlarang seperti BPS (Badan Pendukung Sukarnoisme) dan Menikebu (Manifesto
Kebudayaan).
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan;
Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR;
Jaminan HAM lemah;
Terjadi sentralisasi kekuasaan;
Terbatasnya peranan pers;
Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke Tiongkok (Blok Timur);
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI yang
menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
II. ORDE BARU
Orde Baru dikenal juga sebagai demokrasi pancasila. Pelaksanaan
demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966,
Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Awal Orde Baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan
disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil
-
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977,1982, 1987, 1992, dan
1997. Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap
gagal sebab:
Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada;
Pengakuan HAM yang terbatas;
Tumbuhnya KKN yang merajalela.
Rekrutmen politik yang tertutup;
Pemilu yang jauh dari semangat demokratis;
Perkembangan partai politik setelah meletus G. 30 S/PKI, adalah dengan
dibubarkannya PKI dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
Menyusul setelah itu Pertindo juga menyatakan bubar. Dengan demikian partai
politik yang tersisa hanya 7 buah. Tetapi jumlah itu bertambah dua dengan
direhabilitasinya Murba dan terbentuknya Partai Muslimin Indonesia. Golongan
Karya yang berdiri pada tahun 1964, semakin jelas sosoknya sebagai kekuatan
sosial politik baru. Dalam masa Orde Baru dengan belajar dari pengalaman Orde
Lama lebih berusaha menekankan pelaksanaan Pancasila secara murni dan
konsekuen. Orde Baru berusaha menciptakan politik dengan format baru. Artinya
menggunakan sistem politik yang lebih sederhana dengan memberi peranan ABRI
lewat fungsi sosialnya. Kristalisasi Partai politik yang terdengar dalam MPR
sesudah pemilu 1971 menghendaki jumlah partai diperkecil dan dirombak
sehingga partai tidak berorientasi pada ideologi politik, tetapi pada politik
pembangunan. Presiden Suharto juga bersikeras melaksanakan perombakan
tersebut. Khawatir menghadapi perombakan dari atas, partai-partai yang
berhaluan Islam meleburkan diri dalam partai-partai non Islam berfungsi menjadi
Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dengan demikian semenjak itu di Indonesia
hanya terdapat tiga buah organisasi sosial politik, yaitu PPP, Golkar, dan PDI.
Berikut sejarah singkat berdirinya tiga partai besar tersebut.
a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Pada tanggal 5 Januari 1973 terbentuk Partai Persatuan Pembangunan
yang merupakan fusi dari NU, Pamusi, PSII, dan Perti. Pada awalnya bernama
-
golongan spiritual, lalu menjadi kelompok persatuan, serta Fraksi Persatuan
Pembangunan. Ketika itu partai-partai Islam berusaha menggunakan nama dengan
label Islam untuk partai dari fusi, tetapi ada imbauan dari pemerintah agar tidak
menggunakannya. Sehingga yang muncul adalah Partai Persatuan
Pembangunan. Dengan demikian PPP lahir sebagai hasil fusi dari partai-partai
Islam pada awal 1973 yang sesungguhnya adalah partai Islam yang mulai tercabut
dari akar-akar sejarahnya.
b. Golongan Karya (Golkar)
Pengorganisasian Golkar secara teratur dimulai sejak tahun 1960 dengan
dipelopori ABRI khususnya ABRI-AD, dan secara eksplisit organisasi ini lahir
pada tanggal 20 Oktober 1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya
(Sekber Golkar), dengan tujuan semula untuk mengimbangi dominasi ekspansi
kekuasaan politik PKI, serta untuk menjaga keutuhan eksistensi Negara Kesatuan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945 berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Jadi,
semula Golkar merupakan organisasi yang dipakai untuk mengimbangi kekuatan
ekspansasi politik PKI pada tahun1960-an, yang kemudian terus berkembang
hingga saat ini, dimana fungsi Golkar sama seperti partai politik.
Perkembangan lain dari Golkar yang tadinya Golkar dan ABRI menyatu,
karena Golkar dipimpin ABRI aktif, makin lama sudah makin mandiri, dalam arti
sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan ABRI aktif. Pada perkembangan lebih
lanjut Golkar sebagai kekuatan Orde Baru bertekad melaksanakan, mengamalkan,
dan melestarikan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, dengan
melaksanakan pembangunan di segala bidang menuju tercapainya masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Perkembangan Golkar pada
Orde Baru adalah sebagai kekuatan sosial politik yang merupakan aset bangsa
yang selalu komit dengan cita-cita pembangunan nasional.
Dalam politik orde baru Golkar merupakan kekuatan sosial politik yang
terbesar dengan 4 kali menang dalam pemilihan umum (1971, 1977, 1982, 1992)
c. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
-
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dibentuk pada tanggal 10 Januari 1973.
Pembentukan PDI sebagai hasil fusi dari lima partai politik yang berpaham
Nasionalisme, Marhaenisme, Sosialisme, Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Kelima partai politik yang berfusi menjadi PDI adalah PNI, TPKI, Parkindo,
Partai Murba, dan Partai Katolik. Dalam sejarah sebagai organisasi sosial politik,
PDI sering berhadapan dengan masalah pertentangan/konflik di kalangan
pemimpinnya. Pada hakikatnya potensi konflik hanya salah satu masalah yang
dihadapi PDI.
Sejumlah masalah yang lain juga dihadapi, seperti masalah identitas partai
(khususnya sejak Pancasila ditetapkan sebagai asas tunggal), masalah
kemandirian, demokratis di tubuh partai, dan masalah rekruitasi. Dan berkat
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kini sistem kepartaian negara kita telah dalam
situasi mantap, di mana ketiga kekuatan sosial politik yang ada, yaitu PPP,
Golkar, dan PDI telah menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas.
Selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memenangkan
Pemilu. Hal ini mengingat Golkar dijadikan mesin politik oleh penguasa saat itu.
Sebab jatuhnya Orde Baru:
Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi);
Terjadinya krisis politik;
TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba;
Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto
untuk turun dari kursi Presiden.
III. REFORMASI
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari
Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Masa
reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi;
-
Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum;
Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bebas dari KKN;
Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI;
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka peluang guna menata
kehidupan demokrasi. Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda
yang tidak bisa ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar pemilu.
Demokrasi yang mumpuni harus dibangun melalui struktur politik dan
kelembagaan demokrasi yang sehat. Namun nampaknya tuntutan reformasi
politik, telah menempatkan pelaksanan pemilu menjadi agenda pertama. Pemilu
pertama di masa reformasi hampir sama dengan pemilu pertama tahun 1955
diwarnai dengan kejutan dan keprihatinan. Pertama, kegagalan partai-partai Islam
meraih suara siginifikan. Kedua, menurunnya perolehan suara Golkar. Ketiga,
kenaikan perolehan suara PDI P. Keempat, kegagalan PAN, yang dianggap paling
reformis, ternyata hanya menduduki urutan kelima. Kekalahan PAN,
mengingatkan pada kekalahan yang dialami Partai Sosialis, pada pemilu 1955,
diprediksi akan memperoleh suara signifikan namun lain nyatanya.
Pemerintahan B.J Habibie
Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden,
ditentang oleh gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di
Jakarta dan di kota-kota lain. Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam
peristiwa Tragedi Semanggi, yang menewaskan 18 orang. Masa pemerintahan
Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter
Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu,
Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan
berekspresi.
-
Presiden BJ Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi.
Sejumlah tahanan politik dilepaskan. Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar
Pakpahan dibebaskan, tiga hari setelah Habibie menjabat. Tahanan politik
dibebaskan secara bergelombang.
Beberapa langkah perubahan diambil oleh BJ Habibie adalah sebagai
berikut:
a. liberalisasi parpol
b. pemberian kebebasan pers
c. kebebasan berpendapat dan
d. pencabutan UU Subversi.
Walaupun begitu Habibie juga sempat tergoda meloloskan UU
Penanggulangan Keadaan Bahaya, namun urung dilakukan karena besarnya
tekanan politik dan kejadian Tragedi Semanggi II yang menewaskan
mahasiswa UI, Yun Hap.
Kejadian Penting Dalam Masa Pemerintahan Habibie
Kejadian tersebut adalah keputusannya untuk mengizinkan Timor
Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya wilayah
tersebut dari Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan tersebut terbukti tidak
populer di mata masyarakat sehingga hingga kini pun masa pemerintahan
Habibie sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah Indonesia.
Walaupun pengesahan hasil Pemilu 1999 sempat tertunda, secara umum
proses pemilu multi partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum,
Bebas dan Rahasia (Luber) serta adil dan jujur dibanding masa Orde Baru.
Hampir tidak ada indikator siginifikan yang menunjukkan bahwa rakyat menolak
hasil pemilu yang berlangsung dengan aman. Realitas ini menunjukkan, bahwa
yang tidak mau menerima kekalahan, hanyalah mereka yang tidak siap
berdemokrasi, dan ini hanya diungkapkan oleh sebagian elit politik, bukan rakyat.
-
Pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur)
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999.PDI
Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi
pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara;
Golkar (partai Soeharto sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu
sebelumnya) memperoleh 22%;Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah
Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden
dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid
membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal
November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Gus Dur meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping
ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi
konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua.
Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor
Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial
yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-
kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid
memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari2001, ribuan
demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri
dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari
MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya,
dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-
hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden
tak lama kemudian.
-
Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono
Pemilu 2004, merupakan pemilu kedua dengan dua agenda, pertama
memilih anggota legislatif dan kedua memilih presiden. Untuk agenda pertama
terjadi kejutan, yakni naiknya kembali suara Golkar, turunan perolehan suara PDI-
P, tidak beranjaknya perolehan yang signifikan partai Islam dan munculnya Partai
Demokrat yang melewati PAN. Dalam pemilihan presiden yang diikuti lima
kandidat (Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri, Wiranto, Amin
Rais dan Hamzah Haz), berlangsung dalam dua putaran, telah menempatkan
pasangan SBY dan JK, dengan meraih 60,95 persen.Susilo Bambang
Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada
awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar,
seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh
lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara
pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri
konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh. Atas prestasi SBY yang
di tanam sejak tahun 2004 telah mengantar beliau naik kembali duduk di kursi
presiden dengan pasanganya pak Budiono pada pemilu tahun 2009, kinerja
mereka pun belum dapat dirasakan dengan maksimal.
Pemerintahan Jokowi
Sebelum masuk ke era pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kala,
tentunya diadakan pemilihan umum yang dilakukan WNI. Berikut daftar
Partai Politik yang lolos verifikasi :
-
Selang beberapa bulan kemudian, Komisi Pemilihan Umum menetapkan
Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih hasil
Pemilu Presiden 2014, Selasa (22/7/2014). Capaian ini didapat Jokowi hanya
dalam tenggat 4 bulan sejak mendeklarasikan diri sebagai bakal calon presiden
dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Ini kilas baliknya.
Sebagai politisi tanpa jabatan struktural di PDI-P, Jokowi baru mendapat
mandat partai dan mendeklarasikan pencalonan dirinya pada 14 Maret 2014. Saat
itu, Pemilu Legislatif 2014 tak sampai sebulan lagi. Pemilu untuk memilih para
calon wakil rakyat tersebut digelar pada 9 April 2014.
Saat deklarasi di Rumah Si Pitung di Marunda, Jakarta Utara, Jokowi
menyatakan pencalonannya ini berdasarkan mandat yang baru saja dia dapatkan
dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Jauh sebelumnya, nama
Jokowi sudah lebih dulu riuh didorong di beragam media sosial untuk menjadi
bakal calon presiden dari partai banteng bermoncong putih.
"Saya telah mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri untuk menjadi capres dari PDI Perjuangan. Dengan
mengucap bismillahirahmaanirrahiim, saya siap melaksanakan," kata Jokowi kala
itu.
Namun, hasil pemilu legislatif tak terlalu mencengangkan bagi PDI-P yang
sudah mendeklarasikan Jokowi sebagai bakal calon presiden, sekalipun partai ini
menjadi pemuncak perolehan suara dalam kontes demokrasi itu. Perolehan suara
dan kursi partai ini di bawah syarat yang dibutuhkan untuk mengusung sendiri
-
pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Koalisi
Tak urung, PDI-P pun membentuk koalisi. Empat partai menyatukan
dukungan ke PDI-P untuk mengusung pencalonan Jokowi, yakni Partai Nasional
Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hati Nurani Rakyat, serta Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Pada hari dia mendaftarkan diri sebagai bakal calon presiden ke KPU, Senin
(19/5/2014), Jokowi terlebih dahulu mendeklarasikan bakal calon wakil presiden
yang mendampinginya, yakni Jusuf Kalla, sebagai sosok yang terpilih.
Pendeklarasian pasangan Jokowi-Kalla dilakukan di Gedung Joang, Menteng,
Jakarta Pusat.
KOMPAS.com/INDRA AKUNTONO Joko Widodo dan Jusuf Kalla saat
mendeklarasikan diri sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden,
Senin (19/5/2014), di Gedung Joang 45, Jakarta Pusat.
"Setelah melalui pertemuan dan konsultasi dengan partai pendukung, PDI-
P, Partai Nasdem, PKB, dan Partai Hanura, serta pertimbangan dari Ibu Megawati
Soekarnoputri, tadi malam telah kami putuskan, calon wakil presiden yang akan
mendampingi saya adalah Bapak drs Haji Mohammad Jusuf Kalla," kata Jokowi.
-
Setelah lolos tahap "kualifikasi" pencalonan, Jokowi-Kalla bersama
kompetitornya, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, mengikuti pengundian
nomor urut peserta Pemilu Presiden 2014 pada 1 Juni 2014. Nomor 2 menjadi
"nomor peruntungannya". Dari nomor undian ini muncul beragam slogan dan
materi kampanye, termasuk "Salam 2 Jari".
Quickcount
Melewati masa kampanye selama satu bulan, 6 Juni 2014 sampai 5 Juli 2014,
pemungutan suara di Indonesia pun serentak digelar pada 9 Juli 2014. Sebagian
besar hitung cepat (quick count) yang dipublikasikan begitu pemungutan suara
selesai pada tengah hari menempatkan keunggulan Jokowi-Kalla atas pasangan
Prabowo-Hatta.
KOMPAS.com Hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2014 dari berbagai
lembaga
Adanya sebagian hitung cepat lain yang mengunggulkan Prabowo-Hatta
sampai mengundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk turun tangan.
Presiden menyatakan, hanya perhitungan dari KPU yang menentukan hasil Pemilu
-
Presiden2014.
Seluruh perjalanan Jokowi sampai menjadi presiden terpilih telah
terlampaui pada Selasa (22/7/2014). KPU dalam rapat pleno terbuka rekapitulasi
suara nasional Pemilu Presiden 2014 menyatakan, pasangan calon nomor urut 1,
Prabowo-Hatta, mendapatkan 62.262.844 suara sah, sedangkan pasangan nomor
urut 2, Jokowi-Kalla, mendapatkan 70.633.594 suara sah. Keunggulan dukungan
53,15 persen suara sah Jokowi-Kalla berbanding 46,85 persen suara Prabowo-
Hatta inilah yang mengantarkan Jokowi menjadi presiden terpilih setelah 4 bulan
8 hari perjalanan berliku sejak pendeklarasian dirinya di Marunda.
Salam 3 Jari
Pada hari penetapan hasil Pemilu Presiden 2014, Jokowi pun untuk kali
pertama berpidato sebagai presiden terpilih hasil Pemilu Presiden 2014, lagi-lagi
di Jakarta Utara. Kali ini, dia berpidato di atas kapal pinisi Hati Buana Setia yang
sandar di Dermaga IX Pelabuhan Sunda Kelapa.
Bila tak ada aral melintang, Jokowi akan menjadi Presiden ke-7 Indonesia
melalui pelantikan pada 20 Oktober 2014 di Gedung Parlemen. Dalam pidato
politiknya, Jokowi menyerukan satu salam baru, "Salam 3 Jari". "Lupakanlah
nomor 1 dan lupakanlah nomor 2, marilah kembali ke Indonesia raya. Kita kuat
karena bersatu, kita bersatu karena kuat! Salam 3 Jari, persatuan Indonesia!"
Saat ini banyak yang mengeluarkan pro dan kontra terhadap pemerintahan
Jokowi-JK yang baru dilantik pada 20 Oktober 2014 lalu. Seperti kita ketahui
pasangan Jokowi-JK adalah pasangan presiden terpilih yang didukung oleh koalisi
PDIP, PKB, Hanura, Nasdem, dan PKPI. Dukungan koalisi partai pengusung
Jokowi tersebut hanya berjumlah 37 persen atau sekitar 207 kursi di DPR.
Sedangkan koalisi Merah Putrih (KMP) berjumlah lebih dari 50 persen atau
sekitar 292 kursi parlemen. Koalisi Merah Putih sudah mengikatkan diri dalam
koalisi permanen yang akan menjadi penyeimbang jalannya pemerintahan
Jokowi.
-
Reformasi yang membuka kran demokratisasi telah memberi kebebasan
dalam berserikat dan berkumpul, semangat inilah yang melahirkan keberadaan
multi partai di Indonesia. Proses demokratisasi telah meniscayakan dilakukannya
amandemen UUD 1945 yang banyak merombak tata politik dan pemerintahan
Indonesia. Salah satu yang berubah adalah lahirnya sistem Pemilihan Presiden
secara langsung.
Eksperimen sistem presidensial di era multipartai seperti sekarang
sebenarnya mengandung resiko yang besar. Pengalaman mengatakan bahwa
bagaimana susahnya mengelola ritme pemerintahan SBY-JK tahun 2004-2009.
Ketika itu SBY-JK pemenang pemilu tetapi dukungan suara diparlemen sangat
kecil. Hubungan pemerintahan dan DPR acapkali diwarnai dengan demam
politik yang tidak berkesudahan. Dan pada saat Jokowi-Jk sekarang pun, ini
terulang kembali.
Namun, siapapun presiden Indonesia pada akhirnya, dialah yang akan
memimpin dan membawa Indonesia kea rah yang lebih baik kedepannya.
Menurut beberapa fakta, seperti yang dikatakan oleh Ketua Partai Nasdem, Surya
Paloh, Sistem pemerintahan presidensial dapat dijalani dengan sempurna apabila
dijalankan oleh Jokowi.
Sistem pemerintahan Presidensial yang dijalani oleh Jokowi-JK ini sudah
membuat beberapa kebijakan baru untuk kemajuan bangsa, katanya. Hal-hal itu
ialah sebagai berikut:
a. Melakukan program realisasi swasembada gula dan beras, yang bertujuan
untuk memajukan kehidupan rakyat di desa. Namun sekarang harga beras
melambung tinggi.
b. Akan menghentikan sementara (monotarium) penerimaan calon pegawai
negeri sipil (CPNS) selama lima tahun. yang artinya selama pemerintahan
Jokowi-JK tidak adanya penerimaan CPNS.
c. Adanya bagi-bagi kursi dalam kementrian kabinet Jokowi-JK.
d. Harga BBM akan dinaikkan, terlebih lagi, pihak PDIP, partai yang
berperan di belakang Jokowi meminta SBY untuk menaikkan harga BBM
-
bersubsidi. Dan lagi, Jokowi pun ikut menghadap ke SBY langsung untuk
meminta kenaikan BBM ini.
e. Akan dijualnya pesawat kepresidenan berdasarkan ingin menyelamtkan
perekonomian Negara. Yang sebenarnya pesawat itu baru saja dibeli oleh
Negara. Hal ini jadi mengingatkan rakyat tentang track record yang
dilakukan oleh Megawati dalam menjual beberapa asset penting milik
Negara ke tangan asing.
DAFTAR PUSTAKA
http://nasional.kompas.com/read/2014/07/23/04484811/Kilas.Balik.4.Bulan.Pr
esiden.Terpilih.Jokowi ( diakses tanggal 18 Maret 2015 pukul 20.03 WIB).
Mail,D. 2013. POLITIK DI ERA ORDE LAMA, ORDE BARU DAN REFORMASI. https://www.academia.edu/8044500/POLITIK_DI_ERA_ORDE_LAMA_OR DE_BARU_DAN_REFORMASI (diakses tanggal 17 Maret 2015 pukul 19.46 WIB).
Pratama,R. 2014. PERKEMBANGAN DEMOKRASI INDONESIA. https://www.academia.edu/9558912/Paper_PKN_-_ Perkembangan_Demokrasi_Indonesia_Analisis_Pengimplementasian_De
mokrasi_Pancasila_Berdasarkan_Sila_Ke-4 (diakses tanggal 17 Maret 2015 pukul 19.24 WIB).
Sari,D. 2013. Perkembangan Partai Politik di Indonesia. http://nymade.blogspot.com/2013/01/perkembangan-partai-politik- di-
indonesia.html (diakses tanggal 17 Maret 2015 pukul 19.16 WIB).
Sithoresmy,D. 2015. SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA. https://www.academia.edu/9283034/SISTEM_PEMERINTAHAN_
INDONESIA (diakses tanggal 18 Maret 2015 pukul 19.57 WIB).