PKK II KB AKDR (2)

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi ke empat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program keluarga berencana (KB) dalam hal ini telah jelas, yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Berdasarkan data dari SDKI 2002-2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun jika terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan

Transcript of PKK II KB AKDR (2)

Page 1: PKK II KB AKDR (2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi ke

empat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

keluarga berencana (KB) dalam hal ini telah jelas, yaitu menurunkan fertilitas agar dapat

mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi

rakyat Indonesia.

Berdasarkan data dari SDKI 2002-2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive

prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3%

pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa.

Namun jika terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta

jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%,

penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa. (Kusumaningrum, 2009)

Menurut SDKI 2002-2003 pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah

metode suntikan (49,1%), pil (23,3%), IUD (10,9%), implant (7,6%), MOW (6,5%),

kondom (1,6%), MOP (0,7%). (Kusumaningrum, 2009)

Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa

tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu setiap pribadi

harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya dikarenakan setiap metode

atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Strategi

Page 2: PKK II KB AKDR (2)

peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) atau IUD terlihat

jarang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD yang terus mengalami

penurunan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data BKKBN Profinsi Jawa Tengah, jumlah peserta KB IUD terus menurun

dari tahun 2004 yakni 552.233 menjadi 529.805 pada tahun 2005 dan 498.366 pada tahun

2006. Dalam perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami penurunan

dari tahun ke tahun. (imbrwati, 2009)

Page 3: PKK II KB AKDR (2)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian KB, Akseptor KB, dan AKDR

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan individu atau pasangan

suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran

yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat

kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga. ( Hartanto, 2003)

Akseptor adalah orang yang menerima atau mengikuti (melaksanakan) program keluarga

berencana. ( Depdikbud, 1998)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa

unsure tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk dipasangkan ke dalam

rongga rahim untuk mendapatkan efek konraseptif. ( Saifuddin, 2003)

AKDR adalah alat kecil berbentuk T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya

terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik dan dimasukkan ke dalam rahim untuk

mencegah kehamilan. ( Kusmarjadi, 2010)

AKDR adalah suatu alat konrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim wanita.

(Depkes RI, 1991)

AKDR adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal steroid yang

ditempatkan di dalam rahim. ( Kusumaningrum, 2009)

Page 4: PKK II KB AKDR (2)

B. Jenis AKDR

Menurut Mochtar (1998), saat ini AKDR telah memasuki era generasi ke empat karena

itu berpuluh macam AKDR telah dikembangkan mulai generasi pertama yang terbuat dari

benang sutra dan logam sampai pada generasi plastic (polietilen) baik yang tidak ditambahi

obat (unmedicated) maupun yang ditambahi obat (medicated).

1. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi :

a. Bentuk terbuka (open device), misalnya lippes loop, CU-T, Cu-7, Margulies, Spring

Coil, multiload, Nova-T da lainnya.

b. Bentuk tertutup (close device), misalnya ota ring, antigen, grafenberg ring, hall

stone ring.

2. Menurut tambahan obat atau metal :

a. Medicated AKDR, misalnya Cu-T 200, 220, 300, 380 A, Cu-7, Nova-T, Mi-Cu

250, 375, progestasert.

b. Unmedicated AKDR, misalnya lippes loop, Margulies, saf-t coil, antigon. AKDR

yang banyak di pakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah lippes

loop dan dari yang jenis medicated Cu-T, Cu-7 multiload, dan Nova-T.

C. Mekanisme Kerja AKDR

Menurut Hartanto, (2003), mekanisme kerja AKDR adalah :

1. Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga

implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

2. Poduksi local prostaglandin yang meninggi, yang menyebabakan terhambatnya

implantasi.

3. Ganggua atau terlepasnya blastocyt yang telah berimplantasi di dalam endometrium.

Page 5: PKK II KB AKDR (2)

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalm tuba fallopii

5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.

6. Dari penelitian-penelitian terkahir disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa

membuahi sel telu (mencegah fertilisasi).

7. Untuk AKDR yang mengandung CU :

a. Antagonism yang spesifik terhadap Zn yang terdapat di dalam enzyme carbonic

anhidrase, sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga

menghambat aktivitas alkali phospatase.

b. Mengganggu pengambilan estrogen endogenalis oleh mucosa uterus.

c. Mengganggu umlah DNA dalam sel endometrium.

d. Mengganggu metabolism glikogen.

8. Untuk AKDR yang mengandung hormone progesterone :

a. Gangguan proses pematangan prolifertaif, skretoir sehingga timbul penekanan

terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi. ( endometrium tetap

berada dalam fase desidual atau pogestasional).

b. Lender serviks yang menjadi lebih kental atau tebal karena pengaruh progestin.

D. Efektifitas AKDR

Menurut Mochtar (1998), efektifitas AKDR cukup tinggi untuk mencegah kehmailan

dalam janga waktu yang lama. Angka kehamilan AKDR berkisar antara 1,5-3 per 100

wanita pada tahun pertama dan angka ini akan menjadi lebih rendah untuk tahun-tahun

berikutnya.

Hartanto, (2003), mengemukakan tentang efektifitas AKDR yaitu :

Page 6: PKK II KB AKDR (2)

1. Efektifitas dari AKDR dinyatakan dalam angka kontinuitas ( continuity on rate) yaitu

berupa lama AKDR tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan

dan pengangkatan atau pengeluaran karena alas an-alasan medis atau pribadi.

2. Efektifitas dari bermacam-macam AKDR tergantung pada AKDR nya yaitu ukuran,

bentuk, mengandung Cu atau progesterone dan akseptor yaitu umur, paritas, dan

frekuensi senggama.

3. Dari factor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas diketahui :

a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau

pengeluaran AKDR.

b. Makin muda usia, terutama pada nuligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan

pengangkatan atau pengeluaran AKDR.

4. Dari uraian di atas maka use-effectivenes dari AKDR tergantung pada variable

administrative, pasien dan medis termasuk kemudahan insersi pengalaman pemasang,

kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui

terjadinya ekspulsi, kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.

E. Indikasi Pemasangan AKDR

Menurut Mochatar (1998), pemasangan AKDR untuk tujuan kontrasepsi dapat dilakukan

pada wanita yang :

1. Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih

2. Ingin menjarangkan kehamilan

3. Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara

permanen (kontrasepsi mantap )

Page 7: PKK II KB AKDR (2)

4. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (mengidap penyakit

jantung, hipertensi, hati )

5. Berusia diatas 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang menguntungkan.

F. Kontra Indikasi

Menurut Saifuddin, (2003), yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR :

1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui

3. Sedang menderita infeksi alat genital ( vaginitis, servisitis)

4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.

5. Kelainan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi

cavum uteri

6. Penyakit trofoblas yang banyak

7. Dikethui menderita TBC serviks

8. Kanker alat genital

9. Ukuran rongga rahim < 5 cm

G. Keuntungan AKDR

Menurut Saifuddin , (2003), keuntungan AKDR meliputi :

1. AKDR dapat efektif segera setelah persalinan

2. Metode jangka pnajang (10 tahun proteksi dari Cu-T 380 A dan tidak perlu diganti)

3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

4. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

5. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu-T 380 A

6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

Page 8: PKK II KB AKDR (2)

7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi

infeksi)

8. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)

9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat

10. Membantu mencegah kehamilan ektopik

H. Kerugian AKDR

AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa

kerugian. Kerugian AKDR menurut Manuaba (2002), yaitu :

1. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR insitu

2. Terdapat perdarahan, spotting, menometroragia

3. Leukore, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa mebih basah

4. Dapat terjadi infeksi dan kehamilan ektopik

5. Tali AKDR dapat mengganggu hubungan seksual

I. Pemasangan AKDR

Saifuddin (2003), mengemukakan bahwa sebagian besar masalah yang berkaitan dengan

AKDR (ekspulsi, infeksi, dan perforasi) disebabkan oleh pemasangan yang kurang tepat.

Oleh karena itu hanya petugas klinik yang telah di latih ( dokter, bidan dan perawat), yang

diperbolehkan memasang maupun mancabut AKDR, untuk mengurangi masalah yang

timbul setelah pemasangan semua tahap proses pemasangan harus dilakuakn dengan hati-

hati dan lembut, dengan menggunakan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan. Waktu

pemasangan AKDR yang paling baik adalah dalam keadaan :

1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.

2. Hari pertama sampai ke tujuh siklus haid

Page 9: PKK II KB AKDR (2)

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca

persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode MAL. Perlu di ingat angka

ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan.

4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak ada gejala

infeksi.

5. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

J. Periksa Ulang AKDR

Menurut Manuaba, (2002) , menyatakan jadwal pemeriksaan ulang AKDR sebagai

berikut :

1. Dua minggu setelah pemasangan

2. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama

3. Tiga bulan setelah pemeriksaan ke dua

4. Setiap 6 bulan sampai 1 tahun

K. Efek Samping dan Komplikasi

Menurut Mochtar (1998), efek samping dari penggunaan AKDR adalah :

1. Nyeri dan mulas biasanya terjadi sehabis insersi AKDR, yang pada umumnya akan

hilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

2. Perdarahan dapat terjadi pasca insersi, bercak di luar haid atau perdarahan,meo atau

metroragia

3. Flour Albus

4. Dismenorea

5. Disparenia (nyeri sewaktu coitus)

6. Ekspulsi (AKDR keluar dengan sendirinya)

Page 10: PKK II KB AKDR (2)

7. Infeksi

8. Embedmen ( AKDR tertanam dalam dinding rahim

9. AKDR dapat tertanam dalam mukosa rahim atau terletak lebih dalam sebagian (parsial)

atau seluruhnya (komplit)

L. Pengeluaran AKDR

Menurut Mochtar (1998), pengeluaran AKDR dilakuakan atas beberapa indikasi, yaitu :

1. Indikasi medis

a. Perdarahan yang hebat atau berlangsung lama

b. Nyeri hebat

c. Hamil dengan AKDR insitu

d. Peradangan panggul

e. Infeksi dan sebagainya

2. Atas permintaan suami istri

3. AKDR telah kadaluarsa

4. Translokasi AKDR

5. Tukar atau pindah cara kontrasepsi lain.

Page 11: PKK II KB AKDR (2)

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. F UMUR 20 TAHUN

DENGAN AKSEPTOR KB AKDR

DI RS AISYIYAH KUDUS

I. PENGKAJIAN

Hari, Tanggal : Sabtu, 15 Juni 2013

Jam : 18.55 WIB

Tempat : Ruang Bersalin RS Aisyiyah Kudus

Sumber Data : Data primer : Autoanamnesa : informasi dari pasien

Alloanamnesa : informasi dari suami pasien

Data sekunder : Buku KIA dan RM

A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas Klien

Nama pasien : Ny. F Nama suami : Tn. M

Umur : 20 th Umur : 28 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Page 12: PKK II KB AKDR (2)

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Gajah, Demak

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan ingin memperoleh program KB AKDR karena ia engikuti program

jampersal.

3. Riwayat Pernikahan

Umur menikah : Ibu mengatakan menikah pada usia 19 tahun

Lama menikah : ibu mengatakan lama menikah 1 tahun

Berapa kali : Ibu mengatakan 1 kali dengan suami sekarang

Status pernikahan : ibu mengatakan sah secara hokum dan agama

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita sesak napas (asma), kuning (hepatitis)

Ibu mengatakan tidak pernah mengeluarkan cairan dari vagina berupa keputihan

yang berwarna kuning dan berbau amis, cairan encer kehijauan dan bercak

merah.

Ibu mengatakan tidak ada nyeri tekan di daerah panggul, dan tidak punya

riwayat penyakit jantung, hipertensi, ginjal.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seksual, infeksi

panggul.

Ibu mengatakan tidak punya penyait jantung, hipertensi, ginjal.

Page 13: PKK II KB AKDR (2)

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun suami tidak ada yang pernah

menderita penyakit jantung dan hipertensi.

5. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Menstruasi

Menarche : ibu mengatakan pertama kali haid umur 12 tahun

Siklus : ibu mengatakan 30 hari

Lamanya : ibu mengatakan 6-7 hari

Warna : ibu mengatakan merah

Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan selama haid

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

N

O

Kehamila

nPersalinan Anak Nifas

U

Ko

mpl

ikas

i

JenisPenolo

ng

Kom

plika

si

U JKBB/

PBLaktasi

K

B

Ko

mpl

ika

si

1. 38

mg

gu

5 hr

- sponta

n

Bidan - 0

hr

♂ 3300

/34

- - -

c. Riwayat Keluarga Berencana

Page 14: PKK II KB AKDR (2)

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan program keluarga berencana jenis

apapun dan berencana akan mengguakan program KB AKDR.

6. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola Selama Hamil Keluhan

Nutrisi Makan : 3x sehari

Menu : nasi, sayur, lauk

Porsi : 1 piring habis

Minum : 7-8 gelas/hari

Jenis : the manis, air putih

-

Eliminasi BAB : 1x sehari

BAK : 6-7x sehari-

Istirahat Tidur siang 1-2 jam

Tidur malam 7 jam-

Aktivitas Mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti :

menyapu, mengepel, mencuci, dll-

Personal

Hygene

Mandi : 2x sehari

Gosok gigi : 3x sehari

Keramas : 2x seminggu

Ganti pakaian : 2x sehari

-

Sexual Tidak teratur 1 minggu sekali -

7. Data Psiko Sosio Kultural dan Spiritual

Suami mendukung ibu untuk KB AKDR

Page 15: PKK II KB AKDR (2)

Ibu mengatakan selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu

Ibu mengatakan suami bekerja swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga

Ibu mengatakan menganggap bahwa KB AKDR itu tabu karena ibu erasa malu

bagian vitalnya dilihat oleh orang lain

8. Data Pengetahuan Klien

Ibu mengatakan belum mengerti banyak tentang AKDR dan menganggap jika KB

AKDR mengganggu hubungan seksual.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : CM

TD : 110/70 mmHg

Suhu : 360C

Nadi : 84x/menit

Pernapasan : 24x/menit

2. Status Present

Kepala : kulit kepala bersih, rambut tidak rontok

Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih

Telinga : bersih

Hidung : bersih

Mulut : bersih

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan parotis

Dada : simetris

Page 16: PKK II KB AKDR (2)

Abdomen : tidak ada bekas luka operasi

Genetalia : tidak oedema, PPV darah

E. atas : tidak oedema, tidak varises, tangan kiri terpasang infuse RL

E. bawah : tidak oedema, tidak varises

3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA

a. Diagnosa

Ny. F umur 20 tahun dengan akseptor KB AKDR

Data Dasar :

1. DS :

a) Ibu mengatakan berumur 20 tahun

b) Ibu mengatakan ingin mengikuti program KB AKDR

2. DO :

KU : baik

Kesadaran : CM

TD : 110/70 mmHg

S : 360C

N : 84x/menit

RR : 24x/menit

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Page 17: PKK II KB AKDR (2)

Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. INTERVENSI

Tanggal : 15 juni 2013 Jam : 19.00 WIB

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien

2. Jelaskan tentang KB AKDR

3. Lakukan informed consent

4. Persiapkan alat

5. Lakukan pemasangan AKDR

6. Jelaskan setelah pemasangan AKDR pada pasien

7. Jelaskan tanda bahaya setelah pemasangan AKDR pada pasien

8. Beritahu ibu jadwal kunjungan untuk control

9. Catat hasil tindakan dalam buku KB pasien

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal : 15 juni 2013

1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik

TD : 110/70 mmHg

S : 360C

N : 84x/menit

RR : 24x/menit

Page 18: PKK II KB AKDR (2)

2. Menjelaskan pada ibu tentang KB AKDR merupakan suatu alat kontrasepsi yang

dimasukkan ke dalam rahim dan terbuat dari plastic halus atau tembaga untuk

mencegah terjadinya kehamilan, dengan keuntungan tahan sampai 5 tahun, tidak

mengganggu siklus menstruasi, tidak mengakibatkan kegemukan karena alat

kontrasepsi tidak hormonal, tidak mengganggu hubungan seksual dan sangat

efektif untuk mencegah kehamilan. Kerugiannya kemungkinan ibu pada saat

menstruasi darah yang keluar lebih banyak, tidak melindungi ibu dari penyakit

mrnular seksual dan nyeri pada saat menstruasi.

3. Meminta persetejuan dari ibu untuk dilakukan pemasangan KB AKDR dengan

meminta ibu untuk mengisi lembar informed consent dan ditanda tangani ibu.

4. Mempersiapkan alat, yaitu :

a. 1 set IUD coper T 380 A

b. 1 pasang sarung tangan

c. Speculum

d. Tenakulum

e. Sonde uterus

f. Kasa steril

g. Larutan antiseptic

h. Gunting steril

i. Kapas DTT

j. Larutan Chlorin 0,5%

5. Melakuakan pemasangan KB AKDR, yaitu:

Page 19: PKK II KB AKDR (2)

a. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil terlebih dahulu agar memudahkan

dalam pemasangan AKDR

b. Mengatur posisi pasien secara litotomi

c. Mencuci tngan di air mengalir dengan menggunakan sabun lalu dikeringkan

dengan handuk bersih

d. Membuka sebagian dari kemasan AKDR dan memasukkan pendorong ke

dalam tabung inserter

e. Sambil memegang kedua ujung lengan IUD disorong tabung inserter sampai

ke pangkal lengan sehingga lengan IUD terlipat

f. Setealh lengan terlipat, tarik inserter dari pangkal lengan

g. Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan

IUD ke dalam tabung inserter

h. Memakai sarung tangan

i. Melakuakn vulva hygene dengan kapas DTT

j. Memberitahu ibu kalau mau dipasang alat

k. Memasang speculum di vagina untuk melihat serviks dan menganjurkan ibu

untuk bernapas panjang

l. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic

m. Menjepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati pada posisi jam 11 dan 1

n. Memasukkan sonde uterus dengan teknik no touch (tidak menyentuh) ke

dalam cavum uteri

o. Menentukan posisi dan kedalaman cavun uteri dan keluarkan sonde

Page 20: PKK II KB AKDR (2)

p. Mengukur atau meyamakan kedalaman pada cavum uteri pada sonde dan

tabung iserter yang masih berada didalam kemasan sterilnya dengan

menggeser leher biru pada tabung inserter kemudian buka seluruh plastic

penutup kemasan IUD

q. Mengangkat tabung IUD dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan yang

masih steril

r. Memegang tabung IUD dengan leher biru dalam posisi horizontal sementara

melakuakn tarikan hati-hati pada tenakulum. Masukkan tabung inserter ke

dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada

tahanan

s. Memegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan

t. Melepaskan lengan IUD dengan menggunakan teknik withdrawl (menarik

keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan

pendorong

u. Mengeluarkan pendorong, kemudian tabung inserter di dorong kembali ke

serviks sampai leher rahim menyentuh serviks/ada tahanan

v. Mengeluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang IUD kurang

lebih 3-4 cm

w. Mengeluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah

x. Melepaskan tenakulum dengan hati-hati , rendam dalam larutan chlorine

y. Periksa serviks, kalau ada perdarahan di bekas tenakulum tekan dengan kasa

z. Mengeluarkan speculum dengan hati-hati

aa. Semua alat dibersihkan dan direndam dalam larutan chlorine 0,5%

Page 21: PKK II KB AKDR (2)

bb. Mengembalikan posisi pasien

cc. Memberitahu bahwa pemasangan IUD sudah selesai

dd. Mencuci tangan

6. Menjelaskan pada ibu setelah pemasangan IUD untuk istirahat terlebih dahulu

kira-kira 10 menit. Setelah sampai di rumah saat buang air kecil ibu bisa sambil

memeriksa benang IUD, kalu benang teraba keluar bisa dimasukkan dengan

menggunakan tangan

7. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya setelah pemasangan IUD jika ibu

mengalami nyeri perut yang hebat, pusing, keputihan yang banyak dan berbau dan

nyeri saat berhubungan seksual

8. Menjelaskan pada ibu untuk segera datang ke tempat pelayanan kesehatan jika

mengalami tanda bahaya tersebut

9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang yaitu 4 minggu lagi

10. Mendokumentasikan tindakan pada buku KB ibu

VII. EVALUASI

Tanggal : 15 juni 2013 Jam :

1. Ibu sudah mengetahui keadaan dirinya

2. Ibu sudah mengetahui tentang KB AKDR dan ibu bisa menjelaskan penjelasan

yang telah diberikan

3. Ibu bersedia untuk dilakukan pemasangan IUD dan ibu sudah menandatangani

informed consent

4. Pemasangan IUD Coper T 380 A sudah dilakukan

5. Ibu sudah mengerti tanda bahaya setelah pemasangan AKDR

Page 22: PKK II KB AKDR (2)

TTD

Edy Ayu Dewi Purnama