pjbl3

download pjbl3

of 23

description

indikator kesehatan

Transcript of pjbl3

NoTopik Masalah KeperawatanIndikator

Daerah/ Kabupaten MalangNasionalInternasional

1Kesehatan Remaja Cakupan pelayanan kesehatan remaja (80%). Meliputi : informasi dan edukasi serta layanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi remaja dgn memperhatikan masalah & kebutuhan agar terbebas dari gangguan kesehatan dan penyakit yang dapat menghambat pengembangan potensi anak. Pendidikan kesehatan melalui sekolah dan madrasah atau di luar sekolah untuk meningkatkan kemampuan hidup anak dalam lingkungan hidup yang sehat sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi SDM yang berkualitas. Upaya penyuluhan P3 NAPZA oleh petugas kesehatan ( 15%)

1. Meningkatnya pelayanan kesehatan remaja. 2. Seluruh darah donor disekrening terhadap HIV/AIDS. 3. Seluruh penderita HIV/AIDS mendapat penanganan pelayanan kesehatan. 4. Seluruh penderita Infeksi Menular Seksual (IMS) diobati. Seluruh lokalisasi mewajibkan penggunaan kondom

1. Penggunaan tembakau, kurangnya aktivitas fisik, hubungan seks tanpa kondom atau menerima perilaku kekerasan akan berkurang atau tidak ada.2. Meningkatkan kesehatan reproduksi, yang salah satu indikator adalah tingkat kehamilan antara 15 sampai 19 anak perempuan tahun.3. menghentikan penyebaran HIV / AIDS memiliki indikator seperti penurunan 25% di antara orang-orang muda, dan juga mengukur proporsi anak usia 15 hingga 24 tahun dengan pengetahuan yang komprehensif dan benar HIV / AIDS.4. Pemberian Gizi yang cukup dan makan sehat dan kebiasaan latihan fisik1. Remaja yang mengalami depresi menurun dengan indicator capaian 7,5%2. Remaja yang mengalami obesitas menurun dengan indicator capaian 14,5%3. Remaja yang mengkonsumsi narkoba dan alcohol berkurang dengan indicator capaian 16,6%4. Remaja yang merokok berkurang dengan indicator 16% (Healthy People 2020, 2012)5. Kelahiran pada usia remaja menurut indikator MDGs sebesar 5,4 angka kelahiran/1.000 wanita

2Kesehatan Anak Usia Sekolah Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah (90%); Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih / guru UKS/Dokter Kecil (100%) Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat. Target 14.351. Realisasi 14.35 (100%)Status gizi anak umur 5-18 tahun dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur yaitu 5-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada hasil pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur (TB/U) dan IndeksMassa Tubuh menurut umur (IMT/U). Berdasarkan baku antropometri WHO 2007 untuk anak umur 5-18 tahun, status gizi ditentukan berdasarkan nilai Zscore TB/U dan IMT/U. Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore ini status gizi anak dikategorikan sebagai berikut:

Klasifikasi indikator TB/U:1. Sangat pendek :Zscore< -3,2. Pendek : Zscore -3,0 s/d < -2,0 3. Normal : Zscore -2,0

Klasifikasi indikator IMT/U:1. Sangat kurus : Zscore< -3,02. Kurus : Zscore -3,0 s/d < -2,03. Normal : Zscore-2,0 s/d 1,04. Gemuk : Zscore> 1,0 s/d 2,05. Obesitas : Zscore> 2,0

3Kesehatan Ibu dan AnakDinas Kesehatan Kota Malang, 2013 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 90,32% Realisasi : 13.723 Target : 15.194 Cakupan Komplikasi Kebidanan : 89,41% Realisasi : 2.717 Target : 3.039 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan : 92,24% Realisasi : 13.379 Target : 14.504 Cakupan Pelayanan Nifas : 88,51% Realisasi : 12.837 Target : 14.504 Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 75,01% Realisasi : 1.521 Target : 2.028

Cakupan Kunjungan Bayi : 92,72% Realisasi : 12.535 Target : 13.519

Cakupan desa/kelurahan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 89,47% Realisasi : 51 Target : 57

Cakupan Pelayanan Anak Balita : 76,83% Realisasi : 41.490 Target : 54.005

Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada nak usia 6-24 bulan: 99,94% Realisasi : 6.974 Target : 6.978

Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 % Realisasi : 125 Target : 125

Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 % Realisasi : 14.351 Target : 14.351

Cakupan peserta KB aktif : 72,14% Realisasi : 117.345 Target : 162.653

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95% Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 % Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90% Cakupan Pelayanan Nifas : 90% Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80% Cakupan Kunjungan Bayi : 90 % Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100 % Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 % Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 % Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 % Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %

MDGs Goal 4 dan Goal 5: Reduce Child Mortality Target 5. Reduce by two-thirds, between 1990 and 2015, the under-five mortality rate Indicators1. Under-five mortality rate (UNICEF-WHO)2. Infant mortality rate (UNICEF-WHO)3. Proportion of 1 year-old children immunized against measles (UNICEF-WHO)

Improve Maternal Health Target 6. Reduce by three-quarters, between 1990 and 2015, the maternal mortality ratio Indicators1. Maternal mortality ratio (UNICEF-WHO)2. Proportion of births attended by skilled health personnel (UNICEF-WHO)

Indikator Lainnya:

1. Kelahiran yang dibantu oleh tenaga terlatih (73%)2. Tingkat kematian ibu per 100.000 sebesar 307 orang3. Wanita menikah usia 15-49 tahun yang menggunakan KB (61%)4. Tingkat kelahiran usia muda per 1000 perempuan usia 15-19 tahun setidaknya satu kali berkunjung ke fasilitas kesehatan (93,3%)5. Kebutuhan KB tidak terpenuhi (9,1%)6. Terdapat 2 indikator MDGs yaitu cakupan ANC minimal 1 kali (K1) dan ANC minimal 4 kali serta proporsi penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten (Riskesdas. 2013)7. Target pencapaian MDGs untuk Indonesia tahun 2015: AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup AKB sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup dan AKABA sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup (Bappenas, 2012)

4Gizi Balita1. BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)A. Untuk screening (penapisan) individua). Indikator: Berat Badan Lahir (BBL)b). Cut-off: BBL < 2500 gramc). Sumber data: Bidan desa atau dukun terlatih (Laporan kohor bayi)d). Frekuensi: Setiap ada bayi lahire). Tujuan: penapisan bayi untuk diberikan perawatanf). Pengguna: PuskesmasB. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak tingkat kecamatana). Indikator: Prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari jumlah bayi lahir hidupb). Trigger level: Prevalensi BBLR > 15%c). Sumber data: Puskesmas(Kompilasi laporan kohor bayi BBLR dalam periode 1tahun dari Puskesmas-2 di kecamatan bersangkutan)d). Frekuensi: Sekali setahun (dihitung pada tengah tahun)e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anakf). Pengguna: KecamatanC. Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak antar kecamatan dalam kabupatena). Indikator: Prevalensi bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari jumlah bayi lahir hidupb). Trigger level: Prevalensi BBLR > 15%c). Sumber data: Kecamatan (Kompilasi laporan kohor bayi BBLR dalam periode 1 tahun dari Kecamatan-kecamatan di kabupaten bersangkutan)d). Frekuensi: Sekali setahun (dihitung pada tengah tahun)e). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anakf). Pengguna: Kabupaten --- dan --- Propinsi2. MASALAH GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITADefinisi: Gangguan pertumbuhan: bila BGM atau tiga kali penimbangan bulanan tidak naik berat badan (BB)Kegunaan:A. Screening individu balita untuk rujukan/perawatan/treatmena). Indikator: Pertumbuhan berat badan (SKDN)b). Cut-off: 1. BGM (BB/U < -3SD)2. 3T (3 kali penimbangan tidak naik BB)c). Sumber data: Posyandu(Penimbangan bulanan)d). Frekuensi: sekali sebulane). Tujuan: Screening balita yang memerlukan tindakan rujukan atau intervensi khusus (pengobatan dan atau PMT pemulihan)f). Pengguna: PuskesmasB. Gambaran keadaan pertumbuhan balita tingkat kecamatana). Indikator: 1. % N/(D-O-B) dengan kondisi (D/S >= 80%). Bila D/S belum >=80% upayakan untuk ditingkatkan.2. % BGM/Db). Trigger level: 1. % N/(D-O-B) < 60%2. % BGM > 1%c). Sumber data: Puskesmas(Kompilasi laporan SKDN dari Puskesmas-2 yang adadi wilayah kecamatan bersangkutan)d). Frekuensi: sekali sebulane). Tujuan: Evaluasi keadaaan pertumbuhan balita untuk tindakan preventif terhadap memburuknya keadaan gizif). Pengguna: KecamatanC. Gambaran keadaan pertumbuhan balita antar kecamatan dalamkabupatena). Indikator: 1. % N/(D-O-B) dengan kondisi (D/S >= 80%). Bila D/S belum >=80% upayakan untuk ditingkatkan.2. % BGM/Db). Trigger level: 1. % N/(D-O-B) < 60%, dan2. % BGM > 1%c). Sumber data: Kecamatan(Kompilasi laporan SKDN dari Kecamatan-2 yang adadi wilayah kabupaten bersangkutan)d). Frekuensi: sekali sebulane). Tujuan: Evaluasi keadaaan pertumbuhan balita untuk tindakan preventif terhadap memburuknya keadaan gizif). Pengguna: Kabupaten --- dan --- propinsi3. MASALAH KEP BALITADefinisi: Gizi kurang bila BB/U < -2 SD dan Gizi buruk bila BB/U < -3 SDKegunaan:A. Screening individu balita untuk rujukan/perawatan/treatmenta). Indikator: BB/Ub). Cut-off: BB/U 20%, atau2. Prevalensi gizi buruk > 1%c). Sumber data: Pemantauan Status Gizi (PSG)d). Frekuensi: Sekali setahune). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi balita untukperencanaan program dan perumusan kebijakang). Pengguna: Kabupaten, Propinsi --- dan --- Pusat4. MASALAH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN MP-ASIDefinisi : 1. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 4 bulan.2. MP-ASI adalah makanan tambahan dalam bentuk lunak maupun bentukmakanan dewasa selain ASI sampai anak usia 24 bulan.Kegunaan :A. Memberikan gambaran tentang perkembangan praktek pemberian ASI eksklusif.a. Indikator : Proporsi ibu memiliki bayi usia 4 bulan yang hanya memberikan ASI (ASI-Eksklusif).b. Trigger level : Proporsi ASI Eksklusif tidak menurun.c. Sumber : Badan Litbangkes (+BPS) --- Surkesnasd. Frekuensi : Sekali dalam 3 tahun.e. Tujuan : Manajemen penyuluhan dalam rangka peningkatan praktek pemberian ASI-Eksklusif.f. Pengguna : Propinsi---PusatB. Penyuluhan individu ibu yang memiliki anak usia 4 bulan ke bawah agar memberikan ASI-Eksklusif.a. Indikator : Ibu yang memiliki anak usia 4 bulan ke bawahb. Trigger level : Tidak memberikan ASI-Eksklusifc. Sumber data : Kohort bayi--- Bidan desa/Kader Posyandud. Frekuensi : Setiap ada ibu yang memiliki bayi 4 bulan ke bawah.e. Tujuan : Tindakan penyuluhan agar memberikan ASI-Eksklusif.f. Pengguna : Puskesmas

1. BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)Definisi: yang dimaksud dengan berat badan lahir rendah adalah berat badan bayi lahir hidup di bawah 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir.Kegunaan: Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan kesehatan ibu dan anak tingkat nasionala). Indikator: Prevalensi BBLR dalam periode tertentub). Trigger level: Prevalensi BBLR > 15%c). Sumber data: Tim Surkesnas (Badan Litbangkes + BPS) (Survei Kesehatan Nasional)d). Frekuensi: Sekali dalam 3 tahune). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak secara nasionalf). Pengguna: Primer: Pusat2. MASALAH KEP BALITA Memberikan gambaran perkembangan keadaan gizi balita tingkat Propinsi dan nasionala). Indikator: Prevalensi gizi kurang dan gizi burukb). Trigger level: 1. Prevalensi gizi kurang > 20%, atau 2. Prevalensi gizi buruk > 1%c). Sumber data: BPS (Susenas)d). Frekuensi: Sekali dalam 3 tahune). Tujuan: Evaluasi perkembangan keadaan gizi balita untuk perencanaan program dan perumusan kebijakan di tingkat nasionalf). Pengguna: Pusat

Eradicate Extreme Hunger and Poverty Target 1. Halve, between 1990 and 2015, the proportion of people whose income is less than $1 a day Indicators1. Proportion of population below $1 (1993 PPP) per day (World Bank) 2. Poverty gap ratio [incidence x depth of poverty] (World Bank)3. Share of poorest quintile in national consumption (World Bank) Target 2. Halve, between 1990 and 2015, the proportion of people who suffer from hunger Indicators4. Prevalence of underweight children under five years of age (UNICEF-WHO)5. Proportion of population below minimum level of dietary energy consumption (FAO)

Status gizi balita menurut indikator BB/U1. Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang pada balita antara 20-29%, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila 30 % (WHO, 2010)2. Sasaran MDG tahun 2015 untuk gizi buruk adalah 15,5%

Status gizi balita menurut indikator BB/U1. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30 39 %2. dan serius bila prevalensi pendek 40% (WHO 2010)

Status gizi anak balita berdasarkan indikator BB/TBMasalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10,0 14,0%, dan dianggap kritis bila 15,0% (WHO 2010)

5Penyakit TB Cakupan penemuan dan penanganan pasien baru TB BTA positif : 68,41% Realisasi : 615 Target : 899

Kesembuhan penderita TBC BTA positif (> 85%).

Indikator penanggulangan TB Nasional yaitu:1. Angka Penemuan Pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate= CDR) dan2. Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate= SR).

Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator Nasional tersebut di atas, yaitu:1. Angka Penjaringan SuspekAdalah jumlah supek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan)_Rumus:

2. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. _ Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek

3. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru tercatat/sudah terobatiAdalah prosentase pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien Tuberkulosis yang menular di antara seluruhpasien TB paru yang diobati.

Angka ini jangan kurang dari 65%. Bila angka ini rendah, berarti mutu diagnosis rendah, kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif)4. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasienAdalah prosentase pasien TB anak ( 15% kemungkinan over diagnosis TB anak.5. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate=CDR)Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibandingkan jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. _ Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut.

Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh dari perhitungan insidens kasus TB paru BTA(+) dikali jumlah penduduk. Target CDR dalam Program Nasional TB minimal 70%6. Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate=CNR)Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.Angka ini bila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut.

Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayahTersebut.7. Angka Konversi (Convertion Rate)Angka konversi adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. _ Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar.

Angka konversi minimal yang harus dicapai adalah 80%8. Angka Kesembuhan (Cure Rate)Adalah angka prosentase pasien bau TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. _ Angka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA positif pengobatan ulang (kategori 2).

Angka Kesembuhan minimal untuk pasien baru TB paru : 85% Angka ini tidak boleh >4%, untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak boleh > 10% untuk daerah yang sudahada masalah resistensi obat.9. Angka DefaultAdalah prosentase pasienTB yang default di antara seluruh pasien TB yang diobati dalam kurun waktu tertentu.

Angka Default sebaiknya < 5% pada setiap rumah sakit

Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur kemajuan (marker of progress). Indikator yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:1. Sahih(valid)2. Sensitif dan Spesifik(sensitive and specific)3. Dapat dipercaya(realiable)4. Dapat diukur(measureable)5. Dapat dicapai(achievable)6. Analisa dapat dilakukan dengan :7. Membandingkan data antara satu dengan yang lain untuk melihat besarnya perbedaan.8. Melihat kecenderungan (trend) dari waktu ke waktu.

Menurut Riskesda, 2010 Pengetahuan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan (faskes) oleh Rumah Tangga (RT) Persentase RT yang lebih mengetahui faskes yang melayani pemeriksaan dahak di rumah sakit (78,1%) dari pada di puskesmas (54,3%) dan RT yang mengetahui adanya fasilitas foto paru di rumah sakit sebesar 82,4 persen. Sedangkan RT yang memanfaatan faskes untuk diagnosa TB paru dengan pemeriksaan dahak cukup rendah, hanya 19,3 persen. RT memanfaatkan Rumah Sakit, dan 2,1 persen RT memanfaatkan puskesmas. Cakupan penggunaan OAT berupa FDC (Fixed Dose Combination) dan Kombipak sebesar 83,2 % Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-20141. Jumlah kasus TB per 100.000 penduduk untuk target 2014 : 2242. Jumlah TB paru (BTA positif) ynag ditemukan untuk target 2014 : 90.3. Jumlah TB paru (BTA) positif yang disembuhkan untuk target 2014 : 88.Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah 2,8% Prevalensi nasional Tuberkulosis Paru (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 0,99%. Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan tahun 2007 dan 2013 tidak berbeda (0,4%).Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015.a. Angka Kejadian Tuberculosis (semua kasus/100.000 penduduk/tahun):1. Acuan dasar (1990) : 343.2. Target : Mengendalikan penyebarann TBb. Tingkat prevalensi TB (per 100.000 penduduk):1. Acuan dasar (1990): 443.2. Target : Mengendalikan penyebarann TB.c. Tingkat kematian karena TB (per 100.000 penduduk):1. Acuan dasar (1990) : 92.d. Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS1. Acuan dasar (2000): 19,7%.2. Target : 73%e. Proporsi kasus TB yang disembuhkan melalui DOTS (cure rate): 1. Acuan dasar : 71,6%2. Target : 85%.

6Penyakit DBD Cakupan penemuan dan penanganan DBD : 100% Realisasi : 409 Target : 409 Penderita DBD yang ditangani (80%). Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes (>95%).

Target 2014:

Angka kesakitan penderita DBD menjadi 51 per 100.000 penduduk

Presentase angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar > 95%

Indikator20102011201220132014

Angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk5554535251

7Penyakit Hipertensi1. Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita (Penyakit Tidak Menular) PTM utama.2. Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.3. Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.4. Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.5. Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah serat).6. Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan BBLR.7. Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.8. Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.9. Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.10. Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan1. Terbentuknya jaringan kerja yang berfungsi dalam surveilans faktor risiko, penyakit dan registri kematian akibat Hipertensi di daerah2. Tersedianya metodeinstrumen standar untuk surveilans faktor risiko penyakit dan registri kematian Hipertensi3. Terbentuknya unit yang bertanggung jawabsurveilans Hipertensi di daerah4. Tersedianya informasi faktor risiko, angka kesakitan, angka kecacatan dan angka kematian akibat Hipertensi5. Adanya kebijakan publik yang mendukung kegiatan pengendalian Hipertensi6. Menurunnya faktor risiko penyebab kejadian hipertensi7. Meningkatnya kualitas dan kuantitas kemampuan tenaga dalam melakukan promosi pencegahan hipertensi8. Terbentuknya kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat9. Penerapan standar dan pedoman penemuan dan tata laksana kasus10. Meningkatnya pelatihan berbasis kompetensi dalam pengendalian hipertensi11. Tersedianya obat-obatan dan terapi dalam pengendalian hipertensi12. Terbentuknya jaringan kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan, organisasi profesi dan masyarakat di bidang pelayanan hipertensi13. Tersedianya pelayanan hipertensi berbasis masyarakatKriteria yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekjanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mm/Hg atau tekanan darah diastolic lebih dari sama dengan 90 mmHg. Kriteria ini berlaku untuk individu usia lebih dari 18 tahun (riskesdas 2013)

8Penyakit DM1. Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita (Penyakit Tidak Menular) PTM utama.2. Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.3. Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.4. Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.5. Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah serat).6. Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan BBLR.7. Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.8. Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.9. Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.10. Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan1. Prevalensi DM tahun 2013 adalah 2,4%. (Riskesdas. 2013)1. Lingkar perut yang ideal 2. pasien dengan tekanan darah terbaru 9%4. pasen menerima pemeriksaan kaki tiap tahun5. LDL maksimal