Pitiriasis Alba

download Pitiriasis Alba

of 13

description

kulit

Transcript of Pitiriasis Alba

BAB I

PENDAHULUAN

Pityriasis alba merupakan sebuah pola dermatitis dengan ciri yang paling mencolok berupa hipopigmentasi.1 Pityriasis alba dianggap sebagai dermatitis subklinis atau bentuk yang ringan dari dermatitis atopik, karena seringkali disertai riwayat atopi. Gambaran klinisnya berupa makula atau bercak hipopigmentasi berskuama tipis, berbatas tegas maupun tidak tegas, terlokalisir, umumnya terdapat pada pipi, lengan atas, dan trunkus.2,3 Meskipun dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin, hipopigmentasi pityriasis alba lebih jelas terlihat pada individu berkulit gelap, terutama saat musim panas. Sedangkan pada musim dingin skuama jelas terlihat karena kulit kering. Penyakit ini umumnya mengenai penderita usia anak dan remaja.1,4Etiologi dan patogenesis pityriasis alba masih belum jelas. Pada umumnya digolongkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan, tetapi tidak pasti mengenai seluruh individu yang atopik.1 Selain itu, penyakit ini juga digolongkan sebagai penyakityang timbul setelah terjadi inflamasi. Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi juga kebiasaan hidup bersih berkorelasi kuat terhadap perkembangan pityriasis alba.2 Hal lain yang dapat mencetuskan pityriasis alba adalah gigitan serangga, iritasi mekanis dari scrubbing, atau bentuk lain dari eczematous dermatitis.5 Sebagian besar kasus pityriasis alba terdiagnosis secara klinis. Hipopigmentasi yang tampak diakibatkan oleh berkurangnya jumlah melanosit dan melanosom. Pemeriksaan histologi tidak spesifik, berupa akantosis yang tidak mencolok dan spongiosis ringan, dengan hiperkeratosis sedang dan parakeratosis yang tidak sempurna.1,2BAB II

LAPORAN KASUS

2.1Identitas Pasien

Nama

: An. Syahrini Abdul Sani

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 8 tahun

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Jln. Brebak Dalam RT. 16, Kel. Eka Jaya

Suku Bangsa

: Indonesia2.2Anamnesis: autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada tanggal 14 Januari 2016 Keluhan Utama :Timbul bercak keputihan diwajah 2 bulan yang lalu, gatal (+),

Keluhan Tambahan : (-)

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan timbul bercak keputihan di wajahnya sejak 2 bulan yang lalu. Bercak keputihan tersebut terasa gatal, bercak tidak terasa nyeri maupun panas. Bercak tersebut awalnya sedikit, lama kelamaan semakin banyak dan menganggu kosmetika dari pasien karena letaknya diwajah, pasien dan ibu pasien mengaku awalnya bercak tersebut terasa seperti ada sisiknya kemudian diberikan obat-obatan berupa salep namun tidak menghilang juga. Pasien mengaku bahwa aktivitasnya diluar cukup banyak dan ia sering terpapar matahari kemudian langsung mencuci wajahnya saat masih berkeringat. Riwayat pengobatan sebelumnya (+). Pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan kulit dibagian lain.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat menderita penyakit yang sama sebelumnya disangkal. Riwayat alergi disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga memiliki penyakit yang sama di sangkal. 2.3Pemeriksaan Fisik Status Generalisata

1. Keadaan Umum

: Baik

2. Kesadaran

: Compos mentis

3. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi

: 85x/menit

Pernafasan

: 18x/menit

Suhu

: Afebris

Pemeriksaan Organ1. KepalaBentuk : Normocephal

Ekspresi: Biasa

Simetris: Simetris

1. MataExopthalmus : (-)

Conjungtiva : anemis (-/-)

Skelera: ikterik (-/-)

Pupil

: isokor

2. Hidung

: tidak ada kelainan

3. Telinga

: tidak ada kelainan

4. MulutBibir

: lembab

5. LeherKGB

: tidak ada pembesaran, JVP 5-2 cmH2O

6. Thoraks

Paru : vesikuler (+) normal ka/ki, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

7. Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-)

8. Ekstremitas atas

: akral hangat, edema (-), sianosis (-)

Kanan: pada status dermatologis

9. Ekstremitas bawah

: akral hangat, edema (-), sianosis (-)

Status Dermatologis :

Regio: facialisEflororesensi: tampak makula hipopigmentasi, multiple, bentuk tidak tegas, warna keputihan, tepi irreguler, distribusi diskret, daerah sekitar kulit tidak ada kelainan, nyeri (-).

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, namun pada keadaan yang meragukan, diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain:1. Pemeriksaan dengan Lampu Wood2. Pemeriksaan kerokan kulit dengan pulasan KOH3. Biopsi 2.5 Diagnosis Banding

a) Pityriasis Versikolorb) Vitiligo2.6 Diagnosis KerjaPityriasis Alba2.7 Penatalaksanaan Pelembab seperti krim emolien Pasien disarankan untuk menggunakan pelembab jika terpapar matahari. Dan disarankan mengurangi penggunaan air hangat untuk mandi.BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1Pengertian Pityriasis Alba

Pityriasis alba merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin, yang

berarti sisik atau skuama (pityriasis) dan putih (alba). Pityriasis alba merupakan suatu penyakit yang tidak menular dengan ciri yang paling mencolok berupa hipopigmentasi.1,6,73.2 Epidemiologi

Terdapat laporan kejadian sebesar lebih dari 5% pada anak-anak di Amerika Serikat, namun epidemiologinya belum pernah dijelaskan secara pasti. Pityriasis alba tidak memiliki kecenderungan timbul pada ras tertentu, walaupun penyakit ini memang terlihat lebih jelas pada penderita berkulit gelap karena nampak kontras.1,4,5,6 Penyakit ini tidak memiliki predileksi jenis kelamin tertentu, walaupun pernah tercatat penderita laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan. Pityriasis alba lebih sering dijumpai pada penderita berusia kurang dari 20 tahun, terutama pada anak dan remaja yang usianya berkisar antara 3-16 tahun.1,6,7 Penelitian yang dilakukan di daerah Karachi, Pakistan, menunjukkan persentase kecil (6,1%) dari pityriasis alba dibandingkan penyakit kulit lainnya pada pasien di Rumah Sakit Pendidikan Hamdard.8 Pada penelitian terhadap imigran Amerika Latin di Spanyol, pityriasis alba merupakan penyakit kulit dengan gejala klinis terbesar (3,3%) dari kelompok eczema (18,2%) yang lebih banyak mengenai pasien kulit hitam (24%) dibandingkan kulit putih (13,5%) dan kulit coklat Indian Amerika (19,7%).3.3 Etiologi dan Patogenesis

Etiologi dan patogenesis pityriasis alba masih belum jelas.2 Tidak ada agen definitif yang dapat dijelaskan untuk penyakit ini.3,6 Tidak terdapat data mengenai peran faktor genetik dan riwayat keluarga yang berhubungan dengan penyakit ini.4 Hipopigmentasi yang terjadi diakibatkan oleh berkurangnya aktivitas melanosit dan berkurangnya jumlah serta ukuran melanosom.1,7 Penyakit ini pada umumnya digolongkan sebagai manifestasi dari dermatitis atopik ringan, namun individu yang atopik belum tentu menderita pityriasis alba.1 Pada penelitian terhadap penderita pityriasis alba di India, latar belakang atopi terdeteksi dalam 85,5% kasus.4 Penyakit ini juga dapat digolongkan sebagai kelainan kulit yang timbul setelah inflamasi, diduga karena inflamasi dapat menyebabkan gangguan sel pigmen. Bakteri Propionibacterium acnes yang hidup dalam folikel rambut, dianggap mampu memproduksi faktor depigmentasi secara teoritis. Pada anak-anak dengan jerawat komedo atau popular, Propionibacterium acnes memproduksi sejumlah faktor virulen bioaktif yang merupakan agen inflamasi dan imunomodulatornya. Sejumlah enzim ekstraseluler dan metabolit secara langsung dapat merusak jaringan host, termasuk melanosit.2,7,8Beberapa sumber menggolongkannya sebagai kelainan pigmentasi kulit.2 Hipopigmentasi diduga secara sekunder dapat disebabkan oleh pityriacitrin, suatu substansi yang diproduksi oleh ragi Malassezia, yang berperan sebagai tabir surya alami.6 Hipopigmentasi juga dapat dijelaskan sebagai kerusakan terhadap melanosit dan inhibisi dari tyrosinase oleh asam dekarboksilik, asam azeleat (inhibitor kompetitif dari tyrosinase), dan atau metabolit yang diturunkan tryptophan yang diproduksi oleh ragi normal Malassezia furfur,yang merupakan bagian dari permukaan kulit normal. Jadi, beberapa pasien dengan pityriasis alba mengalami sensitivitas terhadap jamur ini. Berbeda dengan tinea versicolor, organisme ini tidak berkembang dalam jumlah banyak pada pityriasis alba. Jamur patogen juga tidak terlibat dalam kondisi ini.7 Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi diduga menyebabkan penyakit ini jelas terlihat, meskipun penelitian fotobiologik untuk membuktikannya belum dilakukan. Fakta bahwa radiasi ultraviolet dapat memicu kekeringan kulit mungkin dapat menjelaskan hubungan dengan penyakit ini.3 Melanosit diduga menjadi lebih sensitif pada pasien dengan penyakit ini.7 Berdasarkan musim, hpopigmentasi pityriasis alba lebih jelas terlihat saat musim panas karena proses tanning pada kulit sekitarnya yang normal membuatnya menjadi kontras. Sedangkan pada musim dingin, kulit menjadi kering dan skuama jelas terlihat.1,2,4 Pada penelitian anak-anak di Turki yang menderita pityriasis alba, sebagian besar (45,9%) mengalami eksaserbasi saat musim dingin.3 Kebiasaan hidup bersih berkorelasi kuat terhadap perkembangan pityriasis alba. Peningkatan frekuensi mandi dan penggunaan air panas untuk mandi dihubungkan dengan xeroderma atau kekeringan kulit yang diduga memicu timbulnya penyakit ini.2,3 Selain itu, seringnya mandi dapat mempengaruhi hilangnya daya tahan epidermis dan substansi pelindung lainnya dari permukaan kulit.7 Hal lain yang dapat mencetuskan pityriasis alba adalah gigitan serangga, iritasi mekanis dari scrubbing, atau bentuk lain dari eczematous dermatitis.53.4Gambaran klinis

Pitryasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun ( 30-40%). Wanita dan pria sama banyak. 9 Lesi individual berbentuk makula atau bercak yang bulat, oval, ataupun irregular, yang berwarna merah, pink, atau warna kulit, dan ditutupi lapisan sisik tipis. Batasnya dapat tegas, tidak tegas, maupun meninggi.1,2,3 Pada awalnya, eritema dapat mencolok dan mungkin terdapat krusta serous minimal. Selanjutnya, eritema reda sempurna, dan pada menghilang. Lesi dapat timbul kembali dalam selang waktu tertentu. Durasi rata-rata untuk lokasi umum di muka pada anak-anak adalah setahun atau lebih.1 Pityriasis Alba yang luas (extensive PA), lebih sering terlihat pada orang dewasa, dengan ciri-ciri klasik yang sama, terdistribusi lebih luas yang seringkali melibatkan ekstremitas bawah dalam pola yang simetris. Ketiadaan fase inflamasi yang mendahului dan ketiadaan spongiosis membedakan dari bentuk yang klasik. Terdapat hipotesis tumpang tindih dari bentuk khusus ini dengan hipomelanosia makular yang progresif, yang terutama terjadi pada wanita dewasa muda, dengan bercak tanpa sisik, hipopigmentasi, terjadi berulang, melibatkan punggung, khususnya setelah musim panas.2 Pityriasis Alba yang terpigmentasi dianggap sebagai varian dari pityriasis alba yang klasik dengan infeksi dermatofit superfisial yang hampir selalu mengenai wajah. Secara klinis dicirikan oleh hiperpigmentasi kebiru-biruan yang dikelilingi oleh daerah hipopigmentasi bersisik. Area yang terpigmentasi menunjukkan deposit melanin dalam dermis. Sepertiga dari pasien secara bersamaan mengalami pityriasis alba klasik.2

Gambar 3.1 Pityriasis Alba23.5Pemeriksaan penunjang

Bila ditemukan gambaran klinis yang sesuai, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang menggunakan lampu Wood, yang menunjukkan gambaran hipopigmentasi.2 Pemeriksaan histologi dari penelitian biopsi menunjukkan ciri-ciri hiperkeratosis (33.33%), parakeratosis (40%), akantosis (53.33%), spongiosis (80%), dan infiltrat perivaskuler (100%). Bagaimanapun, penemuan ini tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis. Ditemukan pula atropi glandula sebasea pada hampir separuh kasus dalam satu penelitian.1,6 Hasil pemeriksaan struktur ultra menemukan bahwa selain pengurangan pigmen pada lesi kulit, tidak terdapat terdapat perbedaan pada melanosit antara kulit yang memiliki lesi dan normal pada pasien yang sama, walaupun penemuan ini masih diperdebatkan. Perubahan degeneratif berupa menurunnya jumlah melanosit dan berkurangnya jumlah dan ukuran melanosom keratinosit juga ditemukan melalui mikroskop cahaya dan elektron pada lesi. Secara keseluruhan kelainan ini dianggap diakibatkan oleh penurunan melanin.1,63.6Diagnosis

Diagnosis pityriasis alba berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, harus ditanyakan usia timbulnya penyakit, untuk menyingkirkan penyakit kongenital. Setelah itu ditanyakan faktor resiko yang dapat menimbulkan pityriasis alba, seperti riwayat atopi, riwayat pajanan sinar matahari, riwayat inflamasi sebelumnya, hingga kebiasaan mandi untuk menunjang diagnosis. Dari gambaran klinis, sisik yang tipis dan distribusi lesi biasanya mengarahkan diagnosis. anak yang lebih besar dan dewasa, lesi pada trunkus, sepanjang fase eritematosa, mungkin salah didiagnosis dengan psoriasis tetapi distribusi dan sisik yang relatif ringan dapat menyingkirkan diagnosis ini. Mycosis fungoides, walaupun relatif jarang, dapat menirukan lesi pityriasis alba. Kondisi ini sulit dibedakan secara histologis, sehingga tindak lanjut dan biopsi ulangan kadang diperlukan.13.7 Diagnosis BandingA. Pitiriasis Versikolor

Pitiriasis versikolor merupakan infeksi jamur superficial pada lapisan korneum kulit yang bersifat ringan, menahun, dan biasanya tidak terdapat keluhan subjektif, disebabkan oleh Malassezia furfur. Gambaran klinis pitiriasis versikolor sangat khas sehingga mudah didiagnosis, berupa bercak yang berbatas tegas disertai skuama halus. Warna lesi mulai dari hipopigmentasi, merah muda, kuning kecoklatan, coklat muda atau hiperpigmentasi. Variasi warna lesi tergantung dari pigmen kulit penderita, paparan sinar matahari dan lama penyakit. Tempat predileksi penyakit ini terutama yang ditutupi pakaian seperti dada, punggung, perut, lengan atas, paha, leher, muka, dan kulit yang berambut.2

Gambar 3.2 Pityriasis Versikolor2B. VitiligoVitiligo adalah gangguan berupa bintik-bintik keputihan yang muncul di kulit (bukan bawaan). Berbeda dengan gangguan jamur, seperti panu misalnya, vitiligo tidak menimbulkan rasa gatal. Vitiligo terjadi akibat rusaknya sel pigmen, , sehingga pigmen tidak terbentuk. Umumnya, vitiligo muncul di muka, kulit, kepala serta leher. Awalnya hanya bercak kecil, tapi makin lama tampak makin melebar dan menyebar. Vitiligo biasa muncul pada orang-orang kulit hitam, bisa terjadi karena pemakaian kosmetik yang kurang tepat atau faktor autoimun. Pigmen warna kulit tidak terbentuk dan sel-sel pembuat warnanya tidak bekerja karena diserang oleh tubuh sendiri.2Gambar 3.3Vitiligo2

Gambar 3.4 Alur Pendekatan Diagnosis dari Hipomalenosis23.8Tatalaksana

Hindari hal-hal yang menjadi faktor resiko seperti pajanan matahari dan mandi

berlebihan dan menggunakan air panas, serta cukupi kebutuhan nutrisi. Jika faktor pencetusnya adalah eczema ringan, terapi dengan kortikosteroid lemah seperti hidrokortison 0.5% atau 1%, atau krim yang mengandung calcineurin inhibitor sepertitacrolimus dan pimecrolimus, juga sering diresepkan. Sisik dapat dikurangi dengan krim emollient lunak, dan untuk lesi kronik pada trunkus pasta tar ringan mungkin berguna. Bagaimanapun, abnormalitas pigmentasi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengalami perbaikan. Syndets (synthetic balanced detergents) dapat digunakan untuk mencucui muka karena kurang bersifat iritatif dibandingkan sabun alkali. Pelembab dapat digunakan dua kali sehari, dan setelah mencuci wajah. Tanning tidak membantu, malah semakin menonjolkan perbedaan bila terlalu sering dilakukan.1,5

3.9Prognosis

Pityriasis alba merupakan penyakit yang sembuh sendiri dan tidak menimbulkan mortalitas. Pada umumnya penyakit ini menghilang menjelang usia pubertas.6BAB IVANALISIS MASALAH

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan timbul bercak keputihan di wajahnya sejak 2 bulan yang lalu. Bercak keputihan tersebut terasa gatal, gatal semakin parah ketika pasien berkeringat, bercak tidak terasa nyeri maupun panas. Bercak tersebut awalnya sedikit, lama kelamaan semakin banyak dan menganggu kosmetika dari pasien karena letaknya diwajah, pasien dan ibu pasien mengaku awalnya bercak tersebut terasa seperti ada sisiknya kemudian diberikan obat-obatan berupa salep namun tidak menghilang juga. Pasien mengaku bahwa aktivitasnya diluar cukup banyak dan ia sering terpapar matahari kemudian langsung mencuci wajahnya saat masih berkeringat.Hal ini sesuai teori bahwa pityriasis alba Pityriasis alba lebih sering dijumpai pada penderita berusia kurang dari 20 tahun, terutama pada anak dan remaja yang usianya berkisar antara 3-16 tahun. Pajanan matahari yang berlebihan dan tanpa proteksi diduga menyebabkan penyakit ini jelas terlihat, meskipun penelitian fotobiologik untuk membuktikannya belum dilakukan. Beberapa sumber menggolongkannya sebagai kelainan pigmentasi kulit. Hipopigmentasi diduga secara sekunder dapat disebabkan oleh pityriacitrin, suatu substansi yang diproduksi oleh ragi Malassezia, yang berperan sebagai tabir surya alami. Fakta bahwa radiasi ultraviolet dapat memicu kekeringan kulit mungkin dapat menjelaskan hubungan dengan penyakit ini.Riwayat menderita penyakit yang sama sebelumnya disangkal. Riwayat alergidisangkal. Riwayat keluarga memiliki penyakit yang sama di sangkal. Secara teori etiologi dan patogenesis pityriasis alba masih belum jelas. Tidak ada agen definitif yang dapat dijelaskan untuk penyakit ini.Tidak terdapat data mengenai peran faktor genetik dan riwayat keluarga yang berhubungan dengan penyakit ini. Hipopigmentasi yang terjadi diakibatkan oleh berkurangnya aktivitas melanosit dan berkurangnya jumlah serta ukuran melanosom. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, namun pada keadaan yang meragukan, diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain:1. Pemeriksaan dengan Lampu Wood2. Pemeriksaan kerokan kulit dengan pulasan KOH3. HistopatologiSecara teori bila ditemukan gambaran klinis yang sesuai, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang menggunakan lampu Wood, yang menunjukkan gambaran hipopigmentasi. Pemeriksaan histologi dari penelitian biopsi menunjukkan ciri-ciri hiperkeratosis (33.33%), parakeratosis (40%), akantosis (53.33%), spongiosis (80%), dan infiltrat perivaskuler (100%).Diagnosis pityriasis alba berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, harus ditanyakan usia timbulnya penyakit, untuk menyingkirkan penyakit kongenital. Setelah itu ditanyakan faktor resiko yang dapat menimbulkan pityriasis alba, seperti riwayat atopi, riwayat pajanan sinar matahari, riwayat inflamasi sebelumnya, hingga kebiasaan mandi untuk menunjang diagnosis. Dari gambaran klinis, sisik yang tipis dan distribusi lesi biasanya mengarahkan diagnosis. Pasien didiagnosis bandingkan dengan tinea vesikolor dan vitiligo, karena pasien datang dengan keluhan bercak keputihan di wajah maka hal yang difikirkan adalah pasien terkena pityriasis alba, pityriasis vesikolor ataupun vitiligo. Diagnosis banding disingkirkan karena pada pityriasis vesikolor berupa bercak yang berbatas tegas disertai skuama halus. Warna lesi mulai dari hipopigmentasi, merah muda, kuning kecoklatan, coklat muda atau hiperpigmentasi. Variasi warna lesi tergantung dari pigmen kulit penderita, paparan sinar matahari dan lama penyakit. Tempat predileksi penyakit ini terutama yang ditutupi pakaian seperti dada, punggung, perut, lengan atas, paha, leher, muka, dan kulit yang berambu, vitiligo tidak menimbulkan rasa gatal. Vitiligo terjadi akibat rusaknya sel pigmen, , sehingga pigmen tidak terbentuk. Umumnya, vitiligo muncul di muka, kulit, kepala serta leher. Awalnya hanya bercak kecil, tapi makin lama tampak makin melebar dan menyebarPenatalaksanaan pada pasien adalah pemakaian krim emolien sebagai pelembab dan edukasi kepada pasien untuk menghindari paparan matahari dan mengurangi penggunaan pemakaian air hangat untuk mandi. Secara teori Hindari hal-hal yang menjadi faktor resiko seperti pajanan matahari dan mandi berlebihan dan menggunakan air panas, serta cukupi kebutuhan nutrisi. Jika faktor pencetusnya adalah eczema ringan, terapi dengan kortikosteroid lemah seperti hidrokortison 0.5% atau 1%, atau krim yang mengandung calcineurin inhibitor seperti tacrolimus dan pimecrolimus, juga sering diresepkan. Sisik dapat dikurangi dengan krim emollient lunak, dan untuk lesi kronik pada trunkus pasta tar ringan mungkin berguna. Pityriasis alba merupakan penyakit yang sembuh sendiri dan tidak menimbulkan mortalitas. Pada umumnya penyakit ini menghilang menjelang usia pubertas.DAFTAR PUSTAKA

1. Holden CA and Jones BJ. Eczema, Lichenification, Prurigo and Erythroderma. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 7th ed. Massachusetts: Blackwell; 2004. p. 737-738.2. Lapeere H, et.al. Hypomelanoses and Hypermelanoses. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7 th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc; 2008, vol: 1. p. 623-6243. Balci DD, Sangun O, Duran N, Peker E. Etiopathogenic Factors and Clinical Findings of Pityriasis Alba.Turkiye Klinikleri J Dermatol [serial online] 2009); 19 (1): 5-8. Diunduh dari http://tipbilimleri.turkiyeklinikleri.com/abstract_53406.html 4. Vinod S, Singh G, Dash K, Grover S. Clinico epidemiological study of pityriasis alba. Indian J Dermatol Venereol Leprol [serial online] 2002; 68: 338-340. Diunduh dari http://www.ijdvl.com/text.asp?2002/68/6/338/111825. Wellew R, Hunter J, Savin J, Dahl M, editors. Racially Pigmented Skin. In: Clinical Dermatology. 4th ed. Massachusetts: Blackwell; 2003. p.207.6. Rashid RM, Miller AC, Silverberg MA. Pityriasis Alba. [serial online] Diunduh dari emedicine.medscape.com/article/762656.htm 7. Burkhart CG dan Burkhart CN. Pityriasis Alba: A condition with Possibly Multiple Etiologies. The open dermatology Journal [serial online] 2009; 3: 7-8. Javed M, Jairamani C. Pediatric Dermatology: An Audit at Hamdard University Hospital Karachi. Journal of Pakistan Association of Dermatologists [serial online] 2006 (13 Agustus 2010); 16: 93-96. diunduh dari http://www.jpad.org.pk/april%20-%20june%20%202006/6%20pediatric%20dermatoogy.pdf.9. Djuanda A, Hamzah M, dkk. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Kelima. 2011. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

HYPERLINK "http://www.benthamopen.org/pages/content.php?TODJ/2009/0000000/"

HYPERLINK "http://www.benthamopen.org/pages/content.php?TODJ/2009/0000000/"

5