Pionir kebangkitan

4
Sang Pionir Kebangkitan Semangat mereka terbakar meletup-letup menyandang kekuatan yang menjadi tumpuan harapan bangsa. Mereka adalah tonggak perubahan. Mereka adalah agent of change, guardian value, iron stock dan social control bagi masyarakat. Berstatus pengawal pergerakan, mereka terkenal dengan perannya sebagai magnet kebangkitan dan bahan bakar revolusi. Itulah alamiahnya mereka, mereka yang dianugerahi gelar sebagai ‘pemuda’. Pemuda menempati peran vital dan menanggung beban tanggung jawab yang begitu sarat bagi keberlangsungan generasi suatu bangsa. Seperti halnya dengan apa yang diucapkan Imam Syafi’i, “Para pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang.” Maka nasib suatu bangsa, baik-buruknya, terpatri dalam langkah kaki mereka. Karena pemuda, benar-benar memiliki potensi luar biasa. Dalam segi intelektualitas, semangat bahkan kemampan fisik mereka sedang berkembang meroket. Potensi dahsyat itu mampu menghantarkan pada dua akibat, yaitu pergerakan menuju kebangkitan, atau pergerakan menuju pintu keruntuhan. Kemampuan suatu bangsa untuk mengeksplorasi potensi-potensi itulah yang menjadi tolok ukur bangkit tidaknya bangsa tersebut kemudian. Goresan pena sejarah pun berandil membuktikannya. Namun, berkaca pada kondisi pemuda Indonesia kini, sungguh melangit untuk layak dikatakan mereka adalah jantung pergerakan dan perubahan. Padahal saat ini kondisi bernuansa bahaya yang mengancam jiwa, kehormatan bahkan hartanya setiap hari. Pengindraan pemuda seharusnya lebih peka atas bau ‘harum’ krisis ini. Tapi, jangankan untuk bergerak semakin masif merubah kondisi, pemuda kini lebih nyaman disibukkan dengan urusan pribadi, tidak mengindahkan permasalahan umat meski mereka mengindranya. Mata mereka tertutup, telinga mereka tuli atas kondisi yang lagi-lagi, bukan hanya masalah khayali. Terlepas dari potensi alamiahnya pemuda, kita tidak bisa menyalahkan jika sekarang ketika disodorkan kata yang sama, muncul juga ungkapan ‘anarkis, tawuran, free sex dan narkotika’. Karena bisa jadi, ciri khas pemuda memang sudah tergeser ke arah

Transcript of Pionir kebangkitan

Page 1: Pionir kebangkitan

Sang Pionir Kebangkitan

Semangat mereka terbakar meletup-letup menyandang kekuatan yang menjadi tumpuan harapan bangsa. Mereka adalah tonggak perubahan. Mereka adalah agent of change, guardian value, iron stock dan social control bagi masyarakat. Berstatus pengawal pergerakan, mereka terkenal dengan perannya sebagai magnet kebangkitan dan bahan bakar revolusi. Itulah alamiahnya mereka, mereka yang dianugerahi gelar sebagai ‘pemuda’.

Pemuda menempati peran vital dan menanggung beban tanggung jawab yang begitu sarat bagi keberlangsungan generasi suatu bangsa. Seperti halnya dengan apa yang diucapkan Imam Syafi’i, “Para pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang.” Maka nasib suatu bangsa, baik-buruknya, terpatri dalam langkah kaki mereka. Karena pemuda, benar-benar memiliki potensi luar biasa. Dalam segi intelektualitas, semangat bahkan kemampan fisik mereka sedang berkembang meroket. Potensi dahsyat itu mampu menghantarkan pada dua akibat, yaitu pergerakan menuju kebangkitan, atau pergerakan menuju pintu keruntuhan. Kemampuan suatu bangsa untuk mengeksplorasi potensi-potensi itulah yang menjadi tolok ukur bangkit tidaknya bangsa tersebut kemudian. Goresan pena sejarah pun berandil membuktikannya.

Namun, berkaca pada kondisi pemuda Indonesia kini, sungguh melangit untuk layak dikatakan mereka adalah jantung pergerakan dan perubahan. Padahal saat ini kondisi bernuansa bahaya yang mengancam jiwa, kehormatan bahkan hartanya setiap hari. Pengindraan pemuda seharusnya lebih peka atas bau ‘harum’ krisis ini. Tapi, jangankan untuk bergerak semakin masif merubah kondisi, pemuda kini lebih nyaman disibukkan dengan urusan pribadi, tidak mengindahkan permasalahan umat meski mereka mengindranya. Mata mereka tertutup, telinga mereka tuli atas kondisi yang lagi-lagi, bukan hanya masalah khayali.

Terlepas dari potensi alamiahnya pemuda, kita tidak bisa menyalahkan jika sekarang ketika disodorkan kata yang sama, muncul juga ungkapan ‘anarkis, tawuran, free sex dan narkotika’. Karena bisa jadi, ciri khas pemuda memang sudah tergeser ke arah yang negatif. Coba sidik data hasil baseline survei oleh 25 Messenger Jawa Barat pada Agustus 2012 yang menyebutkan, sedikitnya 56 persen remaja Kota Bandung pada rentang usia 15 hingga 24 tahun sudah pernah berhubungan seks di luar nikah. Diikuti aborsi oleh remaja mencapai 800 ribu kasus per tahun. Dalam survei BNN pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,8 persen atau sekitar 5 juta orang. Tak tertinggal tawuran, Komnas PA mencatat selama tahun 2012 telah terjadi 147 kasus tawuran yang memakan korban jiwa sebanyak 82 anak. Itulah potret pemuda kini. Tak hanya rusak moral, akal pun menjadi tumpul. Tak hanya goyah mental, juga tidak bisa disebut kaum intelektual. Seperti ini kah Indonesia mengurusi para pemudanya? Bagaimana kelak kebangkitan yang diidam-idamkan mampu teraih. Sangat miris saat mengingat bahwa Indonesia adalah negeri mayoritas Muslim terbesar di dunia. Namun perilaku pemudanya tidak mencerminkan kepribadian Islam.

Mari kita ambil sedikit saja contoh pemuda, yang dengan ke-Islaman mereka, nama mereka masih harum hingga kini. Sebut Ibnu Sina, al-Khawarizmi, al-Kindi, Jabir Ibnu Hayyan, ar-Razi,

Page 2: Pionir kebangkitan

dll. Mereka menggenggam Islam dalam diri mereka dan merealisasikannya dalam kehidupan. Lewat pengetahuannya, mereka mampu berjalan beriringan untuk merubah kondisi yang rusak dan bahu-membahu menyelesaikan permasalahan umat. Mereka tidak memisahkan perkara keduniaan dengan Islam, justru setiap aktivitasnya disandarkan pada Islam. Karena Islam memang memiliki aturan yang menyeluruh dan risalahya pun bersifat praktis. Dengan Islam yang sama, dengan kitab yang sama, dengan Rasul yang sama bahkan dengan Tuhan yang sama, mengapa pemuda kini jauh berbeda dengan mereka?

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menyebutkan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pemahamannya. Itulah yang akhirnya membentuk kepribadian. Ketika perilaku pemuda saat ini jauh menyimpang dari potensi alamiahnya pemuda, jauh meninggalkan Islam, pasti dalam dirinya ada pemahaman-pemahaman yang keliru. Sedangkan kita tahu, pemahaman itu terbentuk dari pemikiran yang menyeluruh. Keluarga, lingkungan masyarakat dan sekolah, mereka lah yang berperan aktif menyampaikan pemikiran dan pemahaman. Sekarang ketika ketiga instansi tersebut jauh dari Islam, wajar jika pemahaman para pemuda tak tersentuh dengan Islam dan membuahkan perilaku yang tidak sesuai dengan kepribadian Islam.

Ekonomi kapitalis, pendidikan materialis, politik oportunistik, masyarakat individual, hukum diskriminatif dan budaya hedonis yang terbingkai rapi menyokong situasi Indonesia kini, nyata berhasil membungkam pergerakannya. Kalaulah ada prestasi yang dicapai oleh anak-anak emas negeri yang dikaruniai SDA melimpah ini, itu hanya bernilai seperti debu yang berterbangan. Karena seluruh prestasi membanggakan itu, tak lebih dahsyat dan malah tertutupi oleh sederet daftar panjang krisis multidimensi yang meluluh lantakkan Indonesia.

Pengindraan permasalahan ini akan selalu ada pada mereka yang sadar dan tergerak untuk merubah kondisi menuju arah positif. Kemudian mereka pun bergerak, mencoba mengobati penyakit yang menjangkiti hampir seluruh tubuh negeri ini.

Sayangnya, arah perubahan dari berbagai pergerakan yang diusung ternyata malah berkutat pada masalah-masalah yang merupakan gejala atau dampak dari satu akar permasalahnya. Dengan demikian, untuk melakukan perubahan dan pergerakan yang membangkitkan, kita harus jeli menganalisis apa akar masalahnya. Seperti mereka yang mengira bahwa akar dari setiap permasalahan Indonesia ada pada moral pemimpinnya. Maka mereka akan fokus melakukan perubahan moral. Atau menganggap lemahnya ekonomi Indonesia sebagai akar masalahnya, maka akan berusaha memperbaiki keadaan ekonomi saja. Atau seperti para mahasiswa yang malah menjadi ‘pemadam kebakaran’, mereka berinovasi menemukan berbagai teknologi untuk menyelesaikan mulai dari masalah sampah sampai masalah lumpur lapindo, yang notabene itu adalah tugas Negara dan tak menyentuh seujung kuku pun akar permasalahannya. Mereka hanya mengobati dampak dari akar masalahnya. Padahal sampai kapan pun, penyakit tidak akan sembuh jika hanya diobati gejala atau dampaknya saja dan bukan sumbernya.

Sesungguhnya, akar masalah atas krisis multidimensi ini adalah pada pandangan hidup sekuler yang diemban Indonesia. Pandangan hidup ini yang melahirkan aturan persisteman rusak nan merusak. Politik demokrasi, ekonomi pasar bebas, gaya hidup liberal, pendidikan materialis,

Page 3: Pionir kebangkitan

semua berawal dari sekulerisme, asas yang memisahkan agama dan kehidupan. Sekulerisme inilah penentu pemahaman pembentuk kepribadian. Ia lah yang melarutkan kepribadian Islam. Wajar perilaku rusak nan merusak pun tersemat pada pemuda yang tercelup dalam kubangannya.

Tentu dalam setiap permasalahan kita selalu ingin menemukan solusi tuntas, bukannya solusi pragmatis yang bahkan tidak menyentuh masalah dasar dan menimbulkan rentetan masalah lain. Tentu saja yang kita harapkan adalah kebangkitan hakiki, kebangkitan penuh-menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Bukan kebangkitan semu yang menjemukan. Karena akar masalahnya ada dalam ranah sistem, maka solusinya pun harus sistemik pula.

Sebagai seorang muslim, tentu kita yakin bahwa Islam adalah benar rahmatan lil ‘alamin, dan mampu menyelesaikan setiap masalah kehidupan. Tentunya dengan berkaca pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Islam memfasilitasi para pemuda, mengurus mereka, dan mengarahkan potensi mereka, menyiapkan mereka untuk melanjutkan estafet penjagaan umat, penyelesaian masalah umat, semua selaras menuju kebangkitan.

Oleh Karena itu, untuk menyelesaikan masalah ini secara tuntas, tak ada solusi lain selain dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Kerusakan akidah dan akhlak yang melanda umat manusia di dunia ini tidak akan selesai hanya dengan diratapi dan ditonton. Ayo pemuda, jangan puaskan diri sebatas pemadam kebakaran, jangan sia-siakan potensimu hanya untuk itu. Mari sama-sama berjuang memanasi masyarakat, menjadi pionir kebangkitan. Menjadi mereka yang berjuang untuk mencampakkan sistem yang terbukti gagal membangkitkan umat apalagi menyelesaikan permasalahannya. Menjadi barisan terdepan untuk menegakkan risalah Allah kembali di bumi.

WalLahu a’lam bi ash-shawab.