Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

27
Perkiraan Kecukupan Energi pada Tahun 2040 Euis Ratna Dewi Hidayat/15412021 1 , Dian Nur Elvandari/15412059 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung 1 [email protected], 2 [email protected] Abstrak Energi merupakan salah satu kebutuhan penting terutama dalam membantu produktifitas manusia. Di Indonesia sumber energi cukup banyak, mulai dari sumber energi tak terbarukan yakni jenis fosil maupun yang terbarukan seperti air, panas bumi, angin, hingga kelautan pun mampu menghasilkan energi. Namun, selama ini Indonesia masih sangat bergantung dengan sumber energi fosil, seperti BBM, gas bumi, dan batu bara, sedangkan sumber energi tersebut dapat habis bila dieksploitasi terus menerus. Sementara itu kebutuhan terus meningkat misalnya jika dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang memiliki tren peningkatan per tahun sebesar 1,51% dalam periode tahun 2000-2012. Melihat kondisi ini tentunya terjadi kekawatiran akan tercukupinya kebutuhan di masa mendatang. Terdapat dua skenario untuk melihat kondisi di masa depan. Skenario pertama ketika pemerintah tidak melakukan inovasi apapun untuk menghadapi masa depan (business as usual) dan skenario kedua ketika pemerintah sadar perlunya akan inovasi baru dalam pemanfaatan sumber energi. Kata kunci: energi, sumber energi, supply, demand, masa mendatang. I. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2017 tentang Energi bahwa energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Untuk mendapatkan atau menghasilkan energi, maka manusia harus memiliki sumber daya energi yang kemudian diolah dan dimanfaatkan menjadi sumber energi. Sumber energi terdiri

Transcript of Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

Page 1: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

Perkiraan Kecukupan Energi pada Tahun 2040

Euis Ratna Dewi Hidayat/154120211, Dian Nur Elvandari/154120592

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Sekolah Arsitektur Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Bandung1 [email protected], 2 [email protected]

Abstrak

Energi merupakan salah satu kebutuhan penting terutama dalam membantu produktifitas

manusia. Di Indonesia sumber energi cukup banyak, mulai dari sumber energi tak terbarukan

yakni jenis fosil maupun yang terbarukan seperti air, panas bumi, angin, hingga kelautan pun

mampu menghasilkan energi. Namun, selama ini Indonesia masih sangat bergantung dengan

sumber energi fosil, seperti BBM, gas bumi, dan batu bara, sedangkan sumber energi tersebut

dapat habis bila dieksploitasi terus menerus. Sementara itu kebutuhan terus meningkat misalnya

jika dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang memiliki tren peningkatan per tahun

sebesar 1,51% dalam periode tahun 2000-2012. Melihat kondisi ini tentunya terjadi kekawatiran

akan tercukupinya kebutuhan di masa mendatang. Terdapat dua skenario untuk melihat kondisi di

masa depan. Skenario pertama ketika pemerintah tidak melakukan inovasi apapun untuk

menghadapi masa depan (business as usual) dan skenario kedua ketika pemerintah sadar perlunya

akan inovasi baru dalam pemanfaatan sumber energi.

Kata kunci: energi, sumber energi, supply, demand, masa mendatang.

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2017 tentang Energi bahwa energi

merupakan kemampuan untuk melakukan

kerja yang dapat berupa panas, cahaya,

mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Untuk

mendapatkan atau menghasilkan energi, maka

manusia harus memiliki sumber daya energi

yang kemudian diolah dan dimanfaatkan

menjadi sumber energi. Sumber energi terdiri

dari dua jenis, yaitu sumber energi terbarukan

dan sumber energi tak terbarukan. Sumber

energi terbarukan merupakan sumber energi

yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang

sifatnya berkelanjutan apabila dikelola dengan

baik, yaitu seperti panas bumi, angin,

bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjun air,

serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan air

laut. Lain halnya dengan sumber energi tak

terbarukan yang dihasilkan dari sumber daya

energi yang bisa habis apabila terus menerus

dieksploitasi, mayoritas berasal dari sumber

daya energi fosil, seperti minyak bumi, gas

bumi, batu bara, gambut dan serpih bitumen.

Sumber daya energi yang potensial

dimanfaatkan di Indonesia saat ini cukup

banyak, yaitu minyak bumi, gas bumi, batu

bara, panas bumi, biomasa, tenaga surya,

tenaga angin, mikrohidro, nuklir (uranium dan

thorium), gelombang laut, pasang surut air

Page 2: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

laut, dan panas laut. Dari sumber daya energi

tersebut, sumber energi yang paling dominan

digunakan adalah dari jenis energi berbahan

bakar minyak (BBM), seperti avtur, avgas,

bensin, minyak tanah, minyak solar, minyak

diesel, dan minyak bakar.

I.1 Penyediaan Energi

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa ada

banyak sekali sumber daya energi yang

potensial di manfaatkan di Indonesia. Berikut

ini adalah tabel yang menggambarkan potensi

sumber daya energi dari jenis fosil pada tahun

2012.

Tabel 1.1 Potensi Sumber Daya

Energi Fosil Beserta Wilayah

Sumber Tambangnya Tahun 2012Jenis

Ener

gi

Cadang

an

Potensi

al

Cadang

an

Terbuk

ti

Tota

l

Produ

ksi

Sumber

Miny

ak

bumi

(milia

r

barel)

3,67 3,74 7,41 315

Juta

Barel

60%

Sumatera

, 21%

Jawa, 8%

Kalmanta

n, Papua,

dan

Sulawesi

Gas

bumi

(TSC

F)

47,35 103,35 150,

35

3,17

TCF

56%

Sumatera

(Natuna),

16%

Papua,

11%

Kalimant

an, 10%

Maluku,

dan 2%

Sulawesi

Sumber

daya

Cadang

an

Batu

bara

(milia

119,42 28,97 386

juta ton

Mayorita

s ada di

Sumatera

Jenis

Ener

gi

Cadang

an

Potensi

al

Cadang

an

Terbuk

ti

Tota

l

Produ

ksi

Sumber

r ton) (Sumater

a

Selatan)

dan

Kalimant

an

(Kaliman

tan

Selatan)

Sumber : CDIEMR, 2012/2013 dalam Outlook Energi

Indonesia ,2014

Dari data diatas bahwa potensi

sumber daya energi dari jenis fosil yang

ada di Indonesia cukup banyak, namun

pemanfataannya masih sangat kecil. Hal

ini terjadi karena Indonesia masih belum

mampu menyediakan infrastruktur

pemanfaatan sumber daya energi

tersebut dengan baik. Selain itu dari data

diatas juga dapat dilihat bahwa wilayah

yag kaya akan sumber daya energi jenis

fosil ini mayoritas berada di Pulau

Sumatera dan Kalimantan. Hal ini juga

bisa menjadi masalah dalam aspek

distribusi sumebr energi yang

mengakibatkan mahalnya biaya sumber

energi karena biaya tarnsportasi yang

juga mahal, serta penyediaan sumebr

energi yang sering terlambat akibat

jarak pengiriman yang cukup jauh.

Tabel 1.2 Potensi Sumber Daya

Energi Terbarukan di Indonesia

N

o

Sumber

Energi

Potensi Kapasitas

Terpasang

1 Panas 16.502 MW 1.341 MW

Page 3: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

N

o

Sumber

Energi

Potensi Kapasitas

Terpasang

bumi (cadangan) (Mei 2013)

2 Hidro 75.000 MW

(sumber

daya)

7.059 MW

3 Mini-

mikrohidro

769,7 MW 512 MW

4 Biomasa 13.662

MWe

1.364 MWe

5 Energi

surya

4,80

kWh/m2/day

42,78 MW

6 Energi

Angin

3-6 m/s 1,33 MW

7 Uranium 3000 MW

8 Gas

metana

batu bara

453 TSCF

(sumber

daya)

9 Shale gas 574 TSCF

(sumber

daya)

Sumber : Ditjen EBTKE, 2013 dalam Outlook Energi

Indonesia, 2014

Dari data diatas dapat dilihat

bahwa ada cukup banyak jenis-jenis

energi terbarukan yang dapat

dimanfaatkan di Indonesia, namun

pemanfaatannya masih sangat sedikit

dari keseluruhan potensi yang ada. Hal

ini karena ada beberapa maslah yang

dihadapi dalam pengimplementasian

pemanfaatan sumbe daya energi

terbarukan, seperti biaya investasi yang

tinggi, birokrasi, insentif, harga jual

produk akhir lebih mahal dibandingkan

dengan produk sumber daya energi

fosil, dan pengetahuan dalam adaptasi

fasilitas energi bersih yang masih

kurang.

Selain sumber daya energi jenis

fosil (sumber daya energi tak

terbarukan) dan beberapa sumber daya

energi terbarukan terdapat sumber daya

energi kelautan yang bisa dimanfaatkan

oleh Indonesia. Sumber daya energi

tersebut adalah energi gelombang air

laut, pasang surut, perbedaan suhu

lapisan laut (Ocean Thermal Energy

Coversion-OTEC), dan perbedaan kadar

garam atau osmosis. Sudah ada

beberapa negara yang meneliti

mengenai sumber daya kelautan ini,

diantaranya adalah Amerika Serikat,

Rusia, Perancis, Kanada, Jepang,

Belanda, dan Korea. Berikut ini

penjabaran potensi energi kelautan di

Indonesia :

Tabel 1.3 Potensi Sumber Daya

Energi Kelautan di Indonesia

Sumber

daya

energi

Potensi Sumber

Teoret

is

Tekni

s

Prakti

s

Gelomba

ng laut

(cukup

tinggi)

510

GW

(ASEL

I,

2011)

2 GW

(ASE

LI,

2011)

1,2

GW

(ASE

LI,

2011)

Sisi barat

Sumatera

, selatan

Jawa-

Bali,

NTT,

dan NTB

Pasang

surut

(tidak

terlalu

160

GW

22,5

GW

4,8

GW

Selat

antara P.

Taliabu

dan P.

Page 4: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

Sumber

daya

energi

Potensi Sumber

Teoret

is

Tekni

s

Prakti

s

tinggi, 3-

5 meter)

Mangole

Maluku

Utara

Panas

laut

(OTEC)

57

GW

52

GW

43

GW

Ada di

16

lokasi,

diantaran

ya Bali,

Jawa,

Kalimant

an

Timur,

Sulawesi

Utara,

Selat

Makasar

Sumber : hasil analisis, 2016 dan Outlook Energi

Indonesia, 2014

Dari tabel diatas dapat dilihat

bahwa potensi sumber daya energi

kelautan ini pada umumnya kecil dan

tersebar. Namun, apabila sumber daya

ini turut dimanfaatkan dan

dikembangkan lebih jauh, maka akan

membantu penyediaan sumber energi

primer yang sudah ada saat ini. Terlebih

karena sumber energi kelautan ini

termasuk kedalam sumber daya energi

terbarukan, maka akan bersifat

keberlanjutan sehingga bisa membantu

cita-cita Indonesia menuju ketahanan

energi.

Selain itu, terdapat energi yang

memiliki peran sangat penting, yakni

energi listrik. Energi listrik merupakan

energi yang cukup penting dalam

membantu produktifitas manusia. Di

Indoenesia, penyediaan tenaga listrik

tidak hanya dilakukan oleh BUMN

yakni PT PLN (Persero), melainkan

juga dari pihak swasta, yakni

Independent Power Producer (IPP),

Private Power Utility (PPU), dan Izin

Operasi non bahan bakar minyak

(BBM), serta sisanya merupakan

pembangkit listrik sewa. Dari penyedia

tersebut, penyedia yang paling banyak

menyediakan energi listrik adalah PLN,

yakni sebesar 73% (32,9%), kemudian

IPP sebesar 17% (7,4 GW), PPU, izin

operasi non BBM dan pembangkit

listrik sewa menyediakan sebesar 10%

(4,5 GW). Pada tahun 2012, total

pembangkit listrik nasional, tersebut

telah menyediakan sebesar 44,8 GW.

Untuk wilayah pembangkit listrik yang

paling banyak menghasilkan listrik

adalah Jawa dan Bali yakni sebesar

73%, Sumatera sebesar 18%, dan

sisanya ada di Kalimantan, Sulawesi,

Maluku, NTB dan NTT. Pulau Jawa dan

Bali memiliki penyediaan cukup besar

karena banyaknya kegiatan yang

berpusat di sana. Selain itu, jumlah

penduduknya pun juga paling banyak

diantara pulau yang lain.

Dalam mengupayakan

ketersediaan energi, Indonesia juga

melakukan impor energi. Berikut ini

adalah grafik yang akan

menggambarkan besarnya produksi,

Page 5: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

ekspor, impor, serta konsumsi energi

primer di Indonesia tahun 2010-2011.

Gambar 1.1 Perbandingan Kondisi

Energi Primer 2010-2011Sumber : Kajian Supply Demand Energi Kementerian

ESDM, 2012

Dari gambar diatas, pada tahun

2011 dapat dilihat bahwa hasil produksi

energi di Indonesia, lebih dari

setengahnya untuk di ekspor keluar

negeri, yaitu sebesar 1.572 juta SBM.

Namun, Indonesia sendiri memiliki

kebutuhan energi yang hampir sama

banyaknya dengan jumlah yang

diekspor, yaitu 1.488 juta SBM. Dengan

demikian apabila ditotal antara

konsumsi domestik dengan jumlah yang

di ekspor didapatkan sebesar 3.060 juta

SBM yang artinya melebihi kapasitas

produksi yang ada, yaitu hanya 2.654

juta SBM. Selain itu, impor yang

mampu dilakukan hanya 426 juta SBM,

yang artinya masih sekitar 20 juta SBM

belum terpenuhi. Hal ini tentu harus

menjadi perhatian, karena energi yang

dihasilkan oleh negeri sendiri justru

banyak terpakai untuk memenuhi

kebutuhan luar negeri dengan alih-alih

untuk menghasilkan pendapatan bagi

negara. Seharusnya ekspor baru bisa

dilakukan apabila kebutuhan energi di

Indonesia sudah semuanya tercukupi,

sehingga kegiatan impor energi tidak

perlu dilakukan.

I.2 Permintaan Energi

Permintaan akan energi berasal

dari beberapa sektor, yakni sektor

industri sebesar 376 juta SBM,

transportasi 311 juta SBM, rumah

tangga sebesar 331 juta SBM, komersil

35 juta SBM, dan sektor lainnya sebesar

26 juta SBM. Selain itu di Indonesia

pada tahun 2012 dilihat dari pangsa

kebutuhan energi final, bahan bakar

minyak merupakan sumber energi yang

paling banyak digunakan, yakni sebesar

37%, kemudian disusul oleh kayu bakar

(22%), gas (12%) batu bara (11%),

listrik (10%), LPG (4%), biomasa (4%),

dan sisanya BBN/Biofuel. Dari

konsumsi bahan bakar minyak tersebut,

bensin menguasai pangsa terbesar, yakni

sebesar 50%, kemudian disusul oleh

minyak solar (37%), avtur (7%), minyak

tanah (4%) dan minyak bakar (2%).

Konsumsi akan bahan bakar minyak ini

ternyata terus meningkat dari tahun

2000 sebesar 315 juta SBM hingga 398

juta SBM pada tahun 2012. Rata-rata

peningkatannya sebesar 1,9% per tahun.

Selain bahan bakar minyak, bahan

bakar fosil lainnya yang juga termasuk

paling banyak digunakan adalah batu

bara, gas bumi. Penggunaan batu bara

pada tahun 2012 mencapai 125,3 juta

Page 6: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

SBM. Batu bara ini seluruhnya

digunakan untuk memenuhi kebutuhan

energi pada sektor industri, terutama

untuk industri semen, tekstil, dan kertas.

Sementara itu, penggunaan gas bumi

pada tahun 2012 sebesar 125,3 juta

SBM. Tidak seperti batu bara yang

digunakan seluruhnya untuk kegiatan

industri, gas bumi justru mengalami

permasalahan pada keterbatasan

infrastruktur transmisi dan distribusi gas

nasional. Hal ini menyebabkan pasokan

gas bumi untuk memenuhi kebutuhan

industri menjadi terbatas.

Energi lain yang cukup penting di

Indonesia adalah energi listrik. Hal ini

karena hampir seluruh kegiatan di tiap

sektor membutuhkan energi listrik.

Namun, pada tahun 2012, rasio

elektrifikasi nasional energi listrik

masih 75,8% yang artinya masih ada

sekitar 24,8% penduduk yang belum

dialiri listrik. Untuk menghasilkan

energi listrik, pembangkit membutuhkan

input bahan bakar dari sumber daya

energi. Input bahan bakar tersebut

terdiri dari sumber daya energi tak

terbarukan hingga terbarukan. Untuk

sumber daya energi tak terbarukan yang

digunakan untuk menghasilkan energi

listrik adalah batu bara sebesar 43%

(19,1 GW), gas sebesar 27% (12 GW),

dan bahan bakar minyak sebesar 18%

(8,1 GW). Sementara itu, sumber energi

terbarukan yang digunakan untuk

menghasilkan energi adalah panas bumi

sebesar 3% dan hidro sebesar 9% atau

sekitar 4,2 GW. Saat ini, pembangkit

listrik tenaga matahari dan bayu mulai

beroperasi. Sumber energi tersebut

menghasilkan sekitar 6,9 MW.

1.3 Trend dan Faktor yang

Mempengaruhinya

Energi selalu memainkan peranan

penting dalam perkembangan hidup

manusia dan pertumbuhan ekonomi

serta kesejahteraan masyarakat. Energi

merujuk pada panas dan energi tetapi

secara bebas digunakan banyak orang

untuk mencakup bahan bakar juga.

Energi terbagi menjadi dua yaitu energi

primer seperti minyak bumi, batubara

padat, gas bumi yang diperoleh dengan

cara ditambang atau langsung dari

sumber daya alam. Yang kedua adalah

energi sekunder diperoleh dari

transformasi primer ke sekunder

contohnya listrik, produk kilang dan

arang. Adapun energi – energi

terbarukan dan limbah yang dijadikan

alternatif untuk penggunaan energi

sebagai bahan bakar, listrik dll yaitu

sumber-sumber energi terbarukan dan

teknologi untuk pembangkitan listrik

(air, angin, ombak, fotovoltaik surya),

sumber-sumber energi terbarukan tanpa

perubahan stok (panas bumi, panas

matahari), sumber-sumber energi

terbarukan dengan perubahan stok

(limbah industri, padat, biomassa,

biogas, BBN cair).

Indonesia masih memiliki potensi

sumber energi yang dapat diolah untuk

memenuhi kebutuhan energi.

Page 7: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

Kebutuhan gas bumi di Indoensia

akan meningkat sekitar 400-500% di

tahun 2025 dibanding kebutuhan gas

bumi pada tahun 2011 jika kebijakan

migrasi BBM ke BBG pada sektor

transportasi dan sektor pembangkit

listrik. Nilai tersebut belum

mempertimbangkan peningkatan

kebutuhan gas untuk sektor industri.

Realisasi produksi minyak bumi

semakin menyusut anatar lain

disebabkan faktor natural yaitu declined

lapangan minyak. Angka produksi

diprediksi akan menyentuh titik

terendah dalam satu setengah dasawarsa

terkahir, berkisar 850 ribu s.d 950 ribu

BOPD pada tahun 2012-2013. Dalam

periode yang sama produksi gas bumi

nasional telah mencapai 1,49 juta

BOEPD. Konsumsi gas bumi Indonesia

di tahun 2030 diperkirakan akan

menjadi dua kali lipat atau lebih,

sehingga investasi infrastruktur gas

bumi suatu yang tidak bisa dihindari

(Tjandranegara et al,2011). Menurut

literatur (Braithwaite et.al,2010) di

tahun 2008 konsumi gas bumi di

Indonesia hanya 13% dari energy mix

total. Salah satu penyebab rendahnya

proporsi ini adalah karena adanya

regulasi pemerintah yang tidak

menguntungkan pihak produsen gas

bumi, terutama untuk pasokan domestik.

Regulasi ini menjadikan harga jual gas

bumi domestik jauh di bawah harga gas

bumi internasional atau ekspor,

sehingga tidak mendorong penanam

modal untuk meningkatkan ketersediaa

gas bumi dalam negeri.

Produksi minyak dan gas dari

tahun 1965-2011 menunjukkan trend

penurunan yang cukup signifikan.

Gambar 1.2

Trend Produksi Minyak dan Gas

Tahun 1965-2011Sumber : BP Statistical Review, 2013

Sementara gas konsumsi dari

tahun 1965-2011 terus meningkat,

kebutuhan akan gas terus meningkat

mencapai angka 600 ribu barel. Selama

tahun 2000-2011 konsumsi energi final

meningkat rata-rata 3% per tahun.

Konsumsi energi final terus meningkat

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi,

penduduk, dan kebijakan yang

ditetapkan oleh pemerintah. Adapun

proyeksi total kebutuhan energi final

menurut sektor pengguna menunjukkan

trend yang terus meningkat terhadap

penggunaan energi.

Page 8: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

Gambar 1.3

Proyeksi Total Final Kebutuhan

EnergiSumber : Outlook Energi Indonesia 2013,BPPT

Dalam penggunaan kebutuhan

energi BBM masih terus mendominasi

akibat penggunaan teknologi saat ini

masih berbasis bahan bakar minyak

terutama di sektor trasnportasi.

Teknologi berbasis listrik juga terus

berkembang pesat dan dominan

digunakan hampir di setiap sektor,

terutama sektor rumah tangga dan

komersial. Oleh karena itu pemanfaatan

listrik meningkat cukup tinggi dengan

laju pertumbuhan 8,4% per tahun.

Proyeksi total kebutuhan energi final

menurut jenis bahan bakar masih

menunjukkan trend peningkatan.

Gambar 1.4

Proyeksi Jenis Kebutuhan Energi

Menurut Bahan Bakar

Sumber : Outlook Energi Indonesia, 2013

Trend peningkatan konsumsi

terhadap energi tidak hanya dilihat dari

data proyeksi dan produksi yang

dihasilkan. Namun dilihat berdasarkan

data konsumsi time series dapat pula

dilakukan suatu sisntesa mengenai trend

pemakaian energi yang semakin

meningkat. Berikut grafik yang

menunjukkan trend peningkatan.

Gambar 1.5

konsumsi Energi Final Per SektorSumber : Outlook Energi Indonesia, 2013

Gambar 1.6

Konsumsi Energi Final Per JenisSumber : Outlook Energi Indonesia 2013,BPPT

Gambar di atas menunjukkan

adanya trend peningkatan dari tahun ke

tahun terhadap penggunaan energi di

setiap jenis bahan bakar energi ataupun

pemakaian energi pada setiap sektor

untuk mencukupi kebutuhannya.

Page 9: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

1.4 Inovasi dan Kebijakan dalam

Bidang Energi Saat Ini

Dalam Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2007, terdapat amanat dan

cita-cita yang ingin dicapai Indonesia

dalam bidang energi. Cita-cita tersebut

adalah menjadikan Indonesia sebagai

negara yang memiliki kemandirian

energi dan ketahan energi. Kemandirian

energi adalah suatu kondisi terjaminnya

ketersediaan energi dengan

memanfaatkan semaksimal mungkin

potensi dari sumber dalam negeri.

Sementara itu ketahanan energi adalah

suatu kondisi terjaminnya ketersediaan

energi dan akses masyarakat terhadap

energi pada harga yang terjangaku

dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan perlindungan terhadap

lingkungan hidup. Untuk itu, saat ini

Indonesia tengah gencar memperbaiki

dan terus mengembangakan produksi

energi demi mencukupi kebutuhan

masyarakatnya.

Beberapa upaya yang tengah

dilakukan oleh pemerintah adalah

diversifikasi energi, konservasi energi,

feed-in tariff, dan beberapa kebijakan

lainnya. Berikut ini akan dijelaskan

mengenai inovasi dan kebijakan yang

tengah dilakukan oleh pemerintah.

a. Diversifikasi Energi

Diversifikasi energi ini didorong

supaya kebutuhan akan energi tidak

terus bergantung kepada sumber energi

berbahan bakar minyak (BBM). Hal ini

karena BBM merupakan jenis sumber

energi fosil yang terasuk kedalam

sumber energi tak terbarukan.

Dikawatirkan ketergantungan ini

nantinya akan menimbulkan masalah

mengingat supply BBM terus menurun

produktifitasnya. Diversifikasi energi ini

juga dilakukan mengingat masih

banyaknya sumber daya energi lain

yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber energi, yaitu ada batu bara, gas

bumi, dan energi terbarukan.

Diharapkan Indonesia dapat memiliki

ketahanan energi dengan strategi ini.

Saat ini pemerintah telah

mengeluarkan beberapa peraturan yang

mendukung diversifikasi energi.

Peraturan-peraturan tersebut adalah

Peraturan Menteri ESDM Nomor 25

Tahun 2013 tentang pemanfaatan BNN

yang telah direvisi dengan tujuan untuk

meningkatkan target biodiesel sebesar

30% pada tahun 2025 dan menurunkan

target bioethanol dari tahun 2015-2020

lalu meningkatnya pada tahun 2025

sebesar 20%. Kemudian Peraturan

Menteri ESDM Nomor 17 tahun 2013

mengenai pemanfaatan energi surya

untuk menaikan harga beli listrik dari

PLTS oleh PT PLN. Kemudian

Peraturan Menteri ESDM Nomor 19

tahun 2013 mengenai pemanfaatan

sampah kota untuk dijadikan tenaga

listrik yang nanti akan dibeli oleh PT

PLN. Kemudian Peraturan Menteri

ESDM Nomor 8 Tahun 2014 mengenai

pemanfaatan BBG untuk menugaskan

Page 10: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

badan usaha demi menyediakan dan

mendistribusikan BBG.

Selain itu terdapat prospek

pengembangan alternatif sumber energi

baru yang dapat dilakukan. Prospek

pengembangan tersebut adalah prospek

biodiesel sebagai bahan bakar pengganti

solar, pengembangan perkebunan energi

berbasis kelapa sawit, prospek CNG

sebagai bahan bakar pengganti bensin

dan prospek pengembangan bioetanol.

Pemerintah juga telah mencangkan

mengenai kebijakan bahan bakar nabati

sebagai energi baru terbarukan. Peran

strategis BBN adalah untuk

meningkatkan kapasitas terpasang

penyediaan enrgi, mensubstitusi

penggunaan BBM, mempercepat

penyediaan akses energi modern di

pedesaan, dan penurunan emisi gas

rumah kaca.

Berikut ini merupakan tabel yang

menjelaskan rencana pengembangan

potensi sumber daya energi kelautan di

Indonesia sebagai salah satu dukungan

diversifikasi energi.

Tabel 1.4 Rencana Pengembangan

Potensi Sumber Daya Energi

Kelautan di Indonesia

Samudra 2010-

2015

2010-

2020

2010-

2025

Energi Gelombang 50 MW

a Teknologi Uji

Coba

Pengganti

pembangk

it listrik

diesel

pada

Pembang

kit listrik

utama

bersaing

dengan

Samudra 2010-

2015

2010-

2020

2010-

2025

daerah

terpencil

dan

pulau-

pulau

kecil

pembang

kit listrik

lainnya

b Output per

unit

<100

kW

100kW- 1

MW

0,5 – 2

MW

c Biaya

pembangkit

an

Rp./ kWh

1500-

2000

Rp./kWh

1000-

1500

Energi Pasang Surut 1000

MW

a Teknologi Uji

Coba

Pembang

kit utama

untuk

wilaayh

timur

Indonesia

Pembang

kit utama

untuk

wilayah

timur

Indonesia

b Output per

unit

1

MW

10-50

MW

50-200

MW

c Biaya

pembangkit

an

Rp./

1000-

1500

Rp./ kWh

600-1000

Energi Arus Laut 500 MW

a Teknologi Uji

Coba

Pengganti

pembangk

it listrik

diesel

pada NTB

dan NTT

Pembang

kit utama

di Nusa

Tenggara

b Output per

unit

<100

kW

100 kW-

1MW

10-100

MW

c Biaya

pembangkit

an

Rp./ kWh

1500-

2000

Rp./ kWh

1000-

1500

OTEC (Ocean Thermal Energy 100 MW

Page 11: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

Conversion)

a Teknologi FS &

Pilot

Proje

ct

Pengganti

Oembang

kit listrik

diesel

pada

pulau-

pulau

kecil

Pembang

kit pada

daerah

wisata

dan

industri

produk

sampinga

n

Pembang

kit listrik

uatam

bersaing

dengan

pembang

kit listrik

lainnya

b Output per

unit

1-5

MW

1-5 MW 50-100

MW

c Biaya

pembangkit

an

Rp./ kWh

1500-

2000

Rp./ kWh

1000-

1500

Total 1650 MW

Sumber : Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia

(METI)

b. Konservasi Energi

Konservasi energi ini sempat

tersendat masalah. Kebijakan Rencana

Induk Konservasi Energi Nasional

(RIKEN) tahun 2005 sebagai ganti dari

RIKEN tahun 1995 tidak jadi ditetapkan

oleh KESDM. Namun pada tahun 2013

dan 2014 KESDM kembali menyusun

draft RIKEN sebagai penjabaran

Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun

2009 tentang Konservasi Energi.

Persoalan kembali terjadi karena

tertanyata sasaran RIKEN belum sesuai

dengan sasaran Rencana Umum Energi

Nasional (RUEN) yang masih dalam

tahap penyusunan. Namun demikian,

sudah ada kemajuan untuk melakukan

kebijakan konservasi energi, sehingga

pengelolaan energi di Indonesia dapat

berkelanjutan.

c. Feed-in Tariff

Kebijakan ini ditetapkan pada

tahun 2014 tentang pemanfaatan panas

bumi dan tenaga air. FiT panas bumi

dikeluarkan guna mempercepat

pengembangan panas bumi yang

nantinya tenaga listrik dari hasil panas

bumi yang disediakan PLTP dibeli oleh

PT PLN. Selain itu, FiT air juga untuk

mengurusi pembelian tenaga listrik PT

PLN ke PLTA. Hal ini dilakukan untuk

memaksimalkan kinerja PLTA dan

menjag keberlangsungan perasi PLTA

dengan target 10 MW. Peningkatan

harga dan tercapainya target akan

mendorong pembangunan PLTA baru.

Kebijakan lainnya yang

menyangkut supply energi listrik adalah

penambangan kilang minyak baru

berdasarkan Peta Infrastruktur Kilang

dari Direktorat Jenderal Migas,

Kementerian ESDM tahun 2012 yang

terdiri atas kilang minyak Plaju II,

Balongan II, dan Tuban yang masing-

masing dengan kapasitas 300 ribu

barel/hari. Selain penambahan kilang

baru pemerintah juga mengupayakan

adanya upgrading teknologi pada kilang

minyak yang sedang beroperasi.

Kemudian akan di bangun pula

Page 12: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

pembangkit listrik super-critical boiler

untuk PLTU batubara 1000 MW di

wilayah Jawa dimanfaatkan mulai tahun

2018.

II. PEMBAHASAN

Untuk mmenggambarkan perkiraan

kecukupan energi pada tahun 2040, penulis

menggunakan dua skenario, yakni skenario

business as usual dan skenario optimis.

Dalam tiap analisisnya, penulis menggunakan

beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut

adalah sebagai berikut:

- Adanya peningkatan jumlah penduduk.

Peningkatan jumlah penduduk ini dilihat

dari data peningkatan jumlah penduduk

sebesar 1,51% per tahun sejak tahun

2000 hingga tahun 2012.

- Adanya peningkatan konsumsi, baik

dari sektor industri, transportasi,

komersil dan rumah tangga.

Peningkatan konsumsi ini dilihat dari

adanya tren peningkatan rata-rata

konsumsi energi sebesar 2,9% per tahun

dari tahun 2000-2012. Dengan jenis

energi yang paling dominan digunakan

adalah BBM.

- Skenario 1 : adanya penurunan produksi

energi primer dan tidak ada upaya

menggunakan alternatif energi lainnya

atau memanfaatkan potensi yang belum

dimanfaatkan. Penurunan ini dapat

dilihat pada tren yang menunjukkan

produksi minyak dan gas dari tahun

1965-2011 mengalami penurunan yang

cukup signifikan.

- Skenario 2 : pemerintah Indonesia tidak

hanya memanfaatkan energi yang telah

dimanfaatakan sebelumnya, namun

menggunakan energi alternatif untuk

membantu pasokan energi utama. Hal

ini dapat dilihat dari adanya rencana-

rencana pengembangan beberapa

sumber energi terbarukan dan

kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk

mendukung operasionalisasi

pemanfaatan sumber energi baru

tersebut.

II.1 Skenario 1 (Business as Usual)

Skenario ini menggunakan asumsi

bahwa dengan jumlah penduduk yang

terus meningkat hingga tahun 2040

dengan laju pertumbuhan penduduk

yang tinggi serta kontrol terhadap

pertumbuhan penduduk sangat lambat,

penduduk tumbuh secara natural tanpa

adanya kebijakan atau intervensi yang

secara signifikan mempengaruhi. Maka

berdasarkan trend bahwa dengan

semakin meningkatnya pertumbuhan

penduduk maka akan berpengaruh

terhadap semakin meningkatkan

kenaikan terhadap kebutuhan energi.

Sementara itu berdasarkan data yang

dieroleh dari Kementerian ESDM yang

tercatat adalah trend produksi dan

minyak dan gas dimulai dari tahun

1965-2011 mengalami trend yang

menurun. Hal ini disebabkan oleh sifat

energi yang digunakan tidak renewable

tetapi proses produksi terus berlanjut

untuk mencukup kebutuhan yang

Page 13: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

semakin meningkat. Dengan kondisi

trend yang seperti ini, diasumsikan

dalam skenario ini adalah pemerintah

tidak melakukan upaya untuk mencari

alternatif energi baru yang dapat

digunakan, staff tenaga ahli yang dapat

mengembangkan potensi energi

terbarukan di Indonesia sangat minim

sehingga yang terjadi sumber daya alam

diekspor lalu untuk memenuhi

kebutuhan domestik Indonesia hanya

melakukan impor dari negara lain

dengan harga energi semakin mahal.

Asumsi lain yang digunakan adalah

Pemerintah tidak melakukan upaya

untuk menciptakan suatu inovasi baru

dalam penanganan permasalahan

kekurangan energi, ditunjang dengan

kebijakan terhadap energi yang dibuat

justru merugikan seperti yang terjadi

saat ini yaitu menurut literatur

(Braithwaite,et.al, 2010) di tahun 2008

konsumsi gas bumi di Indonesia hanya

13% dari energi mix total. Salah satu

penyebab rendahnya proporsi ini adalah

karena adanya regulasi pemerintah yang

tidak menguntungkan pihak produsen

gas bumi, terutama pasokan domestik.

Regulasi ini menjadikan harga jual gas

bumi domestik jauh di bawah harga gas

bumi internasional atau ekspor,

sehingga tidak mendorong penanaman

modal untuk meningkatkan ketersediaan

gas bumi dalam negeri. Jika asumsi

berdasarkan teori ini yang dipakai yaitu

kegagalan regulasi yang dilakukan

pemerintah untuk mengontrol energi

maka harga energi akan sangat mahal di

dalam negeri. Berdasarkan asumsi-

asumsi tersebut dapat diinterpretasikan

bahwa pada tahun 2040 Indonesia akan

mengalami kelangkaan energi, energi

yang tersedia akan sangat mahal di

pasaran hal ini mendorong Indonesia

tidak akan mampu mencapai target

ketahanan energi di tahun mendatang.

II.2 Skenario Optimis

Seperti yang telah dijelaskan

diatas bahwa dalam skenario ini

diasumsikan kondisi variabel-variabel

yang terkait dengan konsumsi, seperti

jumlah penduduk, kebutuhan sektor

industri, transportasi, komersil, dan

rumah tangga turut meningkat.

Sementara perkembangan produksi

sumber energi utama mengalami

kemerosotan. Meskipun demikian,

sebenarnya Indonesia masih memiliki

banyak sekali cadangan alternatif

sumber energi lain, baik yang tengah

dimanfaatkan saat ini hingga sumber

energi yang belum pernah

dikembangkan di Indonesia namun

potensial untuk dikembangkan.

Untuk sumber energi minyak

bumi masih dimanfaatkan sebesar 315

juta barel dari total potensi 7,41 miliar

barel. Untuk sumber energi gas bumi

baru dimanfaatkan sebesar 3,17 TCF

dari total potensi 150,35 TSCf.

Kemudian untuk batu bara baru

dimanfaatkan sebesar 386 juta ton dari

Page 14: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

total sumber daya 11942 miliar ton dan

cadangannya sebesar 28,97 miliar ton.

Selain dari sumber energi fosil,

sumber energi lain yang dapat

membantu mencukupi kebutuhan di

masa mendatang adalah sumber energi

terbarukan yang cukup banyak terbesar

di wilayah Indonesia. Ada beberapa

energi terbarukan yang sudah dan

tengah dimanfaatkan di Indonesia, yaitu

panas bumi, hidro, mini-mikrohidro,

biomasa, energi surya, energi angin,

uranium, gas metana batu bara, dan

shale gas. Berdasarkan data tahun 2013

silam, bahwa pemanfaatan sumber daya

energi terbarukan tersebut masih

sangatlah sedikit. Untuk panas bumi

baru terpasang sebesar 1341 MW dari

total potensi 16.502 MW, hidro baru

7059 MW dari 75000 MW, mini-

mikrohidro baru 512 MW dari 769,7

MW, biomasa baru 1364 MWe dari

13662 MWe, energi surya baru 1,333

MW dengan potensi 4,8 kWh/m2/day,

dan energi angin 1,33 MW dengan

potensi kecepatan angin 3-6 m/s.

Kemudian ada beberapa energi ain

seperti uranium dengan potensi 3000

MW, gas metana btau bara dengan

potensi sumber daya sebesar 453 TSCF

dan shale gas dengan potensi sumber

daya 574 TSCF yang belum

dimanfaatkan. Selain itu, terdapat

penelitan mengenai pemanfaatan energi

kelautan, seperti gelombang laut, pasang

surut air laut, dan panas laut yan

mempunyai potensi praktis ari 1,2 GW

hingga 43 GW. Meskipun terbilang

kecil dibandingkan dengan energi yang

dihasilkan sumber energi fosil, namun

energi ini prospektif untuk

dikembangkan dalam usaha mencapai

kecukupan energi dimasa mendatang.

Hal ini karena sumber energi tersbut

berasal dari sumber daya yang

terbarukan dan cukup tersebar di seluruh

Indonesia sehingga tidak hanya

berkelanjutan, tapi juga dapat

menghemat biaya distribusi bila

dikembangkan tersebar.

Dengan adanya upaya

pemanfaatan sumber energi baru ini,

maka pada skenario optimis ini,

kecukupan energi di Indonesia tahun

2040 bisa teratasi. Hal ini juga

sebenarnya sudah direncanakan

pemerintah antara lain dengan adanya

peraturan-peraturan yang mendorong

diversifikasi energi seperti energi listrik

yang dihasilkan dari tenaga uap dan air.

Selain itu, juga akan dibuat kilang

minyak baru yang artinya pemerintah

mulai memanfaatkan cadangan minyak

yang belum dimanfaatkan selama ini.

Apa bila rencana-rencana ini

dilaksanakan dengan baik, konsisten dan

bertanggung jawab maka pada tahun

2040, Indonesia tak perlu khawatir

untuk kecukupan energi.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan

Ketersediaan potensi energi di

Indoensia dari jenis fosil masih cukup

Page 15: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

banyak namun pemanfaatannya masih

sangat kecil. Permasalahan energi yang

dialami Indonesia salah satu

penyebabnya diakibatkan masih belum

mampu menyediakan infrastruktur

untuk energi. Sehingga berdampak

terhadap mahalnya biaya sumber energi

yang dikeluarkan. Selain itu Indoensia

juga masih memiliki cukup banyak

potensi energi terbarukan yang dapat

dimanfaatkan sebagai energi alternatif

di masa mendatang. Potensi energi yang

masih rendah dalam pemanfaatannya

masih dapat diolah dan dimanfaatkan

dengan baik untuk mencukupi

kebutuhan energi di masa mendatang.

Dalam mengupayakan ketercukupan

energi, Indonesia juga melakukan impor

energi dengan anggaran yang sangat

besar. Permintaan energi berasal dari

beberapa sektor, yaitu industri,

transportasi, rumah tangga, komersil,

dan sektor lainnya. Berdasarkan trend

penggunaan energi di Indonesia bahwa

produksi energi dari tahun 1965-2011

menunjukkan nilai yang signifikan turun

sementara permintaan di setiap sektor

semakin meningkat. Berdasarkan data

ini dibuatlah dua skenario yang dapat

menjawab perkiraan ketercukupan

energi di tahun 2040. Pada skenario

pertama, yaitu business as usual dengan

menggunakan asumsi bahwa jumlah

penduduk tumbuh secara natural,

kegagalan kebijakan pemerintah,

produksi energi menurun dan tidak ada

alternatif yang dapat menggantikan

energi yang sudah habis maka energi

yang ada tidak mampu mencukupi

seluruh kebutuhan energi. Sementara itu

untuk skenario kedua, yaitu skenario

optimis dengan menggunakan asumsi

paling optimis mengenai perkembangan

Indoensia dalam menangani

permasalahan kelangkaan energi dengan

memanfaatkan potensi energi yang ada

dan memungkinan di Indonesaia maka

Indonesia sanggup mencukupi

kebutuhannya pada tahun 2040.

III.2 Saran

Saran terhadap permasalahan

kelangkaan energi di Indoensia

sebaiknya Indoensia segera

mengembangkan riset-riset penelitian

mengenai energi-energi yang dapat

dikembangkan sebagai alternatif dalam

penggunaan energi. Selain itu kebijakan

yang dibuat tidak hanya parsial pada

satu sektor saja melainkan memikirkan

secara sistematis untuk dapat

mengurangi dampak yang terjadi. Batasi

upaya untuk melakukan impor,

optimalkan sumber daya alam untuk

mencukupi kebutuhan energi di dalam

energi seperti yang tercantum dalam PP

No.15 Tahun 2004 tentang kegiatan

usaha hulu migas. Pembuatan teknologi

lebih banyak dibuat dengan tidak

menggunakan bahan bakar minyak

melainkan dapat dikembangkan dengan

energi lain yang dapat terbarukan.

Melakukan pengoptimalan bahan bakar

Page 16: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

nabati dapat pula dijadikan suatu solusi

dalam penanganan permasalahan energi.

Untuk mendorong adanya

pemanfaatan sumber energi yang belum

dimanfaatkan dan penggunaan sumber

energi alternatif tak terbarukan perlu

banyak persiapan dan cukup mahal.

Sumber energi terbarukan cenderung

tersebar dan berada pada area yang

cukup sulit untuk dilakukan

pembangunan, seperti laut. Untuk itu

kesiapan finansial, sumber daya

manusia yang ahli, dan mental

masyarakat perlu dibangun sejak saat

ini.

Adapun tidak hanya kebijakan

atau strategi baru yang perlu diterapkan

dalam mencapai ketahanan dan

kemandirian energi masa depan.

Kebijakan dan rekayasa permintaan

akan energi pun seharusnya ada untuk

mengubah pola hidup masyarakat

Indonesia. Pola hidup masyarakat

Indonesia yang konsumtif akan

penggunaan listrik dan bahan bakar

minyak perlu sedikit demi sedikit

dirubah. Meskipun Indonesia memiliki

banyak sekali sumber energi, namun

tidak akan pernah cukup apabila untuk

memnuhi permintaan masyarakat yang

terus tidak puas dan berperilaku

konsumtif.

Saran untuk pembuatan essay

yaitu kaitkan dengan sistem

perencanaan Indonesia mengenai energi,

dikarenakan sangat jarang artikel yang

memuat mengenai perencanaan dengan

basis energi dapat pula dikaitkan dengan

dampak terhadap ekonomi, sosial,

politik bahkan budaya di Indonesia.

Daftar Pustaka :

Undang-Undang Nomor 30 tahun

2007 tentang Energi

Bahan Mata Kuliah Perencanaan

Perdesaan. 2014

Publikasi Pusat Data dan Informasi

dan Sumber Daya Mineral

Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral. 2012. Kajian Supply Demand

Energi. Jakarta. Kementerian ESDM.

Diakses dari

http://prokum.esdm.go.id/

Publikasi ISBN 978-602-1328-02-6

Pusat Teknologi Pengembangan

Sumberdaya Energi. 2014. Outlook

Energi Indonesia 2014. Jakarta.

BPPT. Diakses dari www.bppt.go.id

Media Data Riset-Survey & Research

Service. 2013. Realisasi dan Proyeksi

Industri Migas Indonesia. Diakses

pada

201

3http://mediadata.co.id/products/2013

/REALISASI%20&%20PROYEKSI

%20INDUSTRI%20MIGAS

%20INDONESIA%202013.pdf

Publikasi Direktorat Jendral Minyak

dan Gas Bumi Kementerina Energi

dan Sumber Daya Mineral. 2014.

Dukungan dan Peran Pemerintah

dalam Mendukung Kebijakan Energi

Nasional. Jakarta. KESDM. Diakses

Page 17: Web viewSelat antara P. Taliabu dan P. Mangole Maluku . Utara. Panas laut (OTEC) 57 GW. 52 GW. 43 GW

pada http://pasindonesia.org/wp-

content/uploads/2014/12/DUKUNGA

N-DAN-PERAN-PEMERINTAH-

DALAM-MENDUKUNG-

KEBIJAKAN-ENERGI-

NASIONAL.pdf

Sopha, Bertha Maya. 2014. Kebutuhan

dan Ketersediaan Gasa Alam

Indonesia. Yogjakarta. Universitas

Gajah Mada. Diakses pada

htt

p://pse.ugm.ac.id/wp/wp-content/uplo

ads/Kebutuhan-dan-ketersediaan-gas-

alam-Indonesia.pdf

Hamzah, Sammy. 2015. Peraturan

Menteri ESDM No. 37/2015 dari

Perspektif Industri Hulu. Jakarta.

Indonesia Petroleum Association.

Diakses pada

http://energynusantara.com/wp-

content/uploads/2015/11/Direktur-

IPA.pdf

Tjandranegara, Abdul Qoyum. 2012.

Gas Bumi sebagai Substitusi Bahan

Bakar Minyak: Optimasi Investasi

Infrastruktur dan Analisis Dampaknya

terhadap Perekonomian Nasional.

Depok. Disertasi Fakultas Teknik

Departemen Teknik Kimia Program

Doktor Ilmu Teknik Kimia Universitas

Indonesia. Diakses pada

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/203

07665-D%201332-Gas%20bumi-full

%20text.pdf

Publikasi OECD/IEA. 2005. Manual

Statistik Energi. Paris. Diakses pada

https://www.iea.org/publications/freep

ublications/publication/statistics_man

ual_indonesian.pdf