PILIHAN FORUM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN...
Transcript of PILIHAN FORUM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN...
PILIHAN FORUM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH
SEBELUM DAN SETELAH KELUARNYA
PUTUSAN MK No. 93/PUU-X/2012
(Studi pada Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
AMBAR RUKMINI
11140460000113
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
ABSTRAK
Ambar Rukmini. NIM 11140460000113. PILIHAN FORUM PENYELESAIAN
SENGKETA SEBELUM DAN SETELAH KELUARNYA PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 93/PUU-X/2012 (STUDI PADA BANK
SYARIAH MANDIRI KCP URIP SUMOHARJO). Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
1440 H/2018 M.
Dualisme kewenangan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama akhirnya
berakhir setelah keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012,
yang menyatakan bahwa penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah tidak memiliki kekuatan hukum tetap.
Kewenangan mengadili sengketa perbankan syariah secara litigasi kini menjadi
kewenangan mutlak Pengadilan Agama. Namun ternyata Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo masih memilih Pengadilan Negeri sebagai pilihan forum
secara litigasi dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah. Meskipun secara
jelas berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012
kewenangan mengadili sengketa perbankan syariah menjadi kewenangan mutlak
Pengadilan Agama. Dengan keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
93/PUU-X/2012 yang masih belum efektif penerapannya, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana implikasi hukum setelah dikeluarkannya
Putusan MK No.93/PUU-X/2012 terhadap penyelesaian sengketa perbankan
syariah dan bagaimana pilihan forum penyelesaian sengketa pada Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo sebelum dan setelah dikeluarkannya Putusan MK
No.93/PUU-X/2012.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan
studi pustaka dan didukung dengan wawancara mengenai pilihan forum
penyelesaian sengketa pada Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, implikasi hukum dari Putusan MK No.
93/PUU-X/2012 secara litigasi semakin memperkuat kewenangan Pengadilan
Agama sebagai forum penyelesaian sengketa perbankan syariah dan secara non
litigasi, putusan tersebut membuka peluang selebar-lebarnya untuk semua jenis
alternatif penyelesaian sengketa, namun harus jelas dicantumkan dalam akad
perjanjian dan alternatif penyelesaian sengketa tersebut harus menggunakan prinsip
syariah. Namun ternyata Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo setelah
keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 secara litigasi
masih memilih pengadilan negeri sebagai forum penyelesaian sengketa, hal tersebut
tentu bertentangan karena setelah putusan tersebut keluar, kewenangan mutlak
mengadili sengketa perbankan syariah jatuh pada Pengadilan Agama.
Kata Kunci : Pilihan Forum, APS, Litigasi
Pembimbing : Dr. Nahrowi, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1979 s.d Tahun 2018
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa
Ta’ala, atas segala rahmat-Nya dan nikmat yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pilihan Forum Perbankan Syariah Sebelum
dan Setelah Keluarnya Putusan MK No. 93/PUU-X/2012 (Studi pada Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo)”, ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di
Fakultas Syariah dan Hukum.
Dengan selesainya skripsi ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih
kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu ungkapan terima kasih ini ditujukan
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak A.M Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah
(Muamalat)
4. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi
Syariah yang telah memberikan arahan kepada penulis
5. Bapak Dr. Nahrowi, S.H., M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa sabar dalam memberikan bimbingan serta masukan atau saran-saran
yang baik sehingga skripsi ini dapat selesai.
vii
6. Pimpinan perpustakaan yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi
kepustakaan
7. Seluruh bapak, ibu dosen dan jajaran staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya Fakultas Syariah dan Hukum yang selama ini tidak sekedar ilmu
yang diberikan tetapi dukungan dan motivasi agar penulis terus berusaha
memperbaiki diri
8. Kedua orang tua dan keluarga yang dengan tulus mendoakan, mendukung, dan
telah memberikan segalanya bagi penulis, yang menjadi motivasi penulis, serta
telah memberikan semangat kepada penulis.
9. Kepada teman-teman Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014, khususnya
HES C dan sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, penulis berharap
semoga hasil karya ini bisa bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Khususnya
bagi peneliti-peneliti yang ingin mengembangkan dan tertarik dengan penelitian
ini menjadi awal untuk melanjutkan studi berikutnya.
Teriring doa, semoga amal yang telah kita lakukan menjadi amal yang tiada
putus pahalanya serta bermanfaat untuk kita semua baik di dunia maupun di
akhirat. Aamiin.
Ciputat, 05 Oktober 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul/Cover ........................................................................................ i
Lembar Pengesahan Pembimbing ......................................................................... ii
Halaman Pengesahan Panitia Ujian ...................................................................... iii
Lembar Pernyataan................................................................................................ iv
Abstrak .................................................................................................................. v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vi
Daftar Isi................................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................................. 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
E. Tinjauan (Review) Terdahulu ................................................................... 8
F. Kerangka Teori.......................................................................................... 9
G. Metode Penelitian...................................................................................... 15
H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA
PERBANKAN SYARIAH
A. Sengketa Perbankan Syariah ..................................................................... 19
B. Permasalahan Nasabah pada Pembiayaan Perbankan ............................... 20
C. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Berdasarkan
Undang-Undang dan Hukum Islam .......................................................... 27
D. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah ....................... 34
BAB III PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH PADA
BANK SYARIAH MANDIRI KCP URIP SUMOHARJO
A. SOP Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo ................................................................................ 40
B. Mekanisme Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo Sebelum Keluarnya
Putusan MK No. 93/PUU-X/2012 ............................................................ 46
C. Mekanisme Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo Setelah Keluarnya
Putusan MK No. 93/PUU-X/2012 ............................................................ 48
ix
BAB IV PILIHAN FORUM PENYELESAIAN SENGKETA PADA BANK
SYARIAH MANDIRI KCP URIP SUMOHARJO SEBELUM DAN
SETELAH KELUARNYA PUTUSAN MK NO 93/PUU-X/2012
A. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo Sebelum Keluarnya Putusan
MK No. 93/PUU-X/2012 .......................................................................... 52
B. Implikasi Hukum Setelah Keluarnya Putusan
MK No. 93/PUU-X/2012 .......................................................................... 60
C. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo Setelah Keluarnya Putusan
MK No. 93/PUU-X/2012 .......................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 72
B. Rekomendasi ............................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1991, didirikan PT Bank Muamalat Indonesia melalui akta
pendirian yang ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. PT Bank
Muamalat Indonesia adalah bank syariah pertama di Indonesia. Bank inilah
yang menjadi langkah awal penerapan sistem ekonomi syariah di Indonesia,
khususnya dalam hal perbankan.
Pada tahun 1992 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan yang menandai awal perkembangan perbankan syariah
di Indonesia, meskipun belum disebutkan secara jelas konsep perbankan
syariah dalam undang-undang tersebut. Perkembangan perbankan syariah
semakin terlihat setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa dual banking system
mulai berlaku. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 kemudian dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Salah satu perkembangan ekonomi syariah di Indonesia bisa kita lihat
dari sektor perbankan syariah yang tumbuh semakin pesat di Indonesia.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dibuat oleh OJK
jumlah kantor Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2015 terdapat 311
kantor, tahun 2016 terdapat 332 kantor, dan tahun 2017 terdapat 344 kantor.
Sedangkan jumlah KCP (Kantor Cabang Pembantu) tahun 2015 yaitu 138,
tahun 2016 terdapat 149 KCP, dan tahun 2017 terdapat 154 KCP.Pada tahun
2015 KK (Kantor Kas) terdapat 129 KK, tahun 2016 terdapat 135 KK, dan
tahun 2017 terdapat 139 KK.
Minat masyarakat muslim terhadap perbankan syariah terlihat dari minat
mereka yang mulai beralih dari perbankan konvensional menuju perbankan
syariah. Keinginan masyarakat muslim untuk terhindar dari riba, membuat
mereka memilih perbankan syariah daripada perbankan konvensional.
Setiap kegiatan muamalah tidak menutup kemungkinan terjadinya
perselisihan atau sengketa diantara kedua belah pihak, begitu juga dengan
perbankan syariah, mengingat kegiatan muamalah antara perbankan syariah
dengan nasabah sangat banyak. Beberapa regulasipun telah dikeluarkan
oleh pemerintah untuk memberikan petunjuk atau rambu-rambu dalam
menyelesaikan sengketa khususnya dalam perbankan syariah.
Bila merujuk pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pasal 56 ayat (2),
perselisihan yang terjadi di perbankan syariah dapat diselesaikan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan yang dibuat
antara perbankan syariah dan nasabah bisa dituangkan dalam akad atau
membuat perjanjian berupa pactum de compromittendo (perjanjian sebelum
terjadinya sengketa) atau acta kompromis (perjanjian setelah sengketa).
Dalam PBI No.9/19/PBI/2007 disebutkan bahwa penyelesaian sengketa
dapat dilakukan melalui arbitrase syariah selain melalui pengadilan.
Sehingga jika disamakan dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999,
mereka sama-sama mengutamakan asas kebebasan berkontrak untuk
mengakhiri sengketa perbankan syariah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang merupakan
perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, dalam Pasal 49 poin (i) telah dilakukan perubahan penting yang
menyangkut tugas dan kewenangan Peradilan Agama. Perubahan tersebut
memperluas kewenangan Peradilan Agama untuk memeriksa dan memutus
perkara di bidang ekonomi syariah diantara orang-orang yang beragama
Islam atau mereka para pihak yang secara sukarela menundukkan diri
dengan hukum Islam. Kegiatan yang berhubungan dengan ekonomi syariah
3
itu antara lain bank syariah, lembaga keuangan mikro syariah, asuransi
syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah dan surat
berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan
syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan
bisnis syariah.
Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah Pasal 55 disebutkan bahwa:
1. Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama.
2. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa
dilakukan sesuai dengan isi akad.
3. Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah.1
Yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan
isi akad menurut penjelasan Pasal 55 ayat (2) ialah upaya musyawarah,
media perbankan, melalui Badan Arbitrase Syariah (Basyarnas) atau
lembaga arbitrase lain, dan atau melalui pengadilan dalam lingkup Peradilan
Umum.
Peradilan Umum juga memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa
syariah dilihat dari Pasal 50 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang
Peradilan Umum yang menyebutkan bahwa Pengadilan Negeri bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan
perdata ditingkat pertama. Namun setelah dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, kewenangan Peradilan
Umum dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah beralih ke
Peradilan Agama.
1 Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
4
Jika diperhatikan, penyelesaian sengketa perbankan syariah dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan
Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama
terdapat perbedaan dalam hal choise of forum. Dalam Undang-Undang
Perbankan Syariah disebutkan bahwa para pihak dapat menyelesaikan
sengketa diluar Peradilan Agama, sesuai dengan kesepakatan mereka dalam
isi akad. Sedangkan dalam Undang-Undang Peradilan Agama, penyelesaian
sengketa perbankan syariah merupakan kewenangan penuh Pengadilan
Agama. Jika memang sudah ditetapkan Pengadilan Agama sebagai forum
untuk menyelesaikan sengketa perbankan syariah, kenapa masih dibuka
pilihan forum lain dalam ayat (2). Bagi para pencari keadilan, khususnya
nasabah dan perbankan syariah hal ini menjadikan perbedaan penafsiran
karena ketidak pastian hukum. Hal inilah yang menjadikan dualisme
pengaturan penyelesaian sengketa perbankan syariah.
Pada tanggal 29 Agustus 2013 dikeluarkanlah Putusan MK
No.93/PUU-X/2012. Keputusan Mahkamah Konstitusi ini menganulir
penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah bahwa penjelasan tersebut dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat. Pasal tersebut dilakukan uji materi (judicial
review) karena dianggap bertentangan dengan hak konstitusional warga
negara Indonesia untuk mendapat kepastian hukum sebagaimana termuat
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (1) yang berbunyi
“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.2
Putusan tersebut sekaligus memperkuat dan menetapkan Pengadilan
Agamalah yang memiliki kewenangan penuh dalam hal penyelesaian
sengketa perbankan syariah. Sedangkan penyelesaian sengketa sesuai akad
diperbolehkan oleh undang-undang dengan syarat para pihak menyepakati
2 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (1)
5
dalam akad secara tertulis, jelas, dan selama tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah.
Namun hingga saat ini masih banyak perbankan syariah yang tidak
mencantumkan secara jelas dalam akad penyelesaian sengketa yang dipilih
jika suatu saat nanti terjadi sengketa. Pencantuman akad tidak bisa
disepelekan karena tidak adanya pencantuman dalam akad merupakan
kesalahan yang sangat fatal jika menginginkan penyelesaian sengketa
melalui jalur non litigasi. Padahal tidak semua nasabah dan perbankan
syariah menginginkan penyelesaian sengketanya melalui Pengadilan
Agama. Pilihan penyelesaian sengketa perbankan syariah yang diambil oleh
satu perbankan syariah dengan perbankan syariah lainnya berbeda-beda.
Ada perbankan syariah yang memilih musyawarah, ada perbankan syariah
yang memilih Basyarnas, bahkan adapula yang memilih langsung ke
Pengadilan Agama untuk menyelesaikan sengketa. Namun ada pula bank
syariah yang masih memilih Pengadilan Negeri untuk menyelesaikan
sengketa mereka secara litigasi. Dari latar belakang tersebutlah penulis
tertarik untuk meneliti penyelesaian sengketa ekonomi syariah khususnya
perbankan yang digunakan dalam skripsi yang berjudul “Pilihan Forum
Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Sebelum dan Setelah Keluarnya
Putusan MK No.93/PUU-X/2012 (Studi pada Bank Syariah Mandiri KCP
Urip Sumoharjo)”.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Pilihan forum penyelesaian sengketa dalam perbankan syariah
berbeda-beda antara satu perbankan syariah dengan perbankan syariah
lainnya. Hal tersebut terjadi karena beberapa hal, misalnya
pengetahuan perbankan syariah mengenai putusan MK No. 93/PUU-
X/2012, kepedulian perbankan dalam memandang penting atau
tidaknya pencantuman forum penyelesaian sengketa dalam akad, dan
6
sebagainya. Oleh karena itu akan dikumpulkan alternatif-alternatif
sebab terjadinya perbedaan pilihan forum penyelesaian sengketa
perbankan syariah, yang nanti akan diteliti seseuai dengan batasan
kemampuan penulis. Masalah yang dapat diidentifikasi penulis adalah
sebagai berikut:
a. Apakah Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo sudah
mengetahui dan memahami putusan MK No. 93/PUU-X/2012?
b. Forum penyelesaian sengketa apakah yang dipilih oleh Bank
Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo sebelum keluarnya putusan
MK No. 93/PUU-X/2012?
c. Forum penyelesaian sengketa apakah yang dipilih oleh Bank
Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo setelah keluarnya putusan
MK No. 93/PUU-X/2012?
d. Apakah Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo sudah
mengacu atau menerapkan putusan MK No. 93/PUU-X/2012
dalam pemilihan forum penyelesaian sengketa dengan nasabah?
e. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo dalam menentukan pilihan forum
penyelesaian sengketa dengan nasabah?
2. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan maka penulis membatasi
masalah yang akan diteliti, sehingga pembahasannya lebih jelas dan
terarah seperti yang diharapkan penulis. Penelitian dibatasi pada ada
tidaknya pilihan forum Pengadilan Negeri sebagai forum penyelesaian
sengketa Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo dengan nasabah
sebelum keluarnya putusan MK No. 93/PUU-X/2012 dan sudahkah ada
sengketa yang berhasil diselesaikan secara litigasi dalam praktiknya
sebelum dan sesudah keluarnya putusan MK No. 93/PUU-X/2012.
7
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat
permasalahan-permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana implikasi hukum setelah dikeluarkannya Putusan MK
No.93/PUU-X/2012 terhadap penyelesaian sengketa perbankan
syariah?
b. Bagaimana pilihan forum penyelesaian sengketa pada Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo sebelum dan setelah dikeluarkannya
Putusan MK No.93/PUU-X/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui implikasi hukum setelah dikeluarkannya Putusan MK
No.93/PUU-X/2012 terhadap penyelesaian sengketa perbankan
syariah.
2. Mengetahui sekaligus memahami pilihan forum penyelesaian sengketa
yang dipilih oleh Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo sebelum
dan setelah keluarnya putusan MK No.93/PUU-X/2012.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah ilmu dan wawasan bagi mahasiswa maupun
masyarakat yang membaca hasil penelitian ini, khususnya bagi penulis.
2. Memberikan suatu karya ilmiah bagi Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Memberikan pengetahuan bidang Hukum Ekonomi Syariah mengenai
pilihan forum penyelesaian sengketa perbankan syariah.
8
E. Tinjauan (Review) Terdahulu
Penelitian ini dibuat berdasarkan acuan dan keterkaitan teori dari
penelitian-penelitian terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa
penelitian-penelitian terdahulu, bersama dengan persamaan dan perbedaan
yang mendukung penelitian ini:
Afrik Yunari, dalam jurnal yang berjudul Choise of Forum dalam
Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Pasca Terbitnya Putusan
Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-X/2012. Substansi dari jurnal ini adalah
choise of forum dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah sebelum
dan sesudah lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, dan setelah lahirnya Putusan Mahkamah Konstitusi No.
93/PUU-X/2012. Perbedaannya, dalam hal ini penulis menitikberatkan
mengenai choise of forum dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah
setelah lahirnya Putusan Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-X/2012.
Purnama Hidayat Harahap, dalam jurnal yang berjudul Penyelesaian
Sengketa Perbankan Syariah sesuai Isi Akad Berdasarkan Ketentuan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012. Substansi dari
jurnal ini adalah analisis alasan Perbankan Syariah yang masih
menggunakan pengadilan negeri dalam menyelesaikan sengketa perbankan
syariah dan analisis penyelesaian sengketa perbankan syariah dalam praktik
pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012.
Perbedaannya, dalam hal ini penulis menitikberatkan mengenai choise of
forum dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah setelah lahirnya
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-X/2012.
Siti Nurhayati, dalam jurnal yang berjudul Eksistensi Peradilan Agama
Pasca Putusan No.93/PUU-X/2012 tentang Penyelesaian Sengketa
Perbankan Syariah. Substansi dalam jurnal ini adalah Peradilan Agama
merupakan satu-satunya peradilan yang berwenang menyelesaikan sengketa
perbankan syariah khususnya dan ekonomi syariah pada umumnya serta
tidak ada lagi dualisme kewenangan lembaga peradilan antara Pengadilan
9
Agama dan Pengadilan Negeri. Perbedaannya, penulis dalam hal ini penulis
menitikberatkan mengenai choise of forum dalam penyelesaian sengketa
perbankan syariah setelah lahirnya Putusan Mahkamah Konstitusi No.
93/PUU-X/2012.
F. Kerangka Teori
1. Pilihan Forum
Klausul pilihan forum (choise of forum) merupakan salah satu
klausul yang sangat penting diperhatikan dalam pembuatan kontrak.
Klausul ini biasanya diletakkan di akhir kontrak. Pilihan forum
merupakan kesepakatan kedua belah pihak untuk menentukan
dimanakah dan bagaimanakah sengketa mereka akan diselesaikan jika
suatu saat terjadi.
Dalam klausula pilihan forum ini ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan antara lain:
a. Prinsip Kebebasan Para Pihak (Autonomy of the Parties)
Kebebasan para pihak sendirilah yang akan menentukan pilihan
forum apa yang mereka anggap tepat untuk menyelesaikan
sengketa kontrak mereka. Termasuk di dalam kebebasan ini adalah
kebebasan parapihak untuk menggunakan kebebasan tersebut.
b. Prinsip Bonafide
Prinsip ini apa yang telah disepakati para pihak maka kesepakatan
itu harus dihormati dan dilaksanakan dengan iktikad baik. Prinsip
ini juga merupakan suatu bentuk keyakinan bahwa forum yang
dipilihnya merupakan forum yang netral dan adil untuk
menyelesaikan sengketa.
c. Prinsip Prediktabilitas dan Efektivitas
Prinsip berkaitan dengan kewenangan forum tersebut untuk
memeriksa sengketa dan juga forum tersebut dapat menghormati
pilihan hukum para pihak, sedangkan efektivitas berkaitan dengan
10
putusan yang dikeluarkan oleh forum tersebut apakah dapat ditaati
dan dilaksanakan.
d. Prinsip Yuridiksi Ekslusif (Ekslusif Jurisdiction)
Prinsip ini mensyaratkan bahwa pilihan forum seyogyanya tegas,
ekslusif, tidak menimbulkan yurisdiksi ganda.
Pilihan forum penyelesaian sengketa perbankan syariah di tempuh
melalui salah satu dari dua pilihan, yaitu litigasi dan non litigasi.
Litigasi merupakan pilihan forum penyelesaian sengketa yang
diselesaikan melalui pengadilan, sedangkan non litigasi diselesaikan
melalui non pengadilan seperti, musyawarah, mediasi, arbitrase,
konsultasi, negosiasi.3
2. Sengketa Perbankan Syariah
Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa
bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak
puas atau keprihatinannya, baik secara langsung kepada pihak yang
dianggap sebagai penyebab kerugian atau pihak lain.4 Sengketa dalam
perbankan syariah merupakan hal mungkin terjadi antara perbankan
syariah itu sendiri dengan nasabah. Hal tersebut terjadi karena
perbedaan penafsiran, ketidaksesuaian praktik dengan akadnya,
maupun wanprestasi. Sengketa terjadi karena ketidakpuasan para pihak,
biasanya karena tidak terpenuhinya hak dan kewajiban.
Dihubungankan dengan produk-produk pada perbankan syariah,
maka sengketa mungkin saja terjadi dalam hal nasabah merasa bahwa
keuntungan yang diterimanya tidak sesuai atau menyalahi kesepakatan,
nasabah tidak bisa menarik dananya pada waktu yang telah disepakati,
3 Khafidsociality.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 04 April 2018 pukul 00.47 WIB. 4 Rachmadi Usman dalam Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi
Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 166
11
juga dalam hal nasabah merasa dananya digunakan untuk membiayai
proyek yang tidak berdasarkan prinsip syariah.
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pasal 6 ayat (1) menyebutkan
sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan melalui
alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada iktikad baik
dengan cara mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di
pengadilan. Apabila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan, maka
atas kesepakatan tertulis antara nasabah dengan perbankan syariah,
sengketa dapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih
penasihat ahli atau melalui mediator.
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah dapat disimpulkan bahwa sengketa perbankan
syariah adalah permasalahan yang timbul karena perbedaan penafsiran,
ketidaksesuai praktik dengan akad, wanprestasi, maupun tidak
terpenuhinya hak dan kewajiban antara perbankan syariah dengan
nasabah yang menimbulkan rasa ketidakpuasan antara mereka.
3. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Indonesia
a. Ash-Shulhu
Dalam terminologi Islam, ash shulhu berarti memutus
pertengkaran atau perselisihan secara damai. Allah Subhanahu wa
ta’ala telah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 9 yang artinya:
“jika dua golongan orang beriman bertengkar, damaikanlah
mereka. Tetapi jika salah satu dari kedua (golongan) berlaku
aniaya terhadap yang lain, maka perangilah orang yang
menganiaya sampai kembali ke jalan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Tetapi apabila ia telah kembali, damaikanlah keduanya dengan
12
adil, dan bertindaklah benar, sungguh Allah mencintai orang-
orang yang berlaku adil”
Ayat diatas menunjukkan bahwa Islam telah menganjurkan
perdamaian bagi orang yang berselisih atau bersengketa.
Perdamaian bisa dilakukan oleh kedua belah pihak maupun melalui
bantuan pihak ketiga. Dengan perdamaian diharapkan solusi dari
permasalahan tersebut secara cepat dan hubungan baik antara
kedua belah pihak yang berperkarapun tetap terjalin.
b. Tahkim
Tahkim berarti meredam pertikaian, tahkim adalah mengangkat
pihak ketiga untuk membantu dua pihak yang sedang berselisih
untuk mendamaikan para pihak yang berselisih. Sementara itu,
secara terminologi, definisi yang dikemukakan Salam Madzku,
tahkim atau hakam adalah pengangkatan seseorang atau lebih
sebagai wasit atau juru damai oleh dua orang atau lebih yang
bersengketa, guna menyelesaikan perkara yang mereka
perselisihkan secara damai.5 Pengertian tahkim hampir sama
dengan arbitrase dalam hukum positif.
c. Litigasi
Litigasi adalah proses penyelesaian perselisihan hukum di
pengadilan di mana setiap pihak yang bersengketa mendapat
kesempatan untuk mengajukan gugatan dan bantahan. Dalam
litigasi para pihak ditempatkan saling berlawanan satu sama lain.
Jalur litigasi ditempuh setelah penyelesaian secara damai tidak
membuahkan hasil. Penyelesaian sengketa ekonomi syariah, salah
satunya sengketa perbankan syariah melalui jalur litigasi yang
berwenang menyelesaikannya adalah Pengadilan Agama. Hal ini
5 Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama), hlm.
98.
13
berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Peradilan Agama.
Jika terjadi perselisihan atau sengketa dalam praktik perjanjian,
maka harus diselesaikan secara syariah di peradilan syariah oleh
hakim yang menguasai ekonomi syariah. Orang boleh
berkesimpulan, lembaga yang cocok untuk menyelesaikan
sengketa perbankan syariah adalah musyawarah, mediasi, ataupun
arbitrase. Namun secara konstitusional ditegaskan bahwa prinsip
penegakan hukum di Indoenesia hanya bisa dilakukan oleh sebuah
kekuasaan kehakiman sebagaimana disebutkan Pasal 24 UUD
1945.
Dengan demikian, lembaga yang berwenang memeriksa dan
mengadili sengketa perbankan syariah di Indonesia adalah badan
peradilan di bawah kekuasaan kehakiman yaitu Pengadilan Agama.
Kewenangan Pengadilan Agama meliputi: memeriksa, memutus
dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang
yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah,
wakaf, zakat, infaq, sadakah, dan ekonomi syariah.6 Sedangkan
lembaga mediasi maupun arbitrase hanya sebagai alternatif yang
bisa membentu jalannya peradilan.
c. Non Litigasi
Non litigasi adalah proses penyelesaian sengketa di luar
pengadilan. Jalur non litigasi dikenal dengan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pasal
1 ayat (10) disebutkan bahwa Alternatif Penyelesaian Sengketa
(Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga penyelesaian
6 Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2014), hlm. 25
14
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, atau penilaian para ahli.
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah, salah satunya perbankan
syariah melalui jalur non litigasi dapat diselesaikan melalui
musyawarah dan lembaga alternatif penyelesaian sengketa, salah
satu diantaranya adalah Basyarnas (Badan Arbitrase Syariah
Nasional). Dalam perspektif Islam, arbitrase dapat disepadankan
dengan istilah tahkim. Tahkim berasal dari kata hakkama, secara
etimologis berarti menjadikan seseorang sebagai pencegah suatu
sengketa.7 Jalur non litigasi merupakan cara yang tepat untuk
menyelesaikan sengketa perbankan syariah khususnya karena
selain waktunya yang lebih cepat daripada jalur litigasi,
kerahasiaannyapun terjamin. Namun terkadang kelemahan dari
jalur non litigasi adalah biayanya yang relatif mahal.
4. Permasalahan Nasabah dengan Kredit Perbankan
Bank syariah sebagai intermediasi antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, memiliki dua
fungsi, yaitu sebagai pengumpulan dana dan penyaluran dana.
Penyaluran dana yang dilakukan oleh perbankan syariah disebut
pembiayaan. Misalnya, pembiayaan dengan prinsip jual beli yang
ditujukan untuk pembelian barang, sedangkan prinsip sewa digunakan
untuk mendapatkan jasa.
Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah yang dalam
pelaksanaan pembayaran pembiayaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal
seperti pembiayaan yang tidak lancar, serta pembiayaan tersebut tidak
7 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), hlm.393
15
menepati jadwal angsuran. Sehingga hal-hal tersebut memberikan
dampak negatif bagi kedua belah pihak, (debitur dan kreditur).8
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti
dihadapi oleh setiap bank. Risiko ini sering disebut dengan risiko kredit.
Hal ini terjadi karena ketidak mampuan untuk membayar angsuran atau
ketidak mauan untuk melunasi pembayaran yang telah disepakati
sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya
collateral debitur tetapi juga termasuk character debitur.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang eksploratoris, karena tujuan
dari penelitian ini adalah memberikan pengetahuan mengenai mekanisme
dan kebijakan dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah. Metode
penelitian ini dijelaskan dengan jenis penelitian, pendekatan, sumber data,
metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah yang peneliti ambil, maka penelitian
ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Sifat
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengadakan
perhitungan matematis, statistik dan lain sebagainya, melainkan
menggunakan penekanan penekanan ilmiah.9
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Penelitian
normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau
cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Pendekatan masalah yang
diteliti dengan mendasarkan pada semua aturan perundang-undangan
8 Danifsunny.blogspot.com, diakses pada tanggal 03 April 2018, pukul 10.20 WIB. 9 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosyada
Karya, 1997), hlm. 6
16
yang belaku di Indonesia yang mengatur masalah penyelesaian sengketa
perbankan syariah dan kekuasaan kehakiman.
3. Sumber Data
Di dalam metode penelitian hukum normatif, terdapat tiga macam
bahan yang digunakan, yaitu:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat
atau yang membuat orang taat pada hukum seperti perundang-
undangan dan putusan hakim. Bahan hukum primer yang
digunakan dalam penulisan ini adalah Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 93/PUU-X/2012, Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tetang
Peradilan Agama.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang tidak
mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer, yang
merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli
yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus, misalnya
buku-buku ilmu hukum, khususnya mengenai hukum penyelesaian
sengketa dan hukum perbankan syariah, bahan kuliah, jurnal
hukum, media internet, maupun literatur-literatur yang berkaitan
dengan penelitian atau masalah yang akan dibahas.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, dengan
memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum
lainnya, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus
Hukum.
17
5. Metode Pengumpulan Data
a. Library Research (studi pustaka) dengan menggunakan bahan
pustaka sebagai sumber data utama. Bahan pustaka yang
digunakan adalah Putusan Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-
X/2012, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, dan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tetang Peradilan Agama.
b. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.10 Wawancara
tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab dengan Marketing
Manajer Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo.
6. Metode Analisis Data
Analisis data yaitu suatu cara yang dipakai untuk menganalisa,
mempelajari serta mengolah kelompok data tertentu, sehingga dapat
diambil suatu kesimpulan yang konkret tentang permasalahan yang
diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang suatu gejala tertentu.11 Dari gambaran ini dapat diperoleh data
yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan data yang
ada, yang akhirnya diambil kesimpulan.
H. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penulisan ini menjadi lebih terarah, maka
diperlukan sistematika yang yang dibagi menjadi lima bab. Adapun
susunannya adalah sebagai berikut:
10 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), hlm. 72. 11 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, cet.
Kedua, hlm. 104.
18
Bab Satu merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
penulian skripsi, rumusan masalah yang terdiri dari beberapa pertanyaan,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, review (tinjauan) terdahulu, kerangka
teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab Dua diuraikan tentang kerangka teori dan kajian pustaka. Kerangka
teori berupa teori sengketa perbankan syariah dan teori penyelesaian
sengketa perbankan syariah. Kajian pustaka merupakan kajian terhadap
penelitian terdahulu.
Bab Tiga merupakan hasil laporan penelitian yang tediri dari gambaran
umum mengenai Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo yang diawali
dengan visi, misi, tujuan, dan produk-produk pembiayaannya. Kemudian
dilanjutkan dengan pilihan forum penyelesaian sengketa perbankan syariah
dan alasan atau pertimbangan dalam memilih forum penyelesaian sengketa
tersebut.
Bab Empat merupakan analisis data dan pembahasan terhadap pilihan
forum penyelesaian sengketa perbankan syariah di Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo serta faktor-faktor atau alasan pertimbangan dalam
pemilihan forum penyelesaian sengketa tersebut
Bab Lima merupakan penutup yaitu rangkaian akhir dari penelitian yang
berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan adalah jawaban
secara singkat dari rumusan-rumusan masalah. Dalam bab ini berisi
rekomendasi terhadap hasil penelitian dan harapan peneliti terhadap semua
pihak yang berkompeten dalam masalah yang diteliti agar agar penelitian
yang telah dilakukan peneliti memberikan manfaat.
19
BAB II
PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
A. Sengketa Perbankan Syariah
Sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat,
pertengkaran, perbantahan.1 Sengketa merupakan suatu perbedaan atau
pertentangan antara dua pihak atau lebih. Setiap kegiatan ekonomi syariah
selalu terdapat kemungkinan terjadinya sengketa, khususnya perbankan
syariah.
Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa
bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas
atau keprihatinannya, baik secara langsung kepada pihak yang dianggap
sebagai penyebab kerugian atau pihak lain.2 Sengketa dalam perbankan
syariah merupakan hal mungkin terjadi antara perbankan syariah itu sendiri
dengan nasabah. Hal tersebut terjadi karena perbedaan penafsiran,
ketidaksesuaian praktik dengan akadnya, maupun wanprestasi. Sengketa
terjadi karena ketidakpuasan para pihak, biasanya karena tidak terpenuhinya
hak dan kewajiban.
Sengketa perbankan syariah di sini maksudnya adalah perbedaan
kepentingan di antara dua pihak atau lebih dalam perbankan syariah yang
mengakibatkan terjadinya kerugian bagi pihak atau pihak-pihak tertentu dan
perbedaan kepentingan atau kerugian tersebut dinyatakan kepada pihak
yang dianggap menjadi penyebab kerugian atau kepada pihak lain, dan
pihak lain tersebut memberikan pendapat yang berbeda.3
Dalam produk pengumpulan dana perbankan syariah seperti produk
wadiah dan mudarabah, sengketa mungkin saja terjadi bila salah satu pihak
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia 2 Rachmadi Usman dalam Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi
Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 166. 3 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009), hlm. 166.
20
merasa tidak puas dengan pihak lainnya. Misalnya, nasabah merasa dananya
digunakan oleh bank untuk investasi yang tidak sesuai syariah, nasabah
tidak bisa menarik dananya pada waktu yang ditentukan, nasabah merasa
keuntungan yang didapatkannya tidak wajar.
Dalam produk-produk pembiayaan perbankan syariah, sengketa juga
mungkin terjadi pada produk mudarabah. Misalnya, bank sebagai shahibul
maal membebankan kerugian kepada mudharib selaku nasabah. Padahal
mudharib merasa sudah melaksanakan usahanya dengan sungguh-sungguh
dan jujur. Musyarakahpun bisa timbul sengketa bila masing-masing pihak
merasa mitranya tidak jujur dalam menjalankan usaha mereka bersama
sehinga bisa menimbulkan kerugian.
B. Permasalahan Nasabah pada Pembiayaan Perbankan
1. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank syariah, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang memerlukan pembiayaan baik untuk komersial maupun
nonkomersial atau menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat.4
Pembiayaan merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi dalam
perbankan sebagai salah satu bentuk pembiayaan bank untuk kebutuhan
modal kerja, investasi maupun yang bersifat konsumtif.
Pembiayaan dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Pembiayaan modal kerja
Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan
modal kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang,
melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan
nasabah, di mana bank bertindak sebagai penyandang dana
(shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha
4 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. viii.
21
(mudharib). Skema pembiayaan semacam ini disebut dengan
mudharabah (trust financing). Fasilitas ini dapat diberikan
untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara
periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo,
nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi
hasil (yang belum dibagikan) yang menjadi bagian bank.5
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi biasanya diberikan untuk keperluan
penambahan modal guna mengadakan rahabilitasi, perluasan
usaha, ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri pembiayaan
investasi biasanya untuk pengadaan barang modal, perencanaan
alokasi dana yang matang dan terarah, serta berjangka waktu
menengah dan panjang.
Skema yang digunakan bank biasanya musyarakah
muntanaqisah. Bank memberikan pembiayaan dengan prinsip
penyertaan yang secara bertahap akan dilepaskan oleh bank dan
nasabah akan mengambil alih kembali. Baik dengan surplus
cash flow atau dengan menambah modal.
Skema lain yang digunakan adalah ijarah muntahiya bit
tamlik yaitu menyewakan barang modal dengan diakhiri
kepemilikan oleh nasabah.
c. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif digunakan oleh nasabah untuk
memenuhi kebutuhan konsumsinya dan akan habis terpakai
untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
Akad pembiayaan murabahah adalah pembiayaan transaksi jual beli
barang sebesar harga perolehan barang ditambah margin keuntungan
yang disepakati para pihak (penjual dan pembeli). Besar margin
5 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hlm. 161-162.
22
keuntungan dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah atau dalam
bentuk persentase dari harga pembeliannya.6 Pembiayaan murabahah
diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan kendaraan bermotor,
pemilikan rumah, pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja.
Pembiayaan mudharabah merupakan transaksi investasi pada suatu
usaha di mana bank sebagai penyedia modal dan nasabah memberikan
keahlian untuk menjalan suatu usaha tertentu dengan bagi hasil. Contoh
pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan modal kerja, pembiayaan
investasi.
Pembiayaan musyarakah merupakan transaksi penanaman modal
dari bank kepada nasabah sebagai pengelola usaha untuk menjalan
suatu kegiatan usaha denga porsi bagi hasi yang telah disepakati.
Contoh, pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja.
Pembiayaan ijarah merupakan akad transaksi pemanfaatan hak guna
tanpa diikuti perpindahan kepemilikan di akhir. Pembiayaan dengan
akad ini merupakan pembiayaan dari bank kepada nasabah untuk sewa
menyewa suatu barang atau jasa. Bank mendapatkan imbalan atas objek
sewa yang dimanfaatkan oleh nasabah. Pembiayaan dengan akad ijarah
muntahiya bi tamlik hampir sama dengan ijarah, hanya saja di ijarah
muntahiya bi tamlik di akhir masa sewa diakhiri dengan perpindahan
kepemilikan dari bank kepada nasabah.
Dalam fasilitas pembiayaan dirumuskan klausula-klausula sebagai
bentuk prestasi dan kontra prestasi yang harus dilakukan oleh kedua
belah pihak. Klausula sangat penting bagi pihak bank untuk menjamin
pengembalian pembiayaan oleh nasabah tepat waktu.
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu penyebab sengketa
perbankan syariah. Pemberian pembiayaan oleh bank memiliki risiko
6 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama), 2015, hlm. 96.
23
kemacetan meskipun telah dilakukan analisis sebelumnya. Banyak
faktor penyebab pembiayaan macet, diantaranya kesalahan pengguna
pembiyaan, manajemen yang buruk, dan kondisi perekonomian juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan bayar debitur.
Permasalahan pokok pembiayaan bermasalah adalah ketidak-
sediaan debitur untuk melunasi atau ketidak-sanggupan untuk
memperoleh pendapatan yang cukup untuk melunasi pembiayaan seperti
yang telah disepakati dengan bank. Permasalahan debitur sebagian besar
berupa ingkar janji (wanprestasi). Selanjutnya wanprestasi dapat berupa
empat kategori yaitu:
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
b. Melakukan apa yang dijanjikan namun hanya sebagian;
c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Faktor internal penyebab pembiayaan bermasalah yang disebabkan
oleh nasabah antara lain:
a. Karakter nasabah yang memang tidak baik;
b. Kecerobohan nasabah dalam mengelola usaha;
c. Kelemahan kemampuan nasabah dalam mengelola usaha;
d. Bencana atau musibah menimpa nasabah;
e. Manajemen usaha nasabah yang tidak bagus.
Faktor internal penyebab pembiayaan bermasalah yang disebabkan
oleh pihak bank antara lain:
a. Sumber daya manusia yang kurang profesional;
b. Kebijakan pembiayaan yang lemah;
c. Kelemahan analisis pembiayaan;
d. Kelemahan dalam mengelola dokumen pembiayaan.
Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yaitu:
24
a. Situasi ekonomi globalisasi yang berdampak pada perubahan kurs
mata uang;
b. Situasi politik yang merugikan misalnya, gejolak sosial, perubahan
kepemimpinan;
c. Peraturan pemerintah yang merugikan.
Dalam pembiayaan bermasalah ada juga penggolongan kualitas
pembiayaan menurut Pasal 4 SK Direktur BI No. 39/267/Kep/Dir
tanggal 27 Februari 1998, sebagai berikut:
a. Pembiayaan lancar (pass) yaitu apabila memenuhi kriteria:
1) Pembayaran angsuran pokok tepat;
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif;
3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai.
b. Pembiayaan dalam perhatian khusus (special mention)
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ bunga yang belum
melampaui 90 hari;
2) Kadang-kadang terjadi cerukan;
3) Mutasi rekening relatif aktif;
4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;
5) Didukung oleh pinjaman baru.
c. Pembiayaan kurang lancar (substandard)
1) Dokumentasi pinjaman yang lemah;
2) Terdapat tunggakan angsuran pokok bagi hasil;
3) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur;
4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang dipenjanjikan lebih
dari 90 hari;
5) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.
d. Pembiayaan yang diragukan (doubtful)
1) Dokumen hukum lemah baik untuk diperjanjikan pembiayaan
atau peningkatan jaminan;
2) Terdapat tunggakan angsuran pokok;
25
3) Terjadi cerukan yang bersifat permanen;
4) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
e. Pembiayan macet (bad-debt)
1) Keraguan operasional ditutup dengan pinjaman baru;
2) Dari segi hukum atau kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar;
3) Terdapat tunggakan angsuran pokok.
Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang berada dalam golongan kurang lancar (golongan III),
golongan diragukan (golongan IV), dan golongan macet (golongan V).
2. Manajemen Risiko Untuk Meminimalisir Pembiayaan Bermasalah
Bank harus mampu menyalurkan pembiayaan jika dana yang
terhimpun dari simpanan banyak. Jika tidak mampu maka dana banyak
akan menganggur (idle money) dan hal ini menyebabkan bank tersebut
rugi. Oleh karena itu pengelolaan pembiayaan harus direncanakan
sebaik-baiknya. Kegiatan pengelolaan pembiayaan dikenal dengan
istilah manajemen risiko.
Langkah yang ditempuh bank dalam dalam manajemen pembiayaan
untuk menjaga kualitas aktiva produktif dan meminimalisir
pembiayaan bermasalah dengan melakukan penyelamatan pembiayaan.
Langkah-langkah yang ditempuh berupa:7
a. Penjadwalan Kembali (Recheduling)
1) Memperpanjang jangka waktu pembiayaan
Dalam hal ini debitur diberi keringanan dalam masalah
jangka waktu pembiayaan misalnya perpanjangan jangka
waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi 1 tahun sehingga
debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk
mengembalikannya.
7 Ibrahim JOHANNES, Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian
Kredit Bermasalah (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), hlm.116.
26
2) Memperpanjang jangka waktu angsuran
Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka
waktu pembiayaan. Dalam hal ini jangka waktu angsuran
pembiayaannya diperpanjang, pembayarannya pun misalnya
dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah
angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan
jumlah angsuran
b. Menetapkan Persyaratan Baru (Reconditioning)
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada, untuk
mempermudah debitur dalam mengembalikan pembiayaan pada
bank.
c. Restrukturisasi (Restructuring)
Salah satu bentuk upaya penyelamatan yang dilakukan bank
terhadap nasabah yang mulai mengalami kesulitan adalah
restrukturisasi. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya
perbaikan yang dilakukan oleh bank terhadap nasabah pembiayaan
yang berpotensi atau mengalami kesulitan memenuhi
kewajibannya.
Restrukturisasi dilakukan untuk membantu nasabah
pembiayaan dalam mengatasi kesulitan usaha yang dihadapi
sehingga nasabah pulih atau mampu kembali dalam memenuhi
kewajibannya.
Restrukturisasi dilakukan terhadap nasabah dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Nasabah berpotensi atau telah mengalami kesulitan
pembayaran kewajiban;
2) Nasabah memiliki itikad baik dan kooperatif;
3) Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan
mampu memenuhi kewajiban setelah pembiayaan
direstrukturisasi.
27
Restrukturisasi dapat dilakukan antara lain dengan
perpanjangan jangka waktu pembiayaan, pengurangan
tunggakan pokok pembiayaan, penambahan fasilitas
pembiayaan.
C. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Berdasarkan Hukum Islam
dan Undang-Undang
1. Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Islam
a. Ash-shulhu (Perdamaian)
Dalam terminologi Islam, ash shulhu berarti memutus
pertengkaran atau perselisihan secara damai. Konsep perdamaian
merupakan cara yang paling utama dan paling efektif untuk
menyelesaikan sengketa dalam Islam. Islam adalah agama yang
mengutamakan perdamaian sehingga jika suatu pertikaian atau
sengketa terjadi, cara yang ditempuh pertama kali adalah dengan
cara damai.
Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam Surat Al-
Hujurat ayat 9 yang artinya:
“jika dua golongan orang beriman bertengkar, damaikanlah
mereka. Tetapi jika salah satu dari kedua (golongan) berlaku
aniaya terhadap yang lain, maka perangilah orang yang
menganiaya sampai kembali ke jalan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Tetapi apabila ia telah kembali, damaikanlah keduanya dengan
adil, dan bertindaklah benar, sungguh Allah mencintai orang-
orang yang berlaku adil”
Dengan mengutamakan perdamaian, maka diharapkan dapat
mencegah dari pertikaian atau permusuhan yang dapat
mendatangkan kehancuran. Pengertian perdamaian dalam Pasal
1851 KUH Perdata adalah suatu perjanjian dengan mana kedua
belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu
28
barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau
mencegah timbulnya suatu perkara.
Perdamaian dalam menyelesaikan suatu sengketa biasanya
dilakukan dengan cara musyawarah antara pihak-pihak yang
besengketa baik secara langsung atau tidak langsung. Sengketa yang
didamaikankan pun cakupannya sangat luas. Salah satunya adalah
dalam hal sengketa ekonomi syariah. Saat ini sengketa yang sering
diselesaiakan dengan ash-shulhu adalah sengketa perbankan syariah.
Menyelesaikan sengketa dengan cara perdamaian lebih efektif
karena selain menjaga kerahasiaaan sengketa juga mengurangi
timbulnya biaya-biaya. Sehingga konsep ash-shulhu masih selalu
dijadikan pilihan utama dalam menyelesaikan sengketa khususnya
sengketa perbankan syariah
b. Tahkim (Arbitrase)
Dalam perspektif Islam, “arbitrase” dapat dipadankan dengan
istilah “tahkim”. Tahkim sendiri berasal dari kata “hakkama”. Secara
etimologi, tahkim berarti menjadikan seseorang sebagai pencegah
suatu sengketa.8 Secara umum, tahkim hampir sama dengan
arbitrase, yaitu menunjuk atau mengangkat seseorang atau lebih
sebagai penengah atau wasit oleh dua orang atau lebih yang
berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya secara damai.
Arbitrase telah dikenal dalam Islam sejak zaman dahulu.
Meskipun belum ada lembaga peradilan secara khusus, setiap
perselisihan yang terjadi seperti hak waris dan lain sebagainya,
sering diselesaikan dengan cara menunjuk seseorang atau lebih yang
dipercaya dapat menjadi penengah dalam menyelesaikan
perselisihan mereka.
Nabi Muhammad sering menjadi mediator dalam berbagai
perselisihan yang terjadi di Mekah maupun Madinah. Seiring dengan
8 Liwis Ma’luf dalam Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Peradilan
Agama, (Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GRUP, 2012), hlm. 429
29
perkembangan kota Mekah dan Madinah sebagai pusat kota
perdagangan, para sahabatpun ditunjuk untuk menjadi mediator
dalam menyelesaikan perselisihan di kota Mekah dan Madinah.
Dasar hukum tahkim diambil dalam Surat An-Nisa’ ayat 128.
Artinya:
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak
acuh dari suaminya, maka tidak mengapa keduanya mengadakan
perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik
(bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, dan
jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara
dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. An-Nisa’
: 128).
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase
adalah suatu cara penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Selanjutnya dalam
ketentuan pasal satu ayat (8), disebutkan bahwa lembaga arbitrase
adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut
juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu
hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.9
Sehingga dapat disimpulkan bahwa arbitrase adalah suatu cara
penyelesaian sengketa perdata oleh pihak ketiga yang disepakati atau
ditunjuk oleh kedua belah pihak, baik sebelum atau sesudah sengketa
terjadi. Kelebihan arbitrase antara lain proses yang cepat, kebebasan
memilih arbiter yang disukai, kerahasiaan terjaga, kebebasan dalam
9 Lihat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
30
memilih hukum yang akan dipakai, serta keputusan bersifat final and
binding.
Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa disebutkan bahwa
sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa
di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh kedua pihak yang
bersengketa. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui
arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-
undangan dengan tidak dapat diadakan perdamaian.
Basyarnas (Badan Arbitrase Syari’ah Nasional) merupakan
lembaga arbitrase yang bertugas menyelesaian sengketa perdata
secara syariah di Indonesia. Basyarnas merupakan badan yang
berada di bawah MUI dan merupakan perangkat organiasi MUI.
Basyarnas dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya bersifat otonom
dan independen.
2. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Berdasarkan Undang-
Undang
a. Sebelum Lahirnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
Untuk mempertahankan perkembangan perbankan syariah yang
semakin pesat, dukungan hukum terdapat perbankan syariah
sagatlah diperlukan. Salah satu aspek hukum yang penting untuk
diperhatikan adalah mengenai penyelesaian sengketa perbankan
syariah yang mungkin terjadi antara bank dengan nasabah, antar
bank, maupun pemangku kepentingan (stokeholders).
Di Indonesia, forum yang berwenang untuk menyelesaikan
sengketa perbankan syariah adalah Pengadilan Agama. Sejak tahun
2006, dengan diamendemennya Undang-Undang No. 7 Tahun 1989
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama.
31
Kewenangan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan sengketa
ekonomi syariah mulai diatur seiring dengan perkembangan
ekonomi syariah di Indonesia yang meningkat pesat. Hal ini terlihat
dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama yang belum mengatur tentang penyelesaian sengketa
ekonomi syariah. Baru pada tahun 1990-an muncul lembaga-
lembaga keuangan syariah di Indonesia yang semakin berkembang.
Hal inilah yang menyebabkan dibutuhkannya penegasan dan
pengaturan lembaga yang memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah khususnya perbankan
syariah.
Dapat kita lihat bahwa Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009
dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menjelaskan mengenai
kewenangan Pengadilan Agama yang semakin luas di bandingkan
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989. Selain memiliki
wewenang menyelesaikan masalah perkawinan, waris, dan wakaf,
kini para hakim di pengadilan agama memiliki tanggung jawab
menyelesaikan perkara ekonomi syariah.
Disamping berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam
di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, dan
shadaqah, Pengadilan Agama juga berwenang untuk memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi syariah
(Pasal 49 ayat (i) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006). Dalam
penjelasannya, yang dimaksud dengan “ekonomi syariah” adalah
“perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip
syariah, antara lain meliputi : (a). bank syarih, (b). lembaga
keuangan mikro syariah, (c). asuransi syariah, (d). reasuransi
syariah, (e). reksa dana syariah, (f). obligasi syariah dan surat
berharga berjangka menengah syariah, (g). sekuritas syariah; (h).
32
pembiayaan syariah’ (i). pegadaian syariah; (j). dana pensiunan
lembaga keuangan syariah’ (k). bisnis syariah.
Dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menjadi dua ayat,
sebagai berikut:
1) Dalam hal terjadi sengketa hak milik atau sengketa lain dalam
perkara yang menjadi kewenangan Peradilan Agama, khusus
mengenai objek sengketa tersebut harus diputus terlebih dahulu
oleh peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum;
2) Apabila terjadi sengketa hak milik yang subjek hukumnya
orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut
diputuskan oleh Peradilan Agama bersama-sama perkara yang
sedang diperiksa.
Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa Pengadilan
Agama berwenang menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, salah
satunya adalah perbankan syariah.
b. Setelah Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah dalam Pasal 55 ayat (1), memperkuat kembali pernyataan
bahwa penyelesaian sengketa perbankan syariah dilakukan oleh
Pengadilan Agama. Namun, Pasal 55 ayat (2) memberi peluang
kepada para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan
perselisihan mereka di luar Pengadilan Agama apabila disepakati
bersama-sama dalam isi akad.
Sengketa perbankan syariah menurut pasal ini dapat diselesaikan
melalui musyawarah, mediasi, Basyarnas, atau lembaga arbitrase
lainya, dan melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
Karena adanya beberapa pilihan tersebut, maka peradilan agama
tidak mempunyai kompetensi absolut dalam menyelesaikan
sengketa perbankan syariah seperti halnya yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006.
33
Penyelesaian sengketa perbankan syariah melalui musyawarah,
mediasi, Basyarnas, atau lembaga arbitrase lainya tidak masalah
untuk dilakukan. Namun, masalah akan timbul saat Pengadilan
Negeri diberikan kewenangan yang sama seperti Pengadilan Agama
dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah. Hal ini
menyebabkan terjadinya dualisme kewenangan dan tumpang tindih,
serta ketidakpastian hukum dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang sama oleh dua peradilan yang berbeda. Padahal,
dalam Pasal 49 ayat (i) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Peradilan Agama menyebutkan bahwa sengketa perbankan
syariah merupakan kewenangan Pengadilan Agama.
Karena ketidakpastian hukum tersebutlah maka Dadang
Achmad, Direktur CV Benua Engineering Consultant, mengajukan
judicial review ke Mahkamah Agung. Dadang memohon
pembatalan Pasal 55 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dadang beralasan bahwa
pasal tersebut bertentangan dengan Pasal 28 UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi membuat putusan perkara Nomor
93/PUU-X/2012 pada tanggal 29 Agustus 2012. Putusan tersebut
mengabulkan permohonan Dadang sebagian, yang menyatakan
bahwa penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bertentangan dengan Pasal
28 UUD 1945.
c. Pasca Putusan MK No. 93/PUU-X/2012
Setelah keluarnya Putusan MK No. 93/PUU-X/2012, maka tidak
ada lagi dualisme penyelesaian sengketa perbankan syariah antara
Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri. Pengadilan Agamalah
yang menjari satu-satunya pilihan forum penyelesaian sengketa
perbankan syariah.
Putusan ini semakin menguatkan eksistensi Pengadilan Agama,
terdapat tantangan baru bagi Pengadilan Agama, karena ekonomi
34
syariah secara umum, dan perbankan syariah secara khusus masih
merupakan hal baru yang sangat kompleks permasalahannya.
Kualitas dan pemahaman para hakim di Pengadilan Agama harus
diasah dan ditingkatkan lagi, agar cakap dalam memutuskan
sengketa perbankan syariah khususnya dan ekonomi syariah
umumnya.
Para hakim harus membuktikan kecakapannya dengan
menguasai teori maupun praktik mengenai ekonomi syariah agar
keraguan dari pihak-pihak yang meragukan kemampuan hakim
dalam menyelesaiakan sengketa perbankan syariah bisa dihilangkan.
Salah satunya dengan diadakannya pelatihan-pelatihan maupun
seminar-seminar mengenai ekonomi syariah.
D. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui
Litigasi dan Non Litigasi
1. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah melalui Litigasi
Sejalan dengan ruang lingkup kompetensi absolut lingkungan
Pengadilan Agama yang tidak hanya berwenang dalam menangani
perkara-perkara di bidang hukum keluarga saja, melainkan perkara-
perkara di bidang ekonomi syariah pada umumnya, dan perbankan
syariah khususnya, maka hukum acara yang ditetapkan undang-undang
berlaku bagi Pengadilan Agama dan harus dipahami oleh aparatnya
(terutama hakim).
Penyelesaian sengketa perbankan syariah dilakukan sesuai dengan
isi akad yang telah disepakati, misalnya musyawarah, arbitrase,
Basyarnas atau di bawa ke Pengadilan Agama. Pada umumnya pihak
bank sudah memiliki pilihan penyelesaian sengketa yang akan
ditempuh jika terjadi sengketa, baru kemudian di utarakan ke pihak
nasabah melalui kontrak atau akad. Jika nasabah keberatan dengan
forum penyelesaian pilihan bank, maka kedua belah pihak harus
35
mencari forum lain yang mereka berdua sepakati, agar tidak
menimbulkan masalah dikemudian hari.
Setiap perkara perdata yang di ajukan ke pengadilan, dalam hal ini
perkara perbankan syariah yang diajukan ke Pengadilan Agama,
Pengadilan Agama tidak punya pilihan selain harus menyelesaikannya.
Pengadilan Agama tidak boleh menolak mengadili perkara yang
diajukan kepadanya dengan alasan hukum tidak ada ataupun tidak jelas.
Terhadap perkara perbankan syariah yang diajukan ke Pengadilan
Agama, ada dua kemungkinan, yaitu: Pertama, diselesaikan melalui
perdamaian, atau apabila upaya damai itu tidak berhasil; Kedua,
diselesaiakan melalui proses persidangan (litigasi) seperti biasa sesuai
dengan hukum acara perdata yang berlaku. Kedua cara inilah yang akan
ditempuh Pengadilan Agama dalam menyelesaikan perkara perdata di
bidang perbankan syariah khususnya, dan ekonomi syariah umumnya.
Hakim dituntut mempelajari terlebih dahulu perkara secara cermat
untuk mengetahui substansi dari sengketa perbankan syariah, guna
menentukan arah jalannya pemeriksaan perkara tersebut dalam proses
persidangan nantinya. Sejak kewenangan Pengadilan Agama
bertambah yaitu dalam menyelesaikan perkara ekonomi syariah, maka
kompetensi dan kualitas pengetahuan hakim juga perlu ditingkatkan,
karena permasalahan ekonomi syariah masih terbilang baru dan
kompleks.
Hakim harus memastikan terlebih dahulu apakah perkara tersebut
termasuk perjanjian yang mengandung klausula arbitrase atau bukan,
karena untuk menghindari pengadilan memeriksa dan mengadili
perkara yang bukan merupakan kewenangan absolutnya. Jika perkara
tersebut ternyata merupakan sengketa perjanjian yang mengandung
klausula arbitrase, maka tidak perlu lagi hakim melanjutkannya dengan
mengupayakan perdamaian karena jelas perkara tersebut tidak
termasuk wewenang absolut lingkungan Pengadilan Agama. Termasuk
36
dalam hal mengupayakan perdamaiannya, Pengadilan Agama tidak
berwenang.10
Setiap perkara di bidang ekonomi syariah khususnya perbankan
syariah tidak akan terlepas dari sengketa yang terjadi antara pihak bank
syariah dan nasabah mengenai kerjasama atau kegiatan usaha yang
dilakukan para pihak. Setiap kerjasama atau kegiatan usaha selalu
mempunyai dan didasari oleh suatu perjanjian (akad) yang sebelumnya
telah disepakati oleh kedua belah pihak. Oleh karena itu fokus
pemeriksaan dalam hal ini adalah isi perjanjian atau akad, agar hakim
tidak salah dalam memeriksa dan memutus perkara.
Penyelesaian perkara perbankan syariah di Pengadilan Agama
dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata sebagaimana
yang berlaku di lingkungan Pengadilan Umum. Maksudnya, setelah
upaya damai tidak berhasil maka hakim akan melanjutkan proses
pemeriksaaan perkara tersebut di persidangan sesuai dengan ketentuan
hukum acara perdata.
2. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Non Litigasi
Setiap sengketa yag terjadi selalu menuntut pemecahan atau
penyelesaian yang cepat untuk mendapatkan yang solusi dan biayanya
pun terjangkau. Langkah awal yang perlu dilakukan ketika hendak
menyelesaikan perselisihan, ialah melalui cara damai. Upaya damai
biasanya ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai kesepakatan
di antara para pihak yang berselisih. Musyawarah merupakan salah satu
upaya penyelesaian sengketa perbankan syariah non litigasi.
Metode penyelesaian sengketa perdata perbankan syariah yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan dan Penyaluran Dana serta
10 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2009), cet. 1, hlm. 146.
37
Pelayanan Jasa Perbankan Syariah, dan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 dapat dilakukan melalui dua jalur, pertama, melalui proses
di luar pengadilan (non litigasi), dan kedua yaitu melalui proses
pengadilan (litigasi). Kedua undang-undang dan PBI tersebut sejalan
dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa tidak tertutup
kemungkinan penyelesaian sengketa perkara di luar peradilan negara
melalui perdamaian dan arbitrase.11
Berkaitan dengan jalur non litigasi pada Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tidak
mengaturnya secara rinci. Prosedur upaya non litigasi merujuk pada
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Alternatif Dispute Resolution (ADR) sebagai salah satu alternatif
penyelesaian non litigasi di luar pengadilan. Penyelesaian melalui ADR
antara lain:
a. Konsultasi;
b. Negosiasi;
c. Mediasi;
d. Konsiliasi;
e. Arbitrase;
Konsultasi adalah permohonan nasihat atau saran untuk
menyelesaikan sengketa secara kekeluargaan yang dilakukan oleh para
pihak yang bersengketa kepada pihak ketiga yang dianggap
mengetahui permasalahan tersebut.
Negosiasi atau dalam bahasa inggris “negotiation” memiliki arti
berunding atau musyawarah. Menurut Joni Emirzon negosiasi dapat
diartikan secara umum sebagai suatu upaya penyelesaian sengketa para
11 Neni Sri Imaniyati, Perbankan Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi, (Bandung:
Mandar Maju, 2013), hlm. 176.
38
pihak tanpa melalui proses pengadilan dengan tujuan untuk mencapai
kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang harmonis dan kreatif.12
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, arbitrase
merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan,
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa.
Basyarnas merupakan lembaga arbitrase syariah yang diharapkan
mampu menyelesaikan segala masalah sengketa syariah umumnya, dan
perbankan syariah khususnya. Penyelesaian sengketa perbankan
syariah melalui Basyarnas dilakukan oleh mediator sebagai wasit atau
pihak ketiga. Upaya ini biasa dilakukan apabila para pihak yang
bersengketa tidak mampu menyelesaikan masalah mereka melalui
kesepakatan damai.
Mediasi merupakan salah satu penyelesaian sengketa baik non
litigasi di luar pengadilan maupun litigasi di pengadilan. Proses mediasi
memakai mediator sebagai penengah selama proses mediasi. Proses
mediasi dibina berdasarkan hubungan kerjasama dalam menyelesaikan
sengketa. Metode penyelesaian bersifat pendekatan untuk mencapai
kompromi. Hasil yang dicapai adalah win-win solution, tidak ada yang
kalah dan tidak ada yang menang. Keunggulan penyelesaian sengketa
melalui alternatif penyelesaian sengketa antara lain:
a. Fleksible dalam merancang syarat-syarat penyelesaian masalah;
b. Karena bersifat sukarela, sehingga prosedurnya lebih cepat;
c. Terjamin kerahasiaannya (confidensial);
d. Hemat waktu dan biaya;
e. Tetap terpelihara hubungan baik kedua belah pihak;
f. Keputusan bertahan lama karena bersifat sukarela daripada
pertentangan.
12 Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 44-45.
39
Penyelesaian sengketa secara non litigasi jauh lebih menguntungkan daripada
penyelesaian sengketa melalui peradilan. Penyelesaian sengketa non litigasi juga
akan memberikan manfaat bagi pengadilan karena mencegah penumpukan perkara
di pengadilan.
40
BAB III
PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH PADA BANK
SYARIAH MANDIRI KCP URIP SUMOHARJO
A. Standar Operasional Perusahaaan (SOP) Penyelesaian Sengketa pada
Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo
PT Bank Syariah Mandiri resmi beroperasi sejak Senin tanggal 25
Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri
hadir dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha
dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya.
Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang yang
menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri.
Bank Syariah Mandiri hadir untuk bersama-sama membangun
Indonesia menjadi lebih baik. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu
bank syariah terbesar di Indonesia. Kedekatan nasabah diimbangi dengan
keterbukaan dalam layanan produk yang sesuai syariah, universal, dan
modern. Bank Syariah Mandiri didirikan berdasarkan hukum Islam,
terutama yang berkaitan dengan penyimpanan dan pembiayaan.
Salah satu cabang Bank Syariah Mandiri di Solo adalah Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo yang terletak di Jl. Jend. Urip Sumoharjo No.
71, Kepatihan Wetan, Jebres, Surakarta. Bank Syariah Mandiri KCP Urip
Sumoharjo merupakan cabang PT Bank Syariah Mandiri yang pernah
menyelesaikan kasus wanprestasi nasabah di Pengadilan Negeri yaitu
Pengadilan Negeri Surakarta.
Visi Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo adalah “Menjadi
Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha”. Sedangkan misi Bank
Syariah Mandiri adalah:
1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan;
2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM;
41
3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat;
4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal;
5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat.
Pembiayaan yang disediakan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Urip
Sumoharjo antara lain:
1. Pembiayaan Gria BSM
2. Gadai Emas BSM
3. Mudharabah BSM
4. Musyarakah BSM
5. Murabahah BSM
6. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas
Setiap pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah pasti selalu
mengandung risiko, seperti wanprestasi yang bisa menimbulkan sengketa.
Sengketa perbankan syariah terjadi manakala salah satu pihak yang terikat
perjanjian melanggar salah satu atau lebih pasal dalam perjanjian.
Penanganan sengketa perbankan syariah sering terjadi pada pembiayaan
bermasalah. Penanganan pembiayaan bermasalah dilakukan melalui upaya
pembinaan, penyelamatan, dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.
Upaya tersebut dilakukan ketika nasabah menunjukkan kriteria tahapan
wanprestasi hingga kemuadian pembiayaan menjadi bermasalah.
Nasabah dapat dikategorikan telah melakukan wanprestasi, apabila tidak
dapat memenuhi kewajiban atau melanggar pasal dalam perjanjian. Kriteria
wanprestasi dalam pembiayaan bermasalah antara lain nasabah tidak dapat
memenuhi seluruh kewajiban atau bisa memenuhi kewajiban namun hanya
sebagian, terlambat memenuhi kewajiban, dan melanggar pasal dalam
perjanjian.
Pembiayaan bermasalah masuk dalam kategori kolektabilitas tidak lancar
sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku yaitu dalam
perhatian khusus (DPK), kurang lancar, diragukan atau macet. Apabila
42
pembiayaan sudah menjadi bermasalah , bank akan melakukan upaya
pembinaan berupa penagihan, penyelamatan pembiayaan (restrukturisasi),
penyelesaian pembiayaan berupa eksekusi jaminan/likuidasi.
Upaya penanganan pembiayaan bermasalah berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia PBI No. 13/9/PBI/2011, Tanggal 8 Februari tentang perubahan
atas PBI No. 10/18/2008 tentang Restrukturisasi, Pembiayaan Bagi Bank
Umum Syariah dan Unit usaha Syariah dapat berupa:
1. Penjadwalan Kembali (Resceduling), yaitu perubahan jadwal
pembayaran atau jangka waktu pembiayaan yang tercantum dalam
syarat akad pembiayaan.
2. Persyaratan Kembali (Reconditioning), perubahan sebagian atau
seluruh syarat pembiayaan sepanjang tidak menyangkut plafond/saldo
maksimum pembiayaan, antara lain meliputi perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu, dan sebagainya.
3. Penataan Kembali (Restructuring), perubahan syarat pembiayaan
antara lain penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian
tunggakan margin/bagi hasil menjadi pokok pembiayaan baru, konversi
seluruh pembiayaan/sebagian pembiayaan menjadi penyertaan
perusahaan, disertai penjadwalan dan persyaratan kembali pembiayaan.
Proses penanganan pembiayaan bermasalah merupakan proses
peringatan sejak dini untuk mencegah agar pembiayaan tidak macet,
dimulai dari tahap penagihan penerbitan Surat Pemberitahuan Menunggak,
SP 1, SP 2, dan terakhir SP 3. Dari proses tersebut dapat diperoleh
informasi dan disimpulkan apakah nasabah kooperatif atau tidak, serta
informasi apakah usaha yang dijalankan nasabah masih lancar atau
bermasalah.
Standar Operasional Prosedur penyelesaian sengketa perbankan syariah,
khususnya wanprestasi pada pembiayaan di Bank Syariah Mandiri KCP
Urip Sumoharjo, sebagai berikut:
1. Strukturisasi
43
Jika seorang nasabah sudah dinilai bank mengalami kesulitan
memenuhi kewajibannya maka Bank Syariah Mandiri Urip Sumoharjo
akan melakukan restrukturisasi akad. Restrukturisasi ini dilakukan
terhadap nasabah yang memiliki itikad baik untuk bisa memenuhi atau
melunasi kewajibannya namun kesulitan. Selain itu usaha nasabah juga
dinilai memiliki prospek bagus dan bisa memenuhi kewajibannya jika
sudah dilakukan restrukturisasi. Strukturisasi dilakukan sesuai dengan
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS-Strukturisasi
Pembiayaan Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Berdasarkan PBI No. 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Pasal 1 butir 31 yang
berbunyi: “Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya perbaikan yang
dilakukan Bank dalam kegiatan Penyediaan Dana terhadap nasabah
yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku yaitu fatwa Dewan Syariah Nasional
dan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi bank syariah.”
Ketidakmampuan nasabah (debitur) dalam memenuhi
kewajibannya, membuat kualitas asset (pembiayaan) bank memburuk
dan mengurangi pendapatan bank. Dalam mengantisipasi hal tersebut
langkah pertama yang dilakukan Bank Syariah Mandiri Urip
Sumoharjo adalah restrukturisasi. Restrukturisasi pembiayaan
dilakukan antara lain melalui rescheduling, reconditioning, dan
restructuring.
Rescheduling atau penjadwalan kembali merupakan perubahan
jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, seperti
memperpanjang waktu pembiayaan, memperpanjang jangka waktu
angsuran.
Reconditioning atau persyaratan kembali merupakan perubahan
sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa
44
pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank,
meliputi:
a. Perubahan jadwal pembayaran;
b. Perubahan jumlah angsuran;
c. Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau
musyarakah;
d. Perubahan proyeksi bagi hasil;
e. Pemberian potongan.
Restructuring atau penataan kembali, perubahan persyaratan
pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning.
Dilakukan dengan cara merubah persyaratan pembiayaan dengan cara
penambahan dana fasilitas pembiayaan, konversi akad pembiayaan
misalnya dari akad mudharabah ke akad qard, konversi pembiayaan
menjadi surat berjangka syariah jangka waktu menengah.
2. Likuidasi Agunan
Dalam menerapkan likuidasi agunan dalam hal ini pelelangan, Bank
Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo mengacu pada Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah BAB VI bagian
Ketiga tentang Kewajiban Pengelolaan Risiko Pasal 40 ayat (1)
disebutkan bahwa:
a. Dalam hal Nasabah Penerima Fasilitas tidak memenuhi
kewajibannya, Bank Syariah atau UUS dapat membeli sebagian
atau seluruh Agunan baik melalui maupun di luar pelelangan,
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik Agunan atau
berdasarkan pemberian kuasa untuk menjual dari pemilik Agunan,
dengan ketentuan Agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun;
b. Bank Syariah dan UUS harus mempertimbangkan harga pembelian
Agunan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) melebii jumlah
kewajiban Nasabah kepada Bank Syariah dan UUS, selisih jumlah
kelebihan tersebut harus dikembalikan kepada nasabah setelah
45
dikurangi biaya lelang dan biaya lain yang langsung terkait dengan
proses pembelian Agunan;
c. Dalam hal harga pembelian Agunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) melebihi jumlah tersebut harus dikembalikan kepada
Nasabah setelah dikurangi biaya lelang dan biaya lain yang
langsung terkait dengan proses pembelian Agunan;
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembelian Agunan sebagimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Bank Indonesia.
Likuidasi agunan merupakan pencairan agunan atas fasilitas
pembiayaan nasabah pembiayaan untuk menurunkan atau melunasi
kewajiban pembiayaan nasabah pembiayaan kepada bank.1 Penjualan
agunan nasabah pembiayaan dapat dilakukan dengan cara:
a. Penjualan agunan di bawah tangan.
Penjualan agunan di bawah tangan dapat dilakukan terhadap
agunan yang belum/tidak diikat maupun yang telah diikat.
Penjualan agunan di bawah tangan dapat dilakukan oleh oleh
pemilik agunan dengan persetujuan nasabah pembiayaan asalkan
diperoleh harga tertinggi dan telah mendapat persetujuan bank.
Bank akan memberikan batas waktu kepada nasabah pembiayaan
atau pemilik agunan untuk merealisasikan penjualan agunan.
b. Penjualan agunan dengan cara lelang
Penjualan agunan dengan cara lelang adalah penjualan agunan
melalui pelelangan umum dengan cara harga minimal sebesar nilai
limit lelang yang ditentukan, serta bertujuan untuk menurunkan
atau melunasi kewajiban pembiayaan nasabah pembiayaan.
3. Penyelesaian Pembiayaan Melalui Pengadilan
1 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta, 2015), hlm.132.
46
Penyelesaian sengketa perbankan syariah melalui pengadilan
dijelaskan dalam BAB IX Pasal 55 ayat (1) sampai ayat (3) yang
berbunyi:
(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama;
(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa
selain sebagimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa
dilakukan sesuai dengan isi Akad;
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
boleh bertentangan dengan prinsip syariah.
Berdasarkan pasal 55 ayat (2) inilah sebelum putusan MK No.
93/PUU-X/2012 keluar, Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo
memilih Pengadilan Negeri sebagai jalur litigasi dalam menyelesaikan
sengketa perbankan syariah. Namun hingga kini, bahkan setelah
putusan Mahkamah Konstitusi keluar, jalur litigasi yang ditempuhpun
masih Pengadilan Negeri.
B. Mekanisme Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri KCP
Urip Sumoharjo Sebelum Keluarnya Putusan MK No.93/PUU-X/2012
Penyelesaian sengketa perbankan syariah, khususnya pembiayaan
bermasalah pada Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo jika tahap
rescheduling dan likuidasi agunan tidak berhasil maka akan dilanjutkan
dengan memasukkan perkara ke Pengadilan Negeri. Namun hal ini jarang
terjadi, biasanya dengan rescheduling dan likuidasi agunan saja
permasalahan bisa diatasi.
Penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui pihak ketiga yaitu
Pengadilan Negeri dilakukan jika pada tahap likuidasi agunan menghadapi
masalah, misalnya mengenai hak milik agunan, batas-batas tanah yang tidak
jelas (jika agunannya berupa tanah), dan sebagainya. Hal inilah yang harus
47
diantisipasi Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo dengan cara
memastikan bahwa agunan sudah memenuhi syarat atau tidak bermasalah.
Jika gugatan sudah masuk ke Pengadilan Negeri, maka tahap awal yang
dilalui adalah mediasi. Ada dua ketentuan yang menjadi acuan yaitu Pasal
154 R.Bg/130 HIR dan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 01
Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Jika mediasi berhasil
maka akan dibuat akta perdamaian yang dirumuskan secara tertulis oleh
pihak bank dan nasabah, kemudian akan dijadikan putusan pengadilan. Jika
upaya mediasi gagal, maka perkara akan dilanjutkan pemeriksaan perkara
sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku.
Proses persidangan diawali dengan pembacaan surat gugatan, kemudian
proses jawab menjawab yang diawali dengan jawaban pihak tergugat,
kemudian replik penggugat, dan dilanjutkan dengan duplik dari tergugat.
Setelah jawab menjawab selesai maka akan dilanjutkan dengan pembuktian.
Pada tahap pembuktian kedua belah pihak masing-masing mengajukan
bukti-buktinya untuk mendukung dalil-dalil yang telah diutarakan di
persidangan. Setelah masing-masing pihak mengajukan pembuktian, tahap
selanjutnya adalah kesimpulan dari para pihak dan merupakan tahap
terakhir dari proses pemeriksaan perkara di persidangan. Setelah seluruh
tahap pemeriksaan telah selesai, hakim akan mengeluarkan keputusan untuk
kedua belah pihak dalam rangka mengadili atau memberikan keadilan
dalam perkara tersebut.
Salah satu perkara yang diselesaikan melalui Pengadilan Negeri
Surakarta adalah Putusan 89/Pdt.G./2011/PN. Perkara ini akhirnya
diselesaikan di Pengadilan Negeri karena masalah wanprestasi yang
dilakukan nasabah, sedangkan hak tanggungan yang akan dieksekusi
bermasalah yaitu cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap.
Perkara ini akhirnya dimenangkan Bank Syariah Mandiri KCP Urip
48
Sumoharjo dan menghukum nasabah yang bernama Wisnu Budi Prakoso
untuk melunasi kewajiban sebesar Rp 557.332.000,09.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan Bank Syariah Mandiri KCP Urip
Sumoharjo tidak menyelesaikan sengketanya di Pengadilan Agama antara
lain:
1. Kurangnya pemahaman yang dimiliki oleh aparat Pengadilan Agama
mengenai aktivitas ekonomi syariah yang saat itu masih tergolong baru,
seperti asuransi syariah, multifinance, pasar modal, dan sebagainya;
2. Sebagian besar masalah yang masuk di Pengadilan Agama adalah
NTCR, sehingga baik pihak bank maupun nasabah untuk menjaga nama
baik mereka memilih Pengadilan Negeri;
3. Tingkat kepercayaan kepad Pengadilan Negeri lebih besar daripada
Pengadilan Agama, tentunya bukan bermaksud tidak percaya dengan
Pengadilan Agama, namun Pengadilan Negeri dianggap lebih
berpengalaman dalam menyelesaikan sengketa bisnis.
C. Mekanisme Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri KCP
Urip Sumoharjo Setelah Keluarnya Putusan MK No. 93/PUU-X/2012
Setelah keluarnya putusan MK No. 93/PUU-X/2012, kewenangan
Pengadilan Negeri dalam menyelesaikan perkara ekonomi syariah,
khususnya sengketa perbankan syariah dihapuskan. Namun hal ini tidak
mempengaruhi terhadap pilihan forum penyelesaian sengketa yang diambil
oleh Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo. Sebelum dan sesudah
putusan tersebut keluar, Pengadilan Negerilah yang menjadi tujuan jika ada
sengketa yang tidak bisa diselesaikan melalui strukturisasi dan likuidasi
agunan.
Prosedur penyelesaian sengketa perbankan syariah dalam lingkungan
Pengadilan Negeri dibagi menjadi dua yaitu:
1. Melalui Perdamaian/ Mediasi
49
Telah menjadi asas hukum acara perdata bahwa hakim wajib
mendamaikan dua pihak yang berperkara. Upaya damai yang dilakukan
hakim dalam menyelesaiakan sengketa perbankan syariah mengacu
pada ketentuan Pasal 154 R.Bg/130 HIR dan Peraturan Mahkamah
Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.
Tindakan yang harus dilakukan hakim dalam mengupayakan damai
berdasarkan ketentuan Pasal 154 R.Bg/130 HIR yaitu:
a. Bila pada hari yang ditentukan para pihak datang menghadap,
maka Pengadilan Negeri dengan perantara ketua berusaha
mendamaikan.
b. Bila dapat dicapai perdamaian, maka di dalam sidang itu juga
dibuatkan suatu akta dan para pihak dihukum untuk menaati
perjanjian yang telah dibuat, dan akta itu mempunyai kekuatan
serta dilaksanakan seperti suatu surat keputusan biasa.
Dalam proses mediasi, ada dua hal terpenting pula yang harus
diketahui yaitu mediasi mencapai kesepakatan atau tidak mencapai
kesepakatan, apabila mediasi mencapai kata kesepakatan, maka ada
beberapa hal yang harus dilakukan para pihak, yaitu:2
a. Para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara
tertulis kesepakatan yang telah dicapai ditandatangani oleh para
pihak dan mediator tersebut;
b. Jika dalam mediasi para pihak diwakili oleh kuasa hukum, para
pihak wajib menyatakan secara tertulis persetujuan atas
kesepakatan yang dicapai;
c. Para pihak wajib mengahadap kembali kepada hakim pada hari
sidang yang telah ditentukan untuk memberitahukan kesepakatan
perdamaian;
2 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm. 139.
50
d. Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada
hakim untuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian;
e. Jika tidak, kesepakatan perdamaian harus memuat klausula
pencabutan gugatan atau klausula yang menyatakan perkara telah
selesai.
Selanjutnya apabila mediasi tidak mencapai kata kesepakatan atau
gagal, maka mediator wajib melakukan:
a. Menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal;
b. Memberitahukan kegagalan tersebut kepada hakim.
2. Penyelesaian Melalui Proses Persidangan
Proses persidangan berjalan sebagaimana lazimnya proses
persidangan di pengadilan pada umumnya. Proses persidangan diawali
dengan pembacaan surat gugatan, kemudian proses jawab menjawab
yang diawali dengan jawaban pihak tergugat, kemudian replik
penggugat, dan dilanjutkan dengan duplik dari tergugat. Setelah jawab
menjawab selesai maka akan dilanjurkan dengan pembuktian.
Pada tahap pembuktian kedua belah pihak masing-masing
mengajukan bukti-buktinya untuk mendukung dalil-dalil yang telah
diutarakan di persidangan. Setelah masing-masing pihak mengajukan
pembuktian, tahap selanjutnya adalah kesimpulan dari para pihak dan
merupakan tahap terakhir dari proses pemeriksaan perkara di
persidangan. Setelah seluruh tahap pemeriksaan telah selesai, hakim
akan mengeluarkan keputusan untuk kedua belah pihak dalam rangka
mengadili atau memberikan keadilan dalam perkara tersebut.
Sebenarnya mekanisme atau prosedur penyelesaian sengketa perbankan
syariah di Pengadilan Negeri tidak berbeda jauh dengan Pengadilan Agama,
bahkan nyaris sama. Bahkan Pengadilan Negeri juga bisa menyelesaikan
perkara antara perbankan syariah dengan pihak non-muslim.
51
Hukum acara atau prosedur dalam menangani perkara perbankan syariah
yang diajukan ke Pengadilan Negeri sama dengan hukum acara yang
berlaku di Pengadilan Agama. Hal ini sesuai dengan pasal 54 yang berbunyi
: “Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Agama adalah hukum
acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang
ini”.3 Hukum acara perdata tersebut sebagaimana yang berlaku di
lingkungan peradilan umum, HIR (Het Herzeine Inlandsche Reglement),
dan R.Bg (Rechts Reglement Buitengewesten), termasuk ketentuan yang
diatur dalam Rv (Reglement of de Rechtsvordering), KUH Perdata, Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung, dan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum serta beberapa
peraturan lain yang berkenaan tentang itu.
Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo optimis bahwa Pengadilan
Agama bisa berbenah dan meningkatkan kualitas hakim agar menjadi
pilihan dalam menangani kasus sengketa perbankan syariah secara litigasi.
Namun Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo juga berharap semoga
tidak ada lagi kasus sengketa perbankan syariah yang harus diselesaikan
secara litigasi di pengadilan.
Sejak keluarnya putusan MK No. 93/PUU-X/2012 hingga saat ini belum
ada perkara Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo yang masuk ke
Pengadilan Negeri. Masalah-masalah yang ada bisa diselesaikan pada tahap
restrukturisasi atau likuidasi agunan.
3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama
52
BAB IV
PILIHAN FORUM PENYELESAIAN SENGKETA PADA BANK
SYARIAH MANDIRI KCP URIP SUMOHARJO SEBELUM DAN
SETELAH KELUARNYA PUTUSAN MK NO. 93/PUU-X/2012
A. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo Sebelum Keluarnya Putusan MK
No. 93/PUU-X/2012
1. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri
Sebelum Keluarnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
PT Bank Syariah Mandiri adalah Bank Umum Syariah dan
merupakan anak perusahaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Jika
induknya yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk adalah perbankan
konvensional, maka PT Bank Syariah Mandiri adalah Bank Umum
Syariah. Kedua perbankan nasional yang berbeda karakteristik tersebut
bermula dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, yang merupakan suatu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kegiatan usahanya di bidang
usaha keuangan (perbankan).
PT Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah terbesar di
Indonesia dan dengan cabang tersebar hampir di seluruh daerah
Indonesia. Salah satu konsekuensi dari kegiatan usaha perbankan
adalah kemungkinan timbulnya sengketa. Sengketa tersebut sebagian
besar terjadi antara PT Bank Syariah Mandiri dengan nasabah. Setiap
sengketa bisa berbeda-beda tahap penyelesaiannya, ada yang dengan
cara restrukturisasi, dengan cara likuidasi, musyawarah bahkan bisa
juga sampai menempuh jalur litigasi yaitu pengadilan.
PT Bank Syariah Mandiri selalu menempuh musyawarah sebagai
solusi pertama saat terjadi sengketa perbankan, sebelum sengketa di
bawa ke tingkat penyelesaian selanjutnya. Dalam musyawarah baik
pihak bank maupun nasabah akan melakukan komunikasi dua arah
53
untuk menyampaikan kepentingannya masing-masing. Musyawarah
tidak melibatkan pihak ketiga, sehingga pihak bank syariah dan nasabah
bersama-sama mencari kesepakatan dari permasalahan mereka.
Keunggulan dari musyawarah selain tidak mengeluarkan biaya,
kerahasiaan sengketa merekapun terjamin.
Untuk jalur non litigasi mengacu pada Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo biasanya menempuh jalur
musyawarah. Untuk alternatif penyelesaian sengketa yang lain di luar
musyawarah, seperti mediasi perbankan dilakukan jika memang
nasabah menyetujuinya, karena biasanya nasabah ada yang keberatan
jika pihak ketiga berasal dari pihak bank. Basyarnas atau lembaga
arbitrase lainnya, masih sulit dilakukan karena belum tersedia cabang
Basyarnas dan untuk lembaga arbitrase lainpun masih sulit ditemui.
Undang-undang yang digunakan sebagai rujukan untuk
menyelesaikan masalah sengketa ekonomi syariah secara litigasi, salah
satunya adalah perbankan syariah sebelum keluarnya Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 adalah Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989.
Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama dalam BAB III mengenai Kekuasaan Pengadilan Pasal 49
disebutkan bahwa:
(1). Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,
dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. Perkawinan;
b. Kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan
hukum Islam;
54
c. Wakaf dan sedekah.1
Setelah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 diperbarui menjadi
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, Pasal
49 berbunyi: Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-
orang yang beragama Islam di bidang:
a. Perkawinan;
b. Waris;
c. Wasiat;
d. Hibah;
e. Wakaf;
f. Zakat;
g. Infak;
h. Sedekah; dan
i. Ekonomi syariah.2
Dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan “ekonomi syariah”
adalah “perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut
prinsip syariah, antara lain meliputi : (a). bank syariah, (b). lembaga
keuangan mikro syariah, (c). asuransi syariah, (d). reasuransi syariah,
(e). reksa dana syariah, (f). obligasi syariah dan surat berharga
berjangka menengah syariah, (g). sekuritas syariah; (h). pembiayaan
syariah’ (i). Pegadaian syariah; (j). dana pensiunan lembaga keuangan
syariah’ (k). bisnis syariah.
Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa Pengadilan Agama
berwenang menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, salah satunya
adalah perbankan syariah.
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 49 ayat (1). 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Pasal 49.
55
Dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 menjadi dua ayat,
sebagai berikut:
3) Dalam hal terjadi sengketa hak milik atau sengketa lain dalam
perkara yang menjadi kewenangan Peradilan Agama, khusus
mengenai objek sengketa tersebut harus diputus terlebih dahulu
oleh peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum;
4) Apabila terjadi sengketa hak milik yang subjek hukumnya orang-
orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut diputuskan
oleh Peradilan Agama bersama-sama perkara yang sedang
diperiksa.
Dalam penjelasan, yang dimaksud dengan.”antara orang-orang yang
beragama Islam” adalah termasuk orang atau badan hukum yang
dengan sendirinya menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum
Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama
sesuai dengan ketentuan pasal ini.
Sebelum tahun 2008, PT Bank Syariah Mandiri dan cabang-
cabangnya, termasuk Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo yang
berkedudukan di Solo dalam menyelesaikan sengketa perbankan
syariah dibawa ke Basyarnas, meskipun kantor cabang Basyarnas atau
lembaga arbitrase syariah lainnya belum ada di Solo. Sebelum tahun
2008 tidak pernah ada sengketa perbankan syariah pada Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo yang penyelesaiannya sampai ke
Basyarnas.
2. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri
Setelah Keluarnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah
Pada tahun 2008 keluarlah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Undang-Undang ini memberikan pilihan
56
forum litigasi di Pengadilan Negeri. Seperti dalam Bab IX tentang
Penyelesaian Sengketa Pasal 55 yang berbunyi:
(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.
(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa
dilakukan sesuai dengan isi Akad.3
Dalam penjelasan, yang dimaksud dengan “penyelesaian dilakukan
sesuai dengan isi Akad” adalah upaya sebagai berikut:
a. Musyawarah;
b. Mediasi perbankan;
c. Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau
lembaga arbitrase lain; dan atau
d. Melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
Penjelasan Pasal 55 ayat (2) menjadikan dualisme lembaga yang
memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa perbankan syariah, yaitu
lingkungan Pengadilan Agama (Pasal 55 ayat (1)) dan lingkungan
Pengadilan Negeri (Pasal 55 ayat (2)).
Setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, PT Bank
Syariah Mandiri merasa optimis karena dunia perbankan syariah sudah
ada undang-undang yang mengaturnya secara khusus. Semua kegiatan
operasional bank kini sudah ada rujukannya, salah satunya adalah forum
penyelesaian sengketa secara litigasi yang kini menjadi Pengadilan
Negeri.
Musyawarah masih merupakan favorit alternatif penyelesaian
sengketa yang ditemput pertama kali oleh Bank Syariah Mandiri KCP
Urip Sumoharjo. Tingkat keberhasilan musyawarah masih terbilang
tinggi sebagai solusi penyelesaian sengketa perbankan syariah.
Sedangkan alternatif penyelesaian sengketa lain masih sulit dilakukan.
3 Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah
57
Ketentuan dalam akad pada Pasal 15 ayat (2) tentang Penyelesaian
Perselisihan menerangkan bahwa, “apabila usaha menyelesaikan
perbedaan pendapat atau perselisihan melalui musyawarah untuk
mufakat tidak menghaasilkan keputusan yang baik disepakati oleh
kedua belah pihak, maka dengan ini nasabah dan bank sepakat untuk
menunjuk dan menetapkan serta memberi kuasa kepada Pengadilan
Negeri (PN) untuk memberikan putusannya, menurut tata cara dan
prosedur yang ditetapkan oleh dan berlaku di pengadilan tersebut”.
Tidak semua sengketa perbankan syariah bisa selesai dengan
musyawarah saja. Jika bank syariah dan nasabah sama-sama memiliki
kepentingan yang berbeda maka akan sulit mendapatkan kesepakatan.
Sehingga dalam akad perjanjian sangat penting untuk disebutkan
ketentuan yang mengatur jika sengketa terjadi maka akan dibawa
kemana sengketa tersebut.
PT Bank Syariah Mandiri, termasuk di dalamnya Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo, memilih Pengadilan Negeri sebagai jalur
litigasi setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Pengadilan Negeri lebih berpengalaman dalam menyelesaikan
kasus-kasus sengketa;
b. Pengadilan Agama masih mencerminkan sebagai pengadilan yang
dominan menangani kasus nikah, talah, cerai, dan rujuk (NTCR)
atau masalah keluarga;
c. Tingkat kepercayaan terhadap kualitas hakim-hakim Pengadilan
Negeri lebih tinggi daripada pengadilan agama;
d. Kantor-kantor Pengadilan Agama masih belum merepresentasikan
sebagai pengadilan tempat menyelesaikan sengketa para pengusaha.
Pertimbangan-pertimbangan tersebuh jauh sebelum Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 keluar. Sekarang
Pengadilan Agama tentu sudah jauh berbenah dini dan menjadi
58
Pengadilan Agama yang memang pantas menangani sengketa-sengketa
ekonomi syariah.
Salah satu sengketa perbankan syariah yang terjadi dengan nasabah
dan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri, terjadi di Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo pada tahun 2011. Kasus sengketa tersebut
merupakan sengketa wanprestasi yang akhirnya diambil alih oleh PT
Bank Mandiri Syariah Pusat dan didaftarkan ke Pengadilan Negeri
Surakarta dengan perkara Nomor 89/Pdt.G/2011/PN. Ska.
Bentuk Wanprestasi yang dimaksud adalah nasabah PT Bank
Syariah Mandiri yang bernama Wisnu Budi Prakoso (Tergugat I) dan
isterinya Sri Murni Handayani (Tergugat II) tidak sanggup memenuhi
kewajiban pembayaran pelunasan pokok pembiayaan dan margin
keuntungan serta kewajiban-kewajiban lain sebagaimana dalam Akad
Pembiayaan Murabahah Nomor 43 tanggal 29 Desember 2003.
Sengketa wanprestasi ini harus diselesaikan melalui jalur litigasi
karena dokumen atau jaminan yang diserahkan Tergugat II seaku
penjamin/afialis kepada penggugat dalam hal ini PT Bank Syariah
Mandiri tidak sah karena tidak memenuhi syarat-syarat sebagai barang
jaminan. Sehingga PT Bank Syariah Mandiri merasa dirugikan karena
tidak bisa mencairkan jaminan dan mengajukan gugatan ke Pengadilan
Negeri Surakarta.
Jaminan tidak dapat dilelang untuk membayar pelunasan kewajiban
karena ahli waris lainnya merasa berhak atas objek tanggungan tersebut
dan telah mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Wonogiri. PT Bank
Syariah Mandiri akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan sengketa
tersebut ke Pengadilan Negeri Surakarta.
Alat bukti yang diberikan PT Bank Syariah Mandiri di hadapan
pengadilan adalah alat bukti tertulis berupa Fotocopy Akta Pembiayaan
Al Murabahah tanggal 24 Desember 2003, Fotocoy Surat Kesanggupan
tanggal 24 Desember 2003, Fotocopy Sertifikat Hak Milik Nomor 152,
Fotocopy Sertifikat Hak Tanggungan Nomor 165/2004, Fotocopy
59
Salinan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
1363K/Pdt/2007, Fotocopy Berita Acara Eksekusi Penyerahan dan
Berita Acara Pengangkatan Sita Nomor 05/Pdt.Eks/2010 tanggal 10 Mei
2011, Fotocopy Riwayat Fasilitas Murabahah atas nama Wisnu Budi
Prakoso tanggal 13 Juni 2013.
Bukti-bukti tersebut menguatkan gugatan PT Bank Syariah Mandiri
sebagai Penggugat. Saat tahap pembuktian Tergugat, para Tergugat
tidak bisa menunjukkan bukti apapun. Para Tergugat akhirnya
membenarkan bukti-bukti yang telah disampaikan Penggugat.
Tergugat I dianggap telah melakukan wanprestasi terhadap akad Al
Murabahah yang telah ditandatanganinya karena tidak melaksanakan
prosedur pelaksanaan pembiayaan Al Murabahah yang berupa jangka
waktu pelunasan yang melebihi ketentuan akad dan jumlah cicilan yang
tidak sesuai dengan ketentuan akad. Sehingga Penggugat merasa sangat
dirugikan oleh wanprestasi yang dilakukan Tergugat I tersebut.
Dasar hukum atas putusan yang diambil di persidangan adalah dalam
putusan hakim mengabulkan gugatan Penggugat dengan menyatakan
Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan wanprestasi atas Akad
Pembiayaan Al Murabahah No.43 tertanggal 29 Desember 2003 dan
menghukum terhadapnya untuk membayar sisa hutangnya yang terdiri
dari pelunasan pokok pembiayaan dan margin keuntungan serta
kewajiban-kewajiban lainnya sebanyak Rp. 557.332.000,09,- (lima ratus
lima pulu tujuh juta tiga ratus tiga puluh dua ribu, sembilan per seratus
rupiah) kepada Penggugat. Serta Hakim menyatakan sah dan berharga
sita jaminan yang dilakukan oleh Juru Sita Pengadilan Negeri Wonogiri
pada Kamis tanggal 22 Desember 2011, atas sebidang tanah yang
terdaftar dalam buku C Desa No. 79 persil 231/141 atas nama B
Kadinem Sono Semito yang terletak di Dukuh Jarum, Desa Kayuloko,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri seluas kurang lebih 2400 M2.
Unruk selebihnya Hakim menolak gugatan Penggugat, dan menyatakan
biaya perkara dibebankan kepada Tergugat I dan Tergugat II.
60
B. Implikasi Hukum Setelah Keluarnya Putusan MK No. 93/PUU-
X/2012
Pada tahun 2012 Dadang Achmad (Direktur CV. Benua Enginering
Consultant) melalui Kuasa Hukumnya Rudi Hernawan S.H. dan F.
Sophan Irawan SMHK, para advokat pada Kantor Advokat Rudi Irawan
dan Rekan yang beralamat di Sukabumi mengajukan uji materiil dari
Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah terhadap Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945. Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) menimbulkan
ketidakpastian hukum dan merugikan tidak hanya nasabah tetapi juga
pihak bank. Karena adanya tumpang tindih kewenangan dalam
menyelesaikan sengketa perbankan syariah.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
dalam Bab IX tentang Penyelesaian Sengketa Pasal 55 yang berbunyi:
(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa
selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa
dilakukan sesuai dengan isi Akad.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah.4
Sementara bunyi Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah: “Setiap orang berhak atas
pengakuan, jamian, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadap hukum”.5
Alasan hukum yang diajukan Pemohon dalam uji materiil ini, antara
lain:
1. Adanya hak konstitusional Pemohon yang dirugikan dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, dengan landasan uji konstitusionalnya adalah
4 Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. 5 Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
61
Pasal 28D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Pasal 28D ayat (1)
Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 mengamanahkan bahwa:”
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum”.
2. Adanya kontradiksi antara ketentuan Pasal 55 ayat (1) dengan
ketentuan Pasal 55 ayat (2) dan (3) UUPS yang membebaskan
kepada para pihak untuk memilih lembaga peradilan mana yang
akan mengadili jika terjadi sengketa dalam perbankan syariah yang
menurut pemohon bisa diasumsikan boleh memilih Peradilan Umum
bahkan di lingkungan peradilan lain yang disepakati para pihak,
akibatnya sangat jelas akan melahirkan penafsiran yang berbeda dan
tidak menjamin kepastian hukum.
3. Bahwa dengan adanya ketidakpastian hukum tersebut, pemohon
merasa dirugikan sebagai nasabah Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bogor di mana perkaranya sekarang sedang berproses ke
Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk menyelesaikan
penafsiran sengketa kewenangan mengadili antar lembaga
peradilan.6
Pemohon melihat adanya kontradiktif antara Pasal 55 ayat (1)
dengan ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Dalam ayat (1) ditegaskan Pengadilan
Agamalah yang berwenang menyelesaikan sengketa perbankan syariah,
namun pada ayat (2) para pihak dibebaskan dan dibolehkan untuk
memilih Peradilan Umum (Pengadilan Negeri) jika terjadi sengketa.
Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 telah secara tegas
menyebutkan bahwa Pengadilan Agama memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, termasuk di dalamnya
6 Sofiani, Triana.”Dualisme Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012)”. Jurnal Hukum Islam (JHI). No. 2 (Desember
2015): hlm. 124.
62
sengketa perbankan syariah. Namun dalam Pasal 55 ayat (2) disebutkan
bahwa pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum (Pengadilan
Negeri) juga berwenang menyelesaikan sengketa perbankan syariah.
Atas permohonanya tersebut, pemohon meminta amar putusan
sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menyatakan bahwa materi muatan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 55
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945;
3. Menyatakan bahwa materi muatan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 55
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat;
4. Memerintahkan putusan ini diumumkan melalui lembaran negara;
5. Menyerahkan keputusan ini kepada Yang Mulia Majelis Hakim
Mahkamah Konstitusi sesuai ketentuan yang berlaku.7
Uji materiil tersebut didaftarkan pada tanggal 19 Desember 2012 di
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi dengan Akta Penerimaan Berkas
Permohonan Nomor 322/PAN.MK/2012 dan dicatat dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi pada tanggal 24 September 2012 dengan
Nomor 93/PUU-X/2012. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.
Legal standing pemohon dinyatakan telah yaitu perseorangan warga
negara Indonesia yang merupakan nasabah Bank Muamalat Cabang
Bogor. Pemohon telah melakukan akan dengan Bank Muamalat Cabang
Bogor pada tanggal 9 Juli 2009 dengan Akta Notaris Nomor 34 dan telah
diperbaharui dengan akad Pembiayaan Al-Musyarakah (tentang
7 Hudianta, Edi. “Asas Kepastian Hukum dan Asas Kebebasan Berkontrak Sebagai
Pertimbangan Utama dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah (Kajian Yuridis Putusan MK
Nomor 93/PUU-X/2012)”. Jurnal Hukum dan Peradilan, No. 1 (Maret 2014): hlm. 73.
63
perpanjangan jangka waktu perubahan jaminan) dengan Nomor 14
tanggal 8 Maret 2010 yang dibuat di hadapatan Catur Virgo S.H. Notaris
di Jakarta.
Mahkamah Konstitusi memberikan putusan dalam Nomor 93/PUU-
X/2012 pada tanggal 29 Agustus 2012 yang merupakan jawaban
terhadap Uji Materi Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah terhadap Pasal 28D
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut:
MENGADILI
Menyatakan:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian
1.1 Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4867) bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
1.2 Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4867)tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat;
2. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara
Republik Indonesia sebagaimana mestinya;
3. Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya.
Setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-
X/2012 yang meniadakan pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah karena bertentangan dengan
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan tidak
64
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, para pihak tidak perlu lagi
mengikuti penjelasan pasal 55 ayat (2).
Kewenangan absolut Pengadilan Agama berdasarkan Pasal 49 huruf
(i) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara ekonomi
syariah. Kewenangan absolut Pengadilan Agama dalam menangani
sengketa perbankan syariah juga dipertegas dalam Pasal 55 ayat (1)
Undan-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Dengan demikian, kewenangan untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa perbankan syariah merupakan kewenangan
absolut dari Pengadilan Agama dan tidak dapat diselesaikan oleh
pengadilan lain karena akan melanggar prinsip yurisdiksi absolut.
Mengenai penyelesaikan sengketa di luar pengadilan dapat
dilakukan melalui perjanjian atau kesepakatan tertulis yang disepakati
oleh kedua belah pihak, baik sebelum terjadinya sengketa (pactum de
compromittendo) maupun setelah terjadinya sengketa (akta kompromi)
sesuai dengan prinsip pacta sun servanda. Dalam hal ini mengacu pada
BAB XII tentang Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Pasal 58
sampai dengan Pasal 61 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Musyawarah masih menjadi opsi awal dalam penyelesaian sengketa
perbankan syariah. Musyawarah merupakan komunikasi dua arah tanpa
melibatkan pihak ketiga di luar nasabah dan pihak bank. Musyawarah
bertujuan untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak
memiliki kepentingan yang berbeda. Dalam musyawarah kesepakatan
bersama-sama dirancang oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
Selain musyawarah ada mediasi perbankan dengan dasar hukum PBI
No.10/1/PBI/2008 tanggal 30 Januari 2008 tentang perubahan PBI No.
8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan. Pelaksanaan fungsi mediasi
65
perbankan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk sementara waktu
dilakukan oleh lembaga mediasi perbankan independen yang dibentuk
oleh asosiasi perbankan. Proses mediasi perbankan melibatkan pihak
ketiga yang netral terhadap nasaha maupun pihak bank syariah. Mediator
hanya memfasilitasi dan menengahi forum mediasi. Untuk keputusan
mediasi tetap diserahkan kepada nasabah dan pihak bank syariah.
Mengenai eksistensi Basyarnas, putusan Mahkamah Konstitusi
sama sekali tidak mengecilkan ataupun menghilangkan kewenangannya.
Jika kedua belah pihak sepakat membawa sengketa mereka ke Basyarnas
atau lembaga arbitrase lainnya, tetap masih diperbolehkan. Basyarnas
dan lembaga arbitrase lainnya masih menjadi alternatif penyelesaian
sengketa perbankan syariah, jika kedua belah pihak sepakat tidak ingin
sengketa mereka di bawa ke jalur litigasi.
Kesimpulannya kedua belah pihak bisa tidak membawa sengketa
mereka ke jalur litigasi dan memilih alternatif penyelesaian sengketa lain
seperti musyawarah, mediasi perbankan, Basyarnas atau lembaga
arbitrase lain, konsultasi, negosiasi (perundingan), konsiliasi, mediasi
non perbankan, pendapat atau penilaian ahli. Alternatif penyelesaian
sengketa tersebut mengacu pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Namun yang
sangat ditekankan dan ditegaskan disini adalah, harus dicantumkan
secara jelas dalam akad (perjanjian) alternatif penyelesaian sengketa
yang mereka kehendaki.
Mengenai kewenangan pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Umum (Pengadilan Negeri) telah dihapuskan. Pengadilan Negeri tidak
memiliki kompetensi untuk memeriksa dan mengadili sengketa ekonomi
syariah. Pengadilan Negeri wajib menolak untuk menangani sengketa
perbankan syariah karena bertentangan dengan pasal 25 Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi:
66
(1) Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi
badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.
(2) Peradilan Umum sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana dan perdata
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Peradilan Agama sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berwenang
memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara antara
orang-orang yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.8
Perbankan syariah prinsipnya menggunakan Al Quran dan Al Hadis.
Sedangkan Pengadilan Negeri hanya menggunakan hukum perdata saja
dan sama sekali tidak memakai hukum Islam. Sehingga secara
kompetensi, Pengadilan Negeri sama sekali tidak berwenang memeriksa
bahkan mengadili sengketa ekonomi syariah.
Kewenangan Pengadilan Agama dalam perkara ekonomi syariah
tidak hanya terbatas pada sengketa yang terjadi antara orang-orang yan
beragama Islam saja, melainkan termasuk juga sengketa yang terjadi
antara orang Islam dengan orang non Islam, bahkan termasuk juga
sengketa yang terjadi antara sesama non Islam. Hal itu menjadi
kewenangan Pengadilan Agama, sepanjang mereka menundukkan diri
terhadap hukum Islam yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama.
Untuk nasabah non Islam pilihan forum jika terjadi sengketa
perbankan syariah secara litigasi tetap di Pengadilan Agama. Karena
berdasarkan teori hukum ketika ada orang non Islam masuk pada
perbankan syariah maka dia telah memilih hukum. Maka secara tidak
langsung dia siap dan mau diatur dengan aturan di perbankan syariah
yang dia ikuti. Sehingga berarti nasabah tersebut telah siap tunduk dan
patuh pada aturan-auran syariah berdasarkan Al Quran dan Al Hadis.
8 Pasal 25 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
67
Ada dan dibuatnya perjanjian atau akad bagi bank syariah dan
nasabah sangat penting dalam setiap transaksi, khususnya perbankan
syariah. Sumber hukum formil tidak hanya peraturan perundang-
undangan tetapi persetujuan (consensus) juga bagian dari sumber hukum.
Dalam perbankan syariah, perjanjian/akad sangat menentukan terhadap
isi dan bentuk dari fasilitas perbankan yang diberikan kepada nasabah,
termasuk juga mengenai klausula penyelesaian sengketa. Bank syariah
dan nasabah diberi kebebasan untuk menentukan forum penyelesaian
sengketa mereka dan masing-masing pihak wajib mentaatinya seperti
halnya mentaati undang-undang (pacta sun servanda).
Saat ini Pengadilan Agama sudah sangat siap dalam menyelesaikan
sengketa perbankan syariah hal tersebut dapat terlihat dari:
1. Kesiapan peraturan-peraturan yang mendukung Pengadilan Agama;
2. Hakim-hakim Pengadilan Agama yang semakin kompeten dengan
adanya pelatihan-pelatihan baik dalam negeri maupun luar negeri;
3. Bangunan-bangunan Pengadilan Agama yang sudah semakin maju
dan merepresentasikan sebagai tepat yang tepat bagi para pelaku
bisnis dalam menyelesaikan sengketa mereka;
4. Semakin pudarnya kesan bahwa Pengadilan Agama hanya sebagai
tempat menyelesaikan masalah keluar (nikah, telak, cerai, dan
rujuk).
C. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa pada Bank Syariah Mandiri
KCP Urip Sumoharjo Setelah Keluarnya Putusan MK Nomor
93/PUU-X/2012
Sejak keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-
X/2012, kewenangan pengadilan negeri dalam menyelesaikan sengketa
perbankan syariah memang sudah dihapuskan. Kini Pengadilan
Agamalah yang memiliki kewenangan absolut dalam menyelesaikan
sengketa perbankan syariah secara litigasi.
68
Sebelum putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012
keluar. Pilihan forum penyelesaian sengketa perbankan syariah PT Bank
Syariah Mandiri dan seluruh cabangnya secara litigasi jatuh pada
Pengadilan Negeri. Namun kini meskipun putusan tersebut telah keluar,
pilihan forum penyelesaian sengketa secara litigasi masih tetap jatuh
pada Pengadilan Negeri.
Selain PT Bank Syariah Mandiri adapula beberapa bank syariah
yang belum menerapkan putusan Mahkamah Konstitus Nomor 93/PUU-
X/2012. Salah satunya adalah PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Sarana Prima Mandiri Pemekasan Madura yang masih memilih
Pengadilan Negeri sebagai pilihan forum dalam menyelesaikan sengketa
perbankan syariah sejak berdiri pada tahun 2008.
Pasca Putusan Mahkmah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 selain
penyelesaian sengketa di Pengadilan Agama, masih dimungkinkan
penyelesaian sengketa perbankan dilakukan di luar Pengadilan Agama
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.
10/16/PBI/2008, yang menyediakan forum penyelesaian sengketa
pebankan syariah berturut-turut melalui musyawarah, mediasi, termasuk
mediasi perbankan jika musyawarah tidak mencapai kesepakatan,
selanjutnya ke Basyarnas atau lembaga arbitrase lainnya, baru kemudian
lembaga peradilan.
Setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-
X/2012, Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo belum pernah
beracara di Pengadilan Negeri. Selama ini jika terjadi sengketa cukup
diselesaikan dengan musyawarah saja.
Musyawarah masih merupakan favorit alternatif penyelesaian
sengketa yang ditemput pertama kali oleh Bank Syariah Mandiri KCP
Urip Sumoharjo. Tingkat keberhasilan musyawarah masih terbilang
tinggi sebagai solusi penyelesaian sengketa perbankan syariah.
Sedangkan alternatif penyelesaian sengketa lain masih sulit dilakukan.
69
Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo sebenarnya juga masih
belum mengatahui secara pasti apakah Pengadilan Negeri Surakarta
setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi masih mau menerima
sengketa perbankan syariah yang diajukan atau tidak. Namun Bank
Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo juga tidak bisa mengubah pilihan
forum penyelesaian sengketa menjadi Pengadilan Agama atau
Basyarnas. Karena hal itu berarti melangkahi keputusan dan peraturan
dari PT Bank Syariah Mandiri pusat.
Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo sebagai cabang dari PT
Bank Syariah Mandiri masih menunggu perintah dan sosialisasi
perubahan dari PT Bank Syariah Mandiri pusat mengenai perubahan
forum penyelesaian sengketa secara litigasi. Namun hingga kini belum
ada perintah untuk mengubah yang sebelumnya Pengadilan Negeri
menjadi Pengadilan Agama.
PT Bank Syariah Mandiri pernah sekali mengajukan sengketa
perbankan syariah ke Basyarnas. Namun PT Bank Syariah Mandiri
merasa kecewa dan dirugikan oleh putusan Basyarnas. PT Bank Syariah
Mandiri juga mengungkapkan bahwa antara teori dan praktik terjadi
ketimpangan dan tidak sinkron. Sehingga PT Bank Syariah Mandiri saat
ini sudah enggan untuk menyelesaikan sengketanya ke Basyarnas.
Faktor-faktor yang menyebabkan PT Bank Syariah Mandiri masih
menggunakan Pengadilan Negeri sebagai pilihan penyelesaian sengketa
secara litigasi yaitu:
1 Kurangnya kepercayaan bank syariah dan nasabah terhadap
Pengadilan Agama, karena selama ini Pengadilan Agama dianggap
hanya menyelesaikan masalah keluarga saja;
2 Belum efektifnya sosialisasi hukum tentang kewenangan Pengadilan
Agama dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, termasuk
di dalamnya sengketa perbankan syariah;
3 Faktor kesiapan Pengadilan Agama dalam menerima dan
menyelesaikan sengketa perbankan syariah;
70
4 Faktor hakim Pengadilan Negeri tidak menolak gugatan sengketa
perbankan syariah yang diajukan kepadanya;
5 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 masih
multitafsir, sehingga tidak ada keseragaman pemahaman mengenai
kewenangan penyelesaian sengketa perbankan syariah diantara para
hakim;
6 Hakim Pengadilan Negeri lebih berpengalaman menangani sengketa
ekonomi syariah, karena sudah terbiasa menangani sengketa bisnis.
Besarnya tingkat kepercayaan terhadap kredibilitas Pengadilan
Negeri dan kurangnya sosialisasi keluarnya putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 juga menjadi penyebab kenapa
pilihan forum penyelesaian sengketa belum dilakukan Pengadilan
Agama.
Basyarnas juga belum menjadi pilihan penyelesaian sengketa
perbankan syariah dengan alasan:
1. Cabang Basyarnas belum tersebar merata ke daerah-daerah atau
kabupaten-kabupaten;
2. Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan sengketa di Basyarnas
relatif mahal;
3. Basyarnas tidak memiliki jurusita sehingga ketika putusan sudah
keluarpun tidak bisa langsung dieksekusi;
4. Belum memiliki kekuatan hukum tetap bila para pihak ingkar, maka
membutuhkan perintah pengadilan untuk proses eksekusi.
Meskipun memiliki beberapa kelemahan, namun Bank Syariah
Mandiri KCP Urip Sumoharjo juga mengakui bahwa Basyarnas
sebenarnya juga memiliki kelebihan yaitu:
1. Proses penyelesaian sengketa jauh lebih cepat dibandingkan dengan
proses di pengadilan;
2. Putusan Basyarnas bersifat final and binding;
71
3. Proses penyelesaian sengketa bersift rahasia, sehingga nama baik
pihak bank dan nasabah tetep terjaga.
Meskipun ada kelebihan-kelebihan yang dimiliki Basyarnas, namun
Basyarnas belum menjadi pilihan dalam menyelesaikan sengketa
perbankan syariah secara non litigasi. Musyawarah masih merupakan
alternatif penyelesaian sengketa yang sejak dulu didahulukan untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi. Musyawarah relatif tidak
mengeluarkan biaya sama sekali. Tingkat keberhasilannyapun sangat
tinggi dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah.
Basyarnas harus melakukan evaluasi untuk meningkatkan
eksistensinya sebagai lembaga yang berwenang menyelesaikan sengketa
ekonomi syariah. Kelemahan-kelemahan Basyarnas seperti yang sudah
dipaparkan di atas, juga sebaiknya dievaluasi untuk diperbaiki. Dengan
regulasi yang baik akan membuat Basyarnas menjadi pilihan
penyelesaian sengketa non litigasi. Sehingga sengketa ekonomi syariah
tidak perlu lagi diajukan ke pengadilan untuk mengurangi penumpukan
perkara di pengadilan.
PT Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo berharap Pengadilan
Agama segera berbenah diri agar Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
93/PUU-X/2012 benar-benar bisa diterapkan. Saat ini memang sudah
terlihat kemajuan Pengadilan Agama dengan pelatihan-pelatihan
terhadap hakim-hakimnya dan kantor-kantor Pengadilan Agamapun saat
ini sudah mulai menyebar di daerah-daerah Indonesia meski belum
merata.
Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo juga berharap tidak akan ada
sengketa lagi yang harus diselesaikan di pengadilan. Cukup musyawarah sebagai
forum untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan analisis penulis terhadap hasil peneleitian yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1 Keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012
memberikan implikasi hukum terhadap penyelesaian sengketa perbankan
syariah secara litigasi maupun non litigasi. Secara litigasi, putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 semakin memperkuat
kewenangan Pengadilan Agama sebagai forum penyelesaian sengketa
perbankan syariah. Sedangkan kewenangan Pengadilan Negeri untuk
menyelesaikan sengketa perbankan syariah tidak lagi memiliki kekuatan
hukum tetap. Secara non litigasi, putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
93/PUU-X/2012, membuka peluang selebar-lebarnya untuk semua jenis
alternatif penyelesaian sengketa tanpa dibatasi. Namun jika memilih
menyelesaikan sengketa perbankan syariah secara non litigasi harus secara
jelas dicantumkan di dalam akad perjanjian. Alternatif penyelesaian
sengketa tersebut juga harus menggunakan prinsip syariah dalam
menyelesaikan sengketa perbankan syariah.
2 Setelah putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 keluar,
pilihan forum penyelesaian sengketa perbankan syariah secara litigasi pada
Bank Syariah Mandiri KCP Urip Sumoharjo tetap dilakukan di Pengadilan
Negeri. Hal tersebut tentu bertentangan dengan putusan Mahkamah
Konstitusi yang menyatakan bahwa kewenangan absolut mengadili
sengketa ekonomi syariah secara litigasi khususnya perbankan syariah jatuh
pada Pengadilan Agama bukan Pengadilan Negeri. Pertimbangan-
pertimbangan atau alasan penyelesaian sengketa secara litigasi masih
dilakukan di Pengadilan Negeri antara lain: a. kurangnya kepercayaan bank
syariah dan nasabah terhadap Pengadilan Agama, karena selama ini
73
Pengadilan Agama dianggap hanya menyelesaikan masalah keluarga saja;
b. hakim Pengadilan Negeri lebih berpengalaman menangani sengketa
ekonomi syariah, karena sudah terbiasa menangani sengketa bisnis; c.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 masih multitafsir,
sehingga tidak ada keseragaman pemahaman mengenai kewenangan
penyelesaian sengketa perbankan syariah diantara para hakim.
B. Rekomendasi
1. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 semakin
menguatkan eksistensi Pengadilan Agama dalam menyelesaikan sengketa
ekonomi syariah, khususnya perbankan syariah. Sehingga Pengadilan
Agama harus segera berbenah diri agar menjadi pengadilan yang memang
memiliki kredibilitas dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah.
Hakim Pengadilan Agama diharapkan meningkatkan wawasan dan
pengetahuan mengenai ekonomi syariah melalui, seminar, pelatihan,
bimbingan teknis bahkan jika mampu dengan melakukan studi ke luar
negeri.
2. Kepada lembaga keuangan syariah dan nasabah sebaiknya selalu
mengutamakan musyawarah maupun alternatif penyelesaian sengketa yang
lain dalam menyelesaikan sengketa mereka. . Hal tersebut karena aktifitas
perbankan syariah menggunakan prinsip syariah, sehingga sudah sepatutnya
jika sengketa perbankan syariah yang terjadi diajukan ke Pengadilan Agama
yang menerapkan prinsip syariah. Bukan Pengadilan Negeri yang sudah
jelas tidak memiliki kewenangan dalam menyelesaikan sengketa perbankan
syariah. Dengan pertimbangan lebih efisien waktu, biaya, tenaga, dan
kerahasian dari sengketa mereka pun lebih terjamin. Selain itu bisa
mengurangi penumpukan perkara di pengadilan. Sedangkan untuk pembuat
undang-undang atau peraturan sejenisnya hendaknya lebih memperhatikan
dan cermat dalam membuat undang-undang dan peraturan agar tidak
menimbulkan multitafsir bagi warga negara.
74
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, M. Hatta. Peradilan Sederhana Cepat & Biaya Ringan. Bandung: PT. Alumni.
2012.
Amriani, Nurningsih. Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan.
Jakarta: Grafindo Persada. 2012.
Anshori, Abdul Ghofur. Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008).
Bandung: Refika Aditama. 2009.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani Press. 2001.
Badrulzaman, Mariam Darus. Pembentukan Hukum Nasional dan
Pembentukannya. Bandung: Alumni. 1981.
Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009.
Djamil, Faturrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah.
Jakarta: Sinar Grafika. 2012.
Emirzon, Joni. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 2001.
Fuady, Munir. Arbitrase Nasional: Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis.
Bandung: Citra Aditya Bakti. 2009.
H. S., Salim. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar
Grafika. 2003.
Hernoko, Agus Yudh. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalm Kontrak
Komersial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012.
75
Ibrahim, Johannes. Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian
Kredit Bermasalah. Bandung, PT Refika Aditama. 2004.
Imaniati, Neni Sri. Penyelesaian Sengketa dalam Perspektif Hukum Ekonomi.
Bandung: CV Mandar Maju. 2012.
Indonesia, Ikatan Bankir. Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama. 2012.
Meleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. edisi revisi, Bandung: PT Remaja
Rosyada Karya. 1997.
Mardani. Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
2011.
Mujahidin, Ahmad. Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2014.
Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa. 1979.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. 2008.
Suharnoko. Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kontrak. Jakarta: Prenada Media.
2004.
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Bogor:
Ghalia Indonesia. 2009.
Umam, Khotibul. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia. 2012.
Usman, Rachmadi. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti. 2012.
Widjaya, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum Arbitrase. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2000.
76
Jurnal, Skripsi, dan Tesis
Harahap, Purnama Hidayat. “Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah sesuai Isi
Akad Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.
93/PUU-X/2012”. Usu Law JOURNAL. Vol. 4, 2016 : 165-176.
Irfan, Nurul M, Afwan Faizin, dan Bukhori Muslim. “Peran Basyarnas dalam
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah (Studi Pandangan Pelaku
Ekonomi Syariah di Jakarta). Al-Manahij. Vol. 2, 2017 : 145-159.
Nurhayati, Siti. ”Eksistensi Peradilan Agama Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
No. 93/PUU-X/2012 tentang Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah”.
Justitia Islamica. Vol. 12, 2015 : 1-24.
Taher, Hardy. “Penyelesaian Sengketa Antara Bank Syariah dan Nasabah pada
Pembiayaan Berdasarkan Akad Mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri.
Lex Privatum. Vol. 3, 2015 : 141-150.
Tresnawati, Ita. “Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Syariah Melalui Cara Non
Litigasi Pada PT. Bank Syariah Mandiri di Surakarta”. Jurnal Pasca Sarjana
Hukum UNS. Vol. 3, No. 2, 2015.
Wildani, Farhan. ” Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-X/2003 (Studi Kasus di PT
BPRS Sarana Prima Mandiri Pemekasan Madura)”. Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016.
Yunari, Afrik. “Choise of Forum dalam Penyeesaian Sengketa Perbankan Syariah
Pasca Terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-X/2012”.
Ahkam. Vol. 4, 2016 : 43-56.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
77
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tetang Peradilan Agama.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum.
Undang-Undang Dasar 1945.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012.
Website
www.ojk.go.id, diakses pada tanggal 8 Oktober 2018 pukul 16.00 WIB.
Alyaza.blogspot.com, diakses pada tanggal 25 Februari 2018 pukul 14.28 WIB.
Business-law.binus.ac.id (Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Indonesia),
diakses pada tanggal 25 Februari 2018 pukul 14.49 WIB.
Khafidsociality.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 04 April 2018 pukul 00.47
WIB.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
Nomor: 89/Pd t .G . / 2011 /PN. Ska
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadi l an Neger i Surakar ta , yang memer iksa dan mengadi l i
perka ra - perka ra perda ta , pada perad i l an t i ngka t per tama, te lah
menja tuhkan putusan sebaga i ber i ku t , dalam perkara gugatan anta ra
:
1. DRS. YB IRPAN, SH, MH
2. ARGO TRIYUNANTO NUGROHO, SH
Keduanya Advokat pada kanto r Advokat Drs . YB I rpan , SH,MH,
yang bera lamat d i Ja lan Mela t i No. 6 Purwosar i , Surakar t a ,
berdasarkan Sura t Kuasa Khusus No. 13/176UA/DIR, tangga l 21
Pebruar i 2011, yang te lah dida f t a r kan d i Kepani t e raan
Pengadi l an Neger i Surakar ta pada tangga l 7 Jun i 2011, No.
168, se laku kuasa dar i :
PT. BANK SYARIAH MANDIRI
Berkedudukan : d i Jakar ta .
Dalam hal in i te lah dikuasakan kepada : DRS YB IRPAN, SH.MH
& ARGO TRIYUNANTO NUGROHO, SH .
Advokat yang bera lamat di Advokat Drs .YB. I r pan SH.MH
J l .Me la t i No. 6 Purwosar i Surakar t a .
Yang se lan ju t nya disebu t sebaga i ……………………….…PENGGUGAT
L A W A N
1. WISNU BUDI PRAKOSO .
Peker jaan : swasta , warga negara Indones ia , ber tempat
t i ngga l d i Kampung Kepat i han Wetan Rt 09/Rw 01 Kel .
Kepat i han , Kec.Jebres Kota Surakar t a .
Selan ju t nya disebu t sebaga i ………………………………TERGUGAT I
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2. SRI MURNI HANDAYANI
Peker jaan : swasta , warga negara Indones ia , ber tempat
t i ngga l d i Kampung Kepat i han Wetan Rt 09/Rw 01 Kel .
Kepat i han , Kec.Jebres Kota Surakar t a .
Selan ju t nya disebu t sebaga i ……………………………….TERGUGAT I I
Pengadi lan Neger i tersebut ;
Telah membaca Sura t Penetapan Ketua Pengadi l an Neger i
Surakar t a No. 89/Pd t .G /2011 /PN. Ska, tangga l 6 Apr i l 2011, Tentang
penun jukan Maje l i s Hakim untuk memer iksa dan mengadi l i perkara in i
;
Telah membaca Sura t Penetapan Hakim Ketua Maje l i s
No.89 /Pd t .G /2011 /PN.Ska . Tanggal 07 Jun i 2011, Tentang Penetapan
Har i Sidang ;
Telah membaca se lu ruh berkas pekara ;
Sete lah mendengar kedua be lah p ihak yang berperka ra ;
Telah memperhat i kan sura t - sura t bukt i yang dia jukan kedua
be lah
pihak yang berperka ra ;
TENTANG DUDUKNYA PERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat dengan sura t Gugatan te r t angga l
06 Jun i 2011, yang dida f t a r kan di Kepani t e raan Pengad i l an Neger i
Surakar t a pada tangga l 07 Jun i 2011, te rda f t a r d ibawah Regis te r
perka ra Nomor : 89/Pd t .G /2011 /PN.Ska , te lah mengajukan gugatan
te rhadap Terguga t I , dan I I , dengan da l i l - da l i l per lawanan, yang
pada pokoknya ada lah sebaga i ber i ku t :
1. Bahwa PENGGUGAT se laku PIHAK BANK dengan TERGUGAT – 1
se laku PIHAK NASABAH atas perse tu j uan i s t e r i n ya
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3
( TERGUGAT- I I ) pada tangga l 29 Desember 2003 te l ah
d i l akukan penandatanganan AKAD PEMBIAYAAN AL MURABAHAH No.
43 te r t angga l 29 Desember 2003 d ihadapan DEWI CAHYANI EDY
SUD , Sar jana Hukum Notar i s d i Karanganyar ;
2. Bahwa berdasarkan AKAD PEMBIAYAAN AL MURABAHAH No. 43
te r t angga l 29 Desember 2003 te rsebu t , TERGUGAT – I te l ah
mener ima fas i l i t a s pembiayaan untuk pembel i an barang
dagangan (bahan bangunan) dar i PENGGUGAT sebaga i ber i ku t :
- harga be l i Rp. 400.000 .000 , -
- marg in kumula t i f Rp. 80.000 .000 , -
- harga jua l Rp. 480.000 .000 , -
- Pembayaran tangguh Rp. 480.000 .000 , -
3. Bahwa atas fas i l i t a s pembiayaan yang te lah d i te r ima
TERGUGAT – I dar i PENGGUGAT sebaga imana d imaksud dalam
pos i t a ke- 2 gugatan te rsebu t dia tas , o leh TERGUGAT-I
ber j an j i dan mengika tkan d i r i untuk membayar kembal i
jumlah se lu ruh hutangnya kepada PENGGUGAT dalam jangka
waktu 12 (dua belas ) bulan se jak tangga l penca i ran dengan
cara mengangsur se t i ap bulannya ya i t u :
1. Angsuran bulan kesatu sampai dengan bulan
kesebe las : Rp. 6.666 .666 ,67 (enam ju ta
enam ra tus enaam puluh enam r i bu enam ra tus
enam pu luh enam enam puluh tu juh persera tus
rup iah )
2. Angsuran bulan keduabe las sebesar : Rp.
406.666 .666 ,63 ( empat ra tus enam ju ta
enamratus enam r i bu enam ra tus enam puluh
enamr ibu enam pu luh t i ga per sera tus
rup iah ) :
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4. Bahwa apab i l a te r j ad i kete r l ambatan pembayaran oleh
TERGUGAT – I kepada PENGGUGAT, maka TERGUGAT-I ber jan j i
dan dengan mengika tkan di r i untuk membayar b iaya
kete r l ambatan pada PENGGUGAT sebesar Rp. 0,00069
(enampuluh sembi l an per sera tus r ibu rup iah ) dika l i k an
nomina l angsuran perbu lan untuk t i ap - t i ap har i
kete r l ambatan te rh i t ung se jak saat kewaj i ban pembayaran
te rsebu t ja tuh tempo sampai dengan tangga l d i l aksanakannya
pembayaran kembal i ;
5. Bahwa berkenaan dengan AKAD PEMBIAYAAN AL MURABAHAH No. 43
te r t angga l 29 Desember 2003 te rsebu t , TERGUGAT-I ber jan j i
dan mengika tkan d i r i untuk menanggung sega la b iaya yang
d iper l u kan te rmasuk se lu ruh b iaya jasa penas iha t hukum
jasa penag ihan dan jasa- jasa la i nnya yag dapat d ibuk t i k an
dengan sah menurut hukum ;
6. Bahwa untuk menjamin te r t i b nya pembayaran kembal i /
pembayaran pelunasan poko k pemb i a y a a n dan marg i n
keun t u n g a n t e p a t pada wak t u yang t e l a h d i sepaka t i
an ta r a PENGGUGAT dengan TERGUGAT-1 sebaga imana te r t u ang
da l am AKAD PEMBIAYAAN AL MURABAHAH No . 43
t e r t a n g g a l 29 Desember 2003 , maka TERGUGAT-I I se l a k u
pen j am i n / a f a l i s be r j a n j i dan meng i k a t k a n d i r i un t u k
menye r ah kan j am i n an dan t e l a h d i b u a t peng i k a t a n
j am i nan be rupa Ak ta pember i a n hak t anggungan kepada
PENGGUGAT a tas se r t i p i k a t t anah hak mi l i k Hak mi l i k
No. 152 /Kayu l o ko yang te r l e t a k d i Prop . Jawa Tengah,
Kab. Wonogi r i , Kec. Sidohar j o , Desa Kayuloko se luas 4.800
M2 te rca ta t atas Hama SRI MURNI HANDAYANI ;
7. Bahwa berkenaan dengan AKAD PEMBIAYAAN AL MURABAHAH No. 43
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
5
te r t angga l 29 Desember 2003 te rsebu t TERGUGAT – I te l ah
melakukan pembayaran angsuran sebaga i ber i ku t :
No. Waktu Pembayaran Jumlah
1 29- 01- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
2 26- 02- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
3 30- 03- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
4 27- 04- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
5 27- 05- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
6 28- 06- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
7 29- 07- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
8 30- 08- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
9 28- 09- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
10 29- 10- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
11 29- 11- 2004 Rp. 6.666 .666 ,66
12 22- 12- 2004 Rp. 6.666 .666 ,76
13 31- 01- 2005 Rp. 6.666 .666 ,76
14 09- 03- 2005 Rp. 6.666 .666 ,76
15 29- 03- 2005 Rp. 6.666 .666 ,76
16 15- 05- 2006 Rp. 6.666 .666 ,76
17 15- 05- 2006 Rp. 6.666 .666 ,76
18 15- 05- 2006 Rp. 6.666 .666 ,76
Jumlah Rp. 119.999 .999 ,94
8 . Ba hwa s e t e l a h j a t u h t em p o p emba y a r a n p e l u n a s a n
h u t a n g s e b a g a i m a n a t e r t u a n g d a l am AKAD PEMB IAYAAN
MURABAHAN No . 4 3 t e r t a n g g a l 2 9 Des embe r 2 0 0 3 ,
h i n g g a g u g a t a n i n i d i a j u k a n , TERGUGAT – I mas i h
mempun y a i k ew a j i b a n k e p a d a PENGGUGAT a t a s
p emba y a r a n p e l u n a s a n p o k o k p emb i a y a a n d a n ma r g i n
k e u n t u n g a n ( s i s a h u t a n g ) s e b e s a r Rp .
3 6 0 . 0 0 0 . 0 0 0 , 0 6 , - ( t i g a r a t u s e n ampu l u h j u t a e n am
p e r s e r a t u s r u p i a h ) .
9 . Ba hwa a k i b a t p e r b u a t a n TERGUGAT- I y a n a g t i d a k
me l a k s a n a k a n k ew a j i b a n s e r t a k ew a j i b a n - k ewa j i b a n
l a i n n y a s e s u a i KAD PEMB IAYAAN AL MURABAHAH No . 43
t e r t a n g g a l 29 Desembe r 2003 t e r s e b u t , maka PENGGUGAT
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pada tahun 2006 pernah menga jukan eksekus i l e l a ng atas
ob jek hak tanggungan mela l u i PT. Ba la i Le lang Roya l Jakar t a
namun demik i an t i dak dapat d i l aksanakan karena ah l i war is
la i nnya yang merasa berhak atas objek hak t a n g gungan t e l a h
menga j u k a n guga t a n d i Pengad i l a n Nege r i Wonog i r i
sebaga imana te rda f t a r dalam reges te r perkara No.
05/Pd t .G /2006 /PN.Wng ;
10. Bahwa berdasarkan putusan pengadi l an Neger i Wonogi r i Nomor :
05/Pd t .G / 2006 /PN.Wng tangga l 20 Ju l i 2006 j o . Putusan
pengad i l a n t i n g g i Semarang Nomor : 247 /PDT / 2 006 / PT . Smg .
t a n g ga l 06 Peb r ua r i 2007 Jo . Pu tu sa n Mahkamah Agung
Repub l i k Indones i a Nomor : 1363 K/PDT/2007 tangga l 20
Pebruar i 2008, dan te lah berkekua tan hukum te tap dan te lah
di l akukan eksekus i sesua i be r i t a aca ra eksekus i
penye r ahan Nomor : 05 /Pd t . E k s / 2010 / PN.Wng. tangga l 03
mei 2011 dalam perkara anta ra Ny. ENDANG SUTARNI sebaga i
pengguga t melawan SRIMURNI HANDAYANI , Dkk . . , se l a ku para
te rguga t , yang amarnya anta ra la i n berbuny i sebaga i ber i ku t :
MENGADILI
- Menya takan Ser t i f i k a t Hak Mi l i k No.152 a tas nama Sr i
Murn i Handayan i ada lah cacat hukum dan t i dak mempunya i
kekuatan mengika t ;
- Menyatakan menuru t hukum bag ian Penggugat ada lah ½
(se tengah) dar i luas tanah yang menjad i sengke t a ya i t u
g i r i k C No.79 yang te r l e t a k d i Dukuh Jarum, Desa
Kayu loko , Kec. Sidohar j o , Kab. Wonogi r i , pers i l 231/141 ,
atas nama B. Kadinem Sonosemi to ya i t u se luas + 2.400 M2
dengan batas - batas :
- Sebelah Utara : Ja lan Sidohar j o – Jat i s r ono
- Sebelah Timur : Tanah bapak Mulyad i dan Bapak kar to
Suwarno
- Sebelah Sela tan : tanah Bapak somo (pan jang +
14,5 m2)
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
7
- Sebelah bara t : Sr imurn i Handayan i
- Apab i l a per l u har t a war i san te r sebu t d i l e l a n g d i
muka umum dengan harga te r t i n gg i dengan bantuan atau
tanpa bantuan a la t negara dan has i l nya d ibag i menjad i
2 (dua) untuk masing- masing ahl i war i s ya i t u
Penggugat dan Terguga t - I ;
- Menyatakan Akta Pember ian Hak Tanggungan atas Ser t i f i k a t
Hak Mi l i k No. 152 atas nama Sr i Murn i Handayan i ada laah
cacat hukum dan t i dak mempunyai kekuatan hukum
11. Bahwa dengan adanya putusan pengadi l an Neger i Wonogi r i
Nomor : 05/Pd t .G / 2006 /PN .Wng tangga l 20 Ju l i 2006 j o .
Pu tusan pengad i l a n t i n g g i Semarang Nomor :
247 / PDT / 2 00 6 / PT . Smg . t a n gg a l 06 Peb ru a r i 2007 Jo .
Pu t u s an Mahkamah Agung Repub l i k Indones i a Nomor : 1363
K/PDT/2007 tangga l 20 Pebruar i 2008, dan te l ah berkekua tan
hukum te tap dan te lah d i l akukan eksekus i sesua i be r i t a aca ra
aca ra eksekus i penye r ahan Nomor : 05 /Pd t . E k s / 2010 /
PN.Wng. tangga l 03 Mei 2011 dalam perkara anta ra Ny. ENDANG
SUTARNI sebaga i pengguga t melawan SRIMURNI HANDAYANI ,
Dkk . . , se l a ku para te rguga t te rsebu t maka seb idang tanah
yang te rc l a f t a r da lam buku C Desa No. 79 pe rs i l 231 /141 ,
a tas nama B. Kad inem Sono Semi t o , yang t e r l e t a k d i dukuh
Jarum, Desa kayu lopo , Kec. Sidohar j o , Kab. Wonogi r i yang
menjad i bag i an /m i l i k TERGUGAT-I I da l am perka r a a quo
ada l ah se l uas + 2400 M2 dengan batas — batas sebaga i
ber i ku :
- sebe lah uta ra : J l Sidohar j o – Jat i s r ono
- sebe lah t imur : Tanah mi l i k Ny.Endang Suta rn i
- sebe lah se la tan : Tanah Bapak Sula rno dan Somo
- sebe lah bara t : Tanah mi l i k Djogo Wikromo
12 . Bahwa pe r b u a t a n TERGUGAT- I yang t i d a k me l a k s a n a k a n
kewa j i b a n pembaya r an pe l u n a s an pokok pemb i a y aan dan
marg i n keun t u n gan se r t a kewaj i ban — kewaj i ban la i nnya
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sebaga imana dalam AKAD PEMBIAYAAN AL MURABAHAH No. 43
te r t a n gga l 29 Desember 2003 se r t a adanya dokumen a t a u
ke t e r a n g a n ya n g d i s e r a h k a n / d i b e r i k a n TERGUGAT-1 I
se l a k u pen jam in / a f a l i s kepada PENGGUGAT t i d a k sah ada lah
merupakan perbua t an cede ra j an j i a tau Wanpres t a s i dan
t e l a h men imbu l k an ak i ba t ke rug i a n bag i penggugat baik
secara mater i a l maupun immater i a l ;
13 . Bahwa oleh karena perbua tan TERGUGAT-I t i dak melaksanakan
kewaj i ban pembaya r an pe l u n a s an pokok pemb i a y aan dan
marg i n keun t u n gan se r t a kewaj i ban — kewaj i ban la i nnya
sebaga imana dalam AKAD PEMBIAYAAN AL MURABAHAH No. 43
t e r t a n g ga l 29 Desember 2003 se r t a dokumen a tau
kete rangan yang d ise rahkan / d iber i kan TERGUGAT-11 se laku
pen jamin /a f a l i s kepada PENGGUGAT t i dak sah ada lah merupakan
perbua tan Cedera jan j i atau Wanpres tas i dan te lah
menimbulkan ak iba t kerug ian bag i penggugat baik secara
mater i a l maupun immater i a l , maka sudah sewaja rnya dan
bera lasan menurut hukum apab i l a PENGGUNGAT menuntu t hak
kepada TERGUGAT-1 agar melaksanakan kewaj i ban pembayaran
pe lunasan pokok pembiayaan dan marg in keun t u n g a n se r t a
kewa j i b a n kewa j i b a n l a i n n y a kepada pengguga t dengan
per inc i an sebaga i ber i ku t :
1) Sisa hu tang Rp. 360.000 .000 ,06 , -
2) Biaya ke te r l amba tan Rp. 181.332 .000 ,03 , -
3) Jasa kuasa hukum Rp. 15.000 .000 , -
0) B iaya Apr i sa l Rp. 1.000 .000 , -
Jumlah Rp. 557.332 .000 ,09
L imara t u s l imapu l u h t u j u h j u t a t i g a r a t u s t i g a p u l u h dua
r i b u semb i l a n pe r sera tus rup iah )
14 . Bahwa un tuk menjamin guga tan PENGGUGAT agar t i d a k te r j a d i
i l u s o i r ke la k karena adanya kekhawat i r an bahwa TERGUGAT-I I
se laku penjamin atas hutang TERGUGAT-1 akan menga l i h k a n
ha r t a kekayaan yang d im i l i k i kepada p i hak l a i n , mohon
kepada Ketua Pengad i l a n Neger i Suraka r t a / Ketua maje l i s
hak im pemer i k s a pe r ka r a un tu k mele t a k k an s i t a j am i n an
a t a s ha r t a kekayaan mi l i k TERGUGAT-I I be rupa seb i dang
t anah yang t e r d a f t a r da l am buku C desa C No.79 yang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
9
t e r l e t a k d i Dukuh Ja rum, Desa Kayu l o k o , Kec . S idoha r j o ,
Kab . Wonog i r i , pe r s i l 231 /141 , a ta s nama B. Kad i nem
Sonosemi t o ya i t u se l u a s + 2.400 M2 dengan batas - batas :
sebe lah u ta ra : JL . Sidohar j o – Jat i s r ono
sebe lah t imu r : Tanah mi l i k Ny. Endang
Sutarn i
sebe lah se la t an : Tanah Bapak Sula rno dan Somo
sebe lah bara t : Tanah mi l i k Djogo Wikromo
15 . Bahwa o l eh ka rena guga ta n pengguga t d i da sa r k a n a ta s
buk t i - buk t i yang sah , maka pengguga t mohon aga r pu tu san
i n i dapa t d i l a k s a na kan t e r l e b i h dahu l u mesk ipun ada
upaya hukum ve rse t , band i ng maupun kasas i se r t a upaya
hukum la i nnya ( Ui l voe rbaar b i j voor raad ) ;
Berdasa r kan a lasan - a lasan se r t a sega l a ura i an te r s ebu t d i
a tas , pengguga t mela l u i kuasa hukumnya mohon kepada Ketua
Pengadi l an Neger i Surakar t a , Cq. Ketua Maje l i s Hakim pemer i k sa
perka ra un tuk memer i ksa , mengad i l i dan menja tuhkan pu tusan yang
amarnya sebaga i ber i ku t :
PR I MA I R :
1 . Mener ima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk se lu ruhnya ;
2 . Menya t a k a n menu r u t hukum , bahwa t i n d a k a n PARA TERGUGAT
t i d a k melaksanakan kewa j i b a n pembaya ran pe l unasan pokok
pemb iayaan dan marg i n keuntungan ser ta kewaj i ban – kewaj i ban
la i nya sesua i ja tuh tempo pe lunasan sebaga imana da lam AKAD
PEMBIAYAAN AL MURABAHAH No. 43 te r t angga l 29 Desember 2003
ser ta dokumen atau kete rangan yang dise rahkan / d ibe r i kan
kepada Penggugat t i dak sah adalaha merupakan perbua tan cedera
jan j i atau wanpres tas i dan te lah menimbulkan ak iba t kerug ian
bag i penggugat baik secara mater i i l maupun immater i e l ;
3 . Menyatakan menuru t hukum bahwa TERGUGAT-1 mempunyai kewaj i ban
kepada PENGGUGAT un tuk melakukan pembayaran pe lunasan pokok
pembiayaan dan marg i n keun tungan se r t a kewa j i b an –
kewa j i b an l a i n y a kepada PENGGUGAT ada lah sebaga i ber i ku t :
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
I . Sisa hutang = Rp. 360.000 .000 ,06 , -
2 . Biaya kete r l amba tan = Rp. 181.332 .000 ,03 , -
3 . Jasa kuasa hukum = Rp. 15.000 .000 , -
0 . Biaya Apr i sa l = Rp. 1.000 .000 , -
Jumlah = Rp. 557.332 .000 ,09
4 . Menghukum TERGUGAT- I un t u k me l a k s a n a k a n kewa j i b a n
pembaya r a n pe lunasan pokok pembiayaan dan marg in keuntungan
ser ta kewaj i ban – kewaj i ban la i nnya kepada PENGGUGAT dengan
per inc i an sebaga i ber i ku t
1 . Sisa hutang = Rp. 360.000 .000 ,06 , -
2 . Biaya kete r l amba tan = Rp. 181.332 .000 ,03 , -
3 . Jasa kuasa hukum = Rp. 15.000 .000 , -
0 . Biaya Apres ia l = Rp. 1.000 .000 , -
Jumlah = Rp. 557.332 .000 ,09
5 . Menya takan sah dan be rha r ga s i t a j am i nan o l eh Pengad i l a n
Neger i Suraka r t a ha r t a keka yaan mi l i k TERGUGAT-I I se l a k u
pen j am i n / a f a l i s a t a s hu t a n g TERGUGAT-I kepada PENGGUGAT
berupa seb idang tanah yang te rda f t a r dalam buku C desa C
No .79 yang t e r l e t a k d i Dukuh Ja rum , Desa Kayu l o k o , Kec .
S idoha r j o , Kab . Wonog i r i , pe rs i l 231 /141 , a tas nama B.
Kad inem Sonosemi t o ya i t u se luas + 2.400 M2 dengan batas - batas
: -
sebe lah uta ra : JI . Sidohar j o - Jat i s r ono
sebe lah t imur : Tanah mi l i k Ny. Endang Suta rn i
sebe lah se la t an : Tanah Bapak Sula rno dan Somo
sebe lah bara t : Tanah mi l i k Djogo Wikromo
6 . Menya t akan bahwa pu tusan pengad i l a n i n i dapa t d i j a l a n k a n
t e r l e b i h dahu l u meskipun ada verze t , band ing maupun kasas i (
Ui tvoe rbaar bi j voor raad ) ;
7 . Menghukum para te rguga t untuk membayar b iaya yang t imbu l dalam
perka ra in i . Menya takan bahwa pu tu san pengad i l a n i n i
dapa t d i j a l a n k a n t e r l e b i h dahu l u meskipun ada verze t ,
band ing maupun kasas i ( Ui tvoe rbaar bi j voor raad ) ;
SUBSIDER
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
11
J ika Ketua Pengadi l an Neger i Surakar ta cq Maje l i s Hakim Pemer iksa
perka ra berpendapat la i n , mohon putusan yang sead i l - adi l nya (Ex
Aequo et Bono )
Menimbang, bahwa pada har i pers idangan yang te l ah
di ten t ukan , p ihak Penggugat datang menghadap Kuasanya Drs . YB
IRPAN, SH.MH , sedangkan p ihak Terguga t I dan Terguga t I I , masing
masing datang menghadap send i r i ;
Menimbang, bahwa Maje l i s Hakim te lah berusaha dan
mengupayakan , agar kedua belah pihak yang bersengke ta , dapat
menyelesa i kan perkaranya dengan ja l an damai mela lu i proses
medias i , dengan menunjuk seorang Hakim Media to r ya i t u , BINTORO
WIDODO, SH ;
Menimbang, bahwa berdasarkan laporan dar i Hakim Media to r ,
te r t angga l 10 Agustus 2011, upaya untuk mendamaikan kedua belah
pihak yang bersengke ta mela lu i perdamaian t i dak berhas i l ,
seh ingga pemer iksaan perkara di l an j u t kan d ipers i dangan dan dimula i
dengan membacakan sura t Gugatan Penggugat , d imana Penggugat
menyatakan te tap pada gugatannya ;
Menimbang, bahwa atas Gugatan Penggugat te rsebu t , Tergugat I
dan Terguga t I I te l ah mengajukan jawaban te r t angga l 20 September
2011, yang is i pada pokoknya ada lah sebaga i ber i ku t :
1. Bahwa benar te rguga t I
atas perse tu j uan I I
pada tangga l 29
September 2003 te lah
melakukan
penandatangan AKAD
PEMBIAYAAN AL
MURABAHAH No. 43
d ihadapan Dwi Cahyan i
Edi Sud , SH Notar i s
Karanganyar .
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2. Bahwa benar
berdasarkan AKAD
PEMBIAYAAN AL
MURABAHAH No 43
te r t angga l 29 Desember
2003 Tergugat I
mener ima fas i l i t a s
pembiayaan untuk
pembel i an bahan
banguanan sebesar Rp.
400.000 .000 , - .
3. Atas fas i l i t a s
pembiayaan te rsebu t
te rguga t I akan
mengembal i kan dengan
mengansur sebesar Rp.
6.666 .666 ,67 , - dengan
ja tuh tempo te r t angga l
29 t i ap bulannya dan
Rp. 406.666 .666 ,67
pada akh i r pembayaran
.
Sebagai et i ka baik Terguga t I membayarkan angsuran sesua i
jadwa l ja tuh tempo se lama tahun 2004. bahkan pembayarannya
sebaga ian besar leb ih awal dar i ja t uh tempo .
4. Dalam perkembangannya
Terguga t I I d iguga t
secara in fo rma l o leh
ahl i war i s la i n yang
merasa berhak atas
tanah ser t i f i k a t hak
mi l i k No. 152/Kayu loko
Kecamatan Sidohar j o
Kabupaten Wonogi r i
Jawa Tengah yang mana
sebaga i jaminan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
13
pembiayaan AL
MURABAHAH No. 43
tangga l 29 Desember
2003 .
Sehingga Tergugat I dan I I t i dak b isa menggunakan
ser t i f i k a t tanah te rsebu t untuk di j ua l dan atau dica r i kan
pendanaan pembiayaan la i n untuk menlan ju t kan usaha
pembuatan perumahan yang te lah d i rencanakan te rguga t I
5. Bahkan gugatan yang
d ia j ukan ahl i war i s
la i n da lam hal in i
Endang Suta rn i
melayangkan gugatan
secara fo rma l ke
Pengadi l an Neger i
Wonogi r i .
Yang sebenarnya te rguga t I I da lam perkara in i t i dak pernah
mener ima re las se lama pers idangan d i Pengadi l an Neger i ,
Pengadi l an Tingg i , maupun Pengadi l an Mahkamah Agung.
Dikarenakan Relas d ia lamatkan d i Gempol Rt I Rw I I Desa
kayu loko Kecamatan Sidohar j o kabupaten Wonogi r i yang mana
sama dengan alamat Endang Sutarn i send i r i . Sedangkan
Terguga t I I berdomis i l i d i Kepat i han Wetan Rt 9 Rw I
Solo , yang seharusnya menuru t Tergugat I I pembuatan
ser t i f i k a t No. 152/Kayu loko Kecamatan Sidohar j o kabupaten
Wonogi r i menggunakan sura t wasia t yang d ibua t o leh Ibu
B.Kad imen Sonosemi to yang sebenarnya ada laah nenek dar i
te rguga t I I (Sr i Murn i Handayan i ) .
Dalam perkembangan Terguga t I dan te rguga t I I melakukan
per temuan medias i dengan p ihak Bank Syar iah Mandi r i yang
dihad i r i o leh Hendra dan Bapak Yuan Set i awan, SH pada
tangga l 25 Agustus 2011, yang mana te lah d isepak t i
perdamaian yang akan d i l an j u t k an ke pihak Advokat .
Menimbang, bahwa atas Jawaban Terguga t I dan Tergugat I I ,
Penggugat t i dak mengajukan Repl i k ;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa se lan ju t nya Penggugat dan Para Terguga t
te l ah mengajukan kes impu lannya te r t angga l 7 November 2011
(kes impu lan para Terguga t ) dan te r t angga l 9 November 2011
(kes impu lan Penggugat ) ;
Menimbang, bahwa untuk mempers ingka t ura ian da lam putusan
in i , maka sega la sesuatu yang te ru ra i dalam ber i t a acara
pers idangan perkara d ianggap te l ah te rmak tub dan menjad i bagian
yang t i dak te rp i sahkan dengan putusan in i ;
TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dal i l - da l i l gugatannya ,
Penggugat te lah mengajukan a la t buk t i sura t berupa :
1. Fotocopy Akta Pembiayaan a l Murabahah No. 43 yang d ibua t o leh
Dewi cahyan i Eddy Sud, SH, Notar i s yang berkedudukan d i
Karanganyar tangga l 29 Desember 2003………………………………………... (d ibe r i
tanda P- 1) ;
2. Fotocopy Sura t Perse tu j uan tangga l 24 Desember
2003…………………………………………………………….... . . . . . (d ibe r i tanda P- 2 )
;
3. Fotocopy Surat Penegasan Perse tu j uan Pember ian Fas i l i t a s
Pembiayaan tangga l 24 Desember
2003 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( d i b e r i tanda P- 3) ;
4. Fotocopy Sura t Kesanggupan tangga l 24 Desember
2003……………………………………………………………………………..…(diber i tanda P- 4) ;
5. Fotocopy Ser t i p i k a t Hak Mi l i k Nomor 152/Desa Kayu loko ,
Kec.S idohar j o , Kab.Wonogi r i te rca ta t atas nama Sr imurn i
Handayan i ……………………………………………………………………………….... . . . . (d ibe r i tanda
P- 5) ;
6. Foto copy Ser t i f i k a t Hak Tanggungan Nomor : 165/2004 atas
nama pemegang hak PT Bank Syar iah Mandi r i berkedudukan di
Jakar t a cabang
Surakar ta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . (d ibe r i tanda P- 6) ;
7. Fotocopy Sal i nan Putusan Mahkamah Agung Republ i k Indones ia
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
15
Nomor1363 K/Pdt /2007 anta ra ENDANG SUTARNI se laku Pemohon
Kasas i / Terband ing /Penggugat melawan SRI MURNI HANDAYANI, DKK
se laku Termohon Kasas i /Pembanding /Te rguga t , ….. . . ( d ibe r i
tanda P- 7) ;
8. Fotocopy Ber i t a Acara Eksekus i Penyerahan dan Ber i t a Acara
Pengangkatan Si ta No. 05/Pdt .Eks /2010 /Pn .Wng tangga l 11 Mei
2011 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . (d ibe r i tanda P- 8) ;
9. Fotocopy Riwayat fas i l i t a s Murabahah atas nama Nasabah Wisnu
BudiPrakoso tangga l 13 Jun i 2011 …………………………. (d ibe r i tanda
P- 9) ;
Bahwa fo to copy sura t sura t buk t i yang dibe r i tanda P- 1 s/d P- 9,
te l ah d icocokan dengan as l i n ya dan bermete ra i cukup ;
Menimbang, bahwa Terguga t I dan Tergugat I I t i dak
mengajukan ala t - ala t buk t i d ipe rs i dangan ;
Menimbang, bahwa dar i a la t ala t buk t i yang dia jukan
oleh Penggugat berupa sura t sura t , Maje l i s Hakim mempert imbangkan
sebaga i ber i ku t :
Bahwa dar i a la t bukt i sura t yang d ia jukan o leh
Penggugat , yang diber i tanda P- 1, P- 2, P- 3, P- 4 membukt i kan bahwa
benar pada tangga 29 Desember 2003 Tergugat I atas perse tu j uan
Terguga t I I te l ah mendapatkan fas i l i t a s pembiayaan al murabahah
dar i p ihak Penggugat sebanyak Rp.400 .000 .000 , - (empat ra tus ju ta
rup iah ) sebaga i modal ker j a untuk pembel i an barang dagangan (bahan
bangunan) , dengan jangka waktu se lama 12 (dua belas ) bulan dengan
marg in komula t i f yang akan dipero l eh oleh Penggugat sebanyak
Rp.80 .000 .000 , - (de lapan puluh ju ta rup iah ) , seh ingga harga jua l
dar i Penggugat kepada Terguga t I sebanyak Rp.480 .000 .000 , - (empat
ra tus de lapan puluh ju ta rup iah ) yang d i l akukan dengan cara
pembayaran tangguh (angsuran) ;
Bahwa kesepaka tan anta ra Penggugat dengan Terguga t I ya i t u
pembayaran bulan ke 1 sampai dengan pembayaran bu lan ke 11 d ibayar
oleh te rguga t I kepada Penggugat sebanyak Rp.6 .666 .666 ,67 , - (enam
ju ta enam ra tus enam puluh enam r i bu enam ra tus enam puluh enam,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
enam pu luh tu juh perse ra tus rup iah ) per bu lan , sedangkan
pembayaran bulan ke 12 sebanyak Rp 406.666 .666 ,63 , - (empat ra tus
enam ju ta enam ra tus enam puluh enam r ibu enam ra tus enam puluh
enam, enam puluh t i ga per sera tus rup iah ) ;
Menimbang, bahwa menurut bukt i sura t yang d iber i tanda P- 9,
Terguga t I hanya membayar angsuran sebanyak Rp. 6.666 .666 ,66 , -
(enam ju ta enam ra tus enam pu luh enam r i bu enam r i bu enam puluh
enam, enam puluh enam per sera tus rup iah ) , se lama l ima belas ka l i
angsuran (ku run waktu 29 Januar i 2004 sampai dengan 15 Mei 2006) ,
seh ingga jumlah yang te lah dibayar o leh Terguga t I kepada
Penggugat sebanyak Rp. 119.999 .999 ,94 (se ra tus sembi l an belas ju ta
sembi l an ra tus sembi l an puluh sembi lan r i bu sembi l an r i bu sembi l an
pu luh sembi lan , sembi l an puluh empat per sera tus rup iah ) , d imana
atas bukt i sura t in i , Terguga t I t i dak membantahnya ;
Menimbang, bahwa sete lah tangga l 15 Mei 2006 sampai dengan
gugatan in i d ia jukan , Terguga t I t i dak pernah melunas i pokok
pembiayaan dan marg in keuntungan ser ta b iaya b iaya la i n ,
sebaga imana yang te lah d isepaka t i da lam Akad Pembiayaan Al
Murabahah No. 43 tangga l 29 Desember 2003 :
Bahwa menuru t Penggugat (buk t i sura t ber tanda P- 9) ,
kewaj i ban Terguga t I yang sampai saat gugatan in i d ia jukan belum
dibayarkan kepada Penggugat ada lah :
1. s isa hutang - Rp. 360.000 .000 ,
06, -
2. biaya kete r l ambatan - Rp. 181.332 .000 , 03, -
3. jasa kuasa hukum - Rp. 15.000 .000 , -
4. b iaya apr i sa l - Rp.
1.000 .000 , -
____________
______
Jumlah : - Rp.
557.332 .000 ,09 , - ( l ima ra tus l ima puluh tu j uh ju ta t i ga ra tus t i ga
pu luh dua r i bu , sembi l an persera tus rup iah ) ;
Menimbang, bahwa oleh karena Terguga t I te l ah mela la i kan
kewaj i bannya / t i d a k pernah lag i melunas i pokok pembiayaan dan
marg in keuntungan kepada Penggugat , maka Terguga t I te lah
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
17
melakukan wanpres tas i / i n g ka r jan j i ;
Menimbang, bahwa sebe lum Akad Pembiayaan Al Murabahah No. 43
tangga l 29 Desember 2003, d isepaka t i o leh Terguga t I dan
Penggugat , Terguga t I I te l ah member ikan sura t perse tu j uannya
te r t angga l 24 Desember 2003 untuk mempero leh fas i l i t a s yang
berka i t an dengan pembiayaan dar i Penggugat (su ra t buk t i ber tanda
P- 2) , yang bera r t i bahwa Terguga t I I se laku is t e r i dar i Tergugat I
iku t ber tanggung jawab atas sega la res i ko yang berka i t an dengan
Akad Pembiayaan Al Murabahah yang te lah disepaka t i anta ra
Penggugat dengan Terguga t I ;
Menimbang, bahwa berdasarkan sura t bukt i yang d iber i tanda
P- 7 ( Putusan Mahkamah Agung No 1363 K/PDT/2007 yang te lah
mempunya i kekuatan hukum te tap ) , menyatakan bahwa sura t bukt i
yang diber i tanda P- 5 dan P- 6 t i dak mempunyai kekuatan hukum
mengika t , o leh karenanya maka Ser t i p i k a t Hak Tanggungan No.
165/2004 atas nama Penggugat t i dak mempunya i kekuatan ekseku to r i a l
;
Menimbang, bahwa te rhadap Putusan Mahkamah Agung No 1363
K/PDT/2007 te rsebu t , te l ah d i l aksanakan eksekus inya berdasarkan
Ber i t a Acara Eksekus i Penyerahan No. 05/Pd t .Eks /2010 /PN. Wng. ,
tangga l 3 Mei 2011 ;
Menimbang, bahwa atas eksekus i penyerahan te rsebu t , maka
tanah yang menjad i bag ian /hak Terguga t I I ada lah setengah dar i
seb idang tanah yang te rda f t a r dalam buku C Desa No. 79 pers i l
231/141 , atas nama B Kadinem Sono Semi to , yang te r l e t a k di dukuh
Jarum, Desa Kayu loko , Kec. Sidoar j o , Kab. Wonogi r i se luas + 2400
M2 ;
Menimbang, bahwa menurut Penggugat batas batas tanah yang
menjad i bagian /m i l i k Terguga t I I ada lah :
- sebe lah uta ra : J ln Sidoar j o – Jat i s r ono
- sebe lah t imur : tanah mi l i k Ny Endang Sutarn i
- sebe lah se la tan : tanah Bapak Sula rno dan Somo
- sebe lah bara t : tanah mi l i k Djogo Wikromo ;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa te rhadap tanah bagian /m i l i k Terguga t I I
te rsebu t te l ah di l e t akkan Si ta Jaminan, berdasarkan Penetapan
Maje l i s Hakim No. 89/Pd t . G/2011/ PN Ska. , tangga l 15 Nopember
2011, dan te lah d i l aksanakan Si ta Jaminan o leh Juru Si ta
Pengadi l an Neger i Wonogi r i pada : Har i Kamis tangga l 22 Desember
2011 ;
Menimbang, bahwa atas bukt i buk t i sura t yang d ia jukann oleh
Pengugat sebaga imana te lah d iu ra i kan dan d iper t imbangkan te rsebu t
dia tas , para Terguga t t i dak pernah membantahnya dan para Terguga t
juga t i dak mengajukan ala t bukt i apapun d ipers i dangan , seh ingga
apa yang te lah dida l i l k a n o leh Penggugat dalam gugatannya , dapat
dibuk t i k an dipers i dangan
Menimbang, bahwa mengenai pet i t um Penggugat pada poin t 6,
agar putusan in i dapat di j a l ankan te r l eb i h dahu lu meskipun ada
Verze t , band ing maupun kasas i ( Ui tvoe rbaar bi j voor raad ) , o leh
karena tun tu tan Penggugat in i t i dak memenuhi persyara tan yang
di ten t ukan dalam perundang undangan maupun Surat Edaran Mahkamah
Agung, maka tun tu t an Penggugat te rsebu t t i dak per l u d ikabu lkan ;
Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat dapat membukt i kan
gugatannya , maka gugatan Penggugat dianggap cukup bera lasan
seh ingga patu t untuk d ikabu lkan sebag ian ;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dikabu l kan
untuk sebag ian , maka Terguga t I dan te rguga t I I harus lah d ihukum
untuk membayar ongkos perkara yang t imbu l dar i gugatan in i secara
tanggung ren teng ;
Menginga t akan pera tu ran perundang undangan yang
bersangku tan ;
M E N G A D I L I
- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebag ian ;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
19
- Menyatakan bahwa Terguga t I dan Terguga t I I te l ah
melakukan wanpres tas i / ingkar jan j i ;
- Menyatakan bahwa Terguga t I dan Terguga t I I mempunya i s isa
hutang yang waj ib dibayarkan kepada Penggugat sebanyak Rp.
557.332 .000 , 09, - ( l ima ra tus l ima pu luh tu juh ju ta
t i ga ra t us t i ga pu luh dua r i bu sembi l an per sera tus rup iah )
;
- Menghukum Tergugat I dan Terguga t I I untuk membayar s isa
hutangnya yang te rd i r i dar i pe lunasan pokok pembiayaan dan
marg in keuntungan ser ta kewaj i ban kewaj i ban la i nnya ,
sebanyak Rp. 557.332 .000 , 09, - ( l ima ra tus l ima pu luh
tu j uh ju ta t i ga ra tus t i ga puluh dua r i bu , sembi l an per
sera tus rup iah ) kepada Penggugat ;
- Menyatakan sah dan berharga s i t a jaminan yang d i l akukan
oleh Juru Si ta Pengadi l an Neger i Wonogi r i , pada har i Kamis
tangga l 22 Desember 2011, atas seb idang tanah yang
te rda f t a r da lam buku C Desa No. 79 atas nama B Kadinem
Sono Semi to yang te r l e t a k d i dukuh Jarum, Desa Kayuloko ,
Kec. Sidohar j o , Kab. Wonogi r i se luas + 2.400 M2 dengan
batas batas :
sebe lah uta ra : J ln . Sidohar j o – Jat i s r ono
sebe lah t imur : tanah mi l i k Ny. Endang
Sutarn i
sebe lah se la tan : tanah bapak Sula rno dan
Sono
sebe lah bara t : tanah mi l i k Djogo wik romo
- Menolak Gugatan Penggugat se leb ihnya ;
- Menghukun Terguga t I dan Tergugat I I untuk membayar ongkos
perka ra yang t imbu l dar i gugatan in i , sebesar Rp.
1.992 .000 , - ( satu ju t a sembi l an ra tus sembi l an puluh dua
r i bu rup iah ) ;
Demik ian d ipu tuskan dalam rapa t permusyawara tan Maje l i s
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hakim pada har i Rabu, tangga l 14 Desember 2011 o leh kami SUGENG
BUDIYANTO, SH, MH sebaga i Hakim Ketua , SUSANTO ISNU WAHYUDI, SH
dan ENI ENDRRIYARTINI , SH.MH, masing- masing sebaga i Hakim Anggota ,
putusan mana d iucapkan dalam pers idangan yang te rbuka untuk umum
pada har i Rabu tangga l 4 Januar i 2012 dengan d ihad i r i o leh HERY
SURYONO, SH se laku Pani te ra Penggant i Pengadi l an Neger i te rsebu t ,
Kuasa Penggugat ser ta tanpa d ihad i r i Tergugat I , dan Tergugat I I ;
Hakim- hak im Anggota , Hakim Ketua ,
SUSANTO ISNU WAHYUDI, SH SUGENG BUDIYANTO, SH, MH
ENI ENDRIYARTINI, SH.MH
Pani te ra Penggant i ,
HERY SURYONO, SH
Per inc i an b iaya :
Pendaf ta ran : Rp. 30.000 , -
Pelaksanaan s i t a : Rp. 1.015 .000 , -
Panggi l an : Rp. 850.000 , -
Pemberkasan : Rp. 50.000 , -
Metera i s i t a : Rp. 6000, -
Redaks i : Rp. 5000, -
Pencata tan : Rp. 25.000 , -
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
21
Metera i putusan : Rp. 60000, -
Redaks i putusan : Rp. 5000, -
J u m l a h : Rp. 1.992 .000 , -
(sa tu ju ta sembi l an pu luh sembi l an dua r i bu
rup iah )
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21