Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

7
145 OptimalIsasi Prestasi Peserta Didik Melalui Sistem Pendidikan yang Humanis: Suatu Perbandingan Dengan Negara Maju RB Kasihadi Program Studi Teknologi Pendidikan dan PGSD FKIP Univet Bantara Sukoharjo Jl. Letjen S. Humardani No.1 Kampus Jombor Sukoharjo 57521 Telp. (0271) 593 156, Fax. (0271) 591065 Abstrak Artikel ini memberikan gambaran kepada para pemerhati dan pendamba pendidikan yang berkualitas. Tanpa pendidikan yang baik dan bermutu, kehidupan dalam berbangsa dan bernegara akan menemui berbagai permasalahan hidup, karena pendidikan adalah untuk, oleh dan dari manusia itu sendiri. Pendidikan yang humanis, yaitu pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan yang memperlakukan dan menghargai keberadaan manusia sebagaimana adanya. Pendidikan bagaimanapun juga harus dapat membantu seseorang untuk dapat menemukan jatidiri yang sebenarnya(learning to be), dan pendidikan adalah membantu mengembangkan potensi phisik dan psikologis setiap siswa semaksimal mungkin. Negara dalam artikel ini adalah contoh pendidikan yang humanis yang mampu mengantarkan para peserta didiknya mengembangkan potensi semaksimal mungkin dan mampu mengantarkan negaranya menjadi negara yang terbaik pendidikannya didunia. Kata-kata kunci: Pendidikan perbandingan, kualitas, humanis. Pendahuluan Membaca hasil survey international PISA tahun 2003 yang menempatkan prestasi peserta didik di Finlandia, menarik untuk diterapkan atau dicontoh oleh Indonesia. Negara tersebut menempati urutan pertama dunia dalam bidang pendidikan. Mengapa demikian, ternyata pendidikan di negara tersebut tidak sulit untuk diikuti dalam penyelenggaraan sistem pendidikannya. Apabila dibandingkan dengan Indonesia dalam penyelenggaraan sistem pendidikannya, negara Finlandia menempati urutan teratas dunia, sedangkan Indonesia menempati urutan terbawah dunia. Jangankan dunia, dengan negara anggota ASEAN saja , peringkat Indonesia menempati urutan terbawah juga. Dari dua belas negara ASEAN yang di survey, mutu pendidikannya menempati urutan dua belas juga. Survey PISA tersebut diatas juga menunjukkan bahwa hanya satu diantara tujuh pelajar Indonesia yang mampu menunjukkan kompetensi higher order of thinking seperti problem solving , sementara di Finlandia ada lima yang lolos. Walaupun kadang pemimpin negeri ini mengatakan jangan membandingkan pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di negara yang dari segi ekonomi sudah maju, tetapi apa boleh dikata kalau memang perbedaannya terlalu menyolok. Apakah kita tidak mau berkiblat atau berkaca dengan negara yang memang maju segalanya?. Mengetahui posisi Indonesia dalam Indeks Pembangunan Pendidikan atau EDI (Education Development Index) yang terdapat pada laporan EFA (Education For All) yang dipublikasikan dalam Global Monitoring Report 2008 oleh UNESCO sebenarnya malah semakin membktikan bahwa peringkat Indonesia memang rendah bahkan bila dibandingkan dengan negara tetangga sekalipun, umpama dengan Malaysia.

Transcript of Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

Page 1: Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

145

OptimalIsasi Prestasi Peserta Didik Melalui Sistem Pendidikan yangHumanis: Suatu Perbandingan Dengan Negara Maju

RB Kasihadi

Program Studi Teknologi Pendidikan dan PGSD FKIP Univet Bantara SukoharjoJl. Letjen S. Humardani No.1 Kampus Jombor Sukoharjo 57521

Telp. (0271) 593 156, Fax. (0271) 591065

Abstrak

Artikel ini memberikan gambaran kepada para pemerhati dan pendambapendidikan yang berkualitas. Tanpa pendidikan yang baik dan bermutu,kehidupan dalam berbangsa dan bernegara akan menemui berbagai permasalahanhidup, karena pendidikan adalah untuk, oleh dan dari manusia itu sendiri.Pendidikan yang humanis, yaitu pendidikan yang memanusiakan manusia.Pendidikan yang memperlakukan dan menghargai keberadaan manusiasebagaimana adanya. Pendidikan bagaimanapun juga harus dapat membantuseseorang untuk dapat menemukan jatidiri yang sebenarnya(learning to be), danpendidikan adalah membantu mengembangkan potensi phisik dan psikologissetiap siswa semaksimal mungkin. Negara dalam artikel ini adalah contohpendidikan yang humanis yang mampu mengantarkan para peserta didiknyamengembangkan potensi semaksimal mungkin dan mampu mengantarkannegaranya menjadi negara yang terbaik pendidikannya didunia.

Kata-kata kunci: Pendidikan perbandingan, kualitas, humanis.

Pendahuluan

Membaca hasil survey international PISA tahun 2003 yang menempatkan prestasipeserta didik di Finlandia, menarik untuk diterapkan atau dicontoh oleh Indonesia.Negara tersebut menempati urutan pertama dunia dalam bidang pendidikan. Mengapademikian, ternyata pendidikan di negara tersebut tidak sulit untuk diikuti dalampenyelenggaraan sistem pendidikannya. Apabila dibandingkan dengan Indonesia dalampenyelenggaraan sistem pendidikannya, negara Finlandia menempati urutan teratasdunia, sedangkan Indonesia menempati urutan terbawah dunia. Jangankan dunia, dengannegara anggota ASEAN saja , peringkat Indonesia menempati urutan terbawah juga. Daridua belas negara ASEAN yang di survey, mutu pendidikannya menempati urutan duabelas juga. Survey PISA tersebut diatas juga menunjukkan bahwa hanya satu diantaratujuh pelajar Indonesia yang mampu menunjukkan kompetensi higher order of thinkingseperti problem solving , sementara di Finlandia ada lima yang lolos. Walaupun kadangpemimpin negeri ini mengatakan jangan membandingkan pendidikan di Indonesiadengan pendidikan di negara yang dari segi ekonomi sudah maju, tetapi apa boleh dikatakalau memang perbedaannya terlalu menyolok. Apakah kita tidak mau berkiblat atauberkaca dengan negara yang memang maju segalanya?. Mengetahui posisi Indonesiadalam Indeks Pembangunan Pendidikan atau EDI (Education Development Index) yangterdapat pada laporan EFA (Education For All) yang dipublikasikan dalam GlobalMonitoring Report 2008 oleh UNESCO sebenarnya malah semakin membktikan bahwaperingkat Indonesia memang rendah bahkan bila dibandingkan dengan negara tetanggasekalipun, umpama dengan Malaysia.

Page 2: Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

WIDYATAMA 146

Setiap orang mestinya ingin mengetahui mengapa negara yang begitu longgardalam penyelenggaraan sistem pendidikannya dan perlakuannya terhadap peserta didikdapat meraih peringkat lebih tinggi dalam PISA dari pada Korea Selatan yang bebanbelajar bagi masing-masing peserta didiknya adalah 50 jam per minggu. Hal ini sangatpadat bila dibandingkan dengan Finlandia yang anya 30 jam per minggu. Indonesia 42jam per minggu. Terlebih lagi sistem pendidikan di Finlandia tidaklah mengenal sistemUjian Nasional (Unas) sebagaimana Indonesia yang telah menjadikan Ujian Nasional(UN) sebagai tolok ukur mutu pendidikan secara nasional. Finlandia tidak mengenaljuga sistem ranking, sistem tinggal kelas, tidak naik, tidak lulus, pengelompokan pesertadidik (anak pandai, kurang pandai, bodoh dll. Indonesia sangat kental dan dikenalsehingga ditakuti oleh peserta didik.

Melalui kajian ini akan dikemukakan perbandingan sistem pendidikan keduanegara secara ringkas berdasar literatur dan pustaka yang ditemukan. Terutama yangberkaitan dengan usaha-usaha atau upaya untuk mengoptimalkan prestasi peserta didikIndonesia melalui sistem pendidikan yang humanis, terutama yang menyangkutkomponen-komponen pendidikannya.

Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan

Prinsip penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pasal 4 ayat 1 sampai dengan 6. Namunpasal-pasal selanjutnya dalam UU tersebut ternyata memberlakukan peserta didik dengancara yang sangat diskriminatif, sebagaimana pasal 5 ayat 2 hingga 4, yang menyatakanbahwa hanya warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,sosial atau tinggal didaerah terpencil atau terkebelakang, masyarakat adat yang terpencil,serta warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhakmemperoleh pendidikan khusus yang mekhanismenya tidak dipaparkan dengan jelasbahkan tanpa PP turunan. Landasan hukum inilah yang kemudian menjadi dasar bagisekolah-sekolah untuk mengadakan kelas unggulan yang berisi peserta didik yangdianggap memiliki tingkat intelektual lebih baik dibandingkan dengan peswerta didiklainnya. Peserta didik dikelas unggulan biasanya mendapatkan fasilitas lebih, berupatambahan mata pelajaran intensip dan juga tenaga pendidik dengan kapasitas lebih.Perlakuan khusus yang kemudian diterjemahkan dengan pendidikan khusus ini akanmenimbulkan kecemburuan sosial diantara peserta didik karena persaingan tidak sehatyang diciptakan oleh sekolah. Terlebih lagi dengan kemunculan label sekolah favorit,dan sekoah tidak favorit, label SSN dan SBI, yang telah mengkotak-kotakkan levelsekolah sehingga juga memunculkan persaingan yang tidak sehat diantara masing-masing sekolah, yang tentu saja akan berimplikasi negatif pada peserta didik. Dalampenyelenggaraan sistem pendidikan yang demikian jelas kurang menempatkan siswauntuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin. Bukankahsebenarnya hakikat belajar adalah mengembangkan potensi diri semaksimal mungkin,sehingga dapat membantu menemukan jati diri siswa peserta didik masing-masing yangsebenarnya.

Sistem pendidikan di Finlandia tidak mengkotak-kotakkan peserta didik seperti diIndonesia. Tidak ada diskriminasi peserta didik yang didasarkan atas tingkat intelelektualmereka. Peserta didik hanya dikategorikan menjadi dua, yaitu peserta didik yang lambatbelajar dan peserta didik yang cepat belajar. Indonesia dikenal banyak membeda-bedakan peserta didik. Inilah yang sebenarnya tidak manusiawi. Bukankah Emannuel

RB Kasihadi. Optimalisasi Prestasi Peserta Didik Melalui Sistem Pendidikan yang…..

Page 3: Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA

147 WIDYATAMA

Kant mengatakan bahwa pendidikan adalah pemanusiaan manusia atau memanusiakanmanusia muda. Nampaknya hal demikian kurang dipahami oleh penyelenggarapendidikan di Indonesia. Peserta didik yang lambat belajar tentu mendapat bimbinganyang intensif. Namun bagi peserta didik lain juga disediakan kelas tambahan bila merekaingin mengikuti kelas tambahan secara suka rela. Bahkan deskriminasi juga tidak terjadipada peserta didik yang memiliki kasus psikologis khusus ataupun lemah mental.Memang tersedia kelas khusus bagi mereka, tetapi kelas tersebut tidak dihuni selamanyaoleh peserta didik yang bermasalah tersebut, sebab mereka akan dikembalikan padateman-teman sekelasnya apabila dirasa mereka sudah cukup siap. Hal tersebut dilakukandengan pertimbangan agar tidak timbul stigma negatif yang dapat mengganggu rasapercaya diri peserta didik sehingga mereka terhambat untuk berprestasi. Hal demikianmengantarkan Finlandia menjadi negara yang maju dan berpredikat terbaik dunia.Termasuk keberhasilannya mendidik peserta didik yang lemah mental ataupun dengankhasus psikologis khusus, prestasi mereka ternyata tidak jauh berbeda dengan pesertadidik yang normal. Di Indonesia ya memang diselenggarakan pendidikan khusus denganberbagai kelemahan, dari kelemahan fisik sampai lemah mental. Tuna fisik umpama tunarungu, tuna netra, tuna laras, tuna daksa bahkan ada tuna susila. Ada SLB A, SLB B,SLB C, SLB D, SLB E dan lain-lain. Inilah sistem pengkotak-kotakan pendidikan diIndonesia.

Sebagaimana tergambar dalam prinsip-prinsip penyelenggaraan sistempendidikan Finlandia, negara ini menganut prinsip pendidikan humanis. Humanis berasaldari kata humanus yang merupakan kata sipat dari homo yang berarti manusia.Pendidikan humanis tersebut didefinisikan sebagai keseluruhan unsur dalam pendidikanyang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebihmanusiawi dengan tiga prinsip sebagai berikut: (1) dalamm proses pendidikan,pengembangan hati dan pikiran harus berjalan secara bersama-sama; (2) peserta didikharus diberi kesempatan untuk berkenalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang abadidan universal; (3) dalam pendidikan harus ada kerja sama yang erat antara peserta didikdan pendidik, juga antara teori dan praktek pendidikan”. (Lichona T,1992)

Sebenarnya konsep ‘humanizing human through education’ tersebut telah lamadikemukakan oleh banyak pakar pendidikan humanis beberapa abad yang lalu. Berbedadengan konsep tabularasanya John Locke yang bertentangan dengan Schopenhauer,melainkan lebih mengarah pada aliran konvergensinya William Sterm dan Al-Ghazali.Pandangan konvergensi tersebut mengemukakan bahwa manusia memang sejak lahirsudah mempunyai bakat atau potensi. Namun potensi dan bakat tersebut tidak dapatberkembang dengan sendirinya secara maksimal tanpa mendapatkan bantuan dari prosespendidikan.

Intinya pendidikan yang humanis dapat dipahami sebagai model pendidikan yangmemuliakan manusia atas potensi-potensi kemanusiaan yang sudah ada dalam dirinya.Pada model pendidikan ini manusia dipandang sebagai subyek yang otonom, sehinggapendidikan harus berpusat pada peserta didik bukan pendidik. Selama tujuan pendidikanuntuk mengenalkan peserta didik terhadap realitas yang ada disekitarnya danmenyadarkan mereka akan proses dihumanisasi yang terjadi atasnya, maka peserta didiktidak lagi dijejali dengan apalan teori melainkan dengan membawa mereka pada realitasitu sendiri, melainkan integrasi antara teori dan praktek. Para pendidik di Finlandiamemahami betul kharakter, sifat para peserta didiknya, dan akhirnya mengerti anak harusdididik dengan cara seperti apa. Kami berharap para pendidik di Indonesia juga benar-benar dapat memahami dan mengerti karakter, sifat, potensi peserta didiknya agar dapat

Page 4: Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

WIDYATAMA 148

membelajarkan secara optimal dan prestasi belajar diperoleh dengan cara yang benarpula.

Finlandia menterjemahkan prinsip humanis dengan memberikan kesempatanyang sama pada seluruh anak yang telah berusia 7 tahun untuk mulai mengenyambangku pendidikan dasar. Anak laki-laki maupun perempuan , dari keluarga dengan latarbelakang ekonomi rendah hingga tinggi, anak imigran maupun penduduk asli, semuanyaberkesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah dasar Finlandia tanpa dipungut beayasepeserpun. Bahkan anak-anak lemah ingatan/mental maupun dengan kasus psikologiskhusus juga memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya.

Kurikulum Pendidikan Dasar

Mata pelajaran inti dan distribusi mata pelajaran dalam silabus pendidikan dasarFinlandia ditetapkan melalui regulasi. Mata pelajaran inti yang ditetapkan di sekolah-sekolah dasar adalah bahasa ibu dan sastra; bahasa resmi lainnya satu bahasa asingseperti bahasa Inggris, Jerman, dan Italia; pendidikan lingkungan; pendidikan kesehatan;pendidikan agama atau etika; ilmu sejarah; ilmu sosial; matematika; fisika; kimia,biologi, geografi, psikologi, musik, seni dan kerajinan, serta ilmu ekonomi rumah tangga.Sementara di Indonesia kurikulum pendidikan dasar secara umum juga memuatpendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuanalam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga,keterampilan atau kejuruan, dan muatan lokal. Perbedaan yang sangat terlihat dari keduakurikulum tersebut adalah bahwa Finlandia lebih banyak menekankan penguasaanbahasa dan sastra termasuk bahasa asing pada peserta didiknya. Selain fungsi bahasasebagai alat komunikasi, tentu saja penguasaan bahasa dan sastra menjadi sangat pentingkedudukannya sebagaimana keberadaan bahasa dalam struktur ilmu sebagai basis yangharus dikuasai peserta didik selain matematika tentunya. (Evelyn J. Sowel. 2000).

The National Board of Education adalah dewan yang menerbitkan kurikulum intisecara nasional. Mereka menyusun kurikulum dengan tujuan dan materi utamakurikulum pendidikan dasar yang berfungsi sebagai guideline bagi sekolah. Namunpemerintah lokal dan sekolah dapat melakukan penyesuaian terhadap mata pelajaranyang akan diajarkan, berbasis pada kebutuhan peserta didik. Bahkan orang tua pesertadidik juga diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menyusun kurikulum sekolahdan tujuan pendidikannya. Indonesia selintas memang menerapkan sistem yang hampirserupa. Acuan kurikulum pendidikan nasional dibuat oleh Depdiknas danpengembanganya diserahkan pada masing-masing sekolah sebagaimana KTSP diimplementasikan. Namun pada prakteknya, tidak semua pendidik memiliki kompetensiuntuk mengembangkan KTSP sebab sudah terbiasa dengan pola kurikulum yangsentralistis.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik Finlandia tidak dipaksa oleh pendidikuntuk mencapai target tertentu. Pendidik hanya memberi tahu mereka tentang nilai-nilaiyang dapat dicapai oleh peserta didik bila mereka memenuhi taraf tertentu. Targetpembelajaran dibuat sendiri oleh peserta didik dengan bantuan orang tua peserta didik.Sistem pendidikan Finlandia memahami belajar sebagai proses bertahap yang tidak bisadipaksakan apalagi diberi target waktu pencapaiannya. Sehingga Finlandia yang tidakmengenal adanya sistem tinggal kelas ini memberikan kesempatan pada peserta didikusia sekolah dasar (kelas 1-9) untuk berada di sekolah hingga 10 tahun lamanya dan bagipeserta didik usia sekolah menengah (kelas 10-12) hingga 4 tahun.

RB Kasihadi. Optimalisasi Prestasi Peserta Didik Melalui Sistem Pendidikan yang…..

Page 5: Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA

149 WIDYATAMA

Sementara yang terjadi di Indonesia sangat jauh bertolak belakang dengan apayang terjadi di Finlandia. Sistem pendidikan di Indoesia mengenal adanya sistem tinggalkelas bagi peserta didik yang nilainya kurang sehingga dianggap tidak patut untukmelanjutkan ke kelas yang berikutnya. Finlandia memandang sistem yang seperti iniakan mengganggu rasa percaya diri peserta didik sehingga menghambat mereka untukberprestasi. Namun yang terutama, sistem tinggal kelas ini sangat dehumanis, sebabtidak menghargai keunikan peserta didik sebagai individu yang memiliki kecepatanbelajar berbeda satu sama lainnya. Bahkan tidak sedikit jumlah peserta didik asalIndonesia yang mengakhiri hidupnya hanya karena mereka tinggal kelas.

Finlandia juga tidak mempunyai ranking sebagaimana Indonesia yang selalumeranking peserta didiknya dalam rapor penilaian akhir semester atau akhir tahun.Sebab peringkat atau nilai dianggap tidak penting oleh pendidik, yang penting adalahbagaimana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran.

Beban belajar peserta didik di Finlandia hanya 190 hari belajar per tahunsementara di Indonesia mencapi hampir 230 hari per tahun. Tiap minggunya pesertadidik belajar hampir 40 jam. Namun beban belajar yang tinggi tersebut tidak hanyadialami oleh peserta didik asal Indonesia, namun juga peserta didik yang negaranyasangat ingin mengejar kemajuan secara kompetitif. Akibatnya peserta didik menjadistress dan bahkan banyak yang mengalami school phobia.

Sebagai prinsip pendidikan humanis, kurikulum Finlandia mengedepankanintegrasi antara teori dan praktik pendidikan, terutama dalam pelajaran sains sehinggapeserta didik dapat belajar banyak mengenai problem solving. Tidak seperti peserta didikdi Indonesia yang rata-rata lebih banyakdijejali dengan hapalan teori yang sangat minimdengan praktek. Pendidik di Finlandia tidak menyampaikan materi dengan menggunakanmetode ceramah sebagaimana halnya yang masih terjadi di Indonesia. Peserta didikmencari informasi sendiri yang mereka butuhkan. Pendidik menjadi fasilitator, tempatmereka bertanya bila mereka menemui kesulitan. Di Indonesia, dialog interaktif antarapendidik dan peserta didik rata-rata hanya terjadi bila pendidik memberikan kesempatanpada peserta didik, itupun di akhir ceramahnya saat jam pelajaran sudah nyaris berakhir.

Di Finlandia peserta didik tidak hanya belajar dengan bimbingan pendidik dikelas namun bebas belajar dimana saja sehingga suasana kegiatan belajar mengajarmenjadi sangat fleksibel dan lebih nyaman. Bahkan penjaga sekolah hingga kepalasekolah pun juga ikut andil dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik bahkan jugadilibatkan untuk membantu menyiapkan makanan di dapur sekolah sebagai saranainteraksi mereka dengan orang-orang yang lebih dewasa.

Hampir serupa dengan Indonesia , pendidik yang mengajar kelas 1-6 adalah gurukelas, sementara pendidik untuk kelas 7-9 adalah guru mata pelajaran. Bedanya sistemunifikasi menyebabkan pendidikan dasar Finlandia tidak terpisah-pisah antara sekolahdasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama sebagaimana yang terjadi di Indonesia.

Sarana Pendidikan

Kualitas pendidikan tidak dapat direfleksikan dalam kualitas fisik bangunansekolah. Hal ini dibuktikan oleh Fillandia. Salah satu sekolah berkualitas tinggi,bangunan sekolahnya bahkan mirip dengan gedung olah raga bulu tangkis atau miripdengan gudang. Peserta didik tidak belajar dikelas-kelas, melainkan merekadiperbolehkan belajar disudut-sudut ruangan manapun dengan mempelajari materipelajaran apapun. Peserta didik dengan kelas berapapun bahkan belajar diruangan yang

Page 6: Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

WIDYATAMA 150

sama dengan mata pelajaran yang berbeda-beda. Bahkan bila mereka merasa penat makapendidikpun memperkenankan mereka untuk bermain. Sementara itu proses belajarmengajar di Indonesia hampir seluruhnya diadakan didalam kelas, peserta didik dudukmanis dibangkunya dan pendidik berceramah didepan kelas.

Pemerintah Finlandia mewajibkan setiap sekolah untuk menjediakan fasilitasbimbingan konseling bagi peserta didiknya. Mereka memperhatian yang luar biasabesarnya pada peserta didik yang memiliki gangguan psikologis dan lemah mentaldengan cara memberi mereka bantuan dengan segera. Di Indonesia pada umumnyasekolah umum tidak mau direpotkan dengan keberadaan peserta didik yangberkebutuhan khusus sehingga keberadaan mereka di isolasi dalam sekolah luar biasa.Sementara fasilitas bimbingan konseling yang ada di sekolah-sekolah Indonesia punjumlah konselornya tidak sebanding dengan jumlah peserta didik di masing-masingsekolah, sehingga efektifitasnya belum terjamin.

Pemerintah Finlandia juga percaya bahwa asupan gizi yang baik akanmempengaruhi kecerdasan peserta didik. Sehingga setiap peserta didik mendapatkanmakan siang gratis dari sekolah setiap harinya. Makanan yang disediakan adalahmakanan dengan menu bergizi tinggi, berbanding terbalik dengan sekolah-sekolah diIndonesia yang mayoritas tidak menyediakan fasilitas tersebut secara cuma-cuma. Setiappeserta didik bahkan mendapat kan fasilitas bus sekolah antar jemput gratis. Bahkanpeserta didik yang jarak rumahnya dengan sekolah lebih dari 5 km diberikan uangpengganti transfortasi. Masalah buku teks pelajaran tidak perlu dikecewakan olehpesertra didik, sebab mereka juga tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untukmembeli buku teks pelajaran, sebab semuanya telah disediakan oleh sekolah. Terlebihlagi jaringan perpustakaan umum di Finlandia sangatlah lengkap sehingga menunjangwarga Finlandia menjadi warga negara yang memiliki budaya membaca sangat tinggi. DiIndonesia pengadaan buku selalu menjadi proyek yang sering disalah gunakan olehoknum birokrasi pendidikan bahkan dana BOS buku saja di korupsi.

Harga buku menjadi tidak terjangkau oleh sebagaian besar kalangan, belum lagiberbagai paksaan dan pungutan liar dari pihak sekolah dan penerbit dalam bisnisperbukuan. Budaya membaca warga negara Indonesia tergolong rendah, penyebabnyabukan karena mereka tidak suka membaca, namun karena harga buku tidak terjangkauoleh mereka.

Perhatian pemerintah Finlandia sangat besar dalam pendidikan generasi penerusbangsa tersebut, sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Sebab hanyapeserta didik yang memiliki orang tua dengan penghasilan tinggi saja yang dapatmenikmati sekolah-sekolah seperti di Finlandia. Di Indonesia sekolah-sekolahberkualitas tinggi identik dengan sekolah ber SPP mahal yang bangunnannya supermewah dan fasilitasnya super canggih sehingga tidak semua kalangan dapatmengaksesnya. Bahkan untuk sekolah-sekolah dengan kualitas yang biasa-biasa saja ,orang tua siswa masih harus dibebani beaya SPP, uang gedung, maupun pungutan-pungutan liar lainnya yang dilakukan oleh pihak sekolah.

Finlandia telah berhasil membuat minimal tingkat pengangguran di negerimereka, berbanding terbalik dengan Indonesia yang memiliki tingkat pengangguran yangselalu meningkat setiap tahunnya. Kreativitas para lulusan sekolah-sekolah di Finlandiajuga sudah terbukti secara internasional dengan keberhasilan Nokia yang selalumenginovasi produknya dalam hitungan waktu yang sangat singkat. Sistem pendidikanyang diaplikasikan oleh negara maju dengan pendapatan perkapita penduduknya yang

RB Kasihadi. Optimalisasi Prestasi Peserta Didik Melalui Sistem Pendidikan yang…..

Page 7: Pikirkan kembali apakah sistem pendidikan indonesia sudah baik atau tidak???

No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA

151 WIDYATAMA

sangat tinggi ini sudah terbukti berhasil mengoptimalkan prestasi belajar peserta didikmereka hingga meraih predikat terbaik dunia.

Perbedaan yang sangat prinsip antara sistem pendidikan di Finlandia dengan diIndonesia amatlah mencolok. Bila Finlandia menganut prinsip pendidikan humanis,maka Indonesia nampak sekali menganut prinsip behevioristik yang sangat dehumanisdalam sistem pendidikannya. Apabila penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesiamau lebih banyak belajar dari sistem pendidikan di Finlandia , bukannya tidak mungkinbila lambat laun Indonesia yang kaya dengan potensi SDM dan SDA ini dapat segerabangkit dari krisis yang sedang dialami negeri ini.

Penutup

Pendidikan adalah investasi kemanusiaan yang paling menguntungkan. Kalaumau jaya dibidang pendidikannya, Indonesia harus mau berkaca dinegara yang majudibidang pendidikannya, seperti halnya Finlandia. Harus tetap diposisikan bahwapendidikan adalah lembaga sosial dan kemanusiaan, bukan lembaga politik dan bisnis.Kita dapat mengingat dan berani untuk sedikit memutar roda kebelakang pada waktuIndonesia jaya dibidang pendidikannya, yang ditandai dengan didapatkannya AvicenaMedali (Medali penghargaan) dari UNESCO yang akhirnya banyak negara ASEANpada berkiblat ke Indonesia dan meminjam guru-guru Indonesia untuk mengajar dinegaranya. .

Daftar Rujukan

Evelyn J. Sowel. 2000. Curriculum, An Integrative Introduction; Prentice Hall, NewJersey.

Thomas Lichona. 1992. Educating For Character: How Our School Can Teach RespectResponsibility. New York: Bantam Books.