PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/... ·...

2
Pikiran Rakyat o Selasa Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ® 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan .Peb OMar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes ",' "". AS dan Domino Demokrasi di Timteng Oleh HIKMAWAN SAEFULLAH ERHATIAN dunia kini P tertuju pada Tirnur Te- ngah. Dimulai dengan keberhasilan revolusi rakyat Tunisia menjatuhkan rezim , otoriter Ben Ali pada pertenga- han Januari 2011, kini giliran rakyat Mesir, Sudan, Suriah, dan Yaman mengikuti langkah yang sama. Para elite politik dari negara-negara Tirnur Tengah ataupun analis politik interna- sional gagal memprediksi domi- no demokrasi yang baru saja bergulir ini. Dengan semakin beraninya rakyat di Tirnur Ten- gah melawan kediktatoran para pemimpinnya, proses demokratisasi di wilayah terse- but patut disambut dengan baik, Pada saat yang sama, para pengamat politik tidak sepatut- nya melupakan dua pertanyaan penting dari perubahan ini. Yang pertama, apakah "domino demokrasi" yang muncul dari bawah (democratization from below) ini akan terus bergulir hingga ke seluruh penjuru Tirnur Tengah? Kemudian apa yang akan dilakukan Amerika Serikat menyikapi perubahan yang terjadi di wilayah ini? Jika memang sejak dahulu alasan AS turut campur dalam perpolitikan di Tirnur Tengah adalah untuk mendukung dan menyebarkan demokrasi, tidak ada alasan bagi mereka tidak mendukung gerakan rakyat seperti di Mesir untuk men- jatuhkan pemimpin yang otorit- er. Meskipun sejauh ini AS melalui juru bicaranya, Robert Gibbs, berakting "netral" den- gan mengatakan yang terjadi di Mesir adalah hak rakyat Mesir untuk menentukan (Rowland, Kara. 2011, "Obama Treads Lightly on Egypt", The Wa- shingtonTimes, 31/1), kecil ke- mungkinan AS akan membiar- kan proses demokrasi dari ba- wah ini terns bergulir ke seluruh Timur Tengah. Alasan paling mendasar adalah agenda politik luar negeri AS di Timur Tengah. Michael C. Hudson, profesor hubungan internasional dari Georgetown University, men- jabarkan tiga agenda politik luar negeri AS di Timur Tengah pas- ca-Perang Dunia IT yakni mena- han pengaruh komunisme, ek- splorasi minyak untuk kepentingan nasional, dan per- lindungan terhadap berdirinya negara Israel. Meskipun sejak awal ioco-an kekuatan komunisme di Tirnur Tengah sudah tidak lagi menja- di ancaman, AS telah men- canangkan musuh barn, yaitu fundamentalisme Islam. Dalam kasus Mesir, AS sangat mengkhawatirkan kelompok populis Islam seperti Ikhwanul Muslimin (IM) naik ke tampuk kekuasaan. Di mata sebagian rakyatnya, aktivis IM adalah pahlawan dan tumpuan hara- pan. Di mata AS, kelompok itu tidak lain, hanyalah kelompok radikal Islam yang anti- demokrasi dan mengancam hegemoni AS dan kepentingan Barat. Selama lebih dari tiga dekade Presiden Mubarak selalu berhasil menekan secara repre- sif tindak tanduk IM. Jika AS membiarkan Mubarakjatuh, ini berarti memberikan lampu hi- jau bagi kelompok radikal terse- but untuk menguasai Mesir. Sebaliknya, menurut Mustafa Abulhimal, aktivis dari Quilliam Foundation, ketakutan Barat ini kurang beralasan. Menurut dia, IM hanyalah minoritas di te- ngah masyarakat Mesir yang be- ragam. Kebangkitan bangsa Mesir bukan diprakarsai oleh IM, melainkan rakyat biasa yang dipimpin pemimpin Islam mod- erat seperti Mohamed ElBare- dei. Abulhimal menekankan agar bangsa Barat tidak perlu takut jika Mesir akan dikuasai Kllptng Humas Onpad 2011 ,-

Transcript of PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/... ·...

Page 1: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/... · keberhasilan revolusi rakyat Tunisia menjatuhkan rezim, otoriter BenAlipada pertenga-han Januari

Pikiran Rakyato Selasa • Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ®17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31OJan .Peb OMar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes ",'

"".

AS dan DominoDemokrasi di Timteng

Oleh HIKMAWAN SAEFULLAH

ERHATIAN dunia kiniP tertuju pada Tirnur Te-ngah. Dimulai dengan

keberhasilan revolusi rakyatTunisia menjatuhkan rezim

, otoriter Ben Ali pada pertenga-han Januari 2011, kini giliranrakyat Mesir, Sudan, Suriah,dan Yaman mengikuti langkahyang sama. Para elite politik darinegara-negara Tirnur Tengahataupun analis politik interna-sional gagal memprediksi domi-no demokrasi yang baru sajabergulir ini. Dengan semakinberaninya rakyat di Tirnur Ten-gah melawan kediktatoran parapemimpinnya, prosesdemokratisasi di wilayah terse-but patut disambut dengan baik,

Pada saat yang sama, parapengamat politik tidak sepatut-nya melupakan dua pertanyaanpenting dari perubahan ini.Yang pertama, apakah "dominodemokrasi" yang muncul daribawah (democratization frombelow) ini akan terus bergulirhingga ke seluruh penjuruTirnur Tengah? Kemudian apayang akan dilakukan AmerikaSerikat menyikapi perubahanyang terjadi di wilayah ini?

Jika memang sejak dahulualasan AS turut campur dalam

perpolitikan di Tirnur Tengahadalah untuk mendukung danmenyebarkan demokrasi, tidakada alasan bagi mereka tidakmendukung gerakan rakyatseperti di Mesir untuk men-jatuhkan pemimpin yang otorit-er. Meskipun sejauh ini ASmelalui juru bicaranya, RobertGibbs, berakting "netral" den-gan mengatakan yang terjadi diMesir adalah hak rakyat Mesiruntuk menentukan (Rowland,Kara. 2011, "Obama TreadsLightly on Egypt", The Wa-shingtonTimes, 31/1), kecil ke-mungkinan AS akan membiar-kan proses demokrasi dari ba-wah ini terns bergulir ke seluruhTimur Tengah. Alasan palingmendasar adalah agenda politikluar negeri AS di Timur Tengah.

Michael C. Hudson, profesorhubungan internasional dariGeorgetown University, men-jabarkan tiga agenda politik luarnegeri AS di Timur Tengah pas-ca-Perang Dunia IT yakni mena-han pengaruh komunisme, ek-splorasi minyak untukkepentingan nasional, dan per-lindungan terhadap berdirinyanegara Israel.

Meskipun sejak awal ioco-ankekuatan komunisme di Tirnur

Tengah sudah tidak lagi menja-di ancaman, AS telah men-canangkan musuh barn, yaitufundamentalisme Islam. Dalamkasus Mesir, AS sangatmengkhawatirkan kelompokpopulis Islam seperti IkhwanulMuslimin (IM) naik ke tampukkekuasaan. Di mata sebagianrakyatnya, aktivis IM adalahpahlawan dan tumpuan hara-pan. Di mata AS, kelompok itutidak lain, hanyalah kelompokradikal Islam yang anti-demokrasi dan mengancamhegemoni AS dan kepentinganBarat. Selama lebih dari tigadekade Presiden Mubarak selaluberhasil menekan secara repre-sif tindak tanduk IM. Jika ASmembiarkan Mubarakjatuh, iniberarti memberikan lampu hi-jau bagi kelompok radikal terse-but untuk menguasai Mesir.

Sebaliknya, menurut MustafaAbulhimal, aktivis dari QuilliamFoundation, ketakutan Barat inikurang beralasan. Menurut dia,IM hanyalah minoritas di te-ngah masyarakat Mesir yang be-ragam. Kebangkitan bangsaMesir bukan diprakarsai olehIM, melainkan rakyat biasa yangdipimpin pemimpin Islam mod-erat seperti Mohamed ElBare-dei. Abulhimal menekankanagar bangsa Barat tidak perlutakut jika Mesir akan dikuasai

Kllptng Humas Onpad 2011 ,-

Page 2: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/... · keberhasilan revolusi rakyat Tunisia menjatuhkan rezim, otoriter BenAlipada pertenga-han Januari

kelompok "radikal" tersebut.Alasan kedua bagi AS ialah

kepentingan minyak. Komitmendan loyalitas para pemimpinArab untuk bekerja sama de-ngan perusahaan-perusahaanminyak AS sejak ditandata-nganinya Red Line Agreementpada 1928 memetakan ke-pentingan ekonomi politik ASyang paling vital di Timur Ten-gah. Jika para pemimpin Arabyang rata-rata otoriter ini kemu-dian dijatuhkan, AS belum me-nemukan figur-figur barn yangdapat diandalkan untukmemenuhi kepentingan minyakmereka.

Agenda politik luar negeri ASdi Timur Tengah yang terpen-ting adalah perlindungan ter-hadap negara Israel. AS sejak1948 di bawah kepresidenanHarry Truman, berkomitmenmelindungi kedaulatan dan kea-manan Israel dengan segalarisiko. Selain memberikan ban-tuan finansial tiga triliun dolarAS setiap tahunnya, AS selalumemastikan tidak ada ancamanstrategis terhadap Israel dariwilayah tersebut.

Selama lebih dari tiga puluhtahun, Mesir di bawah rezimMubarak memiIiki hubungandiplomatik yang baik dengan Is-rael. Dalam konflik Israel-Palestina pun Mubarak tidak

pernah menunjukkan dukunganterhadap Palestina. Jika rezimMubarak diganti dengan rezimyang anti-Israel, kedaulatan dankeamanan Israel akan teran-cam. Jika Mesir jatuh ke tanganrezim anti-Israel, AS dan Israelpatut khawatir. Meskipun ASmemberikan alternatif bagiMubarak untuk tidak lagi dudukdalam pemerintahan, hinggasekarang AS belum tegas me-ngatakan, rezimnya harusmundur dari panggung politikMesir. Ini berarti AS sebetulnyamasih membutuhkan Mubarak.

Terlepas dari keberhasilanTunisia menjatuhkan rezimotoriter Ben Ali, domino de-mokrasi di Timur Tengah tam-paknya tidak akan bergulir den-gan mulus. Meskipun ASmelalui pidatoObama menyam-but baik demokratisasi di TimurTengah, khususnya di Mesir,tidak berarti AS akan tinggal di-am. Kini, AS mencari strategibarn guna dapat memperta-hankan dominasinya di TimurTengah. Salah satunya denganmencari dan mendukung figur-figur politik baru yang dapatmengakomodasi kepentinganAS di wilayah tersebut. ***

Penulis, staf pengajar Juru-san Hubungan Internasioal,FISIP Unpad Bandung.