PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/... · an tinggi...

2
o Sabtu 0 Minggu Pikiran Rakyat o Senin (J Selasa 0 Rabu Kamis 0 Jumat 89 10 11 12 13 14 15 23 24 25 26 27 28 ~ 30 31 --:::------= ---------------::::;:-----;::::---~----:~----:~----:~-~~---::::--- C) Jan C, Peb (, Mar ~J Apr C) Me; 0 Jun Jul 0 Ags 0 Sep OOkt 0 Nov 0 Des 2 18 3 19 45 20 6 21 7 ?2 Latah Mendiril~anFil~om Oleh s. SAHALA TUA SARAGIH B AGAIKAN jamur tumbuh pada musim hujan. Begitulah gam- baran pertumbuhan fa- kultas ilmu komunika- si (Fikom) di tanah air. Sebagian masih bersta- tus jurusan .ilmu ko- munikasi, salah satu jurusan dalam fakultas ilmu sosial dan ilmu politik(FlSIP),Banyak pemimpin (dekan) FI- SIP, baik di perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS) tak rela melepaskan jurus- an ini menjadi satu fakultas mandiri. Maklurnlah, jurusan muda tersebut ter- nyata laris manis sehingga menjadi sumber utama pendapatan (keuangan) FlSIP yang mereka pimpin, Pada 1960-an hingga kira-kira perte- ngahan 1980-an, fakultas/jurusan pu- blisistik tak dipandang dengan sebelah mata, Mahasiswa yang memasuki fakul- tas/jurusan tersebut dianggap sebagai orang yang gagal memasuki fakultas-fa- kultas favorit (antara lain hukum, eko- nomi, kedokteran, pertanian, dan psikologi),Mereka dianggap mahasiswa yang "madesu" (masa depan suram). Seleksicalon mahasiswa sangat longgar, bahkan ada teman yang bergurau wak- tu itu (1970-an), yang ikut seleksi 50 orang, tetapi yang diterima 75 orang. Banyak orang tua yang tak rela anak mereka memasuki fakultas/jurusan mu- da "kelas bawah" tersebut. Bahkan, ba- nyak gadis yang kuliah di fakultas-fakul- tas unggulan yang me- nolak cinta mahasiswa fakultas/jurusan puhli- . sisitik. Banyak juga orang tua enggan ber- menantukan sarjana publisistik. Akan tetapi, pada akhir abad ke-20, ke- adaannya berputar hampir 180 derajat. Pertengahan 1980-an, istilah/nama publisistik (yang berasal dari Jer- man) berganti nama menjadi komunikasi (dipungut dari Amerika Serikat). Tentu bukan karena pergantian na- ma ini terjadi "ledakan" peminat fi- kom/jurusan ilmu komunikasi. Banyak- nya peminat fakultas/jurusan ini pasti- lah berkat perkembangan zaman di tingkat global,terutama berbagai inova- si dan penerapannya dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang teknologi informasi dan ko- munikasi serta media massa. Melihat "ledakan" calon mahasiswa il- mu komunikasi ini, banyak PTN dan PTS ramai-ramai mendirikan fakultas, jurusan, dan sekolah tinggi ilmu komu- nikasi (Stikom), baik program strata sa- tu (SI) maupun strata nol (So) atau dip- loma tiga (D3).Tak sedikit pula yang ne- kat mendirikan program pascasarjana (S2 dan/atau S3). Wah, luar biasa. Ru- panya mereka sangat tergiur oleh'ban- jir" calon mahasiswa ilmu komunikasi. Bagaikan dalam dunia perdagangan, bi- la ada komoditas yang laris manis, ber- munculanlah pedagang barn yang latah Kliping Humas Unpad 2010

Transcript of PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/... · an tinggi...

Page 1: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/... · an tinggi atau rumah sakit, supaya me-raup uang sebanyak-banyaknya clande-ngan cara yang semudah-mudahnya.

o Sabtu 0 Minggu

Pikiran Rakyato Senin (J Selasa 0 Rabu • Kamis 0 Jumat

8 9 10 11 12 13 14 1523 24 25 26 27 28 ~ 30 31

--:::------= ---------------::::;:-----;::::---~----:~----:~----:~-~~---::::---C)Jan C, Peb (, Mar ~JApr C) Me; 0 Jun • Jul 0 Ags 0 Sep OOkt 0 Nov 0 Des

218

319

4 520

621

7?2

Latah Mendiril~anFil~omOleh s. SAHALA TUA SARAGIH

BAGAIKANjamur tumbuhpada musim

hujan. Begitulah gam-baran pertumbuhan fa-kultas ilmu komunika-si (Fikom) di tanah air.Sebagian masih bersta-tus jurusan .ilmu ko-munikasi, salah satujurusan dalam fakultasilmu sosial dan ilmupolitik(FlSIP),Banyakpemimpin (dekan) FI-SIP, baik di perguruantinggi negeri (PTN)maupun perguruantinggi swasta (PTS) takrela melepaskan jurus-an ini menjadi satu fakultas mandiri.Maklurnlah, jurusan muda tersebut ter-nyata laris manis sehingga menjadisumber utama pendapatan (keuangan)FlSIP yang mereka pimpin,Pada 1960-an hingga kira-kira perte-

ngahan 1980-an, fakultas/jurusan pu-blisistik tak dipandang dengan sebelahmata, Mahasiswa yang memasuki fakul-tas/jurusan tersebut dianggap sebagaiorang yang gagal memasuki fakultas-fa-kultas favorit (antara lain hukum, eko-nomi, kedokteran, pertanian, danpsikologi),Mereka dianggap mahasiswayang "madesu" (masa depan suram).Seleksi calon mahasiswa sangat longgar,bahkan ada teman yang bergurau wak-tu itu (1970-an), yang ikut seleksi 50orang, tetapi yang diterima 75 orang.Banyak orang tua yang tak rela anakmereka memasuki fakultas/jurusan mu-da "kelas bawah" tersebut. Bahkan, ba-nyak gadis yang kuliah di fakultas-fakul-

tas unggulan yang me-nolak cinta mahasiswafakultas/jurusan puhli- .sisitik. Banyak jugaorang tua enggan ber-menantukan sarjanapublisistik.Akan tetapi, pada

akhir abad ke-20, ke-adaannya berputarhampir 180 derajat.Pertengahan 1980-an,istilah/nama publisistik(yang berasal dari Jer-man) berganti namamenjadi komunikasi(dipungut dari AmerikaSerikat). Tentu bukankarena pergantian na-

ma ini terjadi "ledakan" peminat fi-kom/jurusan ilmu komunikasi. Banyak-nya peminat fakultas/jurusan ini pasti-lah berkat perkembangan zaman ditingkat global, terutama berbagai inova-si dan penerapannya dalam dunia ilmupengetahuan dan teknologi, khususnyadi bidang teknologi informasi dan ko-munikasi serta media massa.Melihat "ledakan" calon mahasiswa il-

mu komunikasi ini, banyak PTN danPTS ramai-ramai mendirikan fakultas,jurusan, dan sekolah tinggi ilmu komu-nikasi (Stikom), baik program strata sa-tu (SI) maupun strata nol (So) atau dip-loma tiga (D3).Tak sedikit pula yang ne-kat mendirikan program pascasarjana(S2 dan/atau S3). Wah, luar biasa. Ru-panya mereka sangat tergiur oleh'ban-jir" calon mahasiswa ilmu komunikasi.Bagaikan dalam dunia perdagangan, bi-la ada komoditas yang laris manis, ber-munculanlah pedagang barn yang latah

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/... · an tinggi atau rumah sakit, supaya me-raup uang sebanyak-banyaknya clande-ngan cara yang semudah-mudahnya.

membuat clanmenjual komoditas samatetapi dengan kualitas jauh berbeda.

Kini, ada 170 PTN clan PTS yang me-milikijurusan/fakultas ilmu komunika-si atau Stikom. Bandingkan dengan era1970-an, yang sekitar sepuluh fakul-tas/jurusan publisistik. Motif dan tuju-annya cuma satu, uang. Tentu saja diatas kertas mereka menulis, "Untukmenciptakan sumber daya manusia ko-munikasi yang andal untuk turut mem-bangun bangsa clannegara."

Di Jakarta, hampir semua PTS men-dirikan Fikom. Ada pula perusahaanmedia mass a mendirikan PTS, di da-lamnya terdapat pula fikom. Kabarnya,mulai tahun ini Persatuan WartawanIndonesia (PWI) juga latah mendirikanSekolah Tinggi Jurnalistik di Palem-bang dan kelak di berbagai kota besarlainnya. Tak mustahil pula nanti Per-humas pun ikut-ikutan mendirikan Se-kolah Tinggi Hubungan Masyarakat,Asosiasi Televisi Swasta Indonesiamendirikan Sekolah Tinggi PenyiaranTelevisi, Persatuan Radio Siaran Swas-ta Niaga Nasional Indonesia (PRSSNI)mendirikan Sekolah Tinggi PenyiaranRadio, dan entah asosiasi apa lagi kelakyang latah. Tampaknya mereka mengi-ra mengelola PT dan menghasilkansarjana semudah berdagang goreng pi-sang di tepi jalan raya.

Akan tetapi syukurlah, temyata calonmahasiswa umumnya cukup cerdas da-lam memilih fakultas, jurusan, Stikom.Mereka umumnya bisa memilih "ba-rang" terbaik atau sangat baik. Tak he-ran bila banyakjurusan/fakultas ilmukomunikasi clanStikom di Jakarta sertakota-kota besar lainnya yang tidakjku-rang "laku". Kita tak bisa membayang-kan bagaimana pemilik PTS menggajipejabat, dosen, dan karyawan satu Fi-kom bila tiap tahun jumlah mahasiswa

barunya di bawah lima puluh orang. Pa-dahal, mereka membuka tiga jurusan diprogram SI plus dua-tiga jurusan diprogram D3. Jangankan mencapai titikimpas dalam tempo lima tahun, dalamsepuluh tahun pun lembaga pendidikantinggi itu masih terus tekor.

Ya, begitulah bila mendirikan lemba-ga pendidikan tinggi dengan modal ne-kat belaka. Di negara-negara maju,orang-orang yang berlebihan duit (kayaraya) membagi-bagikan uang merekadengan mendirikan yayasan. Lalu ya-yasan sosial itu mendirikan lembagapendidikan tinggi atau rumah sakit ataubadan-badan sosiallainnya. Di negerikita sebaliknya. Banyak orang mendiri-kan yayasan, lalu mendirikan perguru-an tinggi atau rumah sakit, supaya me-raup uang sebanyak-banyaknya clande-ngan cara yang semudah-mudahnya.Ya,begitulah, lain padang lain belalang.

Kita tidak tahu, apakah ke-s8 anggo-ta Asosiasi Pendidikan Tinggi llmu Ko-munikasi (Aspikom) yang berkongresnasional di Pekanbaru pada 27-29 Juliini dan pemerintah (dalam hal ini Di-rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Kementerian Pendidikan Nasional),mampu membuat standardisasi mutululusanjurusan/fakultas ilmu komuni-kasi, Stikom, baik di tingkat D3 dan SImaupun lulusan S2 dan S3. Sesungguh-nya kita pun berharap agar rnereka (ter-utama pemerintah) mampu membuatdan memberlakukan aturan tegas ten-tang syarat-syarat mendirikan jurus-an/fakultas ilmu komunikasi, Stikom.Ini sangat penting bila pemilik dan pe-ngelolajurusan/fakultas ilmu komuni-kasi, Stikom di negeri ini tidak mau ra-mai-ramai MPP (mati pelan-pelan), ***

Penulis, dosen Jurusan Jurnalistik,Fikom Unpad.