Pikiran Rakyat -...

2
Pikiran Rakyat e Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 12 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 @ 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar eApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes. Ayat Perempuan Dala...-..-.~ Literasi B AGI masyarakat Sunda, hampir tidak ada yang tidak pemah mendengar kawih "Tongtolang Nangka". Salah satu kawih sisindiran se- orang anak kepada orang tua yang bermaksud melakukan poligami berupa surupan salendro. Kawihjenaka yang sangat ''berideologi gender", mewakili jeritan kaum perempuan: Tongtolang nangka Kawinan bapa Teu beja-beja PoeSalasa Aduh-aduh sibapa Nganyenyeri ka ema Bapa mah suka-sukajeung nu ngora Kalau membuka khazanah Sunda, sebenarnya dengan sangat mudah akan ditemukan literasi yang memosisikan perempuan dalam harkat yang sangat mulia. Emansipasi yang digelorakan Dewi Sartika dan RAKartini pada masa kolonialisme Belanda sebenarnya adalah pendesakan keinsapan untuk mengingat kembali posisi perempuan dalam kearafian perenial yang dimiliki masyarakat Sunda yang telah didoku- mentasikan dalam banyak teks pantun. Hari Kartini yang selalu diperingati setiap tanggal 21April, hanyalah kesinambungan dari pesan pembebasan yang sebelumnya telah disuarakan para karuhun perempuan Sunda. Tentu kitab kultural itu kebanyakan diformulasikan dalam langgam mitologis. Literasi itu harus dibaca dengan cer- mat sehingga pesan "pembebasan perempuan" dapat tertangkap se- mest\Ilya. Pesan moralnya ternyata melampaui zamannya. Pembacaan itu, meminjam tafsir Paul Ricoeur dalam John B.Thompson (Hermeneutjcs and The Human Science: Esseys on Lan- guage, Action, and Interpretation, 1981)mengandaikanterpenuhnya pemahaman dari sisi teks (wacana yang dibakukan dalam bentuk tulisan), tekstualitas (bagaimana teks dibaca), in- tertekstualitas (hubungan antara satu literasi dan teks dalam literasi lain), dan ekstratekstualitas (konteks pemba- canya). Dalam pantun-pantun Sunda kita ke- rap menemukan sosok terhormat yang bernama Sunan Ambu. Dalam kos- mologi Sunda, ia menempati ruang di kahyangan. Sosok dewi yang selalu mengambil keberpihakan kepada kebe- naran dengan cinta kasih, kejujuran, keadilan, dan kesantunannya. Ditangan Sunan Ambu, dalam cerita pantun Lutung Kasarung, tokoh Pur- basari dilahirkan. Sosok perempuan luhur yang dengan cermat meng- operasikan politik adiluhung. Rela mengambil opsi hidup di hutan demi meraih kemenangan berjangka panjang sehingga dapat ngahudang carita wayang/ / nyilokakeun nyukcruk laku] /nyukcruk laku nu bahayu (menyegarkan kembali hikayat wayangj /mengurai lagi satuan pengalaman/ /pengalaman yang telah lampau/ /menelusuri sudut-sudut masa silam). Perempuan yang dapat mengen- dalikan suasana dengan seni politik . yang tidak menyakiti seperti nampak dalam pantunnya: Pun panghulu tandang Sumuhun darma panyaur Tarima ti pangandika kuring te lambat ngadeuheus rek omit mundur Selain itu Sunan Ambu, untuk menja- ga harmoni di dunia (pancatengah), mengutus para Pohaci yang mengan- dung arti perempuan. Pohaci yangjum- lahnya bisa mencapai 40 orang (melebi- hi kuwota 30 persen keterwakilan . perempuan di DPR) seperti tampak dalam narasi Lutung Kasarung: leut de- wata opat puluh, pohaci opat puluh, bujangga nu opat purah pulang anting. Tentu ada banyak nama Pohaci de- ngan peran yang berbeda. Ada yang ber- tugas di bidang relasi dengan para Sang- hiyang dan ada juga yang bergerak di bidang ekonomi dengan tugas teknis yang sangat terperinci seperti pernah dielaborasi Jakob Sumardjo (2003) yakni: 1)Pohaci Terus Rarang (ngaran pare Kliplng Humas Onpad 2011 ,-

Transcript of Pikiran Rakyat -...

Page 1: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/pikiranrakyat...Pikiran Rakyat eSenin oSelasa oRabu o ... sangat''berideologigender",mewakili jeritan

Pikiran Rakyate Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1517 @ 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OJan OPeb oMar eApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes.

Ayat Perempuan Dala...-..-.~Literasi

BAGI masyarakat Sunda, hampirtidak ada yang tidak pemahmendengar kawih "Tongtolang

Nangka". Salah satu kawih sisindiran se-orang anak kepada orang tua yangbermaksud melakukan poligami berupasurupan salendro. Kawihjenaka yangsangat ''berideologi gender", mewakilijeritan kaum perempuan:

Tongtolang nangkaKawinan bapaTeu beja-bejaPoeSalasaAduh-aduh sibapaNganyenyeri ka emaBapa mah suka-sukajeung nu ngora

Kalau membuka khazanah Sunda,sebenarnya dengan sangat mudah akanditemukan literasi yang memosisikanperempuan dalam harkat yang sangatmulia. Emansipasi yang digelorakanDewi Sartika dan RAKartini pada masakolonialisme Belanda sebenarnyaadalah pendesakan keinsapan untukmengingat kembali posisi perempuandalam kearafian perenial yang dimilikimasyarakat Sunda yang telah didoku-mentasikan dalam banyak teks pantun.Hari Kartini yang selalu diperingati

setiap tanggal 21April, hanyalahkesinambungan dari pesan pembebasanyang sebelumnya telah disuarakan parakaruhun perempuan Sunda. Tentu kitabkultural itu kebanyakan diformulasikandalam langgam mitologis.Literasi itu harus dibaca dengan cer-

mat sehingga pesan "pembebasanperempuan" dapat tertangkap se-mest\Ilya. Pesan moralnya ternyatamelampaui zamannya. Pembacaan itu,meminjam tafsir Paul Ricoeur dalamJohn B.Thompson (Hermeneutjcs andThe Human Science: Esseys on Lan-guage, Action, and Interpretation,1981)mengandaikanterpenuhnyapemahaman dari sisi teks (wacana yangdibakukan dalam bentuk tulisan),tekstualitas (bagaimana teks dibaca), in-tertekstualitas (hubungan antara satuliterasi dan teks dalam literasi lain), danekstratekstualitas (konteks pemba-

canya).Dalam pantun-pantun Sunda kita ke-

rap menemukan sosok terhormat yangbernama Sunan Ambu. Dalam kos-mologi Sunda, ia menempati ruang dikahyangan. Sosok dewi yang selalumengambil keberpihakan kepada kebe-naran dengan cinta kasih, kejujuran,keadilan, dan kesantunannya.Di tangan Sunan Ambu, dalam cerita

pantun Lutung Kasarung, tokoh Pur-basari dilahirkan. Sosok perempuanluhur yang dengan cermat meng-operasikan politik adiluhung.Rela mengambil opsi hidup di hutan

demi meraih kemenangan berjangkapanjang sehingga dapat ngahudangcarita wayang/ / nyilokakeun nyukcruklaku] /nyukcruk laku nu bahayu(menyegarkan kembali hikayatwayangj /mengurai lagi satuanpengalaman/ /pengalaman yang telahlampau/ /menelusuri sudut-sudut masasilam). Perempuan yang dapat mengen-dalikan suasana dengan seni politik .yang tidak menyakiti seperti nampakdalam pantunnya:

Pun panghulu tandangSumuhun darma panyaurTarima tipangandika kuringte lambat ngadeuheus rek omitmundur

Selain itu Sunan Ambu, untuk menja-ga harmoni di dunia (pancatengah),mengutus para Pohaci yang mengan-dung arti perempuan. Pohaci yangjum-lahnya bisa mencapai 40 orang (melebi-hi kuwota 30 persen keterwakilan .perempuan di DPR) seperti tampakdalam narasi Lutung Kasarung: leut de-wata opat puluh, pohaci opat puluh,bujangga nu opat purah pulang anting.Tentu ada banyak nama Pohaci de-

ngan peran yang berbeda. Ada yang ber-tugas di bidang relasi dengan para Sang-hiyang dan ada juga yang bergerak dibidang ekonomi dengan tugas teknisyang sangat terperinci seperti pernahdielaborasi Jakob Sumardjo (2003)yakni:

1)Pohaci Terus Rarang (ngaran pare

Kliplng Humas Onpad 2011 ,-

Page 2: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/04/pikiranrakyat...Pikiran Rakyat eSenin oSelasa oRabu o ... sangat''berideologigender",mewakili jeritan

keur sumihung); 2) Pohaci RambatRarang (ngaran pare bijil akar); 3) Po-haci Lencop Herang (ngaran pare keurjumarumy; 4) Pohaci Lencop Hirup(ngaran pare keur tumumbuh); 5) Po-haci Lenggang Herang (ngaran parekeurcumanggah);6)PohaciLenggok

. Maya (ngaran pare keur kumala); 7)Pohaci Pencar Hurip (nu miseuuiememeh reuneuh); 8) Pohaci Naga Gini(ngaran pare keur kumisii; 9) PohaciJayang Gana (liuxit beukahna tepi karapet); 10) Pohaci Tenjo Maya (ngaranpare beuneur hejo); 12) Pohaci Pangdu-rat Sari (ngaran pare beurat sangga);13) Pohaci Lenggok Kuning (ngaranpare keur konengna).

Yang lebih mengagumkan lagi ternya-ta para pembantunya bukan hanya darikalangaan Pohaci, tetapi juga dari ka-langan bujangga yang berjenis kelaminlaki-laki. Semua ada dalam genggamankuasa Sunan Ambu yang memerintahdengan bestari sehingga setiap dawuh-nya dapat diterima sepenuh hati dan di-laksanakan dengan penuh amanah.

Dayang Sumbi.Adajuga tokoh perempuan yang

tidak kalah populer yakni Dayang Sum-bi, ibunda Sangkuriang. Manusia pem-berani dan rnemiliki tingkat kepercaya-an diri serta otonomi yang luar biasa.Baginya hidup di hutan bukan sebagaipilihan yang harus dikhawatirkan, Pili-han seperti ini hanya dapat dilakukanoleh manusia yang tidak leutik burih(bukan penakut).

Hutan bukan hanya simpul darimenyatunya manusia dengan alam,tetapi juga pertaruhan menguji nyaliapakah manusia dapat memaksimalkansemua potensi dirinya sehingga dapat"menaklukkan" rimba raya dengan 'segala kebuasan dan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang boleh jaditidak terbayangkan sebelumnya.

MenghadapianaknyasendiriSangkuriang yang tempo hari telahdiusirnya karena membunuh si Tumangsuaminya, ia lakukan tanpa sedikit punrasa gentar. Sangkuriang yang datangdengan nalar tidak disangsikan, ke-kuatan yang tidak diragukan yang dida-

patkan selama pengembaraan ternyatatidak berkutik dihadapkan pada akrobatlogika cerdik Dayang Sumbi ketika diamerekayasa ayamjantan berkokokbukan padawaktunya dan boeh rarangdapat menerbitkan sinar mengubahgelap menjadi terang (bandingkan de-ngan judul buku Kartini, Habis GelapRerbitlah Terang) yang pada akhirnyamembuat Sangkuriang berang danmenjungkirbalikkan capaian kreasi bu-dayanya berupa danau dan perahu.

Tidak kalah dengan Dayang Sumbiadalah manusia historis Diah PitalokaCitaresmi. Sosok perempuan leberwawanen yang demi martabat diri danbangsanya dia berani menghadapi has-rat serakah Patih Gajah Mada. Kononkatanya dia sampai melukai GajahMada dengan keris pusakanya warisanJayasingawarman. Bahkan sebuah ri-wayat meneguhkan, atas nama kemuli-aan daerahnya yang tidak mau dijajahdaripada serah bongkokan, Ia lebihmemilih mati dengan cara melakukanharakiri.

Teks pembebasan perempuan sepertiini menjadi sangat menarik untuk dire-nungkan di Hari Kartini ketikajustrupada saat yang sama perempuan Sundakerap mendapatkan citra (stereotip!) se-

. bagai manusia pesolek yang selaluhanya mengandalkan bahasa tubuh

. dalam kiprah politik dan sosialnya se-hingga nyaris tidak terdengar perem-puan Sunda menempati posisi pentingdalam peta politik nasional atau dalamcakrawala nalar Indonesia. Ini pula yangdirenungkan Haji Hasan Mustapadalam sebuah guguritannya:

Awe(we)jadi lalakiPapulang-pulang rumasaLalakijadi awe (we)Lalaki mikir mikir dadaranAwe(we) hayang babandaTunggu dapur tunggu untungLalaki nu balanqsiar. ***

Asep Salahudin, kandidat doktorUniversitas Padjadjaran Bandung danWakil Rektor IAILM Suryalaya, Tasik-malaya.