Pidato perdana mentri m natsir di parlemen tanggal 3 april 1950

11
PIDATO DI PARLEMEN TANGGAL 3 APRIL 1950 TENTANG PEMBENTUKAN NEGARA KESATUAN. M. Natsir Saudara Ketua, Dalam menentukan sikap fraksi saja terhadap mosi ini, fraksi adalah terlepas dari soal „apakah kami dapat menerima oper semua keterangan 2 jang tertjantum dalam mosi ini atau tidak !". Djuga mendjauhkan diri dari pada pembitjaraan soal unitarisme dan fe- deralisme dalam hubungan mosi ini, sebab pusat persoalannja tidak ada hubungannja dengan hal 2 itu, akan tetapi djauh dilapangan lain. Pembitjara 2 jang mendahului saja, sudah dengan pandjang lebar mengemukakan hal 2 ini. Orang jang setudju dengan mosi ini tidak usah berarti, bahwa orang itu unitaris ; orang federalispun mungkin djuga dapat menje-

Transcript of Pidato perdana mentri m natsir di parlemen tanggal 3 april 1950

Page 1: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950

PIDATO DI PARLEMEN TANGGAL 3 APRIL 1950

TENTANG PEMBENTUKAN NEGARA KESATUAN.

M. Natsir

Saudara Ketua,

Dalam menentukan sikap fraksi saja terhadap mosi ini, fraksi

adalah terlepas dari soal „apakah kami dapat menerima oper semua

keterangan2 jang tertjantum dalam mosi ini atau tidak !". Djuga

mendjauhkan diri dari pada pembitjaraan soal unitarisme dan fe-

deralisme dalam hubungan mosi ini, sebab pusat persoalannja tidak

ada hubungannja dengan hal2 itu, akan tetapi djauh dilapangan lain.

Pembitjara2 jang mendahului saja, sudah dengan pandjang lebar

mengemukakan hal2 ini.

Orang jang setudju dengan mosi ini tidak usah berarti, bahwa

orang itu unitaris ; orang federalispun mungkin djuga dapat menje-

Page 2: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950

tudjuinja. Sebab soal ini sebagaimana saja katakan, bukan soal teori

struktur negara unitarisme atau federalisme, akan tetapi soal

menjele-saikan hasil dari perdjuangan kita masa jang lampau jang

tetap masih mendjadi duri didalam daging. Tiap2 orang jang

meneliti djalan per-sengketaan Indonesia - Belanda, tentu akan

mengetahui bagaimana riwajat timbulnja N.S.T. dan bagaimana

funksinja N.S.T. itu. Walaupun bagaimana djuga ditimbang,

ditindjau dan dikupas, tetapi rakjat dalam perdjuangannja melihat

struktur itu sebagai bekas alat lawan untuk meruntuhkan

perdjuangan Republik Indonesia. Maka inilah jang menimbulkan

reaksi dari pihak rakjat, bukan soal teori unitarisme atau

federalisme. t

Kedjadian2 jang bergolak di N.S.T. sekarang bukan satu hal jang

kunstmatig atau di-bikin2 akan tetapi adalah satu akibat jang tidak

dapat dielakkan dan jang harus kita selesaikan sekarang, karena belum

kita selesaikan dengan K.M.B. sebagai hasil perundingan dengan

Belanda dahulu.

Orang bisa berkata, bahwa semua mosi atau resolusi dari rakjat

dan demonstrasi2 jang telah berlaku di N.S.T. itu menurut juridische

vormnja belum dapat dianggap sebagai suatu manifestasi dari

kehendak rakjat. Tapi tjoba, apakah akibatnja djikalau mosi ini ditolak

lantaran dianggap prestisenja belum tjukup ? Ia akan berarti pantjingan

bagi rakjat untuk menghebat dalam demonstrasi !

Saja teringat kepada pidato Presiden pada pembukaan sidang Par-

lemen ini. Beliau berkata, bahwa dalam satu tahun ini kita tetap kons-

titusionil. Kita akan menuruti apa jang disebut dalam Konstitusi dan

tidak akan menjimpang dari Konstitusi. Akan tetapi kita dapat menjim-

pang dari padanja, djikalau keadaan memaksa. Hal ini diperhatikan

oleh rakjat dan diartikannja bahwa djika keadaan biasa, tidak

memaksa, tidak memberikan djalan baginja untuk mentjapai tjita 2nja,

maka ditjiptakannja keadaan jang memaksa dengan segala akibatnja

jang dipikul oleh rakjat itu sendiri.

Barangkali didalam menindjau mosi ini, Pemerintah merasa cha-

watir, kalau2 mosi ini akan mengakibatkan suatu bentrokan. Akan

tetapi menolak dan mematikan mosi ini berarti memperhebat apa

jang telah terdjadi. Oleh karena itu letakkanlah titik berat dari mosi

ini pada apa jang disebut dalam keputusan, jaitu supaja Pemerintah

R.I.S. menempuh djalan biasa dengan kebidjaksanaannja untuk

menjelesaikan soal ini. Djikalau Pemerintah menganggap bahwa djika

pekerdjaan itu dengan sekali gus dan serentak didjalankan, akan

Page 3: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950

8

menimbulkan ber-matjam2 kekatjauan, maka bagi Pemerintah tjukup

terbuka djalan mengadakan undang2 darurat untuk mengadakan

masa peralihan, sehingga R.I.S. dapat bertindak tidak membiarkan

rakjat di N.S.T. bergolak, dan diberikan kepada mereka kesempatan

untuk menjelesaikan soalnja sendiri. Maka dalam fasal2 jang ada

dalam undang2 darurat itu terbuka djalan bagi Pemerintah untuk

mendjalankan kebidjaksanaan dengan se-baik2-nja.

Saudara Ketua, idjinkanlah saja sekarang berbitjara terlepas atau

tidak terlepas dari pada soal unitarisme atau federalisme, akan tetapi

dalam hubungan jang lebih besar mengenai mosi ini. Sebagai hendak

mengemukakan sedikit pemandangan mengenai dasar dari pada kedja-

dian2 jang kita hadapi sekarang, dari mulai kedaulatan diserahkan ke-

pada kita, baik kiranja kalau kita terlebih dahulu melihat posisinja mosi

ini didalam hubungan jang lebih beiar.

Tatkala Konstitusi Sementara ditanda-tangani dan diratif isir,

umum-nja orang, baik Pemerintah ataupun Parlemen menganggap

bahwa Konstitusi itu dan struktur-tata-negara dengan segala sipat2 jang

baik dan tjatjat2 jang ada dalamnja, dapat dipakai sebagai dasar

pemerintahan sementara sampai Konstituante jang akan datang.

Akan tetapi rupanja djalan sedjarah menghendaki lain. Segera se-sudah

penjerahan kedaulatan, didaerah timbul pergolakan. Apa jang terpendam

dan tertekan selama beberapa tahun jl. dalam hati rakjat, sekarang meluap

dan meletus dengan berupa demonstrasi dan resolusi untuk merombak

segala apa jang dirasakan oleh rakjat sebagai restan2 dari struktur kolonial

didaerahnja, terutama di-daerah2 Republik dipu-lau Djawa, Sumatera dan

Madura. Ini semua tidak mengherankan, akan tetapi adalah memang

pembawaan riwajat perdjuangan dan inhaerent dengan tjara penjelesaian

persengketaan Indonesia - Belanda jang diachiri dengan K.M.B.

Soal2 jang harus dihadapi oleh Negara kita jang muda ini sekali gus

ber-timbun2 dihadapan kita. Soal kesedjahteraan dan kemakmuran

rakjat, jang sudah begitu lama menderita, soal demokratisering peme-

rintahan, soal pembangunan ekonomi, soal keamanan, ketentaraan dan

1001 matjam soal lain2 lagi, semuanja sama urgent, dan harus dipe-

tjahkan dengan segera. Kita bisa menjusun prioritetnja menurut pen-

dapat kita masing2, akan tetapi jang sudah terang ialah, pemetjahan soal

jang satu bersangkut-paut dengan jang lain, tidak dapat di-pisah2.

Usaha kemakmuran rakjat, pendjaminan keamanan, tidak dapat

berdjalan selama belum ada ketentuan politik dalam negeri. Politieke rust

ini tidak dapat ditjiptakan selama masih ada „duri2-dalam-daging" jang

dirasakan oleh rakjat, jang walaupun kedaulatan sudah ditangan kita, tapi

Page 4: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950

kita masih berhadapan dengan struktur2 kolonial serta alat2 politik

pengepungan jang ditjiptakan oleh Van Mook di-daerah2.

Dalam menghadapi pergolakan untuk melenjapkan duri2 dalam

daging itu orang terbentur kepada Konstitusi Sementara, lebih lekas dari

jang disangka tadinja.

Pikiran terumbang-ambing antara :

a. kehendak akan tetap bersikap „konstitusionil".

b. desakan untuk keluar Konstitusi dari lubang2 jang ada

dalam Konstitusi itu sendiri.

Inisiatif terlepas dari tangan Pemerintah. Tak ada konsepsi untuk

menghadapi soal ini dalam djangka jang tertentu. Sembojan jang ada

hanjalah : „Terserah kepada kemauan rakjat".

Rakjat bergolak di-mana2. Hasilnja hudjan resolusi dan mosi.

Parlemen menerima dan tinggal mengoperkan semuanja itu kepada

Pemerintah dengan tambahan argumentasi juridis dll., dan kalau perlu

dengan citaten dan encyclopaedie.

Dengan begitu Pemerintah lambat laun terdesak kepada posisi jang

defensif. Lalu Pemerintah terpaksa menjesuaikan diri setapak demi setapak

dengan undang2 darurat sebagai legalisasi.

Dan setiap kali ada „persesuaian dalam hal ini", saudara Ketua,

Parlemen dan Pemerintah merasa „berbahagia" lantaran ada persesuai-an

itu.

Dalam pada itu pintu kebahagiaan bagi rakjat belum kundjung

kelihatan. Djalan pikiran tetap kabur dan samar. Dikaburkan oleh

begripsverwarring, berkatjaunja beberapa pengertian, seperti ber-katjaunja

pengertian unitarisme dan federalisme dalam masjarakat,

jang bukan lantaran federalisme atau unitarisme itu sendiri, sebagai bentuk

struktur negara akan tetapi lantaran kabur dan bertjampur-aduknja

pengertian2 itu dengan sentimen anargonisme, sebagai warisan dari

persengketaan Indonesia - Belanda.

Kekatjauan pikiran melumpuhkan djalannja usaha pembangunan

kemakmuran rakjat. Dengan begini kita tidak terlepas dari satu vicieuse

cirkel jang tidak tentu dimana udjungnja.

Saja bertanja bagaimanakah mengertikan, „terserah kepada kehen-

dak rakjat itu" ? Apakah itu berarti menjerahkan kepada rakjat untuk

mengadu tenaga mereka didaerah, untuk memperdjuangkan kehendak

mereka ditempat masing2 dengan segala akibat2-nja dan ekses2-

nja ? Habis itu lantas kita mengkonstatir dan melegalisir hasil

Page 5: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950

dari pergolakan itu ?

Sekali lagi saja bertanja sampai berapa langkahkah kesediaan

hanjut seperti ini ? Apakah sampai kita terbentur kepada satu batu

karang nanti ?

Tidak, saudara Ketua ! Bukan begitu semestinja ! Tapi sikap

matjam sekarang, saja kuatir Pemerintah lambat laun akan hanjut

kepada d j urusan itu.

Pemerintah jang timbul dari rakjat dan untuk rakjat dan jang ter-

diri dari pemimpin perdjuangan kemerdekaan sendiri, tentu tahu

benar2 dan sudah dapat merasakan, apa jang hidup dalam keinginan

rakjat itu.

Berdasar kepada pengetahuannja, Pemerintah sewadjarnjalah me-

melopori dan menjusun langkah2-nja dengan program jang tertentu dan

teratur dalam djangka jang agak pandjang, dimana sesuatu soal ketata-

negaraan dapat ditindjau dan dipetjahkan dalam hubungannja dengan jang

lain2. Inlah saudara Ketua, menurut pendapat saja, arti men-dasarkan

politik kepada kehendak rakjat.

Hanja dengan mengambil inisiatif kembali, jang telah dilepaskan

oleh Pemerintah selama ini, dapat diharapkan bahwa Pemerintah

terlepas dari posisi defensifnja seperti sekarang. Dengan begitulah

mungkin timbul satu iklim pikiran jang lebih segar, jang akan dapat

melahirkan elan nasional jang baharu, bebas dari bekas persengketaan 2

jang lama, elan dan gembira membanting tenaga jang diperlukan dan

selekas mungkin dapat disalurkan untuk pembangunan Negara kita ini.

Semuanja itu diliputi oleh suasana nasional dengan arti jang tinggi serta

terlepas dari soal atau paham unitarisme, federalisme dan

propinsialisme.

Berhubung dengan ini, saja ingin memadjukan satu mosi kepada

Pemerintah jang bunjinja demikian:

Dewan Perwakilan Rakjat Sementara R.I.S. dalam rapatnja tang-gal 3

April 1950 menimbang sangat perlunja penjelesaian jang integral dan

programatis terhadap akibat2 perkembangan politik jang sangat tjepat

djalannja pada waktu jang achir2 ini.

Memperhatikan : Suara2 rakjat dari berbagai daerah, dan mosi2 Dewan

Perwakilan Rakjat sebagai saluran dari suara2 rakjat itu, untuk melebur

daerah2 buatan Belanda dan menggabungkannja keda-lam Republik

Indonesia.

Kompak untuk menampung segala akibat2 jang

tumbuh karenanja, dan persiapan2 untuk itu harus diatur begitu

Page 6: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950

rupa, dan mendjadi program politik dari Pemerintah jang bersangkutan

dan dari Pemerintah R.I.S.

Politik pengleburan dan penggabungan itu membawa pengaruh besar

tentang djalannja politik umum didalam negeri dari pemerintahan

diseluruh Indonesia.

Memutuskan :

Mengandjurkan kepada Pemerintah supaja mengambil inisiatif untuk

mentjari penjelesaian atau se-kurang2-nja menjusun suatu konsepsi

penjelesaian bagi soal2 jang hangat jang tumbuh sebagai akibat per-

kembangan politik diwaktu jang achir2 ini dengan tjara integral dan

program jang tertentu.

M. Natsir — Soebadio Sastrasatomo — Hamid Algadri

— Ir. Sakirman — K. Werdojo — Mr. A. M. Tam-

bunan — Ngadiman Hardjosubroto — B. Sahetapy

Engel — Dr. Tjokronegoro — Moch. Tduchid — Amelz

— H. Siradjuddin Abbas.

3 April. 1950

Page 7: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950
Page 8: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950
Page 9: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950
Page 10: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950
Page 11: Pidato perdana mentri  m natsir  di parlemen tanggal 3 april 1950

1 0

-