Phytophthora infestan
-
Upload
fita-f-wahidah -
Category
Documents
-
view
92 -
download
3
Transcript of Phytophthora infestan
Phytophthora infestan
(gejala penyakit) (gambar mikroskopis)
Klasifikasi : Domain : EukaryotaKingdom : ChromalveolataPhylum : HeterokontophytaClass : OomycetesOrdo : PeronosporalesFamili : PythiaceaeGenus : PhytophthoraSpecies : Phytophthora infestan
Penyebab Penyakit : Jamur Inang Utama : kentang Gejala penyakit
Gejala pada tingkat awal timbul bercak nekrotik pada bagian tepi dan ujung daun. Gejala pada daun tanaman umumnya muncul setelah tanaman berumur satu bulan. Gejala pada tingkat lanjut muncul bercak-bercak nekrotik yang berkembang ke seluruh daun tanaman dan menyebabkan kematian.
Ciri mikroskopisCiri yang khas untuk mengenal sebagian besar Phycomycetes ialah miselliumnya yang tidak bersekat – sekat. Warna misellium putih, jika tua mungkin agak coklat kekuning – kuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam – hitaman (Dwidjoseputro,2005). Hifanya berkembang sempurna. Phytopthora memiliki sporangium yang berbentuk bulat telur. Phytophthora infestans memproduksi spora aseksual yang disebut sporangia. Ini adalah sporangia hyalin, berbentuk seperti jeruk nipis, panjang 20-40 m (Anonim,2005).
Siklus Hidup
Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi (Rumahlewang, 2008). Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas, P. infestan akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya. Sampai sekarang belum diketahui dengan cara bagaimana P. Infestans pada tomat mempertahanakan diri dari musim ke musim. Jamur juga dapat bertahan pada tanaman kentang dan terung yang biasanya terdapat di daerah penanam sayuran pegunungan (Schumann dan D’arcy dalam Benrud, 2000).
Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah ditemukan (Rumahlewang, 2008), karena jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat P. infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan) berbeda (Purwanti, 2002). Inti sel antheridium dan oogonium akan saling melebur (karyogami) ketika antheridium memasuki oogonium. Mereka akan membentuk oospore diploid, yang mana akan berkembang menjadi sporangium dan daur hidup secara aseksual akan terulan (Benrud, 2007). Berbagai macam kondisi untuk pembentukan oospora telah dianalisis. Di bawah suatu kontrol, oospora diproduksi pada daun kentang pada temperature antara 5 - 25C (Govers, F.,dkk., 2007).dekat dengan 100% kelembaban relatif, Phytophthora menghasilkan jumlah berlimpah sporangia pada permukaan daun (Anonim1, 2005).
Cara Pengendaliana) Kultur teknis, menanan varietas tahan, penggunaan benih sehat atau tidak menggunakan benih
dari pertanaman yang terserang. b) Pembersihan tanaman yang terserang dan dimusnahkan. c) Pengendalian secara biologi menggunakan agen hayati cendawan Trichoderma sp atau Glicladium
sp dengan dosis penyemprotan 100 gr/10 liter air, ditambah dengan zat perekat. d) Pengendalian secara kimiawi dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif Ziflo 90 WP dengan
konsentrasi 2-4 g/l air