PH

9
   ILMIAH  Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI PALEMBANG Nyimas Nur Khotimah Staf Pengajar pada Gizi Politeknik Kesehatan Palembang E-mail : [email protected] ABSTRACT  In order to degrading mortality of baby and child balita and also degrade the bi rth rate, integrity of activity of service KB-KESEHATAN start operational. In countryside storey level, activity of integrity KB- KESEHATAN realized in the form of Inwrought Service Post. Posyandu KB-KESEHATAN in National echoed in the year 1984 and developed to various province in Indonesia in the year 1985.This Research target, to know the relation between storey level of mother knowledge about gizi and health in posyandu, mount of: mother education; mother attitude of her balita; activity of Posyandu; mother occupation: age of balita, nutrition status of balita; apart of posyandu with the visit balita to posyandu in regional work of Puskesmas Kertapati Palembang in 2008. The researc sample was taken from 73 people which indicates that the storey level of knowledge of mother balita of about posyandu found by equal to 50,68% with the good category, mount the education of mother balita found by equal to 61,65% with the low education category, attitude of mother balita to posyandu found by equal to 93,15% with the good category, type of activity  posyandu still less that is equal to 93,15%, type of work of mother balita found by equal to 97,27% with the category do not work. The status of nutrition of balita found by equal to 73,97% with the good category, and apart of the house hold mother balita by posyandu is found by equal to 87,68% with the near by category.Result of research known that the relation between status of nutrition balita with the storey level of visit balita to posyandu in the regional work of Puskesmas Kertapati Palembang. Pursuant to finding result suggested to Public Health Service of Palembang city required to improve the counselling about beneficial of Posyandu in the society live. So that the participans Posyando visiting can be increase. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan di posyandu, tingkat pendidikan ibu, sikap ibu balita, kegiatan posyandu, pekerjaan ibu balita, umur balita, status gizi balita, jarak posyandu dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang tahun 2008. Dimana jumlah sampelnya sebanyak 73 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu ditemukan sebesar 50,68% dengan kategori baik, tingkat pendidikan ibu balita ditemukan sebesar 61,65% dengan kategori pendidikan rendah, sikap ibu balita terhadap posyandu ditemukan sebes ar 93,15% dengan kategori baik, jenis kegiatan posyandu masih kurang yaitu sebesar 93,15%, jenis pekerjaan ibu balita ditemukan sebesar 97,27% dengan kategori tidak bekerja, status gizi balita ditemukan sebesar 73,97% dengan kategori baik dan sedang, jarak rumah ibu balita dengan posyandu ditemukan sebesar 87,68% dengan kategori dekat. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara status gizi balita dengan tingkat kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Berdasarkan hasil temuan disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Palembang perlu Meningkat. Kata Kunci: Posyandu, Balita, Kunjungan 1.PENDAHULUAN Krisis ekonomi telah melemahkan aktivitas posyandu sekaligus meningkatkan kasus gizi buruk terutama di daerah miskin karena masyarakat/kader/relawannya kekurangan sumber daya guna melaksanakan kegiatan posyandu. Untuk mengatasinya perlu segera dilakukan revitalisasi posyandu, yaitu upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Secara menyeluruh, revitalisasi posyandu tertuang dalam Surat Edaran Mendagri Nomor : 411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1999 beserta petunjuk pelaksanaannya. Sumber dana revitalisasi posyandu tersedia di berbagai sektor (Azwar, 1999). Pada dasarnya kasus kurang gizi dapat segera dimonitor dan diketahui secara dini melalui kegiatan posyandu, karena posyandu merupakan ujung tombak bagi kegiatan pelayanan kesehatan, hal ini berarti bila pelaksanaan kegiatan posyandu berjalan dengan baik, maka kasus gizi buruk ini akan dapat di atasi dengan secepatnya, sehingga Angka Kematian Bayi (AKB) bisa diturunkan, karena salah satu penyebab Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi, dikarenakan tingginya

description

public heart

Transcript of PH

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI

    PALEMBANG

    Nyimas Nur Khotimah Staf Pengajar pada Gizi Politeknik Kesehatan Palembang

    E-mail : [email protected]

    ABSTRACT In order to degrading mortality of baby and child balita and also degrade the birth rate, integrity of activity of service KB-KESEHATAN start operational. In countryside storey level, activity of integrity KB-KESEHATAN realized in the form of Inwrought Service Post. Posyandu KB-KESEHATAN in National echoed in the year 1984 and developed to various province in Indonesia in the year 1985.This Research target, to know the relation between storey level of mother knowledge about gizi and health in posyandu, mount of: mother education; mother attitude of her balita; activity of Posyandu; mother occupation: age of balita, nutrition status of balita; apart of posyandu with the visit balita to posyandu in regional work of Puskesmas Kertapati Palembang in 2008. The researc sample was taken from 73 people which indicates that the storey level of knowledge of mother balita of about posyandu found by equal to 50,68% with the good category, mount the education of mother balita found by equal to 61,65% with the low education category, attitude of mother balita to posyandu found by equal to 93,15% with the good category, type of activity posyandu still less that is equal to 93,15%, type of work of mother balita found by equal to 97,27% with the category do not work. The status of nutrition of balita found by equal to 73,97% with the good category, and apart of the house hold mother balita by posyandu is found by equal to 87,68% with the near by category.Result of research known that the relation between status of nutrition balita with the storey level of visit balita to posyandu in the regional work of Puskesmas Kertapati Palembang. Pursuant to finding result suggested to Public Health Service of Palembang city required to improve the counselling about beneficial of Posyandu in the society live. So that the participans Posyando visiting can be increase.

    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan, untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan di posyandu, tingkat pendidikan ibu, sikap ibu balita, kegiatan posyandu, pekerjaan ibu balita, umur balita, status gizi balita, jarak posyandu dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang tahun 2008. Dimana jumlah sampelnya sebanyak 73 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu ditemukan sebesar 50,68% dengan kategori baik, tingkat pendidikan ibu balita ditemukan sebesar 61,65% dengan kategori pendidikan rendah, sikap ibu balita terhadap posyandu ditemukan sebesar 93,15% dengan kategori baik, jenis kegiatan posyandu masih kurang yaitu sebesar 93,15%, jenis pekerjaan ibu balita ditemukan sebesar 97,27% dengan kategori tidak bekerja, status gizi balita ditemukan sebesar 73,97% dengan kategori baik dan sedang, jarak rumah ibu balita dengan posyandu ditemukan sebesar 87,68% dengan kategori dekat. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara status gizi balita dengan tingkat kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Berdasarkan hasil temuan disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Palembang perlu Meningkat.

    Kata Kunci: Posyandu, Balita, Kunjungan

    1.PENDAHULUAN Krisis ekonomi telah melemahkan aktivitas

    posyandu sekaligus meningkatkan kasus gizi buruk terutama di daerah miskin karena masyarakat/kader/relawannya kekurangan sumber daya guna melaksanakan kegiatan posyandu. Untuk mengatasinya perlu segera dilakukan revitalisasi posyandu, yaitu upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Secara menyeluruh, revitalisasi posyandu tertuang dalam Surat Edaran Mendagri Nomor : 411.3/536/SJ tanggal 3 Maret

    1999 beserta petunjuk pelaksanaannya. Sumber dana revitalisasi posyandu tersedia di berbagai sektor (Azwar, 1999).

    Pada dasarnya kasus kurang gizi dapat segera dimonitor dan diketahui secara dini melalui kegiatan posyandu, karena posyandu merupakan ujung tombak bagi kegiatan pelayanan kesehatan, hal ini berarti bila pelaksanaan kegiatan posyandu berjalan dengan baik, maka kasus gizi buruk ini akan dapat di atasi dengan secepatnya, sehingga Angka Kematian Bayi (AKB) bisa diturunkan, karena salah satu penyebab Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi, dikarenakan tingginya

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    status gizi bayi yang buruk, salah satu tolak ukur kemakmuran suatu bangsa di lihat dari jumlah Angka Kematian Balita (AKB) (Soekirman, 1999/2000).

    Tahun 1998 telah dicanangkan Gerakan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang dimotori oleh Departemen Kesehatan, dengan tujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah keluarga Indonesia telah menjadi keluarga sadar gizi. Disebut keluarga sadar gizi, jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin pada pola konsumsi pangan yang beranekaragam dan bergizi seimbang serta memonitor berat badan anak melalui penimbangan di posyandu. Perhatian utama pembinaan ditujukan kepada keluarga yang mempunyai kelainan gizi, keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I. Sampai saat ini seberapa jauh keluarga golongan sejahtera telah dapat disebut Kadarzi belum pernah dilakukan penelitian (Sofiati, 2001)

    Tingkat keberhasilan kegiatan posyandu dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu cakupan program posyandu (K/S), kelangsungan program posyandu (D/K), keberhasilan program posyandu (N/D) dan peran serta masyarakat (D/S).

    Dari data rekapitulasi hasil penimbangan bulanan tingkat Propinsi Sumatera Selatan) pada tahun 2006 terdapat 5.323 (90,81%) posyandu, 23.227 kader yang aktif, 207.756 balita yang menimbang. Untuk partisipasi masyarakat atau peran serta masyarakat (D/S) dalam kelangsungan posyandu 69,10% sedangkan untuk keberhasilan program posyandu (N/D) yaitu sebesar 79,94% (Dinkes Propinsi Sumatera Selatan, 2006).

    Berdasarkan data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) balita tingkat Propinsi Sumatera Selatan tahun 2006 terdapat 5.862 posyandu, 700.476 balita, 193.807 balita yang ditimbang, 2.065 (1,07%) balita gizi buruk, 20.119 (10,38%) balita gizi kurang, 152.480 (78,68%) jumlah balita gizi baik (Dinkes Propinsi Sumatera Selatan, 2006)

    Dari data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) balita tingkat Kota Palembang tahun 2006 terdapat 7542 balita, 1,38% balita gizi buruk, 13,66% balita gizi kurang. Di wilayah Kertapati terdapat 336 balita yang diukur, 2,68% balita gizi buruk, 16,96% balita gizi kurang (Dinkes Kota Palembang, 2006).

    Dari data laporan tahunan, hasil penimbangan tingkat kota Palembang pada tahun 2006 diwilayah daerah Kertapati terdapat 30 posyandu dengan jumlah kader 134 orang, peran serta masyarakat (D/S) sebesar 72,1% dan keberhasilan program posyandu (N/D) yaitu sebesar 65%. Sedangkan pada tahun 2007 peran serta masyarakat (D/S) sebesar 74,6% dan keberhasilan program posyandu (N/D) yaitu sebesar 65% (Dinkes Kota Palembang 2006/2007).

    Dari uraian diatas wilayah daerah Kertapati merupakan salah satu daerah dengan status gizi yang cukup rendah dan keberhasilan program posyandu (N/D) serta peran serta masyarakat (D/S) untuk datang ke posyandu belum mencapai target yang diharapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2007 yaitu sebesar 85%. Melihat permasalahan ini, penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang.

    2. METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan disain penelitian diskriptif analitik dengan rancangan penelitian secara kroseksional. Tempat penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008.

    a. Jumlah Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu

    yang mempunyai balita yang terdaftar di posyandu dan mempunyai Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Kota Palembang. Jika dalam keluarga ibu terdapat lebih dari satu balita, maka sampel yang diambil adalah balita yang usianya lebih muda. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 73 orang. Besarnya sampel di hitung dengan menggunakan rumus: (Notoatmodjo, 1997 )

    12

    =

    NnN

    n

    qpZd

    b. Pengolahan Data dan Analisis Data b.1. Pengolahan Data

    Pengolahan data untuk analisis univariat dan bivariat dilakukan dengan menggunakan komputer. Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara kepada ibu dengan menggunakan kuesioner diteliti kembali kebenaran dan ketepatan jawaban yang ada kemudian dilakukan tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut : b.1.1 Data Primer - Indentitas Ibu dan Balita

    Dalam proses pengambilan data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada ibu balita melalui kuesioner, kepada responden ditanyakan nama ibu, umur ibu, umur balita, berat badan balita, alamat, jenis kelamin balita dan tanggal lahir balita

    - Pendidikan Ibu Dalam penelitian ini salah satu data pendukung yang diteliti adalah pendidikan ibu, data ini dilihat dari pendidikan formal yang dijalani ibu baik tamat ataupun tidak.

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    - Pekerjaan Ibu Pekerjaan ibu diklasifikasikan menjadi bekerja dan tidak bekerja, ibu yang hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga dalam penelitian ini dikelompokkan dalam ibu tidak bekerja, selain dari itu ibu dikatakan bekerja.

    - Pengetahuan Ibu Pada tingkat pengetahuan gizi ibu didapat oleh peneliti dengan cara wawancara langsung kepada ibu balita menggunakan kuesioner. Pada kuesioner peneliti memberikan 15 pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman tentang posyandu secara umum. Kemudian untuk setiap jawaban benar, ibu mendapat skor/nilai 1 dan jawaban yang salah mendapat skor/nilai 0. Setelah kelima belas pertanyaan selesai diajukan, maka peneliti mulai menghitung nilai ibu balita dari hasil jawaban yang benar dikalikan 100 dibagi seluruh jumlah soal. Nilai yang diperoleh ibu balita kemudian dibandingkan dengan nilai X . Nilai X adalah jumlah keseluruhan pertanyaan yang mampu dijawab dengan benar oleh seluruh ibu balita dibagi dengan jumlah sampel keseluruhan. Nilai X yang didapat adalah 41,50. Bila nilai ibu balita 41,50 tingkat pengetahuan gizi ibu balita dikategorikan baik. Akan tetapi, bila nilai ibu balita < 41,50 maka tingkat pengetahuan ibu dianggap kurang.

    - Sikap Ibu Sikap ibu balita terhadap posyandu diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada ibu balita dengan menggunakan kuesioner. Pada kuesioner peneliti memberikan 10 pertanyaan yang berkaitan dengan sikap ibu balita terhadap posyandu. Untuk penilaian hampir sama dengan cara penilaian pengetahuan ibu balita, akan tetapi nilai X yang didapat adalah 99,58. Bila nilai ibu balita 99,58 maka sikap ibu terhadap posyandu dikategorikan baik. Akan tetapi, bila nilai ibu balita < 99,58 maka sikap ibu dianggap kurang.

    - Kegiatan posyandu Kegiatan posyandu diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada ibu balita dengan menggunakan kuesioner. Kategori baik, apabila dalam pelaksanaan kegiatan posyandu mengikuti pola 5 meja sedangkan kategori kurang, apabila dalam pelaksanaan kegiatan posyandu tidak mengikuti pola 5 meja.

    - Status Gizi Balita Status Gizi balita diperoleh melalui penimbangan berat badan balita agar dapat diketahui status gizi balita serta mengetahui umur balita. Cara menentukan status gizi balita menggunakan Z-Skor

    - Jarak Posyandu Jarak posyandu diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada balita dengan menggunakan kuesioner, agar dapat diketahui jarak antara rumah ibu balita dengan posyandu.

    b.1.2. Data Sekunder Data Sekunder mengenai keadaan

    geografi dan monografi (susunan penduduk) diperoleh dari profil Puskesmas Kertapati Palembang tahun 2004-2007.

    b.2. Analisis Data b.2.1. Analisis Univariat Dilakukan untuk menggambarkan variasi seluruh variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi, meliputi : kunjungan balita ke posyandu, tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu, tingkat pendidikan ibu balita pengunjung posyandu, sikap ibu balita terhadap posyandu, kegiatan posyandu, pekerjaan ibu balita, umur balita, status gizi balita dan jarak posyandu. b.2.2. AnalisisBivariat Analisa dilakukan dengan cara komputerisasi, membuat tabel silang antara masing-masing variabel independen (tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu, tingkat pendidikan ibu, sikap ibu, kegiatan posyandu, pekerjaan ibu, umur balita, status gizi balita dan jarak posyandu) dengan variabel dependen (kunjungan balita ke posyandu) guna memperoleh gambaran variabel bebas yang diduga ada hubungannya dengan rendahnya tingkat kunjungan balita ke posyandu. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi-Square yaitu untuk menguji kemaknaan atau perbedaan dengan tingkat kepercayaan 95%. Rumus Uji Statistik yang digunakan :

    ( )

    =

    EEX

    22 0

    Keterangan : X2 = Nilai pada distribusi frekuensi O = Frekuensi observasi E = Frekuensi harapan yang dihitung dengan

    Jumlah pada baris x jumlah pada kolom Total

    df = (b-1) (k-1) b = Jumlah baris k = Jumlah kolom. Keputusan statistik diambil dengan melihat nilai p pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut : (Menurut Kuzma, 1984) p > 0,05 dinyatakan hasilnya tidak bermakna p < 0,05 dinyatakan hasilnya bermakna p < 0,01 dinyatakan hasilnya sangat bermakna.

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    HASIL PENELITIAN 1. Hubungan Tingkat Tingkat Pengetahuan

    Ibu Balita Dengan Tingkat Kunjungan Balita Ke Posyandu

    TABEL 1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN

    TINGKAT KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI

    PALEMBANG

    Tingkat Pengetahuan Ibu

    Tingkat Kunjungan Balita ke posyandu Total Nilai

    P Baik Kurang

    N % N % n % Baik

    Kurang

    13

    17

    35,1 47,2

    24

    19 64,9 52,8

    37

    36 100

    100 0,417

    Total 30 43 73 100

    Sumber : Data Diolah

    Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, ternyata persentase tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu yang baik cenderung lebih besar pada ibu-ibu balita dengan tingkat pengetahuan gizinya kurang yaitu sebanyak 17 orang (47,2%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang tingkat pengetahuan gizinya baik yaitu sebanyak 13 orang (35,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu-ibu balita yang mempunyai pengetahuan yang kurang mempunyai tingkat kunjungan yang lebih baik dibandingkan ibu-ibu balita yang mempunyai tingkat pengetahuan baik. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kunjungan ibu balita yang kurang cenderung terdapat pada ibu-ibu balita yang mempunyai pengetahuan yang baik yaitu sebesar 24 orang (64,9%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang sebanyak 19 orang (52,8%).

    Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 0,417 menunjukkan bahwa nilai p > (0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang.

    Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang tidak terbukti.

    Hal ini tidak sesuai dengan pendapat atau hasil penelitian Evriani (2003), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu.

    2. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Balita dengan Tingkat Kunjungan Balita ke Posyandu

    TABEL 2 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU

    DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI PALEMBANG

    Tingkat Pendidikan Ibu

    Tingkat Kunjungan Balita ke posyandu Total Nilai

    p Baik Kurang

    n % N % n % Tinggi/Menengah Rendah

    9 21

    32,1 46,7

    19 24

    67,9 53,3

    28 45

    100 100

    0,326

    Total 30 43 73 100

    Sumber : Data Diolah

    Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, ternyata persentase tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu yang baik cenderung lebih besar pada ibu-ibu balita dengan tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 21 orang (46,7%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang tingkat pendidikan tinggi/menengah yaitu sebanyak 9 orang (32,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu-ibu balita yang mempunyai pendidikan yang rendah mempunyai tingkat kunjungan yang lebih baik dibandingkan ibu-ibu balita yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi/menengah. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kunjungan ibu balita yang kurang cenderung terdapat pada ibu-ibu balita yang mempunyai pendidikan yang rendah pula yaitu sebesar 24 orang (53,3%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan menengah sebanyak 19 orang (67,9%).

    Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 0,326 menunjukkan bahwa nilai p > (0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang.

    Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang tidak terbukti.

    Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Roedjito (1987), yang menyatakan bahwa adanya hubungan nyata antara pendidikan formal ibu dengan keadaan gizi balita. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang tinggi membuat ibu dapat memberikan perhatian yang banyak pada balitanya. Sedangkan rendahnya tingkat pendidikan formal ibu dapat menyebabkan kesukaran ibu dalam menerima perkembangan gizi (Roedjito, 1987).

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    3. Hubungan Sikap Ibu Balita dengan Tingkat Kunjungan Balita ke Posyandu

    TABEL 3 HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU BALITA DENGAN TINGKAT

    KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI

    PALEMBANG

    Sikap Ibu

    balita

    Tingkat Kunjungan Balita ke posyandu Total Nilai

    p Baik Kurang

    N % N % n % Baik

    kurang

    26 4

    38,2 80

    42

    1

    61,8 20

    68 5

    100 100

    0, 152

    Total 30 43 73 100

    Sumber : Data Diolah

    Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa hubungan antara sikap ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, ternyata persentase tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu yang baik cenderung lebih besar pada ibu-ibu balita yang mempunyai sikap kurang yaitu sebanyak 4 orang (80%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang mempunyai sikap baik yaitu sebanyak 26 orang (38,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu-ibu balita yang mempunyai sikap baik mempunyai tingkat kunjungan yang lebih baik dibandingkan ibu-ibu balita yang mempunyai sikap kurang. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kunjungan ibu balita yang kurang cenderung terdapat pada ibu-ibu balita yang mempunyai sikap yang baik pula yaitu sebesar 42 orang (61,578%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang mempunyai sikap kurang sebanyak 1 orang (20%). Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 0,152 menunjukkan bahwa nilai p > ( 0,05 ), artinya tidak terdapat hubungan antara sikap ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara sikap ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang tidak terbukti.

    Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Evriani (2003), yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap ibu balita dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. New Comb, dalam Soekidjo (1997) salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

    4. Hubungan Jenis Kegiatan Posyandu dengan Tingkat Kunjungan Balita ke Posyandu

    TABEL 4

    HUBUNGAN ANTARA JENIS KEGIATAN POSYANDU DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU

    DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI PALEMBANG

    Kegiatan Posyandu

    Tingkat Kunjungan Balita ke posyandu Total Nilai

    P Baik Kurang

    N % N % n % Baik

    Kurang

    1

    29 20

    42,6 4

    39 80

    57,4 5 68

    100 100

    0, 643

    Total 30 43 73 100

    Sumber : Data Diolah

    Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa hubungan antara jenis kegiatan posyandu dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, ternyata persentase tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu yang baik cenderung lebih besar pada ibu-ibu balita yang menyatakan jenis kegiatan posyandu kurang yaitu sebanyak 29 orang (42,6%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang menyatakan jenis kegiatan posyandu baik yaitu sebanyak 1 orang (20%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kegiatan posyandu yang kurang mempunyai tingkat kunjungan yang lebih baik dibandingkan dengan jenis kegiatan posyandu yang baik. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kunjungan ibu balita yang kurang cenderung terdapat pada jenis kegiatan posyandu yang kurang pula yaitu sebesar 39 orang (57,4%) dibandingkan dengan jenis kegiatan posyandu yang baik yaitu sebanyak 4 orang (80%). Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 0,643 menunjukkan bahwa nilai p > (0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kegiatan posyandu dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja

    Hal ini tidak sesuai dengan pendapat atau hasil penelitian Evriani (2003), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kegiatan posyandu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu disebabkan karena jenis kegiatan posyandu sudah cukup memadai didalam pelaksanaan posyandu. Dalam pelaksanaan kegiatan posyandu masih banyak posyandu yang belum melaksanakan sistem 5 meja, hal ini disebabkan karena kurangnya jumlah kader serta kurang terampil dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga pelayanan yang diberikan oleh petugas di posyandu masih kurang memuaskan.

    38

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    5. Hubungan Pekerjaan Ibu Balita dengan Tingkat Kunjungan Balita ke Posyandu

    TABEL 5 HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN IBU BALITA

    DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI

    PALEMBANG

    Pekerjaan Ibu

    Tingkat Kunjungan Balita ke posyandu Total Nilai

    p Baik Kurang

    N % N % n % Bekerja Tidak

    bekerja

    1

    29 50

    40,8 1

    42

    50 59,2

    2

    71

    100 100

    1,000

    Total 30 43 73 100

    Sumber : Data Diolah

    Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa hubungan antara pekerjaan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, ternyata persentase tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu yang baik cenderung lebih besar pada ibu-ibu balita yang bekerja yaitu sebanyak 1 orang (50%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang tidak bekerja yaitu sebanyak 29 orang (40,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu balita yang tidak bekerja mempunyai tingkat kunjungan yang lebih baik dibandingkan dengan ibu balita yang bekerja. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kunjungan ibu balita yang kurang cenderung terdapat pada ibu balita yang tidak bekerja pula yaitu sebesar 42 orang (59,2%). Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 1,000 menunjukkan bahwa nilai p > (0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara pekerjaan ibu balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang tidak terbukti.

    Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reny Novia (1997) membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke posyandu. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang suatu kegiatan di posyandu (Novia, 1997).

    6. Hubungan Status Gizi Balita dengan Tingkat Kunjungan Balita ke Posyandu

    TABEL 6 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BALITA

    DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI PALEMBANG

    Status Gizi

    Balita

    Tingkat Kunjungan Balita ke posyandu Total Nilai

    p Baik Kurang

    n % n % n % Baik

    Kurang

    28 2

    51,9 10,5

    26 17

    48,1 89,5

    54 19

    100 100

    0,002

    Total 30 43 73

    Sumber : Data Diolah

    Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa hubungan antara status gizi balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, ternyata persentase tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu yang baik cenderung lebih besar pada status gizi balita yang baik yaitu sebanyak 28 balita (51,9%) dibandingkan dengan status gizi balita yang kurang yaitu sebanyak 2 balita (10,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi balita baik mempunyai tingkat kunjungan yang lebih baik dibandingkan dengan status gizi balita yang kurang. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kunjungan ibu balita yang kurang cenderung terdapat pada status gizi balita yang baik pula yaitu sebesar 26 balita (48,1%) dibandingkan dengan status gizi balita yang kurang yaitu sebesar 17 balita (89,5%). Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 0,002 menunjukkan bahwa nilai p < (0,05), artinya terdapat hubungan antara status gizi balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara status gizi balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang terbukti.

    Status gizi balita terdapat hubungan bermakna dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, hal ini disebabkan karena status gizi balita sudah baik, akan tetapi berdasarkan hasil penelitian masih ada balita dengan status gizi kurang disebabkan karena tingkat kunjungan ibu balita tersebut masih kurang.

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    7. Hubungan Jarak Posyandu dengan Tingkat Kunjungan Balita ke Posyandu

    TABEL 7 HUBUNGAN ANTARA JARAK POSYANDU

    DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTAPATI

    PALEMBANG

    Jarak Posyandu

    Tingkat Kunjungan Balita ke posyandu Total Nilai

    P Baik Kurang

    N % N % n % Jauh Dekat

    6 24

    66,7 37,5

    3 40

    33,3 62,5

    9 64

    100 100

    0, 148

    Total 30 43 73

    Sumber : Data Diolah

    Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa hubungan antara ibu-ibu balita yang mempunyai jarak posyandu dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, ternyata persentase tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu yang baik cenderung lebih besar pada ibu-ibu balita yang mempunyai jarak posyandu jauh yaitu sebanyak 6 ibu (66,7%) ibandingkan dengan ibu-ibu balita yang mempunyai dekat posyandu jauh yaitu sebanyak 24 ibu (37,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu-ibu balita yang mempunyai jarak posyandu dekat mempunyai tingkat kunjungan balita ke posyandu yang lebih baik dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang mempunyai jarak posyandu jauh. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kunjungan ibu balita yang kurang cenderung terdapat pada ibu-ibu balita yang mempunyai jarak posyandu dekat pula yaitu sebanyak 40 orang (62,5%) dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang mempunyai jarak posyandu jauh yaitu sebanyak 3 orang (33,3). Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 0,148 menunjukkan bahwa nilai p > (0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara jarak posyandu dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang. Dengan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Evriani (2003), bahwa tidak terdapat hubungan antara jarak posyandu dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu.

    PEMBAHASAN

    Depkes RI (1993) menyatakan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah pos pelayanan keterpaduan antara satu program dengan program lainnya dan merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu yang dinamis antara program KB dengan program kesehatan, dengan prioritas kegiatan keterpaduan KB, KIA, Gizi, imunisasi dan penanggulangan diare (Depkes RI, 1993).

    Menurut Kanwil Depkes Sumsel (1987), posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Depkes RI, 1987).

    Sasaran keterpaduan berbagai program tersebut yaitu KB (Keluarga Berencana), KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Gizi Imunisasi dan Penanggulangan Diare, serta Program lain yang berkaitan antara lain :

    a. Bayi (Usia kurang dari 1 tahun) b. Anak Balita (Usia 1-4 tahun) c. Ibu hamil, melahirkan dan menyusui d. Wanita PUS (Pasangan Usia Subur)

    Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut :

    1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran

    2. Mempercepat penerimaan NKKBS 3. Meningkatkan kemampuan masyarakat

    untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan. (Kanwil Depkes Sumsel, 1987).

    Kendala dalam Penyelenggaraan Posyandu Menurut Cessnasari,SP, MM, staf di Pusdok

    Suara Merdeka (2005) terdapat beberapa kendala dalam penyelenggaraan posyandu, yaitu : a. Banyak kader yang mengundurkan diri

    dengan berbagai alasan, antara lain minimnya dukungan dana operasional bagi para kader sehingga mereka enggan untuk bekeja

    b. Kurang profesionalnya kerja pamong desa yang menggantikan tugas kader posyandu tersebut.

    c. Letak desa yang terpencil juga merupakan kendala tersendiri, petugas merasa enggan datang karena jalan ke desa yang dituju jelek dan kurang tersedianya sarana transportasi.

    d. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang kesehatan dan gizi, sehingga menyebabkan rendahnya kunjungan balita ke posyandu

    e. Kegiatan posyandu yang belum optimal, seperti dalam sistem lima meja yang belum terlaksana dengan baik dan kegiatan penyuluhan yang masih sangat jarang dilaksanakan (Cessnasari, SP, MM, 2005).

    Posyandu adalah ujung tombak dalam pelayanan terpadu pada masyarakat di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan di Posyandu. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan gizi ibu. Tingkat pendidikan formal ibu, sikap ibu terhadap

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    posyandu,status gizi, dan jenis kegiatan di posyandu. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa hanya faktor status gizi balita yang mempengaruhi secara signifikan dengan tingkat kunjungan ibu balita di posyandu. Sedangkan faktor lain tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan tingkat kunjungan ibu balita di posyandu. Penyebab dari tidak terdapatnya hubungan antara faktor tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan formal, sikap, jenis kegiatan di posyandu, mungkin disebabkan karena sampel yang diambil kurang banyak, dan jenis kegiatan di posyandu kurang lengkap, secara umum posyandu dengan pelayanan sistem 5 meja, kenyataan di lapangan sebagian besar tidak menjalankan pelayanan secara lengkap. Kendala dari hal ini adalah: kader secara kualitas dan kuantitas yang kurang memadai, sehingga pelaksanaan penyuluhan perorangan di meja 4 tidak bisa dilkasanakan dengan maksimal. Sementara kegiatan penyuluhan perorangan ini sangat dibutuhkan dalam rangka untuk memberikan penjelasan kepada ibu balita tersebut sehingga dapat lebih memperhatikan kondisi anaknya, agar kondisi balitanya mencapai status gizi yang optimal.

    KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian terhadap tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Kota Palembang tahun 2008, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Tingkat kunjungan balita ke posyandu

    di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang yaitu sebesar 58,90% dengan kategori kurang aktif

    b. Tingkat pengetahuan ibu balita tentang posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang yaitu sebesar 50,68% dengan kategori baik.

    c. Tingkat pendidikan ibu balita pengunjung posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang yaitu sebesar 61,65% dengan kategori rendah.

    d. Sikap ibu balita terhadap posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang yaitu sebesar 93,15% dengan kategori kurang.

    e. Jenis kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang yaitu sebesar 93,15% dengan kategori kurang.

    f. Jenis pekerjaan ibu balita pengunjung posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang yaitu sebesar 97,27% dengan kategori tidak bekerja.

    h. Status gizi balita pengunjung posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati

    Palembang yaitu sebesar 73,97% dengan kategori baik.

    i. Jarak antara rumah ibu balita dengan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang yaitu sebesar 87,68% dengan kategori dekat.

    j. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu, tingkat pendidikan ibu, sikap ibu balita terhadap posyandu, kegiatan posyandu, jenis pekerjaan ibu balita pengunjung posyandu dan jarak posyandu dengan kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang.

    k. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi balita dengan tingkat kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kertapati Palembang.

    B. SARAN 1. Diharapkan pada petugas gizi untuk

    memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu balita, untuk menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya penimbangan balita setiap bulan dan meningkatkan sikap yang positif terhadap penimbangan dengan cara memberikan bimbingan penyuluhan gizi dan kesehatan pada ibu-ibu balita, sehingga frekuensi kehadiran ibu balita ke posyandu semakin baik.

    2. Diharapkan Kepada kader-kader, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat untuk lebih memotivasi ibu-ibu agar lebih peduli terhadap kesehatan balitanya khususnya dalam pemantauan status gizi, agar status gizi anak dapat diketahui sejak dini.

    DAFTAR PUSTAKA Aritonang, Pemantauan Pertumbuhan Balita.

    Kanisius. Yogyakarta : 1996. Azwar, Program Jaring Pengaman Sosial Bidang

    Kesehatan (JPS-BK). Depkes RI. Jakarta : 1999.

    Biro Pusat Statistik Kota Palembang, Kesehatan Ibu dan Balita. Palembang : 2007.

    Cessnasari, SP, MM, Ke Posyandu Terhindar dari Busung Lapar. http//wawancara.

    Suara Merdeka com/harian/05566/23/po i 3. htm. Jakarta : 2005.

    Depkes RI. Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu Terpadu KB-Kesehatan. Jakarta : 1984.

    Depkes RI-Deptrans. Sistem Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas. Jakarta : 1989.

    Depkes RI, Panduan Bidan di Tingkat Desa. Jakarta : 1992.

    Depkes RI, Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : 1993.

  • ILMIAH Volume 1 No. 3, 2009 Khotimah. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan

    Depkes RI, Strategi Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : 1994.

    Depkes RI, Pedoman Kerja Tenaga Gizi Puskesmas. Jakarta : 1995.

    Depkes RI, Pendekatan Kemasyarakatan. Jakarta : 1997.

    Depkes RI, Pedoman Kampanye Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Jakarta : 2000.

    Depkes RI, Perkembangan Program Perbaikan Gizi Masyarakat. 2006.

    Dinas Kesehatan Kota Palembang, Laporan Hasil Penimbangan Tingkat Kota Palembang. Palembang: 2006/2007.

    Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, Rekapitulasi Hasil Penimbangan Bulanan Tingkat Kabupaten. Palembang : 2006.

    Effendy, Nasrul, Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta : 1997.

    Kerjasama Depkes RI-UNICEF-Bina Swadaya, Menggerakkan Kegiatan Masyarakat di Bidang

    Kesehatan. PT.Penebar Swadaya. Jakarta : 1998. Kanwil Depkes Sumsel, Posyandu, Proyek

    Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Prov. Sumsel. Palembang : 1987.

    Khomsan. A, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta : 2002.

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII, LIPI. CV. Golden Hoki Dragon. Jakarta : 2000.

    Notoadmojo Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta : 1997.

    Roedjito, Perencanaan Gizi. Mediyatama Sarana Press, Jakarta : 1987.

    Soekirman, Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : 1999/2000.

    Soehardjo, Berbagai Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta : 1996.