pg tringkil

download pg tringkil

of 33

Transcript of pg tringkil

BAB II PEMBAHASAN1.1. Sejarah Berdirinya Pabrik

Gambar 1.1 : Foto Profil Pabrik Gula Tringkil PG Trangkil berdiri tahun 1835, sejak didirikan dengan kapasitas giling terpasang 800 tth. Tahun 1921 kapasitas giling dinaikkan menjadi 1.250 tth. Pada tahun 1974 s.d. 1977 diadakan Rehabilitasi, Perluasan dan Modernisasi (RPM) kapasitas giling menjadi 1.800 tth, tahun 1993 s.d. 1995 dilakukan Peremajaan Mesin sehingga kapasitas giling menjadi 3.200 tth. Hingga tahun 2004 PG Trangkil melakukan perbaikan dan penggantian mesin untuk meningkatkan kemantapan kinerja dan efisiensi pabrik dengan sasaran kapasitas giling 3.560 tth. Sejak tahun 2005 PG Trangkil melakukan Program Pengembangan PT Kebon Agung dengan sasaran kapasitas giling 4.500 tth. 1.2.Gambaran Umum 1.2.1 Alamat Pabrik : Desa Kelurahan Kecamatan Kabupaten Propinsi Kode Pos Terletak

: Trangkil :: Trangkil : Pati : Jawa Tengah : 59102 : 75 km dari Ibukota Propinsi 11 km dari Ibukota Kabupaten Tabel 1.1. : Alamat Pabrik

1.2.2 Topografi o Tinggi di atas permukaan laut : 200 600 m diatas permukaan laut. o Jenis tanah : Aluvial coklat kelabu, Sedimentasi aluvial, Latosol merah, batuan volkanik

1

1.2.3

Iklim. Tahun 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Curah hujan Hari hujan Bulan kering (mm) (hari) (bln) 1.257 78 7 1.765 97 5 1.605 80 5 1.293 63 7 1.865 100 3 1.844 95 4 1.484 105 6 1.118 87 6 1.000 55 8 1.243 61 7 1.233 67 6 Tabel 1.2 : Tabel Iklim Pabrik Gula Tringkil

1.2.4

Pengairan - Teknis - Pompa - Tadah hujan - Lainnya

:- % : 10 % : 90 % : %

1.2.5

Prasarana Pendukung Sumber air (pabrik) Sumber bahan baku pendukung Kelas jalan Fasilitas sosial

: air sungai : Belerang, kapur, pupuk Sp-36 : Tingkat Kabupaten : Poliklinik, Masjid, Lapangan olah raga Perumahan

1.2.6

Kondisi pabrik. - Tahun pembuatan : 1835 - Kepemilikan : Swasta - Jenis prosessing : Sulfitasi Jenis gula yang : Kualitas GKP-I dihasilkan Tabel 1.3 : Kondisi Pabrik Gula Tringkil

1.2.7 Komponen Utama Pabrik Jenis prosessing Asal Negara Rehab terakhir tahun Stasiun Ketelan Jepang 2005 Stasiun Gilingan USA 1977 Pemurnian Nira Indonesia 2003 Stasiun Penguapan Indonesia 2003 St. masakan/ Puteran USA 2005 Tabel 1.4 : Komponen Utama Pabrik Gula Tringkil

2

1.2.8 Lahan o Hak Guna Usaha 2,5 Ha o Hak Guna Bangunan: 20,457 Ha 1.3 Utilitas (Sarana Produksi) Utilitas berfungsi untuk menunjang kelangsungan proses produksi, meliputi: 1.3.1 Air

Dengan adanya standar baku mutu untuk air bersih industri, setiap industri memiliki pengolahan air sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan industri. Karena setiap proses industri maupun segala aktivitas membutuhkan air sebagai bahan baku utama atau bahan penolong, air bersih untuk proses produksi, pendingin (cooling tower), uap panas (ketel uap/boiler), dan juga untuk Sumber Air Baku kualitas air bersih dari sungai ada satu parameter yang belum memenuhi standar baku mutu yaitu warna. Tetapi ketika air baku dari air sungai tersebut dicampur dengan air STU dalam bak hard water, maka kandungan warna tersebut akan menurun sehingga kualitas air bakunya akan dapat memenuhi standar baku mutu. Meskipun telah memenuhi standar baku mutu air bersih, air baku tersebut masih memerlukan pengolahan untuk memenuhi kebutuhan produksi yang mempunyai standar kualitas air yang ketat yang berupa soft water. 1.3.2 Unit Pengolahan Air Bersih

Pengolahan Pendahuluan Penyediaan dan Penanganan Air (Water Treatment Plant/ WTP) Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan proses produksi gula. Hampir seluruh stasiun yang ada di pabrikasi membutuhkan air untuk kelancaran produksi. Water Treatment Plant ) menangani pengolahan air dari sungai, air jatuhan (air kondensor), pendinginan air (stasiun pendingin), dan air kondensat. Sumber air di WTP berasal dari sungai Cimanuk yang ditampung di water basin. Penambahan air juga dilakukan dari air yang disediakan untuk kebun dan disalurkan ke water basin ketika terjadi kekurangan air.

3

Gambar 1.2 : Water treatment

Gambar 1.3 : Single Tray Clarifier di PG Trangkil, Air Tanah, Air hujan Dan Air Kondensat yang ditampung di water basin dipompa ke bak clarifier menggunakan pompa dengan kapasitas 60 liter per menit. Air yang dipompakan ke bak clarifier dicampur dengan air tawas yang sudah disiapkan sebelumnya di stasiun pendingin. Tawas yang ditambahkan sebanyak 1.5 kw per 8 jam dan ketika air semakin keruh penambahan tawas akan bertambah hingga mencapai penambahan maksimum 2 kw per 8 jam. Penambahan air tawas berfungsi untuk menjernihkan air sungai yang relatif keruh. 1.4 Filtrasi 1.4.1 Sumur Dalam Air sungai dan air tanah mula-mula ditampung di bak tarik yang dilengkapi pompa untuk dialirkan ke bak pencampur dan diberi tawassebagai flokulan. Air yang telah diberi tawas dialirkan ke bakpenggumpal untuk memberi waktu flokulasi pengotor dalam air. Air dengan flok-flok pengotor dialirkan ke bak pengendap agar flok-flok yang terbentuk turun dan terpisah dari air. Air yang keluar dari bakpengendap sudah jernih tapi masih ada pengotor yang melayang,oleh karena itu air kemudian disaring dengan saringan untukmemisahkan partikel ini.Air yang telah disaring masih mengandung zat-zat terlarut yangmenimbulkan kesadahan. Untuk menghilangkan pengotor yang terlarut ini digunakan zat yang dapat menyerap ion-ion dalam larutan tersebut. Dengan ion exchanger, diharapkan air yang akan digunakanpada proses memiliki kesadahan sesedikit mungkin bahkan 0 agartidak menimbulkan kerak.

4

Gambar 1.4 : Ion Exchanger Air dari bak penampung dipompakan ke carbon filter untuk disaring, dimana air dilewatkan pada benda dengan porous dengan kecepatan tinggi. Proses penyaringan menggunakan sistem saringan bertekanan sehingga kecepatan filtrasi cukup tinggi. Filtrasi yang dipakai adalah rapid sand filter atau saringan pasir cepat dengan system gravitasi tertutup (closed gravity system). Proses filtrasi dimaksudkan untuk menyisihkan partikel koloid yang tidak dapat disisihkan pada proses sebelumnya dan juga untuk mengurangi jumlah bakteri organisme lain. Kebutuhan air dipenuhi dari air tanah, air hujan dan air kondensat. Pada Pabrik Gula Trangkil, air yang digunakn untuk pengisi ketel, air imbibisi pada gilingan, air injeksi dan air pendingin mesin. Apabila air tanah digunakan sebagai air pengisi ketel maka air tanah ini harus diolah terlebih dahulu karena mengandung pengotor yaitu gas terlarut(CO2, O2 H2S) yang dapat menyebabkan korosi pada ketel, zat-zat tersuspensi, mikroorganisme dan bakteri. Adanya garam bikarbonat, gaam klorida, garam magnesium, garam natrium yang menimbulkan kesadahan yang dapat menurunkan transfer panas karena terbentuk kerak pada pipa dan plat. Air yang digunakan untuk pengisi ketel harus diolah terlebih dahulu. Air ini ditampung dalam bak penmapungan yang kemudian dialirkan ke tangki yang berisi resin (natrium zeolit) yang berfungsi sebagai ion exchanger (penukar panas). Natrium zeolit ini akan mengikat ion Ca dan Mg diharapkan berkurangnya kerak pada ketel yang ditimbulkan akibat air ini. Air yang sudah berkurang kandungan Ca dan Mg selanjutnya dimasukkan ke tangki deaerator untuk menghilangkan kandungan gas O2. Adanya gas O2 dapat menyebabkan korosi pada ketel. Air yang keluar dari deaerator telah siap digunakan sebagai air pengisi ketel.

5

1.4.2

Pengolahan Internal

Pengolahan air dalam ketel bertujuan mengontrol korosi, kerak dan buih yang timbul dengan penambahan bahan kimia. Korosi dapat dicegah dengan penghilangan oksigen dan mengatur pH bersifat alkalis. Kerak (scaling) dikendalikan dengan mengikat kesadahan dalam air. Untuk mengendalikan kerak dan korosi digunakan WQ yang berisi natrium bisulfit dan natrium trifosfat. Natrium, bisulfit akan mengikat oksigen sehingga korosi bisa terhindar. Sedang natritum fosfat akan bereaksi dengan senyawa penyebab kesadahan membentuk Ca3(PO4)2 yang berbentuk lumpur dan cenderung mengendap pada pH alkali. Lumpur tersebut akan berkumpul di dasar ketel dan dikeluarkan bersama blowdown. 2 NaHS03 + O2 2 NaHSO4 2 Na3PO4.12 H2O + 3 CaCO3 H2O 2 Na3PO4.12 H2O + 3 CaSO4 H2O

Ca3(PO4)2 + 3 Na2CO3 + 4 C43(PO4)2 + 3 Na2SO4 + 2

Proses selanjutnya adalah penambahan flokulan sebagai zat pengikat dan mengendapkan lumpur (flok) yang terkandung dalam air tersebut. Jenis flokulan yang digunakan berupa polyalacon MF-1012 yang dicairkan terlebih dahulu seperti tawas. Proses pemutaran dan pengendapan air memisahkan air bersih dengan air endapan (lumpur). Air bersih dipompakan oleh pompa clarifier untuk diproses dan ditampung di gravel filter, sedangkan endapan lumpur disalurkan ke bak kontrol agar dapat dikendalikan dan dilakukan penambahan susu kapur untuk meningkatkan nilai pH. Limbah cair berupa endapan lumpur selanjutnya disalurkan ke IPAL untuk diproses melalui beberapa perlakuan. Air bersih yang ditampung di gravel filter terbagi ke dalam tiga tangki berisi pasir silikon dari jepang. Fungsi pasir silikon ini untuk menyaring air agar lebih bersih dan jernih. Air hasil penyaringan dipompakan lagi oleh pompa plan tadel ke tangki filter dan tangki soften. Tangki filter tempat penampungan air hasil saringan memiliki kapasitas 500 m3 dan air yang tertampung akan dislurkan ke dalam pabrik untuk memenuhi kebutuhan air dalam proses produksi. Tangki soften terdiri atas dua tangki yang memiliki kapasitas berbeda, yaitu tangki yang berkapasitas 300 m3 dan tangki dengan kapasitas 250 m3. Air dalam tangki soften digunakan sebagai air cadangan untuk bahan pengisi atau pengumpan boiler. Tangki penampung air dan cooling tower ditunjukan pada

6

Gambar 1.5 : Menara Pendingin (Cooling tower) Cooling tower digunakan untuk mendinginkan air kondensat sebelum masuk ke dalam ketel. Air dilewatkan pada kisi kisi sehingga terbentuk tirai air dan diberi blower di bagian atas untuk menghisap keluar udara panas dan dalam kisi. Sebagian cooling tower dibuat dari red wood, yaitu sejenis kayu yang sangat tahan (awet) apabila secara terus -menerus kontak dengan air. Bahan Isian (internal packing) biasanya merupakan susunan kayu yang dipasang horisontal. Ruang kosong menara sangat besar, biasanya lebih dari 90% supaya penurunan tekanan (pressure drop) udara bisa serendah mungkin. Luas permukaan kontak antara udara dan air tidak hanya pada film cairan pada permukaan packing, tetapi juga pada permukaan tetesan air yang jatuh dan menyerupai hujan. Aliran udara dan air di dalam cooling tower bisa secara silang atau lawan arah (counter current) atau kombinasi dari keduanya. Penanganaan air di WTP juga dilakukan terhadap air jatuhan (air kondensor) dari pabrik dan air kondensat yang masing-masing memiliki suhu cukup tinggi. Perlakuan yang dilakukan adalah proses stabilisasi suhu dan pH (rata-rata 6.5) dalam air tersebut. Proses pendinginan air yang masih memiliki suhu panas di stasiun pendingin. Air yang bersuhu tinggi (35-38oC) tersebut disalurkan ke cooling tower untuk didinginkan menggunakan baling-baling dan penyaringan. Mesin baling-baling yang saat ini digunakan ada lima mesin buatan Perancis. Air hasil pendinginan di cooling tower disalurkan kembali ke pabrik dengan bantuan empat pompa injeksi. Air pada water treatment ini digunakan pada saat awal operasi pabrik. Sedangkan setelah beroperasi maka ia pengisi ketel didapatkan dari air kondensat yang berasal dari evaporator (stasun peguapan). Jika ternyata air kondensat tidak mencukupi kebutuhan jumlah air pengisi ketel maka dapat ditambahkan air yang berasal dari water treatment. Selain untuk umpan ketel, air juga digunakan dalam pabrkasi. Syarat air untuk keperluan pabrikasi tidak terlalu kompleks seperti air untuk umpan ketel. Air dilewatkan pada saringan kemudian dimasukkan ke dalam bak penampungan dan dipompa ke talang pencampur tawas. Air kemudian ditampung di bak pengendap dan akhirnya dipompa ke menara air. Untuk menghilangkan pasir halus maupun kasar maka dilakukan penyaringan. Setelah itu air ditampung dalam bak penampung dan siap digunakan untuk pabrikasi.

7

8

1.4.2.1 Aerasi Air dari air Sungai dengan submersible langsung dialirkan melalui pipa yang kemudian kemudian dipercikkan pada unit aerasi. Dengan penambahan unit aerasi ini kandungan Fe dapat menurun hingga 32,39% bila dibandingkan dengan sebelum ada aerasi. 1.4.2.2 Bak Raw Water Air dari bak aerasi dialirkan ke bak raw water secara grafitasi dan freeboard dimana pada bagian atas terdapat 4 buah manhole yang berfungsi sebagalubang pemeriksaan. 1.4.2.3 Flokulasi dan Sedimentasi Air dari bak koagulasi dialirkan ke unit flokulasi dan sedimentasi secara gravitasi. Jenis sedimentasi (clarifier) adalah sistem cone dengan aliran vertikal (up flow) yang terdiri dari 2 bak yang disusun secara seri. Pengadukan lambat (flokulasi) terjadi dalam cone dengan menggunakan blade (mixer) diharapkan dapat terbentuk flok-flok yang lebih besar sehingga dapat diendapkan pada unit sedimentasi. Proses sedimentasi terjadi setelah proses upflow flokulasi, yaitu setelah partikel-pertikel yang lebih kecil bergabung atau tersedimentasi pada partikel-partikel yang lebih besar (stationary) pada sludge blanket. Clarifier sistem cone ini mempunyai diameter 5 m. Aliran air yang keluar menembus sludge blanketsecara upflow akan mengalir melalui gutter dengan lubang pada bagian atasnya. Diameter orifice jarak antar lubang 5 cm. Jumlah pipa gutter 3 buah. Salurangullet atau saluran pengumpul mengelilingi bak sedimentasi dengan lebar saluran 20 cm dan kedalaman 30 cm dan selanjutnya secara gravitasi air akan mengalir ke tangki filter. 1.4.2.4 Bak Penampung Setelah air masuk ke unit flokulasi dan sedimentasi, flok-flok yang sudah mengendap dikeluarkan (dibuang) melalui sludge blanket, sedangkan air yang sudah disisihkan dialirkan ke bak penampung secara gravitasi. . Untuk menghindari dari kemungkinan terkena kotoran terutama daun-daun yang berjatuhan,bak penampung ini ditutup dengan papan kayu. Bak penampung berbentuk rectanguler bak 1.4.2.5 Bak Hard Water Setelah air sungai disaring dengan carbon filter, bersama-sama air baku dari STU ditampung pada bak hard water. Bak hard water berbentuk rectangulair yang terbuat dari beton bertulang 1.4.2.6 Unit Softening

9

proses pelunakan air untuk mengurangi kesadahan air yangberasal dari Ca2+ dan Mg2+. Proses pelunakan air ini menggunakan resin sebagai penukar kation. Setelah air baku ditampung pada bak hard water, air akan mengalir ke tangki softening yang berisi resin. Tangki softening . Dalam pengoperasian tangki softening bekerja secara bergantian. Tiap 8 jam (tiap shiff) tangki yang bekerja hanya 2 3 buah, sedangkan yang lain sebagai cadangan yang siap pakai. Air soft yang dihasilkan dari unit softening kemudian ditampung dalam bak penampung air soft. Kualitas air soft yang direkomendasikan mempunyai nilai kesadahan maksimum 4 ppm. Jika kesadahan air soft sudah mencapai lebih dari 5 ppm pengoperasian tangki softening dihentikan dan digantikan oleh tangki softening lain yang siap pakai. Tangki softening yang pengoperasiannya telah dihentikankemudianresinnya diregenerasi menggunakan larutan garam NaCl. 1.4.2.7 Bak Penampung Air Soft Setelah proses softening air baku ditampung dalam bak penampung air soft. Di dalam bak penampung air soft terdapat otomatis level sehingga apabila bak sudah memenuhi kapasitas yang ditetapkan maka proses pengolahan air soft akan berhenti, tetapi apabila air berkurang banyak maka pompa akan bekerja menaikkan air soft ke bak penampung . Di atas bak penampung terdapat 2 buah manhole yang berfungsi untuk pemeriksaan. Dari bak penampung air soft ini dipompakan ke Reservoir I, II, III, dan IV yang kemudian dialirkan ke setiap unityang membutuhkan. Pipa yang digunakan untuk mengalirkan air soft adalah jenis galvanized yang dicat warna biru. Bak soft water berbentuk L 1.5 Listrik Kebutuhan listrik Pabrik Gula Trangkil disuplai dari tiga sumber, yaitu generator PLTU, PLN dan diesel. PLTU adalah sumber utama (sentral distribusi listrik) dalam memenuhi kebutuhan listrik pabrik dan perumahan karyawan. Pada masa giling kebutuhan listrik disuplai dari PLTU dan PLN sebagai cadangan. Sedangkan pada saat di luar masa giling kebutuhan listrik mengandalkan listrik dari PLN. Daya yang dihasilkan dari PLTU adalah sekitar 4,5 MW/hari. Dua transformator yang digunakan untuk memacu listrik PLN memiliki tegangan primer 20 KVA dan tegangan sekunder 400V dengan frekuensi 50 Hz. Kapasitas terpasang masing-masing trafo adalah 2000 KVA. Pembangkit yang digunakan pada Pabrik Gula Trangkil berjumlah dua buah yang masing-masing digerakkan oleh turbin. Mekanisme yang terjadi pada unit pembangkit listrik mulai dari awal giling adalah listrik dari PLN digunkan untuk memutar blower. Blower digunakan sebagai tenaga untuk pembakaran ampas dalam ketel pipa air sehingga menghasilkan uap. Tekanan uap yang masuk turbin adalah 18 kg/cm2 pada suhu 350oC sedangkan tekanan keluarannya 0,8 kgf/cm2 dengan suhu 110oC.Uap yang dihasilkan kemudian memutar turbin. Poros turbin dihubungkan ke gearbox untuk menurunkan putarannya menjadi rpm saat10

Unit

softening

adalah

suatu

unit

yang digunakan

untuk

mengrakkan generator. Dari generator ini dihasilkan listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pabrik Gula Trangkil. Listrik yang dihasilkan kemudian didistribusikan ke stasiun-stasiun antara lain stasiun listrik, penerangan, besali (bengkel tempat perbaikan), pompa, stasiun ketel, stasiun gilingan, staiun tngah (stasiun masakan dan penguapan), stasiun putaran, penyelesaian akhir dan perumahan dinas. 1.6 Steam Pada stasiun ketel dihasilkan uap yang berasal dari proses pembakaran ampas dalam boiler. Ampas yang digunakan merupakan hasil samping dari stasiun gilingan yang dibawa oleh konveyor ampas menuju dapur pembakaran bahan bakar melalui corong yang berjumlah lima. Ampas yang digunakan harus benar-benar kering agar mendapakan nilai kalor yang lebih besar. Nilai kalor rata-rata ampas adalah 14001500 kKal/kg. Jika nilai kalor ampas kurang memenuhi maka ditambahkan residu sebagai bahan bakar yang sudah tersedia di pabrik yang disimpan dalam sebuah tangki penampung. Hasil pembakaran dari ampas tebu di dalam ruang bakar akan menyisakan abu. Abu ini akan dibuang dari ruang bakar setiap 8 jam sekali. Namun, hal ini tidak pasti dilakukan karena pembuangan abu juga mempertimbangkan kondisi ruang bakarnya. Jenis boiler (ketel) yang digunakan adalah boiler pipa air. Ketel ini berisi air pada bagian dalam pipa sedangkan di luar pipa dikelilingi api. Air yang digunakan adalah air kondensat yang berasal dari stasiun penguapan dan masakan. Air kondensat ini terlebih dahulu ditampung di dalam tangki 1000 (tangki yang berkapasitas 1000m3 = 106 liter). Kapasitas air yang dibutuhkan untik ketel adalah 180 ton/jam. Jika air kondensat tidak memenuhi maka ditambahkan air hujan yang telah dimurnikan terlebih dahulu. Di Pabrik Gula Trangkil digunakan dua jenis ketel, yaitu Takuma I dan Takuma II. Takuma I berkapasitas 60 ton/jam (60.000 m3/jam) sedangkan Takuma II berkapasitas 100 to/jam (100.000 m3/jam). Kedua ketel ini bertekanan tinggi dan masing-masing menggerakkan satu buah turbin generator. Pengontrolan ketel uap dilakukan boiler control panel. Tekanan maksimal dari boiler ini adalah 20 kgf/cm2 dan suhu maksimalnya adalah 350oC. Tekanan ini terus dikontrol setiap saat. Pada bagian atas boiler, terdapat katup (valve) sebagai pengendali tekanan. Apabila tekanan pada boiler telah melebihi tekanan maksimum (> 20 kgf/cm2), maka secara otomatis katup akan membuka untuk mengurangi tekanan sampai tekanan boiler kembali normal. Standar tinggi air dalam boiler adalah 60%. Apabila tinggi air di dalam boiler menurun sampai < 60%, maka air akan mengisi secara otomatis ke dalam pipa boiler sampai ketinggian air normal kembali. Jadi, bisa dikatakan bahwa sisitem kendali dari boiler ini dilakukan secara automatis. Pada stasiun ketel terdapat sistem reinjection yang berfungsi mendorong ampas tebu yang tidak terbakar untuk dikembalikan ke ruang bakar.

11

BAB III PRODUK UTAMA DAN SAMPINGANProduk utama Pabrik Gula Trangkil adalah gula kristal tebu. Gula adalah kristal berwarna putih, keras, mempunyai rasa manis. Sesuai analisis P3GI Pasuruan maka produk gula Trangkil termasuk produk SHS 1. Adapaun standar gula menurut P3GI Pasuruan disajikan pada tabel 3.

1.1.PROSES PRODUKSI Proses pengolahan tebu menjadi gula pasir melalui tahapan-tahapan di setiap stasiunnya. Berikut ini adalah bagian-bagian dalam pengolahan tebu mnjadi gula pasir di Pabrik gula Trangkil:

Gambar 1.7 : diagram aliran proses tebu 1.1.1 Stasiun Timbangan dan Emplasmen Sebelum penimbangan tebu-tebu yang diangkut truk diarahkan ke emplasmen untuk mendapatkan nomor antrian. Emplasmen berfungsi untuk menampung sementara dan menertibkan antrian sebelum tebu masuk ke stasiun timbangan sehingga tidak terjadi penumpukan antrian di dalam pabrik. Pabrik Gula Trangkil memilki 2 emplasmen yaitu emplasmen Kajar dan emplasmen Depan Pabrik. Luas emplasmen Kajar 3,5 Ha. Emplasmen Kajar terletak di luar pabrik 1 km sebelah selatan Pabrik Gula Trangkil. Emplasmen ini mampu menapung 400 truk per hari. Pencatatan nomor kendaraan dan pemberian nomor antrian truk pengangkut tebu yang akan digilingdi pabrik dilakukan oleh petugas emplasemen Kajar. Untuk menertibkan antrian truk yang masuk, di emplasemen dibuat semacam jalur / ban berjumlah 32 ban, di mana setiap jalur ditempati 2 truk. Jika truk tebu di emplasmen Kajar suda penuh, maka tebu tersebut dibawa ke emplasmen depan pabrik yang mempunyai daya tampung 200 truk per hari. Luas emplasmen depan pabrik 0,64 Ha. Setelah ditampung di emlasmen, selanjutnya tebu-tebu tersebut dibawa menuju pabrik untuk dilakukan penimbangan. Tipe penimbangan yang dioperasikan di Pabrik Gula Trangkl yaitu tipe jembatan timbang. Truk bermuatan tebu dari emplasmen berhenti di atas jembatan penimbangan untuk diketahui berat brutonya. Berat bruto akan muncul pada layar komputer. Setelah muatan tebu dibongkar, truk12

kembali ditimbang lagi sehingga didapatkan berat tarra. Dengan mengurangi berat bruto dengan tarra akan diperoleh berat netto. Timbnagan yang digunakan Pabrik Gula Trangkil ada dua timbangan, yaitu timbangan timur yang digunakan untuk menimbang tebu dengan berat maksimal 50 ton dan timbangan barat yang berfungsi untuk menimbang non tebu (ampas, tetes, blotong dan sebagainya). Berat maksimal pada timbangan barat adalah 60 ton. Timbangan barat sepanjang 16 meter sedangkan timbangan timu sepanjang 9 meter. Dalam satu truk kira-kira beratnya adalah 6 ton (dengan tebu), untuk sehari semalam 100 truk datang ke Pabrik Gula Trangkil. Pengawasan dan persediaan bahan baku ditangani oleh bagian tanaman seksi tebang angkut. Untuk menjaga kualitas tebu maka pihak pabrik meningkatkan kebersihan tebangan dengan memberikan penyuluhan kepada para penebang. Pencatatan kualitas tebangan dilakukan oleh petugas di dalam kantor pengawasan yang berada tepat di samping meja tebu, tapi pemberian stempel SPTA dilakukan oleh mandor yang berada di pos penimbangan ketika dilakukan penimbangan netto. Pencatatan kualitas dilakukan dengan mencatat jenis kotoran yang ada pada tebu ketika dilakukan pembongkaran pada meja tebu. Upah tebang yang diberikan kepada penebang disesuaikan dengan yang tertulis di stempel SPTA. Untuk mengontrol mutu tebangan tebu, pihak pabrik menetapkan bahwa tebu yang diterima pabrik hanya jika memenuhi syarat MBS. Tebu yang memenuhi persyaratan ini adalah tebu yang manis (masak/tua), bersih dari kotoran (slamper, pucukan, akar, tanah), dan segar (jangka waktu tebu tertebang sampai masuk gilingan