Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

187

Transcript of Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

Page 1: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44
Page 2: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 1Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PENGATURAN PRODUKSI ANAK DOMBA

1. KELUARAN

Pola produksi tepat sasaran

2. PEDOMAN TEKNIS

1) Pengaturan perkawinan domba ditujukan untuk mengatur produksi anakdisesuaikan dengan target penjualan. Minimal target yang dikejar adalahsatu ekor per bulan dapat dijual.

2) Pejantan dan 8 ekor betina merupakan skala usaha terkecil untukmenghasilkan anak satu setiap bulan. domba induk disatukan denganpejantan selama 2 bulan dan diganti setiap 2 bulan dengan induk berikutnyatidak bunting.

3) Lama pemeliharaan anak bersama induk adalah 3 bulan dan disapih untuktujuan penggemukan atau bibit.

4) pakan untuk induk bunting dan menyusui ditambahkan pakan tambahandisamping pakan dasar rumput/hijauan (1 1/2 % berat badan)

3. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

4. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan HarsonoRM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 3: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

INTENSIFIKASITERNAK AYAM BURAS

1. PENDAHULUAN

Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutanayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipeliharaoleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untukpemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkanpendapatan.

Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayamburas sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yangintensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapatmencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.

Sistem pemeliharaan ayam buras meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan,pakan dan pencegahan penyakit.

2. BIBIT

Ciri-ciri bibit yang baik :

a. Ayam jantan- Badan kuat dan panjang.- Tulang supit rapat.- Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih.- Paruh bersih.- Mata jernih.- Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur.

Page 4: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Terdapat taji.

b. Ayam betina (petelur) yang baik- Kepala halus.- Matanya terang/jernih.- Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).- Paruh pendek dan kuat.- Jengger dan pial halus.- Badannya cukup besar dan perutnya luas.- Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari.- Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.

3. PEMELIHARAAN

Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :a. Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari

pakan sendiri).b. Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan).c. Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan).

Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu :a. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak ayam

sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.b. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu.c. Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (± 2 tahun).

Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantanmelayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telurkonsumsi, pejantan tidak diperlukan.

4. PERKANDANGAN

Fungsi kandang yaitu :a. Untuk tempat berteduh dari panas dan hujan.b. Sebagai tempat bermalam.c. Untuk memudahkan tata laksana.

Syarat kandang yang baik, yaitu :a. Cukup mendapat sinar matahari.b. Cukup mendapat angin atau udara segar.c. Jauh dari kediaman rumah sendiri.d. Bersih.e. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya).f. Kepadatan yang sesuai.

Page 5: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

g. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama.

Kepadatan kandang :a. Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 - 2

induk.b. Ayam dara 1 m2 untuk 14 - 16 ekor.c. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.

5. PAKAN

Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi, vitamin, mineraldan air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai berikut :- Anak ayam dara 15 gram/hari- Minggu I-III 30 gram/hari- Minggu III-V 60 gram/hari- Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari- Induk 100 gram/hari

Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore, sedangkan airminum diberikan setiap saat.

6. PENYAKIT DAN PENCEGAHAN

1) ND = Necastle Desease = TeteloPencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.

2) CacinganPencegahan : hindarkan pemeliharaan tradisional.

Page 6: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) CRD (pernafasan)Pengobatan : Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin(dosis 800 -1000 gr/ton ransum).

4) Berak DarahPengobatan : Prepara Sulfa atau anyrolium dilarutkan dalam air minum,dosis 0,012 -0,024% untuk 3 - 5 hari.

5) PilekPengobatan : sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan dalam air minum selama 5 -7 hari.

6) CacarPencegahannya : vaksinasi 1 kali setelah lepas induk.

7. ANALISA USAHA AYAM BURAS

1) Pengeluarana. Bibit: 100 ekr x Rp. 12.000,- Rp. 1.200.000,-b. Pakan100 ekr x 360 hr x 100 gr x Rp. 491,- / 1000 Rp. 1.767.600,-c. Penyusutan kandang/th Rp. 500.000: Rp. 50.000/2 th Rp. 225.000,-d. Tenaga kerja: 12 x Rp. 150.000,- /bulan Rp. 1.800.000,-e. Vaksin dan Obat: 100 ekr x 4 kali x Rp. 50,- Rp. 20.000,-Total 1) Rp. 5.012.600,-

2) Pendapatana) Penjualan telur/th 95%x100 ek x 25% x 360 hr x Rp. 300,- Rp 2.565.000,-b) Penjualan kotoran ayam/th 25 grx95 ekrx360 x Rp. 2.000,-Rp. 34.200,-c) Penjualan ayam afkir: 95 ekr x Rp. 13.500,- Rp. 1.282.500,-Total 2) Rp. 3.881.700,-

Penghasilan/tahun: pendapatan - pengeluaran -Rp. 1.130.900,-

Karena keuntungannya negatif, maka sebaiknya untuk pemeliharaan 100 ekorayam, tenaga kerja cukup ditangani oleh peternak, sehingga biaya untuktenaga kerja Rp. 0,-. Dengan kata lain, untuk pemeliharaan 100 ekor ayam :a. Pengeluaran Rp. 3.212.600,-b. Pendapatan Rp. 3.881.700,-c. Keuntungan Rp. 669.100,-keuntungan/bln Rp. 55.758,-

Asumsi harga pasaran bulan Februari 19961. Harga bibit siap telur/ekor Rp. 12.000,-2. Harga telur/butir Rp. 300,-3. Harga pakan, dengan susunan:

Page 7: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

30 kg pakan Rp. 300,- /kg50 kg pakan layer (441) Rp. 605,- /kg1 kg mineral Rp. 500,- /kg

4. Harga ayam apkir Rp. 13.500,-5. Harga kotoran ayam 1 karung (50 kg) Rp. 2.000,-6. Mortalitas (kematian) 5%7. Produktivitas telur 25%8. Biaya kandang ayam perekor Rp . 5.000,-9. Biaya vaksin & obat perekor Rp. 50,-

8. SUMBER

Brosur Intensifikasi Ternak Ayam Buras, Dinas Peternakan, Pemerintah DaerahKhusus Ibukota Jakarta, Jakarta (tahun 1996).

9. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Peternakan, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jl. GunungSahari Raya No. 11 Jakarta Pusat, Tel. (021) 626 7276, 639 3771 atau 6007252 Pes. 202.

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 8: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 1Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PEMILIHAN BIBIT AYAM BURAS

1. KELUARAN

Teknik pembibitan bibit ayam buras yang baik

2. PEDOMAN TEKNIS

1) Calon induk betina:- sehat dan tidak cacat- lincah dan gesit- mata bening dan bulat- rongga perut elastis- tidak mempunyai sifat kanibal- bebas dari penyakit- umur 5 - 12 bulan.

2) Calon pejantan:- sehat dan tidak cacat- penampilan tegap- bulu halus dan mengkilap- tidak mempunyai sifat kanibal- umur 8 - 24 bulan.

Jumlah induk dan pejantan disesuaikan dengan kondisi dan umurnyaantara 8 - 10 : 1

3. SUMBER

Hompage Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

4. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu,Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 9: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PENETASAN ALAMI AYAM BURAS

1. KELUARAN

Sangkar tetas dengan hasil daya tetas tinggi.

2. BAHAN

Bambu, kawat, paku, rumput kering.

3. ALAT

Gergaji, pisau serut, palu, tang, dll.

4. PEDOMAN TEKNIS

1) Sangkar penetasan dibuat dari bambu berbentuk kerucut dengan suhupenetasan dalam sangkar pengeraman cukup baik.

2) Cara pembuatan

a. Potong bambu berdiameter 25 - 50 cm sepanjang 125 cm, 1/3 bagianharus berada di atas ruas sedangkan yang 2/3 bagiannya sebagai tiangpenyangga.

b. satu pertiga dari bambu bagian atas dibelah-belah kecil ( 1-1,5 cm),dihaluskan, kemudian dianyam dengan belahan bambu tipis, dimulai daribagian ujung bawah belahan bambu, sehingga berbentuk kerucut.

c. Bagian ujung paling atas diikat dengan kawat tali, agar ayaman tidaklepas.

d. Sangkar diletakkan di tempat yang aman dan jauh dari keramaian danterhindar dari gangguan hewan liar.

e. Bagian bawah sangkar dialasi dengan rumput kering, yang merupakanalas/tempat diletakkannya telur dan sekaligus sebagai tempat penetasan.

3) Sangkar penetasan kerucut ini menghasilkan daya tetas telur 77,37 %,kematian embriyo 16,64 %, suhu maksimum 102,30 C dan suhu minimum83,50 C.

Page 10: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

6. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan HarsonoRM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 11: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING

1. SEJARAH SINGKAT

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulanhasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitastinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler inibaru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaanmencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itusemakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenalmasyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggusudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat danmenguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yangbermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

2. SENTRA PERIKANAN

Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usahaternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi

3. JENIS

Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredardipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebabsemua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atausangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara,peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual diPoultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di

Page 12: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline,Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres,Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross,Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.

4. MANFAAT

Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:1) penyediaan kebutuhan protein hewani2) pengisi waktu luang dimasa pensiun3) pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja4) tabungan di hari tua5) mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.2) Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.3) Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh

keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga)unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding(pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perkandangan

Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembabanberkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai denganaturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dantidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikandengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulanmemakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulanmemakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisadengan kandang postal atapun kandang bateray.

Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yangpenting kuat, bersih dan tahan lama.

Page 13: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Peralatan

a. Litter (alas lantai)Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yangbocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Teballitter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekamdengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayudengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

b. Indukan atau brooderAlat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yangmenghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.

c. Tempat bertengger (bila perlu)Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dandiusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar.Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah daritempat bertelur.

d. Tempat makan, minum dan tempat gritTempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat.Untuk tempat grit dengan kotak khusus

e. Alat-alat rutinAlat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, guntingoperasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.

6.2. Pembibitan

Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:a) ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknyab) pertumbuhan dan perkembangannya normalc) ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.d) tidak ada lekatan tinja di duburnya.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day OldChicken)/ayam umur sehari:a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.d. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.

Page 14: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segeradiberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjukDinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerahyang bersangkutan.

6.3. Pemeliharaan

1) Pemberian Pakan dan Minuman

Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:- kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%,

lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%,ME 2800-3500 Kcal.

- kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaituminggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua(umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4minggu sebesar 1.520 gram.

b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:- kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%;

lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

- kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor.Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829gram.

Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkandalam 2 (dua) fase yaitu:

a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi padamasing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalahsebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama

Page 15: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam airminumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masingminggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6(37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jaditotal air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

2) Pemeliharaan Kandang

Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakanusaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenagayang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin padaternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultryshoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, makabangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selaludibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segeradisulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisamaksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yangdipelihara.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

1) Berak darah (Coccidiosis)Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi,bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihanlingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsulediberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam airminum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.

2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu,mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yangspesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentudan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan danperalatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yangmati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamumasuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril sertamelakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

Page 16: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7.2. Hama

1) Tungau (kutuan)Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulukarena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus. Pengendalian: (1)sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakitdengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengankonsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan denganmenggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkandengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi ataupengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap sepertiNocotine sulfat atau Black leaf 40.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa dagingayam

8.2. Hasil Tambahan

Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotorankandang dan bulu ayam.

9. PASCAPANEN

9.1. Stoving

Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan dikandang penampungan (Houlding Ground)

9.2. Pemotongan

Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluarkeseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal iniagar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.

9.3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu

Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7-54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yanghalus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala apibiru.

Page 17: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.4. Pengeluaran Jeroan

Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela)dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siapdimasak dalam kemasan terpisah.

9.5. Pemotongan Karkas

Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelahsemua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kakiayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dandikemas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperolehdalam analisis ini, antara lain adalah:a) jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari

strain CP.707.b) sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang

model postalc) luas tanah yang digunakan yaitu 200 m2 dengan nilai harga sewa tanah

dalam 1 ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.d) kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari

bilah-bilah bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu batayang plester dan atap menggunakan genting.

e) ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, lebar kandang 5 m danlebar bagian tepi kandang 1,5 m.

f) lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.g) menggunakan alat pemanas (brooder) gasolec dengan bahan bakar gas.h) penerangan dengan lampu listrik.i) umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 harij) litter/alas kandang menggunakan sekam padi.k) jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu

dan BR-2 untuk umur 4-6 minggu.l) tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.m)lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).n) berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat

panen.o. harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp 2500,-, walau kisaran

harga sampai mencapai Rp 3000,- ditingkat peternak/petani.p) ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.

Page 18: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

q) nilai pupuk kandang yaitu Rp 60.000,-.r) bunga Bank yaitu 1,5%/bulans) nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6

tahun dan nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5tahun.

t) perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai Pedoman dasar,karena nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.

Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha tani adalah sebagai berikut :

1) Biaya prasarana produksia. Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-b. Kandang ukuran 20 x 5 m

- Bambu 180 batang @ Rp 1250, Rp. 225.000,-- Semen 4 zak @ Rp 7000, Rp. 28.000,-- Kapur 30 zak @ Rp 6000, Rp. 18.000,-- Genting 2600 bh @ Rp 90, Rp. 234.000,-- Paku reng 5 kg @ Rp 2000, Rp. 10.000,-- Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800, Rp. 12.600,-- Batu bata 1000 buah @ Rp 55, Rp. 55.000,-- Pasir 1 truk Rp. 230.000,-- Tali 28 meter @ Rp 5000, Rp. 14.000,-- Tenaga kerja Rp. 400.000,-

c. Peralatan- Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000, Rp. 140.000,-- Tempat minum 32 bh @ Rp 3880, Rp. 124.000,-- Sekop 1 bh Rp. 7.000,-- Ember 2 bh @ Rp 2000, Rp. 4.000,-- Tong bak air 1 bh Rp. 15.000,-- Ciduk 2 bh @ Rp 500, Rp. 1.000,-- Tabung gas besar 1 bh Rp. 250.000,-- Thermometer 1 bh Rp. 2.000,-- Regulator 1 bh Rp. 52.500,-- Brooder (gasolec) 1 bh Rp. 15.000,-- Tali gantung tmp pakan 120 m @Rp 500,- Rp. 60.000,-

Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 2.052.000,-

2) Biaya sarana produksia. Bibit DOC 1000 bh @ Rp 900,- Rp. 900.000,-b. Pakan dan obat-obatan

- BR-1 31 zak (0-4 minggu) @Rp 36.000, Rp. 1.116.000,-- BR-2 34 zak (4-6 mingu) @ Rp 34.000, Rp. 1.156.000,-- obat-obatan @ Rp 150,-/ekor Rp. 150.000,-

c. tenaga kerja pelihara 1,5 bln @ Rp 105.000,- Rp. 157.500,-d. Lain-lain Rp. 10.000,-

- sekam padi alas kandang 1 truk @Rp 60.000,- Rp. 60.000,-- karung goni bekas 32 kantong @ Rp 300,- Rp. 2.400,-

Page 19: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- pemakaian listrik selama 0-6 minggu Rp. 7.000,-- pemakaian gas Rp. 35.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 3.583.900,-

3) Biaya produksia. Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-b. Nilai susut prasarana produksi/2 bln

- kandang Rp. 51.109,-- Peralatan Rp 805.660,- : 30 Rp. 26.856,-

c. Bibit DOC 1000 ekor Rp. 900.000,-d. Pakan dan obat-obatan Rp. 2.422.000,-e. Tenaga kerja Rp. 157.500,-f. lain-lain Rp. 104.400,-g. Bunga modal 1,5% per bulan Rp. 84.543,-h. Bulan modal 1,5 bulan Rp. 126.815,-Jumlah biaya produksi Rp. 3.808.680,-

4) Pendapatana. Total produksi 1000X94%X1,75 kg X Rp 2500,- Rp. 4.112.500,-b. Nilai Pupuk kandang Rp. 60.000,-c. Jumlah pendapatan Rp. 4.172.500,-d. Keuntungan Rp. 363.820,-

5) Parameter kelayakan usahaa. BEP Volume Produksi = 870 ekorb. BEP Harga Produksi Rp. 3.316.000,-c. B/C Ratio = 1,09d. ROI = 6,45 %e. Rasio keuntungan terhadap pendapatan = 8,71 %f. Tingkat pengembalian modal = 2,6 th.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Prospek agribisnis peternakan untuk ternak ayam broiler cukup baik dimanapermintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakatakan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembangdengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit PenebarSwadaya (anggota IKAPI) Jakarta.

2) Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam RasPedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.

Page 20: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 10/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 21: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA AYAM PETELUR(Gallus sp.)

1. SEJARAH SINGKAT

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untukdiambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan danitik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahundemi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh parapakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutantadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyakdalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksidaging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenaldengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telurhingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat.Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayampetelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelekdibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudiandikenal dengan ayam petelur unggul.

Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrabdengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an,oran mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulaimembedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajahIndonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakanayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itumemang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayamluar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itumasih merupakan ayam negeri galur murni). Ayam semacam ini masih bisadijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemarayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenalklasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja,

Page 22: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun,pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelurbanyak tetapi tidak enak dagingnya.

Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalahayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masaproduktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hinggamenjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayambroiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelurdwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulaisadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal danpedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dandaging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telurayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulaiterpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilahmenandakan maraknya peternakan ayam petelur.

Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dandagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayamdwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayamkampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayamkampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehinggaayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baikdibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakanproduksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar diAsia dan Afrika.

2. SENTRA PERIKANAN

Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakanayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada diPulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia danAfrika serta sebagian Eropa.

3. JENIS

Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:

1) Tipe Ayam Petelur Ringan.Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan inimempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar.Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal darigalur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringankomersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit

Page 23: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan(petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur pertahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khususuntuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan padakemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringanini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kagetdan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bilakepanasan.

2) Tipe Ayam Petelur Medium.Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada diantara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam inidisebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi jugatidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkandaging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna.Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelurcokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaranorang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalaudilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yangputih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalahharganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Halini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinyatelur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayampetelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasayang enak.

4. MANFAAT

Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasmanutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah daripemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadipupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti ususdan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelahdikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.2) Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.3) Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.

Page 24: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kandang

Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratantemperatur berkisar antara 32,2–35 derajat C, kelembaban berkisar antara60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturanyang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidakmelawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, janganmembuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karenamenghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bilaturun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agarhembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.

Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yangpenting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandanghendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempatminum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alatpenerangan.

Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: a)Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dariribuan ekor ayam petelur; b) Sistem kandang individual, kandang ini lebihdikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individudi dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandanguntuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalampeternakan ayam petelur komersial.

Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1)kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisikulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan padakandang sistem koloni; 2) kandang dengan lantai kolong berlubang, lantaiuntuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubangdiantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ketempat penampungan; 3) kandang dengan lantai campuran liter dengankolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alasliter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanandan 30% di kiri).

2) Peralatan

a. Litter (alas lantai)Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yangbocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal

Page 25: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekamdengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayudengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

b. Tempat bertelurPenyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telurtidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukupuntuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebihtinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilantelur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan.Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung keluar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besartelur pada dasar sarang.

c. Tempat bertenggerTempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dandiusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar.Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah daritempat bertelur.

d. Tempat makan, minum dan tempat gritTempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat.Untuk tempat grit dengan kotak khusus

6.2. Penyiapan Bibit

Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagaiberikut, antara lain:a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.

Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantungsebagai berikut:

Page 26: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

a. Konversi Ransum.Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yangdihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini seringdisebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makansejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besardaripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalubanyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagiayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itudapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibitayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang seringdibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibitayamnya.

b. Produksi Telur.Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapatmemproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebabayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidakmenguntungkan.

c. Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untukbertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasibeberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah ini.- Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)

270, ransum 1,82 kg/dosin telur.- Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)

255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.- Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288,

ransum 1,89 gram/dosin telur.- H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272,

ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.- Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen

house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.- Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275,

ransum 1,9 kg/dosin telur.- Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280,

ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.- Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen

house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.- Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen

house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.- Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi

telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.- Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)

270, ransum 2,0 kg/dosin telur.- Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi

telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.

Page 27: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(henhouse) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.

6.3. Pemeliharaan

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakanusaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenagayang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin padaternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultryshoup.

2) Pemberian Pakan

Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%,

lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%,ME 2800-3500 Kcal.

- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaituminggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua(umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4minggu sebesar 1.520 gram.

b. Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:- Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%;

lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9%dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umuryaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6(umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari)146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hariadalah 3.829 gram.

Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal inidikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:

a. Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi padamasing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.

Page 28: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalahsebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertamahendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam airminumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masingminggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6(37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jaditotal air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

3) Pemberian Vaksinasi dan Obat

Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yangmenulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secarateratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2macam yaitu:

Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yangditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telahdilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampumembentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek,keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

Macam-macam vaksin:a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kurynab) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)c) Vaksin NCD HB-1/Pestos.d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.

Persyaratan dalam vaksinasi adalah:a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.c) Sterilisasi alat-alat.

4) Pemeliharaan Kandang

Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunankandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dandijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segeradisulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisamaksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yangdipelihara.

Page 29: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit karena Bakteri

1) Berak putih (pullorum)Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab:Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika

2) Foel typhoidSasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. Penyebab:Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarnahijau kekuningan. Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.

3) ParathyphoidMenyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab: bakteri dari genusSalmonella. Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.

4) KoleraPenyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selainmenyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab:pasteurella multocida. Gejala: pada serangan yang serius pial ayam(gelambir dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian: denganantibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

5) Pilek ayam (Coryza)Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus. Gejala: ayam yangterserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek. Pengendalian:dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.

6) CRDCRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyeranganak ayam dan ayam remaja. Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika(Spiramisin dan Tilosin).

7) Infeksi synovitisPenyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dankalkun. Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma. Pengendalian: denganantibiotika.

7.2. Penyakit karena Virus

1) Newcastle disease (ND)ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia.Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.

Page 30: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 10/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa,penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnyapenyakit ini disebut Newcastle disease.

2) Infeksi bronchitisInfeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit inimenurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasanyang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayamdewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bilamenyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal,putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yangnormal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapidapat dicegah dengan vaksinasi.

3) Infeksi laryngotracheitisInfeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadipada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium.Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.Pengendalian: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2)pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.

4) Cacar ayam (Fowl pox)Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercakcacar. Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian: dengan vaksinasi.

5) MarekPenyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerangbangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga50%. Pengendalian: dengan vaksinasi.

6) GumboroPenyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah DelmarvaAmerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnyamenyerang anak ayam umur 3–6 minggu.

7.3. Penyakit karena Jamur dan Toksin

Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasilperusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Adapula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zatberacun. Beberapa penyakit ini adalah :

1) Muntah darah hitam (Gizzerosin)Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Penyebab: adalah racun dalamtepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul

Page 31: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 11/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asamamino hingg menjadi racun. Pengendalian: belum ada.

2) Racun dari bungkil kacangMinyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsangpertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunanbungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan ataubungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.

7.4. Penyakit karena Parasit

1) CacingKarena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih danterpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minumankotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacinganadalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurangaktif.

2) KutuBanyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidakterlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayamterserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidakterkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkanmelintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengancara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangandan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam harisehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.

7.5. Penyakit karena Protozoa

Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead),penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda.Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihandari alang-alang dan genangan air.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkanoelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agarkerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi.Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan

Page 32: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 12/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecekseluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.

8.2. Hasil Tambahan

Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalahdaging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untukdijadikan pupuk kandang.

8.3. Pengumpulan

Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampantelur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil haruslangsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telurnormal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnyakecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.

8.4. Pembersihan

Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litteratau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan denganamplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih.Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.

9. PASCAPANEN

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 diBintaro, Jakarta.

1) Biaya produksia. Modal tetap (investasi)

- Kandang dan atap Rp. 225.000,-- Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,- Rp. 2.626.000,-

Jumlah biaya modal tetap Rp. 2.850.000,-b. Modal kerja/variabel

Page 33: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 13/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30 Rp. 490.000,-- Penyusutan kandang (4tahun) Rp. 4.700,-- Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun) Rp. 109.375,-- Obat-obatan Rp. 1.000,-- Resiko kematian 3% per tahun Rp. 6.565,-

Jumlah biaya modal kerja Rp. 611.640,-Jumlah biaya produksi Rp. 611.640,-

2) Pendapatana. Telur 60 x Rp. 650,- x 30 Rp. 1.170.000,-b. Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,- Rp. 58.750,-Jumlah pendapatan Rp. 1.228.750,-

3) Keuntungana. Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,- = Rp. 617.110,-

4) Parameter kelayakan usahaa. B/C ratio = 2,0

Keterangan :- Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan- Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998- Diperlukan luas tanah 40 m2

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan denganpeningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan proteinhewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program pemerintahdalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak. Kebutuhan akantelur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi telur yang besarsehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan hargatelur mahal.

Dengan melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikankeuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara intensif dan terpadu.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit PenebarSwadaya (anggota IKAPI) Jakarta.

2) Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam RasPedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.

Page 34: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 14/ 14Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 35: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA BEKICOT( Achanita spp. )

1. SEJARAH SINGKAT

Bekicot berasal dari Afrika Timur, tersebar keseluruh dunia dalam waktu relatifsingkat, karena berkembang biak dengan cepat. Bekicot tersebar ke arah Timursampai di kepulauan Mauritius, India, Malaysia, akhirnya ke Indonesia. Bekicotsejak tahun 1933 telah ada disekitar Jakarta, sumber lain menyatakan bahwabekicot jenis Achatina fulica masuk ke Indonesia pada tahun 1942 (masapendudukan Jepang). Sampai saat ini, bekicot jenis Achanita fulica banyakterdapat di Pulau Jawa.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra peternakan bekicot banyak ditemukan di masyarakat pedesaan JawaTimur, Bogor (Jawa Barat), Sumatera Utara dan Bali.

3. JENIS

Bekicot diternakkan umumnya jenis Achatina fulica yang banyak disenangiorang, karena bekicot jenis ini banyak mengandung daging. Konon di Eropa,bekicot jenis ini digunakan sebagai bahan baku makanan yang disebutEscargot. Escargot semula berbahan baku Helix pomatia. Karena Helix pomatia

Page 36: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

lama kelamaan sulit diperoleh maka bekicot jenis Achatina fulicamenggantikannya sebagai bahan baku Escargot.

4. MANFAAT

Selain pakan ternak bekicot merupakan sumber protein hewani yang bermututinggi karena mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap.Masyarakat yang menggemari makanan dari bahan baku bekicot (sate bekicot,keripik bekicot ) adalah masyarakat Kediri.

Disamping itu bekicot juga kerap dipakai dalam pengobatan tradisional, karenaekstrak daging bekicot dan lendirnya sangat bermanfaat untuk mengobatiberbagai macam penyakit seperti abortus, sakit waktu menstruasi, radangselaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-lain. Sedangkan kulitbekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat yang dikenal berasaldari kulit bekicot, dinamakan Maulie., yang dapat menyembuhkan berbagaipenyakit seperti kekejangan, jantung suka berdebar, tidak bisa tidur/insomania,leher membengkak dan penyakit kaum wanita termasuk keputihan

5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi perlu dipilih yang dekat dengan jalan, agar mudah penanganannya, baiksaat pembuatan kandang, saat pengontrolan maupun penanganannyapascapanen, artinya pada saat membawa hasil panen tersebut tidak kesulitandalam transportasinya. Lokasi yang sesuai untuk budidaya bekicot adalahlokasi yang basah serta lembab dan terlindung dari cahaya matahari secaralangsung. Selain itu juga tanah yang disukai adalah tanah yang banyakmengandung kapur sebagai zat untuk pembentukan cangkang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perkandangan

Walaupun lahan yang diperlukan tidaklah terlalu luas namun persyaratanmengenai kelembaban dan keteduhan perkandangan perlu diperhatikan,karena dalam aslinya dan untuk berkembang biak secara baik bekicotsenang dengan keadaan yang lembab dan teduh. Kandang didirikan di tanahkering, teduh, lembab dengan suhu udara berkisar 25–30 derajat C.

Cara pemeliharaan bekicot tidak terlalu sulit. Bisa dilakukan secara terpisah,artinya bekicot yang kecil dipelihara terpisah dari yang besar. Bisa juga

Page 37: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dilakukan secara campuran, yaitu bekicot kecil dan besar dipelihara dalamsatu kandang tanpa melihat umur/besarnya. Bila dilakukan secara terpisahresikonya harus dibuat beberapa kandang. Fungsi kandang itu antara lainuntuk penetasan, pembesaran dan sebagai kandang induk.

Ada tiga cara berternak bekicot di dalam kandang, antara lain:

a. Kandang kotak kayuKandang terbuat dalam lembaran kayu tripleks yang berkaki. Untukkerangkanya dapat digunakan kayu kaso. Ukuran panjang dan lebarkandang adalah 1 x 1 meter, tinggi 1,25 meter. Di atas kotak tersebutdiberi kawat kasa, agar bekicot tidak keluar dari dalam kandang.Sebaiknya di atas kotak perlu dibuatkan tempat berteduh, agar keadaantempat selalu gelap/tidak langsung kena sinar matahari.

b. Kandang dari bak semenPembuatan kandang ini sama dengan kandang kotak kayu. Dalam baksemen yang perlu diperhatikan adalah alasnya. Untuk menciptakansuasana lembab, alas semen perlu diberi tanah dan cacing untukmenggemburkan tanah dan menyerap kotoran yang dikeluarkan bekicot.Tebal lapisan tanah di dalam bak sekitar 30 cm. Zat-zat makanan yangdiperlukan bekicot hendaklah selalu tersedia di dalam bak.

c. Kandang galian tanahTanah digali dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 1 x 1 x 1 m. Perludiperhatikan sebaiknya tanah galian yang akan digunakan untuk kandangdipilih yang agak kering. Sebaiknya kandang dibuat di bawah pohon yangrimbun, kalau dindingnya terlalu basah perlu diberi lapisan pasir.

Untuk menjaga keadaan selalu gelap, seperti cara pertama dan kedua, diatas kandang perlu dibuatkan bedeng sebagai penutup. Masa panen, bilakandangnya terbuat dari tanah galian, cara pengambilannya dilakukandengan menggunakan galah yang bisa menjepit bekicot agar bekicot dantelurnya tidak rusak.

2) Peralatan

Alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan kandang: kayu, semen, batapasir, kain kasa dan cangkul.

6.2. Pembibitan

Tidak semua jenis bekicot cocok untuk dibudidayakan. Dua jenis bekicot yangbiasa diternakkan, yaitu spesies Achatina fulica dan Achatina variegata. Ciribekicot jenis Achanita fulica biasanya warna garis-garis padatempurung/cangkangnya tidak begitu mencolok. Sedangkan jenis Achatinavariegata warna garis-garis pada cangkangnya tebal dan berbuku-buku.

Page 38: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Pemilihan Bibit Calon Induk

Jika bibit unggul belum tersedia maka sebagai langkah pertama dapatdigunakan bibit lokal dengan jalan mengumpulkan bekicot yang banyakterdapat di kebun pisang, kelapa, serta semak belukar. Bekicot yang baikdijadikan bibit adalah yang tidak rusak/cacat yang sementara waktu danyang besar dengan berat lebih kurang 75-100 gram/ekor.

2) Reproduksi dan Perkawinan

Bekicot biasanya mulai kawin pada usia enam sampai tujuh bulan ditempatpemeliharaan yang cukup memenuhi syarat. Pada masa kawin bekicotbetina mulai menyingkir ke tempat yang lebih aman. Bekicot bertelur disembarang tempat. Jumlah telurnya setiap penetasan biasanya lebih darilima puluh butir (50-100). Jumlah produksi telur tergantung masa suburbekicot itu sendiri. Besar telur bekicot tidak lebih dari 2 mm.

3) Proses Kelahiran

Telur bekicot akan menetas setelah usianya cukup. Pada waktu telur itumenetas dan menjadi anak cangkang, biasanya tidak ditunggui induknya.Begitu bekicot selesai bertelur, telurnya ditinggalkan begitu saja. Telurbekicot akan pecah sendiri melalui proses alam.

Penetasan bekicot hingga menjadi anak tergantung pada keadaan tempatdan waktu tetas. Bilamana tempat itu memenuhi syarat (sempurna) sepertikelembaban tanah, iklim dan cahaya yang mencukupi, maka telur akan cepatmenetas. Sebaliknya jika keadaan tanah/iklim kering dan tempatnya kurangmenguntungkan maka telur akan lambat menetas.

6.3. Pemeliharaan

Pemeliharaan bekicot bisa dilakukan dengan cara terpisah dan bisa juga secaracampuran di dalam suatu tempat. Meskipun cara terpisah membutuhkan tempatkhusus tetapi ada keuntungannya. Misalnya, anak bekicot bisa diketahuiperkembangannya secara tepat, baik besarnya maupun usianya. Dengandemikian, tidak sulit untuk memberikan perawatan secara khusus. Bagipeternak bekicot sangat mudah kiranya apabila perawatan anak bekicot itudilakukan di tempat khusus. Adapun makanan anak bekicot bisa diberimakanan dengan sejenis ganggang (lumut), pupus daun dan sedikit zat kapur.Harus diingat hendaklah tempatnya selalu teduh dan lembab. Setelah anakbekicot berusia dua/tiga bulan, hendaklah dipindahkan kekandang pembesaran.

Keberhasilan budidaya bekicot tergantung pada cara perawatan danpemeliharaan teknis selama diternakkan. Beberapa perawatan teknis dalambudidaya bekicot diantaranya meliputi:

Page 39: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Menjaga kelembaban lingkungan

Bekicot sangat suka tempat yang lembab sehingga untuk mempertahankankelembaban lingkungan dapat digunakan atap atau perlindungan lain. Padamusim panas kelembaban lingkungan dapat dipertahankan denganmenyiramkan air lokasi peternakan setiap hari.

2) Mempertahankan kondisi lingkungan

Bekicot menyukai tempat yang lembab, namun bukan berarti pada tanahyang becek. Sehingga diperlukan usaha untuk mempertahankan kondisilingkungan yang sesuai dengan yang dikehendaki bekicot.

3) Pemberian pakan yang bermutu secara teratur

Agar hasil budidaya berhasil dengan baik diperlukan pemberian pakan yangbermutu dan teratur. Pemberian pakan berpedoman pada mutu pakan dankebiasaan waktu makan. Mutu makan yang baik akan menentukan kualitasdaging bekicot. Mutu pakan yang baik dapat dipenuhi dengan memberipakan berupa daun-daunan yang disukai dan buah-buahan. Misalnya; daundan buah pepaya, daun bayam, buah terung mentimun, swai dan lainsebagainya.

4) Menjaga areal agar tidak dimasuki hewan lain

Agar bekicot dapat tumbuh baiak tanpa gangguan dari hewan yangmerupakan musuhnya dan hewan yang dapat merebut makanannya makalahan budidaya harus dijaga agar tidak dapat dimasuki hewan-hewan lain.

5) Menjaga bekicot agar tidak keluar dari areal pemeliharaan

Untuk menjaga agar bekicot tidak keluar dari areal dapat dilakukan halsebagai berikut:a. membuat tutup kandang (bila budidaya bekicot dalam kandang)b. membuat pagar yang bagian atasnya diolesi dengan detergenc. menabur abu atau garam disekeliling pagar bagian dalam.

7. HAMA DAN PENYAKIT

Sampai saat ini belum banyak diketahui tentang adanya hama atau penyakityang dapat menyebabkan kematian bekicot, kecuali semut, bebek dan itik.

Page 40: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

Dengan pemeliharaan cukup baik, bekicot mulai dapat dipanen setelah 5-8bulan. secara fisik dapat dilihat apabila panjang cangkang telah mencapai 8-10Cm, maka bekicot telah siap untuk diambil dagingnya.

Hasil utama dari ternak bekicot adalah dagingnya, yang dapat diolah langsungdengan dibuat sate, keripik, dendeng/masakan segar lainnya dan dapat jugadiolah dalam bentuk kalengan. Ada juga permintaan dalam keadan hidup.Disamping itu daging dari bekicot ini dapat dijadikan tepung, yangpengolahannya melalui proses pengeringan terlebih dahulu.

8.1. Hasil Tambahan

Disamping diambil dagingnya, kulit/cangkang bekicot juga laku untuk dijual.Baik untuk bahan dasar obat-obatan/dibuat tepung untuk tambahan makananuntuk hewan ternak yang membutuhkan tepung berbahan dasar yangmengandung zat kapur.

8.2. Penangkapan

Bekicot dikumpulkan di dalam kotak kardus/peti dari kayu dan janganmenggunakan karung goni karena dapat mengakibatkan kulit bekicot pecah.Setelah dimasukkan dalam peti, pertama sekali perlu dilakukan pencucian agarterhindar dari semua kotoran dan lumpur yang melekat pada cangkangnya.Pencucian ini dengan cara menyemprot bekicot dengan air bersih. Setelah itu,Bekicot di karantina selama 1-2 hari/malam tanpa diberikan makan agarkotoran dan lendirnya keluar sebanyak mungkin.

9. PASCAPANEN

Setelah dilakukan penagkapan dan pengumpulan bekicot lalu dilakukanpenyortiran dengan jalan membuang bekicot yang mati atau terlalu kecil untukdiolah. Kemudian dilakukan penggaraman, dengan memberikan garam 10-15%dari berat total bekicot, dengan cara diaduk rata. Penggaraman dapatmematikan bekicot sekaligus mengeluarkan lendir sebanyak mungkin.

Setelah melalui tahapan penggaraman, segera direbus dengan air garam 3%selama 10 menit, kemudian diangkat dan disemprot dengan air dingin, barudilakukan pencukilan daging. Perebusan kedua dilakukan setelah bagian perutdibuang dan kotoran lainnya dalam larutan garam 3%. Cara ini bertujuan untukmenghilangkan lendir dan daging menjadi lebih lunak. Kemudian dagingtersebut dibungkus dan dikemas dalam karton.

Page 41: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya bekicot metoda kebun di daerah Kediri (JawaTimur) dengan luas lahan 4.000 m2 pada tahun 1999.

1) Biaya Produksia. Sewa Lahan 4.000 m2 Rp. 200.000,-b. Bibit induk 100 ekor @ Rp. 50,- Rp. 5.000,-c. Pembuatan Pagar dan saluran 5 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-d. Bambu pagar 10 btg @ Rp. 2.000,- Rp. 20.000,-e. Pakan dan Pemeliharaan Rp. 120.000,-f. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,-g. Lain-lain Rp. 30.000,-Jumlah Biaya Produksi Rp. 500.000,-

2) Pendapatan- Bekicot siap panen 30.000 ekor = 100 kg @ Rp. 100,- Rp. 10.000,-- Anak bekicot 60.000,-- Telur bekicot 9.030.000 butirSelanjutnya hasil panen dapat dilakukan setiap hari 100 kg dan pendapatantiap bulan adalah Rp. 300.000,- dan perkembangan bekicot dari telur menjadibekicot dan bekicot bertelur dan seterusnya.

3) KeuntunganDari budidaya bekicot tersebut dapat didapat keuntungan Rp. 180.000,-setiap bulannya dan Rp. 6.000,- setiap harinya.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Daging bekicot merupakan komoditi eksport yang menjanjikan, karenaharganya yang cukup mahal dipasaran internasional. Pada periode Januari-Juli1988 harga ekspor daging bekicot US $ 1,82 per kg. Hal ini menyebabkanmenculnya Peternakan Inti Rakyat (PIR) dengan komoditi bekicot. Kini telahbanyak berdiri perusahaan-perusahaan pengelola daging bekicot, yang dapatmemperlancar pemasaran pasaran sebagai komoditi eksport.

Page 42: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Kusnin Asa. 1984. Budidaya Bekicot. Bhratara Karya Aksara. Jakarta2) Pinus L. 1988. Beternak Bekicot untuk Perancis, dalam Trubus, Febuari3) Victor Zebua (1988). Bekicot Melimpah Cacing Daun Bertingkah, dalam

Harian Kedaulatan Rakyat, 17 September 1988.4) Naryo Sadhori S. 1997. Teknik Budidaya Bekicot. Balai Pustaka. Jakarta.

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 43: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA BURUNG PUYUH( Coturnix-coturnix Japonica )

1. SEJARAH SINGKAT

Puuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatifkecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs.Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung(liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terusdikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal,dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat,Jawa Timur dan Jawa Tengah

3. JENIS

Kelas : Aves (Bangsa Burung)Ordo : GaliformesSub Ordo : PhasianoidaeFamili : PhasianidaeSub Famili : PhasianinaeGenus : Coturnix

Page 44: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Species : Coturnix-coturnix Japonica

4. MANFAAT

1) Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat2) Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya3) Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat

digunakan sebagai pupuk tanaman

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk2) Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-

jalur pemasaran3) Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit4) Bukan merupakan daerah sering banjir4) Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perkandangan

Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperaturkandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembabankandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuacamendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinarmatahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitusistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandanguntuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekoruntuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2

sampai masa bertelur.

Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuhadalah:a. Kandang untuk induk pembibitan

Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuanmneghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang

Page 45: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara.Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.

b. Kandang untuk induk petelurKandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang inimempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama.Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.

c. Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter,yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu.Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masihmemerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yangsesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekoranak puyuh).

d. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6minggu)Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk indukpetelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.

2) Peralatan

Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempatbertelur dan tempat obat-obatan.

6.2. Penyiapan Bibit

Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalahmemahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan,pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3(tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:

a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yangsehat atau bebas dari kerier penyakit.

b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelurafkiran.

c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yangbaik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahipuyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.

Page 46: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Pemeliharaan

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihanlingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedinimungkin.

2) Pengontrolan Penyakit

Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tandayang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatansesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat ataupetunjuk dari Poultry Shoup.

3) Pemberian Pakan

Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapabentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yangsuka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kalisehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransumhanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anakpuyuh pada bibitan terus-menerus.

4) Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untukayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau airminum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihatgejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempatataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Andabeternak puyuh.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1) Radang usus (Quail enteritis)Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus,sehingga timbul pearadangan pada usus. Gejala: puyuh tampak lesu, matatertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkanburung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.

Page 47: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu,mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yangspesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentudan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan danperalatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yangmati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamumasuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril sertamelakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

3) Berak putih (Pullorum)Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulumengerut dan sayap lemah menggantung. Pengendalian: sama denganpengendalian penyakit tetelo.

4) Berak darah (Coccidiosis)Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi,bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihanlingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsulediberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam airminum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox

5) Cacar Unggas (Fowl Pox)Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jeniskelamin. Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu,seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akanmengeluarkan darah. Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasikandang atau puyuh yang terinfksi.

6) Quail BronchitisPenyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk danbersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir sertakadangkala kepala dan leher agak terpuntir. Pengendalian: pemberianpakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

7) AspergillosisPenyebab: cendawan Aspergillus fumigatus. Gejala: Puyuh mengalamigangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju,mengantuk, nafsu makan berkurang. Pengendalian: memperbaiki sanitasikandang dan lingkungan sekitarnya.

8) CacinganPenyebab: sanitasi yang buruk. Gejala: puyuh tampak kurus, lesu danlemah. Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakanyang terjaga kebersihannya.

Page 48: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalahproduksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.

8.2. Hasil Tambahan

Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran,tinja dan bulu puyuh.

9. PASCAPANEN

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

1) Investasia. kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m

(1 jalur + tempat makan dan minum) Rp. 2.320.000,-b. kandang besar Rp. 1.450.000,-

2) Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2 bulan)a. ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ) Rp. 1.596.000,-b. Obat (Vitamin + Vaksin) Rp. 145.000,-c. Pakan (selama 60 hari) Rp. 2.981.200,-Jumlah biaya produksi Rp. 4.722.200,-Keadaan puyuh:- Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan betina)- Resiko mati 5%, sisa 1900- Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 betina)- Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp 3.625,- betina dan Rp 725 jantan- Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan Rp. 4.408.000,-

Minus Rp. -314.200,-

3) Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)- 200 DOQ x Rp 798,- Rp. 159.600,-- Obat (vitamin dan Vaksinasi) Rp. 290.000,-- Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) Rp. 2.459.925,-Pakan (s/d minggu ke 4) betina

Page 49: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1615 ekor dan 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) Rp. 5.264.051,-Jumlah biaya produksi Rp. 8.173.576,-Keadaan puyuh:- Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur

1373 butir- Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- Rp. 7.723.125,-- Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp 3.625,- Rp. 5.854.375,-- Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,- Rp. 59.850,-- Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-

4) Keuntungan dari hasil penjualan Rp. 5.618.924,-

5) Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)a. Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp. 1.625.137,-

6) Pendapatana. Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp 75,- Rp. 20.080.125,-b. Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,- Rp. 1.288.770,-c. Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,- Rp. 51.475,-d. Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-

7) Keuntungan beternak puyuh petelur dan afkiran jual Rp. 10.950.113,-

Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan bila beternak puyuh petelur,baru kemudian puyuh afkirannya di jual daripada menjual puyuh bibit. Analisausaha dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 1999.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Beternak burung puyuh, 1981. Nugroho, Drh. Mayen 1 bk. Dosen umumTernak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, UniversitasUdayana.

2) Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir.Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya, Jakarta.

3) Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius(Anggota KAPPI), Yogyakarta.

4) Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan secara komersil, tahun 1985.Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu Semarang

Page 50: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 51: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA BURUNG WALET( Collacalia fuciphaga )

1. SEJARAH SINGKAT

Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dansuka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukurantubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit danruncing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidakpernah hinggap di pohon.

Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumahyang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat,Jawa Timur dan Jawa Tengah

Page 52: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. JENIS

Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:Superorder : ApomorphaeOrder : ApodiformesFamily : ApodidaeSub Family : ApodenaeTribes : CollacaliiniGenera : CollacaliaSpecies : Collacaliafuciphaga

4. MANFAAT

Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya(saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapatbermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkanparu-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.

5. PERSYARATAN LOKASI

Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:1) Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.2) Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan

perkembangan masyarakat.3) Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.4) Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,

rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Suhu, Kelembaban dan Penerangan

Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban danpenerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisarantara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.

Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cmb. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu

lubang, berdiameter 4 cm.

Page 53: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong

dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akanlebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.

2) Bentuk dan Konstruksi Gedung

Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasidari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dansemakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah waletdan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonantinggi.

Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar daricampuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuranpasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untukmengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semendapat disirami air setiap hari.

Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu-kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat.Atapnya terbuat dari genting.

Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang.Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20x20 atau 20x35 cm2

dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisigedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubangdicat hitam.

6.2. Pembibitan

Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja.Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan olehpara peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi,pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burungWalet. Ada juga yang melakukan penumpukan jerami yang menghasilkanserangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarangdi dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masukdalam gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dariwuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaituwaktu burung kembali mencari makan.

Page 54: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskanpada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung waletyang sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakansetelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur waletdiambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalampanen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung waletdengan menetaskannya di dalam sarang sriti.

a. Memilih Telur WaletTelur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.- Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm denganberat 1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak bolehmenginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyaikantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya.Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidakditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan denganpeneropongan.

b. Membawa Telur WaletTelur yang didapat dari tempat yang jaraknya dekat dapat berupa teluryang masih muda atau setengah tua. Sedangkan telur dari jarak jauh,sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.Telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spondimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup.Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkantelur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkantelur tua lebih rendah.

3) Penetasan Telur Walet

a. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti.

Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telurwalet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisueuntuk menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapatmenyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telurdilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.

Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dansetelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang sertamencari makan.

Page 55: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas

Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untukmemperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piringatau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar airdidalam cawan tersebut tidak habis.

Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata danjangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik denganhati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukanpeneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya matidibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telurterdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionyahidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukansampai hari ke-12.

Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluanpembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15hari telur akan menetas.

6.3. Pemeliharaan

1) Perawatan Ternak

Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anakwalet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut(kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masihmemerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perludikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1–2derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin.

Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak waletdipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alatpemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak.

Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawake gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan.Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akandapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang waletdewasa.

2) Sumber Pakan

Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerahpesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkansarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan

Page 56: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untukmengasilkan serangga adalah:a. menanam tanaman dengan tumpang sari.b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.

3) Pemeliharaan Kandang

Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk dilantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalamkarung dan disimpan di gedung.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1) TikusHama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikusmendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapatmenyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus denganmenutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yangakan digunakan untuk sarang tikus.

2) SemutSemut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burungwalet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpanagar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itusemut disiram dengan air panas.

3) KecoaBinatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dantidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida,menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuangagar tidak menjadi tempat persembunyian.

4) Cicak dan TokekBinatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anakburung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yangditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasandengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuatsaluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licindan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.

Page 57: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudahmemungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara danketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang waletyang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagigedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasatergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, parapemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.

Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung waletdengan beberapa cara, yaitu:

1) Panen rampasanCara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapipasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntunganyaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan totalproduksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidakbaik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan.Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarangsehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadikecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuanwaktu untuk membuat sarang dan bertelur.

2) Panen Buang TelurCara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur duabutir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola inimempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal.Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untukmenetaskan telurnya.

3) Panen PenetasanPada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dansudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudahmulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannyaadalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan amansehingga polulasi burung dapat meningkat.

Adapun waktu panen adalah:

1) Panen 4 kali setahunPanen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihunidan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertamadilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panenselanjutnya dengan pola buang telur.

Page 58: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Panen 3 kali setahunFrekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalandan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu,panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasandan buang telur.

3) Panen 2 kali setahunCara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untukmemperbanyak populasi burung walet.

9. PASCAPANEN

Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan danpenyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarangwalet yang bersih dengan yang kotor.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1 Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya burung walet di daerah Jawa Barat tahun 1999:

1) Modal tetapa. Gedung Rp. 13.000.000,-b. Renovasi gedung Rp. 10.000.000,-c. Perlengkapan Rp. 500.000,-Jumlah modal tetap Rp. 23.500.000,-Biaya penyusutan/bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bln ( 5 th) Rp. 391.667,-

2) Modal Kerjaa. Biaya Pengadaan

- Telur Walet 500 butir @ Rp. 5.000,- Rp. 500.000,-- Transportasi Rp. 100.000,-- Makan Rp. 50.000,-

b. Biaya Kerja- Pelihara kandang/bln@ Rp. 5000,- x 3 bln Rp. 15.000,-- Panen Rp. 20.000,-

Jumlah biaya 1x produksi:Rp. 650.000,-+Rp. 35.000,- Rp. 685.000,-

3) Jumlah modal yang dibutuhkan pada awal Produksia. Modal tetap Rp. 13.500.000,-b. Modal kerja 1x Produksi Rp. 685.000,-

Page 59: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Jumlah modal Rp. 14.185.000,-

4) Kapasitas produksi untuk 5 tahun 1 kali produksi :a sarang burung walet menghasilkan 1 kgb sarang burung sriti menghasilkan 15 kgc untuk 1 tahun, 4 kali produksi, menghasilkan :

- sarang burung walet 4 kg- sarang burung sriti 60 kg

d untuk 5 tahun, 20 kali produksi, menghasilkan :- sarang burung walet 20 kg- sarang burung sriti 300 kg

5) Biaya produksia. Biaya tetap per bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bulan Rp. 391.667,-b. Biaya tidak tetap Rp. 685.000,-Total Biaya Produksi per bulan Rp. 1.076.667,-Jumlah produksiRp.1.076.667:16 kg (walet dan sriti) Rp. 67.292,-

6) Penjualana. sarang burung walet 1 kg Rp. 17.000.000,-b. sarang burung sriti 15 kg Rp. 3.000.000,-Untuk 1 kali produksi Rp. 20.000.000,-Untuk 5 tahuna. sarang burung walet 20 kg Rp. 340.000.000,-b. sarang burung sriti 300 kg Rp. 60.000.000,-Jumlah penjualan Rp. 400.000.000,-

7) Break Even Pointa. Pendapatan selama 5 Tahun Rp. 400.000.000,-b. Biaya produksi selama 5 th Rp. 1.076.667 x 60 bln Rp. 64.600.000,-c. Keuntungan selama 5 tahun Rp. 335.400.000,-d. Keuntungan bersih per produksi 335.400.000 : 60 bln Rp. 5.590.000,-e. BEP 232.919

8) Tingkat Pengembalian Modal 3 bulan (1 x produksi)

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi.Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar danmasih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurangbanyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yangtelah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami. Budidaya sarangburung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik dan intensif.

Page 60: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 10/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Chantler, P. & G. Driessens. Swift : A guide to the Swift an Treeswift of theWorld. Pica Press, the Banks. East Sussex, 1995.

2) Mackinnon, John. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawadan Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.

3) Nazaruddin & A. Widodo. Sukses Merumahkan Walet. Cet. 2. Jakarta:Penebar Swadaya, 1998.

4) Tim Penulis PS. Budidaya dan Bisnis Sarang Walet. Cet. 4. Jakarta: PenebarSwadaya, 1994.

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 61: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA CACING TANAH( Lumbricus sp.)

1. SEJARAH SINGKAT

Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulangbelakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Familiterpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae

Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagimasyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangatmenakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra peternakan cacing terbesar terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung-Sumedang dan sekitarnya.

3. JENIS

Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari familiMegascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia,Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.

Page 62: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain:Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukaibahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.

Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmenyang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnyalebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihijenis lain.

Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dansilindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenisPheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.

Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merahkecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak padasegmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalampemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.

Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding keduajenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan beratbadan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidakbanyak bergerak

4. MANFAAT

Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehinggamemperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur danpenyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akanmeningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu jugacacing tanah dapat digunakan sebagai:1) Bahan Pakan Ternak

Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanahdapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dankodok.

2) Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam,menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakitgigi dan tipus.

3) Bahan Baku KosmetikCacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahanbaku pembuatan lipstik.

4) Makanan Manusia

Page 63: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkansebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalamjumlah yang besar.

2) Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur),kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukaibahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna olehtubuhnya.

3) Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikitasam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalamtubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukanatau fermentasi.

4) Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakancacing tanah adalah antara 15-30 %.

5) Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasankokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yanglebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dankelembaban optimal.

6) Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan danpengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung,misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus(permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskansinar dan tidak menyimpan panas.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah danmudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanahliat.

Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalahyang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rakbertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandangdapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka).

Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk,pancing bertingkat atau pancing berjajar..

Page 64: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.2. Pembibitan

Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramumedia tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dankandang pelindung.

1) Pemilihan Bibit Calon Induk

Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibityang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bilaakan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam,yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangankotoran hewan.

2) Pemeliharaan Bibit Calon Induk

Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang

digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jikasarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kuranglebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.

b. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telahbertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.

c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.d. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke

bak lain.e. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

3) Sistem Pemuliabiakan

Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada,maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan.Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media,tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanahdiletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk kedalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang laindimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran diatas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalamwaktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itubetah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacingakan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harussegera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan caradisiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihatberwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).

4) Reproduksi, Perkawinan

Page 65: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelaminjantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan,tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah,masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.

Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api.Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokonakan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalamwaktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yangditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

6.3. Pemeliharaan

1) Pemberian Pakan

Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak beratcacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yangharus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalahberupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagaimedia.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah,antara lain :- pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara

diblender.- bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh

permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.- pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus

cahaya.- pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu,

harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.- bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai

perbandingan air 1:1.

3) Penggantian Media

Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur(kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anakdan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata ratapenggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.

4) Proses Kelahiran

Page 66: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan,dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar,kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu.

Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagaibahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diadukkembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu denganpersentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetapbasah.

7. HAMA DAN PENYAKIT

Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadaphama dan musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanahantara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai,ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain.

Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacingtanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat inidiperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semutmerah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberiair cukup.

8. PANEN

Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang dapatdiharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing).

Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalahdengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neonatau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga merekaakan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkancacing tanah itu dengan medianya.

Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibaliksarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul,kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.

Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), makasarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapatdiambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnyasiap di panen.

Page 67: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9. PASCAPANEN

….

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya cacing tanah di Bandung (Jawa Barat) pada ahun1999 adalah sebagai berikut:

1) Modal tetapa. Sewa tanah seluas 200 m2/tahun Rp. 120.000,-b. Kandang pelindung:bahan bambu & atap rumbia Rp. 150.000,-c. Kandang ternak uk 1,5X18 m2 , Tg 50 Cm :11 bh Rp. 600.000,-d. Media :

- Bahan media 6 Ton, @ Rp. 100,00 Rp. 600.000,-- Plastik 200 m, @ Rp. 1600,00/m Rp. 320.000,-- Pelepah Pisang Rp. 25.000,-

Jumlah Rp. 1.815.000,-

2. Biaya Penyusutana. Tanah Rp. 40.000,-b. Kandang Pelindung Rp. 16.667,-c. Kandang Ternak Rp. 66.667,-d. Media

- Bahan Media Rp. 300.000,-- Plastik Rp. 160.000,-- Pelepah Pisang Rp. 6.250,-

Jumlah Rp. 589.584,-

3. Modal Kerjaa. Bibit sebanyak 40 Kg, @ Rp. 200.000,00/Kg Rp. 8.000.000,-b. Pakan dalam bentuk limbah sayur(petsai, Mentimun)

5 Ton @Rp. 500,- Rp. 2.500.000,-c. Tenaga Kerja 4 orang @ Rp. 100.000,-/bulan Rp. 400.000,-Jumlah Rp. 10.900.000,-

4. Jumlah modal yang dibutuhkan :a. Modal tetap Rp. 1.815.000,-b. Modal kerja Rp. 10.900.000,-Jumlah Rp. 12.715.000,-

5. Produksi/4 bulanSelama 4 bulan 1600 Kg, @ Rp.210.000,-/Kg Rp. 336.000.000,-

Page 68: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. Biaya produksi/4 bulana. Biaya penyusutan Rp. 589.584,-b. Modal kerja Rp. 10.900.000,-Jumlah Rp. 11.489.584,-

7. Keuntungan/4 bulana. Produksi/4 bulan Rp. 336.000.000,-b. Biaya produksi/4 bulan Rp. 1.489.584,-Jumlah Rp. 324.510.416,-

8. Break Even Pointa. Keuntungan/4 bulan Rp. 324.510.416,-b. Biaya Produksi/4 bulan Rp. 11.489.584,-Jumlah Rp. 313.020.822,-

Keuntungan selama 4 bulan Rp. 313.020.822,-Untung bersih Produksi Rp. 313.020.822,-/120 hr Rp. 2.608.506,-

BEP = Biaya Tetap [ 1 - (Biaya Penyusutan : Keuntungan)]= Rp. 1.815.000,00 [ 1 - (Rp. 589.584 : Rp. 324.510.416,-)]= Rp. 1.815.000,00 [ 1- 0.0018 ]= Rp. 1.815.000,00 X 0.9982= Rp. 1.811.733,00

Artinya tingkat hasil penjualan sebesar Rp. 1.811.733,00/4 bulan

9. Tingkat Pengembalian Modal

Jumlah Modal Yang DiperlukanModal Kembali = __________________________ X 1bulan (keuntungan + penyusutan)

= 1,733 bulan atau 2 bulan dalam 1 kali Produksi

Jadi tempo yang diperlukan untuk menutupi kembali Investasi adalah dalam1 kali panen atau 2 bulan.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Cacing tanah merupakan komoditi ekspor yang belakangan ini mendapatrespon yang besar dari para petani ataupun pengusaha. Hal ini disebabkankarena besarnya permintaan pasar internasional dan masih kurangnya produksicacing tanah. Budidaya cacing tanah dapat memberikan hasil yang besardengan penanganan yang baik.

Page 69: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Asep, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum' at, 2Juli 1999).

2) Budiarti, Asiani, Palungkun, Roni, Cacing Tanah (Jakarta : PenebarSwadaya, 1992).

3) Endang, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli1999).

4) Hamzah, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli1999).

5) Hud, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli1999).

6) Rudi, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum' at, 2 Juli1999).

7) Sayuti, Fahri, Pedoman Praktis Budidaya Cacing Tanah (Bandung : PusatLatihan Dan Pengembangan, 1999).

8) Syaeful, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli1999).

9) Waluyo,Neno, Wawancara dengan Mahasiswa Peternak Cacing Tanah(Bogor : Kamis, 24 Juni l999).

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 70: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TERNAK DOMBA( Bovidae )

1. SEJARAH SINGKAT

Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yangsejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon)yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dariAsia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.

2. SENTRA PERIKANAN

Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan SumatraUtara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba,sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan.Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data PuslitTanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai darikemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yangdigunakan sekitar 7 juta hektar.

3. JENIS

Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam familiBovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruhdunia, seperti:1) Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia

Page 71: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah JawaBarat.

3) Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagianTimur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.

4) Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara dombakampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.

Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yaknidomba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan JawaTimur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat

4. MANFAAT

Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belummemasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat laindari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.

5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas,udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumberpakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber airpenduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakanternak.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perkandangan

Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuransesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi,ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungansekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yangringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari ataprumbia.

Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:a) Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba

membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.

Page 72: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b) Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusuianaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 mdan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.

c) Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagaipemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak.

Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palungmakanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat dombasaat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.

Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe,yaitu:a. Tipe kandang Panggung

Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampungkotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanahsehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandangterbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung daritanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makananharus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecerkeluar.

b. Tipe kandang LemprakKandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak dombakereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapiternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidakdilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yangdiletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapathasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6bulan.

6.2. Penyiapan Bibit

Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hamapenyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburantinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengandemikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan denganpemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

a) Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal,telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memilikinafsu kawin besar dan ekor normal.

b) Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badannormal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih,tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang samabesar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah,roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.

Page 73: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Reproduksi dan Perkawinan

Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksiadalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.a) Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang

pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapaipada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yangbetina.

b) Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untukdikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalamkeadaan birahi.

3) Proses Kelahiran

Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelangkelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering.Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obatyang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongantali pusar.

Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisikdan perilakunya sebagai berikut:a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.e. Sering kencing.

Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketubanpecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yangbaru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas.Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.

6.3. Pemeliharaan

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang danperalatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakandan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukanpembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkanseminggu sekali.

2) Pengontrolan Penyakit

Page 74: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dariyang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi padadomba-domba yang sehat.

3) Perawatan Ternak

Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yanglapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkandiberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan denganmakanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anakdomba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yangterseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitasdalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.

Perawatan ternak dewasa meliputi:a. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara

disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinarmatahari pagi.

b. Mencukur BuluPencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukanminimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapatdijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari padasaat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searahdengan punggung domba.

c. Merawat dan Memotong KukuPemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahatkayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.

4) Pemberian Pakan

Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harustersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein,vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnyadigolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria,

raja, meksiko dan rumput alam.b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun

kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dansiratro.

c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap,daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,daun ketela rambat dan daun beringin.

d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing,garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu,ampas kecap dan biji kapas.

Page 75: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yangdisesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebutadalah:a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelasc. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelasd. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas

Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalahsebagai berikut:a. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50

gram/harib. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100

gram/haric. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150

gram/harid. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50

gram/harie. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100

gram/harif. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150

gram/harig. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50

gram/harih. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100

gram/harii. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150

gram/harij. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50

gram/harik. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100

gram/haril. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150

gram/harim.Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50

gram/harin. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100

gram/hario. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150

gram/harip. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50

gram/hariq. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100

gram/harir. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150

gram/hari

Page 76: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

s. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan bobot=50gram/hari

t. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan bobot=100gram/hari

u. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan bobot=150gram/hari

5) Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasidapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasimulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan,selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikanadalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, danVaksin SE (Septichaemia Epizootica).

6) Pemeliharaan Kandang

Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satuminggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah,membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandanguntuk disinfektan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1) Penyakit MencretPenyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.

2) Penyakit Radang PusarPenyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemaroleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomycesnecrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari.Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh dombaakan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusardikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).

3) Penyakit Cacar MulutPenyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yangterserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannyaterasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian:dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.

Page 77: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Penyakit TitaniPenyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Dombayang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah,timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan.Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicusdan Magnesium.

5) Penyakit Radang LimoahPenyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya,penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteriBacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dandubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat,tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikanantibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berattubuh domba tertular.

6) Penyakit Mulut dan kukuPenyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, danyang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus danmenyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir.Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut denganmenggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukandengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.

7) Penyakit NgorokPenyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan dombaberkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada.Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserangterlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendirberbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat airminum atau suntikan.

8) Penyakit perut KembungPenyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yangmasih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapatmenyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yangteratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagiPengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnyakaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.

9) Penyakit Parasit CacingSemua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciolagigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacingHaemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacingmata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewatminuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220mg/kg berat tubuh domba.

Page 78: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10) Penyakit KudisMerupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia.Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek danmengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yangbernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala:tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruktubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki danpangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10%pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.

11) Penyakit DermatitisAdalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibitdomba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semuausia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata,dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu.Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.

12) Penyakit Kelenjar SusuPenyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga airsusu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yangmenyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, biladiraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makankurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.

Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi padadomba dapat dilakukan dengan:a) Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.b) Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.c) Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral,

kalsium dan mangannya.d) Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang

baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.e) Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang

terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.f) Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.g) Tatalaksana kandang diatur dengan baik.h) Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)

Page 79: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.2. Hasil Tambahan

Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat dijadikan sebagai bahan tekstil.

8.3. Pembersihan

Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba danmenyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidaktercemar oleh bakteri dan kotoran.

9. PASCAPANEN

9.1. Stoving

Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongandomba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:1) Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan2) Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat

mencemari daging.3) Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang

diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secaratuntas.

4) Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlahdan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.

9.2. Pengulitan

Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan denganmenggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit dombadibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jikasudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemurdalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengansinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.

9.3. Pengeluaran Jeroan

Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut denganjeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perutdomba.

Page 80: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.4. Pemotongan Karkas

Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkastubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, pahadepan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkanmenjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkasharus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak,terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi olehperan mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalahsebagai berikut:

1) Biaya produksia. Lahan

- Sewa tanah 700 m2 (5 bulan) Rp. 100.000,-b. Bibit

- Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- Rp. 4.000.000,-c. Bangunan dan peralatan

- Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) :- Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- Rp. 720.000,-- Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- Rp. 704.000,-- Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 32.000,-- Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-- Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- Rp. 1.296.000,-- Tali 42 m @ Rp. 700,00 Rp. 29.400,-- Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m :- Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- Rp. 56.000,-- Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- Rp. 108.000,-- Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 Rp. 8.000,-- Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00 Rp. 7.500,-- Genting 1.200 buah @ Rp.200,- Rp. 240.000,-- Tali 15 m @ Rp. 700,- Rp. 10.500,-- Peralatan- Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- Rp. 250.000,-- Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- Rp. 25.000,-- Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- Rp. 7.500,-- Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- Rp. 70.000,-- Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- Rp. 6.000,-

d. Pakan- Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,-

Page 81: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Konsentrat Rp. 2.450.000,-- Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,-- Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,-- Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,-- Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp. 512.820,-- Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,-- Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-- Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-

e. Tenaga kerja- Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 784.000,-- Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 105.000,-- Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari Rp. 884.000,-

f. Biaya tak terduga 10% Rp. 3.213.800,-Total Modal Usaha Tani Rp. 35.351.710,-

2) Pendapatana. Nilai penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- Rp. 38.000.000,-b. Nilai penjualan pupuk kandang Rp 250.000,-Total Pendapatan (II) Rp. 38.250.000,-

c) Keuntungan usaha : (II - I) Rp. 2.898.290,-

4) Parameter kelayakn usahaTotal Pendapatan

a. B/C Ratio = = 1,08Total biaya produksi

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

11. DAFTAR PUSTAKA

a) Bambang agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba, Penerbit Kanisius,Yogyakarta.

b) Bambang Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius,Yogyakarta.

c) Bambang Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta,d) Joko santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan

(Prosiding), Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.e) Warta pertanian No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta, 1993.

Page 82: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 83: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA GAMAL UNTUK PAKAN SUPLEMENTERNAK RUMINANSIA

1. KELUARAN

Produksi daun gamal

2. BAHAN

Stek gamal atau biji, pupuk organik dan anorganik

3. PEDOMAN TEKNIS

1) PenanamanPenanaman dilakukan dengan stek batang atau biji, (biji disarankan untukperakaran yang dalam). Stek batang yang baik berasal dari batang bawah,dan tengah yang telah berumur lebih dari 12 bulan. Diameter stek 3-5 cmdan panjang stek 50 cm. Stek terlebih dahulu disemaikan dalam kantongplastik. Setelah bertunas 15-20 cm tingginya (berumur 2-3 bulan) dapatditanam langsung di lapangan. Jarak tanam dengan jarak antara barisan 1-2m. Waktu tanam dianjurkan pada awal musim hujan.

2) PanenPemotongan pertama pohon gamal dianjurkan setelah tanaman berumur 1tahun. Selang waktu atau interval pemotongan selanjutnya setiap 3 bulansekali. Rata-rata produksi hijauan segar berkisar 2-5 kg per potong perpohon.

3) PemupukanPemberian pupuk kandang atau pupuk buatan seperti pupuk P sebanyak 35-40 kg per hektar per tahun.

4) Pemberian pada ternakUntuk pertama kali, ternak umumnya menolak akan tetapi setelah dibiasakan(dengan cara pemberian bertahap) maka berikan gamal dalam bentuk layu.

5) Banyaknya pemberian daun gamala. Pemberian daun gamal secara bebas sebagai tambahan pakan dasar

rumput.b. Pemberian gamal baik bagi pertumbuhan ternak ruminansia.

Page 84: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

5. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu,Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 85: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TERNAK I T I K( Anas spp. )

1. SEJARAH SINGKAT

Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasaldari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terusmenerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarangyang disebut Anas domesticus (ternak itik).

2. SENTRA PERIKANAN

Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara,Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yangmempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itikterpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan(Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.

Page 86: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. JENIS

Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga)golongan, yaitu:1) Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan

CV 2000-INA;2) Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga; (3). Itik

ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call),Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.

Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itikpetelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itikCV 2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dariBPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.

4. MANFAAT

1) Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.2) Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak

itik.3) Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.4) Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.5) Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.

5. PERSYARATAN LOKASI

Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi lokasijauh dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yangmudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandangmempunyai iklim yang kondusif bagi produksi ataupun produktivitas ternak. Itikserta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam beberapa periode produksi.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri,terutama dalam hal pemahaman tentang pancausaha beternak yaitu (1).Perkandangan; (2). Bibit Unggul; (3). Pakan Ternak; (4). Tata Laksana dan (5).Pemasaran Hasil Ternak.

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C.

Page 87: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%

3) Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandangagar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang

4) Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:a. kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga

kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor DODb. kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang

kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompokc. kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang

baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandanglokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itikdewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukurankandang 3 x 2 meter).

5) Kondisi kandang dan perlengkapannyaKondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhanaasal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan,tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksudpositif dalam managemen

6.2. Pembibitan

Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yangtelah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.

1) Pemilihan bibit dan calon induk

Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baikadalah sebagai berikut :a. membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannyab. memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk

mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok, ayamatau mesin tetas

c. membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenalmutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinaspeternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak sakit)dengan warna bulu kuning mengkilap.

2) Perawatan bibit dan calon induk

a. Perawatan BibitBibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditanganisecara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya sebagaiberikut: bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan)yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan

Page 88: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itiktersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m2

mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat minumsesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater danminumannya perlu ditambah vitamin/mineral.

b. Perawatan calon IndukCalon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsidan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja,perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus adapejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.

3) Reproduksi dan Perkawinan

Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telurtetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistemperkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan itik yangdibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alami).

6.3. Pemeliharaan

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakanpreventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untukmewaspadai timbulnya penyakit.

2) Pengontrol Penyakit

Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dantangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.

3) Pemberian Pakan

Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–8minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secarapraktisnya) dengan kode masing-masing fase. Cara memberi pakan tersebutterbagi dalam empat kelompok yaitu:a. umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder)b. umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantaic. umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai.d. umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara

pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelursampai produksi mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secaraad libitum (terus menerus).

Page 89: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Dalam hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan biaya baiktempat ransum sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti jagung,bekatul, tepung ikan, tepung tulang, bungkil feed suplemen

Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu :a. umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin dan

mineral, tempatnya asam seperti untuk anak ayam.b. umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan

secara ad libitum (terus menerus)c. umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan

ukuran 2 m x 15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap haridibersihkan.

4) Pemeliharaan Kandang

Kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agarproduksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.

7. HAMA DAN PENYAKIT

Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:1) penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan

protozoa2) penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana

perkandangan yang kurang tepat

Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:

1) Penyakit Duck CholeraPenyebab: bakteri Pasteurela avicida. Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuningkehijauan. Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikanpenisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.

2) Penyakit SalmonellosisPenyebab: bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret.Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melaluipakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampurair minum, dosis disesuaikan dengan label obat.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Hasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik

Page 90: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8.2. Hasil Tambahan

Hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoranternak sebagai pupuk tanam yang berharga

9. PASCAPANEN

Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Denganpengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidakdilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanyadapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkanakan segera membusuk. Adapun perlakuan pengawetan terdiri dari 5 macam,yaitu:a) Pengawetan dengan air hangat

Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang palingsederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.

b) Pengawetan telur dengan daun jambu bijiPerendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telurselama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warnamenjadi kecoklatan seperti telur pindang.

c) Pengawetan telur dengan minyak kelapaPengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warnakulit telur dan rasanya tidak berubah.

d) Pengawetan telur dengan natrium silikatBahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna,jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telursehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranyaadalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selamasatu bulan.

e) Pengawetan telur dengan garam dapurGaram direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25-40% selama 3 minggu.

Page 91: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya itik di Semarang tahun 1999 adalah sebagaiberikut:.

1) Permodalana. Modal kerja

- Anak itik siap telur um 6 bl 36 paketx500 ek x Rp 6.000 Rp 108.000.000,-- Biaya kelancaran usaha dan lain-lain Rp 4.000.000,-

b. Modal Investasi- Kebutuhan kandang 36 paket x Rp 500.000,- Rp 18.000.000,-

Jumlah kebutuhan modal : Rp 130.000.000,-Prasyaratan kredit yang dikehendaki:- Bunga (menurun) 20% /tahun- Masa tanggung angsuran 1 tahun- Lama kredit 3 tahun

2) Biaya-biayaa. Biaya kelancaran usaha dan lain-lain Rp 4.000.000,-b. Biaya tetap

- Biaya pengambalian kredit:- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun I Rp 14.723.000,-- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun II Rp 86.125.000,-- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun III Rp 73.125.000,-- Biaya penyusutan kandang:- biaya penyusutan kandang tahun I Rp 3.600.000,-- biaya penyusutan kandang tahun II Rp 3.600.000,-- biaya penyusutan kandang tahun III Rp 3.600.000,-

3) Biaya tidak tetapa. Biaya pembayaran ransum:

- biaya ransum tahun I Rp 245.700.000,-- biaya ransum tahun II Rp 453.600.000,-- biaya ransum tahun III Rp 453.600.000,-

b. Biaya pembayaran itik siap produksi:- pembayaran tahun I Rp 108.000.000,-- pembayaran tahun II -- pembayaran tahun III -

c. Biaya pembayaran obat-obatan:- biaya pembayaran obat-obatan tahun I Rp 2.457.000,-- biaya pembayaran obat-obatan tahun II Rp 4.536.000,-- biaya pembayaran obat-obatan tahun III Rp 4.436.000,-(Biaya obat-obatan adalah 1% dari biaya ransum)

Page 92: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 8Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pendapatana. Penjualan telur tahun I Rp 384.749.920,-b. Penjualan telur tahun II Rp 615.600.000,-c. Penjualan telur tahun III Rp 615.600.000,-d. Penjualan itik culling 2 x 1.425 x Rp 2.000,- Rp 5.700.000,-

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikankeuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangatbesar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Hal ini dapat dilihatbahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia yang menjadi negarapengekspor terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan komoditiyang menjanji untuk dikembangkan secara intensif.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Bambang Suharno, Ir. dan Khairul Amri. Beternak itik secara intensif.Penerbit Penebar Swadaya. Tahun 1998

2) Redaksi Trubus. Beternak Itik CV. 2000-INA. Penerbit Penebar Swadaya.Tahun 1999

3) Prawoto; Peternak ternak itik. Desa Sitemu Kec. Taman KabupatenPemalang, Jawa Tengah 52361

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 93: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TERNAK JANGKRIK( Gryllus mitratus Burm )

1. SEJARAH SINGKAT

Dewasa ini pada masa krisis ekonomi di Indonesia, budidaya jangkrik(Liogryllus Bimaculatus) sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminaryang diadakan dibanyak kota. Kegiatan ini banyak dilakukan mengingat waktuyang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanyamemerlukan waktu ± 2-4 minggu. Sedangkan untuk produksi jangkrik untukpakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2-3 bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ± 3 bulan, sedangkan jantankurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampumemproduksi lebih dari 500 butir telur.

Penyebaran jangkrik di Indonesia adalah merata, namun untuk kota-kota besaryang banyak penggemar burung dan ikan, pada awalnya sangat tergantunguntuk mengkonsumsi jangkrik yang berasal dari alam, lama kelamaan denganberkurangnya jangkrik yang ditangkap dari alam maka mulailah dicoba untukmembudidayakan jangkrik alam dengan diternakkan secara intensif dan usahaini banyak dilakukan dikota-kota dipulau jawa.

2. SENTRA PERIKANAN

Telah diutarakan didepan bahwa untuk sementara ini, sentra peternakanjangkrik adalah dikota-kota besar dipulau jawa karena kebutuhan dari jangkriksangat banyak. Sedangkan diluar pulau jawa sementara ini masih banyakdidapatkan dari alam, sehingga belum banyak peternakan-peternakan jangkrik.

3. JENIS

Ada lebih dari 100 jenis jangkrik yang terdapat di Indonesia. Jenis yang banyakdibudidayakan pada saat ini adalah Gryllus Mitratus dan Gryllus testaclus,untuk pakan ikan dan burung. Kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuktubuhnya, dimana Gryllus Mitratus wipositor-nya lebih pendek disamping ituGryllus Mitratus mempunyai garis putih pada pinggir sayap punggung, sertapenampilannya yang tenang.

Page 94: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. MANFAAT

Jangkrik segar yang sudah diketahui baik untuk pakan burung berkicau sepertipoksay, kacer dan hwambie serta untuk pakan ikan, baik juga untukpertumbuhan udang dan lele dalam bentuk tepung.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Lokasi budidaya harus tenang, teduh dan mendapat sirkulasi udara yangbaik.

2) Lokasi jauh dari sumber-sumber kebisingan seperti pasar, jalan raya dan lainsebagainya.

3) Tidak terkena sinar matahari secara langsung atau berlebihan.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Menurut Farry, 1999, ternak jangkrik merupakan jenis usaha yang jika tidakdirencanakan dengan matang, akan sangat merugikan usaha. Ada beberapatahap yang perlu dilakukan dalam merencanakan usaha ternak jangkrik, yaitupenyusunan jadwal kegiatan, menentukan struktur organisasi, menentukanspesifikasi pekerjaan, menetapkan fasilitas fisik, merencanakan metodapendekatan pasar, menyiapkan anggaran, mencari sumber dana danmelaksanakan usaha ternak jangkrik.

66..11.. PPeennyyiiaappaann SSaarraannaa ddaann PPeerraallaattaann

Karena jangkrik biasa melakukan kegiatan diwaktu malam hari, maka kandangjangkrik jangan diletakkan dibawah sinar matahari, jadi letakkan ditempat yangteduh dan gelap. Sebaiknya dihindarkan dari lalu lalang orang lewat terlebih lagiuntuk kandang peneluran.

Untuk menjaga kondisi kandang yang mendekati habitatnya, maka dindingkandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan daun-daun kering sepertidaun pisang, daun timbul, daun sukun dan daun-daun lainnya untuk tempatpersembunyian disamping untuk menghindari dari sifat kanibalisme darijangkrik. Dinding atas kandang bagian dalam sebaiknya dilapisi lakban kelilingagar jangkrik tidak merayap naik sampai keluar kandang.

Disalah satu sisi dinding kandang dibuat lubang yang ditutup kasa untukmemberikan sirkulasi udara yang baik dan untuk menjaga kelembapankandang. Untuk ukuran kotak pemeliharaan jangkrik, tidak ada ukuran yangbaku. Yang penting sesuai dengan kebutuhan untuk jumlah populasi jangkriktiap kandang. Menurut hasil pemantauan dilapangan dan pengalaman

Page 95: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

peternak, bentuk kandang biasanya berbentuk persegi panjang denganketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm sedangkan panjangnya 120-200 cm.

Kotak (kandang) dapat dibuat dari kayu dengan rangka kaso, namun untukmengirit biaya, maka dinding kandang dapat dibuat dari triplek. Kandangbiasanya dibuat bersusun, dan kandang paling bawah mempunyai minimalempat kaki penyangga. Untuk menghindari gangguan binatang seperti semut,tikus, cecak dan serangga lainnya, maka keempat kaki kandang dialasimangkuk yang berisi air, minyak tanah atau juga vaseline (gemuk) yangdilumurkan ditiap kaki penyangga.

66..22.. PPeemmbbiibbiittaann

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Bibit yang diperlukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat, tidak sakit, tidakcacat (sungut atau kaki patah) dan umurnya sekitar 10-20 hari. Calon indukjangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alambebas, karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Kalaupuninduk betina tidak dapat dari hasil tangkapan alam bebas, maka induk dapatdibeli dari peternakan. Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas,karena lebih agresif.

Adapun ciri-ciri indukan, induk betina, dan induk jantan yang adalah sebagaiberikut:

a. Indukan:- sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap.- kedua kaki belakangnya masih lengkap.- bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat.- badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap.- pilihlah induk yang besar.- dangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan

duburnya apabila dipegang.

b. Induk jantan:- selalu mengeluarkan suara mengerik.- permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang.- tidak mempunyai ovipositor di ekor.- Induk betina:- tidak mengerik.- permukaan punggung atau sayap halus.- ada ovipositor dibawah ekor untuk mengeluarkan telur.

Page 96: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Perawatan jangkrik yang sudah dikeluarkan dari kotak penetasan berumur10 hari harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol makanannya, karenapertumbuhannya sangat pesat. Sehingga kalau makanannya kurang, makaanakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan yang lemah. Selainitu perlu juga dikontrol kelembapan udara serta binatang pengganggu, yaitu,semut, tikus, cicak, kecoa dan laba-laba. Untuk mengurangi sifat kanibal darijangkrik, maka makanan jangan sampai kurang. Makanan yang biasadiberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan serta diberikanbergantian setiap hari.

3) Sistem Pemuliabiakan

Sampai saat ini pembiakan Jangkrik yang dikenal adalah denganmengawinkan induk jantan dan induk betina, sedangkan untuk bertelur adayang alami dan ada juga dengan cara caesar. Namun risiko dengan caracaesar induk betinanya besar kemungkinannya mati dan telur yang diperolehtidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah.

4) Reproduksi dan Perkawinan

Induk dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabiladiberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuan-ramuan yang khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatuljagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadangditambah dengan vitamin.

Disamping itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam bebas,dinding kandang diolesi tanah liat, semen putih dan lem kayu, dan diberidaun-daunan kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu dan serutankayu.

Jangkrik biasanya meletakkan telurnya dipasir atau tanah. Jadi didalamkandang khusus peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan dipiringkecil. Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yangdaya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari,maka telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan induknya kemudiankandang bagiab dalam disemprot dengan larutan antibiotik(cotrymoxale).Selain peneluran secara alami, dapat juga dilakukan peneluransecara caesar. Akan tetapi kekurangannya ialah telur tidak meratamatangnya (daya tetas).

5) Proses kelahiran

Sebelum penetasan telur sebaiknya terlebih dahulu disiapkan kandang yangpermukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yang

Page 97: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

lembut. Dalam satu kandang cukup dimasukkan 1-2 sendok teh telur dimanasatu sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur.Selama proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari beningsampai kelihatan keruh. Kelembaban telur harus dijaga dengan menyemprottelur setiap hari dan telur harus dibulak-balik agar jangan sampai berjamur.Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari.

66..33.. PPeemmeelliihhaarraaaann

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam pengelolaan peternakan jangkrikini sanitasi merupakan masalah yang sangat penting. Untuk menghindariadanya zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan kandang, makasebelum jangkrik dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandangdibersihkan terlebih dahulu dan diolesi lumpur sawah. Untuk mencegahgangguan hama, maka kandang diberi kaki dan setiap kaki masing-masingdimasukkan kedalam kaleng yang berisi air.

2) Pengontrolan Penyakit

Untuk pembesaran jangkrikn dipilih jangkrik yang sehat dan dipisahkan dariyang sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan sampai ada yangberjamur karena dapat menjadi sarang penyakit. Kandang dijaga agar tetaplembab tetapi tidak basah, karena kandang yang basah juga dapatmenyebabkan timbulnya penyakit.

3) Perawatan Ternak

Perawatan jangkrik disamping kondisi kandang yang harus diusahakan samadengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelap, maka yang tidak kalahpentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan (kanibal).

4) Pemberian Pakan

Anakan umur 1-10 hari diberikan Voor (makanan ayam) yang dibuatdarikacang kedelai, beras merah dan jagung kering yang dihaluskan. Setelahvase ini, anakan dapat mulai diberi pakan sayur-sayuran disamping jagungmuda dan gambas.

Sedangkan untuk jangkrik yang sedang dijodohkan, diberi pakan antara lain :sawi, wortel, jagung muda, kacang tanah, daun singkong serta ketimunkarena kandungan airnya tinggi. Bahkan ada juga yang menambah pakanuntuk ternak yang dijodohkan anatar lain : bekatul jagung, tepung ikan, ketanhitam, kuning telur bebek, kalk dan beberapa vitamin yang dihaluskan dandicampur menjadi satu.

Page 98: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Pemeliharaan Kandang

Air dalam kaleng yang terdapat dikaki kandang, diganti setiap 2 hari sekalidan kelembapan kandang harus diperhatikan serta diusahakan agar bahayajangan sampai masuk kedalam kandang.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1.Penyakit, Hama dan Penyebabnya

Sampai sekarang belum ditemukan penyakit yang serius menyerang jangkrik.Biasanya penyakit itu timbul karena jamur yang menempel di daun. Sedangkanhama yang sering mengganggu jangkrik adalah semut atau serangga kecil,tikus, cicak, katak dan ular.

7.2. Pencegahan Serangan Hama dan Penyakit

Untuk menghindari infeksi oleh jamur, maka makanan dan daun tempatberlindung yang tercemar jamur harus dibuang. Hama pengganggu jangkrikdapat diatasi dengan membuat dengan membuat kaleng yang berisi air, minyaktanah atau mengoleskan gemuk pada kaki kandang.

7.3. Pemberian Vaksinasi dan Obat

Untuk saat ini karena hama dan penyakit dapat diatasi secara prefentif, makapenyakit jangkrik dapat ditekan seminimum mungkin. Jadi pemberian obat danvaksinasi tidak diperlukan.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Peternak jangkrik dapat memperoleh 2 (dua) hasil utama yang nilaiekonomisnya sama besar, yaitu: telur yang dapat dijual untuk peternak lainnyadan jangkrik dewasa untuk pakan burung dan ikan serta untuk tepung jangkrik.

8.2. Penangkapan

Telur yang sudah diletakkan oleh induknya pada media pasir atau tanah,disaring dan ditempatkan pada media kain yang basah. Untuk setiap lipatankain basah dapat ditempatkan 1 sendok teh telur yang kemudian untuk diperjualbelikan.

Page 99: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Sedangkan untuk jangkrik dewasa umur 40-55 hari atau 55-70 hari dimanatubuhnya baru mulai tumbuh sayap, ditangkap dengan menggunakan tangandan dimasukkan ketempat penampungan untuk dijual.

9. PASCAPANEN…

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

1100..11.. AAnnaalliissiiss UUssaahhaa BBuuddiiddaayyaa

Perkiraan analisis budidaya telur jangkrik sebanyak 10 kotak untuk 1 periodepada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksia. Biaya Tidak Tetap

- Indukan- Induk Jantan 1.000 ekor @ Rp.700,- Rp . 700.000,-- Induk Betina 5.000 ekor @ Rp. 500,- Rp. 2.500.000,-- Makanan dan Vitamin- Sayuran Rp. 100.000,-- Konsentrat 10 kg @ Rp.5.000,- Rp. 50.000,-- Vitamin 10 btl @ Rp. 5.000,- Rp. 50.000,-- Tenaga Kerja 60 HOK @ Rp. 10.000,- Rp. 600.000,-

b. Biaya Tetap- Bunga modal Investasi 20 %/ th Rp. 118.916,67- Bunga biaya tidak tetap 20 %/ th Rp. 133.333,33- Penyusutan kotak Rp. 38.583,33- Penyusutan alat Rp. 7.875,-- Pemeliharaan kotak + alat 5 %/ th Rp. 2.322,92- Sewa Lokasi Rp. 250.000,-- Listrik Rp. 50.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 4.601.031,25,-

2) Pendapatan 830 sdm @ Rp. 10.000,- Rp. 8.300.000,-

3) Keuntungan Rp. 3.698.968,75

4) Parameter kelayakan usaha- B/C ratio = 1,8

Berikut ini adalah analisis usaha pembesaran jangkrik sebanyak 100 kotakuntuk 1 periode pada tahun 1999.

Page 100: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Biaya Produksia. Biaya Tidak Tetap

- Telur 100 sdk @ Rp.10.000,- Rp. 1.000.000,-- Makanan dan Vitamin- Sayuran Rp. 300.000,-- Konsentrat50 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-- Vitamin50 btl @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-- Tenaga Kerja300 HOK @ Rp.10.000,- Rp. 3.000.000,-

b. Biaya Tetap- Bunga modal Investasi 20 %/ th Rp. 360.800,-- Bunga biaya tidak tetap 20 %/ th Rp. 240.000,-- Penyusutan kotak Rp. 455.625,-- Penyusutan alat + bahan Rp. 71.375,-- Pemeliharaan kotak 5 %/ th Rp. 52.700,-- Sewa Lokasi Rp. 375.000,-- Listrik Rp. 50.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 6.404.700,-

2) Penghasilan 830 sdm @ Rp. 10.000,- Rp.12.000.000,-

3) Keuntungan Rp. 5.595.300,-

4) Parameter kelayakan usaha- B/C ratio = 1,87

1100..22.. GGaammbbaarraann PPeelluuaanngg AAggrriibbiissnniiss

Penggunaan pestisida yang selama ini didapati pada lahan-lahan pertanianmerupakan salah satu penyebab berkurangnya populasi jangkrik, demikian jugapenangkapan jangkrik dialam yang dilakukan selama ini membuat penurunandrastis jumlah populasinya.

Dengan alasan-alasan tersebut dan naiknya permintaan jangkrik, makapeternak tidak membiarkan begitu saja kesempatan untuk memperolehkeuntungan dengan membudidayakan jangkrik dengan intensif karena denganwaktu yang relatif singkat untuk memelihara jangkrik sudah mendapatkeuntungan yang berlipat ganda.

Dengan semakin banyaknya peternak-peternak jangkrik ini, permintaan untuktelur jangkrik semakin besar juga, jadi banyak peternak yang hanyamemproduksi telur jangkrik karena resikonya lebih kecil dan lebih cepat lagimendapatkan laba untuk sekitar 25-30 hari, dibandingkan proses pembesaransampai dengan 3 bulan.

Page 101: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Anonim, Bisnis Telur Jangkrik, Info Peluang No. 33, Edisi 1 Juli 19992) ----------, Beternak Jangkrik Ala Samin, Info Agribisnis Trubus No.354, Edisi

Mei 19993) ----------, Jangkrik Peliha Untuk Tangkar, Info Agribisnis Trubus No. 355, Edisi

Juni - 1999.4) ----------, Langkah Demi Langkah Beternak Jangkrik Produktif, Info Agribisnis

Trubus-No. 356, Edisi Juli 1999.5) Adihendro, Rahasia Beternak Jangkrik, Ardy Agency, Jakarta, 1999.6) Arnett, Russ H., Jr. and Richard L. Jacques., Jr, Guide To Insects ( New York

: Simon - and Schuster Inc., 1981)7) Borror, Donald J., Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan

Pelajaran -8) Serangga, Edisi 6, terjemahan Soetiyono Partosoedjono ( Yagyakarta;

Universitas-Gajah Mada Press, 1992 ).9) Paimin B. Farry dan Pudjastuti L.E, Sukses Beternak Jangkrik, Penebar

Swadaya, Jakarta, 1999.

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 102: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TERNAK KELINCI

1. SEJARAH SINGKAT

Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewanpercobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelincimempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup dihampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasipenduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutanyang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebuttrewelu dan sebagainya.

2. SENTRA PERIKANAN

Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan belum menjadi sentraproduksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional.

3. JENIS

Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :Ordo : LagomorphaFamili : LeporidaeSub famili : LeporineGenus : Lepus, OrictolagusSpesies : Lepus spp., Orictolagus spp.

Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian,Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, NewZealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang adasebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain

Page 103: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baikuntuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.

4. MANFAAT

Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat inimulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkanuntuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak.

5. PERSYARATAN LOKASI

Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung dari predator.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasiyang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.

66..11.. PPeennyyiiaappaann SSaarraannaa ddaann PPeerrlleennggkkaappaann

Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21 derajatC, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungiternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadikandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya,kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar danKandang anak lepas sapih.

Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antarajantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukupuntuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran50x30x45 cm.

Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:1) Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam

ruangan dan cocok untuk kelinci muda.2) Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.3) Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu

ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat),Pyramidal Battery (susun piramid).

Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yangtahan pecah dan mudah dibersihkan.

Page 104: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

66..22.. PPeemmbbiibbiittaann

Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut.Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rexmerupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian,Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakanternak yang cocok dipelihara.

1) Pemilihan bibit dan calon induk

Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobotbadan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuanbulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan buluyang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi,tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam,lincah/aktif bergerak.

2) Perawatan Bibit dan calon induk

Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena ituperawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup,pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang darigangguan luar.

3) Sistem Pemuliabiakan

Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yangspesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:a. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat

spesifik misalnya bulu, proporsi daging.b. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih

baik/menambah sifat-sifat unggul.c. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat

bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakanperpaduan 2 keunggulan bibit.

4) Reproduksi dan Perkawinan

Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan danmortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknyakawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sorehari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan,setelah itu pejantan dipisahkan.

Page 105: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Proses Kelahiran

Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari.Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadikebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandangberanak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan caramerontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam haridengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anakyang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.

66..33.. PPeemmeelliihhaarraaaann

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarangpenyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilekdan terserang penyakit kulit.

2) Pengontrolan Penyakit

Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makanturun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal inisegera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untukmencegah wabah penyakit.

3) Perawatan Ternak

Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihanditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakanpakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untukmencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saatmenjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan denganmembuang testisnya.

4) Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan,rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turidan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacanghijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untukmemenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang dapatdibeli di toko pakan ternak.

Page 106: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberipakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumputsedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yanglebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untukmencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.

5) Pemeliharaan Kandang

Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelincisetiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinarmatahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit.Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakitdibersihkan dengan kreolin/lysol.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1) BisulPenyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnyadiberi Jodium.

2) KudisPenyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh.Pengendalian: dengan antibiotik salep.

3) EksimPenyebab: kotoran yang menempel di kulit. Pengendalian: menggunakansalep/bedak Salicyl.

4) Penyakit telingaPenyebab: kutu. Pengendalian: meneteskan minyak nabati.

5) Penyakit kulit kepalaPenyebab: jamur. Gejala: timbul semacam sisik pada kepala.Pengendalian: dengan bubuk belerang.

6) Penyakit mataPenyebab: bakteri dan debu. Gejala: mata basah dan berair terus.Pengendalian: dengan salep mata.

7) MastitisPenyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar. Gejala: putingmengeras dan panas bila dipegang. Pengendalian: dengan tidak menyapihanak terlalu mendadak.

Page 107: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8) PilekPenyebab: virus. Gejala: hidung berair terus. Pengendalian:penyemprotan antiseptik pada hidung.

9) Radang paru-paruPenyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: napas sesak, mata dantelinga kebiruan. Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox.

10) Berak darahPenyebab: protozoa Eimeira. Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus,perut membesar dan mencret darah. Pengendalian: diberi minumsulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.

11) Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci sepertianjing.

Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukandengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yangsesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yangsakit.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu

8.2. Hasil Tambahan

Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk

8.3. Penangkapan

Kemudian yang perlu diperhatikan cara memegang kelinci hendaknya yangbenar agar kelinci tidak kesakitan.

9. PASCAPANEN

9.1. Stoving

Kelinci dipuasakan 6-10 jam sebelum potong untuk mengosongkan usus.Pemberian minum tetap .

Page 108: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.2. Pemotongan

Pemotongan dapat dengan 3 cara:1) Pemukulan pendahuluan, kelinci dipukul dengan benda tumpul pada kepala

dan saat koma disembelih.2) Pematahan tulang leher, dipatahkan dengan tarikan pada tulang leher. Cara

ini kurang baik.3) Pemotongan biasa, sama seperti memotong ternak lain.

9.3. Pengulitan

Dilaksanakan mulai dari kaki belakang ke arah kepala dengan posisi kelincidigantung.

9.4. Pengeluaran Jeroan

Kulit perut disayat dari pusar ke ekor kemudian jeroan seperti usus, jantung danparu-paru dikeluarkan. Yang perlu diperhatikan kandung kemih jangan sampaipecah karena dapat mempengaruhi kualitas karkas.

9.5. Pemotongan Karkas

Kelinci dipotong jadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2potong bagian dada dan 2 potong bagian belakang. Presentase karkas yangbaik 49-52%.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

1100..11.. AAnnaalliissiiss UUssaahhaa BBuuddiiddaayyaa

Perkiraan analisis budidaya kelinci didasarkan pada jumlah ternak per 20 ekorinduk:

1) Biaya Produksia. Kandang dan perlengkapan Rp. 1.000.000,-b. Bibit induk 20 ekor @ Rp. 30.000, Rp. 600.000,-c. Pejantan 3 ekor @ Rp. 20.000,- Rp. 60.000,-d. Pakan

- Sayur + rumput Rp. 1.000.000,-- Konsetrat (pakan tambahan) Rp. 2.000.000,-

e. Obat Rp. 1.000.000,-f. Tenaga kerja 2 x 12 x Rp. 150.000,- Rp. 3.600.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 9.260.000,-

Page 109: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) PendapatanKelahiran hidup/induk/tahun = 31 ekorPenjualan:a. Bibit: 20 x 15 x Rp. 20.000,- Rp. 6.000.000,-b. Kelinci potong 20 x 15 x Rp. 50.000,- Rp. 15.000.000,-c. Feses/kotoran Rp. 60.000,-d. Bulu Rp. 750.000,-Jumlah pendapatan Rp. 21.810.000,-

3) Keuntungan Rp. 12.550.000,-

4) Parameter kelayakan usaha- B/C ratio = 2,36

1100..22.. GGaammbbaarraann PPeelluuaanngg AAggrriibbiissnniiss

Gerakan peningkatan gizi yang dicanangkan pemerintah terutama yang berasaldari protein hewani sampai saat ini masih belum terpenuhi. Kebutuhan dagingkita masih banyak dipenuhi dari impor. Kelinci yang punya keunggulan dalamcepatnya berkembang, mutu daging yang tinggi, pemeliharaan mudah danrendahnya biaya produksi menjadikan ternak ini sangat potensial untukdikembangkan. Apalagi didukung dengan permintaan pasar dan harga dagingmaupun bulu yang cukup tinggi.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Anonymous, 1986, Pemeliharaan Kelinci dan Burung Puyuh, Yasaguna,Jakarta.

2) Kartadisastra. HR, 1995, Beternak Kelinci Unggul, Kanisius, Yogyakarta.3) Sarwono. B, 1985, Beternak Kelinci Unggul, Penebar Swadaya, Jakarta.4) Yunus. M dan Minarti. S, 1990, Aneka Ternak, Universitas Brawijaya,

Malang.

Page 110: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 9Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 111: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA KODOK

1. SEJARAH SINGKAT

Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa negara, baik negara beriklimpanas maupun beriklim 4 musim. Tercatat negara-negara Eropa yang telahmembudidayakan kodok antara lain : Prancis, Belanda, Belgia, Albania,Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark dan Yunani, Amerika Serikat danMeksiko. Sedangkan di Asia, Cina, Bangladesh, Indonesia, Turki, India danHongkong yang telah membudidayakan kodok.

Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, karena hampir ditemukan di mana-mana, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungansekitarnya. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan.

2. SENTRA PERIKANAN

Mulanya uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yangkemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat pembudidayaan kodokbanyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan kodokmasyarakat pesisir Utara juga menangkap dari alam. Kemudian di SumateraBarat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok.

Page 112: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. JENIS

Kodok tergolong dalam ordo Anura, yaitu golongan amfibi tanpa ekor. Padaordo Anura terdapat lebih dari 250 genus yang terdiri dari 2600 spesies.

Terdapat 4 jenis kodok asli Indonesia yang di konsumsi oleh masyarakat kitayaitu:1) Rana Macrodon (kodok hijau), yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol

coklat kehijauan dan tumbuh mencapai 15 cm.2) Rana Cancrivora (kodok sawah ), hidup di sawah-sawah dan badannya

dapat mencapai 10 cm, badan berbercak coklat dibadannya.3) Rana Limnocharis (kodok rawa), mempunyai daging yang rasanya paling

enak, ukurannya hanya 8 cm.4) Rana Musholini (kodok batu/raksasa). Hanya terdapat di Sumatera, terutama

Sumatera Barat. mencapai berat 1.5 kg. Dan panjang mencapai 22 cm.

4. MANFAAT

Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya.Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapatdipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam. Kulit kodok yangtelah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepalakodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dandimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Dagingkodok dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Ketinggian lokasi yang ideal untuk budidaya kodok adalah 1600 dpl.2) Tanah tidak terlalu miring namun dan tidak terlalu datar, kemiringan ideal 1-

5%, artinya dalam jarak 100 m jarak kemiringan antara ujung-ujungnya 1-5m.

3) Air yang jernih atau sedikit tercampur lumpur tersedia sepanjang masa. Airyang jernih akan memperlancar proses penetasan telur.

4) Kodok bisa hidup di air yang bersuhu 2–35 drajat C. Suhu saat penetasantelur ialah anata 24–27 derajat C, dengan kelembaban 60–65%.

5) Air mengandung oksigen sekitar 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm.Karbondioksida terlarut tidak lebih dari 25 ppm.

6) Dekat dengan sumber air dan diusahakan air bisa masuk dan keluar denganlancar dan bebas dari kekeringan dan kebanjiran.

Page 113: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Persiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Dalam proses pembuatan kolam, tidak boleh hanya menggali ataumenimbun saja melainkan harus menggabungkan keduanya sehingga akanmendapatkan bentuk dan konstruksi kolam yang ideal.

Untuk memasukkan air ke dalam kolam diperlukan saluran yangkonstruksinya dibuat dari pasangan bata merah atau batako yang diperkuatdengan semen dan pasir. Bentuk dari saluran ini biasanya trapesium terbalikdan pada beberapa tempat pemasukan air ke kolam dibuat kobakan keciluntuk menjebak air agar mudah masuk kedalam kolam-kolam.

Kolam yang diperlukan antara lain: kolam perawatan kodok, kolampenampungan induk sebelum dikawinkan, kolam pemijahan, kolampenetasan, kolam perawatan kecebong, kolam pembesaran percil dan kolampembesaran kodok remaja. Kebutuhan kolam ini masih ditambah dengankolam pemeliharaan calon induk.

a. Kolam Perawatan KodokLuasnya 15 meter persegi dengan ukuran 3 x 5 m, yang terdiri dari dindingtembok 0,40 m dan dinding kawat plastik setinggi 1 m, lantainya terbuatdari semen dan bata yang terdiri dari 2/3 bagian kolam terisi air setinggi10-15 cm dan 1/3 bagian kering.

b. Kolam Pemijahan.Kolam dibuat dari semen dan diatasnya dinding kawat plastik. Kedalamanair di kolam ini sekitar 0,30–0,40 m dan ditengahnya dibuatkan daratan.Padat pemeliharaan 15 ekor setiap meter perseginya, denganperbandingan tiga betina dan satu jantan.Supaya lebih nyaman, sebaiknya lantai daratan tengah tidak berlumpur,dan kolam ditanami enceng gondok. sediakan makanan berupa ikankecil, ketam dan bekicot Masa kawin ditandai dengan suara merdu. Taklama kemudian, telur mereka mengambang di air kolam dan segeradipindahkan ke kolam penetasan.

c. Kolam PenetasanKolam penetasan dibuat beberapa buah, dari tembok dengan air sedalam30 cm dan air mengalir atau diberi aerasi yang luas. Luas kolamseluruhnya 10 m2 .

d. Kolam Kecebong

Page 114: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Terdiri dari beberapa kolam yang masing-masing luasnya berkisar anta 5m2–6 m2, dengan dasar lantai terbuat dari semen.

e. Kolam Kodok MudaDi kolam ini kodok yang dipelihara berumur kurang dari 2 bulan. Dibuatbeberapa buah dengan masing-masing luasnya 15 m2, dengan dindingtembok dan kawat. Lantai miring dengan daerah air 1/3 bagian dengankedalaman 15–35 Cm.

f. Kolam Kodok Dewasa.Pada kolam ini kodok sudah berusia antara 2–6 bulan. Kolam yangdiperlukan terdiri dari 2, dengan masing masing luas kira–kira 20 m2 ,dengan konstruksi dasar dan dinidng tembok dan kawat. Kedalaman airyang diperlukan antara 30–40 Cm.

2) Mempersiapkan Kolam Produksi

Bila lantai dasar kolam terbuat dari tanah, dasar kolam diolah dan dicangkul-cangkul dan ditebari pupuk sampai dianggap siap huni. Kolam dibiarkan dulutidak terpakai selama sebulan. Selama itu kolam dimasukkan air, didiamkandan dikeluarkan berulang-ulang. Persiapkan alat-alat untuk membuat hujanbuatan, baik dari drum bekas maupun dengan menggunakan springkelkarena untuk proses perkawinan kodok biasanya terjadi pada masapenghujan.

Sebaiknya kolam ditanami teratai, eceng gondok, genjer dan ganggang yangberfungsi untuk tempat biang kodok bercumbu rayu dan menempelkantelurnya serta meningkatkan kualitas air kolam dan mempertinggi kandunganoksigen.

6.2. Pembibitan

Untuk pembudidayaan kodok yang banyak dicari adalah dari jenis kodokbanteng Amerika (Bull frog), diamping rasanya enak juga beratnya bisa sampai1,5 kg. Bisa juga jenis kodok batu dari Sumatera Barat yang sampai saat inibelum dibudidayakan secara optimal, karena masyarakat masih mengambilnyadari alam.

Adapun syarat ternak yang baik adalah bibit dipilih yang sehat dan matangkelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok dan normal kedudukannya,serta gaya berenang seimbang. Pastikan kaki kodok tidak mengidap penyakitkaki merah ( red legs ).

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Pilihlah kodok yang sehat dan berukuran besar. Disamping itu perhatikanjuga tanda-tanda kelamin sekundernya. Pisahkan induk berdasarkan jenis

Page 115: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari dimaksudkan untuk lebihmerangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan.

Untuk induk-induk yang hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanancincangan daging bekicot yang masih segar dan makanan buatan lainnya.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Induk jantan dan betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhanGonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250 IU/ekor/bulan.

3) Sistem Pemijahan

a. Secara AlamiInduk jantan dan betina yang telah dipisah selama 1-2 hari disatukan dikolam pemijahan. Ikan liar dapat mengganggu hasil pemijahan.Perhatikan agar telur kodok tidak ikut terbuang air pembuangan. Di soreatau pagi hari pada saat suhu mulai menurun, barulah kita perlumembantu kelancaran proses pemijahan, yaitu dengan membuat hujanbuatan.

b. Sistem HipofisasiCara mutakhir untuk memijahkan kodok adalah dengan cara sistem kawinsuntik menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodokagar kawin sesuai waktu yang kita inginkan. Dengan sistem ini kita bisamengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telurkodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminanbahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan tidakmemerlukan hujan buatan.Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada punggung, rongga perutdan bagian kepala. cara penyuntikan pada rongga perut banyak dipilih.

4) Reproduksi dan Perkawinan

Kodok yang hendak disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit airdan ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan penangkapan. kodok-kodok tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang telur. Saatpenyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta.

Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain dandipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agarmereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2 kali disuntik danmenunjukkan akan bertelur, maka kita mempersiapkan testis dari indukjantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara memotongnya denganjarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang sudah diisidengan air kolam yang bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh dantestis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam

Page 116: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

suhu ruangan. Jika sperma aktif (dapat kita lihat dibawah mikroskop), makakodok betina bertelur diurut perutnya agar telurnya keluar. Telur diusahakanjatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-goyangkan dan biarkan selamabeberapa menit. Telur yang mengalami pembuahan akan mengalami rotasi.

Telur kemudian ditetaskan dan airnya diganti setiap hari dengan menjagasuhu pada kisaran 24-27 derajat C dan pH air juga diamati.

Pada sistem secara alamiah, digunakan hujan buatan untuk merangsangproses perkawinan kodok, sebagaimana dijelaskan diatas.

6.3. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok, Pertumbuhandan kesehatan kodok terrgantung pada makanan dan kecocokan tempattinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti dandibersihkan seminggu sekali.

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolamdibersihkan dari hama dan kotoran sebelum digunakan. Telur harusdipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu prosespenetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangansampai pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah48–72 jam pada suhu air 24–27 derajat C. Bila sudah menetas dipeliharapada kolam yang sama selama 10 hari.

2) Perawatan Ternak

Kodok muda yang telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolampermanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi penyaring untukmenghindari hama dan mencegah kodok lepas ke peraiaran umum. Padatpenebaran 50-100 ekor/m2. Bila kita memelihara jenis kodok banteng yangtidak suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawahaliran air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkankaki belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% daritotal dan dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetapdipelihara sampai masa panen pada umur 4-5 bulan.

Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit unggul, baik jantan maupunbetina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok sebanyak 1 dosis.Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem hiphopisa) danpadat tanam sebanyak 20-25 ekor/m2.

3) Pemberian Pakan

Page 117: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Terdapat berbagai macam makanan yang dapat diberikan untuk kodok dikolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja.Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot,cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagaibenih ikan serta ketam-ketaman kecil dan lainnya.Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatankita bisa menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yang terkadang sulitdilakukan apabila kita memberinya makanan yang langsung didapat darialam. Dengan demikian maka problem yang sering dialami seperti ukuranmakanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi lagi.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit, Hama dan Penyebabnya

Penyakit kodok umumnya disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri. Pahakaki berwarna merah, luka dan kulit melepuh adalah penyakit yang menyerangkodok yang berumur 1-2 bulan, menular dan menyerang sistem saraf, sehinggaakan mati dalam beberapa jam.

7.2. Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama

Bakteri bisa menyerang kecebong, gejalanya ekor luka dan berwarna putih.Penanggulangannya dengan memisahkan kecebong yang terserang, kolamdibersihkan dengan PK, dosis 0,05 gram/ liter 15 hari sekali, janganmemberikan makanan yang kandungan proteinnya melebihi dosis 10–15%karena perut kodok akan menjadi kembung. Pengobatan dengan antibiotikastreptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan penggunaan betadine, atau direndamdalam NaCl 0,15 gram/liter air selama 30 menit, diulang sampai 4 kali.

7.3. Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pengobatan kaki merah dan bisul pada kodok, dengan memandikan kodokdalam larutan Nifurene 50–100 gram/m2 air, atau dengan suntikan teramisin 25mg/kg, atau streptomycin 20 mg/kg berat kodok. Penyakit dubur keluar diobatidengan cara pisahkan dan istirahatkan 2–3 hari dan tidak diberi makan.Penyakit lainnya adalah dubur keluar (ambaien) pada percil (kodok muda).Untuk mengatasinya, populasi tidak boleh terlalu padat dan kolam harus bersihdan pemberian kadar kalori dalam makanan tidak boleh melebihi dosis 3400cl/kg makanan.

Page 118: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Hasil utama yang dihasilkan adalah dagingnya

8.2. Hasil Tambahan

Sedangkan hasil tambahan yang dapat diperoleh adalah dengan mengolahlimbah hasil pemotongan untuk dijadikan silase; dengan penambahan propionatdan asam formiat dengan jalan digiling bersama sama maka makanan untukternak ini tahan hingga 2 bulan pada suhu sedang. Hasil sampingan lainnyaadalah dengan dijadikan tepung, dimana kandungan mineral dan proteinnyamasih cukup tinggi untuk dijadikan bahan tambahan pakan ternak. Kodok yangtidak dijual/afkir dapat diambil hiphofisanya untuk proses pemijahan berikutnya.

8.3. Penangkapan

Sebelum disiangi, biasanya kodok-kodok tersebut ditempatkan padapenampungan. Tempat penampungan kodok bisa berupa kotak kayu atau baksemen yang drainasenya lancar.

9. PASCAPANEN

Proses penanganan pasca panen juga sangatlah mudah. Untuk menjaga agarkodok tetap hidup dan segar, maka kita bisa menggunakan karung goni atautas kain yang dibasahi. Pengangkutan paling aman dilakukan pada pagi hariatau sore hari. Apabila pengangkutan dilakukan untuk jarak jauh maka perludibuatkan kotak kayu yang didesain secara khusus, dan kapasitasnyadisesuaikan dengan besarnya kotak kayu tersebut.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Gambaran analisis ekonomi usaha budidaya kodok lembu (rana catesbeiana),untuk memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh dan untuk menghindaripos-pos yang tidak penting.

Adapun usaha pembenihan kodok skala kecil 200 M2 dengan anggapansebagai berikut:a) Luas Tanah : 200 m2

b) Luas Kolam : 125 m2

- kolam penyimpanan induk: 9 m2

Page 119: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- kolam induk jantan: 3m2

- kolam induk betina: 3 m2

- kolam pemijahan/perkawinan: 9 m2

- kolam penetasan: 8 m2

- kolam kecebong: 21 m2

- kolam percil: 20 m2

- kolam kodok dewasa: 30 m2

- saluran air dan lainnya: 22 m2

c) Jumlah Induk.- induk betina: 6 ekor, jantan: 4 ekor- induk yang dikawinkan: 3 betina 2 jantanr- telur yang dihasilkan sebanyak + 30,000 butir/pemijahan.

d) Lama pemeliharaan: 5 bulane) Frekuensi pemijahan: 3 kali / setahunf) Jenis makanan yang diberikan : cacing, belatung, anak ikan, cincangan

bekicot, tepung dengan kadar protein + 35 %.

Sedangkan perkiraan analisis usaha ekonomi budidaya kodok sebagai berikut:

1) Modal investasia. pembangunan kolam/kandang 125 m2 Rp. 2.500.000,-b. alat-alat dan induk Rp. 500.000,-

2) Modal kerja ( operasional )a. Biaya tetap

- penyusutan bangunan ( 8 % ) Rp. 200.000,-- penyusutan peralatan ( 20 %) Rp. 100.000,-- bunga modal ( 18 %) Rp. 540.000,-- upah ( 1 orang setahun ) Rp. 360.000,-

b. Biaya variabel- pakan kodok 4.500 kg @ Rp. 250,- Rp. 1.125.000,-- pakan kecebong 200 kg 2 Rp. 400,- Rp. 80.000,-- perbaikan kandang ( 5% ) Rp. 150.000,-- sewa tanah Rp. 35.000,-- administrasi dan pemasaran Rp. 200.000,-- lain-lain Rp. 292.500,-

Jumlah modal yang dibutuhkan Rp. 6.082.500,-

3) Penjualana. Produksi percil 45.000 ekor * @ Rp. 100 Rp. 4.500.000,-b. Produksi kodok niaga** 2 x 1.500 @ Rp. 300 Rp. 900.000,-Jumlah pemasukan Rp. 5.400.000,-

4) Biaya Operasionala. Biaya tetap Rp. 1.200.000,-b. Biaya variabel Rp. 1.882.500,-Jumlah biaya operasional Rp. 3.082.500,-

Page 120: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 10/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Pendapatan bersih sebelum pajak Rp. 2.317.500,-

6) Pajak 15 % Rp. 347.625,-

7) Pendapatan bersih Rp. 1.969.875,-

8) P V = 0,61

9) Break event point ( B.E.P ) Rp. 1.843.317,90

10) BC = 1,75

11) Waktu pengembalian kredit ( PPC ) = 1.5 tahun

Sumber: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar ( Balitkanwar ) Bogor, ( Jl.Sempur No 1. Bogor )

Keterangan:- Produksi percil dihitung hanya yang hidup, sekitar 55% dari 3 kali pemijahan.

Mortalitas sekitar 45%.- Diantara percil yang hidup, kurang lebih 1.500 ekor dibesarkan menjadi

kodok niaga. Selama setahun produksi kodok niaga bisa dipanen 2 kali.

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Kodok merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. Sejaktahun 1969 Indonesia telah mengeskpor paha kodok ke berbagai negar.Bahkan Indonesia sebagai negara pengekspor paha kodok terbesar ketigasetelah India dan Bangladesh. Kini semakin langkanya kodok di alam akibatpemburuan besar-besaran sehingga semakin berkurangnya persediaan akandaging kodok. Hal ini menuntut diadakannya budidaya kodok secara intensifuntuk menghasilkan daging kodok yang masih menjadi budidaya ekspor yangdapat memberikan keuntungan.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Susanto, Heru, Budidaya Kodok Unggul, Penebar Swadaya, jakarta1998,126 hal

2) Membudidayakan Katak Hijau di Pekarangan, Sinar Tani, 23 Juni 19933) Budidaya Kodok Lembu, Dinas Perikanan Propinsi DT I Jawa Barat,19904) Pengganggu Kodok Lembu, Tumbuh, Oktober 1992.

Page 121: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 11/ 11Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5) Triwibowo,R,drh, Teknik Pemijahan Ternak Kodok, Trubus, 10 oktober1993.

6) Budidaya Kodok Unggul, Trubus, Oktober 1989.7) Limbah Kodok Alternatif Tepung Ikan, Surabaya Post, 6 Juli 1993.8) Tepung Kodok Pakan Ternak Berprotein Tinggi, Agrobis, 8 Nopember 1993

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 122: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TERNAK LEBAH

1. SEJARAH SINGKAT

Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia.Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubangpohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah jugamenghasilkan produk yang yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatanyaitu royal jelly, pollen, malam (lilin) dan sebagainya. Selanjutnya manusiamulai membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat inidengan sistem stup.

Di Indonesia lebah ini mempunyai nama bermacam-macam, di Jawa disebuttawon gung, gambreng, di Sumatera barat disebut labah gadang, gantuang,kabau, jawi dan sebagainya. Di Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantandisebut wani dan di tataran Sunda orang menyebutnya tawon Odeng.

2. SENTRA PERIKANAN

Di Indonesia sentra perlebahan masih ada di sekitar Jawa meliputi daerah JawaTimur, Jawa Tengah, Jawa Barat dengan jumlah produksi sekitar 2000–2500Ton untuk lebah budidaya. Kalimantan dan Sumbawa merupakan sentra untukmadu dari perburuan lebah di hutan. Sedang untuk sentra perlebahan duniaada di CIS (Negara Pecahan Soviet), Jerman, Australia, Jepang dan Italia.

Page 123: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. JENIS

Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili Apini dan genusApis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di Indonesiaadalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis unggul yang seringdibudidayakan adalah jenis A. mellifera.

Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar penyebarannya:1) Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai

Afghanistan, Cina maupun Jepang.2) Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya Prancis, Yunani

dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania.3) Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah

penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina dansekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera sampaiIrian.

4) Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur Tengah,India sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya dengan tawonklanceng.

4. MANFAAT

Produk yang dihasilkan madu adalah:

1) Madu sebagai produk utama berasal dari nektar bunga merupakan makananyang sangat berguna bagi pemeliharaan kesehatan, kosmetika dan farmasi.

2) Royal jelly dimanfaatkan untuk stamina dan penyembuhan penyakit, sebagaibahan campuran kosmetika, bahan campuran obat-obatan.

3) Pollen (tepung sari) dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/kepentingan farmasi.

4) Lilin lebah (malam) dimanfaatkan untuk industri farmasi dan kosmetikasebagai pelengkap bahan campuran.

5) Propolis (perekat lebah) untuk penyembuhan luka, penyakit kulit danmembunuh virus influensa.

Keuntungan lain dari beternak lebah madu adalah membantu dalam prosespenyerbukan bunga tanaman sehingga didapat hasil yang lebih maksimal.

5. PERSYARATAN LOKASI

Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C, pada suhu inilebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 derajat C lebah masih

Page 124: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25derajat C) seperti Malang dan Bandung lebah madu masih ideal dibudidayakan.Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian danbanyak terdapat bunga sebagai pakannya.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Dalam pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu:Lokasi budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan

Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah adalah adaseekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta lebah jantan. Dalam satukoloni tidak boleh lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling bunuh untukmemimpin koloni.

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Perkandangan

a. SuhuPerubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena ituketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu dalam stuptetap stabil. Yang umum digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm.

b. Ketahanan terhadap iklimBahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas, cuacayang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.

c. KonstruksiKonstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok daribambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap denganframenya.

2) Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker,pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu,sapu dan sikat, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatanberternak ratu dan lain-lain.

Page 125: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.2. Pembibitan

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) danA. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan kolonilebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satukoloni lebah dapat produksi maksimal. ratu A. cerana mampu bertelur 500-900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari.

Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket pembelianbibit lebah:a. paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah pekerja.b. paket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah pekerja.c. paket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000 lebah pekerja lengkap

dengan 3 sisiran sarang.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratudikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masaadaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidakmenguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan danpemeliharaan rutin.

3) Sistem Pemuliabiakan

Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai upayapengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah denganpembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalamsisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan padaratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul.Pemuliabiakan lebah ini telah berhasil dikembangkan oleh KUD BatuKabupaten Malang.

4) Reproduksi dan Perkawinan

Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah ratu,lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupakelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkanalat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untukreproduksi.

Proses Perkawinan terjadi diawali musim bunga. Ratu lebah terbang keluarsarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinanterjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan sperma akan

Page 126: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

disimpan dalam spermatheca (kantung sperma) yang terdapat pada ratulebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerjamenyiapkan sarang untuk ratu bertelur.

5) Proses Penetasan

Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-selyang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel.Tabung sel yang telah yang berisi telur akan diisi madu dan tepung sari olehlebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinyadapat ditembus oleh penghuni dewasa.

Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelahmengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan. Jenistabung sel dalam sisiran adalah:a. Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur dan biasanya terletak di

pinggir sarang.b. Sel calon pejantan, ditandai dengan tutup menonjol dan terdapat titik

hitam di tengahnya.c. Sel calon pekerja, berukuran kecil, tutup rata dan paling banyak

jumlahnya.

Lebah madu merupakan serangga dengan 4 tingkatan kehidupan yaitu telur,larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan punyaperbedaan waktu yang bervariasi. Rata-rata waktu perkembangan lebah:a. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 1 hari,

iatirahat 2 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 3 hari,total waktu jadi lebah 15 hari.

b. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 2hari, iatirahat 3 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7hari, total waktu jadi lebah 21 hari.

c. Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang penutup 3hari, iatirahat 4 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7hari, total waktu jadi lebah 24 hari.

Selama dalam periode larva, larva-larva dalam tabung akan makan madudan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode ini disebut masa aktif,kemudian larva menjadi kepompong (pupa). Pada masa kepompong lebahtidak makan dan minum, di masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupauntuk menjadi lebah sempurna. Setelah sempurna lebah akan keluar selmenjadi lebah muda sesuai asal selnya.

Page 127: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Pemeliharaan

1) Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan

Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandangberupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untukbeberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak dapat harus rajinmemeriksa, menjaga dan membersihkan bagian-bagian stup sepertimembersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut/seranggamasuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknyabinatang pengganggu.

2) Pengontrolan Penyakit

Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormalserta menjaga kebersihan stup.

3) Pemberian Pakan

Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke tempatdi mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada.Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah :a. Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah tidak aktif.b. Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).c. Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.d. Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.

Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambunganproduksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan tambahan diluar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibatmusim paceklik/saat melakukan pemindahan stup saat penggeembalaan.Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya berfungsiuntuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan dapat dibuat daribahan gula dan air dengan perbandingan 1:1 dan adonan tepung daricampuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan perbandingan1:3:1 ditambah madu secukupnya.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

Di daerah tropis penyakit lebah jarang terjadi dibandingkan dengan daerah subtropis/daerah beriklim salju. Iklim tropis merupakan penghalang terjalarnyapenyakit lebah. Kelalaian kebersihan mendatangkan penyakit. Beberapapenyakit pada lebah dan penyebabnya antara lain:

Page 128: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Foul Brood ; ada dua macam penyakit ini yaitu American Foul Brooddisebabkan oleh Bacillus larva dan European Foul Brood.Penyebab: Streptococcus pluton. Penyakit ini menyerang sisiran dantempayak lebah.

2) Chalk Brood Penyebab: jamur Pericustis Apis. Jamur ini tumbuh pada tempayak danmenutupnya hingga mati.

3) Stone BroodPenyebab: jamur Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus fumigatusFress. Tempayak yang diserang berubah menjadi seperti batu yang keras.

4) Addled BroodPenyebab: telur ratu yang cacat dari dalam dan kesalahan pada ratu.

5) AcarinePenyebab: kutu Acarapis woodi Rennie yang hidup dalam batangtenggorokkan lebah hingga lebah mengalami kesulitan terbang.

6) Nosema dan AmoebaPenyebab: Nosema Apis Zander yang hidup dalam perut lebah dan parasitMalpighamoeba mellificae Prell yang hidup dalam pembuluh malpighi lebahdan akan menuju usus.

7.2. Hama

Hama yang sering mengganggu lebah antara lain:1) Burung, sebagai hewan yang juga pemakan serangga menjadikan lebah

sebagai salah satu makanannya.2) Kadal dan Katak, gangguan yang ditimbulkan sama dengan yang dilakukan

oleh burung.3) Semut, membangun sarang dalam stup dan merampas makanan lebah.4) Kupu-kupu, telur kupu-kupu yang menetas dalam sisiran menjadi ulat yang

dapat merusak sisiran.5) Tikus, merampas madu dan merusak sisiran.

7.3. Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama

Upaya mencegah serangan penyakit dan hama tindakan yang perlu adalah:1) Pembersihan stup setiap hari.2) Memperhatikan abnormalitas tempayak, sisiran dan kondisi lebah.3) Kaki-kaki stup harus diberi air untuk mencegah serangan semut.

Page 129: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4) Pintu masuk dibuat seukuran lebah.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Madu merupakan hasil utama dari lebah yang begitu banyak manfaatnya danbernilai ekonomi tinggi.

8.2. Hasil Tambahan

Hasil tambahan yang punya nilai dan manfaat adalah royal jelly (susu ratu),pollen (tepungsari), lilin lebah (malam) dan propolis (perekat lebah).

8.3. Pengambilan madu

Panen madu dilaksanakan pada 1-2 minggu setelah musim bunga. Ciri-cirimadu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis.

Sisiran yang akan dipanen dibersihkan dulu dari lebah yang masih menempelkemudian lapisan penutup sisiran dikupas. Setelah itu sisiran diekstraksi untukdiambil madunya.

Urutan proses panen:1) Mengambil dan mencuci sisiran yang siap panen, lapisan penutup dikupas

dengan pisau.2) Sisiran yang telah dikupas diekstraksi dalam ekstraktor madu.3) Hasil disaring dan dilakukan penyortiran.4) Disimpan dalam suhu kamar untuk menghilangkan gelembung udara.5) Pengemasan madu dalam botol.

9. PASCAPANEN

Page 130: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya lebah madu dengan jumlah 100 koloni lebahdalamsatu tahun pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksia. Penyusutan kamar madu 16 m2 (0,05xRp.1.600.000,-) Rp. 80.000,-b. Penyusutan rumah lebah 100 m2 (0,1xRp.2.500.000,-) Rp. 250.000,-c. Paket lebah 100 buah @ Rp. 100.000,- Rp. 10.000.000,-d. Penyusutan ekstraktor 1 buah (0,1xRp. 225.000,-) Rp. 22.500,-e. Penyusutan pengasap 2 buah (0,5xRp. 50.000,-) Rp. 25.000,-f. Penyusutan stup 100 buah (0,2xRp.2.500.000,-) Rp. 500.000,-g. Perawatan bangunan (2%xRp.4.100.000,-) Rp. 82.000,-h. Gaji 2 orang @ Rp. 200.000,-x12 Rp. 4.800.000,-i. Pakai, sarung tangan, dll Rp. 250.000,-j. Makanan Rp. 100.000,-k. Botol dan lain-lain Rp. 400.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 16.509.500,-

2) Pendapatana. Madu 1200 kg @ Rp. 13.000,- Rp. 15.600.000,-b. Paket lebah 30 buah @ Rp. 150.000,- Rp. 4.500.000,-Jumlah pendapatan Rp. 20.100.000,-

3) Keuntungandalam satu tahun Rp. 3.590.500,-

4) Parameter kelayakan usahaa. B/C ratio = 1,22

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Beternak lebah madu memiliki prospek sangat cerah, karena kebutuhan madudalam negeri sampai saat ini masih belum mencukupi. Harga dari produk lebahyang tinggi, biaya produksi yang relatif murah, tatalaksana pemeliharaan yangmudah dan kondisi lingkungan yang mendukung merupakan peluang emasyang perlu mendapat perhatian.

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Marhiyanto, B., 1999, Peluang Bisnis beternak Lebah, Gitamedia Press,Surabaya.

2) Sumoprastowo, RM, Suprapto Agus, R,. 1993, Beternak Lebah MaduModern, Bhratara, Jakarta.

Page 131: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 10/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Trubus 4, 1988, Manisnya Rupiah dari Madu Lebah, Penebar Swadaya,Jakarta.

4) ______________, Menghasilkan Madu Berkualitas Tinggi, PenebarSwadaya, Jakarta.

5) Trubus 250, 1990, Petak Madu Uji Coba Untuk Menghasilkan MaduBeraneka Rasa, Penebar Swadaya, Jakarta.

6) Trubus 273, 1992, Mutu Madu Indonesia Dibanding Impor, PenebarSwadaya, Jakarta.

7) ______________, Menggembala Lebah Ala Australia, Penebar Swadaya,Jakarta.

8) ______________, Pemasaran Madu Indonesia dihambat Kadar Air,Penebar Swadaya, Jakarta.

9) Trubus 276, 1992, Beternak Lebah di Jerman, Penebar Swadaya, Jakarta.10) Yunus, M, Minarti, S. 1995, Aneka Tetnak, Universitas Brawijaya, Malang.

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 132: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

AMONISASI JERAMI PADI UNTUK PAKAN

1. KELUARAN

Jerami padi dengan kecernaan lebih baik

2. BAHAN

1) Jerami padi2) Urea3) Molases

3. ALAT

1) Timbangan2) Plastik3) Ember4) Skop5) Cangkul6) Sendok7) Alat penyiram

4. PEDOMAN TEKNIS

1) Perlakuan amonisi jerami padi :- 4 kg urea- 100 kg bahan kering jerami padi

2) Cara perlakuan :- Urea (4 kg) dicampur dengan air 100 liter- Kemudian jerami padi disiram air larutan urea hingga merata lapis perlapis- Kemudian tutup dengan plastik, hingga kedap udara- Diamkan selama 1-2 minggu untuk proses amonisi

3) Proses amonisi dapat dilakukan di dalam tempat khusus misalnya drumbekas atau di tempat lainnya, yang ditutup dengan plastik kedap udara.

4) Proses amonisi bila sempurna ditandai tekstur jerami relatif lebih mudahputus, berwarna kuning tua atau coklat dan bau monia. Untuk mengurangibau amonia, jerami harus dianginkan selama 1-2 jam sebelum diberikanpada ternak.

Page 133: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

6. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu,Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 134: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PAKAN CAMPURAN UNTUK AYAM BURAS

1. KELUARAN

Pakan cukup gizi dan disukai ayam buras

2. BAHAN DAN ALAT

Bahan pakan yang mudah didapat

3. PEDOMAN TEKNIS

1) Penyusunan ransum anak ayamSusunan ransum anak ayam untuk 100 kg adalah sebagai berikut :a. jagung giling 43 kg, dedak halus 35 kg, bungkil kedelai 10 kg,b. tepung ikan 8,5 kg, kalsium karbonat 3,5 kg, garam 0,1 kg danc. premix A 0,4 kg.d. Kandungan zat-zat nutrisi tersebut diatas adalah protein kasar 19,4% dan

energi metabolis 2537 kkal/kg.

2) Susunan ransum ayam buras periode produksiRansum campuran yang terdiri dari 3 bagian pakan komersil, 6 bagian dedakhalus dan 4 bagian jagung giling ditambah grit dan vitamin B-12 (sistemintensif)

3) Susunan ransum ayam dara umur 12-20 mingguAda 4 jenis ransum ayam buras. Salah satunya adalah jagung giling 41 kg,dedak halus 53 kg, tepung ikan 2 kg, bungkil kedelai 0,9 kg, tepung tulang0,8 kg, kalsium karbonat 1,75 kg, premix A 0,25 kg, garam 0,2 kg dan lisin0,1 kg. Kandungan zat nutrisi ransum ayam dara adalah sebagai berikut :protein kasar 10-14%, energi metabolis 2700 kkal/kg ransum.

4) Susunan ransum ayam betina dewasaSusunan ransum ayam betina dewasa untuk 100 kg adalah sebagai berikut :a. jagung giling 28,2 kg, dedak halus 58,5 kg, tepung ikan 6,3 kg, kalsiumb. karbonat 6,5 kg, garam 0,2 kg dan premix A 0,3 kg. Kandungan zat nutrisi

tersebut diatas adalah protein kasar 15% dan energi metabolis 2312kkal/kg.

5) Cara pencampuran sebaiknya dilakukan secara bertahap. Pencampurandilakukan untuk kebutuhan satu minggu untuk menghindari makananberjamur.

Page 135: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERTANIAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6) Cara pemberian untuk ayam muda - dewasa dilakukan 2 kali sehari (pagidan sore) berkisar 70-100 gram/ekor/hari. Untuk anak ayam umur 1 hari-12minggu ransum dan air harus tersedia setiap saat dan tidak terbatasjumlahnya. Hindari pemberian ransum yang berlebihan agar ransum tidakterbuang dan berjamur.

4. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

5. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan HarsonoRM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 136: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 1/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PAKAN TERNAK

1. SEJARAH SINGKAT

Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengancara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan parapetani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukanpemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untukpertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup danmenghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa.Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dankesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakanyang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakanyang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dankonsentrat (makanan penguat).

2. SENTRA PERIKANAN

Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihanikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milikPemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan berada di Jawa.

Page 137: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 2/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. JENIS

1) Hijauan Segar

Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia)maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnyaterdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian/jenis kacang-kacangan.

Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak,mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama didaerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternaksehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyakmengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosayang sangat berperan dalam menghasilkan energi.a. Rumput-rumputan

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicummaximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumputlapangan yang tumbuh secara liar.

b. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantesguyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides,Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.

c. Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.

2) Jerami dan hijauan keringTermasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauanpakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan seratkasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).

3) SilaseSilase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segarbiasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.

4) Konsentrat (pakan penguat)Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.

4. MANFAAT

1) Sumber energi

Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yangkandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat

Page 138: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 3/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energidibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput

gajah, rumput benggala dan rumput setaria).

2) Sumber protein

Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yangmempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis

daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daunketela rambat, ganggang dan bungkil)

b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra,gamal dan sentero

c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulangdan sebagainya).

3) Sumber vitamin dan mineral

Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupunhewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasisangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan,penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang).Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi danpenyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasikandungan vitamin dan mineralnya.

Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudahtersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahanyang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur,Ca2PO4 dan beberapa mineral.

5. PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN

55..11.. KKeebbuuttuuhhaann PPaakkaann

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadapnutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenisternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh(normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi

Page 139: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 4/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbedakondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.

Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (NationalResearch Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakandinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia.Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukankebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahanpakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.

55..22.. KKoonnssuummssii PPaakkaann

Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedangberproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengankebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan denganpertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya,konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.

Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi olehfaktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).

a) Temperatur LingkunganTernak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperaturlingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedangberproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi danerat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenisternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh(kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibatpengaruh lingkungan.Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadipula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanyamenurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggitemperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihanpanas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, padatemperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakankarena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh danpembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengancara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.

b) PalatabilitasPalatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibatdari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yangdicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar,asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yangmenumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.

Page 140: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 5/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripadaasin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik danmengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.

c) SeleraSelera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”.Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus)yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisiini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadikelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.

d) Status fisiologiStatus fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh(misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhikonsumsi pakannya.

e) Konsentrasi NutrisiKonsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakanadalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasienergi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makintinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akanmenurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasienergi yang dikandung pakan rendah.

f) Bentuk PakanTernak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuatpellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal iniberkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dandicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potongmenjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.

g) Bobot TubuhBobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan.Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badanternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan caramengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “beratbadan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut.Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek dilapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjangbadan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur denganmenggunakan formula:

Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661

Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan carameningkatkan berat badan dengan nilai 0,75

Page 141: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 6/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75

h) ProduksiTernak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternakpotong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol.Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannyaterhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebihrendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya(terutama selama masa puncak produksi) di samping performansiproduksinya tidak optimal.

55..33.. KKaanndduunnggaann NNuuttrriissii PPaakkaann TTeerrnnaakk

Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepadaternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisiyang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dankeadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhitekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakansecara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai denganfungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksisecara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui prosesanalisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itudikenal dengan istilah “analisis proksimat”.

55..44.. PPeerraallaattaann PPeemmbbuuaattaann PPaakkaann TTeerrnnaakk

1) Macam-Macam Silo

Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi,kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapasilo yang sudah dikenal adalah:a. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di

bangun di dalam tanah.b. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk

huruf V.c. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang

terbuat dari bambu atau kayu.d. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke

atas yang bagian atasnya tertutup rapat.e. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.

Page 142: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 7/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Cara Memformulasi Pakan

Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlumenggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhannutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah sebagai berikut :

Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelangberanak(melahirkan pada umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengankandungan nutrisi sebagai berikut:a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13

Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.b. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram,

Mineral=5 kg.c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6

gram, Mineral=42 gram.

Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikandengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:a. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8

gram%BK, Mineral=2,5 gram%BKb. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9

gram%BK, Mineral=6,3 gram%BKc. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6

gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK

Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan keringsebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK.Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah:sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.

Kekurangan:Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kgProtein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% =37,64%.

Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 19,04/26,3 X1,48 kg = 1,07 kg BK.

Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 7,26/26,3 X1,48 kg = 0,41 kg BK.

Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhikebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kgBungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kgBungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.

Page 143: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 8/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Teknologi Pakan

Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahanpakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan dayacerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengantujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadiproduk yang berdaya guna.

Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumputsebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yangmengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambahbeberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yangsemula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehinggamemudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.

Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim sub-tropis dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidakekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya,terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.

Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan dilapangan adalah:

a) Pembuatan Hay

Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput-rumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air:20-30%.

Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidakmengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yangseragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khususpembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yangberlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapatmengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musimkemarau.

Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:1) Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkanhijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinarmatahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yangdibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda:warna kecoklat-coklatan).

2) Metode PodDilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempatmenyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ±

Page 144: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 9/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelangberbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan airoptimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna“gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.

b) Pembuatan Silase

Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atauleguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami prosesensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan dimusim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkindilakukan.

Prinsip utama pembuatan silase:1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi

kedap udara.3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.

Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkankualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secaraorganoleptik, yakni:1. mempunyai tekstur segar2. berwarna kehijau-hijauan3. tidak berbau4. disukai ternak5. tidak berjamur6. tidak menggumpal

Beberapa metode dalam pembuatan silase:1. Metode Pemotongan

- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)- Tutup dengan plastik dan tanah

2. Metode PencampuranHijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuanuntuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteripembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahancampuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asamsulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedakpadi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:- asam organik: 4-6kg- molases/tetes: 40kg- garam : 30kg- dedak padi: 40kg- menir: 35kg

Page 145: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 10/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- onggok: 30kgPemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata keseluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakanmolases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagianpada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengahdan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

3. Metode Pelayuan- Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering

40% - 50%.- Lakukan seperti metode pemotongan

c) Amoniasi

Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbahpertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda(NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2) 2.

Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kimia agarbiayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yangdiperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yangditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).

d) Pakan Pemacu

Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhandan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapatmerangsang penambahan jumlah konsumsi serat kasar yang akanmeningkatkan produksi.

Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan pakanyang dapat difermentasi dan mengandung beberapa mineral penting.Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energicukup tinggi sehingga dapat meningkatkan palatabilitas serta citarasa.

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi.Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang setara dengan 2,88 kg proteinkasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positifterhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.1. Proses Pembuatan

Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :- Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat

C.- Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai

13%).- Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).- Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).

Page 146: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 11/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

- Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk merata.- Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk

hingga merata (±15 menit).- Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan

padatkan.- Simpan di tempat teduh dan kering.

2. Kualitas NutrisiHasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan formulasitersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal,protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.

3. Jumlah dan Metode PemberianPemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi amoniadalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlahpemberian pakan pemacu disesuaikan dengan jenis dan berat badanternak. Untuk ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2gram untuk setiap berat badan dan 3,8 gram untuk kerbau. Pemberianpakan pemacu sangat cocok bagi ternak ruminansia yangdigembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami ataubahan pakan berkadar protein rendah.

e) Pakan PenguatPakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalahsejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksidan berperan sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat daricampuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumberprotein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapahal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan

Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah, denganharga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain sulit didapat. Hargaperunit bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dan daerahlain, sehingga keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unitberat) perlu dihitung terlebih dahulu.

2. Standar kualitas Pakan PenguatKualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yangdikandungnya terutama kandungan energi dan potein. Sebagaipedoman, setiap Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.

3. Metode dan Teknik PembuatanMetode formulasi untuk pakan penguat adalah metode simultan,metode segiempat bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol,metode ekuasi atau metode grafik.

Page 147: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 12/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

4. Prosedur Memformulasi- Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan

nutrisinya (energi, potein), harga per unit berat, harga per unit energidan harga per unit protein.

- Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.- Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.- Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai

sumber vitamin dan mineral.- Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan

energi lebih tinggi daripada kandungan energi pakan penguat, tetapiharga per unit energinya yang paling murah (dapat digunakan lebihdari 1 macam bahan pakan).

- Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai kandunganprotein lebih tinggi daripada kandungan protein pakan penguat,tetapi harga per unit proteinnya paling murah.

- Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka50% formula sudah diperoleh.

- Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitasnutrisi %0% formula dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.

6. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

66..11.. AAnnaalliissiiss UUssaahhaa BBuuddiiddaayyaa

66..22 GGaammbbaarraann PPeelluuaanngg AAggrriibbiissnniiss

Pakan mengambil 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetapmenjadi aktual untuk dijadikan suatu bisnis yang sangat cerah. Salah satu yangmemungkinkan proses agroindutri yang akan menjadi peluang bisnis yangbagus yaitu mewujudkan industri pakan blok. Selain dari pada itu telah banyakdilakukan penelitian terapan dibidang pakan blok yang sangat mungkindikembangkan.

7. DAFTAR PUSTAKA

1) Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternakRuminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius

2) Budi Pratomo (1986). Cara Menyusun ransum ternak. Poultri Indonesia.3) Suara Karya, 3 Maret 1992. Mengenal Pakan Ternak Jenis Unggul.4) Neraca, 6 Juni 1991. Jenis Pakan Yang Cocok Untuk Ternak.5) Suara Karya, 19 Januari 1993. Memanfaatkan Sisa Pakan.6) Suara Karya, 2 Juni 1992. Silase, Pakan Ternak Musim Kemarau.

Page 148: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Hal. 13/ 13Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7) Neraca, 1 Juli 1991. Pemgolahan Jerami Menjadi Pakan Yang Disukaiternak.

8) Pikiran Rakyat, 21 Mei 1990. Perlakuan Khusus Terhadap Biji-bijian BahanPakan Ternak.

9) Neraca, 20 juli 1990. Pembuatan Hijauan Makanan Ternak.10) Suara Karya, 15 September 1992. Cara Menanam Rumput Gajah.11) Kedaulatan Rakyat, 21 Juni 1990. Prospek Industri Makanan Ternak

Limbah Coklat di Wonosari Cerah.

8. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 149: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN CARAPETANI KAB. MAGELANG

Oleh: Ir. P. Muhardi

1. PENDAHULUAN

Kabupaten Magelang terutama di Kecamatan Pakis, Ngablak, Dukun danKajoran sangat potensial untuk diusahakan penggemukan sapi. Kondisi inididukung oleh mudahnya untuk memperoleh bahan pakan ternak baik yangberupa Hijauan Makanan Ternak (HMT), limbah peternakan (bekatul/dedak)ataupun makanan penguat lainnya seperti singkong.

2. CARA PEMIILIHAN BAKALAN

Bakalan yang baik untuk digunakan sebagai bahan penggemukan seperti yangsering dilakukan di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang adalah : Sapisehat (tidak ada tanda penyakit); berkelamin jantan; dari jenis Limosin, Simetal,Brahman atau ongole ataupun PFH; bentuk badan panjang/kakipendek/kuat/dada lebar dan dalam; umur antara 1-2 tahun (sapi muda) dan 2-3tahun (sapi dewasa).

Sedangkan kalau kita mengikuti pengalaman dari Desa Sewukan KecamatanDukun, bentuk kerangka yang besar dan panjang; kepala dan moncong besar;tulang punggung biarpun kurus tapi lurus serta bulunya yang mengkilap sangatdiminati selain persyaratan-persyaratan lainnya.

Namun kenyataan dilapangan bahwa untuk memperoleh bakalan yang benar-benar sempurna sesuai dengan persyaratan di atas adalah sangat sulit olehkarena itu diusahakan agar kondisinya lebih mendekati persyaratan tersebut.

Cara modern yang saat ini digalakkan oleh pemerintah adalah denganInseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik. Contohnya seperti apa yangdilakukan oleh Bapak Sukardi dari Kecamatan Kajoran, dengan cara ini dapatdipastikan akan memperoleh hasil bakalan yang baik dan terjamin.

Page 150: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. PERKANDANGAN

Dalam penggemukan sapi, kandang merupakan salah satu faktor penentudalam keberhasilan. Kalau kita salah dalam mendesain kandang maka akandihasilkan sapi yang kurang menguntungkan seperti terganggunya kesehatanserta terhambatnya pertumbuhan berat badan.

Beberapa syarat kandang yang baik menurut Bapak Sugito dari Kelompok TaniSumber Rejeki Desa Daleman Kidul Kecamatan Pakis adalah sebagai berikut :

1) Lokasi kandang harus terpisah dari Rumah Tinggal.

2) Bahan kandang agar ekonomis dengan bahan lokal, lantai cukup denganbatu kali yang disemen dengan kemiringan 5 derajat ke arah saluranpembuangan

3) Cukup ventilasi sinar dan udara.

4) Tempat makan dibuat di depan dan dibuat berbentuk melengkung agarmudah membersihkannya dari sisa-sisa makanan.

5) Bentuk kandang ada yang tunggal (satu baris) atau ganda (berhadapan ataubertolak belakang).

6) Ukuran kandang 1 x 2 m2 untuk per ekor.

4. PEMBERIAN PAKAN

Cara-cara dan macam pakan yang baik untuk penggemukan versi peternak dariDesa Sewukan Kecamatan Dukun adalah :1) Macam pakan Hijauan (minimal 10% dari BB); Bekatul/Ubi (1% dari BB);

Garam dapur (secukupnya) dan Komboran/air minum (secukupnya).2) Cara dan waktu pemberian pakan : Untuk hijauan (3 x per hari); Garam +

bekatul/ubi 2 x per hari); Komboran atau air secukupnya.

5. KESEHATAN TERNAK

Untuk mencegah penyakit yang akan timbul disarankan oleh bapak Sugito (Pakis ) agar kandang tetap dijaga kebersihannya, ternak diumbar antara pukul08.00 - 10.00 dan dimandikan setiap hari.

Demikian pula masalah penyakit kembung perut atau masuk angin, untuk dapatsegera di obati dan sering-sering berkonsultasi dengan aparat kesehatan.

Page 151: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PANEN

Pengalaman di Desa Sewukan Kecamatan Dukun, panen dapat dilaksanakansetelah berumur 3 sampai dengan 6 bulan pemeliharaan. Kenaikan rata-ratayang bisa dicapai adalah 0,8 Kg per hari.

7. ANALISA USARA TANI

A. Versi Sewukan - Dukun (3 bulan untuk 1 ekor)

1) Biaya yang dikeluarkan :- Bakalan : Rp. 2.500.000,-- Katul (5 kg/Hr) : Rp. 225.000,-- Obat : Rp. 6.000,-- Ketela (2,5 Kg/Hr) : Rp. 33.750,-- Penyusutan Kandang : Rp. 50.000,-

2) Pertambahan berat : 0,8 x 90 hari 72 Kg.3) Harga Jual : Rp. 3.250.000,-4) Untung : Rp. 435.250,-(Hijauan dan Tenaga serta pupuk kandang tidak diperhitungkan).

B. Versi Bapak Sugito dari Pakis (selama 4 bulan, 2 ekor)

1) Bakalan (Lemosin) : Rp. 6.200.000,-2) Ember, sabit, parang, cangkul, tali : Rp. 64.200,-3) Pakan :

- Konsentrat (10 Kg x 120 Hr x Rp. 600) : Rp. 432.000,-- Ketela (10 Kg x 120 Hr x Rp. 350) : Rp. 300.000,-- Garam (48 Kg x Rp. 800) : Rp. 38.400,-

4) Hasil Jual : Rp. 9.450.000,-5) Keuntungan : Rp. 2.415.400,-(Rumput dan tenaga serta kendang tidak diperhitungkan).

8. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

Page 152: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 4Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9. KONTAK HUBUNGAN

1) Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang; Jln. Sendangsono, KM. 0,5Progowati Mungkid Magelang, 56511; Tel. (0293) 789455; Fax.(0293)789455; [email protected]

2) Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - JalanHarsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 153: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH( Bos sp. )

1. SEJARAH SINGKAT

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenagakerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%)kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapiberasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus),kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakanberasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruhwilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkanke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakansapi Ongole murni.

Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura denganjalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antarasapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati gunadiperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi diIndonesia.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris,Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika danAsia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal denganproduksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu

Page 154: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampuberproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibitunggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yangmendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat iniproduksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zoneyang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8liter/hari).

3. JENIS

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua,yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapiyang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompokdari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenaldengan Bos Taurus.

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapiShorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selatChannel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), RedDanish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).

Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yangpaling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalahFrisien Holstein.

4. MANFAAT

Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yangdimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumberorganik lahan pertanian.

5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknyacukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan.Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dansinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat denganlahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengahsawah atau ladang.

Page 155: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlahsapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan padasatu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe gandapenempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atausaling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jaluruntuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuktunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabilakegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang haruslebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebihbanyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnyaberbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudahdibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagaialas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disucihamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 matau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untukanak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah.

Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dankelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah(100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

6.2. Pembibitan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:(a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c)berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susutinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggunglurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebarserta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik,apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetrisdan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakitmenular, dan (h) tiap tahun beranak.

Page 156: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yangmenghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundaktajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam danpinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukuplebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah puting tidak lebihdari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat.

Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4-5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yangtinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e)besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantanyang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g)muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukupterpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badanpanjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat,bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.

1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikanlingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan.

Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit.Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkandalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk

Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi ataubelum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapiyang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembaliberdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dantemperamennya.

3) Sistim Pemuliabiakan

Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untukmengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satudikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberikesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.

Page 157: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6.3. Pemeliharaan

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehinggapeternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensifpengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkanhidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memilikikonsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebihbanyak daripada tanpa naungan.

Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranakdikering kandangkan selama 1-2 bulan.

2) Perawatan Ternak

Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap harisetelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harusdibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungankhusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan,sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuatdari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebutharus dibongkar).

Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedetditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulanatau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapidewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuranberdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.

3) Pemberian Pakan

Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:a) sistem penggembalaan (pasture fattening)b) kereman (dry lot fattening)c) kombinasi cara pertama dan kedua.

Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupajerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumputbenggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahansebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasaumumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakantambahan sebanyak 1-2% dari BB.

Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahansebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang beruparumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).

Page 158: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek,dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garamdapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan padapagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari.Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badanper hari.

Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas,serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara.

Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaanDi awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapidikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuanpula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuatkakinya.

4) Pemeliharaan Kandang

Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik.Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udaradidalamnya berjalan lancar.

Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minumsebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakandibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atautercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuatpermanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaanlantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

1) Penyakit antraksPenyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung,makanan/minuman atau pernafasan. Gejala: (1) demam tinggi, badan lemahdan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjardada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darahberwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus danvagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpabengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatanantibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapiyang mati.

Page 159: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, airsusu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejala: (1) ronggamulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolanbulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurundrastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4)air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakitdiasingkan dan diobati secara terpisah.

3) Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan danminuman yang tercemar bakteri. Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendirlidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulvamembengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masamdan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orangyang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktuantara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotikaatau sulfa.

4) Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dankotor. Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkancairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yangmenimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pencegahan Serangan

Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku danmerendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yangdiulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersihdan kering.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh indukbetina.

8.2. Hasil Tambahan

Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yangberasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yangdihasilkan dari kotoran ternak.

Page 160: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9. PASCAPANEN

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternakkecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnyatingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal,serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi,pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording,pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petanimengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yangdiperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.

Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengantingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet,pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembeliansapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yangada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapiperah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masihperlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.

Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberianpakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimumpakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlahsapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinyadapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan pendapatanpetani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukandengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatifdan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansi-instansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.

Page 161: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Anonim. [ ]. Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai PembibitanTernak dan Hijauan Makanan Ternak. 2 hal. (brosur).

2) Anonim. 1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak.Samarinda, Dinas Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal.

3) Anonim. 1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu di pulauJawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40.

4) Anonim. 1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu. SwadayaPeternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.

5) Anonim. 1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melaluipeningkatan efisiensi produksi. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 16-24.

6) Bandini, Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya. 73 hal.6) Church, D.C. 1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey,

Prentice-Hall, Inc.: 278-279.7) Djaja, Willian. 1988. Hidup bersih dan sehat di peternakan sapi perah.

Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 25-26.8) Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43

hal.9) Fox, Michael W. 1984. Farm animals: husbandry, behavior, and veterinary

practice. Baltimore Maryland, University Park Press: 82-112; 150.10) Ginting, Eliezer. 1988. Bimbingan dan penyuluhan usaha sapi perah rakyat

di Jawa Timur. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 27-33.11) Hehanussa, P.E. 1995. Rencana induk Life Science Center-Cibinong.

Limnotek, 3 (1) 1995: 1-34.12) Hermanto. 1988. Bagaimana cara penanganan sapi perah pada masa

kering? Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 24-25.13) Nienaber, J.A., et al. 1974. Livestock environment affects production and

health. Proceedings of the International Livestock Environment Conference.St. Joseph, American Society of Agricultural Engineers.

14) Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan ternak sapi. Jakarta, PT. Media: 1-38;133.

15) Sabrani, M. 1994. Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole. Jakarta,Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 15-26.

16) Suryanto, Bambang; Santosa, Siswanto Imam; Mukson. 1988. Ilmu UsahaPeternakan. Semarang, Fakultas Peternakan UNDIP. 63 hal.

17) Warudjo, Bambang 1988. Kualitas dan harga susu. Buletin PPSKI, 5 (27)1988: 34-38.

Page 162: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 10/ 10Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 163: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG( Bos sp. )

1. SEJARAH SINGKAT

Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai padababak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen diIndia. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong padaawalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayahseperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.

2. SENTRA PERIKANAN

Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyakterdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeenangus banyak terdapat di Skotlandia.

Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India danbanyak dikembangkan di Amerika.

3. JENIS

Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asliIndonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya(ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).

Page 164: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapiOngole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapiAceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potongyang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapiBali, sapi PO, Madura dan Brahman.

Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%.Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk,bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagaisapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat mudaatau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir,ujung ekor berwarna putih.

Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentasekarkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakanyang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akandimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebihkebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.

4. MANFAAT

Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanyamenghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dansebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoransapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yangdibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumberhara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gemburdan subur.

Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan

garang kerajinan3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan

masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknyacukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan.Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dansinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan

Page 165: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengahsawah atau ladang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlahsapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan padasatu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe gandapenempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atausaling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jaluruntuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuktunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabilakegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang haruslebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebihbanyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnyaberbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudahdibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagaialas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disucihamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 matau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untukanak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah.

Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dankelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah(100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatankandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputikonstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.

1) Konstruksi dan letak kandangKonstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentukkuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat,lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di

Page 166: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencingsapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasaldari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agakterbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yangbersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dantidak boleh kehabisan setiap saat.Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meterdan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatankandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.

2) Ukuran KandangSebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapiyang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasaadalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.

3) Perlengkapan KandangTermasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum,yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempatpakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanenberupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya.Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit,dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untukmembersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakitsekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.

6.2. Pembibitan

Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap

silsilahnya.2) Matanya tampak cerah dan bersih.3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari

hidung tidak keluar lendir.4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan

bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.

Page 167: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali,sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerahsetempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.3) laju pertumbuhannya relatif cepat.4) efisiensi bahannya tinggi.

6.3. Pemeliharaan

Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) danpengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.

Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkittenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenagayang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentukdaging.

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehinggapeternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensifpengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkanhidup bebas.

2) Pemberian Pakan

Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapidalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuhmemerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan(Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertamadan kedua.

Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput,yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaancukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini,maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telahmemakan bermacam-macam jenis rumput.

Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenaldengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dariladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kirasebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari

Page 168: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 6/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkilkelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalamrumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguatberupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran denganjumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.

Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antarapenggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagimenjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macamhijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dantanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumputgajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengantujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan keringadalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasadigunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yangbanyak mengandung serat kasar.

Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatansilase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silaseditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilahyang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antaralain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.

3) Pemeliharaan Kandang

Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik.Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udaradidalamnya berjalan lancar.

Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minumsebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakandibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atautercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuatpermanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaanlantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

Page 169: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 7/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

1) Penyakit antraksPenyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung,makanan/minuman atau pernafasan. Gejala: (1) demam tinggi, badan lemahdan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjardada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darahberwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus danvagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpabengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatanantibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapiyang mati.

2) Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, airsusu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejala: (1) ronggamulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolanbulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurundrastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4)air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakitdiasingkan dan diobati secara terpisah.

3) Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan danminuman yang tercemar bakteri. Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendirlidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulvamembengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masamdan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orangyang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktuantara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotikaatau sulfa.

4) Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dankotor. Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkancairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yangmenimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pengendalian

Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengantindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapiadalah:

Page 170: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 8/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1) Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikansapi.

2) Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukanpengobatan.

3) Mengusakan lantai kandang selalu kering.4) Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai

petunjuk.

8. PANEN

8.1. Hasil Utama

Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya

8.2. Hasil Tambahan

Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagaihasil tambahan dari budidaya sapi potong.

9. PASCAPANEN

9.1. Stoving

Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapiagar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:1) Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan2) Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat

mencemari daging.3) Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang

diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secaratuntas.

4) Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlahdan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.

9.2. Pengulitan

Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan denganmenggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapidibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jikasudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemurdalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengansinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.

Page 171: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 9/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

9.3. Pengeluaran Jeroan

Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroandikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.

9.4. Pemotongan Karkas

Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkasberkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapatdikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapatmenghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnyaakan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehinggadapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnyamenjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkandaging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasilkarkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelumternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan(grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.

Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkastubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, pahadepan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkanmenjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkasharus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak,terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi olehperan mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuaidengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging didaerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerahpinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggungdan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerahbahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk)lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%,nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagianbawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah dagingbagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagiandari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentaserecahan karkas dihitung sebagai berikut:

Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %

Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkanyang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, salurankemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).

Page 172: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 10/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksia. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-b. Kandang Rp. 1.000.000,-c. Pakan

- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari Rp. 12.000.000,-- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp. 7.482.500,-

d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan :a. Penjualan sapi keremanTambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kgBerat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kgHarga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg Rp. 111.110.000,-b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-Jumlah Pendapatan Rp. 112.205.000,-

3) KeuntunganTanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntunganPenggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-

4) Parameter kelayakan usahaa. B/C ratio = 1,61

10.2.Gambaran Peluang Agribisnis

Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternakpotong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyaikebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industripengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kotabesar seperti kota metropolitan Jakarta.

Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapasegmen yaitu :

a) Konsumen AkhirKonsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginanindividunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi

Page 173: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 11/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapatdikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )

Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnyakebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belummemperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupunselera.

2. Konsumen asingKonsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawanperusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidaksignifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen mancanegara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri,artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.

b) Konsumen IndustriKonsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daginguntuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkanlaba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yangjumlahnya semakin meningkat

Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untukmenunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yangbertindak seperti pemasok daging yaitu :a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok

produksi peternakan rakyat.b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang

mewakili peternak penggemukanc) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).

11. DAFTAR PUSTAKA

1) Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta.2) Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.3) Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis

Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka4) Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang

Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya,Jakarta.

5) Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.

6) Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed,Macmillan Publishing Co, New York.

Page 174: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 12/ 12Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

12. KONTAK HUBUNGAN

1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENASJl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaandan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,Situs Web: http://www.ristek.go.id

Jakarta, Maret 2000

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, BappenasEditor : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 175: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

PENGEMUKAN SAPI POTONG SISTEMKEREMAN

1. KELUARAN

Teknologi dan metoda pengemukan sapi

2. BAHAN

Sapi bakalan, hijauan segar, makanan penguat, konsentrat, vitamin, air minumdan obat-obatan

3. ALAT

Timbangan, takaran, ember, sabit, cangkul, karung plastik, dll.

4. PEDOMAN TEKNIS

Penggemukan pada dasarnya adalah memanfaatkan potensi genetik untuktumbuh dan menyimpan lemak tubuh dalam jangka waktu maksimal 6 bulan.Sistem kereman adalah pemeliharaan di kandang dengan diberi pakan dasarhijauan (rumput dan leguminosa), dan pakan tambahan (konsentrat). Jumlahpakan tambahan minimal 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 14 -16 %.

1) Sapi bakalan

Umur sapi yang akan digemukkan adalah sapi jantan muda atau dewasa,kurus dan sehat. Bobot badan sapi minimal 200 kg, dengan umur kurangantara 1-1,5 tahun

2) Pakan tambahan (konsentrat)

Untuk mendapatkan pertambahan sapi dengan cepat maka perlu diimbangidengan penambahan makanan penguat, yang mudah didapat, antara laindengan batas penggunaan dalam ransum (9/100 gram) dedak padi/katul 60,batang sagu (hati sagu) 6, bungkil kelapa 30, tepung ikan 3, garam dapur0,5 dan mixed mineral 0,5.

Page 176: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3) Perkandangan

Kandang ternak harus berjarak 10 - 20 m dari rumah atau sumber air.Ukuran kandang per ekor adalah : lebar 125 cm dan panjang 2 m, lantaikandang usahakan dengan alas semen dan tidak becek/kotor. Tempatmakan, minum dan garam harus mudah terjangkau oleh ternak. Kotoranternak harus dibersihkan setiap hari dan buatkan penampungan kotoranuntuk kompos yang terpisah dari kandang.

5. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

6. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan HarsonoRM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 177: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

SUSU TAMBAHAN UNTUK ANAK DOMBA

1. KELUARAN

Teknologi pemberian susu tambahan

2. BAHAN

Air susu sapi/susu bubuk, minyak ikan, telur ayam, gula pasir.

3. PERALATAN

Sendok, dot susu, gelas

4. PEDOMAN TEKNIS

1) Cara membuat susu jolong (apabila induk mati atau anak domba lahir > 2ekor) pada hari pertama dan kedua. Campurkan secara merata 0,25-0,5 litersusu sapi, susu bubuk, atau susu kambing, tambahkan minyak ikan, 1 butirtelur ayam dan setengah sendok makan gula pasir. Aduk hingga merata danberikan 200 - 300 cc/hari.

2) Cara pemberian susu jolong adalah dengan botol susu (dot bayi manusia).Berikan langsung secara disusukan 3 - 4 kali dengan letak botol lebih tinggidari anak domba.

3) Susu buatan dibuat dari 3-4 sendok makan susu bubuk (susu skim), 250-300cc air matang hangat, tambahkan mentega dan 1/2 sensok makan gula pasir.Aduk hingga merata dan berikan untuk satu hari.

4) Pemberian dengan botol sampai umur 2 bulan, setelah umur 1 bulan, berikanmakanan pakan hijauan dan konsentrat semaunya.

5. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

Page 178: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

6. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan HarsonoRM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 179: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

BUDIDAYA TERNAK DOMBA

1. KELUARAN

Ternak domba berproduksi optimal

2. PEDOMAN TEKNIS

1) Jenis domba asli di Indonesia adalah domba ekor tipis, Domba ekor gemukdan Domba garut

2) Memilih bibita. Pemilihan bibit, umur Domba > 12 bulan (2 buah gigi seri tetap), dengan

tubuh baik, bebas cacat tubuh, puting dua buah dan berat badan > 20 kg,keturunan dari ternak yang beranak kembar.

b. Calon pejantan, umur > 1 1/2 tahun (2 gigi seri tetap), keturunan dombaberanak kembar, tidak cacat, skrotum symetris dan relatif besar, sehat dankonfirmasi tubuh seimbang.

3) Pakana. Ternak domba menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan

dasar dan pakan tambahan (konsentrat).b. Pakan tambahan dapat disusun (bungkil kalapa, bungkil kedelai), dedak,

tepung ikan ditambah mineral dan vitamin.c. Pakan dasar umumnya adalah rumput kayangan, daun lamtoro, gamal,

daun nangka, dsb.d. Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan

kering) atau 10 - 15 % berat badan (dasar bahan segar)

4) Pemberian pakan indukSelain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tuadan baru melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein16 %.

5) KandangPada prinsipnya bentuk, bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran1 1/2 m2 untuk induk secara individu. Pejantan dipisahkan dengan ukurankandang 2 m2, sedang anak lepas sapih disatukan (umur 3 bulan) denganukuran 1 m / ekor. Tinggi penyekat 1 1/2 - 2 X tinggi ternak.

6) Pencegahan penyakit : sebelum dikandangkan, domba harus dibebaskandari parasit internal dengan pemberian obat cacing, dan parasit eksternaldengan dimandikan.

Page 180: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

3. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

4. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan HarsonoRM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU

Page 181: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

TERNAK KAMBING

1. PENDAHULUAN

Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagaiusaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasilproduksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah.

Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jikapemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif),pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 - 150 gram per hari. Ada tigahal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit,makanan, dan tata laksana.

2. BIBIT

Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untukpedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging,kambing etawah untuk produksi susu, dll).

Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulubersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.

Ciri untuk calon induk:1) Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus,

tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.2) Jinak dan sorot matanya ramah.3) Kaki lurus dan tumit tinggi.4) Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan

bawah rata.5) Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.6) Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.

Page 182: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

Ciri untuk calon pejantan :1) Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih

tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsukawin) tinggi.

2) Kaki lurus dan kuat.3) Dari keturunan kembar.4) Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.

3. MAKANAN

Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak.Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral,mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh.

Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput)dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkilkelapa, vitamin dan mineral).

Cara pemberiannya :- Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan

kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garamberjodium secukupnya.

- Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yangsering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubursebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari.

4. TATA LAKSANA

1) Kandang

Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimalberjarak 5 meter dari rumah).

Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekorKandang induk : 100 cm x 125 cm /ekorKandang anak : 100 cm x 125 cm /ekorKandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekorKandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor

Page 183: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 3/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

2) Pengelolaan reproduksi

Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :a. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan

sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badanmencapai 55 - 60 kg.

b. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari.c. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor

sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam biladinaiki.

d. Ratio jantan dan betina = 1 : 10

Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :a. Masa bunting 144 - 156 hari (± 5 bulan).b. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.

3) Pengendalian Penyakita. Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi

kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.b. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis

(scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dankoksidiosis.

4) Pasca Panena. Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari

produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya. Bilakambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umursekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan akan kambingcukup tinggi.

b. Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%) karkas xharga daging eceran.

Page 184: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 4/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

5. CONTOH ANALISA USAHA TERNAK KAMBING

1) Pengeluarana. Bibit

- Bibit 1 ekor pejantan = 1 x Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-- Bibit 6 ekor betina = 1 x Rp. 200.000,- Rp. 1.200.000,-Total Rp. 1.450.000,-

b. Kandang Rp. 500.000,-c. Makanan Rp. 200.000,-d. Obat-obatan Rp. 100.000,-

Total Pengeluaran Rp. 2.250.000,-

2) Pemasukana. Dari anaknya

Jika setelah 1 tahun, ke 6 produk menghasilkan 2 ekor, jumlah kambingyang bisa dijual setelah 1 tahun = 12 ekor.Jika harga tiap ekor Rp. 150.000,- maka dari 12 ekor tersebut akandihasilkan : 12 x Rp. 150.000,- = Rp. 1.800.000,-

b. Dari indukPertambahan berat induk 50 gram per ekor per hari, maka setelah 2 tahunakan dihasilkan pertambahan berat : 7 x 50 gr x 365 = 127,75 kg.Total daging yang dapat dijual (7 x 15 kg) + 127,75 kg = 232,75 kg.Pendapatan dari penjualan daging = 232,75 kg x Rp. 10.000,-=Rp.2.327.500,-

c. Dari kotoran :Selama 2 tahun bisa menghasilkan ± 70 karung x Rp. 1.000,- = Rp.70.000,-

3) Keuntungana. Masuk:Rp.1.800.000+Rp. 2.327.500+Rp. 70.000 Rp. 4.197.500,-b. Keluar:Rp.1.450.000+Rp.500.000+Rp.200.000+Rp.100.000 Rp. 2.250.000c. Keuntungan selama 2 th: Rp. 4.197.500,- Rp. 2.250.000 Rp. 1.947.500,-

atau Rp. 81.145,- per bulan.

6. SUMBER

Brosur Ternak Kambing, Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, JakartaPusat (tahun 1997).

Page 185: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 5/ 5Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

7. KONTAK HUBUNGAN

Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, Jl. Gunung Sahari Raya No. 11Jakarta Pusat, Tel. (021) 626 7276, 639 3771 atau 600 7252 Pes. 202

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Page 186: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 1/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

VAKSIN PENYAKIT TETELO (ND) PER ORALUNTUK AYAM BURAS EKSTENSIF

1. KELUARAN

Teknik pembuatan vaksin ND per oral

2. BAHAN

Vaksin ND per-oral, gabah, beras (nasi aron), air

3. ALAT

Ember, gelas ukur, sendok dll

4. PEDOMAN TEKNIS

1) Cara pemberian vaksina. Pemberian vaksin ND per-oral merupakan cara baru dalam

pemberantasan penyakit tetelo, yaitu dengan cara mencampur vaksindengan pakan sebagai karier vaksin

b. Vaksin ND per-oral mengandung virus ND yang tidak ganas, dan tahanselama dua minggu pada suhu 28øC, sedangkan pada suhu 4øC vaksintahan berbulan- bulan.

c. Jenis vaksin yang dipergunakan adalah vaksin RIVS 2 dan RIVS 3,dengan daya kekebalan mencapai 60 %.

2) Jenis pakan sebagai kariera. Gabah jenis kecil dapat langsung dipergunakan sebagai karier vaksin,

sedangkan gabah jenis besar perlu direbus selama 10 menit dalam airmendidih, kemudian diangin-anginkan, jenis ini dapat dipergunakansebagai karier untuk ayam dewasa.

b. Nasi aron (beras yang direbus selama 10-20 menit) setelah dingin dapatdipergunakan sebagai karier vaksin untuk anak ayam.

3) Cara pemakaiana. Satu vial (botol kecil) vaksin ND per-oral sebanyak 2 ml dicampur dengan

air bersih sebanyak 200 ml, kemudian disimpan dalam ember plastik.Kemudian campurkan pakan karier tersebut sebanyak 2 kg kedalamlarutan vaksin sedikit demi sedikit dan diaduk sampai rata.

Page 187: Petunjuk Teknis Budidaya Beberapa Komoditi Peternakan by Copyleftagh44

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Hal. 2/ 2Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

b. Pakan yang telah dicampur dengan vaksin tersebut kemudian diberikankepada ayam sebanyak 200 ekor, dengan cara ditaburkan ditempatbersih, teduh dan terlindung dari sinar matahari langsung.

c. Pakan yang telah dicampur dengan vaksin tersebut harus habisdipergunakan dalam waktu tidak kurang dari 4 jam.

d. Vaksinasi awal dilakukan dua kali (vaksinasi pertama dan booster) denganinterval 3 minggu. Untuk vaksinasi booster dilakukan tiga minggu setelahvaksin pertama, selanjutnya untuk vaksin ulangan dapat dilakukan setiapbulan (bulanan). Pemberian vaksin hendaknya dilakukan di pagi harisebelum ayam mendapat makanan lain

5. SUMBER

Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

6. KONTAK HUBUNGAN

Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu,Jakarta 12550 - Indonesia

Jakarta, Maret 2001

Disadur oleh : Kemal Prihatman

KEMBALI KE MENU