PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

16
PENGAMBILAN SPESIMEN BAKTERI Yang dimaksud dengan pengambilan sampel adalah mengambil specimen atau sampel atau bahan pemeriksaan dari penderita, dengan memperhatikan waktu pengambilan, cara pengambilan, dan banyaknya sampel yang diambil. Ada pula sampel diambil dari luar penderita yaitu dari lingkungan/ sekitar penderita, misalnya air, makanan, minuman, dsb. A. Cara Pengambilan Sampel Luka (Kulit) a. Waktu pengambilan Setiap waktu boleh diambil. Idealnya sebelum penderita mendapatkan pengobatan dengan antibiotika b. Cara pengambilan - Menyiapkan cotton bud steril, media Carry and Blair sebagai media transport dan tempat steril untuk menyimpannya. - Menghapuskan luka atau kulit yang akan diambil sampelnya dengan cotton bud. Hindari cotton bud kontak dengan sekeliling luka atau kulit yang akan diambil sampelnya c. Jumlah yang diambil dan penanganannya - Dua sampai tiga batang cottun bud yang sudah dioleskan pada luka atau kulit tersebut dimasukkan ke dalam media transport d. Penyimpanan

Transcript of PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Page 1: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

PENGAMBILAN SPESIMEN BAKTERI

Yang dimaksud dengan pengambilan sampel adalah mengambil specimen atau sampel

atau bahan pemeriksaan dari penderita, dengan memperhatikan waktu pengambilan, cara

pengambilan, dan banyaknya sampel yang diambil. Ada pula sampel diambil dari luar

penderita yaitu dari lingkungan/ sekitar penderita, misalnya air, makanan, minuman, dsb.

A. Cara Pengambilan Sampel Luka (Kulit)

a. Waktu pengambilan

Setiap waktu boleh diambil. Idealnya sebelum penderita mendapatkan pengobatan

dengan antibiotika

b. Cara pengambilan

- Menyiapkan cotton bud steril, media Carry and Blair sebagai

media transport dan tempat steril untuk menyimpannya.

- Menghapuskan luka atau kulit yang akan diambil sampelnya

dengan cotton bud. Hindari cotton bud kontak dengan sekeliling luka atau

kulit yang akan diambil sampelnya

c. Jumlah yang diambil dan penanganannya

- Dua sampai tiga batang cottun bud yang sudah dioleskan pada

luka atau kulit tersebut dimasukkan ke dalam media transport

d. Penyimpanan

Cotton bud berisi sampel dapat langsung digunakan untuk pemeriksaan atau

apabila dimasukkan ke dalam media transport dapat disimpan pada suhu kamar

selama 3 jam, sedangkan jika disimpan dalam lemari es dapat mencapai 15 hari.

Page 2: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Staphylococcus aureus

Morfologi :

Gram positif, kokus, kecil-kecil, diamater 0,8-1 mikron, berkelompok yang tidak teratur

seperti kelompok buah anggur yang biasa disebut staphylococcus, tidak berspora, tidak

berkapsul, tidak bergerak.

Kultur dan Biokimia :

Blood agar plate : koloni sedang sampai besar, smooth, keping, berwarna putih

sampai kuning, hemolitik atau anhemolitik

Manitol Salt Agar : koloni kecil sampai sedang, smooth, kuning dikelilingi oleh zona

berwarna kuning juga

Nutrient Agar : koloni berwarna putih sampai kunig, smooth, keping, cukup subur

Manitol : asam baik diinkubasi pada kondisi aerob maupun anaerob

Positif test : katalase test, staphylase test, D-Nase test test, koagulase test

Negatif test : oksidase test

Isolasi dan Identifikasi :

Hari I:

- Spesimen ditanam pada media Blood Agar plate dan Manitol Salt Agar plate

- Masukkan ke dalam inkubator dalam suhu 37 derajat celcius, 24 jam

Hari II:

- Koloni yang tersangka Staphylococcus dilakukan pewarnaan

gram

- Jika gram Staphylococcus gram positif ditanam pada media

nutrient agar, D-Nase agar, gula manitol.

- Inkubasi 37 derajat celcius, 24 jam

Hari III:

- Diamati dan dicatat pertumbuhan pada masing-masing media

- Hasil pengamatan pada media dan tes-tes dibandingkan dengan

sifat-sifat kultur dan biokimianya, untuk ditentukan diagnosanya

Page 3: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Streptococcus pyogens

Morfologi :

Gram positif, streptokokus yaitu coccus kecil-kecil yang berbentuk bulat bola atua oval,

berpasangan, memebntuk rantai pendek atau panjang, tidak berspora, tidak bergerak, ada

yang berkapsul.

Kultur dan Biokimia :

Blood agar plate : kecil-kecil, diameter 0,5 - 1 mm, smooth, bulat, jernih, sedikit

cembung, berwarna putih sampai abu-abu , beta hemolitik

Blood Broth : keruh, hemolitis (terjadi warna merah di atas endapan eritrosit)

Mac Conkey agar : tidak tumbuh

Endo agar : tidak tumbuh

Positif test : oksidase test

Negatif test : katalase test

Isolasi dan Identifikasi :

Hari I:

- Spesimen ditanam pada media Blood Agar plate

- Masukkan ke dalam inkubator dalam suhu 37 derajat celcius, 24 jam

Hari II:

- Koloni yang tersangka Streptococcus dilakukan pewarnaan gram

- Jika Streptococcus gram positif ditanam pada media Blood agar

tube dan Blood Broth

- Inkubasi 37 derajat celcius, 24 jam

Hari III:

- Diamati dan dicatat pertumbuhan pada masing-masing media

- Hasil pengamatan pada media dan tes-tes dibandingkan dengan

sifat-sifat kultur dan biokimianya, untuk ditentukan diagnosanya

Page 4: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Mycobacterium leprae

Nama lain : Hanssens bacillus

Penyakit yang ditimbulkannya adalah kusta, lepra, leprosy, Hanseniasis, Hansen’s

disease atau morbus hansen

Ciri – Ciri :

berbentuk batang lurus atau batang bengkok; 0,2 - 1,4 x 1 - 7 µm

terdapat pada sel lepra dan bebas pada saluran limpa

hasil pemeriksaan langsung : packet of cigar’s (globy)

bersifat tahan asam, gram positif, nonmotil, tidak berspora, diduga berkapsul yang

dapat rusak ketika diwarnai oleh carbol fukhsin

basil yang berasal dari lesi yang akut : warna lebih baik; lesi yang diobati : kurang

menyerap warna

Didapat INDEKS MORFOLOGI

Bakteri yang tidak dapat memenuhi Postulat Koch

Waktu generasi bakteri ini terpanjang : 20-30 hari

Waktu inkubasi : kaki mencit 5-6 bulan, pada manusia 10-12 tahun

Penderita lepra memberikan hasil positif pada TES LEPROMIN, yaitu suatu tes

imunologis yang spesifik pada kulit yang dilakukan dengan menyuntikkan secara

intrakutan dari antigen yang dibuat dari nodul lepromatous.

Tujuan dari tes lepromin (sekarang menggunakan antigen Darmedra) :

untuk mengetahui ketahanan hospes terhadap M. leprae

menentukan prognosis penyakit leprae

membantu menegakkan diagnosis penyakit lepra

mengetahui hasil pengobatan terhadap penyakit lepra

Pembacaan hasil dari tes lepromin :

Early Fernandes Reaction (dibaca setelah 48 jam)

Page 5: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Reaksi timbul cepat dalam waktu 24 - 48 jam.

Positif : terdapat erytema dan indurasi

Negatif : bila hanya terdapat eritema atau tidak ada perubahan pada tempat

suntikan

Delayed Mitsuda Reaction (dibaca setelah 4-6 minggu)

Positif : terdapat populae kecil yang timbul setelah 7 - 10 hari, kemudian berubah

menjadi papula besar, yang selanjutnya menjadi nodul dengan diameter 1 cm

Negatif : tidak ada reaksi local, atau reaksi local yang positif kemudian berubah

menjadi negative (disebabkan adanya basil lepra yang utuh)

Evaluasi hasil Tes Lepromin

Untuk mengetahui daya tahan hospes :

Pada lepra yang ganas, selalu diperoleh tes lepromin yang negative pada tipe

lepromatus yang dini memberikan reaksi positif dan berhubungan dengan prognosis

yang baik

Hasil tes lepromin negatif terjadi pada tipe lepromatous akut, dimana penderita dalam

kondisi prealergia

Hasil tes lepromin positif, selain pada lepra dini (tipe tuberkuloid) juga terdapat pada

anak-anak yang divaksinasi BCG.

Bentuk klinis :

International Conggres of Leprosy di Madrid (1953) : terdapat 4 bentuk infeksi

oleh M. leprae

1966, Ridley dan Jopling, membagi :

1. Tuberkuloid (TT) type

2. Borderline tuberculoid (BT) type

3. Borderline borderline (BB) type

4. Borderline lepromatous (BL) type

5. Lepromatosus leprosy (LL) type

Tuberkuloid (TT) :

Daya tahan tubuh penderita masih tinggi : tes lepromin postif (+) kuat

Page 6: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Pertumbuhan bakteri lambat

Pemeriksaan bakteriologis hampir selalu negative, bila positif tidak dalam bentuk

globi

Kurang infeksius

Gejala penyakit :

Adanya lesi berupa bercak makulo anestetik dan hipopigmentasi yang terdapat

disemua tempat terutama pada wajah dan lengan, kecuali ketiak, kulit kepala,

perineum dan selangkangan. Batas lesi jelas berbeda dengan kulit disekitarnya.

Hipopigmentasi merupakan gejala yang menonjol. Lesi dapat mengalami

penyembuhan spontan atau dengan pengobatan selama tiga (3) tahun. Gejala

neurologis tampak pada stadium dini berupa anestetik, pembengkakkan saraf dan

paralisis terutama mengenai N. auricularis magnus; N. peroneus superfisialis dan N.

unaris

Borderline Tuberculoid (BT)

Gejalanya sama dengan tipe TT, tetapi lesi lebih kecil, tidak disertai adanya kerontokan

rambut dan perubahan saraf hanya terjadi pembengkakan.

Borderline Borderline (BB)

Pada pemeriksaan bakteriologis ditemukan beberapa basil

Tes lepromin memberikan hasil negatif

Lesi kulit berbentuk tidak teratur, terdapat satelit yang mengelilingi lesi dan

distribusinya asimetris

Bagian tepi dari lesi tidak dapat dibedakan dengan jelas terhadap daerah

sekitarnya.disertai adanya adenopathi regional

Borderline Lepromatous (BL)

Lesi berupa makula dan nodul papula yang cenderung asimetris.

Kelainan saraf timbul pada stadium lanjut

Tidak terdapat gambaran seperti terjadi pada tipe lepromatous, yaitu tidak disertai

madrosis, keratitis, ulserasi maupun facies leonina

Page 7: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Lepromatous Leprosy (LL)

Bakteri M. leprae pada bentuk klinis LL bersifat ganas dan infeksius

Daya tahan tubuh hospes rendah, karena terjadi gangguan imunitas seluler

Tes lepromin negatif dan prognosis penyakit jelek

Pada pemeriksaan bakteriologis selalu positif dan basil ditemukan dalam bentuk globi

Gejala penyakit :

Lesi menyebar simetris, mengkilap berwarna keabu-abuan. Tidak ada perubahan

pada produksi kelenjar keringat, hanya sedikit perubahan sensasi.

Pada fase lanjut terjadi madrosis (alis rontok), facies leolina dan muka berbenjol-

benjol

Diagnosis laboratorium bahan pemeriksaan diambil dari :

Kerokan lesi kulit

Mukosa septum nasi

Serum Reitz dari cuping telinga

Cara pemeriksaan dari kerokan lesi kulit :

Kulit dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian dikeringkan

Kulit diregangkan dengan tangan dan dikerok menggunakan skalpel

Gelas obyek dilekatkan pada lesi kemudian dibiarkan mengering

Sedian difiksasi,

Dilakukan pewarnaan tahan asam

Penyakit dapat ditularkan melalui kontak langsung yang infeksius. Faktor yang

mempengaruhi penularan adalah :

Kontak intim yang dan lama

Keadaan sosial ekonomi yang jelek

Usia terutama 6 bulan – 20 tahun : paling banyk 2-3 tahun

Jenis kelamin laki-laki > wanita

Kepekaan individu

Page 8: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Pengobatan :

1. Sebagai obat pilihan adalah DDS (diamin -difenil - sulfon), atau turunannya seperti

dapson, prominsulfetron

2. Obat yang lain, meliputi:

- oleumchaulmograe

- streptomisin,rifampisin

- clofazimin (bila telah resisten thd gol sulfon)

Pencegahan :

Menemukan kasus secara dini

Terhadap penderita aktif (di daerah endemis), dilakukan isolasi dan diberikan

pengobatan sebaik - baiknya

Pemberian DDS atau kemoprofilaksis pada anak - anak yang kontak

Pemberian vaksinas BCG karena dapat mengkonversikan tes lepromin negatif

menjadi positif

Bentuk Klinis Infeksi

KeteranganDaya tahan tinggi Tidak ada daya tahan tubuh

TT BT BB BL LL

Lesi 1 / 2 BeberapaCukup

banyakLebih banyak

Sangat banyak dan

asimetris

Basil pada pemeriksaan

langsung0 + s/d ++ +++ ++++ +++++

Tes +++ ++ + + / - 0

Page 9: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

MIKOSIS

DIAGNOSIS

1. Anamnesis

2. Gambaran klinis

3. Pemeriksaan laboratorium :

- mikroskopis

- biakan

PEMERIKSAAN MIKOLOGI

Spesimen : kerokan kulit

Pengambilan secara aseptis, ditampung dalam piring petri / kertas amplop sterilà

biakan

Pemeriksaan mikroskopis langsung :

. Spesimen + KOH / KOH + tinta parker BB

. Kuku + KOH 30% / KOH + DMSO, tunggu 2 jam

HASIL

Dermatofita :

. Hifa, artrospora, spora

Non dermatofita :

. Yeast, blastospora, pseudohifa, hifa, spora

Page 10: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

Biakan : ditanam pada media

SDA / DTM atau SDA + olive oil

Dieramkan suhu kamar, 370 C, 1 - 2 minggu

1. Koloni Mold :

. Dermatofita : Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton

. Non dermatofita : Exophiala, Scytalidium, Scopularopsis, Aspergillus,

Fusarium

2. Koloni Yeast

. Candida, Rhabdotorula, Malasseria

Uji kecambah, klamidospora, fermentasi, asimilasi, gula gula.

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan mikroskopis langsung dapat untuk menentukan adanya mikosis

superfisialis : cepat, murah, sederhana.

2. Penentuan jenis fungi penyebab penyakit, perlu ditanam pada media,

membutuhkan waktu yang lebih lama.

Page 11: PETUNJUK PRAKTIKUM 1 mikro

SOAL

1. Mengambil specimen atau bahan pemeriksaan dari penderita dengan memperhatikan

waktu pengambilan, cara pengambilan dan banyaknya sampel yang diambil di sebut

dengan Pengambilan Sampel.

2. Idealnya pengambilan specimen dapat dilakukan setiap waktu.

3. Media Carry & Blair, merupakan media pertumbuhan untuk pengambilan spesimen.

4. Pada medium Manitol Salt Agar, Staphylococcus aureus membentuk koloni besar,

rough, berwarna kuning dan seringkali dikelilingi oleh zona berwarna kuning.

5. Cara pemeriksaan dari kerokan lesi kulit untuk melihat Mycobacterium leprae secara

mikroskopis dengan pewarnaan tahan asam.

6. Diagnosis laboratorium bahan pemeriksaan untuk M.leprae dapat diambil dari

kerokan lesi kulit, mukosa septum nasi dan serum Reitz dari cuping telinga.

7. Pemeriksaan jamur,spesimen dapat diambil pula dari serum darah..

8. Pemeriksaan mikroskopis langsung untuk jamur dapat diambil langsung dengan cara:

Spesimen + KOH +DMSO

Kuku +KOH 30% + Tinta parker.

9. Untuk mengkultur jamur digunakan medium Sabaroud Dextrosa Agar yang

dieramkan pada suhu kamar selama 1-2 X 24 jam

10. Pemeriksaan mikroskopis langsung dapat digunakan untuk menentukan adanya

mikosis superfisialis yang lebih cepat, murah dan sederhana.