Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Dan Pengendalian Dampak Sampah-1

63
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DAMPAK SAMPAH (ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN) 1

description

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DAMPAK SAMPAH-1.doc

Transcript of Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Dan Pengendalian Dampak Sampah-1

PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DAMPAK SAMPAH (ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN)Departemen Kesehatan RI

Direktorat Jendral PPM dan PLP

1996

PETUNJUK PELAKSANAAN

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DAMPAK SAMPAH

I. PENDAHULUAN

Upaya kebersihan suatu kota bertujuan antara lain untuk mewujudkan kondisi kota yang bersih melalui pengelolaan sampah. Upaya pengelolaan sampah memerlukan keterlibatan berbagai sektor, antara lain sektor kesehatan. Peranan sektor kesehatan dalam kaitan ini adalah menjaga agar cara-cara penanganan sampah mulai dari sumbernya sampai di tempat buangan akhir sampah tidak menimbulkan dampak/resiko terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.Dampak/resiko tersebut dapat berupa:1. Kemerosotan mutu lingkungan yang dapat mengganggu/ menimbulkan keluhan masyarakat dan masalah kesehatan, antara lain: Tingginya angka kepadatan vektor penyakit (lalat,tikus, nyamuk, kecoa, dan lain-lain). Pencemaran terhadap udara, tanah dan air. Rendahnya nilai-nilai estetika.2. Timbulnya penyakit-penyakit menular, antara lain: Penyakit diare Penyakit kulit Penyakit demam berdarah dengue Dan lain-lainUntuk itu, sektor kesehatan harus melakukan pengawasan sampah dari segi kesehatan lingkungan untuk memantau dampak dari pembuangan sampah, dan bilamana perlu dilakukan tindakan pengendaliannya.II. TUJUAN

Tujuan dari pengawasan dan pengendalian dampak sampah ini adalah terpantaunya kondisi dan damapak dari pembuangan sampah, serta terkendalinya dampak tersebut sehingga dapat mengurangi resiko/bahaya terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat.Manfaat lebih lanjut dari pengawasan dan pengendalian dampak sampah ini adalah sebagai dasar bagi kegiatan selanjutnya, antara lain: penyuluhan pembuangan sampah secara sehat, masukan teknis kesehatan lingkungan dalam pertemuan koordinasi penanganan sampah/kebersihan kota, dan lain-lain.III. KEGIATAN

1. Pengawasan Sampah (Aspek Kesehatan Lingkungan)

Kegiatan pengawasan ini dilakukan untuk memantau dampak dari pembuangan sampah terhadap kemerosotan mutu lingkungan pemukiman yang mungkin terjadi dan dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya terhadap kesehatan masyarakat, antara lain: Pencemaran lingkungan oleh adanya sampah Meningkatnya tingkat kepadatan vektor/binatang penular penyakit dan binatang pengganggu yang berkembang biak di sampah Kondisi kebersihan lingkungan, yang tercermin pada cara-cara pembuangan sampah di pemukiman.Manfaat dari pengawasan sampah ini adalah terpantaunya dampak pembuangan sampah, yang bila melampaui standar/kriteria yang ada perlu dilakukan tindak lanjut yang dapat berupa pengendalian dampak, penyuluhan, perbaikan cara-cara pembuangan sampah, sarana teknis kesehatan lingkungan kepada pengelola kebersihan kota, dan lain-lain.2. Pengendalian Dampak Pembuangan Sampah

Pengendalian dampak pembuangan samapah ini bertujuan untuk mengurangi resiko bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan akibat pembuangan sampah, mulai dari sumber sampah di tempat pembuangan akhir sampah, terutama untuk: Mengurangi meluasnya pencemaran lingkungan oleh sampah Mengurangi tingkat kepadatan vektor/binatang penular penyakit dan binatang pengganggu Perbaikan cara-cara pembuangan sampah Mengurangi adanya keluhan dari masyarakatManfaat dari upaya pengendalian dampak sampah ini adalah terciptanya kondisi lingkungan pemukiman yang aman dari pencemaran sampah, gangguan/bahaya adanya vektor/binatang penular penyakit dan binatang pengganggu yang berkembang biak di sampah.IV. SASARAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DAMPAK SAMPAH

Sasaran kegiatan pengawasan sampah ini adalah:1. Pengelolaan sampah di pemukiman (termasuk di pemukiman baru) dan tempat pengumpulan sampah sementara (TPS/LPS), yang meliputi: Konstruksi tempat sampah/tempat penampungan sampah sementara Tata letak terhadap pemukiman Ada/tidaknya pencemaran sampah terhadap lingkungan pemukiman Tingkat kepadatan vektor/binatang penular penyakit dan binatang pengganggu2. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA/LPA), yang melputi: Metode/teknik pengelolaan sampah Tata letak terhadap pemukiman, sumber air bersih, sungai/pantai Pengelolaan sampahnya Ketersediaan sarana dan fasilitas keselamatan kerja Ada/tidaknya pencemaran terhadap lingkungan Tingkat kepadatan vektor/bianatang penular penyakit dan binatang penggangguSedangkan sasaran kegiatan pengendalian dampak pembuangan sampah adalah dampak yang timbul akibat pengelolaan sampah baik di pemukiman, TPS maupun di TPA, yang meliputi: Masalah pencemaran Vektor/binatang penular penyakit dan binatang pengganggu Keluhan masyarakat Dan lain-lain.V. WAKTU PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DAMPAK SAMPAH

Pengawasan sampah ini hendaknya dapat dilakukan sedikitnya 12 (dua belas) kali pada tiap lokasi per tahun dan pengendalian dampak dilakukan bilamana hasil pengawasan tersebut telah melampaui kriteria yang telah ditetapkan serta bila ada keluhan masyarakat sehubungan dengan masalah sampah.VI. PELAKSANA

Pelaksana dari kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak sampah ini adalah petugas kesehatan lingkungan baik pada Puskesemas maupun Dinas Kesehatan Dati II.VII. ALAT BANTU PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DAMPAK SAMPAH

Alat bantu yang dipergunakan dalam kegiatan ini antara lain:1. Formulir pengawasan dan pengendalian sampah, terdiri dari:Nama FormulirPenggunaan

a.b.c.d.e.Form. TPAForm. TPSForm. Pencatatan kepadatan lalatForm. Pencatatan pengendalian Pencemaran, lalat, tikusForm. KPSUntuk pengawasan di TPAUntuk pengawasan di TPSUntuk pengukuran kepadatan lalatUntuk pengendalian pencemaran lalat dan tikusUntuk pelaporan seluruh kegiatan pengawasan sampah

2. Fly Grill set (untuk pengukuran tingkat kepadatan lalat) yang terdiri dari: Fly Grill Counter/alat penghitung3. Botol sampel air4. Gas Collector5. Dust Collector6. Mist Blower/Spraycan7. Petunjuk teknis pemberantasan lalat,tilus, pencemaran, dll8. Peraturan-peraturan, standar/baku mutu kualitas lingkungan.VIII. PENILAIAN KEGIATAN

Dalam melakukan setiap kegiatan, perlu dilakukan penilaian terhadap keberhasilannya secara berkala. Dalam kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak sampah dari segi kesehatan lingkungan, alat ukur yang dapat dipakai untuk penilaian adalah:1. Index vektor (lalat, tikus, kecoa, dan nyamuk)2. Pencemaran lingkungan oleh sampah3. Keluhan masyarakat4. Kejadian penyakit yang berkaitan dengan sampah (Demam Berdarah Dengue, Penyakit Kulit, Diare, dan Kecelakaan).Seluruh kegiatan pengelolaan sampah/kebersihan kota yang dilakukan oleh berbagai sektor kesehatan, setiap tahunnya dilakukan penilaian kebersihan kota oleh Tim Penilai Kebersihan Kota secara terpadu.IX. TATA CARA PENCATATAN DAN PEAPORAN

Dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian dampak sampah dari segi kesehatan lingkungan, perlu dilakukan pencatatan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, yaitu:1. Dalam melakukan pengawasan sampah di pemukiman dan tempat-tempat pengumpulan sampah sementara, dipergunakan Form TPS.2. Dalam melakukan pengawasan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah, dipergunakan Form TPA.Pada masing-masing tempat tersebut (TPS dan TPA) juga dilakukan pengukuran tingkat kepadatan lalat, tikus serta pencemaran sampah, dipergunakan formulir pencatatan dan alat yang telah ditetapkan.Data-data yang telah diperoleh, setelah diolah dan dianalisa dapat digunakan sebagai dasar bagi kegiatan selanjutnya seperti pengendalian lalat dan tikus, pengendalian pencemaran (dicatat pada formulir pencatatan pengendalian pencemaran) penyuluhan serta masukan teknis bagi pengelolaan sampah kota.Untuk keperluan penilaian kebersihan kota secara keseluruhan, seluruh hasil kegiatan tersebut, perlu diinformasikan ke Pusat (Direktorat PLP Ditjen PPM & PLP, Jalan Percetakan Negara 29 Jakarta Pusat) melalui Kanwil Depkes/Dinas Kesehatan Propinsi setempat, sedikitnya 3 bulan sekali dengan mempergunakan Form KPS, yang merupakan ringkasan hasil seluruh kegiatan.FORM. TPS

FORMULIR PENGAWASAN SAMPAH DI PEMUKIMAN

DAN TEMPAT PENGUMPULAN SAMPAH SEMENTARA (TPS)

L O K A S IDesain/KonstruksiTata Letak terhadap PemukimanKondisi PenggunaanPencemaran LingkunganKepadatan VektorHASIL PENGAWASAN

Jumlah NilaiKESIMPULAN:

Baik : 0 - 6

Sedang : 7 - 22

Buruk : 29 - 50

Petugas

___________________

FORM : TPA

FORMULIR PENGAWASAN

TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH (TPA)

LOKASI :

KOTA :

NOITEMHASIL PENGAWASANKETERANGAN

1.2.3.4.5.6.TEKNIK PENGOLAHAN SAMPAHbaik 1; sedang 3; buruk 10LETAK/LOKASI TERHADAPa. Pemukimanbaik 1; sedang 3; buruk 10b. Sumber Air Bersihbaik 1; sedang 3; buruk 10c. Sungai/Pantaibaik 1; sedang 3; buruk 10PENGOLAHAN SAMPAHa. Penyebaran dan Pemadatanbaik 1; sedang 3; buruk 10b. Penutupan dengan tanahbaik 1; sedang 3; buruk 10c. Penanganan terhadap sampah khusus/ sampah toksik/bahan buangan berbahayabaik 1; sedang 3; buruk 10TERSEDIANYA SARANA & FASILITAS KERJAa. Alat Keselamatan Kerjabaik 1; sedang 3; buruk 10b. Alat Pemadam Kebakaranbaik 1; sedang 3; buruk 10PENCEMARAN LINGKUNGANa. Masalah Baubaik 1; sedang 3; buruk 10b. Masalah Asapbaik 1; sedang 3; buruk 10c. Sumber Air Bersihbaik 1; sedang 3; buruk 10d. Pengairan air dan leachatebaik 1; sedang 3; buruk 10TINGKAT KEPADATAN VEKTORa. Lalatbaik 1; sedang 3; buruk 10b. Tikusbaik 1; sedang 3; buruk 10

TOTAL NILAIKESIMPULAN

CATATAN :BAIK = 1 - 18 ; SEDANG = 19 59 ; BURUK = 60 124FORMULIR PENCATATAN KEPADATAN LALAT

Tanggal Survai :

Dati II :

NoLokasiPengukuran 30 detik keRata-rataDari 5 detik yang tertinggi

12345678910

Petugas

____________________FORMULIR PENCATATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN

LALAT DAN TIKUS

Dati II : ...........................................................................TanggalLokasiMasalahPencemaran/lalat/tikus *)LuasAreaBahan/pestisidayang dipakai

*) : Coret yang tak perluFORM.KPS

FORMULIR KEGIATAN

PENGAWASAN SAMPAHDATI:

BULAN :

URAIAN KEGIATANSASARAN/HASIL

1. PENGAWASAN TPAa. Jumlah TPA yg adab. Metode pengolahan sampah Open dumping/pengolahan terbuka Controlled landfill Sanitary landfill Insenerasi/pembakaran tertutup Lain-lainc. Jumlah TPA yg diawasid. Masalah pencemaran (kondisinya)e. Kepadatan vektor (lalat2. PENGAWASAN T.P.Sa. Jumlah TPS yang adab. Jumlah TPS yang diawasic. Masalah pencemaran (kondisinya)d. Kepadatan vektor (lalat)3. PENGENDALIAN PENCEMARAN SAMPAH4. PENGENDALIAN VEKTOR DI TPS DAN TPA .......... lokasi .......... lokasi .......... lokasi .......... lokasi .......... lokasi .......... lokasi .......... lokasiBaik .......... lokasiSedang.......... lokasiBuruk.......... lokasi .......... /blok grill .......... lokasi .......... lokasiBaik .......... lokasiSedang.......... lokasiBuruk.......... lokasi.......... /blok grill .......... lokasi .......... lokasi

PERSYARATAN TEKNIS KESEHATAN DALAM PENGELOLAAN PEMBUANGAN SAMPAH1. TEMPAT SAMPAH

a. Batasan

Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah sampah dihasilkan, yang harus ada setiap sumber/penghasil sampah, seperti rumah tangga, kantor-kantor, penginapan(hotel/losmen, rumah makan/restoran, taman/tempat rekreasi, trotoar jalan, terminal alat transportasi, dan lain-lain sebelum sampah dikelola lebih lanjut.

b. Kontruksi

Bila tempat sampah tidak berupa kantong, harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan sebagai berikut:

1. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, ringan, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

2. Mempunyai tutup mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotorkan tangan, terutama untuk tempat sampah yang menampung jenis sampah yang mudah membusuk.

3. Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan.

c. Penanganan

1. Penampungan sampah di tempat sampah, tidak boleh melebihi 3 x 24 jam (3 hari) dan harus dibuang/diangkut untuk dikelola selanjutnya.Hal ini mengingat, bilamana melebihi 3 hari, telah terjadi pembusukan sampah,terutama pada sampah organic dan bila terdapat telur lalat sudah sempat menetas. Khusus untuk sampah rumah tangga, hotel/losmen/penginapan, rumah sakit, rumah makan/restoran/warung makan, hendaknya diadakan pemisahan tempat sampah antara jenis-jenis sampah yang mudah membusuk dengan jenis sampah lainnya.

2. Penempatan tempat sampah di rumah tangga, penginapan, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan pada jarak terdekat dari kegiatan yang banyak menghasilkan sampah dsb :1) Rumah tangga: di dapur, dekat tempat cuci alat dapur/alat makan.2) Penginapan/losmen/hotel:di setiap kamar/ruang tamu/lobby, restoran, tempat. parkir kendaraan, taman.3) Rumah makan/restoran:di dapur, dekat tempat cuci alat dapur/makan.Warung makan

4) Perkantoran:di setiap ruang kantor.

5) Trotoar jalan umum: pada tempat ramai yang banyak orang berjalan. (tidak dinjurkan adanya tempat sampah di sepanjang jalan).

6) Halte/pemberhentian bis: di dekat tempat tunggu

7) Terminal bis/angkutan kota: pada ruang tunggu, 1 buah untuk area 10x10 meter.

8) Taman/tempat rekreasi:di tempat-tempat yang banyak pengunjung beristirahat dan mudah dilihat.

9) Pasar: di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh pengunjung an disemua los pedagang tetap.

Tempat sampah berupa bak beton/permanen tidak dianjurkan keberadaannya, mengingat menyulitkan dalam operasional pengangkutannya, kurang terjamin kebersihannya, serta menjadi tempat mencari makanan dan berkembang biak lalat dan tikus serta binatang lainnya.

II. TEMPAT PENGUMPULAN SAMPAH SEMENTARA (TPS)

a. Batasan

Tempat pengumpulan sampah sementara adalah tempat untuk mengumpulkan sampah yang berasl dari berbagai sumber/penghasil sampah sebelum sampah diangkut/dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.

TPS dapat berupa :

Tempat/lokasi/area untuk pemindahan sampah dari grobak/alat angkut kecil kea lat angkut yang besar.

Container (hydraulic countainer) untuk kemudian diangkut oleh truk pembawa.

Bak beton/pasangan batu bata.

b. Kontruksi

Bila tempat pengumpulan sampah (TPS) berupa bak beton/pasangan batu bata atau kontainer, harus memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut :

1. Harus kedap air, bertutup dan selalu dalam keadaan ditutup, mudah dibersihkan, sehingga mencegah timbulnya pencemaran maupun maslah lalat dan tikus.

2. Volumenya mampu menampung sampah dari pemakai untuk waktu 1 (satu) hari.

c. Penempatan TPS

1. Jarak terhadap rumah terdekat adalah 30 meter dan terjauh 200 meter.

Hal ini mengingat kemungkinan timbulnya baud an serangga (lalat) yang sangat mengganggu terhadap masyarakat sekitar TPS.

2. Tidak berada diatas/dipinggir saluran air (selokan, parit, sungai).

Hal ini bertujuan untuk menghidarkan sampah berserakan disaluran air dan menimbulkan pencemaran air.

3. Jarak terhadap sumber air (sumur, mata air, dan lain-lain) terdekat minim al 75 meter.

Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan terjadinnya pencemaran terhadap sumber-sumber air bersih.

4. Tidak terletak pada daerah banjir.

5. Mudah dijangkau oleh kendaraan pengankut sampah.

d. Penggunaan

1. Tidak diperbolehkan meletakkan/membuang sampah diluar bangunan TPS.

2. Diberi tanda/peringatan untuk meletakkan sampah di dalam TPS.

3. Sampah yang ditampung di TPS tidak boleh melebihi batas waktu 1 (satu) hari untuk diangkut/dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.

Hal ini bertujuan untuk menghidarkan TPS menjadi sarang dan mencari makan bagi lalat, tikus dan binatang lain serta menghindarkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya.

Catatan

Bila TPS tersebut berupa area/lokasi untuk pemindahan sampah dari gerobak kea lat angkut yang lebih besar, harur ada pengaturan waktu agar sampah digerobak dapat segera dipindahkan kea lat angkut yang lebih besar dan sampah berada ditempat tersebut tidak terlalu lama sehingga dapat dihindarkan timbulnya masalah bau lalat dan tikus.

TPS yang berupa bak beton, permanen sedapat mungkin ditiadakan mengingat dapat mengganggu pemandangan (estetika) dan sering menimbulkan masalah karena pada umumnya kurang terawat.

III. ALAT PENGANKUTAN SAMPAH

A. Gerobak sampah

a. Batasan

Gerobak sampah adalah alat pengankutan sampah yang berupa gerobak biasa, dipergunakan untuk mengangkut sampah dari rumah-rumah atau sumber sampah lainnya ke tempat pengumpulan sampah sementara atau tempat pembuangan akhir sampah.

b. Kontruksi

Kontruksi gerobak sampah harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan sebagai berikut :

1. Gerobak sampah harus dilengkapi dengan tutup atau jarring agar sampah tidak berserakan waktu dalam perjalanan.

2. Kontruksinya kuat, dinding bagian dalamnya dilapisi dengan plat logam untuk memudahkan pembersihannya.

c. Penggunaan

1. Setiap kali selesai dipakai, harus segera dibersihkan/dicuci.

d. Perlengkapan

1. Perlengkapan yang ada pada gerobak minimal :

Sapu lidi

Pengki

Cangkul garpu

2. Untuk petugas yang menarik gerobak, harus dilengkapi dengan :

Pakaian kerja khusus

Sarung tangan

Masker

Topi pengaman

Sepatu boot/lars

Untuk melindungi dan menjaga kesehatan/keselamatannya.

B. Truk Pengangkut Sampah

a. Batasan

Truk pengangkut sampah adlah truk untuk mengangkut sampah dari sumber sampah maupun lokasi, tempat pengumpulan sampah sementara ke tempat pembuangan akhir sampah.

b. Kontruksi

Kontruksi truk pengangkut sampah harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan sebagai berikut :

1. Bak kendaraan yang dipakai untuk mengangkut sampah harus terbuat dari logam atau melapisi lantai dan dinding bagian dalamnya dengan plat logam.

2. Bak untuk mengangkut sampah harus bertutup rapat sehingga sampah tidak tampak dan berterbangan sewaktu dalam perjalanan.

c. Perlengkapan

1. Untuk petugas yang menangani sampah harus menggunakan perlengkapan kerja sebagai berikut :

Pakaian kerja khusus

Sarung tangan

Masker

Topi pengaman

Sepatu boot/lars

d. Penggunaan

1. Bilamna dipergunakan truk dengan bak terbuka , harus dilengkapi dan menggunakan jala/jarring untuk menghindarkan sampah berterbangan dan pengisiannya tidak boleh terlalu penuh.

2. Truk dengan bak terbuka tidak boleh untuk mengangkut sampah yang telah membusuk.

3. Semua kendaraan pengangkut sampah setiap selesai di pergunakan harus dicuci sampai bersih.IV. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

a. Batasan

Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat dimana sampah dikelola untuk dimusnahkan baik dengan cara penimbunan dengan tanah secara berkala (sanitay landfill), pembakaran tertutup (insenerasi), pemadatan, dan lain-lain.

b. Lokasi

Lokasi untuk penempatan tempat pembuangan akhir harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut :

1. Jarak terhadap pemukiman minimal 2 km.

Hal ini mengingat :

Jarak terbang lalat mencapai 2 km.

Bau yang ditimbulkan oleh sampah yang membusuk dapat terbawa angin ke pemukiman.

Debu dan suara bising yang ditimbulkan sewaktu pembongkaran sampah.

2. Jarak terhadap sumber air baku untuk minum (mata air, sumur, sungai, danau dan lain-lain) minimal 200 meter.

Hal ini mengingat bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air tersebut.

3. Tidak terletak pada daerah banjir.

Hal ini mengingat kemungkinan terbawanya sampah di TPS oleh air, yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan yang tak dapat dikendalikan.

4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airtanahnya tinggi.

Hal ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan berakibat pada pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah langsung kontak dengan air tanah,pencemarannya aakn meluas dan terjadi dalam waktu yang lama.

5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan/umum, setidaknya 200 meter.

Hal ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan sebagainya.c. Metode pengolahan sanmpah di TPA

Alternative metode pengolahan sampah di TPA, ada beberapa macam, yaitu :

Sanitary landfill

Insenerasi

Controlleg landfill

Composting

Open dumping (tidak dianjurkan)

Persyaratan teknis kesehatan terutama untuk metode Sanitary landfill, adalah sebagai berikut :Operasi penanganan

1. Harus dilakukan penyebaran untuk meratakan permukaan sampah dan pemadatannya dimana tebal lapisan sampah yang didapatkan tidak lebih dari 60 cm.

Hal ini mengingat bahwa pemadatan yang tepat akan mengurangi velume sampah dan dengan sendirinya memperpanjang umur sebagai TPA serta stabilitas tanah akan meningkat dengan pemadatan tanah yang baik.

2. Setiap 1 (satu) lapisan sampah yang telah didapatkan ditutup dengan tanah minimal setebal 15 cm.

Hal ini mengingat bahwa penutupan dengan tanah yang tidak cukup tebalnya dan tidak rata tetap memungkinkan tikus maupun binatang lain memperoleh makanannya.

3. Frkwensi penimbunan sampah denagn tanah harus dilakukan setiap hari.

Hal ini memgingat bahwa penutupan dengan tanah yang dilakukan setiap hari adlah untuk mencegah pencemaran lingkungan maupun perkembangbiakan tikus, lalat dan serangga lain yang dapat menularkan penyakit.

4. Penutupan akhir dengan lapisan tanah, setidaknya setebal 60 cm.

Hal ini bertujuan untuk mencegah timbulnya serangga dan tikus berkembang biak, mendukung tumbuhnya tanaman dan memperbaiki pemandangan dan lain-lain.

5. Untuk jenis ampah khusus, seperti samp[ah bahan kimia beracun, sisa buangan industri, sampah infectious dari rumah sakit, harus ditangani secara khusus.

Hal ini mengingat bila sampah jenis ini tidak ditangani secara tepat akan dapat menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang berat dalam jangka panjang.

6. Air bekas pencucian peralatan, harus ditampung atau disalurkan pada tempat khusus agar tidak mencemari lingkungan.

Hal ini menginagt bahwa air bekas pencucican peralatan bila tidak ditangani dengan baik akan dapat menjadi srang nayamuk.

Pengawasan/pengaturan

1. Pengawasan terhadap proses pengolahan sampah di TPA harus dilakukan sepanjang waktu.

Hal ini memngingat bahwa pengolahan smpah di TPA memerlukan koordinasi pekerjaan, pemisahan buangan berbahaya/beracun, melarang pemulung sampah membongkar sampah yang telah didapatkan dan menyakinkan bahwa pembuangan sampah dilakukan secara baik.

2. Pengaturan penempatan sampah di TPA harus teratur dan pada tempat tertentu.

Hal ini mengingat bahwa pengaturan yang tidak teratur dan tidak tepat akan mengakibatkan lebih banyak sampah bertebaran, pandangan jelek, membutuhkan waktu, tenaga dan tanah penutup yang lebih banyak.

Tersedianya sarana dan fasilitas kerja

1. Bagi petugas pengelola sampah di TPA harus disediakan alat keselamatan kerja sebagai berikut :

Masker

Topi pengaman

Sarung tangan (bagi yang langsung berhubungan dengan sampah yang dibuang)

Sepatu kerja

Pakaian kerja khusus

2. Pada setiap TPA harus tersedia alat pemadan kebakaran baik berupa tabung pemadam kebakaran maupun hydran. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya kebakaran yang lebih besar.

Penjelasan pengisian

Formulir-formulir pengawasan sampah

I. Formulir Pengawasan Tps (Form. Tps)

1. Desain / Konstruksi

TPS dapat berupa bangunan permanen (bak beton) maupun bak yang mudah diangkat oleh truk container, maupun hanya berupa lokasi tempat berkumpulan gerobak sebelum sampah diangkut oleh truk.

Baik (nilai : I).

Bila di desain mudah untuk memasukkan maupun mudah untuk dikosongkan dn smpah tiak mudah berserakan serta bak tersebut dilengkapi dengan tidak tutup.

Sedang (nilai : 3)

Cukup mudah untuk membuka/mengosongkan, sampah tak mudah berserakan serta tidak tertutup.

Buruk (nilai : 10)

Hanya berupa tumpukan biasa, mudah berserakan dan menyulitkan untuk diangkut.

2. Letak / Lokasi Terhadap Pemukiman Baik (Nilai : 1)

Mudah dijangkau oleh pemakai atau jarak antara 50-100 meter dari rumah terdekat.

Sedang (nilai : 3)

Jarak antara 25 50 meter dari rumah terdekat.,

Buruk (nilai :10)

Jarak kurang dari 25 meter atau lebih dari 200 meter dari rumah terdekat.

3. Kondisi Penggunaan TPS

Baik (nilai : 1)

TPS tersebut tidak terlalu penuh oleh sampah (besarnya seauai dengan sampah yang harus ditampung), dan tidak ada sampah.

Sedang (nilai : 3)

Tumpukan sampah melebihi daya tampung TPS, namun sampah tidak sampai berserakan.

Buruk (nilai : 10)

Tumpukan sampah melebihi daya tampung TPS sehinga sampah berserakan dan diangkutnya melebihi 3 hari sekali.

4. Pencemaran Terhadap Lingkungan

Pencemaran lingkungan oleh sampah dapat terjadi baik pada tanah, air dan udara.

Baik (nilai 1) :

Bila letak TPS tidak berdekatan dengan sumber air (jaraknya lebih dari 50 meter), sampahnya tidak berceceran di saluran air, tidak timbul bau akibat tumpukan sampah dari rumah terdekat.

Sedang (nilai 3) :

Bila jarak TPS dengan sumber air (25-50 meter), sampah tidak berceceran di saluran air dan mulai timbul bau dalam radius 50 meter.

Buruk (nilai : 10) :

Bila jarak TPS dengan sumber air kurang dari 25 meter, timbul bau yang menyengat serta banyak serangga / lalat di tumpukan sampah.

5. Kepadatan Lalat

Baik (Nilai : 1)

Bila kepadatan lalat kurang dari 5 ekor per blok grill.

Sedang (Nilai : 3)

Bila kepadatan lalat antara 6-20 ekor per blok grill.

Buruk (Nilai : 10)

Bila kepadatan lalat lebih dari 21 ekor per blok grill.

II. FORMULIR PENGAWASAN TPA (FORM. TPA)

1. Teknik Pengolahan Sampah

Baik (nilai : 1) :

Bila teknik yang digunakan adalah Sanitary Landfill, insenerasi atau komposting dan dapat menampung/mengolah seluruh sampah yang dibuang di lokasi tersebut.

Sedang (nilai : 3) :

Bila teknik yang digunakan adalah seperti tersebut di atas, namun tak dapat menampung /mengolah seluruh sampah yang dibuang di lokasi tersebut, atau teknik yang dipakai adalah controlled landfill (penutupan dengan tanah hanya pada lapisan teratas).

Buruk (nilai : 10) :

Bila teknik yang dipakai adalah open dumping atau pembuangan secara terbuka.

2. Letak / Lokasi

a. Terhadap Pemukiman

Baik (nilai : 1) :

Bila jarak TPA denan batas pinggir pemukiman terdekat lebih dari 5 km.

Sedang (nilai : 3) :

Bila jaraknya antara 1 5 km

Buruk (nilai : 10) :

Bila jaraknya kurang dari 1 km

b. Terhadap Sumber Air Bersih

Baik (nilai : 1) :

Bila sampah di TPA tidak langsung kontak dengan air tanah dan jaraknya terhadap sumber air bersih (sumur, mata air, dan lain-lain) tidak kurang dari 300 meter.

Sedang (nilai : 3) :

Sama seperti diatas, namun jaraknya dari sumber air bersih antara 200-300 meter.

Buruk (nilai : 10) :

Sampah di TPA terkontak langsung dengan air tanah atau jaraknya terhadap sumber air bersih kurang dari 200 meter.

c. Terhadap Sungai dan Pantai

Baik (nilai : 1) :

Bila TPA tersebut terletak pada jarak tidak kuran dari 200 meter dari sungai dan 15 km dari pantai.

Sedang (nilai : 3) :

Jarak bagian tepi TPA dengan sungai antara 100-200 meter dan 5-14 km dari pantai

Buruk (nilai : 10) :

Jarak bagian tepi TPA dengan sungai kurang dari 100 meter dari pantai kurang dari 5 km.

3. Pengelolaan Sampah

a. Penyebaran dan Pemadatan

Baik (nilai : 1) :

Bila sampah di TPA diratakan dan dilakukan upaya pemadatan dengan boldozer atau alat lainnya.

Sedang (nilai : 3) :

Bila sampah hanya diratakan saja tanpa ada upaya pemadatan.

Buruk (nilai : 10) :

Banyak timbunan sampah yang tidak diratakan.

b. Penutupan dengan Tanah

Penutupan / penimbunan dengan tanah sangat penting dalam mencegah pencemaran lingkungan oleh sampah.

Baik (nilai : 1) :

Bila penutupan dengan tanah dilakukan secara berkala pada ketebalan tertentu dari sampah dan lapisan penutup tanah adalah tidak kurang dari 15 cm.

Sedang (nilai : 3) :

Seperti di atas, tetapi ketebalan tanah penutupnya kurang dari 15 cm.

Buruk (nilai : 10) :

Tidak dilakukan penutupan dengan tanah sama sekali. c. Penanggulangan terhadap sampah khusus/sampah toksik/bahan buangan berbahaya.

Bila TPA juga dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah yang berupa sampah khusus, misalnya sampah/buangan kimia beracun, sisa buangan industri, sampah infektious dari rumah sakit/laboratorium, dan lain-lain, harus dilakukan penanganan secara khusus, antara lain dalam pemilihan lokasi, pemberian tanda-tanda dan pengawasannya.

Baik (nilai : 1) :

Ditimbun dengan tanah pada lokasi khusus, pada lapisan tanah yang rapat air, serta diberi tanda khusus/pagar, ada pencatatan tentang sampah yang dibuang oleh petugas TPA.

Sedang (nilai : 3) :

Sama seperti di atas, tetapi tidak diberi tanda khusus atau pagar, tak ada pencatatan khusus oleh petugas TPA.

Buruk (nilai : 10) :

Tak ada penanganan khusus.

4. Tersedianya Sarana / Fasilitas Keselamatan Kerja

a. Fasilitas keselamatan kerja bagi petugas

Baik (nilai : 1) :

Bila terhadap semua petugas di TPA diberikan Fasilitas keselamatan kerja dan dipakai pada saat bekerja, yang mliputi topi pengaman, masker, sarung tangan, sepatu kerja, dan lain-lain.

Sedang (nilai : 3) :

Bila fasilitas keselamatan kerja yang ada tidak lengkap dan dipakai oleh petugas.

Buruk (nilai : 10) :

b. Pemadam kebakaran

Baik (nilai : 1) :

Bila di TPA tersebut tersedia alat pemadam kebakaran berupa tabung pemadam kebakaran dan hidran yang berfungsi

Sedang (nilai : 3) :

Bila hanya tersedia alat pemadam kebakaran berupa tabung pemadam

Buruk (nilai : 10) :

Tidak tersedia alat pemadam kebakaran.

5. Pencemaran Lingkungan

a. Bau

Baik (nilai : 1) :

Bila tidak tercium bau sampah yang membusuk dari batas TPA sesuai arah angin.

Sedang (nilai : 3) :

Bila tidak tercium bau pada jarak 1 km di luar batas TPA sesuai arah angin

Buruk (nilai : 10) :

Tercium bau pada jarak leblih 1 km di luar batas TPA atau pemukiman resmi (bukan liar) terdekat sesuai arah angin.

b. Asap

Baik (nilai : 1) :

Bila tidak terjadi kebakaran yang menimbulkan banyak asap

Sedang (nilai : 3) :

Terjadi kebakaran, namun areanya terbatas / kecil

Buruk (nilai : 10) :

Terjadi kebakaran pada banyak area dan asap yang mengganggu masyarakat pada pemukiman terdekat.

c. Sumber air bersih

Untuk mengetahui tanda-tanda tercemar atau tidaknya air sumur oleh hasil dekomposisi sampah, dipakai standar kualitas Air Minum (Permenkes 01/BIRHUKMAS/1975) khususnya terhadap Amoniak, Organik phenol, Nitrit, Mangan, Calcium, dan Natrium. Baik (nilai : 1) :

Bila tidak ada tanda-tada tercemar pada sumur/sumber air terdekat yang dipakai oleh penduduk dan jaraknya lebih dari 300 meter dari TPA.

Sedang (nilai : 3) :

Tidak ada tanda-tanda pencemaran pada sumber air terdekat, namun jaraknya antara 200-300 meter dari TPA.

Buruk (nilai : 10) :

Ada tanda-tanda tercemar pada sumur / sumber air penduduk.

d. Pengaliran Genangan Air

Terdapatnya air yang tergenang pada permukaan TPA akan dapat menimbulkan masalah, seperti menjadi tempat sarang nyamuk.

Baik (nilai : 1)

Bila tidak terdapat genangan air atau tersedia saluran air/drainase.

Sedang (nilai : 3)

Terdapat beberapa genangan air yang areanya kecil.

Buruk (nilai : 10)

Terdapat banyak genangan air pada sekitar dan permukaan TPA.

e. Pengamanan Leachate dan Air Bekas Pencucian Peralatan

Baik (nilai : 1)

Tersedia sarana penyaluran leachate dan air bekas pencucian peralatan dan penampungannya dan dilakukan pengolahan serta tidak mencemarai sumber-sumber air bersih.

Sedang (nilai : 3)

Tersedia sarana penyaluran dan penampungannya namun belum dilakukan pengolahan, serta tidak mencemari sumber-sumber air bersih.

Buruk (nilai : 10)

Tidak tersedia sarana penyaluran/dibiarkan begitu saja.

6. Tingkatan Kepadatan Vektor

a. Lalat

Baik (nilai : 1)

Bila tingkat kepadatan lalat adalah antara 0 5 blok grill.

Sedang (nilai : 3)

Bila tingkat kepadatannya antara 6 20 per blok grill.

Buruk (nilai : 10)

Bila kepadatannya lebih dari 21 per blok grill.

b. Tikus

Baik (nilai : 1)

Bila tidak terlihat tanda-tanda adanya tikus.

Sedang (nilai : 3)

Bila tidak terlihat tanda-tanda adanya tikus, namun ada lubang persembunyian tikus.

Buruk (nilai : 10)

Bila terlihat tikus dan banyak lubang persembunyian tikus.

III. FORMULIR PENCATATAN KEPADATAN LALAT

Bila dilihat pada petunjuk teknis pemberantasan lalat.

IV. FORMULIR PENCATATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LALAT DAN TIKUS

Cukup jelas.

V. FORMULIR KEGIATAN PENGAWASAN SAMPAH (FORM. KPS)

Formulir ini hanya digunakan untuk memberikan informasi seluruh kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak sampah ke Pusat secara berkala (minimal 3 bulan sekali). Pengisiannya adalah berdasarkan pada hasil pencatatan formulir TPS, TPA, Pencatatan Kepadatan Lalat, Pengendalian Pencemaran Lalat tikus.

1. Pengawasan TPA

a. Jumlah TPA yang ada : yaitu jumlah seluruh tempat pembuangan akhir yang ada dan dipakai untuk pembuangan sampah.

b. Metode : adalah metode pengolahan sampah yang diterapkan pada TPA-TPA tersebut.

c. Jumlah TPA diawasi : jumlah TPA yang diawasi dalam satuan waktu tertentu.

d. Kepadatan Vektor : merupakan hasil rata-rata pengukuran kepadatan vektor.

2. Pengawasan TPS

a. Cukup jelas.

b. Cukup jelas.

c. Baik/sedang/buruk : bisa dilihat pada kesimpulan hasil pengawasan TPS (Form. TPS).

d. Cukup jelas.

3. Pengendalian Pencemaran Sampah

Bisa dilihat pada hasil pencatatan pengendalian pencemaran, lalat dan tikus.

4. Pengendalian Vektor di TPS dan TPA

Cukup jelas. KEPUTUSANDIREKTRUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DEPARTEMEN KESEHATAN

NOMOR : 281 II/PD.03.04.LP

TANGGAL : 30 OKTOBER 1989

TENTANG

PERSYARATAN KESEHATAN

PENGELOLAAN SAMPAH

DITJEN PPM DAN PLP DEPARTEMEN KESEHATAN

1996

LAMPIRANLAMPIRAN

SALINAN

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN

(DITJEN PPM & PLP)

Jl. Percetakan Negara No. 29, Kotak Pos 223, Jakarta Pusat 10002Telpon 4247608 Telex : 49310 PPM JKT Fax. 4207807

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKITMENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN

DEPARTEMEN KESEHATAN

NOMOR : 281 II/PD.0304.LP

TENTANG

PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN SAMPAH

DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN

Menimbang:a.Bahwa pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang mendasar.

b.bahwa masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan kesehatan akibat pengelolaan sampah sejak awal sampah ditempat pembuangan akhir;

c.bahwa oleh karena itu perlu ditetapkan persyaratan kesehatan pengelolaan sampah.

Mengingat:1.Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaga Negara Nomer 2068):

2.Undang-Undang No. 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene (Lembaga Negara Tahun 1966 No. 22. Tambahan Lembaga Negara No. 2804);

3.Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 No. 38, Tambahan Lembaran Negara No . 3037)

4.Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 Tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Nol. 12 Tahun 1982 Tambahan Lembaran Negara No. 3215);

5.Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 No. 20, Tambahan Lembaran Negara No. 3237);

6.Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1978 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dibidang Kesehatan Kepada Daerah;

7.Peraturan Pemerintahan No. 14 Tahun 1978 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah;

8.Keputusan Presiden RI No. 15 Tahun 1984 Tentang Susunan Organisasi Departemen Kesehatan;

9.Keputusan Presiden RI No. 558 Tahun 1984.

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Pertama:KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN SAMPAH.

Kedua:Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Sampah sebagaimana dimaksud dalam lampiran keputusan ini merupakan pedoman untuk setiap langkah dalam pengelolaan sampah

Ketiga:Kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi melaksanakan bimbingan dan pengendalian terhadap penerapan persyaratan kesehatan pengelolaan sampah. Keempat :Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I bersama sektor lain yang terkait melakukan pembinaan teknis terhadap penerapan persyaratan kesehatan pengelolaan sampah.

Kelima : Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II, melakukan pengawasan terhadap penerapan persyaratan kesehatan pengelolaan sampah.

Keenam : Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam keputusan ini akan ditetapkan kemudian.

Ketujuh :Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : jakarta

Pada tangga : 30 Oktober 1989

DIREKTUR JENDERAL PPM & PLP

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

dto

dr. G. HARTONO

NIP. 140062375

SURAT KEPUTUSAN INI DISAMPAIKAN KEPADA YTH :

1. Menteri Kesehatan (sebagai laporan)

2. Para Gubernur KDH Tk. I

3. Direktur Jenderal Cipta Karya Dep. Pekerjaan Umum 4. Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Dep. Dalam Negeri

5. Direktur Jenderal Pemerintahan Umum Dan Otonomi Daerah Dep. Dalam Negeri. 6. Direktur Jenderal Pembangunan Desa, Dep. Dalam Negeri 7. Deputi Ketua Bappenas Bidang Sosial Budaya 8. Asisten III Menteri Negara klh9. asisten II Menteri Negara Perumahan Rakyat 10. Ketua Tim Penggerak PKK Pusat.

11. Para Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi

12. Para Kepala Kantor Wilayah Dep. Pekerjaan Umum Propinsi

13. Para Kepala Dinas Kesehatan Dati I

14. Para Bupati / Walikotamadya Dati Ii

15. Para Kepala Dinas Kesehatan Dati IiLampiran Keputusan Direktur Jenderal Pemberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Nomor : 281 II/PD.03.04.LP

Tanggal : 30 Oktober 1989

Tentang

Persyaratan kesehatan pengelolaan sampah

I. PENDAHULUAN

A. Umum

Berbagai akibat kurangnya perhatian dalam pengelolaan sampah sejak sampah dihasilkan sampai pembuangan akhir sangat merugikan kesehatan masyarakat secara langsung maupun sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan. Akibat atau dampak tersebut dapat berupa :

1. Kemerosotan mutu lingkungan yang dapat mengganggu atau menimbulkan keluhan masyarakat dan masalah kesehatan antara lain:

Tingginya angka kepadatan vektor penyakti (lalat, tikus, nyamuk, kecoa dan lain-lain)

Pencemaran terhadap udara, tanah dan air.

Rendahnya nilai-nilai estetika.

2. Timbulnya penyakit-penyakit menular, antara lain : Penyakit diare

Penyakit kulit

Penyakit scrub typhus (typhus bercak wabah)

Demam berdarah dengue

Penyakit demam typhoid (typhus perut)

Kecacingan

Dan lain-lain

Oleh karena itu, dampak pengelolaan sampah terhadap kesehatan masyarakat perlu mendapat perhatian sejak sampah dihasilkan proses perencanaan sampai pada penatalaksanaan pengelolaan sampah. Persyaratan kesehatan pengelolaan sampah ini merupakan ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan untuk diterapkan pada setiap langkah dalam pengelolaan sampah, sehingga dapat diwujudkan mutu lingkungan yang sehat yang dapat mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah. B. Pengertian Dalam keputusan ini, yang dimaksud dengan :

a. Sampah adalah semua benda tau produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna.

b. Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Sampah adalah ketetapan terhadap seluruh proses pengelolaan sampah yang memenuhi kriteria-kriteria fisik maupun biologis yang berhubungan dengan kesehatan sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko penularan penyakit dan gangguan kesehatan.

c. Penampungan atau Pewadahan Sampah adalah upaya untuk menampung sampah sementara setelah sampah dihasilkan pada setiap sumber atau penghasil sampah pada tempat sampah sebelum sampah dikelola lebih lanjut. d. Pengelolaan sampah setempat (pola individual)

II. PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN SAMPAH

A. Penampungan atau Pewadahan Sampah

1. Setiap sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat sampah

2. Sampah-sampah yang cepat membusuk dan berbau sebelum ditampung di tempat sampah agar dimasukkan dalam kantong kedap air dan diikat.

3. Tempat sampah yang dipakai untuk menampung sampah harus :

a. Terbuat dari bahan yang kedap air, tak mudah dilubangi tikus dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotorkan tangan.

c. Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan.

4. Tempat sampah berupa bak beton permanen terutama di pemukiman tidak dianjurkan.

5. Menampung sampah di tempat sampah, tidak boleh melebihi 3 x 24 jam (3 hari)

6. Tidak diperkenankan membiarkan sampah yang dapat menampung air menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengerat.

7. Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah melebihi 2 ekor perblok grill, perlu dilakukan pemberantasan dan perbaikan pengelolaan sampahnya.

B. Pengelolaan Sampah Setempat (Pola Individu)

1. Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan sampah yang dilakukan pada sumber penghasil sampah, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Hanya dilakukan pada pemukiman yang kepadatannya kurang dari 50 jiwa.

b. Bila dilakukan pembakaran, asap dan debu yang dihasilkan tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya.

c. Bila sampah yang dihasilkan ditimbun atau ditanam pada lubang galian tanah, jaraknya terhadap sumur atau sumber air bersih terdekat minimal 10 meter.

2. Sampah-sampah yang berupa batteray bekas dan bekas wadah bahan berbahaya dan beracun harus ditangani secara khusus.

C. Pengumpulan Sampah

1. Tidak diperbolehkan mengumpulkan sampah di luar bangunan Tempat Pengumpulan Sampah Sementara.

2. Tempat Pengumpulan Sampah Sementara (TPS) harus kedap air, bertutup dan selalu dalam keadaan ditutup bila tidak sedang diisi atau dikosongkan serta mudah dibersihkan.

3. Penempatan Tempat Pengumpulan Sementara :

a. Tidak merupakan sumber baud an lalat dari rumah terdekat.

b. Dihindarkan sampah masuk dalam saluran air.

c. Tidak terletak pada tempat yang mudah terkena luapan air atau banjir.

4. Pengosongan sampah di Tempat Pengumpulan Sampah Sementara harus dilakukan minimum 1 (satu) kali 1 (satu) hari.

5. Bila tempat Pengumpulan Sampah Sementara berupa stasiun pemindahan (transfer station) dimana dilakukan proses. Pemadatan sampah di tempat tersebut, maka :

a. Tidak merupakan sumber baud an lalat dari rumah terdekat

b. Dihindarkan sampah masuk dalam saluran air.

c. Tidak terletak pada tempat yang mudah terkena luapan air atau banjir.

d. Harus dilakukan pengamanan terhadap leachate

e. Kegiatan di tempat ini tidak tampah oleh umum.

6. Bila di tempat tingkat kepadatan lalatnya lebih dari 20 ekor per blok grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendaliannya.

7. Bila tempat pengumpulan sampah sementara berupa area atau lokasi untuk pemindahan sampah (transfer depo) dari alat angkut kecil ke alat angkut yang lebih besar, maka :

a. Pengelolaan sampah harus dilakukan secetap mungkin dan tidak diperbolehkan menginap.

b. Lokasi tersebut juga terjaga kebersihannya,

D. Pengangkutan Sampah

1. Alat pengangkut sampah harus mempunyai wadah yang mudah dibersihkan bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.

2. Setiap keluar dari tempat pembuangan akhir sampah, semua kendaraan pengangkut sampah selalu dalam keadaan bersih

3. Petugas yang mengangkut sampah harus menggunakan perlengkapan kerja sebagai berikut :

Pakaian kerja khusus

Sarung tangan yang terbuat dari bahan neophrene

Masker

Topi pengaman

Sepatu boot / lars

E. Pengelolaan Sampah

1. Lokasi untuk pengelolaan sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat dan binatang pengerat bagi pemukiman terdekat.

b. Tidak menimbulkan pencemaran bagi sumber air baku air minum,.

c. Tidak terletak pada daerah banjir.

d. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi.

e. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan, serta memperhatikan aspek estetika terhadap jalan besar atau umum.

f. Jarak terhadap Bandar udara tidak kurang dari 5 Km.

2. Teknik pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir

a. Harus dilakukan upaya agar lalat, nyamuk, tikus, kecoak tidak berkembang biak dan tidak menimbulkan bau.

b. Memiliki drainasi yang baik dan lancar.

c. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran.

d. Tempat Pembuangan Akhir yang dipergunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemerintah Daerah.

e. Dalam hal-hal tertentu dimana populasi lalat melebihi 20 ekor per blok grill atau tikus terlihat pada siang hari atau ditemukan nyamuk aedes, harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

3. Pada Tempat Pembuangan Akhir Sampah harus disediakan alat keselamatan kerja sebagai berikut :

Masker

Topi pengaman

Sarung tangan (bagi yang langsung berhubungan dengan sampah yang dikelola) terbuat dari bahan neophrene.

Sepatu kerja

Pakaian kerja khusus

Yang harus dipakai oleh petugas/orang yang terlibat dalam pengelolaan sampah.

4. Pada setiap Tempat Pembuangan Akhir harus tersedia alat pemadam kebakaran baik berupa tabung pemadam kebakaran maupun hydran.

5. Pada ruangan kantor Tempat Pembuangan Akhir harus tersedia perlengkapan P.P.P.K.

6. Pada setiap Tempat Pembuangan Akhir Sampah harus tersedia fasilitas untuk mencuci kendaraan pengangkut sampah.

7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah setelah tidak dipergunakan lagi sebagai tempat pembuangan sampah:

a. Tidak boleh dipergunakan sebagai lokasi pemukiman

b. Tidak diperkenankan mengambil air dari tempat tersebut untuk keperluan sehari-hari.

III. KESEHATAN PETUGAS PENGELOLA SAMPAH

Kepada petugas yang menangani sampah harus dilakukan :

1. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

2. Pemberian makanan tambahan

IV. PELAKSANAA. Tugas dan Tanggung Jawab

1. Kantor Wilayah Departemen Kesehatan melaksanakan bimbingan dan pengendalian dalam penerapan persyaratan kesehatan pengelolaan sampah.

2. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I melaksanakan pembinaan operasional penerapan persyaratan kesehatan pengelolaan sampah.

3. Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I melaksanakan pengawasan kesehatan pengelolaan sampah.

4. Puskesmas melaksanakan pembinaan kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga masyarakat dalam penerapan persyaratan kesehatan pengelolaan sampah.B. Kerja Sama Lintas Sektor

Penerapan persyaratan kesehatan pengelolaan sampah dilaksanakan dengan kerjasama antara sector-sektor yang terkait dan lembaga-lembaga masyarakat.

Direktur Jenderal PPM & PLP

Dapartemen Kesehatan

dtoDr. Hadi M. Abednego, SKM

NIP. 1400291701