Pettijohn75-08

download Pettijohn75-08

of 33

Transcript of Pettijohn75-08

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    1/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    BAB 8

    SERPIH, ARGILIT, DAN BATULANAU

    8.1 TINJAUAN UMUM

    Diantara berbagai jenis batuan sedimen yang paling sering ditemukan, serpih (shale)

    merupakan batuan yang memiliki kelimpahan paling tinggi Serpih membentuk sekitar 1!"

    kolom geologi#$$% menurut S&hu&hert (19'1), $% menurut eith * +ead (1915), dan

    5% menurut uenen (19$1) Serpih membentuk sekitar '"% batuan sedimen Paleo-oikum

    dan eno-oikum yang ada di kraton .merika /tara (angka itu merupakan nilai taksiran

    yang didasarkan pada data yang dikemukakan oleh Sloss, 190) dan membentuk $$%

    paket endapan geosinklin di a&kson, 2yoming (S&h3ab, 199) Blatt (1974)

    memperkirakan bah3a 9% sedimen benua yang ada di seluruh permukaan bumi berupa

    serpih Berdasarkan pertimbanganpertimbangan geokimia tertentu, serpih membentuk

    04% semua sedimen yang dihasilkan selama sejarah geologi (6larke, 19"$)

    +eskipun memiliki kelimpahan yang tinggi, namun serpih tidak tersingkap baik

    sebagaimana batugamping dan batupasir yang lebih resisten daripadanya Selain itu,

    karena teksturnya yang halus dan komposisinya yang kompleks, serpih tidak begitu

    dipahami sebagaimana material sedimenter yang lain alusnya butiran penyusun serpih

    menyebabkan pengamatan sayatan tipis serpih menjadi sukar untuk dilaksanakan Banyak

    material penyusun serpih tidak dapat dikenal di ba3ah mikroskop sedemikian rupa

    sehingga tidak dapat dinekal dengan metodametoda optik Pengenalan material penyusun

    serpih harus didasarkan pada hasilhasil analisis komposisi kimia atau pada teknikteknik

    penelitian khusus, misalnya di8raksi sinar dan di88erential thermal analysis +etoda

    metoda itupun sebenarnya gagal untuk memberikan semua data yang rele:an dan

    diperlukan untuk analisis petrogra8i arena itu, pemerian, penggolongan, dan pena8siran

    serpih dan argilit de3asa ini belum memadai dan belum lengkap

    1$9

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    2/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    2alau demikian, endapan argilit memiliki nilai ekonomis yang &ukup tinggi Banyak

    lempung dan sebagian serpih merupakan bahan dasar untuk membuat batubata, tegel,

    genteng, gerabah, dan alatalat yang dibuat dari keramik Serpih lempung (&lay shale),

    apabila di&ampur dengan batugamping dalam proporsi tertentu, dibakar, dan diolah untuk

    menghasilkan semen portland Sebagian lempung yang memiliki nilai kemurnian tinggi

    dapat berperan sebagai 8iller untuk kertas Sabak, yang merupakan turunan metamor8is dari

    serpih, dapat dipe&ahpe&ah untuk dijadikan genteng, panel listrik, dan papan tulis

    Sebagian serpih dapat didestilasi di ba3ah temperatur tinggi untuk menghasilkan suatu

    material yang, jika dikilang, menjadi bahan bakar dan bahan lailn

    Peningkatan rasa tertarik para ahli terhadap sedimen argilit terutama dipi&u oleh

    pemahaman yang lebih baik terhadap mineral lempung +ineral lempung (&lay minerals)

    dapat dipahami dengan lebih baik sejalan dengan ditemukannya teknik di8raktometri sinar

    dan teknikteknik lain Sumbangansumbangan pemikiran mengenai mineral lempung

    disajikan dalam beberapa pro&eedings kon8erensi mineral lempung (&laymineral

    &on8eren&e), yang dimulai sekitar 1951, dan dalam beberapa monogra8 seperti yang

    disusun oleh ;rim (190), +illot (19$9, 19$), dan 6arroll (1974) Se&ara umum, literatur

    lama kurang banyak membahas tentang mineral lempung dan kurang memberikan

    perhatian yagn memadai terhadap berbagai masalah sedimen argilit .spekaspek

    ekonomis dari mineral lempung telah dibahas oleh

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    3/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    empung (&lay) dide8inisikan sebagai suatu tanah plastis alami (meskipun sebagian

    lempung tidak plastis) yang disusun oleh hydrous aluminium sili&ate (yakni >mineral

    lempung>) dan material berbutir halus (lempung adalah sedimen dengan butiranbutiran

    yang berukuran kurang dari 4,44" atau 1!"5 mm) De8inisi yang didasarkan pada besar

    butir paling tidak memuaskan karena sebagian besar lempung komersil bukan merupakan

    lempung menurut de8inisi tersebut De8inisi yang didasarkan pada komposisi mineral juga

    keliru karena mineral lempung mungkin hanya menyusun 1!' total batuan, bahkan mungkin

    kurang dari itu =3enho8el (19'7) menyatakan bah3a partikelpartikel ke&il hendaknya

    didominasi oleh mineral lempung dan bah3a lempung hendaknya mengandung partikel

    berukuran lempung dalam jumlah yang banyak (? 54%) +enurut de8inisi ini, mineral

    lempung mungkin dapat membentuk 1!$ dari apa yang disebut sebagai lempung

    6lark (195$) mende8inisikan serpih (shale) sebagai batuan detritus yang partikelpartikel

    penyusunnya memiliki diameter kurang dari 1!1 mm Dengan demikian, menurut de8inisi

    tersebut, istilah serpih men&akup baik batulanau maupun batuan yang biasa dinamakan

    serpih 2alau demikian, kebanyakan peneliti membagi material halus ke dalam dua

    kategori@ lanau dan lempung yang berturutturut menyusun batulanau dan batulempung

    /dden (191$) menempatkan batas pemisah antara lanau dengan lempung pada angka

    1!"5 mm 2alau demikian, rumbein * Sloss (1951) menganggap 1!144 mm lebih sesuai

    karena sedimen yang lebih kasar dari itu memiliki karakter lapangan yang mirip dengan

    batupasir (kekompakan, semen, laminasi silangsiur gelembur), sedangkan sedimen yang

    lebih halus dari itu memiliki karakter yang biasa dimiliki oleh serpih (slaking, plastis jika

    basah, dsb)

    .hli lain menggunakan parameter lain dalam penggolongan dan tatanama sedimen

    berbutir halus Batulempung (&laystone) adlaah lempung yang telah terkompaksi ika

    batulempung memiliki penyubanan, maka dapat disebut serpih 2alau demikian, sebagian

    ahli (mis Shro&k, 19$0A la3n, 195') menggunakan istilah batulempung untuk menamakan

    batuan yang kurang kompak dibanding serpih

    151

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    4/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    Serpih adalah batuan yang berlaminasi atau batuan yang memperlihatkan gejala

    penyubanan Cstilah serpih digunakan se&ara terbatas pada endapan yang telah terkubur

    atau endapan purba /ntuk batulempung yang tidak memiliki penyubanan dan tidak

    berlaminasi, namun blo&ky dan masi8, digunakan istilah batulumpur (mudstone)

    Dalam pengertian yang lebih terbatas, Cngram (195') mende8inisikan batulempung

    sebagai batuan masi8 yang mengandung lempung dalam jumlah yang lebih banyak

    dibanding lanauA istilah batulanau (siltstone) digunakannya untuk menamakan batuan masi8

    yang mengandung lanau dalam jumlah yang lebih banyak dibanding lempung /ntuk

    menamakan batuan yang proporsi lanau dan lempungnya tidak diketahui atau tidak dapat

    dinyatakan se&ara pasti, Cngram menggunakan istilah batulumpur (mudstone) Cstilah serpih

    lempung (&lay shale), serpih lanau (silt shale), dan serpih lumpur (mud shale) diusulkan

    untuk menamakan berturutturut batulempung, batulanau, dan batulumpur yang

    memperlihatkan gejala penyubanan

    =3enho8el (19'7) memperluas pengertian batulumpur (mudstone) hingga men&akup

    semua kerabat batuan argilit Sebagian ahli, termasuk Pettijohn, &enderung membatasi

    pengertian istilah tersebut hingga hanya men&akup batuanbatuan yang memiliki besar butir

    dan komposisi seperti serpih, namun tidak memperlihatkan laminasi dan!atau penyubanan

    (Pi&ard, 195')

    anau adalah material yang diameternya antara 1!1 dan 1!"5 mm atau sedimen yang

    mengandung partikel lanau dalam jumlah 54% atau lebih Batulanau adalah lanau yang

    telah mengalami pemadatan Sebagaimana dikemukakan oleh rumbein * Sloss (1951),

    sebagian besar batuan yang diberi nama lanau di lapangan adalah lanau kasar (dengan

    diameter lebih dari 1!144 mm) dan, berbeda dengan serpih, umumnya diikat oleh semen

    kimia anau dapat memiliki lapisan silangsiur skala ke&il serta dapat memperlihatkan

    perlapisan kon:olut, injeksi, dsb

    Cstilah argilit digunakan dengan &ara yang beragam =3enho8el (19'7) menerapkan

    istilah itu untuk menamakan suAatu batuan yagn berasal dari batulanau atau serpih yang

    telah mengalami pengompakan sehingga kekompakan argilit lebih tinggi dibanding

    15"

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    5/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    kekompakan yang biasa dimiliki oleh batulanau atau serpih Dengan demikian, menurut

    =3enho8el (19'7), argilit memiliki karakter yang merupakan pertengahan antara serpih dan

    sabak ;rout (19'") menggunakan istilah argilit untuk menamakan lempung atau serpih

    yang mengeras akibat rekristalisasi dan menggunakan istilah sabak (slate) untuk batuan

    yang mirip dengan itu, namun memiliki gejala belahan sekunder la3n (195')

    menggunakan istilah argilit dengan &ara yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh

    =3enho8el (19'7) serta menggunakan istilah metaargilit (metaargilite) untuk menamakan

    batuan yang mirip dengan argilit, namun telah mengalami rekristalisasi lengkap 2alau

    demikian, kedua istilah tersebut hanya digunakan untuk batuan yang tidak memperlihatkan

    belahan atau penyubanan

    =ata peristilahan yang digunakan dalam buku ini untuk batuanbatuan berbutir halus

    diperlihatkan pada gambar 01

    8.3 TEKSTUR DAN STRUKTUR

    8.3.1 Besar Bu!r "a# Ke$as

    Distribusi besar butir atau >komposisi mekanis> lempung dan serpih telah diteliti se&ara

    mendetil 2alau demikian, analisis besar butir material seperti itu memiliki keterbatasan

    arena berbutir halus, besar butir partikel lempung biasanya ditentukan berdasarkan

    metodametoda yang didasarkan pada ke&epatan penenggelaman di8erensial (di88erential

    settling :elo&ity) e&epatan itu sangat dipengaruhi oleh bentuk dan berat jenis partikel,

    selain oleh besar butirnya arena itu, hasil analisis seperti itu dapat menyesatkan karena

    besar butir yang dihitung berdasarkan ke&epatan penenggelaman didasarkan pada premis

    bah3a partikelpartikel itu merupakan kuarsa berbentuk bola (rumbein * Pettijohn, 19'0)

    Selain itu, sampel yang dianalisis didispersi seluruhnya sebelum mulai dianalisis Dispersi

    seperti itu, yang dilaksanakan dengan bantuan agenagen 8isika dan kimia, mungkin

    menyebabkan terhan&urkannya atau paling tidak menyebabkan terubahnya distribusi besar

    butir sampel yang dianalisis Banyak lempung, terutama lempung yang terakumulasi di laut,

    15'

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    6/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    berada pada 8lokulasi parsial atau 8lokulasi total pada saat diendapkan arena itu, kur:a

    distribusi besar butir yang diperoleh dari hasil analisis besar butir itu mungkin jauh berbeda

    dengan distribusi besar butir sedimen tersebut pada saat diendapkan Batuan yang

    sekarang tampak sebagai lumpur homogen mungkin dahulu diendapkan sebagai agregat

    agregat pelet serta mungkin terangkut dan terendapkan dalam bentuk pelet .nalisis besar

    butir yang biasa digunakan pada lumpur seperti itu tidak banyak memberikan in8ormasi

    mengenai sejarah pengendapannya (arrison, 1971)

    imitasi yang lebih serius ditemukan dalam serpih tua karena adanya e8ek diagenesis

    terhadap distribusi besar butir arena material itu berbutir halus dan karena luasnya

    permukaan total dari partikelpartikel penyusun batuan tersebut, serta karena

    ketidakstabilan sebagian mineral lempung, maka material itu rentan terhadap perubahan

    perubahan diagenesis

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    7/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    Salah satu &iri dari sebagian lempung adalah memiliki struktur pelet (;rim * .llen, 19'0A

    .llen * i&hols, 19$'A arrison, 1971) Pelet adalah agregat mikneral lempung dan kuarsa

    yang membundar dan berukuran ke&il serta tersebar se&ara tidak merata dalam matriks

    yang juga disusun oleh mineral lempung dan kuarsa Pelet mungkin dapat dipisahkan

    dipisahkan dari matriksnya dengan menggunakan material organik Dilihat dari ukurannya,

    pelet memiliki diameter 4,14,' mm, meskipun dalam beberapa kasus ada juga pelet yang

    panjangnya beberapa milimeter Pelet dinisbahkan pada aksi arus airA pada kasus lain,

    pelet itu mungkin berupa pelet kotoran (8e&al pellet) (+oore, 19'9A arrison, 1971)

    Sebagian batuan argilitan yang asalusulnya berupa material residu memperlihatkan

    tekstur sisa yang di3arisi dari material asalnya 6ontohnya adalah saprolit yang berasal

    dari berbagai batuan beku dan batuan metamor8 yagn berbutir kasar Dalam batuan

    tersebut, >hantu> mineral asal tera3etkan &ukup baik sedemikian rupa sehingga 8oliasi

    gneis, por8iroblas, dan gejalagejala lain dapat terlihat 6ontoh lain dari tekstur sisa (reli&t

    teEture) ditemukan dalam bentonit dan material lain yang terbentuk akibat alterasi in situ

    pada debu :ulkanik =ekstur lain, yang bukan tekstur sisa, adalah bentukbentuk oolitik dan

    pisolitik yang berkembang dalam sebagian bauksit dan lempung diaspore Selain itu ada

    juga penggantian pseudomor8is pada rangka 8osil oleh monmorilonit dan tekstur

    rekristalisasi diagenetik, misalnya >meta&ryst> mika ilit dalam massa dasar ilitik yang

    berbutir halus 2alau demikian, sebagian besar serpih tidak memperlihatkan gejalagejala

    tersebut Sebagian besar serpih tidak berstuktur atau berlaminasi

    Serpih yang berlaminasi se&ara khas memperlihatkan suatu kemas yang dihasilkan oleh

    orientasi material mikaan yang pipih pada arah yang sejajar dengan bidnag perlapisan Di

    ba3ah mikroskop, ke&enderungan untuk terletak sejajar seperti itu dapat dengan mudah

    terlihat +eskipun banyak indi:idu kristal tidak benarbenar terletak sejajar dengan bidang

    perlapisan, namun sayatan pada arah yang tegak lurus terhadap bidang perlapisan

    memperlihatkan suatu e8ek pemadaman massa seolaholah sayatan itu memotong satu

    kristal tunggal +ineralmineral pipih memiliki berkasberkas sinar lambat yang bergetar

    pada arah yang sejajar dengan bidang belahannya dan, oleh karena itu, memperlihatkan

    155

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    8/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    pemadaman sejajar Ctulah sebabnya mengapa materialmaterial tersebut memperlihatkan

    pemadaman yang lebih kurang bersamaan

    2alau demikian, dalam sebagian lempung dan serpih, mineral lempung memperlihatkan

    orientasi random (eller, 19$) al itu mungkin terjadi karena tumbuhnya kristal autigen di

    beberapa tempat Pada kasus lain, hali tu mungkin terjadi karena tidak

    berkesinambungannya kemas asal akibat penggalian organisme

    umpur yang baru diendapkan memiliki kadar air yang sangat tinggi serta memiliki

    porositas yang sangat tinggi Porositas asal mungkin hingga 7404% (=rask, 19'1) arena

    serpih ratarata hanya memiliki porositas sekitar 1'%, maka endapan asal telah mengalami

    kompaksi yang sangat hebat, pada saat mana air yang ada didalamnya terperas keluar

    Bah3a penurunan :olume ruang pori terjadi akibat kompaksi, bukan akibat pengisian ruang

    pori (sebagaimana pada kasus batupasir), diperlihatkan oleh perubahan kemas se&ara

    progresi8 yang &enderung menyebabkan lempenglempeng ke&il lempung untuk makin

    sejajar dengan bidang perlapisan (Fertel * 6urtis, 197")

    8.3.2 Pe#%u&a#a#

    Banyak serpih memperlihatkan penyubanan primer (primary 8issility), yakni

    ke&enderungan batuan untuk membelah atau terpisahpisah di sepanjang bidang li&in yang

    sejajar dengan bidang perlapisan Si8at itu berkaitan dengan orientasi mineral mikaan yang

    ada dalam serpih Sebagian serpih memiliki penyubanan yang kuatA sebagian yang lain

    tidak

    .lling (19$5) dan Cngram (195') men&oba untuk menetapkan suatu skala penyubanan

    (tabel 0") serta mengaitkan penyubanan dengan komposisi serpih Sebagaimana

    dikemukakan oleh kedua ahli itu, peningkatan kadar material silikaan dan gampingan

    menyebabkan menurunnya derajat penyubanan serpih (gambar 0")

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    9/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    shale) 2alau demikian, serpih yang terbioturbasi dan batulumpur lanauan tidak

    memperlihatkan penyubanan

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    10/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    (Bradley, 19"9, 19'1A

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    11/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    8.' KOMPOSISI MINERAL DARI SERPIH DAN ARGILIT

    omposisi lempung dan serpih yang telah terangkut sangat kompleks dan beragam

    karena material itu disusun oleh produk abrasi (terutama lanau), produkakhir pelapukan

    (lempung residu), serta tambahan material kimia atau biokimia (lihat gambar 0') +aterial

    kimia tambahan itu dapat berupa material yang dipresipitasikan dari larutan dan diendapkan

    dalam 3aktu yang bersamaan dengan lempung yang terakumulasi, misalnya kalsium

    karbonat, atau merupakan material yang terbentuk kemudian akibat adanya reaksi atau

    pertukaran antara material penyusun lempung dan serpih dengan medium yang ada

    disekelilingnya (biasanya air laut), misalnya kalium dan magnesium Beberapa :arietas atau

    subkelas serpih pada dasarnya tergantung pada kebenaan relati8 beberapa sumber yang

    turut menyumbangkan materialnya sebagai bahan pembentuk dasar serpiht ersebut

    arena itu, baik komposisi mineral maupun komposisi kimia lempung dan serpih sangat

    ber:ariasi enis dan proporsi lanau yang merupakan material mekanis tergantung pada

    relie8 dan iklim daerah sumber ika material sepertii tu tidak hadir atau jarang, batulumpur

    akan kaya akan material residu dan, di ba3ah kondisikondisi yang sesuai, dapat kaya akan

    presipitat seperti kalsit, aragonit, siderit, &hamosit, silika, dan material organik

    ehalusan partikel menyebabkan proses penentuan jenis mineral penyusun serpih

    menjadi sukar untuk dilaksanakan Di ba3ah mikroskop, hanya partikelpartikel yagn relati8

    besar saja (partikelpartikel yang berukuran ? 4,41 mm) yang dapat dikenal dengan &ukup

    pasti Partikelpartikel itu praktis sama dengan partikelpartikel yang ditemukan dalam lanau

    atau batupasir halus

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    12/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    besar berupa kuarsa dan 8elspar, sedangkan 8raksi halus kaya akan mineral lempung, mika

    lempung, klorit, dan berbagai jenis hidroksida besi

    8.'.1 M!#era* Le$+u#

    0$11 omposisi dan Struktur

    etika silikat dari batuan kristalin primer terdekomposisi akibat pelapukan, mereka antara

    lain akan menghasilkan sekelompok mineral yang dinamakan mineral lempung (&lay

    minerals) +ineral lempung adalah silikat aluminium yang terhidrasi dengan repla&ement

    umumnya berupa besi dan magnesium +ineral lempung berbutir halus, umumnya memiliki

    ukuran G 5 mikron (dalam beberapa kasus berukuran 1 mikron) +ineral itu tidak hanya

    mun&ul dalam lempung residu yang terbentuk akibat dekomposisi in situp pada material

    asal, namun juga dapat terangkut dan terendapkan sebagai sedimen +ineral lempung

    menjadi material penyusun penting dari lempung dan serpih serta menyebabkan mun&ulnya

    si8atsi8at yang khas pada lempung dan serpih Dalam batugamping argilitan, mineral

    lempung juga dapat ber&ampur dengan karbonat Dalam beberapa batupasir, mineral

    lempung dapat ber&ampur dengan material rombakan berukuran pasir

    arena butirannya sangat halus, mineral lempung sukar untuk dikenal Cdenti8ikasi positi8

    jarang dapat dilakukan hanya dari sayatan tipis saja =eknikteknik khusus untuk

    mengisolasikan mineral lempung dan pemelajarannya dengan &ara&ara kimia, optik, sinar

    , dan teknikteknik lain diperlukan untuk memastikan jenisnya (6arroll, 1974)

    +ineral lempung yang umum ditemukan dalam serpih adalah 8ilosilikat +aksudnya,

    mineral lempung itu memiliki struktur lembaran yang agak mirip dengan mika +ineral

    8ilosilikat itu terdiri dari dua tipe lapisan (gambar 0$) Satu lapisan adalah lapisan

    tetrahedra silika yang terdiri dari kelompokkelompok SiF$ yang satu sama lain

    dihubungkan untuk membentuk suatu kerangka heksagonal, dimana komposisi Si$F14

    berulangulang se&ara tidak terhingga apisan kedua adalah lapisan alumina atau

    aluminium hidroksida yang terdiri dari lapisanlapisan oksigen atau hidroksil yang

    terbandelakan se&ara ketat, diantara lapisanlapisan mana atomatom aluminium yang

    14

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    13/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    tersusun se&ara oktahedral tersisip dalam posisi tertentu sedemikian rupa sehingga atom

    atom aluminium itu terletak pada jarak yang sama dari enam atom oksigen atau enam

    hidroksil yang mengelilingnya Sebenarnya, hanya "!' posisi aluminium saja yang terisi

    dalam lapisan itu Struktur seperti itu dinamakan struktur gibbsit (gibbsite stru&ture)

    +ineral lempung dapat dibedakan menjadi dua kategori utama Dalam elompok kaolinit

    (kaolinte group), mineral di&irikan oleh kisikisi dua lapisan (lapisan 1 @ 1) yang terdiri dari

    satu oktahedral atau satu lapisan gibbsit yang dihubungkan dengan satu lapisan tetrahedra

    silika isikisi ini tidak memuai sejalan dengan kadar air yang ada didalamnya serta hingga

    de3asa ini tidak pernah ditemukan kasus yang memperlihatkan terjadinyap enggantian

    aluminium oleh besi atau magnesium dalam struktur gibbsit ategori kedua dari mineral

    lempung adalah kelompok yang di&irikan oleh kisikisi tiga lapisan (" @ 1) Dalam kisikisi

    tersebut, suatu lapisan alumina oktahedral diapit oleh dua lapisan silika tetrahedral

    Beberapa mineral lempung yang penting termasuk ke dalam kategori ini Dalam

    monmorilonit, satuansatuan tiga lapisan itu saling berikatan dengan relati8 lemah pada

    arah&, dimana diantara satuansatuan itu terdapat air dan kation umlah air dalam mineral

    lempung tersebut dapat ber:ariasi sedemikian rupa sehingga dimensi& ber:ariasi, mulai

    dari 9, hingga "1,$ angstrom +ineral ini dikatakan memiliki kisikisi yang mampu memuai

    apisan tigasatuan juga dapat diikatkan oleh kalium yang, karena memiliki diameter atom

    dan kapasitas koordinasi yang sesuai, dapat mengikat struktur sedemikian ketat sehingga

    tidak mungkin terjadi pemuaian +ika lempung yang terbentuk adalah ilit elompok klorit

    juga memiliki struktur tiga lapisan yang di&irikan oleh lapisan bru&it, +g(F)", diantara

    satuan tigalapisan Banyak :arietas komposisi yang mungkin mun&ul dalam setiap

    kelompok struktur +eskipun banyak kelompok struktur itu yang mendapatkan nama

    tersendiri, sebagai :arietas:arietas yang didasarkan pada komposisi, namun kita dapat

    se&ara umum menganggap bah3a setiap kelompok itu memperlihatkan kisaran komposisi

    yang lebar dan tidak tertentu +ineral lempung digolongkan terutama berdasrkan

    strukturnya (gambar 0$)

    11

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    14/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    Dengan demikian, kelompok mineral lempung utama adalah kelompok kaolinit, kelompok

    monmorilonit, kelompok ilit atau kelompok musko:it, dan kelompok klorit .nggota utama

    dari kelompok kaolinit adalah kaolinit yang memiliki komposisi (F)0.l$Si$F14 .nauEite,

    yang mirip dengan kaolonit dengan penge&ualian nisbah molekuler SiF" @ .l"F' sekitar '

    (bukan "), jauh lebih jarang ditemukan dibanding kaolinit Di&kite dan na&rite, yang

    komposisinya mirip dengan kaolinit namun memiliki bentuk kristal yang sedikit berbeda,

    juga merupakan anggota dari kelompok kaolinit 2alau demikian, di&kite dan na&rite jarang

    ditemukan dalam sedimen

    elompok monmorilonit, yang dinamakan berdasarkan anggota utama dari kelompok

    tersebut (yakni monmorilonit), memiliki komposisi (F)$.l$Si0F14Hn"F +agnesium

    umumnya menggantikan aluminium dalam kisikisi mineral tersebut Beidellite, yang

    memiliki nisbah molekuler SiF" @ .l"F' yang berharga ', serta nontronite, di dalam mineral

    mana 8erri& iron menggantikan aluminium, juga dimasukkan ke dalam kelompok

    monmorinolit

    elompok ilit, atau kelompok mika lempung, men&akup ilit yang memiliki rumus umum

    (F)$y(.l$He$H+g$H+g)(Si0yH.ly)F"4 dengan y ber:ariasi mulai dari 1 hingga 1,5 Clit

    berkaitan dengan mika putih, namun mungkin berbeda karena mengandung lebih sedikit

    kalium dan lebih banyak mengandung air dibanding mika Selain berbagai tipe ilit, kelompok

    ilit juga men&akup glaukonit (Burst, 1950)

    elompok klorit terdiri dari mineralmineral yang kaya akan magnesium serta banyak

    ditemukan dalam serpih elompok kloirt juga banyak mengandung ionion besi

    Para ahli banyak mengenal mineral lempung >lapisan&ampuran> Struktur kelompok ini

    merupakan hasil penumpukan satuansatuan mineral lempung dasar, baik tumpukan yang

    teratur maupun tumpukan random =umpukan itu terjadi pada arah yang sejajar dengan

    sumbu& Sebagian mineral merupakan perselingan antara mineral lempung dua lapisan

    dengan mineral lempung tiga lapisan =ipetipe mineral lapisan&ampuran seperti itu

    biasanya tidak diberi nama tersendiri, namun penamaannya didasarkan pada satuan

    satuan mineral lempung pembentuknya, misalnya mineral kaolinitilit, kloritilit, dsb

    1"

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    15/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    Selain kelompokkelompok mineral lempung utama sebagaimana yang telah dijelaskan

    di atas, ada juga sejumlah mineral lempung yang relati8 jarang ditemukan dan memiliki

    struktur kristal yang agak berbeda +ineralmineral itu antara lain halloysit yang memiliki

    rumus kimia (F)1.l$Si$F, metahalloysit yang memiliki rumus kimia (F)0.l$Si$F14,

    allo8an (allophane) yang merupakan suatu mutual solution dari silika, alumina, dan air

    dalam proporsi yang beragam .llo8an tidak memiliki struktur kristalin Selain itu ada juga

    sejumlah mineral yang ditemukan dalam lempung, misalnya :ermi&ulite dan palygorskite

    (sepiolit dan attapulgite) =idak satupun diantara mineral lempung minor tersebut di atas

    ditemukan dalam serpih

    0$1" Pertukaran Basa

    Pertukaran basa adalah masuknya ionion dari larutan ke dalam -at padat untuk

    menggantikan posisi ionion yang semula menyusun -at padat tersebut Dengan demikian,

    se3aktu bersentuhan dengan suatu -at padat, larutan akan mengalami perubahan

    sebagaimana yang dialami oleh -at padat, namun perubahan yang dialami oleh larutan itu

    terbalik dengan perubahan yang dialami -at padat tersebut +ineral lempung

    memperlihatkan si8at tersebut dengan tingkat yang beragam Se&ara umum, monmorilonit

    memperlihatkan kapasitas pertukaran basa yang besar, sedangkan kaolinit hanya memiliki

    kapasitas pertukaran basa yang ke&il Clit memiliki kapasitas pertukaran basa pertengahan

    Con yang dapat dipertukarkan hanya dapat digantikan oleh ion lain Con tersebut tidak

    dapat lepas begitu saja se&ara bebas menuju larutan +ekanisme eksak dari pertukaran itu

    belum dapat dipahami sepenuhnya .da sejumlah konsep lain yang dapat dipandang

    sebagai tandingan dari konsep pertukaran basa /ntuk mengetahui konsepkonsep yang

    disebutkan terakhir ini, para pemba&a dipersilahkan untuk menelaah makalah yang disusun

    oleh elley (19'9, 19$") dan ;rim (195', 190)

    1'

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    16/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    0$1' eberadaan dan .sal/sul +ineral empung

    +eskipun mineralogi lempung de3asa ini telah mulai dapat dipahami, namun geologi

    material ini masih jauh dari jelas eberadaan, asalusul, dan trans8ormasi mineral lempung

    belum dapat dipahami sepenuhnya +ineral lempung sebagian besar terbentuk akibat

    pelapukan silikat aluminium, namun masih mungkin dapat terbentuk dalam lingkungan

    sedimentasi (pada tahap a3al diagenesis) atau pada lingkungan pas&apenguburan (pada

    tahap diagenesis lanjut) Sebagian mineral lempung merupakan produk prosesproses

    hidrotermal Sebagian lagi dapat terbentuk akibat presipitasi dari larutan ion dan akibat

    kristalisasi suatu gel eller (1974) telah menyusun sebuah kajian mengenai prosesproses

    yang menyebabkan terbentuknya mineral lempung

    Se&ara umum, mineral lempung tampaknya terbentuk akibat alterasi mineral yang telah

    ada sebelumnya al itu terutama terjadi untuk mineral lempung yang terbentuk dalam pro8il

    tanah aolinit, monmorilonit, dan ilit tampaknya terbentuk akibat pelapukan berbagai jenis

    batuan di ba3ah kondisi iklim yang beragam Setiap silikat aluminium dapat menghasilkan

    kaolin akibat pelapukan yang menyebabkan terlepasnya , a, 6a, +g, dan 8errous iron

    serta penambahan hidrogen (eller, 1974, h 797) aolin dapat terbentuk dari granit,

    sedangkan gabro &enderung menghasilkan mineralmineral yang termasuk ke dalam

    kelompok monmorilonit Silikat dan silikata yang terbentuk akibat hidrolisis alkali 8elspar

    sangat mudah larut dan terlindi, sedangkan 6a, +g, dan e &enderung berkombinasi

    dengan silika untuk membentuk monmorilonit aolinitasisi dipi&u terjadi pada lingkungan

    >asam>, misalnya pada lingkungan air ta3ar +onmorilonit umumnya berasal dari batuan

    kalsikma8ik, termasuk debu :ulkanik, pada lingkungan yang menunjang penyimpanan

    logam bi:alen dan asam silikat ondisikondisi seperti itu dipi&u oleh kondisi basa ondisi

    kondisi pembentukan ilit dalam pro8il tanah kurang begitu dapat dipahami umlah kalium

    yang memadai diperlukan untuk pembentukan ilit .lterasi in situ terhadap 8elspar untuk

    menjadi ilit telah dapat dipahami

    Berbagai mineral lempung, apapun material sumbernya dan bagaimanapun geokimia

    lingkungan pembentukannya, dapat diangkut dan diendapkan pada lingkungan yang &iri

    1$

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    17/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    &irinya jauh berbeda dengan &iri&iri lingkungan pembentukannya Sebagian ahli petrologi

    berkeyakinan bah3a mineral lempung sangat rentan terhadap perubahan dan akan

    melakukan peneraandiri terhaap lingkungan yang baru Perubahanperubahan tahap lanjut

    dapat terjadi selama terkubur sejalan dengan meningkatnya tekanan dan temperatur

    Perubahan yang lain lagi akan terjadi apabila batuan tersebut memasuki 3ilayah

    metamor8isme .kibat erosi dan penyingkapan, batuan itu juga mengalami perubahan lagi

    Perubahanperubahan tersebut, dan e8eknya terhadap mineralogi, akan dibahas dalam

    bagian 07

    8.'.2 M!#era* La!# Pe#%usu# Ser+!-

    Sebagaimana telah dikemukan sebelumnya, sebagian besar serpih mengandung

    sejumlah besar 8raksi lanau Sebagian besar partikel yang berukuran lanau itu berupa

    kuarsa elspar dapat hadir sebagai partikel berukuran lanau dalam jumlah yang lebih

    rendah dibanding kuarsa +ineralmineral tersebut telah dibahas dalam Bab 7 Salah satu

    material penyusun serpih yang bukan merupakan material detritus adalah karbonat

    biokimia +aterial ini akan dijelaskan pada Bab 14 Berbagai mineral pengandung besi,

    termasuk didalamnya glaukonit, gelas :ulkanik, silika biogenik, dan material 8os8atik, yang

    dapat ber&ampur dengan material lain yang biasanya menyusun serpih, akan dijelaskan

    pada bagianbagian lain dari buku ini

    Salah satu hasil penelitian yang menarik untuk dikaji adalah mengenai medan stabilitas

    mineral pengandung besi, dalam arti kata potensi redoks (Ih) lingkungan pengendapan

    (rumbein * ;arrels, 195"A ames, 195$) Sul8ida besi (terutama yang berupa pirit),

    karbonat besi (siderit), silikat besi (klorit, &hamosit, dan glaukonit yang kaya akan besi),

    serta oksida besi (hematit) membentuk suatu deretan mineral yang berkorelasi dengan

    pneningkatan potensi oksidasi ehadiran mineralmineral tersebut, sekalipun dalam jumlah

    yang ke&il, jika benarbenar merupakan material yang terbentuk pada saat terjadinya

    sedimentasi, merupakan indikator dari kondisi oksidasi dari lingkungan pengendapan

    2alau demikian, mineralmineral tersebut dapat terbentuk pada lingkungan diagenetik,

    15

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    18/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    mungkin setelah sedimennya terkubur oleh sedimen yang lebih muda arena itu, sebelum

    meman8aatkan kehadiran mineralmineral tersebut sebagai indikator kondisi oksidasi, kita

    perlu memastikan terlebih dahulu saatsaat pembentukannya

    easaman (p) serpih diyakini sama dengan keasaman air yang ada dalam lingkungan

    pengendapan (Shukri, 19$"A +illot, 19$) Serpih air ta3ar dikatakan memiliki p ratarata

    $,7, sedangkan p ratarata dari serpih yang diendapkan pada lingkungan laut, laguna, dan

    danau penghasil gamping adalah sekitar 7,0

    8.'.3 Ser+!- RaaRaa

    omposisi mineral ratarata dari serpih, sebagaimana yang ditentukan dengan berbagai

    metoda penelitian, diperlihatkan pada tabel 0' Perbedaanperbedaan yang mun&ul antara

    hasil taksiran di masa lalu dengan hasilhasil perhitungan yang dikemukakan oleh para ahli

    akhirakhir ini mun&ul sejalan dengan makin dipahaminya mineral lempung Banyak unsur

    kimia yagn semula dinisbahkan pada 8elspar, oksida besi, dan mineral penyusun lain

    sekarang ini diketahui ternyata seharusnya dinisbahkan pada minera lempung Persentase

    kadar mineral lempung terutama sangat tinggi dalam hasilhasil analisis terbaru karena

    peningkatan pemahaman para ahli terhadap mineral lempung dan sebagian lainnya karena

    serpih lanauan dikeluarkan dari sampel 2alau demikian, tingginya kadar kuarsa

    menyokong pendapat lama yang menyatakan bah3a serpih pada umumnya banyak

    mengandung lanau (sekitar $4% atau lebih)

    arena modal analyses serpih sangat sukar untuk dilakukan, maka tidak banyak hasil

    analisis seperti itu yang dipublikasikan /saha yang paling kuat untuk mendapatkan nilai

    taksiran kuantitati8 mengenai komposisi serpih dilakukan oleh Sha3 * 2ea:er (195) yang

    menggunakan teknik penyerapandi8rasi sinar asil analisis terhadap sekitar '44 sampel

    serpih Paleo-oikum dan serpih lain yang lebih muda daripadanya menunjukkan bah3a

    kadar kuarsa berkisar mulai kurang dari 14% hingga mendekati 04% dengan nilai ratarata

    sekitar '$%A kadar 8elspar ber:ariasi mulai dari sekitar 4% hingga sekitar '4%, dengan

    ratarata sekitar ',% Dalam semua serpih yang dianalisis, karbonat umumnya tidak ada,

    1

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    19/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    dengan nilai ratarata ",7%, meskipun ada juga serpih yang mengandung lebih dari 54%

    adar mineral lempung (yang diperoleh dari hasil pengurangan) ratarata sekitar $%,

    meskipun kisarannya mulai dari 54% hingga sekitar 94% /ntuk membandingkan komposisi

    mineral dengan komposisi kimia ruah dari serpih, perhatikan tabel 05 Serpih Paleo-oikum

    di Cllinois (;rim dkk, 1957) umumnya memiliki karakter yang mirip dengan apa yang

    ter&antum dalam tabel tersebut

    arena komposisi mineral dari 8raksi lanau berbeda dengan komposisi mineral dari 8raksi

    lempung, maka jelas sudah bah3a komposisi kimia dari serpih sangat tergantung pada

    teksturnya ubungan antara besar butir dengan komposisi terlukis dengan jelas dalam

    hasil analisis kimia terhadap 8raksi lanau dan 8raksi lempung yang dipisahkan se&ara

    arti8isial oleh ;rout (19"5) Perhatikan pula tabel 0$ ika 8raksi halus disusun oleh mineral

    mineral yang sama sebagaimana yang ditemukan dalam 8raksi yang relati8 kasar (meskipun

    proporsinya berbeda), maka kita masih mungkin untuk menghitung komposisi mineral dari

    setiap 8raksi asilhasil perhitungan seperti itu disajikan pada tabel 05 Sebagaimana yang

    terlihat dari tabel tersebut, 8raksi halus lebih miskin akan kuarsa dan lebih kaya akan

    mineral lempung (kaolinit, serisit, paragonit, dan oksida besi) Perbedaan mineralogi

    tersebut berkorelasi baik dengan perbedaan komposisi kimia dari material tersebut

    8./ KOMPOSISI KIMIA

    .nalisis kimia masih tetap merupakan sumber in8ormasi utama untuk komposisi serpih

    Silika merupakan material penyusun utama dari semua lempung dan serpih Silika dapat

    hadir sebagai bagian dari kompleks mineral lempung, sebagai silikat detritus yang tidak

    terdekomposisi, dan sebagai silika bebas (baik dalam bentuk kuarsa detritus maupun silika

    hasil presipitasi biokimia seperti opal yang pembentukannya dipengaruhi oleh radiolaria,

    diatom, dan spikula .lumina merupakan material penting yang menyusun kompleks

    mineral lempung dan sebagai suatu komponen dari silikat detritus yang tidak terlapukkan

    (terutama berupa 8elspar) =ingginya kadar alumina dalam serpih mengindikasikan bah3a

    17

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    20/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    kehadiran aluminium hidrat bebas (diaspore) atau bauksit Besi dalam serpih mun&ul

    sebagai pigmen oksida, sebagai bagian dari -at kloritik, serta sebagai pirit, markasit, siderit,

    atau silikat besi ondisi oksidasi dari besi sangat mempengaruhi 3arna serpih (gambar 0

    9) +agnesium mun&ul dalam kompleks klorit atau sebagai komponen dari dolomit apur

    mun&ul dalam bentuk senya3a karbonat dan, oleh karena itu, akan terdapat dalam silikat

    yang tidak terlapukkan atau dalam bentuk gipsum Sebagian alkali mun&ul dalam silikat

    detritus yang tidak terlapukkan (terutama 8elspar) alium diserap oleh mineral lempung

    yang ada dalam serpih dan merupakan material penyusun ilit atau mika lempung alium

    juga dapat hadir dalam glaukonit /nsur minor yang mungkin ada dalam serpih adalah

    titanium (misalnya dalam rutil), mangan, 8os8or, dan material organik

    Pena8siran hasilhasil analisis kimia serpih sukar untuk dilakukan karena, sebagaimana

    telah dikemukakan sebelumnya, komposisi kimia tergantung pada besar butir, kematangan

    sedimen, dan restorasi oleh prosesproses kimia atau biokimia yang dialami oleh berbagai

    unsur yang hilang akibat pelapukan selama berlangsungnya pembentukan tanah residu

    yang menjadi sumber dari serpih

    I8ek besar butir terhadap komposisi kimia terlukis dengan jelas dari hasil pembandingan

    hasil analisis 8raksi lanau dalam endapan musim panas dengan 8raksi lempung dalam

    endapan musim dingin yang ada dalam 3ar3a (lihat tabel 0. dan 0B) Pada kasus itu,

    kematangan dan sejarah pas&apengendapan dari material tersbut identik sedemikian rupa

    sehingga perbedaan komposisi seluruhnya berkaitan dengan perbedaan besar butir

    Sebagaimana yang dapat dilihat dari tabeltabel tersebut, 8raksi kasar lebih kaya akan

    silika, sedangkan 8raksi halus lebih kaya akan alumina, besi, kalium, dan air Perbedaan

    tersebut tidak diragukan lagi men&erminkan pengayaan kuarsa detritus dalam 8raksi lanau

    dan pengayaan mineral lempung dalam 8raksi halus

    omposisi ratarata dari serpih (tabel 07.) memiliki karakter yang berbeda dari

    komposisi lempung residu Perbedaan itu sebagian dinisbahkan pada besar butir

    Penelaahan terhadap hasilhasil analisis yang dilakukan oleh ;rout (tabel 0$) pada

    sejumlah 8raksi besar butir yang ada dalam lempung mengindikasikan bah3a serpih rata

    10

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    21/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    rata mengandung dua bagian lanau dan satu bagian lempung 6ampuran seperti itu akan

    memiliki komposisi yang mendekati komposisi ratarata dari serpih +iripnya komposisi

    kimia serpih ratarata dengan komposisi lempung residu (tabel 00)

    RUJUKAN

    .llen, J= 19"9 =he Cone 8ormation o8 6ali8ornia Univ. Calif. Publ. Dept. Geol. Sci 1@'$7

    $$0

    .llen, J= 19'5 +ineral &omposition and origin o8 +issouri 8lint and diaspore &lays

    Missouri Geol. Surv. and Water Resources 58th Biennial Rept, .ppendiE CJ "$ h

    .llen, J= dan

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    22/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    Berg,

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    23/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    6lark, = 195$ Shale@ . study in nomen&lature /rans. Ro-. Soc. CanadaSer ', Se&t $,

    $0@17

    6larke, 2 19"$ Data o8 geo&hemistry USGS Prof. Paper774 0$1 h

    6ody,

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    24/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    erguson, 19$ . &omparison o8 t3o te&hniLues 8or measuring shale &ompation our.

    Sed. Petr '$@9$95

    la3n, P= 195' Petrographi& &lassi8i&ation o8 argilla&eous sedimentary and lo3grade

    metamorphi& ro&ks in subsur8a&e Bull. !!PG'7@5455

    rarey, + dan S+

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    25/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    ;rim,

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    26/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    ough, 19'$

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    27/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    rumbein, 26 19'0 Si-e 8reLuen&y distributions o8 sediments and the normal phi &ur:e

    our. Sed. Petr 0@0$94

    rumbein, 26 dan

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    28/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    +&amara, + 19 =he paragenesis o8 S3edish gla&ial &lays Geol. 07ren. Stoc$hol,

    07rh 07@$$1$5$

    +ies&h, .= 19" 6omputing mineral &omposition o8 sedimentary ro&ks 8rom &hemi&al

    analysesour. Sed. Petr '"@"17""5

    +iller, 2; 1945 =he &obaltni&kel arsenides and sil:er deposits o8 =emiskaming 6ntario

    Bur. Mines !nn. Rept, : 1$, Pt " h

    +illot, ; 19$9

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    29/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    Payton, 6I dan . =homas 1959 =he petrology o8 some Pennsyl:anian bla&k >shales>

    our. Sed. Petr "9@17"177

    Peterson, +. 19" =he mineralogy and petrology o8 /pper +ississippian &arbonate

    ro&ks o8 the 6umberland Plateau in =ennesseeour. Geol 74@1'1

    Pettjohn, dan Bastron 1959 6hemi&al &omposition o8 argillites o8 the 6obalt Series

    (Pre&ambrian) and the problems o8 sodari&h sediments Bull. GS!74@59'599

    Pettijohn, , PI Potter, dan < Sie:er 195 Geolo*- of Sand and Sandstone

    Bloomington@ Cndiana /ni: "45 h

    Pi&ard, +D 195' +arlstone#. misnomer as used in /inta Basin, /tah Bull. !!PG

    '7@14751477

    Potter, PI dan D ;lass 1950 Petrology and sedimentation o8 the Pennsyl:anian

    sediments in southern Cllinois@ . :erti&al pro8ile )llinois Geol. Surv. Rept. )nv "4$ 4 h

    Potter, PI, Shimp, dan 2itters 19' =ra&e elements in marine and 8resh3ater

    argilla&eous sediments Geochi,. Cos,ochi,. !cta"7@99$

    Pryor, 2. dan D ;lass 191 6reta&eous=ertiary &lay mineralogy o8 the /pper

    +ississippia Imbaymentour. Sed. Petr '1@'051

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    30/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    31/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    Shelton, 2 19" Shale &ompa&tion in a se&tion o8 6reta&eous Dakota Sandstone,

    north3estern orth Dakotaour. Sed. Petr '"@07'077

    Shro&k, desert> loessour. Sed. Petr '0@777$

    Smith, ;D 19$" Cllinois loess:ariations in its properties and distribution Bull. )llinois !*ric.

    '+p. Sta $94 lm 1'910$

    StrRm, + 19' andlo&ked 3aters@ ydrography and bottom deposits in badly:entilated

    or3egian 8jords 3ith remarks upon sedimentation under anaerobi& &onditions S$rifte

    %ors$e "idens$aps. !$ad. 6slo& Mat. %atur, l, 1(7)@105

    Sundelius, 2 1974 =he 6arolina Slate Belt Dala,@ ;2 isher, Pettijohn, 6

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    32/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    =aylor, 19$9 Petrology o8 the orthampton sand ironstone 8ormation Me,. Geol. Surv.

    Great Britain 111 h

    =h3aites, = 19$$

  • 7/22/2019 Pettijohn75-08

    33/33

    Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

    2hite, 2S dan 6 2right 195$ =he 2hite Pine &opper deposit, Fntonagan 6ounty,

    +i&higan 'con. Geol $9@7571

    2illiams, ;I 190 =orridonian 3eathering and its bearing on =orridonian paleo&limate and

    sour&e Scottish our. Geol $@1$10$

    2oolnough, 2; 19"0 Frigin o8 3hite &lays and bauEite, and &hemi&al &riteria o8

    peneplanation 'con. Geol "'@00709$

    Kaalon, D 19"a +ineral &omposition o8 the a:erage shale Cla- Min. Bull 5@'1'

    Kaalon, D 19"b 2eathering and soil de:elopment through geologi& time Bull. Res.

    Council )srael, Se&t ;, :ol 11;

    Kaalon, D (ed) 1971 Paleopedolo*-@6ri*in& %ature and Datin* of Paleosols Cnternat

    So& Soil S&i and Csrael /ni: Press '54 h

    en, Ian 1959 6lay mineral&arbonate relations in sedimentary ro&ks !,er. our. Sci

    "57@"9$'