Petrologi Fix
-
Upload
iqbal-firman-pranata -
Category
Documents
-
view
221 -
download
3
description
Transcript of Petrologi Fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tembaga dan paduannya merupakan salah satu logam yang paling
banyak di manfaatkan oleh manusia selain karena kelimpahannya yang sangat
besar di alam dan juga sifat-sifat yang dimiliki oleh tembaga. Tembaga memiliki
sifat – sifat yang dapat digunakan dalam kehidupan manusia diantaranya dari
kondukvitas thermal dan elektrik yang baik, relatif lunak, mudah di tempa,
memberikan kilau yang indah bila digosok dan mempunyai laju korosi yang
lambat. laju korosi tembaga yang rendah banyak di manfaatkan untuk melapisi
logam lain yang mempunyai laju korosi tinggi misalnya baja.
Dalam pemanfaatannya diperlukan pengetahuan tentang tembaga
tersebut meliputi proses ganesa dari batuan tersebut. Hal ini diperlukan agar
dapat memprediksi keberadaan dari mineral tersebut. Dengan adanya ilmu
petrologi dapat dilakukan pendekatan dengan memanfaatkan sifat mineralogi,
petrografi mikroskopis, dan analisis kimia untuk menggambarkan komposisi dan
tekstur batuan serta menyertakan prinsip geokimia dan geofisika untuk lebih
mengerti asal batuan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu
syarat dalam mengikuti kegiatan Perkuliahan Petrologi Mineralogi dan
Kristalografi dan untuk memahami tentang dunia pertambangan khususnya pada
batuan dan kondisi pembentukannya
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Menambah pengetahuan, kemampuan dan wawasan mahasiswa dalam
Petrologi Mineralogi dan Kristalografi
2. Mengetahui ganesa Tembaga dan mineral asosiasinya
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tembaga
Tembaga adalah unsur logam pertama yang diekstrak dari mineral, dan
seperti halnya timah putih telah digunakan oleh manusia sejak zaman perunggu.
Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan teknologi, penggunaan
tembaga terus mengalami peningkatan. Tembaga mudah didapat dari berbagai
senyawa dan mineral. Penggunaan tembaga yaitu dalam bentuk logam
merupakan paduan penting dalam bentuk kuningan, perunggu serta campuran
emas dan perak. Banyak digunakan dalam pembuatan pelat, alat-alat listrik, pipa,
kawat, pematrian, uang logam, alat-alat dapur, dan industry. Senyawa tembaga
juga digunakan dalam kimia analitik dan penjernihan air, sebagai unsur dalam
insektida, cat, obat-obatan dan pigmen. Kegunaan biologis untuk runutan dalam
organism hidup dan merupakan unsur penting dalam darah binatang berkulit
keras. Eksplorasi intensif untuk mendapatkan cebakan tembaga masih
berlangsung di seluruh dunia terutama untuk memenuhi kebutuhan industri, dan
karena merupakan konduktor listrik yang sangat baik sehingga tembaga
digunakan untuk produk elektronik. Sementara konsumsi tembaga untuk bahan
bangunan menempati urutan kedua, antara lain untuk bahan baku pembuatan
pipa, ventilasi, dan logam lembaran.
Kelompok tiga besar cebakan bijih tembaga dunia dari jenis porfiri dengan
kandungan emas tinggi, yaitu Bingham di Amerika Serikat, OK-Tedi di Papua
New-Guinea, dan Grasberg di Indonesia. Emas Grasberg sebagai unsure logam
ikutan dari jenis mineralisasi yang sama merupakan cadangan terbesar di dunia.
Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia dapat dijumpai di Pulau Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tetapi hanya
cebakan porfiri Grasberg dan Batu Hijau yang dapat diusahakan secara
ekonomis. Beberapa cebakan berkadar rendah di antaranya belum layak untuk
diusahakan apabila dikaitkan dengan kondisi harga tembaga pada saat ini.
Sementara setelah ditetapkannya batas kawasan Taman Nasional Bogani Nani
Wartabone; maka cebakan tembaga porfiri di Cabang Kiri, Cabang Kanan dan
2
Sungai Mak di Bone Bolango, Gorontalo tidak dapat diusahakan karena menjadi
bagian dari kawasan taman nasional tersebut.
2.2 Ganesa Primer Tembaga
Genesa Primer Logam tembaga, proses genesanya berada dalam
lingkungan magmatik, yaitu suatu proses yang berhubungan langsung dengan
intrusi magma. Bila magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau
produk-produk lain. Produk lain itu dapat berupa mineral-mineral yang
merupakan hasil suatu konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang
terdapat dalam cairan sisa. Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke
permukaan bumi melalui rekahan-rekahan (bagian lemah dari batuan)
membentuk terowongan (intrusi). Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan
magma berkurang yang menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur
yang turun menyebabkan bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah
dari batuan samping (country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan
hidrotermal. Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan
plutonik tapi umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan
beberapa muskovit dan biotit. Endapan hidrotermal merupakan endapan yang
terbentuk dari proses pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana
larutan bertambah dingin dan encer. Ciri khas endapan hidrotermal adalah urat
yang mengandung sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan
(fracture) atau celah pada batuan semula. Endapan bijih tembaga porfiri
merupakan suatu endapan bijih tembaga yang mempunyai kadar rendah,
tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan yang besar. Endapan bahan
galian ini erat hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic
Calcaline yang bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi granodioritik,
sebagian terdeferensiasi ke batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam
bentuk urat-urat sangat halus yang membentuk meshed network sehingga
derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat retakan yang terdapat
pada batuan induknya (hosted rock). Mineralisasi bijih sulfidanya menunjukkan
perkembangan yang sesuai dengan pola ubahan hidrotermal. Zona pengayaan
pada endapan tembaga porfiri:
zona pelindian.
–Zona oksidasi.
3
Zona pengayaan sekunder.
Zona primer.
Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan:
--> 5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO42- + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2+ + 2H+ + 17SO42-
Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga porfiri
Mineral utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.
Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit, kubanit,
kasiterit, kuebnit dan emas.
Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan tembaga
natif.
Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi hidrotermal maka
mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan metamorf kontak
seperti kuarsit, marmer dan skarn. tembaga porfiri berasal dari hubungan
mineralisasi tembaga dengan batuan plutonik. Deposit ini dicirikan oleh tembaga
dan molibdenit dalam bentuk hamburan (disseminated) atau fenokris dalam
batuan dengan tekstur porfiritik. Tembaga porfiri didefinisikan sebagai suatu
deposit besar, berkadar rendah hingga menengah Mineral tembaga yang paling
umum dijumpai adalah kalkopirit, sedang jenis lain seperti bornit dan kalkosit
jumlahnya sangat kecil. Umumnya deposit tembaga porfiri berumur post-
Paleozoikum, khususnya antara kala Kapur dan Paleogen. Sillitoe (1972) dalam
Bowen dan Gunatilaka (1977) menyatakan penyebaran tembaga porfiri
tergantung pada tingkat erosi yang menyebabkan tersingkapnya rantai plutonik-
vilkanik dan pembentukannya berhubungan erat dengan generasi magma pada
zona-zona subduksi. Deposit tembaga porfiri yang utama ditemukan pada
daerah bagian barat benua Amerika yang memanjang dari Alaska, Kolumbia,
Amerika Serikat (Wasington), Montana, Idaho, Kolorado, Utah, Nevada, New
Mexico, Peru dan Cili bagian utara hingga Argentina, dan kemungkinan
memanjang hingga Antartika. Sementara itu di bagian barat Pasifik ditemukan
juga deposit tembaga porfiri memanjang dari Kepulauan Solomon, Papua New
Guinea, Papua Barat, Kalimantan Timur, Filifina hingga Taiwan. Tempat lain
dimana deposit tembaga porfiri ditemukan adalah Rumania, Bulgaria, Iran,
Pakistan, dan di negara-negara bekas Uni Soviet seperti Armenia dan
Kazakhtan. Deposit tembaga porfiri dihasilkan melalui suatu proses geokimia-
fisika dari rangkaian berupa magmatik akhir, magmatik hidrotermal, meteorik
4
hidrotermal,hingga normal hidrotermal seiring dengan berkurannya kedalaman.
Intrusi calc-alkali atau alkali menghasilkan batuan berkomposisi tertentu dari
monzonit kuarsa hingga granodiorit atau diorit hingga senit. Batuan samping
yang melarut ke dalam magma akan turut mempengaruhi komposisi magma
danstruktur kemas magma. Umumnya deposit tembaga porfiri berukuran jauh
lebih besar dari deposit hidrotermal lainnya
2.3 Ganesa Sekunder Tembaga
Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama
akan ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat
(vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali mengalami perubahan.
Mineral yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi mineral sulfida
kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan suatu massa
yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan (penudung
besi). Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali pada
kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan sekunder. Pada
zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung sirkulasi udara
dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi menjadi sulfat-sulfat
dan logam-logam dibawa serta dalam bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan
mengandung logam tidak berpindah jauh sebelum proses pengendapan
berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan unsur Cu sebagai malakit dan
azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit, gunative,
hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam dan
kandungan kaya bijih. Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke
bawah sampai zona air tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari
proses oksidasi menjadi proses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya
kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah suatu zona pengayaan
sekunder yang dikontrol oleh afinitas bermacam logam sulfida. Logam tembaga
mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana larutan mengandung
tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit yang kemudian
menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya dengan kandungan
mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk zona pengayaan
sekunder yang mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila dibanding
bijih primer.
5
Contoh cebakan bijih tembaga yang sudah dieksplorasi dan dieksploitasi di
Indonesia dan termasuk dalam kategori skala besar adalah cebakan bijih
tembaga Grasberg dan Batu Hijau. Cebakan bijih tembaga Grasberg terbentuk
pada batuan terobosan yang menembus batuan samping batugamping. Mineral
sulfida yang terkandung dalam cebakan bijih tembaga porfiri Cu – Au Grasberg,
terdiri dari bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), kalkopirit (CuFeS2), digenit
(Cu9S5), dan pirit (FeS2). Sedangkan emas (Au) umumnya terdapat sebagai
inklusi di dalam mineral sulfida tembaga, dengan konsentrasi emas yang tinggi
ditunjukkan oleh kehadiran mineral pirit. Grasbergmasih mengandung cadangan
sekitar 1.109 juta ton bijih dengan kadar 1,02% Cu, 1,19 ppm Au, dan 3 ppm Ag.
Cebakan bijih tembaga Batu Hijau terbentuk sebagai mineralisasi yang terpusat
pada stock tonalit tua dan cenderung berubah secara berangsur ke arah lateral
dan vertikal. Mineral sulfida tembaga terdiri dari bornit, kalkopirit, digenit, kalkosit
dan kovelit (CuS). Terdapat korelasi yang kuat antara Cu dan Au pada tonalit tua
dan batuan samping di sekitarnya, dengan kandungan keduanya meningkat ke
arah bawah. Mineralisasi lebih lemah terjadi pada tonalit muda dengan kadar
<0,3% Cu dan <0,5 g/t Au,sementara kadar yang paling kecil <0,15% Cu
terdeteksi pada retas-retas tonalit. Sulfida tembaga utama terbentuk sebagai
pengisian rekahan dan berasosiasi dengan stockwork urat kuarsa yang mengisi 5
– 30% volume tonalit, yang meluas hingga melebihi 100 meter ke arah atas dan
batuan samping. Hanya sedikit berupa sebaran (dissemination) di dalam
masadasar batuan. Sedangkan retas-retas tonalit muda mengandung sangat
sedikit urat, dan termineralisasi lemah (mengandung <0,30% Cu).
Sumber : http://geoelamanyofan.blogspot.co.id/2012/05/tembaga.htmlGambar 3.1.
Gambar contoh model cebakan bijih tembaga di Batu Hijau dan Grasberg Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan merupakan cadangan
besar berasal dari larutan hydrothermal dan proses penggantian, lebih dominan
6
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh proses pengisian celah celah.
Endapan yang berbentuk dari hasil metasomatik kontak dan yang langsung
dipisahkan dari magma sangat sedikit dan hampi tidak berarti.
Tabel 2.1Klasifikasi mineral tembaga dan asosiasinya
No Nama Mineral Golongan Rumus Kimia Ganesa
3Kalkopirit Sulphida CuFeS2 Terbentuk di urat hidrotrermal dan zona alterasi tembaga
4Chalcosine Sulphida Cu2S Terbentuk di urat hidrothermal
5Covelite Sulphida CuS
Terbentuk sebagai bagian dari urat tembaga yang telah teralterasi seringkali akibat pengkayaan sampingan karena
adanya cairan yang menyusupi vein
6Malachite Karbonat Cu2CO3(OH)2
Terbentuk dizona alterasi dan oksida pada deposit tembaga yang terbentuk akibat pengkayaan sampingan
7 Azurite Karbonat Cu3(CO3)2(H2O)2 Terbentuk dizona oksidasi deposit tembaga
8 Chalcantite Sulfat CuSO4 5H20Terbentuk di zona oksidasi yang berasal dari air meteorik
(meteoric water)
9Dioptase Silicates CuSiO2(OH)2
Terbentuk diurat tembaga yang teralterasi akibat proses oksidasi
Terbentuk diurat hidrotermal bersama kuarsa kalkopirit dan galena,juga terbentuk dibeberapa batuan beku
Klasifikasi Mineral Tembaga dan asosiasinya
1 Tembaga (Copper) Native Element Cu Terbentuk di urat sulfida yang telah teralterasi
BorniteSulphida Cu5FeS42
B. Mineralisasi Tembaga di Kali Boki Desa Kubung Maluku Utara
Pada sistem alterasi hidrotermal singkapan daerah Kali Boki ini, cukup
sederhana yang didominasi oleh alterasi Propilitik terubah lemah (minor)
sampai terubah sedang (moderate).Perkembangan zona alterasi ini umumnya
cenderung menempati zona paling luar atau menyelimuti semua jenis alterasi
pada sistem hidrotermal. Alterasi propilitik terlihat cukup dengan kategori sedang
(moderate) terlihat pada singkapan batuan basalt porfiri intrusi dengan jumlah
mineral epidot mencapai 10-20% dari keseluruhan volume batuan. Pola ubahan
termasuk dalam selectively pervasive karena hanya mineral - mineral tertentu
saja yang terubah. Alterasi propilitik dikarenakan perubahan komposisi dan
temperatur fluida hidrotermal yang awalnya bersifat asam kemudian berubah
mendekati pH netral akibat dari kontaminasi air meteorik. Proses kloritisasi ini
didominasi oleh mineral klorit-epidot. Hadirnya himpunan mineral klorit pada
alterasipropilitik ini karena terubahnya mineral-mineral piroksen dan plagioklas
akibat dari interaksi fluida hidrotermal dengan wall rock. Zona alterasi propilitik
berkembang pada bagian luar dari zona alterasi yang dicirikan oleh kumpulan
7
mineral epidot, klorit dan juga karbonat. Alterasi ini dipengaruhi oleh
penambahan unsur H+ dan CO2. Mineral logam pyrite mendominasi zona
ini dimana keterdapatannya dijumpai mengganti fenokris piroksin maupun
hornblende, sedangkan kalkopirit jarang dijumpai. Tipe mineralisasi bijih di
daerah penelitian adalah mineralisasi tembaga porfiri. Mineralisasi bijh
berasosiasi dengan sejumlah intrusi porfiri yang menerobos batuan
sampingnya. Pada singkapan ini basalt porfiri mengintrusi batuan granit porfiri.
Mineral bijih pada umumnya tersebar meratadalam batuan. Mineral-mineral
bijih yang utama adalah mineral pembawa tembaga, seperti azurite yang
berasosiasi dengan pyrit dan mineral oksida besi seperti magnetit, mineral
antimony stibnite dan mineral mercury yakni cinnabar (HgS). Larutan hidrotermal
yang melewati batuan, ketika berinteraksi atau kontak dengan batuan maka
larutan hidrotermal akan membawa ion-ion atau kation-kation yang diambil dari
batuan tersebut, di dalam perjalanannya ion-ion dan kation-kation tersebut dapat
berikatan membentuk senyawa, lalu dalam proses pendingingan, larutan tersebut
menjadi jenuh dan terjadi presipitasi mineral-mineral baru (Guilbertet al, 1986).
Salah satu cara untuk memahami karakteristik geokimia batuan yang teralterasi
adalah dengan menganalisis unsur-unsur yang mengalami penambahan (gains)
dan pengurangan (losses) selama proses alterasi-mineralisasi dengan
menggunakan metode isocon (Grant,1986). Metode Salah satu cara untuk
memahami karakteristik geokimia batuan yang teralterasi adalah dengan
menganalisis unsur-unsur yang mengalami penambahan (gains) dan
pengurangan (losses) selama proses alterasi-mineralisasi dengan menggunakan
metode isocon (Grant, 1986). Metode isocon juga digunakan untuk menghitung
kesetimbangan massa dan volume akibat proses tersebut.
Satu atau lebih komponen dalam batuan dapat bersifat tidak mobil (immobile)
selama proses alterasi (Grant, 1986;Idrus, 2006). Unsur dan oksida yang
umumnya bersifat tidak mobil selama proses alterasihidrotermal berlangsung
yakni Al2O3, TiO2, P2O5, Y, Nb, dan Hf. Penambahan dan pengurangan
komponen-komponen lainnya kemudian dapat dihitung berdasar pada asumsi
bahwa perubahan volume itu merupakan faktor yang berlaku juga untuk semua
komponen dalam batuan tersebut (Grant, 1986).
BAB III
8
KESIMPULAN
Tembaga (Cu), Hampir sebagian besar cebakan Tembaga terjadi dari
Proses larutan Hidrothermal, dengan tipe alih tempat (Replacemen) dan
pengisian rongga (Cavity filling) pada batuan beku, sedimen maupun metamorf.
Timah Hitam (Pb), Dialam timah hitam selalu bersosiasi dengan mineral seng,
yang terjadi karena proses hydrothermal suhu rendah dengan type endapan
pengisian rongga ( Cavity filling ) dan alih tempat (Replacemen ). Bahan
tambangnya di alam antara lain didapat sebagai mineral Galena, Serusit dan
Anglesit. Antimoni (Sb), Kebanyakan bijih antimoni terjadi dari larutan
Hidrothermal temperatur rendah dan dangkal, mengisi celah-celah dan rongga-
rongga yang bentuknya tak beraturan. Beberapa endapan primer telah
mengalami pengayaan oleh residu pelapukan, membentuk bijih oksida. Mangan
(Mn), Kebanyakan endapan mangan yang prospek merupakan endapan
sedimenter dan residual. Secara primer bisa terjadi akibat proses Hidrothermal
dan Metamorfosa (Malihan ). Barit , Secara primer merupakan hasil endapan
larutan hydrothermal dalam bentuk pengisian rekahan (Fissure filling), pengisian
antar breksi (Breccia filling) atau merupakan hasil alih tempat (Replacemen
deposits). Feldspar, Mineral feldspar merupakan mineral pembentuk batuan beku
terutama batuan beku dalam, terjadi selama proses kristalisasi magma baik
melalui proses pneumatolitic ataupun proses hydrothermal dalam urat pegmatite.
DAFTAR PUSTAKA
9
Anonim. 2013. http://kampungminers.blogspot.co.id/2013/03/ mineralogi-
endapan -bijih-tembaga-cu.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015
Epoiinside. 2011. https://www.scribd.com/doc/214573216/A-z-Ganesa-Tembaga.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015
Suganda, Arisko. 2013. http://ganda.mywapblog.com/ganesa-bahan-
galian.xhtml. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015
Yofan. 2012. http://geoelamanyofan.blogspot.co.id/2012/05/tembaga.html.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015
Nur, Irzal, Nurany, Ulva. 2011. ALTERASI-MINERALISASI DAN GEOKIMIA
ENDAPAN TEMBAGA DIKALI BOKI DESA KUBUNGKECAMATAN BACAN
SELATAN KABUPATEN HALMAHERASELATAN PROVINSI MALUKU UTARA.
Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara
10