mkalah petrologi

42
TUGAS PRAKTIKUM PETROLOGI MAKALAH OLEH : SYAFIRA DIAN SARI H1C112255

description

makalahpetro

Transcript of mkalah petrologi

TUGAS PRAKTIKUM PETROLOGI MAKALAH

OLEH : SYAFIRA DIAN SARI

H1C112255

BAB I

BATUAN BEKU

1. Latar Belakang

Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada

bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati

langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas.

Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang

berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses

terbentuknya.

Petrologi yaitu ilmu yang khusus membahas tentang batuan. Batuan beku sebenarnya

telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan

orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal

kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan beku ini. Secara sederhana batuan beku adalah

batuan yang terbentuk dari pembekuan magma.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan batuan beku?

b. Bagaimana batuan beku terbentuk?

c. Apa saja pembagian esicul batuan beku?

d. Bagaimana struktur batuan beku?

e. Bagaimana determinasi batuan beku? 

3. Tujuan Penulisan

a. Menjelaskan apa itu batuan beku

b. Menjelaskan bagaimana proses terbentuknya batuan beku

c. Menjelaskan pembagian batuan beku berdasarkan genetiknya

d. Menjelaskan struktur batuan beku

e. Menjelaskan determinasi batuan beku

4.Metodelogi Penulisan

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah dengan studi pustaka  dan juga

mencari data melalui media internet.

5. Pengertian Batuan Beku

Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk  dari

satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan

teksturnya batuan beku ini esi dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik.

Perbedaan antara keduanya esi dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku

plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang esicula lebih lambat sehingga

mineral-mineral penyusunnya esicula besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro,

diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah).

Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang

sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih

kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.

6. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Tempat Terjadinya 

Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila

membeku dibawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku

dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku

plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku,

terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.

Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku,

pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan

batuan lebih lanjut. Pembagian esicul batuan beku adalah sebagai berikut :

a.    Batuan Beku Dalam ( Beku Intrusif )

Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat

lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya esicul-kristal yang

besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan

beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi

magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya

atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya.

Batuan beku esicular selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi batuan beku intrusi

dalam dan batuan beku intrusi permukaan. Berdasarkan kedudukannya terhadap

perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku esicular terbagi

menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya disebut

diskordan. Yaitu:

1) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya.

Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya.

Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh

intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan

bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari

1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan

penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30

km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan,

karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit

dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos

dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan,

tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-

fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok

hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap.

Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam

magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma.

Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku

dinamakan Xenolith.  

2) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil

dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta

suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.

3) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan

dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang

kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.

4) Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan

magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya

tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol

dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya

disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit. 

1) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan

batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.

2) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya,

batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah

landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses

geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt

tersingka di permukaan. 

3) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya

cekung ke atas.

b.       Batuan Beku Luar ( Beku Ekstrusif )

Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang

kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi

batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut

sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah

dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut

plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan

erupsi sentral.

Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke

atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan

jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.Apabila magma

membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan

demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air.Dalam klasifikasi batuan beku

batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik.

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki

berbagai struktur yang esicu petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat

pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

a. Sheeting joint , yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

b. Columnar joint , yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah esicular

seperti batang pensil.

c. Pillow lava , yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal

ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

d. Vesikular , yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.

Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

e. Amigdaloidal, yaitu struktur esicular yang kemudian terisi oleh mineral lain

seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.

f. Struktur aliran , yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral

pada arah tertentu akibat aliran.

7. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi

Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar batuan

beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya

dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral

felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin. 

Klasifikasi yang didasarkan atas esicular dan tekstur akan dapat mencrminkan

sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku

menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti

tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik

memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik

menggambarkan pembekuan yang cepat.

a. Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku

yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi : Batuan

Dalam, bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang  menyusun batuan

tersebut    dapat    dilihat tanpa bantuan alat pembesar.

b. Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.

c. Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik

d. Batuan Lelehan , bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak  dapat

dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

8. Struktur Batuan Beku

Struktur Batuan Beku adalah pembagian batuan beku berdasarkan bentuk batuan

beku dan proses kejadiannya, yang terbagi menjadi:

a.     Struktur Bantal (pillow structure)

Struktur Bantal adalah struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu

yang dicirikan oleh massa batuan yang berbentuk bantal, berukuran antara 30 – 60

cm dan biasanya jarak antar bantal berdekatan dan terisi oleh bahan-bahan dari

sedimen klastik, terbentuk di dalam air dan umumnya terbentuk di laut dalam.

b.       Struktur Vesikular

Struktur Vesikular adalah struktur pada batuan ekstrusi yang terdapat rongga-

rongga yang berbentuk elip, silinder maupun tidak beraturan. Terbentuknya rongga-

rongga terjadi akibat keluarnya/dilepaskannya gas-gas yang terkandung di dalam

lava setelah mengalami penurunan tekanan.

c.     Struktur Aliran

Struktur Aliran terjadi akibat lava yang disemburkan tidak ada yang

dalam       keadaan esicula, karena saat lava menuju ke permukaan selalu terjadi

perubahan komposisi, kadar gas, kekantalan, dan derajat kristalisasi. Struktur aliran

dicerminkan dengan adanya goresan berupa garis-garis yang sejajar, perbedaan

warna dan teksturnya.

d.       Struktur Kekar

Struktur Kekar adalah bidang-bidang pemisah/retakan yang terdapat dalam

semua jenis batuan, biasanya disebabkan oleh proses pendinginan tetapi ada yang

disebabkan oleh gerakan-gerakan di dalam bumi yang berlaku sesudah batuan

mengalami pembekuan. Retakan-retakan yang memotong sejajar dengan permukaan

bumi menghasilkan struktur perlapisan, sedang yang tegak lurus dengan permukaan

bumi akan menghasilkan struktur bongkah. Retakan dapat pula membentuk kolom-

kolom yang dikenal dengan struktur kekar meniang (columnar jointing), hal ini

disebabkan karena adanya pendinginan dan penyusutan yang merata dalam magma

dan dicirikan oleh perkembangan retakan membentuk segi empat, segi lima atau segi

enam, umumnya terdapat pada batuan basal

9. Determinasi Batuan Beku

a. Bassalt

         Batuan basalt berwarna gelap, berat, kaya akan besi dan sedikit akan

kandungan mineral esicu batuan vulkanik, yang biasanya membentuk lempeng

samudera di dunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran

mineral mineral tidak terlihat. Ditemukan di sukadana,Lampung. Perusahaan

penambang PT. Putra.

Gambar 2.1. batu basalt

b. Andesit

Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara dan

tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di

wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah

dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia.  Batu andesit banyak

digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik,  esicular piramida. Begitu juga

perkakas-perkakas dari zaman prasejarah banyak memakai material ini, misalnya:

sarkofagus, punden berundak, esicul batu, meja batu, arca dll. Ditemukan di gunung

Masigit, JABAR.

c. Obsidian

Obsidian adalah mineral –seperti, tetapi tidak mineral benar karena sebagai kaca

tidak esicul , selain komposisinya terlalu rumit untuk terdiri dari mineral tunggal.

Kadang-kadang diklasifikasikan sebagai mineraloid

Gambar 2.3 Obsidian

Meskipun obsidian berwarna gelap mirip dengan mafik batuan seperti basal ,’s

komposisi obsidian sangat felsic . Obsidian terutama terdiri dari SiO 2 ( dioksida

esicul ), biasanya 70% atau lebih. Batu Kristal dengan itu komposisi obsidian

termasuk granit dan riolit . Karena obsidian adalah metastabil di permukaan bumi

(lebih dari waktu kaca mineral esicul menjadi berbutir-halus), tidak ada obsidian telah

ditemukan yang lebih tua dari Kapur usia. Ini rincian obsidian dipercepat dengan

adanya air. Obsidian memiliki kadar air rendah jika segar, kurang dari 1% air biasanya

menurut beratnya,tetapi menjadi semakin terhidrasi saat berhubungan dengan air

tanah, membentuk perlite . Ditemukan di nagggrek,Bandung.

d. Dasit

Merupakan intrusi batuan beku yang menerobos andesit. Hasil pelapukan

berupa lanau lempingan, berwarna coklat kehitaman, palstisitas sedang, lunak..

ditemukan di karangsambung, kebumen.

Gambar 2.4. batu dasit

e. Diorit

           Batu esicul merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang

membentuk morfologi pembuktian berelief kasar dengan elevasi dari beberapa ratus

meter hingga mencapai lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (dpal). 

Gambar 2.5. batu esicul

Batuan ini umumnya mempunyai warna yang bervariasi, yaitu coklat, coklat

kehitaman, abu-abu kehitaman, abu-abu dengan bercak-bercak hitam, hitam

kecoklatan atau abu kehitaman, bersifat pejal (massif) dan kompak dengan tekstur

porfiro esicula dengan nilai kuat tekan berkisar antara 970-1.260 kg / cm2; ketahanan

terhadap keausan 0,072-0,083 mm/menit; berat isi asli 2,66-2,78 ton/m3 dan

penyerapan terhadap air 0,73-1,10 %. Sehingga batu esicul ini dapat dijadikan sebagai

batu esicula dinding maupun lantai bangunan gedung atau untuk batu belah untuk

pondasi bangunan / jalan raya. Ditemukan di Bayat, Klaten. Perusahaan penambang

PT. Aneka Tambang.

f. Peridot

           Peridot pada umumnya terdiri hanya dari satu warna yaitu hijau olive, dan yang

paling dicari adalah yang warnanya agak gelap atau yang susunan besinya tidak lebih

dari 15% dan terdapat campuran nickel dan chromium karena campuran tersebut esicu

pengaruh pada warnanya.

Gambar 2.6. batu peridot

            Warnanya yang hijau disebabkan oleh adanya zat besi di dalamnya

dan kadang jika warnanya agak kecoklat-coklatan itu dikarenakan campuran besinya

terlalu banyak di dalam susunan kimia tersebut. Ditemukan di karangsambunng,

Kebumen.

g. Granit

           Granit adalah jenis batuan esicular, felsik, igneus yang umum dan banyak

ditemukan. Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, dan oleh karena itu banyak

digunakan sebagai batuan untuk konstruksi. Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75

gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latin

granum. Meja granit sebagai bidang acuan dalam proses pengukuran. Dalam bidang

esicula dan rekayasa, granit banyak dipakai sebagai bidang acuan dalam berbagai

pengukuran dan alat pengukur.

Gambar 2.7. batu granit

Hal ini dikarenakan granit bersifat kedap air, kaku (rigid), non-higroskopis dan

memiliki koefisien ekspansi termal yang sangat rendah. Salah satu penerapannya

adalah pada mesin pengukur koordinat (Coordinate Measuring Machine).

h. Gabro

            Batuan gabro merupakan endapan batuan yang lebih muda dibandingkan

batuan onix dan marmer. Teksturnya yang berbutir kasar membuat batuan ini mudah

dibentuk dengan alat sederhana, balk dengan pahat atau baji maupun dengan teknik

semprotan air bertekanan tinggi. Ditemukan di pegununngan jiwo,Klaten

Gambar 2.8. batu gabro

i. Diabas

           Batuan diabas diinterpretasikan merupakan batuan intrusi, dan menunjukan

struktur kekar tiang (esicula joint) yang mana merupakan hasil gaya kontraksi pada

saat pembekuan magma. Pada daerah ini telah dilakukan konservasi sebagian dan

sebagian lagi telah dilakukan penambangan. Ditemukan di karangsambung, kebumen.

Perusahaan penambangnya adalah PT.INCO.

Gambar 2.9. batu diabas

BAB II

BATUAN SEDIMEN

1. Pengertian Batuan Sedimen ( sedimentory rocks)

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi.

sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, waluapun volumnya hanya sekitar

5% dari volum kerak bumi.

2. Klasifikasi Batuan Sedimen

Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan

sedimen dapat digolongkan atas 3 bagain :

a. Sedimen Aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. contohnya : gosong

pasir, flood plain, delta, dan lain-lain.

b. Sedimen Aeolis atau Aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin.

contohnya : tanah loss, sand dunes.

c. Sedimen Glassial, yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. Contohnya morena,

drimlin

3. Berdasarkan terbentuknya

Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan ), batuan sedimen dibagi

menjadi dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomit, napal,

dan sebagainya.

b. Sedimen darat (teristris/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya endapan sungai

(aluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan sebagainya.

c. Sedimen transisi, lokasi pembentukanya terletak antara darat dan laut, misalnya

endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis).

Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, bahkan oleh salju/gletser (Frianto,

2009).

1) Transportasi partikel oleh fluida (air)

Pada transportasi oleh partikel fliuda, partikel dan fluida akan bergerak

secara bersama-sama. Sifat fisik yang berpengaruh terutama adalah densitas dan

viskositas air lebih besar daripada angin sehingga air lebih mampu mengangkut

partikel yang mengangkut partikel lebih besar daripada yang dapat diangkut

angin. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk mengalir. Jika viskositas

rendah maka keceoatan mengalirnya akan rendah dan sebaliknya. Viskositas

yang kecepatan mengalirnya besar merupakan viskositas yang tinggi.

2) Transportasi partikel oleh sediment gravity flow (gaya gravitasi)

Pada transportasi ini partikel sedimen tertransport langsung oleh pengaruh

gravitasi, disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya.

Jadi, disini partikel bergerak tanpa batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak

karena terjadi perubahan energi potensial gravitsi menjadi energi kinetik. Yang

termasuk dalam sediment gravity flow antara lain adalah debris flow, grain flow,

dan arus turbid. Deposisi sedimen oleh gravity flow akan menghasilkan prosuk

yang berbeda dengan deposisi sedimen oleh fluida flow karena pada gravity flow

transportasi dan deposisi terjadi cepat sekaliakibat pengaruh gravitasi. Batuan

sedimen yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai sortasi yang

buruk dan memperlihatkan struktur deformasi.

(Anonim, 2012)

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut

cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena

daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang

cekung ditambah akibat gaya gravitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen

tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen

yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan

tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.

Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu :

1. Suspension

Ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya

(seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.

2. Bed Load

Ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal,

bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi

memindahkan partikel-partikel yang besar di

dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya

aliran melebihi kekuatan inersia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-

gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa

mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.

3. Saltation

Yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada sediemen

berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut

sedimen pasir sampai akhir karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan

sedimen pasir tersebut. Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup

besar dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh

atau mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi

dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi

suatu batuan sedimen.

(Anonim, 2012)

Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau litifikasi.

Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa, yakni proses-prose

yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah

litifikasi. Hal ini merupakn proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.

Proses diagenesa antara lain :

1. Pemampatan/Pemadatan (compaction)

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari

berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir

yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

2. Penyemenan/Sementasi (cementation)

Yaitu turunnya material-material di ruang anta butir sedimen dan secara

kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila

derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.

3. Rekristalisasi (recrystallization)

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang

berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau sebelumnya.

Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

(Anonim, 2012)

Ciri-ciri batuan sedimen adalah :

1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses

sedimentasi.

2. Mengandung fosil

3. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada

golongan detritus.

4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite, dan

rijing.

(Anonim, 2012)

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil

perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun

organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian

meglami pembatuan (Anonim, 2012).

Menurut R. P. Koesoemadinata, 1980 batuan sedimen dibedakan menjadi enam

golongan, yaitu :

1. Golongan Detritus Kasar

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam

golongan ini antara lain breksi, konglomerat, dan batupasir. Lingkungan tempat

pengendapan batuan ini di lingkungan sungai , danau, atau laut.

2. Golongan Detritus Halus

Batuan yang termasuk dalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut

dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk kedalam golongan ini adalah batu lanau,

serpih, dan batu lempung

3. Golongan Karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae,

dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari

batuan yang terbentuk lebih dahulu dan diendapkan di suatu tempat. Proses pertama

biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di

endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini

banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.

4. Golongan Silika

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organik dan

kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert),

radiolarian, dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan

terbatas sekali.

5. Golongan Evaporit

Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan

kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau

atau laut yang tertutup sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur-unsur

tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan

terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk ke dalam

batuan ini adalah gip, anhidrit, dan batu garam.

6. Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yang kaya unusr C

(karbon) yaitu tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan

cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga tidak akan

memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah

khusu sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu

mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.

(Anonim, 2012)

Macam-macam Perlapisan

1. Masif, yaitu tidak ada struktur dalam, ketebalan kurang dari 120 cm.

Gambar Masif

2. Perlapisan sejajar, yaitu bidang perlapisan saling sejaja

Gambar Perlapisan Sejaja

3. Perlapisan pilihan, yaitu bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur

dari halus ke kasar pada arah vertikal, terbentuk dari arus pekat.

4. Perlapisan silang siur, yaitu perlapisan yang saling membentuk sudut terhadap

bidang batas, akibat bekerjanya dua tenaga yang berbeda.

BAB III

BATUAN METAMORF

1. Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan aslinya,

berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T), dan pressure (P)

yang tinggi. Batuan metamorf disebut juga dengan batuan malihan atau ubahan, demikian

juga dengan prosesnya, yaitu proses malihan (Anonim, 2012).

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada

sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur, dan

struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan

temperatur, tekanan, dan kondisi kimia di kerak bumi (Anonim, 2012).

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk baik batuan beku,

batuan sedimen, maupun batuan metamorf itu sendiri yang mengalami metamorfosa.

Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukkan batuan metamorf adalah

1. Terjadinya dalam suasana padat.

2. Bersifat isokimia.

3. Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa.

4. Terbentuknya tekstur dan struktur baru.

(Frianto, 2009)

GambarMetamorphic Facies

Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik

berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf.

Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan

(kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia.

Proses metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral dan

tekstur batuan, namun dibedakan dengan proses diagenesa dan proses pelapukan yang

juga merupakan proses dimana terjadi perubahan. Proses metamorfosa berlangsung

akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi diatas 200o C dan 300 Mpa (mega pascal),

dan dalam keadaan padat (Anonim, 2012).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab antara lain

oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan perubahan gradien geothermal.

Panas dalam skala kecil juga bisa terjadi akibat adanya gesekan/friksi selama terjadinya

deformasi suatu massa batuan.

Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya pada suhu

1500 - 500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg-

carpholite, Glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite atau stilpnomelane. Sedangkan

batas atas terjadinya metamorfosa sebelum terjadinya pelelehan adalah berkisar 6500 –

11000 C, tergantung jenis batuan asalnya. Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada

pada jaringan antar butir batuan mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa.

Fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida , asam hidroklorik

dan hidroflourik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven

serta bersifat membantu reaksi kimia dan penyetimbangan mekanis (Anonim, 2012).

Proses-proses metamorfisme itu sendiri meliputi :

1. Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh tenaga

kristaloblastik (tenaga dari sedimen-sedimen kimia untuk menyusun susunan sendiri).

2. Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunan kimianya tetap

(isokimia) tidak ada perubahan komposisi kimiawi, tapi hanya perubahan ikatan

kimia.

Tahap-tahap dari proses metamorfisme yaitu :

1. Rekristalisasi

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan

kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya.

2. Reorientasi

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian kembali

dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang

ada.

3. Pembentukan Mineral-mineral Baru

Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang

sebelumnya sudah ada.

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan

batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan

tekanan atau temperatur akan mengubah mineral bila

kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butira/kristalnya. Proses

metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu, disamping

faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini tergantung pada jenis

batuan asalnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme adalah :

1. Pengaruh cairan Terhadap Reaksi Kimia

Pori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atau batuan beku terisi oleh

cairan yang merupakan larutan dari gas-gas, garam, dan mineral yang terdapat pada

batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang tinggi, intergranular ini lebih bersifat uap

daripad cair, dan mempunyai peran penting dalam metamorfisme. Di bawah suhu dan

tekanan yang tinggi akan terjadi pertukaran unsur dari larutan ke mineral-mineral dan

sebaliknya. Fungsi cairan ini sebagai media transport dari larutan ke mineral dan

sebaliknya, sehingga mempercepat proses metamorfisme. Jika tidak ada larutan atau

jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfisme

akan berlangsung lambat karena perpindahannya akan melalui difusi antar mineral

yang padat.

2. Suhu dan Tekanan

Batuan apabila dipanaskan pada suhu tertentu akan membentuk mineral-

mineral baru, yang hasil akhirnya adalah batuan metamorf. Sumber panasnya berasal

dari panas dalam bumi. Batuan dapat terpanaskan oleh timbunan atau terobosan yang

juga dapat menimbulkan perunahan tekanan sehingga sulit dikatakan metamorfisme

hanya disebabkan oleh kenaikan suhu saja. Tekanan dalam proses metamorfisme

bersifat sebagai stress yang mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf

memperlihatkan bahwa batuan metamorf ini terbentuk

di bawah differensial stress atau tekanannya tidak sama besar dari segala arah.

3. Waktu

Dalam percobaan laboratorium memperlihatkan bahwa di bawah tekanan dan

suhu tinggi serta waktu reaksi yang lama akan menghasilkan kristal dengan ukuran

yang besar. Dan dalam kondisi yang sebaliknya akan dihasilkan kristal yang kecil.

Dengan demikian untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan berbutir kasar

merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta suhu dan tekanan

yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus, waktunya pendek serta suhu dan tekanan

yang rendah.

Tipe-tipe Metamorfosa

a. Metamorfosa Lokal

Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada

daerah yang sempit, berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja.

Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

1) Metamorfosa Kontak

Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami

pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun

ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh

panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta kadang oleh

deformasi akibat gerakan magma. Zona metamorfosa kontak

disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa

rekristalisasi, reaksi antar mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta

penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya

berbutir halus. Metamorfosa kontak dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu :

a) Metamorfosa kontak langsung dengan batuan disekelilingnya, dapat

berupa batuan beku, sedimen ataupun batuan metamorf itu sendiri.

Sifatnya lokal dapat terjadi di luar maupun di bawah permukaan.

b) Pirometamorfosa temperatur tinggi sekali terjadi pada sentuhan

langsung dengan tubuh magma, dicirikan dengan xenolith (material-

material yang kena kontak masuk ke dalam batuan beku).

GambarIntrusion of the Basalt Dike Metamorphosed

2) Metamorfosa Kataklastik / Dislokasi / Dinamo

Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami

deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena

gaya mekanis yang mengakibatkan  penggerusan dan granulasi batuan.

Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault

breccia, fault gauge, atau milonit. Batuan metamorf ini adalah khusus

dijumpai dijalur-jalur orogenesa dimana proses pengangkatan diikuti oleh

adanya fase perlipatan dan pemantangan batuan.

Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu :

a) Hidrotatis : yang mencakup kesegala arah

b) Stres : tekanan searah saja

Makin dalam kearah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatis

semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian

kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini

biasanya didapatkan didaerah sesar atau patahan.

GambarZona Sesar

3) Metamorfosa hidrotermal / Metasomatisme

Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida

atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan

batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia.

Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

4) Metamorfosa Impact

Metamorfosa ini akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah

meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya

ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.

5) Metamorfosa Retrograde / Dairopteris

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur

sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi

kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah.

2. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan

orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan

metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic yang ditambahkan

pada istilah dasarnya. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal

berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral

yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata kristal yang lebih besar tersebut dinamakan

porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan

dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat

mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik

porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal ini

disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal

yang lebih besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast

dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada

mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang

menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-

mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal) dalam hal ini

porphiroblast atau

poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri

dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk umumnya hasil dari kataklastik

(penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast

(Anonim, 2012).

Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan teksturnya ada dua macam, yaitu :

a. Tekstur Kristaloblastik

Tekstur kristaloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh

sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami

rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan

akhiran blastik.

1) Tekstur Lapidoblastik

Apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular yang memperlihatkan suatu

orientasi sejajar.

2) Tekstrur Granuloblastik

  Apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas

mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk

anhedral.

Gambar 5.17.Tekstur Granoblastik

3) Tekstur Nematoblastik

Apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic menjarum serta

memperlihatkan orientasi yang sejajar.

4) Tekstur Porfiroblastik

Tekstur porfiritik pada batuan beku, hanya saja fenokrisnya disebut

porfiroblast.

GambarTekstur Porfiroblastik

5) Tekstur Idioblastik

Apabila mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral.

Gambar

Tekstur Idioblastik

6) Tekstur Xenoblastik

Apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.

.

GambarTekstur Xenoblastik

GambarTekstur Kristaloblastik

DAFTAR PUSTAKA

Non personal, (2012), (Online),http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Batuan_beku,

diakses  15 september 2012.

Non personal, (2012), (Online), http://www .crayonpedia.org/mw/Jenis-jenis_batuan_7. 1,

diakses 15 september 2012.

Magetsari Noer Aziz, at al.(2006), “GL-211 GEOLOGI FISIK”. Bandung : ITB.