PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata) SKRIPSI Oleh : AULIA RAHMADIYAH K4407011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

Page 1: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PETILASAN KRATON PAJANG

(Studi tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata)

SKRIPSI

Oleh :

AULIA RAHMADIYAH

K4407011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PETILASAN KRATON PAJANG

(Studi tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata)

Oleh :

AULIA RAHMADIYAH

K4407011

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Aulia Rahmadiyah. PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata), Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei. 2011.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : (1) Sejarah Kraton Pajang, (2) Pembangunan Petilasan Kraton Pajang, (3) Petilasan Kraton Pajang sebagai pengembangan pariwisata dan Cagar Budaya, (4) Persepsi masyarakat terhadap Petilasan Kraton Pajang.

Sejalan dengan tujuan penelitian ini, maka penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus terpancang tunggal yang hanya mengarahkan pada kegiatan riset suatu kasus atau lokasi studi yaitu Petilasan Kraton Pajang (Studi tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata). Sampel yang digunakan bersifat purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumen. Dalam penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis data tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, verifikasi atau penarikan kesimpulan, yang berlangsung secara siklus.

Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan: (1). Sejarah Kraton Pajang bermula dari tokoh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Sebagai pewaris Kerajaan Demak, Jaka Tingkir kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya dan mendirikan Kraton Pajang. Jaka Tingkir memerintah di Pajang selama hampir dua puluh tahun (1568-1586) (2). Pembangunan komplek Petilasan Kraton Pajang secara bertahap karena sumber pendanaan pembangunan dilakukan secara swadaya dari pihak masyarakat, pengunjung dan pengelola yang peduli terhadap Benda Cagar Budaya ini (3). Petilasan Kraton Pajang merupakan salah satu bentuk Benda Cagar Budaya peninggalan sejarah Bangsa Indonesia dan merupakan hasil karya budaya yang tinggi nilainya. Pemanfaatan Petilasan Kraton Pajang sebagai obyek wisata (religi) berperan penting dalam penanaman nilai-nilai budaya dan sejarah, selain itu menjadi suatu tempat rekreasi yang nyaman dan memberikan ketenangan untuk memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Sukoharjo perlu memberikan perhatian khusus pada Petilasan Kraton Pajang. Dalam hal ini memberikan pelayanan yang baik dan menyediakan fasilitas memadai yang merupakan salah satu syarat utama Petilasan Kraton Pajang sebagai obyek wisata (religi). (4). Persepsi masyarakat Desa Makamhaji, penulis klasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu: golongan tua, golongan ini masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat ataupun tradisi. Golongan tua sangat percaya pada kesakralan Petilasan Kraton Pajang. Dan golongan muda, tanggapan golongan ini terhadap Petilasan Kraton Pajang bermacam-macam, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tebalnya iman seseorang.

Page 6: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Aulia Rahmadiyah. THE PAJANG PALACE HERITAGE TRAIL ( The study of assessment into Tourism Assets). Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011.

The purpose of this study was to describe: (1)The History of Pajang Palace, (2) The Establishment of Pajang Palace Heritage Trail, (3) Pajang Palace Heritage Trail as tourism and heritage development, (4) The perception of society towards Pajang Palace Heritage Trail.

In line with this research it used descriptive qualitative, with research strategy of single stake case study which directs into research activities of only one case or study site that is Pajang Palace Heritage Trail (study of assessment into tourism assets). The sample used is purposive sampling. Data collected by interview, observation, and documents. In this research, to find the validity of data used two techniques of triangulation, the triangulation of method and data triangulation. The data analysis technique used is an interactive analysis of the data analysis process that includes three components of data reduction, data presentation, verification or conclusion, which took place in a cycle.

Based on the results of this study can be concluded: (1). The History of Pajang Palace begins with Joko Tingkir figures derived from Pengging. As heir to the kingdom of Demak, Joko Tingkir then holding the title of Sultan and founded the Pajang Hadiwijaya Kingdom. Joko Tingkir ruled on Pajang Palace for almost twenty years (1568-1586). Pajang Palace occupies an important position in the stage of national history. (2). The Establishment of Pajang Palace heritage trail complex was built gradually because the funding source came independently from the community, visitors and managers who care about these Cultural object. (3). Pajang Palace heritage trail is one of Cultural heritage objects of Indonesia and were a very high cultural value of work,. Utilization Pajang Palace heritage trail as a tourist attraction (religion) plaid an important role in cultivating cultural values other than purely historical journey into a place of recreation a comfortable and reassuring to say their prayers to God Almighty. That the government region Sukoharjo need to give special attention to the Pajang Palace heritage trail. In this case provide good service and provide adequate facilities which is one of the main requirements Pajang Palace heritage trail as a tourist attraction (religion). (4). The perception of Makamhaji Village society were classified into two groups, those are: the old group, this group is still highly honor about customs or traditions values. The old group is still strongly believe in the sanctity of Pajang Palace heritage trail. And the young group, the responses of this group about Pajang Palace heritage trail are diverse, influenced by level of education and the thickness of one's faith.

Page 7: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

• Kabudayan bondo kadonyan (materiel Cultuur) iku kabudayan sing bisa

mbebayani lan gawe rusak lakuning kamanungsan, dene kabudayan kang

dasare jiwo iku kabudayaning manungso anggone ngesti marang jejering

dumadi (Dr. Rajiman Widyadiningrat).

• Negara yang maju adalah negara yang selalu memelihara dan menjaga

kebudayaan bangsa (Sri Surami).

• If you lost... you can look and you will find me time after time (Lauper,

Cindy, Time After Time)

• “Impian, Cinta dan Kehidupan”

Sederhana, tapi luar biasa… ada dalam diri setiap manusia jika mau

meyakininya. Donny Dirgantoro (2005: 382)

Page 8: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya skripsi ini dipersembahkan untuk:

Ibu dan Bapak tercinta,

Kakak-kakak ku tersayang,

Keponakanku tersayang Ilham Fauzi Ramadhan

Apung, makasih buat kebersamaan dan dukungannya selama ini dan memberikan

warna di kehidupanku

Teman-teman angkatan 2007, kakak-kakak, dan adik-adik tingkatku di Sejarah

FKIP UNS

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almamater tercinta tempat ku

menimba ilmu untuk menambah wawasan kesejarahanku

Page 9: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Kami haturkan kepada Allah S.W.T atas segala

limpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga proses penelitian dan

penyusunan skripsi ini berjalan dengan cukup baik. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurah dan terlimpahkan pada junjungan Kita Rasulullah SAW.

Skripsi ini ditulis guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama masa penyelesaian skripsi ini, cukup banyak hambatan yang

menimbulkan kesulitan, dan berkat karunia Allah S.W.T dan peran berbagai pihak

akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu dengan rendah hati

penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan

persetujuan dalam penyusunan skripsi.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Leo Agung S, M.Pd selaku Pembimbing I, yang dengan sabar telah

memberikan motivasi, masukan, dan saran.

5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd selaku Pembimbing II, yang dengan sabar juga telah

memberikan arahan, masukan, dan saran.

6. Segenap staf pengajar Program Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak Zaenuri, selaku kepala desa Makamhaji yang telah membantu

kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Siswo Hartono selaku ketua I Petilasan Kraton Pajang yang telah

membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Page 10: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Bapak Edy Sujasmin Sastro Utomo selaku juru kunci Petilasan Kraton Pajang

yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin

penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

11. Bapak Taufik, selaku kepala Dinas Pariswisata Kabupaten Sukoharjo yang

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih terdapat banyak

kekurangan sehingga kritik dan saran senantiasa penulis harapkan. Harapan

penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.

Surakarta, Mei 2011

Penulis

Page 11: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………….… ............................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN....................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN …… ... ………………………………………...... .. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv

ABSTRAK ……………. .................................................................................... v

HALAMAN MOTTO ............................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………...... ......................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………...... ......... xi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………...... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 5

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7

1. Benda Cagar Budaya ................................................................ 7

2. Petilasan …………………………………………………….. 12

3. Kraton ……………………………………………………….. 13

4. Pariwisata ................................................................................. 15

5. Masyarakat ………………………………………………….. 23

B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 31

1. Tempat Penelitian..................................................................... 31

2. Waktu Penelitian ..................................................................... 32

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ....................................................... 33

Page 12: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

1. Bentuk Penelitian ..................................................................... 33

2. Strategi Penelitian .................................................................... 33

C. Sumber Data ................................................................................... 34

D. Teknik Sampling ............................................................................ 36

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36

F. Validitas Data ................................................................................. 39

G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 40

H. Prosedur Penelitian......................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 44

A. Deskripsi Tempat Penelitian .......................................................... 44

1. Kondisi Geografis .................................................................... 44

2. Kondisi Demografis ................................................................. 45

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ................................................ 50

1. Sejarah Kraton Pajang .............................................................. 50

2. Pembangunan Petilasan Kraton Pajang .................................... 53

a) Latar Belakang Pembangunan Petilasan Kraton Pajang .... 53

b) Keadaan Kompleks Petilasan Kraton Pajang ..................... 54

3. Petilasan Kraton Pajang sebagai pengembangan Benda Cagar

Budaya dan Pariwisata (Obyek Wisata Religi) ........................ 56

a) Petilasan Kraton Pajang sebagai Benda Cagar Budaya .... 56

b) Petilasan Kraton Pajang sebagai Pariwisata (Obyek

Wisata Religi) ................................................................... 57

c) Upaya Pelestarian Aset Wisata Petilasan Kraton Pajang ... 61

4. Persepsi Masyarakat terhadap Petilasan Kraton Pajang........... 63

BAB I KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN .............................................. 70

A. Kesimpulan .................................................................................... 70

B. Implikasi ......................................................................................... 73

C. Saran ............................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 75

LAMPIRAN ………………………………………………...................................... 78

Page 13: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Jumlah Penduduk Desa Makamhaji berdasarkan Kelompok umur

per Maret Tahun 2010 ………….… .................................................................... 45

2. Jumlah Tingkat Pendidikan Desa Makamhaji per Maret Tahun 2010 ………….. 46

3. Jenis Pekerjaan Desa Makamhaji per Maret Tahun 2010 ………….. .................. 47

4. Jumlah Lembaga Pendidikan Desa Makamhaji per Maret Tahun 2010……. ...... 49

5. Nama dan Jumlah Tempat Ibadah per Maret Tahun 2010 …… ........................... 50

Page 14: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Informan …………………………………………………………… ...... 79

2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban Penelitian …………………………………… . 81

3. Foto-foto dari Petilasan Kraton Pajang ………………………………………… 87

Foto 1) : Penunjuk Arah ke Petilasan Kraton Pajang ………………………….. 87

Foto 2) : Gerbang Petilasan Kraton Pajang ……………………………………. 87

Foto 3) : Area Petilasan Kraton Pajang ………………………………………... 88

Foto 4) : Bangsal Petilasan Kraton Pajang …………………………………….. 89

Foto 5) : Tempat Sungkeman ………………………………………………….. 89

Foto 6) : Kotak Sumbangan Swadaya …………………………………………. 90

Foto 7) : Peraturan di Petilasan Kraton Pajang ………………………………… 90

Foto 8) : Silsilah Pajang-Pengging …………………………………………….. 91

Foto 9) : Batu Ompak ………………………………………………………….. 92

Foto 10): Getek Sultan Hadiwijaya …………………………………………….. 92

Foto 11): Sumber Panguripan Tirtamulya ……………………………………… 93

Foto 12): Mushola ……………………………………………………………… 94

Foto 13): Area yang belum dibangun …………………………………………... 94

Foto 14): Makanan yang dido’akan …………………………………………….. 95

Foto 15): Juru Kunci mendo’akan makanan untuk sesaji………………….. ....... 95

Foto 16): Pengunjung Petilasan Kraton Pajang…………………………………. 96

Foto 17): wawancara Penulis dengan Juru Kunci ……………………………… 97

Foto 18): Wawancara Penulis dengan pengunjung …………………………….. 97

4. Sketsa Peta Desa Makamhaji …………………………………………………... 98

5. Daftar Pengunjung Petilasan Kraton Pajang …………………………………… 99

6. Daftar Keputusan Kepala Desa Makamhaji tentang Pembentukan Pengurus

Petilasan Kraton Pajang ……………………………………………………….. 111

7. Berita Koran “Nglacak Petilasan Kraton Pajang” ……………………………… 114

8. Koran Bernas “Batu Ompak Kraton Pajang berhasil ditemukan” …………… .. 120

9. Sarasilah Pajang-Pengging ……………………………………………………... 121

Page 15: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

10.Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tentang ijin

Penyusunan Skripsi ……………………………………………………………. 122

11.Surat Permohonan ijin Menyusun Skripsi ……………………………………… 123

12.Surat Ijin Penelitian ke Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Pariwisata, dan

Kebudayaan (Dinas POPK) Kabupaten Sukoharjo ……………………………. 124

13.Surat Ijin Penelitian ke Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo ……………. 125

14.Surat Ijin Penelitian ke Petilasan Kraton Pajang ……………………………….. 126

15.Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo …………………… 127

Page 16: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sektor kepariwisataan merupakan salah satu andalan perolehan devisa

negara dari sektor non migas hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia,

pada abad ke-21 industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di

dunia. Perkembangan kepariwisataan dunia tidak lepas dari perkembangan faktor-

faktor penunjangnya, misalnya kemudahan transportasi, kemajuan teknologi dan

perkembangan telekomunikasi yang berjalan cepat dan terus-menerus.

Dibangunnya sarana dan prasarana transportasi seperti jalan raya, jembatan,

pelabuhan, terminal bus, stasiun kereta api dan bandar udara merupakan suatu

bukti kemudahan transportasi yang terus berkembang. Sejalan dengan itu,

perkembangan transportasi tampak pula dengan canggihnya alat transportasi itu

sendiri yang semakin beragam dengan berbagai fungsinya mulai dari transportasi

darat, laut, dan udara (Maskun, 2005:1).

Adanya kemudahan tersebut membawa dampak di bidang kepariwisataan,

dengan kemajuan telekomunikasi promosi kepariwisataan dapat dilakukan dengan

lebih efektif dan efisien, sehingga dalam waktu singkat informasi kepariwisataan

dari suatu negara dapat diserap dan diterima di seluruh penjuru dunia yang pada

gilirannya akan menumbuhkan minat wisatawan untuk mengunjunginya.

Kemudahan transportasi dengan segala sarana dan prasarananya secara memadai

turut membantu kelancaran dalam perjalanan wisata yang sangat berpengaruh

terhadap kenyamanan wisatawan.

Potensi kepariwisataan yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan modal

terpenting dalam pengembangan kepariwisataan daerah tersebut. Melalui

penanganan yang tepat, potensi kepariwisataan yang dimiliki suatu daerah dapat

dikembangkan menjadi suatu obyek dan daya tarik wisata yang menarik dan

mampu menumbuhkan minat wisatawan untuk mengunjunginya (Maskun,

2005:2-3).

Page 17: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata di dunia. Hal ini

terjadi karena Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang sangat besar, baik

karena keindahan alam, keragaman flora dan fauna, keragaman tradisi, adat

istiadat dan seni budaya maupun peninggalan-peninggalan purbakalanya. Jenis

pariwisata yang paling menonjol adalah pariwisata budaya. Ini dikarenakan

keaneragaman suku bangsa, adat istiadat serta kebiasaan maka Indonesia banyak

dikunjungi wisatawan asing, sedangkan keindahan alam merupakan daya tarik

yang kedua. Karena itu daya tarik wisatawan (tourist heritage) terhadap hasil seni

budaya itu perlu ditingkatkan sejalan dengan peningkatan fasilitas yang lainnya

(Oka A Yoeti, 1982: 168).

Potensi kepariwisataan yang sangat besar yang dimiliki Indonesia tentunya

memerlukan penanganan semaksimal mungkin oleh pihak-pihak terkait terutama

pemerintah, sebab sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara

yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah

memberikan perhatian besar terhadap sektor kepariwisataan ini, sejak awal

kemerdekaan berbagai usaha dilakukan untuk memajukan kepariwisataan.

Indonesia mulai dari penanganan perhotelan pembangunan di bidang transportasi

membentuk badan yang khusus mengurusi kepariwisataan (Oka A Yoeti,

1982:37). Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya merupakan upaya untuk

mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang wujudnya

antara lain berbentuk, kemajemukan tradisi dan budaya serta peningkatan

pemahaman dari sisi sejarah dan budaya.

Dari pernyataan di atas, nampak bahwa tujuan negara mengembangkan

pariwisata antara lain adalah pengembangan atau pelestarian nilai-nilai sejarah

dan budaya bangsa dan mendorong pembangunan daerah. Maka hal ini tidak akan

terlepas dari benda-benda peninggalan masa lalu yang selanjutnya kita kenal

dengan sebutan Benda Cagar Budaya.

Indonesia memiliki banyak sekali Benda-benda Cagar Budaya yang

merupakan peninggalan masa lalu, baik yang berasal dari masa Hindu, Budha,

Islam, kolonialisme barat dan bahkan masa setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Benda-benda Cagar Budaya tersebut harus dijaga kelestariannya, agar nilai-nilai

Page 18: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

budaya bangsa yang terkandung didalamnya dapat diwariskan kepada generasi-

generasi yang akan datang, selain itu kelestarian Benda-benda Cagar Budaya akan

semakin menunjang pemahaman yang lebih mendalam tentang perjalanan sejarah

Bangsa Indonesia.

Pengembangan Benda-benda Cagar Budaya sebagai obyek wisata sejarah

merupakan salah satu jalan yang ditempuh dalam rangka usaha melestarikan nilai-

nilai sejarah budaya bangsa, selain itu pengembangan obyek wisata sejarah

merupakan salah satu sumber devisa negara yang sangat diperlukan dalam

pembangunannya (Oka A Yoeti, 1982: 64).

Indonesia Warisan budaya kota atau urban heritage adalah obyek-obyek

dan kegiatan diperkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota

yang bersangkutan. Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang

memiliki nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal oleh

masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu lokasi dan karakter

kebudayaan suatu kota. Bangunan-bangunan kuno yang memiliki nilai historis di

kota Solo antara lain Petilasan Kraton Pajang, Kraton Kasunanan Surakarta,

Kadipaten Puro Mangkunegaran, Museum Radyapustaka, dan masih banyak lagi

bangunan-bangunan kuno yang terdapat di Kota Solo. Selain bangunan-bangunan

kuno tersebut, Solo juga memiliki tempat-tempat wisata modern yang

menonjolkan keindahan alamnya seperti City Walk, Taman Balekambang, Gelora

Manahan, dan lain sebagainya. Bangunan maupun tempat-tempat tersebut sebagai

asset yang melambangkan Solo sebagai kota budaya (Stefani, 2010: 3).

Petilasan Keraton Pajang merupakan tempat bertahtanya Sultan

Hadiwijaya dari Pajang yang saat mudanya terkenal sebagai Mas Karebet alias

Joko Tingkir. Djoko Tingkir menjadi raja pertama dri Kerajaan Pajang yang

kedudukannya disahkan oleh Sunan Giri (seorang dari salah satu Wali Songo),

kemudian mendapatkan pengakuan dri adipati-adipati diseluruh Jawa Tengah dan

Jawa Timur (Soekmono, 1959: 51). Peninggalan dari Kerajaan Pajang ini yaitu

sisa-sisa kayu yang dahulunya merupakan getek atau rakit yang pernah dinaiki

Joko Tingkir saat melawan buaya, petilasan yang berwujud sebuah batu yang

dulunya menjadi tempat bersemadi dan sebuah sendang yang airnya selalu jernih

Page 19: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

walaupun terletak di pinggir sungai yang keruh dan kotor dan dipercaya dapat

menyembuhkan berbagai penyakit jika airnya dipakai untuk mandi atau cuci

muka. Selain beberapa artefak peninggalan masa lalu yang ada di Petilasan Kraton

Pajang terdapat tempat peninggalan kerajaan Pajang. Petilasan Kraton Pajang

pada masa lalu digunakan untuk penyimpanan senjata untuk raja Pajang (Sultan

Hadiwijaya). Pada masa sekarang, Petilasan Kraton Pajang ini digunakan sebagai

tempat wisata dan tempat perenungan bagi orang-orang yang memiliki keinginan

untuk memuja. Usaha pelestarian di Petilasan Kraton Pajang ini masih diadakan

acara rutin Malem Jumat Legen yang diadakan tiap malam Jumat Legi. Acara

Malam Jumat Legi ini diadakan di Petilasan Kraton Pajang mulai pukul 10.00

atau 11.00 malam. Acara Jumat legen ini diadakan doa bersama atau tahlil selama

lima belas menit yang dipimpin oleh juru kunci dan dilanjutkan dengan acara

makan bersama yang merupakan hasil swadaya dari pengumpulan dana para

peziarah. Pendanaan dari Petilasan Kraton Pajang ini hanya ditanggung oleh dana

swadaya para peziarah dan dari kerabat keturunan saja. Pihak Kraton Surakarta

ataupun Kraton Jogjakarta tidak pernah memberikan bantuan, demikian juga

dengan Pemda Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Pariwisatanya belum memberi

dana perawatan. Dalam upaya pelestariannya tersebut, berdampak pada

masyarakat sekitar Petilasan Kraton Pajang baik secara moril maupun spiritual

(http://walah.multiply.com/journal/350/Destination_Petilasan_Keraton_Pajang di

unduh 13 Desember 2010).

Petilasan Kraton Pajang adalah salah satu bentuk Cagar Budaya

peninggalan sejarah Bangsa Indonesia dan merupakan hasil karya budaya yang

sangat tinggi nilainya, khususnya berkaitan dengan kebudayaan jawa. Petilasan

Kraton Pajang perlu mendapat perhatian lebih lanjut, sehingga sekarang

pemerintah setempat mulai memperhatikan agar bisa menjadi obyek wisata, hal

ini diharapkan dapat menambah pendapatan asli daerah dan sebagai upaya

pelestarian peninggalan hasil budaya. Petilasan Kraton Pajang dimungkinkan

untuk menjadi aset wisata sejarah dikarenakan cukup relevan dalam penanaman

nilai budaya bangsa karena masyarakat luas dapat melihat secara lebih dekat

Page 20: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

mengenai adanya Kraton Pajang yang selama ini dianggap tidak ada. Sehingga

diperlukan perhatian khusus terhadap Benda Cagar Budaya tersebut.

Penulis tertarik untuk meneliti Petilasan Kraton Pajang ini karena petilasan

ini merupakan Benda Cagar Budaya yang memerlukan perhatian khusus dari

pemerintah daerah karena dimungkinkan akan menjadi aset wisata yang dapat

menghasilkan devisa bagi negara. Hal tersebut menarik bagi pneliti untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Petilasan Kraton Pajang (Studi tentang

Penjajagan Menjadi Aset Wisata)”

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam

melaksanakan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka

dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah Kraton Pajang?

2. Mengapa Masyarakat membangun Petilasan Kraton Pajang?

3. Bagaimana Petilasan Kraton Pajang sebagai pengembangan pariwisata dan

Cagar Budaya?

4. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap Petilasan Kraton Pajang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan

masalah di atas, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah Kraton Pajang.

2. Untuk mengetahui alasan masyarakat membangun Petilasan Kraton

Pajang.

3. Untuk mengetahui pengembangan pariwisata dan Cagar Budaya di

Petilasan Kraton Pajang.

4. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap Petilasan Kraton Pajang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Page 21: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Secara teroretis penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

untuk menambah pengetahuan dan wawasan ilmiah tentang upaya

pengembangan yang dilakukan daerah terhadap potensi wisata

didaerahnya’

b) Adanya penelitian memberikan masukan dan sumbangan kepada

pembaca supaya dapat digunakan sebagai tambahan bacaan dan

sumber data dari bidang kepariwisataan.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan

sumbangan kepada pihak terkait dalam mengembangkan potensi yang

dimiliki Petilasan Kraton Pajang.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi para ilmuwan dan

peneliti lainnya untuk mengadakan penelitian yang ada hubunngannya

dengan penelitian ini, sehingga hal-hal yang belum terungkap dapat

terungkap.

Page 22: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1.Benda Cagar Budaya

a. Pengertian Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (2004:19) kata kebudayaan berasal dari

bahasa sansekerta buddayah ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

dan akal. Budaya dibedakan dari kebudayaan, karena budaya adalah daya dari

budi yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari

cipta, rasa dan karsa itu sendiri. Dalam istilah antropologi budaya perbedaan itu

ditiadakan. Kata budaya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari kebudayaan

dengan arti yang sama.

Menurut Bakker dalam Usman Pelly (1994:22), asal kata kebudayaan

berasal dari kata Abhyudaya dari bahasa sansekerta. kata Abhyudaya berarti

hasil baik, kemajuan, kemakmuran yang serba lengkap. Bakker mengartikan

secara singkat kebudayaan sebagai penciptaan penerbitan dan pengolahan nilai-

nilai insani.

Menurut Mangunsarkoro yang dikutip Djoko Widagdo (2001:20)

Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil karya jiwa manusia dalam arti

yang seluas-luasnya. Dari pendapat ini nampak bahwa kebudayaan

menyangkut semua hasil karya manusia dalam berbagai sifat termasuk wujud

dan bentuknya.

Menurut Koentjaraningrat (1990:180) “Kebudayaan adalah

keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik demi manusia dengan belajar”,

Kebudayaan diperoleh dari proses belajar yang dilakukan manusia dalam

kehidupan masyarakat. Adanya kebudayaan merupakan suatu usaha manusia

dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, disamping diciptakan sebagai

alat untuk mempertahankan dan sekaligus mencapai kesempurnaan hidup

manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Djoko Widagdo (2001:20) yang

Page 23: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

mengemukakan bahwa “Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk

mencapai kesempurnaan hidup. Segala sesuatu yang diciptakan manusia baik

yang konkrit maupun abstrak, itulah kebudayaan”.

Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai hasil pengungkapan diri

manusia ke dalam materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat

dan menjadi warisannya. Kata materi harus dimengerti dalam arti luas,

sehingga mencakup juga badan dan relasi-relasi dengan orang lain (K.J Veeger,

1992:7).

Menurut antropolog E.B Taylor dalam Koentjaraningrat (1990: 180),

kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta

kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku

yang normatif, artinya mencakup segala cara atau pola berpikir, merasakan dan

bertindak.

Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (1990:189),

kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya

masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaaan atau

kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk

menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk

keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala

kaidah dan nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah

kemasyarakatan dalam arti luas, termasuk didalamnya agama, ideologi,

kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa

manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan

kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup

bermasyarakat dan yang menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan.

Dari pengertian kebudayaan tersebut di atas, maka dapat berarti bahwa

secara umum kebudayaan adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia baik

yang konkrit maupun yang abstrak yang merupakan keseluruhan sistem,

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang diperoleh dari proses belajar di

Page 24: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mana kebudayaan merupakan suatu usaha manusia untuk mencapai

kesempurnaan hidup.

b. Unsur-unsur Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (2000:2) kebudayaan setiap masyarakat

terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan

bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Ada tujuh unsur

kebudayaan yang dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universal

dan merupakan unsur yang bisa ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik

dalam masyarakat pedesaan yang kecil terpencil maupun dalam masyarakat

kota yang besar dan kompleks. Unsur-unsur universal ini merupakan isi dari

semua kebudayaan yang ada di dunia, antara lain: (1) Sistem religi dan upacara,

(2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan, (3) Sistem pengetahuan, (4) Bahasa

(lisan maupun tertulis), (5) Kesenian (seni rupa, seni suara, dan seni gerak), (6)

Sistem mata pencaharian hidup, dan (7) Sistem teknologi dan peralatan.

Menurut Soerjono Soekanto (1990: 191) ada tujuh unsur kebudayaan

yang dianggap sebagai cultural universal, yaitu: (1) peralatan dan perlengkapan

hidup manusia (pakaian, perumahan, rumah tangga, senjata, alat-alat produksi,

dan transportasi), (2) mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi

(pertanian, peternakan, sistem produksi, dan sistem distribusi), (3) sistem

kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, dan

sistem perkawinan), (4) bahasa (lisan maupun tertulis), (5) kesenian (seni rupa,

seni suara, dan seni gerak), (6) sistem pengetahuan, dan (7) religi (sistem

kepercayaan).

Ketujuh unsur ini, masing-masing dapat dipecah dalam sub unsur-

unsurnya. Ketujuh unsur kebudayaan mencakup seluruh kebudayaan makhluk

manusia dimanapun, dan menunjukkan ruang lingkup dari kebudayaan serta

isi dari konsepnya.

c. Wujud Kebudayaan

Menurut J.J Honigman yang dikutip Koentjaraningrat (1990:86)

membedakan adanya tiga gejala kebudayaan, yaitu ideas, activities, dan

Page 25: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

artifacts. Dalam hal ini gejala kebudayaan yang termasuk kelompok ideas

adalah gejala sesuatu yang masih terdapat di dalam pikiran manusia yang

berupa ide-ide, pendapat maupun gagasan. Gejala kebudayaan yang termasuk

kelompok actifities adalah tindakan-tindakan manusia sebagai tindak lanjut dari

apa yang terdapat dalam alam pikir manusia. Gejala kebudayaan yang ketiga

adalah artifacts, yaitu kebudayaan yang bersifat kebendaan atau kebudayaan

fisik atau kebudayaan material yang merupakan hasil karya manusia yang

berupa benda dengan berbagai sifatnya. Sejalan dengan pernyataan di atas,

Koentjaraningrat (2004: 5) mengemukakan bahwa kebudayaan itu ada tiga

wujudnya, antara lain : (1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dan ide-

ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan

sebagainya., (2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta

tindakan berpola dan manusia dalam masyarakat, dan (3) Wujud kebudayaan

sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ide dari kebudayaan. Sifatnya abstrak,

tidak dapat diraba atau difoto, dan dalam alam pikiran dari warga masyarakat

di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ide ini biasa

distebut dengan tata-kelakuan, maksudnya menunjukkan bahwa kebudayaan

ide itu biasanya juga berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur,

mengendalikan, dan memberi arah pada kelakuan dan perbuatan manusia

dalam masyarakat. Wujud kedua dari kebudayaan biasa disebut dengan sistem

sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini

terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan,

serta bergaul satu dengan yang lainnya selalu mengikuti pola tertentu

berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktifitas manusia dalam

suatu masyarakat, maka sistem sosial ini bersifat konkrit. Wujud yang ketiga

dari kebudayaan disebut juga kebudayaan fisik dan memerlukan keterangan

banyak, karena merupakan aktifitas, perbuatan dan karya manusia dalam

masyarakat, maka sifatnya paling konkrit dan berupa benda-benda atau hal-hal

yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.

Page 26: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Ketiga wujud kebudayaan tersebut, dalam kenyataan kehidupan

masyarakat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kebudayaan ide dan

adat istiadat mengatur dan member arah pada perbuatan dan karya manusia

menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik

itu membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang semakin menjauhkan

manusia dari lingkungan alamiah sehingga mempengaruhi pula pola-pola

perbuatannya, bahkan juga mempengaruhi cara berfikirnya.

Djoko Widagdo (2001: 21) mengatakan bahwa kebudayaan adalah

segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan oleh manusia, karena itu

meliputi: (1) Kebudayaan material (bersifat jasmaniah) yang meliputi benda-

benda ciptaan manusia, misalnya alat-alat perlengkapan hidup, (2) Kebudayaan

non material (bersifat rohaniah) yaitu segala hal yang tidak dapat dilihat dan

diraba, misalnya religi, bahasa, dan ilmu pengetahuan.

Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa semua benda hasil karya

atau ciptaan manusia dalam berbagai sifat, wujud dan bentuknya merupakan

salah satu wujud dari kebudayaan di mana jika benda-benda tersebut telah

memenuhi persyaratan tertentu, maka benda-benda tersebut merupakan Benda

Cagar Budaya.

d. Benda Cagar Budaya

Benda Cagar Budaya adalah semua benda hasil karya atau ciptaan

manusia dalam berbagai sifat, wujud dan bentuknya yang merupakan salah satu

wujud dari kebudayaan di mana jika benda-benda tersebut telah memenuhi

persyaratan tertentu. Benda cagar budaya memiliki nilai yang sangat penting

bagi pemahaman sejarah bangsa karena melalui benda cagar budaya tersebut

masyarakat dapat melihat hasil karya manusia yang pada masa lampau

sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih nyata tentang pola kehidupan

yang berlangsung pada masa yang telah lalu.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1992

tentang Benda Cagar Budaya dalam Bab I Pasal I dinyatakan bahwa Benda

Cagar Budaya adalah: (1) Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak

yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya,

Page 27: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa

gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)

tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

dan kebudayaan dan, (2) Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting

bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan

(http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_5_92.htm di unduh 16 Agustus 2010).

2. Petilasan

Petilasan adalah istilah yang diambil dari bahasa Jawa (kata dasar "tilas"

atau bekas) yang menunjuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau

didiami oleh seseorang (yang penting). Petilasan biasanya adalah tempat tinggal,

tempat beristirahat (dalam pengembaraan) yang relatif lama, tempat pertapaan,

tempat terjadinya peristiwa penting, atau terkait dengan legenda tempat moksa.

Dalam bahasa Arab, petilasan disebut maqam (berarti "kedudukan" atau

"tempat"). Istilah 'makam' dalam bahasa Indonesia tidak berarti sama dengan

'maqam'. Merupakan tanda dimana leluhur besar bangsa ini pernah menginjakkan

kaki dan mendapat makna atau pengetahuan luhur di wilayah tersebut.

Beberapa bentuk situs petilasan antara lain: Lingga-Yoni, lingga

merupakan batu panjang seperti huruf alif, dipancang tegak di suatu wilayah.

Lingga berarti makna kebenaran sejati, jalan lurus yang telah dimaknai oleh

leluhur yang memancangnya, terkadang di wilayah lingga, juga terdapat Yoni.

Lingga-Yoni merupakan keseimbangan langit dan bumi. Keselarasan feminism

dan maskulin. Batu kecil yang dipancang sederhana juga sebagai situs petilasan.

Ada juga petilasan yang berbentuk patung-patung batu. Merupakan simbol dari

leluhur itu sendiri. Karena petilasan sejak dahulu merupakan tempat meditasi atau

hening, maka sampai sekarang fungsinya masih dijalankan.

Maka dapat disimpulkan bahwa petilasan adalah suatu tempat yang pernah

disinggahi atau didiami oleh seseorang (yang penting). Petilasan adalah tempat

tinggal, beristirahat (dalam pengembaraan) yang relatif lama, pertapaan, tempat

terjadinya peristiwa penting, atau terkait dengan legenda tempat moksa (http:

Wikipedia.com di unduh tanggal 29 Juni 2011 pukul 12.32).

Page 28: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3. Kraton

a. Pengertian Kraton

Menurut Purwodarminto (1976:489) dalam kamus besar Bahasa

Indonesia, kraton diartikan sebagai istana raja, kerajaan. Kata kraton berasal

dari kata dasar (Jawa: Lingga) ratu ditambah awalah ka dan akhiran an menjadi

ka-ra-tu-an, kemudian dipercepat pengucapannya menjadi kraton yang berarti

tempat tinggal atau kediaman resmi ratu atau raja dengan keluarganya (Sri

Winarni, 2004:26).

Sri Winarni (2004:27) menjelaskan kraton menjadi dua pengertian,

yaitu: (1) Kraton berarti rumah atau tempat tinggal ratu. Dalam pengertian ini

kraton sama dengan istana (palace), dan (2) Kraton berarti negara (nagari)

yaitu daerah atau wilayah tertentu yang memiliki susunan asli, pemerintahan

sendiri (otonomi), memiliki daerah atau wilayah tertentu dan rakyat (kawula)

tertentu. Dalam pengertian ini kraton sama dengan kerajaan (kingdom).

Definisi lain dari kraton dikemukakan oleh Ekadjati (1992: 49), kraton

berasal dari bahasa Jawa kuno dengan kata dasar ratu yang berarti raja yang

mendapat akhiran an yang menunjukkan keterangan tempat, yaitu tempat

bersemayam raja. Sebuah kraton merupakan kumpulan bangunan tempat

bersemayam raja dan keluarganya. Raja sebagai kepala pemerintahan negara

selalu tinggal di dalam kraton dan biasanya dijadikan pusat dari segala kegiatan

politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Kraton dalam pengertian Bahasa Indonesia adalah istana tempat

bersemayam raja atau ratu. Kraton tidak identik dengan istana karena kraton

bukan semata-mata sebagai tempat tinggal raja tetapi kraton implicit dari nilai-

nilai keagamaan, filsafat, dan budaya.

Berdasarkan pandangan Orang Jawa, kraton berasal dari kata karatyan

atau keraton yang umum disebut sebagai kedhaton, pura, atau puri yang

merupakan tempat raja bermukim (W.D Miranti, 2003:13). Menurut Darsiti

Soeratman (1989:1) istilah kraton menunjukkan tempat kediaman ratu atau

raja, yang mempunyai beberapa arti : (1) Berarti negara atau kerajaan, (2)

Berarti pekarangan raja yang meliputi wilayah dalam cepuri (tembok yang

Page 29: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

mengelilingi halaman) baluwarti, (3) Pekarangan raja meliputi wilayah di

dalam cepuri ditambah alun-alun.

Menurut Darsiti Soeratman (1989: 1) kraton merupakan bangunan

yang unik berukuran luas dengan struktur bangunan yang bersifat khusus.

Kraton adalah monopoli raja, oleh karena itu penguasa tradisional lainnya,

misalnya kadipaten tidak diperkenankan duduk di dhampar atau singgasana

raja dan tidak diijinkan memiliki alun-alun bale witana, di samping tidak

berhak memutuskan hukuman mati, jadi kraton merupakan tempat kedudukan

khusus raja. Istilah kraton merupakan kediaman raja atau ratu yang meliputi

tempat tinggal (kedhaton) dengan halaman atau pekarangan yang dibatasi pagar

atau tembok cepuri Baluwarti.

Istana atau kraton juga disebut negoro. Istana raja dan tempat

kediaman yang dihuni bersama keluarga, beserta bangunan-bangunan tempat

pangeran dan bangsawan bekerja termasuk didalamnya pusat negara yang

dianggap magis religius (George D.Larson, 1990: 5).

Beberapa pendapat di atas dapat diartikan bahwa kraton adalah

pekarangan raja yang meliputi wilayah di dalam cepuri (tembok yang

mengelilingi keraton) baluwarti dan alun-alun yang dihuni oleh raja atau ratu

bersama keluarganya dengan bangunan-bangunan tempat pangeran dan para

bangsawan tinggal dan bekerja.

b. Fungsi Kraton

Menurut Sri Winarni (2004: 28) ungsi kraton adalah sebagai berikut:

(1) sebagai wahyu ratu, sumber budaya Jawa atau peninggalan kebudayaan

leluhur ratu Jawa, (2) sebagai wujud atau bentuk peninggalan sejarah, (3)

sebagai bentuk asli Negara Indonesia yang memiliki tata susunan asli kultur

Jawa yang diperintah oleh raja Jawa secara turun temurun dan menjadi pusat

pemerintahan, dan (4) sebagai tempat tinggal atau kediaman resmi ratu Jawa

beserta kerabat atau keluarganya. Menurut Sartono Kartodirjo (1984: 23)

kraton merupakan pusat birokrasi pemerintahan atau dalam kata lain

merupakan pusat penyelenggara pemerintahan dalam suatu kerajaan.

Page 30: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Bangunan kraton sebagai situs budaya dapat digunakan sebagai

sumber pembelajaran sejarah karena bangunan itu mengandung nilai historis

(K.M Tanjung, 2005:4). Nilai-nilai historis dapat berupa latar belakang

penelitian sejarah yang berkaitan dengan hal-hal yang nampak sebagai

peninggalan sejarah tersebut (I Gede Widja, 1989: 22). Latar belakang sejarah

juga mendapat perhatian dari guru sejarah karena disinilah unsur-unsur

inspiratif atau edukatif bisa diungkap. Dalam penelitian ini Keraton berfungsi

sebagai tempat pariwisata budaya atau cultural tourism.

4. Pariwisata

Manusia dituntut lebih aktif dalam kehidupan sehari-hari karena

perkembangan jaman yang semakin pesat menjadikan kebutuhan hidup manusia

beragam. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia menjadi semakin sibuk

dalam berbagai aspek kehidupannya sehari-hari. Kesibukan tersebut bukan hanya

terjadi di dalam pekerjaan saja, tetapi juga pendidikan. Dalam kondisi seperti ini,

manusia sering mengalami stress yang terjadi karena beban hidup yang berat.

Salah satu jalan yang lazim dilakukan untuk mengatasi stress dan mengurangi

kepenatan adalah dengan mengadakan perjalanan wisata. Untuk lebih memahami

perjalanan wisata, berikut diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan

pariwisata secara umum.

a. Pengertian Pariwisata

Ditinjau secara etimologi kata pariwisata berasal dari bahasa

sansekerta yaitu pari yang berarti banyak dan wisata yang berarti perjalanan

atau berpergian. Atas dasar itulah kata pariwisata diartikan sebagai perjalanan

yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat

lainnya yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata tour (Oka A Yoeti,

1993: 106).

Menurut Salah Wahab dalam Oka A Yoeti (1993: 107) pariwisata

merupakan suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat

pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu

sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain

Page 31: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

(daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam

mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang

dialaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Pengertian kepariwisataan menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun

1990 pada Bab I Pasal I, bahwa kepariwisataan adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata artinya semua kegiatan dan

urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan

pengawasa pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta, dan

masyarakat. Menurut Institut of Tourism in Britain dalam Kusmayadi (2000:

5), pariwisata adalah kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka

waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan tempat

bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat

tujuan dan mencakup kepergian untuk berbagai maksud termasuk kunjungan

sehari atau darmawisata.

Menurut H. Kodyat dalam J.J Spillane (1990: 21) pariwisata adalah

perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain bersifat sementara dilakukan

perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau

keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,

budaya, alam dan ilmu.

Dalam perkembangannya muncul pengertian yang mengarah pada

pariwisata sebagai industri. Pendapat dari Salah Wahab dalam Nyoman S

Pandit (1994: 34) tentang pariwisata dikatakan bahwa:

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Pariwisata sebagai sektor yang kompleks, ia juga meliputi sektor industri kerajinan tangan dan cindera mata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diartikan bahwa pariwisata

adalah suatu perjalanan yamg dilakukan untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk

berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi

Page 32: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan

rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

b. Jenis Pariwisata

Pengelompokan tentang jenis pariwisata dianggap penting, karena

dengan cara itu dapat menentukan penghasilan devisa yang diterima dari suatu

jenis pariwisata yang dikembangkan di suatu tempat atau daerah tertentu. Di

lain pihak, pengelompokan ini juga sangat berguna untuk menyusun statistik

kepariwisataan atau mendapatkan data penelitian yang diperlukan dalam

perencanaan selanjutnya di masa yang akan datang.

Menurut Oka A Yoeti (1993:111), Jenis pariwisata menurut letak

geografis, di mana kegiatan pariwisata itu berkembang :

1) Pariwisata Lokal (Local Tourism)

Adalah pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit

dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja.

2) Pariwisata Regional (Regional Tourism)

Adalah kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu tempat atau

daerah yang ruang lingkupnya lebih luas dibandingkan dengan local

tourism, tetapi lebih sempit jika dibandingkan dengan kepariwisataan

nasional (national tourism).

3) Kepariwisataan Nasional (National Tourism)

a) Kepariwisataan dalam arti sempit

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang dalam wilayah suatu

negara atau dengan kata lain pariwisata dalam negeri (domestic

tourism), dimana titik beratnya orang melakukan perjalanan wisata

adalah warga negara sendiri dan orang-orang asing yang berdomisili di

negara tersebut.

b) Kepariwisataan dalam arti luas

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah

negara, selain kegiatan domestic tourism juga dikembangkan foreign

tourism. Jadi selain adanya lalu lintas wisatawan di dalam negeri

Page 33: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

sendiri, juga ada lalu lintas wisatawan dari luar negeri maupun dari

dalam negeri ke luar negeri.

4) Regional-International Tourism

Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah

internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau

tiga negara dalam wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN,

Timur Tengah, Asia Selatan, dan Eropa Barat.

5) International Tourism

Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism), yaitu

kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara di dunia.

Menurut J.J Spillane (1990: 31), jenis pariwisata menurut motif tujuan

perjalanannya adalah sebagai berikut :

1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat

tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak

keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf, melihat sesuatu yang

baru, menikmati keindahan alam dan mendapatkan ketenangan dan

kedamaian di daerah luar kota.

2) Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki

pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, pemulihan kembali

kesegaran jasmani dan rohani, menyegarkan keletihan dan kelelahan.

3) Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya rangkaian motivasi.

4) Pariwisata untuk olah raga (Sports Tourism)

Jenis ini dibagi dalam dua kategori, antara lain:

a) Big Sport Events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar.

b) Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olah raga bagi

mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri.

5) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Bussiness Tourism)

6) Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Page 34: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Jenis pariwisata ini adalah semacam konvensi dan pertemuan dari badan-

badan atau organisasi internasional.

c. Wisatawan

Manusia merupakan salah satu unsur pokok dalam pariwisata, di mana

perkembangan kepariwisataan tidak terlepas dan peranan manusia sebagai

pelaku utama pariwisata itu sendiri, dalam hal ini manusia berperan baik

sebagai penyelenggara maupun penikmatnya. Manusia sebagai penikmat

pariwisata dimaksudkan sebagai orang yang melakukan perjalanan wisata dan

menikmati obyek dan daya tarik wisata termasuk semua fasilitas yang

disediakan selama berada di daerah tujuan wisata tersebut.

Orang yang melakukan perjalanan wisata tersebut sering disebut

dengan istilah wisatawan. Wisatawan berasal dari dari bahasa sansekerta,

yaitu gabungan dari kata wisata dan wan sebagaimana pendapat yang

mengatakan kata wisatawan berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari

kata wisata yang berarti perjalanan dan wan untuk menyatakan orang dengan

profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya, atau kedudukan seseorang.

Jadi secara sederhana wisatawan berarti orang yang melakukan perjalanan

(Oka A Yoeti, 1993: 120).

Menurut Instruksi Presiden RI Nomor 9 tahun 1969 yang dikutip J.J

Spillane (1990: 21) wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat

tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan

kunjungan. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, seseorang termasuk

wisatawan jika dapat menikmati perjalanan dan kunjungan yang dilakukan,

hal ini sesuai dengan tujuan pokok perjalanan wisata yaitu untuk bersenang-

senang dan harus dilakukan dengan sukarela.

Definisi wisatawan yang sejalan dengan pengertian di atas terdapat

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 yang

dikutip A Hari Karyono (1997:21) tentang kepariwisataan yang menyebutkan

“Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata, di mana wisata

adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

Page 35: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan

daya tarik wisata”.

Wisatawan adalah perjalanan atau perpindahan dari satu tempat ke

tempat lain yang bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik

wisata dan orang yang melakukannya disebut wisatawan. Perjalanan dan

perpindahan sementara yang dilakukannya tersebut tidak terbatas dalam satu

wilayah tertentu saja, perjalanan atau perpindahan tersebut dapat dilakukan

dalam satu kota, antar kota dalam satu propinsi, antar propinsi bahkan

termasuk pula antar negara, tetapi harus tetap dilakukan dengan tujuan

kesenangan dan bukan untuk mencari nafkah atau bekerja.

Menurut Oka A. Yoeti (1993:123) Wisatawan merupakan pengunjung

sementara yang tinggal sekurang-kurangnya dua puluh empat jam di negara

yang dikunjungi dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan sebagai berikut:

(1) Pesiar yaitu untuk keperluan rekreasi, kesehatan, studi, keagamaan, dan

olah raga, (2) Hubungan dagang, sanak keluarga, konferensi-konferensi dan

misi.

Berdasarkan beberapa definisi wisatawan di atas, dapat diartikan

bahwa wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan tempat

tinggalnya menuju tempat lain dengan tujuan apapun tetapi bukan untuk

mencari nafkah atau mendapatkan upah, di mana perjalanan yang dilakukan

itu bersifat sementara dan dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik

wisata dengan tujuan bersenang-senang dan dilakukan secara sukarela.

Berdasarkan sifat perjalanannya dan lokasi di mana perjalanan wisata

dilakukan, wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) wisatawan

asing (Foreign Tourist) adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata,

yang dating memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di

mana biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara

atau wisman, (2) domestic foreign tourist adalah orang asing yang berdiam

atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan

wisata di wilayah negara di mana ia tinggal, (3) wisatawan domestik (domestic

tourist) adalah seorang warga suatu negara yang melakukan perjalanan wisata

Page 36: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya,

(4) indigenous foreign tourist merupakan warga suatu negara tertentu karena

tugas atau jabatannya berada d luar negara asalnya dan melakukan perjalanan

wisata di wilayah negaranya sendiri, (5) transit tourist adalah wisatawan yang

sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu, yang terpaksa mampir

atau singgah pada suatu pelabuhan atau airport atau stasiun bukan atas

kemauan sendiri, dan (6) business tourist adalah orang yang melakukan

perjalanan untuk tujuan bisnis, bukan wisata tetapi perjalanan wisata

dilakukannya setelah tujuan utamanya selesai. Jadi, perjalanan wisata

merupakan tujuan sekunder yaitu setelah tujuan primer (bisnis) selesai.

d. Obyek dan Daya Tarik Wisata

Obyek dan daya tarik wisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dalam perjalanan wisata karena merupakan salah satu obyek yang dimiliki

oleh para wisatawan dalam perjalanan dan kunjungannya. Obyek dan daya

tarik wisata memiliki peranan dalam tingkat kepuasan wisatawan yang datang

mengunjunginya.

Suatu tempat atau daerah tertentu dapat berkembang menjadi obyek

wisata jika memiliki suatu daya tarik sehingga menumbuhkan minat

wisatawan untuk mengunjunginya, hal ini sejalan dengan pendapat M.

Ngafenan yang dikutip A. Hari Karyono (1997: 27) yang menyatakan “Obyek

wisata (Tourist Object) adalah segala obyek yang dapat menimbulkan daya

tarik bagi wisatawan untuk dapat mengunjunginya. Keadaan alam, bangunan

bersejarah, kebudayaan dan pusat-pusat rekreasi modern”.

Selain pengertian tersebut, menurut Oka A, Yoeti (1982: 158) Obyek

wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk

mengunjungi suatu daerah tertentu. Ada hal-hal yang dapat menarik orang

untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya adalah:

(1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang bersifat

alamiah. Misalnya iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora

dan fauna, kawah, sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing,

lembah dan gunung, (2) Hasil cipta manusia meliputi: (a) Monumen

Page 37: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

bersejarah dan sisa peradaban masa lampau. Petilasan Kraton Pajang

merupakan jenis ini, (b) Museum, galeri seni, perpustakaan, dan kesenian

rakyat, (c) Acara tradisional , pameran, festival, upacara naik haji, dan upacara

perkawinan, (d) Rumah-rumah beribadah seperti masjid, kuil, candi, dan pura,

dan (3) Tata cara hidup masyarakat misalnya bagaimana kebiasaan hidup

suatu masyarakat dan adat-istiadatnya.

Dalam peningkatan daya tarik suatu tempat agar menjadi daerah tujuan

wisata yang menarik, diperlukan tersedianya segala sesuatu yang menunjang

kelancaran, kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan selama dari dan ke

tempat wisata tersebut. Oleh karena itu, semua aktifitas dan fasilitas yang

terdapat di daerah tujuan wisata harus ditujukan agar dapat menarik minat

wisatawan untuk mengunjunginya.

Dalam kamus istilah pariwisata yang dikutip A. Hari Karyono (1997:

27) dijelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan obyek wisata antara lain

sebagai berikut: (1) Obyek wisata, perwujudan ciptaan manusia, tata hidup,

seni budaya, sejarah bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk

dikunjungi wisatawan (2) Obyek wisata alam, obyek wisata yang daya

tariknya bersumber pada keindahan dan kekayaan alam, (3) Obyek wisata

budaya, obyek yang daya tariknya bersumber pada kebudayaan, seperti

peninggalan sejarah, museum, keraton, atraksi kesenian dan obyek wisata lain

yang berkaitan dengan budaya, (4) Obyek wisata tirta, kawasan perairan yang

dapat digunakan baik untuk rekreasi maupun kegiatan olah raga air.

Ada beberapa jenis obyek wisata, yaitu antara lain obyek wisata alam,

obyek wisata budaya dan obyek wisata tirta. Adanya alam yang indah,

kekayaan budaya, dan pesona bahari yang besar akan menjadi suatu obyek

wisata yang menarik jika ditangani dengan tepat dan dikemas dengan sebaik-

baiknya sehingga mampu menumbuhkan minat yang besar bagi wisatawan

untuk mengunjunginya. Apabila keindahan alam, kekayaan budaya dan

pesona bahari tersebut tidak dikembangkan dan dikemas menjadi sesuatu yang

memiliki daya tarik tinggi yang mampu meningkatkan minat wisatawan untuk

Page 38: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

mengunjunginya, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai obyek

wisata yang menarik.

Jenis-jenis obyek wisata juga disebutkan dalam Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab III Pasal IV antara lain

disebutkan bahwa obyek dan daya tarik wisata, hasil karya manusia yang

berwujud: museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,

wisata agro, wisata tirta, wisata bumi, wisata petualangan alam, taman rekreasi

dan tempat hiburan.

Berdasarkan beberapa definisi obyek wisata di atas, dapat disimpulkan

bahwa obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang

untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Ada beberapa jenis obyek wisata,

yaitu antara lain obyek wisata alam, obyek wisata budaya dan obyek wisata

tirta.

5. Masyarakat

Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya bermasyarakat dan

tidak dapat hidup sendiri. Ada ketergantungan antara manusia satu dengan

manusia yang lain, sehingga menyebabkan ketergantungan antar manusia.

Manusia juga sebagai pribadi atau individu mempunyai kedudukan dan peranan

tertentu di dalam hubungannya dengan masyarakat sebagai suatu bentuk

pergaulan hidup tertentu. Masyarakat menyadari bahwa manusia sebagai pribadi

atau individu hidup di dalam suatu kebudayaan yang memperlakukan manusia

sebagai makhluk yang mampu untuk mengarahkan dirinya di dalam kehidupan

dan yang menjadi unsur dinamis di dalam peristiwa-peristiwa sosial sepanjang

sejarah (Soerjono Soekanto, 1983: 9).

a. Pengertian Masyarakat

Koentjaraningrat (1990:144) mengemukakan masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi. Hal yang

berbeda diungkapkan Max Weber dalam bukunya Daljoeni (1997:33),

masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan

oleh harapan (agamawi) dan nilai-nilai yang dominan dari warganya.

Page 39: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Para ahli antropologi sosial dalam Soerjono Soekanto (1983:103)

mengartikan masyarakat sebagai wadah dari orang-orang yang buta huruf,

mengadakan reproduksi sendiri, mempunyai adat istiadat, mempertahankan

ketertiban dengan menerapkan sanksi-sanksi sebagai sarana pengendalian

sosial dan mempunyai wilayah tempat tinggal yang khusus. Hal tersebut

disebut sebagai masyarakat, namun seiring perkembangan dinamakan sistem

sosial. Istilah masyarakat lebih banyak dipergunakan sebagai sinonim dari

negara atau bahkan peradaban. Menurut Daljoeni (1997:34) masyarakat juga

merupakan suatu kesatuan fungsional, struktural, dan harmonis, selain itu

adanya ketegangan dan konflik hanya peristiwa yang kebetulan saja.

Menurut Cooley dalam Soerjono Soekanto (1993:8) masyarakat adalah

sesuatu yang menyeluruh yang mencakup berbagai bagian yang berkaitan

secara sistematis-fungsional. Masyarakat merupakan suatu keutuhan psikis

yang mempunyai jiwa sosial yang terwujud dalam organisasi dan lembaga.

Masyarakat dan individu merupakan unsur yang saling mengisi dalam

kehidupan manusia. Menurut Hassan Shadily (1983:47) masyarakat adalah

golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau

karena sendirinya bertalian secara golongan dan saling mempengaruhi satu

sama lain.

Masyarakat menurut Comte dalam Soejono Soekanto (1983:15),

masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-

realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan

berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Manusia diikat di

dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial yang serta merta dan

kebutuhannya. Menurut Soepomo yang dikutip Soerjono Soekanto (1983:

153), masyarakat bukanlah merupakan suatu badan tersendiri dengan

kepentingan tersendiri pula, dan memiliki kekuasaan yang sama sekali terlepas

dari pribadi-pribadi anggota masyarakat. Pribadi tersebut merasa dirinya

menjadi satu dengan masyarakat, sehingga masyarakat merupakan bagian-

bagian dari suatu keseluruhan. Pribadi merupakan pengkhususan daripada

masyarakat.

Page 40: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling

berinteraksi, yang memiliki budaya sendiri dan bertempat tinggal di daerah

teriotial tertentu.

b. Macam-macam Masyarakat

Menurut Hassan Shadily (1983:50) cara terbentuknya masyarakat

dalam pembagiannya adalah sebagai berikut: (1) Masyarakat paksaan,

misalnya masyarakat di tempat tawanan, masyarakat pengungsi dan pelarian.

Kelompok masyarakat paksaan bersifat Gemeinschaft (ke dalam) dan

Gesellschaft (ke luar), (2) Masyarakat merdeka yang terbagi menjadi dua,

yaitu: (a) Masyarakat alam yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya,

umumnya masih sederhana kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tak

mudah berhubungan dengan dunia luar. Masyarakat alam bersifat

Gemeinschaft dan, (b) Masyarakat budidaya, yaitu masyarakat yang terjadi

karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, yaitu antara lain kongsi

perekonomian, koperasi dan gereja. Masyarakat budidaya bersifat

Gesellschaft.

c. Klasifikasi Masyarakat

Adanya perbedaan lingkungan alam dan kompleksitas kebutuhan

manusia di muka bumi menjadikan kehidupan manusia dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa kriteria. Seperti yang dikemukakan oleh Hendropuspito O.C

(1989: 90), bahwa klasifikasi masyarakat dibagi dalam:

1) Masyarakat sederhana dan masyarakat maju (berkembang)

a) Masyarakat sederhana ditandai dengan tidak adanya pembagian kerja

yang cermat. Setiap orang melakukan semua pekerjaan yang

diperlukan untuk mencukupi kebutuhannya. Dengan kata lain setiap

orang dapat mengerjakan segala jenis pekerjaan.

b) Masyarakat maju. Masyarakat ini ditandai dengan adanya pembagian

kerja yang terinci dan kekhususan yang teliti. Anggota-anggota

Page 41: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

masyarakat sedemikian ini hanya tahu menjalankan satu jenis

pekerjaan atau satu profesi saja.

2) Masyarakat ekonomi

Masyarakat ini seluruh aktifitas segenap penduduk ditentukan pada

keberhasilan ekonomi sebagai puncak tertinggi. Tinggi rendahnya status

sosial serta jabatan di dalam masyarakat diukur menurut tinggi rendahnya

prestasi ekonomi.

3) Masyarakat agama

Klasifikasi ini ditandai apabila agama merupakan kekuatan terbesar yang

menentukan jalannya segala bidang kehidupan dalam masyarakat baik

politik, ekonomi, pendidikan, cara berpikir dan bertindak harus

berpedoman pada ajaran agama.

4) Masyarakat totaliter

Yaitu apabila dalam masyarakat, kekuasaan politik berada dalam satu

kelompok pemerintahan yang mengatur semua kelompok-kelompok lain

serta lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat itu secara terpusat dan

ketat.

5) Masyarakat demokrasi

Yaitu ditandai dengan adanya kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan

adanya pengakuan persamaan hak dan persamaan martabat semua

manusia.

Para sosiolog dari abad ke 19 cenderung mengadakan klasifikasi yang

tajam antara masyarakat sederhana yang dibedakan dengan masyarakat

modern yang kompleks. Perbedaan sejalan dengan perbedaan masyarakat

buta huruf dengan masyarakat yang sudah mengenal tulisan (Soerjono

Soekanto, 1993: 104).

Menurut ekologi sosial, pengklasifikasian masyarakat menurut

fungsinya, antara lain: (1) Jasa : pertanian, perikanan, dan pertambangan, (2)

Distributif melalui perdagangan dan pemasaran, (3) Industrial, (4) Industrial

pusat, politik, dan pertahanan (Daldjoeni, 1997: 31).

Page 42: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

d. Ciri-ciri masyarakat

Masyarakat bertempat tinggal menyebar, tidak hanya terpusat pada

satu daerah. Tiap daerah yang ditempati memberikan suatu pengaruh pada

masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut, pengaruh-pengaruh ini

akan menjadi suatu ciri khas bagi masyarakat tersebut.

Menurut Soerjono Soekanto (1993: 105), ciri-ciri masyarakat antara

lain : (1) manusia yang hidup bersama secara teoritis. Di dalam sosiologi tidak

ada ukuran yang mutlak untuk menentukan jumlah manusia, tetapi minimal

adalah dua orang, (2) bergaul selama jangka waktu yang cukup lama, (3)

mereka sadar bahwa mereka adalah suatu kesatuan, (4) adanya nilai-nilai dan

norma-norma yang menjadi patokan bagi perilaku yang dianggap pantas, dan

(5) menghasilkan kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan tersebut.

Menurut Abu Ahmadi (1985: 24), ciri-ciri masyarakat antara lain: (1)

Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan pengumpulan

binatang, (2) telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah,

dan (3) Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka

untuk menuju kepentingan dan tujuan bersama

Menurut Abdul Syani (2003: 37), cirri-ciri masyarakat antara lain: (1)

Adanya interaksi, (2) Ikatan pola tingkah laku yang khas di dalam semua

aspek kehidupan yang bersifat mantap dan kontinyu, dan (3) Adanya rasa

identitas terhadap kelompok, di mana individu yang bersangkutan menjadi

anggota kelompok.

Kehidupan manusia yang selalu ingin hidup bermasyarakat didasari

oleh beberapa faktor. Hasan Sadilu (1983:51) mengemukakan bahwa manusia

selalu hidup bersama dalam masyarakat karena: (1) Hasrat yang didasarkan

naluri yaitu kehendak biologis yang diluar penguasaan akal, (2) Kelemahan

manusia adalah mendesak untuk mencari kekerabatan bersama orang lain,

sehingga dapat berlindung bersama-sama dan dapat memenuhi kehidupan

sehari-hari dengan bersama, (3) Manusia adalah zoon politicon yaitu makhluk

sosial yang menyukai hidup bergolong atau sedikitnya mencari teman untuk

Page 43: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

hidup bersama dan, (4) Manusia hidup bersama selain karena persamaan juga

karena perbedaaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan, dan sebagainya.

Menurut Koentjaraningrat (1990: 239) di dalam suatu masyarakat,

terdapat ikatan khusus yang membuat satu kesatuan manusia menjadi satu

masyarakat, yaitu: (1) Pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor

kehidupan dalam batas kesatuan, (2) Pola tersebut harus bersifat mantap dan

kontinyu, atau dengan kata lain pada khas itu sudah menjadi adat istiadat yang

khas dan, (3) Adanya satu rasa identitas diantara para warga atau anggotanya

bahwa mereka merupakan satu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-

kesatuan lainnya.

Menurut Hoogvelt (1985:35) tujuan utama kelompok manusia yaitu

guna mewujudkan hidup bersama yang lebih sempurna dalam segala

aspeknya, maka dari itu masyarakat mempunyai tugas pokok bagi anggota

masyarakatnya, mengenai tugas pokok masyarakat antara lain: (1)

Melestarikan eksistensi penghuninya sebagai satu bangsa yang sejahtera.

Tugas yang besar meliputi pengadaan sarana-sarana dasar dengan tingkat

kepastian yang tinggi dan yang dapat menjamin tercapainya sandang, pangan

dan pemukiman yang cukup, keamanan dan ketentraman yang langgeng serta

pro reaksi warga masyarakat baru, (2) Mengatur pembagian tugas. Masyarakat

sebagai kesatuan organisme sosial mengemban serangkaian tugas yang harus

diselesaikan melalui warganya. Pembagian tugas yang begitu penting

sekaligus kompleks tidak dapat diserahkan pada kemauan-kemauan

masyarakat. Untuk itu harus ada skema yang menyeluruh, berdasarkan skema

tersebut masyarakat membagi-bagikan tugas pada kesatuan-kesatuan bakat,

pendidikan, dan keterampilan yang dibina oleh kesatuan yang bersangkutan

dan, (3) Mempersatukan warga masyarakat. Nilai persatuan dan kesatuan yang

telah mengambil keputusan untuk hidup bersama dalam kesatuan yang lebih

luas guna mencapai tujuan bersama.

Page 44: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

B. Kerangka Berfikir

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia, baik yang

berupa ide-ide, gagasan-gagasan, peraturan-peraturan, norma-norma, nilai-nilai

maupun tindakan atau aktivitas termasuk pula semua benda-benda hasil karya

manusia.

Benda-benda sebagai salah satu wujud kebudayaan seperti tersebut di atas,

jika telah berumur sekurang-kurangnya lima puluh tahun atau memiliki dan atau

mewakili gaya khas masa sekurang-kurangnya lima puluh tahun, maka benda

tersebut termasuk benda cagar budaya. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 seluruh benda cagar budaya harus dipelihara dan

dilestarikan karena memiliki nilai yang sangat besar bagi budaya bangsa.

Petilasan Kraton Pajang merupkan sisa peninggalan dari Kraton Pajang.

Petilasan Kraton Pajang ini berada di wilayah Desa Sono Jitwan, Makamhaji,

Kartasura ini merupakan salah satu benda cagar budaya yang tidak ternilai

harganya bagi pemahaman sejarah, pengembangan ilmu pengetahuan dan

kebudayaan nasional. Keberadaan benda cagar budaya seperti Petilasan Kraton

Pajang tersebut harus dipelihara dengan semaksimal mungkin demi menjaga

kelestarian agar dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Saat ini

Petilasan Kraton Pajang dimungkinkan untuk menjadi salah satu aset wisata di

Pajang dengan tanpa merusak nilai keasliannya sebagai benda sejarah.

Adanya kesibukan dan rutinitas merupakan salah satu faktor terjadinya

stres. Salah satu yang lazim dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan

melakukan pariwisata. Dalam pariwisata keadaan obyek wisata juga

mempengaruhi minat wisata untuk mengunjunginya, selain itu adanya waktu

luang atau waktu senggang juga mempunyai peranan yang penting.

Adanya pengembangan Petilasan Kraton Pajang ini menjadi aset wisata

nantinya akan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap kemungkinan

Petilasan Kraton Pajang menjadi aset wisata di Desa Sono Jitwan. Oleh karena itu

masyarakat di sekitar lokasi harus dibina serta dipersiapkan untuk dapat menerima

dan ikut terlibat dalam pengembangan Petilasan Kraton Pajang ini menjadi aset

Page 45: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

wisata. Adapun kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan melalui skema

berikut :

UUD No.5 Th 1992

Benda Cagar Budaya

Petilasan Kraton Pajang

Pariwisata

Upaya Pelestarian Kraton Pajang

Persepsi Masyarakat

Page 46: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

1. Tempat Penelitian

Tempat atau lokasi pelaksanaan yang berkaitan dengan sasaran atau

permasalahan penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang biasa

dimanfaatkan oleh peneliti (H.B Sutopo, 2006: 52). Tempat penelitian sangat

menentukan diperolehnya informasi untuk menyampaikan kebenaran dari suatu

penelitian. Tempat penelitian yang akan peneliti gunakan adalah Dukuh

Sonojitwan, Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Dari

pemahaman lokasi dan lingkungannya peneliti bisa mengkaji dan menarik

kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Lingkungan Petilasan Kraton Pajang dipilih karena mempunyai potensi

untuk dikembangkan menjadi obyek pariwisata, karena di lingkungan ini terdapat

peninggalan bersejarah. Jadi, pengembangan pariwisata di lingkungan Petilasan

Kraton Pajang sangat sesuai untuk melestarikan peninggalan yang bersejarah

tersebut. Dengan demikian, dapat dikemukakan pula alasan pemilihan tempat

sebagai berikut:

a. Petilasan Kraton Pajang merupakan peninggalan bersejarah yang mempunyai

potensi untuk dikembangkan menjadi obyek pariwisata, karena Petilasan

Kraton Pajang merupakan bekas berdirinya Kraton Pajang yang didirikan oleh

Sultan Hadiwijaya Selama delapan belas tahun (1568-1586). Petilasan Kraton

Pajang ini sebagai gambaran ke masa depan sebagai pengembangan pariwisata

yang dapat menambah pendapatan negara non migas yang sedang digalakkan

oleh pemerintah.

b. Petilasan Kraton Pajang merupakan satu-satunya bukti peninggalan Kraton

Pajang yang pernah berdiri, hal ini dengan ditemukannya ompak di sekitar

area Petilasan Kraton Pajang sebelum pembangunan.

Page 47: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c. Sesuai dengan Program Studi Sejarah di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, penulis adalah salah satu mahasiswa di program tersebut maka

pemilihan tempat di lingkungan Petilasan Kraton Pajang cocok, dikarenakan

Petilasan Kraton Pajang mempunyai latar belakang sejarah untuk nantinya

dapat ditularkan kepada anak didik jika kelak menjadi seorang guru.

2. Waktu Penelitian

Waktu merupakan jangka yang digunakan untuk kepentingan penelitian.

Dalam melakukan penelitian ini, waktu yang digunakan penulis adalah sejak

pengajuan judul pada Bulan November 2010 sampai Juni 2011. Apabila dalam

penelitian tersebut ternyata belum selesai, maka dapat diperpanjang waktu

penelitiannya hingga terselesainya penulisan skripsi ini. Adapun jadwal

operasionalnya sebagai berikut:

No Keterangan Nov Des Jan Feb Maret April

Mei Juni

1 Persetujuan

Judul

x

2 Pembuatan

Proposal

x

3 Perijinan x

4 Pengumpulan

data

x x

5 Analisis data x x

6 Penyajian

laporan

x

Page 48: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha menemukan, mengembangkan, dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan

metode ilmiah (Hadari Nawawi, 1985: 24). Penelitian kualitatif adalah suatu

bentuk penelitian yang menghasilkan karya ilmiah dengan menggunakan data

diskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku

yang dapat diamati terhadap status kelompok orang atau manusia suatu obyek

atau suatu kelompok kebudayaan (Lexy J. Moleong, 1991: 3).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka bentuk penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, dan masyarakat) pada

saat sekarang berdasarkan pada fakta-fakta yang tampak (Hadari Nawawi, 1985:

63).

Adapun ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah (a) memusatkan

perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat

sekarang) atau masalah-masalah yang aktual, (b) menggambarkan fakta-fakta

tentang masalah yang diselidiki, diiringi dengan interprestasi nasional (Hadari

Nawawi, 1985: 64). Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian:

suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proporsi yang

berasal dari data dan diuji coba kembali secara empiris (Lexy J. Moleong, 1991:

9). Penelitian kualitatif merupakan suatu cara dalam meneliti peristiwa masa

sekarang dengan mendasarkan pada suatu teori yang diujikan kembali dan

menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan orang atau

perilaku yang diamati dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang.

Sejalan dengan hal tersebut H. B. Sutopo (2006: 51) mengatakan bahwa:

Page 49: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dalam perkembangannya, riset kualitatif juga menyajikan bentuk yang tidak sepenuhnya holistik, tetapi dengan kegiatan pengumpulan data yang terarah, berdasarkan tujuan dan pertanyaan-pertanyaan riset yang terlebih dahulu sering disebut dalam proposalnya. Penelitian ini lebih sering disebut sebagai riset terpancang (embedded gualitation research), atau juga lebih popular dengan penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan strategi penelitian yang fokus permasalahannya

terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan

nyata, di mana batasan antara fenomena dengan konteks tersebut tidak jelas,

sehingga perlu banyak sumber-sumber fakta.

Penelitian ini mengandung pengertian sebagai tunggal dalam arti hanya

ada satu lokasi yaitu Dukuh Sonojitwan, Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura,

Kabupaten Sukoharjo, sedangkan terpancang pada tujuan penelitian maksudnya

apa yang diteliti, dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum

melaksanakan penelitian lapangan. Dalam penelitian ini terpancang pada tujuan

untuk mengetahui kemungkinan Petilasan Kraton Pajang menjadi aset wisata.

C. Sumber Data

Menurut H.B Sutopo (2006: 57) bahwa “Dalam penelitian kualitatif,

sumber datanya dapat berupa manusia, pertanyaan dan tingkah laku, doikumen

dan arsip atau benda lain”. Sumber data merupakan bagian yang sangat penting

bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan

menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Menurut

Suharsini Arikunto (1993: 102) yang dimaksud dengan sumber data dalam

penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh. Adapun sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Informan

Lexy J. Moleong (2001: 45) mengatakan bahwa yang disebut informan

adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar belakang penelitian. Dalam penelitian ini orang yang dianggap tahu

dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data serta mengetahui permasalahan

Page 50: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

yang akan dikaji adalah : Juru kunci dan pengelola atau pengurus Petilasan Kraton

Pajang, anggota masyarakat Dukuh Sonojitwan serta pengunjung Petilasan Kraton

Pajang.

2. Tempat dan Peristiwa

Informan merupakan sumber data penting, tetapi tempat dan peristiwa

yang terjadi di dalam dan di sekitarnya juga mempunyai peran yang yang sangat

penting. Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan

bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun

lingkungannya (H.B Sutopo, 2006: 60).

Dalam penelitian ini, sebagai informasinya dapat digali dari pengamatan

secara cermat mengenai kondisi dan tempat yang merupakan bagian dari

kehidupan warga masyarakat Dukuh Sonojitwan sehari-hari. Sedangkan dari

peristiwa aktivitas pengunjung di Petilasan Kraton Pajang dalam penelitian ini,

dimungkinkan Petilasan Kraton Pajang ini menjadi suatu aset wisata bagi

masyarakat disekitarnya.

3. Dokumen dan Arsip

H.B Sutopo (2006:61) mengemukakan bahwa “Dokumen dan arsip

merupakan sumber data yang penting artinya dalam penelitian kualitatif, terutama

bila sasarannya terarah pada latar belakang dengan kondisi peristiwa yang terkini

yang sedang dipelajari”.

Dalam penelitian ini dokumen dan arsip yang akan digunakan berupa

dokumen dan arsip yang ada di Pemerintah Daerah Sukoharjo, Dinas Pemuda

Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan (POPK) Kabupaten Sukoharjo, Badan Pusat

Statistik (BPS), Desa Makamhaji dan buku-buku yang ada kaitannya dengan

permasalahan penelitian ini yang diperoleh dari perpustakaan. Sumber data berupa

foto-foto dari Petilasan Kraton Pajang serta lingkungan sekitarnya.

Page 51: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

D. Teknik Sampling

Hadari Nawawi (1985: 152) menjelaskan “Teknik sampling adalah cara

untuk menentukan sample yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang

akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan

penyebarannya populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-

benar mewakili populasi”. H.B Sutopo (2006: 62) teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini bersifat purposive sampling atau sampling

bertujuan. Informan dipilih dapat menunjukkan informan lain yang dipandang

lebih tahu. Maka pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan

dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Teknik Purposive sampling

juga digunakan atas dasar teknik ini dipandang mampu menangkap kedalaman

data dalam menghadapi realitas jamak.

Dalam penelitian ini jumlah informan berkembang, maka dipergunakan

teknik cuplikan bola salju atau snowball yaitu pemanfaatan informan yang

mengembang sesuai dengan kebutuhan penelitian (Sutrisno Hadi, 1977: 152).

Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat langsung dan

tidak langsung dalam Pengembangan Petilasan Kraton Pajang menjadi aset

wisata, baik pengelola, pengunjung, maupun masyarakat disekitarnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat obyektif dan

akurat, adapun teknik yang digunakan sebagai berikut :

1. Wawancara

Menurut Burhan Bungin (2001:62) wawancara dalam suatu penelitian

yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan dalam suatu

masyarakat merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi. Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang

dilakukan secara sistematis berdasarkan pada tujuan penelitian. Teknik

wawancara ini adalah teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian

kualitatif, terutama di lapangan.

Page 52: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Menurut Lexy J. Moleong (2001: 35) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan dengan dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Selanjutnya,

menurut Suharsimi Arikunto (1993:198) wawancara harus dilakukan dengan

efektif, artinya dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-

banyaknya. Menurut Koentjaraningrat (1983:129) metode wawancara atau metode

interview mencakup cara yang dipergunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu,

mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang

responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut.

Menurut Koentjaraningrat (1983:138) peneliti sebelum mengadakan

wawancara, diadakan persiapan dengan menghubungi informan dan menyusun

sejumlah pertanyaan. Hal ini disebut dengan teknik wawancara terencana yaitu

teknik wawancara dengan terlebih dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan

dengan menggunakan bantuan alat tulis. Selanjutnya, menurut Burhan Bungin

(2001:63) daftar pertanyaan bukanlah sesuatu yang bersifat ketat, dapat

mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi di lapangan.

Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan secara tidak terstruktur

atau sering disebut dengan teknik wawancara mendalam, sehingga wawancara

bersifat “open-ended” dan mengarah kedalaman informasi, serta dilakukan

dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali subyek yang

diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi

penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Dalam hal ini posisi

subyek lebih berperan sebagai informasi daripada responden (H. B Sutopo, 2006:

68).

Peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik wawancara terencana

dan teknik wawancara bebas terbuka. Teknik wawancara terencana digunakan

agar hasil wawancara tidak kehilangan arah dan tujuan , sedangkan teknik

wawancara bebas terbuka digunakan agar informan dengan sukarela memberikan

keterangan-keterangan sesuai dengan masalah yang diteliti.

Page 53: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

1. Observasi

Hadari Nawawi (1985: 100) observasi dapat diartikan sebagai pengamatan

dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek

penelitian. Observasi ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Observasi langsung dilakukan terhadap obyek di tempat berlangsungnya kegiatan,

sehingga observer berada bersama obyek yang diteliti. Dengan observasi dapat

memudahkan bagi peneliti untuk mendapatkan data secara mendalam, sebab

peneliti sudah melihat sendiri bagaimana keadaan obyek tersebut.

2. Analisis Dokumen

Analisis dokumen adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi

yang terdapat dalam arsip dan dokumen. Menurut Yin dalam H. B Sutopo (2006:

80), analisis dokumen disebut sebagai content analysis, yaitu bahwa peneliti

bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi

juga maknanya yang tersirat. Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti harus bersikap

lebih kritis dan teliti. Teknik analisis arsip dan dokumen ini dilakukan paling awal

guna melihat dan menghimpun pengetahuan tentang sumber yang menuliskan dan

membahas mengenai pengembangan Petilasan Kraton Pajang menjadi aset wisata.

Hal ini dimaksudkan agar dalam penyajian laporan akhir tidak mengalami

kesulitan karena apa yang tercantum dalam dokumen atau arsip yang ada

setidaknya tidak menyimpang jauh dari peristiwa yang menjadi obyek penelitian.

Dalam penelitian ini, di samping peneliti berusaha mengumpulkan data

yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, maka juga menggunakan

analisis dokumen sebagai bahan tertulis untuk melengkapi data-data yang

dianggap masih kurang. Cara yang dilakukan adalah dengan mencari teori atau

membaca dokumen dan hasil-hasil penelitian terdahulu atau buku-buku yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Page 54: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

F. Validitas Data

Validitas data digunakan untuk menentukan valid dan tidaknya suatu data

yang akan digunakan sebagai sumber penelitian. Data yang diperoleh perlu diuji

untuk menghasilkan data yang valid. Validitas data adalah kebenaran dalam

kancah penelitian, di mana kebenaran data dalam penelitian itu sangat diperlukan

agar hasil penelitian tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Keabsahan data menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan

data saat data diuji keabsahannya melalui trianggulasi. Menurut Lexy. J. Moleong

(2000: 178) trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan dan

pembanding terhadap data itu.

Menurut Patton dalam H.B Sutopo (2006: 92) ada empat macam

trianggulasi yaitu: (1) trianggulasi data (data triangulation), di mana peneliti

menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data semacam, (2)

trianggulasi peneliti (investigator triangulation), yaitu pengumpulan data

semacam dilakukan oleh beberapa peneliti, (3) trianggulasi metodologis

(methodological triangulation), penelitian dilakukan dengan beberapa metode

yang berbeda, dan (4) trianggulasi teoretis (theoretical triangulation) yaitu

melakukan penelitian dan datanya dengan menggunakan beberapa perspektif yang

berbeda. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua teknik trianggulasi dari empat

trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Trianggulasi data

digunakan dalam penelitian oleh peneliti untuk mengumpulkan data dari berbagai

sumber, baik dari masyarakat di sekitar Petilasan Kraton Pajang, pejabat terkait di

lingkungan Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan (POPK)

Kabupaten Sukoharjo, Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah daerah Sukoharjo

dan pengunjung Petilasan Kraton Pajang serta informasi dari nara sumber yang

lain, sehingga data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya. Trianggulasi

metode digunakan dalam penelitian oleh peneliti untuk mengumpulkan data

dilakukan dengan metode yang berbeda-beda, ada yang menggunakan metode

wawancara, metode observasi dan metode analisis dokumen.

Page 55: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2001: 103) analisis

data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema

dan merumuskan hipotesa (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai

usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Selanjutnya

menurut Burhan Bungin (2001: 99) dalam penelitian kualitatif proses analisis data

dilakukan sejak awal bersamaan dengan pengumpulan data. Dengan demikian

proses analisis data dilakukan terus-menerus dan berkelanjutan selama perjalanan

penelitian. Menurut Patton yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2001: 103),

analisis data adalah “Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

bentuk suatu pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan rumusan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data”.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis

kualitatif merupakan analisis data yang didasarkan pada hubungan antara fakta

satu dengan fakta yang lain secara hubungan sebab akibat untuk menerangkan

suatu peristiwa. Analisis kualitatif yang peneliti gunakan adalah teknik analisis

interaktif yang merupakan proses siklus diantara ketiga komponen pokok yaitu

reduksi atau seleksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.

Dalam bentuk analisis ini, peneliti tetap berada dalam empat komponen

yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasinya, yang dilakukan selama penelitian. Sebagai penjelasan lebih lanjut di

bawah ini peneliti menguraikan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Merupakan kegiatan dalam penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan

dari sumber-sumber data yang telah ditentukan.

2. Reduksi data

Tahap ini merupakan pemusatan perhatian pada data lapangan yang telah

terkumpul. Data ini dipilih untuk menentukan derajat relevansinya dengan

maksud penelitian.

Page 56: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Sajian data

Tahap ini merupakan penyusunan informasi yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

4. Verifikasi atau penarikan kesimpulan

Tahap ini, peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul

dari data (klarifikasi data). Apabila hasil klarifikasi memperkuat simpulan atas

data, maka pengumpulan data untuk komponen tersebut perlu dihentikan,

sehingga kesimpulan cukup mantap dan benar-benar bisa

dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan model analisis

interaktif, di mana peneliti tetap berada di antara tiga alur kegiatan selama

pengumpulan data, selanjutnya selalu berada di antara kegiatan reduksi,

penyajian, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Menurut Hurberman (1992 : 20) skema model analisis interaktif yaitu :

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah secara rinci dalam penelitian

dari awal sampai akhir. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan

teratur, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Adapun langkah-

langkah prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penulisan proposal dan persiapan pelaksanaan penelitian

Setelah judul penelitian disetujui atau ditentukan dilanjutkan dengan penulisan

proposal. Pada tahap ini berisi garis-garis besar penelitian yang akan

dilaksanakan yang meliputi perumusan masalah, penyusunan kerangka

Seleksi Data Penyajian Data

Penyimpulan Data (verifikasi)

Pengumpulan Data

Page 57: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

berpikir, dan pemilihan lokasi penelitian. Langkah selanjutnya mengadakan

persiapan pelaksanaan, yaitu mengurusi perijinan penelitian. Perijinan yang

dimaksud adalah perijinan mengadakan penelitian ke lokasi penelitian untuk

mendapatkan data yang diperlukan.

2. Pengumpulan data dan analisis data awal

Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian termasuk dalam hal ini

mengadakan wawancara dengan para informan dan mengadakan observasi

terhadap obyek penelitian. Selain itu juga diadakan studi pustaka terhadap

sumber-sumber tertulis yang ada kaitannya dengan topic dalam penelitian

sebagai data. Data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan, dianalisis, dan

diinterprestasikan serta menjawab perumusan masalah data yang sudah

terjaring dalam analisis awal.

3. Analisis akhir dan penarikan kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti menganalisis lagi data yang telah didapat dengan teliti,

jika kurang sesuai diadakan perbaikan, kemudian data tersebut dikelompokan

sesuai dengan masalah penelitian. Data yang sudah tersusun rapi merupakan

bagian dari analisis awal, maka kegiatan selanjutnya merupakan analisis akhir

dengan mengorganisasikan dan mengurutkan data pola dalam uraian dasar

sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

4. Penulisan laporan dan perbanyakan laporan

Dari data yang sudah disusun berdasarkan pedoman penelitian kualitatif, maka

akan dapat diambil sebuah laporan penelitian sebagai bentuk karya ilmiah,

yang sebelumnya melalui proses pengujian terlebih dahulu. Agar dapat dibaca

oleh masyarakat umum yang ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan,

maka diperbanyaklah hasil laporan itu.

Dari uraian di atas, maka dapat digambarkan skema prosedur penelitian

sebagai berikut :

Page 58: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Penarikan Kesimpulan Penulisan

Proposal

Persiapan Pelaksanaan penelitian

Pengumpulan Data dan

Analisis Awal

Analis Akhir

Penulisan Laporan

Perbanyak Laporan

Page 59: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

1. Kondisi Geografis

Berdasarkan letak geografisnya, aset wisata religi Petilasan Kraton Pajang

berada di dukuh Sonojitwan RT 05/RW XXVI, desa Makamhaji, kecamatan

Kartasura, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Desa Makamhaji berada

sekitar 5 km ke arah timur dari kecamatan Kartasura dan 20 km ke arah barat dari

kabupaten Sukoharjo. Jarak tempuh dari desa Makamhaji ke kecamatan Kartasura

sekitar 10 menit perjalanan, dan 30 menit ke kabupaten Sukoharjo. Desa

Makamhaji memiliki batas-batas sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan

kelurahan Pajang Kotamadya Surakarta, sebelah selatan berbatasan dengan desa

Gentan, sebelah barat berbatasan dengan desa Gumpang, dan sebelah utara

berbatasan dengan desa Pabelan.

Menurut profil desa Makamhaji Tahun 2010, Curah hujan wilayah ini

antara 2000-2500 mm dengan suhu rata-rata harian 25-35 derajat celcius. Desa

Makamhaji memiliki sawah irigasi teknis 7 hektar dan sawah tadah hujan 2

hektar, selain itu untuk tanah kering digunakan untuk tegal atau ladang 0,7410

hektar dan pemukiman 170,6427 hektar. Luas tanah yang digunakan untuk

fasilitas umum antara lain: Kas Desa 3,6736 hektar, Lapangan 0,9125 hektar, dan

perkantoran pemerintah 0,1845 hektar (Profil Desa Makamhaji, 2010: 41).

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) kecamatan Kartasura tahun

2009/2010, secara keseluruhan wilayah kecamatan Kartasura tersebut dibagi

menjadi 12 desa, yaitu: Ngemplak, Gumpang, Makamhaji, Pabelan, Ngadirejo,

Kartasura, Pucangan, Kertonatan, Wirogunan, Ngabeyan, Singopuran, dan

Gonilan. Wilayah kecamatan Kartasura sangat mudah dijangkau, karena daerah

tersebut sudah ada transportasi yang lancar juga sarana jalan yang baik.

Page 60: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Kondisi Demografis

Berdasarkan kondisi demografis desa Makamhaji juga perlu diperhatikan

yang meliputi keadaan penduduk, pendidikan, pekerjaan, dan sarana prasarana.

a. Keadaan Penduduk

Desa Makamhaji, kecamatan Kartasura, kabupaten Sukoharjo per tahun

memiliki jumlah penduduk 17737 orang, yang tercatat dalam profil desa

Makamhaji tahun 2010. Jumlah seluruh penduduk tersebut dirinci berdasarkan

kelompok umur, jenis kelamin, dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebagai

berikut:Tabel 1: Jumlah Penduduk Desa Makamhaji berdasarkan Kelompok umur

per Maret Tahun 2010

No Kelompok Umur Jumlah

1. < 1 tahun 105 orang

2. 1-5 tahun 1082 orang

3. 6-10 tahun 1238 orang

4. 11-15 tahun 1277 orang

5. 16-20 tahun 1256 orang

6. 21-25 tahun 1282 orang

7. 26-30 tahun 1426 orang

8. 31-35 tahun 1303 orang

9. 36-40 tahun 1241 orang

10. 41-45 tahun 1218 orang

11. 46-50 tahun 1211 orang

12. 51-55 tahun 1195 orang

13. 56-58 tahun 734 orang

14. > 58 tahun 3169 orang

Jumlah penduduk seluruh desa Makamhaji

Jumlah penduduk laki-laki

Jumlah penduduk perempuan

Jumlah Kepala Keluarga

17.737 orang

8.808 orang

8.929 orang

4.553 orang

Sumber : Profil Desa Makamhaji, tahun 2010

Page 61: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

b. Pendidikan

Berdasarkan data profil desa Makamhaji Tahun 2010, penduduk desa

Makamhaji yang telah mengenyam pendidikan cukup tinggi yaitu tercatat

sebanyak 19470 orang. Tingkat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok yaitu pendidikan rendah (SD), pendidikan menengah (SLTP), dan

pendidikan tinggi (SLTA) ke atas. Menurut pembagian tingkat pendidikan dan

angka pada tabel, tingkat pendidikan di desa Makamhaji cukup tinggi, yaitu tamat

Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3900 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) / Sederajat sebanyak 3500 orang, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) ke atas sebanyak 8770 orang yang meliputi tamat SLTA 6500 orang, D-1

sebanyak 250 orang, D-2 sebanyak 110 orang, D-3 sebanyak 500 orang, S-1

sebanyak 1250 orang, S-2 sebanyak 150 orang, dan S-3 sebanyak 10 orang.

Apabila dibuat tabel tentang tingkat pendidikan penduduk desa Makamhaji

sebagai berikut:

Tabel 2: Jumlah Tingkat Pendidikan Desa Makamhaji per Maret Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Pernah SD tetapi tidak tamat 3300

2. Tamat SD/Sederajat 3900

3. SLTP/Sederajat 3500

4. SLTA/Sederajat 6500

5. D-1 250

6. D-2 110

7. D-3 500

8. S-1 1250

9. S-2 150

10. S-3 10

Jumlah 19470

Sumber : Profil Desa Makamhaji tahun 2010

Page 62: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Pekerjaan

Dalam usaha memenuhi kebutuhan perekonomian yang terkait dengan

pekerjaan, maka masyarakat desa Makamhaji menempuh bermacam-macam usaha

sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pekerjaan yang ditekuni oleh

mayoritas penduduk desa Makamhaji adalah buruh atau swasta tercatat ada 2900

orang, pegawai negeri ada 1030 orang, pedagang ada 1000 orang dan pengrajin

ada 775 orang, selebihnya penduduk bekerja di bidang lain dan jumlahnya tidak

terlalu banyak. Penduduk yang bekerja sebagai dosen ada 210 orang, pensiunan

ada 175 orang, montir ada 125 orang, dokter ada 40 orang, pengusaha ada 20

orang, petani ada 11 orang dan peternak ada 11 orang.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat tabel jenis pekerjaan

masyarakat desa Makamhaji sebagai berikut:

Tabel 3 : Jenis Pekerjaan Desa Makamhaji per Maret Tahun 2010

No Nama Pekerjaan Jumlah

1. Buruh / Swasta 2900

2. Pegawai Negeri 1030

3. Pedagang 1000

4. Pengrajin 775

5. Dosen 210

6. Pensiunan 175

7. Montir 125

8. Dokter 40

9. Pengusaha 20

10. Petani 11

11. Peternak 11

Sumber : Profil Desa Makamhaji tahun 2010

d. Sarana Prasarana

1) Sarana transportasi

Page 63: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Menurut data profil desa Makamhaji tahun 2010, wilayah desa Makamhaji

merupakan daerah yang terbuka dalam arti bukan daerah yang terisolir dan mudah

dijangkau dari arah mana saja. Akses jalan raya menuju desa Makamhaji

menggunakan jalan aspal. Sarana kendaraan umum yang menunjang mobilitas

penduduk dari dan ke desa Makamhaji juga sudah baik. Alat transportasi darat

antara lain ada bus umum, truk umum, angkutan pedesaan, delman, becak dan

kereta api. Selain itu, terdapat jembatan beton bernama Pijilan dan Brojo, serta

jembatan besi bernama Jetis dan Pelem Doyong. Keadaan jembatan tersebut

masih baik dan masih digunakan oleh masyarakat desa Makamhaji dalam

kesehariannya. Selain transportasi darat ada transportasi sungai, yaitu terdapat

perahu motor, kapal dan perahu tanpa motor.

2) Sarana Pendidikan

Desa Makamhaji sudah termasuk wilayah yang masuk kota, hal ini

ditandai dengan adanya fasilitas sekolah yang cukup banyak. Fasilitas-fasilitas

sekolah yang dimaksud diantaranya adalah Taman Kanak-kanak (TK) yang

berjumlah 7 buah dengan jumlah murid sebanyak 600 siswa dan tenaga pengajar

60 orang. Sekolah Dasar (SD) ada 5 buah dengan jumlah murid sebanyak 1200

siswa dan tenaga pengajar 65 orang. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

ada 1 buah dengan jumlah murid sebanyak 100 siswa dan tenaga pengajar 9

orang. Selanjutnya, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ada 1 buah dengan

jumlah murid 30 siswa dan tenaga pengajar 8 orang.

Selain pendidikan formal, terdapat pendidikan non formal diantaranya ada

Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) berjumlah 30 buah yang terdapat di desa

Makamhaji. Ada Lembaga Pendidikan Agama 3 buah dengan jumlah murid

sebanyak 700 siswa dan tenaga pengajar 60 orang. Ada juga perpustakaan 1 buah

di desa Makamhaji untuk menunjang pendidikan formal maupun pendidikan

informal.

Apabila dibuat tabel mengenai jumlah lembaga pendidikan, jumlah tenaga

pengajar yang menempati gedung dari berbagai tingkatan sekolah di wilayah Desa

Makamhaji menurut uraian di atas sebagai berikut:

Page 64: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 4 : Jumlah lembaga pendidikan Desa Makamhaji per Maret Tahun 2010

No Nama Lembaga Jumlah Siswa Tenaga Pengajar

1. Taman Kanak-kanak (TK) 7 600 60

2. Sekolah Dasar (SD)/Sederajat 5 1200 65

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP)

1 100 9

4. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA)

1 30 8

5. Taman Pendidikan Al Qur’an

(TPA)

30 - -

6. Lembaga Pendidikan Agama 3 700 60

7. Perpustakaan 1 - -

Sumber: Profil Desa Makamhaji, tahun 2010

3) Sarana Kesehatan dan Olahraga

Dalam menunjang kesehatan warga di wilayah desa Makamhaji,

pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas kesehatan diantaranya puskesmas

pembantu berjumlah 1 unit, poliklinik atau balai pengobatan 1 unit, apotek 5 unit,

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) ada 9 unit, toko obat ada 2 unit, dan tempat

dokter praktek ada 21 unit. Untuk jumlah tenaga kesehatan, diantaranya jumlah

dokter umum 21 orang, jumlah dokter gigi 3 orang, jumlah dokter bedah 1 orang

dan bidan desa ada 2 orang. Selain sarana kesehatan, di desa Makamhaji terdapat

sarana olahraga pula. Sarana olahraga tersebut diantaranya yaitu : lapangan sepak

bola 1 buah, lapangan bulu tangkis 3 buah, meja pingpong 4 buah, lapangan voli 2

buah, dan lapangan tenis 1 buah.

4) Sarana peribadatan

Toleransi di antara penduduk desa Makamhaji terlihat cukup jelas,

meskipun terdapat bermacam-macam agama yang dianut penduduk yaitu, Islam,

Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Jadi dengan demikian, dalam bidang agama

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, hampir semua agama yang ada

di Indonesia ada dan dianut oleh masyarakat desa Makamhaji. Berdasarkan profil

Page 65: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

desa Makamhaji tahun 2010, rata-rata penduduk beragama Islam yaitu 12270

orang ada juga sebagian kecil yang beragama Non Islam yaitu Kristen 3555

orang, Katholik 1920 orang, Hindu 15 orang, dan Budha 12 orang. Prasarana

peribadatan yang ada berupa Masjid 33 buah, langgar/surau/mushola 15 buah, dan

gereja Kristen 3 buah yang bisa dimanfaatkan warga Desa Makamhaji sebagai

tempat beribadah. Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat tabel sebagai berikut:

No Nama Tempat Ibadah Jumlah

1. Masjid 33

2. Langgar/surau/mushola 15

3. Gereja Kristen 3

4. Kuil/Vihara -

Sumber: Profil Desa Makamhaji, tahun 2010

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Sejarah Kraton Pajang

Menurut Dwi Ratna (1999: 55), pada pertengahan pertama abad ke 16,

Kerajaan Majapahit yang bersifat Hindu mengalami keruntuhan. Runtuhnya

Majapahit ditandai dengan terjadinya disintegrasi wilayah. Terbukti banyaknya

daerah Islam tidak mau tunduk lagi terhadap Kerajaan Majapahit yang beragama

Hindu. Runtuhnya Majapahit diikuti dengan munculnya dinasti baru, Kerajaan

Demak di bawah pimpinan Raden Patah, seorang keturunan Majapahit yang telah

memeluk Agama Islam. Daerah-daerah Islam di Pantai Utara Jawa, di bawah

dominasi Bintara Demak, berusaha melakukan suksesi terhadap Majapahit. Ketika

terjadi penyerbuan oleh pasukan Demak, raja Majapahit terakhir Prabu Brawijaya

(Bhre Kertabumi) berhasil lolos meninggalkan istana.

Keberadaan Kasultanan Demak tidak lama, hanya sekitar empat puluh

tahun. Sesudah Raden Patah, keadaan tidak tenang lagi. Raja Demak terakhir,

Sunan Prawata dibunuh oleh kemenakanya, Arya Penangsang kira-kira pada tahun

1549. Arya Penangsang memerintah Jipang sebagai raja bawahan. Tujuannya

ialah membalas dendam atas kematian ayahnya yang telah dibunuh atas perintah

Page 66: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Sunan Prawata. Akan tetapi pada saat hendak menduduki tampuk kekuasaan,

Arya gugur. Arya terbunuh dalam pertempuran melawan laskar Jaka Tingkir

(penguasa Pajang) yang dibantu oleh Ki Penjawi dan Ki Pemanahan. Jaka Tingkir

bertindak sebagai pembalasan atas kematian Pangeran Hadiri (Kyai Kalinyamat)

dari Jepara, ipar Sunan Prawara yang telah menemui ajalnya juga karena ulah

Arya Penangsang (Dwi Ratna, 1999: 57).

Jaka Tingkir merupakan bekas kepala pengawal sekaligus menantu Sultan

Prawata dan berasal dari Pengging. Oleh karena lama di desa Tingkir, dekat

Salatiga, maka ia dinamakan Jejaka dari Tingkir (Jaya Baya, 1990: 13). Sebagai

pewaris Kerajaan Demak, Jaka Tingkir kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya dan

mendirikan Kraton Pajang. Jaka Tingkir memerintah di Pajang selama hampir dua

puluh tahun (1568-1586). Sebelum menjadi raja bernama Jaka Tingkir atau Mas

Karebet yang suka melakukan meditasi dan refleksi untuk mempertajam kualitas

diri. Dari segi spiritual Jaka Tingkir telah memperoleh kepribadian yang unggul.

Semasa mudanya Jaka Tingkir berguru kepada tokoh-tokoh ternama, misalnya Ki

Ageng Banyubiru, Ki Ageng Butuh dan Ki Ageng Sela, ahli ilmu pengetahuan

yang putus ing reh saniskara. Gemblengan para guru agung ini menghantarkan

Jaka Tingkir menjadi jalma limpat seprapat tamat. Secara intelektual berkualitas

dan secara sosial sangat populer. Para kawula baik di perkotaan, pedesaan

maupun pegunungan mengenal Jaka Tingkir sebagai keturunan bangsawan,

trahing kusuma rembesing madu, yang dipercaya mampu menjadi pewaris tahta

(http://budayajawa.com/index.php?productID=227 di unduh tanggal 16 Agustus

2010 ).

Secara historis, perpindahan pusat kerajaan, baik dari Majapahit maupun

dari Demak ke Pajang bukan semata-mata berdasarkan pulung atau wahyu belaka,

tetapi memang kenyataannya terdapat usaha dari yang bersangkutan untuk

mempergunakan haknya sebagai penerus tahta. Hal ini terlihat dari daftar silsilah

yang termuat dalam Babad Tanah Jawi, sebagai berikut: (a) Prabu Brawijaya

penghabisan berputra Raden Patah, Sultan Demak pertama, (b) Prabu Brawijaya

penghabisan berputra seorang puteri yang menadi istri Jaka Sengara (Adipati

Dayaningrat di Pengging), berputra Kyai Kebo Kenanga, berputera Mas Karebet

Page 67: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

(Jaka Tingkir), Sultan Pajang I. Dari daftar silsilah tersebut, bahwa Demak dan

Pajang sama-sama berasal dari satu dinasti, yaitu Majapahit, sehingga perang

batin dan perebutan mahkota selalu terjadi. Demikian pula perebutan kekuasaan

berulang kembali pada masa akhir Pajang dan awal Mataram. Kerajaan Mataram

tumbuh menjadi daerah yang besar dan berpengaruh. Hal ini menimbulkan

kekhawatiran Sultan Hadiwijaya, sebab bisa mengancam eksistensi kerajaan. Bagi

Sultan Hadiwijaya Ki Ageng Mataram itu sebagai keturunan Majapahit tentu

berusaha agar keturunannya dapat menjadi raja dan menguasai tanah Jawa. Selain

itu Sunan Giri pun telah meramalkan bahwa kelak Mataram akan bertahta seorang

raja besar. Karena merasa gelisah, Sultan Hadiwijaya segera menemui Sunan

Kalijaga yang kemudian meminta Ki Ageng Mataram untuk berjanji tidak akan

menjadi raja Mataram dan tidak akan mengalahkan Pajang. Namun bila sampai

kepada keturunannya, sepenuhnya diserahkan atas kehendak Tuhan Yang Maha

Esa. Meskipun wahyu kraton telah jatuh ke tangan Ki Ageng Mataram, tetapi

karena pernah berjanji kepada Sultan Hadiwijaya untuk tidak menjadi raja di

Mataram, maka selama hidupnya ia selalu taat pada raja Pajang sebagai

bawahannya. Pada tahun 1583 Ki Ageng Mataram meninggal. Sultan Pajang

kemudian menunjuk Sutawijaya (anak Ki Ageng Mataram yang diambil anak

angkat oleh Sultan Hadiwijaya) sebagai pengganti Ki Ageng Mataram. Sewaktu

diangkat menjadi penguasa Mataram, Sutawijaya diberi gelar Senapati Ing Alaga

oleh raja Pajang. Gelar ini selanjutnya merupakan bagian tetap dari nama raja-raja

Mataram.

Pada tahun 1584, Senapati Sutawijaya mengadakan persiapan untuk

memerdekakan tanah warisannya. Sutawijaya mengabaikan kewajibanya terhadap

raja Pajang. Sutawijaya tidak seba atau menghadap raja di Kraton Pajang untuk

memberi penghormatan tahunan. Sutawijaya juga menggagalkan pelaksanaan

hukuman yang harus dilakukan atas perintah raja terhadap keluarga Tumenggung

Mayang. Tindakan yang dilakukan senapati menjadikan raja Pajang marah dan

hendak menindak dengan kekuatan senjata terhadap Mataram. Sebelum terjadi

penyerbuan, di dekat Prambanan, ternyata pasukan Pajang telah pecah akibat

letusan gunung Merapi dan meluapnya sungai Opak, sehingga Sultan Pajang

Page 68: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

urung menyerang Mataram. Kemudian Sultan Pajang bersama-sama sisa

pasukannya mundur dan bermukim di Tembayat (daerah Klaten). Selama

bermukim di Tembayat, Sultan merasa bahwa kerajaannya telah berakhir dan

akan diganti oleh dinasti Mataram yang akan memerintah seluruh Jawa. Setelah

kembali ke kotapraja Pajang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit, dan pada tahun 1578

akhirnya meninggal dunia. Ia dimakamkan di desa Butuh, sebuah tempat yang

tidak jauh di sebelah barat taman Kerajaan Pajang yang sekarang dikenal dengan

nama kampung Makamhaji. Dengan meninggalnya raja Pajang itu, maka wahyu

kraton beralih dari Pajang pindah ke Mataram. Setelah berhasil menggeser

kedudukannya Pajang, Sutawijaya menyatakan keinginannya untuk tetap di

Mataram. Sejak saat itu ia bergelar Panembahan Senapati. Adapun kekuasaan atas

Pajang dipercayakan kepada salah seorang pangeran muda dari Mataram bernama

Gagak Bening (Dwi Ratna, 1999: 62). Kraton Pajang menduduki posisi yang

penting dalam pentas sejarah nasional. Dinasti besar Kerajaan Jawa yaitu

Majapahit, Demak dan Mataram, ketiganya bertemu di antara silsilah Kraton

Pajang. Pada diri Sultan Hadiwijaya yang menjadi raja Pajang mengalir darah

Majapahit dan Demak (Purwadi, 2008: 5).

2. Pembangunan Petilasan Kraton Pajang

a. Latar Belakang Pembangunan Petilasan Kraton Pajang

Berdasarkan letak geografisnya, aset wisata religi Petilasan Kraton Pajang

berada di Dukuh Sonojitwan RT 05/RW XXVI, Desa Makamhaji, kecamatan

Kartasura, kabupaten Sukoharjo, propinsi Jawa Tengah. Petilasan Kraton Pajang

adalah tempat yang dikeramatkan oleh warga desa Makamhaji karena area ini

merupakan tempat ditemukannya ompak dari Kraton Pajang. Petilasan Kraton

Pajang merupakan peninggalan Sultan Hadiwijaya, raja dari Kraton Pajang.

Bagi pengelola, Petilasan Kraton Pajang merupakan salah satu kebudayaan

Jawa yang harus dilestarikan. Peninggalan dari leluhur tidak boleh ditinggalkan

karena bersifat luhur. Budaya leluhur harus diurutkan menurut silsilah dan

dilestarikan keberadaannya. Pelestarian ini sampai sekarang masih ada

Page 69: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

penyambungannya, dibuktikan dengan eksistensi ritual malam jumat, malam

jumat legi, malam Suro dan pembangunan sekitar area Petilasan Kraton Pajang

secara berlanjut (wawancara Bapak Kusaeri selaku seksi budaya, 21 Maret 2011).

Bagi pengunjung, pembangunan Petilasan Kraton Pajang dilaksanakan

oleh suatu kelompok masyarakat yang sama-sama tertarik terhadap lingkungan

budaya (dalam hal ini Kraton Pajang) sebagai monumental pernah ada suatu

kerajaan di desa Makamhaji (wawancara Bapak Agus, 10 Maret 2011). Selain itu,

masyarakat mempunyai berbagai alasan untuk pembangunan Petilasan Kraton

Pajang. Alasan tersebut antara lain orang yang mengetahui adanya Kraton Pajang

mencari-cari letak dari Kraton Pajang tersebut, sehingga didirikan Petilasan

Kraton Pajang di sekitar ditemukannya ompak yang merupakan satu-satunya

peninggalan dari adanya Kraton Pajang terdahulu. Ompak merupakan alas tiang

bangunan Kraton Pajang yang rusak dan ditinggal ketika pemerintahan dialihkan

ke Mataram (wawancara Bapak Suradi, tanggal 7 November 2010).

Batu ompak Kraton Pajang yang pernah diributkan karena tidak diketahui

di mana berada berhasil ditemukan. Batu ini merupakan satu-satunya bukti

keberadaan Kraton Pajang dan disimpan di Pemerintah Daerah Kabupaten

Sukoharjo (Bernas, 1994). Batu ini dikembalikan kepada desa Makamhaji karena

adanya kontradiksi antar warga masyarakat sudah reda (wawancara Bapak Taufik,

19 Maret 2011).

b. Keadaan Komplek Petilasan Kraton Pajang

Petilasan Kraton Pajang dibangun tanggal 3 Desember 1993, Jumat Legi

di atas tanah milik Desa Makamhaji seluas kurang lebih 1000 m. Pembangunan

ini didirikan oleh Paguyuban Patilasan Kraton Pajang yang peduli dengan budaya

Jawa (khususnya daerah Desa Makamhaji dan sekitarnya). Pembangunan Benda

Cagar Budaya ini dirintis oleh Bapak R. Koesnadi Kusumo Hoeningrat.

Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo mendukung pembangunan

monumen sejarah yang dianggap situs Petilasan Kraton Pajang. Namun disesalkan

tujuan baik ini tidak melalui prosedur yang benar, sehingga menimbulkan pro dan

kontra. Pembangunan pesanggrahan terlebih dahulu harus mohon izin kepada

Page 70: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo disertai proposal lengkap tentang

rencana pembangunan, maka Pemerintah Daerah akan mendukung dan

menyetujui pembangunan ini (Bernas, 1994).

Kompleks Petilasan Kraton Pajang sampai sekarang belum terawat dengan

baik, keadaan demikian karena kurangnya tenaga kerja yang memelihara dan

merawat lingkungan di sekitar Petilasan Kraton Pajang, hanya juru kunci dan

beberapa orang yang selalu memelihara kebersihan Petilasan Kraton Pajang

dengan menyapu dan membersihkan kotoran di area ini. Sebab Petilasan Kraton

Pajang belum ada ikatan dengan Dinas Pemuda, Olah Raga, Pariwisata dan

Kebudayaan (Dinas POPK) Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan pengelolaan

Petilasan Kraton Pajang dikelola oleh desa Makamhaji sebagai aset wisata daerah

(wawancara Bapak Sujasmin, 10 Maret 2011).

Komplek Petilasan Kraton Pajang dibangun secara bertahap, ini

dikarenakan sumber pendanaan pembangunan dilakukan secara swadaya dari

pihak masyarakat, pengunjung dan pengelola yang peduli terhadap Benda Cagar

Budaya. Dalam komplek Petilasan Kraton Pajang dibuat beberapa bangunan,

yaitu: (1) tempat pemujaan (sungkeman), ada 1 buah digunakan untuk acara ritual

yang diselenggarakan di Petilasan Kraton Pajang, (2) bangsal, ada 1 buah

digunakan untuk tempat beristirahat para pengunjung yang ingin menginap di

Petilasan Kraton Pajang, (3) mushola ada 1 buah digunakan bagi masyarakat yang

melakukan tirakatan di Petilasan Kraton Pajang, pendanaan mushola ini dari

keluarga Mun Slamet dan masyarakat Pajang, diresmikan Jumat Legi, 24

Desember 2010 / 1432 H oleh Camat Kartasura Sriyono, S. Sos , (4) toko

kelontong, ada 3 buah untuk menunjung keperluan pengunjung yang singgah di

Petilasan Kraton Pajang, (5) toilet ada 2 buah, (6) tempat parkir 1 buah. Selain

bangunan di atas terdapat sumber air Selo Tirto Mulyo Abadi, air ini dipercaya

oleh masyarakat sekitar sebagai sumber kehidupan. Air ini dipercaya dapat

menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Selain itu, dengan mandi di sumber air

ini, sebagai tanda pembersihan diri sebelum berada di tempat sungkeman dan

dalam keadaan suci ketika berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa (wawancara ibu

Page 71: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

sutemi dan Bapak Joko, 11 April 2011). Tidak mengherankan jika masyarakat

sekitar maupun pengunjung mandi di Petilasan Kraton Pajang.

Rencana pembangunan Petilasan Kraton Pajang jangka panjang antara

lain, bangsal akan dibuat joglo yang digunakan untuk singgah para tamu tirakatan

yang mau melakukan sungkeman, kemudian Sebelah selatan akan didirikan joglo

terbuka untuk masyarakat apabila akan mengadakan suatu hajatan. Rencana

Pembangunan ini belum terlaksana karena dana pembangunan belum ada.

Rencana pembangunan ini meminta bantuan kepada Bupati Kabupaten Sukoharjo

dan Kraton seluruh nusantara agar pembangunan dapat segera terealisasikan

(wawancara Bapak Siswo, 21 Maret 2011).

Bagi pengunjung yang mendatangi makam harus mematuhi tata tertib

yang ada di area Petilasan Kraton Pajang. Tata tertib tersebut antara lain: (a) bagi

pengunjung yang bermalam 2x24 jam harus lapor kepada juru kunci atau

pengurus dan menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku,

(b) dilarang judi, minum-minuman keras, mabuk-mabukan, dan membawa senjata

tajam (selain petugas aparat), (c) pengunjung dimohon menjaga kebersihan

lingkungan Petilasan Kraton Pajang, (d) pengunjung wajib mentaati peraturan

yang berlaku dari pengurus Petilasan Kasultanan Kraton Pajang dan Pemerintah

maupun petugas/aparat keamanan, (e) waktu berdoa/ sungkeman para tamu tirakat

dimohon tenang, dan (f) dilarang pijat di bangsal/Lingkungan Petilasan

Kasultanan Kraton Pajang (tata tertib di Petilasan Kraton Pajang). Tata tertib ini

diterapkan agar tidak terjadi sesuatu yang membahayakan bagi masyarakat dan

pengunjung Petilasan Kraton Pajang (tata tertib di Petilasan Kraton Pajang).

3. Petilasan Kraton Pajang sebagai pengembangan Benda Cagar Budaya

dan Pariwisata (Obyek Wisata Religi)

a. Petilasan Kraton Pajang sebagai Benda Cagar Budaya

Petilasan Kraton Pajang merupakan daerah didirikannya Kraton Pajang

oleh Sultan Hadiwijaya selama hampir dua puluh tahun (1568-1586). Karena

Kraton Pajang sudah berusia lebih dari 50 tahun dan mewakili corak kebudayaan

Page 72: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

lebih dari 50 tahun maka berdasarkan UU No. 5 Tahun 1992, Kraton Pajang

termasuk dalam Benda Cagar Budaya yang harus dilindungi, dipelihara dan

dilestarikan karena memiliki arti penting bagi sejarah, budaya, pendidikan dan

ilmu pengetahuan.

Petilasan Kraton Pajang merupakan salah satu bentuk Benda Cagar

Budaya peninggalan sejarah Bangsa Indonesia dan merupakan hasil karya budaya

yang sangat tinggi nilainya, khususnya berkaitan dengan kebudayaan jawa. Pihak

Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Pemuda, Olah Raga,

Pariwisata, dan Kebudayaan (Dinas POPK) juga menyatakan bahwa Petilasan

Kraton Pajang merupakan Benda Cagar Budaya yang dimiliki oleh Kabupaten

Sukoharjo. Ini merupakan salah satu aset di bidang Kebudayaan milik Kabupaten

(wawancara Bapak Taufik, 19 Maret 2011).

Pentingnya Petilasan Kraton Pajang bagi sejarah budaya pendidikan dan

ilmu pengetahuan maka Petilasan tersebut harus dilestarikan. Oleh karena itu

perlu mendapat perhatian lebih lanjut, sehingga sekarang pemerintah setempat

mulai memperhatikan agar bisa menjadi obyek wisata religi, sehingga diharapkan

dapat menambah pendapatan asli daerah dan sebagai upaya pelestarian

peninggalan hasil budaya. Petilasan Kraton Pajang dimungkinkan untuk menjadi

aset wisata sejarah dikarenakan cukup relevan dalam penanaman nilai budaya

bangsa karena masyarakat luas dapat melihat secara lebih dekat mengenai adanya

Kraton Pajang yang selama ini dianggap tidak ada, sehingga diperlukan perhatian

khusus terhadap Benda Cagar Budaya tersebut.

b. Petilasan Kraton Pajang sebagai Pariwisata (Obyek Wisata Religi)

Persepsi masyarakat terhadap Petilasan Kraton Pajang menjadi Obyek

wisata religi penulis klasifikasikan menjadi dua golongan, antara lain:

1) Pro (setuju) Petilasan Kraton Pajang menjadi Obyek wisata religi

Menurut wawancara Bapak Taufik selaku Kepala Dinas pemuda, Olah

Raga, Pariwisata dan Kebudayaan (Dinas POPK), Petilasan Kraton Pajang

dimungkinkan untuk menjadi obyek wisata religi di Kabupaten Sukoharjo.

Page 73: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tempat ini dapat meningkatkan pendapatan daerah pada khususnya dan

Kabupaten Sukoharjo pada umumnya.

Petilasan Kraton Pajang sudah menjadi aset wisata milik Pemerintah

Daerah Kabupaten Sukoharjo dan Dinas Pariwisata. Namun, untuk menjadi

tempat obyek wisata religi belum dilakukan. Hal ini dikarenakan, dari pihak

Yayasan Petilasan Kraton Pajang dan desa Makamhaji belum menyerahkan

tempat ini kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo. Penyerahan Petilasan

Kraton Pajang dari yayasan dan desa Makamhaji ke Pemerintah Daerah

Sukoharjo.

Upaya Dinas POPK untuk mengembangkan Petilasan Kraton Pajang

adalah promosi. Promosi berguna untuk memberikan pengetahuan kepada

masyarakat bahwa Petilasan Kraton Pajang bisa dikenal pada daerah pada

khususnya, dan negara pada umumnya. Selain adanya promosi, Dinas POPK

memberikan bantuan berupa paving (pagar) untuk membatasi komplek Petilasan

Kraton Pajang dengan bangunan yang lainnya. Namun, untuk Pemerintah Daerah

Sukoharjo belum memberikan bantuan sama sekali.

Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo, fungsi dari adanya

Petilasan Kraton Pajang adalah sebagai bentuk promosi pariwisata khususnya

kebudayaan. Semakin banyak obyek-obyek wisata, maka Kabupaten Sukoharjo

akan semakin terkenal di bidang kebudayaan. Petilasan Kraton Pajang membawa

pengaruh bagi masyarakat di sekitarnya. Pengaruh ini ada sisi negatif maupun sisi

positif. Sisi negatif misalnya, adanya ritual-ritual yang diadakan dapat menggangu

agama yang lain. Sisi positifnya, menambah pemasukan (income) pemasukan bagi

keluarga untuk daerah di sekitar Petilasan kraton Pajang (wawancara Bapak

Taufik, 19 Maret 2011).

Wawancara Bapak Suradi (Ketua II Petilasan Kraton Pajang) menyatakan

bahwa Petilasan Kraton Pajang sampai sekarang belum disentuh oleh pihak

manapun. Pihak Petilasan pernah membicarakan mengenai Petilasan Kraton

Pajang menjadi obyek wisata, namun tidak pernah mendapatkan tanggapan dari

Pemerintah Daerah (wawancara, 5 Agustus 2010).

Page 74: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Wawancara Bapak Agus (pengunjung Petilasan Kraton Pajang),

menyatakan bahwa Bapak Agus setuju, apabila Petilasan Kraton Pajang dijadikan

obyek wisata. Selama eksistensi Kraton Pajang mendukung ekonomi masyarakat

sekitarnya dan masyarakat menerima karena mendapatkan penghasilan dari

dibukanya menjadi obyek wisata. Namun apabila yang menikmati hanya segelintir

orang saja yang menerima hasilnya, maka Bapak Agus tidak setuju dengan

dibukanya Petilasan Kraton Pajang menjadi obyek wisata religi. Petilasan Kraton

Pajang dapat dijadikan obyek wisata religi jika masuk ke Dinas Pariwisata

Kabupaten Sukoharjo. Namun konsekuensinya, Pemerintah Daerah harus

memberikan kontribusi pada pengelola Petilasan Kraton Pajang (wawancara

Bapak Agus, 10 Maret 2011).

Bapak Kusaeri (seksi budaya Petilasan Kraton Pajang) dan Bapak Siswo

(Ketua I Petilasan Kraton Pajang) berpendapat bahwa Petilasan Kraton Pajang

dimungkinkan menjadi obyek wisata religi, karena Petilasan ini sudah mempunyai

pengunjung tetap dan adanya upaya pelestariannya. Program kerja jangka panjang

akan diadakan pengajuan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo tentang

Petilasan Kraton Pajang menjadi obyek wisata religi. Namun sampai sekarang,

belum ada tindakan khusus tentang program ini. Untuk program kerja jangka

pendek, akan dibuat sebuah yayasan Petilasan Kraton Pajang. Menurut Bapak

Kusaeri dan Bapak Siswo, ada suatu sisi negatif jika Petilasan Kraton Pajang

menjadi obyek wisata religi. Hal tersebut antara lain, adanya retribusi dari

Pemerintah Daerah jika menjadi tempat wisata. Padahal masyarakat sering datang

ke Petilasan Kraton Pajang hanya sekedar berteduh, mandi maupun minum teh

atau kopi. Jika setiap datang dikenakan retribusi, maka masyarakat sekitar akan

merasa terbebani dan Petilasan Kraton Pajang akan menjadi sepi. Selain itu,

adanya hubungan dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisatanya akan

menghambat eksistensi Petilasan Kraton Pajang karena apabila akan mengadakan

suatu kegiatan di Petilasan Kraton Pajang, maka harus mendapatkan ijin dari

Pemerintah Daerah (wawancara, 21 Maret 2011).

2) Kontra (tidak setuju) Petilasan Kraton Pajang menjadi obyek wisata

religi

Page 75: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Adanya pendapat tidak setuju diungkapkan oleh pengunjung maupun

pengelola Petilasan Kraton Pajang. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Kuat

(mantan juru kunci) apabila sudah ada ikatan dengan Dinas Pemuda, Olah Raga,

Pariwisata, dan Kebudayaan (Dinas POPK) maka masyarakat akan sulit

berkunjung di Petilasan Kraton Pajang karena adanya retribusi ketika akan

memasuki area ini. Sehingga membuat masyarakat enggan untuk berkunjung

karena adanya pembayaran ketika akan memasuki Petilasan Kraton Pajang. Bapak

berpendapat bahwa apabila Petilasan Kraton Pajang terikat pada Dinas Pariwisata,

maka area ini akan dikuasai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo

(wawancara, 10 Maret 2011).

Adanya pendapat pro (setuju) dan kontra (tidak setuju) mengenai Petilasan

Kraton Pajang menjadi obyek wisata religi merupakan hal yang wajar. Ini harus

dicari titik temu antara kedua pendapat tersebut. Sehingga perlu dibicarakan

antara pihak Petilasan Kraton Pajang, Desa Makamhaji dan Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukoharjo tentang rencana pembukaan Petilasan Kraton Pajang

menjadi obyek wisata religi.

Petilasan Kraton Pajang sebagai suatu Benda Cagar Budaya memiliki arti

penting bagi nilai-nilai budaya bangsa, pemanfaatannya sebagai obyek wisata

sejarah memiliki peranan yang sangat besar bagi generasi sekarang dan yang akan

datang. Karena dari sini, masyarakat akan memperoleh gambaran tentang sejarah

berdirinya Kraton Pajang yang pernah menguasai Jawa. Dengan mempelajari dan

melihat dari dekat keberadaan Petilasan Kraton Pajang, masyarakat luas akan

lebih dapat memahami sejarah perjalanan bangsa setidaknya yang berkaitan

dengan Petilasan tersebut.

Pemanfaatan Petilasan Kraton Pajang sebagai obyek wisata (religi) tidak

hanya berperan penting dalam penanaman nilai-nilai budaya dan perjalanan

sejarah semata melainkan dengan pemanfaatan ini diharapkan dapat menjadi suatu

tempat rekreasi yang nyaman dan memberikan ketenangan untuk memanjatkan

doa kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi para pengunjung yang datang ke Petilasan

Kraton Pajang itu sendiri. Untuk itu pemerintah dalam hal ini perlu memberikan

perhatian khusus pada Petilasan Kraton Pajang. Dalam hal ini memberikan

Page 76: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

pelayanan yang baik dan menyediakan fasilitas memadai yang merupakan salah

satu syarat utama Petilasan Kraton Pajang sebagai obyek wisata (religi).

Adanya perhatian khusus dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo

melalui dinas Pariwisatanya, akan memberikan kontribusi lebih bagi Petilasan

Kraton Pajang menjadi obyek wisata religi yang dinikmati oleh semua anggota

masyarakat sekitar Desa Makamhaji pada khususnya dan Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukoharjo pada umumnya.

c. Upaya Pelestarian Aset Wisata Petilasan Kraton Pajang

Dalam melestarikan Aset Wisata Petilasan Kraton Pajang tetap eksis,

pengelola Petilasan selalu mengadakan acara-acara ritual, antara lain:

1) Malam Jumat

Setiap malam jumat diadakan do’a bersama dari pihak pengelola maupun

pengunjung yang datang. Hal ini dilakukan secara rutin setiap malam jumat.

Pengunjung relatif sedikit kira-kira 10-20 orang.

2) Malam Jumat Legi

Setiap malam Jumat Legi, diadakan acara ritual antara lain tahlilan,

makam bersama dan berdo’a bersama. Acara ritual ini diadakan sekitar pukul

08.00-12.00 malam. Pengunjung Jumat Legi cukup banyak, sekitar dua ratus

orang lebih.

Kronologis acara ritual antara lain: pukul 08.00 diadakan tahlilan bersama

antara pengelola, masyarakat, dan pengunjung Petilasan Kraton Pajang. Setelah

tahlilan bersama, dilanjutkan dengan makan bersama (ini sebagai perwujudan dari

kegotongroyongan antar masyarakat sekitar Petilasan Kraton Pajang), acara

selanjutnya adalah do’a bersama sekitar pukul 11.15 dengan mematikan semua

lampu agar keadaan do’a menjadi lebih tenang, ini kira-kira selama 15 menit.

Setiap orang mempunyai do’a sendiri-sendiri, sehingga tidak mengherankan

ketika berdoa situasi hening.

3) Bulan Suro

Setiap Bulan Suro diadakan acara wayangan di Petilasan Kraton Pajang.

Acara wayangan ini diadakan setelah selesai upacara labuhan di Parangtriris,

Page 77: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

karena upacara labuhan merupakan ibu dari Petilasan Kraton Pajang. Setiap Bulan

Suro, diadakan penggantian payung yang ada di Petilasan Kraton Pajang. Payung

dikirabkan melalui proses kejawen menggunakan sesaji lengkap. Menurut Bapak

Sujasmin selaku Juru Kunci Petilasan Kraton Pajang, sekitar 90% orang yang

datang untuk meminta sesuatu, dikabulkan. Misalnya mendapatkan pekerjaan,

menjadi lurah dan mendapatkan penghidupan yang baik terhindar dari mara

bahaya (wawancara Bapak Jasmin, 10 Maret 2011).

4) Pembangunan Petilasan Kraton Pajang

Selain adanya acara ritual di Petilasan Kraton Pajang, terdapat

pembangunan area sekitar Petilasan Kraton Pajang secara bertahap. Hal ini

dikarenakan pendanaan pembangunan fasilitas menggunakan dana swadaya dari

masyarakat, pengunjung maupun dari pengelola Petilasan Kraton Pajang. Belum

ada dana untuk pembangunan secara nyata dari pihak Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukoharjo. Pemerintah Daerah Sukoharjo melalui Dinas Pemuda, Olah

Raga, Pariwisata, dan Kebudayaan hanya memberikan kontribusi berupa promosi

kepada masyarakat luar, bahwa ada Petilasan Kraton Pajang di Kabupaten

Sukoharjo.

Dalam menunjang usaha pelestariannya, disetujuinya Pembentukan

pengurus Petilasan Kraton Pajang Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura,

Kabupaten Sukoharjo masa bakti 2011-2016. Susunan Pengurus Petilasan Kraton

Pajang adalah:

Pelindung : Kepala Desa Makamhaji

Penasehat : a) Sumarno (Kadus IV)

b) Sapto Ari Wijanarko

c) Narto Sukismo

Ketua I : Siswo Hartono

Ketua II : Suradi

Sekretaris I : Suhadi Mulyono

Sekretaris II : Warsono

Bendahara I : Mun Slamet

Bendahara II : Sutrisno

Page 78: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Seksi Pembangunan : Semua Pengurus Inti

Seksi Umum I : Riyanto

Seksi Umum II : Slamet Rahayu

Seksi Rumah Tangga I : Sumarti

Seksi Rumah Tangga II : Wiji Ngadiyo

Seksi Lingkungan/Humas : a) Siman Nugroho

b) Wartono

c) Kusumawati Dewi

Seksi Budaya : a) RT. Rekso Bantolo Dipuro

b) Drs. R. Gatot Hermanu

Seksi Keamanan : a) Suraji

b) Kadar

c) Mujana

Seksi Juru Kunci : a) Edy Sujasmin Sastro Utomo

b) Sunarto

Seksi Kerohanian : a) Sunarto Hadi Sunarto

: b) Sutarno

Seksi Selamatan : Slamet Rahayu

Susunan kepengurusan Petilasan Kraton Pajang ini disahkan oleh Kepala

Desa Makamhaji HM. Zaenuri, S.Pd. Pertimbangan disusunnya kepengurusan ini

adalah (a) bahwa sebagai upaya melestarikan budaya dan mengoptimalkan cagar

budaya yang ada di Desa Makamhaji, serta menggerakkan dan mengembangkan

partisipasi, gotong royong, dan swadaya masyarakat desa dalam pembangunan,

(b) bahwa dengan diberdayakannya cagar budaya berupa Petilasan Kraton Pajang

yang mampu diupayakan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, (c) bahwa

sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas perlu ditetapkan dengan

keputusan Kepala Desa.

4. Persepsi Masyarakat Terhadap Petilasan Kraton Pajang

Kraton Pajang adalah peninggalan Sultan Hadiwijaya yang sudah Berjaya

sekitar dua puluh tahun dan menguasai hampir seluruh wilayah. Oleh karena itu,

Page 79: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Petilasan Kraton Pajang tetap dihormati sebagaimana ketika Kraton Pajang masih

berdiri dan bahkan tempat ini dianggap keramat. Adanya anggapan yang demikian

menjadikan masyarakat sekitarnya percaya bahwa berkunjung di Petilasan

tersebut dapat memberikan berkah bagi kehidupan mereka (wawancara dengan

Bapak Joko, 11 April 2011). Hal ini merupakan wujud dari religi orang Jawa

dalam rangka kepercayaan terhadap tempat yang dianggap keramat memiliki

suatu kekuatan perwujudan.

Secara umum masyarakat Jawa sejak awal percaya akan adanya kekuatan

lebih yang berada di luar diri manusia, salah satunya terdapat di alam seperti

gunung, laut, dan wilayah desa. Kekuatan tersebut dapat menjadikan adanya suatu

kebaikan atau sebaliknya merupakan bencana bagi manusia. Pada jaman purba

masyarakat sudah mempunyai kepercayaan bahwa ada suatu kekuatan yang tidak

dapat dilihat oleh mata atau adanya roh-roh yang mendiami pohon-pohon atau

benda-benda lainnya yang disebut dengan animisme. Selain itu, ada kepercayaan

bahwa semua makhluk hidup dan benda mati mempunyai kekuatan gaib yang

disebut dinamisme. Benda-benda atau tempat yang mempunyai kekuatan biasanya

dikeramatkan karena oleh masyarakat dianggap sebagai tempat kediaman roh-roh

yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.

Para pengunjung yang datang ke Petilasan Kraton Pajang mempunyai

maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Berdasarkan wawancara penulis adapun

maksud dan tujuan pengunjung antara lain:

a. Meningkatkan kesejahteraan

Bapak Sujasmin mengatakan bahwa berkunjung ke Petilasan Kraton

Pajang biar dapat pekerjaan yang lebih baik, lancar rejekinya, bagas waras tak ada

halangan (wawancara, 10 Maret 2011). Pengunjung mengharapkan akan diberi

kemudahan dalam mencari rezekinya, sehingga dapat sejahtera dan selamat

hidupnya.

b. Memperoleh ketentraman hidup

Seseorang terkadang merasa hidupnya tidak tenteram, aman, dan damai.

Seorang pengunjung mengemukakan apabila Bapak Joko mengalami suatu

kesusahan makam berkunjung ke Petilasan, agar memperoleh ketentraman. Jika

Page 80: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

sudah sampai Petilasan, Pengunjung mengheningkan cipta ke Allah, maka

hatinya pasti akan memperoleh ketentraman dan tidak susah lagi. Apabila

menginginkan hidup tentrram maka harus sering berkunjung ke Petilasan Kraton

Pajang. Melalui tempat Petilasan kraton Pajang, memberikan ketentraman di hati

(wawancara, 11 April 2011)

c. Memperoleh ketenangan

Bapak Suradi mengunjungi Petilasan Kraton Pajang bertujuan “nenepi”

agar memperoleh ketenangan. Nenepi dapat untuk mengendapkan perasaan,

mengekang hawa nafsu sehingga dapat menemukan adanya ketentraman lahir dan

batin (wawancara, 5 Agustus 2010). Tempat-tempat yang sepi sering digunakan

orang menyepi, kesunyian dapat dijadikana untuk lebih mendekatkan diri pada

sang pencipta.

d. Mendapatkan pekerjaan atau kenaikan pangkat

Bagi orang-orang yang belum mendapatkan pekerjaan tetap atau sedang

melamar pekerjaan maka tujuan ke Petilasan Kraton Pajang adalah memohon

berkah agar segera mendapatkan pekerjaan atau yang sedang melamar pekerjaan

dapat lulus ujian dan diterima pada instansi yang diinginkan. Misalnya seorang

yang menjagokan lurah (wawancara Bapak Agus, 10 maret 2011).

e. Mandi di Sumber Panguripan Tirtamulyo

Ada sebagian orang yang percaya bahwa air Tirtamulyo dapat digunakan

sebagai tempat bersuci sebelum melakukan tirakatan juga sebagai obat kulit

(wawancara ibu sutemi, 11 April 2011).

f. Rasa keingintahuan

Bapak Agus mengatakan bahwa datang ke Petilasan Kraton Pajang karena

rasa keingintahuan. masyarakat yang sering datang ke sini untuk melakukan apa.

Dan ternyata, Bapak Agus menemukan jawabannya, tujuan masyarakat berbeda-

beda. Tujuannya antara lain, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, rekreasi,

bermain, tirakatan, bahkan kencan yang mengarah kepada perselingkuhan. Itu

merupakan hak pribadi dari masing-masing orang, sejauh orang tersebut tidak

mengganggu orang lain (wawancara, 10 Maret 2011).

Page 81: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Pengunjung yang datang ke Petilasan Kraton Pajang justru kebanyakan

dari luar daerah atau luar desa Makamhaji. Pengunjung yang datang ke Petilasan

Kraton Pajang dari wilayah Jawa Tengah dari lingkup karesidenan Surakarta

adalah berasal dari sekitar Sukoharjo, Solo, Klaten, Karanganyar. Untuk wilayah

lain juga ada misalnya dari Jakarta, Jawa Barat (Kuningan) ,Banten, Jawa Timur

(Surabaya, Malang), Jawa Tengah (Magelang, Semarang, Pati), dan Yogjakarta.

Bahkan, dari luar Pulau Jawa juga ada, misalnya Makassar, Batam, dan Sumatera

Selatan. Pengunjung yang datang ke Petilasan Kraton Pajang memang memiliki

latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda dan tentunya datang dengan tujuan

yang juga berbeda pula. Akan tetapi, kebanyakan pengunjung yang mengunjungi

Petilasan Kraton Pajang adalah datang dengan tujuan untuk meminta berkah

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengunjung yang datang dari luar Desa

Makamhaji biasanya mengetahui keberadaan Petilasan Kraton Pajang dari teman

atau saudara yang pernah datang sebelumnya. Biasanya pengunjung yang datang

ke Petilasan hanya sendirian atau berdua saja, jarang sekali pengunjung yang

datang ke Petilasan Kraton Pajang secara rombongan. Pengunjung Petilasan

Kraton Pajang memang tidak menentu dengan tujuan yang juga tidak diketahui,

tetapi biasanya pada malam jumat dan malam jumat legi pasti selalu ada yang

berkunjung dengan maksud tujuan kedatangannya adalah untuk menyepi dan

berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa (wawancara Bapak Sujasmin berdasarkan

buku tamu Petilasan Kraton Pajang, 11 April 2011).

Persepsi masyarakat Desa Makamhaji dan sekitarnya terhadap Petilasan

Kraton Pajang penulis klasifikasikan menjadi dua golongan, antara lain:

a. Golongan pertama adalah golongan tua

Golongan tua yang berusia 35 tahun ke atas, golongan ini masih sangat

menjunjung tinggi adat istiadat ataupun tradisi. Golongan ini masih sangat

percaya pada kesakralan Petilasan Kraton Pajang. Hal ini dapat dibuktikan dengan

banyaknya pengunjung yang berasal dari golongan usia ini, baik dari daerah luar

maupun masyarakat di sekita Petilasan Kraton Pajang. Pengunjung dari golongan

ini tiap malam Jumat rutin datang ke Petilasan Kraton Pajang, seperti yang

dikemukakan oleh Bapak Sasmin bahwa setiap malam Jumat selalu datang di

Page 82: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Petilasan Kraton Pajang, kadang-kadang sampai pagi hari. Sebagai manusia hanya

sikap pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilakukannya, sikap ini

direalisasikan dengan selalu prihatin dan menyepi di tempat Petilasan Kraton

Pajang dengan harapan memperoleh suatu ketenangan dalam hidupnya

(wawancara Bapak Sujasmin, 10 Maret 2011).

b. Golongan kedua adalah golongan muda

Golongan muda yang berumur antara 17 tahun sampai 30 tahun.

Tanggapan golongan ini terhadap Petilasan Kraton Pajang bermacam-macam, hal

ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tebalnya iman seseorang. Menurut

pendapat Taufik bahwa menyepi dengan tujuan untuk minta sesuatu adalah

musyrik (menyekutukan Allah). Sebagai orang yang beriman, orang golongan

muda percaya akan Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan alam dan seisinya,

yang memberikan rejeki, maka apabila manusia menghendaki ketentraman

seharusnya langsung memohon kepada Tuhan dengan cara berdoa tanpa melalui

tempat yang dikeramatkan (wawancara Bapak Taufik, 21 Maret 2011).

Selain itu tujuan ke Petilasan Kraton Pajang dikemukakan oleh Tafsir dan

Hendra dari Jakarta, tujuan datang ke Petilasan Kraton Pajang adalah mengetahui

sejarah dan perkembangan Kraton Pajang dari juru kunci. Selain itu, mencari

ketenangan karena hidup di kota yang jenuh dan ingin berwisata religi

(wawancara, 10 Maret 2011).

Golongan ini berpikir rasional, karena tingkat pendidikan mereka lebih

tinggi, juga taat mendirikan solat serta ajaran Islam yang lain. Menurut pendapat

Sriyadi, percaya akan keberadaan Petilasan Kraton Pajang dapat memberi berkah

bagi pengunjung dan masyarakat di sini, meskipun Sriyadi tidak pernah

mengunjungi Petilasan Kraton Pajang (wawancara Sriyadi, 11 Maret 2011).

Pendapat lain dari seorang guru SLTP, mengatakan bahwa orang Jawa itu

jangan meninggalkan unsur atau sifat Jawanya, misalnya dalam hidup sehari-hari

manusia harus selalu beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa di samping itu juga

harus mengingat ke leluhurnya atau kepada kekuatan lain yang ada di luar mansia.

Ini dikarenakan, orang yang melupakan leluhurnya hidupnya tidak akan bahagia,

dan sebaliknya orang yang mengingat akan mendapatkan kemudahan dalam

Page 83: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

hidupnya karena leluhur akan memberi berkah dan selalu melindunginya

(wawancara ibu Tini, 11 Maret 2011). Golongan muda yang berpendidikan rendah

kebanyakan masih mengakui kekeramatan Petilasan Kraton Pajang dan masih

melakukan kegiatan menyepi dan memohon sesuatu pada waktu tertentu, namun

ada juga yang bersikap masa bodoh.

Menurut pendapat penulis, suatu tradisi sebenarnya tidak perlu

dipertentangkan dengan suatu agama dan dianggap sebagai penghalang kemajuan,

karena tradisi sudah menjadi bagian dari kebudayaan. Suatu kebudayaan pasti ada

masyarakat pendukungnya yang akan terus melaksanakan dan mewariskan

kebudayaan tersebut kepada generasi selanjutnya. Pada perkembangannya nanti,

tradisi ini lambat laun akan berubah dengan perlahan sesuai dengan

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta tebalnya iman seseorang.

Ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan suatu masyarakat semakin lama

akan mengalami kemajuan seiring dengan kemajuan jaman dan ilmu pengetahuan.

Dengan demikian juga akan mempengaruhi pola pikir suatu masyarakat di daerah

tersebut.

Perubahan sikap dalam suatu warisan budaya adalah hal yang wajar,

karena generasi baru tidak selalu mau menerima suatu warisan budaya dengan

mudah. Demikian dengan pengalaman masyarakat tidak semuanya dapat diterima

sebagai suatu kebanggaan bagi generasi berikutnya. Hal ini juga tidak dapat lepas

dari kemajuan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi pola pikir generasi baru.

Apa yang diperlukan sekarang adalah menemukan suatu pola kebudayaan

masyarakat yang sesuai dengan kemajuan jaman tanpa bertentangan dengan

agama dan norma-norma masyarakat.

Pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyang tidak mudah

musnah meskipun dipengaruhi pandangan hidup dan agama yang datang dari luar.

Demikian pula masyarakat desa Makamhaji dan sekitarnya yang masih

mendukung dan melestarikan warisan leluhurnya. Suatu acara ritual Jumat Legi

pasti memiliki maksud tertentu, namun demikian secara garis besar suatu ritual ini

mempunyai tujuan mencari keselamatan bagi semua dan melaksanakan hubungan

dengan dunia gaib. Hal ini karena manusia memiliki berbagai perasaan dalam

Page 84: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

menghadapi dunia gaib. Oleh karena adanya perasaan hormat, bakti, cinta bahkan

takut maka manusia melakukan ritual ini.

Page 85: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dengan judul Petilasan Kraton Pajang (Studi

tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata) dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sejarah Kraton Pajang bermula dari tokoh Jaka Tingkir yang berasal dari

Pengging. Oleh karena lama di Desa Tingkir, dekat Salatiga, maka ia

dinamakan Jejaka dari Tingkir. Sebagai pewaris Kerajaan Demak, Jaka

Tingkir kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya dan mendirikan Kraton Pajang.

Jaka Tingkir memerintah di Pajang selama hampir dua puluh tahun (1568-

1586). Daftar silsilah yang termuat dalam Babad Tanah Jawi, sebagai berikut:

(a) Prabu Brawijaya penghabisan berputra Raden Patah, Sultan Demak

pertama, (b) Prabu Brawijaya penghabisan berputra seorang puteri yang

menadi istri Jaka Sengara (Adipati Dayaningrat di Pengging), berputra Kyai

Kebo Kenanga, berputera Mas Karebet (Jaka Tingkir), Sultan Pajang pertama.

Dari daftar silsilah tersebut, bahwa Demak dan Pajang sama-sama berasal dari

satu dinasti, yaitu Majapahit, sehingga perang batin dan perebutan mahkota

selalu terjadi. Demikian pula perebutan kekuasaan berulang kembali pada

masa akhir Pajang dan awal Mataram. Kraton Pajang menduduki posisi yang

penting dalam pentas sejarah nasional. Dinasti besar Kerajaan Jawa yaitu

Majapahit, Demak dan Mataram, ketiganya bertemu di antara silsilah Kraton

Pajang. Pada diri Sultan Hadiwijaya yang menjadi raja Pajang mengalir darah

Majapahit dan Demak (Purwadi, 2008: 5).

2. Petilasan Kraton Pajang dibangun tanggal 3 Desember 1993, di atas tanah

milik Desa Makamhaji seluas kurang lebih 1000 meter. Pembangunan ini

didirikan oleh Paguyuban Patilasan Kraton Pajang yang peduli dengan Budaya

Jawa (khususnya Daerah Desa Makamhaji dan sekitarnya). Pembangunan

Benda Cagar Budaya ini dirintis oleh Bapak R. Koesnadi Kusumo Hoeningrat.

Komplek Petilasan Kraton Pajang dibangun secara bertahap karena sumber

Page 86: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

pendanaan pembangunan dilakukan secara swadaya dari pihak masyarakat,

pengunjung dan pengelola yang peduli terhadap Benda Cagar Budaya ini.

Dalam komplek Petilasan Kraton Pajang dibuat beberapa bangunan, yaitu: (1)

tempat pemujaan (sungkeman), (2) bangsal, (3) mushola, (4) toko kelontong,

(5) toilet, (6) tempat parkir. Selain bangunan di atas terdapat sumber air Selo

Tirto Mulyo Abadi, air ini dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai sumber

kehidupan dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Latar belakang

dilakukan pembangunan Petilasan Kraton Pajang antara lain: (a) pengelola

Petilasan Kraton Pajang berkeyakinan bahwa kita sebagai leluhur daripada

Kraton Pajang, harus melestarikan salah satu kebudayaan Jawa. Peninggalan

dari leluhur tidak boleh ditinggalkan karena kebudayaan tersebut bersifat

luhur, (b) menurut pengunjung Petilasan Kraton Pajang pembangunan ini

dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang sama-sama tertarik terhadap

lingkungan budaya (dalam hal ini Kraton Pajang) sebagai monumental pernah

ada suatu Kraton Pajang di Desa Makamhaji (c) menurut masyarakat sekitar

Petilasan Kraton Pajang, ada orang yang mencari-cari letak dari Kraton Pajang

tersebut, sehingga didirikan Petilasan Kraton Pajang di sekitar ditemukannya

ompak yang merupakan satu-satunya peninggalan Kraton Pajang terdahulu.

3. Petilasan Kraton Pajang merupakan salah satu bentuk Benda Cagar Budaya

peninggalan sejarah Bangsa Indonesia dan merupakan hasil karya budaya

yang sangat tinggi nilainya, khususnya berkaitan dengan Kebudayaan Jawa.

Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas Pemuda, Olah

Raga, Pariwisata, dan Kebudayaan (Dinas POPK) juga menyatakan bahwa

Petilasan Kraton Pajang merupakan Benda Cagar Budaya yang dimiliki oleh

Kabupaten Sukoharjo. Ini merupakan salah satu aset di bidang Kebudayaan

milik Kabupaten. Petilasan Kraton Pajang penting bagi sejarah budaya

pendidikan dan ilmu pengetahuan maka harus dilestarikan. Oleh karena itu

perlu mendapat perhatian lebih lanjut sehingga sekarang pemerintah setempat

mulai memperhatikan agar bisa menjadi obyek wisata religi, sehingga

diharapkan dapat menambah pendapatan asli daerah dan sebagai upaya

pelestarian peninggalan hasil budaya. Petilasan Kraton Pajang diharapkan

Page 87: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

menjadi aset wisata sejarah karena cukup relevan dalam penanaman nilai

budaya bangsa sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap Benda Cagar

Budaya tersebut. Persepsi masyarakat terhadap Petilasan Kraton Pajang

menjadi Obyek wisata religi penulis klasifikasikan menjadi dua golongan,

antara lain: pro (setuju) Petilasan Kraton Pajang menjadi Obyek wisata religi

dan kontra (tidak setuju) Petilasan Kraton Pajang menjadi obyek wisata religi.

Petilasan Kraton Pajang sebagai suatu Benda Cagar Budaya memiliki arti

penting bagi nilai-nilai budaya bangsa, pemanfaatannya sebagai obyek wisata

sejarah memiliki peranan yang sangat besar bagi generasi sekarang dan yang

akan datang. Pemanfaatan Petilasan Kraton Pajang sebagai obyek wisata

(religi) berperan penting dalam penanaman nilai-nilai budaya dan perjalanan

sejarah semata selain itu diharapkan dapat menjadi suatu tempat rekreasi yang

nyaman dan memberikan ketenangan untuk memanjatkan do’a kepada Tuhan

Yang Maha Esa bagi para pengunjung yang datang ke Petilasan Kraton Pajang

itu sendiri. Untuk itu pemerintah dalam hal ini perlu memberikan perhatian

khusus pada Petilasan Kraton Pajang. Dalam hal ini memberikan pelayanan

yang baik dan menyediakan fasilitas memadai yang merupakan salah satu

syarat utama Petilasan Kraton Pajang sebagai obyek wisata (religi).

4. Masyarakat di sekitar Petilasan Kraton Pajang memandang bahwa Petilasan

Kraton Pajang adalah tempat yang dianggap keramat karena merupakan

peninggalan Sultan Hadiwijaya yang sudah Berjaya sekitar dua puluh tahun

dan menguasai hampir seluruh wilayah. Persepsi masyarakat Desa Makamhaji

dan sekitarnya terhadap Petilasan Kraton Pajang penulis klasifikasikan

menjadi dua golongan, antara lain: (a) golongan tua, berusia 35 tahun ke atas,

golongan ini masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat ataupun tradisi.

Golongan ini masih sangat percaya pada kesakralan Petilasan Kraton Pajang.

(b) golongan muda berumur antara 17 tahun sampai 30 tahun. Tanggapan

golongan ini terhadap Petilasan Kraton Pajang bermacam-macam, hal ini

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tebalnya iman seseorang. Golongan

ini berpikir rasional, karena tingkat pendidikan mereka lebih tinggi, juga taat

Page 88: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

mendirikan solat serta ajaran Islam yang lain. mengunjungi Petilasan Kraton

Pajang.

B. Implikasi

1. Teoritis

Petilasan Kraton Pajang merupakan suatu Benda Cagar Budaya yang harus

dijaga kelestariannya karena memiliki arti penting dalam ilmu pengetahuan,

sejarah dan kebudayaan nasional. Petilasan Kraton Pajang merupakan bangunan

yang dibuat sebagai bukti bahwa pernah ada Kraton Pajang di Desa Makamhaji.

Salah satu pemanfaatan Benda Cagar Budaya yang dibenarkan berdasarkan

Undang-Undang adalah sebagai obyek wisata. Petilasan Kraton Pajang

diharapkan menjadi obyek wisata religi di Desa Makamhaji, sehingga berdampak

terhadap kehidupan sosial masyarakat di sekitar Petilasan Kraton pajang.

2. Metodologis

Dalam suatu penelitian peranan metode penelitian sangat penting, karena

berhasil tidaknya tujuan penelitian yang akan dicapai tergantung pada penggunaan

metode yang tepat. Pada penelitian yang berjudul “Petilasan Kraton Pajang (Studi

tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata)” ini termasuk dalam penelitian

etnografis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke lapangan dan

melakukan wawancara dengan para informan.

Dalam penelitian ini, peneliti banyak mengalami permasalahan dan

kesulitan-kesulitan, antara lain mengenai dokumen atau arsip (hanya sedikit

sekali) sehingga penulis berusaha mendapatkan sumber primer tersebut dengan

jalan mencari informasi melalui para informan.

3. Praktis

a. Keberadaan Petilasan Kraton Pajang dapat berfungsi sebagai tempat penelitian

dan pusat pendidikan. Pusat penelitian, karena Petilasan Kraton Pajang dapat

dimanfaatkan sebagai tempat penelitian. Sedangkan sebagai pusat pendidikan

Page 89: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Petilasan Kraton Pajang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran

sejarah.

b. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada pembaca

bahwa keberadaan Petilasan Kraton Pajang sangat penting bagi Kabupaten

Sukoharjo selain berfungsi sebagai sumber pembelajaran sejarah, Petilasan

juga berfungsi sebagai tempat wisata religi, yang berarti dapat menjadi sumber

pendapatan daerah.

C. Saran

1. Kepada pengelola Petilasan Kraton Pajang, diharapkan kerjasamanya dalam

mengelola Petilasan ini. Selain itu, diusahakan Petilasan Kraton Pajang

menjadi obyek wisata religi sehingga berdampak pada kehidupan ekonomi

masyarakat sekitar. Desa Makamhaji segera melakukan penyerahan Petilasan

Kraton Pajang kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo karena

Petilasan Kraton Pajang akan menjadi obyek wisata religi di Kabupaten

Sukoharjo. Masalah pembagian hasil retribusi dapat dibicarakan baik-baik,

sehingga ditemukan titik temu (kesepakatan) antara ketiga belah pihak (Pihak

Petilasan Kraton Pajang, Desa Makamhaji, dan Pemerintah Daerah Kabupaten

Sukoharjo).

2. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas

Pariwisatanya, agar lebih memperhatikan Petilasan Kraton Pajang dalam

upaya untuk lebih memajukan wisata setempat yang tentu saja akan

berpengaruh terhadap kehidupan warga Desa Makamhaji. Selain itu, diadakan

peninjauan terhadap Petilasan Kraton Pajang menjadi aset wisata yang lebih

bernilai harganya.

3. Kepada masyarakat Desa Makamhaji, agar ikut berperan aktif dalam upaya

pengembangan Petilasan Kraton Pajang menjadi obyek wisata religi misalnya

menjaga kebersihan, sehingga mampu memajukan taraf hidup masyarakat

Desa Makamhaji.

Page 90: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Grafindo Persada

Daldjoeni. 1997. Seluk Beluk Masyarakat Kota (Pusparagam Sosiologi Kota dan

Ekologis Sosial). Bandung: Alumni Darsiti Soeratman. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1839.

Yogyakarta: Disertasi Pasca Sarjana UGM Djoko Widagdo. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara Dwi Ratna. 1999. Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta. Jakarta: Depdikbud Ekadjati S. Edi. 1992. Babad Cirebon Edisi Brandes, Tinjauan Sastra dan

Sejarah. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Hadari Nawawi. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press Hari Karyono. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Hassan Shadily. 1983. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Bina

Aksara Hendropuspito OC. 1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius Heribertus Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar teori dan

terapannya dalam penelitian). Surakarta: UNS Press Hoogvelt, A.M. 1985. Sosiologi Masyarakat sedang Berkembang (Disadur oleh

Alimandan). Jakarta: CV. Rajawali Koentjaraningrat. 1990. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia __________. 2004. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Kusmayadi. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama Larson, George. 1990. Masa Menjelang Revolusi (Keraton dan Kehidupan Politik

di Surakarta 1912-1942). Yogyakarta: UGM

Page 91: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Lexi J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Maskun Hidayat Fikri. 2005. “Benteng Pendem sebagai Aset Wisata Sejarah dan

Pengaruhnya terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Kepariwisataan di Kabupaten Cilacap”. Skripsi. Surakarta: FKIP UNS

Oka A. Yoeti. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Purwadi. 2008. Kraton Pajang. Yogyakarta: Panji Pustaka Poerwadarminta. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Soerjono Soekanto. 1983. Pribadi dan masyarakat (Suatu Tinjauan Sosiologis).

Bandung: Alumni __________. 1993. Kamus sosiologi edisi baru. Jakarta: PT. Grafindo Persada __________. 1993. Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: PT.

Ghalia Indonesia Spillane, J.J. 1990. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:

Kanisius (Anggota IKAPI) Sri Winarni P. 2004. Sekilas Sejarah Karaton Surakarta. Surakarta: Cendrawasih Stefani Sari Respati. 2010. “Pengembangan Pariwisata di Keraton Kasunanan

Surakarta dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat”. Skripsi. Surakarta: FKIP UNS

Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan Praktis (edisi

revisi II). Jakarta: CV Rhineka Cipta Usman Pelly. 1994. Teori-teori Sosial Budaya. Jakarta: Depdikbud Veeger, K.J. 1992. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Internet: (http://budayajawa.com/index.php?productID=227 di unduh tanggal 16 Agustus 2010 Pukul 10.10 http://walah.multiply.com/journal/350/Destination_Petilasan_Keraton_Pajang diunduh tanggal 13 Desember 2010 Pukul 11:12 http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_5_92.htm, diunduh tanggal 16 Agustus 2010 Pukul 10.25

Page 92: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

http://www.harianjoglosemar.com di unduh tanggal 3 Juni 2011 pukul 10.28 Koran : “Batu Umpak Keraton Pajang Berhasil Ditemukan”. 1994. Februari. Berita Nasional “Nglacak Patilasan Kraton Pajang”. 1990. Mei. Jayabaya. 11

Page 93: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

LAMPIRAN

Page 94: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Lampiran 1 : Daftar Informan

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Edy Sujasmin Sastro Utomo

Alamat : Dukuh Sonojitwan, RT 04 RW 21 Makamhaji Sukoharjo

Umur : 55 Tahun

Jabatan : Juru Kunci Petilasan Kraton Pajang

2. Nama : Siswo Hartono

Alamat : Pijilan RT 04 RW 13 Makamhaji, Sukoharjo

Umur : 52 Tahun

Jabatan : Ketua I Petilasan Kraton Pajang

3. Nama : Suradi

Alamat : Tegal Kuniran, RT 03 RW XXVI, Jebres Solo

Umur : 54 Tahun

Jabatan : Ketua II Petilasan Kraton Pajang

4. Nama : Mun Slamet

Alamat : Kwarasan RT 01 RW 3 Grogol, Sukoharjo

Umur : 44 Tahun

Jabatan : Bendahara I

5. Nama : Kusaeri

Alamat : Sarimulyo, RT 04 RW 02, Pajang Laweyan Solo

Umur : 50 tahun

Jabatan : Seksi budaya

6. Nama : Bp. Taufik

Alamat : Tunggul RT 01 RW 16 Telukan Grogol Sukoharjo

Umur : 38 Tahun

Pekerjaan : Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukoharjo

Page 95: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

7. Nama : Bp. Agus

Alamat : Sidodadi, RT 05 RW 01 Pajang, Surakarta

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Pengunjung/Pensiunan

8. Nama : Bp. Kuat

Alamat : Ngenden RT 04, Gentan Sukoharjo

Pekerjaan : Pengunjung/mantan juru kunci Petilasan Kraton Pajang

9. Nama : Tafsir

Alamat : Jln. Cerena 4, Kota Tangerang Banten

Umur : 29 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

10. Nama : Joko

Alamat : Pandeyan, RT 01 RW 07 Purbayan Baki Sukoharjo

Umur : 34 Tahun

Pekerjaan : wiraswasta

11. Nama : Sutemi

Alamat : Pandeyan, RT 03 RW 07 Purbayan Baki Sukoharjo

Umur : 39 Tahun

Pekerjaan : Pedagang

12. Nama : Tini

Alamat : Sarimulyo, RT 04 RW 02, Pajang Laweyan Solo

Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : Guru SLTP

Page 96: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan dan Jawaban Penelitian

HASIL PENELITIAN

Petilasan Kraton Pajang (Studi tentang Penjajagan menjadi Aset Wisata)

Nama : Bapak Agus

Alamat : Sidodadi, RT 05 RW 01 Pajang, Surakarta

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan (Pengunjung)

Waktu : Tanggal 10 Maret 2011 pukul 13.10-13.40

a. Apakah tujuan anda datang ke Petilasan Kraton Pajang? Jelaskan!

Tujuan saya datang ke sini penasaran dengan orang yang sering datang ke

Petilasan Kraton Pajang, sehingga ingin mengetahui mengapa orang-orang datang.

b. Bagaimana perasaan anda saat berada di Petilasan Kraton Pajang?

Perasaan saya saat berada di Petilasan Kraton Pajang adalah nyaman. Merasa

damai di hati, karena tempatnya rindang dengan pohon dan tidak ramai (sepi).

c. Faktor yang menimbulkan ketertarikan terhadap Petilasan Kraton Pajang?

Ketertarikannya adalah mencari tempat yang tenang, daripada saya ketempat

yang tidak-tidak dan menghabiskan uang. Paling saya datang kesini saja, beli kopi

dan bersantai ria, melupakan masalah sementara.

d. Apakah anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang Petilasan Kraton

Pajang khususnya mengenai sejarahnya?

Saya sebelum datang ke Petilasan Kraton Pajang, sudah tertarik dengan

sejarah Kraton Pajang. Kraton Pajang tidak pernah menjadi bawahan daripada

Demak. Eksistensi Pajang tidak tunduk pada Demak atau Mataram. Antara

Demak ke Mataram tidak melewati Pajang pasti ada missing link.

e. Bagaimana fasilitas yang ada di Petilasan Kraton Pajang sebagai suatu

obyek wisata?

Fasilitas yang ada di Petilasan Kraton Pajang kurang, misalnya tempatnya

sempit, kebersihan kurang terawat dan kurangnya promosi adanya Petilasan

Kraton Pajang di Desa Makamhaji Kabupaten Sukoharjo.

f. Bagaimana pendapat anda mengenai kebersihan Petilasan Kraton Pajang?

Page 97: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Kebersihan Petilasan Kraton Pajang kurang, banyak dedaunan yang jatuh dan

tidak dibersihkan. Jadi ketika dilihat, kurang enak dipandang.

g. Bagaimana tanggapan anda mengenai dibukanya Petilasan Kraton Pajang

sebagai obyek wisata?

Setuju, selama eksistensi Petilasan Kraton Pajang mendukung ekonomi

masyarakat sekitar. Dengan adanya pembukaan obyek wisata, maka masyarakat

sekitar ekonominya akan baik dikarenakan jualannya terjual karena banyaknya

pengunjung. Selain dari masyarakat, pengelola Petilasan Kraton Pajang juga akan

meningkat kesejahteraannya karena mendapatkan penghasilan. Sejauh hal tersebut

mendukung ekonomi masyarakat, maka saya setuju. Namun jika yang menikmati

hanya segelintir orang saja, saya tidak setuju dibuka menjadi obyek wisata religi.

h. Apakah anda memiliki masukan, mengenai Petilasan Kraton Pajang?

Masukan: diadakan area hotspot di area Petilasan Kraton Pajang, sehingga

banyak anak-anak yang datang ke sini dan orang yang jualan bisa laris

dagangannya.

Nama : Bapak Taufik

Alamat : Tunggul RT 01 RW 16 Telukan Grogol Sukoharjo

Umur : 38 Tahun

Pekerjaan : Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukoharjo (Pemda)

Waktu : Tanggal 19 Maret 2011 pukul 10.15-10.40

a. Apakah Petilasan Kraton Pajang sudah menjadi aset wisata di Kabupaten

Sukoharjo?

Petilasan Kraton Pajang sudah menjadi aset wisata milik Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukoharjo sejak ditemukannya ompak di area tersebut.

b. Apa saja upaya pengembangan yang telah dilakukan oleh Pemda

Sukoharjo dalam hal ini Dinas Pariwisata terhadap Petilasan Kraton Pajang?

Upaya pengembangannya antara lain, adanya promosi. Promosi ini berguna

untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa Petilasan Kraton

Pajang biar dikenal pada daerah (khususnya) dan negara (umumnya). Untuk

pembangunan secara fisik, Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo belum

Page 98: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

memberikan bantuan. Permasalahannya, Petilasan Kraton Pajang masih dipegang

oleh yayasan atau desa Makamhaji. Petilasan ini belum diserahkan kepada

pemerintah Kabupaten Sukoharjo secara resmi.

c. Sebenarnya apakah fungsi dari adanya Petilasan Kraton Pajang selama ini?

Fungsi Petilasan Kraton Pajang bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo

yaitu sebagai bentuk promosi khususnya bidang kebudayaan. Semakin banyak

obyek-obyek wisata, maka semakin terkenal untuk Kabupaten Sukoharjo.

d. Apakah keberadaan Petilasan Kraton Pajang membawa pengaruh terhadap

kehidupan masyarakat sekitarnya?

Petilasan Kraton Pajang membawa pengaruh bagi masyarakat di sekitarnya,

pengaruh tersebut multi effect. Ada sisi negatif dan positif tentang adanya

Petilasan Kraton Pajang bagi masyarakat. Untuk sisi positifnya, menambah

pemasukan keluarga untuk daerah sekitar Petilasan Kraton Pajang.

e. Apakah dalam upaya pengembangan dan pelestarian Petilasan Kraton

Pajang, Dinas Pariwisata Sukoharjo ini bekerja sama dengan Dinas Purbakala?

Dan bentuknya apa saja?

Semua yang ada hubungannya dengan kebudayaan maka akan berhubungan

dengan Dinas Kepurbakalaan yang ada di Yogyakarta. Misalnya ketika di

Petilasan Kraton Pajang ditemukan ompak yang menjadi keributan di area ini

maka dari pihak Kabupaten Sukoharjo harus memberitahukan tentang keberadaan

ompak pada Dinas Purbakala.

f. Apakah setelah adanya pengembangan dan upaya perbaikan terhadap

Petilasan Kraton Pajang, ada perubahan yang signifikan berhubungan dengan

pengunjung?

Masalah dengan pengunjung, pihak Dinas Pariwisata tidak mengetahui secara

signifikan. Ini dikarenakan belum menjadinya Petilasan Kraton Pajang sebagai

obyek wisata religi Kabupaten Sukoharjo. Untuk pengunjung Petilasan hanya

orang-orang tertentu yang percaya akan tempat ini. Menurut dinas pariwisata,

apabila ada ikatan dengan Dinas Pariwisata maka akan memberikan anggaran

dana untuk pembangunan dan pengembangan Petilasan Kraton Pajang, sehingga

Page 99: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

bisa dikenal oleh masyarakat luar, otomatis akan ada retribusi jika memasuki area

Petilasan Kraton Pajang.

g. Apakah Petilasan Kraton Pajang dimungkinkan menjadi obyek wisata

religi?

Bisa, Cuma obyek wisata religi karena tidak sesuai dengan obyek wisata

lainnya. Hanya orang-orang tertentu yang datang ke Petilasan Kraton Pajang.

Selain itu, adanya penyerahan Petilasan Kraton Pajang dari yayasan maupun dari

Desa Makamhaji ke Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo melalui Dinas

Pariwisatanya.

Nama : Bapak Sujasmin

Alamat : Dukuh Sonojitwan, RT 04 RW 21 Makamhaji Sukoharjo

Umur : 55 Tahun

Pekerjaan : Juru Kunci Petilasan Kraton Pajang (Pengelola)

Waktu : Tanggal 10 Maret 2011 Pukul 13.00-13.35

a. Petilasan Kraton Pajang banyak dikunjungi pengunjung pada hari apa?

Petilasan Kraton Pajang banyaik dikunjungi pada hari Jumat Legi. Ini

dikarenakan pada hari tersebut, ada acara ritual seperti tahlilan, makan bersama,

dan doa bersama. Selain itu ketika adanya malam suro, di Petilasan Kraton Pajang

diadakan wayangan dan ditonton oleh masyarakat secara umum.

b. Bagaimana kondisi keamanan lingkungan sekitar Petilasan Kraton Pajang?

Di lingkungan Petilasan Kraton Pajang sudah dirasa aman. Ini terbukti belum

pernah ada laporan dari masyarakat maupun pengunjung tentang kehilangan

sesuatu yang berharga. Namun kalau sekedar sandal (barang-barang kecil) sudah

pernah ada, namun tidak ada kendala berarti, karena hal tersebut dianggap wajar.

c. Apakah jumlah tenaga pengelola Petilasan Kraton Pajang telah mencukupi

kebutuhan? Jelaskan!

Jumlah tenaga kerja belum mencukupi kebutuhan, hanya beberapa orang saja

yang mau membersihkan Petilasan Kraton Pajang. Sehingga sangat diharapkan

bagi Pemerintah kabupaten Sukoharjo untuk membantu dalam pengelolaan area

ini.

Page 100: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

d. Apakah ada pembagian tugas antara petugas pengelola Petilasan Kraton

Pajang? Jelaskan!

Sudah dibentuk kepanitiaan (pengurus) Petilasan Kraton Pajang, namun

kinerja kurang maksimal. Namun untuk tugas bersih-bersih hanya dilakukan oleh

juru kunci dan beberapa orang saja yang membantu.

e. Apakah pernah diadakan perbaikan bangunan di Petilasan Kraton Pajang?

Jelaskan!

Sudah, setiap ada dana swadaya yang cukup maka akan diadakan

pembangunan secara bertahap sesuai dengan rencana.

f. Upaya apa yang pernah dilakukan untuk menjaga kelestarian Petilasan

Kraton Pajang?

Upaya yang dilakukan oleh pengelola Petilasan Kraton Pajang antara lain,

diadakannya ritual-ritual setiap malam Jumat, Jumat Legi, dan ketika Bulan Suro

diadakan wayangan. Selain itu adanya pembangunan-pembangunan secara

bertahap sesuai rencana.

g. Paling banyak pengunjung berkunjung ke Petilasan Kraton Pajang untuk

keperluan apa?

Pengunjung datang ke Petilasan Kraton Pajang mempunyai tujuan masing-

masing. Paling banyak berkunjung bertujuan untuk berdoa kepada Tuhan Yang

Maha Esa agar memperoleh ketentraman dalam hidup beserta keluarganya.

h. Apakah Pemda Sukoharjo maupun dinas pariwisata sukoharjo menaruh

perhatian kepada Petilasan Kraton Pajang sebagai benda cagar budaya? Jelaskan!

Sebenarnya Dinas Pariwisata menaruh perhatian, namun karena belum ada

penyerahan dari pihak desa Makamhaji ke Pemerintah Daerah Kabupaten

Sukoharjo, maka adanya perhatian hanya sekedarnya.

i. Mengingat kondisi semua aspek Petilasan Kraton Pajang, apakah Petilasan

Kraton Pajang ini dapat dijadikan sebagai salah satu aset wisata andalan di

Kabupaten Sukoharjo? Jelaskan!

Dapat, dikarenakan Petilasan Kraton Pajang sudah masuk dalam aset budaya

milik Kabupaten Sukoharjo. Ini menandakan bahwa Petilasan juga mampu

Page 101: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

menjadi obyek wisata religi Desa Makamhaji dan Pemerintah Daerah Kabupaten

Sukoharjo.

Nama : Tini

Alamat : Sarimulyo, RT 04 RW 02 Pajang Laweyan Solo

Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : Guru SLTP (Masyarakat di sekitar Petilasan)

Waktu : 11 April 2011 pukul 12.30-12.40

a. Bagaimana menurut anda dengan dibangunnya Petilasan Kraton Pajang?

Pembangunan Petilasan Kraton Pajang ini agar kita selalu mengingat leluhur.

b. Mengapa masyarakat sekitar berinisiatif untuk menbangun Petilasan

Kraton Pajang?

Ini dikarenakan beberapa alasan, salah satunya ditemukan batu ompak

disekitar area tersebut. Batu ompak merupakan peninggalan Kraton Pajang yang

tertinggal, sehingga masyarakat berinisiatif untuk membangun Petilasan Kraton

Pajang.

c. Apa dampak dibangunnya Petilasan Kraton Pajang?

Pembangunan Petilasan Kraton Pajang ini sangat berdampak bagi masyarakat

sekitarnya, dari segi positif adanya pemasukan (income) pendapatan. Dari segi

negatif, banyak juga yang berpendapat bahwa adanya kemusyrikan dengan adanya

tempat ini.

d. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar dengan adanya Petilasan Kraton

Pajang sebagai Obyek wisata religi?

Pasti ada yang pro dan kontra tentang hal ini, namun pastinya warga menaruh

harapan besar bagi pembangunan Petilasan Kraton Pajang. Bagaimana kelanjutan

dari Petilasan ini, pasti telah dipikirkan oleh pengelola, desa Makamhaji maupun

Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo.

Page 102: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Lampiran 3 : Foto-foto Petilasan Kraton Pajang

Foto 1 : Penunjuk arah ke Petilasan Kraton Pajang

Foto 2 : Gerbang Petilasan Kraton Pajang

Page 103: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Foto 3 : Area Petilasan Kraton Pajang

Page 104: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Foto 4 : Tempat peristirahatan pengunjung

Foto 5 : Tempat sungkeman di Petilasan Kraton Pajang

Page 105: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Foto 6 : Kotak sumbangan swadaya Petilasan Kraton Pajang

Foto 7 : Peraturan di Petilasan Kraton Pajang

Page 106: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Foto 8 : Silsilah Pajang-Pengging

Page 107: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Foto 9 : Batu Ompak

Foto 10 : Getek Sultan Hadiwijaya (Replika)

Page 108: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Foto 11 : Sumber panguripan tirtamulya (sumber air kehidupan)

Page 109: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Foto 12 : Mushola (didirikan Jumat Legi, 24 Desember 2010)

Foto 13 : Halaman Petilasan Kraton Pajang

Page 110: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Foto 14 : berdo’a bersama malam Jumat Legi 8 April 2011

Foto 15 : Juru kunci (Bapak Sujasmin) berdo’a untuk leluhur

Page 111: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Foto 16 : Pengunjung Petilasan Kraton Pajang saat acara Jumat Legi

Page 112: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Foto 17 : Wawancara penulis dengan juru kunci Petilasan Kraton Pajang

Foto 18 : Wawancara penulis dengan pengunjung (Bapak Agus)

Page 113: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Page 114: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Page 115: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Page 116: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Page 117: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Page 118: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Page 119: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Page 120: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Page 121: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Page 122: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

KERAJAAN PAJANG Selasa, 24/05/2011 09:00 WIB - Sari Hardiyanto Mencoba Bangkit Setelah 4,5 Abad Terkubur Kesultanan Pajang, sudah runtuh pada era Pangeran Benawa atau Sultan Prabuwijaya (1587). Namun, setelah tenggelam selama 424 tahun, kini seorang pria di Solo mengaku sebagai Sultan Pajang. Siapa dia? Sari Hardiyanto Namanya Suradi (54), seorang kontraktor, tinggal di di Tegal Kuniran RT 03 RW XXVI, Jebres Solo. Bapak lima anak ini mengaku bukan berdarah biru, meski eyang-eyangnya merupakan trah Pengging, kawasan transisi antara Kerajaan Majapahit dan kerajaan Islam Demak dan Pajang. “Panggil saya Suradi, begitu saja,” ujarnya ketika menyambut Joglosemar di rumahnya, kemarin. Dia langsung memaparkan, kebangkitan Keraton Pajang lahir dari desakan Yayasan Karaton Nusantara, bahwa Kesultanan Pajang harus berdiri sendiri walau sebatas situs cagar budayanya. Berdiri sejak 19 Desember 1993 Paguyuban Patilasan Kasunanan Keraton Pajang, akhirnya berubah menjadi Yayasan Kasultanan Keraton Pajang dengan niat melestarikan dan menggali potensi situs Keraton Pajang terutama untuk edukasi dan pariwisata. Tentu, tak ada kerajaan tanpa raja. Suradi pun, pada tanggal 4 Maret 2011 dinobatkan dengan gelar Kanjeng Adipati Suradi Joyonegoro. “Yang menobatkan saya adalah Sultan Demak Kanjeng Suryo Alam. Penobatan saya dihadiri oleh utusan-utusan kerajaan se Nusantara, termasuk dari Surakarta ada utusan Hangabehi ikut menyaksikan,” paparnya. Perihal Sultan Demak ini juga merupakan raja baru yang belum terlalu lama muncul. Berjuluk lengkap Duli Yang Maha Mulia Sri Sultan Sri Sultan Suryo Alam Joyokusumo, nama aslinya adalah Sumito (39), warga Demak yang sejak kecil memiliki kegemaran menekuni sejarah Demak melalui petilasan-petilasan yang ada. Dalam blog www.kesultanandemak.blogspot.com dikisahkan, Sumito dilantik sebagai sultan oleh kakaknya, Duli Yang Maha Mulia Notobroto Nusantara yang tinggal di Malaysia, dalam peringatan ulang tahun organisasi seni silat. Dasar pelantikannya sebagai Sultan Demak, karena dia masih mewarisi darah Raja Demak, Kanjeng Sultan Fatah Syah Alam Akbar, juga keturunan Sunan Kalijaga. Suradi yang berperawakan tegap dan berkumis itu pun menuturkan pertemuannya dengan Suryo Alam. Saat itu awal Februari 2011 dirinya mengikuti tender sebuah pembangunan masjid di Kasultanan Demak tetapi Suryo Alam sudah menunggunya dan berkata dalam bahasa Jawa ngoko, "Loh kowe kui rajane Pajang.” Petunjuk untuk menerima penobatan itu tidak hanya berasal dari Suryo Alam. Duda yang istrinya meninggal dunia beberapa tahun lalu itu, sejak muda memang gemar tirakat dan lelaku meditasi. Pernah saat dia meditasi, dia mendapat penglihatan setelah dinobatkan menjadi Raja Pajang dirinya diberi terbela (peti mati) berbalut bendera merah putih yang dipikul empat orang, dengan pesan untuk dirawat dengan baik. Lalu, saat salat di Masjid Demak dia kembali mendapat penglihatan, sejatinya yang memikul terbela

Page 123: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

itu adalah empat tiang masjid yang dibangun oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunang Gunung Jati dan Sunan Ampel. Niat Melestarikan Berujung Pro Kontra Kalau tidak ada aral melintang, Kamis (26/5) besok akan diadakan Ruwatan Sudamala untuk Keraton Pajang dan Kanjeng Adipati Suradi Joyo Negoro sekaligus sebagai jumenengan yang pertama dan juga peresmian Yayasan Kasultanan Keraton Pajang. Namun pengukuhan Adipati Keraton Pajang tersebut menemui pro dan kontra di dalamnya. Yang tersisa dari situs Keraton Pajang, memang tidak banyak. Di Sonojiwan, RT 05 RW XXII Makamhaji Kartasura, Sukoharjo, juru kunci petilasan tersebut, Hedi Jasmin Sastro Utomo (68) kepada Joglosemar Selasa (24/5) mengatakan bahwa sejak 30 Desember 1993 petilasan Keraton Pajang dipugar secara apik. “Uangnya dari para tamu yang sering berziarah ke sini, jadi tidak ada bantuan dari Pemerintah,” kata dia. Siang itu juga, Joglosemar ditunjukkan beberapa petilasan yang masih dapat dijumpai sebagai sisa-sisa Kerajaan Pajang yang telah empat abad lalu menghilang. Petilasan yang masih ada sekarang ini antara lain berupa umpak yang diyakini sebagai tempat Sultan Hadiwijaya untuk jumeneng, meski ada yang menyebut itu adalah salah satu alas tiang keraton. Ada juga gentong tempat wudu, sela pipisan yakni batu untuk membuat jamu, serta lumpang untuk menumbuk padi. Di luar petilasan, tampak dipajang sebongkah kayu jati panjang yang sudah keropos. Menurut Hedi, itulah tiang kayu liwung untuk menambat gajah kerajaan. Di sebelahnya ada kayu jati lain, diyakini sebagai puing rakit Joko Tingkir alias Sultan Hadi Wijaya untuk menyeberang Sungai Bengawan Solo. Menurut seorang juru kunci lainnya, Sunarto (64), setiap malam Jumat Legi petilasan Keraton Pajang selalu ramai oleh peziarah. “,Karena dulu wahyu Keraton Pajang itu turun saat Jumat Legi, makanya pasti rame kalau saat itu,” jelasnya. Sementara itu, guru besar ISI Solo, Prof Dharsono kepada Joglosemar berkomentar, bangunan kerajaan dahulu tidaklah semegah sekarang, saat itu mungkin hanya berupa bata merah dan bangunan kayu jati bisa seperti limasan atau joglo, bisa dikatakan kotangan, “Jadi wajar kalau sekarang sudah susah untuk dicari situs peninggalannya, bayangkan saja sudah empat abad lebih ungkapnya lewat telepon. Perihal seorang rakyat biasa diangkat menjadi seorang adipati, itu hal yang wajar karena memang raja adalah dewa, bisa mengangkat siapa pun yang dikehendakinya untuk menjadi adipati atau apapun juga, “Soal itu sah atau tidak, sama saja, Sekarang kan zamannya ketoprak, jadi siapa mengangkat siapa, di ketoprak kan biasa,” paparnya. Sedangkan Petinggi Sasana Wilapa Keraton Surakarta, KRAT Winarna Kusuma memaparkan, dirinya belum mendengar dan mengetahui jika ada pelantikan Adipati oleh Kasultanan Demak, “Sudah tidak ada kaitannya antara Keraton Solo dengan Pajang,” begitu ujarnya. Menurutnya, setelah Indonesia merdeka, hanya terdapat dua kerajaan di Pulau Jawa yaitu Solo dan Yogyakarta, sementara kasultanan hanya ada di Cirebon, dan

Page 124: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Kadipaten hanya ada di Mangkunegaran dan Paku Alam “Jika Pajang sebuah kerajaan harusnya diakui oleh Forum Komunikasi Keraton se-Nusantara yang biasa bertemu dua tahun sekali, itu setahu saya,” kata dia. Tanggapannya terkait dengan adanya pelantikan Adipati Pajang yang baru, adalah bahaya kalau semua minta diakui oleh pemerintah. “Syarat sebuah eksistensi kerajaan itu selain adanya raja, bangunan, kawula juga harus masih menjunjung tinggi adat istiadat dengan menggelar upacara-upacara adat yang rutin dilakukan,” imbuhnya kepada Joglosemar. Sari Hardiyanto JUMENENGAN RAJA KASULTANAN PAJANG Jumat, 27/05/2011 09:00 WIB - Yasser A | Sari H Dilantik Sultan Demak, Sang Adipati Pantang Ditentang Meski sempat menuai kontroversi, pendirian Kasultanan Pajang akhirnya terwujud setelah Kamis(26/5) jumenengan pertama raja baru di Solo itu digelar. Yasser A | Sari H Dengan pakaian kebesaran warna hitam, pria yang bergelar Kanjeng Raden Adipati Suradi Joyo Negoro, Kamis (26/5) tampak khidmat mengikuti ritual jumenengan, seperti halnya yang dijalani raja-raja di Solo. Sang Adipati itu resmi dikukuhkan sebagai pemimpin Kasultanan Pajang, yang sekian abad kerajaan yang didirikan Jaka Tingkir itu tidak mempunyai raja. Adipati Suradi sebelum dikukuhkan sebagai pemimpin Kasultanan Pajang, dia menjalani Ruwatan Sudamala. Tak berselang lama, jumenengan pertama kerajaan itu pun berlangsung. Selain jumenengan Sang Adipati, malam itu juga menjadi malam peresmian Yayasan Kasultanan Keraton Pajang. Adipati Suradi kini memimpin Kasultanan Pajang, setelah dilantik secara khusus oleh Duli Yang Maha Mulia Sri Sultan Suryo Alam Joyokusumo. Dialah Sultan Demak, yang sejak awal meyakini Adipati Suradi adalah raja pewaris kerajaan yang didirikan Jaka Tingkir itu. Sejak awal munculnya perintisan Kerajaan Pajang, kontroversi terus bermunculan. Sejumlah pihak meragukan klaim Sang Adipati sebagai Raja Pajang. Terlebih yang mengangkat adalah Sultan Demak, yang hingga kini bangunan kerajaannya tidak banyak yang mengetahui. Tapi layaknya seorang raja, Adipati Suradi pun pantang untuk ditentang. ”Peresmian Kasultanan Pajang ini bukan sebagai upaya untuk mendirikan negara baru dan melepaskan diri dari NKRI. Jadi sudah seharusnya tidak ada yang menentang,” katanya kepada wartawan. Dipilihnya Suradi sebagai Kanjeng Raden Adipati Kasultanan Pajang, Sri Sultan Suryo Alam mengatakan, sebenarnya ada salah satu sesepuh yang merekomendasikan Suradi menjadi Kanjeng Raden Adipati. Selain itu, Suradi juga memiliki garis silsilah dengan Kasultanan Demak. Keyakinan itu pun tidak sembarangan. Sri Sultan Suryo Alam, mengaku memilih Suradi setelah melakukan tirakat dan lelaku meditasi. Dari ritual itu, dia menerima petunjuk untuk menerima penobatan Suradi menjadi Kanjeng Raden Adipati Kasultanan Pajang.

Page 125: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Usai jumenengan, wajah Sang Adipati langsung akrab menemui wartawan. ”Pendirian Kasultanan Pajang ini semata-mata untuk memunculkan kembali situs Karaton Pajang sebagai cagar budaya warisan Nusantara dan menggali potensi situs Cagar Budaya Keraton Pajang terutama untuk edukasi dan pariwisata,” kata Suradi. Suasana kegembiraan pun tampak di luar Petilasan. Pasar malam juga digelar untuk memeriahkan prosesi peresmian Kasultanan Pajang. Tak hanya itu, pentas wayang semalam suntuk sebagai ungkapan rasa syukur juga digelar. Suradi selama ini tidak banyak yang tahu siapa dirinya, sehingga mendadak muncul dan kini memimpin Kasultanan Pajang. Budayawan ISI Solo, Prof Dharsono menilai pengangkatan Suradi adalah hal yang wajar. Menurutnya, raja adalah dewa, bisa mengangkat siapa pun yang dikehendakinya untuk menjadi adipati atau apapun juga. ”Soal itu sah atau tidak, sama saja, Sekarang kan zamannya ketoprak, jadi siapa mengangkat siapa, di ketoprak kan biasa,” katanya. Sebelumnya, Petinggi Sasana Wilapa Keraton Surakarta, KRAT Winarna Kusuma justru belum mendengar dan mengetahui jika ada pelantikan Adipati oleh Kasultanan Demak tersebut. Menurutnya, setelah Indonesia merdeka, hanya terdapat dua kerajaan di Pulau Jawa yaitu Solo dan Yogyakarta. Sementara Kasultanan hanya ada di Cirebon, dan Kadipaten hanya ada di Mangkunegaran dan Paku Alam.

Laweyan, Mbiyen Dadi Punjere Kasultanan Pajang Sabtu, 28/05/2011 21:00 WIB - Deniawan Tommy Chandra Wijaya Kampung Laweyan, duk nalikane mbiyen ing pungkasane abad 15 Masehi, pranyata wis nate dadi daleme para priyagung saka Majapahit. Bab kui kabukten akeh papan petilasan wiwit jaman keraton Pajang nganti Mataram Islam kang isih bisa katon dinulu ana Laweyan nganti saiki. Salah sawijining yaiku papan pasareane Ki Ageng Beluk, lan Ki Ageng Henis. Miturut panjelase Mas Demang Yanto Jagahastana, juru kunci komplek pasarean kuna Ki Ageng Henis, tlatah Laweyan atusan taun kepungkur pancen dadi punjer pamarentahane Kasultanan Pajang. Ki Ageng Henis kuwi sejatine putra Ki Ageng Sela sawijining tokoh agama Islam saka Purwodadi ana ing abad 15 Masehi. Ki Ageng Henis uga dadi sekabate Mas Karebet putra Ki Ageng Kebo Kenanga sawijining ngulama saka tlatah Pengging. “Mas Karebet iki uga peparab Jaka Tingkir kang kasembadan kapundhut putra mantu Sultan Trenggana saka Kasultanan Islam Demak Bintara. Jaka Tingkir iki siswane Ki Ageng Sela, mula cedhak banget karo Ki Ageng Henis,” kandhane Yanto. Sakwise dadi putra mantu Demak, Jaka Tingkir saya rumaket anggone kekadangan klawan Ki Ageng Henis. Nalikane Jaka Tingkir madeg dadi Raja ana ing Kasultanan Pajang, Ki Ageng Henis banjur kadhapuk dadi sawijining penasehat keraton. Sebab sakliyane kaanggep mumpuni babagan kawruh agama

Page 126: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Islam, Ki Ageng Henis uga waskitha lan wicaksana. Ana ing tlatah Laweyan, Ki Ageng Henis banjur tetepungan karo Ki Ageng Beluk, sawijining brahmana Syiwa kang nduwe pura gedhe banget. Sinebut Ki Ageng Beluk, merga saktengahing pura mesthi kumendheng beluk kang asale saka padupan sembahyang saben tengah wengi. Lan ing kana Ki Ageng Henis uga asring bawa rasa babagan kebatinan karo Ki Beluk kang kondhang wicaksana ing rasa, waskitha ing batin. “Suwene suwe anggone kekancan saya rumaket, lan Ki Ageng Henis kepranan karo kawicaksanane Ki Ageng Beluk. Lan bebarengan mbangun kampung Laweyan, dadi tuk punjere kabudayan lan piwulang agama suci,” panegese Yanto. Ing jaman saiki, kampung Laweyan kondhang minangka pusat kerajinan bathik tulis uga kawentar minangka kampung kuna kang mengku sejarah utamane babagan dagang, lan perjuangan ana ing tlatah Surakarta Hadiningrat. Mula ora aneh menawa kampung kuwi nganti saiki asring ditekani para wisatawan lokal sarta mancanegara. Deniawan Tommy Chandra Wijaya Sumber http://www.harianjoglosemar.com di unduh tanggal 3 Juni 2011 pukul 10.28

Page 127: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Page 128: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Page 129: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Page 130: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Page 131: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Page 132: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Page 133: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Page 134: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Page 135: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Page 136: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Page 137: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Page 138: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Page 139: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Page 140: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Page 141: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Page 142: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Page 143: PETILASAN KRATON PAJANG (Studi tentang Penjajagan menjadi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128