Perubahan Metabolisme Pada Sakit Kritis Ceva W Pitoyo... · IL 6 TNF IL 1 Gliserol Hormon stres...
Transcript of Perubahan Metabolisme Pada Sakit Kritis Ceva W Pitoyo... · IL 6 TNF IL 1 Gliserol Hormon stres...
Perubahan Metabolisme Pada SakitKritis & Pertimbangan Pemberian
NutrisiCeva W Pitoyo
Divisi Respirologi dan Penyakit KritisDepartemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI RSCM
PIN PAPDI 2018
Injury berat atau infeksi berat
respon penyelamatan hidup dan perbaikan
kesehatan
perubahan fisiologi dan metabolik
pejamu (host)
seringkali mengganggu kualitas
hidup bahkan berbahaya.
Respon Klinis Tubuh Terhadap Injury
• Peningkatan produksi panas tubuh dan Demam• Anorexia, • Netrofilia, • Peningkatan glukoneogenesis, • Katabolisme protein, • Aktivasi komplemen, • Kaskade koagulasi, • Perubahan respon imun, • Produksi protein fase akut• Perubahan distribusi elektrolit.
Besarnya respon metabolik
Proporsional pada :
• Besar masa sel tubuh
• Umur yang lebih muda
• Nutrisi yang lebih baik
• Masa otot yang lebih besar.
Fase respon terhadap Injury
• Fase ebb atau fase nekrobiotik : hipometabolisme, penurunan konsumsioksigen, penurunan cardiac output, syok 12 – 48 jam.
• Fase flow : peningkatan reaksi metabolik, peningkatan hilangnya nitrogen, fosfor, sulfur, dan elektrolit lain
Pertimbangan Nutrisi Pada KeadaanDistress
• Fase Ebb : henti metabolik pada 12 – 24 jam
masa akut
• Ketidakstabilan hemodinamik
• Perfusi dan pooling perfusi splanknik
Diet bertahap mulai < 80% kebutuhan kalori( dibahas di Prof Haerani).
Fase Flow
• Sesuai dengan beratnya perlukaan
• Sesuai dengan status nutrisi sebelumnya
• Berbanding terbalik dengan umur.
Hiperglikemi
a
Rangsang Adrenal
Glukokortikoid
Katekolamin
Takikardia Dilatasi kapiler Takipnu, Peningkatan asam
lemak bebas plasma, Piloereksi,
Retensi air dan garam oleh ginjal.,• Asam lemak bebas naik
• Demam
• Produksi gliserol (bersama denganhidrolisis trigliserida)
CRF
(corticotropin
releasing
factor)
Arginin
vasoprne
Meningkatkan
termogenesis
Resiko
syok
Lipolisis
jaringan
adiposa
Menurunkan
sintesis
apolipoprotei
n A-1
LaktatPiruvat
Otot Rangka
melepas Asam
amino
GlutamineAlanin
Glutamin
Otot
Menurun
ATPaseTNF IL 1 GliserolIL 6
Hormon
stresMetabolit asam
arakidonat
Protein fase
akut
Gluko
kortikoid
(kortikotropi
dne)
Injury / Insult
Respon sel radang (leukosit)
Hidrolisis TrigliseridaGlikolisisNa K ATPaseSitokin inflamasi
Aktifasi kapasitas
hati
Gluconeogenesi
s meningkat
Hipertrigliserid
emia
Perubahan Metabolisme Protein
• Tidak ada cadangan protein dalam tubuhhanya sebagai simpanan.
• Semua protein dalam tubuh memiliki fungsidan bekerja Penurunan protein berartiadalah penurunan fungsi :
- Pengecilan otot dan kekuatan motorik
- Penurunan imunitas
- Penurunan integritas usus
- Penurunan kemampuan pasien untuk
bertahan dari penyakitnya.
Perubahan Metabolisme Protein
• Penurunan massa tubuh bukan lemak pada trauma berat dapat mencapai 1 kg/ hari.
• Pada sakit berat proporsi pemecahan protein
mejadi semakin nyata, hingga bisamencapai 2 g/kg/hari.
• Imbang nitrogen pada sakit kritis dapatmencapai 6 – 8 kali lebih negatif dari keadaannormal.
PERUBAHAN METABOLISME VITAMIN DAN MINERAL
• Pada injury berat ditemukan penurunan asamaskorbat darah.
• Tiamin dan nikotinamid jaringan juga menurun pada infeksi berat.
• Pemberian infuse dekstrose walaupun lambat, mendorong pengeluaran K dari urin. Trauma termasuk operasi terbukti menurunkan K total tubuh
Trace Elements
• Zn, Se, Cu, Mg berperan sebagai antioksidan• Zn berperan dalam fungsi imun, perbaikan DNA, sintesis
protein, kontrol glukosa, dan penyembuhan luka.
• Kadar Zn dan Se serum menurun pada injury melaluipeningkatan protein pengikat logam metallothionin di selhati. Penurunan logam ini juga dipengaruhi oleh peningkatan ekskresinya di urin
• Kegagalan perbaikan Zn dan Se setelah tatalaksana pasiensakit kritis adalah suatu predictor mortalitas
• Cu tersirkulasi justru meningkat akibat peningkatanferoksidase seruloplasmin yang mengikat Cu
Pemberian Nutrisi pada Sakit Kritis
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein
Untuk memperbaiki luka dan injuries
Membantu melindung organ vital dan mengurangipenyusutan otot rangka
Mempertahankan fungsi sawar usus
Mendorong respon stres dengan tujuanmemperbaiki luaran
Refeeding Syndrome
Pergeseran besar cairan dan elektrolit yangmengakibatkan komplikasi metabolik pada pasienmalnutrisi yang diberikan pemberian nutrisikembali.
P, K, dan Mg masuk ke sel akibat peningkatan insulinendogen akibat dari pemberian nutrisi besar
Solomon &Kirby (1990)
Refeeding SyndromePatient at risk = cahectic/marasmic patient
Modal awalcardiac output
rendah :
Atrofi
Jantung
Laju metabolik rendah
Dominasi penggunaanasam lemak
Tumpang tindihpeningkatan kebutuhan
CO:
Masukan cairan cepat
Masukan Glukosa cepat
Peningkatankatekolamin dan laju
metabolisme meningkat
Hipo P,K,Mg emia
Gagal Jantung:
Cairan berlebih
DekompensasiJantung & Paru
Gejala KlinisElektrolit Kardiak Respirasi Hepatik Renal
Phosphor
darah rendah
Fungsi miokard
turun
Aritmia
CHF
Drive napas
akut
Disfungsi hati
Kalium darah
rendah
Aritmia
Henti jantung
(VT)
Depresi
Napas
Eksaserbasi
ensefalopati
hepatic
Poliuria
Polidipsia
Penurunan
GFR
Magnesium
darah rendah
Aritmia
Takikardia
Depresi
Napas
Gejala KlinisElectrolytes GI Neuromuskular Hematologik
Phosphor darah
rendah
Letargi, kelemahan,
kejang,koma,
confusion, paralisis,
rhabdomiolisis
Hemolitik, anemia,
disfungsi lekosit,
thrombositopenia
Kalium darah
rendah
Konstipasi
Ileus
Paralisis,
Rhabdomiolisis
Magnesium darah
rendah
Nyeri abdo
Anoreksia
Diare
Konstipasi
Ataksia
Confusion
Tremor otot
Kelemahan
Tetani
Siapa yang Berisiko Refeeding Syndrome ?
NICE guidelines (2006)
Berisiko:
• Tidak / kurang makan lebih dari 5 hari
Siapa yang Berisiko Refeeding Syndrome ?
Risiko Tinggi:
Satu atau lebih dari :
- P, K, Mg rendah sebelum pemberian nutrisi
- BMI < 16kg/m2
- BB turun tanpa kehendak > 15% pada 3 –6 bulan terakhir terutama pada obes morbid
- Tidak atau sedikit makan dalam >10 hari
Siapa yang Berisiko Refeeding Syndrome ?
Risiko tinggi :Dua atau lebih dari:
- BMI 16 - 18.5kg/m2- BB turun tanpa kehendak > 10% pada 3 –6 bulan terakhir
- Tidak atau sedikit asupan makanan > 5 – 7 hari
- Riwayat penggunasalahan alkohol dan obat-obatan, insulin, kemoterapi, antasida ataudiuretik
Tatalaksana Refeeding Syndrome
Beri nutrisi hati-hati < 10 kkal/kg pada 2 hariawal, pada kasus ekstrim bisa 5kcal/kg. Naikkan perlahan (dalam 4 -7 days)
Koreksi P, Mg, K sebelum refeeding danpantau secara teratur
Pemberian Nutrisi dan KerjaPernapasan
• Work of breathing (WOB) membutuhkan 30-50% dari Resting Energy Expenditure (REE).
Bernapas dan Sesak itu
Boros Energi
Kebutuhan NutrisiEnergi
Hitung berdasar BMR (basal metabolic rate) + faktor tambahan:
Stress ( ringan : < 20%, berat : 80 – 100%)
Aktivitas (termasuk bernapas / tidak bernapas)
Energi yang dibutuhkan untuk memetabolisme makanan (diet induced thermogenesis)
Umumnya total untuk aktifitas / stres ringan = 25 – 30 kkal/kg/hari
Protein
Dasarnya > 1g protein/kg, meningkat pada stres sampai 2 g/kg.Cairan
30ml/kg untuk >60 thn dan 35ml/kg untuk < 60 thn
Menghitung BMR : Harris - Benedict
• BMR
Laki-laki = 66,47 + 13,75 BB + 5 H – 6,76 umur
Perempuan = 655,1 + 9,56 BB + 1,8 H – 4,68 umur
Weir Equation (Indirect Calorimetry)
• VO2 dan VCO2 diukur melalui pipa inspirasi ekspirasi dengansensor O2 dan CO2. Umumnya dalam liter / menit. Sensor umumnya dihubungkan ke komputer untuk menghitung Kkal/ menit kalori yang diproduksi sebanyak O2 yang dikonsumsi.
• Pengukuran 20 – 30 menit. Dikali 72 atau 48 untuk mendapatnilai harian
Weir Equation (Indirect Calorimetry)
• REE = 1,44 (3,9 VO2 + 1,1 VCO2) Kal/hari
• Bila terdapat stresor / beraktifitas = 1,2 REE + faktor stres
• VO2 = O2 yang dikonsumsi = O2 yang diberikan (terispirasi) – O2 sisa di ekspirasi.
• VCO2 = produksi CO2 = jumlah CO2 yang diekspirasikan
Fick Equation
• REE = CO x Hb (SaO2 – SvO2) x 95,18
• CO = Cardiac output ( L/menit), umumnyadiukur dengan catheter a pulmonalis (Swan –Ganz)
• SaO2 = saturasi O2 di arteri (AGD)
• SvO2 = saturasi O2 di a pulmonalis (mixed vein)
Respiratory Quotient (RQ)
• PCO2 yang tinggi akan menyebabkan WOB naik• Respiratory Quotient (RQ) : VCO2
VO2• Oksidasi glukosa = 1 glukosa + 6O26CO2+6H2O
RQ Karbohidrat : 6 / 6 = 1• Oksidasi asam amino = 1 asam amino + 5,1O24,1CO2+2,8 H2O)
RQ Protein : 4,1 / 5,1 = 0,8• (Oksidasi lemak = 1 palmitat + 23O216CO2+16H2O)
RQ Lipid : 0,7• RQ Lipogenesis : > 1 - 8
Overfeeding
• Overfeeding (pemberian kalori terlalu tinggi) meningkatkan WOB.
Semua metabolisme zat gizi akan menghasilkan CO2 walaupunRQ rendah
Produksi CO2 tetap akan meningkat dengan meningkatnya intake kalori walaupun aktifitas / mobilisasi tidak bertambah.
Lipid menurunkan stres metabolik danrespirasi
1 Askanazi et al (1981) Anesthesiology; 54:373-7
2 Bursztein S et al (1989) ; 3:131-43
Oksidasi per molekul glucosa menghasilkan CO2 lebih banyak dibandingkan lipid
RQ Glucosa = 1; RQ Lipid = 0.7
Asam Lemak Esensial tak tersaturasi (termasukEPA & DHA) cenderung menurunkan stresmetabolik, menurunkan lama ventilasi dan ICU
Penambahan Lipid pada nutrisi, menurunkanproduksi CO2 secara bermakna1,2
Notes: RQ= Respiratory Quotient
06.08.2014 32
Lipid memudahkan pemberianparenteral perifer
Lipid protektif terhadap endotel1
– Emulsi Lipid bersifat isotonik.
Osmolaritas Lipid < osmolaritas Glukosa
menurunkan risiko tromboflebitis2
Osmolaritas Lipid (20%) : 260 mosm/l -290 mosm/l Osmolatitas Glukosa (10%) : 555 mosm/l
1. Pineault M , JPEN 1989; 13 (6): 637-40
2. Hansell D T. Intens Ther Clin Monit 1989; 10 : 184-9006.08.2014 33
Lipid
• Anjuran dosis : pembahasan Prof Haerani
• Pemberian Lipid pada sakit kritis dapatmeningkatkan hiperkolesterolemia dan terutama hipertrigliseridemia Monitor kadar trigliserida untuk memastikan adekuasi bersihan lipid
Barton RG. Nutr Clin Pract 1994;9:127-139
ASPEN Board of Directors. JPEN 2002;26 Suppl 1:22SA
Lipid
• Pemberian Lipid IV disarankan mengkombinasiLCT (long chain triglyceride) dengan MCT (middle chain triglyceride) :
a. Rasio T helper : T supresor lebih tinggi padapenambahan MCT daripada LCT tunggal
b. Pemberian kombinasi LCT/MCT dilaporkanmempercepat proses weaning ventilasimekanik ketika pasien sudah perbaikandaripada pemberian LCT saja.
Protein
• Protein tinggi Azotemia ensefalopatiJangan berikan lebih dari 3 g/kg/hari, umumnya tidak perlulebih dari 2 g/kg/hari
• Imbang nitrogen pada sakit kritis dapat mencapai 6 – 8 kali lebih negatif dari keadaan normal.
Prinsip : Protein tinggi , minimal normal : 1g/kg/hari
• Pada CKD ? HD
CDC : 10 – 35 % dari total kalori (setara dengan 2
g/kg/hari)
Karbohidrat
Pada penyakit pernapasan tidak dianjurkandiet tinggi karbohidrat
Dosis : Pembahasan Prof Haerani
Ensefalopati
• Thiamine (B1) adalah koenzim padametabolisme karbohidrat.
• Gejala defisiensi thiamine (EnsefalopatiWernickes) dapat dicetuskan denganpemberian karbohidrat pada pasien dengandefisiensi B1
Potensial untuk memodulasi aktifitas sistemimun dengan intervensi menggunakan
nutrien khusus
Immunonutrisi
Yang paling banyak dipelajari di ICU:
• Arginin – Asam amino esensial kondisional. Teoritis dapat meningkatkan penyembuhanluka dan memperbaiki fungsi imun.
• Glutamin – AA Esensial kondisional. Prekursoruntuk pembelahan sel imun yang cepat, diharapkan membantu fungsi imun.
• Asam amino rantai cabang– mendukung fungsisel imun.
• Asam lemak Omega 3 – menurunkan tingkatrespon peradangan, memodulasi respon imun.
Immunonutrisi
=> Kadar glutamin plasma
yang rendah saat masuk
ICU, berhubungan dengan
mortalitas.
Studi “Oudemans-van Straaten”
Semakin berat penyakit semakin rendah Glutamine
200
250
300
350
400
450
500
550
Normal Acutepancreatitis
(AP)
AP withMultiple organ failure
Glutamine plasma [µmol/ L]
Roth E et al. 1986
Distres Pernapasan Akut (Gagal Napas Akut, ARDS, Pneumonia Terventilasi)
• Tinggi lemak dan relatif rendah karbohidrat terbukti memperpendek lama ventilasi mekanik, tidak ada data atas angka kematian.
• Beberapa mikronutrien (vitamin danmineral) terbukti turun pada ARDS, tetapibelum ada data lengkap efektifitaskoreksinya terhadap morbiditas pasien
Pasien dengan Ventilasi Mekanik
• Pemberian nutrisi per enteral harus selalu menjadi pilihan bila tidak ada kontraindikasi
• Minyak ikan, asam gamma-linoleat, dan antioksidan mengurangi masa ventilasi mekanik dan menurunkan gagal organ pada ALI/ARDS tapi tidak menunjukkan penurunan pada mortalitas.
• Waktu optimal mulainya pemberian nutrisienteral ? pembahasan berikut
Infus BCAA meningkatkan minute ventilation,
respons ventilasi terhadap CO2, serta mengurangi
episode apnu pada anak.
1. Takala J et al. Crit Care Med, 1988; 16(5): 465-9
2. Victor FC et al. Pediatric Research, 1997; 41: 249
Tapi belum ada uji untuk pasien ARDS maupun sulitsapih ventilator
BCAA di ICU
• Nukleotida menurunkan kejadian infeksi, lama ventilator, dan lama perawatan
1. Beale RJ et al. Crit Care Med, 1999; 27(12): 2799-805
2. Grimble GK et al. Current Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care, 2001; 4(1): 57-64
Nukleotida
• Long chain triglysede (LCT) : soybean oil
• Medium chain triglyseride (MCT) : coconut oil
• Omega 3 (essential unsaturated fatty acid):
terdiri dari ALA : minyak kedelai
EPA : fish oli
DHA Fish oil
• Omega 6 (asam linoleat, unsaturated fatty acid) : 1-3 g/hari : minyak bunga matahari, minyakjagung
Lipid
Pemberian Glutamin bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Morlion BJ, Stehle P Watcler , 1989
Six-Month Outcome of Critically Ill patients given
Glutamine supplemented Parenteral Nutrition (Griffith et al.1997)
=> Glutamine-therapy reduces
6-month mortality.
• Respon sel radang (leukosit)
Sitokin inflamasi (TNF dan IL 1)
Na K ATPase
Glikolisis ATPase Piruvat dan Laktat
Hidrolisis Trigliserida Gliserol
Respon Otot Rangka
• Piruvat naik Bahan Otot Rangka melepasAsam amino terutama Alanin dan Glutamin
• Glutamin otot turun
Injury
• Sitokin pro-inflamasi (TNF dan IL 1)
• Respon jalur syaraf aferen jaringan sakit
rangsang adrenal
peningkatan sekresi glukokortikoid
peningkatan sekresi katekolamin
Peningkatan TNF alfa
• Peningkatan glukokortikoid (kortikotropin)• Peningkatan protein fase akut• Peningkatan hormon stres• Peningkatan metabolit asam arakidonat berisiko
syok• Mempercepat laju lipolisis dengan meningkatkan lipase
di jaringan adiposa dan meningkatkanhipertriglisedemia dengan menghambat lipoprotein lipase.
• TNF-α juga menurunkan sintesis apolipoprotein A-1, dimana apolipoprotein ini protektif terhadapendotoksin dan sepsis.
Peningkatan IL-6
• Pelepasan CRF (corticotropin releasing factor) dan / atau arginin vasopresin
• (bersama dengan protein fase akut dan Na K ATPase) meningkatkan termogenesis
Peningkatan sekresi katekolamin
Takikardia
Dilatasi kapiler
Takipnu,
Hiperglikemia,
Peningkatan asam lemak bebas plasma,
Piloereksi,
Retensi air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan sekresi Glukokortikoid(Kortikotropin)
• Asam lemak bebas naik
• Termogenesis dan demam
• Produksi gliserol (bersama dengan hidrolisistrigliserida)
Variabel Dosis
Energi BEE (Basal Energy Expendeture dari Rumus
Harris Benedict) dalam kkal/hari X 1,0 – 1,2
ATAU 20-25 kkal/kg berat badan perhari (berat
badan kering atau berat badan ideal)
Dektrose Pemberian terapi parenteral awal 60-70% dari
total kalori yang non protein harus dalam
bentuk dekstrose
Lipid (Lemak) Pemberian terapi parenteral awal 30-40% dari
total kalori yang non protein harus dalam
bentuk lipid
Asam amino esensial dan non esensial (gr/kg
berat badan perhari)
Fungsi hepar dan ginjal normal
Kelainan hepar (kolestasis)
Ensefalopati
Gagal ginjal akut yang belum dilakukan
terapi pengganti ginjal
Gagal ginjal pada penderita yang dilakukan
terapi ginjal pengganti
1,2 - 1,5
0,6 - 1,2
0,6
0,6 – 1,0
1,2 – 1,5
Dosis Terapi Parenteral Nutrisi pada Orang Dewasa