Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

13
PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA DALAM HUBUNGAN SOSIAL Oleh: Danang Insita Putra ABSTRAK Perubahan iklim global adalah isu yang saat ini menjadi perhatian bagi banyak kalangan. Berbagai pihak menyatakan bahwa pengaruh manusia (anthropogenik) terhadap perubahan iklim adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Sementara perubahan iklim global tersebut telah menyebabkan kerusakan yang bersifat katastropik (termasuk dampak terhadap kesehatan manusia, ekosistem, aspek sosial ekonomi, dsb). Indonesia tidak terlepas dari masalah perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya. Makalah ini merupakan kajian atas berbagai hasil penelitian tentang perubahan iklim global dan dampak sosial yang ditimbulkannya. Kata kunci: Perubahan Iklim, sosial, dampak dan perubahan. LATAR BELAKANG Perubahan iklim global merupakan isu yang saat ini menjadi perhatian bagi banyak kalangan, terutama setelah diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992. Namun demikian fenomena ini belum dipahami secara tepat karena prosesnya yang sangat rumit. Perubahan iklim seringkali disalah- artikan sebagai variasi iklim yang kadang-kadang terjadi dengan gejala yang agak ekstrem dan membawa dampak seketika yang cukup signifikan. Perubahan iklim adalah fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan alih guna lahan. Sebagian beranggapan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan penderitaan yang tak tertanggungkan bagi

Transcript of Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

Page 1: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA DALAM HUBUNGAN SOSIAL

Oleh: Danang Insita Putra

ABSTRAK

Perubahan iklim global adalah isu yang saat ini menjadi perhatian bagi banyak kalangan. Berbagai pihak menyatakan bahwa pengaruh manusia (anthropogenik) terhadap perubahan iklim adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Sementara perubahan iklim global tersebut telah menyebabkan kerusakan yang bersifat katastropik (termasuk dampak terhadap kesehatan manusia, ekosistem, aspek sosial ekonomi, dsb). Indonesia tidak terlepas dari masalah perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya. Makalah ini merupakan kajian atas berbagai hasil penelitian tentang perubahan iklim global dan dampak sosial yang ditimbulkannya.

Kata kunci: Perubahan Iklim, sosial, dampak dan perubahan.

LATAR BELAKANG

Perubahan iklim global merupakan isu yang saat ini menjadi perhatian bagi banyak kalangan, terutama setelah diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992. Namun demikian fenomena ini belum dipahami secara tepat karena prosesnya yang sangat rumit. Perubahan iklim seringkali disalah-artikan sebagai variasi iklim yang kadang-kadang terjadi dengan gejala yang agak ekstrem dan membawa dampak seketika yang cukup signifikan. Perubahan iklim adalah fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan alih guna lahan.

Sebagian beranggapan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan penderitaan yang tak tertanggungkan bagi masyarakat yang rentan. Sebagian menitikberatkan perhatian pada bagaimana menangani suatu ekosistem tertentu. Sebagian lagi mengkhawatirkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan kemungkinan ketidakstabilan iklim yang jauh lebih luas. Tetapi sebagian lagi menyatakan bahwa pengurangan emisi sangatlah mahal (dan karenanya tidak mungkin dilakukan). Satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa pada abad 20, temperatur rata-rata bumi naik 0,4-0,8oC. Kenaikan ini diduga akan terus berlangsung, dan pada tahun 2100 temperatur rata-rata global akan menjadi 1,4-5,8oC lebih hangat1. Salah satu antisipasi terhadap efek pemanasan global tersebut adalah pada naiknya kemungkinan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, seperti badai, banjir, dan kekeringan.

Page 2: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

SEBAB-SEBAB PERUBAHAN IKLIM DILIHAT DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIPenelitian mengenai hubungan antara perubahan iklim selalu dikaitkan dengan perilaku manusia dalam hubungannya dengan pengelolaan sumber daya alam. Pada dekade 70an, penelitian mengenai kerusakan lingkungan lebih ditekankan kepada tindakan manusia yang mengeksploitasi serta mencemari lingkungan sehingga mengubah perilaku alam itu sendiri. Namun pada dekade 80an, penelitian bergeser lebih kepada kebijakan-kebijakan yang bersifat politis, ekonomis, dan budaya suatu negara dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan bahwa kerusakan lingkungan adalah bersifat global, artinya bagaimana Pemerintah mengeluarkan rangkaian kebijakan dalam mengatur pengelolaan lingkungan, terutama sektor industrinya.

Sosiologi lingkungan merupakan kajian komunitas dalam arti yang sangat luas (Bell 1998). Orang, binatang, lahan dan tanaman yang tumbuh di atasnya, air, udara – semuanya memiliki hubungan kait mengait yang sangat erat. Bersama-sama mereka membentuk semacam solidaritas, yang kemudian kita sebut dengan ekologi. Seperti dalam banyak komunitas, mereka juga mengalami konflik ditengah-tengah hubungan tersebut. Sosiolog lingkungan mengkaji komunitas terluas tersebut dengan maksud untuk memahami asal usul, dan solusi yang diusulkan dari seluruh konflik sosial dan biofisik yang sangat nyata.1

Masalah lingkungan tidak hanya  berupa masalah teknologi dan industri, ekologi dan biologi, pengendalian polusi dan pencegahan polusi. Masalah lingkungan juga berupa masalah sosial. Masalah lingkungan adalah masalah bagi masyarakat – merupakan masalah yang mengancam pola-pola organisasi sosial yang ada dalam masyarakat2. Adalah manusia yang menciptakan masalah lingkungan, dan manusia juga yang harus mencari jalan keluarnya. Berangkat dari hal inilah dibutuhkan kehadiran teori sosiologi lingkungan. Ekologi sering digambarkan sebagai kajian tentang komunitas alam. Sementara sosiologi digambarkan sebagai kajian tentang komunitas manusia. Sosiologi lingkungan merupakan kajian keduanya secara bersama-sama, dimana bumi yang satu harus kita tinggali bersama-sama, kadang-kadang dengan rasa enggan (tidak suka), dengan manusia lain, bentuk kehidupan lain, dan batu, air, tanah dan udara yang mendukung seluruh kehidupan.

Perilaku global terutama yang berkaitan dengan kebijakan politis dan ekonomi merupakan penyumbang utama perubahan ekologi yang dianggap berkontribusi besar dalam perubahan iklim. Penelitian terbaru tentang perubahan iklim menggaris bawahi bahwa ada korelasi yang erat antara kegiatan ekonomi, kebijkan politik, peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan emisi gas karbondiaoksida. Hal yang menarik adalah perbedaan yang signifikan mengenai jumlah emisi yang dihasilkan bila dihubungkan dengan perilaku serta aktivitas masyarakat. Dimana masyarakat dengan

1 Intergovernmental Panel on Climate Change, Climate Change 2007: Synthesis Report, Summary for Policymakers (Cambridge University Press, 20072 John Bellamy Foster, “Marx’s Theory of Metabolic Rift: Classical Foundations for Environmental Sociology.” American Journal of Sociology 105

Page 3: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

mayoritas bermata pencaharian agraris akan mengkomsumsi energi lebih sedikit dibandingkan dengan sektor industri. Namun pergeseran kebijakan negara pada saat ini lebih bergeser untuk meningkatkan sektor industri karena dianggap lebih berperan secara ekonomis dalam pasar global, walaupun secara ekologis lebih merugikan.

PERUBAHAN IKLIM DILIHAT DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI

Perubahan iklim secara langsung ataupun tidak akan mengubah perilaku manusia. Adaptasi terhadap perubahan iklim dianggap sebagai suatu bagian dari seleksi alam yang akan terjadi pada masa depan. Dampak perubahan iklim antara lain adalah meningkatnya permukaan air laut, epedemi penyakit, serta timbulnya bencana-bencana alam. Hal yang pasti akan terjadi karena perubahan iklim ini adalah akan timbulnya migrasi penduduk besar-besaran dalam lingkup antar wilayah/antar negara. Migrasi ini dianggap sebagai upaya manusia/kelompok untuk mempertahankan eksistensi mereka.

Menurut laporan dari Global Humanitarian Forum di London, Inggris, menyebutkan, perubahan iklim global telah menewaskan 300.000 jiwa setiap tahunnya. kerugian yang ditimbulkan mencapai 125 miliar dollar Amerika Serikat. Disebutkan pula bahwa 325 juta jiwa kaum miskin adalah yang paling menderita. Laporan diklaim sebagai laporan pertama mengenai dampak perubahan iklim terhadap manusia secara global.3

GAMBAR 1: Peta Risiko Bencana Indonesia

Berikut ini adalah gambaran tentang bagaimana kerugian itu terjadi, antara lain:

1. Karena Banjir dan Badai Tahunan. Penduduk Banglades termasuk salah satu masyarakat yang paling menderita karena juitaan jiwa dihantam banjir dan badai tahunan.

2. Karena Kekeringan Massal. Para petani di Uganda salah satu kelompok

3 http://wahyuancol.wordpress.com/2009/06/02 diakses pada tanggal 8 Desember 2010

Page 4: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

yang dihantam kekeringan massal.3. Karena Kenaikan Muka Laut. Penduduk di pulau-pulau kecil, seperti di

Karibia dan Pasifik terancam kehilangan wilayah karena kanaikan muka laut.

Dalam laporan itu juga menyebutkan, bila tidak ada penanganan berarti, maka pada 2030 kematian global akibat perubahan iklim akan mendekati setengah juta jiwa per tahun. Kerugian finansial mencapai 300 miliar dollar AS. 4Beberapa dampak yang diramalkan akan timbul antara lain :

1. Sebagian besar kematian disebabkan oleh degradasi lingkungan yang menimbulkan kekurangan gizi di banyak tempat.

2. Kenaikan suhu 2 derajad celsius membunuh banyak spesies flora dan fauna yang berguna bagi kehidupan.

3. Bagi warga pesisir, selain ancaman badai yang meningkat dan kenaikan muka laut, ikan konsumsi bergerak ke tengah laut, sehingga nelayan makin kesulitan menangkap ikan.

4. Bagi petani, perubahan pola cuaca akan menyulitkan musim tanam. Suhu yang hangat juga mempengaruhi perkembangbiakan serangga penyerbuk di negara-negara empat musim.

5. Migrasi massal dikarenakan daerah serta ekosistem yang tidak lagi bisa ditinggali oleh manusia.

Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.Frequensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah meningkat. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. ”Pemanasan global” juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan meningkat. suhu berhubungan negatif dengan kasus DBD, karena itu peningkatan suhu udara per minggu akan menurunkan kasus DBD. Penderita alergi dan asma akan meningkat secara signifikan. Gelombang panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi rumput kering).  Dampak perubahan iklim terhadap EkosistemPada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air di daerah subpolar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.

4 Global Humanitarian Forum

Page 5: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

Kemungkinan punahnya 20-30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5oC. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena bertambahnya Karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. (Sumber World Wild Fund (WWF) Indonesia)5

 Dampak perubahan iklim Sektor LingkunganDampak perubahan iklim akan diperparah oleh masalah lingkungan, kependudukan, dan kemiskinan. Karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam, berupa : banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang. Dampak perubahan iklim pada Sektor EkonomiSemua dampak yang terjadi pada setiap sektor tersebut diatas pastilah secara langsung akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia akibat kerugian ekonomi yang harus ditanggung. Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin parah di Jakarta karena bersamaan dengan kenaikan muka air laut, permukaan tanah turun: pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan air tanah telah menyebabkan tanah turun.Namun Jakarta memang sudah secara rutin dilanda banjir besar:p ada awal Februari,2007,banjir di Jakarta menewaskan 57 orang dan memaksa 422.300 meninggalkan rumah, yang 1.500 buah di antaranya rusak atau hanyut.Total kerugian ditaksir sekitar 695 juta dolar.

Perubahan Iklim dan BencanaDalam dirinya sendiri ancaman-ancaman alam tidak menimbulkan bencana – bencana merupakan kombinasi antara suatu kejadian bahaya yang menimpa sebuah populasi atau masyarakat yang terpapar, rentan dan tidak siap. Perubahan iklim akan mempengaruhi risiko bencana dalam dua hal, pertama dengan meningkatnya ancaman-ancaman cuaca dan iklim, dan kedua dengan meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap ancaman-ancaman bahaya alam, terutama melalui degradasi ekosistem, berkurangnya ketersediaan air dan makanan, serta perubahan-perubahan dalam penghidupan masyarakat. Perubahan iklim juga akan menambah tekanan lain terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup dan pertumbuhan perkotaan yang cepat dan tidak terencana baik, yang selanjutnya akan semakin

5 Sebuah artikel menarik yang terbit di Sunday Times, 11 Maret 2007, mengulas buku Six Degrees: Our Future on A Hotter Planet, tulisan ilmiah jurnalis Mark Lynas yang diterbitkan oleh HarperCollins, dan menyabet penghargaan bergengsi Royal Society Science Books Prize.

Page 6: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

mengurangi kemampuan masyarakat untuk mengatasi bahkan tingkat ancaman cuaca yang ada saat ini.Selama kurun waktu antara tahun 1991-2005, 3.470 juta orang telah terkena imbas bencana, 960.000 orang tewas, dan kerugian ekonomi yang diderita mencapai 1,193 milyar dolar AS.13 Negara-negara miskinlah yang menerima dampak paling parah, karena mereka secara intrinsik memang sudah rentan terhadap ancaman bencana dan secara komparatif hanya memiliki kapasitas yang kecil untuk melaksanakan langkah- langkah pengurangan risiko bencana. Negara-negara kecil juga sangat rawan – kerugian yang diderita Grenada akibat Badai Ivan pada tahun 2004 yang mencapai 919 juta dolar AS setara dengan 2,5 kali PDB-nya. Dalam dua dasawarsa terakhir ini (1988-2007), 76% dari semua kejadian bencana merupakan bencana hidrologis, meteorologis atau klimatologis; dan bencana-bencana ini berkontribusi pada 45% dari seluruh kematian akibat bencana serta 79% kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh ancaman alam. Kemungkinan meningkatnya cuaca yang ekstrim di masa yang akan datang dengan demikian juga dikhawatirkan akan meningkatkan jumlah atau skala bencana-bencana yang terkait dengan cuaca. Sudah muncul bukti akan adanya peningkatan kondisi-kondisi ekstrim untuk beberapa unsur cuaca di beberapa kawasan. Kesimpulan yang didapat IPCC berkaitan dengan perubahan-perubahan pada kondisi-kondisi ekstrim yang berkaitan dengan kejadian bencana adalah sebagai berikut

Banyak kecenderungan curah hujan untuk jangka panjang (1900-2005) telah teramati, termasuk adanya kenaikan signifikan di kawasan-kawasan timur Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa Utara dan Asia bagian Utara serta Asia Tengah, dan kondisi- kondisi yang lebih kering di kawasan Sahel dan Afrika bagian Selatan, di seluruh kawasan Mediterania, dan di beberapa daerah di Asia Selatan. Frekuensi kejadian- kejadian curah hujan tinggi telah meningkat di sebagian besar wilayah daratan, dan ini konsisten dengan pemanasan global serta peningkatan kandungan air di atmosfir yang teramati.

Kekeringan yang lebih parah dan berlangsung lebih lama telah terlihat di semakin banyak wilayah sejak tahun 1970-an, terutama di kawasan tropis dan sub-tropis. Suhu yang lebih tinggi dan berkurangnya curah hujan telah meningkatkan prevalensi kondisi-kondisi lebih kering serta berkontribusi pada perubahan-perubahan dalam penyebaran kekeringan. Perubahan-perubahan pada suhu permukaan laut, pola angin, dan berkurangnya salju yang turun serta luas wilayah yang tertutup salju juga berkaitan dengan perubahan kekeringan. Perubahan-perubahan meluas dalam suhu ekstrim telah teramati di banyak wilayah di dunia dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini; yang paling jelas adalah peningkatan frekuensi dari suhu udara siang dan malam yang lebih tinggi dan peningkatan frekuensi dari panas.

Suatu penelitian memperkirakan bahwa paduan kenaikan muka air laut setinggi 0,5 meter dan turunnya tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan enam lokasi terendam secara permanen dengan total populasi sekitar 270,000 jiwa, yakni: tiga di Jakarta – Kosambi, Penjaringan dan Cilincing; dan tiga di Bekasi – Muaragembong, Babelan dan Tarumajaya.Banyak wilayah lain di negeri ini juga akhir-akhir ini baru dilanda bencana banjir. Banjir besar di Aceh, misalnya, di penghujung tahun 2006 menewaskan 96 orang dan membuat mengungsi 110,000 orang yang

Page 7: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

kehilangan sumber penghidupan dan harta benda mereka. Pada tahun 2007 di Sinjai, Sulawesi Selatan banjir yang berlangsung berhari-hari telah merusak jalan dan memutus jembatan, serta mengucilkan 200.000 penduduk. Selanjutnya masih pada tahun itu,banjir dan longsor yang melanda Morowali, Sulawesi Utara memaksa 3.000 orang mengungsi ke tenda-tenda dan barak-barak darurat.6

ADAPTASI DAN MITIGASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

Mitigasi dalam kamus john m. echols dan hassan shadily artinya pengurangan. Sedangkan adaptation atau adaptasi artinya penyesuaian diri. Kedua istilah ini menjadi penting, karena itu strategi kita menghadapi perubahan alam. Kita memang beruntung masih bisa bertahan hidup hingga sekarang. Namun para scientist terkemukapun tidak mampu memprediksi apa yang akan dilakukan oleh alam untuk mencapai keseimbangan. Dengan laju kenaikan suhu yang seperti sekarang ini, ditakutkan dapat terjadi lonjakan yang lebih cepat lagi di masa depan. Oleh sebab itu melalui mitigasi, kita berusaha mengurangi sebab pemanasan global dari sumbernya. Gunanya agar laju pemanasan itu melambat. Dan pada saat bersamaan, kita dapat menyiapkan diri untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sehingga diharapkan akan ditemukan suatu titik temu yang menjamin kelangsungan hidup manusia.

Dalam skala kecil, mitigasi bisa berupa gerakan cinta lingkungan seperti pengelolaan sampah, bike to work, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan AC yang non CFC, hemat energi dan lain sebagainya. Sedangkan beradaptasi dapat dilakukan dengan melakukan penataan lansekap lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, re-use, recycling dan lain-lain. Strategi mitigasi dan adaptasi dalam skala yang lebih luas bisa banyak sekali. Misalnya pencarian energi alternatif, teknologi dam untuk negara yang berpesisir atau kepulauan seperti maladewa yang cuma beberapa meter di atas permukaan laut, desain rumah hemat energi, kendaraan listrik bahkan penjelajahan kemungkinan planet-planet yang bisa didiami manusia.

CONTOH-CONTOH ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIMPertanian dan keamanan pangan: Langkah-langkah yang sudah sering dilaksanakan dalam sektor ini meliputi perubahan jenis tanaman pangan untuk meningkatkan tingkat ketahanan mereka terhadap kekeringan dan hama tanaman, perubahan waktu tanam dan pola tanam, dan perubahan topografi lahan untuk meningkatkan daya tampung air dan mengurangi erosi angin. Burkina Faso adalah salah satu negara yang tengah mengadakan penelitian tentang jenis millet dan sorghum baru yang tahan kekeringan untuk mengatasi masalah turunnya curah hujan. Diversifikasi merupakan salah satu pilihan, misalkan saja, dengan menggabungkan tanaman pangan, usaha peternakan dan agro-kehutanan.7 Pengadaan sistem asuransi juga dapat 6 http://www.pemanasanglobal.net/lingkungan/dampak_perubahan_iklim_terhadap_manusia.htm diakses pada 8 Desember 2010.7 Menghubungkan Pengurangan Risiko Bencana, Perubahan Iklim dan Pembangunan, Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana, Catatan Informasi 1: http://www.preventionweb.net/

Page 8: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

membantu masyarakat dalam menghadapi kegagalan panen.Sektor air: Langkah-langkah adaptasi mencakup tindakan-tindakan untuk menangani ketersediaan air maupun mengatasi risiko air, misalkan saja dengan melindungi infrastruktur air dan sumber-sumber air tradisional, pembangunan kolam-kolam penampungan banjir, pemanenan air, peningkatan irigasi, desalinasi, sanitasi berbasis non-air, dan peningkatan daerah aliran air serta pengelolaan sumber daya air antar daerah. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Integrated Water Resource Management/ IWRM) dapat menjadi kerangka untuk kegiatan-kegiatan semacam ini.Sektor kesehatan: Langkah-langkah dalam sektor ini meliputi sistem-sistem peringatan dini dan penggunaan air-conditioning (AC) untuk mengatasi kejadian- kejadian cuaca ekstrim; tindakan sistematis untuk mengatasi penyakit-penyakit yang disebarkan melalui air dan vektor sampai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melindungi daerah aliran air, pengontrolan vektor, peraturan-peraturan untuk melindungi aspek kesehatan.

Pengintegrasian Perubahan Iklim dengan Rencana Pembangunan: Yang jadi masalah saat ini adalah bahwa adaptasi dapat dilihat hanya sebagai masalah lingkungan hidup semata – dan merupakan tanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup. Padahal, semua departemen pemerintahan dan badan perencanaan nasional perlu mempertimbangkan dampak perubahan iklim ini ke dalam program masing-masing. Berbagai persoalan besar seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, perencanaan tata ruang, ketahanan pangan, pemeliharaan infrastruktur, pengendalian penyakit, perencanaan perkotaan, semuanya mesti ditinjau ulang dari perspektifperubahan iklim.Tantangannya adalah membuat perencanaan pembangunan menjadi ‘tangguh terhadap iklim’. Dampak perubahan iklim terhadap ekonomi dan pembangunan manusia harus dievaluasi secara seksama dan dipetakan. Kemudian strategi adaptasi harus diintegrasikan ke dalam berbagai rencana dan anggaran, baik pada tingkat pusat maupun daerah. Upaya-upaya pengentasan kemiskinan harus ditingkatkan di bidang-bidang yang khusunya rentan terhadap perubahan iklim dan dibutuhkan berbagai investasi tambahan untuk menggiatkan pengurangan risiko bencana.

Semua upaya ini juga harus dipadukan ke dalam berbagai upaya di tingkat masyarakat dan rumah tangga. Bagaimanapun, masyarakat sudah berpengalaman lama dalam beradaptasi – dengan berbagai tindakan yang sudah dipraktikkan selama berabad-abad. Orang-orang yang tinggal di wilayah yang rentan banjir sejak dulu membangun rumah panggung dan banyak masyarakat masa kini masih meneruskan praktik ini, meski bahan-bahan yang digunakan sudah modern seperti tiang beton atau genteng besi. Di wilayah rawan longsor, orang-orang membangun tanggul penahan longsor yang kukuh. Para petani yang terpapar kemarau panjang sudah belajar untuk mendiversifikasikan sumber pendapatan mereka, menanam tanaman pangan yang tahan kekeringan dan mengoptimalkan penggunaan air yang terbatas, bahkan bermigrasi sementara untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Apakah itu melalui prakarsa di tingkat publik atau individual, adaptasi

globalplatform/first-session/docs/media_docs/Info_Note_1_HL_dialogue_Climate_Change.pdf.

Page 9: Perubahan Iklim Dan Dampaknya Dalam Hubungan Sosial

hendaknya mencakup penguatan sumber-sumber penghidupan dan mengurangi kerentanannya.Hal ini akan mempersyaratkan suatu perubahan dalam arah pembangunan.

Di masa lalu sebagian besar pembangunan di Indonesia didasarkan pada eksploitasi sumber daya alam – dengan manfaat ekonomi yang dinikmati di perkotaan dan biaya lingkungannya dibebankan ke wilayah pedesaan. Pola itu harus diubah. Baik masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan sudah seyogyanya menargetkan pembangunan manusia yang berkelanjutan dan ancaman perubahan iklim kini makin mendesakkan kepentingannya. Jika kita tidak mengubah pola pembangunan,maka seluruh sumber daya yang tersedia bagi rakyat – pangan, air, dan wilayah pemukiman kemungkinan dapat menjadi makin sulit didapat. Perubahan pola pembangunan ini memerlukan strategi adaptasi yang lebih luas yang melibatkan pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta – memadukan antara pendekatan pada tingkat pemerintahan dan kelembagaan dengan pendekatan bottom-up yang berakar pada pengetahuan kewilayahan, kebangsaan, dan lokal. Sementara adaptasi merupakan faktor vital dalam seluruh aktivitas pembangunan, secara khusus adaptasi penting dilakukan dalam bidang-bidang pertanian,wilayah pesisir, penyediaan air, kesehatan dan wilayah perkotaan, dengan air memainkan peran lintas sektoral di berbagai bidang ini.8

KESIMPULAN

Keterkaitan antara ilmu sosiologi dengan perubahan iklim secara langsung berhubungan dengan perilaku manusia secara global dalam menghargai ekosistem tempat manusia tinggal. Ilmu sosiologi tidak hanya bertujuan untuk mempelajarai bagaimana sebenarnya dampak fenomena perubahan iklim terhadap perilaku global namun juga memberikan analisa mengenai kebijakan-kebijakan yang perlu diambil untuk proses mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Isu kerentanan terhadap ancaman-ancaman alam dan risiko bencana harus tetap menjadi isu utama dalam diskusi-diskusi, dan kemajuan harus dicapai untuk dapat dengan efektif dan memadai menangani risiko yang terus meningkat. Kita perlu segera menciptakan kapasitas beradaptasi, untuk meningkatkan ketangguhan terhadap ancaman-ancaman yang akan datang, serta untuk mengurangi tingkat risiko bencana yang ada saat ini yang terus berkembang.

8 http://www.bintari.org/index.php?option=com_content&view=article&id=59%3Aadaptasi-dan-mitigasi-perubahan-iklim-melalui-wanatani-yang-berkelanjutan diakses pada 7 Desember 2010